Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T14:16:45ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2021-03-01T05:09:14Z2021-06-18T04:11:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42075This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/420752021-03-01T05:09:14ZSTRATEGI PEREMPUAN RAWAN SOSIAL
EKONOMI DALAM BERTAHAN HIDUP
DI KABUPATEN SLEMANStrategi perempuan rawan sosial ekonomi dalam bertahan hidup
dapat dilihat dari beberapa tahapan program pemberdayaan ini. Dalam tahap
pertama yaitu assesment terhadap klien secara individual sebagai calon
anggota kelompok yang nantinya akan tergabung dalam perempuan rawan
sosial ekonomi (PRSE). Dengan melakukan assesment terlebih dahulu, kita
akan mengetahui latar belakang, potensi, dan problematika klien. Dalam
tahap kedua yaitu pembentukan kelompok PRSE. Pembentukan kelompok
ini bertujuan untuk membelajari PRSE agar bisa berorganisasi dan
bekerjasama. Dengan berkelompok, akan memudahkan pemerintah dalam
memonitoring pelaksanaan program kegiatan yang diberikan juga. Daam
tahap ketiga yaitumemberikan bentuk program kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan klien, harapannya klien akan mudah dalam menjalankan
program tersebut, sehingga klien bisa bertahan hidup. Dalam pemberian
program kegiatan ini diharapkan akan lebih sesuai kebutuhan klien karena
berdasarkan data hasil assesment. Berdasarkan data kebutuhan dan sumber
daya yang ada di lapangan ini, tim pelaksana program akan lebih mudah
dalam melaksanakan program kegiatannya. Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang dilakukan pendamping terhadap klien adalah memberikan
pelatihan, pendampingan, dan bentuk kegiatan lain yang mengarah pada
pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini diimplementasikan dalam bentuk
membuat aneka ragam olahan makananNIM.: 1620011022 Sri Handayani2020-09-03T03:10:16Z2020-09-03T03:10:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40790This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/407902020-09-03T03:10:16ZPEMENUHAN HAK PENDIDIKAN
BAGI ANAK AUTIS DI PONPES AL-ACHSANIYYAH KUDUSJumlah anak autis di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut merupakan persoalan yang menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya bagian medis dan psikologi saja. Dari segi perilaku, anak-anak autis umumnya cenderung melukai dirinya sendiri, bersikap agresif dan rendah diri. Sejalan dengan permasalahan tersebut, pemenuhan hak pendidikan bagi anak autis berperan untuk mengarahkan mereka menjadi pribadi yang bermanfaat sesuai kemampuannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan pemenuhan hak pendidikan bagi anak autis, kemudian elemen-elemen pendidikan inklusif bagi anak autis dan implementasinya untuk pekerja sosial di Pondok Pesantren Autis al-Achsaniyyah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan pendidikan inklusif. Subyek penelitiannya adalah pengasuh pondok, kepala sekolah, guru dan wali santri di Ponpes Autis. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil menunjukkan bahwa pemenuhan hak pendiidikan bagi anak autis dilakukan melalui dua model: melalui kelas besar, dan kelas kecil. Sebelumnya santri autis dikelompokkan menjadi tiga kelompok: belum mandiri, menengah dan mandiri. Elemen pendidikan inklusi yang dibangun meliputi: input, proses, dan output. Dalam input itu sendiri, terdapat dua hal: seleksi dan komponen siswa serta guru. Sedangkan proses meliputi metode pembelajaran, kurikulum, evaluasi, peran guru, dan ekstra-kurikuler. Terakhir adalah output merupakan hasil dari proses pendidikan siswa autis termasuk perubahan pola pikir pada siswa, guru, dan masyarakat. Profesionalitas fungsional pekerja sosial juga dijelaskan dalam tesis ini dan hal tersebut berimplikasi terhadap kemandirian santri autis di Ponpes Al-Achsaniyyah.17200010029 Ekmil Lana Dina2020-08-19T08:17:47Z2020-08-19T08:17:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40448This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/404482020-08-19T08:17:47ZINKLUSI SOSIAL PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN:
KAJIAN TERHADAP PROGRAM SEKOLAH PEREMPUAN
INFEST DI GUMELEM KULON BANJARNEGARAPermasalahan gender merupakan salah satu isu yang kontroversial di
masyarakat. Hal ini dikarenakan pandangan masyarakat mengenai peran
perempuan yang hanya terbatas dalam urusan domestik sehingga perempuan
memiliki keterbatasan dalam bertindak dan memperoleh hak-haknya. Fenomena
tersebut juga terjadi dalam pembangunan desa, dimana perempuan tidak
dilibatkan dalam proses perencanaan desa. Dalam mengatasi hal tersebut, Infest
sebagai salah satu lembaga yang fokus terhadap masalah kesetaraan gender,
berupaya merancang suatu program yaitu Sekolah Perempuan. Pada penelitian ini,
peneliti menjelaskan dan mengamati terkait pelaksanaan program Sekolah
Perempuan di Desa Gumelem Kulon dengan rumusan masalah penelitian:
Pertama, bagaimana kondisi sosial perempuan Desa Gumelem Kulon. Kedua,
bagaimana bentuk inklusi sosial perempuan melalui program Sekolah Perempuan.
