Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T14:01:41ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2022-07-15T07:08:36Z2022-07-15T07:08:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52060This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/520602022-07-15T07:08:36ZAL QASIDAT AL MUHAMMADIYYAH LI AL IMAM AL BUSIRIY : DIRASAH TAHLILIYYAH BUNYUWIYYAH LI ROMAN INGARDENPenelitian ini berjudul “Qasidah “al-Muhammadiyyah” Karya Imam Al-
Bushiri (Analisis Struktural Strata Norma Roman Ingarden)”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkap makna yang terdapat dalam Qasidah
Muhammadiyyah karya Imam al-Bushiri. Imam al-Bushiri ialah penyair
berkebangsaan Maroko yang dibesarkan di Bushir, Mesir. Nama aslinya ialah
Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri.
Berdasarkan hal tersebut penulis memandang bahwa teori Strata Norma
yang dirumuskan oleh Roman Ingarden, seorang filusuf berkebangsaan Polandia,
adalah teori yang tepat untuk menganalisis karakteristik syiir yang terdapat pada
bait-bait “al-Qasidatu al-Muhammadiyyah” karya Imam al-Bushiri. Dalam
bukunya Das Literarische Kunstwerk (1931) Roman Ingarden membagi beberapa
lapis untuk mengkaji sebuah karya syiir atau qasidah menjadi lima norma,
sebagaimana berikut : Lapis Bunyi (Sound Stratum), Lapis Arti (Units Meaning),
Lapis Obyek, Lapis Dunia, dan Lapis Metafisis. Dengan demikian, untuk
mencapai makna dari qasidah tersebut, penulis harus mengkaji atau menganalisis
lapis demi lapis dari norma-norma tersebut.
Secara garis besar yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa
lapis bunyi yang terdapat dalam Qashidah “al-Muhammadiyyah” karya Imam al-
Bushiri ini menggunakan Bahr Basith Tam, dalam termasuk kategori Qofiyah
Muthlaqoh Mutarakibah dengan qafiyah Mim’ di setiap akhir baitnya. Lapis arti
pada puisi ini adalah mencintai Rasulullah SAW, lalu mensyukuri atas
diturunkannya beliau dengan keagungan akhlak, dan kemukjizatan beliau. Lapis
objek antara lain : Latar tempat yang terkait dengan syiir ini yakni di Bushir,
Arab, Rumah Nabi Muhammad SAW, dan Bumi, latar waktunya adalah masa
lampau waktu penyair menciptakan syiir ini, pada masa hidup Nabi Muhammad
SAW, masa sekarang, dan hari kiamat. Sedangkan pelaku atau tokohnya yang
berkaitan dengan syiir ini ialah Imam al-Bushiri sendiri sebagai pengarang, Nabi
Muhammad SAW, bangsa arab, dan seluruh umat manusia. Lapis dunia,
gambaran suasana yang Lapis dunia yang termuat dalam syiir al-Qashidah al-
Muhammadiyyah, sudut pandang dari puisi ini berisi tentang muatan ungkapan
cinta yang begitu besar kepada Allah SWT dan rasulNya. Lapis metafisis dalam
qashidah ini berisi tentang Kemuliaan.NIM.: 14110026 Mohammad Syaiful Arif2020-09-25T06:22:39Z2020-09-25T06:22:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41077This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/410772020-09-25T06:22:39ZFi'il Al Kalam Al Tawjihiy Al Injaziy Fi Nass Al Masrihiyyah Ma'satu Zaynab Li Ali Ahmad Baktiar (dirasah Tahliliyah Tadawuliyyah)Penelitian ini adalah penelitian tindak tutur ilokusi direktif dalam naskah drama Ma'satu Zaynab karya Ali Ahmad Baktsir dalam ranah Pragmatik. Drama ini mengisahkan cerita tentang perjuangan seorang wanita yang ingin memerdekakan bangsa Mesir yang saat itu masih diperebutkan Perancis, Inggris, dan Turki. Di dalam naskah drama ini terdapat banyak tuturan-tuturan yang mengandung makna direktif dengan bentuk yang bermacam-macam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk- bentuk tindak tutur ilokusi direktif dalam naskah drama Ma'satu Zaynab karya Ali Ahmad Baktsir. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (1) tahap pengumpulan data,(2) tahap analisis data, (3) tahap penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak dan mencatat tuturan-tuturan direktif yang terdapat dalam naskah drama " Ma'sat Zaynab" karya Ali Ahmad Baktsir. Pada tahap analisis data bersandar pada teori Searle dengan metode padan ekstralingual. Hasil penelitian menunjukkan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi direktif dalam naskah drama Ma'sat Zaynab berbentuk al-amr yang terdapat sebanyak 89 tuturan, an-nahy sebanyak 21 tuturan, al-istifham sebanyak 4 tuturan, dan an-nida’ sebanyak 2 tuturan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi tindak tutur ilokusi direktif dalam naskah drama Ma’sat Zaynab ini adalah latar belakang peserta tutur yang meliputi status sosial, tingkat keakraban, dan watak peserta tutur, emosi, dan situasi tutur. Tindak tutur ilokusi direktif dalam naskah drama Ma’sat Zaynab ini memiliki berbagai fungsi, yaitu: meminta, mengizinkan, member saran, memprovokasi, meminta izin, meminta maaf, mempersilakan, menolak, menjelekkan, memohon, do’a, mengajak, dan melarang.
Kata kunci: Tindak tutur ilokusi direktif, Pragmatik, Naskah dramaNIM. 14110124 M. Hasbi Zahrowil Qolbi2019-06-10T07:33:14Z2019-06-10T07:33:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32877This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328772019-06-10T07:33:14ZAl Qissah al qasirah qissah Fathiyyah al Misriyyah li Nawal al Sa'dawiy (dirasah tahliliyyah ijtimaiyyah markisiyyah)Skripsi ini memilih objek material berupa cerpen yang berjudul “Qishshah
Fathiyah al-Mishriyah” dalam antologi cerpen Adab am Qillatu Adab karya Nawal
Sa’dawi dengan pendekatan sosiologi marxisme.
Marxisme adalah sebuah pemikiran yang dicetuskan oleh Karl Marx. Pada
cerpen ini menggambarkan tentang sebuah perjuangan kelas yang berusaha untuk
menghapus ketidakadilan di atas kekuasaan.
Melalui pendekatan sosiologi sastra marxisme cerpen ini dapat disimpulkan
bahwa konflik sosial politik yang terjadi disebabkan oleh faktor atau kondisi sosial itu
sendiri. Harta menjadi kiblat dalam menentukan kelas sosial manakah dirinya.
Kebahagiaan pun juga ditentukan kelas sosial. Pada cerpen ini, kelas bawah selalu
tertindas oleh kelas atas yang berbuat semena-mena bahkan menyiksanya. Seperti
yang dialami tokoh utama Fathiya, ia dipaksa menikah dengan lelaki tua yang tidak ia
cintai yang usianya jauh lebih tua darinya. Bahkan setelah menikah ia mendapatkan
perlakuan kasar dari suaminya.
Kata kunci : Sosiologi Marxisme, Kelas Sosial.NIM. 11110024 DITA UTAMA2019-06-10T07:33:09Z2019-06-10T07:33:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32876This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328762019-06-10T07:33:09ZAl Taddub al lughawiy fi surah Yusuf (dirasah tahliliyyah 'ala daw' mubda al taaddub inda Leech)Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang
penggunaan dan kegunaan bahasa dalam berkomunikasi. Tujuan komunikasi
dapat tercapai jika setiap peserta pertuturan mampu menjaga etika dan
memerhatikan kaidah-kaidah berbahasa baik kaidah linguistik maupun kaidah
kesantunan. Kesantunan merupakan suatu sistem antar manusia yang diciptakan
untuk meminimalkan potensi konflik dan perlawanan dalam segala kegiatan
manusia.
Leech (1983), merumuskan teori bagaimana berbahasa secara santun
berdasarkan pada prinsip kesantunan (politeness principle). Teori prinsip
kesantunan tersebut terdiri dari enam maksim kesantunan, yaitu maksim
kebijaksanaan (Tact Maxim), maksim kedermawanan (Generosity Maxim),
maksim penghargaan (Approbation Maxim), maksim kerendahan hati (Modesty
Maxim), maksim kesepakatan (Agreement Maxim), maksim simpati (Sympathy
Maxim).
Surah Yusuf diturunkan di Mekkah, dan terdiri atas 111 ayat. Surah Yusuf
berbeda dari surah-surah lain dalam Alquran. Kandungan surah dalam Alquran
biasanya memuat beragam tema, tetapi berbeda dengan surah Yusuf yang berpusat
pada satu tema yaitu riwayat nabi Yusuf. Kisah nabi yusuf dalam surah ini
mencangkup 98 ayat. Keistimewaan yang menonjol dari kisah tersebut,
menceritakan seorang nabi yang masa kecilnya dibuang kedalam sumur oleh
saudara-saudaranya, kemudian menjadi budak dan dipenjara karena fitnah dari
rayuan wanita, hingga beliau diangkat menjadi menteri keuangan negara karena
wahyu yang diberikan Allah berupa takwil mimpi.
Hasil analisis dalam penelitian ini terdapat tiga poin, yaitu pematuhan
kesantunan, skala kesantunan dan penyimpangan kesantunan yang dikemukakan
oleh Leech. Pada pematuhan prinsip kesantunan ditemukan 24 ayat yang terdiri 5
ayat dalam maksim kebijaksanaan, 2 ayat dalam maksim kedermawanan, ayat
dalam maksim penghargaan, ayat dalam maksim kerendahan hati, ayat dalam
maksim kesepakatan, ayat dalam maksim simpati. Pada skala kesantunan
ditemukan 9 ayat yaitu 1 ayat dalam maksim kebijaksanaan, 3 ayat dalam maksim
penghargaan, 1 ayat dalam maksim kerendahan hati, 3 ayat dalam maksim
kesepakatan, 1 ayat dalam maksim simpati. pada penyimpangan kesantunan
ditemukan 13 ayat yaitu 2 ayat dalam maksim kedermawanan, 4 ayat dalam
maksim penghargaan, 3 ayat dalam maksim kerendahan hati, 2 ayat dalam
maksim kesepakatan, 2 ayat dalam maksim simpati.NIM. 11110022 DAVIT MUH NUR HUDA2019-06-10T07:33:02Z2019-06-10T07:33:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32871This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328712019-06-10T07:33:02ZAL MUHSINAT AL BADI'IYYAH FI AGHNIYAH UMU KULTHUM AL 'ARABIYYAH (DIRASAH TAHLILIYYAH FI 'ILM AL BALAGHAH)Melihat realita yang ada pada era globalisasi sekarang ini, betapa
kurangnya minat dari Mahsiswa dan Pelajar untuk menikmati lagu-lagu Arab
tempo dulu. Sehingga gairah untuk menikmatinya sangatlah minim dan berkurang
untuk khalayak umum. Khususnya lagu arab Umi Kaltsum, karena didalam
lagunya terdapat banyak sekali uangkapan-ungkapan yang mendalam, meliputi
penghayatan, ekspresi, curahan hati dan pesan moral. Beliau juga seorang
penyanyi sekaligus pencipta lagu, baik menggunakan Bahasa arab ‘Ammiyah dan
Pushah. Selain profesi sebagai penyanyi, ia juga seorang sastrawati serta aktivis
dalam pemerintahan, sehingga banyak sekali yang ingin mengajaknya terjun
kedalam pemerintahan.
Syair-syair lagu Umi Kaltsum banyak sekali mengandung makna-makna
yang mendalam, diksinya sangat sederhana, sehingga mudah diterima disemua
kalangan, meskipun menggunakan bahasa arab ‘Ammiyah dan Pushah. Beliau
juga memiliki tangga nada perempuan yang sangat tinggi, berbeda dengan type
suara penyanyi perempuan yang lain, yang seharusnya memiliki tangga suara
yang standar perempuan tingginya. Akan tetapi beliau memiliki suara yang tangga
nadanya diatas rata-rata, meskipun penyanyi perempuan yang lain sulit untuk
meniru suara aslinya dengan kapasitas yang maksimal.
Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode kajian pustaka atau
library research, dan sistematika dalam penulisan penelitian ini mengacu pada
buku panduan yang telah diterbitkan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Adapun analisis isi dalam lagu Umi Kaltsum ini, penulis
menggunakan teori ilmu Balaghah, yaitu Ilmu Badi’.
Sebenarnya, objek kajian yang paling banyak dan seringkali kita temukan
yaitu didalam Al-Qur’anul Karim, Barzanji, Dhiba’, Puisi dan Shalawat/Pujian.
Sedangkan untuk objek kajiannya khusus lagu-lagu arab itu sangatlah minim dan bisa dibilang kurang peminatnya. Dengan demikian penulis mempunyai inisiatif
keras untuk meneliti lagu arab khususnya Ummu Kalstum dengan judul lagu ( أنت
فكروني ,انت الحب ,عمری ,هذه ليلتى , امل حياتى ). Selain untuk refernsi, juga sebagai acuan
pembelajaran bagi Pelajar dan mahasiswa untuk lebih mudah lagi memahami
tentang teori, kajian maupun analisi, terlebih didalam Ilmu Badi’ disiplin Ilmu
Balaghah. Dengan penuh pertimbangan dan pemikiran yang mendalam, penulis
akan meneliti lagu Arab Ummu Kaltsum dengan menggunakan teori Ilmu Badi’
dalam disiplin Ilmu Balaghah. Data ini diambil dari kitab Al Hanjarah Al
Dzahabiyyah, Hayatun Wa Aghani Kaukabusy Syarqi, Ummu Kultsum,
Majmu’atun Aghaniha Al Kamilah.
Kata kunci: Al Hanjarah Al Dzahabiyyah, Hayatun Wa Aghani Kaukabusy
Syarqi, Ummu Kultsum, Majmu’atun Aghaniha Al Kamilah. Syair Ummu
Kultsum, Engkaulah Umurku, Inilah Malamku, Dan Aktivitas Kehidupanku, Ilmu
Badi’, Ilmu Balaghah.NIM. 11110017 DAHRIZAL2019-05-28T03:09:10Z2019-05-28T03:09:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32837This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328372019-05-28T03:09:10ZAl saja' fi kitab minhaj al 'abidin (dirasah tahliliyyah balaghiyyah)Skripsi ini berupaya mengkaji tentang sajak yang ada dalam kitab
Minhajul Abidin karya Imam Al Ghazaly yang didalamnya banyak menggunakan
keindahan uslub balaghi, diantaranya yaitu sajak. Peneliti tertarik untuk mengkaji
keindahan lafadz-lafadz dalam kitab Minhajul Abidin dengan menggunakan
pendekatan ilmu badi’ khususnya pada bab sajak. Peneliti membatasi pembahasan
terkait unsur-unsur dan macam sajak apa saja yang terkandung dalam kitab
Minhajul Abididin.
Adapun teknik pengumpulan data dengan menggunakan library research.
Sumber data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Sumber primer dalam
penelitian ini adalah kitab Minhajul Abidin, sedangkan sumber sekundernya
berupa referensi yang berkaitan dengan sajak. Dalam mengumpulkan data-data
tentang sajak peneliti akan mencari dan mengumpulkan lafadz-lafadz yang
terdapat dalam data primer yakni dalam kitab Minhajul Abidin karya Imam Al
Ghazaly.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur sajak dan
macam sajak apa saja yang terkandung dalam kitab Minhajul Abidin . dalam
penelitian ini dapat diketahui bahwa untaian kalimat dalam kitab Minhajul Abidin
terdapat uslub-uslub yang layak dikatakan sebagai sajak. Berdasarkan
pembagianya, sajak ada tiga macam yaitu sajak mutharaf, murassha’ dan
mutawazi.
Hasil penelitian ini adalah peneliti menemukan tiga macam sajak. Sajak
yang pertama adalah sajak mutharraf yang berjumlah 28 lafadz, sajak yang kedua
yaitu sajak mutawazi yang berjumlah 32 lafadz, dan sajak yang ketiga yaitu sajak
murassha’ yang berjumlah satu lafadz atau kalimat. Sajak mutawazi merupakan
sajak terbanyak yang terdapat di dalam kitab Minhajul Abidin karya Imam Al
Ghazaly.NIM. 11110134 Bisri Nur Wahyudi2019-05-28T03:09:06Z2019-05-28T03:09:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32834This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328342019-05-28T03:09:06ZSurat al mar'ah fi al riwayah al hub daiman li amal Muhammad Shata (dirasah naqdiyyah adabiyyah nasaiyyah)Judul dari skripsi ini adalah Suurotul Mar’ah Fi Riwayati Al Hub
Daaiman Li Amal Muhammad Syatha (Diraasah Nagdiah Adabiyah Nisaiyah).
Skripsi ini mengkaji citra perempuan dalam novel Al Hub Daaiman karya Amal
Muhammad Syatha menggunakan teori kritik sastra feminis. Novel ini
menceritakan tentang kisah seorang perempuan bernama Laila yang berusaha
memperjuangkan kebebasan dalam hidupnya sebagai seorang wanita. Laila
hidup di lingkungan masyarakat yang masih menjunjung tinggi budaya
patriarkat.
Masalah yang terdapat dalam skripsi ini adalah bagaimana citra tokoh
utama sebagai seorang perempuan?, Dan bagaimana tindakan yang dilakukan
tokoh utama dalam menghadapi masalah?. Sedangkan pendekatan yang
digunakan untuk menganalisis novel ini adalah pendekatan kritik sastra feminis
dan berfokus pada citra perempuan dalam karya sastra. Kritik ini berusaha
membongkar praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang patriarkat.
Hasil dari penelitian ini adalah tokoh utama sebagai seorang perempuan
memimiki citra positif. Dan juga mencitrakan tokoh perempuan yang
mempunyai keinginan yang kuat serta rasa tidak mudah putus asa dalam
menghadapi masalah yang dialami, Laila juga merupakan tokoh utama yang
menyuarakan sebuah makna kebebasan, bahwa perempuan yang bebas adalah
yang bisa bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, berkebudayaan, dan
bisa menentukan nasibnya sendiri.
Kata kunci: Al Hub Daaiman, Feminisme, Citra Perempuan, Amal
Muhammad SyathaNIM. 10110038 MU'IN MAHMUD HUDLORI2019-05-23T01:48:18Z2019-05-23T01:48:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32955This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329552019-05-23T01:48:18ZBalaghah al tashbih fi mu'allaqah Zuhayr Ibn Abi Salma (dirasah tahliliyyah balaghiyyah)Judul penelitian ini adalah Balaghah At-Tasybih Fi Muallaqat Zuhair Bin Abi Sulma.
Dan Mu’allaqat ini diambil dari kitab Syrhu Muallaqat As- sab’u li Abi Abdillah Al Husain Bin
Ahmad Az-Zauzini. Penulis melihat bahwa zuhair Bin Abi Sulma adalah seorang penyair yang
terkenal dengan kejujuran dalam berpuisi dalam syairnya. Dan para kritikus sastra menetapkan
Zuhair sebagai seorang penyair yang terkenal pada masa jahili an meletakkan kepenyairannya
bersama para penyair terbesar masa itu pada tingkaytan pertama yakni bersama umruul qais dan
juga An- Nabighah Adz- Dzibyani.
Pada masa jahili sastra arab berkembang sangat pesat khususnya dalam hal syair. Dan
mereka berlomba lomba dalam membuat syair tersebut dan syair yang di gantungkan di atas
ka’bah disebut Mu’allaqah. Dan syair Zuhair didalamnya terkandung unsure balaghah
didalamnya sebagaimana unsure yang orang arab gunakan dalam kepenyairannnya dalam
membuat tasybih, dan ini adalah landasan utama penulis memilih menulis penelitian ini dalam
segi maccam-macam tasybih dan tujuan tasybih yang ada dalam Mu’allaqat Zuhair Bin Abi
Sulma. Dan ilmu yang membantu menganalisis penelitian ini yakni ilmu Balaghah.
Kesimpulan dari penelitian ini yakni penulis menemukan Tasybih dalam Mu’allaqat
Zuhair bin Abi Sulma sebanyak 23 Tasybih yang di bagi dalam dua macam Tasybih yakni
Tasybih Mujmal dan Tasybih Baligh dan tujuan tasybih yang ada dalam Mu’allaqat tersebut ada
dua macam pula yakni Bayan Hal ( menjelaskan musyabbah) dan Bayan Imkanu Hal
(menjelaskan keadaan Musyabbah)NIM. 12110058 Dlia Islamika2019-05-23T01:48:13Z2019-05-23T01:48:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32938This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329382019-05-23T01:48:13ZAl qissah al rajul al ladhi samad li Tawfiq al Hakim (dirasah al barjamatiyyah 'an af'al al kalam)Bahasa merupakan sarana alat komunikasi seseorang untuk mengungkapkan
perasaan, pikiran dan gagasan. Dalam pragmatik bahasa dikaji berdasarkan unsur
eksternalnya atau konteksnya bukan menelaah struktur internalnya atau kepada
teksnya. Bentuk komunikasi dalam cerita drama muncul dari dialog-dialog yang
dilakukan oleh penutur dengan mitra tuturnya. Dengan menelaah maksud dari
dialog tersebut, maka akan diketahui maksud dari cerita drama yang disajikan.
Dalam cerita drama ar-Rajul al-ladzi Shamada karya Taufiq Hakim, terdapat
dialog-dialog yang dapat dikaji dengan teori pragmatik. Dialog-dialog tersebut
mengandung suatu tindakan yang dalam pragmatik disebut tindak tutur. Dalam
tindak tutur meliputi tiga hal yaitu pernyataan kalimat yang disebut lokusi, maksud
pernyataan kalimat atau ilokusi, dan efek yang diakibatkan dari pernyataan tersebut
yang disebut perlokusi. Penelitian akan difokuskan pada analisis tindak tutur lokusi,
ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam cerita drama ar-Rajul al-ladzi Shamada
karya Taufik Hakim.
Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan untuk penelitian tindak tutur
dalam cerita drama ar-Rajul al-ladzi Shamada karya Taufik Hakim yaitu penyajian
data, analisis data dan penyajian laporan. Data yang terkumpul dilanjutkan ke
metode analisis data dengan mengidentifikasi dan mengklarifikasi data. Setelah
diidentifikasi kemudian data tersebut diklasifikasi berdasarkan tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Tahap terakhir yaitu penyajian seluruh hasil analisis.
Hasil dari penelitian dalam cerita drama ar-Rajul al-ladzi Shamada karya
Taufik Hakim ditemukan beberapa mengandung tindak tutur, baik lokusi, ilokusi,
dan perlokusi.
Kata kunci: pragmatik, tindak tutur, cerita drama Taufik HakimNIM. 11110125 Farkhan Zulfa2019-05-23T01:48:07Z2019-05-23T01:48:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32936This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329362019-05-23T01:48:07ZAhdath al kalam fi al qissah al dalil li ta'ah li Najib Mahfuz (dirasah tahliliyyah 'inda nazadarathu speaking li Dell Hymes )Penelitian ini berangkat dari permasalahan tetang peristiwa tutur yang terajadi pada masyarakat tutur yang berlapis, oleh karena itu ada perbedaan gaya bahasa pada setiap peristiwa tutur yang terjadi. Oleh karena itu, melalui cerpen “دليل التّا ئة ” Najib Kailani memaparkan setiap peristiwa tutur yang terjadi pada kehidupan muhammad bakri dalam mencapai obsesinya menjadi penulis. Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan analisis SPEAKING Dell
Hymes, yaitu menjabarkan peristiwa tutur dengan 8 komponen yaitu,(a) Setting and Scene yaitu tempat dan waktu terjadi tuturan dalam hal ini ada Desa Asyiuth, desa yang disebut rumah mereka di Kairo, stasiun radio dan berakhir pada suatu daerah bernama abasiyah,(b) Participants yaitu meliputi penutur dan petutur pada cerpen ini yaitu Muhammad Bakri, Istri Muhammad Bakri, kedua anak Muhammad Bakri dan redaktur penerbit di Kairo,(c)Ends yaitu maksud dan tujuan suatu tuturan seperti kepindahan ke Mesir, pengakuan kehormatan, dan membicarakan tentang penerbitan karya sastra,(d) Act Sequence yaitu mengacu pada bagaimana suatu
ح
informasi disampaikan dalam cerpen ini dengan kedua cara yaitu, langsung dan tak langsung, tergantung dengan siapa penutur melakukan ujaran. Saat dengan istrinya maka muhammad bakri menyampaikan bentuk pesannya secara langsung. Sementara redaktur menyampaikan pesannya secara tidak langsung,(e) Key yaitu ekspresi penutur dan petutur pada saat suatu pembicaraan berlangsung dalam cerpen ini ekspresi yang ditampian adalah Seperti dengan cara santai, angkuh, dan meremehkan,(f) Instrumentalitie yaitu jalur bahasa yang digunakan, pada cerpen ini yang digunakan adalah jalur lisan dengan tatap muka atau langsung, (g)Norm yaitu aturan-aturan sosial yang berkaitan dengan peristiwa tutur yang terjadi pada cerpen “salah arah” mengunakan norma interaksi, (h)Genre yaitu jenis dari kejadian disini menggunakan percakapan antar penutur. Kata kunci: sosiolinguistik, peristiwa tutur, SPEAKINGNIM. 11110108 Niswatun Azizah2019-05-23T01:48:01Z2019-05-23T01:48:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32922This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329222019-05-23T01:48:01ZAl isharayat fi surah Ibrahim (dirasah tahliliyyah tadawuliyyah)Di sini peneliti tertarik untuk meneliti salah satu surah dalam Alquran, yaitu
surah Ibrahim, penelitian tersebut berjudul Al isyariyatu fi Surah Ibrahim. Di
dalam penelitian tersebut peneliti memfokuskan terhadap deiksis personal, deiksis
waktu dan deiksis tempat dalam surah Ibrahim serta apa dari referen dari
ungkapan deiksis tersebut. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui
bentuk-bentuk deiksis dan untuk mengetahui referen dari ungkapan-ungkapan
deiksis yang terdapat dalam surah Ibrahim.
Jenis penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan
menggunakan telaah pustaka, cara pengumpulan data dengan mengkaji segala
macam literasi yang berhubungan dengan penafsiran surah Ibrahim. Dalam proses
pengumpulan data peneliti menggunakan teknik baca dan catat, sedangkan dalam
menganalisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif. Setelah dilakukan
penelitian, dalam surah Ibrahim terdapat 20 deiksis persona, 5 deiksis waktu, dan
5 deiksis tempatNIM. 11110103 Hafidatul Millah2019-05-23T01:47:55Z2019-05-23T01:47:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32921This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329212019-05-23T01:47:55ZAl saja' wa al jinas fi surah Maryam (dirasah tahliliyyah badi'iyyah)Skripsi ini berjudul “Sajak dan Jinas dalam Surat Maryam: Studi Analisis
Ilmu Badi”. Skripsi ini mengkaji uslub (gaya bahasa) sajak dan jinas yang terdapat
dalam surah Maryam. Uslub sajak dan jinas merupakan bagian dari Muh}assina>t
Lafz}iyyah ( keindahan pada lafal) yang ada pada subbab ilmu balaghah yaitu ilmu
badi’.
Surah ini memiliki nuansa musikal (syair) yang khusus, sehingga bunyi
lafal-lafalnya dan fa>s}ilah (kata akhir pada tiap kalimat) ayatnya pun memiliki nilai
yang indah, jelas dan penuh penghayatan tersendiri. Selain itu, belum ditemukan
penelitian sajak dan jinas pada surah ini. Hal inilah yang menjadi alasan penulis
untuk memeliti sajak dan jinas yang terdapat pada surah Maryam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk keindahan sajak
dan jinas yang ada dalam surah Maryam. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan meyajikan data-data dalam bentuk deskriptif yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data pustaka, membaca, mencatat serta mengolah
bahan penelitian. Penelitian ini sering dikenal dengan islitah kajian kepustakaan
(library research).
Hasil penelitian yang ditemukan dari surah Maryam adalah uslub sajak dan
jinas yaitu: sepuluh sajak al- Mutarraf dan sepuluh sajak al- Mutawazi .
Sedangkan uslub jinas terdapat tujuh jinas al-Isytiqaq. Dari penelitian ini dapat
diketahui fungsi dari uslub sajak dan jinas, yaitu berfungsi memperindah kalimat
atau ayat-ayat pada surah Maryam.
Kata kunci: Ilmu badi’, Saja’, JinasNIM. 11110095 Nadhifah Sekar Tanjung2019-05-23T01:47:44Z2019-05-23T01:47:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32914This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329142019-05-23T01:47:44ZMa'aniy al istifham bi al hamzah wa hal fi al juz al thalathina fi al qur'an al karim (dirasah tahliliyyah balaghiyyah)Dalam skripsi ini akan kami bahas mengenai istifham yang ada dalam
Al-Qur’an pada juz tiga puluh (30), dengan menggunakan pendekatan Balaghah.
Dalam juz tiga puluh, penulis banyak menemukan model atau gaya bahasa yang
digunakan oleh Allah dalam menyampaikan pesan kepada rasul-Nya dan umat
manusia,Pesan-pesan al-Qur'an yang disampaikan kerapkali dimulai dengan
pertanyaan-pertanyaan untuk menarik perhatian dan menggugah pendengarnya,
ketika al-Qur'an ingin menyampaikan pesan tentang siapa sebenarnya orangorang
yang medustakan agama, al-Qur'an memulai pesannya dengan pertanyaan
أرأيت اللذي يكذب بالدين" .ketika al-Qur'an menyampaikan pesan bahwa hari
pembalasan itu sesuatu yang pasti dan oleh karena banyak manusia tidak
meyakininya, maka al-Qur'an memulainya dengan pertanyaan " هل أتاك حديث الغاشية
(apakah belum datang kepadamu berita tentang hari pembalasan?).
