Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T20:34:26ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2024-02-16T02:34:23Z2024-02-16T02:34:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63778This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/637782024-02-16T02:34:23ZPENDAMPINGAN ORANG TUA SUKU ANAK DALAM TERHADAP PENDIDIKAN ANAKSuku Anak Dalam (SAD) merupakan masyarakat minoritas yang merupakan penduduk asli Provinsi Jambi. Masyarakat SAD memiliki tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka, kehidupan yang tinggal di dalam hutan membuat mereka memiliki keahlian meramu, berburu dan bertani untuk bertahan hidup didalam hutan, keadaan hutan yang semakin sempit membuat mereka harus kehilangan tempat tinggal dan mengalami perubahan untuk mempertahankan kehidupan mereka. Masyarakat SAD tidak dapat membaca, menghitung dan menulis membuat mereka mengalami hal yang tidak baik seperti penipuan dan kecurangan saat bersosialisasi dengan masyarakat mayoritas. Bagi mereka pendidikan merupakan suatu hal yang dapat merusak adat mereka karena hal tersebut tidak diajarkan oleh nenek moyang mereka, namun perubahan yang terjadi membuat mereka menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk mempertahankan kehidupan mereka saat ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah melihat apa faktor perubahan yang terjadi pada SAD, melihat perubahan yang terjadi SAD dalam kehidupannya dan bagaimana pendampingan orang tua terhadap Pendidikan anak SAD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk mendapatkan data menggunakan observasi, wawancara dengan 3 orang tua SAD dan 2 anak SAD dan 6 orang yang sering bersosialisasi dengan masyarakat SAD dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan kehidupan pada masyarakat SAD yaitu mengkosumsi makanan, pernikahan dengan orang luar SAD, kemajuan teknologi dan mata pencaharian. Masyarakat SAD mengalami perubahan dari banyak aspek yaitu dari segi kependudukan mereka telah memiliki KK dan KTP, dari segi kesehatan mereka menyadari untuk menjaga kebersihan dan merawat keluarga dengan makanan yang sehat dan bersih, masyarakat SAD juga telah memiliki agama yang mereka anut dan perubahan yang terjadi pada mereka mengalami dampak yang baik bagi mereka dan masyarakat yang lain. Bentuk-bentuk pendampingan orang tua SAD dalam pendidikan anak yaitu orang tua memberikan fasilitas yang digunakan anak, memberikan dukungan kepada anak agar bersemangat dalam pendidikan, mengawasi waktu anak untuk belajar, orang tua juga membantu anak saat mengalami kesulitan, orang tua juga membangun hubungan dengan pihak sekolah guru yang mengajar anak-anak SAD agar dapat mengetahui bagaimana perkembangan anak dan yang terakhir orang tua memperhatikan hubungan anak dengan masyarakat mayoritas agar anak tetap menjaga perilaku dan sesuai dengan norma-norma.NIM.: 20200011087 Nikmatul Choyroh Pamungkas2024-02-16T02:24:54Z2024-02-16T02:24:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63776This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/637762024-02-16T02:24:54ZSTRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN PSIKOSOSIAL MAHASISWA BERKELUARGA DI WAGENINGEN BELANDA (STUDI KASUS MAHASISWA MASTER LPDP)Bagi mahasiswa indonesia yang belajar di luar negeri dengan membawa keluarga dan tidak tercover oleh tunjangan beasiswa, harus memutar otak dengan mencari strategi bagaimana mahasiswa bisa memenuhi kehidupan anak dan pasangannya selama studi di luar negeri. Selain strategi bertahan hidup yang dilakukan mahasiswa, problem psikososial juga seringkali terjadi pada mahasiswa maupun pasangannya. Kesulitan dan tantangan yang dihadapi mahasiswa beserta tantangannya ketika menjalankan studi di luar negeri disertai berjuang dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal tersebut dapat mengakibatkan mahasiswa dan pasangannya mengalami masalah psikososial .
Penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perilaku strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh mahasiswa berkeluarga di Wageningen Belanda agar tetap hidup sesuai kebutuhan, dan mengetahui kondisi psikososial mereka dapat beradaptasi dari masalah yang muncul, seperti dampak psikologi dan dampak sosial. Jumlah partisipan yang terlibat adalah 3 mahasiswa berkeluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini, teridentifikasi 2 tema utama, yaitu strategi bertahan hidup dan psikososial. Kesimpulan pada penelitian ini adalah, mahasiswa berkeluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan siasat yang sudah mereka pikirkan matang-matang. seperti mengambil pekerjaan selain kuliah dan memanfaatkan passive income yang ia dapatkan meskipun pekerjaan di Indonesia sedang cuti. Para mahasiswa berkeluarga menjalani kehidupan di luar negeri dengan enjoy dan tanpa tekanan meskipun mengalami masalah-masalah yang kerap kali muncul. Sehingga sangat minim pada mahasiswa berkeluarga ditemukan gangguan psikososial.NIM.: 18200010182 Nahdiyana Fitri Hidayah, S.Sos2023-05-31T04:34:43Z2023-05-31T04:34:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59002This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/590022023-05-31T04:34:43ZBERTAHAN DENGAN IDENTITAS STIGMATIS : NARASI “EKS NAPITER” DI YAYASAN LINGKAR PERDAMAIANTerorisme merupakan sebuh kejahatan luar biasa yang mengancam kedamaian seluruh nilai-nilai luhur kemanusiaan. Segala bentuk kekerasan/terorisme tidak dibenarkan diberbagai negara maupun agama manapun. Maka pemerintah berupaya membina Napiter eks-teroris supaya menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga mereka dapat diterima kembali di masyarakat. Akan tetapi ketika mereka kembali ke masyarakat tentunya ada beberapa hal yang berubah terutama identitasnya sebagai pelaku teroris yang melekat dilingkungan masyarakatnya. Yayasan Lingkar Perdamaian merupakan wadah bagi eks Napiter teroris yang ingin melawan stigma masyarakat serta kembali berbaur ke masyarkat.
Maka penelitian ini akan mengkaji tentang identitas eks Napiter teroris di Yayasan Lingkar Perdamaian bertahan dalam stigma lingkungan masyarakatnya. Penelitian Kualitatif akan digunakan dalam menjebarkan studi kasus ini. Untuk mengumpulkan data, penelitian ini akan melakukan wawancara dan pengamatan langsung kepada tokoh eks Napiter di Yayasan Lingkar Perdamian selama enam bulan. Penelitian ini juga akan menggunakan teori stigma Erving Goffman. Karena teori ini mampu untuk menjelaskan individu membentuk identitas dari proses interaksi dengan masyarakat. Hal tersebut dilakukan guna menemukan stigma masyarakat kepada eks Napiter di lingkungan masyarakat.
Penelitian ini memberikan hasil bahwasanya para eks Napiter menjadi agen deradikalisasi dan membentuk Yayasan Lingkar Perdamaian. Yayasan ini bertujuan untuk memberikan wadah kepada para eks Napiter guna memberikan pengetahuan, penyadaran, dan pendampingan ekonomi. Yayasan ini memberikan pemberdayaan kepada eks Napiter supaya dapat beradaptasi dan bersosial masyarakat kembali. Dengan berbagai kegiatan positif tersebut membuat para eks Napiter dapat menjalani kehidupan sosial masyarakat seperti pada umumnya. Mereka dapat kembali diterima oleh masyarakat sekitarnya dan membuat usaha ekonomi guna menyambung kehidupanya.NIM.: 19200010109 Ahmad Ainul Fahruri2023-03-03T07:58:33Z2023-03-03T07:58:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56889This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568892023-03-03T07:58:33ZRESISTENSI REMAJA PEREMPUAN DENGAN KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI (KTD)Fenomena kehamilan tidak dikehendaki di usia remaja merupakan salah satu masalah yang cukup serius bagi keluarga, masyarakat dan juga Pemerintah di Indonesia terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam konteks masyarakat kita, Remaja yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki pada akhirnya akan mendapatkan sanksi sosial yang akan diterima sepanjang hidupnya. Selain itu bagi remaja perempuan yang mengalami KTD beban sosial maupun beban moral yang diterima menjadi lebih berat dua kali lipat karena pandangan masyarakat yang patriarki dalam memandang relasi laki-laki dan perempuan. Dalam kasus ini remaja perempuan KTD dianggap sebagai pihak yang paling bersalah dalam tejadinya kehamilan tidak dikehendaki.
Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam seputar opresi dan resistensi rema perempuan dengan kehamilan tidak dikehendaki. Penelitian merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan melibatkan 4 remaja perempuan yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki beserta beberapa pihak yang terkait. Selanjutnya teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah teori resistensi James S. Scott.
Hasil penelitian menunjukan bahwa opresi yang diterima oleh remaja perempuan dengan kehamilan tidak dikehendaki diantaranya adalah mendapatkan stigma negatif, dimarginalkan oleh keluarga, dipaksa untuk melakukan aborsi oleh pasangan KTD, mendapatkan kekerasan, beban ganda dan juga menjadi sasaran pelecehan seksual. Meski demikian, remaja perempuan yang mengalami KTD secara aktif mencoba untuk keluar dari kungkungan opresi yang sejauh ini telah melilitnya dengan melakukan tindakan-tindakan perlawanan seperti berpura-pura minum pil penggugur kandungan, melaporkan pasangan KTD kepada pihak berwajib, menolak menikahi pasangan KTD, mengikuti berbagai kegiatan sosial keagamaan dan sebagainya. Tindakan resistensi ini dilakukan untuk memperbaiki citra diri juga demi masa depan anak yang lebih baik.NIM.: 19200010046 Raine Syifa Aulia2023-02-15T02:58:30Z2023-02-15T02:58:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56218This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/562182023-02-15T02:58:30ZMODEL PERLINDUNGAN SOSIAL ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA LSM MITRA WACANA.Kekerasan seksual pada anak merupakan sebuah fenomena yang banyak ditemui. Dan merupakan problem sosial yang masih belum bisa di selesaikan hingga saat ini, contoh konkrit kekerasan seksual yang terjadi pada anak. Berbagai model perlindungan yang dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah berupaya melakukan advokasi hingga kajian ulang mengenai model perlindungan yang efektif dan tepat dalam penyelesaian masalah ini.
Penelitian ini berupaya untuk melihat bagaimana model perlindungan sosial dari LSM Mitra Wacana terhadap kasus anak korban kekerasan seksual. Kemudian melihat peran LSM Mitra Wacana dalam mendampingi kasus kekerasan seksual anak, serta memaparkan hasil dari perlindungan yang diberikan LSM Mitra Wacana pada korban kekerasan seksual anak.
Adapun penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif yang dimana penulis ingin mengetahui model perlindungan yang diberikan kepada penyintas oleh LSM Mitra Wacana. Dalam penelitian ini penulis berfokus untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas melalui wawancara, dokumentasi, dan pengamatan langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Logical Framework yang mana dalam konteksnya teori ini mengatur secara lebih detail berdasarkan teori-teori yang ada sebelumnya untuk dijadikan sebagai dasar rujukan dalam mengidentifikasi dan menangani permasalahan secara lebih runtut.
Model perlindungan yang diterapkan kepada penyintas. LSM Mitra Wacana melihat kearah psikologis dan juga hukum, dalam Psikologis LSM Mitra Wacana lebih kearah meningkatkan kesadaran dari setiap eks penyintas maupun non penyintas sementara dalam segi hukum LSM Mitra banyak melakukan kajian dan advokasi terkait kekerasan seksual pada anak. dengan menggunakan metode-metode penyampain baik offline dari sosialisasi dan online melalui media-media sosial lainnya seperti youtube dan lain sebagainya. Sementara dalam capaian yang didapat dari model perlindungan yang dilakukan LSM Mitra Wacana ini adalah tumbuhnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kekerasan seksual yang harus dihapuskan.NIM.: 20200012044 Anas Makruf2023-02-15T02:57:50Z2023-02-15T02:57:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56227This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/562272023-02-15T02:57:50ZPEMBENTUKAN RESILIENSI PEKERJA SOSIAL PADA MASA PANDEMI - TRANSISI PANDEMI COVID-19 (STUDI DI YAYASAN RUMAH IMPIAN DAN YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA)The emergence of the Covid-19 pandemic outbreak in early 2020, caused problems and impacts on social interaction, physical health, and the environment. In this case, social workers as a profession that provides professional assistance (helping profession) to individuals, groups, and communities, especially in the conditions of Covid-19. Social workers as implementers of professional services, carry out the stages of intervention services by adapting to conditions. The development of technology during the pandemic has become an innovation to intervene in assisting clients. Therefore, the adjustment of the role and adaptation of social workers in social work practices during the pandemic to the transition of the Covid-19 pandemic is the focus of this research.
