Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T21:50:27ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2020-10-20T02:06:10Z2020-10-20T02:06:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38668This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/386682020-10-20T02:06:10ZPEMIKIRAN FIKIH SOSIAL KIAI SAHAL MAHFUDH
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKATFikih sosial Kiai Sahal adalah sebuah paradigma yang menjadikan fikih sebagai
cara pandang persoalan sosial, dengan usaha mendialogkan fikih dengan realitas,
yang bermuara kepada tujuan memberikan kemaslahatan bagi seluruh umat
(maṣḥlaḥah al-ummah). Diantara wujud nyata upaya dialektika fikih dengan
realitas yang dilakukan oleh Kiai Sahal adalah gagasan beliau tentang
pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan Kiai Sahal tidak lepas dengan
adanya ketimpangan, kemunduruan, kemiskinan, dan pengangguran.Sehingga
membuat Kiai Sahal bergerak untuk melakukan pemberdayaan dengan cara
memberikan bentuk pelatihan, ekonomi kreatif dan pengelolaan zakat secara
profesional. Ada beberapa masalah dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana
pemikiran Kiai Sahal Mahfudh dalam fikih sosial? Kedua, prinsip dan nilai apa
saja yang menjadi pijakan dalam pemikiran Kiai Sahal Mahfudh? Ketiga,
bagaimana pola dan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Kiai Sahal
Mahfudh dalam fikih sosial?.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran Kiai Sahal dalam
fikih sosial, prinsip dan nilai-nilai yang menjadi pijakan Kiai Sahal, serta pola dan
pembentuk pemberdayaan Kiai Sahal di masyarakat. Penelitian ini menggunakan
metode library research dengan menggunakan pendekatan sosial-normatif, disertai
teori analisis Van Dijk, maqāṣidusy-syarī’ah dan teori empowerment.
Hasil penelitian ini menunjukkan. Pertama, pemikiran Kiai sahal dalam fikih
sosial yang diaplikasikan dalam bentuk; pendidikan yang mengarah pada saleh
akram (tafaquh fid-din), kesehatan; dengan mendirikan Rumah sakit Islam (RSI),
dan sosial keagamaan yang membentuk kepada bentuk ekonomi kreatif. Kedua,
prinsip dan nilai yang menjadi pijakan Kiai Sahal prinsip pemikiran Kiai Sahal
dituangkap dalam tiga hal yaitu tawāsuṭ, tawazun, dan tasāmuḥ. Sedangkan nilai
yang menjadi pijakan Kiai Sahal adalah pada tiga landasan utama, yaitu
kemanusian, keadilan dan kesetaraan. Ketiga, pola dan bentuk pemberdayaan
dilakukan dengan cara pengelolaan zakat secara profesional terah dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, adanya bank Artha huda Abadi untuk
mempermudah dalam hal usahaNIM:17200010171 Ahmad Turmudzi, S.Pd.I2020-10-19T03:37:52Z2020-10-19T03:39:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38653This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/386532020-10-19T03:37:52ZIMPLEMENTASI DAN EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TENTANG KONSEP CHILD FRIENDLY CITYIsu anak tidak hanya menjadi sorotan lokal, namun telah menjadi perbincangan nasional bahkan internasional. Selain itu, anak merupakan tonggak penerus masa depan yang akan melanjutkan masa perjalanan negara, baik di sektor pemerintahan maupun lainnya. Salah satu upaya pemerintah dalam memberikan hak-hak dan perlindungan anak yaitu melalui perwujudan Kabupaten /atau Kota Layak Anak (KLA). Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menerapkan Kota Ramah Anak melalui Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Kabupaten/kota Layak Anak
Penelitian ini menjelaskan dinamika implementasi serta faktor pendukung dan penghambat proses implementasi perda Kota Layak Anak (KLA) di kota Yogyakarta. Ada tiga program besar yang dicanangkan dalam perda tersebut, yang termanifestasikan melalui program di Dinas DPMPPA kota Yogyakarta yaitu Pertama, Kampung Ramah Anak (KRA), program ini di aplikasikan menggunakan pendekatan bottom-up dimana setiap pembentukannya hasil inisiatif masyarakat RW dan kelurahan. Penerapan kebijakan pengembangan KLA berbasis pada RW ini di maksudkan untuk menggali potensi wilayah secara massif, sehingga berimplikasi pada kota secara keseluruhan. Kedua, Sekolah Ramah Anak (SRA), program ini menggunakan pendekatan top-down dimana setiap pembentukannya ditentukan dari atas, berjalan dalam secara konsekuantal dalam tahap-tahap yang sudah ditentukan secara sedikit penekatan. Ketiga, Kesehatan Ramah Anak (PUSRA), program berjalan sangat efektif dengan banyaknya puskesmas mendapat penghargaan dari pusat sebagai puskesmas ramah anak. Proses implementasi program perda KLA ini tidak berjalan seirama dengan realita di lapangan, yaitu enam klaster pemenuhan hak anak sesuai peraturan pemerintah pusat tidak tercapai maksimal.
Implementasi perda KLA tidak terlepas dari empat faktor variabel pendukung dan penghambat menurut George C. Edward. Variabel pendukung bersumber dari sumber sarana prasarana dan sumber finansial, dimana pemerintah daerah kota Yogyakarta berkomitmen melalui penganggaran mencapai 1,2 M. sedangkan varabel penghambat bersumber pada komunikasi antar implementor tidak maksimal, sumber daya manusia yang tidak berkualitas secara pemahaman terkait KLA, kecendrungan-kecendrungan atau adanya sikap acuh para implementor terhadap program KLA, dan terakhir bersumber pada struktur birokrasi yang tidak memiliki sistem evaluasi rutin terhadap gugus tugas yang telah diberi tanggung jawab untuk menjalankan klaster-klaster pemenuhan hak anak di kota Yogyakarta.NIM: 16.200.10050 Sulkifli2020-09-03T06:04:53Z2020-09-03T06:08:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40817This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/408172020-09-03T06:04:53ZFILANTROPI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL: STUDI PROGRAM DA’I CORDOFA DAN SEKOLAH LITERASI INDONESIA DOMPET DHUAFA RIAUPada era pasca Orde Baru Indonesia menyaksikan tumbuh dan berkembangnya praktik filantropi Islam yang diinisiasi oleh sejumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ), yang melaksanakan berbagai program pemberdayaan jangka panjang sebagai bentuk baru praktik filantropi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap praktik filantropi melalui program pemberdayaan yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa Riau pada Komunitas Talang Mamak sebagai salah satu Komunitas Adat Terpencil di Provinsi Riau. Secara spesifik penelitian ini menelusuri program Da’i Cordofa yang bergerak di bidang dakwah Islam dan program Sekolah Literasi Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan. Pertanyaan utama dalam penelitian ini, bagaimana faktor yang melatarbelakangi dan motif dilaksanakannya program serta bagaimana manajemen dari kedua program pemberdayaan yang dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara kepada pimpinan Dompet Dhuafa Riau, segenap pengurus dan pelaksana program, serta beberapa informan dari masyarakat Talang Mamak sebagai penerima manfaat dari kedua program pemberdayaan. Data yang diperoleh dianalisis melalui kacamata filantropi Islam dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori pemberdayaaan masyarakat yang dikemukan oleh Abdul Najib yang mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya mewujudkan kemandirian masyarakat yang lemah dengan melibatkan partisipasi masyarakat yang diberdayakan secara aktif. Program pemberdayaan tersebut sebagai solusi untuk mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan di masyarakat. Di samping itu, juga menggunakan analisis Sakai yang mengatakan bahwa organisasi berbasis agama seperti halnya Lembaga Amil Zakat sebagai aktor non negara dalam mendistribusikan kesejahteraan masyarakat.
Tesis ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program Da’i Cordofa dan Sekolah Literasi Indonesia merupakan suatu bentuk pemberdayaan yang diinisiasi oleh Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Riau. Pelaksanaan program-program tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi keterbelakangan Komunitas Talang Mamak dalam bidang keagamaan dan bidang pendidikan. Masing-masing program dijalankan oleh konsultan relawan yang dikirimkan dengan pola menetap untuk mendampingi, membina dan memberdayakan masyarakat serta memenuhi kebutuhan masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang. Dilaksanakannya kedua program pemberdayaan ini, menunjukkan peran Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Riau sebagai aktor non negara dalam mendistribusikan kesejahteraan pada masyarakat pedalaman yang belum tersentuh oleh perhatian negara dengan memanfaatkan dana-dana filantropi seperti zakat, infaq, sedekah dan wakaf yang dihimpun dari masyarakat serta para donatur17200010069 Muhammad Irham2020-09-03T03:57:05Z2020-09-03T03:57:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40802This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/408022020-09-03T03:57:05ZPEMBACAAN AYAT-AYAT LINGKUNGAN:
TINJAUAN FENOMENOLOGIKO - EKSISTENSIALISKerusakan lingkungan akibat eksploitasi alam secara berlebihan terasa
semakin marak akibat ulah manusia yang kurang peduli dengan kelestarian
lingkungan, padahal al-Qur‟an telah mengingatkan manusia agar tidak membuat
kerusakan di muka bumi. Penafsiran ayat al-Qur‟an dengan pendekatan
hermeneutika filosofis diperlukan agar pengembangan metodologi tafsir dan
praktek penafsiran menjadi lebih sophisticated dan kokoh. Surat ar-Rum [30]:41
oleh mufasir klasik dipandang sebagai peristiwa social disorder yang kemudian
dalam konteks kekinian mendapati horizon baru sebagai fenomena environment
disorder. Proses pergeseran pembacaan tersebut mengikuti tahapan penafsiran
model Zakarsyi-Ricoeur yakni fahm (teks) – bayan (konteks) - istikhraj
(kontekstualisasi). Pada tiap tahapan tersebut kemudian dilakukan penjabaran dan
pendalaman melalui fenomenologiko-eksistensialis yang diteruskan ke
ekofenomenologi khususnya ekologi dalam. Dalam tataran praksis pembacaan
kekinian atas ayat ingkungan termanifestasi dalam pembangunan industri hijau,
industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.17200010049 Ajar Permono2020-08-27T06:29:26Z2020-08-27T06:29:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40640This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/406402020-08-27T06:29:26ZKELAS MENENGAH MUSLIM DAN BIROKRATISASI HALAL DI INDONESIATesis ini mengkaji tentang perkembangan budaya konsumsi halal masyarakat Muslim dari produk makanan, minuman dan obat-obatan berkembang menjadi produk non pangan. Penelitian ini berkontribusi dalam studi mengenai wacana halal terutama sebelum dan setelah Reformasi. Penelitian ini adalah studi kualitatif dengan melakukan analisis terhadap literatur-literatur terkait yang bertema budaya konsumsi Muslim dalam konteks lokal maupun global.
