Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T09:31:24ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2017-01-30T08:14:07Z2017-01-30T08:15:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23755This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237552017-01-30T08:14:07ZKLITIK –NYA DALAM BAHASA INDONESIAThe –nya clitic is discussable in terms of not only
microlinguisctic domains (phonology, morphology and syntax)
but also macrolinguistic perspectives like pragmatics and
sociolinguistics. In terms of microlinguistics, there are three
important findings of the –nya clitic structure : it can appear (a)
as a genitive form, (b) as a definite marker, and (c) as a third
person pronoun attached to different word categories (verbs,
adjectives, and adverbs). Pragmatically speaking, the –nya clitic
can distinguish ‘the old information’ from ‘the new one’ overtly
and covertly. From the sociolinguistic point of view the –nya
clitic is functioned to avoid the use of the second person that
directly threatens the interlocutor’s face. The –nya clitic is also
used to measure the degree of closeness between the addresser and
the addressee (speech participants): the use of -nya indicates
closer relationship (as in bukunya mana?), whereas the use of
second person forms indicates formality (as in Dimana Buku
Anda?). In informal situations, the speaker tends to choose the
third person–nya as a marked form instead of the second person
forms such as Anda, kamu, Saudara, Bapak, Ibu, and Dik,
which are unmarked. Therefore, the –nya clitic is grammatically,
pragmatically, and sociolinguistically very dynamic in different
speech registers.
Klitik –nya dalam bahasa Indonesia tidak hanya menarik
dikaji dari ranah linguistik mikro: fonologi, morfologi, dan
sintaksis, tetapi juga sangat kaya dengan fenomena
linguistik makro: pragmatik dan sosiolinguistik. Dalam
artikel ini ada tiga temuan penting berkaitan dengan ranah
linguitstik mikro tentang klitik –nya: (a) dimunculkan
dalam teks sebagai bentuk genitif, (b) sebagai pemarkah
kedefinitan, (c) sebagai bentuk orang ketiga yangdiklitikkan pada kelas kata berbeda (kata kerja, kata sifat,
dan kata keterangan). Jika dikaji dari ranah pragmatik,
klitik –nya dapat membedakan struktur informasi dalam
suatu teks baik ‘informasi lama’ maupun ‘informasi baru’
yang masing-masing ditunjukkan dari bentuknya yang
kasat mata dan bentuk zero. Kajian dari ranah
sosiolinguistik menunjukkan bahwa klitik –nya digunakan
untuk menghindari penggunaan bentuk orang kedua yang
dianggap mengancam muka lawan bicara secara langsung.
Klitik -nya dalam hubungan ini juga menunjukkan tingkat
kesetiakawanan pelibat wicara: -nya mengindikasikan
hubungan yang lebih dekat (misalnya, Bukunya mana?),
sementara penggunaan bentuk orang kedua
mengindikasikan hubungan formal (misalnya, Di mana buku
Anda?). Dalam peristiwa wicara informal, –nya lebih dipilih
sebagai bentuk termarkah alih-alih orang kedua Bapak, Ibu,
Anda, Saudara, Kamu, dan Dik sebagai bentuk tak
bermarkah. Jadi, secara gramatikal, pragmatik dan
sosiolinguistik, klitik –nya digunakan secara dinamis dalam
ragam percakapan.
Kata kunci: posesif; klitik; genitif; definit; termarkah.I Wayan Pastika2017-01-30T09:28:31Z2017-01-30T09:28:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23756This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237562017-01-30T09:28:31ZBENTUK DAN FUNGSI KODE DALAM WACANA
KHOTBAH JUMAT (Studi Kasus di Kota Surakarta)This study aims at describing the discourse of Friday sermons in
the city of Surakarta. This study is a sociolinguistic study with
qualitative research method. The language based code shows
Indonesian language is used dominantly because the object of
study is in Surakarta. Arabic is widely used because the Friday
sermons are one kind of worships in Islam. Javanese language is
used because of the speech location and cultural backgrounds.
English only slightly appears and is influenced by the speakers’
background. The code based on the variations can be divided into
the standard and non standard languages. Intra-sentential code
switchings take the forms of words, reduplication, word
repetitions, and phrases. This is due to attitudinal and linguistic
factors. Inter-sentential code switchings are permanent and
temporary. The determining factors are speakers, interlocutors,
topics or subject matters, special speech functions/ends, and
changes in circumstances. The functions of code switching in the
Friday sermons are to express gratitude, purify God, glorify God,
honor someone, express amazement, prohibit, sound prestigious,
express permission, beg for forgiveness, beautify utterances,
change the subject, pray for someone, declare an appointment,
mention terms, express doubts, and regret something.
Tujuan kajian ini adalah menjelaskan wacana khotbah
Jumat di Kota Surakarta. Penelitian ini merupakan kajian
sosiolinguistik dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Kode berdasar jenis bahasa menunjukkan bahasa Indonesia
dominan digunakan karena objek kajian di Kota Surakarta.
