Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T21:28:20ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2024-02-26T02:10:56Z2024-02-26T02:10:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64027This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/640272024-02-26T02:10:56ZRESILIENSI, DUKUNGAN SOSIAL DAN PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI MUALAF DI MUALAF CENTER YOGYAKARTALatar Belakang Penelitianan: Banyak mualaf memperoleh intimidasi atas keputusan memeluk agama Islam. Mualaf harus beradaptasi dengan aturan, dan rutinitas baru mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Kebanyakan masyarakat muslim menuntut mualaf lebih taat padahal mualaf dalam proses belajar. Tujuan Penelitian: Pertama, mengkaji dan menganalisis resiliensi yang dimiliki oleh para mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Kedua, mengkaji dan menganalisis dukungan sosial yang diterima oleh para mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Ketiga, Mengkaji dan menganalisis pembinaan keagamaan bagi mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan psikologi dan sosiologi. Teknik pengambilan sampel yakni snowball sampling. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis Data melakukan reduksi data dengan alat bantu aplikasi Nvivo 14, Penyajian data berupa tabel, grafik, gambar, bagan serta conclusion drawing (verification). Uji keabsahan data dengan melakukan uji kepercayaan atau validitas dan kredibilitas melalui triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan resiliensi mualaf sangat kuat dikarenakan kecerdasan spiritual berupa sikap sabar, pemaaf, ikhlas dan rasa yakin mualaf kepada Allah SWT yang akan menolong mereka, kemampuan menganalisis masalah, kemampuan pengendalian emosi dengan curhat, olahraga, sibuk bekerja, menutup media sosial dan bersikap masa bodoh, kemampuan mengambil keputusan, mualaf tegas dan penuh keberanian menghadapi intimidasi. Dukungan sosial yang diterima para mualaf paling banyak berupa dukungan instrumental meliputi zakat, peralatan ibadah dan jasa berupa pendampingan hukum, hapus tato, sunat dari Mualaf Center Yogyakarta. Dukungan informasi tentang pembinaan keagamaan di Mualaf Center Yogyakarta. Dukungan emosional diberi perhatian, kasih sayang, dari keluarga, pasangan dan Mualaf Center Yogyakarta, dukungan jaringan sosial berupa komunitas Mualaf Center Yogyakarta serta komunitas wali murid serta dukungan penghargaan diberikan saran ketika bimbang. Pembinaan keagamaan bagi mualaf di Mualaf Center Yogyakarta ada tiga jenis. Pertama, pembinaan keagamaan melalui bimbingan personal yang dilakukan dengan demonstrasi materi, konsultasi curhat dan diberikan motivasi. Kedua dan ketiga Pembinaan keagamaan dalam bentuk majelis yakni melalui “Majelis Hijrah” untuk mualaf dan umum. Kemudian pembinaan Keagamaan melalui “Kajian Mumtaza” untuk mualaf dan umum perempuan Pembinaan Keagamaan mampu mendekatkan mualaf kepada Allah SWT, taat dan beribadah dan memiliki akhlak mulia.NIM.: 21204012061 Lita Mela2024-02-19T09:12:29Z2024-02-19T09:14:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63882This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/638822024-02-19T09:12:29ZSintesis Keilmuan Studi Akademik Agama: Menimbang Kontribusi A. Mukti Ali dan M. Amin AbdullahBab ini berargumen bahwa kajian-kajian akademisi PTKIN, setidaknya sejak 1970-an, saat berdirinya Fakultas Ilmu Perbandingan Agama di IAIN Sunan Kalijaga secara umum merupakan upaya sintesis epistemologis dan metodologis antara Studi Agama dalam pengertian Religionswissenschaft, ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang berasal dari Barat, dan Ilmu-ilmu Keislaman—yang secara umum dapat disebut sebagai pengetahuan keagamaan Islam (Islamic religious knowledge). Ini yang disebut sebagai “sintesis keilmuan Studi Akademik Agama” (scientific synthesis of academic study of religion). Bab ini terutama melihat sumbangan dua ilmuwan Muslim yang mempunyai perhatian pada Studi Agama, yakni A. Mukti Ali dan M. Amin Abdullah serta kaitannya pada sintesis keilmuan Studi Akademik Agama di Indonesia kontemporer. Selain argumen di atas, bab ini juga berargumen bahwa munculnya sintesis keilmuan dalam studi akademik agama muncul setidaknya karena dua alasan. Pertama, adanya ketidakpuasan pada pendekatan Studi Agama yang terlalu bersifat teologis dan dakwah, yang dengan demikian bersifat ideologico-religious, sehingga tidak memadai dalam diskusi ilmiah-akademik yang lebih luas melampaui batas-batas agama sendiri. Ini yang mendorong para akademisi PTKIN mempelajari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, agar dapat menjelaskan Islam dan Muslim secara ilmiah. Namun, serentak dengan itu, muncul pula pandangan bahwa ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang lahir dan berkembang di Barat tidak sepenuhnya memadai menjelaskan realitas Islam. Kedua, karena adanya kepentingan pragmatik-strategik Studi Agama, baik untuk agenda pembangunan negara maupun agenda sosial tertentu.- Moch Nur Ichwan2023-12-07T01:51:07Z2023-12-07T01:51:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62531This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/625312023-12-07T01:51:07ZMEMAHAMI MAKNA KATA “AD-DĪN” (AGAMA) Kajian Semantik Leksikal Historis Statistis, dalam Bunga Rampai Cakrawala Penafsiran Ilmu-ilmu Budaya-- Musthofa2023-08-16T08:55:27Z2023-08-18T02:20:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60074This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/600742023-08-16T08:55:27ZAGAMA SEBAGAI PILAR MEWUJUDKAN CITA-CITA PANCASILA-- Nurjannah2023-08-13T21:58:26Z2023-08-13T21:58:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60042This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/600422023-08-13T21:58:26ZDESEKULARISASI AGAMA DAN POLITIKDiscussion between religion and politic is never ending (read: Islam). Islam in fact was declare as last and perfect religion, cause of its universality and global character, which cover all of contemporary issues, as politic and government. Islamic historis had noted hundreds of book about this issues. Almost all of writing about Islam by moslem schoolar explain about it, over and above in modern era that can be devided in revivalist and modernist. This paper doesn‟t analysis two trends, but prefer give argumentation for integration and interconnection about religion and politic in order to get appropriate understanding about it.- Muhammad Nur2023-08-06T22:23:12Z2023-08-06T22:23:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60022This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/600222023-08-06T22:23:12ZIslam dan Agama-Agama DuniaKarya ini berisi Uraian tentang bagaimana Islam khususnya Muhammadiyah bersikap dalam menghadapi umat termasuk mahasiswa Non Muslim.- Sekar Ayu Aryani2023-05-16T22:06:24Z2023-05-16T22:06:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58649This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/586492023-05-16T22:06:24ZMENJADI MINORITAS DI INDONESIA HAK-HAK SIPIL, PENDIRIAN RUMAH IBADAH, DAN KEBEBASAN BERAGAMA-- Nina Mariani Noor2023-05-07T21:22:16Z2023-05-10T21:29:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58365This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/583652023-05-07T21:22:16ZAntara Dzikir, Agama, Dan Budaya Sebuah kontemplasi diri sopo siro sopo ingsun?-- Muhammad Yusuf2023-05-03T08:25:11Z2023-05-03T08:25:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58271This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/582712023-05-03T08:25:11ZAgama, Filsafat, dan KemiskinanBuku ini menghadirkan kajian agama dan filsafat yang "garang" terhadap fenomena kemiskinan. Bahasan dalan1 buku ini adalah anti-tesis terhadap kajian agama yang lenmah menghadapi kemiskinan dan filsafat yang terlalu abstrak mendekati kemiskinan. Kajian-kajian dalam buku ini berdimensi liberatif dan progresif dalam berhadapan dengan fakta kemiskinan, dan mencoba menjawabnya dari perspektif agama dan filsafat. Bulru ini dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang hubungan antara Agama dan Kemiskinan. Bagian kedua menjelaskan tentang pandangan filsafat tentang kemiskinan. Bagian ketiga menjelaskan tentang Islam, spiritualitas dan kemiskinan.- Mutiullah dan Moch Nur Ichwan [Editor]2023-05-01T22:19:16Z2023-05-01T22:19:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58216This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/582162023-05-01T22:19:16ZHUBUNGAN ANTAR AGAMA BERBASIS MULTIKULTURALISME STUDI KASUS HUBUNGAN ANTAR KOMUNITAS AGAMA DI DESA PEMENANG TIMUR KECAMATAN PEMENANG KABUPATEN LOMBOK UTARAPenelitian ini bermaksud mengungkapkan hubungan antar agama berbasis multikulturalisme, dengan mengambil sampel kasus yang terjadi di masyarakat desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Hasilnya adalah (1) hubungan antarkomunitas agama (Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen) di desa Pemenang Timur menampilkan suatu bentuk hubungan multikultural yang relatif harmonis dan kondusif. Ko-eksistensi pemeluk umat beragama mewujud dalam bentuk saling membantu membangun tempat-tempat ibadah, saling antarmasakan di momen-momen keagamaan dan silaturrahim di hari-hari keagamaan; (2) pandangan para tokoh pemeluk agama terhadap agama lain mewujud dalam bentuk apresiasi terhadap keragaman, termasuk keragaman agama yang meniscayakan sikap toleransi dan equalitas dalam lanskap penyelenggaraan kehidupan desa; (3) tipologi spirit multikulturalisme hubungan antar komunitas mewujud dalam kemajemukan agama anutan, kesadaran akan ide “kebersatuan”, kebutuhan akan toleransi aktif, urgensi equalitas, dan adanya politic of recognition di mana negara mengambil peran dalam aras politik desa.- Fawaizul Umam- Abdul Haris2023-04-28T19:42:35Z2023-04-28T19:42:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58208This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/582082023-04-28T19:42:35ZAgama Dan Modernisme : Membaca Kembali Piramida Pemikiran Agama (Islam)-- Siswanto Masruri2023-04-19T01:08:35Z2023-04-19T01:08:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57390This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/573902023-04-19T01:08:35ZSakralisasi Kemanusiaan, Religionisasi Perdamaian : Kata PengantarTulisan ini membahas tentang fenomena kekerasan atas nama agama dan agamaisasi kekerasan dalam kehidupan sehari-hari. Kendatipun agama menjunjung perdamaiaan, kasih sayang, keadilan, keseimbangan kosmis, dan sebagainya, agama dalam sejarah mereka tidak lepas dari kekerasan, bahkan sejak adanya klaim kebenaran eksklusif suatu agama, karena di situ sebenarnya ada kekerasan terhadap agama-agama lain. Kekerasan itu mendegradasi martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, upaya menjadikan agama sebagai sumber dan penggerak perdamaian meniscayakan adanya sakralisasi kemanusiaan itu sendiri.- Moch Nur Ichwan [Pengantar]2023-04-06T01:20:16Z2023-04-06T01:20:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57777This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/577772023-04-06T01:20:16ZMengakui Keragaman dan Menghargai Perbedaan Membaca Ulang Konsepsi Murtad dan Ahl al-Zimmah-- Moh. Mufid2023-04-04T05:31:13Z2023-04-04T05:31:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57728This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/577282023-04-04T05:31:13ZPenghayatan Agama dan Gejal Modernitas-- Ahmad Rafiq2023-04-04T04:09:27Z2023-04-04T04:09:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57722This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/577222023-04-04T04:09:27ZManusiawi, Adil, dan Beradab: Menuju Tadbir
Humanistik atas Keragaman AgamaThis article deals with the politics of the governance of religious diversity in Indonesia and proposes the humanistic, just and civilized governance. Tulisan ini merupakan refleksi atas politik tadbir keagamaan di Indonesia sejak masa kolonial sampai saat ini, secara garis besar, dan tidak akan masuk dalam detil-detil masalah. Meskipun menyinggung Kementerian Agama, artikel ini lebih mendiskusikan tentang tadbir keberagaman agama (governance of religious diversity) oleh negara secara luas yang mempunyai kementerian khusus yang menangani masalah agama. Dengan refleksi ini diharapkan kita dapat mengetahui arti penting tadbir keragaman agama di Indonesia, mengevaluasinya dan berupaya menawarkan konsep yang relevan dengan konteks Indonesia masa kini. Apa yang saya maksud dengan tadbir humanistik atas keragaman agama dengan mendasarkan diri pada nilai humanisme Indonesiawi, yakni tadbir keragaman agama di Indonesia berdasarkan atas prinsip kemanusiaan, keadilan dan keberadaban. Sebelum sampai pada tawaran itu, penulis akan melihat perkembangan tadbir keragaman agama di Indonesia selama ini secara kritis- Moch Nur Ichwan2023-04-04T03:48:35Z2023-04-04T03:50:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57721This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/577212023-04-04T03:48:35ZAgama dan Perdamaian Dari Potensi Menuju Aksigama tampak mempunyai dua potensi paradoksal: sebagai sumber perdamaian sekaligus sumber konflik. Agama menghidupkan kemanusiaan, tapi pada saat yang sama juga membunuhnya. Sejarah telah merekam betapa konflik antaragama sangat berdarah-darah dan tidak jarang memakan waktu yang berkepanjangan. Konflik internal agama pun tidak kalah kelamnya. Banyak nyawa saudara seagama melayang hanya karena keangkuhan dalam beragama dan demi klaim kebenaran semu. Ironis! Itu semua dilakukan justru atas nama Tuhan, tapi dilakukan dengan merusak nama-Nya. Di sinilah pentingnya kita untuk senantiasa menyuarakan pesan dan semangat damai agama-agama, agar agama-agama itu dapat menjadi rahmat, bukan malah laknat, bagi semesta. Buku ini hadir sebagai bagian dari upaya penyemaian pesan dan semangat damai agama itu. Buku ini terdiri dari empat bagian, masing-masing bagian berisi tiga judul tulisan. Bagian pertama tentang argumen pentingnya membangun perdamaian, bagian kedua mengurai landasan etis-filosofis dari pedamaian, bagian ketiga mengulas sepirit perdamaian dalam teks-teks suci agama, dan bagian keempat berisi contoh-contoh praktik perdamaian dari bawah.- Moch Nur Ichwan dan Ahmad Muttaqin [Editor]2023-04-03T06:12:41Z2023-04-03T06:12:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57695This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/576952023-04-03T06:12:41ZIslam, Agama-agama, dan Nilai Kemanusiaan Festchrift untuk M. Amin Abdullah-- Moch Nur Ichwan dan Ahmad Muttaqin [ Editor]2023-03-30T22:52:09Z2023-03-31T07:47:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57619This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/576192023-03-30T22:52:09ZBELAJAR MENGALAMI PERBEDAAN AGAMA, PANDUAN PRAKTIK KUNJUNGAN LAPANGAN DIALOG ANTARAGAMA UNTUK MAHASISWA-- Suhadi2023-03-30T21:32:39Z2023-03-30T21:32:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57616This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/576162023-03-30T21:32:39ZReligious Liberalism in Indonesia A Critical Study on the Fatwa of The Council of Indonesian UlamaPost-1998 reforms, among Indonesian Muslims appear and develop thought and ideas in the field of progressive-liberal religious. The progressive-liberal thinkers try to do the reform and simultaneously reconstruct the various concepts and teachings of Islam, which is already well established and is considered true. However, measures taken by Muslims progressive-liberal causes a lot of controversy and opposition at the same time, especially from conservative Muslims. Therefore, thoughts and ideas promoted by the progressive-liberal Muslims are often different or even contrary to common belief and understanding of Muslims. In addition, he is also considered to have disturbing the public. The measure taken by the progressive-liberals called by "the liberalization of religion", which is an interpretation of the texts or religious teachings by using the mind as a free. Therefore, the Council of Indonesian Ulama (MUI) which often represent themselves as representatives of Indonesian Muslims feel the need to give guidance to Muslims associated with the problem. In 2005, the MUI issued a fatwa stating that religious liberalism is understood that contrary to the teachings of Islam so that Muslims are forbidden to follow. MUI fatwa is of course a positive response by conservative Muslims because he is in tune with their religious views and attitudes. On the contrary, the fatwa received harsh criticism from the progressive-liberal Muslims. They even accuse MUI has stuck to the dogmatic-conservative religious ideology. This fatwa clearly reflect the differences or even contradictions among Indonesian Muslims about bagamana how to understand and live the teachings of true religion. In adittion, this fatwa also showed a tendency to think dogmatically-conservative.- Fuad Mustafid2023-03-30T19:43:11Z2023-03-30T19:43:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57612This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/576122023-03-30T19:43:11ZGurutta and Religious Authority Contestation in Makassar-- Muhrisun Afandi2023-03-30T06:19:23Z2023-04-11T22:40:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57576This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575762023-03-30T06:19:23ZKonversi dan Liberalisasi Kristenisasi di Kawasan Kebudayaan Jawa ISlam Akhir Abad XIX-- Himayatul Ittihadiyah2023-03-30T01:41:14Z2023-03-30T01:41:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57534This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575342023-03-30T01:41:14ZCOMPETING THE SACRED PEDIGREE Individual Agency Between Text and Authority-- Ahmad Rafiq2023-03-29T15:22:34Z2023-03-29T15:22:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57530This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575302023-03-29T15:22:34ZLimitations to Freedom of Religion or Belief in Indonesia: Norms and PracticesThe landscape of freedom of religion or belief (FoRB) in Indonesia has been shaped
by two elements: first, the progressive adoption of human rights in the new laws and
amended constitution, as a result of the democratization which started in 1998; second,
the old governance of religion which acknowledges limited religious pluralism and
emphasizes harmony over freedom. A striking feature resulting from this combination
is the addition of “religious values” as a ground of FoRB limitation in the new chapter
on human rights in the amended Constitution, which otherwise draws its inspiration
from the ICCPR and other international human rights covenants. Indonesian “public
order” and “public morals” are understood to consist of, among other things, respect
and protection of religious values. While the emphasis on religious values and public
order produces most restrictions, when it comes to limitations to FoRB on grounds of
public health, the government seems reluctant to impose necessary restrictions.- Zainal Abidin Bagir- Asfinawati- Suhadi- Renata Arianingtyas2023-03-29T07:19:52Z2023-03-29T07:19:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57517This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575172023-03-29T07:19:52ZPembatasan Hak Beragama Di Masa Wabah COVID-19-- Suhadi- Zainal Abidin Bagir- Renata Arianingtyas- Asfinawati2023-03-29T07:04:07Z2023-03-31T19:32:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57513This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575132023-03-29T07:04:07ZMembatasi Tanpa Melanggar Hak Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan-- Zainal Abidin Bagir- Asfinawati- Suhadi- Renata Arianingtyas2023-03-29T05:31:36Z2023-03-29T05:31:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57500This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575002023-03-29T05:31:36ZPengantar: Jesuit dan Muslim-- Syafa'atun Almirzanah [Pengantar]2023-03-29T04:39:07Z2023-03-29T04:39:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57491This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574912023-03-29T04:39:07ZNarasi Ekstremisme Keagamaan di Indonesia Latar Pendidikan dan Agensi Individual-- Najib Kailani dan Munirul Ikhwan [Editor]2023-03-29T01:48:37Z2023-03-29T01:48:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57470This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574702023-03-29T01:48:37ZTelevangelisme Islam dalam Lanskap Otoritas Keagamaan Baru-- Najib Kailani- Sunarwoto2023-03-29T01:35:12Z2023-03-29T01:35:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57468This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574682023-03-29T01:35:12ZThe Narratives of Religious-Based Extremist Groups in Indonesia- Munirul Ikhwan- Najib Kailani- Subi Nur Isnaini2023-03-28T05:53:07Z2023-03-28T05:59:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57422This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574222023-03-28T05:53:07ZKetika Makkah Menjadi Seperti Las Vegas : Agama, Politik, dan Ideologi-- Mirza Tirta Kusuma alias Syafaatun Almirzanah [editor]2023-03-26T08:24:06Z2023-03-26T08:24:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57342This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/573422023-03-26T08:24:06ZSekapur sirih Islamofobia di Perancis dan Jerman-- Sujadi2023-03-23T21:12:46Z2023-03-23T21:12:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57289This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/572892023-03-23T21:12:46ZAgainst Christianization Socio-Religious Movements in Magelang after the Java WarTulisan ini mengeksplorasi dampak Perang Jawa terhadap iklim sosial keagamaan di Magelang. Laju kristenisasi di lanskap itu semakin cepat setelah perang antara rezim kolonial dan penduduk setempat. Diskusi tersebut mengulas kembali strategi dua tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam membendung Kristenisasi di Magelang abad ke-19. Agenda misionaris Kristen di Magelang dilakukan dengan memancing simpati masyarakat. Para misionaris membangun rumah sakit umum dan gereja untuk penduduk setempat dan karenanya mengadakan kongres asosiasi politik Katolik dan De Gereformeerde zending in Midden-Java di Magelang. Pemerintah Belanda juga mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menekan gerakan Islam. Tulisan ini menemukan bahwa Dalhar Abdurrahman dan Ahmad Dahlan menanggapi Kristenisasi di Magelang dengan strategi non-konfrontatif melalui dakwah dan dialog keagamaan. Dalhar membagi lanskap sosial-keagamaan Magelang menjadi dua wilayah, Selatan dan Utara, berdasarkan situasi perkembangan Kristen. Dalhar juga membangun pesantren di Watucongkol dan memprakarsai berdirinya NU Cabang Magelang untuk mengoordinasikan reformis Muslim. Dahlan menghentikan Kristenisasi dengan mendirikan lembaga pendidikan modern bernama Kweekschool Islam dalam upaya bersaing dengan sekolah-sekolah Belanda. Dahlan juga sering berdialog dan berdebat dengan misionaris Kristen.- Muhammad Fatkhan- Dudung Abdurrahman- Nurul Hak2023-03-02T08:10:27Z2023-03-02T08:10:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56838This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568382023-03-02T08:10:27ZWAJAH AGAMA DAN HUMOR DALAM REPRESENTASI
AKUN-AKUN AGAMA GARIS LUCU DI TWITTERSejak kemunculannya yang begitu massive di tahun 2019, keberadaan akun-akun Garis Lucu selama ini dipandang cukup memantik perhatian dikalangan para sarjana. Sayangnya, melihat beberapa respons kajian yang hadir dalam merespons perkembangan fenomena GL atau Garis Lucu, beberapa kajian tampak dominan merujuk pada model pembacaan terkait representasi serta interaksi yang dilakukan dalam konteks NU GL. Padahal dalam konteks fenomena GL, keberadaan akun GL tampak tidak sekadar terwakilkan dengan hadirnya akun NUGL, akan tetapi fenomena akun GL selama ini hadir dengan cukup banyak baik dari sisi penamaan akun yang tidak hanya beragam, pun juga variatif, serta tampak setiap penamaan akun turut serta menampilkan bentuk kedinamikaannya tersendiri. Hadirnya tesis ini setidaknya berusaha mengelaborasi lebih jauh wujud representasi dari fenomena GL dengan studi kasus merujuk pada bentuk represntasi akun-akun agama berlabel GL. Dalam upaya pembacaan terkait akun yang disebutkan, ada beberapa hal setidanya yang ingin dibahas dalam rangka hadirnya tesis ini. (a) Bagaimana dinamika representasi yang ditampilkan oleh akun-akun GL berlabel agama dalam ruang Twitter. (b) Bagaimana respons netizen terkait wujud represntasi yang ditampilkan oleh akun agama, terlebih soal bangun humor yang ditampilkan.