Dalam ilmu balaghah kalimat tanya disebut istifham yang merupakan
bagian dalam ilmu ma’ani dan dapat diartikan sebagai kata tanya yang digunakan
untuk meminta keterangan terhadap sesuatu yang belum diketahu
sebelumnya,adapun adawat istifham mempunyai 10 piranti yaitu :
)همزة، هل، ما، متى،كيف، ايان، اين، الىّ، كم، اي.(
Dari 10 adawat istifham peneliti hanya akan memfokuskan penelitianya pada
adawat istifham همززة dan هزل saja, karena kedua bentuk kalimat Tanya ini paling
banyak di gunakan didalam juz tiga puluh.
Permasalahan dalam skripsi ini dirumuskan dengan 3 pertanyaan yaitu :
(1) ada berapa adawat istifham “ همززة dan هزل ” dalam juz tiga puluh dan pada
surat apa saja ? (2) apa perbedaan makna adawat istiham “ همززة dan هزل ” dalam
juz tiga puluh? Dan (3) bagaimana makna istifham “ همززة dan هزل ” dalam juz tiga
puluh ? yang keduanya dikaji melalui penelitian kepustakaan dengan pendekatan
balaghah, kesimpulan skripsi ini adalah terdapat 21 adawat istifham “ همززة ” dan 6
adawat istifham “ هززل ”, perbedaan dari keduanya terdapat pada karakteristik
maknanya.NIM. 11110074 Soin Maskur Ro'uf2019-05-23T01:47:38Z2019-05-23T01:47:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32904This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329042019-05-23T01:47:38ZQissah Malakah Bilqis fi surah al naml al ayah 16 - 44 (dirasah tahliliyyah fi stilistikiyyah al Qur'an)Skripsi ini berjudul “ Kisah ratu Balqis didalam surat an-Naml ayat 16-
44”. Skripsi ini mengkaji ilmu Stilistika al-Qur’an didalam surat an-Naml ayat 16-
44 yaitu membahas penerapan teori stilistika dalam suatu kisah yang dimuat
dalam al-Qur’an.
Ilmu stilistika sendiri merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya dan
sangat menarik pengkajiannya terlebih apabila dikaji secara mendalam. Namun
dalam skripsi ini, penulis memfokuskan hanya pada unsur pemaparan kisah al-
Qur’an melalui pendekatan ilmu stilistika itu sendiri.
Pemahaman kisah dalam al-Qur’an melalui pendekatan stilistika terkesan
lebih hidup, pembaca maupun pendengar dibuat seakan-akan sedang menyaksikan
kisah tersebut secara langsung, begitu juga dalam kisah ini. Selain itu, penulis
belum menemukan pengkajian ataupun penelitian mengenai Ilmu Stilistika dalam
kisah dan surat ini. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk menjadikan
kisah dalam surat ini menjadi objek penelitian.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk memahami isi dari kisah Ratu
Balqis dalam al-Qur’an melalui pendekatan stilistika, dan juga bertujuan untuk
menggali pesan ataupun hikmah dibalik kisah tersebut dengan keindahankeindahan
dialog didalamnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan meyajikan data-data dalam bentuk deskriptif yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data pustaka, membaca, mencatat serta mengolah bahan
penelitian. Penelitian ini sering dikenal dengan istilah kajian kepustakaan (library
research).
Hasil penelitian yang ditemukan dari kisah ini adalah, kisah ini dipaparkan
bukan dalam bentuk narasi, namun dalam bentuk dialog. Maka kisah ini memiliki
seni penggambaran kisah yang membuat para pembaca berimajinasi dengan isi
dialog-dialognya. Berimajinasi dengan berbagai setting tempat dimana peristiwaperistiwa
terjadi. Dan dalam penyajian unsur-unsur kisah ratu Balqis lebih
ditonjolkan pada unsur dialognya, karena kisah ini dimaksudkan untuk
mempertahankan dakwah islam dan menyeru para penentang-penentang agar
beriman kepada Allah SWT.
Kata kunci: Al Qur’an, Ilmu Stilistika, Kisah, Balqis, DialogNIM. 11110148 Hexta Mahtiar Aziz2019-05-23T01:47:33Z2019-05-23T01:47:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32893This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328932019-05-23T01:47:33ZUslub al iltifat fi surat Taha (dirasah tahliliyyah balaghiyyah)Skripsi ini berjudul Uslubu Iltifat fi suroti Thaha (dirasah balaghiyah).
Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ditemukannya banyak struktur bahasa
yang berbeda, tidak sesuai (mengalami penyimpangan), dan tidak terikat oleh
kaidah-kaidah gramatikal di dalam al-Quran yang disebut dengan gaya bahasa
iltifat. Adapun pengertian iltifat itu sendiri adalah pengalihan kalam dari gaya
bahasa satu ke bahasa yang lain. Bentuk-bentuk iltifat dalam al-Quran jumlahnya
banyak sekali. Namun, peneliti membatasi penelitian ini hanya pada surah Thaha.
Alasan dipilihnya surah ini, karena peneliti menemukan ragam dan variasi gaya
bahasa iltifat pada surah thaha. Seperti dikatakan dalam buku “al-Balaghah:
Kajian Ayat-ayat Iltifat dalam al-Quran” bahwasannya banyak ragam bahasa
dalam al-Quran diantaranya yaitu: (1) ash-Shiyagh (bentuk), (2) al-Adad
(bilangan), (3) adh- Dhamair (dhamir), (4) al- Adawat (piranti), (5) al-Mu’jam
(kosa kata), dan (6) al-Binau an-Nahwy (struktur gramatikal). Akan tetapi untuk
memfokuskan penelitiannya, maka peneliti membatasi penelitiannya pada tiga
ragam iltifat saja, yaitu: ash-Shiyagh, al-Adad, al-Adawat. Didalam surah Thaha
peneliti menemukan tiga ragam yang telah disebutkan diatas, bertolak dari ini,
peneliti merumuskan dua rumusan masalah, yang pertama “Dimana letak ayatayat
iltifat (ash-Shiyagh, al-Adad, al-Adawat) yang terdapat dalam surah Thaha”
dan yang kedua “apa rahasia dari iltifat surah”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan mengkaji segala
macam literature yang berkenaan dengan Ilmu Balaghah dan ungkapan-ungkapan
yang yang berkaitan atau mengandung ragam-ragam iltifat. Adapun analisis yang
digunakan yaitu analisis iltifat yang merupakan salah satu kajian dari Ilmu
Balaghah. Dalam analisis ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif,
dengan data yang terkumpul dari surah Thaha kemudian peneliti menjelaskan
kalimat-kalimat yang menggunakan gaya bahasa iltifat dalam bentuk uraian
panjang setelah dimasukkan dalam kelompok-kelompok tertentu.
Adapun setelah dilaksanakan penelitian, telah diketahui bahwa ungkapanungkapan
atau ayat-ayat yang mengandung gaya bahasa iltifat (ash-Shiyagh, aladad,
al-adawat) dalam surah Thaha yang terdiri dari 28 ungkapan dengan rincian
sebagai berikut:
1. Ash-Shiyagh (bentuk) berjumlah 13 ungkapan
2. Al-Adad (bilangan) berjumlah 11 ungkapan
3. Al-Adawat (piranti) berjumlah 4 ungkapanNIM. 11110072 Rita Rahayu Ningsih2019-05-23T01:47:27Z2019-05-23T01:47:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32892This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328922019-05-23T01:47:27ZNazam al Munawwiriyyah li shaykh Muhammad Munawwir Ibn Abdullah al Rashad (dirasah tahliliyyah balaghiyyah)Nadzam Munawwiriyah adalah salah satu syair karya KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad. Beliau merupakan salah satu maha guru Al-Qur’an Nusantara dan juga pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Nadzam tersebut berisi tentang tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, dan keluarga Nabi Muhammad SAW. dan juga para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Syair ini berisikan bait-bait tawassul dan do’a kepada sang Khaliq dengan gaya balaghah yang memiliki estetika yang layak untuk disanjung karena notaben penulis bukan berasal dari Arab melainkan A’jam (di luar Arab). Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis membahas unsur balaghah dalam sya’ir tersebut, khususnya dalam keindahan lafadh-lafadhnya yang bernuansa Saja’.Penelitian ini bertujuan untuk megetahui jumlah Saja’ yang ada dalam Nadzam tersebut, dan apa saja macam-macam saja’ yang ada dalam Nadzam tersebut.
Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode kajian pustaka atau library research, dan sistematika dalam penulisan penelitian ini mengacu pada buku panduan yang telah diterbitkan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adapun analisis isi dalam Nadzam ini, penulis menggunakan teori ilmu saja’.
Hasil yang diperoleh dari peneliia ini adalah kesimpulan bahwa ditemukan jumlah dan macam-macam saja’ yang terkandung dalam Nadzam tersebut yaitu saja’ murasha’ (sama dalam wazan dan hurufnya), saja’ mutawazi’ (sesuai dalam wazan dan huruf akhirnya). Dengan hasil tersebut, akan diperoleh kesimpulan secara umum dan juga khusus dari ulasan saja’ dalam nadzam munawwiriyyah yang disusun oleh almagfurlah KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad.NIM. 11110060 M. Irham Alauddiny2019-05-22T07:38:37Z2019-05-22T07:38:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32891This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328912019-05-22T07:38:37ZAl waqi'iyyah fi qissah Sa'at al Kuku al qasirah li Michael Na'imahSa’atul Kuku adalah salah satu judul cerpen garapan Mikhail Nuaima dalam
antologinya berjudul Kan Ma Kan. Cerpen ini menceritakan tentang seorang pemuda Timur
Tengah, yang tergiur akan pesona modernitas barat, tapi kemudian mendapati kontradiktif
atas laku modernitas itu dalam batinnya. Kemudian Ia memutuskan untuk kembali ke
kampung halamannya. Kontradiksi yang dihadirkan dalam cerpen ini dibaca sebagai realitas
posmodernisme. Atau bisa disebut juga sebagai kondisi hiperealitas.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap hiperealitas posmodernisme yang
disajikan dalam laku-laku para tokohnya, baik berupa ide, perasaan, ataupun narasi langsung
yang menunjuk pada kondisi tertentu. Untuk membacanya, peneliti menggunakan teori
posmodernisme Jean Baudrillard. Teorinya sangat dekat untuk membicarakan bagaimana
relasi sosial yang terbangun antara Barat dan Timur. Jean Baudrillard mempunyai dua
konsepsi yakni simulakra/simulasi dan hiperealitas.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Amerika adalah model yang paling nyata
sebagai simulasi. Aktifitas kebudayaan didalamnya penuh dengan permainan kode dan citra
yang akhirnya membentuk kondisi hiperealitas. Kondisi ini semakin mendukung Timur
dalam mengaburkan pandangannya kepada Amerika sebagai negara idola. Pemikiran
posmodernisme yang ada, dapat diterima sebagai tawaran pemikiran pengarang dalam
mengkritik budaya modernisme.
Kata Kunci: posmodernisme, simulasi, hiperealitas, relasi Timur dan Barat.NIM. 11110032 Isti Fadah Nur Rohmah2019-05-17T02:02:49Z2019-05-17T02:02:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33012This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330122019-05-17T02:02:49ZAl naqd 'ala tarjamah Abu Fahdina al Husna al Indonesiyah li kitab ayyuha al walad li Abu Hamid al GhazaliyPenelitian ini adalah kritik terhadap terjemahan kitab Ayyuha> al-Walad karya
Imam Al-Ghozali oleh Abu Fahdinal Husna. Umumnya, ada dua hal yang
dikedepankan dalam melakukan kritik, yakni kebenaran dan kesalahan. Adapun kritik
yang difokuskan peneliti dalam penelitian ini adalah kritik terhadap kesalahan, karena
di dalam terjemahan Abu Fahdinal Husna ini ditemukan banyak kesalahan yang fatal.
Dengan penelitian ini, peneliti berusaha mengungkap berbagai macam bentuk
kesalahan yang terdapat dalam terjemahan kitab Ayyuha> al-Walad yang kemudian
diberi judul Misteri Ilmu Nafi’.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini bertumpu pada teori terjemah milik
Peter Newmark. Adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah
metode deskriptif analisis. Peneliti menyajikan teks asli dan terjemahan, kemudian
menganalisis keduanya. Dari situ, peneliti dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk
kesalahan dalam penerjemahan.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa secara garis besar, kesalahankesalahan
penerjemahan bermuara pada dua titik, yakni (1) kesalahan linguistik, yaitu
kesalahan yang timbul sebagai akibat dari ketidaktahuan terhadap gramatikal. Ini bisa
terjadi dalam sintaksis maupun morfologis. Kesalahan sintaksis terjadi dalam susunan
kalimat, sedangkan kesalahan morfologis terjadi dalam bentuk kata. (2) kesalahan
referensial. Kesalahan ini terjadi sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan dan
wawasan penerjemah tentang topik yang diusung oleh teks. Kesalahan ini mencakup
penggunaan diksi, penambahan, dan pengurangan. Adapun setelah mengemukakan
analisis, peneliti memberikan alternatif terjemahan yang lebih tepat sebagai bentuk
perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang ada.
Kata kunci: Abu Hamid al-Ghazali, terjemahan, kritik terjemah.NIM. 14110076 Nita Indarwati2019-05-17T02:02:45Z2019-05-17T02:02:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33011This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330112019-05-17T02:02:45ZFilm Wajda tahliliyyah simiyaiyah (li Charles Sander Pierce)Penelitian ini berjudul “Film Wadjda Analisis Semiotika Charles Sander
Pierce”. Penelitian ini mengkaji tentang tanda yang meliputi ikon, indeks, dan
simbol yang terdapat dalam film Wadjda. Penulis memilih film ini karena
terdapat beberapa keunikan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat
Arab Saudi. Film ini juga memunculkan kontroversi karena ditulis dan
disutradarai pertama kali oleh seorang perempuan. Oleh karena itu, masalah yang
terdapat dalam penelitian ini yaitu bagaimana status perempuan di Arab Saudi?
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tema besar dalam film tersebut.
Untuk menganalisis film ini, penulis menggunakan metode deskriptif dan
pengumpulan data library research yang didapat dari sumber film dan data-data,
transkrip dan gambar dialog film dengan acuan teori semiotika Charles Sander
Pierce yang mengklasifikasikan tanda meliputi icon, index dan symbol.
Hasil dari penelitian berdasarkan analisis semiotik indeks, ikon, dan simbol
ini adalah bahwa kehidupan masyarakat Arab Saudi masih kental dengan budaya
patriarki dan selalu menganggap perempuan sebagai sosok yang rendah
dibandingkan dengan laki-laki.
Kata Kunci: Wadjdah, semiotikaNIM. 14110072 Ari Masitoh Aulia2019-05-17T02:02:41Z2019-05-17T02:02:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33008This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330082019-05-17T02:02:41ZShakhsiyyah manal fi al riwayah al rabi' al 'asif li Najib al Kaylaniy (dirasah tahliliyyah nafsiyyah li Carl Ransom Rogers)Skripsi ini berjudul Syakhshiyyatu Manal fi al-Riwayah “al-Rabi‟ al-
„Ashif” li Najib al-Kailani (Dirasah Tahliliyah Nafsiyah li Carl Ransom
Rogers). Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis yang menampilkan
aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya. Novel karya Najib al-Kailani ini
menceritakan tentang prahara romantisme Manal dan kerasnya hidup sebagai seorang
suster di klinik al-Wihdah al-Mujma’ah desa Syarsyabah. Tujuan penelitian adalah
menganalisis karakteristik kepribadian tokoh Manal dengan melihat kerasnya
pengalaman hidup yang dialaminya dilihat dari struktur kepribadian, dinamika
kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
Persoalan skripsi ini adalah bagaimana kepribadian tokoh Manal dalam novel
tersebut? Kecenderungan apa yang mendominasi tokoh Manal? Penulis menggunakan
teori psikoanalisa Carl Ransom Rogers sebagai pisau analisis dalam penelitian ini.
Teori ini menempatkan pengalaman sebagai tolak ukur dalam perkembangan
kepribadian seseorang. Penggunaan teori Rogers dalam penelitian ini bertujuan
mengungkap kepribadian tokoh Manal yang diwarnai pengalaman dalam
kehidupannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode
dengan menganalisis realitas sebagaimana adanya terhadap suatu permasalahan
dalam novel yang berkaitan dengan tokoh Manal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama -Manal- terbuka terhadap
pengalaman buruk dan menyedihkan yang terjadi sejak ia ditugaskan sebagai suster di
klinik al-Wihdah al-Mujma’ah desa Syarsyabah. Berdasarkan teori Rogers tokoh
Manal memiliki karakteristik pribadi yang berfungsi sepenuhnya yang terlihat dari
keterbukaannya terhadap pengalaman hidup menyedihkan dan keberadaannya dalam
kehidupan eksistensial/pengalaman barunya. Tokoh Manal mengalami perkembangan
melalui konsep diri tokoh Manal dan penghargaan positif kebutuhan dasar yang
diterimanya.
Kata kunci: novel “Badai Musim Semi”, Teori Psikoanalisa, Carl Ransom RogersNIM. 14110031 Maria Ulfa2019-05-17T02:02:37Z2019-05-17T02:02:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33007This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330072019-05-17T02:02:37ZAl tashbih fi al qissah al qasirah Khalil al kafir li Khalil Gibran (dirasah tahliliyyah bayaniyyah)Cerita pendek yang berjudul “Khalil al-Kafir” adalah salah satu kisah dari
kumpulan cerpen “Al-Arwah Al-Mutamarridah” karya Khalil Gibran. Cerpen ini
menceritakan tentang kekuasaan seorang pemimpin yang semena-mena kepada
rakyatnya yang berada di Lebanon. Dalam cerpen ini terdapat beberapa pesan moral
salah satunya adalah bahwa kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan yang
lebih besar. Gaya bahasa yang digunakan oleh Khalil Gibran tidak kaku dan penuh
dengan ungkapan sastra. Tidak jarang dalam karyanya Khalil Gibran menyisipkan
gaya bahasa tasybih agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu,
peneliti merasa tertarik untuk meneliti cerpen ini. Menurut peneliti adanya tasybih
dalam cerpen ini penting untuk diketahui karena pembaca akan sulit memahami
keterangan atau isi yang disampaikan oleh pengarang dalam cerpen ini tanpa
memahami tasybih.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori balaghah yang terfokus
pada Ilmu Bayan. Peneliti akan fokus mengkaji tentang tasybih yang terdapat dalam
cerpen “Khalil Al-Kafir”. Peneliti akan mengungkap dua hal yaitu macam-macam
tasybih dan tujuannya yang terdapat dalam cerpen “Khalil al-Kafir”. Penelitian ini
termasuk penelitian kepustakaan sehingga untuk mengumpulkan data, peneliti akan
membaca cerpen “Khalil al-Kafir” yang merupakan objek penelitian ini.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan uslub tasybih yang terdapat dalam
cerpen “Khalil al-Kafir” yaitu : tasybih mursal mufasshal, tasybih mursal mujmal,
tasybih mu’akkad mufasshal, tasybih mufrad, tasybih taswiyah, tasybih murakkab,
tasybih tamtsil, tasybih dhimny. Sedangkan tujuanya adalah untuk menerangkan
musyabbah, untuk menjelaskan keadaan musyabbah, untuk memujinya, untuk
menjelekkanya, dan untuk menunjukkan bahwa peristiwa itu benar.
Kata Kunci: Balaghah, Ilmu bayan, tasybih, macam-macam tasybih, tujuan tasybih.NIM. 14110024 Fitri Fajar Rahmawati2019-05-17T02:02:33Z2019-05-17T02:02:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33001This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330012019-05-17T02:02:33ZFi'l al kalam fi surah Yusuf (dirasah tahliliyyah tadawuliyah)Penelitian ini berjudul “Fi’lul Kalam fi Surah Yusuf Dirasah Tahliliyah
Tadawuliyah” . Penelitian ini didedikasikan untuk menganalisis bentuk-bentuk tindak tutur
dan makna yang terkandung dalam Surat Yusuf. Tindak tutur meliputi lokusi, ilokusi dan
perlokusi dimana teori tersebut di usung oleh John Austin.
Al-Qur’an adalah (tuturan Allah) yang terdiri 114 surat, salah satu diantaranya Surat
Yusuf yang terdiri atas 111 ayat dan Surat ke 12 dalam urutanya. Dalam surat tersebut
terdapat tuturan-tuturan dan kaya akan nuansa konteks yang perlu dipahami melalui
pragmatik utamanya tindak tutur. Hal tersebut, menjadi alasan penulis untuk meneliti topik
ini.
Penelitian ini menggunakakn metode deskriptif analitis dengan jenis penelitian studi
pustaka (library research) dengan menggunakan teori tindak tutur Austin, dengan referensi
pokok al-Qur’an dan terjemahnya, tafsir Al- Misbah dan tafsir Ibnu Katsir. Berdasarkan hasil
analisis data, penulis menemukan bentuk dan makna lokusi, ilokusi yang mengandung makna
mengeluh, memohon, mengangkat (jabatan), dan efek makna atau perlokusi.
Kata kunci
Pragmatik, tindak tutur, surat Yusuf.NIM. 14110023 Ria Ilifil Azizatul Jannah2019-05-17T02:02:28Z2019-05-17T02:02:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32992This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329922019-05-17T02:02:28ZAl taqlid wa al tajdid fi buhur wa qawafiy ash'ar Hisham al haj (dirasah fi diwan huways al shi'r al 'arabiy)Geliat puisi Arab mulai terlihat berkat inovasi dan hasil proses panjang asimilasi dari
berbagai budaya Barat. Puisi-puisi Arab modern sudah tidak terikat lagi dengan ilmu Arud dan
Qawafi. Namun salah satu diwan yang muncul pada masa modern, Diwan Huwais Syi’ri al
‘Araby yang mempunyai karakteristik berbeda layaknya puisi modern.
Diwan Huwais Syi’ri al ‘Araby adalah diwan yang disusun oleh Hisyam al Jakh. Dia
adalah seorang penyair Mesir. Dia juga dianggap sebagai pelopor di bidang penyelenggara
konser puisi dengan cara penyajian yang berbeda dan menarik, memperkenalkan musik dan puisi
dengan irama ritmik yang indah. Kehadirannya inilah yang meningkatkan popularitas di
kalangan Arab.
Penelitian ini mengkaji puisi-puisi dalam diwan Hisyam al Jakh dengan tujuan untuk
mengetahui bahr-bahr serta perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada wazan baik berupa
zihaf maupun ‘illat, dan pembaharuan-pembaharuan pada bahr dan qofiyah dalam puisi-puisi
Hisyam al-Jakh. Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan) dengan
menggunakan pendekatan pendekata ‘Ilmu al ‘Arudh al Qafiyah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa puisi-puisi dalam diwan Huwais Syi’ri al ‘Araby
karya Hisyam al Jakh sebanyak 4201 bait dan 14 qasidah. Bahr yang digunakan dalam
diwannya, yaitu bahr kamil, wafir, roml, mutaqarib, dan mutadarak. Adapun zihafnya adalah
Idhmar, Wqash, ‘asb, ‘aql, khabn, ‘atslam dan tsaram. Sedangkan ‘illatnya, tarfil, hadzf, butr,
qath’ dan tasy’its. Terdapat qafiyah muthlaqah dalam qasidah daliyah dan qafiyah muqayyadah
dalam qasidah lamiyah. Pembaharuan yang terjadi terletak pada arud dan qafiyah. Yaitu terdapat
pada bahr wafir mujadid dan beberapa puisi hur dari segi ‘arud, dan muzdawij dan murabba’ah
dari segi qafiyah.
Kata kunci : peniruan dan pembaharuan, puisi, Hisyam al JakhNIM. 14110019 Tita Niswatun Khasanah2019-05-07T01:44:08Z2019-05-07T01:44:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32988This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329882019-05-07T01:44:08ZQissah nabiy Allah Ibrahim ma'a qawmihi fi surah al anbiya' (dirasah tahliliyyah simaiyyah wa 'aqaidiyyah)Penelitian ini berjudul “Qiṣṣatu Nabiyyi-Allah Ibrāhīm ma‟a Qawmihī fī
Sūrati Al-Anbiyā‟ (Dirāsah Tahlīliyyah Simiāiyyah wa „Aqāidiyyah)”. Berawal
dari asumsi peneliti bahwasannya semua ajaran yang dibaw oleh para Nabi adalah
sama dalam hal teologinya, termasuk kisah Nabi Ibrahim beserta kaumnya yang
tertulis di dalam al-Qur‟an, maka penulis mencoba membuktikan adanya nilai
ketuhanan dalam surah tersebut.
Objek material dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Ibrahim dan
kaumnya dalam surah al-„Anbiya‟. Adapun objek formalnya adalah teori
semiotika Charles Sanders Pierce dan teori ketuhanan menurut Abu al-Hasan al-
Asy‟ari. Pierce dalam teorinya mengenalkan konsep triadik untuk menemukan
makna tanda, yaitu representamen, object, dan interpretant (rheme, dicisign,
argument). Adapun Teori ketuhanan menurut Abu al-Hasan al-Asy‟ari
mengatakan, termasuk sifat-sifat yang harus ada pada Tuhan adalah dua puluh
sifat. Yang dimaksud dengan sifat tersebut adalah an-nafsiyyatu, as-salbiyyatu, alma‟
āni, dan al-ma‟nawiyyatu.
Kedua objek material tersebut dilakukan dalam rangka menjawab dua
pertanyaan. Pertama, apa makna tanda yang terkandung dalam ayat menurut
perspektif semiotika Charles Sanders Pierce. Kedua, bagaimana konsep ketuhanan
di dalamnya jika dilihat dari teori ketuhanan menurut perspektif Abu al-Hasan al-
Asy‟ari.
Setelah melakukan proses analisa, maka dari jumlah ayat-ayat yang
mengisahkan Nabi Ibrahim beserta kaumnya mengandung konsep ketuhanan
beserta negasinya menurut perspektif Abu al-Hasan al-Asy‟ari. Kemudian jika
dilihat dari makna tanda dalam teori semiotika Pierce, maka Nabi Ibrahim adalah
seorang tokoh yang merepresentasikan kebenaran sifat-sifat Tuhan karena Nabi
Ibrahim selalu menafsirkan fenomena-fenomena yang terjadi dengan
menggunakan logikanya juga dikuatkan dengan wahyu Tuhan yang disampaikan
melalui malaikat Jibril. Adapun masyarakat Babilonia, mereka adalah tokoh yang
merepresentasikan negasi kebenaran sifat-sifat Tuhan karena mereka menafsirkan
fenomena-fenomena yang terjadi tanpa disertai logika dan lebih mengikuti tradisi
nenek moyang mereka.
Kata Kunci: Semiotika Pierce, Teologi Ketuhanan Abu Hasan al-Asy’ari,
Nabi Ibrahim, Masyarakat BabiloniaNIM. 141101017 Khoirul Mustain2019-05-07T01:44:04Z2019-05-07T01:44:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32986This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329862019-05-07T01:44:04ZAl tashbih fi kitab 'izatu al nashi'in (dirasah tahliliyyah wasfiyyah balaghiyyah)Kitab Izhatun Nasyi’in adalah kitab tentang akhlak, etika dan
kemasyarakatan. Kitab ini ditulis oleh Syekh Musthafa Al-Ghalayain. Sasaran
dari kitab ini adalah anak muda penerus bangsa. Nasihat-nasihat yang beliau
berikan sangat sederhana dan seringkali dihubungkan dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Gaya bahasa yang beliau gunakan tidak kaku dan penuh
dengan ungkapan sastra. Tidak jarang dalam nasihatnya beliau menyisipkan gaya
bahasa tasybih agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Karena ada beberapa
ungkapan yang tidak bisa dipahami oleh pembaca sebelum dibuat tasybih. Ini
adalah salah satu alasan peneliti ingin meneliti gaya bahasa tasybih dalam kitab
Izhatun Nasyi’in.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap dua hal saja yaitu macammacam
tasybih dan tujuannya sehingga akan diketahui macam tasybih dan
tujuannya yang sering digunakan oleh pengarang kitab Izhatun Nasyi’in. Adapun
teori yang digunakan adalah teori tasybih yang merupakan bagian dari ilmu bayan
dalam ilmu balaghah. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan sehingga
untuk mengumpulkan data, peneliti membaca kitab Izhatun Nasyi’in yang
merupakan objek penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengarang kitab Izhatun Nasyi’in
sering menggunakan tasybih baligh dibandingkan dengan tasybih yang lain. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas tasybih dalam kitab Izhatun Nasyi’in adalah baik.
Sementara tujuan tasybih yang ada dalam kitab Izhatun Nasyi’in semuanya
bersifat menjelaskan. Karena jika tanpa tasybih dikhawatirkan pembaca kurang
memahami dengan sesuatu yang disampaikan oleh pengarang kitab Izhatun
Nasyi’in.
Kata Kunci : Tasybih , macam-macam tasybih , tujuan tasybihNIM. 14110011 Rahmawan Wildani Mirna2019-05-07T01:44:00Z2019-05-07T01:44:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32978This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329782019-05-07T01:44:00ZAl mawdu'at wa al buhur fi diwan al Imam al Shafi'iy (dirasah tahliliyyah 'arudiyyah)Imam Syafi'i ulama terekemuka yang memiliki nama lengkap
Muhammad bin Idris al-Syafi’i ia lahir pada masa keemasan. Imam Syafi’i
bukan hanya sebagai ulama fiqh saja melainkan dia juga merupakan seorang
penyair. Ketika bersyair ia juga tidak lepas dari beberapa pola bahr yang
berjumlah enam belas. Hal ini disebabkan adanya pengaruh pola-pola bahr
yang menjadi kebiasaan para penyair dimasanya. Sebagai ahli agama, ia
banyak mengangkat tema-tema keagamaan dalam menyampaikan pesan-pesan
moral melalui puisi-puisinya. Disamping itu, karangan syairnya juga
dapadikelompokkan berdasarkan jenis tema.
