Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T17:13:57ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2024-03-01T04:34:57Z2024-03-01T04:34:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64209This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/642092024-03-01T04:34:57ZKONSEP ECO-THEOLOGY WARGA WADAS, BENER, PURWOREJO, JAWA TENGAH: STUDI KASUS MUJAHADAH SEBAGAI MEDIA PENOLAKAN RENCANA TAMBANGSkripsi ini menjelaskan tentang Konsep Eco-Theology Warga Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah: Studi Kasus Mujahadah Sebagai Media Penolakan Rencana Tambang. Rencana penambangan batuan andesit yang akan dilaksanakan di Desa Wadas sebagai material pembangunan bendungan di Desa Bener mendapatkan penolakan. Penolakan yang dilakukan warga Wadas salah satunya dilakukan melalui media Mujahadah. Pertanyaan yang muncul yaitu bagaimana mujahadah mampu menjadi media penolakan rencana penambangan sebagai upaya penjagaan alam agar tetap lestari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berupa observasi lapangan dan wawancara dan menggunakan pendekatan Eco-Theology. Data yang didapatkan dalam penelitian ini akan dianalisis dan dinarasikan. Analisa dalam penelitian ini menggunakan teori Eco-Theology Seyyed Hossein Nasr. Hasil dari penelitian ini, yaitu bagaimana upaya penolakan rencana penambangan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wadas menggambarkan konsep Eco-Theology. Spiritualitas dan motivasi beragama masyarakat Desa Wadas yang ditunjukkan melalui Mujahadah sebagai media penolakan rencana penambangan. Spirit ini menunjukkan bahwa warga Desa Wadas memiliki kesadaran terhadap lingkungan yang memotivasi masyarakat untuk melakukan penolakan rencana penambangan. Nilai ini menggambarkan hubungan spiritual Manusia, Tuhan dan Alam yang saling menyatu.NIM.: 18105020002 Nurul Khorina Seci Vella2023-07-18T07:57:06Z2023-07-18T07:57:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59939This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/599392023-07-18T07:57:06ZPERAN GAME MOBILE LEGENDS DALAM MENCIPTAKAN KERUKUNAN BAGI KOMUNITAS PLAYERS MOBILE LEGENDS BANG BANG PERSPEKTIF TEORI WACANA FOUCAULTDalam penelitian ini penulis menganalisis bagaimana relasi dan interaksi yang menunjukkan kerukunan dalam dunia maya, khususnya adalah Game Mobile Legends Bang Bang. Dapat penulis diskripsikan, Mobile legends menjadi game MOBA terbaik dan terpopuler dan paling banyak digandrungi para gamers saat ini. Game Mobile Legends Bang Bang merupakan jenis Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) yang menampilkan modus pertempuran 5 vs 5 yang cukup seru dan menarik. Para pemain harus bekerja sama dengan baik untuk menghancurkan setiap turret lawan yang berda di tiga line. Dalam mengalisis hal tersebut, peneliti menggunakan kacamata dari wacana Foucault. Dengan teori relasi dan kuasa Foucault, peneliti menjawab bagaimana awal terbentuknya komunitas Mobile Legends dan bagaimana peran Mobile Legends serta wacana terbentuknya kerukunan dalam komunitas game Mobile Legends. Penulis menyimpulkan bahwa peran Mobile Legends dalam membentuk komunitas berasal dari seorang player yang bermain secara individu, Mobile Legends merupakan salah satu game online yang palingg digemari oleh masyarakat, khususnya dikalangan anak-anak hingga orang dewasa, bahkan mahasiswa sangat menyukai game yang sangat asyik dan menarik untuk dimainkan ini, karena kita bisa menentukan hero apa yang akan digunakan untuk melawan tim lawan. Bahkan kita juga dapat menentukan teman satu tim agar strategi yang diatur berjalan dengan indah dan rapi. Dari wacana Foucault tersebut peneliti beragumentasi ada dua hal yang mendasar dalam terciptanya kerukunan dalam komunitas Mobile Legends. Pertama, dari sisi kuasa pihak Mobile Legends memiliki kuasa penuh dalam mengatur serta membatasi para player Mobile Legends sehingga memberikan wacana kerukunan Beragama. Kedua, para player Mobile Legends dan para komunitasnya memiliki pengetahuan tentang pentingnya untuk rukun beragama. Jadi dalam hal ini peneliti memetakan kedalam diskursus wacana yaitu bagaiaman proses kuasa di dalam game dan wacana pengetahuan tentang kerukunan beragama yang didapat para player diluar game dan di prakterkan dalam lingkup komunitas Mobile Legends.NIM.: 18105020035 Suratun2023-05-30T02:43:10Z2023-05-30T02:43:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58947This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/589472023-05-30T02:43:10ZPENGILMUAN ISLAM KUNTOWIJOYO DALAM STUDI AGAMA-AGAMAStudi ilmu integralistik menjadi penting kita telaah bersama, mengingat pluralitas
masyarakat yang kian berkembang. Perkembangan realitas menjadi hal yang tidak
bisa dibendung oleh manusia. Keilmuan yang terkesan tersekat, menghasilkan
kerangka keilmuan yang parsial, cenderung berjalan sendiri, dan tidak saling
bertegur sapa, sehingga membentuk paradigma pemikiran yang kurang
komprehensif. Dalam hal ini konsep pengilmuan Islam Kuntowijoyo, menjadi salah
satu rumusan yang penting dalam dinamika perjalanan dan perkembangan keilmuan
integrative di Indonesia. Hal tersebut mendorong penulis menjadi tema inti
penelitian.
Penelitian dengan judul “Pengilmuan Islam Kuntowijoyo dalam Studi Agama-
Agama” bertujuan untuk mengaplikasikan teori Sientific Revolution Thomas Kuhn
tentang perkembangan ilmu pengetahuan untuk melihat dan menganalisan
kontribusi konsep Pengilmuan Islam Kuntowijoyo dalam disiplin studi agama.
Secara metodologis, penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif
dengan pendekatan filosofis-epistemologis, untuk menelaah kerangka keilmuan
integrative- konsep pengilmuan Islam Kuntowjoyo dengan model penelitian
Pustaka, dimana sumber data yang diteliti adalah karya-karya tulisan dari
Kuntowijoyo mengenai konsep pengilmuan Islam dan literatur jurnal ilmiah yang
sesuai dengan tema penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini bahwa, konsep pengilmuan Islam merupakan objek
material dari studi agama-agama. Pengilmuan Islam Kuntowijoyo menjadi basis
kerangka dasar bagaimana model epistemology, dan metodologis secara komparatif
dalam menyusun kerangka ilmu di ruang lingkup studi agama-agama. Selain itu,
pengilmuan Islam Kuntowijoyo menjadi perkembangan lanjut dari model ilmuilmu
sekuler dimana, pengilmuan Islam Kuntowijoyo menjadi revolutionary sains
dari teori sosial sekuler di Indonesia.NIM.: 16520017 Imaduddin Abdussalam2023-04-05T04:37:42Z2023-04-05T04:37:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57763This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/577632023-04-05T04:37:42ZSuara Lirih Komunitas Pesantren Merespon Perubahan Iklim: Studi Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo Bantul, Asy-Syarifiy Lumajang, dan Pondok Wali Sembilan TubanBanyak agama yang mempromosikan memainkan peran dalam mendukung pelestarian lingkungan (Boyd, 1984; Kinsley, 1994; Palmer dan Finlay, 2003) dan pembangunan berkelanjutan (Taylor 1995; White dan Tiongco, 1997; Belshaw, dkk. 2001). Hanya saja, walau agama diyakini memiliki kekuatan moral dan etika untuk melestarikan lingkungan, dan menopang pembangunan berkelanjutan, tetapi pada kenyataannya kerusakan lingkungan banyak dilakukan oleh orang-orang beragama, sehingga muncul anggapan bahwa agama merupakan sumber dari krisis ekologi. Adanya gap antara idealitas agama pada satu sisi dan prilaku orang-orang beragama terhadap alam pada sisi yang lain mendorong munculnya anggapan bahwa melibatkan agama dalam upanya konservasi tidak selalu mudah, terutama untuk mengimplementasikan nilai-nilai moral dan etika agama ke dalam tindakan.Ahmad SALEHUDIN2023-04-05T04:36:39Z2023-04-05T04:36:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57760This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/577602023-04-05T04:36:39ZGlobalisasi Gaya Hidup, Imajinasi Kebangsaan, dan Komodifikasi Agama: Studi atas Komunitas Hijrah di Yogyakarta dan Jember Jawa TimurKeberagamaan komunitas hijrah generasi milenal merupakan menifestasi dari berubahnya keberagamaan, bukan karena mengalami kontekstualisasi, tetapi adanya budaya dan nilai-nilai baru yang mempengaruhi pemahaman mereka terhadap agama. Globalisasi telah memicu terjadinya semangat untuk melakukan redefinisi dan diferensiasi cara beragama. Dinamika keagamaan komunitas hijrah tersebut untuk “mencari kepastian moral, pengayaan spiritual, dan identitas yang saleh”, setelah mengalami goncangan kemantapan identitas keagamaan karena banjir bandang globalisasi. Oleh karena itu, komunitas hijrah di kalangan masyarakat maupun artis patut mendapat pendampinganAhmad SALEHUDIN2023-03-06T01:18:06Z2023-03-06T01:18:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56833This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568332023-03-06T01:18:06ZANALISIS WACANA KRITIS PADA INTOLERANSI MELALUI MULTIKULTURALISME DALAM KAMPANYE #INDONESIA RUMAH BERSAMAFenomena politisasi agama dan identitas serta ujaran kebencian telah menyebar di berbagai media sosial. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan INFID telah ditemukan kata ―kafir‖ sebanyak 5.173. Kata tersebut dalam ditemukan misalnya di media @hizbuttahiririd (jumlah anggota 4.300), @salamdakwah (13.600), @salafyways (4.200), @jalananlurus (586), dan @forumkajianislamcikampek (115). Hal ini beriringan dengan pesatnya teknologi. Keadaan ini mengerakkan jaringan GUSDRian untuk ikut serta dalam menyebarkan narasi kebaikan di media sosial. Penelitian yang berjudul ―Analisis Wacana Kritis pada Intoleransi Melalui Multikulturalisme dalam Kampanye Indonesia Rumah Bersama‖ memiliki tujuan bagaimana multikulturalisme dalam kampanye diwacanakan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan objek penelitian kampanye #Indonesia Rumah Bersama. Sedangkan metode pengambilan datanya menggunakan wawancara dan dokumentasi pada teks yang dimuat di media sosial Jaringan GUSDURian untuk dijadikan sumber data primer, sementara data skunder diambil dari pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough yang menggunakan tiga dimensi, yaitu: dimensi mikrostruktural, mesostruktural, dan makrostruktural.
Temuan dalam penlitian ini, dalam struktur teks wacana tentang multikuturalisme dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berada dalam Jaringan GUSDURian dan nilai-nilai keragaman yang ada di Indonesia. Penelitian ini juga menemukan bahwa multikulturalisme yang di angkat Jaringan GUSDURian. Memberikan efek yang dapat dilihat melalui situasional, institusional, dan sosial. Pada level situasional, kampanye ini lahir pada situasi pilgup 2017 di jakarta. Pada level institusional, kampanye ini hadir bersamaan dengan kesadaran penggerak Jaringan GUSDURian untuk mewarnai media sosial. Sedangkan pada level sosial, berkenaan dengan kontek berkembangnya politisasi agama dan identititas untuk kepentingan politikNIM.: 17105020024 Abdul Azisurrohman2023-03-01T04:27:26Z2023-03-01T04:30:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56754This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567542023-03-01T04:27:26ZKONVERSI AGAMA PARA MUALAF DARI KRISTEN KE ISLAM
DI MUALAF CENTER YOGYAKARTASkripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Konversi Agama Para Mualaf Dari Kristen ke Islam di Mualaf Center Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga persoalan. Pertama, proses terjadinya konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Kedua, faktor-faktor yang mendorong proses konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Ketiga, tipe konversi agama yang mendorong proses terjadinya konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data, dan pencocokan data. Dengan melakukan penelitian melalui wawancara beberapa subjek yang berkaitan dengan konversi agama di Mualaf Center Yogyakarta dan mengamati situasi dan kondisi lapangan. Subjek penelitian ini adalah para mualaf binaan, pembina yayasan, dan para pembimbing mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Teori yang digunakan untuk menghubungkan fenomena konversi agama ini ialah teori dari Zakiah Daradjat antara lain fase terjadinya konversi agama, faktor-faktor yang mendorong konversi agama, dan tipe konversi agama.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar para mualaf melewati lima fase dalam peristiwa konversi agama antara lain masa tenang, masa ketidaktenangan, masa konversi, masa tentram, dan masa ekspresi konversi. sedangkan faktor-faktor pendorong yang berbeda-beda antara satu mualaf dengan mualaf lainnya meliputi pertentangan batin, hubungan dengan tradisi agama, seruan dan sugesti, emosi, dan kemauan. Dari hasil wawancara tersebut maka penulis dapat menyimpulkan tipe konversi agama yang dialami oleh para mualaf adalah perubahan secara bertahap atau perubahan secara drastis.NIM.: 18105020024 Annisa Khusnul Putri Agus Alhafidz2023-03-01T03:24:37Z2023-03-01T03:24:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56749This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567492023-03-01T03:24:37ZPANDANGAN UMAT ISLAM TERHADAP SAKRALITAS PENANGGALAN JAWA DALAM PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN DI DESA KEMUDO, KECAMATAN PRAMBANAN, KABUPATEN KLATENSalah satu bentuk tradisi yang masih ada di Indonesia tepatnya di pulau Jawa yaitu mengenai sistem pananggalan tradisional. Pada kalangan masyarakat Jawa sistem penaggalan tradisional berupa Wariga dan Pakuwon, yang pada masa Islam dikenal juga dengan berbagai jenis Primbon. Mengenai sistem penaggalan tradisional ini sering pula diterapkan dalam penentuan hari baik dan buruk yang dikaitkan dengan peramalan untuk berbagai tujuan dan kegiatan dalam masyarakat Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Agama terhadap kesakralan penanggalan Jawa dan mengetahui pandangan umat Islam terhadap kesakralan penanggalan Jawa dalam penentuan waktu pernikahan di Desa Kemudo.
Jenis penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan menggunakan pendekatan Sosiologi Agama. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yankni dengan metode observasi untuk mengetahui bagaimana proses kegiatan budaya penentuan waktu pernikahan kemudian wawancara langsung dengan informan yang mana dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tokoh, pengurus masjid , pemerintahan Desa Kemudo, serta beberapa dokumentasi. Dalam penelitian ini juga mencakup empat proses, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi dan budaya tersebut, terutama dilihat dari tujuan dan tatacara melakukan ritus-nya, jelaslah bahwa semua itu tidak sesuai dengan Islam. Namun dalam pelaksanaannya umat muslim Jawa tidak meninggalkan kewajibannya sebagai umat Islam. Penentuan tanggal nikah menurut prosedur Jawa bukan berarti mereka tidak percaya dengan kebesaran Tuhan, hal ini dikarenakan hal tersebut telah menjadi tradisi turun temurun dan sebagian masyarakat masih mempercayai adanya hari baik jika mengikuti tradisi tersebu dan masyarakat memandang baik tentang penentuan waktu pernikahan menggunakan penanggalan Jawa. Masyarakat mempercayai adanya penggunaan penanggalan Jawa dalam menentukan waktu pernikahan.NIM.: 18105020064 Mutmainna2023-03-01T03:00:19Z2023-03-01T03:00:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56748This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567482023-03-01T03:00:19ZPERAN AGAMA DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA MAHASISWA PECINTA ALAM UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (MAPALASKA)Problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Problem berarti hal belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan permasalahan. Setiap manusia pasti akan menemukan masalah atau problematika dalam hidupnya, baik dari lingkungan keluarga, pertemanan atau perkuliahan. Begitu juga mahasiswa yang aktif pada setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM ) yang berada di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. UKM merupaka merupakan wadah bagi mahasiswa yang menjadi tempat berhimpunnya dengan kesamaan minat, hobi, kegiatan dan kreatifitas. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika yang dialamai oleh mahasiswa dan bagaimana peran agama dalam mengatasi problematika tersebut. Penelitian ini dilakukan pada UKM mahasiswa pecinta alam UIN Sunan Kalijaga (Mapalaska). UKM ini berfokus kepada hal-hal yang berkaitan dengan kealaman.
Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan penelitian, observasi guna menentukan obyek pelaku dalam penelitian secara langsung, dan dokumentasi. Setelah diperoleh dilakukan teknik analisis data dan penarikan kesimpulan menggunakan teori zakiyah Daradjat dan Abraham Maslow.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pertama, problematika yang dialami oleh mahasiswa adalah terkait mengenai tidak terpenuhinya kebutuhan psycal needs seperti kesuliatan dalam keuangan sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Safety needs beberapa informan mengatakan bahwa mereka memiliki masalah pada perkuliahan, tidak nyaman pada sebuah lingkungan yang menyebabkan kekhawatiran. Social needs para informan kesulitan dalam bersosialisai dengan orang-orang dan lebih menutup diri serta tidak terpenuhinya kebutuhan kasih sayang. Self actualization mereka tidak dapat mengaktualisasikan diri atau mengembangkan diri dikarenakan masi banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan. Kedua, Peran agama dalam mengatasi problematika tersebut adalah agama sebagai bimbingan hidup, informan mengatakan agama sudah diajarkan dari kecil sampai dewasa mereka masi menjalankan itu. agama sangat berperan penting dalam menolong kesukaran seperti ketika dihadapkan oleh permasalah-permasalah kuliah, keluarga atau sosial informan mengatakan ia menjadi lebih dekat dengan Allah, seperti lebih taat menjalankan sholat, berdoa dan memasrahkan segalara urusan kepada Allah. Agama menenangkan batin sedang ada masalah mereka lebih banyak baca al Qur‟an, berdoa dan berdzikir kepada Allah untuk memperoleh ketenangan batin.NIM.: 18105020058 Munirotul Hamdaniyah2023-03-01T02:50:31Z2023-03-01T02:50:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56747This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567472023-03-01T02:50:31ZPERAN KEBERAGAMAAN DALAM MENGATASI
FEAR OF MISSING OUT DI MEDIA SOSIAL
STUDI KASUS MAHASISWA STUDI AGAMAAGAMA
UIN SUNAN KALIJAGA 2018Fear of Missing Out dalam media sosial merupakan rasa kecemasan atau
kehawatiran di saat seseorang memiliki pengalaman yang berharga yang tidak
dapat ditinggalkan karena adanya dorongan untuk tetap terhubung dengan orang
lain di media sosial dan dapat dicirikan dengan adanya kecenderungan agar tetap
terhubung dengan orang lain di media sosial. Mahasiswa termasuk pengguna
terbanyak dalam mengakses media sosial pada saat ini, dan salah satunya
mahasiswa prodi Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga tahun 2018 yang
memiliki kecenderungan terhadap media sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research yang
menggunakan metode kualitatif deksriptif menggunakan data primer dari
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun pendekatan yang peneliti
gunakan adalah dengan menggunakan pendekatan Psikologi Agama serta pisau
analisis menggunakan teori dari ilmuwan yang bernama C. G Jung mengenai
faktor individuasi dan arketip. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
bentuk Fear of Missing Out serta menjawab dua rumusan masalah dalam
penelitian, yaitu:1) Bagaimana fenomena FoMO yang dialami mahasiswa Studi
Agama-agama UIN Sunan Kalijaga 2018. 2) Bagaimana peran keberagamaan
dalam mengatasi FoMO (Fear of Missing Out) di Media Sosial Studi Kasus pada
mahasiswa Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga 2018.
