Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T15:15:55ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2022-11-11T02:30:25Z2022-11-11T02:30:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55016This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/550162022-11-11T02:30:25ZOPTIMASI KONSENTRASI SUSU SKIM DAN INOKULUM TERHADAP KARAKTERISTIK YOGHURT BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus)Konsentrasi susu skim dan inokulum pada yoghurt kecipir dengan
proporsi yang tepat dapat menghasilkan makanan dengan kualitas protein yang
lebih baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proporsi protein dari
penambahan ini adalah fermentasi menggunakan bakteri asam laktat yaitu
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakter kimia dan biologi yoghurt biji kecipir yang
dihasilkan dari perlakuan variasi konsentrasi susu skim dan inokulum serta
mengetahui konsentrasi susu skim dan inokulum paling optimal untuk
menghasilkan yoghurt dari bahan dasar biji kecipir dengan karakter kimia dan
biologi yang paling baik
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap ( RAL) dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama
adalah konsentrasi susu skim terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu 5, 10, dan 15%
(b/v) dan faktor kedua adalah konsentrasi starter yaitu 1, 2 dan 3% (v/v). Semua
perlakuan diinkubasi 24 jam. Karakteristik kimia dan biologi yoghurt biji kecipir
meliputi pH, kadar asam laktat, kadar protein, jumlah Bakteri Asam Laktat (BAL)
dan didukung dengan uji organoleptik. Data karakteristik kimia dan biologi
dianalisis menggunakan ANAVA secara kuantitatif dan kualitatif.
Perlakuan variasi konsentrasi susu skim dan inokulum secara statistik
memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakteristik kimiawi yoghurt biji
kecipir. Kadar asam laktat yoghurt biji kecipir yang dihasilkan berkisar 0,77-1,35
% (b/b),kadar protein berkisar 3,6-3,67 %(b/b). Jumlah BAL tertinggi yaitu L
bulgaricus sebanyak 40 x 106 sel/ ml dan S. thermophillus sebanyak 37 x 106
sel/ml serta tidak ditemukan mikrobia patogen pada produk yoghurt.
Konsentrasi susu skim dan inokulum paling optimal untuk menghasilkan
yoghurt dari bahan dasar biji kecipir dengan karakter kimia dan biologi
berdasarkan data statistik dan visual yang paling baik yaitu pada penambahan susu
skim 15% (b/v) dan inokulum 2% (v/v) dengan hasil kadar asam laktat 1,25 %
(b/b); pH 4,3; dan kadar protein 3,67 %(b/b). Hasil ini sesuai dengan syarat mutu
yoghurt (SNI 01-2981-1992).NIM.: 07640030 Yuli Purwaningsih2022-11-11T02:05:55Z2022-11-11T02:05:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55007This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/550072022-11-11T02:05:55ZKERAGAMAN JENIS BURUNG ANGGOTA ORDO PASSERIFORMES DI SUAKA MARGASATWA PALIYAN, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PASCA REHABILITASISuaka Margasatwa Paliyan merupakan hutan yang kaya akan flora fauna
namun, seiring dengan masa reformasi tahun 1998 terjadilah penjarahan secara
liar, yang mengakibatkan lahan menjadi rusak dan gersang. Kondisi tersebut
berpengaruh besar terhadap keragaman dan habitat burung di Suaka Margasatwa
Paliyan. Hal yang harus dilakukan adalah pengelolaan satwa burung dengan
memonitor data keragaman burung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman jenis
burung anggota Ordo Passeriformes pasca rehabilitasi serta melihat perbandingan
data spesies burung pra rehabilitasi di Suaka Margasatwa Paliyan. Penelitian
dilaksanakan di Suaka Margasatwa Paliyan Gunung Kidul pada bulan November-
Desember 2011. Pengambilan data burung di Suaka Margasatwa Paliyan
dilakukan dengan penjelajahan menggunakan metode purposive sampling (Colin
bibby, 1992) pada 6 petak yaitu petak 136-141 dengan 3 kali pengulangan.
Analisis data menggunakan analisis secara Deskriptif.
Hasil dari penelitian ini dijumpai 13 famili dari 22 spesies dari burung
anggota ordo passeriformes. Pengamatan kedua dijumpai 8 famili dari 15 spesies,
dan pada pengamatan ketiga dijumpai 11 famili dari 16 spesies. Spesies burung
yang paling banyak dijumpai antara lain : Burung Kutilang, burung Pentet
Kelabu, burung Prenjak dan burung Trocokan. Burung yang paling sedikit
dijumpai diantaranya burung Prenjak Sisi Merah, burung Kacamata Biasa, burung
Ciu Besar, dan burung Puyuh. Keragaman jenis burung di kawasan Suaka
Margasatwa Paliyan pra rehabilitasi (1999) berjumlah 20 Spesies, dan pada pasca
rehabilitasi (2007-2011) mengalami kenaikan menjadi 13 famili dari 22 spesies.
Kesimpulan penilitian ini adalah keragaman jenis burung di Suaka Margasatwa
berjumlah 13 famili dari 22 spesies.NIM.: 06640011 Ulfa Rosida S.2022-11-10T08:15:17Z2022-11-10T08:15:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54991This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549912022-11-10T08:15:17ZPERTUMBUHAN BIT PISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca L.) PADA PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMIPisang ambon kuning merupakan pisang yang paling banyak digemari
oleh masyarakat karena rasanya yang sangat manis, warna daging buah kuning
muda, harum dan agak lunak. Ekspor pisang termasuk pisang ambon kuning terus
mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan ini terjadi karena tingginya
angka konsumsi di masyarakat. Besarnya kebutuhan pisang di masyarakat perlu
diimbangi dengan pengembangan bibit yang lebih luas agar dapat memenuhi
permintaan di pasaran. Salah satu upaya untuk pengadaan bibit pisang yang
berkualitas serta dapat berproduksi maksimal adalah dengan metode belahan
bonggol (bit). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sumber dan konsentrasi
ZPT alami terbaik terhadap pertumbuhan bibit pisang ambon kuning (Musa
paradisiaca L). Sumber ZPT alami untuk penelitian ini adalah air kelapa muda,
bawang merah dan kecambah kacang hijau dengan berbagai konsentrasi yaitu
15%, 25% dan 35%. Data hasil pertumbuhan bibit pisang dianalisis menggunakan
ANOVA dan uji lanjut dengan DMRT untuk mengetahui beda nyata antar
perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa interaksi antara
sumber dan konsentrasi ZPT alami hanya memberikan pengaruh nyata terhadap
presentase bibit hidup. Perlakuan perendaman belahan bonggol dalam air kelapa
muda mampu memberikan pertumbuhan bibit pisang yang paling baik pada semua
parameter yaitu persentase bibit hidup, waktu muncul tunas, tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun luas daun, jumlah akar, dan panjang akar.
Konsentrasi terbaik adalah pada konsentrasi 35% yang mampu menghasilkan
pertumbuhan paling baik terhadap tiga parameter yaitu waktu muncul tunas, tinggi
tanaman dan jumlah akar.NIM.: 07640043 Samsul Aripin2022-11-10T07:07:07Z2022-11-10T07:07:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54977This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549772022-11-10T07:07:07ZPENGARUH VARIASI KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS TAPE UBI JALAR (Ipomea batatas) VARIETAS CILEMBUatau masir. Kandungan gizi ubi jalar yang cukup tinggi memungkinkan ubi jalar
Cilembu dapat diolah menjadi makanan alternatif yang baik dengan menggunakan
teknologi fermentasi, antara lain melalui proses fermentasi ubi jalar menjadi tape.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ragi dan lama
fermentasi terhadap kualitas tape ubi jalar Cilembu. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 2 perlakuan
yaitu variasi konsentrasi ragi 0,25; 0,50; 0,75 dan 1% (b/b) serta lama fermentasi 12,
24, 36, 48 dan 60 jam. Parameter yang diamati meliputi konsentrasi gula reduksi,
konsentrasi etanol, konsentrasi asam total, dan berat kering sel. Data yang diperoleh
dianalisis dengan ANAVA dan dilanjutkan dengan uji LSD. Penelitian menunjukkan
bahwa variasi konsentrasi ragi dan lama fermentasi memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap konsentrasi gula reduksi, konsentrasi etanol dan konsentrasi asam
total. Namun memberi pengaruh yang tidak signifikan terhadap berat kering sel.