The method in this study is qualitative with a case study approach at Yayasan Rumah Impian and Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta. The subject of this study consists of the main subject and the supporting subject. The main subjects in this study were 2 social workers at Yayasan Rumah Impian and 3 social workers at Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta. Meanwhile, the supporting subjects are unit heads/project managers, caregivers, escorts, and foster children. Data collection is carried out by observation, interviews, and documentation. Analysis in this study using Social Work theory, adaptation concepts, and social services.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adaptasi peran pekerja sosial diantaranya sebagai enabler; broker; inisiator; empowerer; koordinator; fasilitator kelompok; pendidik. Peran tersebut juga dilakukan secara bersamaan diantaranya enabler dan inisiator; koordinator dan broker; mediator dan inisiator; advokat, enabler, pendidik; enabler, broker, dan pendidik yang menyesuaikan kondisi perubahan pada masa pandemi - transisi pandemi. Strategi pelayanan sosial dengan menggunakan konsep masukan, proses, dan keluaran yang mengarah pada perubahan dan penyesuaian pelayanan yang dilakukan pekerja sosial dalam praktik pekerjaan sosial pada masa pandemi - transisi pandemi.NIM.: 20200012079 Ratna Junyekawati Sholikah2023-02-14T04:16:20Z2023-02-14T04:16:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56206This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/562062023-02-14T04:16:20ZANALISIS PENDEKATAN PEOPLE LED DEVELOPMENT TERHADAP PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN (STUDI LSM MITRA WACANA DAN P3A RENGGANIS KULON PROGO)Penelitian ini berupaya untuk mengelaborasi partisipasi perempuan dalam
pemberdayaan melalui pendekatan People Led Development. Hal ini didasarkan
pada munculnya wacana antitesis dari konsep top-down yang akan memberikan
ruang lebih besar bagi masyarakat untuk melakukan proses pembangunan, dengan
aktor utamanya adalah rakyat itu sendiri.
Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti adalah metode kualitatif
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi di lapangan. Dalam penelitian
ini, peneliti fokus dalam mendapatkan informasi bagaimana penerapan People
Led Development Mitra Wacana, serta tingkat partisipasi yang dilakukan oleh
P3A Rengganis dalam pemberdayaan. Metode yang digunakan tentu melalui
wawancara in-depth secara mendalam, pengamatan dan dokumentasi.
Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan People Led Development
terhadap partisipasi perempuan dalam pemberdayaan dilihat dari penguatan
kapasitas kelompok, keterlibatan dalam setiap keputusan dalam pemberdayaan
dan strategi komunikasi yang dipakai oleh P3A Rengganis dalam menyampaikan
aspirasi mereka. Pada akhirnya mereka mampu memanfaatkan forum atau
pertemuan yang seringkali menjadi narasumber, mampu mendorong pemerintah
desa untuk menjejaring setiap asipirasi, mampu memberikan masukan terhadap
setiap proses dan kebijakan desa, serta telah tumbuh kesadaran kritis dan mandiri
secara ekonomi.NIM.: 20200012004 Ryan Aldi Nugraha2023-02-14T03:46:39Z2023-02-14T03:46:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56202This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/562022023-02-14T03:46:39ZPENDAMPINGAN ORANG TUA SUKU ANAK DALAM TERHADAP PENDIDIKAN ANAKSuku Anak Dalam (SAD) merupakan masyarakat minoritas yang merupakan penduduk asli Provinsi Jambi. Masyarakat SAD memiliki tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka, kehidupan yang tinggal di dalam hutan membuat mereka memiliki keahlian meramu, berburu dan bertani untuk bertahan hidup didalam hutan, keadaan hutan yang semakin sempit membuat mereka harus kehilangan tempat tinggal dan mengalami perubahan untuk mempertahankan kehidupan mereka. Masyarakat SAD tidak dapat membaca, menghitung dan menulis membuat mereka mengalami hal yang tidak baik seperti penipuan dan kecurangan saat bersosialisasi dengan masyarakat mayoritas. Bagi mereka pendidikan merupakan suatu hal yang dapat merusak adat mereka karena hal tersebut tidak diajarkan oleh nenek moyang mereka, namun perubahan yang terjadi membuat mereka menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk mempertahankan kehidupan mereka saat ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah melihat apa faktor perubahan yang terjadi pada SAD, melihat perubahan yang terjadi SAD dalam kehidupannya dan bagaimana pendampingan orang tua terhadap Pendidikan anak SAD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk mendapatkan data menggunakan observasi, wawancara dengan 3 orang tua SAD dan 2 anak SAD dan 6 orang yang sering bersosialisasi dengan masyarakat SAD dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan kehidupan pada masyarakat SAD yaitu mengkosumsi makanan, pernikahan dengan orang luar SAD, kemajuan teknologi dan mata pencaharian. Masyarakat SAD mengalami perubahan dari banyak aspek yaitu dari segi kependudukan mereka telah memiliki KK dan KTP, dari segi kesehatan mereka menyadari untuk menjaga kebersihan dan merawat keluarga dengan makanan yang sehat dan bersih, masyarakat SAD juga telah memiliki agama yang mereka anut dan perubahan yang terjadi pada mereka mengalami dampak yang baik bagi mereka dan masyarakat yang lain. Bentuk-bentuk pendampingan orang tua SAD dalam pendidikan anak yaitu orang tua memberikan fasilitas yang digunakan anak, memberikan dukungan kepada anak agar bersemangat dalam pendidikan, mengawasi waktu anak untuk belajar, orang tua juga
membantu anak saat mengalami kesulitan, orang tua juga membangun hubungan dengan pihak sekolah guru yang mengajar anak-anak SAD agar dapat mengetahui bagaimana perkembangan anak dan yang terakhir orang tua memperhatikan hubungan anak dengan masyarakat mayoritas agar anak tetap menjaga perilaku dan sesuai dengan norma-norma.NIM.: 20200011087 Nikmatul Choyroh Pamungkas2023-02-14T02:34:56Z2023-02-14T02:34:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56192This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561922023-02-14T02:34:56ZDUKUNGAN PSIKOSOSIAL DALAM PELAYANAN LANJUT USIA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI BALAI REHABILITASI TERPADU PENYANDANG DISABILITAS PUNDONGDalam situasi pandemi dukungan psikososial terhadap lansia merupakan tindakan mendesak dan tepat untuk menyelamatkan nyawa, memberikan perlindungan, mengatasi stress, dan memulihkan kesejahteraan. Hal tersebut dikarenakan pandemi Covid-19 bukan hanya mengancam nyawa, tetapi juga mengancam psikologis lansia yang dapat menyebabkan gangguan psikologis berupa rasa panik berlebih, trauma, bahkan tekanan mendalam sehingga diperlukan penanganan dukungan psikososial secepat dan sedini mungkin. Lansia sebagai kelompok rentan mengalami dampak fisik dan psikologis dari adanya Covid-19. Dampak tersebut juga dirasakan oleh lansia yang tinggal di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) Pundong.
Rumusan masalah dalam penelitian ini mengkaji tentang bentuk pelayanan dukungan psikososial bagi lansia yang diberikan oleh BRTPD Pundong selama pandemi Covid-19. Selain itu penelitian ini juga mengkaji persepsi lansia tentang dukungan psikososial yang diberikan oleh BRTPD Pundong selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan teori dukungan psikososial bagi korban bencana yang dikeluarkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia dan teori persepsi manusia menurut Walgito. Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis agar melihat masalah secara mendalam. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam analisis data, peneliti menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan.
Hasil dari penelitian tentang dukungan psikososial yang dilakukan kepada Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) lansia di BRTPD Pundong menujukkan bahwa PPKS lansia merasa aman, terlindungi, dan menurunkan rasa cemas serta ketakutan yang dihadapi selama pandemi Covid-19. PPKS lansia menjadi fokus pada kegiatan dukungan psikososial dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Persepsi PPKS lansia menunjukkan bahwa program dukungan psikososial berhasil membuat PPKS lansia dapat mengontrol emosi dengan baik. Persepsi tersebut didorong oleh faktor fungsional PPKS lansia yang menganggap bahwa dukungan psikososial ini sudah sesuai dengan kebutuhan dari PPKS lansia terkait perlindungan, rasa aman, motivasi dan dorongan dari lingkungan sekitar pada masa pandemi Covid-19.NIM.: 20200011031 Dinda Ayu Prastiwi Berlianti2023-02-14T00:59:51Z2023-02-14T00:59:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56179This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561792023-02-14T00:59:51ZINTERVENSI BERBASIS KEKUATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI ERA PANDEMI COVID 19 STUDI KASUS DI KABUPATEN CIREBONThe Covid 19 pandemic has had a negative impact on people with disabilities such as health problems causing death, job loss, limited accessibility, limited information, fear and high stress. In Cirebon Regency, it is one of the areas that has high problems. In this pandemic situation, the role of social workers is needed in dealing with disruption problems. Social workers have a role in developing and increasing the capacities of persons with disabilities during the Covid 19 pandemic. Social workers see the strengths both internally and externally possessed by persons with disabilities in Cirebon Regency.
This research is a field research. Data analysis method is descriptive. This study uses a phenomenological approach, which emphasizes the subjective experiences of social workers in intervening with persons with disabilities. In selecting research subjects, the authors used the observation method by making direct observations of research objects at the Cirebon District Social Service. The interview method uses question and answer to obtain objective information. Researchers interviewed the Head of the Social Rehabilitation Division, the Head of the Section for Persons with Disabilities, 5 (five) Social Workers, 2 (two) blind people and 2 (two) disabled people affected by Covid 19. As well as using the documentation method, namely the data obtained is presented through visual images carried out during the research.
