Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T08:35:22ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2023-02-28T04:46:46Z2023-02-28T04:46:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56710This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567102023-02-28T04:46:46ZISLAM DAN TRADISI LOMBE DI MASYARAKAT KEPULAUAN KANGEANPulau Kangean merupakan salah satu pulau di ujung timur Madura yang memiliki berbagai kekayaan tradisi yang masih berkembang, salah satunya tradisi lombe/Mamajir. Tradisi lombe masih berkembang hingga saat ini dan masuk sebagai salah satu aset kebudayaan nasional serta tradisi ini mengandung unsur mistik berbau teologi kuno. Masyarakat di pulau Kangean terkenal ramah, dan sarat dengan tradisi. Oleh karena itu, tradisi ini menjadi menarik untuk diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, data yang digunakan berasal dari wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai data pokok atau utamanya, serta studi kepustakaan sebagai penunjang. Dalam penelitian ini dihasilkan bahwa persinggungan antara Islam sebagai Agama dan tradisi sebagai laku serta hukum adat masyarakat tidak mengalami perselisihan. Kemudian unsur teologi dan mistik di dalamnya juga merupakan suatu hal yang niscaya dalam sebuah tradisi. Diyakini bahwa tradisi lombe dilakukan sebagai media untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT. agar pertanian yang digarap mendapatkan hasil panen yang melimpah. Dalam pelaksaannya secara abstraksi diketahui terdapat penyusupan unsur-unsur mistik berupa sesajen, selametan, dan unsur-unsur lainnya. tradisi ini menjadi bagian dari pola kehidupan masyarakat pulau Kangean sehari-hari dan terus dilestarikan setiap tahunnya.NIM.: 18105010085 Kirwan2023-02-28T04:40:32Z2023-02-28T04:40:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56709This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567092023-02-28T04:40:32ZPRAKTEK TASAWUF PADA AMALIAH CEPEDI
(Studi Kasus Terhadap Amaliah Perguruan Pencak Silat Cepedi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)Setiap perguruan pencak silat memiliki ragam budaya dan tradisi yang khas. Selain kekuatan fisik di dalamnya juga terdapat aspek spiritual. Aspek spiritual ini penting untuk mendukung terbentuknya pribadi yang luhur dan memiliki budi pekerti yang baik. UKM PPS CEPEDI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi perguruan beladiri silat yang mengedepankan aspek spiritual, dengan semboyannya yaitu “Dakwah Bil Pencak Silat”. Salah satu kegiatan yang menunjang praktek dakwah adalah Amaliyah Cepedi. Amaliyah Cepedi memiliki keterkaitan dengan konsep tasawuf, lebih spesifiknya pada ajaran tasawuf akhlaki.
Dengan demikian, penulis merumuskan dua persoalan yaitu: Bagaimana pelaksanaan Amaliyah Cepedi pada UKM PPS CEPEDI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Bagaimana hubungan antara Tasawuf akhlaki dengan Amaliyah Cepedi pada UKM PPS CEPEDI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Metode yang peneliti gunakan yaitu, penentuan lokasi yang akan diteliti, pengumpulan data dengan cara; observasi untuk melihat dan mengamati fakta-fakta di lapangan, wawancara pada pelatih, atlet, alumni UKM PPS CEPEDI dan pendokumentasian. Setelah data terkumpul, penulis menganalisa dengan metode pendekatan tasawuf akhlaki.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertama, praktek Amaliyah pada UKM PPS CEPEDI ada empat yaitu amaliyah harian, mingguan bulanan dan tahunan. Dalam prakteknya Amaliyah Cepedi melatih anggotanya untuk mengamalkan sunnah Nabi Saw, seperti sholat wajib berjamaah, sholat sunnah ba’diah dan tasbih, dzikir, membaca Al-Quran, dan sholawat. Kedua, hubungan antara Tasawuf Akhlaki dan Amaliyah Cepedi adalah pada ajaran tingkatan Tasawuf Akhlaki, yaitu Takhalli (pembersihan diri), Tahalli (pengisian dengan akhlak mulia) dan Tajalli (Tersingkapnya Cahaya Ketuhanan).NIM.: 18105010082 Bayu Pramono2023-02-28T04:35:22Z2023-02-28T04:35:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56708This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567082023-02-28T04:35:22ZSOSIO-SUFISME DALAM BUKU MEMANJAT BUKIT CAHAYA KARYA KUSWAIDI SYAFI’IESufisme adalah sebuah paham yang mengedepankan rasa ketuhanan pada jiwa manusia dibandingkan dengan rasionya. Pada perjalannya, sufisme berkembang secara dinamis beriringan dengan perkembangan pemikiran manusia. Salah satunya adalah sebuah ajaran tasawuf yang memiliki dimensi sosial atau sosio-sufisme. Istilah sosio-sufisme merupakan diskursus baru dalam bidang kajian tasawuf. Sosio-sufisme menekankan pada internalisasi nilai-nilai tasawuf yang ada dalam diri individu manusia yang menjadikan realitas sosial sebagai wahana untuk bertauhid.
Kuswaidi Syafi’ie sebagai penyair sufi memiliki karakter yang unik dalam karya-karyanya, utamanya buku Memanjat Bukit Cahaya yang merupakan kumpulan cerpen sufistik satu-satunya yang ditulis Kuswaidi Syafi’ie. Untuk itu perlu dilakukan sebuah pemetaan pemikiran sosio-sufisme dalam buku Memanjat Bukit Cahaya. Selain itu juga penting untuk ditinjau bagaimana relevansi antara karya yang merupakan hasil renungan dengan dimensi kehidupan yang dijalaninya.
Penelitian ini merupakan penelitian library research dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku Memanjat Bukit Cahaya sebagai sumber primer, sementara untuk sumber sekundernya adalah karya-karya Kuswaidi Syafi’ie lainnya, baik yang berupa cerpen, puisi, ataupun essai. Data dikumpulkan melalui wawancara dan identifikasi karya. Metode pengolahan data dalam penelitian ini adalah deskriptif, interpretasi, dan kesinambungan historis. Metode ini digunakan bertujuan untuk memberikan makna yang dikandung dalam buku Memanjat Bukit Cahaya.
Hasil dari penelitian ini ditemukan sebuah pemikiran sosio-sufisme dalam buku Memanjat Bukit Cahaya karya Kuswaidi Syafi’ie dan juga relasi antara karya dan kehidupannya yang begitu tampak sama sebagaimana apa yang ada dalam karya yang ditulis Kuswaidi Syafi’ie.NIM.: 18105010079 Zainul Abidin2023-02-28T04:30:10Z2023-02-28T04:30:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56707This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567072023-02-28T04:30:10ZCITRA PEREMPUAN DALAM ISLAM PERSPEKTIF
EKOFEMINISME
(STUDI ATAS PEMIKIRAN SACHIKO MURATA
DALAM BUKU THE TAO OF ISLAM)Diskursus seputar perempuan banyak memunculkan aliran-aliran feminis
dalam model Barat. Hal ini disebabkan perbedaan perlakuan antara laki-laki dan
prempuan dalam masyarakat. Selain itu, adanya ayat-ayat misogenis menyebabkan
salah tafsir terhadap Al-Qur’an ketika memandang perempuan. Penafsiran ini
menciptakan citra perempuan yang saling bertentangan. Imbas dari imajinasi tersebut
timbul semacam diskriminasi sehingga didapatkan konsekuensi bahwa perempuan
subordinatif dari laki-laki. Ayat-ayat yang bersifat misogenis (membenci perempuan)
inilah yang demikian mengeksploitasi tubuh perempuan sekedar sebagai objek.
Pengeksploitasian tubuh perempuan sama dengan pengekploitasian yang terjadi pada
alam. Sehingga ditemukan bahwa pola dominasi perempuan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan alam. Banyak feminis semakin sadar bahwa masyarakat modern
sangat tidak setara terlalu pada sifat maskulin dan minim pada sifa feminine seperti
cinta, perhatian, pengasuhan dan pemeliharaan. Akibatnya, muncul teori feminis yang
menekankan keunggulan feminitas, yaitu ekofeminisme.
Ekofeminisme membuat model hubungan yang tidak lagi berpusat pada
patriarkhi namun lebih menghubungan manusia satu sama lain dengan alam.
Ekofeminisme menawarkan konsep kasih sayang, kelembutan, kebersamaan, perhatian
dan cinta. Menurut ekofeminisme manusia dan alam berantakan karena manusia terlalu
banyak menyembah Tuhan maskulin dan sedikit menyembah Tuhan feminine. Lambat
laun pemikiran ekofeminisme telah menyentuh aspek spiritual dengan mengakui
adanya dualisme pada Tuhan, namun secara bersamaan juga lebih menggungulkan
kualitas masing-masing. Disinilah letak relevansi buku The Tao of Islam karya Sachiko
Murata yang dapat membidik secara tepat ketimpangan masalah yang ada dengan
menjelaskan secara sistematis dan jelas dalam menguraikan makna dualism tersebut
sehingga dapat menjawab pertanyaan pada penelitian.
Penelitian ini mengkaji bagaimana konsep ekofeminisme sebagai sebuah
perspektif dalam melihat citra perempuan dalam Islam dan bagaimana citra perempuan
dalam Islam perspektif ekofeminisme menurut Sachiko Murata dalam buku The Tao of
Islam. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsep ekofeminisme
sebagai sebuah perspektif ketika melihat citra perempuan dalam Islam dan mengetahui
pemikiran Sachiko Murata mengenai citra perempuan Islam dari perspketif
ekofeminisme. Dengan menggunakan metode deskripsi dan interpretasi, temuan
penelitian ini menggambarkan konsep yang dipakai oleh perspektif ekofeminisme
dalam melihat citra perempuan dalam Islam berdasarkan relasi kesalingan. Upaya
memahami relasi manusia dan alam tetap dalam koridor untuk lebih mengagungkan
kebesaran Tuhan yang hanya bisa dipahami melalui tauhid. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini didapatkan bahwa citra perempuan perspektif ekofeminisme Sachiko
Murata terkait dengan fisik perempuan. Sehingga Sachiko Murata
perempuan sebagai alam sekaligus istri dan ibu, rahim sebagai mikrokosmis dan rahim
sebagai alam. Pengidentifikasian tersebut memiliki makna bahwa sifat feminine
dominan pada perempuan dapat merawat dan memberi kehidupan di bumi. Sehingga
ekofeminisme Sachiko Murata dikategorikan pada aliran ekofeminisme transformative
spiritualitasNIM. 18105010017 Desi Novita2023-02-28T04:24:51Z2023-02-28T04:24:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56706This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567062023-02-28T04:24:51ZMAKNA SESERAHAN DALAM TRADISI MASYARAKAT DESA MANJUNG WONOGIRI (Studi Fenomenologi Edmmund Husserl)Penelitian mengenai fenomenologi dalam tradisi seserahan pernikahan masih jarang ditemukan. Padahal, tradisi ini ada pada setiap wilayah dan selalu ada setiap tahunnya terlebih pada bulan-bulan tertentu, baik dari kalender Islam atau kalender Jawa. Cara memaknai tadisi seserahan ini memiliki sudut pandang masing-masing yang berbeda setiap orang, wilayah, maupun adat istiadat setempat. Penelitian ini meneliti pemaknaan tradisi hantaran ini, sebagai pengalaman pribadi individu yang mengalami tradisi, maupun menghayati tradisi tersebut. Penelitian fenomenologis ini berfokus pada kesadaran, realitas, dan pemaknaan dari partisipan bukan pada peristiwanya.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana.individu memaknai pengalaman. pribadinya sebagai orang yang dekat dengan tradisi tersebut. Wawanacara dilakukan secara semi-terstruktur dengan menggunakan Descriptive Phenomenological Analysis PFD.
Ada 3 superordinat yang ditemukan (1) Tradisi seserahan sebagai bentuk kesanggupan dan tanggungjawab laki-laki untuk meminang seorang wanita, (2) Tradisi seserahan sebagai bentuk ikatan antar keluarga, (3) Tradisi seserahan sebagai bentuk tebusan kepada orangtua memepelai wanita. Lewat penelitian ini, partisipan menyampaikan pengalaman pribadainya dalam melihat fenomena tradisi seserahan. Hasil.dalam penelitian.yang dilakukan dapat menjadi alternative pengetahuan yang baru bagi masyarakat dalam.memaknai.tradisi seserahan ini sesuai maknanya.NIM.: 18105010012 Yositha Hamidah2023-02-28T03:44:19Z2023-02-28T03:44:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56705This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567052023-02-28T03:44:19ZKEBERMAKNAAN HIDUP WARA’ SANTRI: STUDI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AS-SALAFIYYAH TAKHASUS MLANGI, SLEMAN, YOGYAKARTAIslam encourages people to be careful in their actions, thoughts and words. This is so that a person is more introspective and not trapped in his own mistakes. One effort that can be done is to be wara'. Wara' can be applied by anyone, but usually people who are in the pesantren environment understand more about the application of wara' because they are more deeply involved in religious sciences. This research was conducted in the female dormitory of the As-Salafiyyah Takhasus Mlangi Islamic Boarding School, because the pesantren is a salaf Islamic boarding school, which means that this pesantren tends to focus on the yellow book method. Researchers saw a correlation between the issue of wara' in As-Salafiyyah Takhasus Mlangi Islamic Boarding School and the meaningfulness of life. In short, Victor Frankl explained that the meaning of life cannot be created but must be found. Researchers see that through the application of wara' a person can find the meaning of his life with various stages that must be passed.
This research utilizes qualitative methodologies in addition to descriptive analysis gathered from a variety of written and unwritten sources (oral). The information provided by the relevant informants through interviews constitutes the primary data source. The researcher conducted interviews with a boarding school caretaker, two female dorm administrators, and four female students. Then, for secondary data, the researcher acquired information from the relevant scholarly literature. Techniques for interviewing, observing, and documenting are used in the data collection process. This research used sufistic analysis to examine Wara’s attitudes towards female students at the As-Salafiyyah Takhasus Mlangi Islamic Boarding School, as well as to identify the meaning of life inherent within it.
This research concludes that the application of wara' at the As-Salafiyyah Takhasus Mlangi Islamic Boarding School can help a person to achieve and determine the meaning of the life of the santri. This is because the wara' makes a santri more productive in carrying out positive activities, then by being wara' santri can also abstract the knowledge that has been obtained from the pesantren. Thefactors that can influence the achievement of meaningful life for a student at the As-Salafiyyah Takhasus Mlangi Islamic Boarding School are: 1. Self-awareness, 2. The environment in the Islamic boarding school (includes: caregivers and administrators, friendship, Islamic boarding school activities, and learning methods at Islamic boarding school), 3. Activities outside the pesantren (include: educational institutions/campuses, friendships, parents).NIM.: 18105010008 Ines Wanudya Nur Utami2023-02-28T02:46:20Z2023-02-28T02:46:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56691This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/566912023-02-28T02:46:20ZPengaruh Game Mobile Legends: Bang Bang terhadap Religiusitas Mahasiswa S1
(Studi Komunitas Mobile Legends di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)Skripsi ini meneliti tentang analisis terhadap pengaruh game online terhadap religiusitas mahasiswa dalam persepsi komunitas mobile legends di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogykarta. Penelitian ini ditulis karena banyaknya pemain mobile legends di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Dengan banyaknya fenomena tersebut, akan memengaruhi beberapa perilaku gamer mahasiswa seperti dalam hal religiusitas. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti menemukan rumusan masalah, yaitu seberapa signifikan pengaruh mobile legends terhadap religiusitas dan analisis tasawuf mengenai fenomena tersebut.
Penelitian ini memakai metode penelitian kuantitatif dan sumber data berasal dari kuisioner yang diisi oleh responden dan beberapa literatur. Untuk menjelaskan permasalahan dalam rumusan masalah, peneliti menggunakan teori tingkatan dalam tasawuf akhlaki yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli. Teori tersebut berbicara mengenai perilaku muslim baik dalam hal sosial maupun ibadah. Setiap keburukan yang ditimbulkan oleh segala hal dapat diredam dalam proses takhalli lalu akan diganti dengan perilaku-perilaku mulia dimana pengisiannya dilakukan dalam proses tahalli. Sementara untuk mencapai tingkatan tajalli sendiri masih harus melalui proses yang sulit dan harus konsisten dalam menjalankan perbuatan-perbuatan mulia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa pengaruh mobile legends terhadap religiusitas cukup signifikan, dilihat dari pertanyaan penelitian yang berisi mengenai dampak negatif yang
ditimbulkan. Perilaku negatif tersebut termasuk kedalam akhlak yang buruk, dimana hal tersebut harus dihilangkan. Melalui proses takhalli akan dijauhkan dari berbagai perilaku negatif melalui amalan-amalan yang telah ditentukan. Lalu dengan bertahalli mahasiswa akan berperilaku lebih baik dan akan membawa dapampak yang positif ketika bermain mobile legends. Dengan hal tersebut akan menciptakan komunitas mobile legends yang positif kedepannya.NIM.: 17105010048 Dimas Bahrun Anugrah2023-02-24T06:08:43Z2023-02-24T06:08:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56520This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565202023-02-24T06:08:43ZEKOTEOLOGI ISLAM PERJUANGAN MASYARAKAT WADAS DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGANThe condition of Earth is experiencing a planetary-scale ecological crisis, this is exacerbated by the massive development carried out by the state. Since the era of President Soeharto, we have been filled with development and "welfare" behind the development, even until the era of President Joko Widodo, the country was massively building infrastructure. The people of Wadas Village are victims of state development, they are disturbed by their calm and have to struggle to maintain their living space and the natural preservation of their village.
Islam as a religion that is universal and applies throughout the ages, must have its views and attitudes in matters of nature conservation. Islamic ecotheology as a form of constructive theology related to environmental problems based on Islamic teachings contains how the relationship between humans, God, and nature should be built. In religion, ecotheology is suitable as a foothold in saving the environment.
In this study, the author wants to examine the struggle for rejection of the people of Wadas Village and the principles of rejection of the people of Wadas Village and their relationship with Islamic ecotheology. This research is qualitative research with data collection methods of interviews, observation, and documentation. The results of this study are divided into two points, namely: first. The people of Wadas Village have rejected mining from the start, a long struggle of up to four years showing their commitment to maintaining the living space and natural preservation of Wadas Village. Second, it is clear that in the attitude of the people of Wadas Village there are principles that they hold, which then has the principles of Islamic ecotheology. The six principles of Islamic ecotheology contained in the struggle of the people of Wadas Village are Tawhid, Amanah, Khilafah, Shari'ah, I'tidalNIM.: 18105010066 Nasyih Mi’rojul Fikri2023-02-24T06:08:37Z2023-02-24T06:08:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56524This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565242023-02-24T06:08:37ZMUSIK SPIRITUAL KIAI KANJENG DALAM PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRMusic is a close universal phenomenon to human civilization, which cannot be separated from time to time. As a complex entity, music has a very significant role and influence in creating a change for a civilization. Therefore, the discourse on music is very important to be centered and focused on. In this research, the researcher will highlight in a comprehensive and in-depth manner related to the phenomenon of Kiai Kanjeng spiritual music - by using Seyyed Hossein Nasr's perspective on spiritual music itself.
This study is conducted by the researcher using qualitative research based on observation and library research. This research will focus on three main questions that have been formulated by the researcher; (1) What is the form of Kiai Kanjeng's spiritual music?; (2) How is the contextualization of Seyyed Hossein Nasr's view on the phenomenon of Kiai Kanjeng music?; and (3) Why Kiai Kanjeng's music could be categorized as spiritual music?. To make the researcher easier to explain the three main questions, the researcher used two methods of data analysis; (1) contextual interpretation. Contextual interpretation is a method that seeks to interpret a concept and theory to be able to find and produce new meanings more objectively with phenomena that occur in today's contemporary context; (2) Description. In general, descriptive analysis is closely related to the type of philosophical research approach.
In this study, the researcher found several essential findings, there are; (1) The quality of the lyrics, which are presented by Kiai in many of his musical works, always contain a deep message for listeners as an effort to connect them to the highest spirituality, which in this case is Allah SWT; (2) Musical Quality, in terms of work, Kiai Kanjeng does not limit himself to just one particular genre. This is very possible because the gamelan created by Novi Budianto has the possibility of exploring various genres such as; pop, rock, dangdut, karawitan, Qasidah, to jazz. If looked at by the form presented by Kiai Kanjeng in some of his musical works, it is classified as a type of spiritual music because it absorbs elements of traditional, classical, and folk (popular) music as well as itself. Thus, it means that categorically, Kiai Kanjeng's music is spiritual in the context of Seyyed Hossein Nasr's thought.NIM.: 18105010083 Pandu Paneges2023-02-21T07:28:19Z2023-02-21T07:28:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56501This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565012023-02-21T07:28:19ZPENERAPAN NILAI-NILAI TASAWUF AL-GHAZALI DI MADRASAH HUFFADH I PONDOK PESANTREN AL MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTALatar belakang penelitian ini dilandasi oleh berkurangnya nilai-nilai religius di kalangan masyarakat modern. Fenomena ini menyebabkan terjadinya berbagai konflik sosial, mulai dari kekerasan, pelecehan sampai bergesernya nilai-nilai etika dan moral, sehingga keharmonisan menjadi sesuatu yang hampir punah pada masa ini.
Tasawuf adalah sebuah cara untuk membimbing manusia ke dalam keharmonisan dan kesatuan. Pondok Pesantren merupakan tempat untuk menerapkan nilai-nilai tasawuf dengan melatih para santri untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya pondok pesantren terletak berpisah dengan keramaian atau kehidupan sekitarnya, hal ini dilakukan agar pondok pesantren dapat maksimal dalam mendidik para santri menerapkan nilai keagamaan. Lantas bagaimana dengan Madrasah Huffadh I Pondok Pesantren Al-Munawwir yang justru terletak di dalam keramaian dan dihuni oleh mahasiswa yang tentunya berbeda dengan santri pada umumnya.
