Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T08:35:36ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2016-06-01T01:12:39Z2016-06-01T01:12:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20749This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/207492016-06-01T01:12:39ZIMPLEMENTASI SISTEM RUJUKAN BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI CAMP ASSESMENT DINAS SOSIAL DIYCamp Assesment adalah tempat penampungan sementara bagi gelandangan dan pengemis hasil penjangkauan oleh Satpol PP dan Dinas Sosial Kabupaten/Kota DIY dan kiriman masyarakat. Penelitian ini memiliki dua tujuan: (1) mengetahui implementasi sistem rujukan bagi gelandangan dan pengemis (2) mengetahui faktor-faktor hambatan dan pendukung sistem rujukan bagi gelandangan dan pengemis di Camp Assesement Dinas Sosial DIY. Untuk memperoleh data peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti menganalisis data mentah, pertanyaan-pertanyaan penting, mengeneralisasi unit-unit makna, dan mendiskripsikan esensi peristiwa yang diamati. Hasil menunjukkan bahwa implementasi rujukan gelandangan dan pengemis dapat dilaksanakan setelah hasil keputusan rapat Case Conference (CC) yang disetujui oleh seluruh petugas pendamping, psikolog, dan case manager, kecuali anak usia 18 tahun ke bawah, maka tidak harus menunggu rapat CC melainkan langsung dirujuk ke Rumah Perlindungan Sosial Anak. Administrasi rujukan dilengkapi berita acara penyerahan, surat rujukan, laporan hasil assesmen, surat kesehatan (jika ada). Faktor penghambat ialah penolakan oleh balai rehabilitasi sosial dengan alasan keterbatasan kuota, dan ketidaksesuaian kriteria serta ketidakmauan klien dirujuk ke balai rehabilitasi sosial karena merujuk klien harus ada persetujuan klien sendiri. Faktor pendukung ialah adanya tujuh balai rehabilitasi sosial, yaitu antara lain Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas, Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras, Balai Rehabilitasi Sosial Tresna Werdha, dan Lembaga swadaya masyarakat, Perda No. 1 Tahun 2014 Tentang penanganan gelandangan dan pengemis, adanya SDM, dan adanya kerja sama lintas provinsi.
Kata Kunci: Rujukan, gelandangan, pengemis, Camp Assesment, Dinas SosialNIM. 1420010021 SARIF2016-06-02T01:33:16Z2016-06-02T01:33:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20754This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/207542016-06-02T01:33:16ZANALISIS KESIAPAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DAN KEBAKARAN DI PERPUSTAKAAN (Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)Latar belakang penelitian adalah tentang Analisis Kesiapan Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Kebakaran di Perpustakaan (Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta). Rumusan masalahnya adalah bagaimana Kesiapan Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Kebakaran di Perpustakaan Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan perpustakaan dalam menghadapi bencana gempa bumi dan kebakaran di perpustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat kualitatif serta menggunakan metode deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampling yang berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan apa yang diteliti melalui observasi, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi.Proses analisis data menggunakan teori Miles dan Hubermen, yaitu dengan mereduksi data, memfokuskan pada tema penelitian, menyajikan data, menjelaskan berdasarkan wawancara dan dokumentasi, serta menyimpulkan analisis.
Hasil penelitian kesiapan dalam menghadapi bencana gempa bumi dan kebakaran di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga ditemukan jika perpustakaan memiliki potensi terjadinya bencana gempa bumi dan kebakaran. Dari segi konstruksi bangunan, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sudah siap dalam menghadapi bencana gempa bumi tetapi belum siap dalam menghadapi bencana kebakaran. Dari segi penyimpanan koleksi, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sudah siap dalam menghadapi bencana. Dari segi sistem proteksi aktif, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sudah siap dalam menghadapi bencana kebakaran. Dari segi sarana penyelamat jiwa, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sudah siap dalam menghadapi bencana. Dari segi kesiapan petugas, Petugas Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga belum siap dalam menghadapi bencana gempa bumi dan kebakaran di perpustakaan. Dari segi pengecekkan berkala dan perbaikan gedung, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga belum siap dalam melakukan perbaikan secara langsung terhadap kerusakan gedung atau sarana perpustakaan. Dari segi akses pemadam kebakaran, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga belum siap dalam menghadapi bencana. Dari segi pemeliharaan sarana kebakaran, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga belum siap dalam pemeliharaan sarana kebakaran..