Based on the findings of this study, several conclusions can be drawn: First: Handling of disabilities is carried out well by the Government which continues to pay attention to the needs of disabilities despite budget cuts, limited accessibility assistance and social assistance. Second: Social workers look at identifying internal strengths possessed by persons with disabilities during a pandemic, namely self-resilience and level of spirituality, building hope by increasing the self-confidence of persons with disabilities, empathetic relationships and paying attention to the needs of persons with disabilities. In addition, capacity building is carried out by social workers in order to increase the strength of persons with disabilities. Third: Social Workers also see that the identification of external strengths possessed by persons with disabilities is inseparable from the role of the family, social environment and the Government in supporting persons with disabilities during the Covid 19 pandemic.NIM.: 19200010136 Istianah, S.Sos2023-02-14T00:59:47Z2023-02-14T00:59:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56176This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561762023-02-14T00:59:47ZPERAN ‘SISTEM LAYANAN RUJUKAN TERPADU (SLRT)’ PADA PENANGANAN MASALAH-MASALAH SOSIAL STUDI KASUS DI KABUPATEN SUKOHARJOThe social problems that occur originate from the proverty factor experienced by
the community. Because the problem of poverty makes people do everything they
can to meet their needs in a negative way. Of course there must be a solution to
the problem so that all these social problems can be resolved and changed in a
better direction. The innovation of the Wijaya Makmur integrated Reffal Service
System (SLRT) Program in Sukoharjo Regency is one of the breakthroughs to
solve social problems, especially for the poor and vulnerable to poverty. With the
Wijaya Makmur SLRT has helped the community in handling complaints which
include various social programs, reducing the poverty rate of the people of
Sukoharjo city. Then the role of the Wijaya Makmur SLRT for the poor in the
Sukoharjo region has felt the benefits and a sense of satisfaction for the people
receiving the service. Data collection techniques using the method of observation,
VII
interviews and documentation. The data analysis technique making sanse of
descriptive qualitative. The results of this study explain the role of SLRT Wijaya
Makmur in serving the people of Sukoharjo to get social protection. Because this
will be I line with the function in the Regulation of the Minister of Soscial Affairs
No. 15 of 2018. SLRT Wijaya Makmur, Sukoharjo Regency has implemented the
objectives of the SLRT based on Permensos No. 15 of 2018 article 2 and in
accordance with the RPJMD, Vision an Mission of Sukoharjo Regency in
alleviating poverty and being vulnerable to poverty. With the target of complaints
in various fields such as updating data, health insurance, education, social
disasters, natural disasters and so on. Along the way, there are also obstacles or
problems encountered in serving the community. This study uses a descriptive
qualitative approachNIM.: 19200010058 Dhila Khoirunnisa, S.Sos2023-02-14T00:58:56Z2023-02-14T00:58:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56166This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561662023-02-14T00:58:56ZIMPLEMENTASI DAN RESPON MASYARAKAT TERKAIT SURAT EDARAN GUBERNUR NO. 150/1138/2014 TENTANG PENDEWASAAN USIA PERKAWINANDi Provinsi NTB isu pernikahan usia dini cukup tinggi. Data BPS menunjukan persentase perkawinan pertama perempuan umur 10-19 tahun pada tahun 2016 : 51,19 %, dengan rata-rata usia kawin pertama perempuan masih dibawah target (20,15 tahun) dari target 20,50 tahun. Faktor penyebab tingginya angka pernikahan usia dini antara lain adalah rendahya pengetahuan dan pemahaman remaja, tentang dampak pernikahan usia dini dan kesehatan reproduksi remaja. Pemahaman masyarakat tentang dampak yang akan ditimbulkan, faktor kemiskinan, faktor pendidikan, kultur sosial dan budaya serta adanya pengaruh media dan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku remaja. Terjadinya perkawinan usia muda di NTB ini mempunyai dampak tidak baik kepada mereka yang telah melangsungkan pernikahan juga berdampak pada anak-anak yang dilahirkannya serta masing-masing keluarganya. Menyikapi hal tersebut Pemerintah Provinsi NTB dalam RPJMD tahun 2013 – 2018 menetapkan Program Pendewasaan Usia Perkawinan sebagai program prioritas. Namun keberhasilan program ini akan susah diukur efektifitasnya jika persepsi masyarakat belum diketahui. Karenanya thesis ini ingin menjelaskan implementasi dan respon masyarakat terkait surat edaran gubernur tentang pendewasaan usia nikah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertuajuan untuk menerangkan fenomena-fenomena sosial/suatu peristiwa. Cara untuk menjawab masalah ini adalah lewat hasil observasi, wawancara, yang dimana hasil wawancara menunjukan sebgaian besar remaja di desa landah menyetujui surat edaran gubernur tentang pendewasaan usia nikah tapi sebagian dari remaja juga tidak setuju karena masalah impitan ekonomi yang membuat sebagian remaja memutuskan menikah dibawah umur dan selain masalah ekonomi, peraturan masyarakat adat yang ketat yang dimana perempuan harus pulang sampai jam sepuluh malam, apabila melanggar atau pulang lebih dari jam sepuluh malam tentun ketua adat akan menikahkan mereka karena ini merupaka aib keluarga.NIM.: 18200010175 Muhammad Siandi2023-02-10T04:01:37Z2023-02-10T04:01:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56079This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560792023-02-10T04:01:37ZPARTISIPASI MASYARAKAT MARGINAL
DALAM PENGEMBANGAN OBYEK PARIWISATA PANTAI GLAGAHPartisipasi masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Hal tersebut dikarenakan masyarakat dapat berperan aktif dan terlibat secara langsung dalam setiap tahapan pengembangan pariwisata. Akan tetapi realitanya keberadaan masyarakat ini seringkali diabaikan dalam pengembangan pariwisata. Salah satu daerah yang sedang mengembangkan pariwisata adalah Kabupaten Kulon Progo, yaitu mengembangkan Pantai Glagah. Pada pengembangan Pantai Glagah ini masyarakat marginal tidak dilibatkan, sehingga mereka berusaha berpartisipasi dalam pengembangan Pantai Glagah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, bagaimana partisipasi masyarakat marginal dalam mengembangkan Pantai Glagah. Kedua, apa saja faktor yang mendorong dan menghambat partisipasi masyarakat marginal dalam pengembangan Pantai Glagah. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, mendeskripsikan partisipasi yang dilaksanakan masyarakat marginal dalam mengembangkan Pantai Glagah. Kedua, mendeskripsikan mengenai pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat marginal dalam rangka turut serta mengembangkan Pantai Glagah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumen. Selanjutnya guna menganalisis data menggunakan metode analisis data model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, partisipasi yang dilaksanakan oleh masyarakat marginal diantaranya adalah menata warung warung, melaksanakan kerja bakti rutin dan memperbaiki akses menuju Pantai Glagah. Karena keadaan masyarakat marginal yang terpinggirkan, minimnya modal dan rendahnya tingkat pendidikan sehingga mereka berpartisipasi sesuai dengan ide dan kreatifitas yang mereka miliki. Kedua, faktor pendorong partisipasi masyarakat marginal dalam mengembangkan Pantai Glagah diantaranya adalah terdapat lahan kosong, faktor internal masyarakat, kapasitas dan kreatifitas masyarakat, kesempatan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor ekonomi, tidak ada pelibatan masyarakat dalam DED dan masterplan serta stratifikasi sosial masyarakat.NIM.: 20200012048 Bintang Virgo, S.Sos2023-02-10T03:40:57Z2023-02-10T03:40:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56078This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560782023-02-10T03:40:57ZPERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN KEPRIBADIAN ANAK DALAM
POLA ASUH DI LEMBAGA SOSIALPerkembangan psikososial anak dan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh
pola asuh dalam keluarga atau lembaga-lembaga sosial. Penelitian ini memfokuskan
pada perkembangan psikososial anak dan kepribadian anak di Yayasan Mizan
Amanah Yogyakarta dalam hal ini berupa panti asuhan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, permasalahan yang menjadi fokus dalam tesis ini yaitu : 1) Tindakan apa
saja yang dilakukan oleh para pengasuh dalam membangun kepribadian anak di
Yayasan mizan Amanah Yogyakarta? 2) Bagaimana dampak pola asuh dalam
perkembangan kepribadian anak di Yayasan Mizan Amanah Yogyakarta?. Dengan
tujuan agar pembaca mengetahui dan mendapatkan manfaat tindakan dan pola asuh
yang mempengaruhi dan memberi dampak pada perkembangan psikososial dan
kepribadian anak.
Penelitian ini dilandaskan pada dua teori utama yaitu perkembangan
psikososial Erik Erikson dan teori kognitif sosial Albert Bandura, metode penelitian
yang dipakai adalah metode penelitian kualitatif-analisis deskriptif dengan sumber
data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan analisis di lokasi penelitian
Yayasan Mizan Amanah Yogyakarta dengan dasar teori yang ada, serta buku, literasi,
dan dokumen atau bahan bacaan lainnya. Pola asuh yang diteliti diperoleh dari
observasi dan wawancara dengan pengasuh dan staff di lokasi penelitian sebagai
kondisi sosial yang ada, dan analisis perkembangan psikososial dan kepribadian anak
didapat dari observasi dan wawancara terhadap tindakan dan jawaban-jawaban anakanak
yang ada di lokasi penelitian.
Hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa tindakan
sebagai bentuk pola asuh oleh panti asuhan Yayasan Mizan Amanah Yogyakarta
pada anak yatim dan dhuafa lebih cenderung pada pola asuh situasional, yang mana
pola asuh tersebut memberikan dampak terhadap perkembangan psikososial dan
perkembangan kepribadian anak. Pola asuh situasional dapat mengantisipasi
maladaptif pada perkembangan psikososial baik yang sifatnya preventif atau solutif
dan pada kepribadian anak pengasuh dapat menjadi role-model yang ideal dengan
cara melihat perspektif anak dalam memandang lingkungan sosialnya. Dan hasil
penelitian lainnya adalah wawancara dengan anak kebanyakan diantara sedang dalam
tahap psikososial produktif melawan inferioritas dan ada sedikit yang
perkembangannya tersebut lebih cepat dari yang lain, sedangkan pada perkembangan
kepribadian mereka, anak-anak lebih condong mengambil role model pengasuh
mereka di panti asuhan daripada di sekolah yang terlihat dari cara mereka
berkomunikasi, bersosial maupun dalam hal akademis, di sinilah pola asuh situasional
berperan penting dalam proses belajar sosial anak-anak di panti asuhan.NIM.: 20200012067 Nola Yolanda Oktaviola2023-02-10T03:36:01Z2023-02-10T03:36:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56067This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560672023-02-10T03:36:01ZDILEMA PENANGANAN MASALAH PEKERJA ANAK
DI PERTAMBANGAN PASIR DESA LEA,
KECAMATAN TELLU SIATTINGE,
KABUPATEN BONEThis research is motivated by the problem of child labor which until now has not received special attention in the community. Meanwhile, in the eyes of the law, child labor is likened to a gem that must be protected and fulfilled by its needs. Child labor has the connotation of the practice of employing children under the age of 18 with minimal wages and negatively affects their growth and development. This study examines the violation of the rights of child labor in sand mines with a focus on analysis from a cultural and legal point of view. This study took samples in Lea Village, Tellu Siattinge District, Bone Regency. The selection of the locus is based on indications of violations of the rights of child labor. This research uses qualitative methods with a descriptive approach. The selection of informants as subjects was carried out by purposive and snowball sampling. The number of informants in this study was 20 people consisting of six child laborers, six child labor parents, three community leaders, and five people from the local government. Data were collected using observation, interview, and documentation techniques. Data analysis is carried out in three ways, namely data reduction in the form of mapping, display data, and conclusion. The results showed that the application of existing laws and regulations has not been in favor of child labor. This is proven by the discovery of several forms of rights violations that occur in child labor, including the right of children to get an education, the right of children to learn, the right of children to their health, and the right of children to be protected. Some of the efforts that have been made by the government and non-governmental organizations have not shown the expected results. Among the factors behind the government's inadequacy are weak law enforcement, lack of cooperation between village governments and city governments, child labor is not considered a social problem, limited human resources and budgets, and the elimination of child labor programs. This is what makes efforts to protect the rights of child labor dilemmatic for the government.NIM.: 20200012075 Evi Melda, S.Sos2023-02-10T02:51:26Z2023-02-10T02:51:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56064This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560642023-02-10T02:51:26ZSTRATEGI PEKERJA INFORMAL PERKOTAAN DALAM BERTAHAN HIDUP SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 Studi Kasus Kampung Markisa, Blunyahrejo, Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, Kota YogyakartaPenelitian ini mengkaji strategi bertahan hidup pekerja informal di masa pandemi Covid-19, dan menjadi sebuah studi kasus di Kampung Markisa. Subjek penelitian ini adalah tiga orang pekerja informal, yaitu seorang pedagang UMKM Kampung Markisa, Ketua Kampung Markisa, dan Ketua Humas Kampung Markisa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, dan dalam model ini terdapat tiga alur kegiatan dalam menganalisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data serta penarikan kesimpulan. Teori strategi bertahan hidup dan pemberdayaan yang dipakai disini adalah menurut Edi Suharto yang menjadi pisau analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mempertahankan usaha yang dijalankan sebagai upaya bertahan hidup di tengah pandemi, pekerja informal menerapkan tiga strategi, yaitu strategi aktif, strategi pasif, dan strategi jaringan. Tiga strategi ini membantu mereka dalam melanggengkan usaha guna bertahan hidup selama pandemi. Sementara itu, analisis tiga strategi ini menyiratkan munculnya faktor-faktor (causes) penghambat pekerja informal dalam bertahan hidup, yaitu (1) kurangnya pengawasan pendampingan, (2) sarana dan prasarana yang kurang memadai, (3) rendahnya etos kerja pekerja informal, dan (4) terbatasnya kemampuan sumber daya manusia. Kebalikan dari faktor-faktor ini adalah empat faktor pendukung, yaitu (1) munculnya motivasi tinggi, (2) pemberian pelatihan yang sesuai, (3) kuatnya partisipasi warga Kampung Markisa, dan (4) adanya modal sosial dalam pemberdayaan Kampung Markisa. Penelitian ini menyarankan hendaknya pemerintah kota mampu mendampingi mereka dalam berusaha secara berkelanjutan. Selain itu, masyarakat Kampung Markisa perlu memperluas jaringan dengan pihak swasta dalam program pemberdayaan melalui kerja sama, seperti mencari sponsor dan modal kerja.NIM.: 20200011093 Okti Inayatur Rohmah2023-02-10T02:28:35Z2023-02-10T02:28:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56060This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560602023-02-10T02:28:35ZSINERGITAS INTERVENSI LSM MITRA WACANA DAN KOMUNITAS LOKAL KECAMATAN GALUR DALAM MEMBERDAYAKAN PENYINTAS HUMAN TRAFFICKINGHuman Trafficking menjadi masalah yang serius dalam kehidupan sosial masyarakat Kulon Progo dengan adanya Bandara Internasional yang di bangun menjadikan Human Trafficking semakin mudah masuk dalam Lingkungan masyarakat Kabupaten Kulon Progo. Intervensi dan Pemberdayaan memainkan peranan yang penting antara Komunitas sosial maupun lokal. LSM Mitra Wacana Dan Pusat Pembelajaran Perempuan Dan Anak Sebagai Organisasi Lokal yang turut membantu LSM Mitra Wacana dan juga beberapa komunitas-komunitas sosial dan menanggulangi masalah human trafficking.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, dengan sumber data penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan sekunder dan jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang dan yang terdiri dari 6 perwakilan komunitas lokal kecamatan galur, dan 4 dari LSM Mitra Wacana,Penulis tertarik menggunakan pendekatan dan metode Kualitatif ini dikarenakan penulis dapat langsung berinteraksi dengan para korban trafficking dan melihat secara langsung bagaimana bentuk kolaborasi antara komunitas dan masyarakat dalam memberdayakan para korban trafficking ini. serta teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Perubahan Sosial yang mana perubahan yang terjadi di masyarakat dipengaruhi oleh sistem sosialnya seperti komunitas dan kelompok-kelompok lainnya.
