Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T18:52:29ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2019-08-19T07:04:06Z2019-08-19T07:04:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36376This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/363762019-08-19T07:04:06ZPEMIKIRAN FILOSOFIS HAMKA DALAMBUKU FALSAFAH HIDUPBuku Falsafah Hidup adalah karya filosofis Hamka mengenai persoalan hidup dalam berbagai dimensinya. Terrnasuk di dalamnya rahasia-rahasia dalam hidup, sopan-santun, dan juga budi di dalam Islam, yang dipandang berharga. Isi yang terkandung di dalamnya terasa masih aktual sampai sekarang dan secara obyektif menarik perhatian kalangan luas. Namun yang lebih penting dari itu, buku Falsafah Hidup mengandung pesan-pesan moral, termasuk di dalamnya
menyimpan wacana filsafat mengenai dimensi realitas manusia.
Dengan demikian dalam skripsi ini dapat diajukan dua rumusan masalah. Pertama, apa dan bagaimana pemikiran-pemikiran filosofis yang terkandung dalam Falsafah Hidup? Kedua, apa kelemahan dan kelebihan Falsafah Hidup?
Dalam metode pengumpulan data ini, pustaka primer diambil dari karya Hamka yang berjudul Falsafah Hidup, yaitu sebuah karya filosofis yang berisikan tentang pemikiran tentang kehidupan dan etika yang begitu dalam menggambarkan sebuah makna mengenai hakikat kehidupan. Dan pustaka sekunder dari buku-buku lain yang mendukung penulisan penelitian ini.
Tema-tema pokok pemikiran filosofis yang terkandung dalam buku Falsafah Hidup menyangkut tema-tema tentang persoalan yang mendasar dan mendalam yang menghiasi setiap renungan kehidupan, baik tentang Tuhan, tentang alam, tentang manusia dan tentang etika. Dalam bahasan tentang Tuhan, Hamka menilai bahwa Tuhan senantiasa berada dalam alam semasta dan menjadi penolong umat manusia guna mendapatkan kebahagiaan sejati. Karenanya dalam persoalan ini
untuk mengetahui Tuhan, manusia disuruh melihat alam dengan penuh kesadaran dan hati yang terbuka, baik dalam serba serbi keindahan, kebesaran, keteraturan, seimbang, harmonis, dan berbagai keajaibannya, sehingga manusia dapat menghayaiti ayat-ayat kauniyah Tuhan tersebut.
Satu catatan penting yang perlu kita sadari bahwa, setiap karya apa pun bentuknya yang berasal dari man usia tentu terdapat kelemahan dan kelebihan. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai keterbatasan, dan ketidaksempumaan, namun juga memiliki daya kreatif yang melahirkan keunggulan atau kelebihan.
Begitu juga hal ini terjadi pada karya Hamka Falsafah Hidup. Dari pengkritisan penulis, penulis menemukan bahwa kelemahan Falsafah Hidup isinya justru mencerminkan refleksi yang nonfilosofis, yang hal tersebut Jebih cocok dimasukkan dalam kategori karya agama. Ini karena dalam karya tersebut tidak diberikan prioritas kepada penyusunan pemikiran konsepsional tentang falsafah itu sendiri. Sedangkan kelebihannya, karya ini mencerrninkan kedalaman
perenungan yang begitu banyak menyentuh jiwa. Sehingga pembaca cepat mengerti makna dari tulisan tersebut, serta menggugah kesadaran para pembaca dalam mempergunakan akal untuk berfikir guna meraih kesuksesan hidup.
Akhirnya Falsafah Hidup yang ditawarkan Hamka dalam karyanya tersebut berusaha untuk menggugah kesadaran manusia untuk selalu melihat hal-hal dalam hidup ini secara lebih utuh dan dengan kesadaran penuh akan pentingnya menjalani hubungan baik dalam kehidupan, baik antar sesama manusia, alam sekitar dan juga TuhannyaNIM. 97512507 ACHMAD SUSANTO2017-07-13T06:50:22Z2017-07-13T06:50:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26368This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/263682017-07-13T06:50:22ZETIKA ISLAM DALAM PEMENTASAN TEATER (STUDI PEMENTASAN TEATER SANGGAR NUUN YOGYAKARTA)1. Sanggar NUUN memandang nilai-nilai etika Islam yang mengejawantah
dalam laku keseniannya tennasuk dalam pementasan teatemya adalah suatu keharusan yang harus ada, karena Sanggar NUUN adalah sebuah institusi seni yang ada dalam koridor kesenian Islam.
Sanggar NUUN menyikapi hal di atas dengan menyuguhkan bentuk-bentuk kesenian yang sesuai dengan nilai etika dan estetika Islam.
Etika Islam dalam pertunjukan teater sanggar NUUN adalah sebuah jalan untuk selalu berada dalam wilayah yang benar dan tepat, juga sebuah wahana yang dapat digunakan untuk mencapai sebuah cita-cita yaitu nilai estetika Islam yang baru dan terkini yang sesuai dengan tuntutan zaman.
2. Dengan adanya nilai etika Islam yang mengejawantah dalam pementasan teater Sanggar NUUN, maka akan tercapai cita-cita keselarasan moral antara "aku teater" dan "aku manusia".
Etika Islam berpeni.n dalam pembentukan pribadi yang sesuai dengan konsep
manusia sebagai khalifah fl/ ard. Jika hal tersebut ditarik ke dalam lingkup pertunjukan teater Islam yang ada di sanggar NUUN, maka sanggar NUUN sebagai wadah kesenian yang berada di bawah institusi Islam sudah dari awal
mencita-citakan adanya keselarasan moral di antara anggotanya. Keselarasan moral ini meliputi kehidupan sebagai aku manusia dan aku teater.
Dalam kehidupan aku manusia (khalifahjil ard), etika Islam dipancarkan dan dihayati sebagai jalan menemukan kebenaran jati diri dan dijadikan tatanan moral anggota dalam kehidupan kesanggaran dan kehidupan sosial yang
sebenamya.NIM.96512153 YUDIFAN AZIZ2017-07-13T03:09:40Z2017-07-13T03:10:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26356This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/263562017-07-13T03:09:40ZPENINDASAN KAPITALISME GLOBAL TERHADAP NEGARA-NEGARA
DUNIA KETIGA (Karl Marx Tentang Penindasan)Manusia tidak akan pernah selamanya merasakan hidup damai dan sejahtera
ketika berada. dalam lingkungan masyarakat yang serba kompleks, dimana hidup
individu-indipidu yang otaknya syarat dengan berbagai keinginan, hasrat, birahi yang
kadang bernda diluar jangkauan mereka. Keinginan dan hasrat untuk mencari
kebahagiaan tidak lepas dari sikap-sikap anarkis yang mengorbankan orang lain.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkan tentu ada perasaan bahagia disamping itu
juga muncul perasaan berkuasa karena telah memenangkan sebuah duel penting.
Perasaan kuasa memunculkan perasaan aman untuk berbuat sesuka hati, menginjak-injak
orang lain, berbuat sewenang-wenang, semuanya menjadi sah dengan
menggunakan kekuasaaan menjadi tarneng.
Anarkisme selalu terjadi di sepanjang peradaban ummat manusia yang
dilakukan oleh individu maupun kelornpok. Anarkisme bisa terjadi dalam bentuk
kekerasan fisik dan kekerasan yang lain seperti kekerasan struktural dan kultural.
Seperti yang pernah dialarni para filosof klasik seperti Sokrates yang mencoha
berbeda dengan orang-orang yang hidup pada zamannya dan ia mendapatkan
resikonya, atau seperti kasus Copernicus yang berbeda •pendapatnya dengan apa yang
ada dalam lnjil ia pun rnendapatkan resiko. Siapa pun yang mencoba berbeda dent'an
sistem akan dianggap melawa dan melanggar sistem, elan wajib untuk disingkirkan.
Anarkisme dilakukan bukan hanya atas alasan agama tapi juga atas alasan
sitern masyarakat yang lain seperti kapitalisme. kapitalisme berawal dari sistem
perdagangan sederhana dan sama-sama menguntungkan. Namun ketika para
pedagang ingin mendapatkan keuntungan Jebih besar iapun menciptakan industri
yang besar pula. Pada saat itulah kapitalisme berubah menjadi Vanvier, setiap saat
menghantui rnasyarakat kecil mengancam mereka dengan kelaparan dan kemiskinan.
Bahkan untuk melancarkan sirkulasi kapital para pedagang tidak segan-segan untuk
memperbudak para buruh dengan upah yang sangat kecil.NIM.98512711 WASAILLAH2013-10-08T08:45:58Z2016-08-03T07:44:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9352This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93522013-10-08T08:45:58ZKONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN AL GHAZALIManusia yang diyakini oleh beberapa tokoh (Plato, JP. Sartre, Heidegger, al-Kindi, Ibn Sina) sebagai makhluk yang tidak pcrnah dimengerti secara tuntas, karena mengandung misteri yang sangat menarik untuk dikaji. Dalam dunia pemikiran Islam, bahasan tentang manusia banyak ditemukan dalain filsafat maupun tasawuf. Dalam skripsi ini, penulis akan menjelaskan konsep manusia menurut a!Ghazali. Al-Ghazali yang hidup dalam abad pertengahan tidak terlepas dan pengaruh zamannya dalam memandang segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia. Hal mi terlihat dalam karya-karyanya baik dalam bidang filsafat maupun tasawuf banyak mengupas tentang manusia. idapun yang dibahas dalam masalah konsep manusia mi adalah hakikat manusia dan hal-hal yang fundamental yaitu struktur manusia dan eksistensinya.
Kajian tentang konsep manusia balk secara umum maupun yang berangkat dan pemahaman seorang pemikir, sesungguhnya telah banyak ditulis. Namun demikian, berangkat dan penelaahan pustaka yang penulis lakukan masih terdapat beberapa pembahasan yang masih perlu dikaji lebih lanjut. Dan semua penelitian terhadap karya-karya al-Ghazali belum ada yang membahas masalah manusia yang menjadi tema dalam penelitian ini.
Dalam membahas masalah konsep manusia in penulis menggunakan metode penelitian teknik pengumpulan data dengan rnenggunakan metode library research (riset perpustakaan) dan teknik pengolahan data menggunakan metode interpretasi, deskriptif dan komparasi. Dalam merumuskan masalah manusia ini pemikiran al-Ghazali banyak di pengaruhi oleh pemikir-pemukir sebelumya seperti Ibnu Sina. Al-Gha.zali banyak mempergunakan term-term dan Ibnu Sina seperti an-nafs, ar-ruh dan al-jism, dan secara tidak langsung al-Ghazali telah memperkuat term-term Ibnu Sina tersebut dengan dalil-dalil syara’.
Konsep manusia sangat penting artinya, karena ía termasuk bagian dan pandangan hidup. AI-Ghazali membagi manusia menjadi beberapa bagian yaitu: an-nafs, ar-ruh dan al-jism. Hal mi dimaksudkan agar rnempermudah bagi para peneliti dalam membahas masalah konsep manusia. Manusia menurut al-Ghazali mernpunyai identitas yang tetap dan tidak berubah-ubah, yang ia sebut dengan istilah an-nqfs. Sedangkan yang dimaksud dengan jiwa adalah sesuatu yang dimasukkan ke dalam jasad, yang terwujud ketika sperma masuk ke rahim. Di mana sperma telah dipersiapkan untuk menenima jiwa. An-nujs bersifat tunggal dan tidak tersusun dan bagian-bagian. Hal mi menunjukkan bahwa esensi manusia itu adalah substansi yang berdini sendini, dan subyek yang mengetahui, maka pengetahuan-pengetahuan intelektual terdapat di dalamnya. Esensi manusia aI-Gha.za!i menggunakan benbagai term yaitu: an-nafs, al-qaib, ar-ru/i dan al-aqi. Keempat term tersebut ia sebut sebagai al-lafdz al- mutafarridat.
NIM. 98512782 ADIB ALAMUDDIN2013-10-09T02:29:04Z2016-08-04T02:22:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9366This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93662013-10-09T02:29:04ZPANDANGAN ALI SYARI' ATI TENTANG HUMANISMESalah satu isu sentral dalam pemikiran Syari'ati adalah tentang manusia.
Ketertarikannya untuk mengkaji masalah humanisme disebabkan adanya kegelisahan
intelektual akibat kondisi masyarakat Islam pada umumnya dan kondisi masyarakat
Iran pada khususnya yang selaku berada pada barisan belakang peradaban umat
manusia dan malah banyak yang berada dalam jajahan negara-negara kapitalis.
Syari'ati menekankan kepada pencarian kembali makna humanisme yang
telah tenggelam oleh tuntutan perkembangan zaman. Tuntutan perkembangan itu
telah menumbuhkan perubahan demi perubahan tatanan dan penciptaan sarana-sarana
penyelenggaraan cara-cara kehidupan, yang kian lama cenderung menghilangkan arti
kehadiran manusia.
Didorong oleh kegelisahan intelektual, Syari'ati mencoba menafsirkan
berbagai istilah dalam Al Qur'an yang berkaitan dengan masalah humanisme dengan
menggunakan pendekatan sosiologi yang diperolehnya selama belajar di Perancis.
Dari kajian yang dilakukan Syari'ati, dia berpendapat bahwa Islam
memberikan suatu potensi metafisik demi prinsip "tanggung jawab kemanusiaan",
lalu mengisi esensi perwujudan manusia dengan akal dan cinta, melalui kisah iblis
dan hawa, serta persoalan kemaksiatan. Dan seluruh motivasi Islam adalah
menyelamatkan nilai-nilai kemanusiaan dari paksaan lingkungan dan tuntutan-
tuntutan yang berubah-ubah dan determinis dalam kehidupan materialisme,
menyucikannya atas landasan fitrah manusia, serta memandangnya sebagai smar
yang memancar dari Yang Maha Mutlak untuk menerangi nurani manusia.
Pandangan Syari'ati ini sekaligus sebagai bantahan terhadap humanisme yang
dikemukakan oleh para humanis Barat modem yang dengan giat berkampanye untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia, namun yang terjadi, menurut Syari'ati,
justru merendahkan harkat dan martabatnya, karena para humanis Barat memandang
manusia sebagai makhluk yang bersifat materi belaka sebagai kebutuhan-
kebutuhannya juga hanyalah yang bersifat materi. Para humanis Barat memandang
manusia tak lebih dari mesin produksi dan dipaksa untuk menghasilkan produksi
sebanyak-banyaknya yang menurut Syari'ati, malah telah menghancurkan manusia
secara total.
Pendekatan yang digunakan Syati'ati dalam menganalisis berbagai konsep
yang berkaitan dengan humanisme adalah anal isis sosiologis. Karena itu
pandangannya tentang manusia berbeda dengan pandangan para filosof dan para sufi.
Pandangan para filosof dan para sufi melihat manusia dari segi hakekatnya,
sedangkan Syari'ati dan para Sosiolog pada umumnya memandang manusia dari segi
fungsi yang diemban oleh manusia dalam komunitas sosialnya.
NIM. 98512624 lMA KURNIANINGSIH2013-10-09T06:22:14Z2016-08-04T02:18:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9375This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93752013-10-09T06:22:14ZKONSEP TAUHID IBNU QOYYIM
DALAM PANDANGAN WARGA MUHAMMADIYAH
DESA JOMBOR, CEPER, KLATEN, JAWA TENGAH
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di Desa Jombor,
Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Jawa Tengah dan akan menyoroti masalah
Konsep Tauhid Ibnu Qoyyim dalam Pandangan Warga Muhammadiyah Desa
Jombor.
Muhammadiyah Desa Jombor berdiri pada tahun 1964, dengan Pimpinan masih
berada satu Group dengan Ketandan ( Selatan desa Jombor ) pada waktu itu.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya di dalam masyarakat, Muhammadiyah
sedikit demi sedikit mulai melakukan sosialisasi ke tengah - tengah masyarakat
yang waktu itu masih berada dibawah bayang - bayang PKI.
Secara historis desa Jombor termasuk dalam wilayah pengaruh ajaran Islam
Kejawen, yang masyarakatnya masih berfaham animisme, dinamisme, Islam
Jama'ah, dan aliran kepercayaan lainnya. Sebagian masyarakat desa Jombor
hidupnya adalah berwiraswasta / mendirikan Industeri keeil di Desanya. Hampir
di setiap dusun yang ada di Desa Jombor, dapat kitajumpai Industeri benang,
mulai dari benang tali pramuka, benang tisyu untuk spring bad, dan lain - lain,
bahkan di dusun Jombor terdapat Industeri keeil mainan anak - anak yang terbuat
dari kayu sengon ada di dusun ini.