Kata Kunci : Bencana, Kesiapan, Gempa Bumi, Kebakaran, PerpustakaanNIM: 1420011035 VIOLA DWI PUTRI SYARIF2016-06-08T01:40:48Z2016-06-08T01:40:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20758This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/207582016-06-08T01:40:48ZKOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAUD DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN ANAK DI TK INKLUSI ABA NITIKAN UMBULHARJO YOGYAKARTATerwujudnya tujuan Pendidikan Nasional tidak terlepas dari peran guru. Hadirnya standar yang ditetapkan untuk menjamin profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang penting dimiliki setiap guru khususnya guru PAUD agar guru mampu mengelola pembelajaran dengan baik dengan berpegang pada prinsip belajar anak usia dini yaitu bermain sambil belajar sehingga dapat mewujudkan perkembangan anak secara optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, Mengetahui dan menganalisis tentang kompetensi pedagogik guru PAUD. Kedua, Mengetahui dan menggali upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogik. Ketiga, Mengetahui dampak kompetensi pedagogik guru tarhadap perkembangan anak.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil latar di TK Inklusi ABA Nitikan Umbulharjo Yogyakarta. Tehnik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data menggunakan analisis diskriptif kualitatif dan untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan tehnik analisis trianggulasi data.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: Pertama, kompetensi pedagogik guru PAUD dalam meningkatkan perkembangan anak di TK Inklusi ABA Nitikan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan guru dalam melaksanakan delapan indikator kompetensi pedagogik guru PAUD meliputi Mengorganisasikan aspek perkembangan sesuai dengan karakteristik anak usia dini, Menganalisis teori bermain sesuai aspek dan tahap perkembangan, kebutuhan, potensi, bakat dan minat anak usia dini, Merancang kegiatan pengembangan anak usia dini berdasarkan kurikulum, Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik, Mengembangkan potensi anak usia dini untuk mengaktualisasikan diri, Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun, Menyelenggarakan dan membuat laporan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar anak usia dini, Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik dalam proses pembelajaran.
Kedua, Upaya guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogiknya melalui kegiatan seminar, workhshop, organisasi keguruan (KKG), pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), Uji kompetensi Guru (UKG), pendidikan, menindaklanjuti hasil evaluasi yang dilakukan kepala sekolah melalui kegiatan supervisi. Ketiga, Kompetensi pedagogik guru PAUD berdampak pada lima aspek perkembangan, yaitu aspek fisik motorik meliputi gerak fisik dan keterampilan, aspek kognitif meliputi pengetahuan dan kemampuan berfikir anak, aspek bahasa berhubungan dengan kemampuan berbahasa anak, aspek sosial emosional berkaitan dengan kemampuan bersosial anak, aspek nilai agama dan moral mencakup perilaku dan pengetahuan keagamaan anak.NIM. 1420430008 SAUDAH2016-06-03T00:41:41Z2016-06-03T00:41:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20759This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/207592016-06-03T00:41:41ZPENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LEMBAGA PAUD DENGAN METODE BINAMAMatematika digunakan untuk mempermudah kegiatan manusia sehari-hari
baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, politik, budaya, kesehatan dan lain-lain.
Oleh karena itu, matematika perlu diajarkan sejak dini. Akan tetapi, berdasarkan
hasil pengamatan peneliti, metode pembelajaran matematika di lembaga PAUD
ada yang belum menggunakan bimbingan, penalaran, dan bermain. Pembelajaran
dilakukan dengan menyalin angka dari papan tilis ke buku tanpa ada bimbingan,
penalaran, dan unsur bermain. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik dan
prinsip pembelajaran anak usia dini. Kondisi ini melatarbelakangi peneliti utuk
mengembangkan pembelajaran matematika di lembaga PAUD. Tujuan penelitian
ini adalah mengembangkan metode pembelajaran matematika untuk anak usia
dini yang menggunakan bimbingan, penalaran, dan bermain.
Produk yang dikembangkan adalah pembelajaran matematika anak usia dini
dengan metode binama. Metode Binama adalah metode pembelajaran matematika
di lembaga PAUD yang memperhatikan bimbingan, penalaran, dan bermain. Hasil
pengembangan adalah sebuah produk baru untuk pembelajaran matematika anak
usia dini di lembaga PAUD. Produk ini merupakan benda-benda manipulatif yang
terdiri dari permaian benda konkret (PBK), permainan benda semi konkret
(PBSK), permainan balok binama (PBB), lagu Membilang Bilangan, lagu
Membaca Angka, lagu Penjumlahan Bilangan, dan Pengurangan Bilangan.
Permainan benda konkret dilengkapi dengan lagu Membilang Bilangan,
permainan benda semi konkret dilengkapi dengan lagu Membaca Angka,
permainan balok binama dilengkapi dengan lagu Penjumlahan Bilangan dan lagu
Pengurangan Bilangan.
Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model pengembangan
Sugiyono yang terdiri dari sepuluh tahap dan tidak melaksanakan tahap produksi
massal karena masih dalam taraf kepentingan penelitian. Subyek ujicoba dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelompok usia 5-6 tahun Kelompok Bermain
Mulia Desa Sungai Nyamuk Kecamatan Sebatik Timur Kabupaten Nunukan
Provinsi Kalimantan Utara. Produk pengembangan dikatakan layak apabila
memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
Hasil ujicoba menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan telah
memenuhi kriteria valid yang ditunjukkan oleh hasil rata-rata validasi oleh dua
validator. Produk juga memenuhi kriteria praktis yang ditunjukkan oleh hasil
penilaian pengguna. Selain iti,produk juga memenuhi kriteria efektif yang
ditunjukkan oleh rata-rata hasil tes penilaian untuk anak.
