Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T08:34:00ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2015-04-21T06:59:29Z2015-04-21T06:59:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15824This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/158242015-04-21T06:59:29ZMAKNA TAWAKKUL DALAM AL-QUR’AN APLIKASI SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSUIstilah-istilah kunci al-Qur'an merupakan kata-kata yang memainkan
peranan yang sangat menentukan dalam penyusunan struktur konseptual dasar
pandangan dunia al-Qur'an. Kesemena-menaan dalam pemilihannya terhadap
istilah-istilah kunci hampir tak terelakan dan ini mungkin sangat mempengaruhi
paling tidak beberapa aspek dari gambaran keseluruhan. Diantara istilah-istilah
kunci dalam al-Qur'an ialah kata kunci tawakkul. Kata tawakkul disebutkan dalam
al-Qur'an sangatlah banyak dengan berbagai bentuk derivasinya. Konsep
tawakkul menjadi istilah penting dalam al-Qur'an sebagaimana tampak dari gaya
yang disukai al-Qur'an dalam mendeskripsikan Alah,
Kata tawakkul menjadi kata kunci yang menarik untuk dikaji dalam studi
linguistik. Salah satu cabang linguistik yang mempelajari makna pada sebuah
bahasa adalah semantik. Penelitian ini menggunakan analisis semantik yang
dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu, dengan harapan dapat memunculkan pesanpesan
yang dinamik dari kosa kata al-Qur'an yang terkandung di dalamnya
dengan penelaah analitis dan metodologis terhadap konsep-konsep yang tampak
memainkan peranan penting dalam pembentukan visi Qur'anik dan menemukan
weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu.
Selanjutnya, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
pertama, mencari makna dasar dan makna relasional kata tawakkul. Kedua,
meneliti historis penggunaan kata tawakkul pada periode pra Qur'anik, periode
Qur'anik, dan periode pasca Qur'anik.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa makna dasar kata tawakkul
yaitu Dhaif (lemah), Sedangkan makna relasional kata tawakkul yang awalnya
lemah kemudian berkembang menjadi salah satu sifat Allah dengan nama al-
Wakil, karna Allah adalah Wakil yang paling dapat diandalkan sebagai tempat
manusia bersandar, dan menyerahkan segala urusannya karena dia memiliki sifat
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Bermakna berserah diri jika berkaitan dengan
urusan-urusan manusia dunia, namun yang dimaksud berserah diri disini ialah
dilakukan setelah melakukan usaha. Sedangkan makna tawakkul dari ketiga
periode tersebut sangatlah beragam hal itu dilatar belakangi masalah agama.
Secara komprehensif konsep tawakkul dari perkembangan makna mulai dari pra
Islam hingga lahirnya Islam dikonsepkan dengan orang yang lemah atau tidak
mampu melakukan sesuatu sehingga menyerahkan dan mewakilkan urusannya
kepada pihak lain meskipun dari kedua periode ini memiliki kebudayaan yang
berbeda khususnya dalam agama. Secara indikatif hal inilah yang menjadi ciri
khas keunikan al-Qur‟an, sebagaimana ketika al-Qur‟an mengadopsi suatu
kosakata dari masa pra Islam yang tidak sertamerta mengubah makna yang
terkandung didalamnya.NIM. 10530010 EKO BUDI SANTOSO2015-04-22T02:22:43Z2015-04-22T02:22:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15827This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/158272015-04-22T02:22:43ZMAKNA TAWAKKUL DALAM AL-QUR’AN (APLIKASI SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU)Istilah-istilah kunci al-Qur’an merupakan kata-kata yang memainkan
peranan yang sangat menentukan dalam penyusunan struktur konseptual dasar
pandangan dunia al-Qur‟an. Kesemena-menaan dalam pemilihannya terhadap
istilah-istilah kunci hampir tak terelakan dan ini mungkin sangat mempengaruhi
paling tidak beberapa aspek dari gambaran keseluruhan. Diantara istilah-istilah
kunci dalam al-Qur‟an ialah kata kunci tawakkul. Kata tawakkul disebutkan dalam
al-Qur’an sangatlah banyak dengan berbagai bentuk derivasinya. Konsep
tawakkul menjadi istilah penting dalam al-Qur’an sebagaimana tampak dari gaya
yang disukai al-Qur‟an dalam mendeskripsikan Alah,
Kata tawakkul menjadi kata kunci yang menarik untuk dikaji dalam studi
linguistik. Salah satu cabang linguistik yang mempelajari makna pada sebuah
bahasa adalah semantik. Penelitian ini menggunakan analisis semantik yang
dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu, dengan harapan dapat memunculkan pesanpesan
yang dinamik dari kosa kata al-Qur’an yang terkandung di dalamnya
dengan penelaah analitis dan metodologis terhadap konsep-konsep yang tampak
memainkan peranan penting dalam pembentukan visi Qur’anik dan menemukan
weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu.
Selanjutnya, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
pertama, mencari makna dasar dan makna relasional kata tawakkul. Kedua,
meneliti historis penggunaan kata tawakkul pada periode pra Qur‟anik, periode
Qur’anik, dan periode pasca Qur’anik.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa makna dasar kata tawakkul
yaitu Dhaif (lemah), Sedangkan makna relasional kata tawakkul yang awalnya
lemah kemudian berkembang menjadi salah satu sifat Allah dengan nama al-
Wakil, karna Allah adalah Wakil yang paling dapat diandalkan sebagai tempat
manusia bersandar, dan menyerahkan segala urusannya karena dia memiliki sifat
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Bermakna berserah diri jika berkaitan dengan
urusan-urusan manusia dunia, namun yang dimaksud berserah diri disini ialah
dilakukan setelah melakukan usaha. Sedangkan makna tawakkul dari ketiga
periode tersebut sangatlah beragam hal itu dilatar belakangi masalah agama.
Secara komprehensif konsep tawakkul dari perkembangan makna mulai dari pra
Islam hingga lahirnya Islam dikonsepkan dengan orang yang lemah atau tidak
mampu melakukan sesuatu sehingga menyerahkan dan mewakilkan urusannya
kepada pihak lain meskipun dari kedua periode ini memiliki kebudayaan yang
berbeda khususnya dalam agama. Secara indikatif hal inilah yang menjadi ciri
khas keunikan al-Qur’an, sebagaimana ketika al-Qur’an mengadopsi suatu
kosakata dari masa pra Islam yang tidak sertamerta mengubah makna yang
terkandung didalamnya.NIM. 10530010 EKO BUDI SANTOSO