Bahasa Arab banyak digunakan karena khotbah Jumat
adalah salah satu ibadah dalam Islam. Bahasa Jawadigunakan karena faktor lokasi tuturan dan latar belakang
budaya. Bahasa Inggris hanya sedikit muncul dan
dipengaruhi oleh faktor penutur. Kode berdasarkan
variasinya dapat dibagi menjadi bahasa baku dan bahasa
nonbaku. Alih kode dalam kalimat berwujud kata, kata
ulang, repetisi, dan frase. Hal ini disebabkan oleh faktor
sikap dan faktor kebahasaan. Alih kode antarkalimat
berwujud permanen dan sementara. Faktor penentunya
adalah penutur, mitra tutur, topik atau pokok pikiran,
sekadar bergengsi, dan perubahan situasi. Fungsi alih kode
dalam khotbah Jumat yaitu mengungkapkan rasa syukur,
menyucikan Tuhan, mengagungkan Tuhan, menghormati,
mengungkapkan ketakjuban, melarang, sekadar bergengsi,
menyatakan permisi, memohon ampunan, memperindah
tuturan, mengganti topik, mendoakan, menyatakan janji,
menyebut istilah, menyatakan keraguan, dan
menyayangkan.
Kata kunci: kode; wacana; Khotbah Jumat; Surakarta.Kundharu Saddhono2017-01-27T09:15:38Z2017-01-27T09:15:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23757This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237572017-01-27T09:15:38ZKATEGORI DAN EKSPRESI LINGUISTIK
DALAM BAHASA SASAK PADA RANAH PERTANIAN
TRADISIONAL: KAJIAN ETNOSEMANTIKThe study aims at describing linguistic categories and expressions
of traditional Sasak farmers in Lombok Island based on their social
and cultural context. Qualitative method is employed in this
research. The data are analyzed using componential analysis. The
analysis tries to describe the lexicons and linguistic expressions
on agricultural domain. The findings show that the agricultural
sphere always raises the terms of the linguistic
expressions/categories. Linguistic expressions form the verb and
noun categories. The order of classification or the categorization of
the linguistic expressions–both for the nouns and verbs– was
based on the sequence of farming activities and the results
obtained. Therefore, the existing categorization is based on the
generic meaning components adjusted to the process and
outcome—verbs and nouns—in the domain.
Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kategori dan
ekspresi linguistik bidang pertanian Sasak tradisional di
pulau Lombok, yang dikaitkan dengan konteks
sosiokultural masyarakat tani setempat. Untuk tujuan
tersebut, kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Sementara untuk analisis data digunakan analisis
komponen. Analisis dipusatkan pada leksikon dan ekspresi
linguistik pada ranah pertanian. Hasil kajian menunjukkan
bahwa dalam ranah pertanian itu selalu memunculkanistilah-istilah yang menjadi ekspresi/kategori linguistiknya.
Ekspresi linguistik itu berbentuk kategori verba dan
nomina. Urutan pengklasifikasian/pengategorian terhadap
ekspresi linguistik —baik nomina maupun verba— pun
disesuaikan dengan rangkaian proses aktivitas pertanian
dan hasil yang diperoleh. Untuk itu, pengategorisasian
yang ada didasarkan pada komponen makna generik yang
menyesuaikan proses dan hasil —verba dan nomina—
dalam ranahnya itu.
Kata kunci: kategori linguistik; ekspresi linguistik; analisis komponensial; etnosemantik.. Saharudin. Syarifuddin2017-01-30T02:38:34Z2017-01-30T02:38:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23758This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237582017-01-30T02:38:34ZSALAM DAN KINESIK DALAM BEBERAPA BAHASAGreetings, along with its kineses, vary from one language to
another, showing the culture of the speakers. This article discusses
the system of greetings with their kineses in several languages
from different continents. The research was conducted by taking
into account some environmental, geographical, and sociocultural
factors of the users of the languages. The method of the
research is a combination of some linguistic methods and cultural
methods. The use of greetings in Indonesian, Korean, Arabic,
Hungarian, Spanish, Swedish, and Swahili has a relationship
with the natural state of the speakers. The greeting system in
relation to the time of morning, afternoon, evening, and night can
be classified into two classes. People living in areas with the time
division of the morning, afternoon, evening, and night tend to use
clear time-based greeting.
Setiap bahasa memiliki sistem salam dan kinesik yang
cenderung berbeda antara satu bahasa dan lainnya serta
dapat menunjukkan budaya masyarakat pendukungnya.
Pada artikel ini, dibahas sistem salam dan kinesik yang
menyertainya dalam beberapa bahasa di dunia. Penelitian
dilakukan dengan memperhatikan faktor lingkungan dan
geografis sosiokultural masyarakat pengguna bahasa
tersebut. Metode dalam penelitian ini adalah kombinasi
dari beberapa metode penelitian bahasa dan budaya yang
umum digunakan. Penggunaan salam dalam bahasa
Indonesia, Korea, Arab, Hungaria, Spanyol, Swedia, dan
Swahili memiliki hubungan dengan keadaan alam penutur.
Sistem salam yang digunakan jika ditilik dari waktu pagi,
siang, petang, dan malam dapat diklasifikasikan dalam dua
golongan. Jadi, orang yang tinggal di daerah denganpembagian pagi hari, siang, sore, dan malam hampir selalu
sama sepanjang tahun, cenderung menggunakan salam
yang juga berbasiskan waktu yang jelas.