Ketiga, bagaimana dampak Sekolah Perempuan dalam pembangunan Desa
Gumelem Kulon.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif
yang berusaha mengamati keterlibatan perempuan dalam pembangunan melalui
program Sekolah Perempuan di Desa Gumelem Kulon. Sumber data dalam
penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang
peneliti lakukan dengan tiga metode yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai lima orang informan
yaitu pendamping program Sekolah Perempuan, Kepala Desa Gumelem Kulon
dan tiga orang peserta Sekolah Perempuan.
Penelitian ini menemukan bahwa perempuan di Desa Gumelem Kulon
pada umumnya perempuan tidak terlibat aktif dalam proses perencanaan desa.
Terkait pelaksanaan program Sekolah Perempuan di Desa Gumelem Kuolon
terdiri dari tiga tahapan; need assessment, pemetaan aktor dan pelaksanaan
perencanaan apresiatif desa. Dampak program Sekolah Perempuan terhadap
pembangunan desa diantaranya: dari segi hasil survey yaitu menghasilkan
dokumen terkait aset dan potensi desa sedangkan dari segi kemanfaatan program
terhadap masyarakat yaitu munculnya beberapa kegiatan diantaranya;
pembangunan infrastruktur jembatan, pelatihan keterampilan menjahit dan
peningkatan pendidikan melalui pembangunan gedung sekolah.17200010170 Ifni Amanah Fitri2020-08-19T05:47:58Z2020-08-19T05:47:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40298This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/402982020-08-19T05:47:58ZPOLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBINAAN ANAK JALANAN
(STUDI PERAN PENGASUHAN ORANG TUA BINAAN RUMAH
SINGGAH DAN BELAJAR DIPONEGORO SLEMAN)Pengasuhan anak merupakan serangkaian kewajiban yang harus
dilaksanakan orang tua. Jika pengasuhan anak belum bisa dipenuhi secara baik
dan benar, kerap kali memunculkan masalah dan konflik, baik di dalam diri anak
itu sendiri maupun dengan orang tuanya. Oleh karena itu, pengasuhan yang baik
adalah pengasuhan yang terjalin secara interaktif antara orang tua dan anak saling
sinergi, sehingga pola asuh ini akan menghasilkan lingkungan yang kondusif di
dalam keluarga. Dalam hal ini tidak semua pengasuhan yang diterapkan oleh
orang tua berjalan dengan baik, seringkali juga terjalin konflik dan rumah tangga
yang berantakan, sehingga mengakibatkan anak merasa tidak nyaman di
lingkungan keluarga. Dan anak justru kurang mendapatkan perhatian, sehingga
anak menjadi terlantar dan bahkan terjun bebas di jalanan. Oleh karena itu,
Rumah Singgah dan Belajar (RSB) Diponegoro hadir untuk menjalin komunikasi
dan menolong mereka yang hidupnya telantar, kurang mendapatkan perhatian
baik dari lingkungan sekitar dan pemerintah untuk memberikan pembinaan
tentang pentingnya dalam membina, merawat, dan mendidik anak.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui peran pengasuhan
orang tua binaan orang tua anak jalanan binaan Rumah singgah dan Belajar
Diponegoro Sleman. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi
dengan teori peran pengasuhan anak. Adapun metode penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: bagaimana pola pengasuhan orang tua asuh binaan Rumah Singgah
Diponegoro? hambatan apa saja dalam proses pengasuhan orang tua asuh binaan
Rumah Singgah Diponegoro?
