Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T18:40:53ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2014-04-16T02:54:37Z2016-10-18T07:13:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11906This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/119062014-04-16T02:54:37ZPERAN AL-MAWALI PERSIA DAN TURKI DALAM KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM MASA DAULAH ABBASIYAH
Asal-Usul dan Proses Berdirinya Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah berasal dari keturunan al-Abbas Bin Abdul Mutalib Bin Hasyim, paman Rasulullah s.a.w. Kata Abbasiyah adalah nisbah kepada al-Abbas sebagai asal keturunan dan nenek-moyang dari para khalifah Abbasiyah. Sebagaimana Rasulullah s.a.w., beliau berasal dari keturunan Hasyim, sehingga ia dapat dikatakan pula Bani Hasyim dari Suku Quraisy. Kekuasaan Bani Hasyim telah eksis lama sejak masa pra Islam, ketika keluarga ini menguasai Baitullah dan sentra-sentra perekonomian serta politik kesukuan di wilayah Arab Utara, khususnya Mekkah. Hasyim sendiri menjadi penguasa di Mekkah pada masa pra Islam (Jahiliyah), menguasai as-Siqayah dan ar-Rifadah di Ka’bah dan menjadi pemimpin bagi Suku Quraisy.
Pada masa kenabian Muhammad s.a.w., beliau telah menyampaikan khabar nubuwah, bahwa suatu ketika dari keturunannya (Bani Abbas) ada yang akan menerima estapeta kekhalifahan, sehingga setelah mendengar khabar tersebut Bani Abbas sangat mengharapkan tiba saatnya memimpin, meneruskan kekhilafahan Islam. Khabar nubuwah itu baru terwujud setelah setelah satu abad lebih, ketika pada tahun 132 H./750 M. Muhammad Bin Abdullah Bin Ali Bin Abdullah Bin Abbas berhasil menumpas Khalifah Muhammad Bin Marwan, menandai berakhirnya Daulah Bani Umayyah dan berdirinya Daulah Abbasiyah.
Nurul Hak2016-12-23T09:18:47Z2016-12-27T08:06:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23239This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/232392016-12-23T09:18:47ZKEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN
KEPUSTAKAAN ISLAM MASA AWAL ISLAM
(MasaKenabian, Sahabat dan Daulah Bani Umayyah di Syria)ntuk mengkaji sejarah kepustakaan dalam konteks Islam dapat
diawali dengan kajian perspektif historis kontekstual mengenai
kemunculan dan perkembangan kepustakaan dalam Islam. Ada tiga
tesis yang dapat dikembangkan untuk mengkaji sejarah kemunculan
dan perkembangan kepustakaan dalam Islam. Pertama, kepustakaan
Islam awalnya muncul (berawal) dari tradisi keilmuan Islam, meskipun
dalam perkembangannya mengadopsi tradisi keilmuan Yunani dan yang
lainnya. Kedua, kepustakaan Islam berkembang seiring dengan
perkembangan daulah dan masyarakat Islam.Dan ketiga, kepustakaan
Islam berkembang melalui difusi (diffusion) atau penyebaran dan
akulturasi pelbagai budaya; Arab, Persia, Greek (Yunani), Romawi dll.
Ketiga tesis ini berdasarkan pada fakta sejarah dan kebudayaan awal
Islam. Afzal Iqbal membagi dinamika kebudayaan awal Islam kepada
tiga gerakan; gerakan keagamaan (Islam), gerakan sejarah dan gerakan
filsafat.1 Gerakan pertama, yaitu keagamaan akan menjadi awal perbincangan
dalam kaitannya dengan tesis yang diajukan bahwa
kemunculan kepustakaan Islam berasal dari tradisi keagamaan Islam.
