Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T09:57:24ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2021-02-09T07:23:49Z2021-06-17T07:03:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42003This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/420032021-02-09T07:23:49ZKRITIK TRADISI & PEMERTAHANAN ADAT MERARIK:
STUDI REPRODUKSI BUDAYA SUKU SASAKPenelitian ini mengeksplorasi dua persoalan penting terkait tradisi Merarik
Suku Sasak. Pertama, tentang kritik yang dilakukan oleh gerakan feminis dan
kelompok Islam modernis-reformis terhadap tradisi Merarik. Kedua, reproduksi
budaya yang dilakukan oleh masyarakat adat sasak untuk menjawab tantangan
modernitas sekaligus upaya untuk melestarikan tradisi Merarik yang dipercaya
sebagai kearifan lokal. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah kritik feminis dan modernis pada tradisi Merarik dan bagaimanakah
masyarakat adat merespon kritik tersebut ditengah upaya mempertahankan tradisi
Merarik.
Tujuan dari penelitian ini ialah memahami kritik beberapa kelompok terhadap
praktik Merarik. Memahami usaha-usaha yang dilakukan kelompok tradisional Sasak
untuk mempertahankan tradisi perkawinan yang telah dipraktikkan bertahun-tahun.
Memahami pergulatan antar kelompok dalam memperjuangkan nilai masing-masing
sekaligus mengetahui dinamika eksistensi Merarik di masa modern. Jenis penelitian
ini adalah field research, dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih
menekankan analisis pada proses penyimpulan data lapangan. Penelitian ini berusaha
mengelaborasi ranah objek lapangan dengan studi kepustakaan. Data-data lapangan
diperoleh dengan metode wawancara dan observasi. Sedangkan studi kepustakaan
dengan content analysis digunakan untuk mendapatkan data kepustakaan
menyangkut sejarah dan kepercayaan masyarakat Sasak.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aspek yang menjadi sasaran
kritik kaum feminis dan modernis-reformis telah dijawab oleh kelompok adat dengan
reinterpretasi terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi merarik. Nilai utama
tradisi merarik seperti maskulinitas laki-laki dan kehormatan perempuan dinarasikan
kembali dengan membangun kesadaran sejarah lokal bahwa merarik di masa lalu
adalah praktek kritik sosial terhadap konsep triwangsa yang membelenggu. Sejalan
dengan kesadaran itu komunitas Sasak juga melakukan proses reproduksi budaya
sebagai upaya pemertahanan tradisi Merarik. Proses reproduksi dalam
mempertahankan tradisi Merarik dapat ditemukan dalam empat hal, yaitu melalui
pelestarian bahasa Sasak; pelestarian baju tradisional Sasak; pengembangan kesenian
kecimol-gendeng belek dan komodifikasi tradisi Merarik lewat pariwisata.NIM. 1520010032 Khairul Faizin2020-10-19T03:40:21Z2020-10-19T03:40:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38659This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/386592020-10-19T03:40:21ZANAK MUDA, KESENANGAN, DAN KESALEHAN:
Kajian Anak Muda Salafi di YogyakartaSejak tumbuh subur di Indonesia pada pertengahan 1980an, Salafi telah
memperoleh dua gambaran yang saling bertentangan di banyak diskusi mutakhir
tentang anak muda dan budaya populer, dan lebih khususnya tentang Salafi,
dalam relasinya dengan kesenangan. Dua gambaran yang berpotensi bias ini
memandang Salafi, pertama, sebagai varian Muslim puritan yang menentang
kesenangan duniawi dan, kedua, sebagai varian Muslim ambivalen yang
menentang atau bertentangan dengan norma-norma Islam ditandai dengan praktik
kesenangannya. Berangkat dari dua narasi ini, tesis ini berusaha mengkaji ulang
relasi Islam dan kesenangan dalam identitas Salafi. Dengan memfokuskan
perhatian pada anak muda Salafi, tesis ini memosisikan Salafi bukan hanya
sebagai subjek bermoral yang hanya berujung pada salah satu dari dua narasi
tersebut, namun juga sebagai pelaku utama kesenangan sebagaimana anak muda
pada umumnya. Berbasis pada pemahaman ini, tesis ini berusaha menjawab
beberapa pertanyaan penting: (a) mengapa dan sejauh mana Salafi menentang
kesenangan? (b) bagaimana anak muda Salafi memahami kesenangan? (c) apa
saja media, aktivitas, atau ruang yang dipilih anak muda Salafi untuk memperoleh
kesenangan? (d) kapan dan bagaimana anak muda Salafi menentang dan
memperoleh kesenangan?