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pola asuh yang diterapkan oleh RSB
Diponegoro memberikan sumbangsih terhadap anak dan keluarga. Pertama, orang
tua merasa terbantu dan tertolong dengan adanya RSB Diponegoro, dalam
memberikan pendidikan terhadap anak dan keluarga. RSB Diponegoro dalam
mendidik anak jalanan berbeda dengan lembaga lain, kalau di lembaga lain hanya
memberikan fasilitas saja, tetapi di sini anak dibekali skill dan wahana untuk
berkreatifitas. Selain itu juga ada tempat untuk konselor bagi anak-anak yang
bermasalah. Sedangkan dilihat dari hambatan selama ini keterbatasan dana untuk
membantu dan memberikan fasilitas terhadap anak, serta kurangnya sumber daya
manusia (SDM) pengurus dalam membina dan mengasuh anak jalanan. Oleh
karena itu untuk kedepan Dinas sosial (Dinsos) untuk lebih memperhatikan RSB
dalam memberikan pembinaan terhadap anak-anak jalanan.1620010020 Ahmad Aslamul Faizin2019-12-30T07:02:50Z2019-12-30T07:02:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37138This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371382019-12-30T07:02:50ZINKLUSI SOSIAL REMAJA DISABILITAS DI PANTI KEMANDIRIAN
DISABILITAS YAYASAN SAYAP IBU CABANG DIYTerdapat banyak lembaga sosial yang bergerak dalam pendidikan dan
rehabilitas remaja, baik dilakukan oleh lembaga pemerintah atau lembaga yang
bergerak secara mandiri (NGO). Secara umum gerakan tersebut diorientasikan
kepada remaja dengan latar belakang kenakalan atau berbagai jenis pelanggaran
sosial, namun jarang ditemukan lembaga yang bergerak di wilayah inklusi sosial
terhadap penyandang disabilitas. Panti Kemandirian Disabilitas adalah lembaga
yang bergerak di wilayah tersebut, dan yang menjadi permasalahannya yaitu
rendahnya inklusifitas yang dimiliki penyandang disabilitas. Panti juga masih
kurang dalam mendorong inklusi sosial terhadap peyandang disabilitas maupun
masyarakat sekitar, sehingga penulis memilih panti tersebut sebagai lokasi dalam
meneliti layanan-layanan berbasis inklusi sosial terhadap penyandang disabilitas.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan
wawancara kepada ketua panti kemandirian disabilitas, segenap pengurus, remaja
disabilitas dan masyarakat. Adapun tahap analisis yang dilakukan yakni dimulai
dengan membaca keseluruhan data, koding, membuat tema-tema kecil, dan
menyajikannya dalam bentuk narasi, serta melakukan interpretasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Panti Kemandirian Disabilitas
terdapat beberpa hal penting dalam proses inklusi sosial yaitu : a) layanan
kemandirian; yaitu memberikan pendidikan tanggung jawab personal yaitu
mengurus kebersihan, kerapian, kesehatan, dan kemampuan berpartisipasi dengan
masyarakat sekitar. b) Pembinaan keterampilan; yaitu pendidikan keterampilan
kerja (beternak, berkebun, membatik, melukis, membuat aksesoris dll) tujuan
keterampilan tersebut dapat diaplikasikan dan dikembangkan sebagai modal
kemandirian dalam menjalahi kehidupan di masyarakat. Selanjutnya c) untuk
melakukan inklusifitas panti juga dibantu, diuntungkan dengan adanya aktivisaktivis
difabel dalam masyarakat setempat yang gencar melakukan advokasi
untuk merubah persepsi masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Sehingga
terbukanya ruang-ruang inklusi sosial di tengah masyarakat. Sebab, dengan
terhapusnya stigma negatif masyarakat terhadap individu penyandang disabilitas,
situasi tersebut merupakan peluang besar untuk semakin digalakkannya gerakan
sosialisasi disabilitas dan pembentukan budaya sosial yang ramah disabilitas.NIM. 17200010153 VIKRI RAHMADDANI2019-12-17T06:54:10Z2019-12-17T06:54:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37044This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370442019-12-17T06:54:10ZKONSEP KESEJAHTERAAN SOSIAL PERSPEKTIF MASYARAKAT ADAT BADUI PANAMPING DESA KANEKES KEC. LEUWIDAMAR KAB. LEBAK-BANTENKesejahteraan sosial masyarakat adat telah diatur dalam Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 yang menjamin semua masyarakat adat di Indonesia. Pemerintah telah berupaya dalam menjalankan amanat tersebut. Namun pandangan pemerintah dalam mengimplementasikan kesejahteraan masyarakat adat Badui masih disamakan dengan masyarakat pada umumnya, bahwa indikator kesejahteraan masih diidentikan dengan pembangunan yang bersifat materi. Hal ini, yang menjadi kontradiktif mengenai makna kesejahteraan serta indikatornya menurut masyarakat adat Badui.