Berdasarkan pada data Online yang dikumpulkan selama rentan tahun 2021, representasi yang ditampilkan oleh akun-akunGL berlabel agama di ruang maya (khususnya Twitter) bisa dilihat setidaknya merujuk pada beberapa hal. Pertama yakni bentuk interaksi kultur personal, dan kedua soal bentuk interaksi dalam kultur komunal. Akan tetapi, dalam setiap wujud kultur yang dibangun, tampak tidak sekadar model interaksi semata, namun juga memiliki wacana tersendiri. Di level personal akun, tampak praktik yang ditampilkan oleh akun adalah ihwal praktik vernakular agama keseharian, dimana praktik ini merupakan praktik dari setiap founding akun mengamalkan, memahami, serta menegosiasikan pandangan keagamannya dalam bentuk interaksi sehari-hari, hal ini merujuk dari melihat beberapa bentuk interaksi yang dibangun, wujud interaksi akun agama GL tidak sebatas pada wacana keagamaan pun juga soal wacana keseharian. Bergerak dilevel komunal, para akun agama berlabel GL tampak kompak membangun wacana harmoni di level komunal. Hal ini mendapati jika dalam pratiknya, para akun agama berlabel GL sekalipun dalam konteks akun tampak memiliki perwujudan model representasi yang berbeda, akan tetapi para akun tampa terhubung ketika membincang soal wacana harmoni. Soal respons yang ditampilkan oleh netizen, penulis mendapati jika dalam beberapa bentuk, soal interaksi yang ditampilkan oleh akun GL berlabel agama tampak tidak selamanya mendapatkan wujud respons yang konsistens selalu searas dengan apa yang dipahami oleh netizen. Keberadaan wujud gambaran ini tidak hanya berlaku soal bangun tweet keseharian, maupun tweet humor yang ditampilkan, di mana dari keduanya yang tampak dari pratik yang ditampilkan keduanya sama-sama menampilkan bentuk yang ambivalen seturut bagaimana praktik dan konteks yang ditampilkan.NIM.: 18205010022 Faza Achsan Baihaqi2023-03-02T06:38:36Z2023-03-02T06:38:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56828This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568282023-03-02T06:38:36ZHIFZ AL-DĪN, RIDDAH DAN KEBEBASAN BERAGAMA Konsepsi dan Anotasi Fikih Hadd Al-Riddah dari Klasik hingga KontemporerDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika
pemikiran hukum Islam terkait hukuman mati bagi pelaku
murtad sangat dinamis. Hal ini karena dalam masalah ini tidak
ditemukan dalil-dalil qathī yang menunjukkan keniscayaan
hukuman mati bagi murtad. Sebaliknya, kesimpulan hukum
tersebut bersumber dari produk pemikiran fukaha dalam memahami teks-teks keagamaan yang bersifat ambigu (dzannī).
Oleh sebab itu, keputusan hukum atas hukuman mati bagi
murtad berdimensi politis dan dipengaruhi aspek sosiologis
yang melingkupinya.Pergeseran paradigma Maqāsid Syarīah dari klasik menuju
kontemporer dengan pengembangan pemahaman hifz al-dīn
menjadi kafālah al-hurriyah al-dīniyah berkontribusi dalam
membangun argumen hukum terkait hukuman mati bagi murtad
yang humanis dan berkeadilan. Lebih dari itu, bahwa tujuan
Tuhan memberikan kebebasan dalam menentukan pilihan agama
(al-hurriyah al-dīniyah) adalah sebagai manifestasi menjaga
martabat manusia (tahqīq hifz karāmah al-insān) menampilkan
wajah toleransi Islam (izhār samāhah al-islām) dan melegitimasi
prinsip tanggung jawab individu (ta’kīd mabda al-mas’ūliyah alfardiyah)- Moh. Mufid2023-03-01T04:27:26Z2023-03-01T04:30:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56754This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567542023-03-01T04:27:26ZKONVERSI AGAMA PARA MUALAF DARI KRISTEN KE ISLAM
DI MUALAF CENTER YOGYAKARTASkripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Konversi Agama Para Mualaf Dari Kristen ke Islam di Mualaf Center Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga persoalan. Pertama, proses terjadinya konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Kedua, faktor-faktor yang mendorong proses konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Ketiga, tipe konversi agama yang mendorong proses terjadinya konversi agama dari Kristen ke Islam pada kalangan mualaf di Mualaf Center Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data, dan pencocokan data. Dengan melakukan penelitian melalui wawancara beberapa subjek yang berkaitan dengan konversi agama di Mualaf Center Yogyakarta dan mengamati situasi dan kondisi lapangan. Subjek penelitian ini adalah para mualaf binaan, pembina yayasan, dan para pembimbing mualaf di Mualaf Center Yogyakarta. Teori yang digunakan untuk menghubungkan fenomena konversi agama ini ialah teori dari Zakiah Daradjat antara lain fase terjadinya konversi agama, faktor-faktor yang mendorong konversi agama, dan tipe konversi agama.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar para mualaf melewati lima fase dalam peristiwa konversi agama antara lain masa tenang, masa ketidaktenangan, masa konversi, masa tentram, dan masa ekspresi konversi. sedangkan faktor-faktor pendorong yang berbeda-beda antara satu mualaf dengan mualaf lainnya meliputi pertentangan batin, hubungan dengan tradisi agama, seruan dan sugesti, emosi, dan kemauan. Dari hasil wawancara tersebut maka penulis dapat menyimpulkan tipe konversi agama yang dialami oleh para mualaf adalah perubahan secara bertahap atau perubahan secara drastis.NIM.: 18105020024 Annisa Khusnul Putri Agus Alhafidz2023-02-28T06:10:35Z2023-02-28T06:10:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56711This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567112023-02-28T06:10:35ZMAKNA ZIARAH MAKAM SUNAN PANDANARAN BAGI PEZIARAH KATOLIK JAWAZiarah secara umum merupakan suatu aktifitas yang sudah banyak dilakukan hampir oleh semua orang. Setidaknya masyarakat pernah melaksanakan ziarah untuk mengunjungi makam kerabat mereka yang sudah meninggal atau seseorang tokoh yang dianggap penting dalam masyarakat seperti halnya mengunjungi makam Sunan Pandanaran yang ada di daerah Bayat, Klaten. Namun uniknya ialah di makam Sunan Pandanaran yang terkenal sebagai makam ulama Islam yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di daerah tersebut, ada orang di luar kepercayaan Islam yang menziarahi makam ini. Diantara kepercayaan lain di luar Islam yang berziarah ke makam Sunan Pandanaran ialah orang Katolik. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui makna peziarahan yang dilakukan oleh peziarah Katolik ke makam Sunan Pandanaran, Bayat, Klaten, padahal secara pandangan teologis tentu berbeda dengan peziarah Islam dan sosok Sunan Pandanaran sendiri.
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan data melalui data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang didapatkan secara langsung dari informan untuk menghasilkan data yang benar-benar teruji dan bisa dipertanggungjawabkan keabsahannnya. Untuk memperoleh data primer akan dilakukan interview secara langsung kepada beberapa pihak terkait yakni peziarah beragama Katolik, juru kunci dan Kepala Desa Paseban selaku pelindung makam Sunan Pandanaran. Sedangkan data sekunder ialah data yang didapatkan melalui berbagai sumber literatur dari berbagai penelusuran sesuai dengan kajian maupun luar kajian untuk membantu dan mendukung dalam proses pengolahan data dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teori simbol dari Victor Turner sebagai alat untuk menganalisis temuan.
Temuan penelitian ini antara lain, dapat disimpulkan bahwa ziarah ke makam Sunan Pandanaran dapat dilihat dari beragamnya praktek ziarah yang ada seperti peziarahan secara umum melalui doa, ziarah menggunakan kemenyan dan bunga, adanya puncak ziarah tahunan melalui tradisi nyadran dan haul Sunan Pandanaran, ziarah dengan jalur tirakat, dan ziarah yang dilakukan oleh umat lintas iman khususnya agama Katolik. Sementara aktivitas ziarah di makam Sunan Pandanaran yang dilakukan oleh umat Katolik mempunyai tiga makna berdasarkan teori simbol Victor Turner. Dari dimensi eksegetik atau penafsiran yang diberikan oleh informan terhadap pertanyaan yang diajukan dengan makna sosok Sunan Pandanaran sebagai leluhur, simbol pemersatu masyarakat, berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, objek wisata religi, dan tempat tirakat. Selanjutnya dimensi operasional yang mengarah pada apa yang tampak di depan peneliti (observasi) yang memberikan makna berdoa dan menikmati suasana makam. Terakhir dimensi posisional atau kaitannya dengan simbol lain memberi makna kerukunan dan kebersamaan.NIM.: 18105020009 Irfan Agung Prakoso2023-02-20T09:46:54Z2023-02-20T09:47:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56478This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/564782023-02-20T09:46:54ZPenyuluhan Agama untuk Pembanguna-- H.M. Kholili2023-02-14T04:46:19Z2023-02-14T04:47:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56213This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/562132023-02-14T04:46:19ZKumpulan Pidato Ilmiah Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan ( Doctor Honoris Causa-- K. H. Yahya Cholil Staquf- Sudibyo Markus- Cardinal Miguel Angel Ayuso Guixot2023-01-31T02:01:04Z2023-01-31T02:01:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55735This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/557352023-01-31T02:01:04ZAgama dan Masyarakat Kajian Studi Agama-AgamaBuku yang berjudul Agama dan Masyarakat: Kajian Studi Agama-Agama ini merupakan kumpulan dari berbagai tulisan dari dosen dan mahasiswa yang memuat tentang tema agama dan masyarakat dalam kajian Studi Agama-Agama. Buku ini terdiri dari tujuh tema yang saling berhubungan satu dengan tema lain yang dimulai dari: moderasi keberagamaan dan nilai sosial dalam pemikiran Mukti Ali; konsep perdamaian agama Islam sebagai ummat khalayak dalam Surah Al-Hujurat Ayat 13; kerukunan umat beragama dalam perspektif Johan Galtung (studi reflektif masyarakat Indonesia);kesadaran sosial dalam pemikiran nietzsche dan praktik dalam pengembangan masyarakat; kerukunan dan toleransi antar umat beragama dalam mewujudkan kesejahteraan sosial; peranan agama dalam pengembangan masyarakat; analisis framing gerakan sosial Aksi Cepat Tanggap (Act) di media sosial.- Dian Nur Anna [Editor]2023-01-18T22:54:09Z2023-01-18T22:54:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55590This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/555902023-01-18T22:54:09ZVirus N-ACH dalam Al-Qur’an Dorongan Berprestasi Berbasis Agama-- Khamim Zarkasih Putro2023-01-16T07:55:35Z2023-01-16T07:55:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55582This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/555822023-01-16T07:55:35ZRESILIENSI PENGANUT KHONGHUCU PADA RITUAL SEMBAHYANG DI ERA COVID-19 (2020-2021)
(STUDI KASUS KELENTENG PONCOWINATAN YOGYAKARTA)Covid-19 di Wuhan China serta merebaknya ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, sehingga pada Maret 2020 WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa penyebaran virus Covid-19 sebagai kesehatan global, secara serempak ada dalam situasi tanggap darurat. Di Indonesia, kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang dikeluarkan oleh pemerintah menitikberatkan pada pencegahan penularan di tengah-tengah masyarakat. Pada April 2020 diberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga selang tiga bulan mulai adanya kebijakan new normal. Dampak yang diakibatkan oleh Covid-19 salah satunya pada sektor agama, yaitu dibatasinya kerumunan dalam melakukan ritual sembahyang, seperti yang terjadi di Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta. Skripsi ini mengkaji resiliensi penganut Khonghucu pada ritual sembahyang di era Covid-19. Fokus penelitian ini adalah: (1) bagaimana dampak Covid-19 pada ritual sembahyang umat Khonghucu di Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta, dan (2) bagaimana resiliensi penganut Khonghucu pada ritual sembahyang serta langkah yang dilakukan oleh umat Khonghucu dalam menyikapi Covid-19 di Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta.
Skripsi ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan Kelenteng Poncowinatan Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori dimensi agama dari Ninian Smart digunakan untuk menganalisis ritual sembahyang umat Khonghucu di Kelenteng Poncowinatan dan teori resiliensi dari Edith H Grotberg dan Reivich & Shatte digunakan untuk menganalisis resiliensi penganut Khonghucu pada ritual sembahyang di era Covid-19.
Hasil dari penelitian ini adalah: pertama, terhambatnya kegiatan yang biasanya dilakukan di kelenteng Poncowinatan Yogyakarta, seperti pada ritual sembahyang umat Khonghucu. Sepi, itulah kata yang menggambarkan Kelenteng Poncowinatan saat pandemi karena mengikuti peraturan pemerintah yang menganjurkan untuk ditutupnya tempat ibadah. Dan kedua, umat Khonghucu tetap melaksanakan ritual sembahyang, akan tetapi tidak di Kelenteng Poncowinatan melainkan di rumah masing-masing. Kemampuan resiliensi individu tidak terlepas dari dukungan para keluarga, teman, tetangga serta kolega.NIM.: 15520035 Sitti Anisatur Rofiah2023-01-13T07:23:55Z2023-01-13T07:23:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55572This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/555722023-01-13T07:23:55ZMencari Format Baru Kajian Agama-agama di PTAI, Belajar dari Tradisi Amerika UtaraTulisan ini baru membandingkan tradisi kajian agamaagama
di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan di tiga
universitas di Amerika. Untuk memperoleh perbandingan
yang lebih komprehensif dan mengglobal, perlu dilakukan
studi perbandingan lanjutan dengan melibatkan jurusan
atau Prodi SAA yang ada di berbagai PTAI baik negeri dan
swasta dengan tradisi kajian agama yang ada di belahan
dunia lainnya, misalnya Eropa, Australia, Afrika, duniadunia
Muslim di Timur Tengah dan Asia Pasifik lainnya.- Ahmad Muttaqin2022-11-16T01:15:43Z2022-11-16T01:27:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55096This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/550962022-11-16T01:15:43ZPOLA INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL
KEAGAMAAN (STUDI KOMPARATIF ANTARA SMP
MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL (MBS) DAN SMP IT
BAITUSSALAM YOGYAKARTA)Penelitian ini berawal dari keinginan peneliti untuk melihat bagaimana
sistem yang diterapkan oleh sekolah umum yang mempunyai ciri khas boarding
dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan spiritual keagamaan. Sangat menarik
untuk melihat bahwa dalam sistem boarding school yang ditawarkan, terdapat
serangkaian kegiatan-kegiatan keagamaan yang diterapkan.
Di Indonesia terdapat sekolah umum yang menerapkan sistem boarding,
sekolah tersebut di bawah naungan Muhammadiyah dan juga di bawah naungan
JSIT. Tentu keduanya mempunyai persamaan dan perbedaan yang mendasar
dalam menerapkan sistem boarding yang menjadi ciri khas sekolah.
Dan inilah yang melatar belakangi peneliti untuk melihat bagaimana pola
internalisasi nilai-nilai pendidikan spiritual keagamaan yang ditawarkan dalam
sistem boarding. Dan menganalisanya dengan analisa data secara komparatif.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori sekaligus pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teori internalisasi nilai dimana mempunyai
tahapan-tahapan dalam menerapkan teknik internalisasi nilai. Sedangkan
pendekatan yang digunakan peneliti ialah pendekatan sosiologis-antropologis.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Pertama, pada tahap
transformasi nilai, kedua sekolah menggunakan pola penyampaian nilai. Kedua,
pada tahap transaksi nilai, kedua sekolah menggunakan pola pembinaan. Ketiga,
pada tahap transinternalisasi nilai, kedua sekolah menggunakan pola pembiasaan.
2) persamaan yang ada pada kedua sekolah yaitu: Pertama, pada prosesnya.
Kedua, pada faktor penggerak sistem boarding. Sedangkan perbedaannya yaitu:
pertama, pada pola penyampaian nilai terdapat perbedaan yaitu: pada kegiatan
belajar mengajar dan pada kegiatan boarding. Kedua, Pada pola pembinaan yaitu
pada faktor pelaku yang mengorganisir kegiatan. Ketiga, Pada pola pembiasaan
yaitu pada aspek kegiatan-kegiatan keagamaan yang ditawarkan. 3) Faktor
pendukung meliputi: pendidikan non-dikotomi, sistem boarding yang mempunyai
kegiatan-kegiatan keagamaan, ustadz pembina, organisasi siswa, program yang
telah tersusun dan asrama. Yang membedakan faktor pendukungnya ialah jika di
SMP Muhammadiyah Boarding School terdapat sistem memberi poin dalam
menyetor hafalan, sedangkan di SMP IT Baitussalam terdapat kajian umum untuk
wali santri dan masyarakat. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu jadwal yang
terlalu padat, pengawasan yang belum maksimal, kesadaran dan motivasi siswa,
keterbatasan SDM Pendidik. Dan yang membedakan faktor penghambatnya ialah
di SMP IT Baitussalam belum adanya pengawasan yang ketat dalam menyetor
hafalan.NIM.: 1220410017 Irja Putra Pratama2022-11-14T07:12:47Z2022-11-14T07:12:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55055This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/550552022-11-14T07:12:47ZTOLERANSI BERAGAMA JAMAAH MAIYAH (STUDI ATAS PENGAJIAN MOCOPAT SYAFAAT DI DUSUN KASIHAN DESA TAMANTIRTO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL)Toleransi merupakan sikap seseorang yang bersabar terhadap keyakinan
filosofis dan moral orang lain yang dianggap berbeda, dapat disanggah, atau
bahkan keliru. Dalam toleransi ada proses dialektika yang dilandaskan pada
keterbukaan dan kesadaran akan pluralitas, keberagaman suku bangsa, warna
kulit, bahasa, adat istiadat, budaya, bahasa maupun agama. Baik dari segi istilah
maupun praktiknya, toleransi memiliki makna konsesif, yaitu kesediaan untuk
memberikan penghormatan, peluang, kebebasan atau ijin tentang sesuatu hal yang
didasarkan pada kemurahan hati, dengan tanpa melanggar hak masing-masing.