Tesis ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan pola konsumsi masyarakat Muslim Indonesia dari masa Orde Baru dan pasca Reformasi. Di masa Orde Baru, wacana dan diskusi mengenai konsumsi Muslim masih berkisar mengenai produk pangan atau produk yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu diskusi mengenai produk halal yang menyita perhatian nasional adalah kasus lemak babi tahun 1988 yang melibatkan brand-brand besar dan berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi serta sosial. Selain itu, di masa Orde Baru, gaya keberislaman masyarakat Muslim berada dalam pantauan dan arahan negara. Hal ini berarti masyarakat Muslim tidak dapat menunjukkan ekspresi keislamannya secara bebas.
Sedangkan di masa menjelang Reformasi dan pasca Reformasi, ekspresi keberislaman masyarakat Muslim lebih terlihat dan berwarna. Dibuktikan dengan adanya jenis produk islami (islamic product) yaitu produk-produk pangan dan produk yang diislamkan (islamized product) seperti pakaian, peralatan rumah tangga dan wisata serta perumahan yang bertema islami. Hal ini disebabkan oleh masyarakat kelas menengah Muslim yang mulai tumbuh dan mewarnai budaya konsumsi mereka. Budaya konsumsi ini juga disambut oleh pemerintah dengan menetapkan UU No. 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang semakin menguatkan budaya tersebut. Namun, peraturan ini tidak terlepas dari kritik, sebab sebuah regulasi idealnya dapat menjadi alternatif yang mengedukasi masyarakat kelas menengah Muslim, bukan hanya menjadi keuntungan bagi produsen.1620010094 Umi Khusnul Khotimah2020-08-19T05:47:18Z2020-08-19T05:47:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40300This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/403002020-08-19T05:47:18ZREVITALISASI MODAL SOSIAL SEBAGAI UPAYA ADVOKASI KEBIJAKAN
LANSIA
(Studi Kasus di Lembaga FOPPERHAM Di Desa Kedungkeris Kecamatan Nglipar
Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta)Proses pembangunan tidak bisa kita pungkiri senantiasa akan menyisakan
keterpinggiran. Ada kelompok-kelompok yang rentan mengalami keterpinggiran tersebut
karena terhalang atau bahkan dihalangi aksesnya terhadap pembangunan. Kelompok tersebut
diantaranya adalah lansia. Tesis ini berargumen bahwa, terdapat kecenderungan peningkatan
kasus bunuh diri dengan rata-rata usia korban adalah warga lansia yang berhubungan erat
dengan berbagai isu sosial, ekonomi, dan politik yang menentukan. Apalagi jika melihat fakta
bahwa proporsi penduduk yang memasuki usia lanjut semakin lama semakin signifikan
jumlahnya di banyak negara.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana strategi dan capaian lembaga
FOPPERHAM dalam revitalisasi modal sosial sebagai upaya advokasi kebijakan lansia di
Desa Kedungkeris Kec. Nglipar Kab. Gunung Kidul. Penelitian ini menggunakan kualitatif
untuk mengemukakan kondisi serta keadaan di lapangan, teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Kriteria pemilihan informan
menggunakan tekhnik purposive dan snowball terdiri dari Pemerintah Desa Kedungkeris dan
Relawan lansia Desa Kedungkeris, masyarakat lansia dan Stakeholder FOPPERHAM.
Menyadari bahwa masih banyaknya permasalahan lanjut usia di Kab. Gunung Kidul,
FOPPERHAM berupaya melakukan Revitalisasi modal sosial sebagai upaya Advokasi
kebijakan lansia untuk pemenuhan hak lansia di Desa Kedungkeris, Kec. Nglipar. Strategi
revitalisasi modal sosial sebagai upaya advokasi yang dilakukan berupa tahap perencanaan
sosial, aksi sosial, peningkatan kesadaran dan pendidikan sosial. Adapun capaian dari
revitalisasi modal sosial sebagai upaya advokasi kebijakan lansia berupa terbentuknya
Kerelawanan Lansia Desa Kedungkeris, Partisipasi Pemerintah Desa Kedungkeris Dalam
Pembangunan Inklusif, Terbentuknya Lembaga Kesejahteraan Lansia (LKS) ‘’RAHARJA’’
Desa Kedungkeris.1620010045 Saparwadi2020-08-19T05:46:50Z2020-08-19T05:46:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40301This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/403012020-08-19T05:46:50ZTOLERANSI DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK :
Studi Kasus Rencana Pembangunan Graha Religi ManadoTesis ini membahas tentang kebijakan pembangunan Graha Religi
Manado sebagai bagian dari kebijakan agama guna mengedepankan toleransi
dalam lingkungan plural. Penelitian ini sedikitnya memberikan sebuah
penjelasan secara berurut tentang bagaimana konflik yang terjadi di atas tanah
eks Kampung Texas Manado, sehingga rentetan kejadian dapat terurai
menjadi sebuah sejarah yang jelas. Selain itu perlu juga diidentifikasikan
tentang toleransi pada masyarakat yang heterogen di Manado guna melihat
benang merah antara konflik yang terjadi dengan sejarah toleransi yang ada
dengan pembagian dua masa waktu yaitu orde baru dan reformasi.
Dengan perjalanan penelitian yang tidak berjalan lancar, karena tendensi
konflik dan politik yang masih besar terhadap konflik di atas tanah eks
Kampung Texas, hasil penelitian yang didapat menggambarkan bahwa
manajemen agama yang terdapat di Manado belum sepenuhnya bekerja,
karena terbukti dengan adanya konflik antar umat beragama di Manado atas
permasalahan tanah eks Kampung Texas, Masjid Al-Khairiyah sampai pada
Graha Religi Manado, yang sampai sekarang tidak menemui titik temu
penyelesaiannya. Bahkan dari sekian banyak solusi yang ditawarkan guna
penyelesaian tanah eks Kampung Texas, tetap saja konflik semakin terpicu
dan rentan pecah diantara masyarakat yang menjadi pihak-pihak berkonflik.
Oleh karena itu, toleransi yang diagung-agungkan selama ini di Manado
ternyata tidak seperti itu adanya ketika kita melihat lebih kedalam lagi
bagaimana kebijakan-kebijakan itu diterapkan dan dijalankan di Manado.
Apalagi akhir-akhir ini isu-isu mengenai konflik agama di luar Manado cukup
memberikan pengaruh yang buruk terhadap pandangan masyarakat Manado
tentang toleransi karena tingginya tendensi kecurigaan mengenai agama lain
yang punya kesempatan melakukan penindasan.1620010059 Lisa Anjani Siwi2020-08-19T05:09:59Z2020-08-19T05:09:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40429This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/404292020-08-19T05:09:59ZOJEK SYAR’I, RUANG PUBLIK DAN MORALITAS GENDER
DI ACEHTesis ini mengkaji tentang perempuan dan ruang publik Islam di Aceh, dengan studi
kasus pada Komunitas Ojek Akhwat Syiah Kuala (KOALA). pertanyaan utama dalam
penelitian ini yaitu bagaimana ruang publik Islam dan ruang khusus perempuan terbentuk
melalui hadirnya KOALA di Aceh? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian
mengumpulkan data melalui wawancara dan mengkombinasikan dengan data online.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena ojek online perempuan di Aceh
seperti Komunitas Ojek Akhwat Syiah Kuala (KOALA) merupakan fenomena yang baru di
ruang publik Aceh. Fenomena tersebut membangun wacana akademik terkait perempuan dan
ruang publik Islam melalui transportasi. Hadirnya KOALA di Aceh mampu menghadirkan
ruang privasi khusus untuk perempuan di tengah ruang publik Islam di Aceh. Kehadiran
KOALA di ruang publik Aceh juga didorong dengan adanya kepanikan moral dan wacara
kebebasan interaksi antara laki-laki dan perempuan di Aceh yang dipandang cenderung
melanggar aturan yang tertera dalam Qanun Aceh. Ihwal ini juga dengan membandingkan
bagaimana kedudukan perempuan di Aceh sebelum dan sesudah pengesahan otonomi syariat
Islam di Aceh.
KOALA sebagai ojek syar’i telah membuka dan memberikan ruang kepada perempuan
untuk dapat mengakses publik secara terbuka tanpa meninggalkan praktik keislaman. Oleh
karena itu, kehadiran perempuan melalui ojek KOALA juga membangun wacana terkait
identitas mereka sebagai perempuan atau Muslimah yang taat. Selain itu, hadirnya KOALA
di Aceh juga membangun wacana terkait kepanikan moral. Dengan demikian, KOALA
vi
sebagai objek penelitian ini untuk melihat bagaimana gambaran ruang publik Islam di Aceh
dan perempuan di Aceh.17200010105 Fathayatul Husna2019-12-31T02:52:31Z2019-12-31T02:52:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37156This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371562019-12-31T02:52:31ZKONSTRUKSI MAQASID SYARIAH DALAM RELASI
NALAR FIKIH DAN TASAWUF
Studi Pemikiran Abd. Wahab Asy-Sya’raniDominasi nalar fikih, maupun tasawuf berpengaruh terhadap tereduksinya
konsep syariat. Hal ini berimplikasi terhadap terkonstruksinya maqāṣid syarīah
pada salah satu aspek tersebut. Dalam konteks inilah Abd. Wahab asy-Sya‟rani
mewacanakan relasi antara nalar fikih dan tasawuf, serta mengkonstruksi maqāṣid
syarīah pada relasi nalar fikih dan tasawuf secara metodologis. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan konstruksi relasi nalar fikih dan tasawuf, serta
pemetaan maqāṣid syarīah menurut Abd. Wahab asy-Sya‟rani. Maka penulis
menggunakan, turaṣ analysis, yang secara operasional meliputi tiga tahap, yakni:
pendekatan strukturalis, analisis historis dan kritik ideologi.
Adapun hasilnya, relasi antara nalar fikih dan tasawuf secara metodologis
terletak pada konstruksi wacana mīzān. Konsep mīzān meniscayakan adanya relasi
nas, analitis dan mukāsyafah pada tataran sumber dan validitas, metode, subjek
dan objek syariat. Relasi ini termanifestasi pada beberapa fungsi, yakni: fungsi
moderat, pemersatu/ketersambungan, dan klarifikatif.
Adapun pemetaan Maqāṣid asy-Syarī’ah dalam relasi nalar fikih dan
tasawuf menurut Abd. Wahab asy-Sya‟rani dapat dipetakan menjadi dua, yakni
Maqāṣid asy-Syarī’ah pada tataran ṡawābit (gāyah) dan mutaḥawwilah (wasāil).