Untuk menjawab persoalan di atas peneliti memilih metode penelitian deskriptif-kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam menentukan informan atau sumber data peneliti menggunakan teknik snowball. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah tujuh masyarakat adat Badui Panamping dan tiga dari pemerintah Kabupaten Lebak-Banten. Kemudian validitas data menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kesejahteraan sosial perspektif masyarakat Badui tidak dapat dilepaskan dari pikukuh sebagai amanat leluhur yang ditaati dan diturunkan kepada anak cucu dari masa ke masa. Pikukuh ini tercermin dalam kehidupan masyarakat Badui dalam bentuk; 1) kesederhanaan, 2) ketentraman, 3) rasa aman dan rasa saling menjaga. Upaya yang terus dilakukan masyarakat Badui dalam mewujudkan kesejahteraan sosial adalah dengan merawat sejumlah tradisi yang menjadi warisan para pendahulunya hingga dewasa ini sebagai bagian dari modal sosial. Hal tersebut antara lain; 1) gotong royong, 2) rereongan, 3) ngahuma (berladang padi). Apabila dicermati dengan seksama, maka konsepsi kesejahteraan sosial masyarakat Badui tidak melulu berbicara materi, melainkan lebih bersifat immateri yang menggambarkan dimensi psikologis dan sosiologis. Konsep ini lebih bernuansa kualitatif sehingga agak sulit diukur secara kuantitatif. Konsep ini juga menegaskan bahwa barometer kesejahteraan sosial tidak melulu diidentikan dengan ukuran yang bersifat fisik.NIM: 17200010023 Hendrik Basguni Sukendar, S.Sos2019-12-17T03:42:56Z2019-12-17T03:42:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37037This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370372019-12-17T03:42:56ZPEMBINAAN PSIKOLOGI LANSIA DI BALAI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT PAKEM YOGYAKARTAThis study aims to describe the psychological problems faced by the elderly at Balai Sosial, Tresna Werdha, Pakem, Yogyakarta and how psychological treatments are carried out so that the elderly gain self-confidence as well as inner strengthening. This research is a descriptive qualitative field-based (field research) using a case study model. Subjects whose data were taken through interview guidelines included administrators at the hall (social worker), psychologists, and elders who were chosen.
Here are the results of his research. First, from the three representatives of the elderly subjects studied, Adib, Sanadji, and Fathonah, as well as early psychologist observation, the elderly at Balai Tresna Werdha suffered from psychological problems in the form of decreased happiness, feelings of marginalization, loneliness, depression, and other personal psychic matters. The problem is characterized by elderly activities that increasingly show feelings of alienation towards the environment. It is this feeling of alienation that actually is innate since before entering social centers.
Second, the form of psychological coaching carried out at the Tresna Werdha Social Center is called two ways, namely classical and individual guidance based on positive psychotherapy. This guidance is carried out through interventions that are individual or group whose handling patterns are constructed in the context of building positive perceptions. Handling activities are carried out one day a week and integrated through dialogical and narrative activities. The points attempted in handling this are forming self-confidence so that the elderly build their happiness personally and can be transmitted communally. With the existence of psychic guidance based on positive values, as far as what psychologists emphasize at Tresna Werdha Social Center, has a significant impact on elderly happiness. This positive and constructive perception is built by psychological coaching in the Tresna Werdha Social Center Unit Pakem.NIM. 1620011043 Khairani Faizah2019-04-08T06:18:15Z2019-04-08T06:18:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34415This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/344152019-04-08T06:18:15ZKEBIJAKAN DAN STRATEGI PIMPINAN PUSAT ‘AISYIYAH
DALAM MERESPON RADIKALISMERadicalism and terrorism have always been a phenomenon that disturbs
religious life for Muslims in Indonesia. The involvement of women in radicalismterrorism
acts. The radical stigma and the proximity of terrorism inherent in Islam
are some of the responsibility of Aisyiyah. This is because Aisyiyah is a religious
organization as well as the oldest women's movement in Indonesia. National
Board of Aisyiyah (Pimpinan Pusat Aisyiyah) is the highest leader in the
organization Aisyiyah.
This phenomenological study is important to do to see the concrete efforts of
PP Aisyiyah in responding to radicalism in Indonesia. This research also aims at
sharpening Islamic discourse, particularly on radicalism and terrorism as a
solution to the phenomenon. The important things to be explored in this study
include the responses of PP Aisyiyah's to the radicalism, strategies and policies PP
Aisyiyah in response to radicalism, and portraits of women's involvement in
radicalism in Indonesia.
Policy and strategy PP Aisyiyah is the result of the institutional meaning in
response to radicalism. This study uses the phenomenology method, which seeks
to explore the meaning of the phenomenon of radicalism from the communicator
(PP Aisyiyah). The technique of collecting data uses participant observation,
interviews, and documentation.
As a result, PP Aisyiyah has a number of policies in response to the
radicalism, namely taking the position of wasathiyah, taking steps to Preventing
Violent Extremism (PVE), rejecting the concept of deradicalisation and offer
moderasi concept, and promoting peaceful Islam campaigns. PP Aisyiyah’s
strategy in responding to radicalism was to synergism the national program of
progressive Manhaj, broccoli in the pasta, and the optimization of social media in
response to radicalism. PP Aisyiyah argues that gender equality is not found in the
involvement of women in radicalism-terrorism actions. In fact, women are only
victims and objects of violence.NIM. 16202010014 Ayu Usada Rengkaningtias