Dan Hasil Penelitiannya Ada beberapa hal yang dilakukan Oleh LSM diantaranya adalah membuat penguatan pengorganisasian kelompok perempuan dan kelompok media desa di Kabupaten Kulonprogo, D.I Yogyakarta, Melakukan Advokasi kebijakan PERBUP Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan orang di kabupaten Kulonprogo, Memberikan Edukasi Perorangan, Kelompok, Organisasi, Maupun Komunitas tentang Pentingnya Pencegahan Human Trafficking, Pembuatan Konten Media Campaign Dan Buku Oleh LSM Mitra Wacana Dalam Menanggulangi Masalah Human Trafficking. Dan yang dilakukan oleh P3A sebagai komunitas lokal kecamatan Galur Intervensi Self Knowledge and History Context Media Campaign Tirto Kemuning, Workshop Pendampingan And Education Intervensi Latihan Komunikasi Publik dan Manajemen Organisasi. Dan memiliki beberapa Intervensi yang saling terkait satu sama lain dan sinergitas kedua lembaga tersebut seperti Media Campaign, dan penguatan pengorganisasian kelompok perempuan dan hasil dari sinergitas ini adalah Menguatnya Kelompok Kelompok Perempuan Di 3 Kecamatan Kulon Progo selama 18 Bulan dan juga para penyintas merasakan dampak positifnya seperti tumbuhnya keyakinan dan kesadaran diri, mandiri dan mampu mengontrol emosi dan perasaannya.NIM.: 20200012080 Hasyim Abdillah2023-02-09T06:58:41Z2023-02-09T06:58:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56022This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560222023-02-09T06:58:41ZRESILIENSI EKS PENYINTAS TRAFFICKING
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUPNYA
(Studi Pusat Pembelajaran Perempuan Dan Anak LSM Mitra Wacana)Perempuan yang menjadi korban Trafficking memiliki beberapa bentuk
saat menjadi korban Trafficking diantaranya pengantin pesanan yang mana
didalamnya berbentuk eksploitatif, perempuan yang dijadikan perbudakan.
Konsep resiliensi merupakan dasar yang pas untuk mengkaji masalah
kemampuan perempuan dalam keluar dari permasalahannya. Dan teori
Human Clien Centered ini menitiberatkan keberdayaan sesoraang itu ada
pada dirinya sendiri dan juga faktor-faktor dalam meningkatkan resiliensi
terdapa kepercayaan, kepribadian, dan juga sumber daya yang dimiliki.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah dan jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitiani ini
adalah primer dan sekunder dengan teknik penentuan sampel adalah
purposive sampling. Yang terdiri dari anggota P3A Renganis dan juga LSM
Mitra Wacana, dan Community Organizer di daerah Sentolo Kulon Progo.
Dan hasil penelitianya adalah Ada beberapa penyebab terjadinya
Trafficking yaitu faktor internal dan eksternal dalam faktor internalnya ada
pengaruh kepribadian dan juga inovasi sementara dalam faktor eksternalnya
ada dukungan sosial keluarga dan modal sosial serta masalah lain di hadapi
oleh eks penyintas trafficking adalah terhimpitnya posisi dan peran
perempuan dalam keluarga, diskriminasi perempuan. Dan bentuk intervensi
yang dilakukan oleh P3A Rengganis untuk meningkatkan resiliensinya ada 2
hal yang utama pertama pendampingan individu yang terdiri dari asesmen
dan konseling yang dilakukan oleh P3A Renganis guna mengurangi masalah
eks penyintas trafficking dengan konseling dan asesmen. Sementara dalam
pendampingan kelompok P3A Rengganis melakukan berbagai pemberdayaan
seperti pemberdayaan ekonomi UMKM, Cathering makanan, penguatan
kelompok dan monitoring kegiatan yang sering di pantau langsung P3A
Renganis. Dan hasil lainnya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
resiliensi adalah 2 faktor internal yang didalamnya ada kepribadian, dan
faktor eksternal dukungan keluarga, sosial dan modal sosial. Dan hasil yang
dicapai dalam peningkatan resiliensi ini adalah, adanya peningkatan
pengetahuan, membuka peran dan partisipasi perempuan, dan meningkatnya
kesadaran dan advokasi.NIM.: 20200012054 Sofyan Tri Untoro, S.Sos2022-10-31T03:27:52Z2022-10-31T03:27:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54585This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/545852022-10-31T03:27:52ZIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH
NO 88/DLH 2021 TENTANG PENERTIBAN SERTA PENGAWASAN PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN DI KABUPATEN BUNGOPenambangan ilegal terus mengalami perkembangan, dalam aktivitasnya, PETI tidak berizin dan tidak menerapkan prinsip pertambangan yang benar. Terjadi kemudian, kondisi dilematis yang dirasakan oleh masyarakat di Dusun Danau yaitu dampak PETI. Pada satu sisi, aktivitas ini berdampak positif bagi masyarakat, tetapi pada sisi lain, aktivitas ini berdampak negatif yang siginifikan terhadap kerusakan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan tanpa izin (PETI) dan bagaimana implementasi PERDA No 88/DLH 2021 dalam menertibkan dan mengawasi PETI, serta faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan PERDA tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif-deskriktif-analisis dengan mengambarkan fenomena dan realitas di lapangan. Untuk tujuan ini, peneliti menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk memperoleh data. Subyeknya adalah Tim Terpadu Penanganan empat orang, pekerja PETI 12 orang, Pemdes tiga orang, dan lima anggota masyarakat.
Berdasarkan temuan peneliti, aktivitas PETI berdampak positif, seperti (1) terbukanya lapangan pekerjaan, dan (2) lancarnya sumber pendapatan sehari-hari masyarakat. Dampak negatif PETI adalah (1) tercemarnya sungai, (2) rusaknya lahan pertanian masyarakat, (3) eksploitasi pekerja di bawah umur, dan (4) terjadinya kecelakaan kerja.
Merespon dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas PETI, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bungo mengeluarkan PERDA No 88/DLH Tahun 2021. Dalam implementasinya, Pemda, via Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopinda), membentuk sebuah Tim Terpadu Penanganan PETI. Dalam hal ini Pemda menunjuk instansi-instansi terkait sebagai pelaksana teknis pemberantasan aktivitas PETI, yakni Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebagai pelaksana kebijakan utama, berkoordinasi dengan tim-tim terpadu, antara lain Kepolisian, Dandim, Camat, dan Kadis SDA.
Adapun langkah strategis pencegahan kebijakan PETI oleh Pemda adalah (1) membentuk Tim Terpadu PETI, (2) mengeluarkan
vi
surat edaran pemberhentian PETI, (3) melakukan sosialisasi ke desa dan kecamatan,(4) bekerja sama dengan media dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati lingkungan, (5) mendayagunakan peran Camat dan Datuk Rio. Langkah-langkah penindakan aktivitas PETI adalah (1) melakukan razia gabungan ke lokasi PETI, (2) mendorong tokoh adat untuk memberikan sanksi pelaku PETI, (3) menjadi saksi dalam proses hukum bagi pelaku PETI, serta (4) melakukan uji sampel air yang tercemar. Faktanya tidak semua kebijakan dapat terlaksana dengan baik karena antara lain: (1) kurangnya pola pikir positif masyarakat terhadap lingkungan, (2) adanya penolakan saat operasi terpadu, (3) sulitnya pendataan kasus PETI, dan (4) adalah keterlibatan oknum aparat. Implementasi kebijakan Pemda dijelaskan di sini, demikian juga saran dan rekomendasi untuk pekerjaan sosial.NIM.: 19200012031 Abdul Mutholib2022-09-28T02:56:25Z2022-09-28T02:56:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53551This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535512022-09-28T02:56:25ZPARTISIPASI ORANG TUA DALAM REHABILITASI BERBASIS KOMUNITAS PADA INKLUSI CENTER KECAMATAN KARANGANOM KLATEN UNTUK PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DENGAN DISABILITASPenyandang disabilitas masih menjadi salah satu kelompok pembahasan yang penting hingga kini, mayoritas masyarakat yang belum begitu mempedulikan hak-hak anak dengan disabilitas yang merupakan kelompok rentan yang keberadaannya seringkali masih terpinggirkan. Karena itu, kelompok penyandang disabilitas menjadi sasaran layanan kesejahteraan sosial. Salah satu upaya layanan kesejahteraan sosial adalah rehabilitasi berbasis komunitas, di mana program ini memanfaatkan sumber daya di sekitar penyandang disabilitas. Keberhasilan rehabilitasi berbasis komunitas ini karena didukung oleh partisipasi orang tua sebagai orang terdekat di lingkungan anak dengan disabilitas. Penelitian ini bertujuan mengkaji secara mendalam terkait partisipasi orang tua dari anak disabilitas dalam rehabilitasi berbasis komunitas untuk pemenuhan hak anak disabilitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, melibatkan lima orang tua dari lima anak penyandang disabilitas penerima layanan rehabilitasi komunitas oleh Inklusi Center Kecamatan Karanganom (ICKK) dan para pengurus komunitas ini. Pendekatannya adalah wawancara mendalam, observasi, serta studi dokumentasi kegiatan ICKK. Data dianalisis dengan teori sistem, dan teori partisipasi-nya Cohen dan Uphoff. Peneliti menganalisis kegiatan ICKK kemudian disandingkan dengan unsur partisipasi menurut Cohen dan Uphoff, yakni partisipasi dalam pengambilan keputusan, implementasi kegiatan, penerimaan manfaat, dan partisipasi dalam evaluasi. Keempat unsur adalah kesatuan sistem digunakan untuk pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa partisipasi orang tua dari anak disabilitas merupakan input penggerak sistem dalam rehabilitasi berbasis komunitas di ICKK untuk pemenuhan hak-hak disabilitas. Partisipasi orang tua dilakukan pada setiap alur dan juga setiap pilar kegiatan mulai dari kesehatan orang tua mendampingi anak mereka,turut mempraktikan terapi dan memberikan masukan demi perkembangan baik anaknya. Pilar pendidikan, orang tua turut mengajarkan pembelajaran kepada anak mereka, mengevaluasi pembelajaran dan berlatih apa yang di ajarkan kepada anak mereka. Pilar ekonomi, orang tua turut berpartisipasi secara materi dan tenaganya dengan wirausaha serta koperasi. Hingga pada pilar sosial orang tua berpartisipasi turut berekreasi dan saling berbagi pengalaman dengan orang tua lainnya. Hasil lainnya menunjukan adanya implikasi terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas terkait erat dengan pengambilan keputusan orang tua sebagai penentu awal bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh hak-hak mereka, sementara partisipasi orang tua adalah untuk mempercepat prosesnya. Dengan meningkatnya kondisi ekonomi orang tua, mereka dapat mendukung pemenuhan hak-hak anak-anak mereka, selain itu mereka berpartisipasi dalam evaluasi layanan guna meningkatkan mutu layanan ICKK.Penyandang disabilitas masih menjadi salah satu kelompok pembahasan yang penting hingga kini, mayoritas masyarakat yang belum begitu mempedulikan hak-hak anak dengan disabilitas yang merupakan kelompok rentan yang keberadaannya seringkali masih terpinggirkan. Karena itu, kelompok penyandang disabilitas menjadi sasaran layanan kesejahteraan sosial. Salah satu upaya layanan kesejahteraan sosial adalah rehabilitasi berbasis komunitas, di mana program ini memanfaatkan sumber daya di sekitar penyandang disabilitas. Keberhasilan rehabilitasi berbasis komunitas ini karena didukung oleh partisipasi orang tua sebagai orang terdekat di lingkungan anak dengan disabilitas. Penelitian ini bertujuan mengkaji secara mendalam terkait partisipasi orang tua dari anak disabilitas dalam rehabilitasi berbasis komunitas untuk pemenuhan hak anak disabilitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, melibatkan lima orang tua dari lima anak penyandang disabilitas penerima layanan rehabilitasi komunitas oleh Inklusi Center Kecamatan Karanganom (ICKK) dan para pengurus komunitas ini. Pendekatannya adalah wawancara mendalam, observasi, serta studi dokumentasi kegiatan ICKK. Data dianalisis dengan teori sistem, dan teori partisipasi-nya Cohen dan Uphoff. Peneliti menganalisis kegiatan ICKK kemudian disandingkan dengan unsur