Hasil penelitian ini menggambarkan sebagian mahasiswa Studi Agama-agama
UIN Sunan Kalijaga yang mengalami Fear of Missing Out terhadap media sosial.
Pada nyatanya dampak yang dihasilkan oleh mahasiswa Studi Agama-agama
menunjukan adanya adiksi dalam bermedia sosial dan rasa iri atas pencapain
orang lain dari media sosial. Kemudian menjadikan agama berperan sebagai solusi
dalam mengatasi Fear of Missing Out yakni dengan perlunya rasa bersyukur
terhadap pencapaian hidup dan meningkatkan kualiatas beribadah dengan sholat
dan berdo’a.NIM.: 18105020056 Sabrina Zahra Afifanisa2023-03-01T02:45:44Z2023-03-01T02:45:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56741This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567412023-03-01T02:45:44ZKONVERSI AGAMA PARA MUALAF DARI KRISTEN KE ISLAM
DI MUALAF CENTER YOGYAKARTASkripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Konversi Agama Para Mualaf Dari Kristen ke Islam di Mualaf Center Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga persoalan. Pertama, proses terjadinya konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Kedua, faktor-faktor yang mendorong proses konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Ketiga, tipe konversi agama yang mendorong proses terjadinya konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data, dan pencocokan data. Dengan melakukan penelitian melalui wawancara beberapa subjek yang berkaitan dengan konversi agama di Mualaf Center Yogyakarta dan mengamati situasi dan kondisi lapangan. Subjek penelitian ini adalah para mualaf binaan, pembina yayasan, dan para pembimbing mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Teori yang digunakan untuk menghubungkan fenomena konversi agama ini ialah teori dari Zakiah Daradjat antara lain fase terjadinya konversi agama, faktor-faktor yang mendorong konversi agama, dan tipe konversi agama.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar para mualaf melewati lima fase dalam peristiwa konversi agama antara lain masa tenang, masa ketidaktenangan, masa konversi, masa tentram, dan masa ekspresi konversi. sedangkan faktor-faktor pendorong yang berbeda-beda antara satu mualaf dengan mualaf lainnya meliputi pertentangan batin, hubungan dengan tradisi agama, seruan dan sugesti, emosi, dan kemauan. Dari hasil wawancara tersebut maka penulis dapat menyimpulkan tipe konversi agama yang dialami oleh para mualaf adalah perubahan secara bertahap atau perubahan secara drastis.NIM.: 18105020024 Annisa Khusnul Putri Agus Alhafidz2023-03-01T01:58:50Z2023-03-01T01:58:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56740This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567402023-03-01T01:58:50ZPERAN KIAI KAMPOENG DALAM MEMBANGUN BINA DAMAI
(Studi Analisis Kiai Kampoeng di Desa Panagan Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep)Kiai Kampoeng merupakan komponen keagamaan yang paling berperan dalam membangun Binadamai di Desa Panagan Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep. Kehidupan kiai akan sangat erat sekali hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan dimasyarakat, salah satunya yang penting adalah mengenai pengembangan budaya islam dimasyarakat. Peran dan pengaruh kiai Kampoeng dalam membangun binadamai juga menjadi patokan besarnya sumbangsih kiai Kampoeng dalam kehidupan masyarakat. Membangun binadamai menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam kerukukan, oleh sebat itu peran dan pengaruh kiai Kampoeng untuk menyatukan masyarakat agar tidak ada perbedaan yang membuat perpecahan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Fiel research) dengan beberapa rumusan masalah yakni Bagaimana pengaruh kiai Kampoeng dalam bina damai di Desa Panagan kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep serta Mengapa peran kiai Kampoeng berpengaruh besar dalam membangun bina damai. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pemerolehan sumber data dari data primer (secara langsung) data tersebut merupakan hasil dari field research (penelitian lapangan) serta kajian literature lainnya yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun metode pengumpulan data yaitu dengan interview, observasi dan dokumentasi. Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan pendekatan sosiologi serta pisau analisis teori dari Max Weber tentang Karismatik. Dan juga analisis konflik yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau keadaan dalam kehidupan masyarakat di Desa Panagan Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep.
Hasil penelitian ini yaitu, menemukan dua hal berikut ini : pertama, kiai Kampoeng membangun peran sosialnya pada aspek-aspek sosial keagamaan. pada aspek ini, kiai Kampoeng memerankan diri sebagai orang tau masyarakat yang membina kehidupan sosial harmoni sesuai dengan tuntutan norma keagamaan, hal ini tanpa pengeloaan perbedaan madzhab (Syi’ah, Sunni), konflik personal, keluarga maupun tindakan-tindakan patologi masyarakat. Kedua, Kiai memiliki pengerauh dan peran yang kuat dalam masyarakat, selain karena kiai Kampoeng hidup dalam ruang kultur agraris yang komunal, juga di topang oleh pengetahuan keagamaan, nasab dan Geniologi keilmuan kiai Kampoeng yang tersambung dengan sanad keilmuan pesantren tertentu yang di hormati di Madura.NIM.: 18105020018 Ainur Khalis2023-03-01T01:54:53Z2023-03-01T01:54:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56739This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567392023-03-01T01:54:53ZKEMATANGAN BERAGAMA LANSIA LKS-LU (LEMBAGA
KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA) MADANIA YOGYAKARTAFungsi keluarga yang hilang sebagai pihak yang bertanggung jawab pada lansia
membuat institusi mulai mengambil alih fungsi yang telah ditinggalkan oleh keluarga. Panti
merupakan salah satu institusi yang menjadi pilihan dan solusi atas perubahan sosial tadi.
Perubahan fungsi keluarga yang diambil oleh panti juga berdampak pada keberagamaan
lansia sendiri. Sebab banyak panti yang hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan fisik dan
masih kurang memperhatikan aspek keberagamaan lansia yang ada di panti tersebut. Faktor
ini yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian terkait kematangan
beragama lansia di LKS-LU (Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia) Madania.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan
metode kualitatif dan pendekatan penelitian Psikologi Agama. Adapun pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara wawancara, dan observasi, kemudian
menggunakan metode Triangulasi sebagai cara untuk menganalisis data serta menggunakan
teori kematangan beragama William James untuk mengukur tingkat kematangan beragama
lansia di panti..
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Lansia LKS-LU Madania ditinjau dari
teori kematangan beragama William James adalah para lansia adalah individu yang matang
keagamaannya dibuktikan dengan mereka mampu menghubungkan diri dengan Tuhan
secara baik, ini terindikasi dengan melihat para lansia mampu merasakan bahwa mereka
selalu tersambung hati dan pikiran mereka dengan Tuhan. Dengan melihat perilaku mereka
yang selalu melahirkan kedamaian, ketenangan batin yang mendalam, terhindar dari
keburukan-keburukan hidup dan selalu berpikiran positif. Mereka mampu menyerahkan
dirinya dengan Tuhan, sehingga mereka memaknai hidup dengan luas dan positif dengan
melihat perilaku mereka ketika menghadapi permasalahan, mereka menyelesaikannya
dengan cara menyerahkan segalanya kembali ke Alloh disertai usaha yang sudah maksimal
untuk menyelesaikan masalah. Mereka adalah individu yang mampu memasrahkan diri
kepada Tuhan yang kemudian muncul perasaan anugerah berupa rasa bahagia dan
kebebasan pada diri mereka. Rasa bahagia dan kebebasan mereka diaplikasikan dengan
sikap mereka yang selalu menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri mereka.
Terakhir perubahan emosi ke arah cinta dan harmoni Lansia LKS-LU Madania termasuk
dalam kategori orang yang matang agamanya karena mereka terbebas dari rasa benci,
permusuhan, iri, dengki, dan sikap-sikap yang tidak menguntungkan bagi diri sendiriNIM.: 18105020016 Agus Muhammad Fatih Umam Hidayatulloh2023-02-28T06:10:35Z2023-02-28T06:10:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56711This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567112023-02-28T06:10:35ZMAKNA ZIARAH MAKAM SUNAN PANDANARAN BAGI PEZIARAH KATOLIK JAWAZiarah secara umum merupakan suatu aktifitas yang sudah banyak dilakukan hampir oleh semua orang. Setidaknya masyarakat pernah melaksanakan ziarah untuk mengunjungi makam kerabat mereka yang sudah meninggal atau seseorang tokoh yang dianggap penting dalam masyarakat seperti halnya mengunjungi makam Sunan Pandanaran yang ada di daerah Bayat, Klaten. Namun uniknya ialah di makam Sunan Pandanaran yang terkenal sebagai makam ulama Islam yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di daerah tersebut, ada orang di luar kepercayaan Islam yang menziarahi makam ini. Diantara kepercayaan lain di luar Islam yang berziarah ke makam Sunan Pandanaran ialah orang Katolik. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui makna peziarahan yang dilakukan oleh peziarah Katolik ke makam Sunan Pandanaran, Bayat, Klaten, padahal secara pandangan teologis tentu berbeda dengan peziarah Islam dan sosok Sunan Pandanaran sendiri.
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan data melalui data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang didapatkan secara langsung dari informan untuk menghasilkan data yang benar-benar teruji dan bisa dipertanggungjawabkan keabsahannnya. Untuk memperoleh data primer akan dilakukan interview secara langsung kepada beberapa pihak terkait yakni peziarah beragama Katolik, juru kunci dan Kepala Desa Paseban selaku pelindung makam Sunan Pandanaran. Sedangkan data sekunder ialah data yang didapatkan melalui berbagai sumber literatur dari berbagai penelusuran sesuai dengan kajian maupun luar kajian untuk membantu dan mendukung dalam proses pengolahan data dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teori simbol dari Victor Turner sebagai alat untuk menganalisis temuan.
Temuan penelitian ini antara lain, dapat disimpulkan bahwa ziarah ke makam Sunan Pandanaran dapat dilihat dari beragamnya praktek ziarah yang ada seperti peziarahan secara umum melalui doa, ziarah menggunakan kemenyan dan bunga, adanya puncak ziarah tahunan melalui tradisi nyadran dan haul Sunan Pandanaran, ziarah dengan jalur tirakat, dan ziarah yang dilakukan oleh umat lintas iman khususnya agama Katolik. Sementara aktivitas ziarah di makam Sunan Pandanaran yang dilakukan oleh umat Katolik mempunyai tiga makna berdasarkan teori simbol Victor Turner. Dari dimensi eksegetik atau penafsiran yang diberikan oleh informan terhadap pertanyaan yang diajukan dengan makna sosok Sunan Pandanaran sebagai leluhur, simbol pemersatu masyarakat, berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, objek wisata religi, dan tempat tirakat. Selanjutnya dimensi operasional yang mengarah pada apa yang tampak di depan peneliti (observasi) yang memberikan makna berdoa dan menikmati suasana makam. Terakhir dimensi posisional atau kaitannya dengan simbol lain memberi makna kerukunan dan kebersamaan.NIM.: 18105020009 Irfan Agung Prakoso2023-02-28T01:44:13Z2023-02-28T01:44:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56686This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/566862023-02-28T01:44:13ZPersembahan Sebagai Ketentuan Tuhan
(Studi Kasus Makna Pemberian Persepuluhan Atas Kerohanian Gereja Sidang Jemaat Allah, Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarrukma, Papringan, Yogyakarta)Secara historis persepuluhan adalah praktek penyisihan penghasilan yang berupa hasil panen dari kebun maupun hewan ternak yang kemudian diberikan kepada raja atau orang yang mempunyai jabatan tinggi. Di GKJ Ambarrukma persembahan persepuluhan merupakan bagian dari persembahan yakni dengan memberikan bagian sepersepuluh dari hasil dan milik jemaat. Hasil panen atau kerja dibagi 90% menjadi milik dari seseorang dan 10% menjadi milik Tuhan. Persepuluhan bukanlah suatu yang baru bagi kalangan gereja masa kini, melainkan telah diajarkan secara turun temurun, baik dalam gereja maupun luar gereja. Penelitian ini secara khusus menyoroti makna dan implementasi pemberian persembahan persepuluhan di GKJ Ambarrukma. Penelitian ini ingin melihat bagaimana makna persepuluhan dan implementasinya di Gereja Kristen Jawa Ambarrukma. Hal ini menarik untuk diteliti mengingat perasaan cinta dan sikap kagum terhadap Yang Kudus sangat sulit dirasakan, karenanya membelanjakan harta di jalan agama bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan.
Untuk mengetahui makna dan konsep persembahan persepuluhan dalam melakukan implementasi di lingkungan sekitar dan secara khusus di GKJ Ambarrukma, maka penelitian ini menggunakan hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis dan metode yang digunakan adalah data deskriptif analisis. Deskripsi membahas bagaimana makna dan konsep persembahan persepuluhan di GKJ Ambarrukma dengan menggunakan indikator pemahaman dan aksi yang dilakukan oleh jemaat GKJ Ambarrukma, selain itu juga akan membahas profil GKJ Ambarrukma dan kegiatan-kegiatan yang telah atau sedang dilaksanakan. Analisisnya termasuk bagaimana implementasi dari pemahaman dan aksi yang dilakukan oleh jemaat GKJ Ambarrukma dalam menjaga kesejahtaraan masyarakat dengan menggunakan teori Yang Sakral dan Yang Profan dan terakhir untuk menganalisis sejauh mana keberhasilan implementasi itu dilakukan. Hasil dari penelitian ini pertama, makna pemberian persepuluhan menurut jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarrukma ialah pemberian yang didasari dari ucapan syukur secara pribadi kepada Tuhan. Persepuluhan merupakan suatu perintah Tuhan dan kewajiban bagi setiap jemaat untuk mengembalikan apa yang menjadi milik Tuhan. Dengan memberikan persembahan persepuluhan merupakan cara bagi jemaat GKJ Ambarrukma untuk merespon pekerjaan Tuhan karna sudah mendapatkan anugrah, maka jemaat GKJ Ambarrukma mengekspresikan syukurnya dengan menyalurkan persembahan persepuluhan kepada orang asing. Kedua, pelaksanaan dan pendistribusian persembahan persepuluhan merupakan suatu bentuk implementasi dari rasa syukur dan karunia Tuhan kepada sesama manusia khususnya kepada orang-orang yang lebih membutuhkan seperti orang asing, orang miskin, dan janda, tanpa melihat suku, ras, dan agama. Tindakan-tindakan tersebut dapat berupa bantuan materi maupun non-materi. Dalam GKJ Ambarrukma persembahan persepuluhan dikelola oleh Majelis Gereja, lalu didistribusikan ke pelayanan komisi gereja, untuk kepentingan jemaat dan warga yang membutuhkan, terutama di lingkungan sekitar GKJ Ambarrukma. Adapun bentuk pendistribusiannya dapat berupa layanan pendidikan, beasiswa, layanan kesehatan, diakonian, dll.NIM.: 16520007 Bimo Rajendra Firzatullah2023-02-24T06:09:55Z2023-02-24T06:09:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56511This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565112023-02-24T06:09:55ZMAKNA UPAWASA DALAM UMAT HINDU DI PURA JAGATNATA BANGUNTAPAN BANTULDalam keyakinan umat Hindu di Pura Jagatnata, upawasa dimaknai
sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Upaya tersebut harus
dibarengi dengan langkah atau cara khusus agar dapat mencapainya dengan benar.
Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian ini secara khusus akan menyoroti
dua hal pokok, yang pertama adalah bagaimana bentuk, praktik pelaksanaan dan
pemaknaan upawasa itu sendiri dan implementasinya bagi Umat Hindu di Pura
Jagatnata.
Untuk mengetahui makna puasa dan bagaimana implementasi bagi
masyarakat Hindu di Pura Jagatnata, maka penelitian ini menggunakan hasil dari
wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian
dengan menggunakan data kualitatif dan pendekatan sosiologis. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif-analisis. Deskripsi membahas bagaimana
kondisi umat Hindu yang ada di Pura Jagatnata Banguntapan dan praktik
pelaksanaan peribadatannya secara khusus pelaksanaan upawasa. Analisisnya
pada ranah bagaimana umat Hindu di Pura Jagatnata memaknai upawasa dalam
bingkai sakral dan profan. Termasuk juga bagaimana implementasi dari
pelaksanaan upawasa bagi kehidupan dan terakhir untuk menganalisis sejauh
mana dampak yang dirasakan oleh umat Hindu di Pura Jagatnata setelah
melaksanakan upawasa.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa upawasa adalah ritual yang
penting bagi umat Hindu di Pura Jagatnata Banguntapan, mereka sangat
mengandalkan upawasa sebagai media untuk menuju kedekatan diri dengan
Tuhan. Selain itu, pemaknaan ‘sakral’ akan upawasa itu sendiri menjadi salah
satu kunci penSting dalam proses menuju Tuhan. Penelitian ini juga menunjukan
bahwa upawasa memberikan dampak positif pada kehidupan sehari-hari umat
Hindu di Pura Jagatnata. Dampak yang mereka rasakan bukan hanya pada
spiritualitas saja melainkan terdapat dampak positif lain seperti; menjadikan
pribadi lebih sabar dalam menghadapi berbagai cobaan, memberi pengaruh
signifikan terhadap kekuatan fisik dan batin, memberi kesempatan kepada organ
tubuh untuk beristirahat, sebagai sarana memelihara kesehatan fisik, mental
maupun jiwa dan sebagai sarana penyucian diri dan penebusan dosa.NIM.: 17105020020 Ach Wildan Zuhri Ilmy Jawahir2023-02-24T06:09:50Z2023-02-24T06:09:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56510This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565102023-02-24T06:09:50ZPERUBAHAN SAKRAL KE PROFAN PADA TRADISI REBO WEKASAN DI DESA SUCI MANYAR GRESIKRebo wekasan atau Arba Mustakmir adalah Rabu terakhir di bulan safar, yang dikenal sebagai hari sial dan penuh musibah. Karena pada Rabu terakhir Bulan Safar, Allah menurunkan 320.000 macam bala’ satu malam, maka pada hari itu masyarakat Suci biasanya memperbanyak sholat hajat atau sholat sunnah mutlak, memanjatkan Do’a kepada Allah dan Tasyakuran agar terhindar dari bala’ atau musibah. Dalam perkembangannyan Tradisi Rebo Wekasan mengalami perubahan dari sakral ke profan, perubahannya terjadi mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Maka dengan ini terdapat dua fokus yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu pertama, apa yang mendasari perubahan Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci Manyar Gresik. Kedua, Bagaimana peran penting dari perubahan Rebo Wekasan bagi kehidupan sosial masyarakat di Desa Suci Manyar Gresik.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dengan menggunakan teori Mircea Eliade. Eliade mengemukakan tentang sakral dan profan, sakral adalah wilayah yang supernatural, sesuatu yang ekstraordinasi, tidak mudah dilupakan dan sangat penting. Karena yang sakral adalah tempat dimana segala keteraturan dan kesempurnaan berada, tempat berdiamnya roh para leluhur, dan dewa dewi. Sedangkan yang profan merupakan bidang kehidupan sehari-hari, yaitu hal-hal yang dilakukan secara teratur, acak, dan tidak terlalu penting, yang profan itu mudah hilang dan terlupakan, dan bersifat biasa-biasa saja.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Desa Suci Manyar Gresik, yang mendasari perubahan tradisi tersebut karena banyaknya pengunjung yang datang setiap tahunnya, untuk mengambil air dan mengikuti kegiatan yang ada dalam Tradisi Rebo Wekasan, seperti ritual dan hiburan pasar malam. Momen tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian Desa, karena semakin banyak pedagang yang berjualan di Acara Tradisi Rebo Wekasan, semakin banyak juga pendapatan pemerintah Desa Suci. Tradisi Rebo Wekasan juga sebagai media silaturahmi untuk sanak keluarga masyarakat Desa Suci.NIM.: 17105020033 Muhammad Muwaffiq Sururi2023-02-24T06:09:43Z2023-02-24T06:09:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56512This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565122023-02-24T06:09:43ZKOMPARASI PENAFSIRAN AYAT ALQUR’AN DAN AYAT ALKITAB TENTANG KISAH PENYEMBELIHAN PUTRA IBRAHIM MENURUT QURAISH SHIHAB DAN MATTHEW HENRYStudi dalam skripsi ini membahas tentang kisah penyembelihan putra Ibrahim dalam Al-Quran dan Alkitab menurut perspektif Quraish Shihab dan Matthew Henry. Ibrahim merupakan sosok bapak yang dikenal oleh tiga agama samawi, yakni Islam, Yahudi dan Nasrani. Dari keturunan Ishaq lahirlah Nabi Musa dan Isa sedangkan dari keturunan Ismail lahirlah Nabi Muhammad, maka tidak heran bila Al-Quran dan Alkitab pun menjelaskan kisah penyembelihan putra Ibrahim. Penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana kisah penyembelihan putra Ibrahim menurut Al-Quran dan Alkitab. Penelitian ini juga berusaha menjelaskan persamaan dan perbedaan penafsiran yang dilakukan oleh Quraish Shihab dan Matthew Henry tentang kisah penyembelihan putra Ibrahim menurut Al-Qur’an dan Alkitab.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau Library Research. Adapun metode yang diambil dalam penelitian ini adalah metode riset komparatif atau metode untuk mengupas perbandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam hal ini penulis menggunakan metode riset komparatif dari dua kitab tafsir yakni tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab dan tafsir Alkitab karya Matthew Henry. Metode tersebut penulis gunakan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan keduanya terhadap ayat-ayat kisah tentang penyembelihan putra Ibrahim dalam Al-Qur’an dan Alkitab.