Kata kunci: salam; kinesik; bahasa-bahasa lintas benuaSonezza Ladyanna2017-01-30T02:39:31Z2017-01-30T02:39:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23759This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237592017-01-30T02:39:31ZKOMPLEKSITAS HUBUNGAN
ANTARA WAZAN DAN MAKNA
(Kajian terhadap Variasi Wazan dan Ambiguitas Bentuk Kata
dalam Bahasa Arab)This paper discusses wazans, including those relating to i'la>l and
ibda>l, in Arabic and the efforts to make the learning easier for the
sake of reading the language orthography with no harakat.
Wazans in Arabic are hundreds, but this paper only focuses on
those related to changes in the word forms (tasri>f istila>hi), whose
wazans of fi’il ma>d} alone are 35. The writer classifies examples of
words with the same wazan, and combines wazan ruba>'i
mujarrad and mazi>d as well as the mulhaq, as both have the
same syakal. He also maps the words of the same wazan but
different meaning because the si>gah (the word form) is different.
As to facilitate the words that have ibda>l and/or i'la>l, the writer
gives examples of such words, to be the benchmark for the search
of other examples. To conclude, first is that mastery of wazans in
Arabic is very important not only to read the orthography without
the syakal, but also to determine the meaning of the word.
Second, although a wazan determines the meaning of a word, but
there is problem since the same wazan may have different
meanings. Third, the knowledge of the context of the utterance
will help determine the meaning of the word, and the meaning
finally defines the word wazan. In other words, wazan will be
determined by the meaning of the word, and vice versa, wazan
and context determine the meaning of the word. Fourth, the
triangle of context, meaning and wazan relate to each other and
have a very important role in the process of reading and
understanding texts, but not necessarily the same wazan shows
the same form of words, and vice versa. This is where the
complexity is.Tulisan ini membahas masalah wazan dalam bahasa Arab
dan upaya bagaimana lebih membuat mudah
pembelajarannya, termasuk yang berkaitan dengan
masalah i‘la >
l dan ibda >
l, untuk keperluan membaca tulisan
berbahasa Arab yang tak berharakat. Wazan dalam bahasa
Arab ada ratusan, tetapi yang dibahas di sini hanya wazanwazan
yang berkaitan dengan perubahan bentuk kata (tasri >
f
is }
tila>hi), yang wazan fi’il ma>d }
i-nya saja berjumlah 35 wazan.
Adapun metode yang digunakan adalah dengan
mengelompokkan contoh-contoh kata yang berwazan sama,
dan menggabungkan wazan ruba >‘
i mujarrad maupun mazi>d
dan mulh}aq-nya, karena keduanya sama syakalnya. Juga,
pemetaan kata-kata yang berwazan sama, tetapi artinya
berbeda karena si>gah (bentuk kata) nya beda. Adapun
upaya memudahkan kata-kata yang mengalami ibda >
l dan
atau i‘la >
l, dengan cara pemberian contoh kata-kata tersebut,
untuk menjadi patokan bagi pencarian contoh-contoh lain.
Simpulan tulisan ini, pertama bahwa penguasaan wazan
dalam bahasa Arab amat penting, bukan hanya untuk
membaca tulisan tanpa syakal, tetapi juga salah satu cara
untuk menentukan arti kata. Kedua, meskipun wazan suatu
kata itu berperan menentukan arti kata, tetapi masalahnya,
arti dari sebuah wazan tertentu juga dapat lebih dari satu
arti. Ketiga, pengetahuan tentang konteks kalimat akan
membantu penentuan arti kata, dan arti kata tersebut
menentukan wazannya. Dengan kata lain, wazan akan
ditentukan oleh arti kata, dan begitu pula sebaliknya, wazan
dan konteks menentukan arti kata. Keempat, segitiga
konteks kalimat, makna dan wazan berhubungan antara
satu dengan yang lain dan mempunyai peranan amat
penting dalam proses pembacaan dan pemahaman teks,
tetapi wazan yang sama tidak tentu menunjukkan kepada
bentuk kata yang sama, begitu pula sebaliknya. Di sinilah
kompleksitasnya.
Kata kunci: Konteks kalimat; arti; wazan.. Sukamta2017-01-31T03:33:53Z2017-01-31T03:33:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23760This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237602017-01-31T03:33:53ZNARASI DALAM CERITA BERGAMBAR UNTUK PAUD/TK
(Kajian terhadap Muatan Nilai Personal dan Edukatif)The aim of this research is to describe the personal and
educational values in the graphic stories of the learning materials
for pre-school education/kindergarten. The research applies Huck
et al’s theory (1987) which states that children stories are full of
personal and educational values. The population of the research is
graphic stories found in different sources for the materials of the
pre-school education/kindergarten. The sampling method is
purposive sampling, i.e. the sampling which is based on the
research objective. The examination is conducted using extrinsic
approach in order to emphasize the analysis on the values and
functions of the stories. The analysis is carried out by establishing
categories, describing, and drawing inferences. The result of the
research shows that there are eleven values in the graphic stories
of the materials of the preschool educations/kindergartens, i.e. the
development of emotional, intellectual, imaginative (and fantasy),
social, ethical and religious values; exploration and discovery;
language acquisition; cultivation of sense of beauty, introduction
to multicultural insights, development of reading habits, and
building up good personality.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan berbagai
macam nilai personal dan nilai edukatif dalam cergam
sebagai bahan PAUD/TK. Teori penelitian mengacu pada
Huck et al. (1987) yang menyatakan bahwa cerita anak
mempunyai nilai personal (personal values) dan nilai
pendidikan (educational values). Populasi penelitian ialah
cerita yang terdapat dalam berbagai sumber yang dijadikan
bahan PAUD/TK. Penyampelan dilakukan dengan
purposive sampling, yaitu penentuan sampel sesuai dengan
tujuan penelitian. Pengkajian dilakukan denganmenggunakan pendekatan ekstrinsik, yaitu dengan
menekankan telaahnya pada nilai dan fungsi yang terdapat
dalam cerita. Analisis dilakukan dengan pembuatan
kategori, pendeskripsian, dan pembuatan inferensi. Hasil
penelitian menunjukkan ada sebelas nilai cergam yang
berkontribusi dalam PAUD/TK, yaitu nilai pengembangan
emosi, intelektual, imajinasi dan fantasi, sosial, etis dan
religius, eksplorasi atau penemuan, pengembangan bahasa,
rasa keindahan, dan penanaman wawasan multikultural,
penanaman kebiasaan membaca, serta penanaman nilai
kepribadian.