partisipasi menurut Cohen dan Uphoff, yakni partisipasi dalam pengambilan keputusan, implementasi kegiatan, penerimaan manfaat, dan partisipasi dalam evaluasi. Keempat unsur adalah kesatuan sistem digunakan untuk pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa partisipasi orang tua dari anak disabilitas merupakan input penggerak sistem dalam rehabilitasi berbasis komunitas di ICKK untuk pemenuhan hak-hak disabilitas. Partisipasi orang tua dilakukan pada setiap alur dan juga setiap pilar kegiatan mulai dari kesehatan orang tua mendampingi anak mereka,turut mempraktikan terapi dan memberikan masukan demi perkembangan baik anaknya. Pilar pendidikan, orang tua turut mengajarkan pembelajaran kepada anak mereka, mengevaluasi pembelajaran dan berlatih apa yang di ajarkan kepada anak mereka. Pilar ekonomi, orang tua turut berpartisipasi secara materi dan tenaganya dengan wirausaha serta koperasi. Hingga pada pilar sosial orang tua berpartisipasi turut berekreasi dan saling berbagi pengalaman dengan orang tua lainnya. Hasil lainnya menunjukan adanya implikasi terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas terkait erat dengan pengambilan keputusan orang tua sebagai penentu awal bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh hak-hak mereka, sementara partisipasi orang tua adalah untuk mempercepat prosesnya. Dengan meningkatnya kondisi ekonomi orang tua, mereka dapat mendukung pemenuhan hak-hak anak-anak mereka, selain itu mereka berpartisipasi dalam evaluasi layanan guna meningkatkan mutu layanan ICKK.NIM.: 20200011065 Thalita Hayu Maharsani2022-09-28T01:29:15Z2022-09-28T01:29:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53531This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535312022-09-28T01:29:15ZFAKTOR MAKNA HIDUP BAGI KESIAPAN INTEGRASI SOSIAL: STUDI KASUS PADA ‘ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN’ (ANDIKPAS) DI ‘LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK’ (LPKA) KELAS I KUTOARJOThis study aims to obtain an in-depth picture of the meaning of
Andikpas' life for the readiness of social integration in LPKA Class I
Kutoarjo. The meaning of life is focused on six aspects, namely how
Andikpas explains the purpose of life, freedom while in LPKA, life
satisfaction, attitudes towards death, thoughts about suicide and the
appropriateness of life. Readiness for social integration is seen from the
requirements that Andikpas must meet when submitting social
integration. The readiness for social integration is to have served at least
2/3 of the criminal period, has no other criminal record, has good
behavior, actively participates in the coaching program, and has a
guarantor. The method used in this research is a qualitative case study
method. There were 12 informants in this study where the main
informants were 5 people who were Andikpas, and 7 other informants
from correctional officers. Informants were determined based on a
purposive technique, namely based on certain considerations. The data
collection techniques used were in-depth interviews, observation and
documentation studies.
The results showed were 3 informants who were unable to give
meaning to their lives. The three informants have not been able to clearly
explain attitudes towards death, perceptions about suicide, life
satisfaction and two informants have limitations in freedom compared to
other Andikpas. Andikpas felt that they were ready to undergo social
integration, but when faced with the condition that there were three
Andikpas that were not ready. The reason for the unpreparedness of
Andikpas to undergo integration is that one Andikpas still has another
criminal case, another Andikpas commits a security and order violation,
and another Andikpas repeats another criminal case. The researcher's
analysis of the meaning of life relates to readiness for social integration
because Andikpas, who is less able to interpret his life, does not yet have
integration readiness. The meaning of life will make a person's motive in
behaving, so Andikpas must be able to find the meaning of a good life
so that it can be a reason for positive behaviorNIM.: 20200011030 Arsita Putri Utama2022-09-27T04:46:22Z2022-09-27T04:46:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53510This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535102022-09-27T04:46:22ZKEBIJAKAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DARUL AULAD YOGYAKARTAPeraturan Menteri Sosial No 30 Tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan
Anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (SNPA LKSA) merupakan salah satu
pedoman pengasuhan alternatif yang dikeluarkan oleh pemerintah karena adanya
berbagai permasalahan terkait persoalan pengasuhan anak di LKSA. Penelitian ini
mengambil sampel di LKSA Darul Aulad Yogyakarta,salah satu lembaga pengasuhan
anak yang masih tergolong baru dengan sistem layanan berbasis pesantren. Pemilihan
LKSA Darul Aulad sebagai subjek penelitian ini juga didasarkan pada pertimbangan
adanya indikasi kasus kekerasan terhadap anak di lembaga seperti diskriminasi sosial
hingga pelecehan seksual.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif analisis-deskriptif dengan
pendekatan field research. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, dokumentasi
dan wawancara yang melibatkan informan yang terdiri dari 2 orang pengasuh, 1
orang ketua yayasan, 1 orang pengurus, 6 orang pembimbing dan 8 orang anak asuh.
Analisis data penelitian ini menggunakan model Miles Huberman (Interactive
Model). Teori manajemen layanan sosial Peter Ducker, teori kelekatan Ainsworth dan
teori kebijakan Edi Soeharto menjadi pisau analisis penelitian ini.
Data hasil penelitian menujukkan bahwa penerapan PERMENSOS No 30
Tahun 2011 di LKSA Darul Aulad Yogyakarta masih kurang relevan. Salah satu
anomali dalam sistem layanan LKSA Darul Aulad Yogyakarta adalah kenyataan
bahwa lembaga secara aktif melakukan perekruitan anak asuh dengan alasan untuk
memperoleh pendidikan gratis. Adapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak
lembaga setelah adanya temuan kasus kekerasan terhadap anak hanya kebijakan
preventif meliputi penguatan bagi pengasuh dan pembimbing baik secara psikososial
maupun mental, peningkatan kontrol sosial, edukasi tentang pentingnya perlindungan
diri dari bahaya kekerasan, dan pengadaan CCTV. Dalam praktiknya, penanganan
kasus kekerasan terhadap anak masih belum efektif karena belum adanya penangan
bagi korban, disebabkan karena asumsi korban yang dianggap dalam kondisi baikbaik
saja, konselor tidak ada waktu dan ruang intervensi.NIM.: 20200011015 Ainul Luthfia Al Firda2022-09-27T04:35:58Z2022-09-27T04:35:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53515This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535152022-09-27T04:35:58ZTRANSFORMASI MANAJEMEN LAYANAN SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PADA MASA PANDEMI COVID-19Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia dalam kurun dua tahun terakhir memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat terjadi pada beberapa aspek yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial. Selain itu, dampak dari pandemi Covid-19 berdampak pada manajemen sebuah perusahaan, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hal ini dirasakan oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta sebagai lembaga filantropi Islam yang bergerak pada bidang kemanusiaan mengalami perubahan atau transformasi dalam melaksanakan pelayanan sosial kepada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana transformasi dan strategi yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta selama pandemi Covid-19 serta ingin melihat apa hasil yang didapatkan oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta setelah melakukan transformasi manajemen layanan sosial di masa pandemi Covid-19.
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk melihat secara rinci, detail dan mendalam dari informasi yang didapatkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawacara, observasi dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada informan yang terpilih sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu pada karyawan dan penerima manfaat Dompet Dhuafa Yogyakarta. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dari Milles Hubermen yaitu dengan cara pengumpulan data, kodifidikasi data dan analisis data. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Force Field atau Perubahan Organisasi dan Manajemen Organisasi hal ini bertujuan untuk melihat transformasi apa saja yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Yogykarta selama masa pandemi Covid-19.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, saat pandemi Covid-19 Dompet Dhuafa Yogyakarta mengalami kendala dan tantangan dalam melaksanakan program di lapangan. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat. Maka dari itu, Dompet Dhuafa Yogyakarta melakukan tranformasi manajemen layanan sosial. Transformasi dilakukan pada pelaksanaan program yang sudah ada dan pelaksanaan program untuk merespon permasalahan dan kebutuhan masyarakat di masa pandemi Covid-19. Transformasi manajemen layanan sosial di Dompet Dhuafa Yogyakarta tentunya dilaksanakan melalui beberapa tahapan agar pelaksanaan pelayanan sosial kepada masyarakat berjalan dengan baik. Adapun tahapan manajemen layanan sosial di masa pandemi Covid-19 di Dompet Dhuafa Yogyakarta melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi pada program. Dengan situasi pandemi Covid-19 megharuskan Dompet Dhuafa Yogyakarta membuat strategi baru dalam melakukan manajemen layanan sosial baik pada pelaksanaan program maupun pada penghimpunan dana zakat, infak, sedekah wakaf dan dana kemanusiaan. Strategi baru yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta selama masa pandemi ini diantaranya yaitu melakukan optimalisasi penggunaan media digital dan media sosial untuk mendukung pelaksanaan program dan melakukan kolaborasi dengan beberapa lembaga, perusahaan dan komunitas. Selain itu program yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta di masa pandemi Covid-19 bisa meningkatkan kesejahteraan sosial penerima manfaat.NIM.: 20200011006 Yulianti2022-09-27T04:33:11Z2022-09-27T04:33:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53514This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535142022-09-27T04:33:11ZPEREMPUAN DAN KEMANDIRIAN SOSIAL-EKONOMI DI DAERAH TPST (TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERAKHIR) DUSUN NGABLAK SITIMULYO PIYUNGAN BANTULTujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk
kemandirian perempuan dan strategi perempuan-perempuan di daerah Tempat
Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) dalam membangun kemandirian.
Penelitian berjudul Perempuan dan Kemandirian Sosial -Ekonomi di Daerah
TPST mencoba memperlihatkan adanya kemandirian para perempuan yang masih
belum diketahui oleh masyarakat luas.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah TPST dan tergolong sebagai
penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Data-data yang terhimpun
didapatkan dari sumber-sumber primer dan sekunder melalui beberapa tahapan
yaitu observasi, wawancara dengan interlokutor dan studi dokumentasi yang dapat
memberikan informasi dan data terkait topik penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bentuk -bentuk kemandirian
perempuan di wilayah TPST yang diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan
perempuan atau istri di daerah Tempat Pembuangan Sampah Terakhir terdapat
beberapa bentuk yaitu kemandirian emosi yang dialami oleh beberapa informan
yaitu Ibu S. Y, ibu Y, ibu L, ibu W.G, ibu M, ibu A, ibu S, ibu J, ibu W, ibu S. G.