Namun dengan seiring dengan kepemimpinan Muhammadiyah yang diakibatkan
oleh modernisasi pendidikan serta tuntutan situasi dan kondisi dari lingkungan
yang mengitarinya yang tidak bisa di hindari oleh warga Muhammadiyah,
menjadikan warga Muhammadiyah di Desa Jombor harus bersikap toleran
terhadap tradisi yang tidak bertentangan dengan prinsip ketauhidan dalam
pandangan Ibnu Qoyyim.
Melalui pelaksanaan penelitian iru, diketahui bahwa, pertumbuhan dan
perkembangan warga Muhammadiyah dalam memahami tauhid, khususnya Ibnu
Qoyyim sudah mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari - hari. Saat ini
kegiatan yang diikuti warga masyarakat Desa Jombor, khususnya warga
Muhammadiyah terbagi menjadi tiga bagian yaitu, bidang keagamaan, bidang
pendidikan dan pengajaran, dan bidang sosial.
NIM. 96512134 M. SANUSI LATIF2013-10-09T06:31:47Z2016-08-04T02:17:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9377This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93772013-10-09T06:31:47ZMORAL SPIRITUAL DALAM SERAT WULANG PUTRI WIRA ISWARA PAKUBUWANA IX
Dalam khasanah sastra Jawa, banyak naskah-naskah serat yang
membicarakan tentang wanita seperti dalam serat Wulang Putri, Candrarini,
Wulang Reh Putri, dan sebagainya. Dalam skripsi ini penulis menggunakan
naskah serat Wulang Putri Wira Iswara sebagai naskah primer. Dalam naskah
tersebut dijelaskan bagairnana wanita ideal pada waktu itu.
Sebagai seorang raja dan sekaligus pujangga, Sri Susuhunan
Pakubuwana IX banyak menuangkan karya-karyanya dalam bentuk tembang
serat seperti yang dilakukan oleh raja-raja yang terdahulu. Salah satu karyanya
adalah serat Wulang Putri yang terangkum dalam naskah Wira Iswara.
Secara garis besar, kandungan serat Wulang Putri tersebut memuat
ajaran-ajaran yang sarat dengan nasehat diantaranya:
1). Diingatkan agar para putri memiliki kepercayaan yang teguh terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Dinasehatkan agar senantiasa berikhtiar
semaksimal mungkin dan memiliki keteguhan iman yang kuat dalam
menjalani kehidupan ini.
2). Agar para putri (PB. IX) mempunyai budi pekerti yang 1uhur dengan
memiliki kekuatan mental yang akan menopang segala sesuatu yang akan
ditindaknya, dengan mempertimbangkan segal a sesuatunya secara
bijaksana dan han-han.
3). Dijelaskan tentang macam-macam kebahagiaan hidup, dan laku yang
hendaknya ditempuh guna mencapainya adalah dengan jalan tapa brata,
guna membersihkan dari pikiran dan perbuatan yang tidak baik, ammoral.
Serat Wulang Putri Wira Iswara adalah sebuah tembang Jawa yang
merupakan nilai moral lama dalam masyarakat Jawa. Tetapi ajaran-ajaran
moral yang bersifat spiritual tersebut sangat tepat untuk selalu dilestarikan
dalam budaya kontemporer Jawa sekarang ini.
NIM.98512656 MAISAROH2013-10-09T06:56:58Z2022-07-26T06:19:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9381This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93812013-10-09T06:56:58ZTEORI STRUKTURASI ANTHONY GIDDENSKeberadaan manusia pada dasarnya bukan hanya dimaknai sebagai hal
yang sifatnya relatif, kotlik yang timbul antar sesama merupakan sebuah
delema yang mau tidak mau akan selalu dijumpai, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Keberadaan status yang diunggul-unggulkan,
perbedaan sikap dan keadaan diri yang selalu dijadikan dasar pijakan bagi
sebuah keangkuhan dan kekuasan, merupakan diantara dari beberapa
problematika kehidupan manusia yang tidak akan hilang.
Dalam hal ini Anthony Giddens menyajikan salah satu suguhan segar
yang dianggap dapat memberikan nuansa bam dan bersahabat bagi sebuah
kepelikan dan delema yang ada. Perbedaan dan keberagaman yang ada
merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat terelakkan, namun satu
hal yang harus kita tahu yaitu: bagaimana cara untuk menghadapi dan
menyelesaikan adanya perbedaan dan keberagaman tersebut.
Didalam pemaparannya Giddens memberikan suatu altematif yang
bewujud teori strukturasi, yaitu merupakan sebuah hubungan antara pelaku
(tindakan) dan struktur berupa relasi dualitas. Dari berbagai prinsip
struktural yang ada, Giddens mencoba melihat tiga gugusan besar struktur:
pertama, struktur penandaan atau signifikansi yang menyangkut skemata
simbolik pemaknaan, penyebutan dan wacana. Kedua, struktur penguasaan
atau dominasi yang mencakup skemata penguasaan atas orang dan barang.
Ketiga, struktur pembenaran atau legitimasi yang menyangkut skemata
peraturan normatif, yang terungkap dalam tatana hukum.
Teori strukturasi dipilih Giddens untuk menamai teori sosial yang bam
ia kembangkan. Dalam mengolaborasi konsep-konsep teori strukturasi,
Giddens tidak bermaksud mengemukan suatu ortodoksi bam yang secara
potensial menggantikan ortodoksi lama. Namun teori strukturasi sensitif
dengan kelemahan ortodoks yang ada untuk di sempurnakan. Adapun yang
menjadi perhatian teori strukturasi adalah tiga serangkai isu pusat yang
saling terkait dalam teori sosial. Isu pertama adalah tindakan manusia, diri
yang terpusat, isu kedua adalah konseptualisasi interaksi dan relasi dengan
institusi. Isu ketiga adalah pemahaman konotasi praktis analisis sosial.
Berdasarkan tiga serangkaian isu tersebut, ada dua tujuan umum yang
ingin Giddens capai dengan membangun teori strukturasi, yaitu : 1). Untuk
memahami pentingnya secara esensial konsep tindakan dalam ilmu-ilmu
sosial. Ilmu-ilmu sosial hams lebih melakukan elaborasi berkenaan dengan
agensi manusi, 2). Dengan memformulasikan pentingnya secara esensial
agensi manusia, teori strukturasi tidak ingin terjebak dalam pandangan
subjektif dan memahami pentingnya komponen-komponen struktural
institusi sosial yang ada.
NIM. 99513171 IRVAN JANUTA2013-10-10T01:06:38Z2016-08-04T02:17:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9384This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93842013-10-10T01:06:38ZNALAR PESANTREN
( STUDI KRITIK NALAR )
Secara geograjis pesantren sebagian besar berada didaerah pesisir dan pedalaman yang
mayoritas merupakan komunitas urban. Dalam struktur sosial masyarakat yang demikian
pesantren mempunyai posisi yang strategis. Persoalan-persoalan yang muncul ditengah
masyarakat, terutama masalah keagamaan, senantiasa dikembalikan rujukannya kepada
pesantren. Keistimewaan posisi pesantren dimasyarakat sangat ditentukan oleh otoritas
pemimpinnya yang biasa disebut dengan kyai. Secara antropologis pesantren dapat
dikatakan sebagai basis pertumbuhan Islam Tradisional yang menurut Dhofier (1978: I)
masih terikat kuat dengan pemikiran-pemikiran ahli fiqh, tafsir, hadist, tauhid dan yang
hidup antara abad ke-7 sampai dengan abad 13 M.
Salah satu fungsi pesantren yang sampai sekarang masih mampu dipertahankan -walaupun
tidak berkembang pesat-- adalah fungsi pesantren sebagai institusi keilmuan.
Fungsi ini ditunjukkan oleh pesantren dengan kontinuitas kajian keilmuan dengan
konsistensinya terhadap referensi keilmuan yang dalam hal ini diwakili oleh kitab kuning
(Sahal Mahfudh, 1999: 102). Kitab kuning sebagai referensi keilmuan mempunyai hobot
historis yang cukup panjang karena ditulis dari berbagai kurun waktu yang cukup lama.
Konsistensi pesantren terhadap karya klasik tersebut secara tidak langsung menunjukkan
bahwa pesantren sangat memegang teguh mata rantai bagi prosestransformasi keilmuan.
Mata rantai ini mengasumsikan dirinya sampai pada titik puncak ajaran, yaitu Rasulullah.
Asumsi ini akan mengahadapi masalah yang serius jika tradisi keilmuan di dunia Islam
coba kita telaah dari perspektif kritik nalar, misalnya dengan menggunakan metode
arkeologi dan genealogi-nya Foucault. Secara arkeologis bahwa sejarah pemikiran Islam
tidaklah berjalan secara linear melainkan mempunyai "patahan-patahan" sepanjang yang
dilaluinya. Analisis arkeologis akan dilanjutkan dengan genealogis untuk menetapkan•
patahan penentu sekaligus menyingkap selubung ideologis dan keterkaitan antara
pe,ikiran dan realitasnya.
Adalah masa imperium Abbasiyah yang menurut al-Jabiri (2000: 17) ditetapkan sebagai
patahan penentu bagi perkembangan pemikiran di dunia Islam. Pada masa ini terjadi
proses pembentukan dan pembakuan ilmu keagamaan yang mendapat sponsor dari
kekuasaan. Pada saat itulah proses ortodoksi telah dimulai. Apalagi al-Syafi'i ikut
menentukan proses diskursif-nya dengan mengeluarkan disiplin ilmu baru, Ushul Fiqh.
Dengan metode qiyas-nya, ushul fiqh kurang memberi ruang bagi proses penafsiran dan
kreatifitas berfikir karena rambu-rambu al-Qur'an dan al-Hadist yang dibuatnya sebagai
batasan terasa mengungkung. Dari sini secara sekilas, nalar yang dihasilkan pesantren -yang
dibangun diatas fondasi pengetahuan klasik-- ternyata menyimpan problem yang
serius.
Peran sosial, budaya, ekonomi dan edukasi pesantren menempatkannya menjadi sesuatu
yang menarik untuk dibahas, terlebih dari sisi epistemologi, masih masih minim kajian
yang membahasnya. Maka dari itu, skripsi ini berpretensi untuk mengkaji secara
epistemologis dengan perspektif kritik nalar untuk mengetahui dari mana nalar pesantren
diderivasikan dan bagaimana hasil derivasi tersebut dikonstruk menjadi sebuah nalar.
Dengan menggunakan metode library research yang bersifat deskriptif analitik, skripsi
ini hanya akan mengkaji pesantren yang menjadi basis pertumbuhan Islam Tradisional
dengan model pendekatan sistematis reflektif. Diharapkan dengan begitu akan menjawab
beberapa persoalan mendasar mengenai nalar pesantren, yakni bagaimana arkeologi dan
genealogi pengetahuan pesantren sebagai tolakan awal dan selanjutnya melihat
bagaimana konstruksi nalar pesantren.
Selain hal tersebut diatas skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui nalar pesantren
yang diharapkan akan mempunyai implikasi yang bersifat emansipatoris, karena dengan
mengetahui nalar pesantren akan menimbulkan kepedulian pada upaya dekonstruksi dan
rekonstruksi pemikiran di kalangan pesantren dan pada gilirannya akan mendorong
dinarnisasi pemikiran di dunia Islam.
NIM. 96512139 MOESAFA2013-10-10T02:17:05Z2016-08-04T02:16:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9394This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93942013-10-10T02:17:05ZETIKAISLAM
( STUDI ATAS PEMIKIRAN IBNU QOYYIM AL- JAUZIAH )
Akhlak merupakan fondasi dasar kehidupan umat manusia dalam
berinteraksi, baik kepada sang pencipta ( Allah ) atau kepada sesama manusia.
Dengan berbekal dan berpedoman pada ajaran dan nilai akhlak, kebaikan,
kebajikan, kedamaian, keamanan, ketentraman akan mudah kita rasakan bersama.
Begitu pentingnya peranan akhlak manusia, sehinggan nabi Muhammad
menyatakan dengan tegas bahwa beliau diutus untuk menyempumakan akhlak
manusia. Dengan akhlak yang baik, maka citra manusia sebagai mahkluk yang di
beri akal pikiran akan semakin meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Metodelogi yang di gunakan dalam menulis dan menganalisis terhadap
pemikiran Ibnu Qoyyim al-Jauziah adalah mempergunakan tiga metodelogi
penelitian, yaitu: deskripsi, analisis dan interpretasi.
Tujuan yang hendak di capai dalam penulisan ini adalah untuk menguak
tentang pemikiran Ibnu Qoyyim al-Jauziah khususnya pemikirannya tentang etika
Islam, dimana hasil pemikiranya mempunyai manfaat yang sangat penting bagi
kehidupan umat manusia yang dijadikan sebagai tuntunan prilaku, tataaturan
dalam kehidupan sehari-hari yang dengan itu keharmonisan dalam kehidupan ini
akan dapat tercipta dengan baik.
Diharapkan dengan penulisan ini konsep etika Islam ( akhlakul karimah )
mempunyai manfaat, sehingga dapat mempengaruhi beragam aktifitas yang
dilakukan manusia pada saat ini.
NIM. 98512727 MUNAWAR2013-10-10T03:04:37Z2016-08-04T01:54:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9399This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/93992013-10-10T03:04:37ZIMAN DALAM PANDANGAN
MUHAMMAD ABDUH
Di dalam AI-Qur'an dan Hadits banyak sekali membicarakan masalah
keimanan. Iman manurut bahasa adalah percaya dan membenarkan sedangkan
menurut istilah berarti sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umumoleh
manusia berdasarkan akal, fitrah dan wahyu. Kebenaran tersebut dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran tersebut. Dengan
demikian bagi seorang muslim haruslah meyakini dengan sepenuh hati akan
kebenaran yang datang dari Allah.
Keyakinan ini secara sistematis telah terangkum dalam konsep rukun iman
yang enam, yaitu keyakinan adanya Allah Yang Maha Esa, Malaikat-malaikat
Allah, Kitab-kitab Allah, Nabi-nabi dan Rasul Allah, Hari Akhir dan keyakinan
terhadap Takdir Allah. Keyakinan tersebut menjadi simpul yang mengikat tujuan
hidup dan semua perilaku manusia dengan sifat-sifat Allah. Dalam kehidupan
sehari-hari keyakinan harus mampu membimbing cara berfikir, sikap hidup serta
perilaku kesehariannya.
Oleh karena keyakinan yang melandasi idiologis dan perilaku praktis,
maka iman dan amal perbuatan memiliki suatu hubungan yang erat sekali. Karena
di dalam Al-Qur'an banyak menjelaskan bahwa orang-orang yang masuk surga
adalah orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Untuk itu perbuatan amal
sholeh haruslah dibarengi dengan keimanan, begitu juga sebaliknya. Dengan iman
yang penuh keyakinan dan dinyatakan dengan amal perbuatan yang baik akan
menghasilkan buah keimanan yang menuju kepada ketaqwaan.
Untuk itu Muhammad Abduh mengartikan iman sebagai kepercayaan
kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya serta mempercayai kebenaran berita-berita
yang dibawa oleh para Rasul. Disamping itu ia juga mewajibkan agar orang
beriman melaksanakan amal perbuatan. Karena amala perbuatan mernpakan suatu
hal yang pokok dalam menentukan keimanan seseorang.
Pada dasamya konsep iman yang dimajukan Muhammad Abduh sarna
dengan konsep iman yang diajukan oleh Mu'tazilah yaitu mengaitkannya dengan
amal perbuatan. Akan tetapi jika dilihat dari segi hukum Muhammad Abduh
berbeda pendapat, ia menganggap orang yang melakukan dosa besar tetap
mukmin, meskipun derajat terendah. Karena selama ia masih meyakini dengan
ikhlas dalam hatinya kemudian diwujudkan dengan amal perbuatan yang nyata
dan hanya mencari ridha Allah semata. Untuk itu Muhammad Abduh tidak
mengkafirkan seorangmuslim yang melakukan dosa besar.