Hal ini menjadi salah satu batasan bagi sikap toleransi, yaitu toleransi harus tetap
memberi ruang atau mengakui adanya hak pribadi pada diri sendiri dan
menghormati kebebasan di saat yang sama juga mengakui hak pribadi orang lain,
menghormati perbedaan prinsip tanpa menghilangkan prinsip sendiri.
Dalam konteks ke-Indonesiaan, diperlukan suatu pola toleransi yang
mampu melampaui sekat-sekat formalitas. Pola tersebut mensyaratkan munculnya
kesadaran yang menginisiasi gerakan bersama untuk mewujudkan pola toleransi
yang kultural dan responsif. Hal ini mengingat Indonesia sebagai negara yang
multikultur dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan tradisi masih sangat
tinggi. Dalam menanamkan pemahaman dan sikap toleran tersebut, di Indonesia
khususnya, kegiatan-kegiatan formal keagamaan dan kegiatan-kegiatan kultural
yang dibuat berdasar inisiatif dan kebutuhan masyarakat sendiri. Dalam penelitian
ini yang yang menjadi objek material adalah Pengajian Mocopat Syafaat.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yang
bersifat kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan gambaran berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang ataupun perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Fenomenologi Historis Agama, yaitu suatu sudut pandang atau cara pandang
dalam suatu penyelidikan sistematis dari sejarah agama, yang bertugas
mengklasifikasikan dan mengelompokkan menurut cara tertentu sejumlah data
yang tersebar luas. Sehingga berdasarkan klasifikasi sejumlah data tersebut dapat
diperoleh suatu pandangan atau pemahaman yang menyeluruh tentang isi suatu
agama atau suatu makna religius praktik-praktik keagamaan.
Dari penelitian terbut diperoleh kesimpulan bahwa bangunan konsep
toleransi dalam Mocopat Syafaat sebuah kewajiban kemanusiaan dengan saling
menghormati, saling menghargai, saling memuliakan, menjaga untuk tidak saling
menyakiti atau mengganggu dan terganggu dengan keyakinan orang lain.
Sedangkan bentuk-bentuknya terwujud dalam (1) kesediaan untuk menerima
kehadiran dari orang-orang yang berbeda latar belakang agama, suku, ras, agama;
(2) bekerjasama dengan orang-orang dari agama/keyakinan lain dalam bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan, seni-budaya yang antara lain dalam bentuk
aransemen lagu, syair, puisi, wayang kulit, tarian tradisional, pembentukan majlis
ilmu Nahdlatul Muhammadiyyin, penerbitan buletin dan jurnal.NIM.: 07520007 Ahmad Syauqi2022-08-19T05:05:59Z2022-08-19T05:05:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52596This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/525962022-08-19T05:05:59ZSENI, ILMU, DAN AGAMA Memotret Tiga Dunia Kuntowijoyo (1943-2005) Dengan
Kacamata Integral(isme)This article is aimed to present Kunto in three different angles: religion, arts and science. Religion here means the thought of Kunto in dealing with Islamic religious thought (objectivity). Arts may mean Kunto’s thought on literature (prophetic literature) and science here may be defined as Kunto’s thought on social and cultural sciences, particularly on historical sciences (Islamic historiography in Indonesia). Based on this, the writer may call ‘three worlds’ of Kunto as a religious man, an artist and a scientist at the same time (historian and culturalist). These three intermingled words are what the writer refers as intellectual ascetism, which should, not to say must, be possessed by all scientists of any disciplines.- Waryani Fajar Riyanto2022-06-15T02:28:37Z2022-06-15T02:28:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51284This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/512842022-06-15T02:28:37ZAGAMA DAN DEMOGRAFI : Buku AjarBuku Ajar Agama dan Demografi ini diperuntukkan untuk membantu mahasiswa dalam memahami demografi dari sisi pandangan keagamaan dan mengaitkan dengan isu-isu agama kontemporer. Buku ini berisi penjelasan konsep-konsep agama dan demografi sebagai subyek kajian ilmiah, studi ini berharap dapat menghasilkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan empiris mengenai masalah-masalah demografi tentang agama sekaligus mampu memecahkannya. Materi yang disajikan berupa persoalan persoalan yang dapat menunjang dalam memahami isu agama dan demografi dalam pandangan sosiologi terutama pemahaman tentang karakteristik, problem sosial dan perubahan sosial. Materi yang menjadi pembahasan dilihat dari berbagai fenomena keagamaan yang sedang dihadapi manusia modern seperti saat ini. Kajian teoritik juga digunakan dalam memperdalam analisis agar dapat melihat sebuah fenomena secara mendalam dan menyeluruh. Hal ini ditunjang dengan data yang diberikan agar mengetahui realitas secara empirik. Fenomena sosial seperti perubahan jumlah pemeluk agama di dunia, Keluarga Berencana, Radikalisme, Islamfobia, Ateisme, Agnostikisme, Childfree, hingga agama-agama baru menjadi kajian yang menarik dewasa ini. Hal ini penting dilihat dari sisi demografi terutama pada penyebarannya dan dampak yang dihasilkan.- Nur Afni Khafsoh2022-03-20T21:29:42Z2022-03-20T21:29:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50090This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/500902022-03-20T21:29:42ZYUDAISME DAN STUDI AGAMA : Ikhtisar Agama Yahudi dalam Perspektif Dimensi-Dimensi Agama (Edisi Revisi)Buku yang ada di hadapan pembaca ini, utamanya berkisar pada beberapa dimensi agama, seperti yang dipaparkan oleh Ninian Smart. Pelbagai dimensi tersebut, yakni, Praktek-Ritual, Eksperiential-Emosional, Naratif-Mitos, Doktrinal-Filosofis, Hukum-Etis, Institusional-
Sosial serta dimensi Material, dapat digunakan untuk
deskripsi pemerian agama Yahudi. Selain pelbagai dimensi
agama itu, pokok bahasan selanjutnya adalah materi
dengan tambahan penjelasan kajian agama Yahudi dalam
perspektif sosiologis-antropologis. Tidak seperti buku
terbitan Maret 2021 dalam edisi perdana, edisi ini memuat
penambahan referensi berupa penjelasan dari deskripsi
aspek Yudaisme. Revisi konstruksi deskriptif dimensi
agama menambah penjelasan buku ini sehingga menjadi
jumlah total halaman yang lebih tebal daripada edisi
perdana.- Roma Ulinnuha2022-03-01T01:56:00Z2022-03-01T01:56:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49658This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496582022-03-01T01:56:00ZSPIRITUALITAS KEBERAGAMAAN PESERTA MEDITASI BUDDHIS
DI VIHARA KARANGDJATI YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa implikasi meditasi Buddhis di Vihara Karangdjati terhadap keberagamaan pesertanya dan sebab meditasi ini diikuti oleh peserta dengan latar belakan agama non Bhuddis. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan subjek penelitiannya peserta Meditasi Bhuddis dan pemandu atau pemuka agama Buddha Vihara Karangdjati. Pengumpulan data-data dan fakta yang ada di lapangan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang berkaitan dengan spiritualitas keberagamaan peserta Meditasi Buddhis di Vihara Karangdjati Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meditasi Buddhis di Vihara Karangdjati berimplikasi terhadap keberagamaan pesertanya, yaitu: Pertama, ketenangan dalam ibadah. Kedua, menumbuhkan toleransi beragama. Selanjutnya, sebab meditasi Buddhis di Vihara Karangdjati mayoritas diikuti oleh peserta non Buddhis antara lain: Pertama, keterbukaan Vihara Karangdjati terhadap semua agama dan aliran kepercayaan yang dianut pesertanya. Kedua, relasi pertemanan. Ketiga, pengalaman spiritualitas ketika melakukan meditasi Buddhis di Vihara Karangdjati Yogyakarta.NIM.: 18200010253 Bigmen Pangestu2022-02-24T02:15:59Z2022-02-24T02:15:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49609This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496092022-02-24T02:15:59ZSALAFISME, ULAMA DAYAH DAN KONTESTASI OTORITAS KEAGAMAAN DI ACEHThis dissertation aims at studying the religious authority
contests between Dayah Ulama and Salafi-Wahabi in Banda Aceh
city. Beside socio-anthropological approach to thoroughly examine
the occurring phenomena behind it, the study also takes social
theories to analyze data obtained from interview, documentation,
observation and other references. Specifically, the dissertation
studies further the presence of the two religious authorities – the
Salafi-Wahabi and the Dayah Ulama – in Banda Aceh, the capital of
Aceh province.
The results prove that the religious authority contest in Banda
Aceh is not merely about religious discrepancies, in particular on
‘Aqidah Islamiyah and fiqhiyah-mazhabiyah, but there is also urgent
issue like struggling for a religious public space which means power
to both parties and opportunities to expand their authority. The study
reveals 3 (three) religious spaces they compete for. First, the fight
for worship space. Worship facilities like mosques and mushalas are
quite essential for a long-lasting religious authority. And both
religious authorities have done many religious constructions from
cosmology of religious doctrine, standardized religious rituals to a
confirmation of religious existence by taking control worship
facilities. Second, the competition for religious policy control. The
Islamic law declaration in 2000 did not mean to be in favor of
certain mahzab (sect) nor of certain religious authority’s i’tiqad
(way). In making policy, however, both competing groups try to
control and influence the policy and the implementation of Islamic
laws in Banda Aceh. Third, the struggle for the mass. Mass
influence is definitely not negligible with regard to religious
movements. The role of insignificant agents can be supported by the
existence of solid mass. And the existence of mass is strongly
related to the agents as the owner of the authority to make the mass
move. Both contesting groups will probably remain unknown
without enough power of mass in every action. It is this
phenomenon that makes mass-influence competition important.
This dissertation gives several theoretic contributions in
connection with the development of theory of religious authority
contest. If Habermas argued that public space is influenced by
religion, then proposed a post-secular theory, religious values
remain in western public space. Eickelman and Savatore later came
up with public Islam, a shared need-oriented concept within Muslim
community where every authority in the community works on the
same shared goals. This is quite different from the authority contest
occurrence in Aceh which grows further and controls religious
public space (worship facilities), religious policy, and mass.NIM.: 18300016043 Noviandy2022-02-22T08:01:15Z2022-02-22T08:01:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49583This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/495832022-02-22T08:01:15ZKOMUNIKASI KERUKUNAN UMAT ISLAM DAN KONG HU CU DI KOTA MUNTOK BANGKA BELITUNGDi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat masyarakat yang beragam,
yang memiliki berbagai macam kebudayaan dan agama, terutama disalah satu kota
yang terdapat di Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kota Muntok, dimana Kota
Muntok adalah salah satu kota penting, Karena di Kota Muntok memiliki bermacam
kebudayaan, agama, serta banyak terdapat sejarah nasional, dan ditambah dengan
adanya pelabuhan yang senantiasa membawa orang-orang dari luar Kota Muntok.
Dalam hal ini setiap pemeluk agama harus bisa saling bekerja sama dalam berbagai
hal demi kepentingan umum, adapun bentuk dari kegiatan sosial itu bisa berupa
rukun dalam pembangunan sarana ibadah atau, acara kematian, kerja bakti desa guna
kepentingan umum, ronda malam yang dilakukan bersama-sama secara bergantian
sebagai pertahanan keamanan.
Berkenaan dengan itu, jika masyarakat Kota Muntok tidak memiliki
kesadaran akan adanya perbedaan yang harus di hargai, tidak menutup kemungkinan
akan menimbulkan intoleran diantara perbedaan yang datang dari luar daerah Kota
Muntok. Masyarakat Kota Muntok sendiri sudah memiliki kesadaran bahwasanya
banyak pebedaan latar belakang yang datang dari berbagai penjuru yang harus di
terima dan dihargai. Hal itu sudah terbukti dengan kedamain dan kerukunan yang
terdapat di Kota Muntok, dan juga di buktikan dengan di bangunkannya tempat
ibadah yang bersebelahan yaitu Klenteng Kong Fuk Miau (tempat ibadah umat agama
Kong Hu Cu) dan Masjid jamik (tempat ibadah Umat agama Islam).
Dalam penilitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif,
bertujuan untuk, mengetahui gejala yang ditimbulkan dari tanggapan, reaksi individu,
motivasi dan lain sebagainya. di dalam penelitian ini penulis banyak menggali
informasi dari juru bicara yang di miliki oleh agama Islam dan Kong Hu Cu, serta
diperkuat dengan pendapat masyarakat Kota Muntok yang saling hidup
berdampingan dengan umat beragama lain. Hasil penelitian ini menujukan
bahwasanya masyarakat Kota Muntok hingga saat ini sudah terbiasa hidup dengan
banyaknya perbedaan, sudah biasa tenggang rasa, dan bahkan akrab dengan orang
yang berbeda agama. Dalam penelitian ini juga bisa dibilang bahwa pemerintah dan
pemuka agama berhasil membagun komunikasi yang baik dalam membentuk
masyarakat yang damai dan rukun.NIM.: 17202010013 Wandri Sulya Putra2022-02-17T03:32:08Z2022-02-17T03:32:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49037This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/490372022-02-17T03:32:08ZHUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA MENURUT PENAFSIRAN YUSUF AL-QARADAWIPenelitian ini didasari oleh adanya beberapa ayat al-Qur’an yang secara dzahir terlihat kontradiktif. Sebagian ada ayat yang melarang adanya hubungan antara umat Islam dengan umat agama lain, sedangkan sebagian ayat lain terlihat membolehkan hal tersebut. Adanya ayat-ayat kontradiktif tersebut menimbulkan pertanyaan akademik, yaitu bagaimana sebenarnya al-Qur’an menyikapi hubungan antar umat beragama tersebut. Penelitian ini mengambil data primer berupa penafsiran-penafsiran Yusuf al- Qaradawi dari beberapa karyanya.
Adapun rumusan masalah dengan latar belakang dan sumber data primer berupa penafsiran-penafsiran al-Qaradawi tersebut adalah bagaimana penafsiran Yusuf al- Qaradawi tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan hubungan antar umat beragama. Selain itu, apa implikasi dari penafsiran-penafsiran tersebut secara teoritis.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-analitik, yaitu mendeskripsikan data yang kemudian dianalisis secara lebih detail dengan sumber data primer berupa beberapa karya al-Qaradawi. Sedangkan secara praktis, penulis mengumpulkan data berupa penafsiran-penafsiran al-Qaradawi dari beberapa karyanya. Setelah itu, data yang diperoleh akan disusun sedemikian rupa dalam bentuk deskriptif disertai analisis terhadap data tersebut.
Setelah dilakukan penelitan, penulis mendapatkan lima konteks hubungan antar umat beragama berdasarkan data yang diperoleh dari penafsiran-penafsiran al-Qaradawi dari beberapa karyanya, di antaranya adalah berbuat baik kepada non muslim, makanan Ahli kitab, menikah dengan perempuan Ahli kitab, berdebat dengan Ahli kitab dan berteman dengan non Muslim. Penafsiran-penafsiran dari al-Qaradawi mempunyai dampak atau implikasi secara teoritis, yaitu hubungan antar umat beragama dibolehkan selama dalam ranah muamalah sebagai konsekuensi dari sifat manusia yang memang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain yang tidak terbatas oleh agama tertentu. Sedangkan dalam ranah akidah dan ibadah maka umat Islam dilarang untuk mencampur adukkan ajarannya dengan ajaran agama lain, seperti mengikuti
ibadah agama lain.NIM.: 14531016 Muhammad Gupronillah2022-01-24T07:07:02Z2022-01-24T21:26:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48889This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/488892022-01-24T07:07:02ZAgama, Kemanusiaan, dan Keadaban 65 Tahun Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin, MA.Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin adalah salah seorang
akademisi-ulama-intelektual Muslim yang mempunyai
reputasi bukan hanya nasional, tetapi juga internasional.
Berangkat dari keluarga pesantren yang menguasai ilmu-ilmu
keislaman tradisional, beliau merambah bidang keilmuan
yang lebih luas, terutama dalam bidang sejarah kebudayaan
dan peradaban Islam, baik klasik maupun kontemporer.
Kemampuannya dalam berkomunikasi dalam bahasa Arab,
Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda membuatnya dapat
mengakses ilmu pengetahuan dalam bahasa-bahasa tersebut
dan membangun jejaring kesarjanaan di negara-negara
berbahasa tersebut. Pak Machasin, demikian biasanya beliau
dipanggil, secara akademik, berafiliasi ke UIN Sunan Kalijaga dan guru besar dalam bidang sejarah peradaban Islam. Sudah
sangat banyak sarjana yang lahir dari tangan dingin beliau
dalam membimbing dan juga menguji. Beliau juga pernah
menjadi visiting scholar dan visiting professor di sejumlah negara,
seperti Belanda, Perancis, dan Austria.
Selain itu beliau aktif dalam dialog antaragama, di
antaranya melalui Interfidei, the Asian Conference of Religion
for Peace (ACRP) yang berpusat di Jepang, dan Globethics
yang berpusat di Jenewa−untuk kedua terakhir ini beliau
menjadi salah satu board member. Jaringan intelektualisme
dan aktivisme beliau luas, melampaui sekat-sekat ormas,
keilmuan, budaya, dan agama. Beliau juga banyak menulis
artikel dan buku dalam bidang studi peradaban Islam, teologi,
etika, dan hubungan antaragama.- Moch Nur Ichwan dan Ahmad Rafiq [Editor]2022-01-20T08:13:13Z2022-01-20T08:13:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48754This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/487542022-01-20T08:13:13ZRevitalisasi Nilai-nilai Agama untuk Mereduksi Konflik Sosial dI Sampang, MaduraKonflik sosial bernuansa agama di Sampang terjadi dalam dua tahap, yang pertama terjadi pada 29 Desember 2011 dan yang kedua terjadi pada 26 Agustus 2012. Konflik Sampang tersebut termasuk konflik horizontal dan vertikal yang melibatkan dua komunitas, Syiah-Sunni. Fokus penelitian ini menjawab dua permasalahan, yaitu: pertama, faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya konflik di Sampang, Madura? Kedua, bagaimana revitalisasi nilai-nilai agama untuk mereduksi konflik sosial di Sampang, Madura?.
Penelitian ini merupakan library research yang ditunjang oleh wawancara, dengan meneliti peristiwa konflik di Sampang, Madura dan referensi-referensi yang terkait konflik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial-normatif, dengan analisis kualitatif.
Hasil penelitian, adalah: pertama, faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik Sampang teridentifikasi pada aspek-aspek: pemahaman agama, karakter sosial, kepentingan politik dan ekonomi, sementara masalah keluarga hanyalah sebagai pemicu. Kedua, Strategi merevitalisasi nilai-nilai Agama untuk mereduksi konflik sosial di Indonesia khususnya di Sampang, Madura, antara lain melalui: musyawarah atau dialog, mediasi, pendidikan pluralisme, penegakan hukum dan pembinaan akhlak /etika.
Kontribusi penelitian ini berimplikasi teoritik terhadap konsep konflik dan integrasi Lewis A. Coser dan konsep maqāṣid asy-syarῑ’ah, yakni adanya benang merah antara konsep harmonisasi sebagai salah satu budaya Madura dengan konsep Integrasi Coser dan maqāṣid asy-syarῑ’ah. Penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi dan dapat dijadikan kerangka teoritik terhadap peristiwa konflik yang terjadi di Indonesia.- Ermi Suhasti S.2022-01-20T07:44:26Z2022-01-20T07:44:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48751This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/487512022-01-20T07:44:26ZPeran Agama Dalam Meredam Konflik Pasir Besi dI Pesisir Kulon Progo YogyakartaDalam rangka peningkatan kualitas kehidupan, eksistensi konflik sangat urgen. Kehidupan tidak dapat berjalan dengan tegak tanpa ada konflik, sehingga yang perlu bagi manusia adalah bagaimana cara memadukan dan mencari solusi agar konflik tersebut tidak menimbulkan kerusakan, namun sebaliknya dapat membantu manusia mewujudkan keseimbangan dan tumbuhnya pola introspeksi diri dalam sebuah komunitas masyarakat. Konflik isu rencana pertambangan pasir besi di pesisir Kulon Progo menuai pro dan kontra dalam masyarakat. Di satu sisi pertambangan tersebut akan merusak lingkungan dan menghilangkan mata pencaharian sebagai petani. Di sisi yang lain Islam tidak melarang memanfaatkan alam, dengan menetapkan aturan mainnya. Hal ini didukung dengan adanya hasil penelitian bahwa lahan pasir besi di pesisir akan menjadi subur setelah reklamasi, karena kandungan logamnya sudah diangkat. Tulisan ini mengkaji bagaimana peran Islam dalam mereduksi konflik pasir besi di pesisir Kulon Progo.
Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab munculnya konflik pasir besi di pesisir Kulon Progo, yaitu: ekonomi, politik, dan perbedaan persepsi mengenai manfaat penambangan. Pertama, faktor ekonomi, masyarakat di sana mempunyai pemikiran bahwa belum tentu penghasilan sebagai buruh penambang pasir besi itu akan lebih besar bila dibandingkan dengan penghasilan sebagai petani sebab hasil produksi pertanian mereka jauh lebih tinggi. Penambangan pasir besi akan mengganggu dan mengurangi produksi pertanian mereka yang sudah lama mereka bangun. Contoh lainya adalah penghapusan lapangan kerja masyarakat yang sebagian besar sebagai petani, masalah kesejahteraan sosial masyarakat Kulonprogo di sekitar daerah penambangan. Kedua, faktor politis. Penambangan ini pun memiliki muatan politis yang sangat jelas terutama prihal keberpihakan kesultanan terhadap pihak swasta, bahkan banyak kabar yang beredar bahwa perusahaan yang menangani penambangan ini berasal dari kerabat kraton. Ketiga, faktor perbedaan persepsi mengenai manfaat penambangan. Pihak yang pro mempunyai pandangan bahwa tanah akan semakin subur setelah dieksplorasi kemudian direklamasi, sebaliknya pihak yang kontra mempunyai pandangan bahwa penambangan akan merusak lingkungan. Peran agama dalam meredam konflik konflik pasir besi di Pesisir Kulon Progo belum maksimal, antara lain karena kurangnya komunikasi atau musyawarah antara pihak yang sedang berkonflik, yaitu pihak yang mendukung dan menolak penambangan pasir besi. Tokoh agama dari pihak yang pro dan kontra penambangan mengutamakan kepentingan politisnya dan organisasinya. Ulama memberikan pemahaman agama yang lebih mendalam kepada kelompoknya, tetapi tidak kepada kelompok yang lain.- Ermi Suhasti2022-01-13T07:36:36Z2022-01-13T07:36:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48031This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/480312022-01-13T07:36:36ZKRITIK FORMALISME AGAMA
(STUDI PEMIKIRAN TEOSOFI HELENA PETROVNA BLAVATSKY)Penelitian ini berangkat dari kegelisahan atas keterbelahan umat beragama maupun antar kelompok satu agama menjadi kubu yang terkotak-kotak dalam bingkai pemahaman keagamaannya masing-masing. Hari ini, keagamaan sangat mengandalkan aspek-aspek formalistik, didukung oleh teknologi internet yang menyimplifikasikan agama secara sempit. Ini membawa kepada berbagai pertikaian dan intoleransi antar umat beragama maupun antar kelompok dalam satu agama. Untuk mengurai persoalan ini secara mendalam, dilakukan studi pemikiran seorang tokoh spiritual perempuan Helena Petvona Blavatsky yang pada masanya mengkritik formalisme agama secara radikal. Sejauh ini, tokoh tersebut di Indonesia belum dikaji secara serius oleh para sarjana agama. Padahal, sepak terjangnya di dunia bahkan di Indonesia memiliki peran penting karena ajarannya yang begitu berpengaruh dan membangkitkan semangat keberagamaan yang mendalam. Blavatsky adalah tokoh kunci bagi gerakan Teosofi, karena ia yang merumuskan dasar dari gerakan ini.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualitatif dengan mempertanyakan tiga hal, yaitu (1) Bagaimana kritik formalisme agama Helena Petrovna Blavatsky? (2) Mengapa Helena Petrovna Blavatsky melakukan kritik formalisme agama? (3) Bagaimana struktur pengetahuan teosofi Blavatsky? Kerangka teori yang digunakan adalah struktur nalar keilmuan filsafat perenial yang digagas oleh Frithjof Schuon dengan analisis data menggunakan metode analisis-deskriptif. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa karya Helena Petrovna Blavatsky yaitu Isis Unveiled (1877), The Secret Doctrine (1888), dan The Key to Theosophy (1889). Adapun sumber sekunder berupa buku, jurnal, dan literatur pendukung lainnya.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa kritik formalisme agama Blavatsky adalah kritik yang bersifat dekonstruktif terhadap dogma dan doktrin agama yang selama ini telah mentradisi salah dimaknai, sehingga mengakibatkan agama menjadi terlembaga dengan doktrin-doktrinnya yang terjebak pada pemahaman antropomorfis, selain itu kritik etis juga diarahkan kepada kelompok keagamaan materialis, termasuk kelompok spiritual yang justru mengalami tujuan-tujuan keduniaan. Alasan Blavatsky karena perintah yang datang kepadanya untuk menyebarkan ajaran spiritual berupa Teosofi, juga beberapa kegelisahan lain seperti kehidupan masyarakat yang sangat materialistik. Blavatsky mengupayakan penafsiran baru atas doktrin agama dengan menawarkan esoterisme sebagai jalan sekaligus upaya rekonstrutifnya. Esoterisme yang kemudian mewujud sebagai teosofi memberikan seperangkat pandangan yang anti-materialis dan meletakkan pengetahuan spiritual Kuno sebagai titik tekannya. Meski dianggap sebagai divine wisdom dari semua agama, Blavatsky cenderung terjebak pada truth claim-nya sendiri dan tendensi-tendensi yang seringkali menjurus pada upaya menjatuhkan atau menegasikan posisi agama. Selain itu pengadopsian atas berbagai terminologi yang muncul dalam tulisan-tulisannya menunjukkan inkonsistensi, bercampur aduk term-term Kristen, Hindu, dan Buddha.NIM.: 16205010081 MUHAMMAD SYAFI’I2022-01-12T22:21:57Z2022-06-06T06:43:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48410This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/484102022-01-12T22:21:57ZMODERASI BERAGAMA Sebagai Paradigma Resolusi KonflikKonflik adalah sesuatu yang selalu ada dalam sistem
kehidupan (min lawazim al-hayah). Keberadaannya
tidak dapat terelakkan, mulai dari persoalan keagamaan
hingga politik yang sarat akan konflik. Sejarah manusia juga dapat
dibilang sebagai sejarah konflik karena manusia dan konflik selalu
hadir dalam peradaban kemanusiaan, atau konflik juga dapat disebut
sebagai agen perubahan. Sekian banyak asumsi tentang konflik,
setidaknya manusia dengan akal dapat menanggapinya dengan
bijak dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan dengan baik,
tanpa meninggalkan persoalan yang dihadapinya.
Di mana pun dan kapan pun manusia berada, konflik pasti
hadir mengikuti. Karena itu, ada baiknya manusia cepat mengambil
tindakan agar dapat menyelesaikan konflik yang dihadapinya,
yakni dengan pemahaman filosofis terhadap ontologi-epistimologi
konflik, manajemen, resolusi, dan transformasi konflik. Dengan
begitu, ia dapat mewujudkan moderasi beragama sebagai paradigma
resolusi konflik serta menjauhkan segala bentuk konflik dari tindak
kekerasan- Abdul Mustaqim- Braham Maya Baratullah2022-01-12T04:08:11Z2022-01-12T04:08:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48384This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/483842022-01-12T04:08:11ZPENDAHULUAN: ISLAM DAN HAMHak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu konsep paling
popular yang sering disalahpahami oleh umat Islam, termasuk
umat Islam Indonesia. Konsep ini dianggap sebagai ekspor
Barat yang sengaja dicekokkan ke dalam pikiran umat Islam
untuk membuat mereka terus-menerus berketuk lutut di bawah
hegemoni asing. Padahal HAM sebenarnya konsep kemanusiaan
universal yang lahir dari perkembangan kesejarahan umat manusia
setelah melewati berbagai fase kegelapan dalam kehidupan. Ia
merupakan ikhtiar umat manusia untuk menuntut pemulihan
harkat dan martabat kemanusiaan yang telah terbenam dalam
titik nadir sejarah akibat kekuasaan yang menindas.- Noorhaidi Hasan2022-01-12T03:40:19Z2022-01-12T03:40:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48373This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/483732022-01-12T03:40:19ZMEMBELA HAK-HAK MASYARAKAT RENTAN:
HAM, Keragaman Agama, dan Isu-Isu KeluargaBuku ini merupakan buku ketiga hasil kerja sama dengan
Norwegian Centre for Human Rights (NCHR), Oslo Coalition
on Freedom of Religion and Belief, Oslo, terutama melalui Dr.
Lena Larsen, Prof. Nelly van Doorn-Harder, dan Aksel Tomte.
Buku ini melengkapi buku-buku terdahulu yang sudah kami
terbitkan sebagai bahan bacaan dalam Pendidikan HAM bagi
para pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) secara khusus dan
publik secara umum. Sebelumnya, kami menerbitkan sebuah
buku berjudul Modul Pelatihan Fikih dan HAM pada penghujung
2013, berisi tentang pengarusutamaan keragaman agama dan
HAM yang ditujukan bagi para pegawai dan kepala KUA. Pada
2019, Fikih dan HAM: Best Practices Pengarusutamaan Hak
Asasi Manusia dalam Kebebasan Beragama, Gender, dan Hak
Anak di Lingkungan Kantor Urusan Agama (KUA) terbit. Buku
ini merupakan hasil dari sejumlah paper terpilih yang ditulis
oleh para pegawai KUA dengan tema yang beragam, mulai dari
konversi agama, hak-hak perempuan dalam perkawinan, relasi
gender, hak asuh anak, nikah dini, dan perkawinan anak.- Noorhaidi Hasan [Editor]- Maufur [Editor]2022-01-12T01:55:03Z2022-01-12T01:55:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48019This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/480192022-01-12T01:55:03ZMENINJAU KEMBALI AYAT-AYAT MENGENAI YAHUDI DALAM AL-QUR’AN MENGGUNAKAN TEORI MAKNA-CUM-MAGHZABagi sebagian umat Islam, melecehkan umat Yahudi adalah tuntunan al-Qur’an. Terdapat 21 ayat mengenai Yahudi. QS 2: 62 dan 5: 69 menjamin Yahudi untuk masuk surga apabila beriman dan beramal saleh; sedangkan lainya adalah sering dijadikan dalil untuk melecehkan Yahudi. Mengacu pada latarbelakang demikian, timbul pertanyaan: apakah Tuhan menurunkan al-Quran hanya untuk melecehkan umat Yahudi?
Thesis ini berusaha menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Adapun teori yang penulis gunakan untuk memberi analisa adalah: teori ma’na-cum-maghza. Teori ini mengasumsikan, teks tidak bisa dilepaskan dari konteksnya; kendati demikian, teks juga tidak bisa mengabaikan makna literalnya. Tafsir seharusya menjaga keseimbangan antara literal teks dan konteks dari suatu teks. Dengan latar belakang asumsi teoritis tersebut, penulis akan memberi analisa terhadap 21 ayat mengenai Yahudi dalam al-Quran menggunakan analisa bahasa dan analisa konteks secara bersamaan, guna mendapatkan tafsir yang utuh dan komprehensif.
Pada akhirnya, penulis menyimpulkan: al-Qur’an tidak pernah melaknat Yahudi. Bahkan melalui QS 2: 62; 5: 69; 22: 17, al-Qur’ān menjelaskan bahwa semua agama berhak masuk surga dengan syarat mengesakan Tuhan dan beramal saleh. Adapun ayat lainnya yang seakan melaknat Yahudi, penulis mendapati bahwa yang dilaknat al-Qur’an bukanlah Yahudi, namun yang dilaknat adalah: praktik membangun narasi theologis dalam rangka manuver politik dan larangan merasa lebih unggul dibanding yang lain. Agama adalah kendaraan untuk menuju Tuhan, bukan kendaraan politik atau kendaraan untuk mengunggulkan dari sendiri.NIM.:1620510050 Ahmad Solahuddin2022-01-11T13:26:17Z2022-01-11T13:26:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48338This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/483382022-01-11T13:26:17ZTHINKING MAP PENDEKATAN INTEGRASI-INTERKONEKSI AGAMA DAN SAINS-TEKNOLOGI (BERBASIS AL-QURAN AL-HADIS DAN SUNNATULLAH)Thinking map/mind mapping dalam kajian ini adalah sistem berpikir revolusioner
integratif dengan memfungsikan potensi otak kiri dan kanan seimbang dan simultan
untuk mengintegrasikan, memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak
melalui mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide, gagasan, tugas atau
informasi dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linier. Thinking map/mind
mapping didasarkan cara kerja alamiah otak yang mampu menyalakan percikan�percikan kreativitas dalam otak karena melibatkan kedua belahan otak sejak awal,
kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran dan peta rute
untuk memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran
dengan teknik mencatat dengan menonjolkan sisi kreativitas sehingga efektif dalam
memetakan pikiran seseorang. Tujuan mind mapping membuat materi kajian terpola
secara visual dan grafis yang dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat
kembali informasi yang telah dipelajari. Teknik mencatat dikembangkan berdasarkan
bagaimana cara otak bekerja selama memproses semua informasi, berbagai tanda dalam bentuk beragam, dari gambar, bunyi, bau, pikiran hingga perasaan. Teknik
ini memiliki sebuah ide atau kata sentral, ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari
ide sentral.
Jika manusia berpikir secara integratif-interkonektif agama dan ilmu pengetahuan
adalah nondikotomik/tauhidik ini diterapkan dalam kehidupan dan sistem kehidupan
manusia, maka mereka akan terhindar dari kekosongan atau kekeringan apa saja yang
dibutuhkan oleh setiap diri manusia dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Pada
umumnya, manusia memerlukan dua kebutuhan dasar, yaitu (i) kebutuhan fisiologis
(yang berkenaan dengan rasa lapar, dahaga, kebutuhan udara, istirahat, menghindari
kepanasan-kedinginan, menjauhi rasa sakit, seks, dan proses ekspresi), dan (ii)
kebutuhan jiwa atau rohani (jaminan rasa aman, rasa bahagia, rasa loyalitas dalam
kelompok, diterima dan dicintai oleh anggota kelompoknya, merasa dihormati,
dihargai, rasa prestasi, rasa percaya diri, kesuksesan, rasa puas baik kepuasan sebagai
bangga diri ataupun karena penghargaan sosial). kebutuhan rohani ini mendorong
manusia untuk mengenal (makrifat) Allah swt.2
Untuk menjembatani kebutuhan
perubahan mental dan intelektual dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
perlu ada usaha pemikiran dan analisis yang dituangkan dalam bentuk rintisan
kultural dalam upaya menemukan terobosan intelektual.- Maksudin- Mohamad Yasin Yusuf- Robingun2022-01-03T07:53:20Z2022-01-03T07:53:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47835This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/478352022-01-03T07:53:20ZKONSTRUKSI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA PADA BUKU TEMATIK SISWA KELAS IV TEMA 7 KURIKULUM 2013Textbooks are one of the important components in instilling the values of religious moderation in students. This research was conducted to: 1) determine the values of religious moderation in thematic textbooks for fourth grade students, themes 7, 2013 curriculum; 2) knowing the ideal conception of religious moderation values in thematic textbooks for fourth grade students, themes 7, 2013 curriculum.
This type of research is a qualitative research that is literature study. Literature research is research that collects data through materials contained in the library. The library in question is in the form of books, articles, or journals, and several articles that are relevant to the discussion in this study. The research method used in this study is the method of content analysis or also called the method of content analysis.
The results of the study indicate that there are values of religious moderation and indicators of religious moderation in the thematic books of class IV students, themes 7, among others: tasamuh values; tawazun value; i'tidal value; accommodation indicators of local culture; anti-violence indicator; indicators of national commitment; and tolerance indicators. Based on this, in the thematic book of class IV students, themes 7, there are values of religious moderation so that it is feasible to use. In addition, the book contains values that need to be added and developed (ideal conceptions of religious moderation values), namely: the value of musawa; shura value; ishlah value; the value of tathawur wa ibtikar; and the value of tahhadhdhur. These values need to be added in the form of examples of positive behavior in reading texts in the thematic books for fourth grade students, themes 7, 2013 curriculumNIM.: 19204080054 Amirah Al May Azizah2022-01-03T07:48:38Z2022-01-03T07:48:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47817This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/478172022-01-03T07:48:38ZRELIGIUSITAS SISWA DI MASA PANDEMI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANGTUAThe pandemic condition that has lasted for almost two years has an impact on students' ability to internalize religious values or what is known as religiosity. One of the determinants of religiosity is parenting style. This study aims to measure the level of student religiosity, examine the relationship between authoritarian parenting, democratic parenting and permissive parenting with student religiosity, examine the relationship between authoritarian, democratic, and permissive parenting together (simultaneously) with student religiosity, testing the effective contribution of each parenting patterns to student religiosity at SMKN 1 Girimulyo Yogyakarta during the Covid-19 pandemic.
This type of research is quantitative. The research method uses a religiosity scale and a parenting patterns scale. Sampling using purposive sampling technique from the total population of 218 determined the number of samples as many as 120 students. The data analysis technique used multiple correlation analysis with the help of SPSS 21 for windows.
The results showed: 1) Based on the results of the descriptive analysis of the student religiosity variable, it was found that the religiosity of the students of SMKN 1 Girimulyo Yogyakarta was in the "High" classification with the average score (mean) of the overall score of 128,7 respondents who were in the high classification. 2) There is a significant negative relationship between authoritarian parenting and student religiosity with an r-count value of -2.604 and p value = 0.010 (p <0.05). 3) There is a significant positive relationship between democratic parenting parents and religiosity students with ther value rcount 7.929 and p = 0.000 (p <0.05). 4) There was a significant negative relationship between permissive parenting parents and religiosity students with an rcount -2.825 and p = 0.006 (p <0.05). 5) There is a significant positive relationship between authoritarian parenting, democratic parenting and permissive parenting simultaneously on student religiosity with F = 41.912 and p = 0.000 (p < 0.05). 6) Contribute effectively (R2) is equal to 0.533. So that 53.3% of students' religiosity at SMKN 1 Girimulyo Yogyakarta is influenced by parenting patterns, then the remaining 46.7% is influenced by other factors outside of this study. As for the details of the effective contribution of each parenting pattern, the effective contribution of authoritarian parenting is 10.1%, while the effective contribution of democratic parenting is 32.7%, while the effective contribution of permissive parenting is 10.5%. This shows that parenting has an effect on student religiosityNIM.: 19204010058 Ayu Ratih Rizki Pradika2021-12-29T10:30:33Z2021-12-29T10:31:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48067This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/480672021-12-29T10:30:33ZINTEGRASI AGAMA DAN SAINS DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH
(KETUHANAN)Persoalan aqidah (ketuhanan) adalah masalah keyakinan.
Kebenarannya diterima berdasarkan keimanan/kepercayaan.
Oleh karena itu, masalah ini sering dipahami sebagai masalah
doktriner yang umumnya dikaji dengan pendekatan normatif teologis. Pemahaman tersebut tidak salah, bahkan wajar apalagi
jika dimiliki oleh kaum agamawan. Bagaimanapun, terdapat
banyak aspek ajaran agama yang diseyogyakan diterima secara
taken for granted, tanpa keraguan dan perdebatan, termasuk
masalah aqidah (ketuhanan). Namun demikian, bukan berarti
masalah aqidah (ketuhanan) sama sekali tidak bisa dikaji
dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Justru
yang terjadi sekarang ini adalah adanya keharusan melakukan
studi terhadap persoalan-persoalan keagamaan dengan
menerapkan perspektif yang beragam secara integartif. Dalam
konteks inilah, mengkaji masalah aqidah (ketuhanan) dengan
mengintgrasikan perspektif agama dan sains menjadi penting
dilakukan. Buku ini adalah bagian kecil dari upaya mengkaji
masalah aqidah (ketuhanan) dari prspektif agama dan sains.
Proses kajian diawali problem akademik yang melatari
pertingnya kajian dilakukan. Selanjutnya dideskripsikan
setting kajian, paradigma agama dan sains dalam menjelaskan
masalah aqidah (ketuhanan), titik temu antara agama dan
sains pada masalah aqidah (ketuhanan), dan ulasan teoretis
mengenai cara-cara mengintegrasikan paradigma agama dan
sains dalam pembelajaran aqidah (ketuhanan).- Karwadi2021-12-22T23:10:21Z2021-12-23T04:40:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47955This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/479552021-12-22T23:10:21ZMedia Sosial dan Kerukunan Umat Beragama di Bali (Representasi Masyarakat Bali Terhadap Berbagai Posting Terkait Gerakan Aksi Damai Terkait Isu Penistaan Agama di Media Sosial dan Dampaknya pada Kerukungan Umat Beragama di Bali)The character of social media causes the process of information’s dissemination becomes
much more unimpeded. The freedom sometimes causes some parties forget about the
importance of maintaining harmony among religious people. The are posts founded in the
social media that lead to issues of SARA or in this research is related to the case of blasphemy
committed by Ahok. The posts in some degree is being reputed as a common one, especially
in the territory of Java which is dominated by moslem societies and for some parties it even
becomes a necessity to express their voices to defend their religion, or so they say. Then the
question is how the representation of Balinese society dominated by the non-moslem societies,
react to the posts in Facebook related to the case. The theory of social representation by
Moscovisci is used to answer the problem of representation. Case studies with data collection
of in-depth interviews is used to analyze Balinese society representation about this issue- Lukman Nusa2021-12-12T14:39:06Z2021-12-12T14:39:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47661This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476612021-12-12T14:39:06ZMilenial dan Cyber ReligionPada praktiknya, terdapat perbedaan dalam hal
pemenuhan kebutuhan religius melalui media sosial
antara millenials Turki dan Indonesia, namun tidak
significan. Salah satunya terkait pemenuhan informasi
dimana para millenials berada pada posisi digital native.