Selanjutnya kemandirian ekonomi yang dialami oleh beberapa informan yaitu Ibu
S. Y, ibu Y, ibu L, ibu U, ibu W.G, ibu M, ibu A, ibu S, ibu J, ibu W, ibu S. G.
Kemudian kemandirian intelektual yang dialami oleh beberapa informan yaitu ibu
Y, ibu L, ibu M, ibu A, ibu S, ibu W. Kemudian bentu kemandirian yang terakhir
yaitu kemandirian sosial yang dialami oleh beberapa informan yaitu Ibu S. Y, ibu
Y, ibu L, ibu M, ibu U, ibu A, ibu S, ibu J, ibu W. Selain bentuk-bentuk
kemandirian terdapat juga strategi perempuan-perempuan di daerah Tempat
Pembuangan Sampah Terakhir dalam menumbuhkan kemandirian di daerah
Tempat Pembuangan Sampah Terakhir terdapat beberapa strategi yaitu membagi
waktu yang dialami oleh beberapa informan yaitu ibu L, ibu U, ibu A, ibu S, ibu
W, ibu S. G. Strategi selanjutnya menjaga semangat yang dialami oleh beberapa
informan yaitu Ibu L dan ibu J. Strategi ketiga yaitu menjalani dengan ikhlas yang
dialami oleh satu informan yaitu ibu W.G. kemudian strategi yang terahir yaitu
menjadikan pekerjaan sebagai sumber kebahagiaan yang dialami oleh Ibu S. Y
dan ibu M.NIM.: 20200011002 Desi Zuhriana2022-09-27T04:22:08Z2022-09-27T04:22:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53511This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535112022-09-27T04:22:08ZPOLA BLAMING THE VICTIM DALAM PROSES PENANGANAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL: STUDI KASUS DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL WANITA YOGYAKARTAPerempuan kerapkali berada pada posisi yang lebih rentan membuatnya memiliki kebutuhan perlindungan yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karena itu kita akan menemui banyak lembaga-lembaga yang memberikan perhatian terhadap perempuan secara khusus. Di Yogyakarta salah satu lembaga pemerintahan yang memiliki tujuan dalam memberikan perlindungan terhadap perempuan adalah Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita (BPRSW). Dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan di BPRSW pekerja sosial memiliki peran yang besar di lembaga berbasis perlindungan dan rehabilitasi ini. Namun dalam proses praktik kerjanya, tidak semua pelayanan yang diberikan memiliki keberhasilan sempurna. Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana pekerja sosial di BPRSW mempersepsi dan memberikan penanganan pada perempuan korban kekerasan seksual, serta korelasi dari keduanya.
Metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kuaitatif dipilih agar penulis dapat mencapai tujuan untuk mengetahui karakter serta perilaku manusia dengan lebih dalam, yang mana itu bukanlah suatu hal yang bersifat konkrit. Untuk proses pengumpulan data penulis menggunakan dua metode, yang pertama dengan observasi yaitu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan. Yang kedua wawancara yaitu sebuah percakapan dilakukan dengan tujuan diperolehnya data yang dibutuhkan peneliti untuk kepentingan penelitiannya. Yang terakhir yaitu dokumentasi, yaitu dengan memanfaatkan dokumen dalam bentuk tulisan, gambar maupun rekaman peristiwa yang berkaitan dengan tema penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan temuan berupa persepsi pekerja sosial di BPRSW memperkuat konsep Blaming The Victim (William Ryan dalam Mullaly, 1976) dalam penanganan perempuan korban kekerasan seksual. Hal tersebut dikarenakan persepsi pekerja sosial tidak menunjukkan adanya keberpihakan pada perempuan korban kekerasan seksual. Pekerja sosial di BPRSW masih menggunakan pemahaman konsvensional yaitu cara pandang yang masih menyalahkan korban dengan mengidentifikasi factor personal sebagai penyebab utama dari tindak kekerasan seksual. Sehingga cara pandang ini berimplikasi pada pola penanganan yang tidak berpihak pada korban. Sehingga pola penanganan ini pada akhirnya melahirkan permasalahan baru.NIM.: 19200012033 Neli Zulfa Diana2022-09-27T04:17:38Z2022-09-27T04:17:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53509This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535092022-09-27T04:17:38ZMASALAH DAN SOLUSI BURUH ANAK PADA PERTAMBANGAN TIMAH STUDI KASUS PENDAMPINGAN YAYASAN GUBUK SEJUTA MOTIVASISalah satu permasalahan yang terjadi pada sektor pertambangan
timah yaitu terjadinya ekploitasi tenaga kerja anak secara terus
menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara
mendalam latar belakang masalah terjadinya ekploitasi pada anakanak
di pertambangan timah serta melihat bagaimana solusi yang
dilakukan oleh Yayasan Gubuk Sejuta Motivasi dalam menangani
permasalahan tersebut. Jenis penelitian ini adalah kualitatif-deskriktifanalisis
dengan menggambarkan fenomena lapangan sesuai dengan
realitas yang terjadi di lapangan. Untuk memperoleh data, peneliti
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
Penentuan Informan berdasarkan kriteria yaitu, Pengurus Yayasan
Gubuk Sejuta Motivasi 2 orang, Anak Pekerja Tambang 9 orang dan
orang tuang anak binaan.
Hasil penelitian mengungkapan permasalahan ekploitasi pada
anak-anak disebabkan oleh berbagai masalah antara lain: 1. Masalah
internal si anak yakni, putus pendidikan, pernikahan dini, dan
kenakalan anak. 2. Masalah eksternal yakni, budaya tambang,
lingkungan penambang, alasan membantu orang tua, lemahnya
Pendidikan orang tu, serta daya tarik ekonomi.
Adapun solusi Yayasan Gubuk Sejuta Motivasi dalam
menangani permasalahan ekploitasi anak pekerja timah dengan
beberapa bentuk diantaranya: 1. Memberikan soft Skill anak, pada
bidang Pendidikan formal maupun non formal. 2. Memberikan bekal
hard skill pada minat dan bakat masing-masing anak, ada yang di
gubuk Otomotif, Gubuk Seni, Gubuk Kayu, Bubuk Tani, dan Gubuk
Perikanan.NIM.: 19200012027 Zamzani2022-09-27T03:34:49Z2022-09-27T03:34:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53483This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534832022-09-27T03:34:49ZDUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PEREMPUAN PEMULUNG DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (STUDI KASUS DI KAMPUNG KARANGANYAR YOGYAKARTA)Perempuan telah memiliki tuntutan untuk bersikap mandiri. Selain guna
untuk mengembangkan dirinya, hal ini juga dilakukan guna pengembangan bakat
yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa perempuan khususnya di Indonesia saat ini
mengalami kondisi yang dilematis. Mereka dituntut untuk berperan dalam
berbagai sektor tanpa melupakan peran mereka sebagai ibu rumah tangga sebagai
kodratnya juga. Begitupun perempuan yang berprofesi sebagai pemulung
(perempuan pemulung), selain faktor ekonomi dan kemiskinan, faktor urbanisasi
juga di kelompok masyarakat desa juga menjadi salah satu latar belakang
perempuan menjadi pemulung. Di Yogyakarta sendiri terdapat beberapa tempat
yang menjadi titik kumpul kelompok pemulung dan mayoritas kelompok tersebut
biasanya berada di sekitaran TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau ada juga
yang memilih tinggal di pinggiran kali salah satunya Kampung Karanganyar.
Kampung ini terletak di pinggir terusan kali code. Sebagai seorang pemulung dan
juga sebagai ibu rumah tangga tentunya bukanlah hal yang mudah bagi
perempuan. Adanya dukungan sosial dapat menjadikan mental dan psikis
perempuan menjadi lebih baik.
Dengan menggunakan metode kualitatif dan merupakan penelitian
lapangan (field research) secara deskriptif menguraikan hasil dari penelitian
berdasarkan apa yang ada dilapangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
lima dukungan sosial yang diperoleh oleh perempuan pemulung di Kampung
Karanganyar ini. Pertama, Dukungan emosi ini merupakan dukungan yang
melibatkan empati, dukungan ini berasal dari lingkup terdekat yaitu keluarga. Kedua, Dukungan penghargaan yaitu berupa ungkapan-ungkapan positif
membangun yang didapatkan klien dari rekan ataupun lingkungannya. Ketiga,
Seperti yang diketahui bahwa dukungan instrumental yaitu dukungan yang
berupa materi berupa pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.
Keempat, Dukungan informasi ini biasanya dapat berupa saran ataupun masukan
yang pada akhirnya digunakan sebagai sarana pemecahan masalah bagi seseorang.
Kelima, Dukungan jaringan sosial ini merupakan suatu bentuk dukungan yang
berasal dari sekitar individu selain keluarga seperti lingkup pertemanan,
persahabatan ataupun jaringan sosial.
Berdasarkan data yang terdapat dilapangan, terdapat dua peningkatan
kesejahteraan yang dirasakan perempuan pemulung ini berkat adanya dukungan
sosial. Pertama, peningkatan kesejahteraan dari segi pendidikan yaitu didukung
dengan adanya rumah belajar seperti Rumah Belajar Indonesia Bangkit (RBIB)
dan juga Rumah Impian Indonesia (Dream House Indonesia). Kedua, peningkatan
dari segi ekonomi yaitu para perempuan pemulung mulai merambah ke bidangbidang
lain diluar memulung seperti bidang perdagangan. Ketiga, Peningkatan
kesejahteraan dari segi keterampilan. Keempat, Peningkatan dari segi psikologis.
Kelima, Peningkatan dari segi daya tahan (Resiliensi).NIM.: 19200010163 Liza Fakhruni Nasution, S.Hum.2022-09-27T02:16:52Z2022-09-27T02:16:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53482This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534822022-09-27T02:16:52ZDAMPAK PENGGUNAAN TRAKTOR TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI DI KECAMATAN SETIA KABUPATEN ACEH BARAT DAYASeiring berjalannya waktu dunia ini terus berkembang dan semakin maju dari
berbagai bidang seperti pendidikan dan juga pertanian. Kemajuan dalam bidang
pertanian tidak sebatas dalam sektor pertanian skala besar namun juga pada pertanian
kecil di pedesaan. Karenanya banyak terjadi perubahan pada sistem dan alat-alat
pertanian yang digunakan mulai dari bajak tradisional dengan kerbau ke penggunaan
traktor, menyebabkan adanya sedikit perubahan pada nilai sosial, serta perubahan
ekonomi masyarakat. Adapun penelitian memiliki maksud mengetahui bagaimana
penggunaan traktor pada pertanian, bagaimana perubahan yang terjadi pada petani
seperti perubahan sosial dan ekonomi dengan adanya penggunaan traktor tersebut.
Penelitian ini bertempat di Kecamatan SetiaKabupaten Aceh Barat Daya.
Penelitian ini langsung dilakukan dilapangan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif dengan metode dokumentasi, wawancara dan observasi. Adapun
subjek penelitiannya merupakan pegawai kecamatan khususnya bidang Pendidikan
dan pertanian, perangkat gampong Pisang, kejrun blang kecamatan, dan petani.
Setelah melakukan penelitian ini penulis menemukan bahwa dengan adanya
penggunaan traktor dalam pertanian terjadi perubahan. Pertama. Perubahan ekonomi
petani mengatakan dengan adanya traktor hasil pertanian mengalami peningkatan
yang cukup signifikan bisa mencapai 2 kali lipat, dari lahan 1 hektar semulanya
menghasilkan 5 ton gabah sekarang mencapai 10 ton dengan harga jual Rp.4000
sampai Rp.5000 per kg tergantung varietasnya. disamping itu ada juga buruh tani
yang kehilangan pekerjaan dengan adanya traktor. Kedua. perubahan sosial dengan
adanya penggunaan traktor petani mengatakan mereka merasakan banyak nilai-nilai
sosial dalam masyarakat yang berubah, seperti melemahnya ikatan sosial
kekeluargaan sesama petani, perubahan acara kenduri blang, dan juga terjadi
perubahan dalam mengambil kebijakan.NIM.: 19200010161 Wildan Mukhtari, S.Sos2022-09-26T02:53:19Z2022-09-26T02:53:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53428This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534282022-09-26T02:53:19ZPENDAMPINGAN KORBAN EKSPLOITASI ANAK JALANAN
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER OLEH YAYASAN
RUMAH IMPIAN YOGYAKARTAPermasalahan kesejahteraan anak merupakan salah satu isu penting yang tidak
pernah selesai pembahasannya di Indonesia hingga saat ini. Terlepas dari fakta bahwa
anak memiliki posisi strategis dalam menentukan keberlangsungan hidup dalam
sebuah keluarga, kebijakan terkait perlindungan dan kesejahteraan anak dipandang
masih belum maksimal. Adalah merupakan hak dasar bagi semua anak untuk
memperoleh kesempatan tumbuh kembang secara wajar menuju kedewasaannya.