Konsentrasi gula reduksi tertinggi sebesar 10,076 % (b/v) dicapai pada fermentasi
dengan konsentrasi ragi 1% (b/b) dan lama fermentasi 48 jam, sedangkan
konsentrasi etanol tertinggi sebesar 2,274 % (b/v) dicapai pada fermentasi dengan
konsentrasi ragi 0,50% (b/b) dan lama fermentasi 60 jam. Adapun konsentrasi asam
total tertinggi sebesar 15,6 % (b/v) dicapai pada fermentasi dengan konsentrasi ragi
1 % (b/b) dengan lama fermentasi 60 jam, serta berat kering sel tertinggi sebesar
0,025 gram/ml dicapai pada fermentasi dengan konsentrasi ragi 1% (b/b) dan lama
fermentasi 36 jam. Uji organoleptik menunjukkan bahwa 45% responden menyukai
tape ubi jalar hasil fermentasi dengan konsentrasi ragi 1% (b/b) dan lama fermentasi
48 jam dengan kualitas tape ubi jalar rasa manis, tekstur lunak, aroma harum dan
mengandung konsentrasi gula reduksi sebesar 10,076 % (b/v) dan konsentrasi
etanol sebesar 1,699 % (b/v). Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa 45% responden
lebih menyukai tape ubi jalar Cilembu daripada tape ubi kayu.NIM.: 07640024 Rusmayanti2022-11-10T04:49:45Z2022-11-10T04:49:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54972This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549722022-11-10T04:49:45ZEFEKTIVITAS SUHU TERHADAP DAYA TETAS TELUR, PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN BENIH GURAMI (Osphronemus gouramy, Lacepede 1801) DI UPTD-BIAT KUTASARI PURBALINGGAGurami (Osphronemus gouramy, Lac) tergolong ikan yang peka terhadap
suhu rendah sehingga tidak akan produktif jika suhu tempat hidupnya lebih
rendah dari kisaran suhu optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2011 sampai Februari 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh perbedaan suhu terhadap daya tetas telur, pertumbuhan dan
kelulushidupan gurami serta untuk mengetahui suhu yang optimum untuk daya
tetas telur, pertumbuhan dan kelulushidupan gurami. Penelitian menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan
yang digunakan adalah suhu 26, 28, 30, dan 32 oC. Data hasil penelitian dianalisis
dengan ANOVA one way dilanjutkan dengan DMRT dengan tingkat kepercayaan
95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan suhu 28 oC merupakan suhu
optimum untuk daya tetas telur (95,33%), pertambahan panjang mutlak (3,63 cm),
laju pertumbuhan panjang spesifik (3,40%), pertumbuhan berat mutlak (1,54 g),
dan kelulushidupan (68,88%). Sedangkan laju pertumbuhan berat spesifik
tertinggi (3,87%) dicapai pada suhu 26 oC. Pengukuran kualitas air yang menjadi
parameter penunjang yaitu DO berkisar antara 6,89-7,16 mg/l, pH berkisar antara
8,17-8,26, kisaran kualitas air ini cocok untuk daya tetas telur, pertumbuhan dan
kelulushidupan benih gurami (Osphronemus gouramy, Lac). Dari data penelitian
dapat disimpulkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda tidak berpengaruh nyata
terhadap daya tetas telur dan laju pertumbuhan berat spesifik benih gurami.
Perlakuan suhu berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan
panjang mutlak, laju pertumbuhan panjang spesifik, pertambahan berat mutlak,
serta kelulushidupan benih gurami.NIM.: 07640022 Rohmat2022-11-10T04:38:01Z2022-11-10T04:38:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54968This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549682022-11-10T04:38:01ZSTRUKTUR ANATOMI DAN HISTOLOGI EKOR REGENERAT DAN EKOR ASLI CICAK TEMBOK (Hemidactylus frenatus Schlegel, 1836)Cicak tembok (Hemidactylus frenatus) termasuk salah satu hewan anggota Lacertilia yang dapat melakukan autotomi sebagai mekanisme perlindungan diri apabila hewan tersebut dikejar atau ditangkap. Setelah mengalami pemutusan ekor, maka selanjutnya akan terjadi proses regenerasi ekor. Pada ekor asli skeleton aksial tersusun oleh tulang, sedangkan pada ekor regenerat tersusun oleh tulang rawan atau pipa kartilago. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ekor asli dan ekor regenerat dari cicak tembok (Hemidactylus frenatus) secara makro dan mikroanatomi.
Duapuluh empat individu cicak tembok (Hemidactylus frenatus) dibagi menjadi 12 individu ekor asli dan 12 individu ekor regenerat. Untuk pengamatan secara makroanatomi digunakan pengamatan secara langsung, menggunakan sinar radiologi (X-Ray), dan pewarnaan Alizarin Red S-Alcian Blue. Untuk mengetahui apakah ekor regenerat tersebut tersusun oleh tulang atau tulang rawan maka dibuat preparat utuh dengan pewarnaan Alizarin Red S-Alcian Blue. Sedangkan untuk pengamatan secara mikroanatomi menggunakan preparat irisan melintang dan membujur pada ekor asli dan ekor regenerat diwarnai menggunakan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE) dan Mallory acid fuchsin.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekor regenerat dari cicak tembok tidak tersusun oleh tulang, melainkan disokong oleh bangunan berbentuk tabung yang tersusun oleh tulang rawan atau kartilago.NIM.: 06640013 Rakhmiyat2022-11-10T03:49:41Z2022-11-10T03:49:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54956This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549562022-11-10T03:49:41ZPERBANDINGAN KARAKTER KROMOSOM CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) ANTARA VARIETAS HIBRIDA HIJAU DAN VARIETAS HIBRIDA PUTIHCabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan jenis sayuran yang biasa dikonsumsi
masyarakat, di antara varietas cabai rawit adalah varietas hibrida hijau dan varietas hibrida
putih. Cabai rawit ini termasuk varietas unggul, oleh sebab itu permintaan bibit semakin
meningkat. Bibit yang baik biasanya diperoleh dari hasil seleksi dalam program pemuliaan
tanaman. Salah satunya dengan karakterisasi kromosom yang diharapkan mampu
mengidentifikasi kromosom untuk penyempurnaan data dan pemilihan varietas bibit unggul.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karyotype antara cabai rawit varietas
hibrida hijau dan varietas hibrida putih dengan metode squash (pencet). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prometafase pada cabai rawit varietas hibrida hijau paling banyak
terjadi pada pukul 10.30 WIB, sedangkan pada cabai rawit varietas hibrida putih pada pukul
11.00 WIB. Jumlah kromosom cabai rawit varietas hibrida hijau dan varietas hibrida putih
sama yaitu 2n=24 yang terdiri dari 12 pasang kromosom, dengan bentuk metasentris dan
submetasentris. Formula karyotype kromosom cabai rawit varietas hibrida hijau adalah
2n=2x=24=20sm+4m, sedangkan untuk cabai rawit varietas hibrida putih adalah
2n=2x=24=12sm+12m. Perbedaan bentuk kromosom antara kedua varietas tersebut adalah
pada pasangan kromosom nomor 6, 9, 11 dan 12. Ukuran panjang absolut cabai rawit varietas
hibrida hijau 2.542- 4.891μm, sedangkan untuk hibrida putih berkisar antara 1.439-3.488 μm.
Nilai R, cabai rawit varietas hibrida hijau R= 1, 924 dan cabai rawit varietas hibrida putih
R=2,423 dengan selisih nilai R=0,499 (R>0,25) sehingga dimungkinkan bahwa kedua
varietas memiliki parental yang berbeda.NIM.: 06640032 Puji Rohmatun2022-11-01T02:28:47Z2022-11-01T02:28:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54662This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/546622022-11-01T02:28:47ZEFEKTIVITAS VARIASI DOSIS PUPUK KASCING DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (BRASSICA JUNCEA L.)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas variasi dosis pupuk
kascing dan pupuk cair supra terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica
juncea L.). Penelitian dilakukan di rumah kaca laboratorium terpadu UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta pada bulan Desember 2011 sampai bulan Februari 2012.
Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
variasi 3 kali ulangan. variasi kombinasi yang diberikan terhadap pupuk kascing
dan pupuk cair supra yaitu S1K1, S1K2, S1K3, S1K4, S1K5, S2K1, S2K2, S2K3,
S2K4, S2K5, S3K1, S3K2, S3K3, S3K4, S3K5, S4K1, S4K2, S4K3, S4K4,
S4K5, dan S5K1, S5K2, S5K3, S5K4, S5K5. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) yang optimal pada kombinasi dosis
pupuk kascing dan pupuk supra tidak ada, namun setiap parameter mempunyai
dosis yang optimal. Tinggi tanaman pada kombinasi S2K3 dengan dosis pupuk
supra 5 ml dan pupuk kascing 300 gr yaitu dengan tinggi 43 cm, jumlah daun
pada kombinasi S1K2 dengan dosis pupuk supra 0 ml dan pupuk kascing 150 gr
yaitu sebanyak 14.3 helai, kadar air pada kombinasi S1K5 dengan dosis pupuk
supra 0 ml dan pupuk kascing 600 gr yaitu dengan berat 95.7%, serat kasar pada
kombinasi S4K5 dengan dosis pupuk supra 15 ml dan pupuk kascing 600 gr
dengan berat 0.58 gr, dan kadar kalsium dengan berat 0.03 gr pada kombinasi
S3K2 yaitu pupuk supra 10 ml dan pupuk kascing 150 gr.NIM.: 07640025 Yuyuk Wati2022-07-25T08:30:33Z2022-07-25T08:50:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52198This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/521982022-07-25T08:30:33ZIDENTIFIKASI HAMA LALAT BUAH (DIPTERA: TEPHRITIDAE)
PADA BERBAGAI TANAMAN BUAH DI AGROWISATA
KEBUN BUAH MANGUNAN, KECAMATAN DLINGO,
KABUPATEN BANTULBantul Regency is an area having sufficiently good potential, in addition of
sugarcane plantation, there is also Mangunan Fruit Farm in Dlingo Subdistrict.
The high price of imported fruits gives opportunity for local fruits to compete in
market share. However by the still low quality fruits makes this opportunity face
barriers. One of the impetus of low quality of fruits is the incident of invasion of
diptera tephritidae. It is one of hampering pest for fruit plants of which become its
invasion object. The affected fruits by diptera tephritidae will be rotten and fell
down before the appropriate time, thus it causes the decline of fruit crops.
The purpose of this research was to know the species of diphtera
tephritidae attacting various fruit plants in Mangunan Fruit Farm, Dlingo
Subdistrict, Bantul Regency. The type of this research was explorative and
trapping, by descriptive method using purposive sampling technique.
The fruits invaded by diptera tephritidae in Mangunan Fruit Farm are
starfruit, guava, jambu, orange, papaya, mango, jambu dersono, and jambu mete.
Morphologic observation of identification diptera tephritidae from host rearing
gained 3 species of diptera tephritidae come from genus Bactrocera, i.e.
Bactrocera carambolae (Drew and Hancock), Bactrocera papayae, and
Bactrocera dorsalis (Hendel).NIM.: 08640003 Fatkhur Rohmah Wardati2013-04-18T11:20:46Z2015-09-29T07:58:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7039This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70392013-04-18T11:20:46ZKAJIAN KEMAMPUAN DEGRADASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI FENOL DARI LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TIPE CRumah sakit merupakan salah satu sarana yang berfungsi memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan jika limbah cair yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Salah satu komponen organik yang terkandung dalam limbah cair rumah sakit adalah fenol. Fenol merupakan senyawa hidrokarbon aromatik dengan rumus kimia C6H5OH. Fenol biasanya digunakan di rumah sakit sebagai antiseptik dan disinfektan. Fenol memiliki efek bius lokal yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat, kerusakan hati, iritasi, mutagenik dan karsinogenik. Hasil uji toleransi terhadap fenol, didapatkan 5 isolat yang toleran fenol 10.000 ppm, yaitu TA2, TA3, TA6, S1 dan S3. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan bakteri dalam mendegradasi fenol dan pertumbuhannya selama proses degradasi serta identifikasi bakteri yang toleran terhadap fenol hingga 10.000 ppm. Uji kemampuan degradasi dilakukan dengan menginokulasikan isolat ke dalam medium ramsay yang mengandung fenol 300 ppm dengan masa inkubasi 96 jam. Setiap 6 jam dilakukan pengukuran konsentrasi fenol dan pertumbuhan bakteri. Identifikasi dilakukan dengan metode Profile Matching. Isolat TA6 dan S1 menunjukkan kemampuan paling tinggi dalam mendegradasi fenol berdasarkan nilai OD750 masing-masing sebesar 82% dan 76% selama inkubasi 96 jam. Pertumbuhan isolat TA6 dan S1 selama proses
degradasi fenol mengalami peningkatan jumlah sel bakteri. Berdasarkan metode profile matching, isolat TA6 dan S3 diduga merupakan anggota genus Basillus, isolat TA2 sebagai anggota genus Pseudomonas, isolat S1 sebagai anggota genus Escherichia serta isolat TA3 sebagai anggota genus Micrococcus.LUCKY WIDYANI NURMALASARI2013-04-19T08:43:22Z2016-02-25T07:52:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7265This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/72652013-04-19T08:43:22ZKEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG
DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL
D.I.YOGYAKARTA
Kabupaten Gunungkidul, terutama kawasan pesisir pantainya terkenal sebagai zona kering di Pulau Jawa. Pada kondisi yang sangat ekstrim ini ternyata masih dapat ditemukan berbagai macam jenis burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah jenis dan kemelimpahan masing-masing jenis di kawasan Pantai Karst Gunungkidul DIY.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012. Metode yang digunakan adalah tingkat pertemuan (Encounter rates) mengacu pada Bibby et all, (2000). Hasil penelitian kemelimpahan jenis burung dianalisis menggunakan analisis tingkat pertemuan mengacu pada Bibby et all, (2000). Pengamatan dilakukan di tiga lokasi yaitu Pantai Pok Tunggal, Pantai Drini, dan Pantai Ngobaran-Ngrenehan Gunungkidul DIY. Jenis-jenis burung yang teramati kemudian diidentifikasi, dihitung jumlah individunya dan dicatat kedalam tabel pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 49 jenis burung dari 26 famili. Tiga belas jenis burung diantaranya yaitu : Elang-laut Perut-putih, Elang-ular Bido, Cekakak Jawa, Cekakak Sungai, Kuntul Karang, Takur Bultok, Pergam Hijau, Gelatik Jawa, Cikalang Christmas, Burung-madu Kelapa, Burung-madu Sriganti, Berencet (Turdinus sp), dan Kacamata (Zosterops sp) merupakan jenis burung yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintahan No. 7 tahun 1999. Satu jenis burung termasuk dalam kategori CR = Critically endangered (kritis/sangat terancam punah) yakni Cikalang Christmas (Fregata andrewsi), dan satu jenis burung masuk dalam kategori VU = Vulnerable (rentan) yaitu Gelatik Jawa (Padda oryzivora). Terdapat 7 jenis burung di Pantai Karst Gunungkidul dengan nilai kemelimpahan jenis tertinggi (melimpah), yaitu : Walet Linci = 141.66, Cucak Kutilang = 92.55, Burung-madu Sriganti = 70.66, Cinenen Pisang = 51.55, Burung-gereja Erasia = 47.11, Bondol Jawa = 44.88, dan Cekakak Sungai = 43.88.
Kata kunci: Keanekaragaaman, Kemelimpahan Jenis, Pantai Karst, Gunungkidul DIY.
NIM. 05640024 MAS UNTUNG 2013-04-22T15:45:14Z2016-02-25T08:10:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7337This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73372013-04-22T15:45:14ZEFEKTIFITAS EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrrhizus erosus Urb.)
SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti L. INSTAR III
Biji bengkuang (Pachyrrhizus erosus) diperkirakan memiliki kemampuan
sebagai bahan larvasida nabati untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti
penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD), karena adanya kandungan rotenon.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak biji bengkuang
terhadap larvasida nyamuk Aedes aegypti, dan mengetahui nilai LC50, serta
mengetahui efek sublethal melalui perilaku, gerakan, dan morfologinya. Penelitian
ini dilakukan dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan, masing-masing terdiri dari
20 ekor larva. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%
dan 0% (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji bengkuang
mampu membunuh larva Aedes aegypti dengan LC50 yaitu 0,18%. Selain itu
ekstrak biji bengkuang juga mempunyai efek sublethal, terlihat dari gerakan larva
yang semakin lemah, perilaku larva yang berenang di dasar media (air) dan
kerusakan morfologi larva berupa kerusakan pada bagian chepal, thorak,
abdomen, dan anal gill.