Maqāṣid asy-Syarī’ah pada tataran ṡawābit dipetakan menjadi 2, yakni: addu’āfā’
dengan tujuan ma’rifat rahmah Allah (mengenal kasih sayang Allah),
sedangkan al-Aqwiyā’ dengan tujuan ma‟rifat Allah. Adapun maqāṣid pada
tataran wasāil dipetakan menjadi tiga, yakni: Wasāṭiyyah, Ittiṣāliyyah, serta
Istiqrāiyyah bi al-Manāhij at-Ta’āwwuniyah.NIM. 17200010172 Mohammad Nurun Nada2019-12-31T02:20:57Z2019-12-31T02:20:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37150This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371502019-12-31T02:20:57ZREINTERPRETASI KEPUTUSAN PENOLAKAN KONSEP ISLAM
NUSANTARA OLEH MUI SUMATERA BARATPasca rezim Orde-Baru tumbang peran MUI yang semula sebagai pelayan
pemerintah bergeser menjadi pelayan umat Islam Indonesia, pergeseran peran
tersebut salah satunya ditunjukkan oleh MUI di tingkat provinsi yakni MUI
Sumatera Barat, upaya tersebut diwujudkan dengan menunjukkan sikap dan
pandangannya atas isu Islam Nusantara yang dinilai kontroversial ditengah-tengah
umat Islam Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengetahui
lebih dalam alasan mendasar penolakan konsep Islam Nusantara dan model
pengambilan keputusan yang digunakan oleh MUI Sumatera Barat dalam
mengeluarkan keputusan penolakan konsep Islam Nusantara.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif
deskripif, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggali data primer melalui observasi, wawancara dengan ketua umum MUI
Sumatera Barat, Sekretaris dan ketua sidang dan memanfaatkan dokumentasi
terkait penelitian, serta menggunakan data sekunder dengan menggali data melalui
jurnal, buku, website dan instrumen pendukung lainnya. Teknik analisis data yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model Mile dan
Huberman, yang mana aktivitas dalam analisis data diawali dari reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan.
Tesis ini menunjukkan bahwa penolakan konsep Islam Nusantara oleh
MUI Sumatera Barat dilandasi oleh faktor historis dan politis. Dari sisi historis
ditemukan bahwa penolakan konsep Islam Nusantara merupakan bagian dari
mempertahankan norma yang diwarisi ulama terdahulu di Sumatera Barat yang
tidak menghibahkan label apapun kepada Islam, meskipun nilai-nilai yang
diusung konsep Islam Nusantara sudah dipraktikkan di Sumatera Barat 181 tahun
silam. Dari sudut pandang politis, penolakan konsep Islam Nusantara dilakukan
atas pertimbangan bahwa konsep Islam Nusantara terkesan dipaksakan untuk
diterima di Nusantara, hal tersebut terlihat dengan adanya dukungan dari rezim
yang sedang berkuasa dan melalui lembaga negara tertentu. Tesis ini juga
menunjukkan bahwa keputusan penolakan konsep Islam Nusantara adalah bagian
dari langkah MUI Sumatera Barat untuk mengukuhkan diri sebagai payung besar
umat Islam di Sumatera Barat.
Tesis ini juga menunjukkan, bahwa model pengambilan keputusan yang
digunakan adalah model rasional komprehensif, dengan menititikberatkan pada
pertimbangan Islam murni dan kerekatan dengan norma dari ulama terdahulu
yang tidak menghibahkan labelisasi apapun terhadap Islam. Para aktor yang
bertindak dalam pengambilan keputusan tidak melepaskan diri dari norma yang
sudah dihayati dan dipahami berupa Islam tanpa labelisasi dan Islam konservatif
yang berlaku di Sumatera Barat.NIM. 17200010160 Husnul Fikri2019-12-30T06:44:27Z2019-12-30T06:44:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37136This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371362019-12-30T06:44:27ZSAINS MODERN DAN DUNIA ARAB: TANTANGAN PENDEKATAN ISLAM TERHADAP SAINS ALAM OLEH SEYYED HOSSEIN NASR, ZAGHLOUL AL-NAJJAR DAN NIDHAL GUESSOUMSains modern memberikan pengaruh signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali masyarakat muslim Arab. Muslim Arab tidak hanya giat melakukan pengembangan sains dan teknologi dalam lingkup ilmiah, namun juga memberikan respon atas sains melalui pendekatan Islami. Pendekatan Islam terhadap sains modern, khususnya sains alam ini kemudian berkembang seiring berjalannya waktu sehingga memunculkan sebuah diskursus Islamisasi sains. Adapun tema atau bidang sains yang sering mendapatkan perhatian dari pendekatan Islam ini yaitu kosmologi dan teori evolusi Darwin. Pendekatan Islam ini memiliki perbedaan, berdasarkan pada konsep pemikiran yang ditawarkan oleh para pegiat diskursus ini. Perbedaan tersebut setidaknya dapat terwakili dari ketiga pemikiran tokoh yang diangkat dalam penelitian ini, Seyyed Hossein Nasr, Zaghloul Al-Najjar dan Nidhal Guessoum. Pemikiran ketiganya terhadap dua tema, kosmologi dan teori evolusi Darwin tidak sekadar menjadi penafsir namun juga memengaruhi pemikiran keagamaan muslim secara umum dalam memandang sains.
Penelitian ini menggunakan teori arkeologi, geneologi dan normalisasi dari Michel Foucault untuk menelaah ulang pendekatan Islami terhadap sains modern yang dikembangkan oleh Nasr, Al-Najjar dan Guessoum. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitis, studi ketokohan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pendekatan Islami terhadap sains merupakan suatu upaya baru tokoh Islam kontemporer, yang mana tidak ditemukan adanya indikasi tersebut di era Islam klasik. Kedua, pendekatan Islami terhadap sains yang ditunjukkan oleh Nasr dan Al-Najjar bermula pada prinsip Islam kemudian memberikan penjelasan sains atasnya, sedangkan Guessoum cenderung untuk melihat pada temuan-temuan sains modern terlebih dahulu kemudian di tafsiri. Ketiga, pendekatan integrasi dan harmonisasi dalam tema kosmologi atau sikap penolakan dan penerimaan terhadap teori evolusi Darwin oleh ketiga tokoh telah memengaruhi cara pandang muslim kontemporer terhadap sains dan juga memimpin arah konservatisme ataupun moderasi pemikiran secara umum.NIM. 17200010146 Selvia Santi2019-12-27T06:26:24Z2019-12-27T06:26:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37123This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371232019-12-27T06:26:24ZAKTOR NON NEGARA DALAM FILANTROPI ISLAM DI INDONESIA:
KONTESTASI DAN KOLABORASIKondisi negara yang lemah pasca Orde Baru diduga melatarbelakangi aktor non-negara hadir menggantikan peran negara dalam mendistribusikan kesejahteraan masyarakat melalui gerakan filantropi Islam. Fauzia menyebutkan bahwa ketika negara dalam keadaan yang lemah maka lembaga filantropi akan cenderung menguat. Sebaliknya ketika negara kuat, lembaga filantropi akan cenderung melemah, namun masih tetap melakukan gerakan. Oleh karena itu, aktor non-negara sering disebut sebagai pengganti peran negara(subtitutionary). Pasca reformasi, lembaga filantropi berbasis keagamaan (Faith Based Organiations/FBOs) muncul semakin masif di Indonesia. Namun, setelah diterbitkannya UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, lembaga filantropi Islam non-negara berfragmentasi kedalam dua sisi, yaitu berkolaborasi atau berkontestasi terhadap negara. Tesis ini bertujuan untuk mengungkap motif-motif lembaga filantropi non-negara dalam memahami kedua kececenderungan tersebut, terutama terhadap kebijakan negara melalui UU No 23 tahun 2011.
Tesis ini menggunakan data hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan kurang lebih selama enam bulan (Februari-Juli 2019) melalui observasi dan wawancara kepada kepala atau manajer lembaga filantropi Islam non-negara di Yogyakarta. Objek kajian yang diangkat adalah PPPA-Daqu, DT-Peduli, PKPU-HI, BMT Tamzis, BMT Beringharjo, dan BMT BIF. Tesis ini menunjukan bahwa aktor non-negara yang tampil dalam publik mengisi kekosongan negara dalam memberikan jaminan sosial kepada masyarakat. Dalam posisi ini, aktor non negara dan negara saling memiliki peran yang kuat, dan menginginkan yang lain berada dibawahnya. Lembaga filantropi Islam non-negara cenderung berkolaborasi dengan negara terutama dalam isu kesejahteraan sosial (social welfare), dan berkontestasi terutama pasca terbitnya UU N 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Tesis ini berkontribusi dalam diskusi di kalangan akademis tentang aktor non-negara dan filantropi Islam. Studi ini berargumentasi bahwa aktor non-negara merupakan aktor penting untuk membantu negara mewujudkan kesejahteraan rakyat, terutama melalui gerakan filantropi Islam. Selain itu, munculnya aktor non negera yang berfragmentasi dalam kolaborasi atau kontestasi dapat dipahami sebagai perubahan baru antara hubungan sipil dan negara, khususnya dalam memenuhi kebutuhan rakyat dalam isu kesejahteraan sosial (social welfare) di Indonesia.NIM. 17200010124 Tri Wahyuni, S.E.2019-12-27T02:27:24Z2019-12-27T02:27:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37116This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371162019-12-27T02:27:24ZKEWARGAAN DALAM KONSTRUKSI MAQASID AN-NA’IM
(Studi Terhadap Pencantuman Panghayat Kepercayaan di Kolom KTP/KK)Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan bahwa Penghayat
Kepercayaan berhak untuk mencantumkan kepercayaan mereka di kolom Kartu
Identitas (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) menimbulkan perdebatan lama tentang
hubungan antara syariah dengan negara-bangsa, serta pandangan syariah tentang
konsep kewarganaan. Abdullahi Ahmed An-Na’im adalah salah satu tokoh yang
berupaya agar syariah kompatibel dengan konsep kewargaan. Alasan penting
mengangkat kewargaan An-Na’im, pertama, pemikirannya yang melihat syariah
sebagai sesuatu yang berproses dan bersejarah; kedua,perlunya merujuk kepada nilainilai
substantif-universal dari syariah. Dengan latar belakang ini, masalah dalam
penelitian ini adalah 1) Bagaimana konstruksi maqasid Abdullahi Ahmed An-Na'im
tentang kewargaaan? 2) Bagaimana implementasi maqasid Abdullah Ahmed An-
Na’im tentang kewargaan terhadap pencantuman Penghayat Kepercayaan di kolom
KTP/KK?