Kata kunci: sastra anak; bacaan anak; pendidikan anak usia dini.Umar Sidik2017-01-31T04:06:07Z2017-01-31T04:06:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23761This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237612017-01-31T04:06:07ZORTOGRAFI ARAB DAN PROBLEMATIKANYAThe old Arabic orthography contains some flaws. Besides having
no different symbols to differentiate short and long vowels, it had
no diacritics to differentiate the letters, which caused significant
reading problems. Those problems became more complicated when
it became the means in the process of writing the Qur’an since it
caused errors in its recitation. In the post-Mohammedan period,
when Islam was spread outside the Arabic lands, some non-Arabic
Moslems had difficulties to read the Qur’an. Those problems
concerned many scholars and urged them to find solution. Some
efforts were done by inventing the reader-friendly orthographic
system as it is well known today. This paper aims to discuss that
topic. However, some new flaws emerged. The orthographic
modifications which have been sufficient for writing needs to be
developed and adapted to present demands. Some scholars have
proposed some new ideas. Generally, these ideas can be grouped
into two opposing views: firstly, those which preserve the existing
orthographic tradition, pioneered by Emīl Badī’ Ya’qūb; secondly,
those which go beyond it, suggesting almost total transformation,
pioneered by Anīs Farīh}a. This paper also discusses their ideas as
its second purpose. Based on different epistemological bases, the
application of each idea will affect differently in learning/teaching
as well as in Arabic religiosity and nationalism.
Sejak awal sejarah pertumbuhan dan perkembangannya,
tulisan Arab telah mengandung beberapa kelemahan.
Selain tidak memiliki tanda pembeda vokal panjang dan
pendek baik dan, tulisan Arab pada mulanya juga tidak
memiliki tanda diakritik (pembeda huruf). Ini tentu saja
menyulitkan. Apalagi setelah tulisan Arab digunakan
sebagai sarana penulisan wahyu. Kesalahan pembacaan alQur’an sering terjadi. Terlebih lagi, setelah Islam tersebar
makin luas ke luar wilayah Arab, kesulitan makin terasa
ketika orang non-Arab yang membaca. Kondisi ini
mendapat perhatian besar dari para ilmuwan yang
melakukan perbaikan-perbaikan hingga menghasilkan
sistem ortografis Arab sebagaimana yang dikenal saat ini.
Inilah topik pertama yang akan didiskusikan pada makalah
ini. Seiring dengan perkembangan zaman, mulailah tampak
kelemahan-kelemahan dalam sistem ortografi ini.
Perbaikan-perbaikan ortografis yang pada masa lalu sudah
memenuhi kebutuhan tulis menulis, sekarang terasa
kembali kurang. Maka, kembalilah muncul ide-ide segar
mengenai perbaikan-perbaikannya. Pada umumnya, ideide
itu tergolong menjadi dua. Yang pertama, ide yang
pada intinya tetap mempertahankan tradisi dan yang kedua
melangkah lebih jauh hingga perombakan sistem lambang.
Salah satu yang termasuk golongan pertama adalah Emīl
Badī’ Ya’qūb. Sedangkan yang termasuk golongan kedua
adalah Anīs Farīh}a. Mewakili pendapat-pendapat para
pemikir lain, sebagai topik kedua pada makalah ini, akan
diuraikan pendapat kedua tokoh ini. Akan tampak bahwa
kedua tokoh ini memijakkan pendapat mereka pada dasar
epistemologis yang berbeda. Dengan dasar yang berbeda,
keduanya memiliki implikasi yang berbeda ketika
diterapkan pada pengajaran. Selain itu, implikasi juga
berbeda pada tataran keagamaan dan nasionalisme Arab.