Kata kunci: Aedes aegypti, larvasida, biji bengkuang (Pachyrrhizus erosus),
rotenon
NIM. 08640025 YASINTA DEWI ARUM SARI 2013-05-29T10:42:14Z2016-02-24T07:48:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7917This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/79172013-05-29T10:42:14ZPENGARUH VARIASI pH DAN SUHU TERHADAP KEMAMPUAN
DEGRADASI FENOL DAN PERTUMBUHAN BAKTERI
PENDEGRADASI FENOL DARI LIMBAH CAIR TEKSTIL
Salah satu sumber fenol adalah dari limbah cair tekstil. Limbah fenol yang
dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan dapat mencemari lingkungan
dan dapat mengancam keberadaan mahluk hidup di sekitarnya. Fenol dapat
menyebabkan iritasi pernafasan, sakit kepala, kerusakan otot dan lain-lain. Hasil
uji toleransi terhadap fenol didapatkan 2 isolat yang toleran fenol 10.000ppm,
yaitu U3 dan P1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi pH
dan suhu terhadap kemampuan degradasi fenol dan pertumbuhan bakteri
pendegradasi fenol dari limbah cair tekstil. Uji degradasi dilakukan dengan
menginokulasikan isolat U3 dan P1 ke dalam medium Ramsay yang mengandung
fenol 300 ppm dengan variasi pH 5, 7, 9 dan variasi suhu 20
o
C, 30
C.
Selanjutnya diinkubasi selama 96 jam. Setiap 6 jam, dilakukan pengukuran
konsentrasi fenol dan pertumbuhan bakteri. Hasil uji degradasi menunjukkan
bahwa isolat P1 mampu menurunkan fenol dan mengalami pertumbuhan secara
optimum pada pH 9, dan pada suhu 40
o
C. Sedangkan isolat U3 dapat menurunkan
fenol dan tumbuh optimum pada pH 7 dan pada suhu 30
o
C.
Kata Kunci : Degradasi fenol, limbah cair tekstil, pH, pertumbuhan
bakteri, suhu
NIM. 08640038 AMALIYATUL ‘ULYA2013-05-29T11:33:40Z2016-02-24T07:53:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7931This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/79312013-05-29T11:33:40ZINDEKS KERAGAMAN GASTROPODA SEBAGAI INDIKATOR
BIOLOGI PENCEMARAN LIMBAH DOMESTIK DAN INDUSTRI
DI SUNGAI GAJAHWONG YOGYAKARTA
Keseimbagan alam semesta tercipta secara sempurna. Namun pemanfaatan
sumberdaya terkadang mengabaikan keseimbangan alam tersebut. Ulah manusia
menjadi faktor utama kerusakan lingkungan.
Penelitian mengenai indeks keragaman gastropoda sebagai indikator
pencemaran limah domestik dan industri sudah dilakukan di Sungai Gajahwong
pada bulan April-Mei 2012. Lokasi penelitian di tiga stasiun yakni stasiun 1
(lokasi Gejayan, Demangan dan Nologaten), Stasiun 2 (Gowok, Sorowajan, dan
Kusumanegara) dan stasiun 3 meliputi lokasi Warungboto, Kotegede dan
Giwangan. Tiap lokasi dilakukan tiga kali ulangan secara acak dengan metode
kuadrat plot ukuran 1 x 1 m. pengambilan sampel mengunakan jaring surbur
dengan teknik dorong. Pengukuran parameter kimia dan fisika meliputi pH, DO,
suhu, kecepatan arus, substrat organik dan substrat anorganik. Untuk melihat
variasi antar parameter dilakukan uji ANOVA satu jalur. Sedangkan hubungan
antar parameter diuji dengan analisis regresi-korelasi linier.
Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan gastropoda sebanyak 13 jenis.
Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dari substrat
anorganik pada 9 lokasi yang diteliti (sig. 0,20) dengan a=0,05. dari, densitas
gastropoda tertinggi di lokasi Sorowajan plot 1 sebesar 52/m
2
. Hasil uji regresi
korelasi linier menunjukkan adanya hubungan positif antara densitas gastropoda
dengan suhu, DO dan substrat organik. Sedangkan antara densitas gastropoda
dengan pH tidak ada korelasi dan densitas gastropoda dengan substrat anorganik
hubungannya negatif. Penghitungan indeks keragaman Shannon wiener semua
lokasi penelitian tercemar berat kecuali lokasi Sorowajan dengan indeks 1,25
(tercemar sedang).
Kata kunci : gastropoda, indikator biologi, keragaman, limbah domestik dan
industri, , pencemaran, Sungai Gajahwong.
NIM. 05640009 ANNAS SYAFA’AT2013-06-05T13:59:53Z2016-02-24T08:49:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8062This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/80622013-06-05T13:59:53ZVARIASI DOSIS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness)
TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERUM TIKUS (Rattus norvegicus)
DENGAN DIET KUNING TELURKolesterol merupakan biomolekul yang penting sebagai komponen
membran sel, prekursor hormon steroid, dan asam empedu. Kadar kolesterol yang
tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis. Salah satu cara untuk menurunkan kadar
kolesterol adalah dengan pengobatan alternatif, yaitu dengan menggunakan
tanaman sambiloto. Sambiloto mengandung senyawa andrographolide yang
berfungsi untuk melindungi hati dan flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan, sehingga memungkinkan dapat digunakan untuk menurunkan kadar
kolesterol yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan
dosis ekstrak sambiloto terhadap kadar kolesterol tikus betina muda yang diberi
diet kuning telur. Penelitian ini merupakan eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap ( RAL) dalam 5 kelompok dengan 5 ulangan, yaitu K1
(diet kuning telur + 0,3 gr ekstrak sambiloto), K2 (diet kuning telur + 0,5 gr
ekstrak sambiloto), K3 (diet kuning telur + 0,7gr ekstrak sambiloto), K4 (diet
kuning telur), dan K5 (diet normal). Data hasil penelitian, yaitu kadar kolesterol
tikus dianalisis dengan uji statistik ANOVA. Berdasarkan hasil penelitian,
penurunan kadar kolesterol tertinggi terjadi pada kelompok K3 yang diberi
ekstrak sambiloto sebanyak 0,7gr. Akan tetapi, hasil analisis dengan ANOVA
menunjukkan bahwa pengaruh tersebut tidak signifikan.
Kata kunci: kolesterol, sambiloto (Andrographis paniculata Ness), tikus (Rattus
norvegicus) NIM. 07640010 ELOK HAFIDHOH2013-06-07T09:37:07Z2016-02-25T07:39:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8084This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/80842013-06-07T09:37:07ZANALISIS KUALITAS UDARA DENGAN PARAMETER PARTIKEL GAS
BUANG KENDARAAN BERMOTOR DAN UDARA BEBAS DI
LINGKUNGAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel gas buang
kendaraan bermotor, mengetahui pengaruh jumlah kendaraan terhadap jumlah
partikel dan mengetahui dampak kesehatan yang terjadi akibat pencemaran partikel
gas buang kendaraan bermotor di lingkungan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, sedangkan
analisis data digunakan analisis regresi linier berganda, untuk mencari hubungan
antara faktor lingkungan dengan jumlah partikel. Penelitian dilakukan di lingkungan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 9 stasiun pengambilan
sampel.
Hasil yang diperoleh bahwa faktor lingkungan tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah partikel. Jumlah partikel gas buang melampaui ambang batas udara
ambient terdapat di tiga titik yakni Fakultas Sains dan Teknologi, gerbang masuk
kampus bagian barat dan gerbang masuk kampus bagian timur. Kendaraan yang
masuk ke wilayah kampus bagian Barat sebanyak 2.824 rata rata perhari dan partikel
gas buang kendaraan yang dikeluarkan ke udara bebas sejumlah 201,68 µg/m
.
Jumlah partikel pada kampus bagian Barat melebihi ambang baku mutu partikel
yang di syaratkan (PM10 sebesar 150 µg/m
3
, PM2,5 sebesar 65 µg/m
Kendaraan
yang masuk ke wilayah kampus bagian Timur, sebanyak 1.139 rata rata dalam sehari
dan jumlah partikel gas buang kendaraan yang dilepaskan ke udara sebanyak 149,17
µg/m
3
(melebihi ambang baku mutu partikel PM2,5 sebesar 65 µg/m
). Jumlah
kendaraan berbanding lurus dengan jumlah partikel di lingkungan kampus UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Terdapat pengaruh kesehatan akibat pencemaran
partikel gas buang kendaraan bermotor, sebesar 20% sampel merasakan gejala batuk
batuk, 15% merasakan mata perih dan gejala normal (tidak ada pengaruh) sebesar
65%. Namun untuk di lingkungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sendiri efek
tersebut masih dalam taraf ringan.