Apa saja nilai-nilai tasawuf Al-Ghazali yang diterapkan di Madrasah Huffadh I?, apa saja aspek pendukung dan penghambat dalam penerapan nilai-nilai tasawuf di Madrasah Huffadh I dan apa solusi yang diberikan oleh Madrasah Huffadh I dalam mengatasi hambatan tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana nilai-nilai tasawuf dipraktikkan, hal apa yang membantu serta penghalang dalam kegiatan tersebut dan kiat apa saja yang direkomendasikan guna memperbaiki tantangan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Informan dalam penelitian ini : ustadz, pengurus dan santri. Wawancara, catatan lapangan, dan bentuk dokumentasi lainnya digunakan untuk mengumpulkan data. Memisahkan data yang relevan dari kebisingan, memberikan konteks, dan menarik kesimpulan.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: (1) Nilai taubat, sabar, zuhud dan khauf, merupakan nilai tasawuf al-Ghazali yang diterapkan di Madrasah Huffadh I. (2) Program hafalan al-Qur’an dan majelis al-Qur’an, mujahadah yang wajib diikuti oleh seluruh santri, serta kontribusi pengurus dan ustadz dalam memantau kegiatan santri dan figur kiai dalah faktor pendukung dalam penerapan nilai tasawuf ini. Sedangkan aspek penghambat meliputi: kesadaran santri dalam mentaati peraturan, lingkungan sekitar pondok yang kurang mendukung dan kurangnya ketegasan peraturan. (3) Solusi yang diberikan oleh pihak pondok anatara lain: santri diperbolehkan membawa laptop di pondok untuk keperluan tugas kuliah, pembatasan jam keluar-masuk santri agar lebih disiplin, santri wajib memberikan jadwal perkuliahannya.NIM.: 17105010078 Musyfiq Amrullah2023-02-21T07:24:03Z2023-02-21T07:24:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56500This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565002023-02-21T07:24:03ZKONSEP MANUSIA SEMPURNA MENURUT IBNU MISKAWAIH DAN KONFUSIUSAgar tercapai kepuasan dan eksistensi manusia, maka sangat penting
kiranya jika kita mengkaji untuk mengetahui konsep manusia sempurna.
Sebab dengan ini manusia akan mencapai titik kepuasan serta paham status
dan esensialnya terlebih eksistensinya. Pembahasan ini nanti akan menjadi
sebuah topik yang mendasar dalam Agama dan Filsafat, baik modern
ataupun diera tradisional. Menjadi manusia sempurna di muka bumi ini
merupakan sebuah tujuan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah
di berikan akal oleh Tuhan agar menjadi makhluk yang berpikir dan berjiwa
sosial, sayangnya belakangan ini banyak sekali manusia tidak menggunakan
pola pikirnya dengan baik, maka dari itu sangat penting adanya penelitian
ini dengan tujuan agar manusia paham serta mengetahui eksistensinya. Dari
sini muncul beberapa rumusan masalah yang harus pecahkan oleh penulis
mengenai kehidupan manusia sebagai berikut: Apa yang dimaksud dengan
manusia sempurna, bagaimana manusia sempurna atau insan kamil menurut
Ibnu Miskawaih dan bagaimana konsep manusia sempurna ”Junzi menurut
Konfusius”.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode komparasi dengan cara
mengumpulkan berbagai sumber data baik dari internet ataupun langsung
dari buku, lalu penulis membaca dan mencari jawaban serta jalan tengah
antara pemikiran Ibnu Miskawaih dan Konfusius sekiranya layak dalam
menjawab keresahan yang ada pada rumusan masalah tersebut.
Hasil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: Pertama, kedua
tokoh mengajarkan, ketika ingin mencapai tingkatan manusia sempurna
maka, ego, nafsu dan amarah yang ada dalam diri manusia harus
dioptimalkan terlebih dahulu dan hatinya harus bersih. Kedua untuk
menjadi manusia sempurna maka kita harus sekap adil pada siapa pun dan
senantiasa berbuat kebaikan. Ketiga untuk menjadi manusia sempurna harus
memiliki kebebasan serta keberanian untuk mengutarakan argumentasinya
dalam menegakkan kebaikan dan keadilan. Keempat agar menjadi manusia
sempurna kita harus santun dan bisa menghormati orang lain serta
mengajarkan kebaikan pada anak-anak kita.
Kesimpulan: Hakikatnya makhluk hidup yang tidak bisa terlepas
dari andil orang lain ialah manusia, ia merupakan makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu sama lain, walaupun ada beberapa hal yang bisa
ia lakukan sendiri, maka dari itu tolak ukur manusia sempurna ialah,
bagaimana manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, manusia
sempurna akan senantiasa melakukan kebaikan lebih mengutamakan orang
lain daripada dirinya sendiri.NIM.: 17105010060 Misbahul Munir2023-02-21T06:51:12Z2023-02-21T06:51:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56495This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/564952023-02-21T06:51:12ZREKONSTRUKSI GERAKAN ISLAM DALAM NOVEL “TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR!” KARYA MUHIDIN M. DAHLANKajian mengenai gerakan Islam menarik dikaji, utamanya kelompok
fundamentalis yang tidak setuju dengan adanya Pancasila dan Negara Kedaulatan
Republik Indonesia. Gerakan ini mengusung sistem Negara Syariah atau Daulah
Islamiyah yang berbasis pada Islam Fundamentalis dengan jargon kembali kepada
al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai suatu gerakan keislaman, mereka berkeinginan
semua sistem harus berhaluan pada Islam, baik dalam Undang-Undang.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ialah: Bagaimana model gerakan
keislaman dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin
M. Dahlan? Bagaimana gagasan tentang negara Islam dalam Novel “Tuhan,
Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan? Berkenaan dengan
tujuan dalam penelitian ini ialah: 1. Untuk menjelaskan model keislaman dalam
Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan. 2.
Untuk menjelaskan gagasan tentang negara Islam dalam Novel “Tuhan, Izinkan
Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan.
Batasan penelitian ini, pada Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
Karya Muhidin M. Dahlan. Melalui tokoh Kiran, Muhidin berkisah tentang tokoh
tersebut untuk mendalami Islam secara sungguh-sungguh. Kemudian ia
bergabung dengan kelompok fundamentalis yang menentang sistem pemerintahan
Indonesia. Sebagai aktivis mahasiswa ia berupaya merekrut dan mencuci
pemikiran anak muda untuk ikut terlibat dalam gerakannya. Karena ia merasa
yakin, bahwa negara yang baik ialah yang mengusung al-Qur’an dan Sunnah,
yakni Negara Islam atau Daulah Islamiyah.
Hasil dari penelitian ini dari Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
ialah: pertama, model gerakan gerakan keislaman dalam novel Tuhan, Izinkan
Aku Menjadi Pelacur! ialah pada gerakan pemurnian islam sebagai doktrin negara
Islam. Di samping itu, para kelompok Jamaah mengupayakan gerakan bawah
tanah dengan merekrut mahasiswa-mahasiswi yang ingin mendalami Islam.
Kedua, gagasan tentang negara Islam dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi
Pelacur! ialah Daulah Islamiyah di Madinah dan penegakannya di Indonesia.
Gagasan ini mengacu pada prinsip bahwa Islam Negara adalah pada fase
Madinah, sebagaimana yang diproklamirkan oleh Eyang Wirjo menjadi Daulah
Islamiyah Madinah-Indonesia.NIM.: 16510007 Muhammad Sahlan2023-02-21T01:28:05Z2023-02-21T01:28:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56480This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/564802023-02-21T01:28:05ZFILSAFAT LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMIKIRAN A. SONNY KERAF DAN PENERAPANNYA TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG DISEBABKAN OLEH SAMPAH PLASTIKKrisis lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastik merupakan persoalan yang tidak dapat dilepaskan dari manusia, manusia merupakan bagian penting dari lingkungan itu sendiri. Krisis yang terjadi pada era modern ini merupakan salah satu dampak yang disebabkan oleh kesalahan cara pandang manusia terhadap alam semesta. Manusia menganggap bahwa dirinya merupakan pusat dari alam semesta yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari makhluk lain di atas muka bumi ini. Pandangan ini disebut sebagai cara pandang Antroposentrisme, cara pandang inilah yang menyebabkan manusia memiliki perilaku yang eksploitatif terhadap alam dan lingkungan hidup terutama yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Penilitian ini bertujuan untuk memberikan jalan keluar atas permasalahan krisis lingkungan hidup yang disebabkan oleh sampah plastik.
Penelitian ini mengambil objek pemikiran seorang tokoh Indonesia yang terkenal di bidang filsafat, etika dan lingkungan hidup yakni A. Sonny Keraf. Dalam penilitian ini penulis mengumpulkan data dengan sepenuhnya m enggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) dengan sumber data primer buku-buku karya A. Sonny Keraf yang berkaitan dengan tema filsafat lingkungan hidup. Selain itu peneliti juga menggunakan literatur lain yang menunjang dalam penelitian sebagai sumber sekunder. Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif dengan menggunakan pendekatan filosofis dalam metode pengumpulan data dan menggunakan teknik deskripsi, interpretasi dan analisis dalam pengolahan data.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa krisis lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastik di era ini berawal dari kesalahan cara pandang manusia terhadap alam semesta. Cara pandang ini berasal dari antroposentrisme yang menganggap bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam semesta. Pertimbangan moral yang ada pada cara pandang antroposentrisme dilandaskan pada nilai kepentingan manusia. Alam dipandang berdasarkan nilai instrumen atau nilai kegunaannya semata. Cara pandang ini menimbulkan permasalahan terhadap relasi manusia dan alam semesta. Hal inilah yang menyebabkan krisis lingkungan hidup yang disebabkan oleh sampah plastik terjadi. Oleh karena itu A. Sonny Keraf memberikan tawaran solusi atas permasalahan krisis lingkungan hidup yang disebabkan oleh sampah plastik dengan memberikan cara pandang baru yakni biosentrisme dan ekosentrisme yang memandang bahwa etika tidak hanya berlaku pada manusia. Biosentrisme dan ekosentrisme mengantarkan manusia pada gerak kembali pada kearifan tradisional dimana etika berlaku bagi seluruh komunitas ekologi. Selain itu pola industri harus bersifat ekologis dengan adanya Ecoliteracy dan BioregionalismeNIM.: 16510003 Muhammad Ravi Ali Latif2023-01-16T07:49:44Z2023-01-16T07:49:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55581This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/555812023-01-16T07:49:44ZEMPIRISME DALAM TINJAUAN SKEPTISISME AL-GHAZALIEmpirisme dalam beberapa tahapan Skeptisisme Al-Ghazali ternyata merupakan salah satu pokok permasalahan. Hal ini juga melibatkan salah satu tokoh empirisme, yaitu John Locke. Awalnya Locke dan Ghazali meski berbeda generasi setidaknya menyepakati bahwa peran indra menjadi fundamental untuk sebuah pencarian pengetahuan. Namun semua berubah ketika Al-Ghazali memasuki fase krisis intelektual yang membuat ragu terhadap peran indra. Kebalikan dari kondisi sebelumnya kini Al-Ghazali ditampilkan sebagai pengkritik atas pemikiran empirisme John Locke. Jenis penilitian adalah kualitatif deskriptif dengan metode library research, analisis-histori dan komparatif.NIM.: 15510070 M. Luthfi Mulyadi2022-11-17T03:17:00Z2022-11-17T03:17:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55129This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/551292022-11-17T03:17:00ZSHALAWATAN MAJELIS TAMRU AL-HASANAIN PERSPEKTIF FILSAFAT KEBUDAYAANKebudayaan adalah sebuah sistem yang mempunyai koherensi, bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku, sastra, lukisan, nyanyian, musik, kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep- konsep epistemologi dari sistem pengetahuan masyarakatnya. Sistem dan simbol maupun epistemologi juga tidak terpisahkan dari sistem sosial, organisasi kenegaraan, dan seluruh perilaku sosial. Demikianlah juga budaya material yang berupa, bangunan, peralatan, dan persenjataan tidak dapat dilepaskan dari seluruh konfigurasi budaya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka ditentukan rumusan masalah sebagai berikut: Apa yang melatarbelakangi terbentuknya kelompok atau komunitas budaya shalawatan Majelis Tamru Al-Hasanain dan bagaimana tradisi shalawatan Majelis Tamru Al-Hasanain dilihat dari perspektif Filsafat Kebudayaan? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latarbelakang terbentuknya kelompok atau komunitas budaya shalawatan Majelis TAMRU Al-Hasanain serta melihat dari perspektif Filsafat Kebudayaan.
Penelitian ini menggunakan model penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif yang berarti mencari abstraksi yang ditata secara khusus dari data yang diperoleh dan dikelompokkan bersama-sama melalu pengumpulan data dari selama penelitian berlangsung. metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan pendekatan fenomenologi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan proses kegiatan shalawatan Majelis Tamru Al-Hasanain ini terdapat nilai-nilai falsafah Islami yaitu: Moral, berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat penelitan, dalam pelaksanaan ataupun shalawatan Majelis Tamru Al-Hasanain sedang berlangsung terdapat nilai moral. Kerukunan, dalam shalawatan Majelis Tamru Al-Hasanain terdapat nilai kerukunan antara sesama masyarakat ataupun kerukunan antara sesama umat yang berbeda aqidah, berdasarkan observasi yang dilakukan bahwa pada saat shalawatan Majelis
Tamru Al-Hasanain sedang berlangsung terjalinnya hubungan baik antara sesama masyarakat dan juga masyarakat yang berbeda aqidah menerima dengan baik apa yang dilakukan masyarakat muslim pada umumnya. Terakhir adalah Ukhuwah Islamiyah, shalawatan Majelis Tamru Al-Hasanain dengan berukhuwah akan timbul sikap saling menolong, saling pengertian, dan tidak menzhalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allah.NIM.: 15510013 Zeqi Uddin2022-11-16T07:49:57Z2022-11-16T07:49:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54997This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549972022-11-16T07:49:57ZKONSUMERISME TERHADAP MODE
Perspektif Etika Kebahagiaan Al- KindiModernisme yang diusung oleh kaum kapitalis berhasil membuatnya menguasai berbagai lini kehidupan setelah terjadinya perang dunia ke II, diantaranya adalah dengan lahirnya budaya percepatan produk mode (fast fashion) yang ditujukan agar para konsumen, sebagai objek pasar mereka mengikuti percepatan ini sehingga apabila trend yang dihadirkan berubah dengan cepat maka produk yang telah dipasarkan lebih cepat dikonsumsi. Pada setiap tahunnya pertumbuhan konsumerisme pada produk mode mengelami kenaikan yang positif. Pertumbuhan ini jelas memiliki dampak postif dari segi perekonomian yang mengalami perputaran uang lebih cepat sehingga pertumbuhan nilai perdagangan terus membaik. Akan tetapi, dampak negatif yang timbul juga pasti ada. Ditemukan bahwa konsumerisme mode yang telah dianut oleh mayoritas masyarakat terutama generasi milenial sekarang ini menjadi sandaran bagi mereka yang menginginkan kebahagiaan dalam kehidupannya. Penelitian ini mencoba menjawab persoalan yang terjadi dari konsumerisme mode yang dijadikan sandaran sebagai pemuas rasa kebahagiaan dengan menggunakan etika kebahagaiaan Al- Kindi.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan sumber primer berupa beberapa literatur dan sumber data yang mengemukakan pertumbuhan angka penjualan dan perkembangan dalam produk mode, serta beberapa literatur yang berkaitan dengan salah satu risalah yang ditulis oleh Al- Kindi dengan judul al-Hilah li Daf’ al-Ahzan (Seni menepis kesedihan). Sedangkan sumber sekunder banyak diambil dari berbagai literatur lain yang mendukung seperti buku dan artikel dalam jurnal.NIM.: 17105010024 Maulana Izzar2022-11-16T07:49:13Z2022-11-16T07:49:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54996This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549962022-11-16T07:49:13ZKONSEP KEBEBASAN MENURUT KAHLIL GIBRANKehidupan antar masyarakat dan antar kelompok yang sudah dilingkupi dengan beberapa peraturan dan hukum sesuai prosedural yang berlaku, dan tentunya dengan kesepakatan bersama. Kehidupan tentang kebebasan secara kemanusiaan, hingga saat ini masih banyak dibatasi dengan adanya peraturan serta hukum yang beberapa masih mengatasnamakan agam dan tradisi. Kebebasan yang hingga saat ini masih sangat sulit untuk digenggam oleh setiap masyarakat, terutama beberapa masyarakat kecil yang masih sangat mudah untuk dipralat oleh para petinggi. Kebebasan yang masih diuasahakan supaya bisa dimiliki oleh setiap orang, dan masih banyak diperbincangkan atas nama kebebasan, untuk bisa menjadi sejajar dalam lingkup manusia, tanpa adanya unsur kepentingan sepihak.
Penelitian ini mempunyai dua rumusan masalah, yaitubagaimana konsep kebebasan dalam pandangan Kahlil Gibran?; bagaimana pemikiran eksistensialisme romantik Kahlil Gibran? Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui konsep kebebasan Kahlil Gibran dalam karyanya yang berjudul Sang Nabi dan Jiwa-jiwa Pemberontak. Kedua, untuk mengetahui latar belakang serta pemikiran Kahlil Gibran secara eksistensialis dan romantik.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan konsep penelitian sacara pustaka (library reseacrh), dengan pengumpulan data dari beberapa literature yang mendukung, seperti buku, ensiklopedi, jurnal, atikel dan beberapa objek lain terkait pembahasan dalam penelitian. Adapun pengolahan datanya adalah pertama, metode deskripsi, penulis mencoba untuk mendeskripsikan teks secara sistematis. Kedua, metode holistika, penulis menguraikan pemikiran Gibran secara komperehensif. Ketiga, metode interpretasi, yang digunakan untuk memahami teks.
Dari analisis dan metode yang sudah diuraikan, dapat diketahui bahwa konsep kebebasan Kahlil Gibran adalah konsep yang membebaskan kehidupan manusia, baik secara hati, jiwa serta pemikirannya dari bentuk aturan yang dipaksakan dan bebas dari semua bentuk belenggu, baik yang mengatasnamakan tradisi atau kelompok yang menindas jiwa manusia. Kebebasan Gibran juga bertautan dengan pemikiran eksistensialisnya, dalam karyanya banyak membahas tentang kritik sosial serta memiliki pemikiran yang bertitik tekan pada keberadaan manusia dan menekankan persepsinya pada sisi kemanusiaan. Kebebasan yang Gibran kehendaki adalah dengan berkembangnya aliran Gibranisme yang memiliki perkenalan sebagai aliran sastra dan filsafat.NIM.: v Helmiyatus Sarierah2022-11-15T02:29:10Z2022-11-15T02:29:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54964This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549642022-11-15T02:29:10ZREPRESENTASI KEBEBASAN MANUSIA DALAM TRADISI SIRAMAN GONG KYAI PRADAH DI KABUPATEN BLITAR
(Perspektif Etika Stoa)Bagaimana tradisi siraman Gong Kyai Pradah di Kabupaten Blitar?. Bagaimana representasi kebebasan manusia dalam tradisi Siraman Gong Kyai Pradah jika dilihat dengan etika stoa?. Skripsi ini bertujuan untuk menyampaikan selayaknya bagaimana etika stoa diterapkan dalam ruang kebebasan manusia budaya serta untuk mengetahui aplikasi pemaknaan etika berbudaya bedasarkan madzhab stoa dari kacamata masyarakat awam yang mengikuti pelaksanaan tradisi setiap taunnya. Penulisan ini bertujuan untuk menambah kajian keilmuan dalam ranah praktik etika berbudaya yang benar pada kultur budaya sehingga menghadirkan perasaan damai serta menciptakan pemahaman yang lebih luas.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan dilakukan dengan cara kerja lapangan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Memanfaatkan reduksi data, penyajian data, dan prosedur verifikasi dalam analisis data untuk mendukung keakuratan dan integritas data yang digunakan dalam penelitian ini. Menggunakan kedua sumber primer dan sekunder, yang merupakan dua kategori sumber yang berbeda. Wawancara dengan informan, termasuk juru kunci dan asisten juru kunci Gong Kyai Pradah dan banyak tetua setempat sebagai narasumber. Literatur yang digunakan untuk sumber sekunder meliputi buku, makalah, skripsi, dan jurnal.
Kebebasan manusia adalah eksisensialis paling dasar dari setiap manusia. Namun setiap kebebasan pasti memiliki batasan sebagai bentuk tolak ukur kemampuan pelaku dalam bertanggung jawab di setiap tingkah lakunya. Dalam hal ini berbudaya juga memerlukan etika sebagai pengatur kebebasan bertingkah laku. Etika stoa menjadi pilihan peneliti berdasarkan ajarannya bahwa dunia dan manusia harus berada pada keselarasan. Keselarasan tercipta jika manusia membentuk keselarasan pada diri sendiri terlebih dahulu. Stoa berfungsi untuk membebaskan orang dari belenggu tekanan materialistis dan memberi mereka alasan untuk hidup yang menumbuhkan spiritualitas dan mengarah pada ketenangan. Tradisi Siraman Gong Kyai Pradah akan membentuk masyarakat yang bebas berpendapat dan berperilaku dalam memahami budaya dengan tetap bermoral jika ajaran ini tepat digunakan sebagai dasar untuk melihat budaya, khususnya sesuai dengan tema dalam penelitian ini.NIM.: 18105010026 Ikfina Nur Azizah2022-11-15T02:24:59Z2022-11-15T02:24:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54962This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549622022-11-15T02:24:59ZKEBEBASAN ANAK PERSPEKTIF FILSAFAT KHUDI MUHAMMMAD IQBAL
(Studi Kasus di Kelas B1 TKIT Salsabila Al-Muthi’in Bantul)Kebebasan yang ada di TKIT Salsabila Al-Muthi’in Bantul memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Pasalnya di usia anak yang masih masuk dalam periode emas, anak butuh dorongan dan dukungan dari pendidk ketika di sekolah untuk Kembangkan bakat dan potensi mereka. TKIT Salsablila Al-Muthi’in dalam pendidikannya sangat menanamkan nilai-nilai keislaman pada peserta didik. TKIT tersebut juga memberi anak lebih banyak kebebasan dalam hal pembelajaran yang berupa praktek. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana wujud kebebasan anak di TKIT Salsabila Al-Muthi’in Bantul dan menganalisis kebebasan anak menggunakan perspektif pemikiran filsafat khudi Muhammad Iqbal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari pelaku yang diamati. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Adapun data primer diperoleh dari wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait yaitu guru, kepala sekolah dan anak didik. Lalu data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Metode pengumpulan data dalam hal ini menggunakan tekhnik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisisis filosofis untuk mengungkapkan makna dan peran kebebasan anak mengguanakan perpspektif pemikiran filsafat khudi Muhammad Iqbal.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa kebebasan anak di TKIT Salsabila Al-Muthi’in Bantul, memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan konsep kebebasan yang digagas oleh Iqbal. Karena kebabasan menurut Iqbal adalah kebebasan yang masih dalam ruang etika, kebebasan tiap ego harus beriringan dengan tanggung jawab. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa kebebasan akan melahirkan kreativitas.NIM.: 18105010059 Fitri Budi Atika2022-11-15T02:23:39Z2022-11-15T02:23:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54960This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549602022-11-15T02:23:39ZRelasi Metafisika dan Fisika Dalam Perspektif Baqir Shadr,
Relevansi Dalam Memandang Agama
(Studi Atas Pemikiran Baqir Shadr)Metafisika merupakan sebab yang tidak terhubung langsung dengan material,
sedangkan fisika ialah sebab material yang berhubungan langsung dengan objek atau
solid. Metafisika dan fisika juga merupakan sebuah konsep yang berbeda, Sehingga
penelitian ini berupaya melihat dan mendudukkan metafisika dan fisika yang saling
berhubungan dengan menggunakan hukum kausalitas sebab akibat serta metode
disposesi dalam kerangka penjelasan dan pijakan rasional ilmiah.