Dalam penelitian yang berjudul al maudlu'at wa al buhur fi diwan al
imam asy syafi'i (Dirasah Tahliliyyah 'Arudliyah) tersebut, peneliti bertujuan
untuk membedah lebih mendalam mengenai keterkaitan keterkaitan tema dan
bahr dalam diwan Imam Syafi'I dengan menggunakan teori Arudl dan teori
keterkaitan antara tema dan bahr oleh Ahmad Syayib. adapun pengumpulan
data digunakan tekhnik kepustakaan (Library Research). Adapun dalam tahap
analisis,digunakan pendekatan objektif yaitu dengan merumuskan perhatian
semata-mata pada unsur-unsur yang terdapat di dalam teks puisi dan metode
deskriptif analisis untuk menguraikan analisisnya yaitu mendeskripsikan
fakta-fakta dengan cara; Mentaqti’ dalam menentukan bahr, Memahami arti
puisi dalam menentukan tema-tema puisi, menganalisis hubungan antara tema
dengan bahr yang ada dalam diwan Imam Syafi’i.
Penelitian ini menghasilkan, yang pertama bahr yang ada dalam diwan
Imam Syafi'i adalah bahr thawil, kamil, basith, khofif, wafir, sari', mutaqarib,
raml, rajaz, hazaj, dan munsarih. Yang kedua, tema yang ada dalam diwan
Imam Syafi'i adalah hammasah, fakhr, washf, tarikh, madh, rista', haja',
ghazal, dan zuhd. Yang ketiga, tema dalam setiap bahr; dalam bahr thawil
adalah hammasah, fakhr, washf, haja', ghazal, tarikh, dan zuhd. Bahr basith
adalah hammasah, fakhr, washf, haja', ghazal, tamstil awathif, dan al'ilm.
Bahr kamil adalah washf, fakhr, 'ulum, akhlaq terpuji, zuhd, haja', rista', dan
fiqh. Bahr wafir adalah tamstil awatif, 'ulum, fakhr, zuhd, akhlaq terpuji, dan
hammasah. Bahr khafif adalah rista', keilmuan, kesederhanaan, akhlaq terpuji,
dan zuhd. Bahr sari' adalah washf, tamstil awatif, dan akhlaq terpuji. Bahr
mutaqarib adalah kebahagiaan, fakhr, hammasah, dan kecantikan. Bahr rajaz
adalah fiqh. Bahr raml adalah khazin, fakhr, dan pengetahuan. Bahr hazaj
adalah haja'. Dan bahr munsarikh adalah akhlaq terpuji, zuhd, dan washf.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara tema dan bahr
dalam diwan imam Syafi'i sangatlah jelas karena terdapat kesesuaian yang
kuat antara tema dan bahr walaupun dalam penelitian ini ditemukan banyak
tema baru yang belum ada dalam teori kesesuaian Ahmad asy Syayib.
Kata Kunci: Imam Syafi'i, Bahr, Tema Syair.NIM. 14110007 Aida Chakimatul Chabibah2019-05-07T01:43:55Z2019-05-07T01:43:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32974This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329742019-05-07T01:43:55ZDirasah sarfiyyah ihsaiyyah li al fi'l al thalathiy al mujarrad fi qamus al munawwir 'Arabiy Indonesiay (waznan wa binaan wa ta'diyan wa luzuman)Dalam penelitian ini penulis membahas salah satu pembagian kata dalam
ilmu bahasa Arab yaitu kata kerja (fi’il). Letak fi’il dalam kalimat adalah dapat
menentukan jenis kalimat. Jika fiil diletakkan setelah isim maka dinamakan
jumlah ismiyah dan jika fiil diletakkan diawal kalimah dinamakan jumlah fi’liyah.
Fi’il sendiri terbagi menjadi dua macam yakni tsulatsi (huruf asalnya tiga) dan
ruba’i (huruf asalnya empat) dan dari kedua fi’il tersebut dibagi lagi ada yang
mujarrod (kosong dari tambahan) dan juga mazid (adanya tambahan).
penilitian ini fokus pada fi’il tsulatsi mujarrad karena mayoritas kata
dalam bahasa arab berasal dari fiil tsulatsi mujarrad. Untuk mengetahui hal
tersebut objek yang paling cocok adalah kamus. Kamus dwi bahasa banyak
digunakan dalam rangka pembelajaran dengan menggunakan kamus Al
Munawwir Arab-Indonesia. Adapun pada penelitian ini penulis menggunakan
penelitian kuantitatif dengan metode statistik untuk menghitung keseluruhan
jumlah kosakata fi’il tsulatsi mujarrad dalam kamus Al Munawwir Arab –
Indonesia.
Dari hasil analisis Fi’il Tsulatsi Mujarrad dalam kamus Al Munawwir
Arab-Indonesia, peneliti menemukan 5.957 kosakata yang masuk pada fi’il
tsulatsi mujarrad (4.783 permulaan dan 1.174 pengulangan). Dari segi bina’
(Mahmuz ada 570, Shohih 3647, mudho’af 386, mitsal 297, ajwaf 560, naqis 528,
dan lafif 58 kosakata). Dari segi makna (fi’il lazim ada 3681 dan fi’il muta’addi
ada 2286 kosakata). Semua hal ini bias dibaca lebih lanjut pada skripsi ini.
Kata kunci: fi’il, tsulatsi, mujarrad, wazan, bina’, lazim, muta’addi, statistikNIM. 14110006 Siti Hardiyanti2019-05-07T01:43:41Z2019-05-07T01:43:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33047This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330472019-05-07T01:43:41ZAl shi'r al masa' li Iliya Abu Madi (dirasah tahliliyyah al mi'yariyyah li Roman Ingarden)Penelitian ini berjudul “Syi’ru Al- Masa’ Li Iliya Abu Madhi Dirasah Tahliliyah Al-
Mi’yariyah Li Roman Ingarden”. Puisi ini menceritakan tentang seorang yang bingung dalam
menghadapi masa depan dengan berbagai masalah yang mengikutinya. Teori strata norma
Roman Ingarden bekerja sebagai alat untuk menemukan kesatuan makna dalam puisi. Maka dari
itu peneliti menggunakan teori tersebut. Adapun metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analisis. Peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber dan mengumpulkannya
dengan teknik pustaka dan teknik catat.
Dengan menggunakan teori strata norma Roman Ingarden, puisi Al-Masa’ akan dianalisis
melalui lima tahap lapis norma, diantaranya: lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan
lapis metafisik. Sehingga akan diketahui makna-makna apa saja yang termuat di dalam puisi
tersebut dan objek apa saja yang membangun suasananya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa puisi ini (1) lapis bunyi, menggunakan lambanglambang
bunyi dalam setiap baitnya, (2) lapis arti, makna puisi sendiri dan mengandung pesan
dari pengarang, (3) lapis objek, objek-objek yang terdapat dalam puisi adalah, Salma dan
latarnya dalah masa tua dan keadaan kehidupan di dunianya, (4) lapis dunia, gambaran
kesedihan, kesenangan, ketakutan, dan kekecewaan, yang terungkap dalam bait-bait puisi, (5)
lapis metafisiknya yaitu penguatan spiritual.NIM. 14110128 Anisa Utami2019-05-07T01:43:37Z2019-05-07T01:43:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33045This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330452019-05-07T01:43:37ZAl malamuh al sufiyyah fi abyat al jawhar al maknun al akhdariyyah (dirasah tahliliyyah dalaliyyah)Penyair dalam berkarya pasti mempunyai misi
yang beragam. Kemampuanya pun akan melatar
belakanginya dalam penyusunan karangan tersebut.
Begitu juga dengan Syeh Abi Zaid Bin Abdirrohman
Bin Muhammad as-Shogir al-Akhdhori, yang ‘allamah
dalam berbagai jenis ilmu; ilmu Tasawuf, ilmu
Balaghoh, dan ilmu alat lainya. Kitab al-Jauhar al-
Maknun tersebut sebenarnya berisi penjelasanpenjelasan
yang terkait dengan ilmu Balaghoh, tetapi di
dalamnya juga sarat dengan ilmu Tashawuf. Seperti
pada bait :
كحبذا طريق الصوفية تهدى إلى المرتبة العلية:
“Seperti sebaik-baik jalan adalah jalan shufi, yang
menunjukkan ke jalan yang tinggi”.
Skrisipsi yang berjudul Isyarat-Isyarat Sufistik
Dalam Bait-Bait Al-Jauhar Al-Maknun Al-Akhdoriyyah
ini terdiri dari 291 bait dan terangkum dalam 14 pasal
dan 11 bab. Peneliti menganalisis kajian makna yang
tersurat dan tersirat dalam karya tersebut dengan
menggunakan kajian semantik yang berdasar pada
buku-buku, kitab-kitab, dan kamus-kamus yang terkait.
Dengan kajian ini peneliti banyak menemukan
keindahan-keindahan makna yang terkandung di
dalamnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
dan mendeskripsikan makna semantik dari bait-bait
tersebut. Adapun metode yang digunakan penulis adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku, kitab-kitab,
dan kamus-kamus yang terkait dengan obyek penelitian.
Dari pembahasan tersebut, peneliti akhirnya dapat
menyimpulkan bahwa dalam bait-bait al-Jauhar al-
Maknun terdapat 291 bait yang berisi tentang ilmu
Balaghoh secara umum dan sekitar 50 bait yang berisi
ajaran tentang ilmu Tashawuf secara khusus. Akan
tetapi peneliti hanya membahas 23 bait yang terkait
dengan tashawuf, karena merupakan yang terpenting
dan mewakili bait-bait lainya.NIM. 14110117 Muhammad Badrut Tamam AM2019-05-07T01:43:32Z2019-05-07T01:43:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33043This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330432019-05-07T01:43:32ZAl riwayah al ajnihah al mutakathirah li Gibran Khalil Gibran (dirasah tahliliyyah Hegemoni Antonio Gramsci)Novel “sayap-sayap patah” adalah salah satu dari karya Kahlil Gibran yang
fenomenal, diceritakan dalam novel tersebut sebuah kisah cinta yang terjalin antara
Jibran dan Salma yang dihalangi oleh dominasi kelompok dominan, dibawah tirani
budaya yang dimobilisasi oleh mereka, melalui pengaruh intervensi pemikiran,
gagasan serta monopoli keadaan yang dijalankan oleh pendeta dan keponakannya
dengan memanfaatkan posisinya sebagai tokoh agama yang dijadikan alat untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan kendaraan untuk menjadikan kelompok
dominan tetap berkuasa.
Penelitian ini menggunakan teori hegemoni Antonio Gramsci, yang
berfungsi menganalisis dan mengungkapkan bentuk-bentuk hegemoni kelompok
dominan atas kelompok sub-altern, dimana hal tersebut merupakan hasil dari proses
pengaruh gagasan, pemikiran dan budaya yang kemudian menjadi kepercayaan
popouler di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat, melalui berbagai wadah
yang menjadi sumber iradiasi, penyebaran pikiran, pendapat, gagasan atau suatu
ideologi tertentu seperti tempat-tempat peribadahan, sekolah-sekolah, lembagalembaga
dan lain-lain, disamping itu juga berguna menyusun formasi ideologis yang
tercermin dari beberapa tokoh yang ada dalam cerita dan menyimpulkan bagaiamana
bentuk peran kelompok dominan yang menjalankan hegemoni, begitu pula dengan
peran dari kelompok sub-altern dalam menyikapi hegemoni yang terjadi.
Setelah melakukan analisis terhadap objek materi, peneliti menemukan
bentuk hegemoni yang telah dilakukan oleh kelompok dominan yaitu kelompok
kelas atas yang sangat berpengaruh di kehidupan sosial masyarakat, hal tersebut
diwujudkan dalam tokoh pendeta, Mutron Bulis Galib yang memanfaatkan
profesinya sebagai pemuka agama untuk mendapatkan kekuasaan sehingga
keinginan-keinginannya dapat terpenuhi dengan mudah, bersama dengan
keponakannya Mansour Bey Galib, mereka memonopoli keadaan dengan bahasa
dan folklor sehingga terciptalah sebuah common sense di antara masyarakat. Dalam
cerita, tokoh pendeta ini berideologi kapitalisme dan otoritarianisme, ideologi yang
juga tidak berbeda jauh dengan keponakan dan para pengikutnya, di dalam cerita
juga terdapat kelompok sub-altern yaitu kelompok yang berada dibawah dominasi,
diantara mereka ada beberapa tokoh intelektual yang mencoba melakukan
perlawanan meskipun tidak secara frontal dan kelompok tersebut digambarkan
dalam tokoh (Aku) Khalil, Salma Karamah dan ayahnya, Faris Affandi Karamah
yang beridelogi sosialisme dan liberarisme.
Kata Kunci: Al-Ajnihah Al-Mutakassirah_Kahlil Gibran_Hegemoni Antonio GramsciNIM. 14110111 Muhammad Qazwaeni2019-05-07T01:43:28Z2019-05-07T01:43:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33038This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330382019-05-07T01:43:28ZAl shakhsiyyah al raisiyyah 'Inayat Hanum fi al riwayah layl wa qudban li Najib al Kaylaniy (dirasah tahliliyyah psikologiyyah insaniyyah li Abraham Maslow)Skripsi As-Syakhsiyyah Ar-Raisiyyah Inayah Hanim Fi Ar- Riwayah lail
wa qudhban Li Najib Kaelani (Dirasah Tahliliyah Psikolojiyyah Insaniyyah li
Abraham Maslow) meneliti novel yang berjudul Lail wa qudhban karya Najib
Kaelani dengan menggunakan psikologi Humanistik Abraham Maslow. Cerpen ini
menarik untuk dikaji, karena kompleksitas yang dihadapi oleh tokoh utama Inayah
Hanim, mampu menjadi sebuah karakter yang tegar dan tidak pernah mengeluh atas
permasalahan yang menimpanya. Namun seiring berjalannya waktu semua berubah
disebabkan hawa nafsunya sendiri.
Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang dikaji adalah apa saja peristiwa
yang mempengaruhi perkembangan psikologi Inayah Hanim, bagaimana sikap
Inayah dalam menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut, dan pencapaian kebutuhan
bertingkat Inayah sesuai dengan teori psikologi humanistik Abraham Maslow.
Psikologi humanistik Abraham Maslow memiliki asumsi dasar bahwa dengan melihat
pemenuhan dasar kebutuhan manusia, bisa disimpulkan sejauh mana kualitas
kepribadian seseorang. Maslow membagi kebutuhan dasar secara Heirarki dalam lima
strata : kebutuhan Fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta,
kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa ada beberapa kejadian yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian Inayah Hanim ,yaitu : Pernikahan yang
tidak berdasar cinta karena paksaan orang tuanya, Inayah meminta pada suaminya
tinggal di Kairo untuk menenangkan diri, kebohongan yang ia lakukan pada
suaminya, Inayah Frustasi karena suaminya tidak memberikannya keturunan,
perjanjian rahasia dan perselingkuhannya dengan Faris. Inayah mampu menyikapi
semua kejadian tersebut dengan baik, namun semuanya berubah ketika hilang hawa
nafsunya. Dari sikap-sikap yang ia tunjukkan, peneliti menarik kesimpulan bahwa
Inayah memiliki kepribadian yang berubah-ubah. Adapun hal yang membuat Inayah
memiliki kesehatan mental dan kepribadian yang kurang baik menurut teori
psikologi humanistik Abraham Maslow, adalah kurang terpenuhinya lima heirarki
kebutuhan Inayah dengan baik.
Kata Kunci : Kepribadian, psikologi sastra, aktualisasi diri, tokoh utamaNIM. 14110108 Muhammad Ulinnuha Faishol Ghoni2019-05-07T01:43:23Z2019-05-07T01:43:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33036This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330362019-05-07T01:43:23ZAl shi'r al talasim li Ilya Abu Madi (dirasah tahliliyyah simiyaiyyah li Charles Sanders Peirce)Skripsi ini berjudul "Puisi Ath-Thalasim karya Ilya Abu Madhi (pendekatan metode Studi Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)". Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna tanda-tanda yang terdapat pada puisi Ath-Thalasim karena di dalam Ath-Thalasim sarat akan kedalaman makna, nilai-nilai estetika, filsafat dan keindahan bahasanya. Puisi Ath-Thalasim berisi pesan tentang bagaimana manusia mampu mencari hakikat dirinya dan penciptanya.
Peneliti menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce, untuk menemukan makna tanda yang ada di dalam puisi Ath-Thalasim. Peirce memandang tanda sebagai sebuah struktur triadic yang dibangun dengan tiga dimensi yaitu; representament, objek, interpretan. Dari tiga rangkaian struktur tanda tersebut penulis akan menfokuskan pada aspek hubungan representament dengan objek karena pola hubungan tersebut, menurut Peirce adalah bagian paling fundamental dari tanda. Peirce mengklasifikasi tipologi hubungan tanda dengan objeknya dalam trikotomi kedua dalam tiga kategori yaitu ikon, indeks dan symbol.
Dalam penelitian ini menghasilkan bahwa secara keseluruhan tanda yang ditemukan dalam puisi Ath-Thalasim merupakan representament dan kata “Aku” sebagai Objek menunjuk pada seorang manusia yang mencari hakikat dirinya yang dihadapkan pada seluruh pertanyaan-pertanyaan sulit. Kemudian dari kedua hubungan tersebut menghasilkan makna interpretan.
Kata kunci: Ath-Thalasim_ Iliya Abu Madhi_Simiotika_ Charles Sanders PeirceNIM. 14110107 Lailiyatur Rohmah2019-05-07T01:43:18Z2019-05-07T01:43:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33034This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330342019-05-07T01:43:18ZAbtal al riwayah layl wa qudban li Najib al Kaylaniy (dirasah tahliliyyah shakhsiyyah)Judul dari skripsi ini adalah Abthal Ar Riwayah Lail waqudhban Li Najib Al Kaelani (Dirasah Tahliliyah Syakhsiyah(. Skripsi ini menganalisis tentang penokohan para tokoh dalam novel yang berjumlah 00 tokoh. Peneliti tertarik untuk menganalisis novel Lail waqudhban karya Najib Kaelani karena para tokoh dalam novel Lail wa Qudhban memiliki perwatakan yang sulit dideskripsikan secara tepat oleh pembaca karena memiliki berbagai sikap dan tindakan serta memiliki perubahan-perubahan dalam sikap dan tindakannya sebab adanya lika-liku kehidupan dalam novel tersebut.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis-jenis tokoh yang ada dalam novel, serta bagaimana penokohan yang dimiliki oleh para tokoh yang terdapat dalam novel dengan adanya lika-liku kehidupan dalam penjara yang berdampak pada watak dan tingkah laku yang dimiliki para tokoh.
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi ini adalah deskriptif-analitik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Robert Stanton yaitu unsur intrinsik novel untuk menganalisis tentang tokoh dan penokohan dalam novel Lail waqudhban karya Najib Kaelani. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Lail waqudhban dan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari hasil penelitian maupun telaah orang lain yang memiliki hubungan dengan penelitian ini, seperti buku, jurnal, skripsi, dan lain sebagainya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pustaka dan teknik catat dengan bersumber pada novel Lail waqudhban karya Najib Kaelani.
Adapun hasil dari penelitian adalah tokoh dalam novel Lail waqudhban katya Najib Kaelani berjumlah 00 tokoh. Tokoh utama dalam novel Lail wa qudhban yaitu Faris, dan tokoh tambahan dalam novel berjumlah 02 tokoh. Tokoh protagonis dalam novel lail wa qudhban berjumlah tiga orang yaitu Abdul Hamid, ayah Inayah Hanim, dan penasehat penjara, sedangkan tokoh yang lain merupakan tokoh antagonis. Tokoh kompleks dalam novel Lail wa qudhban berjumlah tiga orang yaitu Faris, Inayah, dan dokter penjara, sedangkan ke 01 tokoh lain merupakan tokoh sederhana dalam novel. Tokoh berkembang dalam novel lail wa qudbhban berjumlah 9 orang yaitu Faris, Inayah, Syaikh Salman, dan dokter penjara, sedangkan tokoh yang lain merupakan tokoh statis, dan tokoh tipikal dalam novel ini berjumlah 01 orang, sedangkan tokoh lainnya merupakan tokoh netral.
Kata kunci: Tokoh, Penokohan, Novel “Lail waqudhban”.NIM. 14110095 Mar'atun Salimah2019-05-07T01:43:12Z2019-05-07T01:43:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33032This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330322019-05-07T01:43:12ZTarjamah kitab quwwat al hub wa al tasamuh li Ibrahim al faqiy wa mashkalah tarjamah al tarakib fih (dirasah tahliliyyah fi al tarjamah)Penerjemahan merupakan proses pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Aktifitas terjemah dinilai penting karena dapat memudahkan untuk mengakses sebuah ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat tertentu untuk dipahami oleh masyarakat lain yang berbeda bahasa. Namun, dalam melakukan penerjemahan seorang penerjemah tidak terlepas dari suatu problem. Problem-problem yang dihadapi oleh penerjemah itu dapat digolongkan ke dalam dua problem, yaitu problem linguistik dan problem non-linguistik. Peneliti menemukan beberapa problem dalam proses penerjemahan buku Quwwata al-Hub wa at-Tasamuh karya Dr. Ibrahim Elfiky ini, khususnya dalam penerjemahan frasa dari bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia. Buku karya Dr. Ibrahim Elfiky ini merupakan buku motivasi diri agar selalu memiliki perasaan positif. Dengan penerjemahan buku ini, peneliti berharap dapat memberikan beberapa pengetahuan yang terkandung dalam buku tersebut pada masyarakat dalam bahasa sasaran.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, sedangkan metode yang digunakan dalam menerjemahkan buku ke dalam bahasa Indonesia adalah metode penerjemahan komunikatif yang diusung oleh Newmark. Metode ini bertujuan untuk mengalihkan makna kontekstual teks bahasa sumber secara akurat ke dalam bahasa sasaran agar hasil terjemahan dapat berterima dan mudah dipahami oleh pembaca bahasa sasaran.
Hasil yang dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah, bahwa terdapat bebrapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam menerjemahkan frasa dalam bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, yakni: 1) tarkib wasfy (dengan penambahan kata yang, dan tanpa penambahan kata yang); 2) tarkib idhafy ( penerjemahan harfiyah (tanpa menambah kata atau merubah makna), penambahan (menambahkan makna dari huruf jar), perubahan sharfiyah (mengartikan isim masdar dengan makna fi’il); 3) tarkib maushuly dengan penerjemahan harfiyah; 4) tarkib badaly dengan penerjemahan harfiyah.
Kata kunci: Quwwatu al-Hub wa at-Tasamuh, Tarkib Washfi, Tarkib Idhafy, Tarkib Maushuly, Tarkib badaly.NIM. 14110093 Nisli Eka Prasiwi2019-05-07T01:43:07Z2019-05-07T01:43:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33016This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/330162019-05-07T01:43:07ZShakhsiyat al abtal fi qissah qutratun min al dumu' li Samiroh binti al-Jazirah al-Arabiyah (dirasah tahliliyyah fi al shakhsiyyah)Skripsi berjudul “Tokoh-tokoh dalam Novel “Qutrotun min ad Dumuu’”
Karya Samiroh binti al-Jazirah al-Arabiyah menggunakan Analisis
Penokohan”. Objek pada penelitian ini, ialah novel “Qutrotun min ad
Dumuu’”, peneliti novel ini karena novel ini bergenre realisme yang artinya
kisah-kisah dalam novel cerpen diangkat dari kehidupan sosial masyarakat
jazirah Arab, yang mana novel ini diambil dari cerita orang Badui yang tinggal
di daerah padang pasir Nejd, sehingga novel ini benar-benar terjadi di
masyarakat Arab.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan
pendekatan teori Jenis-jenis tokoh dan metode karakterisasi. Teori metode
karakterisasi (showing dan telling) diharapkan mampu menjelaskan
“bagaimana karakterisasi yang terdapat dalam novel “Qutrotun min ad
Dumuu’”. Dan teori jenis-jenis tokoh diharapkan mampu mengategorikan
tokoh berdasarkan penggolongannya.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini antara lain: bahwa dalam novel ini
terdapat sembilan tokoh yang diklasifikasikan dalam sepuluh jenis tokoh dan
setiap tokoh memiliki watak yang berbeda-beda. Adapun jenis-jenis tokoh
diantaranya tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh antagonis,
tokoh sederhana, tokoh bulat, tokoh statis, tokoh berkembang, tokoh tipikal
dan tokoh netral. Ada beberapa tokoh yang dikategorikan kedalam lebih satu
jenis tokoh.
Kata kunci: jenis-jenis tokoh, KarakterisasiNIM. 14110080 Rohmad Syariful2019-05-06T01:17:23Z2019-05-06T01:17:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34464This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/344642019-05-06T01:17:23ZUslub al iltifat fi surah al nisa' (dirasah tahliliyyah balaghiyyah)Skripsi ini berjudul Uslub al-Iltifat fi surah an-Nisa’ (Dirasah Balaghiyah), penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh adanya susunan tata bahasa yang digunakan dalam al-Quran yang telah menyalahi aturan-aturan sintaksis yang telah ada. Dan menganggap bahwa telah terjadi penyelewengan gramatikal dalam al-Quran yang dianggap suci bagi umat islam. Hal ini yang membuat penulis merasa tertarik untuk membahasa salah satu ciri khas gaya bahasa iltifat dalam al-Quran. Dikarenakan untuk menunjukkan bahwa apa yang dianggap sebagai tata bahasa yang buruk, ternyata merupakan corak yang sangat kokoh dan efektif yang dimiliki oleh al-Quran. Adapun bentuk-bentuk gaya bahasa iltifat dalam al-Quran menurut Mardjoko Idris yaitu : ash-shiyagh (1), adad (2), dhamir (3), mu’jam (4), adawat (5), bina’ an-nahwy (6). Iltifat adalah perubahan atau perpindahan bentuk dhamir dalam suatu tuturan dari dhamir khitab atau dhamir ghaibah atau dhamir takallum menjadi bentuk dhamir yang lain dari bentuk-bentuk tersebut, dengan syarat dhamirnya tetap kembali pada bentuk yang sama. Bertolak dari ini, penulis mereduksi rumusan dua rumusan masalah yang pertama bagaimana bentuk-bentuk Iltifat dalam surah an-Nisa’ dan kedua apa yang menjadi rahasia digunakan gaya bahasa iltifat dalam surah an-Nisa’.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan mengkaji segala macam literature yang berkenaan dengan penafsiran surah an-Nisa’. Adapun analisis yang digunakan yaitu analisis stilistika yang merupakan cabang dari ilmu Balaghah. Dengan analisis ini dapat diketahui referen dari penggunaan gaya bahasa iltifat dalam al-Quran hususnya dalam surah an-Nisa’.
Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa dalam surah an-Nisa’ terdapat beberapa gaya bahasa Iltifat diantaranya yaitu : Iltifat ash-shiyagh terdiri dari (5) ayat, Adad (6) ayat, Dhamir (6) ayat, Mu’jam (9) ayat, Adawat (12) ayat dan Bina’ an-Nahwy (1) ayat.
1. Iltifat Ash-shiyagh
Gaya bahasa iltifat yang ada pada ayat 136 tersebut adalah penggunaan kata (nazzala) yang berarti menurunkan, kepada pengguna (anzala) yang berarti menurunkan, dari sudut morfologi bahasa, keduanya berasal dari kata (na-za-la) yang berarti turun.
2. Iltifat Adad
Bentuk iltifat ini terjadi pada ayat 18 yang mana pada ayat tersebut ada pada penggunaan adad mutakallim tunggal (ya’) yang berarti (ku), beriltifat pada penggunaan adad mutakallim (na) yang berarti (kita). Dalam redaksi tersebut yang digunakan adalah adad dhamir mutakallim bentuk tunggal kemudian berpindah pada dhamir mutakallim bentuk jama’.
3. Iltifat Mu’jam
Iltifat yang ada pada QS. an-Nisa’ ayat 85 tersebut ada pada penggunaan kata نَصِي بٌٌ
beriltifat pada penggunaan kata (kiflun). Kedua kata tersebut yang dimaksud adalah sama yaitu bagian. Iltifat ini sengaja dilakukan karena adanya maksud-maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh penuturnya.
4. Iltifat Adawat
Iltifat yang mengambil bentuk al-Adawat, seperti iltifat dari adat (idza) pada (wa idza dharabtum) beriltifat pada adat (in) pada (in khiftum) dalam QS. an-Nisa’.
5. Iltifat DhamirNIM. 11110043 Risqi Apriliana Harti2019-04-18T02:05:30Z2019-04-18T02:05:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32968This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329682019-04-18T02:05:30ZTarjamah kitab al nihlah al 'amilah li Kamil Kaylani wa mashkalah tarjamah al takafu fi mustaway al kaliimah wa ma fawqaha fihBuku An-Nahlah Al-’amilah karya Kamil Kailani menarik untuk diterjemahkan karena di dalamnya banyak terdapat problematika yang layak dikaji seperti problematika tataran kata dan atas kata (kolokasi). Penanganan masalah tersebut dapat memberikan hasil terjemahan yang baik dan tidak kaku.
Penerjemahan buku ini menggunakan metode penerjemahan komunikatif yang berusaha mempertahankan makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun bahasanya dapat langsung diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan. Dalam menganalisis, penulis menggunakan strategi-strategi yang dikemukakan oleh Mona baker.
