Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T08:06:15ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2015-01-28T01:56:30Z2015-01-28T01:58:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4987This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49872015-01-28T01:56:30ZETIKA ILMU PENGETAHUAN (SAINS)DALAM PANDANGAN AL QURAN ABSTRAK Dalam sejarahnya ilmu pengetahuan atau kerap disebut dengan sains-modern dan etika kontemporer telah mengambil bentuk dan jalannya masing-masing. Pemisahan secara demarkatif ini telah berakibat pada ekses yang kurang positif terutama bagi pengembangan ilmu pengetahuan modern yang membutuhkan jalan dan arah yang merupakan garapan dari bidang etika. Ekses yang kurang positif akhir-akhir ini dapat dilihat dan disadari oleh sebagian besar pengembang dan pemerhati ilmu pengetahuan secara khusus dan pemerhati masalah kemanusian dan atau peradaban pada dataran yang lebih umum dan luas. Proses dan tanggapan datang dengan corak dan style yang sangat bervariatif.
Penelitian ini dipretensikan untuk menggugah kesadaran ilmiah yang telah terkooptasi oleh pandangan-pandangan saintis yang metodologiatri dengan mengukur kebenaran hanya semata-mata matematis yang hingga sekarang telah memasuki semua disiplin keilmuan. Penelitian ini dalam melakukan pengumpulan data dari berbagai referensi yang membahas masalah penelitian ini dan juga ayat yang berkaitan dengan pembahasan mengenai sain dan juga ayat-ayat yang berkaitan dengan etika al Qur'an sekaligus ayat-ayat yang mengandung kedua konsep ini.
Penelitian ini menyimpulkan: sistem etika dalam Islam berbeda dengan sistem-sistem etika kontemporer, baik dari sandaran metafisikanya maupun nilai-nilai yang dikandungnya. Etika sebagai disiplin ilmu pengetahuan dan juga sebagai sistem etis dalam kehidupan tidak dibedakan sebagaimana tidak dibedakannya antara etika sebagai cara dan tujuan hidup. Oleh karenanya ilmu pengetahuan dan etika tidak terpisah, baik dalam konsepsi dan aksinya, dengan agama maka al qur'an tidak membedakan secara demarkatif antara ilmu pengetahuan dan etika tersebut. Etika adalah bagian yang inheren dengan ilmu pengetahuan tersebut, maka etika ilmu pengetahuan dalam al Qur'an adalah agama, dalam hal ini Islam itu sendiri yang ajarannya dapat ditekukan dalam al qur'an ataupun firman-firman Allah yang dapat ditemukan dalam realitas nyata. div NIM. 96532170 MUHAMMAD JUAINI 2015-01-28T02:12:34Z2015-01-28T02:13:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5127This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51272015-01-28T02:12:34ZHADIS HADIS TENTANG LARANGAN MEMAKAI BAJU KUNING DALAM KITAB SAHIH MUSLIM ABSTRAK Penelitian tentang hadis larangan memakai baju yang berwarna kuning sangat menarik untuk diteliti. Allah Allah SWT menetapkan aturan berpakaian lewat Nabi Muhammad SAW dalam sunnah. Bukan berupa aturan yang kaku yang memuat poin-poin dan lebih kepada acuan/kriteria yang fleksibel sehingga bisa tetap dipakai sampai kapanpun. Penulis perlu melihat tinjauan fiqih tentang hal ini. Hal ini disebabkan banyaknya fenomena yang berkembang di masyarakat modern yang belum memahami ajaran Islam, salah mengertidalam menjalankan syari'ah.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang validitas hadis yang berkaitan dengan larangan memakai baju kuning dalam kitab Sahih Muslim. Penelitian ini bersifat kepustakaan murni (library research). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif, histories, analitis, dan metode perbandingan.
Hasil penelitian ini adalah hadis tentang larangan memakai baju berwarna kuning secara sanad dan matan adalah shahih. Dengan memperhatikan pembahasan secara keseluruhan dapat dipahami bahwa larangan tersebut bersifat kontekstual. Larangan ini tidak mutlak secara zatnya tetapi berkaitan dengan ketidaksukaan Nabi pada perbuatan yang mubazir atau sia-sia. div NIM. 94531572 MEDIA APRILYANTI2015-01-28T04:27:02Z2015-11-26T00:49:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5140This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51402015-01-28T04:27:02ZPENAFSIRAN QALB MENURUT IBNU QAYYIM AL JAUZIYYAH (Dalam Kitab at Tafsir al Qayyim) ABSTRAK Qalb dalam bahasa Arab adalah merupakan bentuk masdar dari kata qalaba yang berarti membalikkan, merubah, mengganti. Kata kerja intransitif dari qalaba adalah taqallaba yang berarti bolak-balik, berganti-ganti, berubah. Demikianlah quot;summiya al-qalbu litaqallubih quot;, dinamakan qalb karena adanya kecenderungan qalb untuk berubah-ubah. Dengan qalb inilah ditentukan kualitas baik dan buruknya manusia. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW , quot;Dalam tubuh manusia ada segumpal daging jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh,segumpal daging itu ialah hati quot; ( H.R Muslim ).