Kata Kunci: matematika, bimbingan, penalaran, bermainNIM: 1420430009 MUHAMMAD ASKAR2016-06-08T01:40:53Z2016-06-08T01:40:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20760This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/207602016-06-08T01:40:53ZPENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM UPAYA PENANAMAN KOMPETENSI INTI ANAK USIA DINI DI PAUD TERPADU AN-NUUR SLEMAN, YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mendisikripsikan penerapan saintifik pada pembelajaran untuk penanaman kompetensi inti anak usia dini di PAUD Terpadu An-Nuur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang diarahkan pada field research. Data-data penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi serta dicoding menjadi CW (catatan wawancara), CL (catatan lapangan), dan CD (catatan dokumentasi). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan model analisis interaktif. Data-data hasil penelitian diuji kembali keabsahannya dengan menggunakan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dilakukan melalui 5 tahap atau kegiatan meliputi (1) mengamati yaitu menyajikan benda atau objek nyata dari tema yang dibahas untuk diamati oleh anak menggunakan semua inderanya; (2) menanya yaitu memberikan kesempatan kepada semua anak untuk menanyakan hal-hal yang menarik rasa ingin tahu mereka mengenai topik yang menjadi pembahasan; (3) mengumpulkan informasi yaitu melakukan percobaan sederhana untuk membuktikan pertanyaan yang diajukan oleh anak dan mengumpulkan informasi mengenai topik yang dibahas dari berbagai sumber; (4) menalar yaitu mendiskusikan untuk membuat kesimpulan mengenai topik yang dibahas dan menggabungakan antara pengetahuan yang telah dimiliki anak dengan pengetahuan baru yang diperoleh; (5) mengkomunikasikan yaitu mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh baik melalui bahasa / cerita dan juga hasil karya.
Bentuk penanaman kompetensi inti yang ditanamkan di PAUD Terpadu An-Nuur meliputi: (1) KI-1 untuk sikap spiritual ditanamkan melalui pembiasaan anak-anak untuk menjalankan ajaran agama Islam; (2) KI-2 Sikap Sosial ditanamkan melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari yang dilakukan anak di sekolah seperti sikap mandiri, disiplin, kerjasama, jujur, peduli, percaya diri, dan nilai-nilai kehidupan lainnya; (3) KI-3 Pengetahuan ditanamkan dengan mengajak anak-anak menemukan dan mencari sendiri pengetahuan melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik; (4) KI-4 Keterampilan ditanamkan dengan cara memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui dan difikirkan melalui keterampilan baik dengan bahasa maupun hasil karya kreatif anak pada masing-masing sentra.
Kata kunci : Pendekatan Saintifik, Pembelajaran, Kompetensi Inti Anak Usia DiniNIM. 1420430010 TRI UTAMI2016-06-03T00:44:28Z2016-06-03T00:44:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20761This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/207612016-06-03T00:44:28ZPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KAMUS TEMATIK TIGA BAHASA (INDONESIA, ARAB, INGGRIS) UNTUK MENSTIMULASI KOGNITIF ANAK USIA DINIPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berupa
Kamus Tematik Tiga Bahasa (Indonesia, Arab, Inggris) untuk menstimulasi
kognitif anak usia dini, menguji cobakan dan menganalisis kelayakan produk
untuk menstimulasi kognitif pada anak usia dini, dan mengetahui kelebihan dan
kekurangan Kamus Tematik Tiga Bahasa (Indonesia, Arab, Inggris) untuk
menstimulasi kognitif anak usia dini.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan research and
development (R&D). Adapun pengumpulan data menggunakan instrumen lembar
pengamatan, angket dan panduan wawancara. Selanjutnya dianalisa dengan
konversi data kuantitatif ke kualitatif yang akhirnya pada pengambilan suatu
kesimpulan. Kamus tematik memberikan stimulasi perkembangan kognitif dengan
cara mengingat kosa kata baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris yang disajikan
pada setiap tema. Indikator kognitif disesuaikan dengan kurikulum yaitu konsep
pengetahuan umum, konsep bentuk, ukuran, warna, dan pola serta konsep
bilangan, lambang bilangan dan huruf. Pengembangan ini berdasarkan model
penelitian Research and Development menurut Borg & Gall dimana langkahlangkahnya
ialah analisis kebutuhan, desain, pengembangan, dan validasi serta
dilengkapi dengan melihat implikasi kelayakan melalui pre-test dan post-test.