Dasar yang digunakan Muhammad Abduh dalam menjatuhkan hukuman
bagi orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin adalah selama ia masih
mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ia tetap mukmin meskipun imannya
tidak sempuma karena perbuatan yang ia lakukan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Muhammad Abduh
mengaitkan amal dengan keimanan. Oleh karena ituiman seseorang dapat
bertambah dan berkurang. Dan juga ia menjatuhkan hukuman tiap-tiap orang
mukmin yang melakukan dosa besar adalah tetap mukmin karena masih
mempercayai dan meyakini Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
NIM. 9751 2376 RANTI SUMARNI2013-10-10T03:27:02Z2016-08-04T01:32:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9404This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94042013-10-10T03:27:02ZRESIKO GLOBAL
(STUDI PEMIKIRAN ANTHONY GIDDENS)
Setiap zaman menampakkan dirinya dengan corak tertentu, pada zaman
sekarang menarnpakkan dirinya dengan gaya khas yang tidak ditemukan di masa
sebelumnya. Ia memberikan warna yang menarik dan mengikat setiap bangsa, negara,
bahkan individu untuk terlibat di dalamnya dan dituntut untuk berada dalam sebuah
kereta, kereta ini mereka sebut dengan globalisasi, sebuah fenomena global yang
menjadi tumpuan banyak orang untuk bisa menjadi zaman yang lebih membawa pada
kesejahteraan dan keamanan dunia. Tetapi di tengah jalan harapan masyarakat dunia
itu menjadi pupus dan bahkan akan membawa pada dampak yang lebih mengerikan
dibanding dengan zaman sebelumnya. Meski kita dapat menikmati kemajuankemajuan
zaman sekarang, tetapi kemajuan dan perkembangan itu sekaligus
melahirkan konsekuensi yang mengancam banyak orang. Keprihatian ini memicu
para pemikir sosial untuk melibatkan dirinya dalarn melihat dan mencoba mencarikan
solusinya, diantara pemikir itu adalah Anthony Giddens, dalarn hal ini Giddens
mengidentikkan kondisi zaman sekarang dengan resiko yang sudah mendunia (resiko
global).
Berkaitan dengan fenomena di atas, penelitian ini bertujuan untuk•
mengungkap pikiran-pikiran Giddens mengenai globalisasi dan resiko global serta
apa yang ditawarkan dalam penyelesaiannya. Jenis penelitian pustaka ini (library
reseach) menggunakan pendekatan filsafat sosial. Pendekatan ini untuk melihat siapa
yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam proses globalisasi dan resikonya
kemudian bagaimana hubungan-hubungan mereka dalam menghadapinya.
Setelah dilakukan penelusuran data-data yang ada, ditemukan bahwa
globalisasi menurut Giddens bukan hanya berdimensi ekonomi saja melainkan lebih
dari itu, globalisasi sebenamya adalah suatu perubahan radikal pada kualitas ruang
dan waktu dan akhimya terjadi pemadatan ruang dan waktu yang bisa mengantarkan
pada proses global. Sedangkan resiko global menurutnya adalah bahaya atau ancaman
yang secara aktif diperkirakan tetapi masih dalam ketidak pastian yang sudah
melanda seluruh dunia, tidak memilah mereka yang terlibat dalarn terjadinya resiko
maupun yang tidak terlibat, mereka yang kaya maupun yang pinggiran, di sarnping
mereka yang pinggiran itu dituntut berada dalam kereta yang sama tetapi pada saat
yang sarna mereka disingkirkan dari panggung permainan dunia.
Adapun tawaran dalam mengahadapi resiko global menurut Giddens, jika
resiko itu berkaitan dengan institusi modem ia menawarkan isu-isu politik sebagai
oposisi yang hams diperjuangkan dalam menstabilkan keadaan. Dan jika resiko itu
berkaitan dengan kondisi alam (ekologi) selain isu-isu politik ia mengajukan agar
segera dibentuknya suatu lembaga baik tingkat intemasional (global) maupun tingkat
nasional dalam mengatur dan mengarahkan kondisi dunia. Meskipun dunia dalam
kondisi mengerikan sekalipun, manusia tetap mampu menghadapinya jika menurut
Giddens manusia mengoptimalkan daya refleksivitas dalam menghadapi problemproblem
hidup.
NIM. 99513098 YUSUF2013-10-10T07:14:16Z2016-08-04T01:49:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9411This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94112013-10-10T07:14:16ZTEORI ETIKA MENURUT AL KINDI Skripsi ini berjudul Teori Etika menurut al-Kindi. Dalam penulisan mi ada dua hal yang ingin penulis teliti, yaitu kemampuan-kemampuan jiwa dan akalbudi dalam mengatasi persoalan hidup seseorang di dunia ini. Selanjutnya karena penelitian mi merupakan kajian tokoh, maka dapat dikategonkan ke dalam penelitian historis faktualmengenai tokoh, sehingga dengan sendinnya hams menggunakan metode-metode sebagai berikut: deskripsi, analisis dan interpretasi. Al-Kindi sendiri disebut sebagai tokoh filosof Muslim. Untuk itu, kontektualisasi pemikirannya sangat bermanfaat untuk penelitian i. Berbagai konflik yang melingkupi kehidupannya sangat erat kaitannya dengan berbagai karya yang menjadi produk pemikirannya.
Apa yang menarik dan kajian etika al-Kindi adalah tema-tema yang dikembangkannya, yang tidak tersentuh oleh sains modem, seperti pendentaan, keterasingan, rasa sakit, kegelisahan, keterasingan, kesepian, ketidakpastian dan kesengsaraan. Baik etika dalam Islam maupun Barat begitu konsem terhadap persoalanpersoalan tersebut dan berusaba membenkan solusinya, dengan pendekatanpendekatan individuasi yang tidak pernah diverifikasi oleh sains-sains modem. Manusia selalu menarik untuk dijadikan pokok bahasan. Dia unik, memiliki kepribadian beragam dan kecenderungan masing-masing. Ketertankannya pada segala hal memacu keinginan untuk mengenal dan mencermati hingga path tahap ilmu pengetahuan. Sethngkan proses hidup tidak hanya dapat diselesaikan cukup dengan ilmu pengetahuan saja. Manusia memiliki hati nurani yang selalu menginginkan pada kebaikan dan keburukan serta kebenaran dan kesalahan. Kebebasan kehendak untuk memilih kebaikan atau keburukan, kemampuan rasional, kemampuan imajinatif serta emosi yang dimiliki membuat manusia mengalami permasalahan yang komplek dan memutuskan sesuatu persoalan, disamping faktor lain yang berada di luar din manusia. Hati nurani merupakan persoalan utama untuk mengambil sesuatu keputusan moral. Kepekaan hati nurani thpat menjadi tajam atau tumpul tergantung path sejaub mana usaha untuk mengasahnya. Agama menjanjikan kebahagiaan hidup di duma dan akherat bila ajaranajarannya dihayati dan diamalkan. Salab satu fungsi agama adalah manempatkan hati nurani pada keadaan yang maksimal dimana ia mampu mengenali dengan tepat kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan, sehingga manusIa mencapai martabat tertinggi sebagai inakhluk yang mulia. Setiap makhluk hidup terus-menerus berada dalam proses penyesuaian diri dengan Iingkungannya. Sudah tentu bila ía tidak berhasil melakukannya, dengan demikian akan berakhir dengan suatu malapetaka. Manusia tidak hanya hidup dengan akalnya; ia mengalami rasa takut, mempunyai harapan-harapan dan ia menafsirkan pengalaman-pengalaman berdasarkan atas agama maupun mitos.
NIM. 98512745 SRI ENDANG YULIASTUTI2013-10-10T07:50:17Z2016-08-04T02:33:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9412This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94122013-10-10T07:50:17ZPEMIKIRAN IMMANUEL KANT TENTANG AGAMAKetika perang Dunia ke II berkecamuk, maka di dalam lorong-lorong perlindungan tidak ada seorang pun yang menganut ateisme. Disinilah agama berbicara, menurut Immanuel Kant di dunia ini kebaikan tertinggi tidak pemah terealisasi seratus perosen sempuma sebab adanya kejahatan. Begitu juga agar kebaikan moral manusia dengan kebahagiaan sempuma itu berhubungan, Kant mengatakan harus menerima adanya tiga postulat ini; Kebebasan kehendak,
Imortalitas jiwa dan eksistensi Tuhan. Kehendak harus bebas dan tidak mendapat pengaruh apa pun. Jiwa harus immortal, agar jiwa mendapat kebahagiaan yang sempurna merupakan kebaikan yang tertinggi yang tidak dapat dicapai didunia. Ada sebab yang menyebabkan kebaikan yang tertinggi dan ini adalah Tuhan. Menurut Kant ketiga postulat itu tidak bisa dibuktikan melainkan dengan "kepercayaan" (Glaude) yang berdasarkan pada budi praktis. Kemudian Kant memandang Agama merupakan pengakuan kewajibankewajiban manusia sebagai perintah Ilahi. Kewajiban diartikannya sebagai keharusan tindakan, karena rasa hormat terhadap hukum, dalam hal ini moralitas mengarahkan manusia kepada Agama, melalui pemahaman mengenai kebaikan
tertinggi. Kant menjelaskan bahwa Allah adalah yang sempurna (kudus dan baik) secara moral. Maka kehendak dan perintah-Nya adalah sempurna juga (kudus dan baik) secara moral. Mengingat bahwa tujuan moral itu adalah kebaikan tertinggi, padahal kebaikan tertinggi itu "terdapat" dalam Allah dan hanya bisa dicapai dengan menerima adanya Allah sebagai postulat, maka-kalau kita mau mencapai tujuan itu-kita harus menyelaraskan diri dengan kehendak dan perintah Allah yang sempuma secara moral itu. Dengan adanya penyelarasan inilah kita
mengakui kewajiban kita sebagai perintah Allah. Begitu juga dengan pembagian Agama, Kant memilahnya menjadi dua macam yakni, agama kodrati dan agama wahyu. Agama kodrati dalam beberapa kesempatan disebut sebagai kepercayaan moral atau theismus moralis yang di dalamnya manusia melakukan tindakan demi kewajiban, kita memandang Allah sebagai pemberi-hukum universal yang dihormati dan penghormatannya merupakan ketaatan terhadap hukum moral. Immanuel Kant memberikan arti pada agama wahyu sebagai hasil dari tindakan dan pikiran (refleksi) moral dalam pengalaman umat manusia. Disini perlunya penyelidikan kritis atas Agama untuk mendapatkan agama murni. Kant menegaskan bahwa, moral bukanlah suatu ajaran yang memberitahukan bagaimana agar manusia itu menjadi bahagia, tetapi bagaimana manusia itu dapat menghargai kebahagiaan. Kant menegaskan bahwa agama berfungsi sebagai pengabsahan terhadap kebenaran yang berserakan. Juga sebagai gerakan moral, mencegah manusia dari perilaku salah.
NIM. 97512529 CUCU MULYANA 2013-10-11T08:18:30Z2016-08-04T02:32:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9416This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94162013-10-11T08:18:30ZKRITIK TERHADAP MASYARAKAT KAPITALISME (Telaah atas Pemikiran Herbert Marcuse dan Jurgen Habermas)Masyarakat saat ini berada dalam dunia kehidupan yang sendi-sendinya telah
dirasuki oleh sistem yamg universal. Mereka merasa kehidupan ini sangatIah
menyenangkan, karena segala kebutuhan maupun keinginan dapat diakses dengan
cepat secara efektif dan praktis tentunya. Pada akhimya masyarakat tidak lagi
memerlukan suatu kritikan bahkan suatu perubahan dalam sistem kehidupan yang
sudah berjalan. Padaha! masyarakat secara implisit telah dipaksakan untuk terus
mengkonsumsi produk-produk dari sistem kapitalis ataupun International
Coorporation yang semakin berkuasa
Penyusun dalam skripsi ini akan berusaha meneliti apa yang dimaksud dengan
masyarakat kapitalisme, bagaimana kritikan Herbert Marcuse dan Jurgen Habermas
sebagai tokoh yang berkompeten dalam permasalahan ini. Penelitian ini adalah
literature research, melalui pendekatan historis filosofis serta beberapa unsur metodis
Iainnya.
Masyarakat kapitalisme dalam persepsi kedua tokoh diatas secara eksplisit
telah merugikan individu-individunya, yang dalam hal ini mereka kurang menyadari,
karena masyarakat ini telah dihilangkan daya kritisnya, lalu timbul juga bentuk-
bentuk pengontroI baru dan hanya ada satu budaya yang terus berkembang yakni
konsumerisme.
NIM. 98512691 DWI JULIANTO 2013-11-01T06:38:55Z2016-08-03T07:48:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9440This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94402013-11-01T06:38:55ZSISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DALAM TINJAUAN FILOSOFIS BUDAYA MINANGKABAUNagari adalah sebuah lembaga yang memiliki kualitas teritorial dan kualitas geneologis dan sekaligus ia merupakanlembaga kesatuan sosial masyarakat utama yang dominan bagi masyarakat minang kabau. Dan negeri merupakan lembaga mikrokosmik dari sebuah tatanan makrokosmik yang lebih luas, serta di dalam dirinya terkandung sistem yang memenuhi sistem persyaratan embrional dari sebuah sistem "Negara", serta negari juga seing diartikan "Republik Kecil" yang sifatnya Self-contained, otonom serta mampu membenahi diri sendiri. Di bagian ini negari secara eksistensi menganut sistem pemerintahan kerapatan, yang segala persoalan diselesikan melalui musyawarah dan mufakat, serta berpedoman pada alua jo potuik (alur dan patut) didalam mengambil kebijakan dan keputusan.NIM.99512935 AFRIZAL2013-11-14T06:00:34Z2016-08-04T02:31:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9457This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94572013-11-14T06:00:34ZKRITIK TERHADAP MASYARAKAT KAPITALISME (Telaah atas Pemikiran Herbert Marcuse dan Jurgen Habermas)Masyarakat saat ini berada dalam dunia kehidupan yang sendi-sendinya telah dirasuki oleh sistem yamg universal. Mereka merasa kehidupan ini sangatIah menyenangkan, karena segala kebutuhan maupun keinginan dapat diakses dengan cepat secara efektif dan praktis tentunya. Pada akhimya masyarakat tidak lagi memerlukan suatu kritikan bahkan suatu perubahan dalam sistem kehidupan yang sudah berjalan. Padaha! masyarakat secara implisit telah dipaksakan untuk terus mengkonsumsi produk-produk dari sistem kapitalis ataupun International Coorporation yang semakin berkuasa Penyusun dalam skripsi ini akan berusaha meneliti apa yang dimaksud dengan masyarakat kapitalisme, bagaimana kritikan Herbert Marcuse dan Jurgen Habermas sebagai tokoh yang berkompeten dalam permasalahan ini. Penelitian ini adalah literature research, melalui pendekatan historis filosofis serta beberapa unsur metodis Iainnya.
Masyarakat kapitalisme dalam persepsi kedua tokoh diatas secara eksplisit telah merugikan individu-individunya, yang dalam hal ini mereka kurang menyadari, karena masyarakat ini telah dihilangkan daya kritisnya, lalu timbul juga bentuk- bentuk pengontroI baru dan hanya ada satu budaya yang terus berkembang yakni konsumerisme.
