Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T14:56:56ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2017-06-12T08:07:59Z2017-06-12T08:07:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25477This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/254772017-06-12T08:07:59ZSTRUKTUR DAN METODE ILMU KALAM AL-GHAZALI
DALAM KITAB AL-IQTISAD FI AL-I'TIQADAl-Ghazali adalah seorang pemikir Islam yang mempunyai banyak predikat.
Dalam dunia Islam ia dikenal sebagai seorang ahli fiqh, sufi, bahkan diakui pula
sebagai seorang filosof Islam. Keseluruhan predikat yang disandangnya ini kalau
kita telusuri, sebenarnya lahir dari hasil pengembaraan intelektualnya yang ia
lakukan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Meskipun demikian, dari
keseluruhan tata berpikir al-Ghazali yang begitu beragam, terdapat semacam
benang merah yang menyatukan dan mengkaitkan antara yang satu dengan
lainnya. Benang merah tersebut tidak lain adalah penempatan agama sebagai
landasan utama dalam struktur pemikirannya, sehingga sifat maupun corak
pemikirannya mewujud dalam bentuk pembelaan terhadap kebenaran agama,
terutama dalam konteks ortodoks Islam. Oleh karena itu pendekatan teologis
sangat menonjol dalam pemikiran al-Ghazali.
Dalam konteks teologis misalnya, nampak al-ghazali tidak sependapat dengan
ungkapan seorang sufi yang mengatakan Ana al-Haq atau Ana Allah. Ia juga tidak
setuju dengan aliran pemikiran yang hanya bertumpu diatas lahiriyah teks yang
cenderung melahirkan interpretasi-interpretasi kaku dan salah terhadap ajaran-ajaran
Islam.
Dalam kitabnya Faishal al-Tafriqat Bayn al-islam wa ai-Zindiqah, al-Ghazali
berkata kepada murid-muridnya. sampaikanlah kepada teman-temanmu serta
mintalah kepada mereka defenisi tentang "kafir". Bila temanmu itu mengatakan
bahwa kafir itu karena menentang mazhab Mu'tazilah atau berbeda pendapat
dengan mazhab Hambali atau lainnya, maka ketahuilah bahwa teman-temanmu itu
benar-benar tolol. Dia telah diikat oleh taklid dan dia lebih buta daripada orang
buta ... ' Dari menyiratkan bahwa disaat al-Ghazali di dalam menyerang filosof dan
filsafatnya, demikian pula terhadap persoalan-persoalan Islam lain adalah sebagai
seorang Muslim.
Sebagai catatan akhir harus diakui bahwa setiap bidang pekerjaan ada ahlinya
sendiri-sendiri. Beberapa serangan yang dilontarkan kepada "musuh-musuh" al-Ghazali
kepadanya harus disikapi secara bijaksana, sehingga akan bemuara pada
sebuah keyakinan bahwa "perbedaan pendapat adalah rahmat".
Al-Ghazali telah mengisi dunia dan menyibukkan manusia berkaitan dengan idei-denya,
baik di saat hidupnya maupun setelah wafatnya. Banyak dari generasi
dahulu berbeda juga pendapat mengenai dirinya, sebagaimana generasi kita
dewasa ini.
Di antara pengagumnya banyak orang yang keterlaluan di dalam memujinya. Kita
dapati generasi sebelum kita yang sangat mengagungkan karya-karyanya, hampir
mereka mengatakan bahwa kitab lhya 'Uium al-Din hampir sederajat dengan al-Qur'an.
Sementara dari kalangan yang membencinya, tidak sedikit yang
berlebihan dalam menuduh dan memberikan kritikan kepadanya. Kami
(penyusun) dapati diantara mereka mengatakan bahwa al-Ghazali menghidupkan
agamanya sendiri, bukan menghidupkan agamanya kaum Muslimin.
Namun demikian ada juga kelompok yang bersikap moderat. Mereka meletakkan
al-Ghazali pada posisi yang proporsional, memuji sepantasnya, juga memberikan
kritik kepada kekeliruan yang ada, sebab yang ma'sum (yang terjaga dari
kesalahan) hanyalah orang-orang yang dipelihara oleh Allah swt.
Adanya sikap pro dan kontra terhadap pribadi al-Ghazali bukan hal yang aneh
lagi. Bahkan, terdapat kelompok orang yang ingin mendekatkan kepada Allah
mereka membakar kitab-kitabnya.
Dalam kitabnya al-Ghazali memang pemah menentang berbagai kelompok,
sehingga kelompok-kelompok itupun menentang dan memusuhinya. Al-Ghazali
menyerang para filosof, menghancurkan Bathiniyah, mengecam Hasyawiyyah,
mencela orang-orang yang taklid buta, mengkritik Mutakalillimun, memberikan
peringatan kepada fuqaha, dan mengecam ulama yang mencari dunia dengan
menjual agama yang oleh al-Ghazali mereka disebut "lama dunia ". Di samping
itu al-Ghazali juga menegur ulama Dzahiriyah yang hanya terpaku pada teks-teks
ยทยท lahir (eksplisit), jauh dari substansinya dan menghantam fenomena-fenomena
keagamaan yang sesat dikalangan masyarakat luas.
Dengan tidak menutup mata, sebagai manusia biasa, yang tidak ma'sum al-Ghazali
memiliki kelemahan-kelemahan yang kemudian menjadi bahan saran
kritikan oleh orang-orang yang menantangnya. Barangkali persolan yang banyak
diangkat sebagai bahan kritikan mereka adalah meyangkut masalah hadis, pasrah
kepada metode-metode dan pemikiran-pemikiran tasawwuf, tanpa melihat sisi
hukum fiqh dan ushul fiqhnya.
Adapun perbedaan-perbedaan yang terjadi di dalam melihat al-Ghazali dan
pengaruhnya di kalangan umat Islam, baik yang posistif ataupun negatif. tetap
perlu diketahui bahwa sejarah telah mencatat dan mengakui bahwa al-Ghazali
adalah seorang reformer pada abad kelima Hijriyah, sebagai "Hujjatull islam" dan
menghidupkan agama.
Adapaun pemikir-pemikir modern, sekalipun berbeda penilaiannya terhadap al-Ghazali,
namun mereka tetap mengakui bahwa dia adalah pemikir besar dalam
Islam yang berskala dunia dan sebagai pembahas (peneliti) yang agung di dalam
mencari kebenaran.
Semoga Allah selalu memberikan rahmatnya kepada Imam al-Ghazali dan
memberikan pahala kepadanya, yang telah berjuang untuk umat agama dan umat
Islam.NIM.90510673 FATHURROZAK