Hasil pengembangan kamus tematik melalui uji coba validitas produk,
revisi, uji coba pengguna produk, dan evaluasi serta pre-test dan post-test
perkembangan kognitif. Berdasarkan hasil uji coba bahwa produk secara umum
layak digunakan sebagai media untuk menstimulasi kognitif anak usia dini. Hal
ini didasari dari skor penilaian validitas produk ahli materi 4.06 (Baik), validitas
produk ahli media 4.33 (Sangat Baik), pengguna produk 4.28 (Sangat Baik) dan
hasil evaluasi akhir 4.05 (Baik), sementara hasil asessment perkembangan
kognitif pre-test 1.82 (Kurang), dan post-test 3.60 (Baik). jadi dapat
disimpulkan bahwa produk kamus tematik layak menjadi media pembelajaran
untuk menstimulasi kognitif anak usia dini.
Kata kunci: Media Pembelajaran, Kamus Tematik Tiga Bahasa, Kognitif.Nim: 1420430011 SAPTIANI2016-12-21T02:18:58Z2016-12-21T02:18:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22918This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/229182016-12-21T02:18:58ZADVOKASI TERORIS
(STUDI STRATEGI ADVOKASI SOCIAL MOVEMENT INSTITUTE
TERHADAP TERORIS YANG MENGALAMI STIGMA MERUGIKAN)Persoalan terorisme di Indonesia mulai muncul kepermukaan
ketika terjadi peristiwa bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002 yang
menghancurkan Paddy’s Cafe dan Sari Club Denpasar Bali yang
menewaskan 184 orang termasuk warga negara asing. Setelah itu berbagai
peristiwa teror serupa terjadi, yaitu JW. Marriot di Kuningan Jakarta yang
dikenal dengan Bom Kuningan 9 September 2009, berbagai bom yang
meledak di beberapa Gereja, bom di kedutaan besar Australia serta
Jimbaran Bali yang dikenal dengan bom Bali II dan yang terakhir di
Sarina, MH.Thamrin. Berbagai aksi peledakan bom yang dilakukan para
teroris mengakibatkan keresahan di masyarakat sehingga terjadi berbagai
bentuk penolakan terhadap teroris. Hal ini misalnya nampak dari aksi
solidaritas dan lawan teroris yang dilakukan di Bundaran HI, Jakarta,
gerakan bersama bersatu melawan terorisme di lapangan alun-alun Tegal,
aksi kami tidak takut terhadap teroris yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat Tana Toraja, serta penolakan jenazah teroris untuk
dimakamkan di kampung halamanya. Dengan demikian teroris juga
mendapat reaksi keras, baik dari masyarakat dan juga aparat yang
mengarah pada ketidakadilan di lapas ataupun luar lapas. Bedasarkan latar
belakang tersebut Lembaga Social Movement Institut (SMI), sebuah
Lembaga Swadaya Masyarakat tergerak untuk melakukan advokasi
terhadap para teroris. Penelitian ini berusaha menjawab strategi advokasi
mereka, serta faktor penghambat dan pendukung advokasi terhadap para
teroris.Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan
metode penelitian dengan wawancara kepada semua pengurus SMI dan
tiga teroris. Selain itu peneliti memeriksa dokumen berupa foto-foto
ketidakadilan yang didapat para teroris dan observasi ketika kunjungan ke
Semarang. Penelitian ini menemukan bahwa strategi advokasi di SMI
menggunakan litigasi dan non litigasi. Strategi litigasi berupa pengkajian
pasal-pasal yang dianggap sebagai sumber perlakuan ketidakadilan
terhadap teroris, sebagai broker dengan Tim Pengacara Muslim,
sedangkan strategi non-litigasi berupa pendampingan keluarga yang di
luar, baik bidang ekonomi ataupun sosial. SMI tidak mendampingi di
bidang ideologi/akidah. Faktor pendukung SMI dalam melakukan
advokasi terhadap teroris dengan kepercayaan dan keterbukaan sedangkan
faktor penghambat ialah adanya kecurigaan aparat dan konflik sesama
teroris terkait dengan dukungan terhadap ISIS.
Kata Kunci: Strategi Advokasi, Teroris, Litigasi dan Non-LitigasiNIM:1420010001 Muh. Syahrur2016-12-21T01:35:16Z2016-12-21T01:35:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22926This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/229262016-12-21T01:35:16ZIMPLEMENTASI SISTEM DIVERSI DAN SINERGI JEJARING
PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PENANGANAN ANAK YANG
BERHADAPAN DENGAN HUKUM
DI YOGYAKARTAPenelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan tingginya tingkat
prevalensi kasus anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) di Indonesia.
Penanganan khusus terhadap ABH diperlukan sebagai upaya perlindungan, tidak
hanya kepada pelaku, namun korban dan saksi juga.Untuk memberikan pelayanan
terbaik untuk klien anak dibutuhkan koordinasi dan kolaborasi yang baik dalam
sebuah jaringan kerja berpusat pada human service. Dalam membangun jejaring
kerja perlu adanya kesepahaman dan kebersamaan, dan pada praktiknya sinergi
jejaring ini sulit untuk dicapai dikarenkan kurangnya kesadaran baik pekerja
sosial maupun profesional lain dalam penanganan anak yang berhadapan dengan
hukum. Halini berdampak terhadap kurang maksimalnya pelayanan penanganan
masalah anak, terutamaterkait upaya diversi.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif, dengan tujuanuntuk
mengetahui implementasi diversi pada peradilan ABH di Yogyakarta, mengetahui
relasi antar stakeholder dalam penanganan kasus-kasus ABH, dan untuk
mengetahui sinergi jejaring pekerja sosial dalam upaya diversi terhadap ABH.