Dalam maknanya yang luas, ia juga merupakan bagian dari kebudayaan
dan peradaban Islam, sehingga kajiannya dari sisi historis tidak dapat
dipisahkan dari keduanyaNurul Hak2016-12-27T08:04:35Z2017-01-05T01:43:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23267This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/232672016-12-27T08:04:35ZREK0NSTRUKSI HISTORIOGRAFI ISLAMISASI DAN PENGGALIAN NILAI-NILAI AJARAN SUNAN KALIJAGAArtikel ini mengkaji Islamisasi, nilai-nilai agama Islam dalam konteks penyebar-luasannya dan nilai-nilai ajaran Sunan Kalijaga. Dalam kaitannya dengan Islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, penulis menganggap perlu merekonstruksi Isamisasinya tidak hanya dalam ruang lingkup Jawa, khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang menjadi objek penyebar-luasan agama Islam oleh Sunan Kalijaga. Tetapi Islamisasi itu cakupan dan hubungan regional bahkan dunia (internasional). Regonal yang dimaksud dalam konteks ini adalah Nusantara sebagai “ruang lingkup” perkembangan Islamisasi melalui jalur maritim di wilayah tersebut pada abad ke-15 dan 16 M. Sedangkan internasional adalah hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan yang terjadi selama abad tersebut.
Untuk mengelaborasi hal tersebut penulis menggunakan kerangka teori konteks dan difusi kebudyaan. Teori konteks terkait dengan bahasan mengenai kondisi-kondisi sosial-ekonomi dan politik di Nusantara pada abad ke-15 dan 16 M. Oleh karena itu, dalam artikel ini kondisi tersebut menjadi bahasan tersendiri. Sedangkan teori difusi kebudayaan untuk menjelaskan Islamisasi dan persebaran dari Nusantara ke wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah, tempat di mana Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam. Pendekatan yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan biografi, sejarah, dan sosial-budaya.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa meskipun Sunan Kalijaga itu melakukan proses Islamisasi di Pulau Jawa, namun pusat dari proses Islamisasi tersebut justru berada di Aceh melalui Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Islam Aceh Darussalam. Di samping itu, proses penyebar-luasan Islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga menghasilkan kulturalisasi Islam Nusantara, khususnya lagi Jawa yang bercirikan konvergensi, asimilasi, akulturasi dan sinkretisme antara Islam dan budaya lokal. Dari sinilah muncul nilai-nilai ajaran dakwah Sunan Kalijaga yang berkarakter local wisdom.
Kata kunci : Rekonstruksi, Islamisasi, Sunan Kalijaga, dan nilai-nilai ajarannya.Nurul Hak2016-12-27T08:18:53Z2017-01-05T01:45:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23268This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/232682016-12-27T08:18:53ZPROF.DR.H.M. ATHO MUDZHAR : SOSOK INTELEKTUAL-BIROKRAT
DIREKTUR PASCASARJANA IAIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (1999 – 2000)DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN AKADEMIK DAN BIROKRASIKepemimpinan Prof.Dr. Atho Mudzhar M.A. di IAIN (dulu, kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta memiliki peran dan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan IAIN menuju UIN Sunan Kalijaga. Sebagai pimpinan, beliau tidak hanya pernah memimpin IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (1996 – 2000), tetapi juga Direktur Program Pascasarjana di perguruan tinggi yang sama pada periode 1999 – 2000. Meskipun periode kepemimpinannya di Pascasarjana IAIN (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta berlangsung cukup singkat, hanya selama lebih kurang 1 tahun, namun peranan dan kontribusi beliau sebagai Direktur Pascasarjana IAIN Periode 1999 – 2000. Di antara hal yang paling menonjol dari peran dan kontribusinya