Kata kunci: ortografi; simbol diakritik; h}arf madd; h}arakāt.Umi Nurun Ni’mah2017-01-31T06:42:11Z2017-01-31T06:42:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23762This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237622017-01-31T06:42:11ZKEMELUT TEOLOGIS: ANTARA KATOLIKISME,
MISTISISME DAN PAGANISME DALAM
BLESS ME, ULTIMANovelists aspire to universal truths, and assert that people
are basically the same in all places and all times. Novelists
ultimately look within themselves to find their words and
ideas then explore the subjective realm of the self that,
though molded by the social and cultural pressures of their
own place and time, acquires suppleness through
immersion in a deep literary tradition. This research is the
analysis of a novel, Bless Me, Ultima, written by Rudolfo
Anaya. The protagonist in this novel is Antonio, a six-year
old boy who has theological confusion. His mother is very
religious, quiet and patient; while his environment is full of
violence, murder, and injustice. Some of his friends are
non-believers and Ultima, a mystical, old woman has a
great influence on him. He regards her as a wise person
who can give him secure and peaceful feeling. In his way to
be grown up and mature, he is asking the existence of God
to answer his questions about unpleasant things and the
mystery of life. When he thinks God never answers his
questions, he turns to paganism – following his friends to
worship the golden carp. A tragedy happens to one of the
pagans, then he turns to mysticism where he can get peace
and secure feeling, though he still calls the name of God.
The method of the research used is hermeneutics – the
method of interpretation of the literary texts; the
approaches used in this research are literature and
philosophy.
Para novelis mencita-citakan kebenaran universal, dan
menegaskan bahwa manusia pada dasarnya sama di semuatempat dan masa. Mereka akhirnya memandang ke dalam
diri mereka untuk menemukan kata-kata dan gagasan
mereka kemudian menjelajah ranah subjektif diri yang,
meskipun dibentuk oleh tekanan sosial dan budaya pada
tempat dan masa mereka, mendapatkan kelenturannya
melalui penyatuannya dalam tradisi sastra yang mendalam.
Penelitian ini adalah analisis sebuah novel, Bless Me, Ultima,
yang ditulis Rudolfo Anaya. Protagonis novel ini adalah
Antonio, seorang anak lelaki berusia enam tahun yang
mengalami kebingungan teologis. Ibunya sangat relijius,
pendiam, dan sabar; sementara lingkungannya dipenuhi
kekerasan, pembunuhan, dan ketidakadilan. Beberapa
temannya bukanlah orang yang beriman, dan Ultima,
seorang wanita tua mistis memiliki pengaruh besar dalam
dirinya. Antonio menganggapnya sebagai orang bijak yang
dapat memberinya rasa aman dan damai. Dalam prosesnya
menjadi dewasa dan matang, ia mempertanyakan
keberadaan Allah untuk menjawab pertanyaanpertanyaannya
tentang hal-hal yang tidak menyenangkan
dan misteri kehidupan. Ketika ia berpikir Allah tidak
pernah menjawab pertanyaan-pertanyaannya, ia berpaling
pada paganisme—mengikuti teman-temannya menyembah
seekor ikan mas. Ketika sebuah tragedi terjadi pada salah
satu teman pagannya, ia berpaling pada mistisisme yang
memberinya ketenangan dan rasa aman, meskipun ia masih
menyebut-nyebut Allah. Metode penelitian ini adalah
hermeneutik—metode penafsiran teks-teks karya sastra,
adapun pendekatan yang digunakan adalah satra dan
filsafat.
Kata kunci: Katolikisme; konsep ketuhanan; mistisisme;
paganisme.Albertine Minderop2017-01-30T02:37:41Z2017-01-30T02:37:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23763This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237632017-01-30T02:37:41ZPOLEMIK PEMAKNAAN KASIDAH BURDAH AL-BUSIRY: KAJIAN ESTETIKA NEGATIFKasidah Burdah is the work of al-Bu>s}i>ry, an Arab Egyptian
writer, which was created in the 13th century AD. It contains
poems of praise to the Prophet. Its birth has made poems of
praise to the Prophet grow rapidly in the Arab-Islamic
world of literature. This Arabic literary work has a major
impact on the development of Sufi literature. This research
on Kasidah Burdah uses negative aesthetic theory
developed by Hans Robert Jauss. This theory considers that
a literary work cannot be separated from the history of its
creation and speech. This theory also states that a literary
work can only be said to achieve beauty when it is negated.
It means that it is able to get out of the initial reality of its
reference. The material object of this study is the Arabic text
of al-Bus}īry’s Kasidah Burdah, and its translation in
Indonesian. The formal object is the polemic of the
interpretation of some verses in Kasidah Burdah concerning
the position of the Prophet as a creature, love, maulid of the
Prophet, intercession, and tawassul. The method used in this
study is defamiliarization method. This method works
based on the assumption that readers must change their
way of reading a literary work. They cannot read similarly
to what the previous readers did. Readers should not be
fixated on the previous readings, but they have to produce
new meanings which may not be the same as the primary
ones.
Kasidah Burdah adalah karya al-Bu>s}i>ry, seorang penulis
Arab Mesir yang diciptakan pada abad ke-13 Masehi.