Subjek penelitian ini adalah pekerjasosial sebagai informan kunci. Sedangkan
subjek pendukung terdiri dari pembimbing kemayarakatan dari Balai
Pemasyarakatan, Dinas Sosial seksi anak, Polri (PPA), Jaksa Penuntut Umum,
hakim anak, advokat, dan keluarga penerima pelayanan. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan banyak instansi yang terlibat dalam
penanganan ABH, diantaranya: kepolisian, kejaksaan, pengadilan, bapas, dinas
sosial, maupun lembaga bantuan hukum. UU SPPA Nomor 11 Tahun 2012 dan
PP Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan
Anak yang belum berumur 12 (dua belas) tahunsebagai dasar para penegak
hukum dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Diversi wajib diupayakan dalam
setiap tingkatan instansi penegak hukum. Berkaitan dengan relasi antar
stakeholder dalam penanganan kasus-kasus ABHmembutuhkan pemahaman
bersama agar penentuan keputusan untuk kepentingan terbaik anak tepat dan tidak
terlalu panjang waktunya. Oleh sebab itu, sosialisai terhadap aturan penanganan
ABH, pendidikan dan sertifikasi menjadi bagian penting. Berkaitan dengan
sinergi jejaring pekerja sosial dalam upaya diversimembutuhkan peningkatan
kemampuan dari pekerja sosial agar sebagai profesi pekerjaan sosial mendapatkan
pengakuan. Berjejaring bisa menjadi penguatan pelayanan pekerja sosial terhadap
ABH. Cara yang biasanya digunakan oleh pekerja sosial dalam menjalin jejaring
kerja adalah lewat alat komunikasi berupa hanphone atau secara resmi lewat surat.
Kata kunci: Sinergi jejaring, pekerja sosial, anak yang berhadapan dengan
hukum, diversiNIM: 1420010008 ASTUTIK INDRAWATI2016-12-15T04:34:13Z2016-12-15T04:34:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22927This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/229272016-12-15T04:34:13ZIMPLEMENTASI SUPPORT GROUP THERAPY
DI BALAI REHABILITASI SOSIAL PAMARDI PUTRA YOGYAKARTAPeredaran NAPZA di Indonesia semakin marak hingga ke pedesaan, demikian juga penyalahgunaannya. UU Narkotika No. 35/2009 menyebutkan salah satu tujuan regulasi narkotika adalah menjamin ketersediaan narkotika bagi kepentingan kesehatan dan pengembangan IPTEK. Keluarga dan masyarakat hendaknya mendorong para pecandu agar secara sukarela melaporkan diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor untuk mendapatkan rehabilitasi medis dan sosial.
Penelitian ini untuk mengetahui proses implikasi support group therapy beserta faktor pendukung dan penghambat di Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Yogyakarta, dengan metode deskriptif kualitatif, bermaksud memahami fenomena yang dialami oleh subyek secara holistik melalui penarasian bahasa dan kata-kata. Subyek adalah pekerja sosial, konselor adiksi, dan residen rehabilitasi.
Hasil menunjukkan implementasi support group therapy berjumlah 13 jenis namun tidak semuanya diaplikasikan di balai tersebut karena beberapa faktor penghambat, yaitu (1) kurangnya SDM yang belum mendapatkan pelatihan terkait support group therapy, (2) kurangnya sarana dan prasaran pendukung suksesnya support group therapy, (3) adanya beberapa tenaga teknis yang mis-match, dan (4) lemahnya dukungan pemerintah terkait pembekalan ketrampilan theraupeutic community. Faktor pendukung juga eksplisit disini. Keseluruhan support group therapy tersebut memiliki indikator keberhasilan untuk menurunkan angka relapse penyalahgunaan NAPZA, bebas zat adiktif, meningkatkan kualitas hidup, dan dapat melaksanakan berfungsi sosial di masyarakat.1420010009 KHATUN KUSTURI2016-12-22T01:08:35Z2016-12-22T01:08:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22933This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/229332016-12-22T01:08:35ZRESILIENSI LANSIA PEREMPUAN DALAM MENYINGKAPI PERMASALAHAN HIDUP DI KOTA YOGYAKARTAIndonesia merupakan Negara peringkat keempat di dunia dari jumlah penduduk, dan peringkat kesepuluh dari jumlah penduduk lanjut usia. Lansia merupakan tahap akhir dari rentang kehidupan, yang sering dipandang sebagai sosok yang rentan, lemah, dan tidak berdaya.Namun data menunjukkan masih banyak lansia di Daerah Istimewa Yogyakarta yang aktif, dan produktif dalam kehidupannya. Resiliensi merupakan suatu kemampuan bertahan hidup seseorang dalam menghadapi adversity (kondisi yang tidak menyenangkan) dalam kehidupan.Dengan resilien dalam kehidupan, lansia dapat menyingkapi setiap permasalahan-permasalahan dalam hidup. Secara umum terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh lansia diantaranya: masalah kesehatan, psikologis, sosial, dan ekonomi. Dari berbagai permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian fokus masalah lansia.
