Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T04:46:22ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2016-04-25T02:36:50Z2016-04-25T02:36:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20405This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/204052016-04-25T02:36:50ZDISKURSUS KASTA DALAM KITAB MAHABARATA
KARYA C. RAJAGOPALACHARI
(ANALISIS STRUKTURALISME LEVI-STRAUSS)Kasta adalah sebuah sistem yang menggolongkan individu ke dalam suatu
lapisan masyarakat. Lapisan masyarakat ini terbagi menjadi empat yaitu
Brahmana yang terdiri dari para intelektual dan pendeta, Kesatria yakni pemegang
tampuk pemerintahan atau para politikus, Waisya terdiri dari para pedagang,
petani dan para pekerja terampil lainnya, dan terakhir yaitu Sudra yang terdiri dari
para pelayan. Di luar empat kasta, terdapat satu golongan yang dianggap sebagai
kotoran yang akan menodai kemurnian dari empat kasta jika disentuh. Golongan
itu disebut sebagai kaum Pariah.
Penelitian ini berangkat dari adanya kerumitan dan pro kontra terhadap
aturan kasta baik di India maupun di Indonesia.Pertanyaan yang sering
diperdebatkan adalah apakah kasta lahir dengan karakter asal atau bakat tiap
individu ataukah kasta lahir dari keturunan secara otomatis.
Penelitian ini merupakan library research atau penelitian pustaka dengan
Kitab Mahabharata sebagai data Primer disertai dengan beberapa karya yang
membahas strukturalisme Levi Strauss sebagai teori yang digunakan untuk
membahas kasta dalam bentuk diskursus.Tujuan dari penggunaan teori ini adalah
untuk menemukan struktur-struktur dalam dari kitab Mahabharata yang di
posisikan sebagai sebuah Mitos sehingga kemudian struktur-struktur tersebut di
analisis untuk menyingkap makna dari kasta.
Penelitian ini menemukan bahwa prinsip dasar aturan kasta bersifat
endogamis. Kasta membutuhkan endogamy untuk bisa mempertahankan identitas
yang berbeda dan definisi kelompok pekerjaan yang berbeda pula. Hal ini nampak
pada perkawinan para tokoh yang menyesuaikan kasta pasangannya dengan
kastanya sendiri. Kedua, penulis melihat bahwa konteks yang ada dalam kisah
Mahabharata merupakan cerminan nirsadar dari masyarakat pada waktu itu yang
menganggap bahwa kasta merupakan sesuatu yang bersifat turun temurun yang
tiba-tiba ada dan melekat menjadi identitas individu. Namun meski demikian,
penulis melihat bahwa ada upaya dari pengarang untuk menjelaskan bahwa
anggapan tersebut merupakan sebuah kesalahan dalam menafsir.NIM. 11520003 CHUSNUL CHOTIMAH