Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T10:27:48ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2020-11-18T14:15:01Z2020-12-31T08:13:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41285This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412852020-11-18T14:15:01ZTASAWUF DALAM PANDANGAN HASAN AL BANNAManusia modern saat ini mempunyai kecenderungan terhadap pola hidup konsumtif dan materialisme,sebab system Industrialisasi cenderung meredam nilai-nilai Kemanusian Dari kemajuan Iptek yang mencoba menandingi Tuhan, kondisi tersebut terus berlanjut dan tanpa disadari telah menyeret hidup manusia keluar dari pusat lingkaran Eksintensi. Keberadaan mereka diluar eksistensi tercermin pada perasaan gelisah terus-menerus kondisi tersebut terus berlanjut akan tetapi mereka tidak berhasil. Ini terjadi karena sebagian besar usaha yanga dilakukan masih berputar digaris marjinal yang bersifat relative dan artificial. Hal ini tanpa mengetahui akar penyebabnya. Hal ini mengakibatkan pengobatan yang dilakukan baru menyentuh kulit luarnya saja sedang bagian yang sebenarnya tidak tersentuh, padahal ini sebagai sumber masalah karena disadari atau tidak orang modem sangat membutuhkan gagasan yang mampu menyentuh masalah fundamental mereka dan dapat menarik kembali hidup mereka kepusat eksistensi. Gagasan haruslah merupakan gagasan humanis eksistensial yang mempunyai tempat abadi disetiap relung hati manusia. Gagasan itu adalah tasawuf.Skripsi ini membahas tengtang tasawuf Hasan al Banna. Secara histories tasawuf merupakan tradisi keilmuwan islam yang berjasa scabagai dsiplin ilmu yang mampu memberikan reaksi terhadap kondisi social masyarakat yang, tetapi secara bersamaan tasawuf juga dianggap sebagai disiplin ilmu islam yang mematikan kreativitas manusia. Terlepas dari sisi historis. Hasan al Banna adalah tokoh yang mampu menyembatani kesenjangan yang terjadi antara ajaran tasawuf yang dipegang dan dikembangkan oleh kalangan sufi dan ajaran syariah yang dikembiangankan oleh para fugalia. beliau mampu mampu memadukan ajaran figh dun tasawul berjalan bersama saling memiliki inilah yang menarik peneliti untuk membahasnya lebih lanjut. Rumusan masalah yang menjadi pembahasan skripsi ini adalh bagaimana konsep tasawuf Hasan al Banna.Penelitian ini sifatnya literer dan menggunakan pendekatan filisofis historis. Dun dari hasil penelusuran yang telah dilakukan, peneliti memperoleh kesimpulan: 1. ajaran tasawuf Hasan al Banna dan pengikutya merupakan ajaran tasawuf yang selaras denagn ajaran tasawuf akhlaki Pemikirannya mirip dengan Ibnu Taymiyah, yaitu ilmu (tasawul) yang dibatasi oleh alquran dan sumal dalam sejarah kehidupannya penuh dengan perjuanagan membela Islam dari bid'ah dan qurafat. Hasan al Banna tampil ditengah masyarakat yang mengalami krisis moral dan agama terutama dibidang taswuf sehingga kehadirannya merupakan suatu karunia Allah yang bijaksana. 2. Islam adalah ajaran yang mencakup seluruh kehidupan denagn fitrah dan tabiat yang jerih dari pemahaman yang salali dan parsial seputar cakupan islam yang membatasi pada aspek spritual dan ritual secara dzalim. Begitu juga denagn bahasan tasawuf. ia mengatur hubungan manusia dengan Allah dan ia juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dai tingkungan. Bahasan itu dikenal dengan konsep syumuliyatulNIM. 