NIM. 98512691 DWI JULIANTO 2013-11-14T06:02:31Z2016-08-04T02:29:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9462This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94622013-11-14T06:02:31ZPLURALISME AGAMA DALAM PANDANGAN NURCHOLIS MADJIDDalam penelitian ini penulis berusaha mengungkap pemikiran teologis Nurcholish Madjid yang ada kaitannya dengan pluralisme, sebagai jawaban terhadap tantangan modernitas yang plural. Nurcholish adalah salah seorang pemikir Islam Indonesia. Ia berusaha menafsirkan kembali makna tauhid sebagai dasar terpenting dalam tatanan kehidupan" keagamaan umat manu si a . Dan dari perieli tian ini nantinya tersingkap bahwa "nurcholish, secara intelektual berhasil memadukan antara makna tauhid dan nilai-nilai pluralitas agama. Sehingga ia sangat optimis terhadap masa depan pluralisme agama yang terbingkai dengan nilai-nilai agama.Karena itu dibutuhkan agenda intelektual untuk melakukan redefinisi, reforrnulasi dan reinterpretasi agama (Islam) dan mencari relevansinya dengan kehidupan dan tantangan yang dihadapi manusia. Hal ini bisa dilakukan apabila agama dijadikan sebagai wacana kemanusiaan yang terbuka dan siap berhadapan dengan persoalan baru dan penafsiran baru pula. Menurut Nurcholish, pesan dasar semua agama yang benar adalah sarna,yaitu mengesakan Allah (at- Tauhid) dan bersikap pasrah terhadap-Nya (al-Islam). Karena itu beragama tanpa sikap pasrah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dengan sendirinya, adalah palsu. Maka beriman kepada Allah dan bersikap pasrah kepada-Nya adalah sebagai titik temu, common flatform, atau "kalimah sawa'" antar agama. Allah adalah sumber kebenaran mutlak, maka cara beragama yang baik adalah dengan dilandasi oleh semangat pencarian kebenaran (al-Hanafiyyah al-Samhah) yang lapang, terbuka dan non sektarian. setiap orang berarti bersikap mempunyai caranya optimis kepada manusia. Karena setiap manusia punya potensi untuk benar dan menghormati terhadap pluralisme karena menghayati kebenaran sendiri untuk itu, dengan segala keterbatasannya.Begitu juga dengan prinsip universalisme Islam, dengan memberi makna al-islam secara generik yaitu pasrah terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan landasan teologi baru yang kukuh terhadap pluralism bagi kehidupan keagamaan di Indonesia. Dari pemahaman makna atTauhid konsep universalisme Islam akan membawa pada pengertian bahwa pluralismc: agama adalah Sunnatullah yang telah ditetapkan kepada manusia. Begitu juga akan membawa pada pemahaman kita terhadap konsep ahli kitab. Dimana yang termasuk ahli kitab tidak hanya untuk Yahudi dan Nasrani, tetapi juga agama-agama yang lain. Selain itu, Nurcholish juga menganjurkan terhadap umat Islam di era modern ini untuk melihat kembali sejarah Islam dan mengambil inti sari dari sejarah itu sendiri. NIM. 97512345 FIHIF DHILLAH2013-11-14T06:05:34Z2016-08-04T02:13:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9466This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94662013-11-14T06:05:34ZMORAL SPIRITUAL DALAM SERAT WULANG PUTRI WIRA ISWARA PAKUBUWANA IX Dalam khasanah sastra Jawa, banyak naskah-naskah serat yang membicarakan tentang wanita seperti dalam serat Wulang Putri, Candrarini, Wulang Reh Putri, dan sebagainya. Dalam skripsi ini penulis menggunakan naskah serat Wulang Putri Wira Iswara sebagai naskah primer. Dalam naskah tersebut dijelaskan bagaimana wanita ideal pada waktu itu. Sebagai seorang raja dan sekaligus pujangga, Sri Susuhunan Pakubuwana IX banyak menuangkan karya-karyanya dalam bentuk tembang serat seperti yang dilakukan oleh raja-raja yang terdahulu. Salah satu karyanya adalah serat Wulang Putri yang terangkum dalam naskah Wira Iswara.
Secara garis besar, kandungan serat Wulang Putri tersebut memuat ajaran-ajaran yang sarat dengan nasehat diantaranya:
1)Diingatkan agar para putri memiliki kepercayaan yang teguh terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dinasehatkan agar senantiasa berikhtiar semaksimal mungkin dan memiliki keteguhan iman yang kuat dalam menjalani kehidupan ini.
2)Agar para putri (PB. IX) mempunyai budi pekerti yang Iuhur dengan
memiliki kekuatan mental yang akan menopang segala sesuatu yang akan ditindaknya, dengan mempertimbangkan segala sesuatunya secara bijaksana dan hati-hati.
3)Dije1askan tentang macam-macam kebahagiaan hidup, dan laku yang hendaknya ditempuh guna mencapainya adalah dengan jalan tapa brata, guna membersihkan dari pikiran dan perbuatan yang tidak baik, ammoral.
Serat Wulang Putri Wira Iswara adalah sebuah tembang Jawa yang merupakan nilai moral lama dalam masyarakat Jawa. Tetapi ajaran-ajaran moral yang bersifat spiritual tersebut sangat tepat untuk selalu dilestarikan dalam budaya kontemporer Jawa sekarang ini.
NIM. 98542656 MAISAROH 2013-11-14T06:06:26Z2016-08-04T02:10:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9498This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94982013-11-14T06:06:26ZNILAI-NILAI ETIS FIGUR DEWI SINTA DALAM PEWAYANGAN (Telaah atas buku-buku Sri Mulyono)Seperti kita ketahui bahwa wayang merupakan bahasa simbol dari hidup dan kehidupan yang bersifat kerokhanian, bukan hanya sebagai suatu pertunjukan yang hanya bisa ditonton, melainkan juga sebagai tuntunan bagi hidup manusia. Karena alasan inilah kita bisa memberikan sudut pandang bahasa dan juga figur wayang. Penelitian ini dimaksudkan untuk melukiskan kehidupan manusia terutama kehidupan wanita melalu cerita dan juga figur wayang untuk direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari ditinjau dari aspek filsafat sosial.
Penelitian ini adalah penelitian Iiteratur mengenai cerita pewayangan dengan menggunakan buku-buku Sri Mulyono sebagai kajian pokok. Buku-buku tersebut adalah buku-buku mengenai figur Dewi Sinta dalam tinjauan etika sosial. penelitian ini mengggunakan methode-methode : intepretasi, deskripsi, deduksiinduksi, heuristik dan refleksi penelitian pribadi.
Hasil-hasil penelitian ini adalah: figur Dewi Sinta dalam pewayangan merupakan figur yang patut untuk dijadian teladan bagi para wanita karena sifatsifat yang dimilikinya, antara lain adalah sifat setia. D~sisi lain Dewi Sinta juga digambarkan sebagai wanita yang mempunyai kecenderungan untuk bisa kena bujuk rayu oleh sesuatu yang gemerlapan, ini dibuktikan dengan ditawannya Dewi Sinta oleh Rahwana. Dalam hal ini bahwa figur Dewi Sinta merupakan sosok yang patut diteladani mengenai sifat-sifat kebaikannya dan dijauhi'\ mengenai sifat-sifat yang tidak baik. Demikian figure Dewi Sinta dengan berbagai karakter dan tingkah laku. Begitupula seorang wanita dengan aktualisasi diri diharapkan mampu menjadi suri tauladan bagi wanita lain dengan tidak meninggalkan etika atau norma-norma yang berlaku dalam msyarakat. Norma-norma tersebut memuat nilai-nilai yang diakui dalam tatanan sosial. Dengan figure Dewi Sinta diharapka untuk mengerti akan pentingnya niIai-nilai moral, nilai kepercayaan, nilai kesopanan, karakter figure dan juga pengendalian diri dari nafsu yang bias menjerumuskan diri dalamjurang kehancuran.
NIM. 95512013 MUAD DAILAMI 2013-11-14T04:52:52Z2016-08-04T02:00:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9499This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/94992013-11-14T04:52:52ZHUBUNGAN CINTA DAN IBADAH DALAM PERSPEKTIF TASAWUF SOSIALFokus kajian dari penelitian ini adalah hubungan cinta dan ibadah dalam perspektif tasawuf sosial. Pada dasamya manusia memiliki dua fitrah, dalam arti sesuatu yang melekat pada dirinya sejak lahir, yaitu ibadah dan cinta. Secara ontologis ibadah merupakan sesuatu yang tidak terelakkan dari setiap makhluk. Ini berasal dari kenyataan bahwa "Dia menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat". Kemudian cinta adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia, yang sifatnya ..'dinamis, dalam arti bahwa cinta merupakan faktor pengerak terhadap penciptaan.
Cinta dan ibadah merupakan faktor yang dominan bagi terpeliharanya kedamaian dan keharmonisan dalam dunia ini. Ibadah pada dasamya adalah sesuatu yang fitrah pada manusia yang tanpanya dunia bisa mengalami kehancuran, karena visi penciptaan manusia adalah sebagaikhalifah di muka bumi yang ditangannyalah nasib bumi ini diserahkan. Dan apabila manusia tidak mau tunduk terhadap perintah-perintah Allah maka akan membuat bumi ini menjadi hancur. Kerusakan dimuka bumi diakibatkan karena tangan-tangan jahil manusia. Kehancuran mikro kosmos yaitu manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan pengingkaran terhadap perintah-perintah Allah akan berakibat pada kerusakan makro kosmos.
Di zaman modern kedua fitrah manusia ini menjadi terkikis, dikarenakan masyarakat modern lebih mementingkan dimensi materialnya daripada dimensi spiritualnya akibatnya tindakan-tindakan yang mereka lakukan menjadi tidak terkontrol, cenderung merusak dan merugikan.
Untuk itulah perIu adanya sebuah upaya untuk memperbaikinya. Allah mengutus seorang Rasul untuk memperbaikinya. Tetapi masalahnya sekarang adalah bahwa risalah kenabian itu sendiri sudah berakhir sejak wafatnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Pada zaman ini untuk memperbaikinya tetap lewat 'risalah kenabian'. Dalam artian bahwa kita umat terbaik yang dibebani tanggungjawab amar ma 'ruf nahi munkar.
Dalam hal ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan tasawuf sosial, dalam arti pokok kajian difahami sebagai studi tasawuf yang merupakan bagian dari ilmu agama yang berkaitan dengan aspek-aspek moral dan tingkah laku. Tasawuf adalah bagian dari syari'at Islamiah, yakni wujud dari ihsan. Bagaimana tasawuf sebagai cerminan dari aqidah Islamiah memberi arti atau mewarnai dalam setiap kehidupan manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah yang diberi tanggung jawab terhadap lingkungannya. Bagaimana mengaplikasikan cinta dan ibadah dalam dunia modern tanpa harus mengingkarinya, sehingga mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yakni sebagai hamba dan khalifah. Cinta dalam hal ini mengandung prinsip tauhid, takwa, kebaikan, keadilan, dan tawakkal, yang pada intinya berusaha memanifestasikannya ke dalam kehidupan praksis. Dan hubungan cinta dan ibadah di sini adalah bahwa ibadah harus didasari rasa cinta, kalau tidak didasari rasa cinta tersebut, ibadah itu akan kehilangan fungsi eksistensinya sebagai pencipta kedamaian di muka bumi.
NIM. 99512835 MUHAMMAS HIDAYATULLAH 2013-11-14T08:56:52Z2016-08-04T01:38:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9518This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/95182013-11-14T08:56:52ZILMU DALAM KEJAWEN (STUDI TERHADAP AJARAN KI AGENG SURYOMENTARAM)Pada Abad pertengahan ilmu pengetahuan lebih kepada hal-hal yang abstrak dan didominasi oleh Gereja, kemudian pada zaman renaisans ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dengan munculnya faham humanisme (mengandalkan manusia sebagai pusat segala-galanya) dari sini awal lahimya aliran rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes, aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Aliran tersebut kemudian diikuti oleh lahimya aliran empirisme yang dipelopori oleh John Locke, aliran ini berpendapat bahwr sumber pengetahuan adalah pengalaman (empiri) baik itu pengalaman batiniah maupun lahiriyah. Kedua aliran tersebut berkembang dengan pesat dan menimbulkan lahimya Sekularisasi di dunia Barat, kemudian dari sini timbul pertanyaan bagaimanakah ilmu pengetahuan di dunia Timur khususnya di Jawa dan penulis mengambil
seorang tokoh Jawa untuk diteliti tentang konsep ilmunya serta apakah ia seorang filosof dan karya tentang ilmu pengetahuan bisa dimasukan kedalam filsafat ilmu sebab orang Jawa biasanya identik dengan mistiknya, tokoh tersebut adalah Ki Ageng Suryomentaram.
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan historis faktual, karena yang dikaji berupa aspek biografis. Untuk melengkapi data yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut: Pertama, teknik pengumpulan data, penulis mengumpulkan data-data dari buku Ki Ageng Suryomentaram dan mencari skripsi yang membahas tentang Ki Ageng Suryomentaram, serta konsep umum yang mendukung penulisan skripsi ini. Kedua, teknik menganalisis data, setelah mendapatkan data-data yang telah diperlukan dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba untuk mengolah datadata tersebut agar dapat dipahami dengan jelas, untuk mengolah data-data tersebut penulis menggunakan Teknik Deskripsi, disini penulis menguraikan dan mendeskripsikan konsep pemikiran Ki Ageng Suryomentaram. Teknik Interprestasi, dengan teknik ini penulis mencoba untuk menyelami, menangkap arti dan nuansa yang dimaksud oleh tokoh, dan terakhir penulis menggunakan Teknik Analisa, disini penulis berusaha untuk memisahkan, membedakan dan melihat nuansa yang dikandung di dalam pemikiran tersebut agar nanti ada keteraturan dalam penulisan skripsi ini.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah Pertama, menambah khasanah kepustakaan ilmu filsafat. Kedua, mendapatkan informasi tentang konsep ilmu yang ditawarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram. Ketiga, ingin melestarikan kebudayaan Bangsa sendiri, khususnya yang berkenaan dengan ajaran-ajaran orang Timur (Bangsa Indonesia).
Hasil dari penulisan skripsi ini adalah ingin mengetahui bagaimanakah konsep ilmu pengetahuan yang ditawarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram yang terdapat dalam bukunya, serta apakah yang menunjukan kalau Ki Ageng Suryomentaram itu seorang filosof dalam konteks ilmu pengetahuan.
NIM. 98512598 UCIK ISDIYANTO2013-11-27T05:01:31Z2016-08-04T02:28:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9604This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96042013-11-27T05:01:31ZSains dan Agama (Studi terhadap Relasi Sains dan Agamn dalam Pemikiran Ian G. Barbour)Sains dan agama selalu dianggap sebagai dua wiiayab yang saling bertolak
belakang dan bahkan berkonflik. Kedua wilayah ini memang terlibat aktif dalam upaya
menjawab asal-usul dm tujuan manusia serta sem& ini. Sains menarik jawabannya
dari wahyu dan intuisi sedangkan sains mendasarkan keyakinannya pada rasio dan
penalarm ilmiah. Kalaupm ada upaya-upaya dari sains dan agama untuk berdamai, ia
tak lebih dari sekedar sikap saling menghormati masing-masing wilayah.
Apakah hubungan keduanya selalu berkonflik, berdialog dan independen satu
sama lain? Dalam kaitan ini saya kira relevan untuk mempertimbangkan tawaran yang
dibeaikan oleb Ian Barbour, seorang guru besar di bidang fisika dan juga teologi pada
Carleton College. Dalam upaya memetakan sikap antara ilmuwan dm teolog terhadap
sains, Ian membaginya ke dalam empat tipologi.
Pertama, konfik, para penafsir harfiah kitab suci percaya bahwa teori evolusi
bertentangan dengan keyakinan agama. Ilmuwan ateis mengklaim bahwa bukti-bukti
ilmiah atas teori evolusi tidak sejalan derxgan keirnanan. Dua kelompok ini bersepakat
bahwa orang tidak mempercayai Tuhan dan evolusi secara sent& kendati merekn
tidak bersepakat dalam hal yang mereka yakini. Bagi mereka agama dan sains
bertentangan.
Kedua, independensi, pandangan alternatif ini menyatakan agama dan sains adaiah
dua domain yang independen yang dapat hidup bersama sepanjang memperkhdan
"arak aman" satu sama lain. Menurut pandangan ini, semestinya tidak ada konflik antar
keduanya sebab keduanya berada dalm domain yang berbeda.
Ketiga, dialog. Salah satu bentuk dialog adalah dengan membandingkan metode
kedua bidang ini yang m a t menunjukkan kemiripan dan perbedam. Misalnya model
konseptual dan analogi dapat dipergunakan untuk menggambarkan hal-hal yang tidak
dapat diamati secara langsung (misalnya Tuhan dan patikel subatom). Dialog dapat
berlangsung ketika sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri.
Keempat, integrasi. Kemitraan yang lebih sistematis dan ekstensif antara sains dan
agama terjadi di kalangan yang mencari titik temu keduanya. DaIam natural teulogy
telah dikeazal tradisi panjang seputar bukti ilmiah keberadaan Tuhan. Belakangan,
astronom berargumen bahwa tetapan fisika di alam sernesta dini tarnpaknya dirancang
sedemikian cermat. Beberapa ilmuawan berangkat dari tradisi kegmaan tertentu dan
beragurnen bahwa beberapa keyakinannya dapat dirumuskan kembali dengan penjelasan
ilmiah. Oleh Ian G. Barbour pendekatan semacam ini disebut theology of natural yang
dibedakan dengan natural Iheology yaitu argumen yang seniata didasarkan kepada teoriteori
sains. Alternatifhya, sistem filisofis seperti filsafat proses dapat digunakan uti~t~k
menafsirkan pemikiran ilmiah dm keagamaan dalam kerangka konseptual bersama. Dan
Ian menegaskan bahwa dirinya sangat bersimpati pada dua pendekatan terakhir.
Integrasi ilmu memang tidak mungkin dilakukan hanya dengan mengumpulkan
dua himpunan keilmuan yang mempunyai basis teoritis yang sama sekali berbeda.