Penelitian ini menerapkan metode deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan penelitian dalam pandangan fenomelogis yang berusahamemahamiarti dari peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Sumber data dalam penelitian ini dipilih secara purposive. Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan tiga metode diantaranya: dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai 11 orang informan, yaitu para lansia perempuan yang resilien dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup dan lansiayang masih aktif, produktif dan mandiri dalam menjalankan kehidupannya.
Dari hasil penelitianini dapat disimpulkan berbagai hal yang didapatkan peneliti ketika melakukan proses penelitian diantaranya sebagai berikut: pertama, Masalah yang dihadapi lansia perempuan dalam hidup seperti:Kemiskinan (ekonomi), (b) Kematian suami, (c) Kecelakaan, (d) Penyakit/disability, (e) Konflik keluarga (perceraian), (f) Sempitnya lapangan pekerjaan. Kemudian permasalahan di atas dikategorisasi berasal dari 4 faktor diantaranya: kesehatan, psikologi, sosial dan ekonomi. Kedua, terkait dengan strategi lansia dalam menghadapi tantangan hidup yaitu dengan menerapkan dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal pada diri lansia. Ketiga, Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi strategi resiliensi lansia itu adalah:adanya faktor resiko dan faktor protektif pada lansia sehingga lansia mampu resilien dalam hidup. Kemudian adapun faktor pendorong lain diantaranya: (1) Bebas dari ketergantungan, (2) Sebagai tulang punggung bagi keluarga, (3) Masih melekatnya budaya patriarki (4) Kemiskinan (5) Nilai-nilai Spiritualitas Keagamaan (6) Pandangan hidup (7) Kecintaan terhadap pekerjaannya
Kata kunci: resiliensi, lansia perempuan, permasalahan hidupNIM: 1420010015 Miftahul Jannah2016-12-20T01:06:53Z2016-12-20T01:06:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22988This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/229882016-12-20T01:06:53ZPENYESUAIAN DIRI PENERIMA MANFAAT
DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA ANTASENA MAGELANGPelayanan rehabilitasi sosial sistem panti merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengembalikan anak yang berhadapan dengan hukum agar dapat berintegrasi dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Namun proses pelayanan rehabilitasi sosial tersebut seringkali mengalami hambatan, yaitu berkaitan dengan penerima manfaat dalam menyesuaikan diri terhadap pelayanan dan rehabilitasi sosial sistem panti. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi upaya penerima manfaat dalam menyesuaikan diri dengan peraturan atau tata tertib dan menggali upaya penerima manfaat dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam proses penyesuaian diri di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan eksploratif yaitu menggali dan memahami masalah penyesuaian diri penerima manfaat sekaligus memberikan ide/masukan terkait upaya mengatasi hambatan penyesuaian diri. Subjek penelitian ini adalah tiga orang penerima manfaat dan tiga orang pekerja sosial yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan sistem pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian diri penerima manfaat merupakan kunci pertama dalam memulai rehabilitasi sosial. Asesmen pekerja sosial dilakukan untuk menggali bakat/potensi/kekuatan dan sumber-sumber yang mendukung pelayanan. Melalui strengths perspective, pekerja sosial bersama penerima manfaat menentukan rencana intervensi yang tepat sehingga penerima manfaat dapat mengikuti proses rehabilitasi sosial sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Hambatan penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor latar belakang, dukungan keluarga, derajat/tingkat kenakalan, dan jenis kenakalan. Hal-hal yang mendukung upaya penyesuaian diri berupa dukungan keluarga, bakat/potensi/kekuatan penerima manfaat, dan bimbingan yang intensif dari pekerja sosial.NIM. 1420010028 YATINI2016-12-20T01:25:35Z2016-12-20T01:25:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22993This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/229932016-12-20T01:25:35ZPENDAMPINGAN BALITA TERLANTAR DI LKSA SERI DERMA YOGYAKARTA
(STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK BALITA)Anak adalah harapan masa depan bangsa. Banyak terjadi kasus-kasus yang
menimpa generasi penerus bangsa ini. Salah satunya kasus-kasus yang santer
terdengar seperti kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan tindakan-tindakan
kriminal yang terjadi pada anak lainnya. Kasus penelantaran anak juga banyak
terjadi dikalangan keluarga miskin maupun keluarga berada. Penyebabnya tidak
hanya karena kemiskinan namun juga karna pemahaman pola asuh yang salah dari
orang tua dan keluarga anak tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu
adanya pendampingan lebih awal terhadap keluarga-keluarga yang memiliki anak
balita supaya tidak terjadi penelantaran anak yang salah satu akibatnya anak
mengalami gizi buruk/kurang gizi. Program kesejahteraan sosial anak (PKSA)
bertujuan mewujudkan pemenuhan hak dasar anak dan melindungi anak dari
ketelantaran, eksploitasi, dan diskriminasi. PKSA adalah upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar anak melalui berbagai bantuan, aksesibilitas pelayanan sosial dasar,
penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.