Satu sisi, para millenials mendapatkan kemudahan dalam
mengakses informasi apapun. Namun kebebasan ini tentu
harus disertai dengan pengawasan agar pengetahuan
yang didapatkan tidak masuk dalam kategori sesat dan
menyesatkan. Disinilah diperlukan rambu-rambu yang
dapat dijadikan petunjuk serta kedalaman berfikir akun
seperti apa yang bisa diikuti dan tidak.- Lukman Nusa [et. al]2021-12-06T19:35:44Z2023-03-31T05:14:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47550This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/475502021-12-06T19:35:44ZMilenial dan Cyber ReligionPada praktiknya, terdapat perbedaan dalam hal
pemenuhan kebutuhan religius melalui media sosial
antara millenials Turki dan Indonesia, namun tidak
significan. Salah satunya terkait pemenuhan informasi
dimana para millenials berada pada posisi digital native.
Satu sisi, para millenials mendapatkan kemudahan dalam
mengakses informasi apapun. Namun kebebasan ini tentu
harus disertai dengan pengawasan agar pengetahuan
yang didapatkan tidak masuk dalam kategori sesat dan
menyesatkan. Disinilah diperlukan rambu-rambu yang
dapat dijadikan petunjuk serta kedalaman berfikir akun
seperti apa yang bisa diikuti dan tidak.- Lukman Nusa- Fatma Dian Pratiwi- Diah Ajeng Purwani- Niken Puspitasari- Sulistyaningsih- Rika Lusri Virga2021-11-30T04:37:47Z2021-11-30T04:37:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47371This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/473712021-11-30T04:37:47ZKEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KULTUR RELIGIUS DI MAN 3 SLEMAN YOGYAKARTAThis research departs from various impacts of globalization and This research departs from various impacts of globalization and modernization that is so fast that it is necessary to prepare humans who have two competencies at once; Science and technology and faith and taqwa. The development of religious culture reflected in various activities and rules made and mutually agreed upon is an effort needed by schools to improve student discipline in schools that are integrated in the management provisions of educational institutions.
The purpose of this study is to describe the style of the principal in developing religious culture in man 3 sleman yogyakarta, to find the policy of the principal in developing religious culture in man 3 sleman yogyakarta, to describe the success of religious culture of learners in man 3 sleman yogyakarta. This research is qualitative research, data collection is done with observations, interviews and documents. Data analysis techniques use data reduction, data presentation and conclusion withdrawal. Checking the validity of data is done by trigulation of data.
The results showed that: First, showing the principal at MAN 3 Sleman Yogyakarta in carrying out his leadership adheres to a model of democratic leadership style, this can be seen the principal becomes Uswah al-hasanah, in the process of the subordinate movement always respects his subordinates, always tries to synchronize personal interests and goals with the interests of the school, always trying to prioritize cooperation to achieve goals, the principal receives advice, Opinions and criticisms from his subordinates, always trying to develop the abilities of his subordinates. In addition, charismatic style is a style owned by the principal by providing good transparency to teachers, students and school residents, and able to provide a spirit and enthusiasm to all school residents to achieve the desired goals. Charismatic style has characteristics including having a large following, for example, having a large number of followers. Charisma style cannot be measured by wealth, power, health, Headmaster MAN 3 Sleman in leading is good and uses a democtatis leadership style but even better if the principal uses a traditional style, so that the principal can be required to always improve the ability and quality of his subordinates in achieving organizational goals. The two policies of the principal in developing religious culture, the policy of the principal in developing religious culture which is intended in this study are school programs in order to civilize religious culture in MAN 3 Sleman Yogyakarta, including the following: (a) Senyum Sapa Culture; (b) The Implementation of Dhuha Prayer in Congregation; (c) Reading Asmaul Husnah before Lessons; (d) Kultum and Tadarus of the Qur'an; (e) Implementation ofDzuhur Prayer and Jamaah Ashar Prayer; (f) MAyoga Dai Club; (g) Tahfizul Qur'an Scheduled. Third, the success of religious cultural values can be spelled out in the following values: (a) The success of religious values; (b) Success of Honest Values; (c) The Success of The Torelance Value; (d) Success of Disciplinary Values; (e) Success values reward achievement; (f) The Success of Responsible Values; (g) Success of the Value of Peace; (h) Success of Independence Value; (i) Success of the Value of Hard Work; (j) Success of The Value of Caring for Others; (k) Success of The Value of Silaturahmi.NIM.: 19204090013 Mia Sari2021-11-24T04:14:23Z2021-11-24T04:14:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47125This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/471252021-11-24T04:14:23ZPENGELOLAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI DESA SUKORENO KABUPATEN JEMBER (STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KERUKUNAN)Tesis ini membahas tentang peran dari pemerintah Desa didalam
mengimplementasikan kerukunan antar umat beragama. Selain itu, Peneliti juga
mengkaji peran dari tokoh agama dengan mengambil lokasi didalam penelitian ini
ada di Desa Sukoreno Kabupaten Jember. Dalam penelitian ini setidaknya
menguraikan bagaimana Pemerintah Desa mengelola keragaman Umat beragama
di Desa Sukoreno, selain itu juga akan menguraikan bagaimana Peran Tokoh agama
di Desa Sukoreno Kabupaten Jember dalam menjaga kerukunan umat beragama.
Penelitian ini, menggunakan sebuah metode penelitian kualitatif dan sebuah
Teori Tindakan Sosial dengan pendekatan studi kasus (Case Study), sehingga
peneliti turun langsung ke lokasi penelitian dan bertemu dengan masyarakat terkait
serta mengamati langsung kondisi yang ada di desa tersebut. Teknik pengumpulan
data wawancara, observasi dan dokumentasi, adapun analisis terhadap data dalam
penelitian ini menggunakan sebuah model yang dikemukakan oleh Miles &
Huberman.
Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwasanya pemerintah Desa dalam
mengimplementasikan kebijakannya selalu melibatkan para tokoh agama dan
masyarakat serta sinergi antar perangkat desa menjadi upaya dan usaha pemerintah
desa dalam menjaga dan merawat kerukunan umat beragama di desa Sukoreno.
Sedangkan tokoh agama dalam menjalankan perannya dengan cara menyampaikan
ajaran agama yang berkaitan dengan toleransi umat beragama kepada pengikutnya.
Penyampaian pemahaman keagamaan yang bersifat moderat menjadi upaya dan
usaha para Tokoh agama dalam merawat dan menjaga kerukunan antar umat
beragama di Desa ini.NIM.: 19200010104 Mahbub Junaidi2021-11-15T22:27:13Z2021-11-15T22:27:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46710This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/467102021-11-15T22:27:13ZAGAMA AGAMA DUNIA Jilid 1Buku Agama-agama Dunia ini berisi gambaran umum tentang
agama-agama. Buku ini tidak menguraikan seluruh agama yang ada di
bumi ini. Buku “Agama-Agama Dunia Jilid 1” ini terdiri dari enam bab
yang berisi tentang Agama Primitif, Agama Hindu, Agama Buddha,
Agama Jain, Agama Sikh dan Agama Konfusius. Dengan membaca buku
ini, maka pembaca akan mendapatkan informasi dasar tentang agama-agama. Ada pepatah mengatakan bahwa “tak kenal maka tak sayang”.
Dengan mengetahui agama-agama yang ada, pembaca dapat memahami
beberapa mitologi, symbol, sejarah dan perkembangan dari agama-agama
tersebut, sehingga saling memahami dan menghargai agama lain.- Dian Nur Anna [Editor]2021-11-10T07:00:50Z2021-11-10T07:00:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46546This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/465462021-11-10T07:00:50ZRELIGIUSITAS MAHASISWA ASRAMA KALIMANTAN TIMUR RUHUI RAHAYU DI MASA PANDEMI COVID 19Pandemi COVID 19 telah memberikan berbagai dampak negatif dan positif terhadap keberlangsungan hidup manusia. Pandemi ini menjadi salah satu stimulus utama pada perubahan kegiatan manusia yang tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Namun, dapat berdampak pada aspek religiusitas manusia . Hal ini dilihat dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada masa pandemi ini seperti menjaga jarak, menghindari kerumunan, cuci tangan, memakai masker, dan masih banyak lagi. seluruh aspek “dipaksa” untuk menyesuaikan dengan kondisi pada saat ini, begitupun agama. Religiusitas pada masa pandemi ini berawal dari bagaimana fungsi agama sebagai solusi untuk mengatasi rasa takut, kecemasan, yang menjadi frustasi akibat bencana alam yang terjadi. Jika agama bersifat stagnan kemungkinan dapat ditinggalkan atau dapat juga semakin beralih kepada agama. Berbicara mengenai agama pada masa pandemi, penelitian ini mengambil aspek religiusitas mahasiswa AMKT Ruhui Rahayu pada masa pandemi COVID 19.
Agama pada masa pandemi tidak hanya tentang persoalan manusia dengan Yang Maha Kuasa. Namun, bagaimana pemenuhan kebutuhan akan rasa aman dan ketenangan jiwa pada masa pandemi yang akhirnya menjadi pelarian untuk memenuhi kedua aspek tersebut. Dengan adanya hal tersebut peneliti melakukan penelitian religiusitas mahasiswa Asrama Mahasiwa Kalimantan Timur di Era Pandemi Covid 19. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan mengambil data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi agama dengan Teori Hierarki Kebutuhan oleh Abraham Maslow dan Teori Dimensi Keberagamaan oleh Glock dan Stark.
Hasil dari penelitian ini yang pertama, Religiusitas mahasiswa Asrama Ruhui Rahayu Kalimantan Timur pada masa Pandemi COVID 19. Dari segi ritual tidak berdampak besar terhadap Mahasiswa Ruhui Rahayu ( stabil) . Pandemi menstimulus mahasiswa agar semakin kritis terhadap kebijakan keagamaan. Kemudian, pandemi membentuk sebuah kebiasaan baru dalam aktifitas kehidupan manusia ( kegiatan offline dialihkan menjadi online). Pandemi Covid ini menjadikan manusia beralih kepada agama dalam mengatasi ketakutan dan memenuhi rasa aman terhadap bencana. Kedua, faktor pembentuk religiusitas mahasiswa AMKT Ruhui Rahayu pada masa pandemi berasal dari rasa takut akan kematian yang disebabkan oleh virus COVID 19. Kemudian, literasi media yang mendukung terkait informasi keagamaan yang semakin meluas.NIM.: 17105020016 Fenny Amelia2021-11-01T01:54:46Z2021-11-01T01:54:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46135This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/461352021-11-01T01:54:46ZPERSEPSI MAHASISWA PEGIAT SENI TERHADAP SIKAP RELIGIUS DAN NILAI RELIGIUSITAS DALAM KARYA SENI MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGAThis research is motivated by the phenomenon of the attitudes of art activists today, especially their religious attitudes which often get negative responses from others who see them. On the other hand, artists have their own perceptions of the attitudes and values of religiosity, and many of his works have not yet been appreciated. This study aims to analyze how the perceptions of art activists on attitudes and values of religiosity, appreciate and find out the value of religiosity that is reflected in art work among students of State Islamic University Sunan Kalijaga. This study uses the Glock and Strak dimensional theory of religiosity to explore the perceptions of attitudes and values of religiosity of art activists and Nooryan Bahari's theory of art criticism to appreciate and analyze a work of art.
This research is a qualitative research, using the method of observation, interviews, and documentation. This study used a purposive sampling technique, namely determining sampling by determining special characteristics, including students who are active in extracurricular arts at State Islamic University Sunan Kalijaga; Sanggar Nuun Yogyakarta, Kalimasada, and the Gita Savana Student Choir (PSM). In this study, the works analyzed are in the form of collective performance arts.
The results of the study were: first, students' perceptions of the attitudes and values of religiosity varied according to their life backgrounds. These perceptions describe that religious attitude; the results of religious-cultural dialogue; self-worship to Allah Swt; muamalah; a form of respect and love for Allah Swt; a reflection of a person's character; a reflection of religious tolerance; prayer and life principles. Second, works of art produced by State Islamic University Sunan Kalijaga students have an implicit religious value, both in meaning and in artistic expression. The values of religiosity that are reflected include, among others, the values of faith, sharia and morals. Thus, religiosity is not merely in the form of formal attitudes and behavior, but can be actualized in the form of artistic expression, religious appreciation with art appreciation, one of which is expressed in the process of art and works of art.NIM.: 18204010080 Mizan Khairusani2021-09-17T04:30:04Z2021-10-29T06:54:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44513This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/445132021-09-17T04:30:04ZINTERNALISASI NILAI-NILAI RELIGIUSITAS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TERHADAP SISWA MUSLIM DAN NON-MUSLIM MELALUI PENDIDIKAN RELIGIUSITAS DAN KEGIATAN KEAGAMAAN DI SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTAThe background of this research is that the existence of religious, ethnic,
and cultural diversity of the students of SMA Kolese De Britto Yogyakarta can
potentially cause conflict from sensitive issues regarding ethnicity, religion, race,
and intergroup (SARA). Furthermore, doubts that arose from the rights that students
received regarding their religious education, including the rights of Muslim
students, were replaced by a modification of religious education to Religious
Education which is considered to be the conveyor of universal values. The
formulation of the problem in this study includes three things, namely: 1) what are
the values of religiosity and values of multicultural education for Muslim and nonMuslim
students
at
SMA
Kolese
De
Britto
Yogyakarta,
2)
how
to
internalize
the
values
of
religiosity
and
values.
-the
value
of
multicultural
education
for
Muslim
and
non-Muslim
students
at
SMA
Kolese
De
Britto
Yogyakarta,
and
3)
how
is
the
achievement
of
internalizing
the
values
of religiosity and values of multicultural
education for Muslim and non-Muslim students at SMA Kolese De Britto
Yogyakarta.
This research is qualitative research taking place at SMA Kolese De Britto
Yogyakarta. Data collection was carried out by conducting observations,
interviews, and documentation. The data validity test used was triangulation with
the source.
The results of this study indicate that: 1) the values of religiosity of students
include values related to God, values related to oneself, values towards others,
values towards the environment, and values of love for the country. The values of
student multicultural education include democratic values, tolerance values, human
rights values, sosial justice values, and equality values. 2) internalization of the
values of religiosity and the values of multicultural education through habituation,
invitations, Religious Education, and religious activities. 3) the achievement of the
internalization of students' religiosity values, namely: increasing students'
understanding of the values of religiosity, increasing student behavior change,
increasing students' value of faith. Meanwhile, the achievements of the
internalization of the values of multicultural education for Muslim and non-Muslim
students, namely: the creation of an inclusive diversity paradigm, increased mutual
understanding and respect, and anti-discrimination attitudes. The structured system
and a caring environment are the keys to the success of internalizing the values in
this study.NIM.: 1620411048 Aji Purnomo2021-09-13T03:11:24Z2021-09-13T03:11:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44264This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/442642021-09-13T03:11:24ZBANALITAS FILM ISLAMI DI INDONESIA
DARI REPRESENTASI HINGGA REPRESI RELIGIUSMelalui film sebagai salah satu produk budaya populer, abstraksi dan konsep baik
itu gagasan maupun wacana dapat direpresentasikan. Representasi baik dari film
sebagai bentuk ekspresi budaya, pula konteks film itu dibuat, tidak jarang mampu
merepresi realitas. Melihat gejala tersebut, penulis mengamati kecenderungan yang
pula terjadi pada perfilman Indonesia. Khususnya pada film yang bertemakan religi,
penulis menelusuri beberapa temuan menarik.
Melalui pendekatan kajian budaya, penulis menemukan beberapa poin yang dirasa
pula beririsan dengan realitas religius masyarakat Indonesia. Setidaknya terdapat tiga
poin utama, film kemudian dapat dijadikan medium untuk melihat kecenderungan
maupun bagaimana realitas represantan itu tadi merepresi realitas. Pertama, film
sebagai produk budaya yang tentu erat dan dekat realitas sosialnya. Di sini film dapat
dilihat sebagai medium ekspresi, narasi atau cerita, dan sebagai medium penyampai
nilai-nilai. Kedua, film sebagai politik kebudayaan. Di mana definisi akan sebuah
film meluas dan berkaitan erat dengan realitas keberhidupan identitas suatu bangsa.
Ketiga, film dengan represi realitasnya telah membentuk ‘imaji’ subjek, yang ulang
alik berkelindan menjadi representasi. Sehingga realitas mainstream terjadi.
Melalui konstruksi budaya, kedirian atau identitas terrepresi melalui representasi
ataupun ‘imaji’ konstruktif dalam kuasa sinema. Dengan pendekatan kajian budaya
ini, penulis hendak menunjukkan tesa, bahwasanya terdapat kekosongan dan
barangkali keterputusan antara representasi dan represi atas film yang bertemakan
religi. Pengaruh dan populeritasnya, diyakini penulis berkaitan erat dengan
kebanalan dalam memaknai dan merepresentasi nilai-nilai religius. Kebanalan
tersebut kemudian menggiring pada pemaknaan tunggal atas nilai religius. Pula
menggiring pada terbentuknya formalitas religius masyarakat Indonesia
kontemporer.NIM.: 13510058 Zahid Salmani2021-09-10T04:10:27Z2021-09-10T04:10:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44155This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/441552021-09-10T04:10:27ZBERAGAMA ALA PSK (KEBERAGAMAAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI PANTAI PAKU)Prostitusi merupakan fenomena yang ditemukan hampir di seluruh
komunitas. Di Indonesia, pelaku utama dalam prostitusi dikenal dengan
beragam istilah, salah satunya adalah Pekerja Seks Komersial (PSK). PSK
dianggap tidak menaati nilai dan norma yang ditetapkan oleh masyarakat,
terutama norma agama dan perkawinan. Komersialisasi seks yang dilakukan
oleh para PSK dianggap tidak sesuai dengan nilai dan norma agama, susila
dan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, PSK mendapatkan stigma
sebagai sanksi sosial yang diberikan masyarakat. Pemberian sanksi sosial ini
tidak disadari menjadi upaya peminggiran terhadap PSK. Fenomena ini
menyebabkan PSK tampak dilupakan sebagai subyek aktif yang memiliki
kesadaran dan pengetahuan dari masyarakat. PSK distigma tidak memiliki
nilai keagamaan dan sudah terlepas dari norma-norma agama. Pekerjaan yang
bertentangan dengan nilai dan norma tersebut dinilai menjadi penyebab PSK
tidak memiliki sisi-sisi kebaragamaan lagi.
Berangkat dari masalah di atas, penelitian mengenai keberagamaan PSK
ini dilakukan. Keberagamaan PSK patut diketahui untuk memahami PSK
secara utuh sebagai bagian dari pihak yang dimarginalkan. Penelitian ini
menggunakan model penelitian kualitatif interpretif. Rumusan masalah
meliputi bagaimana latar belakang, motif dan konstruksi keagamaan Pekerja
Seks Komersial. Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah,
penelitian ini melibatkan lima (5) orang PSK aktif di Pantai Paku. Teknik
pengumpulan data yang digunakan di lapangan adalah teknik membangun
rapport, wawancara, observasi, individual’s life history dan dokumentasi.
Penelitian ini berusaha mengetengahkan PSK sebagai subyek dalam
masyarakat yang dapat dipahami secara utuh.