Integrasi hanya dapat dimungkinkatl jika disertai upaya mengintegrasikan hingga
tingkat epistemologis. Narnun agaknya lnodei inte-i yang ditawarkan Ian Barbour
telah malewati hat ini. Sebab di sana telah diasumsikan kebalaran agalna &an sains
sama-sama diakui. Yang diperlukan liemidian adalah keterbukm sikap baik dnrj pas
teolog (agamawan) dan ilmuwan untuk mel~kxtkanh a1 tersebut.NIM. 96512316 Heri Hidayanto2013-11-27T05:39:33Z2016-08-04T01:55:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9610This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96102013-11-27T05:39:33ZDIMENSI KEBATINAN DALAM KARYA SASTRA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Kajian atas Novel Perburuan)Karya-kayn sastra yang ditulis Prainoedya l~aruslali diakui selain kaya
aka tema dan jenis cerita juga kcntal dzngan visi kemanusiaan. Hampir sebagian
karyanya bercerita tentang pengalainan hidupnya semasa kecil, sewaktil dalam
penjara, tentang perang dan perjuangan hidup yang penuh dengan nuansa herois.
Selain itu, ada ~ u l abe berapa karya yang bercerita tentang sejara11 bangsa dan
kehidupan tnanusia kalall pada :wsa pasca-kemnerdekaan $an kisall cinta yang
selalu abadi. Ada kala~lya pula, terna-tema seperti itu campur aduk dalam satu
karya. Setidaknya, iblall sosok Prmoedjra dengan karya-kqra sastranya.
Nainun dzr; sek~anS anvak karya sastra yang telah ditulis Prainoedya ada
saw novel yang lnembawa aspirasi kebatinan. Karya itu adalah novel Perhzlruan.
Karya yang ditiilis Przmoedya dalam penjara Belanda ini pun tidak lepas dari
pengalaman hidupnya sendiri yang pernah mengalami penderitaan dan untuk
mer-bebaskm diri, ia menernputli jdafi mistik. Dengan pengalaman itu, tidak
nlustahil ddlan novel Pci*bzirr:an itrl memuat pandangan Pratnoedya tentang
kebatinan, mengtnga: ia mengakui sebagai penganut kebatinan.
Skripsi iiii lnengkaii novel Perbunlan berkaitan dengan dimensi kebatinan
yang terkandu:lg di da?amnya. Betitik tolak dari teori kebatinan, kajian skripsi ini
berupaya mengungkap nandmgan tentang Tuhan, manusia, $alan kebatinan, etika
kebatinan dm adanya perbuata~lu ar biasa yang diperoleh dafi 'usaha inistik.
Dalam ~ c v ePi erbuman, ditangkap adanya penjelasan tentang Tuhan yang
digambarkan antara lain, maniliki narna, sifat dan af al. Meski tidak digambarkan
szcara gamblang, namun Tullar, tetaplah diakui adaNya dan bahkan jadi tempat
kenlbali intuk berserah diri. Adapun pandangal tentang manusia, diterangkan
bahwa struktur manusia itu terdiri dari segi lahir dan batin. Manusia digambarkan
sebagai titik noktall yang Cilengkapi dengan akal, namun memiliki kelemahan
dengan berbagai penvakit. Akibat kelemahan manusia dan adanya kekuatan
manusia atau hangsa lain yang melakuka~ penindasan atas yang lain itulah,
manusia diWCuit untuk selalu berjuang inmcapai kebebasan.
Bertitik : olak dari penderitaan inanusia itu, novel Perburtian dengan cukup
bagus menggmbarkan jalan mistik lewat bertapa lrntuk membebaskan diri. Selain
ha1 itu nkeleburkan diri dengan Tuhan, juga dimaksudkan sebagai jalan
unQik merrqerole1.l "pernbebasan" diri dari genderitam duniawi. Selain itu, lewat
usaha mistik icu, dimaksudkart untuk inencapai budi luhur. Wujud pemaknaan
manzinggul~ngk u)2'1~G/~Z IS/ilIl1 berupa nil&-nilai atau moral yang jadi iikuran
&an ydng bail< dan buruk, seperti memiliki sikap nrima, tabah dan bertanggungjawab.
Juga put~yara sa cinta dan kesetiaan pacla kemanusiaan.
Selain di tern1 tkan adany a nilai-nilai moral y ang diperoleh lewat pertapaan,
tzrdapat pula silatu keptkcayaan tenlang adanya perbuatan luar biasa. Perbuatan
luar biasa itit, 'mtara lair1 adalal~m emiliki kekuatau gaib atau kesaktian yang luar
serta memiliki nlmu gaib yang bisa meramalkan apa yang aka. terjadi di kemudian
hari.NIM. 96512252 Nur Mursidi2013-12-09T06:40:36Z2016-08-04T01:51:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9655This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96552013-12-09T06:40:36ZASPEK MISTIK 'DALAM SERAT DEWA RUCIPada abad ke 18 di Surakarta terjadi kebangkitan kerohanian dan
kesusastraan, hal ini disebabkan oleh pamor kerajaan Mataram ang semakin
menurun serta keadaan politik yang tidak menentu. Untuk mempertahankan
eksistensi kerajaan Mataram maka di adakan pembaharuan bidang kebudayaan
melalui penggubahan kembali kitab Jawa kuna dan kitab-kitab pesantren oleh
para pujangga keraton.
Yasadipura I adalah salah satu pujangga keraton yang diberi tugas untuk
menggubah kembali karya sastra lama. Salah satu karya sastra hasil gubahan
Yasadipura I adalah serat Dewa Ruci. Serat Dewa Ruci ini mengandung ajaran
mistik, sehingga tepat jika pada mas a itu Yasadipura I menggubahnya kembali.
Karena masyarakat Jawa khususnya kalangan keraton sangat menyukai hal-hal
yang bersifat mistik. Kesenangan kalangan keraton terhadap hal-hal yang bersifat
ini dilatar belakangi oleh pihak kerajaan yang masih mempertahankan budaya
lama, seperti Hindu, Budha dan alam pikiran Jawa. Dalam serat Dewa Ruci ini
diketengahkan cerita tentang perjalanan Bhima mencari air hidup atas perintah .
guru Duma. Alur cerita yang menarik dan berurutan menyebabkan serat sangat
dikenal dan disB8 SAdB disB8RB BUAe BSAd cerita yang berurutan menjadikan
cerita ini digunakan sebagai simbol perjalanan manusia mencapai manunggal
dengan Tuhan.
Cerita Dewa Ruci ini di gunakan sebagai media menyampaikan pesanpesan
agama dan moral, khusus mengenai perjalanan Bhima dalam mencari air
hidup merupakan simbol perjalanan manusia mencapai manunggal dengan
Tuhan. Dalam memperoleh air hidup Bhima harus melalui beragam rintangan dan
godaan, seperti bertarung dengan dua raksasa Rukmuka dan Rukmakala,
hambatan dari saudara-saudaranya dan berkelahi dengan nag a ditengah sarnudra.
Semua rintangan yang harus dilalui oleh Bhima merupakan simbol perjuangan
yang harus dilalui oleh manusia dalarn mencapai ma'rifat dengan Tuhan. Usaha
Bhima mengalahkan semua hambatan merupakan simbol perjuangan manusia
dalam berusaha mengendalikan nafsu-nafsu yang ada dalam diri manusia baik
yang kotor maupun nafsu yang bersih dan juga merupakan usaha membersihkan
diri baik secarajasmani maupun rohani.
Alur ($erita yang terdapat dalam serat Dewa Ruci merupakan gambaran
tentang manusia yang akan melakukan "pengalaman" untuk manunggal dengan
Tuhan harus melalui tahap-tahap, yaitu memenuhi syari'at, tarekat, hakekat dan
ma'rifat. Dalam serat Dewa Ruci diceritakan setelah Bhima berhasil menemukan
air hidup, Bhima kemudian kembali ke Ngamarta. Cerita ini merupakan simbol
bahwa setelah manusia berhasil mencapai pengalaman manunggal dengan Tuhan,
manusia masih harus memenuhi kewajibannya sebagaimana manusia yang hidup
ditengah masyarakat. Serat Dewa Ruci 'merupakan sebuah serat Jawa yang sarat
dengan pengetahuan melalui alur dan isi cerita yang simbolik. Cerita Dewa Ruci
ini menjadi sangat dikenal oleh masyarakat. Selain dari segi alur cerita, dari segi isi cerita juga terdapat makna simbolik yang dapat diambil, seperti ajaran tentang
Tuhan dan manusia, ajaran tentang guru dan murid, kejahatan dan kebaikan,
lambang manusia yang bersih dan manusia yang kotor, serta sisi lahir dan sisi
batin dari manusia.
NIM. 98512733 ROHMAD SRI YUNANTO2013-12-09T07:21:11Z2016-08-04T01:48:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9658This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96582013-12-09T07:21:11ZHUBUNGAN KUALITATIF ANTARA
TUHAN DAN MANUSIA MENURUT IBN AL-'ARABI
Skripsi ini berjudul "Hubungan Kualitatif An/am Tuhan dan Manusia'
Menurut Ibn al- 'Arabi. Judul ini mengingatkan sidang pembaca pada sejarah
perdebatan panjang baik dari kalangan teolog Islam maupun para filosof Muslim
mengenai persoalan-perscalan teologis, semisal Zat Tuhan, sifat-sifat Tuhan,
perbuatan-perbuatan Tuhan dan manusia dan lain-lain. Persoalan-persoalan ini
bukanlah persoalan klasik yang telah selesai dikaji atau jika tidak, terma sentral
ini dianggap "jalan buntu", karena terbukti dalam sejarah teologi Islam, berbagai
aliran teologi Islam tidak dapat mempertahankan paham mereka secara utuh.
Kelangkaan aliran ini terlihat ketika mereka mengarnbil ayat-ayat al-Quran
tertentu kemudian rnemahaminya sccara parsial, scsuai dcngan corak aliran yang
mereka anut. Lagi pula, tidak ada satu aliranpun yang tidak rncmpunyai
pemimpin, dan tidak ada juga satu pemirnpin pun yang tidak bersclisih paham
dengan golongan lain. Oleh karena landasan pijak yang mereka bangun dari al-
Qur'an tersebut. Secara parsial, rnaka yang terjadi adalah golongan satu
mengklaim dirinya benar kemudian yang lain salah, begitu pula sebaliknya,
golongan lain mengklaim bahwa dirinyalah yang benar berdasarkan ayat al-
Qur'an "ini" dan "itu" sedang golongan tadi salah. Inilah yang disebut dengan
"jalan buntu". Disarnping term a-term a di atas seluruhnya tertera dalam al-Qur'an,
masalah yang dianggap hanya menemukan jalan buntu ini muncul juga
disebabkan oleh persoalan-persoalan itu sendiri, umpamanya mengenai batasan-
batasan perbuatan Tuhan dan manusia, kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia
yang mau tidak mau, pengkaji akan terjebak pada takdir dan keputusan.
Ibn al-Arabi, melalui ilmu mukasyafah dari sistem tasawuf yang ia lakukan,
menawarkan wacana, sanggahan, kritik dan masukan lain dari para teolog dan
filosof sebelumnya rnengenai terma yang sarna. Meski diakui oleh Ibn al-' Arabi
sendiri bahwa kajian seperti di atas cukup membingungkan bagi para pembaca
dan para pernikir selain dari golongan Ahl Allah, karena walau bagaimanapun,
bagi Ibn al-'Arabi dan para 'keluarga Allah' (Ahl Allah) segala sesuatu telah
tampak dan nyata dimata rnereka, "kapan dan bagaimana Allah berbuat pada
gerak dan perbuatan mar. usia itu sendiri"? "Kepada apa dan siapa perbuatan
rnanusia ini dilekatkan?", "bagairnana caranya hukum-hukum yang mengatur
aktivitas ini?" dan lain-lain. Ungkapan mutlak yang akan dibahas dalam skripsi
ini, lnsya Allah ....
NIM. 96512164 SA LTANA2013-12-09T07:31:48Z2016-08-04T01:46:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9659This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96592013-12-09T07:31:48ZKONSEP KEMURNIAN AQIDAH
MENURUT IBNU TAIMIYYAH
Sesungguhnya syariat Islam telah memberikan penjelasan kepada
manusia dengan sangat mudah dan jelas sekitar dzat Allah dan sifat-sifatNya,
sehingga tidak lagi memerlukan pembuktian, pendalaman, ataupun
pengqiyasan yang menjadi sumber pengetahuan dan keimanan ini hanyalah
ajaran Nabi. Syariat tersebut cukup sebagai dasar bukti yang amat kuat.
Mereka telah mengetahui benar terhadap sesuatu yang telah ada dibalik alam,
yakni Allah dan sifat-sifatNya yang langka, yang tidak ada puncak serta
persamaanNya, kesempurnaan makhluk terletak dalam kebenaran
pengabdiaannya kepada Allah semakin bertambah kebenaran pengabdiannya,
semakin bertambah kesempurnaannya dan akan terus naik derajatnya
Ibnu Taimiyyah menyadari benar bahwa Islam adalah aqidah dan
amal yakni beri'tiqad dan beriman dengan tulus, tanpa ragu-ragu kepada Allah
SWT pemilik segala perkara, langit dan bumi serta segala isinya. Untuk sampai
pada i'tiqad tersebut, perintah wajib dilaksanakan, segala larangan
ditinggalkan, beribadah hanya untuk Allah, tiada sekutu bagiNya.
Untuk mencapai semua itu, haruslah melalui petunjuk, dan itu
adalah risalah yang dibawa oleh Nabi SAW. Kita harus percaya bahwa risalah
yang dibawa oleh Nabi SAW berasal dari Allah dan Nabi Muhammad adalah
manusia istimewa berbeda dari yang lain karena dia adalah Rasul pilihan Allah
yang membawa penerangan kepada manusia agar dalam mencapai peribadatan
tidaklah sesat. Aqidah tidaklah hanya sebatas percaya saja, akan tetapi harus di
mengerti dengan hati penuh keikhlasan yang mendalam. Bahwa Allah itu tidak
hanya Esa dalam pengakuan, tetapi kita nyatakan dalam wujud ibadah yang
memang hanya ditujukan kepada Allah SWT.
Dalam beribadah haruslah disesuaikan dengan sumbemya yakni alQur'an
dan as- Sunnah. Disini manusia tidak boleh menambah-nambah
ataupun membuat hukum tersendiri karena itu akan menjadikan manusia
tersesat lebih jauh. Sehingga sumber dasar ditinggalkan yang ada hanyalah
kerusakan dan kemaksiatan yang jelas-jelas meninggalkan aqidah yang
murni yang bisa menimbulkan kekufuran dan kemaksiatan. Pangkal
keutamaan kesesatan mereka itu adalah karena didahulukannya qiyas daripada
nas al Qur'an dan di dahulukannya mengikuti hawa nafsu daripada perintah
Allah dan melaksanakan segala apa yang dilarang Allah.
NIM. 96512177 SITI HALIMAH2013-12-10T02:14:03Z2016-08-04T01:40:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9664This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96642013-12-10T02:14:03ZKONSEP SEMAR
DALAM BUKU APA DAN SIAPA SEMAR
KARANGAN SRIMULYONO
Dalam kehidupan ini berbagai upaya dilakukan manusia untuk dapat
menemukan jati diri dan menunjukkan karaktemya sebagai insan yang
berbudaya. Dengan segenap pengetahuannya mereka mencoba memahami,
merenungkan dan memberikan bentuk nyata dari apa yang mereka cari.
Masyarakat Jawa terkenal dengan kehidupan yang penuh simbol-simbol
dan hal-hal yang berkenaan dengan mistik. Dengan menampakkan kehidupan
yang serba maya ini dengan perumpamaan yang dikemas dalam bentuk budaya
dan seru.
Salah satu budaya dan seni yang ban yak mengandung makna-makna
kehidupan adalah dunia pewayangan, yang telah mengakar dalam kehidupan sejak
zaman pra sejarah. Pemberian makna yang dalam terhadap simbol pewayangan
sebagai satu panutan karena mengandung tata nilai yang amat tinggi adalah
Semar. Semar yang penuh teka-teki dan sangat misterius sehimgga mengundang
pemikir-pemikir jawa yang antara lam Sri Mulyono berupaya memberikan
pendapat-pendapatnya.