Program ini berbentuk bantuan tunai bersyarat (conditional cash transfer) dalam
bentuk tabungan kesejahteraan sosial anak. PKSA ini terdiri dari enam klaster
program menurut permasalahan klien, salah satunya program kesejahteraan sosial
anak balita (PKSAB), diperuntukkan untuk klien balita yang terlantar/sengaja
ditelantarkan yaitu dengan melayani kebutuhan dasar, aksesibilitas layanan
publik, dan hak sipil. PKSAB disalurkan melalui lembaga kesejahteraan sosial
anak (LKSA), salah satunya adalah LKSA Seri Derma.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan
observasi. Penelitian ini fokus pada pelaksanaan program kesejahteraan sosial
anak balita di LKSA Seri Derma dan menemukan faktor penghambat dan
pendorong ketercapaian atau keberhasilan program tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program kesejahteraan
sosial anak balita di LKSA Seri Derma sudah sesuai dengan teori psikologi
humanistik dimana salah satu konsepnya yaitu hirarki kebutuhan yang dapat
dilihat dari pelaksanaan program dari Kementerian Sosial. Adapun tahaptahapnya
adalah verifikasi data penerima manfaat, membuat tabungan anak,
sosialisasi program, pengambilan tabungan anak, temu penguatan anak dan
keluarga, monitoring, dan evaluasi. Kemudian faktor penghambat ketercapaian
program yaitu keterbatasan sumber daya manusia didalam lembaga, kurangnya
peran aktif orang tua, dan pola pikir penerima manfaat masih rendah. Faktor
pendukung yaitu kerjasama lembaga yang baik, dan komunikasi.NIM. 1420011023 SISKA ARFIANA2016-12-22T01:08:24Z2016-12-22T01:08:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23111This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/231112016-12-22T01:08:24ZPENANGANAN PERILAKU JUVENILE DELINQUENCY
PADA ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM
DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA
YOGYAKARTAPenanganan perilaku juvenile delinquency adalah bagian dari keseluruhan proses program penanganan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) di BPRSR Yogyakarta. Tujuan utama penelitian ini adalah mengeksplorasi penanganan perilaku juvenile delinquency ABH di BPRSR Yogyakarta. Mulai dari perencanaan, implementasi, hingga tahapan terakhir penanganan ABH di lembaga. Penelitian ini adalah bagian dari penelitian sosial dengan mempergunakan pendekatan kualitatif untuk menggali, mendalami, pokok permasalahan secara mendalam dan terstruktur. Dalam hal ini adalah penanganan perilaku juvenile delinquency di BPRSR Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk penelitian eksploratori (penjajagan). Penelitian yang juga disebut dengan formulatif ini, memiliki tekanan utama untuk menemukan ide dan gagasan. Ide dan gagasan disini terkait dengan penanganan perilaku delinquency ABH. Sedangkan cara yang digunakan adalah survei literatur, survei pengalaman, dan studi tentang kasus tertentu. Sedangkan data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan menganalisa pernyataan-pernyataan penting, mengeneralisasi unit-unit makna, dan mendeskripsikan esensi dari fenomena yang diamati.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga memiliki program rehabilitasi sosial sebagai pokok penanganan ABH. Program pokok penanganan tersebut adalah empat struktur program rehabilitasi. Empat Struktur program itu, mengarahkan ABH pada program; (1) perubahan perilaku, (2) perubahan emotional dan psikologikal, (3) intelektual dan spiritual, (4) life skill (keterampilan). Empat Struktur program ini diterjemahkan menjadi empat program penanganan yakni; pengasramaan dan pengasuhan, resosialisasi, bimbingan lanjut dan terminasi. Program-program penanganan tersebut diwujudkan ke pelbagai bentuk kegiatan yakni bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental, bimbingan pendidikan dan bimbingan keluarga alternatif.