Penelitian ini merupakan penelitian berbasis pustaka (library research), dengan
jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis teori untuk dimanfaatkan sebagai pemandu terhadap fakta yang terjadi.
Tulisan ini menjawab dua permasalahan mendasar : 1) apa yang dimaksud
metafisika dan fisika dalam pandangan Baqir Shadr dan 2) bagaimana relevansi
metafisika dan fisika dalam memandang Agama. Perihal yang coba didudukkan
adalah urgensi posisi metafisika dan fisika sebagai hukum realitas, serta peninjauan
terkait relevansi keduanya dengan metodologi disposesi. Penelitian ini juga
mendudukkan struktur pemikirannya dalam kerangka teologis di sertai
pengafirmasian secara ilmiah sehingga ide-ide atau pengalaman beragama dapat
teridentifikasi secara fisika.NIM.: 18105010078 Andi Setiawati2022-11-09T03:12:28Z2022-11-09T03:12:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54908This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549082022-11-09T03:12:28ZKONSEP KEBAHAGIAAN MENURUT PANDANGAN SUFISTIK JALALUDDIN RAKHMATKebahagiaan merupakan tujuan hidup yang ingin dicapai oleh setiap insan manusia. Pada sejarahnya kebahagiaan selalu menjadi topik yang selalu dibahas dan dijadikan bahan perenungan oleh intelektual, seperti para filosof, sufi, dan intelektual lainnya. kehidupan modern sedikit banyak mempengaruhi persepsi orang tentang kebahagiaan yang lebih bersifat materialistik. Tentu cara pandang tersebut telah mereduksi makna dari kebahagiaan itu sendiri. Maka dari itu sangatlah menarik mengkaji konsep kebahagiaan dengan sudut pandang yang berbeda, sudut pandang sufistik.
Tujuan penelitian ini berusaha mendeskripsikan konsep kebahagiaan menurut pandangan-pandangan sufi secara umum. Tetapi dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada konsep kebahagiaan menurut pandangan sufistik Jalaluddin Rakhmat. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif kepustakaan. Metode deskripsi, interpretasi, dan analisis digunakan penulis untuk mengurai gagasan- gagasan tentang konsep kebahagiaan menurut sufi secara umum dan pandangan sufistik Jalaluddin Rakhmat.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa konsep kebahagiaan sufistik memilik makna dan nilai teosentris-filosofis. Kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh personal diri sufi yang melakukan perjalanan spritualitas. Sedangkan konsep kebahagiaan menurut Jalaluddin Rakhmat memiliki makna dan nilai filosofis- antroposentris. Kebahagiaan bisa diejahwantahkan atau berbagi kebahagiaan kepada orang lain sebagai bentuk perwujudan dari perjalan spritualitas.NIM.: 15510077 Anton Wijaya2022-10-19T02:08:46Z2022-10-19T02:08:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54314This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543142022-10-19T02:08:46ZPESIMISME DALAM KONSEP FILSAFAT ARTHUR SCHOPENHAUERManusia yang memiliki cara pandang pesimis, percaya bahwa satu persoalan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya akan melahirkan semacam rasa depresi, mungkin juga penyesalan yang tiada henti. Sehingga, tak jarang dari fenomena tersebut memunculkan semacam ketidakpercayaan dalam memandang hidup dan masa depan. Sementara itu, dalam dunia Islam sendiri, pesimisme merupakan sikap yang dipandang negatif. Penelitian ini hendak menjelaskan pesimisme menurut konsep filsafat Arthur Schopenhauer dalam konteks tersebut, untuk menawarkan cara pandang berbeda dalam melihat pesimisme, bahwa, itu tidak hanya sekadar persoalan psikologi manusia.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach), pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan sumber data literer, yakni buku, jurnal, artikel, riset pustaka, skripsi, dan karya ilmiah lainnya. Sementara analisis yang digunakan, yakni metode deskriptif, yang dilanjutkan metode interprestasi, dalam melihat dan mendefinisikan pesimisme.
Hasil penelitian ini menjelaskan, bahwa pesimisme bukanlah perasaan yang negatif. Ia justru bisa menjadi sebuah pilihan dalam menjalani hidup. Manusia yang merasakan pesimis tidak bisa dijustifikasi sedang mengalami semacam kondisi mental yang sakit, atau bahkan disposisi psikologis sekalipun. Tak jauh berbeda dengan optimisme, rasa pesimis adalah sebuah pilihan untuk melihat dan menilai dunia, beserta kehidupan di dalamnya dengan cara yang berbeda, dari perspektif yang lain, yang rumit, penuh resiko, dan bahkan mungkin dirasa mengerikan.NIM.: 15510075 Zainullah2022-10-19T02:04:33Z2022-10-19T02:04:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54313This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543132022-10-19T02:04:33ZMAKNA SIMBOLIK BATIK TANJUNG BUMI MADURA DAN RELEVANSINYA DENGAN NILAI KEISLAMANPenelitian ini mengkaji tentang simbol atau makna yang terdapat pada batik Tanjung Bumi Madura dalam relevansinya dengan studi keislaman. Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, salah satunya dapat dilihat dari corak dan ragam hasil batik tulisnya. Bisa dikatakan bahwa setiap daerah di Indonesia merupakan penghasil batik, dan uniknya ada banyak ragam motif yang dikembangkan sesuai dengan tradisi atau budaya yang berkembang di daerah masing-masing. Sehingga motif atau corak pada batik akan selalu memiliki makna yang berkaitan erat dengan pengalaman, realitas, struktur sosial, hingga budaya si pembatik. Tidak terkecuali batik Tanjung Bumi Madura yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan batik dari daerah-daerah yang lain, dimana banyak motif atau corak yang dikembangkan pada batik tersebut banyak dipengaruhi oleh budaya Islam.
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah apa makna simbolik yang terkandung dalam batik Tanjung Bumi Madura dan bagaimana relevansinya dengan studi keislaman. Sedangkan tujuannya yakni untuk memberikan pemahaman tentang makna simbolik yang terkandung dalam unsur-unsur yang terdapat pada batik Tanjung Bumi Madura, serta memberikan pemahaman tentang relevansi makna simbolik batik Tanjung Bumi Madura dengan studi keislaman.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan bahan study pustaka (library research) dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Adapun sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh dari wawancara dari sumber pertama. Sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, maupun website yang memiliki keterkaitan dengan batik Tanjung Bumi Madura.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Terdapat beberapa makna pada simbol motif batik Tanjung Bumi Madura. Pertama, Motif batik Bang Ompay. Terdapat gambar aneka hewan di laut, bunga, kupu-kupu, burung serta kembang kelapa menggambarkan keanekaragaman alam yang banyak manfaatnya terhadap kehidupan dan sangat dekat dengan daerah pesisir. Kedua, Motif Bang Labasan. Terdapat motif yang diukir di atas latar putih. Latar putih bermakna suci dan perlu dihiasi dengan keindahan dan kebahagian. 2) relevansi makna batik dengan study keislaman adalah: Pertama, mengandung unsur dakwah sebagai bentuk pengabdian tak terhingga terhadap rahmat yang besar dari sang maha kuasa, yaitu Allah SWT. Kedua, mengandung makna keharmonisan sosial, yang dilambangkan melalui entitas tumbuhan dan kupu-kupu serta stilisasi bunga, yang memberi kesan kesederhanaan masyarakat Madura dan kepasrahan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.NIM.: 15510072 Ach. Atiq Syaironi2022-10-19T02:01:41Z2022-10-19T02:01:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54312This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543122022-10-19T02:01:41ZTRADISI FESTIVAL SAPI SONOK DI DESA BATU KERBUY PASEAN PAMEKASAN MADURA (TINJAUAN FILSAFAT NILAI)Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya di mana dalam sapi sonok dikenal dengan simbol kelembutan masyarakat Madura khususnya di Desa Batu Kerbuy. Akan tetapi tradisi festival sapi sonok yang ada di Desa Batu Kerbuy, Pasean Pamekasan Madura tetap menarik untuk dinikmati. Sapi sonok merupakan kontes sapi betina pilihan dari berbagai umur, yaitu yang dihias dengan kecantikan sapi dan dandanan yang semenarik mungkin. Mulai dari pangonong, kain pakaian yang diselendangkan pada sapi yang bersulamkan benang emas yang berkilau, kelimting, dan kulit sapi terlihat bersih terawat dengan kuku dan tanduk yang terpelihara.
Festival sapi sonok yang diselenggarakan setahun sekali menghadirkan nuansa estetika yang cukup menatik untuk dikaji, oleh sebab itu penulis ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai nilai filosofis tradisi festival sapi sonok di desa Batu Kerbuy, Pasean, Pamekasan. Penelitian ini berusaha untuk menjawab dua rumusan masalah yaitu: bagaimana praktik tradisi festival Sapi Sonok di Desa Batu Kerbuy, Pasean, Pamekasan, dan apa makna tradisi festival Sapi Sonok di Desa Batu Kerbuy, Pasean, Pamekasan Madura ditinjau dari perspektif filsafat nilai? Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui praktik tradisi festival sapi sonok di desa Batu Kerbuy, Pasean, Pamekasan, serta mengetahui pandangan pandangan tokoh agama di desa Batu Kerbuy tentang tradisi festival sapi sonok.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field reserch) yang bersifat deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Kerbuy, Pasean, Pamekasan. Alat pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukkan, bahwa praktik sapi sonok merupakan sepasang sapi betina yang telah terlatih menunjukkan kebolehannya melakukan gerakan-gerakan indah dan gemulai, yang dihias bak ratu kecantikan dengan dandanan menarik. Mulai dari pangonong, kain pakaian yang bersalumkan emas yang berkilauan ketika ditimpa sinar matahari, beludru merah dan juga kuning, kayu ukir juga tidak ketinggalan kelinting (bebunyian) hanya saja tidak menggunakan kaleles. Dalam prakteknya, ketika sapi sonok ingin ditampilkan atau dipajang akan dihiasi semaksimal mungkin baik dari segi pakaian dimana dalam pakai sapi terdapat beberapa rumbai-rumbai yang bergelantungan dan tak kalah menariknya, kulit sapi terlihat bersih terawat dengan kuku dan tanduk yang terpelihara pula. Tradisi sapi sonok yang dilakukan setiap tahun sekali di desa Batu Kerbuy, Pasean, Pamekasan memiliki nilai filosofis seperti nilai solidaritas, sosial, budaya dan keagamaan. Selain itu, tradisi sapi sonok memiliki makna dan yang relevan terhadap nilai keislaman seperti saling menghormati, harmonis, dan rukun antara sesama manusia.NIM.: 15510058 Moh Ishak2022-10-19T01:58:48Z2022-10-19T01:58:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54311This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543112022-10-19T01:58:48ZSYAIR SYAIR SUFISTIK AL HALLAJAl
Hallaj adalah tokoh yang sangat kontroversial lewat syair syairnya,
bahkan mengguncang dinding istana dan beberapa ulama fiqh . Syair al Hallaj
yang paling kontrofersial adalah tentang an ā al haqq salah satu penggalan
syairnya, atau ruhMu bercampur de ngan ruhku seperti bercampurnya anggur
dan air murni ””. Syair syair di atas adalah yang paling banyak mendapat kritikan
dan ada pula yang membelanya. Bagi pendukung al Hallaj, syair syair al Hallaj
adalah ungkapan meleburnya diri dan yang wajib maujud hanya Tuhan,
sedangkan kelompok lain menuduh syair syair al Hallaj sebagai bentuk
kesombongan dan kesesatan.
Syair al
Hallaj sebagai syair sufistik yang menyimpan makna denotasi dan
konotasi, yakni perluasan makna yang mendalam dan rumit. Seorang yang
membaca s yair al Hallaj dan menafsirkannya tanpa dibekali pengetahuan dan
pengalaman spiritual yang mumpuni tentu akan mendapatkan kesesatan, sebab
makna denotasi dalam syair Al Hallaj tanpak sederhana, namun makna konotasi
yang dimaksudkan setiap kata dalam syairn ya memiliki tema Ketuhanan dan
kerumitan tersendiri. Al Hallaj sebagai seorang yang disingkapnya tabir ilahi
kemudian menuangkannya dalam bentuk syair adalah problem tersendiri, karena
hal hal yang rahasia tidak mudah dipahami dan diterima oleh akal.
Penel
itian ini merupakan penelitian studi pustaka yaitu: melakukan
pembacaan terhadap syair syair al Hallaj kemudian menjelaskan secara deskriptif
tentang pengelompakan syairnya yang terbagi jadi tiga yaitu; bagian pertama
adalah Q ā sida , yang kedua Muqattaat da n yang ketiga adalah Yat ā ma . Langkah
selanjutnya adalah mengelompokkan syair syair yang bertemakan Ketuhanan,
kemudian memaknai akar kata yang memiliki makna denotasi dan konotasi serta
penggunaan kata metafor dalam syair syairnya.
Hasil dari penelitian in
i menunjukkan bahwa syair al Hallaj memiliki tema
sufisme yang mendalam, hal itu dibuktikan dengan akar kata yang digunakan
dalam syair syairnya memiliki sinkronisasi substansial terhadap al Quran, akar
kata yang digunakan seperti ruh, cahaya dan lain seba gainya juga terdapat dalam
al Quran dalam penyebutan Tuhan itu sendiri, seperti syair berikut: ruhmu
bercampur dengan ruhku sebagaimana bercampurnya aggur dengan air suci
Syair al
Hallaj juga memiliki makna denotasi dan konotasi yang jauh
berbeda, sepe rti kata yang terdapat dalam penggalan syair berikut: Aku melihat
rajaku dengan mata jiwaku, dan berkata, siapa Engkau? ia berkata: Engkau.
Kata raja dalam syair al Hallaj di atas memiliki makna denotasi dan konotasi
yang sagat berbeda. Makna denotasi ka ta raja adalah sebutan untuk penguasa
tertinggi dari suatu kerajaan, sedangkan makna konotasi pada kata raja dalam
syair al Hallaj adalah sebutan untuk Tuhan dengan kata yang tidak sebenarnya,
yaitu dikenal dengan kata metafor.NIM.: 15510055 M. Rofiq Ainur Rizal2022-10-19T01:54:30Z2022-10-19T01:54:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54310This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543102022-10-19T01:54:30ZETIKA JAWA DALAM PROSA LIRIK “PENGAKUAN PARIYEM DUNIA BATIN SEORANG WANITA JAWA” KARYA LINUS SURYADI AGPulau Jawa terkenal sebagai pulau yang memiliki populasi yang terpadat dan terbanyak dari populasi manusia yang ada di Indonesia. Menjadikan pusat dari kepemimpinan Negara Republik Indonesia. Tidak heran jika pulau Jawa sebagai pusat sentris yang seringkali dikunjungi oleh para pendatang dari berbagai daerah. Sebagian populasi penduduk pulau Jawa adalah masyarakat Jawa yang bertempat tinggal di Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur, yang disebut dengan suku jawa. Sedangkan untuk suku Sunda berada di Jawa Barat, dan suku Betawi berada di DKI Jakarta. Dari sebagian wilayah pulau yang dihuni oleh suku Jawa, ini memiliki kekhasan sendiri dalam pola hidup bermasyarakat.
Masyarakat Jawa dikenal sebagai orang yang sangat ramah dan menghormati sesama makhluk. Dalam kesehariannya orang Jawa selalu menerapkan nilai-nilai dan tradisi yang mungkin saja akan tersingkirkan oleh adanya digital media. Etika Jawa ini tumbuh seiringan dengan tumbuhnya perilaku yang ada di masyarakat Jawa, norma dan nilai itu hadir ketika ada persoalan dalam kehidupan. Dimana orang Jawa selalu menerapkan kaidah rukun dan hormat agar hidup selalu dalam kedamaian dan keharmonisan. Ini yang membuat citra orang Jawa sebagai orang yang ramah dan selalu memaafkan.
Penelitian ini berdasarkan kegelisahan penulis terhadap nilai-nilai dan tradisi Jawa yang mungkin mulai memudar pada kalangan masyarakat, terutama pada anak-anak remaja. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach) menggunakan pendekatan kualitatif. dengan menggunakan sumber data literatur, yakni buku, jurnal, skripsi, artikel, dan karya ilmiah lainnya. Menggunakan data primer, yang dilanjutkan dengan metode deskriptif dan analisa pustaka untuk memperoleh hasil dari penelitan.NIM.: 15510054 Hesti Furi Putri Wulan2022-10-19T01:52:01Z2022-10-19T01:52:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54309This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543092022-10-19T01:52:01ZKONSEP RELASI ETIS EMMANUEL LEVINAS DAN RELEVANSINYA DENGAN TEOLOGI SOSIALSelain dikenal sebagai pemikir etika, Emmanuel Levinas dikenal sebagai seorang fenomenolog Prancis dan penafsir Talmud yang religius. Diskursus etika Levinas berlangsung di ranah metafisika dan bersifat eksistensial karena mengangkat hal yang paling primordial dalam eksistensi manusia itu sendiri yaitu perjumpaan dengan Wajah Yang-Lain. Melalui relasi etis, Levinas melakukan pembelaan terhadap status transendensi Yang-Lain dan mengkritik segala bentuk totalisasi atasnya. Kritik tersebut secara eksplisit juga menyasar pada bahasa teologis yang seringkali jatuh pada skema totalisasi Yang-Transenden. Alih-alih terjebak pada relasi egologis, Levinas mengajukan primasi etis atas ontologi yang membawa implikasi pada fungsi politis subjek dalam emansipasi dan keadilan. Kecenderungan ini yang juga dapat ditemukan dalam wacana teologi sosial dimana penghayatan atas Yang-Transenden dimanifestasikan ke dalam serangkaian term-term reformatif, rekonstruktif dan keterlibatannya dengan realitas sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bidang filsafat yang berfokus pada metode library research. Relasi etis merupakan relasi asimetris yang membawa subjek pada tanggung jawab tanpa syarat terhadap Yang-Lain. Sedangkan teologi sosial merupakan cara berteologi melalui abstraksi (sebagai titik keberangkatan setiap iman) untuk membawa abstraksi mendekat kepada yang-konkret. Ada empat relevansi relasi etis Emmanuel Levinas dengan teologi sosial, yaitu; transendensi teologis, humanisme teologis, kritik atas fanatisme, dan keadilan teologis. Penelitian ini menemukan urgensinya dalam mengungkap cara kerja relasi etis dan teologi sosial serta bagaimana keduanya saling berhubungan. Akhirnya, penelitian ini diharapkan ikut berkontribusi dalam kajian keilmuan, khususnya di bidang etika, filsafat, teologi dan isu-isu kontemporer.NIM.: 15510051 Muhamad Husaini2022-10-18T08:39:26Z2022-10-18T08:39:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54308This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543082022-10-18T08:39:26ZSIMBOL TELUR DAN BERAS KETAN DALAM TRADISI MAULUD SUKU BUGIS (STUDI MASYARAKAT SIDRAP)Peringatan Maulid Nabi saw merupakan salah satu tradisi dalam Islam. Tradisi ini
tidak hanyak dilaksanakan oleh umat muslim di negara lain, tapi juga di Indonesia.
Uniknya, tradisi Maulid yang dilaksanakan umat Muslim di Indonesia sangat
beragam, baik dari segi istilah, maupun bentuk perayaannya. Hal ini tentunya
timbul akibat adanya perbedaan suku yang cukup banyak. Salah satu suku yang
penulis jadikan sebagai objek penelitian adalah suku Bugis, khususnya yang
terletak di Kabupaten Sidrap, Kecamatan Pancarijang, Kelurahan Lalebata.
Tradisi yang dilaksanakan oleh suku Bugis pada umumnya hampir sama, baik dari
susunan acara, tempat pelaksanaan, maupun bentuk pelaksanaannya. Hanya di
waktu pelaksanaannya yang sedikit berbeda. Di beberapa tempat acara Maulid
dilaksanakan di awal bulan Rabiul Awal dan di tempat lain ada yang menjelang
akhir bulan. Namun bisa dikatakan bahwa hampir semua masjid-masjid besar di
suku Bugis mengadakan acara Maulid ini.
Dalam penelitian ini, penulis akan berfokus pada simbol-simbol yang secara umum
digunakan oleh umat Muslim suku Bugis dalam acara Maulid. Hal ini sudah
dianggap merupakan tradisi yang turun-temurun. Simbol-simbol tersebut seperti
batang pohon pisang, potongan bambu, beras ketan, dan telur. Namun penulis hanya
berfokus pada beras ketan dan telur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui makna di
balik beras ketan dan telur. Apakah hal tersebuat hanya sebatas simbol/hiasan atau
memiliki filosifi yang mendalam sehingga dapat bertahan sampai sekarang.
Secara metodologi, penulis menggunakan metode wawancara yang terdiri dari 4
(empat) narasumber. Tentunya para narasumber merupakan orang-orang yang
terlibat dalam acara pelaksanaan Maulid di Kelurahan Lalebata. Adapun teori
analisisnya menggunakan teori Semiotika Ferdinand de Saussure.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa telur dan beras ketan
merupakan simbol yang memiliki nilai-nilai filosifis kehidupan. Beras ketan atau
Sokko’ bermakna teguh pendirian. Hal ini diambil dari kata Sukku’ dan juga tekstur
beras ketan yang erat satu sama lain. Selain itu, telur sendiri memiliki tiga unsur,
yaitu kulit, putih telur, dan kuning telur. ketiga unsur tersebut merupakan simbol
dari syariat, hakikat, dan makrifatNIM.: 15510046 Zulfajri Amiruddin2022-10-18T08:35:08Z2022-10-18T08:35:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54307This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543072022-10-18T08:35:08ZKESATUAN MISTIKAL DALAM SHATHAHAT ABU YAZID AL-BUSTOMI (DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUDURI)Shathahat sebagai bagian dari salah satu kajian di dalam tasawuf tetap eksis dikaji sampai saat ini. Secara umum Shathahat merupakan ungkapan-ungkapan yang diungkapkan oleh seorang dalam kondisi al-fana’. Terdapat dua pandangan umum terkait dengan Shathahat yaitu, pertama mengaanggap bahwa Shathahat melepaskan diri dari ajaran syari’at, kedua Shathahat adalah hasil dari permenungan dan dalam kondisi tidak sadar sehingga ungkapan yang keluar tidak dapat dipahami.