Adapun hasil penelitian, penemuan yang diperoleh berdasarkan penelitian yakni pertama, kisah penyembelihan putra Ibrahim menurut Al-Qur’an menjelaskan bahwa setelah Ibrahim sekian lama berpisah dengan Hajar, mereka akhirnya berkumpul kembali Ibrahim kemudian bermimpi bahwa Allah memerintahkan kepadanya agar menyembelih Ismail. Maka perintah ini disampaikan kepada Ismail dan Ismail menyetujui apa yang dikatakan oleh Allah melalui ayahnya. Sedangkan menurut Alkitab, Ibrahim tetap tinggal bersama Sarah dan Ishak, sehingga Ibrahim menerima ujian dari Tuhan untuk menyembelih anak satu-satunya yang disayangi, yaitu Ishak, sebagai kurban bakaran ditanah Moria. Adapun persamaannya yaitu Ibrahim atau Abraham sama-sama diperintah oleh Allah untuk menyembelih putranya. Kedua, adapun perbedaan penafsiran antara Quraish Shihab dan Matthew Henry yaitu sosok putra yang disembelih dalam Al-Qur’an menurut perspektif Quraish Shihab yakni Ismail. Sedangkan dalam Alkitab menurut perspektif Matthew Henry yakni Ishak. Adapun persamaannya yaitu keduanya sama-sama menjelaskan ketaatan dan keikhlasan Ibrahim dalam menjalankan perintah Tuhan untuk menyembelih putranya.NIM.: 17105020066 Ananda Hidayatulloh2023-02-24T06:08:32Z2023-02-24T06:08:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56525This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565252023-02-24T06:08:32ZMANUSIA SEMPURNA MENURUT KONFUSIUS DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTASManusia merupakan makhluk unik dan sempurna melebihi ciptaan lainnya di bumi ini. Pembahasan mengenai esensi, hakikat, serta kesempurnaan manusia menjadi penelitian yang berlangsung hingga kini. Kaitannya dengan manusia modern sekarang ini yang dihadapkan dengan problematika modern yang pada umumnya menegasikan unsur agama dari kehidupan yang melahirkan berbagai krisis spiritual dan kemanusiaan. Ketika manusia tidak berpegang pada prinsip dan ajaran yang benar, maka kegamangan terhadap identitas dirinya sebagai manusia semakin tidak jelas dan mengalami kebingungan. Konfusius dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengkonsepsikan kesempurnaan manusia dengan jalannya masing-masing. Pada tokoh pertama menjelaskan bahwa menjadi Chun Tzu berarti menjadi manusia bijak dan baik, sedangkan pada tokoh kedua mendudukan konsep Insan Kamil atau Insan Kulli sebagai perlambangan manusia sempurna dengan akhlak ketuhanan yang melekat pada dirinya.
Penelitian ini merujuk kepada sumber primer dari karya penting kedua tokoh Konfusius dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan sumber sekunder yang berkaitan dengan pembahasan manusia sempurna kedua tokoh di atas. Jenis penelitian ini adalah library research dan dianalasis, diinterpretasi kemudian dikomparasikan data-data yang diperoleh.
Hasil analisis dari konsep manusia sempurna Konfusius dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah bahwa pada tokoh pertama Chun Tzu menjadi perlambangan manusia sempurna dengan tercapai dan terbentuknya etika individu (Xi, Zhi, Yi dan Li) dan sosial (Jen, Wu Lun dan Cheng Ming). Pada tokoh kedua Insan Kamil atau Insan Kulli menjadi konsep kesempurnaan manusia yang dicapai melalui pengetahuan dirinya yang merupakan makhluk dua dimensi: material dan spiritual. Terbentuknya dengan etika keutamaan yang bersumber pada asma-asma Allah yang membumi pada diri manusia melalui akhlak dan integrasi antara akhlak dan perbuatan dalam bentuk adab yang menyeluruh menjadikan manusia yang baik kepada Tuhannya dan sesama manusia. Konfusius menjelaskan manusia beresensi pada Jen yaitu memanusiakan manusia dengan sebaik mungkin sedangkan Al-Attas fitrah atau asal mula kejadian manusia menjadi titik balik penting untuk mengingatkan manusia akan kesejatiannya sebagai hamba Tuhan dan makhluk spiritual.NIM.: 18105020067 Ashila Akbar Fauzan Syukroni2023-02-21T07:38:23Z2023-02-21T07:38:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56494This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/564942023-02-21T07:38:23ZMOTIF SOSIAL KEBERAGAMAAN PENGIKUT KAJIAN “DARLINGAN” DI KAFE MAIN MAIN BANGUNTAPAN BANTULDarlingan adalah pengajian membahas tema ngaji tassawuf yang bertempat di Kafe Main-main Banguntapan Bantul Yogyakarta. kajian ini berisikan Khataman Al-Quran, Sholawatan Mahalul Qiyam (Syaikh Umar Al-Bantani) serta Sholawat Simtudduror (Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi), ngaji kitab Bidayatul Hidayah (Imam Al-Ghazali). Di tengah arus modernitas yang kian marak, arus informasi yang membabi buta dan banyaknya pengajian-pengajian formal keagamaan justru tidak cukup menjawab kebutuhan spiritual dan pengetahuan agama. Hal demikian menjadi problematika serius hidup di zaman seperti sekarang ini. Menjadi penting, agama dibumikan dan hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat, tidak terbatas pada rutinitas formal keagamaan yang dilakukan di Masjid. Berdasarkan hal demikian, peneliti tertarik untuk meneliti motif sosial serta perilaku sosial dalam melakukan suatu tindakan.
Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan cara wawancara kepada pihak penyelenggara ataupun yang terkait, dokumentasi dan obeservasi agar penelitian dapat mengetahui realitas lapangan yang terjadi sesungguhnya. Sedangkan analisis data ysng telah diteliti lakukan untuk mendapat hasil yang lebih komplek atau komplet. Peneliti menggunakan teori motif sosial Sherif dan Tindakan Sosial Max Weber.
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti, berdasarkan pendekatan teori motif sosial Sherif dan Tindakan Sosial Max Weber, peneliti menemukan banyak kategori atau variasi pengikut kajian yang hanya datang diantaranya, adalah pengikut kajian yang awalnya datang karena kajian ini dilaksanakan di kafe sehingga menjadi menarik, ada juga mengikuti hanya sekedar mendengar Sholawatan, dan ada pula yang dikarekan ajakan teman untuk mengikuti kajian. Motif lainnya pada diri pengikut kajian melalui anggapan dari para pengikut kajian yang menemukan ketenangan dalam mengikuti kajian Daringan. Kajian Darlingan dijadikan sebagai media untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW.NIM.: 17105020008 Gusti Maulana Rozi2023-02-21T07:34:55Z2023-02-21T07:34:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56503This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565032023-02-21T07:34:55ZSAKRALITAS POSI’ ARRIANG PERSPEKTIF MASYARAKAT MANDAR DI KELURAHAN PAPPANG KABUPATEN POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT (ANALISIS TEORI MIRCEA ELIADE)Penelitian ini mengenai sebuah tradisi unik yang ada di Mandar yaitu
Sakralitas Posi’ Arriang Presfektif Masyarakat Mandar Di Kelurahan Pappang
Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat (Analasis Teori Mircea Eliade).
Penelitian dilakukan untuk mengungkap sakralitas-sakralitas apa saja yang ada
pada tradisi Posi’ Arriang tersebut. Adapun yang melatar belakangi penelitian ini
berasal dari fenomena masyarakat yang dalam setiap sendi kehidupannya masih
sangat kental dengan hal-hal mistis dan sakral, salah satu kepercayaan yang
sekiranya menarik untuk penulis teliti ialah tradisi Posi’ Arriang yang dipandang
sebagai unsur yang masih sangat sakral dan dipercayai mengandung unsur mistis
tertentu. Berdasarkan hal tersebut peneliti kemudian merumusakan dua hal
permasalahan yaitu, bagaimana sakralitas Posi’ Arriang menurut masyarakat
Mnadar di Kelurahan Pappang dan bagaimana akulturasi antara agama Islam
dengan fenomena Posi’ Arriang yang ada pada kehidupan masyrakat Mandar.
Penelitian ini bersifat kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui
observasi langsung di lapangan, observasi ini dilakukan dengan cara berkunjung
langsung kerumah-rumah masyarakat yang menjadi pelaku kebudayaan agar dapat
mengamati langsung bentuk perilaku masyarakat pengaruh dari sakralitas Posi’
Arriang. setelah observasi peneliti akan melakukan proses wawancara, sebuah
metode untuk mendapatkan data melalui proses tanya jawab kepada orang-orang
yang memiliki kapasitas untuk memberi informasi terkait objek yang diteliti guna
mendapatkan data yang akurat sesuai dengan yang diharapkan. Setelah kedua
langkah di atas peneliti kemudian melakukan metode ketiga yaitu dokumentasi
guna memperkuat data yang telah dikumpulkan, dokumentasi berupa pemotretan
aktifitas selama penelitian di lapangan dengan tujuan sebagai bukti kevalidtan
data ini dilakukan kepada narasumber yang telah diwawancarai dan juga berupa
foto-foto yang berkaitan dengan objek penelitian seperti foto Posi’ Arriang. selain
ketiga teknik pengumpulan data di atas peneliti kemudian memerlukan landasan
teori yang bertujuan membahas permasalahan dengan landasan teori yang jelas.
Teori yang digunakan pada penelitian adalah teori Sakralitas dari Mircea Eliade
sebagai pisau analisis selama melakukan penelitian.
Pada penelitian menemukan bahwa Sakralitas Posi Arriang menurut
Masyarkat Mandar yaitu suatu Boyang Mandar akan memiliki satu titik pusat
yang dinamakan Posi’ Arriang karena manusia akan berusaha hidup sedekat
mungkin dengan pusat dunia yang memiliki poros ketingkatan zona kosmik untuk
menjalin komunikasi dengan Tuhan. Inilah mengapa Posi’ Arriang kemudian di
sakralkan karena segala bentuk sesuatu yang ada pada Posi’ Arriang merupakan
manifestasi dari realitas yang suci. Akulturasi Islam pada objek penelitian terdapat
dalam proses ritual Mabaca-baca pada Posi’ Arriang itu sendiri. Selain itu, setelah
masyarakat memeluk Islam membuat setiap ritual-ritual yang dilakukan di Posi’
Arriang tetap berlansdakan kepada Allah Swt serta Nabi dan Rosul-nya sehingga
disertai proses melafalkan doa memohon keberkahan dan keselamatan serta
pembacaan barazanji.NIM.: 17105020004 Dirham Asese2023-02-21T07:31:41Z2023-02-21T07:31:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56502This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565022023-02-21T07:31:41ZPERAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA RANTING DESA JUWET DALAM MENANAMKAN NILAI - NILAI KEISLAMAN PADA MASYARAKAT SEKITAR SITUS GENDINGAN di NGANJUKPenelitian ini mengenai “Peran Tokoh Nahdlatul Ulama Dalam Menanamkan Nilai - Nilai Keislaman Pada Masyarakat Di Sekitar Situs Gendingan di Nganjuk”. Tujuan dalam penelitian untuk mengetahui bagaimana peran tokoh Nahdlatul Ulama dalam menanamkan nilai-nilai keislaman pada masyarakat di sekitar Situs Gendingan dan bagaimana nilai-nilai keislaman dapat tertanam pada masyarakat di sekitar Situs Gendingan.
Penelitian dilakukan atas latar belakang modernitas kaitannya dengan kondisi sosial masyarakat yang cenderung menunjukkan keterlepasan (masyarakat) dari tatanan nilai-nilai, termasuk nilai agama dan sosial, sebagai pedoman dasar setiap masyarakat dalam menjalani kehidupan. Semakin rendahnya keterikatan masyarakat terhadap tatanan atau sistem nilai tertentu sangat memungkinkan munculnya sikap-sikap yang tidak berwawasan sosial, sosial keagamaan dan merugikan pihak lain, sehingga menghambat terciptanya solidaritas dan kesejahteraan hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi, serta pemilihan narasumber sebagaimana kualifikasi yang ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Gendingan mempunyai implikasi terhadap masyarakat, hal tersebut beragam dan keragaman tersebut didasari oleh pengalaman empiris yang dialami masing-masing masyarakat akibat keberadaan mitos, mistis Situs Gendingan di tengah-tengah mereka. Hasil berikutnya menunjukkan bahwa eksistensi mitos situs Gendingan berimplikasi terhadap munculnya perilaku-perilaku baik dan buruk masyarakat Desa Juwet. Kegiatan atau upaya dari para Tokoh Nahdlatul Ulama dan para kyai menjadikan Situs Gendingan sebagai pusat kegiatan sosial keagamaan mempunyai dampak untuk perilaku masyarakat, hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan kepatuhan masyarakat terhadap situs Gendingan sebagai warisan nenek moyang dan bagian dari para leluhur masyarakat desa Juwet.NIM.: 17105020003 Moh. Nurfadila Zubaidah2023-01-16T07:55:35Z2023-01-16T07:55:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55582This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/555822023-01-16T07:55:35ZRESILIENSI PENGANUT KHONGHUCU PADA RITUAL SEMBAHYANG DI ERA COVID-19 (2020-2021)
(STUDI KASUS KELENTENG PONCOWINATAN YOGYAKARTA)Covid-19 di Wuhan China serta merebaknya ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, sehingga pada Maret 2020 WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa penyebaran virus Covid-19 sebagai kesehatan global, secara serempak ada dalam situasi tanggap darurat. Di Indonesia, kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang dikeluarkan oleh pemerintah menitikberatkan pada pencegahan penularan di tengah-tengah masyarakat. Pada April 2020 diberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga selang tiga bulan mulai adanya kebijakan new normal. Dampak yang diakibatkan oleh Covid-19 salah satunya pada sektor agama, yaitu dibatasinya kerumunan dalam melakukan ritual sembahyang, seperti yang terjadi di Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta. Skripsi ini mengkaji resiliensi penganut Khonghucu pada ritual sembahyang di era Covid-19. Fokus penelitian ini adalah: (1) bagaimana dampak Covid-19 pada ritual sembahyang umat Khonghucu di Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta, dan (2) bagaimana resiliensi penganut Khonghucu pada ritual sembahyang serta langkah yang dilakukan oleh umat Khonghucu dalam menyikapi Covid-19 di Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta.
Skripsi ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori dimensi agama dari Ninian Smart digunakan untuk menganalisis ritual sembahyang umat Khonghucu di Kelenteng Poncowinatan dan teori resiliensi dari Edith H Grotberg dan Reivich & Shatte digunakan untuk menganalisis resiliensi penganut Khonghucu pada ritual sembahyang di era Covid-19.