Di zaman modern saat ini kajian terhadap hal-hal yang bersifal rasionalistik empirik lebih mendominasi, dari pada hal-hal yang berdimensi sufistik. Sehingga nilai-nilai keilahian yang bersifat transendental mengalami kegersangan, karena dimensi yang bersifat rasional tidak dibarengi dengan dimensi sufistik atau spiritual.
Kajian tentang qalb adalah merupakan penyeimbang dimensi rasionalistik, sehingga dengan keterpaduan antara kedua dimensi tersebut dapat memberikan makna tentang visi dan misi keberagamaan di zaman modern saat ini. Salah satu mufasir yang cukup banyak mengkaji dunia sufistik khususnya tentang qalb, adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Disinilah pentingnya penulis melakukan penelitian tentang penafsiran qalb menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab at-Tafsir al-Qayyim.
Skripsi ini berangkat dari keinginan penulis untuk mengetahui penafsiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah secara mendalam. Disamping itu juga dilatar belakangi oleh kegelisahan penulis melihat fenomena zaman modern saat ini. Dimana nilai-nilai Ibadah yang bersifat transendental mulai ditinggalkan. Mereka dalam beribadah hanya sekedar memandang simbolis formalistik belaka, tanpa melihat nilai-nilai ruhaniah. Pemujaan terhadap dunia sains dan tehnologi juga menyebabkan adanya degradasi moral di zaman modern saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian terhadap penafsiran qalb menurut ibnu Qayyim al-Jauziyyah dengan menggunakan sumber primer kitab at-Tafsir al-Qayyim, sedang data sekunder diambil dari tulisan-tulisan,jurnal, artikel maupun karya-karya beliau yang lain, yang membahas tentang tema qalb.
Setelah penulis melakukan penelitian, peneliti menemukan sejumlah penafsiran beliau berikut kontribusi yang dapat diambil dari penafsirannya. Diantara berbagai penafsirannya, hampir semua ayat-ayat qalb dimaknai sebagai suatu alat untuk menghubungkan diri seorang hamba dengan Tuhan-Nya (Allah Swt). Contohnya ketika menafsirkan qalbun salim, beliau memaknai sebagai hati yang bersih dari segala bentuk kesyirikan terhadap Allah Swt, sedangkan qalbun marid ditafsiri sebagai hati yang mengandung penyakit dimana didalamnya terdapat kecintaan terhadap nafsu sahwat dan lebih mementingkan selain dari pada-Nya. Menurutnya kecintaan terhadap dunia dibolehkan asal tidak mengurangi kedekatan dengan Allah Swt. Dalam arti kecintaan itu ditujukan untuk mengharap ridla-Nya. Kontribusi dari penafsirannya tersebut dapat memberikan nilai-nilai akhlak yang terpuji baik kepada Allah Swt maupun sesama manusia. Dalam hal ini ayat-ayat qalb penafsiran Ibnu Qayyim berbasis pada bagaimana memenejemen hati seseorang. div NIM. 06530031 AMIN MARZUQI 2015-01-28T07:01:29Z2023-11-06T07:14:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6479This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64792015-01-28T07:01:29ZSIGNIFIKANSI ASBAB AL-NUZUL TERHADAP QIRA'AT (TELAAH ATAS KITAB ASBAB AL-NUZUL-ILMAN MIN ULUM AL-QUR'AN KARYA BASSAM AL-JAMAL) ABSTRAK Ilmu asbab al-nuzul merupakan ilmu yang menunjukkan dinamika dan dialektika antara nass (teks) dan realitas. Konsep ini adalah salah satu yang dianggap urgen di antara beberapa masalah yang sering dibahas oleh para ahli agama. Hal ini terbukti dengan adanya tema asbab al-nuzul hampir pada setiap kitab 'ulum al-Qur'an atau ilmu Tafsir sebagai salah satu objek kajian. Meski demikian, dalam konteks studi 'ulum al-Qur'an, penulis melihat bahwa kajian mengenai konsep asbab al-nuzul ternyata hampir semuanya sama dan tidak berkembang. Hal ini kemudian berimplikasi pada munculnya kesan bahwa asbabb al-nuzul sebagai wacana yang mandeg tanpa melihat ulang secara mendalam tentang kajian ini. Nampaknya, faktor di atas telah mendorong seorang penulis muda, Bassam al-Jamal, untuk menulis sebuah buku yang diberi judul Asbab al-Nuzul: 'Ilman min 'Ulum al-Qur'an. Karya ini mencoba untuk membahas dan mengembangkan konsep asbab al-nuzul secara detil dan panjang lebar. Salah satu pembahasan yang menarik di dalam karya tersebut adalah hubungan asbab al-nuzul dengan qira'ah. Para ulama' pada umumnya meyakini bahwa qira'ah yang sahih} hanya berdasar pada imam tujuh. Lain halnya dengan bassam, ia berpendapat bahwa pemilihan qira'ah sangat dipengaruhi oleh asbab al-nuzul. Berangkat dari fakta di atas, maka penelitian ini difokuskan pada kajian pengaruh asbab al-nuzul terhadap qira'ah. Untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: Pertama, bagaimana signifikansi asbab al-nuzul terhadap qira'ah menurut pandangan Bassam al-Jamal, Kedua, Bagaimana kontribusi pemikiran Bassam al-Jamal dalam kajian al-Quran ?, metode yang dipakai adalah deskriptifanalitis di mana selain memberi pemaparan, penguraian atau penjelasan secara detail tentang pemikiran Bassam al-Jamal, akan dilanjutkan dengan analisa yang mendalam.
