Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T14:11:16ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2013-04-15T09:02:58Z2013-04-15T09:03:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3792013-04-15T09:02:58ZSEPULUH WASIAT (Wahyu Allah dalam Perjanjian Lama dan Al-Quran)b Yahudi, Nasrani dan Islam adalah tiga agama bersaudara kandung, berasal dari satu sulbi, sulbi Ibrahim. Tetapi kondisi hubungan sejarah ketiganya selalu dalam keadaan konfliks. Konfliks mereka bukan cuma konfliks teologis, tapi juga ideologis, sosiologis dan kultural. Kondisi eksklusifisme dan intolerence, rasa curiga dan permusuhan, telah berpuluh abad mewarnai hubungan mereka, dan merupakan warisan sejarah yang masih tersisa sampai sekarang. Banyak faktor penyebab semuanya itu, salah satunya adalah klem yang sangat dominan dari masing-masing tentang otentisitas atau orisinalitas wahyu yang dimiliki sebagai dasar yang memiliki otoritas tertinggi, dan keabsolutan kebenaran masing-masing. Terjadi perebutan mati-matian dan tidak henti-hentinya untuk menempati paling puncak oleh masing-masing sepanjang sejarah, semenjak ketiganya saling bersentuhan.
Terdapat perbedaan mendasar terhadap esensi wahyu menurut persepsi yahudi dan Islam. di satu pihak dengan nasrani di pihak lain. Kaum yahudi meyakini esensi wahyu itu sebagai kalam Allah yang berwujud Taurat; begitu juga pandangan kaum muslimin. Bagi umat Islam wahyu Allah itu diturunkan secara berproses, mulai dari wahyu yang sederhana sampai mencapai kesempurnaan, yakni turat, dzabur, dan injil, dan berakhir dalam bentuk yang tersempurna, yaitu al-Quran al-Karim. Umat narani mengajarkan wahyu yang sesungguhnya adalah darah dan daging Yesus; teks sentris-antroposentris. Mereka menerima taurat tetapi menolak al-Quran. Yahudi hanya menerima dan mengakui taurat, tidak menghargai injil dan al-Quran sebagai kitab suci. Di sisi lain, dalam kitab suci masing-masing terdapat sekian banyak hal yang sama, atau hampir sama. salah satunya adalahsepuluh wasiat yang dijumpai dalam perjanjian lama, kitab keluaran dan kitab ulangan, serta dalam al-Quran al-Karim, surat 6, al-Anam dan surat 17, al-Isra.b BURHANUDDIN DAYA2013-04-15T09:24:29Z2017-01-13T04:44:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3972013-04-15T09:24:29ZOCCIDENTALISMEbKemampuan orang Timur mengenal orang Barat, mestinya sama dengan kemampuan orang Barat mengenal orang Timur. Saling memahami secara timbal balik adalah konsekuensi langsung dari terjadinya globalisasi masa kini.
Perjuangan Timur dan Barat, atau menurut Djamaluddin al-Afghani, Islam dan Barat, sudah sangat lama prosesnya. Hubungan budaya antara keduanya dapat diringkas menjadi tiga tingkat.
Dunia Timur dapat melihat, bahwa dunia Barat itu maju karena ilmu, teknologi, etos kerja yang tinggi, kesinambungan peradaban lama dan barunya, pemerataan pendidikan, dan emansipasi wanita-pria serta lain-lainnya.
Studi mengenai dunia Barat yang dilakukan dunia Timur (terutama : Mesir, turki, India dan Pakistan) yang cukup luas itu, pada dasarnya bertujuan untuk memajukan Dunia Timur sendiri, yang bukan cuma sudah sangat jauh ketinggalan dari dunia Barat, tetapi juga ingin membebaskan diri dari cengkeraman kolonialis dan imperialis Barat, juga untuk membela dan melindungi eksistensi Islam. Kondisi ini tidak berbeda jauh dari motivasi kelahiran studi oriental yang awal. Modernisasi institusi-institusi kemasyarakatan, weternisasi; adobsisasi metode, sistem dan ilmu Barat; revivalisasi dan reformisasi Islam adalah macam-macam ekses studi occidental yang timbul di dunia Timur. BURHANUDDIN DAYA2013-04-10T10:13:11Z2013-04-10T10:13:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/532This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5322013-04-10T10:13:11ZSUMATRA THAWALIB DALAM GERAKAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DI SUMATERA BARATSumatera Barat sudah lama menjadi daerah Islam. Keadaan Islam di sini tidak banyak berbeda dengan keadaan Islam di Indonesia pada umumnya. A. Mukti Ali berkata: Matjam-matjam lah bidah dan churafat, tachajul dan gugon-tuhon jang dipraktekkan oleh umat Islam dengan sangat meradja lela sekali, dengan tidak menjadari sama sekali bahwa semua itu adalah bertentangan dengan tauhid. Sedjak pagi bangun tidur sampai malam aan tidur kembali, orang mendapatkan perbuatan-perbuatan jang dijalankan oleh umat Islam itu jang sebenarnja merupakan bidah. Sedjak waktu mengandung sampai melahirkan, mengchitamkan dan mengawinkan, dari sakit sampai mati orang menjaksikan benjak sekali pekerdjaan-pekerdjaan jang berhubungan dengan itu semuanja jang bertentangan dengan ajaran-ajaran tauhid. Jah, bukan hanya itu sadja, sampai kepada mentjari djodoh dan isteri, itu semua ditjampuradukkan antara sjirik dan tauhid. Dengan kutipan di atas jelaslah keadaan Islam yang sebenarnya di Indonesia ini sebelum pembaharuan pemikiran Islam dilancarkan. Islam di Sumatra Baratpun begitu adanya. Unsur-unsur animisme-dinamisme dan sisa-sisa kepercayaan Hindu-Budha masih membekas dalam kehidupan harian umat Islam. Hamka menulis: Di seluruh Minangkabau pada masa itu perjalanan agama sudah sangat mundur. Tidak dapat dibedakan mana yang agama dan mana yang syitik, bidah dan agama bercampur aduk saja. Selain dari pada agama, adalah sihir yang sangat dimahirkan orang...azimat yang sebesar-besarnya lengan bergantungan di pinggang orang...kadang-kadang guru-guru agama menjadi tukang jual azimat. Kubur-kubur dari ulama-ulama yang dipandang keramat dijadikan tempat bernadzar dan berniat. Keadaan seperti di atas berjalan terus dan melemahkan mereka. Di samping itu pertengahan-pertengahan yang terjadi antara sesama umat Islam yang berbeda aliran madzhab dan ajaran tarekat yang dianut, memperburuk kondisi mereka dan memudahkan pengaruh asing mendominasi mereka. b BURHANUDDIN DAYA