Penelitian menghasilkan temuan di antaranya : pertama, bahwa PSK
memiliki latar belakang dan motif yang dipengaruhi oleh aspek sosial dan
kultural sehingga memutuskan menjadi pekerja seks. Kedua, setelah menjadi
seorang pekerja seks, mereka menyadari bahwa dirinya telah melakoni
pekerjaan yang bertentangan dengan nilai dan norma agama. Namun
demikian, PSK tidak terlepas dari kehadiran Tuhan yang diinterpretasi sebagai
pemberi rezeki dan pelindung mereka. Keyakinan akan keberadaan Tuhan
diekspresikan dalam sikap dan perilaku keagamaan tertentu. Ketiga, terjadi
pergeseran sikap dan perilaku keagamaan seiring nilai keagamaan diserap dan
dipahami sebagai pedoman hidupnya. Pergeseran tersebut di antaranya dapat
diamati dari praktik keagamaan yang dilakukan sebelum dan sesudah menjadi
Pekerja Seks Komersial (PSK).NIM.: 17105040038 Sukma Wahyuni2021-09-08T04:02:49Z2021-09-08T04:02:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44027This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/440272021-09-08T04:02:49ZPRAKTIK HIDUP ASKETIK AGAMA BUDDHA
(Studi terhadap Praktik Asketik dan Nekkhama Umat Buddha di Vihara Buddha Prabha Yogyakarta)Asketik merupakan suatu perilaku atau pola kehidupan yang meninggalkan kemelekatan terhadap kenikmatan duniawi dan materi. Paham perilaku ini memandang bahwa kemelekatan terhadap kehidupan dunia ini dapat membelenggu dan menjadi penghalang bagi manusia dalam mencapai tingkatan kehidupan yang suci. Atas dasar inilah hendaknya menolak keinginan-keingingan terhadap materi dan duniawi agar mencapai moral yang luhur. Akan tetapi perilaku seperti ini tidak semua orang didunia ini bisa melakukannya hanya orang-orang yang orientasi kehidupan nya relegius, Anggapan Seperti ini Dibenarkan Oleh Orang Yang Belum Memahami Nekkhama Dalam Agama Buddha Khususnya Di Vihara Buddha Prabha Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jalan asketis sebagai upaya Pengendalian Diri Agar Terbebas Dari Dukkha serta mengungkap bentuk relasi antar umat Buddha khususnya di vihara buddha prabha. Jenis penelitian ini merupakan field research atau penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara langsung terjun ke objek penelitian. Dalam penelitian ini Penulis Mengunakan Perspektif Richard Valantasis Tentang Asketisme Dan Dale Cannon Tentang Cara Beragama Guna Untuk Menganalisis Permasalahan Yang Ada.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Asketisme Dalam Agama Buddha dipahami sebagai salah satu cara yang mampu untuk membebaskan manusia dari belenggu hawa nafsu dan materi, hal ini didasari bahwa sebagian besar masalah hidup disebabkan oleh kemelekatan terhadap duniawi, manusia gampang menjadi marah, cemas, tamak, dan masalah hidup lainnya yang disebabkan oleh problema yang diakibatkan oleh masalah hidup di dunia.NIM. 15520014 PAIDILLAH2021-09-08T03:37:04Z2021-09-08T03:37:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44025This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/440252021-09-08T03:37:04ZAKULTURASI AGAMA HINDU DAN KEPERCAYAAN LOKAL
WAYAH KAKI PURA PEDALEMAN GIRI KENDENG, DESA
KLINTING, KECAMATAN SOMAGEDE, KABUPATEN BANYUMASDalam skripsi yang berjudul “Akulturasi Agama Hindu Dan Kepercayaan
wayah Lokal Wayah Kaki Pura Pedaleman Giri Kendeng” menfokuskan bahan
kajiannya pada bentuk akulturasi yang terjadi antara agama hindu kepercayaan
Lokal Wayah Kaki di dalam pura pedaleman giri kendeng. Tujuan dari penulisan
skripsi ini ialah supaya dapat mengetahui serta melacak sejauh mana
perkembangan kehidupan beragama dan bermasyarakat di desa klinting.
Masyarakat desa klinting yang mayoritas islam dan sisanya hindu percampuran
wayah kaki, disini dapat di lihat dari kehidupan beragama masyarakatnya maupun
bentuk pura pedaleman giri kendeng yang masih sangat terlihat sisa-sisa
kepercayaan wayah kaki di dalamnya.
Dalam penelitian ini menggunakan teori Koentjaraningrat tentang
akulturasi dan Pada pendekatan antropologi ini penulis menfokuskan untuk
menggunakan dua cabang ilmu yaitu, antropologi sosial dan antropologi agama.
Serta metode yang di pakai dalam penelitian ini ialah kualitatif yang
menggunakan tehnik pengumpulan data yang diperoleh dari beberapa nara sumber
terkait dengan bentuk akulturasi agama hindu dan kepercayaan lokal wayah kaki
pura pedaleman giri kendeng. Semua data dikumpulkan dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui jawaban
masalah di atas, penulis mengambil data menggunakan sumber data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap pimpinan,
pemangku adat, dan umat beragama di desa klinting, sedangkan data sekunder
diambil dari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian.
Berdasarkan dari penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa
bentuk akulturasi di pura pedaleman giri kendeng di antaranya adalah ; 1. Arca
semar di belakang pintu pura masuk madya mandala ( halaman tengah pura),
terdapat arca semar sang pepuden wayah kaki. 2. Candi atau palinggih panglurah
terletak di utama mandala sebagai tempat bersemanyam Tokoh semar yang sangat
dihormati bahkan seringkali dikeramatkan. 3. Pesucen, pesucen terletak di dalam
rumah, Di ruangan tersebut hanya terdapat sebuah meja tempat meletakan sesaji,
dan tikar sebagai alas duduk. Sebuah patung ganesha dan gambar semar di letakan
di atas meja, berdampingan dengan sesaji.NIM. 15520007 Rina Putri ZulikhaWati2021-09-07T06:23:14Z2021-09-07T06:23:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43943This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/439432021-09-07T06:23:14ZKEMATANGAN BERAGAMA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN MAULANA RUMI, SEWON, BANTUL,
YOGYAKARTAPondok Pesantren Maulana Rumi merupakan lembaga pendidikan yang berbasis
Islam tidak sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang sudah
mengalami perkembangan, karena kegiatan yang diadakan di Pondok Pesantren
Maulana Rumi lebih mendominasi dan lebih fokus pada kajian-kajian tasawuf.
Oleh sebab itu yang menjadi keunikan tersendiri bagi peneliti untuk mengangkat
kematangan beragama sebagai tema penelitianNIM: 14520037 Naufal Al Mahrosi2021-07-25T05:05:41Z2021-07-25T05:05:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43104This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/431042021-07-25T05:05:41ZPARADIGMA INTEGRASI ILMU PENGALAMAN UIN SUNAN KALIJAGAMateri ini disampaikan dalam Redesain Kurikulum AIK Prodi Ilmu Kebidanan UNISA Yogyakarta- Sekar Ayu Aryani2021-07-25T04:26:11Z2021-07-25T04:26:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43100This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/431002021-07-25T04:26:11ZMENJADI RELIGIUS TANPA HARUS SEKTARIANPidato Pengukuhan Guru Besar
Dalam Bidang Psikologi Agama
Disampaikan di Hadapan Sidang Senat Terbuka
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kamis, 27 Mei 2021- Sekar Ayu Aryani2021-07-23T07:44:21Z2021-08-02T05:36:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43081This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/430812021-07-23T07:44:21ZIMPLIKASI RELIGIOUS VALUES PADA SOCIAL ENTERPRENUERSHIP TERHADAP PERILAKU MANAJERIAL DI PERUSAHAAN AYAM GEPREK DAN SUSU (PREKSU) YOGYAKARTAWirausaha atau bisnis pada umunya dilakukan untuk merauk keuntungan
sebesar-besarnya. Berlomba-lomba mendapat laba yang tinggi, bukan menyelesaikan
permasalahan, namun memunculkan masalah-masalah baru. Kompetisi diantara para
pengusaha dalam mengembangkan bisnis nyatanya sudah melampaui batas kewajaran.
Segala cara dilakukan untuk menguasai arena kompetisi. Dimensi moral dan spiritual
rasanya tidak lagi menjadi ruang pengendali tindakan-tindakan para pengusaha. Social
enterprenuership hadir sebagai upaya penyelesaian masalah sosial melalui kegiatan
wiarausaha. Orientasi utama social enterprenuership adalah pada misi sosial, tidak lagi
berorientasi pada profit. Hal ini menarik minat peneliti untuk mengupas lebih dalam
mengenai penerapan social enterprenuership. Sistem ini menjadi trobosan baru dalam
dunia ekonomi. Kegiatan ekonomi tidak hanya digunakan sebagai ladang untuk
mencari materi saja, tapi juga digunakan sebagai media penyelesaian masalah sosial.
Berdasarkan uaraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan
social enterprenuership dan implikasinya terhadap perilaku manajerial karyawan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Sumber
data penelitian berasal dari sumber data primer, melalui observasi dan wawancara, serta
sumber data sekunder melalui kajian pustaka dan dokumentasi mengenai tema yang
sama. Analisis data dijabarkan secara deskriptif dengan pendekatan sosiologis. Penulis
berpedoman pada gagasan Gregory Dees untuk menjelaskan konsep social
enterprenuership. Teori Pertukaran Sosial Peter M Blau digunakan untuk mengkaji
implementasi nilai- nilai agama dan implikasi nilai-nilai Islam terhadap perilaku
manjerial karyawan.
Hasil penelitian ini memaparkan penerapan social enterprenuership di
perusahaan Preksu dilakukan melalui implementasi nilai-nilai agama Islam dalam
sistem kerja dan tata aturan perusahaan. Social enterprenuership di perusahaan Preksu
mempunyai beberapa program yaitu shalat tepat waktu dan berjama’ah, tadarus AlQur’an
sebelum memulai pekerjaan, berpenampilan syar’i, kajian Islam setiap hari
jum’at, menghadirkan suasana Islami di setiap outlet, mengadakan promo gratis makan
dan minum bagi konsumen yang puasa sunnah senin/kamis dan membaca surat AlKahfi,
dan
mengadakan
bakti
sosial
untuk
pihak-pihak
yang
membutuhkan.
Nilai-nilai
Islam
memberi
implikasi
terhadap
perilaku
manajerial
karyawan
berupa
peningkatan
ketaqwaan.
Karyawan yang rajin ibadah serta religiusitasnya tinggi mendapat
pengahargaan lebih baik dari pimpinan maupun karyawan lain.NIM.: 16540030 Muhammad Sahrul Khirom2021-07-23T02:43:55Z2021-07-23T02:43:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43046This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/430462021-07-23T02:43:55ZNASRANI DALAM AL-QUR’AN (Kajian Dengan Semantik Toshihiko Izutsu)Historisitas kata Nasrani menunjukkan adanya dua pendapat yang masyhur
mengenai asal-usul kata Nasrani, yakni Ans}a>r Allah (penolong Allah) dan Kota
Nazareth. Berbeda dengan kota Nazareth yang kerap kali disebutkan, singgungan
relasi Ans}a>r Allah dan Nasrani memiliki porsi lebih sedikit dalam beberapa literatur.
Dengan menggunakan semantik Toshihiko Izutsu, penulis akan menganalisis tentang
makna dasar dari kata Nasrani. Analisis selanjutnya merupakan analisis sintagmatik
dan paradigmatik mengenai bagaimana sejatinya Nasrani dijelaskan dalam al-Qur’an,
apakah benar adanya relasi antara Nasrani dan Ans
}a>r Allah. Analisis selanjutnya akan
membahas mengenai dinamika perkembangan kata Nasrani melalaui pencarian
makna sinkronik dan diakronik. Analisis ini diperlukan melihat adanya perbedaan
pendapat mengenai padanan kata Nasrani yang kini lebih umum digunakan yakni
Kristen.
Nasrani dalam al-Qur’an disebutkan secara implisit dan eksplisit. Ayat-ayat
yang menjelaskan Nasrani secara eksplisit menggunakan beberapa kata, diantaranya
yakni nas}a>ra>, nas}ra>ni>, h}awa>riyyu>n, ahl al-kita>b, dan ahl al-inji>l. Variasi kata di atas
disebutkan sebanyak 48 kali dalam al-Qur’an. Sedangkan penyebutan Nasrani secara
implisit dalam al-Qur’an terdapat dalam beberapa ayat yang menyinggung persoalan
keyakinan Nasrani. seperti halnya ayat yang membahas tentang s
\a>lis
\u s
\ala>s
\ah (tiga
dari yang tiga). Selain itu al-Qur’an menggunakan tiga macam konteks ayat ketika
menyinggung Nasrani, yakni ayat bernada positif, negatif, dan netral. Nasrani dalam
al-Qur’an. Penelitian mengenai Nasrani ini merupakan penelitian yang berbasis pada
kepustakaan (library research), dengan menggunakan metode deskriptif analitik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata Nasrani lebih merujuk pada kata
Nazareth, yakni sebuah kota yang merupakan tempat dilahirkannya Nabi Isa dan
darinya Nabi Isa mendapat julukan Isa an-Na>s}iri
>. Melalui analisis sintagmatik penulis
menemukan bahwa kata Nasrani memiliki makna dasar orang-orang dari Nazareth.
Dalam menganalisis makna relasional Nasrani ditemukan bahwa kata-kata kunci yang
meliputi Nasrani dalam al-Qur’an adalah Qissi
>si>n, Ruhba>n, Yahu>di, Isa>, H{awa>riyyu>n,
Inji>l, Ahl al-Kita>b, dan S|a>lis
\u S|ala>s
\ah. Analisis sinkronik dan diakronik kata Nasrani
menjelaskan bahwa pada masa pra Qur’anik kata Nasrani lebih mengacu pada para
pengikut Nabi Isa dan Injil, mendekati periode Qur’anik Nasrani lebih mengacu pada
para golongan yang mengikuti Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada masa pasca
Qur’anik Nasrani terbagi menjadi beberapa golongan dan sekte, golongan tiga
terbesar adalah Gereja Kristen Ortodoks, Gereja Kristen Katolik, dan Gereja Kristen
Prostestan. Weltanscahuung terhadap kata Nasrani dalam al-Qur’an merujuk pada
konsep karakterisitik para pengikut Nabi Isa yang dijelaskan dalam dua ranah teologi
dan sosial. Dalam ranah teologi dijelaskan bahwa Nasrani merupakan sekelompok
kaum yang mulanya mengikuti ajaran Nabi Isa, namun sepeninggal Isa Nasrani
banyak melencengkan ajaran-ajaran Isa.NIM.: 16530027 Udzlifatul Chasanah2021-07-22T10:33:44Z2021-07-22T10:33:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43026This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/430262021-07-22T10:33:44ZFKUB DAN STRATEGI BINA DAMAI (STUDI ATAS HUBUNGAN ANTARAGAMA DI DESA PEJAMBON, KECAMATAN NEGERI KATON, KABUPATEN PESAWARAN, LAMPUNG)Kerukunan umat beragama di desa Pejambon sudah ada sejak lama, hal ini
ditandai dengan berdirinya Vihara Buddhagaya tahun 1970 yang menandakan
adanya interaksi antarumat beragama di desa Pejambon, seiring perkembangan
zaman terdapat beberapa masalah yang lambat laun mengancam kerukunan
tersebut. Berdirinya FKUB Kabupaten Pesawaran yang baru sekitar satu dekade
terakhir menjadi garda depan dalam menjaga kerukunan umat beragama di
kabupaten Pesawaran. Penelitian ini secara khusus menyoroti bagaimana strategi
yang dilakukan oleh FKUB Pesawan dalam menjaga kerukunan umat beragama
berdampak juga di desa Pejambon. Adapaun strategi tersebut tertuang kedalam
beberapa program dan kegiatan dalam sebuah konsep yang bernama strategi binadamai.
Untuk mengetahui strategi FKUB dalam menjaga kerukunan umat
beragama di kabupaten Pesawaran dan secara khusus di desa Pejambon, maka
penelitian ini menggunakan hasil dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Penelitiann ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan
sosiologis dan metode yang digunakan adalah data deskriptif analisis. Deskripsi
membahas bagaimana kondisi keberagaman yang ada di kabupaten pesawaran dan
khususunya di desa pejambon dengan menggunakan indikator kerukunan umat
beragama yang dirilis oleh Kemenag, selain itu juga akan membahas profil FKUB
Pesawaran dan kegiatan-kegiatan yang telah atau sedang dilaksanakan. Analisisnya
termasuk bagaimana implementasi dari strategi bina-damai yang dilakukan oleh
FKUB Pesawaran dalam menjaga kerukunan umat beragama dengan menggunakan
teori struktural fungsional dan Strategi Manajemen SDM (jangka pendek,
menengah dan panjang) dan terakhir untuk menganalisis sejauh mana keberhasilan
strategi itu diimplementasikan.
Hasil dari penelitian ini pertama, kondisi keberagamaan yang ada di
kabupaten pesawaran secara umum memiliki masyarakat yang plural, mulai dari
suku,budaya dan juga agama. Hal ini juga ditemukan dalam masyarakat desa
Pejambon. Kedua, implementasi strategi bina-damai yang dilaksanakan oleh FKUB
Pesawaran belum berjalan maksimal, adapun beberapa hambatan seperti minimnya
SDM, ketidak aktifan pengurus sampai anggaran yang minim. Hal ini berdampak
pada desa Pejambon yang belum secara masif merasakan kehadiran FKUB
Pesaawaran. Dari pada itu disatu sisi kerukunan umat beragama di desa pejambon
masih terjaga sampai sekarang, ini dibuktikan dengan indikator-indikator seperti
toleransi, saling menghargai, menghormati, kesetaraan dan bekerjasama dalam
kehidupan masyarakat bangsa dan negara, selain itu ditemukan indikator lain yaitu
rasa kekeluargaan.NIM.: 16520039 Ahmad Makmun Khodori2021-07-22T10:29:44Z2021-07-22T10:29:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43031This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/430312021-07-22T10:29:44ZGERAKAN SOSIAL BERBASIS AGAMA: STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN HOS TJOKROAMINOTO DAN HADJI AGUS SALIMGerakan sosial berbasis agama merupakan gerakan sosial yang membawa
nilai normatif agama untuk dijadikan fondasi dalam melakukan gerakan sosial
kemasyarakatan. Di Indoensia, satu dekade terakhir dapat disaksikan tumbuh
pesatnya gerakan sosial berbasis agama. Namun, agama yang seharusnya menjadi
pemersatu tetapi keadaan saat ini yang tersaji dikotomi atau polarisasi ummat,
politik akomodatif dan justifikasi antar golongan yang berdampak pada klaim
kebenaran dan perpecahan antar ummat. Tokoh HOS Tjokroaminoto dan Hadji
Agus Salim diambil untuk diteliti karena banyak buah pikirnya telah berdampak
besar terhadap gerakan sosila pada masanya dan telah mengorbitkan banyak
pemikir yang tajam dan gigih dalam berjuang. Penelitian kepustakaan (Library
Research) menjadi jenis penelitian ini. Pengumpulan data primier dan sekunder
ditempuh upaya mendapatkan informasi tentang gerakan sosial berbasis agama
yang dikonstruksi oleh HOS Tjokroaminoto dan Hadji Agus Salim. Untuk
memahami secara mendalam tentang gerakan sosial, teori Kuntowijoyo dengan
gagasan Sosial Transformatif yang kemudian bertransformsi menjadi sosial
profetik, kemudian pengolahan data yang digunakan adalah metode komparatif
dan analis. Secara garis besar, pemikiran kedua tokoh tersebut memiliki
persamaan dan perbedaan. Antara Tjokro dan Salim sepakat bahwa Tauhid atau
Monotheisme menjadi titik awal gerak setiap manusia. Monotheisme juga
dipahami sebagai persatuan umat manusia untuk mempercayai satu pencipta yang
telah menciptakan jagat raya, yakni Allah. Akan tetapi, mereka memiliki
perbedaan tentang tafsir monohumanisme atau persatuan umat. Bagi Tjokro,
untuk menciptakan monohumanisme, manusia harus menyakini tauhid sebagai
suatu yang mutlak, tauhid juga harus menjadi alasan manusia dalam setiap
melakukan tindakan manusia. Sedangkan Bagi Salim, pada dasarnya setiap
pemikiran manusia variatif, ia mengembalikan semuanya kepada kemampuan
manusia secara hakikat. Ia paham kemajemukan manusia, sehingga tidak akan
cukup jika hanya satu partai untuk menyatukan rakyat, banyak partai tidak akan
bermasalah jika mempunyai visi dan misi bersama.NIM.: 16520018 Moh Anshory Lubis2021-07-22T05:20:37Z2021-07-22T07:20:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43014This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/430142021-07-22T05:20:37ZRevising the Religious Harmony Hoax, Dialogue Compaign, and Resolution Conflict in Mailiana's Tragedy in Tanjung Balai, IndonesiaThis study examines the religious dis-harmony in Tanjung Balai, North Sumatra,
Indonesia. It focuses on a phenomenon where a muezzin imprisoned a non-Muslim
who protested the loudspeaker of the mosque, which is popularly called Meiliana
tragedy. Using qualitative methods with a case study approach, the data are
collected through in-depth interviews, observation, and documentations. The result
has shown that diversity can be constraint so long as it is not managed adequately.
Consequently, the social conflict emerges between local people. This study
confirms that the conflict was caused by the deployment of hoax. This becomes
problematic as it is not managed well. To solve the problem, the truly and honest
dialogues among conflicting parties are needed. In addition, religious harmony
requires appropriate policies while giving trust to grassroots to solve their problems.