Berdasarkan metodologi tersebut, terungkap bahwa riwayat asbab al-nuzul banyak digunakan oleh ulama klasik untuk menguatkan pendapat tentang ke-sahih-an suatu mazhab qira'ah, terlebih qira'ah yang tercakup dalam mushaf Usmani. Hanya saja, Bassam menyayangkan akan kuatnya subyektifitas masing-masing ulama dalam menghubungkan riwayat sabab al-nuzul dan suatu qira'ah, sehingga banyak memunculkan pendapat yang tak jarang saling bertentangan. Sayangnya, Bassam sendiri tidak memberikan solusi dengan jelas untuk permasalahan ini. Sehingga menurut penulis, kekecewaan Bassam ini hanya sekedar wacana tanpa adanya tindak lanjut guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Meski demikian, pemikiran Bassam al-Jamal ini patut diacungi jempol karena, diakui atau tidak, ia telah membuka cakrawala baru tentang adanya hubungan dan pengaruh riwayat asbab al-nuzul terhadap suatu qira'ah. div NIM.: 07530059 Wuwun Khoirun Nisya'2015-08-20T09:10:34Z2015-08-20T09:10:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12153This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/121532015-08-20T09:10:34ZIDEOLOGI ISLAM POLITIK DALAM TAFSIR AL- QUR’AN TABLOID
SUARA ISLAM (ANALISIS WACANA)Pada masa kebebasan sosial politik yang bermula dari awal Orde
Reformasi sampai sekarang media massa Islam berkembang pesat. Setiap media
menyuarakan aspirasi dan ideologi mereka, dari yang sufistik, tradisional
moderat, Islam liberal, hingga yang Islamis politis. Ideologi dan aspirasi tersebut
mereka wacanakan baik dalam fokus pemberitaan maupun dalam rubrik tafsir
yang mereka miliki. Tabloid
Suara Islam
adalah salah satunya. Tabloid ini dalam
aspirasi dan ideologinya mewakili karakteristik Islam yang literal dan dalam
beberapa hal radikal.
Suara Islam
menjadi soroton karena meskipun mutu
jurnalistiknya rendah namun memiliki jumlah pembaca yang besar.
Suara Islam
tekenal sekali dengan pemberitaannya yang bombastis dan tajam, terutama
dalam menyerang apa yang disebutnya musuh Islam: Yahudi, Nasrani,
Ahmadiyah, Syiah, Kristenisasi, Pluralisme, dan Liberalisme.
Penelitian ini dilakukan untuk membongkar atau persisnya menunjukkan
kepada pembaca seperti apa dan bagaimana ideologi Islam politik tersebu
t
diakomodasi dan kemudian diwacanakan kepada publik lewat tema-tema tafsir
al
-
Qur’an dalam rubrik tafsir
Titian Wahyu
di tabloid
Suara Islam
edisi103-127.
Ini adalah bentuk penelitian pustaka karena data diambil dan dianalis dari sumber
tertulis. Pendekatan yang digunakan untuk menganalis data adalah analisis
wacana sederhana, dalam arti membongkar ideologi dalam sebuah wacana dari
aspek umum pembacaan teks, interpelasi, dan hegemoni. Penelitian ini
menemukan bahwa di balik banyak tema penafsiran al-Quran dalam
Suara Islam
(meskipun tidak semuanya) terkandung pandangan atau ideologi Islam politik
yang kental.
Bagi penulis jika dilihat dari isu dan fokus pemberitaan yang ada, Suara
Islam mengusung pandangan keagamaan dan ideologi yang khas, yakni ideologi
Islam politik. Ciri ideologi Islam politik adalah penyatuan agama dan negara;
pemahaman teks suci yang literal; penegaskan bahwa pandangan kelompoknya
merupakan satu-satunya kebenaran (
truth claim
/klaim kebenaran); tidak bisa
membedakan antara Islam sebagai keyakinan universal dengan sejarah sebagai
aspek yang partikular; tidak bisa membedakan mana dimensi yang tetap
(as\-
s\a
wa
>bit)
dan mana dimensi yang bisa berubah
(al-mutah}awwil)
dalam Islam,
mana yang
qat}
’i
y
mana yang
z}anniy
; dan secara mendasar telah mengubah Islam
sebagai agama menjadi Islam sebagai ideologi yang kaku dan tertutup, dan
bahkan alat untuk mencapai kekuasaan, atau setidaknya alat untuk mendominasi
kelompok lain.
Kata Kunci: Tafsir, analisis wacana, ideologi Islam-politikNIM. 06530008 MAHFUD BARNAWI