Hasil dari penelitian ini adalah: pertama, terhambatnya kegiatan yang biasanya dilakukan di kelenteng Poncowinatan Yogyakarta, seperti pada ritual sembahyang umat Khonghucu. Sepi, itulah kata yang menggambarkan Kelenteng Poncowinatan saat pandemi karena mengikuti peraturan pemerintah yang menganjurkan untuk ditutupnya tempat ibadah. Dan kedua, umat Khonghucu tetap melaksanakan ritual sembahyang, akan tetapi tidak di Kelenteng Poncowinatan melainkan di rumah masing-masing. Kemampuan resiliensi individu tidak terlepas dari dukungan para keluarga, teman, tetangga serta kolega.NIM.: 15520035 Sitti Anisatur Rofiah2022-11-16T07:49:43Z2022-11-16T07:49:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54994This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549942022-11-16T07:49:43ZRELIGIUSITAS MASYARAKAT DIFABEL
DI DESA WONOKERTO, KECAMATAN TURI, KABUPATEN SLEMANKemampuan yang berbeda membawa hambatan-hambatan pada kehidupan difabel terutama dalam hal keagamaan. Walaupun kemampuan yang berbeda dapat diatasi dengan alat bantu untuk menjalani aktivitas keagamaan, akan tetapi hal ini bisa membuktikan apakah mereka religius (total) dalam menjalankan agamanya. Hal ini yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih dalam terkait keberagamaan mereka, apakah dengan keterbatas yang mereka miliki dapat menghambat mereka dalam urusan keberagamaan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan, dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan penelitian Psikologi Agama. adapaun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan wawancara, dan observasi, kemjdian menggunakan metode Analitis Deskriptif sebagai cara untuk menganalisis data menggunakan teori dimensi keagamaan Charles Y. Glock dan Rodney Stark.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas ditunjukkan dengan yakin dan percaya terhadap eksistensi Tuhan, ajaran-ajaran agama, dan doktrin-doktrin agama sebagai sebuah pondasi hidup agar tidak keluar dari jalur yang semestinya. Religiusitas terbentuk melalui berbagai pengalaman keagamaan dalam hidupnya, yang memberikan ia pengentahuan serta wawasan tentang agama, yang membawa ia pada sikap yang toleran dan terbuka pada semua fakta, berfikir terbuka dan dogmatis. Individu yang religius dalam beragama memiliki padangan hidup yang kompleks dan realistis. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat difabel Desa Wonokerto telah memiliki religiusitas dalam beragama yang cukup dilihat dari sikap meyakini dan percaya terhadap agama, memiliki wawasan tentang keagamaan, melaksanakan peribadatan dengan taat dan khusu, memiliki perasaan damai ketika bersentuhan dengan agama, dan mampu menselaraskan nilai dan moral yang diajarkan oleh agama kedalam kehidupan sehari-hari. Selain itu mereka juga memiliki motivasi keagamaan yang kuat, serta rasa empati dan toleransi yang tinggi, dan juga hendak mendedikasikan diri mereka untuk kebaikan dan memberikan manfaat bagi manusia.NIM.: 17105020037 Muhammad Nashrul Abdillah2022-11-15T02:16:22Z2022-11-15T02:16:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54953This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549532022-11-15T02:16:22ZPENGARUH AJARAN WEWARAH TUJUH TERHADAP ETOS KERJA PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA
(Studi Kasus: Penghayat Sapta Darma Di Sanggar Candi Sapta Rengga Yogyakarta)Indoensia merupakan salah satu negara yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari berbagai hal seperti, ragam bahasa, budaya, adat istiadat, agama, bahkan aliran-aliran kepercayaan pun ada di negara Indonesia ini. Yogyakarta salah satu provinsi yang masih begitu kental dengan keragaman Budayanya, tidak jarang banyak festival-festival yang di selenggarakan di berbagai sudut kota Yogyakarta. Sebagai salah satu pusat pendidikan, kota Yogyakarta juga sering kali di datangi oleh orang-orang di luar kota bahkan di luar pulau hanya untuk mencari ilmu. Di tengah tengah kemajemukan di Indonesia khusus nya di Yogyakarta, ada sebuah kepercayaan yang mereka menyebutnya dengan sebutan Sapta Darma. Sapta berarti tujuh (7) sedangkan Darma berarti kewajiban suci. Bisa disimpulkan bahwa kepercayaan Sapta Darma ini memiliki tujuh kewajiban atau tujuh ajaran yang misti di jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu kewajiban kepada Tuhan, kepada Negara, kepada masyarakat ataupun kepada diri sendiri. Kewajiban tersebut dinamakan wewarah tujuh atau jika dalam bahasa Jawa wewarah pitu. Selain dari wewarah tujuh ada juga ajaran ajaran dalam Sapta Darma lainnya, seperti sujud, racut, simbol pribadi manusia, dan juga Sesanti.
Selanjutnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan datanya yaitu dengan metode, observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Selain itu penulis juga mengambil beberapa sumber dari buku ataupun tulisan yang relevan dengan penulisan ini. Penelitian yang dilakukan penulis ini dimaksudkan menjelaskan relasi bagaimana ajaran-ajaran yang sudah di kemukakan diatas dalam membentuk sebuah tindakan baik itu tindakan tradisional, tindakan afektif, tindakan berorientasi nilai ataupun tindakan berorientasi tujuan,. Selain itu penulis merinci bagaimana pengaruh dari ajaran wewarah tujuh Sapta darma terhadap etos kerja nya penganutnya. Dengan menggunakan teori yang di kemukakan oleh Webber. weber berfokus pada pengaruh keyakinan agama terhadap melakukan sebuah tindakan.
Sehingga dihasilkan kesimpulan bahwa, pada dasarnya setiap warga Sapta Darma memiliki varian dalam menjalankan kewajiban nya. Dalam pandangan mereka ajaran wewarah tujuh ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan, karena di dalamnya mengandung nilai-nilai ketuhanan, bernegara, bekerja, dan juga berhubungan sosial. Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari sudah selayaknya seorang warga melakukan sebuah pekerjaan dalam rangka mencukupi segala kebutuhan sehari-harinya, kemudian dalam pandangan warga Sapta Darma kerja merupakan sesuatu yang sangat penting karena dalam pandangan mereka bekerja sama pentimgnya dengan beribadah. Oleh karena itu ketika mereka bekerja, mereka akan senantiasa melakukan yang terbaik. Kemudian dari ajaran wewarah tujuh ini membentuk seseorang dalam hal keimnanan warga Sapta Darma yang kemudian mempengaruhi apa yang dikerjakan oleh warga Sapta Darma.NIM.: 18105020029 Muhamad Ridwan2022-11-15T02:15:16Z2022-11-15T02:15:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54952This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549522022-11-15T02:15:16ZREPRESENTASI EMANSIPASI PEREMPUAN DALAM KISAH RAMAYANA
(Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Sinetron Ram Siya
Ke Luv Kush)Keadaan perempuan saat ini sudah lebih baik dibandingkan dengan zaman dahulu. Mereka sudah tidak di bawah tekanan kaum laki-laki lagi. Saat ini perempuan sudah bisa bersekolah, bekerja di luar rumah, memilih apapun yang mereka sukai, hingga berkarir tinggi. Demi terwujudnya pencapaian itu, perempuan bersatu dan saling memotivasi dalam perjuangan meraih hak-hak dan kebebasan yang layak. Hal tersebut merupakan emansipasi yang dilakukan kaum perempuan untuk mendapat hak-hak dan kehormatan yang selayaknya didapatkan oleh kaum perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana emansipasi perempuan direpresentasikan dalam serial TV yang diadaptasi dari mitologi Hindu Ramayana, Ram Siya Ke Luv Kush. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengulas manifestasi-manifestasi ketimpangan gender yang terdapat di dalamnya, serta keterkaitannya dengan budaya patriarki, realitas di masyarakat dan pandangan agama Hindu.
Penelitian ini menggunakan perspektif cultural studies dan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan Gender. Data yang didapatkan adalah dengan mengobservasi dan mendokumentasi adegan-adegan serta dialog dalam sinetron Ram Siya Ke Luv Kush yang kemudian dielaborasi menggunakan teori analisis Semiotika Roland Barthes untuk menemukan tanda-tanda dan mengklasifikasikannya ke dalam denotasi, konotasi dan mitos. Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya representasi emansipasi perempuan dan manifestasi ketimpangan gender dalam sinetron Ram Siya Ke Luv Kush.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agama Hindu menghormati perempuan karena mereka memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam kitab Manawa Dharmasastra kedudukan perempuan setara dengan laki-laki yang mana dalam Teologi Hindu disebut Ardhanareswari atau simbol Tuhan setengah laki-laki dan setengah perempuan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa masyarakat India masih menganut sistem kasta, sistem patriarki dan adanya standar perempuan ideal di masyarakat India. Berdasarkan analisis sinetron Ram Siya Ke Luv Kush, perempuan digambarkan sebagai korban dari konstruksi masyarakat yang mana dalam hal ini berkaitan dengan tradisi masyarakat yang kental di India. Perempuan seakan tidak mempunyai otoritas atas dirinya sendiri dan kebebasan mereka dibatasi oleh sistem patriarki. Konstruksi peran sebagai ‘perempuan’ dipandang sebagai kodrat yang harus dipenuhi, akibatnya perempuan menjadi korban diskriminasi gender. Hal itu membuat Sita sebagai tokoh utama dan para perempuan lainnya melakukan emansipasi demi memperjuangkan hak-hak perempuan. Sinetron ini menampilkan para perempuan yang berhasil menyampaikan aspirasinya.NIM.: 18105020046 Esy Noviana Kurniawan2022-11-14T07:18:07Z2022-11-14T07:18:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54951This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549512022-11-14T07:18:07ZKERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA:
Studi Tentang Interaksi Sosial Umat Islam dan Komunitas Konghucu di Kelurahan Cokrodiningratan Kecamatan Jetis YogyakartaBerangkat dari keingin tahuan peneliti yang begitu besar tentang kerukunan umat beragama di kelurahan Cokrodiningratan dengan mayoritas umat muslim, tetapi terdapat Klenteng Tjen Ling Kiong Tua berada di tengah-tengah Kota menghadap ke selatan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan beberapa rumusan masalah yakni bagaimana pemahaman masyarakat tentang kerukunan beragama, serta bagaimana terjadinya kerukunan antar umat beragama seperti pemeluk Konghucu dan pemeluk Islam. Diikuti dengan beberapa tujuan penelitian yaitu agar mengetahui pemahaman masyarakat tentang hidup rukun berdampingan, dan juga untuk mengetahui bagaimana penyebab terjadinya kerukunan antar pemeluk agama yakni Konghucu dan Islam di Kelurahan Cokrodiningratan Kecamatan Jetis Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pemerolehan sumber data dari data primer (secara langsung) yang mana data tersebut merupakan hasil dari field research (penelitian lapangan) serta kajian literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun metode pengumpulan data yaitu dengan interview, observasi dan dokumentasi. Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan pendekatan sosiologi serta pisau analisis teori fungsional struktural perspektif Talcott Parsons yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau keadaan kerukunan masyarakat di kelurahan Cokrodiningratan Kecamatan Jetis Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini yaitu, yang pertama: adanya landasan ajaran dari masing-masing agama yang mengajarkan tentang rasa saling mengasihi dan menghormati antar umat beragama, adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Jawa seperti: etika, prinsip rukun dan prinsip hormat, tingkat pendidikan dan perekonomian masyarakat yang berada dalam kalangan menengah keatas, dan adanya undang-undang yang menjamin kemerdekaan penduduk untuk memeluk agama masing-masing, demi terciptanya masyarakat yang hidup dalam kerukunan sebagaimana tergambar dari kegotong royongan mereka ketika menjenguk orang sakit, melayat, menghadiri acara pernikahan, kelahiran bayi, dan sebagainya. Kedua, mereka menerapkan ajaran-ajaran agama dan etika atau kaidah dasar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari pertanyaan perayaan hari besar agama Islam dan agama Konghucu di Kelurahan Cokrodiningratan tanpa membedakan agama (adaptation). Adanya rasa patuh yang diberikan masyarakat kepada pemimpin yang berbeda agama, menunjukkan adanya sikap tunduk demi mencapai tujuan bersama (goal attainment). Dengan adanya pembauran satu dengan lainnya, maka masyarakat dapat meminimalisir terjadinya konflik antar umat beragama (integration). Meskipun mereka melebur, tetapi dalam diri masing-masing tetap ada sesuatu yang dipertahankan dalam dirinya (lattentpattern maintenence) yaitu prinsip agama yang diyakini dan norma budaya.NIM.: 18105020071 Ach Nufil2022-11-14T03:47:04Z2022-11-14T03:47:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55043This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/550432022-11-14T03:47:04ZISLAM DALAM ADAT KAWIA
(Studi Atas Upacara Pernikahan Adat Suku Moronene di Desa Tangkeno Kec. Kabaena Tengah, Kab. Bombana)Penelitian ini mengkaji tentang Islam dalam adat kawia. Adat kawia merupakan tradisi pernikahan dalam masyarakat Moronene di Pulau Kabaena. Pernikahan adalah upacara penyatuan dua orang dalam ikatan yang diresmikan oleh norma-norma agama, adat, hukum, dan sosial. Keberadaan berbagai kelompok etnis, agama, budaya, dan kelas sosial memunculkan berbagai upacara pernikahan tradisional. Pernikahan adalah fase penting dalam kehidupan yang dilalui manusia yang bernilai sakral. Pokok permasalahan skripsi ini adalah apa makna simbol dalam adat kawia, dan bagaimana proses aklturasi Islam dalam adat kawia di desa Tangkeno Kec. Kabaena Tengah, Kab. Bombana, Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologis. Data diperoleh dari penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif yang berarti mencari abstraksi yang ditata secara khusus dari data yang diperoleh dan dikelompokkan bersama-bersama melalui pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan teori liminalitas Victor Turner.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan adat kawia di desa Tangkeno terdiri dari podioha ninyapi (pelamaran), potangkia/pompetukanaiha (membawa bahan makanan dan penanyaan), dan lumanga (penyerahan mahar adat/benda adat). Benda-benda adat yang dianggap sakral dan merupakan syarat utama dalam adat kawia adalah sawu (sarung), duku (nyiru), kerambau (Kerbau), kaci (kain kafan) dan empe (tikar). Akulturasi Islam dalam adat kawia membawa beberapa perubahan dari beberapa aspek yaitu penetapan mahar dalam pernikahan dan menciptakan tradisi adat baru yaitu adat Rumpantole (adat dipersingkat).NIM.: 15520030 Ayatullah Bangun2022-11-11T02:21:45Z2022-11-11T02:21:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54887This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/548872022-11-11T02:21:45ZMAKNA SIMBOL SPIRITUAL DALAM SENI
PERTUNJUKAN MEMELUK BADAI KARYA TEATER
ESKA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTASeni pertunjukan Memeluk Badai yang mengangkat gagasan tentang
perjalanan manusia menuju Tuhannya dengan nafsu manusia yaitu Amarah,
Lawwamah, dan Muthmainah sebagai proses dan laku spiritual untuk mencapai
manusia yang Insan Kamil. Yang dimaknai sebagai spirit transformasi berbasis
pada kesadaran diri. Seni pertunjukan Memeluk Badai merupakan sebuah seni
pertunjukan yang dipentaskan oleh teater ESKA yang kental akan nilai-nilai
religius. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa makna
simbol spiritual dan seni Islam dalam seni pertunjukan Memeluk Badai.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis lapangan (field
research), dan menggunakan sumber data berupa hasil wawancara dokumentasi,
serta tinjauan literatur. Penelitian ini mengolah data dengan metode deskriptif dan
analisis. Serta menggunakan teori Sayyed Hossein Nasr tentang spiritualitas dan
seni Islam. Seni Islam adalah buah dari spiritualitas Islam dilihat dari sudut pandang
asal kejadiannya dan sebagai sebuah bantuan, yang memperlengkapi dan membantu
kehidupan spiritual dari titik realitas yang menguntungkan atau kembali kesumber.
Dan spiritualitas berkaitan dengan kata ruh yang berarti spirit atau makna.
Spritualitas menunjuk pada hal-hal batin atau dimensi interioritas Islam dimana
sumber spiritualitas Islam ada dua, yakni wahyu Ilahi atau realitas haqai’q dan
barakah Muhammadiyah.
Hasil penelitian ini menunjukan: pertama seperti yang dikatakan Nasr
sumber dan tujuan terciptanya seni pertunjukan Memeluk Badai berfungsi untuk
mengalirkan realitas batin Islam menjadi spiritual yang bersifat transenden. Hal itu
tercermin dari proses manusia yang mengendalikan nafsunya. Kedua simbol
spiritual dalam seni pertunjukan Memeluk Badai divisualkan melalui tata ruang
panggung, gerakan atau tarian, dan dialog. Menempuh jalan sufisme yang dilalui
melahirkan semangat pembebasan (liberasi) dan transformasi dari berbagai
belenggu, hegemoni, dominasi dan tipu daya duniawi sabagai manifestasi dari
perilaku insan kamil. Simbol artistik seni pertunjukan ini menggambarkan
keterkaitan antara manusia, alam, dan Tuhan (hablumminallah, hablumminannas,
dan hablumminalalam) sebagai pancaran realitas Ilahi. Setelah manusia mampu
melakukan perjalanan (suluk), manusia sebagai wujud sentral di alam semesta yang
dia pahami secara sempurna, maka dia pun mampu melampaui eksistensinya dan
pada akhirnya mencapai derajat manusia insan kamil.NIM.: 16520048 Feby Ricky Ferdiansyah2022-10-19T02:16:09Z2022-10-19T02:16:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54316This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543162022-10-19T02:16:09ZRITUAL MASYARAKAT BANYUURIP KECAMATAN PANCUR KABUPATEN REMBANG DALAM MEMBANGUNSetiap makhluk hidup memiliki peran sendiri-sendiri dalam menjadikan
dirinya bermanfaat.Seperti halnya manusia yang mampu memberikan manfaat
pada tumbuhan dengan merawat dan menjaganya, begitu juga tumbuhan yang
mampu memberikan sumber pangan sebagai keberlangsungan hidup
manusia.Hubungan timbal balik ini tertuang dalam ritual ambengan pohon durian
di Desa Banyuurip yang masih lestari sampai sekarang. Sebagai titipan nenek
moyang yang harus dilestarikan dan dijadikan sebuah pijakan, bahwa manusia dan
alam merupakan sebuah kesatuan makhluk hidup yang memiliki norma dan nilai
dalam menjaga keseimbangan tatanan kehidupan di bumi. Ketergantungan
masyarakat Banyuurip terhadap tradisi ambengan pohon bisa dikatakan sulit
dihilangkan, meskipun muncul banyak kebudayaan baru.Karena di dalamnya
tersirat harapan-harapan dan alasan keselamatan dan kegagalan dalam bertani.
Sederhananya, ritual tersebut merupakan bagian dari doa manusia kepada Tuhan
dengan harapan dapat terkabul dan terealisasikan melalui buah durian.
Penelitian ini bersifat penelitian lapangan dengan mengambil studi ritual
ambengan pohon durian di Desa Banyuurip Kecamatan Pancur Kabupaten
Rembang.Metode dalam penelitian ini ialah pendekatan budaya dengan
menggunakan sumber primer observasi atau mendatangi tempat tradisi tersebut
dan wawancara mendalam dan dokumentasi. Sumber lain yang digunakan yaitu
buku, jurnal dan beberapa artikel bebas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan bagaimana ritual ambengan pohon yang masih tetap eksis dan
menjadi rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat Banyuurip.