00510377 Siti Solikhah2020-11-18T11:07:12Z2020-12-31T07:52:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41283This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412832020-11-18T11:07:12ZGAGASAN KUNTOWIJOYO TENTANG PENGILMUAN ISLAM (Suatu Telaah Epistemologi Islam)Realitas kemanusiaan selalu berubah seiring dengan berkembangnya kemampuan manusin berpikir. Ilmu merupakan hasil dari pemahaman manusia terhadap lingkungan dunia. Peran akal dan kenyataan empiris menjadi bagian yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, dipihak lain, Tuhan melalui agama memberi petunjuk kepada manusia. Agama menjadi bagian hakiki bagi manusia Yang belakangan diklaim sebagai suatu kebenaran yang tak terbantahkan, kekal, abadi dan universal Islam dianggap sebagai agama dengan kebenaran yang terbantahkan Al-Qur'an menjadi sumber utama bagi umat Islam, terkandung rahasia-rahasia kebenaran dan ilmu yang dimiliki Allah Pemahaman terhadapnya menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat muslim Dua realitas tersebut, yaitu realitas kemanusiaan (ilmu dan perkembangan budaya) dan realitas agama selalu menjadi perdebatan Sejak reanaisans perdebatan itu antara keduanya sering berseberangan satu sama lain. Bahkan dalam perkembangan ilmu dan sains agama sering tersingkirkan Di satu pihak ilmu-ilmu yang semakin berkembang melengkapi dengan berbagai temuan telah membuktikan secara empirik rahasia-rahasia alam Sehingga, di pihak lain, agama sering tersudut tidak berarti tidak berguna bahkan ditiadakan Anggapan di atas sering menjadi dilematis bagi umat Islam sebagaimana agama-agama lain ketika dihadapkan dengan realitas ilmu-ilmu yang dicapai manusia sendiri Bahkan secara fatal, penolakan terhadap masing-masing memunculkan sikap yang menutup diri kaku dan baku bagi perkembangan. Oleh karenanya, Kuntowijoyo menyatakan perlunya pengilmuan Islam supaya Islam bisa terbuka dan dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut Menurut Kuntowijoyo, pada dasarnya ada yang harus dibedakan antara budaya dan agama Ilmu adalah hasil kebudayaan yang secara kumulatif berkembang dan berubah seiring dengan cara berpikir manusia Sementara Islam adalah agama yang tidak secara kumulatif berkembang, keabadiannya selalu diakui oleh umatnya. Akan tetapi antara ilmu dan agama perlu dipadukan menjadi satu kesatuan yang melengkapi Ilmu menjadi alat pemahaman terhadap dunia nyata, konkret dan berubah. Sementara agama memberi nilai baik secara moral maupun spiritual apa yang dipahami dari dunia. Hal ini ditunjukkan pada nilai nilai agama Islam yang tidak semata-mata terbatas pada pemahaman subjektif normatif, tapi juga dapat dibuktikan melalui pemahaman secara keilmuan. Dengan kata lain, Islam perlu suatu interpretasi baru yang sesuai dengan realitas sosio historis di mana dipahami dan dihayati. Dengan intepretasi yang ditawarkan oleh Kuntowijoyo menjadi harapan bahwa ilmu yang dibangun oleh umat Islam tidak mengalami dikotomi keilmuan, yang ia kritikan terhadap gagasan Islamisasi Sains Ilmu yang dibangun dengan melandaskan pada al-Quran dan as-Sunnah harus secara objektif, rasional dan empirik mampu menjadi alternatif penyelesaian masalah-masalah di manapun dan kapanpun dihadapi oleh umat Islam khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya Pengilmuan Islam juga merupakan upaya untuk mengintegrasikan antara ilmu dan agama menjadi satu paduan yang tidak saling mendominasi. Dari sudut pandang keilmuan ilmu