Kata kunci : Pencemaran udara, partikel gas buang,
NIM. 08640036 KHOTIBUL UMAM2013-06-10T08:20:13Z2016-03-17T10:11:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8093This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/80932013-06-10T08:20:13ZSELEKSI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI INDIGENOUS DARI LENDIR
KULIT KATAK SAWAH (Rana cancrivora) YANG BERPOTENSI
SEBAGAI AGENSIA BIOFUNGISIDACrab eating frog (R. cancrivora) is an abundance species in Indonesia. It is
believed that indigenous bacteria isolated from R. cancrivora have antifungal
substances. Hence, those can be used as biofungicide agents. The purpose of this
research was to investigate the capabilities of bacteria isolated from skin mucous
to inhibited pathogenic fungi of Colletotrichum acutatum NC32. The antifungal
activity was determined by modified dual culture and paper disc methods. The
best strain that showed the highest antifungal activity were then characterized and
identified based on its phenotypic properties. The identification was conducted by
profile matching method. The result shows that two selected strains among eight
showed the ability to inhibit the growth of C.acutatum namely isolate KSB 9 and
KSB 11. Based on the profile matching analysis, those strain were identified as
the member of genus Bacillus.
Keyword: Biofungicide, crab eating frog (R. cancrivora), identification,
indigenous bacteria, selection.NIM. 07640005 LILIS SHOLIKHAH2013-06-10T10:31:43Z2016-02-25T07:56:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8105This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/81052013-06-10T10:31:43ZPEMANFAATAN TAHU KEDELAI SEBAGAI SUBSTRAT FERMENTASI TAHUGURT DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI DAN JENIS INOKULUM LACTOBACILLUS BULGARICUS DAN STREPTOCOCCUS THERMOPHILLUS Salah satu cara diversifikasi makanan dengan menghasilkan produk tepat
guna dan memiliki nilai ekonomis adalah mengkonversi tahu menjadi sebuah
minuman melalui proses fermentasi yang diberi nama tahugurt. Bakteri Asam
Laktat (BAL) yang sering digunakan dalam fermentasi tahugurt sama dengan
BAL yang di pakai dalam fermentasi yoghurt yaitu Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus. Konsentrasi starter dalam pembuatan tahugurt
sangat menentukan hasil akhir dari produk tahugurt. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi inokulum yang paling optimal untuk menghasilkan
tahugurt dengan kualitas yang paling baik dengan menggunakan variasi
konsentrasi dan jenis inokulum berbeda. Konsentrasi inokulum yang digunakan
adalah 5%, 10%, dan 15%. Sedangkan jenis inokulum yang digunakan adalah L.
bulgaricus, S. thermophillus, dan campuran (L. bulgaricus dan S. thermophillus).
Parameter penelitian ini adalah kadar protein, kadar asam laktat, pH, cemaran
bakteri patogen (Coliform dan Salmonella sp), dan uji organoleptik terhadap
warna, rasa, aroma, tekstur. Teknik analisa menggunakan ANAVA 2 faktor dan
dilanjutkan uji DMRT 5% untuk kadar protein, asam laktat, dan pH, serta metode
MPN untuk uji bakteri patogen. Dari analisa statistik ANAVA 2 faktor dan uji
DMRT 5% untuk kadar protein, asam laktat, dan pH, diketahui bahwa konsentrasi
15% dengan jenis inokulum campuran (L. bulgaricus dan S. thermophillus) adalah
perlakuan paling baik, karena menghasilkan tahugurt dengan kadar gizi yang
paling mendekati SNI (Standar Nasional Indonesia). Kadar protein paling tinggi
yaitu 3,53%, kadar asam laktat 1,97% dan pH 3,90. Sedangkan dari uji
organoleptik dan uji hedonik diketahui bahwa konsentrasi 15% dengan inokulum
L. bulgaricus adalah yang paling disukai oleh panelis terhadap tekstur dan aroma,
namun tidak pada warna dan rasa.
Kata kunci: tahugurt, fermentasi, jenis inokulum. NIM. 06640019 MUN'IMAH2013-06-14T09:14:21Z2022-02-09T01:28:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8179This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/81792013-06-14T09:14:21ZPEMANFAATAN LIMBAH AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI SUBSTRAT
PEMBUATAN NATA DE LERI DENGAN PENAMBAHAN
KADAR GULA PASIR DAN STARTER BERBEDA
The leri (javanesse) or the rice washing water known has a high level contain of
nutrient such as carbohydrate, proteins, and vitamins. Hence it can be used as
substrate to produce Nata de Leri. the aimed of this research was to investigate the
effect of addition some sugar and A. xylinum starter on physical and chemical
characteristics of nata. The thickness and weight of nata were determined as physical
properties. The cemical properties such as fiber and total sugar level were analysed
base on Sudarmadji method. The A. xylinum starter (v/v) and sugar (w/v)
concenteration employed in the experiment were 5%, 10%, 15% and 10%, 15%, 20%
respectly. The result showed that a good physical and chemical properties of nata
could be produced by administering 10% and 15% concentration of sugar and 15% of
A. xylinum starter. The produced with the above treatment had a good total weight of
120.50 g and 120.90 g, thickness of 9.44 mm and 10.00, total sugar of 0.87% and
0.67%, and crude fiber 1.98% and 2.71%. Based on hedinic test to 20 respondents, it
can be concluded that 100% of them showed a preference to Nata de Leri.
Keywords: Rice washing water, Acetobacter xylinum, sugar, nata.
NIM. 07640036 RAHMAD HIDAYATULLAH2013-06-14T11:05:20Z2016-03-17T10:12:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8190This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/81902013-06-14T11:05:20ZPENGARUH EKSTRAK MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI (Helianthus annus, L.) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus, L.)Wound may be defined as a loss of cellular continuity of living tissue. Wound
healing is a process of restoring damaged or dead tissues by new tissues. The process
consists of three overlapping phases, i.e. phase of inflammation, proliferation and
maturation (remodeling). Sunflower seeds contain ß-sitoserol, flavonoid and linoleic
acid that can stimulate the process of wound healing. This research is carried out to
study the influence of sunflower oil (Helianthus annus, L.) on wound healing
process. On the 12 male white rats (Rattus novergicus, L.)
Strain Spraque Dawley,
age 3 months, wound excision using punch biopsy were made on the back skin, 0.5
cm on the right and left side of columna vertebralis and 2.5 cm from ears. One wound
excision on the left back without treatment become control group, meanwhile one
wound excision on the right back was layered by drops of sunflower oil. The
wounded tissues taken on the day 3, 7 and 12 were made into histological slides. The
inflammation on wound healing was examined by counting the number of
polymorphonuclear (PMN) leukocytes, proliferation phase was observed by
fibroblast and maturation phase was assessed by the density of collagen fibers. The
data of the number of PMN leukocytes and fibroblast were analyzed using two-way
ANOVA followed by LSD Test. Data of collagen fiber density was analyzed by
Kruskal-Wallis statistic and then Mann Whitney U Test. The results suggest that
topical application of sunflower oil is able to hasten the inflammation phase, the
proliferation and maturation phase so that wound healing will be faster.
Keywords: wound, Helianthus annus, L. PMN leukocytes, fibroblast, collagenNIM 08640012 RODHIYAH2013-06-17T08:54:46Z2016-02-25T08:08:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8194This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/81942013-06-17T08:54:46ZKOMPOSISI PROTEIN KOKON Cricula trifenestrata Helf. DAN KADAR
PROTEIN, AIR, ABU, FLAVONOID, TANIN DAUN JAMBU METE
Cricula trifenestrata Helf. (Lepidoptera; Saturniidae) memiliki perhatian
lebih beberapa tahun terakhir karena keistimewaannya menghasilkan kokon
dengan warna keemasan yang bernilai jual tinggi. Penentu kualitas sutera, salah
satunya dapat dilihat dari komposisi protein sebagai penyusun utama. Selain itu,
komposisi fitokimia daun jambu mete, yaitu pakan yang paling disukai ulat sutera
liar ini, dapat berpengaruh dalam proses pembuatan kokon. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mengetahui kadar protein kokon C. trifenestrata dan kadar
fitokimia daun jambu mete, yang berperan dalam proses pembentukan kokon serta
hubungan fitokimia daun jambu mete terhadap komposisi protein kokon C.
trifenestrata. Sampel yang digunakan yaitu 20 kokon C. trifenestrata yang di
ambil dari Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini
menggunakan metode Kjeldahl untuk mengukur kadar protein berdasarkan
nitrogen yang terdapat dalam sampel. Dari penelitian ini didapatkan kandungan
protein total sebanyak 94,04%, protein fibroin sebanyak 92,31% dan protein
serisin sebanyak 15,20%. Sedangkan kandungan fitokimia daun jambu mete yang
berkorelasi dan berpengaruh terhadap kualitas kokon C. trifenestrata adalah kadar
abu sebanyak 1,54%, tanin sebanyak 4,15%, flavonoid sebanyak 0,40%, protein
sebanyak 4,77% dan kadar air sebanyak 63,83%.
Kata Kunci :C. trifenestrata, Fitokimia Daun Jambu Mete, Kokon, Protein.