Hasil dari penelitian ini memperoleh beberapa jawaban, pertama selain
sebagai warisan dari nenek moyang ritual ambengan pohon durian dilaksanakan
juga sesuai dengan masyarakat yang masih mengamini sesuatu yang sakral atau
ghaib. Kedua masih tergolong masyarakat primitif yang percaya berdoa dan
mendekatkan diri dengan Tuhan bisa dilakukan di mana saja, termasuk di ladang
dan sawah. Ketiga terbentuknya relasi antara manusia, alam, dan Tuhan melalui
ritual ambengan pohon.Keempat agama dan budaya mampu melebur dalam
praktik ambengan pohon, saling melengkapi dan melahirkan pemahaman yang
arif dan penuh makna.Hingga agama dan budaya bisa saling melengkapi dengan
tujuan kebermanfaatan untuk setiap makhluk hidup.NIM.: 15520042 Suroso2022-10-19T02:11:07Z2022-10-19T02:11:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54315This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543152022-10-19T02:11:07ZKONSTRUKSI PLURALISME AGAMA PADA SITUS ALIF.ID DALAM PERSPEKTIF ANALISIS WACANA KRITISIndonesia, sebagai negara kesatuan, memiliki realitas sosiokultural yang plural. Dalam masyarakat yang majemuk, ketegangan sosial yang timbul akibat adanya berbagai macama perbedaan merupakan suatu keniscayaan, apalagi perbedaan dalam keberagamaan. Saat ini, gesekan antarkelompok keagamaan semakin kerap terjadi. Hal ini dilatarbelakangi oleh perebutan pengaruh dan kekuasaan melalui kontestasi wacana keagamaan di ruang digital. Di antara sekian banyak wacana, penyebaran wacana eksklusivisme agama tampak semakin masif dan menguat. Fenomena di ruang digital ini turut memengaruhi kehidupan sosial masyarakat, di mana mereka menjadi cenderung tertutup dan intoleran terhadap kelompok lain yang berada di luar dirinya. Selain itu, terdapat pula beberapa situs/website yang memopulerkan gagasan keagamaan yang lebih terbuka terhadap perbedaan, seperti wacana pluralisme agama. Berdasakan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi wacana pluralisme agama pada situs Alif.id.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis kepustakaan (library research) di mana situs Alif.id menjadi objek material yang akan diteliti. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi. Teks atau artikel yang terpublikasi di situs Alif.id sebagai sumber data primer, sementara sumber pustaka lainya sebagai sumber data sekunder. Teks atau artikel mengenai wacana pluralisme agama di situs Alif.id akan dianalisa menggunakan paradigma Analisis Wacana Kritis (AWK) Norman Fairclough. Dalam AWK model Fariclough terdapat tiga dimensi yang harus dianalisis, yaitu dimensi teks (micro level), dimensi praktik diskursif (meso level), dimensi praktik sosial (macro level).
Hasil penlitian ini menemukan bahwa pada wilayah teks, wacana pluralisme agama pada situs Alif.id disampaikan dengan menggunakan bahasa formal berdasarkan fakta-fakta saintifik dan normatif Islam. Hal tersebut sebagai strategi untuk memberikan keyakinan terhadap pembaca akan pentingnya sikap pluralistik dalam kemajemukan bangsa Indonesia. Pada praktik diskursif, teks/artikel mengenai wacana pluralisme agama merepresentasikan ideologi Alif.id sebagai media digital yang memiliki perhatian khusus terhadap wacana keislaman moderat. Sementara pada aspek praktik sosialnya, wacana pluralisme agama pada situs Alif.id memberikan determinasi terhadap gagasan keagamaan yang moderat-pluralistik serta dapat mengubah ketegangan sosial yang timbul akibat menguatnya wacana eksklusivisme agama di ruang publik.NIM.: 15520039 Moh. Ali Tsabit2022-10-07T08:43:20Z2022-10-07T08:43:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54019This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/540192022-10-07T08:43:20ZKOMODIFIKASI GAYA HIDUP MINIMALIS AGAMA BUDDHA
(Studi Terhadap Film Happy Old Year)Penelitian ini membahas proses memadupadankan dua konsep yang beririsan yaitu konsep minimalisme dan konsep gaya hidup sederhana dalam ajaran Buddha dan tendensinya menjadi sebuah komodifikasi agama pada film Happy Old Year. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini menekankan pada metode analisis konten. Kerangka pemikiran pada penelitian ini berangkat dari teori phutta phanit dan ekonomi politik komunikasi yang berfokus pada komodifikasi konten. Hasil dari penelitan ini menunjukkan bahwa perpadupadanan kedua konsep yang beririsan yaitu pada konsep minimalisme dan gaya hidup sederhana yang terwujud dalam konten berupa film memiliki dampak yang signifikan, apalagi jika melihat popularitasnya terhadap interpretasi yang terbentuk ke penonton terkait praktik gaya hidup sederhana ajaran Buddha yang dijalankan secara konsumtif.NIM.: 16520009 Sultan Abdul Jabar2022-10-05T05:13:36Z2022-10-05T05:13:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53899This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538992022-10-05T05:13:36ZPEMAKNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’ĀN TENTANG MAHAR PADA TRADISI MAANTAR JUJURAN DI AMUNTAI KALIMANTAN SELATANSalah satu syarat dalam pernikahan adalah kewajiban suami membayar mahar kepada isterinya. Al-Qur’ān dan hadits memang tidak menjelaskan secara gamblang berapa nilai yang harus dibayarkan. Akan tetapi hal ini dikembalikan pada adat istiadat yang berlaku disetiap daerah termasuk daerah Amuntai Kalimantan Selatan yang memegang tradisi “maantar jujuran”.ٌ Tradisi maantar
jujuran adalah tradisi dimana pihak laki-laki diwajibkan membayar sejumlah uang/barang sesuai dengan permintaan pihak perempuan. Tradisi ini mempunyai posisi yang sangat strategis dalam terjadinya pernikahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengungkapkan bagaimana sebenarnya pemaknaan ayat-ayat mahar yang berasaskan kemudahan dimaknai pada tradisi maantar jujuran yang terjadi di Amuntai Kalimantan Selatan, serta apa yang menjadikan pemahaman tentang mahar dilakukan dalam bentuk tradisi jujuran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan didikung oleh studi kepustakaan (library research). Penelitian ini juga menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori maqāṣhid al-syari’ah. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data dari observasi, wawancara dan didukung dengan kajian pustaka. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode data reduction (pengurangan data), data display (penyajian data) dan data conclousions drawing (penarikan kesimpulan).
Hasil penelitian ini menyatakan: 1). Para ulama Amuntai Kalimantan Selatan memposisikan jujuran (mahar) dengan posisi yang sangat penting bagi perempuan. Hal ini menyebabkan nilai uang jujuran yang diminta pun tinggi. Selain itu, beberapa faktor juga mempengaruhi seperti pendapatan warga setempat, keberadaan status sosial, sampai dengan orangtua calon mempelai perempuan yang ingin melihat keseriusan laki-laki. 2). Mengenai komentar masyarakat Amuntai Kalimantan Selatan mereka memiliki argumennya masing-masing. Ada yang meninggikan karena berpengaruh kepada status keberadaan sosial, jumlah tamu undangan dan kemegahan suasana pernikahan, serta ada juga yang menjadikan penilaian orangtua perempuan. Akan tetapi, tidak sedikit pula masyarakat yang tidak mempermasalahkan tentang jujuran/mahar dengan mahar yang sederhana. 3). Adapun pemahaman tentang mahar yang menjadikannya tradisi adalah kebiasaan masyarakat Amuntai Kalimantan Selatan sendiri yang selalu menjaga dan melestarikan warisan serta menjadikannya ciri khas dalam pernikahan adat Banjar. Ditambah tradisi ini dianggap memiliki posisi yang sama dengan QS. An-Nisā’ٌ ayat 4 tentang kewajiban membayar mahar. Namun,
masyarakat juga perlu memahami bahwa nilai jujuran yang diminta tidak bisa disamaratakan dengan semua golongan masyarakat yang ada.NIM.: 18105030002 Rina Helmina2022-10-05T05:07:09Z2022-10-05T05:07:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53898This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538982022-10-05T05:07:09ZPERAN AGAMA DALAM MENGATASI DEPRESI MAHASISWA SEMESTER AKHIR PADA MASA PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus di Institut Agama Islam Negeri Ponorogo)Wabah pandemi Covid-19 merubah segala aspek kehidupan manusia. Salah satunya pada lembaga pendidikan dalam proses belajar mengajar mengalami perubahan yang semula dilakukan secara tatap muka berubah menjadi daring. Tentu bukan hal mudah untuk menerapkan pembelajaran secara daring bagi mahasiswa semester akhir karena terdapat sebagian yang mengikuti perkuliahan di dalam pondok maupun di rumah. Hal tersebut dapat menyebabkan setres hingga depresi yang berdampak pada kesehatan mental. Mahasiswa semester akhir dituntut harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan baru baik yang ada dalam diri sendiri dan ketika di luar. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor depresi mahasiswa semester akhir dalam masa pandemi Covid-19 dan bagaimana peran agama dalam mengatasi depresi mahasiswa semester akhir pada masa pandemi Covid-19 yang berfokus di Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo.
Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait masalah penelitian, dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan kriteria tertentu. Setelah data diperoleh dilakukan teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang kemudian dianalisis menggunakan teori dari Zakiah Daradjat dan Glock & Stark dengan pendekatan Psikologi Agama.
Temuan hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa: Pertama, faktor yang melatarbelakangi depresi mahasiswa semester akhir masa pandemi Covid-19 Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo yakni: (1) Faktor internal antara lain: individu/diri sendiri akibat kurangnya motivasi diri sendiri dan keluarga seperti kuliah sambil mengurus anak, kuliah sambil merawat orang tua karena sakit, dan kurangnya dukungan dari keluarga. (2) Faktor eksternal antara lain: kerja yang berakibat tidak bisa membagi waktu antara kerja dan mengerjakan tugas kuliah, lingkungan belajar yang kurang mendukung, dosen karena terdapat mahasiswa terkendala dalam bimbingan skripsi akibat pandemi Covid-19, koneksi internet yang mengakibatkan jaringan tidak stabil, serta fasilitas pembelajaran seperti tidak semua mahasiswa semester akhir mempunyai android yang mendukung, kendaraan, dan laptop. Kedua, hasil dari peran agama dalam mengatasi depresi mahasiswa semester akhir masa pandemi Covid-19 Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo yakni dari 11 informan terdapat 7 informan yang menyatakan bahwa agama sebagai solusi utama dalam meminimalisir depresi mahasiswa semester akhir pada masalah perkuliahan dan 4 informan menyatakan bahwa agama bukan sebagai solusi utama dalam mengatasi depresi pada masalah perkuliahan meskipun demikian bukan berarti agama tidak berperan atau berpengaruh dalam kehidupan mahasiswa semester akhir tersebut.NIM.: 18105020059 Ulfi Hidayatul Mutiah2022-10-05T05:01:25Z2022-10-05T05:01:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53897This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538972022-10-05T05:01:25ZNILAI-NILAI RELIGIUS DAN TREN NGOPI
(STUDI PENGUNJUNG KEDAI KOPI SANTRI PONDOK PESANTREN KOTAGEDE HIDAYATUL MUBTADI-IEN YOGYAKARTA)Eksistensi maraknya kedai kopi di kota-kota besar seperti kota Yogyakarta
menjadi ruang gerak yang signifikan dimana sangat diminati sebagi kebutuhan disemua
kalangan terutama santri sudah menjadi tren dewasa ini. Dalam kedai kopi terdapat
interaksi individu maupun kelompok berupa wacana, simbol, membangun relasi yang
terjalin, maupun ruang untuk mengekspresikan diri. Penelitian ini berusaha membahas
mengenai nilai-nilai religius yang ada dalam kedai kopi dan aktivitas pengunjung kedai
kopi sebagai gaya hidup (lifestyle) yang melekat di kalangan pesantren. Dengan subjek
penelitian santri pondok pesantren kotagede hidayatul mubtadi-ien yogyakarta sebagai
pengunjung kedai kopi di kota Yogyakarta ini.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi dengan jenis penelitian lapangan (field research) bersifat kualitatif. Dalam
penelitian ini juga menggunakan sumber data yaitu data primer yang diperoleh dari
informan sebagai subyek penelitian yang diambil secara acak (random sampling)
melalui wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data lapangan yang sudah
ada sebelumnya dari hasil dokumentasi, jurnal, skripsi, buku dan lain-lain. Dan teknik
pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Tahap
terakhir yaitu teknik analisis data. Kemudian untuk menganalisis nilai-nilai religius dan
tren ngopi di kedai kopi pada santri penulis menggunakan teori Jean P Baudrillard
tentang masyarakat konsumsi.
Hasil dari penelitian ini: pertama, latar belakang santri mendatangi kedai kopi
ketika merasa jenuh akan padatnya kegiatan di Pondok Pesantren dapat meluangkan
waktunya pergi keluar untuk mengopi disamping kegitan tradisi minum kopi sangat lekat
sebagai gaya hidup (lifestyle) di kalangan pesantren dalam bentuk mempertahankan
eksistensinya. Kedua, banyak kedai kopi di kota Yogyakarta disandingkan dengan nilainilai
religiusitas seperti menghadiri forum keagamaan, membangun silaturahmi, dan
memfasilitasi tempat ibadah seperti mushola ataupun pojok baca yang bermuatan bukubuku
islami dengan tujuan menguatkan nilai religiusitas para pengunjung kedai kopi dan
mengingatkan agar tidak lupa dalam menjalankan ibadah kepada Tuhan bagi para
pengunjung kedai kopi tersebut. Ketiga, pengunjung kedai kopi khususnya santri merasa
senang saat nongkrong, terbukti adanya ketertarikan tidak hanya terhadap rasa kopi atau
menu varian kopi yang enak dan terjangkau, tetapi kedai kopi sendiri memiliki daya tarik
seperti nyamannya tempat dengan konsep desain yang dikemas secara estetik serta
lengkapnya fasilitas yang disediakan membuat para pengunjung sangat senang berlamalama
di Kedai Kopi. Para pengunjung kedai kopi saat ini menganggap bahwa nongkrong
sendiri menjadi suatu aktivitas kebiasaan yang bernilai positif untuk dilakukan, seperti
menemukan relasi dengan teman baru, berdiskusi saling bertukar pikiran. Bahkan
nongkrong sudah menjadi naungan untuk mengekpresikan diri pada ruang publik.
xi
Terlepas dari itu nongkrong sendiri dapat menghilangan stress, tempat refreshing yang
mampu menciptakan rasa tenang dan nyaman.NIM.: 18105020052 Muhammad Iqbal Amarul Hasan2022-10-04T08:59:00Z2022-10-04T08:59:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53866This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538662022-10-04T08:59:00ZNILAI DAMAI ANTAR UMAT AGAMA DALAM KOMUNITAS SULING BAMBU NUSANTARA YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa dalam proses membangun dan merawat nilai damai antar umat agama perlunya sebuat wadah dan alat. Komunitas Suling Bambu adalah komunitas yang bergerak dalam ranah seni musik sebagai wadah pemersatu bangsa dimana suling sebagai alatnya. Objek penelitian adalah tindakan-tindakan individu antar umat agama dalam Komunitas Suling Bambu Nusantara Yogyakarta. Fokus atau tujuan penelitian ada dua. Pertama, untuk mengkaji konstruksi nilai damai antar umat agama. Kedua, mengkaji faktor-faktor peluang dan tantangan Komunitas Suling Bambu Nusantara dalam bina damai.
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Kualitatif, sumber data primer dan sekunder, analisis deskriptif dan jenis data lapangan. Teknik Pengumpulan data meliputi Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi. Teknik pengolahan data yang penulis gunakan adalah metode deskriptif teknik analisis data kualitatif. Untuk mengkaji lebih dalam menggunakan teori rasionalitas nilai dan afektif Max Weber serta pendekatan sosiologi antropologi agama dan budaya yaitu mengenai kearifan lokal.
Hasil penelitian ini adalah Suling sebagai media utama pembentukan konstruksi nilai damai antar umat agama dan dan dipengaruhi oleh kemajemukan anggota komunitas yang terdiri dari tiga agama. Agama Islam dengan konsep menjaga hubungan manusia dengan Allah, Manusia dengan Manusia, sedangkan Agama Katolik memiliki konsep hukum cinta kasih , dan Agama Baha‟i penuh dengan nasihat nasihat kehiduapan. Berangkat dari asumsi keyakinan dan menjadikan suling sebagai upaya melatih kesabaran, untuk saling menghargai dan menghormati, tolong menolong dan salaing mencintai. Suling memiliki empat ruang lingkup, suling sebagai komersial, suling sebagai sebagai sarana hiburan, suling sebagai mengungkapkan ekspresi dan suling sebagai vibrasi “jalan menuju Tuhan”. Peluang suling bambu dalam bina damai, kampanye kurangi sampah plastik, menjadikan kurikulum pendidikan nasional dan untuk melatih kesabaran. Tantangan nya adalah mempertahankan netralitas dalam komunitas, penerus estafet suling, transformasi digital dan masalah konsisten keikutsertaan dalam kegiatan.NIM.: 18105020038 Arjuna Tanjung2022-10-04T08:27:43Z2022-10-04T08:27:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53865This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538652022-10-04T08:27:43ZMOTIVASI DAN KEMATANGAN BERAGAMA SANTRI PONDOK PESANTREN WARIA AL-FATAH KOTAGEDE YOGYAKARTAManusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya perempuan dan laki-laki. Namun dalam lingkungan kita terdapat kelompok marjinal yang disebut sebagai gender ketiga yaitu waria (wanita pria). Kendati demikian, waria juga merupakan manusia yang memiliki kebutuhan spiritual. Namun karena keberadaan waria yang kurang diterima dalam masyarakat membuat mereka harus menjalani kehidupan yang berat, mengalami berbagai penolakan di segala lini kehidupan, termasuk kehidupan beragama. Sehingga dalam hal ini waria membutuhkan ruang aman seperti Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Kotagede Yogyakarta, yang bisa menerima waria untuk terus mengembangkan keagamaannya tanpa harus mengalami diskriminasi dan penolakan.
Dalam hal ini menjadi menarik untuk meneliti motivasi apa yang melatarbelakangi tindakan keagamaan mereka di tengah banyaknya penolakan masyarakat, juga untuk mengetahui tingkat kematangan beragama santri Pondok Pesantren Waria Al-Fatah. Penelitian lapangan ini menggunakan metode kualitatif yang diharapkan dapat bisa mendeskripsikan secara objektif tentang kelompok marjinal waria. Analisis data hasil penelitian ini menggunakan teori motivasi beragama yang dikemukakan Nico Syukur dan teori kematangan beragama dari Walter Houston Clark.
