Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T23:55:09ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2019-04-10T07:42:09Z2019-04-10T07:42:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34481This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/344812019-04-10T07:42:09ZMARYAM DALAM TAFSIR AL-AZHAR KARYA HAMKA
(STUDI ANALISIS GENDER)Maryam adalah satu-satunya figur perempuan di dalam al-Qur’an yang namanya
disebut secara eksplisit dan satu-satunya yang memiliki kisahnya sendiri. Namun
menurut Hosn Abboud, kisah Maryam dalam sejarahnya selalu termarjinalkan dan
hanya dilihat dan diakui sebagai kisah tentang kelahiran Isa. Meskipun sudah
banyak kajian tentang Maryam di dalam al-Qur’an tetapi menurut Amina Wadud
penafsiran tentang tokoh perempuan di dalam al-Qur’an seringkali tidak disertai
visi perempuan dan juga tanpa memusatkan perhatian pada masalah
keperempuanan. Oleh karena itu penting untuk mengkaji Maryam dengan
perspektif gender. Hamka adalah salah satu ulama modern abad ke-20 yang
memiliki perhatian terhadap persoalan kedudukan perempuan di dalam Islam.
Mengkaji Maryam dari perspektif Hamka menjadi menarik karena konstruksi
pemahaman Hamka atas peran perempuan di dalam Islam dan di dalam al-Qur’an
(melalui figur-figur perempuan) sangat menentukan dan berdampak bagi
pembentukkan pemahaman keislaman yang egaliter dalam masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berbasis library reasearch dengan
menggunakan sumber primer berupa tafsir Al-Azhar dan sumber sekunder berupa
kitab tafsir atau buku-buku dan penelitian tentang tema terkait. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan mencari, mengumpulkan dan menganalisis
langsung sumber primer dan sekunder dengan menggunakan metode deskriptifanalitis.
Pendekatan yang digunakan adalah historis-sosiologis dengan
mengadopsi teori gender.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi penafsiran Hamka
tentang Maryam pada aspek genealogis tidak mengecualikan Maryam sebagai
bagian dari orang-orang yang dipilih Allah dari garis keturunan Imran yang
memperoleh anugerah berupa risalat dan nubuwat. Bagi Hamka kesucian Maryam
terletak pada kemampuan menjaga keperawanannya. Hamka tidak mengaitkan
kesucian atau virginitas dengan mitos tentang tubuh perempuan yang dianggap
kotor atau najis. Selain itu, bagi Hamka Maryam adalah figur yang memiliki
kemuliaan yang tinggi dan tidak dimiliki oleh perempuan lain di alam. Status
Maryam sebagai perempuan suci yang mendapatkan wahyu dari Allah untuk
melahirkan Isa menempatkannya pada posisi seorang nabiyah. Konstruksi ini
dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan kulturnya. Selain itu, penafsiran Hamka
atas historisitas Maryam yang tidak banyak mendiskusikan kisah-kisah
historiografi dan persoalan doktriner membuat Hamka lebih menaruh banyak
perhatian pada aspek keteladanan dan kemuliaan Maryam.NIM. 11530105 CHAMIDA MARDIYANTI