yang dibangun atas dasar integrasi agama tidak menjadi ilmu yang mendominasi Dari sudut pandang praktis tidak menjadi alat untuk mendominasi suatu kelompok, ras, negara ataupun agama tertentu Sehingga Skripsi ini membahas gagasan pengilmuan Islam Kuntowijoyo sebagai suatu epistemologi bagi interpretasi terhadap Islam. Lebih lanjut tujuannya mengetahui apa dan bagaimana landasan, metode dan pendekatan pengilmuan Islam Kemudian bagaimana keharusan pemahaman Islam dalam konteks sosio historis Dalam hal ini penulis akan melihat memaparkan secara deskriptif pemikiran Kuntowijovo Pendekatan ini diupayakan melihat apa dan bagaimana pengilmuan itu bekerja sebagai salah satu bagian dari wacana dalam kajian keislamanNIM. 00510185 Muajib2020-11-18T09:52:54Z2020-12-31T07:45:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41282This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412822020-11-18T09:52:54ZHUBUNGAN ANTAR TUHAN DENGAN MANUSIA MENURUT MUHAMMAD ABDUHDalam sejarah pembaharuan Islam, Muhammad Abduh adalah salah seorang pemimpin yang penting. Pemikirannya meninggalkan pengaruh tidak hanya di tanah airnya Mesir dan dunia Arab lainnya di Timur Tengah, tetapi juga di dunia Islam lain, termasuk Indonesia di Asia Tenggara. Akan tetapi pokok pemikiran Muhammad Abduh yang menjadi dasar bagi pendapat-pendapatnya dalam bidang pembaharuan Islam. tidaklah banyak diketahui. Pokok pemikiran itu banyak berkaitan dengan corak teologi yang dianutny. Bagi Muhammad Abduh, Islam adalah agama yang rasional, agama yang sejalan dengan akal, bahkan agama yang didasarkan atas akal. Dalam pendapatnya, jalan yang dipakai untuk mengetahui Tuhan, bukanlah wahyu saja tetapi juga akal. Akal dengan kekuatan yang ada dalam dirinya, berusaha memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, dan wahyu turun untuk memperkuat pengetahuan akal dan untuk menyampaikan kepada manusia apa yang tidak dapat diketahui oleh akal. Akal menjadi tulang punggung agama dan wahyu adalah sendinya yang utama Antara akal dan wahyu tidak ada pertentangan, Mungkin agama membawa sesuatu yang diluar kemampuan manusia memahaminya, tetapi tidak mungkin agar membawa sesuatu yang mustahil menurut akal. Menurut Muhammad Abduh, dalam berbicara sifat-sifat Tuhan, fungsi wahyu sebagai informal, sedangkan akal adalah konfirmasi. Tidak mungkin agama membawa sesuatu yang mustahil menurut akal. Menurut Muhammad Abduh, dalam berbicara sifat-sifat Tuhan, fungsi wahyu sebagai informasi, sedangkan akal adalah konfirmasi. Sebagaimana tertera dalam Risalahnya, bahwa akal dapat mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya, mengetahui adanya hidup akherat, mengetahui perbuatan baik dan jahat, mengetahui kewajiban terhadap Tuhan, mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi perbuatan jahat dan membuat hukum-hukumNIM. 00510047 Hudiya Wiralaksana2020-10-28T14:32:17Z2020-12-31T00:41:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41259This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412592020-10-28T14:32:17ZNALAR PUITIK DALAM "BIOGRAFI YANTI SETELAH 12 MENIT" KARYA AFRIZAL MALNAPeradaban abad 21 ini akhirnya bergerak bersama-sama atau kalau tidak bisa disebut seperti dikatakan Marcuse "one dimensional man", masyarakat satudimensi; satu arah, satu tujuan (seragam). Di bawah institusi-institusi yang dulu sepenuhnya menyentuh kita. Yang tak beraturan, yang tak