Hasil penelitian membuktikan bahwa adanya motivasi beragama yang membuat individu lebih rajin dan aktif dalam beragama, tidak hanya sebatas mengikuti kegiatan yang diadakan Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, namun juga berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari meski belum maksimal. Motivasi beragama ini kemudian juga membuat proses pertumbuhan keagamaan semakin meningkat. Dengan begitu, dapat diketahui adanya kriteria kematangan beragama pada santri, misalnya menunjukkan keinginan untuk terus memperbaiki diri dan keimanan kepada Tuhan dengan mempelajari agama, belajar mengaji serta mengikuti kajian di pondok. Bersamaan dengan itu, terus merasa kurang dan terus berupaya untuk bertumbuh dalam menjalankan keagamaannya, dan menganggap agama sebagai sesuatu yang penting dalam hidup. Selain itu, dalam penelitian juga menemukan upaya mereka untuk selalu menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan dengan berusaha menghindari perbuatan yang dilarang oleh Tuhan dan kurang baik di mata masyarakat, misalnya berusaha meninggalkan pekerjaan sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), menghindari mabuk, seks bebas hingga menghindari menyakiti orang lain. Selain itu, juga terus menjalankan aktivitas keagamaan setiap hari, mendirikan shalat, belajar mengaji kembali, berbuat baik dan menolong sesama, oleh sebab menganggap agama merupakan sesuatu yang penting untuk kehidupan mereka. Beberapa santri terlihat memiliki ciri dari keberagamaan yang matang, namun ada juga ciri yang belum dimilikinya. Sehingga dengan hasil data tersebut dapat diketahui sebagai waria mereka juga bisa menjalankan agamanya sebagaimana orang beragama pada umumnya, tanpa harus mengubah kecenderungan gendernya.NIM.: 18105020033 Tsabitah Khairunnisa2022-10-04T08:23:49Z2022-10-04T08:23:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53864This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538642022-10-04T08:23:49ZMOTIVASI PEMAKAIAN JILBAB SYAR’I PADA KEHIDUPAN SOSIAL SANTRIWATI PONDOK PESANTREN INTERNATIONAL LEADER SCHOOL (ILS) TASIKMALAYAFenomena jilbab pada masa sekarang sudah mengalami berbagai perkembangan paradigma. Di era sekarang, jilbab banyak digunakan sebagai sebuah praktik keagamaan bagi muslimah yang ingin menjalani hidup secara islami. Ajaran Islam dapat diperoleh oleh umat Islam salah satunya melalui lembaga pendidikan keagamaan yakni pondok pesantren.Salah satu pondok pesantren yang berada di Tasikmalaya telah menerapkan kebijakan pemakaian jilbab syar’i terhadap para santriwatinya. Pondok pesantren tersebut ialah Pondok Pesantren International Leader School (ILS). Mengenai pemakaian jilbab syar’i pada santriwati memungkinkan adanya berbagai tanggapan dari masyarakat baik itu tanggapan positif maupun negatif. Selain itu juga memungkinkan keberagamaan termasuk sikap dan perilaku santriwati berubah. Sehingga, penulis ingin mengetahui keberagamaan santriwati serta langkah apa yang dilakukan santriwati dalam menanggapi problematika sosial yang ada. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang motivasi jilbab syar’i dalam keberagamaan dan kehidupan sosial santriwati ILS.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini juga menggunakan dua model data yang akan digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung kepada beberapa pihak terkait, sedangkan sekunder berisikan semua literatur dan pemaparan yang diperoleh dari berbagai penelusuran terkait topik yang hendak dibahas maupun berasal dari luar lingkup pembahasan topik. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan sosiologi agama dengan teori Tindakan Sosial dari Max Weber untuk membantu menganalisis data pada penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jilbab syar’i mampu memotivasi keberagamaan dan kehidupan sosial santriwati. Santriwati ILS sepakat bahwa menggunakan jilbab syar’i merupakan salah satu syariat Islam yang harus dilaksanakan oleh perempuan muslimah. Adapun beberapa motivasi dari pemakaian jilbab syar’i bagi santriwati ILS antara lain menjadikan jiwa mereka damai, tenang, mampu melindungi diri mereka dari gangguan lawan jenis, mampu menuntun mereka untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan, temasuk ibadah mereka lebih meningkat. Melalui teori Tindakan Sosial Max Weber dapat disimpulkan bahwa tindakan menggunakan jilbab syar’i yang dilakukan santriwati ILS termasuk pada kategori rasionalitas yang berorientasi nilai. Dalam hal ini santriwati termotivasi oleh nilai-niai sosial dan nilai-nilai agama yang ia miliki. Berdasarkan niai-nilai yang ada di masyarakat, jilbab syar’i mencerminkan kebaikan dan kesopanan dimana menjadikan pemakainya memiliki akhlak yang mulia serta menjadikan pemakainya indah dan berharga ketika dilihat.NIM.: 18105020025 Eneng Hilda Herlina2022-10-04T08:20:37Z2022-10-04T08:20:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53862This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538622022-10-04T08:20:37ZPERAN PEREMPUAN DALAM KEPEMIMPINAN GEREJA
(Studi Tentang Keterlibatan Perempuan Dalam Majelis Gereja Kristen Jawa Immanuel Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan)Pembahasan mengenai perempuan merupakan pembahasan yang tiada habisnya. Apalagi di dalam konstruk budaya Jawa, perempuan sering dijadikan makhluk nomor dua setelah laki-laki. Hal ini sering kali membuat perempuan tidak memiliki haknya untuk ikut berperan dalam kepemimpinan, sekalipun dalam hal kepemimpinan gereja-gereja Kristen yang merupakan gereja reformatif. Masih banyak gereja-gereja Kristen yang masih terpaku pada nilai-nilai patriarki dalam Alkitab. Dari sekian banyak gereja Kristen di Indonesia, Gereja Kristen Jawa (GKJ) merupakan gereja yang akrab dengan kebudayaan Jawa. Kedekatan ini akankah memperburuk posisi perempuan dalam kepemimpinan GKJ atau justru sebaliknya.
Penelitian ini memiliki fokus pada dua hal, yaitu: bagaimana peran perempuan di dalam kepemimpinan majelis Gereja Kristen Jawa dan apa saja kualifikasi yang ada pada perempuan sehingga ia layak diangkat sebagai pemimpin dalam kemajelisan. Dengan meneliti dua hal tersebut, penelitian ini diharapkan akan bisa membuka pandangan mengenai pentingnya peran kepemimpinan perempuan dalam gereja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif, dengan mengandalkan teknik purposive sampling sebagai teknik pengambilan narasumber. Meskipun posisi peneliti sebagai outsider, namun penelitian ini dilakukan dengan teknik pengambilan data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Teori Kepemimpinan Pelayanan yang digagas oleh Robert K. Greenleaf.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perempuan dalam GKJ Immanuel Karanganyar merupakan peran yang sentral. Dalam kepemimpinan pelayanan yang di lakukan oleh kemajelisan, perempuan sering kali berperan lebih aktif dari pada laki-laki, hal tersebut dikonfirmasi dari banyak narasumber bahwa dalam keseharian kemajelisan, peran perempuan justru lebih banyak dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan jemaat seperti dalam persiapan-persiapan acara gereja dan lainnya. Perempuan juga mendapat posisi sebagai pengisi mimbar ketika pendeta utama berhalangan. Namun, jumlah perempuan dalam kemajelisan GKJ Immanuel Karanganyar belum sebanyak laki-laki karena perempuan sering kali kerepotan dalam membagi waktu mereka dengan urusan rumah tangga. Hal inilah yang mengharuskan GKJ memilih perempuan-perempuan dengan kualifikasi yang dibutuhkan dalam pelayanan kemajelisan seperti dapat menjadi penyambung lidah antara jemaat dengan majelis, cakap, luwes, memiliki rasa empati yang tinggi, mampu membimbing serta mau melayani karena hal ini adalah hal paling dasar bagi gereja dalam memilih pemimpin-pemimpin dalam kemajelisan.NIM.: 18105020020 Nur Alfiana Makhfudz2022-10-04T08:15:25Z2022-10-04T08:15:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53858This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538582022-10-04T08:15:25ZKONSEP ECO-THEOLOGY WARGA WADAS, BENER,
PURWOREJO, JAWA TENGAH: STUDI KASUS
MUJAHADAH SEBAGAI MEDIA PENOLAKAN RENCANA
TAMBANGurworejo, Jawa Tengah: Studi Kasus Mujahadah Sebagai Media
Penolakan Rencana Tambang. Rencana penambangan batuan andesit yang akan
dilaksanakan di Desa Wadas sebagai material pembangunan bendungan di Desa
Bener mendapatkan penolakan. Penolakan yang dilakukan warga Wadas salah
satunya dilakukan melalui media Mujahadah. Pertanyaan yang muncul yaitu
bagaimana mujahadah mampu menjadi media penolakan rencana penambangan
sebagai upaya penjagaan alam agar tetap lestari.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang berupa observasi lapangan dan wawancara dan menggunakan pendekatan
Eco-Theology. Data yang didapatkan dalam penelitian ini akan dianalisis dan
dinarasikan. Analisa dalam penelitian ini menggunakan teori Eco-Theology
Seyyed Hossein Nasr.
Hasil dari penelitian ini, yaitu bagaimana upaya penolakan rencana
penambangan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wadas menggambarkan
konsep Eco-Theology. Spiritualitas dan motivasi beragama masyarakat Desa
Wadas yang ditunjukkan melalui Mujahadah sebagai media penolakan rencana
penambangan. Spirit ini menunjukkan bahwa warga Desa Wadas memiliki
kesadaran terhadap lingkungan yang memotivasi masyarakat untuk melakukan
penolakan rencana penambangan. Nilai ini menggambarkan hubungan spiritual
Manusia, Tuhan dan Alam yang saling menyatuNIM.: 18105020002 Nurul Khorina Seci Vella2022-10-03T08:29:52Z2022-10-03T08:29:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53777This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/537772022-10-03T08:29:52ZORIENTASI KEAGAMAAN KOMUNITAS BARONGSAI NAGA BINAWA DALAM MENGIKUTI ACARA PADUSAN BUDAYA DI MASJID JAMI’ AL- MANSHUR KAMPUNG KAUMAN WONOSOBOSeorang dalam memahami agama terlihat bagaimana kemudian orientasi, sikap, dan perilakunya, begitupula dengan bagaimana yang terlihat dari penyebab motivasi dari Komunitas Barongsai Naga Binawa dalam berpartisipasi untuk hadir di tengah-tengah kegiatan umat muslim yakni tradisi padusan budaya dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan di Masjid Jami’ Al-Manshur Kampung Kauman Wonosobo, sedangkan orientasi keagamaan sendiri dibagi menjadi dua yakni : Pertama, intrinsik “agama yang di hayati secara kuat dan benar” kemudian ekstrinsik “agama yang di manfaatkan untuk kepentingan pribadi” sementara untuk sikap seseorang dapat menjadi inklusif atau eksklusif, yang akan mempengaruhi pada perilaku sesorang terhadap aspek ibadah, aspek perilaku sosial, serta dalam berkehidupan seshri-hari, oleh sebab itu peneliti bertujuan untuk melihat bagaimana orientasi, sikap, dan perilaku keberagamaan Komunitas Barongsai Naga Binawa dalam partisipasinya di kegiatan keagamaan umat muslim yakni tradisi padusan budaya di Kampung Kauman Wonosobo.
Sedangkan penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, ataupun (field research). Dimana data yang penulis ambil berdasarkan observasi, wawancara, serta keikutsertaan dalam kegiatan. Dimana wawancara dilakukan terhadap beberapa tokoh beragama dan kelompok, yakni tokoh panitia penyelenggara kegiatan padusan budaya, kedua, Tokoh dari Klenteng Hok Hoo Bio, keempat, tokoh serta beberapa anggota dari Komunitas Barongsai Naga Binawa yang keseluruhanya beragama Buddha. Dimana penedekatan yang peneliti gunakan yakni pendekatan psikologi agama dengan teori dari Raymond F. Paloutzian, sedangkan pengelolaan datanya mrnggunakan metode analisis deskriptif.
Dari penelitian ini terdapat : 1). Gambaran kerukunan beragama antara umat Muslim dan umat Buddha di Kampung Kauman, dimana kegiatan sosial dan keagamaan masing-masing berjalan secara damai dan lancar serta saling mendukung satu sama lain dengan penerapan beberapa peranan, diantaranya peran saling gotong-royong, peran saling menjaga kerukunan, peran saling menghargai, dan peran saling menerima. 2). Selanjutnya komunitas Barongsai tersebut menerapkan keberagamaan yang intrinsik dimana terlihat dari bagaimana anggota Barongsai menjadikan agama sebagai hal yang utama dalam kehidupannya salah satunya dengan menerapkan apa yang ada pada ajaran kitab suci mereka untuk diimplementasikan pada kegiatan umat Muslim. Tentang menghargai, mencinai, serta menghormati seluruh makhluk.NIM.: 17105020069 Habib Sulton Akbar2022-07-26T05:42:46Z2022-07-26T05:42:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52241This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/522412022-07-26T05:42:46ZKONSTRUKSI KITAB FIQH PERNIKAHAN UQUD AL LUJJAYN DI PONDOK PESANTREN SALAFIPondok Pesantren Nurussalam Krapayak Yogyakarta merupakan pondok pesantren yang memiliki santri mayoritas sebagai mahasiswa. Santri pondok pesantren mahasiswa dihadapkan dalam dua wilayah transmisi pengetahuan yang berbeda yaitu transmisi pengetahuan di pesantren salafi dan transmisi pegetahuan di perguruan tinggi yang lebih inklusif dan melatih nalar kristis. Hal ini menjadikan santri memiliki keragaman perspektif dan pengetahuan yang diterima. Sehingga berdampak pada pola ekspresi keberagamaan santri dalam bentuk penerimaan dan penolakan ajaran kitab kuning yang diajarkan di pesantren. Kitab uqud al lujjayn menjadi salah satu kajian kitab di pesantren Nurussalam yang tidak seluruh nilai ajarannya diterima oleh santri, namun ada beberapa nilai ketidakadilan gender didalam kitab yang dimodifikasi melalui tindakan sosial santri. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui proses konstruksi kitab fiqh pernikahan uqud al lujjayn dan bentuk modiikasi tindakan sosial santri sebagai respon nilai ajaran kitab uqud al lujjayn di pondok pesantren Nurussalam Krapyak Yogykarta
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data primer penelitian ini dari wawancara santri serta alumni pesantren Nurussalam Krapyak Yogyakarta. Sumber data sekunder meliputi dokumen, literature buku dan jurnal terkait dengan penelitian. Untuk mengetahui proses konstruksi santri terhadap nilai ajaran kitab uqud al lujjayn peneliti menggunakan teori konstruksi sosial Pater L. Berger.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa proses konstruksi terjadi melalui keikutsertaan santri dalam kajian kitab uqud al lujjayn di pesantren. Eksternalisasi nilai ajaran berupa munculnya kesadaran bahwa taat kepada suami merupakan sebuah ibadah karena perintah dari agama. Objektivasi nilai ajaran kitab uqud al lujjayn berupa implementasi ajaran ketaatan terhadap suami dalam relasi pernikahan serta mengajarkan nilai ajaran ketaatan terhadap suami dalam ceramah keagamaan. Adapun bentuk modifikasi tindakan sosial santri sebagai respon ajaran ketidakadilan gender ketidaadilan gender meliputi 1) konflik batin santri dan ghibah di luar forum 2) kerlibatan perempuan dalam forum organisasi 3) pembuktian perempuan mampun menjadi pemimpin 4) aktif dalam komunitas perempuan serta kampanye kesetaraan di media sosial 5) riset dan menulis karya ilmiah.NIM.: 19205022053 Nurul Qolbi Kurniawati2022-07-26T04:30:31Z2022-07-26T04:30:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52233This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/522332022-07-26T04:30:31ZDINAMIKA MAKNA SIMBOLIS AIR SUCI MAKAM SUNAN KALIJAGA DEMAK DI TENGAH MODERNISASIModernisasi merupakan proses yang akan terus dihadapi oleh masyarakat sejak berakhirnya perang dunia kedua. Modernisasi ialah proses pergeseran sikap dan pemikiran yang dianggap i-rasional. Modernisasi menjadikan masyarakat lebih mengutamakan pemikiran rasional dan hal-hal yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal ini tentunya dikhawatirkan memiliki dampak buruk terhadap agama. Terlebih mempengaruhi pada pemikiran masyarakat terkait mitos tradisi dan agama. Namun faktanya, di era modern ini banyak masyarakat yang masih percaya terhadap hl-hal mitos. Seperti halnya peziarah di makam Sunan Kalijaga Demak yang mengantri air suci dan mempercayai mitos terkait air suci tersebut.