Secara umum penelitian ini termasuk kualitatif dengan jenisnya adalah kepustakaan (library research). Perangkat teori yang digunakan adalah teori Ilmu Hudhuri yang dikemukakan oleh Mehdi Ha’iri Yazdi. sebagai terobosan untuk mengetahui bahwa bentuk shathahat Abu Yazid al-Bustami tidak terjebak pada bahasa mistik. Dalam penafsiran ini menggunakan teori Ilmu Hudhuri dan penyatuan individu melalui emanasi dan penyerapan. Menurut Mehdi Ha’iri Yazdi, Ilmu Hudhuri juga disebut dengan ilmu laduni, yaitu ilmu yang diperoleh dengan “menghadirkan diri”.
Menurut Abu Yazid, keadaan atau ucapan seorang yang mengalami shathahat merupakan perbuatan Tuhan. Suasana yang dialaminya menunjukkan bahwa pada saat tersebut Tuhan mendominasi dirinya, sehingga tidak bisa mengendalikan perbuatan atau perkataannya. Semua yang dilakukan berada di luar kesadarannya. Saat seorang sufi mengalami shathahat, bukan manusia yang melebur ke dalam Tuhan, akan tetapi Tuhan lah yang masuk kedalam qalb manusia. Penyatuan ini bisa dipahami melalui Ilmu Hudhuri yang disebut peniadaan atau penyerapan. Fenomena shathahat Abu Yazid al-Bustami dalam perspektif Ilmu Hudhuri Mehdi Ha’iri Yazdi dapat dipilah dalam tiga kondisi. Pertama, sebagai sebuah kondisi mistik yang merupakan sebuah penyatuan. Kedua, shathahat sebagai bahasa mistik. Dan yang ketiga, Metamistik. Bahwa dari mistik dan bahasa mistik disebutkan bahwa Abu Yazid mengalami fase metamistik yang dimulai dari سَكَر (mabuk) lalu زَوَالُ الحِجَاب (tersingkapnya hijab) kemudian غَلَبَةُ الشُّهُود (perkesempurnaan kesaksian). Dari sini terlihat bahwa ia hanya menyaksikan dirinya, menyadari dirinya tanpa yang lain sehingga dia berkata “aku”.NIM.: 15510045 Kuswiyanto2022-10-18T08:15:49Z2022-10-18T08:15:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54306This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543062022-10-18T08:15:49ZKONSTRUKSI GENDER DALAM BUDAYA
MANDAILING
(STUDI ATAS KONSEP DALIHAN NA TOLU)Penelitian ini fokus pada konstruksi gender dalam budaya Mandailing, dimana kajian gender merupakan salah satu tema yang masih hangat diperbincangkan khalayak ramai. Dalihan Na Tolu merupakan pandangan hidup bagi Masyarakat Mandailing, Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk mengkaji kebudayaan yang hidup dalam masyara-kat Mandailing dengan berangkat dari filosofi Dalihan Na Tolu. penelitian ini dilatarbe-lakangi oleh nilai-nilai kearifan lokal yang mengandung konsep kesetaraan. Disisi lain struktur sosial yang bersifat patriarki yang menimbulkan ketidakadilan gender.
Penelitian ini akan menjawab apa yang dimaksud dengan konsep Dalihan Na Tolu?, Bagaimana konstruk Gender dalam budaya Mandailing?. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pada umumnya kualitatf menggali infor-masi melalui data kepustakaan berupa teks naskah atau kajian yang erat kaitannya dengan tema penelitian ini. Data yang ada kemudian dianalisis melalui pendekatan feminisme untuk melihat konstruk gender yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang menganut Dalihan Na Tolu.
Penelitian yang dilakukan penulis menemukan hasil bahwa, Kebudayaan Man-dailing yang bersifat Patrilineal menjadikan perempuan sebagai pelengkap adat dan be-rada dalam kelompok yang inperior, agen-agen sosial yang diperankan laki-laki sebagai kelompok superior melanggengkan ideologi patriarki. Pada dasarnya konsep Dalihan Na Tolu mengandung unsur kesetaraan, terlihat dalam praktek adat setiap kelompok Mora, Kahanggi dan Anak Boru bergantian pada setiap posisi, dengan makna yang lebih luas setiap individu ada dalam kelompok baik laki-laki maupun perempuan. Namun karena kuatnya idiologi patriarki, ranah publik didominasi oleh laki-laki dan dianggap mewakili perempuan.NIM.: 15510040 Muhammad Fauzi2022-10-18T08:12:01Z2022-10-18T08:12:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54305This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543052022-10-18T08:12:01ZSTUDI PEMIKIRAN
(SYAIKH SHOLEH DARAT DALAM KITAB AL-MUNJIYAT TENTANG SIFAT-SIFAT YANG TERPUJI DAN TERCELA)Penelitian ini akan mengkaji tentang pemikiran Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar (Syaikh Sholeh Darat) tentang sifat-sifat yang terpuji dan tercela. Sedangkan mengenai kitab Al-Munjiyat karya Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar merupakan ringkasan atau intisari kitab Ihya’ulummuddin karya Al-Ghazali berbahasa jawa atau pegon yang memuat mengenai pembahasan akhlaq secara mendalam. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh menjamurnya perilaku-perilaku negatif yang berkembang dimasyarakat. Masyarakat modern saat ini mengalami kemrosotan moral dan haus akan nilai-nilai spiritual. Oleh sebab itu sifat-sifat terpuji dan tercela sangat urgen untuk dikaji sebagai kajian tasawuf karena di dalamnya menyangkut masalah akhlakul karimah dan ketuhanan, kedudukannya sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya kedua hal itu, kehidupan manusia diharapkan akan lebih terarah karena adanya suatu hukum yang mengatur dan menjelaskan ketentuan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Sebagaimana dalam penelitian ini menggali informasi melalui data kepustakaan (library reseach) yang berupa teks naskah atau dokumen yang berhubungan dengan judul penelitian. Adapun data tersebut bersifat primer dan sekunder. Bersifat primer yaitu data-data tersebut diperoleh dari karya tokoh itu sendiri, yaitu Kitab Al-Munjiyat karya Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar. Dan sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari karya orang lain yang membahas tentang tokoh yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Sedangkan sifat penelitian ini termasuk penelitian Historis Faktual Tokoh. Setelah data-data diperoleh, dianalisis menggunakan metode inventarisasi, heuristika, pemahaman baru dan kesinambungan historis. Kemudian diadakan perumusan kesimpulan dengan menggunakan metode deduksi.NIM.: 15510039 Abdul Majib2022-10-18T08:08:14Z2022-10-18T08:08:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54304This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543042022-10-18T08:08:14ZKEBEBASAN MANUSIA DALAM KITAB TADBIR AL-MUTAWAHHID KARYA IBN BAJJAHKitab Tadbir Al-Mutawahhid Ibn Bajjah sering kali dinikmati lewat sudut pandang politik, kritiknya atas Al Ghazali dan atau etikanya saja. Padahal kompleksitas isi dari Kitab tersebut tidak diragukan lagi, sebagai validitas kompleksitasnya tokoh seperti Ma’an Ziyadah menganggapnya sebagai magnum opus atau masterpiece Ibn Bajjah dalam relik kepenulisannya. Kitab tersebut berisi tentang susunan dan pembagian jiwa, gerak, substansi, eksistensi, sampai kepada tindakan-tindakan orisinal manusia dalam pencapaiannya menuju akal fa’al. Oleh karenanya, saya mengambil inisiatif untuk mencoba menguraikan kebebasan dan tahapan eksistensi yang mana sejauh pembacaan saya belum saya temukan pada tulisan-tulisan atas Kitab Tadbir Al-Mutawahhid ini.
Dalam perjalanannya, tulisan saya ini bertumpu pada dua rumusan masalah, yakni: bagaimana konsep kebebasan manusia dalam Kitab Tadbir Al-Mutawahhid karya Ibn Bajjah, kemudian yang kedua bagaimana tahapan eksistensi manusia dalam Kitab tersebut. Keduanya saya ambil karena saling berkaitan. Yang kedua merupakan konsekuensi dari rumusan masalah yang pertama sebagai tangga menuju puncak, yakni pencapaian atas akal fa’al. Kemudian tujuan tulisan ini tentunya dapat menguraikan serta menjawab kedua rumusan masalah tersebut. Dalam pada itu, manfaat yang saya harapkan tentu sebagai pemenuhan syarat kelulusan studi saya, serta ke depan agar tulisan saya ini menjadi salah satu varian bacaan bagi para penikmat Kitab Tadbir Al-Mutawahhid.
Adapun tulisan saya ini berdasar pada penilitian kualitatif dengan metode library research, di mana telaah pustaka menjadi tulang punggung bakunya validitas data. Sumber utama dari tulisan saya ini yaknk Kitab Tadbir Al-Mutawahhid karya Ibn Bajjah dan buku Concluding Unscientific Postcript to The Pholosophical Crumbs karya Soren Kierkegaard, karena sudut pandang yang saya gunakan adalah eksistensialisme-teistik Kierkegaard.
Saya melihat persinggungan antara kedua tokoh tersebut yakni tentang konsep kebebasan manusia. Ibn Bajjah mendefinisikan kebebasan sebagai sifat orisinal manusia dalam membuat keputusan atas pilihan-pilihan tindakannya, yang ia ambil berdasar pertimbangan rasio. Sedangkan Kierkegaard mendefinisikan kebebasan sebagai subjektivitas murni manusia dalam bereksistensi secara sadar. Manusia adalah aktor dalam ceritanya sendiri. Persinggungan keduanya juga terletak pada tahap eksistensi di mana Ibn Bajjah menguraikannya menjadi tiga, yakni: tahap orang awam dengan orientasi hal-hal material, tahapan cendekiawan dengan orientasi motal universal, dan tahapan orang bahagia yang telah mencapai akal fa’al. Senada dengan tiga tahap eksistensi yang diuraikan Kierkegaard, yakni: tahap estetis dengan Don Juan sebagai contoh, tahap etis dengan Sokrates sebagai contoh dan tahap religius dengan Abraham sebagai contoh atas Iman Kristen yang diperoleh sebagai kebertemuannya dengan Paradoks Absolute.NIM.: 15510030 Nur Yasin2022-10-18T08:00:28Z2022-10-18T08:00:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54303This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543032022-10-18T08:00:28ZRELIGIUSITAS WARIA (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN WARIA AL-FATAH YOGYAKARTA)Santri waria Pondok Pesantren Waria Al-Fatah tentunya memiliki pengalaman yang berbeda-beda mengenai kehidupan Religiusitas. Tidak bisa dipungkiri bahwa Waria merupakan bagian masyarakat perkotaan yang mau tidak mau harus diakui keberadaanya. Masyarakat tidak bisa menutup mata dengan adanya realitas sosial bahwa keberadaan Waria itu nyata adanya. Fenomena Waria sudah menjadi bagian dari masyarakat indonesia. Bahkan di daerah-daerah Indonesia pasti ada komunitas Waria yang secara tidak langsung ingin memperlihatkan eksisitensi mereka, tidak terkecuali di kota Yogyakarta. Di kota Yogyakarta sendiri terdapat pondok pesantren Waria Al-Fatah, didirikanya pondok pesantren tersebut sebagai sebuah upaya untuk memberikan wadah kepada kaum waria untuk mempelajari agama dan mengekspresikan keberagamannya.
Dari latar belakang tersebut peneliti merumuskan dua rumusan maslah yaitu; pertama, Bagaimana kedudukan waria dalam pandangan Islam. Kedua, Bagaimana Religiusitas Waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memahami spiritualitas yang terjadi pada beberapa santri waria Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan purposive sampeling yang dianggap cocok untuk penelitian jenis ini.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara, serta menggunakan prespektif urban sufisme Jalaluddin Rakhmat. Analisa data dilakukan dengan cara membuat serangkaian tema yang didalamnya menjelaskan pengalaman-pengalaman narasumber yang berkaitan dengan kehidupan spiritualitas.
Hasil dari penelitian ini: Pertama, menemukan bahwa kedudukan waria dalam Islam dapat dilihat melalui kitab Fiqh Klasik dimana Islam sendiri tidak memungkiri keberadaan waria. Waria sendiri dalam Islam disebut Mukhannats. Kedua, Religiusitas Waria Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta berdasarkan konsep Muwafaqoh, Munasahah, Mukhalafah dapat dilihat dari perilaku keagamaan merka. Perilaku keagamaan merupakan seuatu tindakan yang diorientasikan kepada yang suci, dalam hal ini menyangkut hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan leingkungan, dan manusia dengan manusia lainya. Dengan demikian perilaku keagamaan secara personal dapat diukur dengan kegiatan seperti beribadah, membaca kitab suci, menelaah teks keagamaan, dan perilaku lain yang dapat mendatangkan manfaat sepiritual seperti menjaga emosi, nafsu, dan lain sebagainya.NIM.: 15510018 Billah Marela Stani2022-10-18T04:57:13Z2022-10-18T04:57:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54296This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/542962022-10-18T04:57:13ZETIKA POLITIK NABI MUHAMMAD (ANALISIS HISTORIOGRAFIS TERHADAP BUKU MUHAMMAD A BIOGRAPHY OF THE PROPHET KARYA KAREN ARMSTRONG)Pada penelitian ini penulis membahas mengenai sebuah karya dari seorang orientalis, yang menulis tentang riwayat hidup Nabi Muhammad SAW. Dia adalah Karen Armsrong. Dia membuat karya tulis sebuah autobiografi tentang Nabi Muhammad kedalam sebuah buku Muhammad A Biography of the Prophet. Penulis akan menganalisis bagaimana Etika politik Nabi Muhammad dalam pandangan Karen Aarmstong. Karena, secara umum citra Nabi di dunia Barat cukup buruk, banyak pendapat yang keliru mengenai kehidupan Nabi Muhammad. Sehingga penulis menggunakan karya Karen Armstong karena dirasa dia adalah salah satu pengamat yang cukup objektif. Lalu penulis menggunakan sudut pandang Ibnu khaldun dalam membaca Etika politik Nabi Muhammad menggunakan teori ‘ashabiyyah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Peneliti menggali informasi menggunakan data kepustakaan (library research) yang berupa teks atau dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini adalah buku karya Karen Armstrong itu sendiri yang berjudul Muhammad A Biography of the Prophet, dan juga buku-buku Karen yang lain yang bersangkutan dengan tema penelitian. Sedangkan sumber sekunder penulis menggunakan data-data dari karya orang lain yang sesuai dengan tema penelitian. Penelitian kali ini menggunakan metode historis analisis, yaitu mendeskripsikan materi sejarah hidup Nabi Muhammad yang terkandung dalam buku Muhammad A Biography of the Prophet.
Sumber sejarah yang digunakan Karen dalam karyanya menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yang digunakan oleh Karen adalah Al-Quran dan kitab-kitab sejarah mengenai kehidupan Nabi Muhammad yang ditulis oleh sejarahwan muslim. Sumber sekunder yang digunakan adalah tulisan para sejarahwan Barat yang mengkaji tentang Islam, baik yang bersifat objektif maupun subjektif.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa menurut Karen Armstong dalam politik Nabi Muhammad menggunakan etika yang berlaku saat itu, meski kadang tidak sesuai dengan etika yang berlaku saat ini. Hal seperti itu juga diutarakan oleh orientalis lain seperti Montgomary Watt dalam mengkaji Islam. Dan juga dalam perjalanan politiknya, Nabi Muhammad berhasil menghapuskan ‘ashabiyyah yang berbasiskan kesukuan menjadi ‘ashabiyyah yang berbasiskan ummat. Yang mana hal itu tertuang dalam perjanjian tertulis Piagam Madinah, sekaligus didalamnya menjadikan Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama dan pemimpin di Negara Madinah.NIM.: 15510009 Sabiq Khoiron2022-10-04T08:08:32Z2022-10-04T08:08:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53854This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538542022-10-04T08:08:32ZPEMIKIRAN TASAWUF KIAI MUSLIH MRANGGEN DEMAK DALAM KITAB AL-FUTUHAT AR-RABBANIYYAHPenelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah yang sangat pesat di daerah Mranggen, Demak, ketika dipimpin oleh Kiai Muslih. Perkembangan tersebut, didukung oleh beberapa aspek, yaitu kepribadiannya yang longgar dan fleksibel, memiliki keterampilan untuk melakukan kerja-kerja keulamaan, memilki kecakapan berorganisasi, dan menerapkan pentingnya mempelajari ilmu fiqih dan ilmu tasawuf. Dari perkembangan tersebut, penelitian ini mecoba mendekati Kiai Muslih dari sisi pemikiran tasawufnya yang terdapat dalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah. Melihat ia adalah guru di Pondok Pesantren dan Madrasah Futuhiyyah, sekaligus mursyid dalam Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah yang memilki banyak khalifah. Selain itu, ia juga mempunyai karya yang bertema tasawuf. Oleh sebab itu, pada penelitian ini, peneliti merumuskan masalah, yaitu 1) Bagaimana konsep pemikiran tasawuf Kiai Muslih dalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah? 2) Bagaimana corak pemikirian Kiai Muslih dalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah? Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana konsep dan corak dari pemikiran tasawuf Kiai Muslih yang terdapat dalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pengumpulan datanya menggunakan teknik dokumentasi yaitu sumber yang berkaitan dengan tema penelitian melalui buku, jurnal, dan penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk menemukan landasan teori tentang masalah yang akan diteliti, sumber-sumber tersebut menjadi sumber sekunder. Adapun untuk sumber primer yatu kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah karya Kiai Muslih Abdurrahman yang terbit pada tahun 1994 di Karya Putra Semarang setebal 99 halaman. Selain itu, dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode deskripsi, interpretasi, dan analisis, serta dalam pendekatan data, penelitian ini menggunakan pendekatan historis faktual.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa 1) Terdapat beberapa konsep dalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah yang menjadi dasar pemikiran tasawuf Kiai Muslih, yaitu Mabadi Imu Thariqah, Adab, Lathaif (kelembutan-kelembutan dalam jiwa manusia), At-Thariq (jalan), dan Muraqabah (mengamati kebesaran Allah dalam hati), 2) Pemikiran tasawuf Kiai Muslih lebih dekat atau bercorak tasawuf akhlaki. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik dari tasawuf akhlaki, yaitu 1) Melandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis, 2) Tidak menggunakan istilah-istilah filsafat yang terdapat ungakapan-ungkapan syathahat (samar), 3) Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia, 4) Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at, dan 5) Lebih berfokus pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadhah (latihan-latihan).NIM.: 18105010086 Muhammad Wildan Auliya Dhawil Ula2022-10-04T07:58:22Z2022-10-04T07:58:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53852This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538522022-10-04T07:58:22Z“KONSEP AHIMSA MAHATMA GANDHI DAN
RELEVANSINYA TERHADAP POLITIK ISLAM DI
INDONESIA PASCA
REFORMASI”.Problematika yang di hadapi negara Indonesia baru-baru ini
adalah bagaimana pemerintah harus memperlakukan pihak yang
bersalah dalam melakukan berbagai tindak kekerasan baik pihak
mayoritas maupun pihak minoritas. Berdasarkan realita yang
demikian, konon Mahatma Gandhi menawarkan suatu konsep atau
ajaran yaitu ahimsa. Sebagai tujuan dan komitmen bersama dalam
mengefektifkan tindakan anti kekekrasan dalam politik islam yang
kian marak khususnya di negara kita Indonesia. Dalam tatanan politik,
Ahimsa merupakan metode yang sangat meyakinkan dalam
menetralkan problem-problem yang terjadi di masyarakat.
Problematika Ahimsa dalam politik di Indonesia merupakan salah satu
pokok pencapaian dari kehidupan modern.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis kepustakaan
(library research). Artinya penelitian ini bersifat mengelola,
menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan karya-karya Mahatma
Gandhi dengan menyusun kata dan kalimat yang sebagai jawaban dari
yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan kesinambungan
sejarah dalam pemulihan politik islam yang berkecamuk secara garis
keras. Selain itu penelitian ini juga menggunakan Bahasa dan definisi
untuk menemukan hubungan yang relevan antara konsep Mahatma
Gandhi dengan Politik islam di Indonesia pasca reformasi hingga
sekarang.
Hasil dari penelitian ini adalah, bahwasanya Ahimsa
merupakan konsep atau ajaran yang mengajak kepada seluruh manusia
agar senantiasa menjunjung tinggi semangat anti kekerasan non-violence
dalam berbagai kehidupan. Ajaran ini merupakan ajaran klasik
agama Hindu yang mengajarkan tentang prinsip-prinsip dalam
berkehidupan. Konsep pemikiran politik Mahatma Gandhi yang
berisikan tentang anti kekerasan belum dapat dijadikan nilai resposif
pada konteks politik islam Indonesia pasca reformasi. Konsep anti
kekerasan yang menjunjung tinggi hak dan kesetaraan kasta
merupakan asas yang dapat digunakan sebagai landasan filosofis
untuk membangun tatanan masyarakat islam Indonesia yang lebih
baik kedepannya. Namun relevansi dari ajaran Ahimsa belum
sepenuhnya dapat dijadikan landasan utama dalam membangun
xiv
masyarakat islam di Negara Indonesia yang bisa menyetarakan
martabat dan kasta demi kepentingan umat islam.NIM.: 18105010080 Syarwan Hamid2022-10-04T07:07:35Z2022-10-04T07:07:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53848This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538482022-10-04T07:07:35ZSains Menurut Carl Sagan dalam The Demon Haunted World
dan Kontribusinya Terhadap SpiritualitasSains dan spiritualitas merupakan dua entitas yang cukup sulit untuk dipadukan
dan dijelaskan interseksi antara keduanya, diskursus mengenai sains dan
spiritualitas masih belum terlalu banyak dilakukan karena bagi sebagian orang
keduanya tidak bisa dipadukan mengingat sains sebagai ilmu yang bersifat objektif,
experimental dan kuantitatif serta dapat memberikan fakta kebenarannya,
sedangkan spiritualitas merupakan sesuatu yang bersifat subyektif , intertpretatif
dan abstrak, atau tidak memiliki bentuk. Akan tetapi bagi peneliti bentuk dari
spiritualitas adalah berupa tindakan yang dilakukan manusia, spiritualitas yang
dimaksud disini bukan spititualitas dengan konotasi pada agama atau ajaran agama
tertentu, melainkan spirtualitas yang tumbuh melalui kematangan ilmu pengetahuan
sehingga tumbuhnya nilai–nilai spiritual dalam diri manusia berupa kebijaksanaan,
kerendahan hati, rasa saling menghargai, menghormati, dan nilai spiritual lainnya
yang termainifestasi dalam tindakan manusia.