Kasidah ini berisi puisi pujian kepada Nabi. KemunculanKasidah Burdah ini membuat puisi pujian kepada Nabi
berkembang pesat dalam dunia sastra Arab-Islam. Karya
sastra Arab ini telah memberikan pengaruh besar terhadap
perkembangan sastra tasawuf. Penelitian tentang Kasidah
Burdah ini menggunakan teori estetika negatif yang
dikembangkan oleh Hans Robert Jauss. Teori ini
memandang bahwa karya sastra tidak bisa terlepas dari
proses sejarah penciptaannya dan sambutannya. Teori ini
juga menyatakan bahwa sebuah karya sastra baru dapat
dikatakan mencapai keindahan bila ia dinegasikan. Artinya,
ia mampu keluar dari realitas awal yang menjadi
rujukannya. Objek material penelitian ini adalah naskah
Arab Kasidah Burdah al-Bu>s}i>ry beserta terjemahannya dalam
bahasa Indonesia. Adapun objek formalnya adalah polemik
pemaknaan terhadap sejumlah bait dalam Kasidah Burdah
yang berbicara tentang kemakhlukan Nabi, cinta, maulid
Nabi, syafaat, dan tawassul. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode
defamiliarisasi. Metode ini bekerja berdasarkan pada
asumsi bahwa pembaca mesti mengubah cara membacanya
terhadap suatu karya sastra. Pembaca tidak mungkin
membacanya sama dengan karya yang ada sebelumnya.
Pembaca tidak boleh terpaku pada hasil pembacaan
sebelumnya, tetapi ia harus menghasilkan makna-makna
baru yang kemungkinan tidak sama dengan makna
primernya.
Kata kunci: Kasidah Burdah; estetika negatif; metode
defamiliarisasi.Fadlil Munawwar Manshur2017-02-02T01:58:03Z2017-02-02T01:58:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23764This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237642017-02-02T01:58:03ZPENERJEMAHAN BUTIR BUDAYA
DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIACulture specifics, i.e. the manifestation of culture in
language, are unique and their translation is also quite
complicated compared to other ordinary lexical items. The
culture of the source language may not necessary have
equivalence in the target language culture. However, it is
believed that there are several alternative ways, or
translation techniques, to solve the problem. The techniques
such as choosing more common words, borrowing,
translation by adaptation, or free translation by the culture
of the target language (Indonesian), in addition to several
other alternatives, can be used. The translation techniques
for those culture specifics should be chosen on the basis of
the text the translators are dealing with, and so they need to
be careful in choosing the most appropriate one.
Butir budaya, yang merupakan rekaman unsur budaya
dalam (bentuk) bahasa, memang cukup unik dan
penerjemahannya memiliki kerumitan tersendiri
dibandingkan dengan penerjemahan butir leksikal biasa.
Budaya masyarakat bahasa sumber belum tentu memiliki
padanan budaya dalam masyarakat bahasa sasaran.
Namun demikian, diyakini ada beberapa alternatif cara
atau teknik penerjemahan guna mengatasi masalah
tersebut. Teknik tersebut antara lain dengan memilih
padanan kata yang lebih umum dari butir budaya
dimaksud, meminjam butir budaya teks sumber apa
adanya, diterjemahkan dengan adaptasi, atau
penerjemahan bebas disesuaikan dengan budaya
masyarakat pemilik bahasa sasaran (bahasa Indonesia), di
samping beberapa alternatif lain. Pemilihan teknikpenerjemahan butir budaya tentu harus disesuaikan
dengan konteks dan teks yang dihadapi oleh penerjemah.
Penerjemah dituntut cermat dan tepat dalam memilih
teknik yang paling sesuai.
Kata kunci: penerjemahan; butir budaya; idiom; linguistik.Fuad Arif Fudiyartanto2017-02-02T01:58:47Z2017-02-02T01:58:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23765This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237652017-02-02T01:58:47ZILMU BUDAYA DAN METODOLOGINYA
Bagaimana Ilmu Budaya Menghadapi Perubahan
Episteme?This research focuses on how to comprehend cultural study
scientifically. In elaborating cultural studies, the main problem
lies on digesting reality, which will not be simple. In addition, a
certain construct of cultural studies emerges as well as its models
of elaboration. By using Gilles-Gaston Granger framework, on
the relationship between the object of the study and human
comprehension three models of explanation are explained. Those
models are energetics, cybernetics, and semantics. The first two
models are closer to natural science. These models also tend to be
reductive and deterministic. The last model tends to be closer to
cultural studies because it touches the actions of human, which
needs to be interpreted.
Fokus utama tulisan berikut ini berbicara tentang
bagaimana memahami ilmu budaya secara ilmiah. Problem
mendasar dalam menjelaskan ilmu tersebut terletak pada
kenyataan bahwa ia terkait dengan masalah penghayatan
kehidupan yang tidak mudah untuk ditentukan,dan
hubungannya dengan obyek ilmu tersebut. Dari sini,
muncul konstruksi tertentu tentang ilmu budaya yang
melahirkan model-model penjelasan tentangnya. Dengan
berpijak pada Gilles-Gaston Granger, penulis memaparkan
tiga model penjelasan tentang hubungan antara obyek ilmu
tersebut dengan penghayatan manusia, yaitu model
energetik, model sibernetik dan model semantik. Dua
model yang pertama lebih dekat dengan model-model yang
berlaku di ilmu alam, dan cenderung mereduksi manusia
ke dalam gerak mekanik-kausalitik, sehingga bersifatdeterministik. Sementara yang terakhir, model semantik,
dianggap lebih mendekati hakikat ilmu budaya yang
bersinggungan dengan tindakan manusia yang harus
diinterpretasikan.