Yang mana pendapat Sr. Mulyono telah diwujudkan dalam bentuk karya
yang cukup banyak sehingga patut dijadikan bahan-bahan referensi guna menggali
nilai-nilai yang belum diungkapkan terutama dalam karyanya yang berjudul Apa
daft Siapa Semar yang bar-yak memendam berbagai persoalan yang berkaitan
dengan ilmu hake kat, yang erat kaitannya dengan nilai dan simbol-simbol
sehingga sungguh merupakan wacana yang menarik untuk dikaji sampai
kapanpun,
NIM 95511997 SUPRANJANA2013-12-18T03:04:35Z2016-08-03T07:49:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9686This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96862013-12-18T03:04:35ZKRITIK SUTAN SJAHRIR TERHADAP FASISMEF.asisme adalah faham yang membahayakan dan merusak bangsa
Indonesia. Faham ini berawal dari Italia, Jerman dan Jepang yang disinyalir telah
masuk kedalam bangsa Indonesia. Sutan Sjahrir mengkritik bahwa Fasisme ini
telah ada di Indonesia. Kritikannya ini berangkat dari pengamatan dan ketajaman
analisisnya mengenai berbagai perkembangan di dalam negeri dan di dunia, yang
diakibatkan oleh kolonial otoriter Belanda dan Fasistis Jepang. Sutan Sjahrir
melihat bahwa para pemuda khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya telah
terjangkit faham Fasisme. Bahkan lebih jauh Sutan Sjahrir mengatakan bahwa
sifat Fasistis menurut pandangannya sudah mempunyai akar dalam feodalisme
pribumi ditambah pengalaman kolonialisme otoriter Belanda dan Fasisme militer
Jepang. Fasisme menolak nilai-nilai demokrasi dan mempertahankan kapitalisme
sebagai sistem ekonorni. Menurut faham Fasisme, manusia itu pada hakikatnya
tidak sarna dan harus dipaksa untuk mengakui ketidaksamaannya itu.
Pengertian ini berangkat dari analisanya mengenai konstelasi politik
intemasional terutama di Eropa Barat terhadap kekuatan reaksioner (Fasis), yang
mana menurut Sjahrir bahwa faham yang ada dalam masyarakat akan mengalami
perkembangan menjadi gerakan yang akan terus melawan kekuatan demokrasi,
yang mana juga. seluruh kekuatannya Fasis tersebut bekerja melawan kemajuan
dan kebebasan manusia universal.
Sutan Sjahrir mempunyai kekhawatiran dan keprihatinan mendalam dan
konsisten mengenai bahaya watak Fasisme pribumi Indonesia yang telah
rnengkristal dari unsur-unsur feodalisme pribumi Indonesia yang dikombinasikan
dengan pengalaman kolonial Fasistis Belanda dan militerisme-etatisme totaliter
Jepang. Secara tajam dan kritis bahkan cenderung kasar, ia mengkritik hebat
pemuda dan pemimpin yang dilihatnya terlalu terpengaruh oleh Jepang dan
menggunakan cara-cara Fasis dalam perjuangan kemerdekaan.
Berangkat dari persoalan di atas, penulis bermaksud meneliti tentang
I)bagaim~ang dikritik Sjahrir tersebut dan bagaimana bentuk
kritikan yang dilakukan oleh Sjahrir tersebut« Untuk mendapatakan jawaban
tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode kajian historis dari tokoh yang
bersangkutan, teknik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan teknik
pengolahan data.dengan deskripsi yang memberikan gambaran data yang ada serta
analisa data guna pemeriksaan secara konseptual atas makna yang terkandung
dalam pemikiran tokoh tersebut di atas.
HasiI dari penelitian ini di dapatJah sebuahjawaban atas wujud fasisme
yang didapat Sjahrir adalah bahwa fasisme dapat merusak harkat dan martabat
manusia. "Sedangkan kritik yang dilakukan Sjahrir terhadap fasisme adalah
mengkristalnya unsur-unsur feodalis pribumi, pengalaman kolonialis Belanda dan
otoriteris militer Jepang terhadap paham kemasyarakatan.
Akhimya, Sjahrir optimis bahwa bahaya otoriterisme, Fasisme di
Indonesia hanya dapat dicegah justru dengan mempraktekkan dan menerapkan
secara sadar dan konsisten apa yang menjadi lawan Fasisme dan otoriterisme
yaitu pengembangan kehidupan demokrasi dan penghargaan atas hak-ha
manusia. Sjahrir berkeyakinan, bahaya fasisme hanya bisa dilawan kalau sejak
dini diberantas dengan penuh kesadaran. -NIM. 96512181 AGUS RIADI SYAM2013-12-18T03:59:35Z2016-08-03T07:52:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9692This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96922013-12-18T03:59:35ZHAKEKAT MANUSIA SEBUAHSTUDI KOMPARASI PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL (1873-1938) DAN KHLIL GIBRAN (1883-1931)'Hakekat Manusia', dari ungkapan ini banyak sudah pemikir yang
berusaha untuk mengungkapkan kenyataan apa 'hakekat manusia' yang
sebenamya. Disadari atau tidak, manusia adalah sebuah realitas dan juga sekaligus
misteri. Sebagai realitas ia adalah makhluk yang mengada di bumi dan
keberadaannya tidak dapat dipungkiri. Keberadaanya di bumi memiliki akar
sejarah yang sangat panjang. Disiplin keilmuan yang mengkaji tentang hal ini
telah menghasilkan beberapa teori dan konsep. Sejumlah ilmuan dan pemikir telah
lahir sebagai basil dati kajian mereka terhadap manusia. Disamping itu, doktrin
agama melalui kitab suei juga menjelaskan tentang sejarah kemuneulan dan
keberadaan manusia di dunia. Terlepas dari ,sudah banyaknya teori dan konsep
yang ada tentang manusia, perlu disadari bahwa manusia adalah makhluk yang
kompleks, yang sadar diri dan memiliki berbagai karakter yang berbeda. Kondisi
ini memperpanjang daftar kesulitan yang dihadapi ketika hendak kajian tentang
manusia. Sehingga manusia tetaplah menjadi sebuah misteri sepanjang zaman.
Iqbal dan Gibran. Keduanya merupakan satu diantara sekian banyak
pemikir yang telah mengkaji tentang manusia. Ketertarikan mereka atas kajian
manusia dapat dijumpai dalam berbagai karya mereka,
Iqbal misalnya, konsepnya tentang manusia merupakan komentamya
terhadap kesalahpahaman dan penyimpangan yang banyak dilakukan oleh
pemikir-pemikir terdahulu, yang hanya memandang manusia dari satu sisi
kemanusiaannya. Baginya manusia adalah makhluk yang paling mulia, yang
diciptakan oleh Tuhan.Manusia merupakan wakil Tuhan di burni. Keberadaannya
di bumi merupakan buab dari adanya kebebasan yang ia miliki, sebagaiamanah
dari Tuhan. Pemikirannya yang seperti ini banyak terinspirasi dari kitab suei al
qur'an.
Senada dengan itu, Gibran juga berpendapat bahwa manusia merupakan
ciptaan Tuhan. Pandangannya tentang manusia lebib ditekankan pada masalah
keberadaan manusia di dunia, sisi kemanusiaannya, martabat serta keluhurannya
sebagai makhluk Tuban. Manusia adalah makhluk sosial dan juga sekaligus
makhluk individu, Sebagai makhluk individu, ia sadar akan dirinya dan kemudian
mencintai dirinya sendiri. Cinta din inilah yang kemudian yang mendasari
timbulnya rasa cinta kepada orang lain disekitamya. Sebagai puncak dari einta
tersebut adalah dengan mencintai Penciptanya. Hidup manusia dijiwai oleh
prinsip-prinsip dan nilai-nilai cinta. Oleh karenanya ia kemudian berpendapat
bahwa yang terpokok dan manusia adalah cinta.
Teori dan berbagai pendapat tentang manusia terus berkembang seiring
dengan makin berkembangnya pola pikir manusia. Dalam hal ini kita mengenal
berbagai aliran yang berbicara tentang manusia, sebut saja materialisme,
idealisme, dan eksistensialisme. Kesemuanya merupakan bentuk dati hasil
pemikiran tentang manusia.
Dengan memahami 'hakekat manusia' setidaknya pemahaman akan
keberadaan manusia 'dapat dijadikan sebagai pedoman dasar untuk berlaku
manusiawi dan membuat hidup jadi lebih terarah dan bermakna.NIM. 99513183 ALAHUDDIN2013-12-18T04:27:44Z2016-08-03T07:53:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9695This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96952013-12-18T04:27:44ZASPEK PEMBEBASAN DALAM KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Tinjauan Atas roman Gadis Pantai)Berangkat dari sebuah kegelisahan tentang masa depan manusia dan
kehidupannya maka skripsi ini kemudian disusun. Sudah lima abad lamanya
manusia menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini hams ditentukan oleh
dirinya sendiri. Konskuensi dari kesadaran ini adalah segala yang terjadi pada
manusia adalah tanggung jawab dirinya sendiri, bukan lagi tanggung jawab dewa
ataupun kekuatan lain.
Kesadaran akan kebebasan menentukan nasib sendiri tersebut pada
akhirnya berimplikasi luas dalam berbagai bidang. Dan bidang-bidang tersebut
semuanya memiliki ukuran, karakter dan strateginya masing-masing. Dari ukuran,
karakter, dan strategi tersebut semua memiliki kecenderungan dan bermaksud
untuk diikuti.
Kecenderungan untuk diikuti dan mengikuti itulah yang yang kemudian
banyak melahirkan pertanyaan, khususnya mengenai nasib kebebasan yang
menjadi esensi bagi kehidupan manusia. Ada yang menyuarakan kebebasan tapi
yang dimaksud adalah kebebasan individu yang ujung-ujungnya merugikan
individu lainnya. Ada yang menolak kebebasan individu dan mementingkan
kepentingan masyarakat, tapi pada akhirnya kebebasan individu seperti kebebasan
berekspresi dipasung secara kejam
Lewat karya-karyanya Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan besar
dari Negeri Indonesia ini, telah konsisten untuk menyuarakan penderitaan akibat
ketidakadilan yang dialami manusia. Gadis Pantai adalah karya dari Bung Pram
(panggilan akrab Pramoedya ) yang layak mendapat sorotan untuk konsistensinya
tersebut. Dalam roman inilah Pram telah menuangkan gagasannya untuk sebuah
pembebasan. Akan tetapi, bagi Pram, pembebasan yang dimaksud bukan hanya
pembebasan manusia dari otoritas Tuhan, tapi peinbebasan secara menyeluruh dan
menyentuh kehidupan manusia yang paling nyata.NIM. 96512267 ARIF SYARWANI2013-12-18T05:29:13Z2016-08-03T07:55:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9696This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96962013-12-18T05:29:13ZKRITIK NIETZSCHE TERHADAP METAFISIKA DALAM PEMIKIRAN FILSAFAT BARATMenurut Nietzsche manusia harus terbebas dari makna absolute yang menjamin dirinya
dan dunianya, dan kondisi ini tidak akan pernah tercapai tanpa adanya penilaian dan penolakan
terhadap system yang melahirkan konsep konsep tersebut, dan system yang paling mendasar
mempengaruhi lahirnya kondisi demikian bagi Nietzsche adalah system metafisika lama yang
selama ini berkembang pada masa sebelum Nietzsche dan membelenggu kebebasan dan
kreatifitas manusia.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library reaserch) dengan sumber data dari
literature-literatur yang relevan dengan pokok permasalahan melalui metode dokumentasi yang
bersumber dari data primer dan sekunder. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan metafisika dan diolah menggunakan metode historis, deskriptif – analitik dan
koherensi intern.
Menurut Nietzsche kebutuhan orang yang paling mendesak adalahmasalah pemaknaan,
bahwa nilai-nilai yang diwariskan oleh kebudayaan Barat sampai saat itu telah runtuh, yang
disebabkan oleh jaminan yang dianggap seolah-olah ada. Melalui tokoh Zarathustha, ia
mengajarkan nilai tanpa jaminan kepada semua orang. Nilai ini adalah ubermensch yaitu cara
menusia memberikan nilai kepada dirinya dan dunianya dengan berlandaskan pada prinsip
kehendak untuk berkuasa dan kembali yang abadi, tanpa berpaling dari dunia dan menengok
keseberang dunia.
Kata kunci: Nietzsche, metafisika, filsafat Barat NIM. 98512675 ANIK KARIMULOH2013-12-18T07:48:12Z2016-08-03T07:58:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9699This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/96992013-12-18T07:48:12ZISLAM DAN PEMBEBASAN (studi terhadap Pemikiran Pembaharuan Islam Asghar Ali Engineer)Agama, menurut Althusser, merupakan salah satu alat ideologis negara
(ideological state apparatus) yang ampuh untuk menundukkan massa. Tentu saja
Althusser sedang menunjuk pada agama yang menjadi pelayan bagi kepentingan
kelas berkuasa sehingga kehilangan semangat pembebasannya. Karena semangat
pembebasannya ini, agama sesungguhnya juga memiliki kekuatan untuk
membebaskan kelas tertindas seperti dicontohkan oleh nabi-nabi dan dikemudian
hari dikontekstualisasikan kembali dalam term teologi pembebasan oleh para
intelektual.
Salah seorang pemikir yang concern dengan penindasan dan pembebasan
adalah intelektua1 India Asghar Ali Engineer. Untuk menggali kekuatan pembebas
agama (Islam), Asghar kemudian mencoba menafsir ulang berbagai konsep dasar
dalam al-Qur' an seperti tauhid, kenabian, dan wahyu yang pada gilirannya
digunakan untuk merumuskan sebuah teologi pembebasan yang berdaya.
Tauhid bagi Engineer tidak hanya dimaknai sebatas "keesaan Tuhan," tapi
juga kesatuan manusia yang tidak dapat dicapai dalam pengertiannya yang paling
benar tanpa menciptakan masyarakat tanpa kelas (classles society). Tauhid dalam
pengertain yang barn ini berarti melampaui garis-garis keyakinan. Di sinilah
pluralisme keagamaan mendapat tempat dalam perspektif teologi pembebasan.
Kesatuan bukan saja mengenai perkara akidah, tetapi adalah kesatuan dalam
keadilan yang melintasi batas-batas keyakinan. Dalam perspektif teologi
pembebasan, persoalan penindasan itu bukaniah persoalan antar pemeluk agama,
akan tetapi lebih merupakan persoalan antara "penindas" dan "yang tertindas."
Sosok "penindas" dan ''yang ditindas" itu bisa berasal dari agama manapun, ras
apapun dan suku manapun. Dengan demikian, tauhid itu tidak banya berdimensi
teologis, tapi juga sosiologis. Kata kafir juga dimaknai ulang oleh Engeneer. fa tak
hanya berdimensi teologis, tapi juga berdimensi sosial-ekonomi. Kafir tidak hanya
mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, tapi juga termasuk mereka yang
melawan segala usaba yang sungguh-sungguh untuk menata ulang struktur
masyarakat agar Iebih adil dan egaliter, tidak ada konsentrasi kekayaan di
segelintir orang, sertatidak ada eksploitasi manusia atas manusia yang lain.
Betapapun teologi pembebasan Islam merupakan usaha praksis
pembebasan manusia dari segala sistem ketidak-adilan, penindasan dan status
quo, dengan berpijak pada al-Qur'an dan sejarah praksis pembebasan kenabian,
namun bukan berarti ia tidak sepi dari baju ideologis atau kepentingan, mengingat
objek yang menjadi garapannya bersifat multi-dimensional, kadang politis,
ekonomis atau bahkan kultural. Belum lagi sudut pandang teoiogi tersebut, baik
dalam melihat persoalan maupun dalam memberlakukan (baca: memahami)
semangat pembebasan yang terkandung dalam wahyu Allah atau pengalaman
praksis kenabian,
Metode hermeneutik yang dijadikan pisau analisis dalam teologi
pembebasan untuk memahami konteks dan teks atau masa lampu dan masa
sekarang sehingga didapatkan pijakan paradigmatis gerakan, tidak merupakan
satu-satunya metode yang dapat dimanfaatkan. Hermeneutik merupakan model
eksegese ilmiah-krins-historis yang mengutamakan kesesuaian makna antara teks
dan konteks. Model pembacaan seperti ini tentu bertentangan. dengan model
pembacaan tekstualis yang banyak dipakai oleh kalangan fundamentalis.
