Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T07:50:12ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2019-04-04T02:24:05Z2019-04-04T02:24:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34334This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/343342019-04-04T02:24:05ZTAFSIR INTEGRATIF-INTERKONETIF AL-QUR’AN
SURAT AL-MAIDAH AYAT 51 dan 57Integrasi-interkoneksi secara terminologis maupun metodelogis memiliki
konteks dan model tersendiri yang berbeda dengan model pemahaman lain,
dikarenakan juga muncul dari tokoh yang lain. Dengan demikian,
mengidentifikasi istilah kunci dalam model tersebut serta menstrukturkannya
sebagai paradigma tafsir perlu dilakukan. Sejatinya Al-Qur’an yang turun 14
abad silam dipahami secara kontekstual sesuai zaman, namun faktanya sampai
saat ini masih banyak penafsiran yang kembali kepada generasi awal secara total,
sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakakraban antara hasil tafsir dengan
realitas yang dihadapi umat muslim kekinian.
Tesis ini mengkaji pemaknaan ayat larangan memilih pemimpin yang
ternarasikan dalam kata ‚auliya’‛ di QS. Al-Maidah ayat 51 dan 57 dengan
menggunakan pendekatan tafsir integratif-interkonektif. Ada beberapa rumusan
masalah yang diajukan dalam tesis ini, (1) bagaimana rumusan paradigma tafsir
integratif-interkonektif ? (2) bagaimana tafsir integratif-interkonektif atas QS.
al-Maidah ayat 51 dan 57 ? (3) bagaimana relevansi tafsir tersebut dalam konteks
keindonesiaan?. Metode yang digunakan dalam tesisi ini adalah analitis-kritis
epistemologis.
Dengan analisis di atas, tesis ini mendapatkan beberapa kesimpulan. (1)
Paradigma tafsir integratif interkonektif afalah usaha dan upaya membangun
wacana tafsir tematik -dalam maksud khusus-, yakni tafsir dengan mangambil
tema atau topik kekinian (actual), dengan melakukan pembacaan pada masa al-
Qur’an (reading of reality) untuk melahirkan tafsir yang membaca realitas
kekinian (reading for reality). (2) Pembacaan integratif-interkonektif terhadap
QS. al-Maidah ayat 51 dan 57 dibagi menjadi dua. (i) reading of reality,
pembacaan atas sejarah pada masa al-Qur’an menemukan hasil akan pluralitas
makna al-Qur’an sebagai narasi atas respon keadaan masa itu. (ii) reading for
reality, menunjukkan bahwa pemaknaan auliya sebagai pemimpin semata adalah
keberpihakan interretasi yang salah. Auliya>, setidaknya difahami dalam tiga lingkup : teologi, fiqhiyah dan social-politik. Al-Qur’an dalam dalam QS. Almaidah
ayat 51 dan 57 menegaskan auiya>’ sebagai teman akrab. Dan (3)
relevansi tafsir integratif atas QS. al-Maidah ayat 51 dan 57 dalam konteks
Indonesia sangatlah relevan. Realitas Indonesia yang menjadi tumpuan tafsir
integratif adalah realitas yang memang menuntut adanya komperhensifitas
pemahaman. Dalam maksud sederhana, realitas Indonesia yang terbangun dari
agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda melahirkan pluralitas, keragaman,
dan multikultural.
Tafsir integratif-interkonektif hadir sebagai wacana tafsir baru yang
menawarkan upaya dan cara pemahaman baru terhadap al-Qur’an, untuk
menghasilkan pemahaman yang baik bagi realitas yang di hadapi. Dengan
membawa realitas empirik masuk ke dalam analisis penentuan makna, ada
jaminan bahwa Islam di Indonesia dapat tampil lebih kreatif dan hidup di tengahtengah
proses regulasi sosial modern. Pendekatan terintegarsi dari tasfir atas
ajaran Islam dan sosial yang terkandung dalam al-Qur’an menjadi suatu
kebutuhan yang perlu terus ditindak lanjuti.NIM. 1520510088 ABDUL MALIK