adalah penataan administrasi-birokrasi dan pengembangan akademik. Dalam bidang administrasi-birokrasi, beliau sudah berpengalaman di Kemenag sebagai Kepala Balitbang dan Litbang, sehingga bagi kalangan yang telah mengenalnya, kemampuan dan kehandalannya dalam pengelolaan administrasi-birokrasi sudah tidak diragukan lagi. Namun demikian, selain di bidang administrasi-birorasi, beliau juga handal dan berpengalaman dalam pengembangan akademik. Selain pernah menjadi guru di Jakarta, beliau pun pernah mengajar di beberapa tempat berbeda, dan pernah menjadi rektor di beberapa universitas. Selain pernah menjadi rektor Medan, beliau pun pernah menjabat sebagai Rektor UIN Suanan Kalijaga selama satu periode (1996 – 2000).Nurul Hak2017-01-20T06:41:23Z2017-01-20T06:41:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23658This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/236582017-01-20T06:41:23ZASAL-USUL TRADISI KEILMUAN, PERADAN DAN HUBUNGAN TIMUR BARAT
DALAM KONTEKS PANDANGAN DUNIABahasan ini mengandung beberapa aspek dalam kaitannya dengan asal-usul keilmuan,
hubungan Timur-Barat sebagai jembatan peradaban buku dan kepustakaan Islam, seperti yang
terjadi pada masa klasik dan pertengahan, hubungan keilmuan dengan peradaban dalam konteks
tradisi keilmuan Timur dan Barat. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah dari manakah
asal-usul tradisi keilmuan itu berasal? Apakah Ia berasal dari Timur atau Barat? Bagaimana
hubungan Timur-Barat dalam kemunculan dan perkembangan tradisi keilmuan tersebut? Dan
bagaimanakah hubungan Timur-Barat itu berlangsung dalam konteks kemunculan,
perkembangan dan kemajuan .kepustakaan Islam serta peradaban Timur dan Barat?. Dalam
tradisi ilmu pengetahuan, Yunani yang merupakan representasi dunia Barat (Eropa), selalu
disebut-sebut sebagai pendiri tradisi filsafat, atau setidaknya latar-belakang dan asal-usul muncul
dan berkembangnya tradisi filsafat. Jika Yunani menjadi bangsa paling awal di dunia yang
mengawali tradisi filsafat, maka pertanyaaiinya adalah apakah sebelum Yunani tidak ada bangsa
lain yang mendahuluinya? Atau dari manakah bangsa Yunani mendapatkan pengetahuan
filsafatnya?Nurul Hak2017-02-03T02:01:40Z2017-02-03T02:01:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23874This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/238742017-02-03T02:01:40ZSEJARAH PERADABAN ISLAM
Rekayasa Sejarah Daulah Bani UmayyahDalam banyak karya sejarah Islam, baik karya
sejarah Islam klasik maupun modern, potret Daulat'l
Bani Umayyah hampir selalu buram dan menyandang
citra negatif. Beberapa contoh pencitraan negatif tersebut
rnisalnya sebutan dan stigma licik, perebut kekuasaan dari
Khalifah 'Ali Bin Abu Talib, pembangkit kernbali sistem
aristokrasi 'Arab Jahiliyah, sangat berorientasi kekuasaan
dan mengutamakan kepentingan keluarganya1 dari umat
Islam secara umum. Pencitraan negatif ini juga terjadi
pada khalifah-khalifah (raja-raja) yang memerintahnya,
seperti Mu'awiyah Bin Abu Sufyan {41-60 H./662-680 M.),
pendiri daulah ini. Beliau juga dianggap sebagai khalifah
(raja) yang bengis dan suka menggunakan cemeti atau
pedang dalam menyelesaikan urusannya.2 Pencitraan yang
lebih negatif lagi diberikan kepada putranya, Yazid Bin
Mu'awiyah (60-64 H./680-684 M.)1 yang dikatakan sebagai
seorang khalifah (raja) yang memperoleh kekuasaan
dengan penuh tipu muslihat, pemabuk/ suka minumminuman
keras, suka perempuan dan mengotori kota Madinah.3 Mu'awiyah Bin Yazid (64 H./684 M.) dicitrakan
sebagai seorang khalifah yang lemah dengan julukan
Abu Laila4 dan mati disebabkan terlalu banyak minum
arak. Marwan Bin Hakam 64-65 H./684-685 M.) dicitrakan
sebagai orang yang pertama kali menggunakan pedang
agar dibai'at oleh kelompok yang tidak menyukainya.