Penelitian ini secara khusus membahas dua hal utama, yaitu: mengapa masyarakat mensakralkan air suci di makam Sunan Kalijaga Demak dan bagaimana dinamika terkait pemaknaan air suci di makam Sunan Kalijaga Demak. Dengan meneliti dua hal tersebut, penelitian ini diharapkan mampu memberi pandangan terhadap masyarakat terkait dinamika pemaknaan suatu simbol yang dianggap sakral. untuk itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan data dianalisis secara deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknis purposive sampling. Sedang teknik pengumpulan data ialah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori “Simbol Sakral dan Profan” dari Mircea Eliade.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat mensakralkan air suci karena mitos dari air suci tersebut. Baik mitos mengenai khasiat maupun asal-usul dari air suci di Makam Sunan Kalijaga. Mitos ini mempemgaruhi persepsi masyarakat terkait hubungan air suci dengan Sunan Kalijaga. Mitos terkait air suci juga mempengaruhi perilaku baik dari pengurus, pedagang dan peziarah dalam menjaga kesakralan air suci di Makam Sunan Kalijaga. Selain itu, mitos-mitos terkait kesakralan air suci juga mempengaruhi pemanfaatan air suci oleh masyarakat. kesakralan air suci melahirkan beragam makna bagi air suci. Dari makna pelestari, plindung, pencerdas, pembuka aura, penolong, pelengkap tawasul, obat hingga replika air zam-zam. Keberagaman ini dipengaruhi oleh latar belakang dan kepentingan masyarakat.NIM.: 18105020006 Rahmatria Maftukatus Sultona2022-07-12T08:00:59Z2022-07-12T08:00:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51897This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/518972022-07-12T08:00:59ZMOTIVASI PEMAKAIAN JILBAB SYAR’I PADA KEHIDUPAN SOSIAL SANTRIWATI PONDOK PESANTREN INTERNATIONAL LEADER SCHOOL (ILS) TASIKMALAYAFenomena jilbab pada masa sekarang sudah mengalami berbagai perkembangan paradigma. Di era sekarang, jilbab banyak digunakan sebagai sebuah praktik keagamaan bagi muslimah yang ingin menjalani hidup secara islami. Ajaran Islam dapat diperoleh oleh umat Islam salah satunya melalui lembaga pendidikan keagamaan yakni pondok pesantren.Salah satu pondok pesantren yang berada di Tasikmalaya telah menerapkan kebijakan pemakaian jilbab syar’i terhadap para santriwatinya. Pondok pesantren tersebut ialah Pondok Pesantren International Leader School (ILS). Mengenai pemakaian jilbab syar’i pada santriwati memungkinkan adanya berbagai tanggapan dari masyarakat baik itu tanggapan positif maupun negatif. Selain itu juga memungkinkan keberagamaan termasuk sikap dan perilaku santriwati berubah. Sehingga, penulis ingin mengetahui keberagamaan santriwati serta langkah apa yang dilakukan santriwati dalam menanggapi problematika sosial yang ada. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang motivasi jilbab syar’i dalam keberagamaan dan kehidupan sosial santriwati ILS.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini juga menggunakan dua model data yang akan digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung kepada beberapa pihak terkait, sedangkan sekunder berisikan semua literatur dan pemaparan yang diperoleh dari berbagai penelusuran terkait topik yang hendak dibahas maupun berasal dari luar lingkup pembahasan topik. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan sosiologi agama dengan teori Tindakan Sosial dari Max Weber untuk membantu menganalisis data pada penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jilbab syar’i mampu memotivasi keberagamaan dan kehidupan sosial santriwati. Santriwati ILS sepakat bahwa menggunakan jilbab syar’i merupakan salah satu syariat Islam yang harus dilaksanakan oleh perempuan muslimah. Adapun beberapa motivasi dari pemakaian jilbab syar’i bagi santriwati ILS antara lain menjadikan jiwa mereka damai, tenang, mampu melindungi diri mereka dari gangguan lawan jenis, mampu menuntun mereka untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan, temasuk ibadah mereka lebih meningkat. Melalui teori Tindakan Sosial Max Weber dapat disimpulkan bahwa tindakan menggunakan jilbab syar’i yang dilakukan santriwati ILS termasuk pada kategori rasionalitas yang berorientasi nilai. Dalam hal ini santriwati termotivasi oleh nilai-niai sosial dan nilai-nilai agama yang ia miliki. Berdasarkan niai-nilai yang ada di masyarakat, jilbab syar’i mencerminkan kebaikan dan kesopanan dimana menjadikan pemakainya memiliki akhlak yang mulia serta menjadikan pemakainya indah dan berharga ketika dilihat.NIM.: 18105020025 Eneng Hilda Herlina2022-07-06T04:16:41Z2022-07-06T04:16:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51663This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516632022-07-06T04:16:41ZRelasi Sosial Penganut Agama Baha’i dengan Penganut Agama Islam di dalam Komunitas Suling Bambu Nusantara YogyakartaManusia adalah makhluk sosial yang secara tidak langsung membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, dan setiap manusia tentu memiliki kepercayaan keagamaan yang dianut. Dalam menjalin hubungan sosial yang baik antar sesama manusia perlu membangun sebuah relasi sosial yang baik. Relasi sosial ini dibangun guna untuk menjalin sebuah tali persaudaraan, persatuan dan kesatuan didalam kehidupan bermasyarakat. Seperti halnya relasi sosial yang terjalin baik antara penganut agama Baha‟i dengan penganut agama Islam di dalam sebuah komunitas yang berada di Yogyakarta, dengan mengamalkan sikap toleransi dan juga menghargai sesama dapat menciptakan sebuah relasi sosial yang baik di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Menggunakan pendekatan sosiologi agama dengan teori konstruksi sosial (realitas dan pengetahuan) milik Peter L. Berger. Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah atau pertanyaan penelitian adalah terkait dengan bagaimana relasi sosial penganut agama Baha‟i dengan penganut agama Islam dan juga konstruksi sosial didalam Komunitas Suling Bambu Nusantara Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini yang pertama, bentuk relasi sosial antara penganut Baha‟i dengan penganut agama Islam yang ada di dalam Komunitas Suling Bambu Nusantara Yogyakarta berupa sikap terbuka antar anggota, saling menghargai, saling menghormati, saling tolong menolong yang dilakukan dalam komunitas, dan kerja sama yang terjalin setiap anggota didalam komunitas sangat baik dengan tidak membeda-bedakan anggotanya. Kedua, setelah menganalisis bentuk konstruksi sosial anggota Komunitas Suling Bambu Nusantara Yogyakarta menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger ditemukan proses eksternalisasi berupa sikap anggota yang menghargai keberaman dan toleransi; objektivasi berupa anggota komunitas yang mengimplementasikan prinsip komunitas berupa sikap toleransi, kejujuran, membuka diri, menghargai keberagaman, menjaga persatuan dan komitmen untuk memperjuangkan kebudayaan; dan internalisasi berupa seluruh anggota komunitas nerima perbedaan kepercayaan di dalam Komunitas Suling Bambu Nusantara Yogyakarta.NIM.: 18105020066 Fia Rof Rofil A’la2022-07-06T03:51:19Z2022-07-06T03:51:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51661This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516612022-07-06T03:51:19ZHARMONI SUNNI-SYIAH DI KABUPATEN BONDOWOSO
(Pandangan Pengurus Organisasi Nahdlatul Ulama Cabang Bondowoso (PCNU) Terhadap Keberadaan Syiah di Kabupaten Bondowoso)Skripsi ini menjelaskan tentang harmoni antara pengikut Sunni dan pengikut Syi’ah di Kabupaten Bondowoso. Sebelum tahun 2017, konflik dan aksi penolakan dari pengikut Sunni terhadap pengikut Syiah sering terjadi di Bondowoso. Akan tetapi, sejak tahun 2017, konflik dan aksi penolakan mulai mereda dan kedua aliran ini hidup dengan damai saat bupati Bondowoso yang menjabat menegaskan kembali praktek kebebasan beragama di Bondowoso. Pertanyaan yang muncul yaitu perdamaian yang terjadi apakan karena nilai toleransi pengikut Sunni meningkat atau karena adanya campur tangan pemerintah untuk menyelasaikan konflik..
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitain kualitatif yang berupa observasi lapangan dan wawancara dan menggunakan pendekatan sosiologi. Data yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu harmoni yang tercipta antar pengikut Sunni dengan pengikut Syi’ah disebabkan oleh dua hal, yaitu sikap toleransi yang terus dipraktikkan oleh pengurus-pengurus organisasi dan terus diajarakan kepada para pengikut NU serta peran pemerintah yang turut andil menyelesaikan konflik yang terjadi dan melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang berpotensi menimbulkan konflik. Analisa dalam penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan teori perdamaian Johan Galtung.
Hasil dari penelitian ini, yaitu NU memiliki nilai toleransi dalam ajaran mereka yang tertera dalam angaran dasar dimana nilai-nilai toleransi ini terus ditanamkan kepada generasi-generasi muda NU yang akan menjadi penerus organisasi dimasa yang akan datang. Nilai toleransi ini diterapkan oleh pengurus PCNU Bondowoso, sehingga selaku wakil tertinggi pengikut NU di Bondowoso pengurus PCNU Bondowoso menunjukkan sikap positif terhadap keberadaan kelompok Syi’ah di Bondowoso dengan tetap berpegang teguh terhadap batatsan-batasan terkait ubudiyah dan muamalah, nilai toleransi ini pula yang menjadikan pengurus NU menerima dengan terbuka upaya-upaya pemerintah dalam menanggulangi dan mencegah konflik Sunni-Syi’ah selama upaya-upaya tersebut tidak bertentangan dengan nilai ataupun sikap yang dianut oleh NU.NIM.: 18105020028 Nurul Imamah2022-07-06T03:17:28Z2022-07-06T03:17:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51660This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516602022-07-06T03:17:28ZKONSTRUKSI SOSIAL DALAM TRADISI ZIARAH KUBUR DI MAKAM BATHARA KATONG DESA SETONO KECAMATAN JENANGAN KABUPATEN PONOROGOSkripsi ini mengkaji ziarah kubur di Makam Bathara Katong sebagai salah satu wujud dari tradisi keagamaan masyarakat Indonesia utamanya di Ponorogo. Tradisi ziarah kubur di Makam Bathara Katong tergolong tradisi yang masih bertahan hingga saat ini, sehingga kuat hubungannya dengan adanya beragam tujuan yang menyertai. Banyaknya tujuan ketika berziarah kubur di Makam Bathara Katong salah satunya sebagai pengingat kehidupan akhirat turut serta mendorong kentalnya implementasi ziarah kubur yang mana potret ini juga dapat menyumbangkan implikasi pada kehidupan mereka. Tradisi ziarah kubur di Makam Bathara Katong menjadi tradisi yang erat kaitannya dengan beragam tata cara, tujuan, hingga pemaknaannnya. Pengetahuan masyarakat dalam memaknai tokoh Bathara Katong hingga ziarah kubur di Makam Bathara Katong juga turut serta menjadi warna utama terhadap pelaksanaan ziarah kubur di Makam Bathara Katong. Sehingga fokus penelitian pada analisis terkait konstruksi sosial yang terdapat dalam aktivitas ziarah kubur di Makam Bathara Katong di mana di dalamnya mengandung beragam tujuan dan tara cara yang dianut oleh setiap peziarah.
Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dengan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder, pendekatan yang digunakan yakni sosiologis. Sedangkan teknik pengumpulan data mencakup observasi atau pengamatan secara langsung di Makam Bathara Katong Ponorogo, wawancara dengan narasumber terkait dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, lalu dokumentasi atau pengumpulan data melalui sejumlah dokumen tertulis atau terekam di Makam Bathara Katong Ponorogo. Setelah data yang diperoleh maka dilakukan teknik analisi data berupa reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan, kemudian dianalisis menggunakan teori dari Peter L. Berger tentang Konstruksi Sosial Masyarakat dengan pendekatan sosiologis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembenaran atau legitimasi yang terjadi pada ziarah kubur di Makam Bathara Katong terus bertahan seiring adanya kepercayaan mereka pada Makam Bathara Katong bahwa makam tersebut mempunyai kesakralan ditunjukkan dengan implementasi beragam tata cara dan tujuannya. Pada umumnya tata cara tersebut meliputi wudhu, melepas alas kaki, nyekar, hingga do'a dan zikir, sebagaimana kepercayaan masing-masing. Adapun tujuannya meliputi tawasul, mencari berkah (ngalap berkah), mengingat kematian, serta mengenang jasa Bathara Katong. Berkenaan dengan hal ini peran lembaga sosial keagamaan seperti NU sebagai pemelihara legitimasi juga turut menjadi sebab bertahannya tradisi keagamaan ini. Sehingga fenomena ini tidak terlepas dari 3 proses, yakni: pertama, eksternalisasi yang berasal dari pembentukan pengetahun masyarakat tentang tokoh Bathara Katong, ia umumnya dipahami sebagai ulama', bupati/adipati, wali, auliya', penunggu Ponorogo, dan tokoh agama. Kedua, obyektivasi yakni aktivitas yang dilembagakan, diekspresikan dengan adanya tindakan/praktik tata cara yang tidak terlepas dari motif/tujuan berziarah. Ketiga, internalisasi yang tergolong sebagai moment di mana masyarakat memberikan penafsiran atau makna dari pengalaman yang mereka dapat, hal ini dapat ditilik pada peziarah yang memaknai tradisi ziarah kubur di Makam Bathara Katong dengan penafsiran yang beragam seperti bentuk dari amalan sunah, tradisi kultural, sarana peningkatan moral serta spiritual, hingga bentuk dari suatu ajaran Nabi Muhammad sebagai sarana pengingat kematian.NIM.: 18105020017 Puji Pangestuti2022-07-06T03:16:16Z2022-07-06T03:16:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51659This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516592022-07-06T03:16:16ZStudi Komparatif Pemahaman Al-Qur’an dan Alkitab Terhadap Homoseksual Dan Respon Umat Muslim dan Kristiani Terhadap Hukum HomoseksualPerilaku penyimpangan seksual seperti homoseksual atau biasa dikenal dengan LGBT merupakan suatu kasus yang jumlahnya cenderung terus meningkat di zaman sekarang. Bahkan, saat ini tidak sulit untuk mencari eksistensi kaum LGBT terutama di sosial media. Dalam agama Islam, perilaku homoseksual dan perbuatannya tercantum di dalam Al-Qur’an bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang melampaui batas. Selain Al-Qur’an, pelarangan homoseksual juga tercantum dalam Alkitab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara kritis mengenai bagaimana homoseksual dipandang dalam dua agama, Islam dan Kristen yang didasarkan oleh masing-masing kitab sucinya, serta bagaimana umat muslim dan kristiani dalam merespon hukum homoseksual dalam Al-Qur’an dan Alkitab.
Adapun metode penelitian ini, penulis akan menggunakan metode kualitatif dengan menganalisis dan mendeskripsikan. Bentuk penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode pendekatan komparatif yang sumber datanya diperoleh dari Al-Qur’an, Alkitab, dan buku-buku pendamping lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun dalam menganalisis, penelitian ini menggunakan teori Hermeneutik Hans-Georg Gadamer dengan tiga teori pokoknya yakni teori kesadaran keterpengaruhan oleh sejarah, teori prapemahaman, teori penggabungan/asimilasi horizon dan teori penerapan/aplikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa meskipun tidak ada penegasan tentang LGBT secara detail, namun Al-Qur’an dan Alkitab melarang tindakan homoseksual. Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai firman yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Alkitab. Meskipun demikian, pelarangan-pelarangan tersebut nyatanya tidak sesuai dengan fakta yang ada. Masalah yang berkaitan dengan homoseksual nyatanya tidak pernah habis untuk diperbincangkan dan diperdebatkan. Bahkan, yang terjadi adalah banyak dari mereka yang membela kaum LGBT dengan membawa nama agama. Pada ranah pemaknaan ini, secara garis besar penulis menemukan poin persamaan maupun perbedaannya. Persamaannya yakni baik Al-Qur’an maupun Alkitab keduanya sama-sama menegaskan pelarangan tindakan homoseksual. Adapun perbedaannya, dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwasannya kaum Nabi Luth merupakan kaum yang pertama kali melakukan perbuatan homoseksual dan belum pernah ada kaum yang melakukan perbuatan tersebut sebelumnya, sedangkan dalam Alkitab tidak dijelaskan mengenai hal tersebut dan lain-lain.NIM.: 18105020004 Hanifatunnisa2022-05-23T07:04:32Z2022-05-23T07:04:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51114This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/511142022-05-23T07:04:32ZRELEVANSI PROGRAM MASJID TERHADAP MASYARAKAT NON-MUSLIM
(Studi Kasus Baitul Maal Masjid Jogokariyan Yogyakarta)Masjid pada masa ini telah berubah fungsinya sehingga menyebabkan timbulnya lembaga-lembaga baru yang mengambil alih sebagian peranan masjid di masa lalu yaitu organisasi-organisasi keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah sebagai pengaruh kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Baitul Maal adalah lembaga keuangan pemerintah yang bertindak sebagai penerima, penyumbang, dan penyalur dana dana pemerintah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Masjid Jogokariyan juga memiliki lembaga Baitul Maal yang merupakan lembaga guna membantu dan meringankan masyarakat dalam hal ekonomi dan kesehatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan data sekunder yang diperoleh melalui literatur-literatur terkait dengan penelitian. Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian tersebut menggunakan kajian sosiologi agama dengan teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham H. Maslow. Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang dua permasalahan yaitu: pertama, bagaimana program Baitul Maal Masjid Jogokariyan terhadap masyarakat Non- Muslim yang tinggal di sekitar Masjid Jogokariyan. Kedua, bagaimana langkah dan proses penyaluran Baitul Maal Masjid Jogokariyan terhadap masyarakat Non- Muslim yang tinggal di sekitar Masjid Jogokariyan.
Hasil penelitian ini ditujukan untuk mengetahui program-program Baitul Maal Masjid Jogokariyan untuk masyarakat Non-Muslim yang tinggal di sekitar Masjid Jogokariyan. Program-program yang meliputi layanan ambulan umum, oksigen gratis, santunan Covid-19. Dengan harapan program tersebut dapat membantu dan meringankan jamaah Masjid Jogokariyan sekaligus masyarakat Non-Muslim agar terciptanya kesejahteraan dan kerukunan antar umat beragama. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber, respon dalam eksklusivisme di masyarakat Jogokariyan khususnya Non-Muslim, menganggap hal itu menjadi jurang pemisah untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Non-Muslim penerima bantuan, Takmir Masjid Jogokariyan memiliki gagasan untuk menyikapi masyarakat Non-Muslim, takmir menyadari bahwasannya tidak semua masyarakat yang tinggal di Kampung Jogokariyan beragama Islam. Selain beranggapan untuk menghormati, menghargai, dan melindungi para masyarakat Non-Muslim, takmir juga meminimalisir terjadinya konflik terhadap masyarakat Non-Muslim.NIM.: 18105020050 Parananda Mahmud2022-05-18T07:49:22Z2022-05-18T07:49:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50955This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/509552022-05-18T07:49:22ZKONSEP PEMIMPIN IDEAL PADA GERAKAN MAHASISWA KEAGAMAAN
(Studi Kasus Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi Cabang Yogyakarta Dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Yogyakarta)Pasca terjadinya reformasi pada Tahun 1998 yang menjadi titik akhir dari kekuasaan dari rezim otoritarian orde baru dibawah pimpinan soeharto, angin segar demokrasi pun sangat cepat bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Reformasi yang sebenarnya menjadi klimaks seluruh gerakan mahasiswa saat itu, terbukti sangat efektif dan cukup baik sebagai alat komunikasi dan konsolidasi setiap kelompok maupun pribadi mahasiswa yang merasa buruknya pemerintahan orde baru. Setelah terjadinya reformasi tersebut, slogan-slogan seperti “Agent of Change” ataupun “Agent of Social Control” sangat lekat pada gerakan-gerakan mahasiswa atau bahkan pada setiap mahasiswa, karena dengan bekal pengetahuan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya, Mahasiswa diharapkan oleh khalayak ramai dalam masyarakat bisa menjadi satu kelompok yang bisa membawa perubahan baik dalam lingkup regional, lokal, nasional, atau bahkan internasional.
Hal tersebut yang kiranya menjadi fokus utama penulis untuk bisa menggarap satu isu khusus yang ingin mencari titik terang, bagaimanakah pergerakan-pergerakan mahasiswa keagamaan khususnya HMI MPO Cabang Yogyakarta dan GMKI Cabang Yogyakarta menjawab tantangan zaman pasca reformasi untuk bisa menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berasal dari rahim perkaderan masing-masing organisasi tersebut. Pemilihan dua organisasi tersebut penulis rasa cukup bisa merepresentasikan dua organisasi mahasiswa kegamaan yang ada di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan teori kepribadian yang ditulis oleh Koentjaraningrat yang dalam teorinya tersebut terdapat tiga prasyarat yang dikemukakan olehnya untuk bisa melihat bagaimana latar belakang yang diwakili oleh pengetahuan, gagasan, dan juga konsep-konsep yang ada dalam organisasi tersebut, tidak tertinggal juga Sistem sosial yang berarti penggalian efek interaksi kader dua organisasi tersebut terhadap masyarakat sekitarnya.
Penulis menemui fakta dalam dua organisasi mahasiswa keagamaan tersebut memang memiliki tujuan untuk bisa menciptakan kader-kader yang nantinya bisa menjadi pemimpin masa depan Indonesia, hal tersebut bisa dilihat secara langsung dari bagaimana sistem perkaderan yang ada pada dua organisasi tersebut sangat erat kaitannya untuk bisa mengintegrasikan antara kader-kader yang notabene mahasiswa untuk bisa sangat erat dengan problematika kemasyarakatan. Selain daripada itu, melalui analisis yang dilakukan penulis menggunakan teori yang penulis sebutkan diatas, cukup bisa menjadi dasar bahwasanya dua organisasi tersbeut memiliki kader-kader yang bisa menjawab tantangan zaman kedepannya.NIM.: 17105020019 Akbar Buntoro2022-05-13T03:40:00Z2022-05-13T03:40:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50983This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/509832022-05-13T03:40:00ZEKSPRESI KONVERSI AGAMA SANTRIWATI
Pondok Pesantren Ulul Albab Balirejo, Umbulharjo, YogyakartaPondok pesantren adalah salah satu wadah pengembangan akhlak mulia seseorang. Lembaga Pendidikan Islam yang secara terus – menerus berusaha untuk menanamkan pendidikan akhlak kepada para santri. Untuk membentuk pribadi manusia yang mulia, pendidikan akhlak memiliki peran yang sangat penting. Dari pemahaman dan dogma agama yang didapatkan dari pondok pesantren membawa kepada pengamalan atau konsekuensi seorang santriwati dalam melakukan perbuatan baik sesuai ajaran agama. Dari sebab lingkungan dan kebiasaan seorang santriwati dalam mengikuti kegiatan sehari-hari di pondok pesantren Ulul Albab ada yang kehidupannya mengalami konversi agama. Indikator yang dilihat dari karakteristik itu sendiri yaitu ketaatan terhadap agama dan perilaku yang ditampilkannya dari kebiasaan, emosional, kontak tradisi, sugesti, kemauan yang bekaitan dengan lingkungan pondok pesantren.