Maqasid dengan paradigma development (pembangunan) dan human right (hak-hak
manusia) dijadikan sebagai kerangka teoritik, dengan berpegang pada pendekatan
filosofis untuk melacak struktur dasar konsep kewargaan ala An-Na'im, kemudian
diimplementasikan dalam keputusan Mahkamah Konstitusi. Sumber data adalah
karya An-Naim dan Putusan Mahkamah Konstitusi. Pengumpulan dan analisis data
menggunakan metode perpustakaan.
Konstruksi maqasid An-Na’im tentang kewargaan dimulai dengan cara menggeser
basis maslahah sebagai inti syariah, dari basis manfaat (utilitarianisme) ke basis hak
asasi manusia. Nilai universal hak asasi manusia mempunyai titik temu dengan nilai
substantif-universal ayat-ayat Makkiyah. Nilai substantif-universal (maqasid) bisa
berdialog dengan dua prinsip utama kewargaan, yakni konstitusionalisme dan hak
asasi manusia. Konstitusi menurut An-Na’im adalah konstitusi yang bertujuan
(bermaqasid) untuk kesetaraan (equality) dan keadilan (justice). Kedua tujuan ini bisa
tergapai bila ada koherensi rasional dan keseragaman peraturan di bawah konstitusi.
Undang-undang administrasi kependudukan secara aktual dan potensial telah
merugikan para penghayat dalam bentuk diskriminasi, baik bersifat struktural
maupun kultural. Penghayat tidak bisa mengakses hak layanan publik, jaminan sosial,
bantuan modal ekonomi, tempat pemakaman yang layak, dan mata pelajaran
pendidikan kepercayaan mereka. Dengan menjadikan hak asasi manusia sebagai
paradigma maqasid, maka semua warga adalah setara dan bisa bisa mengakomodir
semua, bukan hanya kemanfaatan terbesar. Sehingga hak kebebasan beragama (hifz
al-di>n), hak keamanan (hifz al-nafs), hak sosial (hifz al-nasl), hak pendidikan (hifz al-
‘aql), hak ekonomi (hifz al-ma>l) bisa diakses oleh para penghayat. Putusan MK yang
menyatakan Penghayat berhak mencantumkan identitas kepercayaan mereka pada
kolom KTP/KK merupakan sarana menutup (sad al-zara>’i) dari diskriminasi dan
sarana membuka (fath al-zara>’i) dari hak-hak konstitusional para penghayat.NIM. 17200010102 Hamka Husein Hasibuan2019-12-27T02:09:14Z2019-12-27T02:09:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37115This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371152019-12-27T02:09:14ZPROSES POLITIK PEMBUBARAN HTI PERSPEKTIF DEMOKRASI
DAN MAKASIDPembubaran HTI merupakan salah satu kebijakan
yang kontroversial di era Jokowi. Sebagai dampak
dari kebangkitan islamisme di ruang publik, HTI
turut mewarnai demokratisasi Indonesia,
khususnya menjelang musim politik. Penelitian ini
bertujuan mengungkap latar belakang dan proses
politik dari kebijakan tersebut perspektif
demokrasi dan makasid. Metode penelitian ini
adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
psikologi sosial.
Untuk membaca konteks politik dan
kenegaraan, Penelitian ini menawarkan hifdzul
mitsaq sebagai alternatif baru dalam membaca
upaya pemerintah menjaga kesepakatan bangsa.
Argumen ini memiliki relevansi dengan apa yang
dikatakan Jamaluddin Athiyyah tentang hifdzul
ummah. Dari pendekatan tersebut disimpulkan
bahwa pembubaran HTI ditujukan untuk menjaga
kestabilan politik dan kinerja pemerintah dalam
rangka membangun konsolidasi demokrasi.
Implikasi hukum Islam dengan kebijakan ini
adalah mencegah adanya tindakan makar agar
negara dalam kondisi aman dan stabil. Pada
akhirnya, penelitian ini berkontribusi penting
untuk living makasid dalam konteks politik dan
kenegaraan.NIM. 17200010097 SITI MUAZAROH2019-12-26T07:05:52Z2019-12-26T07:05:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37113This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371132019-12-26T07:05:52ZSTRATEGI PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN UNTUK GENERASI Z
(Studi Kasus Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)The existence UIN Sunan Kalijaga’s Library in Yogyakarta, gives the user access to generation Z as users, according to differences in social practices. As well as developments in information technology in the digital era, through facilities, various unique and interesting activities program and library services that are integrated and utilize technology.
The purpose of this study are to find out the policy of library development in UIN Sunan Kalijaga’s Yogyakarta Library, to identify what activities programs are developed by the library management of UIN Sunan Kalijaga’s Yogyakarta dealing with Generazian Z users, to know and analyze what strategies are used in the development of libraries for Generazian Z in the library of UIN Sunan Kalijaga’s Yogyakarta. This research used a descriptive qualitative approach method with data collection techniques are observation, interviews and documentation. The results of this study reveal that the strategies carried out by UIN Sunan Kalijaga’s Yogyakarta Library in servicing Generazian Z are based on policies and program activities that have been carried out, they are: 1) implementing an open management system (open management) in each process of determining and planning libraries (2) procuring printed and electronic collections, (3) upgrading knowledge and capabilities of library human resources, both at home and abroad. (4) carrying out a variety of unique and interesting activities, but educating the users' knowledge, (5) implementing integrated digital technology-based services by utilizing the development of media convergence technology (6) room redesign and facilities to create learning commons (7) conducting socialization, promotion and publication through library social media.NIM. 17200010081 SARI WAHDATI2019-12-20T01:53:54Z2019-12-20T01:53:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37088This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370882019-12-20T01:53:54ZDINAMIKA KEPEMIMPINAN ISLAM
( Studi Kasus Di Perguruan Tinggi Islam X Lubuklinggau)This thesis will review the Dynamics of Islamic Leadership at the Islamic University of X Lubuklinggau. The concept of leadership in Islam is the Caliph, Amanah Shari'ah, Deliberation and adl. The purpose of this study is to explore Islamic Leadership in Islamic Universities X Lubuklinggau, this research method is descriptive qualitative research, case studies investigate (case studies). The subject of this study was the Head of the High School, Chair of Study Program I, Chair of Study Program II and Lecturer. Data collection through interviews, observation, role, and documentation. Through a case study analysis, researchers found that: 1. The dynamics of Islamic leadership in Islamic universities X Lubuklinggau in the context of the Caliph leadership of Islam which every leadership devoted to Allah, in the mandate of the Islamic leadership in higher education is a leader, of course there is a role Sharia as the legal basis for carrying out all activities manifested into work programs, then in its leadership style prioritizes the principles of Deliberation as an effort to strengthen trust in leadership and other things needed Enjoy all forms of aspirations and run those aspirations in accordance with their place and revelation with psychology then the leadership adopted the concept of Prophetic leadership. 2. Islamic Leadership of Islamic University X as the center of Islamic Education Studies, Islamic Broadcasting and Islamic Economy in Lubuklinggau in realizing the vision and mission made in accordance with what has been supported by having Islamic Religious Education study programs and Islamic Broadcasting Communication study programs, But in the concept of Islamic Economics it is questionable because there is no Study Program that studies that are made to reach the center of Islamic economics in Lubuklinggau.NIM. 17200010077 PASISKA2019-12-17T03:02:59Z2019-12-17T03:02:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37030This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370302019-12-17T03:02:59ZTradisi Penulisan Tafsir Pesantren:
Studi Tafsir Alquran KH. Yasin Asymuni KediriPenulis mengkaji tafsir yang lahir di lingkungan pesantren, dengan
representasi karya tafsir KH. Ahmad Yasin Asymuni (selanjutnya penulis
menyebutnya dengan KH. Yasin Asymuni. Selama ini memang sudah banyak
kajian-kajian yang meneliti tentang karya tafsir pesantren yang kemudian
mendapati beberapa ciri khas yang ditampilkan oleh karya tafsir tersebut. Namun,
sebagaimana yang menjadi anak judul tesis di atas, penulis membatasi objek
penelitian pada penulis tafsir dan karya tafsirnya. Penulis berfokus pada
pembahasan aspek pemikiran KH. Yasin Asymuni terkait tafsir Alquran. Penulis
memulainya dengan mengulas tentang tradisi penulisan tafsir Alquran di lingkup
pesantren beserta fenomena-fenomena yang terjadi di sana, seperti masih eksisnya
penggunaan bahasa Arab oleh sebagian ulama di balik maraknya vernakularisasi
yang terjadi.
Alasan penulis mengangkat sosok KH. Yasin Asymuni dalam tesis ini
adalah karena KH. Yasin Asymuni merupakan seorang ulama pesantren yang
aktif dalam menulis kitab-kitab pesantren hingga detik ini, termasuk di dalamnya
kitab tafsir. KH. Yasin Asymuni juga termasuk ulama yang menjumpai era
milenial, namun karya-karyanya rupanya bisa dikatakan masih tetap memilih
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa penulisan. Selain itu, patut
diperhitungkan juga bahwa KH. Yasin Asymuni merupakan ulama asli Nusantara
yang masih bertahan dalam menghidupkan tradisi penulisan di dunia pesantren
yang dikenal dengan produk kitab kuning tersebut. KH. Yasin Asymuni masih
mempertahankan identitas kitab kuning itu lewat karya-karya yang ia tulis.
Banyaknya karya yang dihasilkan sehingga ia pernah memperoleh penghargaan
dari Kemenag sebagai penulis teraktif. Di samping aktif di bidang penulisan karya
tafsir, KH. Yasin Asymuni juga merupakan seorang pengasuh Pondok Pesantren
Hidayatut Thullab, Petuk, Semen, Kediri. Pondok spesialis fiqih yang
menekankan pengajaran kurikulum kitab pesantren dengan berfokus pada bidang
fiqih. Karya-karyanya di bidang tafsir sangat banyak. Di antara kitab-kitab tafsir
yang penulis ketahui adalah Muqaddimah Tafsir Al-Fatihah, Tafsir Muqaddimah
Al-Fatihah, Tafsir Surat Al-Ikhlas, Tafsir Muawwidzatain, Tafsir Ayat Kursi,
Tafsir Surat Al-Kafirun, Tafsir Maa Ashabak, Tafsir Surat Al Qadr, Tafsir
Hasbunallah wa Ni’ma al-Wakil, Tafsir Bismillahirrohmanirrohim.