Dalam menyikapi perbedaan ini, peneliti melihat dan menganalisis spiritualitas
dalam perspektif Carl Sagan dengan paradigmanya tentang spritualitas yang
tumbuh melalui sains, sains menjadi sumber dari spiritualitas. Carl Sagan memang
tidak memiliki rumusan konsep spiritualitas yang khusus dan spesifik, nilai nilai
spiritual yang dijelaskan Carl Sagan bersifat universal. Akan tetapi sebagai seorang
ilmuan, tentunya ia memperhatikan berbagai aspek yang berkorelasi dengan
realitas yang dikajinya. Carl sagan secara spesifik lebih berkonsentrasi pada
kosmologi yakni mengakaji alam semesta secara menyeluruh. Dengan adanya
penelitian ini akan memberikan perspektif baru bahwa sebenarnya spiritualitas
dapat diperoleh dengan menempuh jalan sains dan ilmu pengetahuan, sehingga
kematangan ilmu pengetahuan akan mengantarkan pada perjalanan spiritual.
Penelitian ini mendapat temuan bahwa spiritualitas dapat diperoleh bukan
hanya melalui jalan agama, metafisis atau mistisisme saja akan tetapi spritualitas
dapat diperoleh melalui jalan sains dengan kematangan ilmu pengetahuan. Hal in
terlihat dari konsepsi dan gagasan yang diusung Carl Sagan terkait dengan nilai
nilai spiritual yang tumbuh yang bersumber dari sains. Manusia dikaruniai
seperangkat komponen untuk berpikir dan bernalar dengan baik, tugas manusia
adalah untuk medayagunakan dan mengedapankan pemberdayaan komponen
bernalar tersebut, dengan begitu manusia memperoleh lebih banyak pengetahuan
dan bermuara pada nilai nilai spiritual yang termasnifestasi pada diri manusia.NIM.: 18105010037 Rizky Fajar Syahrani2022-10-04T06:50:32Z2022-10-04T06:50:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53847This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538472022-10-04T06:50:32ZTELAAH KRITIS KEMUNCULAN MAHDIISME DALAM TEOLOGI SYI’AH ITSNA ASYARIYAH
(Studi atas Pemikiran Muslim Indonesia)Para pengkaji Mahdiisme Syi’ah menyebut bahwa munculnya doktrin Mahdiisme dalam Syi’ah Itsna Asyariyah dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah faktor politik. Para intelektual atau pengkaji di Indonesia umumnya menyebut faktor politik tersebut sebagai faktor utama, selain faktor pengaruh ajaran-ajaran agama di luar Islam. Mereka melakukan penelusuran yang jauh ke belakang melalui dinamika politik dalam lintasan sejarah umat Islam, terutama konflik politik yang terjadi selepas peristiwa tahkim (arbitrase), antara para pendukung Ali (Syi’ah) dengan kelompok mayoritas umat Islam yang kemudian disebut dengan Sunni. Pada perseteruan politik ini Syi’ah selalu mengalami kekalahan yang mengakibatkan mereka sering mendapat penindasan dari kelompok penguasa. Menurut para pengkaji, dari sinilah kemudian paham tentang Al-Mahdi itu muncul sebagai bentuk optimisme mereka dalam memperjuangkan visi politiknya.
Berdasarkan hal itulah penelitian ini dilakukan, dengan fokus pada pandangan-pandangan tokoh atau pengkaji di Indonesia. Melalui metode interpretasi dan kesinambungan historis, pandangan mereka ditelaah secara kritis, dengan harapan menemukan titik terang tentang faktor yang melatarbelakangi paham tersebut. Pada akhirnya, penelitian ini telah mengantarkan penulis pada penelusuran historis yang komplet dan relevan dengan konteks zamannya, sehingga ditemukan bukti-bukti adanya faktor dominan serta faktor-faktor lain yang mendukung terhadap munculnya Mahdiisme Syi’ah Itsna Asyariyah dalam pandangan akademisi Syi’ah di Indonesia.
Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor politis memang menjadi faktor paling dominan yang melatarbelakangi munculnya Mahdiisme Syi’ah Itsna Asyariyah. Namun, faktor politis yang dimaksud, dalam konteks yang lebih khusus mengacu pada ketidakamanan politik yang dialami umat Syi’ah di sekitar tahun 260 H/874 M yang menyebabkan terjadinya kegaiban (ghaibah) pada Imam Kedua Belas, serta tahun-tahun setelahnya hingga berakhirnya masa kekhalifahan Al-Mu’tadid (279 H/892 M). Fakta historis tersebut dikuatkan dengan hadis-hadis Syi’ah sendiri yang termuat dalam sumber-sumber klasik seperti Ushul Al-Kafi karya Al-Kulaini dan Al-Ghaibah karya Al-Nu’mani.
Dari hasil penelitian ini penulis juga menemukan adanya faktor lain yang mendukung terhadap munculnya dokrin Mahdiisme. Faktor tersebut adalah faktor psikologis yang mengiringi kondisi umat Syi’ah sepanjang sejarah perjuangan politiknya. Namun, faktor ini bukan merupakan faktor dominan, ia hanya sebatas faktor pendukung yang mempercepat munculnya paham tersebut, beriringan faktor lainnya seperti terjadinya krisis keimaman dan pengaruh ajaran-ajaran agama di luar Islam.NIM.: 18105010028 Rofiqi2022-10-04T06:45:39Z2022-10-04T06:45:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53846This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538462022-10-04T06:45:39ZEKSISTENSIALISME DALAM FOTOGRAFI KAJIAN AUTENTITAS SUBJEK DALAM BUKU “KISAH MATA” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMAKeyakinan memegang peranan penting dalam pembentukan kondisi manusia selama ini. Keyakinan bahwa ia adalah makhluk yang lebih tinggi derajatnya dari makhluk-makhluk lainnya mampu membuat dirinya berperilaku semena-mena terhadap makhluk yang memiliki derajat lebih rendah darinya. Mengetahui bahwa manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi membuatnya sadar akan kemerdekaan dan kebebasan yang dimiliki untuk memilih apapun yang diinginkan. Persoalan kebebasan manusia juga diutarakan oleh aliran dalam ilmu kalam yaitu aliran Al-Qodariyah, yang berpendapat bahwa manusia juga mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya (free will free act). Aliran Qodariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat dan menentukan cara hidupnya sesuai dengan yang diinginkannya. Berbicara kebebasan peneliti melihat banyak orang dari kalangan muda sampai tua yang memilih untuk memiliki hobi atau minat salah satunya terhadap dunia fotografi dan akhirnya berujung pada fotografi dijadikan pekerjaan mereka. Pandangan terhadap kondisi manusia yang seperti ini merupakan titik awal dari penelitian yang akan penulis lakukan terhadap eksistensialisme dalam fotografi, yang dalam hal ini akan dikaji dengan kajian autentitas subjek dalam buku Kisah Mata karya Seno Gumira Ajidarma.
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (Library Research), dengan metode kualitatif. Sumber data yang didapat melalui sumber data primer dan sekunder. Sementara dalam mengolah data, data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah melalui beberapa metode, yaitu metode interpretasi, metode deskriptif, dan metode analisis. Sehingga pada tahap akhir dapat menyimpulkan tentang eksistensialisme dalam fotografi kajian autentitas subjek dalam buku Kisah Mata.
Hasil penelitian menunjukkan tentang pengertian eksistensialisme secara umum, pengertian fotografi dan gambaran buku kisah mata. Pada eksistensialisme dalam fotografi kajian autentitas subjek buku Kisah Mata karya Seno Gumira Ajidarma pada awalnya dengan pandangan buku Kisah Mata autentitas subjek yaitu, Subjek-yang-Memotret dan Subjek-yang-Memandang. Tetapi setelah dilakukan penelitian kepustakaan ini terdapat satu subjek lagi yang bereksistensi dalam dunia fotografi, yaitu manusia atau model yang dijadikan objek oleh Subjek-yang-Memotret yang menyadari keputusasaannya kemudian menjadi subjek yang bereksistensi. Hal ini terjadi karena eksistensialisme memiliki watak yang sangat kuat untuk menetapkan keaslian baru atau autentitas subjek.NIM.: 18105010024 Jasmine Linta Rana2022-10-04T06:39:51Z2022-10-04T06:39:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53845This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538452022-10-04T06:39:51ZASPEK-ASPEK EKSISTENSIALISME DALAM KONSEP EGO MUHAMMAD IQBAL DAN RELASINYA DENGAN HUMANISMESebagai salah satu aliran dalam filsafat, eksistensialisme lahir atas penolakan terhadap pandangan bahwa eksistensi dimengerti sebagai sebuah konsep tentang ada. Eksistensialisme mengambil sikap yang berlawanan dengan esensialisme yang menganggap ada sebagai suatu objektivitas, melainkan ada sebagai suatu subjektivitas. Muhammad Iqbal sebagai salah seorang pemikir besar dalam Islam meletekkan perhatian yang cukup besar terhadap persoalan mengenai manusia serta keberadaannya di dunia. Eksistensialisme memiliki relasi dengan humanisme, yaitu suatu paham dalam filsafat yang mana nilai serta martabat manusia dijunjung tinggi dan meletakkan manusia sebagai sentralnya. Eksistensialisme tidak menoleransi segala bentuk sistem atau otoritas yang mengekang kemerdekaan individu baik secara teoritis maupun praktis. Penelitian ini akan membahas bagaimana konsep ego Iqbal menunjukkan aspek-aspek eksistensialisme di dalamnya. Dengan adanya relasi antara eksistensialisme dan humanisme sebagaimana yang telah dijelaskan, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat aspek-aspek eksistensialisme dalam konsep ego Muhammad Iqbal dan relasinya terhadap diskursus humanisme.
Penelitian ini adalah penelitian berbasis studi pustaka (library research), yaitu pengeksplorasian dan pengelolaan terhadap sumber-sumber literatur baik berupa buku maupun artikel yang sesuai dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini. Data-data yang didapat tersebut kemudian ditelaah dengan metode-metode tertentu. Objek material dalam penelitian ini adalah konsep ego Muhammad Iqbal, sedangkan objek formalnya adalah paham eksistensialisme dan humanisme. Untuk memudahkan penelitian ini, terdapat enam langkah untuk menganalisis data, yaitu: (1) Mengorganisasikan data; (2) Membaca dan melihat seluruh data; (3) Membuat klasifikasi tema dari data; (4) Mendeskripsikan kategori-kategori; (5) Menghubungkan aspek-aspek dari pengkategorian; (6) Interpretasi terhadap data.
Penelitian ini mendapatkan dua temuan. Pertama, ego atau diri atau individualitas merupakan entitas yang menjadi pusat sentral dari keseluruhan kehidupan manusia. Karakter dasar eksistensialisme tergambar jelas melalui konsep ego Iqbal tersebut. Hal ini terlihat dalam empat aspek komponen penyusun konsep ego yang telah memenuhi kriteria dari karakter dasar eksistensialisme. Kedua, relasi kedua diskursus tersebut dalam konsep ego terlihat dalam asas kebebasan. Iqbal menjunjung tinggi nilai kemanusiaan tersebut dan menjadikan manusia sebagai sentral dan pusat dari realitas. Menurut Iqbal, secara dimensi fisikal manusia memiliki keistimewaan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengafirmasi dirinya sendiri dengan kebebasannya. Namun, kebebasan di sini tidak dimaknai secara mutlak, melainkan tetap terkoneksi dengan Tuhan, karena kebebasan tertinggi hanya akan dapat dicapai apabila manusia mampu mengarahkan dirinya kepada Tuhan atau dengan kata lain mampu meniru moral Tuhan.NIM.: 18105010016 Abdirazaq Wasya2022-10-04T06:28:39Z2022-10-04T06:28:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53844This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538442022-10-04T06:28:39ZNILAI-NILAI FILOSOFIS PEMBACAAN MANAKIB SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI DALAM TRADISI MASYARAKAT DI DESA MANGUNSUMAN, PONOROGOPembacaan Manakib Syeikh Abdul Qadir Jailani di Desa Mangunsuman Ponorogo merupakan kegiatan keagamaan yang telah berlangsung sejak tahun 1983 dan terus dilaksanakan hingga saat ini. Penyelenggaraan ritual Manakiban beserta aktifitas yang menyertainya tentu mengandung nilai-nilai filosofis yang pegang oleh masyarakat. Kepercayaan bahwa Manakiban dapat membawa keselamatan dan keberkahan masih melekat pada masyarakat Mangunsuman. Realitas ini menunjukkan bahwa manusia selalu terikat dan tidak bisa dipisahkan oleh nilai. Sebab nilai ini yang mendorong dan memberi makna kepada manusia. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui apa makna pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qadir Jailani bagi masyarakat Mangunsuman, Ponorogo dan nilai-nilai filosofis apa yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui makna pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qadir al-Jailani di Desa Mangunsuman, Ponorogo serta nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam tradisi tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus sebagai upaya untuk mendapatkan sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diteliti. Sumber data didapat melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi dan literatur. Sementara dalam mengolah data peneliti menggunakan teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dengan cara melakukan interpretasi terhadap temuan hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk menemukan hakikat makna dan nilai filosofis yang terkandung dalam pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qadir Jailani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qadir Jailani menurut masyarakat Mangunsuman adalah 1) media untuk bertawasul dan ngalap barakah dari Syeikh Abdul Qadir Jailani, 2) sebagai media untuk meningkatkan keimanan, 3) sebagai penghormatan kepada waliyullah (Syeikh Abdul Qadir Jailani), 4) ungkapan syukur atas nikmat Allah Swt, 5) sebagai sarana menambah ilmu dan wawasan baru, dan 6) sebagai sarana melestarikan tradisi. Kemudian ditemukan nilai-nilai filosofis yang memiliki relevansi dengan hierarki nilai Max Scheler yaitu, 1) nilai kenikmatan yang ditemukan pada rangkaian acara yang ditutup dengan makan bersama, 2) nilai vital yang ditemukan dalam aktivitas pelaksanaan tradisi Manakib yang mencerminkan solidaritas sosial dan kebersamaan , 3) nilai spiritual ditemukan pada tujuan Manakib sebagai ungkapan rasa syukur atas segala karunia dan Nikmat Allah Swt, dan 4) nilai kesucian terletak pada keyakinan bahwa tidak ada yang lebih diluhurkan kecuali Allah Swt. Oleh karena itu, Tuhan adalah obyek yang mutlak dalam pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qadir Jailani.NIM.: 18105010015 Miftah Arifatun Nisa2022-10-03T08:19:18Z2022-10-03T08:19:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53772This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/537722022-10-03T08:19:18ZISLAM DAN KRISIS LINGKUNGAN: TELAAH PEMIKIRAN SEYYED HOSSEIN NASRPenelitian ini berangkat dari latar belakang masalah yaitu pemikiran Seyyed Hossein Nasr yang berbasis kepada pengembalian aspek spiritualitas dalam jiwa manusia modern. Menurut Nasr manusia modern telah mengalami krisis spiritualitas dalam diri mereka, hal tersebut disebabkan oleh pandangan yang memisahkan antara pengetahuan dan spiritualitas. Dampak yang dihasilkan dari krisis spiritualitas tersebut menjadikan kehidupan modern mengalami berbagai persoalan termasuk krisis lingkungan. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk dapat meneliti lebih dalam mengenai pemikiran Seyyed Hossein Nasr mengenai krisis lingkungan. Selanjutnya rumusan masalah yang peneliti diajukan yaitu Apa yang menyebabkan terjadinya krisis lingkungan menurut Seyyed Hossein Nasr? Apa solusi yang ditawarkan Seyyed Hossein Nasr untuk mengatasi krisis lingkungan tersebut?
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kepustakaan (library research) merupakan sebuah penelitian yang memanfaatkan berbagai literatur untuk menjawab permasalahan yang sedang diteliti, serta berjenis kualitatif karena data yang dihasilkan berupa data deskriptif/naratif. Kemudian dengan menggunakan pendekatan filosofis akan ditemukan hakikat atau inti dari permasalahan, karena penelitian ini berjenis kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan mengumpulkan data-data kepustakaan yang kemudian dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap orientasi (mengumpulkan berbagai sumber yang mendukung penelitian), tahap eksplorasi (mengidentifikasi pemikiran Nasr dari berbagai sumber), dan tahap studi fokus (secara terfokus mengaji pemikiran Nasr mengenai krisis lingkungan). Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik interpretatif atau teknik untuk menemukan autentisitas dari data dengan menggunakan penafsiran terhadap pemikiran Nasr, dan teknik deskriptif atau menjelaskan data yang berupa pemikiran Nasr mengenai krisis lingkungan dengan apa adanya tanpa bermaksud untuk mengeneralisir.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa krisis lingkungan yang terdapat di kehidupan manusia modern bukan suatu yang bersifat alamiah artinya terdapat campur tangan manusia. Menurut Nasr akar krisis lingkungan disebabkan perkembangan pengetahuan manusia yang tidak berlandaskan kepada nilai-nilai ketuhanan, serta dipengaruhi oleh krisis spiritualitas dalam diri mereka sehingga menghasilkan sikap jiwa yang dipenuhi oleh nafsu dan ego, dan pada akhirnya manusia akan dengan keangkuhannya dalam memperlakukan lingkungan. Atas dasar krisis lingkungan tersebut maka Nasr menawarkan paradigma baru dalam pengetahuan yaitu scientia sacra (pengetahuan suci) pengetahuan yang memandang bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan dan segala bentuk keadaan yang ada di Bumi merupakan perwujudan Tuhan. Selanjutnya ecosufisme juga berperan dalam menyelamatkan krisis lingkungan, yaitu konsep mendekatkan diri kepada tuhan dengan bersikap bijak terhadap lingkungan.NIM.: 17105010086 Okky Asranja2022-08-01T04:38:00Z2022-08-01T04:38:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52315This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/523152022-08-01T04:38:00ZTRADISI RUWAH DESA DALAM PERSPEKTIF AQIDAH ISLAM
(Studi Kasus Desa Sambiroto Kabupaten Mojokerto)Aqidah menjadi penting sebagai landasan seseorang untuk memahami dan memantapkan keyakinan terhadap rukun iman. Pemahaman Aqidah biasanya dilakukan dengan menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Aqidah dalam suatu tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Salah satu tradisi yang masih lestari sebagai upaya pemahaman terhadap nilai-nilai Aqidah yakni tradisi ruwah.
Tradisi ruwah desa di Desa Sambiroto memiliki daya tarik tersendiri karena di satu sisi adalah tradisi yang masih rutin dilakukan dan di satu sisi lain dalam pelaksanaannya tetap menerapkan nilai-nilai fundemantal keimanan, sehingga tradisi ruwah ini perlu dilihat secara lebih spesifik melalui perspektif aqidah Islam.
Dengan demikian fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana latar belakang tradisi ruwah desa di Desa Sambiroto serta mengkaji bagaimana tradisi ruwah desa dalam perspektif aqidah Islam. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang tradisi ruwah desa di desa Sambiroto serta mengetahui tradisi ruwah desa jika dilihat dalam perspektif aqidah Islam. Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus dengan menggunakan analisis kualitatif dan pendekatan deskriptif. Sumber data yang diperoleh menggunakan metode penelitian yang bersifat empirik yaitu dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan litelatur.
Hasil penelitian berdasarkan tradisi ruwah desa dalam perspektif aqidah Islam menunjukkan bahwa pertama, Tradisi ruwah desa merupakan kebiasaan turun temurun yang sudah ada sejak zaman dahulu. Tradisi dari wujud rasa syukur kepada Allah SWT yang dilaksanakan pada bulan ruwah menjelang ramadhan pada minggu pertama kisaran pahing dalam kalender Jawa sesuai dengan keadaan masyarakat. Tradisi ruwahan dilaksanakan bertujuan untuk mendoakan dusun agar tetap tenteram dan terjauh dari sesuatu yang tidak diinginkan serta sebagai ajang silaturahmi dan saling menghargai sesamanya. Kedua, prinsip segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa Sambiroto ini diarahkan bertujuan memohon kepada Tuhan. Karena segala sesuatu yang baik menurut Islam akan baik juga bagi makhluknya, seperti halnya dalam adat kebiasaan tradisi ruwah desa yang dapat diterima oleh masyarakat dengan baik, walaupun kepercayaan para masyarakat sekarang sudah berubah, mereka masih melakukan tradisi yang dulu dilakukan oleh orang-orang terdahulu.NIM.: 18105010005 Chilya Salisa Cindy Cholilah2022-08-01T03:24:54Z2022-08-01T03:24:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52281This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/522812022-08-01T03:24:54ZMakna Tradisi Perang Nasi Desa Pelang Lor Kedunggalar Ngawi
(Tinjauan Thick Description Clifford Geertz)Tradisi Perang Nasi merupakan bagian salah satu dari keanekaragaman
kebudayaan Nusantara. Setiap kebudayaan suatu daerah memilki unsur lokal yang
menjadi identik masyarakat dan alam. Tradisi Perang Nasi tidaklah hanya saling
melemparkan nasi, tidak hanya upacara bersih Desa yang menjadi rutinitas
tahunan akan tetapi sebagai wujud rasa syukur terhadap Allah Tuhan semesta
Alam. Masyarakat juga percaya tradisi ini dilaksanakan untuk terhindar dari
musibah yang akan terjadi di desa Pelang Lor Kedunggalar. Dengan demikian
tradisi Perang Nasi akan didapatkan makna simbolik terhadap fenomena ini ketika
dilihat melalui Thick Description Clifford Geertz dan peneliti ingin mengkajinya
secara keilmuan filsafat.