NIM. 08640013 SARI PRASETYAWATI2014-01-23T04:39:26Z2016-02-25T08:09:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9831This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/98312014-01-23T04:39:26ZPEMANFAATAN BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) SEBAGAI
SUBSTRAT PEMBUATAN TEMPE BIJI NANGKA DENGAN VARIASI
KADAR RAGI DAN LAMA FERMENTASIKecukupan gizi saat ini merupakan masalah yang perlu mendapatkan
perhatian yang cukup serius. Salah satu usaha dalam mengurangi masalah kekurangan
gizi adalah memperkenalkan makanan bergizi yang terjangkau oleh masyarakat dan
dapat diterima oleh konsumen yaitu tempe biji nangka.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar kandungan gizi (protein,
lemak, air, abu, dan karbohidrat) tertinggi pada tempe biji nangka hasil perlakuan
variasi kadar ragi dan lama fermentasi serta mengetahui hasil uji organoleptik pada
tempe biji nangka. Kadar protein dianalisis dengan menggunakan metode kjeldahl,
analisis kadar lemak menggunakan metode soxhlet, analisis kadar air menggunakan
metode pemanasan, analisis kadar abu menggunakan metode pemanasan dan analisis
kadar karbohidrat dilakukan dengan menggunakan metode
by difference. Uji
organoleptik dilakukan terhadap 30 responden yang berusia 17-25 tahun.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tempe biji nangka pada perlakuan kadar
ragi 0.6% dengan lama fermentasi 48 jam memiliki kadar protein tertinggi, yaitu
7.13% sedangkan penambahan kadar ragi 0.3% pada lama fermentasi 48 jam
menghasilkan kadar lemak yang tertinggi dengan nilai 0.74%. Penambahan ragi 1.3%
pada lama fermentasi 72 jam menghasilkan kadar air tertinggi yaitu 67.76%. Kadar
abu tertinggi dengan nilai 1.05% terdapat pada perlakuan penambahan ragi 1.3% pada
lama fermentasi 72 jam. Penambahan kadar ragi 0.3% pada lama fermentasi 48 jam
menghasilkan kadar karbohidrat tertinggi yaitu 34.23%. Hasil uji organoleptik
menunjukkan bahwa tempe biji nangka memiliki warna yang putih, rasa dan aroma
enak serta tekstur lunak dan kompak, sedangkan uji kesukaan terhadap tempe biji
nangka menunjukkan bahwa 16.66% responden sangat suka terhadap tempe biji
nangka dan 46.66% responden suka terhadap tempe biji nangka.NIM. 06640035 WAHYU WIDODO2014-01-23T04:47:41Z2016-02-25T08:11:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9833This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/98332014-01-23T04:47:41ZKARAKTER FISIK DAN KIMIAWI NATA DE BRAN
DENGAN VARIASI KONSENTRASI GULA DAN
LAMA FERMENTASI The bran is a by-product of rice processing, that contains a high level of
carbohidrat. Bran can be used as source of carbon for the fermentation process
that produces biocellulose called nata de bran. The objective of research was to
investigate the optimum concentration of sugar involved in the making of nata.
Secondly, it also tried to find the best fermentation period that produces good
quality of nata, which was determined by physical and chemical characteristic.
The concentration of sugar employed in the experiment was 5 %, 10 %, and 15
%. In addition, the data of the fermentation period was collected by observasing
the fermentation process at day 8
th
xiv
, 10
th
and 12
th
. The result showed that a good
quality of nata could be produced by administering 5% concentration of sugar,
and with a fermentation period of 8 day. The nata produced with the
aforementioned treatment had a total weight of 138.1 g, thickness of 1.1 cm, total
sugar 0,203% and crude fiber 0,835%. Based on the hedinic test to 25
respondents, it can be concluded that 40% of them showed a preference to the
nata.
NIM. 07640001 YULI ANDRIYANI 2014-03-14T08:01:03Z2016-12-09T06:04:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10780This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/107802014-03-14T08:01:03ZVARIASI MEDIA TANAM DAN UKURAN MATA TUNAS TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PISANG RAJA LINI (Musa paradisiaca L.)
Pisang merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Hal
tersebut menyebabkan permintaan buah pisang di pasaran semakin meningkat
setiap tahunnya. Permintaan buah pisang yang terus meningkat mengakibatkan
permintaan bibit pisang berkualitas juga mengalami peningkatan. Di Indonesia
umumnya pisang ditanam petani menggunakan bibit hasil pemindahan anakan,
sehingga untuk pengembangan dalam skala yang lebih besar terkendala dengan
terbatasnya jumlah bibit. Termasuk bibit hasil kultur jaringan yang harganya
relatif lebih mahal. Untuk dapat menghasilkan bibit yang berkualitas dan mampu
tumbuh optimal, diperlukan media tanam dan ukuran mata tunas yang tepat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi media tanam dan
ukuran mata tunas yang paling efektif digunakan dalam pembibitan pisang raja
lini. Ukuran mata tunas yang digunakan adalah mata tunas besar/V2 (diameter ≥
15 mm), dan mata tunas kecil/V1 (diameter ≤ 10 mm). Sementara media yang
digunakan terdiri dari campuran tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan variasi
yang berbeda M1 (2:1:1), M2 (2:1:2), M3 (2:1:3), dan M0 (kontrol). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan M3V2 memberikan nilai rata-rata yang
terbaik pada semua parameter pengamatan yaitu jumlah akar adventif, berat
basah, berat kering, ukuran akar terpanjang, volume akar, jumlah daun, tinggi
tanaman, dan diameter batang. Pembibitan pisang raja lini melalui bonggol
dengan perlakuan M3V2 (media 3 dengan tunas besar) mampu memberikan hasil
yang terbaik dan dapat digunakan sebagai kriteria tunas dan media untuk
perbanyakan bibit pisang di Indonesia dengan menggunakan bonggol sebagai
upaya pemenuhan permintaan bibit pisang berkualitas dan dapat membantu
peningkatan produksi pisang nasional pada waktu mendatang. NIM. 07640011 AKHMAD ASYTAFI HIKMAWAN2014-03-14T08:01:16Z2016-12-09T06:04:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10783This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/107832014-03-14T08:01:16Z
KALSIFIKASI SKELETON AKSIAL DAN
SEGMENTASI MUSCULAR REGENERAT EKOR
TOKEK (Gekko gecko linnaeus, 1758)
Tokek merupakan hewan yang dapat melakukan autotomi. Penelitan
mengenai autotomi ekor tokek telah banyak dilakukan, akan tetapi masih sedikit
yang meneliti tentang skeleton aksial yang menitik beratkan pada vertebrae
caudales maupun segmentasi muscular yang tersusun, hal ini yang menjadi latar
belakang dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi data
base penelitian selanjutnya dan sebagai pembanding antara hewan yang dapat
melekukan autotomi selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui
struktur makro dan mikro anatomi skeleton aksial regenerat ekor tokek dan
mengetahui struktur mikro anatomi segmentasi muscular regenerat ekor tokek.
Metode yang digunakan antara lain X-Ray, Alizarin Red S dan Alcian Blue,
metode Parafin dengan pewarnaan hematoxylin-eosin dan Mallory Triple Strain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna regenerat ekor tokek lebih pucat
dibandingkan dengan ekor asli. Pada pengamatan menggunakan sinar radiologi
dan pewarnaan alizarin menunjukkan bahwa ekor asli akan terlihat beruas-ruas
dan memiliki processus. Ekor tokek asli tersusun oleh tulang, karena berwarna
merah yang menunjukkan tulang terkalsifikasi secara sempurna. Sedangkan
regenerat ekor tokek tersusun oleh tulang rawan yang berbentuk seperti pipa
panjang terpulas merah karena telah mengalami kalsifikasi. Pada ujung ekor juga
ada warna biru hal ini menunjukkan bahwa regenerat ekor tokek belum
terkalsifikasi secara sempurna. Segmentasi muscular ekor tokek asli, bila dilihat
membujur, menunjukkan adanya segmen yang terbentang dari satu processus
menuju ke kulit dan bila dilihat dari melintang hanya mempunyai empat segmen
otot yang dipisahkan oleh septum. Sedangkan regenerat ekor tokek bila dilihat
secara membujur tidak ada segmen serta bila dilihat secara melintang terlihat
segmen otot yang berjumlah 12. Otot tersusun dari kumpulan myotube yang
membentuk myotomes, masing-masing myotomes dibatasi oleh myoseptum.