Setelah proses menafsir ulang ini, Asghar kemudian merumuskan teologi
pembebasannya. Berbeda dengan teologi klasik yang cenderung abstrak dan elitis,
teologi pembebasan cendenmg lebih konkret dan historis. Tekanannya adalah
realitas kekinian, bukan realitas di a1am maya. Baginya, teologi itu tidak hanya
bersifat transendentaJ, tapi juga kontekstual, Teologi yang hanya berkutat pada
wilayah metafisik akan tercerabut dari akar sosialnya. Baginya, teologi adalah
refleksi dari kondisi sosial yang ada, dan dengan demikian suatu teologi adalah
dikonstruksi secara sosia1. Tidak ada teologi yang bersifat eternal yang selalu
cocok dalam setiap kurun waktu dan sejarah.
Dalam pandangan teologi itu juga tidak netral. Ia mempunyai keperbihakan,
apakah kepada status quo atau kepada perubahan. Dengan kata lain, teologi itu
dapat menjadi instrumen pembebas atau pembelenggn manusia. Semua itu
tergantung kepada siapa yang mengkonstruksi dan. menggunakannya.
Keperbihakan teolcgi pembebasan sangat jelas, yaitu kepada mereka yang lemah
dan tertindas. Ia diproyeksikan untuk perubahan, bukan untuk mengabdi kepada
kekuasaan dan status quo.
Teologi pembebasan sangat menekankan pada aspek praksis, yaitu
kombinasi antara refleksi dan aksi, iman dan amal. Ia merupakan produk
pemikiran yang diikuti dengan praksis untuk pembebasan. Teologi pembebasan
berupaya untuk menjadikan mereka yang lemah dan tertindas menjadi makhluk
yang independen dan aktif. Karena hanya dengan menjadi manusia yang aktif dan
merdeka mereka dapat melepaskan diri dati belenggu penindasau.NIM. 96512226 ARIF MUJAHIDIN2013-12-18T07:55:00Z2016-08-03T08:03:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9700This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97002013-12-18T07:55:00ZASPEK PEMBEBASAN DALAM KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (tinjauan atas roman gadis pantai)Berangkat dari sebuah kegelisahan tentang masa depan manusia dan
kehidupannya maka skripsi ini kemudian disusun. Sudah lima abad lamanya
manusia menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini hams ditentukan oleh
dirinya sendiri. Konskuensi dari kesadaran ini adalah segala yang terjadi pada
manusia adalah tanggung jawab dirinya sendiri, bukan lagi tanggung jawab dewa
ataupun kekuatan lain.
Kesadaran akan kebebasan menentukan nasib sendiri tersebut pada
akhirnya berimplikasi luas dalam berbagai bidang. Dan bidang-bidang tersebut
semuanya memiliki ukuran, karakter dan strateginya masing-masing. Dari ukuran,
karakter, dan strategi tersebut semua memiliki kecenderungan dan bermaksud
untuk diikuti.
Kecenderungan untuk diikuti dan mengikuti itulah yang yang kemudian
banyak melahirkan pertanyaan, khususnya mengenai nasib kebebasan yang
menjadi esensi bagi kehidupan manusia. Ada yang menyuarakan kebebasan tapi
yang dimaksud adalah kebebasan individu yang ujung-ujungnya merugikan
individu lainnya. Ada yang menolak kebebasan individu dan mementingkan
kepentingan masyarakat, tapi pada akhirnya kebebasan individu seperti kebebasan
berekspresi dipasung secara kejam
Lewat karya-karyanya Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan besar
dari Negeri Indonesia ini, telah konsisten untuk menyuarakan penderitaan akibat
ketidakadilan yang dialami manusia. Gadis Pantai adalah karya dari Bung Pram
(panggilan akrab Pramoedya ) yang layak mendapat sorotan untuk konsistensinya
tersebut. Dalam roman inilah Pram telah menuangkan gagasannya untuk sebuah
pembebasan. Akan tetapi, bagi Pram, pembebasan yang dimaksud bukan hanya
pembebasan manusia dari otoritas Tuhan, tapi peinbebasan secara menyeluruh dan
menyentuh kehidupan manusia yang paling nyata.NIM. 96512267 ARIF SYARWANI2013-12-19T01:31:35Z2016-08-04T02:34:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9704This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97042013-12-19T01:31:35ZIMPLEMENTASI TAUHID DI DALAM SYARIKAT ISLAM (1905-1942)Skripsi yang berjudul "Implementasi Tauhid di dalam Syarikat Islam
(1905-1942)" ini diawali oleh keingintahuan penulis tentang kepatuhan kaum
Syarikat Islam terhadap program tentang "tauhid" dalam gerakan kaum Syarikat
Islam. Hal ini didasari oleh prinsip atau landasan yang dipakai dalam mencapai
cita-cita Syarikat Islam adalah tauhid. Akan tetapi karena Syarikat Islam lebih
banyak berkiprah dalam lapangan politik dan ekonomi, maka banyak anggapan
bahwa tauhid sebagai suatu prinsip hanya sebagai simbol belaka tidak sebagai
suatu landasan bagi segaJa gerak perjuangannya. Berawal dari sini penulis tertarik
untuk mengetahui kebenarannya, sehingga perlu adanya penelitian yang
mengkhususkan kajiannya terhadap tauhid dalam gerakan kaum Syarikat Islam.
Dalam hal ini yang menjadi rumusan masalah peneliti ialah : latar
belakang tauhid dijadikan sebagai prinsip bagi gerak perjuangan Syarikat Islam.
Penelitian ini masuk dalam jenis Library Research, sedangkan metode yang
dipakai dalam penelitian ini ialah mengumpulkan data kemudian mengolahnya
agar peneJiti nantinya dapat memahami atau mengerti pesan dari data yang
diperoleh tersebut. Metode pengolahan data yang digunakan adalah pertama,
interpretasi yaitu dengan cara menangkap setepat mungkin apa yang dimaksud
dengan penggunaan prinsip tauhid, Kedua ialah deskripsi, yaitu menjelaskan
data-data yang telah diperoleh kemudian menganalisanya guna memperoleh suatu
jawaban atas masalah yang dirumuskan.
Karena tauhid tidak hanya berkenaan dengan masalah-masalah teologi
semata, maka pandangan terhadap tauhid didasarkan oleh sudut pandang orang
yang memandang tauhid tersebut. Begitu halnya .Syarikat Islam dalam
memandang tauhid didasarkan pada keadaan yang menimpa umat Islam pribumi
pada waktu itu. Akan tetapi semua pandangan terhadap tauhid walaupun dilihat
dari berbagai sudut pandang tetapi inti dari semuanya adalah pengakuan akan ke
Esa-an Allah, Sehingga umat Islam wajib menjunjung nilai-nilai tauhid disegala
aspek kehidupannya.
Tauhid sebagai suatu prinsip bagi gerak perjuangan Syarikat Islam dilatar
belakangi oleh perlunya suatu kekuatan spiritual dalam tubuh Syarikat Islam
untuk melawan serangan-serangan yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam
kepada umat Islam dari luar maupun serangan-serangan yang lewat dari dalam
tubuh Syarikat Islam sendiri, yang selanjutnya prinsip tersebut bisa sebagai
pegangan dari seluruh gerak perjuangan Syarikat Islam di rnasa-masa mendatang.
Karena tauhid telah dijadikan sebagai prinsip bagi gerak Iangkah perjuangan
Syarikat Islam, maka kaum Syarikat Islam dalam melakukan gerak langkah
perjuangannya di berbagai bidang tetap memperhatikan atau melaksanakan
ajaran-ajaran tauhid.
NIM. 97512329 BAMBANG ELLIYAS2013-12-19T01:53:31Z2016-08-04T02:24:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9706This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97062013-12-19T01:53:31ZETIKA RELASI SUAMI ISTRI (kajian Atas kitab Uquad al-lujjain fi Bayani Huquqi az-Zaujain)Keluarga merupakan lembaga sosial terkecil yang ada di masyarakat.
Meski begitu keberadaan keluarga tidak bisa dianggap remeh karena keluarga
adalah sumber dari Isegala kondisi suatu wilayah. Sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah dengan nilai-nilai yang berdasarkan pada ajaran Islam
pada akhimya akan melahirkan negara yang damai sejahtera (baldatun thayibatun
wa Robbun ghafur).
Di lingkungan pesantren, salah satu kitab tentang hubungan suami istri
yang sering ditelaah adalah 'Uqud al Lujjayn fi Bayani Huquqi al Zaujayn.
Meskipun sebenamya kitab ini ditujukan pada pasangan suami dan istri,
namun ajaran djdalarnnya lebih menekankan pada istri. Kitab 'Uqud al Lujjayn
yang ditulis olen Syaikh Nawawi al Banteni yang mengikuti Imam al Ghazali
dalam pemikiran tasawufnya, memberikan penjelasan yang tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah sufi.
Dalam kitab 'Uqud al Lujjayn, perempuan, yang dalam kaidah sufi
memiliki derajat yang sarna dengan laki-laki, menjadi orang yang dimarjinalkan
dalam hak dan derajatnya, sementara kewajibannya lebih banyak dan selalu
ditekankan untuk taat secara total pada suami. Sedangkan suami dianggap sebagai
power centre yang mempunyai kekuasaan penuh terhadap kehidupan istrinya,
sehingga pada akhimya merasa bisa menuntut istri diluar batas kewajaran.
Dalam kondisi seperti ini, istri yang etrtekan akan sulit merasakan
indahnya pemikahan, dan suami sendiri akan kehilangan makna cinta jika cara
mengaktualisasikan perasannya justru dengan ketidak adilan.
Sementara itu dalam etika religius pemikahan dan keluarga dijadikan
sebagai sarana untuk melatih diri secara terus menerus (riyadhah) dan berusaha
dengan keras tanpa putus asa (mujahadah) dalam mencapai derajat insan kamil.
Hubungan suami dan istri dalam keluarga berdasarkan pada cinta dan kasih
sayang.
Suami dan istri bahu membahu dalam memenuhi kebutuhan dunia dan
saling nasihat menasihati dalam mencapai kebahagiaan ukhrawi yang menjadi
kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ukhrawi ini diperoleh manusia dengan usaha dan
ridha Allah. Sedangkan ridha Allah hanya diberikan pada orang-orang yang
beriman dan beramal shalih dengan berpegang teguh pada ajaran agama. Iman dan
amal shalih dalam keluarga, diaktualisasikan dengan bentuk perbuatan baik penuh
kasih sayang, berkomunikasi dengan bijak disertai kerendahan hati untuk
menerima kekurangan dan diri sendiri, dan saling pengertian.
Konsep hu~n suami istri seperti yang ditawarkan dalam kitab 'Uqud
al Lujjayn ini, tentu bertentangan dengan konsep etika religius dimana suami dan
istri merupakan anggota inti dalam keluarga, yang bersama-sama berusaha
mewujudkan keluarga yang penuh barakah dalam lindungan dan ridha Allah,
untuk mencapai kebahagiaan hakiki.
Berangkat dari hal ini, penulis merasa perIu mengangkat kitab 'Uqud al
Lujjayn sebagai bahan penulisan skripsi, dengan fokus kajian pada etika hubungan
suami istri dalam kerangka etika religius.
Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
pustaka (Library Research) dengan metode kesinambungan historis untuk
menelusuri perjalanan pengarang dan kondisi sosial budaya pada masa itu,
deskripsi untuk menggambarkan isi kitab, analisis untuk menganalisa masalah
yang diangkat, dan idealisasi untuk mengetahui konsep yang ingin disampaikan
pengarang.NIM. 99513096 IMA DEWI NURMAMUKTI2013-12-19T02:21:52Z2016-08-04T02:23:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9711This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97112013-12-19T02:21:52ZHAK-HAK PEREMPUAN DALAM ISLAM MENURUT FATIMA MARNISSISkripsi ini mengambil judul Hak-Hak Perempuan dalam Islam Menurut
Fatima Memisi, dengan tujuan untuk: memahami bagaimana metodologi
pemikiran Fatima Memissi dan bagaimana hak-hak perempuan dalam wilayah
publik menurut Fatima Memissi. Beberapa alasan yang mendasari pemilihanjudul
ini diantaranya, pertama adanya ketimpangan sosial dalam hubungan antara laki
laki dan perempuan, kedua eksistensi perempuan seringkali dianggap hanya
sebatas ronco wingking Demikian pula adanya anggapan bahwa perempuan "tidak
mungkin mampu" untuk menjadi pemimpin dan diperparah lagi dengan adanya
doktrin yang ditanamkan sejak dini, bahwa tidak sepatutnya perempuan menjadi
pemimpin walaupun ia pandai dan cakap. Tokoh Fatima Memissi menjadi penting
karena menurutnya, jika ada orang yang menuduh: "Perempuan yang berusaha
meraih haknya adalah perempuan yang terpengaruh oleh propaganda Barat" maka
orang tersebut telah salah dalam memahami warisan agamanya."
Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitik yaitu
dengan cara mendeskripsikan isi naskah, memaparkan suatu peristiwa atau
pemikiran dan berusaha untuk:menguraikan secara teratur konsepsi tentang tokoh.
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemikiran Fatima
Memissi yang tertuang dalam karya-karyanya, khususnya yang terkait dengan
persoalan hak-hak perempuan.
Dari penelitian ini, diketahui bahwa Fatima Memissi menggunakan
metode historis kritis-kontekstual. Memissi membedakan antara agama sebagai
realitas sosial historis dan agama sebagai realitas wahyu kenabian. Posisi Memissi
dalam pemikiran Islam termasuk dalam tradisi sunni. Hak-hak perempuan dalam
wilayah publik menurut Fatima Mernissi diantaranya adalah hak untuk berpolitik
dan hak untuk memperoleh pekerjaan. Hak: berpolitik yang dimiliki oleh
perempuan bersifat tidak terbatas dalam artian, perempuan berhak untuk menjadi
apa saja sesuai dengan cita-cita politiknya. Sedangkan terkait dengan hak untuk:
memperoleh pekerjaan, Fatima Mernissi menekankan agar perempuan diberi
akses yang lebih baik dalam bidang keahlian untuk:memperoleh pekerjaan.NIM. 97512550 JUZANAH2013-12-19T02:42:08Z2016-08-04T02:21:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9714This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97142013-12-19T02:42:08ZASKETISISME DALAM ISLAM (TELAAH HISTORIS ATAS PRAKTIK ZUHUD IBRAHIM IBN ADHAM)Idiomatika Jawa Unp Mung Mampir Ngombe dalam menyoal seputar bidup dan
kebidupan berbangsa dan bemegara hanya di refleksikan dengan kelegaan terbatas,
bingga akhimya mencintai hal-hal duniawi begitu berlebihan. Nilai-nilai agama telah
menipis, aturan hukum yang berlaku sudah banyak yang tidak di hiraukan lagi, nilai-nilai
budaya, etika, dan tata nilai kehidupan sudah bampir kabur dari negeri yang secara
ideologis adalah bangsa yang memiliki kesadaran religius yang tinggi. Padahal sila
Ketuhan Yang Maha Esa yang ada dalam Pancasila (lima dasar negara) merupakan sila
yang menyinari dan menjiwai sila-sila yang lain. Bahkan pola bidup hedonistik makin
menggejala dala masyarakat
Lalu apakah harus menolak atau berpaling dari arus pengetahuan dan teknologi di
zaman modem ini ?
Jawabnya .tentu tidak. Karena Islam itui dinamis di daiamnya ada aspek praktis
antara lain dalam tasawuf ada zuhud yang cikal bakalnya dari asketisisme dalam Islam
abad pertama dan kedua hijriyah.
Penulis mencoba menguras segenap kemampuan yang dimiliki untuk melakukan
penelitian literer dalam masalah ini. ternyata, asketisisme dalam Islam pada abad pertama
dan kedua bijriyah tampil sebagai solusi spritual terhadap permasalah-permasalahan yang
di badapi pada masa itu seperti permasalahan sosial, politik, ekonomi , dan budaya
Ibrahim Ibnu Adham yang bidup pada paruh kedua abad kedua menjadi bukti
sejarah akan hal itu. ia bidup di pusat kota Bashra yang menjadi kota penting kegiatan
politis dan religius. Di khurasanlah kelompok penumbang Dinasti Umayyah dan pendiri
khilafah Abbasiyyah tumbuh. Di propinsi terpencil ini juga, pernah menjadi pusat
kebudayaan yang di tengah-tengahnya berdiri megah sebuah istana kerajaan ayah dari
Ibrahim. Ibrahim ternyata menjadi dirinya sendiri, ia melakukan pola hidup asketis dan
praktik-praktik zuhud.
Komentar orang tentang dia amat beragam. Sebagian mengatakan praktik
zuhudnya adalah murni ajaran Islam yang bersumber dari ajaran AI-Qur'an dan Sunah
Nabi SAW. sebagian yang lain berpendapat Ibrahim terkooptasi oleh para asketis Kristen
(asing).