Adapun temuan dalam tesis ini adalah cara KH. Yasin Asymuni
membangun otoritasnya melalui prinsip penafsirannya. Acuan KH. Yasin
Asymuni dalam menulis tafsir adalah KH. Yasin Asymuni memiliki definisi
tersendiri mengenai tafsir dan takwil, akidah sangat berperan dalam penafsiran,
referensi tafsir harus merujuk pada kitab tafsir berbahasa Arab, KH. Yasin
Asymuni tidak melakukan ijtihad penafsiran.NIM. 1620010013 Puput Lestari, S. Hum.2019-12-17T02:57:39Z2019-12-17T02:57:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37028This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370282019-12-17T02:57:39ZTAREKAT DAN TRADISI LOKAL
(Studi Kasus Tarekat Syattariyah di Desa Setono Kecamatan Ngrambe
Kabupaten Ngawi Tahun 1996-2018 M)Tarekat sebagai ordo ajaran tasawuf merupakan salah satu proses jalur
Islamisasi di Nusantara yang dilakukan oleh para sufi. Proses islamisasi tersebut
enimbulkan terjadinya dialog antara terkat dan kebudayaan Jawa (tradisi lokal).
Proses awal dialog memunculkan kompromi antara nilai atau simbol agama (ajaran
terkat) yang masuk terhadap kebudayaan asal sehingga menghasilkan bentuk
kolaboratif tradisi. Karakteristik ajaran tarekat yang akomodatif mampu menyikapi
berbagai praktek kebudayaan Jawa yang menyebabkan keduanya terjadi kontak
budaya. Tarekat Syattariyah di Setono merupakan salah satu dari beberapa tarekat
yang mengalami kontak dengan kebudayaan Jawa. Penganut tarekat yang mayoritas
orang Jawa secara tidak langsung akan berkutat di antara dua arus utama pedoman
kehidupan yaitu ajaran tarekat di satu sisi dan tradisi Jawa di sisi lainya.
Penelitian ini termasuk kajian sejarah dan budaya. Pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan sejarah dan antropologi. Pendekatan sejarah digunakan
untuk mendeskripsikan hal-hal yang melatarbelakangi adanya akulturasi budaya yang
terjadi pada Tarekat Syattariyah dan tradisi lokal. Pendekatan antropologi digunakan
untuk melihat sikap akulturatif tarekat terhadap tradisi lokal. para pengikut tarekat
yang mayoritas bersuku Jawa secara tidak langsung berpegang terhadap adat istiadat
setempat. Sudut pandang pemikiran tersebut dianalisis melalui proses transformasi
budaya menurut Koentjaraningrat. Konsep tranformasi sendiri merujuk pada
perubahan bentuk dengan tidak menghilangkan unsur lamanya. Metodologi kajian ini
menggunakan metodologi penelitian sejarah. Data diperoleh melalui observasi,
dokumentasi, dan wawancara kepada mursyid, murid Tarekat Syattariyah dan
masyarakat Desa Setono. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sejak tahun 2016
sampai 2019 secara bertahap. Hal ini dilakukan guna melihat proses perkembangan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di Setono.
Hasil penelitian menjelaskan karakteristik tradisi di Setono. Tradisi-tradisi di
Setono merupakan hasil transformasi ajaran tarekat dan adat istiadat masyarakat
Jawa. Proses transformasi budaya menghasilkan perubahan bentuk makna dan isi
yang diwujudkan dalam beberapa tradisi yaitu pertama penentuan kalener yaitu
perpaduan antara kalender Saka dengan Kalender Islam Jawa (Kurup Asapon)
menghasilkan kalender Huruf. Kedua upacara daur hidup, dipaparkan pada upacara
brokohan, upacara selamatan pernikahan (midodareni) dan kematian. Tiga upacara
tersebut waktu pelaksanaan serta benda-benda yang digunakan tetap disesuaikan
dengan adat Jawa, akan tetapi ritus simbol sesembahan doa diganti dengan ajaran
dzikir Tarekat syattariyah. Ketiga, pada upacara hari-hari besar Islam dipaparkan
dalam beberapa tradisi yaitu tradisi ruwahan (ruwatan) dan bodo kopat (syawalan).NIM. 1520510027 Ahmad Syafi’i Mufadzilah R, S.Hum.2019-12-17T01:48:40Z2019-12-17T01:48:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37025This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370252019-12-17T01:48:40ZREKONSTRUKSI PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM
PENDAMPINGAN ANAK ABH
(Anak Berhadapan Hukum)
DI SMA SULTAN AGUNG YOGYAKARTATesis ini berjudul Rekonstruksi Peran Guru Sosiologi dalam pendampingan anak
ABH di SMA Sultan Agung. Judul tesis tersebut dilatarbelakangi adanya sekolah SMA
yang mau menerima anak ABH sebagai anak didik, Anak ABH yang dianggap negatif
oleh banyak orang bahkan sekolah, akan tetapi SMA Sultan Agung mau menerima sang
anak dan mencapai keberhasilan dalam pendampingan terhadap anak ABH tersebut.
Dari kondisi tersebut Peneliti penasaran dan melihat model sekolah SMA Sultan
Agung dengan pendekatan penelitian Kualitatif melihat konsep keberfungsian seperti
apa sekolah SMA Sultan Agung sehingga menerima anak ABH. Dalam penelitian ini
peneliti menitik beratkan kepada guru, Anak ABH, dan Agen di masyarakat dengan
konsep Fungsionalisme struktural Talcott Parson melihat fungsi AGIL (Adaptasi, Goal,
Integarsi, latency).
Hasil Penelitian yaitu : Adanya Pendekatan Guru, Agen sekolah dan masyarakat
terhadap ABH di SMA Sultan Agung membuat kestabilan sistem sekolah SMA Sultan
Agung, walaupun ada anak ABH dalam sekolah akan tetapi keharmonisan masih terjaga.
Terlihat dari pendampingan guru sosiologi terhadap anak didik yang menggunakan
konsep AGIL. Adaptasi, Goal, Integrasi, dan Latency. Serta adanya agen masyarakat
sekitar sekolah dan pihak orang tua ABH yang saling berintegrasi sehingga dalam
pendidikan anak ABH termotivasi belajar.Nim: 1520011050 M.N. Ahla. An, S.Sos2019-12-17T01:40:12Z2019-12-17T01:40:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37022This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370222019-12-17T01:40:12ZINTERNALISASI NILAI-NILAI KESALEHAN PADA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SMPIT ABU BAKAR YOGYAKARTAKurangnya mutu pendidikan di Indonesia dengan rendahnya kualitas hasil output berupa SDM yang disebabkan oleh penerapan sistem di Indonesia yang masih salah dan munculnya arus global serta modernisasi yang berdampak pada pergaulan siswa yang salah. Munculnya permasalahan tersebutlah yang memicu pemerintah memunculkan sebuah kebijakan terkait dengan sistem pendidikan baru yaitu full day school sesuai dengan perundangan terbaru yaitu Undang -Undang RI Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 1 ayat 1 dengan tujuan diberikannya pendidikan terbaik baik bagi anak didik atau siswa dari aspek akademik dan non akademik serta memberikan perlindungan bagi anak dari pergaulan bebas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan triangulasi sebagai metode uji keabsahan data.
Terdapat Terdapat tiga pendekatan dalam Internalisasi Nilai-Nilai Kesalehan di SMPIT Abu Bakar Yogyakarta yaitu pendekatan mikro dengan permasalahan yang didapatkan adalah kurang fokusya siswa pada suatu kegiatan, manajemen waktu, dan tidak adanya waktu untuk bersosialisasi dengan teman. Dengan munculnya permasalahan tersebut, pihak SMPIT Abu Bakar Yogyakarta berupaya untuk melakukan pendampingan melalui guru BK secara face to face. Pendekatan meso dilakukan dengan pembiasaan saat berangkat ke sekolah, Pembiasaan Saat upacara hari senin, Pembiasaan saat Kegiatan Belajar Mengajar di kelas, Pembiasaan saat istirahat, dan beberapa kegiatan lainnya. Sedangkan pendekatan makro dilakukan di SMPIT Abu Bakar Yogyakarta adalah dengan dilakukannya kolaborasi dan keterlibatan orang tua serta masyarakat sekitar dalam proses pembentukan karakter. Salah satunya adalah dengan dilakukannya kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Dengan demikian beberapa internalisasi yang dapat diterapkan di SMPIT Abu Bakar Yogyakarta adalah nilai kemandirian, nilai kedisiplinan, nilai kepemimpinan, nilai religious, dan beberapa nilai lainnya. Dalam prakterknya terdapat beberapa faktor yang mendukung seperti latar belakang peserta didik, kartu Mutaba’ah Yaumiyah, pelaksanaan iqab (Hukuman), dan dukungan dari orang tua peserta didik.sedangkan faktor penghambatnya adalah perbedaan desain program sekolah, keberagaman peserta didik, dan kemajuan teknologi.
Terdapat tiga pendekatan yang digunakan SMPIT Abu Bakar Yogyakarta dalam menginternalisasikan nilai kesalehan yaitu mikro, meso dan makro dengan pembiasaan – pembiasaan yang dilakukan dalam kegiatan setiap harinya. Lebih mengintensifkan komunikasi dua arah yaitu kepada siswa maupun orang tua dan wali siswa sehingga pelaksanaan program program sekolah dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal.NIM. 1520011049 Muhammad Mursyid2019-12-17T01:33:46Z2019-12-17T01:33:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37019This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370192019-12-17T01:33:46ZIMPLEMENTASI AKREDITASI PADA LEMBAGA KESEJAHTERAAN
SOSIAL ANAK (LKSA) ARTANITA
AL-KHOERIYAH KOTA TASIKMALAYAChild Social Welfare Institutions (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, LKSA),
previously known as orphanages, until now have not yet fully become an alternative place of
last nurturing for children in accordance with Social Ministry Regulation 30/HUK/2011 on
National Childcare Standards for Child Social Welfare Institutions. Many LKSA tend to
function more as only an education access provider for children that come from families of
low-socio economic status. Additionally, many LKSA lack commitment, professionalism, and
high integrity in carrying out their role in the management process or the nurturing of
children. Tasikmalaya is known as a ‘santri’ or Islamic city because of its many Islamic
boarding schools (pesantren), and as a result, there is still a paradigm that LKSA are the same
as pesantren, which tend to have an authoritarian approach to care, emphasizing coaching and
not focusing on other aspects of care. The government with various approaches wants to
prevent the bad things that might occur towards children that live in LKSA, including issuing
accreditation policy that forms a process and results in assessing, determining quality, and
service feasibility of the LKSA. Therefore, the formulation of the problem in this research is
what has the dynamic been in the field of the process of implementation of the accreditation at
LKSA Artanita Al-Khoeriyah Tasikmalaya City that received a score of B from the Social
Welfare Institute Accreditation Body (Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial,
BALKS) Indonesian Republic Social Ministry, and what impact has this had on this LKSA.
