Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T12:06:24ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2017-02-22T07:22:17Z2017-02-22T07:22:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24080This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/240802017-02-22T07:22:17ZASPEK MISTIK DALAM SULUK LINGLUNG SUNAN KALIJAGA
(ANALISIS INTERTEKSTUALSebagai salah satu tokoh kenamaan, Raden Sahid atau yang lebih dikenal
dengan Sunan Kalijaga termasuk yang paling aktif menyiarkan agama Islam
dengan mengajarkan berbagai kearifan lokal melalui beragam media. Salah
satunya adalah mengembangkan kesusastraan lewat suluk, wirid, dan serat. Sunan
Kalijaga beserta karyanya, tentu tidak bisa lepas dari bayang-bayang sang guru;
Sunan Bonang. Tidak hanya itu, tak sedikit dari karya-karya para wali satu sama
lain saling mewarnai dan tampak adanya keterpengaruhan. Jika hal ini dirunut
sampai akarnya, karya-karya mereka pun identik dengan wacana Islam khas para
sufi Timur, dan semua itu tidak lepas dari ajaran Nabi Saw.
Dalam kajian ini, penulis hendak melihat aspek mistikisme sekaligus
kesalingterkaitan dan keterpengaruhan karya yang diyakini milik Sunan Kalijaga,
yaitu Suluk Linglung, dengan karya-karya para ulama sezaman, sebelum, dan
sesudahnya. Karya ini adalah gubahan Iman Anom yang didasarkan dari Kitab
Duryat karya Sunan Kalijaga. Suluk ini merupakan pembabaran perjalanan
spiritual Sang Sunan yang disampaikan secara khusus kepada para muridnya.
Sementara penyampaian suluk ini dalam dakwahnya secara terbuka untuk
masyarakat luas tertuang dalam Serat Dewa Ruci. Dewa Ruci dalam lakon
tersebut tidak lain adalah Nabi Khidhir, yang kelak akan mereka jumpai dalam
perjalanan ruhani kepada Allah Swt.
Penulis menemukan ada tujuh aspek mistikisme yang mewarnai karya ini.
Ketujuh aspek tersebut yaitu: 1) Ilmu sejati; 2) Konsep “Ngluwat” dalam suluk; 3)
Haji makrifat; 4) Empat tingkatan nafsu; 5) Konsep nur Muhammad dan
penciptaan makhluk; 6) Shalat jasmani dan shalat ruhani; 7) Makna kematian.
Dari ketujuh aspek mistis tersebut, masing-masing memiliki ikatan
intertekstualitas dengan karya-karya sezaman, sebelum, dan sesudahnya, seperti
Suluk Wujil dan Kitab Primbon Sunan Bonang; Suluk Sujinah; konsep martabat
tujuh Abdul Karim al-Jili; Ih}ya>’ dan risalah-risalah Imam al-Ghazali; Sirr al-Asra>r
Syekh Abdul Qadir al-Jilani; ‘Awa>rif al-Ma’a>rif karya As-Suhrawardi; at-Tuh}fah
al-Murasalah ila> an-Nabiy Saw. karya Muhammad Ibn Fadhlillah; Daqa>iq al-
Akhba>r karya Syekh Abdurrahman bin Ahmad al-Qadhi, dan lain sebagainya.
Mengamati detail interteks dalam kajian ini, setidaknya karya-karya Islam
Nusantara, terutama karya Sunan Kalijaga memiliki landasan kuat dengan tradisi
dan budaya Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw., yang kemudian
dibabarkan dengan bahasa kaumnya melalui ijtihad para wali untuk dapat diambilNIM: 0920510039 Khoirul Imam, S.Th.I