Penelitian ini merupan jenis penelitian lapangan. Dalam penelitian akan
menggunakan sebuah pembacaan kebudayan yang dilakukan Clifford Geertz yaitu
menginterpretasikan melalui Thick Description atau lukisan secara mendalam
terhadap simbol-simbol di dalamnya. Penelitian ini akan memakai metode
kualitatif dengan melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap
Kepala Desa Pelang Lor, Sekretaris Desa Pelang Lor, tokoh agama atau
kebudayaan, Kepala Dusun Tambak Selo Barat, Kepala Dusun Tambak Selo
Timur, dan satu masyarakat Setempat. sebagai data sekunder akan didapatkan
melalui dokumen desa.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan wawancara kepada
masyarakat mengenai tradisi ini yaitu: tradisi sebagai bentuk cara syukur terhadap
Allah SWT dengan melakukan sekah terhadap orang-orang yang tidak mampu.
Simbol-simbol yang ada pada tradisi ini merupakan dari kekayaan alam dan
keterampilan masyarakat lokal seperti padi yang diolah menjadi nasi, rinjing,
kemenyan, tari kesenian Reog dan Tayuban sebagai hiburan masyarakat. Banyak
makna simbolik dan berbagai aspek dimensi. ketika dilihat dari dimensi agama
sebagai kedekatan antara manusia dengan sang Pencipta, dimensi budaya sebagai
penghormatan terhadap peninggalan leluhur mereka yang wajib dilestarikan, dan
dimensi sosial sebagai sebuah tradisi yang mempu meningkatkan kesejahteraan,
kerukunan, dan kekeluargaan di masyarakat Desa Pelang Lor. Secara ritual
memiliki makna kesucian yang terlihat masyarakat melakukan tradisi ini sebagai
cara lebih mendekatkan diri kepada Allah dikarenakan telah memberikan
kenikmatan dan segala kekuasaanya terhadap masyarakat Desa Pelang Lor
Kedunggalar Ngawi Jawa Timur.NIM.: 15510078 M Wahib Burhani2022-07-29T08:35:20Z2022-07-29T08:35:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52280This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/522802022-07-29T08:35:20ZRELASI ANTAR-MANUSIA DALAM FILM THE TRUMAN SHOW (1998) (Analisis Semiotika)Manusia adalah makhluk sosial yang dikondratkan untuk hidup bermasyarakat, berinteraksi, serta berelasi dengan manusia lainnya. Melalui sebuah perjumpaan, relasi antar-manusia mampu berkembang secara harmonis dan ideal mengingat betapa vitalnya hal itu. Dimana nantinya berujung melahirkan kepenuhan dan keparipurnaan akan eksistensi diri manusia dalam masyarakat komunal. Namun, semakin berkembangnya teknologi informasi dan pengaruh media perlahan mereduksi keberadaan dari makna relasi dan sebaliknya memunculkan sebuah relasi antar-manusia yang penuh kepalsuan yang bereproduksi sedemikian rupa di dalamnya. Realitas inilah yang coba diungkap oleh Peter Weir melalui filmnya yang bertajuk The Truman Show. Film ini menggambarkan bagaimana sebuah kehidupan manusia dibangun untuk menjadi konsumsi publik. Hubungan antar-sesama yang dialami Truman Burbank sepenuhnya hasil realitas yang dimanufaktor oleh Christof, sebagai sutradara yang memandu acara ini ia mampu mempengaruhi dan memanipulasi Truman agar dia percaya bahwa ia hidup normal, bebas, dan memiliki pilihan. Walaupun sebenarnya pilihan hidupnya sudah dirumuskan oleh Christof.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif kepustakaan. Membahas mengenai konsep relasi antar-manusia perspektif Martin Buber yang divisualisasikan dalam film The Truman Show. Dari potongan-potongan adegan maupun dialog nantinya dianalisis menggunakan teori semiotika two order of signification milik Roland Barthes.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa relasi antar-manusia Martin Buber digambarkan dengan jelas dalam film The Truman Show (1998). Pola relasi I-It tergambarkan oleh sosok Truman Burbank yang dijadikan bahan objek rakusnya konsumsi media serta pengobjektifikasi yang dilakukan oleh Christof dan aktor-aktor lainnya. Sedangkan pola relasi I-Thou digambarkan oleh hubungan cinta diantara Truman Burbank dan Sylvia. Bahwa relasi antar-manusia dalam masyarakat mampu menghadirkan keharmonisan saling menyayangi sesama namun juga mampu memunculkan eksploitasi, manipulasi, kalkulasi, penguasaan serta pembatasan manusia satu kepada yang lain yang melahirkan keterasingan individu terhadap realitas di sekitarnya.NIM.: 15510061 Sultoniyah2022-07-29T08:34:50Z2022-07-29T08:34:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52279This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/522792022-07-29T08:34:50ZKONSEP HUMANISASI PENDIDIKAN: STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN DRIJARKARA DAN BADEN POWELLDehumanisasi pendidikan dalam bentuk diskriminasi masih banyak bermunculan hingga saat ini di Indonesia. Kasus nyata dari dehumanisasi tersebut berupa kewajiban mengenakan jilbab bagi siswi non-muslim di SMK Negeri 2 Padang tahun 2021, dan tiga siswa penganut kepercayaan Saksi Yehuwa tidak naik kelas selama tiga tahun ajaran berturut-turut di Sekolah Dasar Negeri di Tarakan, Kalimantan Utara tahun 2021. Selain itu, dehumanisasi pendidikan juga terjadi dalam kurikulum. Perubahan berkali-kali dalam kurikulum mulai dari tahun 1947 hingga yang terbaru kurikulum merdeka belajar tahun 2022 mengakibatkan beberapa sekolah kesulitan untuk melakukan adaptasi dalam penerapan kurikulum yang berakibat pada tidak maksimalnya proses belajar mengajar di sekolah.
Berangkat dari dua permasalahan diatas maka akan dilakukan penelitian tentang Humanisasi Pendidikan, yang nantinya akan digunakan sebagai objek material dalam penelitian. Kemudian penelti juga akan menggunakan perspektif dari dua tokoh pendidikan yakni Drijarkara dan Baden Powell sebagai objek formalnya. Sehingga rumusan masalah nantinya ialah tentang apa itu humanisasi pendidikan, lalu bagaimana Konsep Humanisasi Pendidikan Perspektif Drijarkara dan Baden Powell, serta bagaimana persamaan dan perbedaan dari Konsep Humanisasi Pendidikan Driyarkara dan Baden powell.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Metode yang dilakukan dengan membandingkan persamaan dan perbedaan pemikiran tentang Konsep Humanisasi Pendidikan dari dua tokoh. Disini tokoh yang akan dilakukan perbandingan dalam pemikirannya adalah Drijarkara dan Baden Powell tentang Konsep Humanisasi Pendidikan. Kemudian pendekatan dalam penelitian ini ialah bersifat sosiologis dan filosofis. Hasil temuan dari penelitian ini ialah persamaan Konsep Humanisasi Pendidikan Perspektif Drijarkara dan Baden Powell berupa: Harmonisasi antara Manusia dengan Alam dalam Pendidikan, Makna Mendidik dalam pendidikan, dan Memprioritaskan Sisi Humanistik Dalam Pendidikan,. Kemudian perbedaan dari Konsep Humanisasi Pendidikan Perspektif Drijarkara dan Baden Powell berupa: Aliran Filsafat pendidikan, Orientasi Konsep Humanisasi Pendidikan, dan Implementasi Konsep Humanisasi Pendidikan.NIM.: 15510050 Irfan Firmansyah2022-07-06T03:02:43Z2022-07-06T03:02:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51658This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516582022-07-06T03:02:43ZPESAN MORAL DALAM DRAMA KOREA SKY CASTLE
(Perspektif Tasawuf Akhlak)Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa ajaran tasawuf, khususnya tasawuf akhlak, dapat ditemukan tidak hanya pada sumber al-Qur’an dan hadis ataupun kitab tasawuf maupun tarekat sufi, tetapi juga dapat ditemukan pada produk budaya Korea Selatan seperti drama Korea, contohnya yaitu drama Sky Castle. Drama karya Yoo Hyun Mi ini menceritakan tentang sekelompok orang tua yang tinggal di Sky Castle, yang memiliki ambisi besar untuk memasukkan anak-anak mereka ke universitas terbaik di Korea Selatan. Walaupun drama Korea tersebut tidak ditulis oleh seorang sufi, namun di dalamnya memuat pesan moral dan nilai-nilai tasawuf akhlak.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pengumpulan datanya menggunakan teknik dokumentasi yaitu mencari sumber yang berkaitan dengan tema penelitian melalui buku, jurnal, majalah, artikel dalam internet yang sudah terjamin kualitas dan validitasnya, sumber-sumber tersebut menjadi sumber sekunder. Adapun untuk sumber primer yaitu file video dari drama Korea Sky Castle karya Yoo Hyun Mi yang terdiri dari 20 episode. Selain itu dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif yaitu menganalisis isi drama tersebut dengan menggunakan tasawuf akhlak Al-Ghazali sebagai perspektif
xii
dan dalam pengambilan kesimpulan, penelitian ini menggunakan metode deduktif, yaitu dari sifatnya yang umum ke khusus.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa dalam drama Sky Castle terdapat hal-hal berikut: 1) Pesan Moral yang berupa, balas dendam dan bunuh diri bukanlah jalan keluar untuk menyelesaikan masalah, berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu, berilah afirmasi positif kepada orang lain, bersainglah secara sehat, hidup bahagia adalah sebuah pilihan, jangan berlebihan dalam menyukai sesuatu, jangan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan, jangan menyombongkan kedudukan, kejujuran adalah hal utama yang harus ditanamkan sejak dini, dll, 2) Pesan Moral yang dianalisis menggunakan tasawuf akhlak Al-Ghazali berupa, menyesali perbuatan yang telah dilakukan di masa lalu, bersabar dalam setiap keadaan dan kondisi, merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki, tidak terlalu memprioritaskan nilai dan jabatan, menerima dan menghargai perbedaan, mencapai kebahagiaan dengan cara yang baik dan benar.NIM.: 18105010081 Sri Husnul Husnul Hikmah Habib2022-07-06T02:29:47Z2022-08-04T00:44:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51657This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516572022-07-06T02:29:47ZNILAI-NILAI TASAWUF DALAM KENDURI
(Studi.Kasus.di Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Klaten)Tradisi kenduri di Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Klaten merupakan salah satu tradisi turun-temurun dari nenek moyang yang berkembang jauh sebe-lum Islam masuk ke Nusantara. Secara faktual, tradisi kenduri lahir dari ke-percayaan animisme-dinamisme, yang kemudian digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan Islam di Jawa. Di satu sisi mereka menyebutkan bahwa tradisi ini merupakan tradisi leluhur, namun di sisi lain mereka juga memahami bahwa tradisi ini erat kaitannya dengan nilai-nilai keislaman. Dengan demikian, mes-kipun kenduri berasal dari kepercayaan animisme-dinamisme, tetapi di dalamnya masih mengandung nilai-nilai tasawuf. Melihat hal tersebut, peneliti ingin meneli-ti bagaimana praktik kenduri di Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Klaten dan nilai tasawuf apa saja yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana praktik kenduri di sana serta nilai-nilai tasawuf apa saja yang terkandung di dalamnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati. Dalam penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber data melalui data primer yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Mbah Modin (orang yang dituakan di Dukuh), sesepuh Dukuh dan beberapa tokoh masyarakat di sana. Adapun data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis filosofis dan sufistik untuk menemukan nilai-nilai tasawuf dalam tradisi kenduri di Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Klaten, Jawa Tengah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kenduri yang berkembang di Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Klaten merupakan suatu tradisi dengan prak-tik yang cukup kental. Tradisi kenduri tersebut digunakan Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat. Hal tersebut dil-akukan agar dakwah Islam Sunan Kalijaga dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan tidak menyinggung tradisi yang sudah ada. Kenduri di sana di-adakan dalam dua kondisi, pertama ketika mengungkapkan rasa syukur atas suatu hal dan lain sebagainya. Kedua, dilakukan saat hari-hari tertentu dalam penangga-lan Jawa seperti Ruwah, Poso, Syawal, Suran dan Maulud Nabi. Melalui teori nilai tasawuf, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa nilai tasawuf ajaran kaum sufi yang terkandung dalam kenduri di Dukuh Brengkungan. Nilai tasawuf yang terkandung dalam kenduri ruwah adalah nilai syukur, kenduri poso adalah nilai taubat, kenduri syawal adalah silaturahmi, kenduri suran adalah tawakal dan kenduri Maulud Nabi adalah mahabbah.NIM:: 18105010068 Hestyana Widya Pangesti2022-07-06T02:28:49Z2022-07-06T02:35:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51649This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516492022-07-06T02:28:49ZRELASI PERAN INTELEKTUAL DAN KESADARAN MASSA SEBAGAI BASIS REVOLUSI (Studi Atas Pemikiran Ali Syariati)Peran intelektual dan kesadaran massa merupakan dua tema pemikiran yang telah diperbincangkan cukup lama baik di kalangan filosof maupun teoritikus sosial. Salah seorang pemikir muslim yang memiliki gagasan tentang peran intelektual dan kesadaran massa adalah Ali Syariati. Penelitian ini secara garis besar berupaya merekonstruksi gagasan Syariati tentang peran intelektual dan kesadaran massa sebagai basis revolusi. Selain itu, penelitian ini pula berupaya mencari keterkaitan dialektis antara konsep intelektual dan kesadaran massa. Penulis ingin menunjukkan intelektual dan kesadaran massa merupakan dua unsur penting bagi lahirnya sebuah revolusi sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian berbasis pustaka (library research), sebab dalam penelitian ini penulis berusaha mengeksplorasi dan menganalisis berbagai macam literatur-literatur dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan metode kesinambungan historis untuk merekonstruksi secara radikal konsep Rausyan Fikr dan al-Nas dalam pemikiran Ali Syariati. Selain itu penelitian ini pula menggunakan metode dialektika dan interpretasi gramatikal untuk menemukan hubungan antara konsep intelektual dan kesadaran massa dalam pemikiran Ali Syariati.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan dialektis antara konsep intelektual dan kesadaran massa dalam pemikiran Syariati. Dalam sebuah revolusi sosial, intelektual bertugas untuk melakukan konstruksi penyadaran dan memberikan landasan ideologis kepada massa. Namun pada akhirnya semua bergantung kepada massa, apakah massa ingin menerima atau menolak agitasi yang dilakukan oleh intelektual tersebut. Kemampuan massa untuk memilih didasarkan pada kebebasan kehendak yang dimilikinya sebagai amanat pemberian Tuhan.NIM.: 18105010027 Richo Bintang Mahendra2022-07-06T02:08:48Z2022-07-06T03:00:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51642This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516422022-07-06T02:08:48ZKonsep Persahabatan Philia sebagai Basis dalam Pendidikan Islam (Kontekstualisasi Pemikiran Plato dalam Teks Lysis)Diskursus pendidikan merupakan salah satu isu fundamental di kalangan intelektual Islam. Beberapa riset yang dilakukan oleh para ilmuwan Muslim menunjukkan betapa pentingnya merevitalisasi model pendidikan Islam agar berjalan efektif. Namun, realita berbicara lain, pendidikan Islam dewasa ini mengalami kemunduran dari berbagai sisi. Hal ini jelas menjadi masalah besar bagi umat Islam. Beberapa penelitian yang telah dihimpun menunjukkan adanya satu variabel penting yang dapat memengaruhi motivasi belajar dalam pendidikan secara signifikan, yaitu variabel pertemanan. Ajaran Islam bahkan secara gamblang juga menggambarkan posisi antara manusia sebagai rekan dalam mengerjakan kebaikan. Dalam tradisi di luar Islam, konsep persahabatan sebagai alat reformasi pendidikan juga ditunjukkan pada lingkungan kebudayaan Yunani Kuno melalui konsep philia. Jika kedua tradisi ini digabungkan, hal tersebut dapat menambah alternatif gagasan dalam mengembangkan fondasi pendidikan, khususnya dalam Islam. Tujuan utama penelitian ini berupaya mengembangkan model pendidikan Islam dengan basis persahabatan philia. Sebelum masuk ke sana, tentunya riset ini akan mendeskripsikan terlebih dahulu mengenai pengertian dari persahabatan philia yang diambil dari teks klasik Yunani Kuno karya Plato, yaitu Lysis.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berusaha menjelaskan secara komprehensif bagaimana model persahabatan philia dapat diintegrasikan dalam fondasi pendidikan Islam. Karena menggunakan sumber primer teks klasik Lysis, penelitian ini secara keseluruhan berbasis riset kepustakaan untuk berupaya menerjemahkan gagasan-gagasan dalam teks Lysis dengan referensi-referensi sekunder yang telah dikumpulkan. Untuk memudahkan penelitian ini, ada empat langkah analisis data yang digunakan, yaitu: (1) Interpretasi Kontekstual; (2) Verstehen; (3) Klasifikasi Data (Pengelompokan Data); dan (4) Kesinambungan Historis.
Penelitian ini mendapatkan temuan-temuan penting. Persahabatan philia dapat diidentifikasi sebagai persahabatan dengan model triangular di mana ada tiga pihak yang berperan dalam relasi persahabatan. Dua pihak berposisi sebagai subjek, yaitu individu-individu yang saling bersahabat dan satu pihak lain berperan sebagai objek persahabatan yang disebut dengan kebaikan (agathon). Relasi di antara subjek persahabatan diikat oleh objek persahabatan. Objek persahabatan ideal dalam gagasan philia adalah nilai kebaikan tertinggi yang bersifat luhur dan abadi. Penjelasan ini mengarah kepada implementasi pendidikan Islam. Relasi persahabatan yang didorong oleh spirit kebaikan tertinggi (agathon) akan menghasilkan hubungan resiprokal atau saling menguntungkan dalam upaya mencapai kebahagiaan (eudaimonia).
Kebahagiaan dalam konteks pendidikan Islam di sini adalah melahirkan lingkungan belajar saling mendukung atau tanpa berkompetisi satu sama lain.NIM.: 18105010013 Ahmad Nurcholish2022-07-05T06:55:17Z2022-07-06T02:56:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51635This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516352022-07-05T06:55:17ZTAREKAT QADIRIAH WA NAQSYABANDIYAH DAN DINAMIKA POLITIK LOKAL TAHUN 2018 (Studi di Dusun Srumbung Kauman Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah)Tarekat merupakan kegiatan membersihkan diri dan lebih mementingkan akherat, dan tarekat juga menggambarkan tentang kegiatan kelompok yang mengutamakan urusan keagamaan dengan ritual-ritual ajarannya, meskipun begitu para guru tarekat ternyata masih tetap perduli dengan isu-isu politik. Soliditas preferensi politik jama‟ah tarekat yang cenderung menunjukkan kepatuhannya kepada mursyid mereka dalam menentukan pilihan politik menjadi sorotan bagi kelompok pesaing dalam kontes politik sebagai basis dukungan kandidat, begitu juga peralihan dan pergejolakan politik yang terjadi pada kelompok tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah dalam pilkada kabupaten Magelang tahun 2018.
Dalam penelitian ini ditujukan untuk menganalisis sebab terbentuknya preferensi dan afiliasi politik jama‟ah tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Srumbung dan penyebab kepatuhan jama‟ah tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Srumbung terhadap pilihan politik mursyidnya. Lokasi penelitian adalah Srumbung Kauman, Kec. Srumbung, Kab. Magelang, Jawa Tengah.
Dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif analisis. Teknik penentuan informan dalam penelitian dilakukan dengan teknik perposive, untuk itu guru tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah, ketua jama‟ah tarekat, jama‟ah tarekat, tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar di Srumbung menjadi informan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan studi literatur dengan teknik analisis data kualitatif.
Hasil dari penelitian ini ialah terbentuknya preferensi dan adanya afiliasi politik jama‟ah tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Srumbung disebabkan oleh keterikatan masyarakat pedesaan terhadap kepemimpinan Kyai sebagai pemimpin informal tidak ada yang meragukan eksistensinya. Hal itu tidak lain didasari oleh adanya sikap paternalitas masyarakat pedesaan terhadap tipe kepemimpinan kyai yang bercorak kharismatis-tradisional. Keterikatan dalam ketergantungan tersebut yang menyebabkan massa pedesaan akan cenderung untuk mengikuti terhadap apa yang dilakukan oleh kyai. Terbentuknya sikap politik mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Srumbung sebagai penentu pilihan politik kelompok tarekat yang dipimpinnya. Di sisi pengikut tarekat sendiri terbentuknya preferensi politik jama‟ah yang disebabkan oleh adanya internalisasi ajaran tarekat yang menuntut kepatuhan jama‟ah terhadap mursyidnya. Faktor penyebab kepatuhan jama‟ah tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyan di Srumbung terhadap mursyidnya disebabkan oleh pola hubungan patornklien dalam tarekat dan adanya sistem nilai dan ajaran yang berlaku dalam kelompok tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah.NIM.: 16510026 Achmat Wahyu Yusuf2022-07-05T05:47:01Z2022-07-05T05:47:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51620This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516202022-07-05T05:47:01ZKONSEP REVOLUSI DALAM TEOLOGI PEMBEBASAN
HASAN HANAFIDunia Islam telah dikooptasi oleh Barat, baik dari segi sistem, kepentingan, struktur maupun budaya. Ini adalah efek dari kolonialisme dan imperialisme. Masyarakat Islam sangat bergantung pada Barat. Dunia Barat mencoba untuk "menghegemoni" budaya Islam, bahkan asas Islam itu sendiri. Barat mencoba memahami Islam versi Barat agar dapat diterima oleh dunia Islam. Menyikapi kondisi tersebut, Hasan hanafi dengan Islam Kirinya dengan tegas menentang peradaban Barat, khususnya imperialisme ekonomi dan budaya. Hasan Hanafi memberdayakan umat Islam dengan memperkuat tradisi mereka sendiri. Tugas kiri Islam, yang merupakan salah satu ide progresifnya, adalah menempatkan Barat dalam batas-batas alaminya dan menghilangkan mitos dunia Barat sebagai pusat peradaban dunia dan mengembalikan peradaban barat ke perbatasan baratnya pada tahun asal-usulnya, kesesuaiannya dengan latar belakang sejarahnya, sehingga Barat menyadari bahwa ada banyak peradaban dan banyak jalan menuju kemajuan.NIM.: 15510071 Shahibuddin2022-07-05T05:43:04Z2022-07-06T02:54:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51618This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516182022-07-05T05:43:04ZANTROPOLOGI KEMATIAN:
PERSPEKTIF ANTON BAKKERPenelitian ini berjudul Antropologi Kematian: Perspektif Anton Bakker, analisis Antropologi Metafisik merupakan penelitian yang mencoba untuk menganalisis kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna yang lebih mendalam tentang kematian dan bagaimana kematian ketika di analisis menggunakan Antropologi Metafisik.
Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dan menggunakan data data kepustakaan sebagai sumber data. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi dan dokumentasi untuk mengumpulkan data-data primer yang dikutib dari buku Antropologi Metafisik secara langsung dan data-data sekunder yang tidak secara langsung berbicara tentang pokok persoalan, Adapun dalam pengolahan data penulis menggunakan Koherensi Intern, yakni agar dapat memberikan interpretasi tepat mengenai konsep harus dapat disesuaikan satu sama lain secara konsisten, baik pada masing masing tokoh atau sistem, maupun dalam seluruh perkembangannya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kematian menurut Anton Bakker merupakan puncak definitf perkembangan manusia, kematian merupakan pembulatan perjalan perkembangan jiwa dan badan. Jiwa dan Badan mengalami proses kematian di dalam manusia itu sendiri. Jiwa tidak terhindar dari kematian, melainkan mengalami kematian bsersama dengan manusia sepenuhnya. Karena setiap perkembangan mengalami puncak definitifnya dan kematian merupakan pembulatan atas seluruh perjalanan dan pengartian manusia disaat menjalani kehidupan.
Dalam gagasan Antropplogi Metafisik Anton Bakker terpengaruh Aristoteles, gaya filsafat skolastik sebuah gaya aliran filsafat di abad pertengahan yang memberi penekanan kuat pada penalaran dialektis untuk memperluas pengetahuan melalui inferensi serta untuk menyelesaikan kontradiksi.NIM.: 15510026 Abdul Aziz2022-07-05T04:46:23Z2022-07-06T02:59:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51617This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/516172022-07-05T04:46:23ZPANDANGAN AL-GHAZALI TENTANG KAFIR DAN TAKFIR DALAM KITAB FAISAL AT-TAFRIQAHPenelitian ini mengambil judul “Pandangan Al-Ghazali Tentang Kafir dan Takfir dalam Kitab Faisal at-Tafriqah.” Masalah kafir dan takfir ini menurut penulis sangat penting untuk dibahas karena menyangkut keimanan seseorang dalam kehidupan beragama Islam, kemudian muncul beberapa masalah seperti, bagaimanakah sebenarnya konsep kafir dan takfir dalam agama Islam dan bagaimanakah pandangan al-Ghazali tentang masalah ini. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk memberi sebuah gambaran yang jelas tentang masalah kafir dan takfir, sehingga kita mengetahui batasan-batasan kafir yang sebenarnya dan kita juga dapat belajar untuk tidak berperilaku takfir atau mengkafirkan.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, yang dimana sumber informasinya berasal dari buku-buku yang berkaitan dengan judul yang penulis ambil diatas. Metode yang penulis gunakan disini ada dua, yang pertama adalah metode deskriptif, digunakan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan obyek apa adanya. Kedua adalah metode analisis, digunakan untuk mengadakan perincian terhadap permasalahan yang diteliti dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai masalahnya.
Setelah melakukan penelitian terhadap masalah ini, dapat disimpulkan bahwa kafir adalah sikap mengingkari Allah SWT sebagai Tuhan Satu-satunya dan menganggap bahwa semua ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah kebohongan semata, dan takfir adalah sebuah perilaku mengkafirkan orang lain, yang kemudian dijelaskan oleh al-Ghazali dalam kitabnya Faisal at-Tafriqah, bahwa menghukumi kafir kepada orang lain bukan perkara yang mudah, seseorang harus memahami lima tingkatan wujud dan memahami takwil secara keseluruhan.NIM.: 15510001 Safiudin2022-06-06T03:46:50Z2022-06-06T03:46:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51183This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/511832022-06-06T03:46:50ZFILSAFAT BAHASA ATOMISME LOGIS BERTRAND RUSSELL SEBAGAI INSTRUMEN MEMAHAMI HOAKS
(Study Kasus Hoaks Modifikasi Berita Kompas Di Media Sosial tentang Basuki Tjahaja Purnama)Pada dasarnya tulisan ini berangkat dari kegelisahan penulis, terhadap fenomena masyarakat modern tentang hoaks, serta hoaks yang berkaitan dengan penista agama, sering kali melibatkan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam sejarah Hoaks yang ada di Negara ini, Ahok cenderung terkenal, dengan seseorang yang menistakan agama Islam, bahkan sampai saat ini, sebagian lapisan masyarakat Indonesia, mengenal Ahok sebagai seseorang yang akan menghancurkan keberagaman bangsa, hal tersebut disebabkan oleh Hoaks yang kerap tersebar di media sosial, seperti Facebook, twitter, dll.
Dari kegelisahan, seakan perlu bagi penulis menawarkan krangka berfikir filsafat, untuk meminimalisir hoaks yang sering tersebar di media sosial. Maka dari itu, penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut, Apa yang dimaksud dengan filsafat bahasa atomisme logis Bertrand Russell? Bagaimana hoaks yang berkatan dengan Ahok di media sosial? Bagaimana atomisme logis Bertrand Russell memahami hoaks tersebut?
Adapun tujuan dari penelitian ini, pertama, memahami filsafat bahasa atomisme logis Bertrand Russell. Kedua, bisa megetahui hoaks tentang Ahok di media sosial. Ketiga, mampu memahami atomisme logis, sebagai instrument memahami hoaks. Dengan begitu masyarakat tidak akan lagi dibayangi ketakutan, pada hoaks yang seringkali ada di media sosial.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan filsafat bahasa atomisme logis Bertrand Russell, untuk memhami fenomena hoaks di media sosial. Dengan menggunakan pendekatan analisis logis, seperti proposisi atomik dan majemuk, corak logis (logical types) serta fungsi kebenaran, diharapakan mampu melihat serta memahami struktur bahasa yang digunakan oleh individu yang kerap kali menyebarkan berita bohong di media sosial. serta sintesa logis, seperti ishomorfi yang berfungsi, kesepadanan, antara struktur bahasa dengan strukturr realitas.
Dari data yang penulis temukan, menunjukkan, bahwa informasi yang berkaitan dengan Ahok di media sosial, sangat berbeda dengan yang ada dalam realitas. Di media sosial menunjukkan bahwa Ahok, tidak akan memberikan anggaran APBD, untuk pembangunan Masjid dan menaikkan Haji Marbut, seperti agenda pemerintah sebelumnya. Dalam realitas empiris, Ahok memberikan anggaran untuk pembangunan Masjid Raya Jakarta, serta Masjid Raya, KH. Hasyim Asy’ari, serta Ahok memberangkatkan tiga puluh Marbut, untuk beribadah ketanah suci Mekah. Sehingga dengan begitu, informasi yang ada di media sosial tidak bermakna (hoaks), sebab tidak sama dengan yang ada dalam realitas.NIM. 17105010071 ABD. Shamat2022-05-18T07:50:50Z2022-05-18T07:50:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50944This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/509442022-05-18T07:50:50ZTRADISI MUNGGAHAN DALAM PERSPEKTIF ETIKA UTILITARIANISME JOHN STUART MILL
(Studi Kasus Masyarakat Dusun Krajan, Desa Wonokromo, Kebumen)Tradisi Munggahan merupakan suatu tradisi lokal keagamaan masyarakat Desa Wonokromo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tradisi ini berisi serangkaian acara bersih makam, kenduri, dan sedekah. Sejauh pelaksanaannya, tradisi Munggahan sebagai bentuk tradisi yang melibatkan masyarakat memiliki banyak dampak yang ditimbulkan, penulis mencoba memaparkan nilai-nilai, aspek kebermanfaatan dan permasalahan-permasalahan di dalamnya untuk kemudian dianalisis menggunakan teori Etika Utilitarianisme John Stuart Mill. Sebagai prinsip kebahagiaan terbesar, Etika Utilitarianisme memandang bahwa baik buruknya suatu tindakan tergantung kepada tujuan akhir atau akibat-akibat dari satu tindakan tersebut. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan mengenai bagaimana tradisi Munggahan di Dusun Krajan, Desa Wonokromo, Kebumen dan bagaimana Etika Utilitarianisme memandang tradisi Munggahan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan sumber data primer berupa wawancara dengan para ahli atau tokoh yang mumpuni untuk memberi informasi tentang tradisi Munggahan di Dusun Krajan. Selain itu, penulis menggunakan rujukan utama karya John Stuart Mill yang berjudul “Utilitarianisme: Prinsip Kebahagiaan Terbesar”. Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan penulis adalah literatur seperti buku, artikel jurnal, dan skripsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua pandangan masyarakat dusun Krajan terhadap tradisi Munggahan ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Perspektif etika Utilitarianisme John Stuart Mill memandang kesenangan masyarakat yang setuju dalam tradisi Munggahan harus dinilai lebih tinggi dari pada kesenangan mayarakat dusun Krajan yang tidak setuju. Sebab, meskipun diukur dari kuantitas maupun kualitas, tradisi munggahan masih lebih banyak manfaat dan dampak yang lebih besar untuk masyarakat dusun Krajan. Selain itu, yang dituju dari kebahagiaan utilitarianisme John Stuart Mill adalah kenikmatan atau kepuasan yang lebih tinggi yaitu kepuasan rohani. Masyarakat dusun Krajan menganggap bahwa kepuasan rohani bernilai lebih tinggi karena berimbas pada kepuasan hati yang berdampak pada respon atau tindakan positif setiap individu masyarakat di dalam lingkungannya. Pada akhirnya, tradisi munggahan adalah tradisi yang baik dalam pandangan etika Utilitarianisme John Stuart Mill.NIM.: 17105010019 Muhammad Bima Karim Amrullah2022-05-18T03:29:17Z2022-05-18T03:29:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50977This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/509772022-05-18T03:29:17ZTEOLOGI PEMBEBASAN SEBAGAI UPAYA REKONSTRUKSI
DALAM ISLAM : Studi Atas Pemikiran Hassan HanafiLahirnya teologi pembebasan bermula di Amerika Latin pada abad ke-20 dan menjadi rujukan utama bagi agama di dunia. Agar mengetahui peran agama dalam membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan ideologi global. Dalam dunia Islam tokoh revolusioner juga telah hadir untuk membebasan umat muslim dari penindasan. Dengan upaya mereka dalam merekontruksi pemahaman mengenai teologi. Sebagai dasar dalam berperilaku teologi sangat berkaitan erat dengan orang-orang yang meyakininya, seperti kepasrahan kaum jabariyah. Saat ini dunia Islam telah mengalami kemunduran. Tentunya kemunduran tersebut memiliki asbab yaitu hegemoni doktrin klasik dan westernisasi oleh Barat. Islam lebih memilih pasrah kepada takdir yang telah digariskan Tuhan. Fenomena inilah yang menjadi penyebab dilakukannya pembaharuan pemikiran terhadap Islam. Dalam tulisan ini pembahasannya adalah Teologi Pembebasan dalam pandangan Hassan Hanafi dan bagaimana model Teologi Pembebasannya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan, dan bersifat kualitatif. Dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Karya-karya Hassan Hanafi digunakan sebagai sumber utama dalam tulisan ini. Tulisan-tulisan tentang Islam Kiri dan Teologi Pembebasan digunakan sebagai data sekunder. Fakta pendukung lainnya harus ada untuk membantu penulis dalam menjelaskan Kiri Islam dari sudut pandang Teologi Pembebasan. Akibatnya, karya ini menggunakan pendekatan filosofis, serta analisis dan interpretasi..
Hasil dari penelitian ini menemukan adanya titik temu pandangan teologi Hassan Hanafi dengan Teologi Pembebasan di Amerika Latin. Teologi Pembebasan dapat kita bagi dalam dua bentuk, sebagai sebuah konsep dan sebagai gerakan sosial. Model Teologi Pembebasan Hassan Hanafi masih berupa kosenp, karena gagasan Kiri Islamnya belum dijadikan sebagai gerakan sosial untuk sebuah perubahan. Hanafi memberikan pola pikir baru dalam memahami tradisi dengan membentuk kerangka berfikir baru dari tradisionalisme menuju modernitas. Ia mengkritisi teologi klasik yang bersifat teosentris, Dalam hal ini ia berupaya membangkitkan semangat tauhid sebagai ilmu teoritis yang mengorientasikan praksis. Melakukan perjuangan atas nama bumi yang terampas.NIM.: 18105010067 Putri Fathiatul Hikmah2022-05-12T03:14:51Z2022-05-12T03:14:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51017This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/510172022-05-12T03:14:51ZTRADISI MUNGGAHAN DALAM PERSPEKTIF ETIKA UTILITARIANISME JOHN STUART MILL
(Studi Kasus Masyarakat Dusun Krajan, Desa Wonokromo, Kebumen)Tradisi Munggahan merupakan suatu tradisi lokal keagamaan masyarakat Desa Wonokromo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tradisi ini berisi serangkaian acara bersih makam, kenduri, dan sedekah. Sejauh pelaksanaannya, tradisi Munggahan sebagai bentuk tradisi yang melibatkan masyarakat memiliki banyak dampak yang ditimbulkan, penulis mencoba memaparkan nilai-nilai, aspek kebermanfaatan dan permasalahan-permasalahan di dalamnya untuk kemudian dianalisis menggunakan teori Etika Utilitarianisme John Stuart Mill. Sebagai prinsip kebahagiaan terbesar, Etika Utilitarianisme memandang bahwa baik buruknya suatu tindakan tergantung kepada tujuan akhir atau akibat-akibat dari satu tindakan tersebut. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan mengenai bagaimana tradisi Munggahan di Dusun Krajan, Desa Wonokromo, Kebumen dan bagaimana Etika Utilitarianisme memandang tradisi Munggahan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan sumber data primer berupa wawancara dengan para ahli atau tokoh yang mumpuni untuk memberi informasi tentang tradisi Munggahan di Dusun Krajan. Selain itu, penulis menggunakan rujukan utama karya John Stuart Mill yang berjudul “Utilitarianisme: Prinsip Kebahagiaan Terbesar”. Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan penulis adalah literatur seperti buku, artikel jurnal, dan skripsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua pandangan masyarakat dusun Krajan terhadap tradisi Munggahan ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Perspektif etika Utilitarianisme John Stuart Mill memandang kesenangan masyarakat yang setuju dalam tradisi Munggahan harus dinilai lebih tinggi dari pada kesenangan mayarakat dusun Krajan yang tidak setuju. Sebab, meskipun diukur dari kuantitas maupun kualitas, tradisi munggahan masih lebih banyak manfaat dan dampak yang lebih besar untuk masyarakat dusun Krajan. Selain itu, yang dituju dari kebahagiaan utilitarianisme John Stuart Mill adalah kenikmatan atau kepuasan yang lebih tinggi yaitu kepuasan rohani. Masyarakat dusun Krajan menganggap bahwa kepuasan rohani bernilai lebih tinggi karena berimbas pada kepuasan hati yang berdampak pada respon atau tindakan positif setiap individu masyarakat di dalam lingkungannya. Pada akhirnya, tradisi munggahan adalah tradisi yang baik dalam pandangan etika Utilitarianisme John Stuart Mill.NIM.: 17105010019 Muhammad Bima Karim Amrullah2022-05-12T02:03:35Z2022-05-12T02:03:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51012This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/510122022-05-12T02:03:35ZKONSEP PENGETAHUAN MENURUT AL-GHAZALI
(Tipologi dan Karekteristik Pengetahuan Al-Ghazali)Pada masa al-Ghazali keragaman pemikiran Muslim pada saaat itu paling tidak menggelitik kepekaan intelektualnya. Melihat kondisi demikian, al-Ghazali tidak bisa tinggal diam terhadap masalah yang bersimpangan dengan pemikirannya, sebab setiap madzhab memiliki gaya dan cara tersendiri dalam memahami ajaran agama. Filosof muslim sebelum al-Ghazali maupun yang hidup sezaman dengan al-Ghazali hampir secara keseluruhan menggunakan rasionalitas dalam mendudukan substansi agama. Hal ini paling tidak disebabkan dengan faktor adanya keterpengaruhan yang begitu kuat para filosof muslim secara tidak sadar telah mengadopsi pemikiran para filosof Yunani seperti: Plato dan Aristoteles serta Neo Platinus. Begitu kuatnya pengaruh pemikiran semacam ini, sehingga para para filsuf muslim pada masa itu mendudukan akal sebagai media yang paling dominan. Hampir semua fakultas ilmu pengetahuan menempatkan rasionalitas sebagai intisari dalam melihat dan menafisrkan realitas yang seutuhnya. Pada kenyataanya, dari berbagai literatur menyebutkan bahwa al-Ghazali memposisikan intuisi (dzauq) yang paling utama untuk mengetahui seluk-beluk kebenaran dari pengetahuan yang diperolehnya. Mungkin saja di satu sisi al-Ghazali memakai intuisi sebagai landasan yang penting dalam melihat seluk-beluk kebenaran, bukan berarti di sisi lain al-Ghazali menafikan peran rasionalitas. Skripsi ini mencoba mengulas paradigma pengetahuan yang dibawa oleh al-Ghazali berupa intuisi (dzauq) sebagai peran penting dalam memahami paradigma pengetahuan pada zamannya.NIM.: 15510037 Ahmad Renaldi2022-04-27T06:17:19Z2022-04-27T06:17:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50834This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/508342022-04-27T06:17:19ZTRADISI PEREMPUAN MELAMAR LAKI-LAKI DI DESA
SENDANGAGUNG KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN
LAMONGAN PERSPEKTIF TEORI NILAI MAX SCHELERTradisi perempuan melamar laki-laki merupakan suatu tradisi yang
sudah lama dilakukan di Desa Sendangagung Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan. Tradisi ini menjadi khas di desa ini karena telah
berakulturasi dengan budaya Desa Sendang. Pada upacara lamaran banyak
sekali nilai-nilai moral yang masih jarang disadari oleh masyarakat, maka
dari itu peneliti mencoba memaparkan nilai-nilai moral yang terkandung di
dalam tradisi menggunakan teori nilai Max Scheler. Teori nilai digunakan
peneliti untuk melihat nilai-nilai moral yang terdapat dalam upacara
lamaran melalui hierarki nilai. Penelitian ini mencoba menjawab beberapa
pertanyaan, yaitu mengapa perempuan melamar laki-laki di Desa
Sendangagung? Serta apa saja nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
perspektif teori nilai Max Scheler?
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
sumber primer berupa hasil wawancara dengan para informan yang tahu dan
terlibat secara langsung dalam tradisi lamaran, observasi serta dokumentasi.
Selain itu, penelitian ini menggunakan karya Max Scheler yang berjudul
Der Formalismus in der Ethik und die materiale Wertethik. Neuer Versuch
der Grundlegung einer ethischen Personalismus (Formalism in Ethics and
Non-Formal Ethics of Values) sebagai sumber utama. Sedangkan sumber
sekunder yang digunakan adalah berbagai macam literatur seperti buku,
jurnal dan skripsi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan melamar
laki-laki didasari dengan sikap menghargai terhadap tradisi yang sudah
berumur sangat tua dan apabila ditemukan laki-laki melamar perempuan
maka laki-laki tersebut sudah dianggap mumpuni segalanya. Dalam
praktiknya, orang tua akan memilih salah satu anaknya supaya tetap tinggal
dan merawatnya, yang dipilih cenderung anak perempuan sebab laki-laki
suatu saat akan meninggalkan rumah dan pergi ke rumah perempuan.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini meliputi nilai
kenikmatan yang terdapat pada semua tahapan yang selalu membawa
makanan untuk dinikmati sekaligus merupakan nilai kehidupan; nilai
vitalitas terdapat pada nilai moral, keadilan dan nilai sosial; nilai spiritual
ditunjukan pada keindahan yang terdapat pada terbang jedor; nilai religius
terdapat pada tahapan kenduri (selamatan) yang diawali makan-makan
kemudian dilanjut dengan bersholawat diiringi terbang jedor dan diakhiri
berdoa bersama. Di samping itu, terbang jedor memainkan alat musik
mereka dengan lagu Islami atau bersholawatNIM. 17105010032 Dimas Arif Iqbal Ridlo2022-03-31T06:32:19Z2022-03-31T06:32:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50222This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502222022-03-31T06:32:19ZKONTES KECANTIKAN DALAM PEMILIHAN PUTRI INDONESIA MENURUT PERSPEKTIF HADIS
(Studi Ma’anil Hadis)Perempuan dan kecantikan sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan. Setiap perempuan ingin diakui eksistensi kecantikannya. Berangkat dari hal tersebut, maka muncullah ajang-ajang kecantikan yang dibuat legal baik skala nasional maupun internasional. Salah satu ajang kecantikan yang terdapat dan terkenal di Indonesia adalah pemilihan Puteri Indonesia. Puteri Indonesia merupakan ajang kecantikan yang parameter penilainnya berdasarkan 3B. Brain: kecerdasan, Beauty: Penampilan Menarik, dan Behavior: Berperilaku baik. adanya ajang kecantikan dinilai mempropagandakan wanita dari segi pakaian dan tabarruj. Pada tahun 2009 terdapat kontestan Puteri Indonesi delegasi dari aceh yang tidak memakai jilbab. Hal tersebut mnyebabkan kontroversi baik dalam masyarakat aceh sendiri, juga masyarakat Indonesia. Selain menjadi kontestan dalam pemilihan Puteri Indonesia, dia juga memenangkan ajang tersebut dan mengharuskan dia mengikuti ajang kecantikan skala internasional yaitu miss universe.
Berdasarkan hal diatas, penulis ingin meneliti dalam kacamata hadis. Penulis mengangkat dua rumusan masalah: pertama, bagaimana memaknai dan memahami hadis Nabi riwayat Muslim no 3.971. Kedua, bagaiamana kontekstualisasi ajang pemilihan puteri Indonesia. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis guna menganalisis data-data dengan jelas. Penulis menggunakan teori ma’anil hadis yang di gagas oleh Nurun Najwah. Langkah pertama penelitian ini yaitu menguji validitas aspek sanad dan matan. Kemudian dalam memahami hadisnya menggunakan langkah-langkah dengan beberapa aspek : bahasa, konteks historis, kajian tematik komprehensif, memaknai hadis dengan menentukan gayah dan mengambil ide dasar pemahaman hadis. Langkah terakhir, penulis melakukan analisis terhadap ajang pemilihan Puteri Indonesia.