Dari penelitian ini ditemukam pertama, kata-kata yang memiliki makna khusus ketika diterjemahkan tidak ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, maka penulis menghadirkan makna yang umum dalam penerjemahannya. kedua: bentuk kolokasi yang tidak ditemukan padanannya dengan bentuk yang sama, yakni bentuk kolokasi dalam bahasa Indonesia. Maka penulis menerjemahkannya dengan bentuk yang lebih sesuai dalam bahasa Indonesia.
Kata kunci : Padanan kata, KolokasiNIM. 14110004 Siti Khulusiyah2019-04-18T02:05:24Z2019-04-18T02:05:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32962This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329622019-04-18T02:05:24ZTarjamah kitab kayf nafhamu al yahudi li Doktor Husayn Muannas wa mashkalat al asma' al ajanib wa al takafu fi mustaway al 'ibarat fihSkripsi Tarjamatu Kitab Kaifa Nafhamul Yahud li Duktur Husein Mu’nis
wa Musykilatu al-Asma’ al-Ajanib wa at-Takafu’ fi Mustawa al-‘Ibarah fihi
merupakan penelitian yang berisi terjemahan buku Kaifa Nafhamul Yahud karya
Dr. Husein Mu’nis, seorang sejarawan terkemuka, penulis, peneliti, dosen, dan
guru besar dari Mesir. Buku ini mengulas tentang orang-orang Yahudi, bagaimana
asal usul mereka hingga ada sampai saat ini, keinginan mereka untuk menguasai
dunia, segala bentuk kiprahnya sejak dulu hingga sekarang, serta kebaikankebaikan
hingga kejelekan-kejelekan mereka.
Selain menerjemah, penelitian ini memberikan fokus pada dua masalah
utama, yaitu problem mengalihkan nama asing seperti nama orang, lembaga, dan
semacamnya yang aslinya berasal dari tulisan latin kemudian diarabkan tanpa
menyertakan tulisan latinnya, dan beberapa persoalan padanan yakni kolokasi
yang dianggap perlu untuk dijelaskan dalam proses menerjemahkannya.
Strategi peneliti dalam menyelesaikan masalah nama-nama asing pada
penelitian ini adalah dengan mencocokkannya pada ensiklopedia tokoh, internet,
dan transliterasi. Sedangkan untuk masalah kolokasi peneliti menerjemahkan
terlebih dahulu kalimat yang mengandung unsur kolokasi, kemudian
menerjemahkan kembali kolokasi dengan bahasa sasaran yang mudah dipahami
khalayak.
Tercatat terdapat 36 nama asing yang dapat diterjemahkan peneliti dengan
rujukan ensiklopedia, 22 nama asing dengan rujukan internet, dan 14 nama asing
dengan transliterasi. Untuk kolokasi terdapat 19 kalimat yang mengandung unsur
kolokasi.
Kata kunci: nama asing, kolokasiNIM. 13110075 Kurnia Sari2019-04-18T02:05:20Z2019-04-18T02:05:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32960This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329602019-04-18T02:05:20ZAl amr wa al istifham fi surah saba' (dirasah tahliliyyah fi 'ilm al ma'aniy)Penelitian ini menganalisis Al-qur’an Surat saba’ dengan mengambil
pendekatan Ilmu balaghah. Ilmu Balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang
berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan
kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub (ungkapan). Balaghah
sendiri menurut para ulama memiliki tiga cakupan pembahasan yakni ilmu ma‟aniy,
ilmu bayan dan ilmu badi‟.
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis „amr dan Istifham beserta
maknanya yang terdapat didalam surat saba’. Ilmu Ma‟aniy dipahami sebagai ilmu
yang mengandung kaidah-kaidah yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan
kualitas kalimat dari sisi kesesuaian kalimat itu dengan konteksnya. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kepustakaan (Library research).
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam material yang terdapat diruang perpustakaan, seperti
buku, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan meterial lainnya yang relevan dengan penelitian
ini. Hasil penelitian dalam skripsi ini ditemukan beberapa uslub „amr dan istifham
dalam surat saba’ dengan varian makna yang berbeda-beda. Terdapat 20 ayat di
dalam surat saba’ yang mengandung uslub ‘amr. Dan hanya terdapat satu bentuk
yakni fi‟il amr.
Sedangkan uslub istifham tersebar di 00 ayat, dan tersebar pada beberapa
huruf, hamzah ( 0) أنّى ,( 0) متى ,( 0) من ,( 0) ما ,( 2)هل ,( 1 ), dan 0) كيف ). Sedangkan makna
uslub ‘amr pada surat saba’ yakni haqiqi, ikram, irsyad, imtinan, do’a, ta’jiz, ihanah,
tahdid. Uslub istifham memiliki beberapa makna yakni tahqir, tahakum, wa’id, nafi,
taqrir, istibtha, ingkar, tahwil dan istib’ad.
Kata Kunci: Ilmu Balaghah, Ilmu ma‟aniy, „Amr, Istifham, Surat SabaNIM. 13110044 LULUK NUR BAROKAH NOVIANTI2019-04-18T02:05:16Z2019-04-18T02:05:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32959This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/329592019-04-18T02:05:16ZAl shi'r fi diwan al Harith Ibn Halzah (dirasah tahliliyyah fi al munasabah bayn al buhur al 'arudiyyah wa al mawdu')Syair merupakan suatu sarana untuk mengapresiasikan berbagai ide,
gagasan, hayalan yang dirasakan oleh penyairnya. Katagori syair berdasarkan
bentuknya terbagi menjadi tiga: pertama syair Multazim/tradisional yakni syair
yang terikat dengan aturan wazan dan qafiyah. Kedua yaitu syair Mursal/Muthlaq
yakni syair yang hanya terikat dengan satuan irama atau Taf’ilah, tetapi tidak
terikat oleh aturan wazan dan qafiyah. Ketiga adalah syair Mantsur/bebas yakni
syair yang sama sekali tidak terikat oleh aturan wazan dan qafiyah.
Al-Harist bin Halzah merupakan salah satu penyair klasik yang terkenal
dengan syairnya yang indah. Syair-syair hasil karyanya terkumpul pada sebuah
kitab yang dinamakan Diwan Al-Harist bin Halzah. Syair-syair Al-Haris bin
Halzah termasuk dalam syair multazim, yang masih terikat oleh aturan wazan dan
qafiyah. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan tiga masalah mendasar yang
ingin dijawab oleh peneliti yaitu bahar apa saja yang digunakan oleh penyair,
tema apa saja yang digunakan oleh penyair, dan korelasi antara bahar dengan
tema. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui bahar apa saja yang
digunakan penyair. Mengetahui tema apa saja yang digunakan penyair serta
bagaimana korelasi antara bahar dengan tema.
Hasil yang diperolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama,
bahar yang digunakan penyair yaitu bahr al-Khofif, bahr al-Thowil, bahr al-Kamil
(al-Tam dan al-Majju’), bahr al-Wafir, bahr al-Mutaqarib, bahr al-Basith, bahr
al-Sari’, dan bahr al-Rajaz. Kedua, tema yang digunakan penyair yaitu al-Wasfi,
al-Ghazal, al-Fahr, al-Madh, al-Ritsa, dan al-Hija’. Ketiga, korelasi antara bahar
dengan tema yaitu bahr al-Khofif menggunakan tema al-Fahr, al-Hamasah dan
al-Wasfi. Bahr al-Thowil menggunakan tema al-Fahr. Bahr al-Kamil
menggunakan tema al-Hamasah, al-Ritsa dan al-Fahr. Bahr al-Wafir
menggunakan tema al-Hija’ dan al-Hamasah. Bahr al-Mutaqarib menggunakan
tema al-Hamasah. Bahr al-Basith menggunakan tema al-Hamasah, al-Ritsa dan
al-Madh. Bahr al-Sari’ menggunakan tema al-Hamasah. Bahr al-Rajaz
menggunakan tema al-Hamasah.
Kata kunci : Al-Harist bin Halzah, Syair, Bahar, TemaNIM. 13110036 Insanuddin2019-03-26T01:41:24Z2019-03-26T01:41:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33749This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/337492019-03-26T01:41:24ZAl Shakhsiyyat Al Raissiyyah Fi Al Qisassat Al Qasirah I'taraf Rajuliy Li Nuwal Al Sa'dawiy : Dirasah Sikulijiyyah Inda Abraham MaslowPenelitian ini berjudul Al-Syakhshiyyah al-Ra‟isiyyah fi „I-Qishsah al-Qashirah “I‟tiraf Rujuli” li Nawal al-Sa‟dawi (Dirasah Sikulujiyyah „inda Abraham Maslow). Cerpen I‟tiraf Rujuli menceritakan tentang seorang laki-laki yang selama hidupnya tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Namun, dia harus hidup dengan sebuah topeng yaitu topeng kejantanan. Kejantanan yang harus dibuktikan kepada orang lain dan kepada dirinya sendiri. Selanjutnya ada tiga permasalahan dalam penelitian ini yaitu: bagaimana unsur karakter tokoh utama laki-laki berdasarkan teori strukturalisme, apa sajakah kepribadian dan aktualisasi diri tokoh utama laki-laki berdasarkan teori hierarki Abraham maslow dalam cerpen I‟tiraf Rujuli.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif yang berpegang pada teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow diantaranya: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta dan keberadaan, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Tujuan penelitian ini yaitu: menganalisis kepribadian dan aktualisasi diri tokoh utama laki-laki dalam cerpen I‟tiraf Rujuli karya Nawal el Saadawi menurut teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow .
Hasil penelitian ini, kepribadian tokoh utama menurut teori kebutuhan hierarki kebutuhan Abraham Maslow adalah jujur, egois dan tidak setia. Aktualisasi diri tokoh utama dalam cerpen I‟tiraf Rujuli telah tercapai yaitu, tokoh utama laki-lakimenjadi dirinya sendiri tanpa harus menggunakan topeng kejantanan.
Kata kunci: I'tiraf Rujuli, Teori kebutuhan hierarki Abraham MaslowNIM. 14110106 Ii Suhaety2019-03-26T01:41:20Z2019-03-26T01:41:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33747This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/337472019-03-26T01:41:20ZAkhta' Fi Kitabat Al Tarkib Al Idafiy Wa Al Wasfiy Fi Al Buhuth Al Ilmiyyah Li Talabah Qism Al Lughat Al Arabiyyah Wa Al Adabiha Jama'ah Sunan Kalijaga Al Islamiyyah Al Hukumiyyah : Dirasah Tahliliyyah NahwiyyahBahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi
dengan manusia lainnya dengan menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan.
Di dunia ini terdapat banyak bahasa, salah satunya adalah bahasa Arab. Bahasa
Arab adalah salah satu bahasa Semit yang memiliki banyak penutur dari pada
bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semit. Bahasa Arab ini adalah
bahasa resmi dari dua puluh lima Negara, dan merupakan bahasa peribadatan
dalam agama Islam karena merupakan bahasa yang dipakai dalam al-Quran.
Dalam bahasa terdapat banyak hal, salah satunya adalah frasa. Frasa
adalah gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua kelompok kata atau
lebih yang memiliki satu makna gramatikal. Singkatnya frasa adalah gabungan
dari dua kata atau lebih namun tidak dapat membentuk kalimat sempurna karena
tidak memiliki predikat.
Dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas tentang bentuk tarkib
idhafi dan tarkib washfi dalam skripsi mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Arab
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan bentuknya dalam
kaidah nahwu. Dalam pembelajaran bahasa Arab, nahwu merupakan materi paling
penting karena termasukn salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa Arab, dan
pengertiannya menurut bahasa Arab adalah ilmu yang menunjukkan kepada kita
bagaimana cara menggabungkan kata benda, kata kerja, atau partikel untuk
mebentuk kalimat yang bermanfaat.
Dilakukannya pembahasan ini karena penulis telah melakukan penelitian
pada beberapa skripsi yang ditulis oleh mahasiswa jurusan bahasa dan sastra
Arab, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam menggunakan idhafah dan
naat man’ut dalam kalimat atau tidak sesuai dengan kaidah nahwu. Atas dasar
permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi, penulis ingin mengetahui apa
sajakah persoalan yang muncul dalam struktur idhafi dan washfi yang ditulis oleh
mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Arab Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta dalam skripsi mereka.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan berbasis pustaka,
penulis menganalisis skripsi dengan dua sumber data, yaitu sumber data primer,
antara lain skripsi yang ditulis oleh mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Arab
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan
sumber data sekunder, antara lain buku-buku, literatur, atau apapun yang
berhubungan dengan topik yang menjadi sumber pembahasan penulis.
Kata kunci: Tarkib Idhafi, Trakib WashfiNIM. 14110103 Dida Ganis Prameswari2019-03-26T01:41:14Z2019-03-26T01:41:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33746This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/337462019-03-26T01:41:14ZAl Istalzam Al Hawariy Fi Al Masrihiyyah Ma'satun Zaynab Li 'aliy Ahmad Bakathir : Dirasah Tahliliyyah TadawuliyyahTuturan yang diucapkan oleh seseorang (penutur) kepada orang lain (lawan tutur) seringkali memiliki maksud lain dari apa yang diucapkannya. Itu artinya ada bagian tuturan yang tidak diucapkan namun hendak disampaikan. "Bagian tuturan" tersebut, dalam Pragmatik dinamakan dengan implikatur percakapan. Fenomena ini pun terjadi di dalam drama Ma’satu Zainab karya Ali Ahmad Bakatsir. Peneliti menemukan banyak tuturan para tokohnya yang memiliki maksud lain yang diungkapkannya secara tidak langsung. Peneliti memperhatikan bahwa mereka terkadang mengatakan apa yang mereka maksud, terkadang mereka bermaksud lebih dari apa yang mereka katakan, dan terkadang pula bermaksud kebalikan dari apa yang mereka katakan.
Untuk menganalisis masalah ini dalam drama Ma’satu Zainab, peneliti menggunakan pendekatan Pragmatik, dengan teori prinsip kerjasama Grice. Penelitian ini merupakan studi pustaka (Library Research), adapun metode yang digunakan peneliti untuk menganalisis data yaitu metode kualitatif deskriptif.
Setelah peneliti melakukan penelitian ini, peneliti menemukan dua puluh tujuh tuturan melanggar prinsip kerjasama Grice dan mengandung implikatur percakapan, berikut rinciannya: tiga belas tuturan melanggar maksim kuantitas, dua tuturan melanggar maksim kualitas, tujuh belas tuturan melanggar maksim relevansi, enam tuturan melanggar maksim cara. Adapun makna tuturan yang mengandung implikatur percakapan yaitu : memberikan alasan, tidak menyukai topik pembicaraan, mengklarifikasi, mengejek, menegaskan, mengganti topik pembicaraan, meminta izin, mencurigai, meng-iya-kan, menolak, merahasiakan, bermaksud sebaliknya, menenangkan, memungkiri, heran, menghibur, terkejut, efek lucu, marah berlebih.
Kata kunci : Ma’satu Zainab, Pragmatik, prinsip kerjasama, implikatur percakapanNIM. 14110101 Sutan Adi Nugraha2019-03-26T01:41:09Z2019-03-26T01:41:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33745This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/337452019-03-26T01:41:09ZAl Alaqah Bayna Al Buhur Wa Al Mawdu' Fi Diwan Ibn Khafajah : Dirasah Tahliliyyah 'ArudiyyahIbnu Khafajah merupakan salah satu penyair terkemuka Andalusia nama lengkapnya
Abu Ishaq Ibrahim ibnu Abi Fath ibnu Khafajah. Ketika bersyair ia tak lepas dari pola bahr
yang berjumlah enam belas. Hal ini disebabkan adanya pengaruh pola-pola bahr terhadap
karya penyair pada masanya. Sebagai sastrawan, ia banyak menggubah berbagai tema dalam
puisi-puisinya.
Dalam skripsi ini peneliti bertujuan membedah lebih jauh mengenai keterkaitan antara
tema dan bahr dalam diwan ibnu Khafajah dengan menggunakan teori arudl dan teori
keterkaitan antara tema dan bahr oleh Ahmad Syayib. Adapun teknik pengumpulan data
menggunakan teknik kepustakaan (library research). Adapun teknik pengumpulan data
adalah teknik analisis deskriptif. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik
sampling purposive.
Penelitian ini menghasilkan, yang pertama bahr yang ada dalam diwan Ibnu Khafajah
adalah bahr basith, khafif, rajaz, raml, sari', thawil, kamil, mutaqarab, mujtats, madid,
munsarah, wafir. Yang kedua, tema yang terdapat didalamnya adalah madh, ratsa', wasf,
ghazal, haja', ikhwaniyyat, dan mutafarriqat. Yang ketiga, tema dalam setiap bahr yaitu ;
dalam bahr thawil adalah wasf, ratsa', ikhwaniyyat, mutafarriqat, dan madh. Bahr kamil
adalah ratsa', wasf, madh, dan khamriyyat. Bahr basith adalah wasf, ratsa', mutafarriqat.
Bahr wafir adalah wasf, madh, ratsa', bahr khafif adalah madh. Bahr rajaz adalah wasf, bahr
raml adalah wasf, mutafarriqat, bahr sari' adalah wasf, tamtsil al-'awathif, dan mutafarriqat.
Bahr mutaqarab adalah madh dan mutafarriqat. Bahr mujtast adalah mutafarriqat, wasf.
Bahr madid adalah ghazal dan mutafarriqat. Bahr munsarah adalah wasf dan mutafarriqat.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara tema dan bahr dalam diwan ibnu
Khafajah tidaklah mutlak karena ditemukan beberapa tema baru yang belum ada dan tidak
sesuai dalam teori kesesuaian Ahmad Syayib.
Kata kunci : Ibnu Khafajah, bahr, ahmad syayib.NIM. 14110082 Ahmad Saiful Amin2019-03-26T01:41:04Z2019-03-26T01:41:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33743This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/337432019-03-26T01:41:04ZTarjamah Riwayah Rihlah Fi Alam Majhul Lilayna Kaylaniy Ila Al Lughat Al Indonesiyah Al Ta'bir Al Istilahiyah FihaPenelitian ini adalah hasil terjemahan novel rihlah f ̅ ‘ ̅lami
majh ̅l karya Lina Kailani dan analisis bentuk idiom. Idiom adalah
gabungan kata yang menghasilkan makna baru serta maknanya
melebur menjadi satu kesatuan atau ungkapan yang tidak bisa
dipahami secara harfiyah karena mempunyai makna yang berbeda dari
kata-kata yang membentuknya. Idiom dapat dipahami secara
kontekstual dan diterjemahkan dengan mencarikan padanan yang
paling tepat dalam bahasa sasaran. Pemahaman yang memadai akan
budaya bahasa sumber maupun bahasa sasaran mutlak diperlukan
dalam penerjemahan idiom.
Masalah penerjemahan itu muncul ketika idiom diterjemahkan
dengan mengukuti pola bahasa Arab asli tanpa menyesuaikan dengan
bahasa sasaran, baik itu konteks, kosakata maupun susunan
kalimatnya. Dalam menerjemahkan idiom terkadang penerjemah
harus menggunakan bahasa sehari-hari yang terdapat dalam bahasa
sasaran yang tidak diketahui didalam bahasa sumber.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yaitu dengan menganalisis data melalui beberapa
tahap penerjemahan untuk menghindari kekeliruan penafsiran dengan
menggunakan dua sumber data, yaitu sumber primer dan sekunder.
Data primer yaitu novel Rihlah Fi ̅ ̅lami Majh ̅l “ karya Lina
Kailani. Data sekunder yaitu kamus-kamus, buku, dan literatur lainnya
yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian ini
memfokuskan pada enam bentuk pola idiom dalam novel “Rihlah Fi ̅
̅lami Majh ̅l “ karya Lina Kailani, yaitu : 1) fi’il + fa’il, 2) fi’il +
fa’il + huruf jar + majrur ,3) fi’il + fa’il + maf’ul bih + huruf jar +
majrur , 4) mudhof + mudhof ilaih, 5) na’at + man’ut, 6) huruf jar +
majrur.
Hasil penelitian ini adalah bahwa penyelesaian analisis idiom
terletak pada dua tahap umum yaitu, (1) menerjemahkan teks bahasa
Arab dengan menggunakan penerjemahan harfiyah (2) mencari
padanan kata yang menyesuaikan dengan bahasa sasaran di dalam
mu’jam dan kamus-kamus Arab.
Kata kunci : Idiomatik, Novel, Lina KailaniNIM. 14110071 Alfira Syahputri2019-03-26T01:41:00Z2019-03-26T01:41:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33742This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/337422019-03-26T01:41:00ZAnasir Al Jamaliyyah Fi Shi'r Bataqah Hawiyyah Li Mahmud Darwais : Mu'sasa 'ala Nazriyah Bun'yuwiyyah Roman IngardenSkripsi berjudul Unsur-unsur Estetika Pada Puisi "Kartu Identitas" Karya Mahmoud Darwish (Berdasarkan Teori Strukturalisme Roman Ingarden) dilatarbelakangi objek material dan objek formal. Dari sisi objek materialnya, pemilihan tokoh Mahmoud Darwish pada tulisan ini karena ia merupakan salah satu penyair terkemuka Palestina pada puisi kontemporer, khusunya tentang Palestina. Pemilihan puisi Kartu Identitas pada tulisan ini, karena puisi ini menyerap bahasa menjadi semangat nasionalis untuk melawan perampasan Palestina dengan pembukaannya yang menantang Israel. Dari sisi objek formalnya, skripsi ini menggunakan teori Strata Norma Roman Ingarden, karena teori ini sangat khas untuk objek material puisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap unsur-unsur estetika puisi ini.
Berdasarkan teori strata norma Roman Ingarden, puisi terstruktur dari lima lapis, yaitu lapis bunyi, kesatuan arti, objek-objek yang dikemukakan, dunia, dan metafisis. Pada penelitian ini, puisi "Kartu Identitas" menjadi sumber data primernya dan teori Strukturalisme Roman Ingarden menjadi sumber data sekundernya. Penelitian ini bersifat library research (kajian pustaka) yang menggunakan teknik pustaka catat dan metode deskriptif analis.
Dengan menggunakan teori tersebut, skripsi ini menyatakan bahwa estetika bunyi puisi ini menggunakan huruf kuat, lebih kuat, dan mutawasithoh untuk mengungkapkan keberanian dan ketangguhan, sedangkan penggunaan huruf lemah dan lebih lemah untuk mengungkapkan kasih sayang dan kesedihan. Dari estetika makna, puisi ini membahas tentang identitas Palestina dan perampasan Palestina. Estetika objeknya yaitu Identitas Palestina sebagai perlawanan Israel. Estetika dunia ialah kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel. Estetika pada lapis metafisis pada puisi ini ialah kedamaian dunia.
Kata kunci : Kartu Identitas, Estetika, Mahmoud Darwish, dan Roman IngardenNIM. 14110062 Juweiriah2019-03-26T01:40:55Z2019-03-26T01:40:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33741This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/337412019-03-26T01:40:55ZNafsiyyat Al Shakhsi Al Raisiy Nafsiyat Al Shakhs Al Raisiy Fi Al Riwayah 'aid Ila Hayyifan Lighasan Kanafaniy : Dirasah Tahliliyyah Sikulujiyyah Inda Abraham MaslowRifdah Nuha Nazhifah, 14110058, Nafsiyatu syakhsi ar-raisy fi riwayah ‘Aidun ila Haifa li Ghassan Kanafani (Dirasah Tahliliyah Sikulujiyah ‘inda Abraham Maslow), Bahasa dan Sastra Arab, Fak. Adab dan Ilmu Budaya
Skripsi ini berjudul Psikologis Tokoh Utama dalam Novel ‘Āidun ilā Haifa Karya Ghassan Kanafani Kajian Psikologi Abraham Maslow. Skripsi ini mengkaji kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi pada tokoh utama novel ‘Āidun ilā Haifa berdasarkan teori kebutuhan bertingkat Abraham Maslow serta kepribadian tokoh utama berdasarkan kebutuhan tersebut. peneliti tertarik untuk meneliti novel ini karena didalam novel ini terdapat beberapa fenomena psikologis seperti tekanan batin yang dialami tokoh utama (Said dan Safiya) akibat perang dan kehilangan anak pertama mereka karena perang tersebut. selanjutnya, ada dua masalah mendasar dalam skripsi ini, yaitu kebutuhan apa saja yang terpenuhi pada tokoh utama dalam novel tersebut serta bagaimana kepribadian tokoh utama berdasarkan kebutuhan tersebut?
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitis yang berpegang pada teori kebutuhan bertingkat Abraham Maslow. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kajian kepustakaan, diawali dengan membaca serta memahami isi serta tema cerita. Kemudian mencatat data-data dalam novel ‘Āidun ilā Haifa yang berkaitan dengan kebutuhan bertingkat menurut teori psikologi Abraham Maslow dan menganalisis kepribadian tokoh utama berdasarkan kebutuhan tersebut.
Dengan menggunakan teori tersebut terungkap masalah-masalah yang terdapat dalam novel ‘Āidun ilā Haifa yakni terungkap kebutuhan- kebutuhan yang terpenuhi pada tokoh utama yang mencakup lima hirearki : kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan untuk beraktualisasi diri. Berdasarkan kebutuhan tersebut, dapat diketahui motivasi besar tokoh utama adalah bertemu dengan anak pertama mereka, Khaldun. Sehingga pemenuhan motivasi tersebut mempengaruhi kepribadian tokoh utama (Said dan Safiya). Kepribadian Said dan Safiya setelah bertemu Khaldun yakni, Said: tenang, percaya diri, menikmati tanggung jawab, dapat mengendalikan diri dan jujur serta Safiya: tenang, percaya diri, realistis.
Kata Kunci: Novel ‘Āidun ilā Haifa , Ghassan Kanafani, Psikologi Abraham Maslow.NIM. 14110058 Rifdah Nuha Nazhifah2019-03-26T01:40:46Z2019-03-26T01:40:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33682This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/336822019-03-26T01:40:46ZMa'na Al Salam Fi Al Riwayah Kleopatra Fi Khan Al Khaliliy Li Mahmud Taymur Bika : Dirasah Simiyaiyyah Inda Roland BarthesSkripsi ini berjudul “Makna Perdamaian dalam Novel Kleopatra fi Khan al-Khalili karya Mahmud Taymur (Analisis Semiotika Roland Barthes)”. Kleopatra fi Khan al-Khalili merupakan salah satu novel karya sastrawan modern bernama Mahmud Taymur. Novel ini bercerita tentang kronologi perjalanan konferensi damai yang berlangsung di Mesir. Namun terdapat bermacam-macam pendapat tentang konsep perdamaian. Oleh karena itu، penulis merasa perlu untuk menemukan konsep perdamaian dalam novel Kleopatra fi Khan al-Khalili agar pembaca dapat memahami pesan yang dimasukkan pengarang ke dalam novelnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tanda-tanda yang dimunculkan untuk mewakili perdamaian dalam novel Kleopatra fi Khan al-Khalili serta Menganalisis dan menemukan makna perdamaian melalui tanda dalam novel Kleopatra fi Khan al-Khalili yang ditemukan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes.
Novel Kleopatra fi Khan al-Khalili menampilkan beberapa informasi terkait perdamian di dunia yang dikaji melalui semiosis. Melalui tanda-tanda bahasa berupa kalimat dan wacana yang dimunculkan dalam novel akan diketahui tujuan dan faedah sebuah perdamian yang hendak dicapai. Faktor inilah yang menjadikan novel Kleopatra fi Khan al-Khalili perlu dianalisis untuk menemukan konsep perdamaian yang dimaksud dalam novel. Analisis semiotika Roland Barthes cocok digunakan dalam penelitian ini untuk menemukan konsep perdamain dalam novel.
Hasil penelitian menunjukkan konsep perdamaian dalam novel bersisian dengan konsep perdamaian menurut Islam, yakni; perdamian berarti menghapus peperangan, perdamaian berarti keamanan bagi seluruh manusia, perdamian berarti kebebasan, dan perdamaian berarti keadilan bagi seluruh manusia. Kemudian novel Kleopatra fi Khan al-Khalili memunculkan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa perdamaian merupakan cita-cita yang imajiner.
Kata kunci: Perdamaian, Denotasi, Konotasi, Semiotik, Roland Barthes.NIM. 14110048 Lailatus Saadah2019-03-26T01:40:40Z2019-03-26T01:40:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33677This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/336772019-03-26T01:40:40ZKalimat Ahad Wa Wahid Fi Al Qur'an Al Karim Dirasah Tahliliyyah DalaliyyahAl-Qur’an Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai mukjizat yang paling dahsyat. Ada maksud dan tujuan
tertentu yang melatar belakanginya (eksplisit). Yakni sebagai kalam petunjuk
ALLAH yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, untuk menjadi pedoman
manusia dalam menata kehidupan. Ini bisa dilihat pada redaksi tulisan, gaya
bahasa, dan lain sebagainya . Bahkan ada tujuan tertentu yang tidak terlihat
jelas pada redaksi tulisanya, tetapi bisa difahami dengan merenungkanya,
sehingga akan muncul dalam benak kita arti dibalik tulisan tersebut
(implisit). Yang menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
terhadap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an variasi bentuk kata-katanya sangat
berpola. Setiap bentuk mempunyai makna dan pesan khas yang berbeda
dengan bentuk lainnya meskipun berasal dari kosa kata yang satu dan
memiliki terjemahan harfiahnya sama.