Di tengah keadaan seperti itulah penulis mencoba menkaji asketisisme dalam
Islam dalam kaitannya dengan praktik zuhud ibrahim bin adam yang akhimya sampai
pada kesimpulan bahwa Ibrahim adalah pelopor asketisisme dalam Islam sekaligus
praktisi tulen zuhud (seorang zahid sejati). Betapa tidak, praktik-praktik sucinya Iebih
banyak dihasilkan dari mujahadah-mujahadah dan atau self contemplation, yang di
tekuninya, hingga pancaran ilahiyahnya bisa mengalir dan dirasakan sampai sekarangNIM. 98512640 LALU ZAENAL ABIDIN2013-12-23T01:42:13Z2016-08-04T01:58:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9759This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97592013-12-23T01:42:13ZKONSEPSI NURCHOLISH MADJID TENTANG AHL AL-KITABDalam perjumpaan Islam dengan ah! al-Kitiib diawal pertumbuhannya di
Jazirah Arab pada abad ke-7 M, al-Qur'an, sebagai kitab suci agama Islam,
diposisikan sebagai musaddiq (pemberi konfirmasi) dan muhaimin (pemberi
koreksi) Dengan posisinya sebagai musaddtq, al-Qur'an mengemukakan
pandangan positif dengan menyatakan, keselamatan, kesalehan dan persahabatan
sebagian ahl al-Kitab. Kemudian dengan posisinya sebagai muhaimin, ia
mengemukakan pandangan negatif dengan memberikan penilaian negatif dan
kritik terhadap banyak bidang ajaran dan praktek kehidupan mereka.
Pandangan positif al-Qur'an pada umumnya tidak banyak diapresiasi oleh
umat Islam, termasuk kebanyakan penafsimya, sehingga yang dominan di
kalangan umat Islam adalah pandangan sebaliknya (pandangan negatit). Dalam .
literatur tafsir, misalnya, pandangan J)ositif itu, menurut catatan Alwi Shihab
seperti yang dikutip juga oleh Hamim llyas dalam disertasinya, hanya diapresiasi
dalam tiga kitab tafsir dati masa modem, yakni Al-Manar karya bersama dua
orang muslim modernis: Muhammad 'Abduh dan M Rasyid Ridha, Al-Mizan
karya M Husain at-Tabataba'i dan tafsir Al-Mubin karya M. Jawad Mughniyah,
Untuk konteks Indonesia yang banyak terinspirasi pemikiran Muhammad
'Abduh danRasyid Ridha terutama mengenai penafsiran ahl al-Kittib ini antara
lain seperti: Hamka, 'Abdul Hamid Hakim dan Nurcholish Madjid. Gagasan
..gagasan Nurcholish dalam hal ini sangat dominan terpengaruh oleh mereka.
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Muhammad 'Abduh dan M.
Rasyid Ridha merupakan mufasir yang terkenal dengan ide-idenya yang sangat
inklusif dan pluralis dalam menafsirkan tentang doktrin-doktrin Islam secara
mendasar. Hal seperti inilah yang banyak juga kita temui dalam pemikiran
pemikiran Nurcholish dalam elaborasinya mengenai ahl al-Kitiib.
Nurcholish dalam kaitan ini termasuk kategori pemikir yang banyak
memandang.secara positif konsep tersebut, sekaligus memberikan apresiasi yang
sangat positif dalam masalah ini. Ja mengaitkan konsep ini dalam konteks
keindonesiaan sekaligus menghubungkannya dengan pluralisme agama dalam
upaya mencari titik-titik persamaan antara kaum ahl al-Kttab dengan umat Islam.
Meskipun di satu sisi ia juga mengecam, misalnya dalam kasus Kristen tentang
ketuhanan Yesus, ia berpendapat, bahwa Islam menganggap persoalan tersebut
merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolerir.
Bagi Nurcholish, konsep ahl al-Kitiib merupakan salah satu ajaran yang
khas milik Islam. yang berdasarkan sejarahnya konsep tersebut memiliki dampak
sosio-keagamaan dan sosio-kultural yang sungguh luar biasa, sehingga Islam
benar-benar merupakan ajaran yang ·pertama kali memperkenalkan pandangan
tentang toleransi dan kebebasan beragama kepada umat manusia. Konsep ah/ al
Kitab ini juga memiliki dampak dalam pengembangan budaya dan peradaban
Islam yang gemilang, sebagai hasil kosmopolitanisme berdasarkan tata
masyarakat yang terbuka dan toleran, serta secara eksplisit konsep ini sangat
mengharagai adanya pluralisme agama.
Bahkan dengan elaborasinya yang cukup banyak ditemukan dalam
berbagai tulisannya, Nurcholish menyarankan agar konsep ini jangan dibatasi
hanya untuk dua komunitas Yahudi dan Nasrani saja, namun juga untuk agama
lain seperti Shabi'in, Majusi (Zoroaster), Hindu, Budha, Kong Hu Cu dan juga
agama Shinto. Perluasan ini secara jelas menunjukkan bahwa Nurcholish benar
benar memberi peluang untuk agama-agama lain di luar Yahudi dan Nasrani
untuk sarna-sama diberi kebebasan dan perlindungan sebagai dzimmi seperti
halnya kaum ahl al-Kttab, serta tidak memposisikan mereka sebagai kaum
musyrik seperti bum pagan di Makkah pada masa Rasulullah. Namun, mereka itu
merupakan agama yang sama-sama memiliki kitab suci yang diturunkan Allah
dan memiliki nilai-nilai ketauhidan. Hal ini didasarkan pada ayat al-Qur' an surat
An-Nisa'/4:163-164, yang berbunyi bahwa, Allah mengutus Rasul yang
membawa kebenaran kepada setiap umat, dan sebagian dari Rasul tersebut
diberitakan dalam al-Qur' an, sedangkan sebagian lagi tidak diberitakan dalam al
Qur' an. Untuk itu, kemudian Nurcholish mengajak kaum Muslim dan ahl al-Kttiib
supaya mencari titik-titik persamaan atau pertemuan di antara kaum beriman yang
memiliki kitab suci. Hal ini dimaksudkan supaya ketegangan-ketegangan dalam
hubungan antara umat Islam dengan kaum ahl al-Kitiib secara umum dapat
dieliminir, kerjasama di antara mereka pun diharapkan bisa berjalan dengan baik
dan harmonis, sehingga sikap saling curiga di antara mereka dapat dihindarai.
Bahkan Nurcholish dengan merujuk pada al-Qur'an surat al-Baqarah/Z: 62, dan
surat al-Maidahl5: 69, secara tegas mengatakan, bahwa jauh sebelum Konsili
Vatikan II (konsili yang mengakui bahwa keselamatan juga terdapat dalam ajaran
agama selain di lingkungan Katolik Roma) al-Qur'an telah menegaskan demikian
bahwa, "orang Mukmin (Islam), orang Yahudi, orang Nasrani, dan orang
Shabi'in, semuanya bisa masuk surga asalkan beriman kepada Allah, Hari
Kemudian dan berbuat baik".
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis serta
interpretatif dengan memakai pendekatan sejarah. Hal ini dilakukan, karena
penulis merasa hal tersebut sangat penting untuk melihat gagasan Nurcholish
tenang konsep ahl al-Kitab secara utuh yang tercecer di berbagai tulisannya, maka
langkah pertama yang penulis lakukan adalah mengumpulkan tulisan-tulisan
Nurcholish yang terkait dengan pokok masalah yang diteliti, kemudian
dideskripsikan secara sistematis lalu dianalisis berdasarkan data yang ada.NIM. 98512715 M. KHASBI MA'SUM2013-12-23T01:54:43Z2016-08-04T01:56:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9761This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97612013-12-23T01:54:43ZFILSAFAT SOSIAL AL-MAWARDI Dalam konteks sejarah sosial, masyarakat dibentuk --dan membentuk
dengan sendirinya-- dengan tujuan untuk saling menguatkan dan mewujudkan
sebuah komunitas yang tertib dan permanen. Pada hakikatnya manusia adalah
mahluk sosial yang memerlukan sikap kebersamaan dengan manusia lainnya
untuk mempertahankan dirinya. Sikap berkelompok tersebut menurut Thomas
Aquinas memang bersumber dari Tuhan, itulah sebabnya manusia disebut sebagai
mahluk sosial.
Interaksi sosial terbangun secara genetis dan geografis hingga muncul
sebuah kesadaran bersama akan pentingnya suatu ikatan sosial guna mengatur
berbagai persoalan yang timbul di tengah-tengah interaksi tersebut. Dengan
demikian, dalam masyarakat terkandung makna komunitas, sistem organisasi,
peradaban dan interaksi sosial yang dalam sosiologi merupakan inti dari suatu
komunitas masyarakat
Secara alamiah manusia terlahir dalam keadaan bebas dan merdeka,
namun pada kenyataannya ia terkungkung dan terbelenggu oleh realitas sosial
politik ( conditio sine qua non) Dengan demikian setiap insan di dunia hidup
dalam jaringan sosial politik yang dinamakan negara. Seorang individu tidak bisa
sarna sekali melepaskan diri dari status sosial maupun politiknya dimana ia
dilahirkan.
Sebagai salah satu icon penting dalam konstruksi tata hubungan
masyarakat dan sebagai sebuah agama, Islam selalu dituntut untuk
mengartikulasikan prinsip-prinsip etika universalnya. Sebab disadari bahwa
agama sebetulnya mempunyai peran strategis dalam mengembangkan etika
sosial, ekonomi dan politik. Dalam konteks ini, berarti Islam tidak saja
dikembangkan dalam area pemikiran mumi spekulatif, tetapi juga harus
ditempatkan sebagai dasar etika sosial dimana praksis sosial digerakkan. Sebagai
sesuatu yang mengusung nilai-nilai, agama dengan demikian sudah selayaknya
untuk terus dieksplorasi makna-maknanya secara kontekstual guna diperjuangkan
dalam tata kehidupan umat manusia.
Dalam konstalasi alam pikiran diatas, sebagai pemikir Islam yang hidup
pada Abad Xl M., al-Mawardi mencoba merumuskan suatu konsep filsafat sosial
dan teori kontrak sosial. Menurut al-Mawardi manusia adalah mahluk yang paling
memerlukan bantuan pihak lain dibandingkan dengan mahluk lainnya. Banyak
binatang yang mampu hidup mandiri lepas dari binatang sejenisnya, sedangkan
manusia selalu memerlukan manusia lain, dan interaksinya merupakan sesuatu
yang tetap dan permanen. Bentuk kontrak sosial yang ditawarkan oleh al
Mawardi adalah kebutuhan manusia untuk mendirikan suatu negara. Negara
merupakan hajat manusia untuk memenuhi kebutuhan bersama dan membangun
ikatan antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian adanya negara adalah
melalui kontrak sosial atau perjanjian atas dasar sukarela, Berangkat dari dasar
pemikiran diatas skripsi ini akan dibahas.NIM. 99513008 MOHAMMAD ALFUNIM2013-12-23T04:06:58Z2016-08-04T01:50:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9764This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97642013-12-23T04:06:58ZDEMOKRASI PADA MASA ORDE BARU DALAM KONTEKS STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT JAWAPenelitian ini membahas Demokrasi pada Masa Orde Baru dalam Konteks
Stratifikasi Sosial Masyarakat Jawa. Kajian ini menarik karena meskipun kekuasaan
Orde Baru telah diberi acuan UUD'45 yang cukup demokratis, namun dalam
prakt knya kekuasaan Orde Baru masih menampilkan kesan kediktatoran. Kekuasaan
terak ulasi dan terpusat kepada seorang eksekutif serta tidak terdistribusikan
kepa a kekuatan-kekuatan politik altematif Penguasa memposisikan dirinya sebagai
patr nage sementara rakyat diposisikan sebagai pihak tergantung pada penguasa
clie .
Dalam penelitian ini pembahasan akan diarahkan untuk menjawab dua
pert nyaan yaitu bagaimana stratifikasi sosial masyarakat Jawa dan bagaimana kaitan
ant stratifikasi sosial masyarakat Jawa dengan kepemimpinan Orde Barn. Agar
ked a permasalahan di atas dapat dijawab dengan tepat, maka dalam penelitian ini
ak digunakan metode analisis kualitatif, komparatif dan generalisasi.
Selanjutnya, setelah diadakan kajian yang cukup komprehensif maka dapat
pulkan bahwa:
tratifikasi sosial masyarakat lawn terbagi secara hierarkis menjadi dua bagian,
aitu: wong gedhe (orang besar) dan wong cilik (orang kecil). Golongan pertama
. uni bangsawan dan priyayi. Priyayi pada dasamya adalah mereka yang
enduduki birokrasi kerajaan dan masih mempunyai ikatan geneologis dengan
aja. Namun dalam perkembangan selanjutnya, konsep priyayi ini mengalami
rluasan makna. Setelah kekuasaan kerajaan menurun dan diganti oleh
ekuasaan pemerintah kolonial, konsep priyayi juga digunakan untuk
enunjukkan mereka yang duduk di birokrasi pemerintah kolonial, meskipun
ereka ini bukan berasal dari keturunan bangsawan. Untuk membedakan
eduanya, yang pertama disebut sebagai priyayi luhur sedangkan yang kedua
dinamakanpriyayi cilik.
Sementara golongan wong cilik adalah rakyat pada umumnya. Pada dasamya
mereka ini heterogen, karena terdiri dari berbagai macam kalangan seperti petani,
pedagang, tukang, kuli, pengangguran dan lain sebagainya.
2. Keterkaitan antara stratifikasi sosial masyarakat Jawa dan kepemimpinan Orde
Barn adalah bahwa stratifikasi sosial masyarakat lawn itu telah meligitimasi
praktek kekuasaan rezim itu. Rakyat, karena merasa sebagai wong cilik, menerima
dengan ikhlas atas kekuasaan yang dijalankan oleh penguasa Orde Baru dan
menerima begitu saja dijadikan sebagai pihak yang tuna kuasa, sementara di
pihak lain, kekuasaan sang penguasa makin kokoh dan kuat.
Be dasarkan hal di atas, maka tidak mengherankan jika demokrasi yang merupakan
a natfoundingfather dan UUD'45 sangat sulit dijalankan.NIM. 99513053 RADEN JAMAL2013-12-23T04:36:29Z2016-08-03T08:06:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9769This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/97692013-12-23T04:36:29ZKONSEP NEGARA MENURUT AYATULLOH KHOMEINI DAN ABDURRAHMAN WAHIDDalam sejarah revolusi Iran, kondisi sosio –politik- religious inilah yang melatar
belakangi kehidupan politik Ayatullah Khomeini. Ideologi Syi’ah yang menekankan persoalan
keagamaan harus beriringan dengan kehidupan politik masyarakat menjadi dominasi dalam
kehidupan umat Syi’ah di Iran. Slogan – slogan tentang pembelaan terhadap kaum tertindas
menjadi symbol efektif dalam revolusi Islam Iran. Pemikiran Ayatullah Khomeini tentang
pemerintahan Islam dikenal dengan konsep Wilayatul Faqih, yaitu pemerintahan yang dipimpin
oleh orang yang mengetahui semua aturan- aturan Allah SWT. Berbeda dengan Abdurrahman
Wahid yang secara tegas menolak agama sebagai ideology Negara. Islam semestinya lebih
diimplementasikan sebagai sebuah etika social atau system nilai moral yang berarti Islam sebagai
komplementer dalam kehidupan Negara.
Obyek dalam penelitian ini adalah Ayatullah Khomeini dan Abdurrahman Wahid tentang
konsep Negara, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian historis factual, dengan
bersumber dari buku-buku yang terkait dengan obyek penelitian. Metode yang digunakan
melalui deskriptif, interpretasi dan komparasi.
Menurut Ayatullah Khomeini Islam tidak sekedar berfungsi sebagai etika masyarakat,
namun juga sebagai agama politik. Karena itu diperlukan sebuah Negara Islam dengan faqih
atau ulama sebagai sebagai pemegang kekuasaan. Sedang menurut Abdurrahman Wahid bahwa
negara dan agama tidak dapat disatukan, karena fungsi agama dalam negara sebagai etika social.
Pandangan Abdurrahman Wahid ini bersandar pada khasanah intelektual sunni yang mengikuti
paham ahlussunnah wal jama’ah Keduanya sama sama berpendapat bahwa keberadaan negara
harus menjamin adanya keadilan dan persamaan kedudukan tanpa merugikan pihak lain terutama
kalangan minoritas bawah. NIM. 96512089 AGUS REYNALDI