Kata Kunci : penanganan, perilaku juvenile delinquency, ABH, BPRSR YogyakartaNIM : 1420011025 SRI HARYANTI2016-12-22T01:08:18Z2016-12-22T01:08:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23115This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/231152016-12-22T01:08:18ZSTRATEGI ADVOKASI TERHADAP PEREMPUAN PENYANDANG
DISABILITAS KORBAN KEKERASAN (Studi Kasus Lembaga SAPDA
Yogyakarta)Advokasi merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara
bertahap maju. Adapun pemahaman mengenai advokasi anti kekerasan terhadap
perempuan khususnya penyandang disabilitas menekankan pada perempuan korban
kekerasan sebagai subjek sehingga korban kekerasan tidak saja mendapatkan
penanganan pemulihan secara umum dan menjadi objek advokasi, namun diharapkan
dapat mengenali persoalan yang dialami dan mempunyai kesadaran untuk berdaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi advokasi yang dilakukan lembaga
SAPDA (Satuan Advokasi Perempuan dan Anak Difabel) terhadap perempuan
penyandang disabilitas korban kekerasan. Pada penerapannya, penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 rumusan masalah utama yaitu:
1). Bagaimana strategi advokasi yang dilakukan lembaga SAPDA terhadap
perempuan penyandang disabilitas korban kekerasan?, 2). Hambatan apa saja yang
dihadapi lembaga SAPDA dalam melaksanakan advokasi terhadap perempuan
penyandang disabilitas korban kekerasan?. Sedangkan untuk pengumpulan data,
peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun
wawancara dilakukan kepada 5 orang narasumber yang dipilih secara purposive dan
keseluruhannya merupakan staf internal SAPDA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi advokasi yang dilakukan lembaga
SAPDA dibedakan menjadi tiga jenis yaitu (1). Secara Mikro, (2). Mezzo dan (3).
Makro. Dalam implementasinya, strategi Mezzo merupakan strategi yang paling
dominan digunakan oleh lembaga SAPDA hingga saat ini. Hal tersebut dapat terlihat
dari banyaknya program berbasis Mikro yang sudah dijalankan lembaga SAPDA
hingga saat ini. Adapun beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat
terlaksananya advokasi secara Internal antara lain berupa (a). Lemahnya Sumber
Daya Manusia (SDM), (b). Kontrol yang kurang memadai (Inadequate Control),
serta (c). Sistem perencanaan dan pengembangan manajemen yang lemah (Lack of
Succession Planning and Management Development). Sedangkan kendala dari faktor
Eksternal meliputi: (a). Filosofi Manajemen yang belum maksimal (Inappropriate
Management Philosophy), (b). Rekrutmen dan seleksi yang kurang tepat (Inadequate
Recruitment and Selection) dan (c). Training yang kurang mengenai pendataan klien
(Poor Training).
Kata Kunci: Strategi Advokasi, Kekerasan, Perempuan Penyandang Disabilitas,
SAPDA.NIM: 1420011029 SULISTYARY ARDIYANTIKA2017-02-06T01:42:23Z2017-02-06T01:42:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23880This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/238802017-02-06T01:42:23ZPOLA DAN STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
(Studi Kasus Tagana Di Daerah Istimewa Yogyakarta)Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam kategori daerah rawan bencana di
Indonesia. Bencana yang ada di Yogyakarta antara lain : banjir, longsor,
kekeringan, gempa bumi, tsunami, dan letusan erupsi gunung merapi. Tagana
merupakan salah satu lembaga yang dibuat atau dirancang pemerintah untuk
penanggulangan bencana. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ingin
menjawab tiga pertanyaan yaitu : (1) Apa saja Program-program Kerja Tagana
DIY? (2) Bagaimana Pola dan Strategi Tagana DIY dalam menanggulangi
bencana alam di DIY? (3) Apa saja Hambatan-hambatan Tagana DIY dalam
menanggulangi bencana alam di DIY ?
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, peneliti mewancarai tujuh
informan yang diambil secara purposif. Metode pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan untuk analisa datanya peneliti
menggunakan model analisis Miles and Huberman yang meliputi reduksi data,
penyajian data (data display), conclusion drawing/verification (penarikan
kesimpulan dan verifikasi). Sedangkan untuk keabsahan data dilakukan dengan
melalui member check, kecukupan referensi, dan triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola Tagana DIY dalam menanggulangi
bencana dapat dikategorikan menjadi tiga pola yaitu, (1) prabencana, dengan
strategi mitigasi bencana, kesiapsiagaan, dan peringatan dini (2) tanggap darurat,
dengan strategi bersifat merespon bencana yang terjadi, (3) pascabencana, dengan
strateginya rehabilitasi dan rekontruksi. Dilihat dari segi program maka tahun
2015 Tagana DIY dalam penanggulangan bencana alam lebih condong ke pola
prabencana karena dari lima belas program kerja yang dilaksanakan Tagana DIY,
empat belas program lebih ke arah pola prabencana dan hanya satu program yang
bersifat kearah pola tanggap darurat. Dalam penerapannya Tagana sering
menghadapi hambatan, yaitu kurangnya profesionalisme SDM, kurangnya
kedisiplinan, dispersepsi dalam masyarakat, cuaca yang ekstrim, kurangnya
respons dari pengurus desa.
Kata Kunci : Pola dan Strategi Penanggulangan Bencana, Tagana DIY.NIM. 1420010007 AHMAD NUR YANI