Kata kunci: ilmu budaya; model; interpretasi.. Haryatmoko2017-02-02T01:57:11Z2017-02-02T01:57:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23766This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237662017-02-02T01:57:11ZANALISIS KONTRASTIF KLAUSA VERBAL BAHASA ARAB
DAN BAHASA INDONESIA SERTA IMPLIKASINYA
DALAM PENGAJARAN NAHWUThis study was conducted to gain an overview of similar
and different aspects between verbal clause in Arabic and in
Indonesian. The formal object is focused on a single clause
in terms of constructions and sequence patterns of the
syntactic functions and is limited to verbal clauses with: 1)
monotransitive, 2) ditransitive, 3) transitive-intransitive,, 4)
semi-transitive, 5) intransitive, and 6) prepositional verbs.
This study uses a comparative-contrastive method with the
emphasis on the contrastive term. The data source of this
study refers to the eight books of grammar/syntax: four
books on Arabic and four books on Indonesian. From the
eighth books the patterns and/or examples of the clauses
are selected purposively in accordance with the aims and
interests of this study. Then the observed data are
processed in a qualitative way through seven steps, namely
1) description, 2) selection, 3) contrast, 4) interpretation, 5)
conclusion, 6) prediction, and 7) implication. Based on the
data analysis it can be concluded there are similar and
different syntactic aspects between Arabic language and
Indonesian language verbal clause in terms of the
constructions and sequence patterns of the syntactic
functions.
Studi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek persamaan dan perbedaan antara klausa
verbal dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Objek
masalahnya terfokus pada jenis klausa tunggal yang dilihat
dari segi konstruksi dan pola urutan fungsi sintaksisnya,
serta dibatasi pada klausa verbal dengan verba: 1)eka/monotransitif, 2) dwi/bitransitif, 3) transitiftaktransitif,
4) semitransitif, 5) taktransitif, dan 6)
berpreposisi. Penelitian ini menggunakan metode
komparatif-konstrastif dengan penekanan pada istilah
kontrastif. Sumber data mengacu pada delapan buku
tatabahasa/sintaksis: empat buku berbahasa Arab dan
berbahasa Indonesia. Dari kedelapan buku pdiambil polapola
dan atau contoh-contoh klausa yang dipilih secara
purposif sesuai dengan tujuan studi ini. Hasil pengamatan
diolah secara kualitatif melalui tujuh langkah, yaitu 1)
deskripsi, 2) seleksi, 3) kontras, 4) interpretasi, 5) konklusi,
6) prediksi, dan 7) implikasi. Berdasarkan analisis data
dapat disimpulkan bahwa terdapat aspek-aspek kesamaan
dan perbedaan sintaksis antara klausa BA dan BI dilihat
dari segi konstruksi dan pola urutan fungsi sintaksisnya.
Kata kunci: klausa verba, analisis kontrastif, dan NahwuMaman Abdurrahman2017-01-31T03:36:42Z2017-01-31T03:36:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23767This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237672017-01-31T03:36:42ZPANDANGAN ADONIS TERHADAP PUISI
DAN MODERNITASPoetry is a mirror of a society. It contains the poets’
emotions, thought, and impression poured through the
medium of language. This paper describes the thought of
Ali Ahmad Said, who is better known as Adonis, on Arabic
poetry from the perspectives of literature, linguistics,
culture, and philosophy. The study begins by describing
Adonis’ biography, followed by a description and analysis
of Arabic poetry, its forms and relation to religion and
modernity. The formulated problems concerns who Adonis
is, how the position of Arabic poetry in relation with culture
(religion) is, and how the modernity of Arabic poetry is.
Using descriptive analytical method and making al-Shi’riyya
al-‘Arabiyya the main reference, the paper comes to a
conclusion that Adonis is a person who tends to reject the
establishment in many facets of the Arabs’ life and further
encourage them to accept changes. Arabic poetry serves as a
more effective medium for the authority to establish the
public religiosity. With all its traditionalism, Arabic poetry
turns out to show its modernity because it maintains a high
plurality and never ending creativity.
Puisi merupakan cermin sebuah masyarakat. Di dalamnya
termuat aktivitas emosi, pemikiran, dan kesan mereka yang
dituangkan melalui media bahasa. Tulisan ini memaparkan
pemikiran Ali Ahmad Said atau lebih dikenal dengan
Adonis tentang puisi Arab dari perspektif bahasa-sastra,
budaya, dan filsafat. Kajian dimulai dengan memaparkan
biografi Adonis dan dilanjutkan dengan pemaparan dan
analisa terhadap puisi Arab, bentuk dan hubungannyadengan agama dan modernitas. Persoalan yang
dirumuskan terkait dengan siapakah Adonis, dan
bagaimana posisi puisi Arab dalam kaitannya dengan
budaya (agama) dan di manakah modernitas puisi Arab.
Dengan menggunakan metode deskriptif-analitis dan
menjadikan buku al-Shi’riyya al-‘Arabiyya sebagai rujukan
utama, tulisan ini sampai pada kata akhir bahwa Adonis
adalah sosok yang memiliki kecenderungan untuk menolak
kemapanan dalam banyak segi kehidupan bangsa Arab dan
lebih mendorong untuk menerima perubahan. Puisi Arab
lebih banyak berfungsi sebagai media efektif bagi
kekuasaan untuk memapankan religiusitas masyarakat.
