Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T10:25:40ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2017-06-21T01:48:44Z2017-06-21T01:48:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25598This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/255982017-06-21T01:48:44ZINTEGRASI-INTERKONEKSI PSIKOLOGI
(Mempertautkan Model Islamic Psychology, l slamized Psychology, dan Psychology of Islam
dengan Bingkai Teoantroposentrik-Integralistik)Artikel ini mencoba mempertautkan tiga model hubungan integrasi an/ara psikologi dan Islam, yailu: Islamic Psychology,
ls/amized Psychology, dan Psychology of 'Religion' Islam. Ketiga model ini juga dapat disebut dengan is Iilah
model hubungan an tara 'l/mu Jiwa Islam ', 'Jlmu Jiwa Is/ami ', dan 'Ilmu Jiwa Agama' (Islam). Hubungan ketiganya
sebenarnya menggambarkan tiga bentuk komposisi pengetahuan, yaitu: 'Ulumuddin, karena yang dimaksud dengan
istilah Islamic Psychology atau Psikologi Islam atau llmu Jiwa Islam disini adalah Ilmu Tasawuf, yang menjadi salah
satu bag ian dari Islamic Religious Knowledge (1/mu-i/mu Keagamaan Islam); Studi Islam, karena yang dimaksud dengan
istilah Islamized Psychology atau Psikologi Is/ami atau llmu Jiwa Is/ami ada/ah bentuk hubungan dialektik antara
Psikologi sebagai salah satu bag ian dari social sciences and humanities dan Tasawuf,· dan Studi Agama, karena Psychology
of Islam atau Psikologi Agama (Islam) adalah bagian dari kajian Religious Studies. Untuk mempertautkan ketiga
model tersebut, penulis menggunakan nalar epistemologi teoantroposentrik-integralistik Oaring laba-laba keilmuan).
Satu unsur komposisi lagi yang menurut pem~lis sangat pen ling untuk menggagas integrasi-interkoneksi psikologi adalah
pilar Filsafat 'Ilmu ',yang dalam hal ini kita bisa menggunakanfilsafat Integralisme Universal-nya Ken Wilber dengan
"AQAL Theory"-nya.M. Amin AbdullahWaryani Fajar RIYANTO2017-06-15T06:33:25Z2017-06-15T06:33:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25555This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/255552017-06-15T06:33:25ZMERAJUT PARADIGMA
FILSAFAT ISLAM KEINDONESIAAN:
Fresh Ijtihad Memperjumpakan Ulum al-din dan Sains Modern dalam Keilmuan Keagamaan Islam untuk Pembangunan BangsaTrend keilmuan agama Islam (Ulum al-din) masa depan, lebih-lebih Ilmu Kalam/Filsafat Islam adalah keilmuan agama yang terintegrasi-terinterkoneksi dengan disiplin keilmuan yang lain. Keilmuan agama (Islam) berinteraksi dan berdialog dengan sains modern, keilmuan sosial, humaniora termasuk studi agama (religious studies). Jika keilmuan Kalam dan Filsafat Islam dan cabang keilmuan agama (Islam) yang lain merasa cukup dengan dirinya sendiri (al-muhafadzah ‘ala al-qadim al-salih), tanpa mau bersentuhan dan berhubungan dengan keilmuan lain (wa al-akhdz bi al-jadid al-aslah), maka ia tidak punya masa depan yang dapat diharapkan, bahkan diragukan kontribusinya dalam pembangunan karakter bangsa. Trend keilmuan agama (Islam) masa depan adalah takamul al-ulum wa izdiwaj al-ma’arif (Saling melengkapi antar pandangan berbagai disiplin ilmu dan pergumulan teoritis dan metodologis secara instrinsik antar berbagai cabang pengetahuan dan keilmuan). Kebijakan linearitas dalam ilmu keagamaan tidak bisa dipertahankan, tanpa mengandung resiko yang harus dihadapi. Tulisan ini menjelaskan tema-tema apa saja yang diperlukan untuk membentuk
world view keagamaan (Islam) yang baru yang dapat berkontribusi
dalam pembangunan karakter bangsa. Keilmuan agama Islam memerlukan
fresh ijtihad untuk menghadapi kehidupan kontemporer,
tidak cukup hanya dengan cara mengulang-ulang pengalaman masa
lalu tanpa menengok bagaimana perkembangannya di masa kini
dan masa depan. Masa lalu (al-turats) tetap diperlukan, namun diperlukan
juga pergeseran paradigma ke arah masa kini (al-hadatsah)
dalam melihat dan memecahkan persoalan keagamaan kontemporer,
khususnya yang terkait dengan isu pembangunan karakter bangsa
dalam format negara bangsa (nation-states).M. Amin Abdullah2015-09-25T08:00:06Z2016-10-14T08:51:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17263This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/172632015-09-25T08:00:06ZBERKORBAN UNTUK KEMAJUAN BANGSA DAN PERADABANPeran pendidikan dalam setiap jenjangnya, dan lebih-lebih di perguruan tinggi amatlah sangat sentral. Umum diketahui bahwa peringkat keberhasilan pendidikan tinggi di tanah air masih sangat rendah dibandingkan dengan prestasi yang dicapai negara lain. Ketekunan civitas akademika, para dosen, para peneliti, dan mahasiswa untuk bersama-sama mengembangkan diri perlu terus menerus didorong, dikembangkan dan dilipatgandakan. Selain itu, dukungan pemerintah dan dunia bisnis swasta tidak dapat diabaikan. Di wilayah inipun diperlukan etos kerja, etos belajar, etos meneliti, etos keilmuan yang maha prima. Tanpa disiplin, etos dan dedikasi yang kuat, dana berapapun yang dikeluarkan pemerintah tak akan dapat menjamin perbaikan kualitas.