Di samping belum adanya penelitian terhadap kata Ahad dan Wahid
dengan konsep Tauhid, sebagai alasan pemilihan kata, yang menjadi
ketertarikan penulis memilih Ahad dan Wahid adalah keduanya memiliki arti
yang sama, tetapi dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an penggunaannya
memiliki selisih yang cukup jauh yaitu kata Ahad sebanyak 33 kali
sedangkan kata wahid sebanyak 25 kali. Dan karena yang menjadi objek
kajian berupa kata (makna kata) maka sudah seharusnya jika penulis
menggunakan pendekatan semantik.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode
yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian
disusul dengan analisis, dan metode komparatif yaitu perbandingan data satu
dengan lainnya untuk menghasilkan hubungan dan untuk mengetahui
persamaan-persamaan serta perbedaan-perbedaan di dalamnya.
Sehingga dalam penelitian ini saya menarik kesimpulan bahwa secara
hukum adat kata Ahad dan Wahid merupakan sebuah bilangan (isim jamid/
‘adad) , secara hukum syariat Ahad adalah sifat Allah, sedangkan menurut
hakikat Ahad itu sebagai petunjuk atau dalil sifat mustahil bagi Allah karena
sifat wajib bagi Allah itu adalah wahdaniyyah, dan sifat jaiznya adalah
pekerjaannya (menciptakan).NIM. 14110028 Luthfia Amanda Rolita2019-03-26T01:40:34Z2019-03-26T01:40:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33672This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/336722019-03-26T01:40:34ZAl Alaqah Bayna Al Masrihatayn Al Shi'riyataynMajnun Layla Li Ahmad Shawqiy Wa Layla Wa Al Majnun Li Salah Abdussabur : Dirasha Tahliliyyah TanasiyyahPenggunaan kritik sastra teori interteks dalam sastra Arab modern baru muncul sekitar
seperempat abad setelah munculnya kritik sastra Barat. Dalam pengertian interteks, diantara
para kritikus paling menonjol di Barat adalah Julia Kristeva sebagai pelopor pertama
pemahaman ini. Sebuah istilah yang diciptakan Julia Kristeva untuk merujuk adanya
keterkaitan antar teks tertentu dengan teks-teks lain.
Kajian intertekstual selalu berpegang teguh pada prinsipnya bahwa dalam sebuah teks
ada teks yang saling berdialog, mengalami sebuah penyerapan maupun transformasi dari
berbagai mosaik kutipan teks lain. Kajian ini mengebolarasi karya sastra dengan berbagai
teks yang ada diluarnya, termasuk karya tulis ilmiah. Karena dengan sebuah pertalian dapat
memberikan makna-makna yang lebih komprehensif terhadap karya sastra tersebut. Selain
itu, akan nampak pula teks mana yang menjadi hipogram dan transformasi.
Drama puisi Majnun Layla oleh Ahmad Syauqi dan Layla wa al-Majnun oleh Shalah
Abdu as-Shabur merupakan dua karya yang memiliki sebuah affinity, paralelisme maupun
berbagai varian teks lain yang saling berkesinambungan, Kajian ini menyimpulkan bahwa
kedua karya memiliki hubungan, baik dari sisi intrinsik maupun ekstrinsik meskipun
keduanya memiliki waktu pengkisahan yang terlampau jauh, terdapat pula signifikansi teks
transformasi yang menjadi tingkat kreatifitas pengarang
Kata kunci : Kritik sastra Arab, drama puisi, intertekstual, signifikansiNIM. 14110025 Rabiatul Adawiyah Madawat M2019-03-22T09:12:22Z2019-03-22T09:12:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33669This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/336692019-03-22T09:12:22ZAl Asma' Al Zahirat Al Mansubah Fi Kitab Wasiat Al Mustafa Li Abdul Wahhab Al Sha'raniy : Dirasah Tahliliyyah NahwiyyahSebuah kitab karangan Abdul Wahhab As-Sya’roni yang dinamai Washiyatul
Musthofa berisi nasehat-nasehat Nabi Muhammad Saw. kepada sahabat Ali bin Abi Thalib
Karamallahu wajhah. Seperti teks Arab pada umumnya, kitab tersebut tersusun atas jumlah
ismiyah dan jumlah fi’liyah. Dalam susunan kalimatnya terdapat isim-isim yang menempati
kedudukan rafa’, nashab, dan khafadz. Setiap kedudukan dalam kalimat mempunyai peran
yang berbeda-beda.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menfokuskan pada isi yang menempati kedudukan
nashab atau dalam istilah nahwu disebut Al-Asma’ Al-Manshubat. Dibandingkan dengan
kedudukan yang lain, isim yang menempati kedudukan nashab memiliki lebih banyak peran
dalam struktur kalimat. Diantaranya maf’uliyyat, tamyiz, dll. Dalam skripsi ini membahas
isim-isim yang berkedudukan nashab serta perannya dalam kalimat. Adapun masalah yang
diteliti adalah apa macam-macam isim manshub yang terdapat dalam kitab washiyatul
musthofa? Apa fungsi isim-isim manshub tersebut?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
memaparkan data dalam bentuk kata-kata. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode dokumentasi yang bersumber pada buku-buku tentang kaidah-kaidah ilmu nahwu.
Sedangkan untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif yang
disesuaikan dengan kaidah nahwu yang bersumber dari beberapa referensi khususnya
berkaitan dengan al-asma al-al-manshubat.NIM. 14110008 Tabi'in2019-03-22T03:55:47Z2019-03-22T03:55:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33625This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/336252019-03-22T03:55:47ZSurat al mar'ah fi al riwayah al shahaz li Najib Mahfuz (dirasah tahliliyyah adabiyyah nasaiyyah)Skripsi ini berjudul “shurotu al mar’ah fii ar-riwaayah syahaadz li
Najiib Mahfouz“ . Dalam novel ini banyak ditemukan permasalan yang dihadapi
oleh beberapa tokoh wanita, khususnya Zainab. Skripsi ini bertujuan untuk
mengungkap citra dan permasalahan yang dihadapi perempuan pada novel As-
Syahhadz karya Najib Mahfouz.
Dalam mengkaji dan menganalisis novel tersebut, penulis menggunakan
teori kritik sastra feminisme yang membagi citra perempuan dalam lima bagian,
yaitu ideologis, sosial, psikologi, ras, dan lesbian. Analisis novel ini dilakukan
dengan memberikan perhatian pada masalah citra perempua dan masalah
perempuan yang terdapat di dalamnya.
Setelah melihat permasaalahan citra-citra perempuan dalam karya sastra
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kritik ideologis dalam novel ini lebih banyak
ditemukan pada tokoh Zainab dan Butayna, Zainab adalah wanita yang setia
kepada suaminya, tetapi dikhianati oleh suaminya. Adapun kritik sosialis atau
kritik perempuan Marxis Dalam novel ini, perempuan dianggap sebagai kelas
yang hancur di masyarakat, sehingga laki-laki bisa bermain di hati perempuan.
Kritik terhadap perempuan ras dalam novel ini adalah dari sudut budaya yang
mengharuskan seorang anak untuk mematuhi perintah orang tuanya. Sedangkan
dalam kritik psikologis dan kritik lesbian tidak ditemukan teks yang berhubungan
dengan kritik sastra feminis.
Kata kunci: Citra Perempuan, Feminisme, Najib Mahfouz.NIM. 13110093 Hilal Al-fath Sakti2019-03-18T01:20:07Z2019-03-18T01:20:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32423This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324232019-03-18T01:20:07ZAs shi'r ma ba'da rahil al shams li Faruq Juwaydah (tatbiqiyyah 'ala nazariyyah al tabaqat al mi'yariyyah li roman Ingarden)Skripsi ini berjudul Puisi “Ma Ba’da Rahilissamsi” karya Faruq Juwaidah
(Pendekatan metode terapan dengan teori strata norma Roman Ingarden )”. Puisi
ini masuk dalam katagori puisi Arab kontemporer karna tidak lagi bergantung
pada kaidah-kaidah yang terkandung dalam puisi Arab jahili. Tujuan dari skripsi
ini adalah untuk mengungkap makna yang terdapat dalam puisi Faruq Juwaidah,
penyair Mesir Modern dengan latar belakang studi di fakultas sastra. Dia mampu
meletakkan nilai-nilai estetika dan filsafat ke dalam puisinya. Kedalaman makna
yang menggunakan kalimat sederhana dan mudah dipahami membuat puisi Faruq
Juwaidah sangat digemari oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu puisi karya
Faruq Juwaidah tergolong sebagai aliran baru dalam kesusastraan Arab, maka
menarik untuk diteliti keseluruhan aspeknya melalui teori strata norma Roman
Ingarden.
Berdasarkan hal tersebut penulis memandang bahwa teori strata norma
yang dirumuskan oleh Roman Ingarden seorang filsuf Polandia adalah teori paling
tepat yang dapat digunakan untuk menganalisis makna-mkana puisi “Ma Ba’da
Rahilissamsi” yang terdapat dalam antologi puisi “Lianni Uhibbuk” karya Faruq
Juwaidah. Dalam bukunya Das Literarische Kunstwerk (1931) Roman Ingarden
membagi norma-norma tersebut sebagaimana berikut: Lapis bunyi (sound
stratum), Lapis arti (units meaning), Lapis objek, Lapis dunia, dan Lapis
metafisis. Dengan demikian, untuk mencapai makna dari puisi tersebut penulis
harus menganalsis lapis demi lapis dari norma-norma tersebut.
Adapun hasil dari skripsi ini adalah: pada lapis bunyi, puisi “Ma Ba’da
Rahilissamsi” menyuarakan kegelisahan saya (lirik puisi) dengan susunan suarasuara
berat dan sedih. Kemudian pada lapis arti, puisi “Ma Ba’da Rahilissamsi”
adalah kegundahan susunan dengan ungkapan kejujuran saya (lirik puisi) dalam
menciptakan puisi tersebut. Selanjutnya, pada lapis objek, saya (lirik puisi)
membangun suasana dengan menghadirkan metafor-metafor dari alam sekitar
yang masih bisa kita lihat dengan kasat mata. Pada lapis dunia, saya (lirik puisi)
menggambarkan zaman yang sudah banyak berubah. dan sebagai dasar dari
timbulnya segala sesuatu yang terjadi di kehidupan kita ialah bukan disebabkan
oleh alam, melainkan disebabkan oleh diri kita. Dan pada lapis metafisik saya
(lirik puisi) menggambarkan kesengsaraan diri yaitu manusia tidak bisa kembali
kemasa lalu maka sebelum bertindak hendaklah berfikir terlebih dahulu.
Kata kunci: puisi Ma Ba’da Rahilissamsi, Farouq Juwaidah, analisis strata norma
Roman Ingarden.NIM. 14110126 Abdul Ghafir Musaffak2019-03-18T01:20:03Z2019-03-18T01:20:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32421This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324212019-03-18T01:20:03ZAl shi'r ila tughat al 'alim li Abi al Qasim al Shabiy (al dirasah al tahliliyyah al simaiyyah li Riffaterre )Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesatuan makna dalam
puisi “Ila Tughati al-‘Alam” karya Abi al-Qasim asy-Syabi. Puisi yang terdapat
dalam Diwan Abi al-Qasim asy Syabi ini dikumandangkan oleh para demonstran
Mesir ketika revolusi Mesir 2011. Puisi ini berisi sindiran yang kuat bahkan
cenderung mengejek dan mengecam penguasa diktator. Baris-baris puisi belum
menunjukkan kesatuan makna dalam puisi. Maka untuk memperoleh kesatuan
makna dalam puisi, peneliti menggunakan teori Semiotik Riffatere yang dianggap
cocok untuk menemukan kesatuan makna puisi. Teori Riffaterre menggunakan dua
level pembacaan, yaitu pembacaan heuristik didasarkan pada arti kamus dan
pembacaan hermeneutik berupa penafsiran dari karya sastra dengan mencari
model, matriks, hipogram potensial dan aktual untuk mendapatkan kesatuan
makna. Model (kalimat monumental dari puisi) adalah:
ألا أيها الظالم المستبد**حبيب الظلام عدوّ الحياة
تأمل! هنالك.. أنّى حصدت**رؤوس الورى، وزهور الأمل
Matriks puisi yang didapat adalah kemerdekaan dan keadilan. Hiporgam
potensial dari puisi ini adalah kritik penyair terhadap penguasa yang diktator serta
kecaman atas perbuatan yang dilakukannya, dan hipogram aktualnya adalah puisi
ash-Syabi yang berjudul “al-Nabi al-Majhul”.
Kata kunci: Puisi: Ila Tughati Alam, Semiotik Riffaterre.NIM. 14110125 Zikriah Nilupar Fadilah2019-03-18T01:19:59Z2019-03-18T01:19:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32416This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324162019-03-18T01:19:59ZAl taghayyur al sawty fi aghniyah Umu Kulsum alfu laylah wa alaylah (dirasah tahliliyyah sawtiyyah fi al lughah al 'arabiyyah al misriyyah)Bahasa Arab dalam penggunaannya terbagi menjadi dua, yaitu bahasa
Arab Fusha dan bahasa Arab Amiyah. Bahasa Arab Fusha adalah bahasa Arab
yang digunakan dalam forum resmi sedangkan bahasa Arab Amiyah digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. Kedua bahasa ini memiliki perbedaan dalam aspek
fonetis. Perubahanaspek fonetis antara bahasa Arab Fusha dengan bahasa Arab
Amiyah merupakan problematika perubahan bunyi yang penting.Bunyi
mempunyai beberapa klasifikasi, yaitu vokal, konsonan, dan semi vokal.
Sedangkan perubahan bunyi meliputi pergantian bunyi, penambahan bunyi,
pelepasan bunyi dan metatesis. Pada bahasa Arab Amiyah memiliki ciri-ciri
bahasa tersendiri, seperti mengakhiri semua kalimat dengan sukun (mati) dan
terdapat beberapa pergantian vokal dengan vokal atau pergantian konsonan
dengan konsonan.Objek material pada penelitian ini adalah lagu Ummi Kultsum
(4094-4095) yang berjudul “Alf Lela wa Lela”. Hasil dari penelitian ini adalah 4)
pergantian bunyi: pergantian vokal /u/ menjadi vokal /o/ seperti pada kata “hubb”
menjadi “hobb”, pergantian konsonan " ج"menjadi konsonan “G” seperti pada
kata “nujumuh” menjadi “nugumuh”; 2) penambahan bunyi: protesis
(penambahan vokal pada awal kata) seperti pada kata “tafaḍḍal” menjadi
“itfaḍḍal” dan epentesis (penambahan konsonan di tengah kata) seperti pada kata
“huwa” menjadi “huwwa”; 3 ) pelepasan bunyi: pada kata “wa+anta” menjadi
“winta”; 4) zeroisasi: pada kata “fi+’uyuni” menjadi “fa’yun”.
Kata kunci:lagu Ummi Kulṡum, fonetik, perubahan bunyi, Alfu Laila wa LailaNIM. 14110118 Istinganah2019-03-18T01:19:54Z2019-03-18T01:19:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32410This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324102019-03-18T01:19:54ZAl fi'l al mutazamman fi al qawl al tawjihiy fi nas al masrahiyyah al malhamah al islamiyyah al kibriy 'umar hadithah ma'rakat al jisr li Ali Ahmad BakathirPenelitian ini berjudul Fi’lu al-Mutadhomani fi al-qaul at-Taujihi fi nash
al-Masrahiyah al-Malhamah al-Islamiyah Umar haditsah ma’rakatul Jisr.
Naskah drama al-Malhamah al-Islamiyah Umar yang menceritakan tentang
pertempuran perluasaan daerah kekuasaan yang di dalamnya banyak memuat
intruksi atau perintah dari atasan kepada bawahan, pertanyaan dari satu tokoh
kepada yang lain terkait perbedaan pendapat siasat perang, dan nasehat dari
pimpinan untuk bawahan dalam mensukseskan pertempuran. Melalui penelitian
ini juga memberikan pengetahuan kepada kaum muslimin pada umumnya hanya
mengenal kekalahan perang kuam muslimin hanya pada perang Uhud. Pada
perang Jisir yang merebutkan kekuasaan Persia di daerah perbatasan Iraq juga
mengalami kekalahan.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana bentuk tindak
tutur ilokusi direktif pada naskah drama al-Malhamah al-Islamiyah Umar
haditsah ma’rakatul Jisr. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan bentuikbentuk
ilokusi direktif pada naskah drama al-Malhamah al-Islamiyah Umar
haditsah ma’rakatul Jisr.Teori sebagai alat bedah penelitian ini adalah teori tindak
tutur milik Searle. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
simak dan teknik catat, kemudian data dimasukkan dalam tabel klasifikasi data.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode padan ekstralingual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam naskah drama al-Malhamah
al-Islamiyah al-Kubro Umar episode Ma’rakatul Jisr terdapat enam jenis tindak
tutur direktif yaitu pertama tindak permintaan (requestives) berupa tindak
permintaan (47 tuturan), mendorong (2 tuturan), memohon (11 tuturan), menekan
(1 tuturan), dan mengajak (1 tuturan), dan kedua tindak pertanyaan (question)
berupa tindak pertanyaan (136 tuturan) dan introgasi (12 tuturan), dan ketiga
tindak perintah (requirement) berupa tindak memerintah (49 tuturan) dan komado
(7 tuturan), dan keempat tindak larangan (prohibites) berupa tindak larangan (6
tuturan), dan kelima tindak pemberian ijin (permissive) berupa tindak menyetujui
(1 tuturan), dan keenam tindak nasehat (advisories) berupa tindak menasehati (14
tuturan), memperingatkan (9 tuturan), dan mengusulkan (6 tuturan).
Dalam naskah drama Al-Malhamah al-Islamiyah al-Kubro Umar episode
perang Jisir terdapat 307 tuturan tindak ilokusi direktif. Hampir semua tuturan
merupakan tindak ilokusi langsung dengan jumlah 303 sedangkan sisanya tindak
ilokusi tidak langsung dengan jumlah hanya 4 tuturan. Dalam naskah drama
tersebut percakapan lebih banyak tuturan yang otoritas penutur sama atau lebih
tinggi dari pada mitra tutur. Sehingga kebanyakan tuturan yang muncul adalah
tindak ilokusi langsung.NIM. 14110110 M. Mahbub Junaidi2019-03-18T01:19:49Z2019-03-18T01:19:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32392This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323922019-03-18T01:19:49ZAl i'lanat al tijariyyah fi majalah Tijarah al Riyad (dirasah tahliliyyah fi af'al al kalam 'inda Austin)Skripsi ini berjudul “al-I’laanaat at-Tijariyyah fi Majallah Tijarah ar-Riyadh (Dirasah Tahliliyyah fi Af’alil Kalam i’nda Austin). Peneliti mengambil tema “Bahasa Iklan Komersial dengan Analisis Pragmatik dan Analisis Iklan” yang bertujuan untuk menemukan makna pragmatik dan penggunaan bahasa dalam iklan komersial. Berdasarkan dengan apa yang terjadi pada hari ini, iklan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan, dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh iklan. Misalnya dari aspek sarana dan prasarana, elektronik dan lain sebagainya. Dalam pembuatan iklan, banyak unsur-unsur yang harus diperhatikan. Unsur yang terpenting adalah penggunaan bahasa yang sesuai dan sasaran yang tepat. Bahasa iklan harus disusun dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas serta seringkali memerlukan pemahaman yang mendalam untuk mendapatkan maksud iklan tersebut.
Peneliti menjadikan majalah Tijarah ar-Riyadh edisi tahun 2015 sebagai objek kajian. Di majalah tersebut terdapat macam-macam iklan komersial berupa barang atau jasa. Misalnya iklan komersial dari aspek komunikasi, teknologi, gaya hidup, dan ekonomi. Iklan-iklan komersial di majalah ini menggunakan bahasa Arab resmi dan memerlukan pemahaman yang mendalam untuk mendapat maksud dan tujuan iklan itu. Di samping bahasa Arab bukan bahasa kita sehari-hari, bahasa Arab juga terkenal dengan uslub dan mujamalah nya. Sehingga peneliti untuk mengkaji penggunaan bahasa iklan komersial yang ada di majalah Tijarah ar-Riyadh.
Dalam menganalisis bahasa iklan komersial, peneliti menggunakan teori tindak tutur Austin dan teori iklan yang baik Rhenald Kasali untuk mengkategorikan iklan. Teori tindak tutur Austin (lokusi, ilokusi, dan perlokusi) diharapkan mampu menjelaskan “bagaimana penggunaan bahasa dalam iklan komersial yang terdapat di majalah Tijarah ar-Riyadh. Dan teori iklan yang baik Rhenald Kasali (Attention, Interest, Desire, Conviction, Action) diharapkan mampu mengkategorikan iklan komersial yang baik dan benar.
Hasil dari peneltian ini antara lain: (1) menggungkap maksud dan tujuan penggunaan bahasa iklan komersial dalam majalah Tijarah ar-Riyadh. Dari bahasa iklan komersial mengandung maksud dan tujuan antara lain: perintah, bujukan, informasi. (2) mendeskripsikan dan mengkategorikan iklan yang baik dan benar dengan menggunakan teori iklan Rhenald Kasali. Menggolongkan iklan komerisal yang baik menurut teori iklan Rhenald Kasali.
Kata Kunci: Bahasa iklan komersial, Majalah Tijarah ar-Riyadh, tindak tutur Austin, teori iklan yang baik Rhenald Kasali.NIM. 14110059 Bahy Chemy Ayatuddin Assri2019-03-15T00:34:25Z2019-03-15T00:34:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33508This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/335082019-03-15T00:34:25ZSTUDI KOMPARASI PRESTASI MAHĀRAH AL-KALĀM
ANTARA SANTRI PUTRA DAN SANTRI PUTRI
SMP MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL YOGYAKARTA T.A 2017/2018 DALAM PERSPEKTIF GENDERPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada prestasi Mahārah Al-Kalām antara santri putra dan santri putri SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perbandingan prestasi Mahārah Al-Kalām antara santri putra dan santri putri SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta jika ditinjau dari perspektif gender.
Jenis penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan) dan menggunakan pendekatan kombinasi (mixed methods) yang menggabungkan dua metode analisis data yaitu kuantitatif dan kualitatif. Obyek penelitian adalah sebagian santri SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta yang berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, interview (wawancara), dokumentasi dan tes yang mencakup tes Mahārah Al-Kalām. Analisis data yang digunakan adalah analisis Independent T Test (Uji T) serta memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan kemudian diinterprestasikan dan diberi kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pada prestasi Mahārah Al-Kalām antara santri putra dan santri putri SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil sigifikansi sebesar 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari taraf nilai signifikansi sebesar 0,05. Selanjutnya jika dilihat dari perolehan masing-masing mean kedua kelompok santri yaitu santri putra sebesar 79,65 dan santri putri sebesar 89,10, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata Mahārah Al-Kalām santri putra lebih kecil santri putri dengan selisih -9,45. (2) Penyebab terjadinya perbedaan prestasi Mahārah Al-Kalām antara santri putra dan santri putri SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta ditinjau dari perspektif gender, diantaranya (a) Tujuan Pembelajaran Mahārah Al-Kalām secara implisit menunjukkan adanya kepedulian agar santri putra dan santri putri sama-sama dapat memiliki kemampuan berbicara dalam bahasa Arab dengan baik (b) Dalam perlakuan/pendekatan yang diberikan oleh guru kepada santri terdapat kesenjangan yang disebabkan oleh aspek gender dimana guru lebih banyak memberikan perhatian kepada santri putri dibandingkan santri putra sehingga dapat mempengaruhi prestasi atau motivasi santri untuk berprestasi dengan gemilang (c) lingkungan berbahasa dan (d) sikap dan keaktifan santri.
Kata kunci: Komparasi, Prestasi, Mahārah Al-Kalām, GenderNIM: 14420009 ZULFA IRNI2019-02-27T01:01:10Z2019-02-27T01:01:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32390This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323902019-02-27T01:01:10ZAl Shi'r Ya Rabbi afwaka li al Imam al Shafi'iy (dirasah tahliliyyah simaiyyah li MICHAEL RIFFATERRE)Puisi “Ya Rabbi ‘Afwaka” merupakan salah satu puisi karya Imam Syafi’i
yang dihimpun dalam sebuah antologi puisi yang berjudul Diwan Al-Imam Al-
Syafi’i. Puisi tersebut menceritakan tentang seorang hamba yang merasa ajalnya
sudah dekat, lantas ia menjadikan harapannya untuk memperoleh ampunan
Tuhannya. Penelitian terhadap puisi Imam Syafi’i memiliki daya tarik tersendiri,
karena Imam Syafi’i lebih dikenal sebagai pendiri madzhab Syafi’i atau seorang
mufti besar Islam Sunni, padahal beliau juga seorang yang ahli dalam bahasa dan
sastra Arab, khususnya dalam sastra puisi. Untuk menemukan keutuhan makna
puisi tersebut peneliti menggunakan teori semiotika Riffaterre, karena teori ini
sangat operasional hingga ke mikro (detail) teks, dan dengannya hasil studi yang
dilakukan menjadi komprehensif.
Di dalam teori semiotika Riffaterre terdapat dua pembacaan yang
digunakan peneliti dalam menganalisis puisi tersebut, yakni: pembacaan heuristik
dan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur
bahasanya atau berdasarkan sistem semiotika tingkat pertama. Sedangkan
pembacaan hermeneutik merupakan penafsiran sebuah karya sastra dengan mencari
hipogram potensial, matriks, model, dan hipogram aktual.
Adapun hasil dari penelitian ini dari pembacaan heuristik didapatkan
makna secara kamus. Sedangkan dari pembacaan hermeneutik didapatkan
hipogram potensial bahwa puisi tersebut mengisahkan tentang harapan seorang
hamba atas ampunan Tuhannya saat ia merasa ajalnya sudah dekat, yaitu dengan
menyebut kebaikan Tuhannya dan menggambarkan keadaannya seperti hamba
yang arif dan cekatan dalam berbuat kebaikan. Kesatuan puisi ini terpusat pada
matriks “Memperhatikan adab dalam berdo’a merupakan salah satu sebab
diterimanya do’a dan sebab diperolehnya ampunan Tuhan”. Sedangkan modelnya
terdapat pada bait pertama dan terakhir pada puisi tersebut. Hipogram aktual yang
menjadi latar dari puisi ini terdapat pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an seperti
surat An-Nashr: 3, surat Al-A’raf: 55, surat Al-Ma’idah: 35 dan hadits nabi yang
berkaitan dengan adab berdo’a. Semua ini didukung oleh kesatuan struktur yang
menggambarkan keselarasan antara kesatuan tema dengan ungkapan, gaya bahasa,
dan musikalitas dalam puisi Ya Rabbi ‘Afwaka.
Kata Kunci: Ya Rabbi ‘AfwakaImam Syafi’iSemiotika RiffaterreAdab
Berdo’aPembacaan Heuristik.NIM. 14110057 Mufti Nabil Rafsanjani2019-02-27T01:00:59Z2019-02-27T01:00:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32389This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323892019-02-27T01:00:59ZSurat al nisa' fi al riwayah mawt al rajul al wahid 'ala al ard li nawal al sa'dawiy (dirasah tahliliyyah naqdiyyah adabiyyah nisaiyyah)Novel karya Nawal El Saadawi ini menceritakan tentang kekejaman para
penguasa tanah terhadap rakyat kecil di sebuah desa di Mesir. Kekejaman tersebut
dialami oleh petani miskin baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan, yang
diwakili tokoh perempuan bernama Zakeya yang merasakan tekanan batin baik fisik
maupun psikis. Sedangkan kaum penguasa yang berlaku sewenang-wenang diwakili
oleh tokoh Umdah, seorang penguasa tanah d desa Kafr El Tin.
Penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis idiologis Soenardjati
Djajanegara sebagai pisau analisis dan memusatkan perhatiannya terhadap citra dan
stereotype wanita dalam karya sastra. Konsep reading as a woman merupakan
konsep yang digunakan untuk membongkar idiologi patriarki yang terdapat dalam
novel. Dengan analisis deskriptif-kualitatif sebagai metode untuk menganalisis
uraian-uraian dalam novel yang berkaitan dengan tokoh perempuan. Maka dari itu,
dapat dirumuskan masalah tentang bagaimana citra diri perempuan yang terdapat
dalam novel Maut Ar-Rajul Al-Wahiid ‘ala al-Arḍli karya Nawal el Saadawi.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui citra perempuan yang
terdapat dalam novel Maut Ar-Rajul Al-Wahiid ‘ala al-Arḍli. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa citra diri perempuan yang terdapat pada tokoh utama bernama
Zakeya, adalah seorang perempuan yang kuat, pemberani, dan perempuan yang
memanusia. Dapat dikatakan bahwa citra diri perempuan yang terdapat daam novel
Maut Ar-Rajul Al-Wahiid ‘ala al-Arḍli merupakan citra diri yang positif.
Kata kunci : Nawaal El Saadawi, feminisme, reading as a womanNIM. 14110051 Siti Shofiatul Marwah2019-02-27T01:00:50Z2019-02-27T01:00:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32388This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323882019-02-27T01:00:50ZAl Sira'at al ijtima'iyyah wa al siyasiyyah fi al riwayah ra'aytu ramallah li Marid al Burghushiy (dirasah tahliliyyah ijtimaiyyah adabiyyah)Novel Ra’aitu Ramallah karya Mourid Bargouthi adalah sebuah novel
yang menceritakan tentang kondisi sosial masyarakat serta konflik politik di
negara Palestina ketika perang enam hari dengan Israel pada tahun 1967.
Novel ini menyajikan berbagai macam masalah-masalah sosiologis, seperti
konflik yang terjadi dalam keluarga, maupun yang terjadi di lingkungan
masyarakat tersebut baik konflik sosial maupun politik. Selanjutnya, problem
mendasar yang ingin dijawab oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu bagaimana
wujud konflik sosial dan politik yang terkandung dalam novel Ra’aitu Ramallah
karya Mourid Bagouthi, dan faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik
sosial dan politik dalam novel Ra’aitu Ramallah karya Mourid Bagouthi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah
novel Ra’aitu Ramallah karya Mourid Bagouthi. Objek penelitian ini adalah
konflik sosial dan politik yang meliputi wujud konflik dan faktor penyebabnya.