Berdasar kombinasi data online dan kerja lapangan selama kurang
lebihnya empat bulan di Yogyakarta, tesis ini menunjukkan bahwa dua narasi
sebelumnya sama-sama kurang begitu berfungsi dengan baik. Tentu saja terdapat
banyak doktrin atau ajaran Salafi yang menentang kesenangan yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Namun, harus dicatat bahwa anti-kesenangan juga memiliki
ruang lingkup yang sangat terbatas sebagai dampak ketergantungan Salafi pada
tradisi diskursif masa lalu. Keterbatasan ini semakin diperkuat dengan banyaknya
kesenangan yang tidak berbasis pada Islam sebagaimana ditampilkan oleh anakanak
muda Salafi seperti obrolan santai dan humor, bersih-bersih masjid,
olahraga, baca komik daring webtoon dan menonton status teman di media sosial,
menonton video di Youtube, menggambar, dan naik gunung. Namun yang harus
dicatat, semua performa dari jenis kesenangan ini bukan berarti menunjukkan
ambivalensi, atau bahkan konsistensi pada agama. Sebagian dari mereka, pada
momen tertentu, memang lebih menikmati kesenangannya dibanding agamanya,
bahkan sebagian lain menghadapi dilema tersendiri antara lanjut bersenangsenang
atau kembali memenuhi komitmennya pada agama. Namun praktik dari
hal ini kurang begitu memadai apabila disebut sebagai representasi pertentangan
antara Islam dan kesenangan. Terlebih, sebagian lainnya bahkan mampu mengatur
dan menampilkan kesalehan dan kesenangan secara bergantian, bahkan
bersamaan, tanpa harus mengabaikan salah satu dari keduanya. Berdasarkan
temuan ini, terinspirasi oleh ‘ritme Islam’ dari Fadwa El-Guindi dan tidak
menafikan sepenuhnya dua narasi mapan sebelumnya, tesis ini berpendapat bahwa
kesalehan anak muda Muslim Salafi sebenarnya lebih banyak berkaitan erat
dengan ritme temporal yang dibangun setiap saat dalam kehidupannya, apakah
digunakan untuk menampilkan konsistensi, ambivalensi, atau bukan keduanya
sebagaimana tergambar dominan dalam tesis ini.NIM: 17200010046 Aflahal Misbah2020-08-19T06:13:14Z2020-08-19T06:13:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40436This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/404362020-08-19T06:13:14ZMUSIK METAL PURGATORY:
POLITIK SUARA (SOUNDSCAPE) ISLAM DALAM LANSKAP DAKWAH
PERKOTAAN DI INDONESIATesis ini mengkaji praktik dakwah di perkotaan melalui saluran musik metal
terutama oleh grup musik Purgatory. Penelitian ini berkontribusi dalam studi
mengenai lanskap dakwah, terutama yang berkaitan tentang dakwah di perkotaan
serta studi tentang soundscape Islam. Penelitian ini adalah studi kualitatif dengan
menggunakan metode etnografi selama kurang lebih tiga bulan dengan melakukan
serangkaian wawancara mendalam terhadap para personil grup musik Purgatory dan
penggemar Purgatory, serta partisipasi observasi dengan mengikuti berbagai kegiatan
yang mereka selenggarakan.
Tesis ini menunjukkan bahwa dakwah perkotaan tidak hanya diinisiai oleh
figur ustaz, media tulisan, dan saluran musik Islam. Dakwah di perkotaan juga
diinisiasi oleh musik yang dikenal bukan bagian dari musik Islam yaitu musik metal.
dakwah melalui saluran musik metal dilakukan oleh grup musik Purgatory dengan
mengambil segmentasi dakwahnya kepada para penikmat musik metal atau biasa
dikenal dengan sebutan metalhead. Dalam melakukan aktivitas dakwahnya purgatory
menciptakan lirik lagu serta idiom Islam agar apa yang ingin mereka sampaikan
dimengerti oleh para pendengar. proses menjadi grup musik metal dakwah bukan
serta merta tidak ada alasan yang melatar belakanginya. Purgatory awalnya
merupakan grup musik metal sekuler yang sama seperti grup musik metal lainnya.
Perjumpaan Purgatory dengan salah satu ustaz di Jakarta membuat Purgatory
memantapkan diri untuk menjadi grup musik metal dakwah dan melakukan aktivitas
dakwahnya dalam kancah subkultur metal. usaha dakwah Purgatory dalam
berdakwah membuahkan hasil, para penikmat dakwah Puragtory yang diberi nama
“Mogerz” bermunculan dari berbagai macam daerah di Indonesia, mereka
mengekspresikan keislaman dengan karakteristik masing-masing. Tidak hanya itu,
dakwah Purgatory juga telah merubah sisi kehidupan keislaman para penggemarnya
menjadi lebih baik setelah mereka bergabung dalam komunitas penikmat dakwah
Purgatory.17200010121 Muhammad Taufiq2019-12-17T03:31:32Z2019-12-17T03:31:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37035This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370352019-12-17T03:31:32ZZIARAH DAN PELEMBAGAAN KEWALIAN SYEKH ANOM
SIDAKARSA DI KEBUMENTulisan ini adalah hasil penelitian terhadap fenomena ziarah di makam Syekh
Anom Sidakarsa yang ada di wilayah kabupaten Kebumen. Dari fenomena ziarah di
sini penulis akan mencari bagaimana masyarakat membentuk sosok Syekh Anom
Sidakarsa menjadi wali yang karismatik. Hal ini penting diketahui karena ada tujuan
di balik pengeramatan sosok wali ini. Tradisi ziarah kubur yang berkembang di
masyarakat desa Grogol Beningsari menjadi sebuah identitas keagamaan bagi setiap
pelakunya. Poin yang paling penting adalah banyak isu-isu dalam masyarakkat
terutama politik dan ekonomi yang memanfaatkan eksistensi dari tradisi ziarah kubur.
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif yang mana
dilakukan dengan cara peneliti terlibat langsung di lapangan (fieldwork). Dalam
penelitian ini di awali dengan melakukan observasi untuk melihat keadaan
masyarakat stempat dan menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Wawancara yang dilakukan sebagai metode pengumpulan data dilakukan secara
terbuka dan tidak terstruktur.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa faktor lain dari terbentuknya waliwali
lokal adalah adanya campur tangan masyarakat dalam pembentukan seorang
wali. Dengan berbagaimacam tindakan yang dilakukan masyarakat untuk menjaga
keutuhan dan legitimasi dari wali tersebut, mulai dari melembagakan kewalian
sebagai bukti keberadaan wali tersebut sampai kepada meningkatkan sarana dan
prasara untuk menunjang kelancaran proses ziarah. Faktor-faktor yang paling
dominan dalam memanfaatan kepopuleran tradisi ziarah adalah faktor politik dan
ekonomi.NIM. 1620010081 Atsmarina Awanis, S.Hum