The method used in this research is qualitative description with a case study approach.
The aim of this thesis is to understand the dynamic in the field since the accreditation
process began and to gain a general picture of the process of accreditation implementation,
implementation of the care service program, implementation of care services, implementation
of organization and management, availability of facilities and infrastructure, availability of
human resources, result of the care services and the accreditation result particularly for LKSA
Artanita Al-Khoeriyah Tasikmalaya City.
This research found that the accreditation process at LKSA Artanita Al-Khoeriyah had
four stages, starting from 1) Preparation stage; 2) Visitation stage; 3) Validation stage; and 4)
Awarding of certification stage. The assessment results for the 6 accreditation assessment
standards for LKSA Artanita Al-Khoeriyah are described in this writing. A positive affect of
the accreditation has been the increase in concern among the leadership of LKSA Artanita Al-
Khoeriyah towards fulfilling the rights of children living at the institute, that is the right to
live, the right to growth and development, the right to protection, and the right to have their
opinion heard (participation).NIM. 1520010080 Ajeng Diah Rahmadina, S.Sos2019-12-16T07:03:05Z2019-12-16T07:03:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37009This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370092019-12-16T07:03:05ZIMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING SOSIAL ISLAM
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN INTERAKSI SOSIAL SANTRI
SMP ISLAM TERPADU DI ISLAMIC BOARDING SCHOOL BINA UMAT
MOYUDANPenelitian ini dilatarbelakangi oleh interaksi sosial santri kelas VII dengan
lingkungan sekitarnya yang buruk. Hal tersebut ditandai dengan sikap santri yang
masih acuh tak acuh dengan temannya, kurang peduli, dan melanggar aturan
pondok, Selain itu ada juga interaksi sosial yang buruk tersebut dikarenakan santri
merasa rendah diri, sulit bergaul dengan temannya, dan merasa temannya tidak ada
yang baik. Dalam hal ini ustadz-ustadzah harus siap untuk menjadi konselor atau
guru BK dalam mendampingi penyelesaian masalah yang sedang dialami santri
tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Mengetahui bentuk-bentuk
interaksi sosial santri SMP Islam Terpadu Bina Umat. 2) Mengetahui permasalahan
yang muncul dalam proses interaksi sosial santri SMP Islam Terpadu Bina Umat. 3)
Mengetahui metode bimbingan dan konseling sosial islam dalam menangani
masalah yang muncul dalam interaksi sosial santri SMP Islam Terpadu Bina Umat.
Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk field research bersifat kualitatif
dan mengambil obyek penelitian di SMP IT Bina Umat Moyudan, Sleman.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial SMP
Islam Terpadu ada 2 bentuk, yaitu 1) proses asosiatif yang meliputi a) akomodasi,
santri kelas VII sudah mampu beradaptasi dengan baik, b) asimililasi, santri kelas
VII sudah mampu mengurangi ketegangan-ketegangan akibat masalah yang sedang
dialami, dan c) akulturasi, santri kelas VII sudah bisa menerima kebudayaan antara
teman yang satu dengan yang lainnya berbeda. 2) proses disosiatif, yaitu adanya
persaingan antara santri yang satu dengan yang lainnya, dan adanya kontravensi
santri melakukan penghasutan pada temannya. Permasalahan yang muncul dalam
proses interaksi sosial adalah merasa rendah diri, merasa temannya tidak ada yang
baik, sulit bergaul dengan teman, menarik diri dari teman-temannya, tidak mau
bersikap terbuka, sering iri, sering benci, sering terjadi kesalahahaman, kesulitan
mencari sahabat, gemar menunjukkan aib temannya, dan melanggar aturan
pesantren. Metode bimbingan dan konseling sosial islam yaitu dengan secara
langsung dan tidak langsung. Bimbingan dan konseling sosial islam langsung
diberikan secara face to face untuk membantu menyelesaikan masalah santri,
bimbingan dan konseling individu dilaksanakan ketika santri mengalami
permasalahan pribadi santri itu sendiri seperti rendah diri, seringiri, sering benci, dan
melanggar aturan pondok. Sedangkan bimbingan dan konseling kelompok dilakukan
ketika santri mengalami masalah yang berkaitan dengan kelompoknya yaitu
bertengkar dengan teman, dan terjadi kesalahpahaman antar teman. Bimbingan dan
konseling sosial islam tidak langsung dilakukan tidak secara langsung yaitu dengan
cara menempelkan kata-kata mutiara atau kata-kata motivasi.NIM. 1620310131 Marwah Rusydiana2019-12-16T05:03:45Z2019-12-16T05:03:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37003This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370032019-12-16T05:03:45ZSOCIAL TRUST MASYARAKAT ACEH TENGGARA TERHADAP
PARTAI ACEH (PA)The Memorandum of Understanding or MoU in Helsinky Finland has
provided a new path towards democratization in Indonesia and Aceh in particular.
The implementation of the MoU that gave birth to the konstitusional intern of
govement Aceh was No.11 in 2006 and PP No. 20 of 2007 concerning Local
Political Parties in Aceh. Local political parties are expected to be a good path for
Aceh's transformation and transformation of GAM's political goals and opening
up the widest possible democratic space in the political process so that it remains
in the circle of the Republic of Indonesia. And also aims to accompany the active
community in political participation. This research is very important because it
looks at the history and dynamics of politics in Acehnese society. Aceh's local
political parties initially only had one local party, the Aceh Party (PA), so that it
increased to 6 local parties. Namely the Aceh Aman Sejahtera Party (PAAS), the
Aceh Sovereignty Party (PDA), the Aceh Independent People's Voice Party
(SIRA), the Aceh People's Party (PRA), the Aceh Party (PA) and the Aceh United
Party (PBA). In 2009, the number of local parties in Aceh, 4 parties passed the
verification by the KPU to compete in the general election. But in 2014,
determined by the central KPU, only 3 parties passed to compete. 2018 parties
that are determined by 4 parties will compete in 2019, increasing by 1 party.
However, this study looks at what social capital has been carried out by PA in
carrying out its duties as a political party in Aceh's democratization, specifically
the perception of Kuta Lang-Lang villagers in Bambel sub-district, Southeast
Aceh Regency of PA. PA social trust is very important, of course, to get support
from the community to choose PA as a representation of the people of Aceh. The
method in this research is qualitative research. It also can not be separated from
the political fragmentation of the Acehnese people so far, also how the
relationship of historicity affects politics in Aceh, such as the relationship between
Darul Islam (DI), the Free Aceh Movement (GAM), the Aceh Party (PA) and
Ulama in Aceh politics.
In the findings of this study, the local political parties have not been able to
show satisfactory performance for the people of Aceh. So it is not uncommon for
the disappointment of Kuta Lang-Lang villagers towards PA. Also the findings in
this study are several indicators that influence the reduction in the PA voter. First,
internal PA conflict. Second, the politicization of Islamic law. Third, the political
fragmentation of the people, and the skepticism of the people of Aceh towards the
PA. And the next finding is Islamic law as a political utopia to get the legitimacy
of power by the PA. Islamic Sharia is in fact considered social capital from PA
policy products by the public. Even though GAM officials have some educational
background, they do not know about Islamic Sharia, even if they have long lived
in Europe. Seen at the beginning, the PA resisted RI, Islamic law was not part of
the platform in GAM's struggle to become a local PA party. Until now the PA has
made Islamic law as a social capital and political foundation to get its legitimacy
in the people of Aceh. This means that the PA experiences a shift in orientation and also fails to understand the philosophy of the predecessors of Aceh, namely
about the nationalism of Godliness and Indonesian.NIM. 17200010168 Mustapa Kamil Alga Beruh2019-12-16T04:21:37Z2019-12-16T04:21:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37000This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370002019-12-16T04:21:37ZPEMBENTUKAN MASYARAKAT PEMBELAJAR
PADA TBM TERAS BACA GUYUB RUKUNThis research is an analysis of the formation of learning society after the activities in the Taman Bacaan Masyarakat. The purpose of this study was to find out the activities carried out by the TBM Teras Baca Guyub Rukun to form a learning society in Jambon Village RT 29 and 30, the stages of forming learning society in Jambon Village RT 29 and 30, and the role of TBM in the formation of learning society in Jambon Village RT 29 and 30 using symbolic interactionism theory. This type of research is qualitative using a descriptive approach. Taking informants using purposive and snowball techniques. Data collection techniques are carried out, namely observation, interviews, and documentation. Data analysis uses data reduction, data presentation, and conclusion. The data validity test is done by triangulating the source, technique, and time.
The results of this study indicate that: 1. Activities organized by TBM Teras Baca Guyub Rukun that can help shape the learning society among parents are activities related to parenting, while among adolescents are skills training activities, also in the classroom children are tutoring activities. 2. The activities in the TBM helped the process of the formation of learning society in Jambon Village RT 29 and 30 by going through 3 stages of "active learning" self-concept formation, namely the play stage, the stage of the competition, and the stage of taking roles. 3. the existence of TBM Teras Baca Guyub Rukun in the midst of the Jambon Village RT 29 and 30 has a role as a motivator for learning activities, information source providers, trainers, and facilitators in the Village, so that with the learning activities it can form the Jambon Village community RT 29 and 30 became a learning society. Thanks to the role played by TBM, it is able to realize impersonal goals and have a positive impact on society including: the availability of access to information and knowledge, increase community motivation to learn, and improve people's skills and self-potential.NIM. 17200010111 Nurshifa Fauziyah, S.IP.2019-12-16T04:16:45Z2019-12-16T04:16:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36999This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/369992019-12-16T04:16:45ZANALISIS REPRODUKSI PENGETAHUAN PADA TBM
WIJAYA KUSUMA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL
MASYARAKAT DUSUN KARANGANYAR, DESA
WEDOMARTANI, NGEMPLAK, KABUPATEN SLEMANThis thesis studies the analysis of knowledge reproduction in TBM Wijaya
Kusuma in relation to social change in society through services and community
empowerment programs, which are carried out by TBM by analyzing more deeply
TBM policies through the lens of sociocultural theory of capital from Piere
Bourdieu. the purpose of this study was to analyze the role of TBM in social
changes in society. The type of research used is qualitative research, data
collected through literature studies, observations, and interviews. the selection of
informants through a purposive sampling method that is considered most
knowledgeable about the problem under study. There are 6 informants in this
study, TBM managers are key informants. Data analysis through the process of
data reduction, data display and conclusion drawing. The data validity test is done
by triangulation of sources, techniques and time.