Data dan penelitian ini diperoleh dengan cara menganalisis novel Ra’aitu
Ramallah karya Mourid Bagouthi dengan menggunakan teknik baca dan catat.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan
menggunakan library reseach yaitu mengambil data-data dari buku-buku,
ensiklopedia, makalah, dan lain-lain.
Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil penelitian yang ditemukan oleh
penulis yaitu (1) konflik sosial dalam novel Ra’aitu Ramallah meliputi, konflik
antar kelas sosial, dan konflik pribadi, kemudian (2) konflik politik dalam novel
Ra’aitu Ramallah meliputi, kerusuhan, demonstrasi, pembantaian, kekerasan,
perebutan kedaulatan, revolusi, dan konflik antarNegara.
Key Word: Konflik Sosial dan Politik (Analisis Sosiologi SastraNIM. 14110043 Aditya Yudhistira Serang2019-02-27T01:00:41Z2019-02-27T01:00:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32385This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323852019-02-27T01:00:41ZAl Shi'r Khabat Naru Nafsi li al Imam al Shafi'iy (dirasah tahliliyyah li tabaqat al qawa'id al bunyawiyyah li Roman Ingarden)Puisi “Khabat Naru Nafsi” merupakan salah satu puisi karya Imam Syafii
yang dihimpun dalam antologinya yang berjudul "Diwan Iman Syafi’i". Peneliti
tertarik untuk meneliti puisi karya Imam Syafi’i ini karena Imam Syafi’i lebih
terkenal dengan imam madzhab dalam bidang fiqih, tetapi memiliki diwan yang
berisi berbagai puisi. Puisi ini mempunyai sebuah truktur yang kompleks dengan
keindahan pada lafadz dan makna yang dalam sehingga untuk memahaminya
membutuhkan sebuah analisis.
Untuk memahami struktur dan makna pada puisi ini, peneliti menggunakan
teori strata norma Roman Ingarden yang akan menghasilkan makna yang dapat
dipahami sebagai sebuah satuan yang utuh dengan hubungan antar unsur-unsur
tersebut. Di dalam teori struktural Roman Ingarden terdapat lapis-lapis norma yang
akan digunakan peneliti untuk meneliti puisi tersebut, yakni: (1) lapis bunyi, (2) lapis
arti, (3) lapis objek, (4) lapis dunia, dan (5) lapis metafisik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lapis bunyi dalam puisi “Khabat
Naru Nafsi” karya Imam Syafi’i adalah menggunakan bahr thowil dengan qafiyah
ba’ di setiap akhir baitnya. Lapis arti pada puisi ini adalah penyair mengajak
pembaca menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya agar kita semua
terhindar dari keburukan dan tidak menyesal dikemudian hari. Memanfaatkan waktu
yang masih ada dengan bekerja dan memperbanyak amalan sholeh seperti shadaqah,
berbuat baik pada semua orang dan membayar zakat. Lapis objek yang terdiri dari
latar waktu yakni masa lampau pada masa kehidupan penyair dahulu, dan latar
tempatnya adalah rumah dan bumi, sedangkan pelaku atau tokohnya adalah aku.
Lapis dunia, gambaran suasana yang menyedihkan dan tidak bahagia saat masa tua
datang. Kemudian pada bait selanjutya ia mencoba memberi nasehat pada orangorang
agar hidupnya tetap terasa bahagia tanpa takut akan kematian. Lapis metafisis
pada puisi “Khabat Naru Nafsi” dapat disimpulkan bahwa dunia bagaikan bangkai
dan manusia bagaikan anjing, jadi apabila manusia itu mengejar atau mencari nikmat
dunia maka itu sama dengan anjing yang mencari bangkai tulang.
Kata kunci: “Khabat Naru Nafsi”, Strata Norma, Roman Ingarden.NIM. 14110002 Anis Rahmawatiningsih2019-02-27T01:00:33Z2019-02-27T01:00:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32383This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323832019-02-27T01:00:33ZAl af'al al muta'addiyah bi huruf al jar fi al qissah Adham fi al riwayah Awlad Haratina li Najib Mahfuz (dirasah tahliliyyah dalaliyyah)Kata (kalimah) dalam tata Bahasa Arab merupakan satuan terkecil bahasa.
Kata dapat dikelompokkan menjadi tiga macam : isim, fi’il dan huruf. Fi’il
berdasarkan makna nya dibedakan menjadi dua yaitu : fi’il muta’addi (kata kerja
transitif) dan fi’il laazim (kata kerja intransitif). Fi’il muta’addi adalah fi’il yang
membutuhkan maf’ul bih (objek). Fi’il muta’addi jika dilihat dari segi
hubungannya dengan maf’ul bih, ada dua macam, yaitu : fi’il yang membutuhkan
maf’ul bih secara langsung (tanpa perantara) atau sering disebut ,الفعل المتعدّى بنفسھ
dan fi’il yang membutuhkan maf’ul bih dengan perantaraan lain, yaitu perantaraan
harf jarr atau sering disebut الفعل المتعدّى بغیره . Fi’il muta’addi bii ghairi atau lebih
dikenal dengan fi’il muta’addi bi harf jarr inilah yang akan dibahas oleh peneliti.
Masalah yang akan diteliti : 1) Jumlah struktur fi’il muta’addi bi ghairihi
pada cerpen Adham dalam novel Aulad Haratina karya Najib Mahfudz ;2) Huruf
jar yang menjadi perantara fi’il muta’addi bi ghairihi pada cerpen Adham dalam
novel Aulad Haratina karya Najib Mahfudz ;3) Ada dan tidaknya perubahan makna
pada struktur fi’il mua’addi bi ghairihi pada cerpen Adham dalam novel Aulad
Haratina karya Najib Mahfudz ? Jika ada, makna baru apa yang muncul?.
Fi’il muta’addi bi ghairihi tidak memiliki kaedah yang baku, tidak ada
ketentuan dan batasan mengenai muta’addi bi harf jarr serta tidak ada ketentuan
mengenai hurf jar apa saja yang menjadi perantara muta’addi nya suatu fi’il. Oleh
karena itu, masalah ini mendorong peneliti untuk meneliti tentang fi’il muta’addi
bi ghairihi dan perubahan maknanya secara lebih mendalam.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode dokumentasi yakni
mengumpulkan, mendeskripsikan fakta-fakta baru kemudian disusun dengan
analisis. Analisis data nya menggunakan analisis semantik.
Adapun hasil penelitian : dalam cerpen ini terdapat 71 fi’il muta’addi bi
ghairihi. Huruf jar yang digunakan sebagai perantara fi’il- fi’il tersebut ada tujuh:
في و إلى و الباء و عن و من و على و لام . Dari sekian banyak fi’il tersebut, ada yang
berubah maknanya dan ada tidak. Yang tidak berubah maknanya نظر + إلى
bermakna “memandang”, sedangkan yang berubah maknanya اعتدى + على
bermakna “menganiaya”.
Kata kunci: Fi’il muta’addi, Cerpen “Aulad Haratina”, Semantik.NIM. 14110001 Mari'aulfafitriana Binti Mahmudi2019-02-27T01:00:25Z2019-02-27T01:00:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32382This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323822019-02-27T01:00:25ZAl asalib al lughawiyyah fi surah al najm (dirasah tahliliyyah uslubiyyah)Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang lahir dengan penghargaan,
penjagaan, serta keindahan yang tak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Salah
satunya adalah keindahan gaya bahasanya.
Gaya bahasa Al-Qur’an sangat indah dan menarik untuk dipelajari.
Susunan gaya bahasanya tidak sama dengan gaya bahasa karya manusia yang
dikenal cucu Adam. Ayat-ayatnya tidak berbentuk sya’ir atau puisi. Namun setiap
kalimat bahkan kata yang dipilih begitu mengagumkan, dan mampu membuat hati
setiap penikmatnya luluh kemudian menangis dan bersuka cita.
Untuk memahami keindahan gaya bahasa Al-Qur’an, kita tidak hanya
harus mahir dalam berbahasa Arab. Tetapi juga harus memilih pedoman atau Ilmu
yang tepat untuk memahaminya. Dan salah satu disiplin Ilmu yang dapat kita
gunakan untuk mengkaji keindahan gaya bahasa Al-Qur’an adalah Ilmu Uslub
atau Stilistika. Dengan Ilmu Stilistika kita dapat mengungkap rahasia Al-Qur’an
secara menyeluruh dengan cara menganalisis semua aspek linguistik Al-Qur’an.
Skripsi ini menganalisis surah an-Najm dengan teori Stilistika. Analisis
dilakukan dengan menggunakan pendekatan objektif dan metode deskriptif
analisis dengan cara membaca surah an-Najm secara berulang-ulang kemudian
mengumpulkan data-data yang relevan. selanjutnya data-data yang telah
ditemukan dianalisis dengan teori Stilistika dari segi fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan imagery.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dalam Surah an-Najm
terdapat prefensi kata benda dan kata kerja, berbagai macam susunan kalimat dan
pengukangan kalimat dalam aspek sintaksis, sinonim dan antonim dalam aspek
semantik, dan beberapa macam gaya bahasa seperti (isti’arah, majaz, dan
kinayah).NIM. 13110115 Ziana Walidah2019-02-27T01:00:17Z2019-02-27T01:00:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32381This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323812019-02-27T01:00:17ZTahqiq al nafs li al shakhs al raisiy fi al qissah al qasirah Khalil al kafir li Gibran Khalil Gibran (dirasah tahliliyyah psikologiyyah bashariyyah li Abraham Maslow)Tokoh Khalil dalam cerita pendek Khalil al-Kafir karya Gibran Kahlil Gibran
adalah seorang pemuda yang cerdas dan berani. Khalil mendapat berbagai masalah
yang datang berturut-turut. Masalah itu bermula dari penyiksaan yang ia terima dari
para pendeta karena menyatakan kebenaran hingga akhirnya ia diusir dari gereja dan
penghakiman yang dilakukan oleh kepala desa yang lalim atasnya. Selain itu, khalil
mengalami kisah percintaan dengan seorang gadis desa yang menyelamtkannya dari
maut.
Peneliti disini mencoba untuk mendeskripsikan kebutuhan dasar yang
dipenuhi serta proses aktualisasi diri tokoh Khalil dengan menggunkan pendekatan
psikologi humanistik Abraham Maslow. Dalam psikologi humanistik terdapat lima
kebutuhan pokok, yakni: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta
dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam
teorinya, Maslow menjelaskan bahwa untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
hingga pada puncaknya yaitu kebutuhan aktualisasi diri, seseorang harus memenuhi
kebutuhan yang berada di level rendah secara berurutan. Hal ini disebut dengan
segitiga Maslow.
Dari penelitian ini, peneliti menemukan bahwa untuk mencapai kebutuhan
aktualisasi diri, tokoh Khalil harus berpindah dari tempat yang mengekang kebutuhan
dasarnya ke lingkungan yang membantunya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Selain itu, terdapat beberapa karakter yang tampak pada Khalil dalam beraktualisasi
diri yaitu: mampu melihat realitas lebih jelas, spontanitas, memiliki keberanian dan
yakin pada kemampuan pribadi.NIM. 13110097 Muhammad Fariz Athoillah2019-02-27T01:00:09Z2019-02-27T01:00:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32379This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323792019-02-27T01:00:09ZQissah Ibrahim 'alaihi al salam (dirasah tahliliyyah nafsiyyah insaniyyah li Abraham Maslow)Skripsi dengan judul Qissoh Ibrahim Alaihissalam (Dirasah
Tahliliyah Nafsiyah Insaniyah Li Abraham Maslow) merupakan karya tulis
ilmiah yang menggambarkan kepribadian tokoh dengan mengacu kepada
psikologi humanistik Abraham Maslow. Adapun objek material dari
penelitian ini adalah al-Qur’an sebagai data primer. Kemudian data
sekunder bersumber dari buku-buku, tafsir, dan sumber lainnya yang
sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi
humanistik Abraham Maslow, yaitu salah satu teori psikologi kepribadian
yang mengemukakan lima kebutuhan dasar manusia hingga mencapai
kebutuhan puncaknya. Teori ini dianggap mampu mendeskripsikan dengan
jelas tentang kepribadian seseorang sesuai dengan lima tingkatan
kebutuhan manusia menurut teori Maslow. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis suatu
metode yang dilakukan dengan cara mengungkap fakta-fakta yang
kemudian disusul dengan analisis.
Peneliti menggunakan teori tersebut untuk menjawab pertanyaan:
Bagaimana kepribadian nabi Ibrahim a.s. menurut teori psikologi
humanistik Abraham Maslow? Setelah dilakukan penelitian, peneliti
menemukan bahwasannya nabi Ibrahim a.s. memiliki kepribadian yang
cerdas, kritis dan jenius serta taat kepada perintah Allah SWT. Kemudian
di dalam kisah ini ada lima kebutuhan manusia yang terdapat pada kisah
nabi Ibrahim a.s. sebagaimana teori Abraham Maslow.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terpenuhinya kebutuhankebutuhan
dasar hingga kebutuhan puncak yaitu Self-Actualization. Pada
tokoh Ibrahim terpenuhi lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan
dan yang terakhir ialah kebutuhan aktualisasi diri.
Kata kunci: Ibrahim, Humanistik, Kebutuhan-kebutuhanNIM. 13110096 Ahmad Zainal Mustofa2019-02-27T00:59:59Z2019-02-27T00:59:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32360This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323602019-02-27T00:59:59ZAl shakhsiyyah al raisiyyah fi al qissah al qasirah al Shahid li Taufiq al Hakim (dirasah tahliliyyah psikologiyyah li Burhuss Fredrick Skinner )Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku dan kondisi psikologis tokoh utama dalam cerpen “asy Syahid” karya Taufiq al Hakim. Adapun objek formal yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori behaviorisme B. F. Skinner. Analisis skripsi ini merupakan bukti dari perubahan perilaku dan kondisi psikologis tokoh utama yang disebabkan oleh lingkungan dan tokoh lain yang ada dalam cerita. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dan teknik catat. Adapun dalam penyajian hasil analisis data berjenis deskriptif kualitatif.
Teori psikologi behaviorisme merupakan teori yang dikemukakan oleh B. F. Skinner untuk menganalisis perubahan perilaku dan kondisi psikologis suatu organisme. Di dalam teori tersebut dipaparkan bahwa perubahan perilaku dibentuk oleh stimulus atau dorongan dari lingkungan disekitarnya, baik dipengaruhi secara langsung oleh responden maupun dipengaruhi secara tidak langsung oleh organisme lain yang ada di sekitarnya atau yang dinamakan dengan tingkah laku operan. Adapun perubahan perilaku dan kondisi psikologis yang terjadi tidak terlepas dengan asumsi-asumsi dasar yang terdapat pada teori behaviorisme B. F. Skinner.
Hasil yang diperoleh dari analisis yang telah dilakukan pada tokoh Iblis yang terdapat dalam cerpen dapat disimpulkan bahwa, perayaan kenaikan Isa al Masih yang ada di kota Vatikan secara tidak langsung telah menyebabkan berubahnya perilaku Iblis untuk bertaubat dan beribadah layaknya jamaat Nasrani yang ada di sekitarnya. Adapun pertemuannya dengan para pemuka agama telah banyak merubah kondisi psikologis dan perilaku Iblis, karena tidak satu pun dari mereka yang mau menerimanya untuk bertaubat, sehingga membuat kondisi psikologis Iblis semakin bertambah hancur. Pada akhirnya Iblis menemui malaikat Jibril atas stimulus yang telah diberikan salah satu pemuka agama kepadanya. Penjelasan yang diperoleh Iblis secara langsung dari malaikat Jibril telah menjadikan stimulus bagi Iblis untuk terus melakukan keburukan dan menyesatkan manusia sampai waktu yang telah ditentukan.NIM. 13110045 Fitrah Nur Rochmat2019-02-27T00:59:46Z2019-02-27T00:59:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32406This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324062019-02-27T00:59:46Zal Qissah al qasirah shawq al habib ila al habib li Taha Husayn (dirasah tahliliyyah simaiyyah Charles Sanders Peirce)Penelitian ini berjudul al Qisshah al Qashirah “Syauq al Habib Ila al
Habib” Li Thaha Husein; Dirasah Tahliliyyah Simiyaiyyah Li Charles Sanders
Peirce. Penelitian ini mengkaji unsur-unsur semiotik yang diusung oleh Charles
Sanders Peirce terfokus pada bagian paling fundamental dari tanda yaitu berupa
ikon, indeks, dan simbol di dalam cerpen Syauq al Habib Ila al Habib.
Cerpen ini merupakan salah satu judul dalam antologi cerpen ‘Ala Hamish
as Sirah, karya Thaha Husein yang menceritakan tentang kehidupan Nabi
Muhammad SAW. Thaha Husein adalah seorang penulis, cendekia, sekaligus
sastrawan Mesir penerima nobel dalam bidang sastra pada tahun 1973. Cerpen
Syauq al Habib Ila al Habib itu sendiri mengisahkan kisah Nabi Muhammad
dengan anak angkatnya, yakni Zaid bin Haritsah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan jenis
penelitian library research. Maka dari metode tersebut ditemukanlah unsur-unsur
semiotik berupa ikon, indeks, dan simbol yang terdapat dari setiap tokoh, alur,
setting, monolog serta dialog antar tokoh dalam cerpen Syauq al Habib Ila al
Habib. Hasil temuan ketiga unsur semiotik tersebut adalah: ikon: Nabi
Muhammad, Zaid bin Haritsah, Haritsah bin Syarahil, Perang Mu’tah, Suku
Kalab, Pasar Ukaz, berandal, unta, gurun, tombak, dan api unggun; indeks:
kebijaksanaan Nabi Muhammad, kepemimpinan Haritsah, kegelisahan, huru hara,
kekuatan bathin, kepatuhan, perjodohan, keperdulian, kecemburuan; dan simbol:
malam, istiqamah, masyarakat sosial, toleransi, kesetiaan, air mata, kasih sayang,
tombak, Rasulullah SAW, Zaid bin Haritsah, dan api unggun. Ketiga unsur
semiotik tersebut banyak ditemukan dalam tiga tokoh utama cerpen, yaitu Nabi
Muhammad, Haritsah bin Syarahil, dan Zaid bin Haritsah.
Kata kunci: cerpen, semiotik, ikon, indeks, dan simbolNIM. 14110104 Umi Tri Annisa Zebua2019-02-27T00:59:34Z2019-02-27T00:59:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32405This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324052019-02-27T00:59:34ZFi'l al kalam al tawjihiy fi masrihiyyah ashwak al salam li Tawfiq al Hakim (dirasah tahliliyyah tadawuliyyah)Penelitian ini dilatarbelakangi oleh drama Asywak As-Salam karya Taufiq
Al-Hakim sebagai salah satu drama yang menarik. Dalam drama tersebut terdapat
berbagai macam tindak tutur yang mengandung fungsi yang beragam untuk
menyampaikan maksud atau gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui dialog-dialog para tokoh yang ada di dalamnya. Sehingga memerlukan
teori yang secara spesifik mempelajari tentang hal tersebut, agar pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang dapat sampai pada pembaca atau pendengar secara
sempurna.
Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur direktif yang dikemukakan
oleh Searle untuk menganalisis dialog-dialog yang terdapat dalam drama tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka. Adapun metode analisisnya
melalui dua tahap. Pertama, menganalisis fungsi-fungsi tindak tutur direktif yang
ada dalam drama Asywak As-Salam. Kedua, menganalisis jenis-jenis tindak tutur
direktif dalam drama Asywak As-Salam.
Hasil dari penelitian ini adalah pengklasiftkasian fungsi tindak tutur
direktif dalam drama Asywak As-Salam berkaitan dengan kedudukan atau derajat
partisipan, intonasi tuturan, pemilihan kata, dan konteks tuturan. Dalam drama
tersebut juga terdapat banyak jenis tindak tutur direktif tidak langsung yang
menggunakan fungsi tuturan deklaratif namun digunakan untuk fungsi yang lain
seperti pertanyaan, perintah, permintaan dan sebagainya Selain itu, tujuan
penggunaan tindak tutur direktif dalam drama tersebut dimaksudkan agar
pembaca maupun pendengar tidak hanya memahami sebuah tuturan hanya dari
susunan gramatikalnya saja, namun juga mempertimbangkan konteks tuturan
yang ada di dalamnya.
Kata Kunci : Drama, Tindak Tutur, Tindak Tutur Direktif.NIM. 14110085 M. Sihabudin2019-02-27T00:59:25Z2019-02-27T00:59:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32404This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324042019-02-27T00:59:25ZTarjamat al tarkib al wasfiy ila al lughah al indonesiyyah fi al qissah al qasirah al Sa'id Hasan li Kamal Kaylani (dirasah tahliliyyah nahwiyyah)Cerpen as-Sa’id Hasan merupakan salah satu karya sastra dari Kamil
Kaelani seorang sastrawan Arab, cerpen tersebut menceritakan tentang seorang
penebang kayu yang miskin berhati baik dan bijaksana terhadap semua makhluk,
sehingga ia memiliki julukan as-Sa’id Hasan. Dalam memahaminya diperlukan
kemampuan berbahasa Arab. Salah satu cabang ilmu bahasa Arab adalah ilmu
nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tentang struktur kata dan kalimat dalam setiap
teks. Tarkib Washfi merupakan salah satu kajian ilmu nahwu. Dalam penerjemahan
tarkib washfi ke dalam bahasa Indonesia tidak serta merta diterjemahkan secara
harfiah sesuai dengan bahasa sumber, karena akan terasa janggal. Maka dari itu
peneliti mengkaji kajian ini untuk mendaptkan penerjemahan yang lebih luwes dalam
bahasa sasaran.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah struktur na’at dan man’ut,
berapa banyak jumlah srtuktur na’at-man’ut dan penerjemahan Tarkib Washfi
kedalam bahasa Indonesia.
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi adalah deskriptifanalitik,
sedangkan dalam penerjemahannya menggunakan metode komunikatif
dengan bantuan kajian nahwu. Metode penerjemahan komunikatif ini mengubah
bahasa sumber menjadi struktur yang tidak hanya berperan dalam bahasa sasaran
saja, tetapi juga harus luwes.
Adapun hasil penelitian: dalam cerpen “as-Sa’id Hasan” terdapat 94
struktur yang berbeda. 94 diantaranya berupa na’at haqiqi, untuk penerjemahan
na’at haqiqi yang wajib menggunakan lafadz “yang” yaitu menambahkan kata
“yang” antara dua kata, na’at haqiqi yang tidak menggunakan kata “yang” yaitu
membuang kata “yang” karena jika dipaksakan dalam penerjemahannya akan terasa
janggal dan diterjemahkan seperti halnya idhafah, na’at haqiqi yang tidak wajib
menggunakan kata “yang” yaitu jika diterjemahkan masih tetap luwes ketika
ditambah “yang” maupun tidak, na’at haqiqi yang menggunaknan lafadz “dan” dan
“lagi” yaitu terdapat na’at yang lebih dari satu, dan na’at haqiqi yang menggunakan
lafadz “seperti” karena terdapat sifat tasybih dalam kalimat. Kemudian, satu berupa
na’at jumlah, untuk penerjemahannya menambahkan lafadz “yang” setelah isim
nakiroh. Sedangkan untuk na’at sababi tidak ditemukan dalam cerpen tersebut.
Kata kunci: Tarkib Washfi14110083 Indah Rama Jayanti2019-02-27T00:59:13Z2019-02-27T00:59:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32401This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324012019-02-27T00:59:13ZShakhsiyyah Khadijah fi al qissah al qasirah ra'ay al ghanam li Taha Husayn (dirasah tahliliyyah psikologiyyah li Gordon W. Allport)Cerpen “Ra’i Al Ganam” merupakan karya sastra Taha Husain yang menceritakan
kehidupan Khadijah al-kubro dengan Muhammad SAW. Khadijah adalah perempuan paruh
baya yang kaya raya, terhormat dan berpengaruh jatuh hati pada Muhammad seorang yatim
piatu yang bekerja sebagai pengembala kambing dan terpaut dua puluh tahun dari usia
Khadijah. Bahkan Khadijah terlebih dahulu melamar Muhammad sebagi suaminya.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teori analisis Gordon W. Allport, yaitu
“trait psychology” yang menekankan pada sifat (trait), sikap (attitude) dan intensi (intention).
Metode ini juga menganggap bahwa kodrat manusia adalah positif, penuh harapan serta
mengembangkan potensi diri. Adapun analisi yang digunakan adalah teori psikologi. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang objektif tentang kepribadian Khadijah sebagai
tokoh utama dalam cerpen “Ra’i Al Ganam” karya Taha Husain yang meliputi: (a). Sifat-sifat
kepribadian apa saja yang muncul pada Khadijah dalam cerpen “Ra’i Al Ganam” karya Taha
Husain, (b). Mengapa sifat-sifat itu muncul pada tokoh Khadijah dalam cerpen “Ra’i Al-
Ganam” karya Taha Husain.
Dari penelitian yang dilakukan, penelitian ini telah menunjukan citra yang positif.
Tokoh Utama (Khadijah) dalam cerpen ini mendapatkan banyak pengalaman karna ia mau
membuka dirinya dengan orang lain. Selain itu ia memiliki rasa empati yang tinggi sehingga
membuat dirinya tidak akan tahan jika melihat orang lain berada dalam kesusahan. Keamanan
emosional yang ia miliki mampu membuatnya sadar akan kekurangannya, namun ia pula
memiliki pemahaman yang baik sehingga ia dapat menentukan pilihan yang baik untuk dirinya.
Selain itu, Khadijah adalah seorang pengusaha sukses yang realistis sehingga menjadikannya
seorang pengusaha perempuan yang masyhur. Dalam cerpen ini tokoh Khadijah memiliki
kepribadian yang sehat, matang dan optimis.
Kata Kunci: Psikologi, Trait Psychologi, karakterNIM. 11110127 Leni Maesaroh2019-02-27T00:59:02Z2019-02-27T00:59:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32395This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323952019-02-27T00:59:02ZMusiqiy shi'r Ibrahim Naji (dirasah tahliliyyah 'arudiyyah qafawiyyah)Kategori syair bagi bangsa Arab dibagi menjadi tiga, yaitu Syair
Multazim (syair tradisional) yakni syair yang terikat oleh aturan wazan dan
Qofiyah, kedua yaitu Syair Mursal (Muthlaq) yakni syair yang hanya terikat
dengan satuan irama atau taf’ilah, tetapi tidak terikat oleh aturan wazan dan
Qafiyah, yang ketiga yaitu Syair Mantsur (bebas) yakni syair yang sama sekali
tidak terikat oleh aturan wazan dan Qafiyah. Ibrahim Naji merupakan salah satu
penyair modern yang masih menggunakan aturan wazan dan qafiyah dalam
bersyair. Syair-syair karya Ibrahim Naji termasuk syair modern yang masih
terikat oleh wazan dan qafiyah yang terkumpul pada sebuah buku Ibrahim Naji.
Pada masanya timbul kegelisahan yang mengatakan bahwa penyair modern
tidak menggunakan kaidah dan wazan dalam bersyair. Oleh karena itu
penelitian ini akan membuktikan bahwa penyair modern masih menggunakan
kaidah dan wazan dalm bersyair.
Dari uraian tersebut peneliti dapat merumuskan masalah yang pertama,
bahr apa saja yang dipakai Ibrahim Naji dalam antologi puisinya, serta
perubahan zihaf dan illatnya, yang kedua bagaimana pemilihan Qofiyah yang
dipakai oleh Ibrahim Naji. Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti
mengkaji syair Ibrahim Naji dengan pemilihan tema musikalitas syairnya yang
dilakukan menggunakan metode deskriptif analisis dengan teori Ilmu Arudl dan
Qafiyah sebagai pendekatannya.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penyair
modern dalam menciptakan karya sastra terutama puisi masih menggunakan
kaidah wazan dan qafiyah, salah satunya Ibrahim Naji, karena perubahanperubahan
yang terjadi pada wazan syairnya dianggap masih lazim bagi para
ahli ilmu arudh. Dalam pemilihan Qofiyahya Ibrahim Naji dianggap bisa
konsisten karena tidak ditemukan perbedaan baik dari huruf dan harakatnya.
Adapun pada syair Ibrahim Naji yang terdiri dari 50 tema dan 1308 bait tidak
ditemukannya bait yang dapat merusak keindahan syair-syairnya. Oleh karena
itu, berdasarkan beberapa hal tersebut syair-syair Ibrahim Naji yang terkumpul
dalam Diwan Ibrahim Naji dapat dikatakan bahwa syair-syairnya indah.
MUSIKALISASI PUISI IBRAHIM NAJI (KAJIAN ILMU ARUDH DAN QAFIYAH)
NURIYATUS SA'IDAH (14110077)
Kata kunci : Ibrahim Naji, Arudh dan QafiyahNIM. 14110077 Nuriyatus Sa'adah2019-02-27T00:58:35Z2019-02-27T00:58:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32394This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323942019-02-27T00:58:35ZAl insha' al talabiy fi rasail 'ala ibn Abi Talib fi nahj al balaghah (dirasah tahliliyyah balaghiyyah)Kitab Nahj Al Balaghah adalah kitab yang didalamnya terhimpun khutbah-khutbah (khutob), surat-surat (rasail) dan kata-kata hikmah (hikam) Ali bin Abi Thalib. Surat-surat (rasail) Ali bin Abi Thalib merupakan hal yang menakjubkan tentang kefasihan dan retorika, bahkan Syaikh Muhammad Abduh mengatakan “Tidak seorangpun pakar bahasa Arab kecuali ia menyatakan bahwa ucapan-ucapan Ali a.s adalah yang paling mulia, paling fasih, paling padat isinya dan paling meliputi makna-makna agung dalam kandungannya. Tentunya, setelah firman Allah dan sabda nabi-Nya”. Sehingga untuk memahaminya, perlu didukung oleh ilmu bahasa Arab, salah satu kaidah ilmu bahasa Arab adalah ‘ilm al balaghah yang terbagi menjadi tiga yaitu ‘ilm al ma’ani, ‘ilm al bayan dan ‘ilm al badi’.