Berdasarkan hasil penilitian yang didapat dalam penelitian ini ialah: pertama, hadis-hadis yang diteliti dapat diyakini sebagai hadis yang riwayatnya bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik secara aspek sanad maupun aspek matan. Adapun “ide dasar” yang dapat diambil dari hadis-hadis tersebut yaitu “batasan kesopanan busana yang dipakai perempuan dan gerak aktifitasnya terkait erat dengan kultur dan budaya”. Berdasarkan ide dasar tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap daerah memiliki batasan nilai budaya masing-masing dalam berpakaian dan berpenampilan dengan mempertimbangkan beberapa hal: tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. serta dengan memperhatikan tuntunan agama. Kedua, dalam ajang pelihan puteri Indonesia ini ada beberapa hal yang positif dan dibolehkan karena tidak menyimpang dari tuntunan agama islam, dan ada hal yang tidak diperbolehkan.NIM.17105050006 Anif Khusniyatin2022-03-31T06:32:09Z2022-03-31T06:32:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50220This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502202022-03-31T06:32:09ZPEMAHAMAN HADIS-HADIS ADAB PERSPEKTIF
MOHAMMAD BIN ISMAIL AL-AMIR AS-SHAN’ANI
(Studi Kitab Subul Al-Salam)Subul al-Sala>m merupakan salah satu kitab karya Imam As-Shan‟ani yang banyak dikaji di pesantren-pesantren Indonesia. Kitab tersebut termasuk salah satu contoh kitab yang membahas tentang pemahaman hadis yang tertuang dalam perilaku-perilaku serta hukum fiqih di pembahasannya. Fokus peneliti ini adalah untuk mengetahui pemahaman hadis-hadis adab menurut Imam As-Shan‟ani serta relevansinya terhadap zaman sekarang.
Penelitian ini bersifat kualitatif dan berbasis library research. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode tahlili, yaitu memahami hadis dengan cara mengurai, menganalisis, dan menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam hadis Nabi saw dengan memaparkan aspek-aspek yang terkandung didalamnya sesuai dengan kecenderungan pensyarah. metode atau pisau analisis dalam sebuah penelitian.
Peneliti menggunakan teori ilmu Ma‟ni al-Hadis perspektif Abdul Mutaqim, yaitu dengan menentukan teks yang akan dijelaskan – menganalisis sanad dan matan - berhubungan dengan konteks zaman sekarang. Penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa hal, yaitu: 1) Pemahaman hadis adab Imam As-Shan‟ani dalam kitab tersebut condong ke istimbat hukum dan bagaimana adab tersebut bisa di relevansikan. 2) Pemahaman beliau sangat masih relevan dengan kehidupan zaman sekarang. Dalam hidup, umat Islam harus memperhatikan pentingnya cara ber etika dalam berhungan dengan Tuhan maupun sesama manusia. 3) Hadis Berdasarkan hasil takhrij dan I‟tibar sanad yang dialakukan oleh peneliti, hadis-hadis adab yang dipilih dalam penelitian ini memiliki kualitas yang shohih dari segi sanad (shahih al-isnad). Imam As-Shan‟ani Dalam menganalisa matan hadis, memiliki ciri khas mengedepankan kandungan hukum (ahkam) dari hadis Rasul. Beliau juga selalu memperkuat pendapatnya dengan mengambil dalil dari hadis-hadis lain dan qaul ulama. Berdasarkan hasil penelitian matan hadis-hadis tersebut juga bersifat shahih. Sebab hadis-hadisnya sudah memenuhi dari kriteria kesahihan sanad dan matan. 4) Kitab Subul al-Salam terbitan Darul Makiyah yang digunakan peneliti empat jilid dengan jumlah hadis sebanyak 1447 hadis, kitab tentang adab berada di jilid empat yaitu pada kitab al-jami‟ pada bab 1. Kualitas hadis yang berada pada bab – bab adab ini shohih dilihat dari segi sanadnya yang bersambung.NIM.18105050034 Alfika Inayatul Masruroh2022-03-31T06:31:55Z2022-03-31T06:31:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50215This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502152022-03-31T06:31:55ZSTUDI TENTANG TRADISI SAPARAN DI DUSUN KWAGON, DESA SIDOREJO, KECAMATAN GODEAN, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTATradisi Saparan merupakan tradisi yang diselenggarakan oleh masyarakat Dusun Kwagon, Desa Sidorejo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Tradisi Saparan merupakan upacara adat tahunan yang digelar warga yang biasa dilaksanakan pada bulan Shafar. Fokus kajian dalam penelitian ini ialah memberikan gambaran mengenai tradisi Saparan, dan juga pandangan masyarakat terhadap tradisi Saparan. Pelaksanakan tradisi Saparan ini dihubungkan dengan mayoritas pekerjaan warga masyarakat dusun Kwagon yakni sebagai pengrajin batu-bata, genteng dan petani. Pelaksanaan tradisi Saparan merupakan simbol yang diutarakan melalui sebuah tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur dan ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan atas alam dan limpahan rezeki. Pandangan masyarakat mengenai tradisi Saparan merupakan suatu yang disakralkan pada setiap pelaksanaannya. Saat pelaksanaan tradisi Saparan antusias warga masyarakat dalam maupun luar daerah sangat baik dibuktikan dengan kehadiran penonton yang sangat banyak.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data pengumpulan data, reduksi data, display data dan kesimpulan atau verifikasi data. Dengan melakukan penelitian melalui wawancara beberapa sumber yang berkaitan dengan tradisi Saparan dan mengamati situasi dan kondisi lapangan. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Dusun Kwagon, Desa Sidorejo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi tokoh masyarakat, panitia pelaksana Tradisi Saparan dan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam upacara adat Tradisi Saparan. Teori yang digunakan untuk menghubungkan fenomena keagamaan ini ialah teori dari Emile Durkheim antara lain sakral dan profan, sosiologi dan masyarakat, dan totemisme atau simbol-simbol.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar dari masyarakat tetap ingin melestarikan dan mempertahankan tradisi ini yang merupakan bagian dari budaya Jawa. Alasan menyelenggarakan tradisi Saparan karena sudah adat dan tradisi turun-temurun dan sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepada Tuhan khususnya sudah di berikan perbukitan yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batu-bata dan genteng. Manfaat dari penyelenggaraan tradisi Saparan ialah sebagai bentuk kerukunan, menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan antar warga masyarakat, dan sebagai doa agar produksi batu-bata, genteng dan petani diberikan hasil yang baik. Fungsi dari tradisi Saparan bagi masyarakat ialah membantu ekonomi warga masyarakat dengan cara berjualan saat pentas kesenian dalam tradisi Saparan. Tradisi Saparan ini mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, awalnya hanya berbentuk kenduri dalam RT 4 dan RT 5, tetapi saat ini sudah dikemas dengan pentas kesenian dan arak-arakan tumpeng dengan sangat meriah.NIM. 18105020063 Aprilianda Aji2022-03-31T06:31:44Z2022-03-31T06:31:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50213This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502132022-03-31T06:31:44ZPRINSIP RI’AYAH (KEPEMIMPINAN) PERSPEKTIF HADIS
(PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL-QARDHAWI)Masalah pemimpin merupakan sesuatu yang tidak pernah usai dari waktu ke waktu
karna akan selalu ada permasalahan-permasalahan yang muncul dari berbagai asepek seperti
budaya, agama, etnis, tidak terkecuali masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang,
pembicaraan mengenai pemimpin banyak di bahas dan di analisa dari berbagai sudut
pandang. Dalam hal ini muncul berbagai masalah bagaimana prinsip ri’ayah dalam hadis dan
bagaimana takhrij hadis tentang kepemimpinan dan penerapan metode yusuf Al-Qardhawi
dalam hadis Ri’ayah (kepemimpinan)
Selain mengetahui takhrij hadis dan pemaknaan hadis tentang kepemimpinan fokus
penelitian ini juga menjawab tentang kontekstualisasi makna hadis tentang Ri’ayah
(kepemimpinan). Sehingga penelitian ini termasuk dalam metode pengumpulan data yaitu,
penelitian yang bersifat kepustakaan (Library Research), penelitian skripsi ini merupakan
penelitian kepustakaan, karena data-data penelitian ini hampir seluruhnya adalah data-data
kepustakaan yang bersifat analisis deskriptif dengan beberapa metode Yusuf al-Qardhawi.
Adapun hasil dalam skrisi ini adalah mengetahui makna pemimpin dalam perspektif
hadis Nabi yaitu setiap orang yang diberikan amanah dan kepercayaan oleh Allah untuk
melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab yang kelak
dipertanggung jawabkan di hadapan Allah swt, sekalipun wilayah kepemimpinannya hanya
lingkup memimpin dirinya sendiri. Lalu pemimpin memiliki 9 tipe, diantaranya adalah
pemimpin kharismatik, pemimpin situasional, pemimpin partisipatif, pemimpin personal,
pemimpin otoriter, pemimpin demokrasi, pemimpin peternalistis, pemimpin bebas, dan
pemimpin administratif. Dan pemahaman hadis tentang kepemimpinan perspektif Yusuf al-
Qardhawi adalah kepemimpinan memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia,
keterkaitan itu terletak pada beberapa aspek yang diberikan oleh teks-teks hadis yang
diantaranya membahas tentang tanggung jawab sebagai pemimpin, bagaimana cara bersikap
sebagai seorang pemimpin, dan ketika manusia dalam keadaan dipimpin, hal-hal tersebut
akan menjadi kunci utama bagi manusia dalam mengambil keputasan, sehingga orang yang
akan menjadi pemimpin adalah orang yang benar-benar siap dan memenuhi kriteria sebagai
pemimpin, karna pemimpin yang sebenarnya adalah mereka yang dipilih oleh rakyatnya
sendiri.NIM. 17105050080 Ayyub Kamal Hidayatullah2022-03-31T06:31:13Z2022-08-04T00:57:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50207This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502072022-03-31T06:31:13ZNILAI-NILAI TASAWUF DALAM SAMBAYANG MARAPAS DI SULAWESI BARATPenelitian ini mengungkap nilai-nilai tasawuf pada pelaku praktik ibadah
Sambayang Marapas atau salat cepat di Sulawesi. Berdasarkan situasi di lapangan,
ibadah tersebut memicu munculnya perdebatan pro dan kontra. Karena banyaknya pihak
yang mulai memandang praktik ibadah Sambayang Marapas merupakan sebuah
penyimpangan dan tergolong ke dalam aliran sesat dan jauh dari nilai dan praktik
keberagaman dalam Islam, sedangkan bagi sebagian masyarakat termasuk jamaah
memandang bahwa Sambayang Marapas bukanlah ajaran menyimpang sebab pencetus
dari ibadah salat cepat adalah seorang yang dikenal sebagai wali Allah, dan para jamaah
juga berpegang bahwa yang berhak menilai sah atau tidaknya salat hanyalah Allah Swt.
Ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu pertama, Bagaimana konsep
Sambayang Marapas di Sulawesi Barat. Kedua, bagaimana nilai-nilai tasawuf dalam
Sambayang Marapas di Sulawesi di Sulawesi Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah, pertama mengetahui seperti apa Sambayang Marapas. Kedua, mengetahui nilainilai
tasawuf yang terdapat pada Sambayang Marapas di Sulawesi Barat.
Penelitian merupakan penelitian kualitatif. Proses pengumpulan datanya diambil
dari sumber primer dan sekunder yang ada. Teknik pengumpulan data pada lapangan
ialah dengan cara turun kelokasi dengan melakukan observasi, wawancara dan
dokumentasi sebagai bukti data penelitian akurat. Pengolahan data pada penelitian ini
ialah deskriptif.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sejarah Sambayang Marapas
yang pertama kali dipopulerkan oleh Kiyai Yahya atau Anngguru Pocci di Sulawesi Barat
dan konsep gerakan praktik peribadatan Sambayang Marapas serupa dengan salat yang
dipahami pada umumnya akan tetapi dari segi kecepatan berebeda sebab Sambayang
Marapas ditunaikan dengan gerakan yang bisa dikatakan sangat cepat. Penelitian ini juga
menemukan nilai-nilai tasawuf yang ada pada Sambayang Marapas seperti tobat, ittihad,
hulul, dzikir, tafakkur, dan zuhud. Dengan latar belakang keilmuwan tasawuf, para
pelaku Sambayang Marapas yang dipandang oleh sebagian masyarakat awam sebagai
kelompok penganut aliran ajaran sesat yang menyimpang dari ajaran-ajaran agama
ternyata memiliki praktik amalan-amalan keberagamaan yang sangat mendalam.NIM. 17105010035 Nurfadil2022-03-31T06:31:00Z2022-03-31T06:31:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50204This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502042022-03-31T06:31:00ZREKONSTRUKSI TEOLOGI ISLAM DALAM PANDANGAN HASSAN HANAFIKemajuan zaman yang terjadi di era sekarang sudah sangat pesat dan tidak bisa diprediksi. Arus globalisasi yang terjadi sudah merambah masuk kedalam berbagai lini kehidupan manusia, termasuk agama, khususnya dalam penelitian ini adalah Islam. Islam diharapkan bisa mengikuti arus kemajuan zaman tanpa harus kehilangan nilai-nilai pokok di dalamnya. Untuk dapat mengikuti arus perkembangan zaman ini Islam membutuhkan pembaharuan, seperti yang dilakukan Hassan Hanafi dibidang teologi. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana konsep teologi Islam yang digagas Hassan Hanafi tersebut. Oleh karena itu pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah bagaimana konsep dan sejarah dari teologi Islam, dan bagaimana gagasan rekontruksi teologi Islam dari Hassan Hanafi. Penelitian dengan judul Rekontruksi Teologi Islam dalam Pandangan Hassan Hanafi ini merupakan penelitian pustaka (library Research) yang bersifat deskriptif-analisis dan termasuk kedalam penelitian kualitatif, dengan sumber-sumber data dari karya-karya Hassan Hanafi dan sumber data pendukung lainnya. Dari penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan bahwa teologi Islam sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. mulai mencapai kemajuan pada zaman khulafaurrasyidin dengan mulai berkembangnya aliran dan kondisi yang dihasilkan lainnya. Seiring berkembangnya zaman teologi Islam mendapatkan tantangan yang mengharuskan adanya pembaharuan didalamnya. Pembaharuan bukan dalam arti membuat sebuah aliran baru tetapi menyesuaikan teologi Islam dengan keadaan yang terjadi, dengan tidak menyimpang dari nilai-nilai dasar teologi Islam. Seperti upaya rekontruksi teologi Islam klasik oleh Hassan Hanafi, dengan membebaskan manusia dari belenggu cara pandang, metode berpikir, dan belenggu hegemoni. Faham teologi Islam klasik yang memiliki kecenderungan tidak adanya kebebasan pada manusia untuk bertindak dan teologi Islam klasik yang cenderung dogmatis yang mengakibatkan umat Islam sulit untuk mengikuti dan menghadapi kemajuan yang terjadi. Dengan adanya pembaharuan dalam teologi Islam klasik akan menimbulkan adanya keterbukaan didalam meyakini dan menjalankan nilai-nilai teologi Islam. Sehingga Islam akan mampu mengikuti perkembangan zaman yang ada dan menghindarkan umat Islam dari ketertinggalan.NIM. 17105010021 Muhammad Khoirul Anam2022-03-14T02:44:26Z2022-07-06T02:58:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49990This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/499902022-03-14T02:44:26ZMAKNA DAN SIMBOL PADA TRADISI KERESAN DI
KECAMATAN SOOKO (TINJAUAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman ras, budaya,
bahasa dan agama. Bahwasanya setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang
beragam. Meskipun zaman kian berkembang dan maju namun tidak dapat
dipungkiri masih terdapat daerah yang masih mempertahankan serta melestarikan
tradisi. Tradisi dalam masyarakat sangatlah beragam, seperti halnya memperingati
kelahiran Rasulullah yang diperingati disetiap daerah pasti memiliki perbedaan
seperti halnya yang terjadi di Dusun Mengelo Kecamatan Sooko dimana sebagai
simbol perayaannya memakai pohon Keres sebagai media. Rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah apa makna dan simbol pada tradisi Keresan, dan
bagaimana makna dan simbol pada tradisi Keresan apabila dilihat dari kacamata
Semiotika Roland Barthes
Mengenai penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field
research) dengan menggunakan metode penelitian observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Serta menggunakan teknik analisis data dengan reduksi data,
tampilan atau penyajian dan verifikasi. Sehingga dapat mendukung terwujudnya
validitas dan keabsahan data dalam penelitian ini. Sumber yang digunakan ada
dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang
diperoleh peneliti dari hasil wawancara kepada informan yakni masyarakat Dusun
Mengelo. Sedangkan data sekunder diambil dari beberapa literatur-literatur
seperti, buku, artikel, skripsi, atau jurnal.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada makna simbol yang ada pada
elemen-elemen pendukung tradisi Keresan. Seperti pada pemilihan media pohon
Keres sebagai obyek memiliki nilai dan maksud tersendiri. Dan adanya gunungan
berisikan susunan hasil bumi pun memiliki makna tersendiri. Peneliti tertarik
untuk memahami makna dan simbol yang ada pada tradisi Keresan tersebut
karena tradisi memperingati Maulid Nabi ini beda dari yang lain yang mana
bernuansa bak perayaan agustusan. Selain bak perayaan agustusan, tradisi Keresan
ini tidak meninggalkan sisi-sisi keIslaman masih tetap adanya tausiyah,
pembacaan sholawat Al-Barzanji, dan santunan kepada anak yatim.NIM.: 18105010004 Pratiwi2022-02-15T02:45:06Z2022-02-15T02:58:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49287This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/492872022-02-15T02:45:06ZTELAAH KRITIS PERISTIWA PENINDASAN MUSLIM UIGHUR CHINA TAHUN 1980AN-2018 PERSPEKTIF KIRI ISLAM HASSAN HANAFITulisan ini membahas tentang fenomena diskriminasi Muslim Uighur China yang
dikaitkan dengan salah satu konsep Kiri Islam Hasan Hanafi yakni dengan menggunakan
Kiri Islam dan reaktualisasi khazanah keilmuan Islam Klasik. Pengkajian terhadap
konsep Kiri Islam Islam membantu penulis untuk menganalisis tragedy diskriminasi yang
terjadi di Xianjiang China yang di lakukan oleh pemerintahan China terhadap umat Islam.
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam skripsi ini yakni Bagaimana fenomena
kekerasan yang terjadi pada Muslim Uighur China tahun 1980an-2018? Bagaimana
relevansi antara kasus Penindasan Kaum Muslim Uighur China dengan perspesktif Kiri
Islam Hasan Hanafi ?
Kajian ini merupakan kajian filosofis menggunakan metode penelitian kualitatif
dan deskriptif –analisis dengan sumber primer berupa surat kabar resmi dari berbagai
sumber beberapa diantaranya CNN, Aljazera, BBC Indonesia dll yang didukung dengan
sumber data skunder berupa artikel, video, berita, jurnal, buku, dll sebagai sumber
tambahan.
Hasil penelitian penulis meunjukkan bahwa dengan menggunakan Kiri Islam dan
reaktualisasi khazanah keilmuan Islam Klasik. Muslim Uyghur memiliki kesempatan
untuk terbebas dari penindasan yang dilakukan oleh pemerintahan China apabila mereka
menggunakan rasionaitas sebagai pijakan awal untuk terbebas dari diskriminasi. Muslim
Uyghur harus membangun pola berfikir yang rasional karena akal dapat menilai sebagai
hal positif dan hal negative. Pentingnya akal adalah untuk membangun pengetahun
keagamaan dan menegakkan keadilan. Konsep ini diusung oleh Hasan Hanafi dalam
membumikan nilai-nilai Islam yakni menggunakan teologi pembebasan. Dalam situasi ini
masyarakat Uighur secara serentak harus berani mengambil risiko untuk menentang
keadilan supaya dapat memiliki kebebasan dalam hal apapun terlebih dalam
melaksanakan keagama.NIM.: 17105010007 Rohmatun Nafi’ah2022-02-14T03:39:24Z2022-02-14T03:39:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49233This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/492332022-02-14T03:39:24ZPEMAKNAAN SIMBOL KOSMOLOGI ISLAM
DALAM PERTUNJUKAN PANCER ING PENJURU
(Perpektif Filsafat Seni Susanne K. Langer)Skripsi ini mengkaji tentang simbol kosmologi Islam yang dihadirkan dalam
pertunjukan Pancer Ing Penjuru. Pertunjukan Pancer Ing Penjuru mengangkat
gagasan tentang krisis ekologi dan menggunakan kosmologi Islam Sunan Kalijaga,
yakni sedulur papat lima pancer, untuk menawarkan cara mengatasi krisis tersebut.
Tetapi, pertunjukan tersebut sebagai karya seni berbicara melalui simbol. Simbol
menunjuk pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi yang dapat dipahami
dengan persepsi inderawi dan imajinasi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis penelitian lapangan
(field research), dan menggunakan sumber data berupa hasil wawancara
dokumentasi, serta tinjauan literature. Teknik analisis data menggunakan metode
deskriptif dan metode analisis. Tahap dalam metode analisis terdiri dari,
identifikasi, verstehen, dan hermeneutika untuk membahas simbol pertunjukan
Pancer Ing Penjuru menggunakan pemikiran Susanne K. Langer tentang konsep
simbol dalam filsafat seninya. Penelitian ini menemukan tiga hasil penelitian :
pertama, menurut Langer simbol pada karya seni berfungsi untuk
mengartikulasikan kandungan emosi, imaji, serta gagasan. Kedua, simbol
kosmologi Islam dalam pertunjukan Pancer Ing Penjuru dipresentasikan melalui
bentuk (form) babakan cerita, gesture, dan tata ruang panggung.
Babakan cerita pertunjukan ini menjelaskan bahwa proses pengosongan diri
untuk membuat manusia memiliki komitmen ekologis perlu mengatasi dilema
antroposentris. Gesture berusaha mengekspresikan sifat-sifat realitas ilahi yakni
Jalaliyah dan Jamaliyah. Visual tata ruang panggungnya menggambarkan proses
pancaran cahaya Ilahi yang menjadi asal dan tujuan akhir penciptaan dunia dan
manusia, serta menjelaskan bahwa keseimbangan ekologis adalah sesuatu yang
niscaya apabila kehidupan ini ditata mengikuti prinsip kosmologi Islam. Ketiga,
manusia yang bisa mengatasi dilema antroposentrisnya dan mengamalkan prinsip
kosmologi Islam, berarti telah melakukan pendakian spiritual sehingga ia menjadi
wadah bagi pertalian transenden antara, mahkluk, alam, dan TuhanNIM.: 16510032 Khoirul Muttakin