NIM. 07640016 AZKIYA ZAHROTUS SYARIFAH2014-03-14T08:01:44Z2016-12-09T06:05:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10791This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/107912014-03-14T08:01:44ZPRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL DARI LIMBAH CAIR TAHU
DENGAN KULTUR Saccharomyces cerevisiae 3005
Limbah cair tahu merupakan hasil samping proses produksi pengolahan
makanan berbahan dasar kedelai seperti tahu. Limbah cair tahu berpotensi
menimbulkan pencemaran apabila tidak ditangani dengan tepat. Protein Sel
Tunggal (PST) merupakan protein tinggi yang berasal dari mikroorganisme yang
ditumbuhkan pada media fermentasi yang mengandung sumber C dan N tinggi
seperti limbah cair tahu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
potensi limbah cair tahu sebagai substrat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae
dalam menghasilkan PST, mengetahui inkubasi optimal pembentukan PST oleh
S.cerevisiae dalam media limbah cair tahu berdasarkan jumlah koloni dan berat
kering sel, serta mengetahui kadar protein paling tinggi produk PST dari
S.cerevisiae. Kadar protein total dihitung dengan metode Kjeldhal. Perhitungan
dilakukan sesuai dengan perlakuan lama fermentasi yaitu 24, 48, 72, dan 96 jam.
Pembentukan produk PST oleh S.cerevisiae diamati dengan menghitung berat
kering sel dan jumlah koloni dengan metode surface plate. Hasil penelitian
menunjukkan pertumbuhan ideal S.cerevisiae dalam limbah cair tahu pada jam ke
24-48. Jumlah koloni dan berat kering sel berturut-turut pada jam ke-24 yaitu
1,8x10
8
CFU/mL dan 0.046 gram. Pada jam ke-48 terjadi kenaikan jumlah dan
berat kering sel masing-masing 5x10
8
CFU/mL dan 0,049 gram. Adapun
kandungan protein tertinggi pada jam ke-24 fermentasi yaitu 0,689%.
NIM. 07640023 ASTI WIDANTI 2014-03-14T08:02:48Z2016-12-09T06:05:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10799This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/107992014-03-14T08:02:48ZPERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI KULIT EKOR
ASLI DAN REGENERAT TOKEK (Gekko gecko Linnaeus, 1758)
DENGAN CICAK (Hemadactylus frenatus Gray, 1825)
Beberapa anggota Lacertilia mempunyai cara perlindungan diri dengan
autotomi ekor, yaitu putusnya ekor pada tempat-tempat tertentu disepanjang ekor
yang disebut dataran autotomi. Autotomi ekor terjadi apabila hewan dikejar atau
ekornya ditangkap. Cicak (Hemidactylus frenatus) merupakan salah satu anggota
Lacertilia yang mempunyai kemampuan autotomi dan regenerasi ekor sehingga
sangat menarik untuk diteliti. Ekor yang mengalami regenerasi tidak disokong
oleh deretan vertebra seperti halnya ekor asli, Pada ekor yang regenerasi medulla
spinalis tidak sempurna karena hanya tersusun atas sel-sel epindima, sel-sel glia
dan serabut- serabut syaraf tanpa badan sel syaraf. Lapisan epindema merupakan
deretan sel-sel ependima yang melapisi canalis centralis medulla spinalis. Proses
regenerasi dimulai dengan penutupan luka oleh epitheliocyti kulit yang bergerak
meluas masuk ke bagian luka yaitu diantara koagulat darah yang menutupi luka
dan textus connectivus di dekatnya. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan struktur kulit ekor asli dan hasil regenerat pada Gekko gecko dengan
Himadactylus frenatus secara makrospis dan mikroskopis. Metode yang
digunakan adalah metode perafin dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE) dan
Mallory Triple Strain (MTS). Pengamatan secara makroskopis bahwa kulit ekor
tokek warna agak gelap serta ditutupi oleh sisik-sisik yang tersusun imrikat
warna, bentuk, serta susunan sisik-sisik disepanjang ekor. kulit ekor yang
regenerat memiliki warna kulit lebih gelap dan pucat jika dibandingakn dengan
kulit ekor asli. Kulit ekor tokek asli maupun regenerat lebih tebal dari pada kulit
ekor cicak, serta kulit tokek memiliki bintik-bintik atau tonjolan di sepanjang
kulit. Pengamatan secara mikroskopis terdapat perbedaan struktur kulit ekor tokek
asli maupun yang regenerat dengan kulit ekor cicak asli maupun regenerat.
Struktur kulit ekor yang mengalami regenerasi memiliki struktur yang berbeda
dengan struktur kulit ekor asli. NIM. 07640019 BASRAWI2014-03-14T08:03:00Z2016-12-09T06:06:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10806This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/108062014-03-14T08:03:00ZSTRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI TUMBUHAN BAWAH
NAUNGAN Tectona grandis L.F, DI DESA SELOPAMIORO,
IMOGIRI, BANTUL, YOGYAKARTADesa Selopamioro yang terletak di Perbukitan Gunungsewu pada
ketinggian ± 400 mdpl, merupakan daerah perbukitan bersifat karst dan banyak
ditanami pohon jati. Penelitian yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 ini
bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah,
indeks keanekaragaman, dan hubungan indeks keanekaragaman dengan fisik
tanah (
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode plot kuadrat. Plot
diletakkan sepanjang garis transek secara sistematis dan berurutan. Parameter
vegetasi yang diukur meliputi densitas, densitas relatif, frekuensi, frekuensi
relatif, dominansi, dominansi relatif, indeks nilai penting dan indeks
keanekaragaman. Parameter abiotik yang diukur adalah intensitas cahaya, pH
tanah, suhu tanah dan kelembaban tanah serta ketinggian tempat.
Hasil penelitian menunjukkan dari keseluruhan elevasi ditemukan 71
spesies, yang tergolong dalam 34 famili. Nilai penting tertinggi ditemukan pada
elevasi 300-400 mdpl. Pada elevasi 100-200 mdpl Eupatorium inulifolium
H.B.K.
Hubungan parameter abiotik secara keseluruhan tidak berhubungan
dengan indeks keanekaragaman tingkat semak, herba dan rumput.06640038 DAHIR2014-03-14T08:03:16Z2016-12-09T06:06:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10810This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/108102014-03-14T08:03:16ZPENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN BIOLOGI
MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
UNTUK SISWA SMA/MA KELAS XI
SEMESTER II
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengembangan buku
pengayaan biologi materi sistem pernapasan manusia untuk siswa SMA/MA kelas
X semester II agar memnuhi kriteria kualitas buku pengayaan yang baik. Selain
itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kelayakan buku pengayaan
biologi materi sistem pernapasan manusia untuk siswa SMA/MA kelas XI
Semester II sebagai alternatif bahan ajar pendukung buku teks pelajaran.
Penelitian yang telah dilakukan termasuk dalam penelitian
pengembangan Research and Development. Prosedur pengembangan buku
pengayaan menggunakan model ADDIE yang terdiri dari 5 tahap yaitu Analysis
(Analisis), Design (Perencanaan), Development (Pengembangan), Implementation
(Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Instrumen penilaian yang digunakan
untuk mengetahui kualitas buku pengayaan adalah lembar angket yang mencakup
beberapa komponen penilaian meliputi komponen kelayakan materi/isi,
komponen kebahasaan dan komponen penyajian. Kualitas modul dinilai oleh 3
ahli materi, 3 ahli media, 10 peer reviewer, 3 guru biologi dan 24 siswa kelas XI.
Guru dan siswa yang terlibat dalam penelitian berasal dari SMA Negeri 8
Yogyakarta melalui uji coba terbatas. Data yang didapat merupakan data
kualitatif. Hasil penilaian dari tiap reviewer dijumlahkan untuk masing-masing
kategori atau kriteria penilaian dan dipersentase sehingga diketahui kualitas buku
pengayaan berdasarkan persentase kriteria penilaian terbesar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku pengayaan disusun melalui
tahap-tahap ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and
Evaluation). Buku pengayaan telah memenuhi kriteria kualitas buku pengayaan
yang baik. Persentase terbesar penilaian kualitas buku pengayaan berdasarkan
hasil penilaian reviewer dilihat dari keseluruhan komponen adalah Baik (B)
dengan rata-rata persentase 61,19% yaitu kategori Sedang. Berdasarkan penilaian
tersebut, Buku Pengayaan Biologi Materi Sistem Pernapasan Manusia Untuk
Siswa SMA/MA Kelas XI Semester II layak digunakan sebagai bahan ajar
penunjang buku teks pelajaran dalam proses pembelajaran biologi.