‘Ilm al balaghah mengungkap makna yang jelas dan indah dengan ungkapan yang fasih, benar dan sesusai dengan situasi dan kondisi (muqtadhal hal). ‘Ilm al balaghah memberikan pengaruh berkesan di hati kepada orang yang diajak berbicara, sehingga ‘ilm al balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada ketelitian dan pemahaman untuk menangkap pesan tuturan, kejelasan uslub dan keindahan makna. Adapun dalam kajian ini, penulis menggunakan ‘ilm al ma’ani sebagai alat penelitian dengan menggunakan pendekatan Al insya’ At thalabi.
Judul penelitian ini adalah Al Insya At Thalabi fi Rasail ‘Ali bin Abi Thalib fi Nahj Al Balaghah (Dirasah Tahliliyah Balaghiyah). Adapun objek penelitian ini adalah surat-surat Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahj Al Balaghah, karena dalam surat-surat tersebut terdapat beberapa kata yang mengandung uslub al insya’ at thalabi baik itu berupa arti amr, nahy, istifham, tamanny dan nida’. Kitab Nahj Al Balaghah dihimpun oleh Syarif Radhi Muhammad bin Abi Ahmad Husain bin Musa Asy Syi’i. Kitab ini sangat masyhur dikalangan umat Syiah, didalam kitab tersebut terdapat 79 surat (risalah) Ali bin Abi Thalib yang berisi tentang surat-surat perintah, wasiat dan lain sebagainya.
Pada penelitian ini, penulis membahas tentang al insya’ at thalabi dan mengklasifikan berdasarkan bentuk (sighah) atau jenis-jenis makna (ma’na) yang terdapat dalam surat-surat Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahj Al Balaghah.
Kata kunci : ‘Ilm Al Ma’ani, , Sighah Al insya’ At thalabi, Ma’na Al insya’ At thalabi, Aqsam Al insya’ At thalabi, Rasail ‘Ali bin Abi Thalib.NIM. 14110061 Lukman Fajariyah2019-02-25T01:23:56Z2019-02-25T01:23:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32425This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/324252019-02-25T01:23:56ZAl shi'r al zahra li Khalil Matran (dirasah tahliliyyah simaiyyah li Michael Reffaterre)Penelitian ini berjudul Asyi’ri al-Zahru Li Kholil Muthran (Dirasah
Tahliliyah Simiyaiyyah Li Misyail Rifatiir). Teori yang digunakan adalah teori
semiotika Michael Riffaterre. Teori ini menggunakan dua langkah pembacaan.
Yang pertama pembacaan heuristik, yaitu pembacaan pertama dengan
menggunkan kamus bahasa untuk memperoleh makna puisi tersebut. Yang kedua
pembacaan hermeneutik, yaitu pembacaan tahap kedua yang mana peneliti
membaca puisi dengan cara struktural dan menentukan hipogram potensial,
matriks, model, dan hipogram aktual.
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan dua tahap proses
pembcaan puisi, maka peneliti mendapatkan hasil yang merupakan kesimpulan
dari skripsi ini, yaitu: hipogram potensial dari puisi ini (Az-Zahru) terdiri dari
implikasi-implikasi dan presuposisi yang muncul ketika peneliti melakukan
pembacaan tahap kedua, seperti perasaan cemburu dan marah yang dirasakan oleh
seorang perempuan yang menjadi belahan hati penyair, namun itu semua adalah
hal yang wajar dialami oleh seseorang sebagai bukti kebesaran cinta. Di dalam
puisi ini peneliti memilih tiga model yang mewakili makna keseluruhan dari puisi,
yaitu Tasrahu mansyurata al-ridaai fi masrahi al-lahwi wa al-zuhuli.
Berdasarkan model tersebut maka matriks yang didapatkan oleh peneliti
yaitu, “hidup adalah ujian dan cobaan”. Matriks ini, menjelaskan bahwa
bagaimana pun kita menghindar daru ujian dan cobaan namun kita tidak akan
pernah bisa menghindar, karena sudah menjadi suratan di dalam kehidupan dunia.
Ujian dan cobaan adalah suatu perkara yang ditimpakan oleh Allah kepada
hambanya, tidak lain adalah untuk melihat sejauh mana keteguhan seorang hamba
tatkala mengahadapinya, dan barang siapa yang lolos dari ujian dan cobaan maka
Allah akan mengangkat derajatnya. Sedangkan hipogram aktual yang didapatkan
dari puisi “Az-Zahru” adalah ayat ke 511 daru surat Al-Baqorah dan ayat ke 11
daru surat Muhammad.NIM. 15110128 Ahmad Masyhur2019-02-14T03:51:17Z2019-02-14T03:51:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33165This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/331652019-02-14T03:51:17Zالقصيدة "المحمّديّة" للإمام البوصيري دراسة تحليلية بنيوية لرومانPenelitian ini berjudul “Qasidah “al-Muhammadiyyah” Karya Imam Al-Bushiri (Analisis Struktural Strata Norma Roman Ingarden)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap makna yang terdapat dalam Qasidah Muhammadiyyah karya Imam al-Bushiri. Imam al-Bushiri ialah penyair
berkebangsaan Maroko yang dibesarkan di Bushir, Mesir. Nama aslinya ialah Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri. Berdasarkan hal tersebut penulis memandang bahwa teori Strata Norma
yang dirumuskan oleh Roman Ingarden, seorang filusuf berkebangsaan Polandia, adalah teori yang tepat untuk menganalisis karakteristik syiir yang terdapat pada bait-bait “al-Qasidatu al-Muhammadiyyah” karya Imam al-Bushiri. Dalam bukunya Das Literarische Kunstwerk (1931) Roman Ingarden membagi beberapa lapis untuk mengkaji sebuah karya syiir atau qasidah menjadi lima norma, sebagaimana berikut : Lapis Bunyi (Sound Stratum), Lapis Arti (Units Meaning), Lapis Obyek, Lapis Dunia, dan Lapis Metafisis. Dengan demikian, untuk mencapai makna dari qasidah tersebut, penulis harus mengkaji atau menganalisis lapis demi lapis dari norma-norma tersebut. Secara garis besar yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa lapis bunyi yang terdapat dalam Qashidah “al-Muhammadiyyah” karya Imam al-Bushiri ini menggunakan Bahr Basith Tam, dalam termasuk kategori Qofiyah Muthlaqoh Mutarakibah dengan qafiyah Mim’ di setiap akhir baitnya. Lapis arti pada puisi ini adalah mencintai Rasulullah SAW, lalu mensyukuri atas diturunkannya beliau dengan keagungan akhlak, dan kemukjizatan beliau. Lapis objek antara lain : Latar tempat yang terkait dengan syiir ini yakni di Bushir,
Arab, Rumah Nabi Muhammad SAW, dan Bumi, latar waktunya adalah masa lampau waktu penyair menciptakan syiir ini, pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, masa sekarang, dan hari kiamat. Sedangkan pelaku atau tokohnya yang berkaitan dengan syiir ini ialah Imam al-Bushiri sendiri sebagai pengarang, Nabi Muhammad SAW, bangsa arab, dan seluruh umat manusia. Lapis dunia, gambaran suasana yang Lapis dunia yang termuat dalam syiir al-Qashidah al-Muhammadiyyah, sudut pandang dari puisi ini berisi tentang muatan ungkapan cinta yang begitu besar kepada Allah SWT dan rasulNya. Lapis metafisis dalam qashidah ini berisi tentang Kemuliaan.NIM. 02001141 Mohammad Syaiful Arif2019-01-11T02:48:27Z2019-01-11T02:48:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32355This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323552019-01-11T02:48:27ZAl shakhsiyyah wa al dhatiyyah li shakhsiyyah Nurah fi qissah qasirah laylati al zufaf li Najib al Kaylaniy (dirasah tahliliyyah sikologiyyah Abraham Maslow)Skripsi ini berjudul “Kepribadian dan Aktualisasi Diri Nurah dalam cerpen
“Lailatul Az-Zhifaf” Karya Najib Al-Kilani Kajian Psikologi Humanistik
Abraham Maslow”. Skripsi ini mengkaji peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
psikologi tokoh utama pada cerpen Lailatul Az-Zhifaf serta proses pemenuhan
kebutuhannya berdasarkan teori kebutuhan bertingkat yang diusung Abraham
Maslow. Peneliti tertarik mengkaji cerpen ini karena didalamnya terdapat beberapa
fenomena psikologi seperti konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yang
bernama Nurah adanya tekanan dari luar dirinya sehingga membuat dirinya terpaksa
kehilangan hak-hak sebagai individu yang utuh. Selanjutnya, ada dua masalah
mendasar yang ingin dijawab peneliti dalam skripsi ini, yaitu apa saja bentuk-bentuk
kebutuhan dasar yang ada pada tokoh utama serta bagaimana bentuk kepribadian
tokoh berdasarkan hierarki kebutuhan dasar Abraham Maslow?
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
analisis yang berpegang pada teori psikologi humanistik Abraham Maslow yang
membahas tentang kebutuhan bertingkat. Teknik catat dilakukan dengan teknik
library research (kajian kepustakaan), diawali dengan membahas serta memahami isi
serta tema cerita. Kemudian melakukan pendataan peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan fenomena psikologi dan melakukan analisis serta mengklarifikasikan
peristiwa yang telah didapatkan ke dalam lima kebutuhan bertingkat.
Dengan menggunakan teori tersebut terungkap masalah-masalah yang terdapat
dalam cerpen Lailatul Az-Zhifaf yakni berupa adanya tekanan serta ancaman dari
suami yang dzolim dan lingkungan sekitarnya. Untuk proses pemenuhan kebutuhan
yang dilakukan oleh tokoh utama ditemukan lima dari hierarki (kebutuhan bertingkat)
kebutuhan baik yang terpenuhi maupun tidak, yaitu kebutuhan fisiologis (menikah
dan acara syukuran), rasa aman (sang suami adalah seorang pembunuh), cinta dan
ح
memiliki (tidak adanya kasih-sayang dan rasa pengorbanan), kebutuhan harga diri
(keputusan untuk menikahi Nurah dan ungkapan kasar dari suami dan anak dari
suaminya) dan aktualisasi diri (melarikan diri dari rumah). Jadi, secara keseluruhan
Nurah tidak mampu memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut secara
sempurna, dikarenakan faktor-faktor lingkungan yang membuat Nurah berani
mengambil keputusan untuk melarikan diri dari rumah.
Kata Kunci: Najib Al-Kailani, Lailatul Az-Zhifaf, Psikologi Humanistik,
Abraham Maslow.NIM. 13110021 Fadhil Rifqi Adril2019-01-11T02:41:51Z2019-01-11T02:41:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32354This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323542019-01-11T02:41:51ZAl riwayah " al Nida' al Khalid " li Najib al Kaylaniy (dirasah tahliliyyah ijtimaiyyah adabiyyah li ’alan swinggewood)Novel karya Najib Khailani ini menceritakan tentang penderitaan para pengungsi
paska perjuangan rakyat Mesir untuk meraih kemerdekaan saat dijajah oleh Inggris, dimana
penjajahan tersebut tidak hanya meliputi penjajahan secara kolonial akan tetapi juga
penjajahan secara Imperial.
Penelitian ini menggunakan analisis sastra sosiologi Alan Swingewood. yang
memiliki tiga prespektif yaitu : (1) penilitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen
sosial yang (2) penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya
(3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifesttasi peristiwa sejarah dari keadaan
sosial dan budaya. Dengan analisisis deskriptif kualitatif sebagai metode untuk menganalisis
uraian-uraian dalam novel yang berkaitan dengan peristiwa sejarah mesir. Maka dari, terdapat
tiga rumusan masalah tentang konflik sosial masyarakat Mesir , kondisi sosial tokoh-tokoh
dan keadaan kepengarangannya pada novel An-nidaul Khalid karya Najib khailani
berdasarkan pendekatan sosiologi sastra kritik Alan Swingewood.
Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Alan Swingewood. Teori ini
berupaya melihat karya sastra sebagai cermin dan realitas sosial. Metode yang digunakan
penelitian ini adalah metode dialektika, suatu hubungan yang berupaya melihat hubungan
timbal-balik antara realitas karya sastra dan realitas sosial, tempat karya sastra tersebut lahir.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konflik yang dialami
masyarakat mesir yang terjadi dalam novel An-nida’ul Khalid dan kondisi di setiap tokoh
yang berada dalam novel tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada tiga
prespektif yang pertama rekaman sejarah yang terjadi peperangan di kota Mesir, kedua fakta
sosial keadaan tokoh-tokoh mesir yang ketiga tentang kepengaran novel An-nidaul Khalid
karya najib khailani.
Kata kunci : An-nidaul Khalid, sosilogi sastra Alan swingewoodNIM. 13110011 Ajeng Wahyu Utami2019-01-11T02:32:42Z2019-01-11T02:32:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32353This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323532019-01-11T02:32:42ZRasail al nabiy ila al muluk wa al umara' (dirasah tahliliyyah tadawuliyyah)Surat-surat Nabi Muhammad kepada para raja dan pemimpin merupakan
surat yang berisi seruan untuk masuk Islam, agama yang dibawa Nabi. Surat-surat
Nabi dikirimkan kepada raja dan pemimpin baik yang berada di jazirah Arab
maupun yang berada di luarnya. Beberapa surat Nabi dikirimkan kepada 3 raja
besar yang berada di luar jazirah Arab, yaitu Raja Najasyi dari Habasyah, Kaisar
Heraklius dari Romawi, dan Raja Kisra dari Persi. Dakwah melalui surat ini
merupakan imbas dari perjanjian Hudaibiyah antara kaum Muslim dan kafir
Quraisy. Berkat perjanjian tersebut Nabi dengan mudahnya menyebarkan agama
Islam ke segala penjuru, salah satunya dakwah menggunakan surat kepada para
raja dan pemimpin. Banyak surat yang dikirimkan Nabi untuk menyeru kepada
Islam, namun peneliti memfokuskan penelitian ini kepada 3 raja besar yaitu, Raja
Najasyi, Kaisar Heraklius, dan Raja Kisra.
Penelitian ini berjudul Rasail An-Nabiy Ila Al-Muluk wal Umara’
(Dirasah Tahliliyyah Tadawuliyyah). Dalam penelitian ini terdapat 2 rumusan
masalah, yaitu: 1) Apa sajakah bentuk dan maksud tindak tutur dalam surat-surat
Nabi kepada para raja? 2) Apa sajakah jenis tindak tutur dalam surat-surat Nabi
Muhammad kepada para raja?. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
tindak tutur Austin yaitu, tindak lokusi, ilokusi, perlokusi dan untuk jenis tindak
tutur yaitu, tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal,
tindak tutur tidak literal dan interseksi antar keduanya. Selain itu peneliti juga
menggunakan teori yang dikembangkan oleh Searle yang membagi tindak ilokusi
menjadi 5 kategori yaitu, asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Jenis
penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research).
Hasil dari penelitian surat-surat Nabi terdapat 23 tuturan yang berbeda.
Berdasarkan pada teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin, maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa tuturan dalam surat-surat Nabi terdiri dari tindak
lokusi sebagai berita, sedangkan tindak ilokusi terdapat beberapa macam seperti,
asertif (menyatakan), direktif (perintah), komisif (berjanji), ekspresif (memuji),
dan deklarasi (menyeru). Selain itu, tindak perlokusi merupakan respon dari lawan
tutur atas tuturan sang penutur. Adapun tuturan lainnya seperti, tindak tutur
langsung, tindak tutur tidak langsung, dan tindak tutur tidak langsung literal.
Kata kunci: Surat Nabi, Dakwah, Pragmatik, Tindak Tutur
ARABIC:
التجريد
رسائل النبي محمد إلى الملوك والأمراء ىي الرسالة التي تدعو الدخول إلى الإسلام، الدين
الذي دعابو النبي. وأرسلت رسائل النبي إلى الملوك والأمراء الذين كانوا في شبو الجزيرة العربية وكذلك
خارجها. أرسلت بعض رسائل النبي إلى ثلاثة ملوك عظماء خارج شبو الجزيرة العربية، وىم ملك
النجاشي من الحبشة، و القيصر ىرقل من الرومي، والملك كسرى من الفرس. الدعوة من خلال
الرسالة ىو أثر صلح الحديبية بين المسلمين وكفار قريش. بفضل الاتفاق نشر النبي الإسلام بسهولة
في كل الاتجاىات، واحدة منها دعوة باستخدام رسالة إلى الملوك والأمراء. وقد أرسل النبي محمد كي را
من الرسالة لدعوة الإسلام، لكنّ ركزت الباحية الدراسة على ثلاثة ملوك عظماء ىم الملك النجاشي
والإمبراطور ىرقل و الملك كسرى.
ىذا البحث تحت العنوان "رسائل النبي إلى الملوك و الأمراء )دراسة تحليلية تداولية(". في
ىذا البحث يتكون من تحديد المسللتين، وىي 1( ما ىي أشكال ومقاصد فعل الكلام في رسائل
النبي محمد إلى الملوك؟ 2( ما ىي أجناس فعل الكلام في رسائل النبي محمد إلى الملوك؟. في ىذا
البحث استخدمت الباحية نظرية أفعال الكلام من أوستين و ىي الفعل القولي و الفعل الإنجازي و
الفعل التلثري و من أجناس أفعال الكلام وىي فعل الكلام المباشر، فعل الكلام غر مباشر، وفعل
الكلام الحرفي، وفعل الكلام غر حرفي و كذلك تفاعل بينهما. استخدمت الباحية كذلك النظرية
الذي ينشره سرل حيث قسم الفعل التلث ري إلى 5 أقسام وىي، فعل الكلام الإثباتي و فعل الكلام
التوجيهي و فعل الكلام الالتزامي و فعل الكلام التعبري و فعل الكلام التصريحي. أما نوع ىذا
البحث فهو البحث المكتبي التي يستحدمها طريق التحقيق وىو جمع و قراءة كل المراجع لها العلاقة
بالبحث حتى يحصل على مقاصد من البحث.
أما النتائج من دراسة ىذا البحث فيو 23 خطابًا مختلفا. واستناداً على نظرية فعل الكلام
عند أوستين وىو أول من قام بتعريفها، تمكن للباحية أن تستنتج أن الكلام في خطابات النبي
يتللف من فعل القولي كالأخبار، أمّا فعل الإنجازي ميل، فعل الكلام الإثباتي )التقريري( و فعل
الكلام التوجيهي (الأمر( و فعل الكلام الالتزامي )الوعد( و فعل الكلام التعب ري )المدح( و فعل
الكلام التصريحي )الدعوة(. بالإضافة إلى ذلك، فإن فعل التلثري ىو تأثر الكلام للمتكلم الى
المخاطب، ثمّ فعل الكلام الأخرى ميل، فعل الكلام المباشر و فعل الكلام غر المباشر و فعل
الكلام غر المباشر الحرفي.NIM. 12110065 Mislaelatun Nikmah2018-09-26T07:52:04Z2018-09-26T07:52:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30964This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/309642018-09-26T07:52:04ZTAUHID DALAM SURAT AL-IKHLAS DAN AL-KAFIRUN
MENURUT ULAMA TAFSIR DAN RELEVANSINYA DENGAN
NILAI-NILAI PANCASILAAl-Qur’an dan Sunnah merupakan pedoman hidup umat manusia dalam
melakukan segala tindakan untuk keselamatan dunia dan akhirat. Salah satu
perkara yang sangat diutamakan dan yang diajarkan pertama kali kepada umat
manusia ialah ketauhidan kepada Allah SWT. Tauhid merupakan hal yang sangat
prinsipal sekali dalam kehidupan manusia sebagai landasan bagi setiap amal yang
dilakukannya. Tauhid tidak hanya sekedar meyakini akan ke-Esaan Allah, sifatsifatnya
dan wujud-Nya saja, akan tetapi hakikat Tauhid juga mengatur hubungan
antar sesama makhluk. Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami goncangan,
salah satu penyebab terbesarnya ialah karena banyaknya perbedaan sehingga
menimbulkan masalah seperti saling menyalahkan satu sama lain, truth claim
antar golongan, permusuhan, kriminalitas, bahkan sampai mengkafirkan antar
sesama pemeluk Islam yang merusak moral dan aqidah anak bangsa.
Dalam skripsi ini, penulis mencoba untuk menganalisis kandungan Tauhid
dalam penafsiran QS. al-Ikhlas dan QS. al-Kafirun dengan melihat kepada empat
mufassir yaitu ulama abad klasik (ah-Thabari dan az-Zamakhsyari) dan modern
(Hamka dan Quraish Shihab). Penulis kemudian merelevansikan konsep Tauhid
tersebut dengan konsep negara yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila
sebagai falsafah bangsa. Jenis penelitian ini kualitatif, dengan penelitian
kepustakaan (library research ). Sementara metode yang digunakan untuk
mengolah data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
deskriptif analitik, yaitu kajian dengan mendeskripsikan dan menganalisis datadata
yang sudah dikumpulkan dan juga metode muqaran, yaitu dengan
mengemukakan, kemudian membandingkan antara pendapat-pendapat mufasir
terhadap tema tertentu.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam penafsiran QS. al-Ikhlas dan
QS. al-Kafirun mengandung ketiga macam Tauhid, yaitu Tauhid Uluhiyah,
meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Tauhid Rububiyah bahwa tidak ada
yang menciptakan, mengurus dan mengatur alam semesta ini selain Allah SWT.
dan Tauhid Ubudiyah bahwa tidak ada yang berhak mendapatkan pengabdian
selain Allah SWT. Dalam keempat penafsiran mereka, tidak ada perbedaan yang
sangat signifikan terhadap kedua surat tersebut. Dalam penelitian ini juga
ditemukan bahwa konsep negara tidak bisa dilepaskan dari agama. Adanya negara
merupakan sebuah keniscayaan menurut agama. Prinsip Ketuhanan Yang Maha
Esa serta konsep Tauhid yang terkandung dalam QS. al-Kafirun dan QS. al-Ikhlas
mengikat dan mengatur relasi hablum min Allah dan hablum min an-Nas,
termasuk masalah pluralitas umat dan prinsip tasamuh dalam konteks
keindonesiaan. Dalam struktur hirarki Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan sila pertama yang merupakan ajaran Tauhid, dan dengan prinsip
Tauhid dapat mendidik moralitas anak bangsa dan menjaga kemurnian Tauhid
serta menghindarkan dari kemusyrikan dan kekafiran dalam konteks
keindonesiaan sehingga terciptalah negara yang damai dan sejahtera. Tauhid
dengan sendirinya akan mengantarkan pada relasi sosial yang tertulis pada sila
kedua, ketiga, keempat dan kelima yang akan termanifestasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga dapat mempersatukan semua perbedaan itu.NIM: 14530001 Nuril Fajri2018-09-26T07:28:21Z2018-09-26T07:28:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30961This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/309612018-09-26T07:28:21ZINTERAKSI SOSIAL MUSLIM DAN NON-MUSLIM DALAM ALQUR’AN
SURAH AL-HUJURAT AYAT 11-12 MENURUT DAWAM
RAHARDJOManusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan
sesamanya, sehingga manusia harus berinteraksi langsung antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok. Darinya, kemudian lahirlah
interaksi sosial yang menjadi kunci kesatuan umat masyarakat Muslim maupun non-Muslim.
Namun, Interaksi sosial Muslim dan non-Muslim yang masih menyisakan problem tertentu,
khususnya di Indonesia. Relasi antara Muslim dan non-Muslim masih mengalami ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari yang kerap diwarnai dengan isu-isu negatif, semisal sekelompok
Muslim yang berpandangan bahwa seorang Muslim tidak boleh bergaul dengan non-Muslim
apapun alasannya, yang didasarkan pada ayat al-Qur’an. Bahkan ada sebagian dari kalangan
Muslim dan non-Muslim yang bersikap eksklusif atau menutup diri dari kelompok lainnya.
Lebih ekstrim lagi, ada golongan sesama Muslim yang acuh tak acuh berinteraksi karena
berbeda pendapat dalam hal furu’iyyah. Sikap anti-interaksi sosial terhadap gologan lain
bukanlah cerminan dari ajaran Islam yang mengajarkan perdamaian, kesejahteraan, dan
persaudaraan baik dengan sesama Muslim maupun Non-Muslim. Sejarah mencatat bahwa
Islam lahir di tengah-tengah masyarakat yang multi agama dan meniscayakan untuk
beradaptasi serta berinteraksi terhadap pemeluk agama lain.
Dalam berinteraksi sosial Muslim dan non-Muslim harus ada cara tersendiri. M. Dawam
Rahardjo berusaha mencari titik temu (kalimat sawa’) antara Muslim dan non-Muslim di
dalam al-Qur’an melalui surah al-Hujurat ayat 11-12. Di sinilah Islam menganjurkan sebuah
dialog antar iman, di mana setiap pemeluk agama bisa memperdalam iman masing-masing dan
menyampaikan imannya kepada orang lain. Antara Muslim dan non-Muslim bisa membahas
agama secara umum tanpa memperolok-olok agama lain sebagaimana ayat yang dikutip M.
Dawam Rahardjo dalam bukunya yang berjudul “Ensiklopedia Tafsir al-Qur’an; Tafsir Sosial
Berdasrkan Konsep-Konsep Kunci”, yaitu surah al-Hujurat ayat 11-12:
Penelitian ini termasuk jenis penelitian literatur yang merupakan penelitian pustakaan
yang berfokus kepada pemikirian Dawam Rahardjo yang membahasa tentang interaksi sosial
sebagai berikut: pertama: bagaimana konsep interaksi sosial Muslim dan non-Muslim dalam
al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 11-12 menurut Dawam Rahardjo?. Kedua: Sikap apa yang
ditawarkan M. Dawam Rahardjo dalam berinteraksi sosial antara Muslim dan non-Muslim?.
Hasil penelitian yang diperoleh: Pertama: dalam berinteraksi sosial antara umat
Muslim dan non-Muslim agar berjalan dengan baik, maka yang perlu dijaga adalah berbuat
keadilan kepada siapa saja, kaum mana saja, karena perbuatan adil sangat dibutuhkan oleh
manusia, bahkan Allah menempatkan keadilan pada kedudukan yang sangat tinggi dan
bertakwa kepada Allah sehingga etika-etika di dalam al-Qur’an dapat dijalankan dengan baik,
termasuk dalam berinteraksi sosial. Kedua: Dawam Rahardjo menawarkan bahwa umat
Muslim dan non-Muslim harus saling memahami dan bermusyawarah dalam menghadapi dan
menyelesaikan suatu masalah, agar tidak merugikan antar umat satu dengan yang lain.
Kata kunci : Ensiklopedia al-Qur’an: tasir Sosia l berdasarkan Konsep-konsep KunciNIM. 13531191 FIRMAN2018-09-26T07:22:39Z2018-09-26T07:22:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30960This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/309602018-09-26T07:22:39ZPENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG AURAT
DALAM AL-QUR’AN
(Studi Komparatif Tafsir Al-Mishbah dan Al-
Azhar)Cara berpakaian atau menutup aurat, khususnya yang terjadi dalam
lingkup masyarakat muslim merupakan fenomena yang masih banyak
diperbincangkan. Sebagai agama pada umumnya, Islam tentunya juga memiliki
peran untuk mengatur para pemeluknya, termasuk dalam hal berpakaian.
Pemahaman dari peraturan tersebut berimplikasi pada penerapan masyarakat
dalam kehidupannya sehari-hari. Namun pada kenyataannya, pemahaman
terhadap perintah-perintah agama juga tidak lepas dari perbedaan pendapat, antara
satu orang dengan orang yang lain, maupun dalam lingkup yang lebih besar,
antara kelompok satu dengan yang lain.
Di Indonesia, fenomena perbedaan cara berpakaian ini banyak dijumpai di
berbagai lingkungan sosial masyarakat. Tidak jarang pula perbedaan tersebut
mengarah pada perselisihan. Penelitian ini akan mengkaji persoalan tersebut dari
sisi penafsiran ayat-ayat al-Qur’an. Beberapa ayat yang berbicara mengenai aurat
diantaranya terdapat pada Q.S. Al-A’ra>f: 20, 22, 26, 27, Q.S. T{a>ha>: 121, Q.S. Al-
Nu>r: 30-31, 58 dan Q.S. Al-Ah}za>b: 59. Aurat disebutkan dalam al-Qur’an dalam
berbagai bentuk, seperti dengan redaksi kata ‘aurat, sau’a>t dan farj sesuai dengan
konteksnya masing-masing.
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif antara penafsiran M.
Quraish Shihab dan Hamka dalam menafsirkan ayat-ayat aurat untuk mencari
relevansinya dengan kondisi masa sekarang. Objek yang menjadi kajian adalah
dua kitab tafsir yaitu Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-Azhar.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Quraish Shihab dan Hamka
memiliki persamaan maupun perbedaan dalam menafsirkan ayat-ayat yang
berbicara mengenai aurat. Contohnya persamaan mereka adalah saat menafsirkan
makna sau’at, yaitu sesuatu yang buruk atau cacat. Perbedaan keduanya adalah
ketika menafsirkan tentang perhiasan pada perempuan. selain memiliki persamaan
dan perbedaan dalam penafsiran, terdapat pula persamaan dan perbedaan dalam
hal metodologi penulisan tafsirnya. Kedua tafsir juga menunjukkan bahwa kedua
penafsiran mengenai aurat masih relevan dengan kondisi masa sekarang.