Dengan segala tradisionalitas yang tersimpan, puisi Arab
justru menunjukkan ciri modernitasnya karena ia
menyimpan pluralitas yang tinggi dan visi kreatif yang tak
pernah berhenti.
Kata kunci: puisi Arab; tradisional; modern; kreatif.Moh. Kanif Anwari2017-01-30T02:40:10Z2017-01-30T02:40:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23768This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237682017-01-30T02:40:10ZBAHASA MEDIA: ANALISA SENSITIVITAS GENDER
DAN KONTESTASI KEKUASAANThis paper discusses about media analysis especially on
language news of the current issues in both electronic and
printed media of Indonesia. Focus on the gender issues on
the headline news of media, the writer analyzes various
types of gender insensitivity among the media as being
portraited in the titles especially for such criminal cases in
which women were involved both as the victims and the
doer or lawbreakers. It’s a library research, in which the
writer focuses on certain cases to be analyzed and collects
all related data to support the analysis. Since the object of
the analysis is the title of various headlines news, the
theoretical approaches here are theory of semiotic and
representation. The research finds out that as being
represented in the titles, some media are not quite sensitive
in viewing various cases happened in the society, especially
related to gender inequality. The media only focused on
how to get a lot of audience attention but ignoring the
effects on the readers. The bias news would essentially
causes and strengthens myths which only bring such
benefit to a certain interest especially the power or those
who control the rule. The research also finds that the power
relation between men and women in the public area also
contribute in generating such bias statements or news, not
only on the choice of words but also on angle and gender
perspective. The bias news represents the bias society.
Tulisan ini merupakan analisa media khususnya yang
terkait dengan penggunaan bahasa di media cetak maupun
elektronik. Fokus pada isu gender yang tercermin padajudul-judul pemberitaan media massa , penulis fokus pada
analisa terhadap sejumlah kasus kriminal yang melibatkan
perempuan baik sebagai korban maupun pelaku kriminal.
Dengan pendekatan kajian semiotika dan representasi,
penulis menemukan bahwa sebagaimana tercermin pada
judul-judul pemberitaan yang melibatkan perempuan,
banyak media tidak cukup sensitif dalam melihat
persoalan khususnya yang terkait dengan kesetaraan
gender yang ada di masyarakat. Hal ini juga menunjukkan
ketimpangan pemahaman pekerja media terhadap posisi
dan relasi perempuan dan laki-laki di ranah publik.
Sebagian besar media hanya fokus pada bagaimana
menarik perhatian pembaca atau pemirsa dengan judul
yang terkadang provokatif, namun cenderung
mengabaikan efeknya terhadap pembaca. Berita ataupun
bahasa yang bias hanya akan menghasilkan dan
memperkuat mitos-mitos yang hanya menguntungkan
pihak-pihak tertentu khususnya yang terkait kekuasaan
atau yang memiliki kepentingan di dalamnya. Penelitian
juga menemukan bahwa hubungan kuasa antara laki-laki
dan perempuan di ranah publik juga melahirkan
pernyataan-pernyataan yang bias dalam kasus tertentu,
tidak hanya pada pemilihan kata, namun juga pada angle
dan perspektif pemberitaan. Berita yang bias
sesungguhnya juga mencerminkan masyarakat yang juga
bias.
Kata kunci: bias; bahasa; sensitivitas gender; hubungan
kuasa. Witriani2017-01-31T03:32:59Z2017-01-31T03:32:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23769This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237692017-01-31T03:32:59ZAGRESIVITAS TOKOH DALAM CERPEN QALBU
IMRA’ATIN KARYA NAJIB KAILANIShort story as literary creation is an expression of the
author’s response toward the external realities and conflicts.
Those conflicts extend from social to domestic conflicts.
Qalbu Imra’atin (Woman’s Heart) captures the domestic
conclict of a wife and her aggressive husband. Agression is
is reactionary and impulsive behavior that often results in
breaking household rules or the law; aggressive behavior is
violent and unpredictable. To approach this kind of
behaviour in literary work literary psychology is needed.
Therefore this resarch aims to know more about what, how,
effect, as well as the solution of aggression experienced by
the characters in Qalbu Imra’atin (Woman’s Heart).
Cerpen sebagai karya sastra merupakan ungkapan
perasaan sastrawan tentang hasil evaluasinya mengenai
fenomena kehidupan. Di antara sekian banyak fenomena
kehidupan adalah konflik yang berkepanjangan baik
konflik masyarakat maupun konflik keluarga. Satu di
antara sekian banyak konflik keluarga telah diabadikan
oleh Najib Kailani dalam sebuah cerpennya yang berjudul
Qalbu Imra’atin (Hati Perempuan). Cerita ini melukiskan
nasib seorang istri yang hidup bersama suami yang
berperilaku agresi. Agresivitas adalah suatu perilaku
dengan maksud untuk melukai atau menyakiti atau
menyerang seseorang dengan kekerasan, baik kekerasan
fisik, psikis maupun verbal. Untuk mengonkritisasikan
perilaku agresif dalam sebuah karya sastra diperlukan
suatu pendekatan yang relevan yaitu pendekatan psikologi
sastra. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana bentuk, sebab dan solusiperilaku agresi tokoh dalam cerpen Qalbu Imra’atin karya
Najib Kailani.
Kata kunci: Cerpen; konflik keluarga; agresi.. Zuriyati