terencana, asal-asalan, ganjil dan lepas-lepas, kalau tidak terdesak dan hampir punah. Dengan itu pula kita menikmati dan mengagungkan "kemajuan". Sebuah suasana keruhan pasar "modern" yang ambigu. Tetapi pada dasamya pasar mendorong sistematisasinya dan ketertibannya sendiri. Dan kita bersama-sama terjebak dalam lorong gelap itu. Semua diukur, diklaim, dengan standarisası absolut yang dibentuk entah oleh siapa dan bagaimana. Kapitalisme (nalar untung rugi pasar yang sangat rasional itu, walaupun sebenarnya irrasional yang lain alnya kita tidak sungguh-sungguh tahu dan menahu, tetapi secara bersama-sama berfikir begitu dan begitu, 'asumsi' tak bertuan dari nalar rasional yang arogan.Perkembangan selanjutnya post-modern datang dengan agenda menggugat cara bernalar yang seperti itu dengan meletakkan inti persoalan sebenarnya pada bahasa Sebab dengannya manusia berhubungan dengan dan juga mengungkapkan ataupun bahkan menginstitusikan hal ihwal yang ada di luar dirinya la seharusnya tidak argumentatif. logis dan keras, akan tetapi menyenangkan metaforik, dan bebas Muncul Heidegger, Derrida, Nietzsche Wittgenstein, Rorty, Husserl (di) dengan membuka pintu labanan ke arah nalar yang tidak mengandaikan jawaban atas segala sesuatu, kecuali penghadiran dan realitas itu nalar puitik sebuah bahasa yang skematis, suatu bahasa yang memperoleh prestisenya dari kemampuannya untuk membawa, kedalam bahasa, aspek-aspek tertentu dan pengalaman kemanusiaan kita Lantas bagaimana Indonesia Afrizal Malna. Lantas bagaimana Indonesia?Afrizal Malna muncul dengan menggugat hal itu. Dengan cara melakukan model pengucapan baru dalam sebuah keluarga bahasa yang sudah kadung meng institusi tersebut. Yang cenderung menjebak kita ke dalam kelompok-kelompok, klan, bahkan sekte sekte, lebuh jauh sebagai legitimasi Padahal semesta di luar begitu luas, beragam dan plural Ada ratusan bahasa dengan budaya dan manusia rang bermacam-ragam. Sebuah bahasa gambar yang bebas dan mistis dengan aroma mitos urban dan pluralisme yang santer, Dengan kesadaran akan situasi kecemasan identitas inlah. Afrizal banyak menuliskan karyanya (baik berupa esai, cerpen, puisi, naskah teater). Ketakutan ketakutan di tengah hiruk-pikuknya kota, dengan kebisingan yang merajalela. Wacana lalu-lalang tanpa dapat dicegah, teknologi datang dengan congkak, gaya hidup (life style) berhembus tanpa dapat ditolak. Hampir dari gang, membuatnya memilih antara menafikan identitas seperti terlihat dalam setiap sudut dan setiap tokoh-tokoh dalam karyanya) atau meneguhkan identitas (seperti dalam banyak sastrawan pendukung rezim keluarga). Sebab ia yakin identitas cenderung melekat pada mainstrem yang menggerakkan pikiran masyarakat atau seseorang Dan ketika internalisasi terhadap identitas itu macet, kehilangan aktualisasinya. identitas itu mulai membusuk dan menjadi gangguan untuk tenadinya perubahan Kadang-kadang menjadi dangkal dan artifisial, dan turistik sedangkan identitas yang in kenal dalam kerja kepenyairannya adalah kebutuhan mengenali berbagai gejala budaya yang berpengaruh dalam lingkungan semiotik di sekitarnya. Yaitu pengaruhnya terhadap mitos, ideologi maupun perilaku Katanya: puist tidak menciptakan bahasa baru dalam bahasa, melainkan mamainkan medan bahasa yang hidup dalam berbagai gejala komunikasi di sekitar kita dalam rangka sebuah permainan lain di medan poitik pemaknaanNIM. 0151048699 Hendra Cipta