Kata kunci : aurat, sau’at, jilbabNIM. 13531171 Galang Azmyannajah2018-09-26T07:13:09Z2018-09-26T07:13:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30958This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/309582018-09-26T07:13:09ZUSLUB AL TABAQ FI AL JUZ AL THANIY WA AL 'ISHRIN MIN AL QUR'AN AL KARIM (DIRASAH TAHLILIYYAH IHSAIYYAH)Skripsi dengan judul Uslub Thibaq dalam Al-qur’an Juz 22 adalah juz
dalam Al-qur’an yang terdiri dari Surat Al-Ahzab, Surat Saba’, Surat Fatir, dan
Surat Yasin. Juz 22 ini di awali dari ayat 13 pada Surat Al-Ahzab dan di akhiri
pada ayat 22 dari Surat Yasin. Dihitung jumlah keseluruhan ayat dari juz 22
terdapat 361 ayat didalamnya. Surat dalam juz 22 termasuk golongan surat-surat
Makiyyah terkecuali Surat Al-ahzab.
Thibaq adalah berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam suatu
kalimat. Secara umum thibaq ada dua macam, yaitu thibaq ijabi dan thibaq salabi.
Thibaq ijabi adalah berkumpulnya dua kata yang berlawanan tidak mengandung
positif dan negatif didalamnya. Sedangkan thibaq salabi adalah berkumpulnya
dua kata yang berlawanan mengandung positif dan negatif didalamnya.
Fokus permasalahan yang terdapat dalam pembahasan ini meliputi
beberapa hal yaitu, pertam, ayat berapa yang termasuk thibaq dalam juz 22 pada
Al-qur’an, kedua, apa makna dalam juz 22 yang mengandung thibaq, dan yang
terakhir, apa jenis thibaq dalam juz 22.
Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu proses pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan menganalisis. Adapun tahap-tahap penelitian ini adalah:
membaca dan memahami konsep-konsep atau teori yang berkaitan dengan thibaq.
Mengumpulkan data berdasarkan referensi yang berhubungan dengan bahasan
peneliti dan menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan
dalam bentuk skripsi.
Pada penelitian ini peneliti menemukan 55 ayat yang mengandung thibaq
dalam juz 22. Macam-macam thibaq pada juz 22 adalah thibaq ijabi dan thiba
salabi. Hasil dari analisis peneliti, thibaq ijabi berjumlah 55 ayat dan thibaq
salabi hanya berjumlah 5 ayat.NIM. 13110112 SHALIHATUNISA FATHANURUL AZMI2018-09-26T07:04:41Z2018-09-26T07:04:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30957This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/309572018-09-26T07:04:41ZQASIDAH AL TALASIM LI ILYA ABU MADI (DIRASAH TAHLILIYYAH SIMAIYYAH LI CHARLES MORRIS)Skripsi ini berjudul “Semiotika Puisi Ath-Thalasim karya Eliya Abu Madhi
Berdasarkan Teori Semiotik Charles Morris”. Skripsi ini mengkaji tanda-tanda yang
ada pada puisi Ath-Thalasim menggunakan teori semiotik Morris yang didasarkan
pada ketiga aspek kebahasaan, yakni aspek lafadz, semantik dan pragmatik.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
analitis berpegang pada teori semiotik Charles Morris. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik library research (kajian kepustakaan), diawali dengan pengumpulan
data-data struktural puisi meliputi lima lapis yakni lapis bunyi puisi, lapis arti, lapis
objek puisi, lapis dunia dan lapis metafisis. Kemudian mengklasifikasikan tanda
berdasarkan ketiga aspek kebahasaan yakni aspek lafadz, semantik dan pragmatik.
Berdasarkan analisis semiotik dengan menggunakan semiotik Morris, maka
peneliti mendapatkan beberapa makna semiotik melalui ketiga aspek kebahasaan.
Selain itu, dengan menggunakan analisis semiotik Morris, peneliti dapat mengetahui
latar belakang diproduksinya tanda-tanda pada puisi. Makna semiotik puisi Ath-
Thalasim melalui aspek lafadz adalah keterpaksaan, kebingungan, dan ketidaksadaran
dalam menjalani hidup. Makna semiotik puisi melalui aspek semantik adalah watak
eksistensi manusia di dunia yang selalu ingin tahu dan bertanya. Makna semiotik
puisi melalui aspek pragmatik adalah ketidaktahuan. Berdasarkan analisis semiotik
Morris, didapatkan bahwa latar belakang diproduksinya tanda-tanda pada puisi Ath-
Thalasim adalah hasil dari pemikiran filsafat epicurian sang penyair.
Kata kunci : Ath-Thalasim, semiotik, aspek sintaksis, semantik, pragmatik,
epicurian.NIM. 13110107 NIDDA AMIROTUL QORI'AH2018-09-26T06:57:11Z2018-09-26T06:57:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30955This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/309552018-09-26T06:57:11ZAL HIMANAH AL SULTANIYYAH FI AL RIWAYAH MA'SAH ZAINAB LI ALI AHMAD BAKATHIR (DIRASAH TAHLILIYYAH IJTIMAIYYAH ADABIYYAH HIMANIYYAH LI ANTONIO GRAMSCI )Penelitian ini dilatarbelakangi oleh novel Ma’satu Zainab karya Ali
Ahmad Bakatsir sebagai novel yang penting. Novel ini dianggap sebagai novel
yang penting, karena novel ini menceritakan tentang sejarah invansi Perancis di
Mesir pada tahun 8971 M sampai 8188 M. Selain itu, novel ini juga
mencerminkan konflik dalam rangka memperebutkan kekuasaan dan jabatan serta
pengkhianatan. Disisi lain, terdapat hegemoni kekuasaan yang dilakukan oleh
pihak yang berkepentingan yang menjadikan masyarakat sebagai alat kekuasaan
dan kekejaman politik pada masa tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Adapun metode analisis
pada penelitian ini melalui beberapa tahap. Pertama, menganalisis unsur intrinsik
novel Ma’satu Zainab. Kedua, menganalisis bentuk-bentuk hegemoni kekuasaan
yang terdapat dalam novel Ma’satu Zainab. Ketiga, menganalisis hubungan
antara novel Ma’satu Zainab dengan fakta sejarah Mesir.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teori. Pertama, teori
struktural Robert Stanton, teori ini merupakan teori pendukung yang digunakan
untuk menganalisis unsur intrinsik dalam novel. Kedua, teori sosiologi sastra
hegemoni Antonio Gramsci. Teori ini merupakan teori utama yang digunakan
untuk menganalisis bentuk-bentuk hegemoni politik kekuasaan yang terdapat
dalam novel Ma’satu Zainab.
Hasil penelitian yang ditemukan peneliti adalah : pertama, unsur interinsik
yang digunakan untuk mengambarkan hegemoni politik kekuasaan dalam novel
ini adalah tema, fakta cerita (karakter, alur, latar), dan sudut pandang. Kedua,
bentuk hegemoni kekuasaan yang beroperasi menciptakan dua wilayah yaitu
masyarakat sipil dan masyarakat politik yang masing-masing melakukan
hegemoni ataupun terhegemoni. Selain itu terdapat hubungan yang erat antara
struktur teks dalam novel dengan fakta sejarah.
Kata kunci: hegemoni, kekuasaan, masyarakat.NIM. 13110082 NASRUL MUKHSININ2018-09-26T06:47:24Z2018-09-26T06:47:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30510This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/305102018-09-26T06:47:24ZAL MAJAZ AL LUGHAWIY FI SURAH ALI IMRAN (DIRASAH TAHLILIYYAH BALAGHIYYAH FI 'ILM AL BAYAN)Al-Qur’an memiliki berbagai macam tuturan maupun ujaran yang menyebabkan
makna-makna yang terkandung di dalamnya juga bermacam-macam. Makna-makna yang
terkandung dalam Al-Qur’an diungkapkan dengan berbagai uslub, di antaranya dengan uslub
majaz. Untuk memahami uslub-uslub tersebut diperlukan ketelitian terutama pada ayat-ayat
yang masih samar pengertiannya. Maka ilmu yang tepat untuk mengkaji uslub-uslub tersebut
adalah ilmu balaghah, terutama ilmu bayan (Majaz).
Penelitian skripsi ini berfokus pada majaz al-lughowiy yang ada pada surah Ali ‘Imran.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bentuk-bentuk majaz al-lughowiy yang
terdapat dalam surah Ali ‘Imran, makna-makna yang terkandung di dalamnya, dan hubungan
yang terdapat di dalamnya.
Surah Ali ‘Imran adalah surah ke-٣ dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari ٢٠٠ ayat
dan termasuk surah Madaniyyah. Dinamakan Ali ‘Imran karena surah ini berisi tentang kisah
keluarga Ali ‘Imran yang di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi Isa, kenabiannya dan
beberapa mukjizatnya, serta disebutkan pula kelahiran Maryam binti Imran. Di dalam surah
ini, terdapat banyak gaya bahasa majaz isti’arah dan majaz mursal yang membutuhkan
penjelasan dan penelitian.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka layak bagi penulis untuk melakukan penelitian
sehingga dapat diketahui penjelasan makna-makna tersirat yang terdapat dalam surah Ali
‘Imran. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah ‘Ilm al-Bayan yang
merupakan salah satu cabang dari ‘Ilm al-Balaghah, karena pembahsan mengenai majaz allughowiy
terdapat dalam ilmu tersebut. Dalam menentukan bentuk dan makna dari majaz allughowiy
skripsi ini mendasarkan pada pendapat-pendapat dari ulama tafsir.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dalam surah Ali ‘Imran terdapat ٣٠
majaz al-lughowiy yaitu ٢٠ untuk isti’arah dan ١٠ untuk majaz mursal.
Kata kunci: Ali ‘Imran dan majaz al-lughowiy.NIM. 13110081 ZAHWA AMALY FIDDARAINI2018-05-14T02:42:24Z2018-05-14T02:42:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30072This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/300722018-05-14T02:42:24ZUSLUB AL ILTIFAT FI SURATAY AL NISA' WA AL TAWBAH (DIRASAH TAHLILIYYAH BALAGHIYYAH)Al-qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW yang berisi pesan-pesan ilahiyah untuk membimbing dan mengarahkan menusia kepada
kebaikan dan kebenaran dalam menjalani kehidupan. Dalam menyampaikan pesannya ini alqur’an
memiliki gaya bahasa yang khas. Salah satu ciri gaya bahasa al-qur’an yang khas
adalah iltifat.
Iltifat merupakan fenomena kebahasaan yang memiliki struktur berbeda dengan
biasanya. Dari segi bahasa, iltifat yaitu berpaling atau memalingkan wajah kepadanya. Secara
istilah; iltifat artinya menoleh, berbelok, atau beralih. Dalam ilmu balaghoh atau stilistika pun
iltifat diartikan sama, yaitu:”mengartikulasi suatu makna dengan salah satu diantara tiga
uslub yaitu takallum, khitab, dan ghaib setelah diungkapkan dengan uslub lain dari tiga uslub
tadi, akan tetapi menyalahi harapan pembaca atau audiens dan keluar dari konteks.
Mardjoko Idris di dalam bukunya mengatakan bahwa iltifat dalam al-qur’an
mengambil bentuk-bentuk sebagai berikut : (1) iltifat dalam bentuk (ash-shiyagh), (2)
bilangan (al-‘adad), (3) kata ganti (adh-dhamair), (4) kosa kata (al-Mu’jam), (5) struktur
nahwu (al-Bina an-Nahwy).
Gaya bahasa Iltifat sudah biasa digunakan dalam bahasa diluar bahasa arab, namun
secara teoritis baru ada dalam bahasa arab. Iltifat sebagai peralihan kalam dari gaya bahasa
satu ke bahasa lain bertujuan untuk menarik perhatian dan memberi penyegaran kepada
pendengar memperbaharui vitalitas pendengar serta menghindari kebosanan dan kejenuhan
dalam benak pendengar akibat gaya bahasa yang monoton terdengar di telinganya.
Setelah dilaksanakan penelitian diketahui bahwa di surat an-nisa dan at-taubah
memuat ungkapan-ungkapan iltifat yang terdiri dari 16 ungkapan di surat an-nisa dan 14
ungkapan di surat at-taubah.NIM. 12110034 FARHAN MAKSUDI2018-05-14T02:42:11Z2018-05-14T02:42:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30074This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/300742018-05-14T02:42:11ZAL INSHA' AL TULABY FI RIWAYAH ADHAM LI NAJIB MAHFUZ (DIRASAH TAHLILIYYAH FI 'ILM AL MA'ANIY)Skripsi ini berjudul Al-Insya’ at-Talabi fi Riwayah Adham Li Najib Mahfudz (Dirasah Tahliliyyah Fi ‘Ilmu al-Ma’ani). Dalam skripsi ini, peneliti membahas lafal-lafal yang mengandung unsur al-insya’ at-talabi, bentuk-bentuknya dan makna yang terkandung didalam novel Adham karya Najib Mahfudz. Untuk menganalisis permasalahan tersebut, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu dengan menelaah buku serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu dengan menguraikan lafal-lafal yang mengandung al-insya at-talabi baik dalam bentuk amr, nahi, nida, tamanni maupun istifham, serta mengungkapkan makna yang terkandung dalam lafal-lafal tersebut. Adapun Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Adham karya Najib Mahfudz. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna hakiki dan majazi dari kalimat tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menemukan 88 macam kalimat insya thalabi, dengan rincian 31 uslub amar (15 makna hakiki dan 16 makna majazi), 16 uslub nahi (3 makna hakiki dan 13 makna majazi), 25 uslub istifham (2 makna hakiki dan 23 makna majazi(, 3 uslub nida (makna majazi), 3 uslub tamanni (makna hakiki) dan 13 uslub nida (makna majazi).
Kata kunci: Ilmu al-Ma’ani, Insya Thalabi, Riwayah AdhamNIM. 13110013 DAUATUL MUTALALAAH2018-05-14T02:42:00Z2018-05-14T02:42:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30076This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/300762018-05-14T02:42:00ZMUSIQY SHI'R HUSAYN IBN MANSUR AL HALAJ FI DIWAN AL HALAJ (DIRASAH TAHLILIYYAH FI 'ILM AL 'ARUD WA AL QAFIYAH)Syair merupakan suatu sarana untuk mengapresiasikan berbagai ide,
gagasan, hayalan dan perasaan yang dirasakan oleh penyairnya. Kategori syair
bagi bangsa arab berdasarkan bentuknya itu terbagi menjadi tiga : Pertama Syair
Multazim / Tradisional yakni Syair yang terikat dengan aturan wazan dan qafiyah.
Kedua yaitu Syair Mursal / muthlaq yakni syair yang hanya terikat dengan satuan
irama atau taf’ilah, tetapi tidak terikat oleh aturan wazan dan qafiyah. Ketiga
adalah Syair Mantsur / Bebas yakni syair yang sama sekali tidak terikat oleh
aturan wazan dan qafiyah.
Abu Abdullah Hussain bin Manshur Al-Hallaj merupakan salah satu
penyair sufi. Syair-syair hasil karya Al-Hallaj terkumpul pada sebuah kitab yang
dinamakan Diwan Al-Hallaj. Kategori syair-syair Al-Hallaj termasuk dalam syair
multazim, yang masih terikat oleh aturan wazan dan qafiyah. Berdasarkan hal
inilah peneliti mengkaji syair Al-Hallaj dengan pemilihan tema musikalitas
syairnya. Pembahasan yang dilakukan menggunakan teori Ilmu Arudh dan
Qafiyah.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa syair-syair
Al-Hallaj sesuai dengan qaidah-qaidah ilmu arudh, karena perubahan-perubahan
yang terjadi pada wazan syair-syairnya dianggap masih lazim bagi para ahli ilmu
arudh. Selanjutnya dalam pemilihan bentuk qafiyahmya Al-Hallaj dianggap bisa
konsisten karena tidak ditemukan perbedaan pada huruf rawi serta harakatnya.
Adapun pada bagian aib Qafiyah peneliti tidak menemukannya kecuali hanya 1
tadhmin dan 2 itha’ saja dari 488 syair, yang mana hal tersebut tidak bisa
dianggap merusak keindahan syair-syair Al-Hallaj. Oleh karena itu, berdasarkan
beberapa hal tersebut syair-syair Al-Hallaj yang terkumpul dalam Diwan Al-
Hallaj bisa dikatakan bahwa syair-syairnya itu bagus dan indah.NIM. 13110027 ABDUL HAKIM2018-05-14T02:41:50Z2018-05-14T02:41:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30084This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/300842018-05-14T02:41:50ZAL KINAYAH FI SURAT AL BAQARAH (DIRASAH TAHLILIYYAH BALAGHIYYAH)Surat Al Baqarah merupakan surat ke-2, juz ke-1 dan surat terpanjang
diantara surat-surat lain di dalam Al-Qur’an. Surat Al Baqarah termasuk surat
Madaniyah, ayatnya ada 286, hurufnya ada 25.500 huruf dan kalimatnya ada
6.121 kalimat.
ilmu Bayan merupakan salah satu bagian dari ilmu Balaghah selain ilmu
Ma’ani dan ilmu Badi’. Ilmu Bayan adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk
mengetahui cara menyusun satu pengertian dengan berbagai macam redaksi yang
sebagian berbeda-beda dengan sebagian yang lain dalam menjelaskan makna
namun dalam makna yang sama. Ilmu Bayan membahas tentang Tasbih, Majaz
dan Kinayah.
Kinayah merupakan salah satu pembahasan Ilmu Bayan, Kinayah adalah
ungkapan yang disampaikan dan yang dimaksud adalah kelaziman maknanya
disamping boleh juga makna itu sendiri. Kinayah terbagi menjadi tiga macam,
yaitu (1) Kinayah yang menunjukan bentuk sifatnya (Kinayah As - Shifah). (2)
Kinayah yang menunjukan bentuk yang disifatiya (Kinayah Al - Mausuf). (3)
Kinayah yang menunjukan lafadz bukan Shifah atau Mausuf. Sedangkan tujuan
Kinayah ada lima yaitu : (1) menjelaskan. (2) menghias makna. (3) menjelekan
sesuatu. (4) pindah ucapan karena dianggap jelek. (5) merasa malu.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) Ada berapa
macam kinayah yang terdapat dalam surat Al-Baqarah. 2) apa saja tujuan
penggunaan Kinayah dalam surat Al-Baqarah. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sebuah metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data-data yang ada di dalam surat Al-Baqarah, kemudian
menyertakan penjelasan darinya beserta analisisnya untuk mengkaji lebih dalam
permasalahan di dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan analisis Balaghiyah
dalam penelitian ini.
Adapun hasil penelitian ini adalah di dalam surat al-Baqarah terdapat 18
ayat yang mengandung kinayah yang terbagi ke dalam tiga macam kinayah yaitu
enam kinayah As-Shifah (ayat 10, 61, 196, 235, 236, dan 237), sebelas kinayah al-
Mausuf (ayat 13, 65, 66, 96, 101, 133, 187, 222, 223, 226 dan 267) dan satu
kinayah Nisbah (ayat 24). Sedangkan tujuan Kinayah yaitu terdapat sembilan ayat
berfungsi untuk menjelaskan (ayat 10, 13, 24, 66, 96, 101, 133, 236, dan 237),
empat ayat berfungsi untuk memperindah makna (ayat 65, 196, 235, dan 267),
satu ayat berfungsi untuk menjelekan sesuatu (ayat 61) dan empat ayat berfungsi
untuk merasa malu (187, 222, 223 dan 226).NIM. 13110052 Mukhamad Umar Reza Zulfiko2018-05-14T02:41:07Z2018-05-14T02:41:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30071This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/300712018-05-14T02:41:07ZRIWAYAH MAMO-ZEIN LI SA'ID RAMADHAN AL BUTY (DIRASAH TAHLILIYYAH BINYAWIYYAH TAKWINIYYAH)Objek material pada penelitian ini adalah novel Mamo-Zein karya Said
Ramadhan al-Buthi, sedangkan objek formalnya adalah strukturalisme genetik. Novel
ini menceritakan tentang kisah cinta yang legendaris bangsa Kurdistan, yaitu pemuda
kelas bawah yang taat beragama bernama Mamo yang mencintai Zein, seorang putri
istana. Mereka tidak bisa bersatu sebab berbagai halangan, hingga Mamo mendekam
di penjara dan putri Zein didera kesedihan. Akhirnya, mereka berdua menemukan
jalan cinta yang sebenarnya, yaitu jalan cinta ilahi yang tersucikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan struktur novel Mamo-Zein dan
pandangan dunia Said Ramadhan al-Buthi. Sesuai dengan tujuannnya, teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori Strukturalisme Genetik Lucien
Goldmann. Sebagai sebuah ragam dari teori sosiologi sastra, strukturalisme genetik
memiliki sejumlah kategori teoritis, yaitu: fakta kemanusiaan, subjek kolektif,
pandangan dunia, struktur karya sastra dan dialektika pemahaman-penjelasan.
Penelitian ini mengaplikasikan metode dialektik. Metode tersebut memandang teks
sebagai titik awal dan titik akhir dari sebuah riset dan memperhatikan koherensi
makna sebuah teks.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek kolektifnya adalah Mamo
sebagai pemuda kelas bawah yang mencintai putri istana bernama Zein. Tapi cinta itu
tak direstui pihak istana sehingga tidak dapat menyatu dalam pernikahan. Pandangan
dunia pengarang adalah tasawuf sebagai suatu solusi atas kebuntuan problem
duniawi. Tasawuf menjadi begitu penting bagi al-Buthi di tengah derasnya arus
formalisasi syari’ah dan orientasi materialistik seperti digambarkan lewat cinta Mamo
dan Zein yang tak dapat bersatu di bumi, tapi masing-masing mendapatkan jalan cinta
yang sesungguhnya, yakni cinta Allah Ta’ala. Nilai-nilai sufistik itulah yang juga
diajarkan al-Bhuti dalam banyak karyanya yang lain, sekaligus dalam kiprah
hidupnya.
Kata kunci: Strukturalisme Genetik, Mamo-Zein, Tasawuf.NIM. 11110155 NOR QOIDATUN NIKMAH2018-05-14T02:40:47Z2018-05-14T02:40:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30093This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/300932018-05-14T02:40:47ZAL ISTISNA' FI SURAT AL NISA' (DIRASAH TAHLILIYYAH NAHWIYYAH)Surah An-Nisa’ merupakan surat ke empat di dalam Al-Qur’an, memuat
pesan-pesan tentang bagaimana Allah memuliakan seorang wanita. Pesan ini
muncul dalam bentuk perintah dan larangan, kabar gembira, ancaman, dan juga
beberapa hal yang mengandung pelajaran. Surat ini juga banyak menjelaskan hak
wanita dalam menerima mahar dan warisan, juga berisi tentang pemuliaan
terhadap wanita dan lain sebagainya. Dalam menjelaskan masalah-masalah
tertentu dalam surah An-Nisa’ ini ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat
khusus, kategori yang kedua (bersifat khusus) ini sebenarnya tetap bersifat umum
tetapi diikuti batasan-batasan yang mempersempit, yang disebut dengan istilah
istisna’ (pengecualian).
Istitsna’ ( الاستثناء ) merupakan salah satu pengkhususan yang terdapat dalam
satu rangkaian kalimat yakni antara yang dikhususkan dan yang mengkhususkan
tidak dapat terpisah. Istilah Al-Istitsna’ dalam tata bahasa Arab adalah
mengeluarkan status hukum lafadz mustatsna’ dengan " ، إلا، غي ر ، سِوًى، سُوًى، سَوا ء
خَلا، عَدا، حاشا، ليسَ ، لا يكونُ " dari status hukum lafadz sebelumnya (mustatsna
minhu).
Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk-bentuk istitsna’ dalam surat
An-Nisa, macam, dan hukum-hukumnya. Data yang dikumpulkan diperoleh dari
data-data pustaka kemudian dideskripsikan berdasarkan kedudukan kata dan
keadaan i’rabnya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sintaksis dan dengan menggunakan teori tata bahasa Arab (nahwu). Nahwu merupakan kaidah untuk mengetahui fungsi tiap kata dalam kalimat, bunyi akhir
kata dan keadaan i’robnya.
Hasil penelitian ini adalah diketahuinya bentuk, macam, dan hukum
istitsna’ dalam surat An-Nisa’. Berdasarkan analisis data, susunan al-istitsna’
dalam surat An-Nisa’ ditemukan dalam bentuk mujab, ghairu mujab dan naqis.
Sedangkan dari aspek variannya, dapat ditemukan sebagai berikut istitsna’
muttasil, munqoti’, dan munfarrogh. Dari aspek hukumnya dapat ditemukan wajib
nasob atas istitsna’, boleh nasob atas istitsna’ dan dapat juga menyesuaikan ‘amil
sebelumnya.
Kata kunci: Surah An-Nisa, IstitsnaNIM. 13110058 LIZA FAKHRUNI NASUTION2018-04-25T07:57:59Z2018-04-25T07:57:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29948This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/299482018-04-25T07:57:59ZAL AMR WA AL NAHY FI AL KITAB AL TARGHIB WA AL TARHIB (DIRASAH TAHLILIYYAH BALAGHIYYAH)Alquran merupakan firman Allah SWT yang sangat indah penyampaianya
serta tersusun rapi. Sedang Hadist adalah ucapan, tindakan perbuatan dan
penetapan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum. Objek kajian dalam
skripsi ini adalah kitab al-Targhib wa al-Tarhib, yaitu kitab dengan berisikan
potongan ayat-ayat Alquran dan Hadist, sebagai dorongan untuk melakukan
perbuatan baik dan ancaman terhadap perbuatan yang terlarang. Masalah yang
dikaji dalam skripsi ini hanya mengambil sebagian dari ilmu Balaghah yakni ilmu
Ma’ani pada bab al-Insya’ al-Tholaby dan lebih terfokuskan lagi pada Amr dan
Nahy (kalimat perintah dan larangan). Dalam penelusuran, peneliti menemukan
ayat-ayat dan beberapa hadist yang mengandung Amr dan Nahy. Dan Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bentuk lafadz-lafadz dan makna yang
mengandung uslub insya’ thalabi yaitu Amr dan Nahy yang terdapat dalam kitab
Targhib wa Tarhib.
Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian
content analysis. Langkah awal dalam pengumpulan data yaitu menggunakan
teknik library research (kajian pustaka). Pemilihan data dilakukan dengan
membaca dan mencari ayat-ayat dan hadist dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib
yang mengandung Amr dan Nahy. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ayatayat
dan hadist dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib yang mengandung Amr dan
Nahy, jenisnya seperti fi’il amr, fi’il mudhari’ bi la al-amr, isim fi’il amr dan fi’il
mudhari’ bi la an-nahiyah serta maknanya baik makna asli ataupun majaznya
seperti Do’a, Irsyad, Ibakhah dan lain sebagainya.
Kata kunci : Balaghah, al-Amr wa an- Nahy, Ilmu al-Ma’ani, al-Targhib wa
al-TarhibNIM. 11110141 MOH. KHOIRUL AZIZI2018-04-25T02:23:18Z2018-04-25T02:23:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29931This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/299312018-04-25T02:23:18ZAL SHAKHSIYYAH AL RAISIYYAH FI RIWAYAH 'AZAZIL LI YUSUF ZAYDAN (DIRASAH TAHLILIYYAH NAFSIYYAH 'INDA SIGMUND FREUD)Skripsi ini berjudul “al-Syakhsiyyah al-Raisiyyah fi Riwayat „Azazil li
Yusuf Zaidan (Dirasat Tahliliyyah Nafsiyyah „inda Sikmund Freud)". Novel
“Azazil” merupakan novel autobiografi yang ditulis oleh penulis kontemporer
yang berasal dari Mesir. Novel ini menjadi objek material dalam penelitian ini
yang berisi tentang perjalanan hidup seorang Rahib bernama Hypa yang
mengalami kejadian-kejadian yang penuh dengan intrik serta kegelisahan yang
membuat tokoh utama pada novel ini memiliki permasalahan pada keadaan
psikisnya. Maka dari itu peneliti menggunakan teori psikoanalisa Sigmund Freud
untuk mendalami karakter tokoh utama pada novel tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kejiwaan tokoh utama
berdasarkan teori psikoanalisa Sigmund Freud. Masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini dibagi menjadi tiga. Pertama, mengenai struktur keribadian Hypa
dalam novel “Azazil”. Kedua, mengenai dinamika kepribadian Hypa dalam novel.
Ketiga, mengenai mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh tokoh Hypa dalam
novel tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
kondisi kejiwaan pada tokoh Hypa dalam bentuk struktur kepribadian yang
meliputi id, ego, dan super ego, dan dinamika kepribadian dalam bentuk naluri
dan kecemasan, serta mekanisme pertahanan yang dimiliki oleh tokoh Hypa pada
novel “Azazil”. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif atau kualitatif.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut: Pertama, Struktur kepribadian tokoh Hypa yang
meliputi id, ego, dan superego. Dari ketiga hal tersebut superego tanpak lebih
dominan dibandingkan dua unsur lainnya. Kedua, dinamika kepribadian tokoh
Hypa terwujud dalam dua bentuk, yaitu naluri dan kecemasan. Ketiga, Terdapat
beberapa bentuk mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh Hypa di antaranya
sublimasi, proyeksi, dan pengalihan. Namun pengalihan adalah bentuk
mekanisme pertahanan yang lebih dominan pada tokoh Hypa.NIM. 11110121 FAIQ HAIKAL