The results showed that 1. The role of TBM on social change in society is
inseparable from the role of actors namely TBM managers, the role of TBM
Wijaya Kusuma is able to have an impact on social change in the Karanganyar
hamlet community in various aspects: Social and cultural aspects, scientific
aspects, and economic aspects . 2. The existence of TBM Wijaya Kusuma in the
midst of the Karanganyar hamlet community has a role as: Social structure in the
formation of social capital, social capital and the internet, and productive
economic development. 3. TBM Wijaya Kusuma's activities help provide social
change to the Karanganyar hamlet community through five activities namely,
increasing access to information, inclusivism, public consultation, accountability,
innovation and creativity. Thanks to the role played by TBM which is able to
build social capital as a goal of reproduction of knowledge through habitus as a
generative basis for practice which implies that social agents practice and
socialize with their social structures through habitus. That is, habitus is in the
subjective structure it is obtained from the learning outcomes or internalization of
the objective structure.NIM. 17200010001 Siti Bidayasari2019-12-16T04:09:38Z2019-12-16T04:09:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36998This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/369982019-12-16T04:09:38ZANALISIS JOURNAL IMPACT FACTOR PADA JURNAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGPublishing scientific journals began to develop. At present not only universities are competing to publish internationally reputable journals but like research institutes and professional organizations are also starting to handle journals seriously. Measurement of the reputation of one journal with an impact factor journal. This study aims to determine the strategy for achieving impact factors journals that have been indexed internationally and nationally at the Universitas Negeri Semarang. This research uses a qualitative research approach. This type of research is descriptive research. The object of this research is the Journal published by Universitas Negeri Semarang. Data collection uses observation, documentation and interviews. Data analysis uses data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results of this study Universitas Negeri Semarang uses a journal publishing strategy in accordance with existing guidelines. Based on the data findings in the field, not only carry out publishing strategies according to the guidelines. There are unwritten strategies to be indexed in international and national ranking, namely an appeal to visit journals before starting lectures, where journal managers have lecturers who are in charge of the course. Suggests citing articles written by lecturers contained in journals to improve citation. Collaborate with other researchers from abroad in writing articles in journals. This strategy has had the effect of indexing journals on international rankings, but this strategy cannot be duplicated by other journals that are still indexed nationally, due to the development of an ethical code of writing articles in international journals that have avoided these strategies.NIM. 1520011029 Maria Ayu Puspita2019-12-16T03:59:37Z2019-12-16T03:59:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36997This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/369972019-12-16T03:59:37ZANALISIS PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN
DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN
SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC)Information technology is a crucial component in a Library. Moreover, kind of information technology namely Information system was used to assist activities in a library. This research discuss about Information System Development processing which analysed based on SDLC ( System Development Live Cycle) approach. It used a qualitative method and collected data by observation, documentation, and interview. According to the research, the result is information system development at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta’s Library has appropriated with the system development method especially SDLC method. It can be evidenced from the development process such as analysis system, design system, implementation system, operation system, and maintenance processes.NIM. 1520011015 Eko Kurniawan2019-12-16T03:53:36Z2019-12-16T03:53:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36996This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/369962019-12-16T03:53:36ZANALISIS SEMIOTIK KONSEP PERPUSTAKAAN, SIKAP PUSTAKAWAN, DAN
BOOK VANDALISME DALAM FILM THE PUBLICThis study aims to determine the concept of libraries, Librarian Attitudes, and
Book Vandalism in “The Public” movie. This research is a library research that
uses data sources in the form of scenes in the “The Public” movie. This research
use desciptive qualitative approach. Data collection is done by watching the
movie, observing, recording, and analyzing images and dialogues from subtitle.
Then to process the data used the semiotics method. The results of this study
found that the concept of the library in the movie is divided into three parts. First
concept: building concept. The movie depicts a library building with a modern
and functional interior design with library equipment such as library material
shelves, reading tables, reading chairs, computers, billboards, and book trolleys.
The second concept: service concept: The library in the film movie implements an
open service that is described by users who can access library collections directly
on the collection shelves. The third concept: the concept of libraries as public
spaces: in films depicted the library acts as a haven for homeless people. The
library emerged as a solution by offering a comfortable haven. The attitude of the
librarians depicted in the movie is divided into three: First, the attitude of the
librarian towards the librarians namely flexible in serving, serving to the end, not
forcing the will, serving with a cheerful face, and saying “thank you”. Second: the
librarian's attitude towards himself, that is, a librarian who is fair-looking,
honest, modestly dressed, appears calm, smiles, and has good words. Third: the
attitude of librarians as agents of change, namely librarians who have high
human values by helping provide a place and food for homeless people who are in
need and able to inspire the surrounding community to help. Book Vandalism that
occurs in the movie is an act of library material vandalism in the form of a graffiti
on one page of the book. In the graffiti reads "All lies in this book".NIM. 1520011011 Rifqy Rosi Mulyadi2019-12-11T08:53:42Z2019-12-11T08:53:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36951This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/369512019-12-11T08:53:42ZKONSEP AL-MASĀ’ DALAM PUISI ŻĀTU MASĀ’
KARYA NĀZIK AL-MALĀIKAHThe poem Żātu Masā’ is a poem born from a famous female Arabic poet
named Nāzik al-Malā`ikah. In the poem, it tells the story of the suffering and
sorrow so deeply felt by the victims of rebellion or war. The suffering and sadness
of the victims was caused by the rebels who destroyed their country and brutally
killed innocent civilians.
This study uses Charles Morris's semiotic theory in discovering the
meaning of al-masā’ and the unity of the poetic meaning of Żātu Masā’ by Nāzik
al-Malā`ikah. Using Morris's theory based on three aspects of language, the poem
Żātu Masā’ will be analyzed through three stages, namely the syntactic aspects,
the semantic aspects, and the pragmatic aspects. This research method uses
descriptive analysis method by studying library research.
The results of this study indicate that al-masā’ which is the title of this
poem is a parable of a war or rebellion. This is because war or rebellion is like a
world that will end for the victims of war or rebellion because there is no hope for
life. A war or rebellion is likened to darkness which casts hatred on each other.
Suffering, misery, hatred, and sadness mixed together make the atmosphere even
more tense. Bombings everywhere, the dropping of missiles that were just like
that, and also a barrage of bullets that shot indefinitely in direction was a form of
torture and atrocities committed by the rebels. This is a picture of a war or
rebellion that is likened to evening or al-masā’ in this poem.NIM. 17201010014 DINAR EKA WIJAYANTI2019-12-11T07:00:10Z2019-12-11T07:00:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36943This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/369432019-12-11T07:00:10ZKESALAHAN GRAMATIKAL DALAM
PERCAKAPAN BAHASA ARAB SANTRI PONDOK
PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM
SURAKARTATesis ini berjudul “Kesalahan Gramatikal Dalam Percakapan Bahasa
Arab Santri Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakartas”. Dalam
penelitian tesis ini membahas tentang hubungan sosial pada santri Pondok
Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta dalam berkomunikasi atau
percakapan dengan menggunakan bahasa, terutama dalam bahasa Arab, masih
banyak yang kekeliruan dalam penggunaan gramatikal. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, teori sosiolinguistik interferensi
pada aspek kesalahan morfologi dan sintaksis.
Permasalahan yang diteliti mencakup bentuk-bentuk leksikal, perubahan
makna kata, dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulya kesalahan di
lingkungan para santri. Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan
metode simak, dengan tehnik sadap, tehnik catat, dan tehnik wawancara.
Diantaranya cara menyimak seluruh bahasa dalam sumber data, tehnik catat
dilakukan dengan menggunakan alat tulis. Tehnik catat ini dilakukan dengan
mencatat tuturan percakapan santri PPMI Assalaam Surakarta. dan melakukan
wawancara terhadap beberapa santri. Di samping metode tersebut, penelitian ini
memanfaatkan informan dalam usaha memperoleh data-data yang lebih alami.
Adapun dalam penelitian ini menunjukkan kesalahan gramatikal dalam
percakapan bahasa Arab santri dengan menggunakan teori sosiolinguistik
interferensi pada aspek kesalahan morfologi dan sintaksis berbentuk kesalahan
yang banyak dijumpai diantaranya salah pilih kata dan pengganti posisi pada
kalimat.NIM. 1520510113 Ahmad Falah, S. Hum2019-05-07T02:11:10Z2019-05-07T02:11:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34934This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/349342019-05-07T02:11:10ZKISAH NABI SULAIMAN A.S DALAM AL QUR’AN (ANALISIS STILISTIKA)Dalam sebuah kepemimpinan, seseorang dituntut untuk memperdulikan keadaan
anggota-anggotanya, menginspeksi dan memberikan arahan untuk berlaku adil
dan bertanggungjawab atas apa yang dipercayakan kepada mereka. Nabi Sulaiman
telah mencontohkan bagaimana bersikap dan bertindak sebagai seorang Raja yang
pandai bersyukur, mampu dan kompeten dalam memimpin sebuah negara
sehingga semua rakyatnya beriman kepada Allah swt serta mentaati-Nya. Kisah
yang paling banyak diceritakan dan diketahui dalam kehidupan Nabi Sulaiman
adalah tentang kekayaan dan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan hewan
dan jin serta mengendalikan mereka atas izin Allah SWT. Dalam hal ini, analisis
kisah merupakan kajian kebahasaan, termasuk didalamnya kajian stilistika. Pada
penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif yang
mengungkap apa adanya tentang unsur kesusastraan yang terdapat dalam kisah
Nabi Sulaiman a.s. Tujuan dari analisis kisah Nabi Sulaiman a.s adalah untuk
mengungkap lima unsur dalam stilistika yaitu fonologi, morfologi, semantik,
sintaksis dan imagery dengan nuansa atau efek yang ditimbulkannya, serta gaya
alur pemaparan kisahnya. Adapun hasil yang diperoleh adalah dari aspek
fonologi, bunyi yang muncul pada ayat-ayat yang mengisahkan tentang Nabi
Sulaiman a.s adalah konsonan plosif/ Ṣawāmit al infijāriyyah, yaitu huruf ba’ dan
qof, konsonan nasal/ Ṣawāmit anfiyah, yaitu huruf mim dan nun, dan konsonan
getar/ Ṣawāmit mukarroroh, yaitu ro’. Al-Nabr atau aksen yang digunakan adalah
ketika pengucapan wawu yang bertasydid didahului harakat fatḥah, sedangkan
tempo yang digunakan pada ayat-ayat tersebut adalah tempo pelan, yang
berfungsi mempengaruhi keterlibatan orang yang mendengar ayat ini agar hanyut
kedalam keindahan teks yang dibacakan. Pada aspek Morfologi, ada Ikhtiyār al-
Ṣighah atau pemilihan bentuk kata. Adapun bentuk kata yang akan dibahas pada
analisis ini adalah bentuk-bentuk kata kerja, yaitu mȃḍi, muḍȃri’ dan amr dan
juga ada penggunaan ism, yaitu nakirah, ma’rifah dan iḍȃfah. Selain itu, dalam
pembahasan ini juga ada perpindahan satu bentuk kata ke bentuk kata yang lain
dalam konteks yang sama, atau disebut juga Al-‘Udūl bi al-Ṣīgah ‘an al-Aṣl al-
Siyāqi. Pada aspek Sintaksis terdapat repetisi (pengulangan) baik dalam ranah
kata, kalimat atau pengulangan kisah dan rahasia dari penggunaan struktur
kalimat tertentu. Pada aspek Semantik, yang dibahas adalah tarȃduf (sinonim),
taḍāddu (antonim) dan musytarak lafdzi (polisemi). Pada aspek Imagery, terdapat
tasybih dan majaz. Alur yang terlihat dalam pemaparan kisah Nabi Sulaiman
adalah alur maju yang menjelaskan secara berurutan kejadian-kejadian penting
yang terdapat dalam kisah tersebut. Metode yang terdapat dalam penggambaran
kisah Nabi Sulaiman a.s adalah metode dramatik.