Masalah perlindungan dan kesejahteraan anak jalanan sendiri selama ini cenderung
dikaji dari berbagai sudut pandang, seperti kekerasan terhadap anak jalanan,
eksploitasi anak jalanan, serta beragam aspek lainnya. Fokus penelitian ini terkait
bagaimana pendampingan korban eksploitasi anak jalanan oleh Yayasan Rumah
Impian Yogyakarta serta bagaimana signifikansi program pendampingan tersebut
terhadap pembentukan karakter anak-anak jalanan korban eksploitasi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan,
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan melibatkan objek yang terdiri dari
pengurus Yayasan Rumah Impian dan anak-anak korban eksploitasi. Metodologi
tersebut digunakan, sebagai upaya untuk menggambarkan secara mendalam proses
pendampingan, serta signifikansi program pendampingan dengan menggunakan
kerangka teori sistem yang menekankan pada sebuah perspektif dengan memberikan
cara untuk memahami, menunjukkan bagaimana semua anggota keluarga dan
masyarakat dapat saling mempengaruhi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pendampingan korban eksploitasi oleh
Yayasan Rumah Impian dalam membentuk karakter anak memiliki empat poin
utama, yakni pendampingan psikologis, fisik, keagamaan, dan pendampingan
terhadap orang tua korban. Empat hal tersebut diwujudkan dalam bentuk konseling
kelompok dan individu, pendampingan olahraga, pemeriksaan kesehatan,
pendampingan minat bakat, kegiatan keagamaan kepada anak, seperti sholat
berjamaah, mengajarkan puasa, ibadah untuk yang non-muslim, kunjungan serta
pelatihan bagi orang tua. Langkah-langkah pendampingan tersebut, merupakan
konsep Yayasan Rumah Impian dalam mendampingi dan membentuk karakter anak
yang telah memberikan dampak signifikan pada perubahan perilaku dan sisi karakter
anak menjadi lebih positif serta percaya diri.NIM.: 19200010116 Salama, S.Sos2022-09-26T02:48:39Z2022-09-26T02:48:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53427This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534272022-09-26T02:48:39ZHAK BERIBADAH PENYANDANG DISABILITAS: PERSPEKTIF
AGENSI, RUANG ADVOKASI DAN PELUANG NEGOSIASI
(STUDI PEMENUHAN HAK BERIBADAH BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN BANTUL)Penyandang disabilitas mengalami hambatan untuk mengakses layanan
dalam berbagai bidang kehidupan termasuk kegiatan beribadah. Hal ini cukup
bertolak belakang dengan budaya masyarakat Indonesia yang menempatkan isu
beribadah sebagai isu yang penting, juga sistem pemerintahan yang menempatkan
ibadah sebagai ranah publik bukan ranah privat. Di sisi lain pemerintah sudah
mengesahkan UU no 8 Tahun 2016 yang juga mengakomodir kebutuhan khusus
penyandang disabilitas dalam beribadah sebagai upaya pemenuhan hak
beribadahnya. Dalam konteks daerah, pemerintah Kabupaten Bantul juga telah
melakukan perubahan Perda no 11 tahun 2015 yang belum mengakomodir
pemenuhan hak beribadah menjadi Perda no 3 tahun 2021 yang telah disesuaikan
dengan UU no 8 tahun 2016 sehingga telah mengatur pemenuhan hak keagamaan
bagi penyandang disabilitas. Penelitian ini menggali dan menelaah ketiaadaan
implementasi perda oleh pemerintah kabupaten Bantul. Tesis ini beragumen
bahwa di masyarakat Indonesia yang sangat religius, hak-hak beragama kelompok
penyandang disabilitas cenderung diabaikan, ihwal ini tidak terkait tiadanya
kebijakan yang memfasilitasi hak mereka, namun terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi. Temuan dari penelitian ini faktor yang mempengaruhi antara lain;
1. Pemerintah Kabupaten Bantul telah memiliki Kebijakan terkait pemenuhan hak
beribadah bagi penyandang Disabilitas dalam bentuk Peraturan Daerah no 3 tahun
2021 namun belum berdampak terhadap pemenuhan beribadah dikarenakan belum
ada implementasi teknisnya di tingkatan masyarakat. 2. Faktor kelambatan ini
dipengaruhi faktor pemerintah belum menempatkan pemenuhan beribadah bagi
penyandang disabilitas sebagai isu prioritas dalam pemerintahan dikarenakan
tidak ada proses agensi atau dorongan dari masyarakat atau kelompok difabel
sendiri ataupun dinas terkait, selain itu isu pemenuhan hak beribadah tidak cukup
populer di kalangan pemangku kepentingan, artinya perspektif agensi dalam
konteks pemenuhan hak beribadah bagi penyandang disabilitas belum berjalan; 3.
Kelompok Disabilitas sudah melakukan advokasi namun belum menyuarakan isu
hak beribadah secara masif dalam kegiatan advokasi seperti hak yang lain semisal
kesehatan, pendidikan, ekonomi dan juga layanan publik lainnya dikarenakan
dianggap tidak berdampak signifikan dalam kehidupan sehari-hari; 4. Tokoh
agama sebagai aktor kunci dalam penyelenggaraan kegiatan ibadah belum terlibat
dalam proses negosiasi dengan berbagai pihak, dan menganggap penyandang
disabilitas mendapatkan keringanan dalam kegiatan beribadah karena
hambatannya, selain itu isu pemenuhan hak beribadah belum menjadi pembahasan
dalam forum tokoh agama seperti FKUB dan juga organisasi keagamaan yang
ada.
Kata kunci: Hak BeribNIM.: 19200010115 Umi Masruroh2022-09-26T02:45:46Z2022-09-26T02:45:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53426This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534262022-09-26T02:45:46ZUPAYA PERCEPATAN PENINGKATAN GRADUASI SEJAHTERA
MANDIRI BAGI KELUARGA PENERIMA MANFAAT PROGRAM
KELUARGA HARAPAN
(STUDI KASUS PPKH KAPANEWON BANTUL, KABUPATEN BANTUL, DI YOGYAKARTA)Target graduasi sejahtera mandiri KPM menjadi arah kebijakan saat ini, bukan lagi
tentang sekedar memastikan bantuan tepat sasaran namun utamanya bagaimana
mengentaskan kemiskinan dengan menghasilkan KPM graduasi berdaya. PPKH
Kapanewon Bantul telah memberikan kontribusi positif terhadap kondisi sosial ekonomi
KPM PKH, hal itu dicapai berkat adanya strategi yang diimplikasikan dan
dikembangkan pelaksanaannya dalam upaya mempercepat kemandirian KPM PKH.
Penelitian ini berusaha menguraikan hal yang dilakukan PPKH Kapanewon Bantul
dalam upaya percepatan peningkatan graduasi sejahtera mandiri bagi KPM PKH
Kapanewon Bantul.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode ini
digunakan sebagai upaya untuk menguraikan secara rinci proses PPKH kapanewon
Bantul dalam mendorong KPM PKH menuju kemandirian dari PKH. Teknik
pengambilan data dilakukan melalui tiga metode yakni wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Wawancara melibatkan 10 (sepuluh) informan dengan teknik pemilihan
melalui purposive sampling yang sudah ditetapkan oleh penulis melalui berbagai
pertimbangan atau kriteria tertentu.
Upaya yang dilakukan oleh PPKH Kapanewon Bantul dalam melakukan percepatan
peningkatan graduasi sejahtera mandiri bagi KPM PKH kapanewon Bantul adalah
pertama melalui peran pendamping yaitu melakukan pendampingan di P2K2/FDS,
pemberian motivasi individu dan kesadaran untuk graduasi sejahtera mandiri dan
melakukan pemetaan KPM PKH potensial graduasi dan bidik graduasi terhadap KPM
PKH yang diduga sudah mampu. Yang kedua menjalin kerja sama dan bersinergi
dengan pemerintah kapanewon Bantul, pemerintah kalurahan/Dukuh, Polsek Bantul,
dan penyuluh agama KUA Bantul. Kemudian yang ketiga dengan pemberian modal
usaha melalui program kewirausahaan seperti KUBE (kelompok usaha bersama) dan
proKUS (Program Kewirausahaan Sosial).NIM.: 19200010114 Rofiatulkhoiri Albaroroh2022-09-26T01:59:38Z2022-09-26T01:59:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53414This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534142022-09-26T01:59:38ZUPAYA PREVENTIF PEREDARAN NARKOTIKA PADA GENERASI Z OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA ( BNNK) YOGYAKARTATesis ini mengkaji tentang fenomena meningkatnya pengguna narkoba yang didominasi oleh kalangan muda di Yogyakarta, menjadi perhatian utama di dalam kajian ini. Oleh karena itu, diskusi ini diletakkan ke dalam wacana dan kebijakan-kebijakan negara, dalam hal ini adalah BNN Kota Yogyakarta, sebagai leading sector yang dituntut untuk memerangi bahaya narkoba terutama di lingkaran anak muda atau Generasi Z. Kerentanan Generasi Z terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin mengkhawatirkan, di tengah semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, semakin memberikan kemudahan terhadap penggunaan obat-obatan terlarang, karena pada sisi yang sama kejahatan narkotika saat ini sudah beradaptasi dengan perubahan zaman yang serba ditopang oleh teknologi yang sangat canggih. Mulai dari sistem permintaan, transaksi hingga distribusi sudah melalui sistem teknologi yang semakin sulit dideteksi oleh pihak berwajib.
Tesis ini berargumen bahwa, BNN Kota Yogyakarta sejauh ini masih belum mampu mengimbangi laju pesat perkembangan kejahatan narkoba yang telah didesain melalui teknologi. Sehingga wajar jika kemudian, tindakan kejahatan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja cenderung tidak banyak terungkap terutama di kanal-kanal media mainstream baik lokal atupun nasional, bukan karena remaja bebas dari ancaman narkoba di Yogyakarta, akan tetapi karena belum maksimalnya kerja pihak-pihak terkait di BNN, seperti Badan Penanggulangan Narkoba dan Badan Penindakan Narkoba di tingkat kota.
Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan mengkaji data yang digali dari beberapa informan. Tesis ini berhasil mengkonfirmasi bahwa, fungsi divisi di BNN Kota Yogyakarta tidak terbangun secara integratif satu sama lainnya, sehingga program-program yang dikonstruksi untuk mengurangi penyalahgunaan narkoba dan peredarannya di kalangan remaja, tidak berjalan sinergis satu sama lainnya. sehingga, antara satu program di satu divisi dengan program di divisi lainnya tidak saling menopang, satu hal yang membuat peredaran narkoba di kalangan remaja menjadi sulit dideteksi dan diungkap oleh BNN Kota Yogyakarta. Selain itu, BNN Kota Yogyakarta tidak memiliki format baru di dalam upaya melawan kejahatan narkoba yang semakin dinamis dengan menggunakan teknologi canggih, tidak ada sistem teknologi baru yang dioperasionalkan untuk mendeteksi kejahatan narkoba secara lebih dini.NIM.: 18200010168 Firas Ghazi Gunawan2022-09-26T01:40:27Z2022-09-26T01:40:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53406This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534062022-09-26T01:40:27ZKOLABORASI FILANTROPI PADA PANDEMI COVID-19:
STUDI MANAJEMEN KOLABORASI GERAKAN ZAKAT
MERESPON DAMPAK PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020-2021Pandemi COVID-19 berdampak pada krisis multidimensi di Indonesia yang membutuhkan kerjakeras banyak pihak termasuk Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) untuk menekan dampak negatifnya. Pada dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi gerakan filantropi Islam di Indoensia ikut memberi andil dalam kerja sosial. Pandemi COVID-19 membawa dampak perubahan pada manajemen Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) menuju gerakan-gerakan kolaborasi antar organisasi di skala kota/kabupaten, provinsi, hingga nasional yang dikelola dan diarahkan oleh Forum Zakat (FOZ) dan juga antar sektoral: negara, swasta, dan sipil.