NIM. 08680055 DESY ADIASTY 2014-03-14T08:03:34Z2016-12-09T06:07:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10815This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/108152014-03-14T08:03:34ZEFEK SUBLETHAL EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava)
TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti Kandungan fitokimia yang terdapat pada jambu biji (Psidium guajava) dapat
digunakan untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun jambu biji sebagai larvasida
nyamuk A. aegypti dan mengetahui efek sublethal ekstrak daun jambu biji terhadap
morfologi dan perilaku larva A. aegypti. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) ini dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan,
masing-masing terdiri 20 larva. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,01%, 0,1%, 1%,
10%, dan 0% (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji
mempunyai potensi daya bunuh dan mampu membunuh larva A. aegypti dengan
konsentrasi di atas 10%. Selain itu ekstrak daun jambu biji mempunyai efek sublethal
terhadap larva A. aegypti, terlihat dari adanya kerusakan morfologi larva perilaku
larva serta adanya penghambatan perkembangan pada larva dan pupa. NIM. 08640018 DIKKI TRIYADI2014-03-14T08:04:44Z2016-12-09T06:11:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10840This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/108402014-03-14T08:04:44ZANALISIS VEGETASI DI KAWASAN EKOWISATA GUNUNG API PURBA
NGLANGGERAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA Gunung Nglanggeran merupakan kawasan ekowisata yang terletak
di Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Kawasan ini
terbentuk pada zaman tersier kala miosen awal sampai miosen tengah (±23
juta tahun yang lalu). Sejarah geologi dan geomorfologi mempengaruhi
struktur dan kompoisi vegetasi. Kawasan ini sejak tahun 2009 telah
ditetapkan menjadi kawasan ekowisata. Pentingnya penelitian vegetasi
perlu dilakukan mengingat menarik dari segi sejarah geologi dan antisipasi
sejak dini dampak dari ekowisata. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui struktur komposisi vegetasi, indeks diversitas, serta parameter
lingkungan yang mempengaruhinya.
Penelitian ini menggunakan metode kuadrat plot, pengambilan
sampel dengan menggunakan metode stratified random sampling.
Penelitian dilakukan di Kawasan Ekowisata Gunung Nglanggeran pada
musim penghujan bulan November 2011- Februari 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan total spesies yang menyusun
vegetasi Nglanggeran adalah 166 spesies yang terdiri dari 19 spesies
tingkat pohon, 26 spesies tingkat anak pohon, serta 136 spesies tingkat
tumbuhan bawah yang terdiri dari 71 spesies semak, 54 spesies herba, dan
11 spesies rumput. Nilai penting tingkat pohon tertinggi elevasi I
Swietenia mahagoni (NP= 43,72 %), elevasi II Anacardium occidentale
(NP= 94,68%), elevasi III Dalbergia latifolia (NP = 62,36%). Tingkat
anak pohon pada ketiga elevasi Dalbergia latifolia. Elevasi I (NP= 95,27
%); elevasi II (NP= 58,96 %), elevasi III (NP= 122,01 %). Tumbuhan
bawah tingkat semak elevasi I Memecylon cauruleum (NP =19,41 %);
elevasi II Psykotria celebica (NP= 23, 47 %); elevasi III Ardisia humilis
(NP = 18,32 %). Tumbuhan bawah tingkat herba elevasi I dan elevasi II
Elephantopus scaber (NP = 25 ,35 %) dan (NP = 21, 58 %); elevasi III
Selaginella plana (NP = 41,15 %). Tumbuhan bawah tingkat rumput
tertinggi pada ketiga elevasi spesies Brachiaria subquadripara (Trin.)
Hitch. Elevasi I ( NP = 92,75 %); II (NP = 73,31 %); dan III (NP =
86,41%). Indeks diversitas tingkat pohon elevasi I (H’= 2,49); II (H’=
1,91); dan III (H’= 2,12). Indeks diversitas tingkat anak pohon elevasi I
(H’= 2,5), II (6 = 2,49%), dan III (H’= 2,24 %). Tumbuhan bawah tingkat
semak I (H’= 3,26); II (H‘= 3,53) dan (H’=3,5). Tumbuhan bawah tingkat
herba elevasi I (H’= 3,11); II (H’= 2,56); III (H’=2,45). Tumbuhan bawah
tingkat rumput elevasi I(H’= 1,82); II (H’= 2,01); dan III (H’=1,76).
Parameter lingkungan yang mempengaruhi intensitas pH dan intesitas
cahaya. NIM. 07640002 FARADLINA MUFTI2014-03-14T08:05:21Z2016-12-09T06:35:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10847This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/108472014-03-14T08:05:21ZINVENTARISASI VEGETASI TINGKAT TUMBUHAN BAWAH PADA
KETINGGIAN YANG BERBEDA DI HUTAN RAKYAT SELOPAMIORO
IMOGIRI
Hutan Rakyat Selopamioro adalah hutan heterogen dengan kondisi ekologis
yang unik, yaitu memiliki topografi datar hingga bergelombang sampai ketinggian
>380 mdpl. Sebagian tanahnya berupa tanah karst yang membentuk lahan kritis
sehingga hanya tumbuhan tertentu yang dapat hidup. Penelitian ini betujuan untuk
mempelajari tumbuhan bawah apa saja yang ada di kawasan tersebut serta
bagaimana respon tumbuhan terhadap perbedaan ketinggian guna
mempertahankan plasma nutfah serta pelestarian tumbuhan bawah. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 dengan menggunakan metode jelajah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 76 spesies dari 29 famili dan 19 ordo
tumbuhan bawah penyusun vegetasi hutan rakyat yang terdiri dari semak, herba
dan rumput. Spesies yang diperoleh termasuk dalam 29 famili, yang didominasi
oleh famili Asteraceae, Euphorbiaceae,dan Poaceae. Menurut hasil penelitian
diketahui bahwa ketinggian dan factor fisik mempengaruhi keanekaragaman
tumbuhan bawah yang ditemukan pada Hutan Rakyat Selpamioro Imogiri.
Beberapa tumbuhan bawah yang selalu ditemukan pada setiap ketinggian
adalah Sambiloto (Andrographis paniculata), Kangkungan (Ipomoea reptana),
Tapak liman (Elephantopus scaber), Kirinyu (Eupathorium odoratum), Udulan
(Kyllinga monocephala), dan Paspalum conjugatum.
NIM. 06640036 FIRDAUS AULIYA2016-05-25T02:33:10Z2016-05-25T02:33:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20812This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/208122016-05-25T02:33:10ZKOMPOSISI DAN KEMELIMPAHAN JENIS BURUNG DIURNAL
DI HUTAN GAMA GIRI BANTUL D.I.YOGYAKARTAHutan Gama Giri Mandiri merupakan salah satu kawasan konservasi yang
telah beralih fungsi sebagai hutan produksi. Komposisi dan kemelimpahan jenis
burung yang terdapat di hutan Gama Giri Mandiri belum diketahui. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui jenis burung dan mengetahui kemelimpahan dari
masing-masing jenis burung di hutan Gama Giri Mandiri Kabupaten Bantul.
Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat membantu memberikan informasi yang
dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012. Metode yang digunakan
adalah tingkat pertemuan (Encounter rates) mengacu pada Bibby dkk (2000).
Hasil penelitian komposisi jenis burung dianalisis secara deskriptif, dan analisis
kemelimpahan jenis burung dianalisis menggunakan analisis tingkat pertemuan
mengacu pada Bibby dkk (2000). Pengamatan dibagi menjadi 3 kelompok dengan
jalur pengamatan yang berbeda namun berada dalam satu lokasi. Jenis-jenis
burung yang teramatikemudian diidentifikasi, dihitung jumlah individunya dan
dicatat kedalam tabel pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 47 jenis burung dari 26 famili.
Jenis burung dengan nilai kemelimpahan tertinggi adalah Bondol jawa (Lonchura
leucogastroides) dengan 81.3333 individu/10 jam. Elang Alap Cina (Accipiter
soloensis), Elang Alap Nipon (Accipiter gularis), Elang Ular Bido (Spilornis
cheela), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), dan Alap Alap Sapi (Falco
moluccensis) adalah Jenis burung yang termasuk dalam daftar Appendix II
CITES. Terdapat 12 Jenis burung dilindungi oleh Peraturan Pemerintahan No.7
tahun 1999 yaitu Tepus dada-putih, Alap Alap Sapi, Elang Alap Cina, Elang Alap
Nipon, Elang Ular Bido, Elang Hitam, Cekakak sungai, Cekakak Jawa, Blekok
Sawah, Burung-Madu Sriganti,Burung-Madu Kelapa, Pijantung Kecil. Ditemukan
satu jenis burung masuk dalam Redlist IUCN yaitu Tepus dada-putih (Stachyris
grammiceps), yang masuk dalam kategori NT = Near Threatened (mendekati
terancam).NIM. 07640026 SUTRISNO ARI PRAKOSO