%0 Thesis %9 Skripsi %A GHOZALI - NIM : 02121062, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:798 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Akulturasi, Serat Kalatidha, Raden Ngabehi Ranggawarsita %T AKULTURASI AJARAN ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM SERAT KALATIDHA KARYA RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/798/ %X ABSTRAK Akulturasi merupakan perpaduan dua budaya atau lebih dimana budaya baru yang masuk mampu berinteraksi danberadaptasi dalam lingkungan budaya lama sehingga terjadi komunikasi budaya yang lambat laun saling mempengaruhi dan memadu tanpa menghilangkan kepribadian masing-masing. Proses akulturasi biasanya diawali dalam suatu masyarakat berbudaya yang hidup berdampingan dengan masyarakat lain, dimana masing masing unsur budaya yang mereka miliki saling menyusup dan mempengaruhi. Cepat lambatnya pengaruh suatu budaya, tergantung dari kekuatan budaya itu sendiri dalam berinteraksi dengan buadaya lain. Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang saling mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam komunitas yang berbudaya, akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama dan kepentingan budaya. Agama dan budaya mempunyai tujuan masing-masing, tetapi keduanya mempunyai wilayah yang sama dan saling tumpang tindih. Akhirnya, tidak menghalangi akan adanya kehidupan beragama dalam bentuk budaya. Begitu pula ketika agama Islam mulai masuk dan berkembang dalam sistem kerajaan Mataram (Surakarta), terjadi suatu komunikasi dan penyelarasan dengan budaya Jawa yang menyebabkan terbentuknya suatu singkretisme. Reaksi transformasi budaya tersebut juga disambut oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita dengan memanfaatkan unsur-unsur ajaran Islam dalam meningkatkan kebudayaan Jawa berupa kesusastraan. Aplikasi akulturasi budaya antara ajaran Islam dan budaya Jawa dituangkan dalam kesusastraan berupa Serat Kalatidha dengan menggunakan bahasa Jawa. Proses penciptaannya, tidak bisa lepas dari kondisi masyarakat dan sistem kerajaan yang melatarbelakangi sebagai inspirasinya. Sementara kejiwaan Raden Ngabehi Ranggawarsita dipengaruhi unsur ajaran Islam yang didapat dari pesantren dan tanggungjawab seorang pujangga untuk melestarikan budaya Jawa, akibatnya terjadi penyerapan dan penyelarasan dua budaya tersebut yang dimaksudkan untuk saling mendukung pelestariaannya. Untuk mengupas masalah akulturasi ajaran Islam dan budaya Jawa dalam Serat Kalatidha, menggunakan pendekatan semiotika yang dimaksudkan untuk mendapatkan makna dibalik simbol dalam Serat Kalatidha dan menggunakan teori akulturasi yang dimaksudkan untuk mengetahui unsur-unsur yang ada didalamnya. %Z Pembimbing : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A HERI CAHYONO - NIM : 03121471, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:799 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Ruwatan, Cukur, Rambut Gimbal, Dieng %T RUWATAN CUKUR RAMBUT GIMBAL DI DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/799/ %X ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang plural, yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, budaya dan adat istidat yang mempunyai ciri khas masing-masing. Salah satunya adalah tradisi budaya yang terdapat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, yaitu Ruwatan Cukur Rambut Gimbal. Awal mula adanya ruwatan ini tidak lepas dari salah satu dari ketiga pengelana yang dipercaya masyarakat Wonosobo sebagai pendiri Kabupaten Wonosobo dan sekaligus penyebar agama Islam di Wonosobo, yaiyi Kyai Walik, Kyai Karim, dan Kyai Kolodete. Kyai Kolodete ini ditugaskan di Dataran Tinggi Dieng, dan masyarakat Dieng menganggapnya sebagai nenek moyang mereka. Selain itu ia juga dipercaya masyarakat ebagai tokoh yang berambut gimbal. Anak-anak yang berambut gimbal biasanya bermula dari sakit panas, yang tinggi hingga berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan, dan lama-kelamaan rambutnya menjadi gimbal. anak-anak tersebut dipercaya masyarakat Dieng sebagai anak yang dibayangi roh Kyai Kolodete yang telah moksa pada wktu bertapa. Anak tersebut sering disebut oleh masyarakat Dieng ebagai anak sekrta yang akan dijadikan makanan Batarakala, dengan demikian untuk melepaskan anak gimbal dari malanya tersebut, maka anak gimbal tersebut harus di ruwat. Anehnya apabila rambut gimbal itu dipotong tanpa menggunakan prosesi upacara ruwatan dan tidak memenuhi permintaan yang diminta oleh si anak, maka rambut gimbal itu akan tumbuh kembali. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A SHODDIQ RAHARJO NIM. 00120070, %B Fakultas Adab/ %D 2008 %F digilib:1084 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Konflik, NU, Muhammadiyah %T KOFLIK ANTARA NU DAN MUHAMMADIYAH (1960-2002) (Studi Kasus di Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1084/ %X ABSTRAK Wonokromo adalah salah satu daerah awal pusat perkembangan Islam di Yogyakarta. Sejak awal berkembangnya dusun ini, dilakukan oleh seorang Kyai yang menjunjung tinggi ajaran-ajaran Islam. Sejak saat itu secara turun temurun selalu ditanamkan pada diri masyarakat Wonokromo untuk selalu menjunjung tinggi ajaran Islam. Norma ini selalu dipegang teguh oleh masyarakat Wonokromo sehingga lahir norma-norma pendukung yang lain yaitu ditanamkan rasa malu apabila tidak sampai bisa mengaji dan adanya proses seleksi bagi para pendatang, sehingga dusun ini pun mendapat julukan sebagai dusun santri. Pada awalnya masyarakat Wonokromo cukup homogen karena hanya ada satu faham Nahdlatul Ulama. Baru kemudian setelah itu muncul Muhammadiyah. Sejak munculnya Muhammadiyah, maka masyarakat yang pada awalnya merupakan masyarakat yang homogen, kemudian terjadi peralihan menjadi masyarakat yang heterogen sehingga sempat terjadi kategorisasi NU dan Muhammadiyah bahkan sempat terjadi konflik walaupun hanya berupa celaan. Konflik verbal yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari lama kelamaan menjadikan bentrok fisik. Seperti pada tahun 1960-an, muncul konflik tentang bedhug yang menjadikan munculnya bentrokan fisik. Dimulai dengan adanya perbedaan pendapat tentang hari raya yang kemudian mengarah kepada permasalahan NU dan Muhammadiyah. Namun konflik tersebut dapat diatasi dengan adanya pihak penengah yang mendamaikannya. Setelah konflik tersebut lahir norma baru dalam rangka penciptaan kerukunan antara NU dan Muhammadiyah agar konflik tersebut tidak terulang lagi. Norma tersebut tidak memperdebatkan perbedaan khilafiyah antara NU dan Muhammadiyah. Norma yang kedua adalah Masjid Taqwa Wonokromo sebagai kegiatan nasional sehingga tidak boleh untuk menyiarkan NU dan Muhammadiyah. Dalam penetapan hari besar Islam, masjid mengikuti pemerintah dan dalam hal pengangkatan takmir dibuat berimbang antara NU dan Muhammadiyah. Norma yang ketiga yaitu, sebisa mungkin menghindari penggunaan atau pemasangan simbol-simbol NU ataupun Muhammadiyah. Meskipun proses kerukunan telah berlangsung di dalam masyarakat, namun ternyata pada tahun 2002 konflik di Wonokromo muncul lagi. Pada saat itu yang terjadi mengenai konflik pemilihan kepala desa. Konflik pemilihan kepala desa memang secara implisit tidak menghasilkan suatu resolusi baru karena konflik ini secara tertutup dan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja, walaupun memang membawa nama organisasi massa sehingga tidak ada norma baru yana lahir dan berlaku di masyarakat. Kerukunan kehidupan masyarakat Wonokromo yang sudah terwujud, bukanlah suatu hal yang mudah untuk mempertahankannya. Oleh karena itu yang terpenting adalah tetap waspada terhadap semua kemungkinan yang dapat mencetuskan kembali perseteruan di masa lalu pada semua aspek kehidupan, terutama dalam bidang politik yang seringkali menjadi pemicu konflik. Meskipun konflik pemilihan kepala desa dapat diredam, tetapi peristiwa itu merupakan suatu pertanda bahwa masih ada celah-celah kecil bagi munculnya konflik yang mungkin lebih besar lagi. Kondisi yang tidak dikehendaki oleh siapapun terutama warga masyarakat Wonokromo sendiri. %Z Pembimbing : Siti Maimunnah, S. Ag., M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A SAIDAH DIFLA IKLILA - NIM : 03121511, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1080 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sastra Gendhing, Sultan Agung Hanyakrakusuma %T SERAT SASTRA GENDHING (Analisis Untuk Memahami Spiritualisme Sultan Agung Hanyakrakusuma) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1080/ %X ABSTRAK Budaya sebagai hasul dari peradaban peristiwa masa lampau manusia sangatlah menarik untuk dicermati dan diteliti lebih mendalam dengan dilihat dari berbagai macam sudut pandang, sehingga kita dapat memahami makna yang terkandung dalam sebuah peristiwa. Sejarah kebudayaan pada kenyataannya merupakan hasil dari sebuah fakta kehidupan yang nyata dan dapat dibuktikan dengan data-data yang valid, hal ini telah membuat suatu cerita masa lalu menjadi lebih menarik. Sebagai hasil dari peristiwa masa lalu, sejarah kebudayaan memuat berbagai macam aspek kehidupan di dalamnya, salah satunya adalah mistisisme dan spiritualisme yang biasanya banyak dibumbui dengan berbagai kisah-kisah di luar logika. Sultan Agung Hanyakrakusuma sebagai raja, sastrawan, dan seniman yang telah memberikan kontribusi yang besar pada kerajaan Mataram Islam. Ia tokoh yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap masalah bangsa dan agamanya. Salah satu sumbangsihnya adalah kitab karangannya yang berjudul Sastra Gendhing atau bisa diterjemahkan sebagai sastra lagu. Sastra Gendhing memuat berbagai petuah raja termasuk di dalamnya ajaran spiritual sultan. Karya mistik Sastra Gendhing mengajarjan tentang keselarasan lahir batin dan awal akhir. Keserasian antara jagad gumelar dengan jagad gumulung, ditinjau dari ketajaman spiritual ini, Sultan Agung mendapat gelar yang sepadan dengan wali. Spiritualisme Sultan Agung yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah aspekaspek spiritualnya dalam karya, Sastra Gendhing. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi, SS, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Muhib Inganatut Tholibin - NIM.02121058, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1070 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K K.H.R. Asnawi %T K.H.R. ASNAWI: SEJARAH HIDUP, PEMIKIRAN, DAN PERJUANGANNYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1070/ %X ABSTRAK K.H.R. Asnawi dilahirkan di Kudus, beliau sangat aktif dalam penyebaran agama Islam dan perjuangan kemerdekaan. K.H.R. Asnawi ulama besar Indonesia pada abad XX. Beliau merupakan bagian penting pada jaringan ulama dan kyai pada massanya. Tokoh ini hidup di tiga zaman, yaitu pada masa kolonial Belanda, masa kolonial Jepang, dan masa kemerdekaan. Pada masa sebelum kemerdekaan, beliau pernah bergabung dalam pergerakan SI (serikat Islam) sebagai komisaris di Makkah. Beliau dekat dengan aktifis pergerakan nasional, seperti H. Agus Salim dan HOS Cokroaminoto. K.H.R. Asnawi dikenal sebagai ulama dan pemikir yang memiliki pandangan dan pendirian yang konsisten dan berkomitmen kuat bagi perjuangan umat Islam. Dalam bidang syariat Islam, beliau mendasarkan pandangannya pada empat sumber inti Islam, yaitu al-Qur'an, al-Hadis, ijma', dan qiyas. Hal ini seperti yang dipakai oleh pendiri madzhab Syafi'i, yaitu Imam Syafi'i. Salah satu karya beliau diantaranya adalah kitab fashalatan, yaitu kitab kuning dalam bahasa Jawa. Inti dari pemikiran-pemikiran beliau dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu teologi (akidah), hukum Islam (fiqih), dan pendidikan pesantren. Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu (1) bagaimana riwayat hidup K.H.R. Asnawi. (2) apa saja pemikiran keagamaan K.H.R. Asnawi. (3) apa saja aktifitas perjuangan yang dilakukan K.H.R. Asnawi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis dengan jenis penelitian kualitatif-deskriptif. Adapun teori yang digunakan adalah teori biografi, yaitu teori yang berorientasi pada penelusuran dan pemahaman yang mendalam mengenai kepribadian seseorang lihat berdasarkan pengetahuan, latar belakang sosial, kultur tokoh, latar belakang pendidikan, dan orang yang ada di sekitarnya yang memungkinkan mempengaruhi pemikirannya. %Z Pembimbing : Imam Muhsin, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Salimah, NIM. 03121496 %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1081 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tari Dolalak; Penyebaran agama Islam %T PERAN TARI DOLALAK DALAM PENYEBARAN ISLAM DI DESA KALIHARJO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO (1936-2007) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1081/ %X Awal kemunculan tari Dolalak berkaitan dengan penjajahan Belanda di Daerah Purworejo, karena Purworejo dipakai pusat pertahanan serdadu Belanda sehingga didirikan tangsi untuk asrama militer Belanda. Yang tinggal di tangsi bukan hanya orang Belanda saja tetapi juga pemuda-pemuda pribumi dari berbagai daerah. Mereka diwajibkan dan dilatih kemiliteran menjadi prajurit Belanda. Kehidupan didalam asrama yang penuh dengan kedisiplinan dan kekerasan itu membuat mereka bosan sehingga perlu hiburan. Pada waktu istirahat mereka menghibur dirinya dengan berbagai cara, diantaranya menari, menyanyi, pencak silat, kadang ada yang menirukan gerak dansa di dalam tangsi, kemudian di tirukan oleh masyarakat Purworejo dengan nada do-la-la yang orang Jawa menyebutnya quot;dolalak quot;. Hal ini mereka lakukan hanya sekedar menghilangkan kebosanan serta kerinduan akan keluarga dan sanak saudara. Kesenian tari Dolalak merupakan kesenian khas Kabupaten Purworejo, bahkan sebagai identitas Kabupaten Purworejo. Ide ini di prakarsai oleh Rejo Taruno, Duriyat, dan Rono Dimejo pada tahun 1915 di, Trirejo, Loano. Kesenian tari Dolalak pada awalnya di tarikan oleh penari laki-laki., namun dalam perkembangnya, tari Dolalak ditarikan oleh penari perempuan. Hampir disetiap grup kesenian tari Dolalak di Purworejo, semuanya penarinya perempuan, akan tetapi yang masih bertahan penari laki-laki adalah di Desa Kaliharjo, Kaligesing. Kesenian tari Dolalak mempunyai keunikan bahwa tari Dolalak ditemukan beberapa perbedan karakter pembawanya sesuai dengan kelompok usia dan perkembangan jaman.Dalam perkembanganya iringan musik diiringi dengan menggunakan istrumen jedur, terbang, kencer, dan kendang. Syair yang digunakan dalam tari Dolalak berisi tuntunan shalat, mengaji, kerja bakti, dan lain-lain. Pada saat dipentaskan kesenian tari Dolalak di Trirejo, Loano, Cokro Sumarto, Sastro Sumanto, Suprapto, Amat Yusro dan Martoguno tertarik, yang kemudian mendirikan tari Dolalak di Desa Kaliharjo pada tahun 1936. Cokro Sumarto sebagai pendiri kesenian tari Dolalak Di Desa Kaliharjo. Cokro Sumarto sebagai tokoh agama yang taat dan di hormati. Cokro Sumarto mempunyai peran yang penting dalam pemahaman Islam, karena di samping sebagai tokoh agama juga seniman. Cokro Sumarto mempunyai pengaruh dalam hal agama karena dengan didirikannya kesenian tari Dolalak pemahaman Islam semakin meningkat. Adapun Rumusan Masalah : Bagaimana keberadaan dan perkembangan kesenian tari Dolalak di Desa Kaliharjo? Bagaimana peran kesenian tari Dolalak dalam penyebaran Islam di Desa Kaliharjo? Tujuan dan Kegunaan Penelitian: Untuk mendeskripsikan keberadaan dan perkembangan kesenian tari Dolalak di Desa Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dan Untuk mengetahui peran kesenian tari Dolalak dalam penyebaran Islam di Desa Kaliharjo Kaligesing Purworejo. Kegunaan Penelitian: untuk: Mendapatkan informasi sejarah kesenian Islam khususnya tari Dolalak, Memberikan sumbangan dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan budaya daerah pada khususnya, Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai sejarah budaya kesenian tari tingkat lokal sebagai karya yang menarik, berbobot serta tidak membosankan sehingga diharapkan dapat memperkaya khazanah intelektual khususnya di bidang sejarah. %Z Pembimbing : Riswinarno, SS, %0 Thesis %9 Skripsi %A MUH NASRUDIN - NIM. 00120232, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1069 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Seni Kaliwungon %T SENI KALIWUNGON DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG TEGALARUM KABUPATEN KLATEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1069/ %X ABSTRAK Kalau kita membicarakan kebudayaan, memang tidak ada habis-habisnya. Oleh karena kebudayaan selalu berkembang seiring dengan kemajuan masyarakatnya. Dengan kata lain kebudayaan mempunyai sifat elastis dan dinamis. Namun demikian dalam perkembangan masyarakat tidaklah semua unsur budaya itu dapat menyesuaikan diri. Banyak unsur kebudayaan sebagai hasil karya masyarakat itu tidak mampu berkembang dan ditinggalkan akhirnya hilang. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan atau kesadaran masyarakatnya, sehingga mampu mengerti budaya yang sudah tidak dijalankan lahi dengan kebudayaan yang masih layak dipertahankan bahkan dilestarikan. Misalnya keberadaan seni Kaliwungon di kampung Tegalarum, yang itu termasuk salah satu unsur budaya tradisional dalam hal kesenian. Seni Kaliwungon yang berada di kampung Tegalarum merupakan salah satu jenis seni musik yang bernuansa Islam yang masih bertahan dari perkembangan zaman. Walaupun kesenian ini muncul pada tahun 1941 hingga sampai saat ini masih berjalan dengan baik. Adanya kesenian tradisional dalam masyarakat yang itu memiliki dampak yang positif, jika masyarakat dapat mengemas dalam wadah yang bagus. Karena kesenian bukan hanya mengandung nilai-nilai keindahan semata tetapi juga mengandung nilai-nilai moral. Begitu juga dalam seni yang bernuansakan Islam, di dalamnya juga terdapat nilai-nilai yang itu harus diperhatikan. Seperti nilai keagamaan dan nilai sosial budaya, di mana nilai yang terkandung dalam kesenia tersebut juga terdapat fungsi yang dapat berpengaruh dalam kehdupan masyarakat. Dalam hal ini peneliti, meneliti tentang kesenian Kaliwungon yang berada di Kampung Tegalarum. Penelitian ini menitik beratkan beratkan pada keberadan kesenian beserta nilai dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Adapun pendakatan yang dipakai dalam penelitian yang membahas tentang kesenian Kaliwungon di kampung Tegalarum, Kab. Klaten. Dalam hal ini pendekatn yang dipakai adalah pendekatan antropologi budaya, karena untuk melihat atau mengamati perilaku yang dilakukan oleh masyarakat terhadap bidang kesenian yang itu termasuk dari unsur kebudayaan. Dalam setudi ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, struktur, alur, nilai dan fungsi dari seni Kaliwungon di kampung Tegalarum. Sedangkan kegunan dalam penelitian ini untuk dokumentasi kebudayaan, pengembangan khazanah kebudayaan Islam, dan sebagai bacaan yang ilmiah tentang kebudayaan yang berbentuk kesenian Islam. %Z Pembimbing : Riswinarno, SS, %0 Thesis %9 Skripsi %A MUSLIKHATUN - NIM. 03121508, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1072 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Uzbeg Khan, Dinasti Golden Horde %T KEBIJAKAN PEMERINTAHAN UZBEG KHAN (1313-1341) PADA MASA DINASTI GOLDEN HORDE %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1072/ %X ABSTRAK Sejarah masyarakat islam di Asia Tengah sejak periode Mongol sampai periode kontemporer ini pada garis besarnya dapat dibagi tiga wilayah. Di antara wilayah tersebut, Golden Horde merupakan bagian wilayah yang mendiami padang rumput bagian barat dan utara. Dalam sejarah Mongol kemunculan Golden Horde sangat menarik. Karena Golden Horde ini anak cabang dari dinasti Mongol, dan berkuasa paling lama serta dapat membawa kejayaan dalam peradaban di Asia dan Eropa. Golden Horde ini merupakan dinasti keturunan Chingis Khan dari anaknya yang bernama Jochi. Dinasti ini didirikan oleh Batu (anak Jochi), yang terletak di daerah Sarai dibagian timur tepi Akhtuba, anak sungai dari Volga dan dijadikannya sebagai ibukota Negara. Dalam istanahnya, Batu menyepuh tenda kemah-kemah, karena keindahan dari istanahnya maka dinasti raja terkenal sebagai Golden Horde juga dikenal dengan sebutan dinasati Qipchak. Pada masa pemerintahan Uzbeg Khan (1313-1340), dinasti Golden Horde yang dulunya beragama Kristen menjadi beragama islam, mulai dari kalangan atas maupun bawah. Seperti halnya yang terlihat pada kaum bangsawan, raja, sampai ke rakyat jelata semuanya masuk islam. Pada hal dulunya keturunan Mongol itu anti dengan islam, dan masa-masa sebelum pemerintahan Uzbeg Khan pun sudah ada yang masuk islam. Akan tetapi tidak begitu terlihat sebagaimana pada masa pemerintahan Uzbeg Khan (1313-1340). Hal inilah yang menarik untuk dijadikan studi penelitian. Pada awalnya dinasti Golden Horde merupakan keturunan Mongol yang taat dengan ajaran nenek moyangnya, akan tetapi setelah pemerintahan Uzbeg Khan inilah membuat catatan sejarah baru bagi keluarga Mongol tersebut. Pada masa pemarintahannya pun banyak mengalami perkembangan dan kemajuan. Rumusan Masalah 1.Bagaimana latar belakang berdirinya dinasti Golden Horde? 2.Siapakah Uzbeg Khan? 3.Usaha dan kebijakan apa saja yang dilakukan oleh Uzbeg Khan sehingga berhasil mengantar dinasti Golden Horde pada kejayaan ? %Z Pembimbing :Siti Maimunah %0 Thesis %9 Skripsi %A NANANG SUTISNA - NIM.01120655, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1076 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Persis, K.H.E. Abdurrahman %T PERSATUAN ISLAM (PERSIS) PADA MASA K.H.E ABDURRAHMAN (1962-1983) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1076/ %X ABSTRAK Penelitian Persis pada masa periode kepemimpinan K.H. E. Abdurrahman penting dilakukan, karena pada periode kepemimpinannya Persis mengalami reorientasi kembali menjadi organisasi yang memusatkan perhatian pada bidang sosial keagamaan. Di samping itu, peran K.H. E. Abdurrahman di dalam tubuh Persis sangat menentukan bagaimana orientasi dan aktivitas Persis. Penelitian ini di fokuskan pada bagaimana corak Persis pada periode kepemimpinan K.H. E. Abdurrahman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenali sosok K.H. E. Abdurrahman,dan untuk menganalisa kepemimpinan Persis pada masa K.H. E. Abdurrahman. Penelitian dan pembahasan skripsi ini menggunakan metode sejarah. Hasil penelitiannya adalah K.H. E. Abdurrahman adalah sosok ulama yang tekun dalam mendidik dan berdakwah. Ia memiliki keahlian dalam bidang agama seperti theologi, syari'ah, hadits, fiqih, ushul fiqih, dan bahasa. Ia termasuk ulama yang tidak mengenal kompromi terhadap ajaran-ajaran yang tidak ada sumbernya dari Al-Qur'an dan As-Sunah. Ia merupakan sosok ulama yang rendah hati, berwibawa, berwawasan luas. Orientasi politik PERSIS ketika berada di bawah kepemimpinan K.H. E. Abdurrahman ternyata lebih memilih untuk bersikap netral, tidak mendukung atau ikut berpartisipasi dalam partai politik manapun. Orientasi organisasi PERSIS ketika berada di bawah kepemimpinan K.H. E. Abdurrahman adalah menjadikan PERSIS sebagai organisasi kader dengan cara melakukan pembenahan dan pembinaan kader-kader baru PERSIS yang berkualitas tinggi, hal tersebut dikarenakan PERSIS pada waktu itu lebih mendahulukan kualitas dari pada kuantitas, tidak mementingkan jumlah anggota, akan tetapi lebih mengutamakan pengaruh pemikiran. Adapun yang menjadi fokus gerakan PERSIS pada masa K.H. E. Abdurrahman adalah lebih mengkhususkan diri pada bidang pendidikan dan dakwah, alasannya karena secara historis PERSIS lahir dari sebuah kelompok studi keagamaan. %Z Pembimbing : Dra.Soraya Adnani M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A NANIK JUNAIDAH - NIM: 03121507, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1077 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Islam di Lampung %T ISLAM DI LAMPUNG 1552-1570 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1077/ %X ABSTRAK Perkiraan Sejarah suku Lampung dimulai dari zaman Hindu Animisme yang berlaku di antara tahun pertama Masehi sampai permulaan abad ke-16, yang dimaksud dengan zaman Hindu di sini ialah zaman masuknya ajaran-ajaran atau sistem kebudayaan yang berasal dari daratan India, termasuk Budhisme yang unsur-unsurnya terdapat dalam adat budaya orang Lampung. Islam diperkiraan memasuki daerah Lampung di sekitar abad ke-15, melalui tiga arah. Pertama dari arah barat Minangkabau), memasuki dataran tinggi Belalau. Kedua dari daerah utara (Palembang), melalui daerah Komering pada permulaan abad ke-15 atau setidak-tidaknya di masa Adipati Arya Damar (1443) di Pelambang. Ketiga dari Banten oleh Fatahillah Sunan Gunung Jati, memasuki daerah Labuhan Meringgai sekarang, yaitu di Keratuan Pugung di sekitar tahun 1525, sebelum di rebutnya Sunda Kelapa (1526). Dari perkawianan Fatahillah dengan Putri Sinar Alam anak Ratu Pugung maka lhirlah Minak Kejala Ratu yang kemudian menjadi cikal-bakal Keratuan Darah Putih yang menurunkan Raden Intan. Jadi yang paling berpengaruh Islam di Lampung jalur yang ketiga yaitu dari Banten. Seperti sudah kita ketahui, Banten diIslamkan oleh Fatahillah atas nama raja Demak. Segera kedudukan Banten diperkuat, dan untuk kepentingan perdagangan maka seluruh pantai Utara diIslamkan pula sampai di Cirebon. Sunda Kelapa, kota pelabuhan Pajajaran, yang dapat menjadi saingan, direbut tahun 1527, dan sebagai bagian Banten diberi nama Jayakarta. Pemerintahan daerah banten dipegang sendiri oleh Fatahillah, sedangkan daerah Cirebon ia serahkan kepada anaknya, Pangeran Pasarean. Ketika dalam tahun 1552 Pangeran Pasarean ini wafat. Fatahillah sendiri pergi ke Cirebon untuk mengendalikan pemerintahan, setelah Banten ia serahkan kepada seorang anaknya lagi yang bernama Hasanuddin. Di Cirebon Fatahillah lebih bertekun dalam hal keagamaan, dan setelah pemerintahan dapat ia serahkan kepada seorang cucunya ia mengundurkan diri di Gunung jati. Sebagai Penyiar agama Islam ia dianggap sebagai salah seorang dari wali 9, dan bergelar Sunan. Dalam tahun ia wafat, dan dimakamkan di tempat pemukimannya di atas bukit Jati; maka ia kemudian lebih terkenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sementara itu Hasanuddin di Banten semakin berkuasa, dan tidak lagi menghiraukan Demak yang sejak seitar tahun 1550 kacau saja keadaanya. Dalam tahun 1568 ia bahkan memutuskan sama sekali hubungannya dengan Demak, dan menjadi raja pertama di Banten. Segera ia perkokoh kedudukannya dan ia perluas daerahnya sampai di Lampung. Dengan demikian ia menguasai daerah-daerhah lada dan perdagangannya. %Z Pembimbing : Drs. H. Mundzirin Yusuf, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A RATNA CHRISTIANA - NIM.03121474, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1079 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tradisi Suroan, Bedono Kluwung %T TRADISI SUROAN DI DESA BEDONO KLUWUNG KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Budaya) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1079/ %X ABSTRAK Setiap bangsa dan suku-suku di Indonesia mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Demikian pula suku Jawa yang memiliki kebudayaan khas, terutama dalam bidang religi dengan tradisi upacaranya yang merupakan bagian dari kehidupan sebagai pengungkapan rasa budayanya. Upacara adat tradisional mempunyai arti bagi warga masyarakat yang bersangkutan, selain bermakna sebagai penghormatan terhadap roh leluhur dan rasa syukur terhadap Tuhan juga sebagai sarana sosialisasi dan pengokohan nilai-nilai budaya yang sudah ada dan berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti yang saya ketahui di Desa Bedono Kluwung, terdapat adanya suatu tradisi Suroan yang begitu unik, berbeda dengan tradisi Suroan di Desa Banyuraden dilaksanakan setiap menjelang tanggal 8 Suro atau tanggal 7 Suro tengah malam, mereka mengikuti tradisi karena adanya keyakinan mereka bahwa dengan menggunakan sisa-sisa air yang digunakan oleh Ki Demang Cakradikrama yang dilakukan pada malam 8 Suro, akan mendapat berkah dan harapan mereka akan dikabulkan Tuhan. Mereka melakukan hal ini untuk menghormati arwah leluhur yang anggap begitu sakral yaitu Ki Demang cakradikrama. Sedangkan tradisi Suroan di Desa Bedona Kluwung mereka melakukan pada malam 1 suro bertepatan pada 1 Muharram pengajian dan kenduren sebelum melakukan penyembelihan kambing lalu dimasak yang uniknya lagi segala sesuatunya dilakukan oleh kaum pria, sedangkan wanitanya hanya membawa nasi dibakul. Penyembelihan kambing itu sendiri bermakna untuk memberikan penghormatan sebagai ketaatan mereka kepada leluhurnya. Prosesi ritualisme yang menunjukan bahwa selain tradisi Suroan sebagai media untuk menghormati roh leluhur, juga sebagai rasa syukur atas rahmat dan anugrah Tuhan. Di samping itu, keberadaan tradisi Suroan dan perkembangannya di lingkungan masyarakat mempunyai dampak positif bagi kehidupan masyarakatnya. %Z Pembimbing : Dra Hj. Ummi Kulsum, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A SUNDARI - NIM. 03121485, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1087 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah, Demang Lehman, Perang Banjar. %T PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR TAHUN 1859-1862 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1087/ %X ABSTRAK Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad 17, hal tersebut dikarenakan daerah ini banyak menghasilkan lada dan batu bara. Sejak itulah terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Belanda memonopoli perdagangan lada, bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan Banjar dengan politik devide et impera. Pada tanggal 14 Februari 1606, kapal dagang VOC Belanda datang di bawah pimpinan Gillis Michieszoon. Setibanya di Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang menyinggung perasaan orang Banjar, dan semua awak kapal yang naik ke darat dibunuh oleh orang Banjar. Setelah kejadian tersebut, Belanda segera mengirimkan armada perang menuju Banjarmasin, mereka membakar kota, kapal-kapal yang berlabuh di bandar, dan keraton Banjar yang tidak jauh dari sungai juga turut menjadi sasaran pembakaran. Setelah peristiwa tersebut, rakyat Banjar menjadi anti terhadap Belanda di tanah Banjar. Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan, ekonomi, dan sosial keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan secara sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang menghendaki Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan Muda Abdurrahman. Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi sultan menimbulkan kekecewaan di kalangan rakyat dan para pembesar Kerajaan yang pada klimaksnya menimbulkan Perang Banjar. Di dalam Perang Banjar terdapat beberapa tokoh Banjar yang menjadi panglima melawan Belanda, salah satunya adalah Demang Lehman yang berasal dari Martapura. Ia merupakan Panakawan dari Pangeran Hidayatullah, oleh karena kesetiaan, kecakapan, dan jasa besarnya maka ia diangkat Pangeran Hidayatullah menjadi Kepala Distrik di Riam Kanan. Pada saat Perang Banjar meletus, Demang Lehman mendapat tugas dari Pangeran Antasari untuk memimpin perlawanan di daerah Martapura dan Tanah Laut bersama Kiai Langkang dan Penghulu Buyasin. Di mata Belanda, Demang Lehman termasuk pejuang Banjar yang sangat ditakuti dan berbahaya dalam menggerakkkan kekuatan rakyat sebagai tangan kanan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah. Pangeran Antasari memberikan tugas kepada Demang Lehman untuk menjadi pemimpin perang di beberapa daerah. Untuk menumpas perlawanan Demang Lehman, Belanda mengirim kapal-kapal perangnya dalam jumlah banyak. Menghadapi pasukan Belanda yang cukup banyak, Demang Lehman dan pasukannya beberapa kali terpukul mundur. Meskipun beberapa kali mengalami kekalahan, ia dan pasukannya tetap tidak pernah takut terhadap Belanda. Demang Lehman menolak berunding dengan Belanda. Damai bagi Demang Lehman berarti harus angkat kaki dari Bumi Banjar. Sikap keras menjadi tekad Demang Lehman untuk mengusir penjajah Belanda, sampai titik darah penghabisan. Pada tanggal 6 Oktober 1861, ia dan pasukannya diminta Belanda datang ke Banjarmasin untuk berunding. Belanda meminta supaya Demang Lehman mau tinggal di Banjarmasin, hal ini dilakukan Belanda untuk membuat Demang Lehman ikut bergabung dengan Belanda. Residen Belanda berusaha memikat Demang Lehman dengan janji memberi biaya tiap bulan kepada Demang Lehman apabila dapat membujuk Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari ke Banjarmasin. Belanda berjanji jikalau Pangeran Hidayatullah kembali ke Banjarmasin akan diberikan jabatan yang tinggi di kerajaan Banjar. Setelah Pangeran Hidayatullah ke Banjarmasin, Belanda mengingkari janji. Pangeran Hidayatullah ternyata diasingkan Belanda ke Jawa, tepatnya di Ciganjur. Demang Lehman merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda, dan berusaha mengatur kekuatan kembali di daerah Pangkal, Batulicin. Akan tetapi, Belanda telah membuat rencana untuk penangkapan terhadapnya. Sehabis shalat subuh, ia ditangkap dan pemerintah Belanda memutuskan hukuman gantung kepada Demang Lehman. Pada tanggal 27 Februari 1862 Demang Lehman dihukum gantung dan kepalanya dipenggal. Kepala Demang Lehman dibawa ke Belanda dan disimpan di Museum Leiden. %Z Pembimbing : Drs. Irfan Firdaus. %0 Thesis %9 Skripsi %A Trio Andika Rachmandani - NIM. 03121463, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1068 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kiai Hadjid, Perang Kemerdekaan RI %T KIAI HAJI HADJID DAN PERJUANGANNYA PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN RI DI DIY %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1068/ %X ABSTRAK Dengan adanya agresi militer Belanda I, maka rakyat Indonesia mempersiapkan diri untuk menghimpun kekuatan. Di Yogyakarta, reaksi keras salah satunya muncul dari kalangan ulama, yang bertekad untuk ikut berpartisipasi dalam mempertahankan kedaulatan negara RI. Para ulama bermusyawarah untuk membentuk wadah Majelis Ulama Angkatan Perang Sabil (MUAPS) dan Angkatan Perang Sabil (APS) sebagai wadah perjuangan para pejuang Islam dalam melawan penjajah. Mereka berjuang bersama rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih. Salah seorang tokoh yang ikut andil dalam perjuangan pada masa itu adalah K.H. Hadjid. Ia lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1898 M, dari keluarga berpendidikan dan berdasar pada jiwa ketauhidan yang kuat membuat jiwa patriotisme Hadjid terasah. Sejak kecil, ia sudah dibekali dengan ilmu-ilmu agama yang didapat dari belajar di pondok-pondok pesantren. Kemudian ayahnya mengirim Hadjid untuk menimba ilmu di Tanah Suci Mekah. Dalam perjalanan karirnya, ia telah banyak aktif dalam berbagai organisasi masyarakat, keagamaan, maupun lembaga pemerintah. K.H. Hadjid hidup dalam situasi yang penuh dengan gejolak. Di antaranya penjajahan Jepang, agresi militer Belanda I dan II, telah mencetak jiwa kepemimpinan yang tangguh untuk selalu berjuang demi agama, bangsa dan negaranya. Semangat perjuangan K.H. Hadjid sangat tinggi, hal ini juga diwariskan pada putra-putrinya. Bahkan dalam situasi perang ketika salah seorang putranya sedang mendampingi istrinya melahirkan, K.H. Hadjid memerintahkan putranya untuk pergi ke medan perang. Menurut K.H. Hadjid bahwa kewajiban yang lebih penting pada waktu itu adalah berperang, berjuang demi bangsa dan negara. Hal itu merupakan gambaran perjuangan dan pengorbanannya dalam perang kemerdekaan RI. K.H. Hadjid adalah ulama yang lebih dikenal sebagai tokoh awal pergerakan Muhammadiyah ini tidak saja sebagai ulama yang wara'i, tinggi ilmu agamanya dan berwawasan luas, tetapi juga disegani di kalangan umum sebagai pemimpin yang kharismatik dalam berjuang di medan pertempuran. Hal ini yang dipandang menarik dan perlu penulis teliti lebih lanjut. Untuk menguraikan masalah penelitian ini penulis menggunakan pendekatan behavioral, yakni pendekatan yang tidak hanya tertuju pada kejadiannya saja, tetapi juga tertuju pada pelaku sejarah dan situasi nyata. Bagaimana pelaku sejarah menafsirkan situasi yang dihadapinya, sehingga dari penafsiran tersebut muncul tindakan yang menimbulkan suatu kejadian, dan selanjutnya timbul konsekuensi atau pengaruh dari tindakannya berkenaan dengan perilaku pemimpin. Teori yang digunakan adalah teori konflik, menurut George Ritzer masyarakat senantiasa berada dalam proses yang ditandai oleh pertentangan yang terus-menerus di antara unsur-unsurnya. Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial. Teori konflik menggunakan prinsip koersi untuk mendorong melakukan perubahan-perubahan di dalam masyarakat. %Z Pembimbing : Siti Maimunah, S.Ag., M.Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A ANIK TRI WAHYUNI - NIM. 02121036, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1108 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Masjid Ki Ageng Sutawijaya Majasto, Histori. %T KOMPLEKS MASJID KI AGENG SUTAWIJAYA MAJASTO TAWANGSARI SUKOHARJO JAWA TENGAH (Tinjauan Histori) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1108/ %X ABSTRAK b Penelitian /b ini penulis menggunakan metode sejarah, yaitu menguji dan meneliti secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau untuk merekontruksi hal-hal yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Ki Ageng Sutawijaya merupakan keturunan Raja Majapahit yaitu Brawijaya V, pada waktu kerajaan Majapahit runtuh beliau meninggalkan istana dan melarikan diri bersama saudara-saudaranya, kemudian dalam pelariannya Ki Ageng Sutawijaya bertemu Sunan Kalijaga. Beliau mula-mula mempunyai nama Raden Joko Bodho, setelah bertemu Sunan Kalijaga beliau memperoleh gelar Ki Ageng Sutawijaya. Ki Ageng Sutawijaya mendapat perintah untuk berguru kepada Sunan Tembayat. Setelah berguru beberapa bulan di Tembayat, Ki Ageng Sutawijaya menuju bukit Majasto dan menyebarkan Islam disana sesuai perintah Sunan Kalijaga. 2). Masjid Ki Ageng Sutawijaya merupakan masjid bersejarah yang usianya sudah ratusan tahun yang didirikan sekitar tahun 1587-1653 M sesuai prasasti yang tertera pada gapura masjid. Dibangunnya masjid ini oleh Ki Ageng Sutawijaya yang merupakan bukti dari perintah gurunya yaitu Sunan Kalijaga dan Sunan Tembayat sebagai sarana dakwah bagi masyarakat Majasto, mengingat masyarakat Majasto saat itu pengetahuan mereka tentang Islam sangat minim sehingga yang memeluk Islam hanya sedikit bahkan ada yang memeluk Hindu. 3). Masjid ini sebagai salah satu sarana pembangunan manusia di bidang spiritual pada khususnya dan sebagai sarana mengembangkan kehidupan sosial di Majasto. Untuk mencapai Majasto seperti yang diperintahkan oleh Sunan Kalijaga, Ki Ageng Sutawijaya banyak mengalami kesulitan karena sering tersesat walau akhirnya beliau berhasil sampai di Majasto. Islamisasi di Majasto berlangsung perlahan-lahan mengingat masyarakat saat itu masih memeluk Hindu, dalam berdakwah beliau selalu berpegang pada Al-Quran yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5 dan juga menegakkan kebenaran dan keadilan dengan menyuruh kepada amar ma'ruf nahi munkar. 4). Masjid Ki Ageng Sutawijaya merupakan peninggalan yang mempunyai nilai sejarah, meskipun usianya sudah ratusan tahun tetapi masjid ini tetap berdiri kokoh dan selalu dikunjungi oleh masyarakat Majasto yang ingin beribadah dan juga berziarah ke makam Ki Ageng Sutawijaya. Disamping itu di masjid tersebut sering diadakan pengajian bagi masyarakat dan juga upacara tradisi sadranan di halaman masjid. 5). Kondisi fisik bagian masjid masih tampak asli, pada pintu masuk ruang utama hanya dilakukan penambahan sedikit dengan cat juga pada beberapa bagian bangunan lain pada masjid. Teras masjid sudah dilakukan perbaikan dengan sedikit perluasan, sedangkan tangga menuju masjid diberi tambahan pegangan, dan pembangunan pendapa yang berfungsi sebagai tempat upacara sadranan bagi masyarakat majasto. 6). Pengaruh unsur kebudayaan pra-Islam tampak juga dalam beberapa bangunan masjid seperti kebudayaan Hindu yang tampak pada atap masjid yang berbentuk tumpang yang dilengkapi dengan mustaka, gapura yang berbentuk paduraksa, ruang utama yang berbentuk mendapa, mimbar yang diberi hiasan sulur tumbuhan, dan sendang yang masih ada di sekitar masjid. Pemberian atap jenjang juga merupakan pengaruh dari kebudayaan Budha yang berasal dari strata yang digunakan pada Candi Borobudur. Kebudayaan tersebut telah memberi peranan dalam pembentukan seni arsitektur dan ornamental Masjid Ki Ageng Sutawijaya. Seni ornamental berbentuk sulur bunga yang terdapat pada mimbar dan hiasan lengkung pada mihrab, sedangkan hiasan bidang terdapat pada bagian pintu dan jendela. Pada gapura banyak terdapat hiasan seperti relief dan patung harimau dan buaya, yang bagian tengah gapura dihubungkan dengan motif sayap burung. Gapura tersebut telah mengalami pengecatan ulang agar warnanya tidak pudar oleh cuaca. 7). Hal-hal yang mempengaruhi percampuran kebudayaan pada Masjid Ki Ageng Sutawijaya adalah faktor agama masyarakat Majasto dan faktor sosial budaya yang merupakan pengaruh dari agama pra-Islam. Begitu halnya dengan kebudayaan yang berkembang di Majasto yang merupakan pengaruh dari agama-agama pra-Islam. Jadi, tidak menutup kemungkinan, jika arsitektur Masjid Ki Ageng Sutawijaya dibuat dengan memadukan antara beberapa kebudayaan pra-Islam yaitu Animisme, Dinamisme, Budha, dan Hindhu. 8). Dalam penelitian ini terdapat persamaan tentang masjid-masjid kuno yang adadi Jawa dengan Masjid Ki Ageng Sutawijaya yang terdapat di Majasto. Persamaan tersebut tampak pada beberapa bagian yaitu: denahnya persegi, mempunyai serambi, berdiri pada pondasi yang kuat dan tinggi, mempunyai atap yang bertingkat dan menyempit ke atas yang disebut tumpang, mempunyai ruangan tambahan di sebelah selatan, ada mihrab, dan terdapat pintu gerbang. Semua itu merupakan ciri-ciri pada masjid tradisional yang ada di Jawa. %Z Pembimbing : Riswinarno, S.S. %0 Thesis %9 Skripsi %A SUPAAT EKO NUGROHO 01120576 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1094 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Muhammad 'Abid Al-Jabiri, sejarah, turas . %T MUHAMMAD 'ABID AL-JABIRI (STUDI PEMIKIRANNYA TENTANG TRADISI/ TURAS ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1094/ %X ABSTRAK b Tatkala /b berbicara mengenai permasalahan kebangkitan Islam, kita akan masuk dataran pembenahan sesuatu yang belum sempurna sehingga menyebabkan kebangkitan Islam tidak berjalan dengan lancar melainkan sesuatu yang stagnan. Muhammad amp;#8216;Abid al-Jabiri, seorang pemikir Islam yang berasal dari Maroko, dia adalah seorang filosof Islam dan merupakan pemikir yang terkemuka saat ini yang telah mengemukakan gagasan segar dalam rangka proyek besar bagi kebangkitan umat Islam. Mencuatnya nama pemikir Arab Islam kontemporer ini tidak lepas dari proyek pemikirannya yang ia sebut dengan Kritik Nalar Arab. Kritik Nalar Arab yang kemudian biasa disebut dengan (KNA) dilatarbelakangi oleh semangat revivalisme (Kebangkitan Islam) dalam dua gagasan yaitu sebagai refleksi atas kegagalan kebangkitan Islam sekaligus upaya untuk merealisasikan kebangkitan Islam yang tak kunjung datang. Kebangkitan Islam diera modern dipandang oleh al-Jabiri belum berhasil atau bahkan gagal. Salah satu penyebab mendasar gagalnya kebangkitan Islam adalah ketidaktepatan dalam mensikapi tradisi ( i turas /i ). Hal ini berimplikasi pada hilangnya mata rantai semangat intelektualitas dan sain yang menghubungkan dengan i turas /i masa lalu nan gemilang Menurut al-Jabiri tradisi adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita yang berasal dari masa lalu, apakah itu masa lalu kita atau masa lalu orang lain, ataukah masa lalu tersebut adalah masa lalu yang jauh maupun yang dekat. Ada dua hal yang penting yang harus diperhatikan dari definisi ini. Pertama bahwa tradisi adalah sesuatu yang menyertai kekinian kita, yang tetap hadir dalam kesadaran atau ketidaksadaran kita, Kehadirannya tidak sekedar dianggap sisa-sisa masa lalu melainkan sebagai masa lalu dan masa kini yang menyatu dan bersenyawa dengan tindakan dan cara pikir kaum musilmin. Maka tradisi bukan hanya yang tertulis dalam buku-buku karya para pemikir yang tersusun di rak-rak perpustakaan, malainkan realitas sosial kekinian kaum muslimin itu sendiri. Kedua tradisi yang menyakup kemanusiaan yang lebih luas seperti pemikiran filsafat dan sain, yang kedua ini disebut al-Jabiri sebagai at-turas al-insan. Namun al-Jabiri kemudian menegaskan bahwa tradisi yang hidup itu sebenarnya berakar kuat pada pemikiran-pemikiran Islam, yang dikembangkan para ulama sejak abad kedua Hijiriah hingga masa sebelum kemunduran sekitar abad kedelapan sebelum Hijiriah. Maka tidak heran jika kemudian al-Jabiri memfokuskan perhatiannya pada tradisi Islam yang tertulis untuk dibongkar dan dipahami secara obyektif. Dari sedikit pemaparan di atas, jelaslah bahwasannya al-Jabiri sangat memfokuskan tradisi untuk kelangsungan proyek kebangkitan Islam, penelitian ini mencoba mengungkap dan menerangkan lebih mendalam mengenai tradisi yang ada dalam gagasan al-Jabiri yang akan kami uraikan dalam skripsi kami. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan mengambil kesimpulan yang berdasarkan pemikiran logis atas berbagai data yang dapat kami peroleh melalui kepustakaan. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Machasin, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A ENI SETYOWATI - NIM. 03121510, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1103 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Muhammad Yunus Anis, sejarah %T MUHAMMAD YUNUS ANIS DAN KIPRAHNYA 1925-1979 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1103/ %X ABSTRAK Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa masa lalu, maka dalam penelitian ini digunakan metode historis, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian ditelaah secara jelas. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebgai berikut. Pertama, Bidang Pendidikan seperti: mendirikan Sekolah Tinggi Islam yang sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia, Pembenahan Administrasi dalam Muhammadiyah yang mengakibatkan peningkatan dari tingkat Cabang dan Ranting di seluruh Indonesia, Pembangunan sekolah Muhammadiyah, dan pendidikan Agama di Angkatan Darat yang bertujuan untuk mengatur dan membina mental rohani jiwa tentara agar para prajurit menjadi pembela negara dan bangsa dengan setia. Kedua, Bidang Sosial keagamaan yaitu lahirnya kepribadian Muhammadiyah. Dalam perumusan kepribadian Muhammadiyah, M. Yunus Anis banyak memberikan pengarahan dan pemikirannya. Tujuan di rumuskannya untuk menjadi landasan dan pegangan para pemimpin Muhammadiyah dalam menjalankan roda pemerintahan organisasi agar tetap sesuai asas dan tujuan Muhammadiyah yang sebenarnya. Mendirikan Perkumpulan Dakwah Idharul Haq, tujuan M. Yunus Anis mendirikan perkumpulan ini yaitu sebagai media dakwah Islam dan untuk mempererat hubungan silaturahmi sesama umat Islam. Ketiga, Bidang Politik, menjabatnya M.Yunus Anis dalam anggota DPRGR bukanlah atas nama Muhammadiyah, tetapi di tunjuk oleh Jenderal A.H. Nasution supaya mewakili imam Tentara. Selain itu Presiden Soekarno memilihnya sebagai anggota DPRGR, dengan tujuan mengikutsertakan pemuka-pemuka Muhammadiyah dalam pemerintahan. Kedudukan umat Islam dalam pemerintahan, bagi M. Yunus Anis perlu mendapat perhatian sebaik-baiknya. Dengan jalan ini wakil-wakil umat Islam dapat menyumbangkan pemikirannya supaya pelaksanaan pemerintahan tidak merugikan umat Islam. Selain itu dia termasuk tim kepemimpinan menghadapi krisis-krisis Nasional mendampingi Jenderal A.H. Nasution, dalam menggariskan koreksi total pembaruan mental yang di tuangkan pada persyaratan ketaqwaan serta berporoskan pelaksanaan murni dan konsekwen UUD 1945. %Z Pembimbing : Ali Sodiqin, S.Ag.M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAFIK - NIM. 01120675, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1101 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Nurcholis Madjid, demokratisasi %T NURCHOLISH MADJID; PANDANGAN TENTANG DEMOKRATISASI DI INDONESIA TAHUN 1970-2005 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1101/ %X ABSTRAK Pembicaraan sekitar pemikiran Islam Nurcholis Madjid selalu menarik karena pro dan kontra disekitar pemikiran Islamnya selama dua dasawarsa Orde Baru dan telah menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan dikalangan kaum Muslim pembaharu. Bagi para pendukungnya, pemikiran Islam Nurcholis Madjid dipandang sebagai suatu usaha untuk melakukan penyegaran kembali paham dan pemikiran Islam, sehingga dirinya didudukan sebagai tokoh pembaharu pemikiran Islam di Indonesia yang muncul pada tahun 1970. Sedang bagi para pengkritiknya, pemikiran Islamnya dipandang sebagai suatu usaha untuk mengacaukan pemikiran Islam dan ajaran demi kepentingan golongan tertentu, sehingga dirinya dituduh sebagai orang yang salah tuntunan dan paling buruk sebagai bukan Islam. Nurcholish Madjid menggagas konsep pluralisme agama pada era 1970-an ketika ia mengungkapakan Islam Yes, Partai No , sebagai gerakan pembaruan yang membela modernisasi yang kemudian menjadi akar pemikirannya tentang demokrasi. Pembaharuan itu sendiri merupakan upaya menformulasikan kesimpulan-kesimpulan keagamaan Islam yang bersifat universal. Pendirian keagamaan Nurcholish Madjid yang neomodernis, terbuka, inklusif, dan toleran memudahkannya berinteraksi dengan gagasan-gagasan dasar demokrasi. Keterlibatannya dalam wacana demokrasi dan proses demokratisasi di Indonesia justru lahir, berakar, dan berkembang dari pendirian keagamaannya itu. Bagi Nurcholish Madjid, Islam dan demokrasi bukanlah pilihan yang dilematis dan berkonsekuensi pada pecahnya kepribadian. Justru sebaliknya, Islam dan demokrasi harus dikombinasikan, baik dalam pengertian prinsip maupun prosedur. Nurcholish Madjid mencoba mengawinkan antara demokrasi dan Islam yang menghasilkan demokrasi dengan paradigma Islam. Islam dan demokrasi yang dimaksudkan di sini adalah menjadikan Tuhan, dalam pengertian ajaran-ajaran yang diturunkan, yakni Islam, sebagai sumber etika asasi dan menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan politik. Nurcholish Madjid berkeyakinan bahwa tanpa Islam, demokrasi akan kekurangan landasan keyakinan, nafas, dan roh. Sebaliknya, tanpa demokrasi, Islam akan kesulitan untuk mewujudkan tujuan dasarnya sebagai sarana bagi kebaikan untuk semua. Demokrasi yang gagaskan oleh Nurcholish Madjid disini bisa disebut dengan istilah demokrasi religius yaitu penggabungan antara pemahaman syuraa (musyawarah) dengan demokrasi yang datang dari Barat. %Z Pembimbing : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A LAELY WIJAYA - NIM. 01120573 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1536 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam, Jawa, Masjid, arkeologi, Cirebon %T MASJID MERAH PANJUNAN CIREBON (KAJIAN HISTORI-ARKEOLOGIS) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1536/ %X ABSTRAK Masjid Merah Panjunan didirikan oleh salah satu putra Sultan Bagdad, yaitu Syarif Abdurrahman. Masjid yang didirikan pada tahun 1480 M ini, pada awalnya bernama al-Athyah yang berarti yang dikasihi. Pendirian Masjid Merah Panjunan lebih disebabkan oleh karena belum adanya Masjid Agung di wilayah Caruban selain sebuah tajug sederhana, yaitu Masjid Pejlagrahan yang sampai saat ini juga masih ada. Selain itu, dapat dilihat juga adanya beberapa alasan lain yang melatarbelakangi pendirian Masjid Merah Panjunan. Fungsi politis juga ikut mewarnai pembangunan Masjid Merah Panjunan selain fungsi praktis tersebut di atas. Fungsi ekonomis dari pembangunan Masjid Merah Panjunan dapat dilihat dari keberadaannya di wilayah yang merupakan sentra produksi dan pemasaran gerabah, karena pada saat itu masjid merupakan tempat khalayak ramai berkumpul. Bahkan fungsi ini kemudian juga mempengaruhi nama wilayah sekaligus nama masjid ini yaitu Panjunan. Wilayah Panjunan dan sekitarnya menjadi sentra perdagangan dalam wilayah Cirebon, kota perdagangan pantai yang sangat ramai saat itu, sehingga penduduknya berasal dari berbagai macam suku bangsa. Berangkat dari asumsi bahwa masjid sebagai bangunan publik sehingga menjadi cerminan kebudayaan publik yang memilikinya dan realitas dari wujud fisik bangunan Masjid Merah Panjunan memperlihatkan adanya perpaduan budaya dan agama masyarakatnya dalam wujud akulturasi. Proses akulturasi di Indonesia sudah terjadi semenjak masa pra-Islam, yaitu Budha dan Hindu. Agama Hindu datang ke Indonesia dibawa oleh bangsa India. Setelah kedatangan agama Hindu dan Budha ke Indonesia, datanglah agama Islam. Agama-agama tersebut kemudian bertemu dan mengadakan kontak secara terus-menerus. Akhirnya terjadilah akulturasi antara kedua agama tersebut. Wujud akulturasi tersebut dapat dilihat dari adanya unsur-unsur budaya yang ada pada arsitektur Masjid Merah Panjunan. Jika menggunakan agama dan asal sebagai agen pengaruh budaya maka unsur-unsur akulturasi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Unsur budaya Islam; Selain jelas dari wujud fisik dan fungsi praktis dari masjid ini yaitu sebagai bangunan peribadatan umat Islam, maka dapat dilihat lebih terperinci juga unsur-unsur khas yang berasal dari pengaruh Islam. Unsur budaya Islam dapat kita lihat pada mimbar, mihrab, tempat wudlu, dan beberapa ragam hias kaligrafi yang terlihat di tiang dan blandar. 2. Unsur budaya Jawa; Unsur budaya Jawa masih sangat terlihat dalam arsitektur Masjid Merah Panjunan ini yaitu dari jenis bangunannya yang jelas menggunakan arsitektur Jawa yaitu tajug dan limasan. Selain itu juga dapat dilihat dari pola konstruksi dan susunan arsitekturalnya. 3. Unsur budaya Cina; Pengaruh dari Cina juga ditemukan pada Masjid Merah Panjunan ini yang dapat dilihat dari penggunaan beberapa keramik produksi Cina untuk hiasan tempel, dan penggunaan bahan sirap seperti pada bangunan khas Cina. 4. Unsur budaya Hindu; Unsur budaya Hindu secara eksplisit tidak banyak dapat dilihat secara langsung pada wujud fisik bangunannya, tetapi jika dikaitkan dengan makna-makna filosofis dan simbol-simbol yang ada pada Masjid Merah Panjunan, masih dapat ditemukan adanya kelanjutan-kelanjutan pemakaian makna filosofis Hindu yang kemudian disesuaikan dengan ajaran Islam. 5. Unsur budaya Eropa; Unsur budaya Eropa dalam arsitektur Masjid Merah Panjunan dapat kita lihat dengan jelas pada keramik-keramik produksi Eropa, khususnya Belanda. Unsur-unsur tersebut diatas, semuanya disusun dan diterapkan sedemikian rupa sesuai dengan selera estetika pada jamannya. Selera jaman yang saat itu juga sudah dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan orang-orang Eropa kemudian juga mempengaruhi estetika akulturatif di atas. %Z PEMBIMBING: RISWINARNO, S.S %0 Thesis %9 Skripsi %A MAHRUL AFANDI - NIM. 00120301, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1556 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam, Bani umayyah, Andalusia, Abd al- Rahman %T PERAN ABD AL-RAHMAN I TERHADAP KEBANGKITAN DAULAH BANI UMAYYAH DI ANDALUSIA 750 - 763 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1556/ %X ABSTRAK Ketika pada masa kejayaan kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus menjelang akhir setelah sekian lama mengalami kejayaan dalam kurun waktu 90 tahun (661-750) secara garis besar bahwa pada waktu itu situasi politik yang kurang stabil membuat kelemahan umat Islam yang dipicu oleh beberapa faktor yang diantaranya: Pertama, faktor internal. Para ahli sejarah mengatakan bahwa penyebab kehancuran Dinasti Umayyah berasal dalam kekuasaan itu sendiri, hal tersebut bermula dari kekuasaan mas pemerintahan Imar Ibn Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M). Sepeninggal Umar II pemerintahan mulai melemah dan sangat menonjol pada masa Khalifah Yazid II (101-105 H/720-724 M). Pada akhirnya stabilitas pemerintahan menjadi kacau dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid Ibn Abdul Malik. Kedua, faktor eksternal. Puncak kerusuhan pada masa pemerintahan Hisyam Ibn Abdul Malik (105-125 H/724-743 M). Karena di zaman ini muncul satu kekuatan baru Bani Abbas yang menjadi tantangan berat bagi pemerintah. Usaha untuk memberikan teror fisik maupun ancaman tersebut berlanjut hingga pada puncaknya. Dalam perkembangan berikutnya teror kekuatandari golonganBani Hasyim ini, mampu menggulingkan Umawiyyah di Timur dan menggantikan dengan Dinasti baru, Bani Abbas. Ketika memasuki keberhasilan menyusun kekuatan militer yang mendapat dukungan dari bangsa Barbar, maka wajah Islam mulai bersinar bersamaan terbentuknya Dinasti Umayyah di Andalusia. Barangkali berkat keuletan dan kebijaksanaan pemimpin Abdurrahman ad-Dakhil yang bergelar Amir (panglima atau gubernur) tidak terikat dengan sistem Khilafah, tetapi mengacu pada corak imperium Yunani. Selanjutnya Dinasti Umayyah II di Andalusia benar-benar menjadi pusat keilmuan dan peradaban Eropa yang berbasiskan Islam pada masa keemasannya serta mampu menempatkan Cordova sejajar dengan Konstantinopel. Penulis mengkaji korelasi kemunduran Bani Umayyah di Timur dengan berdirinya di Barat ini, sebab walaupun hampir sebagian besar ahli sejarah menggambarkan sisi gelap dari para penguasa Bani Umayyah katakanlah memakai politik yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, namun pada kenyataannya banyak kebijakan-kebijakan politik dan keberanian dalam menyatukan kaum radikal yang selalu memberikan teror maupun cap terhadap penguasa khususnya, umat Islam pada umumnya. Menurut Sir Hamilton kemampuan administrasi negara yang mengadopsi dari bangsa Yunani membuat kejayaan Islam semakin menuju kemaharajaan. %Z PEMBIMBING: DRS.H. MAMAN A MALIK SY %0 Thesis %9 Skripsi %A MAS'UD ROFIQI - NIM. 01120626 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1540 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam Jawa, Demak, Raden Patah, Majapahit %T PERAN DEMAK TERHADAP RUNTUHNYA MAJAPAHIT (1478-1527 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1540/ %X ABSTRAK Periode tahun 1478-1527 M, merupakan periode di mana Majapahit di bawah kekuasaan kerajaan baru, yaitu kerajaan Islam Demak. Dalam periode ini segala urusan perpolitikan di Majapahit diatur oleh Demak, baikurusan yang menyangkut dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan kerajaan Majapahit, sehingga Majapahit mengalami kehancuran akibat intervensi yang berlebihan dari Demak. Kajian ini sangat menarik bagi penulis untuk mengkaji dan meneliti secara dalam terhadap proses keruntuhan Majapahit yang diakibatkan oleh peranan Demak. Bagaimanakah peran Demak secara berlebihan terhadap kelangsungan hidup Majapahit periode 1478-1527 M. Ada dua faktor yang menyebabkan Majapahit semakin menuju pada jurang kehancuran. Faktor tersebut adalah faktor intern, yaitu lemahnya Majapahit yang disebabkan dari dalam, antara lain adalah perebutan kekuasaan, semakin lemahnya perekonomian dan lepasnya beberapa daerah yang dahulu di bawah naungan Majapahit. Sedangkan pada faktor ekstern adalah hilangnya sumber penghasilan, akibat direbutnya beberapa bandar dagang yang dimiliki Majapahit, yang berakibat pada semakin lemahnya perekonomian di Majapahit. Selain itu juga akibat intervensi Demak terhadap Majapahit yang semakin mendukung terpojoknya kerajaan tersebut pada jurang kehancuran. Seiring dengan kemerosotan Majapahit, Demak yang dahulunya merupakan sebuah desa kecil yang bernama Glagah Wangi, dapat naik dan menggantikan posisi Majapahit sebagai kerajaan yang dapat mendominasi di segala sektor di Nusantara. Islam yang berkembang di Demak atas usaha dari Raden Patah tersebut, dalam waktu yang singkat (yaitu tiga tahun), dapat menjadi sebuah kekuatan yang dapat menyingkirkan pengaruh Hindhu-Budha. Dalam waktu yang singkat pula Raden Patah beserta pengikutnya dapat mengusai kota Semarang, yang berlanjut pada dikuasainya kota Majapahit (1478 M) dan seluruh pemerintahannya. Pada tahun 1517 M, Demak kembali melakukan penyerangan yang berhasil memutus hubungan antara Majapahit dengan Portugis. Sedangkan pada penyerangan yang terakhir (1527 M), Demak berhasil menghilangkan Majapahit dari bumi Nusantara, sebab Majapahit kembali melakukan hubungan dengan Portugis. %Z PEMBIMBING: DRA. SORAYA ADNANI, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR MUALIM - NIM. 01120684 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1543 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Filsafat, sejarah, pemikiran, Ali Syari'ati %T FILSAFAT SEJARAH MENURUT ALI SYARI'ATI (1933-1977) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1543/ %X ABSTRAK Islam menggambarkan sebuah pandangan dunia yang mencakup seluruh segi kehidupan, selain memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, Islam juga memberikan bimbingan dalam masalah sosial. Menurut Ali Syari'ati, Islam merupakan sebuah Mazhab pemikiran yang menjamin kehidupan manusia baik individu maupun kelompok, dan misinya adalah membimbing masa depan umat manusia. Islam adalah sistem nilai dan ajaran yang bersifat Illahiyah dan karena itu bersifat transenden, tetapi dari sudut pandang sosiologis ia merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial yang tidak sekedar sejumlah doktrin yang bersifat menjamin dan menjagat raya, tetapi juga mengejawani bahkan institusi-institusi sosial yang dipengaruhi oleh situasi dinamika dunia dan waktu. Ali Syari'ati adalah salah satu tokoh yang secara intelektual dididik dan dibesarkan dalam tradisi keagamaan yang kuat, dan dunia keilmuan yang kritis. Ali Syari'ati dengan gagasan pemikirannya tentang Islam dan pembaharuan telah menjadi salah satu alternatif bagi pemikiran sisoal, politik kontemporer. Hal ini dibuktikannya dengan sebagai seorang ideologi dan orator, serta penulis terutama tulisannya mengenai filsafat sejarah. Ali Syari'ati sangat tertarik dengan Filsafat Sejarah, dalam karyanya yang berjudul Tarikhi Takammuli Falsafi (Sejarah Perkembangan Filsafat), ia berupaya membedakan antara Islam dengan mazhab Filsafat, politik, dan sosial ekonomi atau dikenal dengan nama Maktab-evasetheh-e Islam (Jalan Tengah Islam). Islam adalah Median School atau Mazhab pertengahan antara sosialisme dan kapitalisme. Hal ini sangat menarik mengingat filsafat sejarah yang berkembang pada saat itu mencampur adukkan antara Islam dengan Mazhab yang ada, sehingga Ali Syari'ati berusaha membuka wawasan masyarakat, dengan pemikiran Filsafat Sejarah Ali Syari'ati pada nantinya akan mempengaruhi perkembangan Filsafat Sejarah sampai saat ini. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang berkenaan dengan pemikiran Ali Syari'ati tentang Filsafat Sejarah yang terimplementasikan dalam perkembangan Filsafat Sejarah masa kini serta ideologi yang melatarbelakanginya. Teori yang akan dipakai dala penelitian ini adalah teori perubahan ide yang dikembangkan oleh William Watt yang menyatakan bahwa timbulnya ide karena peristiwa yang mendahuluinya, sedangkan ide itu sendiri akan melahirkan ide lagi. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan perilaku (Behavioral Approach). Teori ini berhubungan dengan penelitian tingkah laku manusia. Teori ini tidak hanya tertuu pada peristiwanya, tetapi tertuju pada perilaku sejarah dalam situasi riil serta bagaimana perilaku menafsirkan situasi yang dihadapi. Penafsiran tersebut memunculkan suatu tindakan yang menimbulkkan suatu kejadian dan khayalan maupun yang tidak diharapkan. Ali Syari'ati berupaya menginterpretasikan situasi riil, yang menjadi rangsangan dari sikapnya, sehingga mampu mengimplemetasikan pemikiran Filsafat Sejarahnya. %Z PEMBIMBING: PROF DR. H. MACHASIN, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A HALIMATUS SA'DIYAH - NIM. 02121108, %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1533 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K K.H. Sholeh Amin, Islam, perkembangan, Tayu, Pati, Jawa Tengah %T K.H.SHOLEH AMIN DAN PERANNYA DALAMPERKEMBANGAN ISLAM DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI (1920 - 1941 M.) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1533/ %X ABSTRAK Setiap kehidupan Masyarakat selalu memiliki kecenderungan akan munculnya orang-orang yang memilki pengaruh terhadapa orang lain. Mereka adalah pemimpin yang dengan segala bentuknya merupakan simbol dan perwujudan dari sistem nilai dan sistem sosial Kyai adalah seseorang yang memperoleh pengakuan dari masyarakat atas pengetahuannya yang luas dalam bidang agama, baik kyai yang memimpin pesantren maupun yang tidak memimpin pesantren. Peran kyai yang memimpin pesantren merupakan inti manajemen sebuah pesantren, sebab kepemimpinan merupakan daya penggerak dari sumber manusia maupun alat. K.H. Sholeh amin lahir di desa tayu wetan pada tahun 1881, tokoh yang sangat berpengaruh dan berperan dalam pendidikan, bidang sosial kemasyarakatan. Ia merintis berdirinya sebuah lembaga pendidikan formal dan non formal bagi masyarakat kecamatan tayu kabupaten pati. Peran K.H. Sholeh amin dapat dilihat bidang pendidikan, ia mendirikan pesantren Nahdlatut thalibin dan madrasah Miftahul Huda yang berlokasi di desa Tayu Wetan kecamatan tayu kabupaten pati. Dalam bidang sosial kemasyarakatan ia mengadakan pengajian-pengajian keislaman yang berhaluan ahlu sunnah wal jama'ah. Ia meninggal pada tahun 1941. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografi dengan menelusuri kenyataan-kenyataan hidup dari subjek yang sedang di teliti dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan tokoh untuk merekonstruksi perjalanan hidup tokoh. Selain menggunakan pendekatan biografi penelitian ini juga menggunakan pendekatan sosiologis yaitu dengan memperhatikan peristiwa-peristiwa yang prosesnya dalam masyarakat yang menimbulkan hubungan antar manusia dalam situasi dan kondisi yang berbeda untuk mengungkap keadaan masyarakat. %Z PEMBIMBING: ZUHROTUL LATIFAH, S.AG, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A KHAMIDAH - NIM. 03121506 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1535 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Pejuang, Jendral Soedirman, revolusi, sejarah Indonesia, kemerdekaa %T PERJUANGAN JENDERAL SOEDIRMAN PADA MASA REVOLUSI FISIK (1945-1950) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1535/ %X ABSTRAK Soedirman merupakan pejuang kemerdekaan yang mengobarkan semangat jihad, perlawanan terhadap kezaliman, membekali dirinya dengan pemahaman dan pengetahuan agama yang dalam. Sebelum terjun dalam dunia militer dia aktif dalam aksi-aksi perlawanan dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Lahir dari keluarga yang sederhana, di desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahnya seorang mandor tebu pada pabrik gula di Purwokerto. Sejak bayi Soedirman diangkat anak oleh asisten wedana (camat) di Rembang, yaitu R. Tjokrosunaryo. Ketika dia menjadi seorang panglima, Soedirman adalah seorang yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Memiliki semangat berdakwah yang tinggi, dan lebih banyak menekankan pada ajaran tauhid, kesadaran beragama serta kesadaran berbangsa. Sebagai bagian dari hamba-hamba Allah, kepedulian akan kemurnian nilai-nilai ketauhidan terhadap masyarakat Jawa yang masih sangat kental dipengaruhi oleh adat istiadat. Menjadi suatu kegiatan dakwah yang memiliki nilai strategis, karena dengan cara itulah semangat jihad untuk melakukan perlawanan dalam diri rakyat dapat terpompa dan terpelihara. Termasuk bagi seorang Soedirman, yang memulainya dari kepanduan Hizbul Wathon bagian dari Muhammadiyah. Bakat dan jiwa perjuangannya mulai terlihat sejak dari kepanduan Hizbul Wathon ini, juga peningkatan kemampuan fisik danpenggemblengan mental. Bakat kemiliterannya ditempa melalui organisasi berbasis dakwah. Bahkan semangatnya berjihad telah mengantarkan Soedirman menjadi orang nomor satu dalam sejarah militer Indonesia. Seorang jenderal yang shalih, senantiasa memanfaatkan momentum perjuangan dalam rangka menegakkan kemerdekaan sebagai bagian dari wujud pelaksanaan jihad fi sabilillah. Semangat jihad ini dia tanamkan kepada para anak buahnya, bahwa mereka yang gugur dalam perang ini tidaklah mati sia-sia, melainkan gugur sebagai syuhada. Untuk menyebarluaskan semangat perjuangan jihad tersebut, baik di kalangan tentara atau pun seluruh rakyat Indonesia, Jenderal besar ini menyebarkan pamflet atau selebaran yang berisikan seruan kepada seluruh rakyat dan tentara untuk terus berjuang melawan Belanda dengan mengutip salah satu hadits Nabi. Insjafilah Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnja) beloem pernah toeroet berperang (membela keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang poen tidak, maka matilah dia di atas tjabang kemoenafekan. Perang gerilya yang dilakukan, tak luput dari mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sewaktu berada di desa Karangnongko, setelahm sebelumnya menetap di desa Sukarame, Panglima Besar Soedirman yang memiliki naluri seorang pejuang, menganggap desa tersebut tidak aman bagi keselamatan pasukannya. Maka beliau pun mengambil keputusan untuk meninggalkan desa dengan taktik penyamaran, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah besarta para sahabatnya saat akan berhijrah. Setelah shalat subuh, Soedirman dengan beberapa pengawal pergi menuju hutan. Mantel yang biasa dipakai olehnya ditinggal dalam rumah di desa itu, termasuk beberapa anggota rombongan yang terdiri dari Suparjo Rustam dan Heru Kesser. Pagi harinya Heru Kesser segera mengenakan mantel tersebut dan bersama Suparjo Rustam berjalan menuju arah selatan, sampai pada sebuah rumah barulah mantel tersebut dilepas dan mereka berdua bersama beberapa orang secara hati-hati pergi menyusul Soedirman. Pada sore harinya pasukan Belanda dengan pesawat pemburunya mengebom rumah yang sempat disinggahi Heru Kesser dan Suparjo Rustam, ini membuktikan betapa seorang Panglima yang menguasai taktik dan sejarah perjuangan dalam Islam. %Z PEMBIMBING: SYAMSUL ARIFIN, S.AG, M.AG %0 Thesis %9 Skripsi %A NOVI SETYANI - NIM. 02121094 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1542 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Mohammad Natsir, Kristenisasi, SEJARAH, POLITIK %T MOHAMMAD NATSIR DAN UPAYA MENGATASI KRISTENISASI DI INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1542/ %X ABSTRAK Pita sejarah mengenal sosok Mohammad Natsir sebagai tokoh yang mempunyai peranan penting. Perjalanan hidupnya dipenuhi dengan berbagai kegiatan terutama bagi pembangunan agama Islam di Indonesia. Salah satu peran penting Mohammad Natsir dapat dibuktikan dalam usahanya mengatasi kristenisasi di Indonesia yang dianggap sudah melampaui batas-batas kewajaran dalam pelaksanaannya. Kegiatan tersebut antara lain mengintervensi keimanan umat Islam, misalnya dengan mendatangi rumah-rumah orang muslim, membangun gereja di kawasan umat Islam atau dengan memanfaatkan ketidakmampuan umat Islam, terutama di bidang ekonomi, seperti membagikan sejumlah materi yang menjadi kebutuhan hidup umat Islam yang tidak lebih dari 'Peaceful Aggression', atau penyerangan yang bersemboyan kedamaian. Selain itu terdapat kegiatan misionaris agresif lainnya yang terlihat dalam bentuk diakonia. Diakonia adalah penyalahgunaan pelayanan masyarakat dan sikap tidak toleran orang-orang Kristen terhadap umat Islam di Indonesia, misalnya dalam bentuk penawaran pekerjaan, perbaikan rumah, pelayanan kesehatan, kursus latihan gratis dan kegiatan lainnya. Upaya yang dilakukan oleh Mohammad Natsir dalam mengatasi masalah kristenisasi ini dituangkan dalam 3 usaha, yaitu : 1. Pengiriman Tenaga Da'i Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ke daerah daerah yang sering dijadikan target kristenisasi. 2. Pengiriman Surat kepada Paus Yohanes Paulus II. 3. Mengajukan Modus Vivendi sebagai jalan keluar. Adapun penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan perilaku, yaitu perjuangan Mohammad Natsir dalam mengembangkan Islam di Indonesia tidak hanya dipengaruhi faktor politik tetapi juga dipengaruhi faktor sosial budaya. Dengan pendekatan ini, maka kajian dalam penelitian ini tidak hanya akan tertuju pada pelaku sejarah dalam situasi ril, bagaimana pelaku menafsirkan situasi yang dihadapi, sehingga dari penafsiran tersebut muncul suatu tindakan yang menimbulkan suatu kejadian yang selanjutnya akan timbul konsekuensi dari tindakan pelaku sejarah. %Z PEMBIMBING: DRS. H.MAMAN ABDUL MALIK SYA'RONI, MS %0 Thesis %9 Skripsi %A NURFAIDAH - NIM. 01120580 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1544 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Muhammadiyah, budaya lokal, Pandeglang, Banten %T RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KEAGAMAAN DAN BUDAYA LOKAL DI DESA KUBANGKONDANG KECAMATAN CISATA KABUPATEN PANDEGELANG BANTEN (1965-1970 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1544/ %X ABSTRAK Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan dalam Islam yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H yang bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah dengan harapan agar pengikutnya benar-benar bisa mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Adapun maksud dan tujuan didirikannya adalah untuk menegakkan dan menjujung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Gerakan Muhammadiyah merupakan wujud ide dan gagasan pemikiran dari KH. Ahmad Dahlan di dalam realita kehidupan umat manusia. Terdapat dua ide atau gagasannya, pertama, menyangkut konsepnya tentang realita umat yang mencerminkan kondisi perpecahan, kebodohan, dan kemiskinan. Yang kedua, berkaitan dengan usaha pembebasan umat dari ketiga kondisi tersebut. Jalan pembebas ditempuh dengan menggunakan pengembangan akal dan ilmu. Menurut KH. Ahmad Dahlan, umat Islam harus mengembangkan kecerdasannya (akal sehat) melalui pendidikan, khususnya logika, dan berusaha memahami dan mengamalkan ajaran Islam berdasarkan akal sehat tersebut. Dari sejak awal gagasan yang digulirkan Muhammadiyah hingga amal usahanya di tengah-tengah masyarakat, cukup beragam reaksi dan respons terhadap Muhammadiyah. Ada yang menerima dengan mengikuti kegiatankegiatannya dan mengikuti keyakinan akan kepahaman kepercayaannya. Ada juga yang sudah tahu akan pemahaman dan keyakinan Muhammadiyah tetapi masih berpegang kepada kepercayaan lokal. Juga ada yang membiarkan gerakan-gerakan Muhammadiyah atau menolak dengan tidak mengikuti keyakinan dan dan kepercayaan serta kegiatan yang dilakukan oleh jamaah Muhammadiyah. Realitas keagamaan masyarakat Kubangkondang disoroti tajam oleh Muhammadiyah sebagai ritual yang penuh penyimpangan. Semua bentuk kepercayaan terhadap keris, batu akik dan pemujaan terhadap roh nenek moyang dianggap syirik. Selamatan dalam tradisi petani maupun tradisi santri dianggap bid'ah, walaupun selamatan itu dimaksudkan untuk mendoakan orang yang meninggal, karena Nabi tidak pernah mengajarkan hal yang demikian. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dalam merespons kesenian lokal di Nusantara ini, selalu mendasari pandangannya pada acuan normatif yang tercantum dalam al-Quran dan as-Sunnah. Meluasnya dakwah Muhammadiyah melampaui batas ruang dan waktu meniscayakan proses interaksi sosial dalam relasi-relasi lahir sebagai proses dialektis dalam interaksi Muhammadiyah dengan konteks kultural lokal. Sebagai sejarah panjang Muhammadiyah, menurut sementara anggapan memang banyak didominasi oleh warna purifikasi, sehingga melahirkan ketegangan dengan konteks kultural lokal %Z PEMBIMBING: DRS. DUDUNG ABDURRAHMAN, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A ROKHMAT - NIM. 01120600 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1546 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam, Kedu Jawa Tengah, Ki Ageng Makukuhan, Islamisasi, %T KI AGENG MAKUKUHAN DAN AWAL ISLAMISASI DI DAERAH KEDU (TEMANGGUNG) 1471-1497 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1546/ %X ABSTRAK Istilah Wali dalam masyarakat Jawa merupakan sebuah nama yang sangat terkenal dan mempunyai arti khusus, yakni digunakan untuk menyebut nama nama tokoh yang dipandang sebagai awal mula penyiar agama Islam di Tanah Jawa. Mengenai asal-usul para Wali tersebut sampai sekarang masih belum terdapat keseragaman pendapat. Namun, dapat ditarik kesimpulan bahwa para Wali yang ada di negara kita mempunyai darah campuran dari bangsa Arab, Cina, dan Jawa. Ketidakjelasan asal-usul para Wali nampak pada Ki Ageng Makukuhan yang disebut juga dengan nama Syeikh Maulana Taqwim, Jaka Teguh dan Maha Punggung. Di samping itu, ia juga dinamakan Sunan Kedu karena telah menyebarkan agama Islam di Daerah Kedu yang sekarang bertempat di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung. Ki Ageng Makukuhan adalah seorang wali yang ikut tergabung dalam anggota Dewan Santri sanga generasi penerus Walisanga. Ia adalah seorang wali yang hidup sejaman dengan Walisanga yang memegang peranan penting dalam menyebarkan agama Islam di Daerah Kedu (Temanggung). Salah satu bukti ia pernah berguru kepada Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga. Ia telah merubah masyarakat Kedu yang semula masih menganut kepercayaan Hindu dan Budha hingga menjadi masyarakat yang beragama Islam. Berkat Ki Ageng Makukuhan seluruh masyarakat Temanggung dan sekitarnya sekarang menjadi makmur khususnya dalam bidang pertanian. %Z PEMBIMBING: DRA. HIMAYATUL ITTIHADIYAH, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A ISTIQOMAH - NIM. 01120602 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1534 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Masyarakat Islam, madiun, komunis, atheis, matrealisme, ideologi %T MASYARAKAT ISLAM KEBONSARI MADIUN DI TENGAH FAHAM KOMUNIS TAHUN 1948-1965 m %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1534/ %X ABSTRAK Idiologi Komunis bersifat atheis yaitu tidak mengenal adanya kehidupan beragama atau bertuhan. Pandangan ini bersifat matrealisme dengan sistem totaliter, di mana kendali secara ketat berada ditangan pemerintah. PKI memperjuangkan Idiologi komunismenya menggunakan jalan kekerasan dan mengalalkan segala cara, selama hal tersebut dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan. Jalan kekerasan, konfrontatif dan tak kenal kompromi dikenal sebagai salah satu ciri khas gerakan komunis. Oleh karena itu bertolak belakang dengan masyarakat Indonesia yang beradab, berbudaya dan memiliki sopan santun yang tinggi. Demikian pula dengan keyakinan atheisnya bertentangan sema sekali dengan masyarakat Indonesia yang beriman kepada Tuhan sang pencipta. Salah satunya adalah ajaran Islam yang bertumpu pada ajaran tauhid dan tasawuf. Selain itu Islam sebagai suatu sistem yang sudah lama memberikan himpunan jawaban terhadap masalah masalah yang dihadapi manusia dan sebagai suatu imam yang di dalamnya memberikan kepada manusia khazanah baru yang memungkinkan manusia dapat menjawabnya sendiri. Secara aktif dan agresif PKI merebut kekuasaan, sehingga umat Islam di Kebonsari mengetahui hal itu berusaha melawan. Umat islam di Kebonsari ketika mulai mengetahui tindakan PKI yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan itu melawan. Bagi umat islam musuh yang paling dibenci adalah kebatilan. Umat islam dalam mengobarkan semangat perjuangannya selalu menggunakan semangat jihad yaitu berjuang di jalan Allah untuk menegakkan agama dan menumpas tindakan yang bathil. Adanya konflik antara komunis dengan masyarakat Islam menimbulkan pemerontakan yang berdampak antara lain: terdapat kekacauan ekonomi yaitu terjadi inflasi dan krisis produksi pangan sulit dicari dan harga melambung tinggi. Aksi sabotase ditujukan pada sarana produksi dan transportasi. Hal ini antara lain ditandai dengan pemogokan, perusakan dan penguasaan pabrik gula dan beberapa kali sabotase alat transportasi kereta api. Adanya PKI mengakibatkan rakyat mengorbankan waktunya untuk membantu kelancaran perjuangan melawan PKI dan rakyat tidak dapat melaksanakan pekerjaan karena adanya situasi yang tidak menentu saat itu. Kondisi inilah yang menyebabkan perekonomian masyarakat serba sulit, mereka hidup serba asal-asalan karena perasaan khawatir akan keselamatan jiwanya yang terancam. PKI yang secara aktif dan agresif berusaha mempengaruhi masyarakat untuk menjadi anggota PKI, menimbulkan ketegangan dalam bidang politik. Hal ini dikarenakan dalam mewujukan cita-cita menjadikan komunis sebagai Idiologi Negara, PKI menggunakan segala cara. Adapun metode yang akan digunakan adalah metode Historis yaitu suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode hiatoris ini bertumpu pada empat langkah yaitu Heuristik, kritik Sumber, Interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologis dan teori yang akan digunakan adalah teori konflik yang berakar dari Karl Marx. %Z PEMBIMBING: SITI MAIMUNAH, S.AG, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A NI'MATUL HUSNA - NIM. 03121512 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1541 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Fatima Mernissi, feminis musli, emansipasi, Maroko %T FATIMA MERNISSI (BIOGRAFI INTELEKTUAL SEORANG FEMINIS MUSLIM) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1541/ %X ABSTRAK Sepanjang sejarahnya, hubungan antara laki-laki dan perempuan selalu menyimpan misteri dan kekuatan yang tak terduga. Misalnya saja, sejarah dibangunnya Taj Mahal di India yang amat megah dan monumental dan berbagai peperangan yang menelan jutaan jiwa kesemuanya itu tak jarang bermula dari dinamika gejolak, dan misteri yang muncul dari kompleksitas relasi antara lakilaki dan perempuan. Feminisme adalah merupakan gerakan emansipasi wanita. Gerakan ini pada awalnya muncul sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Amerika yang difokuskan untuk mendapatkan the right to vote. Fatima Mernissi adalah salah seorang tokoh feminis Muslim kelahiran Maroko pada tahun 1940, ia mengkritisi sebagian hadis, terutama sanad dan matannya yang dirasa merugikan kaum perempuan. Dari sikap kritisnya itu, banyak lahir karyanya tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Tokoh ini terkenal dengan pendapatnya 'jika hak-hak wanita merupakan masalah bagi sebagian kaum lelaki modern. Hal itu bukan karena al-Qur'an atau pun Nabi, bukan pula karena tradisi Islam melainkan karena hak-hak tersebut bertentangan dengan kepentingan kaum elite lelaki.' Untuk mempermudah penulisan, penelitian ini akan menggunakan pendekatan biografi yang membahas kehidupan tokoh, terutama yang berhubungan dengan pemikirannya. Dengan pendekatan ini diharapkan bisa memaparkan dengan lebih jelas hal-hal apa saja yang mempengaruhi, minimal mengilhami lahirnya pemikirannya tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini juga akan dibantu dengan teori panggung yang dikemukakan oleh Erving Goffman. %Z PEMBIMBING: DRA. HIMAYATUL ITTIHADIYAH, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A SAMIN - NIM. 02121092 , %B Fakultas Adab %D 2008 %F digilib:1547 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Agama, Negara, Soekarno, M.Natsir, ideologi %T POLEMIK AGAMA DAN NEGARA (SUDI KOMPARATIF SOEKARNO VERSUS M NATSIR TENTANG IDEOLOGI NEGARA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1547/ %X ABSTRAK Awal munculnya Polemik agama dan Negara antara Soekarno dan Natsir ketika munculnya artikel Soekarno 'apa sebabnya Turki memisahkan agama dari Negara pada tahun 1940-an'. Artikel tersebut hanya untuk memenuhi permintaan pembaca Panji Islam dan hanya sebagai bahan pertimbangan saja tentang baik dan buruknya agama dipisahkan dari Negara. Soekarno juga bersikap netral tidak memihak atau menolak ide pemikiran atau kebijakan politik Kemal Attaturk yang memisahkan agama dari Negara Turki. Natsir membaca pemikiran Soekarno tentang arah dan kebijakan yang dibuatnya yaitu supaya makmur dan untuk kepentingan bersama maka agama harus dipisahkan dari Negara. Natsir menanggapi pernyataan Soekarno. Natsir menganggap pernyataan yang dilontarkan oleh Soekarno adalah bentuk pemihakan terhadap ide pemikiran Kemal yaitu agama harus dipisahkan dari Negara. Bagi Natsir, tidak mungkin orang sekaliber Soekarno tidak mampu mengemukakan pendiriannya sendiri. Setiap orang bisa membaca yang tersirat dan tersurat,dan sudah dapat mengambil konklusi. Bagaimnakah pendirian Soekarno dan Natsir yang sebenarnya tentang agama maupun Negara. Masalah ini menarik dan penting untuk dikaji lebih dalam karna ideologi Negara yang sekarang dipakai yaitu Pancasila dianggap belum mencukupi memenuhi dasar hukum untuk masyarakat Indonesia. Benarkah Natsir benar-benar tidak sepakat jika agama dipisahkan dari negara. %Z PEMBIMBING:DRS. BADRUN, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A ADIGUNA 02121031, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1630 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sayid Abul Ala Maududi %T PEMIKIRAN POLITIK SAYID ABUL A'LA MAUDUDI DAN KONTRIBUSINYA BAGI PAKISTAN 1941 - 1979 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1630/ %X ABSTRAK Sayid Abul A'la Maududi salah satu tokoh penting dalam kebangkitan Islam, terutama dalam kelahiran negara Pakistan, setelah melepaskan diri dari India. Perjuangannya dimulai sejak tahun 1938, ketika Ia mulai aktif di dunia politik di situlah Maududi berperan dalam mengakomodasi kepentingan dan melindungi umat Islam di India. Selanjutnya, setelah berdirinya Jama'at-e-Islami, pada 26 Agustus 1941 di Lahore, Maududi berusaha mengimplementasikan pemikiran politiknya, khususnya dalam memperjuangkan daerah khusus bagi umat Islam, yaitu terciptanya Negara Islam. Maududi berusaha menciptakan sebuah tatanan negara yang didasarkan pada Syariat Islam. Ia menilai, bahwa umat Islam di India tidak dapat hidup berdampingan dengan umat Hindu, sebab kebudayaan Hindu dapat merusak ajaran-ajaran Islam dan dapat menyebabkan kemunduran. Dalam penciptaan negara Islam, Maududi melalui Jama'at-e-Islami memperjuangkan pemberlakuan syari'at Islam sebagai konstitusi negara, Al Qur'an dan Hadits sebagai dasarnya. Maududi menggagas sebuah terma politik yang bernama Teodemokrasi yang dianggap lebih Islami dan menjadi ideologi yang ideal bagi Pakistan. Salah satu prinsip yang termuat didalamnya adalah syura (musyawarah). Menurut Maududi antara negara Islam dan syura tidak dapat dipisahkan, artinya, syura mengarah kepada tatanan politik Islam dalam bernegara. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang ingin menghasilkan bentuk dan proses pengkisahan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan sebuah penjelasan perjuangan politik Sayid Abul A'la Maududi dalam mengimplementasikan konsep negara Islam. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan politik. Fokus penelitian ini adalah pemikiran politik Maududi tentang teodemokrasi. Selain itu, aktivitas politik Maududi yang menjadi bentuk kontribusinya terhadap negara Islam Pakistan turut juga menjadi fokus penelitian ini. %Z Pembimbing : Sujadi, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A Agus Cahyo Nugroho 04121747, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1631 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Khilafat di India %T GERAKAN KHILAFAT DI INDIA TAHUN 1919-1924 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1631/ %X ABSTRAK Gerakan Khilafat adalah sebuah pergolakan kaum muslim di India pada tahun 1919-1924 M yang mengusung isu Pan Islamisme. Gerakan ini diluncurkan oleh dua bersaudara yaitu Muhammad Ali dan Shaukat Ali pada bulan November 1918. Keduanya merupakan lulusan Aligarh College (Kolese Aligarh). Kolese ini didirikan oleh Sir Sayid Ahmad Khan. Gerakan ini merupakan reaksi terhadap Pemerintah Inggris yang memecah-belah dan menguasai wilayah-wilayah kekuasaan Turki Utsmani. Beberapa peristiwa yang terjadi pada tahun 1911-1913 seperti Peristiwa Benggala (baca: Bangla) 1911, Perang Balkan 1912-1913 dan Tragedi Kanpur 1913 menjadi faktor pendukungnya. Gerakan ini semakin menarik perhatian segala lapisan masyarakat muslim India dengan mengangkat isu khilafah yang kemudian mengentalkan sentimen-sentimen anti Inggris. Akibatnya beberapa ulama yang terkumpul dalam Jami'iyat-e-'Ulama-e- Hind dan beberapa tokoh muslim yang keluar dari Aligarh seperti Maulana Abdul Kalam Azad yang sebelumnya enggan terjun ke dalam dunia politik kemudian mengambil sikap bergabung ke dalam Gerakan Khilafat. Gerakan Khilafat yang mengusung isu Pan-Islamisme ternyata mampu bekerja sama dengan orang-orang Hindu yang tergabung dalam Kongres Nasional India ke dalam satu wadah yaitu Gerakan Non-Kooperasi tahun 1919-1922 untuk melawan pemerintah Inggris. Akan tetapi kerjasama ini mulai runtuh pada tahun 1921 yaitu dengan adanya Pemberontakan Mappila yang kemudian disusul dengan kerusuhan- kerusuhan yang terjadi hingga tahun 1924. Keharmonisan Gerakan Khilafat dengan orang-orang Hindu terus memburuk sehingga memperlemah keberadaan Gerakan Khilafat. Apalagi pada tahun 1923, Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan dan tahun 1924 kekhalifahan juga dihapus oleh Pemerintah Nasionalis Turki yang dipelopori oleh Mustapha Kemal Attaturk. Penelitian ini memfokuskan pada persoalan bagaimana Gerakan Khilafat berdiri, bagaimana perjalanannya Gerakan Khilafat, menyangkut bersatunya Sunni, Syi'i, dan Ahmadiyah dalam Gerakan Khilafat, dan menyangkut juga kerjasama antara Gerakan Khilafat dengan Kongres Nasional India, serta mengapa Gerakan Khilafat mengalami kegagalan. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan analisis yang bertujuan untuk merekonstruksi perjalanan sejarah Gerakan Khilafat, yang paling tidak mendekati dengan apa yang sebenarnya terjadi, dan mencari latar belakang yang mendasari dari sebuah peristiwa yang terjadi. Peneliti menggunakan metode sejarah, yaitu dengan mengumpulkan sumber atau data sejarah yang ada. Sumber atau data sejarah penelitian ini difokuskan berupa tulisan-tulisan, sehingga penelitian ini termasuk kajian pustaka. Setelah semua sumber atau data sejarah telah diperoleh diuji keaslian dan kekredibilitasannya, maka dapat dihasilkan fakta sejarah. Setelah fakta sejarah diperoleh, kemudian dinterpretasikan dan dieksplanasikan ke dalam sebuah tulisan yang besifat kronologis. %Z Pembimbing : Dr. Muhammad Abdul Karim, M. A., %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD BISRI DZALIEQ 02121048, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1632 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K KH. Bisri Mustofa dan perjuangannya %T KH. BISRI MUSTOFA DAN PERJUANGANNYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1632/ %X ABSTRAK Dari dulu kalangan agamawan, seperti kyai, mempunyai peranan sosial yang penting dalam masyarakat. Sosok kyai berikut institusi sosial-budayanya (baca:pesantrennya) sedikit banyak mempengaruhi perkembangan kondisi sosial pada masa pasca kemerdekaan. Meskipun sebelum itu pesantren sendiri sudah jauh hari terlibat dalam pengembangan kebudayaan Islam-radisionalis. Kita tak mudah menutup mata dari perjalanan historis Islam-pribumi tanpa mengkaitkannya dengan institusi kultural pesantren di Indonesia. Posisi kyai tidak saja sebagai sosok yang diagungkan di kalangan santri, tapi juga sangat berpengaruh pada pengembangan tradisi masyarakat sebagai identitas kulturalnya. Dalam prosesnya, pengembangan ini bersamaan dengan dimulainya gerakan dakwah kecil-kecilan hingga pengajian-pengajian kitab yang melibatkan khalayak umum. Dalam artian, seluruh lapisan masyarakat ikut dalam proses ini. Kajian ini penulis maksudkan untuk mengkaji sosok kyai terkenal di masa itu, KH Bisri Mustofa. Dalam konteks masyarakat Islam tradisonal Rembang, KH. Bisri Mustofa sangat berpengaruh dalam pengembangan tersebut, baik yang terkait dengan pesantren maupun masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, penulis membatasi kajian tokoh berikut gerakannya hanya pada wilayah kota Rembang, karena sejauh ini belum ada skripsi yang mengangkat kajian ini. Dalam skripsi ini penulis mencoba meneliti biografi kyai Bisri sebagai tahap awal sebelum mengkaji apa-apa yang telah beliau lakukan sebagai bentuk pengembangan masyarakat. Dalam posisinya sebagai ulama-pesantren, tak lupa pula dikaji aktivitasnya mengembangkan keilmuan tradisonal Islam di pesantrennya, Taman Pelajar Islam (TPI) Raudlotut Thalibin Leteh Rembang. Bagaimana gerakan dakwahnya, model-model pengajiannya, serta peran apa saja yang dilakukan KH Bisri Mustofa untuk kemaslahatan ummat, dikaji dalam skripsi ini. Tujuan penelitian ini adalah menelusuri sejarah transformasi masyarakat Islam tradisonal di kota Rembang, yang akan coba dibuka lewat salah satu tokoh sentral di sana, KH. Bisri Mustofa. Hal ini dimungkinkan mengingat posisinya tidak saja ulamapesantren, tapi juga tokoh kultural masyarakat Rembang yang punya peran besar lewat institusi-institusi yang dibentuk Kyai Bisri selama hayatnya, seperti pengajian Patbelasan dan pengajian Seloso-Jumat. Dalam kajian ini penulis menggunakan metode historis yaitu menguji dan menganalisa secara kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lalu. Penulisan ini berusaha mengungkapkan kehidupan seorang tokoh yang meliputi perjuangan dan pemikiran yang berada di pesantren. Dari itu kajian ini merupakan kajian sejarah lokal. Skripsi ini termasuk penelitian lapangan sekaligus kepustakaan, karena jejak-jejak antropologis-historisnya bisa ditelusuri sampai sekarang, baik pesantrennya maupun halaqoh-halaqohnya. Dengan sekian saksi hidup sejarah, seperti KH. Mustofa Bisri (Gus Mus, putra Kyai Bisri) yang sekarang meneruskan aktivitas KH. Bisri Mustofa dan istri mendiang KH. Bisri Mustofa Bisri, Hj Ma'rufah Bisri, serta murid-muridnya dulu yang saat ini banyak yang menjadi kyai. Skripsi ini juga merupakan riset pustaka karena peninggalan literatur Kyai Bisri masih ada dan dikaji di Pesantren, seperti Tafsir bahasa Jawa quot;Al-Ibriz quot;. %Z Pembimbing : Ali Sodiqin, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A SIGIT PRAYITNO - NIM. 01120651 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1719 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Amien Rais, Islam, politik %T PEMIKIRAN AMIEN RAIS TENTANG POLITIK ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1719/ %X ABSTRAK Pemikiran Politik amien Rais adalah pemikiran yang memperjuangkan demokrasi, demokrasi adalah sistem yang paling alamiah dan akan menjamin kesatabilan sebuah negara berdasarkan pada pemerintahan masa lalu yaitu sejak zaman yunani kuno serta sudah tahan banting. Menurut Amien ada beberapa kriteria demokrasi yaitu persamaan hukum yang sama, baik ketika dalam proses hukum maupun dalam produk hukum, mengindahkan etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi dapat juga menegakan keadilan sosial yang seluas luasnya tidak hanya keadilan ekonomi tapi juga dalam segala aspek kehidupan, juga dapat menegakan HAM, ini adalah sebuah persoalan yang serius yang dihadapi oleh Amien dalam menegakan sendi-sendi moral bangsa kedalam tatanan kehidupan yang lebih mengedepankan aplikasi dari nilai–nilai tauhid yang harus diterjemahkan dalam segala aspek kehidupan. Tauhid dalam pandangan Amien tidak hanya sebagai keyakinan tapi harus dimaknai sebagai sikap yang mengedepankan etika-etika moral dan harus dijadikan landasan dalam mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang harus diterapkan dalam pemerintahan, sehingga sasaran tauhid dapat terjangkau secara maksimal tidak hanya sebagai teori tapi sekaligus sebagai alat yang harus digunakan untuk membedah segala macam penyimpangan yang terjadi yang jelas-jelas bertentangan dengan konsep tauhid yang menolak segala macam kebatilan dan berani mengatakan tidak untuk semua hal yang dianggap menentang kemurnian tauhid. Dalam berpolitik hubungan antara dakwah dan politik adalah sebagai mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Politik harus berjalan beriringan dengan tujuan dakwah karena jika terjadi penyimpangan maka akan mudah mengontrol kemana arah poilitik yang ditempuh demi tercapainya tujuan dakwah bukan tujuan politik. Politik hanya digunakan sebagai alat bukan sebagai tujuan, yang harus dipahami adalah dakwah itu merangkul semua masyarakat sehingga jika tujuan dakawah dapat tercapai maka akan mudah ditemukan segala macam kebenaran yang selam ini terganjal karena ada motif politk yang tidak sesuai dengan hakekat dakwah. Menurut Amien dalam berpolitik seseorang harus dapat menguasai ilmu politik secara profesional karena hal itu mutlak diperlukan sebagai dasar dalam mengarungi lautan politik yang tidak bisa dimasuki oleh semua orang kecuali hanya dengan menjadi bagian permainan dari politik itu sendiri atau kata lain yaitu amatiran politik sebagai akibat ketidak pahaman dalam berperilaku politik. Musyarah dapat mencegah terjadinya diktatorisme,absolutisme, dan otoriter. Amien mengajukan konsep prinsip-prinsip demokrasi dalam islam yaitu, berdirinya sebuah negara harus dapat menegakan keadilan, adanya demokrasi dan musyawarah, serta persamaan atas konsep ukhuwah. Demokrasi juga dapat mewujudkan masyarakat madani serta dapat mewujudkan pendidikan yang sama kesemua lapisan masyarakat tanpa harus memandang status. Menurut Amien demokrasi tanpa tauhid tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan serta akan mengalami kegagalan dalam berdemokrasi. %Z PEMBIMBING: ZUHROTUL LATIFAH, S.AG, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A ARIFATUL HUSNA - NIM.02121109 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1639 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kepemimpinan, khalifah, Umar bin Khattab, Umar bin dbul Aziz %T KEPEMIMPINAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB 13-23 H., 634-644 M DAN UMAR BIN ABDUL AZIZ 99-101 H., 717-720 M (STUDI KOMPARASI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1639/ %X ABSTRAK Kepemimpinan adalah proses yang berisi rangkaian kegiatan yang saling mempengaruhi, berkesinambungan dan terarah pada suatu tujuan. Rangkaian itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain, agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dan terarah pada tujuan yang telah disepakati bersama. Jadi kepemimpinan merupakan proses kegiatan yang dilakukan seseorang dalam membimbing, mempengaruhi orang lain supaya bersedia melakukan apa yang diinginkan. Umar bin Khattab adalah sahabat Rasulullah dan Abu Bakar yang dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki sifat berani, dan kemauan yang keras, di samping itu ia juga mempunyai sifat bijaksana, dan lemah lembut. Pada masa pemerintahannya, Umar bin Khattab (Umar I) dikenal mempunyai kepribadian yang luar biasa. Penaklukan yang dirintis pendahulunya (Abu Bakar) mencapai sukses besar dan kemampuan dalam menjalankan pemerintahan mengantarkannya mencapai puncak kejayaan. Dengan banyaknya wilayah taklukan, Umar I menperkenalkan sebuah sistem administrasi pemerintahan Islam, yaitu membagi wilayah pemerintahan menjadi delapan propinsi, membentuk departemen-departemen (diwan) yang bertugas menyampaikan perintah pusat ke daerah-daerah dan menyampaikan laporan tentang prilaku dan tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan kepolisian, jawatan pekerjaan umum, memperluas masjidil Haram, mendirikan Bait al-Mal dan masih banyak lagi kebijakan yang dilakukan Umar I. Umar II menjadi Khalifah, menggantikan saudara sepupunya yaitu Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, ia dipilih menjadi Khalifah dikarenakan ia mempunyai sifat sederhana, jujur, adil, dan tawadhu'. Ketika ia dinobatkan menjadi khalifah, ia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik dari pada menambah perluasan wilayah kekuasaan Islam. Ia melakukan demikian karena ingin mewujudkan keamanan serta memberi peluang kepada tentara-tentara agar dapat bersama keluarga mereka. Di samping itu Umar II mengadakan perdamaian dengan musuh bebuyutan Dinasti Umayyah yaitu Syi’ah dan Khawarij, serta memperbaiki tatanan yang ada pada masa pemerintahannya seperti menyamakan kedudukan orang-orang non Arab yang berkedudukan sebagai warga kelas dua dengan orang-orang Arab lainnya. Penelitian ini memerlukan sebuah metode dan pendekatan. Dengan metode dan pendekatan tersebut diharapkan pembahasan yang dikaji menjadi terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yakni proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik yaitu digunakan untuk meninjau segala bentuk aktifitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan. Dengan menggunakan metode dan pendekatan politik diharapkan penelitian dapat mendekati kebenaran suatu peristiwa sejarah. %Z PEMBIMBING: DRA.UMI KULSUM, M.HUM. %0 Thesis %9 Skripsi %A DURROTUL MAWAHIB - NIM. 03121499 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1641 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam, perang, shiffin %T PERANG SHIFFIN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMAT ISLAM (KAJIAN HISTORIS) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1641/ %X ABSTRAK Setelah Nabi wafat, kepemimpinan di gantikan oleh Khalifah, yang pertama menjabat sebagai khalifah adalah Abu Bakar lalu Umar, Usman dan kemudian Ali. Keempat khalifah ini biasa dikenal sebagai Khalifaur Rasyidin yaitu pemimpin yang terpercaya, posisi khalifah hanya menggantikan Nabi Muhammad sebagai pemimpin negara bukan sebagai Nabi. Pada setiap masanya khalifah ini mengalami berbagai persoalan yang terjadi dalam umat Islam peristiwa yang paling berdampak pada persatuan Umat Islam adalah peristiwa yang terjadi pada masa Ali menjadi khalifah. Hal ini menyebabkan karena umat Islam menuntut balas atas terbunuhnya Usman. Pada awal kepemimpinan Ali sebagai khalifah, penduduk Syria dibawah pimpinan Mu'awiyah bin Abi Sufyan menuduh Ali terlibat dalam peristiwa pembunuhan Usman. Mereka meminta pertanggungjawaban Ali terhadap peristiwa tersebut atau setidaknya mengadili orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan Usman. Dalam posisi dan kondisi yang sulit maka Ali memindahkan ibukota dari Madinah ke Kufah. Sebelum Ali menghadapi pasukan Mu'awiyah terlebih dahulu ia penumpas pemberontakan yang di lakukan oleh Thalhah, Zubair dan Aisyah istri Nabi dalam Perang Jamal, pertempuran pertama diantara sesama muslim yang berhasil dimenangkan oleh Ali. Berbeda dengan Perang Jamal yang dimenangkan oleh Ali, dalam perang yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah di Shiffin yang kemudian dikenal dengan Perang Shiffin dalam hal ini posisi Ali menjadi terpojok, karena ketika perang yang berlangsung beberapa minggu itu hampir dimenangkan oleh Ali tetapi dengan kecerdikan dalam berpolitik, Amr ibn Ash sebagai pemimpin pasukan Mu'awiyah mengangkat lembaran-lembaran al-Qur'an di ujung pedang yang menandakan berakhirnya pemberontakan bersenjata yang terjadi dan mengikuti keputusan al-Qur'an. Dengan berbagai pertimbangan yang dilakukan Ali dan desakan dari para pengikutnya, akhirnya perdamaian pun terjadi dengan perundingan yang dilakukan oleh ke dua belah pihak, dari pihak Ali mengirimkan Abu Musa al-Asy'ari dan di pihak Mu'awiyah mengirimkan Amr bin Ash sebagai hakim dalam perundingan tersebut. Perundingan yang dihadiri oleh 400 orang dari dua belah pihak dilakukan di Adhruh jalan utama antara Madinah dan Damaskus. Dalam perundingan ini menyebabkan terpecahnya pasukan dari pihak Ali karena sebagian kelompok mengklaim bahwa perundingan itu tidak sesuai dengan Islam, kelompok yang memberontak yaitu kelompok Khawarij dan kelompok yang tetap mendukung Ali yaitu kelompok Syiah. Akan tetapi perundingan itu di khianati oleh Mu'awiyah dan secara sepihak ia menurunkan Ali dari jabatan khalifah. Akibat dari perundingan (tahkim) Islam terbagi menjadi tiga kelompok yaitu Mu'awiyah, Syiah dan Khawarij. Kedua kelompok yaitu Syiah dan Khawarij yang pada masa yang akan datang menjadi kelompok aliran atau sekte agama. Munculnya golongan Khawarij ini membuat kekuatan pasukan Ali manjadi lemah dan posisi Mu'awiyah menjadi kuat. Selain terpecahnya umat Islam, peristiwa ini juga merubah system pemerintahan dari demokratis ke monarki, karena pada saat Mu'awiyah menjabat sebagai khalifah ia mengangkat putranya sebagai putra mahkota. %Z PEMBIMBING: DRA.HJ.UMMI KULSUM, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A EMI ROKHMAWATI - NIM. 03121475 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1643 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Hegemoni, kolonial, Serikat Islam, Semaoen, gerakan nasionalisme %T HEGEMONI KOLONIAL BELANDA TERHADAP SAREKAT ISLAM MASA KEPEMIMPINAN SEMAOEN 1917-1923 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1643/ %X ABSTRAK Dalam penguasan kolonial Belanda Hindia Belanda telah mengalami eksploitasi dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Walaupun dalam politik kolonial Belanda yaitu politik etis telah mengalami perbaikan dalam hal ekonomi dan sumber daya alam serta manusia tetapi pada hakekatnya ploitik eksploitasi tidaklah ditinggalkan. Imperialisme tua yang berubah menjadi imperialisme modern yang pada hakekatnya adalah eksploitasi. Reaksi dari pihak Hindia Belanda terdapat dalam golongan kiri Sarekat Islam yang berada di bawah kepemimpinan Semaoen, yang memiliki gagasan revolusioner yang menggunakan ideologi Sosialis Marx dalam gerakannya. Dengan menggunakan dialektika Marx Semaoen menempatkan diri sebagai gerakan oposisi terhadap pemerintahan Kolonial Belanda. Semaoen menbangun gerakan oposisi untuk menolak bercokolnya kolonial Belanda di Hindia Belanda dengan menolak berbagai kebijakan kolonial Belanda yang difokuskan pada gerakan ekonomi dengan pergerakan buruhnya, penolakan Semaoen terhadap Volksraad badan legislatif bentukan kolonial Belanda, tetapi sebagai badan legislatif Volksraad tidak memiliki badan otonom dalam pergerakannya, serta penolakan Semaoen terhadap intervensi kolonial Belanda dalam pergerakan Sarekat Islam yang berada di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode heuristik, pengumpulan data primer maupun sekunder. Verivikasi, kritik keabsahan sumber untuk mendapatkan data yang kredibel dan otentik. Interpretasi langkah penafsiran yang bersifat subjektif untuk menganalisis data dengan menggunakan data primer dan data sekunder yang menghasilakan: Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan teori sosial politik dengan memaparkan perlawanan Semaoen dalam Sarekat Islam terhadap hegemoni kolonial Belanda, dalam bidang ekonomi, sosial, politik. Dalam distribusi kekuasaan kolonial Belanda sangat terpengaruh kepada sistem sosial dan stratifikasi sosial dalam sistem jaringan dan distribusi kolonial Belanda. Yang menghasilakan analisis, dalam falsafah materialisme proses dilaektika yaitu tesis, kapitalisme dalam konteks kelembagaan kolonial Belanda yang menghasilkan antitesis Ideologi sosial Marx yang teraplikasi dalam Sarekat Islam pada masa kepemimpinan Semaoen yang menghasilkan sintesis yaitu masyarakat tanpa klas. Langkah terakhir adalah historiografi yaitu proses pemaparan kembali fakta-fakta yang diperoleh menjadi kesatuan yang utuh. Dalam penelitian ini menghasilkan pemaparan yang mendalam mengenai gambaran gerakan nasionalisme dalam Sarekat Islam yang dalam arah geraknya menggunakan teori sosialisme Marx. Secara kongkrit tidak menghasilakan perebutan klas dalam penguasaan kolonial Belanda. %Z PEMBIMBING: DRS. DUDUNG ABDURRAHMAN, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A EULIS TUTI SUMIATI - NIM. 01120581 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1648 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tradisi, ziarah kubur, Kampung Mahmud %T PERUBAHAN TRADISI ZIARAH KUBUR DI KAMPUNG MAHMUD DESA MEKARRAHAYU KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1648/ %X ABSTRAK Keanekaragaman suku bangsa dengan budaya diseluruh Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang perlu mendapatkan perhatian khususnya kebudayaan yang didukung oleh masyarakat. Setiap suku bangsa mempunyai budaya yang khas yang membedakan jati diri mereka dari suku lain. Perbedaan ini akan tampak nyata dalam gagasan-gagasan dan hasil karya yang akhirnya dituangkan melalui interaksi individu, kelompok dan sekitarnya. Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia inilah yang mendorong penulis untuk meneliti sebuah komunitas suku sunda. yang berada di Bandung, yaitu masyarakat Kampung Mahmud yang berkaitan dengan perubahan keagamaan khususnya dalam ziarah kubur. Diketahui bahwa pendiri Kampung Mahmud adalah Sembah Eyang Abdul Manaf. Konon dia masih keturunan wali Cirebon yakni, Syarif Hidayatullah. Menurut masyarakat setempat pendirian Kampung Mahmud, diperkirakan berlangsung sekitar abad 15 Masehi. Sejarah pendiriannya dimulai sejak Eyang Abdul Manaf meninggalkan kampung halamannya menuju ke Mekkah dan untuk beberapa lamanya dia menetap di sana. Sampai pada suatu saat dia memutuskan kembali ke tanah aimya. Sebelum pulang dia berdoa secara khusus disatu tempat yang dinamakan Gubah Mahmud, dekat Masjidil Haram. Dalam doanya dia memohon petunjuk agar dapat kembali ke tempat yang tidak akan tersentuh oleh penjajah. Kemudian petunjuk yang diyakininya sebagai ilham mengisyaratkan bahwa dia akan tinggal di tempat yang berawa. Sesampainya di taanah air, sesuai dengan petunjuk yang didapatkannya di Gubah Mahmud, dia segera mencari rawa dan pencariannya berakhir saat ditemukannya lahan rawa yang terdapat dipinggiran sungai Citarum, lambat-laun lahan yang semula rawa telah menjadi lahan yang layak untuk sebuah perkampungan, dan kampung tersebut kemudian diberi nama Kampung Mahmud, nama yang sama dengan Gubah tempat Eyang Manaf berdoa ketika berada di Mekah. Pada masyarakat Kampung Mabmud, kehidupan religinya diisi oleh dua hal. Pertama, keyakinan mereka yang kuat terhadap agama Islam. Kedua, kepercayaan mereka yang tidak kalah kuatnya terhadap keberadaan nenek moyang atau leluhur mereka yang dinamakan karuhun. Keagamaan masyarakat dalam skala yang lebih luas berada di bawah komando para tokoh agama. Sedikitnya saat mi ada empat tokoh agama di Kampung Mahmud yang masih memiliki hubungan kerabat yang dekat dengan pendiri Kampung Mahmud. Peran mereka pun cukup dominan dalam membina masyarakat dibidang keagamaan, dalam hal ini masyarakat Kampung Mahmud memiliki kebiasaan menziarahi tiga makam yang dianggap keramat terutama makam Eyang H. Abdul Manaf. Mereka datang untuk mendoakan nenek moyangnya sendiri. Selain itu, adakalanya kedatangan mereka juga disertai satu keinginan yang sifatnya sangat pribadi. Mereka merasa yakin keinginannya akan lebih didengar oleh Yang Maha Kuasa karena dibantu oleh leluhurnya. Bagaimanapun juga leluhur mereka adalah orang yang saleh dan dicintai oleh Allah. Kebiasaan menziarahi makam keramat, ternyata bukan milik penduduk Kampung Mahmud saja, melainkan juga dilakukan oleh orang dan luar Kampung Mahmud, ada juga yang datang dan kampung jauh, seperti Tasikmalaya dan Ciamis. Mereka datang untuk mendoakan leluhur yang dikeramatkan, namun tidak sedikit pula dan mereka yang datang dengan tujuan tertentu. Walaupun sampai sekarang masyarakat Kampung Mahmud masih kuat memegang teguh adat dan tradisi bukan berarti mereka masyarakat yang statis. Dahulu masyarakatnya cenderung menjaga tradisi, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, sekarang Kampung Mahmud sudah mengalami perubahan-perubahan dan menerima pengaruh dari luar yang sekiranya tidak merubah kehidupan adat istiadatnya. Misal, perubahan yang terjadi dalam kebiasaan berziarah. Berdasarkan data sementara yang diperoleh tradisi ziarah kubur di Kampung Mahmud mengalami perubahan seperti dalam pelaksanaan ziarah kubur itu sendiri, tradisi ziarah kubur yang dulunya dijadikan sebagai sarana islamisasi namun lambat-laun tempat ini bukan saja digunakan untuk berziarah tapi dimanfaatkan pula untuk tempat wisata dan kegiatan ekonomi liannya. Kampung Mahmud, sebagai sebuah tempat tinggal kornunitas orang Mahmud dengan berbagai keunikan budayanya, menurut penulis hal ini sangat unik untuk dikaji. Masyarakat yang kuat mernegang teguh adat leluhur tapi tetap menerima Islam sebagai agama dan melaksanakan hukum agarna sesuai dengan caranya sendiri. Kondisi geografi yang terpencil turut menjaga tradisi dan budayanya, meskipun perubahan diterima namun masih dalarn batas-batas tertentu. Dalam hal ini maka sebagai sarana untuk mendukung perielitian penulis menggunakan pendkatan antropologi., pendekatan antropologi menguangkapkan nilai-nilai yang meiatar belakangi prilaku, status, system kepercayaan yang mendasari pola hidup, dan lain sebagainya. Untuk mendukung pendekatan dan latar belakng di atas, maka dalain hal mi penulis rnenggunakan teori difusi Wilhelm Schmidt yang seorang guru besar antropologi dari Austria. Teori ini dipilih karena, bahwa terjadinya perubahan tradisi ziarah kubur karena adanya penyebaran unsur-unsur baru sebagai hasil proses sosial yang terjadi di masyarakat. W. Schmidt juga mengatakan bahwa terjadinya perubahan budaya disuatu daerah karena adanya penyebaran atau difusi unsur-unsur kebudayaan. %Z PEMBIMBING: DR. MAHARSI, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A HANAFI BAIDAWI - NIM. 01120609 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1653 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Keberagamaan masyarakat, nelayan, ritual, rokat tase %T KONSTRUKSI KEBERAGAMAAN MASYARAKAT NELAYAN - STUDI TERHADAP RITUAL ROKAT TASE DI DESA BRANTA TLANAKAN PAMEKASAN MADURA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1653/ %X ABSTRAK Pokok kajian dalam skripsi ini adalah masyarakat Branta yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan dan memiliki kecenderungan utama berprilaku religi, yaitu memiliki kedekatan dengan praktik ilmu gaib atau hal-hal yang berbau mistik. Pandangan ini didasarkan pada penggunaan sistem religi atau kepercayaan tertentu dalam kaitannya dengan aktivitas melaut (mencari ikan), dan sistem religi tersebut dijadikan sebagai etos kerja kebaharian yang di dalamnya mengandung unsur ekspektasi bagi kelancaran melaut (memperoleh banyak ikan) dan keselamatan jiwanya. Sistem religi mereka terwujud dalam suatu tradisi yang dikenal dengan rokat tase'. Tradisi ini pada dasarnya merupakan perpaduan ritualritual Islam dan kearifan lokal (adat lokal). Ritual-ritual Islam terekspresikan lewat pembacaan al-quran, tahlil, dan pembacaan doa (Islam). Sedangkan adat lokal meliputi aneka sesaji dan persembahan. Di luar kedua ritual itu, juga diselingi oleh atraksi kesenian tradisional. Dalam prosesinya, rokat tase' diawali oleh pembuatan sesajin oleh masyarakat. Sebelum sebelum dibuang/ dihanyutkan ke laut, sesaji dibawa ke masjid di mana para nelayan berkumpul untuk melakukan khataman al-qur'an, membaca tahlil, pembacaan do'a, dan ritual-ritual lainnya. Terhadap fenomena itu, melalui penelitian ini, penulis tertarik untuk memotret lebih jauh tradisi rokat tase' masyarakat nelayan Branta di atas. Adapun pokok masalah yang dibahas adalah bagaimana konstruksi keberagamaan masyarakat nelayan Branta jika dikaitkan dengan ritual rokat tase'? Bagaimana mereke mengkonstruksi keberagamaannya yang termanifestasikan melalui ritual rokat tase' menurut pengetahuan mereka? Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-analitis yang berusaha mengungkap struktur berpikir masyarakat nelayan dalam memahami kehidupan mereka sebagai nelayan. Sifat kajian deskriptif-analisis adalah menuturkan, menggambarkan, dan menganalisis secara objektif data yang dikaji sekaligus menginterpretasi dan menganalisis data-data tersebut. Adapun pendekatan yang digunakan adalah teori konstruksi sosial menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, yaitu suatu teori yang menjelaskan konstruksi keberagamaan sebagai objektivasi, eksternalisasi, dan sekaligus internalisasi pemahaman dan keyakinan mereka, sebagai tergambar dalam ritual rokat tase'. Pada prinsipnya, konstruksi keberagamaan mereka dibangun atas pemahaman mereka terhadap budaya lokal, ajaran agama, dan filosofi hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Konstruksi keberagamaan mereka di satu sisi menunjukkan aspek-aspek lokalitas, aspek aspek ritualisme ajaran agama, serta aspek-aspek keserasian hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. %Z PEMBIMBING: MAHARSI, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A HERY NOORDIANSYAH - NIM.04121696, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1655 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kekuasaan, Khalifah, Dinasti Abbasiyah %T PEREBUTAN KEKUASAAN ANTARA KHALIFAH AL-AMIN DENGAN AL-MA'MUN (810-813 M) DAN DAMPAKNYA BAGI DINASTI ABBASIYAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1655/ %X ABSTRAK Di balik kesuksesan yang di capai, Kalifah Harun ar-Rasyid juga berhadapan dengan kesulitan dalam mengatur masalah suksesi.Ar-Rasyid, seperti yang dilakukan ayahnya, memutuskan bahwa kekhalifahan harus diwariskan kepada putra yang terbaik. Akan tetapi, ia memberi peringatan agar konflik harus dihindarkan dengan memproklamasikan secara terbuka dan memperinci hak serta kewajiban para calon khalifah. Untuk memberikan aura kesakralan pada nominasi suksesi ini, tokoh-tokoh penting Dinasti Abbasiyah pergi menunaikan ibadah haji tahun 186 H. (802 M). Di kota suci Mekah inilah diadakan upacara formal perjanjian. Salah satu isi dari perjanjian ini adalah penabalan kedua putra khalifah, Muhammad ( yang kemudian bergelar al-Amin, 809-813) dan Abdullah (bergelar al-Ma'mun, 813-833) sebagai calon pengganti Khalifah ar-Rasyid secara berurutan. Perjanjian ini menentukan bahwa Muhammad akan menggantikan ayahnya sebagai khalifah, sementara Abdullah pada waktu yang bersamaan menjadi Gubernur Khurasan sebagai wilayah otonomi penuh secara militer dan secara ekonomi, terutama perpajakan. Meskipun perjanjian tersebut dimaksudkan untuk menghindari pertentangan antar kandidat, ternyata persaingan di antara keduanya tidak dapat dihindari. Menjelang berakhirnya kekuasan Harun ar-Rasyid, pemerintah berhadapan dengan berbagai kerusuhan yang terjadi akibat adanya perebutan kekuasaan antara Khalifah al-Amin dan Khalifah al-Ma'mun. Ketegangan yang terjadi di antara keduanya mulai muncul dan berkembang berkaitan dengan status otonomi Propinsi Khurasan. Para perwira militer Khurasan yang berada di Baghdad mempengaruhi Khalifah al-Amin untuk menguasai propinsi penting ini. %Z PEMBIMBING: DRA. HJ.UMMI KULSUM, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A HIDAYATUL MUSLIMAH - NIM. 01120660, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1656 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Muhammad Natsir, demokrasi, politik %T MUHAMMAD NATSIR DAN PEMIKIRANNYA TENTANG DEMOKRASI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1656/ %X ABSTRAK Pada akhir abad ke-20 isu-isu deokrasi merupakan sebuah fenomena penting yang mewarnai perkembangan politik global. Di negara-negara berkembang khususnya, demokrasi telah menjadi diskursus yang melibatkan hampir seluruh komponen masyarakat. Demokrasi pada awalnya merupakan sebuah kerangka pandang filosofi yang kemudian berkembang menjadi sebuah sistem politik; hingga saat ini demokrasi dipandang sebagai sistem pemerintahan terbaik dalam upaya terbentuknya negara yang aman dan sejahtera. Demokrasi, di Indonesia dipandang sebagai sistem pemerintahan terbaik. Dalam sejarah Indonesia, sejak kemerdekaan, indonesia telah melaksanakan demokrasi sebagai sistem pemerintahan dengan corak yang berbeda-beda yakni Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan demokrasi Pancasila. Demokrasi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat dan Kratos yang berarti memerintah, dasar etis demokrasi adalah kedaulatan rakyat; jadi demokrasi adalah sistem yang di dalamnya berlaku prinsip kedaulatan rakyat. Demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat (Govermen of The People by People for People). Dari pengertian ini tampaklah bahwa definisi demokrasi sangat singkat, global, dan abstrak. Siapapun bisa bebas untuk mencari bentuk pelaksanaannya sesuai dengan keadaan negaranya dan nilai-nilai agamanya masing-masing. Dari sekian banyaknya wacana mengenai demokrasi, Muhammad Natsir yang merupakan salah satu tokoh politik di Indonesia mengemukakan pandangannya mengenai demokrasi. Lebih dari itu Muhammad Natsir juga terlibat langsung dalam melaksanakan demokrasi di Indonesia. Maka sudah sewajarnya jika Muhammad Natsir juga mengemukakan tentang pandangan politiknya. Gagasan politik Muhammad Natsir yang tidak pernah surut adalah mengenai demokrasi. Beliau mendukung demokrasi karena demokrasi merupakan cara yang tepat untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan-kepentingan rakyat, selain itu menurut Muhammad Natsir demokrasi adalah warisan budaya yang warisannya tidak ternilai. Muhammad Natsir lahir pada tanggal 17 Juli 1808 di Alahan, Panjang, Solok, Sumatra Barat, dan beliau menamatkan pendidikan HIS pada tahun 1923, kemudian meneruskan di AMS cabang Bandung jurusan sastra barat. Muhammad Natsir pertama kali aktif dalam dunia perpolitikkan pada tahun 1938 dengan mendaftarkan diri sebagai anggota Partai Isla Indonesia. Objek dari penelitian ini adalah memaparkan faktor-faktor apa yang melatar bekakangi pemikiran Muhammad Natsir tentang demokrasi dan bagaimana pandangan Muhammad Natsir tentang demokrasi, selain itu juga menjelaskan respon dan komitmen Muhammad Natsir tentang demokrasi. Penulisan ini merupakan penelitian terhadap pemikiran seorang tokoh, maka metode yang digunakan adalah metode kepustakaan (Library Research) yaitu menjadikan bahan pustaka yang berupa buku-buku ataupun artikel-artikel yang berkaitan dengan pokok permasalahan sabagai sumber primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gagasan pemikiran atau pandangan Muhammad Natsir tentang demokrasi dan juga penelitian ini bertujuan untuk memberi wawasan pengetahuan bagi pembacanya tentang demokrasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Biografi, karena penelitian ini membicarakan atau memaparkan tentang pemikiran pemikiran ataupun pandangan dari sejarawan ataupun seoran tokoh politik mengenai demokrasi. Pendekatan Biografi ini akan digunakan dalam meneliti kehidupan dari Muhammad Natsir sehingga dapat diungkap siapa muhammad Natsir selain latar belakang kehidupannya tapi pandangan tentang demokrasi. %Z PEMBIMBING: DRS. MUSA, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A MIFTAHUL ALIYAH - NIM. 03121478 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1676 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Konflik sosial, pribumi, non pribumi %T KONFLIK SOSIAL ANTARA PRIBUMI DENGAN NON-PRIBUMI (CHINA) DI PEKALONGAN JAWA TENGAH TAHUN 1995 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1676/ %X ABSTRAK Dalam kehidupan sosial dikenal hubungan harmoni dan disharmoni, istilah yang terakhir dikenal dengan sebutan konflik. Konflik bisa bersifat laten (tersembunyi) dan manifest (nampak), bila sudah mengejawantah kerapkali menimbulkan korban. Konflik dalam presfektif sosiologi menegaskan bahwa ketegangan sosial yang berujung pada konflik dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu konflik yang bersifat fungsional dan konflik yang bersifat disfungsional bagi hubungan-hubungan dan struktur sosial. Dalam kasus tersebut penelitian ini mengambil judul konflikantara umat Islam dengan non pri di Pekalongan tahun 1995, konflik yang bersifat disfungsional, karena sudah menyerang pada nilai-nilai inti substansi perbedaan sosial yang secara alamiah potensial menjadi pemicu konflik. Konflik tersebut dipicu adanya penyobekan kitab suci al-Qur'an yang dilakukan oleh seseorang non pribumi. Sehingga mengakibatkan cepat berkembangnya isu tersebut, dan banyak bumbu-bumbunya. Perilaku penyimpangan warga non pribumi menjadi bahan gunjingan warga kota santri, pada mulanya warga ingin melihat langsung warga non pribumi tersebut, tapi kemudian setelah masa berkumpul berubah menjadi aksi pengrusakan dan kerusuhan. Aksi pengrusakan dan kerusuhan itu terjadi di Pekalongan pada tanggal 24 November 1995, tepatnya di sepanjang jalan Hayam Wuruk dan telah merambat ke daerah-daerah sekitarnya. Konflik tersebut terjadi sebagai aksi protes umat Islam terhadap tindakan penyelewengan yang dilakukan oleh seseorang warga non pribumi yang telah menyobek kitab suci Umat Islam. Aksi pengrusakan dan kerusuhan itu terjadi tidak hanya di lokasi kejadian penyobekan al-Qur'an, melainkan telah merambat ketempat-tempat lain. Banyak toko dan rumah milik pedagang non pribumi di sepanjang jalan Hayam Wuruk dan sekitarnya hancur berantakan, akibat amukan massa. Aksi tersebut menjalar menjadi aksi penjarahan, karena banyak warga awam yang ikut di dalamnya. Bertolak daripokok maslah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan kenyataan terjadinya konflik, dampak dan faktor-faktor yang mendorongnya pada tingkat berikutnya menggambarkan perwujudan konflik sebagaimana dicerminkan dalam kasus di Pekalongan ini. Pada landasan teori, pendekatan penulisan yang digunakan yaitu pendekatan sosial yang menekankan pada aspek konflik sosial dalam masyarakat Pekalongan. Jenis penelitian ini penulisan sejarah lokal, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah. Dalam mencari data tentang koflik antara umat muslim dengan warga non pribumi di Pekalongan tahun 1995 diperoleh dengan beberapa cara diantaranya, studi perpustakaan, dokumen-dokumen, arsip, observasi dan wawancara dengan menentukan subyek terlebih dahulu. %Z PEMBIMBING: DRA.HJ.SITI MARYAM, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD FAUZAN - NIM. 02120993 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1668 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Pondok Pesantren, al Munawwir Krapyak, kepemimpinan, KH Ali Maksum %T KH ALI MAKSUM KEPEMIMPINANNYA DI PONDOK PESANTREN AL MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA TAHUN 1968-1989 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1668/ %X KH. Ali Maksum adalah seorang ulama yang mempunyai peran besar dalam meneruskan perjuangan KH. M. Moenawwir (seorang ulama pendiri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta tahun 1910 M). Beliau adalah menantu dari KH. M. Moenawwir. Sepeninggal KH. M. Moenawwir dan Putra-Putranya, KH. Ali Maksum lah yang dianggap paling berwibawa dan pintar untuk mengelola Pondok Pesantren tersebut. Sehingga KH. Ali Maksum diangkat sebagai pimpinan Pondok Pesantren krapyak pada tahun 1968. Peran yang terlihat dalam diri beliau yaitu pengembangan ajaran-ajaran Islam di Pondok Pesantren Krapyak yang sebelumnya dianggap masih kurang khususnya dibidang pendidikan Islam. Upaya KH. Ali Maksum dalam mengembangkan Agama Islam di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta difokuskan pada pendidikan Agama Islam. Walaupun ada bidang-bidang lain yang mendukung seperti perkembangan dibidang sarana dan prasarana dengan membangun gedung-gedung sekolah, perluasan areal tanah untuk pengembangan pesantren. Namun bidang pendidikan lah yang diutamakan oleh KH. Ali Maksum untuk memajukan Pondok Pesantren tersebut. Hal ini terbukti dibawah kepemimpinan beliau Pondok Pesantren Krapyak mengalami kemajuan yang pesat khususnya dibidang pendidikan Agama Islam. Dengan didirikannya Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Taman Kanak-Kanak, Pendidikan Al-Quran bil hifdzi dan bil ghaib (menghafalkan Al-Quran), Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) serta kegiatan kegiatan para santri dan kemasyarakatan lainnya. Hal itu menunjukkan keberhasilan KH Ali Maksum daripada hasil perjuangannya untuk mengembangkan dan menerapkan ajaran-ajaran Islam di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Keberhasilan KH. Ali Maksum tidak hanya ditunjukkan didalam pesantren saja. Pengabdian dan karya baktinya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara mengukir sejarah nasional yang tak akan terlupakan. KH. Ali Maksum pernah menjabat sebagai Rais 'Am Jamiyah atau pimpinan Nahdlatul Ulama.Kepemimpinan beliau tercatat sebagai periode yang menghantarkan Nahdlatul Ulama kembali ketujuan semula (khittah 1926) Nahdlatul Ulama. Dengan sifat kepemimpinan dan perjuangannya maka Pondok Pesantren Krapyak tahap demi tahap mengalami kemajuan pesat. Sehingga hal itulah membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang KH Ali Maksum Kepemimpinan di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Tahun 1968-1989. Karena dalam penelitian ini akan diketahui tipe kepemimpinan beliau dan upaya atau usaha yang dilakukannya untuk mengembangkan Pondok Pesantren tersebut sehingga mengalami kemajuan yang pesat. Penelitian ini dibatasi antara tahun 1968-1989 M, tahun 1968 adalah masa dimana KH. Ali Maksum diangkat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Krapyak. Sedangkan tahun 1989 adalah batas akhir dari penelitian ini, karena pada tahun ini adalah tahun wafatnya KH. Ali Maksum. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan biografi kehidupan KH. Ali Maksum,M mengetahui perjuangan KH Ali Maksum dalam mengembangkan ajaran-ajaran Islam di Pondok Pesantren Krapyak dan mengetahui tipe kepemimpinan beliau dimana sifat pemimpin yang dimiliki beliau dapat diterima dan dihormati di Pondok Pesantren Krapyak pada khususnya serta dikalangan masyarakat pada umumnya. %Z PEMBIMBING: DRS.H. MAMAN A.MALIK SY, M.S %0 Thesis %9 Skripsi %A ANA SAFITRIYANI NIM. 04121761, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1705 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Organisasi, Himpunan Masyarakat Muslim %T YAYASAN HIMPUNAN MASYARAKAT MUSLIM (HMM) DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN ISLAM DI TEMBAGAPURA, PAPUA (1990-2007) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1705/ %X Tembagapura terletak di wilayah Kecamatam Mimika, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, yang sebagian basar penduduknya menganut agama Kristen. Di Tembagapura bermukim para karyawan PT. Freeport Indonesia (PTFI). Himpunan Masyarakat Muslim (HMM) sebagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang dakwah didirikan sebagai wadah untuk menampung masyarakat muslim yang bermukim di area PTFI, di samping umtuk membantu kegiatan syi'ar Islam disekitarnya. Seiring dengan meningkatnya jumlah anggota dan kegiatan dakwah, maka HMM secara resmi telah berbadan hukum sebagai Yayasan HMM sejak tahun 1990. Munculnya Yayasan HMM mendapat sambutan yang positif dari masyarakat Tembagapura dan sekitarnya, khususnya yang beragama Islam. Setelah beberapa tahun berdiri, HMM melalui berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan Islam di Tembagapura, dan meningkatkan pengetahuan tentang agama Islam di kalangan warga. Yayasan HMM menarik untuk diteliti, karena sekalipun kota Tembagapura merupakan daerah non muslim, namun HMM mampu menunjang perkembangan Islam di sana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman masa lampau. Dalam pelaksanaannya, metode ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. 1. Heuristik, pada tahap ini penulis menggunakan tiga metode yaitu, metode dokumen, metode wawancara dan metode observasi. 2. Verifikasi atau kritik sumber 3. Interpretasi 4. historiografi kesimpulannya, HMM didirikan dengan tujuan sebagai wahana silaturrahmi dan wahana pemersatu bagi segenap warga masyarakat muslim yang tinggal di lingkungan area kerja PTFI. Untuk mewujudkan suasana kehidupan yang tentran dan damai dalam berusaha dan beribadah serta bermasyarakat, baik bagi warga HMM maupun masyarakat dan alam sekitarnya. HMM mengalami perkembangan, antara lain berubahnya status organisasi HMM yang tadinya berbentuk organisasi kemasyarakatan menjadi Yayasan yang berbadan hukum. Hal ini mempengaruhi perkembangan orientasi program, yang tadinya hanya berkosentrasi pada masalah keagamaan dan social berkembang ke bidang pendidikan dan ekonomi. Selain orientasi program perkembangan terjadi pula pada struktur kepengurusan dan jumlah anggota. Kiprah HMM terhadap perkembangan Islam di Tembagapura meliputi bidang keagamaan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, melalui pengajian rutin, pemberantasan buta huruf al'Quran, pengelolaan ibadah haji dan lain-lain. Sementara itu, bidang sosial, ekonomi dan pendidikan lebih diarahkan untuk membantu perusahaan PTFI dan Negara dalam meningkatkan . taraf hidup masyarakat sekitar %Z Pembimbing : Maman A. Malik Sya'roni %0 Thesis %9 Skripsi %A SAIFUDDIN -NIM. 02121034 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1716 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K K.H.Ahmad Zabidi, tarekat, Syattariyah %T KEPEMIMPINAN KH. AHMAD ZABIDI DALAM MENGEMBANGKAN TAREKAT SYATTARIYAH DI GIRILOYO, WUKIRSARI, IMOGIRI BANTUL (1991-2007) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1716/ %X Tarekat Syattariyah adalah tarekat yang mengacu pada Abdullah Syattar. Tarekat ini termasuk salah satu organisasi dari perkumpulan tarekat mu'tabarah yaitu tarekat-tarekat yang telah diselidiki dan diterima dalam kalangan Nahdatul Ulama (NU) yang diadakan pada tanggal 19 dan 20 Rabi'ul Awal 1377 H/10 Oktober 1957 M. Didalam ajarannya, tarekat Syattariyah lebih menekankan pada pengucapan tahlil yang ditujukan untuk mengagungkan asma Allah dan keindahan Allah. Lafal tahlil ini diucapkan setelah sholat Isya' dan Shubuh sebanyak 100 kali dalam setiap harinya. Menurut beberapa sejarawan, tarekat Syattariyah pada abad XVI telah dikembangkan oleh Abdurrauf dari Aceh, tarekat ini disebarkan sampai ke Jawa yang diawali dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sampai Jawa Timur oleh seorang muridnya, yaitu Abdul Muhyi. Sedangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul pertama kali diperkenalkan oleh KH. Mohammad Romli kemudian diteruskan oleh KH. Ahmad Mazuqi dan KH. Ahmad Zabidi sampai sekarang. Di bawah kepemimpinannya, tarekat Syattariyah dibawanya mengalami perkembangan yang sangat berarti dimulai dengan adanya pembukuan kitab amalan untuk para jama'ah dilanjutkan dengan terstukturisasinya pelaksanaan amalan harian tarekat sampai dengan terencananya pengajian rutin untuk para jama'ah. Dalam setiap pelaksanaanya (pengajian), jama'ah yang datang tidak hanya datang dari lingkungan wilayah masyarakat Giriloyo saja akan tetapi datang dari berbagai lapisan penjuru Bantul. Bahkan sangking ramainya jama'ah yang mengikuti pengajian maka pada tahun 2000 dikembangkan sistem visualisasi melalui TV yang dipasang di rumah-rumah penduduk kompleks sekitar dan halaman terbuka. Berdasarkan kecenderungan ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang tarekat Syattariyah. Agar pembahasannya tidak terlalu melebar maka penulis memfokuskan pembahasannya pada kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi dalam mengembangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul (1991- 2007). Tahun 1991 KH. Ahmad Zabidi menjabat sebagai mursyid, sedangkan tahun 2007 M sebagai batas akhir dari penelitian ini, karena pada tahun ini tarekat mengalami perkembangan yang sangat berarti. Sedangkan untuk metode penelitiannya penulis menggunakan empat metode yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Intepretasi dan Penafsiran, Historiografi. Mengenai landasan teori, penulis menggunakan teorinya Max Weber yakni tentang teori kepemimpinan. Weber membagi tipe kepemimpinan yang muncul kedalam tiga kategori yang berbeda yaitu kharismatik, tradisional, dan Rasional. Didalam pendekatannya penulis menggunakan pendekatan historis dan biografis yaitu pendekatan yang menjelaskan tentang catatan masa lampau kehidupan seorang tokoh. %Z PEMBIMBING: DRS. DUDUNG ABDURAHMAN, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI MAESAROH -NIM. 04121867 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1720 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Soeharto, Islam, politik, Th.1986-1998 %T SIKAP POLITIK SOEHARTO TERHADAP ISLAM 1986-1998 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1720/ %X Soeharto yang akrab dengan panggilan Pak Harto menjabat sebagai presiden selama 32 tahun, yakni dari tahun 1966 sampai dengan tahun 1998, selama itulah Negara Indonesia dikuasai oleh Rezim Otoriter di bawah pimpinan Soeharto dan kroni-kroninya. Dalam catatan sejarah, selama 32 tahun memerintah, Soeharto telah memandang umat Islam sebagai lawan dan bersikap represif terhdap umat Islam, akan tetapi 10 tahun diakhir masa jabatannya Soeharto mengalami pergeseran sikap menjadi akomodatif terhadap umat Islam. Dari pergeseran sikapnya inilah, penulis tertarik untuk lebih dalam membahas dan menguak latar belakang dari pergeseran sikap politik Soeharto terhadap umat Islam. Penelitian ini adalah penelitian historis (historical research) yang bertujuan merekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis. Jika dilihat dari segi menganalisanya penelitian ini bersifat kualitatif. Dilihat dari segi bahan-bahan atau obyek yang diteliti, penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian mengguanakan bahan-bahan tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, artikel, seputar Soeharto dan kebijakan-kebijakannya terhadap umat Islam, serta perpolitikan pada masa Orde Baru. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Kebijakan Publik (public police) guna mendapatkan analisis yang lebih dalam terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oeleh Soeharto terhadap umat Islam. Beranjak dari pendekatan kebijakan publik ini, maka teori yang digunkan adalah teori pluralis-elitist, yakni kebijakan yang berfokus pada kekuasaan dan distribusinya diantara kelompok elit, yakni Soeharto dan orang-orang di sekelilingnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: seperti apakah sosok Soeharto, dan bagaimanakah sikap politik Soeharto terhadap Islam tahun 1986-1998. %Z PEMBIMBING: DRS. MUSA, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A SIGIT MASYHURIL - NIM. 01120713 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1718 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kesenian tradisional, perubahan apresiasi, masyarakat %T PERUBAHAN APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KESENIAN KOBROSISWO DI DUSUN SUROWANGSAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN 1972-2008) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1718/ %X Seni tari Kobrosiswo pada mulanya muncul di Dusun Cabean, Mendut, Magelang. Namun kemudian berkembang sampai ke daerah Tempel, Sleman. Kesenian ini semula berfungsi sebagai media syiar Islam kemudian beralih sebagai seni pertunjukan. Dalam penyajiannya, seni tari ini didukung oleh dua kelompok tari yaitu, Rodat dan Strart. Gerak tari ini dilakukan secara kelompok berpasangan, selain itu jumlah penari kesenian Kobrosiswo tidak terbatas tergantung pada kebutuhannya. Adapun shalawatan digunakan sebagai lagu pengiring. Misi utama yang dibawa adalah dakwah. Pada tahun 1970-an, kesenian ini mulai berkembang ke Yogyakarta, terutama di daerah Sleman. Pada dasawarsa ini pula banyak dusun yang berada di daerah Tempel, Sleman mulai membentuk grup kesenian Kobrosiswo. Di antara dusun-dusun yang mendirikan grup kesenian tersebut, salah satunya adalah Dusun Surowangsan, Margorejo, Tempel, Sleman. Seni tari Kobrosiswo mulai dikenal warga Surowangsan pada tahun 1972, bermula dari salah seorang warga Surowangsan, Bapak Noto (pada saat itu menjabat sebagai ketua RW) mempunyai keinginan untuk membentuk sebuah grup kesenian, sebagai kegiatan alternatif bagi pemuda-pemuda Surowangsan. Pada saat ini kesenian Kobrosiswo mulai memudar keberadaannya di Dusun Surowangsan. Dalam dunia hiburan saat ini, kesenian tradisional sulit untuk bersaing dengan kesenian modern. Selain bertema umum, kesenian modern mudah dicerna, karena menyesuaikan dengan selera pasar. Berbeda dengan kesenian tradisional, bersifat sederhana dan monoton (tradisi rakyat) atau apabila kesenian itu lahir dari budaya kraton (klasik), terkesan rumit dan sangat sulit dipahami pemirsa. Dengan adanya persaingan ini, selain publikasi media, tuntutan yang utama bagi para kompetitor adalah kreativitas. Dua hal inilah yang menjadi kendala kesenian tradisional untuk mampu menunjukkan eksistensinya. Tetapi benarkah permasalahan tersebut bisa dijadikan sebagai alasan utama? Dewasa ini kesenian seringkali dikaitkan dengan permasalahan ekonomi. Grup musik dangdut misalnya, untuk melihat sebuah grup dangdut tampil biasanya kita harus mengeluarkan sejumlah uang sebagai ongkos. Uang ini diperlukan oleh orangorang di dalam grup tersebut yang menjadikan dangdut sebagai mata pencahariannya. Jelas bahwa pada era modern ini, kesenian tidak lepas dari permasalahan-permasalahan ekonomi, tetapi tidak berlaku bagi grup kesenian Kobrosiswo di Surowangsan. Uang yang dihasilkan dari pentas lebih diperuntukan mengisi kas grup, karena seni Kobrosiswo tidak dijadikan sebagai sumber pendapatan/mata pencaharian. Kasus di atas mungkin hanya salah satu penyebab, dari sekian banyak permasalahan yang berakibat pada vakumnya kesenian Kobrosiswo di Dusun Surowangsan. Masalah-masalah yang muncul dan berakibat pada pudarnya eksistensi kesenian Kobrosiswo di Surowangsan, mengindikasikan bahwa permasalahan tersebut bukan hanya disebabkan faktor dari luar saja, tetapi juga faktor dari dalam. Karena fokus penelitian ini bukan pada seni tari Kobrosiswo, tetapi pada perubahan apresiasi pada masyarakat yang memilki kesenian ini, maka peneltian ini menggunakan masyarakat Dusun Surowangsan sebagai subjeknya. Karena masyarakat dusun ini telah mengembangkan seni tari Kobrosiswo sejak awal tahun 1970-an dan mulai mengalami kevakuman pada akhir tahun 1980-an hingga saat ini (2008). Hal inilah yang menjadi daya tarik penulis untuk mengungkap faktor-faktor pendukung yang mengubah apresiasi masyarakat Dusun Surowangsan. %Z PEMBIMBING: RISWINARNO, SS %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI ZULAICHAH - NIM. 03121477 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1721 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Taqiyuddin an-Nabhani, politik, sufi, penyair, qadhi %T PEMIKIRAN POLITIK SYAIKH TAQIYUDDIN AN-NABHANI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1721/ %X Taqiyuddin an-Nabhani nama lengkapnya adalah Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani, lahir di Yordania pada tahun 1909. Ia lahir dari seorang ayah yang bernama Yusuf bin Ismail bin Hasan bin Muhammad An-Nabhani Asy Syafi'i, julukannya Abu Mahasi. Ia adalah seorang penyair, sufi, dan seorang qadhi yang terkemuka. Ia menangani pengadilan (qadhi) di Qusbah Jami, wilayah Nablus. Kemudian is pindah ke Kostantinppel (Istambul) dan diangkat sebagai qadhi untuk menangani peradilan di Sinnjiq yang termasuk wilayah Mosul. Dan kemudian menmjabat sebagai ketua Mahkamah Agung di Beirut. Ia menulis banyak kitab yang jumlahnhya mencapai 80 buah. Taqiyddin sejak keecil sudah hafal al-Qur'an sebelum usia kerang dari 13 tahun. Bidang-bidang aktifitas politiknya selain Ia seorang qadhi, Ia juga mencalonkan diri untuk duduk dalam Majlis Perwakilan di Pemerintahan. Karena ia dianggap tidak layak, maka ia gagal masuk dalam pemerintahan. Pemikirannya sejalan dengan kakeknya yang merupakan pelaku sejarah masa akhir Khilafah Ustmaniyah. Ia berpendapat Khilafah Ustmaniyah merupakan penjaga agama dan aqidah, simbol kekuatan kaum muslimin, dan mempertahankan institusi umat. Dalam pemikiran ia berseberangan dengan Muhammad abduh dalam metode tafsir; Abduh menyerukan penakwilan nash dan tafsir merujuk pada tuntunan kondisi. Ia juga berseberangan dengan Jamaludin Al-Afgani, Mhammad Abduh dan murid-muridnya yang menyeru reformasi. Menurutnya, tuntunan reformasi itu meniru protestan. Dalam Islam tidak ada reformasi. Ia berpikir bagaimana membangkitkan masyarakat Islami. Dan persoalan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan antara pikiran dan perasaan di kalangan kaum terpelajar, terciptanya keserasian antara ndividu dan masyarakat dalam suatu pikiran dan perasaan, terutama anatara kaum terpelajar dengan masyarakat. Kemudian ia mendirikan partai politik Hizbut Tahrir partai politik internasional, Pada tahun 1953 di Yordania namun partai tersebut dianggap illegal oleh pemerintahan Yordania. Meskipun membadani lahirnya partai politik Hizbut Tahrir sebagai sebuah partai politik internasional yang telah eksis di berbagai negara di dunia. Ia juga seorang pemikir, Qadhi, ulama, dan politikus. Pemikirannya dalam hal politik (umum/masyarakat) memiliki tiga faktor penting, yaitu:Pengertian politik dan idiologi Pembentukan partai politik atau partai dakwah, Pembentukan negara Islam (Daulah Khilafah Islamiyah). Partai yang didirikanya yaitu Hizbut Tahrir memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Menyerukan untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, Mengadopsi pemahaman-pemahaman Islam yang dijelaskan dalam banyak kitabnya seperti Nizham Al-Islam, Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam, Nizham al-Hukm fi al-Islam, dll. Tidak menyerahkannya pada ijtihad masing-masing anggotanya dan ulama; Konsen mewujudkan kesadaran politik atas dasar Islam; Berdasar pada bentuk organisasi kepartaian (at-takattul al-hizb), bukan pada kelompok sosial (attakattul al-jama’i). %Z PEMBIMBING: DRS. BADRUN ALAINA, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A SUMARNI - NIM.03111336 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:1723 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Novel, terjemah, padanan kata, frase kata benda %T TARJAMAH RIWAYAH LAM A'UD ABKII LI ZAENAB HIFNI WA MUSYKILATU TAKAAFU' FII MUSTAWAA AL IBARAH AL ISMIYAH FII HAA (DIRASAH TAHLILIYAH DALALIYAH) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1723/ %X Novel lam a'ud abkii karya Zainab Hifnii adalah novel yang menggambarkan pemberontakan seorang wanita berkebangsaan Arab terhadap realitas masyarakat Arab yang kental dengan tradisi. Menurut hasil riset yang telah dilakukan penulis melalui internet dan observasi ke berbagai toko buku, novel itu belum pernah diterjemahkan dan diterbitkan. Hal itulah yang mendorong penulis untuk menerjemahkannya. Dalam aktifitas penerjemahan sering terjadi pergeseran makna yang disebabkan karena latar belakang budaya dan struktur kedua bahasa tersebut berbeda. Hal inilah yang kerap menjadi problematika bagi para penerjemah khususnya para pemula dalam mengalihkan pesan atau amanat, bukan mengalihbahasakan kata perkata. Itu disebabkan karena makna yang diperoleh dari atau berdasarkan kamus tidak sesuai dengan konteks tertentu dalam sebuah wacana. Sehingga para penerjemah harus mencari padanannya atau variasi makna yang sesuai dengan bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Dalam skripsi ini penulis menganalisa pola-pola padanan yang berbentuk frase kata benda yang terdapat dalam novel lam A'ud Abkii karya Zainab Hifni dan bagaimana makna leksikal yang dimunculkannya kemudian mencari solusi untuk mengatasi problematika tersebut. Adapun analisis problematika dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif-analitik yaitu sang peneliti menguraikan dan menggambarkan bentuk padanan pada frase kata benda dalam novel Lam A'ud Abkii. Salah satu persoalan yang dihadapi penulis dalam menerjemahkan novel tersebut adalah mencari padanan makna yang tepat untuk menerjemahkan sebuah frase Seperti dalam contoh; 'ana dzahaba ila ... Apa bila kita terjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia adalah saya mau pergi ke tempat penataan rambut. Jika kata yang bergaris bawah diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa indonesia adalah; aku tenggelam dalam tidur yang dalam. Itu adalah problem yang harus dicarikan padanannya dalam bahasa indonesia agar dapat dipahami oleh pembaca. Hasil yang dicapai dari skripsi ini adalah metodologi penerjemahan yaitu menerjemahkan dengan lafaz yang lebih khusus, umum dan menggunakan metodologi penjelasan dengan lafaz yang masih ada kaitannya. %Z PEMBIMBING: DRS. KHAIRON NAHDIYYIN, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A PUTUT AHMAD SU’ADI, NIM.01120692 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2012 %F digilib:6797 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN DAN RIFFAT HASSAN TENTANG KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6797/ %0 Thesis %9 Skripsi %A ARIEF IMAM SHOBARI, NIM. 011207 10 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2012 %F digilib:6798 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERANG SALIB PERTAMA 488-539H/1095-1144 M (DESKRIPSI EKSPANSI TENTARA SALIB DAN ESPON UMAT ISLAM) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6798/ %0 Thesis %9 Skripsi %A TONI M. - NIM. 0012 0080, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2306 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K pembaharuan pemikiran Islam, gerakan Paderi, sosio-religius, gerakan Islam modern %T KARAKTERISTIK PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM OLEH SYEKH DJAMIL DJAMBEK (1863-1947) DAN SYEKH ABDUL KARIM AMRULLAH (1879-1945) DI MINANGKABAU PADA AWAL ABAD XX %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2306/ %X ABSTRAK Munculnya pembaharuan pemikiran Islam di Minangkabau di mulai ketika kembalinya tiga orang haji (Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Pioabang) dari Mekkah membawa faham Wahabi yang terwujud dalam sebuah gerakan yang disebut gerakan Paderi. Sifat pembaharuan dari gerakan ini adalah berusaha menyeru umat Islam di Minangkabau agar kembali kepada tuntunan al-Quran dan Sunnah, sekaligus menentang dominasi kekuasaan kaum penjajah pada masa itu. Dalam perkembangannya gerakan tersebut mendapat tantangan dari kaum adat yang bekerjasama dengan kaum penjajah Belanda, sehingga setelah melakukan perjuangan pembaharuan selama rentang waktu 35 tahun (1803-1838), maka gerakan Paderi pun mengalami kehancuran dan padam di wilayah Minangkabau. Selanjutnya, setelah padamnya gerakan Paderi, pembaharuan pemikiran Islam dilanjutkan oleh beberapa tokoh putera daerah Minangkabau yang pernah mengecap pendidikan di daerah Timur Tengah,diantaranya adalah Syekh Djamil Djambek (1863-1947) dan Syekh Abdul Karim Amrullah (1879-1945). Munculnya ide pembaharuan dari kedua tokoh ini berlatarbelakang adanya kondisi sosio-religius masyarakat Minangkabau yang telah mulai menyimpang dari ajaran-ajaran Islam, seolah-olah sama seperti gejala yang ada dalam kehidupan masyarakat sebelum datangnya gerakan Paderi, contohnya seperti banyak munculnya bid’ah, tahayul, khurafat dan taklid buta, kelompok tarekat, di samping masih adanya adat istiadat yang dipakai oleh masyarakat Minangkabau yang tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam dan hal tersebut belum dicari solusinya oleh kaum adat dan agama pada masa sebelumnya. Dalam menghadapi gejala tersebut, kedua tokoh tersebut mencoba menerapkan karakteristik pembaharuan dengan berlandaskan dari pengakuan otoritas al-Quran dan Sunnah yang dipengaruhi oleh pola gerakan Islam modern yang berkembang pada masa itu. Usaha-usaha pembaharuan mereka lakukan dengan jalan berdakwah yang bertujuan memperbaiki aqidah, ibadah, serta tatanan kehidupan sosial masyarakat agar serasi dengan ajaran Islam yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Di samping itu juga, mereka mengintroduksi pola pembaharuan pendidikan Islam dan menggalang persatuan melalui organisasi sosial. Dalam perjalanannya, agenda pembaharuan yang mereka usung sering dihalangi oleh berbagai kelompok yang tidak senang atau merasa dirugikan dengan adanya pembaharuan tersebut, seperti ulama kaum tua (ulama tarekat), kaum adat serta pemerintah kolonial Belanda, sehingga benturan dan konflik sosial di tengah masyarakat pada masa itu tidak terelakkan. Meskipun pada akhirnya mereka berhasil mengadakan pembaharuan yang dibuktikan dengan berduyun-duyunnya masyarakat mengaji ke Surau Inyiak Djambek dan belajar di Madrasah Sumatera Thawalib. Sebagai sebuah kajian sejarah pemikiran yang bersifat prosopografi, maka pengkomparasian antara kedua tokoh tersebut merupakan sesuatu yang cukup menarik untuk diteliti. Hal ini disebabkan karena walaupun kedua tokoh tersebut hidup sezaman dan mempunyai ide yang sama, namun dalam pelaksanaan cara pembaharuannya di tengah kehidupan masyarakat berbeda sesuai dengan pola pikir dan karakter tokoh masing-masing, begitu pula tanggapan masyarakat terhadap apa yang dilakukan oleh mereka. Sebagai contoh, Syekh Djamil Djambek dalam melakukan agenda pembaharuannya lebih suka terjun langsung ke tengah masyarakat daripada Syekh Abdul Karim Amrullah. Adapun dalam mengkaji masalah di atas dipakai pendekatan sosio-kultural dengan memakai metode deskriptif-analitis. Pendekatan sosio-kultural dipakai karena yang akan dilihat karakteristik kedua tokoh tersebut dalam pelaksanaan pembaharuan pemikiran Islam di kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Sedangkan metode deskriptif-analitis dipilih karena dengan pemaparan yang komprehensif tentang sosok serta pemikiran kedua tokoh itu, lalu mengkomperasikannya, maka akan dapat ditarik benang merah tentang persamaan dan perbedaan karakteristik mereka dalam melakukan pembaharuan pemikiran Islam di Minangkabau. Dengan demikian, sebagai kajian ilmiah yang bersifat historis, penelitian ini bertujuan untuk menapaktilas tentang perjuangan para intelektual Islam Minangkabau dalam mendorong masyarakatnya ke arah kemajuan, khususnya dalam kehidupan sosio-religius. Dari kajian ini diharapkan lahir data dan fakta historis tentang perihal peranan intelektual Islam dalam menghadapi gejolak masyarakat dan perubahan sosial di daerah Minangkabau pada awal abad XX, di samping menambah khazanah keilmuan sejarah Islam di Indonesia. Mudah-mudahan dapat dijadikan bahan pertimbangan di masa yang akan datang, baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam lingkungan akademis. %Z PEMBIMBING: SITI MAIMUNAH, S.AG., M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A IKA YOGYANTARI - NIM. 00120164 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2411 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K ajaran komunis, separatis Uyghur, Partai Komunis Cina %T MUSLIM UYGHUR DI PROPINSI XINJIANG PADA MASA PEMERINTAH KOMUNIS CHINA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2411/ %X ABSTRAK Kehidupan umat Islam di negara penganut paham komunis terbesar di dunia setelah Rusia ini, tidaklah seleluasa saudara-saudaranya di belahan dunia lainnya. Apalagi ajaran komunis dengan tegas tidak mengenal Tuhan, menganggap agama sebagai candu, dan mengambil sikap anti agama yang keras, agama merupakan gejala kolot yang lambat laun akan ditinggalkan, apalagi Partai Komunis Cina dalam konstitusinya pada 1931 menyatakan 'kemerdekaan melawan agama'. Sejak dulu, umat Islam memang tidak selamanya memperoleh angin segar, beberapa kali Islam ditekan keras dan dimusuhi oleh pemerintah Cina, maupun kelompok-kelompok yang yang tidak menginginkan Islam berkembang di Cina dan khususnya Xinjiang. Sebagai kelompok minoritas, bangsa Uyghur kerap kali harus mengalami perlakuan diskriminatif, baik dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun dalam menjalankan ibadah sehari-hari, hal ini dikarenakan proses 'pemarjinalan' agama dalam sistem komunis yang diterapkan oleh pemerintah Cina. Bahkan pemerintah lokal Xinjiang yang didominasi etnis Han (yang memang sengaja didatangkan dari Cina kawasan Timur), berusaha melucuti ke-Islaman Uyghur lewat penerbitan berbagai dekrit, dokumen resmi, dan peraturan lainnya, yang melucuti agama dan membatasi aktifitas beragama, selain itu juga terjadi pelanggaran HAM. Selain memerangi kelompok separatis Uyghur, Cina bahkan sudah membuat daftar para pemimpin separatis itu dan menyerahkannya pada dunia internasional dengan menyebut mereka sebagai 'teroris Islam' dengan perspektifnya sendiri, yang terkait langsung dengan rezi terguling Talib di Afghanistan dan jaringan al Qaeda pimpinan Usamah bin Ladin, Atas dasar itulah umat Islam mengadakan berbagai bentuk perlawanan sebagai respon atas perlakuan, penindasan dari pemerintah, yang dirasa sangat tidak adil serta merugikan umat Islam, dan bagaimana pemerintah berusaha untuk meredam perlawanan mereka dengan brutal, dan menganggap sebagai ancaman, sehingga menimbulkan korban yang tidak sedikit, juga kerusakan hebat pada kehidupan muslim. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah (historis), yakni menguji, mendeskripsi, dan menganalisis peristiwa di masa lalu berdasarkan data yang diperoleh. Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan politik, yaitu digunakan untuk menganalisa kepentingan-kepentingan individu, bahkan kelompok dalam hubungannnya dengan ekonomi, sosial, budaya, dan politik, dimana hal tersebut memungkinkan seseorang atau golongan memperoleh kesempatan dan menunjukan bagaimana otoritasnya dalam memobilisasi pengikut, pengambilan keputusan kolektif dan munculnya konflik antar golongan. %Z PEMBIMBING: DR. M.ABDUL KARIM, MA, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A NURROFIK - NIM. 01120669 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2409 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K kebudayaan, emosi keagamaan, tahlilan, syi'iran tahlil %T SYI’IRAN TAHLIL DI DUSUN KARANGGENENG, UMBULHARJO CANGKRINGAN, SLEMAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2409/ %X ABSTRAK Apresiasi kebudayaan seringkali dihubungkan dengan cara hidup, adat istiadat suatu masyarakat yang mendukung kebudayaan tersebut, misalnya upacara tradisional pada umumnya ditimbulkan adanya keyakinan atau doktrin yang juga merupakan perwujudan dan religi.4 Semua aktivitas manusia yang berhubungan dengan religi dan didasarkan pada suatu getaran jiwa biasanya disebut emosi keagamaan (religion emotion). Emosi keagamaan mendorong manusia untuk melakukan tindakan religi. Pandangan hidup orang Jawa (kejawen) merupakan perwujudan dan kepercayaan terhadap adikodrati (Allah). Selain itu masyarakat Jawa juga menghormati nenek moyang yang sudah meninggal. Sikap ini diwujudkan dengan selalu mendo'akan orang yang sudah meninggal. Sikap hormat tersebut diungkapkan dengan melakukan ritual tahlilan. Fenomena tahlilan yang terjadi hampir di seluruh pelosok Pulau Jawa juga terjadi pada masyarakat di Dusun Karanggeneng. Mereka melakukan kegiatan tahlilan tersebut dalam berbagai hal seperti: upacara kematian, peringatan kematiaan, mendo'akan orang sakit agar lekas sembuh, pada saat hajatan warga sebagai wujud rasa syukur dan acara-acara yang berbau keagamaan. Akan tetapi secara umum tahlilan dilaksanakan apabila terjadi peristiwa kematian atau peringatan selamatan kematian. Tahlilan yang ada di Dusun Karanggeneng menggunakan syi'iran ketika dalam pembacaan lafad tahlil quot;lailaha illallah quot;. Syi'iran biasa disebut dengan syi'iran tahlil (orang Karanggenang biasa menyebutnya Singiran). Dalam pembacaan singiran dipimpin oleh seorang modin yang juga bertugas memimpin tahlilan. Syi'ir atau Syi'iran tahlil atau Singiran merupakan susunan kalimat yang disusun secara teratur dan bersajak yang ditulis dalam bahasa Jawa berisi petuah ajaran-ajaran Islam. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang difokuskan pada gejala-gejala umum yang ada dalam kehidupan manusia.Proses penelitian ini diawali dengan mengumpulkan sumber. Sumber yang digunakan adalah sumber tertulis ataupun sumber lisan. Sumber tertulis diperoleh penulis melalui interview atau wawancara dengan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, serta orang-orang yang terlibat dan mengetahui tentang syi'iran tahlil.Sumber tertulis diperoleh dengan cara mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan tema penelitian. Selain sumber lisan dan tulisan, penulis juga mengumpulkan foto, karena foto bisa menghasilkan data deskriptif dan digunakan menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya dianalisis secara induktif.Setelah data terkumpul, dipilih dan telah diuji kebenarannya maka tahap selanjutnya adalah interpretasi atau penafsiran. Data yang telah dikumpulkan kemudian diuraikan, dianalisis, dan disintesis (disatukan). Dari penelitian tersebut dapat dirangkum bahwa syi'iran tahlil terdapat nilai-nilai yang bisa dilihat, antara lain: nilai keyakinan keagamaan, nilai sosial, dan nilai budaya. Adapun fungsi dari syi'iran tahlil sebagai media pengingat bahwa manusia nantinya akan mengalami kematian. Selain itu fungsi syi'iran tahlil juga sebagai media dakwah bagi masyarakat. Terdapat pengaruh yang sangat menonjol dari syi'iran tahlil yaitu dalam peningkatan pola ibadah masyarakat, karena masyarkat meyakini bahwa dengan mengikuti tahlilan merupakan bagian dari ibadah. %Z PEMBIMBING: ALI SODIQIN, M.AG %0 Thesis %9 Skripsi %A ALPAN BASTIAN, NIM. 02121045 %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2423 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Pondok Pesantren (YYPP) al Mukhlishin, H.Zaenal Abidin MM., pendidikan %T YAYASAN YATIM PIATU PONDOK PESANTREN AL-MUKHLISHIN DI DESA CISEENG KAB. BOGOR (1983-2008) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2423/ %X ABSTRAK Pondok Pesantren (YYPP) al Mukhlishin yang terletak di desa Ciseeng Bogor, pendiri pondok pesantren ini adalah Drs.H.Zaenal Abidin MM. (biasa dipanggil Pak Abidin). Ia bukan berasal dari kalangan ulama, bahkan ia juga tidak pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren manapun. Setelah lulus sekolah setingkat SLTP di Pamanukan, Pak Abidin merantau ke Jakarta dan tinggal dengan pamannya. Di Jakarta ia bekerja sebagai juru ketik surat di salah satu gedung pemerintahan, di tempat inilah Pak Abidin bertemu dengan H.Sudharmono SH, (biasa dipanggil Pak Dhar) dan akhirnya Pak Abidin menjadi orang kepercayaan Pak Dhar. Berawal dari pekerjaan inilah pak Abidin dapat meneruskan pendidikannya setelah lulus sekolah setingkat SLTP di Pamanukan. Karena kedekatannya dengan Pak Dhar, Pak Abidin tidak butuh waktu lama untuk naik jabatan, dengan prestasi inilah Pak Abidin akhirnya dapat melanjutkan pendidikannya sampai Pergururan Tinggi. Pada tahun 1988 Pak Dhar terpilih menjadi wakil Presiden, Pak Abidin dipindahkan menjadi Kepala Biro Administrasi Pimpinan di Sekretariat Wakil Presiden. Dengan semangat yang tinggi dan dilandasi ingin meningkatkan derajat anak yatim piatu dan anak usia belajar pada umumnya, ia beserta keluarga mendirikan sebuah yayasan yatim piatu di desa Ciseeng pada tanggal 23 Desember 1983. Yayasan ini adalah cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren al Mukhlishin. Al Mukhlisin tidak menunggu lama untuk melengkapi sarana dan prasarananya. Pada tanggal 22 Desember 1985 Yayasan Yatim Piatu Pondok Pesantren al Mukhlishin sudah memiliki gedung sekolah, asrama putra putri, serta fasilitas lain dengan perlengkapan pendukungnya. Semua ini tidal lepas dari sumbangsih para dermawan yang tulus ikhlas mengorbankan sebagian hartanya untuk kemajuan pondok pesantren al Mukhlishin. Para dermawan itu diantaranya adalah H Soedharmono SH., dan para pejabat pada masa Orde Baru. Saat ini Pondok Pesantren al Mukhlishin sudah dihuni sekitar 1300 santri dari berbagai daerah. Keberhasilan Drs.H.Zaenal Abidi, MM., tidak ditunjukan di dalam pesantren saja, desa Ciseeng pun tidak luput dari perhatiannya agar lebih maju. Keadaan desa Ciseeng sangat tertinggal sebelum berdirinya pondok pesantren al Mukhlishin, aliran listrik belum terpasang, dan jalan-jalan masih banyak berlobang. Dengan berdirinya pondok pesantren al Mukhlishin Pak Abidin sering mengundang pejabat negara baik itu menteri, ketua partai maupun yang lainnya, maka jalan-jalan diperbaiki, listrik dan telpon juga mulai terpasang. Keberadaan pondok pesantren al Mukhlishin secara tidak langsung mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di desa Ciseeng. %Z PEMBIMBING: DRS. DUDUNG ABDURRAHMAN, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A SLAMET UNTORO - NIM. 02121242, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2684 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kebudayaan, upacara kelahiran anak, brokohan, sepasaran, bancaan, selapanan %T TRADISI UPACARA KHATAMAN NEPTON STUDI TENTANG PERINGATAN HARI KELAHIRAN DI DESA TREKO KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2684/ %X ABSTRAK Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Dengan kemampuan berfikir secara metaforik atau perubahan berfikir dengan tidak meninggalkan esensinya dan usaha untuk mengadaptasikan dengan lingkungan alamnya, manusia mengembangkan serta melestarikan budayanya. Dalam bingkai kebudayaan itu manusia beraktivitas untuk menghasilkan suatu karya cipta. Dengan demikian kebudayaan dapat menunjukan derajat tingkat peradaban manusia. Sebagai ciri pribadi manusia, kebudayaan mengandung norma-norma serta tatanan nilai yang perlu dimiliki, dihayati dan diamalkan oleh manusia pendukungnya. Kebudayaan yang dimiliki manusia mempunyai tujuh unsur kebudayaan yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencahariaan, religi, serta unsur kesenian. Tidak berbeda dengan masyarakat-masyarakat lain di Indonesia masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup baik karena sejarah, tradisi, budaya, maupun agama. Di Jawa upacara kelahiran anak dilakukan dengan berbagai macam tahapan yaitu: pertama, ketika anak baru lahir dilakukan upacara syukuran atas kelahiran bayi yang sering disebut dengan brokohan. Kedua, pada hari ke lima dilakukan upacara sepasaran yaitu upacara yang dilakukan untuk mengungkap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan seorang bayi dengan membagikan bancaan (membagikan makanan kepada anak kecil). Ketiga ketika bayi berusia tiga puluh lima hari sering ada upacara yang disebut dengan selapanan. Tradisi selapanan yang dilakukan masyarakat Jawa pada umumnya, tidaklah jauh berbeda dengan tradisi Khataman Nepton yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Treko, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Hal ini dikarenakan upacara tersebut sama-sama dilaksanakan ketika bayi berusia 35 hari, dan sama-sama mempunyai tujuan sebagai ungkapan rasa syukur orang tua kepada Tuhan Yang Maha Esa karena setelah menikah dikaruniai seorang anak. Khataman Nepton berasal dari dua kata yaitu Khataman dan Nepton Nepton berasal dari bahasa Jawa yaitu naptu yang berarti angka-angka pada hari, bulan, tahun menurut perhitungan Jawa. Khataman berasal dari bahasa Arab khatam berarti telah selesai. Yang dimaksud telah selesai dalam kajian ini adalah telah selesainya dibacakan surat-surat dalam al-Qur’an yang oleh masyarakat setempat dinamai dengan surat tujuh. Jadi Khataman Nepton berarti telah selesainya dibacakan surat-surat dalam al-Qur’an pada hari, bulan, tahun kelahiran anak, menurut perhitungan angka-angka Jawa Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi, J. Powel yang dikutip oleh Baker. Menurutnya akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai tradisional (luar) dalam budaya lokal, selanjutnya tradisi budaya yang berbeda itu bertemu, yang luar mempengaruhi yang dalam untuk menuju satu keseimbangan meski terkadang menimbulkan konflik. %Z PEMBIMBING: DRA. SORAYA ADNANI, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A AGUS ATIQ MURTADLO - NIM. 04121794, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3291 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K upacara Sedekah Laut, akulturasi Islam dan budaya lokal %T AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DALAM TRADISI UPACARA SEDEKAH LAUT DI PANTAI TELUK PENYU KABUPATEN CILACAP %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3291/ %X Agama Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk melakukan kegiatan-kegiatan ritualistik seperti sholat, puasa, haji dan lain-lain. Begitu juga dalam kepercayaan masyarakat Jawa terdapat kegiatan-kegiatan ritualistik seperti selamatan yang terwujud dalam sebuah upacara-upacara tertentu. Pada dasarnya sebuah upacara itu dilaksanakan dalam rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Hal ini seperti yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap di Pantai Teluk Penyu, setiap tahun sekali mereka melakukan upacara Sedekah Laut dengan harapan mereka terbebas dari pengaruh buruk dari kekuatan gaib dan senantiasa mendapatkan keselamatan. Seiring dengan perkembangan agama Islam di Cilacap upacara Sedekah Laut mengalami akulturasi antara Islam dan budaya lokal yang ada dan hidup sampai sekarang. Sesuai uraian di atas, maka penelitian ini terfokus pada akulturasi Islam dan budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut yang ada di Cilacap. Dengan demikian, untuk memudahkan dalam penelitian tersebut penulis membagi dalam beberapa rumusan masalah yaitu: bagaimana proses akulturasi Islam dan budaya lokal dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut, bagaimana nilai-nilai Islam yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut, dan bagaimana respon masyarakat terhadap akulturasi Islam dan budaya lokal dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut tersebut. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori akulturasi yang dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing kedalam budaya lokal tradisional. Keduanya saling bertemu, yang luar mempengaruhi yang telah mapan untuk menuju suatu keseimbangan. Kemudian untuk meneliti suatu proses akulturasi penulis juga menggunakan teori tiga kolomnya Malinowski yaitu bagaimana cara atau metode yang dilakukan oleh pihak luar dalam memasukan unsur budaya asing ke dalam kebudayaan lokal, menjelaskan tentang jalannya proses akulturasi dalam suatu kebudayaan, dan menjelaskan bagaimana respon masyrakat terhadap akulturasi tersebut. Dari penelitian tersebut dapat dapat diketahui beberapa hal yaitu proses akulturasi Islam dan budaya lokal dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut Yang Berawal dari dakwah oleh Haji Hasan Masnawi dengan terlibat langsung dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut serta dukungan penuh dari bupati Cilacap. Sebagian besar masyarakat menerima adanya proses akulturasi ini, karena pada masa ini sebenarnya masyarakat Cilacap sudah banyak yang beragama Islam. Kedua nilai-nilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah Laut ada tiga nilai aqidah seperti adanya pembacaan kalimat syahadat, nilai ibadah seperti adanya pembacaan do'a selamat, dan nilai akhlak seperti kebersamaan dalam menjaga kebersihan. Dan yang ketiga bagaimana respon masyarakat terhadap akulturasi Islam dan budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut Bagi masyarakat yang beragama Islam kuat merespon dengan baik, dengan harapan dalam pelaksanaan upacara Sedekah Laut tidak terdapat pelanggaran terhadap agama Islam. Bagi masyarakat yang beragama Islam lemah merespon secara negatif, karena mereka menginginkan keutuhan dan kemurnian pelaksanaan upacara Sedekah Laut. Sedangkan bagi masyarakat non-Islam merespon secara positif saja, karena sebenarnya mereka juga tidak setuju dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada para pembaca mengetahui proses akulturasi Islam dan budaya lokal dalam upacara Sedekah Laut, nilai-nilai Islam yang terkandung dalam upacara Sedekah Laut, dan bagaimana respon masyarakat terhadap akulturasi tersebut. Dari penelitian ini juga semoga bisa menambah koleksi kepustakaan Islam mengenai upacara tradisional di kabupaten Cilacap. %Z Pembimbing: DR. Imam Muhsin, M.ag %0 Thesis %9 Skripsi %A ABDUL HARIS - NIM. 02121078, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3288 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K ideologi Islam, politik, K.H. Muhammad Isa Anshary %T K.H. MUHAMMAD ISA ANSHARY PERJUANGAN DAN PEMIKIRANNYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3288/ %X K.H. Muhammad Isa Anshary, kiprahnya dalam perjuangan Islam di Indonesia cukup mendapat perhatian dikalangan akademisi. Perjuangannya demi tegaknya ideologi Islam tak pernah berhenti hingga akhir hayatnya. Sampai dia punya semboyan Dengan al-Qur'an dan Sunnah, kita berjuang dalam lapangan politik untuk memenangkan ideologi Islam. Maka tak heran bila ia berusaha keras untuk menancapkan asas al-Qura'an dan Sunnah dalam pergumulan politik di Indonesia, bersama Persatuan Islam sebagai wadah dalam perjuangannya hingga ia menjadi ketua umum Pesatuan Islam. Karir keorganisasian begitu banyak ia jalani. Di masa kolonial Belanda, K.H M. Isa Anshary dikenal sebagai kader Partai Sarekat Islam Indonesia cabang Maninjau, kader Partai Indonesia cabang Bandung, ketua Persatuan Muslimin cabang Bandung, pimpinan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia Bandung, anggota pimpinan Indonesia Berparlemen, sekretaris umum Komite Pembela Indonesia. Sementara di zaman pendudukan Jepang, Isa Anshary pernah menjabat di beberapa ormas pergerakan, antara lain pimpinan Angkatan Muda Indonesia (Persiapan Kemerdekaan), anggota pimpinan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), ketua umum Partai Masyumi Jawa Barat, anggota Konstituante, dan penasihat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Dalam literatur sejarah K.H. Muhammad Isa Anshary diposisikan sebagai tokoh Islam radikal, fundamentalis, dan militan. Ia dinilai sering melontarkan pernyataan-pernyataan keras namun tetap berpegang teguh pada agama. Pentingnya nilai-nilai agama untuk mengawal dan menjadi spirit pembangunan, perjuangan, dan perjalanan bangsa, menjadi perhatian serius KH Muhammad Isa Anshary. Sepanjang kiprahnya dalam pergerakan Islam maupun politik, hal itu dilakukannya dengan pencerahan-pencerahan dan sosialisasi gagasan sekitar keagamaan dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas kegigihan dalam perjuangan dan jasa-jasanya kepada negara, ia dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Utama oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah Indonesia tahun 2006. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam judul skripsi ini dengan menitikberatkan pada perjuangan dan pemikirannya. Penelitian ini adalah penelitian historis (Historical Research) yang bertujuan merekonstruksi masa lampau secara sistematis, koprehensif dan sedekat mungkin objektif. Jika dilihat dari segi analisisnya, penelitian ini berifat kualitatif. Dilihat dari segi sumber-sumber atau objek yang diteliti, penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan tertulis seperti buku, majalah, artikel dan sebagainya seputar perjuangan dan pemikiran K.H. Muhammad Isa Anshary. %Z PEMBIMBING: Drs.H.Jahdan Ibnu Humam Saleh, M.S %0 Thesis %9 Skripsi %A MANIS TRIANINGSIH - NIM. 01120680, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2660 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Pura Pakualaman, arsitektur, deskriptif-kronologis, perubahan sosial %T ARSITEKTUR PURA PAKUALAMAN YOGYAKARTA ( KAJIAN DISKRIPTIF-KRONOLOGIS)gis) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2660/ %X ABSTRAK Pura Pakualaman merupakan sebuah kerajaan pecahan dari Kasultanan Yogyakarta, yang dahulu merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Mataram. Pura Pakualaman berdiri pada masa penjajahan Inggris, Pangeran Natakusuma dinobatkan sebagai Pangeran Merdiko dengan sebutan Sri Paku Alam I. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pura Pakualaman dan mengungkapkan perkembangan arsitektur Pura Pakualaman sejak berdirinya sampai sekarang. Objek penelitian ini adalah arsitektur Pura Pakualaman Yogyakarta (kajian deskriptif-kronologis). Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang mendeskripsikan dan menganalisa peristiwa-peristiwa masa lampau. Penelitian ini mengunakan teori perubahan sosial yaitu perubahan keadaan yang berarti (penting) dalam unsur-unsur masyarakat yang berbeda dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perubahan yang terjadi di Pura Pakualaman dapat dilihat dari bentuk bangunan yang banyak diwarnai oleh budaya Jawa, Islam, maupun Eropa. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah yang bersifat arkeologis (histori-arkeologis), karena arkeologi mempelajari benda-benda masa lalu yang dapat membantu sejarah yang juga mempelajari peristiwa masa lalu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pura Pakualaman Yogyakarta mengalami perkembangan yang semula bentuk bangunannya hanya sederhana, kemudian terjadi perubahan yang bentuk bangunannya terpengaruh dengan budaya luar. %Z PEMBIMBING: RISWINARNO, SS., MM %0 Thesis %9 Skripsi %A AKHMAD ALWI - NIM. 03121498, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3287 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Operasi Janur Kuning, perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Kemerdekaan Republik Indonesia %T PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM PERJUANGAN AWAL KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (1945-1949) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3287/ %X Awal kemerdekaan Republik Indonesia ditandai dengan pembacaan Proklamasi oleh Soekarno di lapangan Banteng Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini disambut baik oleh segenap masyarakat Indonesia di seantero Nusantara. Begitu juga Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX, ketika mendengar tentang kemerdekaan Indonesia dia langsung mengirim surat kawat (telegram) kepada Soekarno yang memberikan selamat atas kemerdekaan Indonesia dan mendukung sepenuhnya lahirnya Republik Indonesia. Telegram ini merupakan suatu pertanda penyatuan dua negara, antara negara Kesultanan Yogyakarta dan negara Republik Indonesia. Kemudian Sri Sultan HB IX mengeluarkan amanat pada tanggal 5 September 1945, yang intinya Kesultanan Yogyakarta melebur dalam satu kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1949, ada sebuah peristiwa yang dinamakan Operasi Janur Kuning (sekarang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949). Dinamakan demikian karena operasi yang dipimpin oleh Soeharto memakai janur kuning sebagai tanda, operasi itu terpusat di kota Yogyakarta untuk mengusir pemerintahan Belanda. Pada peristiwa itu peran Sri Sultan HB IX sangat penting karena dia merelakan keratonnya sebagai tempat persembunyian tentara Republik Indonesia ketika mereka dikejar-kejar oleh Belanda. Kedua kisah di atas adalah gambaran perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai seorang raja dan seorang republiken. Pertanyaan yang muncul adalah : Mengapa Sultan HB IX repot-repot mendukung Republik Indonesia dengan menggabungkan Kesultanan Yogyakarta ke dalam pemerintahan Republik Indonesia? Kepentingannya apa dan apa yang akan didapatkannya? Apa yang mendasarinya? Padahal pemerintahan Belanda menjanjikannya sebagai raja seluruh pulau Jawa. Inilah yang membuat saya berniat mengangkat judul di atas sebagai skripsi saya, semoga abstrak ini mendapat tindak lanjut sehingga di masa yang akan datang bisa dijadikan salah satu referensi sejarah. %Z Pembimbing: Drs. H.Maman Abdul Malik SY, MS %0 Thesis %9 Skripsi %A ANDRIA TRI ETMAJA, NIM. 01120694 %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2508 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Yerusalem, Bukit Moriah, Masjidil Aqsha, Isra'Mi'raj, Arab Palestina, gerakan fedayen %T ARTI PENTING KOTA YERUSALEM BAGI UMAT ISLAM (SEJARAH PERJUANGAN UMAT MUSLIM PALESTINA UNTUK MEMBEBASKAN KOTA YERUSALEM 1099-1999) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2508/ %X Kota Yerusalem merupakan kota suci bagi umat Islam, Kristen dan Yahudi. Tidak berlebihan bila kota Yerusalem mendapat julukan kota Tuhan, sebab hampir seluruh bangsa di muka bumi ini berkiblat ke sana. Dengan demikian semua merasa memiliki kota Yerusalem, baik umat Islam, Kristen dan Yahudi, sehingga gerak kegiatan keagamaan dari tiga agama besar dunia dapat saling hidup bedampingan biarpun perang tetap berjalan di wilayah itu. Yerusalem merupakan kota suci umat Islam, sebab di sana ada tempat di kawasan old city yang bernama Bukit Moriah atau Haram Es-Sharief. Di bukit Moriah ada dua masjid besar, yaitu Dome of the Rock atau Kubah Batu Karang dan Masjidil Aqsha. Masjidil Aqsha juga merupakan tempat suci ketiga sesudah Makkah dan Madinah di Saudi Arabia. Pada masa permulaan Islam, yang menjadi kiblat shalat ialah Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, juga menjadi kiblat bagi orang Yahudi. Baitul Maqdis adalah salah satu tempat yang bersejarah bagi kaum muslimin di penjuru dunia. Arti penting kota Yerusalem bagi umat Islam terutama terkait dengan keberadaan tempat suci agama Islam, yaitu Masjidil Aqsha. Di Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad SAW menunaikan shalat ketika beliau melakukan Isra’ Mi’raj. Bangsa Yahudi atau Israel ingin menguasai sepenuhnya sebagai pemilik tunggal tanah suci Yerusalem, mereka menganggap bahwa mereka adalah satu-satunya pemilik tanah leluhur dan tempat kelahiran sejumlah Nabi. Orang-orang Yahudi yang mayoritas dan penguasa Israel banyak melakukan perbuatan-perbuatan yang semena-mena terhadap penduduk Arab Palestina yang semula berdiam di Yerusalem kemudian diusir oleh Israel tanpa ganti rugi serta diperlakukan dengan semena-mena, maka tidak heran jika sampai dewasa ini kota Yerusalem sering terjadi pergolakan. Perlawanan rakyat Palestina yang dipelopori oleh pejuang Palestina dalam gerakan fedayen yang terkenal antara lain : al-Fatah, al-Saiqoh dan PFLP yang kemudian membentuk organisasi palestina (PLO). Pada tahun 1969, PLO dengan pimpinannya Yasser Arafat mulai bangkit bejuang untuk merebut kembali Yerusalem dari cengkraman Israel dengan jalan diplomasi dengan dibantu negara-negara Islam yang tegabung dalam OKI. %Z PEMBIMBING: ZUHROTUL LATIFAH, S.AG., M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A SRI LESTARI - NIM. 04121902, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2692 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Keraton Yogyakarta, abdi dalem, Nayaka Reh Jero, Nayaka Reh Jaba %T KEHIDUPAN PARA ABDI DALEM DI KASULTANAN YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2692/ %X ABSTRAK Keraton Yogyakarta merupakan suatu tempat yang mempunyai makna filosofis, religius dan budaya. Kasultanan Yogyakarta merupakan kelanjutan dari Dinasti Mataram Islam setelah adanya Perjanjian Giyanti pada 1755. Setelah perjuangan gigih Kanjeng Pangeran Haryo Mangkubumi selama hampir delapan tahun yang terutama ditujukan kepada pemerintah Kompeni Belanda. Sebulan setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani, maka diresmikanlah berdirinya Kasultanan Yogyakarta dan selama satu tahun maka pembangunan keraton dapat selesai pada tahun 1756 masehi. Dalam menjalankan pemerintahannya, Kasultanan Yogyakarta antara lain dibantu para abdi dalem. Abdi dalem adalah status yang diberikan bagi para pegawai keraton yang mendapatkan tugas dari raja atau Sultan. Abdi dalem berdasarkan kedudukan dan pangkatnya dibedakan atas abdi dalem yang berpangkat luhur dan abdi dalem yang berpangkat rendah. Abdi dalem luhur ini adalah mereka yang berpangkat wêdana keatas sampai patih. Sedangkan mereka yang berpangkat jajar, bekel, sampai lurah digolongkan abdi dalem yang berpangkat rendah. Disamping itu, pemerintahan Kasultanan Yogyakarta dibantu oleh Nayaka Reh Jero dan Nayaka Reh Jaba. Nayaka Reh Jero terdiri 4 Kanayakan ialah Kanayakan Kaparak Kiwo dan Kaparak Tengen yang keduanya bertugas mengurus yayasan, pekerjaan umum dan pesuruh Sri Sultan. Sedangkan dua buah Kanayakan yang lain ialah Kanayakan Gedhong Kiwo dan Kanayakan Gedhong Tengen yang keduanya mengurusi hasil bumi dan keuangan keratin. Selain itu Sultan Dibantu oleh Tepas-tepas yang bertugas mengurusi abdi dalem. Pengangkatan abdi dalem keraton ditangani oleh Tepas Kawêdanan Magang yang merupakan sub bagian Parentah Hageng Keraton. Abdi dalem dapat mengajukan anak, cucu dan kemenakannya sebagai calon abdi dalem di Kasultanan Yogyakarta. Pangkat yang diperoleh bagi seseorang yang ingin menjadi abdi dalem terlebih dahulu harus menjadi pegawai yang disebut magang sebelum mendapatkan pangkat Jajar. Jajar adalah pangkat terendah bagi abdi dalem. Fokus penelitian ini adalah kehidupan para abdi dalem di Kasultanan Yogyakarta yang bekerja menjadi pegawai keraton bukan hanya untuk mendapatkan gaji atau pepethan tetapi lebih kepada pencarian ketentraman dan kebahagiaan hati dengan mengabdi kepada Sultan atau raja dan perilaku kehidupan para abdi dalem baik keagamaan, sosial maupun keberadaan mereka di keraton. Problem pokok penelitian ini adalah mengapa para abdi dalem masih tetap memiliki loyalitas pengabdian yang tinggi terhadap keraton. Faktor apa saja yang menjadi pendukung loyalitas mereka. Selanjutnya akan ditelusuri melalui perumusan masalah: Bagaimana kehidupan keagamaan dan kehidupan sosial para abdi dalem tersebut. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan metode sampling model snowball. Dalam metode ini data yang diperoleh tidak hanya dari informan yang berasal dari abdi dalem, tetapi dapat juga diperoleh dari sumber lain seperti dari para Tepas yang mengurusi para abdi dalem. %Z PEMBIMBING: H. MUNDZIRIN YUSUF, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A ZAINAB - NIM. 01120405, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2929 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tradisi Perang Ketupat, acara adat desa, Tempilang Bangka %T TRADISI PERANG KETUPAT DI DESA TEMPILANG KABUPATEN BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2929/ %X Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan masyarakat nusantara mengalami akulturasi dengan berbagai kultur yang ada oleh karena itu corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang bermacam-macam. Setiap masyarakat nusantara memiliki memiliki kebudayaan yang berbeda. Tradisi merupakan proses situasi kemasyarakatan yang didalamnya unsur-unsur dari warisan kebudayaan dan dipaindahkan dari generasi kegenerasi. Tradisi Perang Ketupat merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan pada tnggal 15 atau minggu ketiga di bulan Sya’ban. Tujuan diadakannya tradisi ini adalah untuk meminta keselamatan agar kehidupan mereka 1 tahun ke depan terhindar dari marabahaya yang akan menimpa masyarakat Desa Tempilang ,yang acaranya perang-perangan dengan menggunakan ketupat. Perang Ketupat ini merupakan acara adat desa yang didalamnya akan dilalui beberapa prosesi kegiatan diantaranya yaitu menghanyutkan perahu. Adapun asal mula tradisi perayaan tradisi ini adalah pada zaman dahulu, di Desa Tempilang banyak anak gadis yang diambil dan dimakan siluman buaya. Kondisi Desa Tempilang pada saat itu sangat mencekam dan sebagian masyarakat merasa ketakutan. Untuk mengatasi masalah tersebut lalu beberapa dukun berinisiatif untuk mengadakan ritual secara bersama –sama untuk mencegah terjadinya musibah yang lebih besar lagi. Dalam perkembangan selanjutnya ritual tersebut oleh masyarakat Desa Tempilang yang dinamakan tradisi Perang Ketupat. Didesa Tempilang Bangka merupakan daerah yang kaya adat istiadat atau tradisi. Tradisi tersebut sangat berkaitan sekali dengan tipologi masyarakatnya yang religius,sehingga kebanyakan tradisi ini berkaitan dengan peringatan hari-hari besar atau hari-hari raya umat Islam. Menurut pemahaman peneliti, apa yang telah diuraikan diatas mengenai tradisi Perang Ketupat sangat menarik bagi penulis untuk meneliti lebih lanjut hal tersebut dikarenakan tradisi tersebut selain telah mengakar dan membudaya dikalangan masyarakat Tempilang, juga disebabkan sarana yang digunakan dalam acara tersebut adalah sebuah ketupat yang identik dengan budaya umat Islam sebagai makanan di hari raya. Hal tersebut yang menimbulkan pertanyaan mengapa ketupat yang harus digunakan sebagai sarana pada upacara tersebut. Dari hipotesa peneliti hal tersebut dilakukan karena ajaran Islam yang telah mengakar pada penduduk Tempilang, sehingga menyebabkan upacara tradisi Perang Ketupat yang awalnya sebagai upacara untuk mengusir siluman buaya, namun seiring dengan perkembangan ajaran Islam budaya tersebut dicampuri dengan hal yang berbau Islam %Z PEMBIMBING: DRA. SORAYA ADNANI, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A EKA QAANITAATIN - NIM. 04121746, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2897 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Upacara perkawinan, adat istiadat, Kampung Naga Ds Neglasari Kab. Tasikmalaya %T UPACARA PERKAWINAN DALAM MASYARAKAT KAMPUNG NAGA, DESA NEGLASARI, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2897/ %X Secara administratif Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Luas tanah Kampung Naga kurang lebih 1,5 hektar, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali. Masyarakat Naga tidak menutup untuk menerima budaya dari luar, selama budaya itu tidak merusak budaya yang ada di Kampung Naga. Penduduk Kampung Naga semuanya beragama Islam, akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Upacara perkawinan yang digelar masyarakat Kampung Naga menjadi salah satu kegiatan yang banyak mengandung ritual. Perkawinan adalah peristiwa yang sangat penting, karena menyangkut tata nilai kehidupan manusia. Oleh sebab itu perkawinan merupakan tugas suci (sakral) bagi manusia untuk mengembangkan keturunan yang baik dan berguna bagi masyarakat luas. Hal ini tersirat dalam tata cara upacara perkawinan. Semua kegiatan, termasuk segala perlengkapan upacara adat merupakan simbol yang mempunyai makna bagi pelaku upacara. Disamping itu pelaku memohon kepada Tuhan agar semua permohonan dapat dikabulkan. Problem penelitian disini adalah mengapa masyarakat Naga yang semuanya beragama Islam, tetapi dalam setiap upacaranya selalu menggunakan berbagai bentuk sesaji. Secara normatif, Islam mengajarkan bahwa hanya kepada Tuhanlah orang menyandarkan kebutuhannya, tidak melalui sesaji. Manusia bisa mengajukan permohonan secara langsung kepada Tuhan. Upacara perkawinan masyarakat Naga diselenggarakan dengan cara sederhana atau bisa dikatakan tertutup bagi masyarakat luar Kampung Naga. Upacara perkawinan di Kampung Naga ada beberapa tahapan, yaitu, pra perkawinan, perkawinan dan sesudah perkawinan. Pra perkawinan, dilakukan sebelum aqad nikah, seperti melamar, seserahan, dan ngeuyeuk seureh.Pelaksanaan perkawinan, seperti aqad nikah dan sungkem. Sesudah perkawinan, dilakukan setelah aqad nikah, seperti upacara sawer, nincak endog (telur), buka pintu, ngariung, dan munjungan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan tokoh masyarakat seperti kuncen. Tujuan dari penelitian ini yaitu, peneliti ingin mengkaji upacara perkawinan yang diselenggarakan oleh masyarakat Kampung Naga sebagai ekspresi budaya Islam. Rumusan masalah yang akan memandu penelitian ini adalah bagaimana prosesi pelaksanaan upacara perkawinan yang terjadi di Kampung Naga? Apa makna yang terkandung dalam simbol-simbol upacara perkawinan? Mengapa masyarakat Kampung Naga masih mempertahankan tradisi ritual adat? %Z PEMBIMBING: DRA. SORAYA ADNANI, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR KHOMARIYAH - NIM. 04121956, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2824 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Upacara Rebo Pungkasan, bulan Sapar, Wonokromo Kec. Pleret, Bantul %T TRADISI REBO PUNGKASAN, DI DESA WONOKROMO, KECAMATAN PLERET, KABUPATEN BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2824/ %X Di sebelah Selatan kota Yogyakarta, terdapat desa yang bernama Wonokromo. Asal kata Wonokromo berasal dari kata Wono yang artinya hutan, sedangkan kata Kromo berarti kawin. Menurut cerita masyarakat setempat bahwa asal mula desa Wonokromo, ketika Kiai Fakih menjadi pathok negoro, dia diberi tanah perdikan di Selatan desa Ketonggo yang masih berupa hutan. Hutan tersebut terkenal dengan hutan Alas Awar-awar. Setelah hutan itu dibuka dibangunlah sebuah masjid, yang kemudian atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono I masjid itu diberi nama Anna Karoma yang berarti benar-banar mulya. Dari nama inilah kemudian berubah dan lebih dikenal dengan nama Wonokromo. Upacara Rebo Pungkasan adalah upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat di desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten bantul. Upacara ini dikatakan sebagai Rebo Pungkasan, karena dilaksanakan pada hari terakhir pada bulan Sapar. Kata Sapar berasal dari bahasa Arab yaitu Safar, yang merupakan bulan kedua dalam tahun Islam. Sesuai dengan lidah Jawa kemudian berubah menjadi Sapar. Rebo Pungkasan sudah ada sejak tahun 1784. pelaksanaan upacara tersebut bertujuan sebagai ungkapan rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan untuk mengenang jasa Mbah Kiai Welit atau Kiai Fakih Usman, berkat jasanya wilayah Wonokromo telah terhindar dari wabah penyakit. Dia dianggap orang yang mempunyai kelebihan ilmu dalam bidang agama dan bidang ketabiban. Kiai Welit bisa menyembuhkan penyakit dengan cara disuwuk yaitu dibacakan ayat-ayat suci Al-quran pada segelas air kemudian diberikan pada pasiennya. etenaran dia didengar oleh Sultan Hamengku Buwono I, kemudian Kiai welit dipanggil agar memprakekkan ilmunya. Setelah Kiai Welit meninggal dunia masyarakat beranggapan bahwa mandi dipertemuan Sungai Opak dan Sungai Gajag Wong mendapatkan berkah. Dahulu ditempuran ini setiap Rebo Pungkasan dibulan Sapar yaitu pada malam selasa dipakai tempat penyeberangan orang-orang yang akan menuju ke Gunung Permoni yang terletak di Desa Karangwuni Tri Mulyo. Pada saat menyeberang mereka melontarkan kata-kata kotor. Pada tahun 1990 Tradisi Rebo Pungkasan sudah terkoordinir oleh panitia. Sebelum prosesi upacara dimulai, diawali dengan pembacaan doa. Puncak acaranya adalah kirab lemper raksasa yang diarak dari Masjid Wonokromo menuju balai desa, dengan di ikuti oleh pasukan berkuda, prajurit Kraton Yogyakarta. Selanjutnya dibelakangnya di ikuti beberapa kelompok kesenian seperti sholawatan, kubrosiswo, dan rodat. Setelah sampai di balai desa lemper tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada para pengunjung. Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Radcliffe-Brown. Dalam teori ini menyatakan bahwa budaya bukanlah sebagai pemuas kebutuhan individu melainkan untuk kebutuha kelompok. Untuk mempermudah dalam pencarian data, peneliti menggunakan metode fiel research (penelitian lapangan) dan interview (wawancara), sedangkan library research sebagai metode pendukung. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi, perubahan dan perkembangan dalam pelaksaan Tradisi Rebo Pungkasan. %Z PEMBIMBING: DR. IMAM MUHSIN, M.AG %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUL HIDAYAH - NIM. 04121745, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2676 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K tradisi, daur hidup manusia, Tradisi Nyadran %T TRADISI NYADRAN DI DUSUN POKOH, DESA NGIJO, KECAMATAN TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2676/ %X ABSTRAK Secara administratif Dusun Pokoh berada di wilayah Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar. Letak Dusun Pokoh sangat strategis, karena daerahnya dekat dengan pusat pemerintahan. Sekitar 1 km sebelah selatan Dusun Pokoh terdapat kantor Kabupaten Karanganyar, 1,2 km sebelah barat Dusun Pokoh terdapat kantor kelurahan Desa Ngijo, kantor Tecamatan Tasikmadu dan pasar kecamatan, sedangkan 200 nm sebelah timur terdapat rumah sakit umum daerah. Karena tempatnya yang strategis, maka lahan Dusun Pokoh sebagian digunakan sebagai lokasi perumahan. Selain itu juga digunakan sebagai lahan pertanian. Pada umumnya para petani Dusun Pokoh menanami lahannya dengan tanaman padi yang dipanen 3 kali dalam setahun. Masyarakat tersebut mudah menerima budaya luar yang masuk tanpa merubah dan meninggalkan budaya yang sudah ada. Sebagian besar masyarakat Dusun Pokoh beragama Islam dan masih memegang kuat tradisi-tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang khususnya tradisi-tradisi yang berkaitan dengan daur hidup manusia, seperti kelahiran, pernikahan dan kematian. Tradisi Nyadran adalah salah satu tradisi yang masih melekat pada masyarakat Dusun Pokoh. Tradisi tersebut dilaksanakan ketika ada masyarakat yang akan melangsungkan pernikahan. Tujuan tradisi Nyadran adalah meminta doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada nenek moyang supaya semua urusan dilancarkan saat melangsungkan upacara pernikahan. Tradisi ini dilaksanakan dibeberapa tempat yaitu: di Makam leluhur, Punden Mbah Dipoijoyo dan dilaksanakan di rumah penduduk yang memiliki hajatan. Sebagian besar masyarakat Dusun Pokoh melaksanakan tradisi Nyadran, masyarakat pendukung tradisi takut, kalau tidak melaksanakan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tradisi Nyadran dilaksanakan pada hari kamis yang mendekati hari upacara pernikahan. Masalah penelitian tersebut adalah mengapa Dusun Pokoh yang sebagian besar beragama Islam dan menjalankan ajaran agama, tetapi masih melaksanakan tradisi Nyadran dengan menggunakan berbagai macam sesaji dan mengadakan di tempat-tempat khusus yang dianggap keramat. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang terkait dengan tradisi Nyadran, seperti mbah modin, orang-orang yang bertugas menyiapkan perlengkapan tradisi nyadran dan orang-orang pendukung tradisi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tradisi Nyadran yang diselenggarakan di Dusun Pokoh. Rumusan masalah yang akan memandu penelitian ini adalah bagaimana prosesi ritual tradisi Nyadran? Apa makna simbol-simbol yang digunakan dalam sesaji? Kenapa tradisi Nyadran tetap lestari? Dan apa fungsi tradisi Nyadran tersebut? %Z PEMBIMBING: DRA. HIMAYATUL ITTIHADIYAH, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A UMAR FARUQ - NIM. 04121751, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3696 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Badan Silaturrahmi Ulama Madura, industrialisasi Madura %T BASRA DAN RENCANA INDUSTRIALISASI DI MADURA (KAJIAN HISTORIS PERAN POLITIK KIAI 1991-1997) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3696/ %X Ulama yang tergabung dalam BASRA (Badan Silaturrahmi Ulama Madura) tentu saja mengucapkan quot;Ahlan wa Sahlan quot; dikala Jembatan Suramadu diresmikan pada 10 Juni 2009 lalu dan proses industrialisasi bermanfaat bagi warga Madura di masa depan. Mengingat betapa vital dan urgennya proyek ini bagi pembangunan ekonomi Indonesia, mudah dipahami bila Jembatan Suramadu yang menelan biaya Rp 4,5 trilyun sangat didambakan kehadirannya oleh banyak pihak, khususnya warga Madura. Namun, dinamika perjalanan politik BASRA dalam menyikapi Jembatan Suramdu dan arus industrialisasi di Madura cukup kritis. BASRA menilai bahwa industrialisasi dikhawatirkan akan merusak nilai sosio-kultural yang selama ini menjaga harmoni masyarakat Madura, yang juga akan disulap menjadi sebuah kawasan indutri dengan berbagai aneka ragam fasilitasnya. Dengan demikian, sebagian besar ulama Madura amp;#8212;pada awalnya amp;#8212;khususnya yang tergabung dalam BASRA dengan tegas menolak atas dasar pertimbangan bahwa secara kultur, budaya, sumber daya manusia (SDM), dan mental masyarakat Madura belum siap menghadapi arus industrialisasi, sehingga mengakibatkan orang Madura tak memiliki apa-apa, kecuali kemampuan untuk menjadi hamba bagi industrialisasi itu sendiri. Warga Madura tak ingin mengalami nasib seperti sebagian (saudara kita) orang Betawi yang terpinggirkan di tanah warisan nenek moyangnya. Kalaupun ada yang tertinggal, hanya merupakan suaka budaya yang hanya pantas disajikan untuk turis. Itu artinya, kiamatnya budaya dan nilai-nilai agama Islam Madura sangatlah tergantung pada daya tahan orang Madura itu sendiri. Dari pemaparan ini, bisa disimak adanya tanda-tanda, Madura sedang berproses dalam perubahan, dan budaya serta nilai-nilai agama Madura sedang berada di persimpangan jalan. Barangkali, dibutuhkan upaya-upaya yang lebih mengarah dan ilmiah agar tak menggelinding seenaknya. Oleh karena itu, berangkat dari permasalahan tersebut, penulis dalam skripsi ini merasa perlu untuk mencoba melihat lebih jauh seputar dinamika politik BASRA dalam perspektif sejarah. Hal ini dimaksudkan dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran dalam membangun kehidupan warga Madura yang lebih dinamis, demokratis dan berwawasan ke-Maduraan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan data-data yang diperlukan berdasarkan pada literatur-literatur primer dan skunder. Serta studi lapangan (field research), dengan menggunakan tekhnik dokumentasi, wawancara, dan observasi berupa pengamatan secara langsung terhadap para aktivis BASRA itu sendiri. Sementara literatur primer berupa karya-karya yang terkait dengan BASRA dan Madura baik dalam bentuk buku, jurnal, maupun artikel, dan sumber pendukung berupa buku buku, literatur, dokumen, majalah dan sumber kepustakaan lainnya yang ditulis oleh para pemerhati Madura khususnya yang terkait dengan permasalahan. Sementara sifat penelitian ini adalah berupa deskriptifanalitis, yakni berusaha mencari pemecahan melalui analisa yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kiprah BASRA cukup mencuat dan begitu mewarnai pencaturan pemikiran di Madura terutama dalam menyikapi Jembatan Suramadu dan industrialisasi Madura. Artinya, BASRA labih menekankan pada upaya quot;Membangun Madura, bukan Membangun di Madura quot; yang lebih sejahtera, agamis dan berwawasan keadilan. erdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis merekomendasikan bahwa kehadiran BARSA sebagai pengawal dan penjaga kultur di tengah-tengah warga Madura cukup efektif demi tegaknya nilai-nilai sosio-kultural dan agama meskipun Madura disulap menjadi kawasan industri dan menuju kota metropolis. %Z Pembimbing: Drs. H.Maman A Malik Sy., MS %0 Thesis %9 Skripsi %A SOBARI - NIM. 04121955, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3691 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Turki Ustmani, kebijakan pemerintahan Sultan Salim I %T KEBIJAKAN PEMERINTAHAN SULTAN SALIM I (918-926 H/1512-1520 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3691/ %X Sultan Salim I menduduki Singgasana pemerintahan Turki Ustmani pada tahun 918 H. Sejak awal pemerintahannya, Sultan Salim I cenderung untuk menyingkirkan lawan politiknya walaupun mereka berasal dari saudara-saudaranya atau anak-anaknya. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat menyukai sastra dan sejarah. Walaupun dikenal keras hati, namun dia masih senang untuk berteman dengan orang-orang alim. Dia selalu membawa para ahli sejarah dan para penyair ke medan perang dengan tujuan, agar semua peristiwa yang terjadi di medan perang bisa diabadikan dalam bait-bait syair dan sejarah. Para penyair diharapkan untuk menyenandungkan sajak-sajak yang mengisahkan kegemilangan masa lalu. Sultan Salim I telah melakukan perubahan secara mendasar dalam kebijakan pemerintahan Ustmani dalam masalah jihad. Dia menghentikan semua gerakan jihad tentara Turki Ustmani ke Barat Eropa atau minimal hampir saja dia menyetop seluruh gerakan itu. Sebaliknya dia mengarahkan tentaranya ke wilayah Timur yang nota bene adalah negara-negara Islam. Perubahan ini dilakukan oleh Sultan Salim I akibat faktor-faktor berikut: Pertama; Perasaan puas dalam ekspansi militer Turki Ustmani di Eropa. Kedua; Bergeraknya pasukan Turki Ustmani ke wilayah Timur adalah dalam rangka menyelamatkan dunia Islam secara umum dan wilayah-wilayah kaum muslimin secara khusus, khususnya da i ancaman kaum Salibis baru yang datang dari Spanyol melalui Laut Tengah, Orang Portugis di lautan India, laut Arab dan laut Merah. Ketiga; Kebijakan pemerintah S amp;#1613;yafawiyah di Iran dan adanya usaha untuk meyebarkan madzhab Syiah di Irak dan Asia Kecil. Inilah yang mendorong pemerintah Turki Ustmani untuk keluar ke wilayah Arab Timur dengan tujuan untuk melindungi Asia Kecil secara khusus dan dunia Islam Sunni secara umum. Sesungguhnya kebijakan pemerintahan Turki Ustmani di masa Sultan Salim I berusaha untuk menghancurkan pemerintahan Syafawiyah dan kemudian merangkul wilayah-wilayah Mamluk ke dalam kekuasaannya, melindungi tanah suci, melakukan pengejaran terhadap armada Portugis, berusaha untuk menghancurkan Spanyol dan pada saat yang bersamaan adanya usaha pemerintah Turki Ustmani untuk melanjutkan gerakan jihadnya ke Eropa. Rumusan permasalahannya adalah bagaimana kondisi pemerintahan Turki Ustmani secara umum menjelang pemerintahan Sultan Salim I ? Bagaimana Biografi Sultan Salim I ? apa dan bagaimana kebijakan pemerintahan Sultan Salim I beserta dampak yang ditimbulkannya? Metode yang digunakan adalah metode historis, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian ditelaah secara gamblang agar menghasilkan suatu kesimpulan sesuai dengan fakta. Temuan penelitian ini diharapkan menjadi bahan rujukan kajian tentang Turki Ustmani khususnya masa pemerintahan Sultan Salim I. Kajian ini dapat memberikan ilustrasi bagi gerakan-gerakan Islam yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat. Pola dan strategi perjuangan Sultan Salim I dapat menjadi alternatif bagi pola dan bentuk perjuangan umat Islam ke depan. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Siti Maryam, M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A FERI ARIYANTO - NIM. 02121074, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3704 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kegiatan intra kampus, Mahasiswa Pecinta Alam Sunan Kalijaga %T MAPALASKA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 1981-2006 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3704/ %X Kegiatan intra kampus di Perguruan Tinggi sangat penting, karena kegiatan intra kampus bisa menambah pengetahuan mahasiswa dan dapat mengembangkan potensi dan prestasi yang ada pada mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan di luar akademik seperti berprestasi dalam olah raga panjat, pencak silat, dan lain sebagainya. Kegiatan intra kampus merupakan kebutuhan bagi mahasiswa, karena jiwa muda mahasiswa yang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Disamping itu keberadaan Kegiatan Intra Kampus dapat mengembangkan hubungan sosial bersama teman-teman kampus dan masyarakat umum.Salah satu organisasi yang ada di UIN Sunan Kalijaga adalah Mahasiswa Pecinta Alam Sunan Kalijaga (MAPALASKA). Organisasi ini mempunyai kegiatan dalam bidang kealaman. Tujuan organisasi ini agar mahasiswa Pecinta Alam memiliki komunitas sehingga dapat saling berbagi pengalaman, ilmu dan dapat menjalin tali silaturrahmi antar komunitas pecinta alam. Mapalaska berdiri pada tanggal 27 Februari 1981 M., alasan berdirinya organisasi pecinta alam ini adalah mencoba mengamalkan ajaran al-Qur'an surat al-Baqarah 30, selain juga sebagai wadah untuk mengembangkan minat dan bakat mengenai dunia kepecintaalaman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang menghasilkan bentuk dan rangkaian peristiwa manusia pada masa lalu secara kritis untuk menghasilkan sintesa. Pendekatan yang digunakan adalah sosiohistoris yakni memahami suatu peristiwa dengan melihat keterkaitan waktu, tempat dan budaya itu terjadi. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme yang diperkenalkan oleh Talcott Parsons, bahwa masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri atas bagian yang saling berkaitan, yang dalam teori ini diumpamakan organ tubuh yang memiliki keterkaitan. Aktivitas internal dan eksternal Mapalaska adalah aktivitas yang dilakukan oleh anggota bersama pihak lain, dan aktivitas ini mempunyai peran terhadap anggota, kampus, dan masyarakat umum yang salah satu perannya adalah memberikan pengetahuan tentang lingkungan dan skill. Dan diharapkan pengetahuan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi anggota, kampus UIN Sunan Kalijaga, dan masyarakat umum. %Z Pembimbing: Herawati, S.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A SURIYATUN - NIM. 04121895, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3700 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Indonesia, pendudukan Jepang, Pemberontakan Peta di Blitar %T PEMBERONTAKAN PETA DI BLITAR (1942-1945) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3700/ %X Tahun 1942 pasukan Jepang mendarat di Pulau Jawa, Pemberontakan Belanda tidak ada artinya. Di setiap medan tempur mereka terpukul mundur, lalu tibalah saat menyedihkan bagi pemerintahan Hindia Belanda. Saat itu tanggal 8 Maret pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Surat penyerahan ditandatangani oleh Letnan Jendral Terpoorten di lapangan Utara Kalijati, Jawa Barat. Sejak itu berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia dan merupakan awal pendudukan Jepang di Pulau Jawa Awal kedatangan Jepang di Indonesia disambut dengan penuh antusias penduduk Indonesia termasuk Blitar. Kedatangan Jepang ini semakin disenangi karena Jepang sudah membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Bahkan bangsa Indonesia boleh mengibarkan bendera Merah Putih. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan. Kebaikan Jepang hanya berlangsung sebentar. Jepang memang tidak bermaksud untuk memerdekakan Indonesia. Kemudian Jepang mulai memperlihatkan tindakan-tindakan yang terang-terangan dalam bentuk menjajah sewenang-wenang dan mengeruk kekayaan Indonesia serta memaksa penduduk bekerja paksa (romusha) untuk kepentingan Jepang, yang menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan dimana-mana. Rakyat mulai timbul rasa benci yang semakin lama semakin besar. Rakyat tidak sanggup lagi menahan penderitaan, lama kelamaan rakyat menjadi berani. Mereka bertekat untuk melawan Jepang. Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadilah Pemberontakan Peta di Blitar yang paling menggoncangkan pemerintah militer Jepang, karena pelakunya justru prajurit binaan Jepang. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Supriyadi, karena mempunyai benih-benih, baik yang berasal dari dalam kehidupan Daidan (Komandan Batalyon/Mayor) Blitar itu sendiri maupun keadaan masyarakat yang cukup menderita, akibat penjajahan Jepang yang selalu merugikan rakyat Indonesia. Adapun rumusan masalah yang dibahas adalah: apa yang melatarbelakangi Pemberontakan Peta di Blitar, dan bagaimana bentuk Pemberontakan Peta di Blitar yang di bawah pimpinan Supriyadi, serta bagaimana pengaruh perjuangan Pemberontakan Peta dalam mewujudkan Indonesia merdeka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yaitu prosedur penelitian yang ingin mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis dokumen-dokumen tertulis dan peninggalan masa lampau, kemudian direkonstruksikan secara imajinatif melalui proses historiografi. Tahapan yang harus dilalui, meliputi: Heuristik atau pengumpulan data, Verifikasi atau pengujian sumber, Interpretasi, Kemudian Historiografi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan behavioral yaitu pendekatan yang tidak hanya tertuju pada kejadiannya saja, tetapi tertuju pada pelaku sejarah dan situasi riil/benar. Berdasarkan penelitian yang berjudul quot;Pemberontakan Peta di Blitar (1942-1945 M) quot;, maka dapat disimpulkan bahwa Pemberontakan tersebut adalah Pemberontakan pertama yang mampu menggoyahkan pemerintakan Jepang, meskipun Pemberontakan Peta di Blitar tidak berhasil tapi mampu mempengaruhi daerah-daerah lain untuk melawan pemerintahan Jepang dari pendudukan Indonesia. Di samping itu pemberontakan tersebut juga dapat mempengaruhi proses kemerdekaan bangsa Indonesia dikemudiaan hari, salah satunya terbentuknya BPUPKI %Z Pembimbing: Siti Maimunah, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A M. SYATRIA AMKA - NIM. 04121728, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3492 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah, Turki Utsmani, Muhammad al-Fatih %T KEPEMIMPINAN MUHAMMAD AL-FATIH PADA MASA PEMERINTAHAN TURKI UTSMANI (1451-1481 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3492/ %X ABSTRAK Penelitian ini bermaksud mendikripsikan tentang kepemimpinan Muhammad al-Fatih pada masa pemerintahan . Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan data-data dari beberapa sumber seperti buku-buku, kamus, ensiklopedi dan beberapa sumber lainnya untuk mendapat konsepsi yang jelas, tepat dan sistematis mengenai kepemimpinan Muhammad al-Fatih pada masa pemerintahan Turki Utsmani. Penelitian ini menggunakan teori politik. Di dalam politik ada beberapa unsur yang senatiasa ada, yaitu kepemimpinan, otoritas, ideologi dan organisasi. Dengan teori ini diharapkan mampu menjelaskan secara jelas tentang kepemimpinan Muhammad al-Fatih pada masa pemerintahan Turki Utsmani apa saja dan bagaimana Muhammad al-Fatih menjalankan pemerintahannya. Muhammad al-Fatih, lahir di Edirne pada bulan April tahun 1429 M. Muhammad al-Fatih merupakan putra dari sultan Murad II, ibunya bernama Huma Hatun, putri dari Abdullah dari Hum kata Huma berarti anak perempuran dari Hum. menduduki tahta kerajaan Turki Ustmani menggantikan ayahnya pada tahun 1451 M dan meninggal dunia di Takpur Cayiri, pada tanggal 3 Mei 1481 M. Disebutkan di berbagai sumber bahwa Muhammad al-Fatih menguasai lima bahasa dan sangat menguasai seni perdamaian dan perang. Muhammad al-Fatih merupakan sultan ketujuh dalam silsilah kerajaan Turki Utsmani. Muhammad al-Fatih digelari dengan al-Fatih, yang berarti sang pembuka karena keberhasilannya dalam penaklukkan kota Konstantinopel. Kota Konstantinopel sebagai negara yang begitu kuat terletak di wilayah kekuasaan Bizantyum. Usaha untuk membebaskan wilayah ini terus dilakukan mulai dari masa Umayyah, Abbasiyah, sampai pada masa kekuasaan Turki Utsmani. Penaklukan itu pun dapat dilaksanakan pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H/ 29 Mei 1453 M, jam 1 pagi, hari Selasa, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir sambil menyerang kota. Penduduk Konstantinopel telah berada pada puncak ketakutannya pagi itu. Mujahidin yang sudah bertekad untuk berperang di jalan Allah, begitu berani menyerbu tentara salib di kota itu. Pada akhirnya Kota Konstantinopel dapat ditaklukkan oleh Sultan Muhammad al-Fatih bersama bala tentaranya. Dalam menjalankan pemerintahanya, Sultan Muhammad al-Fatih mengeluarkan beberapa kebijakan, di antaranya kebijakan di bidang politik pemerintahan, kebijakan di bidang militer, kebijakan di bidang keagamaan dan kebijakan di bidang pendidikan dan seni. Kebijakan ini Sultan terapkan untuk menciptakan pemerintahan Turki Utsmani yang efektif, aman dan sejahtera. %Z Pembimbing: Dr. H. Mundzirin Yusuf M.Si, %0 Thesis %9 Skripsi %A RIRIS FITRIATIN NASIHAH - NIM. 04121774, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3461 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kesenian Tari Lengger, ritual, kesenian tradisonal %T KESENIAN TARI LENGGER DI DESA GIYANTI KECAMATAN SELAMERTA KABUPATEN WONOSOBO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3461/ %X ABSTRAK Kabupaten Wonosobo merupakan wilayah yang ada di Jawa Tengah. Wonosobo merupakan wilayah pegunungan yang mempuyai berbagai macam seni budaya, salah satunya adalah Kesenian Tari Lengger. Tari Lengger ini adalah tarian yang digemari oleh masyarakat setempat, dipentaskan pada saat pesta rakyat pada siang hari sehingga masyarakat lupa waktu dalam kegiatan.Setelah agama Islam masuk ketanah Jawa yang dibawa oleh Sunan Kalijaga dan ketika Sunan Kalijaga melihat tariaan tersebut, beliau tertarik dan ingin belajar. Kemudian mengubah supaya masyarakat tidak terlarut dalam kesenian itu saja. Dengan demikian tarian ini disebut Tari Lengger yang berasal dari kata elingo ngger. Yang artinya ingatlah nak. Lengger tersebut bermakna petuah atau nasehat agar kita selalu ingat kepada Tuhan yang Maha Esa, untuk berbuat baik kepada sesama orang. Kesenian Tari Lengger dirintis di Desa Giyanti oleh tokoh kesenian tradisional dari Desa Kecis Kecamatan Selamerta Kabupaten Wonosobo oleh Bapak Gondowinangun pada tahun 1910. Kemudian pada tahun 60-an tarian ini dikembangkan oleh Almarhum Ki Hadi Soewarno. Tari Lengger terlihat atrativ dibanding gaya Solo atau Jogja yang halus bahkan cenderung seperti gaya Jawa Timuran, karena versi ceritanya berasal dari kerajan Kediri. Tari Lengger biasanya dipentaskan dibarengi dengan tari kuda kepang, diiringi gamelan Jawa dan nyanyian yang diyanyikan oleh seorang sinden. Dalam kesenian Tari Lengger ada hal yang sangat unik, yaitu sebelum tarinan dimulai dilakukan ritual pemberian sesaji di tempat yang akan dijadikan tempat pertunjukan, dan pada saat pertunjukan ada penari yang kesurupan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme Malinowski. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah makna dan fungsi kesenian Tari Lengger. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian budaya dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa pertanyaan atau keterangan bukan berupa angka, yaitu ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari pelaku (subjek). Tahap pengumpulan data meliputi: wawancara, observasi, analisis data, dan laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi budaya yaitu proses pengumpulan data dan mencatat bahan-bahan guna mengetahui keadaan masyatakat yang bersangkutan. Peneliti mengambil kesenian Tari Lengger dikarenakan, Tari Lengger merupakan kesenian tradisonal yang digemari masyarakat Giyanti, namun kebanyakan dari mereka belum memahami makna yang terkandung dalam kesenian Tari Lengger, mereka hanya mengetahui bahwa kesenian Tari Lengger berfungsi sebagai hiburan. Untuk mendapatkan gambaran yang luas, peneliti mengajukan pertanyaan yang salah satunya adalah apa makna yang terkandung dalam kesenian Tari Lengger. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A M. MISBAHUDDIN - NIM. 05120007, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3586 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K budaya konflik, akar konflik, hegemoni kekuasaan %T KONFLIK ANTARA KERAJAAN ISLAM DI PESISIR VERSUS KERAJAAN ISLAM DI PEDALAMAN 1620-1636 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3586/ %X ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh minimnya kajian atau diskusi yang membicarakan sejarah lahirnya di Indonesia antara Kerajaan Islam di pesisir vis-a-vis kerajaan Islam di pedalaman tempo dulu dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan di tlatah tanah Jawa. Dalam sejarah Indonesia pra modern, khususnya sejarah Jawa seringkali mengungkapkan bahwa antara Islam pesisir dengan pedalaman pernah terjadi konfrontasi yang hebat. Namun, jarang sekali para sejarawan mengulas secara panjang lebar mengenai bagaimana konflik tersebut terjadi. Dalam skripsi ini, penulis berusaha meneliti akar konflik di Indonesia antara Islam pesisir vis-a-vis pedalaman tempo dulu dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan di tlatah tanah Jawa, khususnya ketika Jawa berada dalam kekuasaan Kerajaan Mataram. Untuk menelitinya, penulis menggunakan pendekatan sosiologi politik. Ralf Dahrendorf, memberikan penjelasan mengenai hakikat kehidupan bersama, menurutnya bahwa pada hakikatnya masyarakat terbagi dalam kubu-kubu yang saling berlawanan. Dualisme ini yang termasuk sruktur dan hakekat dalam kehidupan bersama, sehingga menimbulkan kepentingan yang berbeda-beda dan mungkin saling berlawanan. Pada gilirannya defferensiasi dapat melahirkan kelompok-kelompok yang berbenturan. Dengan demikian, muncul sebuah reaksi yang diberikan oleh salah satu pihak yang bertikai. Untuk melihat fenomena tersebut, penulis mencoba menggabungkan teori konflik yang dikembangkan oleh Ralf Dahrendorf dengan teori the Challenge and Response yang dikembangkan oleh Arnold Josep Toynbee (1889-1975). Dalam melengkapi analisis dan usaha memberikan penjelasan yang jelas mengenai jalannya suatu peristiwa konflik tersebut, penulis mencoba merangkaikan teori-teori tersebut dengan teori agresivitas yang dikembangkan oleh Robert Baron. Dalam sejarahnya, wilayah pesisir khususnya pesisir timur (Surabaya dan Giri) identik dengan arus perdagangannya, bahkan wilayah ini tidak dapat dilepaskan dari proses islamisasi di tanah Jawa. Melalui jalur wilayah ini, Islam menyebar luas hingga pelosok pedalaman. Wilayah ini mulai menampakkan pengaruh kekuasaannya semenjak berdirinya kerajaan Islam pertama di Jawa, Kerajaan Demak. Namun, ketika pusat kekuasaan kembali beralih lagi dari pesisir ke wilayah pedalaman, wilayah-wilayah pesisir seperti, Surabaya, Tuban, Giri berusaha untuk mempertahankan eksistensi kerajaan-kerajaan mereka. Perlawanan ini disebabkan karena penguasa Mataram saat itu, Panembahan Senopati, berusaha menganeksasi wilayah pesisir, khususnya pesisir timur. Usaha ekspansi wilayah ke wilayah pesisir ini puncaknya terjadi pada masa Sultan Agung (1613-1646), dimana wilayah pesisir khususnya bagian timur (Surabaya dan Gresik) yang merupakan benteng pertahanan terakhir bagi kerajaan-kerajaan pesisir berusaha melawan kehendak Sultan Agung. Terlebih tatkala itu, Sultan Agung mulai mempopulerkan konsep politiknya yaitu doktrin keagungbinataraan dalam mempertahankan kekuasaannya di tlatah tanah Jawa. Oleh karenanya, sengaja atau tidak sengaja sejak saat itu mulai terjadi konflik berkepanjangan antara Islam pesisir versus pedalaman %Z Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A IMAM IKHYA'UDIN, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3427 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Syi'ah, imamah (kepemimpinan), pemikiran Ali Syari'ati %T KONSEP IMAMAH MENURUT ALI SYARI'ATI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3427/ %X ABSTRAK Syi'ah hadir sebagai suatu kenyataan sejarah yang penting dalam Islam. Syi'ah muncul sejak masa-masa awal Islam lahir yang hingga sekarang menjadi salah satu faham yang masih ada dan terus berkembang. Pada kenyataanya orang orang Syi'ah menganggap Syi'ah sebagai Islam itu sendiri. Syi'ah bukanlah suatu gerakan yang menghancurkan kesatuan Islam, tetapi ia menambah kekayaan bentangan sejarah dan penyebaran pesan Al-Qur'an, meskipun eksklusif, di dalamnya mengandung bentuk-bentuk kesatuan yang mengikat semua aspek Islam. Salah satu tokoh yang cukup berpengaruh dalam pemikiran keagamaan di kalangan Syi'ah adalah Ali Syari'ati. Ia merupakan salah seorang pemikir yang berusaha memahami Islam dari sudut pandang sosiologis, tidak hanya dari sudut pandang normatif. Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari doktrin Syi'ah, adalah masalah imamah (kepemimpinan), yang merupakan masalah sensitif dan menjadi perdebatan panjang dalam sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yang berusaha menguraikan pemikiran Ali Syari'ati tentang masalah imamah (kepemimpinan) dengan menggunakan metode penelitian sejarah, yang meliputi beberapa tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan terakhir historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Syari'ati, Islam bukanlah agama yang hanya memperhatikan aspek spiritual dan moral atau hanya sekadar hubungan antara hamba dengan Sang Khaliq (Hablu min Allah), tetapi lebih dari itu, Islam adalah sebuah ideologi emansipasi dan pembebasan. Ia berkeyakinan bahwa Islam sebagai suatu mazhab sosiologi ilmiah harus difungsikan sebagai kekuatan revolusioner unrtuk membebaskan rakyat tertindas, baik secara kultural maupun politik. Imamah adalah kepemimpinan progresif dan revolusioner yang bertentangan dengan rezim-rezim politik lainnya guna membimbing manusia serta membangun masyarakat di atas fondasi yang benar dan kuat, yang bakal mengarahkan menuju kesadaran, pertumbuhan, dan kemandirian dalam mengambil keputusan. imamah merupakan manifestasi dari risalah kepemimpinan dan bimbingan individu dan masyarakat dari apa yang kini ada (das sein) menuju apa yang seharusnya ada (das sollen) semaksimal yang bisa dilakukan, bukan berdasarkan pada keinginan pribadi seorang imam, melainkan atas dasar konsep yang baku yang menjadi kewajiban bagi imam lebih dari individu lainnya. Imam bukanlah supra-manusia tetapi manusia biasa yang memiliki banyak kelebihan di atas manusia lain atau manusia super yang selaras dengan tuntutan manusia akan moral bagi kehidupan individu maupun masyarakat, serta selaras dengan kebutuhan intelektual dan psikologis. Imam adalah suatu hak yang bersifat esensial yang bersumber dari diri imam itu sendiri, dan bukan dari faktor eksternal, semisal pengangkatan atau pemilihan. %Z Pembimbing: Syamsul Arifin, SAg.,MAg. %0 Thesis %9 Skripsi %A SYAFI'I NIM: 05360065, %B Fakultas Syari'ah %D 2010 %F digilib:3450 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sayyid khutib, Jihad %T 'KONSEP JIHAD (STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN MUHAMMAD RASYID RIDHA DAN SAYYID QUTHB) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3450/ %X ABSTRAK Salah satu persoalan serius yang harus segera dijawab umat Islam saat ini adalah menunjukan seberapa relevan konsep Islam sebagai agama rahmat bisa dijadikan alat sekaligus solusi atas berbagai persoalan sosial kemanusiaan kontemporer; kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan menghadapi perubahan-perubahan global. Pasalnya konsep Islam sebgai rahmatan lil alamin yang bergema sejak 15 abad yang lalu, hingga kini tak henti-hentinya dipertanyakan berbagai pihak, mengingat realitas yang berkembang justru menunjukan umat Islam berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Pada prinsipnya, syari'at itu kini dihadapkan pada dua tampilan yang saling berbeda yang seolah-olah bertolak belakang satu sama lain. Di satu pihak, kata jihad menjadi ruh perjuangan yang siapapun melakukannya akan memperoleh maqam kemulyaan di sisi Tuhan (al-dunya wa al-ukhra). Akan tetapi, di pihak lain, istilah jihad diasumsikan sebagai warning, ancaman, sekaligus tanda bencana bagi mereka yang secara kebetulan non muslim. Karya ilmiah (skripsi) mengkomparasikan dua cara pandang umat Islam (mainstream) dalam memaknai makna jihad itu sendiri, yang jikalau dilihat ke arah sumber rujukan (maraji) utama, itu dianggap berawal dari manhaj yang dielaborasi dan dikembangkan oleh Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar dan Sayyid Quthb dalam Tafsir fiZilalil-Quran-nya. Dalam kitab pertama (Tafsir al- Manar) lebih menekankan dan merepresantasikan paham jihad moderat yang ditumbuhkembangkan kelompok modernis, sedangkan kitab terakhir (Tafsir Fi Zilalil-QuR'an) menjadi pendapat yang dipegangi (qaul al-mu'tamad) kaum fundamentalis dalam mengartikulasikan 'paham jihad'-nya. Dan pokok masalah yang diajukan di sini adalah, Bagaimanakah pandangan pemikiran Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang konsep jihad? Skripsi ini dielaborasi dengan teori atau metode deskriptif analisis di mana metode ini bertujuan untuk memperoleh ilustrasi yang jelas berkaitan dengan konsep jihad yang diasumsikan telah terjadi 'penyempitan' makna dengan komparasi antara pandangan Islam modernis yang terwakili pada figur Rasyid Ridha dan Islam fundamentalis yang terrepresentasi pada sosok Sayyid Quthb, kemudian kedua mainsterm tersebut dianalisis dari data yang diperoleh. Setelah melakukan research tersebut, natijah (capaian) yang dihasilkan adalah suatu khulasoh (kesimpulan) yang cukup bisa merepresentasikan gambaran umum tentang komparasi kedua arus yaitu Rasyid Ridha cenderung berpandangan lebih inklusif (terbuka) dan moderat tawassut, cenderung ke arah jalan tengah dalam memaknai jihad itu sendiri. Sementara Sayyid Quthb di pihak lain cenderung berpandangan eksklusif (tertutup) dan ekstrem dalam memahami dan mendefinisikan hal yang sama. Sehingga temuan dalam pemaparan ini mengafirmasi tesis, bahwa Muhammad Rasyid Ridha adalah seorang pemikir Islam modernis, dan Sayyid Quthb seorang pemikir Islam fundamentalis pada eranya. %Z Pembimbing : 1. Drs.H. A MALIK MADANY. M.A 2. FATHURROHMAN. S.Ag. M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A MMIFTAKHUS SURUR - NIM. 02121008, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3448 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K epistemologis, Muhammad Arkoun, kritik nalar Islam %T PANDANGAN MODERN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ARKOUN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3448/ %X ABSTRAK Pada zaman modern, Islam berada pada ujian yang sangat berat, dimana pada sistem pengetahuan masyarakat mengalami kebekuan dalam memahami Islam, khususnya permasalahan epistemologis. Nilai luhur dan moral yang terkandung dalam al-Qur'an dan sunnah nabi Muhammad hanya menjadi sebuah gambaran atau simbol-simbol yang tidak aplikatif di dalam masyarakat sosial budaya, sehingga Islam kurang mampu menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan manusia dan kebutuhan manusia modern. Lemahnya tradisi ilmiah umat Islam dalam menjembatani permasalahan-permasalahan sosial umat Islam di abad pertengahan memberikan pengaruh pada para pemikir Islam setelahnya guna menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Salah satunya adalah Muhammad Arkoun yang berpendapat bahwa permasalahan tersebut dikarenakan kurang kritisnya umat Islam terhadap ajaran-ajaran Islam dan nilai-nilai modern. Dengan kata lain, bahwa kemunduran umat Islam yang terjadi disebabkan pemikiran umat Islam yang tertutup dari berbagai pengetahuan-pengetahuan modern. Penelitian menggunakan pendekatan biografi, pendekatan ini mengarah pada usaha untuk mengungkap kenyataan hidup dari obyek yang sedang diteliti. Selain menggunakan pendekatan biografi, penelitian ini juga menggunakan metode penelitian sejarah yang bertujuan merekonstruksi kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif. Adapun langkah-langkah metode tersebut adalah heuristik, verifikasi, interpretasi dan histeriografi. Melihat dari problematika pemikiran tersebut, Muhammad Arkoun menawarkan konsep yang bertujuan untuk mengembangkan strategi epistemologi baru dalam memahami ajaran Islam. Kritik nalar Islam bagi Muhammad Arkoun merupakan pemikiran dan interpretasi terhadap landasan teologi Islam yang akan membentuk kesadaran serta perilaku umat Islam. Adapun konsep ktitik nalar Islam yang ditawarkan adalah Islamologi terapan dan metodologi membaca al-Qur'an. Islamologi terapan merupakan praktek ilmiah pluridisipliner dan bertujuan membebaskan pemikiran Islam dari mitologi-mitologi yang menyesatkan dan dari kebekuan pikiran, sedangkan metodologi membaca al-Qur'an merupakan cara penafsiran terhadap al-Qur'an dalam memahami arti teks dan menemukan makna yang mengandung pesan-pesan universal dan substansial dalam setiap ayat-ayat al-Qur'an. %Z Pembimbing: Syamsul Arifin. M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Mahfud Ihsanudin, NIM: 04121837 %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:6799 %I Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %T PEMIKIRAN POLITIK HASAN AL-BANNA DAN PENGARUHNYA TERHADAP MESIR TAHUN 1928 - 1949 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6799/ %X Kedatangan Napoleon Bonaparte ke Mesir Juli 1798 menjadi satu peristiwa penting yang menandai terbitnya zaman baru dalam berbagai bidang, yang sepenuhnya berbeda dengan masa lalu. Dengan alasan untuk menghukum para penguasa Mamluk yang menurutnya sebagai Muslim yang tidak baik, akan tetapi tujuan utamanya adalah, ia ingin menguasai dunia, dengan tawaran-tawarannya yang seolah-olah ingin menyelamatkan negeri tersebut. Sambil membawa perlengkapan lain, Napoleon juga membawa mesin cetak berbahasa Arab yang ia rampas dari Vatikan, kemudian ia membawanya ke Kairo. Kedatangan Napoleon ke Mesir ini merupakan babak baru perubahan yang ada di Mesir, pengaruh Barat mulai masuk dan berpengaruh di berbagai aspek kehidupan. Begitu juga dengan permainan politik yang ada di negeri itu. Mesir modern mengalami pergulatan sosial dan politik yang panjang, masa ini terjadi sekitar tahun1920-an setelah Revolusi 1919. Mesir berkali-kali mengalami pergantian rezim kekuasaan, hingga saatnya Ingris masuk dan mendirikan pemerintahan boneka yang berupa struktur kerajaan, sebagai sarana eksploitasi sumber daya alam Mesir untuk kepentingan kapitalis. Mesir merupakan bagaian dari wilayah kehkalifahan Utsmani, Mesir mempertahankan identitas politik dan karakternya sendiri. Di bawah kepentingan Muhammad Ali Pasha ( 1805-1849) Mesir mengalami sekulerisasi secara struktural, yaitu pemisahan secara tegas antara struktur keagamaan dan negara. Penguasa Mesir itu membuat keputusan yang memisahkan agama dan negara dengan menyerang aktivitas politik dari para ulama'. Kelahirian Hasan al-Banna pada tahun 1906 bertepatan dengan semakin rapuhnya khilâfah Islam Turki Utsmani, khilâfah Islâmiyah terakhir yang menandai berahirnya kekhalifahan Islam. Ia tumbuh sebagai pemuda seperti halnya pemuda saat itu, sekolah, organisasi, juga mengaji, bahkan ia juga menjadi guru di sebuah sekolahan di Isma'iliyah, Mesir. Ayahnya seorang ulama’ yang juga berpropesi sebagai seorang reparasi jam. Penjajahan Barat atas dunia Islam membawa dampak terhadap menjamurnya paham sekulerisme di negeri-negeri muslim. Demikian pula halnya dengan para ilmuan dan cendikiawan yang selalu dicekoki pemikiran sekulerisme dari Barat tersebut, mereka yang sukarela menjadi kaki tangan penjajah untuk menjajakan pemikiran mereka, mereka mengatakan agama adalah urusan pribadi, siapa yang ingin maju maka tinggalkanlah simbol-simbol keagamaan. Sementara itu di kalangan gerakan Islam, berkembang pemikiran yang persial, seperti halnya yang terjadi pada Jamâ’ah al-Anshâr as-Sunnah yang lebih mengedepankan sisi aqidah, Jam'îyyah as-Syar'iyah gerakan ini lebih fokus pada masalah ibadah, Hizbut at-Tahrîr yang lebih banyak memperhatikan masalah politik, dan masih banyak lagi gerakan-gerakan Islam lainnya yang hanya fokus pada suatu kegiatan saja. Hasan al-Banna tidak mau %0 Thesis %9 Skripsi %A LA RUDI - NIM. 02121001, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3493 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K pendidikan, Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid %T PONDOK PESANTREN MODERN AL-SYAIKH ABDUL WAHID KOTA BAU-BAU 1993-2006 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3493/ %X ABSTRAK Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang hampir-hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam khususnya Indonesia. Sejarah pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah pertumbuhan masyarakat Islam. Dari sekian banyak Pesantren yang ada di Indonesia salah satunya yang terletak di Kota Bau-Bau Kecamatan Wolio Kelurahan Bataraguru yang telah banyak memberikan kontribusi keagamaan kepada masyarakat sekitarnya dan masyarakat lainnya pada umumnya Kehadiran Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid ini di Kota Bau-Bau cenderung baru, yang menyebarkan dan mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan. Kehadirannya tak lepas dari konteks 'masyarakat islami' yang tingkat pemahaman keagamaan masyarakatnya fleksibel artinya menerima dari luar selagi itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Di samping, keberadaannya sebagai kelanjutan dari proses pemeliharaan, pengembangan, penyiaran dan pelestarian Islam seperti apa yang diperjuangkan oleh generasi-generasi terdahulu juga sebagai wujud dari kebangkitan (symbol progressive) dari masyarakat Islam yang menghendaki perubahan dalam tatanan nilai agama, dari segi kemasyarakatan ia menjalankan pemeliharaan dan pendidikan mental. Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid didirikan oleh ulama-ulama dan tokoh-tokoh agama di Kota Bau-Bau pelaku utamanya yaitu H. Sabirin dirintis pada tahun 1989 dan resmi menerima santri pada tanggal 19 Juni 1993. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid dan menjelaskan tiga tahapan perkembangan pondok ini dari: (1). Masa kepemimpinan Ustadz Ismail, (2).KH. Muhammad Syaharuddin Saleh. MA, (3). KH. Abdul Rasyid Sabirin Lc. MA. mendiskripsikan lebih jauh aktifitas Pondok Pesantren Modern Al-Syaikh Abdul Wahid dari tahun 1993-2006 terhadap kehidupan masyarakat, juga penelitian ini bertujuan untuk mengangkat budaya lokal sebagai bagian dari fondasi penguat menuju masyarakat yang seimbang, nilai-nilai yang ada terus dipertahankan dan dikembangkan dari waktu ke waktu. Metode yang digunakan metode historis yang merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis tentang masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Adapun pendekatan yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan sosiologi untuk memudahkan rekonstruksi masa lampau, menginterpretasikan peristiwa sejarah yang tidak terlepas dari aspek sosial. %Z Pembimbing: Zuhrotul Latifah, S.Ag. M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD IRSYAD FURQONI - NIM. 04121918, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3452 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K modernisasi, religi, group musik rebana Panji kinasih %T REBANA PANJI KINASIH DI DESA KUTO ANYAR KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3452/ %X ABSTRAK Institusi kekuasaan dan kebudayaan yang sarat dengan nilai-nilai luhur yang menjadi panutan masyarakat, kini semakin terkikis modernisasi. Pengaruh modernisasi mengakibatkan terjadinya pergeseran dalam memaknai nilai-nilai luhur yang menjadi potensi di suatu daerah. Bahkan bisa menenggelamkan kearifan lokal yang telah di lahirkan oleh leluhur kita. Seiring lahirnya berbagai media yang hadir di nusantara, modernisasi sudah tidak menjadi wacana yang hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui, bahkan menjadi keniscayaan sejarah, di mana ruang dan waktu tidak lagi menjadi batas untuk menyebarkan nilai-nilai. Seperti halnya dengan kesenian, karena kesenian sebagai salah satu bentuk dari kebudayaan yang juga memiliki kemampuan untuk melakukan proses adaptasi dan interaksi dengan nilai-nilai modernisme. Di daerah Temanggung, Kecamatan Kedu tepatnya di Desa Kuto Anyar, lahir sebuah komunitas pemuda yang mempunyai kebiasaan nongkrong di pinggir jalan, mabuk-mabukan sambil bermain gitar. Kemudian mereka mengakhiri kebiasaan buruk mereka dengan membentuk kelompok barjanji pada sekitar tahun 1990. Setelah beberapa lama berjalan, kegiatan komunitas ini bertambah membuat group musik religi (rebana) bernama Panji Kinasih, yaitu tanggal 11 Syawal 1413 yang bertepatan dengan tanggal 4 April 1993. Nama Panji Kinasih sendiri diambil dari dua kata, yaitu Panji berarti sebuah lambang kebesaran dan Kinasih sendiri berarti dikasihi/welas asih, Rebana adalah sejenis gendang yang satu muka yang digunakan untuk mengiringi tarian dan nyanyian rakyat bernuansa keindahan (estetika). Peneliti mengambil group Rebana Panji kinasih, karena bisa dibilang group ini sebagai embrio lahirnya group-group rebana di sekitar Temanggung, dan keberadaannya juga menambah warna di blantika musik rebana. Selain itu adanya group ini memberi peranan di berbagai kegiatan keagamaan di Kuto Anyar sendiri dan beberapa wilayah Temanggung dan sekitarnya pada umumnya. Dampak lain dari keberadaan group ini yaitu munculnya nilai-nilai agama, sosial dan budaya. Dan juga ada unsur dakwah, ibadah dan memberikan hiburan ke masyarakat tentunya. Selain itu ada juga dampak ekonomi dengan keberadaan rebana ini. Peneliti mengunakan pendekatan Sosio-Historis, yaitu penelitian untuk mendeskripsikan dalam bingkai latar belakang, keadaan masyarakat dan sejarah keberadaanya. Peneliti menggunakan metode analisa Logika Kualitatif yaitu pencarian kebenaran berdasarkan paparan deskripsi data di lapangan. Kualitas kebenaran berdasarkan realita yang ada. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AMRAN HABIBI - NIM. 02121089, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3476 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), pencak silat, sejarah %T SEJARAH PENCAK SILAT INDONESIA (STUDI HISTORIS PERKEMBANGAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE DI MADIUN PERIODE TAHUN 1922-2000) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3476/ %X ABSTRAK Penelitian ini adalah tentang Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). PSHT merupakan perkumpulan yang bergerak terutama dalam olah tubuh dan ketrampilan bela diri, dalam hal ini pencak silat. Pencak silat merupakan khazanah dan tradisi yang mengakar bagi masyarakat Indonesia hingga memunculkan berbagai aliran di mana masing-masing memiliki kekhasan dalam hal gerakan bahkan sainpai pada pola prilaku. Di samping sebagai olahraga, pencak silat juga merupakan olah kanuragan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik sekaligus psikis. Tidak jarang olah kanuragan ini juga dipakai sebagai sarana pendakian spiritualitas. PSHT, yang awalnya bernama Pencak Sport Club (PSC) juga bukan semata-inata olahraga. Seperti halnya kelembagaan pencak silat, PSHT awalnya hanya sebuah perguruan yang mengaJarkan olah kanuragan yang pada perkembangannya juga banyak dipakai sebagai alat perjugngan melawan Belanda. Kata pencak sendiri mengandung unsur perlawanan sehingga tidak mengherankan jika PSC kemudian dilarang oleh pemerintah Belanda dan pemimpinnya waktu itu dipenjarakan. Pada perkembangannya, PSHT mengalami pasang surut hingga muncul sosok RM Imam Koesoepangat yang merupakan murid pendiri silat ini, Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Banyak perubahan yang dilakukan ileh RM Imam Koesoepangat sejak dia memimpin pada tahun 1974 sampai 1988. Perubahan penting pertaina adalah mengubah nama PSC menjadi PSHT. Perubahan ini membawa pada banyak perubahan lain seperti bentuk kelembagaan yang menjadi lebih modern dalam bentuk organisasi dengan struktur yang tertata. Di samping itu, pola perekrutan juga menjadi lebih tertata seperti nampak pada penjenjangan calon saudara, saudara strata 1 hingga strata 3. Perubahan ini juga banyak memunculkan perubahan pola prilaku budaya para anggotanya. Alirannya pun kemudian menjadi bercabang di mana masing-masing memiliki karakteristik yang khas. Namun lepas dari persoalan aliran, PSHT menjadi identik dengan budaya tertentu. Budaya ini bukan semata-mata budaya dalam bentuk seni bela diri tetapi juga erat berkaitan dengan cara mengalami dan menjalani hidup (way of life) para pengikutnya. Di situ ada ritual, ada pola prilaku, bahkan gaya hidup. Sebagai sebuah budaya, PSHT tidak bisa dilepaskan dari sejarah orangorang Madiun dan sekitarnya. PSHT melekat dalam sejarah perkembangan daerah ini hingga menjadi kebanggaan tersendiri. Tidak banyak tradisi yang bisa bertahan dan terus melekati orang-orang yang hidup di dalamnya. Meski banyak varian dari Setia Hati, namun bagi kebanyakan orang akan langsting tertuju pada PSHT. PSHT seakan sudah menjadi nama generik bagi Setia Hati secara keseluruhan hingga mengaburkan Setia Hati yang lain seperti Setia Hati Winongo dan Setia hati yang lain. Dan ini adalah jasa dari RM Imam Koesoepangat yang berjuluk quot;pendhita wesi kuning'. Hal ini memunculkan pertanyaan menarik, pertama, Bagaimana sejarah berdiri dan berkembangnya Persaudaraan Setia Hati Terate, dan Kedua,Bagaimana PSHT bisa tumbuh menjadi pencak silat yang terorganisir dalam periode 1922 2000? Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah sosial untuk meRhat secara lebih mendalam bagaimana proses-proses budaya berlangsung sehingga tidak hanya terpaku pada persoalan pembabakan waktu. Data akan diolah dari hasil penelitian teks yang berasal dr RM Koesoepangat atau sumber lain sejauh membahas sosok ini juga teks-teks PSHT yang mendukung dan diperkuat dengan depth interview dengan tokoh-tokoh, anggota PSHT juga masyarakat umum. Sedangkan metode analisis akan menggunakan metode historiografi di mana fakta yang telah divalidasi akan ditulis ulang secara kritis. %Z Pembimbing: Drs. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A MUTHOHAROH - NIM. 05120010, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3535 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K tradisi ziarah, tradisi keagamaan, ritual %T TRADISI ZIARAH MAKAM JUM'AT KLIWON DI DESA KAPULOGO, KECAMATAN KEPIL, KABUPATEN WONOSOBO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3535/ %X Desa Kapulogo terkenal memiliki tradisi keagamaan yang kental, dengan kegiatan yang bernuansa religius seperti, tahlilan, berjanji, ziarah makam dan pengajian. Kegiatan tersebut sampai sekarang tetap dilestarikan dan berkembang di masyarakat. Adanya tradisi ziarah makam Jum'at Kliwon tersebut merupakan bukti betapa kentalnya religius ini dan dijadikan obyek penelitian. Penelitian ziarah makam ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian yang mengungkapkan fakta yang ada di lapangan berdasarkan pengamatan dan wawancara juga tidak lepas dari data pustaka. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian budaya dengan jenis pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian mengunakan data deskriptif ucapan, tulisan dan pelaku yang diamati dari masyarakat (subyek) itu sendiri. Sedangkan teori yang di pakai dalam penelitian ini adalah fungsionalisme struktural yang di pelopori oleh Radcliffe-Brown. Ia berpendapat bahwa setiap analisis budaya itu harus sampai pada makna dan fungsi dalam kaitannya dengan kebutuhan dasar semua masyarakat. Ziarah berasal dari bahasa Arab 'ziyarah' yang secara etimologis berarti kunjungan. Sedangkan tradisi ziarah di Desa Kapulogo adalah salah satu bentuk ritual yang mempunyai tujuan untuk mengingatkan manusia kepada arwah para leluhur, kedua orang tua, dan keluarga yang telah banyak berjasa bagi mereka. Banyak hal yang perlu dijadikan pelajaran dari orang-orang yang telah meninggal, supaya seluruh peziarah ingat tentang kematian hatinya menjadi lembut, hatinya menangis karena takut kepada Allah dan kehidupan mereka menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Itu semua tentu akan memberikan dampak positif dalam kehidupan, mewariskan sikap zuhud terhadap dunia dan materi. Keunikan tradisi ini adalah ziarah makam ini hanya dilaksanakan setiap Jum'at Kliwon. Menurutkeyakinan masyarakat Kapulogo, setiap Jum'at Kliwon para arwah diberi kebebasan pulang ke rumah masing-masing, oleh karena itulah anak cucunya harus mendoaknnya supaya mereka senang di alam kuburnya. Selain itu, sebelum melaksanakan ziarah makam mereka terlebih dahulu mandi atau wudlu di Kali Petong. Air Kali Petong ini tidak pernah kering walaupun musim kemarau melanda. Peneliti mengambil tradisi ziarah makam Jum'at Kliwon karena semua masyarakat Kapulogo melaksanakan tradisi tersebut, namun sebagian dari mereka balum mengetahui makna dibalik tradisi yang telah mereka lakukan, yang mereka ketahui hanya mengetahui sebatas ritual yang harus dilaksanakan sebagai warisan leluhur. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas, peneliti ingin mengajukan pertanyaan yang disampaikan dalam melakukan penelitian. Peneliti membatasi rumusan masalah, salah satunya adalah Bagaimana makna dan fungsi ziarah makam Jum'at Kliwon bagi masyarakat Kapulogo serta bagaimana persepsi masyarakat Kapulogo tentang ziarah Jum'at Kliwon. %Z Pembimbing: Dr. Ali Sodiqin M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A ZIA ULHAQ - NIM. 05120001 , %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4147 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K tradisi Rebo Kasan, Pantai Desa Air Anyir, %T TRADISI REBO KASAN (STUDI KASUS DI DESA AIR ANYIR, KECAMATAN MERAWANG, KABUPATEN BANGKA INDUK, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4147/ %X Merawang Kabupaten Bangka Induk propinsi Bangka Belitung ini harus dilakukan pada hari Rabu, diakhir bulan Syafar tahun Hijriah. Tujuannya tiada lain agar para warga dan desa setempat terhindar dari marabahaya serta merupakan ajang pembersihan diri dari sifat sombong, dengki dan tamak yang selama ini melekat dalam diri manusia. Makna dari ritual ini sendiri tidak untuk melunturkan akidah tetapi justru mempertebal akidah sehingga meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Keunikan dari tradisi Rebo Kasan ini tidak dilakukan di masjid atau balai desa, melainkan dilakukan di Pantai Desa Air Anyir. Di sana warga berkumpul di pantai memanjatkan do'a sambil membawa makanan seadaanya. Pelaksanaannya yang dilakukan di pantai itu karena Secara etimologi, Rebo Kasan sendiri berasal dari kata Rabu yang terakhir pada bulan Syafar. Untuk itu, ritual yang sudah turun temurun ini pun dilakukan oleh warga Desa Air Anyir Kecamatan hampir seluruh warga kala itu bergantung hidup dari laut. Jadi do'a itu dipanjatkan agar para nelayan diberikan keselamatan saat akan mencari ikan di laut. Namun seiring waktu, acara ini tidak lagi ,mdilakukan di pantai, melainkan di balai desa atau masjid. Saat ini sebagian warga selain menggantung hidup di laut, banyak juga yang menggantung hidup di darat. Makanya tidak lagi dilakukan di pantai. Selain itu Ritual ini mengandung nilai religi yang tinggi. Sebab pada hari Rabu diakhir bulan Syafar ini, menurut pendapat beberapa ulama, Tuhan menurunkan 320.000 bala, baik bala besar maupun bala kecil ke muka bumi. Untuk itu kata Muharam dari pendapat orang tua dulu yang didapatnya, dipantangkan bagi warga desa ke luar rumah atau yang berpergian jauh pada hari itu hendaknya ditunda dulu. Sebab jika terkena bala pada hari itu, maka sangat sulit untuk mendapatkan penangkal atau mengobatinya. Makanya agar tidak terkena bala atau marabahaya di hari itu, maka warga berkumpul secara bersama lalu membaca do'a untuk menghidari bala yang diturunkan pada hari itu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara etnografi (wilayah) tentang perilaku masyarakat dalam tadisi Rebo Kasan di kalangan masyarakat desa Air Anyir kecamatan Merawang kabupaten Bangka Induk propinsi Bangka Belitung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang tradisi Rebo Kasan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian etnografi, dengan lokasi di Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Induk propinsi Bangka Belitung. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) terhadap masyarakat di Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Induk propinsi Bangka Belitung. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. %Z Pembimbing: Riswinarno, S.S, M.M, %0 Thesis %9 Skripsi %A SULISTIYANI - NIM. 02121042, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3536 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K kebudayaan Islam, penyebaran agama Islam, masyarakat Bagelen %T ISLAMISASI DI BAGELEN PURWOREJO PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN AGUNG TAHUN 1613-1645 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3536/ %X Sejak masuk ke Indonesia sampai saat ini, pengaruh dan perkembangan agama Islam terasa sangat signifikan, baik dari segi jumlah pemeluknya ataupun peninggalan-peninggalannya seperti masjid dan hasil kebudayaan Islam lainnya. Bahkan dalam sejarah tercatat munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti: Demak (1500-1550 M), Aceh (1514-1528 M), Mataram (1580 M) dan lain-lain, meskipun sebelumnya agama Hindu-Budha telah berkembang serta menanamkan kepercayaan pada jiwa masyarakat. Kerajaan-kerajaan tersebut mempunyai andil yang besar dalam proses penyebaran agama Islam. Islamisasi di Bagelen dan daerah sekitarnya di perkirakan terjadi pada pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 M). Agama Islam ini dibawa oleh dua orang tokoh Mubaligh yang bernama Sunan Geseng dan Kyai Baedlowi, kedua mubaligh tersebut membantu Kerajaan Mataram dalam mengislamkan masyarakat Bagelen. Perluasan lebih jauh ke daerah-daerah pedalaman masih terus dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Agung tersebut. Dari historisitas tersebut penulis tertarik untuk menelusuri lebih jauh tentang proses islamisasi di Bagelen pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 M). Penelitian ini di fokuskan pada proses kronologis serta usaha-usaha yang dilakukan pemerintahan Sultan Agung dalam rangka islamisasi di Bagelan. Berdasarkan pada pokok pikiran tersebut rumusan masalah yang jadi fokus kajian adalah, Bagaimana proses awal masuknya Islam ke Bagelen ?, kemudian Usaha-usaha apa yang dilakukan Sultan Agung dalam rangka islamisasi di Bagelen ?, Bagaimana strategi dakwah dan media apa yang digunakan Sultan Agung dalam proses islamisasi di Bagelen ?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, yaitu suatu langkah atau cara merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengkritik, menafsirkan, dan mensintesiskan data dalam rangka menegakkan fakta serta kesimpulan yang kuat. Dalam penelitian sejarah, prosedur yang harus dilakukan melalui empat tahap yaitu: Heuristik, Verivikasi (kritik sumber), Interpretasi, Interpertasi, dan Historiografi. Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Proses islamisasi yang dilakukan Sultan Agung pada masyarakat Jawa khususnya di daerah Bagelen dilakukan dari berbagai saluran dan didukung oleh kekuasaan. Proses islamisasi dijalankan secara bertahap dan berangsur-angsur sehingga lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat Bagelen. Sedangkan usaha-usaha yang dilakukan Sultan Agung dalam proses islamisasi di Bagelen adalah: Pertama, Memadukan nilai-nilai Islam dengan budaya Jawa. kedua, Penataan administrasi negara sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ketiga, mendirikan dan memelihara tempat-tempat syiar Islam. Adapun strategi yang digunakan Sultan Agung dalam proses Islamisasi di Bagelan dengan cara dakwah kultural yang dijalankan melalui lima cara yakni: a). Melalui institusi politik. b). Melalui sistem perekonomian. c). Pendekatan adat istiadat. d). Melalui jalur keagamaan. e). Melalui jalur karya seni dan sastra dengan menciptakan hasil karya yang bernuansa Islam. Sedangkan media atau sarana yang digunakan adalah budaya dan instrumen-insterumennya. %Z Pembimbing: Riswinarno, SS, MM, %0 Thesis %9 Skripsi %A MASDANI - NIM. 04121752 , %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4133 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K kekuasaan Timur Lang, masa Jengis Khan, kekuasaan negara %T KEKUASAAN TIMUR LANG (1370-1405 M) PADA MASA DINASTI TIMURIAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4133/ %X Era penaklukkan pada abad pertengahan didominasi oleh penguasaan suku suku nomaden di bawah komando Jengis Khan. Lebih lanjut penaklukkannya diikuti oleh keturunan-keturunannya. Salah satu dari keturunannya yang terkenal adalah Timur Lang. Kehadiran Timur Lang sebagai kekuatan baru dalam konstelasi politik dunia pada masa itu memunculkan harapan baru bagi suku-suku nomaden untuk meraih kembali kejayaan sebagaimana yang pernah diraih pada masa Jengis Khan. Oleh karena itu dengan satu tujuan tersebut, mereka berbondong-bondong datang ke Samarkand untuk mengabdi kepadanya, maka tidak mengherankan dalam masa sepuluh tahun pertama kekuasaannya, Timur telah memperoleh pengikut yang banyak dan membangun angkatan perang yang kuat. Setelah itu Timur mulai mengadakan sederatan penaklukkan dari tahun 1370-1405 M. Pengembangan kekuasaan Timur Lang yang lebih difokuskan pada penaklukan bagi penulis sangat menarik untuk dikaji. Penaklukkan yang dilakukan selama 35 tahun atau hampir seluruh masa kepemimpinannya, telah berhasil menguasai enam dinasti yang besar seperti, Dinasti Chaghtai, Turki Utsmani, Muzaffarah, Jalariyah, Tughluq dan Dinasti Golden Horde. Tetapi dari semua wilayah yang ditaklukkan nya tidak diupayakan untuk membangun sebuah institusi politik yang mantap, sehingga berulangkali dia harus melakukan penaklukkan ulang. Persoalan yang penting kemudian muncul sebagai respon terhadap wacana di atas adalah, mengapa Timur Lang memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan kekuasaan? Apa faktor-faktor yang mendukungnya? Untuk membedah persoalan diatas maka penulis menggunakan teori kekuasaan Ibnu Khaldun. Dalam menjelaskan masalah ini, Ibnu Khaldun sebagaimana disinyalir Abdurrahman Zainuddin menulis: Tujuan yang dituju oleh solidaritas adalah kekuasaan negara. Sebabnya adalah bahwa solidaritas muncul untuk menciptakan keamanan, ketahanan, tuntutan, dan segala masalah yang menyangkut masyarakat. Kemudian anak cucu Adam memiliki watak memerlukan pemimpin dan penguasa yang akan menyelesaikan perkara di kalangan mereka. Dalam hal ini penguasa harus mendominasi mereka dengan perantaraan solidaritas itu. Dominasi seperti itulah yang disebut kekuasaan negara. Sedangkan kekuasaan negara adalah mendominasi dan memerintah dengan kekerasan. Ada tiga buah variabel yang dapat diambil dari teori kekuasaan Ibn Khaldun yakni, solidaritas, pemimpin dam dominasi. Lebih lanjut, secara sunnatulllah, integrasi yang kuat dari tiga unsur kekuasaan tersebut akan melahirkan upaya untuk mendominasi kepada kekuasaan negara yang lain. %Z Pembimbing: Dr. Hj. Siti Maryam, M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A PRAMONO - NIM. 05120040 , %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4141 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K dinasti Safawiyah, Syah Abbas I, peradaban Persia %T KEPEMIMPINAN SYAH 'ABBASS I DI PERSIA 1588-1629 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4141/ %X Persia merupakan tempat pembibitan peradaban manusia. Di Persia telah dikembangkan kebijaksanaan dan wawasan mengenai berbagai pengalaman hidup masyarakat selama ribuan tahun. Di Persia terdapat sebuah dinasti besar, yaitu dinasti Safawiyah yang didirikan oleh Syah Ismail I pada tahun 1501 M. Pada tahun 1588-1629 M dinasti Safawiyah dipimpin oleh Syah Abbas I. Pada masa kepemimpinannya dinasti Safawiyah telah banyak memberikan kontribusi terhadap kemajuan peradaban Islam di Persia. Dinasti Safawiyah mengalami kejayaan ketika dipimpin oleh Syah Abbas I, karena ia seorang raja yang kuat sehingga bisa memulihkan kondisi pemerintahan dinasti Safawiyah. Sebelum diperintah oleh Abbas I, kondisi dinasti Safawiyah dalam keadaan kacau balau karena banyak mengalami peperangan dan konflik baik di dalam negeri maupun luar negeri. Dengan munculnya Abbas I sebagai pemimpin, dinasti Safawiyah mulai bangkit kembali karena Abbas I mampu mebebaskan dinasti Safawiyah dari kondisi kekacauan serta ia bisa menciptakan kondisi politik dan ekonomi yang stabil. Syah Abbas I menerapkan kebijakan politik, kebijakan ekonomi, dan kebijakan pengembangan peradaban pada pemerintahannya. Syah Abbas I telah memiliki wilayah kekuasannya yang cukup luas, mencakup seluruh Persia, dan bagian timur Bulan Sabit Subur, Sirwan, Nachivan, Erivan, Ganja, Tifils, Tabriz, Baghdad, Khurasan, sekitar laut Kaspia, Asia kecil, Persia barat daya, dan kepulauan Hormuz. Semua wilayah kekuasannya ini di bawah satu komando penguasa, yaitu Syah Abbas I yang berpusat di kota Isfahan. Syah Abbas I seorang pemimpin yang bersemangat dan pemberani di dalam memerintah. Ia juga mempunyai keinginan untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Hal ini yang menarik perhatian bagi peneliti untuk mengadakan penelitian ini. Fenomena kepemimpinan Syah Abbas I di Persia tergolong unik karena Abbas I bisa membebaskan rakyatnya dari masa transisi, kesengsaraan, dan perpecahan yang melanda negerinya, serta ia juga bisa menciptakan stabilitas politik dan ekonomi pemerintahan kerajaan Safawiyah. Penelitian ini adalah penelitian historis yang bertujuan merekonstrusi masa lampau secara kronologis dan sistematis, agar dapat memberikan gambaran tentang peristiwa masa lampau yang dialamai oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu serta diberikan tafsiran, dan dianalisa secara kritis sehingga mudah untuk dimengerti dan dipahami. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan sumber tertulis seperti buku dan jurnal. Rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian ialah: Bagaimana kondisi Persia menjelang kemunculan Syah Abbas I sebagai pemimpin; Bagaimana kepemimpinan Syah Abbas I sepanjang masa pemerintahannya di Persia; Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintahan Syah Abbas I terhadap perkembangan peradaban di Persia. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam mengenai kepemimpinan Syah Abbas I di Persia, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan behavioral. Teori yang digunakan di sini adalah teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Max Weber, ialah teori yang menggambarkan tentang kepemimpinan yang dibagi menurut jenis otoritasnya, yaitu otoritas Legal rasional, otoritas Tradisional, dan otoritas Karismatik. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Siti Maryam, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A LUTHFIA AINURROHMAH - NIM. 05120026, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4130 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K KH. Ma'shum Ahmad, biografi, Nahdlatul ulama (NU) %T KH. MA'SHUM AHMAD SEJARAH HIDUP (SOSIAL, POLITIK DAN KEAGAMAAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4130/ %X Penelitian ini membahas KH. Ma'shum Ahmad sejarah hidup dan perjuangannya dalam bidang sosial, politik dan keagamaan. Ia adalah salah seorang yang ikut membidani ketika Nahdlatul ulama (NU) didirikan. Ia lahir di Lasem pada tahun 1293 H atau 1873 M. Penulis tertarik untuk mengangkat biografi dan perjuangan KH. Ma'shum Ahmad dalam bidang sosial, politik dan keagamaan ini dikarenakan masih sedikitnya karya-karya yang membahas sejarah hidup dan perjuangannya dalam sebuah buku tersendiri. Adapun yang menjadi bahasan adalah latar belakang dan kiprahnya dalam bidang sosial, politik dan keagamaan. Adapun permasalahan yang ada adalah bagaimana latar belakang kehidupan serta kepribadian KH. Ma'sum Ahmad dan bagaimana perjuangan KH. Ma'shum Ahmad dalam bidang sosial politik dan keagamaan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang diharapkan nantinya mampu menghasilkan pengkisahan secara kronologis. Adapun metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan dan menganalisa data primer maupun skunder. Dalam penulisan skripsi ini digunakan teori Dilthey yaitu biografi, biografi adalah salah satu corak penulisan sejarah. Dalam hal ini tugas utama penulisan biografi mencoba menangkap dan menguraikan jalan hidup seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan sosial historis yang mengitarinya. Metode yang digunakan adalah metode historis. Dengan teori dan metode ini penulis berusaha mengungkap latar belakang serta kepribadian KH. Ma'shum Ahmad dan perjuangannya dalam bidang sosial, politik dan keagamaan. Latar belakang sosial, politik dan keagamaan masyarakat Lasem pada waktu itu sedikit banyak ikut mempengaruhi kepribadian KH. Ma'shum Ahmad, didukung ia mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup baik. Selain latar belakang sosial, politik dan keagamaan latar belakang keluarga juga turut membentuk karakter kepribadian KH. Ma'shum Ahmad yang patut dicontoh seperti teguh dalam memegang prinsip, mencintai ilmu pengetahuan, tidak membeda-badakan status sosial seseorang, dermawan dan suka menjalin silaturrahmi. Perjuangan KH. Ma'shum Ahmad dalam bidang sosial tidak perlu diragukan lagi,penulis membatasi dengan kiprahnya dalam beberapa kegiatan yang ada hubungannya dalam kemasyarakatan. Ikut aktif dalam berbagai kegiatan yang di selenggarakan oleh NU. Dalam bidang politik ia mempunyai perhatian yang cukup besar, di antaranya ikut berperan ketika Nahdlatul Ulama berdiri, menjadi anggota kabinet Sastro Amijoyo tahun 1955, ketika terjadi pemberontakan G 30S PKI, rumahnya dijadikan maskas untuk mengatur strategi melawan PKI. Dalam bidang keagamaan, ia mengubah rumahnya untuk dijadikan tempat tinggal para santri yang ingin belajar darinya. Untuk menunjang kegiatan belajar ini KH. Ma'shum mendirikan sebuah musolla. Baru pada tahun 1334H/1916 M ia membagun pondok untuk tempat tinggal para santrinya yang datang dari berbagai daerah. KH. Ma'shum meninggal pada hari Jum'at tanggal 12 Ramadhan 1392 H, bertepatan tanggal 20 Oktober 1972 dan dimakamkan di komplek pemakaman masjid Jami' Lasem. %Z Pembimbing: Syamsul Arifin M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A PURWANTI - NIM. 05120013 , %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4142 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Nourouzzaman Shiddiqi, Historiografi Islam, sejarah %T KONTRIBUSI NOUROUZZAMAN SHIDDIQI DALAM HISTORIOGRAFI ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4142/ %X Penelitian ini membahas kontribusi Nourouzzaman Shiddiqi dalam Historiografi Islam, ia adalah salah satu cendekiawan muslim. Jika ditelusuri lebih dalam, Nourouzzaman adalah anak dari Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. Ayahnya, Hasbi ash-Shiddieqy banyak menghasilkan karya di bidang fiqh. Tetapi Nourouzzaman lebih memilih untuk menuliskan sebuah karya di bidang sejarah Islam. Lagi pula, belum ada yang mengangkat tentang kontribusi Nourouzzaman Shiddiqi dalam historiografi Islam untuk dijadikan sebuah skripsi maupun dalam sebuah buku, sehingga menarik bagi penulis untuk mengangkat pemikirannya dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang diharapkan nantinya mampu menghasilkan pengkisahan sejarah secara kronologis. Adapun metode penelitian ini adalah penellitian kepustakaan dengan mengumpulkan dan menganalisa data primer maupun data sekunder atau hal-hal lain yang masih berkaitan dengan pembahasan penelitian. Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografis. Adapun analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis sejarah, diharapkan mampu menganalisa karya-karya Nourouzzaman Shiddiqi. Temuan-temuan yang penulis dapatkan selama penelitian tentang kontribusi Nourouzzaman Shiddiqi adalah: Pertama, Nourouzzaman sangat kritis terhadap data yang diperolehnya, teori dan metodologi yang dipinjam dari sejarah asing. Nourouzzaman dalam menganalisis sumber sangat selektif dan tetap didasarkan pada al-Qur'an dan hadis. Kedua, Usaha-usaha yang dilakukan oleh Nourouzzaman inilah yang layak untuk disebut sebagai sejarawan yang mampu menganalisa peristiwa dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan serta sumber yang dipakai secara akurat. Nourouzzaman adalah sejarawan yang tulisannya tidak diragukan lagi, sebagai bukti adalah karyanya yang berjudul Tamaddun Muslim Bunga Rampai Kebudayaan Muslim yang sangat menarik dan merupakan kontribusi besar Nourouzzaman terhadap literatur yakni sejarah Islam pada periode klasik. Kontribusinya tidak hanya bagi sejarah Islam klasik saja tetapi lebih umum lagi untuk pemahaman tentang dunia muslim. %Z Pembimbing: Siti Maimunah M .Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A SUWANTO - NIM. 02121104, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3692 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Khilafah, Hizbut Tahrir, sistem khilafah %T SISTEM KHILAFAH DALAM PANDANGAN HIZBUT TAHRIR (STUDI KASUS KEKHALIFAHAN BANI ABBASIYAH DAN BANI UMAYYAH) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3692/ %X Khilafah hingga sekarang merupakan diskursus yang sering disalahpahami.Kesalahpahaman ini timbul karena pencampur adukan antara sejarah khilafah dengan sistemnya. Hal ini nampak dalam argumentasi para pencela sistem khilafah yang hanya memandang khilafah dengan memaparkan fakta buruknya sejarah para khalifah. Kian rancu ketika memahami sistem khilafah berdasarkan pada pandangan politik di luar Islam. Salah satu kelompok yang memiliki konsep khilafah yang detail adalah Hizbut Tahrir. Menurut Hizbut Tahrir, khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim yang menerapkan syari'at Islam bagi seluruh warganegara, dan menyebarkan Islam - dengan dakwah dan jihad keseluruh penjuru dunia. Dalam pandangan Hizbut Tahrir, khilafah wajib satu adanya dalam satu masa, sehingga haram hukumnya bila ada dua khilafah apalagi lebih dari itu. Dalam sejarah khilafah pernah ada suatu masa di mana kekuasaan Abbasiyah dan kekuasaan Umayyah II yang semasa tegak. Penulis tertarik untuk mengkaji, bagaimana pandangan Hizbut Tahrir terhadap fakta tersebut. Data dikumpulkan melalui sumber primer maupun sekunder. Sumber primer adalah buku-buku atau karya tulis yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir yang telah dinyatakan resmi sebagai pandangan Hizbut Tahrir. Sedangkan data sekunder berbagai media cetak yang berkaitan dengan pembahasan kajian ini ini. Kajian ini merupakan kajian sejarah dengan teori yang digunakan adalah teori politik Islam dengan pendekatan normatif. Hasil penelitian ini adalah Hizbut Tahrir berpandangan bahwa sejarah khilafah dan sistem khilafah adalah dua hal yang berbeda. Sejarah khilafah adalah fakta penerapan sistem bukanlah sistem itu sendiri. Sehingga fakta sejarah kekuasaan Bani Abbasiyah dan kekuasaan Bani Umayyah II yang semasa tidak dapat dijadikan sebagai dalil bolehnya khilafah lebih dari satu. Sebab, bagi Hizbut Tahrir sumber hukum Islam secara tegas melarang hal tersebut. Untuk itu penting bagi siapa saja, umumnya para intelektual dan khususnya ahli sejarah agar dapat memposisikan antara sejarah khilafah dengan sistemnya sesuai pada tempatnya. Hingga tidak menimbulkan kerancuan dalam membahas dan menilai sistem khiafah. Untuk membahas sistem khilafah dapat merujuk pada pandangan Hizbut Tahrir atau kelompok yang lainnya yang memang memiliki konsepnya ataupun menggalinya secara langsung pada sumbernya. %Z Pembimbing: Dr. H. Muhammad Wildan, MA, %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHIBIN - NIM. 06120029, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4149 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K KH. Achmad Siddiq, Nadlatul Ulama (NU) %T PEMIKIRAN KEBANGSAAN KH. AHMAD SIDDIQ %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4149/ %X Penelitian ini membahas pemikiran kebangsaan KH. Achmad Siddiq, salah atu tokoh besar di lingkungan Nadlatul Ulama (NU) yang pernah menjabat sebagai Rais Aam PBNU periode 1984-1989. Jika ditelusuri lebih dalam, pemikiran-pemikiran KH. Achmad Siddiq meliputi dua cabang pemikiran, yakni pemikiran mengenai masalah kebangsaan dan pemikiran keagamaan. Namun yang menjadi masterpeace pemikirannya adalah masalah kebangsaan yang dengan pemikirnanya ini KH. Achmad Siddiq dipercaya untuk memimpin NU periode 1984-1989. Berdasarkan pengamatan penulis, pemikiran-pemikiran KH. Achmad Siddiq tentang kebangsaan ini masih belum banyak diangkat dalam skripsi maupun dalam penulisan buku, sehingga menarik bagi penulis untuk mengangkat pemikirannya dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang nantinya mampu menghasilkan pengkisahan sejarah secara kronologis. Adapun metode penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan dan menganalisis data primer maupun data sekunder yang ditulis atau nukilan dari pendapat KH. Achmad Siddiq serta data lain yang berhubungan dengan pembahasan penelitian. Mengacu pada tema penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan politik yang mengacu pada kaidah-kaidah fiqhiyyah. Adapun analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis sejarah yang menganalisis perkembangan pemikiran KH. Achmad Siddiq ditinjau dari aspek perkembangan sejarah umat Islam waktu itu. Sementara itu, temuan-temuan yang penulis dapatkan selama penelitian tentang pemikiran KH. Achmad Siddiq adalah: pertama, KH. Achmad Siddiq mampu merumuskan secara jelas hubungan antara Islam dan Pancasila yang saat itu menjadi isu kontroversial dan hampir semua kalangan di negeri ini menolaknya kecuali beberapa tokoh yang salah satu di antaranya adalah KH. Achmad Siddiq. Dalam masalah ini, KH. Achmad Siddiq menjelaskan secara jernih bahwa Islam adalah agama dan Pancasila hanyalah sebuah ideologi. Agama dan Pancasila tidak boleh dicampuradukkan, agama berasal dari wahyu sementara ideologi merupakan hasil pemikiran manusia, dan bagaimanapun juga sebuah ideologi tidak akan pernah mencapai derajat ke tingkat agama. Umat Islam boleh berideologi apa saja asalkan ideologinya itu tidak bertentangan dengan ajaran agamanya. Agama bisa dimasukkan dalam AD/ART pasal aqidah, sementara Pancasila diletakkan pada pasal asas, dan sangat jelas bahwa aqidah mempunyai posisi yang lebih tinggi daripada asas. Kedua, sebagai komitmen kebangsaannya, KH. Achmad Siddiq mampu membawa NU keluar dari politik praktis (khittah 1926). Pernyataannya yang paling jelas adalah NU tidak ke mana-mana, tetapi ada di mana-mana , artinya NU kembali sebagai organisasi keagamaan (jam'iyyah diniyyah) dan semua warga NU tidak harus menunjukkan aspirasi politiknya pada satu partai, tetapi bebas menentukan pilihan politiknya sesuai dengan hati nuraninya dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A SUSI LESTARI - NIM. 02121068, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4145 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K pemikiran politik Soekarno %T PENGARUH ISLAM DALAM PEMIKIRAN SOEKARNO TAHUN 1915-1935 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4145/ %X Sosok Soekarno sangat diakui memainkan peranan sentral khususnya dalam sejarah politik Indonesia bahkan menjadi tokoh yang tak selesai-selesainya dibicarakan. Ia adalah sosok sejarah yang kontroversial dan kompleks. Banyak hal tentang ide dan pemikiran politik yang digencarkan Soekarno saat itu, sangat merefleksikan ide dan nuansa sosial-politik di sekitarnya. Antara lain yang terkait dengan pemikiran Soekarno adalah kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya adalah mengetahui seluk beluk tentang partai politik. Sebagai Founding Father bangsa Indonesia, ia dikenal sebagai Teknokrat, Ideolog, Intelektual, Politisi, Proklamator, Negarawan, Abangan bahkan Komunis. Tetapi dibalik sosoknya tersebut, ada indikasi bahwa di dalam diri Soekarno terdapati pengaruh dan unsur Islam yang hal itu tercermin dalam pemikiran Soekarno. Adapun persoalan yang akan diteliti adalah; Pertama, bagaimana ajaran Islam memberikan pengaruh terhadap pemikiran politik Soekarno, khususnya pada Tahun 1915-1935 ?. Kedua, bagaimana corak pemikiran Soekarno tersebut?. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan dengan cara menganalisa lebih dalam dengan cara melakukan kritik histories [historical critism], lalu dengan beberapa data yang ada dideskripsikan melalui analisa interpretatif historis. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, ada unsur-unsur Islam dalam pemikiran Soekarno. Hal ini dapat disebutkan antara lain tentang gagasan Soekarno tentang Nasakom (nasionalisme, Islam dan komunisme/marxisme). Pemikiran tentang Nasakom seperti telah menjadi ideologi politik dari Soekarno. Gagasan tentang Nasakom dianggap Soekarno sangat bersesuaian dengan ajaran Islam. Baik dalam pemikiran tentang nasionalisme ataupun marxisme terdapat nilai-nilai keislaman. Sedangkan Islam sendiri menurut Soekarno tidak bertentangan dengan nasionalisme ataupun marxisme. Di wilayah nasionalisme, Soekarno mengatakan bahwa prasyarat tercapainya adalah adanya persaudaraan antara sesama bangsa Indonesia. Sedangkan persaudaraan itu sendiri merupakan aktualisasi dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah. Adapun dalam konteks marxisme, pada kenyataannya, juga mempunyai nilai-nilai yang relevan dengan ajaran Islam. Misalnya, marxisme menentang kapitalisme yang di dalamnya terdapat sifat ketamakan para pemilik modal untuk mengumpulkan hartanya dan tidak membagi kepada orang miskin. Kedua, Ada beberapa faktor yang mengakibatkan pemikiran Soekarno banyak dipengaruhi oleh Islam. Faktor-faktor tersebut antara lain: karena lingkungan yang ada di sekitar Soekarno, adanya beragam kelompok intelektual yang ada di sekitar Soekarno, dan kondisi bangsa yang sedang dalam kondisi terjajah. Tokoh-tokoh Islam yang berada di lingkungan Soekarno memberikan pengaruh yang besar terhadap pemikiran politik Soekarno yang bernuansa Islam. Pemikiran Islam subtansial, bercirikan memiliki nilai-nilai Islam yang bersifat universal dan dihubungkan dengan kondisi zaman sekarang (Kontekstual). Hal tersebut dipraktekkan oleh Soekarno dengan mengambil nilai-nilai Islam yang universal untuk mendukung pemikirannya tentang demokrasi, nasionalisme ataupun tentang marxisme. %Z Pembimbing: Drs.Irfan Firdaus %0 Thesis %9 Skripsi %A MUH. FATAH YASIN - NIM. 04121786, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2557 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K tempat keramat, Telaga Ranjeng, tradisi ratiban, musibah, ritual %T TRADISI RATIBAN DI DESA PANDANSARI, KECAMATAN PAGUYANGAN, KABUPATEN BREBES, PROPINSI JAWA TENGAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2557/ %X Kalangan orang Jawa mempunyai kepercayaan bahwa suatu peristiwa alam selalu berkaitan dengan alam semesta, lingkungan sosial dan spiritual manusia, ketika mereka gagal memberi rasionalitas terhadap gejala-gejala alam, seperti gunung meletus, angin topan, banjir bandang, maka yang dianggap terjadi adalah alam sedang murka. Kekuatan alam semesta dianggap ada di atas segalanya. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam masyarakat Jawa, kekuatan manusia dianggap lemah bila dihadapkan dengan alam semesta. Terkait dengan uraian di atas, ada hubungannya dengan daerah Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, yang disediakan tempat atau lokasi yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, tempat tersebut adalah Telaga Ranjeng, yang masyarakatnya mengganggap bahwa telaga itu mempunyai kekuatan gaib sehingga dalam pelaksanaanya masyarakat tersebut perlu melakukan quot;tradisi ratiban quot; Ratiban sendiri berasal dari bahasa arab yaitu rotaba yang artinya kesukaran atau kesulitan. Sedangkan Tradisi Ratiban di Desa Pandansari adalah salah satu bentuk ritual yang diadakan dalam melaksanakan do'a bersama dengan perantara sebuah tempat Keramat yang dianggap memiliki kekuatan gaib untuk meminta keselamatan kepada penghuni tempat tersebut. Ritual yang dilakukan oleh masyarakat Pandansari, berkaitkan dengan pelaksanakan ritualnya yang menghubungkan ketika kondisi masyarakat menghadapi sebuah kesulitan atau kesusahan sehingga masyarakat tersebut melakukan sebuah ritual yang bernama ratiban. Keunikan tradisi ini tampak pada perbedaan dalam pelaksanaanya, biasanya masyarakat lain melakukan tradisi ratiban diadakan menjelang keberangkatan haji tetapi masyarakat Desa Pandansari melakukan ritual ini ketika masyarakat sedang mengalami musibah seperti musim kemarau yang panjang. Peneliti mengambil tradisi ratiban dikarenakan hampir semua masyarakat Pandansari melaksanakan ratiban tersebut namun kebanyakan dari mereka belum memahami makna dibalik ritual yang mereka lakukan, yang ada mereka hanya mengetahui sebatas ritual yang harus dilaksanakan agar selamat dari bahaya. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas, peneliti ingin mengajukan pertanyaan yang disampaikan dalam melakukan penelitian. Peneliti membatasi rumusan masalah, salah satunya adalah apa makna dan fungsi diselenggarakan tradisi ratiban, serta pengaruh bagi masyarakat Desa Pandansari. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis yaitu pendekatan yang berdasarkan pada suatu persoalan di dalam masyarakat. Untuk memudahkan penelitian, peneliti juga menggunakan metode analisa kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa data yang berupa pernyataan atau keterangan yang bukan berupa angka. %Z PEMBIMBING: DR. MAHARSI, SS., M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A SYAFITRININGSIH - NIM. 05120025, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3694 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tradisi Selapanan Manten, ritus daur hidup %T TRADISI SELAPANAN MANTEN DI DUSUN KEDUNGREJO WONOLELO PLERET BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3694/ %X Tradisi selapanan manten adalah salah satu rangkaian ritus daur hidup yaitu ritus perkawinan yang masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat Dusun Kedungrejo, Wonolelo, Pleret, Bantul. Di beberapa daerah lain, di D.I Yogyakarta sudah jarang ditemukan tradisi semacam ini. Seperti yang telah kita ketahui tradisi selapanan biasanya digunakan dalam ritus kelahiran sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran bayi dengan berbagai rangkaian upacara, salah satunya adalah potong rambut bayi dan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Lain halnya dengan tradisi Selapanan Manten yang dilakukan di Dusun Kedungrejo, Kelurahan Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kebupaten Bantul ini. Tradisi ini dilakukan 35 hari setelah pernikahan berlangsung sebagai bentuk rasa syukur dan doa agar kehidupan yang dijalani setelah pernikahan berjalan dengan baik. Tradisi ini terdiri dari berbagai rangkaian pelaksanaan, dimulai dengan pertemuan antara kedua belah pihak keluarga, biasanya ditempatkan di rumah keluarga laki-laki. Pertemuan ini dimaksudkan untuk menambah rasa kekeluargaan di antara keduanya. Selain itu, pertemuan ini juga dilakukan untuk menentukan atau membuat nama tua untuk pasangan suami istri tadi. Nama tua adalah nama yang nantinya akan digunakan setelah pernikahan sampai seterusnya (seumur hidup). Kemudian dilanjudkan dengan pembuatan sesaji-sesaji untuk disajikan pada malam kendurian, tak jauh beda dengan tradisi-tradisi yang lain, bentuk-bentuk sesaji terdiri dari jenis-jenis makanan yang sarat simbol dan makna. Setelah sesaji dibuat, maka upacara inti pun dilakukan dengan pembacaan doa yang dipimpim oleh pemimpin adat (mbah kaum) dan diikuti oleh para tamu undangan (jama`ah tahlil). Di akhir acara, nama yang telah ditentukan sebagai nama tua tadi diberitahukan pada tamu undangan. Tradisi Selapanan Manten ini tidak lepas dari pengaruh Islam. Bentuk-bentuk pengaruh itu terlihat pada bacan-bacaan doa yang dilakukan/dibacakan oleh pemimpin tradisi upacara ini. Doa-doa yang disampaikan terdiri dari doa tahlil dan doa keselamatan bagi pasangan suami istri yang baru menempuh hidup berumah tangga seperti apa yang diamalkan atau diajarkan oleh Islam, maka di sinilah bentuk akulturasi Islam dengan budaya lokal yang terwujud. Berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas, tradisi Selapanan Manten yang ada di Dusun Kedungrejo, Kelurahan Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul tentu merupakan sebuah fenomena budaya yang menarik untuk diteliti dan ditemukan makna, fungsi serta keistimewaan di balik tradisi Selapanan Manten ini. Bila dilihat dari bentuk-bentuknya, penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan kajian ritual. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena penelitian ini mengungkap pemahaman di balik fenomena yang ada. Pada akhirnya pendekatan holistiklah yang digunakan dalam penelitaian ini untuk mengungkap secara mendalam dan menyeluruh pada unsur-unsur yang berkaitan dengan tardisi ini. Dari rangkaian penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode partisipasi, pengamatan langsung (observasi) dan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian. %Z Pembimbing: Drs. H. Maman A. Malik Sy., M.S, %0 Thesis %9 Skripsi %A FITRA PRIHANTINA NUR AISYIYAH - NIM. 04121914, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2536 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K budaya Islam, tradisi Suran, dusun Tutup Ngisor, padepokan Tjipta Boedaja %T TRADISI SURAN DI DUSUN TUTUP NGISOR DESA SUMBER KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2536/ %X Masyarakat Jawa pada umumnya identik dengan tradisi-tradisi yang mengakulturasikan budaya Islam dan Jawa. Demikian halnya masyarakat dusun Tutup Ngisor, desa Sumber, kecamatan Dukun, kabupaten Magelang yang terletak sekitar delapan kilometer barat daya gunung Merapi. Masyarakat dusun Tutup Ngisor yang mayoritas bermatapencaharian petani ini memiliki tradisi yang disebut dengan tradisi Suran. Tradisi Suran merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap tahun pada malam tanggal 15 Suro atau bertepatan dengan bulan purnama di padepokan Tjipta Boedaja yang didirikan oleh Romo Yoso Soedarmo pada tahun 1937. Keunikan dari tradisi ini terletak pada akulturasi budaya Islam dan Jawa yang digambarkan melalui pelaksanaan ritual tradisi Suran yang diawali dengan ritual Uyon-uyon Candi di makam Romo Yoso Soedarmo kemudian dilanjutkan dengan yaasiinan, kenduri, dan pasang sesaji. Puncak ritual tradisi Suran ditandai dengan pagelaran tari Kembar Mayang dan wayang sacral quot;Lumbung Tugu Mas quot;. Keesokan harinya dilanjutkan dengan Kirab Jathilan yang diikuti acara perebutan sesaji. Penelitian ini berangkat dari problem : mengapa tradisi Suran masih selalu dilaksanakan oleh masyarakat dusun Tutup Ngisor. Adakah akulturasi dalam tradisi Suran. Apakah akulturasi dalam tradisi Suran mempengaruhi kehidupan keagamaan masyarakat Tutup Ngisor. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap akulturasi dalam tradisi Suran dan bagaimana pengaruh akulturasi tersebut terhadap kehidupan keagamaan masyarakat dusun Tutup Ngisor. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Suran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian budaya. Adapun tahaptahapnya yaitu metode pengumpulan data ( observasi, interview, dokumenter ), seleksi data, analisis data, dan laporan penelitian. %Z PEMBIMBING: DRA. SORAYA ADNANI, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A ENDRA ASBOWO - NIM. 02121087, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4120 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K aktivitas ekonomi pondok pesantren, PP. Nurul Ummah %T AKTIVITAS EKONOMI PONDOK PESANTREN NURUL UMMMAH PRENGGAN KOTAGEDE YOGYAKARTA (1986-2008) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4120/ %X Sejarah pesantren merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah pertumbuhan masyarakat Islam Indonesia. Pondok pesantren berdiri sebagai jawaban dari panggilan keagamaan untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Secara perlahan-lahan pesantren berupaya berubah dan mengembangkan cara hidup masyarakat yang mampu menampilkan sebuah pola hidup yang menarik diikuti, meskipun ini sulit diterapkan, karena banyak unsur ideal di dalamnya yang tidak mungkin diterapkan secara praktis dalam masyarakat yang heterogen. Pada zaman sekarang ini pondok pesantren bukan hanya dituntut agar mampu mempertahankan eksistensinya, tetapi lebih dari itu harus mampu menyumbang keberadaannya sesuai dengan tuntutan zaman, tanpa mengaburkan nilai-nilai luhur pesantren yang ada. Demikian juga dengan PP. Nurul Ummah yang terletak di Prenggan Kotagede Yogyakarta, berusaha mengembangkan keberadaanya dengan membawa kemajuan yang pesat, baik intern maupun ekstern, di samping itu ia tetap menjaga tradisi lamanya. Kemampuan pondok pesantren bukan hanya dalam pembinaan pribadi Muslim, melainkan bagi usaha mengadakan perubahan serta perbaikan sosial dan ekonomi kemasyarakatan. Pondok pesantren pada saat sekarang ini dituntut untuk dapat mandiri secara ekonomi dan mampu menciptakan generasi muslim yang bukan hanya mempunyai pengetahuan keagamaan yang luas, namun juga ketrampilan berwirausaha, sehingga mampu bersaing dalam dunia usaha. Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode sejarah (historical methode). Yaitu suatu periodesasi yang ditempuh dalam suatu penelitian, sehingga dengan data yang ada dapat mencapai hakikat sejarah. Sejarah adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu kegiatan penelitian atau penyelidikan yang dilakukan di lapangan dan penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kualitatif. Bodgan dan Taylor mengemukakan bahawa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata, tertulis ataupun lisan dari prilaku yang diamati PP. Nurul Ummah dengan berbagai aktivitasnya telah banyak berperan dalam mengubah kondisi masyarakat di Kelurahan Prenggan dan sekitarnya baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, budaya maupun ekonomi. PP. Nurul Ummah juga menjalin kerjasama dengan masyarakat maupun lembaga-lembaga lain, sebagai peran nyata PP. Nurul Ummah dalam perubahan sosial pada masyarakat, karena pesantren ini berusaha mengintegrasikan diri dengan lingkungan masyarakat sekitar dan membuka diri untuk bergabung denganmasyarakat serta melakukan aktivitas-aktivitas yang bisa bermanfaat bagi pesantren dan masyarakat. PP. Nurul Ummah telah mempelopori pembangunan pesantren mandiri dengan keberhasilannya menciptakan banyak usaha produktif misalnya: kopontren, rental komputer, penerbitan buku, fotocoy, konveksi dan peternakan sapi yang mampu menghidupi pesantren dan membuka lapangan pekerjaan baik para santri maupun masyarakat. Dengan membangun jaringan bisnis yang kuat, PP. Nurul Ummah berharap menjadi teladan bagi umat Islam dan pesantren pada khususnya untuk membangun kemandirian dalam bidang ekonomi. PP. Nurul Ummah mengalami kemajuan yang sangat signifikan dalam berbagai bidang dari tahun ke tahun, meliputi bidang pendidikan, dakwah, sosial demikian juga dalam bidang ekonomi. Kemajuan dalam bidang ekonomi khususnya, ditandai dengan makin bertambah dan berkembangnya unit-unit usaha yang ada di PP. Nurul Ummah dengan aset mencapai ratusan juta rupiah. Kontribusi PP. Nurul Ummah terkait dengan kemajuan ekonominya sangatlah besar baik karena dampak langsung maupun tidak. Sebagai contoh dampak langsung misalnya unit usaha peternakan sapi yang memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin menjadi peternak sapi dimana pihak pondok sebagai pemodal dan masyarakat sebagai pemelihara dengan sisitem bagi hasil. Hal ini merupakan wujud nyata kemanunggalan pondok dan masyarakat. div %Z Pembimbing: Dr. Imam Muhsin, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A DANIEL ARIEF BUDIMAN - NIM. 05120033, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4119 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tradisi intelektual Nusantara, ideologi politik, karya-karya intelektual muslim, tradisi intelektual Melayu %T IDEOLOGI POLITIK MELAYU ABAD KE-19 (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN ABDULLAH BIN ABDUL KADIR MUNSYI DAN RAJA ALI HAJI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4119/ %X Tradisi intelektual Nusantara memasuki abad ke-19 memperlihatkan beberapa perubahan penting. Perubahan itu dapat dilihat dari karya-karya yang muncul pada abad ini. Karya-karya intelektual pada abad ini memperlihatkan berbagai pandangan baru yang lahir sejalan dengan kondisi sosial-politik dan keagamaan di Nusantara. Pada abad ke-19, dunia Melayu menyaksikan menguatnya perkembangan berbagai orientasi ideologi politik dalam karya-karya intelektual muslim. Terdapat setidaknya dua orientasi politik yang berkembang, yakni paham kebangsaan yang mengadopsi model negara-bangsa (nation-state) seperti yang berkembang di Barat dan model restorasi kerajaan Melayu yang menghendaki model kerajaan Melayu sebelumnya untuk tatanan sosial dan politik Melayu. Perubahan orientasi politik tersebut memberikan sebuah pergeseran penting terutama dalam tradisi intelektual Melayu. Kedua ideologi tersebut kendati terkait erat tetapi melahirkan perdebatan politik yang berlangsung sangat intensif di akhir abad ke-19 dan abad ke-20. Perdebatan tersebut mengetengahkan pemikiran dua orang intelektual penggagas dari dua orientasi politik tersebut. Mereka adalah Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dan Raja Ali Haji, tokoh yang membawa pemikiran kebangsaan dan restorasi kerajaan Melayu. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1797-1854 M) atau yang lebih dikenal dengan Abdullah Munsyi adalah penggagas paham kebangsaan. Melalui karya terpentingnya, Hikayat Abdullah, ia mengedepankan rumusan identitas Melayu dalam rumusan bangsa yang dipahami sebagai suku atau ras Melayu. Ia menekankan bahwa bangsa Melayu sebagai sebuah komunitas yang memiliki hak untuk terlibat menentukan format politik Melayu bukan sebagai komunitas yang berada di bawah sistem politik yang berbasis pada ideologi kerajaan. Sedangkan Raja Ali Haji (1809-1870 M) adalah intelektual kerajaan Riau-Johor yang dibesarkan di kalangan Istana. Sebagai seorang elite kerajaan, pemikirannya banyak berkisar pada upaya restorasi kerajaan dan tradisi Melayu. Dalam karya-karyanya, Tuhfat an-Nafis (Hadiah yang Berharga), Tsamarah al-Muhimmah (pahala Tugas-tugas Negara) dan Intizam Waza'if al-Malik (Peraturan Sistematis tentang Tugas Raja-Raja), semuanya menjelaskan tentang sejarah dan pemikiran politik Melayu. Bagi Raja Ali Haji kerajaan merupakan sistem politik yang tepat untuk membangun masyarakat Melayu. Dua kutub pemikiran di atas coba dikomparasikan untuk mencari titik temu diantara keduanya. Dengan menggunakan hermeneutika komparasi pemikiran kedua tokoh dianalisis melalui karya mereka yaitu Hikayat Abdullah dan Tsamarah al-Muhimmah. Dari penelitian penulis menemukan bahwa terdapat persamaan pemikiran diantara keduanya terutama perlunya bangsa Melayu memperjuangkan kemajuan bangsanya sendiri. Walaupun terdapat perbedaan pandangan mengenai konsep kerajaan dan independensi sebagai bangsa tapi pengaruh keduanya bagi dunia Melayu masih terasa sampai sekarang. div %Z Pembimbing: Maharsi, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A APRI AHMADI - NIM. 05120042, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4117 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kerajinan Kaligrafi, kesenian tulis indah, kebudayaan, Kotagede %T KERAJINAN KALIGRAFI DI KOTAGEDE %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4117/ %X Keindahan merupakan insting kehidupan bagi setiap manusia. Untuk mendapatkan kebutuhan akan keindahan, manusia berproses serta mengolah kecerdasan yang dimilikinya sehingga tercipta sebuah kesenian yang merupakan hasil dari cipta rasa dan karsa manusia itu sendiri. Kaligrafi adalah suatu bentuk tulisan indah yang menyajikan keindahan tersendiri, yang menjadi sebuah manifestasi yang masih dilestarikan dari dahulu hingga sekarang dan tetap eksis. Kaligarfi diperkirakan berasal dari jazirah Arab yang dikembangan oleh orang hijaz. Dahulu orang Arab atau tepatnya orang hijaz memakai kaligrafi sebagai bentuk pengabadi sair, konon orang Arab sebelum mengenal Islam sudah mengenal dan mengerti serta terbiasa dengan kaligrafi. Pada awal perkembangannya, metode yang digunakan untuk menulis kaligrafi adalah hanya ditulis di atas tulang, dahan atau pelepah pohon. Awalnya kaligrafi hanya digunakan sebagai kegiatan tulis menulis saja, seperti menulis kejadian atau pengetahuan, atau peristiwa-peristiwa penting. Sesuai dengan berkembangnya zaman, manusia menggunakan kaligrafi ini sebagai suatu kesenian, hingga pada zaman modern kaligrafi dikenal sebagai hiasan dinding yang bernilaikan tinggi bahkan sebagai bentuk usaha dalam mengembangkan perekonomian. Sejalan dengan berkembangnya Islam ke seluruh penjuru dunia, kaligrafi juga ikut terbawa dalam perkembangnya, hingga samapailah ke Nusantara. Pada saat Islam datang ke nusantara bentuk dan metode pembuatan kaligrafi sudah berkembang di jazirah Arab, sehingga ketika Islam datang ke nusantra bentuk dan corak kaligrafi sudah maju. Keislaman nusantara lama kelamaan terus merata, dan makin ramai di seluruh penjuru plosok Nuantara. Berkembangnya Islam juga ikut membawa kemajuan kebudayaan yang dibawanya. Di Nusantara kita mengenal tanah Mataram Islam, dengan salah satu kotanya yang eksotik dan juga cantik yang menawarkan atmosfir tersendiri untuk menumbuhkan kesenian dan kebudayaan. Kota itu adalah Kotagede sebuah kota tua yang memiliki berbagai keunikan, dan sekarang Kotagede merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kotagede sejak dahulu sampai sekarang merupakan kota yang dikenal dengan kota seni yang memiliki nilai tinggi, diantara kesenian yang dimiliki oleh Kotagede adalah seni kerajinan tempa, kerajinan ini masih bertahan sampai sekarang. Kedatangan Islam di kotagede ikut membawa nafas kesenian kedalamnya, diantara kesenian Islam yang mewarnai kekhazanahan seni Islam di Kotagede adalah kesenian tulis indah yaitu kaligrafi. Ciri khas dari kerajinan Kotagede adalah kerajinan tempa yang menggunakan bahan baku keras seperti perak, tembaga dan kuningan, karena keahliannya yang mashur dalam mengolah aneka bahan keras ini, maka memberi ketertarikan bagi semua pencinta kesenian dan juga yang tidak cinta seni untuk mengenal lebih dalam akan kerajian kaligrafi di Kotagede ini. div %Z Pembimbing: Dr. Ali Sodiqin, S.Ag., M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A HENDRO SUPERYADI - NIM. 01120693, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3644 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Adat perkawinan , adat istiadat, tradisi masyarakat Bangka %T TRADISI PERNIKAHAN ADAT BANGKA (DI DESA MENTOK KEC. KELAPA KAB. BANGKA BARAT)) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3644/ %X Adat perkawinan di Desa Mentok adalah sebagian dari adat istiadat masyarakat Bangka yang merupakan bagian dari lingkungan hidup manusia yang dialami semasa hidupnya. Proses perkawinan ini juga terikat pada suatu hukum tertentu yang berlaku dalam masyarakat tersebut, dan merupakan adat kebiasaan atau tradisi yang dilakukan berupa upacara-upacara resmi yang melibatkan banyak orang agar dapat mengakui mereka calon suami istri itu sebagai anggota masyarakat. Pernikahan adat Bangka di Desa Mentok mempunyai keunikan yang sulit dijumpai di tempat lain di Pulau Bangka. Diantaranya adalah, prosesi adat pernikahan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam, dalam lamaran menggunakan pantun, khatam Al-Qur'an dilaksanakan oleh sepasang pengantin malam hari pada saat prosesi tujuh hari tujuh malam. Sampai dengan penelitian ini dilakukan, pernikahan adat Bangka hanya dilaksanakan oleh penduduk lokal. Masyarakat Desa Mentok memandang upacara perkawinan adat ini sangat baik. Mereka mengatakan seharusnya setiap perkawinan memakai upacara adat karena selain untuk melestarikan kebudayaan yang memenuhi nilai-nilai luhur juga meneruskan apa yang telah dilakukan oleh leluhur atau nenek moyang mereka. Upacara perkawinan adat Bangka yang dilaksanakan di desa Mentok melibatkan tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan semua yang ada di dalamnya. Upacara pernikahan adat Bangka memiliki nilai-nilai Islam yang terkandung dalam rangkaian pelaksanaan upacara adat dan simbul-simbul upacara. Nilai-nilai Islam tersebut yaitu nilai keagamaan. Disamping unsur-unsur Islam juga terdapat unsur atau nilai sosial. Dalam rangkaian kegiatan pernikahan sejak persiapan hingga akhir pelaksanaan, banyak melibatkan masyarakat di lingkungan sekitar. Keterlibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan kegiatan pernikahan menunjukkan bahwa diantara mereka terjalin hubungan yang saling membutuhkan untuk bisa bersama-sama melaksanakan pernikahan. Perilaku masyarakat yang sebelumnya menunjukkan keterpecahan akhirnya berubah menjadi kebersamaan manakala melihat proses perkawinan. Selain itu dalam acara pernikahan juga dibagikan nasi kenduri kepada tetangga, hal tersebut akan menciptakan kerukunan sesama tetangga. %Z Pembimbing: Dra. Soraya Adnani, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A MIFTAHURROHMAH - NIM. 04121856 , %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2837 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tarekat, Tarekat Alawiyah, Kyai Hasan Shadzali, Kyai Awahir %T TAREKAT ALAWIYYAH DI DESA CISURU KECAMATAN CIPARI KABUPATEN CILACAP, 1912-2007 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2837/ %X Tarekat berasal dari bahasa arab ath-thariq yang berarti jalan. Dari segi istilah tarekat sering dikaitkan dengan organisasi tarekat yaitu dalam suatu kelompok organisasi dilingkungan Islam tradisional yang melakukan amalan-amalan zikir tertentu yang telah ditentukan oleh pemimpin organisasi tarekat. Tarekat alawiyah merupakan tarekat yang tergabung dalam tarekat mu'tabarah yang telah jelas asal syariatnya dibawa oleh Nabi Muhammad. Tarekat alawiyah adalah tarekat yang ditempuh oleh para shalaf sholeh yang mengajarkan al-Qur'an dan Sunnah kepada masyarakat dan memberikan suri tauladan dalam pengamalan ilmu dengan keluhuran akhlak dan kesungguhan hati sesuai yang dijalankan Rasulullah s.a.w. Tarekat ini didirikan oleh Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir, nama lengkapnya Imam Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir seorang tokoh sufi terkemuka pada abad ke 17 M. Tarekat di desa Cisuru antara lain: Qadiriyah, Naqsyabandiyah dan Alawiyah. Di desa Cisuru tarekat yang berkembang tarekat Alawiyah hal ini dilihat dari banyaknya penganut mulai dari masa khalifah yang pertama yaitu Kyai Hasan Shadzali sampai khalifah yang kedua Kyai Awahir. Sejarah awal masuknya tarekat alawiyah ke desa Cisuru, kecamatan Cipari dan sekitarnya karena meneruskan tarekat Alawiyah yang ada dan berkembang masuk pada tahun 1912 masa khalifah yang pertama dan diteruskan oleh khalifah yang kedua pada tahun 1992. Tarekat ini melakukan ritual tarekat pada setiap hari Minggu Manis, karena hari itu telah menjadi kesepakatan anggota jamaah tarekat, dan dimulai pada pukul 09.00-14.00. Penelitian ini berangkat dari permasalahan bagaimana sejarah tarekat Alawiyah di desa Cisuru, apa ritual serta ajaran tarekat Alawiyah di desa Cisuru, dan dan aktivitas sosial keagamaan kaum Alawiyin. Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian sejarah yang merupakan penelitian lapangan dengan metode field research yang pencarian datanya dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan menggunakan pendekatan sosiologis. Dari itu bisa ditarik kesimpulan bahwa tarekat Alawiyah merupakan tarekat muktabarah yang jelas asal syariatnya./div %Z PEMBIMBING: DRS. DUDUNG ABDURAHMAN, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A SAFWAN - NIM. 02120997, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3663 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K kerajaan Banjar, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjar %T SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3663/ %X Berabad-abad yang lalu kerajaan Banjar yang bercorak Islam telah berdiri di tanah Borneo, ketika Sultan Suriansyah menjadi Raja Banjar pada 1525-1550 M. Akan tetapi hukum-hukum Islam belum dipakai dalam segala pertimbangan dan pengambilan kebijakan dalam memutuskan suatu perkara di kerajaan serta dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Banjar pada saat itu. Pada masa itu belum ada ahli di bidang agama dan hukum yang dapat menegakkan syar'i. Ketika sultan Tahmidullah menjadi raja kerajaan Banjar (1761-1801), sosok Syekh Muhammad Arsyad al-Banjar sebagai ulama besar dan kharismatik berhasil membina masyarakat kecil untuk mengamalkan ajaran Islam dan hukum-hukum Islam dalam setiap kegiatan sehari-hari. Al-Banjari seorang ulama yang kharismatik dan sangat dihormati oleh masyarakat maupun di lingkungan kerajaan, karena beliau memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi tentang agama serta ilmu kebathinan (tasawuf). Dan mendapatkan kesempatan untuk mengatur urusan agama dan hukum Islam dalam kerajaan sebagai Mufti dan ini merupakan jabatan resmi pertama sebagai pengurus agama dan juga merupakan titik awal dari perkembangan agama Islam di Kalimantan Selatan. Dari profil di atas, konstruksi yang relevan sebagai kerangka awal bagi penulis adalah mengunakan pandangan Max Weber yang secara umum membedakan dalam tiga otoritas yaitu: otoritas kharismatik, yaitu berdasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi, otoritas tradisional, yaitu pengaruh yang dimiliki berdasarkan pewarisan; dan otoritas legal-rasional, yaitu pengaruh yang dimiliki berdasarkan jabatan serta kemampuannya. Metode yang digunakan untuk penulis dalam menyusun skripsi, menggunakan kajian kepustakaan (library research), dimana penulis meneliti tulisan-tulisan yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas baik primer maupun sekunder. Sebagai penelitian sejarah tokoh, penulis melakukan langkahlangkah atau tahapan-tahapan dalam proses penelitian, langkah yang digunakan dalam penulisan ini sebagai berikut: a) Heuristik b)Verifikasi c) Interpretasi d) Historiografi. Setelah data terkumpul, maka selanjutnya penulis olah dengan langkah dan tahapan verifikasi, interpretasi dan historigrafi, kemudian penulis memberikan analisa berupa pemikiran dan penilaian terhadap data yang diperoleh dengan mengunakan analisisi deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian untuk mengetahui sosok Arsyad dan pemikirannya dalam penyebaran ajaran Islam di Kalimantan Selatan, serta peranannya dalam kerajaan sebagai alat dakwahnya ke berbagai daerah-daerah di Kalimantan Selatan abad ke-18. Dengan demikian kita bisa melanjutkan perjuangan dan peranannya dalam penyebaran Islam. Melalui bidang keagamaan Syekh Muhammad Arsyad telah meninggalkan sejumlah warisan berharga (ide, pemikiran, karya tulis) untuk dikaji dan dipelajari oleh para cendikiawan keagamaan sekarang. %Z Pembimbing: Siti Maimunah, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD MUNAWAR KHOLIL - NIM. 02121012, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3656 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Indonesia, Organisasi Muhammadiyah, ideologi NASAKOM %T SIKAP MUHAMMADIYAH TERHADAP PKI PERIODE YUNUS ANIS DAN AHMAD BADAWI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3656/ %X Organisasi Muhammadiyah merupakan organisasi non pemerintah (Non Govermental Organisation-NGO) terbesar di Indonesia, yang mempunyai amal usaha yang terbanyak di Indonesia. Dalam perjalanannya Muhammadiyah telah melewati berbagai perubahan zaman di Nusantara. Dari era revolusi fisik, perang kemerdekaan dan era mengisi kemerdekaan. Setelah merdeka, fokus perjuangan Muhammadiyah mengalami perubahan, dari perlawanan penjajahan menuju perlawanan kebodohan bangsa sendiri. Tuntutan ini disebabkan karena keadaan sosial politik di Negeri ini masih tidak stabil. Beberapa pemberontakan mengiringi perjalanan Republik yang masih muda, antara lain PRRI, RMS, DI/TII, PKI 1948, selain itu dipucuk pimpinan Negara, sudah terpecah belah menjadi kelompok-kelompok tertentu, terutama yang berkaitan dengan ideologi yang akan digunakan sebagai identitas Nasionalisme, yaitu antara Islam dan Nasionalis. Muhammadiyah terlibat langsung didalamnya dengan Ki Bagus Hadikusumo sebagai wakil dari umat Islam dalam merumuskan Pancasila. Dia harus rela ketika ketujuh kata dalam sila pertama harus dihapus yang kemudian menjadi seperti yang sekarang ini. Perjalanan Muhammadiyah dalam Pemilihan Umum 1955 dialokasikan ke partai Masyumi, Muhammadiyah menjadi salah satu anggota istimewa Masyumi, Masyumi satusatunya Partai umat Islam sesuai dengan ikrar abadi umat Islam tahun 1947 di Seni Sono. Pemilu tahun 1955 dimenangkan oleh Masyumi, kemudian secara berurutan dimenangkan oleh PNI, NU, dan PKI. Secara otomatis peta kukuatan politik di Indonesia saat itu dikuasai oleh tiga kekuatan besar, yaitu Nasionalis, Agama, dan Komunis, hal inilah yang menjadi alasan bagi presiden Soekarno untuk membuat ideologi NASAKOM tahun 1960 demi keseimbangan politiknya. Presiden Soekarno setelah menerapkan ideologi NASAKOM menjadi sangat dekat dengan Komunis, bahkan dalam mengambil keputusan cenderung menguntungkan PKI, hingga akhirnya pemerintah membubarkan Masyumi yang dianggap kontra revolusioner pada tahun 1960. Setelah kejadian itu, Muhammadiyah dalam berjuang lebih menekankan kepada amal usaha untuk membantu masyarakat. Disisi lain, PKI berhasil melakukan konsolidasi hingga menjadi sebuah partai yang besar dari segi ideologi, Muhammadiyah sebenarnya bertentangan dengan Komunisme, namun mengapa dalam menghadapi persoalan tersebut Muhammadiyah cenderung diam. Dan bagaimana bentuk gekan yang dilakukan untuk membendung Ideologi Komunis di Indonesia. Dari pertanyaan itu jawabannya akan dibatasi oleh waktu dan tempat. Tahun 1960 karena sejak diberlakukannya ideologi NASAKOM pada waktu itu, konsolidasi PKI sangat massif. Tahun 1966 karena waktu itu PKI secara institusi dan manifestasi dari Komunisme resmi dibubarkan. Muhammadiyah sendiri pada kurun waktu tersebut terjadi perang dingin dan perang ideologi, namun tidak tampak karena belum dilakukannya penelitian. Dalam menjawab pertanyaan itu akan dipakai teori quot;tantangan dan jawaban quot; Arnold J Tonybee. Dibubarkannya Masyumi menjadi tantangan bagi Muhamadiyah untuk berjuang sendiri. Jawaban yang diberikan adalah ketika PKI ingin membubarkan HMI, Muhammadiyah membela sekuat tenaga. Penulisan ini adalah penelitian sejarah, metode yang digunakan juga metode penulisan sejarah. Dengan urutan dalam metode sejarah yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan terakhir historiografi %Z Pembimbing: Dr. Muhammad Wildan, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A PADMIYATI NIM. 01120699, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2826 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K krisis multidimensional, al-Quran sebagai pegangan hidup, lembaga pendidikan al-Quran, Badan Koordinasi TKA-TPA Propinsi DIY %T SEJARAH BADAN KOORDINASI (BADKO) TKA-TPA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1990 – 2008 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2826/ %X Masalah krisis multidimensional yang tengah melanda Bangsa Indonesia saat ini telah membawa pengaruh negatif pada kondisi kualitas fisik manusia Indonesia dari tingkat kesehatan, pendidikan dan ekonomi sampai pada masalah moralitas yang semakin memprihatinkan.Telah menjadi tugas kita semua untuk seoptimal mungkin memperbaikinya, terutama perbaikakan pada kondisi kualitas manusia Indonesia yaitu generasi penerus bangsa. Salah satunya adalah dengan mengenalkan al-Quran sebagai pegangan hidup pada generasi penerus bangsa. Mengingat pentingnya al-Quran dalam menjadikan manusia berakhlak luhur, maka pendidikan dan pengajaran al-Quran harus diterapkan sedini mungkin. Pendidikan dan pengajaran al-Quran pada anak-anak keluarga muslim bisa dilakukan didalam rumah namun tidak sedikit keluarga muslim yang mempercayakan pada lembaga pendidikan al-Quran seperti TKA-TPA. Lembaga pendidikan al-Quran yang tersebar di Yogyakarta telah mendapat perhatian khusus terbukti dengan dibentuknya sebuah lembaga yang berperan sebagai pembina dan pengembang gerakan TKA-TPA yaitu Badan Koordinasi TKA-TPA Propinsi DIY. Badan Koordinasi TKA-TPA (BADKO TKA-TPA) Propinsi DIY didirikan sebagai lembaga pembina dan pengembang gerakan TKA-TPA di Propinsi DIY. Dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2008 kegiatan-kegiatan yang telah diusahakan oleh BADKO TKA-TPA Propinsi DIY terus mengalami banyak perkembangan dan mempunyai peran penting dalam memajukan kualitas pengelolaan gerakan TKA-TPA di Propinsi DIY. BADKO TKA-TPA Propinsi DIY didirikan pada tanggal 28 Oktober 1990 sebagai sebuah lembaga yang mengkoordinir gerakan TKA-TPA dan mewadahi seluruh TKA-TPA dan MDA (Madrasah Diniyah Al-Quran) di Propinsi DIY. Penelitian ini meneliti tentang sejarah Badan Koordinasi TKA-TPA Propinsi DIY dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui sejarah berdirinya Badan Koordinasi TKA-TPA Propinsi DIY; (2) Mengungkapkan perkembangan dan aktifitas Badan Koordinasi TKA-TPA Propinsi DIY; dan (3) Mengerti dan memahami adanya hubungan Badan Koordinasi TKA-TPA Propinsi DIY dengan masyarakat dan hubungannya dengan Badan Koordinasi TKA-TPA yang ada di bawahnya. Penulis menggunakan pendekatan sosio historis yaitu memahami sesuatu peristiwa (manusia) dengan melihat kaitan erat antara kesatuan waktu, tempat dan kebudayaan dari peristiwa yang terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman masa lampau berupa: peninggalan-peninggalan, dokumen-dokumen, arsip-arsip, benda-benda pustaka, dan lain-lain. Keberadaan BADKO TKA-TPA Propinsi DIY selama 19 tahun mengalami perubahan dan perkembangan, terbukti dengan peningkatan-peningkatan di segala aspek, mulai dari keadaan kepengurusan sampai dengan aktifitas-aktifitas besar yang berhasil diselengggarakan dengan sukses. Aktifitas BADKO TKA-TPA Propinsi DIY dititik beratkan pada pembinaan dan pengembangan pengelolaan TKA-TPA, yaitu pengembangan kurikulum dan standarisasi lulusan TKA-TPA, peningkatan kualitas tenaga pengajar, dan pengembangan kurikulum pelatihan ustadz/ustadzah, serta pembinaan dan pengembangan manajemen/pengelolaan TKA-TPA. BADKO TKA-TPA Propinsi DIY menjalin hubungan dan kerjasama dengan masyarakat muslim; dengan pemerintah, media massa, dan organisasi atau lembaga lain; serta didukung oleh lima BADKO TKA-TPA Daerah yang berkedudukan di Kabupaten/Kotamadya dan 85 BADKO TKA-TPA Rayon yang berkedudukan di Kecamatan. %Z PEMBIMBING: SITI MAIMUNAH, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A ALI IRSYAD, NIM. 01120708 %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2773 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Piagam Madinah, kabilah, perubahan pola pikir masyarakat %T PIAGAM MADINAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT MADINAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2773/ %X Sebelum lahirnya Piagam Madinah hak kemanusiaan tergantung kepada adat istiadat atau hukum adat yang terdapat pada setiap suku. Peperangan antar kabilah adalah fenomena biasa di kalangan masyarakat Arab. Jaminan keamanan individu tergantung pada kekuasaan pemimpin kabilah masing-masing, pemimpin kaum juga mengatur segala undang-undang, adat, dan keadilan sosial. Dalam piagam ini juga ditemukan kaidah-kaidah umum yang mampu mengakomodasi berbagai hak dan kewajiban para warga. Piagam itu memuat hak-hak golongan minoritas, kebebasan beragama, memandang segala bentuk gangguan dan ancaman terhadap sekelompok orang sebagai ancaman terhadap semua orang, serta melarang penduduknya untuk melindungi pembuat kekacauan yang akan menciptakan instabilitas kehidupan sosial. Piagam Madinah juga mengatur kebebasan berpendapat,perlindungan terhadap hak sipil dan hak hidup, memperkenalkan ide nasionalisme dan negara dalam arti luas, toleran, bekerjasama dan humanis. Prinsip itu menjamin persamaan hak dan kewajiban setiap individu, tanpa membedakan ras, bahasa, ataupun kepercayaan. Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode historis, penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mengetahui kenyatan sejarah, kondisi sosial, politik, keyakinan masyarakat, hal-hal yang melatarbelakangi perumusannya, serta bagaimana pengaruhnya terhadap heterogenitas masyarakat pendukungnya. Sedangkan untuk pendekatannya menggunakan pendekatan sosiologi Pendekatan tersebut digunakan karena pemikiran masyarakat sebelum dan sesudah piagam ini lahir mengalami perubahan, atau secara otomatis piagam tersebut membawa perubahan pola pikir masyarakat pendukungnya. Berarti dalam kurun waktu sebelum dan sesudah piagam ini lahir masyarakat yang bernaung dibawahnya mengalami perubahan pemikiran dan sosial. Sebagaimana dikutip dudung Abdurahman, Marvin E. Olsen mengatakan: perubahan sosial itu seringkali disertai suasana kegelisahan sosial, disintegrasi dan konflik sosial. Lebih lanjut diungkapkan Chitambar bahwa konsep perubahan itu menunjukkan berbedanya aspek fungsi (pertalian antara berbagai komponen dan hubungannya dengan komponen lain) dan struktur (susunan sitematis yang menjadi sifat suatu masyarakat) pada waktu kemudian dibanding waktu sebelumnya. Setelah menyimak pokok pikiran penelitian dan metode yang digunakan, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan hal-hal yang menyangkut Piagam Madinah dan pengaruhnya terhadap masyarakat Madinah. Hasil yang didapatkan adalah mengungkapkan kondisi masyarakat Madinah sebelum piagam ini lahir, situasi-situasi penentu kelahirannya, dan seperti apa pengaruhnya setelah Piagam ini lahir. Sehingga disimpulkan piagam ini lahir berdasarkan kondisi sosial masyarakat Madinah yang heterogen, baik kondisi keagamaan, politik, ekonomi, sosial, dan suku bangsa. Piagam Madinah juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat yang bernaung di bawahnya, khususnya lagi pengaruh bagi umat Islam Hal ini didasarkan pada eksistensinya dalam merubah dan memberikan aturan baru tentang hidup bernegara dan beragama yang damai di antara mereka. %Z PEMBIMBING: SYAMSUL ARIFIN, S.AG, M.AG %0 Thesis %9 Skripsi %A IWAN MULYAWAN - NIM. 02121033, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3648 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K akulturasi Islam, budaya lokal, Islam Wetu Telu, Islam Waktu Lima %T PERKEMBANGAN ISLAM DI LOMBOK (Kajian Islam di Lombok pada Abad XX) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3648/ %X Penelitian ini dilatarbelakangi adanya realitas bahwa Islam merupakan agama yang sangat dominan di Pulau Lombok, yang memainkan peran penting sebagai penjaga nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Di Lombok, akulturasi Islam dengan budaya lokal berjalan dengan mulus. Islam dapat berkembang dengan baik tanpa konflik dan kekerasan. Islam dan kultur lokal saling bernegosiasi, berdialog, representasinya terlihat dari munculnya dua kultur yang dapat hidup dan berkembang dengan baik, yakni Islam Wetu Telu dan Islam Waktu Lima. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Islam Wetu Telu (Islam Lokal) yang awalnya banyak dipeluk oleh penduduk Sasak asli dianggap sebagai quot;tata cara keagamaan Islam yang salah quot; oleh Islam Waktu Lima. Karena itu, Islam Waktu Lima sejak awal kehadirannya disengaja untuk melakukan misi atau dakwah Islamiyah terhadap kalangan Islam Wetu Telu, karena dianggap keislaman mereka belum sempurna. Penelitian ini berupaya memaparkan perkembangan Islam di Pulau Lombok pada abad XX, sekaligus menjelaskan perbedaan varian keagamaan di Lombok. Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi dan memperkaya khasanah pemikiran keislaman khususnya dalam disiplin sejarah Islam. Penelitian ini adalah penelitian sejarah, yang dalam prosesnya dilakukan melalui lima tahap, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan penulisan. Melalui pendekatan ini dikemukakan penjelasan sejarah (historical explanation) yang meliputi: asal usul, pertumbuhan dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Pengertian keagamaan dalam konteks ini mengacu pada gejala faktual agama-agama (pendekatan behavioral), dan tidak menyinggung aspek teologis-metafisisnya. Penelitian sejarah juga digunakan mengkaji kebijakan politik yang diambil seorang penguasa yang merupakan cakupan sebuah keputusan politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan Islam di Lombok pada abad XX didukung oleh beberapa faktor. Pertama, ajaran Islam yang mudah diterima masyarakat lokal sehingga Islam diterima dengan cara damai pada abad ke XVI. Kedua, respon masyarakat Lombok mayoritas menerima Islam dengan baik, sehingga pengikut Islam mulai berkembang pesat yang terutama disebarluaskan oleh para tuan guru melalui media pendidikan, seperti pondok pesantren dan organisasi-organisasi Islam. Ketiga, pada abad XX basis sosial Islam semakin kukuh di tengah kehidupan masyarakat Lombok. Adapun varian Islam di Lombok terdapat Islam Wetu Telu dan Islam Waktu Lima. Keduanya sama-sama percaya adanya Tuhan Allah, dan Muhammad adalah Nabi/Rasul-Nya. Perbedaannya tampak pada implementasi di bidang akidah dan syari'ah, yang merupakan dasar fundamental dalam kehidupan beragama. Dalam bidang akidah, Islam Wetu Telu masih menganut sinkretisme antara Hindu, Buddha dan Islam. Di samping percaya terhadap Allah mereka juga mempercayai roh dan makhluk halus, terutama dalam hal mengendalikan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Dalam bidang syari'ah, Islam Waktu Lima mempercayai rukun Islam yang lima dan menerapkannya secara keseluruhan sebagai kewajiban bagi setiap individu muslim yang akil dan balig. Adapun Islam Wetu Telu cenderung hanya menerapkan tiga rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa. Untuk Zakat dan haji mereka wakilkan kepada imam mereka. Varian Islam seperti itu terjadi karena: Pertama, masih kuatnya tradisi animisme dan Budhisme di kalangan Wetu Telu . Kedua, kurangnya waktu para mubalig dalam menyampaikan ajaran Islam, sehingga penyampaian ajaran belum terjadi secara menyeluruh. Ketiga, adanya penolakan-penolakan dari masyarakat lokal terhadap sistem ajaran yang kompleks, mereka cenderung lebih mudah menerima dan mempraktekkan ajaran yang simpel dan mudah dilaksanakan, serta tidak terlalu memberikan beban. Apa yang tertuang dalam karya ini hanyalah sebagian kecil dari bantaran sejarah Islam di Nusantara. Meskipun begitu paling tidak kajian ini dapat dijadikan referensi dan pertimbangan bagi para peneliti sejarah Islam, khususnya mengenai masuk dan berkembangnya Islam di pulau Lombok. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Siti Maryam, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A MULHENDRI - NIM. 04121818, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2820 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Taqiyuddin An-Nabhani, Hizbut Tahrir, khilafah, Jama'at-i Islami, mu'awin tawidl, mu'awin tanfidz %T PERBANDINGAN SISTEM KHILAFAH ANTARA TAQIYUDDIN AN-NABHANI DAN ABU A’LA AL-MAUDUDI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2820/ %X Tujuan Taqiyuddin An-Nabhani (disingkat: An-Nabhani) mendirikan Hizbut Tahrir adalah untuk mengembalikan institusi khilafah yang dihapus oleh Kemal At-Taturk di Turki pada tahun 1924. An-Nabhani percaya, hanya dengan khilafah kaum muslim kembali bisa berjaya, kembali memegang kepemimpinan dunia. Ulama muslim yang lain, yakni Abu Al-Maududi (disingkat: Maududi) juga berpandangan yang hampir sama dengan An-Nabhani. Untuk mewujudkan cita-citanya, Maududi mendirikan Jamaat-i Islami. Bagi kedua tokoh di atas, ajaran Islam juga akan terealisasi sempurna bila ada negara. Alasannya, ada hukum Islam yang tidak akan terlaksana tanpa adanya negara. Misalnya, pidana Islam, ekonomi Islam, bahkan pemerintahan Islam itu sendiri adalah bagian dari syariat Islam, yang dikenal dengan sistem khilafah. Khilafah, menurut Machasin bermakna bahwa Allah mewakilkan kepada orang yang beriman untuk berkuasa di bumi. Sedangkan khilafah dalam pengertian sistem pemerintahan, menurut Fuad Mohd Fachruddin, mulai muncul setelah Rasul meninggal. Tepatnya saat terjadi polemik di Saqifah Bani Saidah dalam memilih pengganti Rasul sebagai kepala negara. Setelah Abu Bakar di bai²at, beliau lalu diberi gelar Khalifah Rasulullah. Semenjak itu, sistem pemerintahan Islam dikenal dengan khilafah. Menengok sekilas riwayat kedua tokoh, yakni An-Nabhani dan Maududi, mereka hidup semasa yang berlainan daerah: An-Nabhani lahir tahun 1903 di Palestina dan wafat di Beirut tahun 1977; Maududi lahir tahun 1909 di Andra Pradesh, India, meninggal tahun 1979 di New York. Mereka sama-sama mendapatkan pendidikan langsung dari orangtuanya yang ahli hukum Islam dan taat beragama. Pada masanya, kaum muslim sedang terhina, terpuruk, karena imperialisme Barat. Kaum muslim benar-benar seperti hidangan di meja makan yang disantap dari berbagai sisi oleh para pemangsa. Imperialisme berganti baju dengan neo-imperialisme, yang hal ini justru merambah ke segala bidang; dan kaum muslim semakin dicengkram dalam gelimang kemiskinan, kekacauan, keterbelakangan. Dalam perenungan dan pengembaraan intelektual serta menyaksikan kondisi kaum muslim yang carut-marut itu, mereka berpendapat bahwa satu-satunya jalan untuk bisa bangkit dan kembali memimpin dunia adalah kembali ke ideologi Islam secara total, dengan khilafah sebagai institusinya. Walapupun mereka sepakat dengan sistem khilafah, namun berbeda dalam penafsirannya. Misalnya, Maududi membolehkan banyaknya negara khilafah, sedangkan An-Nabhani mengharamkannya. Dalam organ pemerintahan, Maududi memakai trias politika: eksekutif, legislatif, yudikatif. Sedangkan An-Nabhani mempopulerkan lembaga dan istilah baru, seperti mu'awin tawidl, mu'awin tanfidz, majelis umat. Akan tetapi banyak pula persamaannya, terutama dalam pilarnya. Misalnya, kedaulatan hak Allah, kekuasaan di tangan kaum muslim. Banyak lagi perbedaan mendasar sdan persamaan sistem khilafah yang ditawarkan An-Nabhani dan Maududi yang perlu dieksplorasi. %Z PEMBIMBING: DRS. H. MUNDZIRIN YUSUF, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A DWI ERISKA AGUSTIN, NIM. 02121099 %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2809 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K mitos ratu adil, Perang Jawa, sejarah, tokoh kharismatis, Pangeran Diponegoro %T PENGARUH MITOS RATU ADIL DALAM PERANG JAWA (1825-1830) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2809/ %X Penelitian ini memfokuskan pada peristiwa Perang Diponegoro, atau yang dikenal dengan Parang Jawa, yakni antara tahun 1825 hingga tahun 1830. Masalah pokok yang akan dibahas adalah sekitar mitos ratu adil yang mempengaruhi munculnya perang tersebut. Dengan permasalahan pokok tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana mitos Ratu Adil dalam alam pikiran Jawa muncul ?; (2) Bagaimana pengaruh mitos Ratu Adil dalam Perang Jawa ? Tujuan studi ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya mererekontruksi masa lampau dan objek yang diteliti itu di tempuh melalui metode sejarah. Metode pengumpulan sumber dalam penelitian ini menggunakan metode pustaka. Bahan utama peneliti ini adalah babad Pangeran diponegoro terjemahan Wahyati Pradita dan buku-buku tentang ratu adil yaitu karangan Sartono Kartodirjo yang berjudul Ratu Adil dan Michael Adas dalam Prophets of Rebellion: Millenarian Protest Movement Againts The European Colonial Order. Adapun sumber-sumber sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya yang berkenanaan dengan Ratu Adil dan Pangeran Diponegoro serta buku-buku penunjang lainnya. Setelah sumber terkumpul penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut. Untuk menguji keabsahan tentang keaslian sumber (autentisitas) dilakukan melalui kritik eksteren, sedangkan untuk keabsahan mengenai kebenaran sumber (kredibilitas) dilakukan melalui kritik interen. Peneliti mencoba memilih sumber yang tepat, selanjutnya data yang dianggap benar dan relevan dengan permasalahan yang diteliti, disusun sebagai fakta sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan diakhiri dengan historiografi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Dalam alam pikiran Jawa terdapat mitos Ratu Adil. Mayarakat Jawa sering kali mengaitkan mitos Ratu Adil ini dengan Ramalan Prabu Jayabaya. Prabu Jayabaya merupakan kerajaan Daha Kediri yang berkuasa pada 1135-1157 M. Pada masa pemerintahannya Kediri mencapai puncak kejayaannya. Jayabaya mewariskan beberapa karya sastra Jawa Kuno, yang kemudian dilanjutkan oleh pujangga-pujangga masa Surakarta seperti Yasadipura I, Yasadipura II, dan Ranggawarsita. Dalam karya-karya sastra itu banyak menyebutkan bahwa penderitaan yang mereka alami, seperti peningkatan beban pajak, harga hasil bumi merosot tajam, hukum dan pengadilan tidak berjalan semestinya, syariat Tuhan tidak lagi dijalankan, banyak orang akan tersingkir dan orang jahat akan berkuasa, pemerintahan tidak berjalan dengan baik dan rakyat semakin sengsara, banyak terjadi bencana alam, dan krisis-krisis sosial lainnya, akan hilang dengan datangnya Ratu Adil. Hal ini termuat dalam Kitab Muassar karya Prabu Jayabaya. Dengan demikian, Ratu Adil, dalam tradisi Jawa lebih bersifat politis, meskipun ada sedikit sebagai gerakan mistis (kebatinan). Mitos Ratu Adil ini terwujud dalam bentuk tampilnya seorang pemimpin, yang dianggap dapat menjadi tokoh yang menyelesaikan permasalahan atau krisis yang melanda. Zaman edan tidak mungkin diubah dengan cara lain kecuali menanti tokoh Ratu Adil tersebut. Untuk merealisasikan perubahan zaman tersebut diperlukan suatu gerakan, yang ditopang oleh seorang pemimpin, yang dianggap sebagai Ratu Adil, yang mampu mewujudkan penentian tersebut. Adapun pengaruh dari mitos Ratu Adil dalam perang Jawa dapat dilihat dari munculnya tokoh kharismatis, yang dianggap sebagai 'wali Tuhan' yaitu Pangeran Diponegoro yang mampu menangkap seluruh penderitaan dan kesengsaraan rakyat, sehingga melalui kharismanya ia mampu berfungsi sebagai pemikat massa dan katalisator atas keluhan dan penderitaan tersebut, sekaligus sebagai sentral penampung ide, harapan bagi terciptanya kehidupan yang adil dan makmur sejahtera. %Z PEMBIMBING: DRA. HIMAYATUL ITTIHADIYAH, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD MUHIBIN - NIM. 04121758, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3654 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Partai Sarekat Islam Indonesia, Kongres Nasional, politik hijrah %T “POLITIK HIJRAH” PERJUANGAN PARTAI SAREKAT ISLAM INDONESIA DALAM MELAWAN PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA TAHUN 1923-1940 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3654/ %X Kongres Nasional di Madiun pada 17-20 Februari 1923, membicarakan sikap politik partai terhadap pemerintah. Suatu hal yang menarik dari kongres ini adalah adanya perubahan sikap partai terhadap pemerintah. Perubahan sikap yang dimaksud adalah bahwa partai tidak lagi mempercayai pemerintah, oleh karena itu partai akan menolak kerjasama dengan pemerintah (politik non-kooperasi) melalui Volksraad. Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) pada awal perjuangannya menggunakan cara-cara yang kooperatif terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, tetapi setelah langkah tersebut kurang memberikan hasil yang optimal, PSII akhirnya merubah haluannya untuk bergerak secara non-kooperatif. Bentuk nyata dari pergerakannya yang non-kooperatif, PSII menjalankan kebijakan politiknya yang disebut dengan politik hijrah. Politik hijrah ini mulai dijalankan oleh PSII pada tahun 1923. Permasalahn yang dikaji dalam skripsi ini yaitu mengapa politik hijrah digunakan sebagai haluan perjuangan Partai Sarekat Islam Indonesia dalam menentang Pemerintahan Kolonial Belanda. Sesuai dengan materi dalam bahasan skripsi ini yang berhubungan dengan masa lalu, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengan tahapan heuristik, kritik, interpratasi dan historiografi. Untuk mengumpulkan bahan dan data bagi keperluan skripsi ini, penulis menggunakan teknik studi literatur dan dokumentasi, Sedangkan teori yang digunakan adalah teori politik. Dijalankannya politik hijrah tersebut dimaksudkan untuk melepaskan diri dari segala bentuk pengaruh dan sistem kehidupan kolonial serta memulai menyusun segala aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, maupun politik berdasarkan pada potensi dan kekuatan diri sendiri. Dengan perkataan lain, pindah dari tatanan atau sistem kehidupan yang tadinya berada di bawah pengaruh sistem Kolonial Belanda ke kehidupan yang senantiasa selalu berdasarkan pada potensi yang dimiliki sendiri. Namun pada perkembangan selanjutnya kebijakan politik hijrah ini menjadi sumber polemik ditubuh PSII itu sendiri. Sejarah perjalanan PSII mencatat beberapa konflik yang muncul dan bersumber dari pelaksanaan politik hijrah ini. Memasuki akhir tahun 1930-an PSII telah mengalami tiga kali perpecahan dan menghasilkan tiga partai yang memisahkan diri dari PSII. ketiga partai itu adalah Barisan Penyadar PSII pimpinan H. Agus Salim, Partai Islam Indonesia (PII) pimpinan Soekiman, dan Komite Pertahanan Kebenaran PSII (KPK-PSII) pimpinan S. M. Kartosuwiryo yang masih menggunakan metode hijrah. Selain itu, pelaksanaan politik hijrah tersebut telah membangkitkan kembali tuntutan Indonesia berparlemen dan semakin memperlebar jarak pemisah antara rakyat Indonesia dengan Pemerintah Kolonial Belanda. %Z Pembimbing: Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A. M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A YOYON MIFTAHUL ASFAI - NIM. 04121964, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2831 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K simbolisme, kebudayaan, gelar adat, upacara perkawinan, Kesultanan Palembang Darussalam, %T GELAR ADAT DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT KOMERING DI GUMAWANG, BELITANG, OGAN KOMERING ULU TIMUR %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2831/ %X Simbol atau simbolisme memiliki hubungan yang erat dengan manusia dan kebudayaannya. Hubungan ini menyebabkan manusia itu sendiri disebut sebagai animal symbolicum. Bahwa manusia tidak pernah melihat, menemui, dan mengenali dunia secara langsung, tetapi mengenalinya melalui simbol. Kenyataan ini memang tidak dapat dinafikan, karena kebudayaan itu sendiri terdiri dari gagasan, simbol, dan nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Salah satu bentuk simbolisme adalah acara pemberian gelar adat. Pemberian gelar adat yang sifatnya terbatas sudah menjadi tradisi masyarakat adat di Sumatera Selatan di luar insitusi budaya Kesultanan Palembang Darussalam. Pemberian gelar adat kepada mempelai pengantin maupun kepada tokoh masyarakat dilakukan oleh Pemangku Adat setempat. Begitu juga bagi masyarakat Ogan Komering Ulu (OKU), pemberian gelar adat kepada kedua mempelai, telah menjadi adat suku-bangsa Komering, Suku Daya (Buay Rawan / Jalma Daya). Termasuk juga suku Lampung, suku Aji, suku Ranau dan sebagian komunitas suku Jawa dalam masyarakat Belitang di OKU Timur. Tradisi pemberian gelar adat menarik untuk diteliti karena beberapa masalah yang ada di dalamnya. Di antaranya, mengapa pemberian gelar dalam upacara perkawinan masyarakat Komering diberikan kepada semua masyarakat? Bagaimana latar belakang pemberian gelar adat? Bagaimana prosesi perkawinan masyarakat komering? Beberapa masalah di atas, merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan adat suku-bangsa lain di Indonesia. Penelitian ini mengambil lokasi di Guwang, Belitang, OKU Timur, Sumatera Selatan. Dengan menggunakan teori simbol yang dikemukakan Victor Turner dengan pendekatan etik, yaitu pengkategorian berasal dari peneliti yang mengacu pada konsep-konsep sebelumnya, dan emik, yaitu pengkategorian fenomena menurut warga setempat (pemilik budaya). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga tehnik yaitu observasi, wawancara mendalam dan penelusuran data sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisa kualitatif. Karena penelitian ini termasuk dalam penelitian budaya. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian gelar adat/adok ini merupakan warisan kebudayaan Melayu Kuno, terutama warisan kebudayaan Hindu masa Sriwijaya, yang masih dilestarikan hingga sekarang. Tradisi ini dilaksanakan pada saat bujang-gadis dalam masyarakat Komering menginjak dewasa yang ditandai dengan suatu perkawinan. Pada saat itu adalah masa peralihan dari remaja menuju ke dewasa, sehingga patut diberi kehormatan berupa gelar adapt alias adok. Jadi, ini bukan gelar kebangsawanan, dan tidak menunjukkan status sosial seseorang, sebagaimana yang ada dalam tradisi masyarakat Lampung dan keraton di Jawa. Adapun makna pemberian gelar adat/adok ini diharapkan kedua mempelai, sebagai individu-individu dapat berinteraksi dan bersosialisasi serta mengaktualisasikan potensi diri kepada masyarakat dengan tiada rasa canggung sedikitpun., karena telah memiliki status yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Perubahan status tersebut telah menegaskan identitas keber-ada-an dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terintegrasi secara utuh. Dengan demikian, memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap lingkungan sosial. Bagi masyarakat, pemberian gelar adat ini bermakna sebagai penghormatan terhadap leluhur, do'a dan harapan, musyawarah dan silaturahmi atau ta'aruf. %Z PEMBIMBING: SITI MAIMUNAH, S.AG, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A WASIRAH NIM: 04121901, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2833 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Jong Islamieten Bond (JIB), Kasman Singodimejo, Majlis Syuro Muslimin (Masyumi) %T KASMAN SINGODIMEJO DAN AKTIVITASNYA (1930 – 1982) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2833/ %X Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaian perjuangan yang panjang yang melibatkan berbagai komponen bangsa. Salah satu komponen yang memiliki kontribusi terhadap keberhasilan perjuangan tersebut adalah Jong Islamieten Bond (JIB). Di antara tokoh yang ikut membesarkan organisasi ini adalah Kasman Singodimejo. Kasman lahir pada tanggal 25 Februari 1908 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya adalah H. Singodimejo, yang pernah menjabat sebagai modin (penghulu), carik (sekretaris desa) dan Polisi Pamongpraja di Lampung Tengah. Pendidikan Kasman yang pertama di sekolah desa di Purworejo, kemudian ia melanjutkan ke Hollanda Indische School (HIS) di Kwitang Jakarta. Ia pindah ke HIS Kutoarjo, yang kemudian dilanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelang. Selain menuntut ilmu, Kasman juga belajar pengetahuan agama kepada K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Abdul Aziz. Setelah menyelesaikan pendidikannya di MULO, Kemudian dilanjutkan ke School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta. Aktivitasnya dalam organisasi dimulai ketika masih belajar di STOVIA dengan masuk dalam organisasi Jong Java. Dalam organisasi ini ia berjuang untuk menjadikan Islam sebagai landasan perjuangan dengan alasan sebagian besar anggotanya beragama Islam. Namun usul tersebut ditolak oleh pimpinan Jong Java, kemudian dengan Syamsuridjal, Ki Musa al-Mahfudz dan Suhodo, Kasman mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) dengan ketua pertamanya Syamsuridjal (1925-1926). Di tahun 1926-1930 Wiwoho Probohadidjoyo dan pada tahun 1930-1935 Kasman menjabat sebagai Ketua Umum JIB. Pada tahun 1937 Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI) berdiri sebagai wadah baru bagi perjuangan umat Islam. Pada tahun 1941, Kasman diangkat sebagai agronom pada dinas penerangan pertanian sampai tahun 1943, ketika muncul fase baru yakni pendudukan militer Jepang. Jepang memberikan angin segar kepada MIAI untuk mengembangkan kegiatan umat Islam. Sementara itu Jepang ingin memanfaatkan MIAI untuk kepentingannya. Melihat maksud Jepang tersebut, MIAI dibubarkan, selanjutnya dibentuklah wadah baru bagi umat Islam Indonesia yakni Majlis Syuro Muslimin (Masyumi). Jepang bermaksud menggunakan Masyumi untuk mengerahkan Romusha (sistem kerja paksa) untuk membantu Jepang, kemudian umat Islam mendesak Jepang untuk mendirikan pasukan bersenjata yakni Tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan Kasman menjadi salah satu Daidanchonya (komandan batalyon). Ketika memasuki perjuangan menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kasman sebagai Daidancho Jakarta bersama Daidancho se-Jawa Madura dipanggil ke Bandung oleh pimpinan Jepang. Saat di Bandung, Kasman mendengar bahwa Jepang menyerah dan ia langsung mengadakan pertemuan dengan para Daidancho di Hotel kota Bandung. Rapat tersebut tercium oleh pimpinan Militer Jepang dan Kasman diperiksa pada malam itu juga untuk dimintai pertanggungjawabannya. Melihat sikap Kasman yang terus terang itu, ia dibebaskan. Pada pagi harinya tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan diumumkan dan Kasman yang sedang ada di Bandung memperoleh berita ini dan menyampaikannya kepada para Daidancho untuk segera pulang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Kasman sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diminta untuk segera hadir pada sidang panitia di Pejambon. Sidang ini membahas tentang kontroversi tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang berbunyi; “ ... dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya . Kontroversi tujuh kata ini menimbulkan ketidakpuasan bagi pihak non muslim (Kristen) yang merasa dianaktirikan. Mereka mengancam untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia dan mendirikan negara Indonesia Timur. Tetapi, Kasman dengan segala kemampuan diplomasinya mampu mengatasi polemik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kasman merupakan orang pertama yang bersedia menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut. Sikapnya itu kemudian diikuti yang lain, sehingga diputuskan bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 berisi teks yang kita kenal hingga sekarang. Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apa peran Kasman dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini akan dirumuskan melalui pertanyaan; Bagaimana kondisi Indonesia pada masa Kasman Singodimejo? Siapakah Kasman Singodimejo dan bagaimana latarbelakang kehidupannya? Bagaimana aktivitas Kasman Singodimejo? Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah kualitatif dengan menggunakan Library Research dalam pengumpulan datanya. Sedangkan teori yang penulis gunakan adalah teori peran maksudnya individu sebagai subjek sejarah, selanjutnya didukung oleh pendekatan behavioral. Pendekatan behavioral adalah pendekatan yang berusaha memberikan pengertian tentang objek dan berusaha menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan dari objek, pengaruh yang diterima, sifat dan watak yang dimiliki. %Z PEMBIMBING: SYAMSUL ARIFIN, S.AG, M.AG %0 Thesis %9 Skripsi %A AGUS MORIYADI - NIM. 06120007, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4103 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K tradisi perkawinan, kebudayaan, adat perkawinan di Kayuagung, Begorok Mabang Handak %T UPACARA ADAT PERNIKAHAN DI KECAMATAN KOTA KAYUAGUNG OKI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4103/ %X Salah satu tradisi adat yang banyak perbedaannya adalah tradisi perkawinan. Bahkan terjadinya akulturasi dan perubahan-perubahan antar kebudayaan, yang mengakibatkan dalam satu daerah terdapat pola adat perkawinan yang memiliki tingkatan atau macam-macam bentuk upacara pernikahan. Secara teoritis perubahan kebudayaan berkaitan erat dengan perubahan pola kebutuhan masyarakat pendukung kebudayaan itu, yaitu kebutuhan biologis, sosiologis, dan psikologis, secara sederhana dapat dikaitkan bahwa kebudayaan selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi pada kebutuhan hidup masyarakat. Baik itu sendiri disebabkan oleh penetrasi kebudayaan luar kedalam kebudayaan sendiri atau karena terjadi orientasi baru dari kalangan intern masyarakat pendukung kebudayaan itu sendiri. Contohnya terdapat pada masyarakat Kayuagung sendiri. Di mana dahulunya upacara adat pernikahan yang dilakukan dengan cara pernikahan mabang handak, akan tetapi pada masa sekarang upacara pernikahan seperti itu sudah jarang dipakai masyarakat, karena sudah banyak memakai upacara adat pernikahan kawin begorok dan kawin sepagi. Hal ini dikarenakan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan lingkungan. Upacara pernikahan seperti ini terbilang unik. Dikatakan unik karena sistem adat perkawinannya mempunyai beberapa macam atau bentuk upacara perkawinan, akan tetapi walaupun demikian, peradabannya tetap bernuansa Islam. Macam-macam atau bentuk adat perkawinan di Kayuagung adalah: Kawin sepagi adalah prosesi adat perkawinan yang dilaksanakan secara simple atau dengan cara sederhana. Maksudnya adalah dengan terlaksananya acara ijab qobul saja itu sudah cukup, dan dirayakan secara sederhana tidak melibatkan rangkaian atau prosesi lainnya. Kawin Begorok adalah prosesi adat perkawinan yang dilaksanakan dengan rangkaian acara biasa, yang melibatkan kaum kerabat, tetangga dan handai taulan. Begorok Mabang Handak adalah prosesi adat perkawinan yang dilaksanakan secara besar-besaran, Maksudnya adalah upacara pelaksanaan itu dilakukan secara besar-besaran mempergunakan prosesi adat yang sangat lengkap dan beralur. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelititan lapangan (field reseach). Tujuan penelitian ini adalah guna mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi ini, dan nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam tradisi tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, dan wawancara. %Z Pembimbing: Drs. Musa, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A ERNAWATI NUR HIDAYAH - NIM. 05120028, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4122 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K kebudayaan Islam dan Jawa , upacara, ritual keagamaan, tari Cing Cinggoling %T UPACARA CING CINGGOLING DI DUSUN GEDANGAN DESA GEDANGREJO KECAMATAN KARANGMOJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4122/ %X Yogyakarta masuk dalam wilayah jatung Jawa yang cenderung Kejawean, budaya maupun tradisi yang mereka miliki sangatlah beragam. Budaya asli masyarakat yang mereka peroleh dari nenek moyang secara turun menurun dipadukan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang dibawa penyebar agama Islam, tidak malah menjadikan sumber perpecahan diantara mereka, namun perbedaan tersebut dijadiakan mereka sumber inspirasi dan pedoman hidup bagi masyarakat pendukungnya (orang Islam Jawa). Perpaduan kebudayaan Islam dan Jawa terlihat sekali dalam acara upacara atau ritual keagamaan, kesenian, tradisi, arsitektur, dan masih banyak yang lainnya dalam masyarakat Jawa. Salah satu upacara tradisi yang masih berkembang di Gedangan, Gedangrejo, Gunungkidul yaitu, upacara Cing Cinggoling upacara ini merupakan ritual penghormatan terhadap roh leluhur ataupun roh pelindung masyarakat Gedangan. Upacara ini biasanya dilaksanakan setelah masa panen ke-2, yaitu sekitar Bulan Mei, Juni dan Juli. Pelaksanaanya jatuh pada Senin Wage dan Kamis Kliwon, upacara ini berlangsung disekitar Kedung atau Bendungan Kedung Dawang. Maksud upacara ini untuk memohon keselamatan dan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan Rezeki yang berlimpah diantaranya hasil panen selama satu tahun. Pada pelaksanaan upacara ini biasanya diadakan pertunjukan kesenian tari Cing Cinggoling. Dalam setiap tradisi pasti mempunyai makna, fungsi, maupun nilai terhadap masyarakat atau individu yang melaksanakannya. Tidak berbeda dengan upacara lainya, upacara cing cinggoling pastinya mempunyai pengaruh yang sangat positif bagi masyarakat Gedangan, sehingga upacara ini tetap lestari sampai sekarang meskipun budaya-budaya moderen telah merambah atau berkembang bebas dalam masyarakat sekarang ini. Hal inilah yang menjadi sangat menarik untuk dikaji, yaitu untuk mengetahui lebih jauh tentang makna simbol-simbol yang terdapat dalam upacara ini, fungsi, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Agar penelitian tersebut lebih terarah maka dimunculkanlah beberapa rumusan masalah sebagaimana berikut: 1. Bagaimana prosesi upacara Cing Cinggoling di Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo, Kec Karangmojo, Kab Gunungkidul? 2. Makna apa yang terkandung dalam simbol-simbol Upacara Cing Cinggoling di Gedangan? 3. Fungsi dan nilai- nilai apa yang terdapat dalam upacara Cing cinggoling? Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah yaitu untuk mengetahui sejarah tentang upacara ini sendiri maupun tokoh yang berperan dalam pembentukan upacara ini. Selain menggunakan pendekatan sejarah, penelitian ini juga menggunakan pendekatan Sosial yaitu: suatu gejala dari aspek yang mencakup hubungan sosial, interaksi jaringan hubungan sosial yang kesemuanya mencakup dimensi sosial kelakuan manusia. Dalam kajian ini penulis menggunakan teori Fungsionalisme Malinowski. Yang dimaksud dengan fungsi disini adalah segala aktivitas kebudayaan itu yang bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari seluruh kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya (pemenuhan kebutuhan) untuk mengungkap fungsi dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara ini. Dan teori simbol untuk mengungkap makna-makna dalam setiap simbol-simbol yang ada dalam upacara ini. div %Z Pembimbing: DR. Imam Muhsin, S.Ag, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A JOHAN WAHYUDI - NIM. 03121460, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4126 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), islamisasi etnis Tionghoa. %T PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) SEMARANG 1986-2007 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4126/ %X Kajian mengenai etnis Tionghoa di Indonesia, merupakan kajian yang menarik yang tidak ada habisnya. Dari permasalahan diskriminasai rasial, sejarah hingga kepermasalahan sosial-politik. Semuanya ada dan pernah menjadi kajian bagi para pemerhati masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia. Dalam penulisan skripsi ini, penulis bermaksud menyajikan kajian ilmu sejarah yakni berkenaan dengan Peran Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dalam islamisasi etnis Tionghoa mengenai permasalahan konversi agama yang terjadi pada kalangan etnis Tionghoa di Indonesia. Secara khusus penulis melakukan pengamatan pada masyarakat etnis Tionghoa di wilayah Semarang. Permasalahan islamisasi yang terjadi pada masyarakat etnis Tionghoa di Semarang pada kajian ini memfokuskan pada priode tahun 1986-2007. Dimana pada tahun-tahun tersebut telah menjadi momentum bagi PITI kota Semarang dalam perkembangan organisasi serta hasil program kerja PITI dalam mengislamkan etnis Tionghoa di kota Semarang. Dari sedikit uraian tersebut, penulis menggunakan Analisis Fungsional Struktural yaitu untuk memberikan hasil penelitian mengenai hubungan PITI dengan masyarakat etnis Tionghoa di Semarang dalam menjalankan dakwahnya. Pendekatan ini menggunakan analisis historis yang bertujuan untuk meneliti sejarah timbul dan perkembangan PITI kota Semarang. Dikarenakan kajian penelitian ini studi kasus maka yang dilakukan penulis adalah mewawancarai informant dan mencari dokumentasi lainnya yang mendukung untuk di jadikan sumber data. Kemudian penulis menganalisa data tersebut, yang pada akhirnya akan didapatkan apa yang menjadi pokok kajian dari masalah ini. Berdasarkan penelitian dan pengkajan secara mendalam, akhirnya penulis menemukan beberapa tahapan yang dilakukan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) kota Semarang dalam mengislamkan etnis Tionghoa Pertama, pendekatan awal. Dalam tahap ini diisi dengan kegiatan yang menyangkut perkenalan PITI dalam berbagai bidang dan persiapan dan pembimbingan bagi etnis Tionghoa yang hendak masuk islam. Kedua, proses pengislaman, tahapan ini PITI melakukan kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia, Departemen Agama Republik Indonesia Wilayah Jawa Tengah, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama serta elemen keislaman lainnya. Ketiga, pembinaan setelah masuk Islam, tahap ini aktivitas yang dilakukan oleh PITI Semarang menyangkut bimbingan keislaman kepada muallaf, serta pembinaan muallaf setelah masuk Islam. PITI Semarang menyelenggarakan pengajian khusus muallaf dan pengajian yang mengikutsertakan muallaf. Peran PITI Semarang sangat diperlukan oleh etnis Tionghoa baik yang muslim maupun non-muslim. Bagi muslim Tionghoa, PITI Semarang sebagai wadah silaturrahmi, untuk saling memperkuat semangat dalam menjalankan agama Islam di lingkungan keluarganya yang masih non-muslim. Bagi etnis Tionghoa non-muslim, PITI menjadi jembatan antara mereka dengan umat Islam. Bagi pemerintah, PITI sebagai komponen bangsa yang dapat berperan strategis sebagai jembatan penghubung antar suku dan etnis, sebagai perekat untuk mempererat dan sebagai benang perajut persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. %Z Pembimbing: Dra. Himayyatul Ittihadiyah, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A SYAIFUL HAQ - NIM. 02121019, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4146 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K jemaah haji, penyelenggaraan Ibadah haji pasca kemerdekaan %T POLITIK PERHAJIAN DI INDONESIA TAHUN 1960 - 1970 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4146/ %X Penelitian ini memaparkan suatu politik pemerintah terhadap umat Islam khususnya jemaah haji pada proses penyelenggaraan Ibadah haji pasca kemerdekaan. Dalam sudut pandang tertentu proses penyelenggaraan haji selalu mengalami keadaan yang tidak menguntungkan bagi calon haji. Bagaimana proses pelaksanaan haji masa pemerintahan Kolonial Belanda yang kemudian memunculkan Islamphobia dan Hajiphobia, Belanda khawatir terhadap sikap nasionalisme kelompok Islam dan para Haji setelah pulang dari Mekkah yang akan melakukan gerakan-gerakan tertentu. Setelah kemerdekaan umat Islam mengalami kondisi stagnasi akibat tekanan pemerintahan Soekarno. Kondisi ini yang kemudian masuknya pemikiran-pemikiran transnasional baru yang sesuai dengan ajaran Islam. Namun, semakin kuatnya tekanan rezim Soekarno sehingga mengakibatkan konflik dan gerakan-gerakan umat Islam bawah tanah terhadap pemerintah. Begitu masifnya gerakan Islam terhadap pemerintah yang pada akhirnya umat Islam mendapatkan label Islam ala Ikhwanul Muslimin dan Islam Ekstrim Kanan masa pemerintahan Soeharto. Ketegangan pemerintah Indonesia dengan umat Islam dalam ranah konstitusi hingga masuk pada wilayah agama hingga berdampak pada proses perjalanan Haji, satu sisi pemerintah melakukan pengarahan terhadap jemaah haji, pada sisi yang lain pemerintah juga melakukan pengawasan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori kekuasaan Maclver, kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan prilaku orang lain secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dilakukan dalam bentuk memaksa, sedangkan secara tidak langsung berupa penyusunan segala infrastruktur kekuasaan yang dapat dilakukan melalui proses rekayasa. Dalam penelitian ini juga menggunakan konsep idiologi. Penelitian dan penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah, yaitu dalam pengkajian dan menganalisis permasalahannya mengutamakan perspektif masa lampau dari obyek yang diteliti. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M.Hum, %0 Thesis %9 Skripsi %A SANTOSO WIRYO KUSUMO - NIM. 02121059, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3517 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Perubahan Sosial, fenomena sosial, Kuntowijoyo, transformasi masyarakat Islam %T RELEVANSI SISTEM EKONOMI ISLAM TERHADAP PROSES TRANSFORMASI MASYARAKAT ISLAM INDONESIA DALAM PEMIKIRAN KUNTOWIJOYO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3517/ %X Perubahan Sosial merupakan sebuah fenomena sosial yang selalu terjadi dalam masyarakat, begitu pun yang terjadi dalam masyarakat Islam Indonesia. Bagi Kuntowijoyo, perubahan sosial Indonesia sudah dimulai sejak lahirnya industrialisasi pada masa Kolonial. Akan tetapi, setelah masuknya ekonomi dunia di tengah ekonomi nasional pada 1970 dan 1980, perubahan sosial berlangsung lebih cepat dan intensif serta mempunyai pengaruh yang lebih luas bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Seperti lahirnya masyarakat pasar, masyarakat yang perilaku sosialnya, baik individu, didasarkan pada kepentingan ekonomi semata. Salah satu unsur yang berpengaruh dalam proses perubahan sosial adalah keterlibatan penentu kebijakan dengan ideologi perubahan. Hal inilah yang menjadi fokus perhatian dari Kuntowijoyo, di mana proses transformasi sosial yang terjadi saat ini merupakan rekayasa sosial dari sebuah sistem sebagai nilai yang dipedomani. Seperti sistem kapitalisme yang melakukan perubahan sosial berdasarkan pada nilai materialnya dan membentuk masyarakat menuju masyarakat kapitalis, begitupun dengan lainnya. Perhatiannya pada sejarah sosial umat Islam Indonesia telah mempengaruhinya untuk memberikan gagasan alternatif tentang transformasi profetik yang pilar utamanya humanisasi, liberasi, dan transendensi. Hal ini dimaksudkan, supaya manusia memiliki kesadaran akan etika dalam kehidupan, baik itu sosial, ekonomi, politik dan sebagainya, termasuk prilaku manusia dalam mengambil kebijakan-kebijakan. Menurutnya kesadaran manusia akan etika dalam kehidupan menjadi solusi dalam memecahkan problematika sosial yang terjadi saat ini, seperti dehumanisasi, agresivitas, keterasingan, kemiskinan, kesenjangan, dominasi struktural, dan hilangnya nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan. Salah satu upaya pemecahan permasalahan sosial, bagi Kuntowijoyo adalah perubahan dalam sistem, termasuk sistem ekonomi yang selama ini telah merubah masyarakat menuju pada kepentingan pencarian laba pribadi ke arah akumulasi modal melalui prinsip-prinsip persaingan bebas. Perubahan pada sistem adalah perubahan secara fundamental termasuk nilai yang akan menjadi pedoman dalam menerapkan kebijakan-kebijakan. Menurut Kuntowijoyo, dalam proses transformasi sosial umat Islam perlu adanya sistem-sistem (sistem ekonomi) yang berpedoman pada nilai Islam, karena hal ini akan berpengaruh pada kemajuan umat Islam dalam konteks ketuhanan dan kemanusiaan. Pada sistem ekonomi, Kuntowijoyo menyebutkan empat nilai yang yang menjadi landasan ekonomi Islam, baik itu dalam sistem dan struktur, yaitu nilai tauhid, nilai keseimbangan, nilai kehendak bebas, dan nilai pertanggungjawaban. Keempat nilai ekonomi di atas dalam proses transformasi masyarakat Islam Indonesia akan memberikan arahan guna terciptanya cita-cita profetik, humanisasi, liberasi, dan transendensi, dalam kehidupan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis, yaitu penelitian sejarah mengenai pemikiran seorang tokoh. Adapun metode yang digunakan adalah library research yang menggunakan empat tahap dalam penelitian di antaranya, heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi (penulisan) %Z Pembimbing: Syamsul Arifin, M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A KHAIRUN NISA - NIM. 05120032, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4127 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah, Shumubu atau kantor urusan agama %T SEJARAH SHUMUBU (CIKAL BAKAL DEPARTEMEN AGAMA) PADA MASA PERGERAKAN DI INDONESIA 1942-1945 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4127/ %X Berakhrinya masa kekuasaan Belanda di Indonesia setelah diruntuhkan oleh tentara Jepang pada bulan Maret 1942, sehingga pemerintahan Indonesia dikendalikan Jepang. Seperti yang dilakukan penjajah sebelumnya, Jepang juga mengeksploitasi Indonesia demi kepentingannya sendiri, namun bedanya pada masa Jepang agama Islam digunakan sebagai alat propaganda. Jika di masa Belanda justru umat Islam diaganggap kurang penting. Setelah mendarat di Indonesia Jepang membentuk lembaga yang mengurusi urusan agama Islam dan lembaga ini kemudian disebut Shumubu atau kantor urusan agama tingkat pusat yang didirikan oleh pemerintahan Jepang di Indonesia dan merupakan departemen independen. Lembaga inilah yang kemudian menjadi cikal bakal beridirinya Kementrian Agama setelah kemerdekaan. Dalam perjalannya sejarahnya, Shumubu dibentuk Jepang bertujuan sebagai alat propaganda dan ulama ditarik kedalam struktur Shumubu. Meskipun dalam organisai tersebut masih banyak campur tangan Jepang namun umat Islam lebih bebas untuk mengembang Islam dengan syarat tidak merugikan Dai Nippon (Jepang). Banyak kegiatan yang dilalakukan oleh Shumubu untuk menopang propaganda Jepang dan dengan kegiatan tersebut justru umat Islam banyak mendapatkan keuntungan. Hal inilah yang menjadi sangat menarik untuk dikaji yaitu untuk mengetahui lebih jauh tentang tujuan Jepang menarik ulama dalam Shumubu. Penelitian ini adalah penelitian historis yang bertujuan merekonstruksi masalampau secara kronologis dan sistematis, agar dapat memberikan gambaran tentang peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia serta disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu serta diberikan tafsiran dan dianalisa secara kritis sehignga mudah untuk dimengerti dan dipahami. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu peneliti dengan sumber tertulis seperti buku dan jurnal. Rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian ialah: Bagaimana kebijakan-kebijakan Jepang terhadap umat Islam Indonesia, apa yang melatar belakangi berdirinya Shumubu dan apa pengaruh Shumubu bagi perkembangan Islam di Indonesia.Dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan pendekatan politik sebagai alat bantu dalam mengungkapkan konflik yang akan diteliti. Obyek penelitian adalah sebuah deskripsi tentang perkembangan sebuah institusonal yang berpengaruh dalam sejarah Islam di Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori fungsionalsme struktural.yang dikembangkan oleh Tallot parson. div %Z Pembimbing: zuhrotul Latifah, S.Ag, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD ZUHDAN - NIM. 02121004, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:3472 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Shalawat Mudo Palupi Giriloyo, budaya lokal, akulturasi Islam dan Jawa %T SHALAWAT MUDO PALUPI GIRILOYO, WUKIRSARI, IMOGIRI, BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3472/ %X Shalawat Mudo Palupi Giriloyo merupakan budaya lokal yang sudah ada sejak dulu dan masih ada sampai saat ini. Budaya ini merupakan warisan peninggalan nenek moyang yang harus dipertahankan khususnya bagi generasi muda. Peneliti melihat di dalam Sholawat Mudo Palupi tersebut terdapat akulturasi antara Islam dan Jawa, yang terlihat dalam aspek tarian, syair/lagu, dan alat musik. Akulturasi yang terdapat dalam seni tari atau gerakan terlihat dalam setiap tarian yang dimunculkan seperti leyek. Sedangkan dari aspek lagu, shalawat ini memadukan syair-syair sholawat yang dipadukan dengan syair lagu Jawa seperti Dandanggula, Pangkur, Sinom, dan lain-lainnya. Alat musik yang digunakan pada sholawat ini berjumlah tujuh buah. Berbeda dengan sholawat yang lain yang biasanya hanya menggunakan lima buah alat musik. Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek-aspek budaya yang terdapat dalam Shalawat Mudo Palupi Giriloyo dan pengaruhnya bagi masyarakat. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus dengan menggunakan observasi dan wawancara untuk memperoleh data penelitian. %Z Pembimbing: Riswinarno, S.S,M.M %0 Thesis %9 Skripsi %A ROMA SETIYAWAN - NIM. 02121079, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4143 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Bairam Khan, Tumenggung Wiraguna, Kerajaan Mughal dan Kerajaan Mataram Islam %T STUDI PERBANDINGAN TENTANG PERAN POLITIK BAIRAM KHAN DI INDIA (1555-1561 M) DAN TUMENGGUNG WIRAGUNA DI JAWA(1643-1648 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4143/ %X Bairam Khan adalah seorang Jendral dari Dinasti Mughal yang membantu Humayun untuk merebut kembali India dari tangan Dinasti Sur. Bairam Khan meletakkan dasar-dasar negara sehingga membawa kejayaan dan kemakuran Kerajaan pada masa Sultan Akbar Agung. Pada masa pemerintahan Akbar, Bairam Khan merupakan wali bagi Akbar dalam menjalankan pemerintahan pada masa awal menjadi raja. Akbar diangkat menjadi raja saat masih berusia muda sehingga dianggap tidak mampu menjalankan pemerintahan. Bairam Khan meninggal dunia di kota Chambai pada 1561 M dalam perjalanan menunaikan haji. Ia meninggal dunia akibat dibunuh Mubarak Khan Lohani, seorang yang dendam padanya karena ayahnya tewas dalam peperangan yang dipimpin Bairam Khan sebelumnya. Tumenggung Wiraguna merupakan seorang prajurit yang memiliki karir cemerlang hingga mengantarnya menjadi Tumenggung Mataram (Perdana Menteri). Peran Wiraguna semakin menonjol di saat Sultan Agung menderita sakit hingga menemui ajal. Wiraguna menjadi sosok penting pada saat Sultan Agung menderita sakit sehingga tidak mampu menjalankan pemerintahan. Wiraguna muncul sebagai tokoh yang menjalankan pemerintahan kerajaan selama Sultan Agung sakit bahkan hingga Sultan Agung meninggal dunia. Tumenggung Wiraguna meninggal di Kediri dalam perjalanan pulang setelah merebut Blambangan dari kekuasaan Kerajaan Bali pada 1648 M. Kedua pemimpin tersebut memiliki beberapa persamaan khususnya dalam hal karir politik dan militernya. Keduanya mampu tampil di antara dua raja terbesar di kerajaan masing-masing, dan menjadi tokoh penting dibalik puncak kejayaan Kerajaan Mughal dan Kerajaan Mataram Islam. Hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan studi perbandingan tentang peran politik kedua tokoh sehingga mencapi puncak karier, serta pengaruh keduanya bagi perkembangan politik selanjutnya. %Z Pembimbing: Prof. Dr. H. Muhammad Abdul Karim M. A. M. A %0 Thesis %9 Skripsi %A MUNTIASIH - NIM. 05120017, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3602 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Dinasti al-Muwahhidun, sejarah, gerakan keagamaan %T KEBIJAKAN POLITIK DINASTI AL-MUWAHHIDUN DI ANDALUSIA TAHUN 1146-1228 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3602/ %X Dinasti al-Muwahhidun pada mulanya adalah sebuah gerakan keagamaan, atau setidak-tidaknya menjadikan agama sebagai dasar gerakan tersebut. Pelopornya sekaligus pendirinya adalah Muhammad ibn Tumart. Pada tahun 1117 M, gerakan keagamaan ini berubah menjadi gerakan politik. Gerakan ini semakin sukses karena dibantu oleh Abdul Mu'min, orang yang ahli dalam strategi politik dan militer. Pada masa Abdul Mu'min, Dinasti al-Muwahhidun mengirimkan pasukannya ke Andalusia untuk menggeser Dinasti al-Murabithun yang tidak mampu lagi menguasai keadaan yang disebabkan oleh pertikaian politik, perampokan, dan kekecawaan oleh orang Kristen. Setelah dinasti ini berhasil menduduki Andalusia, para penguasa dinasti ini menerapkan kebijakan politiknya. Kebijakan politik Dinasti al-Muwahhidun di antaranya adalah pengamanan kerajaan dan perluasan wilayah, penggunaan gelar khalifah, dan administrasi pemerintahan. Kebijakan politik ini berpengaruh pada kemajuan sejarah Islam, wilayah kekuasaan yang membentang dari pulau-pulau di Atlantik sampai perbatasan Mesir dan dari Pegunungan Pyrenia di utara dan Sungai Senegal di selatan Gurun Pasir Sahara, serta Laut Tengah di bawah satu penguasa dari dinasti ini yang berpusat di Cordova. Kebijakan politik Dinasti al-Muwahhidun mengalami kegagalan, dan akhirnya hancur, akibatnya dinasti ini harus meninggalkan Andalusia untuk selamanya. Faktor-faktor kehancuran politik Dinasti al-Muwahhidun disebabkan oleh faktor ekstern dan intern. Fenomena sejarah Dinasti al-Muwahhidun tergolong unik, karena sebelum menjadi sebuah dinasti, yang lebih dulu menjadi sebuah gerakan keagamaan. Melihat latar belakang seperti itu, maka penulis tertarik untuk membahas Kebijakan Politik Dinasti al-Muwahhidun di Andalusia karena dapat mengubah dari gerakan keagamaan menjadi dinasti yang sangat besar. Penelitian ini adalah penelitian historis, bertujuan merekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis. Jika dilihat dari segi penganalisaan, penelitian ini bersifat kualitatif. Dilihat dari segi bahan atau objek yang diteliti penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian menggunakan sumber tertulis seperti buku dan jurnal. Guna mendapatkan analisis yang lebih mendalam mengenai kebijakan politik Dinasti al-Muwahhidun di Andalusia, maka pendekatan yang digunakan adalah ilmu politik. Teori yang digunakan di sini adalah teori The Challenge and Response oleh Arnold Josep Toynbee 1889-1975, yaitu teori yang menggambarkan tentang hubungan sebab akibat yang dimunculkan oleh suatu kejadian. Rumusan masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah: bagaimana situasi dan kondisi Andalusia pada saat Dinasti al-Muwahhidun berkuasa, apa saja kebijakan politik Dinasti al-Muwahhidun, apa pengaruhnya, dan mengapa kebijakan politik Dinasti al-Muwahhidun di Andalusia mengalami kegagalan. %Z Pembimbing: Prof. Dr. M. Abdul Karim. M.A., M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A ARIF PAMUNGKAS - NIM. 02121056, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:3618 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Kerajaan Saudi Arabia, pergulatan sosial politik, perkembangan ekonomi global %T KERAJAAN SAUDI ARABIA DESKRIPSI HISTORIS TENTANG PERGULATAN SOSIAL POLITIK (1902-1932) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3618/ %X Dalam perjalanannya, kerajaan Saudi Arabia melalui tiga fase untuk menjadi sebuah kerajaan yang mampu bertahan hingga sekarang. Tahun 1902-1932 memiliki nilai penting, sebab pada kurun waktu tersebut kerajaan Saudi Arabia resmi diproklamirkan. Tepatnya ketika Abdul Aziz ibn Abdur Rahman al-Sa'ud memegang kendali pemerintahan. Selain itu, simbolis mutualisme antara pemerintahan kerajaan, kelompok wahabi dan penjajah Inggris juga menampakkan perkembangannya dan berujung pada terbentuknya perjalanan sejarah yang unik dan menarik. Dengan pertimbangan inilah, maka penulis sebagai mahasiswa sejarah Fakultas Adab tertarik untuk mengangkat Kerajaan Saudi Arabia. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya sejarah Kerajaan Saudi Arabia pada masa awal kebangkitan baru, bagaimana sistem pemerintahan dan bagaimana membangun pemerintahan Saudi Arabia di tengah pergulatan sosial politik (politik Islam dan politik internasional) terhadap perkembangan ekonomi global dari tahun 1902-1932. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penulisan sejarah naratif. Hal ini digunakan sebagai upaya untuk mencapai obyektifikasi keilmuan sejarah Kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1902-1932. Metode penulisan ini menggunakan metode historis yang bertumpu pada empat langkah, yaitu heuristik (pengumpulan data sejarah Saudi Arabia 1902-1932), kritik sumber (keritik dilakukan untuk memperoleh data yang kredibel dan otentik), interpretasi (proses analisis terhadap fakta-fakta sejarah, atau proses penyusunan fakta-fakta sejarah), serta historiografi (penyajian secara tertulis hasil penelitian sejarah Saudi Arabia dan pergulatan politik terhadap perkembangan ekonomi global). Hasil penelitian yang diperoleh ialah; Sejarah Kerajaan Saudi Arabia terbagi oleh tiga periode, yaitu: Periode Pertama; bermula sejak abad ke dua belas Hijriyah atau abad ke delapan belas Masehi, dan berakhir pada tahun 1233 H./1818 M, didirikan oleh Imam Muhammad bin Saud di quot;Ad-Dir'iyah quot; tepatnya di wilayah Najd. Periode kedua dimulai ketika Imam Faisal bin Turki mendirikan Negara Saudi kedua pada tahun 1240 H./1824 M. Periode ini berlangsung hingga tahun 1309 H/1891 M. Periode Ketiga, bermula pada tahun 1319 H/1902 M, Raja Abdul Aziz berhasil merebut kembali kota Riyadh yang merupakan ibu kota bersejarah kerajaan ini. Saudi Arabia menggunakan sistem Kerajaan. Hukum yang digunakan adalah hukum Syariat Islam dengan berasaskan Manhaj Salafiyyah yakni pengamalan ajaran Islam semurni-murninya sesuai dengan Al Qur'an dan Hadits dengan tidak berdasarkan Madzhab tertentu. Dalam pembangunan pemerintahan di Saudi Arabia adalah menciptakan masyarakat suku yang ada agar menetap di suatu tempat dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yakni merampok, membunuh dan lain sebagainya. Setelah banyak pakar memprediksi Jazirah Arab mempunyai banyak kandungan minyak bumi di situlah bangsa barat berbondong-bondong menanamkan hegemoni dan pengaruhnya di Jazirah Arab khususnya Saudi Arabia. %Z Pembimbing: Drs. Badrun Alaina, M.Si, %0 Thesis %9 Skripsi %A ERNI NOVIYANTI - NIM. 03121453, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5414 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Eksistensi, Seni Laras Madya, arus globalisasi %T EKSISTENSI SENI LARAS MADYA DALAM PERUBAHAN ZAMAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5414/ %X Laras Madya merupakan salah satu kesenian Jawa-Islam yang berada di Dusun Sucen Kabupaten Sleman. Kesenian Laras Madya oleh masyarakat Sleman dikenal sebagai seni sholawatan Jawa dan termasuk dalam seni karawitan. Disebut sebagai seni sholawatan karena syair-syair dalam kesenian Laras Madya mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Kesenian ini berkembang pertama kali di Surakarta tahun 1908. Sumber utama dari kesenian Laras Madya ini berasal dari ,serat Wulang Reh karya Susuhunan Paku Buwana IV.,Kesenian Laras Madya mulai berkembang di Dusun Sucen Kabupaten Sleman pada tahun 1963. Sejarah perkembangan kesenian Laras Madya di Sleman mengalami pasang surut seiring perubahan zaman yang semakin maju. Pada tahun 1967 kesenian ini mengalami kemajuan yang sangat pesat ,mdengan mengajarkan ke dusun-dusun yang ada di wilayah Kabupaten Sleman ,msecara gethok tular. Perubahan zaman yang semakin maju dan modern, berpengaruh terhadap seni tradisional sehingga sangat sulit untuk bertahan begitu juga dengan Laras Madya yang bergantung dengan keuletan dari para pemain dan pecinta Laras Madya untuk mempertahankan keberadaannya. Seni Laras Madya merupakan satu-satunya kesenian yang masih eksis hingga sekarang di Sleman khususnya Dusun Sucen. Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada Eksistensi Seni Laras Madya ditengah arus globalisasi. Namun untuk mengetahui eksistensi tersebut penulis, berusaha mengkaji melalui sejarah perkembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian Budaya sebagai pendekatannya. Sedangkan pengumpulan data yang digunakan adalah observasi pada saat aktivitas budaya berlangsung, wawancara, dan pengambilan dokumentasi berupa foto. Analisis data dilakukan dengan mengurai dan menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan. Dari, uraian dan tafsiran tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Diharapkan hasil penulisan skripsi ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber kepustakaan yang berupa penulisan tentang Eksistansi Seni Laras Madya. div %Z Pembimbing: Riswinarno, SS., MM. %0 Thesis %9 Skripsi %A ULUMUDIN - NIM. 01120822, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2740 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Jamaah Rifa'iyah, sistem kultural, sosialisasi ajaran Islam %T JAMAAH RIFA’IYAH DI DESA SUKAWERA KECAMATAN KERTASEMAYA KABUPATEN INDRAMAYU (TAHUN 1999-2005) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2740/ %X Penelitian ini memaparkan tentang Jamaah Rifa'iyah di Desa Sukawera Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu dari tahun 1999-2005, selama dua periode kepengurusan dengan segala aktivitas didalamnya. Selama dua periode kepengurusan, dalam tiap periodenya sudah melaksanakan dua program kerja, program pendidikan dan dakwah. Program pendidikan dengan mendirikan Madrasah Diniyah Nurul Huda dan program dakwah dengan melaksanakan pengajian rutin tahunan, bulanan, dan mingguan, yang begiliran dari masjid dan mushallah-mushallah di Sukawera. Pengajian rutin tahunan digelar saat ada peringatan Isra Mi'raj dan Maulid Nabi Muhammad, pengajian rutin bulanan setiap hari Ahad Pahing, dan untuk pengajian rutin mingguan setiap hari Kamis. Upaya untuk mendapatkan gambaran mengenai aktivitas kepengurusan Jamaah Rifa'iyah peneliti menggunakan metodologi penelitian sejarah dalam merekonstruksinya. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam memandu penelitian adalah teori tindakan sosial Talcot Parson. Menurut Talcot Parson, semua tindakan manusia ditentukan oleh empat sub sistem; sistem kultural, sistem sosial, sistem kepribadian, dan organisme. Empat sub sistem tersebut kalau dihubungkan dengan Jamaah Rifa'iyah dalam penelitian ini menjadi: Sistem pertama sistem kultural dari Jamaah Rifa'iyah adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari kitab-kitab karangan K.H. Ahmad Rifai yang selama ini masih dikaji dan dipahami warga Rifa'iyah di Sukawera. Sistem kedua, sistem sosialnya adalah Jamaah Rifa'iyah itu sendiri, sebagai lembaga keagamaan yang mengakomodir dan menjadi mediator dalam proses sosialisasi ajaran-ajaran Islam tersebut. Sistem ketiga sistem kepribadian merupakan perilaku warga Rifa'iyah yang sedang berusaha menginternalisasikan ajaran-ajaran Islam. Sistem keempat sistem organisme adalah personal-personal dari warga Rifaiyah. Kesemua sistem itu ada keterkaitan, saling melengkapi, dan berinteraksi. %Z PEMBIMBING: DRS. BADRUN ALAENA, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A TRI KOYO LESTARI - NIM. 00120118, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2720 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Dinasti Turki Usmani, Usman bin Ertogrol, Turki Saljuk %T KEBIJAKAN PEMERINTAHAN USMAN BIN ERTHOGROL PENDIRI DINASTI TURKI USMANI (700/724 H. - 1300/1324 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2720/ %X Dinasti Turki Usmani didirikan oleh Usman bin Ertogrol yang berasal dari Suku Pengembara Qiyigh Ognuz. Suku tersebut mencari perlindungan di tengah tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Usman bin Ertogrol dapat menancapkan kekuasaannya setelah kerajaan Saljuk dihancurkan oleh bangsa Mongol. Pemerintahan Usman bin Ertogrol melakukan kebijakan-kebijakan di bidang Politik, bidang sosial-ekonomi, dan bidang keagamaan. Usaman bin Ertogrol berkeinginan untuk menguasai wilayah Bizantium yang berbatasan langsung dengan wilayah yang dia dirikan. Hal tersebut membuat Bizantium merasa terancam dengan berdirinya Dinasti Turki Usmani yang semakin lama semakin mudah melebarkan sayapnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah Usman bin Ertogrol tidak hanya memberikan pengaruh terhadap bangsa Turki tetapi berpengaruh terhadap dunia Islam dan Dunia Barat. %Z PEMBIMBING: DRS. HJ. UMMI KULSUM, M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD SIDIK TRI HARYANTO - NIM. 04121950, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5404 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K kehidupan sosial politik, etnis Tionghoa, pribumi, pasca Reformasi %T KEHIDUPAN SOSIAL POLITIK MUSLIM-TIONGHOA DI YOGYAKARTA PASCA REFORMASI 1998-2008 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5404/ %X Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan. Kebudayaan-kebudayaan yang ada di bumi nusantara ini bukan hanya kebudayaan asli Indonesia melainkan juga ada kebudayaan luar yang turut memperkaya kebudyaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). salah satu kebudayaan luar yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah kubudayaan Tionghoa, baik yang beragama muslim maupun non muslim. Tidak ada catatan pasti, kapan tepatnya orang-orang Tionghoa untuk pertama kali datang ke negeri Indonesia (Nusantara). Namun yang pasti bangsa Tionghoa telah ribuan tahun mengunjungi kepulauan Nusantara. Salah satu catatan-catatan tertua ditulis oleh seorang agamawan, I Ching pada abad ke-7. I Ching ingin datang ke India untuk mempelajari agama Buddha dan menyusuri Siam, Semenanjung Indocina, Semenanjung Melayu dan akhirnya tiba di Nusantara untuk belajar bahasa Sansekerta. Dalam sejarahnya, orang-orang Tionghoa memang telah lama tinggal di Indonesia. Hanya saja warga Tionghoa ini seringkali di tempatkan diluar, dan mereka adalah kaum yang mendapat lebel non-pribumi, warga Tionghoa acap kali tidak diperdulikan oleh penduduk asli Indonesia karena etnis Tionghoa memang merupakan kaum minoritas yang jumlahnya terbilang cukup sedikit di negeri berpenduduk lebih dari dua ratus juta ini. Selama bertahun-tahun sebelum reformasi 1998, pemerintah RI sering membuat berbagai kebijakan yang bersifat diskriminatif terhadap warga keturunan Tionghoa baik yang beragama muslim maupun non muslim, puncaknya terjadi kerusuhan pada tahun 1998. Namun seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan etnis Tionghoa ini mulai di akui oleh masyarakat asli Indonesia, terutama pasca-reformasi 1998. Hal ini di tandai dengan adanya beberapa aturan yang membelenggu warga Tionghoa telah di cabut. Sejak saat itu hari raya imlek bebas dirayakan dan adanya peringatan dalam menyambut hari raya yang dianggap penting oleh kaum Tionghoa ini. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti dalam karya tulis ilmiah berupa skripsi ini merasa perlu untuk mencoba melihat lebih jauh bagaimana kehidupan sosial politik etnis muslim Tionghoa di Yogyakarta pasca-reformasi yang hidup dinamis dengan warga pribumi di bandingkan dengan kota-kota lain. Hal ini dimaksudkan dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran dalam membangun kehidupan bernegara yang lebih pluralis, demokratis, dan berwawasan keadilan bagi seluruh bangsa Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan data yang diperlukan berdasarkan pada literatur-literatur primer dan sekunder, serta studi lapangan (field research), dengan menggunakan tekhnik dokumentasi, wawancra, dan observasi berupa pengamatan secara langsung terhadap aktivitas warga muslim Tionghoa itu sendiri. Sementara literatur primer berupa karya-karya yang terkait dengan kewarga negaraan etnis Tionghoa baik dalam buku, jurnal, maupun artikel, dan sumber pendukung berupa buku-buku, literatur, dokumen, majalah dan sumber kepustakaan lainnya yang di tulis oleh para sejarawan, khususnya yang terkait dengan permasalahn. Sementara sifat penelitian ini berupa deskriptif-analitis, yakni mencari permasalan melalui analisa yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa etnis Tionghoa dengan etnis lainnya di negeri mengalami harmonisasi yang cukup efektif, baik dari segi agama, budaya, sosial, ekonmi, maupun politik. Artinya negara memperlakukan cukup adil untuk semua golongan dan etnis, hal itu juga diatur dalam undang-undang tentang kewarganegaraan terutma pasca-reformasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti merekomendasikan bahwa dalam kihidupan bernegara dan berbangsa, keberadaan etnis Tionghoa juga memberikan kontribusi yang cukup urgen atas tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta dalam mengawal nilai-nilai pluralitas dan demokrasi. div %Z Pembimbing: Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sri Murwanti, NIM.: 01120618 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2008 %F digilib:2708 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Dinasti Umaya, Khulafaur Rasyidin, Fathu Makkah,Perjanjian Hudaibiyah %T KIPRAH UMMU SALAMAH DALAM MEMPERJUANGKAN AGAMA ISLAM (615-681 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2708/ %X Ummu Salamah atau Hindun lahir di tengah mayarakat jahiliyah. Ia adalah putri dari Abu Umayyah bin Maghfirah bin Abdullah bin Umar bin al-Makzum dan Atikah binti Rabiah. Suami pertamanya bernama Abdullah bin Abdul Asad (Abu Salamah). Keduanya masuk Islam pada masa awal Islam. Abu Salamah adalah seorang sahabat yang ikut dalam berbagai peperangan dan ia gugur dalam membela Islam. Tidak lama setelah Abu salamah meninggal, Ummu Salamah menikah dengan Rasulullah dan mendapat gelar Ummul Mukminin. Kiprah Ummu Salamah dalam mem %Z Pembimbing : Dra. Hj. Ummi Kulsum, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A ISNAINI BIRZAMAH - NIM. 92121105, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4609 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Masjid , Masjid Agung Mataram , Kotagede %T MASJID AGUNG MATARAM KOTAGEDE YOGYAKARTA (Sebuah Tinjauan Budaya) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4609/ %X Setelah agama Islam berkembang di Indonesia dan menjadi agama kerajaan, masjid merupakan unsur yang tidak dapat di pisahkan dari komplek Kraton, karena dalam sejarah bahwa raja-raja di Nusantara ini yang memeluk agama Islam menganggap bahwa masjid sebagai kelengkapan dari kerajaannya,oleh karena itu selain membuat istana juga membuat kelengkapannya berupa alun-alun dan masjid di ibukota kerajaannya. Masjid Mataram Kotagede diperkirakan di bangun pada masa Penembahan Senopati sekitar tahun 1577-1646 tepatnya di Kotagede sekitar 6 km dari kota Yogyakarta arah Tenggara. Secara fisik bangunan Masjid Agung Mataram tidak jauh bebrbeda dengan masjid yang lain yang ada di Pulau Jawa yaitu menonjolkan kebudayaan setempat di mana bangunan masjid yang didirikan pada masa itu menunjukan adanya sikap toleransi daro muballigh dalam mengenalkan dan menyebarkan agama Islam di daerahnya. Karena penelitian ini mengkaji tentang masa lampau maka metode yang digunakan adalah metode historis yaitu metode yang bertumpu pada proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan menggunakan pendekatan Arkeologi dimana mempelajari kehidupan manusia dengan segala aspeknya dari masa lampau atas dasar penemuan-penempuan berupa hasil budaya masa lampau seperti prasasti-prasasti, dan sisa-sisa bangunan zaman kuno. Kajian ini menyimpulkan bahwa bangunan Masjid Mataram sebagai masjid kerajaan tidak semegah masjid tradisional di Jawa masa sebelumnya seperti Masjid Demak atau masa sesudahnya seperti masjid Agung Yogyakarta dan Surakarta. Masjid Mataram memiliki konstruksi sederhana namun di balik kesederhanaan itu ada makna simbolis dan terkesan nilai arsitertur nya dan juga memiliki nilai arkeologis dan tetap memiliki unsure-unsur masjid yaitu ruang utama, serambi, pawestren, benteng dan regol, parit, mighrab, mimbar. %Z Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf %0 Thesis %9 Skripsi %A ADI SUHAEDI - NIM. 04121773, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5402 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K metamorfosis, gerakan Islam, politik, Islam kultural %T METAMORFOSIS GERAKAN ISLAM POLITIK RESPON GERAKAN ISLAM TERHADAP PEMERINTAHAN ORDE BARU TAHUN 1971-1990 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5402/ %X Secara umum menurut Abdullah Ahmed An-Na'im Islam politik dapat didefinisikan sebagai mobilisasi identitas Islam untuk mencapai sasaran dan kebijakan publiknya, baik itu menyangkut masyarakat Islam sendiri, ataupun dengan masyarakat lain. Menurut pemaknaan ini, Islam politik bukanlah hal yang baru, tidak temporal, dan tidak selalu negatif. Sebenarnya mobilisasi identitas Islam untuk memperoleh sasaran tersebut, tentu saja terkait dengan hak legitimate penduduk muslim untuk menentukan nasib mereka sendiri. Oleh karena itu, persoalan yang perlu disikapi adalah apa yang menjadi sasaran khusus kebijakan politik tersebut, dan bagaimana sasaran ini diwujudkan. Dalam kasus di Indonesia, quot;Islam Politik quot; dihadapkan dengan quot;Islam kultural quot; yang seakan terjadi dikotomi antara keduanya. Namun jika menurut pemaknaan Ayzumardi Azra bahwa Islam politik yakni Islam yang muncul atau ditampilkan sebagai kerangka atau basis ideologi politik, yang kemudian dapat menjelma dalam bentuk partai politik. Lebih tegas lagi Islam politik adalah Islam yang berusaha diwujudkan dan diartikulasikan dalam kekuasaan atau kelembagaan politik resmi, khususnya pada wilayah eksekutif dan legislatif. Atau memakai kerangka sejarawan MGS Hodgson quot;Islam politik quot; adalah quot;Islamdom quot; Islam yang mengejawantahkan dalam bentuk kekuasaan politik. Yang dimaksudkan penulis dalam kajian ini adalah, upaya untuk mengurai dan menangkap pola hubungan gerakan Islam politik dalam dimensi diakronik seiring dengan perkembangan kekuasaan dan politik di Indonesia, di mana Islam menjadi salah satu bagian di dalamnya. Batasan tahun 1971-1990 merupakan keunikan tersendiri, jika dikaitkan dengan rentang waktu yang begitu panjang atas gerakan Islam. Di sisi munculnya pemerintahan Orde Baru dengan kebijakan developmentalismenya untuk memakasa semua kekuatan termasuk Islam politik di dalamnya yang sebelumya eksis untuk takluk dan mengikuti kemauan otoriter negara. Di satu sisi lain, perubahan besar terjadi menjelang akhir tahun 1970-an dan mulai berkembang pesat pada pertengahan tahun 1980-an. Setelah Orde Baru didirikan, dengan politik diresturkturasi, agama secara pelan-pelan tidak lagi mengalami politisasi. Dengan adanya kontrol yang sangat ketat terhadap masyarakat sipil, negara secara konsisten berusaha menjegal setiap usaha dari siapapun untuk menggunakan agama sebagai basis ideologi, atau untuk menciptakan struktur kekuatan politik. Munculnya gerakan pemikiran tidak lepas sebagai konsekuensi kebijakan pemikiran Islam politik oleh Orde Baru atau tidak, di tahun 1970-an oleh aktivis muslim baru berusaha untuk mengembangkan format politik Islam yang lebih memperhatikan substansi dari pada bentuk. Dengan model dasar seperti ini, mereka berharap agar soal ke Islaman dan ke Indonesiaan, dua unsur penting yang telah memberikan legitimasi kultural dan struktural bagi konstruk negara maupun bangsa, dapat disintesakan dan diintegrasikan dengan baik. Di pertengahan tahun 1980-an, hubungan Islam dan negara mulai mencair lebih akomodatif dan integratif, ditandai dengan semakin dilonggarkannya wacana politik Islam, serta dirumuskannya sejumlah kebijakan yang dianggap positif oleh sebagian besar masyarakat Islam. Pada wilayah yang bersifat struktural, kultural, legislatif, maupun infrastruktur, yang pada tahun 1960-an berjalan lambat, namun pada pertengahan tahun 1980-an sejumlah aktivis Islam menempati posisi penting di birokrasi dan partai. Perubahan signifikan tersebut terasa sangat berarti jika dilihat strategi politik Islam di masa lalu yang ditandai oleh dua karakter utama: pertama, politik partisan, dan yang kedua: parlemen sebagai satu-satunya medan perjuangan. Yang pertama erat kaitannya dengan pengelompokan Islam sebagai kategori kekuatankekuatan politik misalnya (Masyumi, NU, PSII). Sedangkan yang kedua, melihat pada kenyataan pendekatan politik Islam bersifat monolitik. Hal ini dalam pengertian bahwa, cita-cita politik Islam lebih banyak diperjuangkan lewat parlemen. Sementara sasaran lain, yang mungkin secara makro, politik lebih strategis kurang diperhatikan. Karenanya, dapat difahami jika kegiatan-kegiatan NU dan Muhamdiyah yang sifatnya non politik tidak mempunyai makna politik yang lebih strategis. Hingga kemudian strategi politik Islam yang dikembangkan oleh generasi baru muslim lebih bersifat inklusif, dan integratif, serta merumuskannya dalam kerangka cita-cita bersama masyarakat Indonesia keseluruhan. div %Z Pembimbing: Zuhrotul Latifah, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AMIR FAUZI - NIM. 95121644, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4578 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Muhammadiyah , kepemimpinan %T MUHAMMADIYAH CABANG WEDI, 1990-2000 (STUDI HISTORIS TENTANG KEPEMIMPINAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4578/ %X Sejak berdirinya organisasi Muhammadiyah telah menampilkan diri sebagai suatu fenomena yang unik dalam kehidupan keagamaan di Indonesia. Muhammadiyah telah menunjukkan kemampuannya dalam empertahankan dan mengembangkan kontinuitas gerakannya. Sebagai gerakan Islam modern Muhammadiyah telah menjalankan misinya di bidang social, pendidikan, dakwah dan pelayanan kemanusian selama lebih delapan puluh tahun. Keberhasilan Muhammadiyah menjadi organisasi social keagamaan yang besar tidak lepas dari kiprah para pemimpinnya. Penyebaran Muhammadiyah sampai ke berbagai daerah di Indonesia adalah berkat adanya kepeloporan seseorang atau kelompok pemimpin yang dengan kemampuan kepemimpinannya menarik kesetiaan para pengikut untuk bergabung bersamanya mengadakan gerakan Muhammadiyah di daerahnya. Kepemimpinan adalah unsur yang sangat penting dalam sebuah organisasi yang bergerak dibidang sosial keagamaan seperti Muhammadiyah. Muhammadiyah Cabang Wedi pada masa awal berdirinya hingga awal perkembangannya senantiasa dipimpin oleh seorang ulama yang gaya kepemimpinannya cenderung kharismatik dan merakyat, setiap pengambilan keputusan akan selalu mempertimbangkan keutuhan organisasi dan manfaatnya bagi umat. Kepemimpinan ulama dalam Muhammadiyah cabang Wedi pada masa itu memiliki dua arti penting yaitu : ulama menduduki posisi dan peran sentral dalam kehidupan masyarakat, khususnya di daerah, juga ulama sangat berpengaruh dalam menumbuhkan semangat solidaritas dan vitalitas gerakan Islam sehingga mampu melahirkan perubahan social yang positif, oleh karenanya itu dalam perkembangannya sampai awal masa orde baru masih kuat pandangan tentang posisi dan peran sentral ulama dalam kepemimpinan Muhammadiyah cabang Wedi ini. Kajian ini adalah kajian sejarah, dengan demikian menggunakan metode sejarah yaitu proses menguji dan menganalisa secar kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Untuk mengumpulkan data menggunakan bahan dokumen yang merupakan sumber-sumber tertulis baik yang memberikan informasi di seputar obyek maupun informasi langsung mengenai Muhammadiyah cabang Wedi. Kepemimpinan Muhammadiyah cabang Wedi yang berlangsung selama periode 1990-2000 merupakan perpaduan antara unsure-unsur kharismatik, tradisional, dan rasional, dan pokok-pokok kebijaksanaan yang dilakukan secara garis besar terdiri empat bidang yaitu : pembinaan organisasi, pengembangan gerakan dakwah, kaderisasi dan pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah. %Z Pembimbing: Prof. Drs. H. Mundzirin Yusuf %0 Thesis %9 Skripsi %A HIDAYATUL MUNAWAROH - NIM. 94121414 , %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4592 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Wanita Islam , Organisasi Wanita Islam %T ORGANISASI WANITA ISLAM DI KOTAMADYA YOGYAKARTA (1985 - 1995) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4592/ %X Organisasi Wanita Islam berdiri tahun 1962 di Yogyakarta, organisasi ini berdiri terutama didorong oleh adanya inisiatif dari para wanita agar dapat ikut berperan dalam memberikan amal bakti kepada masyarakat dan mengembangkan serta memantapkan jiwa anggota-anggotanya pada khususnya dan masyarakat lainnya pada umumnya. Hal ini sejalan dengan tantangan realitas jaman dan tuntutan umat Islam mengharuskan Wanita Islam untuk lebih mengoptimalkan langkah dan gerak perjuangan Wanita Islam. Tuntutan perjuangan dan pencapaian cita-cita mengharuskan Wanita Islam untuk berkiprah secara jelas dan nyata, menjujung derajat kaum wanita, menciptakan keluarga yang penuh mawaddah dan rahmah, berakhlaq al karimah serta menciptakan perekonomian yang stabil menjadi orientasi masa yang akan datang.Organisasi Wanita Islam terdiri dari wanita muslimah yang mempunyai inisiatif untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi bidang organisasi, bidang dakwah, pendidikan dan kebudayaan, bidang social, ekonomi dan kesejahteraan, bidang pembinaan kader dan pemuda, dan bidang-bidang lain yang dianggap perlu. Kajian ini adalah kajian historis maka metode yang digunakan adalah metode historis di mana metode ini berpijak pada proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, langkah awalnya adalah melakukan interview terhadap pengurus Organisasi Wanita Islam, kemudian untuk kelengkapan data melakukan metode dokumentasi di mana segala dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, setelah itu observaasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang di kaji, kemudian baru menguji kebenaran data yang diperoleh dn menginterprestasikannya ,langkah terakhir historiografi yaitu menyajikan sintesa ke dalam bentuk penuturan atau kisah. Kajian ini menyimpulkan bahwa Organisasi ini didirikan atas dasar beberapa sebab terutama adalah tantangan realitas jaman dan tuntutan umat Islam mengharuskan Wanita Islam untuk lebih mengoptimalkan langkah dan gerak perjuangan Wanita Islam, aktifitas organisasi Wanita Islam ini bergerak dalam bidang organisasi, bidang dakwah, pendidikan dan kebudayaan, bidang social, ekonomi dan kesejahteraan, bidang pembinaan kader dan pemuda, dan bidang-bidang lain yang dianggap perlu, dan dana yang di pegunakan atau sumber dana berasal dari hasil infaq tiap-tipa pengurus organisasi dan dari donator baik perseorangan maupun lembaga dengan sukarela dan tidak terikat. %Z Pembimbing: Drs. H. Jahdan Ibnu humam Saleh, MS %0 Thesis %9 Skripsi %A FAJAR KURNIAWATI - NIM. 03121519, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5416 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Penanggalan Jawa, masyarakat Jawa, horoskop, astrologi %T PENGARUH PENANGGALAN JAWA TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DESA KADIREJO KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5416/ %X Penanggalan Jawa yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Jawa umumnya didasarkan pada pawukon (ilmu perbintangan Jawa), yaitu pengetahuan lelakon atau perjalanan hidup makhluk menurut ukuran kodrat nasibnya masing-masing. Dalam istilah modern, identik dengan pengetahuan horoskop dalam bidang ilmu perbintangan atau astrologi. Sampai saat ini tidak ada referensi yang menjelaskan secara pasti dari mana sumber serta mulai kapan penanggalan Jawa diberlakukan. Sulit untuk mengetahui sejarah penanggalan Jawa yang telah lama berkembang dan hanya diajarkan dari generasi ke generasi melalui mulut ke mulut, tanpa ada sedikitpun dokumen yang valid. Berdasarkan cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa, keberadaan penanggalan Jawa bermula dari kedatangan rombongan penduduk yang beragama Budha dari India di pantai Rembang (Jawa Tengah) yang dipimpin Ajisaka, sekitar bulan Maret tahun 78 Masehi, Tahun tersebut kemudian menjadi tahun pertama dalam hitungan tahun Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, penanggalan Jawa banyak dipengaruhi oleh sistem penanggalan yang datang berikutnya, antara lain penanggalan dari Arab. Hal ini seiring dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sekitar (abad XV Masehi), sehingga dalam kehidupan masyarakat terjadi perubahan penggunaan kalender dengan menggunakan kalender Islam. Akan tetapi, nama hari dari penanggalan jawa pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon) tetap dipertahankan untuk merangkapi nama hari dari sistem penanggalan Islam. Penanggalan Jawa yang berkembang sampai saat ini adalah penanggalan hasil akulturasi sistem penanggalan Jawa dengan penanggalan Islam. Penanggalan Jawa berlaku kembali pada masa pemerintahan Sultan Agung. Meskipun dalam kalender nasional (sekarang) hitungan penanggalan Jawa tidak lengkap (telah terpengaruh oleh penanggalan Islam dan penanggalan Masehi), di kalangan masyarakat Jawa masih dipakai. div %Z Pembimbing: Drs. H. Maman Abdul Malik Sya'roni, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A ILYAS DODENGO - NIM. 96121830, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4607 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Perguruan Islam Modern , Pendidikan , dakwah %T PERANAN PERGURUAN ISLAM MODERN AL-KHAIRAAT DALAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN DAKWAH DI PALU SULAWASI TENGAH (1930-1999) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4607/ %X Perguruan Islam al Khairaat adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Sayed Idrus bin Salim Al Jufrie seorang ulama asal Hadramaut (Yaman Selatan ) pada tahun 1930 di Palu Sulawesi Tengah. Dalam waktu yang relative singkat cabang-cabangnya telah berkembang di pelosok pedesaan. Kehadiran lembaga perguruan Islam al Khairaat di tengahtengah umat Islam yang berpusat di Palu adalah bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara, Pendidikan dan pengajarannya terfokus pada bidang agama dan dakwah Islamiyah. Aktifitas yang dilakukan oleh Perguruan Islam al Khairaat baik melalui dakwah, ceramah maupun pendidikan adalah merupakan misi utama dari perguruan ini dalam upaya mengarahkan dan member petunjuk terhadap umat manusia, dengan harapan dapt terhindar dari kebodohan dan kesesatan. Faktor yang mendukung pesatnya perkembangan perguruan Islam al Khairaat adalah menanamkan jiwa keikhlasan, bukan hanya dibebankan kepada para santrinya, tetapi juga terhadap semua unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar, baik kyai atau pengajarnya, pengelola maupun pembantu-pembantunya.Peranan perguruan Islam al Khairaat dalam aktivitasnya di segala bidang kemajuan bangsa dan agama terutama dalam bidang pendidikan dan menanamkan mental keagamaan adalah amat besar peranannya dalam upaya peningkatan pendidikan dengan penyebaran Islam. Penelitian ini menggunakn metode historis yaitu proses untuk menguji dan menganalisa secar kritis terhadap hasil rekaman dan peninggalan masa lampau. Dalam pengumpulkan sumber data menggunakan studi literature yaitu melalui penelitian kepustakaan, baik berupa dokumen maupun buku, Koran atau majalah, juga mengadakan interview terhadap ahli waris (keluarga) pendiri perguruan Islam al Khairaat, tokoh-tokoh masyarakat, dan juga alumni perguruan Islam al khairaat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada saat berdirinya perguruan Islam al Khairaat kondisi masyarakat Palu tidak diatur oleh suatu peraturan yang Islam dan jauh dari hukum atau undang-undang Islam, padahal masyarakat Palu mayoritas beragama Islam akan tetapi keadaan pendidikan keagamaan masih terbatas dalam bentuk pengajian al Qur'an secara tradisional dengan cara meniru dan menghafal serta ejaan yang dipakai dalam pengajian al Qur'an adalah menggunakan ejaan bahasa Bugis. Setelah perguruan Islam al Khairaat ini berdiri dengan aktivitasnya di bidang pendidikan dan pengajaran, bidang dakwah Islamiyah, serta usaha-usaha sosial kemasyarakatan, peranan dan kontribusinya cukup signifikan ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan sumber daya manusia. %Z Pembimbing: Drs. Rusli Hasibuan %0 Thesis %9 Skripsi %A ANA WAFIYAH - NIM. 95121652, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4580 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Jamaat Islami , Negara Islam , Pakistan %T PERANAN JAMAAT ISLAMI DALAM MEWUJUDKAN NEGARA ISLAM PAKISTAN (1948-1973) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4580/ %X Di Pakistan, Jama'at tumbuh menjadi sebuah partai kecil yang radikal. Sebagai partai yang berada di luar panggung pemerintahan, Jamaiat menjadi partai oposisi yang kerap kali terlibat konflik dengan pemerintah yang nota bene adalah partai-partai besar, seperti Liga Muslim, Partai Republik dan Liga Awani. Ketegangan hubungan antara Jama'at-i Islami dengan pasukan Pakistan berlangsung lama. Dalam keadaan demikian, Jama'at-i Islami akhirnya tampil menjadi partai oposisi yang paling vokal menyerang kebijakan-kebijakan pemerintah Pakistan, terutama tentang pembentukan Konstitusi Pakistan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kondisi sosial politik di Pakistan, menjelaskan sejarah berdirinya Jama'at-i Islami, dan menjelaskan usaha yang dilakukan Jama'at-i Islam dalam mewujudkan negara Islam Pakistan. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis yang bertumpu pada 4 tahap yang terkait, yaitu heruistik, kritik, interpretasi, historiografi. Kondisi Pakistan setelah memisahkan diri dari India sangat kacau dan memprihatinkan. Berbagai masalah timbul, baik geografis, sosial maupun politik. Jama'at-i Islami merupakan organisasi yang lahir sebelum Pakistan pisah dari India, sebagai akibat dari dicetuskannya Resolusi Lahore yang menuntut dibentuknya Pakistan sebagai negara yang merdeka dan terpisah dari India. Setelah Pakistan terbentuk, Jama'at-i Islami bergabung dengan Pakistan, dan akhirnya berkembang menjadi partai oposisi yang paling vokal terhadap kebijakan pemerintah Pakistan. Dalam usahanya untuk menciptakan negara Islam Pakistan, Jama'at-i Islami terlibat konflik dengan pemerintah Pakistan yang cenderung berhaluan modern. Diantaranya tentang bentuk negara yang menjadi perdebatan yang sengit antara kaum modernis (menginginkan negara sekuler) dan kaum tradisionalis (menginginkan negara Islam). %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurrahman, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MINSIH - NIM. 96121862, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4616 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam, Kerajaan Islam, Palembang, Sultan Muhammad Bahauddin %T PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA SULTAN MUHAMMAD BAHARUDIN DI KESULTANAN PALEMBANG (1776-1805) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4616/ %X Palembang, dahulu merupakan pusat pemerintahan kerajaan Sriwijaya,lalu menjadi daerah kekuasaan Majapahit, Demak, Pajang dan terakhir Kerajaan Islam Mataram . Pada awal abad ke-16, Palembang terlepas dari pemerintahan pusat (Mataram) dan menjadi pemerintahan yang berdiri sendiri dengan bercorak Islam. Pemerintahan ini bernama Kesultanan Palembang Darussalam, yang meliputi wilayah Lampung Utara hingga Krui, Pulau Bangka, Belitung, dan eks Karesidenan Palembang. Sultan pertama adalah Sultan Aria Kusuma Abdurrahman. Kesultanan ini mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Bahauddin. Pada masa ini para ulama dan cendekiawan mendapat pengayoman dan dorongan dari kesultanan. Maka muncullah penulis-penulis Palembang yang sampai sekarang karya-karyanya masih bisa ditemui, seperti Syihabuddin dan Kemas Muhammad. Sultan Bahauddin juga mempunyai reputasi tersendiri yang memberi warna dan ciri Kesultanan Palembang sebagai negara yang punya suvirinitas dan aktualitas dalam percaturan politik, ekonomi dan budaya di nusantara. Kajian dalam skripsi ini menfokuskan pada bagaimana sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Kesultanan Palembang, bagaimana perkembangan agama Islam pada masa Pemerintahan Sultan Muhammad Bahauddin serta bagaimana peran para ulama terhadap perkembangan Islam masa Sultan Bahauddin. Karena kajian ini merupakan kajian sejarah, maka metode yang digunakan hadala metode historis, yang mencakup empat langkah, yaitu heuristik (pengumpulan data sejarah), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran data) dan historiografi (penyajian sumber-sumber yang dapat dipercaya). %Z Pembimbing: Drs. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A ERNA WARDATUN - NIM. 93121224, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4586 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Masjid , Sejarah dan Kebudayaan Islam , Masid Taqwa Wonokromo %T PERKEMBANGAN MASJID TAQWA WONOKROMO BANTUL 1970-1997 TINJAUAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4586/ %X Masjid Taqwa Wonokromo terletak di dusun Wonokromo, desa Wonokromo,kecamatan Pleret, kabupaten Bantul, kurang lebih 16 km dari arah kraton, yakni sebelah tenggara arah kraton Yogyakarta. Masjid ini didirikan pada tahun 1701 Saka atau 1774 Masehi dengan Candra Sengkala , Nyata luhur pandita ratu Kyai Muh. Faqih dilantik menjadi kepala Pathok dan dianugerahi tanah perdikan (tanah yang tidak dipungut pajak dari kerajaan). Masjid ini digunakan untuk jama'ah sembahyang Jum'at bagi penduduk desa Wonokromo dan desa sekitarnya, mengingat masjid ini masjid tertua di wilayah kecamatan Pleret dan sekitarnya, saat ini masjid dikelilingi pondok-pondok pesantren yang santrinya dari berbagai daerah bahkan ada yang berasala dari Singapura. Sejarah berdirinya Masjid Wonokromo diilhami dengan hijrahnya nabi Muhammad SAW, bahwa yang mula-mula didirikannya setelah menyatukan umat adalah mendirikan Masjid. Wonokromo yang saat itu masih berupa hutan yang sangat luas yang belum banyak penghuninya maka di bukalah kawasan hutan di sekitae Ketonggo dan keudian didirikan masjid yang ada sampai sekarang ini. Tujuan utama didirikannya masjid Taqwa Wonokromo sudah tentu untuk tempat bersujud kepada Allah, dengan demikian masjid mempunyai potensi yang sangat vital dalam membina masyarakat Islam sebagai tempat komunikasi dengan sesame umat Islam, pusat kegiatan dakwah, pendidikan, pengajaran, juga sebagai pusat kebudayaan. Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi,serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegaskan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat Hasil dari penelitian ini berkesimpulan bahwa kegiatan-kegiatan masjid Taqwa Wonokromo ini dapat membantu mendidik masyarakat sehingga mempunyai mental agama yang kuat dan berkualitas, membentuk sumber daya manusia yang kualitas dengan bekal IMTAQ dan IPTEK. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Fatchiyah Muhammad %0 Thesis %9 Skripsi %A ALVIN SUSANDI - NIM. 06120003, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5506 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K akulturasi budaya, arsitektur, masjid agung Palembang %T AKULTURASI BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG PALEMBANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5506/ %X Perkataan quot;Masjid quot; dapat diartikan sebagai tempat di mana saja untuk bersembahyang orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad Saw: quot;Di manapun engkau bersembahyang, tempat itulah masjid quot;. Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali di dalam al-Qur'an, berasal dari kata sajadasujud, yang berarti patuh, taat serta tunduk penuh hormat dan takzim. Masjid di setiap daerah mempunyai perbedaan dan ciri khusus dari segi arsitekturnya. Dalam segi arsitektur sering terjadi akulturasi dengan budaya setempat atau budaya lokal. Akulturasi merupakan proses pembudayaan lewat pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Percampuran dan perpaduan budaya itu bisa berkenaan dengan wujud budaya yang monumental. Salah satu bentuknya terdapat pada bidang seni bangun, sebagai contoh penampilan arsitektur masjid Agung Palembang yang memperlihatkan adanya wujud akulturasi lokal, Cina, maupun Eropa. Penelitian tentang akulturasi budaya pada arsitektur masjid Agung Palembang adalah penelitian lapangan (Field research) dan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unsur budaya mana saja yang mempengaruhi arsitektur masjid Agung Palembang dan bentuk akulturasi pada arsitektur masjid tersebut. Adapun rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian ini antara lain; 1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya akulturasi pada arsitektur masjid Agung Palembang? 2.Pengaruh budaya mana saja yang terlihat pada masjid Agung Palembang? 3.Bagaimana bentuk akulturasi pada masjid Agung Palembang?. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam mengenai akulturasi budaya pada arsitektur masjid Agung Palembang, teori yang digunakan adalah teori difusi yang dikemukakan oleh Graebner dan teori akulturasi yang dikemukakan J.Powel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode budaya dengan pendekatan historis. Hasil penelitian membuktikan bahwa Masjid Agung Palembang didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II pada tanggal 1 Jumadil akhir tahun 1151 M (1738 M) dan selesai tanggal 1 Jumadil Akhir 1161 H (1748 M). Dari segi arsitektur masjid Agung Palembang merupakan perpaduan Timur dan Barat. Budaya Cina, Eropa, Arab, dan lokal menyemat pada garis arsitektur, dengan komposisi yang nyaris tanpa cacat. Di atas sisi limas masjid ada jurai daun simbar atau semacam hiasan menyerupai tanduk kambing yang melengkung dan lancip sebanyak 13 buah di setiap sisinya. Struktur ini menyerupai atap kelenteng dan bangunan tradisional Cina lainnya. Masjid Agung Palembang juga memiliki serambi seperti arsitektur klasik Yunani-Dorik, gaya seperti itu juga banyak ditemui pada bangunan Hindia buatan abad XVIII hingga awal abad XX. Sedangkan budaya Arab berpadu dengan budaya lokal terasa dalam beragam lengkungan halus gaya kaligrafi yang terdapat pada leher mustaka, jendela, mimbar, mihrab, dan pintu masuk masjid. Perpaduan budaya ini menjadi ciri khas Masjid Agung Palembang. div %Z Pembimbing: Siti Maimunah, M. Hum, %0 Thesis %9 Skripsi %A ZAENAL ARIFIN - NIM. 06120002, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5557 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Jathilan, tarian rakyat, akulturasi, Budaya Lokal, kesenian %T AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL PADA TRADISI KESENIAN JATHILAN DI DUSUN TEGALSARI,DESA SEMIN, KECAMATAN SEMIN, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5557/ %X Jathilan merupakan salah satu jenis tarian rakyat yang paling tua di Jawa, yang mana kesenian ini dapat menyatukan antara unsur gerakan tari dengan magis. Selain itu juga kesenian jathilan juga dapat berakulturasi dengan kebudayan lain seperti kebudayaan Islam. Salah satu grup kesenian jathilan yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mampu menampilkan akulturasi pada kesenianya adalah jathilan Putra Manunggal yang bertempat di Kabupaten Gunungkidul. Dalam pelaksanaannya selain menampilkan bentuk tari-tarian khas jathilan, atraksi-atraksi yang memukau, jathilan Putra Manunggal juga mampu menunjukkan bentuk akulturasi antara budaya lokal dengan budaya Islam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Pada Tradisi Kesenian Jathilan di Dusun Tegalsari, Desa Semin, Kecamatan Semin, Gunungkidul, Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana jalannya prosesi kesenian jathilan, dan apa saja bentuk akulturasi Islam yang terjadi di dalamnya, serta untuk mengetahui fungsi kesenian jathilan bagi masyarakat Dusun Tegalsari. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelititan lapangan (field reseach). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, observasi dan dokumenter. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jathilan Putra Manunggal dalam pertunjukannya memperlihatkan bentuk akulturasi dengan Islam yang terlihat pada amalan-amalan dan aturan yang harus dilakukan, seperti perpaduan antara wirid dan mantra, praktek laku (puasa). Selain itu juga terlihat pada prosesi pertunjukan kesenian jathilan yaitu perpaduan antara syair lagu khas jathilan dengan syair religious. Adapun fungsi kesenian jathilan bagi masyarakat Dusun Tegalsari adalah yang pertama sebagai sarana hiburan, kedua sebagai sarana interaksi sosial, dan sebagai sarana promosi daerah wisata kesenian. %Z Pembimbing: Dra. Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A MIKE NURBAYA - NIM.97121918, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4613 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sinkretisme , tradisi among-among %T SINKRETISME DALAM TRADISI AMONG AMONG DI DUSUN NGERINGIN JATIAYU KARANGMOJO GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4613/ %X Setelah agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 7- 13 M terjadi perubahan yang berarti dalam system kepercayaan dan budaya masyarakat pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya, karena Islam secara perlahan berhasil mengambil hati dalam masyarakat Jawa. Perkembangan dakwah Islam di Jawa mengalami proses yang unik karena berhadapan dengan kekuatan pra Islam yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakatnya. Para penyebar agama Islam tidak mudah melakukan dan menggeser adat istiadat cara hidup mereka karena pengaruh pra Islam, maka dengan cara dan bentuk yang telah mengakar di masyarakat tetap dipertahankan tetapi arah dan tujuannya diarahkan yang bernuansa Islam, dengan cara demikian maka Islam dapat berkembang dengan pesat dan dapat di terima di masyarakat Jawa. Pada masyarakat Ngeringin, Jatiayu, Karangmojo, Gunungkidul sampai sekarang masih melaksanakan tradisi leluhur mereka yang berupa sesaji kepada nenek moyang yang terkenal dengan nama Among-among, dengan tujuan agar hajat yang diinginkan tercapai. Sesaji ini selalu ada di setiap selamatan yang diselenggarakan oleh masyarakat, hal ini tidak boleh di tinggalkan bahkan seperti wajib hukumnya. Dalam tradisi ini ada 3 unsur yaitu bertapa yang melakukan adalah orang yang memimpin doa, bersaji yang melakukan adalah yang punya hajat dan berdoa ini dilakukan kedua belah pihak . Dalam kajian ini menggunakan metode historis yaitu suatu proses untuk menguji dan menganalisis data yang diperoleh secara kritis terhadap peninggalan masa lampau. Untuk pengumpulan data ini melalui beberapa tahapan yang berkaitan dengan persoalan yang di teliti yaitu menggunakan teknik observasi dengan cara pengamatan secara langsung, teknik wawancara dengan tanya jawab dengan pemimpin doa dalam tradisi Among-among, tokoh masyarakat dan warga masyarakat ngeringin yang dianggap tahu tentang tradisi ini, juga menggunakan teknik dokumen yaitu dengan cara menganalisa terhadap fakta-fakta dari dokumen tertulis maupun daro petunjuk-petunjuk tertentu. Masyarakat ngeringin masih melakukan tradisi Among-among walaupun mayoritas sudah memeluk agama Islam, karena ini merupakan warisan nenek moyang mereka yang merupakan basis utama dalam kehidupan. Tradisi ini pada awal kemunculannya adalah sarana dakwah Islam kepada masyarakat yang dilakukan oleh Ki Gede Giring yaitu memasukan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat melalui pendekatan cultural atau budaya yang ada dalam masyarakat. %Z Pembimbing: Drs. Lathiful Khuluq, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A DWI ASTUTI - NIM. 9412 1442, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4582 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Nahdhatul Ulama , Politik luar negeri %T SUMBANGAN NAHDOTUL ULAMA TERHADAP POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA (1945-1966) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4582/ %X Nahdhatul Ulama (NU) sebagai organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh para ulama pesantren pada tahun 1926 di kenal sebagai organisasi kaum santri tradisional yang mempunyai basis pengikut dari puluhan juta orang desa dan penduduk kota. Tujuan pertama NU adalah berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wa al Jam'ah, dengan melaksanakan usaha-usaha di bidang agama, pendidikan, social dan bidang ekonomi. Dalam konteks sejarah Indonesia modern , Nahdhatul Ulama merupakan organisasi yang kaya akan fatwa dan pemikiran yang bersifar Ijtihadi, misalanya fatwa tentang jihad pada masa revolusi fisik untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia , Ijtihad kembali ke UUD 1945, dll. Dalam konteks diplomasi dan politik luar negeri Indonesia, NU baik secara kelembagaan maupun lewat tokoh-tokohnya banyak peran dan sumbangan-sumbangan yang diberikan kepada bangsa, terutama pada masa awal kemerdekaan sampai masa orde lama. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, data yang digunakan adalah literature yang berhubungan dengan masalah pembahasan , dan bentuk pembahasannya adalah deskriptif analitis yaitu memaparkan dan menguraikan kejadian-kejadian dengan berbagai dimensi melalui pemberian jawaban terhadap pertanyaan apa, bagaimana, siapa, kapan, dan dimana, serta mencoba menerangkan mengapa peristiwa itu terjadi. Nahdhatul Ulama mempunyai sumbangan yang cukup berarti pada bangsa ini, baik ketika bangsa Indonesia masih dalam taraf awal kemerdekaan maupun tatkala bangsa Indonesia telah menjadi Negara yang diakui leh bangsa-bangsa lain. Peran tersebut diwujudkan dalam menunaikan tugas kenegaraan seperti dalam pengiriman missi Haji, peranannya dalam konfrensi Asia-Afrika dn juga perannya dalam menentang penjajahan terhadap bangsa oleh bangsa lain. %Z Pembimbing: Drs. Rusli Hasibuan %0 Thesis %9 Skripsi %A PINAWAN ARY ISNAWATI - NIM. 04121880, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2744 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K adat-istiadat, Tradisi, Kenduri, shodaqoh, penyesuaian mutualistik %T TRADISI KENDURI PADA PERINGATAN HARI KEMATIAN DI PEDUKUHAN BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2744/ %X Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan alam dan keanekaragaman budaya. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya adat-istiadat dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda, yang menghiasi tradisi yang ada di dalamnya. Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat. Salah satu tradisi yang terdapat pada suku bangsa Indonesia yang berada di pulau Jawa adalah tradisi kenduri atau slametan. Kenduri merupakan perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkat, dan lain sebagainya. Upacara slametan ini yang terpenting adalah pembacaan do’a yang dipimpin oleh orang yang dipandang memiliki pengetahuan tentang Islam, apakah seorang modin atau kiai. Selain itu terdapat seperangkat makanan yang dihidangkan bagi peserta slametan yang disebut berkat. Salah satu ciri kenduri atau slametan yang ada unsur Islamnya di sini adalah adanya makanan yang dibagi-bagikan secara suka rela tanpa harus melihat siapa yang menerima (dishodaqohkan), di mana shodaqoh itu merupakan ajaran dalam agama Islam. Kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab yang berarti pemberian tanda jasa. Dalam etnis Jawa kata shodaqoh itu telah diucapkan menjadi sedekah. Dalam hal ini, yang unik dalam kenduri pada peringatan hari kematian di Pedukuhan Bandung adalah ketika ada orang yang meninggal dan jenazahnya belum dikubur (masih di rumahnya) maka jenazahnya dibuatkan sesajen yang berupa dua piring nasi beserta lauknya, serta diberi minum teh dan air putih yang ditaruh di tempat tidur yang biasa digunakan orang tersebut ketika masih hidup. Tidak hanya itu, masyarakat Pedukuhan Bandung juga menjalankan surtanah. Pada upacara surtanah ini masyarakat setempat menyediakan nasi yang dibentuk gilik atau melingkar yang diberi lauk abon dan suwiran ayam. Nasi tersebut berjumlah tujuh piring. Diantara ketujuh nasi tersebut salah satunya berbeda. Perbedaanya, ada satu piring yang diisi dua nasi yang berbentuk gilik. Di antara dua nasi tersebut di tengah-tengahnya diberi kaki ayam sepaha, yang oleh masyarakat setempat disebut ungkur-ungkuran. Penyajian sesajen tersebut tentunya mempunyai makna yang berarti bagi orang yang ditinggal maupun orang yang telah meninggal. Untuk itu, penulis telah mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih jauh mengenai makna dan fungsi tradisi kenduri melalui penelitian yang lebih mendalam. Selain tersebut di atas, kenduri di Pedukuhan Bandung dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua golongan. Golongan tersebut adalah santri dan abangan. Dalam pelaksanaan kenduri pada masing-masing golongan berbeda. Hal ini dapat menambah keunikan tersendiri bagi masyarakat Pedukuhan Bandung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsionalisme struktural yang dipelopori oleh Radcliffe-Brown. Ia berpendapat bahwa analisis budaya hendaknya sampai pada makna dan fungsi dalam kaitannya dengan kebutuhan dasar semua masyarakat yang disebut “coaptatianâ€Â, artinya penyesuaian mutualistik kepentingan para anggota masyarakat. %Z PEMBIMBNG: DRA. SORAYA ADNANI, M.SI %0 Thesis %9 Skripsi %A FARIDHA YUSNAINI - NIM. 92121171, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4588 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Hikayat Abdullah, Sastra Melayu, Pendidikan Islam. %T TRADISI PENDIDIKAN ISLAM DALAM HIKAYAT ABDULLAH KARYA ABDULLAH BIN ABDUL KADIR MUNSYI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4588/ %X Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi merupakan seorang sastrawan Melayu yang lahir pada tahun 1796 di Semenanjung Malaka. Ia merupakan keturunan Arab-India. Kisah hidupnya ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul Hikayat Abdullah. Dalam karyanya, ia menuturkan kisah hidupnya serta peristiwa-peristiwa yang dialami dan disaksikan baik itu masalah-masalah sosial, budaya maupun politik yang ditujukan dalam pemaparan kisah maupun pandangan dan kritik-kritiknya terhadap kondisi masyarakat Melayu pada waktu itu. Beliau, walaupun seorang keturunan Arab-India, namun ia lebih berpihak kepada Barat, khususnya Pemerintah Inggris. Ketertarikannya terhadap Inggris antara lain terhadap kemajuan bidang pendidikan yang dicapai Inggris. Hal ini memang wajar karena ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang sangat memperhatikan pendidikan. Skripsi ini mengkaji Hikayat Abdullah, khususnya tradisi pendidikan Islam yang terdapat pada masyarakat Islam di Malaka pada masa hidup Abdullah. Kajian dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian filologi/studi teks,dengan pendekatan instrinsik, yaitu pendekatan yang berusaha menafsirkan dan menganalisis karya sastra dengan teknik dan metode yang diarahkan kepada dan berasal dari karya sastra itu sendiri. Kesimpulan yang diperoleh dari kajian ini adalah bahwa pendidikan Islam pada waktu itu sudah mengenal lembaga tempat belajar/mengaji dan majlis pengajian. Pendidikan Islam di tempat belajar formal meliputi metode belajar (klasikal), guru dan sistem hukuman. Pelajaran yang diberikan lebih ditekankan pada membaca al-Qur'an. Adapun majlis pengajian (pendidikan non formal) lebih bersifat sementara sesuai dengan kesepakatan antara guru dengan murid, dengan memberikan imbalan/bayaran kepada guru. Pada masa Abullah juga sudah dikenal perayaan khatam al-Qur'an. %Z Pembimbing: Drs. Maman Abdul Malik Sya'roni, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A IMAM ASHARI - NIM. 95121692, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4506 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sedekah bumi, budaya lokal. %T UPACARA SEDEKAH BUMI DI KEBUMEN (KAJIAN TERHADAP AKULTURASI NILAI-NILAI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DI DESA JATIROTO KECAMATAN BUAYAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4506/ %X Sedekah bumi dilaksanakan berkaitan untuk memberi persembahan kepada arwah leluhur atau penguasa jagat yang mbahu rekso. Tradisi sedekah bumi telah ada sebelum Islam berkembang di pulau Jawa seiring kebudayaan Hindu-Budha. Obyek penelitian skripsi ini adalah tradisi yang berkembang dalam masyarakat Desa Jatiroto Kecamatan Buayan Kebumen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis dengan pendekatan antropologis. Sedekah bumi dalam pandangan sebagian masyarakat muslim merupakan aktifitas yang mendekati kepada perbuatan syirik sehingga perlu dihilangkan atau diubah dengan pola yang lebih Islami. Akan tetapi sedekah bumi merupakan tradisi yang telah lama mengakar sehingga merupakan hal yang sulit untuk menghilangkannya. Aktifitas sedekah bumi menarik untuk ditelaah karena didalamnya terdapat akulturasi budaya. Upacara sedeakah bumi di desa Jatiroto biasanya didasarkan pada keyakinan atau dorongan naluri yang kuat atau adanya perasaan kuatir akan hal-hal yang tidak diinginkan (malapetaka), tetapi kadang-kadang juga hanya merupakan suatu kebiasaan rutin saja yang dijalankan sesuai dengan adapt keagamaan atau tradisi yang berlaku. Nilai-nilai Islam dan budaya lokal berpadu dalam upacara tradisional sedekah bumi yang dilaksanakan di desa Jatiroto merupakan norma atau aturan bermasyarakat dan etika berinteraksi social yang sesuai dengan tuntunan Islam dalam kerangka hubungan antar sesame masyarakat (horizontal). Kenyataan lain yang membuktikan bahwa upacara sedekah bumi telah tersentuh oleh ajaran Islam seperti masuknya unsur tahlil, dzikir, penentuan waktu dan maksud penyelenggaraan yang dikaitkan dengan hari besar Islam mengakibatkan efek sedekah bumi terkadang mampu menimbulkan getaran emosi keagamaan. div %Z Pembimbing: Dra. Hj. Siti Maryam, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A TRI ARYANI ANGRENGGANI - NIM. 04121828, %B Fakultas Adab %D 2009 %F digilib:2716 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Ziarah, makam Sunan Tembayat, obyek wisata ziarah, unsur karomah, barokah keselamatan %T WISATA ZIARAH DI MAKAM SUNAN TEMBAYAT, DESA PASEBAN, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2716/ %X Ziarah ke makam para Wali sudah sejak dulu menjadi aktivitas yang di lakukan masyarakat di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Ziarah pada dasarnya telah ada sebelum munculnya agama Islam. Ziarah ini dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Ziarah bahkan sudah menjadi agenda tersendiri dalam memenuhi kegiatan keagamaannya. Ziarah biasanya paling marak di lakukan pada hari-hari menjelang Ramadhan, hari raya Idul Fitri, bulan Maulid, dan bulan Muharam. Kompleks makam Sunan Tembayat dikenal sebagai salah satu obyek wisata ziarah di Jawa Tengah, setelah Demak dan Kudus. SunanTembayat adalah salah seorang wali yang terkenal dan tokoh karismatik penyebar agama Islam di Jawa pedalaman bagian selatan pada abad XIV- XV. Ritual keagamaan yang melibatkan puluhan ribu orang setiap hari-hari besar Islam itu telah menjadikan situs makam Sunan Tembayat sebagai obyek wisata potensial yang sangat ekonomis, berkontribusi besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat. Guna memahami ziarah sebagai suatu fenomena budaya maka penulis dalam hal ini berusaha mengungkapkan tentang praktek ziarah di makam Sunan Tembayat, dengan cara merumuskan beberapa pertanyaan, yaitu tentang ; latar belakang, motif dan aktivitas ziarah di makam Sunan Tembayat. Untuk itu dilakukan penelusuran melalui observasi dilapangan, wawancara dengan informan ( yaitu Juru kunci, peziarah, penduduk dan aparat desa setempat ) serta mengupulkan data terkait, seprti data monografi, peta dan hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian menujukkan bahwa wisata ziarah di makam Sunan Tembayat di latar belakangi oleh adanya kepercayaan peziarah tentang unsur karomah yang di miliki oleh Sunan Tembayat sebagi seorang wali yang menyebarkan agama Islam selain itu adanya unsur karismatik yang dimiliki oleh Sunan Tembayat yang sebagai seorang wali dan menjadi salah satu murid dari Sunan Kalijaga. Adapun motif peziarah berkunjung ke makam Sunan Tembayat itu bermacam-macam, akan tetapi pada intinya mereka mepunyai keinginan mendapatkan barokah keselamatan, kesuksesan, ketentraman, kebahagiaan, dan ketenangan dalam hidup. Aktivitas ziarah yang di lakukan oeh para peziarah bermacam-macam sesuai dengan keyakinannya masing-masing. hal ini dikarenakan adanya perbedaan pemaknaan ziarah, sehingga menimbulkan berbagai macam ritual ziarah. Perbedaan pemakanaan ziarah ini muncul dari dua golongan peziarah, peziarah tersebut yaitu peziarah Santri dan peziarah abangan. peziarah santri memaknai ziarah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sedangkan peziarah abangan memaknai ziarah lebih sebagai penghormatan kepada roh leluhur. %Z PEMBIMBING: DR. IMAM MUHSIN, M.AG %0 Thesis %9 Skripsi %A MOHAMAD NUR HADIUDIN - NIM. 03121515, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5521 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Ki Ageng Suryomentaram, ilmu kawruh jiwa (ilmu hidup bahagia) %T BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN KI AGENG SURYOMENTARAM (1892-1962) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5521/ %X Hasil pemikiran, cipta, dan karya manusia merupakan suatu wujud kehidupan yang selalu terjadi pada manusia. Berbagai pemikiran dan perbuatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, sehingga setiap individu mempunyai karakter dan cirikhas masing-masing. Dalam kehidupannya setiap manusia mempunyai perjalanan hidup yang berpengaruh terhadap pemikirannya. Demikian juga dengan perjalanan hidup Ki Ageng Suryomentaram. Ki Ageng Suryomentaram adalah putra Sri Sultan Hamengkubuwono VII, ia merupakan anak ke 55 dari 79 bersaudara. Nama kecilnya B.R.M. (Bendara Raden Mas) Kudiarmadji. Ibundanya bernama BRA (Bendara Raden Ayu) Retnomandoyo Putri dari Patih Danurejo. Seperti layaknya putra raja masa kecil Ki Ageng Suryomentaram banyak dihabiskan di dalam komplek kraton. B.R.M. Kudiarmadji bersama saudara-saudaranya yang lain, belajar di Sekolah Srimanganti, kurang lebih sama dengan sekolah dasar sekarang, di dalam lingkungan kraton. Selepas dari Srimanganti, dilanjutkan dengan kursus Klein Ambtenaar, belajar bahasa Belanda, Inggris, dan Arab. Pendidikan agama Islam didapat dari K.H. Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Ia juga mempunyai kegemaran membaca dan belajar, terutama tentang sejarah, filsafat, ilmu jiwa, dan agama. Pada usia 18 tahun B.R.M. Kudiarmadji mendapatkan nama tua dan diangkat menjadi pangeran yang bergelar B.P.H. (Bendara Pangeran Harya) Suryomentaram. Perjalanan hidup Ki Ageng Suryomentaram sangat berliku sebelum ia menetap di Bringin Salatiga, Ki Ageng pernah mengembara ke beberapa wilayah di kawasan Jawa Tengah, Ki Ageng juga terlibat aktif dalam diskusi bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan kawan-kawan. Ia dikenal sebagai guru ilmu kawruh jiwa (ilmu hidup bahagia). Ajarannya menekankan pada hakikat dari hidup manusia. Kehidupan Ki Ageng Suryomentaram sangat menarik untuk di kaji, mengingat jalan hidup yang dilalui sangat berliku, hingga pada akhirnya ia berhasil mengembangkan pemikiran-pemikirannya. Dalam kajian ini akan di fokuskan pada dua hal yang menjadi pertanyaan dasar dalam kajian ini 1). Siapa Ki Ageng Suryomentaram dan bagaimana jalan hidupnya? 2). Apa saja pemikiran Ki Ageng Suryomentaram?. Dua pokok persoalan tersebut akan membantu penulis mengetahui Ki Ageng Suryomentaram beserta pemikirannya. Penulisan skripsi ini menggunakan metode analisis histories, karena metode ini dianggap bertumpu pada empat langkah yang sangat memadai, yaitu: heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi dan historiografi itu sendiri. Metode ini digunakan agar dalam penelitian ini dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang objektif tentang permasalahan yang ada dan tidak terjebak pada sebuah deskriptif belaka. Serta dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai Ki Ageng Suryomentaram, baik tentang perjalanan hidup, aktifitas maupun pemikirannya. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Ummi Khulsum, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A SAPTA WAHYONO - NIM. 04121762, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5551 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K nilai-nilai universal Islam, kehidupan politik, adil, egaliter, dan demokratis, paradigma Islam %T DEMOKRATISASI DI INDONESIA (Studi Komparatif Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5551/ %X KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) banyak menyuarakan pentingnya demokrasi di Indonesia serta merekonstruksi pemahaman keagamaan yang dapat mendukung terciptanya demokrasi, dan pengembangan Islam yang ramah dengan budaya lokal. Gus Dur mencoba untuk menetralisir ketegangan hubungan Islam dan negara terkait dengan penolakan ormas-ormas Islam terhadap pancasila sebagai asas organisasinya. Gagasan ini berangkat dari komitmen Gus Dur yang tinggi terhadap nilai-nilai universal Islam, sebagai sesuatu yang olehnya dianggap mempunyai kekuatan yang massif untuk membangun basis-basis kehidupan politik yang adil, egaliter, dan demokratis. Sedangkan bagi Nurcholish Madjid (Cak Nur) Islam dan demokrasi bukan pilihan yang delematis dan berkonsekuensi pada pecahnya kepribadian, justru sebaliknya Islam dan demokrasi harus dikombinasikan, baik dalam pengertian prinsip maupun prosedur. Cak Nur mencoba mengawinkan antara demokrasi dan Islam yang menghasilkan demokrasi dengan paradigma Islam. Cak Nur berkeyakinan bahwa tanpa Islam, demokrasi akan kekurangan landasan, nafas, dan roh, sebaliknya tanpa demokarasi, Islam akan kesulitan mewujudkan tujuan dasarnya sebagai sarana bagai kebaikan untuk semua. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan sejarah dan biografi. Data dikumpulkan dari bahan pustaka seperti buku, majalah, dan lain-lain. Data yang didapat kemudian diuji kredibilitasnya melalui kritik internal dan eksternal sehingga akan mendapatkan data yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian data-data yang telah diuji diinterpretasikan untuk menjadi karya sejarah. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa Menurut Gus Dur demokrasi hanya bisa dibangun di atas landasan pendidikan yang kuat, dengan ditopang oleh tingkat kesejahteraan ekonomi yang memadai, sedangkan menurut menurut Cak Nur demokrasi harus dipandang sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Mengenai hubungan demokrasi dan Islam Gus Dur berpendapat bahwa Islam dan pola implementasinya dalam konteks negara dan bangsa, sangat memperhatikan konteks politik dan sosiologis suatu bangsa dan masyarakat. Karena ia lebih menekankan substansi ajaran Islam daripada simbol-simbol formalnya. Adapun menurut Cak Nur Islam sendiri sebenarnya memiliki konsep tetang demokrasi, yaitu lewat ajaran yang dalam Islam disebut dengan syuro (musyawarah). Baik Gus Dur maupun Cak Nur sependapat bahwa demokrasi adalah pilihan yang tepat bagi bangsa Indonesia, dan keduanya juga berpendapat bahwa demokrasi tidak bertentangan dengan Islam. %Z Pembimbing: Drs. Lathiful Khuluq, MA., Ph.D., BSW. %0 Thesis %9 Skripsi %A IMAM GOZALI - NIM. 06120014, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5516 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K pemikiran tasawuf Hasan Mustapa, Ihsan, Syahadah, shiddiqiyah dan Qurbah %T HAJI HASAN MUSTAPA GARUT DAN PEMIKIRANNYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5516/ %X Hasan Mustapa lahir pada tanggal 3 Juni 1852 di Garut, dan meninggal tanggal 11 Januari 1930 di Bandung. Ia merupakan ulama, tokoh budaya Sunda dan seniman yang banyak menuangkan hasil pemikirannya melalui tiga bentuk. Pertama dalam bentuk guguritan, yang kedua dalam bentuk prosa dan yang terakhir dalam bentuk anekdot. Wilayah pemikirannya meliputi budaya, sosial dan agama. Penulisan ini menarik dan penting sebagai sumbangan pengembangan bidang studi sejarah dan kebudayaan Islam di UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah pemikiran tasawuf Hasan Mustapa. Sebagai pisau analisa pembahasan ini, maka dikemukakan beberapa konsep dan pengertian umum tentang tasawuf dengan ini akan terlihat letak gambaran umum pemikiran Hasan Mustapa dalam bidang tasawuf. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan pemikiran Hasan Mustapa tentang Islam. Hubungan manusia dengan Tuhan dan 7 maqam tasawuf Hasan Mustapa. Maqam-maqam tersebut adalah: Islam, Iman, Sholeh, Ihsan, Syahadah, Shiddiqiyyah dan Qurbah. Semua pemikiran Hasan Mustapa merupakan cerminan dan pemahaman keagamaan yang kuat dan kepekaan budaya Sunda yang tinggi %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M.Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A Lustia Bekti Rohayati, NIM.: 02121064 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2009 %F digilib:5517 %I SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kepemimpinan, Muhammadiyah, KH. Ibrahim %T K.H. IBRAHIM KEPEMIMPINAN DAN PERJUANGANNYA DALAM MUHAMMADIYAH (1923-1932 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5517/ %X Muhammadiyah is one of the largest Islamic organization at Indonesia, beside NU (Nahdlatul Ulama). Founder of Muhammadiyah is KH. Ahmad Dahlan, at 1912. After that, Muhammadiyah spreading among people that live in Yogyakarta before known by most. Although Muhammadiyah can accepted, the means factor that made organization bigger is action from inside of. Especially KH. Ibrahim, the second leader that followed from 1923-1932. The man who's make alot of changing on body of Muhammadiyah. Under his leader Majelis Tarjih, Nasyiatul Aisyiah, and Pemuda Muhammdiyah was created. KH. Ibrahim was not active at Muhammadiyah, while KH. Ahmad Dahlan lives. That's why? KH. Ibrahim is interested to written. Passing trough historical method, and behavioral approaching that can focus on situation and realism condition we can descript about KH. Ibrahim thought, movement and alot of action. Turning point of this subject is KH. Ibrahim as historical thought. He more as liberator than just leader, cause alot of thing that he made and KH. Ahmad Dahlan wasn't do that. So, there is reduction thought from KH. Ahmad Dahlan as founder and KH. Ibrahim as second sage. Beside contamination of colonization by Netherland. div %Z Pembimbing : Dr. Dudung Abdurrahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A REYHAN BIADILLAH - NIM. 04121953, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5550 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Turki Utsmani, kebijakan pemerintah, perekonomian %T KEBIJAKAN EKONOMI TURKI UTSMANI (1514-1574) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5550/ %X Turki Utsmani yang didirikan oleh Utsman Ibn Ertoghril Ibn Sulaiman pada 1280, adalah negara Islam terbesar abad pertengahan. Awal puncak kejayaan mereka ditandai dengan penaklukkan ibukota Romawi Timur, yaitu kota Konstantinopel pada 1453. Kota itu diganti namanya menjadi Istambul dan terus menjadi ibukota Turki Utsmani hingga keruntuhannya. Masa keemasan Turki Utsmani yang berlangsung antara 1514-1574, luas negara Utsmani mencapai tiga benua yaitu Eropa, Asia dan Afrika. Dukungan tentara Janissary yang kuat dan angkatan laut yang besar, mereka dapat menguasai daerah yang sangat luas, ditambah dukungan administrasi yang baik, mereka dapat menjalankan pengaturan negara dengan baik dan efisien. Banyak negara Islam baru di Asia Tenggara mengakui, memperoleh legitimasi kesultanan dan dukungan militer dari Turki Utsmani. Pemasukan keuangan Turki Utsmani ditentukan oleh aktifitas perekonomian yang ditarik dari pajak, dari hasil perdagangan, maupun hasil penaklukan yang mereka lakukan dan diatur oleh kebijakan yang dikeluarkan penguasa. Sebagai negara militer, tidak serta-merta mereka hanya mementingkan penaklukan dan mengandalkan pemasukan negara dari penaklukan itu. Mereka juga menerapkan sistem ekonomi dan menjalankannya dengan baik, agar keuangan negara teratur, yang menjadikan rakyat di wilayah kekuasaannya menjadi makmur. Ekonomi sebagai objek penelitian ini, dilihat dengan teori dari J.M Keynes Goverenment Policy, maka terlihat bagaimana Turki Utsmani menjalankan roda perekonomiannya. Menurut Ibn Khaldun, negara adalah penyelenggara ekonomi yang paling utama (induk pasar). Adapun rumusan masalahnya adalah, Bagaimana peranan pemerintah dalam mengembangkan perekonomian?, Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengatur perekonomian?, serta Bagaimana perkembangan perekonomian mereka?. Skripsi ini terbagi dalam lima bab. Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah. Bab II menguraikan gambaran umum tentang Turki Utsmani. Bab III menguraikan tentang kebijakan ekonomi Turki Utsmani. Bab IV menguraikan tentang faktor-faktor penyangga ekonomi Turki Utsmani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan, yang berupa sumber sekunder, seperti artikel dan buku-buku, yang di dalamnya didapatkan data kuantitatif, dengan tanpa melewatkan proses verifikasi dan interpretasi. Setelah dilaluinya tahap tersebut, maka skripsi ditulis sesuai kaidah penulisan, sistematika pembahasan serta metode ilmiah yang berlaku, yang hasilnya disebut historiografi. %Z Pembimbing: Dr. H. Mundzirin Yusuf M.Si, %0 Thesis %9 Skripsi %A SUGIYONO - NIM. 93121332, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4382 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Jamaah Manaqib, kepercayaan tradisional, Syaikh Abdul qadir %T AKTIVITAS JAMAAH MANAQIB DI DESA MUNTUK KECAMATAN DLINGO KABUPATEN BANTUL TAHUN 1993-2001 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4382/ %X Perubahan-perubahan masyarakat memang telah ada sejak jaman dahulu baik itu mengenai nilai-nilai social, ataupun norma-norma social. Sistem kepercayaan tradisional yang dulu memberikan arti pada kehidupan dan ikut mengarahkan dan mongontrol perilaku, menjadi rusak oleh munculnya pendekatan ilmiayah dan sejumlah idiologi baru. Setiap perubahan dalam masyarakat tidak lepas dari factor-faktor yang mempengaruhi maupun yang bersifat menghambat. Demikian juga dengan keberadaan Jamaah Manaqib di desa Muntuk Dlingo, Bantul. Manaqib merupakan salah satu symbol dalam lingkungan santri dan desa pesantren pada umumnya pembacaan itu sebagai salah satu pendidikan akhlak, karena Manaqib berisi kisah kesalehan dan tingkat spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jaelani, juga dikisahkan tentang nilai-nilai kemanusiannya (akhlaknya). Diharapkan para pendengar dan anggota Jamah khususnya dapat meniru dan mengambil pelajaran dari akhlak dan kesalehan Syaikh Abdul qadir. Adapun kegiatan yang dilaksanakan Jamaah Manaqib adalah berupa mujahadah rutin setiap Jum'at Pahing secara bergilir, dan juga kegiatan majelis mujahadah yang dilaksanakan setiap tanggal 11 bulan hijriah. Penelitian ini dilakukan di lapangan maka penelitian ini di sebut field research yang lebih merupakan studi tentang kajian kebudayaan atau tradisi. Kajian ini di lakukan di desa Muntuk, kecamatan Dlingo, kabupaten Bantul dan topic yang diteliti adalah aktivitas Jamaah Manaqib di desa tersebut. Untuk teknik mengumpulkan data menggunakan metode wawancara, dokumentasi, dan observasi langsung. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa keberadaan jamaah Manaqib di desa Muntuk disambut baik oleh masyrakat. Kegiatan-kegiatan jamaah Manaqib berfungsi untuk media dakwah Islamiah dan syiar agama Islam di wilayah desa Muntuk. div %Z Pembimbing: Drs. Lathiful Khuluq, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A ACHMAD RIZAL - NIM. 94121490, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4503 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Jam'iyyah Ta'lim wa Mujahadah, pengajian %T AKTIVITAS JAM'IYYAH TA'LIM WA MUJAHADAH DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA 1991-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4503/ %X Lembaga-lembaga pengajian mempunyai posisi yang cukup penting sebagai sarana pencarian hidayah maupun sebagai penangkal dampak negativ perkembangan zaman. Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta. Metode yang dipakai adalah metode historis dengan menggunakan pendekatan historis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan informasi dalam bidang sejarah, khususnya sejarah Islam di Yogyakarta. Jam'iyyah Ta'lim wa Mujahadah adalah salah satu lembaga yang menekankan aktivitasnya pada pengajian. Kegiatan Jam'iyyah Ta'lim Wa Mujahadah di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dimulai tahun 1991 awalnya hanya diikuti oleh 10-30 santri. Dalam perkembangannya antara tahun 1993-1996 kegiatan ini mengalami perkembangan dan jumlah peserta tidak hanya terbatas pada santri tapi juga masyarakat sekitar dan mahasiswa. Tahun 1997-2000 juga mengalami perkembangan yang lebih pesat lagi dan mulai dikenal masyarakat luas bahkan sampai di luar wilayah Yogyakarta. Untuk memberikan kemudahan dan wadah yang lebih memadai akhirnya tahun 2000 Jam'iyyah membentuk sebuah Yayasan. Jam'iyyah telah memberikan sumbangan terhadap perkembangan keagamaan jama'ahnya. Berbagai macam kegiatan yang dikembangkan telah mendorong terjadinya perubahan pola piker dan pola tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari jama'ahnya kea rah yang lebih Islami. Secara tidak langsung perubahan juga berpengaruh terhadap perilaku masyarakat serta membawa masyarakat kea rah perubahan. div %Z Pembimbing: Drs. Sujadi, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A MUSTANGIN - NIM. 94121487, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4622 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Jam'iyyah Pengajian Ikhwanul Muslimin, kelompok salawat, Ahlussunah Waljamaah, pembinaan remaja %T AKTIVITAS JAM'IYYAH PENGAJIAN IKHWANUL MUSLIMIN CONDONGCATUR (1978 - 2000) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4622/ %X Sejarah berdirinya Jam'iyyah Pengajian Ikhwanul Muslimin bermula dari kegiatan seni salawat al Barzanji, kesenian ini pertama kali lahir berkat ide dan gagasan beberapa tokoh masyarakat, Tokoh tersebut mempunyai ketertarikan yang sangat mendalam dengan seni yang bernuansa keagamaan tersebut, maka timbullah keinginan mereka untuk mempelajari kesenian itu lebih seksama dengan harapan nantinya dapat dikembangkan di desa Condongcatur di tempat mereka tinggal. Sambutan masyarakat Condongcatur terhadap keberadaan kelompok salawat ini begitu antusias, ditambah dengan adanya dukungan dari tokoh masyarakat sehingga kedudukan kelompok kecil ini semakin kokoh dan para perintis secara terus menerus melakukan usaha tanpa kenal lelah untuk menjadikan seni salawat sebagai milik warga Condongcatur. Salah satu usahanya adalah pertemuan dan pembinaan yang intensif, sehingga pada tahun 1978 terbentuklah organisasi dengan nama Ikhwanul Muslimin dengan tujuan utama melakukan dakwah Islamiyah terutama di Condongcatur dengan Islam berhaluan Ahlussunah Waljamaah mengikuti madzab Syafii. Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu menjelaskan sejarah berdirinya Jamaah Pengajian Ikhwanul Muslimin dan perkembangannya. Dan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Jama'ah Pengajian Ikhwanul Muslimin adalah salah satu wahana aktivitas keagaman di desa Condongcatur yang didirikan pada tahun 1978 dengan orientasi kegiatannya menitik beratkan terhadap pembinaan moral dan mental para remaja. Di dalam perkembangannya kegiatan yang dilakukan adalah dalam bidang akidah, syariah, akhlak dan social budaya, sehingga menjadi wahana pembinaan remaja dan memperoleh dukungan dari masyarakat sekitar. div %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MULTAZAM - NIM. 95121706, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4621 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kesyahidan al Husain, Karbala, Abusy Syuhada, ahlul bait, at tawwabun, firqah %T AL HUSAIN R.A. PERANAN DAN KESYAHIDANNYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4621/ %X Kesyahidan al Husain memukau imajinasi banyak umat Islam, khususnya kaum syiah. Karbala menjadi saksi dari klimaks hidup al Husain, kepatuhan dan konsekuennya terhadap prnsip berdasarkan pada sabda dan firman Allah serta Rasulnya. Kematiannya yang dramatis dan memilukan di Karbala itulah yang akhirnya menjadikan ia dinobatkan sebagai Abusy Syuhada (Bapak dari para Syahid). Al Husain merupakan salah satu tokoh sentral bagi kaumnya akan ilmu dan pandangan-pandangannya. Sudah barang tentu, ia mempunyai andil besar dalam mengkhittah umatnya pada tatanan ajaran Islam yang murni, terutama bidang agama, ilmu pengetahuan, dan bidang politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) memahami lebih jauh serta utuk terhadap ketokohan al Hsain juga perananya dalam bidang agama, keilmuwan, dan politik, (2) dan mencoba untuk mendiskusikan kembali nilai-nilai warisan lama secara terbuka dan mengkajinya secara obyektif terhadap figure al Husain mulai dari pemikirannya, kiprahnya sampai pada kematiannya di Karbala. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah histories. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Hasil penelitiannya adalah Al Husain memiliki banyak penamaan, kedudukan, dan bahkan kekhususan yang mewarisi sebagian yang ada pada diri Rasulullah sehingga sangat dicintai dan dihormati umat Islam. Sikapnya keras bila menemui kecurangan dan bersikap loyal terhadap kebenaran. Posisinya sebagai ahlul bait dituntut untuk berperan aktif dalam menegakkan kalimah Allah dan menyebarkan dakwah Islam dengan bil hal dan bil lisan baik dalam bidang keagamaan, keilmuan bahklan bidang politik. Kematian Al Husain dijadikan mitos paradigmatic dengan mengadakan ritual-ritual religius dengan berbagai maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Dampak kematiannya sangat besar tidak saja bagi ahlul bait, tetapi oleh pihak musuh (dalam hal ini Yazid) juga umat Islam umumnya. Dampak lain adalah lahirlah kelompok at tawwabun dan membangkitkan kembali firqah-firqah seperti Syi'ah, Khawarij, dan Murji'ah. div %Z Pembimbing: Drs. Muh Mustofa %0 Thesis %9 Skripsi %A ISNIWATI - NIM. 04121715, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5884 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K pemikiran Abdurrahman Wahid, Hak Asasi Manusia %T PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5884/ %X Kesadaran tentang hak asasi manusia di kalangan masyarakat luas masih merupakan masalah, hak asasi manusia adalah suatu hal yang masih belum dipahami secara merata, dan belum disadari sebagaimana mestinya. Hal ini tercermin dengan banyaknya pengaduan masyarakat (kepada komnas HAM, Misalnya) tentang perilaku pihak-pihak tertentu yang melakukan pelanggaran hak-hak asasi. Sebagai salah satu tokoh intelektual muslim Indonesia, Abdurrahman Wahid banyak memberikan perhatian terhadap HAM khususnya dalam konteks ke-Indonesia-an. Abdurrahman Wahid tidak hanya mencurahkan pemikirannya terhadap HAM, tetapi juga aktif dalam memperjuangkan hak-hak asasi manusia di Indonesia khusunya. Hal ini yang menarik untuk dikaji secara mendalam, dengan mengetengahkan pokok permasalahan; Bagaimana pemikiran Abdurrahman Wahid tentang hak asasi manusia di Indonesia? dan bagaimana pembelaan AbdurrahmanWahid atas pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Upaya untuk mengkaji permasalahan tersebut menggunakan metode sejarah (historical method) dengan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut; Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan pendekatan historis-sosilogis. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa; Perjuangan dan keseriusan Abdurrahman Wahid dalam bidang hak asasi manusia patut menjadi teladan bagi anak bangsa di negeri ini. Pandangan Abdurrahman Wahid sebagai tokoh Islam mempunyai paradigma sendiri dalam memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai hak asasi manusia. Menurut Abdurrahman Wahid di Indonesia banyak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia, dan upaya untuk menegakkan hak asasi manusia hanya dapat dilakukan melalui reformasi struktural. Apresiasi Abdurrahman Wahid terhadap hak asasi manusia bukan dalam konsep saja, tetapi juga implementasinya dalam praktek, termasuk di Indonesia. Abdurrahman Wahid menyuarakan pembelaan terhadap sejumlah kasus menyangkut pelanggaran hak asasi manusia, seperti pembelaan Abdurrahman Wahid terhadap hak-hak kaum minoritas (etnis Tinghoa), korban G 30 S/PKI, dan pembelaan Abdurrahman Wahid terhadap Ulil Abshar-Abdala atas pemikiran liberalismenya. %Z Pembimbing: H. Maman A. Malik Sy., M.S. %0 Thesis %9 Skripsi %A AGUS ANGGORO SETO - NIM. 02121065, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5505 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K pencak silat, kesenian asli Indonesia, politik kolonialisme %T PENCAK SILAT DAN ISLAM (Pendekatan Kultural Persaudaraan Setia Hati dalam Melawan Politik Kolonialisme Tahun 1903-1930 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5505/ %X Pencak silat is the most largets kind of martial art, that are originally from Indonesia. Pencak silat has spreading among islands of Indonesia along time ago. As a martial art, pencak silat has great history that filled time and space. At 1903 until 1930, between that years Indonesia still under control by Netherland and Japan. Organization of martial art was build at Madiun, East Java and become the 1st martial art organization in Indonesia that has traditional structure. The name is quot;PERSAUDARAAN SETIA HATI quot;. This paper explained about the way of live of this organization and his contribution for reach Independence day of Indonesia. To get closer with this object, we used historical approachment. Specially for collecting information we must become member, cause this concervative martial art will not open his minded with stranger people. Spirit of Islam is the most important part in every breath of this martial art, so martial art and Islam can united become great power against colonialism, fasism system that was bring by Netherland, France, England and Japan. The other conclusion that make this research interesting is claim if BOEDI OETOMO is not the 1st organization in Indonesia. Because along time ago there is another organization, that lived and has spirit from marginal people; farmer, labour and people on the 2nd social class. BOEDI OETOMO was filled with quot;Priyayi quot; only, so why he has little effect on the grass root. Beside that history has own faith for every generation. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A UMI KULSUM - NIM. 96121838, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4533 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Gerakan Muhammadiyah, sejarah %T GERAKAN MUHAMMADIYAH DI PLUPUH SRAGEN (1950-1990) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4533/ %X Kehidupan agama di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang datang sebelum Islam. Pada abad-abad pertama Masehi, Indonesia terkena pengasuh Hindu. Hal ini berdampak adanya pelaksanaan ajaran-ajaran agama tidak sesuai dengan ajaran yang sebenarnya sehingga terjadilah pelaksanaan agama secara sinkretis yang didalamnya terdapat pelaksanaan dan pengamalan agama yang bercorak syirik, bid'ah dan khurafat. Skripsi ini bertujuan untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya merekonstruksikan masa lampau dari objek yang diteliti ditempuh melaui metode sejarah/historis, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan masa lalu, peninggalan atau dokumen. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis yang dapat membantu dalam mengungkapkan aspek-aspek social budaya masyarakat Plupuh sebagai pendukung aktivitas Muhammadiyah. Gerakan Muhammadiyah di Plupuh sempat mendpat tanggapan keras dari masyarakat karena dianggap merubah tatanan dan adat kebiasaan masyarakat yang sudah berjalan berabad-abad dan merupakan warisan leluhur nenek moyang. Gerakan Muhammadiyah di Plupuh secara kuantitas dan kualitas mengalami kemajuan yang cukup berarti, yaitu gerakannya dilakukan dalam bentuk amaliyah nyata dengan didirikannya lembaga pendidikan dan lembaga social. Hal ini membawa perubahan kearah yang lebih baik terhadap masyarakat Plupuh. %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurrahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A WASINGATURAHMAH - NIM. 95121690, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4514 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Pembaharuan Islam, pesantren %T GERAKAN PEMBAHARUAN DI PESANTREN AL IMAN PURWOREJO (1965-1995) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4514/ %X Pembaharuan dalam tubuh umat Islam adalah suatu keharusan. Dengan adanya pembaharuan umat Islam akan dapat meraih kemajuan. Pembaharuan dalam Islam yang dimaksud bukanlah merubah nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam melainkan mengembalikan Islam kepada pangkal kemurniannya. Kebangkitan dan pembaharuan Islam di Indonesia berkembang melalui organisasi-organisasi social keagamaan termasuk didalamnya adalah pesantren. Skripsi tentang pembaharuan islam di pesantren al Iman ini merupakan kajian masa lampau dengan menggunakan metode historis dengan pendekatan sosiologis. Penulisan skripsi ini menggunakan teori Max Weber yakni dengan teori ini menjelaskan adanya interaksi yang terjadi antara pesantren dengan masyarakat setempat terutama yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Perubahan yang terjadi di Pesantren al Iman dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk menyesuaikan diri antara pesantren dengan aspirasi masyarakat. Berdirinya Pesantren al Iman pada awalnya masih sangat sederhana dan system pengajaran dengan system non klasikal yaitu system wetonan dan sorogan. Tahun 1967 sistem tersebut diganti dengan system klasikal yang dibarengi dengan berdirinya Madrasah Mualimat atas inisiatif K.H. Agil al Ba'bud yang disepakati oleh seluruh keuarga dan staf pengasuh pesantren. Atas tuntutan masyarakat kemudian Madrasah al Iman mulai memasukkan bidang studi umum di dalam kurikulumnya dan mulailah era baru bagi Madrasah al Iman. %Z Pembimbing: 1. Prof.Drs. A. Muin Umar 2. Drs. Lathiful Khuluq, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR CHAEDI - NIM. 94121524, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4511 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam, bani Abbasiyyah %T HISTORIOGRAFI MASA DAULAH ABBASIYAH PERTAMA (132 H/750 M - 232 H/874 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4511/ %X Penulisan sejarah yang dilakukan pada masa Bani Abbasiyah pertama merupakan tonggak awal perkembangan historiografi Islam. Dinasti Abbasiyah sebagai pengganti dinasti Umawiyah telah berusaha memarjinalkan peranan daulah Umawiyah diatas atas sejarah. Tradisi penulisan sejarah Islam yang diawali dimasa Abbasiyyah pertama terus berkembang mengikuti perkembangan kebudayaan. Penulisan sejarah telah dilandasi oleh suatu ide yang sistematis dengan menaruh perhatian terhadap rangkaian peristiwa dan situasi. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah, karena pembahasannya bersifat histories. Untuk mensintesiskan fakta agar mempunyai bentuk dan struktur dilakukan interpretasi dan diperlukan pendekatan ilmu-ilmu social yang meiputi teori-teori dan konsep sebagai alat analisis. Isu politik yang berkembang mempunyai pengaruh yang besar dalam penulisan sejarah. Pertentangan antara daulah Umayyah dengan daulah Abbasiyah telah membawa mereka terjebak pada dikotomi pro dan kontra.Diantara para sejarawan-sejarawan yang sangat dekat dengan kalangan elit politik atau khalifah pada masa itu adalah Ibn Ishaq, Al-Waqidi, Ibn Sa'ad, dan al Kalbi. Inilah yang menyebabkan penulisan sejarah mengenai daulah Umayyah lebih condong diabaikan dan mereka lebih memilih menulis sejarah dinasti-dinasti terdahulu atau biografi Nabi atau para sahabat, ataupun tokohtokoh ulama. %Z Pembimbing: Drs. Sujadi, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A ZULFAN HASIBUAN - NIM. 97121926, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4515 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Nasionalisme, Kebangsaan %T HUBUNGAN AGAMA DAN KEBANGSAAN DALAM PANDANGAN NASIONALISME H. AGUS SALIM DAN ABUL KALAM AZAD %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4515/ %X H. Agus Salim dan Abul Kalam Azad merupakan penganut Islam yang taat, dalam perjalanan hidupnya memiliki pemahaman yang hamper sama dalam hal kesadaran sebagai entitas senasib di tengah-tengah heterogenitas masyarakat. Pemahaman keduanya terhadap al qur'an telah memperkaya khazanah intelektual dan menimbulkan semangat kemanusiaan universal. Sekalipun disadari sepenuhnya, corak pemikiran keduanya, disamping memiliki titik singgung yang menyatu juga mengandung sejumlah perbedaan yang menjadi daya tarik penelitian ini. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah dan bersifat penelitian kepustakaan. Dalam skripsi ini di kemukakan mengenai nasionalisme atau paham kebangsaan. Nasionalisme digunakan untuk menggambrkan minoritas di dalam negeri. Nasionalisme terkait erat dengan proses-menjadi sebagai bangsa dan kesadaran ketergantungan kepada komunitas yang lebih luas. Agus Salim memaknai nasionalisme sebagai satu bentuk cinta kepada bangsa yang merupakan penerjemahan pesan-pesan suci agama ke dalam perilaku social dan politik yang harus dimanifestasikan setiap Muslim. Nasionalisme bersifat teologis dan sacral. Sementara dalam pandanga Azad dimotivasi oleh sentiment psikologis yang bersifat profane. Derivasi yang dilakukan Salim dan justifikasi yang diupayakan Azad membedakan kedua tokoh ini. Bagi Salim eksistensi setiap agama tetap nyata dan penghinaan terhadap agama (Islam) tidak bias ditoleransi. Sedang Azad secara teoritis sampai pada pandangan kesatuan agama-agama. %Z Pembimbing: DR.H. Machasin, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR HASANAH - NIM. 05120048, %B Fakultas Adab %D 2011 %F digilib:5471 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tarekat Haddadiyah, dzikir, wirid %T PENGARUH TAREKAT HADDADIYAH DI KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5471/ %X Tarekat Haddadiyah dalam perkembangannya merupakan nama lain dari Tarekat ‘Alawiyyah. Tarekat ini dinisbatkan kepada seorang imam besar dari keluarga ‘Alawiyyin (sebutan untuk keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari Sayyidina Husein r.a., putera Sayyidatina Fâtimah az-Zahra puteri Rasulillah saw, melalui Imam ‘Alawi bin Ubaidillah, putera Imam Ahmad al-Muhajir yang merupakan tokoh utama bagi masyarakat Hadramaut), yakni al-Imam as-Sayyid al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad. Ia adalah seorang pembaru abad ke-17. Tarekat ini terkenal karena Ratib al-Haddad yang disusun sendiri olehnya. Sayyid al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad mengembalikan fungsi Tharîqah ‘Alawiyyah sebagai suatu tharîqah khâshshah menuju tharîqah âmmah yakni suatu ajaran yang dapat dicerna oleh masyarakat luas dan sebagai pengetahuan dasar meneliti perjalanan batin untuk mencapai keridhaan Allah s.w.t. dengan selamat. Hal inilah yang menjadi benang merah mengapa Ratib al-Haddad sebagai tradisi shûfiyyah; tetapi menjadi amaliah yang cukup merakyat dengan ditandai masyarakat banyak yang mengamalkan serta diterimanya wirid ini di kalangan ummat Islam. Berangkat dari uraian tersebut itulah dapat dipahami, jika pada gilirannya Sayyid al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad kemudian merumuskan suatu rangkaian bentuk-bentuk dzikir dalam wiridnya. Hal itu, merupakan sebuah konsekwensi logis dari tradisi yang diamalkannya, tentu saja dengan latar sosiokultural yang ada pada saat itu. Tarekat Haddadiyah ini memberikan penekanan khusus pada akhlak dan amal (tasawuf akhlaqi/ tasawuf amali). Dalam tarekat ini, suatu amalan (wirid) hanya sebagai ziyadat al- ‘amal atau tambahan amal saja, tidak ada baiat. Tarekat Haddadiyah ini termasuk tarekat yang moderat yaitu dapat menerima pendapat dari pihak lain. Keberadaan tarekat Haddadiyah di Kecamatan Seyegan, mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi para pengikutnya. Mereka merasa tenang dan mantap dalam menjalankan ibadah. Di samping itu kharisma pendiri tarekat Haddadiyah yaitu Sayyid al-Habib ‘Umar bin Ahmad Bafaqih dalam menyampaikan dakwah tentang berbagai ilmu agama seperti akhlak, tasawuf, fiqih, maupun hadits, membuat para jama’ah semakin giat untuk selalu mengikuti ajaran tarekat ini. Bagi para jama’ahnya, tarekat ini merupakan media dalam membiasakan untuk melatih diri mempunyai keyakinan yang kuat dan tetap akan adanya ketauhidan, membenahi akhlak, menambah amal, dan memperbaiki budi pekerti, karena akhlak merupakan suatu tingkah laku sehari-hari dalam berhubungan dengan sesama, dan segala sesuatu yang terkandung dalam ajaran Islam, tujuannya tidak lain adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi yaitu sebagai alat untuk menganalisa gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehubungan dengan adanya Tarekat Haddadiyah. Teori yang digunakan adalah teori Patron-Klien yang diungkapkan oleh J.C. Scott, sebagaimana dikutip oleh Ahimsa. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Ummi Kulsum, M. Hum., %0 Journal Article %@ 2338-557X %A RASHID, ABDUR %D 1978 %F digilib:616 %I UIN Sunan Kalijaga %J Al Jamiah %K Tulisan, Sejarah, Ahli, Muslim, Biografi, Dinasti Mughal %N No.18 %P 47-60 %T TULISAN SEJARAH OLEH AHLI-AHLI MUSLIM DI DALAM KARYA-KARYA RESMI DAN BIOGRAFI PADA DINASTI MUGHAL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/616/ %V Vol.17 %X Karya-karya sejarah yang dihasilkan India antara abad ke 16 sampai dengan abad ke 18 telah menerima pujian dari beberapa penulis Eropa Sementara yang lain mencelanya sebagai Karya yang sebagian besarnya membosankan, penuh purba sangka, dangkal dan tak bernilai. Sir Henry Elliot (1808-1853), kepada seluruh mahasiswa sejarah abad pertengahan India merasa berhutang budi karena usahanya menghimpun dan memelihara bahan-bahan sejarah Persia dan memungkinkan para sarjana untuk mempelajarinya lewat ringkasan dan terjemahan, betapapun di dalamnya banyak terdapat kesalahan, telah menyatakan pendapatnya tentang nilai dan sejarah yang sedemikian rajin dikumpulkannya akan tetapi sangat disayangkan karena telah disalahgunakan oleh dirinya sendiri. ila definisi yang diberikan oleh Dionysius benar, demikian kata Sir Henry Elliot, ahwa sejarah adalah ajaran filsafat melalui contoh perbuatan, maka tidak ada ahli sejarah kelahiran India dan kalaupun ada sedikit sekali yang mencapai nilai yang lumayan tinggi. Kita memang memiliki perbendaharaan tentang contoh tindak laku perbuatan tetapi juga kebenarannya sangat diragukan karena tertutup oleh pengaruh keturunan, jabatan dan pandangan yang memihak dari para penulisnya. Di luar itu, kita tidak menemukan adanya filsafat yang dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan yang berguna bagi kita tentang pelajaran dan pengalaman masa lampau yang berkaitan dengan sebab akibat pergolakan politik serta memproyeksikan pertimbangan-pertimbangan bagi perbaikan masa akan datang. Mengenai sejarah dalam negeri, kita juga tidak menemukan sesuatu dari para penulis kita dan mungkin gambaran demikian ini berlaku pula pada hampir seluruh ahli sejarah Islam, kecuali Ibnu Khaldun. Mereka tidak pernah memikirkan secara serius tentang masyarakat, baik mengenai adat kebiasaan umum maupun hak-hak istimewa yang berlaku, unsur-unsur kekuasaan pembuat undang-undang atau hubungan timbal baliknya, kelas-kelas atau lembaga-lembaga masyarakat yang ada dan umum diketahui orang, baik mengenai kehidupan pribadi anggota-anggota maupun pergaulanya sehari-hari. Mengenai soal perdagangan, pertanian, kepolisian, dan peradilan setempat, catatan-catatan sejarah itu sangat tidak lengkap. %0 Journal Article %@ 2338-557X %A UMAR, A. MUIN %D 1980 %F digilib:450 %I UIN Sunan Kalijaga %J Al Jamiah %K Ilmu Pengetahuan, Peradaban, Islam, Seyyed Hossein Nasr %N No.22 %P 1-21 %T ILMU PENGETAHUAN DAN PERADABAN DALAM ISLAM (TINJAUAN TERHADAP KARYA SEYYED HOSSEIN NASR) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/450/ %V Vol.15 %X Gambaran ilmu di alam Islam memberikan kesan bagi pembaca-pembaca di Barat dan Timur, dengan kekaguman yang bermacam-macam. Tidak ada masalah mengenai kemampuan penulisnya dan cara-cara pendekatannya. Karena itu Seyyed Hossein Nasr seorang kelahiran Iran, dibesarkan dan mendapat pendidikan pertama di sana, kemudian melanjutkan stidinya di Eropa dan mempelajari ilmu Fisika dari Massachusetts Institute of Technology, pada permulaannya sangat tertarik kepada sejarah pemikiran ilmu pengetahuan yang saya mengajarnya. Demikian ungkapan yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Giorgio de Santillana ketika memberikan sambutan terbitnya karya Seyyed Hossein Nasr, iScience and Civilization in Islam,/i (New York : New American Library, 1970). Sesudah membaca sambutan dari Prof. Santillana itu dan sesudah menekuni tulisan Seyyed Hossein Nasr dalam waktu yang cukup lama, maka penulis pun tertarik untuk memberikan sekadar tinjauan terhadap buku yang ditulis Seyyed Hossein Nasr tersebut yang terjemahan judulnya, menjadi judul yang penulis kemukakan di dalam uraian ini. Kalau sekiranya apa yang penulis sajikan ini tidak kritis, mungkin disebabkan kedlaifan ilmu atau mungkin juga karena penulis terlanjur kagum terhadap penyajian yang dilakukan sarjana MUslim dari Iran yang kenamaan itu. Namun bagaimanapun juga memberikan sekadar tinjauan dan informasi terhadap karya penulis kenamaan dapat memberikan tambahan ilmu bagi kita. Seyyed Hossein Nasr sebagaimana disinggung diatas adalah seorang sarjana MUslim kelahiran Iran dan mendapat pendidikan serta menyelesaikan studinya di dalam bidang ilmu Fisika di Massachussetts of Technology, kemudian dia melanjutkan studinya di dalam bidang geologi dan geofisika di Universitas Harvard dan memperoleh gelar doktor dari Universitas tersebut tahun 1958 dengan memilih subjek History of Science. Beberapa tahun kemudian dia mengembangkan karinya di bidang sejarah ilmu ini, dan diangkat sebagai guru besar dalam mata pelajaran History of science di Universitas Teheran. Latar belakang pendidikan Barat yang diterimanya memberikan arti yang besar bagi dirinya, dan di dalam kepribadiannya dia menunjukkan sebagai seorang muslim modern yang dengan pernyataannya yang bergairah, langsung dan tanpa kompromi, dia merasa yakin akan kebangkitan kembali peradaban Islam.b %0 Thesis %9 Skripsi %A Arifin Sumarto, NIM.: 08120007 %B UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %D 2012 %F digilib:7273 %I Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga %T PONDOK PESANTREN WARIA "SENIN-KAMIS" DI KAMPUNG NOTOYUDAN, KELURAHAN PRINGGOKUSUMAN, KECAMATAN GEDONGTENGEN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7273/ %X Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami Ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dan secara psikologis mereka merasa bahwa dirinya adalah seorang perempuan. Pondok pesantren waria senin-kamis. Pondok ini berlokasi di desa Notoyudan, GTII/294, Rt 85 / Rw 24, kelurahan Pringgokusuman. Pondok pesantren ini di khususkan untuk para waria. Dinamakan senin-kamis karena kegiatan pesantren dilakukan setiap senin-kamis. Dengan alasan pemilihan senin-kamis yaitu hari senin dan kamis itu biasanya digunakan oleh orang jawa untuk bertirakat atau untuk beribadah. Berperilaku waria memiliki banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai masalah di antaranya: ada alasan yang berpendapat karena penolakan keluarga, tekanan ekonomi, kurang diterima di masyarakat atau bahkan tidak diterima secara sosial, dianggap lelucon, hingga kekerasan baik verbal maupun non verbal. Objek dalam penelitian ini adalah pondok pesantren waria senin-kamis. Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana latar belakang didirikannya pondok pesantren waria senin-kamis? Bagaimana aktifitas santri di Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis? Bagaimana kontribusi pondok pesantren Waria Senin-Kamis dalam masyarakat? Penelitian ini mengunakan pendekatan sosiologi yang berusaha menyelidiki persoalan umum dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan kehidupan masyarakat. Dan juga bertujuan untuk mempelajari problem-problem sosial. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian budaya dengan tahapan penelitian yaitu : pengumpulan data (Observasi, wawancara, dokumentasi), analisis data dan laporan penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Sedangkan metode analisis yang di gunakan penelitian adalah kualitatif dengan pengumpulan data secara interview, observasi, dan pengamatan dipondok pesantren waria senin-kamis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Struktural Fungsional yang dikemukakan oleh Emile Durkheim, yaitu bahwa masyarakat sebagai suatu organisasi besar tersusun dari bagian-bagian yang memiliki kedudukan, peranan serta fungsi masing-masing. Komponen itu saling berhubungan dalam mewujudkan sistem sosial. %0 Thesis %9 Skripsi %A Didin Sahidin, NIM: 08120010 %B UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %D 2012 %F digilib:7277 %I Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga %T KORUPSI DALAM DINASTI ILKHAN DAN PERLAWANANNYA PADA MASA GHAZAN KHAN (1295-1304 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7277/ %X Sebagai sebuah tindak kejahatan, korupsi termasuk ke dalam klasifikasi kejahatan yang luar biasa (extra-ordinary crimes). Praktik korupsi menjadi penyebab terjadinya ketidakadilan dan kekejaman. Begitu juga yang terjadi pada Dinasti Ilkhan, korupsi menjadi biang keladi berbagai permasalahan sosial yang terjadi. Korupsi di Dinasti Ilkhan dilakukan oleh para pemimpin, pejabat dan antek-anteknya. Ibarat bubuk makan kayu yang membuat kayu menjadi rapuh dan akhirnya menyebabkan dinding menjadi ambruk. Akibat korupsi tersebut, pemerintahan Dinasti Ilkhan berada dalam ambang kehancuran. Puncaknya, pada awal Ghazan Khan naik singgasana Ilkhan, kondisi keuangan sudah terkuras habis.. Dalam sejarah selalu mengenal perubahan, baik dilakukan oleh individu maupun kelompok. Ghazan Khan sebagai penguasa ketujuh dari Dinasti Ilkhan, tampil menjadi agent of change yang membawa perubahan pada Dinasti Ilkhan. Pada masanya, Dinasti Ilkhan mengalami kemajuan, bahkan pada masanya kota Tabriz dicap sebagai The Golden Age of Islam Post Baghdad. Salah satu yang menonjol dari pemerintahan Ghazan Khan adalah pemerintahannya yang dikenal sehat dari penyakit korupsi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha Ghazan Khan dan faktor pendukung dalam memberantas korupsi di Dinasti Ilkhan sehingga kondisi pemerintahan kembali terkendali, stabil bahkan menjadi maju. Untuk menganalisis perlawanan Ghazan Khan terhadap korupsi, digunakan teori konvensional Robert Phell. Ia mengatakan, salah satu cara yang paling baik untuk memerangi kejahatan semisal korupsi adalah dengan menghukum para penjahat atau pelaku dengan hukuman yang seberat-beratnya. Selain itu, dipakai juga pendekatan ilmu sosial profetik Kuntowijoyo. Pendekatan ini tidak hanya menjelaskan fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut. Perlawanan Ghazan Khan terhadap korupsi meliputi tiga aspek. Pertama, reformasi birokrasi yang meliputi bidang moneter, fiskal dan hukum. Khusus dalam bidang hukum, Ghazan mencopot jabatan pejabat yang melakukan pelanggaran hukum, termasuk korupsi sampai melakukan eksekusi mati. Kedua adalah teladan dari Ghazan Khan. Sebagai seorang pemimpin, Ghazan adalah sosok yang memiliki integritas. Ia menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Ghazan juga dikenal sebagai pemimpin yang turun ke bawah, melihat keadaan masyarakatnya, baik secara langsung maupun dengan menyamar. Ketiga, ajaran Islam yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an yang secara eksplisit mengandung semangat antikorupsi, Ghazan transformasikan dalam setiap kebajikan dan kebijakannya. Dengan demikian, melalui penelitian ini mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi dan pembelajaran berupa model pemberantasan korupsi dalam perspektif sejarah Islam. %0 Thesis %9 Skripsi %A A. FAIDI , NIM. 07120028 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:7343 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TRADISI PEMBACAAN QASHIDAH BURDAH TERHADAP ORANG SAKIT DI DESA SERA TIMUR KECAMATAN BLUTO KABUPATEN SUMENEP PROPINSI JAWA TIMUR %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7343/ %X Tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit yang dilaksanakan di Desa Sera Timur berbeda dengan tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang dilaksanakan di berbagai belahan dunia. Perbedaan yang dimaksudkan di sini terletak pada tujuan pelaksanaan yang lebih sepesifik dan terfokus, yakni untuk menyembuhkan penyakit. Hal demikian mengindikasikan bahwa tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang dilaksanakan di Desa Sera Timur tersebut memiliki spesifikasi makna dan fungsi yang yang tidak dapat ditemukan di daerah-daerah lain. Dengan demikian, alasan itulah yang menjadikan penulis beranggapan bahwa penelitian ini begitu penting untuk dilakukan. Penelitian ini mengambil titik fokus pada tiga persoalan yang penulis tuangkan dalam rumusan masalah yaitu; Bagaimana latar belakang munculnya tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit di Desa Sera Timur? Apa makna tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit bagi masyarakat Sera Timur? Apa fungsi tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit bagi masyarakat Sera Timur? Landasan teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme. Teori fungsionalisme di sini dijadikan sebagai kerangka berfikir penulis dalam melihat berbagai fenomena yang muncul di lapangan terutama dengan memposisikan tradisi Qashidah Burdah tersebut sebagai salah satu media pemenuhan kebutuhan masyarakat Sera Timur. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa kemunculan tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit di Desa Sera Timur dilatar belakangi oleh adanya kepercayaan turun-temurun (latar belakang historis) dan diperkuat pula oleh adanya pengalaman-pengalaman ajaib (latar belakang sosiologis) yang dialami masyarakat Sera Timur ketika melaksanakan tradisi Qashidah Burdah tersebut. Masyarakat Sera Timur memaknai tradisi Qashidah Burdah tersebut sebagai media pengobatan aletrnatif yang dilaksanakan ketika berbagai media pengobatan yang lain (medis dan dukun) sudah tidak dapat memberikan kesembuhan. Tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit ini memiliki beberapa fungsi yakni fungsi sosial-perekonomian (media pengobatan ini jauh lebih murah ketimbang berbagai media pengobatan yang lain), fungsi sosial-keagamaan (dapat memperkokoh ketauhidan, ketabahan, dan tawakkal kepada Allah SWT), dan fungsi sosial-kebudayaan (sebagai media melestarikan sikap tolong-menolong, kekeluargaan, dan solidaritas sosial). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terutama dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahun serta dapat menjadi salah satu refrensi dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu antropologi kebudayaan. Keyword : Tradisi pembacaan Qashidah Burdah, orang sakit, makna, fungsi dan pengaruh. %0 Thesis %9 Skripsi %A ADIEB AJI KURNIA ROMADHON, NIM: 08120012 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:7344 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T JAMA‘AH MA‘IYAH DALAM DINAMIKA KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA (Studi Terhadap Aktivitas Mocopat Syafa‘at di Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7344/ %X Jama‘ah Ma‘iyah lahir di tengah-tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi. Modernisasi dan globalisasi yang terjadi secara massif sedikit banyaknya telah mengubah tatanan kehidupan umat Islam sebagai penduduk mayoritas di Republik Indonesia. Di sisi yang lain pemerintah sebagai pelayan rakyat dinilai tidak berhasil dalam mewujudkan kehidupan bernegara yang adil, makmur, sejahtera, aman dan sentosa. Pemerintah tidak mampu menegakkan Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghaf_r. Dampak dari semua itu, lahirlah gerakan-gerakan resisten dari kalangan umat Islam sendiri. Gerakangerakan yang beridentitaskan Islam tersebut hadir dengan identitas dan orientasi yang berbeda satu sama lain. Ada yang menggunakan jalur politik praktis dan ada pula yang menempuh jalan kultural. Jama‘ah Ma‘iyah adalah salah satu gerakan yang termasuk di dalamnya. Keberadaan aktivitasnya yang berpusat di kota-kota turut mengandaikan terjadinya transformasi kebudayaan Islam di Indonesia. Pokok permasalahan penelitian ini membahas seputar latar belakang, eksistensi, dan makna dari fenomena Jama‘ah Ma‘iyah di dalam konstelasi sejarah kebudayaan Islam di Indonesia. Penulis berusaha untuk mengungkapkan pola gerakan Jama‘ah Ma‘iyah beserta pengaruhnya bagi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan analisis yang digunakan adalah melihat kebudayaan dari luar ke dalam yaitu melihat pengaruh ekologi lingkungan fisik terhadap cara masyarakat mengorganisasikan dirinya dan melihat kebudayaan dari dalam ke luar yaitu melihat bagaimana sistem nilai mempengaruhi sistem simbol dan sosio-kulturnya. Teori-teori kebudayaan yang penulis gunakan antara lain; teori konstruksi sosial, teori inovasi, teori resistensi, dan teori siklus kebudayaan. Dari hasil penelitian penulis menemukan fakta bahwa embrio Jama‘ah Ma‘iyah lahir dari lingkungan masyarakat berkultur santri. Ia kemudian tumbuh dan berkembang di dalam kultur urban society sebagai kelas menengah yang terdiri dari para seniman, budayawan, dan orang-orang terpelajar. Melalui gagasan Islamnya Muhammad, Jama‘ah Ma‘iyah hendak membangun kohesi di dalam perbedaan dan perpecahan orientasi umat Islam Indonesia. Sebagai suatu gerakan yang memperjuangkan nilai-nilai Islam, Jama‘ah Ma‘iyah merupakan gerakan Islam berorintasi kultural (Islam Kultural) yang berpola komunal-assosional. Melalui Jama‘ah Ma‘iyah penulis juga mengkaji kembali hubungan dialektis antara agama dan budaya yang menghasilkan kesimpulan bahwa keduanya adalah dua entitas yang berbeda satu sama lainnya. Agama (Islam) adalah ciptaan Sang Khalik (Allah Swt) yang bersifat sakral-transendental sedangkan budaya adalah kreasi Sang Makhluk (manusia) yang bersifat profan-keduniaan. %0 Thesis %9 Skripsi %A IIP SUPRIYANTO, NIM. 08120021 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:7349 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T AKULTURASI BUDAYA DALAM TRADISI BAYA DI KELURAHAN RAJA KECAMATAN ARUT SELATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7349/ %X Baya merupakan tradisi adat turun-temurun dari pulau Kalimantan yang diperuntukkan bagi wanita yang sedang mengandung dengan usia kehamilan tujuh bulan, di Kalimantan Tengah kabupaten Kotawaringin Barat khususnya di kota Pangkalan Bun. Tradisi ini masih berlaku bagi sebagian masyarakat yang masih mempercayai tradisi ini, terlebih bagi kalangan kerajaan yang masih kental akan budaya peninggalan nenek moyang yang tidak boleh ditinggalkannya. Menurut kepercayaan mereka fungsi dari tradisi ini adalah bahwa bagi yang melaksanakannya maka akan diberi keselamatan bagi ibu dan si jabang bayi dalam proses persalinannya nanti dijauhkan dari bala serta marabahaya. Dalam tradisi ini pelaksana sendiri ialah mereka masyarakat muslim yang masih menjaga adat istiadat yaitu suku Banjar dan hal yang menjadi menarik ingin diteliti ialah akulturasi budaya pada tradisi ini yang menjadikannya masih terjaga hingga saat ini di samping semakin pesatnya masuknya budaya-budaya modern. Tradisi ini menarik untuk diteliti dikarenakan mengandung permasalahan yang muncul, mengapa tradisi ini masih bisa bertahan hingga sekarang pada daerah yang bisa dikatakan daerah baru mulai berkembang dibalik banyaknya masuk budaya modern. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan antropologi budaya dan teori yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan teori akulturasi budaya. Adapun pengumpulan data menggunakan metode observasi pada saat aktivitas budaya berlangsung, wawancara, dan pengambilan dokumentasi berupa foto. Analisis data dilakukan dengan mengurai dan menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa tradisi mandi baya yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Banjar yang masih menggunakan tata cara ajaran Islam, walaupun masih kental dengan nuansa adat. Adapun ajaran Islam yang ada dalam tradisi mandi baya yaitu pembacaan do’a yang dilaksanakan pada acara tradisi yaitu do’a dalam agama Islam. Adanya pembacaan ayat al- Qur’an,selain itu dalam tradisi mandi baya ini juga memberikan pesan moral yang di ajarkan dalam ajaran Islam yaitu sodaqoh, bersyukur, dan berdoa. %0 Thesis %9 Skripsi %A LAELI AZIZAH , NIM. 09120088 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:7353 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KEKUASAAN UMAT ISLAM DI SISILIA (827 M-1091 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7353/ %X Sisilia di Bawah Kekuasaan Dinasti Islam (827 M-1091 M) Salah satu wilayah Eropa yang berhasil ditaklukkan oleh umat Islam adalah Sisilia. Sisilia merupakan wilayah kepulauan terbesar di Laut Tengah yang dekat dengan Italia. Sebelum dikuasai oleh umat Islam Sisilia pernah dikuasai oleh beberapa kerajaan besar seperti Yunani, Kekaisaran Romawi, dan Kekiasaran Bizantium. Sisilia menjadi salah satu kota penting bagi umat Islam karena Sisilia merupakan pintu gerbang ke dua, setelah Andalusia, untuk menaklukkan wilayah Eropa lainnya. Penelitian ini lebih memfokuskan pada kondisi Sisilia di bawah kekuasaan umat Islam. Permasalahan yang akan dicari jawabannya adalah bagaimana kondisi Sisilia sebelum dikuasai oleh umat Islam? Bagaimana proses penaklukan umat Islam terhadap Sisilia dan bagaimana perkembangan kekuasaan umat Islam selanjutnya? Apa saja hasil kebudayaan umat Islam di Sisilia dan sumbangan apa yang diberikan umat Islam terhadap Sisilia? Rumusan masalah tersebut dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis. Metode yang dilakukan oleh penulis yaitu metode heuristik dengan mengunjungi beberapa perpustakaan dan penelusuran internet untuk mencari sumber-sumber yang terkait. Langkah kedua yaitu verifikasi data sebagai upaya untuk mendapatkan sumber data yang valid, otentik, dan kredibel. Langkah ketiga yaitu interpretasi terhadap sumber data yang diperoleh. Langkah terakhir adalah historiografi yang sesuai dengan pendekatan dan teori yang digunakan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik dengan pertimbangan bahwa suatu kekuasaan tentu saja memiliki motif politik untuk menguasai dan mempengaruhi serta tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial. Penaklukan terhadap Sisilia terjadi pada tahun 827 M ketika pemimpin ketiga Dinasti Aghlabiyah, Ziyadatullah I, mengirim armada untuk menyerang pasukan Bizantium di bawah komando Asad bin Furrat. Sebelum penaklukan tersebut, telah ada penaklukan secara kecil-kecilan yang dilakukan oleh orang-orang Arab, suku Berber, dan umat Islam di Afrika Utara. Umat Islam berkuasa di Sisilia selama dua setengah abad lebih dan mengalami tiga kali pergantian dinasti yang berkuasa yaitu Dinasti Aghlabiyah sebagai penakluk awal, Dinasti Fatimiyah, dan Dinasti Kalbiyah. Selama dua setengah abad lebih tersebut umat Islam banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Sisilia, bahkan pengaruh tersebut tetap ada sampai masa berakhirnya kekuasaan umat Islam. Kata kunci: Sisilia, Aghlabiyah, Fatimiyah, Kalbiyah %0 Thesis %9 Skripsi %A NANI RANISAH , NIM: 08120005 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:7357 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KERUNTUHAN DINASTI AL-MUWAHHIDUN 1248 M DI ANDALUSIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7357/ %X Sepanjang sejarah Islam, Dinasti al-Muwahhidûn disebut-sebut sebagai dinasti terbesar di antara dinasti-dinasti lainnya pada abad 11 hingga abad 12 Masehi. Dinasti al-Muwahhidûn didirikan oleh Muhammad Ibn Tumart yang lahir sekitar tahun 1082 M. Sebelum Dinasti al-Muwahhidûn berdiri di Afrika Utara, terdapat satu dinasti yang bernama al-Murabithûn. Menurut Ibn Tumart, Dinasti al-Murabithûn menganut aliran yang disebut al-Tajsim, yakni suatu paham yang menggambarkan bahwa Tuhan memiliki anggota tubuh. Oleh karena itu, Ibn Tumart melakukan gerakan puritanisasi untuk mengembalikan Islam sesuai dengan ajaran al-Qur‟an dan hadis. Perjuangan Ibn Tumart dilanjutkan oleh panglima perangnya, Abdul Mu'min. Selama Abdul Mu'min berkuasa, banyak prestasi yang ia peroleh. Generasi selanjutnya ialah generasi yang kurang pandai dalam memimpin kekuasaan. Kejayaan Dinasti al-Muwahhidûn, pada akhirnya mengalami kemunduran dan berakhir dengan keruntuhan dinasti tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengkaji proses penyebab runtuhnya Dinasti al-Muwahhidûn, dengan tujuan untuk mengungkapkan sisi logis dari keruntuhan tersebut, sehingga keruntuhan itu tidak semata-mata disebabkan faktor internal saja, melainkan ada faktor luar pula yang menyebabkan runtuhnya Dinasti al-Muwahhidûn. Penelitian ini menggunakan teori konflik dengan tokoh utamanya ialah Ralp Dahrendorf. Salah satu fungsi adanya konflik, yang diungkapkan oleh Berghe, ialah fungsi komunikasi. Sebelum konflik kelompok tertentu, kelompok tersebut tidak mengetahui posisi lawan. Akan tetapi, dengan adanya konflik posisi antar kelompok menjadi jelas. Selain itu, penelitian ini pun menggunakan pendekatan politik, mengingat perebutan kekuasaan didominasi oleh kepentingan politik, pendekatan sejarah pun digunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang digunakan ialah metode sejarah yang meliputi; langkah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pengumpulan sumber dilakukan dengan kajian kepustakaan yang mencari sumber-sumber melalui telaah pustaka. Studi ini menghasilkan temuan sebagai berikut; 1) kondisi Dinasti al-Muwahhidûn sebelum runtuh memperoleh kemenangan demi kemenangan; 2) runtuhnya al-Muwahhidûn disebabkan adanya konflik internal dan eksternal; 3) pasca runtuhnya Dinasti al-Muwahhidûn, berdirilah Dinasti Mariniyyah dan Bani Ahmar d Granada. %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUL FITRI, NIM. 07120027 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:7361 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TARI TOPENG CIREBON KESENIAN YANG DIISLAMKAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7361/ %X Cirebon merupakan wilayah yang ada di Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di Pesisir utara Jawa yang biasa disebut jalur Pantura. Di Wilayah Cirebon terdapat beraneka ragam kesenian, salah satunya adalah Tari Topeng Cirebon. Tari Topeng telah tumbuh dan berkembang sejak abad ke 10-16 Masehi di Jawa Timur, pada masa pemerintahan Raja Jenggalayakni Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan (pengamen) Tari Topeng akhirnya masuk ke Cirebon kemudian mengalami perpaduan dengan Islam. Hasil dari perpaduan budaya tersebut kemudian diberi nama Tari Topeng Cirebon. Disebut Tari Topeng, karena penarinya menggunakan topeng atau kedok saat menari. Tari Topeng terkadang dimainkan oleh satu penari atau tarian solo, bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Daerah Cirebon memiliki berbagai macam bentuk kesenian, Tari Topeng Cirebon masih banyak diminati oleh masyarakat, ini terbukti dari keberadaanya sampai sekarang yang masih sering mengadakan pertunjukan. Hal tersebut menjadi alasan ketertarikan peneliti untuk mengadakan penelitian tentang Tari Topeng Cirebon yang lebih mendalam. Hal lain yang membuat tertarik untuk diteliti yaitu, pada masa Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam, Tari Topeng Cirebon mengalami banyak perubahan dan perkembangan baik dalam hal, gerak, cerita, kostum, dan fungsinya. Pada mulanya Tari Topeng hanya dijadikan sebagai sarana pemujaan, dan media hiburan saja, kemudian oleh Sunan Kalijaga dijadikan media dakwah penyebaran agama Islam. Hal tersebut merupakan salah satu bukti bahwa adanya nilai-nilai Islam pada kesenian Tari Topeng Cirebon. Maka ada tigamasalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu, pertama bagaimanakah sejarah perkembangan Tari Topeng Cirebon, kedua apakah fungsiTari Topeng Cirebon dalam masyarakat, dan yang ketigaadakah nilai-nilai Islam pada kesenian Tari Topeng Cirebon. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Akulturasi dengan pendekatan Antropologi budaya yaitu suatu pendekatan yang menitikberatkan pada seluruh cara hidup manusia yang mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku budayanya. Metode yang digunakanadalah metode penelitian budaya dengan jenis penelitian kualitatif,yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa pernyataan atau keterangan bukan berupa angka,yaitu ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari pelaku (subyek). Tahap pengumpulan data meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, dilakukan verifikasi atau pengujian sumber melalui kritik intern yaitu pengujian atas kredibilitas sumber. Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan model ofartinya realitas fenomena sosial budaya yang kemudian ditafsirkan atau dipahami.Kemudiantahapan terakhir adalah penulisan laporan penelitian. %0 Thesis %9 Skripsi %A MISBACHUL MUNIR, NIM. 05120047 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2012 %F digilib:7815 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TRADISI MAULID DALAM KULTUR JAWA (Studi Kasus Terhadap Shalawatan Emprak di Klenggotan, Srimulyo, Piyungan) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7815/ %X Maulid merupakan tradisi peringatan hari kelahiran nabi setiap tanggala 12 Rabiul Awwal . Tradisi ini dirayakan oleh sebagian besar umat Islam diseluruh dunia. Dalam perayaan ini umat Islam memiliki ragam prosesi perayaan. Ada yang dengan mengadakan pesta, pengajian, atau dengan membaca shalawat. Namun dibalik semua ini tradisi inipun menjadi pro-kontra di kalangan umat Islam sendiri. Berkaitan dengan hukum dan ketetapan dari maulid. Sebab tradisi ini diduga ada setelah periode Nabi Muhammad yaitu pada masa dinasti Fatimi di Mesir. Dalam keragaman bentuk prosesi maulid, khasanah kebudayaan Jawa ikut memberikan warna. Salah satunya yaitu Shalawatan Emprak. Kesenian ini merupakan bentuk perwujudan peringatan maulid yang dilakukan dalam kultur Jawa. Shalawatan Emprak merupakan bentuk perpaduan antara seni sastra, vokal, musik, dan tari. Namun Shalawatan Emprak mengalami pergeseran fungsi dari sebuah ritual pembacaan riwayat Nabi dalam peringatan maulid menjadi seni pertunjukan. Saat ini Shalawatan Emprak biasa ditampilkan dalam acara-acara keagamaan dan acara-acara yang berkaitan dengan siklus hidup manusia seperti kelahiran atau pernikahan. Peneliti tertarik untuk melakukan kajian terhadap kesenian tradisional Shalawatan Emprak karena peneliti menduga telah terjadi pergumulan budaya dalam proses interaksi antara Islam dan Jawa khususnya diwilayah sastra dalam teks naskah shalawatan dan unsur-unsur pertunjukan lain pada umumnya. Penulis akan mengetengahkan kajian budaya yang aktual mengenai kesenian tradisional Shalawatan Emprak . Dengan asumsi masyarakat memiliki upaya dan strategi mempertahankan untuk melestarikan kesenian ini di tengah kompleksnya perkembangan kehidupan. Sejarah munculnya tradisi maulid juga diketengahkan agar simpul sejarah tradisi ini bisa terungkap. Selanjutnya bagaimana pergumulan itu terjadi dalam proses interaksi antara Islam dan budaya Jawa. Penelitian ini akan dilakukan secara terstruktur dan sistematis. Penelitian ini disajikan dalam bentuk penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif. Melalui metode tersebut peneliti akan menganalisis data, baik dari teks ataupun sumber data primer serta sekunder yang dapat mendukung proses penelitian. %0 Thesis %9 Skripsi %A RIAS SOLIKHA, NIM. 08120008 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2012 %F digilib:7820 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T ISLAMISASI DI INDIA OLEH MUHAMMAD IBN QÂSIM 711-715 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7820/ %X Muhammad ibn Qâsim adalah seorang komandan militer Dinasti Umayyah yang memperoleh kesuksesan besar dalam menaklukkan India. Ia memerintah Sind sebagai wakil Khalifah al-Wâlid I pada tahun 711-715 M. Ketika ia memasuki wilayah India masyarakatnya sedang diliputi kekacauan. Di kalangan elite masyarakat terjadi persaingan kekuasaan, sedangkan kondisi masyarakat pada umumnya diliputi pertentangan agama dan ketimpangan sosial. Sebelum penaklukkan di bawah pimpinan Ibn Qâsim telah diupayakan beberapa kali penaklukkan ke wilayah India oleh para pemimpin Islam terdahulu, namun semuanya gagal. Ibn Qâsim mengelola pemerintahan dengan adil dan bijaksana, serta membangun administrasi terpuji. Penelitian ini menelusuri peranan Ibn Qâsim sebagai seorang pemimpin yang berupaya menyebarkan ajaran Islam dan menerapkan kebijakan yang dilandasi nilai Islam kepada masyarakat India. Tujuannya yaitu untuk mengetahui langkah-langkah yang diambil Ibn Qâsim dalam rangka menyebarkan Islam ketika memerintah di India. Penelitian ini adalah penelitian sejarah yang menjelaskan kejadian-kejadian historis secara kronologis dan sistematis, serta sedekat mungkin dengan objektifitas dalam mengkaji persoalan. Penulis menggunakan pendekatan ilmu sosial, yaitu sosiologi guna menganalisis permasalahan. Dalam hal ini penulis menggunakan teori peranan sosial. Peranan sosial yaitu pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan memanfaatkan data tertulis baik berupa buku, jurnal, ensiklopedi, skripsi, maupun artikel dari internet. Adapun kesimpulan penelitian ini antara lain, Islam yang dibawa Ibn Qâsim melalui ekspedisi militer merupakan kebutuhan masyarakat India yang telah lama menantikan adanya pembebas dari tekanan para pemimpin sebelumnya. Selama memerintah di Sind, Ibn Qâsim membangun sistem administrasi dan pengambilan kebijakan yang didasari semangat persaudaraan, menjunjung toleransi, dan persamaan hak. Kebijakannya didasari dengan melihat kondisi masyarakat India pada waktu itu, sehingga efektif dalam rangka mewujudkan ketertiban negara. Sebagai seorang komandan militer dan pemimpin atau pengelola suatu daerah Ibn Qâsim sukses menjalankan perannya dengan baik. Sifat-sifat dan kebijakan yang diambilnya menginspirasi banyak kalangan dan menarik berbagai pihak memeluk Islam. Keberhasilan penaklukkan India ini membawa pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat dan membuka kembali hubungan Bangsa Arab dan India. %0 Thesis %9 Skripsi %A RIZA NUR FIKRI, NIM. 08120027 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2012 %F digilib:7821 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7821/ %X Konstantinopel merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) yang terletak di Semenanjung Bosporus, antara Balkan dan Anatolia, serta penghubung Laut Hitam dan Laut Tengah melalui Selat Dardanella dan Laut Aegea. Kota ini menghubungkan dua benua besar, Eropa dan Asia. Letaknya yang sangat strategis menyebabkan bangsa-bangsa di sekitarnya tertarik menguasainya, termasuk umat Islam. Adapun umat Islam termotivasi mewujudkan janji Rasulullah SAW tentang penakluan Konstantinopel. Selain itu, umat Islam termotivasi mengembangkan peradaban Islam dan menguasai wilayah strategis guna memudahkan perluasan wilayah serta penyebaran Islam. Upaya menaklukkan Konstantinopel dimulai sejak pemerintahan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan, para Khalifah dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, hingga Sultan Murad II dari Daulah ‘Utsmaniyah. Akan tetapi, upaya selama delapan abad tersebut mengalami kegagalan, sebelum dilanjutkan oleh Sultan Muhammad al- Fatih. Penulis menggunakan teori konflik dalam menganalisis peristiwa ini. Konflik senantiasa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat. Lewis Coser membedakan tipe dasar konflik menjadi dua: realistic dan nonrealisctic. Konflik realistic memiliki sumber yang kongkrit atau bersifat material, seperti sengketa sumber ekonomi atau wilayah. Adapun konflik non-realistic didorong oleh keinginan yang cenderung bersifat ideoligis, seperti agama. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dan metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Metode sejarah ini bertumpu pada empat langkah kegiatan, yaitu pengumpulan data (heuristik), kritik sumber (verifikasi), penafsiran (interpretasi), dan penulisan (historiografi). Sultan Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 M (20 Jumadil Ula 857 H). Berbagai ide yang tidak terduga oleh pasukan Bizantium dilakukan oleh Sultan yaitu memindahkan 70 kapal di utara Galata, membuat menara dari kayu, menggali terowongan bawah tanah, mengepung dari berbagai arah, baik dari daratan maupun lautan, serta menerjunkan pasukan secara berlapis dalam tiga gelombang. Penaklukan Konstantinopel bagi Islam sangat penting. Hal itu ditandai dengan berubahnya fungsi Gereja Hagia Sofia menjadi Masjid, sebagai tempat beribadah umat Islam. Islam menjadi agama yang dipeluk oleh banyak penduduk di negara-negara Eropa. Selain itu, peradaban Islam, baik fisik maupun non fisik juga berkembang. %0 Thesis %9 Skripsi %A JAIDI SUTOMO - NIM. 94121416 , %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4507 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K pembaharuan Islam, soekarno, Indonesia %T IDE SOEKARNO TENTANG PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4507/ %X Modernisasi atau pembaharuan adakah pikiran atau gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Munculnya modernisasi/pembaharuan berawal dari situasi dan kondisi umat Islam yang belum maju. Di antara tokoh nasional yang memiliki pemikirian dan gagasan tentang pembaharuan Islam adalah Ir. Soekarno. Ia mendekati Islam tidak terpaku pada aqidah ahlusunnah wal jamaah namun berusaha melepaskan semua ikatan-ikatan dalam pemikiran yang dianggap telah memasung kreatifitas olah otak dan kebebasan berinterupsi. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode histories dengan pendekatan sosiologi. Dalam skripsi ini dikemukakan mengenai konsep pembaharuan Islam yang dikemukakan oleh Soekarno, hal-hal yang menjadi latar belakang ide tersebut serta apa saja ide pembaharuan Islam soekarno tersebut. Soekarno memandang pembaharuan Islam sebagai suatu sikap terbuka terhadap segala yang datang dari luar, terutama dari barat yang membawa kemajuan agar diijtihadi oeh umat Islam. Ide tersebut muncul karena ia melihat masih banyak masyarakat melakukan penyimpangan-penyimpangan ajaran terhadap Islam. Dengan kondisi umat Islam di Indonesia saat itu, Soekarno mencoba menuangkan pemikiranpemikirannya tentang pembaharuan Islam, diantaranya dalam bidang aqidah, pendidikan, social serta dalam bidang politik. div %Z Pembimbing: Drs. H. Maman A. Malik S., MS %0 Thesis %9 Skripsi %A ARI SUMINTO, NIM. 06120039 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:8263 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERLAWANAN KI AGENG MANGIR TERHADAP PANEMBAHAN SENAPATI DI MATARAM ( 1584-1601 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8263/ %X Pada masa pemerintahan Panembahan Senapati di Mataram, banyak pemimpin daerah yang membangkang dan menolak mengakui kekuasaan Mataram. Salah satunya adalah Ki Ageng Mangir pemimpin daerah Mangir yang berada di tepi Sungai Progo. Hal ini seakan menjadi permasalahan bagi Panembahan Senapati yang telah bertekad menguasai Mataram sepenuhnya. Panembahan Senapati bermaksud melakukan pertarungan dengan Ki Ageng Mangir. Panembahan Senapati adalah seorang raja yang naik tahta bukan karena pemberian melainkan karena memang memiliki kemampuan. Panembahan Senapati tidak ragu untuk melakukan pertarungan dengan Ki Ageng Mangir yang juga memiliki kemampuan lebih. Bahkan dalam cerita tutur disebutkan bahwa Ki Ageng Mangir memiliki pengaruh kuat di Mangir dan daerah-daerah sekitar Mangir seperti Kademangan Pajangan, Tangkilan, Pandak dan Jlegong. Oleh karena itu Ki Ageng Mangir tidak pernah merasa perlu tunduk di bawah kekuasaan siapa pun. Namun berkat Ki Juru Martani patih Mataram pada saat itu Panembahan Senapati mengurungkan niatnya dan menggunakan cara lain untuk mengalahkan Ki Ageng Mangir. Penelitian Perlawanan Ki Ageng Mangir terhadap Panembahan Senapati di Mataram (1584-1601 M) merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode sejarah dan menggunakan pendekatan sosio politik. Penelitian ini bermaksud mengungkap mengapa terjadi konflik antara Ki Ageng Mangir dengan Panembahan Senapati. Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian maka perlu dibuat rumusan masalah, yaitu bagaiman awal mula berdirinya daerah Mangir? Apa penyebab dan cara yang digunakan Panembahan Senapati dalam menaklukkan Mangir? Bagaimana gambaran perlawanan yang dilakukan Ki Ageng Mangir III menghadapi Panembahan Senapati? Untuk menganalisis bagaimana perlawanan Ki Ageng Mangir terhadap Panembahan Senapati di Mataram, penulis menggunakan teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf, yang memahami masyarakat dari segi konflik, konflik bertitik tolak dari kenyataan bahwa anggota masyarakat terdiri dari dua kategori, yaitu orang yang berkuasa dan mereka yang dikuasai. Dualisme ini yang termasuk struktur dan hakikat dalam kehidupan bersama, sehingga menimbulkan kepentingan yang berbeda-beda dan terkadang saling berlawanan. Pada gilirannya deferensial dapat melahirkan kelompok-kelompok yang berbenturan. Menurutnya keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan situasi dan kondisi pada masa awal berdirinya daerah Mangir, (2) mengetahui penyebab dan cara yang digunakan Panembahan Senapati dalam menaklukkan Mangir, (3) memperoleh gambaran mengenai perlawanan Ki Ageng Mangir III menghadapi Panembahan Senapati. %0 Journal Article %@ 1412-8540 %A GUSMIAN, ISLAH %D 2007 %F digilib:8498 %I Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %J Hermenia %K Tuhan, lslara, Taoisme, imanen, transenden %N No. 2 %T WAJAH TUHAN DALAM ISLAM DAN TAOISME %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8498/ %V 6 %X The concept of God is the basic thing for people's life. Understaiiding of life, human relationship, ethical problems, and the beIief in the life after death is determined by the imderstanding of the concept of God as a starting point. People who regard God as the Beautiful will have impression on the beauty in their own awareness and wiIl cast the arrogance attitude outward. This article treats of understanding of God from Islamism and Taoism, This comparative study results in a conclusion that the concept of God of both religions is indifferent. Both reagrd Gos as the Immanent and the Trancsendent. Both believe that God is as entity with masculinity and famininity. Both view that the *-. reality of God is irrational and hidden. To know Him can be through understanding His attributes reflected in His creatures. The difference is that lslam plainly states that His Oneness is as the onIy unique logic with claim of tauhid while the Taoism doesnot. %0 Thesis %9 Skripsi %A ATIK MASKANATUN NI’AMAH, NIM. 09120006 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:8904 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T BIOGRAFI SYAIKH MAHFUDH AL-HASANI SOMALANGU KEBUMEN (1901 M-1950 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8904/ %X Selama masa penjajahan di Indonesia, para tokoh ulama atau kiai memiliki peran penting dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Akan tetapi, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak mengetahui biografi atau perjalanan hidup dari para tokoh ulama atau kiai. Hanya kontribusi atau perjuangannya saja yang banyak diketahui. Salah satu kiai di Kabupaten Kebumen yang mencurahkan perhatiannya terhadap situasi dan kondisi Negara Indonesia pada umumnya dan Kebumen pada khususnya yaitu Syaikh Maẖfudh al-Hasani. Dia adalah pemimpin Pondok Pesantren al-Kahfi Somalangu, Sumberadi, Kebumen. Syaikh Maẖfudh senantiasa berusaha memperbaiki keadaan sosial masyarakatnya dalam beberapa bidang. Oleh karena itu, penulis berusaha meneliti lebih jauh tentang biografi Syaikh Maẖfudh al-Hasani . Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural tempat tokoh tersebut lahir dan tumbuh dewasa. Untuk mempermudah penelitian, penulis menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Penelitian ini mengungkap sejarah perjalanan hidup Syaikh Mahfudh sejak lahir hingga wafat sehingga dalam penulisannya, penulis menggunakan metode historis. Dalam metode historis ini ada empat tahapan yang meliputi pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. Penelitian ini memberikan informasi secara detail mengenai biografi Syaikh Mahfudh, yaitu perjalanan hidup sejak dia lahir, perjalanan pendidikannya hingga dia wafat. Selain itu, dijelaskan juga aktifitas Syaikh Mahfudh yang membawa perubahan terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Dia berusaha memberikan kebutuhan masyarakat sekitar dalam bidang pendidikan, memperbaiki perekonomian masyarakat Kebumen yang pada masa itu masih terpuruk, dan mampu menciptakan karya-karya teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Selain itu, dia juga aktif dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia dengan bergabung dalam gerakan Angkatan Oemat Islam (AOI) dan dia yang menjadi pemimpin AOI tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap penulisan biografi tokoh yang memiliki peran besar terhadap daerahnya. Penelitian ini juga bisa menambah koleksi pustaka bagi pondok al-Kahfi Somalangu, tempat tokoh tersebut lahir dan memimpin di dalamnya, pemerintah daerah tempat tokoh tersebut tinggal, kalangan masyarakat dan mahasiswa khususnya yang mempelajari sejarah. Kata kunci: Biografi, Syaikh Mahfudh, Pondok Pesantren al-Kahfi, Kebumen %0 Thesis %9 Skripsi %A MINANUR ROHMAN, NIM. 09123002 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:8915 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T INTERVENSI MILITER KETURUNAN TURKI DALAM PEMERINTAHAN DAULAH ABBASIYAH (833-870 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8915/ %X Daulah Abbasiyah merupakan salah satu Daulah Islam yang pernah berdiri sejak tahun 750 M sampai 1258 M. Kurang lebih selama satu abad pertama, Daulah Abbasiyah mengalami kejayaan di bawah pemerintahan para khalifah yang kuat. Selanjutnya, Daulah Abbasiyah mulai menunjukkan kemunduran dan dikuasai oleh beberapa bangsa atau daulah lain. Salah satu periode yang cukup penting dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah periode kekuasaan orangorang keturunan Turki (bukan Republik Turki saat ini). Keterlibatan orang-orang Turki ke dalam pemerintahan dimulai dari pengabdian mereka kepada para khalifah, khususnya Khalifah al-Mu‟tashim. Mereka dilatih dan dididik secara militer dan selanjutnya terorganisasikan menjadi satu unit pasukan profesional dalam sistem militer Abbasiyah yang disebut dengan jaisy al-atrâk. Pada awalnya, unit pasukan baru tersebut bisa memperkuat kekuasaan khalifah, namun selanjutnya mereka semakin menunjukkan intervensi dalam urusan politik atau pemerintahan Daulah Abbasiyah. Kajian mengenai intervensi militer keturunan Turki dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah ini menarik diteliti karena merupakan titik balik kurva perjalanan politik Daulah Abbasiyah dari masa kejayaan menuju masa kemunduran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang sumbernya diambil dari literatur atau pustaka (library research) dengan menggunakan pendekatan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Pendekatan politik digunakan untuk mengetahui hubungan sipil-militer antara para Khalifah Daulah Abbasiyah dengan militer keturunan Turki atau untuk melihat dampak politik yang ditimbulkan oleh intervensi militer keturunan Turki. Pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya digunakan untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh intervensi militer keturunan Turki dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Intervensi atau campur tangan militer keturunan Turki dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah telah ikut mewarnai dinamika politik Daulah Abbasiyah. Campur tangan mereka ke dalam pemerintahan menyebabkan Daulah Abbasiyah menjadi lemah. Para khalifah silih berganti dinaikkan dan dimakzulkan oleh militer keturunan Turki di bawah komando para jenderal atau panglima yang berupaya keras untuk memperoleh kekuasaan. Dalam aksinya itu, mereka tidak segan-segan melakukan penganiayaan dan pembunuhan terhadap para khalifah. Para khalifah yang berkuasa bagaikan boneka yang bisa dipermainkan dengan sekehendak mereka. Selanjutnya, kekuasaan Daulah Abbasiyah menjadi lemah baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh intervensi militer keturunan Turki dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah yaitu: semakin kekalnya fanatisme kesukuan dan keagamaan, terpecahnya wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah, merosotnya perokonomian Daulah Abbasiyah, merosotnya ilmu pengetahuan, dan stagnasi peradaban Daulah Abbasiyah. Keywords: intervensi, militer keturunan Turki, Daulah Abbasiyah %0 Thesis %9 Skripsi %A TITI ISNAINI, NIM. 09120019 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:8969 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TRADISI JODANGAN DI DUSUN SRUNGGO SELOPAMIORO IMOGIRI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT PERSPEKTIF BUDAYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8969/ %X Indonesia telah mewarisi budaya dan tradisi nenek moyang terdahulu, sehingga terkenal negara yang kaya budaya dan tradisi. Khususnya di wilayah pulau Jawa. Salah satu dari budaya dan tradisi yang masih dilestarikan atau dipertahankan hingga saat ini adalah Tradisi Jodangan. Tradisi Jodangan merupakan tradisi atau budaya membawa makanan dengan tandu dan biasanya diiringi oleh beberapa kesenian seperti gejog lesung, shalawatan, dan jathilan. Tradisi Jodangan ini, dilaksanakan di pelataran Goa Cerme di perbukitan Imogiri yang terletak di Dusun Srunggo. Tradisi Jodangan ini sudah berlangsung turun temurun. Sesuai tradisi, upacara tersebut dilaksanakan Minggu Pahing di bulan Besar (Dzulhijjah) menurut kalender Islam Jawa. Di dalam Jodang tersebut berisi nasi beserta lauk pauk untuk kenduri, sedangkan sayur mayur, buah-buahan serta padi yang sudah menguning untuk menghias Jodang. Seluruh isi Jodang itu melambangkan kemakmuran dari warga dua dusun yakni Srunggo I dan Srunggo II. Mereka bersyukur atas limpahan rahmat, berkat dan rezeki. Mereka juga berdoa dan memohon agar di tahun-tahun yang akan datang tetap mendapatkan limpahan rezeki, kemakmuran, sehat, berkat dan rahmat Tuhan. Dengan demikian, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Tradisi Jodangan, dan penelitian dilakukan untuk melihat Tradisi Jodangan menurut perspektif budaya pada masyarakat Dusun Srunggo, Selopamioro Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (Field Reseach) atau terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui lebih jelas tentang Tradisi Jodangan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Srunggo Selopamioro Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendekatannya menggunakan pendekatan antropologi dan pendekatan sosiologi agama. Sedangkan pada teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Tradisi Jodangan ini, sangat diyakini dan dipercayai oleh masyarakat di Dusun Srunggo akan membawa keberkahan dan kemakmuran dengan melaksanakan tradisi tersebut. Apabila tidak melaksanakan atau tidak mengadakan tradisi tersebut, maka warga setempat akan terkena musibah. %0 Thesis %9 Skripsi %A FATHIMAH, NIM. 06120023 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2011 %F digilib:5949 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K muslimat NU, praktek budaya patriakhi %T PERJUANGAN MUSLIMAT NU MENOLAK PRAKTEK BUDAYA PATRIARKHI DI DESA BANJARWINANGUN, KEC. PETANAHAN, KAB. KEBUMEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5949/ %X ABSTRAK Latar belakang yang mendasari perjuangan Muslimat NU untuk menolak budaya patriarkhi maka ketidakadilan yang dialami oleh perempuan, perlakuan yang sangat merugikan salah satu pihak, keterpurukan perempuan yang tidak bisa memanfaatkan hidupnya untuk kemaslahatan dan kepentingan masyarakat, dan adanya budaya yang mengklaim bahwasannya perempuan hanya di tempatkan di wilayah domestik saja, yaitu sumur, dapur, dan kasur. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas perempuan dibidang keilmuan. Dengan demikian, ada berbagai macam tindakan yang dilakukan oleh aktifis-aktifis perempuan desa Banjarwinangun, baik bersifat fisik ataupun non fisik sebagai landasan ekspresi kehidupan yang tidak adil. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dan metode pengumpulan data melalui observasi, penentuan sumber informan, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data dianalisis kemudian ditarik pengertian-pengertian serta kesimpulan, melalui analisa kualitatif. Penulisan hasil penelitian adalah sebagi fase terakhir setelah melalui berbagai tahap, selanjutnya disajikan hasil pengolahan data-data yang dikumpulkan dalam tulisan ilmiah. Praktek budaya patriarkhi di masyarakat Banjarwinangun merupakan hasil dari proses interkasi kehidupan sosial yang termanifestasikan atau duwujudkan dalam kesetaraan gender, sebagai konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan dalam peran, perilaku, serta karakter emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Berawal dari sifat yang asumtif atau anggapan itulah, kekerasan dan ketidakadilan terjadi pada perempuan Banjarwinangun yang mengakibatkan percekcokan dan ketidaktentraman keluarga maupun masyarakat. Dalam menghadapi budaya patriarkhi, Muslimat NU menolak dengan aksi yang berupa aksi fisik mapun non fisik, aksi fisik dengan terjun langsung ke jalan untuk melakukan demonstran. Aksi non fisik dilakukan dengan cara pengajian Muslimat dan meningkatkan pengetahuan mereka dibidang keilmuan maupun keagamaan. div %Z Pembimbing: Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum,. %0 Thesis %9 Skripsi %A RAHMA NURDINA - NIM. 06120028, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:5558 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K upacara ngalunsur, turun zimat, turun zimat %T UPACARA NGALUNGSUR DI DESA LEBAK AGUNG KECAMATAN KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5558/ %X ABSTRAK Upacara ngalungsur atau turun zimat adalah menurunkan atau memandikan benda-benda pusaka peninggalan dari Prabu Keyan Santang yang menyebarkan agama Islam di daerah Garut. Benda-benda tersebut setiap setahun sekali dicuci dengan air bunga-bungaan dan digosok menggunakan minyak wangi supaya tidak berkarat. Biasanya upacara ini dilaksanakan bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad yaitu pada tanggal 14 Rabiul Awwal. Keunikan dari tradisi ini adalah pelaksanaan upacara tersebut yang bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad, sedangkan biasanya jika hanya memandikan benda-benda pusaka terutama di pulau jawa adalah pada bulan muharram. Menurut salah satu sesepuh juru kunci makam tersebut biasanya dari beberapa kuncen yang masih ada, upacara ini dilaksanakan setelah menerima sebuah wangsit atau tanda yang diyakini oleh mereka sebagai tanda untuk menurukan dan memandikan benda pusaka tersebut. Sebelum dilakukan upacara ngalunsur ini diadakan dulu seremonial upacara yang dihadiri aparat pemerintah, serta sejumlah anggota masyarakat luas yang sengaja datang hendak menyaksikan upacara tersebut, disamping berziarah. Pada acara ini diisi dengan sambutan dari perwakilan pejabat pemerintah dan pembacaan do'a yang dipimpin oleh salah satu kuncen. Kemudian baru dilaksanakan ritual pemandian benda pusaka yang diiringi dengan pembacaan sholawat nabi. Pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan upacara ini menjadi salah satu permasalahan yang diangkat penulis, selain faktor-faktor yang menyebabkan upacara ini masih berlangsung sampai sekarang. Metode penelitian yang akan dipakai oleh penulis adalah penelitian lapangan yang terdiri dari metode pengumpulan data berupa interview, dokumentasi, dan observasi. Kemudian analisis data yang dilakukan melalui beberapa tahapan seperti pengelompokan data, menguraikan data, dari data tersebut kemudian ditarik pengertian-pengertian dan kesimpulan-kesimpulannya. Dan yang terakhir adalah laporan penelitian yang merupakan proses terakhir dari rangakaian penelitian. Pengaruh yang ditimbulkan tidak hanya pada segi sosial-budaya saja, tetapi juga berpengaruh terhadap segi ekonomi dan keagamaan di desa tersebut. Masyarakat yang sadar akan pentingnya pelestarian budaya menjadi salah satu faktor upacara ini masih dilangsungkan sampai saat ini. div %Z Pembimbing: Riswinarno SS., MM. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI MUFIDATUN NISA - NIM. 06120017, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:5865 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Upacara pernikahan adat, akulturasi budaya %T UPACARA PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT DUKUH TLUKAN, DESA GUMULAN KEC. KLATEN TENGAH KAB. KLATEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5865/ %X ABSTRAK Upacara pernikahan adat masyarakat sekarang ini telah mengalami perubahan seperti upacara pernikahan yang ada di Dukuh Tlukan, Desa Gumulan. Perubahan terjadi karena adanya akulturasi budaya antara budaya Jawa dan budaya Islam. Prosesi berawal dari budaya Jawa yang terkenal begitu rumit dan sakralnya. Namun setelah berjalan sekian tahun, sebagian prosesinya berangsur-angsur berubah menjadi budaya Islam. Dalam artian prosesi yang dahulu dilakukan secara sakral dan terkesan rumit, sekarang berubah menjadi suatu prosesi yang singkat dan bernilai Islami. Bernilai Islami di sini maksudnya prosesi yang terdapat dalam Upacara pernikahan tersebut mengandung nilai-nilai Islam yang berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits, sebagaimana dalam tuntunan upacara pernikahan yang Islami. Prosesi upacara pernikahan yang dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut: adanya perubahan dalam upacara pernikahan yang dahulunya diiringi dengan gending-gending Jawa yang disertai dengan musik gamelan, sekarang berubah menjadi nasyid atau selawatan yang diiringi dengan musik rebana. Dalam acara pahargyan yang biasanya hanya dilaksanakan resepsi pernikahan, berubah menjadi pengajian, yakni tausyiah untuk sang pengantin yang didahului dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an sebagai penyejuk hati. Hal ini semua diterapkan berdasarkan tuntunan upacara pernikahan Islami. Namun, ada prosesi yang masih dilakukan masyarakat Dukuh Tlukan, Desa Gumulan, yakni setelah acara ijab kabul (akad nikah) mereka melakukan prosesi kirab manten mengelilingi pohon tanjung, pohon yang hidup bertahun-tahun di Dukuh Tlukan. Alasan melakukan penelitian ini karena adanya ketertarikan penulis untuk mengkaji tentang adanya perubahan dalam prosesi upacara pernikahan dan mengungkap adanya keunikan pada upacara pernikahan yakni prosesi kirab manten mengelilingi pohon tanjung yang dilakukan setelah melangsungkan prosesi ijab kabul (akad nikah) Penelitian membahas tentang bagaimana prosesi upacara pernikahan yang ada di Dukuh Tlukan, Desa Gumulan, sebagai gambaran upacara pernikahan yang telah mengalami perubahan dalam hal prosesinya akibat adanya akulturasi budaya, menjelaskan mengapa masyarakat masih mempertahankan prosesi kirab manten mengelilingi pohon tanjung dan mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat sekitar terhadap upacara pernikahan tersebut. Tujuan penelitian ini bukan hanya sebatas wacana yang berkembang, namun sebagai bahan wacana khususnya mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam serta menambah pengetahuan antropologi tentang adanya akulturasi budaya dan melengkapi penelitian tentang upacara pernikahan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah observasi langsung terhadap objek penelitian melalui pengamatan dan melalui informan-informan yang dapat membantu dalam proses penelitian. div %Z Pembimbing: Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A KHOIRUN NISAK - NIM. 97121947, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4508 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sri Sultan Hamengku Buwono I, kebijakan %T KEBIJAKAN KEAGAMAAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO I DIKESULTANAN YOGYAKARTA TAHUN 1755-1792 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4508/ %X ABSTRAK Kebijakan keagamaan Sri Sultan HB I merupakan rangkaian konsepsi dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas di Kasultanan Yogyakarta (1755-1792) untuk mengembangkan kehidupan keagamaan. HB I berperan selaku Sultan Yogyakarta bertugas mengatur pemerintahannya sebagai realisasi atas tugas dan fungsinya sebagai khalifatullah berupa rangkaian pemikiran tindakannya dalam mensyiarkan agama Islam kepada rakyat. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif analitik dan merupakan penelitian histories . Dengan deskriptif sebagai metode diharapkan dapat menghasilkan gambaran deskriptif bersifat menguraikan kejadian dengan dimensi ruang dan waktu. Dengan analitik bersifat membentangkan faktor-faktor kondisional dalam determinan-determinan dari peristiwa serta menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana. Bentuk kebijakan yang dikeluarkan Sri Sultan HB I terbagi atas kebijakan di bidang social keagamaan, hukum dan upacara keagamaan. Di bidang social keagamaan terealisasi dengan berdirinya masjid Agung dan masjid Pathok Negara. Sedangkan upacara keagamaan yang ada di Kasultanan Yogyakarta adalah gerebeg, sekaten dan labuhan. Dalam bidang hukum diadakan Pengadilan Surambi sebagai bentuk peradilan di Kasultanan. div %Z Pembimbing: Drs. Jahdan Ibnu Humam Saleh, MS %0 Thesis %9 Skripsi %A SUSANTI - NIM. 95121642 , %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4497 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Turki, Turki Usmani, peradaban Islam di Istambul %T KEDUDUKAN ISTANBUL DALAM PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM ABAD XV %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4497/ %X ABSTRAK Secara historis Islam pada masa kejayaannya telah banyak menanamkan peradaban-peradaban yang patut dibanggakan. Pemerintah Turki Usmani telah berhasil mengantarkan kejayaan Islam, dengan menjadikan Istambul sebagai kota Islam yang penuh dengan peradaban-peradaban. Kehidupan beragama merupakan sesuatu yang penting di dalam kehidupan bermasyarakat di Turki. Penguasa sangat berpegang dengan syari'at Islam, bahkan ulama mempunyai kedudukan yang tinggi dalam kehidupan Negara dan masyarakat Turki. Islam berkembang dan melahirkan peradaban, dan peradaban yang berkembang bias dikelompokkan dalam bidang social, politik, militer dan seni arsitektur. Istanbul terkenal dengan keindahan arsitekturnya. Masjid merupakan suatu cirri dari sebuah kota Islam. Penelitian ini adalah penelitian perpustakaan, dalam pembahasannya menggunakan metode historis untuk melihat latar belakang Istanbul, masuknya Islam, kondisi umat Islam, ekonomi social, politik dan budaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan pendekatan sosiologis. Adapun metode historis adalah menguraikan kejadian dengan berbagai dimensinya melalui pemberian jawaban terhadap pertanyaan apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana dan mencoba menjawab peristiwa sejarah, yang tahapannya dibagi dalam 4 langkah kegiatan yaitu heuristic yaitu meliputi pengumpulan data, kritik yaitu mengkaji keaslian dan kebenaran data, interpretasi, kemudian historiografi yaitu tahap penelitian laporan. Dari penelitian ini bias diambil kesimpulan bahwa perkembangan peradaban Islam di Istambul didahului oleh peradaban pra Islam. Dahulu Istanbul bernama Konstantinopel termasuk wilayah Romawi. Banyak peradaban Romawi yang bertahan sampai kedatangan Islam dengan demikian peradaban yang ada di Istanbul tidak terlepas dari peradaban Byzantium. Pada awal abad 15 pemerintah Turki Usmani menginginkan Istanbul sebagai pusat perdagangan dan pusat peradaban. Untuk menunjang kearah sana segala usaha dilakukan oleh Usmani seperti perbaikan serta peningkatan perekonomian, militer, ilmu pengetahuan dan seni arsitektur. Arsitektur yang terhebat terlihat pada bangunan masjid Aya Sophia yang merupakan penggabungan antara peradaban Byzantium dan Islam Turki sehingga terjadi suatu integrasi budaya yang melahirkan peradaban Islam. %Z Pembimbing: Drs. H.Dudung Abdurahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD WAHIB - NIM. 93121311, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4534 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah, Dinasti Mataram Islam, Kasultanan Yogyakarta %T KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI KERATON YOGYAKARTA PADA MASA HB IX %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4534/ %X ABSTRAK Keraton Yogyakarta merupakan suatu tempat yang mempunyai makna filsafat, religius dan budaya. Kasultanan ogyakarta merupakan kelanjutan dari Dinasti Mataram Islam setelah adanya Perjanjian Giyanti pada 1775. Setelah perjuangan gigih Kanjeng Pangeran Haryo Mangkubumi selama hampir delapan tahun yang terutama ditujukan kepada Pemerintahan Kompeni Belanda. Sebulan setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani, maka diresmikanlah berdirinya Kasultanan Yogyakarta dan selama satu tahun maka pembangunan Keraton dapat selesai pada tahun 1756 Masehi. Kasultanan Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan Jawa dan keraton adalah type idealnya yang kebanyakan pemeluk agama slam Jawa yang bersifat kejawen dan sinkritis. Hal ini tidak bisa dihilangkan karena sudah mengakar dan menyatu dengan unsur kebudayaan lama di Nusantara, seperti religi, bahasa, kesenian dan adat istiadat. Sebagai sebuah kerajaan pada umumnya berbagai upacara tradisional selalu diselenggarakan sehingga dapat disaksikan wujud dari gagasan-gagasan serta alam pikiran religius leluhur. Berbagai ungkapan simbolis banyak mengandung nilai-nilai sosial budaya yang sudah terbukti sangat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan, keselarasan kehidupan masyarakat dari masa kemasa, yang erat kaitannya dengan sejarah perkembangan kehidupan beragama di tanah air dan erat pula dengan sejarah kerajaan-kerajaan Islam Jawa. Pada masa Sri Sultan HB IX keratom mempelopori berbagai perubahan baik mengenai organisasi Pemerintahan maupun dalam perampingan penyelenggaraan berbagai upacara tradisional. Perubahan itu dilakukan oleh Dorodjatun (HB IX) jauh sebelum Kemerdekaan RI. Ketika naik tahta pada tahun 1940 sudah banyak perubahan yang dilakukannya, setelah Kemerdekaan Indonesia maka Kasultanan Yogyakarta menyatakan bergabung dengan pemerintah RI. Walaupun demikian keraton masih mempunyai legitimasi kekuasaan. div %Z Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf %0 Thesis %9 Skripsi %A DIDI AHMAD RIYADI - NIM. 96121893 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4490 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K wayang kulit Jawa, idiom simbolik, budaya wayang, kesenian klasik tradisional, media dakwah %T KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM WAYANG PURWA (TELAAH TERHADAP CERITA BARATAYUDA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4490/ %X ABSTRAK Salah satu bentuk karya seni yang dipakai sebagai sumber pencarian nilai-nilai adalah seni wayang kulit Jawa, karena di dalamnya terdapat berbagai ajaran dan nilai etis yang bersumber dari berbagai agama serta sistem filsafat dan etika. Pentas wayang kulit menyajikan aspek-aspek dan problem-problem kehidupan manusia baik individu maupun yang kolektif dalam bahasa dan idiom simbolik yang langsung menyentuh jiwa khalayak secara subtil penuh rasa. Masyarakat Jawa dengan budaya wayang telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari, tapi didalam masyarakat sendiri ada 2 persepsi mengenai wayang ini, yaitu : 1). Wayang dianggap sebagai suatu hal yang biasa ( bagi yang mengerti wayang), 2). Wayang dianggap sebagai hal yang luar biasa , bahkan suatu yang suci yang ada sebagai realita kehidupan dan tokoh-tokohnya seolah-olah adalah nenek moyangnya , baik dalam jalur mitos, legenda, maupun sejarah. Di dalam pertumbuhannya fungsi wayang juga telah mengalami beberapa perubahan, yaitu sejak dari fungsi sebagai alat suatu upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan (magic religious) hingga menjadi alat pendidikan yang bersifat didaktis dan sebagai alat penerangan, lalu menjadi bentuk kesenian daerah hingga kemudian menjadi obyek ilmiah, sekarang ini banyak orang mengatakan bahwa wayang kulit adalah kesenian yang tinggi martabatnya bahkan mendapat predikat wayang kulit adalah kesenian klasik tradisional adiluhung. Perang Baratayuda merupakan perang antara Pandawa dan Kurawa, awalnya cerita ini adalah sindiran terhadap perang antara kerajaan Kediri dan kerajaan Jenggala yang termasuk masih saudara sendiri. Sedangkan dalam alam Jawa dan Islam perang Baratayuda ini diartikan sebagai perang kebaikan melawan kejahatan, yaitu perang untuk mengendalikan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita. Dengan demikian perang Baratayuda ini selain nilai yang bersifat pribadi juga nilai bersifat social dan ini bias di lihat dari sifat dan tingkah laku para tokoh wayang. OLeh karena itu nilai sangat erat hubungannya dengan tindakan juga selalu diukur melalui tindakan, sehingga nilai yang dapat di ambil daro cerita Baratayuda ini adalah kepemimpinan Islam yang mendasarkan kepada sifat dan tindakan para tooh wayang baik sebagai makhluk pribadi maupun sebagai makhluk social. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan metode historis yaitu proses menguji dan menagnalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang di peroleh. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) Wayang merupakan salah satu media dakwah yang sangat berhasil guna menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat Jawa. 2). Perang Baratayuda dalam alam kejawen dan pengaruh ajaran Islam adalah perang antara kebaikan melawan kejahatan, dengan maksud manusia mampu memerangi nafsu-nafsu yang terdapat dalam diri sendiri yaitu nafsu amarah, nafsu sufiah, nafsu lawamah, dan nafsu mutmainnah.3) Perang Baratayuda dalam arti yang lebih luas adalah perang antara kebaikan dan kebatilan yang ada dalam masyarakat secara umum. div %Z Pembimbing: Drs. Badrun Alaena, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A RASYID RIDHO - NIM. 96121883, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4512 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K kesenian debus, tarekat %T KESENIAN TRADITIONAL DEBUS BANTEN KEC. WALANTAKA, SERANG, BANTEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4512/ %X ABSTRAK Pertumbuhan dan perkembanagn kesenian rakyat tidak dapat dipisahkan dari warna dan ciri kehidupan masyarakat. Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai bentuk kesenian yang menggambarkan daerah setempat dan mempunyai latar belakang sejarah dan konteks social yang berbeda. Dalam seni pertunjukan kesenian rakyat Banten yang ada pada umumnya berkembang secara turun temurun, tidak terlepas dari nafas keagamaan dan pengaruh agama Islam maupun agama lainnya. Salah satu seni yang berkembang di Banten sampai saat ini adalah seni debus. Skripsi ini berisi tentang deskripsi dan analisis kesenian debus dari segi histories dan social budaya. Metode yang digunakan adalah antropologi dengan beberapa pendekatan. Dengan pendekatan histories diharapkan mampu mengungkapkan latar belakang perjalanan sejarah dan pertumbuhan suatu kesenian dan mengungkap dinamika sosialnya. Sedangkan dengan pendekatan social kesenian atau sosiologi kesenian digunakan untuk mengetahui siapa yang mendukung kesenian, bagaimana mobilisasinya, siapa yang menikmati kesenian dan bagaimana organisasinya. Kesenian debus adalah seni pertunjukan yang merupakan kombinasi dari seni tari, seni suara dan seni olah batin yang penuh dengan nuansa magis.Seni debus berkaitan erat dengan tarekat, dan tarekat yang pertama kali memperkenalkan dan mengajarkan debus adalah tarekat Rifa'iyah. Secara histories kesenian debus Banten mulai dikenal pada abad 17 pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Awalnya kesenian ini hanya dimonopoli kalangan pria dan kalangan santri, namun dalam perkembangannya akhirnya didukung pula oleh kalangan wanita dan non santri. div %Z Pembimbing: Drs. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD NADIRIN - NIM. 96121868 , %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4504 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K K.H. A. Wahid Hasyim, politik Islam %T KIPRAH POLITIK K.H.A WAHID HASYIM (1938-1953) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4504/ %X ABSTRAK Menjelang akhir abad XIX pemikiran politik Islam mengalami perkembangan, dan mulai timbul keanekaragaman dan perbedaan pendapat yang cukup mendasar diantara para pemikir Islam. Dalam sejarah Indonesia modern, sejak kedatangan penjajah di akhir abad 16, perlawanan terhadap system colonial hamper dipelopori oleh kaum santri. Whid Hasyim merupakan salah satu pemain yang kreatif bagi menunculan dan pertumbuhan Negara Indonesia modern. Ia mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk mengarahkan bentuk dan peranan pesantren di Indonesia di abad ke-20. Skripsi ini membahas riwayat K.H.A. Wahid Hasyim putera KH. Hasyim Asy'ari tentang kiprah-kiprahnya di dunia politik Indonesia. Metode yang digunakan dalam study ini adalah metode sejarah dengan pemdekatan biografik, yaitu menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan hidup K.H.A. Wahid Hasyim, pengaruh yang diterimanya dalam masa formatif kehidupannya. Wahid Hasyim mulai aktif di pimpinan NU tahun 1938, dan keterlibatannya dirasakan menambah kekuatan tersendiri bagi perkumpulan ini. Karirnya di organisasi melaju cepat, 2 tahun kemudian (1940) Wahid Hasyim ditunjuk sebagai penanggung jawab dan ketua departemen Ma'arif (pendidikan). Dalam kedudukan ini ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan perubahan dan pembaharuan madrasahmadrasah NU di seluruh Indonesia. Menjelang kemerdekaan RI ia masuk menjadi anggota termuda dalam BPUPKI. Wahid Hasyim. div %Z Pembimbing: Drs. Badrun Alaina, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI MUNAWAROH - NIM. 94121522, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4495 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K imamah, Syi'ah Zaidiyyah dan Syi'ah Isna amp;#8216;Asyriyyah %T KONSEP IMAMAH MENURUT SYIAH ZAIDIYYAH DAN SYIAH ISNA ASYRIYYAH (STUDY KOMPARATIF) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4495/ %X ABSTRAK Orientalis Marshal Hodgson, melihat sejarah Islam sebagai sebuah venture atau usaha tidak kenal berhenti untuk mewujudkan masyarakat yang dicita citakan. Venture itu melibatkan orang-orang muslim di dalam praktek semua kehidupannya, dengan sendirinya termasuk politik. Keterlibatan banyak orang di dalam pembahasan itu, menjadikan polemik yang berkembang menjadi konflik. Polemik atau konflik Syi ah dan Sunnah, sebagai contohnya. Metode penulisan skripsi ini memusatkan pada penelitian kepustakaan. Data atau sumber yang digunakan adalah literature yang berhubungan dengan pembahasan, adapun bentuk pembahasan adalah deskriptif analitis, oleh karena kajian dalam skripsi ini dapat dikategorikan sebagai suatu sejarah, maka metode yang digunakan adalah metode historis. Dari pemaparan dapat disimpulkan, bahwa munculnya Syi'ah Zaidiyyah dan Syi'ah Isna amp;#8216;Asyriyyah dilatarbelakangi oleh perpecahan yang disebabkan oleh berbagai faktor, karena perbedaan prinsip dan ajaran, bermula dari masalah imamah atau kepemimpinan, karena perbedaan pendirian tentang siapa yang harus menjadi imam sepeninggal Husain bin amp;#8216;Afi, Imam ketiga, sesudah amp;#8216;Ali Zainal amp;#8216;Abidin, Imam keempat dan sesudah Ja'far as-Sadiq Imam keenam. Dalam konsep imamahnya Syi'ah Zaidiyyah bersifat moderat, yaitu dengan menggunakan kemaslahatn umum berdasarkan prinsip demokrasi, sedang konsep imamahnya Syi'ah Isna amp;#8216;Asyriyyah berpendapat bahwa jabatan imamah tidak boleh dipegang orang lain, jika jabatan tersebut dipegang orang lain, itu berarti suatu perampasan terhadap hak yang telah ditentukan umtuk amp;#8216;Ali dan putera-puteranya. Meskipun Syi'ah Zaidiyyah dan Syi'ah Isna Asyriyyah mempunyai pendapat yang berbeda dalam menetapkan criteria seseorang untuk dapat menduduki jabatan imamah, namun dibalik semua itu terdapat kesamaan yaitu sama-sama mengutamakan keturunan amp;#8216;Ali-Fatimah. %Z Pembimbing: Drs. Lathiful Khuluq, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A MAHRUS AHSANI - NIM. 96121825, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4509 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah, republic Islam Iran, syi'ah, monarchi absolute %T KONSEP WILAYAT-I AL FAQIH DI IRAN (SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4509/ %X ABSTRAK Iran sebagai salah satu Negara Islam besar di dunia penduduknya mayoritas menganut aliran Syi'ah. Lebih dari 90 % rakyatnya menganut Syi'ah Itsna Asyariyah, yakni Syi'ah Imamiyah. Dalam revolusi konstitusional Iran tahun 1906 para faqih dan orang-orang yang telah menerima pendidikan modern membahas persoalan yurisprudensi politis imamiyah ke dalam prioritas pemerintahan. Pada periode kepemimpinan Khomeini pemerintahan Iran dipimpin dengan dasar wilayat-I al-faqih. Pemerintahan ini didasarkan pada pemerintahan ulama, perwalian atau pemerintahan oleh sang faqih. Skripsi ini merupakan kajian sejarah menggunakan metode histories dengan langkah-langkah heuristic, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Revolusi Iran tahun 1979 mengubah system politik dari bentuk Negara monarchi absolute menjadi republic Islam Iran. Sejak meletusnya revolusi Iran ini Negara Iran dikuasai para ulama. Dalam system baru ini, Syi'ah menempatkan posisi kekuasaan faqih dalam tampuk kekuasaan tertinggi. Peranan faqih tidak hanya memegang otoritas religius namun juga dalam pemerintahan. Faqih memegang otoritas eksekutif dan yudikatif sedang legislative merupakan hak suci tuhan. Waliyat-I al-faqih dalam republic Islam Iran sebagai system dasar disamping sebagai salah satu doktrin Syi'ah Itsna amp;#8216;Asyariyah. div %Z Pembimbing: Dra. Hj. Siti Maryam, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A MARKHAMAH - NIM. 95121660, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4510 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Mahdiisme, Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad %T MAHDIIME DALAM GERAKAN AHMADIYAH (1889-1914) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4510/ %X ABSTRAK Paham Mahdi atau Mahdiisme adalah ajaran yang meyakini akan datangnya seorang tokoh Juru Selamat atau Messiah pada umat yang tertindas, akibat merajalelanya kezaliman penguasanya.Paham Mahdi Ahmadiyah lahir di ujung abad ke-19. Ghulam Ahmad memproklamasikan dirinya sebagai al-Mahdi dan sebagai inkarnasi Isa dan Muhammad bagi umat Islam, disamping inkarnasi Krisna bagi umat Hindu dan Mesia Dorbham bagi umat Zoroaster. Menurut Ahmadiyah, kepercayaan terhadap dirinya sebagai al Mahdi ini termasuk salah satu rukun iman. Kepercayaan ini mendatangkan reaksi dari bebrapa golongan antara yang pro dan kontra. Skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode histories dan disajikan dengan menggunakan metode deskriptif. Skripsi ini membahas tentang gerakan Mahdiisme yang bermotif tajdid yang beranggapan bahwa kehadiran al Masih yang Islami, yaitu Mirza Ghulam Ahmad, terjadi pada saat yang tepat yakni kondisi umat Islam saat itu terpecah belah, bersikap taklid buta pada pendapat ulama, suka menjelek-jelekkan golongan lain dan para ulamanya mementingkan keduniaan. Faham Mahdi merupakan salah satu factor yang dapat digunakan untuk memotivasi dan membakar semangat perjuangan guna menegakkan Islam dan kemereekaan umat tertindas. Faham Mahdi ada dalam semua agama samawi, baik Yahudi, Nasrani maupun Islam, hanya saja eksistensinya yang berbeda-beda. Corak kemahdian Ahmadiyah memandang al Mahdi sebagai Hakim Pengislah atau sebagai Juru Damai bertugas mempersatukan kembali perpecahan umat Islam serta memprsatukan semua agama agar melebur ke dalam agama Islam.Gerakan Mahdiisme yang bermotif tajdid atau pembaharuan beranggapan bahwa kehadiran al Masih (Mirza Ghulam Ahmad) adalah pada saat tepat. div %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurrahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A IDA ROYANI - NIM. 96121885, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4505 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K perkawinan, upacara adat %T MAKNA SIMBOLIS PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA DI KECAMATAN TEMPEL SLEMAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4505/ %X ABSTRAK Dalam suatu perkawinan sering dilakukan upacara adat. Upacara adat perkawinan merupakan serangkaian kegiatan tradisional turun-temurun mempunyai maksud dan tujuan agar sebuah perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagiaan di kemudian hari. Kebudayaan Jawa telah berinteraksi dengan ajaran (Islam) sehingga dalam penelitian ini terlihat bahwa perkawinan merupakan suatu upacara tradisional keagamaan yang di dalam pelaksanaannya terdapat upacara tradisional keagamaan lama yang disesuaikan dengan Islam. Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan cara deduktif dan induktif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi dan sosiologi. Pendekatan antropologi digunakan untuk melihat budaya asal masyarakat di kecamatan Tempel yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan ide dan perbuatan. Sedangkan pendekatan sosiologi untuk menelusuri proses kemasyarakatan yang timbul dari interaksi antara masyarakat dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Letak geografis kecamatan Tempel memberi pengaruh yang tidak sedikit terhadap kehidupan social budaya dan keagamaan masyarakatnya. Setiap masyarakat memiliki pola-pola kebudayaannya masing-masing yaitu yang berupa ide-ide, citacita, adapt istiadat, kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan bersama untuk kelangsungan hidup masyarakat secara keseluruhan. div %Z Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf %0 Thesis %9 Skripsi %A MOH FAISAL - NIM. 94121509, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4626 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Masjid Jami' Sumenep, sejarah %T MASJID JAMI' SUMENEP DAN AKTIVITASNYA (1980-1990) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4626/ %X ABSTRAK Masjid Jami' Sumenep didirikan oleh Panembahan Sumola yang semasa muda bernama Raden Asirudin, dan sewaktu memerintah di Sumenep bergelar Tumenggung Aryo Notokusumo. Perencanaan dan pembangunan Masjid Jami' ini, Panembahan Sumolo mempercayakan kepada seorang keturunan Cina bernama Lauw Pia Ngo. Masjid Jami' Sumenep merupakan salah satu masjid tua di Jawa Timur, khususnya Sumenep Madura yang seni bangunannya masih relative utuh, serta mempunyai banyak aktivitas di dalamnya. Bertitik tolak dari gambaran di atas, maka perlu diadakan penelitian atau kajian lebih lanjut tentang aktivitas Masjid Jami' Sumenep ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang ada di masjid Jami' Sumenep tahun 1980 1990 M. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas Masjid Jami' Sumenep tahun 1980-1990 M ada 2. Pertama, bidang keagamaan (ibadah khusus), yang meliputi : ibadah shalat, I'tikaf dan tahlilan. Kedua, bidang social masyarakat yang meliputi : khitanan missal, pengumpulan dan pembagian zakat fitrah serta penyelenggaraan Qurban. Proses pelaksanaan dua aktivitas tersebut tidak pernah lepas dari peranan tokoh panutan (kiai/ulama), disamping pengurus ta'mir masjid dan panitia pelaksana. Kedua aktivitas tersebut tidak akan sukses, bahkan tidak berjalan jika tidak mendapat dukungan dari tokoh panutan. div %Z Pembimbing: Drs. Badrun Alaena, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A YUDIA WAHYUDI - NIM. 95121647, %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2010 %F digilib:4632 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Indonesia, Muhammadiyah, amal usaha persyarikatan %T MUHAMMADIYAH DAERAH KABUPATEN BANTUL 1965 (KAJIAN TERHADAP DINAMIKA AMAL USAHANYA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4632/ %X ABSTRAK Lahirnya Muhammadiyah membawa iklim baru bagi perkembangan Sejarah Indonesia, yaitu bidang keagamaan, social dan pendidikan. Dengan gerakan tajdid, Muhammadiyah mengadakan perubahan dalam bidang kehidupan beragama dengan tujuan memurnikan Islam sesuai dengan sumber aslinya yaitu Al Qur'an dan As Sunnah. Penunjukan tahun 1965 sebagai awal dari pembahasan karena tahun tersebut merupakan masa perintisan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bantul yang mengalami proses dinamika dalam menjalankan amal usaha persyarikatan. Sedangkan tahun 1999 dijadikan sebagai akhir dari pembahasan karena tahun ini telah menampakkan perkembangan amal usaha yang dijalankan oleh persyarikatan walaupun ada sebagian usaha belum berjalan secara efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan latar belakang dan berkembangnya Muhammadiyah Bantul. Dan mengungkapkan dinamika amal usaha Muhammadiyah Kabupaten Bantul 1965-1999. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode histories. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Muhammadiyah di Bantul sejak mulai berdirinya hingga mengalami perkembangan senantiasa bekerja dan beramal untuk kepentingan umat. Dalam dinamika amal usaha yang dilaksanakan di berbagai bidang, baik bidang keagamaan bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, Muhammadiyah Bantul selalu dihadapkan dengan permasalahan, tantangan, peluang dan dukungan, namun dapat diantisipasi baik di dalam organisasi itu sendiri. Dalam melaksanakan amanat persyarikatan, PDM Bantul telah mampu secara optimal memimpin organisasi, mengkoordinasi cabang dan ranting dalam melaksanakan segala amal usaha. div %Z Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD NUR ICHSAN AZIS, NIM. 09123009 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:9003 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KESULTANAN MAKASSAR ABAD XVII M (PERDAGANGAN MARITIM ALAUDDIN, MALIK AS-SAID, DAN HASANUDDIN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9003/ %X Kesultanan Makassar merupakan sebuah pemerintahan Islam yang berada di wilayah Sulawesi Selatan. Kesultanan Makassar melakukan kegiatan perdagangan maritim pada abad XVII M. Dengan melakuakan penelitian pustaka (library research), dan menggunakan pendekatan ekonomi-politik, penulis berusaha menggambarkan mengenai proses perdagangan maritim, bentuk-bentuk ekonomi, sumber-sumber ekonomi, dan menggambarkan hubungan perdagangan maritim anatara Makassar dengan pedagang-pedagang lainnya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa perdagangan maritim merupakan aktivitas pertukaran barang melalui sarana laut untuk memperoleh keuntungan. Pada masa Sultan Alaudiin (1593-1639 M), Sultan Malik as-Said (1639-1653 M), dan Sultan Hasanuddin (1653-1669 M) perdagangan bebas, commenda, dan pengadaan pasar diterapkan sebagai bentuk ekonomi Kesultanan Makassar. Kesultanan Makassar memperoleh sumber pendapatan dari ketersediaan barang komuditasseperti; beras, hasil hutan, barang tambang; besi, logam, dan emas, keramik dan tekstil, serta pajak. Sumber-sumber ekonomi Kesultanan Makassar diperoleh dari model perekonomian perdagangan maritim dengan bentuk ekonomi yang diterapkan, sehingga Makassar dapat menjadi penyedia kebutuhan para pedagang yang membutuhkan komuditas dari hasil-hasil yang diperoleh KesultananMakassar dari perdagangan maritim.Dari sini terjalin hubungan antara Makassar dengan beberapa wilayah sebagai bentuk kegiatan perekonomian. Terjalinnya hubungan multilateral membuat Kesultanan Makassar menjadikan bandar Makassar dan Somba Opu, sebagai bandar internasional dan entrepot (pos perdagangan) yang menyediakan barang komoditi yang dibutuhkan pada abad XVII M. Pada masa ini Makassar mencapai masa kejayaannya. Semua bkomoditas barang yang dibutuhkan pada abad XVII M tersedia di sini dan dapat diekspor ke berbagai daerah. Oleh karena intervensi dari pedagang Belanda mengantarkan Kesultanan Makassar ke masa kemunduran. Masuknya pedagang Belanda dengan memonopoli perdagangan maritim dan komuditas yang dibutuhkan membuat Kesultanan Makassar harus mengakui kekalahan dan Belanda melalui perjanjian yang telah disepakati dan merugikan pihak Makassar. Dengan demikian berakhirnya puncak kejayaan Kesultanan Makassar pada tahun 1669 M. yang ditandai dengan Bongaisch Tractaat (Perjanjian Bongaya) yang menandakan monopoli perdagangan jatuh ke tangan Belanda. %0 Thesis %9 Skripsi %A RIFQI FAIRUZ, NIM. 09120034 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:9020 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T MAULID AND SHALAWAT IN POPULAR CULTURE PERSPECTIVE ( STUDY OF JAM’IYAH AHBABUL MUSTHOFA YOGYAKARTA ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9020/ %X Maulid is one of a growing Islamic culture in Indonesia. In some areas, especially in Java and pesantren-scope, Maulid has become a tradition that even routine every week. Maulid is a tradition that is done to commemorate the birth of Prophet Muhammad. Maulid is conducted with recitation of the narrative stories contained in book. The books that contain a history of the Prophet's birthday are very diverse, such as Mawlid al-Diba'i, Mawlid al-Barzanji, and Qashidah Burdah and Mawlid Shimtud Durar. Generally each book of mawlid contains a history, a story or a narrative about the prophet from his birth until the details of his behavior and physical depiction of the prophet. These books are not just about the narrative story, but also contains qasidah and shalawats that are chanting the praises of the Prophet Muhammad, so shalawats and Maulid become integral and inseparable. Traditions of Maulid and shalawat, during its development not only thrive in Pesantren, but also outside the Pesantren and carried out by Muslims to form assemblies or jam'iyyahs that specifically facilitate the activities of the Prophet's Maulid. One of the assemblies is Jam'iyyah Ahbabul Musthofa. Jam'iyyah Ahbabul Musthofa in each Maulid use classic book ( kitab ) Shimtud Durar as a reference. At first, the followers who attended the Maulid of Jam'iyyah Ahbabul Musthofa just around hundreds. But by its development, now it’s measured the numbers of followerss who attend every Maulid activity could reach thousands of attendances which made this Jam'iyyah as a phenomenon among moslem society in Yogyakarta. The popularity of the Jam’iyyah is inevitable from its leader, namely Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf. The shalawats which were sung by him become increasingly popular in the ears of the community. Even he published several albums in the form of tapes, mp3 or CD that contain recorded qasidahs and shalawats which are enjoyed by his followers and sympathizers. This popularity was also supported by a fanatical sympathizers and commodification attributes that shows the identity of this assembly, like shirts, scarfs, flags and jackets that symbolize that a person is a part of this Jam'iyyah, all of which leads to a popular culture phenomenon that stole the attention of the researcher. The research uses participatory action research or field research, and conducted Focus Group Discussion among the followers of Ahbabul Musthofa in order to obtain data while examining collected data with the popular culture theories that are available in many literatures. Therefore, by looking at the phenomenon of Islamic culture from various perspectives, especially from the perspective of popular culture, the researcher intends to carry out a research in the form of a final thesis entitled "Maulid and Shalawat in The Perspective of Popular Culture: Study of Jam'iyyah Ahbabul Musthofa Yogyakarta". %0 Thesis %9 Skripsi %A ZAID MUNAWAR, NIM. 09123019 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:9028 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN AGUNG PADA MASA KERAJAAN MATARAM ISLAM TAHUN 1613-1645 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9028/ %X Kerajaan Mataram Islam memiliki arti penting dalam sejarah peradaban Islam di Nusantara, khususnya di Jawa. Sultan Agung adalah raja ke III (16131645) Mataram yang memiliki peran besar terhadap kejayaan kerajaan. Pada masa awal atau selama masa kekuasaannya, kondisi pemerintahan diliputi ketegangan politik, baik dengan para penguasa Jawa di wilayah lainnya, maupun dengan bangsa asingyang berujung pada peperangan. Hal ini terjadi, di samping karena untuk mempertahankan daerah kekuasaan, juga untuk memperluas ekspansi wilayah sebagai misi Sultan Agung, yaitu menguasai tlatah Jawa. Situasi tersebut memerlukan dukungan yang besar terutama dalam bidang ekonomi, karena tanpa ekonomi yang baik, maka miiter kerajaan tidak akan menjadi kuat. Di samping itu, pembentukan birokrasi yang kompleksdan semakin bertambanya pula kebutuhan-kebutuhan kerajaan memerlukan sebuah pengaturan yang bijak demi berjalannya sebuah roda pemerintahan yang baik. Keadaan inilah yang mengharuskan Sultan Agung sebagai seorang pemimpin untuk mengeluarkan kebijakan ekonomi yang arif demi keutuhan dan kejayaan sebuah negara serta masyarakat di dalamnya. Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui bentuk-bentuk kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Sultan Agung dan seberapa besar dampaknya terhadap berbagai bidang kehidupan di dalam Kerajaan Mataram Islam. Penelitian historis ini merupakan jenis penelitian kepustakaan yang mengacu pada sumbersumber tertulis, seperti buku, makalah, majalah, maupun artikel dalam internet. Adapun untuk menganalisa kebijakan ekonomi Sultan Agung, penulismenelitinya dengan menggunakan pendekatan politik dan sosial, serta teori Jhon Meynard Keynestentang goverment policy (kebijakan pemerintah) bahwa campur tangan pemerintah memiliki arti penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Kebijakan tersebut berupa kebijakan riil (fiskal, moneter, dan pembangunan) dan non-riil (regulasi dan sistem ekonominya). Kebijakan ekonomi Sultan Agung terdiri dari tiga macam, pertama meningkatkan pertanian dengan terlebih dahulu mendistribusikan tanah, membentuk forum komunikasi bagi para petani, membangun bendungan beserta saluran airnya, dan intensifikasi tanaman padi disertai pemberian modal untuk memperbanyak produksi beras dalam pertanian. Kedua, membentuk petugas pajak dan menentukan besaran pajak yang harus diserahkan kepada kerajaan. Ketiga, membentuk Lembaga Keuangan yang mengurusi segala pemasukan untuk kas kerajaan. Melalui ekonomi yang baik, Mataram dapat menguasai sebagian besar wilayah Jawa (kecuali Banten dan Batavia) yang terbagi menjadi empat wilayah bagian, yaitu kutagara, negara agung, mancanegara, dan pasisiran. Mataram juga mampu menancapkan kekuasaannya di wilayah luar Jawa, seperti Madura, Palembang (Sumatra), Sukadana dan Banjarmasin (Kalimantan), sertaMakasar (Sulawesi).Pemasukan kekayaan kerajaandidapat melalui aktifitas perekonomian yang ditarik dari pajak, yaitu pajak penduduk, pajak tanah (sebagian besar dari pertanian), pajak upeti, dan pajak bea cukai barang dan jasa dari kegiatan perdagangan. %0 Thesis %9 Skripsi %A RISWANDI, NIM. 09123003 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:9030 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T BUDAYA MENJAGA HAFALAN AL-QUR’AN BAGI HAFIDZ HAFIDZAH DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9030/ %X Tulisan ini meneliti tentang bagaimana fenomena budaya menjaga hafalan alQur’an bagi hafidz-hafidzah di lingkungan UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini juga melihat bagaimana upaya civitas akademika Kampus UIN Sunan Kalijaga dalam menyatukan dua dinamika budaya yang berbeda, agama dan akademik. Satu adalah fenomena sosio-kultural “pra-modern” yang pernah menggejala pada masyarakat modern dan mulai hilang eksistensinya sekarang ini, bahkan ada yang menganggap memang sudah hilang. Sedang yang lainnya adalah fenomena transmisi atau menyebarnya secara global seperangkat “kesadaran dan institusi” modern, baik di dalam dunia pendidikan, sosial, ekonomi, sampai kepada masyarakat yang belum modern. Keduanya, bagaimanapun merupakan suatu fenomena perjumpaan antar kebudayaan yang menciptakan sebuah bentuk konsep pluralisasi. Fokus penelitian tertuju kepada bagaimana cara civitas akademik yang bergelar hafidz-hafidzah dapat mempertahankan eksistensinya di tengah derasnya lingkungan modernisasi di kampus UIN Sunan Kalijaga. Dalam hal ini bagaimana mereka mampu menjaga hafalan al-Qur’an yang telah mereka hafal. Berikut rumusan masalahnya: (1) bagaimana cara hafidz-hafidzah dalam menjaga hafalan al-Qur’an mereka? (2) seperti apa upaya UKM Jami’ah al-Qurro’ wal Huffadz Al-Mizan dalam membina mahasiswa UIN penghafal al-Qur’an? (3) apa faktorfaktor yang mendorong hafidz-hafidzah di lingkungan UIN Sunan Kalijaga dalam menjaga hafalan al-Qur’an mereka dan apa faktor penghambat dalam menjalankan aktifitas tersebut? (4) bagaimana bentuk kontribusi hafidz-hafidzah bagi UIN Sunan Kalijaga dan Masyarakat sekitar? Untuk mendekati masalah penelitian yang diangkat, teori yang digunakan adalah teori “aksi/tindakan” Parsons. Menurut Parsons, aksi/tindakan dalam setiap upaya manusia mempunyai empat karakteristik, yakni: (1) Suatu tujuan ( a goal) (2) Suatu motivasi (3) Suatu situasi (4) Pengaturan normatif. Sebagai pengejewantahannya adalah bahwa upaya dalam menjaga dan mempertahankan hafalan tentu tidak bisa lepas dari “tujuan yang harus dicapainya”. “Motivasi” juga menentukan arah dan tujuan yang akan dicapai oleh seorang yang menjaga hafalan al-Qur’annya. Situasi dan kondisi yang kondusif juga memberikan pengaruh kepada munculnya semangat untuk menjaga hafalan al-Qur’an. Sementara itu, aturan-aturan normatif, yang dalam ‘pengamalannya’ menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam menjaga hafalan al-Qur’an. Penelitian ini menemukan beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah di atas. Pertama, ada beberapa cara yang dilakukan oleh hafidz-hafidzah di lingkungan UIN Sunan Kalijaga sebagai upaya menjaga hafalan al-Qur’an yang telah mereka hafal, antara lain: (1) Wirid al-Qur’an (2) Menjadi imam dalam sholat berjama’ah (3) Mengajarkan orang lain dengan cara menyimak hafalan mereka ketika setoran dan diskusi. Kedua, ada beberapa upaya yang dilakukan UKM Al-Mizan Divisi Tahfidz untuk membina penghafal Qur’an di lingkungan UIN Sunan Kalijaga, antara lain: (1) Sebagai wadah bagi mahasiswa dan mahasiswi dalam mengembangkan hafalan al-Qur’an mereka (2) Memberikan pengajaran ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hafalan al-Qur’an, misalnya Ilmu Tajwid, Makhorijul Huruf, dan Fashohah (3) Melatih mental anggota ketika terjun langsung di masyakat, misalnya sebagai imam. Ketiga, para hafidz-hafidzah di lingkungan UIN Sunan Kalijaga masih bisa menjaga hafalan al-Qur’an mereka karena dilandasi beberapa faktor pendorong dan penghambat, yang diejawantahkan dari “aturan-aturan normatif” dalam agama. Keempat, ditemukan bahwa kontribusi hafidz-hafidzah bagi UIN Sunan Kalijaga, antara lain: (1) Sebagai Imam di Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga (2) Sebagai wadah untuk pembelajaran baca tulis al-Qur’an (3) Ikut Berpartisipasi Dalam Berbagai Event Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ). %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD AGUS MUNIF, NIM. 09123012 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:9031 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERAN CHENG HO DALAM ISLAMISASI DI NUSANTARA (1405-1433 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9031/ %X Dominasi pedagang-pedagang Arab dalam perdagangan rempah-rempah telah memudahkan penyebaran Islam ke Nusantara. Pada titik tertentu, penyebaran tersebut sempat stagnan karena penduduk pribumi, kalangan bawah menengah dan elite terbenam kuat dalam pengaruh budaya Hindu dan Buddha memberi reaksi keras terhadap keimanan baru itu. Disintergrasi kekuatan Bani Abbasiah, peperangan panjang berlarut-larut dengan Pasukan Salib, penaklukan Mongol pada wilayah-wilayah inti Islam, dan kegiatankegiatan bajak laut yang merajalela, telah memperlemah posisi pedagang-pedagang Arab secara signifikan dalam penyebaran Islam ke seluruh kepulauan Nusantara pada abad ke13 M dan ke-14 M. Meskipun demikian, meningkatnya perhatian yang ditunjukan oleh Dinasti Ming Cina di kawasan itu telah membuka jalan bagi Misi-misi Cheng Ho untuk mengarungi Samudera Barat pada abad ke-15 M. Hal demikian mempercepat proses islamisasi di kepulauan Nusantara. Armada Cheng Ho yang dipimpin oleh sekelompok kasim muslim Cina yang dinamis di bawah pengarahan Kaisar Yongle, dari Dinasti Ming, telah memperkuat posisi pedagang-pedagang Arab dan India muslim untuk mengislamkan seluruh kepulauan Nusantara. Penulis berargumen bahwa dampak dari pelayaran-pelaaran Cheng Ho ke Nusantara menjadi salah satu faktor yang mempercepat proses islamisasi di Nusantara. Dengan melakukan penilitian pustaka (library research), dan pendekatan politik, penulis berusaha meneliti tentang bagaimana peran Cheng Ho dibalik misi diplomatiknya ke Nusantara, ada kegiatan untuk menyebarkan agama Islam. Alat analisis yang digunakan adalah konsep islamisasi yang lebih menekankan pada konversi juga teori peranan sosial. Metode yang digunakan adalah metode historis yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Perjumpaan dan interaksi di antara Cheng Ho dengan Cina perantauan dan komunitas-komunitas Cina muslim di Jawa dan semenanjung Melayu sangat penting secara historis bagi Ming Cina, dan negara-negara di kawasan Nusantara. Ini menambahkan sebuah dimensi baru pada tata dunia kekaisaran Ming dan suatu lembar baru yang melengkapi misi diplomatik dan perdagangannya. Di sisi lain, orang-orang Cina perantauan, khusunya komunitas Cina muslim bermazhab Hanafi, menyambut hangat keinginan kuat Cheng Ho untuk melindungi kepentingan mereka dari gangguan perompak. Cheng Ho juga menyediakan sebuah pemerintahan yang mensponsori aturan memerintah dan sumber daya untuk memudahkan penyebaran Islam di kalangan komunitas Cina di kepulauan Nusantara, Masjid-masjid yang dibangun Cheng Ho menjamur Semarang, Tuban, Gresik, Palembang dan Semenanjung Melayu salah satun bentunya. keberhasilan Cheng Ho dalam menyebarkan Islam, hingga derajat tertentu, bertalian dengan kuatnya pengaruh kaum muslim di istana Ming dan karena riwayat kepribadianya yang tinggi juga mempengarui konversi kerajaan Malaka ke Islam. Keywords: Cheng Ho, islamisasi, Dinasti Ming. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUFIDATUTDINIYAH, NIM. 09123011 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:9032 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERAN PEREMPUAN MASA DAULAH ABBASIYAH PERIODE 158 H/775 M-321 H/933 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9032/ %X Sejarah Islam dapat dimaknai sebagai perkembangan dan kemajuan Islam dalam perspektif sejarahnya. Sejarah Islam mempuyai cakupan yang luas, salah satu cakupannya adalah kontribusi perempuan di tengah-tengah masa keemasan Daulah Abbasiyah periode 158 H/775 M-321H/933 M. Pada masa ini, perempuan memiliki kontribusi dalam berbagai bidang seperti politik, pendidikan dan ilmu pengetahuan, seni dan sastra, keagamaan, dan sosial. Tulisan tentang perempuan pada masa Daulah Abbasiyah ini unik karena sejauh yang penulis temukan, penulis belum melihat ada banyak perempuan yang tertulis dalam literatur sejarah klasik. Pada masa Rasulullah banyak perempuan yang tertulis memiliki kontribusi dalam periwayatan hadis dan pengelolaan lembaga zakat, namun kiprah perempuan ini lama kelamaan menurun dan baru muncul kembali pada masa Daulah Abbasiyah. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah siapa atau kelompok perempuan mana saja yang memberikan esksistensinya bagi perkembangan peradaban Daulah Abbasiyah dan bagaimana perempuan berkontribusi dalam berbagai bidang seperti yang telah disebutkan di atas. Teori yang digunakan adalah teori struktural fungsional. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Tujuannya untuk mengetahui tokoh atau kelompok perempuan yang berkontribusi aktif di tengah perjalanan panjang kemajuan Daulah Abbasiyah dan untuk mengetahui bentuk-bentuk kontribusi mereka bagi Daulah Abbasiyah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perempuan memang memberikan kontribusi yang signifikan bagi Daulah Abbasiyah. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil karya yang mereka tinggalkan baik peninggalan fisik maupun nonfisik dan bagaimana nama-nama mereka dituliskan dalam beberapa literatur klasik. Perempuan mampu berkontrbusi karena memang Daulah Abbasiyah pada periode 775-933 M/ 158-316 H memberikan keleluasaan kepada perempuan untuk berkiprah karena situasi dan kondisi Abbasiyah sangat menunjang baik dari politik, ekonomi, sosial budaya maupun agamanya. %0 Thesis %9 Skripsi %A SYAMSUL ARIFIN - NIM. 97122013, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4635 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tajdid , Pancasila , KH. Achmad Siddiq %T PEMIKIRAN KH. ACHMAD SIDDIQ TENTANG TAJDID DAN PANCASILA (1947-1991) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4635/ %X Sejak Indonesia di proklamirkan menjadi Negara yang merdeka maka beberapa permasalahan muncul , mulai dari pengakuan dunia Internasional , masalah bentuk dan dasar Negara, Dalam perkembangan selanjutnya bangsa Indonesia telah beberapa kali menerapkan sistem undang-undang dasar, hal ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia harus cepat untuk menyelesaikan permasalahan yang paling mendasar. Dekrit presiden 5 Juli 1959 merupakan upaya pemerintah untuk membakukan system undang-undang dengan memberlakukan kembali UUD 1945. Namun pada kenyataannya tidak semudah itu untuk menyelesaikan permasalahan, sehingga muncul penafsiran yang berbeda-beda tentang Pancasila dan hal ini tentunya membawa dampak yang buruk dan mengakibatkan labilnya penafsitran terhadap dasar Negara. Kepemimpinan Soeharto yang selama ini di kenal sebagai kepemimpinan rezim pada tahun 1980 an melontarkan gagasan tentang Pancasila sebagai asas tunggal, sehingga memicu kontroversi antara masyarakat dengan pemerintah. KH. Achmad Siddiq adalah seorang ulama yang memiliki latar belakang NUdan mempunyai pandangan moderat, dalam Munas NU 1983 di Situbondo mendapatkan tugas dari para ulama besar NU untuk mempelajari konsep penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi. Sebagai upaya yang dilakukan KH.Achmad Siddiq dalam menyelesaikan permasalahan asas organisasi tersebut digunakan metode-metode agama (tajdid dan ijtihad) yang selama ini hanya dipakai sebagai alat pemecah persoalan agama dengan metode-metode modern, sehingga dapat mencapai kesepakatan bersama. Kajian ini merupakan kajian sejarah, sehingga yang digunakan adalah metode historis yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis atas rekaman dan peninggalan terhadap peristiwa masa lampau, dan kajian ini adalah kajian tokoh, maka pendekatan yang dipakai adalah pendekatan biografis yaitu berusaha menjelaskan dengan teliti kenyataan hidup KH. Achmad Siddiq, pengaruh yang diterima serta sifat dan pemikiran yang dimiliki dalam masa formatif kehidupannya.Selain itu juga menggunakan pendekatan antropologis di mana pendekatan yang berusaha mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku seorang tokoh, status dan system kepercayaan yang mendasari pola kehidupannya. %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurrahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD AS’AD, NIM. 09123013 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:9153 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KEBIJAKAN MILITER KERAJAAN MATARAM 1613-1688 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9153/ %X Kerajaan Mataram didirikan oleh Panembahan Senapati tahun 1587 M setelah berhasil menggulingkan Kerajaan Pajang. Kerajaan tersebut mampu berdaulat sebagai salah satu kekuatan besar di tanah Jawa karena berlandaskan pada pondasi kekuatan militer yang kokoh. Dasar-dasar kemiliteran yang ditanamkan di Kerajaan Mataram mewarnai hampir pada semua aspek kehidupan kerajaan. Puncak kejayaan Mataram, berlangsung dari tahun 1613-1688 M. Hal itu terbukti dengan luas wilayah kekuasaan yang terbentang hampir di seluruh tanah Jawa (kecuali Banten dan Batavia) dan sebagian luar wilayah Jawa. Besarnya kekuatan yang dimiliki oleh militer Mataram tidak lepas dari kebijakan-kebijakan raja yang mencita-citakan sebagai kekuasaan tunggal di Jawa bahkan seluruh Nusantara. Obyek kajian militer pada masa Mataram diteliti dengan menggunakan pendekatan politik yang tentu tidak bisa lepas dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemimpin. Adapun teori yang dipakai adalah teorinya Clausewitz yang mengatakan pengoprasian militer tergantung pada kebijakan para pemimpin negara. Menurut Sun Tzu perencanaan dan strategi militer yang terbungkus dalam kebijakan pemimpin itu sangat menentukan terhadap hasil dari sebuah pergerakan militer. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah, apa pokokpokok kebijakan militer dan pengorganisasian militer pada Kerajaan Mataram?, serta bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut?. Tulisan skripsi ini berujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses politik yang fokus mengenai militer Kerajaan Mataram dan untuk memahami bagaimana kebijakan dan strategi pengorganisasian militer pada kerajaan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan, yang berupa sumber tertulis, seperti artikel dan buku-buku, yang di dalamnya didapatkan data kuantitatif, dengan tanpa melewatkan proses verifikasi dan interpretasi. Setelah dilaluinya tahap tersebut, maka skripsi ditulis sesuai kaidah penulisan, sistematika pembahasan serta metode ilmiah yang berlaku, yang hasilnya disebut historiografi. Secara garis besar pola kebijakan militer kerajaan Mataram terbagi dalam dua kebijakan pokok, pertama, kebijakan masa ekspansi, yaitu kebijakan yang dikeluarkan ketika kerajaan memasuki masa perang atau ekspansi, kedua, kebijakan masa damai, yaitu kebijakan militer yang dikeluarkan ketika masa damai. Dari kebijakan-kebijakan tersebut akan menimbulkan dampak perubahan dalam bidang kehidupan sosial politik. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD NUH SIREGAR - NIM. 94121478, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4627 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Mandailing, pendidikan agama %T PPENGARUH PESANTREN MUSTHAFAWIYAH PURBA BARU TERHADAP MASYARAKAT SEKITARNYA (1915 M-1997 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4627/ %X Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Mandailing termasuk lembaga pendidikan agama yang tertua di daerah Mandailing Natal bahkan di Sumatra Utara. Kemandirian dan kesiapan pendiri dan pengaruh pesantren Musthafawiyah tampaknya telah berhasil meyakinkan masyarakat untuk memberikan dukungan dan partisipasinya terhadap pembinaan dan pembangunan. Antara santri dan masyarakat terjadi hubungan erat, sehingga santri dengan mudah dan leluasa dapat menyebarkan ajaran-ajaran agama. Tujuan penelitian ini adalah : 1. mencari kejelasan status dan sejarah latar belakang berdirinya pesantren Musthafawiyah; 2. menjelaskan secara diskriptif aktifitas pesantren Musthafawiyah dalam menerapkan sistem pendidikannya; 3. memberikan gambarab tentang peran pesantren Musthafawiyah terhadap masyarakat sekitar; 4. Metode penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah metode histories. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pesantren Musthafawiyah Purba Baru dimaksudkan sebagai sebuah upaya dan manifestasi pendirinya, syekh Musthafa Husein. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan di pesantren Musthafawiyah Purba Baru dalam memantapkan pendidikan adalah dengan menciptakan kondisi yang kondusif atas terselenggaranya pendidikan menyeluruh di bidang agama dan umum dengan berpijak kepada nilai-nilai dan semangat ajaran Islam. Peran pondok pesantren Musthafawiyah Purba Baru sangat menentukan langkah dan prospek masyarakat setempat dan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat Purba Baru. %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A INDRIYATI NUR KHASANAH - NIM. 95121662, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4623 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Islamisasi di Aceh, perdagangan, mubaligh %T PERANAN PERDAGANGAN TERHADAP ISLAMISASI DI ACEH ABAD XVI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4623/ %X Kebesaran dan kemajuan di Aceh berkembang pada permulaan abad XVI. Orang-orang pertama yang membawa agama Islam ke Sumatra adalah para pedagang dari India. Aceh sebagai pusat perdagangan yang kemudian diperkuat perannya oleh kekuasaan politik menjadi pusat penyebaran agama Islam. Islam berkembang dengan pesat di Aceh sampai meluas ke daerah-daerah kekuasaan, sehingga pada permulaan abad XVI Aceh mulai memegang peran penting di bagian utara pulau Sumatra. Penulisan ini lebih difokuskan pada peranan perdagangan terhadap islamisasi di Aceh abad XVI beserta keberhasilan yang dicapai. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, metode penelitian yang digunakan adalah metode histories. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perdagangan terhadap Islamisasi Aceh abad XVI M. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang sejarah berkembangnya Islam di wilayah Aceh. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan daerah-daerah atau wilayah-wilayah Islam kekuasaan Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi masyarakat Aceh abad XVI masih bersifat mistis. Hal ini dapat dilihat dari praktek keagamaan yang masih bercampur dengan nuansa Hindu, sehingga membawa pengaruh kepada masyarakat Aceh. Oleh karena itu, usaha untuk Islamisasi terus dilakukan oleh para mubaligh yang pada umumnya berprofesi sebagai pedagang sekaligus sebagai da'i. Islamisasi di Aceh terjalin dengan motif perdagangan, dimana pedagang muslim berhasil mengislamkan penduduk Aceh. Agama Islam di Aceh mengalami perkembangan yang pesat karena adanya hubungan dari penguasa atau sultan-sultan yang berkuasa pada saat itu. Abad XVI di Aceh juga merupakan abad perjuangan, karena Aceh pada awalnya dipengaruhi oleh agama Hindu akhirnya menjadi daerah yang mayoritas penduduknya Islam. Aceh bisa menangkis pengaruh Portugis sebagai fajar pertama penjajahan Barat yang sempat menghambat proses Islamisasi. %Z Pembimbing: Drs. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A KHOIRUL BADRIYAH, NIM.: 96121820 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2010 %F digilib:4624 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pondok Pesantren Pabelan; KH Hamam Ja'far; perubahan sosial %P 106 %T PERANAN PONDOK PESANTREN PABELAN DALAM PERUBAHAN SOSIAL DI PABELAN MUNGKID MAGELANG PADA MASA KH HAMAM JA'FAR 1965-1993 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4624/ %X Pesantren Pabelan dengan berbagai aktivitasnya pada masa Kyai Hamam Ja'far telah banyak berperan dalam merubah kondisi masyarakat di Pabelan sehingga dengan berbagai prestasinya yang telah dicapai pesantren ini telah mendapatkan berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Pada tahun 1980 telah mendapatkan Piala Aga Khan Foundation for Arsitecture dan tahun 1982 mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah Indonesia. Peranan pesantren di dalam perubahan sosial beraneka ragam tetapi semua itu bertolak dari keyakinan agama. Peran nyata dalam perubahan social pada masyarakat sekitar, yaitu pesantren tidak hanya mengelola pendidikan di dalam pondok pesantren saja tetapi banyak melakukan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di luar pesantren yang banyak melibatkan masyarakat sehingga kegiatan pesantren tersebut banyak mempengaruhi terhadap pola kehidupan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi Desa Pabelan sebelum kebangkitan Pondok Pesantren Pabelan, mengetahui sejarah kebangkitan Pondok Pesantren Pabelan dan interaksi yang terjadi antara masyarakat dan pondok pesantren Pabelan, mengetahui perubahan social yang terjadi pada masyarakat Pabelan dalam bidang agama, Pendidikan, Eknomi, Kesehatan serta Budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah histories. Kondisi masyarakat Pabelan pada tahun 1963-1965 mengalami krisis kebersamaan dan krisis nasional. Masyarakat Pabelan hidup berada di bawah standar kehidupan normal, baik dalam bidang agama, pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Awal tahun 1965 Pondok Pesantren Pabelan mengalami masa kebangkitan ketiga yang dipelopori oleh Kyai Hamam Ja'far. Dalam kebangkitan ini, pondok Pesantren Pabelan menjalin hubungan social dengan masyarakat yang erat sehingga tahu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Semua aktivitas yang dilakukan oleh Pondok Pesantren pada masa KH Hamam Ja'far membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan budaya. %Z Pembimbing: Drs. Rusli Hasibuan %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR HASANAH - NIM. 9512651, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4628 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Laskar Hizbullah, sejarah Indonesia, umat Islam %T PERJUANGAN LASKAR HIZBULLAH KLATEN DALAM MENGHADAPI AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1949 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4628/ %X Salah satu perjuangan fisik dalam menghadapi Belanda pada tahun 1949 adalah perjuangan yang dilakukan oleh sekelompok pejuang Islam, yakni Hizbullah. Anggota Hizbullah mempunyai semangat kebangsaan yang tinggi dan bermotif agama. Ajaran Islam yang merupakan pegangan hidup dan petunjuk bagi umatnya telah mendorong Hizbullah untuk berjihad berjuang membela agama. Hizbullah yang akan ditulis dalam skripsi ini adalah Hizbullah di daerah Kalten. Umat Islam di Klaten, khususnya yang tergabung dalam pasukan Hizbullah telah sadar terhadap situasi dan kondisi yang ada, sehingga dengan gigih mereka berusaha merebut kembali tanah airnya dari kekuasaan penjajahan Belanda. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui latar belakang dan tujuan dibentuknya Laskar Hizbullah di daerah Klaten. Mengetahui latar belakang agresi Militer Belanda II di Klaten. Terakhir adalah untuk mengetahui andil Laskar Hizbullah daerah Klaten dalam menghadapi Agresi Militer II tahun 1949. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode histories. Metode pembahasan menggunakan metode induktif. Hasil penelitian ini adalah Perjuangan Laskar Hizbullah Klaten tersebut dilandasi dengan niat jihad fii sabilillah, berjuang menegakkan Negara dan agama semata-mata hanya karena Allah, juga karena adanya ajaran Islam yang mengajarkan bahwa mencintai Negara adalah sebagian dari Iman. Hanya dengan dorongan semangat yang besar serta motivasi yang sangat sederhana namun prinsipil dan terlepas dari pengaruh politik manapun, LAskar Hizbullah ini mempunyai ketegasan pendirian bahwa segala kekacauan dan gangguan terhadap ketertiban masyarakat yang terjadi di kota Klaten mempunyai akibat yang terlalu berat bagi masyarakat. %Z Pembimbing: Drs. Moh. Musthofa %0 Thesis %9 Skripsi %A SUBURIAH AAN HIKMAH - NIM. 96121884, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4631 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Masjid, wetu telu, waktu lima, masyarakat Sasak Lombok %T PULAU SERIBU MASJID STUDI MENGENAI MASJID SEBAGAI PUSAT AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT SASAK LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4631/ %X Peneliti tertarik meneliti aktivitas keagamaan masyarakat Sasak yang Berkaitan dengan masjid dalam periode tahun 1980-2000, karena pada periode tersebut peneliti mengamati pertumbuhan masjid di pulau Lombok nampak mencolok. Peneliti mengamati banyak hal yang unik untuk kajian dan dijelaskan dari berbagai aktivitas keagamaan masyarakat Sasak berkaitan dengan fungsi masjid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi keagamaan masyarakat Sasak. mengetahui perkembangan masjid di pulau Lombok; mengetahui fungsi masjid bagi masyarakat Sasak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ajaran agama Islam disebarluaskan oleh mubaligh-mubaligh Jawa, tetapi Islamisasi di Lombok tidak berlangsung secara sempurna, sehingga penganut agama Isalm terbagi menjadi dua golongan. Golongan pertama disebut dengan wetu telu adalah golongan yang masih melakukan sinkretisme agama dengan kepercayaan nenek moyang. Golongan kedua adalah golongan waktu lima, yaitu golongan Islam ortodok melaksanakan syariat Islam sesuai yang ditetapkan oleh Allah SWT. Masjid bagi masyarakat Sasak mempunyai fungsi utama untuk menyelenggarakan hari-hari besar Islam, tempat Shalat jamaah, juga sebagai tempat pengajian. Dalam pandangan mereka, masjid merupakan investasi di akhirat, karena dengan mendirikan masjid Allah SWT akan memberikan imbalan berupa dibangunkan rumah yang megah di surga. %Z Pembimbing: Drs. H. Mamamn Abdul Malik Sya'roni, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A NANANG SUPRIYANTO - NIM. 96121863, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4633 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kebijakan Politik , Politik Suharto %T REAKSI UMAT ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN POLITIK SUHARTO (1966-1998) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4633/ %X Berbicara mengenai umat Islam di Indonesia kaitannya dengan hubungan antar pemerintah dalam hal ini Soeharto sebagai pemegang kendali rezim dengan umat Islam cukup mnarik. Di masa awal Soeharto berkuasa, Islam dipandang sebagai penghambat modernisasi, kemajuan, serta pertumbuhan ekonomi, sehingga timbul kesan Islam identik dengan kebodohan dan keterbelakangan, serta radikal. Maka Soeharto berusaha mematikan peran politik umat Islam, sehingga umat Islam dihadapkan pada kenyataan pahit karena harus minoritas dalam politik serta distribusi kekuasaan. Obyek dari kajian ini adalah peristiwa masa lampau, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah atau historis dimana proses mengkaji dan menganalisa secara kritis terhadap rekaman masa lampau, kemudian merekontruksi secaraimajinatif melalui proses historiografi. Kajian ini menggunakan pendekatan politik yaitu melihat segala aktifitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau memertahankan suatu macambentuk susunan masyarakat. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku politik Soeharto dalam ini kaitannya dengan hubungan antara Soeharo dengan umat Islam selama Soeharto berkuasa dapat dipolarisasikan ke dalam 3 masa : 1) hubungan Antagonistik (1966-1981), pada masa ini setelah Soeharto memantapkan kekuasaannya segera melakukan control yang lebih ketat terhadap kekuatan politik Islam. 2) hubungan Resiprokat kritis, pasa ini pemerintah melakukan political test dengan menyodorkan azas tunggal, walaupun menimbulkan pro dan kontra namun akhirnya umat Islam menyadari bahwa pemerintah tidak akan menjauhkan umat Islam dengan agamanya. 3) hubungan Akomodatif (1985-1990) pada masa ini kebijakan pemerintah banyak menguntungkan umat Islam, diantaranya RUU Pendidikan Nasional, RUU Peradilan Agama, kasus monitor penghapusan larangan jilbab, berdirinya BMI dan ICMI. %Z Pembimbing: Drs. Badrun Alaena, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A MIFTAKHATUL ARBANGINAH - NIM. 96121858, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4492 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Undang-undang Dasar 1945, Pancasila, Kristenisasi, organisasi Muhammadiyah %T RESPON MUHAMMADIYAH TERHADAP KRISTENISASI DI KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO 1956-1970 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4492/ %X Muhammadiyah di dirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 di kampong Kauman Yogyakarta. Adapun tujuan dan cita-cita perjuangannya adalah meningkatkan kesejahteraan kehidupan bangsa sekaligus melakukan pemurnian ajaran Islam dan pembaharuan. Sebab selama masa colonial masyarakat Indonesia benar-benar terbelakang, kebodohan dan kemiskinan sangat nampak. Bagi Muhammadiyah penyebab utama penyakit kemiskinan tidak lain dari kebodohan, oleh sebab itu usaha mencerdaskan umat melalui kegiatan pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi. Lahirnya Muhammadiyah di Kulon Progo di awali dengan berdirinya group Muhammadiyah di Kecamatan Galur pada tahun 1927, di ikuti Sentolo, Wates, Temon, dan untuk kecamatan Nanggulan merupakan cabang Muhammadiyah yang terakhir yaitu pada tahun 1956. Kondisi masyarakat di kecamatan Nanggulan tidak jauh berbeda dengan daerah lain yang masih terbelakang, kebodohan dan kemiskinan sangat nampak. Di kabupaten Kulon Progo, agama Kristen pertama kali masuk di kecamatan Nanggulan, tepatnya di desa Kembang pada tahun 1914, yang pertama kali memperkenalkan agama Kristen adalah Sastroatmojo seorang lulusan Normaal School Muntilan. Kristenisasi di kecamatan Nanggulan ini sangat gencar sampai pada tahun 1970, pihak Kristen/khatolik telah berhasil mendirikan tempat-tempat ibadah, seperti gereja Santa Maria, gereja Santo Nazarene, kapel Wijilan, kapel Janti, selain itu juga mendirikan lembaga pendidikan seperti SD Kanisius, SLTP Santo Yusuf, SMA Sanjaya, yang murid-muridnya lebih banyak dari kalangan anak-anak yang orangtuanya beragama Islam. Melihat fenomena yang ada Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan Amar Ma'ruf nahi mungkar berusaha mengatasi masalah tersebut dengan berbagai cara. Metode penelitian yang di gunakan penulis adalah menggunakan metode historis yaitu proses yang menguji dan menganalisa secara kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Dari penelitian ini penulis dapt mengambil kesimpulan: 1) dalam rangka penyebaran dan penyiaran agama setiap pemimpin keagamaan bertanggung jawab dalam penyebaran dan penyiaran agama tersebut dan sesuai dengan kandungan dari Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 di mana Pancasila menentukan dalam kebebasan dalam menganut agama. 2). Dengan adanya usaha Kristenisasi, organisasi Muhammadiyah berusaha menanggulanginya guna mempertahankan aqidah umat Islam baik dalam bidang keagamaan, bidang social ekonomi dan bidang pendidikan. 3). Dalam melakukan aktivitasnya, organisasi Muhammadiyah masih sangat jauh dari apa yang diharapkan, hal ini dikarenakan minimnya dana yang ada dan kurangnya Ukhuwah Islamiyah. %Z Pembimbing: Drs. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A SAFARI DAUD - NIM. 97121054, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4629 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah, revolusi sosial Aceh, politik, ulama Uleebalang %T REVOLUSI SOSIAL ACEH POLARISASI POLITIK ULAMA ULEEBALANG 1945-1949 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4629/ %X Dalam sejarah kontemporer Indonesia, periode 1945-1949 dikenal dengan masa perjuangan fisik. Dalam terminologi Aceh, pada masa-masa ini pengabdian Aceh terhadap republic dibuktikan dengan dijadikannya Aceh oleh Soekarno sebagai modal bagi perjuangan Indonesia melawan sisa-sisa penjajahan. Selain hal tersebut, dalam masa ini Aceh juga mengalami satu sisi sejarah penting yaitu kontak fisik antara kekuatan ulama melawan kekuasaan uleebalang. Peran ulama sampai tahun 1949 suatu hal yang menarik untuk diteliti, karena paska tahun 1949, kekuatan ulama mulai digoyang kembali yang menyebabkan kekuatan revolusioner ini kembali ke hutan untuk menentang republic. Fokus penelitian ini hanya dari peristiwa Perang Cumbok dan berkuasanya ulama. Secara periodic penelitian ini berkisar dari tahun 1945 sampai tahun 1949. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan kekasaan ulama-uleebalang di Aceh, menjelaskan latar belakang terjadinya revolusi sosil dan peran ulama-uleebalang dalam peristiwa tersebut, menjelaskan kekuasaan ulama dalam dekae 1945-1949. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah : mengumpulkan data dan sumber, Verifikasi sumber, dan menganalisa berbagai macam sumber tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun Belanda tidak lama menguasai aceh, politik pasifikasinya dengan membenturkan kelompok stratifikasi social di Aceh telah menimbulkan kecemburuan politik dan gejala dalam masyarakat Aceh. Kedudukan Ulama dan adat berhasil dipangku dalam rangkulan kerajaan. Revolusi social Aceh adalah perebutan kekuasaan dari Uleebalang oleh kaum Ulama dengan memobilisasi massa. Dalam kendali ulama, pemerintahan dibangun atas dasar isu-isu moral dalam mengembangkan daerah moral sebagai basis Republik Indonesia. Ulama telah menunjukkan kesetiaan yang nyata terhadap republic, hal ini terlihat dalam dekade 1945-1949. %Z Pembimbing: Prof. DR. H.Machasin, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A SRI INDAH - NIM. 97122057, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4611 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Fatayat NU, organisasi pemudi NU, sejarah %T SEJARAH DAN AKTIVITAS FATAYAT NU CABANG SLEMAN TAHUN 1986-1994 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4611/ %X Fatayat NU adalah organisasi pemudi NU yang didirikan secara resmi di Surabaya pada tanggal 24 April 1950 M, atas ristisan Ny. Murthasiyah dari Surabaya, Ny. Kuzaimah Mansur dari Gresik dan Aminah Mansur dari Sidoharjo . Fatayat NU cabang Sleman berdiri setelah Fatayat NU Wilayah DIY dibentuk pada tahun 1960 yang dirintis oleh para mahasiswa yang semula memang sudah aktif di organisasi NU. Pada awalnya Fatayat NU cabang Sleman berdirinya berjalan dengan system tunjukan, dengan seiringnya waktu sedikit demi sedikit diajarkan tentang sistem manajeral organisasi dengan indotrinasi (penataran bagi para pengurus yang telah ditunjuk). Indoktrinasi ini memang sudah di jadwalkan dari pimpinan pusat dan daerah serta wilayah yang dianggap telah banyak warga NU nya. Fatayat NU Cabang Sleman berdiri sekitar tahun 1970 an yang dipimpin oleh Hardiningsih, namun pada saat itu kepengurusan belum sempurna dan belum menjalankan program sepenuhnya, hal ini dikarenakan pada saat itu iklim politik yang mewarnai wilayah Sleman. Dengan adanya Fatayat NU ini sebagai organisasi putrid di kabupatyen Sleman mempunyai peranan penting dan memperoleh posisi baik di hati masyarakat bila di banding dengan organisasi-organisasi wanita lainnya, hal ini tidak lain karena mayoritas masyarakat Sleman pemeluk agama Islam. Organisasi putri ini bergerak di bidang agama, sosial dan pendidikan atau pengkaderan, kegiatan ini mendapat dukungan dan partisipasi dari pemerintah, organisasi lain maupun dari masyarakat sendiri. Kajian ini adalah kajian historis sehingga metode yang digunakan adalah metode sejarah yaitu sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah dan menilai secara kritis dan menyajikannya sistesa dari hasil-hasilnya. Kajian ini juga menggunakan pendekatan sosiologis yaitu pendekatan lembaga kemasyarakatan dan perubahan social. Latar belakang berdirinya organisasi Fatayat NU cabang Sleman merupakan jawaban atas tantangan yang dihadapi masa yang akan dating terutama penyiapan kader-kader pemudinya yang akan menjadi generasi penerus keberadaan NU di Kabupaten Sleman. Organisasi putri ini juga mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat Sleman terbukti dengan banyaknya perkembangan organisasi-organisasi pemuda membentuk Fatayat anak cabang tingkat kecamatan dan ranting tingkat pedesaan. %Z Pembimbing: Drs. Sujadi, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI SA'DIYAH - NIM. 96121850, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4496 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Persia, Dinasti Qajar, Nashiruddin Shah %T SEJARAH DINASTI QAJAR MASA NASHIRUDDIN SHAH (1848-1896 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4496/ %X Dinasti Qajar merupakan salah satu kerajaan yang pernah menguasai Persia selama kurang lebih 146 tahun (1779-1925). Pendiri Dinasti ini adalah Agha Muhammad Khan dan sejak saatnya mulai dipakai gelar kerajaan Shah In-Shah Iran. Dalam masalah keagamaan Dinasti Qajar tidak jauh berbeda dengan Dinasti Safawi, dengan demikian faham Syi'ah masih sangat mendominasi sehingga tidaklah mengherankan jika dikatakan Iran Negara Syi'ah terbesar dan terkuat di dunia serta merupakan sumber dogma Syi'ah. Nashiruddin adalah pemimpin Dinasti Qajar keempat. Ia merupakan putera dari pemimpin ketiga Dinasti , dan memerintah dari tahun 1848-1896 M. Bentuk pembahasan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu menguraikan kejadian dengan berbagai dimensinya melalui pemberian jawaban terhadap pertanyaan apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana dan mencoba menjawab peristiwa sejarah sehingga kajiannya dikategorikan dengan kajian sejarah dan metode yang digunakan metode historis. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Nashiruddin Shah adalah Dinasti Qajar di Persia yang paling lama memerintah. Ia merupakan anak pertama dari Muhammad Shah, dan ketika naik tahata Persia dalam keadaan kacau balau dan banyak diwarnai oleh campur tangan bangsa Eropa yang berpengaruh dalam berbagai segi kehidupan. Keberhasilan yang dicapai Nashiruddin tidak lepas dari usaha dan kebijakan yang diterapkan dalam rangka mengendalikan pemerintahan. Kebijakan-kebijakan itu meliputi berbagai bidang, antara lain: bidang politik tetep memakai Perdana Menteri. Dalam bidang pendidikan dengan mendirikan perguruan tinggi Dar al Funun, bidang militer dengan menata kembali pasukan militer serta membentuk Brigade Cossack., bidang ekonomi dengan memberikan konsesi-konsesi kepada pihak asing serta bidang keagamaan yaitu melakukan pembatasan hak keagamaan dan tetap membolehkan pelaksanaan kegiatan ta'ziyah. Tidak seperti pendahulunya, Nashiruddin dalam menjalankan kekuasaannya terlalu memberikan konsesi-konsesi pada pihak asing, sehingga kebijakannya mendapat respon negative dari rakyatnya. %Z Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf %0 Thesis %9 Skripsi %A YASIR AMRULLAH - NIM. 95121586, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4498 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Persatuan Umat Islam (PUI), Sejarah %T SEJARAH PERKEMBANGAN PERSATUAN UMMAT ISLAM (1989-1999) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4498/ %X Persatuan Umat Islam (PUI) adalah organisasi yang berdiri pada tahun 1952 di Bogor, yang mana organisasi ini berasal dari peleburan Perserikatan Oemat Islam (POI) yang didirikan leh KH. abdul Halim di Majalengka dan Al Ittihadiyatul Islamiyah Indonesia (AII) yang didirikan oleh KH. Ahmad Sanusi. Beberapa hal yang mendasari adanya peleburan organisasi ini adalah keprihatinan sebagai anggota kedua organisasi tersebut dengan apa yang terjadi waktu itu yaitu adanya perpecahan organisasi Islam di Indonesia waktu itu, seperti pisahnya beberapa unsur Masyumi. Karena lahirnya Organisasi Persatuan Umat Islam (PUI) pada saat dimana situasi dan kondisi organisasi sosial di Indonesia cenderung dan sedang berpecah belah sehingga PUI disebut sebagai anak Zaman. Persatuan Umat Islam (PUI) lahir dari dua organisasi yang mematri persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya dalam kalangan intern umat Islam, hal ini dapat di lihat dari tujuan pertama dari PUI yaitu mencapai Islam Raya serta kebahagiaan ummat Islam di dunia dan akherat. Metode yang digunakan penulis adalah metode historis yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu, peninggalan atau dokumen. Dalam metode historis ini ada 4 langkah yaitu : 1) Heuristik : pengumpulan data sejarah yang bersangkutan dengan kajian yang di teliti. 2). Kritik : melakukan penelitian tentang keaslihan sumber melalui kritik Ekstern dan Intern. 3). Interprestasi : penefsiran data atau analisis data . 4). Historiografi : penulisan hasil penelitian dengan mengorganisasikan materi. Dari penelitian ini penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1). Kelahiran organisasi Persatuan Umat Islam (PUI) ini tidak lepas dari situasi pada masa itu, di mana masa dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. 2). Setelah organisasi Persatuan Umat Islam (PUI) vakum, maka pada tahun 1989 merupakan tahun kebangkitan. 3). Aktivitas organisasi Persatuan Umat Islam (PUI) mencakup 3 bidang yaitu bidang pendidikan, dakwah, dan ekonomi. %Z Pembimbing: Dra. Hj. Ummi Kulsum %0 Thesis %9 Skripsi %A ISNAINI MUHTAROM - NIM. 94121491, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4491 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K shalawatan maulud, kesenian tradisionil Islami, upacara adat %T SENI SLAWATAN MAULUD DAN FUNGSINYA BAGI MASYARAKAT WUKIRSARI IMOGIRI BANTUL (1985-2001) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4491/ %X Bentuk kesenian seperti kesenian rakyat yang diciptakan manusia tidak semata-mata sebagai suatu karya seni yang memiliki rasa keindahan akan tetapi kesenian juga dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dan kepercayaan atau agamanya, seperti pada kesenian tradisional Indonesia. Seni atau kesenian biasanya berfungsi sebagai sarana upacara yang diselenggarakan sebelum atau sesudah panen. Di Wukirsari Imogiri Bantul upacara adat sebagai rasa syukur atas hasil panen dalam setahun dan sekaligus sebagai do'a agar panen di tahun depan lebih baik dinamakan majemukan. Upacara majemukan diisi dengan pagelaran kesenian slawatan maulud yang secara tidak langsung kesenian ini telah menggantikan kesenian Jawa sebelum Islam. Bentuk pembahasan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu menguraikan kejadian dengan berbagai dimensinya melalui pemberian jawaban terhadap pertanyaan apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana dan mencoba menjawab peristiwa sejarah sehingga kajiannya dikategorikan dengan kajian sejarah dan metode yang digunakan metode historis. Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa shalawatan maulud di Wukirsari adalah kesenian tradisionil Islami yang dibawa para santri dan disajikan dalam bentuk shalawatan, syair-syair Jawa serta diiringi musik tradisional. Kesenian ini tanpa gerak dan tari. Syair-syair yang ada dalam shalawat maulud berisikan tentang ajaran aqidah, akhlaq, ibadah dan sejarah Nabi Muhammad s.a.w yang sangat bermanfaat bagi anggota masyarakat pada umumnya. Fungsi shalawat Maulud sebagai sarana dakwah dan beribadah dan juga sebagai pelengkap upacara adat masyarakat yang merupakan tradisi Jawa pada waktu itu sebagai upacara keselamatan dan kesuburan. %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurrahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A ANTA WIBAWA - NIM. 94121486, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4487 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K remaja muslim, peradaban Islam, Organisasi Silaturrahim Remaja Masjid Godean %T SILATURRAHIM REMAJA MASJID: AKTIVITAS DAN PENGARUHNYA PADA MASYARAKAT GODEAN (1988-2000) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4487/ %X Remaja merupakan suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang muda usia, masa yang sedang dilalui cukup unik. Pada masa ini berbagai kemungkinan dapat tejadi yang akan mewarnai hidup mereka saat ini dan atau mempengaruhi pada usia selanjutnya, karena masa ini sangat sensitive terhadap perkembangan lingkungan. Karena potensi remaja yang cukup besar , tidak heran jika peran mereka sangat diidamkan masyarakat, apalagi remaja muslim atau generasi muda Islam. Mereka adalah harapan umat, agar Islam jaya dan kaum Muslimin menjadi umat terbaik. Remaja Muslim merupakan penentu nasib kaum Muslim dan system kehidupan Islam kelak, Tidak berlebihan jika di katakan kualitas remaja muslim merupakan salah satu potensi penggerak tegak dan eksisnya peradaban Islam. Dengan demikian untuk mempersiapkan generasi muda untuk masa depan dan mendidiknya bukan hal yang mudah dan remeh. Upaya yang bisa di lakukan adalah memberi bekal yang mantap dan kokoh dengan pengamalan ajaran Islam yang mendalam. Organisasi Silaturrahim Remaja masjid adalah satu organisasi yang bergerak di bidang dakwah yang di bentuk tahun 1988 yang berada di kecamatan Godean . Ide awal pembentukan organisasi ini adalah munculnya kesadaran di kalangan umat islam (generasi muda) dan didukung oleh rasa tanggungjawab untuk menyebarkan ajaran Islam di kalangan Masyarakat sekitar kecamatan Godean khususnya, juga sebagai upaya mengantisipasi adanya pendangkalan agama di masyarakat kecamatan Godean , khususnya pada remaja atau generasi mudanya. Penulisan skripsi ini dalam mengumpulan data menggunakan metode historis yaitu bentuk penulisan dengan cara pengumpulkan data, kemudian mengujinya dan menganalisa secara kritis rekaman-rekaman dan peninggalan masa lampau. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Organisasi Silaturrahim Remaja Masjid Godean yang didirikan tanggal 26 Februari 1988, adalah satu-satunya organisasi social keagamaan dengan aktivitas utama dalam bidang dakwah Islam atau pembinan keagamaan. Organisasi ini didirikan sebagai wadah bagi remaja masjid ataupun remaja Islam di wilayah Godean dalam usaha untuk mengatasi pendangkalan agama masyarakat, khususnya pada generasi muda. Keberadaan organisasi ini dengan aktivitasnya ternyata memberikan pengaruh yang cukup besar pada masyarakat di wilayah kecamatan Godean. %Z Pembimbing: Drs. Lathiful Khuluq, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A SRI JAUHARIN NURIYAH - NIM. 94121471, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4612 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, sejarah Islamisasi %T TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI DESA REMBES (1973-2000) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4612/ %X Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah merupakan tarekat terbesar dalam jumlah pengikut dan lebih luas dibandingkan dengan tarekat lain. Penyebaran tarekat ini telah memainkan peranannya yang penting dalam sejarah Islamisasi, bahkan hingga kini sangat berpengaruh terhadap keberagaman muslimin di Indonesia. Tarekat tersebut merupakan penggabungan dari dua ajaran tarekat yang lebih lama berkembang di Nusantara yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Rembes, Semarang didirikan pada tahun 1973 oleh kyai Fathoni, yang sebelumnya merupakan kelompok pengajian desa. Pengajian di adakan di masjid setiap jum'at, seiring dengan berjalannya waktu pengikut pengajian ini semakin banyak sehingga kapasitasa tempat tidak muat lagi, maka pada tahun 1978 melalui musyawarah di bentuklah organisasi dengan nama Jam'iyyah Zikriyyah atau Jam'iyyah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah ini bertujuan untuk mengetahui sifat mahmudah yang harus dijalankan dan diamalkan, dan juga tarekat ini mengajarkan tatacara membersihkan jiwa, hati dan ruh, sehingga akan menimbulkan sifat mawas diri, cinta, mengetahui hakekat, dan mengetahui dengan batin kepada Allah SWT. Kajian ini menggunakan selain metode observasi dimana dalam mengumpulan data dengan pengamatan secara langsung tanpa alat baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan yang khusus diadakan, dan juga menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan informasi dengan bertanya kepada responden secara langsung, seperti tokoh-tokoh masyarakat, dan para pengurus tarekat. Setelah mengadakan kajian maka dapat di ambil kesimpulan bahwa Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di desa Rembes ini mempunyai 2 kelompok pengikut, yang pertama adalah dari kalangan Intelektual (pejabat dan mahasiswa), yang kedua dari kalangan tradisional (patani dan pedagang) dan tarekat ini mengajarkan tata cara dzikir Syekh Abdul Qadir Jaelani. Orientasi politik yang diinginkan oleh pengikut tarekat ini adalah berpolitik dengan kejujuran, murni dan moral agama, konstitusional, adil sesuai dengan norma-norma yang disepakati serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah. %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR ASIYAH - NIM. 96121877, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4493 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Islamisasi Sunan Bonang, Haul, Ukhuwah Islamiyah, dakwah, adat istiadat %T TRADISI HAUL SUNAN BONANG DI DESA BONANG KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG 1980-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4493/ %X Setiap bangsa atau suku bangsa mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Demikian juga suku Jawa yang mempunyai kebudayaan yang khas. Kepercayaan masyarakat Jawa tentang roh dan kekuatan gaib, telah dimulai sejak zaman pra-sejarah. Pada waktu itu nenek moyang orang Jawa telah beranggapan bahwa semua benda di selilingnya itu bernyawa, dan semua yang bergerak dianggap hidup serta mempunyai kekuatan gaib, ada yang berwatak baik maupun buruk. Perkataan haul berasal dari bahasa Arab yang artinya satu tahun atau genap satu tahun. Istilah haul biasanya diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan upacara yang bersifat peringatan yang diselenggarakan pada tiap-tiap tahun (satu tahun sekali), atas wafatnya seseorang yang sudah dikenal sebagai pemuka agama, wali, ulama dan pejuang Islam. Sunan Bonang di makamkan didesa Bonang Lasem, untuk mengenang, meneladani dan menghormati ajaran serta perilakunya maka setiap tahun diadakan peringatan haul, tepatnya setiap rabu paing bulan Dzulqo'dah. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis, yaitu suatu bentuk penelitian untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif., dengan caa mengumpulkan , mengevaluasi memverifikasi serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Dari penelitian ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: 1) Desa Bonang merupakan daerah mayoritas penduduknya beragama Islam dan kaya akan sumber daya alam, seperti: laut, pertanian, dll. 2). Islamisasi Sunan Bonang di Jawa khususnya Lasem, Tuban dan sekitarnya mengalami kesuksesan dan pelaksanaan Haul Sunan Bonang merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mempererat Ukhuwah Islamiyah, sarana dakwah dan untuk meneladani jasa dan perjuangan Sunan Bonang. 3). Implikasi dari acara haul Sunan Bonang sangat bermanfaat terhadap kehidupan masyarakat terutama terciptanya kerukunan dan kebersamaan anat warga masyarakata Bonang. %Z Pembimbing: Drs. Moh. Mustofa %0 Thesis %9 Skripsi %A YULI ASTUTI - NIM. 96121855, %B Fakultas Adab %D 2010 %F digilib:4625 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Labuhan, sesaji, Gunung Merapi, upacara, Kraton Yogyakarta %T TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4625/ %X Kepercayaan masyarakat Jawa tentang roh dan kekuatan ghaib telah ada sejak dahulu sejak zaman pra sejarah. Nenek moyang mereka percaya bahwa semua benda yang ada di sekelilingnya itu bernyawa dan semua yang bergerak itu hidup serta mempunyai kekuatan ghaib dan mempunyai watak baik dan buruk dan mereka juga beranggapan bahwa semua roh yang ada terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia, maka dari itu untuk menghindari roh jahat mereka menyembahnya dengan jalan mengadakan upacara dengan sesaji. Labuhan artinya sama dengan larung atau membuang sesuatu di dalam air (sungai atau laut) atau memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat. Labuhan di Gunung Merapi adalah salah satu upacara yang diselenggarakan secara rutin oleh Kraton Yogyakarta dan diadakan sekali dalam setahun. Upacara ini di selenggarakan setiap sehari sesudah upacara tingalan Dalem (ulang tahun kelahiran raja). Upacara Labuhan ini tetap dilakukan sampai saat ini dengan maksud memohon keselamatan dari segala makhluk halus yang ada di Pulau Jawa untuk keselamatan pribadi Sri Sultan, Karaton Yogyakarta dan rakyat Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh, yang menjadi nara sumbernya adalah pelaku upacara dan tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan upacara sehingga data yang didapat berupa sejarah lisan. Metode Dokumentasi di perlukan di sini untuk pengumpulan sumber tertulis dan merupakan sumber primer dan sekunder dan juga menggunakan metode Observasi Langsung yaitu pengamatan langsung yang dilakukan untuk memperoleh fakta nyata tentang upacara labuhan di Gunung Merapi dengan cara mengamati dan juga melakukan pencatatan. Dari kajian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi upacara labuhan sudah lama dilakukan sejak Panembahan Senopati naik tahta sebagai Raja Mataram dan untuk labuhan di Gunung Merapi pada hakekatnya untuk tujuan balas jasa dan persembahan kepada roh leluhur dan juga untuk keselamatan raja, kraton dan rakyat Yogyakarta. %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD NI'AM SHIDQI, NIM. 09120061 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9492 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 146 %T AHMAD NI'AM SHIDQI - NIM 09120061 GERAKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER FATAYAT NU CABANG JEPARA JAWA TENGAH (2000-2007) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9492/ %X Peenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah gerakan perempuan yang diperankan oleh organisasi perempuan muda Nahdhatul Ulama’, yang disebut Fatayat NU, adapun lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Fokus kajian ini adalah Gerakan Fatayat NU Cabang Jepara dalam upayanya menyetarakan gender bagi perempuan yang ada di Jepara. Tahun penelitian ini dimulai tahun 2000 hingga 2007. Pada tahun tersebut Fatayat NU Cabang Jepara sedang mengupayakan pemberdayaan perempuan untuk lebih berperan aktif di berbagai sektor kehidupan. Masa tersebut menjadi fokus penelitian ini dikarenakan pada masa sebelumnya Fatayat NU Cabang Jepara fokus dalam membangun pondasi organisasi yang kuat, sedangkan masa setelah 2007 Fatayat NU Cabang Jepara giat dalam meningkatkan ekonomi perempuannya. Tahun 2000-2007 merupakan dua periode kepengurusan dalam Fatayat NU Cabang Jepara yang diketuai oleh Dra. Lathifah. Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori peranan sosial oleh Peter Burke. Menurut teori ini peranan sosiallah yang mempunyai pengaruh besar terhadap adanya perubahan, hal ini yang dilakukakan oleh Fatayat NU Cabang Jepara. Metode penelitian ini menggunakan metode sejarah. Adapun pengumpulan data memadukan antara field research dan library research. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan feminisme Hasil penelitian ini adalah deskripsi mengenai upaya dan peran Fatayat NU dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas anggotanya melalui pelatihan-pelatihan dalam organisasi dan meningkatkan partisipasi dalam masyarakat sebagai wujud nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. %0 Thesis %9 Skripsi %A ANITA DESI FITRIANA, NIM. 09140007 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9495 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K peranan perpustakaan, Baitul Hikmah, Abbasiyah dan ilmu pengetahuan. %P 113 %T PERANAN PERPUSTAKAAN BAGI MASYARAKAT (KAJIAN PUSTAKA MENGENAI BAITUL HIKMAH PADA MASA ABBASIYAH) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9495/ %X Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana gambaran mengenai peranan perpustakaan bagi masyarakat melalui studi mengenai peranan Baitul Hikmah bagi masyarakat ilmuwan Abbasiyah. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui siapa saja ilmuwan Abbasiyah yang memiliki kedekatan dengan Baitul Hikmah dan apa saja kontribusi ilmuwan tersebut dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui telaah pustaka dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa peranan Baitul Hikmah terhadap masyarakat ilmuwan Abbasiyah diantaranya sebagai pusat pendidikan; penyimpanan dan pelayanan publik; sumber informasi; pusat penerjemahan dan penyalinan buku; pusat penelitian; sarana komunikasi; agen pembangunan dalam peradaban; serta barometer kemajuan masyarakat. Sedangkan ilmuwan Abbasiyah yang memiliki kedekatan dengan Baitul Hikmah dan kontribusi mereka bagi bidang ilmu pengetahuan adalah Al-Khawarizmi (kepala/pimpinan dan matematika); Ibnu Masawayh (kepala penerjemahan dan kedokteran); Hunain ibn Ishaq (kepala penerjemahan dan kedokteran); Ibnu Muqaffah (penerjemah dan sastra); Tsabit Ibn Qurrah (penerjemah dan fisika); dan Al-Kindi (penerjemah, pustakawan dan filsafat). Kata kunci: peranan perpustakaan, Baitul Hikmah, Abbasiyah dan ilmu pengetahuan. %0 Thesis %9 Skripsi %A DESI HAPSARI ARISANDI, NIM. 09120073 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9509 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 103 %T TRADISI ADZAN TUMBAL DI DUSUN GIRILOYO DESA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9509/ %X Setiap bangsa mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Demikian pula suku Jawa yang memiliki kebudayaan yang khas, terutama dalam bidang religi yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Dalam perkembangannya, kebudayaan masyarakat Jawa mengalami akulturasi dengan budaya yang ada. Oleh karena itu, corak dan bentukknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang bermacam-macam, seperti tradisi suroan yang ada di Dusun Giriloyo yaitu tradisi Adzan Tumbal. Tradisi ini dilaksanakan oleh seluruh warga masyarakat Giriloyo pada malam pertama sampai dengan malam ketiga pada bulan Suro, waktu pelaksanaan tradisi ini dilaksanakan sehabis sholat magrib dan sebelum sholat isya‟. Tempat pelaksanaan tradisi ini dilaksanakan di halaman masjid, musholla dan lapangan. Tujuan dilaksanakan tradisi ini adalah untuk memohon keselamatan kepada Allah SWT dan dijauhkan dari mala bahaya dan bencana yang muncul, maka untuk menolak bencana yang dimungkinkan maka seluruh warga masyarakat melaksanakan tradisi Adzan Tumbal. Pelaksanaan tradisi Adzan Tumbal ini dilaksanakan pada bulan Suro, karena masyarakat mempercayai bahwa bulan Suro merupakan bulan yang dianggap mempunyai watak celaka dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya. Agar terhindar dari bahaya dan bencana tersebut, maka perlu diadakan do‟a untuk meminta keselamatan dengan Adzan secara bersama-sama dan membacakan do‟a penolak bala dan di akhiri dengan acara sedekahan dan selamatan. Keunikan tradisi Adzan Tumbal di Dusun Giriloyo adalah, masyarakat meyakini bahwa Adzan dan pembacaan do‟a penolak bala mempunyai kekuatan sehingga mampu melindungi Desa dan seluruh warga masyarakat agar terhindar dari mala bahaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang tradisi Adzan Tumbal, mengetahui makna dan fungsi tradisi Adzan Tumbal bagi masyarakat Dusun Giriloyo. Sebagai suatu kajian budaya maka teori antropologi yang dipakai dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teori fungsionalisme tentang kebudayaan yang dikemukakan oleh Bronislow Malinowski. Menurut Malinowski semua unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat mempunyai fungsi. Fungsi yang dimaksud adalah fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia dan pranatapranata sosial. Peneliti menggunakan teori tersebut untuk mengetahui makna dan fungsi tradisi Adzan Tumbal bagi masyarakat Dusun Giriloyo %0 Thesis %9 Skripsi %A ISTIQOMAH, NIM. 09120075 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9527 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 97 %T LOMBAN SEBAGAI ASET SENI BUDAYA LEBARAN DI DESA KEBOROMO KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9527/ %X Lomban merupakan salah satu bentuk tradisi khas pantura yang berbeda dengan daerah lain seperti Cilacap, Yogyakarta, dan sebagainya baik dari segi istilah, tata cara, atau prosesi yang berbeda dari segi pelaksanaan dan kelengkapannya. Budaya Lomban diadakan di Sungai Tayu. Sungai Tayu adalah dari hulu ke hilir muara sungai tayu menuju laut Jawa. Berawal dari sungai inilah masyarakat Desa Keboromo mencari ikan di laut dan awal mulanya budaya Lomban berkembang dan dijalankan hingga sekarang. Kegiatan ini biasanya diawali pada kempat setelah lebaran. Para nelayan menyiapkan alat dan perlengkapannya seperti menghias perahu dan mengecek kondisi perahu yang akan digunakan untuk menyambut budaya lomban. Tepat sepekan lebaran perahu dibariskan rapi di pinggir sungai Tayu desa Keboromo, kecamatan Tayu, kabupaten Pati. Lomban berasal dari bahasa Jawa dari kata lumban;lumba atau lelumban yang berarti lelangen artinya kesenangan atau bersenang-senang bermain air. Pada zaman dahulu para nelayan merayakan pesta laut dengan mengadakan lomba dayung dari muara sungai menuju lautan. Budaya Lomban ini bisa dikatakan sebagai puncak perayaan Hari Raya Idul Fitri yang dilaksanakan tujuh hari setelah lebaran Hari Raya Idul Fitri dengan mengadakan pelarungan sesaji sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan usahanya di hari kemenangan yang telah di nanti. Hal itu juga merupakan tradisi nenek moyang leluhur yang diwariskan kepada generasi berikutnya dan telah mengakar di hati mereka, sehingga jika mereka tidak melaksanakannya ada perasaan takut serta kekhawatiran yang akan menimpa musibah bagi masyarakat. Sehubungan dengan keunikan dari budaya tersebut kami memunculkan beberapa pertanyaan yang berupa: 1. Bagaimana latar belakang munculnya budaya Lomban di masyarakat Desa Keboromo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati? 2. Mengapa masyarakat Desa Keboromo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati masih melakukan budaya tersebut? 3. Apa upaya dan kendala yang dihadapi pemerintah Kabupaten Pati ketika dilaksanakannya budaya Lomban? Dengan menjawab pokok-pokok permasalahan tersebut kami menggunakan metode kualitatif dan teori-teori yang berkaitan dengan judul tersebut. Pemerintah Kabupaten Pati juga mempunyai upaya yang dilakukan untuk mempertahankan, melestarikan serta mengembangkan budaya Lomban dengan mengemas budaya Lomban sebagai agenda tahunan untuk menambah aset daerah dan menyebarkan informasi mengenai budaya Lomban agar diterima oleh masyarakat luas. Adapun kendala yang dihadapi oleh berbagai elemen masyarakat, pemerintah, dan instansi yang terkait dalam menyikapi budaya Lomban dihadapkan pada kendala teknis dan non teknis. %0 Thesis %9 Skripsi %A MOH. HAMLI, NIM. 08120020 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9529 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 106 %T KONFLIK ISRAEL-PALESTINA KAJIAN HISTORIS ATAS KASUS PEREBUTAN TANAH ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA (1920 - 1993) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9529/ %X Israel-Palestina merupakan dua negara yang sampai saat ini terlibat konflik peperangan yang belum berakhir. Negara Israel berdiri pada 1948 setelah PBB menyetujui pendiriannya di tanah Palestina yang awalnya di bawah mandat Inggris. Sehari setelah pendirian Negara Israel negara-negara Arab yang terdiri dari Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, dan Irak langsung menyerang Israel. Sejak saat itu peperangan demi peperangan terus terjadi. Palestina yang mayoritas penganut agama Islam, mendapat dukungan dari negara-negara Arab dan Muslim lainnya, sementara Israel didukung negara-negara Barat. Banyak dinamika yang terjadi dalam konflik yang telah berlangsung selama lebih dari enam dekade ini. Penelitian ini fokus pada kajian mengenai konflik yang disebabkan klaim Tanah Suci antara Israel-Palestina. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor lain selain klaim teologis dalam sebuah konflik yang terjadi dalam rentan waktu yang cukup lama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu sosiologi. Sementara teori yang digunakan adalah teori konflik sosial oleh Oberschall. Dia berpendapat bahwa konflik sosial meliputi spektrum yang lebar dengan melibatkan berbagai hal seperti konflik antar kelas (social class conflict) seperti bangsa Yahudi yang menganggap lebih tinggi kedudukannya dibanding bangsa Arab, konflik ras (ethnics and racial conflicts) bangsa Yahudi dan Arab, konflik antar pemeluk agama (religions conflict) Islam dan Yahudi, konflik antar komunitas (communal conflict) Zionis dan Hamas, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini sumber yang digunakan adalah sumber tertulis, baik buku, jurnal, majalah, skripsi, tesis, maupun artikel dari internet. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dalam konflik perebutan tanah antara Israel dengan Palestina permasalahannya tidak hanya memperebutkan tanah untuk ditempati sebagai sebuah negara, namun banyak faktor lain yang membuat konflik ini belum juga menemukan titik akhir. Salah satu faktor yang mendasari terjadinya konflik adalah faktor teologis, yaitu agama Yahudi dan agama Islam sama-sama menganggap wilayah yang diperebutkan sebagai Tanah Suci bagi masing-masing agama. Faktor lainnya adalah politik. Negara Barat yang menjadi pendukung Israel mempunyai banyak alasan dibalik dukungannya. Israel yang berada di Timur Tengah dijadikan sebagai alat konstelasi bagi negara Barat khususnya AS. Ekonomi menjadi faktor penting juga dalam konflik ini, karena negara-negara Timur Tengah sangat kaya akan sumber energi, khususnya minyak dan gas. %0 Thesis %9 Skripsi %A MOH. KHOLIL, NIM. 09123018 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9530 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 93 %T KYAI ABDUL KARIM 1822-1896 M DESA TEBUWUNG KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK (TELAAH BIOGRAFI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9530/ %X Peran ulama dalam penyebaran agama Islam di Indonesia mempunyai andil yang cukup besar. Merekalah yang dengan gigih dan penuh semangat menyerukan dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam di Indonesia. Pada masa sekarang, peranan ulama terhadap perkembangan Islam masih terus berlanjut. Mereka berusaha mengubah keadaan di daerahnya agar lebih maju, tidak ketinggalan dengan daerah lainnya. Mereka bersama-sama dengan masyarakat sekitar bahu-membahu memeperbaiki keadaan sosial masyarakat. Banyak tokoh ulama di Indonesia yang memberikan peran terhadap penyebaran Islam, salah satunya adalah Kyai Abdul Karim yang lahir pada tahun 1238 H, bertepatan dengan tahun 1822 M di desa Drajat. Ia merupakan keturunan ke sebelas dari Sunan Drajat atau Raden Qosim, yaitu Abdul Karim bin Abdul Qohar bin Darus bin Kinan bin Ali Mas’udi bin Ahmad Rifa’I bin Bisri bin Dahlan bin Mohammad Ali bin Hamid bin Sunan Drajad atau Raden Qosim. Terlihat dari garis keturunannya ia adalah keturunan seorang agamawan oleh karena itu karakternya tidak jauh beda dengan kakek-kakeknya, seperti : berdakwah dan senantiasa menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Kyai Abdul Karim mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di wilayah Gresik Utara. Ia Mengubah tatanan moral masyarakat yang awalnya sangat tidak bermoral seperti : mabuk minuman keras, banyaknya tempat-tempat perjudian, dan tempat lokalisasi menjadi lebih baik. Dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab, bab pertama: latar belakang masalah, bab kedua: kondisi geografis, dan sosial budaya keagamaan masyarakat setempat, bab ketiga: biografi tokoh, bab keempat: peranan dan kontibusi tokoh terhadap perkembangan Islam, bab kelima: penutup berisi kesimpulan dan saran. Metode yang digunakan dalam penelitihan ini adalah metode penelitihan wawancara didukung dengan dokumentasi yang mengacu pada sumber-sumber sekunder, seperti artikel dan buku-buku yang kemudian dilakukan ferifikasi dan interpretesi. Setelah melalui tahap tersebut maka skripsi ditulis sesuai kaidah penulisan sistematika pembahasan serta metode ilmiah yang berlaku, yang hasilnya di sebut historiografi. Teori yang digunakan dalam penelitihan ini adalah peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Menurut teori ini, peranan sosial adalah salah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisis tertentu dalam struktur sosial. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan biografis, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang lingkungan sosial cultural di mana tokoh tersebut dibesarkan. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilakan penjelasan secara detail mengenai tokoh Kyai Abul Karim meliputi, perjalanan hidup dari masa kecilnya, masa menuntut ilmu, menikah sampai peranannya dalam beberapa bidang di daerahnya. Diharapkan dengan penelitian ini, pembaca (mahasiswa dan masyarakat khususnya masyarakat Gresik) dapat mengetahui ketokohan dari Kyai Abdul Karim, Ulama yang tanpa lelah terus berusaha memperbaiki keadaan sosial masyaraka daerahnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pengetahuan sejarah tokoh-tokoh Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih terhadap penulisan biografi tokoh yang mempunyai peranan besar terhadap daerahnya. Hasil dari penelitian ini bisa menambah pustaka pemerintah daerah di mana tokoh tersebut tinggal, kalangan masyarakat dan khususnya mereka yang mempelajari sejarah. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUH. SUDARMAN, NIM. 09120014 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9531 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 135 %T PENERAPAN KONSEP WILAYATUL-FAQIH DALAM SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK ISLAM IRAN TAHUN 1979-1989 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9531/ %X Iran merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah dan warisan peradaban yang panjang dan kompleks. Negara Iran memiliki doktrin ideologi Syi’ah yang masih berkembang sampai sekarang dan sangat penting bagi masyarakat di Iran. Doktrin Syi’ah selanjutnya berkembang seiring dengan dinamika yang dialami oleh penduduknya. Agama menjadi fondasi bagi terbentuknya komunitas atau kesatuan hidup yang diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama. Dalam Islam, perintah Allah dimanifestasikan dalam bentuk hukum, yakni syari’ah. Karena syari’ah memiliki sifat yang serba mencakup, maka di dalam realitasnya tidak ada aspek kehidupan sosial yang secara mutlak terpisah dari prinsip-prinsip religius. Sementara itu, dalam sistem hukum yang berlaku di dunia Islam, ditemukan variasi yang sangat berbeda antara pemerintahan yang satu dengan yang lain. Salah satu dari keunikan varian sistem pemerintahan yang muncul adalah pemerintahan Republik Islam Iran dengan konsep wilayatul- faqih-nya (pemerintahan para ulama). Menurut doktrin Syi’ah, konsep ini mengilustrasikan bahwa perlu adanya pemerintahan Islam dizaman ghaibnya Imam Mahdi. Wilayah dan kepemimpinan umat beralih ke faqih yang adil, sholeh dan kompeten. Sistem pemerintahan dengan konsep wilayatul-faqih merupakan sistem pemerintahan tertinggi di Iran yang berada di bawah faqih (para ulama). Konsep ini merupakan konsep yang ditawarkan oleh Imam Khomeini yang kemudian diaplikasikan dalam sistem pemerintahan Republik Islam Iran. Penelitian ini mengkaji sistem pemerintahan Republik Islam Iran yang menerapkan konsep wilayatul-faqih. Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana bentuk sistem pemerintahan Republik Islam Iran dan bagaimana aplikasi wilayatul-faqih dalam sistem pemerintahan Republik Islam Iran? Kajian ini dielaborasi dengan metode deskriptif analitis yaitu metode yang bertujuan untuk memperoleh ilustrasi yang jelas berkaitan dengan sistem pemerintahan Iran dengan pendekatan politik keagamaan. %0 Thesis %9 Skripsi %A NENENG LESTARI, NIM. 09120078 %B FAKULTAS ADAB %D 2013 %F digilib:9532 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 132 %T TRADISI UPACARA MEMAYU DAN IDER-IDERAN TRUSMI KABUPATEN CIREBON JAWA BARAT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9532/ %X Memayu dan ider-ideran Trusmi merupakan tradisi mapag udan (baca: menyambut hujan) yang dilakukan oleh warga Desa Trusmi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Dalam pelaksaan upacara memayu dan ider-ideran dimeriahkan juga dengan berbagai macam kegiatan, seperti pertunjukan wayang, tahlilan, dan pentas brai. Istilah memayu berasal dari bahasa kawi yang artinya mbagusi atau memperbaiki atau membuat bagus, yang mana dalam konteks upacara memayu dan ider-ideran ia mengandung dua pengertian. Pertama, memperbaiki atap-atap yang sudah lama dan menggantikannya dengan yang baru. Kedua, memperbaiki diri manusia dari sifat-sifat lama (jelek) dengan sifat-sifat yang baik dan terpuji. Penelitian ini membahas dua hal, yaitu latar belakang sejarah munculnya tradisi upacara memayu dan ider-ideran Trusmi, dan alasan mengapa tradisi tersebut masih bertahan dan lestari ditengah masyarakat yang telah modern saat ini. Untuk membahas kedua pokok masalah tersebut, penulis menggunakan teori fungsionalisme Bronislow Malinowski. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun pendekatan yang digunakan ialah metode kualitatif. Dari hasil penellitian ini ditemukan bahwa nama Trusmi terbentuk dari dua kata, yaitu terus dan semi yang memiliki arti tumbuh terus-menerus. Asal-usul nama ini berawal dari cerita Ki Gede Bambangan yang sedang duduk-duduk di depan pondoknya sehabis membersihkan pekarangannya dari rerumputan. Tiba-tiba terdengar salam yang tidak tahu persis dari mana datangnya suara itu. Lalu secara menakjubkan tiba-tiba semua rumput dan tanaman liar yang tadinya sudah dibabat itu tumbuh kembali sehingga pemangkasan menjadi sia-sia. Ketika ia melihat sekeliling dengan perasaan kesal bercampur heran, tiba-tiba dua orang laki-laki berjalan kearahnya seraya menyapa, “Assalamu’alaikum.” Suara sapan itu ternyata berasal dari pangeran Cakra Buana dan Sunan Gunung Jati. Akhirnya bermula dari persistiwa itu Ki Gede Bambangaan memeluk Islam dan daerah tersebut dinamakan Trusmi. Yaitu suatu daerah dimana rerumputannya terus-menerus tumbuh kembali. Khusus pada Masjid Trusmi, upacara memayu dilakukan untuk mengganti atap masjid yang terbuat dari welit sebagai gentengnya, dan kayu sebagai kusennya. Penggantian welit itu dilakukan sebagai persiapan menjelang pergantian musim dari kemarau ke musim hujan. Satu tahun sebagai angka periodik penggantian welit. Selanjutnya memayu juga dijadikan sebagai sarana sedekah bumi bagi masyarakat se-wilayah tiga untuk memulai musim tanam. Harapannya kelak dapat memberikan keberkahan dan panennya pun akan sukses. Terlepas dari keyakinan masyarakat tentang memayu, ritus ini merupakan ungkapan mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa tradisi memayu dan ider-ideran di desa Trusmi adalah rentetan upacara ritual sakral yang didalamnya juga memuat nilai-nilai kebudayaan yang sampai hari ini masih dilestarikan oleh masyarakat Cirebon, khususnya penduduk Desa Trusmi. %0 Thesis %9 Skripsi %A NOR AZIZAH, NIM. 98122201 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:9723 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K Sejarah Umat Islam, Umat Islam Chechnya %T PERJUANGAN KEMERDEKAAN CHECHNYA PASCA KERUNTUHAN UNI SOVIET %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9723/ %X Pada mulanya, kebesaran Islam yang bergema di wilayah Chechnya (Caucasus) dan Asia Tengah menjadikan wilayah ini sebagai pusat kebudayaan Islam yang gemilang, apalagi sewaktu daerah ini menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Turki Usmani Islam yang mengalami kejayaan melalui gerakan Tarekat Naqsyabandiyah dan Qadiriyah. Setelah Turki Usmani mengalami kemunduran, wilayah-wilayah Islam bekas Kerajaan Turki Usmani menjadi jajahan Rusia. Sejak saat itu, umat Islam di Chechnya terus terus berjuang untuk meraih kemerdekaannya. Skripsi ini mengkaji tentang proses perjuangan umat Islam Chechnya dalam memperoleh kemerdekaannya, bagaimana umat Islam Chechnya dapat mempertahankan semangat perjuangannya selama bertahun-tahun dalam tekanan kaum komunis, serta bagaimana prospek perjuangan kemerdekaan Chechnya. Kajian dalam skripsi ini menggunakan metode historis dengan melakukan penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti valid dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber tersebut. Kajian yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa: pertama, semangat perjuangan yang masih hidup dalam tubuh umat Islam Chechnya tidak terlepas dari faktor keteguhan dan ketaatan mereka terhadap Islam dan lingkungan pegunungan tempat mereka bermukim yang membentuk watak politik dan sikap mereka. Kedua, bahwa upaya mempertahankan kemerdekaan dilakukan melalui jalur diplomasi dan perjuangan militer. Ketiga, bahwa persoalan perbedaan keyakinan menjadi pemicu permasalahan yang dihadapi umat Islam Chechnya melawan Rusia. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI MAESAROH, NIM. 95121657 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:9726 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K Kerajaan Usmani, Usmani Muda, Sejarah Turki Usmani, Midhat Pasha. %T PERANAN MIDHAT PASHA DALAM PEMBENTUKAN KONSTITUSI 1876 DI TURKI USMANI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9726/ %X Midhat Pasha merupakan tokoh Usmani Muda Turki yang ikut serta menggulirkan ide-ide menuntut reformasi yang konstitusional dan kemudian menjadi gerakan-gerakan konstitusi di Kerajaan Usmani. MIdhat Pasha merupakan tokoh yang sangat penting dalam sejarah reformasi Kerajaan Usmani dan berperan besar merintis konstitusionalisme di Kerajaan Usmani. Dia berbeda dengan tokoh-tokoh Usmani Muda lainnya karena dia tidak berjuang di luar lingkungan birokrasi, namun justru berjuang di dalam dan memalui birokrasi. Skripsi ini mangkaji tentang peranan Midhat Pasha dalam pembentukan konstitusi 1876, dan juga membahas situasi sosial politik yang melatar belakangi perjuangan Midhat Pasha. Penelitian ini menggunakan metode historis dengan menggunakan tahapantahapan heuristik atau pengumpulan data, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi atau analisis sejarah dan historiografi atau penyajian hasil sintesa. Penelitian literature ini kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa konstitusi 1876 di Kerajaan Usmani merupakan buah hasil perjuangan Midhat Pasha sehingga dia dijuluki Bapak Konstitusi. Akan tetapi, walaupun dia bersama teman-temannya berhasil mewujudkan adanya konstitusi tetapi mereka gagal membatasi kekuasaan Sultan. Bahkan sebaliknya, setelah lahirnya konstitusi, kekuasaan absolute Sultan menjadi memiliki landasan konstitusional. %0 Thesis %9 Skripsi %A SRI WAHYUNI, NIM. 98122178 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:9727 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K Sejarah Islam, Dinasti Fatimiyah, Mahdlar Baghdad. %T KONFLIK POLITIK DINASTI ABBASIYAH-DINASTI FATIMIYAH (ANALISIS HISTORIS TERHADAP LAHIRNYA MAHDLAR BAGHDAD) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9727/ %X Ketika Dinasti Fatimiyah di Mesir dipimpin oleh al-Hakim bin Amrillah, politik luar negerinya semakin agresif dan bermaksud meluaskan daerahnya ke wilayah yang dikuasai oleh Dinasti Abbasiyah. Propaganda Syi’ah ini semakin menjadi-jadi, sehingga Khalifah Abbasiyah al-Qadir bersama Amir Baha al-Daulah menggagas sebuah pertemuan dengan tujuan untuk mematahkan propaganda kaum Syi’ah. Dari pertemuan inilah maka lahir Mahdlar Baghdad. Mahdlar Baghdad merupakan rekayasa politik Khalifah al Qadir (seorang Sunni) yang ingin mengembalikan kekuasaannya melalui isu ini. Ia menyadari bahwa Khalifah Abbasiyah tidak lagi menjadi lembaga politik tetapi hanya berfungsi sebagai lembaga keagamaan. Sebagai keturunan Abbasiyah, ia merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk mengembalikan peran politik kepada keluarganya. Mahdar Baghdad inilah yang di kemudian hari menjadi isu yang menarik para sejarawan mengingat di dalamnya ada misteri yang perlu diteliti lebih mendalam, terutama tentang pernyataan yang meragukan keabsahan genealogi pendiri Dinasti Fatimiyah, yaitu Ubaidillah al-Mahdi. Skripsi ini mengkaji masalah konflik politik yang terjadi pada Dinasti Abbasiyah, Bani Buwaih, dan Dinasti Fatimiyah yang menjadi latar belakang lahirnya Mahdlar Baghdad., dengan fokus pembahasan tentang bagaimana proses lahirnya Mahdlar Baghdad, apa maksud yang terkandung di dalamnya dan bagaimana hubungan Mahdlar Baghdad dengan Dinasti Fatimiyah. Dengan menggunakan metode historis yang meliputi empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, kajian ini menghasilkan kesimpulan bahwa peristiwa Mahdlar Baghdad yang digelar pada bulan Rabi’ul Tsani 402 H., menimbulkan dampak yang luar biasa bagi masyarakar Islam, baik Sunni maupun Syi’ah. Dengan Mahdlar Baghdad ini, Dinasti Abbasyiyah dapat mematahkan propaganda Syi’ah yang akhirnya tidak jadi meluaskan wilayahnya ke pusat pemerintahan Islam Dinasti Abbasyiyah. %0 Thesis %9 Skripsi %A THOBI’IN, NIM. 95121717 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:9728 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K Kesusasteraan Jawa, Paku Buwana IV, Serat Wulang Reh %T PEMIKIRAN POLITIK PAKU BUWANA IV DALAM “SERAT WULANG REH” %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9728/ %X Pulau Jawa dikenal memiliki berbagai karya sastra baik yang memuat tradisi lisan maupun tulisan. Terjadinya akulturasi budaya antara Islam dan lokal mendorong munculnya karya sastra yang merupakan sintesa dari kedua unsur tersebut. Dalam perkembangannya, kesusastraan tidak terlepas dari peranan Pujangga Keraton atau pejabat kalangan istana yang menggeluti dan bertugas mengembangkan kesusastraan. Paku Buwana IV, merupakan seorang pujangga Keraton Kasunanan Surakarta yang menggeluti bidang sastra. Salah satu karya sastranya adalah “Serat Wulang Reh”. Penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah pemikiran politik Paku Buwana IV yang terkandung dalam “Serat Wulang Reh”, dengan fokus kajian tentang apa kandungan dari “Serat Wulang Reh”, bagaimana situasi dan kondisi saat penulisannya dan bagaimana konsep politik Paku Buwana IV tersebut. Penelitian ini merupakan studi literatur sebagai upaya penggalian artefak sejarah. Pencarian data menggunakan teknik triangulasi dengan menggunakan dokumen, buku-buku, jurnal, surat kabar, dan sumber tertulis lainnya sebagai sumber datanya.. Kajian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa kandungan “Serat Wulang Reh” berasal dari ajaran agama Islam yang meliputi tasawuf, akhlak, sosial dan politik dengan ajaran moral antara lain ririh, rereh, ati-ati, deduga, prayoga, watara dan reringan, menjauhi sikap adigang adigung adiguna serta konsep manunggaling kawula-Gusti. Penulisan ‘Serat Wulang Reh” mempunyai latar belakang politis, yaitu sebagai upaya pendidikan moral untuk keluarga raja, abdi dalem atau pejabat keraton dan masyarakat umum. %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR ABDUR RAZAQ, NIM. 09120030 %B UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %D 2014 %F digilib:9867 %I Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga %K islam kejawen, kepala desa, politik perdukunan %T PRAKTEK ISLAM KEJAWEN DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA POGUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9867/ %X Sebelum datangnya agama-agama asing (agama Islam, Hindu, Budha dan Kristen), di Nusantara khususnya di Pulau Jawa, masyarakat Jawa telah memiliki dan mempunyai pemahaman tentang ketuhanan, serta mempunyai kepercayaan bahwa ada kekuatan besar diluar kekuatan manusia, yang dapat mempengaruhi setiap pola pikir dan tindakan manusia, seperti adanya kekuatan roh dan dewa. Masyarakat Jawa percaya bahwa kekuatan roh nenek moyang dan kekuatan dewa dapat melindungi dan mengayomi mereka, sehingga masyarakat Jawa dituntut untuk selalu menjaga hubungan baik dengan kekuatan-kekuatan tersebut dengan melakukan sesaji yang mereka berikan. Perpaduan antara ajaran Islam dengan mitologi Jawa inilah yang sering disebut Islam kejawen oleh para intelektual. Dikatakan Islam kejawen karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam pembacaan doa atau manteranya biasanya diawali dengan basmallah dilanjutkan dengan mantera utama yang berisi dengan permintaan-permintaan, yang menggunakan bahasa Jawa asli, biasanya krama inggil, dan dilanjutkan dengan kalimat hamdallah pada akhir doa atau mantera tersebut. Salah satu dari ritual Islam Kejawen dalam bidang politik yang masih dipraktekkan di masyarakat adalah proses pemilihan kepala desa. Pemilihan kepala desa sendiri lebih lazim dan umum disebut dengan pilkades saja, karena lebih tepat guna dan hemat kata-kata. Pilkades dapat diartikan sebagai ajang pesta demokrasi masyarakat pada suatu wilayah pedesaan, dengan pengambilan keputusan diambil dengan cara voting atau menentukan banyaknya suara yang didapat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian, dengan judul “Praktek Islam Kejawen dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Pogungrejo, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo”. Setelah melakukan pengamatan dan terlibat secara langsung maka peneliti mendapatkan pokok permasalahan yang akan peneliti teliti adalah : Bagaimana penerapan dan juga apa makna dari ritual Islam Kejawen pada saat pemilihan Kepala Desa Pogungrejo, Bayan, Purworejo?. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperjelas kesesuaian antara teori dan praktek. Dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi, serta sumber-sumber data lainnya yang mendukung penelitian. Dalam penelitian yang peneliti lakukan, peneliti menemukan apa yang menjadi jawaban dari pokok permasalahan, yaitu penerapan dan makna dari prosesi ritual Islam Kejawen masih dilakukan dan sangat berperan penting bagi masyarakat di Desa Pogungrejo. Dalam hasil dari penelitian ini di harapkan dapat berkontribusi dalam bidang keilmuan, sehingga dapat memperaya khasanah keilmuwan manusia, penelitian ini juga diharapkan mampu berkontribusi bagi masyarakat agar mampu memahami dari prosesi ritual Islam Kejawen. %0 Thesis %9 Skripsi %A AINUL FAHRI YUDHITA, NIM.: 08120003 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:10301 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 97 %T DAMPAK TRAGEDI WTC BAGI MASYARAKAT MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT PADA TAHUN 2001-2009 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10301/ %X Awal mula Islam masuk ke wilayah Amerika Serikat ditandai dengan masuknya orang-orang Islam Spanyol (orang-orang Moor) pada akhir abad ke-15 M. Selanjutnya pada abad ke-16 M wilayah Amerika dikuasai oleh orang-orang Barat dengan mempekerjakan budak-budak yang didatangkan dari Afrika. Pada akhir abad ke 19 M, masyarakat Muslim dari berbagai wilayah datang ke AS secara periodik. Masyarakat Muslim mengalami masa buruk setelah terjadinya peristiwa serangan 11 September 2001 yang menyebabkan runtuhnya Gedung World Trade Center sebagai pusat perekonomian dunia dan rusaknya Gedung Pentagon sebagai pusat pertahan dan keamanan AS. Serangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dituduh teroris mengakibatkan masyarakat Muslim mengalami tindak diskriminasi dari warga AS non-Muslim. Dampak positif yang didapatkan adalah Islam menjadi sorotan dan banyak warga ingin mempelajari tentang Islam. Penelitian ini fokus pada pengaruh yang ditimbulkan dari peristiwa WTC, dengan rumusan masalah sebagai berikut. Pertama, apa dampak yang ditimbulkan dari peristiwa WTC bagi Muslim di AS. Kedua, apa dampak positif atas peristiwa WTC bagi Muslim dan Islam di AS. Penelitian ini menggunakan teori Collective Behavior (Smelser) ; dalam konteks pendekatan historis, meneliti perilaku kolektif dilakukan dengan tiga alasan. Pertama, karena perilaku kolektif terjadi secara spontan dan berubah-ubah. Perilaku ini bisa berawal dari perilaku seseorang yang menjadi sentral kemudian berkembang menjadi kerumunan, kelompok massa menjadi terpengaruh dan akhirnya mencari sebuah pembenar perilaku bersama. Kedua, banyak perilaku kolektif membangkitkan reaksi emosional yang kuat. Ketiga, kejadian perilaku kolektif rata-rata tidak dapat diamati dengan eksperimen. Dengan menggunakan teori ini diharapkan dapat membantu dalam memaparkan konflik antara warga non-Muslim dengan warga Muslim di AS sebagai akibat dari pengaruh peristiwa 11 September. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial, mengingat penelitian ini adalah sejarah sejarah sosial, jadi akan lebih mudah mengungkapkan kondisi Muslim di AS pasca peristiwa 11 September. Hasilnya akan terlihat mengenai konflik yang terjadi antara warga non-Muslim dengan warga Muslim di AS. Terjadi perubahan kehidupan signifikan yang dialami warga AS. Perubahan-perubahan itu bisa dilihat dari berbagai bidang kehidupan (sosial, politik, ekonomi, budaya, agama, dan pendidikan). Metode yang dipakai metode sejarah yang terdiri dari heuristik (pengumulan data), kritik sumber (intern dan ekstern), interpretasi (analisa dan sintesa), dan historiografi (penulisan). viii Hasilnya adalah dampak peristiwa WTC mengakibatkan warga Muslim mengalami diskriminasi dari warga non-Muslim di AS. Kasus-kasus diskriminasi yang terjadi berupa tindakan pelecehan, aniaya, kekerasan, penculikan, dan pembunuhan. Perempuan Muslim berjilbab banyak mengalami tindakan pelecehan dengan dilucutinya jilbab yang mereka kenakan. Warga Muslim yang dicurigai aparat AS ditangkap. Beberapa Muslim dibunuh setelah para pelaku mengetahui identitas korban. Dampak positif yang ditimbulkan adalah Islam semakin dikenal dan banyak warga AS mempelajari Islam. Buku-buku tentang Islam termasuk al-Qur‟an banyak diminati dan warga non-Muslim AS banyak menjadi mualaf %Z Pembimbing: Drs. H. Jahdan Ibnu Humam Saleh, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A FARAH KHOIRUNNISA, NIM. 09123005 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:10312 %I UIN SUNAN KALIJAGA %P 99 %T HIJABERS COMMUNITY YOGYAKARTA (HCY) SEBAGAI REPRESENTASI BUDAYA POPULAR MUSLIMAH MODERN (STUDI ATAS KOMUNITAS DAN JILBAB HCY) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10312/ %X Hijabers Community Yogyakarta (HCY) adalah sebuah komunitas yang bergerak dalam ranah kebudayaan, keislaman, dan kemanusiaan. Visi-misi utama komunitas ini adalah syi‟ar Islam dan inspirator hijab stylish. Keinginan terbesar para founding-fathers HC maupun HCY adalah memperkenalkan kepada masyarakat muslim internasional bahwa Indonesia adalah perintis pertama dan penggagas awal budaya berjilbab yang khas. Nyatanya, kehadiran HCY mendapat respon positif dari publik. Bukan hanya di Yogyakarta, komunitas-komunitas lain yang bervisi-misi serupa juga bermunculan di berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Dampaknya, gelombang pemakaian jilbab yang modern dan stylish hampir menggeser sebagian besar kaum muslimah Indonesia yang masih mengenakan jilbab model lama. Gelombang besar ini membawa kesadaran baru bagi masyarakat bahwa cara berbusana, khususnya cara berjilbab, sudah berganti secara besar-besaran, dari yang sederhana dan simple menjadi lebih unik dan kompleks. Fokus permasalahan penelitian ini adalah peran HCY dalam ranah kebudayaan, respon anggota terhadap keberadaan HCY, dan respon pendukung budaya elite menghadapi munculnya HCY sebagai budaya popular. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang diharapkan mampu menggambarkanan komunitas dan jilbab HCY secara utuh. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis kultural. Teori yang digunakan adalah budaya pop milik John Storey dan teori berpakaian dari Ibn Khaldun. Hasil penelitian menunjukan budaya berjilbab telah menjadi ajang komersil yang mendatangkan keuntungan material. Di saat yang sama, kecenderungan komersialitas budaya berjilbab diwadahi oleh komunitas HCY. Komunitas ini memberikan kesempatan besar bagi para desainer untuk menunjukkan rancangan kreatif jilbab mereka. Di lain pihak, antusiasme masyarakat dalam menyambut kehadiran model-model jilbab yang unik dan khas menjadi faktor utama meluasnya pemakaian jilbab modern ini. Kajian budaya popular dalam ranah keagamaan masih terbatas. Penelitian ini menjadi salah satu usaha akademik dalam rangka memperkaya kajian budaya popular tersebut. Di samping itu, hasil penelitian ini memberikan landasan empiris yang mendukung teori budaya pop John Storey dan kompleksitas berpakaian Ibnu Khaldun. %Z Pembimbing: Drs. Badrun Alaena, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Elah Nurhasanah, NIM. 98122186 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2003 %F digilib:10754 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K tradisi, haulan, masyarakat, kekerabatan %P 58 %T KH Irfan Hielmy (Pemikiran Dan Pengaruhnya Terhadap Mobilitas Keagamaan Masyarakat Kabupaten Ciamis [1960-2002] %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10754/ %X K.H. Irfan Hielmy pengasuh Pondok Pesantren Darussalam adalah seorang tokoh ulama yang berjasa dan berpengaruh kuat bagi masyarakat Ciamis Jawa Barat. Seperti pqara tokoh ulama yang lain, pengaruh pendidikan agama cukup kuat membentuk kepribadiannya. Namun beliau tidak terlalu banyak menimba ilmu di Pondok Pesantren. Ia memperkaya khazanah pengetahuannya dengan belajar sendiri/autodidak, setiap hari sekitar lima puluh sampai seratus halaman buku dilewatkan, baik buku pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. Penelitian ini adalah penelitian masa lampau, maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode historis, yaitu metode yang bertumpu pada proses menguji, menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang meliputi heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pemikiran – pemikiran K.H. Irfan Hielmy yang diterapkan kepada para santri dan masyarakat di Kabupaten Ciamis mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan di masyarakat, meskipun masih ada daerah-daerah yang belum bisa menerima pemikiranpemikirannya. Hal ini didasari oleh masyarakat akan pentingnya persatuan dan kesatuan yang akan memperkokoh tali silaturrahmi. Untuk membersihkan diri dari hal-hal yang berbau syirik, umat Islam diwajibkan kembali berpegang teguh pada al-Qur’an dan al Hadits. Key word: tradisi, haulan, masyarakat, kekerabatan %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurahman, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MUH. TOHIR, NIM. 98122143 %B FAKULTAS ADAB %D 2003 %F digilib:11975 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TUAN GURU HAJI ZAENUDDINABDUL MAJID DAN PERANANNYA DALAM PEMBAHARUAN ISLAM DI LOMBOK TIMUR (1906-1998) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11975/ %X Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zaenuddin adalah seorang ulama sekaligus pembahari Islam yang mempunyai pengaruh besar di Lombok, dan hamper semua masyarakat Lombok menjadi pengikut ajarannya. Dia banyak melakukan pembaharuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, terutama mengubah masyarakat Lombok menjadi orang-orang Islam yang taat menjalankan perintah Allah dan membebaskan masyarakat dari praktek nenek moyang serta membebaskan masyarakat dari buta huruf. Beliau juga aktif di organisasi Nahdlah al Wathan. Sebagai pembaharu, isu pembaharuan yang diangkatnya adalah pemurnian Islam dari praktek-praktek kepercayaan local dan pengaruh budaya bangsa asing. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan social keagamaan, budaya, dan politik masyarakat Lombok sebelum pembaharuan yang diusung oleh TGH. Zaenuddin. Kedua, untuk mengetahui bagaimana latar belakang silsilah atau biografi TGH. Zaenuddin dan ketiga adalah untuk mengetahui bagaimanakah pembaharuan Islam dan pergerakan yang dilakukan oleh TGH. Zaenuddin dalam bidang agama, dakwah, pendidikan dan politik di Lombok. Penelitian ini menggunakan metode sejarah (historis) dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: pengumpulan data (heuristic), pengujian sumber (verifikasi), analisa data (interpretasi) dan penulisan sejarah (historiografi). Kesimpulan dari kajian ini adalah: 1. Kondisi social keagamaan di Lombok sangat dipengaruhi oleh budaya asing, seperti Belanda dan Jepang. Adapun kondisi social budaya di Lombok banyak dipengaruhi oleh budaya orang Arab dan budaya Bali. 2. Pembaharuan yang diusung oleh TGH Zaenuddin adalah di bidang pemikiran keagamaan, pendidikan, politik dan dakwah melalui organisasi Nahdlah al Wathan Dakwah Islamiyyah. Kata kunci: Islam di Lombok, TGH. Zaenuddin, pembaharuan Islam di Indonesia. %0 Thesis %9 Skripsi %A NANI MARLINI, NIM. 96121841 %B FAKULTAS ADAB %D 2003 %F digilib:11977 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata kunci: Sejarah Umat Islam Andalusia, Sejarah Islam di Andalusia, Penaklukan Andalusia. %T PERJUANGAN KAUM MUSLIMIN DALAM MENAKLUKKAN ANDALUSIA (710-715) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11977/ %X Andalusia adalah sebuah wilayah yang paling jauh letaknya di kawasan Eropa yang berhasil dikuasai oleh umat Islam pada tahun 710 M. menaklukkan Andalusia pada waktu itu membutuhkan perjuangan dan strategi yang luar biasa. Terdapat tiga pahlawan besar dalam proses penaklukan Andalusia, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nusair.meskipun hanya dengan waktu yang cukup singkat, kemenangan telah berpihak ke tangan tentara Islam. Kemenangan ini merupakan suatu lembaran baru yang gemilang bagi sejarah negeri Andalusia dan sejarah dunia Islam. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk: 1. Memberikan gambaran secara umum tentang kondisi Andalusia pada masa sebelum Islam datang. 2. Memberikan gambaran tentang proses perjuangan umat Islam. 3. Menjelaskan dampak dari perjuangan umat islam di Andalusia. Dengan menggunakan metode historis yang meliputi empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, kajian ini menghasilkan kesimpulan bahwa: 1. Kondisi kehidupan masyarakat Andalusia pada masa pemerintahan Roderik sedang di ambang kehancuran. Keadaan politik sangat buruk dikarenakan para pemimpin berlaku tidak adil dan membentuk pemerintahan yang korup. 2. Masyarakat Andalusia merasa tertindas karena tidak adanya toleransi terhadap agama lain dan penguasa lebih mementingkan kepentingan agama yang dianutnya saja. 3. Umat Islam mengadakan ekspansinya ke Andalusia melalui tiga tahapan. Tahap I dipimpin oleh Tharif Ibn Malik, tahap II dipimpin oleh Thariq Ibn Ziyad dan tahap III dipimpin oleh Musa Ibn Nusair. 4. Kemenangan umat Islam atas bangsa Gothic memberi dampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat Andalusia, yaitu aspek politik, kehidupan social, keagamaan dan perekonomian. Kedatangan umat Islam telah mengubah wajah suram bangsa Andalusia dari keterbelakangan menjadi lebih hidup dan gemilang. %0 Thesis %9 Skripsi %A ABDUL WAHID, NIM. 97121921 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12016 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K sekularisasi, pemikiran Islam, kontroversi, M. Rasjidi, Nurcholish Madjid %T WACANA SEKULARISASI DALAM PEMIKIRAN ISLAM KONTEPORER DI INDONESIA (Studi tentang Kontroversi antara M. Rasjidi dan Nurcholish Madjid) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12016/ %X Perdebatan masalah sekularisasi pada awal tahun 1970-an merupakan sebuah perdebatan dalam rangka mencari model reaktualisasi ajaran Islam dalam konteks kemodernan dan keindonesiaan, bukan sekedar sebuah wacana politik seperti yang terjadi pada tahun 1930-an. Selain itu dari perspektif historis pemahaman terhadap wacana sekularisasi pada tahun 1970-an itu untuk sebagian akan membantu ke arah pemahaman yang tepat terhadap perkembangan pemikiran Islam dewasa ini. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang sumber datanya adalah sumber data primer dan sekunder. Dalam analisa data digunakan metode komparatif-kritiskonstruktif sedang pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio historis. Kontroversi M. Rasjidi dan Nurcholish Madjid dalam masalah sekularisasi terlihat cukup sengit, namun dibalik itu mereka ternyata memiliki titik-titik temu tertentu, terlepas apakah masing-masing menyadari dan mengakuinya atau tidak. Titik temunya menyangkut 2 hal yaitu (1) M. Rasjidi maupun Nurcholish Madjid sama-sama menolak sekularisme, (2) M. Rasjidi maupun Nurcholish Madjid sama-sama mendukung untuk tidak mengatakan menganjurkan pembaharuan fikih Islam. %0 Thesis %9 Skripsi %A AZMIANSYAH, NIM. 06120033 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:12017 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K HMI, Nurcholis Madjid %P 139 %T SEJARAH PEMIKIRAN NURCHOLIS MADJID STUDI NILAI-NILAI DASAR HMI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12017/ %X Nurcholish Madjid (1939-2005) diakui banyak kalangan sebagai guru bangsa. Predikat ini memang layak ia sandang. Kontribusi pemikirannya terhadap bangsa tak diragukan lagi. Gagasannya tentang sekularisme yang akhirnya menelurkan slogan ‘Islam yes Partai Islam no’ membawa dirinya menjadi sosok kontroversial. Cak Nur hingga akhir hayatnya tetap kukuh terhadap gagasannya. Keyakinannya pada persamaan hak dan egalitarianisme dalam kehidupan bermasyarakat lebih khusus lagi ke-Indonesia-an senafas dengan cita-cita demokrasi yang tempuh bangsa ini. Di lingkungan Himpunan Mahasiswa Islam (baca: HMI), Cak Nur adalah penggagas Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Sejak 1966 hingga kini, NDP masih termasuk salah-satu materi wajib dalam kurikulum perkaderan di HMI. Meskipun pada Kongres ke-25 di Makassar tahun 2006, NDP mengalami beberapa penambahan oleh tem delapan. Namun, pada Kongres ke-26 tahun 2008 di Palembang kembali ke NDP versi Cak Nur. Fakta bahwa Cak Nur merupakan penggagas NDP tak terlepas dari latar belakang sejarah pemikiran Islam Indonesia yang saat itu masih dalam proses mencari kesesuain dengan konteks keindonesiaan. Di samping juga berupaya merumuskan sebuah landasan ideologis perjuangan HMI sebagai organisasi. Cak Nur, sebagaimana dikisahkan, melakuakn perjalanan ke beberapa negera, termasuk beberapa negeri Islam (Suriah, Kuwait, Saudi, Turki, Libanon, Mesir, Amerika). Yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa negara di Asia. Bagi HMI, NDP sangat penting sebagai panduan berpikir dalam memahami nilai-nilai Islam yang bersumber pada Alquran dan Sunnah. Bisa dikatakan, NDP itu sendiri adalah kesimpulan tafsir Alquran dalam organisasi HMI. Kesimpulan dalam NDP memposisikan HMI sebagai organisasi perjuangan. Seperti judul di atas, penulisan skripsi ini akan menjejaki episentrum pemikiran Cak Nur dengan prespektif sejarah khusus terkait dengan NDP HMI. Bagaimana dinamika historis yang melatar belakangi pemikiran sosok ini merumuskan NDP, dalam ruang serta kondisi sejarah seperti apakah Cak Nur meramu NDP. Akhirnya, dengan berbekal beberapa karya Nurkholis Madjid serta lektur yang membincang pemikirannya, skripsi ini akan berupaya menjaga harmoni objektifitas penilitian ini dalam sorotan sejarah pemikiran tokoh. Dengan menggunakan pendekatan kajian teks, diharapakan rekonstrukisi pemikiran tokoh ini dapat ditampilkan berdasarkan temuan-temuan data hitoris serta analisis kritis yang dibutuhkan seperlunya. %Z PEMBIMBING: Prof. Dr. Dudung Abdurrahman %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD SAUQI SUMBAWI, NIM. 98122113 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12021 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K wong pinggir, kehidupan sosial, kerajaan Mataram, Sultan Agung %T KEHIDUPAN SOSIAL WONG PINGGIR DI KERAJAAN MATARAM PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN AGUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12021/ %X Di dalam kehidupan sosial di kerajaan Mataram, wong pinggir dihadapkan pada masalahmasalah sosial yang kompleks, baik dalam aspek sosial politik dan hukum, sosial ekonomi, maupun sosial agama, dan hal ini disebabkan oleh status mereka sebagai budak. Disampig itu, karena kebudayaanmereka yang Hindu. Penelitian ini adalah penelitian masa lampau, maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode historis, yaitu metode yang bertumpu paa proses menguji, menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang meliputi heuristik, kritik atau verifikasi, interpre3tasi, dan historiografi. Agama Hindu yang dianut oleh wong pinggir di kerajaan Mataram tidak lepas dari proses Islamisasi yang dikembangkan oleh Sultan Agung dalam bentukkejawen. Interaksi sosial yang terjadi antara wong pinggir dengan penduduk Mataram menyebabkan terjadinya mobilitas sosial vertikal (peningkatan status sosial) dan perubahan agama dari Hindu menjadi Islam yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan kondisi perekonomian mereka. %0 Thesis %9 Skripsi %A AMBAR ARIMBI, NIM. 98122155 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12023 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K kontribusi, Malcolm X, pembaruan, nation of Islam, Afro-Amerika %T KONTRIBUSI MALCOLM X DALAM PEMBARUAN NATION OF ISLAM DI CHICAGO (1975-1985) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12023/ %X Pembaruan yang dilakukan oleh Warith Deen Muhammad terhadap nation of Islam dari tahun 1975 sampai tahun 1985 tidak pernah dikaitkan dengan Malcolm X, padahal mereka sering melakukan dialog mengenai masalah tersebut, sehingga memungkinkn adanya kontribusi Malcolm X dalam pembaruan nation of Islam. Penelitian ini adalah penelitian masa lampau, maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode historis, yaitu metode yang bertumpu pada proses menguji, menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang meliputi heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Malcolm X memberikan dua kontribusi penting terhadap masyarakat Afro-Amerika. Perubahan individual Malcolm X ternyata mampu melahirkan suatu masyarakat Afro-Amerika dengan pemahaman Islam baru yang jauh lebih baik dari pemahaman Islam sebelumnya. %0 Thesis %9 Skripsi %A AMRUL HAKIM, NIM. 97121977 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12024 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K Pondok Pesantren, Tremas, pemberontakan, PKI Madiun %T PONDOK PESANTREN TREMAS PASCA PEMBERONTAKAN PKI MADIUN (1948 – 1964) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12024/ %X Sejarah Pondok Pesantren Tremas pada kurun waktu Tahun 1948 hingga 1952 merupakan masa kevakuman pondok yang disebabkan antara lain terjadinya pemberontakan Madiun, yang mengakibatkan terbunuhnya Kyai Hamid Dimyathi sebagi Pimpinan Pondok dalam sebuah misi. Berangkat dari kevakuman tersebut Pondok Pesantren Tremas berusaha bangkit dari keterpurukan, tepatnya pada tahun 1952. Proses kebangkitan itu memerlukan waktu yang lama dan panjang Penelitian ini adalah penelitian masa lampau, maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode historis, yaitu metode yang bertumpu pada proses menguji, menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang meliputi heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pondok Pesantren Tremas pada masa kepemimpinan Kyai Dimyati (1894-1934) mengalami masa kejayaan I, tetapi pada akhir masa kepemimpinan Kyai Hamid Dimyati (19341948), Pondok pesantren Tremas mengalami masa kevakuman. Kebangkitan pondok dimulai ketika Kyai Habib Dimyati pulang dari pondok Krapyak Yogyakarta pada tahun 1952, yang menggantikan kakaknya yang meninggal 4 tahun silam. %0 Thesis %9 Skripsi %A BURHANUDIN, NIM. 96121891 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12025 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K sikap, pemikiran, keraton, Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan %T SIKAP DAN PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN (1896-1914) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12025/ %X Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di kampung Kauman, yang oleh para sejarawan dan agamawan Kyai tersebut biasa disebut okoh reformis Islam dikalangan ulama Kauman khususnya dan di kalangan ulama Indonesia umumnya. Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan seorang pembaharu Islam yang telah membawa perubahan kehidupan masyarakat bdalammemahami ajaran Islam dan di Kauman ini pula, Muhammadiyah dilahirkan. Penelitian ini adalah penelitian masa lampau, maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode historis, yaitu metode yang bertumpu pada proses menguji, menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang meliputi heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi. K.H.Ahmad Dahlan menawarkan ide-ide pemikirannya di bidang keagamaan, sosial dan kebudayaan yang meliputi pemahaman ajaran Islam, pendidikn, tradisi dan seni. Reformasi Islam yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan mengejutkan pihak eraton dan umat Islam sekitarnya yang mengamalkan Islam secara tradisional atau Islam yang sinkretik. Pembaharuan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan mendapatkan reaksi yang positif maupun negatif baik dari kalangan ulama maupun dari penguasa Keraton. %0 Thesis %9 Skripsi %A DANI HUSEN SOFWAN, NIM. 99122368 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12026 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K zuhud, kehidupan modern, pemikiran Hamka %T RELEVANSI ZUHUD DALAM KEHIDUPAN MODERN (TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN HAMKA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12026/ %X Interpretasi pemikiran Hamka tentang zuhud sebagai salah satu bagian dari ajaran Islam. Hamka mencoba melakukan penyeberangan tentang konsep zuhud yang berangkat dari konsep yang lama dan mempertimbangkan dimensi masa modern yang sarat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan materi. Penelitian ini adalah penelitian pustaka, dan bersifat deskriptif-analitik. Adapun analisa datanya menggunakan metode deduktif dan induktif, dengan pendekatan hermenetika sosial dan sisio-historis normatif. Proses perkembangan masyarakat akibat proses modernisasi konsep zuhud tradisional tidak dapat dipertahankan karena bertolak belakang secara kontekstual. Sementara Hamka mendasarkan konsepnya secara normatif dan kontekstualis serta keutamaan lain sebagai bahan pertimbangannya lebih dapat diterima sebagai sebuah ajaran Islam yang layak untuk diamalkan. %0 Thesis %9 Skripsi %A DETRI SOETIAWAN, NIM. 96121831 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12028 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K partai Islam, Pemilu, kebijakan presiden, multi partai, B.J Habibie %T PARTAI-PARTAI ISLAM DAN PEMILU 1999 (STUDI KEBIJAKAN PRESIDEN B.J HABIBIE TENTANG MULTI PARTAI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12028/ %X Dari hasil Pemilu 7 Juni 1999, yang sering disebut-sebut sebagai pemilu yang paling demokratis kedua (setelah pemili 1955), dari 19 partai Islam yang turut serta pada pemilu hanya ada 8 partai yang mendapatkan kursi di parlemen. Jumlah itupun sangat jauh jika dibandingkan dengan perolehan suara Golkar apalagi PDI Perjuangan yang muncul sebagai pemenang Pemilu 7 Juni 1999. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dan metode yang digunakan metode historis yaitu rekonstruksi imajinatif tentang sejarah melalui proses menguji dan menganalisa secara kritis kejadian masa lalu berdasarkan data yang sudah ada. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah pengumpulan data (heuristik), pengujian sumber (verifikasi), analisa data (interpretasi dan penulisan sejarah (historiografi). Dalam menjalankan pemerintahan transisi, presiden Habibie mengeluarkan beberapa kebijakan politik yang mendorong lahirnya demokratisasi di negeri ini. Adanya berbagai kebijakan tersebut tidak disia-siakan oleh kalangan politisi Islam untuk mendirikan partai-partai politik berbendera Islam atau berbasis massa Islam. Mulai bangkitnya Islam dalam panggung politik secara nyata terlihat dalam perebutan kursi kepresidenan Republik Indonesia di Sidang Umum MPR 1999, dimana kekuatan Islam membuat koalisi dalam parlemen yang diistilahkan Poros tengah, berhasil menggagalkan Megawati menuju kusi kepresidenan dengan menaikkan Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI ke 4. %0 Thesis %9 Skripsi %A EJA PERMASIH, NIM. 99122377 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2003 %F digilib:12030 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K tradisi, haulan, masyarakat, kekerabatan %T TRADISI HAULAN MASYARAKAT CIKALONG TASIKMALAYA 1980-2002 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12030/ %X Acara haulan di Cikalong sangat berbeda dengan haulan di daerah lain, perbedaan itu dapat dilihat dari hari pelaksanaan haulan yang dilaksanakan menjelang atau sesudah Idul Fitri. Selain itu haulan bersifat keluarga (dalam lingkup bondoroyot). Haulan di Cikalong juga dimanfaatkan untuk melanggengkan hubungan kekerabatan, misalnya dengan diadakannya pernikahan antar kerabat dekat yang telah menjadi kebiasaan mereka sejak dulu. Penelitian ini adalah penelitian masa lampau, maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode historis, yaitu metode yang bertumpu pada proses menguji, menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang meliputi heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Haulan di Cikalong bertujuan untuk memperingati wafatnya leluhur dan dilangsungkan sebelum atau setelah hari Idul Fitri sekaligus halal bil halal. Tradisi haulan pada kenyataannya dapat mempererat tali persaudaraan dan mengurangi kesenjangan sosial antar keluarga, yaitu memberikan legitimasi kekeluargaan. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI NUR ASIAH, NIM: 09120039 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:12339 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K asyarakat samin %P 102 %T POLA HIDUP KEAGAMAAN MASYARAKAT SAMIN DI ERA MODERN (Studi Kasus di Desa Klopodhuwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, Jawa Tengah) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12339/ %X Masyarakat Samin merupakan masyarakat yang unik. Samin mengandung arti sami-sami atau berjuang bersama-sama dalam hal melawan ketidakadilan yang ditunjukkan bukan dengan menggunakan fisik atau kekerasan melainkan dengan sikap, seperti sikap menentang terhadap segala aturan dan kewajiban yang dibebankan kepada mereka. Sikap tersebut ternyata mampu melahirkan suatu tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri. mereka memilih pola hidup yang naturalis dalam menjalankan kehidupan mereka. Mereka hidup dengan cara mereka sendiri tanpa adanya pengaruh dan paksaan dari luar. Hal tersebut membuat mereka dipandang negatif dan dikenal sebagai masyarakat yang keras kepala, bodoh, kolot atau kampungan. Mengenai agama, masyarakat Samin memiliki konsep tersendiri yakni berupa agama Adam yang diartikan sebagai senjata untuk menjalani hidup. Agama Adamlah yang mereka imani. Semua yang terjadi di dunia adalah takdir Tuhan. Manusia adalah utusan Tuhan. Mereka juga percaya pada pembalasan Tuhan. Paham Saminisme dinamakan juga agama nabi Adam sebab ajaran Saminisme yang terwariskan hingga kini mengandung nilai-nilai kebenaran, kesederhanaan, kebersamaan, keadilan, dan kerja keras. Ajaran tersebut teraplikasikan dalam ritual pernikahan masyarakat Samin yakni dengan mengucap kalimat yang berbunyi: “sejak Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin (kali ini) mengawini seorang perempuan bernama...saya berjanji setia kepadanya, hidup bersama telah kami jalani berdua.” Masyarakat Samin sekarang masih terdapat dibeberapa daerah meskipun jumlahnya terbilang minim. Dalam hal agama, saat ini mereka telah memilih Islam sebagai agama yang mereka anut. Tentunya mereka terikat oleh ajaran agama Islam yakni di antaranya lima rukun Islam. Dari sini peneliti tertarik kepada perubahan identifikasi sebagai agama Adam ke agama Islam. Bagaimana mereka memaknai lima rukun Islam dan bagaimana pola keagamaan yang mereka jalankan terkait dengan lima rukun Islam tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun untuk mencapai penelitian yang baik dibutuhkan teori-teori yang berkaitan dengan judul tersebut yakni teori fenomenologi. Teori ini membantu dalam memahami bagaimana suatu fenomena terbentuk. Fenomenologi melihat bahwasanya perubahan konsep Agama Adam oleh masyarakat Samin menjadi agama Islam pada awalnya dilatarbelakangi oleh pemburuan PKI, namun perkembangan zaman dengan membawa serta ilmu pengetahuan dapat juga dikaitkan atas pembenaran konsep keIslaman sesuai dengan tuntunan yakni dapat dilihat dari konsep lima rukun Islam. Generasi muda Samin yang terpengaruh oleh ilmu pengetahuan dan interaksi dengan masyarakat luar ternyata memiliki nilai tersendiri dalam membenarkan pola hidup keagamaannya yang sesuai dengan konsep Islam pada umumnya. %Z Pembimbing: Syamsul Arifin, S.Ag., M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A HANIFAH, NIM. 98122136 %B PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %D 2003 %F digilib:12600 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERJUANGAN SAREKAT ISLAM DALAM MELAWAN KOLONIALISME BELANDA DI SUMENEP MADURA 1913-1920 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12600/ %X PERJUANGAN SAREKAT ISLAM DALAM MELAWAN KOLONIALISME BELANDA DI SUMENEP MADURA 1913-1920 %Z Pembimbing: A. Maman Malik Sy %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Muhotimah, NIM: 07120013 %B PERPUSTAKAAN %D 2011 %F digilib:12795 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Perang Badar %P 86 %T STRATEGI NABI MUHAMMAD DALAM PERANG BADAR %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12795/ %X Dalam sejarah perkembangan agama Islam, Perang Badar merupakan tonggak pertama yang menentukan hari depan Islam dan kaum Muslimin. Perang tersebut terjadi pada tahun 724 M di sebuah lembah yang bernama Badar dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. Pada saat itu, kekutan pasukan muslimin berjumlah sekitar 313 orang yang terdiri dari dua kuda dan tujuh puluh unta, serta tanpa perlengkapan baju besi. Sementara pihak Quraisy Mekah datang dengan jumlah dan kekuatan yang jauh melebihi pihak muslimin, mereka berjumlah sekitar 1000 orang, terdiri dari seratus kuda dan enam ratus perlengkapan baju besi. Ketidakseimbangan komposisi kekuatan kedua pasukan tersebut, memperlihatkan akan adanya strategi perang yang dilakukan nabi merupakan faktor logis bagi kemenangan pihak kaum muslimin. Dalam sebuah peperangan, strategi dan taktik perang praktis harus dimiliki oleh pihak yang berseteru. Strategi tersebut dilakukan untuk membantu memperoleh keberhasilan dalam perang. Hal inilah yang dilakukan Nabi sebagai seorang panglima perang, Nabi bertanggungjawab menentukan strategi perang yang akan membawa keberhasilan bagi kaum Muslimin. Dalam penelitian ini, penulis meneliti strategi Nabi dalam Perang Badar dengan tujuan mengungkapkan sisi logis dari kemenangan tersebut, sehingga kemenangan Perang Badar tidak selalu dilihat semata-mata karena pertolongan Allah s.w.t. Penelitian ini adalah penelitian historis yang bertujuan merekontruksi masa lampau secara kronologis dan sistematis, serta sedekat mungkin objektif dengan menggunakan bahan-bahan tertulis, baik berupa sirah ataupun buku. Adapun untuk menganalisis strategi Perang Badar, penulis menelitinya dengan menggunakan pendekatan prinsip-prinsip strategi perang yang digunakan oleh ahli militer, seperti Sun Tzu dan Clausewirt. Sun Tzu mendasarkan strategi perangnya dalam tiga hal, yaitu pengetahuan yang baik akan kekuatan (pengintaian), menciptakan peluang yang dapat membawa kepada kemenangan, dan pemilihan medan yang tepat. Sementara Clausewirt, berpendapat bawha faktor moral (kualitas dan psikologi) menjadi elemen dasar strategi perang, mengingat dalam situasi perang, terdapat ketidakpastian dan banyaknya kemungkinan perang . Adapun bentuk strategi perang yang dilakukan Nabi pada perang Badar meliputi tiga segi, pertama pengetahuan akan kekuatan, baik kekuatan sendiri ataupun lawan, kedua usaha dalam menciptakan kondisi yang dapat medukung kemenangan perang, meliputi posisi strategis, pemimpin yang tunggal, perang tanding, formasi bershaf, taktik pertempuran, dan mobilisasi moral, ketiga adalah pemilihan medan tempur yang baik. Langkah-langkah tersebut dilakukan Nabi dengan pertimbangan yang matang sebagai buah dari pengalaman, faktor lingkungan dimana ia dibesarkan, dan pengetahuannya mengenai peperangan. %Z Pembimbing: Syamsul Arifin, S.Ag., M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Supriyono, NIM: 07120022 %B PERPUSTAKAAN %D 2011 %F digilib:12796 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K KEPEMIMPINAN PEREMPUAN %P 106 %T KONFLIK TENTANG KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI KESULTANAN ACEH DARUSSALAM TAHUN 1641-1699 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12796/ %X Paruh kedua abad ke XVII M merupakan periode krusial dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam, pada periode ini dipimpin oleh penguasa perempuan. Munculnya penguasa perempuan merupakan fenomena baru, sebab sebelum ini Aceh tidak pernah dipimpin oleh perempuan. Kesultanan Aceh Darussalam sangat menghargai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan pada saat itu. Meskipun demikian hal ini menimbulkan kontroversial, karena tidak semua ulama membolehkan perempuan menjadi pemimpin. Padahal telah banyak diketahui bahwa Kesultanan Aceh Darussalam memegang teguh ajaran agama dan dibantu oleh ulama dalam pemerintahannya. Konflik kepemimpinan perempuan di Kesultanan Aceh Darussalam terlihat ketika pegangkatan sultanah pertama yang menggantikan suaminya Sultan Iskandar Tsani tahun 1641 M. Konflik ini terus berlanjut sampai masa pemerintahan perempuan ke empat Sultanah Kamalat Syah tahun 1699 M. Meskipun telah ada persetujuan ulama kesultanan yang membolehkan perempuan menjadi pemimpin, tetapi tidak semua mendukung seperti kelompok wujudiyah yang menentang kepemimpinan perempuan di Kesultanan Aceh Darussalam. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Apa yang melatarbelakangi munculnya kepemimpinan perempuan, bagaimana perjalanan pro dan kontra kepemimpinan perempuan di Kesultanan Aceh Darussalam tahun 1641-1699 M, dan bagaimana pengaruh kepemimpinan perempuan di Kesultanan Aceh Darussalam. Penelitian ini adalah penelitian sejarah yang bertujuan merekonstruksi masa lampau secara kronologis dan sistematis, agar dapat memberikan gambaran tentang peristiwa masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu serta diberikan tafsiran, dan analisis secara kritis sehingga mudah untuk dimengerti dan dipahami. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mengenai konflik kepemimpinan perempuan di Kesultanan Aceh Darussalam pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik dan pendekatan sosiologis. Teori yang digunakan di sini adalah yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendof yaitu mengenai teori konflik. Pengumpulan data memanfaatkan studi pustaka (library research) yaitu penelitian dengan sumber tertulis seperti buku dan jurnal. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yakni proses menguji dan menganalisis secara kritis-analitis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Hasil yang dapat diketahui adalah; pertama munculnya pemerintahan perempuan di Kesultanan Aceh Darussalam harus dilihat dari banyak faktor seperti %Z Pembimbing: Siti Maimunah, S.Ag.,M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A EQLIMA DWIANA SAFITRI , NIM. 10120083 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:12867 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T NILAI DAN FUNGSI TRADISI JUM’AT PAHING DI DUSUN KAWANGAN KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12867/ %X Kawangan adalah salah satu dusun yang menjadi daya tarik wisata religi, karena setiap hari Jum‟at Pahing digelar tradisi Jumat Pahingan yang berpusat di makam Wali limbung di Kawangan dan Balai Desa Banjarsari. Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak hanya orang Temanggung saja namun dari daerah lain. Acara intinya adalah ziarah ke makam wali limbung. Peziarah makam wali limbung akan mencapai puncaknya pada hari tertentu yang diyakini sebagai hari istimewa untuk melaksanakan ziarah. Selain ziarah ke makam Wali Limbung, dalam kegiatan Jum‟at pahing juga digelar pasar pagi. Keberadaan pasar ini konon pada waktu mengusung jenazah Wali Limbung melewati Desa Banjarsari. Sesampainya di Desa Banjarsari mereka berhenti sampai lama, sehingga tempat pemberhentian itu dinamakan Jangglengan. Menurut istilah setempat berarti menunggu sampai waktu lama. Sampai sekarang di Janggleng pada tiap hari Jumat Pahing ada pasar kecil tempat “Midag” (mengeluarkan nadzar). Bagi peziarah makam Wali Limbung seyogyanya melewati Banjarsari, melewati rute perjalanan jenazah Wali Limbung. Keunikan dari tradisi Jumat Pahing yaitu masyarakat yang mengistimewakan hari Jumat Pahing sebagai hari yang penuh berkah,yaitu adanya acara ritual untuk menunaikan nadzar di makam Wali Limbung. Selain itu keunikan yang lain adalah adanya pasar yang hanya ada setiap hari Jumat Pahing pagi, yang masyarakat percaya bahwa pasar tersebut sebagai penolak bala dan sebagai tempat untuk menunaikan nadzar. Tidak hanya masyarakat saja yang datang ke pasar ini, tetapi para peternak hewan pun mendatangkan hewannya ke tempat tersebut untuk diborei. Tradisi ini hanya diadakan tiap hari Jumat Pahing saja, karena terkait dengan peresmian penggunaannya masjid Jami‟ Wali Limbung yang jatuh pada suatu hari Jumat Pahing. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Malinowski (1884-1942). Teori ini menjelaskan bahwa semua unsur kebudayaan itu akan bermanfaat bagi masyarakat setempat, karena fungsi dari satu unsur budaya adalah untuk memenuhi beberapa kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi. Studi ini akan menghasilkan temuan, yaitu yang pertama adalah latar belakang munculnya tradisi. Yang kedua, prosesi kegiatan tradisi Jumat Pahingan adalah ritual di makam Wali Limbung dan kegiatan di pasar Jangglengan yang dilakukan perseorangan atau perkelompok. Yang ketiga, tradisi Jumat Pahing ini memiliki nilai dan fungsi tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Hal tersebut terungkap dalam nilai-nilai dan fungsi yang terkandung di dalamnya sehingga tradisi tersebut masih lestari hingga kini. %Z Pembimbing : Drs. Sujadi, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A DEWI NURMALA SARI, NIM. 10120005 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13017 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERDAGANGAN MARITIM DI PELABUHAN BANTEN (1660-1683 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13017/ %X Sejak zaman sebelum Islam Pelabuhan Banten merupakan pelabuhan terpenting di tanah Sunda. Hal itu disebabkan oleh letak geografisnya yang berada di tengah-tengah teluk Banten dengan jaringan sungai Cibanten dan beberapa anak sungainya. Faktor alamiah ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi pihak yang mengelola pelabuhan para pedagang. Keadaan ini yang mengakibatkan Pelabuhan Banten menempatkan diri dalam dunia perdagangan internasioal di Asia pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 M). Perdagangannya fokus pada perdagangan maritim. Perdagangan maritim adalah aktivitas pertukaran barang (barter) dan atau dengan sistem uang (moneter) melalui sarana laut untuk memperoleh keuntungan. Puncak kejayaan perdagangan maritim ini terjadi pada tahun 1660-1683 M. Sekitar tahun ini Pelabuhan Banten menarik hati para pedagang dari berbagai negara baik lokal, nasional maupun internasional. Negara-negara tersebut meliputi Goa, Cirebon, Lampung, dan Bengkulu, Arab, Turki, Cina Pegu, Melayu, Bengal Gujarat, Malabar, Abesenia, India, Inggris, Prancis, Denmark, Portugis dan lain-lain. Obyek perdagangan maritim di Pelabuhan Banten ini diteliti dengan menggunakan pendekatan ekonomi-politik. Adapun teori yang digunakan adalah teorinya merkantilisme yang diungkapkan oleh Smith. Smith mengungkapkan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan besarnya volume perdagangan global sangat penting. Aset terpenting di sini adalah perdagangan maritim di Pelabuhan Banten. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah, bagaimana kegiatan perdagangan maritim yang terjadi di Pelabuhan Banten?, Apa indikasi yang mendukung kegiatan perdagangan maritim tersebut? Tulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perdagangan maritim yang fokus terhadap perdagangan maritim di Pelabuhan Banten dan untuk memahami bagaimana kegiatan perdagangan maritim di pelabuhan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan sumber tertulis, seperti buku, arsip dan naskah, babad, dan jurnal yang di dalamnya terdapat data kuantitatif, dengan tanpa melewatkan proses ferivikasi dan interpretasi. Setelah itu, maka tahap selanjutnya yaitu historiografi. Pelabuhan Banten mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1660 M dan mengalami kemunduran pada tahun 1683 M. Sistem perdagangan yang dipakai yaitu perdagangan bebas. Macam-macam perdagangannya ada tiga yaitu perdagangan ekspor, impor, dan jasa. Sumber-sumber pendapatannya ada empat yaitu barang produksi, barang ekspor, barang impor dan pajak. Untuk memperlancar perdagangan pihak pemerintah memfasilitasi sarana-sarana perdagangan yang juga merupakan indikasi pendukung keberhasilan perdagangan. %Z Pembimbing : Drs. Sujadi, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A DARIUN HADI , NIM. 09120015 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13053 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T BUDAYA TILAWAH AL-QUR’AN (STUDI KASUS DI UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) JAM’IYYAH AL-QURRA’ WA AL-HUFFAZH (JQH) AL-MIZAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13053/ %X Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jam'iyyah al-Qurra' wa al-Huffazh al-Mizan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang pengembangan seni dan kajian al-Qur'an. UKM JQH al-Mizan terdiri dari lima divisi yaitu: divisi tilawah, divisi tahfidz divisi tafsir, divisi kaligrafi, dan divisi sholawat. Divisi tilawah merupakan divisi yang berkaitan dengan tilawah (seni baca al-Qur‟an) yang berorientasi pada pelatihan tilawatil Qur‟an. Bentuk pelatihan yang dilakukan adalah dengan mengadakan latihan rutin dua kali dalam seminggu. Keunikan dari penelitian ini adalah karena di zaman sekarang yang sudah maju teknologinya ternyata masih ada yang mau belajar langsung sama ustadz/ah, padahal untuk belajar tilawah bisa lewat kaset, cd, dan lain sebagainya. Pokok permasalahan diteliti: 1. Mengapa mahasiswa belajar tilawah? 2. Apa faktor penghambat mahsiswa UIN Sunan Kalijaga belajar tilawah atau seni baca al-Qur‟an? 3. Bagaimana peran divisi tilawah dalam membina mahasiswa belajar tilawah al-Qur‟an?. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Alasan mahasiswa tertarik mengikuti tilawah al-Qur‟an karena dua faktor, yakni faktor dari dalam (seperti karena sudah bisa membaca al-Qur‟an sesuai dengan tajwid, ingin mempelajari dan menguasai lagu dalam tilawah, karena ingin mengikuti lomba Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ), dan ingin mengamalkan bacaan tilawahnya di masyarakat). Faktor dari luar (seperti ajakan teman sehingga ada keinginan untuk belajar tilawah, karena dukungan keluarga dan lingkungan juga mempengaruh belajar tilawah. 2. Hambatan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang dialami dalam belajar tilawah al-Qur‟an adalah malas untuk belajar tilawah al-Qur‟an, malu untuk bersuara ketika disuruh mempraktekkan tilawahnya, tidak mau mencoba dan jarang hadir ketika latihan tilawah dan kesibukan dengan banyak kegiatan. 3. Peran divisi tilawah dalam membina mahasiswa belajar tilawah al-Qur‟an adalah untuk membantu mahasiswa yang mau belajar tilawah baik yang sudah bisa maupun yang belum bisa, sebagai mediator untuk mengakrabkan para anggota divisi tilawah, dan untuk menghantarkan anggota divisi tilawah mengikuti lomba Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ). %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A BAMBANG HADIYANTO , NIM. 10120023 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13054 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata Kunci:Riddat, Nabi Palsu dan Kekhalifahan. %T GERAKAN RIDDAH DI MADINAH MASA KHALIFAH ABU BAKAR 11-13 H/632-634 M (KAJIAN DESKRIFTIF HISTORIS NABI-NABI PALSU) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13054/ %X Penelitian sejarah Islam ini fokus pada gerakan riddah berdiri, untuk perjalanan awal gerakan riddah, dan menyangkut juga kerjasama dengan suku di tanah Arab dengan empat orang yang mengaku nabi, serta dampaknya yang terjadi pada masyarakat Arab dan kekuasaan pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-shiddiq. Penulis mendeskripsikan peristiwa gerakan riddah dilihat dari kondisi Islam pada masa Khalifah Abu Bakar as-shiddiq, sehingga samapi pada kemunculannabi palsu, dan membuat gerakan penghasutan, nabipalsu mulai berani membangkang semua aturanyang telah disyariatkan oleh ajaran agama Islam dan telah ditetapkan oleh Khalifah Abu Bakar sebagai undang-undang di Madinah, sehingga dari peristiwa riddah terdapat dampak yang sangat besar pengaruhnyaterhadap masyarakat Arab maupun terhadap kekuasaan Khalifah Abu Bakar as-shiddiq. Jenis penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan sejarah dan pendekatan sosiologi. Penelitian menggunakan metode sejarah, yaitu dengan mengumpulkan sumber atau data sejarah yang ada. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan analisis yang bertujuan untuk merekonstruksi perjalanan sejarah gerakan riddah (Kajian Historis Nabi-Nabi Palsu). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Pertama; Gerakan Riddah dipimpin oleh empat orang yang mengaku nabi yaitu : Aswad al-ansimerupakan orang yang pertama kali mengaku dirinya sebagai seorang nabi;Musaylamah yang juga mengaku dirinya sebagai seorang nabi dan mengadakan gerakan penghasutan, Tulayha merupakan orang yang melancarkan perlawanan secara terang-terangan terhadap pemerintah Islam dan mengaku dirinya sebagai seorang nabi serta Sajah seorang wanita Kristen yang mengaku dirinya sebagai seorang nabi dan ia membentuk suatu kekuatan dengan cara melangsungkan perkawinan dengan Musaylamah. Dua; Gerakan ini merupakan reaksi terhadap pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-shiddiq yang membuat aturan pada masyarakat Arab wajib membayar zakat dan empat orang yang mengaku nabi itu ingin menguasai wilayah yang dikuasai oleh Khalifah Abu Bakar al-shiddiq. Dengan demikian, Beberapa peristiwa terjadi pada tahun 11-13 H seperti peristiwa peperangan pembangkangan pertama kali dipelopori oleh Aswad al-ansi pada tahun 11 H, peperangan pembangkangan yang dipelopori oleh Musailamah, pemberontakan dipimpin oleh Thulaihah, dan penghasutan oleh Sajah terhadap suku Bani Tamim. Pada tahun 13 H saat Musailamah, Aswad, dan pasukanya terbunuh, maka yang tersisa adalah Thulaihah dan Sajah yang kedua orang itu kembali masuk agama Islam, sehingga gerakan Riddah dapat dibubarkan oleh pasukan Khalifah Abu Bakar as-shiddiq. %Z Pembimbing : Prof. Dr. Dudung Abdurrahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AMIN SUSILO, NIM. 10120009 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13055 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TAREKAT DAN MAHASISWA (STUDI KASUS TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI ASRAMA UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) YOGYAKARTA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13055/ %X Kehidupan di zaman posmodern ini, telah menyebabkan banyak manusia masuk ke dalam jurang kehampaan spiritual, yang nantinya ketika manusia hidupnya dalam keadaan hampa dari segi spiritual maka akan cenderung melakukan perbuatan yang mudah membawa kemaksiatan alias melanggar norma khususnya norma agama. Pengaruh negatif dari zaman posmodern ini yang paling merasakan adalah para generasi muda yang memang pada masa-masa itu adalah masa-masa pencarian jati dirinya dan sangat riskan sekali terpengaruh oleh keadaan kehidupan di lingkungan sekitar. Melihat kenyataan tersebut yayasan asrama United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Yogyakarta berdiri dengan membawa misi ajaran Tarekat Naqsyabandiyahnya yang mana sasaran pengikutnya diperuntukan untuk kalangan generasi muda khususnya kalangan pelajar baik yang masih duduk di bangku sekolah atau di bangku kuliah. Para murid yang tinggal di asrama tersebut dibimbing dan diarahkan agar hidupnya bernafaskan nilai-nilai agama Islam dan terhindar dari pengaruh negatif zaman posmodern ini. Dalam penelitian ini, penulis merumuskan persoalan untuk menggali permasalahan yang ada seperti; asal-usul Tarekat Naqsyabandiyah, ajaran dan ritual Tarekat Naqsyabandiyah, dan motivasi para mahasiswa masuk ke asrama United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik yang mengacu dalam penelitian kualitatif sebagai berikut, yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan fenomenologi, yang mencoba ikut terlibat dengan rasa semampu mungkin. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Yogyakarta dilihat dari asal usulnya bahwa tarekat Naqsyabandiyah ini berasal dari negara Turki yang melalui jalur kemursyidan Syaikh Sulaiman Hilmi Tunahan. Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah mengarahkan manusia untuk menjadi hamba yang berakhlakul karim dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan berbagai ritual seperti; rabithah, dzikir, suluk dan khatam khwajagan. Selanjutnya motivasi para mahasiswa masuk ke asrama United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Yogyakarta secara garis besar ada 3 macam. Pertama, mereka masuk ke asrama tersebut karna tertarik dengan fasilitas asrama yang serba gratis. Kedua, mereka masuk ke asrama tersebut karena ingin belajar dan memperdalam ilmu agama Islam. Ketiga, adanya keinginan agar hidupnya lebih teratur dengan adanya tata tertib yang ada di asrama sehingga akan mengarahkan mereka pada kedisliplinan. %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M. Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR LAELA , NIM. 10120017 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13063 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K kata kunci: Perjuangan, Parakan, BMT dan Kemerdekaan %T PERJUANGAN RAKYAT PARAKAN-TEMANGGUNG DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (1945-1946) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13063/ %X 17 Agustus 1945 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada hari tersebut rakyat Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat secara penuh. Euforia kemerdekaan tersebut langsung dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi, kemerdekaan ini tidak berlangsung lama karena tentara sekutu datang dengan membonceng NICA ingin kembali menjajah Indonesia. Tentu saja, ini menimbulkan perlawanan dari rakyat Indonesia yang sudah geram dengan sikap penjajah. Salah satu bentuk perlawanan rakyat Indonesia adalah perjuangan rakyat yang ada di Parakan-Temanggung. Perjuangan rakyat di daerah ini diorganisir oleh BMT (Barisan Muslimin Temanggung) yang berdirinya dipelopori oleh para ulama. Akan tetapi, BMT tidak sendiri ada Hizbullah, Sabilillah dan TKR. Keempat organisasi ini saling bahu-membahu untuk berjuang dalam mepertahankan kemerdekaan RI dalam peristiwa yang terjadi di Temanggung, Magelang dan Ambarawa. Di Parakan inilah, bambu runcing sebelum digunakan di medan pertempuran terlebih dahulu disepuh oleh beberapa Kyai yang tergabung dalam BMT tersebut. Beberapa di antaranya adalah Kyai Subchi, Kyai Mandhur, Kyai Ali,Kyai Sumogunardho serta beberapa orang yang ditunjuk oleh para kyai untuk membantu menyepuh bambu runcing sebelum digunakan ke medan pertempuran.Pokok masalah dalam penelitian ini bentukstrategi rakyat Parakan-Temanggung dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaan RI serta keterlibatannya dalam peristiwa Magelang dan Ambarawa. Untuk menganalisis permasalahan tersebut, penulis menggunakan pendekatan behavioral. Pendekatan ini digunakan untuk mengungkap peranan para kyai Parakan sebagai pemimpin utama perjuangan rakyat Parakan, sedangkan teori yang digunakan adalah konsep jihad yang dikemukakan oleh Ibrahim Alfian yaitu jihad melawan senjata atau jihad kecil. Metode yang dipakai adalah metode sejarah yang meliputi 4 langkah, yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historigrafi.Untuk pengumpulan sumber, penulis memadukan antara library research dan field research. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa strategi yang digunakan oleh rakyat Parakan-Temanggung adalah dengan mendirikan organisasi BMT, TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Sabililllah dan Hizbullah serta melakukan mujahadah dan penyepuhan bambu runcing. Penyepuhan bambu runcing inilah yang juga menjadi ciri khas dari perjuangan rakyat Parakan-Temanggung.Di samping itu, mereka juga aktif dalam peristiwa untuk mempertahankan kemerdekaan RI melalui peristiwa Magelang dan Ambarawa. %Z Pembimbing : Siti Maimunah S. Ag., M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A DARIUN HADI , NIM. 09120015 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13064 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T BUDAYA TILAWAH AL-QUR’AN (STUDI KASUS DI UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) JAM’IYYAH AL-QURRA’ WA AL-HUFFAZH (JQH) AL-MIZAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13064/ %X Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jam'iyyah al-Qurra' wa al-Huffazh al- Mizan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang pengembangan seni dan kajian al-Qur'an. UKM JQH al-Mizan terdiri dari lima divisi yaitu: divisi tilawah, divisi tahfidz divisi tafsir, divisi kaligrafi, dan divisi sholawat. Divisi tilawah merupakan divisi yang berkaitan dengan tilawah (seni baca al-Qur‟an) yang berorientasi pada pelatihan tilawatil Qur‟an. Bentuk pelatihan yang dilakukan adalah dengan mengadakan latihan rutin dua kali dalam seminggu. Keunikan dari penelitian ini adalah karena di zaman sekarang yang sudah maju teknologinya ternyata masih ada yang mau belajar langsung sama ustadz/ah, padahal untuk belajar tilawah bisa lewat kaset, cd, dan lain sebagainya. Pokok permasalahan diteliti: 1. Mengapa mahasiswa belajar tilawah? 2. Apa faktor penghambat mahsiswa UIN Sunan Kalijaga belajar tilawah atau seni baca al-Qur‟an? 3. Bagaimana peran divisi tilawah dalam membina mahasiswa belajar tilawah al-Qur‟an?. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Alasan mahasiswa tertarik mengikuti tilawah al-Qur‟an karena dua faktor, yakni faktor dari dalam (seperti karena sudah bisa membaca al-Qur‟an sesuai dengan tajwid, ingin mempelajari dan menguasai lagu dalam tilawah, karena ingin mengikuti lomba Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ), dan ingin mengamalkan bacaan tilawahnya di masyarakat). Faktor dari luar (seperti ajakan teman sehingga ada keinginan untuk belajar tilawah, karena dukungan keluarga dan lingkungan juga mempengaruh belajar tilawah. 2. Hambatan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang dialami dalam belajar tilawah al-Qur‟an adalah malas untuk belajar tilawah al-Qur‟an, malu untuk bersuara ketika disuruh mempraktekkan tilawahnya, tidak mau mencoba dan jarang hadir ketika latihan tilawah dan kesibukan dengan banyak kegiatan. 3. Peran divisi tilawah dalam membina mahasiswa belajar tilawah al-Qur‟an adalah untuk membantu mahasiswa yang mau belajar tilawah baik yang sudah bisa maupun yang belum bisa, sebagai mediator untuk mengakrabkan para anggota divisi tilawah, dan untuk menghantarkan anggota divisi tilawah mengikuti lomba Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ). %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A RIANA SAFITRI, NIM. 10120102 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13067 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata Kunci: MUIS, Muslim, Singapura. %T KONTRIBUSI MUIS (MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA) TERHADAP MUSLIM DI SINGAPURA TAHUN 1968-2005 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13067/ %X Singapura adalah negara kecil yang memiliki penduduk multirasial, dan multi agama. Keturunan Cina memegang predikat paling tinggi disusul umat Melayu, India, Pakistan, dan Arab. Umat Islam merupakan kelompok minoritas dan heterogen yang terdiri dari berbagai etnis yaitu Melayu, Arab, Pakistan, dan India. Untuk melindungi kepercayaan mereka, tahun 1968 pemerintah mendirikan Departemen Urusan Agama Islam Singapura (MUIS) sebagai sebuah badan hukum untuk menjadi penasehat presiden Singapura dalam hal yang berkaitan dengan agama Islam, di bawah ketentuan Administration of Muslims Law Act 1966 (Akta Pentadbiran Hukum Islam 1966) atau disingkat AMLA. Lembaga ini terdiri dari ketua dan 7 orang anggota, tugas utamanya adalah untuk menasehati presiden Singapura mengenai Islam. Peranan MUIS sangat besar dalam memberikan bantuan kepada kalangan muslim yang tidak mampu, baik dalam bentuk pembagian zakat, beasiswa sekolah, dan santunan dakwah. Dalam perkembangannya, lembaga tersebut menjadi lembaga resmi terpenting dan paling berpengaruh dalam Islam di Singapura, bahkan semua fatwa yang akan dikeluarkan harus mendapat persetujuan darinya. Pada tahun 1999, lembaga ini mampu mendonasikan dana sejumlah 1.671.520 dollar Singapura kepada 40 lembaga keagamaan di Singapura. Berarti terjadi peningkatan sekitar 48% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 1.130.290 dollar Singapura. Pada tahun 2005 lembaga ini membuat proyek SMI (Singapore Muslim Identity). Proyek ini menjelaskan tentang identitas muslim dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan modern. Proyek ini diharapkan dapat mengubah images Islam menjadi agama yang toleran dan tidak lagi dianggap sebagai agama yang memiliki norma yang kaku tetapi fleksibel. Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, menjelaskan keadaan Islam di Singapura sebelum MUIS berdiri. Kedua, menjelaskan sejarah berdirinya lembaga Islam tersebut di Singapura. Ketiga, menjelaskan kontribusi MUIS bagi masyarakat muslim di Singapura. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial politik, yaitu suatu pendekatan untuk menjelaskan tentang lembaga Islam terpenting di Singapura, MUIS, beserta aspek sosial di dalamnya. Dengan pendekatan sosial politik ini dapat menghasilkan sebuah penjelasan tentang berbagai hal mengenai peranan anggota majlis yang mampu mengatur umat Islam di Singapura. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari seorang sarjana Sosiologi dari Amerika yang bernama Summer, yang berpendapat bahwa lembaga sosial itu mencakup dua hal. Pertama ide atau prinsip yang diakui bersama oleh semua warga masyarakat. Kedua adalah struktur dalam bentuk instansi-instansi yang memberi rupa formal dari ide dan prinsip tersebut serta menerapkannya sedemikian rupa sehingga dapat merealisasi kepentingan-kepentingan manusia. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan pengumpulan data atau sumber yang dilakukan melalui kepustakaan (library research), yaitu dengan penelusuran bahan buku-buku perpustakaan serta mencatat sumber-sumber terkait yang digunakan dalam studi-studi sebelumnya. Hasil dalam penelitian ini adalah kiprah MUIS dari awal berdirinya yaitu tahun 1968 terus mengalami peningkatan, bahkan mampu mendatangkan intelektualintelektual muda untuk menjadi anggotanya. Dalam kancah internasional lembaga tersebut pernah mendatangkan organisasi Islam yaitu Muhammadiyah dari Indonesia untuk berdakwah di Singapura. Lembaga ini dapat diibaratkan sebagai “MUI-nya Singapura”, yang merupakan lembaga tertinggi dan berpengaruh dalam Islam di Singapura. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUNTAKHANAH , NIM. 10120105 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13068 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERAN ZAID BIN TSABIT DALAM PENULISAN WAHYU AL-QUR’AN 4-35 H/625-656 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13068/ %X Zaid bin Tsabit seorang pemuda yang cerdas dan haus dengan ilmu. Dari kecerdasannya, Rasulullah SAW memilih sebagai seorang penulis wahyu. Setiap ayat turun, Rasulullah SAW langsung menyuruhnya untuk menulis ayat tersebut. Dia mampu bersaing dengan para pembesar sahabat lain dan menjadi pilihan utama Rasulullah SAW dalam penulisan wahyu. Dia memiliki peran yang besar dalam penulisan wahyu al-Qur’an. Peranperan yang dilakukannya dari masa Rasulullah SAW hingga terbentuknya mushaf Utsmani disebabkan adanya situasi dan kondisi masyarakat yang mendukung untuk menyatukan ayat-ayat al-Qur’an. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis-biografis. Pendekatan ini untuk menelusuri kenyataan-kenyataan hidup dari subjek yang sedang diteliti dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan Zaid bin Tsabit pada masa hidupnya serta untuk memahami dan mendalami kepribadian Zaid bin Tsabit berdasarkan lingkungan sosialnya. Teori yang digunakan adalah teori peranan-fungsional. Teori peranan sosial yang di kemukakan oleh Erving Goffman adalah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial. Sedangkan fungsional memandang masyarakat sebagai suatu lembaga sosial yang berada dalam keseimbangan berdasarkan norma-norma yang dianut bersama dan mengikat peran seseorang. Hasil dari peneltian ini adalah mengungkapkan sosok Zaid bin Tsabit sebagai penulis wahyu yang memiliki peran penting hingga masa kekhalifahan Utsman bin Affan, atas kerja kerasnya maka al-Qur’an terbentuk menjadi satu mushaf yaitu mushaf Utsmani, seperti yang kita kenal sekarang ini. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi umat Islam, khususnya penulis sendiri untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an seperti halnya Zaid bin Tsabit. %Z Pembimbing : Dr. Nurul Hak M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD IQBAL , NIM. 09120097 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13069 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KERAJAAN ISLAM TAMIANG DI ACEH ABAD KE XIV - XVI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13069/ %X Kerajaan Islam Tamiang merupakan sebuah pemerintahan Islam yang berada di wilayah Aceh. Islamisasi di wilayah Aceh Tamiang terjadi pada abad XIV. Dengan melakukan penelitian pustaka (library research), dan menggunakan pendekatan politik, penulis berusaha menggambarkan mengenai proses berdirinya, sistem pemerintahan, bentuk peradaban yang dibangun oleh rajanya berdasar kesalehan dan kepeduliannya terhadap kepentingan umat dan sebab kemunduran Kerajaan Islam Tamiang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa berdirinya Kerajaan Islam Tamiang merupakan upaya islamisasi yang dilakukan oleh kerajaan Samudera Pasai melalui upaya penaklukan terhadap kerajaan Tamiang Pra Islam. Proses islamisasi ini berlangsung secara damai sehingga terpilihlah Raja Muda Sedia (1330- 1352 M) sebagai raja pertama Kerajaan Islam Tamiang. Pada masa Raja Muda Sedia (1330- 1352 M) sistem pemerintahan Kerajaan Islam Tamiang adalah sistem pemerintahan berdasarkan pewarisan atau turun termurun. Struktur pemerintahan Kerajaan Islam Tamiang dipengaruhi oleh Samudera Pasai dan Aceh Darussalam. Bentuk peradaban yang dibangun oleh raja untuk Kerajaan Islam Tamiang bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat Tamiang. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan kekuatan militer dan pelayaran serta perdagangan yang menunjukkan bahwa kekuasaan para raja untuk tindakan yang mengarah kepada kemaslahatan rakyat Tamiang. Peradaban yang dihasilkan oleh Kerajaan Islam Tamiang tidak hanya di bidang militer dan perdagangan saja melainkan di bidang kebudayaan dan sarana ilmu pengetahuan seperti; meunasah, bahasa Tamiang, pakaian dan kesenian. Kerajaan Islam Tamiang mengalami kemunduran disebabkan; pertama, serangan yang dilakukan oleh tentara Majapahit terhadap wilayah Tamiang. Kedua, wilayah kekuasaan kerajaan yang selalu berpindah-pindah. Ketiga, kelemahan para penguasa Kerajaan Islam Tamiang. Keempat, merosotnya ekonomi Kerajaan Islam Tamiang. Dengan demikian berakhirnya puncak kejayaan Kerajaan Islam Tamiang pada tahun 1558 M. %Z Pembimbing : Drs. H. Jahdan Ibnu Humam Saleh, MS %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD MAS’UDI RAHMAN , NIM. 09120033 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13073 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata kunci: Pondok Pesantran Wahid Hasyim %T PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT GATEN CONDONGCATUR DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA 1977-2010 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13073/ %X Pondok Pesantren Wahid Hasyim didirikan oleh K.H. Abdul Hadi As- Syafi’i pada tanggl, 11 Maret 1977 di Kampung Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Sebelum pondok pesantren ini berdiri, masyarakat Gaten dalam hal keberagamaannya masih belum religius dan dalam hal pendidikan sebagian besar masyarakatnya belum mengerti dan sadar akan pendidikan. Setelah pondok pesantren ini berdiri, perlahan dengan pasti masyaraktanya berubah. Sebagai lembaga pendidikan agama Islam, Pondok Pesantren Wahid Hasyim memiliki peran yang cukup penting dalam memajukan pendidikan Islam di lingkungan masyarakat Gaten. Peran serta Pondok Pesantren Wahid Hasyim dalam memajukan pendidikan Islam ini, telah menarik minat peneliti untuk meneliti tentang sejarah dan perubahan sosial masyarakat Kampung Gaten sejak berdirinya tahun 1977 sampai dengan tahun 2010. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi tentang perubahan sosial. Perubahan sosial adalah sebuah proses perubahan yang mencakup berbagai fenomena sosial di setiap lini kehidupan masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat biasanya dimotori oleh suatu lembaga tertentu, di mana lembaga tersebut memiliki posisi atau kedudukan yang sangat penting. Berkaitan dengan perubahan sosial tersebut peneliti menggunakan teori Fungsionalisme Struktural yang dikembangakan oleh Talcot Parsons dari Emile Durkheim. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan, yaitu: pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan historiografi. Untuk pengumpulan sumber peneliti memadukan antara field research dan library research. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdirinya Pondok Pesantren Wahid Hasyim membawa perubahan sosial di masyarkat kampung Gaten. Perubahan itu meliputi bidang pendidikan, ekonomi, dan keagamaan. Dalam bidang pendidikan, sebagian besar masyarakat antusias dan sadar akan pendidikannya. Berkaitan dengan bidang ekonomi, Pondok Pesantren Wahid Hasyim memberi mata pencaharian yang baru bagi masyarakat Gaten. Demikian juga dalam bidang keagamaan, masyarakat yang dulunya masih belum religius, kini berubah lebih patuh dan teratur menjalankan ajaran-ajaran agama Islam, serta tampak juga perubahan dalam nama seseorang dalam masyarakat Gaten. %Z Pembimbing : Siti Maimunah, S. Ag., M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A YULIYANTI , NIM. 10120075 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13079 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T BUDAYA PITRAHAN STUDI KASUS TENTANG TOLERANSI BERAGAMA DI DESA NGANDAGAN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13079/ %X Desa Ngandagan merupakan desa yang mempunyai jumlah penduduk Katolik cukup banyak. Agama Kristen Katolik masuk ke Desa Ngandagan pada tahun 1964. Sebelum masuknya Agama Kristen Katolik di desa ini, tradisi keagamaan umat Islam sudah berjalan dengan baik. Maulud Nabi, Pitrahan (zakat fitrah), Tulak Bala dan lainnya sudah menjadi aturan pemerintah Desa Ngandagan. Awalnya, keikutsertaan umat Katolik dalam tradisi keagamaan umat Islam tak lain hanyalah untuk mencari keselamatan jiwa, namun lama kelamaan mereka senang mengikuti ritual keagamaan yang dilakukan warga tersebut. Hubungan antara penganut Agama Islam dengan Agama Katolik terjalin sangat baik. Umat Katolik mengikuti budaya pitrahan tidak semata-mata karena rasa toleransi yang tinggi dalam ajaran agama umat Islam, namun apa yang mereka lakukan terdapat motivasi untuk mengamalkan ajaran cinta kasih yang mereka yakini. Bedanya, dalam setiap perayaan hari besar agama Kristen Katolik, umat Islam di desa Ngandagan tidak ikut merayakannya. Keunikan dari penelitian ini adalah ketika penganut Agama Kristen Katolik ikut dalam setiap tradisi keagamaan umat Islam. Dalam pelaksanaan Maulud Nabi, mereka mengikuti slametan dengan membawa nasi tumpeng. Saat Hari Raya Idul-Adha, sebagian besar umat Katolik membantu dalam menimbang daging, memotong, bahkan mereka bersedia untuk membagi-bagikan. Saat pelaksanaan zakat fitrah, mereka mendatangi rumah kaum untuk memberikan uang layaknya orang membayar zakat. begitupun hari raya Idul Fitri, anak-anak sampai orang dewasa ikut berkeliling kampung untuk saling meminta maaf. Lain halnya dengan umat Kristen Katolik, umat Kristen Protestan di desa ini lebih menutup diri dalam tradisi tersebut. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori agama yang dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920). Teori ini menjelaskan bahwa kesadaran agama bukanlah sekedar akibat dari kenyataan sosial-ekonomis, tetapi agama merupakan faktor yang otonom dan sekaligus memiliki kemampuan untuk memberikan corak pada sistem perilaku. Dengan demikian, agama menempati posisi yang memiliki potensi untuk mengadakan perubahan struktur, termasuk kenyataan sosial-ekonomis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah. Studi ini akan menghasilkan beberapa temuan antara lain yang pertama adalah latar belakang munculnya toleransi beragama di Desa Ngandagan. Kedua yaitu alasan keikutsertaan umat Katolik dalam budaya pitrahan dan yang ketiga bahwa budaya pitrahan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi terciptanya kehidupan yang harmonis antar kedua agama tersebut. %Z Pembimbing : Mundzirin Yusuf %0 Thesis %9 Skripsi %A YULI YULIANTI , NIM. 10120018 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13102 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T K.H. ABBAS DAN PERKEMBANGAN TAREKAT DI CIREBON TAHUN 1919-1946 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13102/ %X Perkembangan tarekat di Cirebon pada tahun 1919-1946 M, tidak bisa dilepaskan dari peran seorang mursyid yang bernama K.H. Abbas. Pada masa K.H. Abbas ini, telah berkembang dua tarekat yang cukup besar, yaitu Tarekat Syattariyah dan Tarekat Tijaniyah. Pada mulanya K.H. Abbas ini adalah seorang mursyid Tarekat Syattariyah, namun seiring dengan berjalannya waktu K.H. Abbas juga menjadi seorang muqaddam Tarekat Tijaniyah. Adapun fokus dalam penelitian ini yaitu bagaimana peran K.H. Abbas dalam mengembangkan dua tarekat tersebut, sehingga pada masanya kedua tarekat ini berkembang pesat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografis-sosiologis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori peranan sosial, Pater Burke dan teori teori kepemimpinan kharismatik, Max Weber. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Tulisan penulisan ini berujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai K.H. Abbas yang fokus terhadap perannya dalam mengembangkan tarekat di Cirebon tahun 1919-1946 M. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa K.H. Abbas telah berhasil dalam mengembangkan Tarekat Syattariyah dan Tarekat Tijaniyah. Hal ini dapat dilihat dari tersebar luasnya Tarekat Syattariyah dan Tarekat Tijaniyah sampai keseluruh pelosok Tanah Air. Disamping itu juga K.H. Abbas telah berhasil mengembangkan sistem pendidikan di Pesantren dengan memadukan sistem pendidikan tradisional dan pendidikan modern. K.H. Abbas merupakan seorang mursyid yang sangat berpengaruh di Cirebon, sehingga dia mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat untuk mengembangkan ajaran tarekat. Banyak murid yang berasal dari Cirebon maupun diluar Cirebon yang telah diangkat oleh K.H. Abbas untuk menjadi seorang mursyid. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD NURSALIM, NIM. 10120051 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13105 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T SYÛR PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW DI MADINAH TAHUN 622-632 M DAN AKTUALISASINYA PADA MASA KONTEMPORER %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13105/ %X Sebelum kedatangan Islam, kondisi masyarakat Madinah penuh dengan konflik antar suku. Situasi dan kondisi seperti itu menyebabkan Madinah dalam keadaan tidak aman, sehingga sulit untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan politik di bawah satu pemerintahan. Metode pengambilan keputusan sebelum kedatangan Islam di Madinah dilakukan oleh kepala suku melalui Majelis Permusyawaratan Suku yang terdiri dari 40 orang perwakilan dari beberapa elit suku. Prinsip-prinsip umum syûrâ yang terdapat dalam al-Qur’an surat al- Baqarah ayat 233, surat al-Syûrâ ayat 38, dan surat Ali Imran ayat 159 tersebut, kemudian jika diperhatikan dalam praktik pengambilan keputusan dalam musyawarah Nabi Muhammad di Madinah terjadi banyak metode yang berbedabeda antara pengambilan keputusan yang satu dengan yang lain, sehingga tidak ada metode yang baku atau tetap dalam pelaksanaan syûrâ. Dengan melihat latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana metode pengambilan keputusan dalam syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah? Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik dengan menggunakan teori otoritas karisma dan otoritas legal-rasional, Max Weber. Metode yang digunakan adalah metode historis yang terdiri dari empat langkah kegiatan seperti heuristik yaitu pengumpulan data, kritik yaitu tahap menyeleksi sumber-sumber data melalui kritik intern dan ekstern, interpretasi yaitu penafsiran terhadap sumber, dan historiografi yaitu tahap penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam metode pengambilan keputusan dalam syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, Nabi Muhammad tidak semena-mena dalam mengambil keputusan, menghargai dan menghormati tradisi lokal setempat dalam melaksanakan musyawarah yang melibatkan komponen masyarakat yang ada. Kedua, Nabi selalu mengikuti prinsip-prinsip syûrâ yang ada di dalam al-Qur’an. Ketiga, dalam praktik syûrâ Nabi Muhammad menggunakan ijtihad. Mekanisme pengambilan keputusannya terkadang Nabi Muhammad mengikuti pendapat mayoritas, terkadang mengikuti pendapat minoritas, bahkan terkadang mengikuti pendapatnya sendiri tergantung pada masalah yang dihadapi, dan pendapat yang disampaikan. Syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah bila dipandang dari perspektif politik maka sesuai dengan teori politik modern Barat yaitu “partisipasi politik”. Namun begitu ada persamaan dan perbedaanya. Adapun persamaanya adalah dibidang teknis pelaksanaanya yaitu pembatasan partisipasi politik seluruh masyarakat dengan perwakilan seseorang yang mempunyai kapabilitas di bidang tertentu untuk duduk dewan musyawarah. Sedangkan perbedaanya terkait dengan kualitas suara dari masyarakat. Jika teori partisipasi politik ala Barat menitik beratkan pada jumlah terbanyak suara, maka teori partisipasi politik ala Nabi Muhammad lebih kepada kualitas pendapat yang disampaikan. Sebelum kedatangan Islam, kondisi masyarakat Madinah penuh dengan konflik antar suku. Situasi dan kondisi seperti itu menyebabkan Madinah dalam keadaan tidak aman, sehingga sulit untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan politik di bawah satu pemerintahan. Metode pengambilan keputusan sebelum kedatangan Islam di Madinah dilakukan oleh kepala suku melalui Majelis Permusyawaratan Suku yang terdiri dari 40 orang perwakilan dari beberapa elit suku. Prinsip-prinsip umum syûrâ yang terdapat dalam al-Qur’an surat al- Baqarah ayat 233, surat al-Syûrâ ayat 38, dan surat Ali Imran ayat 159 tersebut, kemudian jika diperhatikan dalam praktik pengambilan keputusan dalam musyawarah Nabi Muhammad di Madinah terjadi banyak metode yang berbedabeda antara pengambilan keputusan yang satu dengan yang lain, sehingga tidak ada metode yang baku atau tetap dalam pelaksanaan syûrâ. Dengan melihat latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana metode pengambilan keputusan dalam syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah? Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik dengan menggunakan teori otoritas karisma dan otoritas legal-rasional, Max Weber. Metode yang digunakan adalah metode historis yang terdiri dari empat langkah kegiatan seperti heuristik yaitu pengumpulan data, kritik yaitu tahap menyeleksi sumber-sumber data melalui kritik intern dan ekstern, interpretasi yaitu penafsiran terhadap sumber, dan historiografi yaitu tahap penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam metode pengambilan keputusan dalam syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, Nabi Muhammad tidak semena-mena dalam mengambil keputusan, menghargai dan menghormati tradisi lokal setempat dalam melaksanakan musyawarah yang melibatkan komponen masyarakat yang ada. Kedua, Nabi selalu mengikuti prinsip-prinsip syûrâ yang ada di dalam al-Qur’an. Ketiga, dalam praktik syûrâ Nabi Muhammad menggunakan ijtihad. Mekanisme pengambilan keputusannya terkadang Nabi Muhammad mengikuti pendapat mayoritas, terkadang mengikuti pendapat minoritas, bahkan terkadang mengikuti pendapatnya sendiri tergantung pada masalah yang dihadapi, dan pendapat yang disampaikan. Syûrâ pada masa Nabi Muhammad di Madinah bila dipandang dari perspektif politik maka sesuai dengan teori politik modern Barat yaitu “partisipasi politik”. Namun begitu ada persamaan dan perbedaanya. Adapun persamaanya adalah dibidang teknis pelaksanaanya yaitu pembatasan partisipasi politik seluruh masyarakat dengan perwakilan seseorang yang mempunyai kapabilitas di bidang tertentu untuk duduk dewan musyawarah. Sedangkan perbedaanya terkait dengan kualitas suara dari masyarakat. Jika teori partisipasi politik ala Barat menitik beratkan pada jumlah terbanyak suara, maka teori partisipasi politik ala Nabi Muhammad lebih kepada kualitas pendapat yang disampaikan. %Z Pembimbing : Siti Maimunah, S. Ag, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A SIDIK FAUJI , NIM. 10120104 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13106 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata kunci : Pengajian An Nahl, Perkembangan, Kontribusi. %T PENGAJIAN AN NAHL DI KAMPUNG PILAHAN, REJOWINANGUN, KOTAGEDE, YOGYAKARTA 1992-2012 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13106/ %X Didirikannya sebuah lembaga pengajian dalam suatu masyarakat tidak lain didasari oleh sebuah kesadaran umat Islam tentang betapa pentingnya menuntut ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaannya sangat efektif sebagai tempat dan media pembelajaran, khususnya ilmu-ilmu agama bagi kaum ibu, bapak, maupun remaja. Pengajian An Nahl yang berada di kampung Pilahan awalnya terbentuk juga sebagai wadah untuk pembelajaran ilmu-ilmu agama oleh kaum ibu-ibu. Dalam perkembangannya pengajian ini tidak hanya difokuskan pada pemberian materi-materi keagamaan tetapi mampu menciptakan perubahanprubahan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh jamaah maupun masyarakat. Salah satunya yaitu Pengajian An Nahl melakukan kegiatan mabit yang dilakukan tiga bulan sekali yang di dalamnya disampaikan tentang kewirausahaan (entrepreneurship). Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan Pengajian An Nahl serta kontribusinya terhadap masyarakat. Penelitian ini dipusatkan pada penelitian lapangan. Data atau sumber yang digunakan adalah arsip, hasil wawancara serta penelitian langsung di lokasi tempat pengajian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah yang dipakai untuk menyusun fakta, mendeskripsikan, dan menarik kesimpulan tentang masa lampau. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam metode sejarah yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah deskripsi tentang Pengajian An Nahl mulai dari latar belakang didirikan hingga mengalami perkembangan. Dalam perkembangannya Pengajian An Nahl dapat dikatakan mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari segi jumlah jamaah yang mencapai ratusan, pada awalnya pengajian ini hanya diikuti oleh delapan orang. Dari segi kualitas juga mengalami perubahan yang lebih baik. Contohnya dari cara berpakaian yang awalnya sebagian jamaah belum memakai kerudung, setelah mendapat ilmu dari Pengajian An Nahl dengan penuh kesadaran sekarang mereka mengenakannya. Kontribusi Pengajian An Nahl dapat dilihat dari dakwahya melalui pengajianpengajian yang dilaksanakan setiap hari Selasa, Kamis, Ahad pagi serta setiap tanggal Sembilan. Selain dakwah Pengajian An Nahl juga memberikan hutangpiutang tanpa bunga dan beasiswa bagi warga Pilahan yang masih duduk di bangku SD sampai SMA. %Z Pembimbing : Drs. Badrun, M. Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI QULBUNIAH INDAH , NIM. 10120048 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13107 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T SEJARAH ILMU KEDOKTERAN PADA MASA KEJAYAAN DAULAH ABBASIYAH (750-950 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13107/ %X Pada zaman modern ini, orang menganggap kemajuan ilmu kedokteran berasal dari Barat. Padahal kemajuan yang dicapai Barat tersebut tidak lepas dari zaman sebelumnya, yakni dunia Islam yang pernah menjadi mercusuarnya ilmu pengetahuan. Kedokteran sebelum Islam datang, masih bersifat mistis dan diwarnai dengan praktik perdukunan. Setelah Islam datang kedokteran yang bersifat mistis dan diwarnai dengan praktik kedokteran tersebut berkurang, hingga masa Khulafa al-Rasyidun dan Daulah Umayyah. Kedokteran menemukan sisi ilmiah dan mencapai kemajuannya pada masa Daulah Abbasiyah. Penelitian ini bermaksud menela’ah mengenai sejarah ilmu kedokteran pada masa kejayaan Daulah Abbasiyah tepatnya pada tahun 750 - 950 M. Dalam kajian ini penulis akan membahas hal-hal apa saja yang melatarbelakangi munculnya ilmu kedokteran, bagaimana perkembangan ilmu kedokteran dan faktor apa saja yang mendukung berkembangnya ilmu kedokteran pada masa kejayaan Daulah Abbasiyah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antropologi sosial yakni studi tentang kehidupan sehari-hari dalam suatu komunitas di masa lampau, pranata atau lembaga-lembaga, sistem ekonomi, sosial, politik, struktur masyarakat, struktur kekuasaan, dan golongangolongan sosial. Teori yang digunakan adalah teori asimilasi yakni peleburan sifat asli yang dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah: merupakan proses pengumpulan data kemudian menguji, menganalisis secara kritis dan menafsirkan suatu gejala peristiwa atau gagasan yang muncul pada masa lampau, dalam pelaksanaannya meliputi tahap heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (seleksi sumber), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (laporan hasil penelitian). Hasil dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran pada masa Daulah Abbasiyah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya tokohtokoh kedokteran beserta karyanya, beberapa spesialisasi ilmu kedokteran dan bermacam-macam metode pengobatan. Kemajuan ilmu kedokteran didorong oleh kekuasaan yang kokoh dan ekonomi yang makmur. Agama Islam dan filsafat juga menginspirasi para intelektual untuk mendalaminya. Ilmu kedokteran yang maju tersebut, juga didukung oleh beberapa faktor antara lain gerakan penerjemahan, perguruan tinggi Jundisyapur di Persia dan akademi-akademi kedokteran yang ada pada masa kejayaan Daulah Abbasiyah khususnya di Bagdad. %Z Pembimbing : Dra. Ummi Kulsum, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A ABDUL ROSID , NIM. 10120019 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13109 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Keywords: muslim minoritas; etnis Hui; etnis Han; Tiongkok; Mao Zedong; dan dinamika. %T MUSLIM DI TIONGKOK, 1949-1976 M STUDI TENTANG DINAMIKA ETNIS MINORITAS HUI PERIODE MAO ZEDONG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13109/ %X Umat Islam di Tiongkok memiliki catatan perjalanan hidup yang panjang, sejak pertama kali menginjakkan kakinya di Tiongkok hingga saat ini. Pergeseran kebijakan politik pemerintah dan dominasi masyarakat Tionghoa Han terhadapnya telah mengakibatkan maju-mundurnya Islam di sana. Di antara etnis-etnis muslim di Tiongkok ada etnis muslim yang dinilai lebih dapat berintegrasi dengan pemerintah dan masyarakat setempat, yakni etnis muslim Hui. Hal tersebut telah membuat mereka berbeda dengan etnis muslim lainnya, jarang sekali mendapatkan diskriminasi dari pemerintah dan bentrok dengan masyarakat Han. Namun hal tersebut tidak berlaku pada periode Mao Zedong (1949-1976), muslim Hui tetap mendapat perlakuan diskriminasi, bahkan penganiayaan. Mengapa hal tersebut terjadi dan bagaimana dinamika sosial keberagamaan mereka saa itu? Itulah pertanyaan besar sekaligus alasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian sejarah sama seperti penelitian ilmu lainnya, membutuhkan metodologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan sosiologis. Oleh karena itu, teori-teori yang digunakan pun tidak lepas dari ranah ilmu sosiologi. Beberapa teori tersebut misalnya: teori asimilasi; dominasi; multi stages of assimilation; dan konsep-konsep penting lain yang mendukung penelitian ini. Karena penelitian ini merupakan penelitian pustaka, maka buku-buku tentang muslim di Tiongkok menjadi referensi utama. Selain itu, jurnal-jurnal dan artikel terkait juga tidak lepas dari pandangan penulis untuk dijadikan bahan sumber penulisan skripsi ini. Metode penelitiannya meliputi: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Setelah melewati tahap-tahap metode penelitian tersebut, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, secara politik, pada periode Mao kondisi sosial-keberagamaan muslim Hui mengalami pergeseran-pergeseran mengikuti keras-lunaknya kebijakan pemerintah Beijing. Alasan sikap keras pemerintah terhadap muslim Hui ialah karena Mao ingin menghapus ajaran-ajaran yang dianggap feodal dan kuno, termasuk ajaran Konfusius dan Islam. Oleh karena itu, bangunan-bangunan dan buku-buku yang mengandung ajaran feodal harus dihanguskan. Kedua, secara sosial, hubungan muslim Hui-masyarakat Han pada periode Mao tetap menampakkan kondisi yang tidak harmonis, ditandai dengan pecahnya beberapa konflik antar keduanya. Secara keilmuan, skripsi ini merupakan upaya penulis untuk mengisi kekosongan historiografi sejarah Islam modern. Menurut John Obert Voll, penelitian modern tentang muslim minoritas merupakan aspek penting dari sejarah Islam modern. %Z Pembimbing : Prof. H. M. Abdul Karim, M. A., M. A %0 Thesis %9 Skripsi %A ANIFATUN MUSLICHAH , NIM. 10120008 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13112 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T NASIONALISME DI INDIA DAN BERDIRINYA NEGARA PAKISTAN (1906-1947 M) SKRIPSI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13112/ %X Perjuangan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris ditandai dengan adanya konflik antara umat Hindu dan Islam. Umat Hindu berjuang melalui Partai Kongres yang berdiri tahun 1885 M, sedangkan umat Muslim berjuang melalui Partai Liga Muslim yang didirikan tahun 1906 M. Perbedaan di antara kedua partai tersebut menyebabkan perjuangan rakyat India terpecah menjadi dua kekuatan politik yaitu antara Hindu dan Muslim. Partai Liga Muslim inilah yang nantinya mempunyai cita-cita untuk mendirikan Negara Pakistan. Pakistan terwujud setidaknya dengan dua konsep yang berbeda tentang apa yang dimaksudkan sebagai negara Islam. Elit politik memandang Islam sebagai identitas komunal, politik, dan identitas nasional yang mengosongkan kandungan keagamaannya. Sebaliknya sebagian besar penduduk, yang dipimpin oleh ulama dan tokoh-tokoh agama lainnya, mengharapkan sebuah negara dengan undangundang dasarnya, institusinya dan kehidupan sehari-hari harus dikuasai oleh syari’at dan norma-norma Islam. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pergolakan pemikiran di kalangan umat Islam yang dipimpin oleh para ulama. Mereka tidak setuju dengan alasan Partai Liga Muslim berjuang tidak berlandaskan Islam. Jika dilihat dari ideologi dan kepemimpinannya, Partai Liga Muslim lebih banyak bercirikan sekuler dari pada bercirikan Islam. Penelitian ini menggunakan teori Dahrendorf yang mengatakan bahwamasyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Teori ini digunakan untuk mengetahui realitas kehidupan politik di India. penelitian ini menggunakan pendekatan integratif. Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana respon umat Islam terhadap gagasan pembentukan negara Pakistan? Skripsi ini terdiri darilima bab. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan yang berupa sumber sekunder, seperti artikel dan buku-buku, yang didalamnya juga didapatkan data kuantitatif, dan tanpa melewatkan proses verifikasi dan interpretasi. Setelah dilaluinya tahap tersebut maka sekripsi ditulis sesuai kaidah penulisan, sistematika pembahasan serta metode ilmiah yang berlaku, yang hasilnya disebut historiografi. %Z Pembimbing : Prof. Dr. M. Abdul Karim M. A., M. A. %0 Thesis %9 Skripsi %A IDA NUR FAIZA , NIM. 10120059 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13123 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KONFLIK DINASTI UTSMANI DENGAN DINASTI SAFAWI TAHUN 1508-1514 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13123/ %X Dinasti Utsmani telah berkuasa di wilayah Anatolia sejak 1300 M, dengan menganut agama Islam yang beraliran Sunni. Wilayah kekuasaan dinasti ini semakin meluas hingga ketiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Afrika. Sementara itu, pada tahun 1501 M dinasti Safawi didirikan oleh Syah Ismail di Tabriz, Persia. Berbeda dengan dinasti Utsmani, dinasti Safawi menetapkan Syiah Itsna Asyariyah menjadi madzhab resmi negara Persia. Pada awalnya perbedaan ideologi ini tidak menimbulkan permusuhan antara keduanya, namun dalam perkembangan selanjutnya keduanya memiliki kepentingan masing-masing, sehingga menjadikan mereka terlibat konflik. Akar dan puncak konflik antara keduanya menjadi menarik untuk diteliti. Dalam menjelaskan konflik antara dinasti Utsmani dan dinasti Safawi, peneliti menggunakan pendekatan politik dengan teori konflik dari Lewis A, Coser. Menurutnya, konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga metode yang dilakukan bertumpu pada empat langkah yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah konflik yang terjadi antara dinasti Utsmani dan Safawi berawal karena perbedaan ideologi yang mencolok. Dinasti Safawi ingin memperkuat kekuasaannya dengan menyebarkan paham Syi’ah ke berbgai wilayah, termasuk ke wilayah kekuasaan Utsmani, sedangkan dinasti Utsmani ingin mempertahankan kekuasaanya dengan melindunggi Muslim Sunni dari pengaruh Syi’ah. Tidak hanya itu, faktor politik dan ekonomi juga turut memicu terjadinya konflik tersebut. Konflik ini mencapai puncaknya dalam perang Chaldiran pada 1514 M. Adapun dampak dari konflik ini adalah Sunni menjadi lebih dominan di Asia Kecil, wilayah Utsmani semakin meluas dan Selat Hurmuz dikuasai oleh Portugis. %Z Pembimbing : Jahdan Ibnu Humam Saleh %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR KHOLIS HAMID, NIM. 09120041 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13131 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T NILAI ISLAM DALAM KESENIAN TARI PANJIDUR KAJIAN MENGENAI TARI PANJIDUR DI DUSUN JAMBON, DONOMULYO-KULON PROGO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13131/ %X Kesenian Tari Panjidur merupakan kesenian rakyat wilayah Dusun Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Kesenian ini berdiri pada tahun 1948 yang diprakarsai oleh Sastrodiwiryo. Kesenian Panjidur berupa tarian yang diiringi dengan lantunan syair atau singir yang berisikan kiasan-kiasan tentang nilai-nilai agama, nilai-nilai moral serta petunjuk untuk menempuh kehidupan kearah yang lebih baik. Menurut penutur sejarah yang dijadikan responden dalam penelitian ini, Tarian Panjidur digunakan sebagai media dakwah oleh para leluhur pada mula berdirinya. Melalui lantunan syair dan dihiasi dengan tarian, dapat menarik perhatian para penonton, sehingga tujuan dan target yang di inginkan dapat tercapai. Kesenian Tari Panjidur ini menarik dikaji karena kesenian ini bukan hanya sekedar kesenian rakyat yang berfungsi sebagai wahana hiburan saja, namun ada nilai tambahanya yakni sebagai mediasi dakwah Islam. Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini, penulis menjelaskan seputar nilai-nilai keislaman yang terkandung di dalam singir Panjidur. Penulis menerjemahkan, serta memberikan interpretasi terhadap lirik-lirik dalam singir Panjidur tersebut. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antropologi sebagai sudut pandang untuk menemukan intisari dari nilai-nilai yang terkandung di dalam singgir Panjidur. Sebagai kerangka teoritis dalam menganalisa data-data yang sudah penulis kumpulkan, penulis mengadopsi teori lambang yang diintrodus oleh Erns Cassirer. Untuk menyesuaikan dengan kontek penelitian ini penulis memilih statemen Erns Cassirer yang mengatakan bahwa “kata adalah lambang”. Jadi setiap kata pada lirik singir Panjidur mengandung berbagai macam makna. Setiap kata tersebut mengkiaskan berbagai nilai yang ingin disampaikan oleh para pengarang singir ataupun penyanyinya. Penelitian ini dilakukan dengan studi lapangan. Penulis melakukan penelitian langsung kelapangan dengan melakukan observasi, interview dan dokumentasi. Sebagai sumber primer dalam penulisan ini, penulis mewawancarai beberapa orang responden yang terlibat ataupun yang berperan penting dalam kesenian Panjidur ini. Kemudian penulis juga mengambil informasi dari bukubuku, skirpsi, koran, serta artikel-artikel yang memuat informasi tentang kesenian Tari Panjidur. Semua data yang telah terkumpul dari sumber primer maupun sumber sekunder akan penulis verifikasi, kemudian penulis berikan interpretasi sebagai wujud dalam mengupayakan otentisitas dan validitas tulisan ini. Sebagai hasil dari penelitian ini, penulis menegaskan bahwa dalam singir kesenian Tari Panjidur terkandung nilai-nilai keislaman yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menempuh kehidupan. %Z Pembimbing : Drs. Badrun Alaina, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A RIZQI AMALIA, NIM. 10120063 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13133 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata Kunci: Upacara, Siraman, Gong, dan Sutojayan. %T SEJARAH PERKEMBANGAN UPACARA SIRAMAN GONG KYAI PRADAH DI SUTOJAYAN, BLITAR, JAWA TIMUR 1952-2013 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13133/ %X Pada kurun waktu antara 1704-1719 M, di Surakarta berdiri seorang raja bernama Pakubuwono I, raja ini memiliki saudara tua seayah yang lahir dari istri selir bernama Pangeran Prabu. Pada saat penobatan Pakubuwono menjadi raja, Pangeran Prabu ingin membunuh Pakubuwono I untuk merebut tahta sebagai raja, namun niat tersebut diketahui oleh petinggi Surakarta. Pangeran Prabu mendapatkan hukuman atas perbuatan tersebut yaitu dengan pengasingan kearah timur yang masih berupa hutan belantara. Karena kondisi alam yang masih berupa hutan rombongan Pangeran Prabu membawa pusaka berupa gong yang bernama Kyai Bicak untuk penawar daerah angker. Sesampai di wilayah timur tepatnya di wilayah Lodoyo, rombongan Pangeran Prabu bertemu dengan Nyi Patosuro dan tinggal di pondokannya. Beberapa waktu kemudian Pangeran Prabu meninggalkan pondokan untuk mencari wangsit, namun kepergiannya berlangsung lama, sehingga Ki Amat Tariman mencari Pangeran Prabu. Akhirnya Ki Amat Tariman menabuh gong sebanyak 7 kali, akan tetapi bukan Pangeran Prabu yang datang melainkan beberapa ekor harimau yang kemudian menunjukkan tempat Pangeran Prabu,semenjak itu gong tersebut diberi nama Kyai Pradah (Kyai Macan). Rombongan Pangeran Prabu meninggalkan pondokan untuk mencari ketenangan, akan tetapi karena medan yang cukup sulit akhirnya gong kyai pradah dititipkan kepada Nyi Partosuro dengan berpesan: gong kyai pradah harus dimandikan dengan air bunga setaman setiap tanggal 1 Syawal dan 12 Maulud, air bekas siraman dipercaya bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit, serta menentramkan hati bagi yang meminumnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosio historis. Pendekatan ini, diharapkan dapat menghasilkan sebuah penjelasan yang mampu mengungkapkan gejala-gejala suatu peristiwa yang berkaitan erat dengan waktu dan tempat, lingkungan dan kebudayaan, peristiwa itu terjadi saat upacara siraman gong kyai pradah. Dapat menjelaskan asal-usul dan segi dinamika sosial serta stuktur sosial di dalam masyarakat yang bersangkutan. Penulis menggunakan teori pemikiran Islam oleh Kuntowijoyo. Jenis penelitian yang digunakan di sini adalah penelitian lapangan atau field research. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk menjelaskan sejarah upacara siraman gong kyai pradah (2) Untuk mengungkapkan perkembangan upacara siraman gong kyai pradah dari periode 1952-1972 dan 1973-2013. Pada periode Imam Bukhori upacara siraman mengalami perkembangan yaitu pembentukan panitia untuk memperlancar upacara siraman, adanya peraturan tetap bahwa upacara siraman tidak diperbolehkan untuk dilaksanakan pada hari Jumat, pada acara penutupan upacara tidak lagi dipentaskannya wayang golek melainkan diganti dengan wayang kulit. Pada periode Supalil terdapat bangunan yang berupa panggung di tengah alun-alun yang berfungsi sebagai tempat upacara, sebelum upacara siraman di alun-alun Lodoyo terdapat pasar malam, adanya tarian baru yaitu tari gambyong yang pementasannya bersamaan dengan pelaksanaan ziarah. Adannya Tamtomo sebagai pengiring rombongan para peziarah. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah %0 Thesis %9 Skripsi %A MARZUMAH , NIM. 10120007 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13143 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T STRATEGI DINASTI MAMLUK DALAM PERTEMPURAN AYN JALUT DI PALESTINA TAHUN 1260 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13143/ %X Pertempuran Ayn Jalut yang terjadi pada tanggal 3 September 1260 M merupakan suatu titik balik kekuatan Islam dari serangan Mongol setelah berhasil menghancurkan pusat peradaban Islam di Baghdad pada tahun 1258 M. Pada saat itu, pasukan Mongol dikenal sebagai dinasti yang tidak terkalahkan dan memiliki pasukan yang terlatih dan komandan yang kuat. Sementara itu jika dilihat, pihak dinasti Mamluk tidak sebanding dengan bangsa Mongol dalam hal apapun. Dinasti Mamluk sedang menghadapi masalah internal antara lain masalah ketidakstabilitasan politik Mamluk, masalah keuangan, dan masalah militer yang tidak cukup kuat menghadapi pasukan Mongol ditambah lagi kualitas militer pasukan Mamluk yang terbilang masih di bawah pasukan Mongol sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kedua pasukan. Ketidakseimbangan kedua pasukan tersebut, memperlihatkan bahwa penggunaan strategi yang jitu mempunyai andil yang besar dalam memperoleh kemenangan dalam pertempuran Ayn Jalut. Dalam sebuah peperangan, penggunaan strategi sangat membantu memperoleh keberhasilan dalam perang. Untuk itu, Sultan Qutuz sebagai pemimpin bertanggung jawab menentukan strategi yang tentunya membawa kaum muslim pada kesuksesan. Strategi perang yang dibentuk oleh Sultan Qutuz bersama Baybars tersebut merupakan faktor logis bagi kemenangan umat Muslim. Meskipun begitu, kemenangan tersebut merupakan jasa dari Mongol Golden Horde yang mengirim bantuan tentara untuk melatih pasukan Mamluk. Dengan demikian, masuk akal jika pasukan Mamluk dapat mengalahkan pasukan Mongol yang hebat dalam hal militer tersebut. Fokus kajian penelitian ini adalah strategi Dinasti Mamluk dalam pertempuran Ayn Jalut yang terjadi pada tahun 1260 M. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap sisi logis terhadap kemenangan yang diraih oleh pihak Dinasti Mamluk sehingga kemenangan tersebut tidak hanya dilihat semata-mata karena keajaiban dan pertolongan Tuhan saja. Penelitian ini tentunya akan bermanfaat untuk belajar merasionalitaskan setiap masalah sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan pemikiran yang matang. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang merekonstruksi masa lampau secara kronologis dan sistematis menggunakan empat langkah penelitian sejarah yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik dengan mengusung teori perang dari Clausewitz dan teori strategi perang dari Sun Tzu. Adapun bentuk-bentuk strategi perang yang dilakukan oleh Dinasti Mamluk dalam pertempuran Ayn Jalut secara garis besar meliputi tiga faktor. Pertama, terkait dengan penilaian dan pengetahuan terhadap kekuatan diri mereka maupun kekuatan musuh. Kedua, usaha-usaha dalam menciptakan kondisi yang membawa kemenangan meliputi posisi strategis, formasi pasukan, taktik pertempuran, penggunaan kode, komando yang tunggal, dan mobilisasi moral. Ketiga adalah pemilihan medan tempur. Keseluruhan langkah yang diambil oleh Sultan Qutuz tentulah memerlukan pertimbangan yang matang sebagai hasil dari pengalaman dan pendidikan yang diperoleh. %Z Pembimbing : - %0 Thesis %9 Skripsi %A AZIZ, NIM. 09123014 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13145 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Keywords: islamisasi, Sejarah Melayu, ulama, sultan %T ISLAMISASI NUSANTARA PERSPEKTIF NASKAH SEJARAH MELAYU %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13145/ %X Islamisasi Nusantara merupakan salah satu tema penting dalam kajian sejarah Islam di Asia Tenggara. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di kawasan Nusantara dapat diketahui dengan menganalisis karya sastra sejarah seperti babad, hikayat, riwayat, dan tambo. Salah satu dari karya sastra sejarah tersebut adalah kitab Sulâlah al-Salâthîn atau Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Seri Lanang, seorang Bendahara Kesultanan Johor pada awal abad XVII M. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana islamisasi Nusantara berlangsung dan bagaimana peran raja dan ulama dalam islamisasi tersebut. Dengan melakukan penelitian pustaka (library research), dan menggunakan teori hermeneutika yang dikembangkan oleh Friedrich Schleiermacher, peneliti berusaha memahami proses kedatangan, penerimaan, dan penyebaran agama Islam di Nusantara dan menginterpretasikan berbagai simbol-simbol seperti Iskandar Dzulkarnain, Nabi Khidzir, sultan, dan Bukit Siguntang Mahameru yang terdapat di dalam Sejarah Melayu dengan melihat konteks historis dan kultural penulisan naskah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa Islam sudah dipeluk oleh sebagian masyarakat Nusantara jauh sebelum abad XIII M. Akan tetapi, islamisasi secara massif penduduk Nusantara terjadi setelah berdirinya Kerajaan Samudera dan Kerajaan Malaka. Kedua kerajaan ini merupakan kerajaan Islam yang berjasa besar dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Kerajaan Malaka berhasil menyebarkan agama Islam ke beberapa wilayah di kawasan Nusantara baik dengan cara damai maupun peperangan. Pola islamisasi yang terdapat dalam naskah Sejarah Melayu menggunakan pola top-down, yaitu Islam pertama-tama dipeluk oleh raja dan kemudian diikuti oleh seluruh rakyatnya. Raja atau Sultan memiliki kedudukan yang sangat tinggi di hadapan rakyatnya. Raja-raja tersebut memiliki gelar sebagai bayangan Tuhan di muka bumi, sesembahan rakyat, dan keturunan Raja Iskandar Dzulkarnain. Kebijakan raja dan dibantu oleh ulama dalam menjalankan pemerintahannya merupakan kunci kesuksesan islamisasi tersebut. Selain sebagai guru agama, para ulama juga menduduki jabatan-jabatan penting di kerajaan seperti sebagai Penasehat Raja dan Qadhi. Selain itu, pemikiran politik Sunni berpengaruh besar dalam penulisan Sejarah Melayu. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi, M. Hum dan Dr. Imam Muhsin M, Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A BARZAN ANITA FATMAWATI , NIM. 09120058 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13146 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KORELASI LAGU GUNDUL-GUNDUL PACUL DAN LIR-ILIR DENGAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13146/ %X Islam terbukti merupakan agama yang sukses berkembang di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Keberadaan Islam di Jawa terutama di Jawa Tengah tidak lepas dari usaha penyebaran Islam oleh Walisongo. Sunan Kalijaga merupakan Walisongo yang menyebarkan Islam melalui kesenian diantaranya yakni melalui syair-syair lagu. Salah satu hasil peninggalan budaya Islam di Jawa Tengah yang sampai sekarang ini masih dapat dijumpai dalam bidang kesenian terutama syairsyair lagu adalah yang kini dikenal dengan Lagu Daerah, diantaranya adalah lagu Gundul-Gundul Pacul dan Lir-Ilir. Lagu Gundul-Gundul Pacul dan Lir-Ilir ini merupakan salah satu Lagu Daerah yang disebut juga sebagai Lagu Dolanan dan cukup familiar ditelinga anak-anak di Jawa Tengah. Lagu dolanan ini biasa dinyanyikan disela-sela permainan anak-anak. Meskipun lagu ini merupakan lagu dolanan (lagu permainan), namun jika di telaah lebih dalam, syair lagu dolanan yang berjudul Gundul-Gundul Pacul dan Lir-Ilir ini memiliki makna dan pesan Islami di dalamnya. Jika di telaah lebih lanjut lagi terdapat korelasi antara isi dari syair lagu tersebut dengan ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan kata lain, lagu ini diciptakan bukan hanya sekedar untuk permainan saja melainkan juga menyampaikan pesan Islami. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui makna dan pesan dalam lirik lagu Gundul-Gundul Pacul dan Lir-Ilir. (2) Mengungkapkan korelasi antara pesan yang disampaikan dalam lagu Gundul-Gundul Pacul dan Lir-Ilir dengan ayat-ayat Al-Qur‟an. Penelitian ini memakai pendekatan semiotik. Semiotika adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Semiotika juga merupakan suatu proses mental, proses penemuan makna (meaning) suatu obyek melalui rekonstruksi dan kombinasi tanda-tanda. Selanjutnya makna dari lagu Gundul-Gundul Pacul dan Lir-Ilir ini dikorelasikan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A HENI FITROTUL MUNA , NIM.10120071 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13150 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KEBIJAKAN KEAGAMAAN SYAH ISMA’IL I PADA MASA DINASTI SHAFAWIYAH DI IRAN (1501-1524 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13150/ %X Dinasti Shafawiyah merupakan salah satu dari tiga dinasti besar yang mempunyai peradaban tinggi pada abad pertengahan. Dinasti Shafawiyah didirikan oleh Syah Isma‟il I pada tahun 1501 M. Nama Shafawiyah dinisbatkan kepada Syekh Ishak Shafiuddin, pendiri Tarekat Shafawiyah. Shafiuddin mengubah gerakan keagamaan yang awalnya hanya merupakan kelompok pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di daerah Persia, Syiria, dan Anatolia. Pada masa kepemimpinan Syah Ismail I, Shafawiyah yang pada mulanya merupakan gerakan keagamaan berubah menjadi dinasti, sebuah pemerintahan yang besar di Iran. Sebelum menjadi Syah Iran, Isma‟il I sudah menaklukkan beberapa wilayah, salah satunya Azerbaijan. Setelah menaklukkan Azerbaijan, dalam khutbah Jum‟atnya, ia memplokamirkan diri sebagai Syah Iran dan menjadikan Tabriz sebagai ibu kotanya. Bersamaan dengan itu, Syah Isma‟il I menetapkan Syi‟ah sebagai madzhab resmi negara. Kepemimpinan Syah Isma‟il I mencapai kesuksesan. Dalam sepuluh tahun pertama, Isma‟il I berhasil menaklukkan beberapa wilayah, mencakup seluruh Persia, Bulan Sabit Subur, Sirwan, sekitar Laut Kaspia, dan Khurasan. Dia selalu menang dalam pertempuran. Para pengikutnya menganggap dia adalah “Bayangan Tuhan di Muka Bumi“. Akan tetapi, pada pertempuran di Chaldiran tahun 1514 M, Syah Isma‟il I dikalahkan oleh Sultan Salim dari Turki Utsmani. Oleh karena itu, anggapan bahwa Syah adalah pemimpin yang tidak terkalahkan, terbantahkan. Di samping keberhasilan dalam perluasan wilayah, Ismail mempunyai prestasi unggul dalam menetapkan kebijakan keagamaannya, yaitu menetapkan Syi‟ah sebagai madzhab resmi Negara. Dalam menetapkan Syi‟ah sebagai madzhab resmi Negara, ia menghalalkan berbagai cara untuk melancarkan kebijakannya. Ia tidak segan-segan melakukan pemberontakan bahkan pembantaian. Kebijakan Syah Isma‟il I dapat dikatakan berhasil walaupun tidak menyeluruh. Pengaruh kebijakan Syah Isma‟il I bisa dirasakan sampai sekarang, Syi‟ah menjadi madzhab yang dianut oleh mayoritas penduduk Iran. Penelitian ini adalah penelitian historis yang bertujuan merekontruksi terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Syah Isma‟il I secara kronologis dan sistematis, agar peristiwa tersebut dapat dipahami. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian dengan sumber tertulis seperti buku dan jurnal. Rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian adalah; Bagaimana kondisi sosial-keagamaan Iran menjelang kepemimpinan Syah Isma‟il I; Bagaimana kepemimpinan dan kebijakan Syah Isma‟il I; Bagaimana pengaruh kebijakan keagamaan Syah Isma‟il I terhadap perkembangan Islam di Iran. Untuk melakukan analisis yang lebih mendalam mengenai kebijakan Syah Isma‟il I di Iran, penelitian ini menggunakan pendekatan behavioral. Adapun teori yang digunakan adalah teori kebijakan regulatif yang dikemukakan oleh Theodore Lowi, yaitu kebijakan secara paksa (coercive force) yang diterapkan terhadap setiap warga negara. %Z Pembimbing : Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A HERMAN BUSRI , NIM. 10120049 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13151 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T ISLAM DI MADURA (ABAD KE-14 SAMPAI 16 M) PERSPEKTIF HISTORIS %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13151/ %X Masuknya Islam di Madura sama kompleksnya dengan masuknya Islam ke Nusantara. Hal ini bila dilihat dari waktu kedatangannya, siapa pembawanya, dan dari mana Islam pertama kali itu dibawa. Namun demikian, ada beberapa sumber sejarah yang menyatakan bahwa sesungguhnya Islam telah lama masuk di Madura. Sejak awal Madura menjadi persinggahan pedagang-pedagang muslim, khususnya dari Gujarad yang pernah singgah di pelabuhan Kalianget, Sumenep jauh sebelum gencar-gencarnya Wali Songo menyebarkan Islam. Penelitian ini secara umum difokuskan pada kajian islamisasi di Madura. Kajian yang dimaksud meliputi segala usaha dan interaksi antara pendatang muslim dengan masyarakat setempat. Di sisi lain, Madura saat ini mempunyai penduduk yang mayoritas Islam. Hal ini menjadi tanda tanya yang perlu dipecahkan, yang kemungkinannya adalah adanya sebab pada penyebarannya sejak dulu. Kemudian dari problematika tersebut, penelitian ini mencoba memecahkan dan mengetahui beberapa persoalan seperti yang berkenaan dengan kondisi sosial-keagamaan masyarakat Madura sebelum Islam datang, proses awal Islam bersentuhan dengan masyarakat Madura, dan mengetahui secara dalam bagaimana Islam disebarkan dan berkembang di Madura. Tujuannya adalah mengetahui secara detail islamisasi yang terjadi di Madura, serta menelusuri lebih dalam lagi waktu dan aktor penyebar Islam di daerah ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah. Hal ini dilakukan agar dapat memahami setiap peristiwa yang terjadi dalam konteks pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhannya, dan setiap peristiwa tersebut dapat dikaji dari sisi prosesnya secara kronologis. Kemudian, penulis juga menggunakan teori peranan sosial dan interaksi sosial, yang digunakan untuk mengakaji peranan dan interaksi sosial yang terjadi waktu itu. Metode yang digunakan dalam peneletian ini adalah metode sejarah, yaitu suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis analitis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data-data yang didapat. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui berdasarkan fakta yang didapat bahwa masyarakat Madura telah lama bersentuhan dengan masyarakat luar dengan media perdagangan laut (maritim). Hal ini juga disebabkan dengan kondisi Madura dan Nusantara pada umumnya yang sangat strategis dan menjadi tumpuan perdagangan internasional waktu itu. Oleh sebab itu pula Islam pada masanya dikenalkan dengan jalur perdagangan. Terbukti bahwa Islam telah masuk ke Madura sudah sejak lama, khususnya yang dibawa oleh pedagang dari Gujarad yang singgah di pelabuhan Kalianget, Sumenep pada abad ke-7 M. Pada masa-masa berikutnya, sekitar abab ke-14 M dan seterusnya adalah tahap penyebaran Islam yang kala itu memang gencar dilakukan oleh beberapa ulama dari Jawa. %Z Pembimbing : Syamsul Arifin %0 Thesis %9 Skripsi %A NIDA YUNIARTI , NIM. 09120025 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13156 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata kunci: Ferdinand II, Kebijakan, dan Dampak %T KEBIJAKAN FERDINAND II TERHADAP UMAT ISLAM DI GRANADA PADA TAHUN 1492-1502 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13156/ %X Ferdinand II adalah raja dari kerajaan Aragon yang menikah dengan Isabella 1 pada tahun 1469 M. Dia mempunyai kebijakan untuk umat Islam di Granada agar mematuhi perintahnya. Tahun 1492 M, dia sukses menaklukkan Granada berkat adanya kebijakan tentang kesepakatan perjanjian dengan Abû Abdullâh (raja dinasti Nashriyah) yang sudah menyerah. Isi perjanjian penyerahan Granada berisi 67 Pasal yang intinya berisi jaminan keselamatan jiwa, agama, harta benda, kehormatan, pemikiran, dan kebebasan untuk umat Islam di Granada. Tapi kenyataannya semua pasal perjanjian tak satupun dipatuhi Ferdinand II setelah berkuasa sepenuhnya di Granada. Selanjutnya Ferdinand II mengeluarkan aturan konversi agama tahun 1499 M dan pelarangan kaum muslimin tinggal di Granada yang tertuang dalam SK tahun 1501 M dan 1502 M. SK ini bertujuan untuk menekan kaum muslimin. Setelah dikeluarkannya SK kerajaan tersebut maka umat Islam wajib untuk mematuhinya, jika tidak ingin dibaptis secara paksa, dijadikan budak, terusir dari Granada atau bahkan sampai dibantai oleh umat Kristen. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Pendekatan ilmu politik serta teori kekuasaan dari Ibn Khaldun peneliti gunakan. Pokok permasalahan yang disorot oleh peneliti adalah nasib umat Islam di Granada yang terkena kebijakan Ferdinand II pada tahun 1492 M, 1501 dan 1502 M. Tujuannya agar mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat kebijakan tersebut diterapkan terhadap umat Islam disana. Analisa dari permasalahan di atas adalah peneliti menggunakan teori kekuasaan Ibn Khaldun. Hasilnya adalah Ferdinand II ketika sudah berkuasa sepenuhnya di Granada, dia tidak peduli lagi dengan kesejahteraan umat Islam di Granada. Jaminan bagi umat Islam yang tertuang di pasal perjanjian penyerahan Granada, dia melanggarnya. Kemudian dia mengeluarkan kebijakan tahun 1499 M, 1501 M dan 1502 M. Kebijakan tersebut membuat umat Islam menderita dan tidak sejahtera. Akibatnya umat Islam keluar dari Spanyol untuk melarikan diri, dan adanya reaksi berupa pemberontakan untuk menentang kebijakan Ferdinand II. Akibat lainnya adalah mundurnya peradaban Islam. %Z Pembimbing : Jahdan Ibnu Humam Saleh %0 Thesis %9 Skripsi %A WILLY RADIANT CANDRA , NIM. 10120067 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13161 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KEPEMIMPINAN SULTAN HAMENGKU BUWONO II %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13161/ %X Kasultanan Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I. Setelah wafatnya Sultan Hamengku Buwono I kemudian digantikan oleh anaknya yaitu RM Sundoro yang bergelar Sultan Hamengku Buwono II. Dalam menjalankan pemerintahan, Sultan Hamengku Buwono II melakukan berbagai tindakan dalam bidang politik, militer, ekonomi dan seni budaya. Sultan Hamengku Buwono II ialah seorang raja Jawa sehingga konsep kepemimpinan yang kiranya tepat untuk menguraikan kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono II ialah konsep kepemimpinan Jawa. Dalam penelitian ini menggunakan konsep hasta brata. Dari uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini ialah bagaimana kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono II berdasarkan konsep hasta brata? Skripsi ini ditulis dalam 5 bab. Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah. Bab II menguraikan tentang konsep kepemimpinan dan biografi singkat Sultan Hamengku Buwono. Bab III menguraikan tentang tindakan Sultan Hamengku Buwono II. Bab IV menguraikan tindakan Sultan Hamengku Buwono II berdasarkan konsep hasta brata. Dan terakhir yaitu bab V yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan sejarah sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori kepemimpinan yang dicetuskan oleh Peter G Nourthouse. Dari teori ini maka jelas terlihat tentang unsur kepemimpinan sehingga menjadi real dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian pustaka yang berdasarkan pada sumber tertulis yaitu buku, jurnal, thesis dan skripsi. Dari sumber-sumber tersebut kemudian diverifikasi sehingga terpilih sumber yang valid. Setelah itu tahap interpretasi kemudian historiografi sehingga menghasilkan tulisan yang sistematis. %Z Pembimbing : Riswinarno SS,MM. %0 Thesis %9 Laporan D3 %A SETYANINGRUM, NIM. 07120037 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13205 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T KUTTĀB PADA MASA NABI MUHAMMAD DAN AL-KHULAFA’ AL-RASYIDUN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13205/ %X Kuttāb secara etimologi berasal dari bahasa Arab, kataba, yaktubu, kitāban, yang artinya “telah menulis”, “sedang menulis”, dan “tulisan”. Sedang maktab artinya “meja” atau “tempat untuk menulis”, tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis. Kuttāb merupakan tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam. Pada awalnya kuttāb berfungsi sebagai tempat untuk memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak. Pada awal pemerintahan Islam di Madinah, pengajar baca tulis di kuttāb kebanyakkan non- Muslim, karena sedikit sekali kaum muslim yang bisa menulis. Di antara penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di kuttāb ialah Sufyan bin Umayyah bin Abd Syams dan Abu Qais Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Keduanya belajar dari guru Bisyr bin Abdul Malik . Kuttāb dalam bentuk awalnya hanya merupakan ruangan di rumah seorang guru. Pada awalnya guru-guru memberikan pelajaran yang bersumber pada puisi dan syair. Akan tetapi pada saat Islam mulai berkembang dan banyak kaum muslimin yang pandai membaca dan menulis, maka pengajaran baca tulis di kuttāb bersumber pada al-Quran. Al- Kuttāb didirikan oleh orang Arab pada masa Abu Bakar as-Shidiq dan „Umar bin „Khattab. Kuttāb didirikan setelah mereka melakukan penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka melakukan hubungan dengan bangsa-bangsa yang maju. Dalam hal ini peneliti membahas tentang kondisi masyarakat pada saat itu, kemunculan kuttāb, perkembangan kuttāb, pengelolaan kuttāb pada masa Nabi sampai al-Khulafa‟ al-Rasyidun. Selain itu peneliti juga membahas tentang kurikulum kuttāb. Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologis, dan teori challenge and respons (tantangan dan jawaban) yang dikemukakan oleh Arnold J. Toynbee. Menurut teori ini setiap gerak sejarah timbul karena adanya rangsangan untuk melakukan reaksi dengan menciptakan tanggapan atau jawaban dan melakukan perubahan-perubahan. Menurut teori challenge and respons, jawaban dari suatu tantangan belum dapat dipastikan. Sesuatu tantangan akan dijawab dengan berbagai kemungkinan atau aternatif jawaban. Pendekatan dan teori ini digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala yang timbul pada masyarakat sehubungan dengan perkembangan kuttāb pada masa Nabi sampai al-Khulafa‟ al-Rasyidun. Metode yang digunakan peneliti dalam mengkaji kuttāb adalah metode sejarah (Histories Methode) yang artinya suatu penelitian dibuktikan melalui proses pengumpulan sumber-sumber sejarah secara evektif, menilai secara kritis dan menyajikan sintetis dari hasil-hasil yang telah dicapai dalam bentuk tertulis mengenai rekaman dan peninggalan masa lampau yang berkaitan dengan sejarah perkembangan kuttāb. %Z Pembimbing : Prof.Dr.Machasin, M A %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI ROHIMAH , NIM. 07120044 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13375 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PENGARUH DINASTI BUWAIHI TERHADAP PEMERINTAHAN DINASTI ABBASIYAH (905-1055 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13375/ %X Dinasti Abbasiyah adalah salah salah satu dinasti Islam yang paling lama berkuasa, lebih dari 5 abad dan mewujudkan zaman keemasan umat Islam. Masa kekuasaan dinasti ini dapat dibagi atas beberapa periode berdasarkan ciri, pola perubahan stuktur pemerintahan dan stuktur sosial politik maupun tahapan perkembangan yang peradaban yang telah dicapai. Masa Dinasti Abbasiyah dapat dibagi menjadi empat periode dan salah satunya periode Dinasti Buwaihi. Pada periode Buwaihi ini Dinasti Abbasiyah sedang meredup dikarenakan kekisruhan perebuatan kekuasaan. Pangkal persoalannya adalah perebutan kursi amir al-umara (penguasa politik negara) antara wazir dengan petinggi militer. Pejabat militer di ibu kota Abbasiyah memohon bantuan Dinasti Buwaihi. Pasukan Buwaihi berhasil menguasai Baghdad dan memulihkan keadaan. Khalifah Abbasiyah yang pada waktu itu dipimpin oleh Khalifah al-Muktakfi mengangkat Ahmad bin Buwaihi, pimpinan Buwaihi sebagai panglima besar dengan gelar kehormatan Mu’izz ad-Daulah (yang memperkuat kedaulatan). Keadaan ini dimanfaatkan oleh Ahmad untuk menurunkan tahta dan mengangkat Al-Muti (946-974 M) sebagai khalifah yang baru. Sejak kekuasan de facto yang berada di tangan Buwaihi, khalifah yang memimpin pada waktu itu hanya dianggap boneka dan Dinasti Buwaihi mengendalikan semua urusan kepemerintahan. Hal ini terus berlangsung sampai datangnya penguasa Bani Seljuk meruntuhkan kekuasan Buwaihi. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan dua pendekatan yaitu pendekatan ilmu politik dan teori konflik. Untuk mengakaji keadaan pemerintahanya mengunakan ilmu politik sedangkan untuk mengkaji persoalan antara Dinasti Abbasiyah dan Buwaihi mengunakan teori konflik. Penulis memfokuskan kepada latar belakang sebelum datangnya Buwaihi hingga datangnya Buwaihi, pemerintahan Buwaihi serta pengaruhnya. Kajian ini merupakan kajian pustaka atau literature research melalui metode sejarah yakni tahap heuristik atau pengumpulan sumber, tahap verifikasi atau kritik sumber, tahap interpretasi atau analisis dan yang terakhir tahap penulisan atau historiografi. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. M. Abdul Karim MA. MA %0 Thesis %9 Skripsi %A RAHAYU FITRIYANI , NIM. 09123017 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13755 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Keywords: kehancuran Baghdad, penyerangan Bangsa Mongol, keruntuhan Dinasti Abbasiyah %T KEHANCURAN BAGHDAD 1258 M DAN PENGARUHNYA BAGI DUNIA ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13755/ %X Dinasti Abbasiyah adalah salah satu Dinasti Islam yang berdiri sejak tahun 750 M sampai dengan 1258 M. Pada masa kemundurannya, Khalifah Abbasiyah hanya berkuasa di Baghdad dan sekitarnya, hal ini disebabkan oleh berdirinya dinasti-dinasti kecil yang telah melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Menyempitnya wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah menandakan lemahnya sistem pemerintahan pusat dan politiknya. Dalam kondisi seperti ini, para khalifah mengalami kemerosotan moral, hidup bermewah-mewah dan berfoya-foya sehingga mereka tidak menyadari bahaya dari musuh luar yakni serangan Bangsa Mongol. Bangsa Mongol menghancurkan Baghdad yang merupakan pusat peradaban Islam pada waktu itu dan melakukan pembantaian terhadap penduduknya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa yang melatarbelakangi penyerangan Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan ke Baghdad, yang mana di kemudian hari mereka justru memeluk Islam dan membangun kembali peradaban Islam yang pernah mereka hancurkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang sumbernya diambil dari literatur atau pustaka (library research) dengan menggunakan pendekatan politik untuk mengetahui kondisi Dinasti Abbasiyah masa akhir, latar belakang invasi-invasi yang dilakukan oleh Bangsa Mongol dan dampak dari pengaruh yang ditimbulkan dari serangan Mongol ke Baghdad bagi dunia Islam selanjutnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa latar belakang invasi yang dilakukan oleh Bangsa Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam termasuk Baghdad adalah untuk menguasai dunia di bawah kekuasaan mereka tanpa membawa misi menyebarkan agama yang mereka anut sehingga ketika mereka berhasil menguasai wilayah Islam dan bersentuhan dengan umat Islam di wilayah tersebut menjadikan mereka memeluk Islam. %Z Pembimbing : Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A. %0 Thesis %9 Skripsi %A YUSEP , NIM. 10120010 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:13756 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Kata Kunci: Masyarakat Kampung Naga, Tradisi, dan Jampe. %T PELESTARIAN TRADISI JAMPE PADA MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13756/ %X Kampung Naga memiliki banyak aspek kebudayaan yang menarik, unik, dan layak diteliti. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kampung Naga masih memegang teguh adat istiadat dan kebudayan warisan karuhun (leluhur) orang Sunda. Dapat dikatakan Kampung Naga sebagai gambaran masyarakat Sunda zaman dahulu yang masih ada pada zaman sekarang. Pada saat kebudayaan warisan leluhur hampir punah akibat arus globalisasi dan modernisasi, Kampung Naga masih mampu mempertahankannya. Salah satunya adalah tradisi jampe masyarakat tersebut. Jampe adalah bacaan mantra atau do’a- do’a yang digunakan untuk mengobati sakit. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penerapan metode ini meliputi tahapan sebagai berikut; tahap pengumpulan data yang melalui observasi, interview, dokumentasi, analisis data, dan laporan penelitian. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan antropologis. Pendekatan antropologis merupakan landasan untuk memahami perilaku manusia sesuai latar belakang kepercayaan dan kebudayaannya secara manusiawi. Pada masyarakat Kampung Naga, jampe digunakan untuk mengobati sakit yang bersifat sasalad (medis) dan kabadi (magis) serta ada pula jampe yang digunakan ketika hendak melakukan suatu pekerjaan (jampe pamake). Jampe tergolong pengobatan tradisional dan memiliki keunikan tersendiri serta local wisdom yang terwariskan dari generasi ke generasi masyarakat adat Kampung Naga. Jampe dalam masyarakat adat Kampung Naga tergolong unik, karena terdapat akulturasi dalam prakteknya dan dalam bacaannya yang menggabungkan bahasa Sunda Buhun (kuno) bahkan terkadang terdapat bahasa Jawa Kuno dan bahasa Arab. Selain menggunakan bacaan jampe dari seorang Tukang Nyampe (tabib), jampe juga terkadang menggunakan perangkat tambahan berupa ramuan-ramuan tradisional herbal dan benda-benda tertentu dalam pengobatannya, misalnya Cai Barokah (air berkah), Sawen, dan wafak. Jampe pada masyarakat Kampung Naga memiliki fungsi pengobatan, sosialbudaya, dan ekonomi. fungsi sosial jampe yaitu menjaga kesinambungan struktur sosial; fungsi budaya yaitu sebagai suatu karya sastra yang mengandung nilai-nilai dan ajaran luhur yang berguna bagi bidang pendidikan; fungsi ekonomi yaitu sebagai metode pengobatan yang relatif ekonomis dan dapat menjaga kesederhanaan hidup serta persamaan di antara mereka. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Dudung Abdurrahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A RINA NURWATI SAFANGATUN, NIM. 11120106 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20601 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Musik Metal Religi, Band Purgatory, Komunitas Mogerz %P 190 %T BAND PURGATORY 1997-2015 (KAJIAN SEJARAH-BUDAYA SYIAR ISLAM DI INDONESIA MELALUI MUSIK METAL) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20601/ %X Musik metal adalah sebuah aliran yang sering diidentikkan dengan musik keras yang liar, anarkis, dan memuja setan. Namun hal tersebut ditepis oleh band metal Purgatory. Band Purgatory adalah grup musik beraliran NU-metal asal Jakarta yang berdiri sejak tahun 1994 dan mulai terkenal menjadi band metal religi sejak akhir tahun 90-an. Lirik-lirik lagunya berkisar tentang agama Islam, kematian, siksa kubur, keputusaasaan, kritik sosial yang bernuansa gelap dengan sumber utamanya merujuk pada Al-Qur’an dan hadits. Mereka adalah pelopor lahirnya band metal Islam di Indonesia yang diikuti oleh band-band metal syiar lainnya. Band ini ikut mempromosikan gerakan metal mencintai agama yang disebut, Metal Satu Jari (One Finger Movement) dengan slogan Approach Deen Avoid Sin yaitu ajakan menjauhi dosa dan mendekati agama. Kehadiran Band Purgatory memberi dampak munculnya Komunitas Mogerz (Messenger Of God Followers) yaitu komunitas metal penikmat musik Band Purgatory yang berkomitmen anti minuman keras, narkoba, dan seks bebas. Sifat penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah bersifat deskriptif analisis. Teori yang digunakan adalah teori difusi Rivers dengan pendekatan antropologi. Dalam mengumpulkan data, penyusun menggunakan metode lapangan dan data pustaka.Berdasarkan hasil penelitian ini, Band Purgatory merupakan band metal syiar yang di Indonesia yang pertama kali muncul tahun 90-an. Perkembangan band ini dengan komitmen syiarnya terlihat pada album kompilasi Metalik Klinik 1, album 7:172, dan album Beauty, Lies, Beneath. Pada ketiga album tersebut terdapat pesan aqidah, pesan ibadah, pesan akhlak, dan pesan tasyri’. Kehadiran band ini memberikan dampak pada munculnya Komunitas Mogerz yang tersebar di Tangerang, Yogyakarta, Solo, dan Trenggalek, yang mempunyai semangat Islam yang diajarkan Band Purgatory. Setiap komunitas berdiri secara independen mempunyai ciri khas berbeda-beda dalam kegiatan silaturahmi yang diselenggarakan. Band Purgatory dan Komunitas Mogerz menggambarkan fenomena subkultural budaya Islam yang berkembang dalam ruang musik metal. %Z Drs. Badrun M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A TITIK ARUM AHADIYATI , NIM. 07120032 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14340 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PENERAPAN SIKAP POLITIK NON KOOPERATIF H. O. S COKROAMINOTO DI DALAM SAREKAT ISLAM (1912-1934 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14340/ %X H. O. S. Cokroaminoto dilahirkan tanggal 16 Agustus 1882 di desa Bakur, Ponorogo. Ayahnya bernama Raden Mas Tjokroamiseno, seorang wedana di kawedanan Kletjo (Madiun). Dia merupakan cucu dari kyai Hasan Besari (Hasan Basri), Pengasuh Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo yang beristrikan Putri Susuhunan ke II, Kesultanan (Negeri) Surakarta. Dalam diri Cokroaminoto mengalir darah santri sekaligus darah priyayi. Pendidikan formalnya O.S.V.I.A (Opledingsschool voor Indlandsch Ambtenaren) di Magelang, tamat pada tahun 1902. Pada tahun 1905 sampai tahun 1910 masuk sekolah sipil malam, Burgelijke Avondschool (BAS), di Surabaya. Pendidikan Islam didapatnya dari rumah, yaitu mengaji Al Quran. Selain itu, ia juga mendapat didikan agama dari beberapa guru di sekitar Madiun dan Malang. Dengan kemampuannya menguasai sastra Jawa dan bahasa asing, ia juga mempelajari Islam secara otodidak. Dia dijodohkan dengan seorang anak priyayi yaitu Soeharsikin, puteri seorang patih wakil bupati Ponorogo yang bernama Raden Mas Mangoensoemo. Penelitian ini menitikberatkan pada sikap politik non kooperatif Cokroaminoto dalam melawan kolonial Belanda ataupun sikap non kooperatifnya terhadap partai atau organisasi yang berbeda ideologinya. Dengan adanya penelitian ini, dapat diketahui tentang sikap politik non kooperatif Cokroaminoto terhadap kolonialisme Belanda dan terhadap organisasi yang berlainan ideologi, serta dampak yang ditimbulkan dengan adanya sikap non kooperatif tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan behavioral. Tindakan atau perilaku yang ditonjolkan mengenai aktor yang memimpin sebuah pergerakan, latar belakang masyarakat yang dipimpinnya dan interpretasi terhadap situasi dan zamannya. Selain itu, pola-pola dan bentukbentuk pergerakan dijadikan perhatian utama, termasuk juga hal-hal yang terjadi setelah adanya gerakan sosial tertentu. Dalam mengumpulkan data, peneliti malalui studi pustaka (library research). Adapun analisis data beserta penyimpulannya menggunakan metode kualitatif, sehingga mengandalkan pada konperehensif dari sumber-sumber yang ditemukan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karir politiknya dimulai sejak ia bergabung dalam keanggotaan SI (Sarekat Islam), pada tahun1911. Ia diajak oleh pendiri SI itu sendiri, yaitu haji Samanhudi. Hal pertama yang dilakukan Cokroaminoto dalam SI yaitu mengusulkan perubahan nama SDI menjadi SI, kemudian menyusun Anggaran Dasar SI yang baru dan meminta pengakuan dari pemeritah tentang badan hukum SI. Cokroaminoto mempunyai impian untuk menghapuskan segala penderitaan rakyat. Menurutnya, Islam adalah jalan yang tepat untuk mewujudkan impiannya itu. Ketegasannya dalam memegang prinsip Islam dapat disaksikan dalam sikap politiknya yang non kooperatif. Di kalangan SI disebut dengan sikap hijrah (politik hijrah). Sikap politiknya yang non kooperatif ini timbul sebagai protes atas sikap Belanda yang melanggar perjanjian November Bilofte. Selain dengan pihak Belanda, SI juga mengambil sikap non kooperatif terhadap partai atau organisasi yang berlainan ideolgi. Dampak dari sikapnya yang non kooperatif itu antara lain terjadi perpecahan di SI itu sendiri. Selain itu juga mengakibatkan adanya penangkapan para tokoh SI. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah S. Ag., M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A KARYA ALAM , NIM. 07120055 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14344 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI YAYASAN RAUSYAN FIKR 1995-2013 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14344/ %X Menapaki jalan terjal perjuangan sejarah organisasi Rausyan Fikr, merupakan usaha yang nyata dalam mengembangkan pemahaman agama Islam terhadap masyarakat. Karena hal itu, yang menjadi wilayah garapan dari Rausyan Fikr, yaitu untuk memberi manfaat dalam hal pemikiran dan gerakan sosial, bagi kehidupan masyarakat baik Islam maupun non Islam. Yaitu, dengan bersifat terbuka terhadap perkembangan pemikiran yang terjadi di masyarakat dan berdialektika dalam segala fenomena yang terjadi dewasa ini, untuk nantinya dapat menemukan solusi dalam setiap permasalahan baik sosial, budaya, agama dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah, untuk melihat latar belakang atau motif dari berdirinya organisasi Rausyan Fikr?, dan apa yang akan dilakukan dengan kesadaran dalam merespon realitas?. Dengan mencoba memahami, Rausyan Fikr dalam hal gerakan, apa yang dilakukan dari tahun ke tahun dan perubahan apa yang di lakukan dalam menghadapi transisi perubahan zaman dari tradisiona, pertengahan, menuju ke modern. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode dokumen, observasi dan wawancara. Langkah yang dilakukan untuk melakukan analisis tentang data sejarah yaitu, dengan pengumpulan data (heuristic), verifikasi (verification) atau kritik sumber, penafsiran (interpretation), dan sampai pada penyajian data (historiography). Kemudian data diolah dan dianalisis dengan teknik deskriptif-analitik yaitu metode yang digunakan terhadap suatu data yang terkumpul kemudian disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisis. Untuk menganalisis data digunakan cara berfikir induktif, pembahasan yang berdasarkan pemikiran yang bersifat khusus kemudian disimpulkan dalam kegiatan yang umum. Melalui metode penelitian tersebut dapat diuraikan hasil penelitian ini, yaitu : pertama, menjelaskan bagaimana gerakan Rausyan Fikr ada di Yogyakarta, dan apa kegiatan yang dilakukan. Kedua, menjelaskan transformasi apa yang dilakukan setelah melihat realitas masyarakat yang ada di Yogyakarta. Ketiga, untuk menjelaskan kontribusi apa yang telah dilakukan Rausyan Fikr dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun penelitian ini dilaukan, yaitu : untuk memahami gerakan yang tepat dalam mengembangakan organisasi di Indonesia, dalam melihat berbagai fenomena di masyarakat. Dan bagaimana cara menanggapi gejala kemodernan yang terjadi. Sehingga, dengan adanya data dalam melakukan analisis membuat kita lebih dapat mempertimbangkan wacana gerakan apa yang relevan dengan zaman modern ini, untuk membentuk sebuah gerakan peradaban dari pemikiran menuju gerakan aplikatif-progresif di Indonesia. %Z Pembimbing : Drs Musa %0 Thesis %9 Skripsi %A MUSTOFA , NIM. 09120076 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14402 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TRADISI LEGENANAN (KAJIAN TERHADAP AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DI DESA KLUWIH KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG JAWA TENGAH) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14402/ %X Masyarakat Jawa memang terkenal dengan beragam jenis tradisi budaya, baik tradisi kultural yang bersifat harian, bulanan, hingga yang bersifat tahunan, semuanya ada dalam tradisi budaya Jawa. Salah satu tradisi masyarakat Jawa yang sampai sekarang masih tetap eksis dilaksanakan, dan sudah mendarah daging serta menjadi rutinitas bagi masyarakat Jawa pada setiap tahunnya adalah tradisi Legenanan, yang mungkin pada masyarakat desa lain tradisi ini dikenal dengan tradisi sedekah bumi. Tradisi legenanan ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di desa Kluwih yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang terdahulu. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan bentuk akulturasi antara Islam dengan budaya Jawa yang ada dalam tradisi Legenanan, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: bagaimana asal-usul, prosesi atau pelaksanaan ritual tradisi Legenanan, bagaimana bentuk akulturasi antara budaya Jawa dan Islam, apa makna atau persepsi masyarakat desa Kluwih terhadap pengaruh tradisi bagi kehidupan mereka. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, dengan teori akulturasi menurut Koentjaraningrat. Pada hakekatnya penelitian lapangan bertujuan untuk menemukan secara spesifik dan realitas apa saja yang terjadi di masyarakat. Pendekatan Antropologi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah dengan teori etik dan emik. Dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari penelitian tersebut dapat diketahui beberapa hal yaitu, pertama tradisi Legenanan yang ada di Desa Kluwih ini telah ada sekitar kurang lebih tahun 1870an masehi, yaitu pada masa pemerintahan Wongsotirto, yang mana Wongsotirto adalah lurah yang pertama di desa Kluwih. Kedua, proses akulturasi Islam dan Jawa tampak dalam pelaksanaan pementasan wayang golek, yang ketiga persepsi masyarakat terhadap akulturasi Islam dan Jawa dalam upacara Legenanan bagi kehidupan masyarakat sangat beragam ini dapat dibedakan berdasarkan mata pencaharian masyarakat yang ada di desa Kluwih misalnya, petani, PNS, karyawan swasta, pedagang dan aparatur desa. Mereka memberikan keanekaragaman dalam menanggapi tradisi Legenanan bagi kehidupan mereka, namun sebagian besar masyarakat menganggap bahwa tradisi Legenanan masih penting untuk dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan yang ada. %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD NURALI , NIM. 09120082 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14414 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TRADISI ISTIGHATSAH KUBRO DI PEMAKAMAN K.H ABDUL HANAN DESA BABAKAN CIWARINGIN CIREBON JAWA BARAT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14414/ %X Pada dasarnya istighatsah adalah sebuah praktek ritual keagamaan yang bersifat individual.Akan tetapi bersama berjalannya seiring waktu istighatsah tidak hanya sebatas pada ritual keagamaan saja tetapi lebih dari itu. Perubahan praktek ini dipengaruhi oleh pemaknaan yang berubah, sesuai kondisi sosial budaya dimana istighatsah itu dilaksanakan.Salah satu contoh yaitu tradisi istighatsah malam Jum’at yang ada di Babakan Ciwaringin Cirebon. Desa Babakan adalah salah satu desa yang memiliki banyak pondok pesantren dan tradisi keagamaan yang kental. Tradisi itu dilakukan oleh santri dan masyarakat, diantaranya yaitu tradisi istighatsah. Kegiatan tersebut sampai sekarang masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Babakan. Tradisi istighatsah di Babakan merupakan peninggalan leluhur yaitu K.H Abdul Hannan ketika masih hidup. Pada mulanya bahwa tradisi hanya dilakukan oleh 10 orang saja yang dipimpin langsung oleh K.H Abdul Hannan. Setelah ia meninggal dilanjutkan oleh anaknya K.H Makhtum Hannan yang diikuti oleh sekitar 1000 ribu orang yang berasal dari berbagai wilayah. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setiap 2 bulan sekali, tepat jatuhnya padamalam Jum'at akhir dua bulan Hijriyah. Pemakaman atau kuburan saat ini banyak dijadikan ajang sebagai acara tradisi keagamaan. Baik dalam bentuk kesenian wayang, ziarah, dan istighatsah. Tradisi istighatsah yang dilakukan di pemakaman ada keunikan tersendiri yang perlu diteliti secara ilmiah. Keunikan berupa adanya kepercayaan dari masyarakat dan santri bahwa di pemakaman ada makhluk ghoib yaitu berupa "macan putih", menurut mitos mengatakan bahwa ketika orang berziarah di pemakaman dengan melakukan tirakatan (lelakon) secara istiqomah, insya Allah akan mendapatkan kemudahan sesuai dengan profesinya, dengan melalui perantaraan bertemu macan putihnya K.H Abdul Hannan. Kemudian tradisi ini berbeda dengan istighatsah lainnya, baik dilihat dari tempat, simbol dan waktu. Penelitian istighatsah ini adalah penelitian lapangan yang membutuhkan pengamatan dan wawancara langsung pada pelaku tradisi istighatsah. Metode yang digunakan adalah metode penelitian budaya dengan jenis penelitian kualitatif (deskriptif) dan memakai pendekatan antropologi, historis dan fenomenologi yang menitikberatkan pada bagaimana pendekatan ini membangun pemahaman realitas atau fakta kebenaran yang terjadi pada tradisi Istighatsah Kubro. Sedangkan teori yang diterapkan adalah teori fungsionalisme struktural yang dipelopori oleh Radcliffe Brown. Ia berpendapat bahwa setiap analisis budaya itu harus sampai pada makna dan fungsi dalam kaitanya budaya dengan manusia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Teori konsep Rudhilf Otto sikap kagum terhadap sesuatu yang gaib (teori azas religi). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan bersifat obyektif. Hal yang penting dalam penelitianini yaitu merumuskan masalah diantaranya bagaimana fungsi,makna dan simbol kepercayaan masyarakat terhadap tradisi istighatsah kubro malam Jum'at akhir di pemakaman K.H Abdul Hannan. %Z Pembimbing : Drs. H. Maman A Malik Sya’roni M.S %0 Thesis %9 Skripsi %A MAHMUD ADIBIL MUKHTAR, NIM. 09120053 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14416 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata Kunci: Naqsabandiyah-Mujaddidiyah-Khalidiyah, Struktur Sosial, dan Keagamaan Masyarakat %T TAREKAT NAQSABANDIYAH MUJADDIDIYAH KHALIDIYAH DI DESA KLAGENSERUT JIWAN MADIUN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14416/ %X Lahirnya gerakan-gerakan tarekat di dunia Islam, tidak lebih sebagai gerakan untuk mentradisikan ajaran sufisme. Gerakan sufisme tumbuh subur pada abad 15-16 M. Gerakan ini yang menjadi cikal bakal lahirnya berbagai jenis tarekat dalam Islam, termasuk Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah yang ada di Desa Klagenserut, Jiwan, Madiun, Jawa Timur. Melihat begitu banyaknya aliran tarekat yang berkembang di Indonesia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap salah satu tarekat yang ada di daerah Jawa Timur, yaitu Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah. Penelitian ini mengambil objek Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah di Desa Klagenserut, Jiwan, Madiun, Jawa Timur. Penelitian ini, menggunakan pendekatan fungsional Malinowski. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah, dan juga perkembangan serta pengaruh Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah bagi masyarakat Desa Klagenserut, Jiwan, Madiun, Jawa Timur. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah obserfasi, wawancara dan dokumentasi. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah di Desa Klagenserut, Jiwan, Madiun, Jawa Timur memiliki corak yang tidak jauh berbeda dengan tarekat-tarekat lain yang ada di Indonesia. Tarekat ini merupakan wadah untuk mencari ketenangan batini dan media untuk memperdalam ilmu tasawuf bagi masyarakat Desa Klagenserut dan sekitarnya. Sejak masuk ke Desa Klagenserut pada tahun 1991, Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah ini mempunyai pengaruh besar terutama bagi pengikut tarekat dan juga bagi seluruh warga Desa Klagenserut. Munculnya tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah ini, mampu membentuk struktur kelompok sosial keagamaan baru, yakni kelompok tarekat dan kelompok masyarakat non tarekat. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A ACH. SULAIMAN , NIM. 08120017 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14583 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T PEMIKIRAN ISLAM W.S RENDRA DI BIDANG KEBUDAYAAN (STUDY KARYA-KARYA RENDRA TAHUN 1995-2009: ESAI, PIDATO, DAN ORASI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14583/ %X W.S. Rendra merupakan seniman, penyair, dramawan terkemuka Indonesia. Posisi Rendra dalam perkembangan sastra modern Indonesia tidak termasuk ke dalam angkatan-angkatan secara konvensional. Rendra hidup pada masa Orde Lama (angakatan 60-an dan angkatan 65-an), menjulang namanya dengan sajak-sajak pamfletnya yang mengandung kritik keras di era Orde Baru (angkatan 70-an), pada tahun 80-an sampai tahun 2000-an Rendra hadir sebagai pemikir kebudayaan dengan kritik-kritik kebudayaan melalui orasi, pidato, dan esai-esainya. Dalam salah satu isi pidatonya, Rendra mengungkapkan perhatiannya terhadap realitas umat Islam Indonesia yang kehilangan jati diri di dalam melestarikan kebudayaan Indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai ke-Islaman. Penelitian ini terfokus pada pemikiran Rendra di bidang kebudayaan dalam perspektif Islam. Kiprah Rendra bagi perkembangan khazanah kebudayaan Indonesia cukup besar. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba meneliti pemikiran Rendra di bidang kebudayaaan dalam perspektif Islam. Pokok-pokok masalah yang dibahas adalah latar belakang kehidupan di lingkungan keluarga, pendidikan, dan sosial keagamaanya, terlebih setelah memeluk Islam; pemikiran kebudayaan; faktor yang mempengaruhi pemikiran Rendra dan pengaruhnya terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia dalam perspektif Islam. Penulisan ini adalah penulisan sejarah intelektual yang berbentuk penelitian kepustakaan (Library resech). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan biografi dan pendekatan Behavioral, pendekatan ini berfungsi meneganlisis sepak terjang Rendra dalam menerima fakta objektif, ditafsiri dan diberi kritik kontrukstif yang berorientasi pada perbaikan ideal situasi sosial-budaya Islam di Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori “Challenge and Renponse” Arnold Toynbee yang menyebutkan, setiap gerak sejarah terjadi karena adanya rangsangan untuk mengadakan reaksi dengan menciptakan tanggapan dan melakukan perubahan signifikan secara lahir dan batin. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pemikiran-pemikiran kebudayaan Rendra dalam perspektif Islam dan untuk menempatkan Rendra sebagai salah satu pemikir kebudayaan yang berorientasi terhadap kuatnya posisi kebudayaan Indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai ke-Islaman. Hasil dari penelitian ini, diketahui berdasarkan fakta-fakta dalam buku-buku Rendra dan tulisan para tokoh yang membahas pemikiran Rendra bahwa, karya-karya Rendra mengandung nilai-nilai dan ajaran Islam, seperti tema tata cara bermasyarakat, kebudayaan dan tradisi Islam yang diidealkan sebagai sumber lahirnya daulat manusia, daulat rakyat, dan daulat hukum; konsep kebudayaan Rendra, menentang determinasi alam, artinya kebudayaan harus memberikan pemuasan terhadap kebutuhan roh dan badan bangsa Indonesia, inilah visi untuk membangun kebudayaan Indonesia sebagai manifestasi dari kebudayaan Islam. Peran pemikiran Rendra terhadap kebudayaan Islam Indonesia, dipandang dari posisi Rendra sebagai budayawan yang memiliki sikap dan laku kebudayaan dengan orientasi memberdayakan kebudayaan Indonesia yang berlandaskan ke-Islam-an. %Z Pembimbing : Dr. Mahasrsi %0 Thesis %9 Skripsi %A TITIK ARUM AHADIYATI , NIM. 07120032 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14655 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T PENERAPAN SIKAP POLITIK NON KOOPERATIF H. O. S COKROAMINOTO DI DALAM SAREKAT ISLAM (1912-1934 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14655/ %X H. O. S. Cokroaminoto dilahirkan tanggal 16 Agustus 1882 di desa Bakur, Ponorogo. Ayahnya bernama Raden Mas Tjokroamiseno, seorang wedana di kawedanan Kletjo (Madiun). Dia merupakan cucu dari kyai Hasan Besari (Hasan Basri), Pengasuh Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo yang beristrikan Putri Susuhunan ke II, Kesultanan (Negeri) Surakarta. Dalam diri Cokroaminoto mengalir darah santri sekaligus darah priyayi. Pendidikan formalnya O.S.V.I.A (Opledingsschool voor Indlandsch Ambtenaren) di Magelang, tamat pada tahun 1902. Pada tahun 1905 sampai tahun 1910 masuk sekolah sipil malam, Burgelijke Avondschool (BAS), di Surabaya. Pendidikan Islam didapatnya dari rumah, yaitu mengaji Al Quran. Selain itu, ia juga mendapat didikan agama dari beberapa guru di sekitar Madiun dan Malang. Dengan kemampuannya menguasai sastra Jawa dan bahasa asing, ia juga mempelajari Islam secara otodidak. Dia dijodohkan dengan seorang anak priyayi yaitu Soeharsikin, puteri seorang patih wakil bupati Ponorogo yang bernama Raden Mas Mangoensoemo. Penelitian ini menitikberatkan pada sikap politik non kooperatif Cokroaminoto dalam melawan kolonial Belanda ataupun sikap non kooperatifnya terhadap partai atau organisasi yang berbeda ideologinya. Dengan adanya penelitian ini, dapat diketahui tentang sikap politik non kooperatif Cokroaminoto terhadap kolonialisme Belanda dan terhadap organisasi yang berlainan ideologi, serta dampak yang ditimbulkan dengan adanya sikap non kooperatif tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan behavioral. Tindakan atau perilaku yang ditonjolkan mengenai aktor yang memimpin sebuah pergerakan, latar belakang masyarakat yang dipimpinnya dan interpretasi terhadap situasi dan zamannya. Selain itu, pola-pola dan bentukbentuk pergerakan dijadikan perhatian utama, termasuk juga hal-hal yang terjadi setelah adanya gerakan sosial tertentu. Dalam mengumpulkan data, peneliti malalui studi pustaka (library research). Adapun analisis data beserta penyimpulannya menggunakan metode kualitatif, sehingga mengandalkan pada konperehensif dari sumber-sumber yang ditemukan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karir politiknya dimulai sejak ia bergabung dalam keanggotaan SI (Sarekat Islam), pada tahun1911. Ia diajak oleh pendiri SI itu sendiri, yaitu haji Samanhudi. Hal pertama yang dilakukan Cokroaminoto dalam SI yaitu mengusulkan perubahan nama SDI menjadi SI, kemudian menyusun Anggaran Dasar SI yang baru dan meminta pengakuan dari pemeritah tentang badan hukum SI. Cokroaminoto mempunyai impian untuk menghapuskan segala penderitaan rakyat. Menurutnya, Islam adalah jalan yang tepat untuk mewujudkan impiannya itu. Ketegasannya dalam memegang prinsip Islam dapat disaksikan dalam sikap politiknya yang non kooperatif. Di kalangan SI disebut dengan sikap hijrah (politik hijrah). Sikap politiknya yang non kooperatif ini timbul sebagai protes atas sikap Belanda yang melanggar perjanjian November Bilofte. Selain dengan pihak Belanda, SI juga mengambil sikap non kooperatif terhadap partai atau organisasi yang berlainan ideolgi. Dampak dari sikapnya yang non kooperatif itu antara lain terjadi perpecahan di SI itu sendiri. Selain itu juga mengakibatkan adanya penangkapan para tokoh SI. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah S. Ag., M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MUSTOFA , NIM. 09120076 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14660 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T TRADISI LEGENANAN (KAJIAN TERHADAP AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DI DESA KLUWIH KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG JAWA TENGAH) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14660/ %X Masyarakat Jawa memang terkenal dengan beragam jenis tradisi budaya, baik tradisi kultural yang bersifat harian, bulanan, hingga yang bersifat tahunan, semuanya ada dalam tradisi budaya Jawa. Salah satu tradisi masyarakat Jawa yang sampai sekarang masih tetap eksis dilaksanakan, dan sudah mendarah daging serta menjadi rutinitas bagi masyarakat Jawa pada setiap tahunnya adalah tradisi Legenanan, yang mungkin pada masyarakat desa lain tradisi ini dikenal dengan tradisi sedekah bumi. Tradisi legenanan ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di desa Kluwih yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang terdahulu. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan bentuk akulturasi antara Islam dengan budaya Jawa yang ada dalam tradisi Legenanan, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: bagaimana asal-usul, prosesi atau pelaksanaan ritual tradisi Legenanan, bagaimana bentuk akulturasi antara budaya Jawa dan Islam, apa makna atau persepsi masyarakat desa Kluwih terhadap pengaruh tradisi bagi kehidupan mereka. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, dengan teori akulturasi menurut Koentjaraningrat. Pada hakekatnya penelitian lapangan bertujuan untuk menemukan secara spesifik dan realitas apa saja yang terjadi di masyarakat. Pendekatan Antropologi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah dengan teori etik dan emik. Dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari penelitian tersebut dapat diketahui beberapa hal yaitu, pertama tradisi Legenanan yang ada di Desa Kluwih ini telah ada sekitar kurang lebih tahun 1870an masehi, yaitu pada masa pemerintahan Wongsotirto, yang mana Wongsotirto adalah lurah yang pertama di desa Kluwih. Kedua, proses akulturasi Islam dan Jawa tampak dalam pelaksanaan pementasan wayang golek, yang ketiga persepsi masyarakat terhadap akulturasi Islam dan Jawa dalam upacara Legenanan bagi kehidupan masyarakat sangat beragam ini dapat dibedakan berdasarkan mata pencaharian masyarakat yang ada di desa Kluwih misalnya, petani, PNS, karyawan swasta, pedagang dan aparatur desa. Mereka memberikan keanekaragaman dalam menanggapi tradisi Legenanan bagi kehidupan mereka, namun sebagian besar masyarakat menganggap bahwa tradisi Legenanan masih penting untuk dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan yang ada. %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A JAMALUDDIN , NIM. 10120012 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14664 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Kata kunci: al-Ma'mûn, Mu‘tazilah, kemakhlukan al-Qur'ân, qadîm, Miʻ nah. %T PERKEMBANGAN DAN PENGARUH PEMIKIRAN TEOLOGI MU‘TAZILAH TENTANG KEMAKHLUKAN AL-QUR'ÂN TAHUN 124-218 H/742-838 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14664/ %X Skirpsi ini mengkaji tentang perkembangan dan pengaruh pemikiran teologi Mu‘tazilah tentang kemakhlukan al-Qur_ân tahun 124-218 H/742-833 M. Tujuan dari kajian skripsi ini meliputi dua hal. Pertama, menjelaskan perkembangan pemikiran kemakhlukan al-Qur_ân tahun 124-218 H/742-833 M. Kedua, menjelaskan pengaruh pemikiran kemakhlukan al-Qur_ân setelah tahun 218 H/838 M, dalam bidang sosial politik, maupun budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan sosiologi dengan menggunakan teori “evolusi” H. Spencer sebagai pisau analisa masalah perkembangan aliran Mu‘tazilah. Selain itu, penulis juga menyertakan analisa sejarah pemikiran, mengingat kajian dalam penulisan ini berkait erat dengan sejarah pemikiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran tentang kemakhlukan al-Qur'ân yang lahir pada masa Daulah Umayyah mendapatkan perkembangannya yang pesat ketika diterima dan disebarkan oleh Mu‘tazilah. Mu‘tazilah yang lahir di akhir pemerintahan Daulah Umayyah merupakan aliran teologi yang lebih mengedepankan kekuatan akal dalam memahami agama. Corak pemikiran Mu‘tazilah yang rasional ini menarik hati khalifah al-Ma’mun. hubungan mesrah Mu‘tazilah dan al-Ma_mûn mencapai puncaknya di tahun 827 M ketika Mu‘tazilah dijadikan madzhab resmi negara. Lebih lanjut, hal ini juga membawa pada terjadi penyebaran pemikiran kemakhlukan al-Qur_ân secara resmi oleh negara kepada para ulama dan hakim yang berada di bawah kekuasaan Daulah ‘Abbasiyyah. Ini merupakan puncak tertinggi dalam perkembangan pemikiran al-Qur_ân, tepatnya terjadi pada tahun 218 H/838 M, ketika pemikiran kemakhlukan al-Qur_ânn diidiologisasikan kepada kaum muslimin secara paksa melalui Mi_nah. Setelah tahun 218 H/838 M, pengaruh pemikiran kemakhlukan al-Qur_ân masih cukup kuat baik dalam bidang sosial, politik maupun budaya. Hal ini bisa terlihat dengan munculnya Mi_nah, khususnya pada masa Khalîfah al-Muʻ tashim dan al-Wâtsiq. Selain itu, pengaruh pemikiran ini bisa terlihat juga dalam hubungan antara Umara dan Ulama, takwil terhadap ayat Mutasyâbihat dan pembacaan terhadap al-Qur ân. ˈ %Z Pembimbing : Dr. Nurul Hak, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A NAFIAH EKA URI , NIM. 10120100 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14665 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T ARSITEKTUR MASJID AGUNG KAUMAN, JIMBUNG, KALIKOTES, KLATEN (STUDI KASUS PENGARUH EKOLOGI TERHADAP BENTUK BANGUNAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14665/ %X Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kebahagian sehingga berkembanglah kehidupan beragama. Dengan karya manusia menghasilkan berbagai sarana untuk membantu kemudahan dalam hidupnya. Salah satu hasil karya seni adalah bangunan masjid. masjid di setiap daerah mempunyai perbedaan dan ciri khusus dari segi arsitekturnya. Dalam segi arsitektur sering kali seorang arsitek dalam merancang bangunan memperhatikan kondisi lingkungan alam dan budaya di wilayah tersebut. Sebagai contoh penampilan arsitektur masjid Agung Kauman yang memperlihatkan adanya unsur–unsur lingkungan alam dan budaya pada bangunannya Penelitian tentang “Arsitektur Masjid Agung Kauman, Jimbung, Kalikotes, Klaten (Studi Kasus Pengaruh Ekologi Terhadap Bentuk Bangunan)”, adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unsurunsur ekologi apa saja yang mempengaruhi dan dampak ekologi terhadap bentuk arsitektur masjid. Adapun rumusan masalah yang dijadikan panduan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang melatarbelakangi sejarah berdirinya masjid Agung Kauman? 2. Unsur-unsur ekologi apa saja yang mempengaruhi bangunan masjid?, dan 3. Bagaimana dampak ekologi terhadap arsitektur masjid? Untuk mendapatkan analisis yang mendalam tentang Arsitektur Masjid Agung Kauman, Jimbung, Kalikotes, Klaten (Studi Kasus Pengaruh Ekologi Terhadap Bentuk Bangunan) teori yang digunakan adalah arsitektur dan lingkungan dan menggunakan pendekatan ekologi. Hasil penelitian membuktikan bahwa masjid Agung Kauman didirikan oleh Panembahan Agung yang disebut juga Panembahan Maulana Mas pada abad ke XVI. Panembahan Agung melakukan syiar agama Islam setelah periode Wali Songo. Bentuk bangunan masjid terlihat kokoh dengan konstruksi bangunan kayu yang ditopang dengan 16 tiang penyangga serta memiliki pondasi yang tinggi. Atap masjid berbentuk atap tumpang makin ke atas makin kecil bentuknya dan tingkatan yang paling atas berbentuk limas. Tidak ada jendela yang terbuat dari kaca sehingga ruangan dalam tampak gelap, cahaya matahari bisa masuk ke ruangan melalui kaca di bagian atap. Bangunan masjid menyerupai bentuk rumah tradisional Jawa yaitu Joglo dan memiliki tiga bagian yaitu bagian depan/ halaman, serambi, dan bagian dalam. %Z Pembimbing : Riswinarno, S. S., M. M. %0 Thesis %9 Skripsi %A ACH SHOHEB SONHAJI , NIM. 10120115 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14666 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Kata Kunci : Julian, Tariq bin Ziyad, Andalusia, Konspirasi. %T PERANAN JULIAN DALAM PERLUASAN WILAYAH ISLAM DI ANDALUSIA TAHUN 711 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14666/ %X Usaha perluasanwilayah ke Andalusia dilakukan dua tahap dan berhasil pada periode kedua setelah tertunda sekitar dua puluh delapan tahun. Penaklukan Andalusia memiliki ciri yang unik dari penaklukan di wilayah lain dengan melibatkan Julian, penguasa Ceuta yang memiliki hubungan baik dengan penguasa Andalusia. Julian memiliki peran penting dalam kelancaran penaklukan di Andalusia. Keikutsertaan Julian dalam perluasan wilayah dan bantuannya dalam usaha penyeberangan menjadi hal yang janggal. Ia tidak berusaha melawan terhadap pasukan Muslim ketika sampai ke wilayahnya bahkan mengajak kerjasama untuk masuk ke Andalusia. Kejanggalan yang terjadi inilah yang menjadi fokus penelitian. Mengapa Julian bekerjasama dengan pasukan Muslim untuk menaklukan Andalusia? Permasalahan tersebut akan dijelaskan dengan pendekatan politik untuk menjelaskan bentuk kerjasama diplomasi yang sepakati oleh Julian dan pihak muslim. Penelitian ini dibantu Teori Konspirasi dari Michael Barkun dan menggunakan tipe Event Conspiracy. Konspirasi bermakna rencana rahasia oleh seseorang atau sebuah kelompok untuk melakukan sesuatu yang membahayakan atau ilegal. Tipe Event Conspiracy mengatakan bahwa rencana rahasia yang dilakukan masih dalam satu rangkaian peristiwa, dalam hal ini penaklukan Andalusia. Peran penting Julian dalam masuknya pasukan Muslim di Andalusia dengan menyediakan kapal untuk menyeberang, mengatur strategi penyeberangan dan menjadi penunjuk lapangan bagi pasukan muslim memiliki alasan tersendiri. Julian ingin membantu iparnya Akhila untuk mendapatkan tahta kekuasaan setelah dikuasai oleh Roderic. Ia juga ingin membalaskan dendam atas perbuatan yang dilakukan oleh Roderic kepada putrinya Florinda, dengan melakukan kesepakatan dengan pasukan Muslim, Julian tidak hanya dapat membalaskan dendamnya kepada Roderic, bahkan Julian tetap menjadi penguasa di Ceuta setelah penaklukan Andalusia selesai. %Z Pembimbing : Drs. H. Maman Abdul Malik Sy, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A ARI KURNIAWAN , NIM. 09120029 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14866 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T TRADISI PERNIKAHAN MASYARAKAT PENUKAL (STUDI KASUS DI DESA PANTA DEWA KEC. TALANG UBI KAB. PALI PROPINSI SUMATERA SELATAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14866/ %X Dalam perjalanan hidupnya, manusia pasti mengalami tingkatan-tingkatan peralihan sepanjang hidupnya. Tingkatan-tingkatan sepanjang hidup manusia dimulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, sampai meninggal dunia. Begitu juga bagi masyarakat Desa Panta Dewa, pernikahan merupakan hal yang sakral. Selain sebagai penerus generasi pernikahan merupakan unsur budaya yang dihayati dari masa ke masa. Adat upacara pernikahan mengatur dan mengukuhkan suatu bentuk hubungan yang sangat esensial antara manusia yang berlainan jenis. Untuk menikahi gadis Panta Dewa dibutuhkan modal dalam hal ini disebut bepintaan dari pihak keluarga mempelai perempuan sebagai bentuk keseriusan sang laki-laki untuk meminang. Jika bepintaan tidak dapat dipenuhi maka secara otomatis sang pria mundur. Tradisi pernikahan ini menarik diteliti karena beberapa masalah yang ada di dalamnya. Diantaranya, bagaimana pelaksanaan pernikahan adat masyarakat Penukal di Desa Panta dewa Kecamatan Talang Ubi ? Apa makna simbol-simbol upacara pernikahan adat masyarakat Penukal di Desa Panta Dewa? Mengapa masyarakat Desa Panta Dewa masih melestarikan pernikahan adat masyarakat Penukal? Beberapa masalah diatas, merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan adat suku bangsa lain di Indonesia. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Panta Dewa Kec. Talang Ubi Kab. Pali Prop. Sumatera Selatan. Dengan menggunakan teori Viktor Turner dengan pendekatan etik. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kualitatif. Karena penelitian ini termasuk dalam penelitian budaya. Hasil dari penelian ini adalah upacara perkawinan adat di Desa Panta Dewa dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu: pra perkawinan seperti jingok rasan, seserahan, nyawak, kebayan. Pelaksanaan upacara perkawinan seperti, mungian nyumbah, akad nikah, nyungsung kabayan, upacara sambutan, persedekahan atau resepsi. Simbol atau lambang-lambang digunakan sebagai sarana untuk memuat pesan-pesan atau nasehat-nasehat bagi masyarakat pendukungnya. Makna-makna yang mengandung pesan tersebut, diperlukan suatu pemahaman tersendiri yang bisa menangkap secara subtansi nilai-nilai yang ingin diwariskan oleh leluhur. Upacara perkawinan adat di Desa Panta Dewa masih diselenggarakan bahkan terkadang cukup mewah dikarenakan faktor gengsi, terutama bagi masyarakat yang terpandang di Desa Panta Dewa. Tradisi perkawinan masyarakat Desa Panta Dewa diharapkan memberikan kontribusi keilmuan bagi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam untuk lebih mengetahui budaya pernikahan terutama yang ada di Desa Panta Dewa Kec. Talang Ubi Kab. Pali Prop Sumatera Selatan. %Z Pembimbing : Dr. Imam Muhsin, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A AFIF BAGHTIAR EFENDI, NIM. 10120097 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14867 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T TRADISI SALAWAT BURDAH SEBAGAI BENTUK PENGHORMATAN TERHADAP TOKOH ISLAM MBAH DUNIYAH DI DESA TAYU WETAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14867/ %X Di sebelah utara kota Pati, terdapat desa yang bernama Tayu. Kata Tayu mempunyai arti “Ditata Ayu” atau dalam bahasa Indonesia berarti ditata menjadi Cantik. Menurut cerita dari masyarakat setempat bahwa dulu kala desa Tayu merupakan sebuah kawasan berupa hutan dengan tanaman pohon-pohon besar dan masih belum ada penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Namun setelah Mbah Duniyah masuk di kawasan tersebut dan ia babadi/menebangi pohon-pohon besar tersebut sehingga daerah tersebut terlihat lebih cantik. Dari peristiwa itulah muncul kata “Tayu” yang sampai sekarang dikenal oleh masyarakat sebagai nama sebuah desa. Tradisi Salawat Burdah Senin Pahing adalah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tayu Wetan, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. Tradisi ini dilaksanakan setiap hari Senin Pahing di makam Mbah Duniyah untuk menghormati tokoh Mbah Duniyah sebagai cikal bakal Desa Tayu. Tradisi tersebut dilaksanakan setiap Senin Pahing dikarenakan hari Senin Pahing diyakini oleh masyarakat setempat sebagai hari wafatnya Mbah Duniyah. Tradisi salawat burdah dilaksanakan di makam Mbah Duniyah dengan tujuan untuk meramaikan makam Mbah Duniyah serta mendoakan Mbah Duniyah. Disamping itu, tradisi Salawat Burdah Senin Pahing ini dapat menjadi ajang silaturrahmi antar warga masyarakat Desa Tayu Wetan. Tradisi salawat burdah terhitung tradisi baru yang masih dilestarikan oleh masyarakat desa Tayu Wetan dan sekitarnya. Mulanya tradisi yang dilaksanakan pada setiap Senin Pahing di makam Mbah Duniyah adalah tradisi terbangan disertai dengan pembacaan alberzanji. Tetapi karena kepopuleran tradisi terbangan menurun kemudian tradisi setiap Senin Pahing di makam Mbah Duniyah diganti dengan pembacaan salawat burdah yang pada waktu itu sedang populer di kalangan masyarakat Desa Tayu. Pada tahun 2002 Salawat Burdah resmi dipakai dalam tradisi Senin Pahing di makam Mbah Duniyah untuk menggantikan tradisi terbangan yang merupakan tradisi sebelumnya. Masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut untuk melestarikan tradisi dari masyarakat terdahulu serta mengharap keberkahan dari nabi Muhammad SAW dan ridlo dari Allah SWT. Penelitian ini disajikan dalam bentuk penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif. Melalui metode tersebut peniliti akan menganalisis data, baik dari teks ataupun sumber data primer serta sekunder yang dapat mendukung proses penelitian. Pada penelitian ini, penulis lebih banyak menggunakan metode wawancara dengan pihak yang terkait dikarenakan sumber data tertulis tidak ditemukan. %Z Pembimbing : Drs. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A EVA MAULIDIYAH BICHRISYEA LIBERTY , NIM. 10120068 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14868 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kata kunci: Sanggring, masyarakat Gumeno, makna simbolis, nilai, fungsi. %T TRADISI SANGGRING DI DESA GUMENO KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK JAWA TIMUR ( STUDI ATAS MAKNA DAN FUNGSI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14868/ %X Sanggring merupakan makanan yang disajikan setiap tanggal 23 Ramadhan di Masjid Jami‟ Sunan Dalem yang berada di Desa Gumeno Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik sebagai menu buka puasa bersama. Tradisi ini disebut-sebut sebagai warisan yang memiliki keterkaitan dengan salah satu penyebar Islam di kota Gresik (Sunan Dalem). Sebelum buka puasa dilakukan, diadakan ritual pembacaan doa-doa yang dilanjutkan dengan menyantap menu “Sanggring” yang diyakini masyarakat sebagai media pengobatan penyakit. Tradisi Sanggring (kebanyakan orang menyebutnya Kolak Ayam) yang dilakukan di Desa Gumeno memiliki keunikan tersendiri yang sepengetahuan penulis tidak ditemukan di daerah-daerah lain dan tradisi ini dapat bertahan sampai sekarang. Demikianlah penulis menganggap penting menjadikan tradisi ini sebagai penelitian karena menarik untuk dikaji lebih jauh lagi. Penelitian ini difokuskan pada tiga persoalan penting yang dituangkan dalam rumusan masalah sebagai berikut; Bagaimana latar belakang munculnya tradisi Sanggring di Masjid Jami‟ Sunan Dalem? Bagaimana proses dalam tradisi Sanggring? Apa makna simbolik dan nilai filosofisnya? Apa fungsi tradisi ini bagi kehidupan masyarakat? Penelitian ini menggunakan dua jenis pendekatan, yaitu; pertama, historis-antropologis untuk mengetahui sejarah serta kondisi masyarakat setempat, kedua, prosesual simbologi untuk mengetahui makna simbol yang digunakan di dalamnya. Teori yang penulis gunakan adalah teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski seorang antropolog modern yang menyatakan bahwa semua unsur kebudayaan dapat memenuhi taraf kebutuhan biologis, psikologis, sosial budaya dan lain-lain. Dalam penelitian ini, dapat dikemukakan bahwa tradisi buka bersama dengan menu Sanggring dilatarbelakangi peristiwa sakit yang dialami Sunan Dalem (Putra Sunan Giri) saat melakukan dakwah di Desa Gumeno Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, serta diperkuat adanya pengalaman-pengalaman ajaib juga keyakinan masyarakat usai melakukan buka bersama dengan menu Sanggring yang dilakukan di masjid Jami‟ Sunan Dalem. Dalam kehidupan masyarakat setempat Sanggring memiliki makna dan nilai tersendiri yang sangat erat kaitannya dengan Islam, selain fungsi awalnyanya sebagai ungkapan rasa syukur atas kesembuhan yang diperoleh Sunan Dalem, fungsi Sanggring pun berkembang dengan adanya fungsi sosial, budaya, politik dan lain-lain. %Z Pembimbing : Siti Maimunah, S, Ag. M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A GANANG MUKTI RAHARJO , NIM. 10120065 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14869 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T K. H. MUNTAHA 1946-2004 (AKTIFITASNYA DALAM BIDANG SOSIAL, POLITIK DAN AGAMA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14869/ %X KH. Muntaha, adalah seorang ulama sekaligus intelektual yang memiliki kewibawaan dan karisma di masyarakat Kalibeber pada khususnya, dan Wonosobo pada umumnya. Ia dapat memberikan keteladanan dan mampu menampilkan kehidupan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pemikiran luas dan pengetahuannya banyak sehingga ia mampu memberikan suatu kontribusi dalam bidang sosial, politik dan agama. Kiai yang terjun dalam bidang politik masih menjadi perdebatan apakah ia pantas untuk menduduki jabatan politik sedangkan KH. Muntaha merupakan sosok ulama yang terjun langsung berpolitik di antaranya menjadi anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana kiprahnya dan aktifitas KH. Muntaha dalam bidang sosial, politik dan agama. Pertanyaan adalah seperti apa kiprahnya dalam bidang social dan agama, di politik ia terlibat dalam anggota MPR apakah atas dasar agama atau kepentingan lain. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Ervin Goffman yang dikenal dengan teori Dramaturgi (teori panggung), teori ini memusatkan perhatian pada interaksi individu-individu yang mempengaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain ketika saling berhadapan. Dalam teori panggung ada dua penampilan, yaitu panggung depan dan panggung belakang. Panggung depan adalah bagian penampilan individu yang secara teratur berfungsi dalam mode yang umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi penonton sekelilingnya. Untuk identifikasi panggung belakang tergantung pada penonton atau hanya diketahui tim. Berkenaan dengan sosok KH. Muntaha peran-peran apa saja yang ia tampilkan dalam panggung, sosial, politik dan agama. Semuanya itu taklepas dari panggung belakang yaitu panggung kehidupan sehari-hari (keluarga, istri dan anaknya). Termasuk masyarakat yang mendukung perjuangannya. Penelitian ini mengunakan pendekatan biografi yang membahas tentang kehidupan KH. Muntaha terutama yang berhubungan dengan kiprahnya dalam bidang sosial, politik dan agama. Dengan pendekatan ini diharapkan bias memaparkan dengan lebih jelas apa saja halhal yang mempengaruhi, minimal memahami apa saja aktifitasnya dalam bidang sosial, politik dan agama. Kiprah KH. Muntaha memberikan pengaruh kepada santri dan masyarakat, terutama dalam bidang sosial, politik dan agama. Dalam hal sosial, ia mampu menjadi pemimpin dan memecahkan persoalan yang ada di masyarakat dengan menjadi imam dan kepemimpinannya dalam kegiatan organisasi social keagamaan. Dalam politiki secara langsung terjun dalam bidang politik dengan menjadi dewan Konstituante dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat). Dalam aspek agama, ia merupakan sosok yang menerapakan system pendidikan agama Islam pesantren dipadukan dengan system pendidikan modern. Ia juga merupakan orang yang sangat respek terhadap al-Qur’an. Kecintaannya kepada al-Qur’an ia tuangkan dalam pengagas mushaf al-Quran yang pernah masuk rekormuri mushaf al-Qur’an terbesar di Dunia. Dengan demikian, baik santri dan masyarakat dapat mengetahui dan memahami bentuk kiprah dan aktifitas KH. Muntaha dalam bidang sosial, politik dan agama sehingga tidak pernah melupakan jasanya. Skripsi ini tidak lain dibuat untuk memperkaya pengetahuan masyarakat dalam memaparakan dan mengenal lebih jauh sosok KH. Muntaha, meskipun masih banyak kekurangan dalam hal penulisan. %Z Pembimbing : Dr. Imam Muhsin, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD SYAFI’I MUFADZILAH RIYADI, NIM. 10120044 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14870 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERKEMBANGAN MASJID AT TAQWA GODEKAN TAMANARUM PARANG MAGETAN TAHUN 1997-2013 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14870/ %X Masjid At Taqwa Godekan didirikan oleh salah satu pengawal sekaligus prajurit pada Perang Diponegoro yaitu K.H Imam Nawawi. Masjid At Taqwa didirikan di Godekan bersamaan dengan babad tanah Godekan tahun 1840 Masehi. Pendirian Masjid At Taqwa bertujuan untuk syiar Islam di wilayah tersebut dan masjid sebagai alat untuk berdakwah. Masyarakat Godekan ketika itu masih berfaham Animisme sehingga dalam syiar Islam memerlukan waktu yang cukup lama. Masjid At taqwa merupakan masjid pertama yang berdiri di Desa Tamanarum. Pada tahun 1997 Masjid At Taqwa ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh BPCB Trowulan. Perkembangan Masjid At Taqwa pada tahun 1997- 2013 terlihat pada fisik dan fungsi Masjid At Taqwa Godekan. Perkembangan fisik tersebut tercermin pada bangunan yang klasik dengan wajah baru dan bahanbahan yang kuat. Fisik masjid saat ini bentuknya sama seperti aslinya saat pertama kali berdiri. Pada perkembangan fungsi, Masjid At Taqwa Godekan tercermin pada perkembangan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di berbagai bidang. Hal ini mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar. Hal ini menjadikan Masjid At Taqwa sebagai masjid kuno yang hidup kembali dengan wajah baru. Pokok permasalahan yang dibahas dalam pembahasan ini adalah perkembangan Masjid At Taqwa Godekan. Masjid ini mempunyai ciri khas yang menarik baik dari segi bangunan maupun fungsinya. Dari segi bangunan masjid tersebut hampir mirip dengan Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta yang berarsitektur Jawa. Dari segi fungsinya masjid tersebut memberikan wadah bagi masyarakat dalam melaksankan kegiatan tradisi-tradisi islam yang diwariskan oleh para leluhur. Seperti ngepung ambeng, muludan, puluran dan lain-lain. Metode penelitian yang penulis lakukan menggunakan 4 (empat) tahap metode sejarah yaitu heuristik (observasi, wawancara dan dokumentasi), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis fakta sejarah) dan historiografi (penulisan sejarah). Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori evolusi universal yang dibawakan oleh H.Spencer. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui perkembangan Masjid At Taqwa tahun 1997-2013. Perkembangan fisik masjid terlihat pada bangunan yang tampak seperti aslinya yang masih tetap berdiri kokoh dengan bahan yang lebih kokoh. Masjid menjadi lebih indah untuk dipandang dan nyaman untuk melakukan ibadah. Perkembangan fungsi terlihat pada perubahan kehidupan masyarakat sekitar baik dalam hal keagamaan, pendidikan, ekonomi maupun sosial budaya. Masjid At Taqwa selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat pendidikan ilmu agama untuk syiar islam maupun sebagai tempat mengadakan tradisi-tradisi Islam Jawa masyarakat setempat. %Z Pembimbing : Siti Maimunah S.Ag., M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR LATIFAH , NIM. 09120048 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:14871 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T INOVASI KI ENTHUS SUSMONO DALAM PERTUNJUKAN WAYANG KULIT LAKON SESAJI RAJASUYO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14871/ %X Nur Latifah. Inovasi Ki Enthus Susmono Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Lakon Sesaji Rajasuyo. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Pertunjukan wayang kulit dikemas untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Hal demikian, Nampak pada pertunjukan wayang kulit dari dulu hingga sekarang walaupun kadar penyajiannya berbeda. Namun saat ini, ada salah satu dalang yang menciptakan gagasan baru dalam pertunjukan wayang kulit yakni, dalang Ki Enthus Susmono. Ki Enthus Susmono telah mengubah pertunjukan wayang kulitnya menjadi media dakwah ajaran Islam, dengan kata lain pertunjukan wayang kulit Ki Enthus Susmono dijadikan sebagai tuntunan, yang lebih menekankan pada ajaran-ajaran agama Islam dalam menyajikan pertunjukan wayang kulitnya. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah inovasi Ki Enthus Susmono dalam pertunjukan wayang kulit lakon Sesaji Rajasuyo. Ki Enthus Susmono salah satu dalang yang inovatif dalam menyajikan pertunjukan wayang kulit yang penuh dengan kreatifitas. Inovasi disini merupakan pemasukan atau pengenalan hal-hal yang dianggap baru. Untuk menganalisis inovasi yang terdapat dalam pertunjukan wayang kulit lakon Sesaji Rajasuyo yang disajikan oleh Ki Enthus Susmono, penelitian ini menggunakan teori evolusi. Penelitian ini menggunakan teori evolusi. Evolusi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mengemukakan tentang perubahan kebudayaan. Kebudayaan disini adalah wayang. Wayang dijadikan subjek dalam penelitian ini. Untuk objek penelitian ini adalah sebuah pertunjukan wayang kulit dengan lakon Sesaji Rajasuyo yang disajikan oleh Ki Enthus Susmono. Dalam pertunjukan wayang kulit lakon Sesaji Rajasuyo yang disajikan oleh Ki Enthus Susmono, sebagai dalang yang inovatif yang penuh kreativitas. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahuai motif Ki Enthus Susmono melakukan inovasi dalam pertunjukan wayang kulit lakon Sesaji Rajasuyo. (2) untuk mengetahui nilai Islam yang terdapat dalam pertunjukan wayang kulit lakon Sesaji Rajasuyo yang disajikan oleh Ki Enthus Susmono. Penelitian ini menghasilkan temuan, yaitu (1) Ki Enthus Susmono melakukan inovasi dalam pertunjukan wayang kulit lakon Sesaji Rajasuyo. (2) dalam pertunjukan wayang kulit lakon Sesaji Rajasuyo yang disajikan oleh Ki Enthus Susmono terdapat nilai Islam yang berhubungan dengan akidah, syari‟ah dan akhlak. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A YULIANI , NIM. 1020085 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2014 %F digilib:15064 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T ISLAMISASI DI CAHYANA, PURBALINGGA JAWA TENGAH ABAD XII-XIII M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15064/ %X Sejarah kedatangan Islam di Pulau Jawa, sangatlah penting untuk diketahui. Mayoritas masyarakat menganggap Wali Sanga adalah tokoh utama yang menyebarkan Islam di Jawa. Berbeda dengan tradisi lisan yang berkembang di kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tepatnya wilayah perdikan Cahyana. Perdikan Cahyana sangat menonjolkan wali-wali yang berkiprah di sana, seperti halnya Syekh Jambukarang, Pangeran Atas Angin, Mahdum Khusen, Wali Prakosa, Mahdum Cahyana, Mas Pakeh dan Mas Barep. Dikatakan bahwa kedatangannya dalam menyebarkan Islam di Nusa Jawa, lebih tua dibandingkan dengan Wali Sanga, yaitu sekitar abad ke-12 M, Cahyana didirikan dengan bernuansa Islam. Tokoh yang mengawali Islam di wilayah Cahyana adalah Pangeran Atas Angin dan Syekh Jambukarang. Pangeran Atas Angin kemudian menurunkan keturunan yang juga berkiprah dalam menyebarkan Islam di sana. Peninggalan-peninggalan yang masih ada sampai sekarang, berupa petilasan Syekh Jambukarang yang berada di Gunung Lawet, makam-makam para tokoh, dan peninggalan yang berupa kitab dan benda-benda peninggalan lainnya yang bercorak Islam. Penelitian ini berangkat dari kegelisahan penulis melihat masyarakat yang kurang mengetahui keberadaan tokoh-tokoh Cahyana, sebagai pelopor awal Islam di Cahyana, di mana tokoh-tokoh ini telah menjadikan adanya Islam yang berkembang pesat di Cahyana. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah berdirinya Cahyana, sejarah singkat para tokoh Cahyana dan metode yang digunakan para tokoh untuk menyebarkan agama Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi dan teori Difusi, pendekatan ini, diharapkan dapat menghasilkan sebuah penjelasan yang mampu mengungkap keadaan masyarakat di Cahyana, dari segala perilaku agar dapat dipahami perbedaan kebudayaan masyarakatnya. Peneliti menggunakan teori Difusi oleh M. Everret M. Rogers yaitu suatu proses di mana informasi, material dan sebagainya menjalar melalui suatu populasi dari suatu daerah ke daerah lainnya. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Sejarah, yaitu Heuristik, Verifikasi, Interpretasi dan Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan para tokoh Cahyana menjadikan Islam berkembang pesat di wilayah Purbalingga. Berawal dari penyebarannya di daerah terpencil sekitar Gunung Panungkulan, desa Grantung, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, sekarang sudah berkembang menjadi 21 wilayah Cahyana. Berbagai peninggalan yang masih ada sampai sekarang, seperti halnya Masjid peninggalan Wali Prakosa, kitab dan makam-makam para tokoh ini sangat dijaga keberadaanya, sebagai wujud penghormatan kepada para wali yang pernah berkiprah di Cahyana, Purbalingga. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah %0 Thesis %9 Skripsi %A TITA SUMIATI , NIM. 10120002 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15267 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Pembimbing : Drs Badrun Alaena, M.Si. %T KESENIAN GENJRING RONYOK DI DESA KAWALI, CIAMIS %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15267/ %X Kesenian tradisional merupakan bagian dari masyarakat yang dapat memberikan hiburan, petunjuk, bimbingan, renungan, nasihat lahir maupun bathin yang dapat dicerna dan diresapi sehingga kesadaran akan arti kehidupan sosial masyarakat dan kehidupan pribadi akan dipahami, dihayati dan diamalkan sehari-hari. Tumbuh dan berkembang kesenian tradisional dikalangan masyarakat memberikan suatu manfaat yang besar bagi mereka, karena mereka dapat mengapresiasikan perasaan sesuai dengan kreativitas. Genjring ronyok adalah salah satu kesenian yang bernafaskan islam. Hal ini bisa dilihat dari sejarah genjring ronyok yang menjadi salah satu media penyebaran agama Islam di Kawali pada tahun 1842, seiring dengan masuknya ulama utusan dari kesultanan Cirebon. Kesenian ini selalu ditempatkan di acara pembuka, pada puncak acara hingga penutup. Disamping sebagai hiburan, kesenian ini juga sebagai tuntunan karena berisikan makna makna ke islaman. Menyebarkan dan menanamkan ajaran islam pada masyarakat sekitar. Genjring ronyok ini menggunakan 10 genjring dan 1 bedug serta terdiri dari 10 orang perempuan atau bahkan lebih sebagai vokalis , dari situlah di sebut ronyok dalam bahasa sunda, karena dilakukan secara bersamaan dan bekumpul. Kesenian genjring ronyok ini berisikan sholawat-sholawat serta syair syair islam Indonesia adalah negara yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, ras, etnis, budaya dan lain lain. Sebagai negara dengan berbagai perbedaan, indonesia pun memiliki beragam kebudayaan yang unik dan menarik. Dengan keragaman tersebut, kita dituntut untuk melestarikan setiap kebudayaan sebagai asset budaya bangsa. Di era modern ini, budaya local rentan sekali akan adanya pengaruh negative dari luar. Hal itu mengancam eksistensi budaya local pada masa saat ini dan kemungkinan besar bisa menghilang, baik budaya local maupun budaya nasional yang terus berusaha untuk terus eksis dan berkembang meskipun dengan segala hambatan. Diantaranya budaya seni genjring ronyok di Dusun Indrayasa yang mulai luntur. Indikasi mulai lunturnya kesenian genjring ronyok ini adalah minimnya peminat menjadi seniman genjring ronyok saat ini dan kurangnya antusias masyarakat pada kesenian ini. Kemudian peneliti juga akan meneliti upaya Pengurus dari kesenian ini dalam mempertahankan kesenian ini agar tetap hidup dalam masyarakat. Penelitian ini bersifat kualitatif, dilakukan untuk mengetahui fakta sosial yang terjadi di masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah tekhnik Observasi, wawancara, serta dokumentasi. Diharapkan dengan melalui tekhnik pengumpulan data tersebut, peneliti mampu mendapatkan data yang dibutuhkan %0 Journal Article %A SUFA'AT MANSUR, 150017909 %D 2001 %F digilib:15352 %J FOLKLOR SEBAGAI MEDIA DAKW AH %T FOLKLOR SEBAGAI MEDIA DAKW AH TELAAH TENTANG PERANAN DAN MAKNA CERITA RAKYAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT ISLAM YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15352/ %X Pada masa dahulu di rnana rnasyarakat hclum tcrhiasa dcngan tulisan, atau tulisan itu haru mcnjadi kccakapan hcbcrapa orang tcrtcntu, maka untuk mengaJarkan atau memheritahukan sesuatu kepada mereka adalah dengan melalui pembicaraan atau omongan. Dan apabila isi dari pemhicaraan itu dianggap perlu juga untuk dtberitahukan kepada generasi selanjutnya, maka pembicaraan tersebut lalu dik;!tnas ke dn.lam ceritt!ra untuk disampaikan secara turun-temurun. Ceritera demikian itu sering disebut sebagai ceriteru rakyat atau istilah bahasa Inggrisnya fi>lklore. Oleh karena itu isi Jari ceritera rakyat tersebut bisa berupa pengungkapan dari aspirasi masyarakat, pengesahan bagi suatu pranata sosial, ataupun sebagai media p~ndidikan. Warungboto sebagai suatu daerah di pmgg1ran wilayah kota madia Yogyakarta yang sebelah timur adalah suatu daerah yang penduduknya mayoritas santri. Ini berl-eda dengan daerah-daerah di sekitamya yang kebanyakan penduduknya adalah "abangan". Namun demikian sebagai suat1 daerah yang dahulu - pt:nduch:knya bdum banyak yang bisa mcmbaca, tcntu saja Warungboto Juga mempunyai sisa-sia pcninggalan ccritcra rakyat dari pard lcluhurnya. Iv1asalahnya adalah, apa saja ceritcra rakyat yang masih tersisa itu, kemudian dari yang masih tcrsisa itu apa rungsinya bagi masyarakat, scrta bagiamana ccritcraceritera tersebut hisa kita rnanfaatkan untuk generas1 kita dan kalu mungkin juga untuk generasi yang akan datang. IJ I 1 Dari hasil penelitian d1 lapangan temyata 111asih tertinggal sebanyak ceritera rakyat yang masih hidup atau diingat oleh sebagian anggota masyarakat. ceritera itu sampai sekarang berfungsi : ceritera berfungsi sebagai pengesahan dari nama tempat ceritera berfungsi sebgai media pendidikan Berdasarkan pengamatan penulis, sebagian dari ceritera tersebut bisa dijadikan bahan bagi'pembuatan ce1ritera yang hermuatan dakwah untuk anak-anak %0 Thesis %9 Skripsi %A AMIRUL MU'MINAH, NIM. 93121246 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2015 %F digilib:4486 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Islam di Kutai, strategi dakwah, adat istiadat, sejarah Islam %T ISLAMISASI DI KERAJAAN KUTAI PADA AKHIR ABAD XVI-XVII %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4486/ %X ABSTRAK Pada awal abad XVI agama Islam mulai dikenal di Kutai, dan agama Islam tidak asing lagi di masyarakat nusantara. Kutai bukan merupakan jalan dagang akan tetapi memiliki sumber alam yang sangat penting yang dapat memaksa para pedagang dari luar untuk singgah di Kutai. Beberapa ada yang beragama Islam dan menetap dan berasimilasi dengan penduduk setempat, yang secara tidak langsung menyebarkan agama Islam. Bentuk pembahasan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu menguraikan kejadian dengan berbagai dimensinya melalui pemberian jawaban terhadap pertanyaan apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana dan mencoba menjawab peristiwa sejarah sehingga kajiannya dikategorikan dengan kajian sejarah dan metode yang digunakan metode historis. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses masuknya Islam di Kutai melalui tiga tahap yaitu pertama, awal abad XVI Islam datang dibawa oleh para pedagang secara langsung. Kedua, Islam masuk secara resmi akhir abad XVI dibawa oleh mubaligh yaitu tuan di Bandang dan Tuan Tunggang di Parangan. Tahap selanjutnya penyebaran Islam pada awal abad XVII dipelopori oleh kerajaan. Masuknya Islam di Kutai secara damai dan penuh kebijaksanaan dengan menggunakan taktik strategi dakwah dengan melihat kultur sosial masyarakat yang ada tanpa menghilangkan adat istiadat yang dimiliki masyarakat setempat pada waktu itu, sehingga masyarakat dapat menerima ajaran Islam tanpa suatu paksaan. Islamisasi ini mengalami puncaknya pada awal abad XVII ditandai dengan dibuatnya Undang-Undang Dasar Panji Selatan dan Undang-Undang Beraja Nanti yang menjadi dasar pemerintahan kerajaan. Undang-Undang ini berdasarkan kepada hukum Islam dan hukum adat. div %Z Pembimbing: Drs. H. Maman Abd Malik SY., M.S %0 Thesis %9 Skripsi %A LINA NURUL LATIFAH, NIM. 96121876 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2015 %F digilib:4489 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Ki Ageng Pandhan Arang I, sejarah Islam di Semarang %T ISLAMISASAI DI SEMARANG MASA KI AGENG PANDHAN ARANG I ( 1476-1496) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4489/ %X ABSTRAK Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidak bersamaan, sehingga sangatlah sulit menentukan dengan tepat waktu pertama kalinya . Masuknya Islam di Indonesia sangatlah berhubungan dengan kondisi Kerajaan Hindu-Budha di wilayah Nusantara. Sebelum Semarang berada di bawah pemerintahan kerajaan Demak, Semarang adalah bagian dari wilayah Kerajaan Mataram (Hindu) pada abad 19-20 M. Nama Ki Ageng Pandhan Arang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Semarang, sebagai tokoh yang menyiarkan agama Islam di Semarang, akan tetapi siapa Ki Ageng Pandhan Arang masih menjadi suatu perdebatan, karena terdapat berbagai asumsi mengenai hal itu yang berbeda-beda. Semarang di Islamkan oleh Ki Ageng Pandhan Arang I, Pada masa itu masih merupakan daerah yang sangat sederhana sebagai sebuah dusun nelayan yang kecil, para penduduknya kebanyakan hidup dari bercocok tanam dan mengusahakan penangkapan ikan. Penelitian ini mengunakan metode historis yang bertumpu pada 4 langkah, yaitu : 1) Heuristik (pengumpulan data)baik dari bahan-bahan tercetak,tertulis dan lisan yang relevan, maupun dari kesaksian siapapapun yang bukan saksi pandangan mata. 2) Verifikasi (Kritik), dengan tujuan untuk mendapatkan sumber yang otentik dan kredibel. 3) Interprestasi, hal ini dengan menggunakan metode analisis. 4) Historiografi, dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan : 1) Semarang pada saat datangnya Islam masa Ki Ageng Pandhan Arang I masih berbentuk jazirah dengan dengan nama Pulau Tirang. 2) Ki Ageng Pandhan Arang I sebagai tokoh pertama kali menyiarkan agama Islam di Pulau Tirang adalah keturunan raja Demak . 3) Masuknya Islam di Semarang atas usaha Ki Ageng Pandhan Arang I sebagai tokoh Utama. Dalam usaha penyiaran Islam ia di bantu oleh orang yang mempunyai pengaruh di masyarakatnya, seperti Endhang Sejunila Wali Lanang. div %Z Pembimbing: Dra. Hj. Ummi Kulsum %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI MARFU'AH, NIM. 94121577 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2015 %F digilib:4494 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Pakistan, Zia Ul-Haq %T ISLAMISASI PAKISTAN PADA MASA ZIA UL-HAQ (1977 - 1988) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4494/ %X ABSTRAK Pada tahun 1970 Islam bangkit kembali sebagai suatu komponen utama pembangunan politik di Pakistan. Sejak berdirinya Negara Pakistan sebagai sebuah tanah air Muslim pada tahun 1947 dan menetapkan konstitusi pertama tahun 1956 sebagai Republik Islam. Perumusan Pakistan dalam pengertian sebuah Negara tersendiri bagi umat Islam pertamakali dicetuskan oleh Muhammad Iqbal dalam pidatonya pada sidang tahunan Liga Muslim India tahun 1930 yang kemudian ide itu direalisasikan oleh Muhammad Ali Jinnah. Pada masa Ayub Khan dibentuk suatu Dewan Penasehat Ideologi Islam dan Lembaga penelitian Islam, selain itu juga melakukan pembaharuan pada peraturan hukum kekeluargaan Muslim pada tahun 1961. Sebelumnya pada tahun 1958 telah menetapkan Undang-Undang Darurat Perang. Pada tahun 1971 Zulfikar Ali Bhutto yang juga pemimpin Partai Rakyat Pakistan (Pakistan People's Party) meraih kekuasaan dengan turunnya Jendral Yahya Khan, yang dengan Undang-Undang darurat Perang (1969-1971) menggantikan rezim Ayub Khan. Pada maasa pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto ini muncul kebijakan Islamisasi yang lebih mengarah kepada sosialisme (sosialisme Islam). Penelitian ini adalah penelitian perpustakaan, dalam pembahasannya menggunakan metode historis untuk melihat latar belakang Istanbul, masuknya Islam, kondisi umat Islam, ekonomi social, politik dan budaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan pendekatan sosiologis. Adapun metode historis adalah menguraikan kejadian dengan berbagai dimensinya melalui pemberian jawaban terhadap pertanyaan apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana dan mencoba menjawab peristiwa sejarah, yang tahapannya dibagi dalam 4 langkah kegiatan yaitu heuristic yaitu meliputi pengumpulan data, kritik yaitu mengkaji keaslian dan kebenaran data, interpretasi, kemudian historiografi yaitu tahap penelitian laporan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdirinya Negara Pakistan didorong oleh keinginan untuk mempunyai tanah air sendiri bagi umat Islam di India, dimana mereka bisa hidup tenang dan dapat menjalankan aktifitas keagamaannya tanpa ada gangguan dari pihak lain. Zia Ul Haq adalah Presiden Pakistan keenam yang menduduki jabatan kepresidenan melalui sebuah kudeta militer dan dikenal sebagai orang yang mempunyai semangat ke-Islaman yang luar biasa, kuat bertahan, ulet dan tidak kenal putus asa. Karir Zia dimulai dari angkatan bersenjata Pakistan. Pada tahun 1974-1975, Zia ditugaskan sebagai penasihat pemerintah Yordania dan setelah itu dia ditunjuk oleh Zulfikar Ali Bhutto sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata Pakistan. %Z Pembimbing: Drs. Dudung Abdurrahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A TITIK NURHAYATI, NIM. 95121707 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2015 %F digilib:4513 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Islam-phobie, kolonialis Barat, politik %T ISLAMOFOBIA DAN AKIBATNYA TERHADAP ISLAM INDONESIA PADA MASA KOLONIAL BELANDA ABAD XIX %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4513/ %X ABSTRAK Gagasan Islam-phobie disebarluaskan secara sengaja dan terprogram bersamaan dengan tersebarnya kaum kolonialis Barat menjajah belahan dunia Timur (Islam). Kolonialis Barat menanamkan suatu pemikiran mengenai Islam yang menakutkan, umat Islam diidentikkan dengan kekuatan pedang dan berpemerintahan otoriter. Islam dipandang dan di cap sebagai agama yang bermuatan destruktif identik dengan fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Pemikiran ini mendarah daging di hampir semua orang barat sehingga mengakibatkan phobie dan dendam terhadap umat Islam. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan metode histories/metode sejarah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan politik karena adanya pembahasan mengenai kebijakan pemerintah colonial Belanda yang diterapkan terhadap umat Islam Indonesia. Islam phobie muncul di Indonesia yang menjangkiti elite politik pemerintah colonial Belanda tidak bias lepas dari akarnya yakni Barat. Islam-phobie muncul di Negara Barat ketika umat Islam berada di puncak kejayaan. Ketika kolonialisme dan imperialisme marak di dunia barat, Islam-phobie tetap ada. Setelah memperhatikan masalah politik, Belanda mempunyai maksud untuk kepentingan status quo di bumi Indonesia. Rakyat Indonesia mulai bangkit melawan Belanda bersamaan dengan bangkitnya umat Islam di luar Indonesia. Melihat kenyataan ini Belanda mulai takut dengan kekuatan Islam. Belanda mulai mengalami Islam-phobie. Untuk mengatasi hal ini Belanda kemudian mengeluarkan kebijakan yang tentu saja berakibat bagi umat Islam Indonesia, yaitu dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. div %Z Pembimbing: Drs. Lathiful Khuluq, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A ALFA FARKHONI, NIM. 09120028 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15393 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T KELOMPOK SENI KRIDOSISWO DUSUN GONDANGAN DESA TAWANGSARI KECAMATAN TEMBARAK KABUPATEN TEMANGGUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15393/ %X Kesenian Kridosiswo adalah suatu dakwah Islam yang disajikan dalam bentuk kesenian. Sajian kesenian ini ditunjukkan dengan tarian yang diiringi dengan musik tradisional dan lagu yang mengumandangkan dakwah Islam dan sholawat Nabi. Kesenian Kridosiswo merupakan kesenian mengenai gerak badan dan jiwa, sarana untuk mengingatkan umat Islam dan manusia pada umumnya agar menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat. Kelompok seni Kridosiswo Dusun Gondangan masih eksis hingga saat ini. Dalam setiap pementasannya menyajikan nyanyian atau kagu dalam bahasa Jawa bernafaskan Islami serta mengandung moral-moral keislaman apabila dilihat dari makna yang terkandung, selain itu terdapat juga unsur-unsur berupa alat musik gamelan Jawa dan bentuk tari-tarian yang indah. Dalam pertunjukkannya kelompok seni Kridosiswo Dusun Gondangan terlihat adanya akulturasi Islam dan budaya lokal yaitu perpaduan antara syair-syair religius berupa sholawat dengan tembang-tembang Jawa seperti lir-ilir. Dalam lagu yang dinyanyikan itu, terdapat pesan-pesan dakwah. Pesan yang diharapkan mampu mempengaruhi segi kognitif para penontonnya, terutama dalam hal pengetahuan keagamaan. Kelompok Seni Kridosiswo sering tampil dalam berbagai acara, seperti dalam pesta pernikahan, khitanan ataupun hari besar agama Islam. Dari pemaparan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian, dengan judul “Kelompok seni Kridosiswo Dusun Gondangan Desa Tawangsari Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung”. Dalam penelitian ini, peneliti menarik sebuah pokok permasalahan yang diteliti, yaitu: bagaimana sejarah berdirinya kelompok seni Kridosiswo, bagaimana proses jalannya pertunjukkan kelompok seni Kridosiswo dan apa saja nilai dan fungsi yang terkandung di dalam pertunjukkan kelompok seni Kridosiswo Dusun Gondangan? Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Fungsional Malinowski yaitu bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur kebudayaan misalnya, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara, metode observasi dan dokumentasi, sehingga penelitian ini diharapkan memperoleh data yang benar dan sesuai kenyataan, agar tercapai penelitian yang valid. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok seni Kridosiswo Dusun Gondangan, Desa Tawangsari, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung memiliki beberapa nilai dan fungsi yang terkandung di dalamnya, yaitu nilai Islam, nilai sosial, nilai budaya. Sedangkan fungsinya yaitu fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi sebagai hiburan dan fungsi sebagai media interaksi sosial. %Z Pembimbing : Ora. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI ZULFAH , NIM.: 09120036 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15394 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Keyword: Walangsungsang, Islamisasi, Cirebon. %T ISLAMISASI DI CIREBON (STUDI TENTANG PERAN DAN PENGARUH WALANGSUNGSANG, 1445-1500 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15394/ %X Islamisasi merupakan tema yang sampai saat ini terus berlangsung. Dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai pengislaman, melalui perubahan agama masyarakat Cirebon yang sebelumnya Hindu kepada Islam (konversi). Masyarakat Cirebon merupakan hasil percampuran antara pribumi dengan suku Jawa dan Sunda dengan pendatang (para pedagang-sufi) dengan agama Islam, membentuk karakter masyarakat plural (sosial-budaya). Walangsungsang selaku putra Kerajaan Padjajaran basis agama Hindu-Sunda memliki peran aktif dalam perkembangan Islam di Cirebon, Penyebar agama Islam, pembuka peradaban Islam Cirebon, Pencetus Keraton Islam Cirebon yang disebut Keraton Pakungwati sebagai pusat pemerintahan Islam di Cirebon. Penulis berusaha mengidentifikasi biografi Walangsungsang dan memahami bagaimana peran dan pengaruh Walangsungsang dalam Islamisasi Cirebon. menginterprtasikan fakta sejarah dengan melihat dalam konteks historis dan kultural. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) melalui penelusuran naskah Cariyos Walangsungsang, refrensi buku yang relevan, serta menjajakkan beberapa tempat bersejarah di Cirebon seperti Keraton, maupun petilasan Walangsungsang. Pendekatan Historis menelusuri data menjadi eksplanasi fakta sejarah dikemas secara kronologis. Teori konversi dan adhesi yang dikembangkan oleh A. D. Nock’s, menurutnya perubahan agama kepada Islam, itu artinya mengalami hubungan tarik menarik antara kepercayaan dan praktek masyarakat ketika berpindah agama, dalam proses tersebut yang disebut adhesi, maka keduanya merupakan proses yang intensif dalam kajian ini. Kelanjutan proses tersebut mengalami artinya mengalami percampuran dua kebudayaan (Hindu-Islam) yang saling bertemu dan mempengaruhi disebut akulturasi. Penulisian ini menghasilkan fakta bahwa Walangsungsang merupakan tokoh sejarah sebagai penyebar Islam di Cirebon, begitu memiliki peran dan pengaruh dalam perkembangan Islam. Melalui legitimasi dari Kerajaan Padjajaran, Walangsungsang merubah pedukuhan Cirebon (Tegal Alang-alang Lemah Wungkuk) menjadi sebuah nagari indenpenden dengan melembaganya ajaran Islam yang melandasi pemerintahan Islam. Sehingga Cirebon mempunyai karakteristik dengan pola penyusunan masyarakat serta hierarki sosial yang kompleks. %Z Pembimbing : Drs. Sujadi, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A SULISTIANI NURHASANAH , NIM. 10120060 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15395 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Kata kunci: Komodifikasi, Simbol agama Islam, Iklan televise %T KOMODIFIKASI AGAMA ISLAM DALAM IKLAN TELEVISI NASIONAL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15395/ %X Latar belakang masalah penelitian ini adalah saat ini simbol-simbol agama semakin marak digunakan di media massa, terutama dalam iklan televisi. Banyak iklan yang menggunakan simbol-simbol agama Islam dalam rangka untuk menarik konsumen Muslim. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa yang menyebabkan terjadinya komodifikasi agama Islam dalam iklan televisi nasional? Bagaimana bentuk-bentuk komodifikasi agama Islam dalam iklan televisi nasional? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan apa penyebab terjadinya komodifikasi agama Islam dalam iklan televisi nasional dan menjelaskan bagaimana bentuk-bentuk komodifikasi agama Islam dalam iklan televisi nasional. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan kerangka teori komodifikasi, sehingga metode penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-analitis. Komodifikasi adalah proses transformasi barang dan jasa yang semula dinilai karena nilai gunanya, menjadi komoditas yang bernilai karena ia bisa mendatangkan keuntungan di pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komodifikasi agama Islam terjadi karena adanya globalisasi dan modernisasi. Globalisasi itu terutama melalui media elektronik, seperti: radio dan televisi. Penelitian ini mengambil tujuh contoh iklan televisi, yaitu: iklan Larutan penyegar Cap Kaki Tiga, iklan larutan penyegar Cap Badak dari Sinde, iklan Telkomsel Ibadah, iklan kosmetik Wardah, dan iklan sampo Sunsilk Clean and Fresh. Dari tujuh contoh iklan tersebut, penulis menemukan empat bentuk komodifikasi agama Islam yang berupa simbol agama Islam dalam iklan televisi, yaitu: model dalam iklan, pakaian yang digunakan oleh model dalam iklan, latarbelakang yang digunakan, dan kata-kata yang diucapkan dalam iklan tersebut. Di dunia yang global ini, fungsi agama mengalami perubahan dengan begitu cepat. Pola-pola perilaku islami telah mengalami perubahan yang sangat besar selama beberapa tahun terakhir. Popularitas pakaian islami dan penggunaan simbol-simbol, serta ekspresi bahasa Islam di media dan tempat-tempat umum semakin ramai. Konsumsi Islam sebagai komoditas keagamaan saat ini telah berkembang dengan pesat. Kaum Muslim sekarang ini semakin menyukai produk-produk Islam dan menggunakannya karena menganggap hal itu sebagai bagian dari ungkapan keimanan. %Z Pembimbing : Dr. Muhammad Wildan, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A ARIF AGUS TRISNO, NIM. 10120098 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15396 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %T BIOGRAFI KH. SAHAL MAHFUDH (1937-2014 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15396/ %X KH. Sahal Mahfudh menjadi salah satu kiai yang mengambil posisi penting dalam struktur kemasyarakatan di desanya, Kajen Margoyoso Pati. Ia merupakan seorang pengasuh pesantren yang menjadi tujuan bagi para orangtua untuk menitipkan putra-putrinya. Dalam kepemimpinannya di dunia pesantren inilah kiai Sahal bersinggungan dan berkomunikasi dengan kondisi sosial masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Realitas sosial keagamaan, ekonomi, dan pendidikan masyarakat Kajen menggugah kesadaran kiai Sahal untuk merespon dengan keilmuan yang digelutinya. Kondisi ini menjadi latar belakang lahirnya pemikiran-pemikiran sebagai sebuah solusi guna diaplikasikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan posisinya sebagai pengasuh pesantren Maslakul Huda kiai Sahal menempati struktur elite bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini menuntut dirinya untuk memainkan peranan dalam berbagai bidang kemasyarakatan. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan biografis dalam penelitian ini. Adapun analisis data dilakukan melalui pengumpulan data, penyajian, dan pengambilan keputusan. Pengumpulan data peneliti lakukan melalui wawancara, dokumen, dan buku-buku yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Sebagai landasan berpikir peneliti menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa kiai Sahal merupakan seorang tokoh yang dibesarkan oleh latar belakang keluarga dan lingkungan sosial yang mengitarinya. Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi pola pikir kiai Sahal. Latar belakang keluarga pesantren membuat ia bersentuhan dan menggeluti ilmuilmu agama, terutama ilmu fiqh. Keilmuannya dalam dunia fiqh ditantang oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat Kajen yang sangat terbelakang. Kondisi ini menuntut kiai Sahal dalam posisinya sebagai seorang kiai pesantren yang hidup di tengah-tengah masyarakat untuk merespon problematika yang dihadapi masyarakat di sekitarnya. Rangsangan sosial dan hasil bacaan melahirkan pemikiran fiqh sosial, yaitu membawa fiqh dari secara qauli ke manhaji atau merubah dari berfiqh secara tekstual ke berfiqh secara kontekstual atau kondisional dan mengedepankan konsep maslahah dalam pengambilan keputusan hukum. Pemikiran fiqh sosial diaplikasikan oleh kiai Sahal dengan kerja nyata melalui pendirian BPPM (Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). Melalui BPPM ia melakukan pembinaan terhadap para perajin kerupuk tayamum, petani, dan peternak. Dalam ranah ini kiai Sahal memainkan peranan yang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat desa Kajen dan sekitarnya. Ia menjadi salah satu dari sedikit kiai pesantren yang berpikiran progresif dengan merespon problematika sosial masyarakat sekitarnya, terutama dalam bidang sosial keagamaan, pendidikan, dan ekonomi. %Z Pembimbing : Drs. Jahdan Ibnu Humam Saleh, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A ABD. RAHEM, NIM. 07120016 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15493 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata Kunci: Tradisi ter-ater, karakteristik, fungsi, masyarakat Desa Banjar Timur %T TRADISI TER-ATER DI DESA BANJAR TIMUR KECAMATAN GAPURA KABUPATEN SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15493/ %X Pokok kajian dalam skripsi ini adalah tradisi ter-ater yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Banjar Timur yang umumnya berprofesi sebagai petani. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini banyak didasarkan pada waktu (hari-hari besar Islam) dan peristiwa (ritual siklus hidup manusia). Tradisi ter-ater pada dasarnya merupakan perpaduan antara nilai-nilai Islam dan kearifan lokal. Nilai-nilai Islam terdapat dalam waktu pelaksanaannya, semangat pelakunya untuk senantiasa menjunjung tinggi silaturahmi, ukhuwah islamiyah, syukur, dan shadaqoh. Sedangkan kearifan lokal terdapat pada menu ter-ater, cara masyarakat Desa Banjar Timur memaknai ter-ater, pandangan masyarakatnya terhadap tradisi ter-ater, selalu adanya tradisi ini dalam setiap agenda sosial-keagamaan dan sosial-budaya masyarakat Banjar Timur, dan cara masyarakat desa ini menerjemahkan perintah Agama Islam lewat tradisi terater. Di luar itu, tradisi ini memiliki karakteristik berbeda pada masing-masing pelaksaannya. Ter-ater yang disandarkan pada waktu umumnya ter-ater utama dan ter-ater yang disandarkan pada peristiwa umumnya ter-ater pendamping. Meskipun demikian, karakteristik ini terdapat beberapa pengecualian berdasarkan pada kondisi sosial-ekonomi masyarakatnya. Bagi masyarakat Desa Banjar Timur, tradisi ter-ater dipercaya memiliki beberapa fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat desa ini, di antaranya dapat mempererat hubungan kekerabatan (silaturahmi), hubungan sosial (ukhuwah islamiyah) dan sebagai media selamatan (slametan). Dari gambaran di atas, melalui penelitian ini, penulis tertarik untuk memotret lebih jauh tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur. Adapun pokok masalah yang dibahas adalah bagaimana kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan agama masyarakat Desa Banjar Timur? Bagaimana proses pelaksanaan tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur? Bagaimana karakteristik dan fungsi tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur? Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-analitis yang berusaha mengungkap tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur dengan cara menggambarkan, memotret, mengkaji, dan menganalisis tradisi ini secara objektif berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori selamatan yang dikemukakan Clifford Geertz (1926-2006) dan fungsionalisme yang diungkapkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942). Clifford Geertz memandang bahwa selamatan berimplikasi pada tingkah laku sosial dan memunculkan keseimbangan emosional individu karena telah di-slameti. Bronislaw Malinowski berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan memiliki fungsi yang dapat memenuhi kebutuhan naluri dan kebutuhan dasar bagi masyarakat bersangkutan, sebagaimana terdapat dalam tradisi ter-ater. Pada dasarnya, tradisi terater memiliki fungsi yang menjadi salah satu alasan masyarakat Desa Banjar Timur melaksanakan tradisi ini. Yakni, fungsi agama yang dapat menjaga dan mempererat hubungan silaturahmi dan ukhuwah islamiyah, fungsi sosial yang menjadi media masyarakat Desa Banjar Timur untuk menjaga hubungan kekebaratan dan hubungan sosial, dan fungsi budaya yang menunjukkan keafiran lokal dan karakter masyarakat desa ini. %Z Pembimbing : Syamsul Arifin, S.Ag, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A LINDA LISTIANINGRUM, NIM. 11120070 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15494 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T TRADISI DHEKAHAN GEDHE DI DUSUN PAYAK KELURAHAN SRIMULYO KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15494/ %X Setiap bangsa mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Demikian pula suku Jawa yang memiliki kebudayaan yang khas, terutama dalam bidang religi yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Salah satu budaya dan tradisi yang masih dilestarikan atau dipertahankan sampai saat ini adalah tradisi Dhekahan Gedhe. Tradisi Dhekahan Gedhe merupakan tradisi yang diawali dari rasa syukur Ki Ageng Prawirorejoso kepada Allah SWT atas kemudahan yang diberikan-Nya berupa melimpahnya hasil bumi tanah Payak, selain itu Ki Ageng Prawirorejoso juga bersyukur atas anaknya yang diperistri oleh Pangeran Mustojo yang kemudian hari menaiki tahtanya dan bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Tradisi ini dilaksanakaan oleh seluruh masyarakat Payak dalam waktu satu minggu pada tiap bulan pertengahan tahun masehi. Keunikan dalam Tradisi Dhekahan Gedhe adalah masih menggunakan ancak dan jodhang sebagai alat pelengkapnya. Keunikan lain dalam tradisi ini juga menggunakan Takir sebagai simbol utama dalam tradisi tersebut. Keunikan yang saya temukan lagi adalah tidak digunakan lagi penanggalan bulan jawa pada pelaksanaan Tradisi Dhekahan Gedhe, melainkan menggunakan bulan kalender tahun masehi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang Tradisi Dhekahan Gedhe di Dusun Payak, mengetahui makna dan fungsi Tradisi Dhekahan Gedhe bagi masyarakat Dusun Payak. Penulis menggunakan pendekatan sosio-historis. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah penjelasan yang mampu mengungkapkan gejala-gejala dari suatu peristiwa yang berkaitan erat dengan waktu dan tempat, serta dapat menjelaskan asal-usul dan segi dinamika sosial serta struktur sosial dalam masyarakat. Adapun teori yang digunakan yaitu teori fungsionalisme tentang kebudayaan yang dikemukakan oleh Brownislow Malinowski. Menurut Malinowski semua unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat mempunyai fungsi. Fungsi yang dimaksud adalah fungsi sosial dari adat, tingkah laku dari manusia dan pranata-pranata sosial. Peneliti menggunakan teori tersebut untuk mengetahui makna dan fungsi Tradisi Dhekahan Gedhe bagi masyarakat Dusun Payak. Studi ini menghasilkan beberapa temuan, antara lain yang pertama adalah pelaksanaan tradisi Dhekahan Gedhe bermula dari rasa syukur Tumenggung Prawiro Rejoso yang anaknya telah diperistri Hamengkubuana VI, dan tradisi ini telah dilaksanakan dari tahun 1855 M sampai sekarang di Dusun Payak. Kedua, dalam pelaksanaan tradisi ini masyarakat Dusun Payak dan sekitarnya berharap mendapatkan banyak berkah dari nasi takir yang menjadi simbol utama dalam tradisi ini. Ketiga, tradisi Dhekahan Gedhe masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Dusun Payak, karena mempunyai makna untuk perbaikan diri dan berfungsi sebagai pemupuk kerukunan dan solidaritas masyarakat, selain itu juga berpotensi sebagai penggerak perekonomian masyarakat daerah melalui berbagai potensi budaya yang ada, seperti wayang, kethoprak, karawitan, dan lain-lain. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A MOHAMAD ZAINUDIN, NIM. 07120036 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15501 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Keyword: Pondok Pesantren Tasawuf, Pondok Pesantren Maulana Rumi, Pondok Pesantren, tasawuf, kontribusi %T PONDOK PESANTREN TASAWUF (STUDI TERHADAP PONDOK PESANTREN MAULANA RUMI DI DESA TIMBULHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKATA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15501/ %X Pondok Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan Islam tertua yang tidak hanya didentik dengan makna keislaman, akan tetapi juga mengandung makna keaslian (Indigenous) Indonesia. Semenjak awal kemunculannya, Pondok Pesantren sudah erat hubungannya dengan Islam bercorak tasawuf. Meski demikian hingga saat ini masih belum ada Pondok Pesantren yang fokus mempelajari kitab-kitab tasawuf tanpa harus terikat pada aliran tarikat tertentu seperti Pondok Pesantren Maulana Rumi. Keberadaan Pondok Pesantren Maulana Rumi sebagai Pondok Pesantren Tasawuf sangat unik dan belum pernah dijadikan sebagai objek penelitian. Berdasarkan hal itu maka menurut penulis penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada tiga pertanyaan, sebagai rumusan masalah, yaitu: Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Maulana Rumi? Mengapa Pondok Pesantren Maulana Rumi disebut sebagai Pondok Pesantren Tasawuf? Apa kontribusi Pondok Pesantren Maulana Rumi dalam bidang pendidikan, spiritual dan sosial kemasyarakatan?Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi dengan menggunakan pendekatan antropologi historis dan metode kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa Pondok Pesantren Maulana Rumi disebut sebagai Pondok Pesantren Tasawuf, karena kegiatan pengajian di Pondok Pesantren Maulana Rumi hanya fokus mengaji kitab-kitab tasawuf tanpa harus terikat dengan aliran tarekat tertentu. Di sisi lain juga terdapat kegiatan riyadhah dan thirakat yaitu dengan bershalawat Qasidah Burdah di sepertiga malam secara rutin setiap malam. Adapun kontribusi Pondok Pesantren Maualana Rumi sebagai Pondok Pesantren Tasawuf, yaitu: Meningkatkan pengetahuan keislaman santri, meningkatkan kualitas spiritual santri, dan membentuk prilaku sosial kemasyarakatan yang baik dengan cara meneladani akhlak mulia Rasulullah Saw. Hasil penelitian di ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terutama dalam memeperkaya khazanah ilmu pengetahuan, utamanya dalam bidang ilmu pengetahuan antropologi budaya %Z Pembimbing : Syamsul Arifin %0 Thesis %9 Skripsi %A HARTONO, NIM. 08120028 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15500 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T KONTRIBUSI K.H. WAHAB HASBULLAH DALAM BERORGANISASI (1914 – 1971 M ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15500/ %X Kontribusi K.H. Wahab Hasbullah Dalam Berorganisa (1914 – 1971 M) Wahab Hasbullah adalah seorang tradisionalis lahir dari keluarga pesantren, tetapi mempunyai ide-ide yang modern. Di samping itu, ia merupakan ulama yang berjiwa juang dan tokoh organisasi yang energik sejak usia muda, untuk memberikan perubahan-perubahan besar terhadap bangsa Indonesia yang mulai tercermin sejak tahun 1914. Hal ini terlihat ketika pulang dari tanah suci Mekah. Dua tahun berlalu yaitu pada 1916, kondisi Indonesia begitu mengenaskan, para penjajah semakin liar menindas bangsa Indonesia, sehingga kiai Wahab mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air), untuk membangkitkan kesadaran rakyat Indonesia melalui pendidikan. Di tahun yang sama ia juga mendirikan Tashwirul Afkar (Gambaran Pemikiran). Upaya Kiai Wahab tidak berhenti sampai disitu. Tahun 1918, Kiai Wahab kembali mendirikan organisasi yang diberi nama Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Saudagar) untuk memperkuat gerakannya. Organisasi ini bergerak sebagai pusat penggalang dana bagi pengembangan agama Islam. Perjuangan Kiai Wahab memberikan wujud nyata bagi lahirnya NU secara formal, sementara Kiai Hasyim Asy’ari adalah ruh dah jiwa bagi NU itu sendiri. Berangkat dari beberapa organisisasi tersebut, Kiai Wahab berusaha mendirikan organisasi yang lebih luas cakupannya “tidak hanya bidang pendidikan”, gagasan ini disampaikan kepada Kiai Hasyim Asy’ari dan dan mendapat persetujuan. Akhirnya ulama-ulama tradisional mengadakan musyawarah di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 / 31 Januari 1926, lahirlah organisasi Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) yang mampu melindungi dan memberikan semangat baru terhadap masyarakat tradisional. Penelitian ini menggunakan pendekatan behaviorisme. Penggunaan pendekatan tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran yang kompleks tentang ketokohan Kiai Wahab, khususnya terkait dalam proses dialektika prilaku sejarah dengan realitas sosial di sekitarnya. Penulis juga menggunakan teori Ashabiyah (primordial), yang digunakan sebagai pisau pembedah interaksi sosial seorang tokoh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, yaitu suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis analitis terhadap rekaman masa lampau berdasarkan data-data yang didapat. Hasil penelitian atau kesimpulan dalam penelitian ini adalah diketahui berdasarkan fakta yang didapat, bahwa Kiai Wahab adalah seorang organisator, politikus dan nasionalis yang mempunyai pemikiran moderat yang jauh kedepan. Kontribusinya sangat besar terhadap bangsa ini, baik pendidikan, keagamaan, dan juga berjuang dalam melawan penjajah. Terbentuknya NU juga mampu membuka pintu lahirnya pendidikan keagamaan, baik secara formal maupun non-formal di lingkungan masyarakat tradisional. %Z Pembimbing : Fatiyah, S.Hum., MA, %0 Thesis %9 Skripsi %A A.FUAD, NIM. 08120057 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15502 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T FUSI PARTAI-PARTAI ISLAM MENJADI PPP PADA MASA AWAL ORDE BARU (1971 – 1973) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15502/ %X Umat Islam merupakan penduduk mayoritas di Indonesia. potensi ini sangat disadari oleh kalangan politikus partai-partai Islam dankarena itu adanya sebuah koalisi dari partai yang berbasiskan agama itu sangatlah di harapkan elit politik partai-partai islam. Perjalanan parpol islam di indonesia dari sejak dulu hingga sekarang memang penuh liku-liku, mulai dikurangi peranannya pada masa demokrasi terpimpin, kemudian pasca demokrasi terpimpin pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai politik Islam melalui fusi partai politik dalam satu partai yang bernama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pemaksaan akan fusi oleh Orde Baru membuat empat partai Islam yang sebelumnya terpisah dengan terpaksa harus bergabung ke dalam satu wadah partai yang bernama Partai Persatuan Pembangunan. Keempat partai tersebut ialah Partai NU, Parmusi, PSI dan Perti. Dalam hal ini, peniliti berupaya mengkaji latar belakang ternjadinya kebijakan fusi partai politik yang dilakukan oleh Orde Baru kemudian juga latar belakang keempat partai sebelumnya yang tergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan serta respon umat Islam tentang adanya fusi partai politik yang berpengaruh juga pada partai Islam. Dalam meneliti kajian di atas, peneliti menggunakan teori Gabriel A. Almond, yaitu teori Stukrtural-Fungsional. Menurut Almond, bahwa “pada setiap sistem politik pasti terdapat fungsi-fungsi yang harus ada demi berlangsungnya kehidupan sistem politik itu sendiri. Tanpa fungsi-fungsi itu, tidak akan ada sistem politik.Sumber teori ini memusatkaan perhatian pada usaha menemukan fungsi politik yang ada dalam suatu sistem politik dan kemudian menelaah struktur politik apa yang melaksanakan fungsi-fungsi itu. Jadi, menurut Almond, ciri-ciri universal yang pasti dimiliki oleh setiap sistem politik ialah adanya fungsi politik dan struktur politik tertentu.Sedangkan metode yang digunakan dalam kajian ini meliputi tahapan-tahapan mulai dari Heuristic atau tahap Pengumpulan Data, Verifikasi atau seleksi dan kritik, Interpretasi atau analisa dan Historiography, penulisan atau penyajian. Adapun hasil dari penelitian ini adalah menjelaskan tentang sejarah singkat keempat partai politik Islam sebelum terjadinya fusi yaitu Partai NU, Parmusi, PSI dan Perti. Kemudian menjelaskan latar belakang upaya untuk menerapkan kebijakan fusi partai politik dan yang terakhir adalah proses tergabungnya partai politik Islam kedalam suatu wadah Partai Persatuan Pembangunan serta respon dari umat Islam khususnya para aktifis Islam. %Z Pembimbing : Fatiyah S.Hum.,MA %0 Thesis %9 Skripsi %A APRIYANTO, NIM. 09120008 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15503 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T AKULTURASI BUDAYA DALAM ARSITEKTUR MASJID GEDHE MATARAM KOTAGEDE %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15503/ %X Masjid Gedhe Mataram Kotagede, merupakan salah satu masjid tradisional di Jawa. Hingga saat ini keberadaanya masih terjaga dengan baik. Arsitektur masjid Gedhe Mataram merupakan percampuran dari berbagai unsur budaya, mulai dari bangunan utama yang memiliki kesamaan bentuk dengan rumah tradisional Jawa yaitu joglo, sampai konsep masjid dan makam para pendiri kerajaan mataram yang masih bisa kita saksikan saat ini. Sejarah berdirinya masjid Gedhe Mataram Kotagede yaitu pada masa panembahan Senopati pada tahun 1585-1601. Bangunan masjid tersebut berawal dari bentuk langgar. Seiring perkembangannya masjid Gedhe Mataram Kotagede mengalami beberapa perbaikan dan penambahan yang disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis. Adapun bagian-bagian masjid Gedhe Mataram Kotagede saat ini,mulai dari ruangan utama yaitu: pawestren, mimbar, mihrab, saka guru, atap tumpang, mustaka, sedangkan unsur luar masjid terdapat serambi, bedhug dan kenthongan, jagang atau blumbang, tempat wudhu, prasasti tugu, bangsal dan satu kompleks dengan makam para pendiri masjid.memiliki pintu gerbang paduraksa, tempat wudhu, jagang atau blumbang, serambi, pawestren, saka guru, mihrab, mimbar, atap tumpang, mustaka. Masjid tersebut satu kompleks dengan makam. Penelitian menggunakan metode sejarah yang mencakup beberapa aspek yaitu pengumpulan data, kritik sumber, analisis data, penulisan hasil pemelitian. Selain itu juga penulis menggunakan pendekatan historis-arkeologis. Pendekatan historis digunakan untuk mengetahui sejarah masjid gedhe mataram. sedangkan pendekatan arkeologis ditujukan untuk mengetahui pembangunan atau renofasi masjid gedhe mataram kotagede. Teori yang digunkan adalah teori akulturasi yang diutarakan oleh Koentjaraningrat, bahwa akulturasi terjadi ketika suatu kebudayaan dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan asing, sedangkan unsur kebudayaan asing diintegrasikan dalam kebudayaan yang ada tanpa menghilangkan kebudayaan asli. Hasil dari penelitian ini terdapat tiga unsur pengaruh budaya yaitu pengaruh unsur budaya Islam, Jawa dan Hindu. Unsur Islam terdapat bentuk mimbar, mihrab, tempat wudhu. Unsur jawa terdapat pada saka guru tiang penyangga atap, bentuk atap masjid yang berbentuk tajug lamabang gantung yaitu atap yang berbentuk kemah atau piramid. Sedangkan unsur Hindu terdapat pada gapura paduraksa, motif hias yang ada pada pagar keliling masjid motif teratai, kala makara. %Z Pembimbing : Riswinarno S.S, M.M %0 Thesis %9 Skripsi %A IMAM SOPYAN, NIM. 09120012 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15504 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata Kunci : Kaum Muda, Masjid Syuhada, Dakwah %T DARI DAKWAH NORMATIF KE DAKWAH TRANSFORMATIF: DINAMIKA KAUM MUDA MASJID SYUHADA YOGYAKARTA, 1980-AN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15504/ %X Penelitian ini bertujuan untuk melakukan rekonstruksi sejarah aktivisme kaum muda Islam di Masjid Syuhada pada paruh pertama dekade 1980. Penelitian ini juga bertujuan untuk merumuskan tipologi aktivisme tersebut berdasarkan klasifikasi gerakan umat Islam masa Orde Baru. Masjid Syuhada merupakan masjid modern pertama yang didirikan di Yogyakarta pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Masjid ini memainkan peran penting sebagai salah satu pusat aktivisme kaum muda Islam di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan konsep “pemuda” untuk menganalisa aktivisme Islam di bawah kerangka nilai dan pengorganisasian di Masjid Syuhada. Suzanne Nafs dan Ben White (2010) mencatat bahwa ada tiga makna “pemuda” dalam studi tentang “pemuda Indonesia”, yaitu (1) pemuda sebagai sebuah generasi, (2) pemuda sebagai masa transisi, dan (3) pemuda sebagai pencipta dan konsumen budaya. Untuk menganalisis peran sosial kaum muda di Masjid Syuhada, penelitian ini secara khusus menggunakan makna ketiga dari varian tersebut. Taufik Abdullah (1971) menulis bahwa hanya pemuda terdidik yang mampu menjadi agen perubahan sosial, yaitu para pelajar di perguruan tinggi—mahasiswa. Untuk merumuskan tipologi aktivisme kaum muda di Masjid Syuhada, penelitian ini menggunakan klasifikasi gerakan Islam pada masa Orde Baru yang dirumuskan Yudi Latif (2010), yaitu (1) Gerakan Dakwah, (2) Gerakan Pembaharuan, dan (3) Gerakan Transformasi Sosial. Sumber utama penelitian ini adalah arsip organisasi dan keterangan lisan dari para pelaku sejarah. Buku, artikel jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi yang berkaitan juga menjadi sumber sejarah penelitian ini. Penelitian ini menemukan bahwa aktivisme kaum muda di Masjid Syuhada memaikan peran penting sebagai pusat pengkaderan kaum muda Islam di Yogyakarta untuk menjadi seorang da’i/muballigh. Aktivisme pengkaderan da’i muda di Masjid Syuhada mengalami pergeseran orientasi. Pergeseran orientasi ini terjadi sejak awal dekade 1980-an. Sebelum dekade 1980-an, proses pengkaderan ditujukan hanya untuk mencetak seorang penceramah/muballigh—dakwah normatif. Sejak dekade 1980-an, proses pengkaderan lebih ditujukan agar para da’i mampu memberdayakan masyarakat muslim—dakwah transformatif. Penelitian ini juga menemukan bahwa tipologi aktivisme kaum muda Masjid Syuhada adalah “Gerakan Dakwah”, merujuk pada basis material gerakan—masjid. Namun pergeseran orientasi yang terjadi sejak dekade 1980-an, membuat aktivisme kaum muda Masjid Syuhada menjadi titik potong antara Gerakan Dakwah itu sendiri dengan Gerakan Transformasi Sosial yang mengutamakan kerja-kerja pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat. %Z Pembimbing : Drs. Musa, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUQODAR SALIM, NIM. 09120032 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15505 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T EKSISTENSI KESENIAN TARI BADUI DI TENGAH BUDAYA MASA KINI (STUDI KASUS DI GANTALAN, MINOMARTANI, NGAGLIK, SLEMAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15505/ %X B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini merupakan kajian budaya yang membahas tentang salah satu bentuk budaya yang ada di Indonesia khususnya di Jawa, yaitu Tari Badui. Untuk memudahkan dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan pada wilayah yang dijadikan lokasi penelitian yaitu Dusun Gantalan, Minomartani, Ngaglik, Sleman. Pokok permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah alasan-alasan yang mendasari mengapa Kesenian Tari Badui masih eksis hingga saat ini. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dan agar objek penelitian lebih fokus, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang munculnya kesenian tari Badui di masyarakat Dusun Gantalan, Minomartani, Ngaglik, Sleman? 2. Bagaimana perkembangan Tari Badui di Dusun Gantalan dari pertama muncul hingga sekarang? 3. Bagaimana upaya Paguyuban Kesenian Tari Badui Kubro Siswo Laras Mudo untuk melestarikan kesenian Tari Badui? %Z Pembimbing : Dr. H. Muhammad Wildan, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A SACHISTIANI, NIM. 09120060 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15506 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T TRADISI ZIARAH JUM’AT KLIWON KE MAKAM SUNAN GUNUNGJATI CIREBON ( STUDI KASUS PADA MASYARAKAT DESA SLIYEG, KABUPATEN INDRAMAYU ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15506/ %X Tradisi Ziarah Jum’at Kliwon ke Makam Sunan Gunungjati Cirebon (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Sliyeg, Kecamatan Indaramayu) Ziarah ke makam wali sudah sejak dulu menjadi aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Ziarah bahkan menjadi salah satu kegiatan yang sudah menjadi agenda tersendiri dalam memenuhi kegiatan keagamaannya. Ziarah sebagai sarana penghormatan terhadap leluhur, dilakukan juga ziarah ke makammakam tua dan tempat para tokoh dimakamkan atau tempat-tempat keramat lainnya. Biasanya mereka berziarah ke makam para Walisongo yang dianggap mempunyai kelebihan atau kesaktian dan merupakan tokoh yang menyebarkan agama Islam. Peneliti mengambil tradisi ziarah Jum’at Kliowon ke makam Sunan Gunungjati Cirebon (studi kasus pada masyarakat Desa Sliyeg, Kabupaten Indramayu). Tema ini diambil karena sebagian masyarakat Desa Sliyeg ini setiap malam Jum’at pergi berziarah ke makam Sunan Gunungjati. Peneliti membatasi rumusan masalah, mengapa masyarakat Desa Sliyeg masih melaksankan ziarah Kliwonan ke makam Sunan Gunungjati, apa alasan mandi di sumur pitu bagi masyarakat Desa Sliyeg ketika melakukan ziarah Kliwonan, dan apa fungsi dari ziarah itu bagi masyarakat Desa Sliyeg. Makam Sunan Gunungjati setiap malam Jum’at Kliwon padat dikunjungi oleh masyarakat yang datang dari berbagai daerah, salah satu yang datang dan berziarah ke Makam Sunan Gunungjati adalah masyarakat Desa Sliyeg Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indaramayu. Uniknya dalam tradisi ziarah Jum’at Kliwon ini, masyarakat sebelum melakukan tahlilan melakukan mandi di sumur pitu dan melaksanakan wudhu terlebih dahulu sebelum melakukan tahlil. Agar bersih dari segala kotoran ataupun najis yang menempelnya. Sebelum berziarah ini dianjurkan suci. Penelitian ziarah makam ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian yang mengungkapkan fakta yang ada di lapangan berdasarkan pengamatan dan wawancara juga tidak lepas dari data pustaka. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian budaya dengan jenis pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian menggunakan data deskriptif ucapan, tulisan pelaku yang diamati dari masyarakat (subyek) itu sendiri. Sedangkan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori fungsi yang dikemukakan oleh Robert K. Merton. Menurut Robert K. Merton fungsi terbagi dua yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifest ialah fungsi yang tampak, sedangkan fungsi laten ialah fungsi yang tidak tampak. Hasil penelitian Masyarakat Desa Sliyeg ini berkeinginan ziarah dan mandi sumur pitu, ingin mendapatkan barokah mencari kebaikan seperti minta dagangannya dilariskan, dilancarkan rezekinya, awet muda, dan lain sebagainya. %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M. Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A RIZAL ZAMZAMI, NIM. 09120077 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15507 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Key Words: Panembahan Senopati, Kebijakan Politik, dan Keagamaan Kerajaan Mataram abad ke-16. %T KEBIJAKAN PANEMBAHAN SENOPATI TERHADAP AGAMA DI KERAJAAN MATARAM ISLAM 1584-1601 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15507/ %X Kerajaan Mataram bermula dari sebuah tanah perdikan yang diberikan oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ki Pemanahan sebagai balas jasa yang telah berhasil membantu Sultan Hadiwijaya untuk menundukkan Arya Penangsang dari Jipang. Setelah Ki Pemanahan wafat, kekuasaan Mataram Islam diberikan kepada Panembahan Senopati. Lama-kelamaan Kerajaan Mataram tumbuh menjadi kerajaan yang besar dan berhasil menguasai daerah Pajang dan wilayah-wilayah yang melepaskan diri dari kerajaan Pajang. Pada masa Panembahan Senopati Agama Islam sudah banyak dianut oleh penduduk di Kerajaan Mataram Islam hanya saja pola keagamaanya cenderung sinkretis. Sebagai raja di Kerajaan Mataram Islam Panembahan Senopati menjadikan Agama Islam sebagai agama resmi kerajaan. Pemerinatahan Panembahan Senopati berlangsung dari tahun 1584-1601 M. Obyek kajian keagamaan pada masa Senopati diteliti dengan menggunakan pendekatan politik yang tentu tidak bisa lepas dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemimpin. Adapun teori yang dipakai adalah teori kepemimpinan. Max weber membagi tiga jenis kepemimpinan menurut jenis otoritas yang disandangnya. Tiga otoritas tersebut ialah karismatis, otoritas tradisional, dan otoritas legal rasional. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah, Bagaimana pemerintahan Panembahan Senopati di Kerajaan Mataram Islam?, serta bagaimana kebijakan Panembahan Senopati terhadap agama di Kerajaan Mataram Islam?. Tulisan skripsi ini berujuan untuk mempelajari dan mendiskripsikan kebijakan Panembahan Senopati terhadap agama di Kerajaan Mataram Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan, yang berupa sumber tertulis, seperti artikel dan buku-buku, yang di dalamnya didapatkan data kuantitatif, dengan tanpa melewatkan proses verifikasi dan interpretasi. Setelah dilaluinya tahap tersebut, maka skripsi ditulis sesuai kaidah penulisan, sistematika pembahasan serta metode ilmiah yang berlaku, yang hasilnya disebut historiografi. Secara garis besar pola kebijakan Panembahan Senopati terhadap agama di Kerajaan Mataram Islam adalah mengangkat wali-wali Kadilangu sebagai penasihat dan pembimbing kerajaan, pengembangan tradisi Islam dan pengembangan Islam dalam perundang-undangan kerajaan di mana Agama Islam dijadikan sebagai tata pemerintahan dengan kitab undang-undang Suria Alem sebagai acuan tata hukum kerajaan yang dipengaruhi oleh hukum Islam dan memberikan jawatan pemerintahan yang disebut Reh Pengulon (Lembaga Kepenghuluan) yang bertanggung jawab atas urusan-urusan agama. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Dudung Abdurrahman, M.hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD SALAM, NIM. 09120079 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15508 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata kunci: SI, buruh dan kapitalis. %T SAREKAT ISLAM DAN GERAKAN BURUH ( KAJIAN SOSIO-HISTORIS PROTES BURUH DI YOGYAKARTA 1913-1920 ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15508/ %X Masuknya perusahaan perkebunan tebu di Yogyakarta menimbulkan masalah yang rumit. Pengusaha perkebunan dengan bantuan pemerintah mulai melakukan pemerasan tehadap kekayaan penduduk dengan menguasai tanah dan memeras tenaga penduduk untuk menanam tebu. Penduduk dipaksa kerja keras demi keuntungan kaum kapitalis dengan modal yang kecil. Buruh dan petani yang hidup di sekitar perkebunan sangat dirugikan. Mereka sangat menderita karena kemiskinan yang makin lama makin parah. Mereka dipaksa bekerja dengan gaji yang rendah yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu mereka masih dibebani dengan kerja wajib dan pajak yang banyak macamnya. Hal ini diperparah dengan murahnya sewa tanah yang mereka terima serta pembagian air yang tidak merata, sehingga tidak jarang petani mengalami gagal panen. Lahirnya organisasi buruh yang disponsori oleh SI Yogyakarta bersama Adidarmo dan Personeel Fabriek Bond menjadi tempat para buruh dan petani untuk menuntut perbaikan kehidupan kepada pengusaha perkebunan. Organisasi ini memperjuangkan nasib para buruh dan petani dengan cara mogok kerja. Obyek kajian ini adalah gerakan buruh di Yogyakarta tahun 1913-1920. Kajian ini dianggap menarik karena pada periode inilah awal persatuan buruh bumiputra yang menjadi cikal bakal persatuan buruh hampir di seluruh perkebunan di Jawa. Adapun pendekatan yang dipakai adalah sosiologis. Pendekatan ini dirasa cocok sebab sangat berkaitan dengat kepentingan golongan yang saling menguasai dan tidak jarang menimbulkan konflik. Hal ini senada dengan teori konflik Ralf Dahrendorf yang menyatakan bahwa masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Pembagian otoritas yang tidak merata juga memicu adanya konflik dan berpotensi saling mendominasi. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana latar belakang berdirinya gerakan buruh di Yogyakarta dan bagaimana respon kaum buruh terhadap tindakan kaum kapitalis. Tulisan ini bertujuan untuk mendiskripsikan latar belakang berdirinya gerakan buruh di Yogyakarta dan respon buruh dan petani terhadap penindasan yang dilakukan pengusaha perkebunan. Metode dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu usaha untuk menyelidiki masalah menggunakan perspektif historis yang mempunyai beberapa langkah-langkah yaitu: heuristik/mengumpulkan sumber, verifikasi data/kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Sumber yang digunakan adalah arsip, buku dan tulisan yang berkaitan dengan tema yang sama. Secara garis besar munculnya gerakan buruh di Yogyakarta dipicu oleh kemiskinan dan penderitaan yang dialami oleh buruh dan petani. Organisasi ini memperjuangkan kaum buruh dan petani dengan memobilisasi mereka untuk menuntut keadilan dengan cara mogok kerja dan gerakan protes. %Z Pembimbing : Dr. H. Maman Abdul Malik, M.S %0 Thesis %9 Skripsi %A SRI MEY WAHYUNI, NIM. 09120090 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15509 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T RESPON SANTRI PONDOK PESANTREN ALI MAKSUM KRAPYAK TERHADAP MODERNISASI JILBAB %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15509/ %X Dewasa ini Islam sedang menjadi sorotan, terutama dalam bidang fashion. Sebut saja jilbab, dahulu dipakai oleh perempuan muslim dalam acara keagamaan saja. Sekarang jilbab telah menjadi trend fashion yang banyak diminati oleh setiap kalangan, baik kalangan usia tua hingga remaja. Apalagi bagi perempuan muslim yang taat pada ajaran agama, menempatkan jilbab sebagai pakaian yang penting untuk menutup auratnya. Di Indonesia, hampir tak terhitung jumlah gerai busana muslim yang tersebar di kota-kota besar maupun kecil. Trend busana ini juga ditopang dengan munculnya majalah-majalah fashion muslimah yang menampilkan perempuanperempuan model berjilbab. Jilbab yang dikenakan para model di majalah ini sangat beragam dan bervariasi. Banyak sekali mode baru dalam memodifikasi jilbab, dari mulai mode persegi panjang, persegi empat, hingga jilbab instant. Tutorial menggunakan jilbab dengan berbagai gaya pun banyak beredar di internet. Sehingga kini pakaian perempuan muslim tidak kalah stylish dengan pakaian lainnya. Modernisasi jilbab yang terjadi juga tidak dapat dihindari oleh santri putri di Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Di mana pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas sendiri, tentunya memiliki cara tersendiri dalam menghadapi berbagai macam modernisasi. Hal demikianlah yang menjadi sasaran penulis dalam penelitian ini, menekankan bagaimana resistensi jilbab santri putri Pesantren Ali Maksum dalam menghadapi modernisasi jilbab di Indonesia. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan antropologi agama, dengan metode kualitatif melalui pengumpulan data, observasi, pengambilan sampel, wawancara, dokumentasi, analisis data, dan terakhir laporan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman santri dalam menghadapi tantangan modernisasi jilbab di Indonesia, bagaimana gambaran umum perkembangan jilbab di Indonesia masa kini, juga mengetahui mode dan gaya jilbab apa yang dipakai santri dalam kehidupan sehari-hari di pesantren dari tahun 1990-2014. Penelitian ini menghasilkan temuan, yaitu: Anggapan tentang jilbab kuno yang melekat pada santri tidak sepenuhnya benar. Dapat dilihat secara langsung bagaimana santri putri Ali Maksum memilih mode jilbab yang sesuai dengan trend fashion, namun tetap mempertahankan gaya pemakaian jilbab yang mencerminkan ciri khas ke-pesantrenannya. Hal demikian menunjukkan bahwa santri secara umum menerima modernisasi jilbab. Jilbab yang mereka gunakan tidak hanya semata-mata menjadi suatu kewajiban, tetapi menjadi sebuah identitas diri sebagai santri Pesantren Ali Maksum. %Z Pembimbing : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A IFFAH BADROTUL LATIFAH, NIM. 09123007 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15511 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T UPACARA JEMBUL DI DESA TULAKAN KECAMATAN DONOROJO KABUPATEN JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15511/ %X Jembul merupakan salah satu tradisi Indonesia yang berada di desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara. Jembul merupakan upacara sedekah bumi yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Dzul-Qa’dah tepatnya pada hari Senin Pahing. Selain untuk mengucapkan rasa syukur masyarakat atas limpahan rezeki, sedekah bumi ditempat ini juga bertujuansebagai langkah untuk mengingat laku tapa brata yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dalam menuntut keadilan atas kematian suaminya. Upacara ini wajib dilaksanakan setiap tahun agar masyarakat desa terhindar dari bahaya. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana asal-usul upacara Jembul dan prosesinya, apa benda-benda yang digunakan dalam upacara Jembul serta apa nilai dan fungsi dalam upacara Jembul. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fungsionalisme-Struktural Radcliffe Brown yang mengemukakan bahwa upacara agama seringkali dikaitkan dengan mitologi atau dongeng-dongeng suci yang bersangkutan sehingga pengaruh dan efeknya terhadap struktur hubungan antar warga dalam komunitas desa menjadi lebih jelas. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya upacara Jembul ini merupakan upaya masyarakat desa Tulakan mengucapkan rasa syukur mereka atas limpahan rezeki selama setahun penuh dan berharap akan rezeki di tahun berikutnya. Di samping itu, adanya upacara ini agar masyarakat selalu ingat akan laku tapa brata yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat. Benda yang digunakan dalam upacara ini antara lain yaitu adanya Jembul Lanang dan Jembul Wadon. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal untuk menyempurnakan penelitianpenelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan serta informasi tentang tradisi sedekah bumi. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUDIN CHAJAD NURONI, NIM. 09123015 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15512 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T UPAYA PELESTARIAN SITUS KERTO DAN PERILAKU MASYARAKAT SEBAGAI PEWARIS KERATON KERTO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15512/ %X Kehidupan sosial masyarakat Kerto khususnya (Kerto Selatan) tidak jauh berbeda dengan kehidupan sosial masyarakat Pleret pada umumnya. Adapun kehidupan sosial masyarakat Kerto meliputi dari kegiatan keagamaan yaitu, malam Jum’at pembacaan sholawat al-Barzanji dan yasinan, malam Sabtu kajian kitab kuning, malam Selasa ada majlis mujahadah, dan setiap satu tahun sekali diadakan pengajian akbar untuk memperingati hari-hari besar Islam. Selain itu, juga ada pertemuan RT, ronda malam, jama’ahan, dan dekahan. Masyarakat Kerto sebagai pewaris ibukota Mataram Islam pada masa Sultan Agung, masih percaya terhadap mitos yang beredar di masyarakat sekitar secara turun-temurun. Salah satu mitos tersebut adalah pantangan untuk tidak memelihara hewan sapi yang berwarna hitam putih seperti sapi perah. Mereka menyakini bahwa sapi berwarna hitam putih tersebut menyerupai sapi “Lemah Dhuwur” yang akan menyebabkan malapetaka bagi pemiliknya. Pokok permasalahan penelitian ini adalah masyarakat Kerto yang hidup di kawasan situs Kerto, belum menyadari akan pentingnya benda-benda purbakala yang ada di wilayahnya. Untuk menggali permasalahan tersebut, penelitian ini dianalisis melalui teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan Yaitu “perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh persentuhan sistem nilai suatu masyarakat dengan sistem nilai yang lain”, mengunakan metode penelitian budaya yang mencakup: pengumpulan data yang meliputi dari (pengamatan, wawancara, pengambilan data), analisa data, dan penulisan laporan. Hasil penelitian ini adalah masyarakat Kerto merasa senang sebagai warga masyarakat yang hidup di wilayah bersejarah Mataram Islam. Namun, adanya pengakuan tersebut belum bisa diwujudkan dalam bentuk pelestarian benda-benda purbakala yang ada di wilayahnya. Hal ini, dapat dilihat dari sikap dan perilaku yang dilakukan masyarakat terhadap benda-benda purbakala yang ada di wilayahnya. Yaitu adanya pemanfaatan benda-benda purbakala seperti: aktivitas pemagaran batu umpak, pemanfaatan benda-benda purbakala untuk membangun pagar pekarangan, dan aktivitas penambangan tanah untuk industri batu bata. Meskipun dalam perkembangannya ada upaya-upaya pelestarian situs yang dilakukan baik dari pemerintah maupun instansi lain. Akan tetapi, adanya upayaupaya tersebut belum bisa mempengaruhi terhadap polapikir masyarakat Kerto secara menyeluruh. %Z Pembimbing : Riswinarno S.S, M.M %0 Thesis %9 Skripsi %A WIDA WARGIATI SOLIHAH, NIM. 10120014 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15513 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T KIPRAH POLITIK K.H. IRFAN HIELMY CIAMIS 1964-1998 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15513/ %X Gagasan awal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah di dasari oleh fenomena keterlibatan kiai dalam dunia politik praktis pada akhir kekuasaan Orde Lama dan masa kekuasaan Orde Baru di Indonesia. Dunia politik saat itu bukan merupakan dunia yang ramah bagi para aktifis politik Islam terutama kiai. Praktik-praktik politik yang jauh dari syariat Islam, komposisi pemerintah yang tidak memperlihatkan keistimewaan umat Islam sebagai mayoritas di negara Indonesia tidak terlihat. Kiai sebagai salah satu tokoh yang memiliki perhatian penuh terhadap kehidupan sosial umat Islam merasa terpanggil untuk memperbaiki semua kesalahan yang ada atau yang dibuat oleh pemerintah. Salah satu cara yang harus ditempuh oleh kiai adalah dengan terlibat aktif dalam dunia politik praktis. Hal itu juga yang dilakukan oleh K.H. Irfan Hielmy dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di sekelilingnya yang diakibatkan oleh aktifitas perpolitikan di Indonesia. Skripsi ini berjudul Kiprah Politik K.H. Irfan Hielmy 1964-1998 M. Tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah menjelaskan apa yang mempengaruhi kiprah politik K.H. Irfan Hielmy pada tahun yang telah dipilih menjadi batas penelitian. Kontribusi apa yang ia berikan bagi dunia politik praktis yang ia geluti. Metode penelitian yang dipakai adalah metode sejarah yang terdiri atas empat tahap penelitian yaitu, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menggunakan teori behaviorisme J.B. Watson yang disempurnakan oleh B.F. Skinner, dengan pendekatan sosial-politik dan biografi. Dalam pengumpulan data penulis menggabungkan metode penelitian literer dan lapangan. Sifat penelitian adalah deskriptip-analitik. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, kiprah politik K.H. Irfan Hielmy Ciamis pada tahun 1964-1998, memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi dunia perpolitikan yang ia geluti. Seperti Kontribusi K.H. Irfan Hielmy ketika menduduki jabatan sebagai DPRD-GR memberikan dampak penting bagi nuansa pemerintahan tingkat daerah di Ciamis. Ketaatan keberagamaan setiap anggota DPRD menjadi perhatian utama dalam program kerjanya. Perlawanan atas kebijakan pemerintah yang melarang siswi di sekolah dan wanita yang bekerja di kantor dalam berkerudung, dilakukannya dengan mewajibkan anggota DPRD-GR Ciamis wanita yang beragama Islam mengenakan kerudung. Hal itu juga diberlakukan bagi siswi dan para guru wanita di MAN Darussalam. Peristiwa tersebut menjadi salah satu kekuatan bagi setiap departemen pendidikan dan dinas-dinas perkantoran di Ciamis untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan K.H. Irfan Hielmy. Melahirkan organisasi Golkar Ciamis yang Islami, ketika ia memegang jabatan sebagai penasehat. Segala pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi tersebut diwarnai dengan nafas Islam, kegiatan-kegiatannya seperti diadakannya pengajian rutin bagi anggota dan pengurus organisasi Golkar Ciamis. Penghapusan praktek KKN di tingkat pemerintaha pusat sewaktu menjabat sebagai anggota MPR-RI periode 1997-2002 sebagai wakil dari utusan daerah dan golongan menjadi tugas dan tujuan yang ingin dicapai. %Z Pembimbing : Drs. H. Maman Abdul Malik Sya’roni %0 Thesis %9 Skripsi %A USWATUN KHASANAH, NIM. 10120025 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15514 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T BUSANA DAN IDENTITAS: TREND BUSANA MUSLIMAH DI KALANGAN MAHASISWI FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15514/ %X Busana merupakan suatu fenomena komunikatif dan kultural yang digunakan oleh suatu kelompok untuk mengenalkan identitasnya. Hal ini terlihat dari segi kulturalisme masyarakat yang memiliki suku dan ras yang berbeda-beda. Identitas diri seorang muslimah dapat terlihat dari cara berpakaian. Dalam penelitian ini identitas keagamaan seseorang tertuju pada mahasiswi-mahasiswi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Identitas berkaitan dengan seberapa besar mahasiswi mengapresiasikan busana sesuai dengan identitas kegamaanya itu sendiri. Penulis membagi dalam tiga fase mahasiswi dalam Beragama. Yaitu Islam Liberal, Islam Moderat dan Islam Fundamental. Selain meneliti mengenai identitas keagamaan, penulis memilih untuk meneliti trend busana di kalangan mahasiswi Fakultas Adab. Trend diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi paling populer, paling digemari atau paling dominan. Sedangkan busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita gunakan setiap hari berserta segala pelengkapannya, seperti tas, sepatu, dan segala macam perhiasan atau aksesoris yang melekat padanya. Meluasnya variasi model busana muslimah telah memasuki ranah global termasuk di kalangan mahasisiwi-mahasiswi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Penulis mengamati ada beberapa mahasiswi yang menggunakan model busana muslimah dengan perpaduan celana dengan atasan hem atau memakai kaos untuk baju atasan. Model tersebut penulis berikan nama kategori casual. Kemudian ada yang memakai kaos atau hem dengan bawahan rok. Busana tersebut penulis namai sebagai kategori simpel. Selanjutnya ada yang memakai busana kategori tradisional, yaitu mahasiswi yang mengenakan rok atau celana dengan atasan jaket. Ada pula yang menggunakan gamis, dan penulis menamai dengan kategori elegan. Melihat berbagai macam busana yang dipakai, sampai saat ini belum ada tulisan yang menjelaskan mengenai model busana muslimah yang paling popular atau yang sering digunakan oleh mahasiswi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Setelah melalui beberapa proses penelitian, akhirnya penulis menemukan model busana yang paling sering dipakai oleh mahasiswi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Model busana tersebut adalah kategori casual yaitu mahasiswi yang memakai rok dengan perpaduan kaos atau hem. Dari busana yang mereka kenakan, mahasiswi tergolong pada kategori Islam yang moderat. Terlihat mahasiswi lebih mengendepankan syar’i dalam hal berpakaian. %Z Pembimbing : Dr. H. Muhammad Wildan, M. A %0 Thesis %9 Skripsi %A FAHRUDIN AHMAD FAUZI, NIM. 10120045 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15515 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata kunci: Rifa’iyah, Nahdlatul Ulama, dan faktor konflik. %T RIFA’IYAH VS NAHDLATUL ULAMA (KAJIAN HISTORIS TENTANG KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA SURODADI, KECAMATAN GAJAH, KABUPATEN DEMAK TAHUN 1977-1980) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15515/ %X Kurangnya pemahaman agama dan kurangnya kesadaran untuk menerima perbedaan menimbulkan konflik di Desa Surodadi, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak yang puncaknya terjadilah konflik fisik pada 24 Agustus 1979. Perbedaan konsep rukun Islam dan pendirian masjid baru yang didirikan pengikut Rifa’iyah merupakan faktor utama terjadinya konflik. Dari perbedaan tersebut yang sangat disesalkan adalah dengan gampangnya mereka saling mengkafirkan satu sama lain. Obyek kajian ini adalah mengenai konflik sosial keagamaan di Desa Surodadi antara Rifa’iyah dan NU. Kajian ini dianggap menarik karena sampai sekarang penulis belum pernah menemukan konflik yang terjadi antar keduanya. Selama ini kalangan akademis ataupun sejarawan sering memusatkan perhatian pada hubungan antar agama ataupun organisasi keagamaan khususnya Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, ataupun Ahmadiyah. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang dirasa sangat cocok karena dari wawancara kepada orang-orang Rifa’iyah dan NU yang mengalami konflik akan mendapatkan data yang dapat dipertanggung jawabkan. Seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian penulis menggunakan beberapa metode teknik pengumpulan data seperti wawancara tokoh Rifa’iyah dan NU, aparat pemerintah Desa Surodadi dan masyarakat, observasi di lapangan dan studi dokumentasi, serta pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara Rifa’iyah dan NU di Desa Surodadi merupakan konflik sosial keagamaan. Konflik terjadi karena mereka meyakini bahwa pemikiran mereka yang paling benar sementara yang lain salah hingga muncul klaim saling kafir dan murtad. Akibatnya hubungan sosial diantara mereka tidak harmonis, yang merupakan awal munculnya benih-benih konflik. Konflik yang mengatasnamakan agama merupakan hal yang sangat mudah untuk mencapai kepentingan baik ekonomi, budaya, sosial, maupun kekuasaan atau politik. Perbedaan pemahaman masyarakat Rifa’iyah dan NU terutama dalam konsep rukun Islam ditambah hubungan sosial keagamaan yang tidak rukun. Di samping itu juga karena saling klaim masjid, yang satu merasa masjid adalah milik NU karena letak masjid berada di wilayah masyarakat yang mayoritas berpaham NU dan yang mendirikan masjid adalah K. Abu Hasan yaitu kakek buyut dari keluarga K. Mukit (tokoh NU di Desa Surodadi). Sementara yang lain mengklaim dari pihak Rifa’iyah lah yang mendirikan masjid, karena K. Abu Hasan adalah tokoh Tarajumah (Rifa’iyah) pertama di Desa Surodadi. Di samping itu juga adanya pendirian masjid baru yang didirikan masyarakat Rifa’iyah. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi alasan antara keduanya, sehingga ketegangan tidak bisa dihindari. Hal itulah yang kemudian memicu terjadinya konflik sosial keagamaan yang hebat dengan berbagai akibat yang sangat mengkhawatirkan. %Z Pembimbing : Siti Maimunah, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD HISYAM, NIM. 10120047 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15516 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T GAGASAN EKONOMI GUSDUR 1984-2001 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15516/ %X Abdurrahman Wahid yang dikenal dengan sebutan „Gus Gur‟ kebanyakan dipandang sebagai tokoh pliuralisme dan kerukunan antar umat beragama, menyebankan banyak dari berbagai kalangan kurang mengetahui tentang gagasan ekonominya. Padahal Gus Dur memiliki pemikiran yang tidak hanya menggunakan pemikiran Islam tradisional namun lebih pada penggunaan metodologi teori hukum (ushul al-fiqh) dan kaidah-kaidah hukum (qowaid fiqhiyah) serta pemikiran kesarjanaan Barat dalam kerangka pembuatan suatu sintesis untuk melahirkan gagasan baru sebagai upaya menjawab perubahan-perubahan aktual. Kemungkinan besar dengan kerangka pemikiran Gus Dur tersebut dalam pandangan penulis masih banyak pemikiran atau gagasan Gus Dur yang belum tersentuh, termasuk gagasan tentang ekonomi. Penelitian ini penulis khususkan untuk mengetahui lebih jauh tentang gagasan ekonomi Gus Dur. Oleh karena itu penulis menggunakan pendekatan ilmu sosial dengan teori ilmu sosial profetiknya Kuntowijoyo. Dengan menggunakan teori tersebut dapat dihasilkan bahwa gagasan ekonomi Gus Dur di dasarkan pada humanisme, liberalisme, dan transendentalisme. Ketiga komponen dalam ilmu sosial profetik tersebut membantu penulis dalam memudahkan penelitian tentang gagasan ekonomi Gus Dur. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, artinya penulis menggunakan metode sejarah dalam proses pengumpulan data dan dalam proses penulisannya. Proses pengumpulan data dan penulisan sejarah dalam metode ini meliputi metode Heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran data), dan Historiografi (penulisan sejarah) Ketika menjadi ketua PBNU dan Presiden Negara Republik Indonesia, kondisi perekonomian Indonesia sedang kacau balau disebabkan krisis ekonomi dan hutang luar negeri, sehingga secara pasti memikirkan perekonomian rakyatnya, seperti Gus Dur pernah mendirikan Bank Summa, mengeluarkan kebijakan untuk penjualan cengkeh, bahakn Gus Dur sangat konsen terhadap sumber daya kelautan Negara Indonesia. Kebijakan demikian merupakan sesuatu yang didasarkan pada gagasan ekonomi dan sekaligus tanda bahwa Gus Dur tidak hanya memikirkan masalah kerukunan dalam bingkai kemajemukan, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang gagasan ekonomi Gus Dur, seperti perhatiannya pada bidang pertanian, kelautan maupun industrialisasi. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah S,Ag. M,Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A M. ALFATIH HUSAIN, NIM. 10120066 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15517 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T KOMUNITAS ISLAM ABOGE (PENERAPAN ANTARA SISTEM KALENDER DENGAN AKTIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA ONJE KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15517/ %X Di desa Onje terdapat komunitas keagamaan yang masih menjaga dan melestarikan apa yang diajarkan oleh pendahulu pendahulu mereka. Komunitas ini dinamakan Komunitas Islam Aboge. Aboge sendiri merupakan singkatan dari Alip Rebo Wage yaitu tahun pertama adalah tahun Alip hari rabu dengan pasaran Wage. Komunitas Islam Aboge menggunakan sistem waktu satu windu (8 tahun) untuk menyelesaikan satu periode waktu. Mereka masih melestarikan tradisitradisi Jawa yang bercampur dengan Agama Islam seperti Nyadaran, selamatan dan sebagainya. Dalam artian dahulu tradisi tersebut ada ketika Islam belum masuk di Jawa kemudian agama yang dianut adalah Hindu dan Budha. Jadi setelah Islam Masuk tradisi tersebut disisipi nuansa Islam sebagai sarana dakwah. Yang lebih menarik lagi adalah Komunitas Islam Aboge Mempunyai pedoman sendiri dalam menentukan Awal bulan Qamariyah. Mereka mempunyai rumusanrumusan tertentu dalam menentukan tanggal dalam setiap bulannya. Seperti diketahui bulan-bulan Qamariyah atau Hijriyah ada 12 yaitu Muharam (Muharram), Sapar (Safar), Rabiul awal (Rabi’al-Awwal), Rabiul akhir (Rabi’al- Akhir), Jumadil awal (Jumada al-Awwal), Jumadil akhir (Jumada al-Akhir), Rajab (Rajab), Syakban (Sya’ban), Ramadhan (Ramadan), Syawal (Syawwal), Zulkaidah (Zu al-Qa’dah), Zulhijah (Zu al-Hijjah). Permasalahan yang hadir dalam penelitian ini yaitu bagaimana awal munculnya Komunitas Islam Aboge, kemudian penerapan sistem kalender di dalam Komunitas Islam Aboge. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Komunitas Islam Aboge dan menganalisis fenomena-fenomena yang ada di dalam desa Onje khususnya Komunitas Islam Aboge itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokus di desa Onje kecamatan Mrebet kabupaten Purbalingga. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara benar dan pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan sumber pustaka untuk menguatkan sumber penelitian. Menggunakan teori akulturasi yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat dengan pendekatan sejarah, dikarenakan penelitian yang saya lakukan adalah mengunggkap bagaimana awal munculnya Komuitas Islam Aboge di tempat tersebut. Kemudian juga menerangkan mengenai kegiatan-kegiatan Komunitas Islam Aboge yang sudah bercampur dengan kebudayaan Jawa di tempat tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field reseach). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, observasi dan dokumenter. %Z Pembimbing : Drs. Irfan Firdaus %0 Thesis %9 Skripsi %A OPIK TAOPIKUROHMAN, NIM. 10120074 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15518 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T PASAR ‘UKȂDH SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA BAGI PERJUANGAN NABI MUHAMMAD SAW. PADA PERIODE MAKKAH (610-622 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15518/ %X Pasar ‘Ukȃdh merupakan salah satu pasar musiman yang diselenggarakan oleh masyarakat Arab sebelum lahirnya Islam. Pasar ‘Ukȃdh berlangsung dari abad ke-6 M sampai abad ke-8 M. Pendirian pasar tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor baik eksternal maupun internal. Dalam perjalanan sejarahnya, pasar ‘Ukȃdh memberi banyak kontribusi bagi masyarakat Arab. Pasar tersebut juga memberikan kontribusi bagi perjuangan Nabi Muhammad Saw. pada periode Makkah, yaitu: Bai’ah al-‘Aqabah sebagai cikal bakal Islam di Madinah tidak luput dari kontribusi pasar ‘Ukadh baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar ‘Ukȃdh berlangsung dalam kurun waktu yang lama, berperan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai bidang dan turut serta memberi kontribusi bagi perjuangan Nabi Muhammad di Makkah. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kondisi perdagangan di Semenanjung Arab menjelang lahirnya Islam, menjelaskan sejarah dan perkembangan pasar ‘Ukȃdh serta kontribusi pasar ‘Ukȃdh bagi perjuangan Nabi Muhammad Saw. pada periode Makkah. Dalam membahas sejarah dan kontribusi pasar ‘Ukadh bagi perjuangan Nabi Muhammad Saw. pada periode Makkah, peneliti menggunakan pendekatan sosiologis, yakni usaha untuk menggambarkan peristiwa masa lalu dengan mengungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Jika diintegrasikan dalam penelitian ini, maka unsur sosial terlihat dari aspek kontribusi pasar ‘Ukadh bagi perjuangan Nabi Muhammad Saw. Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori fungsionalisme structural yang dikemukan oleh Alfred Reginald Radcliffe Brown. Menurut Radcliffe, terdapat kepaduan fungsi budaya atau timbal balik antara pendukung dan institusi. Budaya akan tetap lestari dan memberikan kontribusi kepada masyarakat selama masih ada yang mempertahankan eksistensinya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, meliputi: pengumpulan data (heuristik), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perdagangan di Semenanjung Arab menjelang lahirnya Islam sudah dilakukan, dibuktikan dengan adanya perjalanan dagang pada musim dingin dan musim panas. Selanjutnya, sejarah pasar ‘Ukȃdh dimulai sejak tahun 585 M-747 M. Dalam perjalanan sejarahnya pasar tersebut menjadi nasyr al-Khabar (penyebar berita), karenanya ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad cepat tersebar ke seluruh Semenanjung Arab. Penelitian ini bermanfaat untuk mengambil pemahaman tentang hubungan dakwah dengan aspek ekonomi. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi perencanaan strategi dakwah Islam di era globalisasi pada masa kini. Kata kunci: Pasar ‘Ukȃdh, periode Makkah, sejarah, dan kontribusi. %Z Pembimbing : Dra. Hj. Ummi Kulsum, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A YUHANA CATUR SAPUTRA, NIM. 10120076 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15519 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T TRADISI MAP AS DI DESA K.ARANGTENGAH KECAMATAN BANJARNEGARA KABUPATENBANJARNEGARA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15519/ %X Kehadiran Islam di Jawa begitu mudah diterima, karena pendakwahnya menyampaikan Islam secara harmonis yakni merengkuh tradisi-tradisi yang baik sebagai bagian dari ajaran agama Islam. Tradisi ini banyak yang berakulturasi dengan ajaran-ajaran Islam. Pada setiap 6ngkatan sikJus kehidupan manusia dari masih di daJam kandungan, masa hidup, masa kema6an terdapat ritual-ritual lokal yang di padukan dengan unsur-unsur keislaman. Pada masa kehidupan di dunia memiliki masa peralihan dari anak-anak menuju remaja kemudian menuju ke masa tua. Pada masa peralihan dari anak-anak menuju remaja ini biasanya ditandai dengan adanya khitan, memotong ujung kuluf pada alat kelamin pria, yang telah di ajarkan oleh Islam. Dalam penerapanya di Desa Karangtengah Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara prosesi khitan berakulturasi dengan tradisi masyarakat Jawa. Seperti halnya khitan di Desa Karangtengah memiliki prosesi yang setiap tahap harus dilewati. Dari menentukan hari yang tepat, kemudian khitan, mapas, dan ditutup dengan selametan. Memang sedikit atau banyak terdapat persamaan dengan prosesi yang ada, di daerah lain. Keunikan yang terjadi dalam prosesi khitan di Desa Karangtengah ini pada saat si anak baru selesai di khitan, yaitu terdapat tradisi mapas. Mapas memiliki arti "memotong ujungnya, memutuskan bicara". Seperti yang terjadi pada prosesi Tradisi Mapas yaitu memotong perjalanan si anak yang baru selesai di khitan dengan menggunakan uborampe. Adanya mapas setelah khitan menjadi sebuah keunikan yang ada di Desa Karangtengah. Dari keunikan tersebut penulis ingin mengk~i bagaimana makna dan fungsi dari Tradisi Mapas tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Antropologi Budaya. Adapun analisis data kualitatif dilakukan melalui pengumpulan data, penyajian, dan pengambilan keputusan. Pengumpulan data peneliti dilakukan meJalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Seba,gai Jandasan berpikjr penelitj menggunakan teori ritus dan upacara peralihan yang dikemukakan oleh Arnold Van Gennep. Serta teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski. Hasil penelitian yang didapat Tradisi Mapas merupakan sebuah ritus peralihan dari anakanak menuju remaja dengan ditandai adanya khitanan. Mapas sebagai sebuah ritus untuk menghantarkan si anak menuju masa baru daJam babakan siklus kehidupan manusia_ serta menjauhkan si anak dari gangguan roh leluhur. Fungsi Tradisi Mapas dalam keagamaan menjadi sebuah momentum untuk meningkatkan spiritualitas terhadap Tuhan. Kemudian secara sosial mapas memiliki peran sebagai salah satu sarana untuk sating berinteraksi antar warga masyarakat. Dari sisi budaya mapas sebagai sebuah ritus upacara untuk membekali si anak menuju masa remaja, serta sebagai sebuah pengormatan kepada roh JeJuhur dan kepercayaan adanya kekuatan lain di luar dari manusia. Selain itu secara psikologis mapas menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi si anak, karena pada hari itu si anak akan diistimewakan. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A DIAN HERYANA, NIM. 10120078 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15520 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T UPACARA HAJAT SASIH MASYARAKA T ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15520/ %X Penyelenggaraan upacara adat dan aktivitas ritual mempunyai arti bagi warga pendukungnya, sebagai penghonnatan terhadap leluhur dan rasa syukur kepada Tuhan, juga sarana sosialisasi dan pengukuhan nilai -nilai budaya yang sudah berlaku dalam kehidupan masyarakCtt sehari-hari. Sebagairnana dengan masyarakat Kampung Naga, yang menjalankan a_dat-istiadat warisan nenek n\oyang. Upacara Hajat Sasih adalah• sa!ah satu tradisi ritual yang dilaksanakan masyarakat Karnpung Naga. Upacara Hajat Sasih merupakan ziarah ke makam leluhur mereka yaitu Eyang Singapama. Hajat ini menjadi kewajiban bagi masyarakat Kampung Naga, karena dalam rangka melestarikan tradisi warisan dari leluhur. Upacara Hajat Sasih sebagai warisan leluhur masyarakat adat Kampung •Naga mampu bertahan dan dilaksanakan di tengah arus modemisasi. Penulis mengarnbil tema ini, karena upacara Hajat Sasih rnemiliki simbol dalarn pelaksanaan. pertanyaan-pertanyaan pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimana sejarah dan prosesi upacara Hajat Sas.ih dan Mengapa upacara Hajat Sasih bertahan dan dilaksanakan masyarakat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan Jatar dan rumusan masalah maka untuk menjawab menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan pendekatan antropologi dan dokumentasi. Dalam menganalisis menggunakan teori azaz rdigi yang dikemukakan oleh Rudolf Otto dan teori fungsionalisme oleh Branislaw Manilowski. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Kampung Naga memiliki keyakinan terhadap Upacara Hajat Sasih bahwa Hajat Sasih sebagai ungkapan rasa syukur, memperingati hari besar Islam, perantara do'a dan permohonan berkah, hajat sasih dan ibadah haji, dan kekhawatiran melanggar adat. Adapun fungsi Hajat Sasih dalam aspek sosial, memiliki fungsi diantaranya sarana interaksi sosial untuk memperkuat rasa kekeluargaan dalarn masyarakat. Dalam aspek keagamaan Hajat Sasih memiliki fungsi sebagai bentuk perwujudan dan pengungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mendoakan Ieluhur Kampung Naga, yaitu Sembah Dalem Eyang Singapama. Fungsi wisata budaya sebagai penguat konservasi Upacara Hajat Sasih supaya terus eksis masyarakat Kampung Naga memeberikan kenyamanan karena masih memegang teguh adat. Upaya pelestarian dilakukan oleh masyarakat sendiri karena meyakini jika menjalankan nilai-nilai leluhur akan terhindar dari malapetaka. Selain itu, upaya pelestatian dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dengan rnenjadikan Kampung Naga sebagai daerah wisata budaya yang masih taat dengan adat. %Z Pembimbing : H. Maman Abdul Malik Sya' roni, M.S. %0 Thesis %9 Skripsi %A ARIF AGUS TRISNO, NIM. 10120098 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15524 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T BIOGRAFI KH. SAHAL MAHFUDH (1937-2014 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15524/ %X KH. Sahal Mahfudh menjadi salah satu kiai yang mengambil posisi penting dalam struktur kemasyarakatan di desanya, Kajen Margoyoso Pati. Ia merupakan seorang pengasuh pesantren yang menjadi tujuan bagi para orangtua untuk menitipkan putra-putrinya. Dalam kepemimpinannya di dunia pesantren inilah kiai Sahal bersinggungan dan berkomunikasi dengan kondisi sosial masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Realitas sosial keagamaan, ekonomi, dan pendidikan masyarakat Kajen menggugah kesadaran kiai Sahal untuk merespon dengan keilmuan yang digelutinya. Kondisi ini menjadi latar belakang lahirnya pemikiran-pemikiran sebagai sebuah solusi guna diaplikasikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan posisinya sebagai pengasuh pesantren Maslakul Huda kiai Sahal menempati struktur elite bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini menuntut dirinya untuk memainkan peranan dalam berbagai bidang kemasyarakatan. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan biografis dalam penelitian ini. Adapun analisis data dilakukan melalui pengumpulan data, penyajian, dan pengambilan keputusan. Pengumpulan data peneliti lakukan melalui wawancara, dokumen, dan buku-buku yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Sebagai landasan berpikir peneliti menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa kiai Sahal merupakan seorang tokoh yang dibesarkan oleh latar belakang keluarga dan lingkungan sosial yang mengitarinya. Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi pola pikir kiai Sahal. Latar belakang keluarga pesantren membuat ia bersentuhan dan menggeluti ilmuilmu agama, terutama ilmu fiqh. Keilmuannya dalam dunia fiqh ditantang oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat Kajen yang sangat terbelakang. Kondisi ini menuntut kiai Sahal dalam posisinya sebagai seorang kiai pesantren yang hidup di tengah-tengah masyarakat untuk merespon problematika yang dihadapi masyarakat di sekitarnya. Rangsangan sosial dan hasil bacaan melahirkan pemikiran fiqh sosial, yaitu membawa fiqh dari secara qauli ke manhaji atau merubah dari berfiqh secara tekstual ke berfiqh secara kontekstual atau kondisional dan mengedepankan konsep maslahah dalam pengambilan keputusan hukum. Pemikiran fiqh sosial diaplikasikan oleh kiai Sahal dengan kerja nyata melalui pendirian BPPM (Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). Melalui BPPM ia melakukan pembinaan terhadap para perajin kerupuk tayamum, petani, dan peternak. Dalam ranah ini kiai Sahal memainkan peranan yang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat desa Kajen dan sekitarnya. Ia menjadi salah satu dari sedikit kiai pesantren yang berpikiran progresif dengan merespon problematika sosial masyarakat sekitarnya, terutama dalam bidang sosial keagamaan, pendidikan, dan ekonomi. %Z Pembimbing : Drs. Jahdan Ibnu Humam Saleh, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A NIZARUN NIKMAH, NIM. 11120003 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15526 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata kunci: Kaligrafi, Amri Yahya, seni lukis kaligrafi. %T AMRI YAHYA DAN SENI LUKIS KALIGRAFINYA TAHUN 1976-2000 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15526/ %X Amri Yahya dan Seni Lukis Kaligrafinya Tahun 1976–2000 M Sekitar abad ke-20, banyak tokoh seniman yang bermunculan di Indonesia. Akan tetapi, masyarakat Indonesia banyak yang tidak mengetahui perjalanan hidup dari para tokoh seniman tersebut. Bahkan masyarakat kebanyakan hanya mengetahui nama-nama mereka saja. Salah satu seniman yang terkenal pada waktu itu adalah Amri Yahya, dia banyak mencurahkan perhatiannya terhadap dunia seni, terutama seni lukis. Dia banyak menghasilkan karya seni, baik berupa lukisan murni maupun lukisan kaligrafi islami. Hasil karyanya banyak dikoleksi oleh berbagai lapisan masyarakat baik dalam maupun luar negeri, mulai dari pejabat, pengusaha, maupun orang-orang awam. Oleh karena itu penting untuk dikembangkan lebih luas lagi tentang perjalanan hidup seniman Amri Yahya dan perkembangan seni lukis kaligrafinya dari tahun 1976 hingga 2000 M. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah biografi Amri Yahya, latar belakang Amri Yahya menekuni seni lukis kaligrafi, dan perkembangan lukisan kaligrafinya tahun 1976-2000 M. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami tentang kehidupan seorang tokoh mulai dari lahir hingga wafat, meliputi latar belakang kehidupan tokoh, lingkungan sosial, aktivitas, dan perannya. Digunakan juga teori difusi kebudayaan yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba. Metode yang digunakan adalah metode historis, yang meliputi empat langkah, yaitu pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. Amri Yahya merupakan salah satu tokoh seni lukis batik kontemporer, dia juga menjadi salah satu pelopor seni lukis kaligrafi islami. Dia adalah seorang seniman sekaligus dosen seni di berbagai universitas ternama di Yogyakarta, seperti UNY, UIN Sunan Kalijaga, UII, AKK, dan lain-lain. Kepatuhannya dalam dunia seni telah mengantarkan dia memperoleh gelar doktor dan profesor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Hal-hal yang melatarbelakangi dia menekuni seni lukis kaligrafi adalah karena faktor usia, ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah, terinspirasi pada waktu berkunjung ke luar negeri dan kota-kota besar di Indonesia, mengikuti tren yang sedang berkembang di masyarakat, dan berniat untuk dakwah di jalan Allah. Perkembangan yang terjadi pada hasil lukisan kaligrafinya sangat signifikan dari waktu ke waktu, mulai dari bentuk tulisannya yang sederhana, kemudian lebih indah dan seterusnya. Model tulisan kaligrafinya bercorak naskhi dan tsulus, adapun alirannya adalah abstrak-ekspresionis. Lukisan kaligrafi yang dihasilkannya mengandung banyak nilai di dalamnya, yaitu nilai keindahan, nilai pendidikan, dan nilai dakwah. Hal ini dapat dilihat dari bentuk tulisannya yang sederhana, dan mudah difahami. %Z Pembimbing : - %0 Thesis %9 Skripsi %A HANAFI HUSNI MUBAROQ, NIM. 11120035 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:15527 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T ISLAMISASI DI JATINOM OLEH KI AGENG GRIBIG PADA MASA SULTAN AGUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15527/ %X Jatinom semula masih merupakan hutan belantara, kemudian oleh Seh Wasibagno Timur yang kemudian dikenal dengan nama Ki Ageng Gribig, daerah tersebut dibuka menjadi tempat pemukiman dan tanah pertanian. Setelah menjadi tempat pemukiman, Ki Ageng Gribig mulai menyebarkan ajaran agama Islam kepada penduduk setempat. Lama kelamaan murid yang datang semakin bertambah banyak, oleh karenanya dia mendirikan sebuah masjid sebagai tempat beribadah dan tempat pertemuan atau tempat untuk belajar agama Islam. Dalam perkembangannya Ki Ageng Gribig berhasil menanamkan ajaran Islam di daerah tersebut yang selanjutnya Jatinom menjadi pusat penyebaran agama Islam pada masa pemerintahan Sultan Agung. Keberhasilan tersebut berkaitan dengan dekatnya hubungan antara Ki Ageng Gribig dengan Sultan Agung, dalam sejarahnya Ki Ageng Gribig dulunya adalah guru agama dari Sultan Agung kecil, Ki Ageng Gribig juga berhasil memadamkan niat Adipati Palembang yang ingin memberontak kepada Mataram tanpa melalui pertumpahan darah. Pokok permasalahan yang diteliti adalah bagaimana proses awal masuknya Islam ke Jatinom, menjelaskan tentang biografi Ki Ageng Gribig, pemerintahan Mataram pada masa Sultan Agung, dan hubungan atau relasi Ki Ageng Gribig dengan Sultan Agung dalam pemerintahan Mataram, ataupun sebelum Sultan Agung memerintah Mataram. Serta menjelaskan peran Ki Ageng Gribig dalam proses islamisasi di Jatinom pada masa Sultan Agung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori peranan sosial yang didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial. Metode yang digunakan adalah metode historis, yakni suatu langkah atau cara merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, mengkritik, menafsirkan, dan mensintesiskan data dalam rangka menegakkan fakta serta kesimpulan yang kuat. Ki Ageng Gribig yang masih merupakan keturunan Prabu Brawijaya V menyebarkan agama Islam di Jatinom dan memperkuat ajaran Islam sampai akhir hayatnya. Masyarakat Jatinom yang semula banyak memeluk agama Hindu dan Budha, beserta kepercayaan animisme dan dinamisme tidak banyak menentang tetang ajaran Islam yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig. Sebagai tanda bhakti dari seorang murid kepada gurunya, Sultan Agung sangat membantu dan mendukung berkembangnya islamisasi di Jatinom oleh Ki Ageng Gribig, terlihat dengan membangunkan masjid dan mendukung upacara tradisi Yaqowiyu. Islamisasi ini berjalan dengan lancar, dikarenakan ajaran Islam yang universal, begitu juga dengan kondisi politik Sultan Agung yang mendukung sepenuhnya terhadap perkembangan Islamisasi ini, beserta kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Ki Ageng Gribig yang menyentuh hati. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi, M. Hum. %0 Thesis %9 Masters %A DEDEN ANJAR HERDIANSYAH, NIM. 1220510040 %B PASCASARJANA %D 2015 %F digilib:15937 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K KERAJAAN TURKI UTSMANI %P 207 %T KONSPIRASI FREEMASONRY DALAM KERAJAAN TURKI UTSMANI PADA MASA SULTAN ABDUL HAMID II (1876-1909) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15937/ %X Imperium Islam merupakan sebuah imperium yang terluas wilayahnya dan terpanjang masa kekuasaannya dalam sejarah peradaban manusia hingga kini. Lebih dari satu millennium imperium ini berkuasa meliputi wilayah-wilayah yang berada di Benua Asia, Afrika, dan Eropa. Dalam rentang waktu yang panjang itu, Kerajaan Turki Utsmani menjadi dinasti yang paling lama berkuasa di antara dinasti-dinasti yang silih berganti memimpin peradaban Islam. Selama lebih dari tujuh abad dinasti ini berkuasa, sekaligus menjadi dinasti yang terakhir dari imperium Islam. Keruntuhannya memiliki dampak yang besar sekaligus menjadi arah gerak baru bagi sejarah umat Islam, khususnya, dan dunia secara umum. Setelah keruntuhannya tidak lagi sama kehidupan umat Islam di bidang politik, budaya, pendidikan, bahkan semangat keagamaan. Oleh karena itu, peristiwa runtuhnya kekuasaan Turki Utsmani menjadi bahan yang selalu menarik untuk dikaji. Penelitian ini memaparkan fakta-fakta sejarah mengenai aktor utama di balik keruntuhan Kerajaan Turki Utsmani, sekaligus menelaah upaya-upaya yang mereka lakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan penyajian fakta-fakta sejarah. Sebagai penguat hasil penelitian tersebut digunakan pula dalam penelitian ini teori perubahan sosial dan teori politik konspiratif dengan pendekatan sosial dan politik. Dari aspek temporal penelitian ini dibatasi kurun waktu dari 1876 sampai 1909, yaitu sepanjang kekuasaan Sultan Abdul Hamid II. Karena, pada masa inilah Freemasonry menjalankan puncak konspirasinya dan mendapat respon perlawanan dari Sultan Abdul Hamid II. Meskipun, Sultan Abdul Hamid II telah membendung konspirasi Freemasonry di sepanjang pemerintahannya, namun pada akhirnya ia tetap tidak mampu mempertahankan kekuasaannya, dan digulingkan pada tahun 1909. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Freemasonry dengan seluruh jaringan dan langkah-langkah srategisnya sangat dominan dalam upaya penghancuran Kerajaan Turki Utsmani. Freemasonry melakukan konspirasi dengan cara menyusup dalam pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, bersekongkol dengan pihak-pihak yang memiliki kesamaan tujuan dengan mereka, menggerakkan revolusi, hingga melakukan penggulingan kekuasaan Sultan Abdul Hamid II. Pada masa berikutnya Freemasonry menguasai Turki Utsmani secara de facto hingga berhasil meruntuhkan institusi Kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924. %Z PEMBIMBING: Dr. NURUL HAK, S.Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A IMAM NAWAWI, NIM. 09120009 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16151 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Keywords: perempuan, revolusi, Iran. %T PERAN PEREMPUAN DALAM REVOLUSI IRAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16151/ %X Pokok bahasan dalam skripsi ini adalah Peran Perempuan dalam Revolusi di Iran. Berdasarkan data sejarah, revolusi Islam di Iran terjadi dengan melibatkan kaum perempuan dalam banyak aspek, di berbagai bidang, dan atas motif yang beragam. Perempuan turut serta dalam aksi demonstrasi, gerilya militer, penyebaran informasi dan provokasi, penyediaan bahan makanan, dan obat-obatan, serta penerbitan-penerbitan berideologi. Ada banyak bidang kehidupan yang dijadikan ranah perlawanan kaum perempuan, mulai di ranah hukum, pendidikan, pekerjaan, keagamaan dan kebudayaan. Motif yang mendorong gerakan mereka juga banyak, seperti politik, ekonomi, edukasi, serta nilai-nilai religius-kultural. Peristiwa revolusi dalam sejarah Iran ini berlangsung pada era kekuasaan Rezim Pahlevi. Sebuah era yang bermula sejak tahun 1925 dan ditandai dengan merajalelanya korupsi, pengkhianatan, konflik, pertentangan, yang pada akhirnya memuncak berupa meletusnya revolusi pada tahun 1979. Selama periode ini, rakyat Iran berada di bawah proyek besar rezim, yaitu modernisasi dan westernisasi. Pembangunan fisik diutamakan daripada pembangunan mentalitas, sehingga ketimpangan yang berujung pada kritis terjadi. Krisis-multidimensi yang melanda dunia politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan kegamaan masyarakat Iran, puncaknya, mengundang resistensi dan perlawanan. Dari gambaran di atas, penulis tertarik untuk meneliti peristiwa keterlibatan dan peran penting perempuan dalam revolusi di Iran. Bagaimana revolusi tersebut terjadi dengan melibatkan kaum perempuan? Apa saja bentuk perlawanan terhadap rezim penguasa? Apa motif dan gagasan yang mempengaruhi perempuan? Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-analitis yang berusaha mengungkap peristiwa revolusi yang melibatkan perempuan Iran dengan cara menggambarkan memotret, mengkaji, dan menganalisisnya secara objektif berdasarkan data yang diperoleh. Adapun pendekatan penelitian ini adalah aksi sosial dengan menggunakan teori-teori aksi dari Pierre Bourdieu dan Thomas Luckman. Bourdieu memandang bahwa sebuah aksi sosial terjadi lantaran telah memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan, seperti modal, habitus, dan ranah. Dalam konteks objek penelitian ini, aksi perlawanan rakyat Iran, khususnya perempuan, terjadi lantaran telah memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan untuk sebuah aksi. Alhasil, revolusi adalah sebuah konsekuensi atau hasil dari aksi-aksi yang terjadi. Dengan kata lain, revolusi adalah realitas yang diciptakan dengan cara menata bahan-bahan pembentuknya, yaitu aksi-aksi perlawanan terhadap rezim. Dalam bahasa Thomas Luckman, revolusi adalah realitas yang dikonstruk dengan matang dan penuh pertimbangan logis. %Z Syamsul Arifin, S.Ag, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A ATI’ QOSINGAH, NIM. 11120143 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16157 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata Kunci: Sentot Ali Basah, Perang Jawa, Perjuangan, Prestasi. %T PERJUANGAN SENTOT ALI BASAH DALAM PERANG JAWA TAHUN 1825-1830 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16157/ %X Sentot Ali Basah adalah salah satu panglima Perang Jawa. Perang Jawa merupakan perang yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa pada tahun 1825- 1830 M. Perang ini meletus antara rakyat pribumi yang dipimpin Pangeran Diponegoro melawan kolonial Belanda yang dipimpin oleh Jendral de Kock. Sentot bersama Diponegoro berperang dalam upaya untuk membebaskan kaum pribumi dari aneksasi penjajah, dan juga termotivasi atas kepentingan agama, yakni misi Diponegoro untuk mendirikan balad Islam di Tanah Jawa. Oleh karenanya perang Jawa disebut pula sebagai perang sabil. Kajian ini difokuskan pada konstribusi perjuangan Sentot Ali Basah dalam perang Jawa. Lebih khususnya membahas mengenai latar belakang keikutsertaan Sentot dalam perang Jawa, pengangkatan Sentot sebagai senopati, dan bentukbentuk perjuangan Sentot. Kajian ini juga berusaha untuk menganalisis bagaimana Sentot Ali Basah yang masih berusia remaja (17 tahun) dalam mengemban tugastugas peperangan yang yang ia emban. Dalam kajian ini digunakan pendekatan biografi dalam upaya memahami persoalan secara lebih objektif. Penulis berupaya mengungkapkan empat unsur yang harus ada dalam kajian biografi yakni kepribadian tokoh, kekuatan sosial yang mendukung, potret zaman dimasa tokoh hidup, dan keberuntungan atau kesempatan yang dimiliki. Adapun teori yang digunakan adalah teori peranan sosial, yang didefinisikan Peter Burke sebagai pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis (sejarah), yang mempunyai empat tahapan, yaitu: pengumpulan sumber (heuristik), pengujian sumber (verifikasi), analisis (interpretasi), dan penulisan (historiografi). Hasil penulisan skripsi ini menyimpulkan bahwa Sentot Ali Basah berjuang secara totalitas dalam berperang. Pernyataan ini dilihat dari progres posisi Sentot dalam perang Jawa, yang pada awal peperangan ia hanya sebagai prajurit biasa, kemudian dalam waktu singkat naik menjadi panglima yang membawahi pasukan pinilih, dan naik lagi menjadi senopati sekaligus penyusun strategi utama perang. Pada tahap akhir perang, Sentot mengemban politik dwi fungsi, yakni rangkap jabatan antara senopati dengan pemegang kebijakan pemerintahan (pemungutan pajak, pendistribusian dan administrasinya), yang pada akhirnya ia gagal mengemban tugas ini. Pada akhir perjuangannya ia juga mengupayakan keuntungan pada pihaknya melalui persyaratan penyerahan. Sentot diakui oleh berbagai pihak, baik dari kalangan Diponegoro maupun kalangan Belanda, bahwa dirinya adalah seorang pejuang yang cerdik dan pemberani. %Z Drs. H. Musa, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A MR. SARIPROMADON KATEH, NIM. 11120065 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16158 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T PENGARUH PERJANJIAN ANGLO-SIAM DAN RESPON MASYARAKAT MUSLIM-MELAYU PATANI TAHUN 1909-1932 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16158/ %X Patani dahulu merupakan sebuah kerajaan Melayu Islam yang berdaulat, mempunyai kesultanan dan perlembagaan yang tersendiri. Patani adalah “Tanah Melayu atau negeri-negeri Melayu Utara”. Akan tetapi pada pertengahan abad ke-18 (1785 M.) Patani telah menjadi korban penaklukan Kerajaan Siam (Thailand). Pada tahun 1909 terdapat satu perjanjian yang dilakukan oleh Siam dan Inggris yaitu perjanjian Anglo-Siam. Dengan ditandatangani Perjanjian Anglo-Siam, Patani telah diakui oleh Inggris sebagai bagian dari jajahan Siam, sementara Inggris mendapat beberapa negari-negeri lain di wilayah Melayu Utara, walaupun tanpa mempertimbangkan keinginan penduduk asli Melayu Patani. Studi ini merupakan studi yang mengkaji pengaruh perjanjian Anglo-Siam dan respon masyarakat Muslim-Melayu Patani, adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh perjanjian Anglo-Siam dan respon mesyarakat di Patani, yang merupakan titik perubahan dalam sejarah masyarakat Muslim-Melayu Patani. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi dan politik. Pada aspek sosiologi merupakan bidang studi yang mempelajari variabel politik dan variabel sosial dalam wujud saling keterkaitan antara struktur sosial dan lembaga politik, atau masyarakat dan negara. Sedangkan pada aspek politik juga mempunyai korelasi dengan struktur masyarakat dan hubungan sosial masyarakat sehingga tampak bagaimana otoritas pemimpin untuk memobilisasi pengikut, pengambilan keputusan kolektif dan munculnya konflik antar golongan. Teori konflik, Lewis A. Coser menyebutkan bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik mendapatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok, dan memperkuatkan kembali identitas kelompok. Hasil dalam penelitian ini yaitu dengan adanya perjanjian Anglo-Siam berpengaruh pada memburuknya kondisi umat Islam di Patani. Pada bidang politik terjadi reformasi hukum yaitu perubahan dari hukum syariah ke hukum sipil. Dalam bidang pendidikan terdapat UU wajib belajar sekolah dasar bagi Muslim-Melayu Patani dengan ajaran Budha di dalamnya. Dalam bidang Budaya, orang-orang Muslim-Melayu Patani dipaksa memakai pakaian Budha dan Barat. Dalam bidang ekonomi yaitu adanya tekanan pajak untuk masyarakat Muslim-Melayu Patani, selain itu dalam bidang ekonomi pemilik modal dikuasai oleh orang China dan orang Budha berbangsa Siam. Adanya pengaruh-pengaruh dari perjanjian Anglo-Siam tersebut, maka muncul respon dari masyarakat Muslim-Melayu Patani. Bentuk respon dari masyarakat Muslim-Melayu Patani yang paling memuncak adalah pemberontakan Namsai atau Nasa, pada tahun 1922 M. pemberontakan ini didukung oleh Tengku Abdulqadir Kamaruddeen (raja Patani terakhir) dengan tujuan untuk mendapat kekuasaan politik dari pemerintahan Siam. %Z Drs. Sujadi, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A ABDURRAHMAN, NIM. 10120041 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16159 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN Al-IDRUS TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16159/ %X Pondok pesantren sebagai bentuk lembaga pengembangan dan pendidikan keislaman mempunyai peranan kunci di dalam menyebarkan dan mengkaji ilmu-ilmu agama Islam, baik secara internal maupun eksternal. Selain itu juga lembaga kepesantrenan diharapkan bisa hidup berdampingan serta mampu memberikan kontribusinya terhadap perkembangan masyarakat di sekitar lingkungannya, baik perkembangan keagamaan maupun perkembangan di bidang lainnya, seperti sosial, ekonomi dan budaya. Begitu pula dengan pondok pesantren Al-Idrus yang berada di Desa Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Pondok pesantren yang sudah berdiri sejak tahun 80an ini setidaknya dapat memberikan pengetahuan keagamaan kepada masyarakat desa Repaking. Masyarakat mulai sadar akan jati dirinya sebagai makhluk Tuhan. Di samping itu juga, pondok pesantren Al-Idrus memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Masyarakat Desa Repaking yang mayoritasnya berprofesi sebagai petani merasa sangat terbantu dengan adanya program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh lembaga ponpes Al-Idrus. Lumbung Tani dan BMT Al-Idrus membantu masyarakat dalam hal di bidang ekonomi. Lumbung Tani membantu masyarakat dalam melakukan kegiatan pertanian, sedangkan BMT Al-Idrus membantu masyarakat dalam keuangan. Dalam skripsi ini penulis fokus membahas mengenai program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Idrus, yaitu Lumbung Tani dan BMT Al-Idrus. Pembahasannya dimulai dari menggambarkan situasi kondisi masyarakat desa Repaking, profil ponpes Al-Idrus serta fokus penelitan utamanya mengenai seputar pemberdayaan yang dilakukan ponpes Al-Idrus, mulai dari awal terbentuknya sampai program-program kegiatan yang ada di Lumbung Tani dan BMT Al-Idrus serta pengaruh kepada masyarakatnya. Penelitian ini penulis menggunakan teori Fungsionalisme Struktural yang dikembangkan oleh Radcliffe Brown (1952). Dengan teori ini penulis berusaha menunjukan kepada umum bahwa lembaga pondok pesantren juga memiliki peranan dan pengaruh yang penting terhadap perkembangan masyarakat, tidak hanya sebatas kelembagaan yang fokus terhadap pendidikan keagamaan saja. Selain itu juga metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan langsung turun di lapangan. Melakukan wawancara dengan tokoh utama dalam fokus penelitan ini, serta mewawancarai masyarakat yang berada di sekitarnya sebagai bahan pertimbangan mengenai respon dari luar, dan juga mencari data tertulis jika memang ada. Dari penelitian ini, berdasarkan data yang telah diperoleh dan dikaji. Penulis mendapatkan kesimpulan bahwa ternyata pondok pesantren mampu memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Ponpes Al-Idrus telah membuktikan dengan 2 lembaga swadaya masyarakat yaitu, Lumbung Tani dan BMT Al-Idrus. Masyarakat desa Repaking mengalami perkembangan dari segi pola perekonomiannya juga dari segi keagamaannya. %Z Dra. Soraya Adnani, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A DWI SEPTIANI, NIM. 11120114 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16347 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Sultan Muhammad Salahuddin, Kesultanan Bima, Peran. %P 108 %T KESULTANAN BIMA PADA MASA SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN (1915 M-1951 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16347/ %X Kerajaan Bima berada di Pulau Nusa Tenggara Barat tepatnya di daerah Bima. Kerajaan Bima ini sudah diperintah oleh 26 raja kemudian setelah raja yang ke 27 barulah berubah menjadi kesultanan karena saat itu pemerintahan mulai berdasarkan pada syari’at Islam. Kesultanan Bima sebelum masa Sultan Muhammad Salahuddin yaitu sekitar abad ke- 17 para sultan lebih banyak fokus untuk memperbaiki keadaan rakyat karena pada saat itu Bima sedang dijajah oleh Belanda. Belanda sebagai penjajah banyak melakukan hal sewenang-wenang yang merugikan masyarakat Bima, selain itu banyak terjadi perang antara masyarakat dan penjajah. Mulai Sultan Muhammad Salahuddin yaitu pada tahun 1915 M-1951 M, sultan banyak berperan di dalam melawan Belanda dalam memerdekakan Bima dari penjajah, memperhatikan bidang pendidikan dan memajukan Islam. Oleh karena itu, penulis berusaha meneliti lebih jauh tentang kehidupan dan berbagai usaha Sultan Muhammad Salahuddin di Kesultanan Bima. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang lingkungansosial kultural tempat tokoh tersebut lahir dan tumbuh dewasa, selain itu penulis menggunakan pendekatan sosiologis, Pendekatan ini digunakan untuk memahami serta mendalami keadaan sosial yang terjadi dalam lingkungan yang menjadi pembahasan yaitu daerah Bima pada masa Sultan Muhammad Salahuddin, dengan menelusuri berbagai upayanya dalam memajukan Bima.Untuk mempermudah penelitian, penulis menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Penelitian ini mengungkap sejarah hidup Sultan Muhammad Salahuddin sejak lahir hingga wafat sehingga dalam penulisannya, penulis menggunakan metode historis. Dalam metode historis ini ada empat tahapan yang meliputi pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. Penelitian ini memberikan informasi secara detail mengenai keadaan sosial kesultanan Bima menjelang masa pemerintahannya, biografi Sultan Muhammad Salahuddin, yaitu perjalanan hidup sejak dia lahir, perjalanan pendidikannya hingga dia wafat. selain itu, dijelaskan pula kontribusi Sultan Muhammad Salahuddin yang membawa perubahan terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Dia berusaha memberikan kebutuhan masyarakat sekitar dalam bidang pendidikan, mengaktifkan kembali peradilan agama dan meningkatkan dakwah ke desa-desa guna memperkuat keislaman di Bima. Selain itu, dia juga memberikan restu kepada organisasi Islam yang ingin berdiri di Bima dan berhasil membawa Bima pada kemerdekaan. Kata kunci: Sultan Muhammad Salahuddin, Kesultanan Bima, Peran. %Z Zuhrotul Latifah, S.Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A FITRI ISTI SOFIAH, NIM11120072 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16348 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K kirab budaya - tradisi upacara ziarah 1Muharram- simbol %P 112 %T KIRAB BUDAYA DALAM TRADISI UPACARA ZIARAH 1 MUHARRAM DI DESA GUNUNGPRING KECAMATAN MUNTILAN, KABUPATEN MAGELANG JAWA TENGAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16348/ %X Desa Gunungpring terkenal memiliki tradisi keagamaan yang sangat kental, dengan kegiatan yang sangat religius seperti tahlilan, sholawat, ziarah makam, mujahadah dan pengajian. Ziarah makam yang masih dilestarikan dan berkembang dimasyarakat Desa Gunungpring adalah tradisi upacara ziarah pada1 Muharram dalam rangka memperingati haul Kiai Raden Santri danKiai Jogo Rekso Hal yang menarik dari haul tersebut yaitu ada rangkaian prosesi yang menyertai kegiatan haul seperti acara kirab budaya yang dipimpin oleh Ki Radya Harsana. Ki Radya Harsana sebagai abdi dalem kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, beserta masyarakat Desa Gunungpring. Sejumlah warga yang bertugas membawa tumpeng berpakaian seperti prajurit keraton Mataram. Barisan pembawa tumpeng (besar dan kecil) tersebut merupakan simbol sebagai bentuk syukuran atas keberhasilan panen bumi. Tumpeng besar yaitu gunungan yang isinya sayuran, sedangkan tumpeng kecil berupa nasi kuning dan nasi putih. Barisan tersebut berangkat dari halaman balai desa menuju terminal Ndawung untuk melakukan pawai. Setelah itu dilanjutkan dengan acara bancaan (makan bersama). Kirab budaya dalam tradisi upacara ziarah 1 Muharram ini menarik untuk diteliti sehingga memunculkan beberapa masalah yaitu bagaimana gambaran ritual pelaksanaan kirab budaya dalam tradisi upacara ziarah 1 Muharram? Apa makna-makna dari simbol yang terdapat pada kirab budaya dalam tradisi upacara ziarah 1 Muharram? Mengapa diadakan kirab budaya dalam tradisi upacara ziarah 1 Muharram? Penulisan kirab budaya dalam tradisi upacara ziarah 1 Muharram ini menggunakan adalah teori simbol, simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Simbol adalah suatu tanda yang memberitahukan tentang sesuatu kepada seseorang yang telah mendapatkan persetujuan umum dalam tingkahlaku ritual. Ritual yang dilaksanakan yaitu membaca yasin, tahlil, sholawat, simakan al qur’an, pengajian, dan mujahadah. Sedangkan bentuk pelaksanaannya sebelum kirab budaya dimulai, para Kiai melakukan do’a bersama di makam Kiai Raden Santri beserta masyarakat dan santri pondok watucongol. Dalam do’a tersebut diawali dengan mujahadah, yasin, tahlil, dan diakhiri dengan do’a selamat dan penutup kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan gunungan. Makna simbol dalam kirab budaya yang dapat dianalisis dirangkum dalam delapan macam yaitu gunungan tumpeng besar, tumpeng kecil, pakaian adat, macam-macam panji, gamelan munggal, bergada prajurit, kembang setaman dan beras kuning serta udik-udik uang receh. Masalah dan tujuan diadakan kirab budaya dalam tradisi upacara ziarah 1 Muharram. Kata kunci: kirab budaya - tradisi upacara ziarah 1Muharram- simbol %Z Dra. Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A HARIS SUWANDA, NIM. 10120093 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16349 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Masjid, Perkembangan, Polemik, Aktivitas %P 102 %T MASJID PERAK KOTAGEDE POLEMIK PEMUGARAN DAN PERKEMBANGANNYA TAHUN 2009-2014 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16349/ %X Keberadaan sebuah masjid tidak hanya dilihat dari seberapa besar nilai sejarah yang terkandung di dalamnya, melainkan juga bisa dilihat dari seberapa besar fungsinya bagi masyarakat. Dilihat dari sejarahnya, Masjid Perak merupakan masjid tertua kedua yang ada di Kotagede, dengan selisih waktu 3 abad lamanya setelah Masjid Besar Mataram yang didirikan akhir abad ke-16 M. Masjid Perak didirikan sekitar akhir tahun 1930-an di kampung Trunojayan, Prenggan, Kotagede. Latar belakang pendiriannya tidak lepas dari berkembangnya organisasi Muhammadiyah di Kotagede kala itu, juga berkat peran pengusaha perak Kotagede yang berada dalam zaman keemasannya. Permasalahan mencuat pasca gempa bumi Mei 2006 yang menyebabkan kerusakan pada sebagian bangunannya. Pada awal tahun 2009 takmir masjid yang diserahi wewenang pengelolaan masjid oleh PCM Kotagede melakukan pemugaran demi nyamannya kelangsungan ibadah serta menjadikan masjid lebih multifungsi dengan konstruksi yang lebih kuat. Di sisi lain, muncul polemik mengenai gagasan pemugaran tersebut dikarenakan dalam prosesnya diduga belum seizin dari PCM Kotagede serta diproyeksikan sebagai BCB. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yakni apa penyebab terjadinya polemik pembongkaran Masjid Perak tahun 2009 dan siapa saja yang terlibat di dalamnya? Bagaimana kronologinya dan jalan penyelesaian yang diambil? Serta bagaimana perkembangan Masjid Perak pasca pemugaran 2009, baik dalam hal bentuk bangunan dan perkembangan aktivitasnya? Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode historis, meliputi heuristik, kritik, interpretasi, hingga historiografi. Sumber yang digunakan memanfaatkan sumber tertulis dari buku, surat kabar, serta artikel dalam internet dilengkapi dengan wawancara pada narasumber terkait. Adapun untuk menganalisisnya menggunakan teori konflik sosial dari Jean Pruitt dan Jeffrey Rubin, serta teori fungsionalisme dari Bronislaw Malinowski. Hasil dari penelitian ini yakni polemik pembongkaran Masjid Perak terjadi antara takmir dan pemerhati budaya serta sebagian pengurus PCM Kotagede. Hal tersebut berawal dari upaya takmir untuk mengembangkan masjid. Pemerhati budaya serta PCM Kotagede tidak sejalan, karena memandang hal itu dapat menghilangkan nilai sejarah masjid. Dalam penyelesaiannya, didapat kesepakatan bahwa masjid dibangun kembali dengan tidak menghilangkan unsur kesejarahannya, meskipun ada perubahan bentuk pada beberapa bagiannya. Upaya takmir untuk mengembangkan masjid lebih multifungsi mulai tercapai meskipun sempat menimbulkan konflik. Di antaranya adalah berjalannya koperasi dan pemberdayaan kuliner ibu rumah tangga, dibentuknya klinik kesehatan, serta dibangunnya ruang perpustakaan dan multimedia. Kata kunci: Masjid, Perkembangan, Polemik, Aktivitas %Z Drs. H. Jahdan Ibnu Humam MS %0 Thesis %9 Skripsi %A IRYANTI, NIM. 10120087 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16350 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Afika Utara, Bani Umayyah, Uqbah ibn Nafi, dan kontribusi %P 94 %T KONTRIBUSI UQBAH IBN NAFI’ DALAM PENAKLUKAN AFRIKA UTARA (46 – 63 H 666 – 683 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16350/ %X Uqbah Ibn Nafi’ adalah seorang panglima militer Islam pada masa Daulah Bani Umayah, pada masa pemerintahan Khalifah Mu’awiyah. Ia begitu ambisius dan berhasil memperoleh kesuksesan besar dalam menaklukkan Afrika Utara sejak tahun 666 M. Ketika ia mampu memasuki wilayah Afrika Utara, kondisi wilayah tersebut begitu porak-poranda. Banyak terjadi kesenjangan sosial di dalamnya. Rakyat dibebani pajak yang memberatkan oleh Bizantium, perbudakan pun tidak bisa dihindari. Sebelumnya, telah dilakukan penaklukan Afrika Utara oleh para pejuang Islam terdahulu, tetapi hanya sampai ke Barqah dan Tripoli serta terhenti dengan adanya serangan dari Bangsa Romawi, dan semuanya gagal. Uqbah ibn Nafi’ adalah panglima Islam yang pertama kali mampu menaklukkan wilayah Afrika Utara bahkan hingga menembus padang pasir Sahara. Ia behasil membangun kota Qayrawan yang indah di tengah keganasan masyarakat Berber. Ia pun mendapat julukan Alexander Muslim I. Mayoritas masyarakat Afrika Utara memeluk agama Kristen. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Uqbah memiliki peranan penting dalam penaklukan wilayah Afrika Utara. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kondisi Afrika Utara sebelum penaklukan Uqbah, penaklukan Afrika Utara oleh Uqbah, serta kondisi Afrika Utara setelah terjadi penaklukan oleh Uqbah. Untuk membahas penelitian ini, digunakan pendekatan sosiologis, yaitu suatu studi yang bertujuan memahami arti subyektif dari kelakuan sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti obyektifnya. Penelitian ini menggunakan teori peranan sosial yaitu pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur sosial. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode sejarah yang bertumpu pada empat tahap, pertama: heuristik dengan mengumpulkan dan memanfaatkan sumber-sumber data tertulis baik berupa buku, ensiklopedi, maupun artikel dan internet, kedua: verifikasi dengan melakukan kritik intern terhadap sumber yang telah didapat, ketiga: interpretasi dengan melakukan penafsiran terhadap sumber yang telah terkumpul, dan keempat: historiografi yakni dengan melakukan penulisan terhadap fakta secara sistematis dan kronologis. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa, kondisi Afrika Utara sebelum penaklukan oleh Uqbah berupa wilayah padang pasir yang didiami oleh bangsa Berber. Mereka berada di bawah kekuasaan Bizantium dan menganut agama Kristen dengan mazhab Mulkaniyah. Selanjutnya dilakukan penaklukan atas wilayah tersebut oleh Uqbah dan mengalami keberhasilan. Selama memerintah Afrika Utara, Uqbah menghapus perbudakan, mendirikan masjid dan kota militer Qairawan. Kota ini digunakan sebagai kota militer dilengkapi dengan masjid Jami’ yang digunakan sebagai tempat peribadatan sekaligus sebagai sarana transformasi ilmu pengetahuan. Kata kunci: Afika Utara, Bani Umayyah, Uqbah ibn Nafi, dan kontribusi %Z Dra. Hj. Ummi Kulsum, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A M. ROMI AHFADH, NIM. 09120031 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16351 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K PERSANTREN - PERKEMBANGAN %P 105 %T PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN TREMAS DAN PENGARUHNYA BAGI MASYARAKAT TREMAS ARJOSARI PACITAN TAHUN TAHUN 1952 - 1970 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16351/ %X Pondok pesantren pada dasarnya memiliki empat syarat utama, yaitu: kyai, santri atau murid, masjid dan sistem pendidikan. Keberadaan pondok pesantren beserta perangkatnya yang ada adalah sebagai lembaga pendidikan serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberikan warna pada daerahnya di mana ia berdiri. Pondok pesantren Tremas didirikan pada tahun 1830 M, oleh KH Abdul Manan, yang berlokasi di Desa Tremas Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan. Sejak berdirinya pondok pesantren pada tahun 1830 hingga ke pemimpinan KH Habib Dimyathi tahun 1952, banyak membawa dampak sosial keagamaan bagi masyarakat di Desa Tremas Pacitan. Hal inilah yang menjadikan pondok pesantren Tremas sebagai sentral perkembangan agama Islam di kawasan Pacitan. Akan tetapi penulis membatasi penelitian ini mulai tahun 1952-1970 M. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi tentang perubahan sosial. Perubahan sosial adalah sebuah proses perubahan yang mencangkup berbagai fenomena sosial di setiap kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan perubahan sosial peneliti menggunakan teori fungsional. Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu lembaga sosial yang berada dalam keseimbangan yang berpolakan kegiatan manusia berdasarkan norma-norma yang dianut bersama serta sah dan tidak mengikat peran serta manusia itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian sejarah menguji dan menganalisis data-data peninggalan dan peristiwa masa lampau melalui empat tahap, yaitu heruistik, kritik, interpretasi, dan historiografi, dengan menempatkan sejarah sebagai ilmu utamadi bantu dengan ilmu sosial lainnya. Teknik penelitian dilakukan dengan melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdirinya pondok pesantren Tremas sebagai lembaga yang berdiri dan berada di tengah-tengah masyarakat telah memberikan manfaat dalam kehidupan keagamaan, baik dalam tingkatan bawah sampai pada tingkatan yang umum. Hal ini dapat dilihat dalam perkembangannya tahun 1952 hingga tahun 1970. Pondok pesantren Tremas di bawah pimpinan KH Habib Dimyathi dan di bantu oleh adik beliau yaitu KH Haris Dimyathi dan KH Hasyim Ihsan, telah terbukti sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah dijalankan. Sebagai wujud pemberdayaan kehidupan keagamaan di pondok pesantren Tremas dan sekitarnya, pondok pesantren Tremas mewujudkannya dengan mengadakan berbagai kegiatan pengajian di masyarakat. Berbagai kegiatan tersebut merupakan sebagai wujud tanggung jawab moral pondok pesantren Tremas pada kehidupan keagamaan di masyarakat sekitarnya. Kegiatan-kegiatan tersebut selain sebagai wadah untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dan keimanan masyarakat juga di jadikan sebagai media silaturahmi pondok pesantren Tremas dengan masyarakat Desa Tremas, Arjosari, Pacitan. %Z Drs. Sujadi M. A. %0 Thesis %9 Skripsi %A MISS HANAN BUERAHENG, NIM. 11120026 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16353 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM %T PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM HAJI SULONG DI PATANI 1927-1954 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16353/ %X Masyarakat Melayu Patani sering terpinggirkan dalam beberapa aspek seperti aspek kehidupan, sosial, politik, budaya, ekonomi, dan pendidikan.Di tengah-tenga situasi dan kondisi ini muncu seorang tokoh ulama yang terkenal yaitu Haji Sulong yang membangkitkan semangat masyarakat Malayu Pattani.Persoalan ini untuk diteliti, khususnya mengenai peran penting tokoh tersebut. Pokoh masalah dalam penelitian ini adalah “Pembaharuan pendidikan Islam Haji Sulong di Pattani 1927-1954”.Tokoh ini memiliki peran penting di bidang pendidikan.Pada tahun 1927 dia membangun pondok di Patani Selatan. Penelitian ini akan ditujukan pada rumusan masalah sebagai berikut. 1) Apa yang melatarbelakangi Haji Sulong melakukan pembaharuan pendidikan Islam di Pattani? 2). Bagaimana konsep pembaharuan pendidikan Islam Haji Sulong di Pattani?.Studi ini bertujuan untuk menjelaskan dan menggabarkan pembaharuan pendidikan Islam Haji Sulong dalam mengangkat harkat dan merabat masyarakat malayu Patani di Thailand Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi.Pendekatan ini digunankan untuk kajian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia yang berusaha mencari tahu tentang hakekat dan sebab-sebab dari berbagai pola piker dan tindakan manusia yang teratur dapat perulang.Berbeda dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya pada karakteristik pikiran dan tindakan orang perorangan, sosiologi hanya tertarik kepada pikiran dan tidakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu kelompok atau masyarakat. Kemudian teori yang digunakan adalah Teori Behavioral, yaitu sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembagan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Hasil dalam penelitian ini yaitu pembaharuan pendidikan Islam Haji Sulong di Patani untuk membangunkan pendidikan tradisional mentadi madrasah, madrasah pertama yang di bangunkan di Patani Thailand Selatan. Selama dua tiga tahun, pondok (madrasah) yang di buka di Patani setelah itu ditutup oleh pemerintah Thailand. Kesungguhan, dan kesabaran Haji Sulong dalam memperjuangkan harkat dan martabat masyarakat Melayu patani dari kebijakan kerajaan Thai yang tidak memihak kepentingan mereka, yang mendapat dukungan dari masyarakat dalam maupun luar negeri. Akan tetapi cita-cita dan harapan masyarakat Melayu Patani yang ia perjuang hasilnya tidak di nikmati semasa hidupnya yang kemudian diteruskan oleh generasi muda Melayu Patani. %0 Thesis %9 Skripsi %A MOH. SHOLEH TAMAM HURI, NIM 09120055 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16369 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Masjid, Akulturasi, Budaya, Sumenep %P 101 %T PERCAMPURAN BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID JAMIK SUMENEP %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16369/ %X Masjid merupakan element penting bagi umat Islam, selain sebagai tempat peribadatan masjid juga merupakan pusat peradaban kebudayaan Islam. Dalam buku-buku sejarah dituliskan bahwa Nabi Muhammad mulai membangun peradaban Islam dari masjid, seperti khalaqah, sidang, bahkan sampai rutinitas ritualpun dilakukan di masjid. Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi ialah Masjid Quba, dengan bentuk dan peralatan yang sederhana sekali. Akan tetapi, kemudian bentuk arsitektur masjid mengalami perkembangan evolutif, pada kurun waktu dan tempat yang berbeda masjid memiliki corak dan keunikan khas tersendiri. Begitu juga masjid-masjid di Indonesia, termasuk Masjid Jamik Sumenep yang menjadi objek penelitian bagi penulis. Bagi penulis, Masjid Jamik Sumenep memiliki keunikan, yaitu adanya akulturasi dari berbagai budaya pada arsitekturnya. Pada arsitekturnya kita dapat melihat unsur budaya Islam, Hindu, Cina, dan Eropa. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Guna mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka dibuatlah rumusan masalah. 1. Bagaimana bentuk arsitektural, tata letak ruangan, dan seni hias pada Masjid Jamik Sumenep. 2. Bagaimana wujud percampuran budaya pada arsitektur Masjid Jamik Sumenep. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam penulis menggunakan teori akulturasi dari Redfield, Linton, dan Herskovits. Serta teori difusi yang dikemukakan oleh Graebner. Metode yang digunakan adalah metode budaya dengan pendekatan historis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, Masjid Jamik Sumenep didirikan pada tahun 1206 H atau 1781 M. Pendirinya adalah Panembahan Sumolo, pada waktu kecil dikenal dengan nama Raden Asiruddin. Dia merupakan Adipati Sumenep ke-31. Perencanaan dan pembangunannya diserahkan kepada seorang keturunan Cina bernama “Law Pia Ngo’. Dilihat dari struktur bangunannya masjid ini merupakan arsitektur bangunan kuno, dan memiliki konstruksi bangunan yang megah, dan pada tiap-tiap unsur bangunannya mengandung makna simbolik dari berbagai unsur budaya. Pada arsitekturnya tercermin akulturasi dari berbagai budaya, seperti Islam, Hindu, Cina dan Eropa. Beragam unsur budaya tersebut berbaur menyemat memperindah arsitektur masjid. Di halaman depan masjid, di awali dengan gapura yang begitu megah, berdiri kokoh dengan warna mencolok yaitu dominasi putih dan kuning menyala. Dari model bangunan, pintu gapura mengadopsi gaya Eropa (Belanda) yaitu pintu bervolume besar dengan diameter lengkung 180°. Pada bagian dalam masjid suasana budaya Cina akan terasa sangat kental, yaitu pada interior mihrab dan masjid. Terdapat keramik porselen vii berwarna biru yang ditempel pada dinding-dinding mimbar dan mihrab. Menurut para ahli, dari model keramik tersebut diperkirakan didatangkan dari Cina. Sedangkan untuk unsur budaya Hindu dapat kita lihat pada model atap betumpang, masjid ini menggunakan atap tumpang yang jumlahnya tiga. Bangunan model seperti ini mirip ‘meru’, bangunan suci umat Hindu di Bali. Kata Kunci: Masjid, Akulturasi, Budaya, Sumenep %Z Riswinarno S.S, M.M %0 Thesis %9 Skripsi %A MOH. SHOLEH TAMAM HURI, NIM 09120055 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16545 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Masjid, Akulturasi, Budaya, Sumenep %P 101 %T PERCAMPURAN BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID JAMIK SUMENEP %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16545/ %X Masjid merupakan element penting bagi umat Islam, selain sebagai tempat peribadatan masjid juga merupakan pusat peradaban kebudayaan Islam. Dalam buku-buku sejarah dituliskan bahwa Nabi Muhammad mulai membangun peradaban Islam dari masjid, seperti khalaqah, sidang, bahkan sampai rutinitas ritualpun dilakukan di masjid. Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi ialah Masjid Quba, dengan bentuk dan peralatan yang sederhana sekali. Akan tetapi, kemudian bentuk arsitektur masjid mengalami perkembangan evolutif, pada kurun waktu dan tempat yang berbeda masjid memiliki corak dan keunikan khas tersendiri. Begitu juga masjid-masjid di Indonesia, termasuk Masjid Jamik Sumenep yang menjadi objek penelitian bagi penulis. Bagi penulis, Masjid Jamik Sumenep memiliki keunikan, yaitu adanya akulturasi dari berbagai budaya pada arsitekturnya. Pada arsitekturnya kita dapat melihat unsur budaya Islam, Hindu, Cina, dan Eropa. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Guna mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka dibuatlah rumusan masalah. 1. Bagaimana bentuk arsitektural, tata letak ruangan, dan seni hias pada Masjid Jamik Sumenep. 2. Bagaimana wujud percampuran budaya pada arsitektur Masjid Jamik Sumenep. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam penulis menggunakan teori akulturasi dari Redfield, Linton, dan Herskovits. Serta teori difusi yang dikemukakan oleh Graebner. Metode yang digunakan adalah metode budaya dengan pendekatan historis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, Masjid Jamik Sumenep didirikan pada tahun 1206 H atau 1781 M. Pendirinya adalah Panembahan Sumolo, pada waktu kecil dikenal dengan nama Raden Asiruddin. Dia merupakan Adipati Sumenep ke-31. Perencanaan dan pembangunannya diserahkan kepada seorang keturunan Cina bernama “Law Pia Ngo’. Dilihat dari struktur bangunannya masjid ini merupakan arsitektur bangunan kuno, dan memiliki konstruksi bangunan yang megah, dan pada tiap-tiap unsur bangunannya mengandung makna simbolik dari berbagai unsur budaya. Pada arsitekturnya tercermin akulturasi dari berbagai budaya, seperti Islam, Hindu, Cina dan Eropa. Beragam unsur budaya tersebut berbaur menyemat memperindah arsitektur masjid. Di halaman depan masjid, di awali dengan gapura yang begitu megah, berdiri kokoh dengan warna mencolok yaitu dominasi putih dan kuning menyala. Dari model bangunan, pintu gapura mengadopsi gaya Eropa (Belanda) yaitu pintu bervolume besar dengan diameter lengkung 180°. Pada bagian dalam masjid suasana budaya Cina akan terasa sangat kental, yaitu pada interior mihrab dan masjid. Terdapat keramik porselen vii berwarna biru yang ditempel pada dinding-dinding mimbar dan mihrab. Menurut para ahli, dari model keramik tersebut diperkirakan didatangkan dari Cina. Sedangkan untuk unsur budaya Hindu dapat kita lihat pada model atap betumpang, masjid ini menggunakan atap tumpang yang jumlahnya tiga. Bangunan model seperti ini mirip ‘meru’, bangunan suci umat Hindu di Bali. Kata Kunci: Masjid, Akulturasi, Budaya, Sumenep %Z Riswinarno S.S, M.M %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD ADI SAPUTRO, NIM 11120053 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:11298 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Mujahidin Rohingya %P 110 %T RESPON GERAKAN MUJAHIDIN ROHINGYA TERHADAP KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH MYANMAR TAHUN 1948-1962 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11298/ %X Kebijakan U Nu yang disandarkan pada ajaran agama Budha berdampak buruk terhadap eksistensi dari etnis minoritas non Budha termasuk muslim Rohingya. Berbagai masalah yang dialami muslim Rohingya merupakan wujud diskriminasi yang digencarkan oleh pemerintah pusat maupun Magh Budha. Akibat kebijakan tersebut muncul repon dari salah satu organisasi Rohingya yaitu gerakan Mujahidin. Gerakan tersebut berupaya memperbaiki keadaan muslim Rohingya di Arakan. Cara yang ditempuh gerakan Mujahidin antara lain dengan menuntut pemerintah pusat. Bentuk-bentuk tuntutan yang dilakukan gerakan Mujahidin ditinjau dari masalah-masalah di berbagai bidang baik politik, sosial dan pendidikan. Selain menuntut, gerakan Mujahidin Rohingya juga melakukan pemberontakan terhadap pasukan pemerintah dan orang Magh Budha. Kiprah dari gerakan Mujahidin tersebut hanya berlangsung selama pemerintahan Perdana Menteri U Nu. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguak penyebab kemunculan gerakan Mujahidin Rohingya dalam merespon kebijakan politik pemerintah Myanmar serta bentuk-bentuk respon dari gerakan tersebut. Penelitian mengenai respon gerakan Mujahidin Rohingya terhadap kebijakan politik di Myanmar merupakan bentuk sejarah politik. Oleh karena itu penelitian menggunakan pendekatan politik. Setiap sistem politik pada dasarnya memproduksi kebijakan publik. Kebijakan tersebut merupakan keputusan-keputusan yang mengikat banyak orang yang dibuat oleh pemegang otoritas politik. Kebijakan publik menunjuk pada keinginan penguasa yang idealnya dalam masyarakat demokrasi merupakan cerminan pendapat publik. Peneliti juga menggunakan teori konflik dalam mengupas konflik-konflik yang terjadi. Max Weber berpendapat bahwa konflik kepentingan antara mayoritas dan minoritas adalah konflik stratifikasi sosial. Hal ini ditandai dengan kedua belah pihak berusaha mendapatkan posisi yang pantas diperjuangkan dalam berbagai sektor, baik kekuasaan, keagamaan, filsafat sosial, gagasan, ide, cita-cita sampai tentang gaya hidup . Ada tiga pokok bahasan dalam penggunaan teori konflik yaitu negara, partisipasi politik, dan kekuasaan. Hasil penelitian dari skripsi ini yang berjudul respon gerakan Mujahidin Rohingya terhadap pengaruh kebijakan politik pemerintah Myanmar tahun 1948-1962 terdapat dua aspek. Aspek tersebut meliputi tuntutan dan pemberontakan. Respon tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap pemerintah Myanmar dan orang Magh Budha yang mendiskriminasi muslim Rohingya. Ada beberapa kebijakan politik yang dirasa merugikan pihak-pihak minoritas termasuk muslim Rohingya di negara Myanmar. Kebijakan tersebut yang mengakibatkan masalah-masalah yang dialami muslim Rohingya. Sehingga Memunculkan tuntutan seperti pembentukan daerah otonom muslim, pendidikan yang berbasis Islam. Selain itu ada pemberontakan yang terbagi dalam tiga periode. Tahun 1948 sebagai fase awal pemberontakan. Tahun 1949-1950 sebagai fase puncak pemberontakan. Yang terakhir tahun 1951-1962 merupakan fase kemunduran gerakan Mujahidin. %Z Drs. Sujadi, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR AMINAH Nst, NIM. 11120111 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16660 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Seni pertunjukan, dinamika kesenian tari Badui %P 97 %T DINAMIKA KESENIAN TARI BADUI DI DUSUN SEMAMPIR, AMBAKREJO, TEMPEL, SLEMAN 1960 M - 1977 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16660/ %X Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penemuan peneliti, tentang pengaruh kesenian tari Badui di Dusun Semampir, yang mampu membawa perubahan dalam perkembangan praktik keagamaan masyarakatnya. Maka tujuan penelitian ini yakni mendeskripsikan dinamika kesenian tari Badui di Dusun Semampir pada tahun 1960 - 1977, yang mencakup masa pertumbuhan dan perkembangan, kevakuman, serta masa kebangkitan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sosiologi dan Antropologi, sedangkan torinya yaitu meminjam metode Walisongo dalam berdakwah yakni metode al-Hikmah. Dalam bukunya Dudung Abdurahman yang berjudul “Metodologi Penelitian Sejarah Islam” menerangkan bahwa apabila penelitian ini dipergunakan dalam penggambaran peristiwa masa lalu, peneliti akan mengembangkan dengan pendekatan Sosiologi, maka di dalamnya akan terungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Hal ini dikarenakan pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan serta status sosial, dan lain sebagainya. Pendekatan Antropologi digunakan dalam pengembangan mengenai masalah-masalah budaya. Untuk itu, kedua pendekatan yang digunakan erat hubunganya dengan masalah yang diteliti yaitu mengenai dinamika suatu budaya. Peneliti menggunakan metodenya Walisongo dalam mendakwahkan Islam terhadap masyarakat awam, yakni metode al-Hikmah dengan memainkan kesenian gamelan, karena penduduk Dusun Semampir termasuk masyarakat awam tentang ilmu pengetahuan agama, serta tertarik untuk mempelajari Islam dengan cara berkesenian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya tari Badui di Dusun Semampir pada tahun 1960, di sambung dengan masa perkembangannya dari tahun 1961-1965 dengan berbagai aktivitas, kemudian masa kevakuman dari tahun 1965-1976 yang di sebabkan oleh tiga faktor yakni: 1. Aturan pemerintah, 2. Keadaan keagamaan, 3. Keadaan ekonomi. Adapun usaha yang dilakukan grup tari Badui agar mampu bangkit kembali pada tahun 1977 yakni, adanya dukungan dari bidang kebudayaan daerah kabupaten Sleman dan masyarakat Dusun Semampir sebagai dukungan eksternal, serta dukungan internal yang datang dari grup tari Badui itu sendiri yakni, mempersering agenda latihan. Kata Kunci: Seni pertunjukan, dinamika kesenian tari Badui. %Z Dra. Soraya Adnani, M. Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A NUSROKH DIANA, NIM11120103 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16712 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perempuan Nahdlatul Ulama, Muslimat NU. %P 98 %T KELAHIRAN MUSLIMAT NU %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16712/ %X NU yang dikenal sebagai organisasi sosial keagamaan yang bersifat tradisional, pada masa awal kelahirannya hanya beranggotakan kaum laki-laki. Pada perkembangannya, tepatnya 20 tahun setelah didirikan, NU memiliki bagian perempuan yang saat ini dikenal dengan nama Muslimat NU. Muslimat NU sebagai organisasi perempuan NU yang pertama merupakan bentuk kebangkitan perempuan NU saat itu, meskipun berada di bawah tradisi NU dengan budaya patriarkinya, para perempuan bangkit dan mengeluarkan gagasan mengenai perlunya perempuan berorganisasi. Kajian ini difokuskan pada proses historis lahirnya Muslimat NU pada rentang waktu 1938-1952 M. Lebih khusus membahas mengenai upaya perempuan NU dalam mendirikan Muslimat NU di setiap acara Konggres NU. Kajian ini juga berusaha menganalisis apa yang melatarbelakangi bangkitnya perempuan NU untuk mendirikan organisasi perempuan di dalam organisasi tradisional tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi dalam upaya memahami persoalan secara lebih objektif. Penulis berupaya mengungkapkan proses lahirnya Muslimat NU berdasarkan situasi sosial yang terjadi. Adapun teori yang digunakan adalah teori kesadaran sejarah oleh Soedjatmoko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode historis yang meliputi empat tahap yaitu: pengumpulan sumber (heuristik), pengujian sumber (verifikasi), analisis (interpretasi), dan penulisan (historiografi). Penelitian ini menyimpulkan bahwa lahirnya Muslimat NU, saat itu bernama Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) merupakan sebuah kebangkitan perempuan NU, yang dilatarbelakangi oleh situasi sosial saat itu. Pernyataan ini didasarkan pada kegigihan para perempuan NU yang memerlukan waktu cukup lama dalam upaya membentuk wadah bagi mereka. Upaya untuk membentuk wadah bagi perempuan NU telah ditandai dengan hadirnya Ny. Djunaisih dan Ny. Siti Syarah yang merintis berdirinya Muslimat NU dengan mengeluarkan gagasannya di forum resmi NU, yakni pada acara Kongres NU ke-13 di Menes tahun 1938. Pada konggres NU ke-14 tahun 1939 di Magelang, diadakan rapat umum NOM dan tampil enam perempuan NU dari sejumlah wakil daerah untuk menyampaikan gagasannya. Pada Konggres NU ke-15 tahun 1940 di Surabaya, para perempuan NU telah mengadakan rapat tertutup yang dipimpin oleh Ny Djunaisih. Hasil rapat tertutup tersebut di antaranya adalah pengajuan pengesahan NOM lengkap dengan anggaran dasar dan pengurus besarnya kepada PBNU. Meskipun sempat menimbulkan perdebatan di kalangan NU, tetapi pada akhirnya keputusan tersebut diterima oleh peserta konggres. Dalam acara Muktamar NU ke-16 di Porwokerto tahun 1946, baru disahkan secara resmi lahirnya NOM dengan nama Nahdlatul Ulama Muslimat (NUM) sebagai organisasi perempuan di bawah naungan NU dan pada Konggres NU ke-19 di Palembang tahun 1952, NUM menjadi badan otonom NU dan mengubah namanya menjadi Muslimat NU. Keberhasilan perempuan NU dalam mendirikan Muslimat NU menjadikan kedudukan perempuan NU lebih terorganisir. Kata kunci :Perempuan Nahdlatul Ulama, Muslimat NU. %Z Drs. H. Maman Abdul Malik Sya`roni, MS %0 Thesis %9 Skripsi %A SOFYAN, NIM. 09120018 %B FAK. ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:16727 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Akulturasi - Arsitektur - Masjid Taqwa Tompong %P 96 %T ARSITEKTUR MASJID TAQWA SEBAGAI HASIL AKULTURASI DI TOMPONG, BANTAENG, SULAWESI-SELATAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16727/ %X Perkembangan Islam di Indonesia tidak terlepas dari adanya beberapa bangunan masjid. Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk bersembahyang orang muslim. Seperti sabda Nabi Muhammad Saw. : “di manapun engkau bersembahyang, tempat itulah masjid”. Masjid di setiap daerah mempunyai perbedaan dan ciri khusus dari segi arsitektur. Dalam segi arsitektur sering terjadi akulturasi dengan budaya setempat atau budaya lokal. Akulturasi merupakan proses pembudayaan lewat pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan mempengaruhi. Pencampuran dan perpaduan budaya itu biasa berkenaan dengan wujud budaya yang monumental. Salah satu bentuknya terdapat pada bidang seni bangun, sebagai contoh penampilan arsitektur masjid Taqwa Tompong (Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan) yang memperlihatkan adanya wujud akulturasi budaya lokal, Cina, maupun Eropa. Penelitian tentang akulturasi budaya pada arsitektur masjid Taqwa Tompong adalah penelitian lapangan (Field research) dan penelitian kepustakaan (Library research) yang bersifat kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unsur budaya mana saja yang mempengaruhi arsitektur masjid Taqwa Tompong dan bentuk akulturasi pada arsitektur masjid tersebut. Adapun rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian ini antara lain:1. Pengaruh budaya apa saja yang ada pada arsitektur masjid Taqwa Tompong? 2. Adakah pengaruh budaya lokal pada arsitektur masjid Taqwa Tompong? 3. Bagaimana pengaruh dan wujud budaya lokal tersebut pada arsitektur masjid Taqwa Tompong?. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam mengenai akulturasi budaya pada arsitektur masjid Taqwa Tompong, teori yang digunakan adalah teori akulturasi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode budaya dengan pendekatan historis. Hasil penelitian membuktikan bahwa masjid Taqwa Tompong dibangun tahun 1887 M (22 Jumadil Akhir 1304 Hijriyah) atas prakasa raja Bantaeng Karaeng Panawang bersama adat 12. Dari segi arsitektur masjid Taqwa Tompong merupakan perpaduan Timur dan Barat. Budaya Cina, Eropa, Arab dan lokal. Pada atap masjid Taqwa Tompong berbentuk tumpang bersusun tiga yang pada puncaknya diberi hiasan tempayan keramik ming, berfungsi sebagai mustaka. Tubuh mesjid terdiri dari tembok dengan 5 buah pintu masuk dan 6 buah jendela, diatas tiap pintu masuk terdapat hiasan Kaligrafi Al-Qur’an, didalam tubuh mesjid terdapat 4 buah soko guru. Di dalam mesjid terdapat pula mimbar untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu dengan relief dan kaligrafi. Perpaduan budaya ini menjadi ciri khas Masjid Taqwa Tompong. Kata Kunci : Akulturasi - Arsitektur - Masjid Taqwa Tompong %Z Riswinarno, S.S, M.M %0 Thesis %9 Skripsi %A SAIFUL BADAR, NIM. 00120266 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2007 %F digilib:18658 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Divisi Hizbullah, Sultan Agung, Kemerdekaan Republik Indonesia Di Yogyakarta %T DIVISI HIZBULLAH SULTAN AGUNG DAN PERJUANGANNYA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI YOGYAKARTA 1944-1949 (Studi Sosio-Historis) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18658/ %Z SITI MAEMUNAH, S.Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A SANTOSA, NIM. 00120207 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2007 %F digilib:18660 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Asas Tunggal Pancasila,Pelajar Islam Indonesia %T ASAS TUNGGAL PANCASILA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) DI SOLO (1984-1998) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18660/ %X Pelajar Islam Indonesia (PU) merupakan organisasi pelajar tertua yang di Indonesia. PU didirikan oleh Yoesni Ghozali pada tanggal 2 November 1945 di Yogyakarta. Onganisasi PU berkembang pesat keseluruh Jawa meskipun tanpa propaganda. Tujuan berdirinya PU adalah" kesempumaan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia. Pembahasan rada skripsi ini fokus pada pengaruh Asas Tunggal Pancasila terhadap PU Solo mulai tahun 1984 sampai tahun 1998. Asas Tunggal yang dipaksakan oleh pemerintah temyata membawa dampak yang besar bagi kehidupan sosial politik masyarakat Indonesia. Solo menjadi bahasan karena kota Solo sejak dulu terkenal mulai dari kerajaanya, gerakan politiknya, maupun kasus-kasus seperti peristiwa kerusuhan Mei 1998 maupun kasus terorisme. Banyak tokoh yang lahir di kota ini sehingga pengaruhnya begitu besar bagi pergerakan nasional.Tahun 1984 sampai 1998 menjadi batasan . karena pada tahun ini pemerintah sedang gencar-gencarnya memaksakan Asas Tunggal bagi segenap Organisasi masa (Ormas) maupun Organisasi Politik (Orpol). Sikap PU terhadap keputusan pemerintah tersebut adalah menolak sehingga pemerintah tidak mengakui keberadaan PU. PU Solo dalam menyikapi keputusan tersebut mengikuti keputusan Pengurus Besar PU (PB PU). Walaupun pemerintah membatasi serta mengawasi gerak PU di Solo namun bukan berarti PU bubar namun tetap berjalan walaupun secara sembunyi-sembunyi. Dapak dari penolakan ini mengakibatkan proses kaderisasi terhambat dan PU tidak dapat berbuat banyak terhadap isu-isu nasional. Perkembangan PU Solo sampai sekarang masih tetap jalan walaupun tidak seperti pada awal-awal berdirinya. %Z Drs. BADRUN, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD BURHAN MU'AFFI, NIM. 99122420 %B FAKULTAS ADAB %D 2007 %F digilib:18825 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K penggerak Islam Jawa, historiografi Islam Jawa %P 214 %T U NSUR- UNSUR PENGGERAK ISLAM JAWA ABAD KE-16 (TINJAUAN HISTORIOGRAFI ISLAM JAWA PERSPEKTIF DENYS LOMBARD) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18825/ %X Islam Jawa merupakan fenomena dan sekaligus gugus utama dalam Pembentukan totalitas sejarah dan kebudayaan nusantara. Sejak Islamisasi menggejala dan menyebar di Nusantara, Islam Jawa senantiasa merentangkan jaringannya hingga kontribusi-kontribusi di bidang-bidang penting, mendorong perubahan sosial di berbagai wilayah yang ditapaki. Prakarsa-prakarsa yang dibawa lslam dalam konversinya terhadap banyak sisi kebudayaan Nusantara ikut pula menyentuh mentalitas masyarakat Jawa. Dalam pergulatan konversi tersebut tumbuh berkembang dalam diri stereotip, namun yang jelas juga menggurat sebuah cakrawala kebudayaan yaitu, Islam Jawa. Jelas tampak warisan-warisan sejarah karena pengalaman yang panjang sejak zaman Hindu-Budha terhadap stereotip masyarakatnya. Rangsangan Islam pada babak selanjutnya lebih pula menjadi kekhasan strukur pembentuknya. Realitas masa yang panjang yang telah ia lalui hingga kini tak kurang melahirkan perubahan sosial. Banyak bidang serta tipologi Islam Jawa melahirkan studi yang berlimpah. Di sisi lain, Islam Jawa sebagimana produk sejarah, merupakan formasi-formasi yang ditemukan dan dibentuk dari rimba struktur masyarakat, lingkungan, dan sejarahnya. Dalam kasus terakhirlah, Denys Lombard mencoba membaca Islam Jawa secara utuh dan total dengan cara pandang multidimensional . Denys Lombard, yang berlatar belakang dari tradisi intelektual prancis, mengupayakan banyak hal penawaran studi-studi di bidang sejarah dan historiografis. Sangat dipengaruhi oleh madzab Annales, usaha exelent diharapkan kajian sejarah tak lapuk oleh narrativitas oleh karena subyek sejarah itu didominasi oleh sastu kausalitas kekuasaan. Oleh karena itu dengan mneggunakan kacamata multidimensional, Islam Jawa merupakan produk penting dari sejarah sosial Nusantara, yang mentalitasnya hingga kini dapat dijelaskan jejaknya. Singkronitas wacana sejarah merupakan pembentuk totalitas Islam Jawa itu, hingga ia harus dianalisa dengan pendekatan dan pembacaan oleh ilmu-ilmu sosial sebagi arus yang utuh. Akhirnya dalam studi ini uraian diskritif naratif tak cukup menjelaskan cakrawala itu. Konsekuensi cakrawala Islam Jawa dalam jaringan kultur dan sturktur, pemaparanya menggunakan analisa diskriptif-analitis dengan rentang waktu panjang untuk menunjukkan gerak dalam berbagai alurnya. Khususnya untuk rentang yang panjang itu analisa cakrawala Islam Jawa tak hanya mampu dikenali dari satu sisi etnisitas tatapi dalam kerangka sejarah kenusantaraan. %Z Dra. Himmayatul Ittihadiyah, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD HADI RIFA’I, NIM.02121069 %B FAKULTAS ADAB %D 2007 %F digilib:18880 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Gerakan Pramuka Bidang Sosial, UIN Sunan Kalijaga %P 119 %T GERAKAN PRAMUKA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA BIDANG SOSIAL DI DUSUN BABADAN MANTREN, DESA SUKOHARJO, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18880/ %X Abstraksi Kenyataan sejarah menunjukan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia.dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang bhinneka. Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 baik di Jakarta maupun di kota-kota yang penting di Indonesia. Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) diketuai oleh Dr. Ir. Soekamo, Presiden RI dengan wakil ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan wakil ketua II Brigjen TNI Dr. A. Aziz Saleh. Berdirinya Gugusdepan (Pramuka) di lingkungan lAIN Sunan Kalijaga pada tanggal 17 Juli 1973 berdasarkan surat keputusan Kwamas No. 138 th.l961, dalam tahapan ini, kol. Bakri Syahid selaku Rektor dan sekaligus menjabat Kamabugus, mengajak 10 aktivis pandu untuk mendirikan sebuah gugusdepan yang berpangkalan di lAIN Sunan kalijaga Yogyakarta. Tujuan didirikannya gugusdepan ini adalah Pertama: menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa, baik yang berskala lokal, nasional maupun intemasional. Kedua: untuk mengurangi antagonisme yang sering muncul di kampus lAIN Sunan Kalijaga yogyakarta. Ketiga: ikut menciptakan suasana yang aman dan damai. Salah satu tujuan Gerakan Pramuka Perguruan Tinggi Agama Islam meningkatkan pelaksanaan dan pengalaman Tri Darma Perguruan Tinggi melalui Gerakan Pramuka. Tri Darma Perguruan Tinggi yang ketiga khususnya yang sangat relevan dengan Tri Darma Gerakan Pramuka ketiga pula yaitu bina masyarakat. Bina masyarakat merupakan proses pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan kepemimpinan dengan menganjurkan berperan dalam masyarakat sebagai peneliti, pengelola, penggerak dan pelopor dan pemmpin masyarakat . Bentuk kegiatan pengabdian ini berperan bagi generasi muda dalam kehidupan bermasyarakat sckaligus dapat mclctakkan landasan bagi masa depa~mya. Dengan memperhatikan kesan-kesan pada masyarakat umum serta di lingkungan kampus, memandang Gerakan Praja Muda Karana (Gerakan Pramuka) ini sebagai pendidikan ekstra yang berawal pada Sekolah Dasar (SD) dan berakhir pada tingkatan SLTA yang notabene bisanya hanya menyanyi, tepuk tangan dan permainan tanpa bisa memberikan sumbangsih pada masyarakat umum. Persoalan yang perlu dikaji lebih mendalam adalah apa yang melatarbelangi lahimya Pramuh UIN Sun:m Kalijaga Yogyakarta oorta adalmh poranan Promulm di Perguruan Tinggi Islam UIN terhadap kelangsungan pelaksanaan Tri Darma perguruan Tinggi dengan Tri Bina Gerakan Pramuka dalam bidang kemasyarakatan. Perlu dibahas juga adanya pretasi-prestasi pramuka yang mewakili UIN yang berskala Daerah maupun nasionnal sebagai bukti untuk mcnghilangkan kcsan masyarakat tesebut diatas. %Z Herawati S.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Janang Rochmadiyatmono, NIM.02121013 %B UIN Sunan Kalijaga %D 2007 %F digilib:18915 %I Fakukultas Adab %T TRADISI SELASA LEGINAN Kl MANTEB SUDARSONO DI DESA CANGAKAN KARANGANYAR SURAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18915/ %X Manusia dan kebudayaan mempakan suatu kesatuan yang erat, yang tidak mungkin dipisahkan. Beberapa hasil pemikifan, cipta dan karya manusia merupakan proses kebudayaan yang berkembang pada masyaxakat. Pemikiran dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus yang pada akhimya dapat mcnjadi sebuah tradisi. Tradisi merupakan sebuah proses situasi dan kondisi kcmasyarakatan yang didalamnya tcrdapat unsur-unsur dari warisan kcbudayaan yang dipindahkan dari generasi ke generasi Biasanya unsur-unsur dari warisan kebudayaan diwujudkan dalam bentuk simbol yang berupa kata, benda, tingkah laku, mite, sastra, kesenian dan kepercayaan. Simbol-simbol tersebut mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epistemologis dari pengetahuan masyarakat dan segala ciptaan manusia bahkan kcberadaan simbol merupakan salah satu usaha manusia untuk mengubah dan membcri bentuk serta susunan baru kepada alam pemberian Tuhan, scsuai dengan kebutuhan jasmani dan rohani manusia. ltulah yang dinamakan dengan kebudayaan. %Z Dra. Saraya Adnani,M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A IIS ISTIANAH, NIM. 02121046 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2007 %F digilib:18950 %I FAKULTAS ADAB UIN SUNAN KALIJAGA %K nu, wanita %T GERAKAN NASYIATUL AISYIYAH DAN FATAYAT NU DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI KECAMATAN IMOGIRI, BANTUL D.I.YOGYAKARTA 2000-2005 (STUD I KOMPARA TIF) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18950/ %X Gambaran mengenai kiprah perempuan tidak akan pernah hilang, mulai dari masa pra kemerdekaan sampai masa reformasi perempuan turut serta mengambil peran dalam menentukan kondisi perkembangan masyarakat baik dilingkup lokal maupun nasional. Keterlibatan perempuan dalam berbagai sektor berawal dari kegelisahan yang dirasakan oleh perempuan terhadap bangsa Indonesia yang dirasa masih kurang melakukan pemberdayaan1 masyarakat khususnya tehadap perempuan. Pemberdayaan bukan merupakan suatu proses yang berangkat dari kevakuman, melainkan suatu respon pada kadar tertentu yang disebabkan atau dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran pada skala objektif terhadap eksistensi diri, posisi dan juga masa depan individu maupun kelompok. 2 Seperti halnya yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun Organisasi Masyarakat (Ormas) perempuan, dalam programnya hampir dari sebagian mereka mengangkat program pemberdayaan perempuan sebagai program prioritasnya. %0 Thesis %9 Skripsi %A LINA KARLINA, NIM. 02121097 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2007 %F digilib:18963 %I FAKULTAS ADAB UIN SUNAN KALIJAGA %K sosial, masjid, kebudayaan %T AKTIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN DI MASJID AGUNG KARAWANG 1987-2006 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18963/ %X Masjid Agung yang ada sekarang ini, pada awalnya adalah sebuah pondokan yang didirikan oleh Syek:h Quro pada tahtm 1418 M sebagai tempat peristirahatan dia dan murid-muridnya, yang kemudian dia manfaatkan kedatangannya di Pure Dalem itu ( sekarang Karawang) lllltuk menyebarkan ajaran Islam. Karena keramahan dan ketaatannya terhadap peraturan daerah Karawang dalam- menyebarkan ajaran Islam, serta suaranya yang merdu- membuat masyarakat tertarik dan banyak yang menyatakan masuk Islam. Dalam perkembangannya pondokan Syekh Quro ini- disebut Masjid Agung oleh masyarakat Karawang dan mengenai kapan pesantren ini disebut Masjid Agung, peneliti tidak menemukan kejelasan. Namun pada saat Karawang di bawah kekuasaan Sultan Agung pesantren ini sudah disebut Masjid Agung. Mengenai Masjid ini dinamakan Masjid Agung, karena Masjid ini merupakan tempat pertama yang didirikan untuk penyebaran Islam di Karawang. Melalui masjid Agung ini telah disebarkannya ajaran Agama Islam, yang dilakukan oleh Syekh Quro dengan senantiasa menghormati adat istiadat setempat. Kemudian dilanjutkan oleh para Ulama dan generasi seterusnya yaitu dilakukan pemugarau masjid dengan ukuran yang lebih besar, serta telah mampu lli~mbiua kerjasama antara para ulumn dan pemerin~ melalui keijasarna ini kemudian- dibentuklah Dewan- Keluarga- Masjid tahun- 1987 sebagai "alat" untuk melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat Karawang dengan berbagai %0 Thesis %9 Skripsi %A BATUR, NIM. 02120998 %B FAKULTAS ADAB %D 2007 %F digilib:18970 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K K.H.Mmuhammad Zaini Abdul Ghani, mengembangkan agama islam di desa jawa, martapura kalimantan selatan %P 115 %T K. H. MUHAMMAD ZAINI ABDUL GHANI DAN PERANANNYA DALAM MENGEMBANGKAN AGAMA ISLAM DI DESA JAWA, MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN 1990 – 2005 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18970/ %Z Zuhrotul Latifah, S.Ag. M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MARIANI, Nim: 02120994 %B UIN Sunan Kalijaga %D 2007 %F digilib:18988 %I Fakultas Adab %T THARIQAT HIZB NAHDLATUL WATHAN DI KELURAHAN PANCOR KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR (1964-1997) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18988/ %X Umat Islam di Indonesia memiliki beragam cara untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama mereka Pengamalan ajaran agama yang beragam ini kemudian berkembang dalam berbagai aliran keagamaan. Salah satu aliran keagamaan dalam Islam yang sangat mementingkan olah batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan jalan memperbanyak ibadah dan zikir dinamakan dengan thariqat (tarekat) Thariqat secara sederhana dapat diartikan sebagai cara, jalan atau metode, sedangkan, menurut Harun Nasution thariqat adalah jalan dan cara yang ditempuh oleh para sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Tuhannya Dalam perkembangannya perkataan thariqat lebih sering dikaitkan dengan suatu "organisasi thariqat", yaitu suatu kelompok organisasi yang melakukan amalan-amalan zikir tertentu dan menyampaikan suatu sumpah yang formulanya telah ditentukan oleh pimpinan organisasi thariqat tertentu %Z Drs. Dadang Abdurrahman, M.Pd %0 Thesis %9 Skripsi %A MARIYATUN, NIM.02121053 %B UIN Sunan Kalijaga %D 2007 %F digilib:18989 %I Fakultas Adab %T PONDOK PESANTREN AN-NAWAWI, BERJAN, GINTUNGAN, GEBANG, PURWOREJO (1996-2006 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18989/ %X Sejarah pondok pesantren di Indonesia berawal dari persoalan riil kemasyarakatan. Hal ini dapat ditelusuri dari perjuangan wali songo di pulau Jawa yang secara historis dianggap sebagai tonggak sejarah berdirinya pesantren di Indonesia. Perjuangan mereka diawali dengan proses penataan masyarakat untuk menuju pada tatanan sosial politik masyarakat yang damai. Pada tahapan ini mereka membuka kursus keagamaan yang menitikberatkan pada persoalan-persoalan aqidah, akhlaq dan tasawuf.2 Pondok pesantren berdiri sebagai jawaban terhadap panggilan keagamaan untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam, melalui pendidikan keagamaan dan pengayoman serta dukungan kepada kelompokkelompok yang bersedia menjalankan perintah agama dan mengatur hubungan antara mereka. Secara perlahan-lahan pesantren berupaya berubah dan memperkembangkan cara hidup masyarakat yang mampu menampilkan sebuah pola kehidupan yang menarik diikuti, meskipun hal ini sulit diterapkan karena berat dan banyaknya unsur ideal di dalamnya yang tidak mungkin diterapkan secara praktis dalam masyarakat yang heterogen. %Z Drs. badrun, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A MOHAMMAD ISBAT MAULANA, NIM.02121009 %B UIN Sunan Kalijaga %D 2007 %F digilib:18995 %I Fakultas Adab %T KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN DALAM PEMBINAAN ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA TAHUN 2000-2006 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18995/ %X Salah satu organisasi sosial keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia sampai sekarang adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912/8 Dzulhijjah 1330 H di karnpung Kawnan Yogyakarta. Ia adalah putra ke tiga K.H. Abu Bakar, salah satu khatib kesultanan Yogyakarta.2 Ia (Ahmad Dahlan) dilahirkan pada tahun 1256 W1868 M di kampung Kauman Yogyakarta dengan nama kecil Muhammad Darwisy. Lahimya organisasi Muharnmadiyah tidak lepas dari kondisi sosial, politik, dan keagarnaan yang dihadapi oleh umat Islam pada waktu itu. Pemikiran yang dicetuskannya, rnencoba untuk menjawab tantangan yang dihadapi. Hal ini disesuaikao dt:ngau km1ampuan para tokoh dan pernikir Muhammadiyah dalam memhaca dan memahami konstitusi yang ada. Adapun maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlohi Allah SWT %Z Siti Maimunah, S.Ag.,M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A MOHAMMAD LUBAB NASHIH, NIM. 01120791 %B UIN Sunan Kalijaga %D 2007 %F digilib:18998 %I Fakultas Adab %T PESANTREN YANBU'UL QUR'AN (Studi Tentang Sejarah Perkembangan Pesantren Tahfidh Anak-Anak Desa Krandon Kudus Jawa Tengah 1986-2006) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18998/ %X Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, itulah identitas pesantren pada awal perkembangannya. Sekarang setelah te1jadi banyak perubahan dalam masyarakat, sebagai akibat dari pengaruh perkembangan zaman, definisi di atas tidak lagi memadai, walaupun pada intinya pesantren tetap berada pada fungsi aslinya yang selalu dipelihara di tengahtengah arus perubahan yang deras. 1 Pondok pesantren merupakan lembaga yang mewujudkan proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia (Jndigeneus) sebab lembaga serupa ini sudah ada sejak masa kekuasaan Hindu Budha.2 Pada awalnya pesantren hanya mumi mengajarkan ilmu agama Islam dengan metode yang tradisonal, tanpa adanya klasifikasi yang jelas dalam proses pendidikan dan pengajarannya. Lembaga pendidikan pesantren yang ciri-cirinya dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi pendirinya cenderung untuk tidak mengikuti suatu pola hidup tertentu. %Z Zuhrotul Lathifah,S.Ag., M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A MUKHAMAD SAFIUDIN, NIM. 03121457 %B UIN Sunan Kalijaga %D 2007 %F digilib:18999 %I Fakultas Adab %T GERAKAN BERATIB BERAMAL DALAM PERANG BANJAR 1860-1865 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18999/ %X Perang Banjar merupakan reaksi rakyat Banjar terhadap kedudukan pemerintahan Belanda di tanah Banjar. Perang Banjar adalah merupakan satu cetusan di dalam rangkaian perjuangan bangsa Indonesia menolak penjajahan dari bumi Indonesia. Perang ini merupakan salah satu mata rantai sejarah perang kemerdekaan, utamanya pada abad ke-19, seperti peristiwa-peristiwa yang hampir bersamaan khususunya di daerah-daerah lain di Indonesia, misalnya Minangkabau dengan Perang Paderinya, di Jawa Perang Diponegoro, Perang Bali, Perang Aceh, Perang Palembang dan lain-lain. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan dikenal dengan Perang Banjar.1 Sekian lama di tanah Banjar, Belanda campur tangan dalam urusan kerajaan. Hal ini terbukti pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan sccara scpihak di kerajaan Danjar dan meugabnikau 9urat wu~iut Sultan Adam yang m0nghendaki Pangeran Hidayatullah mcnjadi 3ultu.n scba.gru pcngganti ayabnyd Sultan Muda Abdurrahman yang telah meninggal %Z Zuhrotul Lathifah, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A ALFI BAROKAH, NIM.02121073 %B FAKULTAS ADAB %D 2007 %F digilib:18997 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pemikiran Kuntowijoyo, Islam Profetik %P 107 %T KUNTOWIJOYO DAN PEMIKIRANNYA TENTANG ISLAM PROFETIK %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18997/ %X ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peta pemikiran keislaman di Indonesia, mengenal lebih jauh sosok Kuntowijoyo, dan mengkaji serta mengungkapkan kembali pemikiran Kuntowijoyo tentang Islam Profetik. Selain itu penelitian ini diharapkan berguna untuk mengungkap khazanah pemikiran Muslim dalam merespon persoalan persoalan kontemporer umat Islam, sebagai sumbangan ilmiah terhadap literatur keislaman yang masih harus dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah (metode historis),metode penelitian sejarah adalah suatu periodesasi atau tahapan tahapan yang ditempuh dalam suatu penelitian sehingga dengan kemampuan yang ada dapat mencapai hakekat sejarah. Fokus metode penelitian ini adalah metode historis kultural, yaitu studi tcntang tokoh dan pcmikirannya. Penelitian ini memfokuskan pada pembahasan Kuntowijoyo dan pemikirannya tentang Islam Profetik. Kuntowijoyo mewarisi dua budaya, yaitu Yogyakarta dan Surakarta karena ia di lahirkan di Yogyakarta dan dibesarkan di Solo. Hiasan sejarah yang membentangi kehidupan, menjadi sebuah bangunan dasar bagi kepribadian Kuntowijoyo kecil dan remaja yang kemudian mengkristal pada pemikirannya yang memiliki perhatian sangat kuat terhadap pemerintah dan kondisi sosial masyarakat di kemudian hari. Salah satu kontribusi intelektualnya adalah gagasannya tentang Islam transformatif yang oleh penulis disederhanakan dengan sebutan Islam Profetik. Islam Profetik adalah menghadirkan Islam sebagai ilmu dengan cara berpikir ilmiah terhadap Al-Qur'an. Artinya, selain berpikir secara rasional dan meninggalkan cara-cara berpikir secara mitos, umat Islam harus juga berpikir secara empiris dalam memahami Al-Qur'an. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan: Pertama, perlunya dikembangkan penafsiran sosial struktural lebih dari pada penafsiran individual ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu dalam Al-Qur'an. Kedua, mengubah cara perpikir subjektifke cara berpikir objektif. Ketiga, mengubah pemahaman Islam yang normatif menjadi Islam yang teoritis. Keempat, mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis. Kelima, merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi formulasi yangspesifik dan empirik. %Z Drs. Badrun Alaena, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUL MUFLIHAH, NIM.02121086 %B UIN Sunan Kalijaga %D 2007 %F digilib:18815 %I Fakultas Adab %T SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN TAHFTDZUL QUR'AN AL-ASY'ARIYYAH KALIBEBER MOJOTENGAH WONOSOBO DAN AKTIVITASNYA DI MASYARAKAT (1960-2000) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18815/ %X Pondok pesantren sudah dikenal jauh sehelum Tndonesia merrleka, bahkan sejak Islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya. Sebuah komunitas disebut pondok pesantren minimal ada kyai, santri, mas_iid, asrama (pondok), pengajian kitab kuning atau naskah salaf tentang ilmu-ilmu keislaman. Dalam perkembangan selanjutnya, karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan tuntutan dinamika masyarakat, beberapa pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah (formal). Sejarah kelahiran pesantren di Indonesia berawal dari persoalan riil kemasyarakatan, ha! ini dapat ditelusuri melalui perjuangan walisanga di pulau Jawa yang secara historis dipandang sebagai tonggak sejarah berdirinya pesantren di Indonesia, pcrjuangan mcrcka diawali dengan proses penataan masyarakat untuk menuju kepada tatanan sosial politik masyarakat yang damai %Z Zuhrotun Latifah, S.Ag., M.Hum %0 Book Section %A Sari, Ulyati Retno %B Proceedings of the International conference on language and religion quo-vadis language and literature in the religious life? %C Yogyakarta %D 2014 %F digilib:19399 %I Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga %K Kingdom of Heaven movie %N No.1 %P 333-348 %S Proceedings %T SALAHUDDIN AYYUBI’S SYMBOL REPRESENTATION OF ISLAMIC TOLERANCE IN THE “KINGDOM OF HEAVEN” MOVIE %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19399/ %V Vol. 1 %X This study highlights the background of a character in the Ridley Scoot’s movie of “Kingdom of Heaven”. The character highlighted in this study is Salahuddin Ayyubi, the General in the second Crusade War. Through the narration in the movie, Salahuddin is proven to be symbol representation of Islamic tolerance. To analyze, qualitative methods is used through dramatism theory literature by Kenneth Burke to assert the forms of representation and symbolism in the dialogues and symbolic acts of Salahuddin Ayyubi in the “Kingdom of Heaven” movie. This study asserts that Salahuddin Ayyubi is a character designed to be the representation of the Islamic tolerance symbol in the “Kingdom of Heaven” movie. Keywords: Kingdom of Heaven movie %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMADI, NIM. 09120086 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:19566 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K kesenian shalawat jawa, plosokuning, desa minomartani, kecamatan ngaglik, kabupaten sleman, yogyakarta %P 98 %T KEBERADAAN KESENIAN SHALAWAT JAWA NGELIK DI PLOSOKUNING, DESA MINOMARTANI, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19566/ %X Shalawat Jawa Ngelik merupakan salah satu kesenian yang bernafaskan Islam yang telah diakulturasikan dengan kesenian Jawa. Berbeda dengan sholawat pada umumnya, Shalawat Jawa Ngelik merupakan shalawat yang dibacakan dengan langgam Jawa dan intonasi yang tinggi. Sebagai sebuah metode dakwah, Shalawat Jawa Ngelik memiliki peran yang cukup penting dalam proses Islamisasi di Yogyakarta, khususnya di kawasan Sleman bagian utara. Shalawat Jawa Ngelik dalam penelitian ini dilaksanakan pada malam peringatan Maulid Nabi yang dilaksanakan pada malam ke-15 bulan Rabiul Awwal yang dihadiri oleh sekitar 50-an warga laki-laki Dusun Plosokuning. Keberadaan Shalawat Jawa Ngelik yang masih dilantunkan hingga saat ini, khususnya di masjid Pathok Negoro Plosokuning telah menarik minat peneliti untuk meneliti tentang keberadaan kesenian Shalawat Jawa Ngelik di tengah perkembangan budaya masa kini (Studi Kasus di Plosokuning, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengapa Shalawat Jawa Ngelik ini masih dilestarikan oleh masyarakat Dusun Plosokuning dan apa saja hambatan serta upaya yang dihadapi oleh pelaku shalawat ini Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi. Pendekatan ini membantu untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat, status, dan gaya hidup, sistem yang mendasari gaya dan pola hidup dan sebagainya. Pendekatan tersebut dilakukan dalam rangka mengumpulkan dan mencatat bahan-bahan yang dibutuhkan guna mengetahui keadaan masyarakat yang bersangkutan. Adapun teori yang digunakan yaitu teori fungsionalisme yang dikembangkan oleh Bronisław Malinowski. Inti dari teori fungsi budaya ini adalah segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubugan dengan seluruh kehidupannya Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa Shalawat Jawa Ngelik senantiasa dilestarikan oleh masyarakat Plosokuning sebagai media dakwah, sarana untuk memperkuat hubungan solidaritas sesama warga, serta sebagai tradisi yang menunjukkan identitas keislaman masyarakat Plosokuning. Penghambat kelestarian Shalawat Jawa Ngelik antara lain sulitnya regenerasi penerus dan rendahnya minat generasi muda Dusun Plosokuning untuk mempelajari shalawat ini. Adapun upaya yang dilakukan demi kelestarian shalawat ini antara lain pembentukan kembali organisasi remaja Masjid Plosokuning untuk mempersatukan atau mengorganisasikan para pelaku shalawat dan mengaktifkan kembali latihan rutin setiap seminggu sekali. Sosialisasi dan perkenalan Kesenian Shalawat Jawa Ngelik keluar daerah juga dilakukan oleh %Z Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A AFDOL FARIS, NIM. 11120004 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:19567 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K politik sulh-e-kul sultan akbar, masa dinasti mughal di india %P 103 %T POLITIK SULH-E-KUL SULTAN AKBAR PADA MASA DINASTI MUGHAL DI INDIA TAHUN 1560-1605 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19567/ %X Akbar merupakan sultan ketiga Dinasti Mughal di India yang sebelumnya diperintah oleh ayahnya yang bernama Humayun. Akbar adalah cucu dari pendiri Dinasti Mughal yaitu Babur. Akbar diangkat menjadi sultan pada saat usia 13 tahun 9 bulan, karena usia yang sangat muda sehingga pemerintahan dipegang oleh perdana mentrinya yaitu Bairam Khan. Tahun 1560 M Akbar resmi memegang kekuasaan secara penuh setelah menyingkirkan perdana mentrinya tersebut. Ketika Akbar memegang pemerintahan, ia menerapkan kebijakankebijakan yang berbeda dengan sultan-sultan sebelumnya yang pernah berkuasa di India. Ia membuat kebijakan dengan didasarkan pada toleransi antar golongan. Tujuannya yaitu untuk menjaga kestabilan politik, menghilangkan permusuhan antar pemeluk agama, dan untuk memperkuat posisi Dinasti Mughal di tengah besarnya pengaruh agama Hindu di India. Kebijakan ini merupakan siasat politik yang Akbar gunakan untuk mencapai kesejahteraan India dalam pemerintahan Mughal. Politik tersebut dikenal dengan politik Sulh-e-Kul (toleransi universal) Dalam skripsi ini penulis memfokuskan kajian pada politik Sulh-e-Kul yang diterapkan oleh Akbar meliputi latar belakang dibentuknya Sulh-e-Kul, isi kebijakannya, serta dampaknya terhadap masyarakat India. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi dengan menggunakan pendekatan behavioral (pendekatan tentang prilaku). Penelitian ini mengkaji latar belakang Akbar menerapkan politik Sulh-e-Kul dan mendeskripsikan isi kebijakannya serta dampaknya terhadap Dinasti Mughal di India. Untuk mengkaji masalah tersebut dan mendukung pendekatan di atas maka penulis menggunakan teori Challenge and Response. Teori ini menggambarkan tentang hubungan sebab akibat karena ditimbulkan dari suatu peristiwa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa politik Sulh-e-Kul dapat mengantarkan Dinasti Mughal pada posisi yang tinggi. Walaupun ada sebagian golongan yang tidak menerimanya, akan tetapi kebijakan Akbar ini bisa dikatakan berhasil karena dapat diterima oleh sebagai masyarakat India, tidak hanya orang Islam saja, tapi semua agama di India, termasuk Hindu yang merupakan mayoritas. Kebijakan-kebijakan yang termasuk dalam politik Sulh-e-Kul Sultan Akbar yaitu penghapusan jizyah bagi non muslim, mendirikan lembaga politik, membangun tempat ibadah, membentuk undang-undang perkawinan, dan penetapan mahzar. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A DITA MARDIANI, NIM. 11120025 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:19573 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K akulturasi, arsitektur masjid, tinjauan historis %P 78 %T AKULTURASI PADA ARSITEKTUR MASJID SANTREN BAGELEN PURWOREJO (TINJAUAN HISTORIS) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19573/ %X Masjid sebagai salah satu bentuk kebudayaan Islam dalam bidang arsitektur (seni bangunan) telah memberikan ruang bagi umat muslim di dunia mengembangkan ekpsresi kecintaanya kepada Tuhan melalui karyakarya bentuk bangunan masjid yang berpadu dengan kebudayaan setempat. Salah satunya adalah masjid yang berada di Indonesia. Masjid sebagai bangunan yang sakral, dalam pendiriannya memiliki makna filosofis yang tinggi. Masyarakat Indonesia sebelum masuk agama Islam telah mengenal ajaran Hindu-Budha, sehingga bentuk bangunan masjidnya pun memiliki ciri yang sama dengan candi. Hal ini terlihat pada salah satu bangunan masjid tradisional di Jawa yaitu Masjid Santren Bagelen. Masjid tersebut didirikan pada masa Sultan Agung terlihat pada arsitektur bangunan tersebut telah mengalami akulturasi yang menarik untuk diteliti lebih lanjut baik dari sisi historis maupun arkeologis. Penelitian ini difokuskan pada proses historis masuk dan berkembangnya unsur budaya Hindu, Jawa dan Islam. Penelitian ini diarahkan untuk menjawab rumusan masalah: apa yang melatarbelakangi berdirinya Masjid Santren Bagelen? bagaimana perkembangan fungsi Masjid Santren Bagelen? bagaimana proses masuk dan berkembangnya unsur budaya pada arsitektur Masjid Santren Bagelen?. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori akulturasi. Akulturasi yaitu proses sosial yang timbul dari kelompok manusia dengan suatu kebudayaan asing tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Antropologi. Pendekatan Antropologi merupakan suatu pendekatan yang mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku sosial masyarakat, status, dan gaya hidup, serta sistem kepercayaanya Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, yaitu suatu langkah atau cara merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan data, mengkritik, menafsirkan dan mensitesiskan data dalam rangka menegakkan fakta serta kesimpulan yang kuat. Dalam hal ini peneliti menempuh empat tahap sebagai berikut: Heuristik, Verivikasi, Interpertasi dan Historiografi. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Masjid Santren Bagelen merupakan hadiah Sultan kepada Kiai Baidlowi karena telah membantu Mataram melawan Belanda, sekaligus sebagai salah satu simbol kekuasaan kerajaan Mataram, dan penanda batas wilayah terluar dari ibu kota kerajaan, pusat dakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada masyarakat sekitar. Bangunan masjid tersebut merupakan bentuk akulturasi dari budaya Hindu Jawa dan Islam yang telah mengalami proses yang panjang. %Z Drs. H. Maman Abdul Malik Sya`roni, MS, %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI FATIMAH, NIM. 11120046 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:19593 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K dinamika masyarakat, muslim pinggiran, ledhok timoho, yogyakarta %P 119 %T DINAMIKA MASYARAKAT MUSLIM PINGGIRAN KOTA DI LEDHOK TIMOHO, YOGYAKARTA (1999-2015) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19593/ %X Penelitian ini dilaksanakan di kampung Ledhok Timoho. Wilayah ini pada awalnya adalah sebuah lahan terlantar di wilayah administrasi, Rt 50/05 Balerejo, Mujamuju, Umbulharjo, Yogyakarta atau tepatnya di belakang perumahan APMD pinggir sungai Gajah Wong. Di lahan tersebutlah sebuah team kerja dari suatu komunitas anak jalanan yang di sebut Team Advoksai Arus Bawah (TAABAH) bersama anggotanya membentuk membentuk pekampungan kecil bagi kaum pinggiran kota. Hal yang menarik dari penelitian ini,Yogyakarta merupakan kota yang maju dalam bidang pendidikan, pariwisata, budaya dan agamanya. Seharusnya secara tidak langsung dapat membantu perekonomian rakyat. Pada kenyataanya, di tengah perkotaan dan di balik gedung-gedung yang tinggi, ada sebagian masyarakat yang terpinggirkan terutama dalam masalah perkembangan ekonomi dan kegamaannya. Ironisnya, sebagian dari mereka adalah penduduk asli Yogyakarta. Uniknya dari masyarakat yang mayoritas muslim tersebut sudah menetap selama 16 tahun dan masih bertahan sampai sekarang. Padahal secara administrasi negara, mereka tidak diakui sebagai Warga Negara Indonesia. Terbukti sampai saat ini mereka tidak memiliki identitas sosial seperti KTP dan KK. Hal ini berdampak pada upaya mereka dalam mengakses surat keterangan miskin, mengakses Jamkesmas dan Jamkesda. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: (1) Mengetahui latar belakang Masyarakat Muslim pinggiran kota di Ledhok Timoho, Yogyakarta. (2) Mengetahui dinamika ekonomi dan keagamaan yang dialami oleh keluarga yang termasuk dalam Masyarakat Muslim pinggiran kota di Ledhok Timoho, Yogyakarta. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian budaya dengan menggunakan pendekatan etnografi. Pendekatan etnografi adalah pendekatan yang menekankan untuk menggambarkan kebudaya masyarakat secara menyeluruh, sehingga tampak pola-pola kebudayaan dari masyarakat tersebut. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori perubahan sosial, sebagaimana yang dikonseptualisasikan oleh Max Weber, perilaku ekonomi termasuk didalamnya etos kerja dan daya saing, dinyatakan berkaitan dengan ajaran agama tertentu. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan hidup yang dialami oleh 4 keluarga yang termasuk dalam masyarakat muslim pinggiran kota di Ledhok Timoho, ini bersumber dari adanya faktor yang saling mempengaruhi. Faktor ekonomi merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun kemajuan suatu masyarakat. Sebelumnya di Ledhok Timoho ini banyak yang berprofesi sebagai pengamen atau pemulung, pengemis, buruh lepas dan tukang becak. Selain itu, kondisi perekonomian yang sangat memprihatinkan itu, membuat mereka yang sebelumnya tidak memiliki rumah atau tempat tinggal tetap. Seiring berkembangnya waktu, di masyarakat Ledhok Timoho telah terjadi perubahan atau dinamika dalam hal ekonominya. Selain itu faktor agama juga merefleksikan tentang kehidupan manusia dalam bermasyarakat, dengan di bangunnya musholla di Ledhok ini dapat menjadi senjata kuat untuk mereka agar tidak digusur oleh pemerintah. %Z Dr. Maharsi M.Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A ADNAN ZULFIKAR FANANI, NIM. 11120073 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:19594 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K tradisi endhog-endhogan, islamisasi di desa kalirejo,kabupaten banyuwangi %P 99 %T PERAN TRADISI ENDHOG-ENDHOGAN DALAM ISLAMISASI DI DESA KALIREJO, KECAMATAN KABAT, KABUPATEN BANYUWANGI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19594/ %X Perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W di Banyuwangi adalah kemeriahan kedua setelah Hari Raya Idul Fitri, pada desa-desa tertentu melebihi kemeriahan Hari Raya Idul Fitri. Rangkaian perayaan ini sambung menyambung dari satu masjid ke masjid lain, bisa berlangsung lebih dari satu bulan. Dalam perayaan ini akan dilantunkan sejarah nabi yang secara umum disebut Barzanzi, tetapi di Banyuwangi ada ciri khusus yaitu perayaaan Maulid Nabi disertai Kembang Endhog atau Endhog-endhogan. Kembang Endhog adalah hiasan yang terdiri dari sebuah telur dimasukkan ke semacam sangkar yang terbuat dari bambu, dihias dengan aneka cara, dan diatasnya ditutup dengan hiasan bunga mawar. Salah satu wilayah yang merayakannya dengan sangat meriah adalah Desa Kalirejo, tepatnya di Masjid Baitul Muttaqien. Masyarakat desa merayakan ritual ini dengan sangat meriah. Panjang arak-arakan bisa mencapai ratusan meter yang terdiri dari becak, mobil dengan bak belakang terbuka dan truk. Di dalam setiap kendaraan tersebut terdapat beberapa jodhang dengan puluhan telur yang ditusuk menancap disana. Bagi masyarakat desa yang merantau di luar kota, mereka juga rela berkorban waktu untuk sekedar turut hadir memeriahkan tradisi tahunan ini. Jika ada yang berhalangan hadir, maka mereka dengan sukarela memberikan sumbangan dana kepada panitia masjid untuk digunakan dalam perayaan Mauludan ini. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui fungsi dari tradisi endhogendhogan terhadap kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat, serta peranannya dalam Islamisasi di Kaliejo, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian merupakan jenis penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan metode kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori sosiolog Emile Durkheim yaitu fungsionalisme; Tradisi adalah sistem kepercayaan yang berhubungan dengan benda suci dan memiliki fungsi sosial sebuah masyarakat. Sumber data dalam penelitian ini adalah Lurah Kalirejo, takmir Masjid Baitul Muttaqien, sejarawan lokal dan masyarakat Desa Kalirejo yang melaksanakan tradisi endhog-endhogan. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh di lapangan dianalisis secara deskriptif analisis, artinya mendeskripsikan data-data melalui kata-kata dan membentuk kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa tradisi endhog-endhogan mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakat, antara lain: pertama, fungsi sosial dan budaya; tradisi endhog-endhogan sebagi pengikat solidaritas masyarakat, tradisi endhog-endhogan sebagai media sosialisasi dan tradisi endhog-endhogan sebagai media interaksi sosial. Kedua, fungsi keagamaan masyarakat, dan ketiga, fungsi Politik, tradisi endhoga-endhogan sebagia media dakwah dan Islamisasi di Kalirejo. %Z Drs. Badrun Alaena, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A RIZKA KUSUMA RAHMAWATI, NIM.11120080 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:19603 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K kebijakan politik luar negeri, sultan abdul hamid II daulah ‘utsmaniyah %P 133 %T STUDI HISTORIS KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI SULTAN ABDUL HAMID II DI DAULAH ‘UTSMANIYAH (1876-1909 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19603/ %X Sultan Abdul Hamid II telah memimpin Daulah ‘Utsmaniyah selama 33 tahun. Di masa awal ia memerintah, kondisi daulah tersebut mengalami banyak permasalahan. Hutang negara yang besar, upaya westernisasi yang besar hingga kondisi politik yang berubah dari sebelumnya. Situasi politik inilah yang mempengaruhi Sultan Abdul hamid II dalam menentukan kebijakan politik Luar Negeri Daulah ‘Utsmaniyah. Pada masanya terjadi perang dengan negara luar Daulah ‘Utsmaniyah, mereka berusaha merebut wilayah kekuasaan Sultan Abdul Hamid II, perjanjian-perjanjian juga terjalin antar beberapa negara. Diplomasi yang berlangsung antara negara lain inilah yang menarik untuk diteliti. Kajian Studi Historis Kebijakan Politik Luar Negeri Sultan Abdul Hamid II Di Daulah ‘Utsmaniyah (1876-1909 M) menggunakan teori agresivitas dari Robert Baron dan pendekatan politik dengan. Menurut Baron teori ini menjelaskan bahwa terjadi penyerangan oleh pihak yang berseteru kepada pihak lain guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah pihak yang diserang menerima kehendak penyerang dan menanamkan pengaruhnya didaerah taklukan. Penyerangan ini disebabkan karena adanya rasa kekhawatiran terhadap eksistensinya atau mempertahankan diri, persaingan mempertahankan citra diri serta mempertinggi kekuatan dan dominasi pihak penyerang terhadap pihak yang diserang. Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga metode yang dilakukan bertumpu pada empat langkah yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan Sultan Abdul Hamid II yang melakukan pertahanan untuk melindungi Daulah ‘Utsmaniyah dengan melakukan peperangan, mengadakan perjanjian dengan negara luar. Ia juga melakukan penolakan terhadap Yahudi untuk meminta tanah Palestina. Sikap penolakan yang tegas juga ia lakukan terhadap Inggris dan Jerman, ketika negara tersebut turut campur tangan dalam masalah sumber daya alam karena melakukan makar untuk merebut wilayah Daulah ‘Utsmaniyah. Sultan Abdul Hamid II membuka Universitas Hamidiye dan membangun Rel kereta api untuk kepentingan umat Islam. Adapun dampak dari kebijakan politik luar negeri adalah munculnya ide Pan-Islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II untuk mempertahankan wilayah Daulah ‘Utsmaniyah secara keseluruhan dan menyatukan kembali umat Islam yang mulai dipecah belah oleh negara-negara yang berkepentingan untuk menguasai wilayah Daulah ‘Utsmaniyah. %Z Prof. Dr. H. M. Abdul Karim, M. A., M. A. %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR’AENI, NIM. 11120083 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:19607 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Syarikat Islam Indonesia, Kecamatan Karangtengah Kabupaten Garut %P 149 %T SYARIKAT ISLAM INDONESIA DI KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2001-2014 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19607/ %X Gagasan awal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah didasari oleh fenomena keterlibatan Syarikat Islam Indonesia (SII) dalam pertumbuhan dan perkembangan masyarakat di Kecamatan Karangtengah. SII yang pada awalnya bernama Syarikat Islam (SI) Karangtengah didirikan pada tahun 1930 M oleh para tokoh masyarakat Karangtengah. Pada tahun 2001 M para tokoh masyarakat Karangtengah mendirikan SII Pimpinan Anak Cabang Karangtengah. Organisasi ini eksis dan semakin berkembang ditandai dengan banyaknya jumlah anggota dan sejumlah aktivitas. SII Anak Cabang Karangtengah sebagai organisasi masyarakat Islam yang memiliki semangat kuat dalam menjalankan aktivitas organisasinya sehingga SII memiliki perhatian penuh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat di Kecamatan Karangtengah. Tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah mendeskripsikan pertumbuhan SII Anak Cabang Karangtengah, menjelaskan aktivitas, dan kontribusi SII terhadap masyarakat di Kecamatan Karangtengah tahun 2001-2014 M. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa sosial di dalamnya, misalnya golongan sosial mana yang berperan serta nilainya, hubungan dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan dan sebagainya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme Herbert Spencer. Teori ini sebagai suatu pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa masyarakat mirip dengan organisme biologis dan berusaha menjelaskan strukturstruktur sosial khusus dalam kerangka kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Herbert Spencer menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat dianggap sama dengan organ-organ tubuh. Lembaga sosial sebagai unsur struktur, dianggap dapat memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama heuristik dengan cara mengumpulkan dokumen dan wawancara. Kedua verifikasi yaitu mengkritisi sumber internal dan eksternal. Ketiga interpretasi yaitu menganalisis sumber yang kemudian dianalisis dan disintesisikan. Keempat historiografi adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syarikat Islam Indonesia di Kecamatan Karangtengah tahun 2001-2014 M merupakan organisasi masyarakat Islam yang eksis ditandai dengan aktivitas-aktivias organisasinya. Aktivitas SII diwarnai dengan nafas Islam, seperti lembaga pendidikan Islam, penyiaran agama baik pengajian rutin maupun tabligh akbar, pembangunan masjid, dan aksi-aksi sosial. Dengan demikian, kehadiran Syarikat Islam Indonesia memberikan kontribusi bagi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat di Kecamatan Karangtengah, sehingga masyarakat di Kecamatan Karangtengah mengalami perubahan menuju pada perkembangan dalam berbagai sektor kehidupan dari keterbelakangan. %Z Drs. H. Maman Abdul Malik Sya‟roni, M.S. %0 Thesis %9 Skripsi %A NURI NUVITA SARI, NIM. 11120086 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2015 %F digilib:19609 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Masjid, Sejarah, Arkeologi, Arsitektur %P 112 %T MASJID JAMIK KAUMAN SRAGEN (STUDI HISTORI-ARKEOLOGIS) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19609/ %X Masjid Jamik Kauman Sragen merupakan salah satu masjid tua di Kabupaten Sragen yang didirikan pada tahun 1817 M. Pada saat Kabupaten Sragen bernama Bumi Sukawati, pemerintahan dibawah kekuasaan Kasunanan Surakarta. Masjid Jamik Kauman Sragen ini digunakan sebagai bangunan penanda batas kekuasaan Kasunanan Surakarta. Arsitektur bernuansa Jawa terlihat dari atap masjid yang berbentuk bujur sangkar dan bertingkat. Ruang masjid terdiri dari empat ruangan yaitu ruang depan, ruang serambi, ruang utama, dan pawastren. Didalam masjid terdapat empat tiang kayu jati yang menyokong bangunan utama dengan ukiran khas. Unsur pengaruh arsitektur dari timur tengah yaitu pada puncak atap dan mimbar untuk khatib berkhutbah. Masjid ini tidak hanya menjadi masjid tertua namun juga memiliki nilai historis yang memberikan konstribusi keislaman di Kabupaten Sragen. Seperti masjid kraton lainya letak Masjid Jamik Kauman Sragen sini terletak di dekat alun-alun dan pasar Sragen. Arsitektur dari masjid ini masih terawat meskipun telah direnovasi sebanyak empat kali. Disebelah kanan masjid terdapat makam, makam tersebut adalah makam para pengurus masjid yang telah meninggal. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka dibuat rumusan masalah. 1. Bagaimana historisitas Masjid Jamik Kauman Sragen? 2. Bagaimana nilai histori-arkeologis Masjid Jamik Kauman Sragen? 3. Bagaimana nilai arsitektur dari Masjid Jamik Kauman Sragen? Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Histori-Arkeologis. Pendekatan Histori digunakan untuk merekontruksi sejarah berdirinya Masjid Jamik Kauman Sragen sedangkan pendekatan Arkeologis digunakan untuk menelaah arsitektur masjid. Untuk mendapatkan analisis penulis menggunakan teori Akulturasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, Masjid Jamik Kauman Sragen didirikan pada tahun 1817 M. Pendirinya adalah kyai H. Zaenal Mustopo yang merupakan ulama dari Bojonegoro. Ulama ini datang ke Kasunanan Surakarta, oleh Sunan Pakubuwono IV ditunjuk sebagai Pejabat Landrat/Penghulu Agama di Sragen. Masjid ini digunakan sebagai sarana islamisasi masyarakat di daerah Sragen dan sebagai penanda batas kekuaaanKasunanan Surakarta. Hal tersebut menjadikan masjid ini masuk dalam benda cagar budaya yang berusia 197 tahun. Selain memiliki struktur bangunan arsitektur kuno, kontruksi bangunan masjid memiliki makna simbolik dari berbagai unsur budaya. Dari bentuk bangunannya masjid ini mengadopsi bentuk rumah Jawa tipe Joglo. Ornamen pada masjid menggunakan ornamen-ornamen Jawa seperti ukiran praba, lung-lungan, dan sulur-suluran. %Z Riswinarno S. S, M. M %0 Thesis %9 Skripsi %A LILIK NUR ASIA, NIM. 10120016 %B Fakultas Adab dab Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:20003 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Mongol, Khawarizm, Konflik, Islam Asia Tengah %P 98 %T KONFLIK ANTARA DINASTI MONGOL DENGAN DINASTI KHAWARIZM DI ASIA TENGAH 1218-1231 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20003/ %X Dinasti Mongol berasal dari sejumlah kabilah yang hidup secara nomaden di wilayah daratan Mongolia. Chengis Khan telah berhasil mempersatukan kabilah-kabilah ini sehingga Bangsa Mongol mencapai kejayaannya dengan berdirinya Dinasti Mongol. Adapun Dinasti Khawarizm bermula dari sebuah provinsi yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Saljuk. Dinasti Khawarizm menjadi besar dan mencapai kejayaannya pada masa Sultan Ala al-Din Muhammad Shah. Hubungan antara Dinasti Mongol dan Dinasti Khawarizm berawal ketika Chengis Khan tertarik terhadap kebudayaan Dinasti Khawarizm. Kemudian Chengis Khan mengirimkan para dutanya untuk menjalin hubungan perdagangan dengan Dinasti Khawarizm. Sultan Ala al-Din Muhammad Shah, penguasa Khawarizm, menerima hubungan tersebut. Akan tetapi hubungan ini, hanya terjadi sementara dan berubah menjadi permusuhan. Penelitian ini membahas tentang konflik antara Dinasti Mongol dengan Dinasti Khawarizm di Asia Tengah dari tahun 1218 sampai dengan 1231 M. Fokus penelitian dalam skripsi ini meliputi akar terjadinya konflik, proses terjadinya konflik, dan dampak dari konflik tersebut terhadap kedua dinasti ini di Asia Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan politik dan sosiologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori konflik yang dikembangkan oleh Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin. Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga metode yang dilakukan bertumpu pada empat langkah yaitu, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah konflik yang terjadi antara Dinasti Mongol dan Dinasti Khawarizm, disebabkan oleh permintaan Dinasti Abbasiyah kepada Bangsa Mongol agar menghancurkan Dinasti Khawarizm, yang telah membantu Dinasti Abbasiyah untuk mengakhiri kekuasaan Dinasti Saljuk. Sultan Khawarizm menuntut kepada Khalifah Abbasiyah agar mengakui dirinya sebagai Sultan Baghdad, tetapi Khalifah Abbasiyah menolak permintaan tersebut dan berharap Sultan Khawarizm menyerahkan semua kekuasaan yang didapatkan dari penaklukkan terhadap Dinasti Saljuk. Disamping itu, yang mempercepat terjadinya konflik adalah Insiden Utrar, sehingga mencapai puncaknya Pada tahun 1218 M, yaitu Chengis Khan dan pasukannya melakukan penyerangan terhadap kekuasaan Dinasti Khawarizm. Dalam penyerangan ini Chengis Khan dan pasukannya menghancurkan peradaban Dinasti Khawarizm. Adapun dampak dari konflik ini adalah berakhirnya Dinasti Khawarizm yang kemudian menjadi pintu masuk bagi Bangsa Mongol untuk menghancurkan Baghdad sebagai pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Berakhirnya Dinasti Khawarizm merupakan berakhirnya kekuasaan Islam di Asia Tengah. Meskipun demikian proses islamisasi tetap dilakukan oleh orang Islam di Asia Tengah, yang menjadi awal berdirinya beberapa Dinasti Mongol Islam yakni Dinasti Golden Hordẻ, Dinasti Ilkhan, dan Dinasti Chagtai. Keyword: Mongol, Khawarizm, Konflik, Islam Asia Tengah %Z Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A. %0 Thesis %9 Skripsi %A FATHURROHMAN SIDDIQ, NIM: 11120014 %B Fakultas Adab dab Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:19999 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Stabilisasi Ekonomi, Aurangzeb, Dinasti Mughal. %P 117 %T STABILISASI EKONOMI DINASTI MUGHAL MASA AURANGZEB (1659-1707 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19999/ %X Aurangzeb merupakan salah satu sultan yang mampu mempertahankan kejayaan Dinasti Mughal. Ia adalah tokoh yang cakap dan memiliki prestasi tinggi selama memerintah di India. Masanya diwarnai dengan beberapa pemberontakan, tetapi ia berhasil mempertahankan kejayaan Dinasti Mughal. Ia mewarisi pemerintahan dari Shah Jahan dalam kondisi perekomian dan politik yang kurang stabil. Menjelang naik tahtanya Aurangzeb pada 1659 M, negara mengalami defisit kas keuangan. Pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang. Peperangan yang terjadi pada masa Shah Jahan tidak berhasil dituntaskan, sehingga negara memerlukan tambahan biaya perang. Kondisi perekomian Dinasti Mughal secara umum tidak stabil hingga awal masa pemerintahan Aurangzeb. Keadaan ini menuntut Aurangzeb untuk menstabilkan perekonomian negara pada masa pemerintahannya tersebut. Penelitian ini merupakan kajian historis tentang upaya Aurangzeb dalam menstabilkan perekonomian negara. Penelitian ini menggunakan metode historis yang bertujuan merekonstruksi peristiwa masa lampau secara kronologis dan sistematis, menggunakan bahan-bahan tertulis baik buku, jurnal, maupun artikel, dan sebagainya, sehingga dapat ditemukan hasil penelitian yang mampu dipertanggungjawabkan secara objektif. Kajian ini bersifat deskriptif-analisis, menggunakan pendekatan ekonomi dan teori J. M. Keynes, Government Policy, bahwa pemerintah berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara lewat kebijakan. Kebijakan tersebut berupa kebijakan di setor riil dan nonriil. Kebijakan riil terdiri dari kebijakan fiskal, moneter, dan pembangunan, sedangkan kebijakan non-riil adalah suatu instrumen manajemen pemerintah yang berusaha mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi melalui pengendalian pajak dan pengeluaran pemerintah. Upaya Aurangzeb menstabilkan perekonomian adalah memperbaiki struktur administrasi ekonomi, mereformasi dan menyempurnakan sistem pendapatan, menetapkan kebijakan moneter (pengendalian mata uang yang beredar) dan fiskal (menyempurnakan sistem pajak dan mengurangi beban pajak), serta mendorong peningkatan sektor produksi komoditi ekspor. Usaha ini secara umum berdampak pada iklim politik, pemerintahan, masyarakat, dan keagamaan di Dinasti Mughal sepanjang pemerintahan Aurangzeb. Secara khusus, tindakan ini berdampak pada stabilitas perkonomian negara, ditinjau dari peningkatan aktifitas produksi dan keadaaan ekonomi masyarakat serta pembangunan ekonomi pada tahun 1659-1707 M. Kata Kunci: Stabilisasi Ekonomi, Aurangzeb, Dinasti Mughal. %Z Prof. Dr. Abdul Karim, MA., MA %0 Thesis %9 Skripsi %A ILMAN ADNI ALPARISI, NIM: 11120015 %B Fakultas Adab dab Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:20004 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (Kammi) %P 136 %T KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA (KAMMI) DI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (2000-2014) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20004/ %X Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) merupakan gerakan mahasiswa yang lahir saat masa-masa reformasi di Indonesia tahun 1998. Gerakan ini dengan cepat menyebar keberbagai kampus yang ada di Indonesia. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang saat itu masih berstatus IAIN, tidak luput dari pengaruh gerakan ini. Pada tahun 2000 KAMMI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta diresmikan. Meski tergolong gerakan yang masih muda, KAMMI telah memiliki pengaruh dalam mewarnai gerakan mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan di setiap periode kepengurusan organisasi dan sistem yang dijalankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hal tersebut, yakni perkembangan kepengurusan KAMMI Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan sistem kaderisasi yang dijalankannya. Pendekatan behavioral merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian KAMMI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tingah laku yang dilakukan kader KAMMI dapat dipelajari dari kematangannya dalam beroganisasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosial profetik Kuntowijoyo yang mengupas aktivitas KAMMI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, aktivitas KAMMI banyak membawa pesan-pesan agama Islam di dalam gerakannya. Kaderisasi adalah konsep yang digunakan dalam penelitian ini, kaderisasi merupakan bangunan inti dari setiap organisasi agar eksistensi keberadaanya dapat terjaga dan bertahan. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yakni langkah-langkah yang telah disepakai oleh para sejarawan, langkah-langkah tersebut di antaranya adalah heuristik, verivikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perkembangan KAMMI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dapat dibagi kedalam tiga periode, yakni periode awal 2000-2004, periode ini adalah periode pengokohan pondasi organisasi, infrastruktur pertama dalam organisasi KAMMI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta terbentuk pada periode ini. Periode kedua 2004-2011, periode ini adalah periode pematangan konsep kaderisasi sebagai upaya strategi membangun organisasi. Periode ketiga 2011-2014, periode ini adalah periode perluasan wilayah kaderisasi dengan dibentuknya struktur pengurus di tingkat fakultas (rumpun). Perkembangan di setiap periodenya memiliki ciri khas tersendiri dalam melaksanakan kebijakan organiasi. KAMMI memiliki tiga jenjang kader dalam sistem kaderisasinya, yakni Dauroh Marhalah I (DM I), Dauroh Marhala II (DM II), dan Dauroh Marhalah III (DM III). Jenjang kaderisasi KAMMI memiliki syarat-syarat tertentu sebagai konsekuensi bagi kader KAMMI dalam setiap jenjangnya. KAMMI dalam menjaga kadernya memiliki sistem penjagaan yang disebut Madrasah KAMMI (MK) khos dan Madrasah KAMMI (MK) klasika %Z Herawati. S. Ag., M. Pd. %0 Thesis %9 Skripsi %A HENI PAMULARSIH, NIM: 11120024 %B Fakultas Adab dab Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:20005 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Jabur, masyarakat Semaken II, perkembangan, fungsi, pengaruh. %P 131 %T SENI JABUR MARDI BUDAYA DI SEMAKEN II BANJARARUM KALIBAWANG KULON PROGO APRIL 1973-OKTOBER 2015 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20005/ %X Salah satu kesenian rakyat tradisional yang ada di Kabupaten Kulon progo yaitu seni Jabur. Seni Jabur merupakan wayang orang dengan nuansa Islam yang mengambil cerita dari babad Menak. Kesenian ini sudah lama berdiri dan telah mengalami beberapa perkembangan dari jumlah anggota, jumlah pengunjung dan struktur organisasi. Hambatan-hambatan yang tejadi dalam seni Jabur seperti minimnya jumlah pakaian pentas, masyarakat yang belum menerima adanya seni Jabur, para remaja belum tertarik mempelajari seni Jabur dapat dihadapi oleh paguyuban seni Jabur Mardi Budaya sehingga kesenian ini menarik dan masih eksis sampai sekarang. Oleh karena itu perlu untuk dikembangkan lebih luas mengenai asal-usul Seni Jabur dan perkembangannya dari April 1973-Oktober 2015 M. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejarah munculnya seni Jabur, perkembangan, fungsi seni Jabur dan pengaruh seni Jabur terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Antropologi, untuk memahami dan mendalami sejarah munculnya Seni Jabur. Digunakan juga teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski. Metode yang digunakan adalah metode historis yang meliputi beberapa langkah, yaitu pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran dan penulisan sejarah. Seni Jabur Mardi Budaya berdiri pada tanggal 6 April 1973 di Semaken, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo yang diketuai Bapak Bakir. Kemunculan seni Jabur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor geografis, kependudukan, keagamaan, dan sosial budaya. Seni Jabur berfungsi sebagai wadah misi keagamaan dan melanggengkan budaya warisan leluhur. Sampai saat ini Seni Jabur masih tetap dilestarikan dengan membuat paguyuban bernama Paguyuban Kesenian Rakyat Jabur Mardi Budaya yang terdaftar di Departemen Kebudayaan Kulon Progo tahun 1997. Perkembangan Seni Jabur Mardi Budaya dari April 1973-Oktober 2015 mengalamai kemajuan, di mana banyak masyarakat yang antusias terhadap kesenian dan berusaha untuk melestarikannya agar tidak punah. Tahun 2000-2015 Seni Jabur Mardi Budaya mulai ikut pentas di berbagai festival. Fungsi yang terkandung dalam Seni Jabur Mardi Budaya yaitu fungsi sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagai hiburan. Pengaruh seni Jabur terhadap masyarakat yaitu adanya sikap kerukunan, kebersamaan dan solidaritas warga masyarakat, sehingga ukhuwah islamiyah masyarakat semakin kental, perubahan perilaku masyarakat dalam meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Kata kunci:Jabur, masyarakat Semaken II, perkembangan, fungsi, pengaruh. %Z Siti Maimunah S. Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMAD HERRY SADAD, NIM : 09120023 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20569 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pencak Silat, Tapak Suci %P 105 %T TAPAK SUCI MUHAMMADIYAH DI KOTA YOGYAKARTA (1963-2013) SKRIPSI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20569/ %X Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis tentang latar belakang berdirinya Tapak Suci Muhammadiyah di Kota Yogyakarta, apa yang melatarbelakangi munculnya Tapak Suci sehingga dapat tumbuh dan berkembang, serta peranan Tapak Suci Muhammadiyah di Kota Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan prosesual dan sosiologis. Fokus ilmu prosesual dan sosiologis, lebih tertuju pada fenomena pertumbuhan dan perkembangan Tapak Suci. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori fungsionalisme struktural adalah asumsi dasar bahwa budaya bukan pemuas kebutuhan individu, melainkan kebutuhan sosial kelompok, dan dalam metode penelitian yang digunakan agar suatu masyarakat dapat hidup langsung, maka harus ada perubahan dalam jiwa mereka untuk berperilaku sesuai kebutuhan serta bertujuan meneruskannya kepada masyarakat dalam generasi berikutnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama, observasi dengan cara mencari sumber data yang terkait. Kedua, wawancara dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka langsung dengan pihak yang berkompetensi untuk menjadi sumber data. Ketiga, dokumentasi digunakan untuk meperoleh data yang belum diperoleh melalui wawancara atau observasi. Keempat, Analisis data digunakan sebagai proses yang harus menghasilkan sebuah konsep budaya tertentu secara jelas. Dalam proses ini menggunakan tiga cara, yaitu reduksi data (data rection), penyajian data (data display), dan conclusion drawing/verifikasi. Hasil dari penelitian skripsi ini yaitu, dapat menjelaskan jika di lihat dari tanggal kelahiran Tapak Suci dapat dibayangkan bagaimana suasana kenegaraaan pada waktu itu, yaitu saat-saat yang amat menegangkan. Sebagaimana diketahui, kaum komunis melakukan intimidasi terhadap kaum Muslim dan kondisi ini terjadi pula di kampung Kauman Yogyakarta, sebagai pusat gerakan dakwah Islam Muhammadiyah. Tak sedikit warga Kauman yang diganggu. Maka dengan kehadiran Tapak Suci memberi rasa aman bagi kaum muslim di Kauman dan aliran Tapak Suci yang merupakan keilmuan pencak silat yang berlandaskan Al Islam, bersih dari syirik dan menyesatkan, dengan sikap mental dan mengutamakan iman dan akhlak, yang kemudian dikembangkan secara metodis dan dinamis. %Z Dr. Muhammad Wildan, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Faisal M Baldy NIM : 11120012, NIM : 11120012 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20570 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pesantren Ramah Anak, Persatuan Islam Rancabogo %P 126 %T PESANTREN PERSIS RANCABOGO GARUT TAHUN 2007-2012 (STUDI TERHADAP PROGRAM RAMAH ANAK) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20570/ %X Kekerasan menjadi salah satu masalah yang dihadapi pesantren baik kekerasan antar sesama santri maupun antar guru dengan santri biasanya terjadi dengan alasan yang beragam namun kebanyakan karena urusan disiplin alias pemberian sanksi. Persis menjadi pesantren yang mengalami masalah yang sama, hal ini menjadi masalah dikarenakan akibat dari kejadian tersebut, santri banyak yang keluar dan harus dikeluarkan karena berada di luar kendali atau tidak taat aturan sehingga dari paradigma tersebut muncul sebuah ide yang dicetuskan dalam program yang dikenal sebagai Pesantren Ramah Anak dengan menjadi solusi dari masalah-masalah tersebut. Adapun jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian ini lebih diutamakan kepada arsip, hasil dokumentasi, dan wawancara dengan narasumber yang bertujuan untuk mendapatkan validitas data yang didapatkan serta kurangnya referensi cetak yang membahas objek penelitian ini secara eksklusif. Adapun paradigma yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini, peneliti menggunakan teori Strukturalisme Fungsional yang digunakan untuk analisis kepada objek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan program pesantren ramah anak ini di tahun pertama (2007-2009) merupakan tahapan dari diskusi antar pesantren dan organisasi terkait mengenai dasar yang digunakan dalam pelaksanaan pesantren ramah anak, setelahnya ialah pemberian toolkit pada masing-masing pesantren. Pada tahun lanjutan (2010-2012) merupakan masa sosialisasi pesantren ramah anak untuk pengajar dan sebagian santri, pengaplikasian program yang diterapkan pada seluruh aturan dan disiplin dengan nilai yang telah diintegrasi, dan akhir program ini ditandai dengan munculnya buku pedoman nilai-nilai pesantren yang digunakan untuk rujukan pada tahun lainnya. %Z Drs. Badrun, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMAD RIZKI TADARUS, NIM.: 11120027 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20571 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Biografi, Perjuangan, Buntet Pesantren, Cirebon. %P 132 %T BIOGRAFI K.H. ABBAS BIN ABDUL DJAMIL DAN PERJUANGANNYA (1919-1946 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20571/ %X ABSTRAK K.H Abbas bin Abdul Djamil lahir Jumat 24 Dzulhujjah 1300 H tahun 1879 M di Pekalangan, Cirebon, Jawa Barat. Kiai Abbas membuat suatu struktur organisasi dan pengajaran di Pondok Buntet Pesantren Cirebon yang selama ini belum ada. Kiai Abbas berperan terhadap berdirinya pondok Lirboyo dan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya bersama Bung Tomo. Kiai Abbas pernah menjabat sebagai ketua bagian hukum atau Syuriah di Organisasi Sarekat Islam. Kiai Abbas juga memimpin pasukan Sabilillah untuk melawan dan mengusir penjajah. Kiai Abbas juga seorang Mursyid tarekat Syattariyah dan tarekat Tijaniyah di Cirebon. Hal itu menarik untuk diteliti. Peneliti tertarik untuk mengangkatnya sebagai objek penelitian dalam sebuah Skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai K.H Abbas bin Abdul Djamil dan menjelaskan perjuangannya dalam bidang keagamaan dan sosial budaya tahun 1919-1946 M. Maka penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana biografi Kiai Abbas, bagaimana perjuangan Kiai Abbas dalam keagamaan dan bagaimana perjuangan Kiai Abbas dalam sosial budaya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biografis. Pendekatan biografis memberikan pengertian subjek dan menjelaskan pengaruh, sifat dan karakter subjek terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori peranan sosial yang dikenalkan oleh Peter Burke dan teori kepemimpinan tipe otoritas kharismatik yang dikemukakan oleh Max Webber. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu rekontruksi tentang masa lalu berdasarkan data yang ada. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah : pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), analisis data (interpretasi), dan penulisan narasi sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini bahwa K.H Abbas bin Abdul Djamil telah berhasil dalam mengembangkan sistem pembelajaran, perpaduan antara sistem pendidikan tradisional dan sistem modern. K.H Abbas bin Abdul Djamil merupakan seorang pemimpin Pesantren yang perjuangannya banyak baik dalam keagamaan maupun sosial budaya. Kiai Abbas pula berperan terhadap perjuangan Kemerdekaan Indonesia yaitu salah satunya dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Kiai Abbas pula mengajarkan bela diri terhadap para santri maupun masyarakat guna melawan para penjajah, dan menjalankan tradisi haul almarhumin warga Buntet Pesantren. Kiai Abbas pula berdakwah ke berbagai daerah dengan mengajak masyarakat untuk mendalami agama Islam dan melawan para penjajah. Kata Kunci : Biografi, Perjuangan, Buntet Pesantren, Cirebon. %Z Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A FATHUL WACHID, NIM: 11120030 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20575 %I U %K KH. Muntaha, Dramaturgy, Peran, Biografi, Politik %P 136 %T KIPRAH KH. MUNTAHA DALAM PERPOLITIKAN DI WONOSOBO (1956-2004 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20575/ %X Skripsi ini membahas tentang Kiprah KH. Muntaha dalam perpolitikan di Wonosobo. Hal ini menarik untuk dikaji, mengingat ia merupakan sosok yang begitu berpengaruh di Wonosobo pada jamanya. Selain itu, beberapa tindakanya juga kerap dinilai kontroversial terutama terkait afiliasi dan kiblat politik yang diambilnya merupakan kajian yang cukup menarik untuk dikaji lebih dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui perjalanan politik KH. Muntaha dari tahun 1956-2004. 2. untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebebkan KH. Muntaha terjun ke dalam dunia politik, baik politik praktis maupun ketika ia tidak secara langsung terjun ke dalam politik. 3. untuk mengetahui seberapa besar peran yang dilakukan oleh KH. Muntaha untuk masyarakat Wonosobo melalui poltiknya. Di dalam skripsi ini penulis menggunakan teori Erffing Goffman yaitu “Teori panggung” (Dramaturgi) dan juga teori Peran. Teori yang pertama memusatkan perhatiannya pada interaksi antar individu-individu yang mempengaruhi tindakan satu sama lain. Ketika saling berhadapan dalam proses interaksi sehari-hari, seseorang dilihat dari tindakannya dan penonton menyaksikan pertunjukan tersebut ada dua penaampilan, yaitu panggung depan (front stage) dan panggung belakang (behind the stage). Sedangkan teori peran sendiri menurut Peter Burke, peran sosial didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma prilaku yang diharapkan dari seseorangyang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial. Selanjutnya penulis menggunakan pendekatan biografi dan juga pendekatan politik (Biographycal and political approach). Pendekatan tersebut disesuaikan dengan apa yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu kiprah kiai dalam panggung politik. Menurut hemat penulis, pendekatan tersebut sangat tepat terkait subjek yang akan dikaji dalam penelitian ini. Melalui pendekatan biografi dan politik, diharapkan mampu untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Teory yang direpakan penulis adalah teory peran, yang mana titik penting dalam teory ini adalah bagaimana seseorang memiliki kontribusi di dalam suatu masyarkat. Penulis menggunakanmetode:Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (Kritik), Interpretasi, Historiografi (Penyajian sejarah). Dengan harapan data yang dikumpulkan cukup valid dan responsible. Demikian juga dengan metode-metode yang lainnya, penulis akan berusaha untuk mengembangkan ide dan khasanah sejarah. %Z Dr. Nurul Hak M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A NUR ROKHIM, NIM: 11120037 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20579 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K PP. al-Munawwir Krapyak Yogyakarta %P 113 %T K.H. A. WARSON MUNAWWIR DAN DUNIA PESANTREN (KIPRAHNYA DALAM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA TAHUN 1947-2013 ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20579/ %X K.H. Ahmad Warson Munawwir adalah salah satu putra dari K.H. M. Munawwir, pemegang sanad qira’ah sab’ah sekaligus pendiri Pesantren al- Qur’an di Yogyakarta yakni Pesantren al-Munawwir Krapyak. Sepeninggal ayahnya, dia dididik oleh K.H. Ali Maksum yang merupakan kakak iparnya sendiri. Berkat kecerdasan yang dimiliki, di umur yang masih belia, yakni umur 13 tahun, dia diminta mengajar alfiyah oleh K.H. Ali Maksum di pesantren peninggalan ayahnya tersebut. Sebagai seorang kiai, KH. Ahmad Warson Munawwir tidak hanya berkecimpung dalam dunia pendidikan pesantren. Dia juga aktif berorganisasi. Dia pernah tercatat sebagai ketua GP-Ansor wilayah Yogyakarta periode 1965- 1968. Dia juga pernah menjadi ketua Gemuis (Gerakan Muda Islam) Yogyakarta. Tahun 1977-1982, dia dipercaya duduk di kursi DPRD DIY mewakili Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Setelah keluar dari kepengurusan PPP, dia lantas memprakarsai berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Yogyakarta dan berkedudukan sebagai Dewan Syura. Ketika banyak masalah di internal PKB, dia kemudian keluar. Bersama kiai-kiai lain, dia lantas membidani lahirnya Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Selain aktif di berbagai organisasi politik, dia juga pernah tercatat sebagai Pemimpin Redaksi Harian Duta Masyarakat cabang Yogyakarta. Harian Duta Masyarakat merupakan koran milik NU yang didirikan tahun 1953. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan biografi. Sementara itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini teori penulisan biografi milik Kuntowijoyo. Menurutnya, penulisan biografi seharusnya mengandung empat hal, yakni kepribadian tokoh, kekuatan sosial yang mendukung, lukisan sejarah zamannya dan kesempatan yang datang. Dengan menggunakan teori penulisan biografi milik Kuntowijoyo, penulis mencoba menggambarkan sosok K.H. A. Warson Munawwir dan kiprahnya dalam pendidikan di PP. al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa K.H. A. Warson Munawwir memiliki kontribusi yang nyata dalam dunia pendidikan di PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Dalam pendidikan keagamaan, ia berhasil mendirikan Pesantren al-Munawwir Komplek Q yang kini berkembang pesat. Dalam pendidikan kewirausahaan, jurnalistik dan politik, Kyai Warson juga memiliki peran penting di dalamnya, yakni memberikan keteladanan atau aksi nyata kepada para santri melalui aktivitasnya di dunia wirausaha, jurnalistik maupun politik. Berkat aksi nyata tersebut, para santrinya kemudian termotivasi untuk mengikuti jejak langkahnya. %Z ZUHROTUL LATIFAH, S.AG., M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI WAKHIDATUNKHASANAH, NIM. 1112OO39 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20580 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Integrasi, ilmu pengetahuan, ilmu agama. %P 89 %T INTEGRASI ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DAULAH UMAYYAH DI ANDALUSIA (756-1031 M ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20580/ %X Sejarah Islam pada masa Bani Umayyah di Andalusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian sejarah perkembangan Islam di belahan dunia. Bumi Andalusia atau sering disebut dengan Semenanjung Iberia ditaklukkan oleh Thariq bin Ziyad. Salah satu babak sejarah Islam di Andalusia yakni Bani Umayyah yang didirikan oleh salah seorang keturunan Umayyah Damaskus yang berhasil lolos dari revolusi Abbasiyyah pada sekitar tahun 132 H/750 M. Selama kurang lebih dua setengah abad Bani Umayyah II mampu menorehkan sejarah yang menarik. Di antara bukti fisik peninggalannya berupa bangunan Istana az-Zahra, bangunan kanal yang dinamai Wadi al-Kabir, kemudian gedung-gedung pemerintah serta gudang-gudang militer. Perkembangan ilmu pengetahuan yang seimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum didukung oleh berbagai latar belakang. Kondisi sosial masyarakat tersusun oleh berbagai ras dan suku bangsa. Di bawah pemerintahan Daulah Umayyah, Andalusia dapat mencapai kestabilan politik. Kondisi sosial keagamaan Islam berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani secara harmonis. Madzhab fikih yang dianut oleh mayoritas muslim Andalusia adalah Madzhab Maliki. Perekonomian berfokus pada pertanian, industri dan perdagangan serta pungutan pajak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Ada empat tahapan dalam metode ini yakni: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Teori yang mendasari penelitian ini yakni sosiologi ilmu pengetahuan yang diungkapkan oleh Karl Mannheim. Adapun teori yang dimaksud adalah “Sosiologi Pengetahuan”. Sosiologi pengetahuan adalah studi yang secara sistematis mengkaji pengetahuan, gagasan, atau fenomena intelektual. Secara harfiah, integrasi berarti berlawanan dengan pemisahan suatu sikap yang meletakkan tiap-tiap bidang kehidupan ini dalam kotak-kotak yang berlainan. Atau secara sederhana integrasi merupakan proses bergabungnya dua hal atau lebih namun tetap menjaga unsur aslinya demi terciptanya keselarasan. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa integrasi telah terjadi sejak periode klasik. Dibuktikan dengan terintegrasinya keilmuwan dalam penyelenggaraaan pendidikan. Selanjutnya hasil karya serta pemikiran para ilmuwan yang multi dimensi mengantarkan pada nuansa integratif antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Kata kunci: Integrasi, ilmu pengetahuan, ilmu agama. %Z PROF. DUDUNG ABDURRAHMAN %0 Thesis %9 Skripsi %A ANISAH IDRUS, NIM: 11120045 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20582 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Pemberdayaan, Masyarakat Dusun Candi %P 126 %T PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARAN TERHADAP MASYARAKAT DUSUN CANDI SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 1975-2015 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20582/ %X Pesantren merupakan suatu sub kultur yang kuat dan unik, posisinya yang mudah menyatu dan mengakar kedalam pelataran kebudayaan masyarakat telah mampu mengangkatnya kepada fungsi yang paling berpengaruh terhadap keberagamaan dan tradisi. Pesantren dengan kehidupannya yang unik karena memiliki lokasi yang terpisah dari kehidupan di sekitarnya justru mampu bertahan selama bertahun-tahun. Kedudukan ini dapat dilihat dari kemampuan pesantren melakukan transformasi dengan masyarakat di sekitarnya.Pondok Pesantren Sunan Pandanaran (PPSPA) adalah salah satu pesantren di nusantara yang memiliki keunikan tersebut. Skripsi ini membahas tentang upaya PPSPA dalam memberdayakan masyarakat di lingkungannya, baik ekonomi, sosial budaya maupun keagamaan. Untuk melihat pengaruh PPSPA terhadap lingkungannya, dan faktor-faktor pendukung yang mampu membuat PPSPA tetap bertahansampai sekarang tahun 2015. Pembahasan ini akan menjelaskan upaya-upaya PPSPA dalam mensejahterakan Masyarakat Dusun Candi Sardonoharjo Ngaglik Slemanmulai tahun 1975-2015 M. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis. Ilmu sosiologi adalah ilmu sosial yang objeknya masyarakat, dengan begitu pendekatan sosiologis berarti pembahasan tentang hubungan sosial, golongan sosial yang berperan, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, dan status sosial. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyimpulan dari gagasan Dawam Raharjo terkait saluran-saluran dari pengaruh pesantren terhadap masyarakat. 1) Pengajian anak-anak yang dilakukan dari rumah ke rumah. 2) Pengajian wanita atau pengajian orang-orang dewasa. 3) Majelis Ta’lim atau semacam ceramah umum. 4) pengajaran atau praktik thoriqot yang diikuti oleh anggota-anggota masyarakat dari daerah di sekelilingnya atau dari daerah lain yang agak berjauhan. 5) Forum konsultasi masalah keagamaan atau kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat dan PPSPA memiliki hubungan saling keterkaitan satu sama lain. Berkat upaya-upaya yang dilakukan PPSPA di DusunCandi Sardonoharjo akhirnya mampu membawa masyarakat sekitarnya menjadi lebih baik, terutama dalam bidang keagamaan, ekonomi dan sosial budaya. Perubahan tersebut sebagian besar karena adanya dukungan PPSPAmelalui majelis ta’lim al-Jauharoh, Mujahadah Kamis Wage, Jamuspa, BMT, KBIH, air panas, kantin dan laundry yang digagas oleh masyarakat dan PPSPA secara bersama-sama. %Z SITI MAIMUNAH, S.AG. M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A ANI HAYAH, 11120075 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20585 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan, Ekonomi, Sultan Maulana Hasanuddin. %P 109 %T KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN MAULANA HASANUDDIN DI KESULTANAN BANTEN TAHUN 1526-1570 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20585/ %X Banten merupakan salah satu kekuasaan yang memberikan kontribusi bagi perkembangan dan dinamika peradaban Islam di Nusantara. Banten berada di bawah kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1526 M, pada masanya Banten merupakan pelabuhan yang berpengaruh terutama setelah Malaka jatuh ketangan Portugis pada tahun 1511 M. Pelabuhan Banten, yang pada masa kerajaan Sunda Pajajaran hanya menjadi pelabuhan kedua setelah Kalapa, pada masa Sultan Maulana Hasanudin telah berubah menjadi bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. Banten juga memiliki potensi yang dapat mendorong kemajuan dalam bidang perekonomian, diantaranya adalah letak yang sangat strategis yaitu dijalur lalu lintas perdagangan antara pesisir barat Pulau Sumatera dan pulau rempah-rempah di Maluku. Kenyataan tersebut menyebabkan adanya upaya dari Sultan Maulana Hasanudin untuk membangun kesultanan Banten menjadi lebih baik lagi terutama dalam bidang ekonomi melalui kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkannya. Penulisan ini menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu sebagai alat untuk menganalisis permasalahan ekonomi pada permasalahan yang dikaji. Dengan menggunakan teori Keynes. Dalam teorinya mengenai kebijakan dan peranan pemerintah dalam perekonomian negara. Mengatakan bahwa pemerintah harus berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Pengarahan dari pemerintah dapat dilakukan dengan cara membentuk kebijakan. Selain itu penulisan ini juga menggunakan pendekatan biografi dalam upaya memahami persoalan secara lebih objektif. Penulis berupaya menggunakan empat unsur yang hasur ada dalam kajian biografi yakni kepribadian tokoh, kekuatan sosial yang mendukung, potret zaman dimasa tokoh hidup dan keberuntungan atau kesempatan yang dimiliki. Penulisan ini adalah penulisan sejarah dengan menggunakan metode historis yang bertujuan merekontruksi peristiwa masa lampau secara kronologis dan sistematis, menggunakan bahan-bahan tertulis baik buku, jurnal, maupun artikel, dan sebagainya, sehingga dapat ditemukan penulisan yang mampu dipertanggung jawabkan secara objektif. Dari hasil penulisan diketahui bahwa, pada tahun 1526 M Banten dipimpin oleh Maulana Hasanuddin sebagai Adipati, pada tahun 1552 M Banten berubah menjadi Kesultanan dan Maulana Hasanuddin menjadi Sultan pertamanya. Sultan Maulana Hasanuddin menerapkan beberapa kebijakan ekonomi, diantaranya adalah kebijakan pertanian, moneter dan fiskal. Dari kebijakan inilah Sultan Maulana Hasanuddin mampu membawa Kesultanan Banten menjadi pusat perdagangan baik lokal, regional maupun internasional. %Z Dr. Nurul Hak, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A NI’MAH NUR AINI FAIZAH, NIM: 11120077 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20586 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Mohammad Khatami, wanita %P 90 %T KEBIJAKAN MOHAMMAD KHATAMI TENTANG WANITA DI IRAN (1997-2001) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20586/ %X Wanita sebagai salah satu komponen masyarakat seringkali diposisikan sebagai barang atau sebagai alat untuk melayani konsumerisme dan eksploitasi. Secara normatif, agama Islam menempatkan wanita pada posisi yang terhormat. Akan tetapi pada kenyataannya, dalam sejarah umat Islam di negara-negara muslim sering kali muncul perdebatan mengenai posisi wanita. Persoalan yang sering timbul berkaitan dengan apakah seorang wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, pada awal Revolusi Iran yang terjadi pada tahun 1979 posisi wanita seringkali dipertanyakan apakah mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Sejak dekade 90-an, gerakan wanita di Iran mulai mendapatkan hasilnya. Pada masa kepemimpinan Shah Reza, terbelah menjadi wanita perkotaan yang kaya di kawasan utara dan wanita di kawasan selatan yang sudah memasuki era perubahan. Shah membuka pintu gerbang Iran bagi peradaban besar, hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya tentang wanita Iran. Untuk itu pemerintah Iran mulai memikirkan cara untuk meningkatkan partisipasi wanita Iran. Penelitian ini difokuskan pada kebijakan Khatami tentang wanita di Iran. Kajian ini menggunakan pendekatan behavioral. Pendekatan ini didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang sistematik dan terstruktur. Penelitian ini menggunakan teori kepemimpinan, dimana seorang pemimpin mampu menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode historis yang bertujuan untuk merekontruksi peristiwa yang terjadi di masa lampau secara kronologis dan sistematis. Hasil dari penelitian ini adalah pada kebijakan Khatami mengantarkan wanita Iran mengalami banyak peningkatan. Pada bidang politik Khatami mengangkat Masoumeh Ebtekar sebagai wakil presiden wanita pertama kali di Iran, banyak wanita yang menjabat sebagai menteri di kabinetnya. Pada bidang pendidikan wanita Iran sudah banyak yang memasuki perguruan tinggi dan mendapat pendidikan yang layak untuk mereka. Di perguruan tinggi wanita Iran sekarang diperbolehkan untuk memasuki kuliah sesuai jurusan yang mereka kehendaki tanpa ada batasan antara wanita dengan pria. Terakhir pada bidang seni munculnya para sutradara wanita dalam sektor perfilman di Iran. Wanita dapat berkreasi melalui bidang perfilman. Pembuatan majalah khusus wanita yaitu majalah Zanan, majalah ini terbit pada tahun 1998 oleh Shahla Sherkat. Majalah Zanan berangkat untuk mengatasi isu-isu wanita dan untuk mengapresiasikan apa yang dirasakan oleh para wanita Iran. %Z Dr. Hj. Siti Maryam M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A ITSNAWATI NURROHMAH SAPUTRI, NIM: 11120082 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20588 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Arsitektur, Masjid, Dinasti Umayyah. %P 83 %T PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID PADA MASA ABDUL MALIK IBN MARWAN DAN WALID IBN ABDUL MALIK DI DINASTI UMAYYAH (685-715 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20588/ %X Ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan, struktur lain yang fungsional, dan dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam. Kata Arsitektur berasal dari bahasa Yunani, yaitu architekton yang terbentuk dari dua kata, yakni arkhe yang bermakna asli, awal, otentik dan tektoo yang bermakna berdiri stabil dan kokoh. Seni bangunan (arsitektur) pada masa Dinasti Umayyah bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota dan bagunan masjid-masjid. Pada masa Abdul Malik bin Marwan membangun Qubat as-Shkhrah/Dome of The Rock/Kubah Batu di Yerusalem, hingga saat ini menjadi salah satu monumen Islam terbesar. Pada masjid Kubah Batu gaya bangunan tercampur dari kebudayaan Bizantium dan Persia. Pada masa Walid bin Abdul Malik dibangun masjid agung yang terkenal yaitu “Masjid Damaskus”. Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik dan al-Walid I melakukan perluasaan pada Masjid al- Haram dan Masjid Nabawi. Penelitian ini lebih memfokuskan pada perkembangan arsitektur pada masa Abdul Malik dan al-Walid, yang difokuskan pada masjid Kubah Batu dan Masjid Damaskus. Permasalahan yang akan dicari jawabannya adalah Bagaimana kondisi pemerintahan pada masa Abdul Malik ibn Marwan dan Walid ibn Abdul Malik? Bagaimana arsitektur Kubah Batu dan Masjid Damaskus? Apa saja pengaruh arsitektur luar terhadap Masjid Kubah Batu dan Masjid Damaskus? Rumusan masalah tersebut dipecahkan menggunakan metode penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis. Heuristik, ialah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber baik tulisan maupun lisan yang relevan bagi penelitian. Verifikasi, ialah mencari otentitas atau keaslian buku. Kritik sumber ada dua yaitu kritik ekstern dan intern. Interpretasi, ialah usaha merangkaikan fakta-fakta menjadi suatu karya ilmiah. Historiografi, ialah penulisan sejarah yang bertujuan merangkaikan fakta-fakta menjadi kisah sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi budaya. Pendekatan antropologi menggambarkan masyarakat dan unsur-unsur kebudayaannya. Penelitian ini menggunakan teori Akulturasi J. Powel mengungkapkan bahwa akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Akulturasi merupakan dua kebudayaan yang bertemu, yang dapat menerima dari kebudayaan baru dalam kebudayaan lama. Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik membangun Kubah Batu, gaya bangunan tercampur dari pengaruh Bizantium dan Persia. Pada masa pemerinthan al-Walid I membangun Masjid Damaskus. Pembangunan Masjid ini terpengaruh oleh kebudayaan Bizantium, karena Masjid Damaskus terdahulu merupakan gereja yang dialih fungsikan menjadi masjid. Pengaruh terhadap bentuk bangunan yang semula memiliki pola sederhana, setelah mendapatkan pengaruh dari kebudayaan luar menambah bentuk dari bangunan dan tidak mengubah bentuk awal dari pola awal. %Z Prof. M. ABDUL KARIM, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD YENI RAHMAN WAHID, NIM.: 11120087 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20590 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kontribusi Zainal Abidin Munawwir, Krapyak %P 89 %T KONTRIBUSI K.H. ZAINAL ABIDIN MUNAWWIR DAN KARYAKARYANYA DI KRAPYAK YOGYAKARTA 1989M - 2014 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20590/ %X KH. Zainal Abidin Munawwir merupakan ulama ahli fiqih. Ayahnya adalah KH. Muhammad Munawwir, pendiri Pondok Pesantren Krapyak, yang sekarang dikenal dengan Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Mbah Zainal adalah pengasuh Pondok Pesantren al-Munawwir Periode 1989 M – 2014 M, yang sebelumnya Pondok Pesantren Al-Munawwir dipimpin oleh KH. Muhammad Munawwir (1910 M-1942 M), KH. Abdullah Affandi Munawwir dan KH. R. Abdul Qodir Munawwir (1941 M-1968 M), dan KH. Ali Maksum (1968 M-1989 M). Pada kepemimpinan Mbah Zainal pondok pesantren al-Munawwir mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. Di samping jumlah santri semakin bertambah, dinamika intern juga menunjukkan suatu kemajuan dengan tetap berpedoman pada tradisi salaf. Kemajuan pondok pesantren terlihat dari lahirnya dua lembaga pendidikan agama rintisan Mbah Zainal yang berbasis salaf, yaitu: Madrasah Salafiyah II dan Perguruan Tinggi Ma’had Aly al-Munawwir. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian KH. Zainal Abidin Munawwir berdasarkan latar belakang lingkungan serta sosial kultural tempat ia dilahirkan dan tumbuh dewasa. Untuk membantu mempermudah penelitian ini, peneliti menggunakan teori peran sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Penelitian ini berusaha mengungkap sejarah perjalanan hidup K.H. Zainal Abidin Munawwir sejak lahir hingga wafatnya serta peran dan karya-karyanya, sehingga dalam penulisannya, peneliti menggunakan metode historis. Tahapan penelitian yaitu meliputi: heuristik mengumpulkan sumber-sumber tertulis maupun tidak tertulis yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Tahap verifikasi : mengkritik sumber baik dari eksternal dan internal. Tahap selanjutnya interpretasi, yaitu penafsiran fakta-fakta sejarah dalam rangkaian yang kronologis. Tahap terakhir yaitu histiografi, menuliskan peristiwa sejarah. Hasil penelitian menunjukkan KH. Zainal Abidin Munawwir merupakan ulama yang banyak menguasai ilmu-ilmu agama, meliputi fiqih, tasawuf, akhlak, ilmu al-Qur’an dan ilmu-ilmu lainnya. Dengan keilmuan yang dimiliki Mbah Zainal, ia banyak menulis kitab-kitab keagamaan terutama yang membahas hukum-hukum Islam, karya-karyanya yaitu: Wazaif al-Muta’allim, Al- Muqtathofat, Al-Furuq, Tarikhul Hadhoroh al-Islamiyyah, Kitabus Shiyam, Al- Insya’, Manasik Haji, dan Ahkamul Masajid. Ciri khas dari karya-karnya adalah dalam pengambilan hukum fiqih, ia selalu ihtiyath (berhati-hati) dan ia senantiasa mengambil qoul yang rojih (yang terkuat) dan paling berat. %Z ZUHROTUL LATIFAH, S.AG. M.HUM %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMADI, NIM. 11120093 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20594 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Umat Islam, Rusia %P 109 %T UMAT ISLAM DI RUSIA PASCA RUNTUHNYA UNI SOVIET TAHUN 1991 – 2012 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20594/ %X Rusia dahulunya merupakan negara berbasis komunis terbesar di Uni Soviet. Negara Komunis ini didirikan pada tahun 1922 oleh Vladimir Lenin. Ketika kekuasan komunis merajai di seluruh wilayah Rusia kegiatan keagamaan Islam Rusia hampir tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, keadaan ini terjadi ketika Joseph Stalin berkuasa. Umat Islam mengalami diskriminasi di- bidang agama, sosial-budaya, politik dan ekonomi. Pemerintah Uni Soviet juga gencar mempropagandakan anti Tuhan, adu domba antar mazhab, menghapus tulisan Arab dan bahasa Arab. Kebijakan ini dilakukan tidak lain agar umat Islam di Rusia kehilangan landasan sosialnya. Pada tahun 1958 Uni Soviet mengalami disintegrasi ketika Stalin tidak lagi berkuasa. Kepemimpinan Uni Soviet berganti mulai dari Nikita Khruschev, Leonid Brezhnev dan Gorbachev. Puncaknya ketika Uni Soviet dipimpin oleh Gorbachev, negara komunis ini mengalami disintregasi total akibat kegagalan Perestroika dan Glasnot. Pada akhirnya Gorbachev secara resmi mengundurkan diri tahun 1991, kekacaun ini mengakibatkan negara-negara bagian seperti Ukraina, Latvia, Estonia, dan Armenia menuntut untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan komunis Uni Soviet yang telah berkuasa selama 70 tahun. Keruntuhan yang terjadi di Uni Soviet menjadi pembahasan utama, maka penulis menggunakan teori perubahan sosial. Dengan menggunakan teori tersebut penulis ingin menyajikan perubahan di Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet. Keruntuhan Uni Soviet telah mengubah sistem politik dan kebijakan-kebijakan, sehingga kebijakan itu akan berdampak bagi umat Islam di Rusia. Adapun dampak itu dapat dilihat dari dalam bidang agama, politik, sosial-budaya dan ekonomi. Untuk mendukung penelitian ini, penulis mengunakan pendekatan Sosiologi-Politik. Pendekatan ini untuk mengkaji kebijakan-kebijakan Federasi Rusia yang memberi kebebasan rakyatnya dalam memeluk agama. Akan tetapi pendekatan ini lebih difokuskan pada permasalahan masyarakat, negara, tata tertib sosial, ketimpangan, lapisan status sosial, politik, partisipasi dan kekuasaan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa, umat Islam di Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet mengalami perubahan dalam aspek agama, sosial, budaya, politik dan ekonominya. Perubahan yang ditunjukan umat Islam di Rusia ketika berperan aktif di dalam membangun pemerintahan Rusia yang baru, terbukti dengan kemunculan partai politik pasca runtuhnya Uni Soviet telah memberikan sumbangan bagi pemerintahan Rusia. Namun, Rusia yang berpaham Sekuler akhirnya melarang partai yang berasaskan agama. Dalam mengontrol setiap kegiatan umat Islam yang ada di seluruh wilayah Rusia, pada tahun 1996 dibentuklah organisasi Islam Russia Mufties Council (RMC) yang berbasis di Moskow. Organisasi ini bertugas menyatukan seluruh umat Islam di Rusia dan untuk menyejahterakan hidup serta membangun hubungan sosial antar umat Islam di Rusia. %Z DRS. JAHDAN IBNU HUMAM SALEH M.S, %0 Thesis %9 Skripsi %A MEI ENTANTRI, NIM: 11120098 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20599 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Imperialisme Amerika Serikat, Filipina Imperialisme Amerika Serikat, Filipina Imperialisme Amerika Serikat, Filipina %P 72 %T IMPERIALISME AMERIKA SERIKAT DI FILIPINA SELATAN PADA TAHUN 1898-1946 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20599/ %X Setelah selesainya masa Kolonial Spanyol di Filipina, Amerika datang ke Filipina selatan dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik, memberi bantuan untuk memerdekakan diri dari Spanyol. Hal tersebut ternyata hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak. Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika menerapkan strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Ternyata hal tersebut efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslim mulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat. Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah strategi penjajahan yang diterapkan Amerika melalui kebijakan pendidikan dan bujukan untuk meredam perlawan umat muslim di Filipina. Dari hal tersebut ada tiga pertanyaan yang akan dibahas dalam penelitian ini: Bagaimana kondisi Islam di Filipina Selatan sebelum masa Imperialisme Amerika, Bagaimana proses berlangsungnya Imperialisme Amerika Serikat di Filipina selatan, Bagaimana sikap dan perlawanan umat muslim Filipina selatan menghadapi Imperialisme Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang bertujuan merekonstruksi peristiwa masa lampau secara kronologis dan sistematis, menggunakan bahan tertulis. Penelitian ini menggunakan Teori Hegemoni Gramsci dengan pendekatan Ilmu Politik. Tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Islam masuk ke Filipina selatan pada tahun 1380 dan berkembang pesat pada awal abad 16. Pada tahun 1521 Spanyol datang ke Filipina bertujuan untuk memperoleh koloni baru dan menyebarkan agama Kristen Katolik. Spanyol tidak berhasil menguasai wilayah Filipina selatan baik dalam konteks tujuan politik, ekonomi maupun penyebaran agama secara keseluruhan. Amerika Serikat datang ke Filipina pada tahun 1898 menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan. Amerika membiarkan Islam dan hukum adat Moro tak tersentuh, asal tidak bertentangan dengan Konstitusi Amerika Serikat. Di bawah Amerika, muslim Moro melakukan perlawanan hanya secara lokalitas saja. Hubungan antara Islam dengan Amerika di Filipina menunjukkan pola konfliktual di tahun 1926. Pada tahun 1946 Amerika menepati janji untuk memberikan kemerdekaan pada Filipina. %Z DRA. HIMAYATUL ITTIHADIYAH, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MIFTAHUL HUDA, NIM. 11120099 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20600 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan-kebijakan Keagamaan, Dinasti Ayyubiyah, Syi’ah Ismailiyyah, Ahlu Sunnah. %P 124 %T KEBIJAKAN-KEBIJAKAN KEAGAMAAN SHALAHUDDIN AL-AYYUBI PADA MASA DINASTI AYYUBIYAH DI MESIR ( 1171-1193 M ) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20600/ %X Skripsi ini membahas tentang kebijakan-kebijakan keagamaan Shalahuddin al-Ayyubi di Mesir pada tahun 1171-1193 M. Setelah Shalahuddin berhasil menaklukan Dinasti Fatimiyah di Mesir sampai Shalahuddin mendirikan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 567-589 H/1171-1193 M. Tujuan Shalahuddin al- Ayyubi melakukan kebijakan keagamaan adalah untuk merubah Madzhab Syi’ah Ismailiyah digantikan dengan Madzhab Sunni. Kemudian faktor-faktor yang membuat Shalahuddin menerapkan kebijakan-kebijakan keagamaan. Serta dampak apa saja yang terjadi setelah Shalahuddin menerapkan kebijakankebijakannya di Mesir. Dalam pembahasan perjuangan Shalahuddin al-Ayyubi dalam menerapkan Kebijakan-kebijakan keagamaan di Mesir, peneliti menggunakan pendekatan behavioral. Menurut James. E. Anderson, behavioral ini merupakan tingkah laku yang mengarah pada satu tujuan dan dilakukan oleh individu atau kelompok dalam menangani permasalahan yang dihadapi. Jika dihubungkan dalam penelitian ini, maka unsur tingkah laku terlihat dari pengaruh yang dilakukan oleh Shalahudin al-Ayyubi berjuang dalam melakukan kebijakan dalam bidang keagamaan. Selanjutnya mengenai teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori teori kebijakan Theodore Lowi, Menurut Lowi, bahwa kebijakan merupakan bagian dari keputusan politik. Keputusan yang keluar dari proses politik ini bersifat mengikat, dalam arti bahwa pelaksanaannya dilakukan dengan cara memaksakan keputusan/kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode seajrah yang terdiri dari lima tahap, yaitu: Pemilihan Topik, Heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan Historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan Shalahuddin al-Ayyubi merupakan sikap politiknya terkait madzhab Syi’ah. Hal ini dapat di lihat dari faktor-faktor yang menyebabkan Shalahuddin al-Ayyubi ingin menghidupkan kembali madzhab Sunni, selain bahwa madzhab Syi’ah banyak melakukan kedzaliman terhadap warga Mesir dan juga karena dualisme sikap warga Mesir terhadap Syiah. Hal itu yang turut membantu Shalahuddin al-Ayyubi dalam mencapai berbagai tujuannya di Mesir, bahwa Mesir menjadi tempat menarik minat kegiatan para ulama Sunni dari berbagai madzhab. Mereka turut memberikan andil signifikan dalam gerakan mengembalikan Mesir ke dalam pangkuan ahli Sunnah. Semua itu mereka lakukan melalui pembelajaran di madrasah-madrasah, melalui penyampaian nasehat-nasehat dan penulisan bukubuku untuk melakukan pembelaan terhadap Sunnah. %Z Dr. Nurul Hak, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A NGAZIZATUR ROFINGAH, NIM. 11120108 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20602 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Jaran Kepang, Turus Kemiri Purworejo %P 104 %T SEJARAH TARI JARAN KEPANG DI DESA TURUS KEMIRI PURWOREJO PADA 1969-2014 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20602/ %X Desa Turus merupakan desa yang terletak di wilayah Kabupaten Purworejo, merupakan wilayah dataran dan pegunungan yang mempunyai berbagai macam seni budaya, salah satunya adalah Kesenian Tari Jaran Kepang. Tari Jaran Kepang di Desa Turus dipentaskan dengan barongan raksasa, diiringi gamelan jawa dan nyanyian seorang sinden. Ada hal yang unik, yaitu ketika proses pertunjukkan harus ada ayam putih mulus yang cara penyembelihannya membaca syahadat. Kemudian dibuat tumpeng atau gunungan yang disajikan dengan jenang dan jajanan pasar (bervariasi) disertai pembacaan do’a untuk leluhur pendiri Jaran Kepang dan mengirim Shalawat kepada Nabi Saw. Setiap hari Jum’at Kliwon dan Bulan Syuro setahun sekali alat musiknya dikramasi dengan air bunga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asal usul sejarah kesenian Tari Jaran Kepang dan untuk mengetahui perkembangan seni pertunjukan Tari Jaran Kepang Muda Karya di Desa Turus Kemiri Purworejo antara tahun 1969 sampai 2014, serta fungsinya bagi masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori fungsi seni pertunjukan sebagai sarana ritual, oleh Prof. Dr. R.M. Soedarsono dengan pendekatan antropologis. Untuk mengambarkan mengenai latar belakang sosial-budaya dari sejarah kesenian Tari Jaran Kepang yang ada di Desa Turus, serta fungsinya bagi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode historis, untuk melukiskan secara utuh dan kronologis asal usul serta perkembangan seni pertunjukan Tari Jaran Kepang di Desa Turus Kec. Kemiri Kab. Purworejo dari tahun 1969 sampai 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa munculnya kesenian ini berasal dari Daha, ibukota dari Kerajaan Kediri yang merupakan keturunan Kraton Mataram Kuno sebuah kerajaan Hindu, yang terletak di Jawa Tengah. Menurut cerita lisan, bahwa sejarah kesenian Tari Jaran Kepang di Desa Turus dirintis oleh Temenggung Ki (Kyai) Hudontoko yang merupakan pembuka lahan Desa Turus, adalah hasil nadzar atas rasa syukurnya setelah berhasil meyakinkan pemilik lahan yang memperdebatkan aliran sungai. Selain untuk melestarikan seni Jaran Kepang, ia menyampaikan dakwahnya terkait Rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan menunaikan ibadah haji. Masyarakat Desa Turus mulai mengetahui keberadaan Tari Jaran Kepang dari kepemimpinan Ahmad Sabikes pada tahun 1969. Kesenian ini masih tetap lestari sampai generasi keempat yaitu Suwarto di tahun 2014. Iringan gamelan jawa, seperti Angklung, kendang, dan Gong. Busana penari meliputi celana panji hitam, baju biru yang di kasih sangkul, kain panjang, dan sonden. Fungsi seni Tari Jaran kepang untuk berbagai keperluan ritual, misalnya kelahiran bayi, tujuhbelasan, syawalan, khitanan, sepasaran temanten dan sebagainya. %Z HIMAYATUL ITTIHADIYAH, M.HUM. %0 Thesis %9 Skripsi %A SULIKAH, NIM.: 11120113 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20603 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kesenian Pek Bung %P 120 %T KESENIAN PEK BUNG TRI MANUNGGAL SARI DI DUSUN GEDONGSARI KELURAHAN WIJIREJO KECAMATAN PANDAK KABUPATEN BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20603/ %X Kesenian yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai macam ragam. Seperti halnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Bantul juga terdapat beraneka ragam kesenian. Salah satu kesenian yang hidup dan berkembang di Kabupaten Bantul adalah kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Kesenian Pek Bung adalah salah satu jenis musik dengan menggunakan alat musik dari bambu dan tembikar. Asal nama kesenian musik Pek Bung berasal dari suara bambu menghasilkan nada yang berbunyi pek dan suara karet ban yang dipasang pada tembikar (klenting) dan mengeluarkan suara bung. Maka kemudian jenis musik ini disebut dengan nama musik Pek Bung. Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Pandak, Bantul berusaha untuk tetap melestarikan kesenian ini melalui Paguyuban Pek Bung dengan nama paguyuban Tri Manunggal Sari. Keunikan dalam musik Pek Bung ini adalah jenis musik yang dimainkan menggunakan peralatan lokal tradisional yang dipadukan dengan alat musik modern seperti menggunakan klenthing, bas sebul bambu, kentongan, marakas, kodok ngorek, triangle garputala, kendhang klenthing, keyboard, serta cuk dan cak. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam Pek Bung adalah lagu lagu keroncong, langgam dan sholawat. Musik ini nampak harmonis walaupun alat yang dimainkan sangat sederhana. Dalam penelitian ini, peneliti menarik sebuah pokok permasalahan yang diteliti, yaitu: bagaimana sejarah berdirinya kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, bagaimana proses jalannya pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari dan apa saja nilai dan fungsi yang terkandung di dalam pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari? Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Fungsionalisme Malinowski yaitu bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur kebudayaan misalnya, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara, metode observasi dan dokumentasi, sehingga penelitian ini diharapkan memperoleh data yang benar dan sesuai kenyataan, agar tercapai penelitian yang valid. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul memiliki beberapa nilai dan fungsi yang terkandung di dalamnya,yaitu nilai Islam, nilai sosial, nilai budaya. Sedangkan fu %Z BADRUN M. SI %0 Thesis %9 Skripsi %A AGUS TOHA SHOLIHUDDIN, NIM.: 11120115 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20610 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Banser, pengembangan masyarakat, Bantul %P 86 %T KONTRIBUSI BANSER DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN (2006-2014) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20610/ %X Banser (barisan serba guna) adalah salah satu gerakan yang dikeluarkan dari rahim organisasi Islam di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) yang pada saat dibentuknya bertepatan dengan berbagai perselisihan. Di antar perselisihan itu ada ideologi yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Saat ini Banser merupakan gerakan pemuda yang mempunyai peran dalam bidang kegiatankegiatan sosial. Pada mulanya Banser dibentuk dengan tujuan untuk menjaga dan melindungi seluruh kegiatan NU, tetapi pada perkembanganya aktifitasnya meliputi berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Di Bantul Banser berperan layaknya pasukan militer, mereka bertanggung jawab terhadap keamanan serta ketentraman. Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai kegiatan sosial dalam membantu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Skripsi ini membahas kontribusi Banser terhadap pengembangan masyarakat di daerah kabupaten Bantul Yogyakarta dalam rentang waktu dari tahun 2006 sampai tahun 2014. Pada tahun-tahun tersebut terjadi beberapa peristiwa di kabupaten Bantul. Salah satunya adalah bencana alam gempa bumi yang banyak menewaskan warga Bantul. Pada saat itu, Banser memiliki kontribusi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat melalui keterlibatan langsung dalam persoalan-persoalan sosial dan ekonomi masyarakat. Kajian ini difokuskan pada kontribusi Banser dalam bidang sosial di kalangan masyarakat Bantul Yogyakarta pada periode 2006-2014, dan pengaruhnya terhadap perubahan. Kajian ini menggunakan teori peranan sosial oleh Piter Burke yang meyakini bahwa peranan sosiallah yang mempunyai pengaruh besar terhadap adanya perubahan dalam segala aspek kemasyarakatan. Adapun metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode sejarah dengan menggunakan 4 tahapan yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, historiografi. Kajian ini menggunakan pendekatan sosiologi yang mencoba menganalisis proses interaksi sosial dan perubahan-perubahan sosial yang ditimbulkan oleh kerja-kerja sosial Banser di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi Banser dalam pengembangan masyarakat di Kabupaten Bantul sangat berperan aktif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kontribusi dalam segala macam kegiatan baik dalam bidang agama maupun sosial. %Z DR. HJ. SITI MARYAM, M.AG %0 Thesis %9 Skripsi %A JOKO YUWONO, NIM. 11120119 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20611 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Paguyuban Tukang Becak, pimpinan ranting muhammadiyah, Umbulharjo %P 93 %T PAGUYUBAN TUKANG BECAK PIMPINAN RANTING MUHAMMADIYAH NITIKAN, CABANG UMBULHARJO, DAERAH YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20611/ %X Kampung Nitikan merupakan sebuah kampung yang berada di pinggiran selatan Kota Yogyakarta, tepatnya berada di Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Nitikan merupakan sebuah perkampungan muslim Muhammadiyah hal itu dapat dilihat banyak berdiri ortom-ortom di bawah nanguan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Nitikan yang berkembang dengan subur di kampung tersebut. Salah satunya adalah Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (LAZIS) PRM Nitikan. LAZIS merupakan sebuah lembaga sosial milik PRM Nitikan yang bertugas sebagai pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh. Dalam perjalannya lembaga ini terus maju dan berkembang sehingga mampu mensejahterakan masyarakat Nitikan khususnya masyarakat miskin yang ada di kampung tersebut. Sesuai dengan program yang dicanangkan yaitu memerangi kemiskinan dan kebodohan umat LAZIS PRM Nitikan mendirikan beberapa program salah satunya adalah Paguyuban Tukang Becak PRM Nitikan. Hal yang mendasar alasan didirikan paguyuban tukang becak adalah melihat kondisi para anggota tukang becak yang memprihatinkan baik dari segi ekonomi maupun pemahaman tentang agama Islam. Sedangkan tujuan didirikannya paguyuban becak adalah untuk mengorganisasikan dan menertipkan para penarik becak supaya tertib dan rukun serta dapat mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh LAZIS PRM Nitikan. Penelitian ini merupakan penelitian studi lapangan menggunakan teori fungsionalisme struktural yang dikembangkan oleh Radclife Brown. Brown menyatakan, mengenai organisasi sosial secara umum, banyak memuat bahan mengenai upacara keagamaan, keyakinan keagamaan dan mitologi atau dongengdongeng suci yang bersangkutan dan dimana pengaruh dan efeknya terhadap struktur hubungan antara warga dalam suatu komunitas desa. Istilah yang digunakan Brown tentang fungsi sosial adalah untuk menyatakan akibat adanya organisasi tersebut terhadap masyarakat Kampung Nitikan dalam hal ini adalah adanya perubahan cara pandang masyarakat dalam berfikir dan melakukan aktifitas sosial masyarakat pendidikan serta agama. Penelitian ini disajikan dalam bentuk penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang dilakukan menggunakan analisis dan interaktif. Hasil yang didapatkan peneliti, menujukan bahwa para anggota Paguyuban Tukang Becak PRM Nitikan setelah diberi pembinaan oleh LAZIS PRM Nitikan dapat memberikan pengaruh seperti dalam bidang agama dapat membaca al-Qur’an dan mengetahui tentang dasar hukum Islam, bidang sosial para anggota paguyuaban becak dapat bersosial dengan baik dengan masyarakat Nitikan, bidang ekonomi para anggota paguyuban becak dapat belajar berwirausaha yang baik dan benar serta sesuai dengan syareat Islam, bidang pendidikan meski belum memberikan pengaruh tetapi malah dirasakan keluarga dan anak-anak mereka yang bisa bersekolah melalui bantuan berupa uang santunan yang diberikan LAZIS PRM Nitika %Z SITI MAIMUNAH, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD MUFID, NIM. 11120135 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20612 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pemikiran K.H. Achmad siddiq %P 83 %T K.H. ACHMAD SIDDIQ; AKTIVITAS DAN PEMIKIRAN KEAGAMAANNYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20612/ %X Perkembangan pemikiran Islam di Indonesia khususnya dalam masalah agama telah mengalami banyak kemajuan dan pembaharuan yang sangat mengesankan. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya tokoh pembaharu yang bermunculan, salah satunya ialah K.H. Achmad Siddiq. Ia merupakan salah satu tokoh besar NU yang banyak memberikan pemikiran penting di dalamnya, seperti pemikiran untuk mengatasi beberapa masalah yang terjadi di internal NU sendiri maupun masalah yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia. K.H. Achmad Siddiq telah menyumbangkan pemikirannya baik pemikiran keagamaan maupun pemikiran kenegaraan. Dalam pemikiran kenegaraan, ia mengajak kepada para ulama NU untuk menerima Pancasila sebagai asas tunggal, walaupun pada awalnya apa yang ia usulkan sempat mendapat penolakan dari kalangan ulama NU. Dalam pemikiran keagamaan, ia mencoba untuk melakukan modernisasi dalam bidang tasawuf. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar semangat keberagamaan sebagaimana ditunjukkan oleh tasawuf dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern. Dalam dunia modern, tasawuf dapat dipergunakan sebagai pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan keberagamaan masyarakat. Pendekatan ini diambil karena menurutnya dua pendekatan yang sudah ada yaitu aqidah dan fiqhiyah dianggap sudah tidak relevan lagi ketika Islam berhadapan dengan kehidupan modern. Menurutnya, pendekatan tasawuf bisa merangkul semua manusia tanpa membedakan asal muasal suku, ras, warna kulit dan agamanya, karena dalam kehidupan tasawuf semua manusia dipandang sama. Dengan adanya pendekatan tersebut, ia ingin menghadirkan Islam yang damai dalam kehidupan masyarakat. Pemikiran dari K.H. Achmad Siddiq yang tidak kalah penting adalah pemikirannya tentang Khittah Nahdliyyah. Selain itu ia juga mengajarkan mengenai pentingnya berijtihad dan pentingnya menegakkan keseimbangan dalam kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan nantinya bisa mengetahui bagaimana pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq kemudian bagaimana praktek ajaran tasawuf dari K.H. Achmad Siddiq serta bagaimana pengaruh dari pembaharuan yang ia lakukan dalam kehidupan umat Islam. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bertujuan untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau secara kronologis dan sistematis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan biografis intelektual, sedangkan teori yang digunakan adalah teori persepsi dari Hippolyte Tais, yaitu tentang adanya interaksi ide dan peristiwa. Maksudnya suatu gagasan ide atau pemikiran muncul karena peristiwa yang mendorongnya, sedangkan ide itu sendiri melahirkan peristiwa baru yang akan mendorong lahirnya ide lagi. %Z Dra. HIMAYATUL ITTIHADIYAH, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A CHILIATUS SAFITRI, NIM. 11120136 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20613 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Seni bela diri garuda bambu runcing, Pesantren Kyai Parak %P 153 %T LEMBAGA SENI BELA DIRI GARUDA BAMBU RUNCING (LGBR) DI PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING PARAKAN TEMANGGUNG TAHUN 1959-2014 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20613/ %X Lembaga Seni Bela Diri Garuda Bambu Runcing (LGBR) merupakan bela diri yang terlahir di Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing yang tidak bisa dilepaskan dari sisi historisnya. Lembaga Seni Bela Diri Garuda Bambu Runcing didirikan pada tanggal 18 Desember 1959 oleh K.H. Muhaiminan Gunardho di Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing Parakan Temanggung. LGBR memiliki 2 macam bela diri yaitu bela diri tangan kosong dan bela diri secara batin dengan dzikir serta tenaga dalam. Bela diri tangan kosong memiliki 4 tingkat. Bela diri secara batin memiliki 5 tingkat, masingmasing tingkat memiliki dzikir yang berbeda-beda, yaitu Asma ul-Husna, Asma Hizb al-Hikmah, Asma Hizb al-Barqi, Asma Hizb al-Latif, dan Asma Hizb al- Kubro. Dengan karakteristik yang dimilikinya, LGBR menjadi bela diri yang masih erat dengan unsur Islam yang tetap tidak terlepas dari unsur kesehatan dan kebugaran, karena di dalamnya terdapat unsur pernafasan, konsentrasi dan kekuatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah LGBR dan untuk memahami perkembangan LGBR dari tahun 1959-2014 M. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antropologi untuk dapat lebih memahami fenomena LGBR dengan lebih dekat, dan langsung dari pelaku atau penggiatnnya. Selain menggunakan pendekatan tersebut, penulis juga menggunakan teori fungsionalisme guna menjelaskan fungsi LGBR di Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing Parakan Temanggung. Metode yang digunakan adalah metode historis untuk melukiskan secara utuh dan kronologis perkembangan Bela Diri Garuda Bambu Runcing dari tahun 1959-2014 M. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan LGBR membawa banyak perubahan seperti bentuk kelembagaan yang menjadi lebih modern dalam bentuk organisasi dengan struktur yang tertata. Selain itu juga perubahan pola perilaku budaya para anggotanya. Budaya ini bukan semata-mata dalam bentuk seni bela diri tetapi juga erat kaitanya dengan cara menjalani hidup para pengikutnya. Di situ ada ritual, ada pola perilaku, bahkan gaya hidup namun masih erat dengan unsur Islam. Adapun perkembangan di Pondok Pesantren Kyai Parak I dari tahun 1959-2014 berjumlah 500 orang, lalu perkembangan di Pondok Pesantren Kyai Parak II tahun 1959-2014 berjumlah 1000 orang. Perkembangan Bela Diri Garuda Bambu Runcing juga membawa bela diri ini banyak mendapatkan juara di beberapa daerah dan tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). %Z Siti Maimunah S. Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MOHAMMAD SHOLEH, NIM. 11120145 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2016 %F digilib:20614 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Heuristik, Verifikasi, Interpretasi dan Historiografi %P 118 %T PERAN KH. AHMAD MADANI DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN SUMBER BUNGUR PAKONG PAMEKASAN MADURA (1960-2006) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20614/ %X Dalam konteks Madura khususnya Kabupaten Pamekasan, sistem pendidikan pertama yang dikenal oleh masyarakat adalah pondok pesantren yang di dalamnya diajarkan dan dikaji kitab-kitab klasik. Seiring dengan perkembangan zaman, maka inovasi dalam pendidikan menjadi suatu keniscayaan dalam rangka memenuhi tuntutan perundang-undangan, tuntutan kerja. Bermula dari itulah, maka lahirlah tokoh yang menaruh perhatian pada sistem pendidikan Islam.Ahmad Madani merupakan pioner dan tokoh yang peduli terhadap sistem pendidikan yang ada di Madura khususnya di Kecamatan Pakong Pamekasan. Dari hasil pemikiran beliau, sekitar tahun 1960-an, beliau mampu mengintegrasikan kedua sistem pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah sendiri dimana pengetahuan agama dan pengetahuan umum sama-sama diajarkan, walaupun pada awalnya perintisannya banyak kalangan dari masyarakat bahkan tokoh agama menganggap KH. Ahmad Madani telah melanjutkan warisan dan budaya klonial Belanda, dengan memasukkan materi umum kedalam lembaga pendidikan yang beliau rintis. Padahal materi umum merupakan materi pelajaran yang dibawa oleh orang-orang barat yang konotasinya adalah orang barat itu orang kafir. Disini penulis akan mengkaji tentang : Bagaimana Biografi KH. Ahmad Madani, Bagaimana peran KH. Ahmad Madani Dalam perkembangan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Sumber Bungur Pamekasan dan Bagaimana Pola Pendidikan yang diterapkan oleh KH. Ahmad Madani. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang ingin menghasilkan bentuk dan proses pengkisahan atas peristiwa-peristiwa manusia yang telah terjadi di masa lalu. Penelitian sejarah ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah penjelasan tentang biografi dan pemikiran dari KH. Ahmad Madani. Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografis, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami keperibadian (tokoh) berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural dimana tokoh itu dibesarkan, bagaimana proses pendidikan yang dialami, watakwatak yang ada di sekitarnya. Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial yang dikemukana oleh Erving Goffman. Menurut teori ini peranan sosial adalah salah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefenisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma prilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial. Dalam kaitan ini peneliti juga memakai peranan pesantren menurut Taufik Abdullah, Sebagai lembaga pendidikan islam dimana guru dan murid mecpitakan suatu suasana kekeluargaan dalam usaha mencari, menggali, dan menyebarkan berbagai ilmu keagamaan, pesantren tidaklah lepas dari masyarakat yang mengitarinya. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa tahapan untuk melacak informasi sejarah agar penelitian ini dapat tersusun secara sistematis dan teruji kredibilitasnya. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, %Z DR. NURUL HAK, M. Hum %0 Thesis %9 Masters %A YENITA OKTAVIA, NIM. 1220510093 %B PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:20615 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perjuangan, Gerakan Keagamaan, Masyarakat %P 118 %T PERJUANGAN TUANKU IMAM BONJOL DALAM GERAKAN PADERI DI TAPANULI SELATAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20615/ %X Tuanku Imam Bonjol menjadi pemimpin gerakan Paderi terkemuka selama berlangsungnya gerakan Paderi di Minangkabau. Orientasi perjuangan Tuanku Imam Bonjol adalah mengembalikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai fondasi kehidupan masyarakat serta menentang dominasi kekuasaan kolonial Belanda. Setelah berhasil mewujudkan cita-citanya di Minangkabau, Tuanku Imam Bonjol memperluas wilayah kekuasannya ke Tapanuli Selatan. Perluasan wilayah Paderi ke Tapanuli bertujuan untuk melakukan pembaruan keagamaan dan memperluas wilayah perdagangan. Secara geografis Tapanuli Selatan berbatasan langsung dengan wilayah utara Minangkabau. Tuanku Imam Bonjol mampu membangun daerah Bonjol menjadi daerah yang maju dalam keagamaan dan perdagangan. Berlatar belakang persoalan tersebut penelitian ini penting untuk dilakukan untuk melihat bagaimana Tuanku Imam Bonjol dan Paderi di Tapanuli Selatan. Penelitian ini menelusuri perjuangan serta pengaruh Tuanku Imam Bonjol dalam gerakan Paderi di Tapanuli Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menjelaskan peristiwa sejarah secara kronologis dan sistematis. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis yang berfungsi untuk memberikan penjelasan (eksplanasi) terhadap perilaku-perilaku sosial dalam sejarah. Pendekatan tersebut mampu menjelaskan tentang perjuangan Tuanku Imam Bonjol di Tapanuli Selatan. Untuk memahami perubahanperubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Tapanuli digunakanlah konsep perubahan sosial Ogburn dan disesuaikan dengan teori gerakan sosial. Gerakan sosial adalah suatu tindakan kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat perubahan dalam masyarakat atau organisasi yang menjadi bagian dari organisasi itu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan memanfaatkan data tertulis baik buku, ensiklopedi, disertasi maupun artikel dari internet. Sementara itu, temuan-temuan yang penulis dapatkan selama penelitian adalah adanya pengaruh dari Tuanku Imam Bonjol di Tapanuli Selatan, terutama dalam bidang sosial keagamaan. Masyarakat Tapanuli Selatan pasca Paderi banyak yang memeluk agama Islam. Kehidupan sosial masyarakat juga mengalami perubahan dibandingkan sebelum terjadinya Paderi, salah satu contohnya adalah cara berpakaian masyarakat yang telah menyerupai masyarakat Melayu muslim. Perkembangan Islam di Tapanuli Selatan dapat terlihat pula dalam bidang pendidikan agama Islam. Banyak masyarakat yang belajar agama Islam ke Minangkabau dan ada pula yang mendatangkan guru-guru agama dari Minangkabau. Selain perkembangan agama Islam, terdapat juga perubahan kepemimpinan tradisional masyarakat Tapanuli Selatan. Masyarakat Tapanuli Selatan sebelum Paderi dipimpin oleh seorang Raja Pamusuk, maka pasca Paderi diganti dengan Kepala Kuria (Hakim) yang mengurus persoalan agama, ekonomi, sosial dan adat istiadat, serta terjalinnya kesesuaian antara adat istiadat dengan agama Islam. %Z Prof. Dr. DUDUNG ABDURAHMAN, M. Hum %0 Thesis %9 Masters %A MIFTAHUL JANNAH, S.Th.I., NIM. 13.205.10002 %B PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:20617 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Hadi Ma’rifah, Syiah Qira’at %P 264 %T PEMIKIRAN HAD I MA’RIFAT TENTANG QIRA’ AT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20617/ %X Penilitain ini mengambil objek material qira’at dan Hadi Ma’rifah, adapun objek formalnya adalah sosio-historis. Penelitian ini ingin mengungkapkan pemikiran Hadi Ma’rifah tentang qira’at. Pada sisi lain, sebagai produk pemikiran dan sebuah ide, tentunya tidak lepas dari konteks sosial dan keilmuan yang berkembang di sekitarnya, khususnya Syiah. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini tidak hanya fokus pada pemikiran Hadi Ma’rifah ansich, namun pemikiran-pemikiran di sekitarnya, sehingga muncul pemikiran Hadi Ma’rifah itu sendiri. Terkait hal tersebut, problem permasalahan yang dirumuskan, Pertama; bagaimana pendapat dan perkembangan pemahaman para ulama Syiah tentang qira’at? Kedua; bagaimana konstruk pemikiran Hadi Ma’rifah tentang qira’at dan perbedaanya dengan Ulama lain? Ketiga; bagaimana implikasi pemikiran Hadi Ma’rifah? Penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Reseach) dengan sumber primer karya-karya Hadi Ma’rifat dan para ulama Syiah yang berkaitan dengan qira’at Teknik pengumpulan data adalah dokumetasi dengan mengakomodir dan memetakan. Pendekatan yang digunakan dalah historis-filosofis. Historis digunakan untuk melihat continuty and change sebuah pemikiran, sedangakan filosofis melakukan pembacaan terhadap Hadi Ma’rifat. Dari sudut pandang sosiologi pengetahuan, sebagai kerangka teoritik, mengndaikan pada sebuah ide atau pemikiran dapat menjawentahkan sebuah ideologi tertentu. Setidaknya ada beberapa hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, pertama; pendapat ulama Syiah dapat dipetakan menjadi empat periode, masa konseptual, masa pemahaman awal, masa pertentangan dan masa ijtihad. Dari sudut pandang penilian, dapat dibagi menjadi tiga tipologi, mutawatir secara mutlaq, mutawatir tidak secara mutlak dan tidak mutawatir secara mutlak. Kedua, secara umum, pemikiran Hadi Ma’rifah merupakan penyempurnaan dari pemikiran sebelumnya, khususnya al- Khui terkait distingsi antara al-Qur’an dan qira’at. Sisi orisinalitas pemikiran Hadi Ma’rifah, hanya memilih qira’ah ‘As}im riwayat H{afs Kendati demikian, memilih qira’at ‘As}im riwayat H{afs merupakan wujud dari sisi ideologinya, penalaran deduksi dan pengaruh kalangan Us}uliyah. Kelemahan yang mencolok dari pemikiran Hadi Ma’rifah adalah konsep kemutawatiran al-Qur’an yang dimanifestasikan dengan nas} yang mutawatir dan asli, namun merujuk pada nas} yang sudah bertitik dan berharakat. Ketiga, implikasi dari pemikiran beliau, tentunya hanya membolehkan qira’at ‘As}im riwayat H{afs baik dalam salat atau diluar salat, di mana ulama sebelumnya masih memperbolehkannya walau tidak diharuskan. Begitu juga kehujjahan qira’at, di mana ulama sebelumnya masih berbeda pendapat, ada yang memperbolehkan dan tidak. %Z MUHAMMAD SAIFUDDIN M.A %0 Thesis %9 Masters %A FIKRI HAMDANI, NIM.1320510008 %B PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:20618 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Basyiruddin mahmud Ahmad dan Maulana Muhammad Ali, Kajian terhadap ayat-ayat kenabian %P 163 %T EPISTEMOLOGI PENAFSIRAN BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD DAN MAULANA MUHAMMAD ALI (KAJIAN TERHADAP AYAT-AYAT KENABIAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20618/ %X Kenabian adalah suatu hal yang sangat menarik untuk didiskusikan, karena melihat fenomena di masyarakat, banyak orang yang memproklamirkan dirinya sebagai nabi dan telah menerima wahyu. Salah satunya adalah Mirza Ghulam Ahmad pendiri Ahmadiyah. Terkait pandangan status kenabian Mirza Ghulam Ahmad, di internal Ahmadiyah juga terpecah menjadi dua golongan, pertama Ahmadiyah Qadiani yang dipimpin oleh Basyiruddin Mahmud Ahmad. Kedua, Ahmadiyah Lahore yang dipimpin oleh Maulana Muhammad Ali. Basyiruddin meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi sedangkan Maulana Muhammad Ali meyakininya hanya sebagai seorang mujaddid. dan pandangan keduanya didasarkan pada pernyataan Mirza Ghulam Ahmad dalam dua kitabnya. Basyiruddin dan Muhammad Ali, sama-sama menulis sebuah kitab tafsir 30 juz. Karena itu, sangat menarik untuk mengkaji epistemologi penafsiran keduanya, dengan begitu akan tergambar dengan jelas bagaimana struktur penafsiran keduanya sehingga terbentuk pemahaman tentang konsep kenabian seperti yang telah mereka pahami. Oleh karena itu, dalam tesis ini akan membahas secara komprehensif terkait metode, sumber dan validitas penafsiran keduanya. Penelitian ini adalah upaya untuk melihat bagaimana epistemologi penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad dan Maulana Muhammad Ali. Kajian epistemologi dalam penafsiran adalah suatu hal yang sangat urgen, karena epistemologi ini berusaha untuk melacak proses terbentuknya suatu penafsiran (dalam konteks tafsir). Penelitian ini tergolong dalam penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis-komparatif dan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan historis-filosofis dengan kerangka teori epistemologi yang merupakan cabang dari filsafat ilmu. Dengan demikian, sumber data yang digunakan adalah karya tafsir kedua tokoh (The Holy Qur’an “with English Translation and Commentary” dan buku-buku yang ditulis oleh kedua tokoh. Sementara sumber sekunder adalah segala referensi yang relevan. Penelitian berakhir pada sejumlah temuan. Secara epistemologi penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad dan Maulana Muhammad Ali memiliki kesamaan dari sisi metode, sumber dan validitas penafsiran. Variabel tersebut sangat mempengaruhi pandangan keduanya dalam menafsirkan ayat-ayat kenabian. Penulis berkesimpulan bahwa ada “ketidakjujuran” dari Basyiruddin Mahmud Ahmad dalam menafsirkan ayat-ayat kenabian. Dalam hal ini, Basyiruddin merujuk hadis-hadis nabi (yang mendukung preunderstanding-nya) tapi mengabaikan hadis-hadis yang terkesan kontradiktif dengan pemahaman yang ia yakini. Kedua dari sisi metode, keduanya mengedepankan aspek kebahasaan dalam menafsirkan ayat-ayat kenabian, namun terkadang tidak sesuai dengan rasa Bahasa Arab, metode ini juga terkesan digunakan untuk melegitimasi pemahamannya tentang makna khatam al-nabiyyyin. Validitas penafsirannya cenderung bersifat korespondensi, bahwa penafsirannya sangat dipngaruhi oleh ideologi/mazhab yang mereka anut. %Z Dr. H. ABDUL MUSTAQIM, M.Ag., %0 Thesis %9 Masters %A BASRI NIM. 1320510021, NIM. 1320510021 %B PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:20619 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K : Tafsir ayat-ayat pembebasan , Farid Esack %P 194 %T EPISTEMOLOGI TAFSIR AYAT-AYAT PEMBEBASAN (Studi Atas Penafsiran Farid Esack) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20619/ %X Dinamika dan gagasan tafsir yang diusung oleh para penafsir kontemporer tentunya merupakan modifikasi dan kritik sesuai dengan tuntutan zaman kontemporer yang dihadapi dewasa ini. Di antara beberapa penafsir kontemporer, penulis tertarik untuk mengkaji epistemologi tafsir Maulana Farid Esack. Tokoh ini menarik untuk diteliti lebih lanjut sebab beliau berusaha mengembangkan seperangkat metodologi tafsir sosial atas Al-Qur`an yang lebih dekat dengan problem kemanusiaan, seperti kemiskinan dan penindasan. Bisa dikatakan bahwa Farid Esack turut mengusung sebuah hermeneutika Al-Qur`an yang bercorak sosial dan ekstensial yang digali dari ayat-ayat Al-Qur`an. Model tafsir yang dihasilkannya tentunya dimaksudkan sebagai jawaban terhadap kebutuhan masyarakat yang masih banyak bergelut dengan berbagai bentuk penindasan di Afrika Selatan. Jadi, dari teori epistemologi dalam filsafat ilmu yang digunakan untuk mengkaji penafsiran Farid Esack ini, dapatlah diketahui sumber penafsirannya, bagaimana metode penafsirannya, , serta tolak ukur kebenarannya. Oleh karenanya, metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode Induktif. Yakni melakukan proses penyimpulan setelah melakukan pengumpulan data dan menganalisanya. Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan dalam kajian ini ialah historis-filosofis yang berfungsi untuk: (a) menganalisis teks itu sendiri; (b) merunut akar-akar historis secara kritis latar belakang tokoh tersebut mengapa ia mengusung gagasan hermeneutika pembebasannya; dan (c) menganalisa kondisi sosio-historis yang melingkupi tokoh tersebut dan menemukan struktur bangunan dasar dari pemikiran Farid Esack yang sesuai dengan latar sosio-historisnya. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menemukan bahwa bangunan pemikiran Farid Esack sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-historis Afrika Selatan yang mengalami tiga problem kemanusiaan yang dihadapi: problem rasialisme, patriarkhi dan kapitalisme yang dilakukan oleh kelompok kulit putih atas kelompok selain kulit putih. Untuk itu Farid Esack kemudian memunculkan gagasan teologi pembebasan sebagai kritik atas teologi akomodasi yang berusaha memberi jalan dan membenarkan status quo atas perbuatan mereka yang rasis, kapitalis, dan otoriter. Sumber penafsiran Farid Esack sama seperti tradisi penafsiran di era kontemporer, yakni: wahyu, akal, dan realitas. Sedangkan metode penafsirannya ialah hermeneutika Al-Qur’an tentang pluralisme religius untuk pembebasan (Qur`anic hermenutic of religions pluralism for liberation) yang didasarkan atas konteks dan pengalaman hidup masyarakat Afrika Selatan. Ia menekankan pada hermeneutika penerimaan (reception hermeneutics) yang pertanyaan sentralnya ialah bagaimana teks Al-Qur’an dapat diterima oleh masyarakat Muslim di Afrika Selatan. %Z Dr. HAMIM ILYAS, M.A., %0 Thesis %9 Masters %A HANIF MUDHOFAR, NIM. 1320511094 %B PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:20620 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tafsir Abdel Haleem, Kitab understanding the qur’an: themes and style %P 130 %T EPISTEMOLOGI TAFSIR ABDEL HALEEM (STUDI KITAB UNDERSTANDING THE QUR’AN: THEMES AND STYLE %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20620/ %X Buku Understanding The Qur’an: Themes and Style merupakan karya dari Prof. M.A.S. Abdel Haleem, OBE. Gaya penyampaian dan penyajian keterangan dalam buku tersebut mampu mengantarkan pembacanya untuk memahami tematema yang terkandung di dalam al-Qur’an. Buku ini adalah prekuel dari terjemah al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris oleh penulis yang sama. Hal ini menjadi menarik terkait epistemologi yang digunakan dalam proses penyusunannya berikut hakikat penafsiran yang mampu menyingkap problematika atau sabab nuzul karya ini.Penelitian dalam tesis ini memfokuskan diri pada epistemologi yang diterapkan Abdel Haleem dalam bukunya Understanding the Qur’an: Themes and Style dan juga problematika hakikat penafsirannya. Secara sederhana, objek formal penelitian ini adalah epistemologi dan ontologi. Sedangkan objek materialnya adalah penafsiran Abdel Haleem dalam karyanya Understanding The Qur’an: Themes and Style. Hal ini coba dirangkum oleh peneliti dalam sebuah judul, “EPISTEMOLOGI TAFSIR ABDEL HALEEM (Studi Kitab Understanding The Qur’an: Themes and Style)”. Tesis ini merupakan penelitian berbasis pustaka dengan metode deskriptisanalitis. Penelitian ini menggunakan rumusan masalah dalam membatasi kajian danruang kerjanya, yakni: 1) Apa saja sumber penafsiran Muhammad Abdel Haleem dalam karyanya Understanding The Qur’an: Themes and Style?; 2) Bagaimana metode penafsiran yang diterapkan oleh Muhammad Abdel Haleem dalam karyanya Understanding The Qur’an: Themes and Style?; 3) Bagaimana validitas penafsiran dari karya Muhammad Abdel Haleem yang berjudul Understanding The Qur’an: Themes and Style?Simpulan dari penelitian ini antara lain: 1) sumber yang digunakan dan dirujuk Abdel Haleem terbagi dalam dua kotak besar, insider –yakni, al-Qur’an, hadis, penafsiran ulama muslim klasik— dan outsider –yakni, Bible dan pendapat ilmuwan non muslim—; 2) metode yang digunakan oleh Abdel Haleem dalam proyeknya ini adalah tematik, stilistik dan komparatif; 3) dalam pembuktiannya, penelitian ini mengevaluasi penafsiran Abdel Haleem dengan tiga teori, yakni a) koherensi, mencermati konsistensi penggunaan metode yang digunakan Abdel Haleem dalam menafsirkan; b) korespondensi, mencermati kesesuaian produk penafsiran Abdel Haleem dengan fakta ilmiah yang berlaku; c) pragmatis, pembuktian produk penafsiraan dari segi nilai guna dan solusi alternatif bagi kesenjangan bahasa masyarakat Barat dengan al-Qur’an. Buku Understanding The Qur’an: Themes and Style merupakan karya dari Prof. M.A.S. Abdel Haleem, OBE. Gaya penyampaian dan penyajian keterangan dalam buku tersebut mampu mengantarkan pembacanya untuk memahami tematema yang terkandung di dalam al-Qur’an. Buku ini adalah prekuel dari terjemah al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris oleh penulis yang sama. Hal ini menjadi menarik terkait epistemologi yang digunakan dalam proses penyusunannya berikut hakikat penafsiran yang mampu menyingkap problematika atau sabab nuzul karya ini.Penelitian dalam tesis ini memfokuskan diri pada epistemologi yang diterapkan Abdel Haleem dalam bukunya Understanding the Qur’an: Themes and Style dan juga problematika hakikat penafsirannya. Secara sederhana, objek formal penelitian ini adalah epistemologi dan ontologi. Sedangkan objek materialnya adalah penafsiran Abdel Haleem dalam karyanya Understanding The Qur’an: Themes and Style. Hal ini coba dirangkum oleh peneliti dalam sebuah judul, “EPISTEMOLOGI TAFSIR ABDEL HALEEM (Studi Kitab Understanding The Qur’an: Themes and Style)”. Tesis ini merupakan penelitian berbasis pustaka dengan metode deskriptisanalitis. Penelitian ini menggunakan rumusan masalah dalam membatasi kajian danruang kerjanya, yakni: 1) Apa saja sumber penafsiran Muhammad Abdel Haleem dalam karyanya Understanding The Qur’an: Themes and Style?; 2) Bagaimana metode penafsiran yang diterapkan oleh Muhammad Abdel Haleem dalam karyanya Understanding The Qur’an: Themes and Style?; 3) Bagaimana validitas penafsiran dari karya Muhammad Abdel Haleem yang berjudul Understanding The Qur’an: Themes and Style?Simpulan dari penelitian ini antara lain: 1) sumber yang digunakan dan dirujuk Abdel Haleem terbagi dalam dua kotak besar, insider –yakni, al-Qur’an, hadis, penafsiran ulama muslim klasik— dan outsider –yakni, Bible dan pendapat ilmuwan non muslim—; 2) metode yang digunakan oleh Abdel Haleem dalam proyeknya ini adalah tematik, stilistik dan komparatif; 3) dalam pembuktiannya, penelitian ini mengevaluasi penafsiran Abdel Haleem dengan tiga teori, yakni a) koherensi, mencermati konsistensi penggunaan metode yang digunakan Abdel Haleem dalam menafsirkan; b) korespondensi, mencermati kesesuaian produk penafsiran Abdel Haleem dengan fakta ilmiah yang berlaku; c) pragmatis, pembuktian produk penafsiraan dari segi nilai guna dan solusi alternatif bagi kesenjangan bahasa masyarakat Barat dengan al-Qur’an. %Z Dr. H. WARYONO ABDUL GHOFUR, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Zainuddin, NIM. 09120010 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21138 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Tradisi Rokat Randhaba, anak pandhaba, nilai, dan fungsi Rokat Pandhaba. %P 112 %T TRADISI ROKAT PANDHABA DI DESA BELUK RAJA KECAMATAN AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP PROPINSI JAWA TIMUR %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21138/ %X Rokat Pandhaba adalah upacara pembebasan seorang anak pandhaba dari nasib buruk yang akan menimpanya, serta menjauhkan dari segala bentuk marabahaya yang dapat mengganggu perjalanan hidupnya di dunia. Tradisi Rokat Pandhaba merupakan tradisi yang sudah dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Beluk Raja. Karena dalam perakteknya manusia hidup bermasyarakat diatur oleh suatu aturan, norma, pandangan, tradisi atau kebiasaan-kebiasaan tertentu yang mengikatnya, sekaligus merupakan citacita yang diharapkan untuk memperoleh maksud dan tujuan selama hidup di dunia dan akhirat. Ciri-ciri keturunan yang dikategorikan sebagai keturunan pandhaba dan harus diruwat antara lain adalah: pertama, Pandhaba Macan (anak laki-laki atau perempuan tunggal). Keturunan kedua, Pandhaba Ontang-Anteng (tiga bersaudara satu anak laki-laki dua anak perempuan). Keturunan ketiga, Pandhaba Panganten, (dua bersaudara satu anak laki-laki satu perempuan). Keturunan keempat, Pandhaba Lema’ (lima bersaudara dengan jenis kelamin sama laki-laki atau perempuan). Penelitian ini mengambil titik fokus pada tiga persoalan yang penulis tuangkan dalam rumusan masalah yaitu: Bagaimana latar belakang Rokat Pandhaba di Desa Beluk Raja? Apa pengaruh nilai Rokat Pandhaba terhadap pola kehidupan masyarakat Desa Beluk Raja? Bagaimana fungsi Rokat Pandhaba secara sosial-keagamaan, sosial ekonomi, dan sosial budaya masyarakat Beluk Raja?. Landasan teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme struktural. Teori fungsionalisme struktural di sini dijadikan sebagai kerangka berfikir penulis dalam melihat berbagai fenomena yang berkaitan dengan tradisi Rokat Pandhaba tersebut sebagai salah satu cara masyarakat Beluk Raja membangun kehidupan yang harmonis. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwasanya latar belakang tradisi Rokat Pandhaba di Desa Beluk Raja dilatarbelakangi oleh adanya kepercayaan turun-temurun (latar belakang historis) dan diperkuat oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi (latar belakang sosiologis) di tengah-tengah masyarakat Beluk Raja. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih besar dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi salah satu referensi dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu antropologi kebudayaan. Keyword : Tradisi Rokat Randhaba, anak pandhaba, nilai, dan fungsi Rokat Pandhaba. %Z Syamsul Arifin S.Ag, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Ilham Maulidin, NIM. 09120045 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21139 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Batik, Rifa’iyah, Akulturasi %P 144 %T PENGARUH ISLAM PADA BATIK RIFA’IYAH DI DESA KALIPUCANG WETAN KECAMATAN BATANG JAWA TENGAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21139/ %X Kata batik menurut literatur berasal dari gabungan dua kata bahasa jawa yakni amba yang bermakna menulis dan titik yang bermakna sama dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi ambatik-ambatik-mbatik-batik. Secara sederhana batik dapat diartikan sebagai sebuah seni pewarnaan kain dengan menggunakan malam,wujud pengaruh kuat Islam dalam seni batik secara lebih spesifik dapat ditemukan pada komunitas batik rifa’iyah sebagai salah satu pengrajin batik yang berada di Desa Kalipucang Wetan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Secara sederhana batik rifa’iyah sama seperti kain batik lainya yang dibuat menggunakan malam dan canting. Perbedaan mencolok batik ini terletak pada motif dan warna. Batik ri’faiyah menghindari penggunaan motif-motif seperti hewan dan gambar manusia secara utuh. Selain itu, warna yang dipakai oleh batik ri’faiyah lebih dominan warna cerah pesisir. Mengingat batik ini lahir dan berkembang di sepanjang pesisir pantai utara Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Antropologis. Pendekatan tersebut dirasa tepat untuk mengurai dan mencari titik temu dalam penelitian ini, mengingat manusia beserta pola hidup dan pikirnya merupakan aspek utama dalam terbentuknya sebuah kebudayaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi kebudayaan, pemilihan teori ini sebagai pisau analisis dirasa tepat mengingat proses terjadinya batik rifa’iyah merupakan akulturasi antara dua kebudayaan besar yakni kebudayaan Jawa dan Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap sejauh mana Islam sebagai sebuah kebudayaan besar telah mengubah pola fikir, ide dan gagasan kebudayaan sebelumnya yang telah lama dan mendominasi kehidupan masyarakat Jawa. Hasil penelitian ini menunjukkan batik rifa’iyah merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Islam ajaran KH, Ahmad Rifa’i. Dimana salah satu bentuk gerakan Rifa’iyah adalah reformasi keagamaan yang ingin mengembalikan pengamalan Islam sesuai dengan sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Agar sesuai dengan syariat Islam, Jama’ah Rifa’iyah lebih memilih untuk menggambar motif flora dan geometris serta melakukan stilisasi pada motif batik makhluk bernyawa seperti hewan. Melalui upaya ini batik dapat tetap digunakan oleh Jama’ah Rifa’iyah dan tidak kehilangan nilai estetiknya sebagai sebuah karya seni tanpa meninggalkan syariat Islam. batik rifa’iyah menjadi alternatif mata pencaharian dan mengantarkan para Jama’ah Rifa’iyah terutama para perempuan pembatik menjadi lebih terbuka. Kata Kunci: Batik, Rifa’iyah, Akulturasi %Z DR. Maharsi, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A KHOZINURRAHMAN, NIM. 09120070 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21140 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kesenian hadrah, nilai dan fungsinya. %P 82 %T SENI HADRAH DI DESA LEMBUNG BARAT LENTENG SUMENEP MADURA (Studi Tentang Nilai Dan Fungsinya) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21140/ %X Hadrah merupakan salah satu dari kesenian Islam yang masih dilestarikan di Desa Lembung Barat. Hadrah yang ada di Lembung Barat berbeda dari Hadrah yang ada di berbagai belahan dunia, perbedaan disini terletak pada fungsi seni hadrah yang lebih mendahulukan hiburan semata ketimbang fungsi dari hadrah itu sendiri. Padahal esensi dari hadrah adalah bagaimana hamba bisa lebih meneladani sifat-sifat Nabi dan mencintainya. Sekaligus bagaimana upaya pencapaian dari nilai-nilai dari hadrah bisa dirasakan bagi penikmatnya. Penelitian ini memfokuskan pada tiga persoalan yang peneliti tuangkan dalam rumusan masalah yaitu; Bagaimana sejarah kesenian hadrah di Desa Lembung Barat Lenteng Sumenep Madura? Apa makna nilai yang terkandung dari tradisi kesenian hadrah di Desa Lembung Barat Lenteng Sumenep Madura? Apa fungsi dari tradisi kesenian hadrah di Desa Lembung Barat Lenteng Sumenep Madura? Selanjutnya landasan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme. Teori fungsionalisme di sini dijadikan sebagai kerangka berfikir dalam melihat berbagai fenomena yang muncul di lapangan, terutama terkait bagaimana fungsi dari kesenian Hadrah di Lembung Barat. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa hadrah di Lembung Barat mempunya fungsi yang signfikan, bukan hanya sebagai syiar agama atau hiburan semata tetapi juga memiliki fungsi dalam bidang sosial-keagamaan, sosial-budaya dan bidang ekonomi. Dari berbagai fungsi dari kesenian hadrah di Desa Lembung Barat, maka sekarang sudah banya muncul kelompok-kelompok hadrah yang selalu mengisi even-even. Semakin banyaknya kelompok hadrah dan banyaknya even-even kompetisi merupakan hal yang sangat positif, karena untuk menghindari dari kepunahan dan sekaligus hadrah tidak hanya dinikmati masyarakat desa dan pesantren, tetapi bisa di nikmati masyarakat kalangan luas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan sekaligus menjadi bahan refesensi dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesenian Islam. Keyword : Kesenian hadrah, nilai dan fungsinya. %Z Syamsul Arifin, S. Ag., M, Ag, %0 Thesis %9 Other %A Rohandi Yusuf Batubara, NIM. 10120033 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21141 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Diba'an, fungsionalisme-struktural, kesenian islam %P 98 %T DIBA’AN DI DUSUN PEDUSAN, DESA ARGOSARI KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL 1988-2014 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21141/ %X Penelitian yang berjudul Diba’an Di Dusun Pedusan, Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul 1988-2014 mempunyai tujuan untuk mengungkap secara jelas awal mula munculnya kesenian Diba’an. Agar masyarakat umum dan para generasi penerus mengetahui kesenian tersebut, sehingga tetap terjaga kelestariannya dari tahun ke tahun. Untuk menjelaskan perkembangan kesenian Diba’an dan kiat-kiat kesenian Diba’an untuk tetap bertahan di era modern dimaksudkan agar masyarakat mengetahui usaha-usaha pelaku kesenian Diba’an dalam mempertahankan keseniannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teori antropologi yaitu teori yang mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup dan sebagainya. Dalam penulisan skripsi ini penulis bertumpu pada empat pokok kegiatan yaitu pengumpulan data yang meliputi observasi dan wawancara dilanjutkan dengan interpretasi, mengolah data, menarik kesimpulan, merumuskan dan melaporkan hasilnya. Adapun teori yang dipakai adalah teori fungsionalisme-struktural yang dikemukakan oleh Alfred Reginald Radcliffe Brown (1881-1952). Penggunaan teori ini dimaksudkan untuk mengungkap fungsi kesenian Diba’an bagi masyarakat pendukungnya di Dusun Pedusan. Inti teori fungsionalisme-struktural Radcliffe Brown adalah budaya itu bukan memuaskan individu, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat. A. R. Radcliffe Brown berpandangan bahwa dalam kehidupan manusia terdapat hubungan sosial yang khusus dan membentuk suatu keseluruhan yang padu. Fungsi ini berkaitan dengan peranan kesenian Diba’an dalam syiar Islam. Bertujuan untuk memberikan kebahagiaan kepada masyarakat dan sebagai sarana hiburan masyarakat Dusun Pedusan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kesenian Diba’an di Dusun Pedusan mengalami perkembangan dari setiap periodenya dan dapat bertahan sampai sekarang dengan melakukan inovasi. Pesan moral yang terkandung yakni mengajak berinovasi untuk mempertahankan budaya agar tidak tergeser oleh budaya asing yang masuk. Oleh sebab itu, diharapkan hasil penulisan skripsi ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber kepustakaan yang berupa penulisan tentang kesenian rebana. Keywords: Diba'an, fungsionalisme-struktural, kesenian islam %Z Herawati, S.Ag.,M,Pd. %0 Thesis %9 Skripsi %A DEWI AGRARIANI MULYA SAPUTRI, NIM. 11120059 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21142 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Makam K.H.R. Bagus Khasantuka, Destinasi Ziarah %P 131 %T MAKAM K.H.R. BAGUS KHASANTUKA SEBAGAI DESTINASI ZIARAH DI DUSUN SENUKO SIDOAGUNG GODEAN-SLEMAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21142/ %X Skripsi yang berjudul Makam K.H.R. Bagus Khasantuka sebagai Destinasi Ziarah Di Desa Sidoagung Godean-Sleman membahas tentang perkembangan ziarah kubur menjadi suatu kegiatan pariwisata dan menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan latar belakang dibukanya Makam K.H.R. Bagus Khasantuka sebagai objek wisata ziarah, menjelaskan lebih jauh bentuk aktivitas peziarah di makam K.H.R. Bagus Khasantuka, dan mengungkapkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata religi di Dusun Senuko. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Naturalistik. Pendekatan naturalistik cenderung mengungkapkan fenomena komunitas budaya. Paham ini lebih banyak dipengaruhi teknik berpikir induktif untuk memperoleh tranferabilitas hasil penelitian. Asumsi penelitian dengan pendekatan naturalistik adalah perilaku dan makna yang dianut oleh sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan ilmiah (natural setting)mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian naturalistik semata-mata mengandalkan pada realita komunitas budaya. Realitas yang dimaksud adalah kondisi alamiah, bukan buatan atau eksperimenyang didasarkan pada wawancara formal. Andaikata menggunakan metode pun, sekedar bangunan yang dirancang hidup, bukan saklek atau harga mati. Hal ini menunjukkan bahwa naturalistik lebih mengedepankan demokratisasi penelitian. Dengan demikian kualitas suatu dapat diukur dari kesesuaiannya dengan karateristik data yang diangkat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnometodologi. Menurut Harold Gartinkel etnometodologi merupakan cara pandang kajian sosial budaya masyarakat sebagaimana adanya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pertama metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan hasil observasi partisipan, wawancara, dan dokumenter. Kedua analisis data yaitu proses menyusun data agar data yang diperoleh dapat ditafsirkan. Ketiga tahap laporan penulisan adalah proses terakhir semua rangkain penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya ikatan emosional oleh peziarah dengan tokoh yang dimakamkan yaitu K.H.R. Bagus Khasantuka juga adanya kepercayaan dalam mengunjungi makam pemimpin yang diagungkan akan mendapat berkah dari Allah swt. karena dipercayai tentang keberadaan makam K.H.R. Bagus Khasantuka, sebagai obyek wisata ziarah. Berbagai aktivitas pun di lakukan pada makam ini, antara lain: tradisi kungkum dan tradisi padusan. Adapun pengembangan wisata ziarah di makam K.H.R. Bagus Khasantuka terbagi menjadi empat, yakni pengelolaan pengunjung, pemeliharaan kawasan, pengelolaan tradisi haul dan paguyuban Khasantuka. Kata Kunci: Makam K.H.R. Bagus Khasantuka, Destinasi Ziarah %Z Dr. Maharsi, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD JA’FARUL MUSADAD, NIM. 11120060 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21143 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Biografi, Perjuangan, Muhammadiyah %P 78 %T MUCHTAR MASTUR DAN PERJUANGANNYA DALAM MUHAMMADIYAH DI LAMONGAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21143/ %X K.H Muchtar Mastur merupakan salah satu tokoh yang ikut andil dalam pekembangan Muhammadiyah di Lamongan. Ia merupakan seorang yang memiliki kepribadian yang amat disiplin serta tegas dalam mengemban amanah untuk mengajarkan pemurnian ajaran Islam. K.H Muchtar Mastur mendirikan langgar Duwor atau langgar Tinggi dengan tujuan untuk mengghafalkan muridmuridnya belajar manghafal al-Quran. K.H Muchtar Mastur pernah menjabat ketua Muhammadiyah di tahun 1953-1956. Dalam kurun waktu tersebut, ia berhasil membuat perkembangan Muhammadiyah di Lamongan amat pesat, terlebih setelah bubarnya Masyumi sebagai organisasi umat Islam. Muchtar Mastur Melalui Muhammadiyah inilah merekrut beberapa ulama yang keluar dari Masyumi dan banyak tokoh yang akhrinya tergabung dalam persyarikatan Muhammadiyah. Peneliti tertarik untuk mengangkatnya sebagai objek penelitian dalam Skripsi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan biografi K. H. Muchtar Mastur dan menjelaskan perjuangan dalam Muhammadiyah di Lamongan pada tahun 1950-2002 M. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biografissosiologis. Pendekatan biografis memberikan pengertian subjek dan menjelaskan pengaruh, sifat dan karakter subjek terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan. Adapun pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang di dalamnya akan mengungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori peranan sosial yang dikenalkan oleh Peter Burke yaitu peranan seseorang yang menduduki posisi tertentu di dalam struktur masyarakat, berarti seseorang itu mempunyai kedudukan dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu rekontruksi tentang masa lalu berdasarkan data yang ada. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah : pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), analisis data (interpretasi), dan penulisan narasi sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keberhasilan K.H. Muchtar Mastur dalam pengembangan Muhammadiyah, dapat dilihat setelah Berdirinya Langar Duor sebagai tempat para penghafal al-Quran di kota Lamongan Serta tak luput pula peran Muchtar Mastur di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren al-Mizan sebagai seorang guru dalam memberantas kebi’dahan dan perilaku syirik masyarakat Lamongan kala itu. K H. Muchtar Mastur memiliki sudut pandang berbeda dari ulama’ lain yang cenderung ikut dalam perpolitikan di Indonesia, karena bagi K.H. Muchtar Mastur saat itu kebutuhan dari masyarakat Lamongan adalah kembali pada jalur al-Quran dan Hadits. Masyarakat meski sudah Islam, namun masih memiliki kebiasaan untuk menyembah pepohonan dengan ukuran besar di sepanjang kota Lamongan, terdapat banyak sekali sesaji waktu itu. Ia yang sadar akan kurangnya paham masyarakat menegani agama Islam, maka ia bertekad mengusir kemusyrikan di kota tersebut. Kata Kunci: Biografi, Perjuangan, Muhammadiyah %Z Dr. Imam Muhsin, M. Ag, %0 Thesis %9 Skripsi %A RifqiZamzami, NIM. 11120068 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21144 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Ngrowod, Al-Luqmaniyyah, Puasa %P 74 %T PUASA NGROWOD DI PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21144/ %X Puasa merupakan amalan yang sangat utama bagi rang Islam.Denganpuasaseseorang akan cenderung dapa mengendalikan hawa nafsu. Di pondok pesantren biasanya juga mewajibkan santrinya untuk berpuasa, baik puasa wajib, puasa sunah maupun puasa lainnya. Puasa ngrowod adalah puasa yang dilaksanakan dengan tidak memakan nasi dan segala sesuatu yang terbuat dari beras dengan waktu yang tidak ditentukan dan tujuan tertentu. Tradisi puasa ngrowod dalam Pondok Pesantren al-Luqmaniyah Yogyakarta sering dianggap remeh oleh para mahasiswa di kampus. Kondisi ini menjadikan sisi negatif para santri al-Luqmaniyyah, yang mayoritas adalah mahasiswa. Puasa ngrowod yang ada di Pondok Pesantren al-Luqmaniyah yaitu puasa yang tidak boleh memakan nasi, mereka sering menggantinya dengan jagung, ketela atau sering disebut oyek. Selain itu santri yang mengamalkan puasa sunah seperti puasa Dalail, Daud dan Senin Kamis. Mereka juga masih dihukumi tidak boleh memakan nasi. Puasa ngrowod memang bukan berasal dari ajaran Islam, melainkan tradisi Jawa. Akan tetapi puasa ngrowod menjadi amalan yang dianjurkan dalam Pondok Pesantren al-Luqmaniyah, karena amalan tersebut adalah amalan yang dilakukan oleh para wali. Puasa ngrowod bukan merupakan puasa yang dilarang, karena dalam puasa ngrowod masih ada unsur Islamnya. Puasa ngrowod di Pondok Pesantren al-Luqmaniyyah sama dengan puasa yang ada di Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang Jawa Tengah pengasuh KH. Abdurrahman Khudlori. Karena pengasuh Pondok Pesantren al-Luqmaniyyah yaitu KH. Najib Salimi alumnus pesantre nbesar di Jawa Tengah tersebut. Tujuan penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren al-Luqmaniyyah mengenai tradisi puasa ngrowod adalah untuk mengupas secara jelas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengamalan puasa ngrowod,mengetahui sejarah dan filosofinya dan mengetahui pengaruh puasa ngrowod bagi santri yang diamalkan di Pondok Pesantren al-Luqmaniyyah. vii Kata Kunci: Ngrowod, Al-Luqmaniyyah, Puasa %Z Dr. Muhammad Wildan, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Agus Dwi Cahyono, NIM.11120089 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21145 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Tari, Cekok Mondhol, Difusi %P 158 %T SEJARAH KESENIAN TRADISIONAL SENI PERTUNJUKAN TARI CEKOK MONDHOL (1980-2015 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21145/ %X Gagasan awal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah perkembangan seni pertunjukan tari cekok mondhol yang muncul sejak tahun 1980 M di desa Gadingrejo kecamatan Kepil kabupaten Wonosobo. Seni pertunjukan tari cekok mondhol merupakan kesenian tari yang bernafaskan ke- Islaman yang mampu berkembang sebagai seni pertunjukan tari tradisional kerakyatan. Pada tahun 1982 M, kesenian ini berkembang dan menyebar ke desa Ngasinan dan Sukowuwuh kecamatan Bener kabupaten Purworejo yang kemudian pada tahun 2010 M ditetapkan sebagai kesenian khas daerah kabupaten Purworejo. Hal ini menarik untuk dikaji secara mendalam, bagaimana bentuk perkembangan seni pertunjukan tari cekok mondhol yang mampu muncul dan eksis di era modern sebagai seni tradisional kerakyatan serta peranannya sebagai kesenian rakyat yang bernafaskan ke-Islaman. Penelitian ini bermaksud menjelaskan tentang sejarah seni pertunjukan tari cekok mondhol yang berkembang di tiga desa yaitu Gadingrejo, Ngasinan, dan Sukowuwuh. Untuk menganalisa hal tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi. Penggunaan pendekatan sosiologi dalam kajian sejarah ini bertujuan untuk memahami arti subjektif dari kelakuan sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti objektifnya, sedangkan teori yang digunakan yaitu, teori difusi (penyebaran). Teori difusi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode analisa suatu bentuk penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode sejarah yang dibagi kedalam berbagai tahap yang secara berurutan yaitu heuristik,verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penulisan skripsi ini menunjukkkan bahwa, pertama kelahiran seni pertunjukan tari cekok mondhol dilatarbelakangi oleh kehidupan sosial budaya dan keagamaan masyarakat pendukungnya. Seni pertunjukan tari cekok mondhol dimanfaatkan sebagai media pemersatu pemuda dan media dakwah keagamaan. Kedua, perkembangan seni pertunjukan tari cekok mondhol dalam menjaga eksistensinya sebagai seni pertunjukan kerakyatan pada kenyataannya tidak lepas dari pengaruh globalisasi yang dalam hal ini terlihat dari sikap para seninman tari cekok mondhol, masyarakat pendukung, serta pihak pemerintah terhadap kesenian tersebut. Sikap mereka merupakan penentu arah perkembangan seni pertunjukan tari cekok mondhol itu sendiri. Sementara, hasil penelitian yang dilakukan, disusun secara sistematis sebagai penulisan sejarah seni pertunjukan yang secara khusus mengenai obyek kajian sejarah seni pertunjukan tari cekok mondhol yang belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Kata Kunci: Tari, Cekok Mondhol, Difusi %Z Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Ummu Salamah, NIM. 11120100 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21146 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Islam, Politik, Konflik, Mataram Islam, Banten, Belanda. %P 119 %T KONFLIK KESULTANAN MATARAM ISLAM DENGAN KESULTANAN PERTENGAHAN ABAD 17 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21146/ %X Pada tahun 1628 M terjadi penyerangan terhadap Batavia oleh kesultanan Mataram Islam. Penyerangan ini direncanakan sebagai jalan pembuka untuk menaklukan Kesultanan Banten. Keadaan politik Jawa pada awal abad 17 M sampai tengah abad 17 dikuasai oleh Kesultanan Mataram Islam. Banyak daerah yang awalnya mempunyai kekuasaannya sendiri baik Islam maupun Hindu pada waktu itu dianeksasi oleh Kesultanan Mataram Islam. Baik Banten maupun Mataram Islam menjadikan Islam sebagai agama Kesultanannya. Islam sendiri menganjurkan untuk menjalin persaudaraan sesama penganutnya. Jadi, Mengapa antara dua Kesultanan Islam ini terjadi konflik? Pendekatan yang dipakai pada penelitian ini adalah pendekatan politik. Teori yang digunakan adalah teori konflik menurut Ralf Dahrendorf. Teori ini memahami masyarakat dari segi konflik, yang mana konflik bertitik tolak dari kenyataan bahwa anggota masyarakat terdiri dari dua golongan atau katagori, yaitu orang yang berkuasa dan mereka yang dikuasai. Dalam menguraikan penyebab konflik umat Islam penulis menggunakan teori Mahmud Jabiry yang menjelaskan bahwa terjadinya perang ada tiga alasan yang mendorongnya yakni akidah (ideologi), ghanimah (ekonomi) dan kabilah/etnisitas (politik). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah atau metode sejarah menurut Kuntowijoyo adalah langkahlangkah dalam pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik intern dan ekstern, analisis dan interpretasi, dan penyajian dalam bentuk tulisan. Konflik dapat diuraikan melalui siklusnya yag terdiri dari awal konflik, dan berakhirnya konflik. Kedua kesultanan Islam ini mempunyai hubungan awal yang tidak harmonis pada tahun 1598 M. Pada tahun tersebut Mataram Islam melakukan penyerang terhadap Banten. Penyebab konflik keduanya dikarenakan tiga faktor yakni Faktor ideologi, faktor ekonomi dan faktor politik. Faktor politik merupakan faktor yang paling mempengaruhi munculnya konflik. Perbedaan Islam puritan yang dianut Banten dengan Islam mistik-sinkretis yang dianut Mataram Islam mengerucutkan rasa saling tidak suka. Selanjutnya fase konflik pada tahun 1657 M, puncak kemarahan Mataram atas Banten. Mataram melakukan ekspedisi Karawang. Penyelesaian dari konflik ini perundingan perdamaian antara keduanya, tetapi hubungan mereka tetap tidak harmonis. Kata Kunci: Islam, Politik, Konflik, Mataram Islam, Banten, Belanda. %Z Drs. Musa, M. SI. %0 Thesis %9 Skripsi %A Ebit Rustanta, NIM. 11120104 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21147 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Wayang orang, teori evolusi, pentingsari %P 106 %T KESENIAN WAYANG ORANG DI DESA WISATA PENTINGSARI DAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DI DALAMNYA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21147/ %X Gagasan awal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah, didasari oleh kegelisahan akademik peneliti terhadap kondisi kesenian wayang orang. Kesenian wayang orang, seperti halnya jenis wayang lainnya mengalami penurunan signifikan dari segi minat masyarakat maupun pelestariannya. Wayang orang desa wisata Pentingsari menarik peneliti untuk menelisik lebih dalam tentang bagaimana dinamika dan perjalanan wayang orang Pentingsari sejak tahun 1960an sampai sekarang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah dan sosial. Pendekatan sejarah digunakan untuk menarasikan sekaligus memperiodesasikan perjalanan wayang orang Pentingsari. Adapun pendekatan sosial digunakan peneliti untuk melihat bagaimana kondisi sosial masyarakat Pentingsari. Teori yang dipakai untuk menganalisa kesenian wayang orang Pentingsari adalah teori evolusi dalam perubahan sosial yang disebutkan oleh Soerjono Soekanto, yakni Multilined Theories of Evolution yang menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Artinya, teori ini melihat perubahan bentuk kebudayaan wayang orang dari bentuk pentas wayang orang semalam suntuk ke bentuk wayang orang sebagai seni karawitan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama, heuristik dengan cara mengumpulkan dokumen. Kedua, verifikasi yaitu mengkritisi sumber internal dan eksternal. Ketiga, interpretasi yaitu menganalisis sumber yang kemudian dianalisis dan disintesisikan. Keempat, historiografi adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan. Hasil dari penelitian skripsi ini yaitu, 1) asal usul wayang orang Pentingsari tidak terlepas dari wayang orang keraton Yogyakarta yang ternyata pelatih wayang orang Pentingsari merupakan pemain wayang orang keraton Yogyakarta. Sehingga wayang orang Pentingsari merupakan pengembangan dari wayang orang keraton Yogyakarta yang terlebih dahulu muncul. 2) Perjalanan wayang orang Pentingsari mengalami pasang surut. Pada tahun 1959 merupakan periode pertumbuhan yang dipelopori oleh Sumardi. Perkumpulan wayang orang Pentingsari mengalami puncak kejayaannya tahun 1965 sampai 1990an dimana mereka bisa pentas sampai 15 kali pentas. Tahun 1990 merupakan tahun kemunduran dimana tidak ada aktivitas yang dapat dicatat terkait wayang orang Pentingsari. Tahun 2008, wayang orang kembali muncul dengan bentuk yang berbeda yaitu kesenian tari wayang orang punakawan sebagai usaha pelestarian budaya wayang orang Pentingsari. 3) Nilai-nilai keislaman dalam pementasan wayang orang Pentingsari adalah tentang religiusitas, ketauhidan dan karakter atau budi pekerti. Nilai-nilai tersebut terlihat dalam lakon Bima Suci dan Petruk Jadi Ratu. Transformasi nilai-nilai tersebut dalam masyarakat Pentingsari lebih terlihat pada budi pekertinya. Kata Kunci : Wayang orang, teori evolusi, pentingsari %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Muhammad Habiburrohman, NIM. 11120128 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21148 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Aktivitas-Dakwah-K. H. Nawawi Abdul Aziz %P 99 %T AKTIVITAS DAKWAH K.H. NAWAWI ABDUL AZIZ DI DUSUN NGRUKEM, KRANDOHAN, PENDOWOHARJO, SEWON, BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 1964-2014 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21148/ %X Ulama dalam konteks agama Islam tidak asing lagi untuk dibicarakan dalam proses penyebaran agama Islam. Dalam perkembangan sejarah Islam Nusantara, sebutan ulama biasanya disinonimkan dengan sebutan kiai, yaitu orang yang mempunyai kelebihan (religius). Kiai di sini juga mempunyai peran penting dalam proses penyebaran agama Islam. Melalui medium dakwah, kiai mempunyai peran terhadap terbentuknya identitas dan aktivitas religius dalam masyarakat. Penelitian ini akan mengkaji tentang peran K. H. Nawawi Abdul Aziz, seorang kiai yang dihormati di daerah Ngrukem, Krandohan, Pandowoharjo, Sewon, Bantul Yogyakarta pada tahun 1964-2014 M. Pada tahun-tahun tersebut ia telah membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui berbagai pengajian-pengajian yang dilakukannya, seperti: Pengajian Malem Selasa, Ahad Pon, Pengajian Keliling,, serta melalui lembaga Pondok Pesantren An-Nur yang ia dirikan. Selain sebagai pengasuh pondok pesantren, ia juga terlibat aktif di partai politik. Ia juga seorang ketua hakim di Pengadilan Agama Kabupaten Bantul. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi pola kehidupan K. H. Nawawi Abdul Aziz dalam menjalani aktivitas dalwahnya di Dusun Ngrukem, Krandohan, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Kajian ini difokuskan pada aktivitas dakwah K. H. Nawawi Abdul Aziz dan pengaruhnya di Dusun Ngrukem, Krandohan, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta pada tahun 1964-2014. Kajian ini menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman bahwa peranan seseorang yang menduduki posisi tertentu mempunyai pengaruh besar terhadap adanya perubahan yang terjadi dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode sejarah yaitu rekonstruksi tentang masa lalu dengan empat tahapan yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, historiografi. Dengan harapan data yang dikumpulkan cukup valid dan responsible. Kajian ini menggunakan pendekatan sosial-biografi, yaitu digunakan untuk memahami latar belakang tokoh dalam proses interaksi sosial, serta proses perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang ditimbulkan akibat kegiatan dakwah K. H. Nawawi Abdul Aziz di Dusun Ngrukem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa K. H. Nawawi Abdul Aziz dengan aktivitas dakwahnya sangat berperan aktif memberikan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peran dan pengaruhnya dalam segala bidang, baik dalam bidang agama, pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Kata Kunci: Aktivitas-Dakwah-K. H. Nawawi Abdul Aziz %Z Syamsul Arifin, S.Ag M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A TAUFIQ AKBAR SIDIQ, NIM. 11120133 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21149 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Jolenan, kontrak sosial, somongari %P 89 %T TRADISI JOLENAN DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21149/ %X Masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang beragam, hal ini di karenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lainnya berbeda. Salah satu bentuk tradisi atau kebudayaan Jawa yang populer di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang masih dipertahankan dan dilestarikan hingga sekarang adalah tradisi Jolenan. Tradisi Jolenan sudah dilaksanakan sejak pemerintahan Raden Lokajaya di Desa Somongari. Tradisi Jolenan mempunyai keunikan sendiri yang mana tidak menyerupai tradisi-tradisi di daerah lain. Jolenan berasal dari kata ojo dan lalen yang berarti jangan lupa. Maksud dari arti kata ojo dan lalen yaitu bahwa masyarakat desa Somongari untuk tidak lupa kepada Allah dan selalu bersyukur atas limpahan hasil bumi Somongari. Tradisi Jolenan juga dimanfaatkan sebagai sarana menjaga silaturahmi, terutama bagi masyarakat Somongari yang merantau keluar kota / PAKES (Paguyuban Keluarga Somongari). Hal tersebut dapat di amati ketika Jolenan dilaksanakan jumlah masyarakat perantauan yang pulang lebih banyak dari pada saat hari raya Idul Fitri. Penulis menggunakan pendekatan sosio-antropologis. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah penjelasan yang mampu mengungkapkan gejala-gejala dari suatu peristiwa yang berkaitan erat dengan struktur sosial dan proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial di dalam kehidupan masyarakat. Adapun teori yang digunakan yaitu teori kontrak sosial (social contract) yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut Durkheim kontrak sosial masyarakat pedesaan selalu terikat dengan sumpah-sumpah sakral keagamaan yang memperlihatkan bahwa setiap kesepakatan terbentuk antara mereka bukan hanya ikatan kedua belah pihak, tetapi juga melibatkan campur tangan Tuhan di dalamnya. Studi ini menghasilkan beberapa penemuan, antara lain yang pertama adalah pelaksanaan tradisi Jolenan bermula dari perjanjian Adipati Singanegaran dengan raja makhluk halus agar membantu segala urusan Adipati Singanegaran dengan syarat diberi sesaji pada bulan safar hari selasa wage. Namun seiring berkembangnya Islam, masyarakat Desa Somongari percaya bahwa tradisi Jolenan memberikan berkah tersendiri bagi masyarakat dan akhirnya proses memberikan sesaji dll hanya dianggap sebagai simbol untuk bersyukur kepada Allah atas limpahan hasil bumi Somongari. Kedua, Masyarakat percaya bahwa Allah memberikan berkah yang melimpah bagi kehidupan masyarakat setelah tradisi Jolenan dilaksanakan Somongari. Ketiga, tradisi Jolenan masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Desa Somongari karena mampu menyatukan masyarakat dari berbagai daerah, memupuk kerukunan, menciptakan solidaritas tinggi dan di manfaatkan untuk silaturahmi khususnya bagi masyarakat Desa Somongari yang merantau ke kota-kota besar. Kata Kunci : Jolenan, kontrak sosial, somongari %Z Drs. H.Musa M, Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A RETNOATI, NIM. 11120134 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21150 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Hafidhah, Pesantren Taruna,Peranan Sosial %P 119 %T PERAN HAFIDHAH DI PONDOK PESANTREN TARUNA AL QURAN SARIHARJO, NGAGLIK SLEMAN, DIY %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21150/ %X Peran hafidhah di Pondok Pesantren Taruna Al Quran adalah bentuk peran para hafidhah dalam mendedikasikan dan mengabdikan diri dalam upaya melahirkan generasi qurani, dari generasi ke generasi. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Taruna Al Quran yang terletak di jalan Lempongsari No. 4A Sariharjo, Ngaglik Sleman, DIY. Metode pengajar di pondok pesantren ini, mengajarkan al-Quran melalui tahfid, tahsin dan kajian-kajian yang menunjang hafalan para santriwati seperti, kajian akhlak ba’da maghrib atau ba’da subuh serta kajian hadist ba’da ashar. Para hafidhah ini rela mendedikasikan dan mengabdikan dirinya tanpa harus digaji sesuai dengan standar UMR serta mereka juga mengesampingkan keahlian yang dimiliki demi untuk melahirkan generasi qurani. Menganalisa masalah penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Sosiologi yaitu pendekatan yang digunakan untuk mempelajari tentang masyarakat. Teori yang digunakan adalah konsep peranan sosial. Metode penilitian yang digunakan adalah metode penelitian budaya yaitu suatu proses fenomena yang menunjuk pada keseluruhan cara hidup, aktifitas, kepercayaan dan kebiasaan individu, kelompok dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hafidhah dalam menjalankan perannya sebagai guru al-Quran, pembina asrama dan sebagai teman bagi para santriwati adalah melalui proses belajar mengajar al-Qutran dalam 3 waktu yaitu pagi, sore dan malam, bertanggunjawab dan membimbing santriwati dalam 24 jam di lingkungan pondok pesantren serta memberi dorongan bagi santriwati melalui curhat dan berbagi pengalaman baik tentang al-Quran maupun yang lainnya. Motivasi hafidhah dalam mengajarkan al-Quran di Pondok Pesantren Taruna Al Quran Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DIY yaitu dalam peran sabagai guru, pembina asrama dan teman dapat melalui 2 cara yaitu dorongan untuk pemenuhi kebutuhan sendiri dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan pondok pesantren. Pengaruh yang terjadi akibat peran hafidhah dalam belajar mengajar al- Quran yaitu pengaruh terhadap hafalan santriwati baik dalam aktivitas mengahafal maupun pada pembentukan akhlak dan pengaruh terhadap pendidikan formal santriwati. Kata Kunci: Hafidhah, Pesantren Taruna,Peranan Sosial %Z Zuhrotul Latifah S.Ag. M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sri Windari, NIM. 12120004 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21151 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kesultanan Langkat, Pemerintahan, dan Sumatera Utara. %P 115 %T KESULTANAN LANGKAT DI SUMATERA UTARA PADA MASA SULTAN ABDUL AZIZ (1897-1927 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21151/ %X Kesultanan Langkat merupakan kerajaan yang berada di wilayah Sumatera Timur (sekarang disebut sebagai Sumatera Utara). Kesultanan Langkat didirikan oleh Dewa Syahdan pada tahun 1568 M. Perkembangan Kesultanan Langkat berawal dari pendapatan yang dihasilkan melalui industri minyak, tanaman tembakau, dan perkebunan karet. Penghasilan itu dicapai pada masa Sultan yang ketujuh, yaitu Sultan Musa. Puncak kejayaan Kesultanan Langkat pada masa Sultan Abdul Aziz. Ia merupakan sultan kedelapan dari Kesultanan Langkat, masa pemerintahannya pada tahun 1897-1927. Dia seorang yang berwibawa dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya diterapkan berbagai kebijakan. Dalam bidang politik ia mampu melakukan kerjasama dengan pihak eksternal dan internal. Di bidang pendidikan, ia mendirikan berbagai madrasah dan sekolah umum. Kemudian dalam bidang keagamaan dia melakukan berbagai kegiatan keagamaan seperti Thariqat Naqsabandiyah dan mendirikan Masjid Azizi. Selanjutnya dalam bidang ekonomi dia mampu menjaga stabilitas ekonomi dalam perindustrian minyak, perkebunan karet, tembakau, dan sebagainya. Hal ini kemudian menimbulkan pengaruh yang cukup baik bagi masyarakat. Bahkan pada masanya, banyak masyarakat dari luar daerah misalnya Jawa bermukim di wilayah kekuasaan Sultan Langkat. Untuk itu, rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi Kesultanan Langkat menjelang pemerintahan Sultan Abdul Aziz?, bagaimana biografi Tengku Abdul Aziz?, dan apa saja kebijakan-kebijakan pemerintahan Sultan Abdul Aziz?. Kajian dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan sosiologipolitik untuk memahami masalah-masalah yang berkesinambungan antara masyarakat dan politik di Kesultanan Langkat. Untuk itu, penelitian ini menggunakan teori peranan sosial dari Erving Goffman. Ia menjelaskan bahwa peranan sosial itu memiliki 3 unsur, yaitu peranan ideal, peranan yang dianggap oleh diri sendiri, dan peranan yang dikerjakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang mencakup empat langkah, yaitu: heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa puncak kejayaan Kesultanan Langkat pada masa Sultan Abdul Aziz, ia mampu mengubah sistem politik, pendidikan, keagamaan dan ekonomi. Usaha-usaha yang telah dilakukannya itu mendapat respon positif dari masyarakat. Kejayaan Kesultanan Langkat sampai kancah nasional maupun internasional. Hal ini dilihat dari hubungan sultan dengan kerajaan-kerajaan yang berada di wilayah kekuasaannya dan hubungan baiknya dengan pihak Belanda. Kata Kunci: Kesultanan Langkat, Pemerintahan, dan Sumatera Utara. %Z Dra. Hj. Ummi Kulsum, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Fitra Nur Fadhilah, NIM. 12120010 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21152 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Nipponisasi,sosiologi, politik, meriam budiarjo %P 98 %T NIPPONISASI TERHADAP UMAT ISLAM PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG DI YOGYAKARTA (1942-1945) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21152/ %X Pada masa pendudukan Belanda, kota Yogyakarta menjadi salah satu kota yang berperan dalam aktivitas politik Belanda. Masuknya Jepang tahun 1942 menandakan berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia. Kedatangan Jepang untuk menguasai sumber daya sekaligus menyebarkan nilai dan budaya Jepang dalam missinya yang disebut Nipponisasi. Nipponisasi dimaksudkan untuk mengindoktrinasi dan menarik simpati masyarakat agar tunduk kepada penguasa Jepang. Segala pengaruh Barat dihapuskan, sedangkan budaya Jepang dipropagandakan untuk mengajak masyarakat ikut andil dalam program pemerintah. Kebijakan dan propagandanya ditargetkan sampai kepada muslim pedesaan (grassroots) agar mendapatkan massa yang besar dalam penguasaan Jepang di Indonesia. Jepang juga memanfaatkan kebencian umat Islam terhadap Belanda untuk membantunya dalam menghapus pengaruh Barat. Masalah yang dibahas yaitu pertama, langkah strategis yang digunakan untuk menipponisasi umat Islam adalah mendekati tokoh Islam dan membentuk Sendenbu. Tokoh Islam dimanfaatkan sebagai alat mengindoktrinasi serta mengajak masyarakat mengikuti program pemerintah Jepang. Kedua, alasan Jepang menipponisasi umat Islam adalah mempercepat Nipponisasi sampai tingkat pemerintahan paling bawah (tonarigumi). Ketiga, berakhirnya Nipponisasi telah berkonstribusi dalam mempersiapkan kemerdekaan dan pertumbuhan infrastruktur di luar rencana pemerintah Jepang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi politik. Gunanya untuk mengkaji kehidupan sosial dan politik dalam aspek kekuasaan Jepang. Teori kekuasaan dalam penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Meriam Budiarjo yakni “kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan atau tujuan dari orang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan itu”. Metode penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mengkaji data masa lampau. Data penelitian yang dikumpulkan bersumber dari data kepustakaan (library research). Sumber yang dikumpulkan berasal dari buku, majalah, surat kabar dan jurnal. Selanjutnya verifikasi yaitu menyeleksi data melalui kritik eksternal dan internal. Interpretasi data dilakukan untuk menafsirkan data dengan menggunakan pendekatan dan teori yang relevan agar mudah dipahami. Tahapan terakhir penelitian ini adalah penulisan hasil penelitian secara sistematis dan kronologis. Kata Kunci: Nipponisasi,sosiologi, politik, meriam budiarjo %Z Drs. H. Jahdan Ibnu Humam, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A Habibah, NIM. 12120028 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21153 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Buya ahmad rasyid, muhammadiyah, peranan sosial %P 100 %T BUYA AHMAD RASYID (A. R.) SUTAN MANSUR KEPEMIMPINAN DAN PERJUANGANNYA DALAM MUHAMMADIYAH (1953-1959 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21153/ %X Buya A. R. Sutan Mansur adalah tokoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) ke-6 (1953-1959 M) yang memiliki peran penting dalam perkembangan Muhammadiyah. Pada masa kepemimpinannya, kondisi Muhammadiyah diliputi ketegangan politik. Hal ini menyebabkan terjadinya perpecahan dalam Muhammadiyah, yang ditandai dengan keluarnya Wakil Ketua PPM. Keadaan inilah yang mengharuskan Buya A. R. Sutan Mansur berjuang untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan dalam Muhammadiyah. Kepemimpinan dan perjuangannya, terkenal dengan penanaman ruh tauhid kepada keluarga Muhammadiyah. Dalam pengembangan persyarikatan, ia berusaha menyiapkan kader-kader penggerak organisasi. Hal ini dilakukan secara sengaja dan bahkan sambil lalu. Keberhasilannya dalam mendidik tergambarkan dari beberapa muridnya, yaitu: Malik Ahmad, Saalah St. Mangkuto, Hamka, dan lain lain. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan biografis. Pendekatan biografis yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian Buya A. R. Sutan Mansur berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural di mana tokoh itu dibesarkan, bagaimana proses pendidikan yang dialami, dan watak-watak yang ada di sekitarnya. Pendekatan ini digunakan untuk melihat latar belakang kehidupan Buya A. R. Sutan Mansur secara utuh. Adapun teori yang digunakan dalam penulisan ini yaitu teori peranan sosial yang dikembangkan oleh Erving Goffman. Peranan sosial adalah pola-pola atau norma-norma yang diharapkan dari orang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur sosial. Teori peranan sosial dalam penulisan ini, memusatkan pada proses kepemimpinan dan perjuangan Buya A. R. Sutan Mansur dalam Muhammadiyah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepemimpinan dan perjuangan yang dilakukan Buya A. R. Sutan Mansur dalam Muhammadiyah selama masa kepemimpinannya. Adapun Metode yang digunakan yaitu metode sejarah yang meliputi empat tahapan. Tahap pertama heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Tahap kedua kritik yaitu kemampuan menilai sumber-sumber sejarah. Tahap ketiga interpretasi yakni menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis. Tahap terakhir historiografi yaitu proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Kata Kunci: Buya ahmad rasyid, muhammadiyah, peranan sosial %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Kartini Mawaddah, NIM. 12120031 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21154 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kesultanan Bima, Kompeni, peranan %P 149 %T PERAN SULTAN ABDUL HAMID DI KESULTANAN BIMA (1773-1817 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21154/ %X Sultan Abdul Hamid merupakan sultan Bima yang paling lama berkuasa di Kesultanan Bima dan merasakan dua masa yakni, masa VOC dan Pemerintah Hindia Belanda. Sejak awal islamisasi dan sistem pemerintahan bertransformasi, nilai-nilai Islam mulai ditanamkan dalam pemerintahan dan mengalami perkembangan. Ketika Kompeni berhasil mendudukkan Bima, semua serba sulit dan mengalami penurunan. Eksistensi kesultanan pun mulai terancam karena para sultan diperlakukan layaknya boneka dan banyak merugikan masyarakat Bima. Sejak Sultan Abdul Hamid yaitu pada tahun 1773-1817 M, ia mulai memperhatikan eksistensi Bima meskipun menjadi wilayah protektorat Kompeni. Selain itu, letusan Gunung Tambora juga merupakan masalah besar pada masanya, sehingga ia berupaya untuk memulihkan kembali penderitaan rakyat melalui beberapa kebijakannya. Studi ini mengkaji peranan Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah di Bima tahun 1773-1817 M, dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan tindakan-tindakan yang pernah diambil dan dilakukan sultan selama masa kekuasaannya di Bima. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografis dan sosial-politik. Pendekatan biografis digunakan untuk memahami dan mendalami Sultan Abdul Hamid secara individual berdasarkan latar belakang lingkungan serta sosial-kultural di mana ia dilahirkan dan tumbuh dewasa, dan pendekatan sosialpolitik untuk mempelajari kehidupan sosial masyarakat Bima yang berkaitan dengan politik. Adapun teori yng digunakan adalah teori peranan sosial oleh Erving Goffman dan senada pula dengan peranan sosial yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto. Teori ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis peranan Sultan Abdul Hamid di Bima. Metode historis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi empat tahap, yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini memberikan informasi mengenai keadaan sosial Kesultanan Bima menjelang masa pemerintahan Abdul Hamid, biografi serta peranannya. Dia berupaya menciptakan suasana Bima yang penuh perdamaian tanpa adanya pertumpahan darah dan berupaya memenuhi semua kebutuhan masyarakat melalui kerjasamanya dengan Kompeni. Ia menciptakan lambang kesultanan sebagai simbol kekuatan Bima dan kekuatan Islam di Bima pada saat itu, yang di dalamnya mengandung makna bahwa semua lapisan masyarakat Bima harus tunduk dan taat pada Hukum Hadat dan Hukum Islam. Melalui kerjasamanya dengan Inggris, pendapatan rakyat bertambah daripada sebelumnya yakni melalui perdagangan bebas ala Inggris. Abdul Hamid merupakan sultan yang mempunyai semangat tinggi terhadap sejarah dan kesenian. Ia berhasil menghimpun catatan-catatan sejarah yang sekarang dikenal dengan Catatan Kerajaan Bima, yang berisi tentang kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya yang bisa dibaca oleh generasi sekarang. %Z Fatiyah, S.Hum, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUL FAUZANAH, NIM. 12120054 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21155 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kiai, Pesantren, Kampung Kalangan. %P 108 %T PERAN KH. NAJIB SALIMI DI KAMPUNG KALANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA TAHUN 2000-2011 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21155/ %X K.H. Najib Salimi dilahirkan dari keluarga pesantren. Ia merupakan putra dari seorang pengasuh Pondok Pesantren API (Asrama Perguruan Islam) As-Salimiyah yaitu K.H. Salimi dan ibunya bernama Nyai Bunyanah seorang penghafal al-Qur‟an, putri dari seorang kyai besar di Mlangi, yaitu kyai Masduqi. Terlihat dari garis keturunannya ia adalah keturunan seorang agamawan oleh karena itu karakternya tidak jauh berbeda dengan ayahnya, yaitu berdakwah dan senantiasa menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Ia juga berusaha membenahi keadaan sosial keagamaan masyarakat di daerahnya yang pada waktu itu sedang mengalami masa kemunduran terhadap pengamalan ajaran Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan biografi dan pendekatan sosiologi. Pendekatan biografi yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultur tempat tokoh tersebut lahir dan tumbuh dewasa. Pendekatan sosiologi, dimaksudkan untuk mengkaji kehidupan tokoh KH.Najib Salimi yang menyangkut aspek pendidikan keagamaan, sosial serta peranan di masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah“teori panggung” (Dramatugi) Erving Goffman yang memusatkan proses interaksi KH. Najib Salimi dari tindakannya, dan penonton menerima pertunjukan itu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi empat tahapan. Tahapan pertama yaitu heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Langkah yang kedua adalah kritik, yaitu kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah jelas. Selanjutnya adalah interpretasi yakni menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis. Tahap terakhir historiografi yaitu proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuh bentuk penulisan sejarah. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa kontribusi yang dihasilkan oleh tokoh tersebut merupakan bentuk atau wujud dari apa yang dilakukannya dalam kehidupan seharihari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KH. Najib Salimi telah berhasil dalam mengembangkan kegiatan keagamaan di kampung Kalangan. %Z Zuhrotul Latifah, S.Ag.M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Alfi Sahroh, NIM. 12120056 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21157 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Saad bin Abi Waqqash, Perang Qadisiyah dan Pengaruh. %P 93 %T PERAN SAAD BIN ABI WAQQASH DALAM PERANG QADISIYYAH DAN PENGARUHNYA DI IRAK TAHUN 14-15H/637-638M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21157/ %X Saad bin Abi Waqqash adalah seorang pahlawan perang dan panglima yang berperan penting dalam pertempuran melawan pasukan Persia. Saad dikenal sebagai penakluk Irak dan penyebar nama Allah di daerah taklukannya. Ia merupakan orang pertama yang melepaskan panahnya di jalan Allah. Ia dipilih sebagai komandan dalam perang Qadisiyah melawan tentara Persia pada musim panas tahun 637 M. Pertempuran terjadi dengan sengit selama tiga hari dan berakhir dengan kemenangan kaum muslim. Dalam pertempuran itu Rustum, komandan Persia mati terbunuh. Dengan kemenangan ini Saad secara langsung menjadi penguasa di Persia. Kajian ini difokuskan pada peran Saad bin Abi Waqqash dalam perang Qadisiyah di Irak. Khususnya membahas mengenai latar belakang terjadinya perang Qadisiyah, upaya-upaya Saad dalam perang, faktor kemenangan perang serta hasil kemenangan yang diperoleh kaum muslim berupa perluasan wilayah Islam dan perkembangan peradaban Islam di Kuffah dan Bashrah yang dijadikan pusat pemerintahan dan juga pusat ilmu pengetahuan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi. Yaitu suatu rekontruksi peristiwa sejarah yang di dalamnya mengungkap segi-segi sosial dari suatu peristiwa yang mencangkup golongan sosial yang berperan. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial Ervin Goffman yaitu pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang mempunyai empat tahapan, yaitu: heuristik (pengumpulan data), verifikasi (seleksi sumber), interpretasi (penafsiran sumber) dan yang terakhir adalah historiografi (penulisan hasil laporan). Hasil penulisan skripsi ini menyimpulkan bahwa Saad bin Abi Waqqash berjuang secara totalitas dalam pemimpin peperangan. Perannya memberikan keteladanan serta perjuangan dalam mengarahkan pergerakan pasukan yang mengantarkan pada kemenangan. Pasca kemenangan Saad membangun pemerintahannya di Irak, membangun kota Kuffah dan Bashrah, menjadikannya kota penting yang menjadi pusat penyebaran agama serta peradaban Islam pada masa itu. Kata Kunci : Saad bin Abi Waqqash, Perang Qadisiyah dan Pengaruh. %Z Jahdan Ibnu Humam Saleh, MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A Bagus Aji Prambudi, NIM. 12120046 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2016 %F digilib:21160 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Kepemimpinan, Pondok Pesantren. %P 110 %T SYAIKH AS SAYID AFIFUDDIN BIN KHANIF AL-HASANI : STUDI KEPEMIMPINAN DI PONDOK PESANTREN AL-KAHFI SOMALANGU KEBUMEN 1992-2014 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21160/ %X Pondok Pesantren al-Kahfi Somalangu adalah salah satu pesantren yang mengalami dinamika pasang surut. Pesantren ini mengalami masa kefakuman selama 42 tahun pada 1950-1991. Pada masa itu pesantren mengalami kemandekan estafet kepemimpinan, bahkan karena keadaaan politik yang tidak menguntungkan membuat pesantren tersebut sempat rata dengan tanah akibat dibakar oleh Batalion Kuda Putih APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat), karena Pengasuh Pondok Pesantren al-Kahfi Somalangu saat itu (Syaikh Mahfudz) dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah kabinet Hatta. Syaikh As Sayid Afifuddin bin Khanif al Hasani sebagai penerus kepemimpinan pondok generasi ke-16 mampu mengatasi masa krisis internal pondok. Dalam dua dekade kepemimpinan Sayid Afifuddin Pondok Pesantren al-Kahfi Somalangu mengalami perkembangan cukup pesat. Pada masa kepemimpnannya, beliau banyak melakukan pengembangan dalam bidang pendidikan, sarana prasarana, dan kelembagaan. Dalam bidang pendidikan didirikan Sekolah Umum dan dikombinasikan sistem Salaf dan Modern dalam sistem belajar di Pondok Pesantren al Kahfi Somalangu Kebumen agar pendidkan umum dan keagamaan bisa seimbang yang kemudian banyak diminati oleh masyakarat. Dalam bidang sarana prasarana dibangun aula, Perpustakaan, koperasi dan lain-lain. Dalam bidang kelembagaan dibentuk yayasan untuk menaungi pondok pesantren dan lembaga pendidikan umum. Pembangunanpembangunan tersebut sangat mendukung perkembangan Pondok Pesantren al Kahfi Somalangu Kebumen. Untuk menulis persoalan tersebut penulis menggunakan pendekatan behavioral, dari pendekatan tersebut diharapkan dapat dikaji secara mendalam kepribadian tokoh serta bagaimana tokoh tersebut menginterpretasikan totalitas situasi yang dihadapi untuk menciptakan kebijakan-kebijakan baru dalam membangun kembali pondok pesantren. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori kepemimpinan transformasional. Teori tersebut digunakan untuk mengkaji kepemimpinan yang dimiliki Gus Afif sebagai tokoh agama yang mampu melakukan transformasi pondok pesantren kepada sistem pengelolaan yang lebih efektif. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu rekonstruksi masa lampau melalui proses menguji dan menganalisis secara kritis kejadian masa lalu berdasarkan data yang ada. Beberapa tahapan untuk melakukan penelitian ini yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Kata Kunci: Kepemimpinan, Pondok Pesantren. %Z Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A DEWI KURNIAWATI, NIM. 09120068 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22046 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %P 110 %T DINAMIKA KAUM PRIYAYI-SANTRI DI PLOSOKUNING MINOMARTANI NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 1970--2012 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22046/ %X Kasultanan Yogyakarta pada masa Sultan Hamengku Buwono I, beliau menghendaki adanya desa-desa yang difungsikan sebagai pathok atau batas wilayah Kasultanan Yogyakarta. Plosokuning merupakan salah satu desa pathok yang ditunjuk sebagai batas Utara. Oleh sebab itu, di sana dibangun masjid Pathok Negoro sebagai simbol kepemilikan kraton. Selain itu, Plosokuning juga ditunjuk sebagai daerah perdikan yang dibebaskan dari membayar pajak karena memiliki tugas mensyi’arkan agama Islam. Masyarakat Plosokuning yang terbagi menjadi dua kelompok besar masyarakat yaitu masyarakat njero dan masyarakat njaba. Masyarakat njero yaitu kaum priyayi-santri yang bertugas menyebarkan agama Islam. Sebagai agen dari keluarga kraton, mereka memiliki keadaan sosial; agama; pendidikan,dan ekonomi yang baik. Namun, adanya laju perkembangan zaman dan berbagai faktor mempengaruhi perubahan pada kaum priyayi-santri. Penelitian ini membahas mengenai perubahan yang terjadi pada kaum priyayisantri di Plosokuning tahun 1970-2012, berdasar pada awal perubahan yang dialami mereka tahun 1970 sebagai alasan awal perubahan dan tahun 2012 sebagai ujung dari perubahan, sebab semenjak tahun tersebut sudah tidak ada lagi perubahan yang berarti. Untuk menggali permasalahan tersebut, penelitian ini dianalisis dengan pendekatan sosiologi sekaligus teori evolusi yang dikembangkan oleh Herbert Spencer, menggunakan metode sejarah yang mencakup pengumpulan data tertulis dan tidak tertulis (wawancara), verifikasi data/kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada kaum priyayi-santri di Plosokuning tahun 1970-2012 dipengaruhi oleh kemajuan zaman dan beberapa faktor dalam setiap aspeknya. Perubahan itu meliputi bidang sosial, keberagamaan, pendidikan, dan ekonomi. Dalam bidang sosial, mereka mengalami perkembangan pemikiran secara definisi priyayi dan masuknya masyarakat pendatang menjadikan perubahan yang cukup berarti dalam lingkungan mereka. Dalam bidang keberagamaan perubahan yang dialami, dalam praktek memahami agama menjadi lebih berwarna yang awalnya berbasis tarekat (sufistik)berubah menjadi neo-sufistik demi mempertahankan eksistensi mereka. Dalam bidang pendidikan mereka mengalami perubahan yang drastis dikarenakan perubahan tingkat kesadaran intelektual mereka yang semakin tinggi. Rasa antusias dalam pendidikan formal sampai jenjang Perguruan Tinggi, namun juga tidak menggeser pendidikan agama dengan tetap memelihara pondok pesantren warisan kakek buyutnya. Demikian dalam bidang ekonomi, mereka mengalami kemajuan secara pekerjaan yang dimiliki dengan tidak mengandalkan warisan kakek buyutnya berupa tanah. %Z Himayatul Ittihadiyah, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A YUSUF NOVANTORO, NIM. 10120036 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22047 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %P 86 %T KARYA SASTRA KONTEMPORER GUS MUS TAHUN 1980 – 2010 M (STUDI TENTANG PERIODISASI DAN MAKNANYA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22047/ %X Karya sastra diciptakan oleh pengarang sebagai ungkapan hatinya dalam memotret kehidupan sosial. Di Indonesia, fenomena seperti itu banyak ditemukan, terutama pada tahun-tahun setelah kemerdekan. Di tahun 1980-2000, muncul banyak sastrawan yang aktif dalam dunia sastra Indonesia. Salah satunya adalah A. Mustafa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus, ia adalah salah seorang yang memperjuangkan agama dengan menggunakan sastra sebagai media dakwah seperti pada puisi dan cerpen yang dia ciptakan. Akan tetapi banyak masyarakat yang kurang mengetahui periodisasi dan sulit memahami karya sastra Gus Mus yang tergolong karya sastra kontemporer. Kajian ini difokuskan pada periodisasi karya sastra kontemporer Gus Mus tahun 1980-2010 dan makna umum karya sastra kontemporer Gus Mus. Pendekatan yang digunakan dalam adalah pendekatan sosiologi sastra dengan teori yang digunakan teori semiotik yang dikemukakan Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah metode historis. Karya seni kontemporer Gus Mus pada tahun 1980-2010 terdapat tiga periode. Pertama, periode 1980-1990. Pada masa-masa awal Gus Mus banyak menulis dalam bentuk puisi dengan tema kritik sosial. Kedua, periode 1991-2000, merupakan tahun-tahun paling produktif bagi Gus Mus dalam menulis karya sastra kontemporer dalam bentuk puisi dengan bentuk puisi bebas dan cenderung bertemakan alam dan politik. Ketiga, periode 2001-2010, Gus Mus mulai menulis karya sastra dalam bentuk cerpen. Pada periode ini, Gus Mus banyak mengangkat tema religius dan sufistik. Ciri umum karya sastra kontemporer Gus Mus ada dua, pertama, berisi tentang kritik sosial. Kritik sosial yang terdapat dalam karya sastra kontemporer Gus Mus di antaranya adalah kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, kritik terhadap pemahaman-pemahaman agama, dan kritik terhadap ketidakadilan. Kedua, banyak memuat dimensi sufistik dan spiritual. %Z Dr. Imam Muhsin, M. Ag, %0 Thesis %9 Skripsi %A J LLY PERMADI PUTRA, NIM. 09120038 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22048 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %P 92 %T UPACARA MAPAG PANGANTEN DALAM PERNIKAHAN MASYARAKAT SUNDA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22048/ %X Upacara adat Mapag Panganten merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat pernikahan dalam masyarakat Sunda. Secara etimologi, kata mapag dalam bahasa Sunda berarti menjemput atau menyambut. Maka Mapag Panganten adalah acara menyambut kedatangan pengantin dan keluarganya. Penulis merasa tertarik untuk mengungkap makna simbolis upacara adat Mapag Panganten dimulai dari Lengser, Punggawa, Gugunungan, Mamayang, Payung Kuning dan tembang yang dilantunkan pada prosesi upacara, penulis juga berusaha menemukan sisi Islam dari makna simbolis yang terdapat pada upacara adat Mapag Panganten. Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan sumber data yang berguna untuk penelitian, metode penelitian yang penulis terapkan adalah metode penelitian budaya dengan jenis penelitan kualitatif yang difokuskan pada gejala–gejala umum yang ada pada kehidupan manusia. Tahapan-tahapan penelitian yang penulis lakukan adalah pertama metode pengumplan data, penulis melakukan observasi langsung, interview (wawancara), dokumentasi, kedua adalah analisis data dan yang ketiga laporan penelitian. Penulis menggunakan pendekatan etnik dan etik untuk memahami fenomena budaya atau gejala budaya dalam tradisi ini, pendekatan ini bertujuan untuk menguraikan data etnografi yang berkaitan dengan upacara adat Mapag Panganten data itu merupakan adat istiadat, kebiasaan dan seni, data etnografi penulis dapatkan dari Lingkung Seni. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap penelitian budaya khususnya tentang pernikahan adat di Kabupaten Pangandaran, penulis harap para pemuda dapat menghargai kesenian daerah, supaya kesenian tersebut tidak punah, penelitian ini juga bisa menambah koleksi pustaka untuk Kabupaten Pangandaran. %Z Drs. Badrun Alaena, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI AMINAH, NIM. 10120064 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22049 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %P 117 %T KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI SHAFAWI PADA ABAD XVII SAMPAI ABAD XVIII M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22049/ %X Dinasti Shafawi adalah dinasti yang berkuasa di Persia dari tahun 1501- 1722 M. Penelitian ini membahas kemunduran dan keruntuhan Dinasti Shafawi dari tahun 1666-1722 M. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kondisi Dinasti Shafawi pada masa kemunduran dan keruntuhannya yaitu ketika Dinasti ini dipimpin oleh Shah Sulaiman dan Shah Husain. Kemunduran yang dimaksud di sini adalah masa di mana Dinasti Shafawi berangsur-angsur mengalami penurunan dari segi politik, ekonomi, dan terlebih lagi dari segi etika pemimpinnya. Sepeninggal Shah Abbas II (1642-1666 M) kemunduran Dinasti ini mulai nampak jelas. Shah Sulaiman (1666-1694 M) mengalihkan dukungannya pada ahli fiqh. Shah Husain (1694-1722 M) juga berada di bawah pengaruh agamawan sehingga mendapatkan gelar “Mullah Husain”. Para ulama Syiꞌah diberikan keleluasaan dalam menerapkan ajaran Syi'ah di Persia oleh Shah. Syiꞌah akhirnya menjadi ajaran yang harus diikuti oleh penduduk Dinasti Shafawi. Di sisi lain, Shah terlalu menyenangkan diri pada fasillitas yang diberikan oleh istana dan masa bodoh terhadap urusan negara. Pada tahun 1722 M akhirnya Dinasti Shafawi kehilangan kedaulatannya. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian pustaka. Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teori tentang Siklus Peradaban suatu bangsa oleh Ibnu Khaldun. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keruntuhan Dinasti Shafawi salah satunya disebabkan oleh kebijakan yang diterapkan agamawan Syiꞌah. Dalam hal ini salah satunya adalah pemaksaan ajaran Syiꞌah terhadap masyarakat non Syiꞌah. Penelitian ini bermaksud untuk mencari tahu kondisi Dinasti Shafawi dan faktor-faktor apa saja yang membuat Dinasti Shafawi kehilangan kedaulatannya. Dalam membahas kemunduran dan keruntuhan Dinasti Shafawi pada abad XVII sampai abad XVIII M, penulis menggunakan pendekatan politik. Pendekatan politik menurut Kuntowijoyo, yang menjadi perhatian ilmu politik ialah gejala-gejala masyarakat, seperti pengaruh dan kekuasaan, kebijakan, konflik, dan perilaku kepemimpinan. Jika diintegrasikan dalam penelitian ini, terlihat dari aspek kebijakan dan perilaku pemimpin Dinasti Shafawi pada kurun waktu 1666-1722 M. Hasil dari penelitian ini, penulis menggunakan teori Konflik Webster dan Siklus Peradaban Ibnu Khaldun. Istilah konflik berarti perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Dalam hal ini, pemaksaan madzhab yang dilakukan oleh pemimpin agamawan Syi'ah Dinasti mengakibatkan terjadinya disintegrasi di wilayah kekuasaan Dinasti Shafawi sehingga memunculkan pemberontakan oleh Suku Afghan pada tahun 1722 M dan mengakibatkan hilangnya kedaulatan Dinasti. Sedangkan Siklus peradaban menurut Khaldun: menyatakan bahwa sejarah adalah catatan mengenai umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan yang terjadi pada watak masyarakat/peradaban. Pemerintahan mengalami transisi %Z Drs. H. Jahdan Ibnu Humam Saleh MS. %0 Thesis %9 Skripsi %A ANISATUL HILMIYATI, NIM. 12120020 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22050 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perkembangan Islam, Kontribusi, Kiai %P 98 %T KONTRIBUSI KIAI BAIDOWI DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH (1942-1953 M.) SKRIPSI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22050/ %X KONTRIBUSI KIAI BAIDOWI DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH (1942-1953 M.) Perkembangan Agama Islam di Kecamatan Ketanggungan tidak terlepas dari peran seorang kiai. Istilah kiai pada umumnya dipakai oleh masyarakat Jawa untuk menyebut orang yang memimpin pesantren. Namun, seiring berkembangnya zaman, banyak ulama yang cukup berpengaruh di masyarakat yang mendapat gelar “kiai” walaupun tidak memimpin pesantren. Salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam perkembangan Agama Islam di wilayah Kecamatan Ketanggungan adalah Kiai Baidowi. Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi latar belakang Kiai Baidowi, Kontribusi, dan Respon Masyarakat terhadap perjuangan Kiai Baidowi dalam mengembangkan ajaran Agama Islam di Kecamatan Ketanggungan. Penulis menggunakan pendekatan sosiologis untuk mengungkap aktivitas Kiai Baidowi dalam mengembangkan Agama Islam di Kecamatan Ketanggungan. Teori yang dianggap relevan dalam penelitan ini adalah teori peranan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto. Menurutnya, seseorang akan terlihat peranannya ketika berhasil menduduki posisi tertentu dalam masyarakat atau organisasi. Hal ini terlihat dari Kiai Baidowi yang mampu berada dalam struktur sosial masyarakat di Kecamatan Ketanggungan. Penelitian ini juga merupakan penelitian sejarah (history research), yang dalam prosesnya melalui empat tahapan yaitu; heuristik yakni sebuah teknik dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data diperoleh dari sumber lisan dan tertulis. Tahap berikutnya adalah verifikasi yang artinya tahapan penulis melakukan kritik terhadap sumber yang diperoleh. Kritik ini berupa kritik intern dan ekstern. Tahapan selanjutnya adalah interpretasi yaitu penafsiran terhadap fakta sejarah yang telah ditemukan sehingga data dapat disusun secara kronologis dan sistematis. Tahapan terakhir adalah historiografi yakni penulisan sejarah yang mencakup pengantar, hasil penelitian, dan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kiai Baidowi merupakan tokoh pendatang dari Kabupaten Indramayu yang memiliki kontribusi besar dalam perkembangan Islam di Kecamatan Ketanggungan. Demikian dapat dibuktikan secara faktual dengan beberapa peninggalannya seperti makan, masjid, rumah panggung, dan beberapa kegiatan keagamaan yang masih berjalan hingga saat ini di Kecamatan Ketanggungan. Ketaatan masyarakat terhadap perintah menjalankan ajaran Agama Islam secara lebih mendalam juga menjadi sebuah bukti adanya respon baik dari masyarakat kecamatan Ketanggungan. %Z Riswinarno, S. S., M. M. %0 Thesis %9 Skripsi %A BINTI FADILAH ARFI, NIM. 12120021 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22051 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K perang Lampung, Kesultanan Banten, Keratuan Islam Darah Putih, kolonialisme Belanda %P 102 %T PERLAWANAN KERATUAN ISLAM DARAH PUTIH TERHADAP KOLONIALISME BELANDA DI LAMPUNG TAHUN 1850-1856 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22051/ %X Kajian ini membahas gerakan perlawanan Keratuan Islam Darah Putih terhadap kolonialsme Belanda yang ada di Lampung tahun 1850-1856 M. Keratuan Islam Darah Putih sendiri merupakan salah satu penguasa di Lampung yang mempunyai hubungan darah dengan kesultanan Banten. Pembahasan tentang gerakan perlawanan ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang sudah ada dengan memfokuskan tahun 1850-1856 M sebagai masa puncak gerakan perlawanan masyarakat Islam yang ada di Lampung serta berakhirnya pemerintahan Islam yang ada di Lampung yaitu Keratuan Islam Darah Putih. Selain itu perlwanan Keratuan Islam Darah Putih pada tahun 1850-1856 ini merupakan perlawanan dalam sekala nasional yang melibatkan masyarakat Banten dan Lampung dari berbagai daerah. Pembahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi beberapa kejadian penting yang terjadi sebelum gerakan Keratuan Islam Darah Putih tahun 1850-1856, proses terjadinya gerakan perlawanan mulai dari persiapan hingga terjadinya perang, dan faktor-faktor yang menjadi pemicu dari gerakan perlawanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah memaparkan keadaan di Banten dan Lampung sebelum pertengahn tahun 1850, menggambarkan peristiwa gerakan perlawanan Keratuan Islam Darah Putih 1850- 1856, dan menganalisis faktor-faktor penyebab perlawanan Keratuan Islam Darah Putih. Setelah itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, penulis menemukan bahwa perlawanan yang ada di Lampung tidak hanya dilatar belakangi karena persoalan politik, melainkan juga disebabkan oleh persoalan ekonomi dan agama. Sikap pemerintah Belanda yang mengubah birokrasi pemerintahan dan juga penghapusan sistem keratuan di Lampung mendapatkan pertentangan dari masyarakat Lampung. Ditambah lagi dengan adanya pembebanan pajak, pemberlakuan sistem kerja paksa, monopoli perdagangan, pembukaan lahan perkebunan dengan mengambil lahan-lahan masyarakat memperparah keadaan masyarakat di Lampung. Pada bidang agama, adanya pembatasan dakwah para haji dan pengawasan terhadap pondok-pondok pesantren menjadi faktor penyebab perlawanan Keratuan Islam Darah Putih. %Z Drs. Sujadi, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A FITRI NURHAYATI, NIM. 12120023 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22052 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran, Keagamaan, Habib %P 98 %T PERAN KEAGAMAAN HABIB ABDULLAH BIN MUHSIN AL-ATTAS DI EMPANG, BOGOR, JAWA BARAT (1314-1351H/ 1895-1933 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22052/ %X Pembahasan mengenai peran keagamaan tidak terlepas dari keterlibatan seseorang dalam penyebaran ajarannya di suatu wilayah. Kedatangan salah satu keturunan Arab di Empang, yakni Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas dianggap terlibat dalam bidang keagamaan di Empang. Sebelum kedatangannya, kondisi keagamaan di Empang dalam pengamalan ajaran Islam masih awam, selain itu Empang juga berada di bawah Pemerintah Hindia Belanda dengan ditetapkannya Empang sebagai pemukiman etnis Arab. Kedatangan Habib Abdullah hingga sampai ke Empang melalui perjalanan panjang mulai dari perjalanannya ke Pekalongan, Batavia, dan terakhir Empang. Sesampainya di Empang dia aktif dalam bidang keagamaan di Empang menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) melalui penelusuran arsip, referensi buku yang berkaitan, serta beberapa sumber lainnya termasuk peninggalan Habib Abdullah. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengkaji bagaimana interaksi yang dilakukan Habib Abdullah dengan masyarakat di Empang, sehingga dapat mempengaruhi masyarakat sekitar. Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini yakni dari Soerjono Soekanto mengenai kedudukan dan peranan sosial. Menurutnya, seseorang tampak terlihat peranannya ketika mampu melihat kedudukan yang ia miliki, karena kedua unsur ini merupakan unsur sistem lapisan sosial yang saling berkaitan satu sama lain. Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu heuristik yakni pengumpulan sumber. Pengumpulan sumber diperoleh dari sumber lisan maupun tulis. Kedua adalah verifikasi, yakni tahapan penulis melakukan kritik terhadap sumber yang ditemukan. Kritik ini dapat berupa kritik intern dan kritik ekstern. Ketiga adalah interpretasi yakni menafsirkan terhadap fakta-fakta sejarah yang telah ditemukan sehingga sumber data yang telah diperoleh dapat disusun secara kronologis dan sistematis. Tahapan terakhir yaitu historiografi yakni penulisan sejarah yang mencakup pengantar, hasil penelitian, dan kesimpulan. Penelitian ini mendeskripsikan kondisi Empang sebelum kedatangan Habib Abdullah dengan kondisi wilayah yang jarang penduduk, kondisi keagamaan yang masih awam terutama pemahaman dalam ajaran Islam, dan berada dibawah Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian menguraikan perjalanan panjang yang dilakukan Habib Abdullah ke Jawa mulai dari Pekalongan, Batavia, dan terakhir Empang, hingga akhir hayatnya ia melakukan aktifitas keagamaan yang disampaikan meliputi ajaran tasawuf dan tarekat melalui dakwah bil-hal dan dakwah bil-lisan . %Z Drs. H. Maman Abdul Malik Sya’roni, M. S %0 Thesis %9 Skripsi %A ANANTHA WIKRAMA PURWADI WANGSYA, NIM. 10250026 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22053 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Penyimpangan perilaku, Peran sekolah dan Penanganan penyimpangan perilaku sosial siswa %P 145 %T PERAN SMK MUHAMMADIYAH 1 IMOGIRI BANTUL TERHADAP PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SOSIAL SISWA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22053/ %X Dalam penelitian ini peneliti menfokuskan tentang Peran SMK Muhammadiyah 1 Imogiri Bantul Terhadap Penanganan Penyimpangan Perilaku Sosial Siswa. Hal ini dilakukan mengingat bahwa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikatagorikan sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan kota pelajar karena banyak sekali sekolah-sekolah dari berbagai tingkatan, mulai dari tingkat bawah sampai tingkat perguruan tinggi masih terdapat banyak terjadi penyimpangan perilaku khususnya di Kabupaten bantul, meskipun fenomena ini bukan merupakan kejadian baru. Namun masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan sampai sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sekolah didalam melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyimpangan perilaku siswa dan hambatan-hambatan apa saja yang mempengaruhi peran sekolah didalam pencegahan terciptanya penyimpangan perilaku sosial di SMK Muhammadiyah 1 Imogiri Bantul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif, dengan subjek penelitiannya adalah kepala sekolah, guru pengajar, guru bimbingan konseling, siswa, orang tua siswa dan objek penelitian adalah Peran SMK Muhammadiyah 1 Imogiri Bantul Terhadap Penanganan Penyimpangan Perilaku Sosial Siswa. Teknik pengumpulan data ini mengunakan teknik triangulasi dimana data akan banyak digali berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa untuk mengatasi permasalahan penyimpangan perilaku sosial siswa meliputi 3 tahapan, dimana dalam setiap tahapan terdiri dari beberapa kegiatan. Pertama, Tahapan Pencegahan diantaranya yaitu memberikan penyuluhan bimbingan konseling, mengadakan program keagamaan dan mengadakan penyuluhan dari kepolisian. Kedua, Tahapan Penyembuhan diantaranya Konseling individu, Konseling kelompok, dan Home visit/Kunjungan Rumah. Ketiga, Tahapan Pengembangan diantaranya Kegiatan ekstrakulikuler, Kegiatan praktek jurusan dan Praktek kerja lapangan. Dari hasil pembahasan tersebut ditemukan hambatan terkait dari Sumber Daya Manusia dalam (Internal) dan hambatan yang dari luar (Eksternal) yang berasal dari keluarga dan lingkungannya. Dari keseluruhan pembahasan, peneliti menggunakan teori dan praktek konseling dari sofyan willis, karena teori ini kaitannya dengan semua upaya penanganannya adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah, untuk menjaga agar penyimpangan itu tidak timbul.Dan menggunakan metode pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. %Z Aryan Torrido NIP: 19750510 200901 1 016 %0 Thesis %9 Skripsi %A BIDAYATUL MUNAWWAROH, NIM. 10250070 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:22054 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Dampak Pola Asuh Orang Tua, Perkembangan Sosial, Anak Tunagrahita %P 117 %T DAMPAK POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22054/ %X Latar belakang penelitian ini adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang harus mendapatkan perhatian terutama dari orang tuanya adalah tungrahita, karena banyak anak tunagrahita yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Orang tua harus memberikan pengasuhan yang terbaik untuk menunjang perkembangan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bentuk pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial anak tunagrahita dan juga dampak dari pola asuh tersebut di SLB Negeri Pembina Yogyakarta Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu hanya semata-mata melukiskan keadaan objek atau peristiwa peristiwa tanpa suatu maksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan seperti dilingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal, dengan mengambi latar SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Adapun subyek utama adalah orang tua anak tunagrahita yang selama ini mengasuh dan memberikan bimbingan. Kemudian teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa orang tua memberikan pengasuhan yang baik kepada anaknya hal itu ditunjukkan dengan adanya rasa cinta, nyaman dan perhatian yang diberikan dari orang tua terhadap sang anak. Masing-masing orang tua mempunyai standar pengasuhan sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Pola asuh yang diterapkan 3 keluarga berbeda-beda diantara keluarga JA demokratis otoriter, keluarga AR demokratis, keluarga MA permisif. Dari pola asuh tersebut masing masing anak mempunyai dampak perkembangan sosial seperti FPA sedikit jail, rasa percaya diri yang tinggi, tidak sadar dengan kekurangan dirinya, terkadang memaksakan keinginannya, kurang bisa bergaul dengan temannya dengan segala keterbatasan kemampuannya. SCC mempunyai dampak di sekolah yaitu percaya diri, paham betul akan kekurangannya sendiri, mampu berkomunikasi dengan baik, saat sedang bermain dengan temannya ia cenderung memilih melihat dari pada mengikuti temannya bermain. TPl mempunyai dampak sangat aktif di kelas, seringkali memaksakan kehendak, mampu berinteraksi dengan orang dibawah maupun diatas usianya. %Z Siti Solechah, S.Sos.I., M.Si NIP. 198305192009122002 %0 Report %9 Project Report %A Hak, Nurul %C Yogyakarta %D 2013 %F digilib:11906 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K AL-MAWALI, PERSIA,TURKI, DAULAH ABBASIYAH %T PERAN AL-MAWALI PERSIA DAN TURKI DALAM KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM MASA DAULAH ABBASIYAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11906/ %X Asal-Usul dan Proses Berdirinya Daulah Abbasiyah Daulah Abbasiyah berasal dari keturunan al-Abbas Bin Abdul Mutalib Bin Hasyim, paman Rasulullah s.a.w. Kata Abbasiyah adalah nisbah kepada al-Abbas sebagai asal keturunan dan nenek-moyang dari para khalifah Abbasiyah. Sebagaimana Rasulullah s.a.w., beliau berasal dari keturunan Hasyim, sehingga ia dapat dikatakan pula Bani Hasyim dari Suku Quraisy. Kekuasaan Bani Hasyim telah eksis lama sejak masa pra Islam, ketika keluarga ini menguasai Baitullah dan sentra-sentra perekonomian serta politik kesukuan di wilayah Arab Utara, khususnya Mekkah. Hasyim sendiri menjadi penguasa di Mekkah pada masa pra Islam (Jahiliyah), menguasai as-Siqayah dan ar-Rifadah di Ka’bah dan menjadi pemimpin bagi Suku Quraisy. Pada masa kenabian Muhammad s.a.w., beliau telah menyampaikan khabar nubuwah, bahwa suatu ketika dari keturunannya (Bani Abbas) ada yang akan menerima estapeta kekhalifahan, sehingga setelah mendengar khabar tersebut Bani Abbas sangat mengharapkan tiba saatnya memimpin, meneruskan kekhilafahan Islam. Khabar nubuwah itu baru terwujud setelah setelah satu abad lebih, ketika pada tahun 132 H./750 M. Muhammad Bin Abdullah Bin Ali Bin Abdullah Bin Abbas berhasil menumpas Khalifah Muhammad Bin Marwan, menandai berakhirnya Daulah Bani Umayyah dan berdirinya Daulah Abbasiyah. %0 Journal Article %@ 1412-3509 %A Dawami, M. Iqbal %D 2008 %F digilib:22560 %I Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga %J ADABIYYAT %K kejayaan Islam; penerjemah; al-Makmun %N No. 1 %P 95-110 %T KONTRIBUSI PENERJEMAH PADA ZAMAN KEEMASAN ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22560/ %V Vol.7 %X History shows that a glory of a nation has something to do with its translation activities because those activities mean communicating cultural products of a nation to another. Islam has been doing it for centuries. Through these activities, Islam has its heyday. This paper aims at describing the historical phases of translation of non-Arabic works into Arabic in the Age of Classic between 17th and 19th century. Kata kunci: kejayaan Islam; penerjemah; al-Makmun. %0 Journal Article %@ 1412-3509 %A Tasnimah, Tatik Mariyatut %D 2008 %F digilib:22569 %I Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga %J ADABIYYAT %K Mahmūd Taymūr; sastra Arab; cerpen Arab %N No. 1 %P 167-190 %T KEPELOPORAN MAHMŪD TAYMŪR DALAM CERPEN ARAB MODERN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22569/ %V Vol.7 %X Mahmud Taymur was one of the founders of the Egyptian realistic short story, also known as Syaikh al-Qis}s}ah al- Qashīrah. Remaining productive over a long life Taymur wrote extensive literary criticism and was the author of short stories, novellas, and plays totaling a score of volumes. Most notable for his skill in characterization, he achieved a literary eminence shared by few other Arabs of his generation in Cairo in 1947, and individual stories by him gave and appeared widely in English and European Anthologies. Taymur’s early works were influenced by Chekhov and Maupassant. His short stories of the 1920s and 1930s portrayed various social strata in Egypt. Taymur’s prose is marked by humanism and psychological subtlety. In the late 1930s and in the 1940s his prose was influenced by symbolism but after the revolutionary coup of 1952, Taymur’s works were predominantly realistic. Kata kunci: Mahmūd Taymūr; sastra Arab; cerpen Arab %0 Journal Article %@ 2088-9046 %A Hak, Nurul %D 2016 %F digilib:23267 %I Institut Agama Islam Negeri Raden Intam Lampung %J Analisis Jurnal Studi Keislaman %K Rekonstruksi, Islamisasi, Sunan Kalijaga, dan nilai-nilai ajarannya. %N No. 1 %P 67-102 %T REK0NSTRUKSI HISTORIOGRAFI ISLAMISASI DAN PENGGALIAN NILAI-NILAI AJARAN SUNAN KALIJAGA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23267/ %V Vol.16 %X Artikel ini mengkaji Islamisasi, nilai-nilai agama Islam dalam konteks penyebar-luasannya dan nilai-nilai ajaran Sunan Kalijaga. Dalam kaitannya dengan Islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, penulis menganggap perlu merekonstruksi Isamisasinya tidak hanya dalam ruang lingkup Jawa, khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang menjadi objek penyebar-luasan agama Islam oleh Sunan Kalijaga. Tetapi Islamisasi itu cakupan dan hubungan regional bahkan dunia (internasional). Regonal yang dimaksud dalam konteks ini adalah Nusantara sebagai “ruang lingkup” perkembangan Islamisasi melalui jalur maritim di wilayah tersebut pada abad ke-15 dan 16 M. Sedangkan internasional adalah hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan yang terjadi selama abad tersebut. Untuk mengelaborasi hal tersebut penulis menggunakan kerangka teori konteks dan difusi kebudyaan. Teori konteks terkait dengan bahasan mengenai kondisi-kondisi sosial-ekonomi dan politik di Nusantara pada abad ke-15 dan 16 M. Oleh karena itu, dalam artikel ini kondisi tersebut menjadi bahasan tersendiri. Sedangkan teori difusi kebudayaan untuk menjelaskan Islamisasi dan persebaran dari Nusantara ke wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah, tempat di mana Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam. Pendekatan yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan biografi, sejarah, dan sosial-budaya. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa meskipun Sunan Kalijaga itu melakukan proses Islamisasi di Pulau Jawa, namun pusat dari proses Islamisasi tersebut justru berada di Aceh melalui Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Islam Aceh Darussalam. Di samping itu, proses penyebar-luasan Islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga menghasilkan kulturalisasi Islam Nusantara, khususnya lagi Jawa yang bercirikan konvergensi, asimilasi, akulturasi dan sinkretisme antara Islam dan budaya lokal. Dari sinilah muncul nilai-nilai ajaran dakwah Sunan Kalijaga yang berkarakter local wisdom. Kata kunci : Rekonstruksi, Islamisasi, Sunan Kalijaga, dan nilai-nilai ajarannya. %0 Journal Article %@ 1411-2922 %A M. ABDUL KARIM, - %D 2012 %F digilib:23375 %I IAIN Surakarta %J Dinika : Journal of Islamic Studies %K Multikulturalisme, Nusantara, animisme, dinamisme. %N No. 1 %P 37-49 %T ISLAM DAN PERADABAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23375/ %V Vol.10 %X History of multicultural life in Indonesia is old history. It stems from the experience of Javanese civilization to other civilizations such as Hinduism, Buddhism, Christianity, and Islam. Kings of Java and the archipelago has been practiced multiculturalism very well. Indeed there are a number of conflicts between civilizations, but the conflict was just as entrance formation harmony. Conflict, more of a friction sociopolitical so easily resolved. In the eyes of history, then living in the archipelago is promising and is a form of otentic civilization which born of the Indonesian people themselves. This paper will review the motions of multiculturalism throughout history society archipelago. Keywords: Multikulturalisme, Nusantara, animisme, dinamisme. %0 Journal Article %@ 1411-2922 %A M. ABDUL KARIM, - %D 2013 %F digilib:23376 %I IAIN Surakarta %J Dinika : Journal of Islamic Studies %K Islam, India, sejarah, dakwah %N No. 2 %P 69-82 %T ISLAM DI ANAK BENUA INDIA ABAD VII-XIII M (Sejarah dan Metode Dakwah) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23376/ %V Vol.11 %X The early period of Islam in India based the future growth of civilization. This research aims to describe and analyze how did Islam spread in India from the period of Prophet and of Muhammad Ghuri, what were its impact on socio-political aspects in India, and how was the cultural relation between Arab and India. There exists two results of this research: (1) the process of the spread of Islam in India since the Prophet period until the raising of Delhi Sultanate; and (2) the contribution of Islam to the Indian civilization. %0 Journal Article %@ 2086-9762 %A M. ABDUL KARIM, - %D 2015 %F digilib:23378 %I Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Aceh %J Al - Hikmah : Media Dakwah dan Komunikasi %K khalifah, kekhalifahan, sejarah %N No.11 %P 11-25 %T KEKHALIFAHAN DALAM LINTASAN SEJARAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23378/ %V Vol. 6 %X Belum lama ini masyarakat Yogyakarta digaduhkan dengan adanya Sabda Raja dari Sultan Hamengkubuwono X yang dikeluarkan pada 30 April lalu. lsi Sabda Raja berbunyi: Gusti Allah, Gusti Agung, Knoso Cipto paringono siro kabeh adiningsun1 sederek dalem, sentono dalem fan abdi dalem nompo welinge dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Knoso Cipto fan romo ningsun eyang-eyang ingsun, poro leluhur Mataram 1Vi1vit waktu iki ingsun nompo dawuh kattugrahan dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Knoso Cipto asmo kelenggahan ingsun Ngarso Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Ba1votw Ingkang]umeneng Kasepuluh Suryaning Mataram, Senopati ing Kalogo Langenging Bawono Langgeng Langgenging Toto Panotogomo. Sabdo RJJjo zki per/11 dimangerteni diugemi /an ditindakake yo mengkono sabdo ingsun. %0 Book Section %A M. ABDUL KARIM, - %B KH. MUHAMMAD SHOLEH DARAT AL-SAMARANI : MAHA GURU ULAMA NUSANTARA %C Yogyakarta %D 2016 %F digilib:23472 %I Global Press %K KH. MUHAMMAD SHOLEH DARAT AL-SAMARANI : MAHA GURU ULAMA NUSANTARA %N Cet. 1 %P vii-xvii %S Pengantar %T PENGANTAR Syaikhu al-Masyayikh Ulama Jawi %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23472/ %V Vol. 1 %X Kedatangan Be Ianda di Nusantara, tidak hanya ber.; Jltujuan mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia (glod) dan memperluas kekuasaan (glory), namun mereka juga mempunyai visi dan misi menyebarkan agama Kristen yang dianutnya (gospel). Cara apapun akan ditempuh, asalkan visi dan misi yang diemban dari Eropa ini berhasil. Mereka membujuk pembesar kerajaan Islam di Nusantara dengan seribu janji dan iming-imingan yang menggiurkan, namun sebagian dari mereka, ada yang memegang teguh ajaran Islam, tidak mau diajak berkompromi seperti Raden Fatah (Sultan Demak}, Sultan Hasanudin (Sultan Banten), Sultan Agung (Sultan Mataram), dan Pangeran Diponegoro. Penguasa-penguasa ini tidak mau bekerja sama dengan kompeni, bahkan dengan lantang mereka mengumandangkan perlawan dengan semboyan perang sabil. %0 Conference Paper %A Maharsi, - %B Diskusi Imiah Dosen Tetap UIN Sunan Kalijaga Tahun Ke -32 %C Sekertariat Diskusi Malam Sabtu UIN Sunan Kalijaga %D 2012 %F digilib:23662 %K FILOLOGI, SEJARAH %P 1-6 %T FILOLOGI DAN SEJARAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23662/ %X Istilah Filologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan, pranata, dan sejarah suatu bangsa yang terdapat dalam naskah-naskah lama (Sudjiman, 1 995; 9, lihat juga Baried, 1983; I). Dalam arti yang sempit filologi mempunyai arti ilmu yang mempelajari teks-teks lama dalam bentuk salinan berupa naskah yang sampai kepada kita untuk mengetahui maksud penyusunan teks itu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994; 227). Dengan demikian kerja filologi lebih ditekankan pada upaya meneliti naskah lama dan penyebarannya. Sementara itu kerja historiografi adalah merekonstruksi beberapa sumber naskah termasuk karya sastra sejarah dan mengkritik serta membandingkannya dengan sumber-sumber lain. Pengkajian hubungan antara filologi dan sejarah di Nusantara telah dilakukan oleh para ahli sejak lebih dari satu abad yang lalu. Beberapa ahli yang pernah mengadakan kajian antara filologi dan sejarah Nusantara adalah Sir Thomas Stamford Raffles, J. Hageman, PJ. Veth, Pegeaud, Robson, Ras, Worsley, Rassers, Josselin de Jong, J.L.A. Brandes, Husein Djajadiningrat, HJ De Geaaf, NJ Krom dan Riklefs. Dari sekian banyak ahli yang mengkaji hubungan antara filologi dan sejarah Nusanatara, ada dua orang sarjana yang mempunyai sumbangan besar dalam kajian kedua ilmu tersebut yaitu Husein Djajadiningrat dan J.L.A. Brandes. Kedua ahli tersebut banyak meletakkan landasan bagi pengakajian naskah-naskah lama Nusantara dalam penelitian sejarah. %0 Thesis %9 Skripsi %A GINANJAR HAYIN QUROFI, NIM. 10120032 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23807 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ritual Mubêng Wringin, tradisi di Dusun Ngino, %P 91 %T RITUAL MUBÊNG WRINGIN MBAH BERGAS DI DUSUN NGINO, DESA MARGOAGUNG, SLEMAN, YOGYAKARTA (STUDI TENTANG FUNGSI DAN NILAI-NILAI ISLAM) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23807/ %X Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas adalah sebuah tradisi yang ada di Dusun Ngino, Desa Margoagung, Sleman Yogyakarta.Tradisi tersebut tetap lestari hingga sekarang. Secara langsung ataupun tidak langsung tradisi tersebut mempunyai fungsi terhadap masyarakat Dusun Ngino, Desa Margoagung dan masyarakat luas secara umum. Hal tersebut bisa dilihat dan diamati dari adanya nilai-nilai luhur dalam Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas. Fenomena diatas sangat menarik, sehingga penulis memutuskan untuk mengkaji dan menelitinya. Berdasarkan realita tersebut penulis merumuskan empat persoalan : Bagaimana asal-usul dan prosesi Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas, apa fungsi Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas, perkembangan Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas dan apa saja nilai-nilai keIslaman yang ada pada Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas. Jenis penelitian yang digunakan disini adalah penelitian lapangan atau field research. Untuk mendapatkan data yang otentik penulis harus terjun ke lapangan dalam melakukan penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fungsionalisme Bronislaw Malinowski, teori tersebut berasumsi semua unsur-unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat mempunyai fungsi. Pendekatan yang dipakai adalah sosio-historis dan metode penelitian budaya. Langkah-langkah dalam metode penelitian budaya : pertama pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi, tahap kedua yaitu menganalisis data, tahap ketiga adalah kesimpulan dan verifikasi data, tahap keempat atau terakhir adalah penulis melakukan laporan penelitian. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas secara substansi tidak banyak mengalami perubahan, kategori substansial diantaranya pada asal-usul, proses, pemaknaan, dan orientasinya. Semuanya masih sama seperti dahulu, hal ini berdasarkan data yang diperoleh penulis di Dusun Ngino, Desa Margoagung. Perkembangan Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas hanya terjadi pada wilayah materi atau medianya saja, itu pun hanya pada bagian tertentu yang tidak mengubah esensinya. Selain itu Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas juga mempunyai fungsi dan kandungan nilai keIslaman. Fungsi yang terkandung dalam Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas merupakan fenomena secara umum yang ada di masyarakat khusunya suku jawa, masyarkat yang masih memegang teguh pada prinsip-prinsip kearifan lokal, terdapat 4 fungsi diantaranya : fungsi sosial keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi sosial ekonomi dan fungsi pendidikan. Fungsi tersebut bermanfaat bagi masyarakat Desa Margoagung dan saling terkait fungsi satu dengan yang lain. Ritual Mubêng Wringin Mbah Bergas juga terdapat nilai-nilai Ke-Islaman yang melekat, nilai-nilai tersebut tentunya sesuai dengan aturan dan perintah agama Islam, terdapat 3 nilai ke-Islaman diantaranya : pertama nilai berbakti kepada orang tua atau birulwalidain, kedua nilai berbakti kepada agama, dalam hal ini berbakti agama Islam atau bisa disebut taqwa, ketiga berbakti pada Negara atau hubbul wathan minal iman. %Z Dr. Imam Muhsin, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD SAFII, NIM. 12120100 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23818 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K R. Ng. Ranggawarsita III, Serat Paramayoga, Kraton Surakarta Adingrat, ajaran Kejawen, sinkretisasi. %P 192 %T SINKRETISASI AJARAN HINDU DAN ISLAM DALAM SERAT PARAMAYOGA (KARYA R. NG. RANGGAWARSITA III) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23818/ %X Serat Paramayoga adalah hasil karya dari R. Ng. Ranggawarsita III. Ia adalah seorang pujangga kenamaan dari Kraton Surakarta Adingrat. Di dalam karya ini (Serat Paramayoga) terdapat keunikan untuk diteliti yaitu unsur singkretis dan magis-mistis. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melihat proses sinkretisasi yang ada dalam naskah Serat Paramayoga serta mengkaji serat ini dalam ranah ilmiah atau akademis (dikaji dengan ilmu filologi dan ilmu budaya), 2. Untuk mengetahui subtansi ajaran yang terdapat dalam Serat Paramayoga, 3. Untuk mengetahui mengapa R. Ng. Ranggawarsita III menulis karya ini, yang berkaitan dengan kondisi sosial-politik serta pola keagamaan pada masa itu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang ada dalam ilmu filologi dan ilmu budaya (sinkretisasi budaya). Metode filologi yang digunakan pada penelitian ini pertama adalah dengan menginventaris naskah yang ada di Museum Negeri Sanabudaya, kedua membandingkan naskah, setelah dilakukan perbandingan, maka digunakan metode landasan atau lagger, ketiga mengadakan kritik teks, keempat menyunting teks yang berbahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia, dan kelima menganalisisnya. Kajian ini juga memanfaatkan teori sinkretisasi budaya, teori ini diggunakan karena serat tersebut dipengaruhi dua budaya (keyakinan) yaitu: Hindu dan Islam. Hasil dari penelitian ini adalah: 1. Setelah dilakukan penelitian terhadap Naskah PB 274 atau Serat Paramayoga terdapat atau terjadi akulturasi antara ajaran Hindu dan ajaran Islam (dalam bentuk sinkretik), 2. Warisan-warisan intelektual yang mempengaruhi Serat Paramayoga(yaitu dari ajaran Hindhu dan ajaran Islam), 3. Representasi Islam-Jawa (ajaran Kejawen) seperti: mitos asalusul raja-raja di tanah Jawa, mitos serta ruwatan bocahyang sukerta, konsep kasampurnaning urip dan pemaknaan empat cahaya utama (yaitu: merah, hitam, kuning dan putih.) menurut Islam dan Hindu, 4. Motivasi R. Ng. Ranggawarsita III menulis Serat Paramayoga (yaitu faktor internal dan eksternal), 5. Deskripsi serta sinopsis naskah Serat Paramayoga. %Z Dr. Maharsi, S.S, M.Hum, %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMAD YUSRUL HANA, NIM. 12120011 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23823 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pengusaha Muslim, Industri Kretek, Kudus. %P 136 %T PENGUSAHA MUSLIM DI BIDANG INDUSTRI KRETEK DI KUDUS TAHUN 1930-1950 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23823/ %X Pegusaha muslim banyak mengalami dinamika ekonomi dalam industri kretek. Terjadi pasang surut usaha karena adanya persaingan dengan Tionghoa dan kebijakan penjajah yang terkadang kurang menguntungkan. Dengan keadaan tersebut, pengusaha muslim seperti Nitisemito, H.M Muslich, H. Ma’roef, dan Mc. Wartono tetap berjuang dan berusaha mengembangkan perusahaannya demi merebut dominasi ekonomi penjajah untuk mencapai tujuan merdeka. Pengusaha-pengusaha tersebut merupakan golongan santri yang mempunyai semangat nasionalisme dan bergerak membangun ekonomi bangsa yang berdikari. Penelitian ini akan membahas tentang berdiri, perkembangan, dan kemunduran pengusaha kretek muslim Kudus dengan beberapa faktor yang akan mempengaruhinya. Berdasarkan Fokus kajian tersebut peneliti menggunakan pendekatan Sosiologi ekonomi. Teori yang digunakan peneliti adalah teori pertukaran-perilaku yang dikemukakan oleh George C. Homans, yaitu menjelaskan perilaku manusia dalam transaksi ekonomi akan mengakibatkan hubungan timbal balik dalam hal interaksi sosial. Data dikumpulkan melalui studi pustaka (library research) dan lapangan melalui penelusuran arsip, referensi buku yang berkaitan, serta sumber wawancara yang berkaitan dengan Nitisemito, H.M Muslich, H. Ma’roef, dan Mc. Wartono. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat hal, 1. heuristik yaitu melakukan pengumpulan data dan mencari sumber yang terkait dengan penelitian ini baik sumber tertulis maupun lisan. 2. Verifikasi, yaitu mencari keaslian sumber dengan cara melakukan kritik atau memberi penilaian terhadap sumber-sumber yang ditemukan yang meliputi kritik ekstern (mengenai segala hal yang menyangkut sumber tersebut seperti atribut, identifikasi, interpretasi, dan kolasi) dan kritik intern (mengenai keabsahan sumber atau menilai isi sumber). 3. Interpretasi yaitu melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang ditemukan dan menyusunnya ke dalam kesatuan yang baik. 4. Historiografi yaitu melakukan penulisan hasil penelitian atau penyusunan fakta-fakta tersebut dan menjadikannya ke dalam sebuah tulisan sejarah. Hasil dari penelitian ini adalah peneliti dapat mendiskripsikan keadaan industri kretek di Kudus sebelum tahun 1930 M yakni menguraikan nasionalisme Nitisemito, H.M. Muslich, H. Ma’roef Rusydi, dan Mc. Wartono yang turut membantu perjuangan elite keagamaan dengan menyumbang pendanaan, menguraikan faktor perkembangan industri kretek di Kudus yang dipengaruhi oleh pengusaha itu sendiri yang dapat memaksimalkan pemanfaatan hubungan mitra kerja dan sumber daya yang ada, kemudian menguraikan kemunduran yang disebabkan buruknya sistem manajemen perusahaan dan kalah bersaing dengan perusahaan asing yang bermodal besar. %Z Riswinarno, SS. MM., %0 Thesis %9 Skripsi %A HERLINDA RAHMAWATI, NIM. 12120006 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23829 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kiprah, Siti Hajinah Mawardi, ‘Aisyiyah. %P 122 %T KIPRAH SITI HAJINAH MAWARDI DI ‘AISYIYAH TAHUN 1946-1965 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23829/ %X Siti Hajinah Mawardi merupakan tokoh perempuan Islam Indonesia yang bergerak di bidang dakwah melalui organisasi ‘Aisyiyah. Ia memiliki peran dalam mengajarkan Islam kepada kaum perempuan, khususnya untuk anggota ‘Aisyiyah. Ia memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, sehingga ia mampu mengajarkan ilmu yang ia miliki untuk khalayak umum. Siti Hajinah lahir di Kauman Yogyakarta pada tahun 1906, Siti hajinah pernah menjabat sebagai ketua redaksi majalah bulanan Suara ‘Aisyiyah pada tahun 1938, 1941, 1942, 1952. Siti Hajinah juga mengusulkan untuk mendirikan perpustakaan bagi perempuan dan mengusulkan terbitnya surat kabar atau majalah dan kitab bagi kaum ibu. Selain aktif di ‘Aisyiyah ia juga menjadi pengajar di sekolah-sekolah Belanda. Selain itu ia juga sebagai anggota ‘Aisyiyah yang hadir dalam kongres Perempuan Pertama Indonesia. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada masa kemerdekaan selama lima periode yaitu tahun 1946-1949, 1953-1956, 1956-1959, 1959-1962, dan 1962-1965 M. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai latar belakang Siti Hajinah Mawardi dan kiprah Siti Hajinah ketika menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah di bidang agama, sosial, dan bidang pendidikan, serta untuk menjelaskan mengenai faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang membahas mengenai tokoh perempuan Islam lokal. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan biografis-sosiologis. Pendekatan ini digunakan untuk melihat kondisi lingkungan masyarakat di sekitar tokoh tersebut, di mana ia tinggal, latar belakang keluarga, pendidikan, dan aktivitas dimana tokoh itu berkarir, serta tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tokoh tersebut dalam berjuang di ‘Aisyiyah. Penelitian ini menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Metode yang digunakan adalah metode historis, yang meliputi empat langkah, yaitu pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kiprah Siti Hajinah ketika memimpin ‘Aisyiyah yaitu, memberikan bantuan pelayanan kematian, memberi bantuan pada korban bencana alam, memberikan bantuan untuk penerbitan buku-buku dan surat kabar yang merupakan media penyebaran Islam, dan lain sebagainya. Mendirikan biro penasehat kesejahteraan keluarga dan masalah-masalah perkawinan. Mendirikan Sekolah ‘Aisyiyah dan melanjutkan program Pemberantasan Buta Huruf yang diadakan secara nasional. Faktor pendukung dan penghambat Siti Hajinah dalam memimpin ‘Aisyiyah dipengaruhi dari faktor dalam maupun dari luar ‘Aisyiyah. %Z Siti Maimunah, S.Ag., M.Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A SYAMSUL ARIFIN, NIM. 11120144 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23842 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Khataman al-Qur’an, Malam Jum’at Manis, Tradisi, Agama %P 84 %T TRADISI KHATAMAN AL-QUR’AN PADA MALAM JUM’AT MANIS (STUDI KASUS MAKAM DI DESA PAKONG KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN MADURA) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23842/ %X Salah satu tradisi keagamaan yang masih berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Pakong adalah tradisi Khataman al-Qur’an pada malam Jum’at Manis. Tradisi Khataman al-Qur’an pada malam Jum’at Manis di pemakaman umum ini adalah sebagai bukti bahwa betapa kentalnya tradisi keagamaan di Masyarakat Desa Pakong. Dalam hal ini, adanya perpaduan antara budaya masyarakat dengan ajaran-ajaran agama Islam dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Tradisi keagamaan tersebut tentunya memberikan makna dan fungsi tersendiri bagi masyarakat Desa Pakong. Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini mempertanyakan, pertama. mengapa masyarakat Desa Pakong masih mempertahankan dan melestarikan tradisi khataman al-Qur’an pada malam Jum’at Manis? Kedua, apa makna dan fungsi dari tradisi khataman al-Qur’an pada malam Jum’at Manis bagi masyarakat Desa Pakong? Keunikan dari tradis ini terletak pada tempat dan waktu pelaksanaan khataman al-Qur’an yang di lakukan oleh masyarakat Pakong. Khataman al- Qur’an pada umumnya dilakukan di masjid atau mushola, dan juga biasanya dilakukan di pemakaman para Wali. Akan tetapi khataman al-Qur’an yang dilakukan oleh masyarakat Pakong dilaksanakan di pemakaman umum dan hanya dilaksanakan pada malam Jum’at Manis. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan antropologi dengan menggunakan teori fungsionalisme struktural Radcliffe-Brown. Radcliffe-Brown. Ia berpendapat bahwa setiap analisis budaya itu harus sampai pada makna dan fungsi dalam kaitannya dengan kebutuhan dasar semua masyarakat Dengan demikian, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Penelitian ini menemukan bahwa pertama, tradisi khataman al-Qur’an pada malam Jum’at Manis masih bertahan di tengah masyarakat Desa Pakong karena tradisi ini sebagai ungkapan rasa hormat dan untuk mengenang arwah leluhur, keluarga, dan orang yang sudah meninggal, dengan tujuan agar mereka diringankan dosanya oleh Allah. Sehingga, tradisi ini tetap bertahan dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Pakong karena banyak faidah yang bisa diambil dari tradisi ini. Kedua, makna dari tradisi khataman al-Qur’an pada malam Jum’at Manis adalah mengenang leluhur dan keluarga yang sudah meninggal, dan sebagai wujud dari silaturahmi antar masyarakat Desa Pakong. Sedangkan fungsi dari tradisi khataman al-Qur’an pada malam Jum’at Manis ada dua yaitu fungsi keagamaan dan fungsi sosial. Fungsi keagamaan dari tradisi ini, antara lain; sebagai media mendoakan lelulur, mengingat kematian, media belajar dan memperbaiki bacaan al-Qur’an, serta upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengharapkan pahala-Nya. Sedangkan fungsi sosial, antara lain; sebagai media sosial bagi masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain, penumbuhan nilai-nilai gotong royong, sebagai media untuk saling berbagi dan bersedekah. %Z Syamsul Arifin, S.Ag. M.Ag, %0 Thesis %9 Skripsi %A ANA NUR SUSILOWATI, NIM. 11120112 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23844 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan Ekonomi, Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh Darussalam. %P 124 %T KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN ISKANDAR MUDA DI KESULTANAN ACEH DARUSSALAM (1607-1636 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23844/ %X Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda memberikan kontribusi kebijakan dan dinamika baru bagi perkembangan ekonomi Aceh Darussalam. Masa kemajuan berlangsung 1607-1636 M. Masa kejayaannya ditandai dengan adanya ekspansi di dalam maupun luar Aceh dengan tujuan ekonomi. Letak Aceh yang strategis juga menjadikan Aceh sebagai pusat perdagangan. Selain itu dukungan dari Armada Cakra Donya memiliki kekuatan pertahanan. Hubungan dengan luar negeri menjadikan Aceh Darussalam mengalami perkembangan perdagangan baik ekspor maupun impor. Pemasukan keuangan Kesultanan Aceh Darussalam berasal dari pemungutan pajak, perdagangan, ghanimah yang sudah diatur oleh sultan. Perekonomian yang diterapkan menjadi salah satu penggerak utama kemajuan dalam kesultanan. Maka dari uraian singkat di atas menunjukkan bahwa hasil dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kebijakan ekonomi Sultan Iskandar Muda di Kesultanan Aceh Darussalam (1607-1636 M), yang mencakup kebijakan dan dampak kebijakan yang diterapkan Sultan Iskandar Muda di Kesultanan Aceh Darussalam 1607-1636 M. Penelitian ini merupakan kajian sejarah tentang kebijakan yang dilakukan Sultan Iskandar Muda dalam pengaturan perekonomian di Kesultanan Aceh Darussalam. Penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau secara sistematis, dengan menggunakan bahan tertulis berupa buku, sehingga hasil penelitian dapat dipetanggungjawabkan secara objektif. Kajian ini bersifat deskriptif-analisis dengan menggunakan pendekatan ekonomi dan teori John Maynard Keynes Government Policy (kebijakan pemerintah) yaitu pemerintahan memiliki peran aktif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan moneter maupun fiskal dalam ranah produksi, distribusi, konsumsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan Sultan Iskandar Muda di bidang ekonomi adalah menjalin hubungan perdagangan dengan negara lain, mengatur sistem administrasi keuangan (membentuk Balai Furdah atau kantor pelabuhan), mengatur arus distribusi pemasukan Negara seperti pajak, ghanimah, ekspansi, dan ekspor, menetapkan kebijakan moneter dengan pengendalian mata uang yang beredar di Aceh, menetapkan kebijkan fiskal dengan mengatur pajak yang dijalankan pada masa Sultan Iskandar Muda. Kebijakan sultan berdampak positif pada munculnya tata peraturan pemerintahan, peningkatan produksi ekspor barang dagang, dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Aceh Darussalam. Adapun dampak negatif adalah ketidakadilan penerapan peraturan baik untuk kalangan Aceh maupun asing yang menjadikan kerugian pihak terkait seperti pialang pantai dan relasi dagang asing. %Z Herawati, S.Ag., M.Pd., %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUL AINI AGUSTINA, NIM. 11120085 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23845 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Madrasah Ulugh Beg, Samarkand, Dinasti Timuriah %P 135 %T MADRASAH ULUGH BEG DI SAMARKAND PADA MASA DINASTI TIMURIAH (1417-1449 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23845/ %X Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam segi keilmuan sering diasumsikan sebagai lembaga yang hanya fokus pada ilmu-ilmu agama (al ulum al-diniyah), asumsi lebih jelek lagi bahwa pendidikan Islam memakruhkan ilmu pengetahuan umum. Benar bahwa madrasah dijiwai oleh nilai-nilai agama Islam pada kelahirannya, namun tidak tepat jika pendidikan Islam mengesampingkan adanya perkembangan ilmu pengetahuan umum. Madrasah Ulugh Beg yang dibangun oleh penguasa Dinasti Timuriah, Muhammad Taraghay Ulugh Beg pada tahun 1417-1420 M, merupakan salah satu madrasah yang memfokuskan ilmu pengetahuan umum dalam kurikulum pendidikannya, yakni ilmu matematika dan astronomi. Selain itu, ilmu-ilmu agama dan sastra juga dipelajari di madrasah ini. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan pelaksanaan Madrasah Ulugh Beg di Samarkand antara tahun 1417 – 1449 M dalam setiap periodenya dan sistem pendidikan yang dijalankannya beserta pengaruhnya. Pendekatan sosiologi merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian Madrasah Ulugh Beg di Samarkand ini, dengan penekanan pada aspek golongan sosial yang berperan serta nilainya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perubahan sosial. Menurut Kingsley Davis peruabahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yakni langkahlangkah yang telah disepakati oleh para sejarawan, langkah-langkah tersebut di antaranya adalah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Madrasah Ulugh Beg mengalami tiga periode dalam perkembangannya, yakni periode awal 1417-1424 M, periode ini adalah periode pertumbuhan lembaga, komponen penting yang terdiri dari kepala madrasah, guru, murid dan generasi pertama terbentuk pada periode ini. Periode Kedua 1424-1447 M, periode ini adalah periode kemajuan dengan adanya integrasi Madrash Ulugh Beg dengan Observatorium Ulugh Beg hingga lahir banyak ilmuan dan karya ilmiah. Periode Ketiga 1447-1449 M, periode ini adalah periode awal kemunduran, yang mana madrasah kehilangan pelindungnya, Ulugh Beg dan hancurnya Observatorium Ulugh Beg sebagai sarana penunjang pendidikan di Madrasah Ulugh Beg. Madrasah Ulugh Beg memiliki 6 komponen dalam inti pembentuk sistem pendidikannya. Keenam komponen ini memiliki tujuan dalam membentuk kelompok masyarakat dengan pengetahuan yang lebih tinggi, khususnya dalam pengetahuan ilmu-ilmu umum dengan didukung ilmuilmu agama, sehingga tercipta perubahan kehidupan sosial yang lebih baik dengan lahirnya para ilmuan dan masyarakat yang produktif, khususnya masyarakat di Samarkand, meskipun dalam faktanya ada perubahan yang tidak dikehendaki yakni bangkitnya ulama’ konservatif. Di sisi lain, Madrasah Ulugh Beg di Samarkand mampu menjadi pusat pendidikan yang berpengaruh baik di Dunia Islam maupun di Dunia Barat, melalui alumni-alumni madrasah dan karya-karya tokoh Madrasah Ulugh Beg di Samarkand. %Z Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim, M. A., M. A %0 Thesis %9 Skripsi %A JUMADI, NIM. 11120036 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23855 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Nahdlatul Ulama, Muslimat, Fatayat, IPPNU %P 163 %T SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA TAHUN 1946 – 1984 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23855/ %X Gerakan perempuan di Indonesia pada mulanya dipelopori oleh individuindividu tangguh pada abad XIX hingga awal abad XX. Kemudian dalam perkembangannya, perempuan-perempuan di Indonesia membentuk sebuah organisasi yang bersifat sosial maupun keagamaan, seperti Putri Mardika (1912) di Jakarta, Pawiyatan Wanito (1915) di Magelang, Aisyiyah (1917) di Yogyakarta, dan masih banyak yang lainnya. Jika dibandingkan dengan gerakan perempuan tersebut, gerakan perempuan dalam tubuh Nahdlatul Ulama (NU) memang terkesan terlambat. Hal ini tidak terlepas dari masa awal kelahiran NU tahun 1926, sebagai organisasi sosial keagamaan yang bersifat tradisional dan masih beranggotakan kaum laki-laki. Namun dalam perkembangannya, NU memiliki anggota perempuan. Keanggotaan perempuan ini pada mulanya ditentang sebagian kaum laki-laki. Meskipun masih dalam bayang-bayang budaya patriarki, perempuan NU terus mendesak untuk membentuk organisasi perempuan dalam tubuh NU. Kesadaran berorganisasi di kalangan perempuan NU tersebut pada akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1946, 20 tahun pasca pendirian NU, gerakan perempuan dalam tubuh NU memiliki payung yang bernama Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) kemudian bernama Muslimat NU. Lahirnya Muslimat NU, juga membawa angin perubahan bagi kader-kader perempuan muda NU untuk membentuk kepengurusan tersendiri, yang diberi nama Putri NOM. Pada tahun 1950 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyetujui pembentukan kepengurusan Putri NOM yang diberi nama Dewan Pimpinan Fatayat NU. Kelahiran Fatayat NU juga berdampak positif bagi lahirnya kader-kader pelajar putri dalam tubuh NU. Pada tahun 1955, para pelajar putri NU ini mendeklarasikan diri sebagai Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Putri di Surakarta. Kemudian disahkan oleh PB Ma’arif NU, dengan nama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis, untuk memahami memahami persoalan secara lebih objektif dan proporsional. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gerakan sosial yang dipopulerkan oleh Anthony Giddens. Menurutnya, gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama; atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (colective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan. Sementara itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi empat tahap: heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (pengujian sumber), interpretasi (analisis), dan historiografi (penulisan). Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa kelahiran gerakan perempuan NU di latar belakangi oleh kondisi sosial masyarakat pada masa penjajahan. Perempuan NU berupaya untuk menyejahterakan kaum perempuan dengan membentuk gerakan-gerakan yang berbasis sosial keagamaan. Dalam perkembangannya perempuan NU juga berperan aktif dalam kemajuan organisasi NU dalam berbagai bidang, baik sosial, pendidikan agama, maupun politik. %Z Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag., %0 Book %A Hak, Nurul %B Buku %C Yogyakarta %D 2012 %F digilib:23874 %I Gosyen Publishing %K Sejarah peradaban Islam %N Cet. 1 %P 164 %T SEJARAH PERADABAN ISLAM Rekayasa Sejarah Daulah Bani Umayyah %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23874/ %V Vol. 1 %X Dalam banyak karya sejarah Islam, baik karya sejarah Islam klasik maupun modern, potret Daulat'l Bani Umayyah hampir selalu buram dan menyandang citra negatif. Beberapa contoh pencitraan negatif tersebut rnisalnya sebutan dan stigma licik, perebut kekuasaan dari Khalifah 'Ali Bin Abu Talib, pembangkit kernbali sistem aristokrasi 'Arab Jahiliyah, sangat berorientasi kekuasaan dan mengutamakan kepentingan keluarganya1 dari umat Islam secara umum. Pencitraan negatif ini juga terjadi pada khalifah-khalifah (raja-raja) yang memerintahnya, seperti Mu'awiyah Bin Abu Sufyan {41-60 H./662-680 M.), pendiri daulah ini. Beliau juga dianggap sebagai khalifah (raja) yang bengis dan suka menggunakan cemeti atau pedang dalam menyelesaikan urusannya.2 Pencitraan yang lebih negatif lagi diberikan kepada putranya, Yazid Bin Mu'awiyah (60-64 H./680-684 M.)1 yang dikatakan sebagai seorang khalifah (raja) yang memperoleh kekuasaan dengan penuh tipu muslihat, pemabuk/ suka minumminuman keras, suka perempuan dan mengotori kota Madinah.3 Mu'awiyah Bin Yazid (64 H./684 M.) dicitrakan sebagai seorang khalifah yang lemah dengan julukan Abu Laila4 dan mati disebabkan terlalu banyak minum arak. Marwan Bin Hakam 64-65 H./684-685 M.) dicitrakan sebagai orang yang pertama kali menggunakan pedang agar dibai'at oleh kelompok yang tidak menyukainya. 'Abdul Malik Bin Marwan (65-85 H./ 685-705 M.) dan AlWalid Bin 'Abdul Malik Bin Marwan (86-96/706-715 M.) disebut-sebut seorang yang sangat bengis, kejam, keras, dan penganiaya.5 Sulaiman Bin Abdul Malik (96-99 H./ 715 M.-718 M.) dijuluki suka makan banyak secara berlebihan, bahkan konon dikatu.kan, beliau terbiasa langsung makan sesudah bangun tidur. Yazid Bin 'Abdul Malik (101-105 H./720-724 M.) dijuluki sangat suka perempuan, termasuk hamba sahaya yang dibelinya.6 Hisham Bin 'Abdul Malik (105-125 H./724-743 M.) disebutsebut sebagai seorang khalifah (raja) yang kasar, keras kepala, kejam, suka mengumpulkan kekayaan dan suka pacuan kuda, dengan menyatukan kudanya dan kuda milik orang lain sampai terkumpul empat ribu kuda.7 Al-Walid Bin Yazid Bin 'Abdul Malik (125-126 H./743-744 M.), sebagaimana Yazid Bin Mu'awiyah, dituduh sebagai seorang peminum, suka hura-hura, musik dan nyanyian. Dialah khalifah (raja) yang pertama kali mengimpor para musisi dan banyak artis dari luar negeri.8 Yazid Bin al-Walid (126 H./744-745 M.) dijuluki al-naqis (yang kurang),karena dituduh suka memotong gaji bulanan tentaranya. Yazid Bin al-Walid juga dikatakan sebagai khalifah (raja) yang menganut paham Mu'tazilah dalam persoalan Usul al-khamsah.9 Dari keseluruhan khalifah (raja) Daulah Bani Umayyah hanya Khalifah Umar Bin 'Abdul'Aziz dan Marwan Bin Muhammad (127-132/745- 750 M.) yang dianggap baik dari para khalifah (raja) Daulah Bani Umayyah, atau paling tidak tidak mendapatkan citra negatif, berkebalikan dengan para khalifah yang lainnya. Khalifah 'Umar Bin Abdul 'Aziz (99-101 H./718-720 M.) bahkan mendapatkan julukan al-Khulafa al-Rashidun yang ke-5, karena kesalehannya dan pemerintahannya yang dianggap melanjutkan para sahabat nabi yang empat (a1- al-Khulafa al-Rashidun) sebelumnya. %0 Journal Article %@ 1411-5905 %A Hak, Nurul %D 2012 %F digilib:23876 %I Fakultas Dakwah %J Jurnal Dakwah : Media Dakwah dan Komunikasi Islam %K Zulqarnain, dakwah, dan peradaban %N No. 2 %P 137-160 %T ZUL QARNAIN, DAKWAH DAN PERADABAN: KAJIAN SEJARAH DAKWAH PERSPEKTIF TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23876/ %V Vol.13 %X Asbab al-nuzul ayat tentang Zul Qarnain datang dari ahl aiKitab menguji kebenaran risalahnya sebagai rasul utusan Tuhan. Sebagai cerita AI-Qur'an, sosok Zul Qarnain ada/ah realitos historis mengenai seorang tokoh sebagai penegas terhadap kebenaran kitab-kitab sebelumnya. Peristiwa misterius di da/am a/-Qur'an seperti Zul Qarnain sebenarnya memberikan ruang terhadap konseptua/isasi dan metodologi kajfan sejarah dari pelbagi aspeknya. Makna terdalam dari . cerita Zul Qarnain dalam ai-Qur'an adalah pandangan dunia (worldview) dan falsafah kebudayaan dan peradaban yang dibangun dan dikembangkan oleh Zul. Qarnain yang berwawasan humanistik-transendenta/ serta nilai-nilai etika universal %0 Thesis %9 Skripsi %A EMI MU’TAZIROH, NIM. 11120034 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23891 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Suara Muhammadiyah, respons, kebijakan ekonomi. %P 157 %T RESPONS MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TERHADAP KEBIJAKAN EKONOMI PRESIDEN SOEHARTO, 1966-1974 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23891/ %X Pada awal pemerintahan Orde Baru, yaitu dalam kurun waktu antara 1966- 1974 Presiden Soeharto mencanangkan program pembangunan dengan menekankan pada pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan yaitu dengan cara menumbuhkan stabilitas keamanan, baik secara nasional maupun regional. Hal ini menimbulkan reaksi berupa respons atau tanggapan dari masyarakat umum khususnya pers. Salah satu media cetak atau pers yang melakukan tanggapan itu adalah Suara Muhammadiyah. Ia merupakan organ resmi milik Muhammadiyah yang berperan sebagai alat komunikasi dari Muhammadiyah kepada anggota-aggotanya maupun pihak luar. Oleh karena itu, penting untuk diteliti respons Suara Muhammadiyah terhadap kebijakan ekonomi Presiden Soeharto. Rumusan masalahnya adalah apa saja kebijakan ekonomi Presiden Soeharto?, bagaimana perkembangan Suara Muhammadiyah pada masanya?, dan bagaimana respons Suara Muhammadiyah terhadap kebijakan Presiden Soeharto tersebut?. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisa isi yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi dan sering digunakan untuk mengkaji pesan-pesan media. Dengan demikian pendekatan ini mengkaji isi secara kuantitatif yang mengandung asumsi bahwa frekuensi kejadian dari berbagai sifat isi itu sendiri dan merupakan faktor penting dalam proses komunikasi dalam keadaan-keadaan tertentu. Sementara itu teori yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada beberapa konsep yaitu majalah Suara Muhammadiyah dan kebijakan. Metode penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup 4 tahapan yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut: pertama, kebijakan ekonomi yang diberlakukan oleh Presiden Soeharto terdiri dari stabilisasi yang diikuti rehabilitasi ekonomi, kebijakan pembangunan, kebijakan harga dan pangan. Kedua, perkembangan Suara Muhammadiyah dalam rentang waktu tahun 1966 sampai tahun 1974 ditampilkan menjadi Suara Muhammadiyah Wajah dan Gaya Baru (WGB) dengan harapan menjadi majalah yang berbobot dan bermutu sehingga digemari warga Muhammadiyah maupun masyarakat umum. Ketiga, respons Suara Muhammadiyah terhadap kebijakan pemerintah tidak berupa kritikan yang menjatuhkan kekuasaan, tetapi kritikan yang membangun dan membantu pemerintah dalam menjalankan kekuasaannya. Selain respons berupa kritikan, terdapat respons berupa dukungan yang dianggap oleh Muhammadiyah sesuai dengan prinsip ideologinya yaitu amar ma’ruf nahi munkar dan respons berupa penolakan yaitu tanggapan yang tidak sesuai dengan prinsip ideologi organisasi tersebut. %Z Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A UMAR FARUQ, NIM. 11120021 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:23916 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga, fungsi, kendala. %P 139 %T AL-KHIDMAH KAMPUS UIN SUNAN KALIJAGA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23916/ %X Al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga merupakan organisasi mahasiswa yang bernuansa Islam yang didirikan di perguruan tinggi untuk mengamalkan amaliyah al- Khidmah. Berdirinya organisasi tersebut bermula dari pertemuan tiga orang yang intinya dari pertemuan tersebut ingin menyelenggarakan majelis di UIN Sunan Kalijaga. Setelah mendapatkan surat izin dari takmir masjid Sunan Kalijaga, lalu tiga mahasiswa tersebut mengadakan majlis yang dilaksanakan pada Selasa sore. Pada awalnya belum ada respon dari mahasiswa, setelah ada respon dan antusias mahasiswa lalu diresmikanlah al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga di Pendopo Joglo Abang, Sleman pada tanggal 25 Desember 2011. Setelah organisasi itu diresmikan, majlis rutin pada hari Selasa dipindah menjadi hari Jum’at karena berbagai masukan dan pertimbangan, selain itu ada beberapa kegiatan rutin lainnya seperti pelatihan rebana, pelatihan manaqib, dan haul akbar di Surabaya. Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga karena didalam organisasi tersebut penulis menemukan berbagai keunikan yang tidak terdapat di organisasi mahasiswa yang lain. Pertama kegiatan al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga lebih menekankan kepada majelis dzikirnya daripada diskusi ilmiah, kedua didalam organisasi al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga terdapat pelatihan rebana serta tata cara pembacaan manaqib yang cara membacanya berbeda dengan majelis yang lain. Berdasarkan alasan tersebut penulis ingin mengetahui dan mendeskripsikan sejarah dan perkembangan al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga, fungsi al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga, serta kendala yang dihadapi para anggota dalam mengikuti kegiatan al- Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga. Dalam hal ini penulis menggunakan teori fungsionalisme, dan menggunakan pendekatan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan cara pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi, kemudian setelah data terkumpul lalu penulis analisa untuk bahan penulisan laporan hasil penelitian. Hasil penelitian disimpulkan bahwa al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga didirikan setelah melihat kondisi UIN Sunan Kalijaga belum ada wadah untuh mengamalkan amaliyah Ulama’ seperti pembacaan surat Yasin dan Tahlil, sehingga dibutuhkan wadah untuk mengamalkan amalan tersebut dan membantu kampus untuk membentengi gerakan Islam radikal. kegiatan pada awalnya hanya majelis rutin Selasa sore sebelum diresmikan pada tanggal 25 Desember 2011. Namun dalam perkembangannya karena ada masukan dan pertimbangan setelah diresmikan kegiatannya mengalami perubahan seperti majelis Selasa sore tersebut dipindah hari Jum’at sore disamping itu memiliki kegiatan lain seperti pelatihan manaqib, pelatihan rebana, dan haul akbar di Surabaya. Bagi anggota, al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga memiliki fungsi seperti menambah ilmu pengetahuan, menambah silaturahmi, mengembangkan bakat dan mendoakan kepada orang tua. Adapun kendala yang dihadapi anggota, selama mengikuti kegiatan al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga adalah minimnya ketersediaan buku manaqib, minimnya waktu latihan rebana, jadwal latihan belum terprogram dengan baik serta kurangnya rasa percaya diri pengurus dalam mengembangkan al-Khidmah kampus UIN Sunan Kalijaga. Mengingat ada beberapa kendala menyebabkan pelatihan di organisasi tersebut cenderung tidak optimal sehingga pada tahun 2016 mengalami kevakuman. %Z Dra. Hj Soraya Adnani. M.S.i., %0 Thesis %9 Skripsi %A DINA MAHDIA RIFA’I, NIM. 12150072 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2016 %F digilib:24059 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K poem, Prophetess, Binary, Islamic feminism theory, apostolate %P 111 %T WOMAN’S DIVINE SELF-RECOGNITION AS SEEN IN KYLI SANTIAGO’S “PROPHETESS” A GRADUATING PAPER Submitted in Partial Fulfillment of the Requirement for Gaining the Bachelor Degree in English Literature %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24059/ %X While prophets consisted of men, this poem echoes a different perspective. Furthermore this poem represents the apostolate elements that pointed to woman, so poem‘s title is prophetess. This research is focused on analyzing Prophetess poem by Kyli Santiago. This research is qualitative and it uses a close reading strategy. This research also uses figurative language for transferring meaning of the poem beside the binary opposition to show the binary. Thus, the Islamic feminism is also employed as the main theory. The purposes of the research are to describe: First, how woman perceives herself as a divine subject in the poem in the Prophetess poem by Kyli Santiago. Second, how does Islam respond this kind of phenomena? There are several results of this research. First, women are God‘s special and multi-talented creatures who can bring the better change and be analogous with the men or even more in all aspects of life. Functionally they can be called a prophetess; since they have the God‘s characteristics whose affections establish the quality of human generation. Second, according to Islamic law, Islam is a justice religion that respects all human regardless the sex and gender. Islam does not limit the follower‘s access but they have to realize what they are created for, what portion of they have, and they do not forget about their rights and obligation because of the core of Islamic teaching is placed in the followers‘ righteousness. %Z Danial Hidayatullah, SS.,M.Hum %0 Journal Article %@ 2338-557X %A DHONT, FRANK %D 2012 %F digilib:9815 %I UIN Sunan Kalijaga %J Al Jamiah %K Islamic martyr, national heroes, Omar al-Mukhtar %N No 2 %T THE HISTORICAL FIGURE OF OMAR AL-MUKHTAR AND ISLAMIC MARTYRDOM IN INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9815/ %V Vol 50 %X The story of Omar al-Mukhtar resisting Italian colonisation of Libya had great potential as a rallying point for anti-colonial sentiment in the Indies stirred up by Islamic politicians under a Pan-Islamic banner. The Dutch colonial government was quite aware of the issue’s sensitivity. It forbade newspapers and Islamic leaders from even mentioning the story of Omar al-Mukhtar with the result that the proposed boycotts against Italy could not become widespread. al-Mukhtar becoming a rallying point for those politically active in the struggle against colonialism. Those that would become Indonesian National Heroes After Indonesian independence it was national, local identity which dominated over that of Islamic martyrdom. [Kisah perjuangan Omar al-Mukhtar dalam melawan kolonialisasi Italia menjadi kisah yang menginspirasi gerakan anti-kolonialisme di HindiaBelanda yang dimotori oleh kalangan politisi muslim melalui semboyan Pan-Islamisme. Pemerintah kolonial Belanda merespon dengan hati-hati isu sensitif ini dengan melarang koran dan pemimpin Muslim menceritakan kisah perjuangan Omar al-Mukhtar. Namun, pelarangan ini tidak cukup berhasil. Omar al-Mukhtar menjadi inspirator gerakan anti-kolonialisme. Mereka yang disebut sebagai pahlawan nasional dengan latar belakang muslim sebenarnya tokoh-tokoh yang dihadirkan dengan nuansa nasional/sekuler. Setelah Indonesia merdeka, identitas lokal-nasional itulah yang kemudian lebih dominan ketimbang identitas keislaman.] %0 Thesis %9 Skripsi %A UMI AZIZAH, NIM. 13120001 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24408 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K MASJID PATHOK NEGORO MLANGI %T MASJID PATHOK NEGORO MLANGI: RESPON MASYARAKAT MLANGI TERHADAP RENOVASI MASJID TAHUN 2012 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24408/ %X Masjid merupakan salah satu tempat beribadah umat Islam, terutama untuk menjalankan sholat berjamaah lima waktu. Masjid Pathok Negoro Mlangi selain digunakan sebagai tempat sholat berjamaah, juga digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam di Mlangi. Status Masjid Pathok Negoro Mlangi berada di bawah naungan Kesultanan Yogyakarta. Masjid ini juga dijadikan sebagai warisan budaya dan digolongkan kedalam bangunan cagar budaya yang dilindungi dengan UU No 10 Tahun 2010. Sehingga tidak sembarangan orang bisa mengubah bentuk bangunan tersebut. Pada tahun 1985, Masjid Pathok Negoro Mlangi direnovasi oleh masyarakat Mlangi. Hasil renovasi tersebut menjadikan bangunan masjid dengan arsitektur modern. Sehingga ciri khas bangunan masjid sebagai masjid kagungan dalem tidak tampak, meskipun atap utama masjid dipertahankan dengan meninggikan lebih tinggi dari atap serambi masjid. Permasalahan mencuat ketika Sultan Hamengku Buwono IX menginstruksikan para pengurus masjid untuk mengembalikan bangunan masjid kebentuk asalnya. Instruksi Sultan banyak menuai respon dari masyarakat Mlangi, respon tersebut ada yang pro dan kontra. Instruksi Sultan untuk mengembalikan bangunan masjid kebentuk asalnya baru terlaksana pada tahun 2012, setelah mengalami berbagai respon dari masyarakat Mlangi. Penelitian ini menggunakan metode historis yang meliputi beberapa tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sebagai alat analisis penulis menggunakan teori konflik sosial oleh Dean G Pruit dan Jeffrey Z. Rubin. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa motif dilakukannya renovasi pada tahun 2012 adalah, untuk mengembalikan ciri khas bangunan Masjid Pathok Negoro Mlangi sebagai masjid kagungan dalem. Renovasi tersebut menuai respon dari masyarakat Mlangi, baik dari golongan tokoh agama maupun dari golongan masyarakat Mlangi biasa. Dalam golongan tokoh agama terdapat dua kubu, yaitu kubu yang pro dan kubu yang kontra terhadap instruksi Sultan. Dalam golongan masyarakat biasa mayoritas menolak instruksi Sultan, tetapi ada sebagian yang pro terhadap instruksi Sultan. Respon tersebut muncul disebabkan adanya perbedaan persepsi di antara kedua belah pihak. Sultan memiliki kepentingan untuk mempertahankan bangunan Masjid Pathok Negoro Mlangi sebagai masjid kagungan dalem, sedangkan masyarakat Mlangi memiliki kepentingan untuk mempertahankan bangunan masjid yang telah direnovasi pada tahun 1985. %Z Dra. Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A DENI AGUNG SATRIA, NIM. 10120027 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24409 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K NYADRAN %T NILAI DAN FUNGSI DALAM TRADISI NYADRAN DI PADUKUHAN GEJAYAN, CONDONGCATUR, DEPOK, KABUPATEN SLEMAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24409/ %X Nyadran merupakan tradisi Jawa yang telah berakulturasi dengan Islam. Di padukuhan Gejayan, pelaksanaan tradisi Nyadran meliputi dari besik desa, kenduri atau selamatan, kemudian acara inti yakni kirim doa. Keunikan tradisi Nyadran di padukuhan Gejayan adalah masih terjaganya keberlangsungan tradisi oleh masyarakat yang majemuk keyakinan dan tingkat sosial-ekonominya. Oleh karenanya, prosesi Nyadran di padukuhan Gejayan pun mengalami beberapa penyesuaian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap adanya nilai dan fungsi yang terkandung pada tradisi Nyadran di padukuhan Gejayan. Selain nilai dan fungsi, tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap latar belakang munculnya tradisi Nyadran di padukuhan Gejayan. Penelitian ini menggunan teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Talcot Person. Dalam teori ini dijelaskan bahwa suatu sistem sosial didasarkan pada suatu kebragaman para aktor individu yang berinteraksi satu sama lain di dalam suatu situasi yang setidaknya mempunyai aspek fisik atau lingkungan, para aktor termotivasi ke arah optimisasi kepuasan dan relasi mereka dengan suatu sistem simbol-simbol yang terstruktural dan dianut bersama secara budaya. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi. Dalam pendekatan antropologi peneliti masuk dan membaur dengan pelaku budaya, ikut serta dan ikut menjadi pelaku budaya dan merasakan budaya dari dalam guna mengetahui data yang ada di dalam masyarakat. Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk menunjang pendekatan antropologi, maka penelitian kualitatif dianggap lebih tepat. Penelitian ini menggunakan tahaptahap diantaranya, pengumpulan data, dan analisa data. Pengumpulan data didapat dari hasil wawancara dan pengamatan selama peneliti membaur dengan masyarakat pelaku budaya, dan analisa data yaitu dengan cara menyeleksi hasil wawancara dengan mendiskripsikan berdasarkan apa yang ada di lapangan. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan meliputi. Pertama adalah latar belakang munculnya tradisi Nyadran di padukuhan Gejayan. Perkembangan tradisi Nyadran di padukuhan Gejayan, tidak lepas dari ke Istimewaan Kesultanan Yogyakarta dalam mengembangkan budaya Jawa- Islam dan mengajarkan nilai-nilai kepada generasi mudanya. Kedua adalah perkembangan atau pembaruan yang terdapat tradisi Nyadran pada tahun 2010 sampai pada 2015, yang mana pada tahun tersebut terdapat sebuah pembaruan berupa kegiatana kirim doa yang terjadwal berdasarkan agama masing masing. Ketiga adalah adanya nilai-nilai yang terkandung, dan yang terjaga di dalam tradisi Nyadran, nilai tersebut meliputi nilai agama, budaya, dan sosial. Nilai tersbut tidak berubah walau pun terdapat pembaruan pada prosesi kirim doanya. Keempat adalah mengungkap fungsi dari tradisi Nyadran di padukuhan Gejayan bagi pelakunya. %Z Drs. Sujadi M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A ELLISA M SHOLEH, NIM. 11120008 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24410 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Biografi dan Peran Aktivitas KH. Bahaudin Mudhary %T BIOGRAFI DAN PERAN AKTIVITAS KH. BAHAUDIN MUDHARY DI SUMENEP JAWA TIMUR TAHUN 1950-1979 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24410/ %X Tokoh ulama’ di Indonesia tidak asing lagi dalam berbagai kiprahnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri dengan adanya peran seorang ulama’ yang bisa membendung dari segala persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Keabsahan seorang ulama’/kyai bisa menjawab segala persoalan yang terjadi khususnya di Sumenep. Ulama’/kyai mempunyai peran penting dalam kemajuan di bidang keagamaan maupun melalui organisasinya. Penelitian ini mengkaji tentang biografi dan peran aktivitas KH. Bahaudin Mudhary di Sumenep Jawa Timur pada tahun 1950-1979 M. Pada tahun itulah KH. Bahaudin Mudhary mempunyai penting sebagai seorang organisator, mempunyai tangung jawab besar dalam kehidupannya, sehingga lahirlah sebuah prinsip bagaimana sebagai seoarang penganut ajaran Muhammadiyah bisa berkiprah dalam kemajuan keagamaan masyarakat, meskipun masyarakat sumenep penganut ajaran yang berlandasan ahlus sunnah wal jama’ah. Hal inilah yang menjadi tangtangan sebagai seorang organisator. Kajian ini difokuskan pada biografi dan Peran aktivitas KH. Bahaudin Mudhary di Sumenep Jawa Timur Pada tahun 1950-1979 M. Kajian ini menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman bahwa peranan seseorang yang mempunyai posisi penting itu mempunyai pengaruh besar terhadap adanya perubahan yang terjadi dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode sejarah yaitu rekonstruksi tentang masa lalu dengan empat tahapan yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, historiografi. Dengan harapan data yang dikumpulkan cukup valid dan responsible. Kajian ini menggunakan pendekatan sosial-biografi, yaitu digunakan untuk memahami latar belakang seorang tokoh dalam proses interaksi sosial, serta proses perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Sumenep. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KH. Bahaudin Mudhary dengan Peran sebagai seorang kyai dan seorang organisator yang memberikan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Madura pada umumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peran dalam segala bidang, baik dalam bidang keagamaan, pesantren, sosial, ekonomi, dan budaya. %Z Drs. Badrun Alaena, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A TRI WAHYUNI, NIM. 11120011 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24411 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pesantren, Peran, Masyarakat Plosokuning %T PERAN PONDOK PESANTREN MURSYIDUL HADI DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI PLOSOKUNING MINOMARTANI NGAGLIK SLEMAN TAHUN 2 009-2015 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24411/ %X Peran Pondok Pesantren Mursyidul Hadi dalam Pengembangan Masyarakat di Plosokuning Minomartani Ngaglik Sleman Tahun 2009-2015 Plosokuning dikenal dengan kampung santri, karena terdapat beberapa pondok pesantren yang didirikan dan majelis taklim, salah satunya Pondok Pesantren Mursyidul Hadi, sebagai wadah dan media pendidikan agama. Dari beberapa pondok pesantren yang ada di Plosokuning, Pondok Pesantren Mursyidul Hadi untuk saat ini merupakan pondok yang tertua. Peran Pondok Pesantren Mursyidul Hadi pada masa kepemimpinan Kiai M. Sugimar Robitina mulai berkembang. Masyarakat sekitar dan santri menunjukkan keterikatan keberagamaan dalam aktivitas kehidupan mereka. Pesantren ini mengembangkan masyarakat bukan hanya melalui aktivitas keagamaan saja, namun juga ada bidang binaan usaha. Kegiatan tersebut yaitu binaan petani, sebuah progam pemberdayaan bagi kemandirian santri dan masyarakat Plosokuning. Sebagai kampung santri, Pondok Pesantren Mursyidul Hadi menanamkan nilai-nilai Islam melalui aktivitas rutinannya. Masyarakat Plosokuning bergerak untuk mendatangi majelis-majelis yang diadakan pesantren. Peran sentral pesantren yaitu Kiai M. Sugimar Robitina yang secara langsung membimbing masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman, pendekatan sosiologi dengan metode kualitatif melalui tahapan-tahapan heuristik (observasi, wawancara, dokumentasi), verifikasi, interpretasi data, dan historiografi. Peneliti bertujuan untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mursyidul Hadi, dan peran Pondok Pesantren Mursyidul Hadi terhadap masyarakat Plosokuning. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peran Pondok Pesantren Mursyidul Hadi yang dipimpin Kiai M. Sugimar Robitina adalah pada bidang pendidikan, sosial-keagamaan, ekonomi, dan sosial-budaya. Pada bidang pendidikan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk belajar ilmu agama. Pada bidang sosial-keagamaan adalah meningkatnya solidaritas dalam keimanan sesama masyarakat muslim. Pada bidang ekonomi adalah majunya bidang pertanian. Pada bidang sosial-budaya adalah nilai gotong royong yang kuat. %Z Drs. H. Jahdan Ibnu Humam Shaleh, M.S. %0 Thesis %9 Skripsi %A YULIA SARI MURWATI, NIM. 11120038 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24414 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Padukuhan Parakan Wetan, Desa Sendangsari, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman %T PENGARUH KESENIAN TRENGGANON TERHADAP MASYARAKAT DI PADUKUHAN PARAKAN WETAN, DESA SENDANGSARI, KECAMATAN MINGGIR, KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (2003-2015 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24414/ %X Pengaruh Kesenian Trengganon Terhadap Masyarakat di Padukuhan Parakan Wetan, Desa Sendangsari, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman Yogyakarta (2003-2015 M) Kesenian Trengganon adalah bentuk kesenian tradisional yang bernafaskan Islam. Kesenian ini merupakan perpaduan antara seni musik, seni tari, silat dan seni suara. Kesenian ini berasal dari Malaysia. Kata Trengganon diambil dari nama sebuah kota kecil bernama Trengganu di Negara Malaysia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kesenian Trengganon mulai berkembang di Padukuhan Parakan Wetan, Sendangsari, Minggir, Sleman pada tahun 1983 M. Kesenian Trengganon ini memiliki keunikan tersendiri misalnya, pakaian dan gerakan tari Trengganon. Pakaian yang digunakan merupakan perpaduan antara pakaian Melayu dan kain tradisional Jawa, sedangkan gerakannya seperti gerakan silat Melayu. Diiringi oleh lagu dan alat musik tradisional bedhug, kentungan (bunyibunyian yang terbuat dari bambu atau kayu yang berongga) dan rebana yang dibawakan oleh orang-orang tua. Lagu-lagu yang dinyanyikan juga beragam yakni shalawat dan lagu daerah Melayu. Penari biasanya berjumlah 40 orang ditambah para pengiring (lagu dan musiknya) yang berjumlah 10 orang. Kesenian Trengganon merupakan salah satu kesenian tradisional yang masih lestari di Padukuhan Parakan Wetan, Sendangsari, Minggir, Sleman. Kesenian ini tetap bertahan di balik banyaknya budaya modern yang masuk. Dalam perkembangannya, kesenian ini mengalami perubahan. Perubahan ini tentunya berdampak bagi masyarakat setepat. Dari uraian diatas, maka dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan kesenian Trengganon, yang mencakup unsur-unsur perubahan pada kesenian Trengganon dan dampak perubahan tersebut bagi masyarakat di Padukuhan Parakan Wetan, Sendangsari, Minggir, Sleman. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh Kingsley Davin. Teori ini membantu peneliti untuk mengetahui apa saja perubahan yang terjadi pada kesenian Trengganon. Teori ini sesuai dengan apa yang ada dalam kesenian Trengganon yang telah mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi pada ketua kesenian Trengganon, alat musik, dan alasan pementasannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian sejarah untuk menggali fakta agar dapat disusun suatu kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan sosiologi, yaitu pendekatan yang mempelajari tentang masyarakat, gejalagejala sosial dan perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan ini, penulis memaparkan serta menjelaskan perubahanperubahan yang terjadi pada kesenian Trengganon dan dampak yang nantinya mempengaruhi masyarakat di Padukuhan Parakan Wetan. %Z Badrun %0 Thesis %9 Skripsi %A MIFTAKHUL KHOIRI, NIM. 11120049 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24416 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K H. Umarul Yahya al Faruk Smbiroto, Purwomartani, Kalasan, Sleman %T PENGOBATAN ALTERNATIF (STUDI KASUS PASIEN PADEPOKAN BINA WARGA H. UMARUL YAHYA AL-FARUK SAMBIROTO, PURWOMARTANI, KALASAN, SLEMAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24416/ %X Di tengah perkembangan teknologi pengobatan modern, pengobatan tradisional masih menjadi pilihan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan ketidakpuasan mereka terhadap pengobatan medis, yang dinilai pengobatan ini mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, pengobatan secara medis juga dinilai mempunyai efek negatif karena unsur kimia yang terkandung dalam obatnya. Oleh karena itu, mereka lebih biasa untuk menggunakan pengobatan alternatif. Disamping tidak memiliki efek negatif, pengobatan ini juga mudah dijangkau oleh masyarakat, salah satunya Pengobatan Alternatif Padepokan Bina Warga yang dipimpin oleh H. Umarul Yahya al Faruk, beralamat di Batok Bolu, Sambiroto, Purwomartani, Kalasan, Sleman. Ia berasal dari dusun Cawet, Suren Gedhe, Kretek, Wonosobo. Untuk tempat praktek pengobatanya hanya ada satu tempat, meskipun dahulu H. Yahya pernah bersafari di berbagai tempat. Praktek pengobatan dibuka setiap hari kecuali Jumat dan hari besar Islam. Pengobatan alternatif ini menggunakan metode obat-obatan herbal, diantaranya herbal dalam dan luar yang dipadukan dengan doa. Prosesinya ialah membagikan herbal dalam (loloh raga pamungkas) secara gratis kepada pasien serta memberikan pelayanan merefleksi syaraf dengan bobok ganda rasa (parem) yang dilakukan oleh karyawan H. Umarul Yahya. Keunikan lainnya yaitu pasien diajak beristighfar dan berdoa bersama-sama untuk kesembuhan penyakitnya. Ketika melakukan pengobatan H. Yahya tidak jarang memberikan tausiyah maupun cerita-cerita menarik yang cukup menghibur pasien, serta sering memberikan edukasi mengenai berbagai hal tentang kesehatan. Di Padepokan tersebut juga disediakan pondokan-pondokan bagi pasien yang bertempat tinggal jauh. Pondokan tersebut ada dua macam, yaitu yang dikelola padepokan dan milik warga masing-masing. Selain itu ada selapanan (bulanan) pengajian akbar dan mujahadah setiap malam selasa kliwon. Penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah bersifat deskriptif analisis. Teori yang digunakan adalah teori motivasi milik Abraham Maslow, bahwa pasien yang berobat ke Padepokan didasari dengan motivasi tertentu. Antropologi sebagai Pendekatan yang digunakan. Dalam mengumpulkan data, penyusun menggunakan data lapangan dan pustaka. Berdasarkan hasil penelitian ini, Padepokan Bina Warga merupakan pengobatan alternatif untuk berobat pasien yang menderita sakit medis maupun non medis. Berdiri pada tahun 2010-an. Pasien yang berobat ke sini didasari dengan berbagai motif, diantara yaitu motif ekonomi, motif sosial, motif relijius dan motif pengobatan tradisional. Strata sosial pasien pun beragam. Fenomena pengobatan alternatif seperti ini sebetulnya sudah banyak terjadi, apalagi yang berunsur syar’i, akan tetapi Fenomena pasien berobat ke Padepokan Bina Warga menjadi nuansa yang berbeda. Motif-motif dari pasien tersebut telah menciptakan suatu budaya baru dengan karakternya sendiri. %Z Dr. Muhammad Wildan, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUHAMMAD SUNANDAR ALWI, NIM. 12120013 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24417 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Damardjati Supadjar, Biografi, Pemikiran, Filsafat Islam-Jawa %T BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM-JAWA DAMARDJATI SUPADJAR (1940-2014 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24417/ %X Damardjati Supadjar adalah seorang tokoh filsafat, dan pemikir lokal yang telah banyak mendapat pengakuan perihal filsafatnya yaitu othak-athik ghatuk, yang dilihat dari pemikirannya dan karya-karyanya. Ia yang sering disebut dengan pemikiran filsafat Islam-Jawa. Dengan menempatkan seorang muslim yang tidak meninggalkan Jawa. Lahir di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, 30 Maret 1940 M. Masa kecil yang berada di daerah kelahiranya Losari. Masa remaja dihabiskan di Yogyakarta, sampai dengan wafatnya tanggal 17 Februari 2014. Ia merupakan sosok yang aktif dalam keilmuan, terlihat dalam pengabdiannya di dunia akademik maupun sebagai tokoh masyarakat. Selain itu ia juga aktif penulis, penceramah, dan narasumber. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji biografi dan pemikiran filsafat Islam- Jawa Damardjati Supadjar 1940-2014 M. Mulai dari lahir sampai wafatnya, mulai dari asal-usul pengaruhnya pemikiranya dan metode filsafat beserta, karya-karya yang pernah ditulis. Mulai dari pandangan dan pemikiranya tentang filsafat Islam- Jawa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Wilhelm Dilthey yaitu biografi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan sosiologis yaitu faktorfaktor lingkungan, sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan keagamaan yang mempengaruhi kehidupan tokoh. Adapun analisis data dilakukan melalui pengumpulan data, penyajian, dan pengambilan keputusan. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara, dokumen, dan buku-buku yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Penyajian dan pengambilan keputusan diambil setelah data yang telah terkumpul. Hasil penelitian yang didapatkan adalah bahwa Damardjati Supadjar merupakan seorang tokoh Jawa yang dibesarkan oleh latar belakang keluarga dan lingkungan sosial yang mengitarinya. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir Damardjati Supadjar dalam berfilasat. Pemikiran Damardjati Supadjar tentang filsafat Islam-Jawa, diantaranya; pandangan tentang alam sebagai Sangkan Paraning Dumadi yaitu tentang asal-usul dan tujuan segala sesuatu yang ada di alam semesta yang berasal dari Tuhan dan kembali kepada-Nya. Selanjutnya manusia sebagai khalifatullah mongko ojo dumeh (dilarang bertindak sewenang-wenang). Dalam ketuhanan terdapat sarira batara (kawula-gusti), yaitu manusia hanyalah kumawula (hamba) yang harus luluh pada gusti (Tuhan). Kemudian pendidikan merupakan ngelmu iku kelakone kanti laku maksudnya untuk mendapatkan ilmu harus dijalani dengan melalui laku (proses mencari ilmu). Sementara moral adalah pemikiran kritis terhadap dasar ajaran bertindak menjadi manusia yang baik. %Z Dr. Maharsi, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A ABDURRAHMAN, NIM. 12120024 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24418 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K TUAN GURU HAJI IBRAHIM AL-KHALIDI %T CORAK PEMIKIRAN KEAGAMAAN TUAN GURU HAJI IBRAHIM AL-KHALIDI 1912-1993 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24418/ %X Islam di lombok pada masa awal masih berhadapan dengan budaya yang berkembang di Lombok, tradisi dan geografi sosial-kultural masih jauh dari nilainilai spiritual Islam. Efek negatifnya nilai-nilai agama masyarakat Lombok ketika itu masih terlihat kabur. Selain itu, ajaran Islam di Lombok pada masa awal masih bercampur dengan praktek-praktek animisme dan dinamisme. Pada abad 20 muncullah tokoh-tokoh yang melakukan pembaharuan terhadap ajaran Islam yang masih menyimpang pada masyarakat Lombok. Pembaharuan ini ditandai denga munculnya Tuan Guru yang tersebar di seluruh Pulau Lombok. Kajian mengenai Tuan Guru di Lombok memang sangat menarik. Salah satunya kajian mengenai TGH.Ibrahim al-Khalidi yang memiliki peran penting dalam melakukan pembaharuan Islam di Lombok. TGH. Ibrahim al-Khalidi merupakan seorang Tuan Guru yang lahir dari garis keturunan kerajaan Selaparang, lahir pada bulan Muharram 1330 H/1912 M. Setelah beberapa tahun menuntut ilmu di Makkah, ia kembali ke Lombok dan berusaha memperbaiki ajaran Islam yang pada waktu itu banyak penyimpangan. Adapun rumusan masalah dalam penelitia ini antara lain mengenai latar belakang kehidupan TGH. Ibrahim al-Khalidi, kontribusinya dalam membangun dan mengembangkan Pondok Pesantren al-Ishlahuddiny, dan pemikirannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan biografis dan pendekatan intelektual sebagaisudut pandang dalam memahami pokok permasalahan. Adapun teori yang digunakan adalah teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Ervin Goffman. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan Beberapa tahapan yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. TGH. Ibrahim al-Khalidi telah sukses dalam mengembangkan ajaran Islam di Lombok. Hal ini terbukti dengan banyaknya santri yang dia didik berhasil memahami agama Islam. Dalam konteks ini, alumnus Pondok Pesantren al- Islahuddiny di bawah asuhan TGH. Ibrahim al-Khalidi telah mendapatkan legalitas dari masyarakat untuk terjun menjalankan misi dakwah sebagai estapet dari dakwah TGH. Ibrahim al-Khalidi. Santri-santri tersebut tesebar di seluruh wilayah Lombok bahkan sampai ke luar Lombok. %Z Drs. H. Maman Abdul Malik Sya‟roni, M.S %0 Thesis %9 Skripsi %A MUH BASUKI, NIM. 12120026 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24419 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan Toleransi, Umar Bin Khattab, Yerusalem dan Mesir. %T TOLERANSI UMAR BIN KHATTAB DALAM PERISTIWA PEMBEBASAN YERUSALEM DAN MESIR (15H – 20H / 636M – 641M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24419/ %X TOLERANSI UMAR BIN KHATTAB DALAM PERISTIWA PEMBEBASAN YERUSALEM DAN MESIR (15H – 20H / 535M – 641M) Umar bin Khattab adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar. Selama masa kepemimpinannya Umar bin Khattab tercatat telah melakukan penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah, baik Persia maupun Romawi. Pembebasan Yerusalem dan Mesir menjadi bukti keberhasilannya dalam penyebaran Islam itu. Setelah kedua wilayah tersebut dibebaskaan, umat Islam, Kristen, dan Yahudi dapat hidup rukun dan damai. Dasar kerukunan dan kedamaian mereka adalah kebijakan toleransi Umar bin Khattab. Kebijakan toleransi tersebut berupa perjanjian damai yang isinya adalah pelarangan merusak dan menempati gereja atau rumah ibadah lainnya, pengamanan umat Kristen dan Yahudi dengan membayar pajak (jizah) serta mengusir orang Romawi dan para penjahat dari Yerusalem. Kebijakan ini sungguh cemerlang dan cocok untuk wilayah yang penduduknya heterogen seperti di Mesir dan Yerusalem. Oleh sebab itu penelitian ini berfokus pada kebijakan toleransi Umar bin Khattab dalam peristiwa pembebasan Yerusalem dan Mesir. Terkait kebijakan ini, maka peneliti mencari latar belakang dan dampak dari kebijakan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan psikologi politik. Pendekatan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang perilaku seorang tokoh politik dalam mengambil tindakan politiknya. Teori psikologi politik yang digunakan adalah teori motif yang dikemukakan oleh Madsen (1961), menurutnya motif adalah aspek–aspek kepribadian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Untuk menjelaskan kebijakan, peneliti menggunakan teori kebijaksanaan dari Miriam Budiarjo yang menyatakan kebijakan adalah hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalan bentuk perundan-undangan. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil dari penelitian toleransi Umar bin Khattab dalam peristiwa pembebasan Yerusalem dan Mesir adalah munculnya perjanjian damai antar umat beragama yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusi (HAM) berdasarkan Islam. Perjanjian tersebut secara garis besar berisi, perlindungan terhadap musuh yang kalah dan menyerah, melindungi harta dan jiwa golongan non-Islam, dan membayar jizyah sebagi pajak perlindungan. Inilah bentuk toleransi dari pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam. Kebijakan ini dari sudut pandang psikologi politik dipengaruhi oleh faktor internal (kepribadian, nilainilai, identitas, sikap, dan kognisi) dan eksternal (dalam kelompok dan luar kelompok). Dampak dari kebijakan tersebut adalah setiap orang berhak memilih keyakinannya dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. %Z Zuhrotul Latifah, S. Ag., M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD SODIKIN, NIM. 12120032 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24420 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Penaklukan Madain, Perkembangan Peradaban Islam, Mesopotamia (637-661 M) %T PENAKLUKAN MADAIN DAN PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI MESOPOTAMIA (637-661 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24420/ %X Persia dengan ibukotanya Madain merupakan imperium yang besar, namun penduduknya hidup dalam kungkungan para penguasa yang zalim, stratifikasi sosial, perbudakan manusia dan kelas-kelas sosial lainnya dianggap sebagai sesuatu yang lazim. Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab perlawanan sengit terjadi dalam Perang Qadisiah antara pasukan kaum Muslim dengan tentara Persia. Kaum Muslim memperoleh kemenangan, Saad bin Abi Waqqash dan pasukannya dengan mudah memasuki dan menaklukkan ibukota Persia, Madain pada Juni tahun 637 M, dan segera melakukan penataan diwilayah baru. Setelah penaklukkan ini, mempermudah pasukan Muslim melakukan penaklukan-penaklukan diwilayah lainnya. Berdasarkan permasalahan diatas, untuk mempermudah peneliti maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut: seperti apakah kondisi Madain menjelang penaklukan Muslim? Bagaimana umat Islam menaklukan Madain? Bagaimana perkembangan peradaban Islam di Mesopotamia sesudah penaklukan Madain? Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis yaitu suatu studi yang bertujuan memahami arti subjektif dari kelakuan sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti objektifnya. Pendekatan ini digunakan dalam mendeskripsikan peristiwa masa lampau yang di dalamnya mengungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Teori yang digunakan adalah teori asimilasi yakni peleburan sifat asli yang dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah: merupakan proses pengumpulan data kemudian menguji, menganalisis dan menafsirkan suatu gejala peristiwa atau gagasan yang muncul pada masa lampau, dalam pelaksanaannya meliputi: tahap heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (seleksi sumber), interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (laporan hasil penelitian). Hasil dalam penelitian ini adalah munculnya peradaban Islam di wilayah Mesopotamia meliputi: kota Kufah, Basrah, dan Damaskus yang menjadi kota metropolis, pusat kajian keilmuan baik ilmu agama maupun ilmu umum. Lahirnya aliran-aliran teologi seperti Syi’ah, Murjiah, dan Khawarij. Dari sinilah terpancar peradaban baru setelah adanya asimilasi antara kebudayaan Persia dengan kebudayaan Islam. Oleh karena itu Peradabannya pun berubah menjadi peradaban Islam. Penghapusan kasta-kasta dalam ajaran Islam menjadikan masyarakat Persia berbondong-bondong masuk Islam. %Z Dra. Hj. Ummi Kultsum, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A RIDWAN, NIM. 12120033 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24421 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K islamisasi, sufi, pedagang, antropologi. %T ISLAMISASI DI JAMBI ABAD XIII M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24421/ %X Kajian mengenai islamisasi di Jambi abad ke-13 M, merupakan suatu upaya untuk mengetahui perkembangan Islam. Pada abad tersebut, peristiwa islamisasi sudah terjadi melalui saluran perdagangan dan kaum sufi. Meskipun pada abad ke-13 M, ini penyebaran Islam masih dalam kelompok-kelompok kecil. Selain pedagang dan kaum sufi, penguasa lokal juga berperan dalam islamisasi, yakni dengan memberikan kepada muslim pendatang –pedagang muslim dan kaum sufi –untuk masuk dan menetap di Jambi. Penelitian ini merupakan kajian pustaka dengan menggunakan metode sejarah, yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Metode ini digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dan menganalisanya. Selain itu, kajian ini juga menggunakan pendekatan antropologi. Pendekatan ini digunakan untuk meninjau proses menyerap unsur budaya asing. Selanjutnya, pendekatan tersebut akan disambungkan dengan konsep islamisasi dan peran. Menurut J. Noorduyn, islamisasi merupakan proses datang, masuk, dan menetapnya muslim ke suatu wilayah masyarakat dan kemudian menyebarkan ajaran Islam. Kemudian peran yang dijalankan oleh pendakwah atau pemeran islamisasi berdasarkan kedudukannya dalam struktur masyarakat. Kedatangan kaum sufi dan pedagang muslim memiliki misi yang berbeda. Kaum sufi datang dengan misi dakwah. Sedangkan pedagang untuk berdagang, walaupun secara tidak langsung pedagang menjalankan dakwah melalui kegiatan dagangnya. Pedagang menjalankan kegiatan dagangannya dengan cara yang syar’i. Dengan demkian, dakwah yang dilakukan oleh mereka ada dua bentuk, yakni dakwah langsung dan tidak langsung. Kemudian beberapa pola yang dilakukan pemeran islamisasi dalam menyebarkan Islam di Jambi. Pertama, pola asimilasi yang dilakukan oleh kaum sufi dalam upaya menyerapkan ajaran tasawuf ke dalam ajaran mahayana. Kedua, pola akomodasi yang dilakukan oleh pedagang muslim. Pola ini adalah suatu usaha untuk memberikan keuntungan kepada masyarakat Jambi di kalangan bangsawan dengan melakukan kegiatan perdagangan yang berbeda dengan pedagang lainnya. Ketiga, pola akulturasi yang dijalankan oleh penguasa lokal. Pola ini adalah upaya penguasa lokal yang memberikan kebebasan muslim pendatang untuk menetap di Jambi. Selain itu, penguasa lokal juga mengangkat muslim untuk masuk dalam pemerintahan. Ketiga pola tersebut ditinjau dari sudut pandang atas usaha-usaha pemeran islamisasi. %Z Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUCHROM WIKANDONO, NIM. 12120036 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24422 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Organisasi, Pengajian anak-anak, Kecamatan Moyudan. %T ORGANISASI PENGAJIAN ANAK-ANAK KECAMATAN MOYUDAN (PAKM) TAHUN 1987-2003 (KAJIAN TENTANG SEJARAH PERKEMBANGAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24422/ %X Skripsi ini membahas tentang sejarah dan perkembangan organisasi gerakan sosial keagamaan di wilayah Kecamatan Moyudan Sleman DIY yang bernama Organisasi Pengajian Anak-anak Kecamatan Moyudan (PAKM) dari tahun 1987-2003. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan fungsional. Teori yang digunakan adalah teori fungsi. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah. Meliputi pengumpulan data (heuristik), verifikasi data, interpretasi data dan penulisan (historiografi). Organisasi Pengajian Anak-anak Kecamatan Moyudan merupakan salah satu organisasi sosial keagamaan yang ada di wilayah Kecamatan Moyudan. Organisasi ini bergelut dalam pengembangan dan pembinaan anak usia dini. sebagai organisasi sosial keagamaan PAKM bekerja secara mandiri dan ikhlas tanpa menerima imbalan sepeserpun dari siapapun. Organisasi ini menginginkan generasi Islam yang dapat dibanggakan dan berprestasi. PAKM memiliki sejarah yang cukup panjang. Terbentuknya organisasi ini di mulai dengan pengajian dwi jamaah, pengajian panca jamaah, dan pengajian anak-anak dasa jamaah, FOSIPPA, PPAKM hingga PAKM. Secara substansial organisasi ini tidak merubah ranah geraknya, yaitu tetap bergerak dalam pembinaan dan pendidikan agama anak-anak uisa dini. Kegiatan-kegiatan PAKM sangat berdampak pada diri santri dan masyarakat Moyudan secara umum. Perubahan dan perkembangan santri dalam hal keagamaan berupa pemahaman dan pengetahuan mengenai tauhid, agama islam dan muamalah dirasakan oleh para santri. Adapun dalam bidang sosial PAKM sangat menjunjung tinggi keadilan, kegotongroyongan dan kemakmuran warga masyartakat Kecamatan Moyudan. %Z Fatiyah. S.Hum., MA %0 Thesis %9 Skripsi %A AGUS MAHFUDIN SETIAWAN, NIM. 12120041 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24423 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tari Bedana, Tradisional, Negeri Olok Gading. %T TARI BEDANA DI NEGERI OLOK GADING TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG (STUDI KASUS KESENIAN ISLAM 1968-2015 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24423/ %X Tari Bedana Di Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat Bandar Lampung (Studi Kasus Kesenian Islam 1968-2015 M) Tarian tradisional suatu bangsa merupakan bentuk seni pertunjukan perlu untuk dilestarikan. Seni tari Bedana pada mulanya muncul di Kampung Palembang, Teluk Betung, Bandar Lampung, Lampung pada tahun 1942 M. Kemudian berkembang sampai ke seluruh Provinsi Lampung. Kesenian ini semula berfungsi sebagai media syiar Islam kemudian beralih sebagai seni pertunjukan atau hiburan. Seni tari Bedana dalam penyajiannya hanya ditampilkan oleh laki–laki, tidak boleh berpasangan dengan yang bukan muhrim. Pertunjukan tari ditampilakn secara vertikal (maju mudur). Tarian ini diringi oleh lagu shalawat dan bahasa lokal. Alat musik pengiringnya gambus, rebbana, dan ketipung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatam sejarah budaya. Pendekatan ini digunakan untuk penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Pendekatan kebudayaan juga dapat difahami sebagai cara memahami kesenian dengan melihat wujud tradisi yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Kemudian teori yang digunakan pada penelitian ini adalah evolusi dan teori peranan. Evolusi merupakan peruses perubahan yang lambat dari rendah, ke tinggi, dan kompleks. Teori peranan ada 3 unsur yaitu peranan posisi seorang individu dalam masyarakat, peranan dalam organisasi, dan struktur sosial. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Ada empat tahao dalam metode penulisan sejarah yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dab historiografi (penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kajian Tari Bedana terdiri dari sejarah terbentuknya Tari Bedana, makna gerak, musik iringan dan busana, serta tempat pertunjukkan. Sanggar Angon Saka memiliki usaha-usaha dalam pelestaraian Tari Bedana dengan cara: a). latihan satu kali dalam satu minggu, b). pementasan disetiap kegiatan sendiri ataupun bekerjasama dengan pihak luar, contohnya dengan Dinas Pariwisata, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, c). pendaftaran anggota baru yang dilakukan 2 tahun sekali. %Z Fatiyah, S.Hum, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A LINA KHUSNIAH, NIM. 12120047 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24424 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kontribusi, Historiografi Islam, Indonesia %T ABDULLAH BIN NUH DAN HISTORIOGRAFI ISLAM DI INDONESIA (1905 M – 1987 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24424/ %X Kajian ini membahas Abdullah bin Nuh dan Historiografi Islam di Indonesia. Abdullah bin Nuh merupakan salah satu cendekiawan muslim yang lahir di Cianjur kemudian menghabiskan akhir hayatnya di Bogor. Ia adalah ulama yang lahir awal abad ke-20 dan dikenal sebagai seorang Kyai karena keluasan ilmu agamanya. Selain itu Abdullah bin Nuh juga mempunyai kemampuan menulis yang tidak diragukan lagi. Banyak karya yang telah lahir dari tangannya baik yang berbahasa Arab, Indonesia maupun Sunda. Penelitian ini memfokuskan pada kontribusi historiografi Abdullah bin Nuh dalam skala lokal meskipun tidak menutup kemungkinan berkontribusi juga dalam skala nasional. Pembahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi biografi. gambaran umum historiografi Islam di Indonesia dan kontribusi Abdullah bin Nuh dalam historiografi Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Tujuan akhir dari penelitian ini untuk menggambarkan biografi yang meliputi latar belakang kehidupan Abdullah bin Nuh mulai dari latar belakang keluarga, pendidikan serta karya-karyanya, memaparkan historiografi Islam dan menganalisis penulisan sejarah Islam yang meliputi bentuk, corak dan tema. Setelah itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, hasil penelitian yang diperoleh: pertama kemampuannya dalam sejarah diperoleh dari penguasaan beberapa bahasa asing terutama bahasa Arab, Inggris, Belanda dan Prancis. Kedua sumber-sumber yang digunakan berasal dari sumber lokal seperti babad, primpon, sisilah yang didapat dari kalangan sayid serta sumber asing berbahasa Arab, Inggris maupun Belanda. Ketiga penulisan Abdullah bin Nuh berbentu kronik yang berdasarkan urutan waktu kejadian, corak indo-sentri begitu terlihat dalam karyanya dan bertema sejarah politik. Peranan dia sebagai sejarawan dikatagorikan –meminjam istilah Azyumardi Azra sebagai sejarawan Informal. %Z Drs. Sujadi, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A USWATUN CHASANAH, NIM. 12120058 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24425 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T SEJARAH PONDOK PESANTREN NURUL HAROMAIN DI DUSUN TARUBAN KULON, TUKSONO, SENTOLO, KULON PROGO 1995-2016 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24425/ %X Kajian ini membahas sejarah Pondok Pesantren Nurul Haromain di Dusun Taruban Kulon, Tuksono, Sentolo, Kulon Progo. Pondok Pesantren Nurul Haromain merupakan pesantren semi modern, meskipun sudah memasukkan sistem madrasah dan sekolah formal namun tetap mempertahankan corak salafnya. Pondok pesantren tersebut juga berkecimpung dalam masalah sosial, yaitu membangun panti asuhan untuk anak-anak yatim dan terlantar serta panti sosial untuk yang terkena gangguan jiwa dan narkoba. Pembahasan yang akan dikaji yaitu kondisi sosial dan keagamaan, biografi pendiri pondok pesantren, serta perkembangan dari pondok pesantren tersebut. Konsep yang digunakan adalah konsep pesantren dari Abd. Muin. Abd. Muin membagi pesantren dalam tiga tipologi yaitu pesantren salafiyah, khalafiyah dan kombinasi. Pondok Pesantren Nurul Haromain merupakan pesantren kombinasi karena meskipun sudah membangun madrasah tetapi tetap mempertahankan corak salafinya.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis. Ilmu sosiologi adalah ilmu sosial yang obyeknya masyarakat, maka pendekatan sosiologis berarti pembahasan tentang hubungan sosial, golongan sosial yang berperan, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial dan status sosial.Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu heuristik yakni pengumpulan sumber. Pengumpulan sumber diperoleh dari sumber lisan maupun tulis. Kedua adalah verifikasi, yakni tahapan penulis melakukan kritik terhadap sumber yang ditemukan. Ketiga adalah interpretasi yakni menafsirkan terhadap fakta-fakta sejarah yang telah ditemukan sehingga sumber data yang telah diperoleh dapat disusun secara kronologis dan sistematis. Tahapan terakhir yaitu historiografi yakni penulisan sejarah yang mencakup pengantar, hasil penelitian, dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara Pesantren Nurul Haromain dan masyarakat sekitar. Pesantren yang benar-benar awalnya merintis dari bawah sekarang mampu survive di masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan pesantren mampu membangun Panti Asuhan, Madrasah Non Formal, Madrasah Formal, Panti Rehabilitasi Narkoba dibawah naungan Yayasan al-Maliky Pondok Pesantren Nurul Haromain. Pesantren selain bertujuan untuk mencetak kader-kader ulama juga berusaha untuk mensejahterakan masyarakat sekitar melalui lembaga-lembaga tersebut. %Z Drs. H. Musa, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUL BARIROH, NIM. 12120082 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24427 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Maulana Muhammad Ilyas, perjuangan dan pemikiran %T PERJUANGAN MAULANA MUHAMMAD ILYAS DAN PEMIKIRANNYA DI INDIA TAHUN 1917-1944 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24427/ %X Maulana Muhammad Ilyas merupakan seorang tokoh ulama India sekaligus pelopor gerakan yang dikenal dengan Jamaah Tabligh. Perjuangan Ilyas berawal dari keprihatinannnya melihat kemunduran umat Islam dan maraknya praktik kehinduan di kalangan umat Islam pada saat itu. Adanya gerakan pemurnian Hindu juga mendorong Ilyas untuk memperbaiki umat Islam di India. Upaya Maulana Ilyas dalam memperbaiki umat Islam yang pertama melalui bidang pendidikan yaitu dengan mendirikan madrasah-madrasah. Namun, melalui pendirian-pendirian madrasah ini belum cukup berhasil dalam memperbaiki umat Islam. Upaya untuk memperbaiki umat Islam kemudian melalui bidang dakwah. Melalui usaha dakwah ini ternyata mampu mengubah kondisi umat Islam di India. Hal ini ditunjukkan dengan umat Islam di India tidak lagi melakukan praktik kehinduan, peribadatan di kuil, merayakan hari raya Hindu tidak lagi dilakukan oleh umat Islam di India. Cara berpakaian sesuai dengan syariat Islam, setiap desa telah berdiri masjid-masjid yang dipenuhi dengan jamaah umat Islam di India, madrasah banyak didirikan, kebiasaan buruk seperti merampok, minum minuman keras juga sudah tidak tidak dilakukan lagi. Keberhasilannya dalam memperbaiki umat Islam di India mendorong Ilyas untuk mengembangkan usaha dakwahnya ke luar India, karena di samping untuk memperbaiki umat Islam Ilyas juga mempunyai tujuan ingin menyatukan umat Islam. Selain itu, Ilyas juga menginginkan berdirinya sebuah negara Islam, akan tetapi gerakannya tidak berafiliasi dengan partai atau politik apapun. Menurut Ilyas, sebuah negara Islam akan berdiri apabila umat Islam hidup sesuai dengan syariat Islam, dan kembali kepada ajaran Nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu, melalui gerakannya, ia berupaya memperbaiki umat Islam untuk kembali kepada ajaran Nabi Muhammad saw. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai perjuangan Maulana Ilyas dalam upaya memperbaiki umat Islam yakni dalam bidang pendidikan, serta menjelaskan mengenai pemikiran Maulana Ilyas yang meliputi pembaharuan dalam Islam, politik dan agama, serta fikih. Pada Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan ini digunakan untuk melihat bagaimana kondisi umat Islam di India pada saat itu, dan tindakan-tindakan yang dilakukan Maulana Ilyas dalam melakukan perjuangannya. Penelitian ini menggunakan teori behavioral yang dikemukakan oleh Robert Berkhofer. Metode yang digunakan adalah metode historis, yang meliputi empat langkah, yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil penulisan skripsi ini menyimpulkan bahwa, perjuangan Maulana Muhammad Ilyas dalam memperbaiki umat Islam di India melalui bidang pendidikan dan bidang dakwah. Perjuangan Maulana Ilyas dalam memperbaiki umat Islam telah berhasil melalui bidang dakwah. Oleh karena itu, ia kemudian viii mengembangkan usaha dakwahnya ke luar India. Sampai saat ini usaha dakwahnya telah menjadi gerakan transnasional. Di dalam gerakannya ia menggabungkan Pan Islamisme dan tasawuf. Selain itu Maulana Muhammad Ilyas melalui gerakannya bertujuan untuk menyatukan umat Islam. Oleh sebab itu, Ilyas melarang anggotanya untuk membicarakan masalah politik dan fikih, karena menurut Ilyas politik dan perbedaan mazhab dapat menyebabkan perpecahan antar umat. %Z Herawati S.Ag., M.Pd. %0 Thesis %9 Skripsi %A NOVILIA ANGGRAENI, NIM. 12120091 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24428 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Zainab al-Ghazali, Perjuangannya, Ikhwanul Muslimin %T ZAINAB AL-GHAZALI DAN PERJUANGANNYA DALAM IKHWANUL MUSLIMIN TAHUN 1937-1965 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24428/ %X Zainab al-Ghazali adalah seorang tokoh pejuang perempuan di Mesir yang juga dikenal sebagai cendekiawan muslimah di era modern. Ia lahir pada tahun 1917 M/ 1335 H menjelang peristiwa Revolusi 1919 yaitu peristiwa kebangkitan perempuan Mesir. Sosoknya yang tegas, cerdas dan pemberani menjadi daya tarik tersendiri karena ia dianggap berbeda dengan tokoh-tokoh pejuang perempuan di eranya. Pada tahun 1937, Ia mendirikan Muslim Ladies Association sebagai tindakan nyata yang dilakukannya dalam mengubah posisi kaum perempuan. Akan tetapi, terjadi permasalahan serius ketika ia dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok Ikhwanul Muslimin. Pada tahun 1965, Zainab al-Ghazali ditangkap bersama dengan beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin yang diadili tanpa menghiraukan amnesti Internasional. Latar belakang pertentangan ideologi menjadi pemicu berbagai peristiwa tribulasi yang dilakukan pemerintah terhadap gerakan oposisi pemerintah Mesir itu. Meski pada akhirnya dibebaskan, perjuangan Zainab dalam Ikhwanul Muslimin tidak demikian dilupakan. Ia telah menjadi tokoh perempuan berpengaruh dalam gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Penulis menggunakan pendekatan biografis untuk melihat latar belakang kehidupan Zainab al-Ghazali, tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami hal-hal apasaja yang menjadi pembentuk karakter seorang tokoh. Adapun Teori yang digunakan penulis adalah teori panggung yang dikembangkan oleh Erving Goffman. Teori panggung menekankan pada proses interaksi sehari-hari, seseorang dilihat dari tindakannya, dan penonton menerima pertunjukan itu. eori panggung dimaksudkan dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana proses interaksi Zainab al-Ghazali dalam bebeapa adegan pada bidang sosial, keagamaan dan politik ketika melakukan perjuangan dalam Ikhwanul Muslimin. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan perjuangan Zainab al-Ghazali dalam Ikhwanul Muslimin antara tahun 1937-1965 M. Adapun metode yang digunakan yaitu metode sejarah yang meliputi empat tahapan. Tahap pertama, heuristik yaitu pengumpulan sumber yang menjadi fokus kajian penulisan. Tahap kedua, verifikasi yaitu menguji dan menganalisis data secara kritis. Tahap ketiga, interpretasi yakni menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan. Tahap keempat, historiografi yaitu langkah terakhir berupa penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penulisan yang disajikan secara sistematis dalam beberapa bab agar lebih mudah dipahami. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A UMI AZIZAH, NIM. 13120001 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24429 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Masjid %T MASJID PATHOK NEGORO MLANGI: RESPON MASYARAKAT MLANGI TERHADAP RENOVASI MASJID TAHUN 2012 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24429/ %X Masjid merupakan salah satu tempat beribadah umat Islam, terutama untuk menjalankan sholat berjamaah lima waktu. Masjid Pathok Negoro Mlangi selain digunakan sebagai tempat sholat berjamaah, juga digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam di Mlangi. Status Masjid Pathok Negoro Mlangi berada di bawah naungan Kesultanan Yogyakarta. Masjid ini juga dijadikan sebagai warisan budaya dan digolongkan kedalam bangunan cagar budaya yang dilindungi dengan UU No 10 Tahun 2010. Sehingga tidak sembarangan orang bisa mengubah bentuk bangunan tersebut. Pada tahun 1985, Masjid Pathok Negoro Mlangi direnovasi oleh masyarakat Mlangi. Hasil renovasi tersebut menjadikan bangunan masjid dengan arsitektur modern. Sehingga ciri khas bangunan masjid sebagai masjid kagungan dalem tidak tampak, meskipun atap utama masjid dipertahankan dengan meninggikan lebih tinggi dari atap serambi masjid. Permasalahan mencuat ketika Sultan Hamengku Buwono IX menginstruksikan para pengurus masjid untuk mengembalikan bangunan masjid kebentuk asalnya. Instruksi Sultan banyak menuai respon dari masyarakat Mlangi, respon tersebut ada yang pro dan kontra. Instruksi Sultan untuk mengembalikan bangunan masjid kebentuk asalnya baru terlaksana pada tahun 2012, setelah mengalami berbagai respon dari masyarakat Mlangi. Penelitian ini menggunakan metode historis yang meliputi beberapa tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sebagai alat analisis penulis menggunakan teori konflik sosial oleh Dean G Pruit dan Jeffrey Z. Rubin. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa motif dilakukannya renovasi pada tahun 2012 adalah, untuk mengembalikan ciri khas bangunan Masjid Pathok Negoro Mlangi sebagai masjid kagungan dalem. Renovasi tersebut menuai respon dari masyarakat Mlangi, baik dari golongan tokoh agama maupun dari golongan masyarakat Mlangi biasa. Dalam golongan tokoh agama terdapat dua kubu, yaitu kubu yang pro dan kubu yang kontra terhadap instruksi Sultan. Dalam golongan masyarakat biasa mayoritas menolak instruksi Sultan, tetapi ada sebagian yang pro terhadap instruksi Sultan. Respon tersebut muncul disebabkan adanya perbedaan persepsi di antara kedua belah pihak. Sultan memiliki kepentingan untuk mempertahankan bangunan Masjid Pathok Negoro Mlangi sebagai masjid kagungan dalem, sedangkan masyarakat Mlangi memiliki kepentingan untuk mempertahankan bangunan masjid yang telah direnovasi pada tahun 1985. %Z Dra. Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A RANI LESTARI, NIM. 13120020 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24430 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kampung Babussalam, Sejarah, dan Dinamika. %T KAMPUNG BABUSSALAM DI TANJUNG PURA LANGKAT SUMATERA UTARA (1883-1926 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24430/ %X Kampung Babussalam di Tanjung Pura Langkat didirikan pada tahun 1883 M oleh Syekh Abdul Wahab atas inisiatif dari Sultan Musa yang merupakan pemimpin Kerajaan Langkat. Kampung tersebut menjadi istimewa karena dijadikan sebagai pusat pengajaran dan penyebaran Tarekat Naqsabandiyah yang berperan penting dalam penyebaran tarekat tersebut, khususnya di wilayah Melayu, yaitu Indonesia dan Malaysia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui jaringan para murid yang tidak hanya berasal dari Langkat. Selanjutnya, sebagai masyarakat pedesaan, penduduk Babussalam sangat menjunjung tinggi nilai gotong-royong yang tercermin dalam usaha mereka membangun dan mengembangkan kampung tarekat tersebut. Hubungan harmonis antara Belanda dan Sultan Musa pada perkembangannya mengakibatkan kemunduran Kampung Babussalam pada tahun 1890-1893 M. Pada tahun 1893 M, Kampung Babussalam bangkit kembali dan berhasil mencapai masa kejayaan melalui pembangunan spiritual dan material, hingga tahun 1926 M. Hal tersebut membuktikan bahwa Kampung Babussalam telah mengalami fase pasang surut dalam rentan waktu 1883-1926 M. Oleh karena itu, penulis merumuskan beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana keadaan Tanjung Pura sebelum terbentuknya Kampung Babussalam?, 2. Bagaimana proses terbentuknya Kampung Babussalam?, 3. Bagaimana perkembangan Kampung Babussalam? Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi Pedesaan dan teori perkembangan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun. Pendekatan Antropologi Pedesaan digunakan sebagai alat analisa untuk membahas kebudayaan- kebudayaan masyarakat pedesaan yang mempengaruhi keadaan dan perkembangan Kampung Babussalam. Adapun teori perkembangan digunakan untuk menganalisa dinamika perkembangan Kampung Babussalam yang terus menuju kemajuan selama tahun 1883-1926 M. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, yang meliputi tahap heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Kampung Babussalam yang didirikan pada tahun 1883 M berhasil dijadikan sebagai pusat pengajaran dan penyebaran Tarekat Naqsabandiyah dan berperan besar terhadap persebaran tarekat tersebut, khususnya di daerah-daerah Melayu. Keberadaan masyarakat Melayu dan Kerajaan Langkat di Tanjung Pura menjadi faktor penting dalam proses pembentukan dan perkembangan kampung tarekat tersebut. Selain itu, perkembangan Kampung Babussalam selama lebih kurang 43 tahun mengarah kepada kemajuan-kemajuan yang signifikan, baik di bidang pembinaan spiritual melalui kegiatan pengajaran tarekat, maupun di bidang materil melalui kegiatan- kegiatan pembangunan fisik dan ekonomi, seperti keberhasilan masyarakat Kampung Babussalam dalam mengembangkan perkebunan karet, dan pembangunan serta pemugaran madrasah. %Z Dra. Himayatul Ittihadiyah, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI ZYA AMA, NIM. 13120057 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:24431 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K BANI KAMSIDIN %T PERNIKAHAN KEKERABATAN BANI KAMSIDIN (STUDI KASUS PERNIKAHAN ENDOGAMI DI JAWA TIMUR TAHUN 1974-2015 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24431/ %X Tradisi pernikahan kekerabatan Bani Kamsidin tidak umum terjadi jika dilihat dari sudut pandang ketentuan-ketentuan hukum dalam Islam dan norma serta adat yang berlaku di Indonesia pada umumnya. Pernikahan ini terjadi sejak tahun 1974 dan masih dipertahankan oleh keturunan Kamsidin sampai sekarang. Bahkan keturunan Kamsidin yang sudah migran ke berbagai wilayah tetap memegang teguh tradisi pernikahan kekerabatan ini. Kemajuan pendidikan serta perkembangan zaman yang dialami keturunan Kamsidin tidak menyurutkan pernikahan ini untuk tidak bertahan. Oleh karena itu penulis tertarik mengkaji lebih lanjut bagaimanakah sebenarnya sejarah pernikahan Bani Kamsidin ini terjadi meliputi asal usulnya beserta prosesnya, motif-motifnya, dan perkembangan pernikahan Bani Kamsidin di Jawa Timur dari tahun 1974 sampai 2015. Penulis dalam mengkaji sejarah pernikahan kekerabatan Bani Kamsidin ini menggunakan pendekatan antropologi. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep perjodohan, pernikahan, dan pernikahan endogami. Teori yang digunakan adalah teori motivasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan melakukan beberapa tahap, yaitu tahap heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penulisan skripsi ini menunjukkan bahwa: pertama, pernikahan kekerabatan Bani Kamsidin bermula dari pesan Kamsidin dan Sardimah kepada anak-anaknya dan menantu-menantunya untuk menikahkan anak-anaknya secara kekerabatan atau anak dari anak-anaknya saling dinikahkan. Proses pernikahan kekerabatan Bani Kamsidin meliputi perjodohan, nyabek ocak, serpang, certacer, lamaran, ngalak sabek, akad nikah, resepsi pernikahan, ngirem, tongngebben, dan main ke ponduk. Kedua, perkembangan pernikahan kekerabatan Bani Kamsidin dari tahun 1974 sampai tahun 2015 dapat diklasifikasikan ke dalam tiga periode, yaitu periode inti Bani Kamsidin, periode penyatuan keluarga, dan periode konflik. Ketiga, alasan/ dorongan yang menyebabkan Bani Kamsidin melakukan pernikahan kekerabatan adalah keyakinan agama, menjaga keturunan, dan menjaga keutuhan keluarga. Selain itu dampak dari pernikahan kekerabatan Bani Kamsidin, meliputi dampak hukum, sosial, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan psikologis. Kontribusi penelitian ini adalah memperkaya perbendaharaan sejarah nasional dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai sosial-budaya dari peristiwa-peristiwa sejarah masyarakat Indonesia yang lebih kompleks. %Z Dr. Imam Muhsin, M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A TAUFIK SETYO BROTO, NIM.: 05120036 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:5442 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah Islam, kebangkitan intelektual Muslim, masa Imperialisme Inggris %T KEBANGKITAN INTELEKTUAL MUSLIM DI ANAK - BENUA INDIA MASA IMPERIALISME INGGRIS 1857-1947 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/5442/ %X ABSTRAK Sejarah Islam di Anak Benua India, merupakan babak yang panjang dalam sejarah Islam. Menginat Islam sudah punya pengaruh sejak awal berkembangnya hingga masa modern. Dalam perjalanan sejarah Islam di kawasan ini, Islam sebagai sesuatu yang baru membuktikan mampu tampil sebagai pemegang pemerintahan yang dimulai dari Muhammad ibnu Qasim dari dinasti Umayyah hingga kesultanan Mughal sebagai pewris tradisi pemerintahan Islam di tanah Hindustan. Kesultanan Mughal adalah kesultanan yang berkuasa di sebagian besar wilayah Anak Benua India. Kesultanan Mughal bersentuhan dengan pengaruh modern yang dibawa oleh Inggris yang datang diawal abad 17 M. Dalam perkembangannya Inggris mengubah haluan yang semula berdagang menjadi penjajah. Diawali dengan penaklukan Nawab Siraddawlah sebagai penguasa Bangla. Umat Islam dihadapkan dengan permasalahan yang komplek pada era ini. Persoalan mengenai prektek keagamaan yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar, ditandai dengan munculnya para revivalis yang mengusung semangat pembaharuan Islam di mulai dari Shah Waliyullah dan para pengikutnya. Muncul nama-nama sepeti Shah Abdul Aziz, Sayid Ahmad Syahid, Haji Syariattullah, Titu Mir sebagai pejuang pembaharu Islam sepeniggal Shah Waliyullah. Gerakan yang dimulai sebagai gerakan sosial keagamaan sebagai upaya rehabilitasi umat yang terpuruk berkembang menjadi sebuah gerakan perlawanan umat terhadap Inggris dan pihak yang bersekutu dengannya. Ini adalah awal yang melatarbelakangi bangkitnya semangat keagamaan jihad dalam konteks perlawanan bersenjata. Ini respon yang muncul dari umat Islam yang berkembang pada masa ini. Usaha pembebasan dari penjajahan Inggris mengalami kegagalan terbesar ketika terjadi Indian Mutiny 1857. Rakyat India baik Hindu atau Muslim melawan Inggris dan itu gagal diikuti dengan runtuhnya Mughal. Pasca Mutiny adalah erarehabilitasi umat melalui gerakan sosial budaya walaupun India menjadi negara kolonial Inggris. Para ulama dengan program pendidikan pada akirnya mampu membawa cerah masa depan rakyat India yang bebas dari penjajah. Muncul Madrasah Deoband yang mewarisi tradisi Intelektual ulama trasional para ulama India Pada perkembagannya para alumninya mencita citakan India merdeka dari inggris membuka peluang bagi kaum Muslim untuk menata kehidupan komunitas mereka munurut Islam dengan demikian menarik non-Muslim ke Islam dan menentang pemisahan India-Pakistan. Lembaga pendidikan Muhammadan Anglo Oriental Colage yang didirikan Ahmad Khan mewakili tradisi keilmuan Muslim India yang beradaptasi dengan modernisme. Tokoh-tokoh Intelektual Muslim, seperti Iqbal, Ali Jinah dan pra lulusan lembaga ini berjuang membela kepentingan Muslim atas tekanan mayoritas Hindu dan peguasa Inggris. Pada akirnya mereka menuntut adanya sebuah tanah air merdeka bagi Muslim. Kepentingan Muslim dapat terlindungi dalam sebuah negara yang merdeka dengan warganegaranya mayoritas Muslim. Atas peran serta kalangan intelektual Muslim Anak Benua India secara umum rakyat india dapat merdeka penuh dari penjajah Inggris. Walaupun usaha yang dilakukan mereka tidaklah mudah, mereka sering terlibat pertentangan dengan golongan Hindu. Tetapi ada pula dari mereka yang berkerjasama dengan Hindu atas dasar nasionalisme. Kelompok ini yang menentang pemisahaan India-Pakistan, yaitu dari kubu Deoband yang sejak awal mendukung Kongres Nasional India. Golongan yang menginginkan sebuah tanah air bagi Muslim yang merdeka, mereka berjuang dengan cara mereka sendiri dengan identitas Muslim. Kelompok ini juga pernah melakukan sebuah kerjasama dengan Hindu dalam aksi yang punya kepentingan sama sebagai sebuah sentimen terhadap Inggris. Perjuangan kelompok ini terrealisasi secara sukses dengan lahirnya sebuah negara mayoritas Muslim yang dikenal dengan Pakistan 15 Agustus 1947. div %Z Pembimbing: Prof. Dr Muhammad Abdul Karim, MA, MA., %0 Thesis %9 Skripsi %A YENITA OKTAVIA, NIM.: 07120021 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:6523 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K gerakan Paderi, Tuanku Imam Bonjol %T KEPEMIMPINAN TUANKU IMAM BONJOL DALAM GERAKAN PADERI DI MINANGKABAU 1821-1837 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6523/ %X ABSTRAK Minangkabau pada akhir abad 18 M dan awal abad 19 M merupakan kancah dari pergumulan intelektual keagamaan yang mencapai klimaks dengan terjadinya perang saudara yang dahsyat. Perang saudara antara kaum putih, yang ingin melakukan pemurnian kehidupan keagamaan dan kaum hitam, yang membela tatanan lama disebut juga dengan perang Paderi. Kondisi sosial politik masyarakat Minangkabau yang merupakan pemerintahan suku aristokratis tidak mampu menetapkan aturan-aturan dan hukum yang mapan yang dapat dilaksanakan oleh segenap lapisan masyarakat. Ketidakmampuan hukum terlihat manakala segala keputusan diserahkan kepada para penghulu dan tetua adat tanpa melibatkan kaum agama. Kebijakan membiarkan kelompok agama terpinggirkan merupakan salah satu faktor lahirnya gerakan Paderi. Kondisi yang demikian dimanfaatkan oleh kolonial Belanda, dan akhirnya memberi kesempatan bagi Belanda untuk mengadakan intervensi (1821 M-1837 M). Selanjutnya, perang saudara (Paderi) pun berubah menjadi perang kolonial dan akibatnya terhapuslah Kerajaan Minangkabau pada tahun 1821, sebagai kekuatan politik dan bercokolnya dominasi asing di seluruh wilayah Pesisir dan Darat. Pada masa inilah muncul Tuanku Imam Bonjol sebagai pemimpin Paderi yang memberikan peran cukup signifikan dalam sejarah gerakan Paderi yang radikal. Dalam memimpin Paderi Tuanku melakukan pendekatan secara persuasive. Dalam menghadapi Belanda dan masyarakat adat ia memiliki kekuatan militer yang cukup kuat, dan sebagai basis pertahanan ia mendirikan Benteng di beberapa daerah. Tuanku Imam Bonjol seorang pemimpin yang bersemangat dan pemberani, pada masanya ia berhasil menemukan titik temu dengan masyarakat adat sehingga, terbentuklah kesepakatan antara masyarakat adat dengan ulama. Terealisasinya landasan ideologi fundamental yang baru, yaitu adat bersendi syara', syara' bersendi kitabullah dan diperkuat pula dengan formula syara' mangato, adat mamakai. Selanjutnya pola kepemimpinan dalam masyarakat Minangkabau pun berubah. Hal inilah yang menarik perhatian bagi peneliti untuk mengadakan penelitian ini. Kepemimpinan Tuanku Imam yang menginginkan perdamaian karena sudah lama hidup dalam suatu wilayah dimana para pemimpinnya terpecah-belah, sehingga dengan tekadnya ia mampu melahirkan kesepakatan dan pengaruhnya terhadap perubahan pola kepemimpinan masyarakat Minangkabau. Penelitian ini adalah penelitian historis yang bertujuan merekonstruksi masa lampau secara kronologis dan sistematis, agar dapat memberikan gambaran tentang peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu serta diberikan tafsiran, dan dianalisa secara kritis sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian dengan sumber tertulis seperti buku dan jurnal. Rumusan masalah yang dijadikan panduan penelitian ialah: bagaimana kondisi masyarakat Minangkabau menjelang lahirnya gerakan Paderi; bagaimana model kepemimpianan Tuanku Imam Bonjol selama memimpin gerakan Paderi; apa pengaruh kepemimpinannya terhadap pola kepemimpinan masyarakat Minangkabau setelah Paderi berakhir. Untuk mendapatkan analisis yang lebih dalam mengenai kepemimpinan Tuanku Imam Bonjol dalam gerakan Paderi di Minangkabau, Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan behavioral. Teori yang digunakan di sini adalah teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Max Weber, yaitu teori yang menggambarkan tentang kepemimpinan yang dibagi menurut jenis otoritasnya, yaitu otoritas legal rasional, otoritas tradisional, dan otoritas kharismatik. div %Z Pembimbing: Zuhrotul Lathifah, S.Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A SRIATI, NIM.: 06120010 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:6517 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Gerakan Qaramithah, dinasti Abbasiyah %T GERAKAN QARAMITHAH DI KUFAH (SUATU TELAAH HISTORIS TAHUN 264-364 H, 886-986 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6517/ %X ABSTRAK Ketidakadilan dan proses dehumanisasi selalu menjadi benih perlawanan, dan setiap usaha perlawanan akan melahirkan sebuah gerakan untuk mempertahankan keberadaan kelompok tersebut. Kekuatan tangan besi yang membelenggu menjadikan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi, dan terdiri dari sekelompok orang sebagai pengikut, serta ada yang bertindak sebagai pembawa ideologi dipelopori oleh sang pemimpin gerakan. Munculnya konsep ideologi sebagai alat untuk menterjemahkan kondisi, dan memberikan trik-trik penyelesaian melalui pembentukan gerakan yang bertujuan untuk merubah aspek-aspek kehidupan, serta telah diterapkan penguasa terhadap yang tertindas dalam kehidupan sosial, kultural muslim sesuai dengan ideologi yang mereka bentuk. Gerakan Qaramithah dalam penelitian ini berusaha untuk menggambarkan peristiwa gerakan dalam menghadapi kondisi, dan situasi pada masa dinasti Abbasiyah, karena untuk menentukan kontribusi gerakan tersebut terhadap perkembangan Islam pada masanya. Pertanyaan yang dimunculkan dalam peristiwa gerakan Qaramithah ini antara lain: Mengapa gerakan Qaramithah tahun 264-364 H/886-986 M muncul di Kufah, Bagaimana respon aliran Islam terhadap gerakan Qaramithah tahun 264-364 H/886-986 M di Kufah. Dalam menganalisis persoalan di atas, penulis menggunakan pendekatan behavioral. Pendekatan tersebut difungsikan untuk mengetahui latar belakang perubahan sosial, sehingga gerakan tersebut mengarah pada kondisi sosial yang bersifat radikal, dan perubahan tersebut berpengaruh pada aspek politik. Pada dasarnya gerakan Qaramithah dalam penelitian ini merupakan sebuah gerakan yang menyimpang, karena telah berusaha menyebarkan ajaran agama Islam yang menyimpang dengan cara-cara kotor. Di antaranya dengan melakukan peperangan, pembunuhan, perzinaan, dan penganiayaan. Menurut yang diungkapkan Robert Merton bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial, sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan, dan akhirnya menjadi menyimpang. Sebuah penyimpangan merupakan perubahan yang menggunakan tindakan-tindakan yang dianggap tidak sah, sehingga tindakan tersebut dapat menimbulkan ketidakstabilan yang mengarah pada suatu konflik. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh teori Dahrendorf bahwa konflik berfungsi menciptakan perubahan dan perkembangan. Menurut dia, sekali kelompok-kelompok tersebut bertentangan muncul, maka mereka akan terlibat dalam tindakan-tindakan yang terarah pada perubahan di dalam struktur masyarakat sosial. Jika konflik tersebut intensif, maka perubahan tersebut akan bersifat radikal, dan jika konflik tersebut diwujudkan dalam bentuk kekerasan, maka perubahan struktural akan terjadi secara tiba-tiba. Peristiwa tersebut terjadi dalam gerakan Qaramithah sebagai wujud perlawanan terhadap sikap dinasti Abbasiyah yang tidak adil terhadap kelompok Syi'ah. Sikap yang diterima oleh kelompok Syi'ah Qaramithah berupa meminggirkan, dan menghambat perkembangan Syi'ah secara umum bahkan menindas kelompok yang lemah. div %Z Pembimbing: Syamsul Arifin, S.Ag., M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI RAHMA, NIM.: 07120005 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:6515 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tradisi Huang Wue, upacara kelahiran %T TRADISI HANG WUE DALAM UPACARA KELAHIRAN DI DESA SIRU, KEC.LEMBOR, KAB. MANGGARAI BARAT, NTT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6515/ %X ABSTRAK Agama Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk melakukan kegiatan-kegiatan ritualistik seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain. Begitu juga dalam kepercayaan masyarakat Manggarai terdapat kegiatan-kegiatan ritualistik seperti selamatan yang terwujud dalam sebuah upacara tertentu. Pada dasarnya sebuah upacara itu dilaksanakan dalam rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Hal ini seperti yang dilakukan oleh masyarakat desa Siru, setiap bayi yang baru lahir mengadakan upacara Hang Wue (kelahiran), dimana bayi berusia tujuh hari. Dengan harapan anak yang baru dilahirkan tersebut senantiasa diberi keselamatan dan perlindungan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan sekaligus untuk mengamalkan ajaran Nabi Muhammad S.A.W. yaitu aqiqah. Keunikan dalam penyambutan upacara Hang Wue di desa Siru, ketika bayi lahir, pada malam harinya orang mengadakan acara wela, yaitu kegiatan begadang dengan diselingi tadarusan yang berlangsung hingga bayi berumur enam hari. Acara ini bertujuan agar bayi yang baru lahir ke dunia senantiasa diberi keselamatan serta terhindar dari gangguan makhluk halus. Acara ini dimulai pukul 18:00 sampai 23:00 WITA. Adapun rumusan masalah yang dibahas adalah: apa yang melatar belakangi masyarakat desa Siru melaksanakan tradisi Hang Wue? Hang (makan) Wue (kacang) makna dari Hang Wue yaitu kebersamaan masyarakat dalam penyambutan bayi yang baru lahir, sehingga upacara Hang Wue merupakan salah satu bentuk ritual yang dikaitkan dengan selamatan bayi, setelah bayi berusia tujuh hari. Upacara Hang Wue ini, tidak terlepasa dari mitos, masyarakat desa Siru masih meyakini apabila upacara Hang Wue tidak dilaksanakan berpengaruh buruk kepada bayi, misalnya bayi sakit, dan menangis. Dengan melaksanakan Hang Wue bersama dengan aqiqah, karena mereka percaya bahwa dengan melaksanakan upacara Hang Wue anak yang baru lahir senantiasa diberi keselamatan dan perlindungan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan sekaligus untuk mengamalkan ajaran Nabi Muhammad S.A.W. yaitu aqiqah. Bagaimana bentuk akulturasi Islam dengan budaya lokal pada tradisi Hang Wue? Masyarakat desa Siru ketika bayi lahir pada malam harinya mengadakan tadarusan berturut-turut samapai berusia enan hari pada hari ketujuh masyarakat Siru melaksanakan upacara Hang Wue diantaranya: penyembelihan kambing, mencukur rambut, pemberian nama pada anak, membaca surah al-Fatihah, an-Nas, al-Falaq, al-Ikhlas dan doa selamat yang dipanjatkan kepada Allah S.W.T. kemudian dalam pelaksanaan upacara Hang Wue tidak terlepas dari unsur Animisme seperti dengan adanya garu/dupa dan Dinamisme dengan meletakkan pisau, paku, atau besi yang berwujud apa saja yang ujungnya di susuki bawang dan diletakkan disisi cabang bayi. Tujuannya adalah agar berbagai makhlukhalus tidak mengganggunya. Faktor-faktor apa yang menyebabkan lestarinya tradisi Hang Wue di desa Siru? Adapun faktornya terdiri dari faktor rohani, kelahiran seorang bayi memiliki makna yang sakral dalam kehidupan sosial masyarakat tradisional, prosesi upacara yang berkaitan dengan daur kehidupan memiliki simbol-simbol dan nilai-nilai religi atau kepercayaan. Dalam ritual Hang Wue ada kepercayaan yang selalu dipegang oleh masyarakat desa Siru, yaitu apabila tidak melaksanakan Hang Wue ada rasa yang tidak nyaman dan ketakutan serta kekhwatiran akibat yang ditimbulkan dari ketidakpatuhan kepada ajaran leluhur yang sudah turun temurun yang dilakukan sejak dulu hingga sekarang. Kemudian faktor ekonomi dalam pelaksanaan upacara Hang Wue dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi masyarakat desa Siru mengenai kondisi status sosisl dan ekonomi (keuangan). Dengan mengadakan upacara Hang Wue dan aqiqah secara bersamaan dapat menghemat biaya yang dikeluarkan sehingga dapat terencana secara maksimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian budaya dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa pertanyaan atau keterangan bukan berupa angka, yaitu ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari perilaku (subjek). Tahap pengumpulan data meliputi: wawancara, observasi, analisis data, dan laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis, yaitu suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latarbelakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. div %Z Pembimbing: Prof. Dr. H . Mundzirin Yusuf, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A RAHMAN SOLEH, NIM.: 07120002 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:6512 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K politik, Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) %T PERJUANGAN POLITIK PERSATUAN MUSLIMIN INDONESIA (PERMI) DI MINANGKABAU 1931-1937 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6512/ %X Masa menjelang kemerdekaan Republik Indonesia merupakan era perjuangan bangsa Indonesia yang tersekat oleh ideologi dan ide-ide baru dalam melawan kolonial Belanda. Tidak bisa dipungkiri perjuangan-perjuangan lokal yang terjadi pada saat itu masih menitik beratkan pada kepentingan-kepentingan tertentu maupun golongannya masing-masing. Perjuangan Partai Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi salah satu partai politik yang mampu menggabungkan ideologi Islam dengan ideologi nasionalis. Permi juga mampu membuka sekat-sekat politik dengan partai nasionalis. Hal ini mencerminkan usaha bersama-sama dalam menjalankan politik untuk mengusir penjajah Belanda dari Indonesia. Selain itu, Politik Permi menunjukkan kebangkitan kaum muda Minangkabau untuk bergerak memperjuangkan hak-hak politiknya. Partai Politik Persatuan Muslimin Indonesia di Minangkabau merupakan representasi dari perjuangan politik kearah yang lebih modern dengan menampilkan ideologi baru, Islam-Nasionalis yang berkembang pada masa pra kemerdekaan. Perjuangan politik ini diawali dengan memasukan ide-ide baru oleh pendiri Permi yaitu Mukhtar Lutfi dan Ilyas Yakub serta persinggungannya dengan partai-partai berbasis nasionalis di Jawa seperti PNI. Perjuangan Permi dilakukan dalam rangka melawan hegemoni Belanda dengan kebijakan-kebijakannya yang menghambat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Penelitian terhadap Permi ini penting sebagai studi terhadap Sejarah Islam di Indonesia dalam perspektif politik, serta khususnya bagi pengembangan bidang studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di UIN Sunan Kalijaga. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah perjuangan politik Permi dalam menghadapi kolonial Belanda serta konflik ideologi yang terjadi di Minangkabau pada tahun 1931-1937 M. Masalah ini mengacu pada kerangka pemikiran bahwa perjuangan politik yang dilakukan oleh Permi merupakan usaha dari bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah Belanda. Perjuangan Permi juga merupakan hasil perkembangan politik modern yang diarahkan pada perjuangan nasional dengan ideologi yang berbeda dari Partai politik Islam yang lain di Indonesia pada waktu itu. Persoalan tersebut merupakan masalah sejarah yang diteliti melalui pendekatan politict. Fakta tentang proses perjuangan politik di paparkan dan di analisis dengan pendekatan politik. Penjabaran pembahasannya menggunakan teori konflik. Perjuangan partai politik dan konflik-konflik ideologi yang terjadi diungkapkan berdasarkan analisis mendalam dengan menggunakan kerangka teoritis tersebut. Sementara Pengumpulan sumber dilakukan melalui studi pustaka/ library research. Adapun analisis data beserta penyimpulannya mempergunakan metode kualitatif, sehingga mengandalkan pada analisis komprehensif terhadap data dari sumber-sumber yang ditemukan. div %Z Pembimbing: Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A NURUL QOIMAH, NIM.: 07120019 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:6509 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K akulturasi, budaya Cina dan Islam, batik lasem %T AKULTURASI BUDAYA CINA DAN ISLAM PADA BATIK LASEM DI REMBANG JAWA TENGAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6509/ %X ABSTRAK Batik merupakan suatu bentuk ekspresi kesenian gambar di atas kain yang menjadi salah satu kebudayaan Indonesia. Tidak hanya keindahan yang berupa perpaduan ragam hias dan permainan warna yang mempunyai satu ciri khas tersendiri, akan tetapi juga mewakili sebuah identitas diri serta semangat yang terlihat dari kesenian batik tersebut. Sejarah batik sendiri diperkirakan dimulai dari zaman pra sejarah dalam bentuk pra batik dan mencapai proses perkembangannya pada zaman Hindu selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru. Pada awalnya kain batik hanya dikenal sebatas lingkungan keraton atau kerajaan, di mana kain batik semula hanya dipakai oleh kalangan bangsawan dan raja-raja. Namun seiring dengan perkembangan, maka kain batik selanjutnya dikenal luas di kalangan rakyat dan terus berkembang hingga masa sekarang. Jumlah dan jenis motif kain batik yang mencapai ribuan jenis ini mempunyai ciri khas pada masing-masing daerah di Indonesia. Salah satu batik yang mempunyai ciri khas atau keunikan yakni batik dari Rembang atau lebih dikenal dengan nama Batik Lasem. Selain mendapat pengaruh dari budaya jawa, Batik Lasem ini juga mendapat pengaruh dari para pedagang Cina yang menetap di wilayah tersebut, hal ini terbukti dengan adanya warna merah pada batik. Karena memang pada saat itu Lasem merupakan pelabuhan besar yang sering disinggahi oleh berbagai pedagang dari luar khususnya Cina. Tidak hanya warna merah saja yang dikenal sebagai pengaruh Cina, warna hijau juga masuk sebagai pengaruh yang diberikan oleh komunitas muslim. Keunikan lainnya juga muncul pada motif khas masyarakat Cina itu dapat dilihat pada gambar burung hong, kilin, ikan mas, ayam hutan dan sebagainya. Fenomena tersebut menarik untuk diteliti, karena didalamnya terdapat akulturasi budaya Cina dan Islam serta Jawa khusunya sehingga dalam penelitian ini teori yang akan digunakan adalah teori akulturasi. Karena pada batik ini menampilkan simbol sesuai dengan pengaruh yang dibawa dari daerah asalnya seperti Cina, maka teori simbol juga digunakan pada penelitian ini. Dari uraian itu maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: Bagaimana sejarah perkembangan batik Lasem? Bagaimana bentuk akulturasi budaya Cina dan Islam pada batik Lasem? Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penerapan metode ini meliputi tahap-tahap seperti: tahap pengumpulan data yang melalui observasi, interview, dokumentasi, analisis data dan laporan penelitian. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan antropologi budaya yaitu proses mengumpulkan dan mencatat bahan-bahan guna mengetahui keadaan masyarakat yang bersangkutan tanpa melupakan masa lampau. Penelitian ini dilakukan karena batik ini mempunyai keunikan lain dibandingkan Yogyakarta atau Solo, sehingga menimbulkan ketertarikan untuk mengetahui bagaimana perkembangannya hingga saat ini. div %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MUSLIMIN, NIM.: 04121922 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:808 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Aktifitas religius, pendidikan kolonial, pendidikan Islam %T PENDIDIKAN ISLAM DI KOTA YOGYAKARTA (PERAN ULAMA DALAM MELAWAN POLITIK PENDIDIKAN KOLONIAL 1910-1942) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/808/ %X ABSTRAK Yogyakarta merupakan wilayah (Vorstenlanden) yang unik, karena pada tahun 1910-1942 muncul berbagai golongan dan organisasi baik yang berhaluan politik, ekonomi, dan keagamaan yang menumbuhkan semangat nasionalisme di masyarakat tradisional maupun modern. Aktifitas religius mengalami musim semi kembali akibat bermunculannya organisasi keagamaan di Yogyakarta, sebut saja SI (1911), Muhammadiyah (1912) dan NU (1926). Para ulama telah menuntut ilmu di Timur Tengah, utamanya di al-Haramayn mereka membentuk pendidikan tradisional dan modern, yaitu muncul untuk mengimbangi pendidikan sekuler Eropa yang dibawa oleh kolonial Belanda, terutama di daerah tradisional Kesultanan Yogyakarta. Penelitian ini tidak hanya membahas tentang pendidikan tradisional atau pendidikan modern saja, tetapi menggabungkan dari kedua kutub pendidikan tersebut dalam melawan pendidikan kolonial. Tetapi juga melihat bagaimana setrategi dan intelektualitas ulama dalam melawan pendidikan kolonial. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan dan lapangan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fungsionalisme Struktural yang dikembangkan oleh Robert K. Marton, menurut dia Fungsionalisme Struktual adalah untuk menjaga keutuhan struktur sosial, keberadaan suatu pranata tentu menurut fungsionalismenya. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana para ulama modern dan tradisionalis dalam mengembangkan pendidikan Islam dan bagaimana penetrasi ulama dalam mengkonter pendidikan Eropa (kolonial Belanda). Kontribusi penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat untuk memperkaya khazanah intelektual, memberi informasi bagi disiplin keilmuan dan dijadikan pijakan dalam mempelajari atau membenahi kondisi pendidikan Islam saat ini dan sebagai sumber acuan bagi peneliti selanjutnya maupun untuk penulis lain di bidang yang sama. div %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A MA'RIFAH AL-KHOIRIYAH, NIM.: 03121468 %B /S1 - Skripsi/Fakultas Adab/ %D 2011 %F digilib:6503 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K politik SM Kartosuwiryo, negara Islam Indonesia %T PERJALANAN POLITIK S.M KARTOSOEWIRJO PROKLAMATOR NEGARA ISLAM INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6503/ %X ABSTRAK Sekartaji Marijan Kartosuwiryo seorang tokoh yang kontroversial di Negara Indonesia. Telah melampaui enam kali pergantian Presiden namun tokoh ini masih tetap dikenal sebagai tokoh pemberontak dan sangat erat kaitannya dengan Darul Islam (DI) atau dengan kata lain Negara Islam Indoesia (NII). Perjalanan politik SM. Kartosuwiryo dimulai dengan keikut sertaan beliau di dalam organisasi Syarikat Islam (SI) partai politik pertama di Indonesia. Di Syarikat Islam (SI) ini beliau banyak belajar tentang ilmu, baik ilmu agama maupun tentang ilmu politik. Setelah beliau aktif di dalam Syarikat Islam (SI) beliau di pecat dari Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) sekolah tinggi ilmu kedokteran di Surabaya. Di kota Surabaya pulalah beliau bertemu dengan HOS Tjokro Aminoto seorang tokoh Syarikat Islam (SI) dan tinggal bersama beliau, yang kedepannya pemikiran beliau sangat berpengaruh terhadap jalan politik dan pemikiran-pemikiran politik Islamisme SM Kartosuwiryo. Perjalan karir SM. Kartosuwiryo di Syarikat Islam (SI) dapat dikatakan sangat baik, bahkan beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum (Sekjen) pada tahun 1931 dan juga pernah sebagai Wakil Ketua di Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) leburan dari Partai Syarikat Islam (PSI) pada tahun 1939. Selain terkenal taat beragama dan aktifis partai yang kritis, beliau juga terkenal sebagai orang yang memiliki pemikiran brilian. Jauh sebelum kemerdekaan beliau menawarkan metode hijrah sebagai metode perjuangan. Metode hijrah merupakan metode perjuangan yang tidak terfikirkan oleh tokoh-tokoh lain dan sangat menuai kotroversial. SM. Kartoswiryo menarik untuk diteliti karena Kartosuwiryo adalah tokoh sejarah yang begitu keras mempertahankan Negara Islam Indonesia yang ditimpakan kepada Darul Islam dan pemimpinnya, sehingga dengan ini diharapkan dapat membuka cakrawala berfikir dan membangun kesadaran historis kita semua. Lebih dari itu, upaya mengungkap manipulasi sejarah Negara Islam Indonesia yang dilakukan semasa Orde lama dan Orde baru oleh para sejarawan merupakan suatu keberanian yang patut di dukung, supaya kita mendapatkan informasi yang berimbang dari apa yang selama ini berkembang luas. div %Z Pembimbing: Drs. Maman Abdulmalik. Sy, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Yunik Indrawati, NIM.: 03121482 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2008 %F digilib:792 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Majelis Islam A'la; Keagamaan, Indonesia %T PERAN MIAI (MAJELIS ISLAM A'LA INDONESIA) DALAM BIDANG KEAGAMAAN DI INDONESIA (1937-1943 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/792/ %X Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) dibantu oleh umat Islam dilatarbelakangi dengan kebijakan Belanda membentuk Undang-Undang perkawinan pada tahun 1937. Undang-Undang tersebut dianggap oleh umat Islam bertentangan dengan umat Syari'at islam, sehingga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang mewakili umat Islamberinisiatif mendirikan MIAI, sehingga pada tahun 1937 didirikanlah Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI). Kongres al-Islam pertama yang di selenggarakan MIAI pada tanggal 26 Februari-1 Maret 1938 di Surabaya. Pada kongres pertama ini membahas tentang Undang-Undang Perkawinan yang diajukan pemerintah. Masalah ini dibicarakan dalam kongres kesatu antara lain: soal hak waris umat Islam, raad agama, permulaan bulan puasa, dan perbaikan perjalanan haji. Kongres ke-2 lebih banyak mengulang materi kongres pertama. Dengan penekanan pada masalah perkawinan dan artikel yang berisi tentang penghinaan terhadap umat Islam. Untuk masalah penghinaan tersebut, kongres membentuk komisi yang diketuai Persatuan Islam Indonesia (PERSIS), dengan maksud untuk melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dan mempersiapkan pembelaannya. Kongres ke-3 di selenggarakan di Solo pada tanggal 7-8 Juli 1941. Pada kongres ini, materi yang dimusyawarahkan tentang perjalanan haji, tempat shalat di Kereta Api, penerbitan surat kabar MIAI, Fonds MIAI, zakat fitrah, raad agama, dan tranfusi darah. Sebagai fedarasi yang didirikan dengan tujuan untuk mempersatukan umat Islam dan konflik-konflik keagamaan. Kegiatan keagamaan MIAI mulai nampak sejak kekuasaan kolonel Belanda digeser oleh Jepang. Hal ini tidak lepas dari politik Jepang terhadap umat Islam yang berpolitik.Peran MIAI cukup besar dalam mempersatukan umat Islam di dalam suatu komunitas umat yang berlandaskan dengan al-Qur'an dan sunnah, sehingga perbedaan yang timbul pad asaat itu mengenai hal-hal keagamaan dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya perdebatan yang panjang antara umat Islam sendiri., sehingga umat Islam tidak terpecah-belah pada saat penjajah melakukan penindasan terhadap mereka. Pada tahun 1943 MIAI dibubarkan, karena penjajah yang berkuasa pada saat itu menganggap MIAI sudah tidak relevan dengan kebijakan penjajah. Oleh sebab itu dibuat kebijakan baru yang bisa mengakomodasi kebijakan penjajah terhadap umat Islam. Untuk merealisasikannya, maka diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) sebagai organisasi baru yang menjadi salah satu tempat aspirasi umat Islam. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Historis untuk mengkaji Peran Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) Dalam Bidang Keagamaan. %Z Pembimbing : Drs. H. Jahdan ibn Hurnam, S.Ms. %0 Thesis %9 Skripsi %A LELY SETYA RINI, NIM. 01120637 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2008 %F digilib:2242 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K wanita Islam; konggres wanita Indonesia; Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia %P 69 %T KONTRIBUSI SITI HAJJINAH MAWARDI PADA PERGERAKAN WANITA DI INDONESIA (1917-1991) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2242/ %X Salah satu tokoh wanita Islam yang berperan dalam perkembangan pergerakan wanita di Indonesia adalah Siti Hajjinah Mawardi. Ia dilahirkan di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1906 dan dibesarkan di lingkungan yang taat beribadah. Pada usia belasan tahun Siti Hajjinah bergabung dengan perkumpulan pengajian Sopo Tresno yang diadakan oleh Kyai Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan. Tahun 1917, ketika Sopo Tresno berganti nama menjadi Ãisyiyah, Hajjinah juga bergabung di Aisyiyah. Dari saat itulah Hajjinah aktif di Aisyiyah sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1928, Hajjinah Mawardi diutus oleh Aisyiyah untuk menghadiri konggres wanita Indonesia pertama di Yogyakarta. Ia bersama-sama dengan utusan pergerakan wanita lain membentuk Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII) Objek penelitian ini adalah Siti Hajjinah Mawardi dari tahun 1971-1991. Penulis memilih tahun 1917 sebagai awal penelitian karena pada tahun tersebut Siti Hajjinah mulai aktif di organisasi pergerakan wanita dan tahun 1991 sebagai akhir penelitian karena pada tahun tersebut Hajjinah Mawardi meninggal dunia. Untuk memperoleh deskripsi yang jelas maka berikut hal-hal yang hendak ditelusuri dengan dipandu pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut; 1. Bagaimana latar belakang Hajjinah Mawardi? 2. Bagaimana kontribusi peran Hajjinah Mawardi pada Aisyiyah? 3. Bagaimana kontribusi/peran Hajjinah Mawardi pada pergerakan wanita di Indonesia? Dalam penelitian ini digunakan pendekatan gender. Gender adalah perbedaan laki-laki dan wanita yang dikonstruksikan secara sosial dan kultural. Gender mempunyai sifat sosial yang diperoleh dari pembiasaan atau pembelajaran masyarakat sehingga terpengaruh oleh waktu, tempat dan kondisi sosial Dengan segala perjuangan Hajjinah, pada usianya memasuki tahun ke-74, Hajjinah dipanggil menghadap Ibu Tien Soeharto di Jakarta, akan tetapi pertemuan dengan ibu negara yang dijadwalkan pada tanggal 19 Desember 1985 itu tidak dapat dihadirinya. Selanjutnya presiden dan Ibu Tien Soeharto menghadiahinya foto kepala negara beserta Ibu yang ditandatangani sendiri oleh presiden Soeharto, dalam foto itu oleh presiden Soeharto dituliskan “salam dan selamat untuk Ibu H.Mawardi. Foto hadiah kepada negara dan ibu negara merupakan penghargaan yang diterimanya atas jasa-jasanya sebagai salah seorang pemrakarsa sekaligus peserta kongres wanita pertama Indonesia. Dengan demikian sewajarnya apabila Hajjinah dapat dijuluki sebagai “Muslimah Pejuang Tiga Zaman. %Z Pembimbing: Zuhrotul Latifah, S.Ag, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A ADE SIHABUDIN, NIM.: 01120578 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2009 %F digilib:2142 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Askar Perang Sabil; idiologi Islam; idiologi nasional; Markas Ulama Askar Perang Sabil %P 122 %T PERANAN ASKAR PERANG SABIL DALAM USAHA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI YOGYAKARTA 1947-1949 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2142/ %X Askar Perang Sabil (APS) yang dimaksud disini adalah kesatuan pejuang umat islam yang sengaja dibentuk dan bertindak sebagai kekuatan militer. Pada mulanya nama Askar Perang Sabil adalah Laskar Angkatan Sabil, namun agar tidak terjadi salah pengertian dengan bentuk kesatuan yang terdapat dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI), nama Laskar Angkatan Perang Sabil diubah menjadi Askar Perang Sabil. Gagasan untuk membentuk APS ini timbul sebagai reaksi terhadap situasi negara yang semakin membahayakan, berhubung adanya aksi-aksi pihak belanda yang semakin mengancam kehidupan masyarakat Indonesia. Dibeberapa tempat muncul tindakan perlawanan fisik,pertempuran berkembang meluas sampai didaerah Yogyakarta. Melihat situasi bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya yang hidup dalam suasana keresahan dan ketegangan akibat serangan bangsa belanda, maka timbullah ide para ulama di Yogyakarta untuk membentuk pasukan bersenjata dengan latar belakang dan motif keagamaan. Munculnya ide para ulama untuk membentuk pasukan perjuangan yang bermotifkan keagamaan tersebut dilatar belakangi oleh “idiologi islam dan “idiologi nasional yang dimiliki para ulama. Didalam menyalurkan ide yang sangat relevan dengan ajaran-ajaran islam dan situasi di Yogyakarta khususnya pada masa itu, maka pada tanggal 23 juli 1947 dibentuk pasukan bersenjata dengan nama “Askar Perang Sabil (APS) beserta wadah yang mengkordinasikannya bernama “Markas Ulama Askar Perang Sabil (MUPAS) didaerah Yogyakarta. APS merupakan suatu pasukan pejuang umat islam yang bersifat semi militer yang bertujuan untuk membantu pemerintah Republik Indonesia difrontdifront pertempuran. Dilihat dari keanggotaannya APS di Yogyakarta dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, adalah bekas Laskar Sabillillah yang didirikan pada akhir pendudukan jepang. Kelompok kedua, adalah pemuda bekas Laskar Hizbullah dan kelompok pemuda kampung yang berumur dibawah 40 tahun, terutama pemuda Islam yang telah mendapat izin dari orang tuanya. Kelompok pemuda inilah yang diorganisasikan oleh bekas Laskar Sabillillah untuk dipersenjatai dan mendapat tugas melakukan perlawanan terhadap pasukan belanda difront-front pertempuran. Anggota APS tidak hanya berasal dari masyarakat atas saja, tetapi juga bersal dari lapisan masyarakat bawah, dari masyarakat kota hingga masyarakat desa. Mereka juga memiliki berbagai profesi seperti ulama, guru, murid, pedagang, petani, santri, dan sebagainya. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Nur Sriyani, NIM.: 04121725 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2009 %F digilib:2280 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K sejarah Indonesia; Sarekat Islam; Partai Komunis Indonesia %P 113 %T SEPAK TERJANG SEMAUN : DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI PARTAI KOMUNIS INDONESIA TAHUN ( 1914 – 1923) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2280/ %X Semaun adalah seorang tokoh perjuangan Kemerdekaan Indonesia yang dilahirkan di Tjurah, Malang, Mojokerjo, Jawa Timur. Ia purta dari Prawiromodjo, seorang buruh kereta api di Surabaya. Pada usia tujuh tahun, Semaun mengikuti pendidikan di sekolah Tweede Klas dan menamatkan pendidikannya di sekolah Hollands Inlandsche School (HIS). Pada tahun 1912, Semaun mengikuti ujian untuk menjadi pegawai Pamong Praja Rendah dan berhasil memperoleh sertifikat ”Klein Abtenaar”. Ia kemudian bekerja di Staatsspoor (SS) Surabaya setelah dinyatakan berhasil menempuh ujian ”Pengetahoean Oemoem” (Algemeene Outwikelling) dan ujian ”Stationscommies”. Pada usia 13 tahun Semaun masuk dalam Central Sarekat Islam (CSI) Karir politik Semaun dimulai dari Sarekat Islam Surabaya tahun 193, Semaun juga bergabung dengan Indische Societal Democratishe Veereniging (ISDV) dan Vereeniging Spoore-en Tramweg Persomel (VSTP). Tanggal 6 Mei 1917, Semaun terpilih menjadi ketua SI Semarang. Semaun sangat menolah pembentukan Volksraad dan Indie Weerbaar. Tahun 1919 Semuan terpilih sebagai ketua Peratuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB). Sejak dikeluarkan dari Central Sarikat Islam (CSI), Semaun mula berkonsentrasi pada Partai Komunis Indonesia, Semaun juga membawa PKI bergabung dengan Comintern yang bekerjasama dengan Negara-negara yang berfaham komunis. Semaun ditangkap tanggal 8 mei 1923 dan diberangkatkan ke Belanda pada tanggal 18 Agustus 1923 dengan menggunakan kapal ”S.S. Koningin der Nederlanden”. PKI terbentuk pada tanggal 23 Mei 1920 dengan nama Partai Komunis Hindia (PKH) dan berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI menegaskan dirinya sebagai sebuah partai yang mampu untuk mempersatukan rakyat, baik muslim maupun bukan muslim. Komunis tidak membiarkan adanya perbedaan-perbedaan nasib dalam hal pangkat dan bangsa serta menentang segala bentuk kelas-kelas manusia. PKI sangat gencar dalam mengkampanyekan semboyan ”sama rasa sama rata”. Kesadaran nasional tertanam dalam diri Semaun seiring dengan realitas yang ada di Hindia, dimana rakyat kecil selalu menjadi korban kaum penguasa dalam hal ini pemerintah dan kaum kapitalis. Sebagai wujud dari kepedulian Semaun ini, maka Semuan menulis artikel-artikel yang berisi ajakan kepada tokoh pergerakan dan rakyat untuk sama-sama memperjuangankan hak-hak rakyat kecil dan juga kaum buruh serta mengkritik berbagai kebijakan pemerintah kolonial yang berkaitan dengan masalah perkebunan dan masalah Volksraad. Semaun juga aktif mengkoordinir berbagai aksi pemogokan terutama di daerah Semarang dan sekitarnya. Penelitian ini berangkat dari permasalahan : Mengapa Semaun berubah haluak perjuangan dari gerakan Islam ke gerakan komunis. Faktor-faktor apa yang menyebabkan Semaun berubah haluan dalam melancarkan gerakan-gerakannya. %Z Pembimbing: Drs. Musa, M.SI %0 Book Section %A -, Choeroni %A Madrah, Muna Yastuti %A Aziz, Abdul %B PROCEEDINGS Adab-International Conference on Information and Cultural Sciences “Cultural Literacy and Islam in the Post-Truth Society” %C Yogyakarta %D 2019 %F digilib:37716 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K Pegon Script, Islamic Resistance, Colonialism %N - %P 147-162 %S prosiding %T Pegon as Indigenous and the Cultural Confrontation (18-19 century) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37716/ %X This study is uncovering a Pegon script as a symbol of Islamic resistance in Java in the 18-19th century. The author argues that the emergence of Pegon Script based on primordial and political reasons because most of the Javanese people were still using symbols and beliefs previous. Therefore, syncretism is a theological fact of the conversion process is not yet complete culture in the Islamization of the Javanese people. Acculturation between Arabic letters and the Java language has become a barometer of local independence Islam in Java since centuries ago. The authors look at the elements of resistance of scholars in the use of the Pegon script. This situation described in the socio-historical context, which showed that the colonialism era was ongoing on Java in the eighteenth to the nineteenth century. While on the other hand, the wave of Islamic Puritanism also became a threat of local Islam. Thus, the Pegon script was a symbol of resistance to colonialism and Islamic exclusivism by the scholars and Javanese people. By the socio-historical approach, this study seeks to explore the symbolic meanings of resistances of Islam in Java by Pegon Script. Keywords: Pegon Script, Islamic Resistance, Colonialism. %0 Thesis %9 Masters %A A. Ainul Yaqin, NIM.: 21201021011 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:65804 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tarekat; Mursyid; Ikhwan; Sosial Keagamaan; Perubahan Sosial %P 147 %T TAREKAT NAQSYABANDIYYAH MUJADDADIYYAH KHALIDIYYAH DAN PERUBAHAN SOSIAL KEAGAMAAN DI JEMBER, 1982-2023 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65804/ %X Penelitian ini membahas tentang tarekat dan perubahan sosial keagamaan di Jember. Tarekat dimaksud adalah Tarekat Naqsyabandiyyah Mujaddadiyyah Khalidiyyah. Tarekat ini berkembang dan pengaruhnya yang luas di masyarakat Jember hingga dewasa ini, sehingga tarekat ini menunjukkan peranan dalam perubahan sosial keagamaan, khususnya di kalangan masyarakat perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena tarekat tersebut dalam rentang waktu 1982-2023 M., terutama dilihat dari kontribusinya dalam perubahan sosial keagamaan. Pokok permasalahan penelitian ini adalah: Bagaiamana perkembangan Tarekat Naqsyabnadiyyah Mujaddadiyyah Khalidiyyah di Jember, dan mengapa tarekat ini berperan dalam sosial keagamaan di masyarakat. Penelitian sejarah sosial ini menggunakan pendekatan sosiologi. Adapun teori yang dijadikan acuan adalah perubahan sosial dan strukturasi Anthony Giddens. Prosedur penelitian ini menggunakan metode sejarah, sebagai berikut: tahap penggalian data (heuristic) atas sumber-sumber primer dan sekunder, tahap kritik sumber (verifikasi) untuk menguji data sejarah yang telah diperoleh, tahap penafsiran (interpretasi) dilakukan terhadap sumber tekstual agar memberikan gambaran pola varian terkait perubahan sosial keagamaan dan tahap penulisan (historiografi) disusun secara sistematis, kronologis, dan periodik. Hasil penelitian ini sebagai berikut: Pertama, demografi masyarakat Madura-Jawa di Jember memiliki rasa antusias tinggi dalam perilaku sosial keagamaan, Situasi sosial yang melibatkan peran Kyai dan lembaga keagamaan berpengaruh kepada kesadaran masyarakat Jember untuk mengenal tarekat ini. Kedua, pertama kali TNMK di Jember dibawa oleh Kyai Muhammad Thaha yang diperoleh dari Kyai Muhammad Syarqowi di Madura. Perkembangan TNMK sampai hari ini telah mencapai tiga musryid, yaitu Kyai Thaha (1944-1982 M.), Kyai Hasyim, (1982-2013 M.), dan Kyai Badrun (2014-2023 M.). Rentang waktu 1982-2023 M., TNMK berpusat di Pondok Pesantren Nurul Falah. Ketiga, merespon hasrat masyarakat untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang TNMK, menjawab kebutuhan spritualitas ikhwan dan masyarakat yang berbeda-beda setiap perkembangannya dan menyediakan solusi atas masalah sosial yang terjadi pada kelompok TNMK. Dengan demikian, TNMK memberikan kontribusi positif bagi ikhwan dan masyarakat pada umumnya di Jember dalam menjalankan aktivitas keislaman mereka secara seimbang. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A A. Riska Diana Putri, NIM.: 17101020021 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:62626 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Masjid, Sejarah, Arkeologi %P 79 %T FUNGSI MASJID SYEKH ABDUL MANNAN SALABOSE DI MASA KERAJAAN BANGGAE SULAWESI BARAT ABAD XVII M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62626/ %X Masjid Purbakala Syekh Abdul Mannan merupakan masjid tertua yang ada di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Masjid ini berdiri sekitar abad ke-17 masehi atau sekitar tahun 1610 masehi, yang mana saat itu Kabupaten Majene dikenal sebagai Kerajaan Banggae dan di pimpin oleh seorang raja yang bernama I Moro Daetta di Masigi. Arsitekur masjid merupakan hasil pertemuan unsur budaya lokal dan Islam, terlihat pada atap yang berbentuk tumpang dan bertingkat dengan mustaka yang menjulang ke atas. Pada ruang utama masjid terdapat mihrab dan mimbar dengan ornamen yang khas dan unik. Selain mihrab dan mimbar, di ruang utama juga terdapat empat tiang yang berdiri kokoh menyokong bangunan utama masjid. Selain dari segi arsitektur, masjid Purbakala Syekh Abdul Mannan juga berkontribusi dalam proses Islamisasi pada periode awal di Kerajaan Banggae. Keunikan masjid terletak pada lokasi masjid yang tidak berada di wilayah perkotaan, akan tetapi berdiri kokoh di pinggiran kota yang berada pada Desa Salabose. Topik ini menarik untuk dibahas mengingat belum ada yang membahas tentang sejarah Masjid Purbakala Syekh Abdul Mannan yang berkaitan dengan awal penyebaran Islam di Kerajaan Banggae, tepatnya di Sulawesi Barat. Oleh karena itu, pokok masalah yang dibahas yaitu nilai historitas masjid baik dari proses berdirinya hingga tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam pendirian masjid, serta fungsi yang dirasakan setelah berdirinya masjid di wilayah kerajaan. Alat analisis yang digunakan ialah pendekatan histori-arkeologis dan teori fungsionalisme oleh Alfred Reginald Radcliffe Brown. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian sejarah yang tahapan-tahapannya antara lain heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masjid Syekh Abdul Mannan Salabose didirikan pada tahun 1610 M. Pendirinya adalah Syekh Abdul Mannan Salabose yang merupakan penganjur agama Islam pertama di Kerajaan Banggae. Masjid ini dibangun pada era kepemimpinan raja ketiga dari Kerajaan Banggae yakni Maraqdia I Moro Daetta di Masigi. Masjid ini difungsikan sebagai sarana dalam proses penyiaran Islam di wilayah Kerajaan Banggae. Hal tersebut menjadikan masjid tersebut masuk ke dalam benda cagar budaya yang saat ini sudah berusia 412 tahun. Arsitektur masjid ini mengadopsi beberapa unsur budaya seperti Jawa, Hindu, Timur Tengah, Mandar dan Islam. Ornamen-ornamen pada masjid menggunakan ornamen bulan bintang, pedang keris dan sulur daun. %Z Pembimbing: Riswinarno, S.S., M.M. %0 Thesis %9 Skripsi %A A.R.Bintang Pertiwi, NIM. 11120041 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32512 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Nilai dan fungsi tradisi ngrowhod, Tradisi Jawa, Girikerto Turi Sleman %P 114 %T NILAI DAN FUNGSI TRADISI NGROWHOD BAGI MASYARAKAT DI DESA GIRIKERTO, TURI, SLEMAN (2002-2017) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32512/ %X Setiap bangsa memiliki budaya yang berbeda-beda. Manusia dan budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan. Budaya merupakan hasil pemikiran,cipta,rasa dan karsa manusia.1 Pikiran dan perbuatan yang dilakukan manusia secara terus menerus pada akhirnya akan menjadi sebuah tradisi. Dalam bentuknya tradisi memiliki corak yang bermacam-macam, seperti upacara-upacara tertentu. Pada awalnya di Desa Girikerto telah berkembang tradisi Saparan yang mana tradisi ini hanya dilakukan masyarakat yang beragama Islam. Karena tradisi Saparan hanya dilakukan masyarakat yang beragama Islam saja, maka untuk mempersatukan masyarakat tanpa membedakan agama kemudian diadakan tradisi ngrowhod. Masyarakat menyelenggarakan upacara ini dengan maksud dan tujuan tertentu, yaitu memohon keselamatan kepada leluhur agar terhindar dari malapetaka dengan memberikan sesaji. Selain itu juga sebagai rasa syukur kepada Allah karena air sendang panguripan yang tidak pernah mengalami kekeringan sehingga mampu mengaliri lahan pertanian milik warga dan juga karena air sendang panguripan tidak pernah kering sehingga air sendang juga dapat dimanfaatkan oleh warga Yogyakarta. Pada awalnya, tradisi ngrowhod di Desa Girikerto dilaksanakan oleh masyarakat setempat setelah musim panen. Mereka mengadakan tradisi ini dengan tujuan agar tidak ada bencana alam yang datang dan sebagai bentuk rasa bersyukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Menurut bapak Soeharto selaku pencetus tradisi ngrowhod di Desa Girikerto, ngrowhod diambil dari kata ngleluri mempunyai makna nindakke sawenehing pakaryan, ombyak mempunyai makna kebiasaan wargo, hametri mempunyai makna gawe wewangunan kang edipeni, koncara mempunyai makna saweneh kang apik lan pinunjul, sedangkan desa mempunyai makna wewengkon kukubang Girikerto. Jadi, dapat diartikan sebagai dorongan dan semangat seluruh adat dan kebiasaan masyarakat demi keluhuran dan nama baik di desa. %Z Dr. Sujadi, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A A.R.Bintang Pertiwi, NIM. 11120041 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32435 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K nilai dan tradisi masyarakat di desa girikerto, turi, sleman %P 114 %T NILAI DAN FUNGSI TRADISI NGROWHOD BAGI MASYARAKAT DI DESA GIRIKERTO, TURI, SLEMAN (2002-2017) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32435/ %X Setiap bangsa memiliki budaya yang berbeda-beda. Manusia dan budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan. Budaya merupakan hasil pemikiran,cipta,rasa dan karsa manusia.1 Pikiran dan perbuatan yang dilakukan manusia secara terus menerus pada akhirnya akan menjadi sebuah tradisi. Dalam bentuknya tradisi memiliki corak yang bermacam-macam, seperti upacara-upacara tertentu. Upacara dalam kamus bahasa Indonesia dimaknai sebagai suatu perayaan atau kegiatan yang diselenggarakan sehubungan dengan adanya peristiwaperistiwa penting.2 Upacara tradisional di Jawa pada hakekatnya dilakukan untuk memperingati peristiwa penting. Baik sebagai bentuk menghargai lingkaran hidup maupun memperingati hari besar Islam, menolak bahaya ngruwat, haul dan lainlain. 3 Dalam penyelengaraan upacara tersebut tidak bisa terlepas dari adanya sesaji.4 Upacara adat adalah aktivitas ritual bagi masyarakat Jawa merupakan perwujudan dan tata kehidupan yang dijalankan dengan penuh kehati-hatian. Harapannya agar selalu mendapatkan keselamatan lahir dan batin %Z Dr. Sujadi, MA, %0 Thesis %9 Skripsi %A ABDULLAH TAUFIQULBIRI, NIM. 15120079 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36705 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Pengaruh, Masjid Agung Goro, Islam, Masyarakat, Perubahan sosial. %P 100 %T MASJID AGUNG di DUSUN GORO (Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Jatikuwung, Jatipuro, Karanganyar, Jateng Tahun 1967-2017) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36705/ %X Masjid Agung merupakan masjid tertua yang ada di Kecamatan Jatipuro. Masjid ini diperkirakan sudah ada sejak 40 tahun yang lalu. Hal unik yang bisa dilihat dari masjid ini adalah terletak di wilayah terpencil jauh dari pusat pemerintahan, karena Masjid Agung biasanya terletak di pusat kota namun masjid Agung Ini terletak di suatu daerah terpencil dan jauh dari pusat kota kabupaten Karanganyar maupun pusat kecamatan Jatipuro. Selama 40 tahun masjid Agung Goro banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek sosial masyarakat, seperti sosial keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan budaya. Perubahan ini tidak terlepas dari peran masyarakat dan Muhammadiyah yang aktif memakmurkan masjid tersebut. Hal menarik untuk diteliti ketika suatu wilayah terpencil yang terdapat masyarakat abangan kemudian setelah berdirinya masjid Agung Goro dapat menanamkan syariat Islam secara menyeluruh di Dusun Goro. tingkat Kecamatan Jatipuro. Tujuan penelitian ini untuk bagaimana peran dan fungsi masjid dalam membawa perubahan terhadap masyarakatnya. Jenis penelitian ini adalah sejarah sosial sehingga dalam proses tahapan penelitian meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Selain itu teori yang digunakan adalah teori perubahan sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Teori Perubahan sosial seperti yang diungkapkan oleh Sartono Kartodirjo dan Sztomka yang menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah suatu proses sejarah yang saling berkaitan antara hubungan sebab-akibat dan tidak hanya merupakan faktor yang mengiringi atau yang mendahului faktor yang lain. Adapun hasil penelitian ini adalah masyarakat Goro mengalami perubahan dari masyarakat tradisionalis menjadi masyarakat modern dan agamis, dari masyarakat yang berpendidikan rendah menjadi masyarakat yang kaya akan ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang perekonomian rendah menjadi masyarakat yang tingkat perekonomiannya tinggi. %Z Drs. Musa, M.Si. %0 Thesis %9 Masters %A ABDURRAHMAN ABU HANIF, NIM. 09530002 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:24913 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran, Muhammad Abubakar, Pendidikan, Dakwah, Alkhairaat %P 149 %T PERAN KH. MUHAMMAD ABUBAKAR DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN DAKWAH DI PONDOK PESANTREN ALKHAIRAAT TILAMUTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24913/ %X Tujuan pendidikan dan dakwah adalah melepaskan umat dari keterbelakangan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama yang tetap bersandar kepada Alquran dan Sunnah. Sebagai tokoh pendidik dan pendakwah, peran KH. Muhammad Abubakar sangat urgen dalam pengembangan agama Islam di Gorontalo sekaligus menyebarkan ilmu pengetahuan terhadap masyarakat. Penelitian ini mengkaji KH. Muhammad Abubakar yang terfokus pada: 1). Peran KH. Muhammad Abubakar di bidang pendidikan dan dakwah. 2). Relevansi konsep pendidikan dan dakwah KH. Muhammad Abubakar terhadap masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan teori ‘Ilm al ‘Umran yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun dalam melihat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari pengaruh realitas sosial di mana dia berada. Juga menggunakan teori kharismatik untuk melihat dan mengkaji sosok KH. Muhammad Abubakar. Karena merupakan penelitian pertama yang mengkaji tentang peran KH. Muhammad Abubakar, metode penelitian ini lebih banyak melakukan wawancara terhadap orang-orang yang sempat bersentuhan dengan KH. Muhammad Abubakar dengan pendekatan behavioral, yaitu pendekatan yang tidak hanya terfokus pada kejadiannya, tetapi juga pelaku sejarah dalam situasi nyata Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, manhaj Alkhairaat sebagai fondasi awal yang diletakkan oleh Habib ‘Idrus bin Salim Aljufri (pendiri Alkhairaat) sangat berpengaruh terhadap corak pemikiran dan sepak terjang KH. Muhammad Abubakar di bidang pendidikan dan dakwah dalam menyikapi realitas sosial masyarakat. Sebagai pendidik, ia berhasil menjadikan Alkhairaat – Alkhairaat Tilamuta— sebagai salah satu pondok pesantren unggulan di provinsi Gorontalo dengan penguasaan para santrinya terhadap ilmu gramatika bahasa Arab. Juga menjadikan Alkhairaat Tilamuta sebagai lembaga pendidikan yang dekat dan dibutuhkan masyarakat. Dalam dakwahnya, selain berdakwah dengan cara monologis KH. Muhammad Abubakar juga berdakwah dengan cara dialogis yaitu pendekatan dakwah dengan cara diskusi dan tanya jawab bersama masyarakat. %Z Lathiful Khuluq, MA, BSW, Ph.D., %0 Thesis %9 Masters %A ABDURRAHMAN ABU HANIF, NIM. 09530002 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:24915 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran, Muhammad Abubakar, Pendidikan, Dakwah, Alkhairaat %P 149 %T PERAN KH. MUHAMMAD ABUBAKAR DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN DAKWAH DI PONDOK PESANTREN ALKHAIRAAT TILAMUTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24915/ %X Tujuan pendidikan dan dakwah adalah melepaskan umat dari keterbelakangan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama yang tetap bersandar kepada Alquran dan Sunnah. Sebagai tokoh pendidik dan pendakwah, peran KH. Muhammad Abubakar sangat urgen dalam pengembangan agama Islam di Gorontalo sekaligus menyebarkan ilmu pengetahuan terhadap masyarakat. Penelitian ini mengkaji KH. Muhammad Abubakar yang terfokus pada: 1). Peran KH. Muhammad Abubakar di bidang pendidikan dan dakwah. 2). Relevansi konsep pendidikan dan dakwah KH. Muhammad Abubakar terhadap masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan teori ‘Ilm al ‘Umran yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun dalam melihat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari pengaruh realitas sosial di mana dia berada. Juga menggunakan teori kharismatik untuk melihat dan mengkaji sosok KH. Muhammad Abubakar. Karena merupakan penelitian pertama yang mengkaji tentang peran KH. Muhammad Abubakar, metode penelitian ini lebih banyak melakukan wawancara terhadap orang-orang yang sempat bersentuhan dengan KH. Muhammad Abubakar dengan pendekatan behavioral, yaitu pendekatan yang tidak hanya terfokus pada kejadiannya, tetapi juga pelaku sejarah dalam situasi nyata Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, manhaj Alkhairaat sebagai fondasi awal yang diletakkan oleh Habib ‘Idrus bin Salim Aljufri (pendiri Alkhairaat) sangat berpengaruh terhadap corak pemikiran dan sepak terjang KH. Muhammad Abubakar di bidang pendidikan dan dakwah dalam menyikapi realitas sosial masyarakat. Sebagai pendidik, ia berhasil menjadikan Alkhairaat – Alkhairaat Tilamuta— sebagai salah satu pondok pesantren unggulan di provinsi Gorontalo dengan penguasaan para santrinya terhadap ilmu gramatika bahasa Arab. Juga menjadikan Alkhairaat Tilamuta sebagai lembaga pendidikan yang dekat dan dibutuhkan masyarakat. Dalam dakwahnya, selain berdakwah dengan cara monologis KH. Muhammad Abubakar juga berdakwah dengan cara dialogis yaitu pendekatan dakwah dengan cara diskusi dan tanya jawab bersama masyarakat. %Z Lathiful Khuluq, MA, BSW, Ph.D., %0 Thesis %9 Skripsi %A ACH. RIADI, NIM. 11120125 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36628 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Kiai Abdullah bin Khusain, Peran, Pondok Pesantren %P 138 %T KIAI ABDULLAH BIN KHUSAIN DAN PERANNYA DALAM PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN MATHALI’UL ANWAR DI PANGARANGAN SUMENEP MADURA TAHUN 1935-1984 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36628/ %X Penelitian ini mengenai sejarah berdirinya pondok pesantren Mathali’ul Anwar di desa Pangarangan Sumenep Madura yang dirintis oleh Kiai Abdullah bin Khusain tahun 1935. Mengamati perkembangan pondok pesantren Mathali’ul Anwar di bawah kepemimpinan Kiai Abdullah bin Khusain dimana peran dan dinamika kehidupannya tidak mudah dilepaskan dalam bagian latar belakang sejarah berdirinya pondok pesantren di Sumenep, bagaimana sejarah perkembangan di Sumenep serta apa kontribusinya bagi masyarakat di Desa Pangarangan Kabupaten Sumenep. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis (sejarah) dengan empat tahap, yaitu: heuristik dan sumber lisan, verifikasi (kritik intern dan ekstern), interpretasi, dan historiografi. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian literatur dan studi lapangan serta untuk sifat penelitiannya adalah deskriptif-analisis. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi (sosiologi approach) dan memakai teori peranan sosial yang dikembangkan oleh Erving Goffman untuk menganalisis suatu peran seseorang yang mempunyai kontribusi dalam struktur sosialnya serta membawa pengaruh demi terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang stabil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang sejarah (historical background) berdirinya pondok pesantren sangat kuat dari peran Kiai Abdullah yang membawa misi besar terhadap perubahhan masyarakat Sumenep demi meluruskan pemahaman ajaran agama Islam dari aqidah, tauhid, syariat dan akhlak yang bersumber dari ajaran kitab Allah dan As-sunnah. Kiai Abdullah telah mampu mengintegrasikan pendidikan agama dan pendidikan formal yang fokus terhadap nilai-nilai religiusitas dan etika masyarakatnya. Konsistensi pondok pesantren sebagai media dakwah dan pendidikan agama yang indigenous, kian tumbuh dan hidup bersama dalam habitus nilai-nilai social, etika dan estetika masyarakatnya. %Z Dr. Imam Muhsin, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A ADIB ABBIYA QOWIYYUDIN, NIM. 15120044 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36701 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Pesantren, Dinamika, Masyarakat Desa Gedongan %P 112 %T SEJARAH PONDOK PESANTREN AL FALAH GEDONGAN, BAKI, SUKOHARJO, JAWA TENGAH (2006-2018) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36701/ %X Pesantren merupakan lembaga pendidikan sebagai sarana penyebaran ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berdirinya Pondok Pesantren Al Falah memberikan dampak sosial keagamaan bagi masyarakat serta menjadi pusat kajian Islam di wilayah Gedongan, Baki, Sukoharjo. Alasan peneliti memilih judul tersebut karena Pondok Pesantren Al Falah Gedongan, Baki, Sukoharjo merupakan salah satu pondok pesantren yang berbasis kebudayaan melalui ekstrakulikuler kesenian karawitan. Santri ikut serta dalam dakwah Islam yaitu memainkan alat musik gamelan dan wayang kulit serta disaksikan secara langsung oleh masyarakat yang berada di lingkungan pesantren. Selain itu dalam segi fasilitas publik berkembang sangat cepat dalam hal sarana dan prasarana yang menarik perhatian masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, penting untuk dibahas tentang sejarah berdirinya dan perkembangan Pondok Pesantren Al Falah Gedongan, Baki, Sukoharjo. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti yaitu Sosiologi budaya. Pendekatan Sosiologi Budaya mengkaji tentang konsep dan perilaku msyarakat yang mampu menafsirkan dan memecahkan fenomena budaya dalam sudut pandang sosiologi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori fungsional struktural yang dikemukakan oleh Robert K Merton. Metode yang digunakan yaitu metode sejarah, yang meliputi empat langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjalanan pondok pesantren dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan mempunyai bentuk yang khas dan berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, berawal dari rumah joglo, yang digunakan sebagai tempat belajar ilmu agama dan bagian dari gerakan dakwah kaum modernis Islam dan berbasis pada sistem pesantren, lembaga ini dirintis melalui yayasan. Dengan berdirinya rumah joglo dan yayasan, Pondok Pesantren Al Falah mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada tahun 2008- 2018, baik dari segi perkembangan santri, dinamika organisasi pesantren maupun sistem pendidikan yang diterapkan. %Z Siti Maimunah S.Ag. M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AGUS TRIYANTA, NIM. 13120043 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:35685 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perubahan, Wewenang, Penghulu Kasunanan, Staatsblad, 1937 %P 97 %T PERUBAHAN WEWENANG PENGHULU PASCA KELUARNYA STAATSBLAD 1937 NO. 116 DI KASUNANAN SURAKARTA TAHUN 1937-1940 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35685/ %X Penelitian ini mengulas tentang Perubahan Peran Penghulu pasca keluarnya Staatsblad 1937 Nomor 116 di Kasuanan Surakarta didasarkan pada beberapa alasan: (1) Penghulu merupakan ulama pemerintahan yang memiliki tugas sebagai qadi di pengadilan agama dan memilik wewenang besar terhadap berlangsungnya syariat Islam di Kasunanan Surakarta (2) Seiring kuatnya pengaruh kolonial di Kasunanan Surakarta abad XIX membawa perubahan wewenang penghulu di Kasunanan Surakata yang, salah satu kebijakan dengan adanya Staatsblad 1937 Nomor 116 berpengaruh terhadap keadaan penghulu yang semakin terbatas kewenagannya di bidang hukum keluarga (3) Kebijakan pemerintah kolonial Belanda mengelurakan peraturannya Staatsblad 1937 Nomor 116 menimbulkan reaksi protes di kalangan penghulu, puncaknya seluruh penghulu se-Jawa Madura berkumpul di Surakarta menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Oleh karena itu penelitian merumuskan beberapa pertanyaan yaitu: 1. Bagaimana peran penghulu pra Staatsblad 1937? 2. Bagaiaman latar belakang dan isi Staatsbalad 1937 ? 3. Apa dampak Staatsbalad 1937 Nomor 116 terhadap peran penghulu di Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian sejarah sosial, yaitu penulisan sejarah yang menempatakan masyarakat sebagai bahan kajian. Pendekatan yang digunakan sosiologi dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu konsep penghulu, perubahan dan wewenang. Penelitian mengunakan metode sejarah yang terdiri heuristik, verifikasi, interpetasi dan historiografi. Pengumpulan data melalui penelitian literatur untuk sifat penelitian adalah deskrtif analitif. Hasil penelitian ini pertama penghulu merupakan bagian birokerasi keagaaman di Kasunanan Surakarta memilik wewenang besar terhadap berlangsung syariat Islam di keraton Surakarta penghulu memilik tanggujawab untuk mendidik aggota keluarga kerajaan. Kedua kuat pengaruh kolonial Belanda di Kasuanan Surakarta di dalam aspek hukum Islam pemerintah kolonial Belanda mengkeluarkan peraturan Staatsblad 1937 Nomor 116 berisi peraturan mengatur tugas penghulu di Kasuanan Surakarta di pengadilan agama terbatas pada hukum keluarga Islam. Ketiga Hal ini meyebabkan reaksi protes di kalangan penghulu menutut pemerintah kolonial Belanda untuk mencabut peraturan Staatsblad 1937 Nomor 116 Karena merugikan kalangan penghulu Kasunanan Surakarta. Namun usaha penghulu sia-sia pemerintah kolonial Belanda engan menyabut peraturan telah di keluarkan. Kata Kunci : Perubahan, Wewenang, Penghulu Kasunanan, Staatsblad, 1937 %Z Prof. Dr.H.Dudung Abdurahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Post-Doctoral %A AHMAD LABIB MAJDI AHMAD LABIB MAJDI, NIM.13120077 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:26663 %I UIN Sunan Kalijaga %K K.H. Irfan Hielmy, Pandangan Khairu Ummah. %P 121 %T K.H. IRFAN HIELMY: BIOGRAFI DAN PANDANGAN KHAIRU UMMAH (1955-2010 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26663/ %X AHMAD LABIB MAJDI 13120077 %Z Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AHMAD MISHBAHUL MUNIR, NIM. 15120105 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2019 %F digilib:38066 %I UIN Sunan Kalijaga %K Pemberdayaan, Filantropi Islam, Baitul Maal. %P 138 %T SEJARAH BAITUL MAAL HIDAYATULLAH YOGYAKARTA TAHUN 2000-2018 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38066/ %X Baitul Maal Hidayatullah adalah lembaga pengelola dana zakat infaq sadaqah waqaf yang didistribusikan melalui program pendidikan, dakwah, sosial kemanusiaan dan ekonomi. Alasan peneliti menulis Sejarah BMH di Yogyakarta yaitu lembaga ini menjadi lembaga yang telah diresmikan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) pada tahun 2015 karena telah berhasil merealisasikan beberapa program seperti membentuk BMH cabang tingkat kabupaten/kota, melaporkan dana secara transparan, dan membuat program unggulan yaitu program Da‟i Tangguh, Senyum Anak Indonesia dan Mandiri Terdepan dalam membantu perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah latar belakang didirikannya BMH Yogyakarta dan Program-Program BMH Yogyakarta Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah. Pendekatan sejarah yang bertujuan untuk menemukan, mengungkap dan memahami nilai serta makna budaya yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa masa lampau. Selain itu, melalui pendekatan sejarah juga dapat melihat segi kesadaran sosial pada perilaku atau pendukung suatu peristiwa sejarah sehingga mampu mengungkap banyak dimensi dari peristiwa tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori continuity and change yang dikemukakan oleh John Obert Voll. Teori continuity and change yang berarti kelangsungan dan perubahan, menjelaskan bahwa sejarah tidak akan terlepas dari kelangsungan dan perubahan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, yaitu dengan langkah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa BMH Yogyakarta yang didirikan pada tahun 2000 mengalami perkembangan yang baik. Perkembangan dari segi dana yang diperoleh hingga program-program pemberdayaan yang semakin bertambah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan BMH Yogyakarta melalui program-program baru dalam bidang pendidikan, dakwah, ekonomi, dan sosial yang mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan yang terjadi di masyarakat, khususnya di wilayah DIY. Kata kunci: Pemberdayaan, Filantropi Islam, Baitul Maal. %Z Syamsul Arifin, S.Ag. M.Ag. %0 Thesis %9 Masters %A AHMAD SYAKIB ARSELAN, NIM. 1620511003 %B FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2018 %F digilib:34958 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K identitas, Budaya Muslim Buleleng,Pasca Reformasi %P 144 %T KONTESTASI IDENTITAS BUDAYA ISLAM DI BALI PASCA REFORMASI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34958/ %X Tesis ini membahas Penguatan identitas ke Islaman Pasca reformasi di Bali. Pada masa itu, relasi antara Hindu dengan Islam mengalami pasang surut. Puncaknya timbul wacana Ajeg Bali sebagai rekonstruksi pemikiran masyarakat Hindu-Bali tentang kesadaran dan penguatan kebudayaan yang berlandaskan ajaran Hindu sebagai identitas tunggal Bali. Ajeg Bali yang pada awalnya berupa wacana berubah menjadi Gerakan, pasca terjadinya Bom Bali pada 2002 yang substansinya berkembang keberbagai kegiatan termasuk aksi-aksi perlawanan terhadap Islam. Berpijak dari kasus tersebut, maka tesis ini berjudul: “Kontestasi Identitas Budaya Islam di Bali Pasca Reformasi.” peneliti hendak mengkaji kontestasi terhadap identitas budaya Muslim di Kabupaten Buleleng terutama di Desa Pegayaman serta model-model pemertahanan budaya. Jenis penelitian ini adalah studi analisis, yang berusaha mencari penjelasan tentang apa saja gesekan yang mengarah pada konflik antar agama di Buleleng, serta bagaimana dampaknya terhadap perkembangan Budaya Muslim di Buleleng Bali. Adapun metode penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan pendekatan konflik sebagai pisau analisis dalam menjawab kontestasi budaya Muslim Buleleng serta Modal sosial untuk menganalisa model-model pemertahanan Budaya. Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tekhnik wawancara sebagai sumber data utama yang bersumber dari para tokoh budaya di desa Pegayaman. Hasil dari wawancara dan analisa tersebut, didapati kesimpulan sebagai berikut: Pertama, di Pegayaman sendiri tantangan yang dihadapi terkait kontestasi Budaya adalah: banyaknya anak-anak desa Pegayaman yang bersekolah/kuliah diluar desa atau Bali dan membawa pulang aliran keagamaan seperti Salafi dan yang selalu mengkritik bahkan menentang beberapa tradisi Pegayaman seperti:Muludan, Medelokan, dan lain-lain. Kedua, model-model pemertahanan budaya di Desa Pegayaman melibatkan peran Keluarga, yang mana mereka menghidup bahasa Bali sebagai bahasa Ibu dan juga perkawinan sebagai pelestari budaya itu berlangsung Selain itu para orang tua juga memposisikan diri sebagai contoh, serta menanamkan budaya toleransi malalui tradisi Ngejot dimana dalam prakteknya tradisi ini menciptakan praktik sosial yang mengakui dan mendukung keberadaan identitas masing-masing. Peran Pemerintah Desa adalah dengan memberlakukan sistem pemrintahan adat atau ke-penghuluan sebagai wadah intelektual Muslim, dan membagun relasi yang harmonis terhadap Masyarakat Hindu dengan jalan Megibung dan Ngayah. Peran Lembaga Sekolah yang menjadikan Soko Taloh dan Soko Base sebagai media Pendidikan Karakter, menjadikan Pencak Silat Blebet sebagai kegiatan ekstrakulikuler. %Z Dr. Roma Ulinnuha,S.s., M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A AKHMAD FAIQ ISMAIL, NIM. 15120113 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2020 %F digilib:39559 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Peran, masyarakat sipil, revolusi. %P 113 %T PERAN MASYARAKAT SIPIL DALAM REVOLUSI SOSIAL MASA AKHIR PEMERINTAHAN MUAMMAR KHADAFI DI LIBYA TAHUN 2011 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39559/ %X Libya merupakan sebuah negara yang terletak di Benua Afrika, tepatnya Afrika Utara. Sebagian besar masyarakatnya merupakan Bangsa Arab. Sejak 1969 negeri ini dipimpin oleh Muammar Khadafi. Di bawah kepemimpnanya, ia banyak melakukan perubahan terhadap keadaan negara. Namun, perubahan tersebut tidak disertai dengan aspirasi rakyat pembangunan yang meyeluruh. Pemerintahan berjalan secara otoriter dengan tidak mengindahkan hak-hak sipil dan politik rakyat. Sikap otoriter tersebut membuat k ehidupan rakyat berada dalam tekanan rezim. Hal tersebutlah yang mendorong ide revolusi. Revolusi tersebut bertujuan mengganti kepemimpinan negara sehingga dapat menjadi jalan kepada kehidupan yang lebih baik. Revolusi Libya terjadi pada tahun 2011 dengan melibatkan banyak elemen dari masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengkaji tentang peran masayarakat sipil Libya pada revolusi tahun 2011. Tujuanya adalah mengungkap bagaimana masyarakat terlibat hingga dapat berperan dalamnya. Untuk mengkaji topik tersebut, peneliti menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis mempelajari tentang hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Adapun teori yang digunakan adalah teori revolusi yang dikemukakan oleh C. Jhonson, Gurr, dan Giddens yang mengatakan bahwa revolusi punya tiga komponen dasar utama. Tiga komponen tersebut yaitu: revolusi mengacu pada perubahan fundamental, menyeluruh dan multidimensional, menyentuh inti tatanan sosial, revolusi melibatkan masa rakyat yang berjumlah banyak, dan revolusi memerlukan keterlibatan kekerasan. Selain teori revolusi, peneliti juga menggunakan teori peran yang dikemukakan oleh Kozier Barbara. Peneliti menggunakan study kepustakaan(Library Research) dengan metode sejarah. Adapun tehnik pengumpulan datanya menggunakan empat tahapan yaitu: heuristik, verivikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian telah memberikan informasi bahwa masyarakat sipil mempunyai peran penting sepanjang revolusi. Revolusi dibangun melalui aktivitas online kaum muda yang mendorong gerakan masa. Elemen masyarakat lain yang tergabung dalam penentang pemerintah (oposisi) mendorong keterlibatan pihak internasional, mendirikan pemerintahan tandingan berupa Dewan Transisi Nasional, serta melakukan kontak senjata (perang) secara langsung untuk menjatuhkan pemerintah secara paksa. Semua usaha tersebut membuahkan hasil dengan jatuhnya pemerintahan Muammar Khadafi dan bebaskanya seluruh rakyat dan wilayah Libya. %Z Dr. Nurul Haq. S. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AKHMAD FARID CHUSNI, NIM. 12120090 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36663 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Pasar Paingan, sejarah, perkembangan %P 77 %T PASAR PAINGAN KOTA MAGELANG 1967-2016 (Studi Sejarah dan Perkembangannya) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36663/ %X Skripsi ini membahas tentang sejarah dan perkembangan Pasar Paingan. Pasar Paingan ini berbeda dengan pasar lainnya. Pasar Paingan hanya berlangsung setiap 35 hari satu kali. Pasar ini pertama kali muncul pada tahun 1967. Dalam perkembangannya, Pasar Paingan mampu tetap bertahan sampai dengan saat ini. Meskipun dalam perjalanannya sempat mengalami relokasi oleh Pemerintah Kota Magelang, Pasar Paingan tetap tidak kehilangan esensi yaitu mengaji sambil berdagang. Dalam membahas sejarah dan perkembangan Pasar Paingan 1967-2016, peneliti enggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis menggambarkan peristiwa masa lalu dengan mengungkap segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori evolusi oleh Herbert Spencer. Teori ini menjelaskan bahwa manusia bisa berevolusi karena pada dasarnya masyarakat itu sifatnya dinamis, tidak diam, seiring dengan berkembangnya zaman pasti akan mengalami yang namanya evolusi atau perubahan. Perubahan terjadi karena bertambahnya anggota masyarakat, dalam hal ini bertambahnya pedagang Pasar Paingan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, meliputi: pengumpulan data (heuristic), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pasar Paingan mengalami perubahan, terutama dari jumlah pedagang dan lokasi berjualan. Pada masa awal kemunculannya, para pedagang menempati halaman masjid. Dikarenakan jamaah pengajian dan pedagang semakin ramai, pada tahun 1980 pedagang harus berjualan di luar area masjid. Pedagang menempati alun-alun sebelah Barat. Pada perkembangannya pedagang semakin bertambah banyak dengan ditandai dengan pedagang yang sampai mengelilingi alun-alun. Pemerintah Kota Magelang sempat merelokasi Pasar Paingan namun mendapat penolakan dari komunitas Masyarakat Peduli Paingan. Pasar Paingan akhirnya kembali ke Alun-alun Kota Magelang dengan syarat ditertibkan oleh pemerintah. %Z Dr. Badrun M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A ALI BURHAN SUKRONI, NIM> 12120035 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36631 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Seni Hadrah Ababil %P 138 %T SENI HADRAH ABABIL DI PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH UMBULHARJO, YOGYAKARTA, TAHUN 2001 - 2019 M (STUDI PERBANDINGAN ANTARA BANJARI DENGAN HABSYI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36631/ %X Hadrah Ababil di PP Al-Luqmaniyyah, Umbulharjo, Yogyakarta yang digagas oleh KH. Najib Salimi sampai sekarang tetap terjaga. Mulai tahun 2001- 2007 M seni hadrah Ababil menggunakan gaya Banjari, seiring dengan perkembangan zaman sejak tahun 2008–2019 M seni hadrah Ababil mengalami perkembangan yang semula menggunakan gaya Banjari berganti dengan gaya Habsyi. Ada tiga fokus pembahasan utama dalam penelitian ini. Pertama, mengapa dibentuk seni hadrah Ababil di PP Al-Luqmaniyyah, Umbulharjo, Yogyakarta. Kedua, bagaimana perkembangan seni hadrah Ababil di PP Al- Luqmaniyyah, Umbulharjo, Yogyakarta. Ketiga, bagaimana persamaan dan perbedaan Banjari dengan Habsyi seni hadrah Ababil di PP Al-Luqmaniyyah, Umbulharjo, Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Antropologi. Adapun teori yang digunakan yaitu teori fungsionalisme tentang kebudayaan yang dipelopori Bronislaw Malinowski, dalam teori ini dijelaskan bahwa fungsi kebudayaan adalah segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.Sumber data primer dalam penelitian ini diambil dari hasil wawancara dengan ketua PP Al-Luqmaniyyah dan pembimbing seni hadrah Ababil. Sedangkan sumber data sekunder diambil dari buku-buku maupun literatur yang berkaitan dengan objek kajian. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukan bawa: Pertama, Seni hadrah Ababil pertama kali dibentuk pada tahun 2001 oleh KH. Najib Salimi selaku pendiri Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah, Umbulharjo, Yogyakarta. Seni hadrah Ababil itu sendiri dibentuk untuk mempertahankan seni musik Islam yang sudah ada sejak perkembangan Islam di Indonesia. Kedua, Perkembangan seni hadrah Ababil di PP Al-Luqmaniyyah pada awal terbentuknya tahun 2001-2007 selalu menampilkan gaya Banjari yaitu gaya seni musik Islam tradisional, seiring perkembangan zaman untuk menjaga eksistensi seni hadrah Ababil pada tahun 2008 mengalami perkembangan dari gaya musik Islam tradisional berubah menjadi gaya Habsyi yang lebih modern dan bertahan sampai sekarang. Ketiga, persamaan dan perbedaan Banjari dengan Habsyi seni hadrah Ababil di PP Al- Luqmaniyyah yaitu persamaan Banjari dengan Habsyi yaitu pada dasarnya membaca bacaan yang sama seperti membaca Syaraful Anam, Ad-Dibai, Al- Barzanji, dan Simtud Durar. Kemudian perbedaan Banjari dengan Habsyi adalah terletak pada peralatan yang digunakan dimana Banjari hanya menggunkan rebana dan bass sedangkan Habsyi menggunakan peralatan yang lebih lengkap yaitu rebana, bass duduk, tung/tam, marawis/ketapak, dan ciri utamanya adalah chalti. %Z Dr. Sujadi, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A ANGGI SUPRIYADI, NIM. 13120106 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29845 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Dinasti, Golden Hordé, IlKhan, Perlawanan %P 113 %T PERLAWANAN DINASTI GOLDEN HORDÉ TERHADAP DINASTI ILKHAN TAHUN 1257-1266 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29845/ %X Bangsa Mongol adalah gerombolan pengembara yang hidup secara berpindah-pindah, nomaden. Kebudayaan mereka terbelakang, kontak budaya untuk memajukan kehidupan masyarakat Mongol mulai terpikirkan. Segolongan atau suku yang kuat menguasai suku yang lemah untuk memperkuat armada militer Bangsa Mongol saat eskpedisi ke luar wilayah Mongol. penaklukan demi penaklukan yang dilakukan Jengis Khan (kepala suku Mongol) dan keturunannya mencapai wilayah terjauh hingga ke Eropa. Luasnya wilayah yang dimiliki Jengis Khan diwariskan kepada empat putranya; Jochi, Oghtai, Caghtai, dan Touli. masing-masing dari mereka memiliki wilayah yang berdaulat. Sampai pada saat perkembangannya, antara Berke (Khan Golden Hordé) dan Hulagu sebagai IlKhan berfriksi hingga berujung pada pertempuran militer dan tanpa ada usaha rekonsiliasi di antara keduanya. Penelitian ini membahas tentang perlawanan Dinasti Golden Hordé melawan IlKhan sejak 1257 (non-fisik) sampai tahun 1266 sebagai perlawanan secara fisik. Fokus penelitian ini meliputi asal-usul Kekaisaran Mongol, serta awal mula friksi di antara keduanya. Penelitian ini berupa penelitian sejarah yang menggunakan pendekatan sosiologi dan politikologi, serta memakai teori konflik Ralf Dahrendorf untuk menganalisis jalannya peristiwa. Perlawanan atau perang ini termasuk perang besar dan penting dalam sejarah Islam, karena menjadi awal dari perang keluarga di dalam kekaisaran Mongol dan menjaga eksistensi Mesir sebagai peradaban Islam II setelah Baghdad. %Z Prof. Dr. H. M. Abdul Karim, M. A., M. A. %0 Thesis %9 Skripsi %A ANWAR SODIK, NIM. 12120086 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36662 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Hasan Raid, Islam dan Komunisme %P 99 %T ISLAM DAN KOMUNISME SEBAGAI GERAKAN MENURUT PANDANGAN HASAN RAID TAHUN 1923-2010 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36662/ %X Komunisme yang dianggap sebagai paham yang meniadakan ajaran agama banyak dibantah oleh orang Islam. Hasan Raid adalah salah seorang tokoh yang mampu memadukan Islam dan Komunisme sebagai metode berjuang. Ia memandang Islam dan Komunisme memiliki kesamaan dalam penghapusan penghisapan atas manusia. Dalam alat perjuangan Hasan Raid menemukan partai komunis sebagai wadah yang serius dalam memperjuangkan kesejahteraan, keadilan, dan penghapusan penghisapan antar manusia. Meskipun banyak yang sudah mengkaji tentang Islam dan komunisme, penulis mencoba menguraikan bagaimana pandangan Hasan Raid dalam memandang Islam dan komunisme sebagai perjuangan atas penghapusan penghisapan atas manusia. Meskipun Hasan Raid bukan orang yang dilahirkan dari orangtua yang agamis, tetapi Hasan Raid dibesarkan dilingkungan agamis. Fokus penelitian ini pertama tentang profil Hasan Raid meliputi latar belakang keluarga, perjalanan pendidikan, dan perjalanan politik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mendeskripsikan pofil Hasan Raid, 2) untuk mendeskripsikan perspektif Hasan Raid terhadap Islam, dan 3) untuk menjelaskan pndangan Hasan Raid bahwa Islam dan Komunisme sebagai gerakan. Untuk menelaah dan mendapatkan pemikiran Hasan Raid maka penulis menggunakan pendekatan biografi. Pendekatan biografi mengkaji watak, sifat faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh, serta pembentukan karakter. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer melalui karya-karya Hasan Raid berupa buku dan karya-karya tulis lainnya. Data sekunder melalui karya-karya orang lain yang mendukung dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Hasan Raid merupakan pejuang pada masa kemerdekaan untuk mempertahankan kemerdekan Bangsa Indonesia yang pada saat itu masa kemerdekaan masih muda, 2) Hasan Raid merupakan tokoh pejuang yang lahir bukan dari golongan priyayi, ia lahir dari golongan orang sederhana tetapi karena perjalanan kehidupan Hasan Raid mulai dari perjalanan pendidikan dan pengaruh orang-orang sekitarnya membuat Hasan Raid menjadi salah satu tokoh pejuang di Indonesia, 3) Hasan Raid merupakan salah satu tokoh yang mampu memadukan antara Islam dan komunisme sebagai cara pandang dan landasan dalam bergerak. %Z Zuhrotul Latifah, S. Ag., M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A ARDIAN SOFYANA, NIM. 13120101 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29831 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah, Pencak Silat, Pondok Pesantren %P 141 %T PENCAK SILAT NAHDLATUL ULAMA PAGAR NUSA DI PONDOK PESANTREN AL-HANIF BAGELEN PURWOREJO TAHUN 1994-2016 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29831/ %X PENCAK SILAT NAHDLATUL ULAMA PAGAR NUSA DI PONDOK PESANTREN AL-HANIF BAGELEN, PURWOREJO TAHUN 1994 -2016 M Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa (PSNU Pagar Nusa) adalah bela diri yang lahir pada 27 September 1985 M di Pondok Pesantren (PP) Jombang Jawa Timur. Bela diri ini adalah bela diri organisasi Nahdlatul Ulama yang bertujuan sebagai pelindung Nahdlatul Ulama dan Bangsa. Tahun 1994 M PSNU Pagar Nusa berdiri di Dadirejo, Bagelen, Purworejo oleh Kiai Khanifudin. Adapun PSNU Pagar Nusa mulai resmi dalam lindungan PP Al-Hanif yaitu tahun 1997 M bersamaan dengan berdirinya PP Al-Hanif. Pencak silat ini merupakan PSNU Pagar Nusa pertama di Bagelen, Purworejo. PSNU Pagar Nusa Al-Hanif memiliki dua jenis bela diri, yaitu bela diri tangan kosong terdiri dari jurus Pagar Nusa dan Cepat Pembelaan Diri (CEPEDI), dan bela diri Asmaul Husna. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan latar belakang berdirinya PSNU Pagar Nusa Al-Hanif, isi, dan perkembangan PSNU Pagar Nusa Al-Hanif. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, penulis membahas dalam tiga rumusan masalah yaitu Mengapa PSNU Pagar Nusa berdiri di PP Al-Hanif, Apa saja isi yang terkandung di PSNU Pagar Nusa Al-Hanif, dan Bagaimana perkembangan PSNU Pagar Nusa di PP Al-Hanif tahun 1994-2016 M. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi untuk melihat dan mempelajari PSNU Pagar Nusa di PP Al-Hanif dari berbagai aspek dan perubahannya. Teori yang digunakan penulis adalah Teori Fungsionalisme dari Radcliffe Brown (1881-1955 M), menurutnya kebudayaan adalah milik bersama atau kolektif bukan hanya milik individu. Teori ini menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan media untuk mengantarkan ke perkembangan sistem sosial sehingga dapat mempengaruhi struktur sosial yang ada. Metode yang digunakan penulis adalah metode historis. Adapun metode ini digunakan untuk menggambarkan secara kronologis sejarah dan perkembangan PSNU Pagar Nusa di PP Al-Hanif tahun 1994-2016 M. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah deskripsi PSNU Pagar Nusa Al-Hanif mulai dari latar belakang berdiri sampai dengan perkembangannya. Dilihat dari perkembangannya PSNU Pagar Nusa Al-Hanif mengalami pasang surut dalam perkembangannya, yang terbagi dalam beberapa periode. Periode I, tahun 1994-1997 M sebagai awal perintisan, periode II tahun 1997-2005 M adalah masa kemajuan, periode III tahun 2005-2010 M masa kemunduran, sedangkan untuk periode IV tahun 2010-2016 M masa kebangkitan. Pada periode IV Kiai Khanifudin menambahkan alunan musik dalam latihan pencak silat. %Z Dr. Badrun, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A ARFIKA SASMI, NIM. 15120124 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36707 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K PERAN MASJID AL-HUDA, PENYEBARAN ISLAM %P 131 %T PERAN MASJID AL-HUDA DALAM PENYEBARAN ISLAM DI DESA NGAWU, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1940-2018 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36707/ %X Masjid Al-Huda terletak di Desa Ngawu, Playen. Masjid ini selesai dibangun pada tahun 1800an pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono ke VII. Pendirian masjid dilatarbelakangi karena penyebaran syiar agama Islam di wilayah Gunungkidul belum maksimal. Pada tahun 1800an hingga tahun 1900an masjid tersebut belum memberikan peran signifikan terhadap masyarakat khususnya terhadap penyebaran Islam di wilayah Playen. Pada tahun 1930an pun belum terlihat adanya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh jamaah Al-Huda. Hal tersebut terjadi karena Al-Huda, belum memiliki kepengurusan yang jelas, hal ini mengakibatkan kondisi stagnasi keagamaan dari tahun 1800 hingga 1940an. Hingga mulailah pada tahun 1940 di Masjid Al-Huda mulai dikelola sehingga pada setiap periode mampu memberikan yang menarik dan penting bagi kehidupan umat Islam. Guna mengetahui peran-peran yang menarik dari Masjid Al-Huda dibagilah pembahasan kedalam tiga periode yakni pertama, masa Pra kemerdekaan peran masjid Al-Huda pada masa ini adalah sebagai pusat pendalaman agama melalui syiar Islam di Masjid Al-Huda oleh H.Muhammad Ikhsan, dan juga digunakan sebagai pusat pelatihan pemuda Hizbulloh oleh Muhammad Abdani. Periode yang kedua adalah masa pasca kemerdekaan, pada masa pemberontakan G/30/S/PKI Masjid Al-Huda Playen digunakan sebagai pusat memperdalam ilmu agama guna membendung arus komunisme, Masjid Al-Huda juga berupaya memperkuat keimanan masyarakat dengan pengajian, dan toleransi antar umat beragama. Periode yang ketiga yakni tahun 2013-2018 pada tahun tersebut Al-Huda merealisasikan program yakni mengembangkan perekonomian masyarakat, dan tanggap sosial, pada tahun 2013 Masjid Al-Huda juga mendirikan Forum Komunikasi Takmir Masjid se-Desa Ngawu. Maka dari itu diperlukan rumusan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana sejarah bediri Masjid Al-Huda di Ngawu, Playen, Gunungkidul?, 2. Bagaimana peran masjid Al-Huda dari tahun 1940-2018? Penelitian ini bersifat observasi lapangan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek. Analisis yang digunakan adalah pendekatan sosiologi, dengan teori peran, dengan konsep dari Peter Burke bahwa, pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur sosial. Peneliti menggunakan metode penulisan sejarah diawali pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan karya tulis. Peneliti bertujuan untuk menganalisis peran-peran masjid Al-Huda mulai tahun 1940-2018 dengan menitikberatkan manfaat penelitian yaitu, penyebaran ajaran Islam melalui uraian kronologis Masjid al-Huda. %Z Riswinarno, S.S., M.M %0 Thesis %9 Skripsi %A ARI JUMROTUN, NIP. 13120019 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29807 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Biografi, Turaichan Adjhuri %P 96 %T BIOGRAFI K.H. TURAICHAN ADJHURI KUDUS 1915-1999 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29807/ %X K.H. Turaichan Adjuri atau lebih akrab disapa mbah Turaichan merupakan seorang ulama dari Kudus yang memiliki keahlian dalam ilmu falak. Mbah Turaichan dikenal sosok yang kharismatik, gigih dan teguh pendirian. Ia adalah salah seorang ulama pada abad XX dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Ia merupakan salah satu ulama yang tidak memiliki pesantren dan tidak pernah menetap di pesantren. Jenjang pendidikannya hanya di sekolah formal TBS Kudus. Ia sosok ulama yang aktif dalam organisasi sosial keagamaan NU. Aktif dalam dunia pendidikan sejak berusia 15 tahun. Perannya dalam dunia politik, ia pernah menjadi wakil dari NU di dalam konstituante. Dalam penelitian ini dibahas mengenai perjalanan hidup K.H. Turaichan Adjhuri, bagaimana aktivitas K.H. Turaichan Adjuri semasa hidupnya, dan bagaimana pemikiran-pemikiran dari K.H. Turaichan Adjuri. Penelitian ini menggunakan teori peranan oleh Erving Goffman. Teori ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peranan mbah Turaichan dengan melihat pengaruh pola-pola kehidupan dalam struktur sosial. Metode yang akan digunakan adalah metode sejarah. Peneliti menggunakan studi pustaka dan wawancara dalam pengumpulan sumber. Selanjutnya, peneliti melakukan kritik sumber dan interpretasi terhadap sumber sumber yang telah ditemukan untuk melakukan penulisan sebagai hasil akhir dari proses penelitian sejarah. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa mbah Turaichan merupakan sosok kiai yang berpengaruh dalam masyarakat. Ia memliki peranan penting dalam beberapa bidang kehidupan yang ia geluti. Dalam organisasi keagamaan NU, ia berkontribusi dalam ranah agama, pendidikan dan politik. Karyanya berupa Almanak Menara Kudus yang menjadi rujukan masyarakat dalam melihat agenda-agenda besar keagamaan. %Z Drs. H. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A ARIS WINATA, NIM. 11120101 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36627 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Sultan Hadiwijaya, Strategi, Kepemimpinan, Kesultanan Pajang. %P 135 %T STRATEGI KEPEMIMPINAN SULTAN HADIWIJAYA DI KESULTANAN PAJANG TAHUN 1549 – 1582 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36627/ %X Kesultanan Pajang merupakan suksesor dari Kesultanan Demak yang didirikan oleh Jaka Tingkir dengan gelar Sultan Hadiwijaya, ia merupakan sultan pertama di Kesultanan Pajang. Ia mampu membawa dan mempertahankan Kesultanan Pajang kepada kejayaannya di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial dan keagamaan. Latar belakang dari penelitian ini adalah belum banyak peneliti yang pokok penelitiannya membahas tentang kemampuan Sultan Hadiwijaya dalam menyusun strategi selama masa kepemimpinannya. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi Pajang sebelum berdirinya dan kondisinya pada masa kepemimpinan Sultan Hadiwijaya? (2) Apa saja strategi yang digunakan Sultan Hadiwijaya dalam memimpin Pajang? Fokus kajian dalam penelitian ini adalah strategi kepemimpinan Sultan Hadiwijaya dalam memimpin Pajang tahun 1549-1582 M. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-politik dengan konsep perilaku untuk memahami sikap dan tindakan Sultan Hadiwijaya dalam memimpin Pajang. Untuk itu, peneliti menguraikannya dengan menggunakan teori sosio-behavioristik mengenai latar belakang kehidupan seorang pemimpin yang merujuk kepada sistem warisan ataupun turun temurun dengan pengalaman yang telah dialami oleh Sultan Hadiwijaya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian library research, yaitu jenis penelitian yang dilakukan pada telaah, pengkajian, dan pembahasan literatur yang terkait dengan pembahasan strategi kepemimpinan Sultan Hadiwijaya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi empat hal, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi, sehingga diperoleh uraian tentang peristiwa yang kronologis dan sistematis yang sesuai dengan fakta sejarah. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa strategi yang dilakukan Sultan Hadiwijaya sebagai berikut: Pertama, mempersatukan keluarga serta teman-teman seperjuangannya dan menstabilkan wilayah Kesultanan Pajang. Ketika kondisi transisi masa pemerintahan dari Demak ke Pajang Sultan Hadiwijaya mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk mengembalikan keutuhan keluarga dan memberikan jabatan kepada teman-teman seperjuangannya untuk menstabilkan wilayah Kesultanan Pajang. Kedua, mengembangkan wilayah jaringan kekuasaan melalui komunikasi. Keterampilan Sultan Hadiwijaya dalam hal komunikasi sudah terlihat sejak ia memasuki usia dewasa dan terus berkembang hingga ia diberikan kepercayaan memimpin Pajang. Ketiga, penentuan posisi untuk mengembangkan Kesultanan Pajang. Keempat, memaksimalkan potensi melalui kepercayaan diri dan sikap pantang menyerah. Sultan Hadiwijaya membuktikan bahwa ia seorang pemimpin yang tidak mudah menyerah. Sebagai seorang pemimpin, Sultan Hadiwijaya paham betul dengan keputusan yang ia buat, termasuk resiko yang akan dihadapinya. %Z Zuhrotul Latifah, S.Ag., M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A ASNAWI, NIM. 12120019 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:28930 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kiprah K.H. Suja’I, Pondok Pesantren As-Salafiyyah Mlangi %P 79 %T KIPRAH K.H. SUJA’I MASDUKI DI PONDOK PESANTREN ASSALAFIYYAH MLANGI, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 1981-2015 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28930/ %X K.H. Suja‟i merupakan seorang kyai, tokoh ulama di Dusun Mlangi, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ayahnya adalah K.H. Masduki, salah satu pendiri pesantren di wilayah Mlangi, yang sekarang dikenal dengan Pondok Pesantren As-Salafiyyah Mlangi. K.H. Suja‟i adalah pengasuh Pondok Pesantren As-Salafiyyah sejak tahun 1981 M, menggantikan ayahnya K.H. Masduki yang wafat karena usia lanjut. K.H. Suja‟i sebagai penerus kepemimpinan pesantren mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat, dinamika intern juga menunjukan suatu kemajuan dengan berpedoman pada tradisi pesantren semi modern. Selama mengasuh pesantren K.H. Suja‟i mengambil langkah antara lain pembenahan kurikulum pendidikan, pembangunan asrama santri, penertiban administrasi pesantren, mendirikan organisasi pesantren, dan wirausaha santri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan biografi, yaitu suatu pendekatan yang berusaha untuk memahami dan mendalami kepribadian sosok K.H. Suja‟i berdasarkan latar belakang lingkungan serta sosial kultural tempat ia dilahirkan dan tumbuh dewasa. Untuk membantu mempermudah penelitian ini, peneliti menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Penelitian ini berusaha mengungkap kiprah K.H. Suja‟i di Pondok Pesantren As-Salafiyyah Mlangi, sehingga dalam penulisanya, peneliti menggunakan metode sejarah. Peneliti ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan yaitu: Pengumpulan Sumber (Heuristik), Kritik Sumber (Verifikasi), Intrepetasi dan Historiografi. Untuk pengumpulan sumber peneliti memadukan antara field research dan library research. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa K.H. Suja‟i mempunyai peran di Pondok Pesantren As-Salafiyyah Mlangi di berbagai bidang seperti: Pertama, bidang pendidikan agama, ia memberikan bimbingan keagamaan dan penanaman nilai-nilai Islam dalam setiap pengajianya terhadap para santri, mengembangkan kurikulum pendidikan yang merupakan langkah yang dilakukan oleh K.H. Suja‟i setelah ia menjadi pengasuh di Pondok Pesantren As-Salafiyyah Mlangi menggantikan ayahnya pada tahun 1981 M, menurutnya perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan santri dan mengikuti arus perkembangan zaman. Kedua, bidang wirausaha santri, ia memiliki ide agar para santri mampu berwirausaha secara mandiri. Ketiga, bidang organisasi pesantren, ia membentuk organisasi pesantren bertujuan agar para santri diharapkan memiliki bekal pengalaman dalam berorganisasi sehingga nantinya dalam bermasyarakat dapat bermanfaat. %Z Siti Maimunah, S.Ag., M.Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A AYU HERMAWATI, NIM. 14120086 %B fakultas adab dan ilmu budaya %D 2019 %F digilib:35069 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Nahdlatul Ulama (NU) Magelang, Pekembangan Struktural, NU Kultural. %P 108 %T PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA (PCNU) MAGELANG (1939-1972) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35069/ %X Penelitian ini mendeskripsikan tentang sejarah berdirinya NU Cabang Magelang yang berdiri sejak diselenggarakannya Muktamar NU ke-14 di Magelang pada1939. Adapun pertanyaan penelitian ini yaitu mengenai bagaimana proses lahirnya sejarah NU di Magelang, dan bagaimanakah perkembangan organisasi NU di Magelang. Muktamar NU ke-14 diselenggarakan di Magelang memiliki tujuan awal untuk membendung proses Kristenisasi. Perkembangan organisasi ini selanjutnya terbagi dalam perkembangan kultural masyarakat dan perkembangan struktural organisasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dengan teori struktural fungsional yang dikembangkan oleh Talcott Parson. Penggunaan teori tersebut dimaksudkan untuk menganalisis mengenai hubungan antara individu dengan individidu dan individu dengan kelompok. Struktural yang dimaksud disini ialah sebagaimana yang diketahui organisasi NU itu terstruktur mulai dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Ranting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis (sejarah), dengan empat tahapan yang harus dilalui, yaitu: pengumpulan sumber (heuristik): sumber tertulis seperti buku, arsip, artikel, jurnal, skripsi, tesis, maupun disertasi yang membahas tentang sejarah NU di Kabupaten Magelang dan sumber tidak tertulis/lisan yaitu wawancara; verifikasi sumber: kritik intern dan ekstern; interpretasi; dan penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa latar belakang diselenggarakannya Muktamar NU ke-14 di Magelang, adalah peristiwa pelaksanaan Konggres Kristen tahun 1935. Selain aksi untuk membendung Kristenisasi, juga termasuk peresmian pembentukan organisasi NU cabang Magelang yang belum ada sebelum tahun 1939. Mengenai perkembangan kultural masyarakat sendiri sudah ada sejak sebelum cabang NU resmi berdiri. Perkembangan struktural NU di Magelang mengenai kepengurusan struktur organisasi sendiri resmi dibentuk pada saat diselenggarakannya Muktamar %Z Himayatul Ittihadiyah, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AYU INA KAROMATIKA, NIM. 12120087 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29801 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kongres Perempuan Indonesia, ‘Aisyiyah, Hak-Hak Perempuan %P 99 %T KONTRIBUSI ‘AISYIYAH DALAM KONGRES PEREMPUAN INDONESIA PERTAMA TAHUN 1928 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29801/ %X ‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan Islam berbasis agama yang merupakan sayap dari organisasi Muhammadiyah. ‘Aisyiyah berdiri pada 19 Mei 1917 di Kauman, Yogyakarta. ‘Aisyiyah merupakan salah satu dari organisasi yang menjadi anggota dan juga komite dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama tahun 1928. Kongres ini merupakan kongres yang dihadiri oleh beberapa perkumpulan perempuan yang membahas persoalan berkaitan dengan perempuan. Kongres ini hadir sebagai manifestasi kesadaran nasional dan persatuan bagi perempuan secara khusus, dimana dua bulan sebelum kongres ini digelar, telah dideklarasikan sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Mereka merupakan perempuan berusia muda dan berasal dari berbagai macam latar belakang baik agama, ras, suku, maupun ke-daerahan. ‘Aisyiyah lahir dan berkembang di kota Yogyakarta yang juga menjadi tempat diadakannya kongres. Bukan hanya itu, ‘Aisyiyah pun turut serta dalam penyampaian pandangannya terkait hal yang menjadi bahasan dalam kongres. Topik bahasan yang diangkat pada saat itu diantaranya adalah kedudukan perempuan dalam perkawinan, talak bagi perempuan dan juga persoalan pendidikan bagi perempuan. Penulisan skripsi ini berfokus pada kontribusi pandangan ‘Aisyiyah terhadap topik bahasan dalam kongres tersebut. Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah kritis yang mencakup empat langkah yaitu pengumpulan sumber primer dan sekunder, kritik sumber yang terdiri dari kritik ekstern dan intern agar sumber memiliki otensitas dan kredibilitas, interpretasi terhadap fakta yang ada dan yang terakhir penulisan kembali peristiwa sejarah secara deskriptifanalitis. Teori yang dipakai adalah teori organisasi proses, yaitu suatu teori yang memandang organisasi sebagai proses kerjasama antara kelompok orang yang tergabung dalam suatu kelompok formal. Sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan sosiologi yang melihat ‘Aisyiyah sebagai objek yang berpengaruh pada kondisi sosial pada saat peristiwa sejarah berlangsung. Pendekatan sosiologi juga bertujuan untuk memahami arti subjektif dari perilaku sosial, bukan hanya sekedar arti objektifnya saja. Maka dari itu, pendekatan sosial dapat mengarah pada pencarian arti dari tindakan individual atau kelompok yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa kolektif. Dalam menanggapi isu kedudukan perempuan dalam pernikahan yang menjadi bahasan dalam kongres, ‘Aisyiyah berusaha untuk tetap berdiri di atas pegangan agama dengan menggunakan metode tafsir berkemajuan. Dalam kasus poligami, ‘Aisyiyah dengan tegas menolak dihapuskannya praktek poligami dan tidak pula menganjurkannya dikarenakan tidak ditemukan dalil yang mengarah kepada hal tersebut. Adapun alasan yang mendesak atau darurat dapat dimaklumi sebagai alasan poligami. Dalam kasus talak, ‘Aisyiyah berpendapat bahwa hak talak sudah pada tempatnya diserahkan sepenuhnya kepada laki-laki atas dasar kemaslahatan bagi sesama. Sedangkan dalam menanggapi isu pendidikan bagi perempuan, ‘Aisyiyah sangat mendukung hal tersebut. Bahkan ‘Aisyiyah telah selangkah lebih maju dalam mengimplementasikannya dengan mendirikan sekolah-sekolah bagi masyarakat yang bukan ningrat dan juga mendirikan sekolah khusus anak-anak yang bernama TK ABA ‘Aisyiyah. %Z Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A AZWAR NUR FAUZAN, NIM. 15120035 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2019 %F digilib:38062 %I UIN Sunan Kalijaga %K Sekolah Formal, Sejarah, Pesantren. %P 106 %T SEJARAH PONDOK PESANTREN BINA UMAT DI DUSUN SETRAN, KECAMATAN MOYUDAN, KABUPATEN SLEMAN (1998-2017) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38062/ %X Pesantren merupakan lembaga pendidikan sebagai sarana penyebaran ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Pondok Pesantren Bina Umat merupakan salah satu wujud dari fenomena perkembangan lembaga pesantren di Indonesia. Pondok Pesantren Bina Umat berdiri pada tahun 2001 di bawah naungan Yayasan Bina Umat, kemudian pada tahun 2003 dan 2006 didirikan sekolah formal yang diberi nama SMA IT dan SMA IT Bina Umat sebagai pengembangan pondok pesantren. Adapun kurikulum yang digunakan merupakan perpaduan antara kurikulum pondok dan kurikulum nasional. Berangkat dari hal tersebut, penelitian mengenai sejarah Pondok Pesantren Bina Umat ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dari Pondok Pesantren Bina Umat tahun 1998-2017. Penelitian ini merupakan kajian sejarah sosial. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan sosial dan teori evolusi Harbert Spencer dalam menganalisis perkembangan dan peranannya pada pondok pesantren yang menjadi objek kajian. Metode yang digunakan yaitu metode sejarah, yang meliputi empat langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjalanan Pondok Pesantren Bina Umat dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan mempunyai bentuk yang khas. Bermula dari lembaga pendidikan non formal kemudian berkembang dengan mendirikan sekolah formal, selain itu Pondok Pesantren Bina Umat memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat sekitar. Hal ini diwujudkan dengan kegiatan atau programnya di bidang pendidikan, bidang sosial masyarakat, dan bidang sosial keagamaan. Kata Kunci : Sekolah Formal, Sejarah, Pesantren. %Z Herawati S.Ag., M. Pd %0 Thesis %9 Skripsi %A Abd. Ghaffar, NIM. 97122100 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:53094 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Boedi Oetomo, Islam Di Indonesia 1908-1935 %P 124 %T BOEDI OETOMO DAN PERANANNYA DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA 1908 - 1935 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53094/ %X Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908 dinamika perkembangan Boedi Oetomo sampai akhir sejarah perjalanannya pada tahun 1935 umumnya memperlihatkan kecenderungan yang agak cepat, secara kuantitatif dan kualitatif Dinamika perkembangan Boedi Oetomo dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia tercermin dari periodesasi sejarahnya yang terdiri dari lima periode, yaitu periode konsolidasi (1908-1911 ), periode kemunduran ( 1912-1918), periode politik kooperatif (1919-1925), periode politiknon-kooperatif (1926-1930), dan periode nasionalisme Indonesia ( 1931-1935). Sepanjang sejarah perjalanannya tersebut secara kuantitatif Boedi Oetomo tidak pernah mempunyai jumlah anggota melebihi 10.000 orang. Demikian pula jumlah sekola yang dikelolanya, suatu bidang kegiatan utamanya, hanya mencapai angka puluhan. Sedangkan secara kualitatif, kecuali sebagai perintis gerakan nasional (yang bercorak nasionalisme lokal) pertama, Boedi Oetomo selalu bergerak cepat dalam mengikuti dinamika perkembangan pergerakan nasional, tennasuk dalam menerima semangat nasionalisme Indonesia. Meskipun Boedi Oetomo menganut ideologi netralitas terhadap agama, namun pada kenyataannya ia telah turut memainkan peranan dan memberikan sumbangsihnya bagi perkembangan Islam Indonesia. Peranannya sebagian bersifat langsung atau aktif dan sebagian lagi bersifat tidak langsung atau pasif Peranannya yang bersifat langsung dalam perkembangan Islam di Indonesia adalah: ( 1) memperlancar pelaksanaan gerakan pengaJaran Islam di kalangan anggotanya maupun di sekolah-sekolah pemerintah pada zaman kolonial. Sedangkan peranannya yang bersifat tidak langsung adalah: (1) memberikan motivasi dan kondisi bagi kelahiran organisasi pergerakan Sarekat Islam, dan (2) turut bersama-sama dengan organisasi-organisa,si pergerakan Islam, karena kesamaan kepentingan, dalam mematahkan pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda terhadap perkembangan gerakan pengajaran agam Islam. %Z Pembimbing : Drs. H. Maman A. Malik Sy., M. S. %0 Thesis %9 Skripsi %A Abdillah Nur Tammami, NIM. 15510007 %B Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam %D 2019 %F digilib:38373 %I UIN Sunan Kalijaga %K Tasawuf, Tarekat, Hakikat, Suluk. %P 103 %T SULUK DALAM TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHOLIDIYAH (MAJELIS DZIKIR HASAN MA’SHUM) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38373/ %X ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang tarekat Naqsyabandiyah Kholidyah dalam Majelis Dzikir Hasan Ma’shum, yang difokuskan pada konsep suluk-nya. Pokok permasalahan dalam penelitian ini dirincikan menjadi tiga sub masalah. Pertama, mengenai sejarah dan perkembangan tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah berdasarkan versi Majelis Dzikir Hasan Ma’shum. Kedua, makna hakikat Mursyid, Murid, serta amaliah dalam tarekat tersebut secara menyeluruh. Ketiga, konsep suluk dalam karakteristik serta substansinya berdasarkan ajaran tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah dalam Majelis Dzikir Hasan Ma’shum. Penelitian ini menggunakan metode historistas dan deskriptif interpretatif. Penggunaan metode historistas ini berkaitan dengan analisa perkembangan serta penyebaran-nya di dunia, terkhusus di nusantara. Perkumpulan-perkumpulan tarekat yang berhaluan Naqsyabandy sangatlah banyak, sehingga perlu adanya penarikan garis batas dari segi-segi silsilah ke-mursyidan. Kesejarahan suatu tarekat tidak pernah lepas dari unsur pewaris silsilah, yakni dari ke-guruan sekaligus penerus ke-mursyidan. Sedangkan metode deskriptif dan interpretatif adalah untuk memaparkan hasil wawancara dari narasumber terkait, dan memberikan beberapa argumen sebagai fariabel pendukung untuk mencermati suluk secara ilmiah. Pada penelitian ini dihasilkan beberapa temuan, yakni mengenai kejelasan historitas tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah menurut Majelis Dzikir Hasan Ma’shum, dan isi daripada substansi suluk. Sejarah tarekat Naqsyabandyah Kholidiyah dalam Majelis Dzikir Hasan Ma’shum memiliki keperbedaan yang signifikan dengan tarekat yang lain, yakni ditemukanya garis silsilah dalam kepenerusan mursyid yang berbeda. Temuan tersebut didapat dari urutan yang ke-30, dari silsilah tersebut memberikan ciri khas tersendiri bagi Majelis Dzikir Hasan Ma’shum tersebut. Temuan yang kedua adalah pada lima kurikulum atau amalan wajib bagi pengamalnya, yakni wirid sendiri, wirid berjamaah (tawajuh), ubudiyah, suluk, dan ziarah. Dari kelima kurikulum tersebut tidak dapat dipilih atau ditinggalkan salah satunya, kelima-nya saling terkait dalam proses pengamalan tasawuf menurut ajaran tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah berdasarkan Majelis Dzikir Hasan Ma’shum. Namun diantara kelima-nya terdapat satu amalan yang sangat sarat makna, dikarenakan kompleksitas hakikatnya, yakni suluk, bahwa suluk memiliki suatu keutamaan proses tersendiri bagi pelakunya, suluk sangat erat sekali dengan proses spiritual secara dimensional. %Z Dr. H. Zuhri, S.Ag. M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Abdul Adlim, NIM. 99122424 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52859 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perdikan Mangir, Politik Ekspansi Kerajaan Mataram (1584-1601) %P 74 %T PERDIKAN MANGIR DAN POLITIK EKSPANSI KERAJAAN MATARAM (1584-1601 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52859/ %X Mangir adalah sebuah daerah yang didirikan oleh Ki Ageng Wanabaya yang kemudian dikenal dengan sebutan Ki Ageng Mangir I, daerah ini diperkirakan berdiri tidak lama setelah Majapahit runtuh yaitu pada tahun 1400 M. Sejak masa Ki Ageng Mangir I, Ki Ageng Mangir II, dan Ki Ageng Mangir III, rupanya daerah ini telah berdiri secara mantap dan belum pemah tunduk kepada kerajaan manapun. Pada akhir abad XVI, perluasan Kerajaan Mataram telah dimulai dan terbentuklah dasar kekuasaan yang besar, yang menjadikan Kerajaan Mataram sebagai sebuah kerajaan yang besar di pedalaman pulau Jawa. Perluasaan wilayah Mataram sudah mulai sejak zaman Senopati, perluasan wilayah ini tidak hanya untuk menundukkan penguasa pedalaman dan pesisir yang kaya tapi juga karena Senopati ingin meniru keagungan nenek moyangnya yakni akan menambah wibawa. Senopati sangat berambisi untuk menjadi seorang raja agung yang menguasai seluruh wilayah Jawa (Wenang Wises a Sanagari). Hal ini dimulai dengan menundukkan penguasa-penguasa lokal yang dipimpin oleh Ki Ageng termasuk di dalamnya Ki Ageng Mangir, karena dengan menundukkan penguasa­penguasa lokal, akan dengan muda untuk mendapatkan upeti. Mangir dengan segala cara termasuk dengan kekerasan, tetapi atas saran atau pendapat dari Ki Jurumertani bahwa penaklukan atas daerah Mangir yang dipimpin oleh Ki Ageng Mangir III, sebaiknya dilakukan dengan ikatan perkawinan secara tersamar dengan putra Senopati sendiri yaitu Pambayun, dengan cara demikian diharapkan Mangir akan menyerah dan mau tunduk kepada Senopati. Rupanya Ki Ageng Mangir benar-benar telah terpikat dengan kecantikan putra Senopati yaitu Pambayun, akhimya Ki Ageng Mangir III ini tidak dapat menolak bujukan Pambayun untuk menghadap dan mohon ampun kepada Senopati. pada saat Ki Ageng Mangir menghadap dan mau menyembah dan mencium kaki Senopati untuk mohon ampun atau untuk mintak doa restu kepada sang mertua, pada saat itu pula Senopati menggeser lututnya lalu menghantam kepala Ki Ageng Mangir III ke atas batu Gilang yang didudukinya, sehingga Ki Ageng Mangir III mati seketika. Kematian Ki Ageng Mangir III ini diperkirakan terjadi pada tahun 1601 M. %Z Pembimbing : Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A. %0 Thesis %9 Masters %A Abdul Aziz, NIM.: 18201020011 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:45407 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perang Sabil, Mobilisasi Sosial, Etnis Tionghoa dan Muslim Jawa. %P 174 %T PERSEKUTUAN MUSLIM JAWA DAN ETNIS TIONGHOA MELAWAN BELANDA DALAM PERANG SABIL DI LASEM (1750 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45407/ %X The dynamics of the relationship between the natives and ethnic Chinese throughout the history of the archipelago is an interesting study, especially in the Dutch colonial era. In the case of the Sabil war in Lasem in 1750, raised questions regarding their alliance against the Dutch, bearing in mind that many negative sentiments arose as a result of the Dutch racist policies at that time, especially as Chinese were an exclusive ethnicity, so this alliance is interesting to study. This research method is a historical research method starting from data collection, criticism, interpretation to historiography. The theory of resource mobilization, jihad and acculturation is used as an analysis tool as well as a research guide, with a sociological approach. The results of this study indicate that there are two factors in the occurrence of alliance between Javanese Muslims and Chinese ethnicities namely trigger and support factors. The trigger factors include social mobilization (the main axis of movement) and being the oppressed group. Then the supporting factors include, the existence of trade, business cooperation, marriage, and fraternity, and then give rise to acculturation and social assimilation, thus forming social integration. These supporting factors will be mobilized by figures to form social movements embodied in the Sabil war. %Z Pembimbing : Dr. Muhammad Wildan, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A Abdul Hadi, NIM. 14120007 %B fakultas adab dan ilmu budaya %D 2019 %F digilib:35446 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata Kunci: M. Zainuddin Kayubi, Pemberontakan PKI, Perjuangannya. %P 108 %T M. ZAINUDDIN KAYUBI DAN PERJUANGANNYA DALAM MELAWAN PEMBERONTAKAN PKI DI BLITAR (1964-1968 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35446/ %X M. Zainuddin Kayubi adalah tokoh pejuang dalam melawan pemberontakan PKI di Blitar dan Tulungagung, dimana PKI menjadi isu nasioanal ketika itu. Selain itu, M. Zainuddin Kayubi termasuk pendiri Barisan Serba Guna (Banser) yang berguna untuk memperkuat pengamanan dari pemberontakan PKI serta memiliki peranan penting dalam berbagai bidang, baik itu politik, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Alasan peneliti menulis M. Zainuddin Kayubi dan Perjuangannya adalah pertama, belum secara luas mengetahui siapa pendiri Banser. Kedua, gaya kepemimpinan M. Zainuddin Kayubi yang tegas dan berani dalam melawan pemberontakan PKI. Ketiga, menjaga kesadaran berbangsa dan bela negara kesatuan republik Indonesia. Penelitian ini merupakan kajian mengenai tokoh, sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan biografis yang memberikan pengertian tentang subyek, berusaha menetapkan dan menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan hidup dari subyek yang diselidiki, pengaruh subyek dalam masa formatif kehidupannya, sifat dan watak serta nilai subyek terhadap perkembangan aspek kehidupan. Kerangka teori yang dipakai adalah teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erfing Goffman, bahwa peranan sosial adalah pola-norma perilaku dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa M. Zainuddin Kayubi melakukan perjuangan melawan pemberontakan PKI secara totalitas dan pantang menyerah baik di Ponorogo maupun di Blitar. Selain itu dijelaskan aktifitas M. Zainuddin Kayubi yang membawa perubahan terhadap lingkungannya yaitu dengan berjuang di bidang politik bersama NU, aktif dalam usaha memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan dengan mendirikan Banser dan menjadi seorang tentara, berjuang di bidang sosial masyarakat, khususnya melawan pemberontakan PKI. %Z Dr. Badrun., M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Abdul Rauf Ode Ishak, NIM.: 17101020060 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:46477 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi, Kerajaan, Sejarah, Perubahan Sosial %P 130 %T SEJARAH TRADISI KATOBA DI KERAJAAN MUNA, SULAWESI TENGGARA PADA MASA PEMERINTAHAN RAJA LA ODE ABDUL RAHMAN (1671-1716) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46477/ %X Katoba berasal dari kata toba yang berarti penyesalan. Tradisi katoba dilaksanakan setelah seorang anak melaksanakan tradisi kangkilo (sunatan secara tradisional). Tradisi katoba merupakan ritual masyarakat Muna yang mengandung ajaran pendidikan karakter dan tata-cara interaksi sosial untuk membentuk karakter masyarakat dengan berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Nasihat penting dalam pelaksanaan tradisi katoba yaitu dososo (menyesal), dobhotuki (memutuskan), dofekakodoho (menjauhkan), dan dofekomiinahi (menolak untuk mengulangi). Masyarakat Muna mengawali tradisi katoba melalui serangkain proses islamisasi dan akulturasi nilai-nilai fundamental suku Muna dengan nilai-nilai Islam. Pelaksanaan tradisi katoba pertama kali terjadi pada masa pemerintahan Raja Muna XIII (1671-1716) yaitu Raja La Ode Abdul Rahman yang bergelar Sangia Latugho. Sejak saat itu, tradisi katoba terus berkembang, tetap dipertahankan dan hidup di tengah-tengah masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial yang diungkapkan oleh William F. Ogburn sebagai alat analisis. Teori ini digunakan untuk melihat perubahan nilai, sikap dan perilaku sosial. Sebagai sebuah tradisi, perkembangan tradisi katoba telah melahirkan perubahan-perubahan baik pada tataran ide maupun nilai filosofis masyarakat Muna. Pendekatan yang digunakan yaitu antropologi-agama yang mempelajari fenomena kebudayaan dan tingkah laku manusia yang menekankan pada aspek-aspek religiusitas. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis data) dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, islamisasi kerajaan Muna terjadi dalam 3 periode dakwah sejak tahun 1546 hingga tahun 1671. Kedua, sejarah pelaksanaan tradisi katoba berkaitan erat dengan proses masuk dan berkembangnya Islam di Kerajaan Muna. Ketiga, tradisi katoba adalah tradisi yang sangat esensi bagi masyarakat Muna sebagai gerbang awal dalam penanaman nilai-nilai agama Islam dan pendidikan karakter berbasis tradisi (character building). %Z Pembimbing : Fatiyah, S. Hum, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Abdul Rohim, NIM. 14120109 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2021 %F digilib:44195 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Gerakan Mahasiswa, Orde Baru %P 168 %T SEJARAH PERLAWANAN GERAKAN MAHASISWA UIN SUNAN KALIJGA TERHADAP ORDE BARU TAHUN (1980-1998) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44195/ %X Penelitian ini akan membahas terkait Gerakan mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga yang pada dasaranya memiliki sejarah panjang dalam dinamika perpolitikan di Yogyakarta secara khusus dan Indonesia secara umum. Namun sayang selama ini masih jarang kajian yang sepesifik membicarakan peristiwa dan pola gerakan mahasiswa dalam membangun basis perlawanan terhadap Orde Baru pada tahun (1980-198). Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode wawancara dan pengumpulan arsip untuk megumpulkan sumber data sebagai bahan untuk menarasikan ulang peristiwa sejarah yang sebagaian besar belum terekam dalam sebuah kajian utuh. Dengan mengunakan metode tersebut, penulis mendapatkan gambaran peristiwa yang lebih otentik dari para pelaku sejarah yang sebagian besar masih bisa penulis temui. Dalam hipotesis sementara penulis perlawanan gerakan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dalam rentang sejarah tahun 1980-1998 di masa Orde Baru, memiliki peran yang strategis dalam upaya taktis dan strategis. Taktis terlibat untuk mendorong jatuhnya rezim Soeharto dan strategis membangun upaya pendidikan politik bagi mahasiswa pada masa itu terutama dalam lingkup UIN Suka pada saat itu. %Z Fatiyah, S.Hum., M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Abdul Wahid, NIM. 98122183 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:53051 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi Sayyang Pattuqduq, Kecamatan Sendana %P 117 %T SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TRADISI SAYYANG PATTUQDUQDI KECAMATAN SENDANA KABUPATEN MAJENE PROVINSI SULAWESI SELATAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53051/ %X Tradisi yang lahir dari rahim sejarah panjang masyarakat Kecamatan Sendana cfopat diidentifikasi melalui berbagai produk kebudayaan masa Iampau yaitu kebudayaan masa pra Islam, masa Islam dan masa pasca kemerdekaan Republik lndonesia. Salah satu dari kebudayaan masyarakat di Kecamatan Sendana yang masih dapat dilihat sampai saat sckarang ini adalah tradisi sayyang pattuqduq. Dan cara yang paling tepat untuk mcngidentifikasi suatu peradaban manusia adalah dengan cara mdihat struktur masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Struktur keturunan Penduduk kecamatan Sendana adalah suku Mandar asli yang herasat dari Ulu Salu(Tujuh kerajaan di hulu sungai), salah satu kecamatan di daerah Kabupaten Polmas. Masyarakat Sen 2.73) and a significant value of 0.000 less than 0.05, 5) The effective contribution of self-efficacy variables is 15.5%, then the learning motivation variable was 16.5% and the school environment was 27.3%. the relative contribution of the self-efficacy variable has a relative contribution of 26.2%, the learning motivation variable is 27.7% and the largest relative contribution is in the school environment variable, namely 46.1%, so together the relative contribution of the three variables is 100%. %Z Pembimbing : Dr. H. Suyadi, S.Ag, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Ayatullah Atabik Janka Dausat, NIM. 99122388 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52865 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K KHR Nachrawi Dan Aktifitasnya (1942-1975 M) %P 156 %T K.H.R. NACHRAWI DAN AKTIFITASNYA (1942-1975 M.) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52865/ %X Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: K.H.R. Nachrawi lahir dari keluarga santri dengan tradisi ulama yang kuat. Pendidikan awal dalam keluarga sebagai modal bagi langkah hidupnya untuk menuju pendidikan pondok pesantren. Pendidikan keagamaan yang ditanam dalam keluarga dan pondok pesantren turut membentuk kepribadian K.H.R. Nachrawi, amal perbuatannya merupakan perpaduan antara ilmu dan ihsan. Bekal pendidikan yang ia miliki, merupakan modal utama dalam aktivitas hidupnya. Kiprah K.H.R. Nachrawi dalam masyarakat sangat luas. Kiprahnya antara lain dalam bidang politik, bidang pendidikan dan dakwah, bidang sosial budaya, dan bidang kemasyarakatan. Selain itu K.H.R. Nachrawi meninggalkan karya-karya besar sebagai bukti perjuangannya. Perjuangan K.H.R. Nachrawi sebagai seorang Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah adalah mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah ke dalam berbagai lapisan masyarakat yang masih tinggi kepercayaan Animismc dan Dinamismenya. Pc1juangannya dalam mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyuh Khalidiyah tidak lepas dari ide-ide yang dimiliki oleh K.H.R. Nachrawi yang ditunjang oleh kharisma yang dimilikinya. Berkat ide-ide itulah Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah berkembang pesat dalam waktu yang singkat. Murid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah menyebar di berbagai daerah,Karisidenan Kedu dan Daerah Istimewa Y ogyakarta. Bukti perjuangan K.H.R. Nachrawi antara lain berupa 150 masjid yang didirikannya sebagai pusat kegiatan tarekat serta kesenian shalawatan dan pencak silat yang bemafaskan Islam. %Z Pembimbing : Drs. Badrun 'Alaena M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Ayis Azmi Aulia, NIM. 12120092 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36664 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Corak, Historiografi Islam, Hamka %P 89 %T HISTORIOGRAFI ISLAM HAMKA STUDI ATAS KARYA SEJARAH UMAT ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36664/ %X Kajian ini membahas Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA dan Historiografi Islam dalam karyanya; Sejarah Umat Islam. Hamka adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Hamka lahir di desa Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada usia 73 tahun. Sebagai seorang ulama ia merupakan penulis yang produktif. Dari sekian banyak karangannya salah satunya adalah Sejarah Umat Islam. Penelitian ini memfokuskan pada corak historiografi Islam dalam karya Hamka yang berjudul Sejarah Umat Islam. Dalam pengkategorian jenis sejarawan Hamka masuk dalam jenis sejarawan non formal, artinya Ia menulis sejarah tanpa mengenyam pendidikan sejarah secara formal akademis. Pembahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi biografi, gambaran umum historiografi Islam, dan corak historiografi oleh Hamka dalam historiografi Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Tujuan akhir dari penelitian ini untuk menggambarkan biografi yang meliputi latar belakang kehidupan Hamka mulai dari latar belakang keluarga, pendidikan serta karya-karyanya, memaparkan historiografi Islam dan menganalisis penulisan sejarah Islam yang meliputi bentuk, corak dan tema. Setelah itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis historiografi Islam Hamka lebih banyak menekankan kepada periode daripada daerah. Penulisannya lebih banyak menekankan kepada peranan pahlawan dan Sultan dalam bangun dan tenggelamnya kerajaan Islam, sehingga ia dikenal sebagai penulis sejarah heroworship. Penulisan Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam memiliki bentu kronik yang berdasarkan urutan waktu kejadian. Peranan dia sebagai sejarawan dikatagorikan –meminjam istilah Azyumardi Azra sebagai sejarawan Informal. Corak atau motivasi Hamka dalam menulis adalah corak keagamaan atau berangkat dari semangat keagamaan. Penulisan sejarah Hamka masuk dalam kategori sejarah naratif. %Z Syamsul Arifin, M.Ag, %0 Thesis %9 Skripsi %A Ayu Dinar Madu Khotimah, NIM.: 161200 16120065 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:65789 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pesantren; Pendidikan Kewirausahaan; Kontribusi %P 112 %T PONDOK PESANTREN LINTANG SONGO DI DESA SITIMULYO PIYUNGAN BANTUL TAHUN 2007 -2022 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65789/ %X Skripsi ini mengkaji tentang Pondok Pesantren Lintang Songo di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul Tahun 2007 - 2022. Pondok Pesantren Lintang Songo di dirikan oleh Kiai Heri Kuswanto dengan bantuan dana sebesar 580 juta dari lembaga AIP (Australian-Indonesia Kemitraan Indonesia dan Australia). Pondok Pesantren Lintang Songo lahir sebagai wujud keresahan Kiai Heri berkaitan dengan pendidikan agama Islam di Desa Sitimulyo. Berangkat dari hal tersebut Kiai Heri bertekad untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam agar mampu mencetak generasi penerus yang unggul, mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Lintang Songo terhadap masyarakat? Dalam rangka untuk menjawab permasalahan di atas, peneliti menggunakan pendekatan Sosiologi Budaya. Melalui pendekatan ini peneliti berupaya memahami bagaimana kehidupan sosial budaya masyarakat yang terlibat langsung terhadap sejarah Pondok Pesantren Lintang Songo. Sementara itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fungsional Struktural yang dikemukakan oleh Robert K Merton. Teori ini digunakan untuk menganalisis kontribusi Pondok Pesantren Lintang Songo terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yakni: Heuristik atau pengumpulan sumber, Verifikasi atau kritik sumber, Interpretasi atau penafsiran sumber dan Historiografi atau penulisan sejarah. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu, Pondok Pesantren Lintang Songo terletak di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Pondok pesantren ini secara resmi berdiri pada 3 Agustus 2007, Kiai Heri Kuswanto sebagai pendirinya. Tujuan utama didirikannya lembaga pendidikan tersebut sebagai wadah pendidikan bagi generasi penerus khususnya yang kurang mampu secara finansial. Hal ini dibuktikan dengan adanya program unggulan kewirausahaan pondok pesantren yang melatih para siswanya agar dapat mendiri secara ekonomi, bermanfaat bagi masyarakat dan memiliki kualitas pengetahuan yang unggul. Ada beberapa kontribusi yang telah diberikan Pondok Pesantren Lintang Songo yakni: bidang pendidikan, bidang keagamaan dan bidang sosial. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Ayu Yanuari Sholikah, NIM : 11120069 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32516 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi Nawu Sendang Seliran, makam raja-raja mataram kotagede %P 108 %T MASYARAKAT KOTAGEDE DAN TRADISI NAWU SENDANG SELIRAN DI KOMPLEK MAKAM RAJA-RAJA MATARAM KOTAGEDE, 2006 – 2016 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32516/ %X Era modernisasi pada masa sekarang ini mengakibatkan arus transformasi kebudayaan begitu mudah dan cepat. Sehingga diperlukan adanya perhatian serta upaya-upaya dari masyarakat untuk menjaga, melestarikan tradisi peninggalan leluhur masyarakat Indonesia. Adanya penghormatan terhadap Panembahan Senopati tidak hanya dilakukan ketika ia hidup tetapi juga setelah meninggal. Salah satu tradisi peninggalan leluhur yang masih ada yaitu tradisi nawu sendang seliran di komplek makam Raja-raja Mataram. Tradisi Nawu Sendang Seliran merupakan upacara penggantian air di dalam sendang atau kolam yang terdapat di komplek Makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Sendang tersebut berjumlah 2 yang bernama Sendang Kakung dan Sendang Putri. Hal yang menarik dalam Tradisi Nawu Sendang Seliran dan Jagang Masjid yaitu diadakan setahun sekali dan sudah dilakukan sejak dibangunya Sendang. Namun, mulai tahun 2009 Tradisi Nawu Sendang Seliran dilaksanakan pada bulan Bakdo Mulut dengan upacara kirab budaya secara meriah. Keunikan lain yaitu kirab budaya yang menggunakan dua Ambengan Ageng. Ambengan atau gunungan berisi makanan tradisional khas Kotagede dan sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak dan upaya masyarakat dalam pelestarian tradisi nawu sendang seliran tahun 2006-2016. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosio historis. Pendekatan sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab pertanyaan, serta menganalisis dengan menggunkan metode analisis sejarah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peranan Sosial karena mampu mengungkap dampak dan fngsi tradisi nawu sendang seliran. Penelitian mengenai upaya pelestarian tradisi Nawu Sendang Seliran di Desa Jagalan yaitu sejarahnya berkaitan dengan penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Panembahan Senopati. Dalam pelestarian tradisi nawu sendang seliran ini terdapat faktor pendukung dan penghambat. Motivasinya karena adanya solidaritas yang tinggi serta kesadaran dari pribadi masing-masing. Perhatian pemerintah berupa 1) diresmikannya sebagai wisata budaya dengan mengadakan festifal setiap tahunnya, 2) meningkatkan kualitas tradisi nawu Sendang Seliran, bekerjasama dengan dinas pariwisata. Adapun dampak dan upaya dari tradisi nawu sendang seliran menimbulkan adanya perubahan sosial yaitu beragamnya hiburan, tontonan, yang berdampak pada kurangnya partisipasi masyarakat baik sebagai penikmat tradisi nawu sendang seliran. Perubahan budayanya yaitu berubahnya fungsi sekarang sebagai media hiburan %Z Dr. Sujadi, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Azah Nur Azizah, NIM. 00120281 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52624 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peradaban, Masa Pemerintahan Abd Al-Rahman Al-Nashir Li %P 113 %T PERKEMBANGAN PERADABAN P ADA MASA PEMERINT AHAN ABD AL-RAHMAN AL-NASHIR LI-DINILLAH DI ANDALUSIA (912-961 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52624/ %X Dalam sejarah Andalusia, Abd al-Rahman al-Nashir adalah penguasa dinasti Bani Umayyah II yang kedelapan dan merupakan penguasa pertama yang menggunakan gelar khalifah. Dia merupakan penguasa yang paling cakap dan paling besar di antara penguasa Bani Umayyah II di Andalusia. Dia mempunyai kepribadian yang cerdas, tegas, cerdik, administrator, pemberani dan sangat toleran, sehingga berhasil memfusikan semua ras dan negara ke dalam suatu persatuan. Kebijakan politik yang diterapkan Abd al-Rahman al-Nashir menandai puncak peradaban Bani Umayyah di Andalusia. Dia menjalankan pemerintahannya tidak hanya sekedar mewarisi kekuasaan para pendahulunya saja, namun dia berupaya mempertahankan dan mengembangkan wilayahnya. Ketika naik tahta dia mewarisi kerajaan dalam keadaan kacau. Dia dihadapkan pada pemberontakan dari dalam negeri, perlawanan yang terus­menerus dari pihak Kristen di bagian utara dan perlawanan dari dinasti Fathimiyyah di Mesir. Walaupun dihadapkan pada rintangan yang besar, dengan administrasi yang dibangunnya dengan baik, dia dapat menyelamatkan Andalusia dari kekacauan di sebelah dalam, dan dengan angkatan laut yang hebat dan tentara yang berdisiplin tinggi, dia berhasil mengalahkan perlawanan dari pihak luar. Abd al-Rahman tidak hanya mengamankan kerajaan dari berbagai pemberontakan dan perlawanan dari musuh-musuhnya, tetapi dia juga menegakkan kekuasaannya dari sungai Ebro sampai Atlantik, dan dia menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain, diantaranya dengan kerajaan Bizantium, Itali, Jerman dan Perancis. Apa yang dilakukan Abd al-Rahman al-Nashir di bidang politik sangat berbeda dengan para pendahulunnya. Dia mengakhiri kebijakan menggunakan gelar amir diganti dengan menggunakan gelar khalifah, sehingga telah mengubah pendapat umum yang dianut ketika itu, bahwa kepemimpinan politik Islam hanya satu, yang pada saat itu adalah khalifah Abbasiyah tidak dapat lagi dipegang secara ketat. Para ulama memberikan legitimasi atas berbilangnya khalifah dengan menyatakan boleh ada beberapa khalifah asalkan dipisahkan oleh laut. Dalam merekrut tentara, Abd al-Rahman al-Nashir lebih memprioritaskan kepada orang-orang Slavia yang disebut juga dengan Saqalibah, hal ini merupakan politik Abd al-Rahman untuk mengurangi pengaruh aristokrasi Arab kuno. %Z Pembimbing : Maman Abdul Malik Sya'roni %0 Thesis %9 Skripsi %A Azmi Umar Faiq, NIM.: 16120090 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:64697 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kiai, Pengembangan Tarekat, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah %P 106 %T PENGEMBANGAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH DI SOKARAJA, BANYUMAS, JAWA TENGAH PERIODE KIAI ABDUSALAM 1968-2014 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64697/ %X Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah dirintis oleh Syekh Muhammad Ilyas pada tahun 1888 M, dan kemursyidan tarekat dipegang sepenuhnya oleh Kiai Abdusalam sejak tahun 1968 M setelah KH. Rifa’i. Kiai Abdusalam berhasil mengembangkan tarekat dengan mengajarkan ajaran dan ritual kepada penganutnya. Perkembangan tarekat berjalan beriringan dengan pembangunan fasilitas pondok dan pembentukan pondok cabang pada awal tahun 2000-an. Kiai Abdusalam juga berperan membina sosial-ekonomi para penganut tarekat dan masyarakat. Oleh karena itu, fokus penelitian mengenai Kiai Abdusalam dalam pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. Adapun rumusan masalah skripsi ini adalah: bagaimana pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyyah di Sokaraja pada masa Kiai Abdusalam; bagaimana ajaran dan ritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Sokaraja, Banyumas; dan apa saja peranan Kiai Abdusalam dalam pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Sokaraja? Penelitian sejarah ini menggunakan pendekatan biografi dan sosiologi. Berdasarkan pendekatan tersebut, penelitian ini mengacu kepada konsep kepemimpinan dan peranan sosial, yaitu teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Soekanto dan teori kepemimpinan karismatik yang dikemukakan oleh Ig Wursanto. Teori tersebut digunakan untuk mengungkapkan peranan dan kepemimpinan Kiai Abdusalam sebagai mursyid dalam pengembangan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Adapun prosedur penelitian ini dilakukan dalam metode sejarah meliputi: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini sebagai berikut: pertama, persebaran tarekat pada kepemimpinan Kiai Abdusalam mengalami peningkatan dari sebelumnya dengan membai’at 20.000 pengikut yang tersebar dari Pulau Jawa, Sumatera hingga Papua. Kedua, makna ajaran dan ritual tarekat seperti dzikir harian, tawajjuhan, khataman dan suluk. Ketiga, pengembangan tarekat yang dilakukan Kiai Abdusalam yakni pengembangan metode bandongan dan halaqoh yang diterapkan di pondok Sokaraja hingga ke pondok cabang, kemudian merenovasi fasilitas pondok seperti: masjid, pondok putra-putri dan menambahkan fasilitas seperti kantor dan kamar mandi, dan membuka 26 pondok cabang yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat hingga Lampung, serta mensejahterakan para penganut tarekat dan masyarakat melalui pemberian modal usaha dan penyediaan lapangan pekerjaan di pondok Sokaraja. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Masters %A BAMBANG HADIYANTO, NIM. 1420510040 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:24906 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran, Kyai Asyhari Marzuqi, Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Ummah di Kotagede. %P 182 %T PERAN KYAI ASYHARI MARZUQI DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN NURUL UMMAH KOTAGEDE 1986-2004 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24906/ %X Penelitian ini mengkaji tentang peran Kyai Asyhari Marzuqi dalam perkembangan pendidikan pesantren Nurul Ummah Kotagede 1986-2004 M. Fokus kajian dalam tesis ini adalah peran Kyai Asyhari Marzuqi dalam bidang sosial-keagamaan yaitu di bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan (dakwah masyarakat), dan intelektual. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, meliputi heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), verifikasi (penafsiran data), dan historiografi (penulisan). Penulis mempergunakan dua pendekatan yaitu pendekatan sejarah dan pendekatan sosial, sedangkan teori mempergunakan Teori Peranan oleh Bidle untuk mengetahui peran Kyai Asyhari Marzuqi sebagai pengasuh baik dari pondok dan juga dari masyarakat, serta Teori Evolusi Multi-Linier berfungsi untuk mengungkapkan secara detail tentang perkembangan pendidikan pesantren di Nurul Ummah Kotagede dari tahun berdirinya 1986 hingga terbentuknya masjid sebagai tempat ibadah santri dan masyarakat ketika shalat jum’at, shalat tarawih dan madrasah diniyah Nurul Ummah tempat santri untuk belajar ilmu agama pada tahun 1991 hingga wafatnya Kyai Asyhari Marzuqi pada tahun 2004. Hasil kajian dalam penelitian tesis ini menunjukkan bahwa Kyai Asyhari Marzuqi memiliki peran dalam bidang pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Ummah dan dalam bidang sosial di Kotagede dan Gunung Kidul. Dalam bidang pendidikan Kyai Asyhari Marzuqi berperan sebagai pelopor perubahan sistem pendidikan pesantren. Di dalam bidang sosial kemasyarakatanberperan sebagai mempersatukan hubungan harmonis antara pondok dengan masyarakat, dan dalam kepenulisan berperan sebagai penulis produktif. %Z Dr. Nurul Hak, S.Ag., M.Hum, %0 Thesis %9 Skripsi %A BASARUDIN, NIM. 10120006 %B Fakultas Adab Dan Budaya %D 2018 %F digilib:29791 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sejarah, Islamisasi, Lombok %P 98 %T SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI LOMBOK (1640 M-1815 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29791/ %X ABSTRAKSI Lombok merupakan salah satu tempat yang sangat menarik untuk dikaji dalam perspektif kajian sejarah. Sejak Islam masuk ke pulau Lombok yang dimulai sekitar abad ke-17 M, di bawa dari Sulawesi Selatan, dan disebarkan melalui pulau Sumbawa. Pasca kedatangan agama Islam belum maksimal diterapkan ajarannya di pulau Lombok. Demikian terlihat pada perkembangan ajaran Islam ajaran Islam Waktu Telu sampai saat ini masih berkembang seperti di Bayan dan Lingsar. Melakukan juga di wilayah-wilayah lain di pulau Lombok. Seiring dengan perkembangan zaman dan kebudayaan serta ilmu pengetahuan. Penelitian ini menggunakan teori Kroeber difusi kebudayaan merupakan hal baru yang muncul dalam masyarakat. Pertumbuhan suatu unsur kebudayaan merupakan dasar dari perubahan pada suatu kebudayaan bermuladari proses inovasi atau proses persebaran sejumlah unsur kebudayaan. Difusi akan selalu menimbulkan perubahan bagi kebudayaan yang menerima unsur kebudayaan lain yang menyebar, memiliki peran penting dalam kebudayaan manusia. Kajian ini dielaborasi dengan metode diskriptif analisis yaitu metode yang bertujuan untuk mendapatkan ilustrasi tentang gambaran sejarah perkembangan Islam di Lombok dengan menggunakan pendekatan sosial budaya dan agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk ajaran Islam, yaitu Islam Waktu Telu dan Islam Waktu Lima. Keduanya mengimplementasikan akidah dan syari’ah, merupakan dasar fundamental dalam kehidupan beragama. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si., %0 Thesis %9 Skripsi %A BUDI AMAN, NIM. 12120061 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36652 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Kiai Musthofa Gholayin, Pondok Pesantren, Pendidikan. %P 81 %T PERAN K.H. MUSTHOFA GHOLAYIN DALAM PEMBERDAYAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL IMAN SOROGENEN BANTUL (1999-2018) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36652/ %X K.H. Musthofa Gholayin memiliki latar belakang keluarga yang sederhana dengan keterbatasan ekonomi serta pendidikan agama. Semasa kecil, ia hanya mempelajari ilmu agama dan ilmu-ilmu umum dari lingkungan sekitarnya. Setelah selesai pendidikan MI sampai MTS, ia mendalami ilmu agamanya dengan berpindah-pindah pondok pesantren di daerah Jawa Timur hingga pondok terakhir yang ia jejaki yaitu di Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem, Bantul untuk mendalami ilmu al-Qurannya. Pada tahun 1999, K.H. Musthofa Gholayin mulai merintis Pondok Pesantren Nurul Iman dengan niat menampung serta mendidik anak yatim dan kaum duafa, serta orang yang dianggap kurang bermoral seperti preman. Disamping itu, tahun 2007-2014 K.H. Musthofa mendidirikan sebuah lembaga pendidikan formal seperti SMP Ma’arif Nurul Iman dan SMK Nurul Iman yang dinaungi Yayasan Sosial dan Pendidikan PP Nurul Iman. Adapun pendidikan non formal yaitu PAUD Mutiara Hati, Madrasah Diniyah al-Furqon II, dan TPA al-Furqon II. Tahun 2017-2018, ia mendirikan sebuah usaha untuk mengembangkan jiwa kemandirian santri dalam bidang ekonomi agar menjadi bekal ketika berada di masyarakat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sosok K.H. Musthofa, mengapa K.H. Musthofa Gholayin melakukan pemberdayaan santri di Pondok Pesantren Nurul Iman, Bagaimana peran K.H. Musthofa Gholayin dalam bidang pendidikan dan bidang kewirausahaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan biografi-sosiologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori peranan sosial yang dikembangkan oleh Erving Goffman. Inti dari teori peranan sosial yaitu menganalisis suatu peran seseorang yang mempunyai kekuasaan dalam struktur sosialnya yang membawa pengaruh demi terciptanya sebuah tatanan masyarakat stabil. Hasil penelitian dari peneliti lakukan yaitu Pondok Pesantren Nurul Iman merupakan pondok berbasis Tahfidhul Quran serta memperdayakan santri, yang mana latar belakang santri terdiri Anak yatim dan kaum dhuafa serta orang yang kurang bermoral seperti preman (orang yang terkena pengaruh lingkungan bebas). Adapun gagasan dari K.H. Musthofa Gholayin yaitu membangun jiwa mandiri dan keterampilan dalam bidang enterprenur (pengusaha) dengan tujuan santri memiliki bekal ketika keluar dari pondok dan menjadi panutan masyarakat. %Z Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Badriah, NIM.00120030 %B Fakukltas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52542 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi Mmmanaqib Sammaniya Masyarakat Betawi %P 125 %T TRADISI MANAQIB SAMMANIYAH DALAM MASYARAKAT BETA WI DI SUKABUMI UTARA JAKARTA BARAT %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52542/ %X Berdasarkan urarnn dalam bab-bab tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keagamaan masyarakat Betawi di Sukabumi Utara Jakarta Barat mayoritas Islam, agama yang dijadikan sebagai pedoman hidup bagi masyarakat Betawi. Dalam menjalankan kegiatan keagamaannya, masyarakat Betawi mempunyai ritual-ritual. keagamaan yang harus dilaksanakan, seperti halnya, maulid, tahlilan, sedekahan, dan lain-lain. Sedangkan dalam tradisi masyarakat Betawi merupakan suatu kebudayaan yang telah turun temurun sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Betawi, misalnya perkawinan, khitanan, nujuh bulan, serta tradisi pembacaan Manaqib Sammaniyah. Pelaksanaan Manaqiban di Sukabumi Utara Jakarta Barat, masih sering dilaksanakan apabila seseorang mempunyai nazar akan mengundang masyarakat Betawi untuk hadir dalam pembacaan Manaqiban. Misalnya, "Jika anakku lulus ujian, aku akan membaca hikayat Samman ". Biasanya kegiatan tersebut dipimpin oleh guru ngaji ataupun tokoh terkemuka dalam masyarakat. Mengenai asal-usul tarekat Sammaniyah, bahwa tarekat Sammaniyah adalah gabungan dari tarekat-tarekat seperti Khalwatiyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Adliyah, dan Sadziliyah. Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abdul Karim Al-Samman. Muhammad Samman dilahirkan ari keluarga Quraisy pada tahun 1130 H/1718 M dan wafat pada tahun 1189 H/1775 M. Awal abad ke-19, tarekat ini mulai tersebar di Betawi. Tokoh yang berjasa menyebarkan ajaran tersebut adalah Abd. Rahman Al-Batawi. Tarekat Sammaniyah mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat Betawi, hal ini dapat dilihat dalam penyebaran ajarannya yang telah menjadi bagian dari kebiasaan (tradisi) masyarakat setempat. Ajaran tradisi Manaqib Sammaniyah sampai sekarang masih ada walaupun kegiatannya tidak menjadi rutinitas bagi masyarakat Betawi. Akan tetapi, ketika seseorang mengundang masyarakat setempat untuk menghadiri pembacaan Manaqib Samman, mereka antusias untuk hadir dalam kegiatan tersebut, walaupun hanya dihadiri oleh kalangan orang tua ataupun orang yang sudah menikah. %Z Pembimbing : Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Bagus Sudrajat, NIM.: 01120704 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2007 %F digilib:60272 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Fundamentalisme Islam, Muhammad Said Al-Asymawy, Islam dan Politik %T MUHAMMAD SAID AL - ASYMAWY DAN PEMIKIRANNYA TENTANG ISLAM POLITIK DI MESIR 1970-1993 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60272/ %X Kebangkitan Islam sangat penting bagi Islam dan kaum muslim, di samping bagi seluruh umat manusia, akan tetapi hal itu harus didasarkan pada pembaruan dan modernisasi yang mengasimilasikan secara mendalam masa lalu, sekarang, dan masa depan, hukum-hukum ilmu, logika, dan sejarah, Akan sangat berbahaya bagi kaum muslim dan umat manusia secara umum jika Islam harus dikosongkan dari dimensi keagamaannya dan mereduksinya menjadi Islam Politik karena hal itu sama saja dengan memindahkan proses politik ke wilayah agama. Lebih jauh, keunggulan perilaku politik atas upaya-upaya spiritual dan intelektual akan membelokkan setiap kebangkitan Islam hanya menjadi ekspansionisme, dalam arti gerakan material belaka, buta dan tak terkendali.Skripsi ini sebagai sebuah penelitian kepustakaan yang bersifat exploratif menyajikan pandangan Muhammad Said al-Asymawy lewat karya David Sagiv dalam bukunya yang berjudul Fundamentalisme and Intellectuals in Egypt 1973- 1993, pemikiran al-Asymawy dilanjutkan oleh Charles Kurzman dalam bukunya yang berisi tulisan para pemikir Islam mutakhir yang dieditnya wacana Islam liberal: Pemikiran Islam Kontemporer Tentang Isu-isu Global. Adapun karya- karya Muhammad Said al-Asymawy dalam bukunya Menantang Islam Politik dan Jihad Melawan Islam Ekstrim. (alih bahasa Heri Haryanto Azumi). Karya-karya di atas telah berupaya memperkenalkan dan menganalisisbeberapa aspek pemikiran al-Asymawy terutama fenomena pembagian Islam Pandangan beliau setidaknya ada tiga poin. Pertama, syariat pada maknanya yang shahih adalah sabil (jalan) atau manhaj (metode) yang mengarahkan pada kemajuan dan terus menelorkan hukum tanpa membekukannya, ruh (spirit) yang tiada henti melakukan pembaruan dan penafsiran modern, dan harakah (gerakan) yang senantiasa membawa manusia pada orientasi yang benar dan cita-cita yang mulia agar manusia tidak terbelenggu dan terjajah oleh teks. Kedua, hukum menghendaki sebuah sistem pemerintahan yang mengejawantahkan dari realitas masyarakat dan semangat zamannya, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengakomodir partisipasi setiap individu dalam urusan pemerintahan Ketiga, pembaruan Nabi di Madinah lewat pemerintahan adalah pemerintahan Allah (hukum Allah), yakni pemerintahan yang ditunjuk dan dibimbing langsung oleh Allah lewat wahyuMuhammad Said al-Asymawy juga menginterpretasikan syari'at bukan hanya sebagai kaidah-kaidah, aturan-aturan dan hukuman-hukuman, melainkan spirit yang berkelanjutan dalam menciptakan aturan-aturan baru, melakukan pembaruan-pembaruan dan interpretasi-interpretasi modem. la adalah sebuah langkah gerak dinamis yang selalu membawa manusia pada tujuan-tujuan yang benar dan orientasi yang mulia dalam ungkapan al-Asymawy percaya bahwa Islam bersifat universal, yang jika ditarik ke dalam wilayah politik akan berubah menjadi partikular. %Z Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Bakhrul Ulum, NIM.: 16120059 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2021 %F digilib:44204 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Biografi, ulama Jambi, KH. Kemas Abdussomad %P 90 %T BIOGRAFI KH. KEMAS ABDUSSOMAD JAMBI 1897-1984M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44204/ %X Topik penelitian ini adalah mengenai biografi dari KH. Kemas Abdussomad bin KH. Kemas Hasan, seorang ulama Jambi yang aktif dalam Syuriah untuk wilayah Jambi dari tahun 1939 M sampai 1984 M. KH. Ia aktif di Organisasi Nahdatul Ulama di Jambi tahun 1939 M sekaligus menjadi Rois‟am Abdussomad aktif dalam dunia sosial politik Dengan mendirikan cabang Jambi sehingga mempererat hubungan masayarakat dengan ulama. KH. Kemas menjadi panitia pembangunan Masjid Djami‟ Tanjung Pasir dan Masjid Agung ia juga berperan dalam perkembangan kehidupan sosial di masayarakat seperti daerah Tanjung Pasir melalui pengabdiannya di Madrasah Nurul Islam, selain itu Abdussomad berperan memajukan pendidikan di masayarakat Jambi khususnya konsep peran, penelitian ini berhasil menyusun kesimpulan bahwa KH. Kemas verifikasi sumber, interpretasi, dan historiografi, pendekatan biografi sosial stuktur sosial. Dengan empat tahap dalam metode sejarah, yakni heuristik, menganalisis peran sang tokoh dengan melihat pengaruh pola kehidupan dalam 1984 M. Teori peran oleh Erving Goffman digunakan untuk mengidentifikasi dan latar belakang lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya sepanjang tahun 1897- memahami dan mendalami kepribadian KH Kemas Abdussomad berdasarkan Komunis Indonesia(PKI). Dengan pendekatan sosiologis, penelitian ini berusaha serta aktif dalam menentang faham komunis ketika terjadi pemberontakan Partai Perakilan Rakyat (DPR) Provinsi Jambi, pembangunan Masjid Agung Jambi, membuka pimpinan cabang Organisasi Nahdatul Ulama, aktif sebagai Dewan kehidupan masyarakat. Ia aktif memperjuangkan pendidikan masyarakat, KH. Kemas Hasan, seorang ulama Jambi yang aktif dalam pengembangan %Z Dr. Syamsul Arifin, S. Ag., M. Ag. %0 Thesis %9 Masters %A Basarudin, NIM: 18201020005 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2021 %F digilib:44233 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perkembangan, Pendidikan, Pesantren Darul Muhajirin %P 173 %T PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI PESANTREN DARUL MUHAJIRIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT PRAYA TAHUN 1991-2000 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44233/ %X Pesantren merupakan lembaga pendidkan Islam yang identik dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Di samping itu pesantren juga berperan penting dalam perkembangan masyarakat yang menyangkut berbagai hal. Pengaruh pesantren ini sangat kuat bagi masyarakat Praya, di Lombok terutama dibidang pendidikan. Oleh karena itu peneliti mengangkat topik penelitianini dengan memilih objek kajian berjudul: Perkembangan Pendidikan di Pesantren Darul Muhajirin dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Praya tahun 1991-2000 M Peneliti memfokuskan pembahasan ini ke dalam dua pokok permasalahan utama yaitu: Pertama, Perkembangan Pendidkan Pesantren Darul Muhajirin Praya. Kedua, Pengaruh Pesantren Darul Muhajirin terhadap masyarakat Praya 1991-2000. Untuk melihat perkembangan pendidikan di Pesantren Darul Muhajirin Praya, maka peneliti menggunakan teori evolusi kebudayaan (multilinier). Sedangkan untuk melihat perkembangan masyarakat Praya, maka peneliti menggunakan teori perubahan sosial. Karena penelitian ini merupakan kajian sosial, maka peneliti menggunakan pendekatan Sosiologi. Selanjutnya dibantu dengan metode sejarah yang meliputi empat tahap yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, Perkembangan pendidikan pesantren Darul Muhajirin dan pengaruhnya terhadap masyarakat Praya tahun 1991- 2000 M : Pertama, mengajarkan ilmu pendidikan Islam dengan menggabungkan metode pengajaran Salafiyah dan sistem modern. Kedua, Pesantren Muhajirin mendorong perkembangan IPTEK bagi masyarakat, terutama para santri atau muridmurid pesantren. Ketiga, di era globalisasi dan westernisasi pesantren ini mampu mempertahankan nilai-nilai spiritual berbasis kearifan lokal yang dapat menangkal pengaruh negatif perkembangan tersebut. Keempat, adanya Pesantren Darul Muhajirin di Praya membuat kehidupan masyarakat menjadi religius, berakhlakul karimah, semangat dalam menuntut ilmu khsususnya ilmu agama. Kelima, Pesantren Darul Muajirin sebagai perintis sekolah-sekolah umum yang mempunyai muatan mata pelajaran agama yang komprehensif, memiliki sistem terpadu, dan kurikulum yang modern. %Z Dr. Sujadi, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A Bayu Bintoro, NIM.: 16120040 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:45274 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan, Ekonomi, SBY %P 128 %T KEBIJAKAN POLITIK EKONOMI PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI INDONESIA 2004-2014 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45274/ %X Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan Presiden Republik Indonesia keenam. Selama masa pemerintahannya perekonomian Indonesia mengalami peningkatan namun kesejahteraan rakyat mengalami penurunan. Kebijakan ekonomi yang diambil SBY seolah-olah tidak memihak kepada rakyat seperti kebijakan menaikkan harga BBM. Pada masanya harga BBM mengalami naik turun, terutama menjelang pemilihan presiden 2009 SBY menurunkan BBM. Hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti karena untuk melihat kebijakan yang diambil apakah benar-benar memihak kepada rakyat atau ada motif atau intrik politik. Oleh karena itu peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah yaitu bagaimana bentuk-bentuk kebijakan politik ekonomi SBY, dan bagaimana dampak kebijakan SBY terhadap masyarakat. Pada penelitian ini digunakan pendekatan politik untuk memahami kebijakan politik SBY. Adapun teori yang digunkan dalam penelitian ini yaitu teori kebijakan yang dikemukakan oleh James Anderson. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu: heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik), interpretasi (penafsiran), dan historiografi. Kebijakan politik ekonomi yang diambil oleh Presiden SBY yaitu pengurangan subsidi atau menaikkan harga BBM, menurunkan harga BBM, memberi BLT/BLSM kepada RTM/RTS, dan kebijakan ekonomi Islam. Dampak dari kebijakan yang diambil SBY berdampak kepada berbagai sektor. Bidang sosial dapat menimbulkan terjadinya konflik, di bidang energi menimbulkan pemborosan dan ketergantuan terhadap BBM, dan di bidang ekonomi menimbulkan ketidakstabilan ekonomi dalam negeri. %Z Pembimbing : Dr. Syamsul Arifin, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Bayu Pra Setyo, NIM.: 13120095 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:43722 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pondok, Pesantren, Darul, Huda, Ponorogo %P 110 %T PONDOK PESANTREN DARUL HUDA MAYAK TONATAN PONOROGO TAHUN 1968-2003 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43722/ %X Pondok Pesantren Darul Huda didirikan oleh K.H Hasyim Sholeh pada tanggal 03 Maret 1968 di Dusun Mayak Tonatan Ponorogo Jawa Timur. Pada perkembangannya, Pondok Pesantren Darul Huda berganti sistem dari sistem pesantreh ahli waris ke yayasan. Yayasan Pondok Pesantren Darul Huda menaungi Madrasah Miftahul Huda, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Dzikrul Ghofilin, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) al-Haromain, dan asrama putra dan putri. Sebelum pondok pesantren ini berdiri, masyarakat Mayak dalam hal keberagamaannya masih belum religius dan dalam hal pendidikan sebagian besar masyarakatnya buta huruf serta segelintir yang menempuh pendidikan pesantren. Setelah berdiri pondok pesantren ini berdiri, perlahan dengan pasti masyarakatnya berubah. Sebagai lembaga pendidikan agama Islam, Pondok Pesantren Darul Huda memiliki kontribusi yang cukup penting dalam memajukan pendidikan Islam di lingkungan masyarakat Mayak. Kontribusi Pondok Pesantren Darul Huda dalam memajukan pendidikan Islam ini, telah menarik minat peneliti untuk meneliti tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren Darul Huda tahun 1968 sammpai tahun 2003. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekataan sosiologi. Perubahan sosial adalah sebuah proses perubahan yang mencakup berbagai fenomena sosial disetiap kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan perubahan sosial peneliti menggunakan teori perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Herbert Spencer. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian sejarah menguji dan menganalisis data-data peninggalan atau peristiwa masa lampau melalui empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dengan metode ini menempatkan sejarah sebagai ilmu utama dibantu dengan ilmu sosial lainnya. Tekik penelitian dilakukan dengan melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdirinya Pondok Pesantren Darul Huda membawa kontribusi di masyarakat Mayak. kontribusi itu meliputi bidang keagamaan, pendidikan dan ekonomi. Dalam bidang sosial-keagamaan, masyarakat yang dulunya belum religius, kini berubah lebih patuh dan teratur menjalankan ajaran-ajaran agama Islam serta hilangnya strata sosial antara masyarakat Mayak Wetan dan Kulon. Dalam bidang pendidikan, sebagian besar masyarakat antusias dan sadar akan pentingnya pendidikan. Demikian juga dalam bidang ekonomi, Pondok Pesantren Darul Huda membuka dan memberi mata pencaharian bagi masyarakat Mayak. %Z Pembimbing : Syamsul Arifin, S.Ag. M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Bima Yusuf Asfidayat, NIM.: 16120048 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:45275 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Adikarta, Islam, Modernisasi, Paku Alam %P 159 %T MODERNISASI PADA MASYARAKAT ISLAM DI KABUPATEN ADIKARTA TAHUN 1878-1937 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45275/ %X Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 sistem politik dan ekonomi pemerintah kolonial secara tidak langsung berpengaruh pada keberadaan swapraja-swapraja di Jawa. Hal itu terjadi bersamaan dengan permasalahan-permasalahan internal yang sedang melanda kerajaan-kerajaan mandiri tersebut. Kadipaten Pakualaman merupakan salah satu swapraja Jawa yang menjawab pengaruh eksternal maupun permasalahan internal dengan melakukan modernisasi. Modernisasi yang diinisiasi oleh Paku Alam V dan berlanjut sampai Paku Alam VII menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi berdampak pada dinamika kehidupan masyarakat Islam di Kabupaten Adikarta. Modernisasi di Kabupaten Adikarta memperlihatkan kontradiksi yang unik. Pada satu sisi memunculkan permasalahan dalam bidang agama yakni intervensi orang Eropa terhadap pemuka agama Islam, namun di sisi lain menyebabkan perkembangan Islam semakin terdorong dengan dibangunnya infrastruktur-infrastruktur keagamaan. Oleh karena itu perlu diteliti bagaimana proses modernisasi di Kabupaten Adikarta dan pengaruhnya terhadap masyarakat Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis untuk menguraikan proses perubahan yang diakibatkan oleh modernisasi. Teori yang digunakan adalah teori modernisasi yang dikemukakan oleh Reinhard Bendix. Teori tersebut digunakan untuk menganalisis proses modernisasi di Kabupaten Adikarta berdasarkan aspek-aspek dan tahapan-tahapan modernisasi yang terkait dengan proses modernisasi masa Paku Alam V sampai Paku Alam VII. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi empat langkah. Pertama heuristik, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan sumber. Kedua verifikasi, yaitu melakukan kritik ekstern untuk menguji otentisitas sumber dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber. Ketiga interpretasi, yaitu usaha untuk menafsirkan data-data yang telah diperoleh mengunakan alat analisis berupa pendekatan dan teori. Keempat historiografi, yaitu penulisan hasil penelitian. %Z Pembimbing : Dr. Maharsi, M.Hum %0 Thesis %9 Masters %A Binti Fadilah Arfi, 162120002 %B Pascasarjana Prodi IIS %D 2019 %F digilib:40226 %I UIN Sunan Kalijaga %K Organisasi Islam Indonesia, Sarekat Islam, Sejarah Peradaban Islam %P 120 %T DINAMIKA SAREKAT ISLAM DI KARESIDENAN LAMPUNG TAHUN 1930-1934 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40226/ %X Penelitian ini membahas dinamika Sarekat Islam SI di Karesidenan Lampung tahun 1913-1934. Dalam penelitian ini, pembahasan difokuskan pada aktivitasaktivitas SI dalam memajukan masyarakat di Karesidenan Lampung. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan melalui lima tahapan, yaitu, penentuan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun hasil penelitian ini adalah, pertama, aktivitas-aktivitas SI di Lampung dalam pada tahun 1913- 1934 mengarah pada perbaikan bidang sosial ekonomi dan politik. Pada bidang sosial, SI mengusahan kemajuan bidang pendidikan dengan memperbaharui sekolah agama, mendirikan SI School, memberikan wadah untuk gerakan perempuan, dan mengembangkan pers. Dalam bidang ekonomi, SI membentuk sarekat tani, menuntut penurunan pajak, dan menggiatkan koperasi,.Dalam bidang politik, SI membentuk Kelompok Penggugat Marga sebagai perlawanan terhadap kecurangan para pesirah. Kedua, beberrapa penyebab kemunduran perkembangan SI di Karesidenan Lampung disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: perbutan pengaruh antar tokoh SI cabang, kurang matangnya perencanaan dalam pembentukan sekolah dan lembaga ekonomi, terbenturnya aktivitas SI dengan kebijkatan pemerintah Belanda, dan adanya konflik antara anggota SI dengan masyarakat adat di Karesidenan Lampung. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Budi Santoso, NIM. 98122115 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:53065 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Intervensi Amerika Serikat, Kehidupan Politik Dan Agama %P 136 %T INTERVENSI AMERIKA SERIKAT DALAM KEHIDUPAN POLITIK DAN AGAMA DI INDONESIA TAHUN 1956-1961 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53065/ %X Selama Perang Dingin, politik global bersifat bipolar dan dunia terbagi dalam tiga bagian. Kelompok pertama merupakan negara-negara yang paling makmur dan demokratis yang dipelopori oleh Amerika Serikat, menyatakan perang baik secara idiologis, politis, ekonomi, maupun militer terhadap negara­negara komunis yang miskin di bawah "komando" Uni Soviet. Sebagian konflik yang terjadi di antara negara-negara yang umumnya miskin, kurang memiliki stabilitas Politik, dan belum lama menganyam kemerdekaan, serta menyatakan diri sebagi negara non blok. Intervensi AS di Indonesia harus dilihat dari latar belakang sikap skeptis para pemimpin senior dalam pemerintaha AS terhadap netralisme Gerakan Non Blok. Dunia dalam pandangan mereka adalah merah atau biru dan tidak ada warna lain. Sikap netral dalam Gerakan Non-Blok dalam pandangan mereka dianggap sebagai sebuah pendirian yang "tidak bermoral" dan cendenmg "ke kiri". Amerika tidak melihat bagaimana nasionalisme yang sedang merebak dalam negara-negara dunia ketiga yang sedang giat-giatnya digerakkan oleh kebanyakan dunia ketiga pada masa Paska Perang Dunia II, yang sedang melancarkan anti imperialisme dan kolonialisme. Indonesia di mata AS telah dipandang sebagai suatu negara yang termasuk seperti yang penulis maksud di atas. Hal ini cukup beralasan karena dalam kenyataannya PKI telah meraih suara yang cukup signifikan dalam pemilu pertama pada tahun 1955, dengan masuk dalam peringkat empat besar. PKI bahkan berhasil merangkul Sukarno sebagai partner yang saling menguatkan, meskipun para sejarawan sepakat bahwa Sukarno bukan seorang penganut paham Sosialisme Komunis. Sukarno adalah pendukung utama PKI dan sebaliknya PKI dianggap sebagai kekuatan yang perlu ' diperhitungkan dan tidak ada alasan baginya untuk tidak melibatkannya dalam pemerintahan, supaya PKI tidak menjadi kaum oposisi yang tidak bertanggung jawab. Kehadiran AS di Indonesia diawali dengan keterlibatan mereka di dalam pemberontakan daerah yang dipimpin oleh Ahmad Husein, Simbolon, Zukifli Lubis, H.N. Ventje Sumual dan para tokoh sipil dari partai Masyumi seperti M. Natsir, Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap serta dari PSI Sumitro Joyohadikoesoemo. Mereka memberikan bantuan uang, senjata, pesawat tempur beserta pilot dan instmktumya. Dukungan Presiden AS Dwight D. Eisenhower kepada para pemberontak inipun bertambah ketika pemerintah pusat menyerang Sumatra, Armada VII Angkatan Laut AS atas persetujuan Menteri Luar Negeri J.F. Dulles dan asisten Menlu Christian Herter, Direktur CIA Allen Dulles dan Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Arleigh Burke berlabuh di Singapura dan menunggu untuk mencari alasan yang paling tepat untuk masuk ke Indonesia dengan dalih melindungi pemsahaan AS di Sumatra. %Z Pembimbing : Drs. Jahdan Ibnu Hs, M.S %0 Thesis %9 Skripsi %A Bunga Wulan Sari, NIM: 13120090 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32549 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Said Tuhuleley, Mustadh’afin %P 104 %T KIPRAH SAID TUHULELEY DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI MUHAMMADIYAH 2005-2015 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32549/ %X Said Tuhuleley adalah salah satu tokoh Muhammadiyah pemberdaya kaum mustadh’afin. Mustadh’afin dalam penelitian kali ini adalah orang yang lemah dalam bidang ekonomi maupun fisik. Karirnya dalam pemberdayaan kaum mustadh’afin dirintis saat dipercaya sebagai Ketua Mejelis Pemberdayaan Masyarakat di Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005. Perjuangan yang dilakukan Said Tuhuleley adalah aktualisasi dari al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam. Perjuangan yang dilakukan Said Tuhuleley berupa pembebasan masyarakat dari ketertindasan ekonomi. Said Tuhuleley dianugerahi gelar Doktor Kehormatan Honoris Causa (Dr. HC) atas perjuangan yang dilakukannya. Batasan tahun yang digunakan peneliti yakni 2005- 2015 yakni dua periode kepemimpinan Said Tuhuleley di Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: usaha pemberdayaan kaum mustadh’afin oleh Said Tuhuleley dan dampak pemberdayaan masyarakat oleh Said Tuhuleley. Penelitian ini difokuskan pada pemberdayaan Said terhadap kaum mustadh’afin di Muhammadiyah, tanpa menafikan perannya di bidang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan biografis. Pendekatan ini mengupas dan mendalami kepribadian tokoh sesuai dengan latar belakang pendidikan dan lingkungan Said Tuhuleley. Adapun teori yang digunakan adalah aktivitas filantropi K. Anheir dan Diana Let. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode sejarah, terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini, Said Tuhuleley merupakan tokoh yang berperan dalam pemberdayaan kaum mustadh’afin. Melalui Maelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, ia berkiprah dan berperan dalam memberdayakan kaum yang lemah secara ekonomi dan fisik. Said Tuhuleley berusaha mendekatkan kembali Muhammadiyah dengan kaum mustadh’afin. Pemberdayaan yang dilakukannya menyentuh para pe tani, pedagang asongan, industri kecil dan menengah, serta difabel. Dampak dari pemberdayaan yang dilakukan yakni meningkatkan kapasitas dan kreativitas kaum mustadh’afin. %Z Drs. Musa, M.Si., %0 Journal Article %@ 2338-557X %A Candrasasmita, Uka %D 1976 %F digilib:28049 %I UIN Sunan Kalijaga %J Al Jamiah %K PENYELIDIKAN, KEPURBAKALAAN, ISLAM, INDONESIA %N 14 %P 23-48 %T RIWAYAT PENYELIDIKAN KEPURBAKALAAN ISLAM DI INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28049/ %V Vol.14 %X Kekurangan penerbitan atau bacaan mengenai kepurbakalaan Islam di Indonesia baik yanq bersifat popular maupun ilmiah tidak dapat kita pisahkan dari riwayat penyelidikan terhadap obyek itu sendiri yang ternyata sejak masa-masa lampau hingga dewasa ini kurang mendapat perhatian. Bebarapa buah penerbitan terutama yang berasal dari sebelum abad kita ini, misalnya hasil-hasil perjalanan atau uraian-uraian lainnya dari Fr. Valentlin 1), Th. St. Raffles 2), Van Hoe vall 3). Veth 4 ), pada umumnya bersifat laporan atau pemberitaan dari pada bersifat penyelidikan Kecuali dari pada itu uaraian-uraian tersebut tidaklah khusus perihal kepurbakalaan Islam melainkan terjalinkan dengan uraian-uraian obyek-obyek pengetehuan lainnya: sejarah,adat-istiadat, hukum, agama dsb. Tetapi meskipun demikian uraian-uraian yang bersifat pemberitaan atau pelaporan dan sangat fragmentaris itu sering kali juga memberi dorongan untuk mengadakan penyelidikan obyek kepurbakalaan Islam di Indonesia secara khusus. %0 Thesis %9 Skripsi %A Chasnan Istafid, NIM. 97121943 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:52770 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K NU Dan Aktivitas Sosial Kemasyarakatan , Di Desa Kaliabu, Kec Salaman Kab Magelang %P 80 %T NU DAN AKTIFITAS SOSIAL KEMASYARAKATAN DI DESA KALIABU, KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52770/ %X Desa Kaliabu yang berada di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang dengan luas wilayah mencapai 336. 706 Ha, jumlah penduduk kurang lebih 3527 jiwa ini yang terbagi menjadi 8 (delapan) Padukuhan yaitu: Dusun Jamblang, Krajan, Kopen, Kantor, Ngampel, Losari, Demangan barat, dan Demangan timur. Ditinjau dari segi geografis, Kaliabu merupakan jalur altematif yang menghubungkan Desa-desa lain yaitu: antara Desa Wonogiri, Kwaderan, Madukoro, Krasak, dan Margoyoso. Dari sudut keagamaan, masyarakat Kaliabu termasuk Desa dengan Islam sangat kuat, sebab 100 % penduduknya beragama Islam. Tetapi masyarakat Kaliabu terbagi menjadi tiga golongan yaitu, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan LDII. NU masuk Desa Kaliabu sekitar tahun 1952, organisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat dan bahkan menjadi sebuah organisasi terbesar di Desa Kaliabu. Organisasi yang mah dan ta’li>m dalam doktrin Isma’iliyah. Dalam metode dakwahnya, Hasan bin Sabbah dan para pengikut Assassin mengambil jalan kekerasan dan pembunuhan untuk melawan tekanan politik Dinasti Saljuk. Kondisi politik umat Islam kala itu dan ideologi ima>mah, taqiyyah, serta ta’li>m yang dianut oleh Assassin memiliki implikasi yang besar dalam mengonstruksi gerakan radikal para Assassin. %Z Dr. Hj. Ibu Maryam, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A RAHMI NUR FITRI, NM. 14120023 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29841 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Hamka, Paderi, pandangan %P 108 %T SEJARAH GERAKAN PADERI DALAM PANDANGAN HAMKA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29841/ %X Ulama-ulama di Minangkabau banyak bermunculan pasca runtuhnya gerakan Paderi, hilangnya gerakan ini disebabkan oleh campur tangan Belanda. Haji Abdul Malik Karim Amrullah merupakan salah seorang ulama dari Minangkabau yang kemudian memiliki ketertarikan dengan gerakan Paderi. Ia merupakan anak Haji Abdul Karim Amrullah yang juga dikenal dengan Haji Rasul, merupakan ulama berpengaruh di Minangkabau pada zamannya. Hamka, begitulah orang-orang memanggilnya, lebih dikenal sebagai seorang ulama dibanding sejarawan. Namun, ketertarikannya kepada sejarah telah menjadikan ia memiliki pandangan serta interpretasi yang kritis terhadap gerakan ini. Penelitian pandangan Hamka bertujuan untuk memaparkan dan menguraikan perbedaan-perbedaan fakta-fakta Paderi yang telah ada dengan fakta-fakta gerakan Paderi dalam interpretasi Hamka. Penjelasan dan pandangan Hamka mengenai Paderi terdapat dalam beberapa karyanya yang membahas Minangkabau, sehingga penelitian ini juga bertujuan untuk menghimpun pandangan-pandangan Hamka seputar Paderi ke dalam satu penelitian tersendiri, sehingga memberikan fakta-fakta baru seputar Paderi. Berdasarkan kepada alasan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah peristiwa-peristiwa sejarah gerakan Paderi dari sudut pandang seorang Hamka. Tidak terbatas pada gerakan Paderi saja, ia juga memberikan pandangan terhadap pengaruh yang muncul pasca hancurnya Paderi di tangan Belanda. Persoalan ini merupakan permasalahan dalam bidang sejarah, sehingga metode yang digunakan adalah metode sejarah. Adapun metode sejarah terdiri dari pengumpulan sumber-sumber, kritik sumber, interpretasi terhadap data yang diperoleh serta yang terakhir penulisan yang didasarkan kepada data dan fakta yang telah didapatkan. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dalam bentuk library research (penelitian kepustakaan). Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis pandangangan Hamka adalah pendekatan intelektual. Sedangkan untuk teori, peneliti akan memakai teori kritis. Teori kritis adalah teori yang akan peneliti gunakan dalam menganalisis pandangan kritis Hamka terhadap gerakan Paderi. Hamka mencoba untuk bersikap kritis dalam memandang gerakan Paderi dengan cara menelusuri secara lebih dalam mengenai keadaan sosial-kultural masyarakat Minangkabau waktu itu. %Z Drs. H. Musa, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A RIFA’I SHODIQ FATHONI, NIM. 13120016 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29805 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Deklarasi Balfour, Dampak, dan Muslim Palestina %P 115 %T DEKLARASI BALFOUR DAN DAMPAKNYA TERHADAP MUSLIM DI PALESTINA 1917-1948 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29805/ %X Palestina merupakan tempat suci bagi tiga agama; Islam, Kristen dan Yahudi. Pada masa Utsmani, muslim sebagai golongan mayoritas, mampu menjalin hubungan harmonis dengan berbagai golongan agama lain di Palestina. Kendati demikian, kondisi Palestina berubah dengan cepat setelah keluarnya Deklarasi Balfour pada akhir Perang Dunia I. Deklarasi Balfour yang berisi dukungan pendirian tanah air Yahudi menimbulkan kekacauan di Palestina. Kehadiran pemerintahan mandat Inggris dan peningkatan imigran Yahudi memunculkan reaksi-reaksi penolakan dan perlawanan. Tokoh-tokoh muslim Palestina memainkan peran penting dalam kemunculan berbagai oposisi ini. Tanpa disadari berbagai perlawanan ini juga turut membentuk identitas nasional Palestina yang semakin mengobarkan perjuangan Arab melawan Zionis dan Inggris. Penelitian ini mengambil tiga rumusan masalah: (1) Bagaimana latar belakang Deklarasi Balfour? (2) Apa isi dari Deklarasi Balfour? (3) Apa dampak dari Deklarasi Balfour terhadap muslim di Palestina?. Untuk menajamkan penelitan maka penulis menggunakan pendekatan politik serta teori konflik sosial Lewis Coser. Penggunaan teori konflik sosial Lewis Coser bertujuan untuk menyingkap konflik yang ditimbulkan oleh Deklarasi Balfour di Palestina. Sementara metode yang digunakan penulis adalah metode sejarah, meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Deklarasi Balfour merupakan salah satu deklarasi paling kontroversial dan berdampak besar bagi penduduk Palestina. Mulai dari latar belakang hingga isi dari deklarasi tersebut sangat kental dengan intrik politik di dalamnya. Isi dari deklarasi ini pun menimbulkan berbagai pertanyaan, karena berisi dukungan pendirian tanah air Yahudi di tanah yang sudah ditempati penduduk Palestina selama ratusan tahun. Di sisi lain dampak yang ditimbulkan dari deklarasi ini pun tidak kalah hebat, karena deklarasi ini menyebabkan konflik antara bangsa Arab Palestina (didominasi muslim) melawan bangsa Yahudi. Puncaknya, pada tahun 1948 terjadi perang antara Arab melawan Yahudi Zionis untuk memperebutkan tanah Palestina. %Z Drs. Jahdan Ibnu Humam Saleh, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A RUBIANTORO, NIM. 12120045 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:28935 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Shalawat Padhang Bulan, Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta %P 93 %T SEJARAH SHALAWAT PADHANG BULAN DI PANTAI PARANGTRITIS, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2009-2016 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28935/ %X Shalawat merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang lahir dari kalangan umat Islam. Esensi shalawat tidak terlepas oleh pengagungan serta pujipujian terhadap baginda Nabi Muhammad saw. Nilai-nilai budaya yang kental akan Islam ini menjadi sarana dakwah yang efektif bagi umat Islam di Indonesia sehingga melahirkan corak budaya yang bermacam-macam bentuknya, salah satunya adalah Shalawat Padhang Bulan yang muncul pada tahun 2009. Shalawat Padhang Bulan merupakan sebuah acara shalawatan bersama-sama yang dilaksanakan di pinggir Pantai Parangtritis. Shalawat Padhang Bulan terdapat di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Acara shalawatan ini diselenggarakan secara rutin setiap malam ke-15 bulan Hijriyah/Qomariyah, bertepatan dengan bentuk bulan yang sempurna. Shalawat Padhang Bulan dimulai pada pukul 20.00 WIB dan terbuka untuk umum, siapapun saja boleh mengikuti acara tersebut. Keberadaan Shalawat Padhang Bulan di Desa Parangtritis membangkitkan penulis untuk meneliti lebih jauh tentang Sejarah Shalawat Padhang Bulan yang muncul pada tahun 2009 dan berakhir pada tahun 2016. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana sejarah munculnya Shalawat Padhang Bulan di Desa Parangtritis, mengapa acara Shalawat Padhang Bulan dilaksanakan di pinggir Pantai Parangtritis, dan apa fungsi Shalawat Padhang Bulan bagi masyarakat Parangtritis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi. Adapun teori yang digunakan yaitu teori fungsionalisme yang dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski. Inti dari teori fungsi budaya ini adalah segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian jari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa sejak acara Shalawat Padhang Bulan diselenggarakan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2016, acara ini mengalami perkembangan yang positif. Hal tersebut dapat direkam dari banyaknya minat masyarakat untuk menghadiri acara Shalawat Padhang Bulan dan tokoh-tokoh keagamaan lainnya yang pernah mengikuti acara Shalawat Padhang Bulan tersebut. Ini menandakan bahwa Acara Shalawat Padhang Bulan di Pantai Parangtritis pernah dikenal masyarakat luas. Shalawat Padhang Bulan mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi di bidang keagamaan, sosial, dan ekonomi. Acara ini tidak lepas dari seputar aktifitas dakwah dan sebagai tradisi yang menunjukkan identitas keislaman masyarakat parangtritis. Shalawat Padhang Bulan juga menjadi sarana untuk memperkuat hubungan solidaritas antar sesama warga. Selain itu acara Shalawat Padhang Bulan secara tidak langsung memberikan dampak ekonomi bagi penduduk sekitar Pantai Parangtritis. %Z Siti Maimunah S. Ag., M. Hum., %0 Thesis %9 Masters %A RUSDIYANTO, S HUM, NIM. 1420510103 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:24900 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Substantif, Formalis, HMI, PMII, IMM, KAMMI, LDK, Gema Pembebasan. %P 184 %T GERAKAN ISLAM SUBSTANTIF MENUJU GERAKAN ISLAM FORMALIS (DINAMIKA DAN PERUBAHAN BASIS GERAKAN MAHASISWA ISLAM DARI MASA ORDE BARU SAMPAI PASCA REFORMASI: 1965-2014) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24900/ %X Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang membahas tentang dinamika dan perubahan gerakan mahasiswa Islam dari masa Orde Baru sampai dengan pasca reformasi. Gerakan mahasisiwa Islam merupakan salah satu bagian penting dari gerakan Islam Indonesia yang ikut andil dan berperan aktif dalam setiap babakan sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Sebagai bagian dari gerakan Islam, gerakan mahasiswa dengan peran yang diberikan dalam setiap momentum peralihan kekuasaan selalu mengawali dengan penuh harapan dan optimis, tetapi dalam perjalanannya seringkali mengalami kekecewaan, hal ini sangat terlihat pada masa Orde Baru. Pasca kemerdekaan RI sampai masa Orde Baru organisasi mahasiswa Islam yang dominan antara lain HMI (1947), PMII (1960), IMM (1964), ketiga organisasi yang telah lahir sejak masa Orde Lama ini memiliki basis anggota yang tersebar di berbagai kampus baik PTS, PTN, PTAI. HMI memiliki basis massa di PTN, PMII di PTAI, sedangkan IMM di PTM. Sebagai organisasi yang lahir sejak masa awal kemerdekaan dan telah mengalami berbagai dinamika, ketiga organisasi ini memiliki corak keisalaman yang bersinggugan atau identik dengan organisasi Islam arus utama Indonesia (NU dan MD), dan karakter keislaman yang dikembangkan cenderung kontekstual dan substansial. Sejak tahun 1980an, ketiga organisasi ini mulai kesulitan merekrut anggota karena kebijakan pemerintah pada waktu itu sangat membatasi gerakan mahasiswa, tetapi sampai akhir masa Orde Baru organisasi ketiga organisasi ini masih tetap dominan. Bersamaan dengan itu muncullah gerakan dakwah, yang dalam konteks kampus berbentuk Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Gerakan Dakwah ini berkembang pesat dan pada penghujung runtuhnya Orde Baru LDKLDK yang tergabung dalam Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) ini membentuk organisasi bernama KAMMI (1998), dari gerakan Dakwah ini pula pada tahap berikutnya juga lahir Gema Pembebasan (2004). Kedua Organisasi ini berkembang pesat pada masa reformasi. Di kampus-kampus negeri non agama KAMMI bahkan mampu mengambil alih dominasi yang sebelumnya dipegang oleh HMI. Sedangkan di PTAI, organisasi-organisasi baru hanya berkembang di fakultas atau jurusan tertentu, biasnya di fakultas/jurusan eksakta. LDK, KAMMI dan Gema Pembebasan ini memiliki relasi kultural keisalaman dengan gerakan Islam trans-nasional, dan karakter keisalaman yang dikembangkan cenderung praktis dan formalis. %Z Dr. Muhammad Wildan, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Rafiq Aji Prayogo, NIM.: 16120028 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:52705 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan, Pengaruh, Islam Klasik %P 110 %T KEBIJAKAN PUBLIK AHMAD BIN THULUN DAN PENGARUHNYA TERHADAP DINASTI THULUNIYAH DI MESIR (872-884 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52705/ %X Ahmad bin Thulun merupakan pendiri dari Dinasti Thuluniyah di Mesir, yang memerintah pada periode 872-884 M. Pada masa pemerintahannya, ia berhasil mengantarkan Mesir mencapai masa keemasannya. Hal tersebut tidak lain berkat kebijakan publik yang ditetapkannya, yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan arsitektur. Penelitian Ahmad bin Thulun merupakan penelitian pada masa Islam klasik, yang difokuskan kepada kondisi Mesir masa Ahmad bin Thulun dan pengaruh dari kebijakan publik yang ditimbulkannya terhadap perkembangan Dinasti Thuluniyah di Mesir. Guna mengkaji permasalahan di atas, peneliti menggunakan pendekatan biografi dan politik serta teori kebijakan yang yang dikemukakan oleh Theodore Lowi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang melalui empat tahap, yaitu heuristik atau pengumpulan data, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi atau penafsiran data, dan terakhir historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Ahmad bin Thulun memakai dua model kebijakan publik selama menjalankan pemerintahannya, yakni distributif dan konstituen. Model kebijakan distributif dicirikan dengan pemanfaatan anggaran belanja atau pajak. Sedangkan model kebijakan konstituen mencakup dua bidang garapan yaitu keamanan nasional dan luar negeri, serta pelayanan administrasi. Dapat dikatakan dengan dua model kebijakan tersebut, memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan Dinasti Thuluniyah di Mesir. Hal ini ditunjukan dengan sistem pemerintahan yang lebih terorganisir dan mandiri tanpa campur tangan dari Abbasiyah, mempunyai pasukan militer yang terlatih baik di darat maupun di laut, sehingga berpengaruh juga pada stabilitas keamanan politik, serta berkembangnya kehidupan ekonomi dan arsitektur kota yang membuat Mesir semakin ramai dikunjungi banyak orang. %Z Pembimbing: Dr. Nurul Hak, S.Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Rahayu Wulandari, NIM. 00120206 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52595 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Upacara Padusan, Sendang Senjoyo, Masyarakat Desa Bener Tengaran %P 98 %T TRADISI UPACARA PADUSAN DI SENDANG SENJOYO DAN FUNGSINYA BAGI MASYARAKAT DESA BENER TENGARAN KABUPATEN SEI\IARANG T AHUN 1982 - 2003 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52595/ %X Tradisi padusan sebagai salah satu tradisi yang yakarta dan sebelah barat untuk kasunanan Surakarta terkecuali makarn Sultan Agung sampai Sunan Pakubuwono III, yang ada di sebelah utara (pusat pemakaman) merupakan milik berdua Kasultanan Y ogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Kompleks rnakam raja-raja Mataram yang ada di Pajimatan Imogiri di samping sebagai bangunan rnakam Juga sebagai pelesta.rian nilai budaya yang sampai sekarang tetap dikunjungi olch \Varga masyarakat terutama pada han Jum'at, malam Selasa Kliwon, malam Jum'at Kliwon, dan hari-hari besar lainnya, di samping itu juga kegiatan di makarn masih tetap terpelihara dengan baik berkat pengabdian para abdi dalem terutarna yang berhubungan dengan selamatan, wafatnya raja-raja, diperingati dari hari pertama, ketiga, ketujuh, hingga hari keseribu, juga peringatan upacara-upacara, seperti upacara nguras gentong, Nyadran, l Muharram, dan upacara berdirinya kraton Yogyakarta. Pelestarian nilai spiritual dimakam raja-raja Mataram sampai sekarang rnasih berlangsung, masih banyak masyarakat yang melakukan ziarah pada hari-hari yang mereka anggap keramat. Dengan adanya komplek makam raJa-raJa Mataram di Imogiri, merupakan peluang bagi sebagian masyarakat di sekitarnya dengan mengabdikan diri sebagai abdi dalem untuk mengurusi makam tersebut, sehingga kompleks makam terpelihara, terawat dan terjaga dari hal-hal yang buruk. Sejak Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul menetapkan makam raja­raja Mataram di lmogiri sebagai objek wisata, otomatis banyak dikunjungi wisatawan baik dari Y ogyakarta maupun dari daerah lain di luar Y ogyakarta, bahkan banyak dijadikan studi penelitian terutama yang berhubungan dengan budaya rnaupun spiritual. Dengan dijadikannya makam raja-raja Mataram di Imogiri objek wisata dapat menambah pendapatan bagi Pemda Bantul, juga memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar terutama dalam bidang ekonomi, karena masyarakat dapat memasarkan barang dagangannya, baik yang berupa makanan, minuman ataupun hasil kerajinan tangan sebagai cindera mata. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah, S.Ag., M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Rohliah, NIM. 01120671 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52675 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Sultan Iskandar Tsani, Nuruddin Ar-Raniri %P 109 %T NURUDDIN AR-RANIRI DAN KONTRIBUSINYA PADA MASA SULTAN ISKANDAR TSANI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52675/ %X Islam pada masa Sultan lskandar Tsani berkembang pesat baik dalam bidang dakwah, ilmu pengetahuan, tasawuf clan perkembangan fisik. Islam berkembang sampai claerah Melayu, Sulawesi, Kalimantan dan Fatani. Perkembangan ilmu pengetahuan melalui hasil karya Nurucldin ar-Raniri yang mendapat clorongan clari sultan clan adanya lembaga-lembaga pendiclikan baik dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, mengantarkan Aceh sebagai pusat kegiatan keilmuan. Nurucldin at-Ranirin selain sebagai seorang ulama clan mufti atau Syaikhul Islam yaitu orang kedua setelah Sultan di kerajaan Aceh Darussalam, dia juga sebagai seorang penulis produktif yang bersemangat dalam membela Islam di bawah naungan Ahl as-Sunnah wa al-Jamdah. Kitab karangannya cukup banyak dan mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti Fiqh, Aqidah, Sejarah, Tasawuf, Filsafat dan Perbandingan Agama. Dalam biclang tasawuf karangannya sebagian besar digunakan untuk menyanggah clan memberantas ajaran yang dibawa oleh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani clan para pengikutnya. %Z Pembimbing : Drs. Dudung Abdurrahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Rohmadi Wahyu Jatmiko, NIM.: 13120014 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:43692 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Konflik, Sengketa Tanah, Yahudi Zionis. %P 82 %T KONFLIK SULTAN ABDUL HAMID II DENGAN YAHUDI (STUDI HISTORIS SENGKETA TANAH PALESTINA TAHUN 1896-1909 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43692/ %X TAHUN 1896-1909 M konflik antara Sultan Abdul Hamid II dengan Yahudi Zionis ini terjadi karena adanya respon Sultan Abdul Hamid II yang menolak tawaran dari Yahudi. Tawaran tersebut berupa bantuan dana kepada Kesultanan Turki Usmani, dengan jaminan mendapatkan tanah Palestina dari kekuasaan Sultan. Sikap tegas Sultan Abdul Hamid II terhadap permintahan atas tanah Palestina, membuat Yahudi berfikir bahwa upaya negosiasi secara baik-baik tidak akan berhasil. Yahudi menyusup dalam barisan pemuda revolusioner liberal dan menamakan diri mereka sebagai Gerakan Turki Muda. Selain itu, kelompok Yahudi menyusup ke dalam Organisasi Persatuan dan Kemajuan, yang membawa misi sekulerisme dan menghapuskan kekhalifahan Islam. Para aktivis Yahudi pun mendukung gerakangerakan oposisi terhadap Sultan Abdul Hamid II, seperti gerakan nasionalisme Kurdi, dan nasionalisme Balkan untuk memisahkan diri dari pemeritahan Usmani dan negara-negara Barat yang memiliki kepentingan di wilayah kekuasaan Kesultanan Turki Usmani. Penelitian ini menggunakan teori konflik menurut Paul Wehr. Teori ini digunakan untuk melihat Sultan Abdul Hamid II dan Yahudi, yang bertindak sebagai aktor terjadinya koflik dalam menyelesaikan permusuhan yang dihadapi. Selain itu, teori ini juga digunakan untuk menganalisa berbagai sikap, tindakan, dan dampak yang diciptakan kedua belah pihak, yaitu Yahudi dan sultan untuk membantu mencapai apa yang menjadi tujuan mereka. Hasil dari penelitian ini bahwa konflik yang terjadi antara Sultan Abdul Hamid dengan Yahudi dikarenakan sikap keras sultan dalam menolak dan mempertahankan tanah Palestina. Berawal keputusan yang diambil sultan tersebut, Yahudi Zionis mulai melakukan propaganda demi menjatuhkan Sultan Abdul Hamid II. Propaganda tersebut dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memanipulasi berita terkait sultan sampai usaha pembunuhan. Meskipun dapat mengatasi beberapa masalah yang ia hadapi, tetapi konspirasi yang dilakukan musuh-musuhnya terlalu kuat dan pada akhirnya Sultan Abdul Hamid II harus di turun dari tahtanya pada tanggal 27 April 1909. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah, S.Ag. M.Hum. %0 Thesis %9 Masters %A Rosidi, S.Pd.I, NIM.: 19204010103 %B FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN %D 2021 %F digilib:47332 %I SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Buku Ajar, Nilai Moderasi, Nasionalisme dan Sejarah kebudayaan Islam. %P 157 %T NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DAN NASIONALISME PADA BUKU AJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH (ANALISIS BUKU SKI KELAS V KURIKULUM 2013 BERDASARKAN KMA 183 PENERBIT KEMENTERIAN AGAMA RI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47332/ %X Islamic Education of Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2021. One of the important components in learning to spread the values of religious moderation and nationalism is textbooks. In this study aims to; 1) knowing the values of moderation and nationalism contained in the Islamic Cultural History textbook in Class V of Madrasah Ibtidaiyah; 2) find the values of moderation and nationalism that still need to be developed in the textbook on the History of Islamic Culture at Madrasah Ibtidaiyah. This research uses qualitative research with a historical approach and a philosophical approach. The historical approach serves to reveal the meaning of the contents of the SKI textbooks in relation to history books that make material on the history of Islamic culture. While the philosophical approach serves to examine and solve educational problems. The method used is the method of content analysis (content analysis). After conducting research, it shows that there are eight values of religious moderation and nationalism in SKI textbooks, including: i'tida>l (straight and firm), 2) tasa>muh} (tolerance), 3) musa>wah} (egalitarian), 4) syu>ra> (consultation, 5) is}lah} (reform), 6) aulawiyah, 7) tat}awwur wa ibtika>r and 8) taha>d}ur. Based on this, it can be concluded that the SKI class V Madrasah Ibtidaiyah textbook contains many values of religious moderation and nationalism both in content or assignments for students. In addition, there are editorials and content that still need development, either by adding information or changing words. This is because the text in the book has an explanation that needs to be completed, uses word editors that need to be adapted to students, givi %Z Pembimbing : Dr. H. Zainal Arifin Ahmad, M. Ag. %0 Thesis %9 Masters %A Rosipah, NIM.: 20201022012 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:62717 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ekonomi, Masjid Jogokariyan, Masyarakat Yogyakarta %P 126 %T SEJARAH PEREKONOMIAN MASJID JOGOKARIYAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT YOGYAKARTA (1999-2022 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62717/ %X The discussion of this research is the economic history of the Jogokariyan mosque and its influence on the people of Yogyakarta (1999- 2022). Jogokariyan Mosque is a place of worship which is known as the mosque that saves the people. starting from pioneering to the economic development of the Jogokariyan mosque. The purpose of this study is to explain the role and function of the Jogokariyan mosque and its influence on the people of Yogyakarta (1999-2022). Finally, explaining the success and success of the Jogokariyan mosque, such as receiving an award from the government in the form of a certificate that the Jogokariyan mosque is an example of a national mosque. This study uses a sociological approach, there are three concepts used, namely, economy, mosque and society. Social interaction and change using historical methods, among others, heuristics, criticism, interpretation and historiography. The results of this study indicate changes in the economy of the Jogokariyan mosque (1999-2022). The people of Jogokariyan are also experiencing very rapid social changes. The economic progress of the Jogokariyan mosque with the existence of a mosque-based business, daring to open employment opportunities, being able to provide subsidies to the Jogokariyan community in the form of basic food items, in the form of health polyclinics, minimizing poverty and unemployment. the social progress of the Jogokariyan community starting from formal education, providing an Islamic Center Hall for worshipers who want seminars or comparative studies and inviting the community to increase religious tourism. Jogokariyan Mosque is one of the people's paths to benefit, prosperity and welfare. The number of programs formed by the administrators of the Jogokariyan mosque makes the community more tips in increasing their piety to Allah SWT %Z Pembimbing: Dr. Muhammad Wildan M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Rusdiyanto, NIM. 99122344 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:52906 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Muhammadiyah, Perspektif Tarjih, Muktamar Ke 43 %P 102 %T PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KEISLAMAN MUHAMMADIYAH PERSPEKTIF TARJIH SEJAK MUKTAMAR KE-43 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52906/ %X Lahimya pemikiran-pemikiran formal Muhammadiyah di sampmg untuk memantapkan warga dan pemipman Muhammadiyah dalam perikehidupan bermuhammadiyah untuk menggerakkan dan mengamalkan lslam, juga diharapkan dapat menjadi pegangan pokok Muhammadiyah dalam mengantisipasi perkembangan zaman yang muncul di saat pemikiran itu dirumuskan. Pemikiran tersebut diharapkan terns menjadi pegangan bagi warga dan pimpinan Muhammadiyah dalam menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah sepaqjang pemikiran tersebut masih dipandang relevan. Wacana dialog dan diskursus pemikiran keagamaan disebarluaskan lewat kerja sama yang erat dengan pimpinan wilayah Muhammadiyah ke bawah berdasar kemampuan dan sumber daya masing-masing serta bersama­sama dengan pusat-pusat studi keislaman di Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang ada di tanah air. Kegiatan ini berfungsi sebagai kaderisasi dan antisipasi ke depan dalam proses regenerasi ulama dan pemikir kcagamaan di lingkungan pcrsyarikatan Muhammadiyah. Dalam hal yang terkait dengan wacana dan dialog pemikiran baik yang berkaitan dengan visi, gagasan, wawasan, nilai-nilai dan analisis keilmuan, Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran lslam telah menerbitkan sebuah jumal untuk menampung berbagai tulisan yang mempunyai semangat dakwah amrun bi al ma 'rui wa nahyun 'an al munkar demi terciptanya 'izzu al b·!am wa al muslimiin di Indonesia. Dalam Muhammadiyah ada dua jenis penerbitan, pertama dalam bentuk publikasi-publikasi dan yang kedua dalam bentuk j umal dengan corak yang bersifat akademik keilmuan, sehingga tidak hams selalu mengikat. Pe:igembangan pemikiran keislaman kontemporer hams terkait dengan perkembangan kontemporer dan tantangan zaman yang dihadapi. Dengan demikian, kehidupan keagamaan Islam akan selalu aktual, kontekstual dan fungsional. Dimensi spiritualitas keagamaan Islam akan tercermin dalam kepeduliannya terhadap alam lingkungan dan persentuhannya dengan lingkungan sosial dan budaya di sekitamya. Hal itulah semangat mahda' al J.iayah, pandangan hidup sekaJigus format operasional prinsip ijtihad dalam persyarikatan Muhammadiyah di dalam memahan1i ajaran dasar ar Ruju' ila al-Qur 'an wa as-Sunnah. %Z Pembimbing : Muhammad Wildan, S.Ag., M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Ruslan, NIM. 99122344 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:52909 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Akulturasi Islam , Budaya Lokal %P 78 %T AKULTURASI ISLAM DAN BUDAY A LOKAL (Studi Tentang Tradisi Kondangan di Desa Sugihan Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52909/ %X Waktu kemunculan ritual kondangan tidak diketahui secara pasti kapan dimulai, namun disini ditemukan jika kondangan ada sejak zaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia dan mulai marak sejak pasca kemerdekaan. Kondangan, berasal dari kata "undang", istilah kondangan bisa diartikan sebagai acara yang diselenggarakan dengan cara mengundang (pihak lain), dari acara mengundang itu terbagi dalam dua wilayah undangan, yaitu mengundang para kerabat dan tetangga untuk mengikuti kondangan dan selanjutnya mengundang para leluhur dan dzat gaib untuk datang memberikan restu dan mengabulkan permintaan shohibul hajat. Ritual kondangan merupakan tradisi yang menggabungkan dua unsur, yaitu nilai-nilai Islam dan budaya lokal (Jawa). Kondangan, menunjukkan betapa tingginya solidaritas antar masyarakat, sehingga dalam interaksi di dalamnya merupakan proses pergaulan yang bisa menambah keakraban dan kerukunan warga, sehingga orang yang tidak mau hadir dianggap tidak mau akrab dan rukun dengan warga masyarakat secara umum. %Z Pembimbing : Riswinarno,SS %0 Thesis %9 Skripsi %A SAFRI NUR JANNAH, NIM 16550021 %B Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam %D 2019 %F digilib:38352 %I UIN Sunan Kalijaga %K Hijrah, Pelajar, Resepsi Hadis. %P 119 %T RESEPSI HADIS-HADIS HIJRAH DI KALANGAN PELAJAR SMA N 1 YOGYAKARTA DAN MA SUNAN PANDANARAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38352/ %X ABSTRAK Pada realitanya, tren hjrah yang memang tengah mendapatkan ruangnya di berbagai kalangan masyarakat, juga masuk dan hidup dengan begitu dinamis di kalangan pelajar. Tren hijrah masuk dan menjelma menjadi berbagai perilaku keagamaan bahkan hingga menjadi kegiatan keagamaan yang bernuansa hijrah. Mulai dari gerakan menutup aurat yang masif terjadi di sekolah-sekolah hingga kajian-kajian dengan tema hijrah yang tidak jarang diselenggarakan di sekolahsekolah. Menjadi hal yang menarik untuk melihat fenomena tren hijrah di kalangan pelajar sebab pelajar adalah agen of changes yang menjadi ujung tombak pembangunan negara di masa depan. Meneliti fenomena tersebut dengan kritisisme yang memadai diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk kewaspadaan infiltrasi radikalisme di sekolah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan perspektif keilmuan hadis. Perspektif keilmuan hadis yang dimaksud adalah resepsi hadis. Tiga rumusan masalah yang berusaha dijawab melalui penelitian ini, pertama bagaimana para pelajar mendefinisikan hijrah dan konsep-konsepnya. Kedua, bagaimana pola resepsi pelajar atas hadis-hadis hijrah. Ketiga, hal-hal apa saja yang melatarbelakangi munculnya pola resepsi tersebut. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua sekolah yang memiliki tipologi berbeda yaitu SMA N 1 Yogyakarta dan MA Sunan Pandanaran. Dengan meminjam teori Stuart Hall, data yang diperoleh melalui penyebaran lkuesioner dianalisis secara lebih lanjut. Hasil penelitian yang didapat bahwa para pelajar masing-masing sekolah berbeda dalam mendefinisikan dan mengutarakan konsep-konsep hijrah. Meski demikian, mayoritas pelajar mendefinisikan hijrah sebagi proses berpindah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang lebih baik. Adapun konsep yang hijrah menurut mayoritas pelajar adalah adanya niat yang tulus karena Allah SWT. Mengenai pola resepsi yang terbentuk, mayoritas pelajar meresepsi hadis-hadis hijrah secara kontekstual (negosiasi). Meski demikian, terdapat beberapa temuan di MA Sunan Pandanaran yang pada akhirnya mengantarkan hasil jawaban sebagian kecil dari pelajar sekolah tersebut pada posisi dominan hegemoni (menerima dengan penuh/ tekstualis) dan atau oposisi (berlawanan dengan redaksi matan hadis). Adapun hal-hal yang melatarbelakangi pola resepsi yang tercipta di dua sekolah tersebut memiliki kaitan erat dengan transmisi dan transformasi hadis-hadis yang didapatkan oleh pelajar pada masing-masing sekolah. %Z Saifuddin Zuhri S. Th. I, M. A, %0 Thesis %9 Skripsi %A SALMA NUSIANA, NIM: 14120115 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2019 %F digilib:35076 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Industri kreatif, kerajinan kulit, dinamika %P 101 %T SEJARAH KERAJINAN KULIT DI KELURAHAN SONOREJO KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1970-2016 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35076/ %X Kelurahan Sonorejo adalah salah satu wilayah di Kecamatan Sukoharjo yang mengembangkan sebuah home industry yaitu kerajinan kulit. Kerajinan kulit yang diproduksi yaitu wayang pada media kulit Sapi dan Kerbau sejak tahun 1970-an. Pemasaran kerajinan wayang kulit diarahkan ke sentra oleh-oleh di luar kota Sukoharjo, para pengoleksi wayang dan pemenuhan pesanan dalang untuk pertunjukkan. Lingkaran pemasaran yang kecil membuat konsumen kerajinan ini sedikit. Karena sedikitnya konsumen pada kerajinan ini, tahun 1980 pengrajin kemudian memutuskan untuk menyantrik ke Jakarta, Bandung dan Surabaya untuk menambah keterampilan dalam mengembangkan kerajinan kulit. Sepulang pengrajin dari kegiatan tersebut mereka mengenalkan kaligrafi sebagai salah satu inovasi baru yang dikembangkan dalam media kulit kambing. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997-1998 membawa imbas menurunnnya produksi kerajinan wayang kulit yang akhirnya membuat beberapa pengrajin beralih ke inovasi tersebut. Berdasarkan alasan tersebut peneliti bermaksud untuk menganalisis bagaimana kondisi kerajinan kulit di Kelurahan Sonorejo dan bagaimana dinamika industri kerajinan kulit di Kelurahan Sonorejo. Untuk menganalisis permasalahan tersebut peneliti menggunakan pendekatan ekonomi dan teori permintaan. Pendekatan ini berguna untuk menganalisis perkembangan ekonomi dari masa ke masa beserta perubahan-perubahan serta gejala masyarakat yang timbul untuk memecahkan masalah guna memenuhi kebutuhannya. Hal ini berkaitan dengan perubahan inovasi industri kerajinan kulit di Kelurahan Sonorejo yang berkembang dari wayang ke kaligrafi. Teori yang digunakan yaitu teori permintaan ekonomi. Teori ini menggambarkan bahwa jika permintaan suatu barang oleh konsumen naik maka produksi juga naik begitupun sebaliknya. Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan yaitu metode sejarah meliputi: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perubahan inovasi industri kerajinan kulit dikarenakan beberapa hal yaitu: lingkaran pasar kerajinan wayang kulit pada pasaran lokal masih kecil sehingga konsumen kerajinan inipun sedikit. Industri kerajinan wayang kulit tidak mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sehingga dibutuhkan pengembangan inovasi baru pada industri ini. Kerajinan kaligrafi mampu menstabilkan perekonomian di Kelurahan Sonorejo karena peminat kerajinan ini banyak yang tersebar di kota Solo, Yogyakarta dan Demak. Kerajinan kaligrafi kulit juga di ekspor ke negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, Turki dan Iran. Permintaan pasar terhadap kerajinan ini mengalami kenaikan pada tahun 2000 hingga 2016 sehingga industri kerajinan kaligrafi kulit ini mampu berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja dari masyarakat Kelurahan Sonorejo %Z Herawati, S.Ag., M.Pd., %0 Thesis %9 Skripsi %A SAMSUNIYAH, NIM: 14120065 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:31777 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Organisasi, Kepemimpinan, Perkembangan, Aktifitas, Muslimat NU. %P 142 %T MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA PADA MASA KEPEMIMPIAN MAHMUDAH MAWARDI TAHUN 1950−1979 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/31777/ %X Penelitian ini mendiskripsikan tentang Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1950- 1979 M yang dipimpin oleh Mahmudah Mawardi. Muslimat NU pada saat itu mengalami perkembangan yang cukup siginifikan dari pada sebelumnya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimana kondisi Muslimat NU sebelum kepemimpinan Mahmudah Mawardi? dan bagaimana perkembangan Muslimat NU pada masa kepemimpinan Mahmudah Mawardi?. Dalam bidang pendidikan Muslimat NU mengadakan sekolah formal dan non formal. Hal ini berkaitan dengan program Muslimat NU yaitu pemberantasan buta huruf. Dalam bidang keagamaan, Muslimat NU secara rutin mengadakan pengajian yang dilaksankan pada hari-hari tertentu saja dan pengajian umum. Adapun dalam bidang sosial, Muslimat NU mendirikan yayasan kesejahteraan Muslimat NU pada 11 Juni 1963. Yayasan tersebut secara khusus menangani program-program Muslimat NU yang bergerak dalam bidang sosial. Pada saat pemerintah mengeluarkan program Keluarga Berencana (KB), Muslimat NU memberikan respon yang positif dan aktif dalam mensukseskan program tersebut. Dalam bidang politik Muslimat NU yang memperjuangkan adanya UU tentang perkawinan yang tidak melanggar syariat Islam dan melindungi kaum perempuan. Penelitian ini berusaha untuk membahas mengenai perkembangan aktivitas Muslimat NU pada tahun 1950-1979 M yang dipimpin oleh Mahmudah Mawardi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dengan teori struktural-fungsional yang dikembangkan oleh Talcott Parsons. Penggunaan teori tersebut dimaksudkan untuk menganalisis mengenai hubungan antara, individu dan individu di internal aktifitas Muslimat NU, PBNU, dan pemerintah dengan masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang meliputi empat langkah yaitu: heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan) Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Muslimat NU pada masa kepemimpinan Mahmudah Mawardi mengalami kemajuan yang pesat, hal ini didukung oleh anggotanya dalam mengembangkan organisasi. Selain itu aktivisme yang dilakukan tidak lepas dari dukungan PBNU sebagai organisasi induknya, yang juga selalu aktif mendukung program pemerintah. %Z Dra. Himayatul Ittihaiyah, M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI FATIMAH, NIM. 10480004 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:28987 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pondok Modern Darussalam Gontor, Badan Wakaf, keputusan Badan Wakaf, YPPWPM, Pondok Cabang. %P 118 %T SEJARAH PERLUASAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR PONOROGO TAHUN 1990-2014 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28987/ %X Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang selalu mengalami perkembangan di berbagai bidangnya. Perkembangan pondok pesantren di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Pondok Modern Darusssalam Gontor merupakan salah satu pondok pesantren di Indonesia yang melakukan pembaruan terhadap sistem pondoknya, sehingga mengalami perkembangan. Karakter yang berbeda dari pondok pesantren ini adalah pada perkembangan di bidang pengelolaan pondoknya. Pondok Modern Darussalam Gontor diwakafkan kepada umat Islam oleh para pendirinya. Sejak saat itu, pondok ini memiliki suatu lembaga yang khusus mengelola wakaf dan memperluasnya, sehingga dalam perkembangannya dapat mewujudkan suatu tindakan dari para pengelola pondok itu untuk mendirikan suatu pondok cabang. Usaha pendirian Pondok Cabang Pondok Modern Darussalam Gontor dilakukan sejak tahun 1990 hingga tahun 2014. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sehingga seluruh kejadian atau peristiwa dianalisis berdasarkan urutan waktu yang jelas pada batas permulaan dan akhirnya. Landasan teori dalam mengkaji proses pendirian Pondok Cabang Pondok Modern Darussalam Gontor ini menggunakan teori sosial fungsionalisme struktural yang mengambil pendapat dari sosiolog Talcott Parson. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang dilakukan dengan langkah: pengumpulan data baik primer maupun sekunder, kritik internal dan eksternal terhadap data sehingga diperoleh data yang benar, interpretasi data, dan penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian memperoleh keterangan yang jelas mengenai pendirian Pondok Cabang Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu: 1) Pendirian Pondok Cabang selalu berdasarkan keputusan Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di sana, 2) Pondok Cabang dibangun untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor, 3) Pondok Cabang Pondok Modern Darussalam Gontor berhasil didirikan apabila adanya kemampuan terkhusus di bidang lahan dan materi karena hal tersebut sebagai langkah awal dari padanya, 4) Pondok Cabang dioperasikan dengan menyamakan sistem operasionalnya dengan Pondok Modern Darussalam Gontor Pusat, 5) Pondok Cabang dijaga kelangsungannya dengan merawat infrastrukturnya dan menambah potensi Sumber Daya Manusia di sana. %Z Syamsul Arifin, S.Ag. M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI FATIMAH, NIM. 12120050 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36645 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Pondok Pesantren Al-Husain, Pemberdayaan, Masyarakat Dusun Krakitan %P 94 %T PONDOK PESANTREN AL-HUSAIN TAHUN 1995-2015 M: STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN TERHADAP MASYARAKAT DUSUN KRAKITAN, DESA SUCEN, KECAMATAN SALAM, KABUPATEN MAGELANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36645/ %X Pondok Pesantren Al-Husain merupakan salah satu pondok pesantren yang berada di Dusun Krakitan, Desa Sucen, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Pondok pesantren yang berdiri pada tahun 1982 ini setidaknya dapat memberi pengetahuan keagamaan kepada masyarakat di Dusun Krakitan dan sekitarnya. Selain itu, Pondok Pesantren Al-Husain mempunyai pengaruh terhadap perkembangan keagamaan, pendidikan dan ekonomi masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori Fungsionalisme Struktural yang dikembangkan oleh Redcliffe Brown. Dengan teori ini penulis berusaha menunjukkan bahwa lembaga pondok pesantren juga mempunyai peranan dan pengaruh yang penting terhadap perkembangan masyarakat, tidak hanya kelembagaan yang fokus terhadap pendidikan keagamaan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara dengan tokoh utama, ustad, santri, dan masyarakat yang berada disekitarnya sebagai pertimbangan mengenai respon dari luar dan mencari data tertulis yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Al-Husain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat dan Pondok Pesantren Al-Husain mempunyai hubungan saling keterkaitan satu sama lain. Berkat kontribusi yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Husain di Dusun Krakitan akhirnya mampu membawa masyarakat sekitarnya menjadi lebih baik, terutama dalam bidang keagamaan, pendidikan dan ekonomi. Perubahan tersebut sebagian besar karena ada dukungan Pondok Pesantren Al-Husain melalui Pengajian Malam Ahad Kliwon. Mujahadah, Pengajian Hari Jum’at, pendidikan formal, pendidikan non-formal, koprasi, Husain Mart, AHS dan perkebunan yang di tanggapi oleh masyarakat dan Pondok Pesantren secara bersama-sama. %Z Drs. Imam Muhsin, M.Ag., %0 Thesis %9 Skripsi %A SITI ISNAENI IFADA, NIM.12120062 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:26657 %I UIN Sunan Kalijaga %K Tradisi Islam, Tarekat Qodiriyah dan Pengaruhnya %P 108 %T TRADISI WELASAN TAREKAT QODIRIYAH DI DESA RAHAYU KECAMATAN PADURESO KABUPATEN KEBUMEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26657/ %X Kebudayaan adalah hasil karya pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Kemudian dari kebudayaan muncul berbagai macam tradisi yang ada di masyarakat. Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan kemudian dilaksanakan secara turun temurun. Seperti tradisi welasan merupakan tradisi pengajian yang dilakukukan di setiap tanggal 11 menurut hitungan Hijriah. Pengajian welasan di Desa Rahayu ini merupakan salah satu bentuk pengajian untuk memperingati kematian seorang ulama yaitu Syekh Abdul Qodir Al Jailani pendiri tarekat Qodiriyah. Pada rangkaian tradisi welasan ini ada pengajian, membaca wirid, dan amalan-amalan yang diijazahkan oleh mursyidnya. Tradisi welasan hanya diikuti oleh orang yang sudah dibaiat. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan prosesi tradisi welasan dan, menjelaskan kegiatan-kegiatan tradisi welasan serta pengaruh kegiatan welasan terhadap masyarakat Desa Rahayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori motivasi. Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah penjelasan yang mampu mengungkapkan keadaan masyarakat di Desa Rahayu, dari segala perilaku agar dapat dipahami perbedaan kebudayaan masyarakatnya. Adapun teori motivasi ini digunakan untuk menganalisis tingkah laku manusia dari dua faktor yaitu intrinsik dan ekstinsik. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian lapangan yaitu melalui pengumpulan data, observasi, wawancara, analisis data dan terakhir laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi welasan adalah tardisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Rahayu yang sudah dibaiat tarekat Qodiriyah. Pelaksanaan tradisi tersebut dilakukan setiap bulan tanggal 11 tahun Hijriah. Motivasi masyarakat Desa Rahayu terhadap tradisi welasan tersebut dipengaruhi adanya dua faktor yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Adapun pengaruh tradisi welasan terhadap masyarakat Rahayu sangat baik walaupun tidak semua masyarakat mengikuti, tetapi diikuti oleh jamaah dengan antusias. Hal demikian menunjukan bahwa ini sangat berpengaruh positif bagi jamaah tarekat yang mengikuti welasan. %Z Dr. H. Muhammad Wildan, M.A %0 Thesis %9 Masters %A SITI UMAYATUN, NIM. 1520510121 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:28544 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Islam, Korea Selatan Era Modern, Korea Muslim Federation (KMF) %P 199 %T PERAN KOREA MUSLIM FEDERATION (KMF) DALAM PERTUMBUHAN ISLAM DI KOREA SELATAN TAHUN 1967-2015 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28544/ %X Pada era Modern, bersamaan dengan Perang Korea tahun 1950-1953 M benih ajaran agama Islam mulai tumbuh di semenanjung Korea Selatan melalui kontak hubungan dengan pasukan perdamaian Turki. Dakwah bil hal tentara Turki selama terjadi perang melahirkan beberapa Muallaf generasi pertama Muslim Korea. Jumlah mereka pertahunnya meningkat sehingga terbentuk perkumpulan Muslim Korea dan tahun 1967 M menjadi organisasi Korea Muslim Federation (KMF) yang statusnya diakui oleh pemerintah Korea bahkan diberi surat izin mendirikan bangunan. Semua Muslim yang diorganisir KMF awalnya benar-benar bagian integral dari bangsa Korea yang menjadi Muallaf bukan karena kedatangan imigran Muslim dari negara-negara Islam. Sejak tahun 1970-an pemerintah Korea membantu KMF dalam perkembangan Islam, padahal selama itu mereka simpati pada Zionis dan pro Israel bahkan sejak masa kemerdekaan sampai sekarang berada di bawah naungan Amerika. Pemerintah Korea memperlakukan Muslim atas dasar sama dengan kelompok agama lainnya, tidak mendiskriminasi bahkan membuka pintu lebar-lebar dakwah KMF dengan memberikan sebidang tanah untuk pembangunan masjid dan universitas Islam. Meski Islam agama baru dan minoritas di Korea namun memiliki posisi terhormat dan stategis. Dalam memobilisasi perkembangan Islam, KMF melakukan kaderisasi mengirim beberapa pemuda Muslim Korea ke negaranegara Muslim untuk belajar Islam dan melakukan riset. Terlihat bahwa minoritas Muslim Korea punya nasip lebih cerah dan menjanjikan jika dibandingkan dengan keadaan minoritas Muslim lainnya. Fokus penelitian ini tentang Islam di Korea melalui KMF. Penulis mengeksplorasi proses KMF dalam mengerakkan perkembangan Islam di Korea tahun 1967-2015, mengapa Islam bisa di terima di negara Korea Selatan dan bagaimana hubungan KMF dengan pemerintahnya. Untuk dapat menjawab beberapa permasalahan penelitian, penulis mengunakan metode sejarah untuk memperoleh sumber data. Penulis juga mengunakan pendekatan sejarah, sosiologi dan keagamaan dalam menjelaskan data yang didapat. Untuk menganalisis KMF penulis mengunakan teori organisasi yang terdiri dari 4 unsur yaitu sistem, pola aktivitas, sekelompok orang, dan tujuan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa organisasi KMF memiliki struktur kepengurusan, diantara Advisory Committee, Korea Muslim Association, Korea Institute of Islamic Culture, Princes Sultan Islamic School, Halal Committe, Haji Committe dan Syariah Committe. Dalam berdakwah KMF punya misi “berusaha mengubah citra Islam dari kekerasan untuk damai”. Dalam memobilisasi perkembangan Islam KMF mengunakan cara modern dan damai lewat pendidikan, media massa, internet, budaya, penerjemahan dan publikasi buku-buku Islam ke dalam bahasa Korea. Dakwahnya yang intens dan pelan dapat membenai kesalahpahaman informasi Islam, membuat warga non- Muslim Korea akrab dengan budaya Islam dan dapat menghilangkan stereotip. Kehadiran minoritas Islam bisa diterima di Korea karena bermanfaat dalam ekonomi perdagangan, perminyakan dan ekonomi syari’ah warga non-Muslim Korea. Para diplomat Muslim anggota KMF memiliki hubungan baik dengan pemerintah Korea dan dimanfaatkan untuk memudahkan urusan diplomasi dengan negara-negara Muslim penghasil minyak. %Z Drs. Lathiful Khuluq, M.A., BSW., Ph.D. %0 Thesis %9 Masters %A SITI ZULFAH, SHUM, NIM. 1620510002 %B PASCASARJANA %D 2019 %F digilib:34932 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perjalanan Spiritual, Walangsungsang, Cirebon %P 104 %T SEJARAH PERJALANAN SPIRITUAL WALANGSUNGSANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34932/ %X Era Walangsungsang dikenal sebagai masa transisi dari kerajaan Hindu- Budha menjadi Islam, dalam kontek,agama sosial, budaya, dan politik. Terlepas dari itu, Walangsungsang pada saat ini masih menjadi tokoh “pribumi” yang membumikan pengalaman Walangsungsang dalam perjalanan spiritualnya bagi masyarakat Cirebon. Perjalanan spiritual (Tawasuf) dikarenakan beberapa pengalaman dan ajaran Walangsungsang berbasis Tasawuf. Signifikansi perjalanan spiritual Walangsungsang untuk menunjukan adanya pembuktian atau penegasan akademik bahwa Walangsungsang bukan sekedar tokoh legenda, mitos atau semacamnya, tetapi bagian dari tokoh historis dan fakta sosial keagamaan melalui rekonstruksi peradaban Islam yang dibangunnya di Nusantara terutama pada abad ke-15 M. Rumusan masalah dalam tulisan ini ialah: Pertama, Bagaimana sejarah perjalanan spiritual Walangsungsang?.,Kedua, Bagaimana pengaruh perjalanan spiritual Walangsungsang dalam keberagamaan masyarakat Cirebon?. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library resarch) melalui penelusuran naskah dan refrensi buku yang relevan, serta menjajakkan beberapa tempat bersejarah di Cirebon seperti Keraton dan pusat kebudayaan di Cirebon. Penulis dalam merekonstruksi masalah penelitian menggunakan pendekatan sejarah, yakni melalui tahapan (Heoristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi). Perjalanan spiritual (suluk) dikatergorikan sempurna apabila dia sudah, menegakkan baik dalam bentuk ittihaad (penyatuan), hulul (inkarnasi), wahdatul wujud (kesatuan wujud), dan suasana mistik lainnya yang melampaui, mencakupi, dan menekan sesaat kepribadian privat pelaku pengalaman tersebut (individual-transedental). Selanjutnya perjalanan seorang sufi dikategorikan penyempurna ketika dia mengamalkan secara nyata di dunia ini (realitas) semua pengalaman yang dia dapatkan di dunia hakikat (sosialempirik). Pengamalan ini berupa perjuangan sosial dari hubungan vertikal ke horisontal sebagai upaya membangun fisik, psikis, moral, dan kultural demi terjaganya perdamaian kehidupan secara individu dan sosial. Dalam kontek tokoh Walangsungsang, sebagai lumaku (salik), sorang keturunan Raja (Toohan), banyak menimba ilmu dari pendeta Budha yang ditemui selama perjalanannya. Walangsungsang tidak meninggalkan ajaran atau ilmu yang didapatkan dari pendeta, ia juga menerima ajaran Islam dari Syekh Datuk Kahfi, kemudian Walangsungsang menyebarkan Islam dengan tidak meninggalkan tradisi keilmuan, hubungan dengan masyarakat dengan cara yang sederhana. Sehingga beberapa pusakan yang Walangsungsang dapatkan kemudian oleh Syekh Datuk Kahfi menyandarkan berdasarkan al Qur’an dan hadis. Pusaka atau ajimatnya sampai saat ini memberikan pengaruh kuat terhadap keberagamaan masyarakat Cirebon. Faktanya, petilasan Walangsungsang selalu ramai dari pengunjung yang ziarah di Makam Kramat Talun Pangeran Walangsungsang. %Z Dr. Maharsi, M.Hum, %0 Thesis %9 Skripsi %A SUCIPTO, NIM. 12120060 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36651 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Perjuangan, KH. Badri Mashduqi, Tarekat Tijaniyah %P 70 %T PERJUANGAN K.H.BADRI MASHDUQI DALAM MENYEBARKAN TAREKAT DI TIJANIYAH DI PROBOLINGGO TAHUN 1980-2002 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36651/ %X K.H. Badri Mashduqi merupakan salah tokoh islam yang memiliki peran penting terhadap keberagaman masyarakat khususnya di Kab. Probolinggo. Dia juga mendirikan pondok pesantren yang dikenal dengan nama Badridduja. Aktifitasnya tidak hanya sebagai tokoh NU atau sebagai pengasuh di pesantrennya tapi dia juga aktif dalam percaturan politik bangsa ini. Dan pada akhir hanyatnya, dia memasuki dunia shufi. Tarekat at-Tijaniyah sebagai pilihan hidupnya sampai dia dianggka sebagai salah satu pimpinan tarekat tijaniyah di Indonesia. K.H. Badri Masduqi lahir di Perenduan Sumenep, dua tahun sebelum kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 1 Juni 1942, dari seorang ayah KH Mashduqi dan Nyai Musyarroh. Pada tanggal 30 November 2002, Kraksaan Probolinggo dibanjiri oleh tangisan masyarakat atas wafatnya K.H. Badri. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada Perjuangan KH. Badri Mashduqi dalam menyebarkan tarekat tiijaniyah di Probolinggo Tahun 1980-2002. Dalam teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Max Weber ada tiga macam kategori yaitu: Kharismatik, Tradisional, dan Rasional atau Legal. Tipe kepemimpinan Kharismatik merupakan kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Kemampuan itu melekat pada orang tersebut karena anugrah dari Tuhan YangMaha Esa. Kemampuan tersebut diakui oleh masyarakat atas dasar kepercayaan dan pemujaan. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yaitu rekonstruksi tentang masa lalu dengan beberapa tahapan yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, historiografi. Dengan harapan sumber yang dikumpulkan oleh peneliti bisa dipertanggung jawabkan kevalitannya. Kajian ini menggunakan pendekatan sosial-biografi, yakni untuk mengetahui dan memahami latar belakang seorang tokoh dalam proses interaksi sosial dan dapat memahami proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat khususnya di wilayah Probolinggo. Hasil kajian/penelitian ini menunjukkan bahwa K.H. Badri Mashduqi tidak hanya berperan sebagai pengasuh pondok pesantrennya tapi juga seorang pemimpiin tarekat yang memiliki krebilitas yang cukup sehingga dapat dikatakan, dia berhasil menjadi pimpinan tarekat dengan dibuktikan berkembangnya tarekat Tijaniyah di Probolinggo. Tarekat Tijaniyah dipilih sebagai jalan tasawufnya, tarekat ini dibawak pertama kali oleh kiai Chozin ke Probolinggo. Dalam memperjuangkan keabsahan tarekat, kiai Badri berani “pasang badan” untuk mempertahankan keabsahan tarekat Tijaniyah yang sebelum sudah dinyatakan salah satu tarekat mu’tabarah di Muktamar NU Surabaya. %Z Dr. Syamsul Arifin %0 Thesis %9 Masters %A SUCIPTO, S HUM, NIM. 1420510064 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:24888 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Dinasti Turki Ustmani, Sultan Orkhan, Kebijakan Militer, Pasukan Janissary. %P 159 %T KEBIJAKAN MILITER SULTAN ORKHAN PADA MASA DINASTI TURKI UTSMANI 1327-1360 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24888/ %X Penelitian yang berjudul "Kebijakan Militer Sultan Orkhan Pada Masa Dinasti Turki Utsmani 1327-1360 M" ini dilatarbelakangi oleh munculnya sebuah pasukan yang lebih dikenal dengan sebutan Janissary. Lahirnya Janissary tidak lepas dari jasa Sultan Orkhan dalam pembentukan pasukan baru. Uniknya pasukan Janissary berasal dari anak-anak non muslim. Janissary tidak hanya dijadikan sebagai pasukan biasa, tetapi juga sebagai pengawal sultan dan pasukan utama Dinasti Turki Utsmani. Pada umumnya, memasukkan orang non Muslim untuk dijadikan pasukan elit dan pengawal pribadi sultan merupakan sebuah resiko besar, karena jika mereka melakukan pemberontakan dan mencoba melakukan pembunuhan terhadap sultan, mereka akan sangat mudah melakukannya. Pasukan Janissary digambarkan seperti mesin perang, yang memberikan dorongan besar bagi kemajuan Dinasti Turki Utsmani. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah (history research) yang berupaya untuk mengungkap kebijakan militer Sultan Orkhan yaitu meliputi: 1) bagaimana bentuk kebijakan militer Sultan Orkhan? 2) faktor apa saja yang mempengaruhi Sultan Orkhan menetapkan kebijakan militer? 3) bagaimana pengaruh kebijakan militer Sultan Orkhan terhadap pemerintahannya, wilayah Islam, dan Eropa?. Tujuan dari penelitian ini, ialah untuk mendapatkan penjelasan mengenai bentuk kebijakan, faktor kebijakan, dan pengaruh kebijakan yang diterapkan Sultan Orkhan. Penelitian ini menggunakan teori kebijakan dari Theodore Lowi, yaitu kebijakan konstituen yang meliputi cakupan pertama terkait urusan keamanan nasional dan luar negeri. Selain itu juga, digunakan teori "peran individu" yang dikemukakan oleh Rustam F. Tamburaka, karena peran seseorang sangat menentukan dalam konteks sebagai pelaku peristiwa sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam peneltian ini antara lain ialah pendekatan sejarah, politik, biografi. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian sejarah, yaitu meliputi heuristik, verifikasi, interpretsi, dan historiografi. Temuan dari penelitian ini ialah: Pertama, ditetapkannya kebijakan militer ialah menjadikan militer Dinasti Turki Utsmani dapat dimanajemen dengan baik, terorganisisr, dan lebih tertata rapi. Kedua, lahirnya sebuah pasukan baru yang dikenal dengan sebutan Janissary. Ketiga, adanya sebuah reformasi dalam kemiliteran yang dilakukan Sultan Orkhan, yaitu memasukkan anak-anak dan pemuda yang berasal dari musuh-musuhnya atau orang-orang non Muslim, untuk dijadikan sebagai pengawal pribadi dan pasukan elit di pemerintahannya Dinasti Turki Utsmani. Keempat, faktor politik, agama, ekonomi menjadi faktor kebijakan militer Sultan Okrhan. Kelima, Kebijakannya, memberikan pengaruh terhadap pemerintahan Dinasti Turki Utsmani, Wilayah Islam, dan Eropa. %Z Dr. Nurul Hak, M. Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A SURYO HADI KUSUMO, NIM. 12120025 %B fakultas adab dan ilmu budaya %D 2019 %F digilib:35051 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K kesenian, nganjuk %P 89 %T SEJARAH KESENIAN WAYANG TIMPLONG DI DESA KEPANJEN, KECAMATAN PACE, KABUPATEN NGANJUK (1910-2016 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35051/ %X Kesenian Wayang Timplong pertama kali diciptakan oleh Ki Bancol pada tahun 1910 di Desa Jetis, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Ki Bancol sendiri adalah seorang pendatang yang berasal dari daerah Grobogan, Semarang. Keunikan Wayang Timplong yang tidak ditemukan di wayang lain yaitu dari segi penamaannya, penamaan Wayang Timplong mengambil dari suara gamelan, kenong, dan gambang yang terbuat dari bambu. Gamelan ini mempunyai suara yang khas, yakni apabila gamelan dipukul, maka akan menghasilkan bunyi yang dominan. Bunyi suara itu terdengar dari jauh plong...plong...plong. Sedangkan bagi Wayang lainnya seperti contohnya Wayang Kulit dan Wayang Suket yang dinamakan dari bahan dasar pembuatannya. Keberadaan Wayang Timplong sendiri di Kabupaten Nganjuk dan khususnya di Desa Kepanjen hampir dilupakan oleh masyarakat setempat karena kurangnya regenerasi dalang dan perkembangan zaman yang menuntut untuk berubah menyesuaikan zaman. Pendekatan antropologi digunakan peneliti untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat desa Kepanjen, perkembangan status dan gaya hidup, serta sistem kepercayaan yang mendasari gaya pola hidupnya. Untuk membantu mempermudah penelitian ini peneliti menggunakan teori fungsionalismestruktural terhadap persoalan yang dikaji. Peneliti menggunakan teori fungsionalisme-struktural yang dikemukan Alfred Reginald Radcliffe Brown (1881-1952). Penggunaan teori ini dimaksudkan untuk mengungkap fungsi Wayang Timplong bagi masyarakat di Desa Kepanjen, Kec. Pace, Kab. Nganjuk. Inti teori fungsionalisme-struktural Radcliffe Brown adalah bahwa budaya itu bukan untuk memuaskan individu, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat. A. R. Radcliffe Brown berpandangan bahwa dalam kehidupan manusia terdapat hubungan sosial yang khusus dan membentuk suatu keseluruhan yang padu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Wayang Timplong dengan fungsinya sebagai pendidikan, ritual, sosial dan pelestarian tradisi mampu memenuhi kebutuhan sosial masyarakat desa Kepanjen. Fungsi ini berkaitan dengan peranan Wayang Timplong bagi masyarakat desa Kepanjen. kontribusi Wayang Timplong bagi masyarakat desa Kepanjen sebaliknya juga seperti itu. Bagi masyarakat desa Kepanjen Wayang Timplong dibutuhkan guna menjadi salah satu jati diri desa Kepanjen atau bisa disebut juga dengan eksistensi masyarakatnya. Hubungan timbal balik yang saling menguntukan ini menghasilkan fungsi-fungsi Wayang Timplong untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat desa Kepanjen. Wayang Timplong sendiri tidak bisa dipisahkan dari masyarakat desa Kepanjen, begitupun sebaliknya. Wayang Timplong membutuhkan masyarakat desa Kepanjen untuk mampu berkembang sesuai zamannya, sedangkan masyarakat desa Kepanjen membutuhkan Wayang Timplong demi menjaga eksistensinya sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki beragam budaya %Z SORAYA ADNANI, M.Si %0 Journal Article %A SYAMSUL ARIFIN, - %D 2023 %F digilib:57368 %J BUDI UTOMO DAN KEBANGKITAN NASIONAL %K Sejarah Kebudayaan Islam %P 47-70 %T Islam dalam Goresan Pena Budaya %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57368/ %0 Thesis %9 Masters %A SYAMSUL RAHMI, NIM. 1420510049 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:24903 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kepemimpinan, Pondok Pesantren, Modernisasi Pendidikan %P 160 %T PERAN KH. IDHAM CHALID DALAM MODERNISASI PONDOK PESANTREN RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI TAHUN 1945-1966 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24903/ %X Secara historis Lembaga Pendidikan Islam (LPI) tertua di Indonesia adalah pesantren. Pesantren merupakan produk interaksi dan akulturasi Islam dengan budaya lokal dalam konteks budaya asli. Pesantren pada abad ke-19 masih bercorak tradisional. Selanjutnya pada akhir abad ke-20, munculnya madrasah merupakan counter institution terhadap sekolah klasikal bentukan pemerintahan Belanda. Madrasah tidak hanya mengajarkan pelajaran agama, tetapi juga pelajaran umum sebagaimana yang telah dikembangkan oleh berbagai Ormas Islam saat itu. Pesantren dalam perkembangannya, selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat pada umumnya. Sebagaimana dialami Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai, Kalimantan Selatan yang berdiri pada tanggal 13 Oktober 1922, sejak tahun 1945 dalam kepemimpinan KH. Idham Chalid, pesantren tersebut banyak mengalami perubahan, khususnya melalui modernisasi pendidikan. Masalah ini hendak diteliti lebih lanjut dalam hubungannya dengan kepemimpinan dan perubahan pesantren tersebut. Pertanyaan pokok penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimana latar belakang dan perkembangan Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah? 2) Bagaimana biografi KH. Idham Chalid? 3) Mengapa KH. Idham Chalid melakukan modernisasi pendidikan di Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah? Penelitian ini menggunakan pendekatan biografis dan sosiologis. Pendekatan biografis bertujuan untuk mempelajari dan menelusuri perkembangan moral, mental, dan intelektual; sedangkan pendekatan sosiologis yang menyoroti segi-segi sosial dari peristiwa yang dikaji. Kajian ini mengacu kerangka teoritik berdasarkan konsep-konsep: kepemimpinan, pondok pesantren, dan modernisasi pendidikan. Adapun metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu prosedur dalam penelitiannya ditempuh melalui empat langkah kegiatan: heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan). Penelitian ini menghasilkan temuan: 1) Awal berdirinya Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah yang didirikan oleh KH. Abdurrasyid yang bermula dari pengajian kemudian berkembang menjadi sekolah yang bernama Arabisch School (Sekolah Arab). Seiring bergantinya kepemimpinan, nama pesantren ini berubah menjadi Al-Madrasatur Rasyidiyah (1931-1942), dan Ma’had Rasyidiyah dan Kai Kjo Gakko (1942-1944); 2) Pesantren tersebut mengalami perubahan pada masa KH. Idham Chalid. Dia adalah seorang yang masa mudanya sudah mengenyam pendidikan langsung dari ayahnya dan juga guru-guru agama di sekitar kota Amuntai hingga ke Pondok Modern Gontor Ponorogo. Dia dipandang sebagai tokoh pendidik, ulama, pejuang, dan politik, sehingga dia banyak meninggalkan karya tulis dan diberikan penghargaan terkait aktivitasnya; 3) Hasil yang dilakukan selama memimpin Pondok Pesantren Rasyidiyah mencakup tiga aspek pembaharuan: membenahi kelembagaan pesantren, sistem pendidikan, dan sarana dan prasarana. %Z Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M.Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A Sa'adah Ainah, NIM 01120584 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52678 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ekspedisi Perancis, Kebangkitan Islam Di Mesir (1798-1873) %P 98 %T PENGARUH EKSPEDISI PERANCIS TERHADAP KEBANGKITAN ISLAM DI MESIR (1798-1873 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52678/ %X 1. Menjelang datangnya ekspedisi Perancis, keadaan umat Islam Mesir saat itu sangat memprihatinkan. Dalam bidang keagamaan, kondisi kehidupan mereka banyak dipengaruhi oleh munculnya khurafat, bid'ah dan takhayul. Mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam yang sebenarnya. Pemikiran keagamaan pun mengalami kemandegan. Berkembangnya kehidupan tarikat membuat mereka semakin lebih terorientasi pada kehidupan akhirat dari pada dunia realitas. Demikian juga pada bidang pendidikan, dinamika berpikir dan perkembangan ilmu pengetahuan telah terhambat akibat menyebarnya pendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup, sehingga perkembangan pendidikan menjadi semakin terhenti. Pola pendidikan yang dikembangkan sekolah madrasah hanyalah pendidikan keagamaan yang bersifat tradisional, yang menghabiskan banyak energi bukan dalam pemikiran yang kreatif, tetapi dalam hal mengingat dan mengulang. 2. Setelah menguasai Mesir, Perancis melanjutkan usahanya untuk mempengaruhi bangsa Mesir dengan menarik simpati bangsa Mesir, seperti mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. dan mengadakan diskusi dengan para sarjana tentang masalah-masalah Islam. Akan tetapi, usaha Perancis ini mendapatkan kegagalan karena bangsa Mesir telah menganggapnya sebagai orang kafir. Hal lain yang dilakukan oleh Perancis dalah mendirikan sebuah lembaga ilmiah yang boleh dikunjungi oleh bangsa Mesir. Perlawanan yang merupakan sebuah reaksi untuk menentang pendudukan Perancis inipun dating dari orang-orang Mesir, Usmani maupun intervensi Inggris. %Z Pembimbing : Siti Maimunah, S. Ag., M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Saenal Abidin HB, NIM : 99122357 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2007 %F digilib:27462 %I UIN Sunan Kalijaga %K sejarah, perkembangan, Perancis, Islam %P 99 %T Perkembangan Islam di Perancis (1914-2005) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27462/ %X Kedatangan imigran muslim di negara-negara Barat termasuk Eropa, pada mulanya disambut baik oleh pemerintah negara-negara tersebut karena mereka merupakan swnber tenaga kerja yang murah. Tetapi secara perlahanlahan, para imigran muslim tersebut mulai menunjukkan jatidiri dan identitas keislaman mereka, antara lain dengan membangun masjid, dan pusat-pusat ke- Islaman, serta secara aktif menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Pada saat itulah pemerintah di berbagai negara Eropa pun mulai merasa terancam bahaya. Apalagi, dakwah dan pengenalan Islam di Eropa telah semakin meluas sehingga semakin banyak masyarakat Eropa yang memeluk agama Islam. Masalah Islam dan pengaruhnya di Barat merupakan pembahasan yang banyak sekali dibicarakan oleh para peneliti Eropa. Munculnya pembahasan ini disebabkan karena kehadiran umat Islam di Barat memberikan pengaruh terhadap struktur sosial dan budaya negara-negara tersebut. Meskipun perilaku dan gaya hidup liberal mendominasi kehidupan di negara-negara Barat, tetapi pengaruh budaya dan nilai-nilai Islam terhadap negara-negara tersebut sama sekali tidak bisa diingkari. Islam merupakan agama dengan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat di dunia terutama dinegara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggeris, Jerman, Belanda, Australia dan Perancis.1 Seperti juga di negara-negara Barat lainnya, di Perancis mesjid telah berdiri, media Islam bermunculan, dan hampir setiap harinya ada orang Perancis yang masuk Islam, dan mereka bersama muslim pendatang, kini memperoleh semangat baru untuk mendakwakan dan memperaktekkan Islam di negeri ini. %Z Siti Maimunah, S. Ag., M. Hum %0 Thesis %9 Doctoral %A Safari, S.Ag., M.Sos.l., NIM.: 09.34.701 %B PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:52218 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Abad Pertengahan, Jalaluddin as-Suyuti, Kitab Tarikh al-Khulafa’, Kritisisme %P 363 %T HISTORIOGRAFI ISLAM ABAD PERTENGAHAN (ANALISIS MATERI SEJARAH TARIKH AL-KLULAFA KARYA AS-SUYUTI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52218/ %X Medieval Islam can be regarded as one of the culmination points of the development of Islamic historiography. This period raises many famous historians who represent the advancement of Islamic historiography. Ibn Khaldun (d. 809 AH/1460 AD) has been known as one of the exponents of medieval historians in the field of philosophy of history. As-Sakhawi (d. 903 AH / 1497 AD) has reaffirmed the status of Historical Sciences (fann at-tarikh) as a discipline worth placing together with other disciplines. The progress does not hamper the sustainability of traditionalist-historian group who epistemologically still holds the ethos of experts of hadith (muhaddisin). This group is different from the historians who are controlled by the ruler (court patronage) and independent historian (fellow historian). At the time of Mamluk, schools of Egypt recognize the traditionalist group as religious scholars (‘ulama ad-din) that write history. One of the most representative figures in this regard is Jalaluddin as-Suyuti (849-911 H/1445-1505 AD), a multitalented prolific scholar. Works of religious scholars in the field of history give rise to one of the characteristics of Islamic historiography of the Middle Ages. Tarikh al-Khulafa’, one of as-Suyuti’s major work, is very representative of several reasons. First, it reflects the political viewpoints of the author. Second, the book is also a piece of history of the caliphs of Islam served with the nuances that are critical in the context of a traditionalist. Third, there is the use of the text of the Qur’an and the Hadith to legitimize the idea of an ideal history. The focus of this research is (1) why as-Suyuti is interested in writing the history of Islam? and (2) how the historical material explanation of as-Suyuti in Tarikh al-Khulafa’?, and (3) what are the characteristics which it rests? This research is a library research using descriptive-analytic method. The approach used in analyzing the historical material of as-Suyuti is historiography and hermeneutics. Sources used as research material are divided in two, First, primary sources, namely the book of Tarikh al- Khulafa’, and several related books of as-Suyuti and, Second, secondary sources, ie, other works related to the theme of the research. The exploration on these problems, leads to several major findings. First, as-Suyuti is a scholar with an interest and expertise in various fields of science. However, he only concentrates to the circumference of traditional knowledge (al-'ulum an-naqliyyah), especially in the field of hadith. Interest of as-Suyuti to the history is the further implications of the Hadith tradition. He represents traditionalist historians who survive until the Middle Ages. Capability as a historian is seen in some of the works he writes, including the historical books, especially prosopography literature like Tarikh al- Khulafa’, Bugyat al-Wu’at, Husn al-Muhadarah, and literature that talks about the history of science as asy-Syamarikh fi ‘Ilm at-Tarikh. Second, the pattern of criticism is one of the main characteristics in the explanation of history of as-Suyuti in presenting the material in the book of history Tarikh al-Khulafa’. Polarization between positive and negative in turn becomes a very common thing in the explanation of historical narratives as-Suyuti. Nevertheless, ‘criticism’ in this context should be positioned in the frame of epistemology traditionalist genealogically relying on ethos of the experts of hadith (muhadditsin). In this case, he applies a person's spiritual and moral credibility (‘adalah) as benchmarks in reading a caliph. This has implications for the direction of his criticism that is likely to only see morality and ignore the political domain. Explanation of history in this model is a history of pragmatism that he wants a leader in the level of which is ideal. Consequently, he builds the characteristics of historiography which contains elements of the history of creation. The element is the use of the verses of the Qur’an and hadith texts which impact on the legitimacy of particular ideas about history. In addition, the projection into the past history (flash back history) by comparing the ideal figure from another time shows the importance of building the idealization of a character. Furthermore, the use of mythical elements, such as natural occurrences which are not seen as independent events but seen as an event that legitimizes a historical event, also helps establish the credibility of a character. This study concludes that the capacity of the as-Suyuti as a historian-traditionalist has implications for the historical perception that he builds. Explanation of history in Tarikh al-Khulafa’ seems to be referring to ‘a past’, not ‘the past’ itself, in the sense that his historical explanation wishes to show an ideal history of the Islamic rulers. As a consequence, some of the historiographical characteristics also contain an element of the history of creation. %Z Promotor: Prof. Dr. H. Muh. Abdul Karim, MA. dan Dr. Nurul Hak, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Said Hafif Anshori, NIM. 12120052 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36648 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Mesir, Politik %P 95 %T PERGOLAKAN POLITIK DI MESIR (2011-2014 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36648/ %X Mesir adalah negara sosial demokrasi berbentuk republik, dengan kepala negara seorang presiden. Secara geografis, Mesir merupakan salah satu negara yang berada di wilayah timur laut Afrika Utara pergolakan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengganggu stabilitas keamanan di Mesir. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang perpolitikan di Mesir karena dinamika politik Mesir yang penuh dengan konflik, dari pemerintahan otoriter yang dipimpin oleh Husni Mubarak selama 30 tahun, kemudian digantikan oleh Muhammad Mursi yang terpilih melalui jalur demokrasi tetapi hanya bertahan 1 tahun. faktor-faktor terjadinya pergolakan di Mesir menjadi fokus pembahasan di skripsi ini Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan politik. Pendekatan politik ini membahas tentang perangkat, baik Negara maupun non-negara. Peranan partai-partai dan militer menjadi sorotan dalam pendekatan ini. Penelitian ini menggunakan teori revolusi oleh sztompka, menurut sztompka revolusi adalah puncak dari perubahan sosial. Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan ulang masyarakat sehingga menyerupai proses kelahiran kembali. Perubahan yang terjadi melalui revolusi mempunyai cakupan yang luas dan menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah meliputi empat tahap yaitu: pertama heuristik peneliti mengumpulkan sumber melalui karya penelitian kepustakaan (Library Research) dengan merujuk pada sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan tema dalam skripsi ini, baik berupa buku, majalah, koran, jurnal ilmiah, buletin, video dan sebagainya. Kedua verifikasi yaitu dengan menggunakan kritik internal (keaslian sumber dan kritik eksternal (keabsahan sumber). Ketiga interpretasi yaitu menafsirkan berbagai data yang telah diverifikasi dengan alat bantu pendekatan dan teori. Keempat historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian ini, sterjadi ketegangan dalam perpolitikan Mesir, dimulai dari Revolusi Mesir pada 2011, hingga Kudeta Militer pada tahun 2013. Konflik yang terjadi disebabkan hubungan yang buruk antara pemerintahan dan oposisi dan tekanan militer terhadap masyarakat. Kondisi politik ekonomi Mesir berada dalam kondisi kritis setelah Revolusi Mesir 2011, kemudian Muhammad Mursi yang menggantikan Husni Mubarak dikudeta oleh milter pada tahun 2013, mengindikasikan bahwa militer masih memoliki dominasi yang kuat dalam pemerintahan Mesir. %Z Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim %0 Thesis %9 Skripsi %A Saifudin, NIM. 99122314 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52951 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tarekat Syatariyah, Wonokromo Pleter Bantul %P 121 %T TAREKAT SYATARIYAH DI WONOKROMO PLERET BANTUL, 1946-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52951/ %X Kondisi sosial maupun keagamaan masyarakat Desa Wonokromo cukup maju. Hal itu karena masyarakat Desa Wonokromo hidup penuh dengan rasa kekeluargaan, dan dalam pergaulan mereka mempunyai dua prinsip dalam membangun hubungan dengan sesamanya, yaitu prinsip rukun dan prinsip hormat. Di Wonokromo terdapat dua agama yang dianut, yaitu Agama Islam dan Agama Katholik, namun Agama Islam-lah yang mempunyai pengaruh sangat besar di daerah tersebut, ditambah dengan adanya beberapa pondok pesantren, menjadikan desa ini hampir setiap malamnya tidak pernah sepi dari pengajian. Kondisi demikian juga didukung dengan berdirinya beberapa tempat ibadah. Tarekat Syatariyah di Wonokromo pertama kali diperkenalkan oleh KH. Nawawi, diteruskan KH. Muhyidin Nawawi, dan setela %Z Pembimbing : Dudung Abdurahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Saldi Siregar, NIM. 97121956 %B Fakultas Adap dan Ilmu Budaya : Sejarah Kebudayaan Islam %D 2004 %F digilib:52779 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Gerakan Islam dan Nasionalis di Malaysia 1957 - 1970 M) %P 207 %T POLITIK UMA T ISLAM MALAYSIA (Telaah Historis Gerakan Islam dan Nasionalis di Malaysia 1957 - 1970 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52779/ %X Masuknya gerakan Islam dalam sistem politik Malaysia disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, bangkitnya umat Islam dalam perlawanan terhadap imperialisme dalam ha! ini kolonialisasi Inggris di tanah Melayu. Kedua, masuknya nilai-nilai universalisme Islam baik sebelum kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan sehingga menjadi suatu semangat keagamaan yang tinggi dan terakumulasi serta terorganisir. Ketiga, gerakan Islam di Malaysia bangkit sebagai bentuk kesadaran orang Melayu dan adanya hubungan yang konfrontatif antara kekuatan Islam dan nasionalis. Masuknya nasionalisme dalam sistem politik Malaysia dipicu oleh beberapa hal: Pertama, adanya kolonialisasi Inggris di Malaysia yang membawa paham nasionalisme Eropa (baca: barat), kemudian diserap oleh para bangsawan dan pembesar-pembesar Malaysia dalam usaha untuk mewujudkan negara Malaysia merdeka.Kedua, munculnya nasionalisme di Malaysia sebagai imbas dari kebangkitan nasionalisme di Asia Tenggara dan negara-negara Islam lainnya di belahan dunia titnur pada pasca perang dunia ke-2. Gerakan Islam dan nasionalis dalam kancah politik Malaysia merupakan dua kutub kekuatan yang berlawanan dan merupakan musuh bebuyutan yang abadi sejak dahulu hingga kini. Adapun relevansinya dengan Indonesia adalah: periode 1957 - 1970 telah terjadi ketegangan antara dua negara disebabkan oleh faktor penolakan Sukarno atas kemerdekaan Malaysia yang dianggapnya sebagai neo-kolonialisme baru. %Z Pembimbing : Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A., M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Salman Al Farisiy, NIM.: 17101020093 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:51765 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Interaksi, Reformis, Tradisionalis %P 102 %T INTERAKSI MUSLIM REFORMIS DAN TRADISIONALIS DI DUSUN KLILE, KABUPATEN SUKOHARJO (1990 – 2000 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51765/ %X Penulis tertarik mengkaji tentang interaksi kalangan reformis dan tradisionalis di dusun Klile karena beberapa hal yakni: 1) Objek Penelitian yang mengarah pada konsep pemahaman tradisionalisme dan reformisme yang jarang diteliti sebagai sebuah kelompok keberagamaan di masyarakat desa. 2) Pola interaksi masyarakat dusun Klile merupakan pola interaksi konstruktif. 3) Dampak interaksi kedua kalangan yang mempengaruhi nilai dan konstruk sosial masyarakat dusun Klile. Penelitian ini menelaah penyebab dan dampak interaksi sosial antar dua kalangan Muslim di dusun Klile. Pendekatan sosiologi digunakan untuk menganalisa perkembangan interaksi antar kedua kalangan Muslim di dusun Klile. Penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kajian pustaka, penelitian bersifat deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan interaksi sosial keagamaan di dusun Klile merupakan interaksi konstruktif yang menciptakan bentuk baru dalam keberagamaan antarkelompok. Bentuk baru yang muncul terdapat pada kalangan tradisionalis yang menghilangkan danyangan dan kalangan reformis yang merubah cara pandang atas tradisi. Selain itu, terdapat juga perubahan dalam tradisi seperti pengurangan jumlah kondangan dan bentuk seserahannya. %Z Pembimbing: Fatiyah, S.Hum., M.A, %0 Thesis %9 Skripsi %A Salwa Gholda Mawaddah, NIM.: 15120107 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:46428 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Syiah, Sunni, Harmoni Sosial, Interaksi Sosial. %P 97 %T UPAYA HARMONISASI SOSIAL KOMUNITAS IKATAN JAMA’AH AHLUL BAIT INDONESIA (IJABI) SYI’AH DENGAN MASYARAKAT SUNNI DI WONOSOBO (2001 - 2021) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46428/ %X Penelitian ini mengkaji tentang upaya harmonisasi sosial antara komunitas Ikatan Jama‘ah Ahlul Bait (IJABI) Syi‘ah dengan masyarakat Sunni, terdiri dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyyah di Wonosobo dalam kurun waktu tahun 2001 hingga 2021. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi agama dan teori struktural fungsional Talcott Parson. Struktur fungsional Parson terdiri dari empat komponen yaitu, adaptation (adaptasi), goal attainment (pencapaian tujuan), integration (integrasi), dan latency (pemeliharaan pola). Keempat konsep ini yang akan membantu peneliti dalam menelaah upaya harmonisasi sosial antara Sunni dan Syi‘ah di Wonosobo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan komunitas IJABI dengan masyarakat Sunni pada umumnya berlangsung harmoni, meskipun terdapat sedikit gesekan dalam bidang sosial-ekonomi berupa pemboikotan. Upaya-upaya yang dilakukan masyarakat Wonosobo agar terciptanya masyarakat harmoni di antara keduanya melalui dua cara yaitu, membuka diri dan mengedepankan nilai-nilai sosial kemasyarakatan sehingga, terjalinlah bentuk-bentuk keharmonisan dalam bidang pelaksanaan ibadah, ritual kematian, gotong royong, dan peringatan-peringatan hari besar. Adapun faktor pembangun keharmonisan tersebut ialah faktor sosial-agama, sosial-budaya, dan ekonomi. Sedangkan, dampak yang ditimbulkan berupa dampak sosial, budaya, dan keagamaan. %Z Pembimbing : Dr. Nurul Hak, S.Ag., M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Samran Hasan, NIM.00120071 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52554 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pergerakan Pers H M Misbach, Di Surakarta 1912 - 1926 %P 86 %T PERGERAKAN PERS H. M. MISBACH DI SURAKARTA 1912-1926 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52554/ %X H. M. Misbach mernpakan seorang tokoh pergerakan yang radikal dan tidak pemah mau berkerjasama dengan orang-orang yang ia anggap tinggal diam dengan melihat ketimpangan dan penderitaan rakyat, begitu juga dengan penjajah Belanda yang ia lawan sampai akhir hidupnya. Selain sebagai tokoh pergerakan yang radikal ia juga adalah tokoh yang kontroversial, karena Komunis yang dikenal sebagai ideologi yang tidak mengenal Tuhan, tetapi H. M. Misbach yang dikenal juga sebagai mubalig masuk dan memakai partai itu untuk pergerakannya. . M. Misbach selain berjuang melawan penjajah ia juga mempunyai oposisi dalam kalangan pergerakan. Hal ini disebabkan sikapnya yang radikal dan ia tidak menyetujui dengan sikap tokoh pergerakan lainnya yang ia anggap bersikap kooperatifterhadap penjajah. Oleh karena itulah H.M. Misbach Iebih popular di kalangan rakyat yang diwakilinya yaitu kaum petani daripada sesama tokoh pergerakan. ang agama, ekonomi ataupun politik. Dengan dua surat kabar ini ia memuat sikap-sikapnya terhadap orang-orang Islam yang ia anggap munafik dan mengecam mereka semua. Begitu juga dengan pemerintahan pada saat itu yang mengeluarkan kebijakan­kebijakan yang tidak adil terhadap rakyat dan ia juga memuat keluhan­keluhan dari kaum petani yang mengalami penderitaan dan dihimpit kemiskinan. Kedua surat kabar yang ditangani H. M. Misbach ini sangat berpengamh bagi pergerakan di Surakarta, karena selain sebagai alat propaganda dan menampung ide-ide serta aspirasi, surat kabar ini juga memperlancar proses mobilisasi rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam pergerakan melawan penjajah. Kondisi terbatasnya pertemuan ataupun rapat pada waktu itu, dengan adanya surat kabar dapat mempercepat membuka alam pikiran rakyat dan terlaksana secara lebih efektif. Pers pada masa penjajahan Belanda itu juga sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia, karena selain mendidik rakyat dan membuka pikiran mereka, juga menumbuhkan kesadaran rakyat untuk memperjuangkan nasib mereka yang ketika itu ditindas oleh penjajah. Oleh karena itulah banyak tokoh-tokoh pergerakan memakai media pers ini sebagai suatu alat dalam melancarkan propaganda mereka. %Z Pembimbing : Zuhrotul Latifah, M. Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A Samsul Aziz, NIM. 00120177 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52587 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi Upacara Perubahan Sosial Budaya, Masyarakat Kampung Dukuh %P 100 %T TRADISI UP ACARADAN PERUBAHAN SOSIAL BUDA YA (Studi Pada Masyarakat Kampung Dukuh, Kecamatan Cikelet, Garut) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52587/ %X 1. Masyarakat Kampung Dukuh merupakan sebuah komunitas yang patuh memegang adat-istiadat sehingga tampak sebagai masyarakat eksklusif dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya. Ketakutan mereka terhadap malepetaka yang timbul menyebabkan masyarakat Kampung Dukuh tidak berani melanggar ketentuan-ketentuan adat. Bentuk sinkretik dalam agama terlihat pula dalam kepercayaan masyarakat terhadap roh yang mempengaruhi kehidupan mereka. 2. Masyarakat Kampung Dukuh sampai sekarang masih melaksanakan upacara­upacara sebagai perwujudan ketaatan mereka terhadap tradisi leluhur. Setiap tahun mereka melaksanakan beberapa kali upacara, seperti upacara Hajat Sasih, upacara panen, dan upacara menyepi. Upacara Hajat Sasih merupakan upacara paling besar. Adapun tujuan upacara tersebut pada intinya sebagai penghormatan terhadap nenek moyang dan rasa syukur kepada Tuhan Y .M.E. 3. Masyarakat Kampung Dukuh sekarang bukan lagi masyarakat yang asing terhadap hal-hal baru asal saja perubahan yang terjadi membawa kebaikan dan kemajuan bagi masyarakat. Perubahan terjadi di Kampung Dukuh akibat dari kehadiran para habib, mobilitas penduduk, pandangan tentang pendidikan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dalam pelaksanaan syariat Islam, taraf ekonomi, taraf,pendidikan, dan penyempumaan bentuk bangunan rumah. Meskipun demikian, · masyarakat tetap berpegang teguh terhadap adat-istiadat yang telah menjadi identitas dan kebanggaan yang membedakan mereka dari masyarakat lain. %Z Pembimbing : Drs. Irfan Firdaus %0 Thesis %9 Skripsi %A Sandya Sahisnu Prabaswara, NIM.: 17101020056 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:51764 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Suara Muhammadiyah, Media Dakwah, Aktivitas Penerbitan %P 112 %T KONTRIBUSI SUARA MUHAMMADIYAH BAGI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM DI INDONESIA (1915-1957) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51764/ %X Majalah Suara Muhammadiyah pertama kali terbit pada tahun 1915. Pada masa itu media massa Islam sangat terbatas karena kebijakan pers Belanda dan kurangnya minat masyarakat tentang media massa Islam. Hal ini merupakan terobosan yang luar biasa, pasalnya media massa merupakan suatu komponen penting dalam menyebarkan ide dan gagasan. Penelitian ini mengkaji bagaimana kontribusi Suara Muhammadiyah bagi perkembangan pers Islam di Indonesia tahun 1915-1923. Oleh karena itu, terdapat tiga permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai awal terbentuknya majalah Suara Muhammadiyah, aktivitas redaksi Suara Muhammadiyah, dan dampak majalah suara Muhammadiyah bagi perkembangan pers Islam di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan sosiologi komunikasi dan pendekatan keagamaan. Konsep yang digunakan yaitu konsep pembaruan media massa dan konsep dakwah Islam. Teori yang digunakan yaitu teori sosiologi komunikasi massa yang dikemukakan oleh DeFleur dan Ball Rokeach dan teori keagamaan yang dikemukakan oleh Hendropuspito. Metode yang digunakan yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Suara Muhammadiyah memiliki kontribusi dalam pengembangan masyarakat Islam di Indonesia. Kontribusi tersebut di antaranya adalah melakukan pembaruan dakwah pada media cetak, membangun kerja sama yang baik sesama pers, dan ikut membangun perekonomian Indonesia. Dampak yang dihasilkan yaitu masyarakat Indonesia dapat mengembangkan ilmu agama Islam dan ilmu umum lewat media cetak Islam, pengusaha-pengusaha kecil dapat menaikkan taraf perekonomian lewat iklan. %Z Pembimbing: Dr. Muhammad Wildan, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sarni, NIM.99122266 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52975 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi Upacara Rejeban, Masyarakat Gunung Kelir Jatimulyo %P 113 %T MAKNA DAN FUNGSI TRADISI UPACARA REJEBAN BAGI MASYARAKAT GUNUNG KELIR JATIMULYO KULON PROGO %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52975/ %X Tradisi upacara Rejeban sebenamya merupakan upacara bersih dusun. Yang dimaksud upacara bersih dusun adalah kegiatan seiamatan yang dilakukan masyarakat desa dalam rangka untuk membersihkan diri dari kejahatan, dosa, dan segala sesuatu yang menyebabkan kesengsaraan. Adapun salah satu cara untuk membersihkan diri tersebut adalah dengan mengadakan se!amatan atau do'a bersama di pepundhen Gondhang Ho. Adapun yang melatar belakangi diadakannya upacara tradisi adalah suatu tindakan atau ahivitas masyarakat untuk memanjatkan do'a kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai perwujudan ketaatan terhadap Sang Pencipta. Tradisi upacara Rejeban tersebut diiakukan oleh masyarakat dusun Gunung Kehr desa Jatimulyo setiap bulan Jawa Rejeb. Oleh karena itu, upacara ini dikenal dengan nama upacara Rejeban. Selain itu, pelaksanaan upacara Rejeban juga dikaitkan dengan pepundhen Gonhang Ho yang merupakan warisan para leluhur (nenek moyang). Pepundhen tersequt, dianggap tempat yang kramat . Agar proses pelaksanaan upacara Rejeban dapat berlangsung dengan lancar maka dibutuhkan berbagai persiapan. Berbagai persiapan yang perlu dilakukan adalah tempat dan waktu pelaksanaan, persiapan upacara serta pelaksanaan upacara. Tradisi upacara Rejeban dilaksanakan pada hari Selasa kliwon atau Jum'at kliwon pada setiap tahun di bulan Rejeb (menurut perhitungan Jawa). Upacara ini dilaksanakan melalui beberapa proses diantaranya dengan membersihkan lingkungan dan tempat-tempat yang dianggap kramat serta mempersiapkan berbagai perlengkapan upacara. Adapun pelaksanaan upacara tersebut, dengan tiga ka!i putaran di pepundhen Gondhang Ho, yakni mulai pintu gerbang masuk dari arah gerbang utara menuju pepundhen melewati kanan kiri pepundhen sampai tiga kali. Kemudian barn menuju padepokan Puromanik (Pepundhen Gondhang Ho). Selain itu, tradisi upacara Rejeban juga memiliki tujuan, makna dan fungsi. Tujuan diadakan upacara Rejeban ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa karena telah diberi keselamatan, ketentraman, keamanan serta mendapatkan keberhasilan dalam bertani. Adapun makna yang ada dapat dilihat melalui Iambang-Iambang yang ada dalam pelaksanaan tradisi upacara Rejeban, seperti sesaj i, pepundhen Gondhang Ho, dan lain-Iain. Upacara Rejeban yang dilaksanakan oleh masyarakat mempunyai beberapa fungsi seperti: kebersamaan sosial, sebagai pengendali sosial, sebagi media sosial dan sebagai norma sosial. %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Sasadara, NIM.: 16120095 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:43772 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Mlangi, Kampung Santri, Dinamika Masyarakat %P 96 %T DUSUN MLANGI SEBAGAI KAMPUNG SANTRI (DINAMIKA MASYARAKAT MLANGI PASCA DITETAPKAN SEBAGAI KAMPUNG SANTRI 2000-2019) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43772/ %X Mlangi merupakan salah satu wilayah pathok negoro milik Kesultanan Yogyakarta atas kehendak Sultan Hamengkubuwono. Letaknya berada di daerah barat. Fungsi simbolik dan tugas yang diberikan Sultan kepada pejabat pathok negoro maka dijadikan daerah perdikan dan dibangun sebuah masjid khusus. Dusun ini didirikan oleh Kyai Nur Iman atau Bendoro Pangeran Hangebehi Sandiyo, yang merupakan Keluarga Keraton Surakarta. Pada tanggal 23 Oktober tahun 2000, Mlangi ditetapkan menjadi Desa Wisata Religi dan Kampung Santri oleh Pemerintah Daerah Sleman. Hal ini lantaran banyaknya pesantren yang ada di Mlangi serta kehidupan masyarakatnya yang agamis karena dihuni oleh kaum santri. Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologi, dan teori yang digunakan adalah teori Evolusi menurut Herbet Spencer. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan karena penulis akan banyak mengumpulkan sumber sejarah di lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Dalam metode penelitian sejarah mencangkup pengambilan data tertulis maupun tidak tertulis (wawancara), verifikasi data/kritik sumber serta historiografi. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penetapan Mlangi sebagai Kampung Santri dan Desa Wisata Religi serta didorong oleh beberapa faktor seperti perubahan zaman dan modernisasi, perubahan pola pikir dan banyaknya masyarakat luar yang datang ke Mlangi, sehingga membawa dampak perubahan bagi masyarakat Mlangi baik dari segi sosial, budaya, agama, pendidikan dan ekonomi. %Z Pembimbing : Riswinarno, S.S., M.M. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sasadara, NIM.: 21201021019 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:65795 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kiai; Interaksi Sosial; Konflik Sosial %P 158 %T KIAI DAN KONFLIK SOSIAL DI MLANGI 1957-2020 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65795/ %X Kiai di Mlangi secara status sosial terbagi menjadi kiai njaba dan kiai njero sedangkan secara afiliasi keagamaan terbagi menjadi kiai NU dengan kiai Muhammadiyah. Peranan mereka sebagai kiai sangat berarti bagi masyarakat Mlangi. Kiai di Mlangi memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat akibat peranan keagamaan kiai dan juga latar belakang jaringan genealogi kekerabatan antar kiai maupun jaringan genealogi keilmuan antar kiai dengan santri. Munculnya kiai khususnya kiai njaba menjadi perhatian khusus bagi kiai njero dan dianggap sebagai pesaing sehingga konflik sosial tidak dapat dihindari. Penelitian tentang kiai dan konflik sosial di Mlangi merupakan suatu usaha untuk mengungkap peranan dan interaksi sosial yang terjadi antar kiai di Mlangi yang menimbulkan adanya konflik yang membawa dampak dalam aspek kehidupan masyarakat Mlangi tahun 1957-2020. Pokok permasalahan penelitian ini adalah konflik sosial yang terjadi antar kiai di Mlangi. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologi terutama berkaitan dengan interaksi sosial antar kiai di Mlangi dalam rentang waktu 1957-2020. Teori yang digunakan adalah teori konflik. Penelitian ini dilakukan dengan metode sejarah yang mencangkup tahap heuristik atas pengumpulan sumber primer maupun sumber sekunder, tahap verifikasi dengan menguji kesesuaian data sejarah dengan topik penelitian (konflik antar kiai). Setelah itu dilakukan tahap interpretasi terhadap sumber tekstual untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan kiai, interaksi sosial antar kiai dan konflik sosial antar kiai. Selanjutnya dilakukan penyusunan data sejarah secara sistematis, kronologis dan periodik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, hubungan sosial antar kelompok kiai di Mlangi (1957-1990) tidak harmonis dikarenakan memiliki perbedaan status sosial maupun pandangan terhadap nilai budaya yang berbeda, kedua, akibat hubungan sosial yang tidak harmonis tersebut muncul konflik sosial antar kiai (1990-2020) sehingga berdampak dalam aspek kehidupan masyarakat karena kiai menjadi panutan masyarakat Mlangi, ketiga, munculnya konflik antar kiai di Mlangi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor utama dan faktor pendukung, faktor utama adalah perbedaan kepentingan serta didukung oleh faktor lain yaitu perbedaan status sosial serta adanya perubahan sosial. %Z Pembimbing: Dr. Imam Muhsin, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sekha Nuruly, NIM: 15120083 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:40929 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kiai, pemikiran dan perjuangan, keagamaan, sosial, budaya %P 126 %T K.H. SALIMI MAMBA’UL ULUM: PEMIKIRAN DAN PERJUANGANNYA DIBIDANG KEAGAMAAN, SOSIAL DAN BUDAYA TAHUN 1972-2018 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40929/ %X K.H. Salimi Mamba’ul Ulum dilahirkan dari keluarga bangsawan agamis, ia merupakan putra dari seorang Raden Mataram Islam yaitu Raden Mamba’ul Ulum. Perjuangan dalam berdakwahnya dengan mendirikan pondok pesantren As-Salimiyyah Cambahan Sleman. Tokoh ini menjadi pilihan peneliti karena memiliki keunikan dengan tidak memperkenankan santrinya untuk bersekolah formal ditingkat SMA/sederajat dan jenjang selanjutnya atau umumnya disebut sebagai Nyantri Salaf. Pemikiran dan perjuangannya selama menjadi pengasuh pondok pesantren As-Salimiyyah melahirkan pemikiran dalam bidang keagamaan, sosial dan budaya serta perjuangannya di dalam bidang keagamaan, sosial dan budaya terhadap pendidikan salaf tradisional pondok pesantren As-Salimiyyah Penelitian ini menggunakan pendekatan biografi. Pendekatan biografi yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang, lingkungan sosial, kultural, tempat tokoh tersebut lahir dan tumbuh dewasa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah “teori behavioral” yang dikemukakan oleh Robert Berkhofer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi empat tahapan. Tahapan pertama yaitu heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Langkah yang kedua adalah kritik, yaitu kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah jelas. Selanjutnya adalah interpretasi yakni menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis. Tahap terakhir historiografi yaitu proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran yang dihasilkan oleh tokoh K.H. Salimi Mamba’ul Ulum merupakan wujud dari apa yang dilakukan semasa hidupnya. Pemikiran yang dilahirkan K.H. Salimi dalam bidang keagamaan, sosial dan budaya berbanding lurus dengan perjuangannya dalam mendirikan pondok pesantren, mengadakan lembaga pengabdian masyarakat, Safari Ramdhan dan Taman Pendidikan Anak As-Salimiyyah. Demikian dari hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa K.H. Salimi Mamba’ul Ulum telah berhasil dalam mewujudkan pemikiran dan perjuangannya dibidang keagamaan, sosial dan budaya. %Z Dra. Soraya Adnani., M.Si %0 Thesis %9 Masters %A Septian Fatianda, NIM.: 21201021020 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:64834 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ulama, Barat Selatan Aceh, DI/TII, Nasionalisme %P 188 %T ULAMA DAN GERAKAN NASIONALISME DI WILAYAH BARAT SELATAN ACEH, 1945-1972 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64834/ %X Aceh is already very familiar with framing as a region that is rebellious and anti against the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI). This assumption is not without reason because after the era of Indonesian independence, in 1953 Aceh with the figure of Teungku Muhammad Daud Beureueh launched a Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) rebellion which had the aim of establishing Darul Islam in Aceh. The notion that "Aceh is anti-NKRI", which has already become a national public consumption, when viewed from historical facts is not entirely true. Because in the South West region of Aceh, there were scholars who had great influence choosing to reject DI/TII in Aceh and pro-Soekarno and the Unitary State of the Republic of Indonesia. These scholars are Sheikh Muda Waly al-Khalidy in South Aceh, and Habib Muda Seunagan in West Aceh/Nagan Raya. This study aims to explain how the form of rejection by Aceh's Southwest Ulama towards the DI/TII movement; and why these clerics chose to be pro towards President Soekarno and rejected all forms of ideology that wanted to separate Aceh from the Unitary State of the Republic of Indonesia. This thesis research uses the historical method which consists of four stages, namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiographical processes. Furthermore, this study uses a socio-political approach and is assisted by Max Webber's charismatic leadership theory. The results obtained from the research show that two major Islamic scholars in South West Aceh reject the influence and movement of DI/TII in their area because the movement is considered a bughah and unlawful act because it opposes the legitimate government. To stem and defend their territory from the threat of this DI/TII group, Sheikh Muda Waly and Habib Muda Seunagan formed a special force called the Village Fence Organization (OPD) and the Peudeng Panyang Troops which in history resulted in civil war between Muslims in Aceh. Furthermore, the reason underlying the Ulama in the South West rejected the DI/TII movement and chose to be pro NKRI was because Soekarno at that time was seen as having the status of Ulil amri dharuri bi asy-syaukah. Apart from that, the condition of ethnic diversity and the strong influence of Sufism made the clerics and people in the South West region choose to be more nationalist than the clerics and people in the North East region of Aceh who often rebelled against the Unitary State of the Republic of Indonesia. %Z Pembimbing: Dr. Syamsul Arifin, M. Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Septiana Dewi Setyaningtyas, NIM. 98122184 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:53050 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Shalawat Kinanthi, Desa Ngampildento Kecamatan Salaman %P 73 %T SHALAWAT KINANTHI DI DESA NGAMPELDENTO KECAMATAN SALAMAN KABUPAfEN MAGELANG TAHUN 1987-2004 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53050/ %X 1. Shalawat Kinanthi merupakan · kesenian bemuansa Islam yang tidak diketahui secara pasti asal usul dan penciptanya. Kesenian tersebut ada sebagai warisan nenek moyang yang dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat di Ngampeldento, Salaman, Magelang. Namun menurut beberapa tokoh kesenian dan masyarakat setempat, keberadaan shalawat Kinanthi ada sejak tahun 1950-an yang merupakan gubahan dari shalawat Pitutur, pertama kali muncul di samping untuk beribadah juga bertujuan untuk berdakwah. Sekitar tahun 1987 shalawat Kinanthi diaktifkan kembali oleh Tayuh Sulistyono setelah mengalami kevakuman cukup lama sebagai wujud untuk pelestarian kesenian tradisional, dan masih eksis sampai sekarang. 2. Struktur shalawat Kinanthi dalam penyajiannya menggunakan instrumen pokok yakni rebana (terbang). Para pemainnya adalah laki-laki semua dan beragama Islam. Kostum yang digunakan sangat sederhana. Shalawat Kinanthi dilaksanakan pada malam hari, biasanya dipentaskan dalam rangka hari-hari besar Islam dan malam 17 Agustus untuk memeriahkan hari kemerdekaan RI. Disamping itu juga dipentaskan di dalam rumah untuk acara keluarga seperti pemikahan, khitanan dan lain sebagainya.3. Pengaruh shalawat Kinanthi terhadap masyarakat Ngampeldento yaitu: a. Aspek Ekonomi, Seni shalawat Kinanthi di desa Ngampeldento dijadikan sebagai sarana hiburan dan dibentuk tidak untuk mencari uang namun, dari segi lain berpengaruh bagi masyarakat walaupun memang tidak secara langsung. Dalam setiap pementasan kesenian tersebut memberikan konstribusi bagi masyarakat,yakni sebagian penduduk memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdagang dengan mendirikan kios-kios dadakan (darurat) di sekitar pertunjukan dengan menjajakan makanan, minuman, mainan dan lain sebagainya. Dengan demukian, mereka akan mendapatkan keuntungan atau laba yang bisa menambah pendapatan (penghasilan) selain dari hasil panen. b. Aspek Sosial Budaya, dimana dalam kesenian ini merupakan wadah terjadinya proses sosialisasi dan internalisasi, sehingga antara pemain dan masyarakat terjalin hubungan yang sangat erat. Dari sini terlihat di waktu berkumpul saat pentas dan dalam kehidupan sehari-hari, mereka hidup saling gotong royong, menambah persahabatan dan persaudaraan. Di samping itu juga bisa memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat sekitar. c. Aspek Agama, dimana dalam kesenian ini dijadikan sebagai sarana untuk mencapai pertanggungjawaban kepada Tuhan. Ini bisa dilihat dari semakin bertambahnya jumlah anggota shalawat Kinanthi dan masyarakat yang mulai aktif menjalankan ibadah shalat, ikut pengajian dan pemahaman mereka pada ajaran agama mulai bertambah baik. %Z Pembimbing : Drs. Badrun, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Shobihatul Badi’ah, NIM.: 1810101020044 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:64747 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kuota Haji, Penyelenggaraan Haji, SISKOHAT %P 189 %T KEBIJAKAN PENDISTRIBUSIAN KUOTA HAJI DI INDONESIA TAHUN 1950-1971 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64747/ %X Pemberangkatan ibadah haji tahun 1950 diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya. Kuota haji didistribusikan untuk 10.000 jamaah haji. Transportasi dan devisa yang terbatas, serta adanya pembatasan dari pemerintah Arab Saudi karena minimnya pemondokan di sana. Hal tersebut membuat pemerintah Indonesia untuk membatasi jamaah haji yang akan diberangkatkan ke tanah suci. Kuota haji yang didistribusikan oleh Kementerian Agama tidak pasti setiap tahunnya, terkadang meningkat ataupun menurun. Ketidakpastian tersebut membuat Kementerian Agama menyesuaikan jumlah kuota haji yang akan didistribusikan setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dan dampak dari kebijakan pendistribusian kuota haji dari tahun 1950-1971 M. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana munculnya kebijakan pendistribusian kuota haji di Indonesia, mengapa kebijakan pendistribusian kuota haji tahun 1950-1971 berbeda, dan apa faktor serta dampak dari kebijakan pendistribusian Kuota Haji tahun 1950-1971. Teori kebijakan oleh Richard Titmuss digunakan sebagai alat analisis, sedangkan pendekatan politik dan ekonomi untuk menggambarkan kondisi politik dan ekonomi Indonesia selama tahun penelitian. Metode sejarah digunakan dalam penelitian ini tahapannya adalah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menyimpulkan ketidakstabilan pendistribusian kuota haji setiap tahunnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni ekonomi, politik, transportasi, dan minat berhaji. Sedangkan dampak dari kebijakan pendistribusian haji adalah jamaah haji harus menunggu waktu yang cukup lama, jamaah haji Indonesia menjadi jamaah haji yang paling tertib di seluruh dunia. Kebijakan antara Orde Lama dan Baru berbeda satu sama lain. Pada Orde Lama kuota haji diterapkan, namun di Orde Baru kebijakan tersebut dihapuskan. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Shofa Fakhiroh, NIM.: 16120077 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:42881 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K K.H. Yahya Arief; pendidikan Islam; Madrasah Mu'awanatul Muslimin %P 109 %T DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM DI KUDUS ABAD XX : STUDI MADRASAH MU’AWANATUL MUSLIMIN DAN MADRASAH QUDSIYYAH TAHUN 1919-1990 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42881/ %X Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang muncul pada abad XX. Madrasah muncul karena adanya pemgaruh pembaruan Islam di Timur Tengah serta adanya pergerakan nasional di Indonesia. madrasah muncul di Kudus sebagai lembaga formal mulai tahun 1919 yaitu Madrasah Qudsiyyah. Sebelumnya juga muncul madrasah berbasis nonformal yaitu Madrasah Mu’awanatul Muslimin pada tahun 1818. Kedua madrasahg ini mempunyai andil besar dalam pendidikan Islam di Kudus salah satunya yaitu pemertaan pendidikan bagi warga muslim Kudus yang belum mendapat akses pendidikan. Dalam kenyataannya, kedua madrasah ini mengalami dinamika serta tantangan dan rintangan pada Abad XX. Namun kedua madrsah ini tetap dapat mempertahankan kekhasan sistemnya ditemgah asrus pada saat itu. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi. Landasan teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parson. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang merupakan proses pengumpulan data kemudian menganalisis secara kritis, dan menafsirkan suatu gejala peristiwa yang terjadi di masa lampau. Dalam penelitian ini dilaksanakan beberapa tahap yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendirian Madrasah Mu’awanatul Muslimin dan Madrasah Qudsiyyah diilhami oleh adanya pendidikan yang belum merata bagi masyarakat Kudus pada Abad XX serta pengembanganan dari model pendidikan Islam yang berupa pondok pesantren. Dalam sejarahnya, kedua madrasah ini mengalami tantangan dan rintangan yang cukup sulit pada masa penjajahan baik Belanda maupun Jepang. Namun kedua madrasah ini dapat terus mempertahankan eksistensinya. Hal ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya adanya dukungan dari masyarakat sekitar dan tokoh agama, mempertahankan kurikulum khas masing-masing dan adanya peranan dari alumni. %Z Pembimbing: Dr. Syamsul Arifin, S. Ag., M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sholekah Fridausiyah, NIM.: 17101020072 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:48146 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kepribadian, Kepemimpinan, Kebijakan %P 82 %T KEPEMIMPINAN LUKMAN HARUN DI ORGANISASI MUHAMMADIYAH (1985-1990 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48146/ %X Lukman Harun merupakan Wakil Ketua Pusat Pimpinan Muhammadiyah periode 1985 hingga tahun 1990 yang membidangi politik, ekonomi, sosial. Organisasi Muhammadiyah pada masa kepemimpinannya ikut terlibat dalam politik praktis dalam artian keterlibatan dalam pemilihan umum dan perwakilan di lembaga legislatif. karena usianya yang lebih tua dari usia Republik Indonesia maka organisasi tersebut selalu terlibat di pentas politik kebangsaan nasional dikarenakan keaktifan para pimpinan elitenya yang menjalankan dengan tujuan amar ma‟ruf nahi mungkar. Lukman Harun juga aktif membantu dalam menghadapi krisis ekonomi kemiskinan yang melanda pada saat itu. Adapun berbagai pemikiran telah ia curahkan guna kemajuan organisasi tersebut. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena keteguhan dan kegigihan Lukman Harun secara konsisten dalam memajukan Organisasi Muhammadiyah. Adapun rumusan masalah yang dapat peneliti uraikan adalah sebagai berikut Bagaimana riwayat hidup Lukman Harun, Apa saja kepemimpinan Lukman Harun di Organisasi Muhammadiyah secara struktural dan secara non struktural. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan biografi. Pendekatan tersebut digunakan untuk melihat latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan politik, sosial, aktifitas, dan peran Lukman Harun di Muhammadiyah. Konsep yang digunakan dalam penelitian berupa konsep kebijakan menurut Woll ialah sejumlah aktivitas untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Adapun metode yang digunakan ialah metode heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Muhammadiyah pada masa kepemimpinan Lukman Harun mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengembangkan organisasi tersebut. Muhammadiyah aktif dalam menghadapi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila di mana menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas berorganisasi. Muhammadiyah juga ikut terlibat aktif dalam Rancangan Undang-Undang Pendidikan dan Rancangan Undang-Undang Peradilan Agama. Organisasi tersebut juga terlibat aktif dalam bidang ekonomi untuk kesejahteraan umat dengan mendirikan Bank Perkreditan Rakyat dan menyelenggarakan silaturahmi antara pengusaha pribumi dan non pribum. Adapun pemikiran Lukman Harun meliputi kerukunan umat beragama dan manajemen keormasan yang terdiri dari penggajian, bidang informasi, dan kaderisasi. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Muhammad.Abdul Karim, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sholikodin Zuhri, NIM. 00120010 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52530 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Islam Liberal di Indonesia %P 144 %T RESPONS ISLAM LITERAL TERHADAP PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA (1990-2003) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52530/ %X Islam Liberal merupakan suatu pemikiran Islam yang dikembangkan oleh para intelektual Muslim Indonesia yang bercorak liberalis yaitu suatu bentuk upaya dalam memudahkan membuat pengkategorian bahwa ada sekelompok intelektual Muslim yang berusaha mengembangkan gagasan keislaman yang bersifat toleran, terbuka, dan progresif dalam merespon isu-isu global. Kehadiran Islam Liberal tidak bisa dilepaskan dari adanya hambatan-hambatan dari umat Islam sendiri baik dari yang sifatnya internal maupun hambatan ekstemal. Misalnya halangan psikologis yang ada dalam tubuh umat Islam berupa ketiadaan kebebasan berpikir yang kemudian malahirkan kelemahan umat Islam sehingga tidak mampu mengambil inisiatif-inisiatif dalam perkembangan masyarakat duniawi ini. Dan inisiatif-inisiatif tersebut direbut oleh orang lain, sehingga posisi-posisi strategis di bidang pemikiran dan ide berada di tangan mereka, kemudian Islam dipinggirkan dari padanya. Selanjutnya sikap duAlisme kaum Muslim Indonesia mengenai persoalan antara hubungan antara agama dan negara menjadi persoalan besar bagi umat Islam di Indonesia. Kehadiran Islam Liberal berusaha menyelesaikan sikap dualisme itu dengan memberikan suatu teologi yang menjadi dasar buat negara modem. Teologi ini menyatakan secara tegas adanya pemisahan antara urusan agama dan politik. Islam Liberal menyakini bahwa urusan negara adalah semata-mata urusan duniawi manusia idak ad.a ketentuan atau kewajiban dari ajaran Islam secara spesifik tentang bentuk pemerintahan manusia. Fenomena urnat Islam yang cenderung mensakralkan hal-hal yang bersifat duniawi juga menjadi persoalan utama bagi Islam Liberal. Untuk itu di perlukan suatu liberalisasi. Proses ini menyangkut proses-proses seperti sekularisasi, kebebasan berpikir, kemajuan dan sikap terbuka. Dengan sekularisasi bukan dimaksudkan penerapan sekularisme. Dalam hal ini yang dimaksudkan ialah setiap bentuk 'liberating development', Sikap hirarki nilai umat Islam telah membikinya tidak sanggup mengadak:an responsi yang wajar terhadap perkembangan pemikiran yang ada di dunia dewasa ini. Dengan sekularisasi dimak:sudkan untuk menduniawikan nilai-nilai yang seharusnya duniawi, dan melepaskan umat Islam dari kecendrungan untuk mengukhrowikanya. Lahimya Islam Liberal diilhami juga oleh rasa galau menyaksikan maraknya apa yang mereka sebut dengan gerakan "Muslim Radikal", yaitu sekelompok aktivis Muslim yang gencar mempromosikan penegakan syari' at Islam dalam setiap aspek kehidupan. Gejala yang menunjukkan perkembangan itu memang sangat banyak. Munculnya sekelompok militan Islam, tindakan pengerusakan gereja dan lain-lain. Selain itu Islam Liberal juga lahir adanya ketertinggalan umat Islam dalam segala bidang yang berakibat terampasnya kemajuan-kemajuan yang dilahirkan perkembangan zaman. %Z Pembimbing : Drs. Sujadi, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Sidik Setiawan, NIM: 11120020 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32432 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Islam, Tionghoa, PITI, Assimilation %P 65 %T PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) YOGYAKARTA, 1998-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32432/ %X Tionghoa Muslims as a minority entity in Indonesia in general and Yogyakarta in particular is interesting to study. This thesis is trying to explain the Tionghoa Muslim community previously known as Persatuan Islam Tionghoa (PITI) from 1998 until 2000 and also PITI Dakwah Strategy. PITI which recognizes as a social-religion organization had turned into significance organization during the Reformasi in Indonesia. The New Order ruled by Soeharto had policies on races, religion and cultural practices, which considered to remove the segregation platform among the society in Indonesia. The policy was then recognized as integration and assimilation policy. In the other hand, the policy proposed by the ruler was not well accepted by Tionghoa in general, tend to be a discrimination and prohibition policy. Meanwhile, In Yogyakarta PITI was established in 1970, the idea was to unite Muslims and also to do Dakwah (preaching) within Tionghoa Muslim community. This research finds that Tionghoa Muslim conducted Dakwah among the Tionghoa community in several ways, through Pengajian, building mosques, and pilgrimage to Mecca. In addition into that, to emphasize and strenghthen PITI and its members, PITI also conduct counseling program for a new Tionghoa convert to Islam. The members of PITI blended with local Muslims and built a bridging-culture in between. To do so, the Islamization which carried by PITI accepted with ease either by local Muslims or non-Muslim Chinese community. The coexistence between PITI with the other communities in Indonesia and Dakwah in peaceful way, has brought impact on gaining its members to convert to Islam also gives trust from local people. This research uses historical approach to analyze PITI development in Yogyakarta from 1998 until 2000. He is known as a figure who also supported Chinese in general. This paper would be presented in chapters and focused its discussion to explain the relation between PITI and local people in Yogyakarta using structural-functional theory. The writer limits this paper from 1998 until 2000 due to it is 2 years after the Reformation and in the early phase of Abdurrahman Wahid (Gus Dur) era as a president. %Z Dr. Sujadi M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sidik Setiawan, NIM: 11120020 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:33082 %I UIN Sunan Kalijaga %K Islam, Tionghoa, PITI, Assimilation %P 65 %T PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) YOGYAKARTA, 1998-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33082/ %X Tionghoa Muslims as a minority entity in Indonesia in general and Yogyakarta in particular is interesting to study. This thesis is trying to explain the Tionghoa Muslim community previously known as Persatuan Islam Tionghoa (PITI) from 1998 until 2000 and also PITI Dakwah Strategy. PITI which recognizes as a social-religion organization had turned into significance organization during the Reformasi in Indonesia. The New Order ruled by Soeharto had policies on races, religion and cultural practices, which considered to remove the segregation platform among the society in Indonesia. The policy was then recognized as integration and assimilation policy. In the other hand, the policy proposed by the ruler was not well accepted by Tionghoa in general, tend to be a discrimination and prohibition policy. Meanwhile, In Yogyakarta PITI was established in 1970, the idea was to unite Muslims and also to do Dakwah (preaching) within Tionghoa Muslim community. This research finds that Tionghoa Muslim conducted Dakwah among the Tionghoa community in several ways, through Pengajian, building mosques, and pilgrimage to Mecca. In addition into that, to emphasize and strenghthen PITI and its members, PITI also conduct counseling program for a new Tionghoa convert to Islam. The members of PITI blended with local Muslims and built a bridging-culture in between. To do so, the Islamization which carried by PITI accepted with ease either by local Muslims or non-Muslim Chinese community. The coexistence between PITI with the other communities in Indonesia and Dakwah in peaceful way, has brought impact on gaining its members to convert to Islam also gives trust from local people. This research uses historical approach to analyze PITI development in Yogyakarta from 1998 until 2000. He is known as a figure who also supported Chinese in general. This paper would be presented in chapters and focused its discussion to explain the relation between PITI and local people in Yogyakarta using structural-functional theory. The writer limits this paper from 1998 until 2000 due to it is 2 years after the Reformation and in the early phase of Abdurrahman Wahid (Gus Dur) era as a president. Keywords: Islam, Tionghoa, PITI, Assimilation %Z Dr. Sujadi, MA %0 Thesis %9 Skripsi %A Sidik Setiawan, NIM: 11120020 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32506 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Islam, Tionghoa, PITI, Assimilation %P 65 %T PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) YOGYAKARTA,1998-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32506/ %X Tionghoa Muslims as a minority entity in Indonesia in general and Yogyakarta in particular is interesting to study. This thesis is trying to explain the Tionghoa Muslim community previously known as Persatuan Islam Tionghoa (PITI) from 1998 until 2000 and also PITI Dakwah Strategy. PITI which recognizes as a social-religion organization had turned into significance organization during the Reformasi in Indonesia. The New Order ruled by Soeharto had policies on races, religion and cultural practices, which considered to remove the segregation platform among the society in Indonesia. The policy was then recognized as integration and assimilation policy. In the other hand, the policy proposed by the ruler was not well accepted by Tionghoa in general, tend to be a discrimination and prohibition policy. Meanwhile, In Yogyakarta PITI was established in 1970, the idea was to unite Muslims and also to do Dakwah (preaching) within Tionghoa Muslim community. This research finds that Tionghoa Muslim conducted Dakwah among the Tionghoa community in several ways, through Pengajian, building mosques, and pilgrimage to Mecca. In addition into that, to emphasize and strenghthen PITI and its members, PITI also conduct counseling program for a new Tionghoa convert to Islam. The members of PITI blended with local Muslims and built a bridging-culture in between. To do so, the Islamization which carried by PITI accepted with ease either by local Muslims or non-Muslim Chinese community. The coexistence between PITI with the other communities in Indonesia and Dakwah in peaceful way, has brought impact on gaining its members to convert to Islam also gives trust from local people. This research uses historical approach to analyze PITI development in Yogyakarta from 1998 until 2000. He is known as a figure who also supported Chinese in general. This paper would be presented in chapters and focused its discussion to explain the relation between PITI and local people in Yogyakarta using structural-functional theory. The writer limits this paper from 1998 until 2000 due to it is 2 years after the Reformation and in the early phase of Abdurrahman Wahid (Gus Dur) era as a president. %Z Dr. Sijadi, MA. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sigit Wicaksono, NIM. 99122347 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52898 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Majelis Ta'lim Minhajul Karoomah, Masyarakat Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, %P 111 %T MAJELIS TA'LIM MINHAJUL KAROOMAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT DESA WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA 1995-2002 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52898/ %X Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab terdahulu, dan sebagai akhir dari pembahasan skripsi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Keadaan masyarakat Desa Wedomartani sebelum adanya Majelis Ta'lim Minhajul Karoomah merupakan desa yang masih rawan terhadap segala hal, praktek-praktek syirik, tindakan amoral seperti, mabuk, judi, dan banyak setiap harinya warga yang kerasukan roh-roh makhluk halus. Ini semua akibat dari masih minimnya pengetahuan keagamaan yang dimiliki oleh masyarakat Wedomartani . Pendirian Majelis Ta'lim Minhajul Karoomah yang dipelopori oleh K.H. Achmad Dana memang sangat diharapkan oleh masyarakat Wedomartani guna memperbaiki dan meluruskan keadaan masyarakat sebagaimana tersebut di atas. Sehingga tingkah laku dan pola pikir mereka sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist. Perkembangan pesat Majelis terjadi pada tahun 1997-1999 dan 2000-2002. Indikasi tersebut ditandai dengan banyaknya jumlah jama'ah/santri yang bergabung untuk mengikuti pengajian di Majelis ini. Di samping bergerak dalam bidang sosial keagamaan, yang meliputi pengajian mingguan, pengajian selapanan, dan mujahadah, pada tahun 1997 Majelis tersebut juga bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan dan bidang sosial budaya. Dalam bidang sosial kemasyarakatan aktivitas yang dilakukan Majelis adalah mengadakan penyembuhan/pengobatan secara Islami. Adapun dalam bidang sosial budaya aktivitas yang dilakukan Majelis adalah berusaha meluruskan budaya atau adat yang melenceng dari ajaran-ajaran Islam. Segala aktivitas yang dilakukan oleh Majelis Ta'lim Minhajul Karoomah tersebut temyata membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Wedomartani, dalam berbagai aspek kehidupan yaitu bidang sosial keagamaan antara lain, masyarakat Wedomartani mulai ada peningkatan kesadaran dalam menjalankan ibadah baik itu ibadah sunnah maupun ibadah wajib, adanya kesadaran dari warga untuk pergi ke masjid guna sholat berjam'ah, serta semakin semaraknya berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Wedomartani seperti, pengajian, mujahadah, sholawatan dan lain-lain. Dalam bidang sosial kemasyarakatan yaitu dengan adanya pengobatan/penyembuhan yang dilakukan oleh Majelis secara gratis maka sedikit meringankan dan membantu beban masyarakat masalah kesehatan, baik itu kesehatan fisik maupun non fisik dan juga keuangan. Adapun dalam bidang sosial budaya yaitu masyarakat sedikit demi sedikit mulai meninggalkan adat atau budaya yang dilarang oleh Agama Islam. %Z Pembimbing : Imam Muhsin, S.A g., M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Aisyah, NIM.: 17101020045 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:48123 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan, Politik, Dan Kekuasaan. %P 102 %T KEBIJAKAN POLITIK HAJJAJ BIN YUSUF AL-TSAQAFI DI IRAK PADA MASA DINASTI UMAYYAH DI SYIRIA TAHUN 75-95 H/694-714 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48123/ %X Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi merupakan seorang panglima sekaligus gubernur pada masa Dinasti Umayyah (pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dan al-Walid bin Abdul Malik). Dikenal sebagai seorang yang kejam dan otoriter, pada tahun 75 H/964 M Hajjaj bin Yusuf dikirim Abdul Malik ke Irak untuk mengambil alih kepemimpinan menjadi gubernur. Sejak Hajjaj memerintah sebagai gubernur, seluruh penduduk Irak yang terkenal dengan golongan oposisinya tunduk dan situasi tersebut bertahan selama kurang lebih dua dekade atau dua puluh tahun masa kepemimpinannya. Dalam kurun waktu dua dekade, berbagai kebijakan yang dikeluarkan dan diterapkan Hajjaj lebih condong pada kebijakan politik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membahas serta menganalisis mengenai bentuk-bentuk kebijakan politik yang dikeluarkan Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi di Irak serta pengaruhnya terhadap masyarakat, negara, maupun Dinasti Umayyah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka atau library research. Penulis menggunakan pendekatan politik guna menganalisis permasalahan dan diperkuat dengan teori kebijakan politik yang dikemukakan oleh James E. Anderson. Penulis menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan, yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik data), interpretasi (menganalisa data), dan yang terakhir yaitu historiografi (penulisan sejarah). Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilah Hajjaj bin Yusuf dalam memimpin masyarakat dan negeri Irak, yaitu melalui kebijakan-kebijakan politik yang dikeluarkan dan ditetapkannya. Kebijakan-kebijakan Hajjaj bin Yusuf di Irak digolongkan pada dua periode pemerintahan Dinasti Umayyah (Abdul Malik bin Marwan (65-85 H/685-705 M) dan al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M) di antaranya, yaitu 1) pasifikasi negeri Irak; 2) reka cipta koin Irak; 3) pengaturan kharj (pajak tanah) dan jizyah (pajak negara); 4) pengolahan lahan dan pertanian; 5) pembangunan kota Wasith; dan 6) ekspansi wilayah kekuasaan I dan II. Kebijakan-kebijakan tersebut memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat yang lebih aman dan tentram serta sejahtera, dan juga meminimalisir segala bentuk oposisi yang mengancam negeri maupun pemerintahan pusat (Dinasti Umayyah). Adapun pengaruh negatif dari kebijakan Hajjaj yaitu banyak memakan korban jiwa akibat dari sering terjadinya peperangan, masyarakat menjadi tertekan, dan yang sangat fatal adalah salah satu dari kebijakannya merupakan salah satu faktor penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah dikemudian hari. %Z Pembimbing: Herawati, S.Ag., M. Pd. %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Aminah, NIM. 00120040 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52546 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran Sosial Dan Politik, Perempuan Arab, Masa Nabi Muhammad SAW %P 95 %T PERAN SOSIAL DAN POLITIK PEREMPUAN ARAB MASA NABI MUHAMMAD SA W ( 610 M - 632 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52546/ %X Kondisi perempuan Arab pada masa awal Islam sangat memprihatinkan. Hal ini dikarenakan masyarakat Arab pada saat itu belum mengenal adanya nonna-norma huhtm yang dapat membawa mereka ke jalan yang lurus. Selain itu kondisi geografis yang kurang bersahabat, menUlltut mereka untuk mempertahankan kehidupan dengan cara yang tidak baik (merampok, berperang dan sebagainya). Hal ini mnumnya terjadi pada masyarakat desa (Badui), seh:ingga kekuatan fisik amat diutamakan. Kaum laki-laki yang memiliki fisik yang lebih kuat dari fi.sik kaum perempuan sangat diagm1gkan, seli:ingga kaum perempuan amat dih:inakan. Sudah menjadi suatu kebiasaan bal1wa bangsa Arab merasa bangga apabila memiliki banyak anak laki-laki, dan merasa hina apabila memiliki anak perempuan, sehingga terjadilah pembUlluhan terhadap bayi-bayi perempuan. Setelah bangsa Arab memeluk agama Islam, kondisi yang demikian menghinakan telah bembah menjadi kondisi yang patut di banggakan. Kaum perempuan dihormati dan dibanggakan, antara laki-laki dan perempuan saling melindungi dan menghonnati baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena mereka telah memiliki peraturan-peraturan (Hukum) kehidupan dalam agama yRng sempurna dan atas bimbingan seorang Rasul yang mulia. Kaum perempuan pada waktu itu dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang positif, yang dapat membangun kepribadian mereka sebagai makhluk yang sempurna. Perempuan Arab yang hidup di bawah naw1gan agama Islam dapat berperan aktif dan positif dalam wilayah domestik dan publik. Mereka dapat melakuka.11 aktivitas-aktivitas sosial dan politik secara maksimal dengan dasar, tujuan dan motivasi yang baik. Melalui peranan itulah mereka dapat mengaktualisasika.11 potensi yang dimilikinya sehingga mereka mendapatka.11 kedudukan yang layak. Melalui peranan itu juga perempuan Arab dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap masyarakatnya. %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Datiyah, NIM: 14510026 %B Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam %D 2019 %F digilib:38379 %I UIN Sunan Kalijaga %K Insan Kamil, al-Jilli, Manusia masa kini (modern) %P 102 %T KONSEP INSAN KAMIL MENURUT ABDUL KARIM AL-JILLI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38379/ %X ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang konsep insan kamil menurut Abdul Karim al-Jilli dan relevansinya dengankehidupan masa kini (modern). Kajian ini dilatarbelakangi dengan adanya problem krisis spiritual yang melanda manusia modern dan perkembanagan zaman semakin maju. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menjawab persoalan diatas, bagaimana al-Jilli menggagas konsep insan kamil dengan perspektif tasawufnya dan bagaimana relevansinya dengan kehidupan pada manusia masa kini? Jenis penelitian ini adalah library research, data primernya yaitu karya al-Jilli yang berjudul Insan Kamil fi Ma‟rifat al-Uwakhir wa al-Uwail. Sedangkan data sekundernya yaitu beberapa literatur yang membahas tentang al-Jilli dan hubungannya dengan kehidupan masa kini. Untuk menganalisis data tersebut, peneliti menggunakan teori interpretasi dan menggunakan pendekatan deskriptif-analisis. Insan kamil dalam pandangan al-Jilli yaitu manusia mampu mencerminkan nama-nama, sifat-sifat, dan inti (dzat)-Nya melalui citra Nabi Muhammad. Di alam semesta ini hanya ada satu insan kamil (Nabi Muhammad), namun manusia biasa bisa mennggapai insan kamil dengan meniscayakan bahwa manusia adalah makhluk yang diabadikan Tuhan. Insan kamil muncul pada setiap zaman, menyesuaikan perkembangan zaman. Dan insan kamil merupakan hakikat dari segala sesuatu yang ada. Sehingga, dalam hal ini manusia dipandang sebagai khlifah di muka bumi, karena dalam diri khalifah merupakan kekasih Allah dan para insan yang dikasihi-Nya. Sebagai kedudukan mansuia sebagai khalifah dimuka bumi ini tidak dilkasanakan sebagai mestinya, disebabkan kartena munculnya manusia modern, manusia modern ditandai dengan adanya Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) menyebabkan manusia lupa dengan sang pencipta dan menimbulkan spiritual manusia menurun bahkan berkurang. Krisis spiritual manusia ditandai adanya rasa kecemasan, keresahan, kegelisahan, keterasingan (anomali) pada diri manusia, dan kehilangan eksistensi dalam jati dirinya. Menanggulangi krisis spiritual tersebut al-Jilli menawarkan konsepnya yaitu menempuh dengan jalan tajalli dan taraqqi, serta mengasah daya rohani yaitu: Hati, akal, estimasi (wahm), meditasi, pikiran, fantasi, jiwa. Tujuh daya rohani tersebut harus dilatih dan dilakukan secara terus menerus (istiqomah) supaya jiwa dan raga bersih dan suci dari segala akhlak tercela. Hal itu, berlaku bagi semua orang, agar dapat mengaktulisasikan hingga manusia itu mampu menembus hakikat Nabi Muhammad, karena jasad Nabi Muhammad dapat merasuki jasad manusia siapapun. Dengan demikian, konsep insan kamil al-Jilli sangat relevan dengan problem kehidupan pada manusia masa kini (modern). %Z Drs. Abdul Basir Solisa, M.Ag., %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Fatimah, NIM. 99122417 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52860 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Padepokan Astana Jingga, Gunung Lanang, Sindutan Kulon Progo %P 90 %T PENGARUH DIMENSI MITOS PADEPOKAN ASTANA JINGGA GUNUNG LANANG TERHADAP MASYARAKAT ISLAM DI DESA SINDUTAN KULON PROGO 1986-2004 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52860/ %X Berkembangnya mito's di desa Sindutan tidak bisa terlepas dari sejarah berdirinya Padepokan Astana Jingga Gunung Lanang di sana. Mitos muncul karena masyarakat desa Sindutan merupakan komunitas yang menyatu dengan alam sebagai bahan pembangun mitos. Masyarakat Sindutan juga masih berpegang pada filsafat hidup yang religius dan mistis, sehingga timbul pemikiran irrasional yang disebut mitos. Dalam ha ini masyarakat memang belum terbiasa untuk berfikir abstrak, sehingga segala ide diungkapkan dalam bentuk simbol yang bersifat konkrit. Di sini telah ditemukan beberapa bentuk mitos, seperti: cerita mitos tentang petilasan Amangkurat I, Guci Antik, Gerabah, Sendang, dan keanehan-keanehan di Gunung Lanang, kemudian tempat itu dikeramatkan. %Z Pembimbing : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum %0 Book Section %A Siti Maimunah, - %B Horizon Ilmu-Ilmu Budaya %C Yogyakarta %D 2023 %F digilib:63580 %I Idea Press %K Modernisme, Malaysia %P 253-274 %T Modernisme Malaysia Pada Abad XX dalam Buku Horison Ilmu-ilmu Budaya %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63580/ %X Modernisme di Malaysia abad XX sebenarnya dapat dirunut dari sejarahnya sudah ada sejak abad XIV dan terus berkembang sampai datangnya para penjajah yang berasal dari Eropa, seperti Portugis, Inggris, dan Belanda. Dengan kebijakan-kebijakan yang mereka terapkan sedikit banyak membawa perubahan bagi Malaysia. Di samping itu kedatangan beberapa etnis lain seperti Cina dan India juga turut mempengaruhi atmosfir di Malaysia. Berkembangnya modernitas yang ada di Malaysia juga dipicu dengan adanya kebijakan-kebijakan penguasa setempat, terutama dalam bidang ekonomi, khususnya adanya kebijakan NEP (New Economic Policy) dan Look East Policy yang menjunjung tinggi Nilai Asia (Asian Value). Dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan agama para pelajar Malaysia banyak yang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar yang terkenal dengan ide-ide modernnya. Persatuan dan kesatuan di Malaysia pun dapat ditumbuhkan dengan saling memahami dan menghormati, sehingga pembangunan dalam segala aspek kehidupan dapat berjalan dengan lancar. %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Majidah, NIM. 00120363 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52630 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Sultan Muhammad Ghuri, India 1173-1206 M %P 85 %T KEPEMIMPINAN SULTAN MUHAMMAD GHURI DI iNDIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52630/ %X Islam datang ke India dibawa oleh orang-orang yang hebat, di antaranya adalah Muhammad bin Qasim, Mahmud Ghaznawi, dan Muhammad Ghuri. Dari beberapa pahlawan tersebut yang telah menghasilkan bentuk pemerintahan Islam secara permanen di India adalah Muhammad Ghuri. Muhammad Ghuri adalah seorang Afghan, memulai penaklukkannya dari tahun 1173-1206 M. penaklukkannya diawali dengan menaklukkan Multan, sebagai pintu gerbang untuk masuk ke India. Walaupun masa pemerintahannya tidak begitu lama, Ghuri mampu meletakkan pondasi awal pemerintahan muslim secara permanen di India. Kerena pemerintahannya yang sebentar tersebut namanya tidak begitu dikenal oleh masyarakat umum terutama masyarakat di Indonesia. Pada dasamya motif dari ekspansinya ke India adalah untuk mendirikan sebuah pemerintahan Islam di Asia Selatan, meskipun pada awalnya hanya sebagai batu loncatan untuk menguasai wilayah Asia Tengah yang pada saat itu dipimpin oleh Khwarizm Shah. Muhammad Ghuri memulai karir kepemimpinannya di India dengan menjadi seorang tentara biasa, yang piawai, tekun, dan tangguh dalam memimpin setiap penaklukkan. Dengan sifat-sifat yang dimilikinya tersebut, ia mampu menguasai India dalam waktu yang relatif singkat. Keberhasilannya tersebut dibantu oleh para panglimanya yang juga memiliki semangat juang yang sama dan beberapa panglimanya tersebut berasal dari para budak yang telah dimerdekakannya dan diberi pendidikan sebagaimana seorang bapak memberikan pendidikan kepada anaknya. Demi keberhasilan dan untuk memperlancar pemerintahan yang dijalankannya, Ghuri mengeluarkan beberapa kebijakan dalam pemerintahan, diantaranya kebijakan dalam bidang politik dan pemerintahan, kebijakan dalam bidang pajak, serta kebijakan dalam bidang ekonomi dan sosial. %Z Pembimbing : Dr. M. Abdul Karim., M.A., M.A %0 Report %9 Project Report %A Siti Maryam, - %C Yogyakarta %D 2022 %F digilib:49192 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Dinasti Mamluk; Peradaban Islam %T Dinasti Mamluk di Mesir Penyelamat Peradaban Islam 1250-1517 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49192/ %X Kemunculan Dinasti Mamluk dalam panggung sejarah Islam merupakan fenomena yang unik. Dinasti Mamluk merupakan Dinasti yang dibangun oleh para budak yang berasal dari berbagai suku dan bangsa tapi mampu membangun satu tatanan oligarki militer di wilayah asing. Para Sultan Mamluk mampu membangun sistem kekuasaan di wilayah Mesir dan Suriah yang sebelumnya dikuasai oleh tantara Salib. Kemudian selama beberapa waktu Dinasti mamluk mampu menahan laju serangan pasukan Mongol. Berkat kegigihan dan kekuatan pasukan Mamluk, Mesir bisa bertahan, dengan segala asset kekayaan intelektualnya, dan selamat dari serangan Mongol yang telah memporak-porandakan Suriah dan Irak. Seandainya Mamluk tidak mampu menahan serangan pasukan Mongol, barangkali tatanan sejarah dan paradaban di Mesir akan berbeda. Dengan keberhasilan pasukan Mamluk menghalau pasukan Mongol, maka kesinambungan budaya dan institusi politik masih berlanjut dan bisa dinikmati hingga masa kini, khususnya di Mesir. Dengan begitu Dinasti Mamluk telah memberikan perlindungan terhadap keberlangsungan peradaban Islam. Dengan kata lain Dinasti Mamluk telah menyelamatkan peradaban Islam dari ancaman kehancuran akibat serangan bangsa Mongol, sebagaimana yang terjadi di Irak. Selama dua setengah abad lebih (1250-1517) Dinasti Mamluk berhasil mempertahankan kawasan yang “paling seksi” di dunia saat itu, memelihara keutuhan daerah, membangun peradabannya, dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan. Ada semacam keanehan di sini: secara umum status Mamluk diasumsikan sebagai kelompok sosial yang tidak berbudaya, haus perang, namun kenyataannya Dinasti Mamluk mampu memberikan apresiasi terhadap pembangunan dalam bidang seni dan arsitektur. Kairo, hingga saat ini masih menjadi tempat primadona bagi umat Islam, khususnya dalam mencari ilmu-ilmu keagamaan Islam, dan bahkan menjadi kiblatnya Pendidikan Islam. %0 Report %9 Project Report %A Siti Maryam, - %C Yogyakarta %D 2022 %F digilib:55382 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Sulaiaman Al Qanuni; Turki Ustmani %T SULAIMAN AL QANUNI PUNCAK KEGEMILANGAN TURKI USMANI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55382/ %X Sultan Sulaiman Al-Qanuni adalah salah seorang pemimpin yang telah mewarnai satu fase kegemilangan peradaban Islam. Penelitian mengenai bagaimana kontribusi kepemimpinanya perlu dilakukan supaya umat manusia, khususnya umat Islam, mampu mengambil inspirasi dari capaian-capaian yang ditorehkan untuk kemudian dipakai guna mengarahkan sejarah masa kini dan yang akan datang. %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Miftahul Lukluil Karimah, NIM: 11120074 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32518 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kamus al-Munawir, Arab, Latin %P 95 %T KAMUS AL-MUNAWWIR ARAB-INDONESIA (Sejarah Penulisan dan Perkembangannya Tahun 1957-2018) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32518/ %X Kamus Al-Munawwir merupakan kamus Arab-Indonesia yang sangat terkenal di kalangan pesantren maupun akademisi yang digunakan sebagai bahan rujukan untuk mempelajari bahasa Arab. Bahkan bukan hanya di Indonesia saja akan tetapi sampai di mancanegara. Kamus ini dianggap sebagai kamus terlengkap Arab-Indonesia karena memiliki tebal 1591 halaman. Sejak edisi kedua diterbitkan pada tahun 1997 telah dicetak sebanyak 22 kali dan dalam setahun bisa terjual hingga 20.000 eksemplar. Kajian ini menarik untuk dibahas mengingat eksistensi kamus Al-Munawwir yang masih digunakan sebagai bahan rujukan hingga saat ini. Selain itu, dalam pekembangannya kamus Al-Munawwir juga mengalami banyak perubahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi. Sementara itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori evolusi. Menurutnya, kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat merupakan dampak atau hasil dari pemakaian atau penggunaan energi dan teknologi yang mereka gunakan dalam kehidupan mereka pada fase-fase perkembangannya. Dengan menggunakan teori ini, penulis mencoba memaparkan perkembangan kamus Al-Munawwir dari masa ke masa. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama, heuristik mengumpulkan sumber data baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Kedua, verifikasi dengan mengkritisi sumber internal dan eksternal. Ketiga, interpretasi yaitu menganalisis sumber yang kemudian dianalisis dan disintesiskan. Keempat, historiografi merupakan pemaparan hasil penelitian yang dilakukan. Selama kurang lebih 15 tahun kamus Al-Munawwir disusun oleh K.H.A. Warson Munawwir dari tahun 1957-1972. Penerbitan kamus dilakukan sebanyak tiga kali. Penerbitan kamus Al-Munawwir pertama kali dicetak pada tahun 1973 masih dengan tulisan tangan hanya sampai huruf dzal dan berisi 500 halaman. Pada edisi ini dicetak atas kerja sama dengan beberapa pihak, yaitu Universitas Islam Yogyakarta dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yang disambut baik oleh Ketua MPR/DPR RI, Menteri Agama, dan Pemerintah Gunung Kidul. Pada tahun 1984, kamus Al-Munawwir diterbitkan secara penuh dengan tebal 1700 halaman. Pembiayaan penerbitan edisi ini dari Kyai Ali atas nama Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren “Al-Munawwir” Krapyak Yogyakarta dan didistribusikan dari tangan ke tangan. Proses panjang penerbitan juga pernah dilakukan di Solo dan Brangkal, Mojokerto, akan tetapi hasilnya belum optimal. Akhirnya, proses penerbitan kamus Al-Munawwir diserahkan kepada Pustaka Progressif pada tahun 1984 setelah ada negoisasi panjang. Pada tahun 1992 kamus Al-Munawwir baru dilakukan pengetikan dengan komputer. Setelah adanya revisi pada edisi kedua, kamus Al-Munawwir mengalami penambahan kata sesu mai dengan perkembangan zaman. Selain itu, di dalam kamus Al-Munawwir juga memuat kosakata-kosakata yang masih belaku dan lazim digunakan. %Z Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Nur Indah, NIM. 99122324 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52918 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K KH Hasan Tholabi, Organisasi Nahdlatul Ulama, Cabang Kulonprogo %P 119 %T PERANAN KH. HASAN THOLABI DALAM MENGEMBANGKAN ORGANISASI NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN CABANG KULONPROGO (1949-1990 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52918/ %X KH. Hasan Tholabi lahir di tengah-tengah keluarga yang agamis dan juga dalam masyarakat yang memegang teguh ajaran agama. Orang tuanya adalah seorang muslim yang taat dan memiliki komitmen keislaman yang kuat. Latar belakang keluarga dan kondisi riil lingkungan masyarakat tempat KH. Hasan Tholabi lahir dan tumbuh dewasa memiliki pengaruh kuat terhadap pembentukan karakter dan kepribadiannya. Pendidikan yang ditempuh KH. Hasan Tholabi dari pesantren ke pesantren telah mengantarkan beliau menjadi orang yang memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi pada syi'ar Islam. Sebagai mengembangkan laju perjalanan sejarah NU ca.bang Kulonprogo, baik ketika NU menjadi organisasi sosial keagamaan maupun ketika NU terlibat dalam politik praktis. Peranannya dalam mengembangkan organisasi antara lain melalui kesekretariatan dan kaderisasi. Usaha ini dimulai dari pendaftaran anggota yang dilanjutkan dengan penertiban administrasi dari tingkat ranti.t1g sampai tingkat cabang. Untuk mempersiapkan kader-kader NU yang mempunyai dedikasi dan tanggung jawab, beliau mengintensifkan pesantren sebagai lahan untuk mencetak kader-kader yang tangguh. seorang ulama beliau memiliki sifat dan kepribadian yang pantas diteladani. Keramahtamahan dan Adapun usahanya dalam mengembangkan jama'ah yaitu melalui bidangkewibawaannya membuat beliau selalu disegani oleh agama. pendidikan serta pemberdayaan ekonomi. Selain membawa misimasyarakat. Sosok sederhana, zuhud dan tawadlu' menjadikan beliau tetap konsisten terhadap peran keulamaannya dan tetap memilih pesautren sebagai lahan perjuangannya. Peran dan perjuangan KH. Hasan Tholabi tidak bisa diabaikan begitu saja. Beliau mempunyai peran yang cukup besar dalam mendirikan dan Ahl al-sunnah wa al-jama 'ah dalam berdakwah, beliau juga dikenal sebagai ulama yang cukup getol dalam melawan ide-ide yang dianggap dapat membahayakan keimanan umat Islam. Dalam bidang pendidikan KH. Hasan Tholabi senantiasa mengedepankan pemikiran-pemikiran yang dinamis konstruktif dengan melihat perkembangan .zaman dan berlandaskan nilai-nilai Islam melalui pendidikan formal maupun non formal. Oleh karena itu selain mendirikan pondok pesantren Al-Qur'an Wates, beliau juga mendirikan SMA Ma'arif Wates. Dalam bidang ekono %Z Pembimbing : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M. Hum., %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Nur Robiah, NIM.99122365 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52866 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kesenian Nazam Tauhid, Girigondo %P 137 %T PENGARUH NILAI KESENIAN NAZAM TAUHID TERHADAP MASYARAKAT GIRIGONDO (1991-2004) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52866/ %X Kesenian na;am taufzid merupakan kesenian yang bemuansa Islam. Kesenian ini muncul pertama kali di Dusun Girigondo berkat jasa dari seorang tokoh agama yaitu Bapak Seri Suryadi. Awal kemunculannya karena melihat kenyataan masyarakat Girigondo yang sudah memeluk agama Islam tetapi dalam kenyataannya masih awam terhadap nilai-nilai keislaman terutama masalah akidah. Adanya kesenian ini disamping untuk beribadah juga bertujuan untuk berdakwah. Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian na;am taufzid adalah sebagai berikut: Nilai agama, yang tampak yaitu nilai aqidah sebagai penegasan makna shadatain, nilai syari 'ah terlihat pada sifat qana 'ah dalam diri masyarakat, sedangkan nilai akhlaq yang terkandung dalam na;am taufzid, menggambarkan sifat-sifat Rasul yang menjadi suri tauladan pengikutnya. Nilai sosial merupakan formulasi konsep agama ke dalam kehidupan sosial atau lebih dipusatkan pada masyarakat. %Z Pembimbing : Drs. Sujadi, MA, %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Nurhalisa, NIM.: 16120050 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:49311 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Islamisasi, Islamofobia, Muslim-friendly %P 101 %T SEJARAH ISLAM DI KOREA SELATAN (2001-2019) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49311/ %X Islam merupakan agama minoritas di Korea Selatan. Islam pertama kali datang ke Korea melalui jalur perdagangan pada abad 9 M. Pada abad 14 M, kerajaan Korea memberlakukan politik isolasi dan mewajibkan seluruh rakyatnya memeluk agama Konghucu. Oleh karena itu, hubungan Islam dan Korea menjadi terputus. Kemudian pada era modern Islam di Korea Selatan berkembang melalui kontribusi tentara Turki dalam Perang Korea. Semenjak itu, Islam perlahan membangun pondasi pusat kegiatan dan organisasi pegerakan Islam. Akan tetapi, pada tahun 2001, terjadi peristiwa World Trade Center yang membawa arus Islamofobia. Fenomena ini menjadi situasi gawat bagi Islam di Korea Selatan. Di Korea Selatan, Islamofobia menjadi patokan bagi masyarakat dalam menilai agama Islam. Islam diartikan sebagai agama yang identik dengan kekerasan dan terorisme. Meskipun demikian, Islam di negeri ginseng ini mengalami perkembangan secara signifikan. Dalam proses perkembangan ini, strategi Muslim-friendly menjadi salah satu faktor pendukung Islam di Korea Selatan. Inti permasalahan penelitian ini adalah pengaruh strategi Muslim-friendly dalam memberikan sudut pandang baru mengenai Islam di tengah masyarakat Korea Selatan. Penelitian ini berfokus pada perkembangan Islam sebagai agama rahmatan lil‘ālamīn dilihat dari perkembangan muslim, dakwah, dan interaksinya dengan masyarakat umum. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan pendekatan ilmu sosial-agama dengan teori fungsionalisme struktural Talcott Parson dalam menjelaskan hubungan agama dan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristis, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah temuan bahwa strategi Muslim-friendly menjadi wadah yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di Korea Selatan paska teristiwa WTC. Wadah ini merepresentasikan upaya pengenalan Islam di Korea Selatan melalui dua arah, yaitu kemudahan akses dakwah Islam dan dukungan pemerintah setempat terhadap wisata halal Korea Selatan. Dakwah di Korea Selatan menggunakan cara yang bersifat holistik, build in Qur’an, dan mengedepankan karakter Islam ramah. Upaya dakwah ini bertujuan untuk menjaga identitas keislaman dan mengikis Islamofobia di tengah masyarakat Korea Selatan. Kemudian dukungan pemerintah melalui aktivitas perkonomian menjadi upaya untuk mempromosikan produk halal kepada masyarakat umum Korea Selatan. Oleh karena itu, Islam di Korea Selatan menunjukan perkembangan yang positif. Meski menjadi minoritas, Islam menjadi agama yang diterima baik oleh masyarakat dan muslim dapat hidup berdampingan dengan masyarakat lokal Korea Selatan. %Z Pembimbing : Muhammad Wildan, Ph.D %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Rodhiyah, NIM.: 14120080 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:43755 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K K. H. Ahmad Munir Adnan, Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Pemikiran %P 82 %T K. H. AHMAD MUNIR ADNAN DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI BOJONEGORO TAHUN 1983-2002 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43755/ %X K. H. Ahmad Munir Adnan merupakan tokoh yang berperan dalam perkembangan ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) di Bojonegoro. Ia berhasil mengembangkan tarekat yang awalnya hanya berupa ajaran dan amalan menjadi perkumpulan atau jamaah TQN untuk koordinator daerah Bojonegoro. Selain itu, pada masa kepemimpinannya, pengikut atau murid terdiri dari berbagai kalangan tua dan muda, termasuk santri dari Pondok Pesantren Abu Dzarrin. Perkembangan tarekat berjalan beriringan dengan perkembangan yayasan pendidikan Abu Dzarrin. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan K. H. Ahmad Munir Adnan dalam perkembangan pada TQN di Bojonegoro. Rumusan masalah dalam skripsi ini, meliputi: 1) bagaimana Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Bojonegoro?, 2) bagaimana biografi K. H. Ahmad Munir Adnan?, 3) apa dan bagaimana peranan K. H. Ahmad Munir Adnan dalam perkembangan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Bojonegoro?. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan ini digunakan untuk melihat lingkungan masyarakat K. H. Ahmad Munir Adnan tinggal, latar belakang keluarga, pendidikan, dan aktivitasnya, baik di dalam maupun di luar Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman dan teori kepemimpinan tranformasional yang dikemukakan oleh Bernard M. Bass. Teori tersebut digunakan untuk mengungkapkan peranan dan kepemimpinan K. H. Ahmad Munir Adnan sebagai mursyid tarekat dalam perkembangan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri empat tahap yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, pertama, K. H. Ahmad Munir Adnan telah berhasil dalam mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Hal ini dapat dilihat dari tersebarnya Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ke daerah Bojonegoro dan sekitarnya. Kedua, K. H. Ahmad Munir Adnan juga berhasil mendirikan dan mengembangkan yayasan pendidikan berbasis madrasah di Bojonegoro. Ia seorang mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, pengasuh pesantren sekaligus ketua yayasan dan kepala sekolah di madrasah Abu Darrin Bojonegoro. Ketiga, pada perkembangan Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah K. H. Ahmad Munir Adnan memiliki peranan dalam hal seperti kepemimpinan tarekat, pembinaan murid, dan pelayanan sosial. Status sosial yang dimiliki K. H. Ahmad Munir Adnan sebagai tokoh pemuka agama merupakan kesempatan baginya untuk mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Selain itu cakupan dakwah yang luas, dan sifatnya yang sabar, telaten serta bijaksana menjadikan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah berkembang pesat di Bojonegoro dan sekitarnya. %Z Pembimbing : Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Sarah, NIM.: 17101020078 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:47716 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Arab Saudi, Wahhabi, Modernisasi %P 144 %T GERAKAN WAHHABI DI ARAB SAUDI ERA RAJA SALMAN BIN ABDULAZIZ AL-SAUD (2015-2019) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47716/ %X Penelitian ini di awali oleh ketertarikan penulis pada fenomena baru yang sedang terjadi di Arab Saudi saat ini. Arab Saudi menjadikan Syariat Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadis sebagai dasar hukum dan konstitusi negara. Corak keagamaan di Arab Saudi didesain oleh Wahhabi yang memiliki ciri dan kesan rigid, tertutup dan sangat tektual dalam memahami ajaran agama Islam. pristiwa anjloknya harga minyak dunia, membuat Arab Saudi melahirkan sebuah ide, gagasan, dan cita-cita besar yang ambisius untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap minyak dan mendiversifikasi ekonomi dengan meningkatkan sektor layanan umum seperti rumah sakit, pendidikan, pariwisata, dan hiburan. Hal ini membuat Arab Saudi melakukan reformasi di berbagai bidang: sosial, budaya, pendidikan, politik, dan keagamaan. Reformasi tersebut membangun citra Arab Saudi yang berbeda lebih terbuka, modern dan moderat, jauh berbeda dari citra Arab Saudi yang sebelumnya. Hal tersebut menarik untuk diteliti. Permasalahan pokok penelitian ini adalah mengapa reformasi itu terjadi di Arab Saudi. Sedangkan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiol-politik dengan teori perubahan sosial menurut Parsudi Suparlan dan Selo Soemarjan sebagai alat analisis. Kajian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Wahhabi mengalami perubahan baik internal maupun eksternal. Arab Saudi hendak menjadikan negara Islam yang moderat dan modern. Untuk itu pemerintah telah melakukan perubahan di beberapa sektor pemerintahan, sosial, ekonomi, politik dan agama. Berdasarkan pada Visi 2030 Arab Saudi melakukan banyak perubahan. Masyarakat Arab Saudi didukung untuk tidak lagi tergantung terhadap penghasilan minyak bumi atau migas. Untuk mewujudkan itu Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud memilih putranya Muhammad bin Salman untuk melakukan perubahan. Untuk mewujudkan Visi 2030 Arab Saudi, Muhammad bin Salman tidak segan-segan untuk melakukan tindakan dan mengambil keputusan, seperti mengampanyekan anti-korupsi dan mengeluarkan beberapa kebijakan yang selama ini menjadi kontroversi di Arab Saudi. Seiring dengan kebijakan tersebut Wahhabi dan pemerintah dapat berjalan bersama untuk menuju perubahan baru sesuai yang diharapkan dalam visi 2030 Arab Saudi. Perubahan tersebut adalah perempuan diperbolehkan mengemudi, boleh memasuki stadion dan ikut liga sepak bola bagi perempuan, menonton film, konser musik, kebebasan berekspresi dalam berpakaian, boleh keluar rumah tanpa ditemani wali, ikut militer, ikut pemilu dan lain sebagainya. %Z Pembimbing : Dr. Muhammad Wildan, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Sofaturochmah, NIM. 00120028 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52537 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ekspansi Kerajaan Aceh, Pada Abad XVI Sampai Abad XVII %P 105 %T EKSPANSI KERAJAAN ACEH PADA ABAD XVI SAMPAI ABAD XVII %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52537/ %X Ekspansi yang dilakukan raja-raja Aceh tidak hanya di wilayah Sumatera saja tetapi juga raja-raja di Semenanjung Malaya. Selain itu Kerajaan Aceh juga menghadapi kekuatan asing (Portugis ), karena bangsa ini selalu berusaha menguasai dan menghancurkan Kerajan Aceh. Ekspansi dilakukan sedikit demi sedikit dengan perencanaan. Ini dapat dilihat dari penyerangan ke Malaka. Terlebih dahulu ditaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitar Malaka untuk mengepung wilayah yang dikuasai oleh bangsa Portugis tersebut. Walaupun demikian, dalam menjalankan ekspansinya Kerajaan Aceh kadang-kadang mengalami kegagalan. Adanya ekspansi yang dijalankan di Kerajaan Aceh memiliki pengaruh baik dalam bidang politik, ekonomi maupun agama. Dalam bidang politik menjadikan Kerajaan Aceh menjadi pemegang hegemoni kekuasaan di sebagian wilayah Sumatera dan sebagian Semenanjung Malaya. Dalam kehidupan ekonomi, Kerajaan Aceh menjadi tempat transit dari kapal-kapal yang datang dari dalam dan luar negeri. Sedangkan dalam segi agama dengan adanya ekspansi menjadikan agama Islam semakin berkembang luas terbukti dengan di Islamkannya Gayo dan Minangkabau. %0 Thesis %9 Skripsi %A Siti Zulaikhoh, NIM. 15120016 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36687 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Pangeran Angkawijaya, Sistem dakwah, kemajuan Cirebon. %P 100 %T PERAN PANGERAN ANGKAWIJAYA DALAM PENYEBARAN ISLAM DI CIREBON ABAD XVI M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36687/ %X Pangeran Angkawijaya merupakan tokoh penyebar Islam di Cirebon. Dia lahir dari keluarga keraton dan mempunyai silsilah dari dua kerajaan, yaitu Demak, dari jalur ibu yang bernama Ratu Nyawa, dan Cirebon dari jalur ayah yaitu Pangeran Mohammad Arifin atau Pangeran Pasarean.Pangeran Angkawijaya bukan hanya dikenal sebagai sosok agamawan, tapi juga seorang seniman. Berangkat dari kepandaiannya memainkan seni, Pangeran Angkawijaya menjadikannya sebagai salah satu media alternatif untuk dakwah di masyarakat Cirebon. Beberapa karyanya yang terkenal sampai saat ini adalah kesenian tari Topeng Losari, kereta Singa Barong dan kereta Paksi Naga Liman. Selain itu, Pangeran Angkawijaya dikenal juga sebagai ahli tassawuf. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang Peran Pangeran Angkawijaya dalam Pengembangan kesenian Islam di Cirebon dan Pengaruh yang ditimbulkannya bagi masyarakat Cirebon.Untuk mengkaji topik tersebut peneliti menggunakan pendekatan sosilogi agama. Adapunteorinya, menggunakan teori Legitimasi Kekuasaan yang dikemukakan oleh Weber, dia menyatakan bahwa tipe kekuasaan ada 3 yaitu otoritas tradisional, otoritas kharismatik, dan otoritas legal-tradisional. Otoritas tradisional berkaitan dengan keyakinan pensucian terhadap tradisi dan kebiasaan. Otoritas kharismatik, yang mana aktor dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik, dan otoritas Legal-Rasional, dalam hal ini penguasa atau aktor dipilih dengan jalan musyawarah atau melalui pemilihan umum. Penelitian ini merupakan penelitian Pustaka (Library research) dengan metode Sejarah, melalui penelusuran kitab Purwaka Caruban Nagari, referensi buku-buku dan karya ilmiah lainnya. Metode Sejarah terdiri dari pengumpulan data, verifikasi sumber, penafsiran dan penulisan sejarah. Penulisan ini menghasilkan fakta bahwa Pangeran Angkawijaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap penyebaran Islam di Cirebon, dengan Legitimasi Kekuasaan dibawah Kesultanan Cirebon dan media kesenian sebagai alternatifnya, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk masuk Islam %Z Dr. Maharsi, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sofia Nur Laily, NIM.: 16120023 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:50654 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kerajaan Blambangan, Islamisasi, Syekh Maulana Ishaq, Walisongo %P 77 %T PERAN SYEKH MAULANA ISHAQ DALAM ISLAMISASI KERAJAAN BLAMBANGAN TAHUN 1434 – 1443 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50654/ %X Syekh Maulana Ishaq adalah seorang wali periode pertama dan merupakan adik dari Syekh Maulana Ibrahim as-Samarqandi. Ia sengaja datang ke Pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Pada tahun 1434 M Syekh Maulana Ishaq mendatangi Sunan Ampel di Surabaya yang juga masih saudaranya. Ia mengarahkan Syekh Maulana Ishaq untuk menyebarkan Islam di daerah timur Pulau Jawa tepatnya di Kerajaan Blambangan, yang pada waktu itu dipimpin oleh Prabu Menak Sembayu. Bertepatan dengan itu Kerajaan Blambangan terkena wabah penyakit yang memakan banyak korban bahkan puteri Prabu Menak Sembayu yakni Dewi Sekardadu terjangkit penyakit tersebut. Syekh Maulana Ishaq adalah satu-satunya tokoh yang berhasil menyembuhkan Dewi Sekardadu dari wabah penyakit yang menimpanya. Prabu Menak Sembayu kemudian menikahkan Syekh Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu karena is berhasil menyembuhkan puterinya. Pernikahan itulah yang menjadi titik awal perjalanan dakwah Syekh Maulana Ishaq dalam mengenalkan ajaran Islam di Kerajaan Blambangan. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sejarah Kerajaan Blambangan, biografi Syekh Maulana Ishaq dan usaha-usaha Syekh Maulana Ishaq dalam islamisasi di Kerajaan Blambangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan biografis dan sosiologis serta menggunakan teori peran. Sebagai penelitian sejarah maka digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap, yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Proses islamisasi yang dilakukan Syekh Maulana Ishaq di Kerajaan Blambangan dengan memasukkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan rakyat Blambangan. Syekh Maulana Ishaq mengajarkan rakyat Blambangan agar memperhatikan apa yang mereka konsumsi dan kebiasaan-kebiasaan mereka untuk lebih peduli tentang kebersihan, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama Islam, karena faktor utama terjadinya wabah penyakit tersebut adalah pola hidup rakyat Blambangan yang jauh dari kebersihan. %Z Pembimbing: Zuhrotul Latifah, S.Ag, M.Hum, %0 Thesis %9 Skripsi %A Solichul Hadi, NIM. 97122065 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52869 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Teater ESKA IAIN Sunan Kalijaga, %P 149 %T SENI PERTUNJUKAN ISLAM (STUDI TEATER ESKA IAIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA) 1980-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52869/ %X Munculnya Teater ESKA IAIN Sunan Kalijaga secara tidak langsung didorong oleh berbagai bentuk dan pemikiran serta kegiatan-kegiatan seni yang ada di lingkungan civitas akademika IAIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta. Teater ESKA berasal dari akrortim Sunan Kalijaga, muncul berasal dari kelompok KU ( Kelorripok Ushuluddin ), dari beberapa anggota kelompok KU, Dedi Hilman Harun (Dosen UNCOK), almarhum Rahmatullah HD (Redaktur Agama Editor) mengajak rekan-rekan dari pondok pesantren Gontor seperti Sunu Ape (fak tarbiyah) Barmawi Munthe (fak adab) dan Salim Bella Billi (fak Syariah) berkumpul di cafetaria (KOPMA) untuk mendirikan lembaga kesenian di lingkungan IAIN Sunan Kalijaga tidak sebatas lingkungan fakultas tapi menjadi lembaga kesenian tingkat Institut.yang mengembangkan sayap untuk menjadi lembaga kesenian di IAIN Sunan Kalijaga. Pada tahun 1980, pentas pertama Teater ESKA "Kesadaran Yang Kembali" karya Uga Perceka pada tanggal 16 Oktober 1980 di lingkuangan IA IN Sunan Kalijaga Y ogyakarta, Dua Hari setelah pementasan yaitu tanggal 18 Oktober 1980 dinyatakan sebagai sebuah kelompok teater kampus di Y ogyakarta, dan pada tanggal 18 Oktober 1980 ditetapkan sebagai hari lahir Teater ESKA IAIN Sunan Kalijaga 2. Teater ESKA IAIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta merupakan salah satu kelompok kesenian sebagai media ekspresi budaya mahasiswa yang secara struktural berada di bawah naungan dan bertanggung jawab kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. Organisasi ini bergerak di bidang musik, teater dan sastra. Teater ESKA di bawah institUsi Islam yakni IA1N Sunan Kaiijaga, memiliki visi dan misi memperjuangkan khasanah nilai-nilai budaya Islam melalui kesenian dan menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai sumber kreativitas dalam berkesenian. Teater ESKA IAIN Sunan Kalijaga telah menentukan pilihannya dalam proses kreatif yakni; sebagai feater relegius (menjadikan wacana keagamaan sebagai landasan penciptaan), feater Islam non-realis (mengeksptesikan realitas abstrak/subjektit). 3. Dakwah Islamiyah yang diperjuangkan Teater ESKA melalui pementasan teater dan musik memiliki warna tersendiri sebagai bentuk pencarian, pengolahan dan interpretasi ilmu-ilmu agama Islam yang bersumber dari Al­qur'an dan Hadist ke dalam kreativitas berkesenian, sehingga dalam setiap pementasan Teater ESKA selalu mempunyai muatan pesan-pesan dakwah. Seni pertunjukan teater memiliki ruang yang masih luas untuk dikembangkan sebagai media dakwah, sebab teater memiliki beberapa kemungkinan kreatif yang lebih besar dalam penyampain pesannya. %Z Pembimbing Drs. Badrun Alaina. M.Si %0 Book %A Solihah Titin Sumanti, - %A Dudung Abdurahman [Pengantar Pakar], - %C Jakarta %D 2024 %F digilib:68831 %I Kencana %K Sejarah Peradaban Islam, Sejarah Islam %P 300 %T Sejarah Peradaban Islam %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/68831/ %X Buku ini merupakan sumber pengetahuan yang sangat berharga, terutama bagi mahasiswa di perguruan tinggi agama Islam, serta semua pecinta sejarah Islam. Dalam hal ini, kita tidak hanya berbicara tentang sejarah, tetapi juga tentang peradaban Islam yang kaya dan penuh inspirasi. Buku ini merupakan panduan yang komprehensif dan mendalam bagi mereka yang ingin memahami lebih lanjut tentang akar-akar sejarah peradaban Islam. Sebagai pemahaman awal, perlu ditekankan bahwa sejarah peradaban Islam (disingkat SPI) merupakan salah satu bidang studi dalam disiplin ilmu-ilmu Islam. Tiga konsep dalam penamaan matakuliah ini, yaitu sejarah, peradaban, dan Islam, masing-masing memiliki pengertian yang sangat luas sebagai sebuah disiplin ilmu. Sejarah merujuk pada pengetahuan ilmiah tentang peristiwa masa lampau yang melibatkan kesinambungan dan perubahan (continuity and changes) dalam berbagai babakan waktu dan ruang yang berbeda. Peradaban, di sisi lain, mencakup segala aspek kehidupan yang mencirikan kemajuan suatu bangsa. Sementara itu, Islam selain sebagai sistem ajaran yang bersumberkan pada wahyu, juga merupakan sistem nilai dan perilaku pemeluknya (umat Islam) yang didasarkan pada ajaran-ajarannya. %0 Thesis %9 Skripsi %A Sri Ayem, NIM.: 01120595 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2006 %F digilib:60308 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebudayaan Jawa, Peran Wanita Jawa, Pernikahan %T WANITA DAN KEKUASAAN (STUDI TENTANG PERNIKAAHAN RAJA - RAJA MATARAM ISLAM TAHUN 1586-1677 M DALAM PERSPEKTIF POLITIK) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60308/ %X Pernikahan yang dilakukan untuk memperkuat kedaulatan Mataram islam tidak hanya dilakukan oleh raja, tetapi juga segenap keluarga raja. Putri - putri raja dijodohkan dengan tujuan menetapkan suatu perdamaian dan mengambil hati raja. Hal ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan kekerabatan dan melestarikan trah Mataram yang dianggap unggul. Penelitian ini berupaya menjelaskan lebih jauh tentang kedudukan dan pengaruh wanita di dalam kehidupan politik-politik Kerajaan Mataram. Hal yang diteliti adalah tentang wanita dan kaitannya dengan pernikahan raja-raja Mataram. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian literatur yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah library research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga merupakan komponen penting untuk mrmbina suatu negara yang berbentuk kerajaan seperti kerajaan mataram islam. Wanita, pernikahan, dan trah merupakan hal yang ber[engaruh terhadap kepemimpinan para raja Mataram islam. Wanita yang diakui sebagai pendamping raja juga dapat memberikan pengaruh berupa kewibawaan, ekonomi, dan legistinasi dalam bentruk trah. %Z Pembimbing: Riswinarno, SS %0 Thesis %9 Skripsi %A Sri Lestari, NIM. 00120305 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52626 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi Upacara Suroan , Masyarakat Desa Traji Kec Parakan Kab Temanggung %P 97 %T PENG AR UH TRADISI UP A CARA SUROAN TERHADAP MASYARAKAT DESA TRAJI, KECAMATAN PARAKAN, KABUPATEN TEMANGGUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52626/ %X Tradisi upacara Suroan di Desa Traji merupakan tradisi yang telah dilaksanakan secara turun-temurun. Penyelenggaraan upacara ini dilaksanakan sebagai pengungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, karena air Sendang Sidukun hampir tidak pernah kering dan mampu mengaliri lahan pertanian milik masyarakat. Tujuan lebih lanjut penyelenggaraan upacara menyambut bulan Sura ini adalah sebagai sarana persatuan dan kesatuan masyarakat Desa Traji. Masyarakat Desa Traji melaksanakan upacara Suroan setiap tahun sekali tepatnya pada malam satu Sura dan dirangkai dengan penyelenggaraan wayang kulit pada malani hari tanggal satu dan dua Sura. Pelaksanaan upacara Suroan ini sebagai wujud penghormatan masyarakat Traji terhadap kiai Sidukun yang dipcrcaya scbagai cikal bakal Desa Traji. Upacara Suroan merupakan upacara tradisional yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku masyarakat Desa Traji baik dalam bidang agama, sosial maupun budaya. Pengaruh dalam bidang agama yaitu adanya perilaku keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh dalam bidang sosial yaitu adanya suasana kebersamaan, gotong-royong, komunikasi, maupun musyawarah. Sedangkan dalam bidang budaya yaitu adanya kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya-budaya warisan leluhur juga scbagai sarana hiburan bagi masyarakat. %Z Pembimbing: Drs. Sujadi, M.A, %0 Thesis %9 Skripsi %A Sri Rahayu w, NIM. 00120183 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52588 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K KAMMI, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %P 101 %T KAMMI DI IAIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (2000 - 2003) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52588/ %X KAMMI di IAIN hadir di kampus mcrupakan sebuah pengejawantahan dalam mcnyikapi kondisi kampus dcngan banyaknya kadcr KAMM! yang menduduki di lembaga kemahasiswaan scbagai pcnyeimbang kondisi kampus. Adapun dalam gerakannya dikampus, KAMMI IA,N S,man Kalijaga banyak mengambil rujukan dari kebijakan K AMMI pusat, baik itu dari segi ideologi, visi misi, alur kaderisasi, pola kaderisasi dan unsur unsur perjuangannya. Pola pembinaan yang digunakan KAMM!, ada dua bentuk, yakni Madrasah KAMM! Besar dan Madrasah KAMMI Kecil. Selain itu, ada juga kegiatan yang berupa suplemen penting kader. Suplemen wajib yang dimaksudkan adalah daurah militansi, daurah siyasi, training organisasi, dan training orientasi dakwah kampus. Semua kegiatan tersebut dipandu oleh bidang - bidang yang ada. Aktualisasi kader banyak kita lihat dalam gerak kader KAMM! yang banyak terkaryakan dalam birokrasi kampus maupun lembaga-lembaga kampus yang ada. Dimana semua peran itu KAMM! mencoba untuk dapat mewarnai kondisi lembaga itu dengan ciri khasnya. Selain itu ia juga mencoba berperan dalam memberikan kebijakan-kebijakan ·yang ada dilembaga tersebut. Lcmbaga yang dimaksud disini seperti di masjid maupun ditingkat birokrasi mahasiswa, scperti di BEMJ, SEMA. %Z Pembimbing : Sujadi, M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Sri Rejeki Purwaningsih, NIM. 00120163 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52576 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pengaruh ajaran paguyuban Ngesti Tunggal, Mojosari Bansari Temanggung %P 104 %T PENGARUH AJARAN PAGUYUBAN NGESTI TUNGGAL TERHADAP KEAGAMAAN MASYARAKAT MUSLIM DI DESA MOJOSARI BANSARI TEMANGGUNG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52576/ %X Ajaran-ajaran yang dibawa Pangestu telah mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan keagarnaannya, terutama dari segi aqidah dan ibadah masyarakat Islam di Desa Mojosari. Pengaruh ajaran Pangestu terlihat semakin banyaknya masyarakat yang mengikuti ajaran ini, sampai saat ini kegiatan-kegiatan rutin seperti Olah Rasa masih berjalan dengan lancar. Dari segi aqidah, pengaruh ini terlihat dari konsep Tuhan dan utusan Tuhan yang mereka yakini. Warga Pangestu telah yakin dengan Tri Purusa sebagai Tuhannya dan R. Soenarto Mertowardoyo sebagai manusia pilihan Tuhan. Dari segi ibadah, rnereka telah meninggalkan syari'at Islam berupa shalat lima waktu dan menjalankan shalat yang diajarkan Pangcstu. Sedangkan dalam bidang muamalah, pengaruh Pangestu terlihat dari hubungan sosial masyarakat yang ada di Desa Mojosari. Dalam interaksinya, mereka berpegang teguh pada ajaran pancasila yang disampaikan oleh Pangestu. %Z Pembimbing : Maharsi, M.Hum %0 Thesis %9 Masters %A Sri Windari, NIM.: 20201021008 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:64828 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi, Khataman al-Qur’an, Pengembangan Ekonomi %P 129 %T TRADISI KHATAMAN AL-QUR’AN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BEDONO PAGERON KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH, 2004-2022 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64828/ %X This paper examines the tradition of khataman al-Qur'an and community economic development in Bedono Pageron Village, Kemiri District, Purworejo Regency, Central Java, 2004-2022 AD. To analyze the problems in this study, the researcher used Ibn Khaldun’s theory regarding historical controlling factors. In addition, to approach the object of research, researcher use a cultural anthropological approach and an economic approach. The method used in this study was the historical research method which includes: heuristics, verification, interpretation, and historiography. The primary sources in this study were data from participants in the khataman al-Qur'an tradition in Bedono Pageron Village from 2004-2022, participants in the Khataman al-Qur’an tradition, photos and videos of activities, as well as interview results. The findings of this study were that the tradition of khataman al-Qur’an in the village of Bedono Pageron was one of the local traditions as part of the Islamization process that occurs in society. This tradition arose on the initiative of the people of Bedono Pageron village to continue to develop Islamic law. The development of the khataman al-Qur’an tradition can be seen in 3 periods, namely in 2004-2009, 2010-2014, and 2015-2022. This significant development can be seen from the transportation pattern used in the Khataman al-Qur’an tradition. The economic development of the people of Bedono Pageron village in this tradition can be seen from the community’s initiative to support the economy by opening small businesses when the implementation of this tradition takes place. Thus, the khataman al-Qur’an tradition creates socio-economic relations in people’s lives. %Z Pembimbing: Dr. Siti Maryam, M.Ag. %0 Journal Article %@ 2338-557X %A Stoddard, Lothrop %D 1968 %F digilib:28094 %I UIN Sunan Kalijaga %J Al Jamiah %K DUNIA ISLAM %N 4 %P 51-57 %T DUNIA BARU ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28094/ %V Vol.7 %X Sebuah kitab jang penting tentang sedjarah Islam dan umat Muslimin sesudah Perang Dunia I. Tanda buku ini sangat menarik,selain kedalam berbagai-bagai bahasa di Eropah, disalin pula oleh seorang pengarang Mesir, 'Adjdjadj Nuwaihis, diberi komentu jang luas oleh Amir Sjakib Arslan, seorang politikus dan pudjangga Arab kelahiran Libanon (1869-1946). Salinannja kedalam bahasa Arab, setelah mendapat pasa12 tertentu, sjarah (komentar) dan hasjiah, pendjelasan, dalam tahun 1925 telah mendjadi 4 djilid ( djilid I tidak kurang dari 425 halaman) . Sehingga salinannja kedalam bahasa Arab, Hadiru'1-'Ala mil Islami,lebih menondjolkan nama Amir Sjakib Arslan daripada nama pengarangnja atau penjalinnja. Karena pentingnja kitab Hadiru'l-'Alami 'Islam pada sekolah Thawalib, Padang Pandjang jang terkenal telah dimasukkan mendjadi kitab peladjaran sedjarah Islam sedfak tahun tigapuluhan. %0 Thesis %9 Skripsi %A Subhan Khalid, NIM. 99122291 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52958 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Posisi Agama, Ziya Gokalp Turki %P 66 %T POSISI AGAMA MENURUT ZlYA GOKALP DI TURKI (1876-1924) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52958/ %X Ziya Gokalp merupakan salah seorang reformis Turki yang cukup berjasa di dalaam gerakan pembaharuan Turki Salah satu sumbangaan pemikiraannya adalah upaya memaharni agama dengan menggunakan pendekatan keilmuan empiris yakni pendekadatan sosiologis. Latar belakangnya sebagai seorang nasionalis yang sarat dengan pendidikan Baratnya daan kondisi yang mengitarinya memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap metodologi dan ide pernikirannya. Gokalp melakukan sekularisasi dengan mernindahkan fungsi agama dan fungsi negara. Fungsi agama berada di wilayah hukum ibadah sedangkan untuk fungsi negara berada pada wilayah muammalah. %Z Pembimbing : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Si %0 Thesis %9 Masters %A Subkhana Adzim Baqi, NIM.: 20201022004 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:62715 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Wisata Religi, Ekonomi, Perdagangan %P 170 %T PERKEMBANGAN POTENSI EKONOMI KERAKYATAN DALAM WISATA RELIGI MAKAM SUNAN AMPEL 1980-2022 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62715/ %X Research on the development of people's economic potential in religious tomb tourism Sunan Ampel is an attempt to reveal the economic development of the community around Ampel in the economic fulfillment of tourist visits to the tomb of Sunan Ampel. The main problem of this research is why Sunan Ampel's religious tourism has an impact on the economy of the local community. Sunan Ampel's tomb religious tourism is a place community in meeting their spiritual needs. Sunan Ampel's religious tourism is not only identical to the tomb of Sunan Ampel and the buried figures. During the visit Pilgrims who initially only prayed for the late Sunan Ampel turned out to have an economic breakthrough for the local community. Many visitors are saved that the tomb of Sunan Ampel has economic potential for the community to meet their needs. This economic history research is analyzed with economic and sociological approaches, in line with the context of the socio-economic development of the community from trade in tourism to Sunan Ampel's religion. The concept and theory used are the Granovetter Social Network. This research was conducted with the stages of historical research methods oriented to sources The main research is qualitative with a descriptive-analytical field study technique. Here is the steps author: 1). Heuristics on primary and secondary sources, 2). Source verification or criticism history, to obtain the validity of historical source data, 3). Interpretation is done to historical facts in the whole series of discussions, 4 ). Historiography is a stage of systematic and descriptive-analytical writing of history in a historical chronological frame that is diachronic. The results of this study indicate that; First, pilgrims visiting tours Sunan Ampel's religion basically carry out their spiritual activities, namely pilgrimages. People attraction is more inclined to the tomb of Sunan Ampel to pray and visit other sites. Second, the development of community trade is growing very rapidly. Before they set up a stall, they were found to be working as workers. Then they opened their own business stall on the new access road, Ampel Masjid. When Ampel became a tourist destination, trade in Ampel Masjid was very high. The outside community began to arrive and the results of trading people's financial needs were very well met. Third, Sunan Ampel's religious tourism is influenced by the image that a location is a place that was once the center of the spread of the religion Islam by Sunan Ampel. The tomb of Sunan Ampel and his students is an important point in attracting pilgrims to come. The pilgrim's visit will cause social interaction among pilgrims and visitors thereby creating social network ties. The social network that occurs will create a sense of trust from visitors to the site traders in buying souvenirs from visits to the tomb of Sunan Ampel. %Z Pembimbing: Dr. Badrun, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Sudarwati, NIM. 00120214 %B Fakukltas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52603 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Reformasi Sher Shah Suri , Pemerintahan India 1540-1545 M %P 108 %T PENGARUH REFORMASI SHER SHAH SURI TERHADAP PEMERINTAHAN DI _INDIA ( 1540-1545 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52603/ %X Masa Transisi antara hancumya Reznn Delhi dengan bergantinya Imperium Mughal unruk pertama kalinya oleh Babur, temyata tidak mampu membawa India dalam sebuah kesatuan politik. Bahkan ketika Babur wafat, kondisinya terpecah-pecah ke dalam sejumlah pemerintahan lokal yang berdaulat. Dari pemahaman tentang kondisi pemerintahan tersebut baru dapat kita ketahui di mana pentingnya keberadaan pemerintahan Sher Shah. Pembaharuan besar­besaran terhadap negaranya, tidak serta merta muncul begitu saja, akan tetapi merupakan analisis yang panjang terhadap realitas India, semasa kanak-kanak hingga dewasa. Sher Shah sebagai seorang jendral berhasil mempimpin dan mempunyai visi yang jauh ke depan. Seperti komet ia muncul di ufuk India, berasal dari kedudukan yang sangat rendah, berkembang menjadi pemimpin unruk kebangkitan bangsa Afghan. Sebagai seorang jendral, ia menunjukkkan keberhasilan yang luar biasa, taktik dan strategi dalam melawan musuh­musuhnya. Sher Shah merupakan tokoh yang paling menarik dalam sejarah India, sebagai pribadi dan seorang raja mampu menciptakan moralitas dan loyalitas terhadap rakyat di pimpinnya. Dengan demikian teori politknya bertujuan menciptakan sebuah tatanan sosial yang mengantarkan manusia sejalan dengan perintah-perintah Allah dengan meningkatkan kebajikan moral dalam otoritas keagaman. Sher Shah mewujudkan prinsip-prinsip egaliter dalam kehidupan India yang kosmopolitan, merupakan langkah yang tepat untuk menyikapi pluralitas India. Ia peka dan tahu benar perkembangan yang terjadi di tanah Hindustan. Kejelian terhadap permasalahan India menjadikannya bijaksana dalam menerapkan kebijakan reformasi pemerintahannya. Sher adalah orang yang pertama berusaha membangun sebuah kekuatan di India, berdasarkan pada keinginan rakyatnya. Mr. Crooke mengatakan bahwa: " Sher Shah adalah seorang raja yang secara penuh bekerja untuk kepentinagn rakyat dan pemerintahannya." Tidak satu bagianpun, rakyatnya yang disisihkan dari pemerintahan. Ia tidak membedakan ras, asal-usul orang, apakah ia Islam ataukah Hindu. Sebagai seorang muslim yang taat tidak membuatnya lantas menutup mata, terhadap masyarakat non muslim yang menjadi bagian masyarakat India, bahkan merupakan mayoritas. %Z Pembimbing : . Dr. M. Abdul Karim, MA, %0 Thesis %9 Skripsi %A Sudrajat, NIM.: 97122067 %B FAKULTAS ADAB %D 2003 %F digilib:54898 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K peperangan; pasukan perang; santri Jawa %P 104 %T PERAN SANTRI DALAM PERANG JAWA 1825-1830 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54898/ %X Umat Islam telah memainkan peranan yang penting dalam gerakan perlawanan, baik sebagai pimpinan perang maupun sebagai basis kekuatan militer. Peran santri dalam perang Jawa dari tahun 1825 sampai 1830 inilah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini khususnya di Jawa Tengah. Tujuan studi ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya merekontruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh melalui metode sejarah, yakni membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikai, serta mensintesiskan data-data untuk menegaskan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Kesimpulan penelitian ini adalah: 1. Masuknya kekuasaan Barat ke Mataram telah membawa perubahan dan kegoncangan dalam tatanan kehidupan masyarakat. Sejak awal abad XIX penguasa Belanda mulai mengadakan pembaharuan politik kolonial. Selain pembaharuan politik pemerintahan, Belanda juga menerapkan sistem ekonomi baru. Akibatnya timbullah perubahan tata kehidupan di kalangan masyarakat Mataram. 2. Pangeran Diponegoro adalah seorang turunan bangsawan yang taat beribadah. Pada masa kecilnya ia diasuh oleh neneknya Kanjeng Ratu Ageng dan diberi didikan agama Islam di Tegalreja. Khusus tentang pengertian Pangeran Diponegoro di bidang agama dikemukakan secara otobiografi yang di tulis oleh Diponegoro sendiri dalam masa pembuangannya. Karangan ini memberikan informasi penting antara lain menguraikan bahwa ia cukup aktif belajar di beberapa pesantren, sehingga pada masa sebelum meletusnya perang hubungannya dengan kalangan santri cukup akrab. Dia sendiri adalah seorang penganut faham tasawuf yang gemar membaca kitab antara lain, Kitab Suluk, Kitab Arjunawijaya, Kitab Anbiyah, cerita raja-raja Arab dan sebagainya. 3. Apa yang sesungguhnya menjadi motiv para santri yang menggabungkan diri dalam perlawanan yang dipimpin Diponegoro adalah suatu tuntutan kehidupan yang di-ideal sebagai penuh kebahagiaan dan ketenteraman. Keadaan itu dapat terwujud sebagai suatu kerajaan yang akan diperintah secara adil, damai dan penuh kebahagiaan, serta dalam bentuk agama yang murni yang tidak dikotori oleh orang belanda yang kafir. Oleh sebab itulah arah tujuannya adalah mengadakan perubahan atau penggantian dalam lingkungan kehidupan mereka. 4. Tanggal 20 Mei 1825 meletuslah pergerakan "radikal" antara pihak Pangeran Diponegoro dan pengikut-pengikutnya dengan pihak penjajah Belanda yang pada waktu itu banyak dibantu dari keraton Yogyakarta maupun Surakarta. Pertempuran ini bermula dari Tegalrejo yang kemudian menyebar keseluruh wilayah Jawa bagian Tengah. Adapun sifat peperangan yang dilakukan di daerah sifatnya lebih dimaksudkan untuk mengadak:an penjagalan terhadap tentara Belanda yang akan masuk ke wilayah Y ogyakarta. Selama lima tahun lamanya peperangan telah banyak memakan korban baik materil maupun korban nyawa di kedua belah pihak. 5. Perlawanan bersenjata sebagai bentuk reaksi terhadap kolonialisme Belanda, dalam data historis nampak bahwa perlawanan yang terjadi di wilayah Jawa bagian tengah banyak dipimpin oleh kalangan elit-elit religius yang mempunyai loyalitas pengikut yang cukup besar, di samping banyak dipimpin oleh golongan aristokrasi yang tergolong orang yang soleh dan mahir dalam dalam soal keagamaan. %Z Pembimbing: Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Sundariyah, NIM. 99122462 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya : Sejarah Kebudayaan Islam %D 2005 %F digilib:52802 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K KH. Ahmad Mudjab Mahalli, Wonokromo Pleret %P 70 %T KIPRAHNYA DALAM PENDIDIKAN DAN KEMASYARAKATAN DI DESA WONOKROMO,PLERET, BANTUL 1982 - 2003 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52802/ %X Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: kiai Mudjab lahir dari keluarga santri dengan tradisi ulama yang kuat. Pendidikan dalam keluarga merupakan modal awal untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Pendidikan keagamaan yang ditanam dalam keluarga dan Pondok Pesantren turut membentuk kepribadian Kiai Mudjab. Bekal pendidikan yang ia miliki, merupakan modal utama dalam aktivitas hidupnya. Kiprah Kiai Mudjab di Pondok Pesantren al-Mahalli adalah dalam bidang pendidikan dan kiprah Kiai di masyarakat antara lain: bidang sosial keagamaan dan kemasyarakatan serta bidang politik, itu semua merupakan bukti perjuangannya, baik untuk pondok pesantren maupun untuk masyarakat. Perjuangan Kiai Mudjab sebagai p1mpman pondok pesantren, berkeinginan mengembangkan pondok pesantren yang di asuhnya. Perjuangan dia dalam mengembangkan pesantren tidak lepas dari ide-ide y %Z Pembimbing : Imam Muhsim, S.Ag., M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Supriyadi, NIM.: 08120049 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:52425 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Budaya Islam, Kesenian, Topeng Ireng Siswo Kawedar %P 103 %T UNSUR-UNSUR KEISLAMAN DALAM KESENIAN TOPENG IRENG SISWO KAWEDAR DI DUSUN WONOSARI, BANGUNKERTO, TURI, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52425/ %X Seni merupakan sesuatu yang terus bergerak dan tidak statis. Dari masa ke masa seni tradisi mengalami perkembangan dan terus berasimilasi dengan budaya global. Dari pergerakan tersebut, muncul banyak terobosan baru di bidang seni budaya. Salah satu seni pertunjukan yang merupakan asimilasi dari berbagai tradisi adalah pertunjukan KesenianTopeng Ireng, atau yang juga dikenal dengan nama kesenian Dayakan. KesenianTopeng Ireng adalah tarian rakyat kreasi baru yang merupakan metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo. Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto LempengIrama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng artinya lurus, irama artinya nada, dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat. Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencaksilat. Tak heran, dalam pementasan kesenian ini selalu diiringi dengan musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami. Dusun Wonosari, DesaBangunkerto, Turi, Sleman, Yogyakarta berusaha untuk tetap melestarikan kesenian ini melalui Paguyuban Tari Topeng Ireng dengannamapaguyubannyaSiswo Kawedar. Dengan melihat hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti kesenian tersebut dan menuangkannya ke dalam sebuah penelitian dengan judul “Unsur-Unsur Keislaman Dalam Kesenian Topeng Ireng Siswo Kawedar di Dusun Wonosari, Bangunkerto, Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan latar belakang munculnya dan prosesi pertunjukan Kesenian Topeng Ireng, Mengetahui apa saja unsur-unsur Islam yang ada dalamKesenian Topeng Ireng tersebut Dan Apa fungsi serta makna Kesenian Topeng Ireng bagi masyarakat di daerah tersebut . Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). untuk pengumpulan datanya melalui observasi, interview, dokumentasi, analisis data dan laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi budaya, yaitu proses mengumpulkan dan mencatat bahan-bahan guna mengetahui keadaan masyarakat yang bersangkutan sebagai objek penelitian. Keunikan dari kesenian Tari Topeng Ireng ini adalah menggabungkan berbagai macam unsur budaya, yaitu budaya lokal, Suku Dayak, Islam, Pencak Silat dan budaya dari Suku Indian. %Z Pembimbing: Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Surti Nurpita Sari, NIM: 13120066 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32548 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan ekonomi sultan hassanal bolkiah, Brunei darussalam %P 134 %T KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN HASSANAL BOLKIAH DI BRUNEI DARUSSALAM (1984-2015 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32548/ %X Brunei Darussalam merupakan salah satu negara di ASEAN yang hingga saat ini masih menganut sistem pemerintahan monarki absolut. Bahkan dengan menggunakan sistem pemerintahan monarki, kondisi perpolitikan negara ini lebih stabil. Hal ini menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga kestabilan ekonomi di Negara Brunei Darussalam (NBD). Perekonomian Brunei Darussalam disokong oleh kekayaan alam berupa minyak dan gas yang melimpah. Selain itu, Sultan Hassanal Bolkiah juga melakukan upaya pengembangan sumber daya lain untuk menyokong perekonomian Brunei Darussalam. Dalam kapasitasnya sebagai Sultan ke-29 Brunei Darussalam, Sultan Hassanal Bolkiah membuat titah-titah untuk kelangsungan negaranya. Berbagai kebijakan lahir dari titah-titahnya ini, termasuk kebijakan-kebijakan ekonomi. Titah-titah yang dibuat oleh sultan dilandaskan pada falsafah NBD, yakni Melayu Islam Beraja (MIB). Oleh karena itu, perlu dibahas lebih mendalam mengenai latar belakang pembuatan kebijakan, bentuk-bentuk kebijakan ekonomi, dan pengaruh atas penerapan kebijakan tersebut bagi negara dan penduduk Brunei Darussalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pembuatan kebijakan ekonomi Sultan Hassanal Bolkiah di Brunei Darussalam yang membawa Negara ini menjadi salah satu negara yang makmur. Peneliti menggunakan pendekatan politik ekonomi Islam. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis berbagai kebijakan yang dibuat dan diterapkan Sultan Hassanal Bolkiah selama masa kepemimpinannya. Penggunaan Teori Ekonomi Keynesian yang diungkapkan oleh John Meynard Keynes untuk melihat pengaruh dari kebijakan ekonomi Sultan Hassanal Bolkiah terhadap masyarakat dan Negara Brunei Darussalam. Penelitian ini juga menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh uraian peristiwa secara kronologis dan sesuai dengan fakta sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sultan Hassanal Bolkiah mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi berdasarkan ajaran Islam sebagaimana dasar negara MIB. Sultan Hassanal Bolkiah mendirikan bank Islam dan secara bertahap mengubah sistem perbankan konvensional menjadi system perbankan Islam. Selain itu penetapan pajak yang tinggi terhadap hal-hal yang diharamkan Islam juga menjadi fokus kebijakan ekonomi Sultan. Pengaturan arus pemasukan dimaksimalkan dari kekayaan alam dan kebijakan diversifikasi ekonomi. Sementara arus pengeluaran negara difokuskan untuk melakukan penyejahteraan terhadap masyarakat Brunei Darussalam. Selain itu, kebijakan Sultan juga memiliki beberapa dampak positif bagi kehidupan negara dalam menjalin hubungan luar negeri dengan negara lain dan organisasi regional, maupun internasional. Sementara bagi rakyat, kebijakan Sultan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan infrastruktur, dan kualitas sumber daya manusia, serta mampu meningkatkan pengamalan Islam dalam kehidupan. %Z Herawati. S.Aq." M.Pd %0 Thesis %9 Skripsi %A Suryatininngsih, NIM. 97122033 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya : Sejarah Kebudayaan Islam %D 2003 %F digilib:52782 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Muhammad Abduh dan Ahmad Hassan, Pembaharuan Islam %P 126 %T MUHAMMAD ABDUH DAN AHMAD HASSAN Studi Komparatif tentang Pemikiran Pembaharuan Islam) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52782/ %X 1. Lahimya pemikiran Muhammad Abduh dan A Hassan tainpaknya dilatar belakangi oleh faham penyimpangan-penyimpangan dalam praktek keagamaan seperti: syirik, khurafat dan bid'ah, yang di Indonesia berakar dari proses islamisasi yang berjalan beberapa abad sebelumnya, kebijaksanaan pemerintah yang merugikan umat Islam dan sistem pendidikan yang tidak etesien 2. Pcmikiran Muhammad Abduh dalam bidang tcologi -yakni: -Oadar-Oadha - dan sifat- sifat Tuhan sifat Tuhan. Qadar menurut Abduh dipandang sebagai kemauan dan kehendak Tuhan dalam menciptakan perbuatan tersebut dengan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Tuhan menurut Abduh dipandang sebagai tidak mempunyai sifat sebagai suatu subtansi yang berada di luar zat yang bersifat kekal. Paham yang demikian cenderung dilandasi oleh paham Qadariyah yang menyakini Tuhan mempunyai kekuasaan yang dibatasi oleh janji-:ianji-Nya, keadilan-Nya dan Sunnuh-Nya yang ditetapkan-Nya di alam ini. %Z Pembimbing : Dra. Hj. Siti Maryam, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Susi Laela Sari, NIM. 14120079 %B fakultas adab dan ilmu budaya %D 2019 %F digilib:35451 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kata kunci: PT. Arafat, Perhajian. %P 108 %T PT. ARAFAT DALAM PERHAJIAN DI INDONESIA TAHUN 1964-1979 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35451/ %X Minat berhaji umat Islam di Indonesia sangat besar, sehingga menjadi peluang pihak swasta untuk mendirikan perusahaan pelayaran untuk mengangkut jamaah haji ke tanah suci. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimana penyelenggaraan haji di Indonesia sebelum berdirinya PT. Arafat? Bagaimana latar belakang berdirinya PT. Arafat? bagaimana peran PT. Arafat dalam penyelenggaraan haji di Indonesia?. Penelitian ini menggunakan pendekatan Ekonomi Politik dengan teori patron client. Patron client terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama dan saling menguntungkan, yaitu antara “Patron” dan “client”. Menurut James Scoot dalam patron client terdapat ketidaksamaan dalam pertukaran (inequality of exchange) yang menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan dan kedudukan. Metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri empat tahap yaitu; heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan). Pada tahun 1960-an pergi haji menggunakan kapal laut menjadi favorit, untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji maka didirikan sebuah perusahaan pelayaran bernama PT. Arafat pada tanggal 1 Desember 1964, dengan modal dari penjualan saham sebesar Rp. 50.000,-. PT. Arafat berhasil membeli kapal dalam kurun waktu tiga tahun dari hasil penjualan sahamnya. Peran PT. Arafat dalam perhajian adalah menyediakan trasnportasi untuk mengangkut jamaah haji dengan prosedur pedaftaran, Pembagian Kuotan dan Penempatan di atas kapal. Pada tahun 1979 PT. Arafat dinyatakan pailit dengan hutang sebesar 12 Milyar, sehingga pemerintah mengeluarkan SK melalui Menteri Perhubungan dengan No. SK-72/OT.001/Phb-79, yang isinya meniadakan angkutan haji dengan kapal laut. %Z Dr. Imam Muhsin, M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Suti Maryamah, NIM. 99122315 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:52950 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Solawatan Pitutur Ngudi Laras, Majaksingi Borobudur %P 104 %T NILAI-NILAI ISLAM DALAM SOLAWATAN PITUTUR NGUDI LARAS DI MAJAKSINGI BOROBUDUR MAGELANG (1992-2002) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52950/ %X Kesenian Solawatan Pitutur Ngudi Laras berdiri tahun 1992 yang lagu­lagunya berasal dari Tarikh Nabi dengan bentuk tulisan Arab Pegon dan berbahasa Jawa, dan juga dari serat Wulang Reh Karya Pakubuwono IV. Dalam Solawatan Pitutur Ngudi Laras terdapat nilai-nilai yang mencerminkan nilai-nilai Islam yaitu berkaitan dengan rukun Iman, rukun Islam, mempelajari Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia, sikap terhadap orangtua, menyuruh manusia belajar atau menuntut ilmu kepada ulama serta taat kepada pemimpin selama tidak bertentangan dengan agama. Dalam Solawatan Pitutur Ngudi Laras mengandung tradisi Islam dan tradisi Jawa. Tradisi Islam seperti untuk memulai kegiatan dengan membaca surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan Umbul Dongo. Tradisi Jawa, seperti penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa yang digunakan dalam lagu Solawatan Pitutur Ngudi Laras serta tembang bentuk macapat. %Z Pembimbing : Muhamma Wildan S.A . MA %0 Thesis %9 Skripsi %A Sutrisno, NIM. 96121865 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52761 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kaligrafi Kontemporer, Seni Lukis Kaligrafi Di Yogyakarta, 1976-2000 %P 105 %T KALIGRAFI KONTEMPORER (STUDI PERKEMBANGAN SENI LUKIS KALlGRAFI DI YOGY AKART A, 1976-2000) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52761/ %X 1. Seni lukis kaligrafi adalah seni kaligrafi yang dituangkan ke dalam bentuk lukisan dan merupakan pernyataan antara idio plastis dan fisiko plastis yang mengandung nilai-nilai estetik dan religius. Bentuk menifestasi gagasan dalam wujud visualnya secara estetika mengacu pada kaidah penciptaan seni lukis secara umum, yang secara etika bersumber kepada Al-Qur'an dan AI-Hadis. Disebut kaligrafi kontemporer karena bentuk karya yang ditampikan cenderung membebaskan diri dari rumus-rumus dasar kaligrafi (kaligrafi klasik) dan bersifat mengikuti ams perkembangan seni rupa Barat (modern). 2. Perkembangan seni lukis kaligrafi di Y ogyakarta diawali oleh adanya pengaruh "Gerakan Seni Rupa Barn Indonesia" yang berusaha mengikuti arus perkembangan seni rupa Barat. Seni lukis yang · pertama kali berkembang di Y ogyakarta adalah dengan menggunakan media batik pada tahun 1976. Banyak ragam aliran dan gaya yang bennunculan di dalamnya. Semua itu lebih dipengaruhi oleh sifat ekspresif yang dimiliki oleh kaidah penciptaan seni lukis secara umum. Perkembangannya yang merupakan bentuk manifestasi gagasan dalam bentuk visual, semakin beringas di tahun 1980-an dengan munculnya gaya "Syaifuli" pada tahun 1982. Banyak kalangan seniman melibatkan dirinya dalam penciptaan (pengembangan) seni lukis kaligrafi yang "memberontak" terhadap rumus­rumus dasar kaligrafi. Beberapa faktor yang mendasari munculnya "pemberontakan" terhadap kaidah khathiyah secara gans besar dikelompokkan menjadi dua: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor intern merupakan faktor yang ditimbulkan oleh para seniman muslim %Z Pembimbing : Drs. Badrun Alaina, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Suyono, NIM. 98122203 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:53020 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kontribusi Kuntowijoyo, Historiografi Islam %T KONTRIBUSl KUNTOWIJOYO DALAM HISTORIOGRAFI ISLAM INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53020/ %X Dari serangkaian pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat ditarik dari telaah menngenai kontribusi Kuntowijoyo terhadap historiografi Islam Indonesia sebagai berikut Kuntowijoyo ada:lah seorang cendekiawan Muslim yang berkiprah dengan beragam pemikiran. Tema-tema pemikirannya meliputi berbagai latar belakang ilmu seperti budaya, agama, ,sastra, dan sejarah. Khusus dalam bidang sejarah ia memiliki pemikiran · tersendiri. Lingkungan keluarganya secara tidak sadar telah moogajarkan sejarah, sehingga menjadikannya sebagai seorang sejarawan yang sangat diperhitungkan di komunitasnya. Dalam pandangan Kuntowijoyo historiografi Islam Indonesia masih cenderung deskriptif Hal ini disebabkan karena 'ketidak:mampuan sejarawan me %Z Pembimbing : Drs. Jahdan Ibnu Humam Saleh, MS %0 Thesis %9 Skripsi %A Syafruddin, NIM. 96121819 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52738 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran Politik Muhammadiyah Era Reformasi %P 123 %T PERAN POLITIK MUHAMMADIYAH ERA REFORMASI (Studi Kritis Perilaku Politik Muhammadiyah di Era Reformasi 1998-2000) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52738/ %X Era Reformasi adalah era baru perpolitikan di Indonesia yang dimulai runtuhnya kepemimpinan Orde Baru yaitu pada tanggal 21 Mei 1998. Kebijakan-kebijakan pemerintah era reforrnasi diantaranya adalah mewujudkan kehidupan politik yang demokratis dengan membuat undang­undang politik baru, menegakan kepastian hukum yang sesuai dengan pancasila dan UUD 1945, menyelenggarakan SI MPR yag menghasilkan beberapa keputusan politik di antaranya pencabutan TAP MPR No. 11/1978 tentang P4 dan penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara, mengganti peraturan kebebasan mendirikan partai politik. Dalam bidang hukmn berusaha menegakan kepastian hukum, memberikan arnnesti dan abolisi kepada tahanan politik Orde Baru serta penghapusan Dwi Fungsi ABRI. Perilaku politik Muhammadiyah era Reformasi mernakai strategi, pertama: Strategi sosio religius kultural, yaitu dengan smnbangan moral bagi pembangunan politik, kedua : Strategi mobilisasi sosial, yaitu melakukan aksi penguasaan untuk merubah kebijakan pemerintah dan kepemimpinan, %Z Pembimbing : Drs. Musa MS.i %0 Thesis %9 Masters %A Syarifa Abdul Haris, NIM.: 19204010089 %B FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN %D 2021 %F digilib:47322 %I SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Nilai SKI, Seni Kaligrafi, Sejarah Kebudayaan Islam %P 211 %T PELESTARIAN NILAI-NILAI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI SENI KALIGRAFI DI SANGGAR SENI KALIGRAFI AL-QUR’AN (SASKAL) ALHASYIMI PALU (SUATU TINJAUAN PEDAGOGIS) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47322/ %X Calligraphy is one of the Islamic arts and part of the historical product of Islamic culture so that SKI values are also found in the art of calligraphy. SASKAL Alhasyimi Palu is an institution that do preservation of this Islamic art. It is necessary to study the values of SKI in the art of calligraphy and their influence toward students attitude. The purpose of this study is to find out the reasons for SASKAL Alhasyimi to continue to preserve the art of calligraphy, the efforts made in preserving the art of calligraphy, the SKI values contained in calligraphy art activities, and the implications of preserving SKI values on changes in the attitudes and behavior of calligraphy activists at SASKAL Alhasyimi Palu. The research used a descriptive qualitative research method that emphasizes the use of field data (natural). The results of the study were carried out based on pedagogical reviews, with data collection techniques using participatory observation methods, unstructured interviews, and documentation. The research subjects were the general leadership of SASKAL Alhasyimi Palu and teachers at SASKAL Alhasyimi and were taken through purposive sampling technique. The data sources are intensive course participants, short course students and boarding students at SASKAL Alhasyimi that were taken through the snowball sampling technique. The technique of data analysis carried out by reducing the data and then presented it in the form of a short description, and verified and validated through data triangulation. The results showed that: 1) The art of calligraphy is an art that continues to be preserved in SASKAL Alhasyimi because it is part of Islamic art, part of the history of Islamic culture, part of science and knowledge of the Qur'an, part of skill and part of da'wah. 2) Efforts to preserve the art of calligraphy at SASKAL Alhasyimi are done by promoting SASKAL through Alhasyimi cadres, various activities, motivation and reward programs, continue to contribute achievements. 3) There are 19 SKI values in art of calligraphy at SASKAL Alhasyimi, namely religious, patience, exemplary, low profile, accuracy, honesty, tolerance, discipline, hard work, creative, independent, democratic, curiosity, respect achievement, friendly/communicative, peace-loving, fond of reading, social care, and responsibility. 4) The implications of SKI values toward attitudes of calligraphy activists at SASKAL Alhasyimi are determined. %Z Pembimbing : Dr. H. Sabarudin, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Syukran Ma'mun Hidayat, NIM. 01120629 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52662 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Islam Dan Militer, Dinamika Hubungan Gerakan Islam Politik %P 200 %T ISLAM DAN MILITER: DINAMIKA HUBUNGAN GERAKAN ISLAM POLITIK DAN MILITER DI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU (1966-1998) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52662/ %X Dalam perspektif yang lehih luas, tentang pasang surut hubungan Islam dan militer (kerjasama, konfrontasi dan hannonisasi) dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dalam (bah pendahuluan) mengapa terjadi pasang-surut hubungan itu yang berujung pada perubahan hubungan dan hannonisasi antara Islam dan militer pada masa 10 tahun terakhir kekuasaan Orde Baru? dan negara dalam hal ini Soeharto yang memegang peranan kunci hubungan antara keduanya semakin melunak terhadap Islam politik? dan sejauh manakah pengaruh kekuatan kelompok Islam politik; fundamentalis, reformis, dan akomodasionis dalam peranannya terhadap fenomena pasang-surut itu? Mengingat pertentangan sikap dan permusuhan yang begitu keras ditunjukkan militer sejak awal kekuasaan orde baru, yang telah mengharu- irukan keputusasaan para aktivis Islam politik, seperti yang sud.ah ditunjukkan dalam kajian ini, bahwa keberpihakan militer terhadap kebatinan (kejawen) yang justru ditentang oleh kalangan umat Islam dan tarnpilnya militer abangan dan non-muslim di jajaran elit militer dan aliansi mereka dengan kelompok nasionalis. Di lain pihak konflik kultural yang sudah berusia lama antara Islam terorganisir dan rezim Soeharto, yakni Soeharto dan para jenderal yang ada di sekitarnya berasal dari lingkungan Hindu Jawa yang membuatnya lebih sebagai Muslim Nominal (abangan) dan bukan sebagai Muslim yang taat (santri). Asumsi yang berkembang akhimya adalah Soeharto dengan Orde Barunya telah mengikuti tesis-tesis Snouck Hurgronje dalam melayani kepentingan umat Islam. Islam sebagai sistem ritual dan kemasyarakatan, bukan sebagai entitas Islam politik. Artinya Soeharto selama ini telah memajukan ketaatan beragama personal dan menentang politisu.Si agama. Dengan mengurai kembali peran Islam pada awal kebangkitan Orde Baru dan keterlibatan Islam dalam proses politik (1966-1975), peminggiran politik pada masa kejayaan Orde Baru (1976-1988), dan gagasan baru menuju kebangkitan Islam politik setelah lama terpinggirkan (1989-1998). Studi ini menunjukkan bahwa artikulasi-artikulasi Islam yang bercorak formalistik­legalistik-inklusif, besar perannya dalam membentuk J,ubungan yang saling mencurigai, tidak harmonis, bahkan sampai ke tingk?t antagonistik antara aktivis gerakan Islam politik ( dalam hal ini Muslim santri) dan militer (yang abangan). %Z Pembimbing : Drs. Musa, M.si %0 Thesis %9 Skripsi %A TARMAN, NIM. 12120057 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36650 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K K.H. Ruhiat, politik dan perjuangan %P 92 %T K.H. RUHIAT DAN PERJUANGANNYA MASA AKHIR PENJAJAHAN BELANDA SAMPAI AWAL KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI TASIKMALAYA 1930-1949 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36650/ %X K.H. Ruhiat adalah pendiri Pondok Pesantren Cipasung, ia lahir pada tanggal 11 November 1911 di Kampung Cisaro, Desa cipakat, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Sebagai seorang kiai, separuh hidupnya dugunakan untuk mengurus pesantren serta membina masyarakt. K.H. Ruhiat memiliki jiwa nasionalisme yang cukup tinggi, sehinnga memiliki kepedulian terhadp kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangannya dalam pendidikan telah membuktikan keberhasilannya dengan berkembangnya Pesantren Cipasung, awalnya kurikulum pengajaran hanya berfokus pada ilmu pengetahuan Agama Islam saja namun ia telah berhasil memadukannya antara pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum. Dalam kemasyarakatan, ia telah sukses melakukan dakwah-dakwah dan mengadakan kajiankajian guna untuk menyebarkan agama Islam serta mngembangkan NU di Tasikmalaya. Keterlibatannya dalam menentang penjajahan merupakan hal utama yang dilakukan oleh K.H. Ruhiat, maka ia konsisten mempejuangkan jalur pendidikan sebagai cara mendidik masyarakat agar tidak selamanya dibodohi oleh penjajah. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti lebih lanjut tentang biografi dan perjuangannya K.H. Ruhiat. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti bermaksud untuk menjelaskan lebih rinci terhadap pejuangan K.H. Penelitian ini menggunakan pendekan biografi-sosiologis untuk mengkaji perjalanan hidup K.H. Ruhiat dari mulai ia lahir hingga wafat. Penelitian ini juga menggunakan pendekan sosiologis untuk mengkaji perjuangannya terhdap pendidikan, kemasyaarakatan, dan keterlibatannya dalam menentang penjajah di Tasikmalaya. Teori yang digunakan adalah teori peranan sosial oleh Erving Goffman. Sementara metode yang digunakan adalah merode sejarah, yaitu, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. K.H.Ruhiat merupakan kiai yang sukses memerankan peran sosial, politik, dan keagamaan. Sebagai ulama yang memulai rintisan perjuangan dari pesantren, K.H Ruhiat memfokuskan pada pendidikan. Walau pada awalnya begitu terlibat dalam politik, namun karena perubahan peta politik, menjadikan K.H Ruhiat lebih mampu bertahan dan sukses dalam pendidikan. Selain itu, perjuangan KH. Ruhiat yang membawa perubahan terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Ia berusaha memberikan kebutuhan masyarakat sekitar dalam bidang pendidikan, keagamaan, politik, kebudayaan hingga ekonomi. %Z Dr. Nurul Hak, S. Ag. M. Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A TAUFIQ, NIM.: 10120092 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:33080 %I UIN Sunan Kalijaga %K Biografi Nabi saw., al-Sîrah, Historiografi, Sîrah Nabawiyyah, Klasik. %P 104 %T HISTORIOGRAFI SÎRAH NABAWIYYAH Masa Klasik (abad 1-4 H/ 7-10 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33080/ %X Urgensi atas kefahaman umat Islam terhadap sejarah dan perjuangan Nabi Muhammad saw. merupakan kunci utama dalam memahami seluruh aspek ajaran Islam secara utuh (kȃffah) dan paripurna. Kenyataan bahwa, kesempurnaan teladan agung itu hanya terekam sepotong-sepotong dalam kitab suci (al-Qur’ȃn) dan kalam mutiara (al-Ḫadîts), yang sempat dihafal dan kemudian dituliskan. Penulisan sejarah Islam melalui pendekatan biografi Nabi saw. (al-Sîrah), merupakan salah satu corak penulisan sejarah fase awal, yang paling masyhur dan diminati oleh para Ulama. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya-karya sejarah Islam yang mengambil tema penulisan yang menautkan secara langsung kepada episode-episode kehidupan Nabi saw. Dalam kamus al-Mu‘jam al-Wasîth, al-Sîrah adalah: kebiasaan, jalan, dan seluruh keadaan yang melingkupi seorang manusia. “al-Sîrah al-Nabawiyyah” dan kitab “al-Siyar” di ambil dari al-Sîrah (kisah perjalanan hidup, baca: biografi) dalam pengertian kisah perjalanan hidup. Dibahas pula di dalamnya ekspedisi militer (al-Maghȃzi) dan peristiwa yang lain. Contoh; saya membaca biografi (Sîrah) Perjalanan hidup seseorang. Jamaknya: al-Siyar. Kerangka “Historiografi” dalam memahami rangkaian sejarah penulisan Sîrah Nabawiyyah, diperlukan untuk mengungkapnya, baik “proses” maupun sebagai “hasil”. Sebagai “proses”, bisa diungkap sejarah kodifikasinya (tadwîn), sebagai “hasil”, bisa diungkap isi dan metode dalam penulisannya. Pembabakan sejarah, dalam penulisan Sîrah Nabawiyyah terbagi kedalam tiga tahap yaitu Fase Klasik (abad 1-4 H/ 7-10 M), Fase Pertengahan (abad 5-8 H/ 11-14 M) dan Fase Modern (abad 9-15 H/ 15-21 M.). Fase klasik terdiri dari tiga Thabaqah; (A) Thabaqah Sahabat (abad ke 1 H/ 7 M), (B) Thabaqah Tȃbi’ȗn (akhir abad ke 1-2 H/ 7-8 M), (C) Thabaqah Tȃbi’u al- Tȃbi’în (akhir abad 2-4 H/ 8-10 M). Sîrah Nabawiyyah fase klasik merupakan hasil dari sublimasi dua tema historiografi Islam awal al-Maghȃzi dan al-Siyar. Kedua istilah ini sudah di temui sejak zaman sahabat, hal ini bisa di ketahui dengan merujuk pada proses transmisi periwayatan serta penuturan ȃtsȃr, khabar, dan ẖadîts Nabi saw. dari generasi sahabat kepada generasi tȃbi’ȗn. Sebagaimana dijelaskan oleh al-Khotîb al- Baghdȃdi dalam kitab al-Jȃmi’ li Akhlȃq al-Rȃwi wa Adȃb al-Sȃmi’, yang mengutip perkataan ‘Ali ibn al-Ḫusain ibn ‘Ali ibn Abi Thȃlib; “Kami mempelajari Maghȃzi ( مغازي ) Nabi saw. dan sarȃyȃ-nya ( سرايا ) sebagaimana kami mempelajari surat-surat dalam al-Qur’ȃn”. Kata “sarȃyȃ” merupakan bentuk jamak dari kata “sariyyah” ( سرية ) yang berarti perjalanan atau ekspedisi. Kata-kata kunci: Biografi Nabi saw., al-Sîrah, Historiografi, Sîrah Nabawiyyah, Klasik. %Z Herawati, S.Ag., M.Pd. %0 Thesis %9 Skripsi %A TRI PRAHASTO SETIAWAN, NIP. 13120091 %B Fakultas Adab Dan Budaya %D 2017 %F digilib:29829 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Biografi, Bisnis, dan Dakwah %P 119 %T PERJALANAN BISNIS DAN DAKWAH KIAI HAJI ABDULLAH GYMNASTIAR (TAHUN 1986-2008 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29829/ %X KH. Abdullah Gymnastiar, yang lebih akrab dikenal dengan Aa Gym dilahirkan bukan dari lingkungan pesantren. Ia pun menempuh pendidikan formal yang tidak berbasis dengan bidang keagamaan. Meskipun demikian, Aa Gym tertarik dalam bidang dakwah. Konsep dakwah yang dijalankan olehnya, yaitu Manajemen Qalbu (MQ). Manajemen Qalbu dapat berpengaruh untuk memotivasi jamaahnya dalam perbaikan akhlak melalui pembersihan dan penyucian hati. Dengan demikian, ia mampu merangkul jamaah yang ingin mendalami Islam secara praktis namun pasti. Melalui cara dakwah ini, Aa Gym mampu mengajak tidak hanya umat Islam saja, akan tetapi umat kristen juga untuk membersihkan hati dan memperbaiki diri. Sebelum terjun dalam bidang dakwah, Aa Gym telah mendalami dunia bisnis dalam bidang perdagangan. Untuk itu, penulis terdorong untuk meneliti tentang Perjalanan Bisnis dan Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perjalanan dakwah yang dilakukan oleh Aa Gym dengan basis bisnis, serta bertujuan untuk merekontruksi peristiwa masa lampau secara kronologis dan sistematis berdasarkan pada datadata yang diperoleh. Penulis menggunakan alat analisis berupa pendekatan biografis-ekomomis. Pendekatan biografis digunakan untuk mengungkapkan latar belakang kehidupan K.H. Abdullah Gymnastiar. Sementara itu, pendekatan ekonomis berusaha untuk menjelaskan bagaimana Aa Gym berbisnis untuk memakmurkan masyarakat sekitar. Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep bisnis dan dakwah. Adapun, teori yang digunakan penulis adalah teori ekonomi modern. Teori ini digunakan untuk menjelaskan tentang kegiatan bisnis dan dakwah Aa Gym yang menggunakkan alat-alat modern dalam bisnis dan dakwahnya. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa KH. Abdullah Gymnastiar merintis dakwahnya melalui perjuangan yang gigih. Selama menyerukan dakwah, ia selalu memfokuskan pada konsep Manajemen Qalbu. Konsep tersebut merupakan seruan kepada jamaahnya untuk mengolah hati agar potensi positif yang dimiliki setiap manusia berkembang dengan baik. Dengan demikian, Aa Gym berpengaruh terhadap santri dan masyarakat sekitar Daarut Tauhiid untuk lebih menjernihkan hati dan mendekat kepada Allah. Serta, setiap dakwah yang dilakukan oleh Aa Gym mengalami perkembangan dalam bentuk aktivitas pengajian yang diiringi dengan kegiatan wirausaha. Oleh karena itu, Aa Gym berperan dalam meningkatkan ketauhidan jamaah dan ekonomi masyarakat sekitar %Z Drs. Badrun Alaena, M.Si, %0 Thesis %9 Skripsi %A Tanwirul Bariroh, 15480088 %B Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan %D 2019 %F digilib:38547 %I UIN Sunan Kalijaga %K Media Video, Prestasi Belajar, Sejarah Kebudayaan Islam %P 205 %T PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP PRESTASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS III MIN 1 BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38547/ %X ABSTRAK Tanwirul Bariroh, %Z Izzatin Kamala, M.Pd, %0 Thesis %9 Masters %A Taslim Batubara, NIM.: 21201021001 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:65807 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Polarisasi; Arab-Hadrami; integrasi; Surakarta. %P 204 %T POLARISASI MASYARAKAT ARAB-HADRAMI DI SURAKARTA, 1914-1950 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65807/ %X Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena polarisasi yang terjadi pada masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta pada periode 1914-1950 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pokok permasalahan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu: (1) faktor terjadinya polarisasi masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta, 1914-1950; (2) bentuk terjadinya polarisasi masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta, 1914-1950; (3) dampak terjadinya polarisasi masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta, 1914-1950. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat bagaimana polarisasi yang terjadi pada masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta akan menjadi salah satu sebab bagaimana masyarakat Arab-Hadrami di wilayah tersebut kemudian mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Indonesia secara umum. Penelitian ini mengenai sejarah sosial yang berkaitan dengan polarisasi masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta dengan pendekatan sosiologis. Konsep-konsep yang digunakan di dalam penelitian ini ialah: polarisasi, konflik, dan integrasi sosial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Polarisasi Sosial untuk melihat perpecahan atau perbedaan yang tajam antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat, sehingga kelompok-kelompok tersebut saling terisolasi dan mengalami konflik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan empat tahapan, yaitu: pengumpulan sumber, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu: sumber primer dan sekunder. Sumber primer yang digunakan meliputi Volkstelling 1930 Deel VII, Chineezen En Andere Vreemde Oosterlingen in Nederlandsch-Indie, Koempoelan Toelisan dengan Gerakan al-Irsjad, Verslag Tahoenan 1935-1936 Al Irsyad, Sikep dan Toedjoean Al-Irsjad, serta surat kabar sezaman seperti: Pewarta Arab, Hadramaut, Matahari, Al-Ma'arif, ad-Dahna, Al-Bashir, Insaf, Al-Wivac, Pembela Islam, Lembaga Baroe, dan Aliran Baroe. Sedangkan sumber sekunder berasal dari buku, jurnal, dan artikel ilmiah lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor terjadinya polarisasi masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta, 1914-1950 terjadi karena tiga hal, yaitu: Fatwa Solo, perbedaan pandangan tentang gelar dan tradisi, dan orientasi terhadap tanah air. Sementara bentuk-bentuk polarisasi masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta antara tahun 1914-1950 terbentuk melalui tiga hal, yaitu: organisasi sosial, pendidikan, dan surat kabar. Hasil lainnya terkait dampak yang terjadi terkait dengan dampak polarisasi masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta, 1914-1950 terwujud ke dalam dua hal, yaitu: mencari organisasi persatuan masyarakat Arab-Hadrami di Surakarta dan pengintegrasian masyarakat Arab-Hadrami Surakarta menjadi Indonesia. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Muhammad Wildan, M.A., %0 Book Section %A Tasnimah, Tatik Mariyatut %B PROCEEDINGS Adab-International Conference on Information and Cultural Sciences “Cultural Literacy and Islam in the Post-Truth Society” %C Yogyakarta %D 2019 %F digilib:37731 %I UIN SUNAN KALIJAGA %K نجيب الكيلاني – المذاهب الأدبية – هيمنة – الأدب المقارن – التأثر العكسي %N - %P 188-198 %S prosiding %T Riyadah Najib al Kaylany li muqawamah himanah al madhahib al adabiyyah al gharbiyyah fi al adab al 'Araby al hadith (dirasah tahliliyyah fi al adab al muqaran) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37731/ %X تبحث هذه المقالة في ريادة الأديب نجيب الكيلاني ومكانته بين الأدباء العرب الذين حاولوا أن يحّققوا ظهور المذهب الإسلامي في الأدب العربي الحديث. ومن الدواعي لهذا البحث أن تنظر الباحثة إلى جهود الكيلاني الجادة بإنتاجاته لمواجهة سيطرة المذاهب الأدبية الغربية على الأدب العربي. إ ّن هذه المذاهب تنطلق من الأفكار الفلسفية الغربية التي قد تتناقض بالمبادئ والتعاليم الإسلامية. لقد كتب الكيلاني عدة الكتابات رواية كانت أم نقدا أدبيا عّبر فيها تعبيرات تدينيةً عن الحقائق أو الوقائع الراهنة التي عاناها المسلمون في أقطار العالم. في حين أن أكثرية الأدباء العرب في عصره بل منذ عصر النهضة الحديثة غرقوا تحت هيمنة التيارات الأدبية الغربية . وهم لم يكونوا واعيين بأن لا رؤية ولا رسالة في أعمالهم الأدبية تتعلق بدينهم الإسلامي اللهم إلا نصيب قليل. و يستخدم هذا البحث التحليل النوعي للكشف عن وقفة تدينية ذهب إليها نجيب الكيلاني. والنظرية التي اعتمد عليها هذا البحث هي نظرية الأدب المقارن التي تدرس مواطن التلاقي بين الآداب في لغاتها المختلفة ، والتأثير والتأثر لهذه الصلات التاريخية، سواء تعلقت بالمذاهب الأدبية أو التيارات الفكرية أو غيرها (هلال، .)13 :2003وفي هذا الصدد يدرس الأدب المقارن اللقاء بين الأدب العربي والأدب الغربي. والنتيجة التي حصل إليها هذا البحث أن نجيب الكيلاني قام بريادة إظهار المذهب الإسلامي استقبالا عكسيا لسيطرة وهيمنة المذاهب الغربية في الأدب العربي الحديث. إذن تأثر نجيب الكيلاني بالمذاهب الأدبية الغربية تأثرا ضديا. الكلمات المفتاحية: نجيب الكيلاني – المذاهب الأدبية – هيمنة – الأدب المقارن – التأثر العكسي %0 Thesis %9 Skripsi %A Teguh Bali Adi, NIM.00120193 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52593 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Islamisasi di Jembrana Bali %P 98 %T ISLAMISASI di JEMBRANA-BALI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52593/ %X Sebelum umat Islam datang ke wilayah Jembrana telah terdapat agama tua yang dianut oleh masyarakat setempat yaitu animisme, dinamisme dan Hindu, yang telah tumbuh subur pada masyarakat Jembrana saat itu. Sebelum hadimya agama Hindu di Jembraua telah dijurnpai orang penghuni Bali asli yang di kenal dengan orang Bali Aga, serta merekalah yang menjadi penguasa awal di daerah tersebut seperti Kyayi Malela Cengkrong, raja pertama di wilayah Jembrana. Umat Islam datang ke wilayah Jembrana dengan tiga tahap yaitu : a. Tahap pe1tama tahun 1653, Islam dibawa oleh suku Bugis dan Makasar yang datang dengan menggunakar perahu jenis Pinisi dan Lambo serta dilengkapi perlengkapan perang sepe1ti meriam, senapan api, tombak dan lain-lain, mendarat di sungai Ijo Gatling, Jembrana. Laskar ini dipimpin oleh Daeng Nachoda, salah sorang ketumuan Raja Wajo Makasar. Kehadiran mereka disambut baik oleh penguasa Jembrana dengau melalui ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah piliak, yang di antaranya umat Islam akan dibe1i tempat tinggal di daerah Jembrana dengan bersedia untuk ikut mernpertahankan keutuhan wilayah Jembrana dari seraugan manapun juga %Z Pembimbing : Imam Muhsin S.Ag, M.Ag, %0 Thesis %9 Skripsi %A Teguh Ramdani, NIM.: 15120040 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:54035 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Masjid Al Hidayah, Kampung Adat Kuta, Dinamika Fungsi Masjid %P 73 %T FUNGSI MASJID AL-HIDAYAH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KUTA DI DESA KARANGPANINGGAL CIAMIS, 1980-2021 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54035/ %X Masyarakat Kampung Kuta merupakan masyarakat adat yang memegang teguh budaya nenek moyang. Segala kegiatan adat dilakukan berdasarkan apa yang diajarkan oleh nenek moyangnya tersebut. Letak geografis Kampung Adat Kuta terletak di Desa Karangpaninggal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Seluruh masyarakat Kampung Adat Kuta memeluk agama Islam, sebagai umat Islam yang taat di masyarakat Kampung Adat Kuta terdapat sebuah masjid yang mempunyai fungsi sebagai salah satu bentuk percampuran budaya sunda dan Islam. Masjid Al Hidayah yang ada sejak 40 tahun yang lalu. Selama 40 tahun Masjid Al Hidayah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek sosial masyarakat, seperti sosial keagamaan, pendidikan, ekonomi dan budaya. Hal menarik untuk diteliti ketika masyarakat adat terdapat sebuah masjid dan dapat menanamkan syariat Islam secara menyeluruh di Kampung Adat Kuta dan adanya percampuran budaya antara Islam dan sunda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana fungsi masjid dalam kehidupan masyarakat Kampung Adat Kuta. Jenis penelitian ini adalah sejarah lokal sehingga dalam proses tahapan penelitian meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Selain itu teori yang digunakan adalah struktural fungsional dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Teori struktural fungsional seperti yang diungkapkan oleh Robert K Merton menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Adapun hasil penelitian ini adalah masyarakat Kampung Adat Kuta mengalami perkembangan yang stabil dan fungsi dari ketua adat, kuncen dan ustaz di Kampung Adat Kuta menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Tiofany Rika Devi, NIM: 11120088 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32526 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pers, Majalah Suara Muhammadiyah , Wacana Politik %P 99 %T WACANA POLITIK DALAM MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 1997-1999 DI YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32526/ %X Majalah Suara Muhammadiyah merupakan salah satu majalah di Indonesia. Majalah Suara Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan merupakan tonggak awal perubahan dunia dakwah Islam bagi Muhammadiyah, dari dakwah secara oral atau lisan menuju tertulis. langkah ini merupakan pembaharuan dari KH. Ahmad Dahlan untuk menjawab sebuah permasalahan keagamaan. Dalam perkembanganya, Suara Muhammadiyah mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan. Majalah Suara Muhammadiyah menjelang masa reformasi turut menunjukkan aspirasinya tentang perpolitikan bangsa. Majalah ini mulai mengutamakan rublik politik dibandingkan penerbitan tahun sebelumnya. Tahun 1997-1999, di bawah pimpinan Amien Rais mengalami perubahan signifikan dalam beberapa aspek yang dipengaruhi kondisi politik. Metode penelitian yang digunakan adalah Heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang berkaitan dengan majalah Suara Muhammadiyah. Verifikasi dilakukan guna memperoleh keaslian dan keabsahan sumber. Intepretasi guna menafsirkan peristiwa yang diteliti dan bertumpu pada pendekatan sejarah pemikiran, dengan penekanan pada aspek wacana politik suatu majalah atau media pers yang berhubungan dengan kekuasaan dan peristiwa reformasi. Teori yang digunakan adalah teori agenda setting media. Fungsi dari agenda setting media adalah pertanggungjawaban terhadap apa yang dianggap penting oleh publik. Historiografi dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara kronologis dan sistematis. Hasil dari penelitian ini adalah adanya wacana politik yang terjadi pada majalah Suara Muhammadiyah tahun 1997-1999. Perkembangan majalah Suara Muhammadiyah terjadi pada tahun 1997-1999, pada beberapa rubrik yang berorientasi politik karena melihat suasana politik masa reformasi. Beberapa rubrik tersebut yaitu Sajian Utama, Wawasan Kemuhammadiyahan, Tajuk Rencana, dan Pedoman. Selain itu juga terdapat wacana politik dalam Majalah Suara Muhammadiyah menyebarkan nilai informasi politik dan pendidikan politik kepada para pembaca majalah, sehingga pembaca tidak buta akan politik di negara Indonesia. Adapun kontribusi dari majalah Suara Muhammadiyah dapat mempengaruhi masyarakat sehingga dapat membentuk presepsi dan kesadaran masyarakat. %Z Riswinarno, SS., MM %0 Thesis %9 Skripsi %A Tofik Ismail, NIM.: 05120029 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2013 %F digilib:52419 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Jilbab, Wanita, Globalisasi, Mahasiswi %P 71 %T EKSISTENSI JILBAB DALAM BUDAYA POPULER (STUDI KASUS MAHASISWI FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52419/ %X Geliat arus globalisasi yang tak terbendung akan mengubah cara pandang manusia dan juga mahasiswa dan kaum terpelajar dalam memahami makna dari suatu budaya. Fenoman semacam ini juga tergambar pada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang notabene adalah kampus Islam yang memadukan antara ilmu-ilmu Islam dan ilmu-ilmu modern, dalam memahami pakaian muslimah yaitu Jilbab. Jilbab merupakan gaya kebudayaan khas Islami, jilbab sendiri adalah kata dari bahasa Arab yang bentuk jamaknya jalabib, berarti kain panjang, longgar, dan tidak tipis yang digunakan untuk menutupi dada dan kepala. Dalam lingkungan kampus Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga pemakaian jilbab yang sesuai dengan syari`at Islam dan kode etik kampus semakin kurang dimintai oleh para mahasiswi. Pengaruh budaya pop yang perlahan mengubah cara pandang mahasiswi dalam berpakaian yang semakin tidak ingin ketinggalan oleh trend. Inilah salah satu ketertarikan peneliti untuk mengungkap lebih jauh mengenai keeksisan jilbab bagi mahasiswi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ditengah maraknya kebudayaan populer dan penelitian ini juga menyoroti lebih dalam mengenai pemakaian jilbab yang masih sesuai dengan makna sesungguhnya yaitu sesuai dengan syari`at Islam, serta untuk mengetahui faktor yang menyebabkan Jilbab masih eksis di tengah-tengah pengaruh budaya pop. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan rasionalisme dan realitas budaya yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan telaah studi kasus. Adapun jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksistensi jilbab di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Suka Kalijaga masih banyak kita temukan terutama jilbab yang syar`i. menurut mereka, mereka tidak ingin terpengaruh oleh jilbab yang populer, mereka tetap menggunakan jilbab yang sesuai dengan syar`i karena menurutnya jilbab inilah yang sesuai dengan al-qur’an dan al-hadist. Selain itu dari pemakaian jilbab itu sendiri terdapat nilai-nilai yang sangat penting yaitu nilai agama: bahwa pemakaian jilbab merupakan wujud keta`atan seseorang dalam menjalankan perintah Agama (Allah SWT) yaitu perintah mengenakan jilbab. Nilai sosial: dengan memakai jilbab maka akan memberikan rasa aman bagi si penggunanya,karna jilbab mencegah dari perbuatan asusila. Nilai budaya: kaitanya dengan nilai budaya, Indonesia merupakan Negara yang menganut budaya ketimuran dimana budaya ini menjujung tinggi kesopanan, dengan demikian berjilbab termasuk bentuk pakaian yang sopan %Z Pembimbing: Dra.Soraya Adnani,M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Tomi Wahyudi, NIM.: 14120071 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:49283 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Sultan Akbar, Seni Lukis Miniatur India, Pra-Mughal %P 68 %T SEJARAH SENI LUKIS MINIATUR MUGHAL PADA MASA SULTAN AKBAR TAHUN 1556-1605 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49283/ %X Seni lukis miniatur Mughal telah muncul dari masa pemerintahan Sultan Babur (1526-1530 M) dan kemudian diwariskan kepada para penerusnya. Perkembangan seni lukis miniatur Mughal mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Akbar (1556-1605 M). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini ialah mengenai sejarah seni lukis miniatur Mughal pada masa Sultan Akbar, yang meliputi seni lukis miniatur India, seni lukis miniatur masa Sultan Akbar, perkembangannya, serta faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah kesenian dengan menggunakan pendekatan kesenian, yakni suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil ciptaan manusia. Teori yang digunakan ialah teori evolusi kesenian yang dikemukakan oleh Herbert Spencer yang berbunyi, seni berkembang melalui proses perubahan pandangan atau cara berpikir, baik itu secara individu atau kelompok, maupun dalam masyarakat. Teori tersebut digunakan sebagai alat bantu dalam mengamati perubahan/perkembangan pada seni lukis miniatur Mughal. Metode yang peneliti gunakan untuk mengolah data meliputi enam tahap, yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Jenis penelitian ini ialah penelitian sejarah dalam bentuk pustaka. Temuan yang didapat dari penelitian ini ialah sebagai berikut: Pertama, sejarah seni lukis miniatur India dimulai sejak abad 11 M dalam bentuk seni lukis miniatur Jain. Kemudian muncul corak seni lukis miniatur islami pada masa Sultan Sikandar Lodi (1488-1577 M). Setelah itu Sultan Babur (1526-1530 M) mempelopori cikal bakal seni lukis miniatur Mughal, yang kemudian berlanjut pada masa Sultan Humayun (1530-1556 M) dan akhirnya sampai pada masa Sultan Akbar (1556-1605 M). Ke-dua, pada masa Sultan Akbar seni lukis miniatur Mughal mengalami penambahan fungsi dan munculnya tema-tema lain seperti tema Hindu, sejarah dan bibliografi, serta tema lukis miniatur potret. Ke-tiga, selain dari penambahan tema dan fungsi, dalam hal teknik pembuatan seni lukis miniatur Mughal juga mengalami perkembangan pada periode tersebut, yakni munculnya teknik Kesu Das yang memberikan sentuhan dalam rendering ruang dan volume. Adapun perkembangan tersebut dilandasi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, antara lain penyatuan para seniman dari seluruh India, adanya Kitab Khana, keterlibatan langsung Sultan Akbar, dan masuknya pengaruh seni lukis Barat. %Z Pembimbing : Herawati, S.Ag., M.Pd %0 Thesis %9 Skripsi %A Trei Ilham Supawi, NIM.: 17101020013 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:45456 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Sejarah, Soekarno, Arsitektur Masjid %P 77 %T PERAN SOEKARNO TERHADAP ARSITEKTUR (STUDI KASUS SEJARAH MASJID JAMIK DI BENGKULU) TAHUN 1938-1942 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45456/ %X Masjid Jamik Bengkulu merupakan salah satu masjid tertua di Bengkulu dan termasuk masjid-masjid bersejarah di Indonesia. Masjid tersebut tidak dapat dipisahkan dari campur tangan Soekarno pada saat pengasingan di Bengkulu tahun 1938-1942. Soekarno mengakulturasikan bentuk arsitektur masjid dengan budaya Eropa, Istanbul, Jawa, dan Bengkulu. Adapun tujuan penelitian ini yaitu, 1). Untuk mengetahui bagaimana peran Soekarno terhadap arsitektur bangunansaat pengasingan di Bengkulu, 2). Menjelaskan bagaimana kepakaran Arsitektur Soekarno dalam merancang Arsitektur Masjid Jamik di Bengkulu, 3). Mengetahui wujud Arsitektural Masjid Jamik rancangan Soekarno. Penelitian ini menggunakan teori akulturasi. Menurut Koentjaraninggrat, teori akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia kebudayaan tertentu dihadapkan oleh unsur-unsur kebudayaan asing dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri. Teori ini juga digunakan untuk menganalisis pengaruh budaya arsitektur yang diberikan oleh Soekarno terhadap Masjid Jamik di Bengkulu. Dalam hal ini, peneliti juga menggunakan pendekatan arsitektur modern. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, maka peneliti mengunakan metode sejarah untuk menjelaskan peran Soekarno terhadap rancangan arsitektur Masjid Jamik di Bengkulu secara kronologis. Metode sejarah ini meliputi empat tahap, yakni heuristik, verifikasi, interprestasi, dan historiografi %Z Pembimbimg : Riswinarno, SS, MM %0 Thesis %9 Masters %A Trei Ilham Supawi, NIM.: 21201021013 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:65803 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi Tabut; Perubahan Budaya; Ritual; Festival %P 120 %T PERUBAHAN TRADISI TABUT DAN PENGARUHNYA PADA MASYARAKAT KOTA BENGKULU, 1990-2000 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65803/ %X Penelitian ini membahas perubahan tradisi Tabut dan pengaruhnya pada masyarakat Kota Bengkulu dari tahun 1990 hingga 2000. Tradisi Tabut mengalami perubahan yang signifikan dari ritualnya bersifat keagamaan menjadi seni pertunjukkan dalam bentuk festival budaya Bengkulu. Adapun tujuan penelitian ini yaitu, 1). Mengetahui masuknya tradisi Tabut di Kota Bengkulu, 2). Menjelaskan perubahan tradisi Tabut dari ritual ke festival budaya Bengkulu tahun 1990-2000 dan, 3). Menganalisis pengaruh perubahan tradisi Tabut bagi kehidupan masyarakat Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan antropologi budaya. Teori yang digunakan adalah perubahan budaya serta menerapkan metode sejarah, yaitu: pengumpulan data primer dan data sekunder sebagai tahap heuristik, dan melakukan kritik sumber atau tahap verifikasi untuk menguji keabsahan data sejarah. Selanjutnya tahap interpretasi atau penafsiran data sebagai upaya untuk menghubungkan fakta sejarah sehingga diperoleh satu kesatuan yang utuh dan rasional. Tahap terakhir yaitu historiografi sebagai langkah dalam melakukan penulisan sejarah yang disusun secara sistematis dan kronologis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan tradisi Tabut di Kota Bengkulu masih kuat dengan pernyataan yang menyebutkan tradisi berasal dari pengaruh Syi’ah. Akan tetapi tahun 1990-1995, perayaan tradisi Tabut mengalami perubahan yang dimulai dengan munculnya komunitas Tabut dan festival rakyat. Pada tahun 1996-1999, muncul indikasi dari pemerintah yang menjadikan tradisi Tabut sebagai produk budaya Kota Bengkulu. Sejak tahun 2000, tradisi Tabut mengalami perubahan yang signifikan dari ritual komunitas Tabut menjadi aset budaya nasional. 2). Perubahan tradisi Tabut mampu mempengaruhi siklus kehidupan masyarakat Kota Bengkulu baik dari segi agama, sosial, ekonomi, dan pariwisata. %Z Pembimbing: Dr. Sujadi, M. A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Tri Agustiana Retno Dinaryanti, NIM.: 09481096 %B FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN %D 2011 %F digilib:55252 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Hasil Belajar, Strategi Active Learning, Sejarah Kebudayan Islam %P 175 %T PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS VI MI GUPPI AT TAQWA WALED KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE QUIZ TEAM TAHUN PELAJARAN 2011/2012 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55252/ %X Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI GUPPI AT TAQWA Waled, Kemiri, Purworejo ini belum dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam selama ini masih secara konvensional, yaitu masih menggunakan model ceramah atau ekspositori, di mana siswa masih menjadi obyek pembelajaran, sehingga pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terkesan monoton dan menjenuhkan, dan berujung pada ketidaktertarikan siswa terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Sehingga siswa menjadi pasif dan hasil belajar selalu di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan strategi pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI setelah strategi tersebut diterapkan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan mengambil latar MI GUPPI AT TAQWA Waled, Kemiri, Purworejo. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan tes hasil belajar untuk melengkapi data yang ingin diungkap. Dalam penelitian ini menggunakan analisis teknik tabulasi data secara kualitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada setiap siklus. Sedangkan untuk memeriksa keabsahan data dilakukan dengan menggunakan trianggulasi teknik. Adapun urutan kegiatan penelitian mencakup: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan ( 4) refleksi. Hasil penelitian menunjukkan: strategi pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team efektif digunakan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam khususnya siswa kelas VI MI GUPPI AT TAQWA Waled, hal tersebut terbukti dari adanya peningkatan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai pre test adalah 61,82 dengan persentase ketuntasannya 45,45 %. Pada siklus I rata-rata nilainya adalah 74,09, sedangkan persentase ketuntasannya adalah 45,45 %. Pada siklus II rata­rata nilainya adalah 84,64 dengan persentase ketuntasannya 100 %. Rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 79,36 dan rata-rata persentase ketuntasannya adalah 72, 72 %. Jadi hasil belajamya mengalami peningkatan sebesar 1 7 ,54 dengan peningkatan persentase sebesar 27 ,27 % dari nilai pre test. Dan keaktifan peserta didik dalam belajarpun mengalami peningkatan, yaitu dari siklus I 67,50 %, sedangkan siklus II naik menjadi 87,50 %. Jadi keaktifan belajar peserta didik naik 20 %. Dengan demikian baik hasil belajar maupun keaktifan belajar mengalami peningkatan pada setiap siklusnya %Z Pembimbing: Drs. Rofik, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Tri Kodariya Nisa, NIM.: 16120016 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:52004 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Hadrah, Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Jemaah Majelis Taklim Bahjatul Ummahat %P 88 %T SEJARAH DAN PERUBAHAN FUNGSI KESENIAN HADRAH BAHJATUL UMMAHAT DI KECAMATAN DEPOK SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2005-2017 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52004/ %X Kesenian Hadrah Bahjatul Ummahat (BU) didirikan oleh K.H Sun Haji pada tahun 2005 dan aktif hingga tahun 2017 M. Kesenian hadrah BU didirikan untuk menyi’arkan agama Islam kepada masyarakat Depok. Kesenian ini terdiri dari beberapa grup hadrah yang berada di 12 wilayah Kecamatan Depok. Grup-grup hadrah tersebut merupakan bagian dari strategi dakwah islamiyah dari Majelis Taklim Bahjatul Ummahat. Pembahasan dalam penelitian ini yang pertama, bagaimana latar belakang berdirinya kesenian hadrah Bahjatul Ummahat. Kedua, mengapa hadrah Bahjatul Ummahat hanya aktif hingga 2017 M. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dengan pendekatan sosiologis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perubahan intern dan perubahan ekstern yang diungkapkan oleh Alvin Boskoff. Perubahan intern adalah perubahan yang disebabkan dari individu atau masyarakat itu sendiri, sedangkan perubahan ekstern terjadi oleh adanya kemajuan teknologi dan globalisasi. Teori ini digunakan untuk menganalisis perubahan fungsi hadrah yang terjadi dalam grup hadrah BU seiring berkembangnya zaman. Perubahan fungsi hadrah dirasakan oleh masyarakat Depok secara bertahap, dari masa ke masa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, kesenian hadrah Bahjatul Ummahat dibentuk pada tahun 2005 M oleh K.H Sun Haji untuk meneruskan perjuangan dakwah Islam dari K.H Abdul Hadi As Syafi’i kepada masyarakat. Kedua, kesenian hadrah Bahjatul Ummahat cukup aktif hingga akhir tahun 2017 M disebabkan oleh minat jemaah menurun dan sistem pengelolaan yang tidak tersusun dengan baik. Grup kesenian hadrah BU mengalami perubahan fungsi dalam masyarakat Depok, Sleman. Perubahan fungsi kesenian hadrah dirasakan oleh masyarakat, dengan tujuan utamanya yaitu sebagai media dakwah islamiyah dan sarana komunikasi, berubah fungsi menjadi media hiburan baik untuk sebuah kelompok maupun kepuasan pribadi. Kesenian hadrah ini membantu proses penyebaran ajaran agama Islam di wilayah Depok yang berpusat di Desa Condongcatur dan merupakan budaya Islam yang wajib dijaga dan dilestarikan keberadaannya. %Z Pembimbing: Siti Maimunah, S.Ag. M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Tri Setiawan, NIM. 13120078 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36677 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Komunisme, Majalah Aliran Islam, Islam, Anti Komunisme %P 89 %T POLITIK WACANA ANTI KOMUNISME MAJALAH ALIRAN ISLAM (PERSIS) 1948-1954 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36677/ %X Arus baru komunisme menimbulkan pertentangan dengan ormas maupun partai politik masa pra pemilu 1955, terlebih PKI berperan besar atas terjadinya Pemberontakan Madiun 1948. Majalah Aliran Islam merupakan majalah Persis pertama diterbitkan pasca perang dan masa penataan ulang sistem organisasi.Majalah ini menerbitkan edisi “Madiun Affair” yang berisi wacana atau ide anti komunsime. Mengapa majalah Aliran Islam (Persis) membuat rubrik dan memuat artikel, konten dengan ide anti komunisme? Bagaimana argumen anti komunisme dan isu politik yang terkait dengan itu? Paradigma teori respon peneliti gunakan untuk menjelasakan permasalahan yang dikemukakan. Macam-macam bentuk respon menurut Stellen M. Chafe terbagi menjadi tiga bagian yaitu respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunisme dianggap sebagai ancaman oleh majalah Aliran Islam. Anggapan tersebut dikarenakan komunisme memiliki semangat anti agama, sebagai paham yang sesat, antek asing, dan dianggap sebagai kaum pemberontak sehingga membahayakan kemerdekaan Indonesia yang masih belia. Adapun siasat atau ancaman yang pernah dilakukan oleh kaum komunis setelah Peristiwa Madiun 1948 berupa gerakan mogok, instruksi rahasia, provokasi dan sikap yang kontra nasionalis dan anti agama. Adapun cara penyampaian yang digunakan oleh majalah Aliran Islam ialah dengan rubrik feature, opini, artikel, puisi, salinan surat, kutipan berita, pengumuman, deklarasi, pidato, renungan ayat, resensi, dan spectator. Pertama, jenis tulisan Feature. Penulis menemukan 9 tulisan yang termasuk ke dalam kategori ini. Prosentasenya kurang lebih 13% saja dari keseluruhan tulisan yang memuat ide anti komunisme di majalah Aliran Islam. Kedua, Opini. Ada 20 tulisan yang tergolong opini. Jenis tulisan ini paling banyak digunakan dengan prosentasenya kurang lebih 31%. Ketiga, Artikel, ada 14 artikel selama majalah ini terbit dengan presentase sebesar 21%. Keempat, Puisi dan Salinan. Setidaknya ada 9 sembilan item yang termasuk jenis ini dengan rincian 2 puisi dan 7 salinan surat. Prosentasenya 13%, sama dengan Feature. Kelima, Pamflet dan Kutipan Berita. Hanya ada 5 rubrik sehingga prosentasenya hanya sekitar 8%. Rinciannya 1 pamflet, 4 berita. Keenam, Pengumuman/Deklarasi/Pidato. Terdapat 4 rubrik. Prosentasenya paling sedikit, hanya 6% saja. Ketujuh, Resensi, Renungan Ayat, dan Spectator prosentasenya mirip dengan sebelumnya hanya 6% dari total keseluruhan: 2 resensi, 1 renungan ayat, dan 1 spectator. %Z Prof. Dr. H. Machasin, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Turnomo, NIM.: 13120060 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2020 %F digilib:43702 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Buya Ismail Sulong, Biografi, Perjuangan, dan Nongjik %P 110 %T BIOGRAFI BUYA ISMAIL SULONG DAN PERJUANGANNYA DI NONGJIK PATTANI THAILAND (1936-2020 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43702/ %X Buya Ismail Sulong tidak asing lagi dalam berbagai kiprahnya di Nongjik Pattani Thailand. Hal ini tidak bisa dipungkiri dengan perannya sebagai seorang ulama yang selalu menyiarkan Islam sebagai agama Rahmatan lil „alamin di daerah yang terkenal dengan Separatisme Islam. Hal inilah yang menjadi tantangan seorang ulama di Nongjik. Penelitian ini mengkaji tentang biografi dan peran Buya Ismail Sulong di Kabupaten Nongjik, provinsi Pattani Thailand pada tahun (1936-2020) M. Pada tahun itulah Buya Ismail Sulong mempunyai peran penting sebagai seorang pendakwah Islam dan seorang organisator yang mempunyai pengaruh besar dalam pemikiran Islam di Nongjik, Buya Ismail Sulong menjadi pengasuh Muassasah (Yayasan) Darul Ulum di Thayamu, Takamcham distrik Nongjik, Pattani Thailand. untuk mengembangkan agama Islam sebagai agama Rahmatan lil „alamin dia mendirikan sebuah lembaga formal Songserm Islam Seksha Scholl. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografis. Pendekatan biografis memberikan pengertian subjek penelitian dan menjelaskan pengaruh, sifat dan karakter subjek penelitian terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu rekonstruksi tentang masa lalu berdasarkan data yang ada dengan empat tahapan yaitu pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), analisis data (interpretasi), dan penulisan narasi sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini yaitu Buya Ismail Sulong adalah putra Abdul Hamid merupakan ulama yang lahir di Nongjik, Pattani. Perjuangan Buya Ismail Sulong dalam pemikirannya tentang Islam sebagai agama Rahmatan Lil‟alamin dia realisasikan dalam wujud ceramah-ceramah, mendirikan Pondok Pesantren Nahdatus Subhan, dan mendirikan lembaga pendidikan formal Songserm Islam Seksa, sehingga memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat Nongjik yang terkenal dengan separatisme Islam. %Z Pembimbing : Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A UBAIDILLAH ROMDLONY, NIM. 13530002 %B Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam %D 2019 %F digilib:38394 %I UIN Sunan Kalijaga %K Kisah, Iblis dan Adam, Khalafullah, %P 111 %T KISAH PERSETERUAN IBLIS TERHADAP ADAM DALAM ALQUR’AN PERSPEKTIF MUHAMMAD AHMAD KHALAFULLAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38394/ %X ABSTRAK Kisah perseteruan Iblis dan Adam merupakan kisah yang sering di ulang-ulang dalam al-Qur’an, dijelaskan dalam Qs. Al-Baqarah ayat 30-38, surat Al-A’raf ayat 11-25. Hal ini menjadi bukti bahwa kisah Iblis dan Adam banyak menyimpan hikmah atau pelajaran berharga bagi para pembacanya. Namun umumnya ulama tafsir klasik menjelaskan kisah-kisah Al-Qur’an menggunakan pendekatan sejarah dan bahasa sehingga mengesampingkan aspek psikologi dari kisah itu sendiri. Munculnya tokoh Khalafullah yang merupakan mufasir kontemporer memberikan gagasan baru dalam dunia tafsir yaitu penafsiran kisah-kisah Al-Qur’an dari aspek atau pendekatan sastra. Sehingga menurut penulis dengan pendekatan sastra, kisah akan mengarah kepada tujuan utamanya yaitu agar pembaca dapat mengambil pelajaran dan pengalaman tokoh yang dikisahkannya, kalau kisah itu baik agar diteladani dan kalau buruk agar dihindari. Permasalahan pokok yang akan dijawab oleh penulis adalah bagaimana pandangan Khalafullah dalam menjelaskan kisah perseteruan Adam dan Iblis menggunakan metode sastra. Bagaimana implikasi dari penggunaan metode sastra dalam menafsirkan kisah Iblis dan Adam dalam al-Qur’an dan Apa hikmah yang di dapatkan pembaca di balik kisah perseteruan Iblis terhadap Adam di era modern ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan jenis penelitian library research (penelitian perpustakaan) dan menggunakan metode deskriptif-analitis. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang berupa; memaparkan teks, pengumpulan dan klasifikasi data, merenkontruksi data-data kemudian mengolah dan menginterpretasikanya. Hasil dari penelitian ini adalah: pertama, Khalafullah menafsirkan kisah perseteruan Iblis terhadap Adam dalam al-Qur’an sebagai bentuk ancaman Allah terhadap orang-orang yahudi yang tidak patuh terhadap Nabi Muhammad sehingga Allah menggambarkan orang-orang yahudi sama dari segi sifat dan karakter dengan Iblis karena kesombonggan orang-orang yahudi. Kedua, hikmah dan pelajaran dari kisah perseteruan Iblis terhadap Adam adalah sebagai seorang muslim harus menghindari sifat sombong baik kepada teman, saudara ataupun tetangga, menjadi seorang pemaaf apabila disakiti tanpa ada rasa benci dan sakit hati karena sebab demikian akan memunculkan kepribadian yang baik %Z Dr. Afdawaiza. S.Ag. M. A g %0 Thesis %9 Skripsi %A ULLYA FITRIYANA, NIM. 14120016 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2019 %F digilib:41787 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K JAI, Gerakan Keagamaan, Muhammadiyah, Yogyakarta. %P 129 %T DINAMIKA JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA CABANG YOGYAKARTA 1946-2010 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41787/ %Z Dr. Syamsul Arifin, S. Ag, M. Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A ULUL FAIZAH, NIM. 13120059 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29820 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tolchah Mansoer, IPNU 1954 -1961 %P 162 %T TOLCHAH MANSOER PELETAK DASAR ORGANISASI IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA (IPNU) TAHUN 1954-1961 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29820/ %X TOLCHAH MANSOER PELETAK DASAR ORGANISASI IKATAN PELAJAR NAHDLTUL ULAMA (IPNU) TAHUN 1954-1961 M. IPNU adalah organisasi pelajar putra Nahdlatul Ulama yang didirikan secara resmi di Semarang pada 24 Februari 1954 M, dalam konferesi besar LP Ma‟arif NU, berawal dari gagasan Tolchah Mansoer. Konferensi memilih Tolchah sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU). IPNU bergerak di bidang kepelajaran dan pengkaderan karena sebagai terobosan baru untuk NU dalam melakukan kaderisasi. Tolchah sebagai pendiri, ia mempunyai prinsip yang kaut bagi keberlangsungan IPNU yaitu merupakan organisasis pelajar yang dapat mewadahi semua pelajar umum, pelajar pesantren dan juga mahasiswa NU. Ia pemegang kekuasaan dan keputusan tertinggi dalam IPNU, ia dikatakan sebagi peletak dasar dari organiasasi IPNU. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah peran Tolchah dalam mendirikan dan sebagai peletak dasar organisasi IPNU, yang mana ia pernah aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai ketua cabang dan daerah, selanjutnya menjabat di PB PII. Masalah ini mengacu pada kerangka pemikiran bahwa lahirnya IPNU, sebagai pemecah dari organisasi pelajar Islam yang sudah dibentuk. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan biografi dan menggunakan teori fanatisme primordial, berdasar para konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu konsep organisasi, peletak dasar dan social movement. Metode penelitian yang dipakai adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi sebagai hasil akhir dari penelitian sejarah. Pengumpulan data dilakukan melalui pene mdalam penelitian ini memanfaatkan studi pustaka, sedangkan analisis data beserta pengumpulannya menggunakan metode kualitatif, sehingga mengandalkan komprehensif dari sumber-sumber yang ditemukan. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa kontribusi Tolchah sangat besar dalam perjalanan NU khususnya IPNU. Lahirnya IPNU merupakan gagasan Tolchah yang merasaksan kegelisahan dalam PII, karena tidak mengakomodasi dengan baik para kader pelajar dan santri NU. IPNU sebagai langkah awal kaderisasi kaum muda NU. Tolchah dikatakan sebagai peletak dasar organisasi, segala kebijakan dan keputusan tertinggi dalam IPNU dipegang oleh Tolchah sebagai ketua sesuai PD/PRT sebagai dasar dari organisasi IPNU. Terpilih empat kali periode sebagai ketua umum PP IPNU. Konsisten dalam melakukan muktamar setiap dua tahun sekali, Tolchah juga membela IPNU dari isu-isu politik pada saat itu, dan memperluas cabang-cabang sampai di seluruh Indonesia tidak hanya di daerah Jawa. IPNU berkembang pesat di tangan Tolchah, dapat dilihat dari kegiatan dan tindakan yang dilakukan, seperti konsolidasi, sosialisasi dan perjuangan-perjuangannya dalam membela IPNU dari isu-isu negatif. Adanya rasa cinta yang mendalam, sehingga hal inilah yang memperlihatkan militansinya terhadap NU. %Z Prof. Dr. H. Machasin, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A USWATUN CHASANAH, NIM. 12120009 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:28928 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kiprah, K. H. Ahmad Azhar Basyir, Muhammadiyah %P 100 %T KIPRAH K. H. AHMAD AZHAR BASYIR DI ORGANISASI MUHAMMADIYAH (1945-1994) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28928/ %X K. H. Ahmad Azhar Basyir ialah salah satu tokoh Islam di Indonesia yang memiliki peran penting di organisasi Muhammadiyah. Ia dikenal sebagai ulama dan intelektual di Muhammadiyah pada masa orde baru dan reformasi. Sebelum menjadi orang nomor satu di organisasi Muhammadiyah, ia sudah aktif di Majelis Tarjih Muhammadiyah ketika masih duduk di bangku sekolah menengah. Pada tahun 1954, ia dipercaya menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah yang kemudian dikukuhkan pada tahun 1956. Ia seorang ulama lulusan pesantren nahdliyin yang kemudian terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta menggantikan K. H Abdul Rozak Fakhruddin. Kepribadian dan ilmunya menjadikannya orang nomor satu di organisasi Muhammadiyah. Dalam hal ini perlu dikembangkan lebih luas mengenai aktivitas K. H. Ahmad Azhar Basyir di organisasi Muhammadiyah dan kiprahnya dalam menyejahterakan umat Islam melalui organisasi yang dipimpinnya. Dari permasalahan yang ada maka disusunlah rumusan masalah diantaranya, Mengapa K. H. Ahmad Azhar Basyir berkiprah di Muhammadiyah? Bagaimana kiprahnya di organisasi Muhammadiyah? Untuk mengkaji pokok masalah tersebut, peneliti menggunakan pendekatan biografis-sosiologis. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis latar belakang kehidupan serta aktivitas-aktivitas Azhar Basyir di organisasi Muhammadiyah. Melihat perilaku tokoh ketika berperan di masyarakat serta kiprahnya di organisasi Muhammadiyah, penelitian ini menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffan. K. H. Ahmad Azhar Basyir ialah sebagai pelaku utama yang memiliki peranan di organisasi Muhammadiyah. Metode yang digunakan adalah metode historis, yang meliputi empat langkah, yaitu pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. K. H. Ahmad Azhar Basyir dalam berkiprah di organisasi Muhammadiyah ia mampu mengembangkan kegiatan yang sudah ada pada masa kepemimpinan sebelumnya. Kiprahnya di organisasi Muhammadiyah terdapat dalam beberapa bidang, yaitu bidang agama, sosial, pendidikan, dan organisasi. Untuk bidang agama sendiri ia meningkatkan pembinaan umat dari penyimpangan akidah, agar sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Ia juga mampu meningkatkan ukhuwah Islamiyah Muhammadiyah dengan ormas Islam lain, terutama dengan ormas NU. Dalam bidang sosial ia meningkatkan penyantunan kepada kaum dhu’afa (miskin). Untuk bidang pendidikan sendiri ia meningkatkan pendidikan pesantren terutama pada kurikulum yang ada di pesantren. Untuk mewujudkan ulama atau kepemimpinan di Muhammdiyah ia menekankan kaderisasi dalam tubuh organisasi Muhammadiyah. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si, %0 Thesis %9 Skripsi %A USWATUN CHASANAH, NIM. 12120009 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2017 %F digilib:28990 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kiprah, K. H. Ahmad Azhar Basyir, Muhammadiyah %P 100 %T KIPRAH K. H. AHMAD AZHAR BASYIR DI ORGANISASI MUHAMMADIYAH (1945-1994) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28990/ %X K. H. Ahmad Azhar Basyir ialah salah satu tokoh Islam di Indonesia yang memiliki peran penting di organisasi Muhammadiyah. Ia dikenal sebagai ulama dan intelektual di Muhammadiyah pada masa orde baru dan reformasi. Sebelum menjadi orang nomor satu di organisasi Muhammadiyah, ia sudah aktif di Majelis Tarjih Muhammadiyah ketika masih duduk di bangku sekolah menengah. Pada tahun 1954, ia dipercaya menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah yang kemudian dikukuhkan pada tahun 1956. Ia seorang ulama lulusan pesantren nahdliyin yang kemudian terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta menggantikan K. H Abdul Rozak Fakhruddin. Kepribadian dan ilmunya menjadikannya orang nomor satu di organisasi Muhammadiyah. Dalam hal ini perlu dikembangkan lebih luas mengenai aktivitas K. H. Ahmad Azhar Basyir di organisasi Muhammadiyah dan kiprahnya dalam menyejahterakan umat Islam melalui organisasi yang dipimpinnya. Dari permasalahan yang ada maka disusunlah rumusan masalah diantaranya, Mengapa K. H. Ahmad Azhar Basyir berkiprah di Muhammadiyah? Bagaimana kiprahnya di organisasi Muhammadiyah? Untuk mengkaji pokok masalah tersebut, peneliti menggunakan pendekatan biografis-sosiologis. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis latar belakang kehidupan serta aktivitas-aktivitas Azhar Basyir di organisasi Muhammadiyah. Melihat perilaku tokoh ketika berperan di masyarakat serta kiprahnya di organisasi Muhammadiyah, penelitian ini menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffan. K. H. Ahmad Azhar Basyir ialah sebagai pelaku utama yang memiliki peranan di organisasi Muhammadiyah. Metode yang digunakan adalah metode historis, yang meliputi empat langkah, yaitu pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. K. H. Ahmad Azhar Basyir dalam berkiprah di organisasi Muhammadiyah ia mampu mengembangkan kegiatan yang sudah ada pada masa kepemimpinan sebelumnya. Kiprahnya di organisasi Muhammadiyah terdapat dalam beberapa bidang, yaitu bidang agama, sosial, pendidikan, dan organisasi. Untuk bidang agama sendiri ia meningkatkan pembinaan umat dari penyimpangan akidah, agar sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Ia juga mampu meningkatkan ukhuwah Islamiyah Muhammadiyah dengan ormas Islam lain, terutama dengan ormas NU. Dalam bidang sosial ia meningkatkan penyantunan kepada kaum dhu’afa (miskin). Untuk bidang pendidikan sendiri ia meningkatkan pendidikan pesantren terutama pada kurikulum yang ada di pesantren. Untuk mewujudkan ulama atau kepemimpinan di Muhammdiyah ia menekankan kaderisasi dalam tubuh organisasi Muhammadiyah. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M. Si, %0 Thesis %9 Skripsi %A UTIA RUSDAH, NIM. 11120116 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32533 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K tradisi, babarit, fungsi %P 89 %T TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32533/ %X Babarit merupakan ritual memperingati tahun baru Islam dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan hasil bumi khususnya di Dusun Nagrak. Prosesi diadakan pada waktu sore hari di bulan Muharram atau bulan Suro yang bertepatan dengan malam kliwon, dalam penanggalan jawa dengan hari yang sudah disepakati oleh masyarakat pendukungnya. Keunikan tradisi yaitu, Babarit memuat dua perayaan sekaligus, antara lain ritual memperingati tahun baru Islam (mapag taun) dan selamatan hasil bumi (sedekah bumi) dari hasil pertanian masyarakat. Jadi, prosesi ini diadakan untuk sedekah bumi sekaligus memperingati tahun baru Islam. Penelitian ini menggunakan teori Fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski, dengan pendekatan sosio-historis. Fokus penelitian terletak pada makna dan fungsi yang terdapat dalam tradisi Babarit. Terdapat dua rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu 1. Bagaimana asal-usul tradisi Babarit dan prosesinya di Dusun Nagrak, Desa Karangsari? 2. Mengapa Babarit masih dilaksanakan dan faktor apa saja yang mempengaruhi masih dilestarikannya tradisi Babarit di Dusun Nagrak, Desa Karangsari? untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, peneliti menggunakan metode penelitian budaya dengan melakukan tiga tahap penelitian, tahap pertama pengumpulan data yang meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap kedua, analisis data, dan yang terakhir penulisan laporan. Tradisi Babarit diadakan bermula dari kejadian diluar nalar, saat masyarakat dilanda kekeringan dan wabah penyakit menular yang disebabkan oleh ulah roh jahat yang mendiami perempatan jalan dusun, sehingga masyarakat mengadakan selamatan untuk mengusir pengaruh roh jahat dan memohon untuk meminta hujan kepada Allah agar tanah tidak kekeringan lagi. Dalam perkembangannya tradisi Babarit diadakan untuk syukuran hasil bumi masyarakat dan selamatan memperingati tahun baru Islam. Tradisi ini sarat akan makna yang terdapat pada berbagai macam makanan yang tersaji dalam ritual tersebut. Babarit juga mengandung tiga fungsi, yaitu fungsi agama, fungsi sosial dan fungsi budaya. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Ulfatul Hasanah, NIM.: 17101020053 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:50693 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Biografi, Kebijakan, Pengembangan Keagamaan. %P 70 %T PENGEMBANGAN KERATON DAN MASJID PADA MASA PANGERAN NATAKUSUMA I DI KESULTANAN SUMENEP, 1762-1811 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50693/ %X Agama Islam mulai disebarkan di Sumenep sejak masa pemerinthan Panembahan Joharsari (1330 M). Pada masa ini penyebaran Islam belum merata. Islam mulai berkembang pesat pada masa pemerintahan Adipati Sumenep ke-31 yaitu Pangeran Natakusuma I. Selama masa pemerintahannya, banyak peristiwa yang terjadi, antar lain ia melakukan ekspedisi ke Belambangan dan Makasar, dan ia melakukan pemberontakan di Desa Batang-Batang. Setelah peristiwa tersebut, kemudian Pangeran Natakusuma I membangun keraton dan masjid. Keraton dibangun sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan sementara masjid dibangun sebagai tempat mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam. Adapun rumusan masalahh penelitian ini adalah: Bagaimana kesultanan di Sumenep pada masa pemerintahan Pangeran Natakusuma I, Bagaimana bentuk pengembangan keraton dan masjid pada masa Pangeran Natakusuma I di Sumenep? Bagaimana dampak dari pengembangan keraton dan masjid pada masa Pangeran Natakusuma I terhadap masyarakat Islam di Sumenep? Penelitian pengembangan keraton dan masjid ini menggunakan pendekatan sosial-politik. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebijakan publik yang dikemukakan oleh James E. Anderson dan teori hubungan agama dan Negara dengan model simbiosis mutualistik yang dikemukakan oleh Hussein Muhammad. Kaitan kedua teori tersebut dengan penelitian ini adalah suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terlebih dahulu melakukan riset terhadap kebutuhan publik. Setelah melakukan riset, kebijakan yang dikeluarkan difokuskan terhadap kebutuhan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah: Pangeran Natakusuma I sebagai orang yang paham agama melihat pada masanya agama Islam telah berkembang pesat, sehingga melakukan pengembangan keraton dan masjid untuk kepentingan umat Islam di Sumenep. Pengembangan agama Islam pada masa pemerintahan Pangeran Natakusuma I dilakukan dengan cara memperluas bangunan keraton dan masjid, karena kondisi umat Islam yang semakin banyak pada masa itu. Bangunan keraton dan masjid dipadukan dengan budaya-budaya luar yang berkembang di Sumenep. Pada masa ini umat Islam tidak hanya belajar budayanya sendiri, melainkan juga budaya-budaya dari luar. %Z Pembimbing: Prof. Dr. Dudung Abdurahman, M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Ulya Fuhaidah, NIM. 00120373 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52632 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kebijakan Keagamaan Sultan Aurangzeb, Di India (1658 - 1707) %P 114 %T KEBIJAAKAN KEAGAMAAN SULTAN AURANGZEB DI INDIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52632/ %X Dalam sejarah India, Aurangzeb adalah penguasa besar terakhir dari Dinasti Mughal yang sangat terkenal. Pribadinya yang saleh, sederhana, dan kebijakan keagamaannya yang mengikuti syari'ah garis keras menjadi perbincangan kalangan seJarnwan. Aurangzeb adalah penguasa Mughal pertama yang mengakhiri kebijakan konsiliasi Hindu diganti dengan kebijakan supremasi Islam, sehingga suasana keagamaan pada rnasa pemerintahannya menghapuskan kecenderungan sinkretisme dengan kebijakan muslim eksklusif. Beberapa kebijakan Aurangzeb ini menimbulkan kebencian umat Hindu. Apa yang dilakukan Aurangzeb sangat berbeda dengan para pendahuhmya. Umat Hindu yang sebelumnya menikmati kebebasan mengekspresikan agamanya mengalami "shock culture". Mereka hams menbiasakan diri dengan kondisi barn yang serba terbatas. Akibatnya gelombang penentangan terhadap Aurangzeb muncul di seluruh penjuru negeri. Usaha Aurangzeb untuk mengambil kekuasaan langsung atas Rajashtan dan invasinya ke Deccan melahirkan penyatuan kekuatan para pembesar Hindi di Bijapur, Hyderabad, Maratha, dan beberapa pembesar lainnya menjadi sebuah elit imperium. %Z Pembimbing :Dr. M. Abdul Karim, MA.,MA %0 Journal Article %@ 2338-557X %A Umar, A. Muin %D 1976 %F digilib:28028 %I UIN Sunan Kalijaga %J Al Jamiah %K HISTORIOGRAFI, ISLAM, FORUM, ORIENTAL, STUDIES %N 13 %P 17-31 %T HISTORIOGRAFI ISLAM DALAM FORUM ORIENTAL STUDIES %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/28028/ %V Vol.14 %X Pada tahun 1958 di London diadakan konferensi mengenai penulisan sejerah Timur Dekat atau Timur Tengah. Konferensi ini diselenggarakan oleh School of Oriental and African Studies University of London dengan tujuan untuk menyelidiki bentuk-bentuk hlstorlografl dan konsepsi-konsepsl sebelumnya mengenai sejarah. ini merupakan kelanjutan dari serentetan konferensi konferensi ilmiyah yang diadakan oleh lembaga tersebut dalam rangka penulisan sejarah Asia. Persoalan yang diajukan ialah apakah yang dapat dianggap sebagai sumber-sumber asli dari sejarah itu. apakah karya penulis-penulis Barat dengan bahasa mereka sendiri, atau pengaruh-pengaruh Barat dalam penulisan sejarah yang disusun dalam bahasa Arab, Persia dan Turki. %0 Journal Article %@ 2338-557X %A Umar, A. Muin %D 1974 %F digilib:25205 %I UIN Sunan Kalijaga %J Al Jamiah %K Islam, historiografi, Eropa %N No. 5 %P 19-31 %T Islam Dalam Historiografi Eropah Semenjak Tahun 1800 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25205/ %V Vol.12 %X Dalam artikel ini akan dikemukakan suatu uraian mengenai Islam sebagai suatu problema sejarah didalam buku2 yang ditulis olc-h sarjana1 Barat semenjak tahun 1800. Literatur sejarah Islam selama I 1/ 2 abad terakhir ini cukup banyak diterbitkan dalam bahasa - bahasa Eropa ( kecuali USA dan Rusia ), sehingga tidak mungkin dilakukan suatu penyelidikan secara menyeluruh kalau hanya didalam waktu yang singkat apalagi dalam suatu uraian ringkas seperti yang di perkatakan sekarang ini. Disini hanya akan diuraikan secara umum mengenai tulisan 2 yang diketengahkan sarjana Barat mengenai Islam dan sejarahnya semenjak tahun 1800. Disamping itu perlu pula diketahui apakah yang menjadi tujuan mereka dalam menulis dan menyelidiki Islam dan sejarahnya itu dan faktor1 apakah yang mempengaruhi Orientalist Barat dan sarjana2 yang bukan Orientalist dalam memberikan uraian dan penafsiran didalam sejarah Islam. %0 Thesis %9 Skripsi %A Umi Khanifah, NIM. 01120630 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52663 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Sunan Ja'far Shodiq, Islamisasi Di Kudus %P 93 %T SUNAN JA'FAR SHADIQ DAN TOLERANSINYA DALAM ISLAMISASI DI KUDUS %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52663/ %X Sunan Ja'far Shadiq adalah salah satu angota walisanga yang menyebarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Sunan Ja'far Shadio merupakan salah satu ulama' kcturunan dari Sunan Ampel. Ta banyak berguru kepada para wali di zamannya. Selain itu, ia menjadi orang yang luas ilrnunya, rncmpunyai pendapat yang tidak ekstrirn, penuh toleransi dan mernpunyai kepribadian yang baik. Hal ini yang menyebabkan ia berhasil dalarn menyebarkan agama Islam di Kudus. Metode yang digunakan Sunan Ja'far Shadiq dalam menyebarkan agama Islam di KuJus tidak jauh beda dengan para wali yang lain. Hal itu, terlihat dari dua jalur yang digunakan11ya yaitu: jalur politik dan jalur non politikWujud toleransi yang diberikan Sunan Ja'far Sh8.diq dalam lslamisasi di Kudus tersebut, dapat dibuktikan dengan beberapa bangunan yang rnasih terlihat jelas adanya pengaruh dari agama pra Islam, baik dari bentuk bagunan, seni ukir, seni hias dan lain sebagainya. Selain itu, juga adanya %Z Pembimbing : Dra. Hj. Ummi Kulsum, M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Umi Kulsum, NIM. 98122251 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:52988 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Dinamika IPPNU, Pemberdayaan Remaja %P 116 %T DINAMIKA IPPNU DAN PEMBERDA YAAN REMAJA DI WILA YAH D.I YOGYAKARTA 1988-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52988/ %X Fenomena hidup remaja yang penuh dengan masalah ditentukan oleh lingkungan di mana remaja tersebut tinggal. Remaja yang mampu menyelesaikan masalahnya maka ia akan dapat melalui masa remajanya dengan baik dan selamat. Sebaliknya, remaja yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya niaka ia akan mencari kompensasi di luar yang rentan terhadap pengaruh negatif. Dalam kondisi yang demikian remaja akan memunculkan perilaku menyimpang/nakal. lPPNU (lkatan Putri-Putri Nahdatul Ulama) berdiri pada tanggal 2 Maret 1955 di Malang, dan clipelopori oleh pelajar-pelajar putri yang bersekolah di SGA (Sekolah Guru Agama) Surakarta. Organisasi ini berdiri sebagai wujud kegelisahan atas ketiadaan sekaligus keniscayaan akan adanya wadah bagi para pelajar putri untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan mengembangkan potensi diri. Di samping itu sebagai jawaban atas hasil Muktamar NU ke-20 di Surabaya yang menyatakan bahwa hanya IPNU satu-satunya organisasi pelajar laki-laki yang bemaung di bawah NU. Sedangkan IPPNU wilayah D.I Yogyakarta berdiri pada tanggal 11 Maret 1955 yang diresmikan oleh Umrah Machfudzah selaku Ketua Umum Dewan Harian IPPNU pusat. Sampai dengan tahun 2000 IPPNU wilayah D.I Yogyakarta sudah mempunyai lima cabang yaitu Kulon Progo, Gunung Kidul, Kota Y ogyakarta, Sleman, dan Bantul. 3. Aktifitas IPPNU wilayah D.l Yogyakarta dalam pemberdayaan remaja khususnya yang menjadi anggota IPPNU diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang meliputi dalam bidang pendidikan, bidang keagamaan, dan bidang sosial kemasyarakatan. 4. Melalui bidang keagamaan IPPNU memberikan kontribusinya dalam bentuk penanaman dasar-dasar moral yaitu dengan mengadakan kegiatan yang sifatnya siraman rohani atau pengajian-pengajian. Melalui bidang pendidikan, IPPNU berusaha meningkatkan kualitas sumber daya remaja baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun keterampilan. Dalam upaya peningkatan sumber daya ini (SDM) IPPNU melakukan pengkaderan terhadap anggotanya melalui dua tahap pengkaderan formal dan informal. Pengkaderan formal adalah tahap-tahap pelatihan yang harus dilalui oleh anggota sedangkan pengkaderan informal adalah keterlibatan kader IPPNU dalam berbagai aktivitas dan peran kemasyarakatan IPPNU baik sebagai penanggung jawab, menjadi bagian dalam 'team work' atau sekedar simpatisan. Melalui bidang sosial kemasyarakatan, IPPNU berusaha untuk menumbuhkan rasa solidaritas atau kesetiakawanan sosial pada remaja untuk berperan aktif dalam gerakan-gerakan sosial. Inilah yang diberikan IPPNU bagi remaja yaitu pembelajaran hidup bersosial. %Z Pembimbing :Dra. Hj. Siti Maryam, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Umi Sangadah, NIM. 99122325 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52913 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Upacara Ruwatan Agung, Padepokan Gunung Lanang, %P 93 %T UPACARA RUW ATAN AGUNG DI PADEPOKAN GUNUNG LANANG, DESA SINDUTAN, KECA TAN TEMON, KABUPATEN KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52913/ %X 1. Upacara tradisi ruwatan Agung merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Sindutan. Dalam pelaksanaan tradisi ini dari waktu ke waktu mengalami perkembangan terutama dalam kurun waktu 1991-2004. Menurut masyarakat desa Sindutan padepokan Gunung Lanang dahulu merupakan gurun pasir yang berada diantara hamparan pantai Silongok dan pategalan. Setelah diketemukan makam kuno, tempat tersebut dikeramatkan lalu dibangunlah sebuah padepokan Gunung Lanang. Pendiri padepokan tersebut adalah Bapak Suwasono yang sampai sekarang sekaligus s %Z Pembimbing : Dra Soraya Adnani, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Ummu Muthi’ah, NIM. 12120037 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36636 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Sultan Hadiwijaya, kerajaan Pajang %P 79 %T KEBIJAKAN EKONOMI DAN BUDAYA SULTAN HADIWIJAYA DI KERAJAAN PAJANG (1546-1582 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36636/ %X Kerajaan Pajang merupakan Penerus Kesultanan Demak. Legitimasi atas Klaim sebagai Penerus diperoleh melalui politik dan keturunan, sebagai keturunan Majapahit serta sebagai menantu Sultan Trenggono, Sultan terakhir Demak. Transisi dari Demak ke Pajang merupakan konflik berdarah yang memakan banyak korban. Perang Suksesi tersebut diakhiri oleh pertarungan antara Jaka Tingkir dan Arya Panangsang. Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang, sehingga Demak Jatuh ke tangan Jaka Tingkir dan kemudian ia memindahkan wilayah kekuasaannyake Pajang. Meskipun keadaan Pajang penuh dengan pemberontakan, Sultan Hadiwijaya mampu memimpin dan membuat Pajang maju pesat mulai dari perdagangan sampai seni budaya. Untuk membentuk birokrasi yang kompleks dan semakin bertambahnya kebutuhan-kebutuhan kerajaan memrlukan sebuah kebijakan yang tepat demi berjalannya pemerintahan yang baik. Keadaan inilah yang membuat Sultan Hadiwijaya mengeluarkan kebijakan yang tepat demi kejayaan sebuah negara yang diperintah dan masyarakat di dalam pemerintahannya. Penelitian ini bertujuan menjelaskan tentang upaya Sultan Hadiwijaya dalam menstabilkan pemerintahan di Kerajaan Pajang (1546 M-1582 M). Penelitian ini merupakan kajian sejarah kebijakan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teori The Challenge and Response oleh Arnold Josep Toynbee tentang teori yang menggambarkan tentang hubungan sebab akibat yang dimunculkan oleh suatu kejadian. Peneliti menggunakan metode historis yang terdiri dari tahap heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis dan sintesis), dan historiografi (penulisan sejarah). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, upaya Sultan Hadiwijaya dalam menstabilkan pemerintahan Kerajaan Pajang yaitu, kebijakan dalam bidang ekonomi membuka jalur lalu lintas di sungai bengawan solo. Membuka kampung kerajinan dan memajukan negara agraris di pedalaman yang bertumpu pada hasil pertanian. Kebijakan dalam bidang budaya sultan memperkenalkan wayang dan mengembangkan wayang sebagai kesenian yang harus dilestarikan karena hadiwijaya merupakan murid dari sunan kalijaga. %Z Riswinarno, SS., MM %0 Thesis %9 Skripsi %A Uswatun Hanifah, NIM.: 15120089 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:54056 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Busana Muslimah, Trend Busana, Hijab, Hijrah %P 78 %T DINAMIKA BUSANA MUSLIMAH DI YOGYAKARTA TAHUN 2010-2020 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54056/ %X Busana muslimah diartikan menjadi baju untuk wanita muslim yang dapat berfungsi untuk menutup aurat sebagaimana ditetapkan oleh ajaran agama untuk menutupnya, guna kemaslahatan serta kebaikan Wanita itu sendiri serta masyarakat di lingkungan dia berada. Model baju muslim saat ini memang berkembang dengan pesat, bahkan menjadi industri yang sangat potensialtahukh. Memasuki milenium baru tren busana muslim semakin berkembang dan nuansa baru dalam berbusana muslim pun semakin terlihat. Perkembangan busana muslimah ini juga terlihat di Yogyakarta terutama pada tahun 2010-2020. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dinamika busana muslimah di Yogyakarta tahun 2010-2020. Peneliti ini juga menggunakan pendekatan sosiologi yaitu suatu rekontruksi peristiwa sejarah yang didalamnya mengungkap segi-segi sosial dari suatu peristiwa yang mencakup golongan serta pengaruh dari subjek dan menggunakan teori perubahan sosial siklus menurut Laurer, teori siklus merupakan sebuah tahap yang sama seperti teori evolusi. Namun, perubahan tidak akan berhenti pada tahap “terakhir” yang sempurna, namun akan berputar kembali seperti awal untuk peralihan ke tahap selanjutnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana peneliti mengeksplorasi, memahami dan menafsirkan fenomena sosial dalam lingkungan aslinya untuk mendapatkan hasil penelitian. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa dinamika busana muslim di Yogyakarta mempengaruhi cara masyarakat dalam memadupadankan busana muslim, banyak desainer yang menciptakan model busana yang fashionable dan berubah setiap tahun nya dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini kemudian setiap tahunnya permintaan busana muslim semakin naik sehingga toko-toko busana muslim di Indonesia khususnya di Yogyakarta juga semakin banyak sehingga berpengaruh kepada perekonomian. Hal ini menjadikan busana muslim semakin banyak peminatnya dan muncul lah trend-trend baik itu perorangan maupun kelompok. %Z Pembimbing: Riswinarno, SS, MM %0 Thesis %9 Skripsi %A Uswatun Hasanah, NIM. 98122217 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:53017 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Upacara Kupatan Jalasutra, Masyarakat Srimulyo Piyungan %P 84 %T UPACARA KUPATAN JALASUTRA DALAM MASYARAKAT SRIMULYO PIYUNGAN BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53017/ %X Dari beberapa penjelasan-penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan. bahwa kuatnya upacara tradisional upacara Kupatan Jalasutra dilatarbelakangi oleh naluri masyarakm: akan tradisi yang merupakan warisan nenek moyang mereka. Sehingga jika tidak melakukan upacara maka ada perasaan takut dan hatinya tidak tenang. Pelaksanaan upacara Kupatan J alasutra telah mengalami perubahan atau pergeseran. Hal ini disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang telah berubah karena pengaruh modernisasi yakni perkernbangan ilmu pengetahuan dan kema_iuan teknologi serta pe:r.garuh agama. Dengan demikian rnereka bertindak secara rasional. Adapun pelaksanaan upacara Kupatan Jalasutra rnempunyai tiga fungsi, pertama fungsi agama yakni sebagai media dakwah, kedua, fungsi sosia1 yakni sebagai norma sosial, pengendalian sosial, media sosial dan pengelompokan sosial serta fungsi ekonomi %Z Pembimbing : Ali Shodiqin, S.Ag. M.A.g. %0 Thesis %9 Skripsi %A Utiya Amriy Al Madaniy, NIM.: 16120062 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:52703 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pertempuran, Nicopolis, Sultan Bayazid I %P 106 %T PERTEMPURAN NICOPOLIS PADA MASA SULTAN BAYAZID I TAHUN 1396 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52703/ %X Pertempuran Nicopolis terjadi pada masa Sultan Bayazid I,dalam rangka memperluas kekuasaannya. Ia berhasil menaklukkan beberapa wilayah Eropa, diantaranya Serbia dan Bulgaria. Raja Sijisman yang khawatir akan invasi yang dilakukan Daulah Utsmaniyah, meminta bantuan kepada Paus Boniface IX untuk membentuk aliansi Nasrani Salib Eropa pada tahun 1394 M. Untuk menarik dukungan negara-negara Eropa, ia memanfaatkan rasa sentimen keagamaan penduduk Eropa terhadap Islam dengan retorika “Perang Salib”.Puncaknya pada tanggal 25 September 1396 M., terjadi pertempuran hebat antara pasukan Salib dengan Daulah Utsmaniyah di Nicopolis yang dimenangkan oleh pasukan Sultan Bayazid I. Penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya, mendeskripsikan kronologi awal pertetempuran dan berakhirnya, serta menganalisis dampak yang terjadi pasca pertempuran Nicopolis. Penelitian ini menggunakan pendekatan politik, untuk membahas konflik dalam bentuk pertempuran yang terjadi antara Sultan Bayazid I dengan Aliansi Nasrani Salib Eropa, sehingga menyebabkan pertempuran Nicopolis tahun 1396 M. Digunakan pula teori konflik yang digagas oleh Lewis Alfred Coser. Teori ini digunakan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya pertempuran, kronologi, dan dampak pertempuran Nicopolis 1396 M. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan metode yang digunakan untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu melalui empat tahapan yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya pertempuran Nicopolis adalah adanya ekspansi wilayah yang dilakukan Sultan Bayazid I di Eropa dan rasa sentimen keagamaan kaum Eropa Nasrani Salib terhadap Islam yang semakin berkembang di wilayah Eropa. Pertempuran Nicopolis diawali dengan pengepungan yang dilakukan pasukan Salib terhadap wilayah Nicopolis, kemudian disusul oleh pasukan Daulah Utsmaniyah untuk memberikan perlawanan terhadap pasukan Salib. Pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan Muslim yang dipimpin Sultan Bayazid I. Dampak dari pertempuran itu Sultan Bayazid I dapat memperkuat eksistensinya di Eropa, sedangkan kaum Nasrani Salib mengalami kerugian materi yang cukup besar, kemudian masyarakat Muslim Arab banyak yang hijrah ke Eropa dan dibuatnya Militargranze (perbatasan militer) di Hubsburg, Hungaria. %Z Pembimbing: Dr. Nurul Hak, S.Ag. M.Hum. Terimakasih %0 Thesis %9 Skripsi %A Uu Akhyarudin, NIM. 11120018 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32431 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K IPNU; Organisasi; Perubahan %P 108 %T PIMPINAN CABANG IPNU SLEMAN TAHUN 2006-2017 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32431/ %X Setiap organisasi memiliki riwayat pendirian dan perkembangannya masingmasing, sesuai konteks sosial dan waktu yang mengitarinya. Sebagai organisasi yang terbilang cukup tua di Indonesia, IPNU di Cabang Sleman berdiri pada tahun 1979. Padahal pada skala nasional IPNU sudah berdiri sejak 1954 yang notabene para penggagasnya kebanyakan berasal dari kaum muda terpelajar di Yogyakarta Kenyataan ini menunjukkan bahwa keberadaan IPNU di wilayah ini begitu dinamis dan cukup menarik untuk dikaji. Kevakuman kepengurusan Pimpinan Cabang pada periode 2005-2007 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah IPNU di Sleman. Dengan berbagai pertimbangan situasi tersebut dan atas berbagai dorongan eksternal maupun internal IPNU Sleman mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam hampir satu dekade terakhir. Pada masa-masa ini banyak dicanangkan program-program pembaharuan dan pengembangan organisasi, utamanya pada aspek kelembagaan. Dalam rentang waktu delapan tahun PC IPNU Sleman sudah memiliki tujuh PAC. Di samping akselerasi pengembangan organisasi, letak geografis (sebagian perkotaan dan sebagian pegunungan) dan keragaman demografis seperti kader berkarakter urban vs pinggiran, lokal vs pendatang maupun pelajar vs pemuda kreatif menjadi poin tambah bagi keunikan IPNU Sleman di banding IPNU di kabupaten lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori perubahan dan pengembangan organisasi. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan mengimplementasikan tahapan heuristik, verifikasi sumber, interpretasi dan historiografi. Metode sejarah digunakan agar dapat dicapai pemahaman yang bersifat kronologis terhadap perubahan-perubahan organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan strategi tertentu akhirnya perubahan dan pengembangan keorganisasian dapat dilakukan. Sejak 2006, sudah dilakukan banyak sekali upaya pembenahan. Ini terbukti dari berubahnya penekanan organisasi yang sebelumnya disibukkan oleh penataan internal ke pemberdayaan kader tingkat bawah. Meningkatnya jumlah PAC juga menjadi indikator penting yang menunjukkan perubahan signifikan dalam organisasi. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan di bidang kesejarahan. Utamanya kajian-kajian yang melibatkan tema keorganisasian, komunitas, dan semacamnya. %Z Dr Imam Muhsin, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Uu Akhyarudin, NIM. 11120018 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32500 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K IPNU; Organisasi; Perubahan %P 108 %T PIMPINAN CABANG IPNU SLEMAN TAHUN 2006-2017 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32500/ %X Setiap organisasi memiliki riwayat pendirian dan perkembangannya masingmasing, sesuai konteks sosial dan waktu yang mengitarinya. Sebagai organisasi yang terbilang cukup tua di Indonesia, IPNU di Cabang Sleman berdiri pada tahun 1979. Padahal pada skala nasional IPNU sudah berdiri sejak 1954 yang notabene para penggagasnya kebanyakan berasal dari kaum muda terpelajar di Yogyakarta Kenyataan ini menunjukkan bahwa keberadaan IPNU di wilayah ini begitu dinamis dan cukup menarik untuk dikaji. Kevakuman kepengurusan Pimpinan Cabang pada periode 2005-2007 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah IPNU di Sleman. Dengan berbagai pertimbangan situasi tersebut dan atas berbagai dorongan eksternal maupun internal IPNU Sleman mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam hampir satu dekade terakhir. Pada masa-masa ini banyak dicanangkan program-program pembaharuan dan pengembangan organisasi, utamanya pada aspek kelembagaan. Dalam rentang waktu delapan tahun PC IPNU Sleman sudah memiliki tujuh PAC. Di samping akselerasi pengembangan organisasi, letak geografis (sebagian perkotaan dan sebagian pegunungan) dan keragaman demografis seperti kader berkarakter urban vs pinggiran, lokal vs pendatang maupun pelajar vs pemuda kreatif menjadi poin tambah bagi keunikan IPNU Sleman di banding IPNU di kabupaten lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori perubahan dan pengembangan organisasi. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan mengimplementasikan tahapan heuristik, verifikasi sumber, interpretasi dan historiografi. Metode sejarah digunakan agar dapat dicapai pemahaman yang bersifat kronologis terhadap perubahan-perubahan organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan strategi tertentu akhirnya perubahan dan pengembangan keorganisasian dapat dilakukan. Sejak 2006, sudah dilakukan banyak sekali upaya pembenahan. Ini terbukti dari berubahnya penekanan organisasi yang sebelumnya disibukkan oleh penataan internal ke pemberdayaan kader tingkat bawah. Meningkatnya jumlah PAC juga menjadi indikator penting yang menunjukkan perubahan signifikan dalam organisasi. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan di bidang kesejarahan. Utamanya kajian-kajian yang melibatkan tema keorganisasian, komunitas, dan semacamnya. %Z Dr Imam Muhsin, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Uwaesul Qorni, NIM.: 18101020097 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:62668 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Biografi, Kiprah Politik, Presiden, Militer %P 113 %T KIPRAH POLITIK PERVEZ MUSHARRAF DI PAKISTAN TAHUN 1999-2008 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62668/ %X Pervez Musharraf merupakan salah satu presiden yang memimpin negara Pakistan. Pervez Musharraf besar dan menjadi politisi hebat dengan pangkat Jenderal Angkatan Darat Pakistan. Pola pikir Musharraf yang baru dan mampu membawa negara Pakistan menjadi lebih baik dari pemerintahan pemimpin sebelumnya, Nawaz Sharif. Pada akhirnya, Musharraf menjadi seorang Presiden Pakistan di tahun 2001. Kontribusi Musharraf terhadap Pakistan terhitung cukup banyak terutama dalam bidang ekonomi. Dibalik pencapaiannya sebagai seorang presiden, Pervez Musharraf telah melalui beberapa tantangan dan kiprah politik. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui serta mempelajari sejarah terkait kiprah politik yang telah dilakukan oleh Pervez Musharraf dan bisa digunakan sebagai inspirasi terkait kiprah politik Musharraf terhadap negara Pakistan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui biografi Pervez Musharraf, bagaimana kiprah politik yang dilakukannya di Pakistan, serta dampak dari kiprah politik Pervez Musharraf bagi masyarakat Pakistan. Penelitian dengan tema Kiprah politik Pervez Musharraf di Pakistan menggunakan teori kebijakan publik yang dikemukakan oleh Thomas R. Dye. Teori ini merupakan teori dimana pemerintahan dapat menentukan apa yang ingin mereka lakukan dan apa yang tidak ingin dilakukan. Proses penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka atau literatur sehingga data-data yang diperoleh berasal dari buku, jurnal maupun penelitian terdahulu. Hasil dari penelitian ini menjelaskan Pervez Musharraf merupakan politisi sekaligus mantan Presiden Pakistan yang lahir di Delhi, British India pada tanggal 11 Agustus 1943. Musharraf mulai mengembangkan minatnya terkait dunia militer di Pakistan setelah bergabung dengan Pakistan Militer Academy (PMA). Pervez Musharraf pernah menjabat sebagai Kepala Staf Tentara Pakistan, Kepala Eksekutif Pakistan, serta Presiden Pakistan selama periode tahun 1998 sampai 2008. Pervez Musharraf yang pernah menjabat sebagai presiden mempengaruhi beberapa hal yang ada di negara Pakistan, seperti dalam segi ekonomi, politik, pendidikan, hingga pemberdayaan perempuan. %Z Pembimbing: Dr. Syamsul Arifin, S. Ag. M. Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A VITA PUTERI WARDANA, NIM. 13120029 %B Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya %D 2018 %F digilib:29819 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kripah alumni Fakultas Adab, lulusan 1974 - 1983 %P 96 %T ALUMNI JURUSAN SKI LULUSAN 1974-1983 FAKULTAS ADAB IAIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA DAN KIPRAHNYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29819/ %X ALUMNI JURUSAN SKI LULUSAN 1974-1983 FAKULTAS ADAB IAIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA DAN KIPRAHNYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA Kehadiran perguruan tinggi Islam di Indonesia merupakan warna baru terhadap dunia pendidikan. Kelembagaan pendidikan Islam pada masa awal baru berupa surau, pesantren, dan sebagainya. Selanjutnya setelah Indonesia merdeka, pemerintah mulai mengelola segala aspek yang termasuk dalam pendidikan begitu juga pendidikan Islam. Komponen-komponen yang termasuk di dalamnya terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Salah satu komponennya tersebut adalah jurusan pada perguruan tinggi Islam. Jurusan pada masa awal terbilang masih umum, hingga terjadi pengkhususan secara lebih terperinci seiring dengan perubahan yang terjadi pada perguruan tinggi Islam di Indonesia. Perubahan tersebut dimulai dari Sekolah Tinggi Islam (STI) hingga menjadi Institusi Agama Islam Negeri (IAIN). Pada masa IAIN, dibukalah jurusan yang mengkaji Islam dari sisi sejarah dan kebudayaannya yaitu Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI). Jurusan tersebut merupakan jurusan yang terdapat pada Fakultas Adab IAIN, khususnya yang ada di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dirujuk dari tahun 1974-1983, Jurusan SKI telah mampu meluluskan alumninya yang ahli pada bidangnya, diantaranya bidang pendidikan. Kiprah para alumni tersebut merupakan hal yang unik untuk diteliti. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji para alumni Jurusan SKI dan kiprahnya secara lebih mendalam, meliputi gambaran umum IAIN Sunan Kalijaga pada masa itu, kondisi Jurusan SKI, dan kiprah alumni dalam pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, mengenai kiprah alumni Jurusan SKI. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi. Pendektan tersebut digunakan untuk meneliti kelompok intelekual yang ada pada salah satu aspek lembaga pendidikan tinggi. Konsep yang dipilih dari penelitian ini adalah konsep jurusan dan kiprah. Teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman merupakan teori yang dipilih untuk penelitian ini. Penelitian ini merupaka penelitian sejarah sehingga metode yang digunakan adalah metode sejarah. Metode sejarah memiliki beberapa tahapan di dalamnya, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. IAIN merupakan perwujutan nyata yang disempurnkana oleh para tokohtokoh Islam di Indonesia dalam mengembangkan perguruan tinggi Islam dari tahun 1945-1960. Alumni dari IAIN, telah menunjukkan kiprahnya dalam berbagai bidang. Salah satunya alumni Jurusan SKI Fakultas Adab lulusan 1974-1983 yang berkiprah dalam pendidikan Islam. Kiprah tersebut terlihat dari profesi alumni dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai seorang pengajar. Walaupun tidak dalam jumlah banyak, kiprah alumni tersebut cukup memberikan sumbangannya di Indonesia. %Z Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.Si. %0 Thesis %9 Skripsi %A Vika Maya Yolanda, NIM. 11120092 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32530 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pengajian Bumi Mentaok, Perkembangan, Motivasi %P 137 %T PENGAJIAN BUMI MENTAOK DI KELURAHAN PRENGGAN, KECAMATAN KOTAGEDHE, YOGYAKARTA (TAHUN 1992-2016) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32530/ %X Suatu masyarakat mendirikan sebuah lembaga pengajian di lingkungannya, Supaya masyarakat terutama yang beragama Islam, akan sadar betapa pentingnya menuntut ilmu agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan sebuah lembaga pengajian sangat penting sebagai tempat dan media pembelajaran, khususnya ilmu-ilmu agama bagi kaum bapak, ibu, maupun remaja. Pengajian Bumi Mentaok yang berada di Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagedhe, Yogyakarta awalnya terbentuk sebagai tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama oleh masyarakat sekitar. Dalam perkembangannya pengajian Bumi Mentaok ini tidak hanya fokus pada kegiatan memberikan materi-materi keagamaan saja. Tetapi mampu berkembang menciptakan perubahan-perubahan dengan kegiatan lainnya di lingkungan masyarakat. Kegiatan lainnya yang dilakukan dalam pengajian Bumi Mentaok yaitu tahlil, mauidhoh/siraman rohani, membantu yatim piatu, ziarah ke para ulama, berqurban, dan wisata ziarah ke para aulia dan ulama. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Pengajian Bumi Mentaok mengenai sejarah perkembangan dan motivasi masyarakat dalam mengikuti pengajian tersebut. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapangan. Data atau sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip, buku, gambar foto, serta hasil wawancara langsung di lokasi pengajian tersebut. Metode yang digunakan dalam ini adalah menggunakan penelitian ini sejarah yaitu untuk menyusun fakta, mendiskripsikan dan menarik kesimpulan masa lampau. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode penelitian ini yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah deskripsi tentang Pengajian Bumi Mentaok mulai dari latar belakang didirikannya hingga mengalami perkembangan. Dalam perkembangannya Pengajian Bumi Mentaok mengalami kemajuan. Hal ini dilihat dari jumlah jama’ahnya yang bisa bertambah banyak. Pada awalnya pengajian ini hanya diikuti 35 orang saja kemudian sempat turun jama’ahnya menjadi 12 orang. Kemudian setelah itu jama’ahnya bisa bertambah lagi menjadi 50-80 orang pada hari biasa. Tetapi pada bulan romadhon jama’ahnya bisa mencapai ratusan yang mengikuti pengajian. Dari segi kualitas juga mengalami perubahan yang lebih baik. Contohnya dari perilaku masyarakat laki-laki yang dulunya masih suka mabuk-mabukan, berjudi, dan minum-minuman keras. Setelah mendapatkan ilmu dari mengikuti Pengajian Bumi Mentaok Sekarang sudah tidak pernah melakukan kegiatan yang menyimpang agama seperti yang telah disebutkan diatas. Kemudian dari cara berpakaian masyarakat perempuannya yang dulunya belum memakai jilbab ketika keluar rumah. Pakainya juga masih ketat, transparan dan melihatkan belahan dadanya. Setelah mendapatkan ilmu dari mengikuti kegiatan Pengajian Bumi Mentaok dengan penuh kesadaran sekarang mereka mau mengenakan jilbabnya. Motivasi mereka dalam mengikuti Pengajian Bumi Mentaok untuk belajar tentang ilmu agama, untuk bersilaturahim kepada sesama jama’ah dan selain itu juga anak-anaknya agar bisa mendapatkan beasiswa belajar di Pondok Pesantren Nurul Ummah. %Z Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Viky Arthiando Putra, NIM. 12120099 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36671 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Sarekat Islam, Marxisme, Pengaruh %P 179 %T PENGARUH MARXISME PADA SAREKAT ISLAM 1914-1921 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36671/ %X Gerak sejarah bangsa ini mengalami perubahan yang signifikan pasca tumbuhnya kesadaran bumiputera untuk beroperasi secara kolektif dalam upaya perjuangan bangsa. Kesadaran tersebut muncul setelah terbukanya keran pendidikan pada kebijakan politik etis pemerintah kolonial yang justru menyerang balik Belanda. Perkenalan para terpelajar dari bumiputera pada pemikiran humanisme, keadilan, kebebasan dan sebagainya membuat mereka tersadar akan realitas yang sedang dihadapi tidak sesuai dengan munculnya ajaran dan pemikiran yang khas dari zaman pencerahan tersebut. Hal ini ditandai dengan mulai bermunculan organisasi modern dari tingkat bangsawan sampai basis keagamaan. Salah satu yang menjadi perhatian kalangan elit Belanda dan akar rumput adalah Sarekat Islam (SI) yang merupakan transformasi dari Sarekat Dagang Islam (SDI). Pasca transformasi inilah yang menjadi titik perhatian penulis. Perubahan platform gerakan dari SDI mempengaruhi antusias bumiputera, dan mampu menarik anggota yang besar dalam waktu singkat. Perubahan ini tidak terlepas dari perdebatan pemikiran (ideologi) yang berkembang dalam SI yang menjadi titik fokus penulis. Determinasi ekonomi dan perjuangan kelas yang khas dari ajaran Marxisme banyak mempengaruhi dan menjadi perdebatan di kalangan SI. Berdasarkan alasan diatas maka pokok pembahasan penulis adalah faktor mendasar yang menjadi penggerak utama tingkah laku seseorang ataupun sekelompok manusia, dalam hal ini adalah SI sebagai suatu organisasi. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dalam bentuk library research (penelitian kepustakaan). Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis dinamika gerakan SI adalah pendekatan sejarah mentalitas. Sedangkan untuk teori yang dianggap relevan adalah teori ideologi yang diperkenalkan oleh Louiss Althusser. Teori ideologi adalah teori yang peneliti gunakan dalam menganalisa bagaimana suatu pemikiran mampu menggerakkan sebuah organisasi, sehingga mempengaruhi nilai perjuangan dan haluan politik SI untuk mengorganisir massa serta kantung gerakan dibawahnya. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode sejarah kritiss, antara lain; heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Setelah bumiputera mendapatkan pendidikan dari kebijakan politik etis, ide-ide tentang pembebasan dari keterjajahan menjadikan mereka terus mengupayakan perjuangan bangsa, termasuk SI yang dimotori oleh seorang pelajar yang memiliki pemikiran maju sekaliber Tirto Adhi Soerjo. Melalui Tirto inilah kemudian SI menjadi berkembang dan bergerak lebih modern. Persinggungan antar pelajar menjadikan terkonsolidasinya kekuatan intelektual kelas menengah untuk melihat kondisi bangsa sendiri dan mengupayakan berbagai macam gerakan melalui mesin organisasi. Salah satu persinggungan tersebut termasuk dengan para aktivis gerakan dari Belanda yang membawa ideologi Marxisme. Marxisme masuk ke Indonesia secara organisasi dengan adanya infiltrasi dari Sneevliet melalui ISDV ke dalam SI. Marxisme pulalah yang membawa gerakan SI memiliki imajinasi yang radikal terhadap perubahan nasib bangsa. Banyak orang yang menjadikan Marxisme sebagai kambing hitam dari perpecahan dalam tubuh SI. Hasil pengamatan penulis menunjukkan, bahwa Marxisme juga memberikan sumbangsih pada konsolidasi politik gerakan pada perlawanan terhadap kolonialisasi Belanda. Hal ini jelas jika melihat hasil kongres SI tahun 1918 yang menyepakati ide perjuangan melawan Kapitalisme dan menjadikan buruh sebagai garda dalam membangun gerakan melawan Kolonialisme-Imperialisme Belanda. %Z Dr. Syamsul Arifin, M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Vina Indri Purnawanti, NIM.: 16120021 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:47700 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Salahudin al-Ayubi, Perang Salib, Kingdom Of Heaven %P 113 %T HISTORIOGRAFI FILM KINGDOM OF HEAVEN BERDASARKAN NASKAH WILLIAM MONAHAN (TAHUN 2005) DITINJAU DARI BUKU PERANG SALIB KARYA CAROLE HILLENBRAND (TAHUN 1999) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47700/ %X Skripsi ini mengkaji tentang historiografi dalam naskah Kingdom of Heaven karya William Monahan ditinjau dari buku The Crusades : Islamic Perspektives karya Carole Hillenbrand. Naskah tersebut ditulis pada tahun 2005 dan mengangkat tema Perang Salib II (dua) tahun 1184-1187 Masehi. Sedangkan fokus permasalahan yang dikaji meliputi latar belakang penulisan naskah, gambaran Perang Salib dalam naskah Kingdom of Heaven ditinjau dari buku Perang Salib karya Carole Hillenbrand, serta faktor-faktr penyebab terjadinya aspek objektif dan subjektif pada naskah. Guna mengkaji permasalahan di atas, peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra serta dua teori yakni teori analisis isi dan teori sejarah Croce. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yakni: Heuristik atau pengumpulan sumber, Verifikasi atau kritik sumber, Interpretasi atau penafsiran sumber dan Historiografi atau penulisan sejarah. Hasil kajian penelitian historiografi dalam naskah Kingdom of Heaven ditinjau dari buku Perang Salib karya Hillenbrand menunjukkan adanya dua aspek dasar yakni objektif dan subjektif. Aspek objektif yang terdapat dalam alur cerita Perang Salib merupakan bentuk komitmen dari Wiliam Monahan dalam misi melawan stigma negatif Barat mengenai Islam dan muslim pasca tragedi WTC. Adapun aspek subjektif atau bias yang terdapat dalam penokohan dan peristiwa Perang Hittin disebabkan berbagai faktor. Selain karena sumber rujukan naskah dan kurangnya pemahaman mengenai Perang Salib berdasarkan sudut pandang Islam, naskha Kingdom of Heaven juga ditulis sebagai kritik terhadap kebijakan Presiden George W. Bush dalam Perang Irak serta kemelut Islamophobia di Amerika. Disamping itu naskah film Kingdom of Heaven menyelipkan pesan bahwa hidup berdampingan dalam perbedaan jauh lebih baik dibandingkan berperang. %Z Pembimbing : Dr. Nurul Hak, S .Ag, M. Hum %0 Thesis %9 Masters %A Vita Ery Oktaviyani, S.S, NIM: 1520510103 %B Pascasarjana %D 2019 %F digilib:38650 %I UIN Sunan Kalijaga %K Sejarah dan Memori Kolektif, Sunan Geseng, Historiografi Tradisional, Tradisi Lisan. %P 279 %T SEJARAH DAN MEMORI KOLEKTIF SUNAN GESENG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38650/ %X Penelitian ini membahas tentang sejarah terbentuknya memori kolektif Sunan Geseng di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sejarah bukan sekedar narasi masa lalu, namun hidup pada masa kini dan bisa dimaknai sesuai dengan konteks masa kini. Dalam tesis ini menggambarkan narasi peristiwa masa lalu yang dikonstruksi dan direproduksi, lalu dikomunikasikan kepada khalayak melalui monumen. Monumen Sunan Geseng yang dimaksud berupa makam dan petilasan. Monumen ini didirikan sebagai bentuk pewarisan ingatan terhadap generasi selanjutnya dan adanya kultur Jawa untuk membuat tempat peringatan. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan historis antropologis dengan menggunakan metode historiografi tradisional. Teori yang digunakan adalah teori politik ingatan karena pengingatan hanyalah salah satu sisi dari memori sisi lainnya adalah pelupaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memori kolektif masyarakat Jawa tentang Sunan Geseng dibentuk dengan adanya artefak budaya berupa monumen yaitu makam dan petilasan. Monumen termasuk kategori folklor, karena penuturan untuk mengenalkannya disampaikan lewat tradisi lisan. Di Monumen Sunan Geseng terjadi penguatan memori kolektif, akibat adanya keyakinan dan religiusitas masyarakat pendukungnya. Penguatan memori bukan lagi bersifat spontan dan naluriah, namun menjadi kewajiban yang harus diingat. Penguatan memori ini pada masing-masing monumen berbeda, contoh hari-hari peringatan antara lain: Saparan, Kupatan Jolosutro dan Nyadran Ngisor di Makam Jolosutro, Ruwahan di Makam Daleman, Walitelon Utara dan Dusun Badean. Selikuran dan Slametan di Makam Tirto, Syukuran di Sendang Banyuurip, Kutukan di Pesarean Blubuk dan Rajaban, Haul Sunan Geseng serta Tahlil Senin kliwon di Petilasan Gatep. Penguatan memori kolektif Sunan Geseng paling menonjol terjadi di Makam Jolosutro dengan diadakannya upacara Kupatan Jolosutro bertujuan meminta berkah Sunan Geseng berkaitan dengan hasil pertanian, sehingga ada keyakinan jika yang berkunjung banyak, maka hasil pertanian akan melimpah, demikian juga sebaliknya. Selikuran di Makam Tirto yang dilaksanakan setiap 20-21 Ramadhan bertujuan ngalap berkah. Para pedagang yang berkunjung biasanya meminta restu Sunan Geseng supaya dagangannya laris. Di Pesarean Blubuk setiap tahun dilaksanakan Upacara Kutukan, untuk melanjutkan tradisi yang dilakukan Sunan Geseng dengan memakan ikan kutuk setiap hari Jumat wage. Masyarakat Blubuk percaya dengan memakan ikan kutuk bisa menghilangkan berbagai macam penyakit dan menyingkirkan halangan hidup. Upacara tradisi di atas saat ini oleh masyarakat pendukung Sunan Geseng dikemas sebagai bagian dari wisata religi. %Z Dr. Sri Margana, M.Phil. %0 Journal Article %A Vita Vitria, - %D 2003 %F digilib:40312 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %J Dipresentasikan dalam diskusi kelas Program S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Mata Kuliah Sejarah Peradaban dan Perkembangan Agama di Barat, %K Islam di barat, minoritas muslim, mayoritas non muslim, Amerika Serikat %T ISLAM DI BARAT (Dinamika Minoritas Muslim dalam Mayoritas Non-Muslim Amerika Serikat %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40312/ %X - %0 Thesis %9 Skripsi %A WAHYUNI, NIM. 16540005 %B Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam %D 2020 %F digilib:39119 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Agama, Interaksi Sosial, Kerukunan %T STUDI KERUKUNAN BERAGAMA MASYARAKAT ISLAM DAN KRISTEN DI KAMPUNG BASEN, PURBAYAN, KOTAGEDE, YOGYAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39119/ %X Indonesia merupakan negara plural, salah satu bentuk plural yakni ditandai dengan banyaknya agama. Salah satu agama yang sering berinteraksi satu sama lain yakni Islam dan Kristen di Kampung Basen Purbayan. Di dalam interaksi masyarakat agama Islam dan Kristen ini pernah terjadi konflik, namun masyarakat cepat bisa menyelesaikan persoalan tersebut. Oleh karena itu, penulis ingin melihat bagaimana masyarakat bisa dengan cepat dalam menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian, penulis merumuskan dua rumusan masalah yakni bagaimana pola kerukunan beragama masyarakat Islam dan Kristen dan juga apa faktor-faktor yang mempengaruhi pola kerukunan beragama masyarakat di Kampung Basen Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, penulis menjawab dengan menggunakan penelitian lapangan dengan sumber data primer wawancara dan observasi terhadap masyarakat Islam dan Kristen di Kampung Basen Purbayan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara dan juga dokumentasi. Pendekatan yang digunakan yakni pendekatan sosiologis dengan teori interaksi sosial dan juga mengenai kerukunan umat beragama dengan metode agree in disagreement. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pola kerukunan masyarakat dapat terbentuk karena adanya interaksi yang baik antar masyarakat. Dalam interaksi sosial, kerukunan masyarakat terbentuk karena adanya bentuk dari interaksi masyarakat yang terdiri dari kerjasama yang dilandasi dengan gotong royong masyarakat dan akomodasi yang dilandasi dengan adanya sikap toleransi. Kemudian, hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kerukunan umat beragama dapat terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor yang mendukung. Dalam penelitian ini, penulis membagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal yakni adanya pengaruh dari tokoh masyarakat dan juga tokoh agama. Kemudian faktor ekternal karena adanya pengaruh dari sosial budaya dan juga pemerintah yang turut andil dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama di Kampung Basen Purbayan Yogyakarta. %Z Dr.Masroer, S.Ag. M.Si. %0 Thesis %9 Masters %A WANDI, SHUM, NIM. 1520510059 %B PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2017 %F digilib:27457 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Mardasah, Perkembangan, SKB 3 Menteri %P 143 %T PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM, MADRASAH AL-KHOIRIYAH DIKOTA JAMBI 1972-2017 (ANALISIS ATAS SKB 3 MENTERI TAHUN 1975 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27457/ %X Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya kegelisahan penulis untuk menggali lebih dalam mengenai perkembangan lembaga pendidikann Islam Madrasah al-Khairiyah di Kota Jambi, dimana sejak awal lembaga pendidikan tersebut memakai sistem klasik. Sejak berdirinya pada tahun 1937 dan sebagai Madrasah tertua di Kota Jambi, Madrasah tersebut masih memakai sistem tradisional seperti halnya Madrasah-Madrasah lainnya yang ada di Indonesia. Pada tahun 1975 dengan turunya SKB 3 Menteri, Madrasah al-Kahiriyah mulai menerapkan sistem dan aturan yang berlaku pada surat Keputusan Presiden tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis isi SKB 3 Menteri tentang perkembangan pendidikan Islam Madrasah al-Khairiyah di era globalisasi, yang mana era globalisasi menurut Azyumardi Azra adalah merupakan ancaman besar bagi Pendidikan Islam untuk mempertahankan nilai agama yang murni. “Perubahan dalam bidang pendidikan meliputi isi pendidikan, metode pendidikan, media pendidikan, dan lain sebagainya. Salah satu aspek yang sangat besar pengaruhnya adalah kurikulum”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu seperangkat prinsip-prinsip yang sistematis dan aturanaturan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilai secara kritis dan menyajikan secara sistematis dalam bentuk laporan tertulis. Hasilnya adalah terdapat beberapa penemuan dalam penelitian ini: Pertama: pada zama Orde Baru turunya SKB 3 Menteri merupakan suatu keniscayaan, melihat pada saat itu Pendidikan Islam mengalami berbagai persoalan diantaranya masalah pengangkatan guru, masalah ijazah dan ketertinggalan mutu pendidikan Islam. Dengan tutunya SKB 3 Menteri ini, pengelolaan Madrasah lebih teratur, diantaranya masuknya pendidikan umum di Madrasah, ijazah Pendidikan Islamjuga bisa bisa dipakai untuk masuk Perguruan Tinggi Umum. Kedua: Turunnya SKB 3 Menteri, cukup membawa dampak pada Madrasah al-Khairiyah di Kota Jambi. Madrasah yang pada awalnya memakai sistem klasik, terlihat lebih modern dengan penataan kelas yang lebih baik, dengan memasukkan kurikulum umum, mata pelajaran pun diubah untuk mengikuti SKB 3 Menteri ini. Ketiga: Perubahan sistem pendidikan yang ada di Madrasah al-Khairiyah sangat perlu dilakukan mengingat sistem pendidikan tradisional sudah kurang memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Jambi,yang sarat dengan tuntutan zaman dan teknologi serta pengaruh globalisasi, dampaknya Madrasah al-Khairiyah dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas SDM pada Madrasah tersebut. %Z Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A. M.A, %0 Thesis %9 Skripsi %A WIJDAN MUHAMAD HUSNA, NIM. 12120034 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36630 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K K.H. Ilyas Ruhiat, Kiprah, Pendidikan, Pesantren %P 121 %T K.H. MOH. ILYAS RUHIAT DAN KIPRAHNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT, TAHUN 1949-1984 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36630/ %X Pada tahun 1934, dua tahun setelah didirikannya Pondok Pesantren Cipasung lahirlah Mohammad Ilyas Ruhiat. Ia lahir dari pasangan K.H. Ruhiat dan Hj. Aisyah. Semenjak kecil, ia mendapatkan pendidikan agama langsung dari ayahnya di Pesantren Cipasung. K.H. Ilyas Ruhiat memulai kiprahnya dalam pendidikan di pesantren pada usia 16 tahun, sebagai seorang pengajar menggantikan ayahnya yang ditahan oleh Belanda. Sejak saat itu, ia memulai “karirnya” sebagai seorang kiai dengan melakukan pengajian-pengajian baik di lingkungan pesantren, masyarakat sekitar, dan pengajian keliling kampung. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana gambaran umum Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, bagaimana biografi K.H. Ilyas Ruhiat, bagaimana kiprah K.H. Ilyas Ruhiat dalam pengembangan pendidikan di pondok pesantren Cipasung, dan apa saja kontribusi K.H. Ilyas terhadap pendidikan di Cipasung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografi dan sosiologi. Adapun teori yang digunakan ialah teori peran yang dikemukakan oleh Thomas. Inti dari teori peran adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya dalam masyarakat, maka ia menjalankan suatu peranan. Sesuai posisinya dalam masyarakat yaitu sebagai kiai pesantren, K.H. Ilyas mempunyai keahlian dalam bidang ilmu-ilmu agama, mengelola tempat ibadah, memberikan pengajaran, dan memberikan bimbingan pada masyarakat di sekitarnya dalam urusan agama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang melalui empat tahapan, yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi data (kritik intern dan ekstern), interpretasi (analisis dan sintesis), dan historiografi (penulisan sejarah). Penelitian ini memberikan gambaran bahwa kontribusi yang dihasilkan oleh K.H. Ilyas Ruhiat merupakan bentuk dari kiprah yang dilakukannya sejak tahun 1949-1984. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa K.H. Ilyas memiliki peranan dalam mengembangkan pendidikan Islam di Cipasung. Dalam pengembangan pendidikan formal, ia berhasil mendirikan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) Cipasung, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cipasung, dan Institut Agama Islam Cipasung (IAIC). Ia juga tetap melestarikan tradisi pesantren dengan mengajar santri dan melanjutkan pengajian yang telah dilakukan oleh ayahnya. %Z Dr. Nurul Hak, S.Ag, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A WIKA NURMAYSYAH PUTRI, NIM. 15120090 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2019 %F digilib:35082 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Biografi, K.H. Abdul Qodir, Pondok Pesantren As’ad, Jambi. %P 102 %T BIOGRAFI K.H. ABDUL QADIR BIN SYEKH IBRAHIM DI JAMBI TAHUN 1914 M -1970 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35082/ %X K.H. Abdul Qodir merupakan pendiri Pondok Pesantren As‟ad di Jambi, ia senantiasa berusaha untuk memperbaiki keadaan sosial masyarakat di bidang pendidikan, dan sosial keagamaan. Pada tahun 1969 M pertama kali didirikannya Madrasah Diniyah bagi kaum perempuan di kompleks Pondok Pesantren As‟ad. K.H. Abdul Qodir juga termasuk ulama yang produktif dalam menulis kitab, namun hanya dua kitab saja yang masih dapat ditemukan saat ini yaitu kitab Mughnil al-‘Awâm dan Riadh al-Shibyan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografis dan sosiologis, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian tokoh berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural tempat tokoh tersebut lahir dan tumbuh dewasa serta memahami kondisi yang di hadapi oleh masyarakat pada tahun 1914 M-1970 M. Untuk mempermudah penelitian ini, penulis menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Penelitian ini mengungkap sejarah perjalanan hidup K.H. Abdul Qodir sejak lahir hingga wafat, sehingga dalam penulisannya, penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa K.H. Abdul Qodir berperan merubah paradigma pemikiran masyarakat dalam memahami suatu persoalan agama dan sosial. Kehidupan masyarakat Jambi lebih teratur dan masyarakat menjadikan pendidikan sebagai suatu kebutuhan. Pondok Pesantren dijadikan sebagai wadah pendidikan dalam membina umat, sehingga muncul hukum timbal balik antara pesantren dan warga masyarakat. K.H. Abdul Qodir juga berperan sebagai pelopor perubahan sistem pendidikan pesantren. Selain itu, ia berperan sebagai pemersatu hubungan antara pondok dan masyarakat. Kegiatan masyarakat masih dilakukan pengajian bapak-bapak pada malam Jum‟at di Langgar Putih, ibu-ibu mengaji di masjid Kampung Tengah atau Langgar Putih pada malam Selasa dan malam Sabtu dengan materi masalah ibadah seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan masalah keluarga, dan para santri masih datang ke rumah guru pada malam hari untuk belajar Fiqh, Irsyadul Ibad, Riyadus al-Sholihin dan sebagainya. Di tengah kesibukannya mengasuh pesantren, K.H. Abdul Qodir masih menyempatkan diri aktif di masyarakat, dan jabatan yang pernah diduduki adalah: Ketua Syuriah NU kecamatan Danau Teluk, anggota Syuriah NU Wilayah Jambi, ketua Majelis Syuro Wal Fatwa” se-Sumatera Tengah tahun 1955-1956, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi tahun 1957 sampai 1970. %Z Syamsul Arifin,S.Ag.,M.Ag. %0 Book Section %A WILDAN, MUHAMMAD %B SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM INDONESIA Jilid 3 %C Jakarta %D 2015 %F digilib:25474 %I Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan %K Gerakan, kampus, gerakan Islam, sejarah %N Cet. 1 %P 425-461 %S Bunga Rampai %T Gerakan Islam Kampus: Sejarah dan Dinamika Gerakan Mahasiswa Muslim %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25474/ %V Vol. 1 %X Dalam sejarah Indonesia, tercatat ada tiga periode penting menyangkut gerakan Islam oleh kalangan pemuda dan mahasiswa. Pertama, masa pergerakan, gerakan tersebut dicirikan dengan berdirinya kelompok kajian Islam di kalangan kaum muda terpelajar, yakni Jong Islamieten Bond (JIB) dan Studenten Islamic Studiesclub (SIS). Kedua, masa kemerdekaan, di mana muncul gerakan mahasiswa dengan semangat nasionalisme dan keislaman, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)—dua terakhir ini adalah organisasi mahasiswa di bawah masing-masing ormas NU dan Muhammadiyah. Terakhir, perode 1980-an hingga kini, di mana muncul gerakan mahasiswa dengan semangat Islamisme yang tinggi, seperti Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). %0 Thesis %9 Skripsi %A WIWID INDAH LESTARI, NIM: 14120006 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32551 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perguruan Thawalib Padang Panjang, Politik %P 86 %T DINAMIKA POLITIK ERA PERGERAKAN NASIONAL TAHUN 1923-1937 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32551/ %X Sebelum tahun 1900 M sudah ada pengajian surau Jembaran Besi di Padang Panjang. Tahun 1911 M pimpinan surau Jembatan Besi dipimpin oleh Syekh Abdul Karim Amrullah. Pada tahun 1912 M muncul gagasan baru untuk membentuk satu organisasi persaiyoan.Organisasi ini berkembang pesat kemudian tahun 1914 organisasi ini berganti nama menjadi Perguruan Thawalib Padang Panjang. Adanya perguruan ini menjadi latar belakang munculnya beberapa perguruan lain di Sumatera Barat. Perguruan-perguruan ini kemudian membentuk organisasi yang mengabungkan seluruh perguruan Thawalib di Sumatera Barat di bawah satu naungan yang diberi nama Sumatera Thawalib. Perkembangan sistem pendidikan di Perguruan Thawalib Padang Panjang pada era pergerakan nasional juga diikuti dengan perkembangan politiknya. Adanya kegiatan politik memberi dampak terhadap Perguruan Thawalib Padang Panjang. Hal ini berdasarkan pada organisasi politik yang muncul dan berkembang pada era pergerakan nasional, seperti komunis dan PERMI (persatuan Muslim Indonesia). Penelitian ini fokus membahas mengenai dinamika politik pada era pergerakan nasional di Perguruan Thawalib Padang Panjang yang pembahasannya dimulai dari tahun 1923-1937 M. Berdasarkan pada pemilihan topik, maka peneliti memaparkan gerak politik yang berkembang dan memberi pengaruh terhadap Perguruan Thawalib Padang Panjang. Pembahasan pengenai politik ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh politik dibeberapa perguruan lainnya. Penyebaran politik ini juga didukung dengan adanya organisasi Sumatera Thawalib sebagai wadah yang menampung aspirasi para pelajarnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, menurut Kuntowijoyo yang terdiri dari lima langkah yaitu pemilihhan topik, pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran, dan penulisan sejarah. Penelitian yang membahas politik di Perguruan Thawalib Padang Panjang ini mengunakan pendekatan sosiologi. Adapun teori yang digunakan yaitu teori Dinamika politik menurut Dwiyanto. Ia berpendapat bahwa dinamika politik merupakan gambaran mengenai proses politik yang mampu mencerminkan nilainilai demokrasi dan akuntabilitas. Adanya dinamika politik menimbulkan interaksi antara beberapa Perguruan Thawalib yang saling memberi pengaruh. Penggunaan pendekatan sosiologi ini dapat dilihat dari hubungan baik antara Perguruan Thawalib Padang Panjang dengan masyarakat Padang Panjang dan beberapa perguruan lainnya. Berdasarkan pada penggunaan toeri dinamika politik ini, peneliti menemukan adanya organisasi politik Komunis dan PERMI yang memberi banyak kemajuan maupun kemunduran terhadap Perguruan Thawalib Padang Panjang. %Z Syamsul Arifin S.Ag. M.Ag %0 Thesis %9 Skripsi %A Wahyu Hadi Maulana, NIM.: 19101020076 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:64792 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Arsitektur, Masjid Besar Pekalongan, Sejarah-Budaya %P 117 %T PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID BESAR PEKALONGAN, JAWA TENGAH (1852-1933 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64792/ %X Masjid Besar Pekalongan merupakan salah satu masjid tertua yang ada di wilayah Pekalongan. Masjid ini didirikan oleh Bupati Pekalongan Raden Aryowiryo Tumenggung Adinegoro, pada tahun 1852 M. Pada awal berdirinya masjid ini memiliki gaya arsitektur Jawa, namun seiring berjalannya waktu masjid ini mengalami perkembangan arsitektur yang menjadikannya memiliki gaya arsitektur perpaduan antara Jawa dan Arab. Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, agama dan ekonomi masyarakat sekitar yang terpengaruh oleh etnis Arab serta adanya faktor fisik masjid yang mengalami penurunan kapasitas dan kualitas. Kajian arsitektur Masjid Besar Pekalongan pada tahun 1852-1933 menarik untuk dikaji karena memiliki nilai historis dan faktor penyebab yang mengakibatkan adanya perkembangan. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji mengenai perkembangan arsitektur Masjid Besar Pekalongan yang dalam perkembangannya mengalami perpaduan gaya arsitektur antara Jawa dan Arab. Serta dibahas juga faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan konsep perkembangan dan arsitektur. Teori yang digunakan dalam penelitan ini adalah teori perubahan arsitektur oleh Sigfred Gideon. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup beberapa langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Masjid Besar Pekalongan sejak awal berdirinya (1852) hingga tahun 1927, masjid ini memiliki gaya arsitektur Jawa. Namun seiring dengan berjalannya waktu masjid ini mengalami suatu perkembangan yang menjadikannya memiliki perpaduan gaya arsitektur antara Jawa dan Arab. Perkembangan tersebut tampak pada tahun 1927 melalui pembangunan serambi masjid, iwan beserta ornamennya dengan gaya arsitektur Arab serta pada tahun 1933 melalui pembangunan menara. Adapun faktor dari perkembangan tersebut adalah adanya faktor sosial, budaya, agama dan ekonomi masyarakat setempat yang mulai mendapatkan pengaruh dari etnis Arab serta faktor fisik masjid yang lambat laun mengalami penurunan kapasitas dan kualitas. %Z Pembimbing: Dra. Soraya Adnani, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Wahyu Subagiyo, NIM: 14120084 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2019 %F digilib:35068 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Purworejo, Perkembangan, Islam. %P 111 %T ISLAM DI PURWOREJO ABAD KE-19 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35068/ %X Perkembangan Islam di Jawa abad ke-19 M mengalami banyak persoalan. Pada abad ini kolonialisme telah mendominasi berbagai sistem kehidupan masyarakat. Perang Jawa (1825-1830) merupakan peristiwa paling besar yang mempengaruhi perubahan sosial, politik dan ekonomi di wilayah Selatan Jawa. Bagelen merupakan salah satu wilayah yang penting dan diperebutkan, karena wilayah ini merupakan sumber utama pajak Kerajaan Mataram Islam. Di samping itu, wilayah ini juga menjadi basis militer pasukan Diponegoro dan sekaligus menjadi ajang pertempuran pasukan Diponegoro melawan kolonial. Pasca perang, wilayah Bagelen dibagi menjadi beberapa bagian (kabupaten), salah satunya adalah Kabupaten Purworejo (berdiri pada 1831). Adanya dinamika sosial-politik pada abad tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk melihat apakah Islam di Purworejo mengalami perkembangan atau sebaliknya? Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi agama. Sosiologi agama merupakan ilmu pengetahuan yang mengarahkan pandangan tentang kedudukan agama dalam proses interaksi sosial. Pendekatan ini sebagai sarana untuk menganalisa permasalahan sosial yang dihadapi umat Islam di Purworejo. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun. Perkembangan mempunyai corak dialektis, karena kehidupan itu sendiri berada dalam gerak dan perubahan yang berkesinambungan. Dalam hal ini, proses dakwah Islam di Purworejo tentunya juga mengalami berbagai perubahan dan perkembangan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perpecahan wilayah akibat dampak dari kekalahan Diponegoro atas kolonial mengakibatkan berubahnya sistem permerintahan. Purworejo yang awalnya merupakan wilayah Kerajaan Mataram Islam kemudian menjadi wilayah kekuasaan Kolonial Belanda. Hal ini sekaligus menjadi penanda dimulainya babak baru kolonialisme yang sesungguhnya. Munculnya tokoh-tokoh Islam, tarekat dan pesantren di Purworejo menjadi bukti bahwa Islam tetap tumbuh di tengah dinamika sosial-politik yang terjadi pada masa itu. %Z Zuhrotul Latifah, S. Ag. M.Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Wajib Isnaini Hamzah, NIM. 97122081 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya : Sejarah Kebudayaan Islam %D 2004 %F digilib:52786 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Bangsa Moro, Filipina %P 92 %T PERJUANGAN BANGSA MORO DI FILIPINA PASCA PERJANJIAN DAMAI 1996-2002 M. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52786/ %Z Pembimbing : Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A., M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Wakhid Hidayat, NIM. 12120039 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36638 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K Said Aqil Sirodj, Pemikiran Politik Islam %P 94 %T PEMIKIRAN POLITIK ISLAM SAID AQIL SIRODJ (1999-2017) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36638/ %X Said Aqil yang dikenal sebagai intelektual sejarawan, mencoba menyajikan dan menawarkan sebuah solusi bagi tercapainya cita-cita suatu bangsa. Kegelisahan mendalam Said Aqil atas kondisi objektif suatu bangsa mendorongnya untuk melakukan pemikiran politik yang terekspresikan dalam bentuk pemikiran politiknya. Peneliti ingin mengetahui secara lebih utuh dan menyeluruh tentang gugusan pemikiran politik Said Aqil Sirodj terkait dengan pengelaborasian ajaran Islam dan nilai-nilai demokrasi dalam pemikiran Said Aqil Sirodj. Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan kepustakaan murni (library reserch) sebagai metode pengumpuan data. Sedangkan teknik pengumpulan data diperoleh dari dan melalui data primer serta data sekunder. Data primer didapatkan dari pengkajian mendalam atas karya-karya Said Aqil yang sudah dipublikasikan, sedangkan data sekunder penulis dapatkan dari artikel dan jurnal diberbagai media. Untuk menganalisis peneliti menggunakan metode khusus yaitu deskriptif-analisis. Dalam segi pendekatan menggunakan pendekatan historis. Sedang teori yang digunakan adalah sejarah pemikiran yang digagas Kuntowijo, yaitu berisikan teks, konteks, hubungan teks dengan masyrakat. Hasil yang diperoleh peneliti dalam skripsi ini adalah Pemikiran politik Islam Said Aqil Sirodj dalam menggabungkan ajaran Islam dan nilai-nilai demokrasi memiliki keterkaitan. Yakni keduannya memiliki daya dorong akan terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Hal tersebut selaras dengan cita-cita dan ide-ide kebaangsaan sebagaimana temaktub dalam Undangundang. Islam juga mengajarkan semangat persaudaraan yang dapat mengantar masyarakat menuju keharmonisan dan kebersamaan hidup dalam perbedaan. Sikap ini ditunjukan Said Aqil ketika konsiten melawan ormas anti demokrasi yaitu HTI dengan kampanye tri ukhuwah. Islam juga menginginan terwujudnya ko-eksistensi umat Islam dan pemeluk agama lain dalam sebuah komunitas yang diikat oleh kesatuan identitas sebagai bangsa, yang dikenal dengan konsep Ukhwah wathoniyah (persaudaraan sebangsa). Selain itu juga, Islam menjunjung tinggi rasa solidaritas sesama umat manusia yang beradab, senantiasa mendorong terbentuknya ukhuwah basyariyyah/insaniyyah (persaudaraan manusia) yang melampaui sekat-sekat etnis, suku dan ras. Selanjutnya terdapat relevansi atas pemikiran politik Said Aqil Sirodj dalam konteks kehidupan politik di Indonesia. Ia menawarkan solusi bagi terciptanya cita-cita kolektif bangsa. Melalui sistem politik demokrasisebagai instrumen serta penyadaaran dan pemberdayaan masyarakat sipil maka bangsa ini dapat bangkit dari kemiskinan dan terwujudnya masyarakat yang adil sejahtera. %Z Dr. Badrun M,si %0 Book %A Waryani Fajar Riyanto, - %C Yogyakarta %D 2022 %F digilib:52559 %I Atlantis Press %K Nagara; Atlantis Purba, Sejarah %P 1000 %T NAGARA ATLANTIS PURBA : Replika Ibu Kota Atlantis dan Relief Para Nabi di Candi Borobudur (Rev ke2) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52559/ %X - %0 Book Section %A Waryani Fajar Riyanto, - %B Agama, Kemanusiaan, dan Keadaban: 65 Tahun Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin, MA. %C Yogyakarta %D 2021 %F digilib:52578 %I Suka Press %K Teologi Budaya; Kesufian; Kenabian; Pemikiran Prof. Dr. KH. MUhammad Machasin, MA %P 66-93 %T Teologi Budaya dalam Kesadaran Kesufian, Kenabian dan Kerasulan: Telaah Pemikiran Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin, M.A %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52578/ %X - %0 Book Section %A Waryono, - %B Kumpulan Khutbah Wakaf Tahun 1439 H / 2017 M %C Yogyakarta %D 2017 %F digilib:42132 %I Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY %K Wakaf; Pembangunan Islam %P 1-11 %T WAKAF DAN SEJARAH PEMBANGUNAN ISLAM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42132/ %X Sebagaimana disebutkan dalam hadis, melalui wakaf banyak hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan dan pembangunan umat. Sejarah telah mencatat peranan wakaf ini dalam mengangkat martabat umat dalam berbagai bidang pendidikan, dakwah, rumah sakit, masjid, perpustakaan, dan lain-lain. Tercatat pada era Umayyah dan Abbasiyah, wakaf digunakan berbagai hal, seperti pendirian sarana ibadah, tempat-tempat pengungsian, perpustakaan, dan sarana pendidikan, pemberian beasiswa untuk para pelajar, gaji para tenaga pengajar dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pada era itu bahkan telah dibentuk badan khusus yang menangani wakaf sekaligus yang mengawasinya. %0 Thesis %9 Masters %A Wela Celsi Anggela, NIM.: 20201021001 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2023 %F digilib:64825 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perlawanan, Ulama etnis Tionghoa, Belanda, Kesultanan, Palembang. %P 152 %T PERLAWANAN ULAMA ETNIS TIONGHOA TERHADAP KOLONIAL BELANDA ABAD KE-19 DI PALEMBANG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64825/ %X Penelitian ini mendeskripsikan rangkaian sejarah dari Perlawanan Ulama etnis Tionghoa terhadap Kolonial Belanda abad ke-19 di Palembang. Penelitian ini berangkat dari asumsi generik yang ada di tengah masyarakat Indonesia. Penulis mencoba meneliti persoalan ini karena seperti yang kita ketahui terdapat stigma negatif bahwa etnis Tionghoa merupakan etnis yang berkhianat terhadap bangsa Indonesia dan etnis yang hanya berwajah Konghucu, Budha Kristen, maupun Taoisme akan tetapi pada kenyataannya etnis Tionghoa ini ada juga yang berwajah Muslim dan tentunya ikut andil dalam menyebarkan agama Islam, serta membela tanah air dari penjajahan bangsa Eropa. Penelitian ini menggunakan pendekatan politik dengan mengkaji gerakan perlawanan dan menjelaskan faktor dari perlawanan tersebut dan siapa yang memobilisasi perlawanan terhadap Kolonial. Prosedur penelitian sejarah ini meliputi empat tahapan: heuristik berupa pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi berupa pengklasifikasian data dan mencari hokum kausalnya, dan historiografi sebagai landasan yang dijadikan dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti menemukan faktorfaktor terjadinya perlawanan yaitu faktor: politik, ekonomi, pendidikan, agama, sosial, dari faktor tersebut timbulah perlawanan yang dimobilisasi ulama etnis Tionghoa. Ulama tersebut adalah Baba Muhammad Najib I yang bergelar Kiyai Demang Jayosepuh Wiraguno, Baba Abdul Khalik, Kiyai Demang Wiralaksono, Baba Balqiyah dan Baba Mas’ud, serta Kiyai Demang Jayalaksana merupakan Ulama yang memotori perlawanan secara tertutup dengan mencetak al-Quran secara Massal. Tujuannya untuk menjaga jati diri bangsa Melayu yang mayoritas Islam dari misionaris Kolonial Belanda. %Z Pembimbing: Dr. Syamsul Arifin, S.Ag., M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Windu Listianingrum, NIM. 00120047 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:52551 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Partai Keadilan, Dalam Meraih Dukungan Massa Pemilih (1998-2002M) %P 91 %T STRATEGI PARTAI KEADILAN DALAM MERAIH DUKUNGAN MASSA PEMILIH (1998-2002 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52551/ %X Langkah-langkah Partai Keadilan dalam meraih dukungan massa dilakukan secara struktural dan kultural. Secara struktural Partai Keadilan melakukan langkah-langkah dengan mengokohkan barisan dan jaringan, pengembangan SOM, organisasi, kaderisasi, dan ikut dalam pemilihan umum untuk memberikan suara. Dengan langkah tersebut diharapkan para kader untuk tetap menjunjung moralitas berpolitik agar menjadi sesuatu kekuatan yang solid. Sedangkan secara kultural Partai Keadilan melakukan berbagai macam aksi ataupun demonstrasi terhadap masalah yang dihadapi oleh Afghanistan dan Palestina serta memberikan pelayanan sosial terhadap problem yang dihadapi masyarakat. Dengan langkah tersebut akan menjadikan sebagai ently point dalam mempengaruhi politik massa sehingga jika masyarakat sudah merasakan apa yang dilakukan PK dalam membantu masyarakat maka masyarakat tidak hanya percaya tapi akan memberikan dukungan pada PK. Hasil dari langkah-langkah yang dilakukan PK baik secara struktural maupun kultural dalam meraih dukungan massa tersebut dapat dilihat pada hasil pernilu 1999 dengan perolehan suara 1,36 %. Hal ini merupakan salah satu wujud keberhasilannya dimana PK adalah sebuah partai Islam barn yang tidak merniliki latar belakang (berbasis) partai masa lalu. Sehingga langkah-langkah ynag dilakukan oleh PK baik secara struktural rnaupun kultural merupakan langkah yang efektif dalam meraih dukungan massa. %Z Pembimbing : Muhammad Wildan, S.Ag., MA %0 Thesis %9 Skripsi %A Wishnu Ajitya Yudha, NIM.: 16120069 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:48177 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Makna, Simbol, Bersih Desa %P 80 %T TRADISI GELAR SONGO DI DESA GLAGAH KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGI 2007-2019 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48177/ %X Tradisi Gelar Songo merupakan sebuah kebudayaan yang berasal dari Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kebudayaan tersebut diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur. Tradisi ini bertujuan untuk mensyukuri nikmat serta keberkahan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan untuk menghormati serta terima kasih terhadap leluhur atau orang tua zaman dulu. Dalam tradisi tersebut terdapat suatu yang menarik hingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan masyarakat Glagah. Seiring perkembangan zaman, terjadi perkembangan dalam Tradisi Gelar Songo. Berdasarkan penjelasan tersebut, fokus masalah penelitian ini adalah bagaimana latar belakang upacara adat Tradisi Gelar Songo, bagaimana perkembangan, makna serta arti dan mengapa Tradisi Gelar Songo masih dilestarikan hingga sekarang. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah kebudayaan dengan pendekatan Antropologi. Teori yang digunakan untuk menganalisis makna Tradisi Gelar Songo adalah teori simbol yang dikemukakan oleh Victor Turner. Penulisan ini menggunakan metode sejarah melalui empat tahapan Penulisan sebagai berikut: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil Penulisan ini adalah sebagai berikut: Pertama, belum diketahui secara jelas tahun berapa Tradisi Gelar Songo ini ada, namun tradisi ini sudah ada sejak masa Penjajahan. Berdasarkan narasumber pada tahun 1956 ketika ia masih kecil Tradisi Gelar Songo sudah ada. Kedua , awal mula munculnya Tradisi Gelar Songo oleh masyarakat setempat dilaksanakan ketika ada warga memiliki hajat seperti khitanan dan nikahan. Ketiga dalam prosesi utamanya Tradisi Gelar Songo dimaksudkan, untuk ucapan rasa syukur kepada Allah swt., atas nikmat serta berkah yang telah diberikan, menghormati para leluhur dan keselamatan untuk desa dengan melakukan selametan serta doa. Keempat, Tradisi Gelar Songo mengalami pembaharuan dan perkembangan pada tahun 2007-2019. Dimulai dengan periode pembaharuan merupakan awal Tradisi Gelar Songo digunakan untuk “bersih desa” pada tahun 2007-2015, periode perkembangan Tradisi Gelar Songo pada tahun 2016-2019 mengalami perkembangan dalam rangkaian pelaksanaan seperti adanya kirab, selametan di balai desa dan hiburan, adanya perkembangan tersebut dimaksudkan supaya Tradisi Gelar Songo semakin ramai, menambah semangat masyarakat setempat untuk selalu melestarikan tradisi dan supaya masyarakat di luar desa tahu dengan tradisi tersebut. %Z Pembimbing: Dr. Maharsi, M.Hum %0 Thesis %9 Masters %A Wisnu Fachrudin Sumarno, NIM. 18201020007 %B FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %D 2021 %F digilib:44234 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran, Penghulu, Perubahan, Surakarta 1931-1937. %P 124 %T PERUBAHAN PERAN PENGHULU DI SURAKARTA TAHUN 1931 – 1937 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44234/ %X Penghulu merupakan jabatan tertinggi dalam urusan keagamaan di Keraton Surakarta. Sejalan dengan itu maka seorang raja biasanya mendapatkan gelar Sayidin Panatagama Khalifatullah yang artinya raja bertanggung Jawab atas keagamaan bukan hanya di Keraton atau istana tetapi seluruh wilayah negara. Berdasarkan mandat tersebut, kemudian Raja mendelegasikan tugas ini kepada penghulu yang diangkatnya. Penghulu memiliki peran sebagai pendakwah, hakim dan pendidik dalam bidang keagamaan. Di samping penghulu juga berperan di bidang politik yakni sebagai penasihat raja dalam menentukan arah politiknya dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu penghulu dipilih dan diangkat oleh raja sebagai abdi dalem pamethakan (pegawai keagamaan di Keraton). Namun peran ini bergeser dan berubah ketika Belanda ikut campur dalam mengurusi bidang keagamaan pada masyarakat Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan peranan penghulu pada tahun 1931-1937. Penelitian in dibatasi pada rumusan masalah yaitu Mengapa terjadi perubahan peran penghulu di Keraton Surakarta pada tahun 1931-1937? Dan Bagaimana peran penghulu di Keraton Surakarta di tahun 1931- 1937? Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang bertumpu pada empat tahap yaitu: heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi dan historiografi. Karena ini merupakan penelitian sosial, maka peneliti menggunakan pendekatan sosiologi untuk melihat gejala-gejala sosial yang terjadi. Sedangkan pada tahap berikutnya untuk menganalisis perubahan peran penghulu pada tahun 1931-1937, peneliti menggunakan teori perubahan sosial dan ditambah teori kebijakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sumber primer arsip dan ditambah dengan sumber sekunder yaitu buku-buku dan jurnal-jurnal yang peneliti temukan. Hasil dari penelitian ini ialah bahwa peranan pengulu mengalami pergeseran dan berubah sejak adanya Staadblad 1882 yaitu ketika berdirinya pengadilan. Sejak saat itu penghulu dimasukkan kedalam pengadilan. Peranan penghulu yang awalnya merupakan ulama yang memiliki peran besar dalam keagamaan masyarakat menjadi sempit, setelah adanya Staadblad 1937. Peran penghulu semula menjadi seorang ulama keraton yang diangkat oleh Raja secara langsung untuk membantu raja sebagai tangan kanan raja dalam bidang keagamaan serta menjadi pendidik untuk menjadikan masyarakat yang beragama berubah hanya berperan menjadi pejabat pemerintahan yang bertugas sebagai hakim di pengadilan dan petugas perkawinan dalam lembaga pemerintahan. %Z Dr. Maharsi, M.Hum %0 Report %9 Discussion Paper %A Witriani, - %C Yogyakarta %D 2012 %F digilib:39620 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Jilbab , contestation, power relation, social identity %T Jilbab in Indonesia: The Contestation Between Power Relation and Social Identity1 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39620/ %X As part of religious symbols, jilbab in Indonesia has shown a significant change. Not only because the proliferation of this Islamic fashion is visible across the multiple sites in this country, but also because Indonesia doesn’t have a historical and cultural background on Islamic fashion. Since the arrival of Islam in the 13th century, the distinctive symbol for Muslimah or women Muslim was like kerudung, or kind of headscarf combined with kebaya or baju kurung which used to be related to Melayu tradition. However, during this two decades, Islamic fashion has been developing in such tremendous way which seemingly create such a hybrid culture of fashion among the Muslims. If this transformation should be correlative with piety, how can we read Jilbab phenomenon in Indonesia? It’s a library research. The writer tried to relate the current phenomenon, religious issue as well as historical perspectives to support the data and analysis. The research shows that as part of religious symbols, jilbab is not predominantly seen as a sign which associates to a certain ideology or theological framework. Jilbab is much more seen as religious and social phenomena in which power relation contribute in driving the change both by providing and eliminating the room for it to develop. For example, during the New Order, the authority was so powerful and controlled the religious life including the ban of jilbab among the public sphere. This policy did not only create a resistance among the Muslim but also potentially provide a similar pattern for the following power . For instance, when the next regime gives freedom to the religious life and jilbab could eventually change the feature of Indonesian Muslims, in several areas, this kind of fashion has become such compulsory and turn into social identity. Even, like in Aceh, or West Sumatera, in line with the district autonomy policy, people think that they have a right to determine their identity including to make jilbab as compulsory for school uniform. Hence, in some decades, there’s a shift in perceiving jilbab, from theological perspective to religio-social identity. %0 Thesis %9 Skripsi %A Yanis Nurbaiti, NIM. 98122148 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:53032 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Kabupaten Bantul, %P 108 %T AKTIVITAS IKATAN REMAJA MUHAMMADIYAH (IRM) DI KABUPATEN BANTUL, 1992-2002 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53032/ %X Secara umum kehidupan sosial keagamaan masyarakat di Bantul sangat dinamis. Kehidupan keagamaan masyarakat Islam turut mendominasi aktivitas dan kegiatannya. Muhammadiyah merupakan salah satu ormas keagamaan yang turut serta mengaktifkan sosial keagamaan umat Islam Bantul. Di dalam melakukan aktivitas keagamaannya, turut membina para remaja di Bantul, khususnya remaja Muhammadiyah. Hal ini terns dilakukan sejalan dengan gerak dan langkah amal usaha Muhammadiyah yang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat di Bantul. 2. IRM ( dulu lPM) merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang secara fungsional menjadi pelangsung dan pelopor Muhammadiyah. Gerak dan aktivitasnya di Bantul ditandai dengan dibentuknya Pimpinan Daerah IPM (sekarang IRM) pada tahun 1967. Pertumbuhan dan perkembangan organisasi didukung oleh keberadaan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting di seluruh wilayah Bantul. Mabica, Maperta dan Pelatihan kader-kader lain, merupakan usaha IRM Bantul di dalam melakukan perluasan dan pembinaan kader. Pada tahun 1992 merupakan periode peralihan yang ditandai dengan pergantian nama TPM menjadi IRM. Dengan demikian, terjadi perubahan tujuan dan pedoman aktivitas. Segmentasi ruang garapannya semakin luas, dari pelajar menjadi remaja. IRM di dalam aktivitasnya berpedoman pada Muktamar, Basil Musyawarah Wilayah, Hasil Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang dan Rapat Kerja. Pedoman aktivitas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi IRM di Bantul. Partisipasi aktif IRM dalam berbagai kegiatan keagamaan turut serta melakukan pemumrnn keagamaan di Bantul. Sebagai pelopor, pelangsung amal usaha Muhammadiyah memiliki kewajiban untuk menyampaikan gerakan Islam Muhammadiyah di masyarakat. Aktivitas IRM dalam gerakan Islam a mar ma 'ruf nahi munkar diterapkan di segala aspek kehidupan bermasyarakat. Berbagai aktivitas IRM di bidang keagamaan ialah membentuk kelompok-kelompok kajian keislaman, mengadakan pengajian dan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan da'i serta mengadakan pelatihan Kader Taruna Melati 1,2 dan pendidikan khusus lrmawati. Pembinaan keagamaan lRM Bantul terns dllakukan pengembangan dakwah sejalan dengan derasnya arus informasi dan teknologi. Penerapan hidup agamis di kalangan remaja Bantul turut membentuk moral (akhlak) dan keimanannya (aqidah). Pada akhirnya, pembinaan tersebut diharapkan mampu membentuk kepribadian remaja yang lslami dan mampu menjadi pelopor umat mengenai moral di lingkungannya maupun di masyarakat Bantul. Bentuk nyata lRM Bantul misalnya dituangkan dalam rnmusan pernyataan sikap penolakan terhadap segala bentuk money politic dimanapun. %Z Pembimbing : Drs. Dudung Abdurrahman, M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Yanto, NIM.00120152 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52573 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Masjid Puro Pakualaman, Aktivitasnya Di Yogyakarta (1980-1990) %P 83 %T MASJID PURO PAKUALAMAN DAN AKTIVITASNY A DI YOGYAKARTA (1980-1990) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52573/ %X Masjid Puro Pakualaman dibangun pada tahun 1767 Tahun Jawa atau 1244 Tahun Hijriyah pendirinya adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Rider Paku Alam II dan dibantu oleh Patih Raden Riya Waterejo serta Mas Pengulu Mustahal. Kedua: keberadaan Masjid Puro Pakualaman sangat berarti bagi umat Islam di sekitarnya, karena ia berfungsi tempat atau pusat kegiatan ibadah (ibadah khusus) dan sosial kemasyarakatan. Hal ini sebutkan letak masjid Puro Pakualaman yang strategis berada di tengah kota dan dekat dengan pasar, disamping itu merupakan satu-satunya tempat yang bukan milik pribadi akan tetapi milik seluruh umat Islam. Aktiviatas Masjid Puro Pakualaman dari tahun 1980-1990 ada dua, pertama dibidang keagamaan (ibadah khusus) yang meliputi: ibadah shalat, i'tikaf, dan pengajian quran. Kedua bidang sosial kemasyarakatan yang meliputi: khitanan massal, pengumpulan dan pembagian zakat fitrah serta penyelenggaraan qurban. Proses pelaksanaan kedua aktifitas tersebut tidak akan sukses, bahkan tidak berjalan jika tidak mendapat dukungan dari tokoh panutan %Z Pembimbing : Drs. Dudung Abdurrahman M.Hum %0 Thesis %9 Skripsi %A Yanura Hasna Sholika, NIM.: 18101020095 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2022 %F digilib:52730 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Sejarah, Perkembangan, Pesantren, Dakwah. %P 108 %T PONDOK PESANTREN DAARUL MUKHLISHIIN KEDUNGOMBO KEDUNGHARJO MANTINGAN NGAWI (1997-2021 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52730/ %X Pondok Pesantren Daarul Mukhlisiin berdiri pada tahun 1997 M. didirikan oleh K. H. Ahmad Ulinnuha Rozi atas restu dari kedua orang tua dan K. H. Hanafi yang merupakan gurunya saat menimba ilmu di Kudus. Keberadaan Pondok Pesantren Daarul Mukhlishiin ini telah memberikan warna pada daerah di mana pondok ini didirikan. Pada tahun 1997 Pondok pesantren ini menjadi satu-satunya pondok yang berdiri di Kecamatan Mantingan. Pondok tersebut dijadikan sebagai wadah pendidikan agama tradisional, yang pada perkembangannya tidak hanya mengembangkan sistem pendidikan tradisional saja, tetapi juga mengembangkan sistem pendidikan modern dan mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, pesantren ini berusaha membentuk masyarakat dengan suasana penuh ke-islaman. Dari masa ke masa Pondok Pesantren Daarul Mukhlishiin mengalami perkembangan dalam lembaga pendidikan, jumlah santri maupun sarana dan prasarana. Hal tersebut tidak lepas dari semangat seorang kiai sebagai pemimpin dan dukungan masyarakat sekitar. Pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah latar belakang berdirinya Pondok Pesnatren Daarul Mukhlishiin, bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Daarul Mukhlishiin, dan faktor pendukung dan penghambat perkembangan Pondok Pesantren Daarul Mukhlishiin. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sosiologi budaya. Pendekatan sosiologi budaya mengkaji tentang konsep dan perilaku masyarakat yang mampu menafsirkan dan memecahkan fenomena budaya dalam sudut pandang sosiologi. Teori yang digunakan adalah teori fungsional struktural yang dikemukakan oleh Robert K Merton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang menguji dan menganalisis data dengan empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Adapun hasil penelitian bahwa awal mula perintisan Pondok Pesantren Daarul Mukhlishiin diprakarsai beberapa tokoh agama pilihan dan seorang santri dari Demak yang ditunjuk untuk mewujudkan maksud pewakif tanah yaitu supaya menjadikan tanah tersebut wadah pendidikan agama Islam. Atas dukungan masyarakat, K. H. Ulinnuha Rozy, dan para santrinya mampu menjadikan tanah tersebut sebagai wadah pendidikan agama Islam. Seiring berjalannya waktu Pondok Pesantren Daarul Mukhlishiin mampu mendirikan lembaga pendidikan yang bisa menyesuaikan dengan kebutuhan, yaitu dengan mendirikan lembaga formal. %Z Pembimbing: Zuhrotul Latifah, S. Ag. M. Hum. %0 Thesis %9 Skripsi %A Yudi Hanna, NIM. 98122133 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2004 %F digilib:53033 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Gerakan Pemuda Ansor, Daerah Istimewa Yogyakarta %P 115 %T AKTIVITAS GERAKAN PEMUDA ANSOR WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1992-2000 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53033/ %X Latar belakang munculnya organisasi GP. Ansor Wilayah Daerah Istimewa Y ogyakarta merupakan jawaban atas tantangan yang dihadapi organisasi NU yang ingin menyiapkan kader-kader pemudanya yang akan menjadi generasi penerus keberadaan NU di Daerah Istimewa Y ogyakarta. Bahwa organisasi GP. Ansor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode tahun 1992-2000 M. kegiatannya lebih menitikberatkan pada bidang Pendidikan dan pengkaderan, bidang pengembangan dan dakwah Islam serta di bidang sosial kemasyarakatan, dalam bidang pendidikan banyak masyarakat yang kurang dalam pengetahuan agar manusia berdaya guna maka pendidikan sangat diperlukan. Begitu juga dalam dakwah Islam berupaya untuk meningkatkan kualitas umat dalam pemahaman ajaran Islam dan bidang sosial kemasyarakatan agar dapat diterima di masyarakat sebagai manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Bahwa keberadaan GP. Ansor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah melahirkan tanggapan dan akibat positif bagi masyarakat Daerah Istimewa Y ogyakarta hal ini terlihat dengan respon masyarakat Daerah Istimewa Y ogyakarta dalam mendukung keberadaan GP. Ansor Wilayah Daerah Istimewa Y ogyakarta serta berakibat semakin tumbuh suburnya perkembangan organisasi Pemuda di Daerah Istimewa Y ogyakarta. %Z Pembimbing : Drs. Badrun Alaena, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Yuli Astuti, NIM. 01120652 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2005 %F digilib:52680 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Khalifah Al-Hakam II, Di Andalusia %P 113 %T KEPEMIMPINAN KHALIFAH AL-HAKAM H 961-976 M DI ANDALUSIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52680/ %X Pemerintahan Dinasti Umayyah II di Andalusia sebelum diperintah oleh al-Hakam II, merupakan sebuah kerajaan yang stabil di bawah kepemimpinan Abd al-Ralµnan al-Nasir. Sebagai, penguasa, al-Nasir menjalankan kebijakan pemerintahannya dengan baik sehingga ia berhasil dengan gemilang. Pada masanya, Dinasti Umayyah mengalami zaman keemasannya, yang sebelumnya dalam keadaan kacau balau. sebagai pengganti al-Nasir, sosok al-I:Iakam II lebih dikenal sebagai seorang cendikiawan, dari pada sebagai prajurit. Dalam pemerintahannya al-I:Iakam II telah berhasil menciptakan keamanan dan kententraman di negaranya. Dengan berbagai kebijakan pemerintahannya, Khalifah al- Hakam II berhasil membawa dinastinya ke puncak kejayaannya, yang ditandai dengan kemajuan dalam bidang intelektual. Walaupun rakyat Andalusia merupakan masyarakat yang pural, namun mereka hidup damai dan menikmati kebebasan beragama. Di bawah kekuasaan al-Hakam II rakyat Andalusia benar-benar terjamin hak dan kewajibannya. %Z Pembimbing : Dra. Hj. Ummi Kulsum, %0 Book %A Yulia Nasrul Latifi, dkk. [editor], - %A Maharsi, dkk., - %C Yogyakarta %D 2022 %F digilib:55730 %I Idea Press %K Ilmu Budaya, Sejarah, Sastra %T Cakrawala Penafsiran Ilmu Ilmu Budaya: penghormatan purna tugas Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55730/ %X Buku Bunga Rampai yang berjudul Cakrawala Penafsiran Ilmu-ilmu Budaya yang berada di tangan pembaca ini adalah sebuah wujud persembahan dari Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Ibu Dr. Hj. Siti Maryam, M. Ag. yang akan memasuki masa purna tugas pada bulan Januari 2023. Buku Bunga Rampai yang ke-9 ini diterbitkan sebagai penghormatan atas segala jasa, kontribusi, pengabdian, dan dedikasi yang telah beliau berikan untuk kemajuan FADIB (khususnya) dan untuk UIN Sunan Kalijaga (umumnya). Tulisan-tulisan yang tersaji dalam Buku Bunga Rampai ini terbagi dalam dua bagian. Pertama, tulisan ilmiah dalam ranah ilmuilmu budaya, yang penulisnya berasal dari dalam FADIB dan beberapa berasal dari luar FADIB. Ada dua tulisan yang bersifat semi ilmiah, yaitu tulisan yang bercorak impresif untuk memberikan komentar atau sambutan atas karya yang ditulis oleh ibu Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. Tulisan ilmiah diklasifikasi dalam empat pembagian kajian, yaitu: 1) kajian sejarah; 2) kajian keal-Qur’anan, bahasa, dan terjemah; 3) kajian sastra; dan 4) kajian perpustakaan. Kedua, tulisan testimoni dari dosen, kolega, sahabat dan mahasiswa yang berasal dari FADIB dan luar FADIB yang berisi tentang kesan, pesan, dan puisi. %0 Thesis %9 Skripsi %A Yuliana, NIM. 01120617 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2006 %F digilib:52657 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K 'Aisyiyah Yogyakarta, masa revolusi fisik %P 111 %T 'AISYIYAH DALAM LINTASAN PERGERAKAN WANITA ISLAM DI DAE RAH ISTIMEW A YOGY AKART A MASA REVOLUSI FISIK (1945-1949) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52657/ %X Sejarah gerakan Wanita di Indonesia pada berbagai kesempatan memperlihatkan proses restrukturisasi huhungan gender. Dalam penulisan sejarah gerakan 'Aisyiyah ini, pcnulis menggunakan konsep gender tidak hanya dalam konteks yang orang biasanya gunakan. Y akni tidak memfokuskan pada perbedaan dan pembagian kerja karena Wanita atau laki­laki. Tetapi, penulis mclihat pergerakan 'Aisyiyah mclalui proses kesadaran gender yang scwaktu-waktu berubah. Gerakan wanita muncul nyaris bersamaan dengan gerakan modern Jainnya, yang mcrupakan hasil dari pendidikan modern. Dalam pcriode perlama pcrgcrnkun waaila lndonc:-:ia lwnya lwrsifot kcd11crnhrn1 da11 kcgiutun mereku bclum terorganisasi sc--:an1 nusiona:. Mcrcku mcmpunyui musuluh dan kegiatan scndiri-scndiri. Namun, ada beberapa kesmnaan kepcntingan, misal pendidikan kaum wanita dan ikut melawan penjajah. Perhatian pokok mereka sejalan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Agar mercka mengemban tugas dilaksanakan dengan baik, kaum wanita dianjurkan untuk memperoleh pendidikan yang baik, rlan mcmpelajari ketrampilan yang sangat diperlukan. Pcrgerakan wanita Islam di DIY, tak lepas dari faktor lingkungan yang mempengaruhi kemunculan dan pertumbuhannya. Pergerakan wanita Islam kebanyakan terdiri dari istri atau keluarga Ulama/kiai. %Z Pembimbing : Drs. H. Mundzirin Yusuf, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Yuliana Widiastuti, NIM.: 01120640 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2006 %F digilib:60277 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Keraton Kesapuhan, Cirebon, Pernikahan Adat %T UPACARA ADAT PERNIKAHAN KERATON KASEPUHAN CIREBON %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60277/ %X Keraton Kasepuhan Cirebon sampai saat ini masi merupakan sentral kebudayaan yang kental dengan adat peninggalan nenek moyang. Kehidupan kebudayaan keraton masih tetap dilestarikan sehingga bisa diasumsikan bahwa tradisi masih mempunyai nilai yang sangat berharga. Dalam kehidupan di dunia seremonial ada satu peristiwa yang dianggap ideal untuk menampilkan budaya lokal yaitu upacara adat pernikahan di keraton. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengungkap prosesi sebelum dan sesudah pelaksanaan tentang upacara adat pernikahan Keraton Kasepuhan Cirebon, menelusuri makna dan nilai yang terkandung didalamnya dan untuk mengungkap tanggapan budaya masyarakat Cirebon mengenai adat pernikahan ini ditinjau dari pandangan islam dan kultural. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini prosesi upacara pernikahan adat yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon mempunyai berbagai andeka ragam yang dimulai dari sebelum pelaksanaan, pelaksanaan pernikahan adat, sampai sesudah pelaksanaan pernikahan adat. Rangkaian upacara adat ini mempunyai makna yang berdasarkan kepada ajaran agama islam, selain itu upacara adat ini memberi pengaruh yang tidak sedikit terhadap kehidupan sosial, budaya, dan juga agama pada masyarakat Keraton kasepuhan Cirebon. %Z Pembimbing: Drs.Mundzirin Yusuf, M.Si %0 Thesis %9 Skripsi %A Yuni Lestari, NIM. 11120084 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2018 %F digilib:32521 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K K.H. Mas Mansur, Kepemimpinan, Muhammadiyah %P 79 %T KEPEMIMPINAN K.H. MAS MANSUR DI DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH TAHUN 1921-1946 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32521/ %X Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang kehidupan, pendidikan, dan kepemimpinan K.H. Mas Mansur di organisasi Muhammadiyah, dan kontribusi yang beliau berikan dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan politik. Adapun rumusan masalah dalam penulian skripsi ini, yaitu: (1) siapakah K.H. Mas Mansur dan bagaimana latar belakang kehidupannya ?, (2) apa yang melatarbelakangi perjuangan K.H. Mas Mansur ?, (3) kontribusi apa yang diberikan K.H. Mas Mansur di organisasi Muhammadiyah ?. Untuk membahas skripsi tentang Kepemimpinan K.H. Mas Mansur di dalam organisasi Muhammadiyah tahun 1921-1946 ini penulis menggunakan teori kepemimpinan Max Weber yang dibagi menjadi tiga yaitu: (1) Kharismatik yaitu berdasarkan kewibawaan, (2) Tradisional yaitu berdasarkan pewarisan atau turun temurun, (3) Legal rasional yaitu berdasarkan jabatan serta kemampuannya. Kepemimpinan legal rasional didasarkan atas kekuasaan yang rasional atau berdasarkan hukum legal yang didasarkan atas kepercayaan terhadap legalitas peraturan-peraturan dan hak bagi mereka yang memegang kedudukan yang berkuasa berdasarkan peraturan-peraturan untuk mengeluarkan perintah. Dengan mengenyam pendidikan dari pesantren hingga ke Universitas Al-Azhar memberikan beliau kemampuan terhadap ilmu pengetahuan yang pada akhirnya menjadikan beliau terpilih menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1921-1946. Kepemimpinan yang berawal dari terpilihnya beliau menjadi ketua cabang Muhammadiyah di Surabaya hingga akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Kongres ke-26 di Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah kontribusi Mas Mansur untuk organisasi Muhammadiyah antara lain dalam bidang pendidikan keagamaan. Beliau cenderung memilih model pendidikan pesantren modern. Karena beliau menginginkan masyarakat tidak hanya mendapatkan pengetahuan agama saja melainkan mendapatkan pengetahuan umum. Selanjutnya dalam bidang ekonomi. Mas Mansur melihat perekonomian umat Islam yang memprihatinkan. Sehingga beliau menegaskan bahwa dalam keadaan memaksa masyarakat diperbolehkan melakukan simpan pinjam ke bank karena tidak ada jalan lain untuk mengatasi masalah perekonomian. Dalam bidang politik, beliau aktif dalam organisasi PII. Beliau juga memprakarsai lahirnya MIAI. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi empat tahap yaitu, (1) Heuristik adalah proses pengumpulan data. (2) Verifikasi adalah mencari keaslian sumber. (3) Interpretasi adalah usaha merangkai fakta-fakta menjadi suatu karya ilmiah. (4) Historiografi adalah penulisan kembali peristiwa masa lampau berdasarkan data-data yang sudah diperoleh. %Z Fatiyah, S.Hum., M.A %0 Thesis %9 Skripsi %A Yusra Tri Rahayu, NIM.: 17101020030 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2021 %F digilib:48121 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perubahan, Arsitektur, Masjid, Syekh Zainal Abidin %P 137 %T PERUBAHAN ARSITEKTUR MASJID SYEKH ZAINAL ABIDIN DI PUDUN JULU, KEC. BATU NADUA, KOTA PADANG SIDEMPUAN PADA TAHUN 1880-2021 M %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48121/ %X Masjid Syekh Zainal Abidin merupakan masjid tertua yang berdiri di Kota Padang Sidempuan. Masjid tersebut didirikan oleh Syekh Zainal Abidin Harahap. Pembangunannya resmi diselesaikan pada tahun 1880 M. Sejak awal pembangunannya hingga sekarang, masjid tersebut telah mengalami 4 kali renovasi dan perubahan, yakni pada tahun 1978 M, 1990 M, 2008 M, dan 2021 M. Walaupun sudah mengalami beberapa kali renovasi, namun masjid tersebut masih mempertahankan arsitektur aslinya yang menggunakan arsitektur masjid tradisional Jawa dan memiliki kemiripan dengan arsitektur Masjid Agung Banten. Penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan penelitian: 1)Bagaimana ekologi sejarah berdirinya Masjid Syekh Zainal Abidin? 2)Apa saja yang berubah dari arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin? 3)Bagaimana ekologi mempengaruhi perubahan pada arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin? Penelitian ini merupakan penelitian historis dengan menggunakan pendekatan ekologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori eko-arsitektur yang dikemukakan oleh Heinz Frick, yang menyatakan bahwa eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan alam.Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian historis yang bertumpu pada empat aspek, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan sumber-sumber yang digunakan berupa arsip-arsip yang berasal dari koleksi pribadi pengurus Masjid Syekh Zainal Abidin dan KITLV-Leiden, tinggalan arkeologis bangunan Masjid Syekh Zainal Abidin, data perekaman budaya BPCB Sumatera Utara, wawancara kepada ahli waris Syekh Zainal Abidin, dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin pada dasarnya tidak mengalami perubahan yang signifikan pada rentang waktu tahun 1880 M hingga 2007 M. Hanya terjadi 2 kali renovasi pada masjid tersebut yakni pada tahun 1978 M untuk memperbaiki menara masjid dan pada tahun 1990 M untuk mengganti lantai masjid menggunakan bahan keramik. Sedangkan antara periode tahun 2008 M hingga 2021 M terjadi perubahan yang cukup signifikan pada bangunan masjid, sebab telah dilakukannya penambahan-penambahan ruang dan fasilitas masjid serta adanya perbaikan warna pada ornamen-ornamen masjid. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin adalah faktor ekologi, yang meliputi lingkungan alam dan manusia (mencakup agama dan kebudayaan, serta sosial dan ekonomi). %Z Pembimbing: Riswinarno, S.S., M.M %0 Thesis %9 Masters %A ZAID MUNAWAR, NIM. 1520510058 %B PASCASARJANA %D 2018 %F digilib:33729 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Filantropi Islam, Rumah Sabilillah, SDIT An Najah %P 165 %T FILANTROPI ISLAM DAN KELAS MENENGAH MUSLIM DI KOTA JATINOM: RUMAH SABILILLAH SDIT AN NAJAH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33729/ %X Pada era pasca Orde Baru Indonesia menyaksikan tumbuhnya praktik filantropi di Sekolah Islam Terpadu. Praktik filantropi ini merupakan bagian dari perkembangan praktik filantropi di lingkungan lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor yang melatarbelakangi menguatnya praktik filantropi di Sekolah Islam Terpadu di Indonesia dan mengungkap praktik serta manajamen filantropi yang dilakukan oleh Rumah Sabilillah SDIT An Najah di Jatinom. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan selama kurang lebih satu tahun dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan sejarah. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara kepada kepala sekolah, pengurus Rumah Sabilillah, dan wali murid di SDIT An Najah Jatinom. Penelitian ini pun menggunakan analisis Martin van Bruinessen yang mengatakan bahwa munculnya lembaga filantropi di seluruh dunia terkait dengan semakin berkurangnya keterlibatan negara (state) dalam mensejahterakan rakyat di bawah kendali neoliberalisme. Penelitian ini juga memakai kerangka analisis Minako Sakai tentang peranan state and non state actors dalam mensejahterakan masyarakat. Tesis ini menunjukkan bahwa tumbuhnya praktik filantropi di Sekolah Islam Terpadu di Indonesia dilatarbelakangi oleh mahalnya biaya pendidikan yang tidak mampu dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah karena faktor kemiskinan yang belum berhasil diatasi oleh negara. Praktik filantropi di SDIT An Najah dijalankan melalui lembaga filantropi Rumah Sabilillah sejak tahun 2010 yang digerakkan setidaknya oleh lima unsur, yaitu rasa kepeduliaan, tanggung jawab sosial, keyakinan akan keberkahan, motivasi dakwah, dan adanya misi pendidikan karakter peduli sosial. Praktik filantropi ini pun dikelola melalui tiga divisi, yaitu divisi program, divisi sumber daya dan komunikasi, dan divisi operasional yang didukung dengan dana zakat, infak, dan sedekah dari warga sekolah dan masyarakat umum. Tesis ini juga menunjukkan bahwa Rumah Sabilillah SDIT An Najah muncul terkait dengan semakin berkurangnya keterlibatan negara dalam mensejahterakan rakyat. Kehadirannya sangat berperan penting sebagai aktor non negara dalam mendistribusikan kesejahteraan. Program-progam filantropinya difokuskan pada isu-isu charity seperti pemberian beasiswa, alat perlengkapan sekolah bagi anak duafa, reward bagi hafidz Qur’an, santunan pembangunan sekolah, bantuan meja dan kursi untuk TPA, dana apresiasi bagi ustadz/ustadzah TPA, pembuatan perpustakaan desa, santunan fakir miskin, yatim piatu dan lansia, bantuan kebencanaan/kemanusiaan, pembangunan masjid, tebar hewan kurban, dan donasi untuk orang sakit. Sebagian besar bantuan yang diberikan kepada masyarakat tersebut belum tersentuh oleh perhatian negara. %Z Najib Kailani, S.Fil. I., M.A., Ph. D. %0 Thesis %9 Skripsi %A ZUL MALIK, NIM. 15120073 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 2019 %F digilib:36704 %I FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA %K tradisi mangupa pada lahiron daganak,suku Batak Mandailing Sumatra Utara %P 170 %T TRADISI MANGUPA LAHIRON DAGANAK (KELAHIRAN ANAK) PADA MASYARAKAT BATAK MANDAILING DI KAMPUNG PENCIN, DESA SEKIJANG, KECAMATAN TAPUNG HILIR, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36704/ %X Daya tarik bagi penulis untuk mengkaji tradisi mangupa pada lahiron daganak (kelahiran anak) di Kampung Pencin ialah, meskipun masyarakat suku Batak Mandailing yang berasal dari Sumatra Utara (Tapanuli Selatan) telah melakukan migrasi ke Kampung Pencin (Riau), namun suku Batak mandailing masih tetap melaksanakan tradisi tersebut. Permasalaha yang terjadi pada tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) di dalam masyarakat suku Batak Mandailing di Kampung Pencin dapat dikatagorikan menjadi dua periode. Periode pertama, pelaksanaan tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) masih dilaksanakan sesuai dengan adat suku Batak Sumatra Utara (Tapanuli Selatan), namun pada periode kedua, tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) sudah mengalami perubahan di dalam pelaksanaanya. Dari kedua periode yang berbedapenulisingin mengkaji lebih dalam penyebab dari perubahan itu apa ? Faktor penyebab perubahn itu apa ? Mengapa tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) masih tetap dilaksanakan ? Mengenai pendekatan atau analisis yang digunakan, penulis memakai pendekatan antropologis budaya dengan teori difusi. Sebab pendekatan ini terbilang efektif untuk mengkaji sebuah budaya yang telah ada sejak zaman nenek moyang. Tetapi, penulis juga menggunakan kajian historis sebagai alat utama dalam mengkaji tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) masyarakat suku Batak Mandailing di Kampung Pencin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ada perubahan yang terjadi di dalam pelaksanaan tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) di Kampung Pencin tahun 1996-2015 ialah. Pertama, tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) merupakan warisan nenek moyang, yang kedua ada beberapa faktor menjadi penyebab perubahan terhadap tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) di antaranya ialah, ekonomi, sosial, dan akulturasi budaya, yang ketiga, terjadinya pernikahan beda suku, yaitu suku Batak dan Jawa. Pernikahan beda suku mengakibatkan terjadinya perubahan di dalam upacara adat tradisi mangupa lahiron daganak (kelahiran anak) di Kampung Pencin tahun 2005-2015. Kata Kunci: Mangupa Lahiran Daganak (Kelahiran Anak), Batak Mandailing Kampung Pencin. %Z Soraya Adnani. M, Si, %0 Thesis %9 Doctoral %A Zaenal Masduqi, NIM: 1630016036 %B PASCASARJANA %D 2023 %F digilib:61358 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Resistance; Historical Methods; Resource Mobilization. %P 327 %T HAMAS WA ISTIRATIJIYYAH AL MUQAWIMAH: ISKALIYAT AL DIFA' WA AL-NAZA' FI SAAHATI AL SIYASIYAH AL 'ARABIYYAH AL-MU'ASHIROH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61358/ %X History has informed us that the Arab-Israeli conflict that has passed and continues to this day presents resistance from various Arab groups and countries against the Israeli occupation of Palestine with the intention of returning it as an independent and sovereign state. However, at the same time, many of these efforts have failed and lost against Israel. Among the resistance groups that have tended to be persistent against Israel until now is the Islamic Resistance Movement (Hamas). This study aims to uncover the factors that make them survive the bitterness of life, armed resistance, and earnest efforts to perpetuate their organizations, movements, and defense influence against Israel. This study uses a historical method that begins with finding and collecting sources that are in accordance with the discussion both orally and in writing, then criticizing it, interpreting it and writing it in a dissertation. The theory that is trying to be developed to dissect the problem of Hamas’s survival is the theory of resource mobilization which is the development of social movement theory. The results of this study are that, since its initiation, Hamas has sought Islamic awareness, defense of the state, social humanitarian charity, education and teaching to the Palestinian people. Hamas continues to do these things with innovations and modifications according to the demands of the times. As a result of the resistance and continued resistance to Israel, Israel no longer takes Palestinian armed resistance lightly, and its life is shaken. Meanwhile, for Palestine, this has added to the enthusiasm and motivation for independence, as well as making it difficult to realize peace efforts between the two sides which had long been initiated in previous years. %Z Promotor I: Prof. Dr. H. Sangidu, M.Hum. dan Promotor II: Prof. Dr. H. Ibnu Burdah, M.A. %0 Thesis %9 Masters %A Zaenani Qodriyatun, NIM.: 19204010095 %B FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN %D 2021 %F digilib:47819 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Media Pembelajaran, Unit Kegiatan Belajar Mandiri, UKBM, Digital, Sejarah Kebudayaan Islam, SKI. %P 220 %T PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN UNIT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI (UKBM) DIGITAL SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS VIII PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 6 BANTUL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47819/ %X The impact of the emergence of Corona Virus Disease (Covid-19), especially in Indonesia, has a systemic impact on all aspects of activities, including in the world of education. Various efforts have been made by the government in handling this virus outbreak by issuing several policies such as self-isolation, social and physical distancing to large-scale social restrictions (PSBB). This policy ultimately has a major impact on the learning process carried out during the current Covid-19 pandemic. Thus changing the direction of the learning process in Indonesia, which initially carried out face-to-face/offline learning to online/network learning. This is what underlies the researchers to conduct research on the SKI learning process, namely by developing learning media in the form of a digital Independent Learning Activity Unit (UKBM) for Islamic Cultural History (SKI) Class VIII at Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Bantul. This research is a development research (R & D). The population of this study were students of class VIII MTs N 6 Bantul Yogyakarta. Determination of the sample using random sampling technique. Based on this technique, 37 students of class VIII were obtained as test subjects. The data collection technique used a questionnaire in the form of a questionnaire that had to be filled out by the teacher in charge of SKI subjects, IT madrasas and students after using the learning media. Before being tested, the learning media went through the media validation stage and material validation by media experts and material experts. The data analysis technique used descriptive qualitative, by transforming qualitative data into quantitative data. This study aims to describe the stages of developing learning media in the form of a digital Independent Learning Activity Unit (UKBM), to describe the quality of learning media developed in the form of a digital UKBM and to describe the responses of teachers and students to the use of learning media in the form of a digital UKBM for SKI subjects. The results of this study are the Learning Media of the Digital Independent Learning Activity Unit (UKBM) Islamic Cultural History (SKI) Class VIII Material Daulah Mamluk. The stages in the development of this media use a development model (ADDIE), namely analysis, design, development, implementation, and evaluation. The results of this study consist of two aspects, namely the quality of the media and user responses. In the aspect of media quality, the assessment is carried out by media experts and material experts. In the aspect of user responses, the assessment is carried out by SKI and IT madrasa teachers and students. Assessment by media experts get a percentage of 93%. Assessment by material experts get a percentage of 93%. Assessment by subject teachers get a percentage of 87%. The assessment by the madrasa IT expert received an assessment of 96%. Assessment by students get a percentage of 65.5%. The overall rating average is 91%. The results of this study prove that the SKI digital UKBM learning media is very feasible to use based on validation tests by material experts and media experts. %Z Pembimbing : Prof. Dr. H. Abdul Munip, M.Ag. %0 Thesis %9 Skripsi %A Zahrah Zakiyah Zubair R.P., NIM: 15120041 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2019 %F digilib:35080 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Peran, Ustaz Abdullah Said, Pondok Pesantren Hidayatullah %P 145 %T PERAN USTAZ ABDULLAH SAID DI PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH GUNUNG TEMBAK, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR (1973-1998) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35080/ %X Ustaz Abdullah Said merupakan tokoh Islam yang memiliki peran dalam dunia pendidikan dan dakwah di Indonesia. Ia merupakan pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pesantren ini didirikan tahun 1973 dan tetap eksis hingga era kontemporer ini. Perkembangan pondok tersebut tidak terlepas dari peran Ustaz Abdullah Said yang terkenal karismatik di kalangan santri dan kenalannya. Ustaz Abdullah Said banyak mencetuskan ide, mencari relasi dan menentukan arah kebijakan untuk eksistensi Pondok Pesantren Hidayatullah. Oleh karena itu, penting untuk diteliti terutama terkait biografi dan peran Ustaz Abdullah Said dalam perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang didasarkan pada pendekatan biografi dan sosiologi serta teori peranan sosial dari Erving Goffman. Dua pendekatan pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis berbagai peristiwa dengan melihat catatan riwayat hidup Ustaz Abdullah Said dan melihat gambaran lingkungan sosialnya. Teori peranan sosial dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas Ustaz Abdullah Said sebagai pendiri dan pemimpin yang memiliki peran bagi berkembangnya Pondok Pesantren Hidayatullah. Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah bahwa Ustaz Abdullah Said memiliki peran sentral dalam perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah. Ia memulai perintisan Pesantren Hidayatullah dengan mengadakan pengajian rutin dan lembaga kursus hingga menjadi lembaga pendidikan formal. Kemudian ia menerapkan kurikulum berbasis kisah Nabi saw. dan ayat Al-Qur’an untuk proses pendidikan dan pembinaan santri di pesantrennya. Pada masanya, Pesantren Hidayatullah berhasil melakukan ekspansi ke berbagai wilayah hingga berdiri ratusan cabang di Indonesia dan membentuk lembaga pendidikan khusus bagi anak-anak yatim piatu dan terlantar. Ia juga mencetuskan program pernikahan massal yang kini menjadi tradisi di pesantren tersebut. Selain itu, ia juga melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemerintah untuk memperkuat eksistensi Pondok Pesantren Hidayatullah %Z Muhammad Wildan, M.A. %0 Thesis %9 Skripsi %A Zainul Hasani, NIM.96121828 %B Fakultas Adab dan Ilmu Budaya %D 2003 %F digilib:52752 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Nahdlatul Wathan, Bidang Politik, Lombok-Nusa Tenggara Barat 1966-1999 %P 122 %T KIPRAH NAHDLATUL WATHAN DALAM BIDANG POLITIK DI LOMBOK - NUSA TENGGARA BARAT 1966- 1999 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52752/ %X Kharisma seorang pemimpin dalam suatu organisasi besar yang menyentuh bidang keagamaan seperti Na.hdlatul Wathan ini. Sangat berpengaruh pada sen