'Abdul Malik Bin Marwan (65-85 H./ 685-705 M.) dan AlWalid
Bin 'Abdul Malik Bin Marwan (86-96/706-715 M.)
disebut-sebut seorang yang sangat bengis, kejam, keras,
dan penganiaya.5 Sulaiman Bin Abdul Malik (96-99 H./
715 M.-718 M.) dijuluki suka makan banyak secara
berlebihan, bahkan konon dikatu.kan, beliau terbiasa
langsung makan sesudah bangun tidur. Yazid Bin 'Abdul
Malik (101-105 H./720-724 M.) dijuluki sangat suka
perempuan, termasuk hamba sahaya yang dibelinya.6
Hisham Bin 'Abdul Malik (105-125 H./724-743 M.) disebutsebut
sebagai seorang khalifah (raja) yang kasar, keras
kepala, kejam, suka mengumpulkan kekayaan dan suka
pacuan kuda, dengan menyatukan kudanya dan kuda
milik orang lain sampai terkumpul empat ribu kuda.7
Al-Walid Bin Yazid Bin 'Abdul Malik (125-126 H./743-744
M.), sebagaimana Yazid Bin Mu'awiyah, dituduh sebagai
seorang peminum, suka hura-hura, musik dan nyanyian.
Dialah khalifah (raja) yang pertama kali mengimpor
para musisi dan banyak artis dari luar negeri.8 Yazid Bin al-Walid (126 H./744-745 M.) dijuluki al-naqis (yang
kurang),karena dituduh suka memotong gaji bulanan
tentaranya. Yazid Bin al-Walid juga dikatakan sebagai
khalifah (raja) yang menganut paham Mu'tazilah dalam
persoalan Usul al-khamsah.9 Dari keseluruhan khalifah
(raja) Daulah Bani Umayyah hanya Khalifah Umar Bin
'Abdul'Aziz dan Marwan Bin Muhammad (127-132/745-
750 M.) yang dianggap baik dari para khalifah (raja) Daulah
Bani Umayyah, atau paling tidak tidak mendapatkan citra
negatif, berkebalikan dengan para khalifah yang lainnya.
Khalifah 'Umar Bin Abdul 'Aziz (99-101 H./718-720 M.)
bahkan mendapatkan julukan al-Khulafa al-Rashidun yang
ke-5, karena kesalehannya dan pemerintahannya yang
dianggap melanjutkan para sahabat nabi yang empat (a1-
al-Khulafa al-Rashidun) sebelumnya.Nurul Hak2017-02-03T02:10:43Z2017-02-03T02:10:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23876This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/238762017-02-03T02:10:43ZZUL QARNAIN, DAKWAH DAN PERADABAN:
KAJIAN SEJARAH DAKWAH PERSPEKTIF
TEKSTUAL DAN KONTEKSTUALAsbab al-nuzul ayat tentang Zul Qarnain datang dari ahl aiKitab
menguji kebenaran risalahnya sebagai rasul utusan
Tuhan. Sebagai cerita AI-Qur'an, sosok Zul Qarnain ada/ah
realitos historis mengenai seorang tokoh sebagai penegas
terhadap kebenaran kitab-kitab sebelumnya. Peristiwa
misterius di da/am a/-Qur'an seperti Zul Qarnain sebenarnya
memberikan ruang terhadap konseptua/isasi dan metodologi
kajfan sejarah dari pelbagi aspeknya. Makna terdalam dari .
cerita Zul Qarnain dalam ai-Qur'an adalah pandangan dunia
(worldview) dan falsafah kebudayaan dan peradaban yang dibangun dan dikembangkan oleh Zul. Qarnain yang
berwawasan humanistik-transendenta/ serta nilai-nilai etika
universalNurul Hak2017-03-22T01:59:20Z2017-03-22T01:59:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24264This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/242642017-03-22T01:59:20ZMenggali Potensi Masjid KampusMASJID Kampus (maskam).sering- '
kali tak tersentuh dalam proses· pengembangan
kampus dan pembinaan
SDM-nya. Keberadaannya di dalam kampus
hanya dipandang sebagai sarana peribadatan
bagi civitas akadernik .. Kecuali Peringatan Hari
Besar Islam (PHBI), khususnya bulari Ramadan,
maskarn nyaris tak ada gatmgnya. Maskam
juga sering terkesan eksklusif, karena jarang
melibatkan masyarakat sekitar kampus dalam
beroagai kegiatannya.Nurul Hak