Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T22:20:28ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2017-11-15T02:40:15Z2017-11-15T02:40:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28345This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/283452017-11-15T02:40:15ZKORELASI PENAFSIRAN AL-TABARI DAN AMINA WADUD (ANALISIS KESETARAAN GENDER DALAM Q.S. AL-NISA’ (4):1)Sejarah perbedaan dan diskriminasi gender tidak bisa dilepaskan dari
sejarah kajian tafsir al-Qur’an karena tidak jarang diskriminasi dan penindasan
terhadap perempuan diperkuat dengan menggunakan tafsir al-Qur’an sehingga
dianggap sebagai kodrat atau ketentuan Tuhan. Fakta tersebut oleh sementara
feminis Muslim dijadikan sebagai salah satu dasar untuk melakukan penafsiran
ulang terhadap al-Qur’an. Namun, reinterpretasi yang dilakukan feminis Muslim
mengundang perdebatan. Baik penafsiran yang dilakukan mufassir klasik maupun
feminis Muslim, keduanya memiliki pendukung genap dengan argumentasinya
masing-masing. Oleh karenanya, untuk mendapatkan telaah yang seimbang antara
kedua model tafsir gender mainstream dibutuhkan kajian sejarah sosial yang
mengkonstruksi tokoh yang menggambarkan masing-masing model sehingga
diemukan “benag merah” antara dua model tafsir tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya kolerasi antara tafsir
klasik al-Tabari dan penafsiran feminis Amina Wadud, sebagai dua tokoh yang
merepsentasikan masing-masing model tafsir, tentang kesetaraan gender dalam
Q.S. al-Nisa: (4):1 yang berbicara mengenai konsep penciptaan perempuan. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengunakan dua model teori, teori analisis
wacana yang digunakan untuk melihat “ideologi” kesetaraan gender dalam
penafsiran kedua tokoh dan teori sosiologi pengetahuan untuk melihat hubungan
timbal-balik antara identitas dengan konteks sosial kedua tokoh. Sedangkan
analisis gender digunakan untuk menguji kesetaraan gender dalam kedua tafsir
tersebut. Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis-korelasi (analylical-correlative-method) yang bertujuan untuk
menemukan “ada tidaknya” hubungan antara penafsiran kedua tokoh mengenai
Q.S. al-Nisa: (4):1 dalam memosisikan laki-laki dan perempuan secara setara.
Kajian ini membuktikan bahwa: pertama, meskipun al-Tabari
berpandangan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam ketika menafsirkan
Q.S. al-Nisa’ (4): 1, namun penafsirannya memiliki korelasi dengan Wadud, yang
menolak untuk menafsirkan mengenai proses penciptaan tersebut, dalam
memandang Adam dan Hawa sebagai orang tua pertama umat manusia, tanpa
membedakan satu dengan yang lainnya. Kedua tokoh tersebut tidak memiliki
perbedaaan dalam memposisikan laki-laki dan perempuan secara setara. Kedua,
Penafsiran kedua tokoh tidak bisa dilepaskan dari posisi al-Tabari sebagai
sejarawan dan Wadud sebagai aktivis gender serta semangat keduanya untuk
memoderasi problem kemasyarakatan yang dihadapi oleh keduanya. Ketiga,
korelasi penafsiran kedua tokoh tersebut mengimplikasikan bahwa perbedaan apa
pun, termasuk dalam penciptaan, antara laki-laki dan perempuan tidak bisa
dijadikan legistimasi atas pemahaman apalagi perilaku ketidakadilan gender.
Kajian ini membuktikan bahwa tafsir klasik dan feminis muslim tidak selalu
bertentangan dan bahwa semua tafsir klasik tidak bisa digenareralisasi sebagai
tafsir yang bias gender.NIM. 1420510030 DONA KAHFI MA IBALLA