Kedermawanan sosial pada awal pandemi COVID-19 dikonsolidasi dan dikolaborasikan oleh Forum Zakat (FOZ) di tingkat nasional untuk merespon dampak negatif di berbagai lapisan masyarakat. Untuk mengoptimalkan gerakan kolaborasi antar Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), maka diperlukan perencanaan dan strategi manajemen kolaborasi yang tepat. Penelitian ini melakukan analisis manajemen kolaborasi yang dilakukan oleh Forum Zakat (FOZ) nasional untuk mengoptimalkan fungsi dan peranan program-program anggotanya selama pandemi COVID-19 di Indonesia dengan kajian manajemen kolaborasi. Dengan metode studi kasus yang dilakukan Forum Zakat Nasional, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI. Yogyakarta, sehingga diperoleh deskripsi strategi pengelolaan kolaborasi organisasi pengelola zakat. Dengan harapan dapat diduplikasikan pada manajemen kerja sosial berbasis kawasan, kasus, ataupun wacana yang sedang terjadi sehingga dapat memberikan kerja sosial yang kompak dan berdampak secara efektif dan efisien yang melibatkan semua pihak.NIM.: 18200010017 Maulana Kurnia Putra, S.Sos.2022-07-28T06:45:59Z2022-07-28T06:45:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52321This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/523212022-07-28T06:45:59ZPEREMPUAN PESANTREN PELOPOR KESEJAHTERAAN: AGENSI, AKSI, DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PESANTRENPrevious narratives about pesantren women who do not have a strategic position are the background of this research. This study wants to examine the phenomenon of Islamic boarding school women who have a massive movement in the area of community welfare. In simple terms, this research wants to examine four women or Nyai who have different concentrations of fields and move massively. Also, the conditions are different from the previous narratives regarding the limitations of pesantren women.
The method used in this research is qualitative with a phenomenological approach. The objects of this research are four female figures or Nyai who have concrete roles in the area of community welfare, namely Nyai Umdatul Choirot, Nyai Hindun Anisah, Nyai Nissa Wargadipura, Nyai Ida Fatimah Zainal. The data mining technique used was observation at three Islamic boarding schools as residences for the Nyai as the object of research and interviews with the Nyai and supporting resource persons. This study also uses documentation data collection techniques to obtain comprehensive data. The analysis in this study was carried out with the help of Pierre Bourdieu's theory of Genetic Structuralism and the concept of empowerment strategy.
The results of this study when formulated on three major points; First, the four Nyai studied in this study have agency. The agency that is born in each Nyai becomes a concrete action that leads to the welfare of the wider community, especially the pesantren environment. second, in the process of implementing empowerment to achieve the welfare agenda, the Nyai have implemented various empowerment strategies. Third, the movements born of the Nyai are influenced by several things such as habit, capital and realm. These are the things that are then optimized by the Nyai to face the various challenges that arise in the process of organizing the welfare agenda.NIM.: 20200011090 Khoniq Nur Afiah2022-07-05T08:35:08Z2022-07-05T08:35:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51728This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/517282022-07-05T08:35:08ZRESILIENSI IBU SINGLE PARENT RAWAN SOSIAL-EKONOMI DI DESA PADAMARA KABUPATEN LOMBOK TIMURPenelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana resiliensi pada Ibu single parent rawan sosial-ekonomi di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur. Hal ini penting untuk dikaji karena posisi perempuan dengan status sebagai Ibu single parent mengalami keadaan yang cukup rawan dan rentan depresi. Seringkali mereka kesulitan untuk memperjuangkan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur terdapat Ibu single parent yang mengalami hambatan dalam berkarir di luar rumah. Padahal di sisi lain mereka dituntut untuk bekerja agar kebutuhan hidup dirinya dan keluarga terpenuhi. Dari permasalahan tersebut kemudian dirumuskan menjadi dua pertanyaan. 1 Bagaimana resiliensi Ibu single parent rawan sosial-ekonomi di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur ?. 2 Apa saja faktor pendukung dan penghambat resiliensi Ibu single parent di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur ?.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. penggalian data dilakukan dengan teknik snowball sampling. Data dikumpulkan dengan metode wawancara secara mendalam dan observasi non partisipatif. Untuk menjawab dari rumusan masalah digunakan teori Grotberg yaitu tiga sumber resiliensi individu; I have, I am, I can. Hasil penelitian menunjukan bahwa resiliensi Ibu single parent rawan sosial-ekonomi di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur bahwa resiliensi muncul secara dinamis dari dalam diri mereka. Resiliensi tersebut meliputi I have (keluarga dan lingkungan), I am (percaya diri, optimis, gelar Baiq bukan halangan berekspresi), i can (Bekerja keras demi anak dan keluarga). Terbentuknya resiliensi pada Ibu single parent rawan sosial-ekonomi di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur karena mereka tidak selalu meratapi nasib tanpa adanya tindakan. Nilai dalam ajaran agama seperti sabar, syukur, dan ikhlas sebagai sumber kekuatan untuk mereka bangkit (resilien) dari keterpurukan.
Faktor pendukung resiliensi Ibu single parent rawan sosial-ekonomi di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur adalah memiliki rasa optimis yang muncul di dalam diri mereka agar mampu bangkit dari keterpurukan. Faktor penghambat terdiri dari rasa pesimis yang muncul secara berulang kali ketika mengikuti program bantuan dari Pemerintah yang tidak kunjung diterima. Masyarakat di Desa Padamara masihm memegang teguh dan menjalankan adat suku sasak yang membatasi ruang gerak perempuan yang bergelar Baiq. Hal tersebut menjadikan Ibu single parent yang bergelar Baiq mengalami permasalahan dalam hal berkarir di luar rumah.NIM.: 19200010150 Lalu Muhammad Ridho Firmansyah, S.Sos2022-03-01T01:55:34Z2022-03-01T01:55:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49669This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496692022-03-01T01:55:34ZKEMAMPUAN ADAPTASI DAN KONDISI KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS MAHASISWA ILMU KESEJAHTERAAN UIN SUNAN
KALIJAGA DI MASA PEMBELAJARAN DARINGThe COVID-19 pandemic has implications for various sectors of life, one of which
is in the field of social welfare education which has close ties to the realm of social
work practice where during this pandemic the learning process and social work
practice for students is limited. Apart from the academic aspect, the pandemic also
has an impact on the students themselves who are required to be able to adapt well
where this adaptability has a close relationship with the psychological well-being
of students.
This study uses two main theories, namely from Carol D. Ryff to analyze the
condition of psychological well-being and from Maria Goretty Sarahutu to
determine the adaptability of students. Primary data collection was carried out
using a questionnaire method on 111 respondents. The research data processing
was carried out using two analyzes, namely descriptive analysis and correlation
analysis
This study found that descriptively the majority of students in the two research
variables were at a moderate level. While the correlation analysis found that the
correlation value is in the moderate correlation range, so it can be concluded that
there is a positive relationship between psychological well-being and adaptability
in Social Welfare Science students at UIN Sunan Kalijaga.NIM.: 19200010039 Yusuf Effendi, S. Sos.2022-02-24T05:06:50Z2022-02-24T05:06:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49664This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496642022-02-24T05:06:50ZPERAN PEKERJA SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LANSIA TERLANTAR
ERA PANDEMI COVID-19 DI UPT RPLUT
BUDHI DHARMA YOGYAKARTTersebarnya virus COVID-19 menjadi permasalahan besar bagi lansia. Hal ini akan mengakibatkan kesehatan mental serta kesehatan fisik lansia makin memburuk. Selain itu lansia sangat rentan akan tertularnya virus ini dikarenakan daya tahan tubuh yang sudah menipis. Upaya untuk memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada lansia membutuhkan peran pekerja sosial untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Pekerja sosial di sini menjadi tim terpenting akan tujuan yang sudah direncanakan dan ingin dicapai oleh panti saat menghadapi COVID-19. Berdasarkan hal tersebut UPT Rumah Pelayanan Lanjut Usia Terlantar (RPLUT) Budhi Dharma Yogyakarta mendapatkan tantangan terbesar dengan adanya permasalahan mengenai Pandemi COVID-19 dalam memberikan pelayanan yang berkualitas untuk mendorong kepercayaan masyarakat khususnya lansia. Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana peran pekerja sosial era pandemi COVID-19 dan bagaimana faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap lansia terlantar era pandemi COVID-19 di UPT Rumah Pelayanan Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma?
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Hal ini dilakukan karena pada proses penelitian lebih cocok menggunakan pendekatan deskriptif yang akan menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebagai data primer dan data sekunder berupa buku-buku literatur, data yang berupa dokumen serta peraturan perundang-undangan.
Hasil penelitian dari peran pekerja sosial dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap lansia terlantar era pandemi COVID-19 di UPT RPLUT Budhi Dharma Yogyakarta berdasarkan peran pekerja sosial pada masa pandemi COVID-19 memiliki perubahan terhadap pelayanan yang diberikan kepada kelayan. Mulai dari penerimaan kelayan baru yang mana pekerja sosial melakukan survey secara daring, pembatasan saat melakukan asesmen dan intervensi yang dilakuan demi lansia yang positif. Advokasi secara internal maupun eksternal dan melakukan aktivitas diluar kebiasaan. Selain itu Kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry diperoleh hasil yang sudah mendukung dan sesuai pada kepentingan lansia seperti bukti fisik, jaminan, empati dan daya tanggap. Sehingga faktor penghambat yang dialami oleh panti dan lansia tidak terlalu berpengaruh dalam menghadapi pandemi COVID-19.NIM.: 19200010097 Sri Hati Putri, S.Sos2022-02-24T04:19:04Z2022-02-24T04:19:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49679This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496792022-02-24T04:19:04ZIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI TINDAK KEKERASAN DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARATThis study aims to describe the implementation of policies to protect women from acts of violence in Mataram City, West Nusa Tenggara Province. The focus of this research is related to how the implementation of the policy of protecting women from violence and what are the obstacles to implementing the policy in implementing the policy of protecting women from violence, then how is the community's response to the implementation of the policy on the regulation of women's protection from violence. As we all know that each region certainly has its own legal regulations, as well as the local government of Mataram City which also has its own regulations regarding the protection of women from acts of violence. Where in this case the government appoints relevant institutions or agencies that have duties and functions in carrying out the protection of women from violence, namely the NTB Province DP3AP2KB as the leading sector (the main policy implementer) and coordinates with the Integrated Service Center consisting of elements: Social Service, Department of Education, Department of Health, Police, Lawyers, NGOs, and so on. This type of research is qualitative-descriptive research, to obtain data in this study the researchers also used the methods of observation, interviews and documentation. The subjects were the UPTD for PPA DP3AP2KB NTB Province, women victims of violence, and the people in Mataram City.
The results of this study indicate that in implementing the policy of protecting women from violence, DP3AP2KB as the main policy implementer that carries out protection consisting of prevention and treatment efforts. Prevention is carried out through: socialization, counseling, campaigns to stop anti-violence against women and also training members on their duties and functions in protecting women from acts of violence. Meanwhile, for the handling or assistance provided and carried out, among others: Complaint services, medical services, psychosocial services, legal aid services and empowerment. In implementing the policy on the protection of women from violence, the UPTD PPA DP3AP2KB NTB Province encountered several obstacles in implementing the Regional Regulation of the City of Mataram Number 4 of 2012 concerning the Implementation of the Protection of Women and Children from Violence, including: 1) Limited human resources 2 ) Limited budget or funds 3) Uneven socialization 4) Inadequate secretariat and facilities 5) SOPs that do not encourage the commitment of policy implementing members to protect women from acts of violence 6) Lack of community participation and participation in providing information.NIM.: 19200010151 Nurfah