Kesungguhan, keseriusan, keterpanggilan, kerelaan untuk berkurban meluangkan waktu untuk membaca, belajar, mencintai perpustakaan, menulis, menguasai bahasa asing, menguji coba, mengembangkan, melakukan inovasi, melebarkan kolaborasi dan networking keilmuan adalah bagian tak terpisahkan dari upaya menaikkan citra dan harga diri, keluarga, citra bangsa dan negara. Kesemuanya ini perlu etos kerja kuat, etos keilmuan yang tinggi ditopang oleh disiplin dan kultur akademik yang kondusif. Ujung-ujungnya, sekali lagi, diperlukan kesediaan berkorban, bekerja penuh disiplin, etos kerja kuat, lebih dedikatif, dan semangat pengorbanan-keihsanan dari semua pihak, untuk menghadapi dan menyongsong hadirnya masyarakat ekonomi Asia dan dunia yang sudah berada di depan pintu.
Mengakhiri renungan khutbah ‘idul adha pagi ini, marilah kita ikuti jejak pengorbanan nabi Ibrahim dan nabi Ismail AS. Marilah kita gelorakan dan kobarkan semangat berkorban, dengan tiga nilai yang melekat didalamnya, yaitu disiplin, etos kerja dan dedikasi dalam setiap derap langkah kehidupan kita untuk meraih cita-cita besar berbangsa dan bernegara. Kita tegakkan disiplin nasional, perkuat etos kerja dan etos keilmuan, selalu mengedepankan dedikasi yang prima untuk mengejar ketertinggalan–ketertinggalan kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk mengukir peradaban dan masyarakat baru di era global.
Semoga kita semua mampu mengkontektualisasikan ajaran agama, khususnya konsep dasar taqwa dalam bidang kehidupan bermasyarakat sehari-hari, dalam bidang pengembangan keilmuan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat baru dan peradaban baru yang kita cita-citakan bersama, بلدة طيبة وربّ غفور. Amin ya rabb al-‘alamin.M. Amin Abdullah2017-02-22T02:15:40Z2017-02-22T02:31:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24073This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/240732017-02-22T02:15:40ZRELIGION, SCIENCE AND CULTURE
An Integrated, Interconnected Paradigm of ScienceDiscussing the paradigm of dialogue and integration in the Islamic science
of religion is important since the practice of religious education still applies
the paradigm of conflict and independence. These paradigms have a great
influence on the formation of socio-religious and cultural ways of thinking. The
relationship between Islamic religiousc and natural, social, as well as cultural
sciences, needs patterns of integrated, interconnected relations and dialogues.
Islamic Studies requires a multidisciplinary approach, that is, interdisciplinarity
and transdisciplinarity. Scientific linearity, in which science is narrowly defined
and mono-disciplinary, will lead to an understanding of religion and religious
interpretations that has no contact with and relevance to the context in which
it is studied. New types of religious thought that encourage independent
discussion and dialogue on the subjective, objective and intersubjective aspects
of science and religion will create the emergence of a new type of religiosity in
the multicultural era. All of this requires more effort to undertake a serious
reconstruction of scientific methodologies and the methodologies of scientific
studies of religion
[ABSTRAK]
[Penerapan paradigma dialog dan integrasi dalam ilmu-ilmu keislaman masih
penting untuk didiskusikan mengingat praktik pendidikan agama masih
menerapkan paradigm konflik dan independen. Paradigma-paradigma ini
memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan cara pandang keagamaan baik sosial maupun kultural. Hubungan antara ilmu-ilmu keislaman di satu
sisi dengan ilmu-ilmu alam, sosial, dan budaya di sisi lain, memerlukan pola
hubungan dan dialog yang terintegrasi-interkoneksi. Studi Islam mensyaratkan
pendekatan multi disiplin, baik interdisipliner maupun transdisipliner.
Linearitas keilmuan yang membatasi bidang ilmu secara sempit dan monodisiplin
akan menggiring pemahaman agama dan tafsir keagamaan yang
tidak terkait dan tidak relevan dengan konteks pengkajian. Model baru
pemikiran keagamaan yang mendorong dialog dan diskusi yang independen
mengenai aspek-aspek subjektif, objektif, dan intersubjektif ilmu dan agama
akan menciptakan munculnya model baru keberagamaan di era multicultural.
Semua ini memerlukan lebih banyak upaya serius dalam merekonstruksi
metodologi keilmuan dan metode-metode studi agama.]
Keywords: paradigm of science, religious science, multidisciplinary
approach, science integration.M. Amin Abdullah