Penelitian ini menggunakan teori Dzakiyah Daradjat dan Glock & Stack, jenis penelitian ini kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil survei lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung, wawancara kepada pihak yang bersangkutan dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ekspresi konversi agama santriwati pondok pesantren Ulul Albab Balirejo Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa santriwati Pondok Pesantren Ulul Albab Balirejo mengalami konversi agama yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor konflik jiwa, faktor hubungan dengan tradisi agama, faktor ajakan, faktor emosi, faktor adolesen, faktor teologi dan faktor kemauan. Dan mengalami proses tahapan dari konversi agama itu sendiri yaitu, dalam proses konversi agama yang dirasakan oleh santriwati pondok pesantren Ulul Albab Balirejo meliputi periode masa kegelisahan, periode masa krisis konversi, periode masa ketenangan, dan periode masa ekspresi konversi. Sehingga santriwati pondok pesantren Ulul Albab Balirejo mengalami perubahan keagamaan kearah yang lebih baik sehingga menimbulkan perbedaan ekspresi dimensi keagamaan sebelum dan sesudah mengalami konversi agama yang meliputi, dimensi keyakinan, dimensi ritual keagamaan, dimensi eksperiensial, dimensi intelektual, dan dimensi konsekuensi.NIM.: 18105020044 Wika Fitriana Purwaningtyas2022-05-12T03:15:28Z2022-05-12T03:15:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51018This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/510182022-05-12T03:15:28ZKONSEP PEMIMPIN IDEAL PADA GERAKAN MAHASISWA KEAGAMAAN
(Studi Kasus Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi Cabang Yogyakarta Dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Yogyakarta)Pasca terjadinya reformasi pada Tahun 1998 yang menjadi titik akhir dari kekuasaan dari rezim otoritarian orde baru dibawah pimpinan soeharto, angin segar demokrasi pun sangat cepat bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Reformasi yang sebenarnya menjadi klimaks seluruh gerakan mahasiswa saat itu, terbukti sangat efektif dan cukup baik sebagai alat komunikasi dan konsolidasi setiap kelompok maupun pribadi mahasiswa yang merasa buruknya pemerintahan orde baru. Setelah terjadinya reformasi tersebut, slogan-slogan seperti “Agent of Change” ataupun “Agent of Social Control” sangat lekat pada gerakan-gerakan mahasiswa atau bahkan pada setiap mahasiswa, karena dengan bekal pengetahuan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya, Mahasiswa diharapkan oleh khalayak ramai dalam masyarakat bisa menjadi satu kelompok yang bisa membawa perubahan baik dalam lingkup regional, lokal, nasional, atau bahkan internasional.
Hal tersebut yang kiranya menjadi fokus utama penulis untuk bisa menggarap satu isu khusus yang ingin mencari titik terang, bagaimanakah pergerakan-pergerakan mahasiswa keagamaan khususnya HMI MPO Cabang Yogyakarta dan GMKI Cabang Yogyakarta menjawab tantangan zaman pasca reformasi untuk bisa menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berasal dari rahim perkaderan masing-masing organisasi tersebut. Pemilihan dua organisasi tersebut penulis rasa cukup bisa merepresentasikan dua organisasi mahasiswa kegamaan yang ada di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan teori kepribadian yang ditulis oleh Koentjaraningrat yang dalam teorinya tersebut terdapat tiga prasyarat yang dikemukakan olehnya untuk bisa melihat bagaimana latar belakang yang diwakili oleh pengetahuan, gagasan, dan juga konsep-konsep yang ada dalam organisasi tersebut, tidak tertinggal juga Sistem sosial yang berarti penggalian efek interaksi kader dua organisasi tersebut terhadap masyarakat sekitarnya.
Penulis menemui fakta dalam dua organisasi mahasiswa keagamaan tersebut memang memiliki tujuan untuk bisa menciptakan kader-kader yang nantinya bisa menjadi pemimpin masa depan Indonesia, hal tersebut bisa dilihat secara langsung dari bagaimana sistem perkaderan yang ada pada dua organisasi tersebut sangat erat kaitannya untuk bisa mengintegrasikan antara kader-kader yang notabene mahasiswa untuk bisa sangat erat dengan problematika kemasyarakatan. Selain daripada itu, melalui analisis yang dilakukan penulis menggunakan teori yang penulis sebutkan diatas, cukup bisa menjadi dasar bahwasanya dua organisasi tersbeut memiliki kader-kader yang bisa menjawab tantangan zaman kedepannya.NIM.: 17105020019 Akbar Buntoro2022-05-11T08:06:33Z2022-05-11T08:06:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50998This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/509982022-05-11T08:06:33ZHARMONI SOSIAL KEAGAMAAN ANTARA NAHDLATUL ULAMA, MUHAMMADIYAH DAN SALAFI DI DESA KALITENGAH, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMENPluralitas masyarakat Indonesia tidak hanya karena keanekaragaman suku, budaya, bahasa, dan ras, tetapi juga agama. Dalam hal agama, survei beberapa tahun terakhir memberi kesan mudahnya agama mejadi alat provokasi terciptanya konflik, baik konflik internal maupun konflik eksternal. Namun, fakta ini berbeda dengan keadaan di Desa Kalitengah yang memiliki masyarakat dengan beragam paham keagamaan tetapi mampu hidup rukun dan harmonis. Oleh sebab itu, keberagaman yang ada di Desa Kalitengah menjadi fakta sosial yang patut untuk dikaji.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research yang menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik analisis deskriptif. Adapun pendekatan yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan pendekatan sosiologi serta pisau analisis teori fungsional struktural perspektif Talcott Parsons. Penelitian ini menjawab dua rumusan masalah dalam penelitian, yaitu: 1) Apa faktor yang melatar belakangi harmoni sosial keagamaan antara Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Salafi di Desa Kalitengah; 2) Bagaimana bentuk harmoni sosial keagamaan dan cara merawat harmoni sosial keagamaan antara Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Salafi di Desa Kalitengah.
Hasil dari penelitian ini yang pertama, keharmonisan ini tercipta karena adanya keterbukaan masyarakat dan pemerintahan desa; serta implementasi paham keagamaan pada kehidupan sehari-hari. Kedua, perbedaan dalam masyarakat tidak menjadi sebuah halangan untuk hidup harmonis. Masyarakat Desa Kalitengah justru hidup dengan damai dan rukun karena memelihara sikap saling menghargai terhadap perbedaan. Kegiatan sosial dan keagamaan menjadi ajang untuk saling bersosialisasi satu sama lain. Selanjutnya, upaya untuk menjaga harmoni sosial keagamaan di Desa Kalitengan adalah adanya interaksi positif antar masyarakat dan peran kepala desa yang mengatur kebijakan agar sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.NIM.: 18105020049 Umu Nur Azizah2022-04-27T06:17:26Z2022-04-27T06:17:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50835This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/508352022-04-27T06:17:26ZAGAMA, NASIONALISME DAN PERDAMAIAN PADA FILM ANIMASI BATTLE OF SURABAYA
(Analisis Semiologi Ferdinand de Saussure)Agama dan nasionalisme seringkali dianggap sebagai dua hal yang saling bertolak belakang. Tak jarang juga pemahaman fanatik dari keduanya (agama dan nasionalisme) justru menciptakan permusuhan hingga peperangan. Padahal, seharusnya agama dan nasionalisme adalah dua hal yang mestiya membaur dan saling mendukung dalam upaya mengentaskan permusuhan serta mewujudkan perdamaian. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji mengenai Agama, Nasionalisme dan Perdamaian pada film animasi Battle of Surabaya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penanda dan petanda serta makna dan pesan yang terkandung dalam film animasi Battle of Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis data literer. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah sumber data primer dan sekunder. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan semiologi Ferdinand de Saussure yang membahas mengenai penanda (signifier) dan petanda (signified) dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis tersebut penulis lakukan setelah melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dengan cara mengumpulkan data-data berupa scene-scene pada film animasi Battle of Surabaya, catatan penting, rekaman, video-video wawancara maupun berita-berita yang relevan dengan tema yang penulis teliti.
Hasil dari penelitian ini ialah pertama, penanda (signifier) pada film animasi Battle of Surbaya adalah berupa dialog, monolog, interaksi yang dilakukan oleh para tokoh maupun berbagai objek yang terdapat pada film ini. Kedua, petanda (signified) pada film animasi Battle of Surabaya cukup beragam. Mulai dari gambaran ritual keagamaan dari beberapa agama, ajaran atau dokrin, simbol-simbol agama, cinta tanah air, melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia hingga membangun perdamaian diatas perbedaan. Ketiga, makna dan pesan pada film animasi Battle of Surabaya adalah bahwa nilai-nilai atau ajaran agama dan nasonalsime merupakan dua hal yang saling mendukung dalam terwujudnya perdamaian. Permusuhan dan peperangan hanyalah akan menimbulkan kerugian untuk semua pihak. Karena pada dasarnya tidak akan pernah ada kemenangan dalam perang sebagaimana tagline utama pada film animasi Battle of Surabaya: “There is No Glory in War!”.NIM. 17105020057 Dewi Retno Sari2022-04-27T04:28:29Z2022-04-27T04:28:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50847This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/508472022-04-27T04:28:29ZTRADISI PUAK POI PADA KEHIDUPAN UMAT TIONGHOA DI KLENTENG TJEN LING KIONG YOGYAKARTASetiap manusia memiliki cara khusus untuk menghubungkan dirinya dengan Sang Pencipta. Cara khusus tersebut biasanya dilakukan melalui perantara seperti doa, sembahyang, simbol atau benda tertentu yang disakralkan yang terbungkus dalam suatu ritual maupun tradisi. Tradisi diartikan sebagai suatu kebiasaan atau adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun yang mengandung nilai dan makna tertentu. Bagi sebagian besar penganut Tionghoa, terutama umat di Klenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta menggunakan sarana khusus disebut dengan puak poi yang digunakan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan/Thian, Dewa-dewi atau pun roh leluhur. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang makna dan fungsi serta eksistensi tradisi puak poi pada kehidupan umat Tonghoa di Klenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta di tengah perkembangan zaman saat ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan/ field research. Dalam penelitian ini juga mengunakan sumber-sumber data melalui data primer yang diperoleh secara langsung dari infoman melalui wawacara dan data sekunder yang diperoleh melalui literatur-literatur terkait dengan penelitian. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Serta pendekatan yang digunakan ialah pendekatan antropologis menggunakan teori Fungsionalisme dari Brownislaw Malinowski untuk mengalisis fungsi tradisi puak poi di Klenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa etnis Tionghoa sangat kental akan tradisi leluhurnya. Etnis Tionghoa percaya bahwa hadirnya para arwah atau leluhur di sekitar mereka akan membawa keberuntungan. Tradisi puak poi ialah salah satu tradisi warisan leluhur yang berasal dari peramalan Tiongkok dan telah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Istilah puak poi merujuk pada alat yang digunakan sebagai sarana untuk tanya jawab kepada hal-hal yang sifatnya transenden seperti Tuhan/Thian, Dewa dan Dewi, maupun leluhur. Puak poi dapat dilakukan oleh siapa pun dan diutamakan di laksanakan di Klenteng yang dianggap memiliki kekuatan dan energi lebih besar. Pertanyaan yang diajukan oleh pelaku akan terjawab melalui posisi puak poi setelah dilemparkan. Puak poi tidak dapat dilakukan sembarangan, harus benar dan tepat, sebab itu akan berpengaruh terhadap jawaban yang diperoleh. Melalui teori Fungsionalisme Brownislaw Malinowski, dapat disimpulkan bahwa tradisi puak poi memiliki beberapa fungsi dan peranan penting yang menyangkut kehidupan berikut permasalahan hidup seseorang, sebagai sarana komunikasi batin kepada Tuhan/Thian, Dewa dan Dewi, maupun leluhur, serta menjaga kesimbangan hidup dan alam.NIM.: 18105020021 Yogi Alfiani Putri2022-03-10T08:09:11Z2022-03-10T08:38:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49948This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/499482022-03-10T08:09:11ZAGAMA SHINTO DALAM PERSPEKTIF MEDIA:
KEMATIAN DAN RITUAL PENGURBANAN MANUSIA AGAMA SHINTO DALAM SERI GAME FATAL FRAMEThis thesis studies the concept of death and human sacrifice ritual in a series of survival horror game titled Fatal Frame. This research aims to find out how concepts that exist in real life are adapted into a world inside a game, in this case, Fatal Frame. The focus of research are: (1) how concept of death and human sacrifice ritual are portrayed in Shintoism; and (2) how concept of death and human sacrifice ritual are constructed in Fatal Frame series. To answer research questions above, researcher uses Theory of Mimetic in Platonic dialogue. Theory of Mimetic is used to analyze how Fatal Frame series adapts concept of death and human sacrifice ritual in Japanese folklore. This is a qualitative research. Gathered data are then processed using analythic descriptive method.
Following are the result of this research: firstly, in the perspective of Shintoism, death is seen as something of taboo and dirty, yet they are still connected to death in their daily lives. Here is where concept of On is applied. Meanwhile, for human sacrifice ritual, researcher categorized related datas into two types, of which are hitobashira and rituals done to appease supranatural entities. Secondly, concept of death in Fatal Frame series is constructed in the form of the main antagonist. On the other hand, human sacrifice ritual in Fatal Frame is shown in a sequence of ritual, consisting of four parts.NIM.: 15520038 Annisa Cahya Febriana2022-03-10T08:06:17Z2022-03-10T08:38:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49941This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/499412022-03-10T08:06:17ZPELESTARIAN LINGKUNGAN (STUDI DIMENSI ETIS MASYARAKAT DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN LINGKUNGAN DARI ANCAMAN TAMBANG DI DESA WADAS KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH)Agama merupakan sistem kepercayaan yang tidak hanya membangun hubungan antara manusia dengan Tuhannya, namun lebih dari itu, agama membentuk cara pandang hingga membentuk tindakan pemeluknya dalam kehidupanya, termasuk sikap dalam membangun hubungan di lingkungan sekitarnya. Penelitian ini mencoba menyelami kehidupan beragama masyarakat Wadas yang tengah menghadapi konflik tambang batuan andesit di desanya. Di mana Desa Wadas akan menjadi salahsatu lokasi yang terdampak dari Proyek Strategis Nasional Pembangunan Bendungan Bener di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah, yang mana bagi masyarakat Wadas ini menjadi ancaman kelestarian lingkungan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berbasiskan penelitian lapangan, yang mana titik tumpu dalam penelitian ini berdasarkan pada subyek penelitian yaitu masyarakat Wadas. Dalam penulisannya, disusun dengan cara mendapatkan data-data yang berkaitan dengan konflik yang terjadi dan bagaimana sikap masyarakat Wadas sendiri terhadap rencana pertambangan tersebut, kemudian disusun secara deskriptif dan naratif sebagai metodenya. Sementara pendekatan yang digunakan dalam melihat fenomena masyarakat beragama masyarakat Wadas yang berjuang untuk melestarikan lingkungan dari ancaman tambang, dengan mengunakan pendekatan dimensi-dimensi agama.
Hasil dari penelian menunjukkan bahwa faktor yang mendasari mengapa masyarakat Wadas menolak hadirnya tambang atas dasar alasan kelestarian lingkungan, ekonomi yang bertumpu pada tanah sebagai sumber mata pencarian, keberlansungan kehidupan sosial masyarakat, dan keyakinan agama. Faktor-faktor tersebut yang melandasi perjuangan mereka dalam aktivitas penolakan yang telah berlansung selama bertahun-tahun.
Keyakinan agama yang dianut oleh masyarakat Wadas menjadi suatu yang penting dalam penelitan ini. Bagi masyarakat Wadas alam merupakan pemberian Tuhan yang perlu untuk dijaga dan dilestarikan. Ketika kondisi lingkungan telah mengalami kerusakan maka praktek keagamaan yang selama ini dijalankan oleh masyarakat Wadas juga mengalami kerusakan. Karena itu bagi mereka melestarikan lingkungan adalah sebuah aturan agama yang menjadi suatu kewajiban untuk dilakukan. Keyakinan yang bersumber dari agama ini termanifestasi dalam tindakan-tindakan penolakan rencana pertambangan tersebut.NIM.: 14520031 Muhammad Ibrahim2022-02-11T10:59:44Z2022-02-11T10:59:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49178This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/491782022-02-11T10:59:44ZRELIGIUSITAS MASYARAKAT DESA TRIMULYO KEC. GUNTUR KAB. DEMAK PADA MASA PANDEMI COVID-19Penyebaran covid-19 yang masih sangat massive ini sangat berdampak pada berbagai segi kehidupan, tak terkeculi pada kehidupan beragama. Peraturan pemerintah mengenai pembatasan di tempat ibadah maupun kegiatan keagamaan sangatlah berpengaruh terhadapa religiusitas seseorang termasuk masyarakat Trimulyo. Masyarakat Trimulyo bisa dikatkan semangat dalam beribadahnya tinggi namun pada masa pandemic ini masyarakat diharuskan beradaptasi dengan situasi saat ini. Tak jarang kebijakan tersebut menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Penelitian ini dilakukan di DesaTrimulyo dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana religiusitas masyarakat Desa Trimulyo pada masa pandemic covid-19
Dalam melakukan kan penelitian ini, penulis tidak lepas dari dua rumusan masalah, yaitu: pertama, bagaimana dinamika kehidupan masyarakat Desa Trimulyo pada masa pandemic covid-19. Kedua, bagaimana religiusitas masyarakat Desa Trimulyo pada masa pandemic covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan psikologi agama khususnya teori lima dimensi agama dari Glock dan Stark. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif, wawancara dengan masyarakat Desa Trimulyo serta dokumentasi. Analisis data deskriptif-kualitatif dengan prosedur reduksi data, penyajian data, verifikasi data serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah: pertama, Adanya covid-19 ini membuat kehidupan masyarakat Trimulyo mengalami perubahan yang signifikan, baik itu dalam kehidupan sosial maupun kehidupan beragama. Tak jarang adanya covid-19 ini menimbulkan konflik antar warga namun disi lain adanya covid-19 ini membuat masyarakat lebih peduli antar satu sama. Pada kehidupan beragama,masyarakat dihadapkan dengan pembatasan di rumah ibadah maupun kegiatan keagmaan namun hal itu tidak menyurutkan semangat masyarakat dalam beragama. Dalam hal ini agama sangat berperan bagi masyarakat, yaitu sebagai penguat serta penolong pada masa pandemic .kedua, religiusitas masyarakat desa Trimulyo pada masa pandemic covid-19 ini mengalami peningkatan, namun pada dimensi konsekuensial, masyarakat mengalami perbedaan. Disisi lain menjadikan masyarakat lebih peduli satu sama lainnya dan menumbuhkan solidaritas namun disisi lain menjadikan masyarakat berkonflikNIM.: 14520004 Malikatun Nafidah