Kata kunci: stilistika, kisah, Nabi Sulaiman a.s, gaya bahasaNIM. 1620510005 AZALIA MUTAMMIMATUL KHUSNA2019-04-04T07:10:12Z2019-04-04T07:10:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34344This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/343442019-04-04T07:10:12ZHERMENEUTIKA OFFLINE DAN ONLINE:
DINAMIKA WATAK TEKSTUALITAS DAN KONTEKSTUALITAS TAFSIRPersinggungan antara al-Qur’an (tafsir) dengan media digital (online) membawa
pengaruh yang signifikan terhadap cara kerja konsep-konsep tafsir dan prinsip-prinsip
hermeneutika dalam memproduksi sebuah penafsiran. Transmisi dan transformasi konsepkonsep
tafsir dan prinsip-prinsip hermeneutika dari offline ke online tersebut memunculkan
perkembangan dan inovasi baru yang hanya bisa dicapai melalui media digital dengan adanya
affordance. Dunia digital memberikan hak yang sama bagi siapa saja, baik yang memiliki
latar belakang pendidikan agama maupun yang tidak, untuk ikut andil dalam mengkritisi,
mengutarakan pandangan, serta mengomentari teks-teks keagamaan, khususnya al-Qur’an
(tafsir). Tesis ini memfokuskan kajian pada konsep-konsep tafsir dan prinsip-prinsip
hermeneutika yang belum baku dalam ranah digital, sekaligus memberikan gambaran
mengenai paradigma baru mengenai tekstualitas dan kontekstualitas pada tataran online yang
sebelumnya telah berlaku pada tataran offline.
Penelitian ini menemukan bahwa media digital mendorong lahirnya lay exegesis yang
tidak memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi ikut menyuarakan pandanganpandangannya
atas al-Qur’an. Munculnya lay exegesis ini menandai adanya desentralisasi
otoritas tafsir dan demokratisasi partisipasi penafsiran. Penafsiran telah menjadi suatu yang
tidak lagi sakral dan bukan menjadi monopoli satu kelompok Islam tertentu. Selain itu,
komunikasi yang terjadi antara penafsir dan pembaca yang sebelumnya berjalan top to down,
dalam konteks digital menjadi setara peer to peer.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tekstualitas dan kontekstualitas yang
bertransmisi dari printing text ke digital textuality setidaknya mengalami dua kemungkinan,
kemungkinan pertama akan mengalami konsistensi dan kemungkinan kedua akan mengalami
perubahan atau inkonsistensi. Namun secara persentase, kemungkinan yang cenderung
muncul adalah kemungkinan yang kedua, yang bisa juga disebut dengan istilah context
collapse. Context collapse sendiri dapat terjadi dalam dua arah, yaitu collusion context dan
collision context. Kedua kemungkinan yang disebutkan ini dipengaruhi oleh horizon dari
masing-masing pihak yang menyatakan pandangannya, baik terkait ayat al-Qur’an yang
sedang ditafsiri atau terhadap suatu fenomena yang dibedah berdasarkan ayat al-Qur’an.
Dengan kata lain, tafsir dalam konteks digital textuality memiliki karakteristik yang lebih
beragam dan cakupan yang lebih luas daripada tafsir yang ada pada printing text. Dalam
digital textuality, praktek menafsirkan tidak selalu menjadi sesuatu yang sakral-religius,
bahkan bisa beralih menjadi hal yang apologetik-politis. Penelitian ini juga membuktikan
bahwa ayat yang tidak diketahui asba>b al-nuzu>lnya secara pasti, akan lebih mencenderung
mengalami liberasi penafsiran di digital textuality.NIM. 1620011006 Waffada Arief Najiyya2019-04-04T04:29:32Z2019-04-04T04:29:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34342This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/343422019-04-04T04:29:32ZKencan Islami:
Studi Antusiasme Mahasiswa Mengikuti Kajian dan Praktik Ta’aruf di Rumah
Ta’aruf Majelis Calon Ayah Amanah YogyakartaTesis ini menjelaskan tentang kajian dan praktik ta’aruf di Rumah Ta’aruf
MCAA (Majelis Calon Ayah Amanah). Rumah Ta’aruf MCAA merupakan sebuah
lembaga kajian yang secara khusus mengkaji masalah-masalah yang berkaitan
dengan bagaimana membangun keluarga menurut Islam, salah satunya ta’aruf.
Ta’aruf merupakan proses perkenalan dalam Islam yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan sebelum mereka melakukan proses lamaran dan menikah. Kajian ta’aruf
merupakan kajian yang selalu diikuti dengan antusiasme yang tinggi oleh kalangan
mahasiswa Muslim. Mereka menilai upaya mengenal calon pasangan melalui ta’aruf
lebih terhormat dan lebih Islami daripada perkenalan yang dilakukan lewat pacaran.
Rumusan masalah yang diangkat dalam tesis ini adalah mengapa mahasiswa
antusias mengikuti kajian dan praktik ta’aruf dan apa problem yang
melatarbelakangi tingginya antusiasme mereka?, sejauhmana keberadaan Rumah
Ta’aruf Majelis Calon Ayah Amanah mengubah persepsi mahasiswa Muslim dalam
mencari dan menemukan calon pasangan sehingga mereka memilih ta’aruf daripada
pacaran? Tesis ini bertujuan mengetahui problematika mahasiswa Muslim terkait
perjodohan di tengah merebaknya budaya pacaran dan masifnya kajian ta’aruf.
Tesis ini bertumpu pada teori psikologi sosial mengenai tindakan beralasan,
khususnya tentang sikap dan norma subjektif. Selanjutnya tesis ini menunjukkan
bahwa antusiasme mahasiswa mengikuti kajian dan praktik ta’aruf di Rumah Ta’aruf
Majelis Calon Ayah Amanah dipengaruhi oleh sikap penerimaan mereka terhadap
ta’aruf. Sikap penerimaan tersebut muncul oleh adanya faktor-faktor antara lain
media sosial, kepanikan moral, pergeseran otoritas keluarga, publikasi yang masif
dan menarik, aspek ketokohan seseorang, kuasa stigma dan impian menggapai rumah
tangga Islami dan menjadi Muslim kaffah. Faktor tersebut menjadi norma subjektif
yang membentuk lahirnya sikap penerimaan mahasiswa terhadap ta’aruf sehingga
mereka antusias mengikuti kajian tersebut.NIM. 1620010070 Rusdi2019-04-02T02:08:22Z2019-04-02T02:08:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34304This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/343042019-04-02T02:08:22ZKONVERSI PENYALURAN BANTUAN TUNAI KE NON TUNAIPemerintah telah berulang kali mencoba mengentaskan kemiskinan. Salah satu
cara yang dilakukan dengan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan
program jaminan sosial yang dalam jangka panjang bertujuan memutus rantai
kemiskinan. Program ini terus mengalami penyempurnaan, salah satu revisinya
adalah munculnya konversi penyaluran bantuan yang semula dari tunai menjadi
non tunai seperti termuat dalam Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2017 tentang
Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai. Konversi tersebut bertujuan agar
munculnya tiga T; tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga semakin
transparansi. Namun setiap perubahan menimbulkan dampak di luar dari hasil
utama yang direncanakan, apalagi di daerah yang jauh dari kota yang mana daerah
Dlingo termasuk yang sulit untuk diakses. Oleh sebab itu pertanyaan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak konversi penyaluran
bantuan dari tunai ke non-tunai terhadap keluarga penerima manfaat PKH di
Kecamatan Dlingo.
Guna menjawab pertanyaan di atas penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan metode pengambilan datanya dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Pengujian keakuratan data menggunakan tiga langkah yaitu menguji
data dengan teori, menguji data dengan membandingkan perkataan informan di
tempat umum dengan secara pribadi, dan pengecekan sumber data yang sama
dengan metode yang berbeda..
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dampak konversi bantuan dari tunai ke
non tunai telah menimbulkan dampak positif seperti, timbulnya peluang ekonomi
yang termanifestasi dalam warung yang berjejaring dan meningkatnya
transparansi penyaluran bantuan. Namun ditemukan di Dlingo, kebijakan ini
menimbulkan dampak negatif yaitu munculnya gagap teknologi (culture lag)
meliputi: saldo nol, pin terblokir, penyelewengan bantuan, gagapnya kontrol
penyaluran, kesulitan akses penyaluran bantuan, rancunya teknis aduan, dan
kegagapan pencairan bantuan. Dilihat secara teoritis penelitian ini melengkapi
teorinya Riant Nugroho bahwa tujuan dari kebijakan sosial adalah mempercepat
perubahan sosial dan mendorong kemampuan masyarakat untuk memecahkan
setiap konflik secara damai. Namun, Riant hanya melihat persoalan kebijakan
sosial tidak secara jangka pendek tetapi jangka panjang sehingga dampak jangka
pendek soal gegar budaya luput dari analisanya. Penelitian ini sudah menguatkan
konsepnya Budi Winarno bahwa kebijakan/program baru cenderung sulit untuk
diimplementasikan karena aktor dan strukturnya belum mapan. Namun teorinya
Budi Winarno sendiri belum disebutkan secara mendetail dari dampak
kebijakan/program baru, itu hanya sebatas peringatan untuk hati-hati dalam
mengimplementasikan kebijakan baru. Oleh karena itu penelitian ini penting
karena menjelaskan gagap teknologi (culture lag) yang muncul dalam kebijakan
jangka pendek.NIM. 1520010034 Riswantoro