The state apparatus can be supervisor and mediator for ceasing the social and
religious conflicts.- Hamdan Daulay- Lathiful Khuluq2021-06-19T02:38:23Z2021-06-19T02:38:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42503This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/425032021-06-19T02:38:23ZTerorisme Dan Perdamaian Dalam Islam (Landasan Islam Tentang Masyarakat Tanpa Kekerasan)Perbincangan tentang terorisme (khususnya yang dikaitkan dengan Islam) seakan tak pernah sepi semenjak terjadinya kasus pengeboman World Trade Center New York pada 11 September 2001 dan Bom Bali pada 12 Oktober 2002 yang dikaitkan dengan jaringan al-Qaidah dengan tokohnya Osama bin Laden. Meski terorisme sendiri sudah terjadi jauh sebelum kasus-kasus tersebut, namun sejak dua kejadian tersebut wacana tentang terorisme menjadi bagian dari wacana politik internasional ketika berhubungan dengan dunia Islam. Berbagai kasus terorisme yang terkait dengan Islam seakan menjadi pembenaran atas tesis Samual Huntington mengenai konflik peradaban. Istilah "terorisme" seringkali dikaitkan dengan tindakan kelompok-kelompok agama yang berparadigma ekstrimisme dengan jalan melakukan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Meskipun tidak hanya terkait umat Islam, namun berbagai kasus terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstrim di kalangan umat Islam telah menjadikan istilah terorisme tersebut secara salah kaprah diidentikkan dengan kekerasan oleh umat Islam. Ketika negara-negara Barat mengungkapkan tentang isu terorisme, maka ungkapan itu akan tertuju pada jaringan al-Qaidah yang berasal dari kalangan umat Islam. Amerika bahkan pernah menuduh Indonesia yang memiliki pengikut muslim terbesar di dunia sebagai sarang teroris.- Ahmad Baidowi2021-06-18T22:04:08Z2021-06-18T22:04:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42499This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/424992021-06-18T22:04:08ZAkar-akar Teologi Perdamaian dalam IslamTulisan ini berupaya untuk mengedepankan seberapa jauh teologi harus' berperan dalam upaya membumikan pesan-pesan perdamaian yang di mana-mana didengung-dengungkan oleh para muballigh tersebut. Masalah pokok yang harus selalu diupayakan jawabannya adalah bagaimana menciptakan garis penghubung antara idealitas yang normatif dengan realitas faktual? Tanpa adanya garis hubung yang bisa mendekatkan kedua hal ini mungkin yang akan terjadi adalah idealitas hanya akan menjadi utopia dan realitas akan berjalan tak terkendali.- Ahmad Baidowi2021-04-01T06:43:46Z2022-05-25T07:53:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42220This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/422202021-04-01T06:43:46ZKOMODIFIKASI NILAI AGAMA DALAM IKLAN TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIK PADA IKLAN POND’S)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, serta menjelaskan makna tanda-tanda komodifikasi nilai agama dari tayangan iklan televisi Pond’s White Beauty Facial Foam versi “#bersihkanragumu untuk coba hal baru dan #lihathasilnya”. Penelitian dilatarbelakangi oleh banyaknya iklan-iklan televisi di Indonesia yang mengandung unsur agama. Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia, tentu memiliki potensi pasar muslim yang cukup besar. Simbolitas yang dipresentasikan dalam iklan-iklan tersebut mengidentifikasikan adanya komodifikasi agama, yakni pemanfaatan nilai agama khususnya agama Islam demi memperoleh keuntungan.
Penelitian ini menggunakan landasan teori konstruksi realitas sosial dan komodifikasi agama. Adapun jenis penelitiannya, termasuk analisis isi kritis dengan pendekatan kualitatif. Analisis yang digunakan yaitu semiotika Charles Sander Pierce. Iklan televisi pond’s ini merupakan sumber data primer, sementara data pendukungnya diperoleh dari buku-buku, jurnal, media massa, dan literature lain yang relevan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang diperoleh dari iklan tersebut.
Kesimpulan dalam penelitian ini, iklan tersebut menunjukkan adanya praktik komodifikasi nilai agama. Iklan pond’s yang sebelumnya tidak menggunakan unsur agama sebagai komoditi yang ditonjolkan, namun kini mengalami pergeseran, dimana melalui tayangan iklan televisi Pond’s White Beauty Facial Foam versi “#bersihkanragumu untuk coba hal baru dan #lihathasilnya”, nilai-nilai agama berupa busana muslim dan akhlak dalam keluarga dijadikan komoditi, sehingga produk yang ditawarkan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Pengubahan tersebut semata-mata digunakan untuk memperoleh keuntungan finansial sebesar-besarnya.NIM.: 16210011 Annisa Hidayati2021-02-26T16:13:03Z2021-10-25T12:27:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42042This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/420422021-02-26T16:13:03ZEVALUASI NILAI-NILAI PANCASILA PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 -PNPS-1965 TENTANG PENCEGAHAN PENODAAN AGAMAMuatan UU
Nomor 1/Pnps/1965 tentang Pencegahan dan/atau Penodaan Agama tidak
bertentangan dengan muatan nilai dan asas Pancasila. Sebaliknya, Undang�undang tersebut sesuai dengan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan nilai
Pengayoman. Selain itu, Undang-undang ini sesuai dengan asas-asas yang
terkandung di dalam Pancasila.- Makhrus- Ahmad Bahiej,- Riyanta- Tomtowi2021-02-08T19:53:18Z2021-10-25T07:30:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41974This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/419742021-02-08T19:53:18ZKiai and Islamic Moderation (A Study of Kiai's Roles in Building Islamic Moderation and their Effects on The Integrity of The Republic of Indonesia and Pancasila in Tasikmalaya 1945-1950)This article elaborates the significant roles of two kiai in Tasikmalaya during the Physical
Revolution in 1945-1950 to build Islamic moderation and their influences on the integrity of
the Republic of Indonesia and Pancasila as State Philosophy of this republic. The two kiai were
Kiai Abdullah Mubarok, also known as Abah Sepuh, the leader of the Suryalaya Islamic
Boarding School and Kiai Rukhiyat, the leader of the Cipasung Islamic Boarding School. They
responded to two extreme socio-political movements threatening the integrity of the Republic
of Indonesia and Pancasila as the State Philosophy. First, the Military Aggression by the Dutch
and their allies to recolonize Indonesia after the Proclamation of Indonesia’s Independence in
1945-1948. Second, the DI/TII socio-political movement led by Kartosuwirjo, proclaiming the
Islamic State of Indonesia (NII) on August 7, 1949 in Tasikmalaya. In terms of the responses
to the two movements, both kiai rejected and opposed them for they preferred to maintain the
integrity of the Republic of Indonesia and uphold Pancasila as the State Philosophy of the
Republic of Indonesia. The rejection of these two kiai is a manifestation of Islamic moderation.
In fact, kiai in Tasikmalaya had a significant role in building Islamic moderation and defending
the Republic of Indonesia from being recolonized by the Dutch in Indonesia and the integrity
of Pancasila from being undermined by DI/TII. Second, the fact that kiai had significant roles
and influences has positioned the kiai in Tasikmalaya not only as a leader of Islamic boarding
school and a central figure in a society, but also as a leader in national movement who was
directly involved in national struggle during the physical revolution.- Nurul Hak2021-02-07T13:06:44Z2022-01-02T05:41:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41965This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/419652021-02-07T13:06:44ZPembinaan Keagamaan Terhadap Jamaah Pengajian MTQ (Majelis Ta'lim Al-Qur'an) Pada Masa Pandemi Covid-19 di Srimulyo Piyungan BantulProgram pengabdian ini bernama Pembinaan Keagamaan Terhadap Jamaah Pengajian
MTQ (Majelis Ta’lim Al-Quran) Pada Masa Pandemi Covid 19 Desa Srimulyo Kecamatan
Piyungan Kabupaten Bantul. Bahwa kebijakan pembatasan pergerakan manusia telah
merubah banyak hal, termasuk pembinaan keagamaan terhadap anggota jamaah pengajian
MTQ. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali pada Kamis Malam
“malam Jumat”. Seperti lazimnya pembinaan, posisi pembina dan materi yang sudah
disesuaikan dengan situasi dan kondisi terkini, menjadi faktor penentu tingkat
keberhasilannya. Pembinaan keagamaan pada masa pandemi yang dilaksanakan secara
online ini masih membuka celah kekurangan yang harus ditutup dengan aspek-aspek lain
dalam pelaksanaannya.
Untuk menjembatani kekurangan yang ada, maka seluruh peserta diajak untuk membuat
ilustrasi dan beberapa contoh praktik yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Nara
sumber kemudian memotivasi peserta untuk terus belajar di lingkungannya sendiri-sediri.
Langkah ini menjadi inovasi untuk mengisi celah dan kekurangan dari harapan peserta.
Kegiatan ini sudah selesai dilaksanakan, dan hasilnya sudah dirasakan manfaatnya oleh
peserta, terutama pilihan materi yang menekankan aspek-aspek yang sifatnya aplikatif.
Penekankan untuk membangun kesadaran kolektif dan tindakan bersama dalam lingkup
kecil pada jamaah pengajian yang menjangkau seluruh aspek kehidupan tetap dipandang
penting. Lahirnya kebiasaan baru harus terus dijalankan dengan tetap mengacu pada
pembatasan pergerakan manusia. Inovasi pembinaan keagamaan ini sebagai upaya agar
kegaiatan keagamaan di masyarakat tidak mengalami kekosongan. Dengan tetap
mengedepankan protokol kesehatan, pembinaan keagamaan harus tetap berjalan
sebagaimana biasa, hanya saja bedanya dijalankan dengan menggunakan media sosial.
Meski dengan berbagai keterbatasan, kegiatan ini sudah dirasakan manfaatnya oleh peserta
yang terlibat aktif dalam kegiatan- Khoiro Ummatin2021-02-05T07:43:29Z2021-06-21T03:30:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41961This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/419612021-02-05T07:43:29ZHubungan Agama dan Negara Dalam Negara PancasilaDalam abstrak artikelnya, penulis menjelaskan hubungan agama dan negara di Indonesia sebagaimana pandangan mainstream yang ada yakni bukan negara agama dan bukan negara sekuler. Relasi keduanya saling membutuhkan dan bersimbiosis.
Menurutnya, Indonesia menetapkan sila pertama Pancasila sebagai spirit keagamaan termasuk kepercayaan di dalamnya. Spirit yang dia maksudkan ialah memberi ruh kepada kehidupan berbangsa dan bernegara.Namun sebagai standar penulisan abstrak jurnal seharusnya isinya menerangkan pokok
kajian, metode yang digunakan, dan hasil. Abstrak yang disajikan penulis baru sebatas menjelaskan secara esensi dari pokok kajian.- Nurainun Mangunsong [ Reviewer]- Budiyono2021-02-04T05:21:53Z2022-01-02T05:36:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41945This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/419452021-02-04T05:21:53ZMODERASI ISLAM DAN KEBEBASAN BERAGAMA PERSPEKTIF MOHAMED YATIM & THAHA JABIR AL ALWANIBahan utama buku ini adalah hasil terjemahan karya dua tokoh yang berbeda, yakni karya Prof. Mohamed Yatim yang berjudul al-Wasathiyyah wa al-I'edal Mm Ahli Istirājryyah Lisä'äb Fikrat al-Ghuli wa al-Tatharruf (Beirut: al-lntisyår al-Arabi, 2011), dan karya Prof. Thaha Jabir al-Alwani yang berjudul La Ikrâha fi al-Din: Isyhaleyat al-Riddah tea al-Murtaddin men Shadr al Islam Hatta al-Yaum (Kairo: Maktabah al-Syuruq al-Dawliyal, 2003), dengan konteks penulisan yang berbeda pula. Namun karena ada benang merah yang menghubungkan kedua karya mereka, saya memberanikan diri untuk menyandingkan agar menjadi satu buali tulisan buku yang sama-sama merespons isu aktual keberagamaan masyarakat Muslim dunia dan Indonesia. Isu-isu seperti radikalisme, terorisme, dan intoleransi, sedang hangat dilicarakuti karena dicintai telah mengancam kelangsungan tatanan hidup bersama yang penuh diwarnai kerukunan dan perdamaian. Isu-isu tersebut juga dianggap menciderai ajaran luhur ugarmia yang mengajak para pemeluknya untuk menebar kebaikan dan berjuang mewujudkan kemaslahatan hidup umat manusia- Mahmud Arif2021-02-02T23:20:42Z2021-06-21T02:48:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41926This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/419262021-02-02T23:20:42ZRELIGIOUS MODERATION IN THE TRADITION OF CONTEMPORARY SUFISM IN INDONESIAThis is the picture of religious moderation in the development and tradition of Sufism, which can be concluded that Sufism develops in various streams of tarekat in Indonesia, presenting religious life with patterns that are: 1) neo-sufism in the development of religious thought, 2) accommodating in socio-political activities. , and 3) acculturative in socio-cultural behavior.- Dudung Abdurahman2021-01-22T18:47:54Z2021-10-24T23:04:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41888This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/418882021-01-22T18:47:54ZPERSPEKTIF ULAMA KUPANG TENTANG NEGARA-BANGSA: Politik Identitas dan Toleransi yang TergangguTulisan ini mencoba untuk melihat bagaimana persepsi
dan sikap ulama kota Kupang terhadap pertanyaan-pertanyaan
di atas. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 35 ulama dan
interview mendalam dengan sebelas ulama di kota Kupang, tulisan ini berargumen bahwa mayoritas ulama Kupang
menunjukkan penerimaan terhadap Negara-bangsa. Namun,
menarik untuk dicatatat bahwa penerimaan tersebut diwarnai
dengan negosiasi serta reservasi dalam berbagai aspek yang
bisa ditarik pada konteks politik dan dinamika keagamaan baik
pada level lokal maupun nasional, yang terpenting diantaranya
adalah relasi Muslim dan non-Muslim- Ro'fah2021-01-22T18:25:29Z2021-10-24T23:16:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41887This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/418872021-01-22T18:25:29ZPROYEKSI MODERASI BERAGAMA DI INDONESIAUntuk mewujudkan kehidupan yang hamonis antar umat beragam di Indonesia, setiap warga negara harus memiliki pemikiran yang moderat yaitu respek terhadap orang beda agama dan mengakui keberadaan orang lain. Moderasi beragama memiliki proyeksi menuju kehidupan yang harminis, rukun dan damai antar umat beragama dengan prinsip, Inklusif : Masyarakat yang terbuka dalam menghadapi perbedaan dan keragaman. Moderat : umat
yang tengah, tidak ekstrim, adil dan berimbang. Toleran : menghargai perbedaan agama. Equality : persamaan dihadapan hukum. Peace : menuju masyarakat yang damai. Berangkat dari beberapa kasus intoleran dan konflik sosial keagamaan yang berbasis agama, negara Indonesia perlu untuk
memasyarakatkan moderasi beragama. Sebab, dengan sikap moderat dalam beragama akan bisa tercapai kerukunan antar umat beragama. Untuk menciptakan kerukunan umat beragama, moderasi beragama harus dijadikan sebagai life style bagi warga negara Indonesia dalam kehidupan sosialnya. Aksi nyata moderasi beragama adalah mengakui keberadaan agama yang
berbeda.- Zainudin2021-01-17T03:18:47Z2021-01-17T03:18:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41866This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/418662021-01-17T03:18:47ZAGAMA DI RUANG PUBLIK (TELAAH ATAS PEMIKIRAN JURGEN HABERMAS)Pandangan Habermas tentang kedudukan dan peran agama dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, transformasi agama ke dalam argumentasi-argumentasi politik dianggap selesai pada tataran ruang publik informal. Kedua, warga negara religius diperkenankan untuk berpartisipasi di dalam debat publik, namun pada saat yang sama meninggalkan bahasa-bahasa keagamaan. Ketiga, Mempertimbangkan pengaruh semantik, Habermas menegaskan bahwa argumentasi-argumentasi religius dapat memiliki sebuah pengaruh semantik tentang persetujuan pada akhir dari perdebatan.- Nurmahni2021-01-08T03:03:00Z2021-01-08T03:03:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41685This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/416852021-01-08T03:03:00ZPeranan Media Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Fiqih terhadap Minat Belajar Siswa di Kelas II MTs Ibnul QoyyimRIA KURNIATI. Peranan Media Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Fiqih terhadap Minat Belajar Siswa di Kelas II MTs Ibnul Qoyyim Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2005
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang peranan media pembelajaran dalam mata pelajaran fiqih di kelas II MTs Ibnul Qoyyim Yogyakarta. Hasil penalitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai acuan untuk memberdayakan guru secara maksimal serata melengkapi media pembelajaran yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi di MTs Ibnul Qoyyim Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan maka terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna tersebut kemudian ditarik kesimpulan Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi yang hanya meggunakan dua modus saja yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan ist suatu dokumen yang berkaitan
Hasil penelitian menunjukkan (1) Penggunaan media pembelajaran tidak hanya terbatas pada satu jenis media saja, melainkan media media pembelajaraan yang digunakan dalam pelajaran fiqih adalah papan tulis, televisi, video atau VCD dan pemanfaatan sumber belajar di perpustakaan Masing-masing media tersebut disesuaikan dengan materi dan metode yang diberikan kepada siswa (2) Peranan media pembelajaran dalam membangkitkan minat belajar siswa adalah dengan bantuan media dapat memperjelas pesan dan informasi, media menyeragamkan persepsi dan pemahaman siswa supaya tidak ada kesalahan dalam menerima pesan guru, memberikan pengalaman belajar secara langsung, selain itu media juga dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.NIM 00410024 Ria Kurniati2020-12-01T21:09:35Z2020-12-01T21:09:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41488This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/414882020-12-01T21:09:35ZCOVID-19 DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAANSejak awal munculnya covid 19 di berbagai belahan dunia berbagai macam persoalan muncul di tengah masyarakat, yang menuntut perlunya sentuhan kelimuan dakwah di dalamnya. Seorang ilmuan tidak cukup hanya berdebat dan berdiskusi di kampus semata terkait covid 19 ini, namun perlu turun ke tengah-tengah masyarakat untuk bisa memahami kondisi dan situasi masyarakat serta menghadirkan solusi bagi penyelesaian masalah. Apalagi ilmuan yang bergerak dalam bidang dakwah tentu tuntunan demikian lebih kuat lagi. Dalam rangka itulah buku ini hadir ke hadapan para pembaca untuk memberikan beberapa jawaban, respon atau solusi bagi berbagai macam problem covid 19 yang muncul di masyarakat. Semua tulisan dalam buku ini merupakan hasil pikiran, ide, penelitian, olah data, dan observasi lapangan yang dilakukan oleh para penulisnya. Sehingga diharapkan sedikit banyak bisa memberikan tambahan bacaan dan bahkan ilmu bagi para pembaca semuanya dalam menghadapi pandemi covid 19. Berikut adalah narasi keilmuan dari 11 tulisan yang ada di buku ini.- Irsyaddunas [editor]- Hamdan Daulay, dkk.2020-11-22T04:36:53Z2020-12-31T15:43:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41306This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/413062020-11-22T04:36:53ZDAMPAK STRATEGI BERTAHAN HIDUP TERHADAP AKTIVITAS KEAGAMAAN RUMAH TANGGA PETANI (Studi Perubahan Sosial di Desa MertapadaBerlangsungnya kegiatan pembangunan dan modernisasi di pedesaan mendorong terjadinya perubahan sosial secara dramatis dan masif Memilih secara dramatis dan masif berarti sebagian besar orang di desa akan mengikuti proses perubahan sosial tersebut seperti berpindah pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Akan tetapi di sisi lain, ada sebagian orang di desa yang tetap bertahan pada pekerjaan lamanya, yaitu bertan. Dalam hal ini, sebagian orang tersebut mempunyai strategi tersendiri dalam merespon proses perubahan sosial Dari bagaimana sebagian orang tersebut menangani masalah yang muncul akibat perubahan sosial sampai bagaimana sebagian orang tersebut bertahan dalam kehidupannya sehari-hari, Duantaia yang masih terlihat bertahan terhadap perubahan sosial dan mempunyai strategi tersendiri adalah para rumah tangga petani di Desa Mertapada Wetan, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Berangkat dari alasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami gambaran strateg bertahan hidup (survival strategy) rumah tangga petani terhadap perubahan sosial di Desa Mertapada Wetan serta dampaknya terhadap aktivitas keagamaan. Jenis metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik, yaitu penelitian yang menyajikan gambaran yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan hubungan yang terdapat dalam penelitian. Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan pada riset ini adalah tehnik observasi dan wawancara terpimpin. Hasil kajian menemukan gejala sebagai berikut, yaitu petani di Desa Mertapada Wetan mengupayakan strategi dalam bertahan hidup atau menyelesaikan masalah rumah tangga antara lain: (a). Mengoptimalisasi Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam satu rumah tangga, (b). Melakukan penghematan terhadap pengeluaran anggaran rumah langga, dan (e). Memanfaatkan jaringan sosial dan keagamaan yang terdapat di Desa Mertapada Wetan. Sedangkan untuk jawaban yang kedua adalah strategi bertahan hidup terhadap aktivitas keagamaan berdampak positif bagi sebagian besar rumah tangga petani di Desa Mertapada Wetan karena para petani dapat mengambil manfaat Yakni, memanfaatkan jaringan yang melakukan aktifitas keagamaan, berupa pengajian berkala, untuk saling tolong-menolong dalam permasalalan rumah tangga.NIM. 00540109 Moh. Eko Tamlikho2020-11-19T15:40:43Z2020-12-31T09:03:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41293This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412932020-11-19T15:40:43ZKEBUDAYAAN DAN AGAMA DALAM KONTEKS INDONESIA MENURUT MUSA ASY'ARIEJudul penelitian ini adalah Kebudayaan dan Agama Dalam Konteks Indonesia Menurut Musa Asy'aric. Pokok pembahasan dalam penulisan ini terfokus pada bagaimana konsep kebudayaan menurut Musa Asy'arie, serta bagaimana hubungan antara konsep kebudayaan menurut Musa Asy'arie dengan doktrin agama. Adapun tujuan penulisan ini adalah, berusaha mengetahui secara pasti tentang bagaimana konsep kebudayaan menurut Musa Asy'arie, serta hubungan antara kebudayaan dan agama menurut Musa Asy'arie. Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini terbagi menjadi dua yakni primer dan sekunder. Data primer yang digunakan adalah tulisan Musa Asy'arie tentang kebudayaan dan agama dalam buku Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Alquran. Adapun data sekunder adalah tulisan Musa yang terkait dengan tema pembahasan serta buku-buku lain yang relevan dengan penulisan ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah literatur-research, yakni penulisan yang terfokus pada satu data primer, adapun data sekunder digunakan sebagai pendukung Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-analitis dengan paradigma logis. Objek penelitian ini adalah kebudayaan menurut Musa Asy'arie, adapun teknik yang digunakan dalam pembahasan ini menggunakan metode analisis data dan interpretasi data. Dalam konteks al-Qur'an menurut Musa Asy'arie, kebudayaan merupakan aktifitas manusia yang disebut sebagai amal dalam mewujudkan eksistensi kemanusiaannya. Manusia sebagai pembentuk kebudayaan berperan sebagai khalifah-abd sekaligus insan-basyar, Dalam kebudayaan manusia mempunyai hubungan kreatif etis dengan Tuhan. Agama mengajarkan pada manusia untuk melakukan perbuatan baik, dengan demikian agama memberikan motivasi pada manusia dalam melakukan aktifitasnya, sekaligus sebagai landasan pokok dalam aktifitas budaya. Dengan amal manusia telah membentuk kebudayaan, dalam aktifitas budaya inilah kualitas manusia dapat diuji sebagai khalifah sekaligus sebagai abd. Hubungan kreatif-etis antara manusia dengan Tuhan dalam kebudayaan membentuk ciri khusus pada manusia sebagai teo-antroposentris yang menunjukkan keterikatan teratur antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam, dimana kesemuanya melekat erat pada mekanisme kerja akal. Mekanisme kerja akal merupakan kerjasama aktif antara kerja otak dan hati nurani atau qalbu.NIM. 00520404 Umar Faruq2020-11-18T21:05:54Z2020-11-18T21:05:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41287This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412872020-11-18T21:05:54ZHUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA SMA DI D.I JOGJAKARTAPada masa remaja, perkembangan seksual yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis. Perkembangan seksual ini dipengaruhi oleh religiusitas seorang remaja dan interaksinya dengan lingkungan sekelilingnya. Penelitian yang berjudul "Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Perilaku Seksual Pada Siswa Sekolah Menengah di DI Jogjakarta" ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara tingkat religiusitas dan penyimpangan perilaku seksual. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Sampel diambil dari masing-masing 2 kelas yang dipilih secara acak (random). Subyek penelitian sebanyak 121 orang dengan jeis kelamin laki-laki. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis regresi dengam menggunakan program statistik SPSS 13.0 for windowsR. Hasil penelitian tingkat korelasi sebesar -03,51 dan probabilitas 0,000 pada tingkat probabilitas 0,05 (R=-0,351; p>0,05), menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara religiusitas dan penyimpangan perilaku seksual. Korelasi negatif berarti semakin besar tingkat religiusitas yang dimiliki oleh para siswa maka akan semakin rendah tingkat penyimpangan seksual yang dimiliki oleh para siswa sekolah menengah dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas yang dimiliki para siswa maka akan semakin tinggi tingkat penyimpangan seksual yang dimiliki oleh para siswa sekolah menengahNIM. 00520116 Novius Sulindra2020-11-18T12:13:51Z2020-12-31T07:59:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41284This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412842020-11-18T12:13:51ZSOSIALISME RELIGIUS MOHAMMAD HATTA (Telaah Filosofis)Mohammad Hatta adalah salah seorang proklamator dan pemimpin bangsa ini. Beliau selalu dikenang schotel seorang pemimpin yang langka, yang tidak mudah ditemukan bandingannya bahkan hingga kini. Sebagai public figure beliau dikenal seorang yang berwatak jujur, disiplin bijaksana dan seorang muslim yang salch, scorang negarawan yang demokrat, seorang ekonom yang berideologi kerakyatan, seorang intelektual yang memiliki pengetahuan maha luas, dan seorang sosialis yang sulla pada ajaran swialismu. Penelitian ini berupaya menggali aspek pemikiran Mohammad Ilatta khususnya tentang ajaran sosialismenya yang dikenal dengan sosialisme religius. Studi atas sosialisme religius Mouhammad Hatta, penulis mempergunakan pendekatan filosofis dalam kerangka epistemik. Konsekuensi logis pendekatan tersebut, ialah mendeskripsikan cpistemologi sosialisme religius, yang berkaitan dengan asal usul (origins). bentuk (appearance), dan Implikasinya dalam kehidupan sosial khususnya dalam konteks keindonesiaan. Dengan mengikuti garis pemikiran Mohammad Hatta tentang sosialisme religius Sosialisme religius talidh susialisme yng bersunher dan berakur dari jiwa Islam. Inti ajaran Islam terkandung dalam surat al-/ Wilah yang mcmuat pengukuun bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Peyanyang, dan Maha Adil schagal hakim. Manusia sebagai makhluk seyogyanya tunduk, memohon pertolongan, dun memohon ditunjukkan jalan yang lurus Tugas manusla lalah menciptakan bayang-bayang kerajaan Tuhan di muka bumi, yang disandarkan atas keadilan Hahl, yang berdasarkan kasih dan sayang serta keadilan yang bertolak dari ajaran agama Islam. Cita-cita itu bisa tercapai hanya dengan pembangunan basis ekoni terlehih dahulu Kuperasi adulah jawahan untuk membumikan cita-cita sosialisme religius tersebut dalam bentuk negara-bangsa (nation-state) Indonesia. Terakhir, terciptanya masyarakat Indonesia yang sejahtera dan makmur di atas pondasi keadilan flahi, ialah merupakan idelisme sekaligus implikasi sosial dari ajaran sosialisme religius yang terabadikan dalam UUD 1945. Koperasi sebagai schuah sstem ekonomi berfungsi menciptakan masyarakat Indonesia yang sejahtera NC konnt dan soial, berakar pada nilai dasar koperasi yang meliputi denokriasi, partisipasi, kejujuran, dan kepedulianNIM. 00510318 Ainur Rohman2020-10-17T08:54:03Z2020-10-17T09:00:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41223This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412232020-10-17T08:54:03ZDINAMIKA PERSEPSI NILAI LUHUR KEJAWAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KONTEKS HUBUNGAN ANTAR IMAN-- Siti Syamsiyatun- Leonard C. Epafras- Hendrikus Paulus Kaunang2020-10-17T08:27:57Z2020-10-17T08:27:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41222This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412222020-10-17T08:27:57ZMENGGALI KEMBALI TAFSIR DAN PRAKTIK AGAMA YANG BERKEADILAN GENDER-- Siti Syamsiyatun2020-10-11T15:19:35Z2020-10-11T15:19:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41193This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/411932020-10-11T15:19:35ZMUI, Dogmatisme Keagamaan dan Kekerasan AgamaTulisan ini merupakan penyempurnaan dari Makalah Kelas di Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang kemudian dimuat dan menjadi bagian dari buku "Ketika Makkah menjadi seperti Las Vegas, yang diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.- Fuad Mustafid,2020-10-04T14:35:29Z2020-10-04T14:35:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41174This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/411742020-10-04T14:35:29ZFUNDAMENTALISME DALAM ISLAMGerakan fundamentalisme baik dalam era klasik maupunmodern ini merupakan kelompok gerakan yang memilikibanyak faktor penyebabyangmelahirkannya. Ia lahir dalam rahim sejarah keagamaan yang kompleks dengan berbagai persoalan kehidupan beragama dengan memberikan jawaban tersendiri. Terkadang respon tanggapan mereka justru menciptakan atmosfer yang tidak sehat, sebab mereka menafikan golongan lain yang tidak sepandangan dengan prinsip-prinsip yang mereka yakini,sehingga seringkali menjadi konflik gesekan antar umat beragama, dalam hal ini umat Islam karena benturan aliran keyakinan tersebut. Persoalannya, bagaimana sebenarnya makna fundamentalisme? Apa faktor penyebab munculnya? Bagaimana karakteristik gerakan-gerakan fundamentalime tersebut? Apa saja ragam tipologi fundamentalisme sejak era pra-modern hingga era modern? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang menjadi fokus pembahasanpada tulisan ini, dengan menitikberatkan pada permasalahanfundamentalisme dalam Islam.- Muh. Wasith Achadi2020-09-02T06:13:20Z2020-09-02T06:13:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38338This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/383382020-09-02T06:13:20ZPRO-KONTRA PENGHAPUSAN KATA KAFIR
HASIL MUSYAWARAH NASIONAL ALIM ULAMA NU
(Aplikasi Teori Analisis Framing terhadap Media Online
Nu.or.id dan Muslim.or.id)
SKRIPSI
Diajukan kepadaIndonesia sebagai salah satu negara pluralism di dunia. Terdapat enam agama yang diakui oleh negara Indonesia: Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Pemeluk agama Islam menempati jumlah masyarakat terbesar di Indonesia. Persoalan agama menjadi hal sensitif di Indonesia. Polemik kata kafir menjadi perdebatan di masyarakat, fenomena kafir mengkafirkan menjadi satu isu keagamaan yang banyak dijumpai pada beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, Nahdatul Ulama menggarisbawahi mengenai pandangan Piagam Persaudaraan Kemanusiaan Abu Dhabi untuk mentransformasikan pola pikir umat Islam yang memiliki paham rasis dan menyebabkan timbulnya konflik-konflik karena bentuk-bentuk interpretasi dalam ajaran Islam tertentu.
Dalam musyawarah Nasional, NU mengambil keputusan mengganti kata kafir menjadi non-muslim untuk kemaslahatan umat, keputusan tersebut mendapat berbagai macam respons di media online seperti Nu.or.id dan Muslim.or.id. Media online menjadi alat yang paling efektif dalam kecepatan waktu untuk memberi dan menerima informasi saat ini, berita dan informasi lainnya mudah diakses oleh masyarakat luas tanpa batas. Dengan demikian, berita mengenai penghapusan kata kafir yang disajikan oleh media Nu.or.id dan Muslim.or.id menjadi isu menarik khususnya di kalangan umat Muslim. Pada dasarnya media memiliki kecenderungan masing-masing dalam memberitakan suatu isu atau peristiwa. Nu.or.id memberikan pandanganya mengenai penghapusan kata kafir dengan prinsip kontekstual dalam melihat peristiwa, sedangkan Muslim.or.id memiliki pola pikir yang tekstual dalam melihat peristiwa. Robert N. Entmant menunjukkan bahwa media mampu berkontribusi dalam mempengaruhi opini pembaca berita. Perbedaan dalam kedua media dapat dilihat dari elemen make moral judgement masing-masing media terletak pada faktor teks dan konteks.
Media adalah sebuah wadah untuk memberikan informasi yang seharusnya menyampaikan berita sesuai dengan yang terjadi, tidak memilah dan memilih informasi yang disajikan. Namun faktanya, terdapat beberapa media yang muncul bukan bersifat netral, akan tetapi media tersebut memiliki kepentingan-kepentingan lain. Seperti media Nu. or.id dan Muslim. or.id. terdapat kepentingan organisasi Masyarakat dan kepentingan politik praktis. Keputusan ulama NU mengganti kata kafir menjadi non-muslim dapat dibandingkan dengan Pemikiran Nurcholis madjid tentang Islam modernisai. Pandangan Nurcholis Madjid tersebut bertujuan untuk menyetarakan Islam dengan perkembangan dunia modern, pemikiran tersebut lebih luas dalam memaknai Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Sedangkan penghapusan kata kafir yang dilakukan oleh ulama NU adalah bagian kecil dari upaya menegakkan perdamaian antar umat beragama di Indonesia.NIM. 16540044 ICHA KAMILA PRATIWI2020-09-02T06:12:29Z2020-09-02T06:12:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38333This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/383332020-09-02T06:12:29ZPERUBAHAN MODE PAKAIAN DAN SEMANGAT KEAGAMAAN
MASYARAKAT MUHAMMADIYAH DI DUSUN CUMPLENG
KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGANABSTRAK
Realitas sosial masa kini menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat
menggunakan model pakaian modis mengikuti tren perkembangan zaman. Meski
beberapa diantaranya menggunakan model pakaian yang serba besar, tertutup,
pajang, dan lebar namun jumlahnya sangat sedikit. Hal ini bertolak belakang
dengan mode pakaian yang digunakan oleh masyarakat Muhammadiyah di Dusun
Cumpleng. Mayoritas masyarakat Muhammadiyah di dusun tersebut
menggunakan mode pakaian yang serba besar, panjang, lebar, dan beberapa
diantaranya menggunakan cadar. Penelitian ini menjadi penting untuk diteliti
karena mode pakaian dan semangat keagamaan masyarakat Muhammadiyah baru
terjadi sejak tahun 2011. Sebelum tahun 2011, masyarakat menggunakan model
pakaian mengikuti tren perkembangan zaman.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang bersumber dari
data observasi di Dusun Cumpleng, wawancara dengan tokoh masyarakat dan
masyarakat Muhamamdiyah yang melakukan perubahan mode pakaian dan
semangat keagamaan. Untuk memperkuat data maka studi pustaka seperti jurnal,
dan buku menjadi sumber data sekunder penelitian ini. Tulisan ini memotret
kultur masyarakat Muhammadiyah dari dua sisi yaitu sebelum terjadinya
perubahan (2007-2011) dan sesudah terjadinya perubahan (2011-2019). Hal ini
dilakukan untuk mengetahui faktor dan proses terjadinya perubahan mode pakaian
dan semangat keagamaan. Pendekatan fenomenologi dan pisau analisis
menggunakan teori konstruksi realitas sosial Peter L Berger: ekstrenalisasi,
objektivikasi, dan internalisasi digunakan untuk menganalisis proses terjadinya
perubahan mode pakaian dan semangat keagamaan. Selain itu tulisan ini juga
melihat penggunaan mode pakaian serba besar telah menjadi habitus (meminjam
konsep habitus Piere Bordieu).
Hasil penelitian ini menemukan bahwa perubahan mode pakaian dan
semangat keagamaan dilakukan oleh masyarakat Muhammadiyah Dusun
Cumpleng setelah sering mengikuti kajian keagamaan, menonton video dakwah,
dan bersekolah di lembaga pendidikan yang tidak berafiliasi dengan
Muhammadiyah. karena dilakukan secara berulang-ulang sejak tahun 2011-2019
maka mode pakaian serba besar telah menjadi habitus di lingkungan masyarakat.
Proses perubahan mode pakaian dan semangat keagamaan terjadi melalui
penetrasi unsur luar (eksternalisasi) melalui kajian keagamaan, media sosial,
keluarga, dan lembaga pendidikan. Pada tahap ini masyarakat Muhamamdiyah
melakukan penyesuaian diri sehingga menghasilkan bentuk perubahan
(objektivikasi) yaitu mode pakaian serba besar dan pemahaman Islam
fundamental. Ketika masyarakat telah berubah, mereka melakukan refleksi diri
kepada dunia luar (internalisasi), bentuk refleksi yang dilakukan masyarakat yaitu,
masuknya kerudung besar sebagai bagian dari sistem lembaga pendidikan,
semarak pendidikan tahfidz, dan sunnah menjadi habitus.NIM : 16540012 SITI MA’RIFAT2020-08-19T06:29:54Z2020-08-19T06:30:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38307This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/383072020-08-19T06:29:54ZRELASI MAHASISWA MINORITAS MUSLIM
DAN KALANGAN MAYORITAS KRISTEN
DI UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTAvii
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah betapa problematis dan dilematisnya pertemuan antara mayoritas dan minoritas. Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta merupakan kampus yang di dalamnya terdapat mahasiswa dari berbagai kelompok agama termasuk mahasiswa Muslim. Skripsi ini membahas keragaman dan keharmonisan antara mayoritas yang beragama Kristen dan minoritas mahasiswa Muslim baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sosial khususnya ketika berada di kampus. Istilah mayoritas dan minoritas sendiri sering dipahami hanya berdasarkan populasi, akan tetapi kedua istilah itu lebih jauh lagi mengandung sebuah makna yang sangat besar yakni apakah ada perbedaan prioritas atau diskriminasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologis, pendekatan sosiologis ini digunakan untuk memahami hubungan antara komunitas agama dan kehidupan sosial maupun sebaliknya. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah mahasiswa dan objeknya kampus. Narasumber yang diambil sebagai sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu narasumber diambil dari subjek yang mengetahui, memahami, dan mengalami langsung keadaan dan situasi di Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, yaitu mahasiswa minoritas Muslim dan mayoritas Kristen. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon mayoritas Kristen terhadap keberadaan minoritas mahasiswa Muslim, seperti tidak adanya peraturan yang berbeda, mengizinkan mahasiswa Muslim untuk melaksanakan sholat meskipun perkuliahan tetap dilanjutkan, diberikan ruang khusus ketika komunitas mahasiswa Muslim mengadakan kegiatan, mata kuliah Pendidikan Agama Kristen diubah menjadi pendidikan berbasis multikultural. Adapun relasi antara mayoritas Kristen dan minoritas mahasiswa Muslim yaitu adanya dialog antara komunitas keagamaan dan saling menghargai perbedaan serta bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh komunitas.NIM. 15520032 Muh. Yasir Ibrahim2020-08-19T06:28:35Z2020-08-19T06:28:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38305This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/383052020-08-19T06:28:35ZRELASI SAINS DAN BUDDHISME
(Studi Pemikiran Dalai Lama XIV Tentang Bentuk Relasi Sains dan Agama)ABSTRAK
Pada masa modern, sains dan agama sering mengalami perjumpaan karena
dua-duanya merupakan kebutuhan manusia. Isu sekularisasi dan modernisasi yang
membawa dinamika relasi sains dan agama menjadi perhatian bersama, tidak
terkecuali relasi sains dan Buddhisme. Seorang Dalai Lama XIV pun menganggap
sains dan Buddhisme sama-sama bertujuan mengatasi penderitaan. Dalam rangka
mengatasi penderitaan, Dalai Lama berpandangan perlu merelasikan sains dan
Buddhisme. Karena masalah penderitaan merupakan bagian dalam pengalaman
kesadaran manusia. Dalai Lama pun berpandangan sains dan agama (Buddhisme)
untuk menyelidiki fenomena kesadaran manusia.
Melalui studi atas pemikiran filosofis-historis sains dan agama Dalai Lama
XIV ini dengan perspektif teori relasi sains dan agama dari Ian G. Barbour. Teori
yang berpandangan bahwa pemikiran sains dan agama seseorang ataupun
kelompok pada dasarnya akan menampilkan salah satu bentuk relasi dari empat
hubungan sains dan agama, yakni: 1) hubungan konflik, 2) hubungan
independensi, 3) hubungan dialog, dan 4) hubungan integrasi. Maka, fokus
penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana posisi pandangan sains dan agama
Dalai Lama XIV dan bagaimana bentuk relasi sains dan Buddhisme versi Dalai
Lama XIV.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pemikiran sains dan agama
Dalai Lama XIV memposisikan pentingnya merumuskan konsep Buddhisme
secara ilmiah, sehingga sains modern dan Buddhisme perlu untuk dialog dan
integrasi. Dalai Lama menganggap sains modern dapat berkolaborasi dengan
Buddhisme dalam investigasi realitas dan mengatasi penderitaan. Dalai Lama pun
memposisikan keterlibatan terhadap sains penting layaknya perintah spiritual.
Secara historis-filosofis, Dalai Lama berpandangan pentingnya relasi sains dan
Buddhisme dalam bentuk dialog konseptual dan integrasi metode penyelidikan
terhadap fenomena kesadaran manusia dalam rangka mengatasi penderitaan
manusia. Wacana atau dialog konseptual perihal teori Big Bang, teori evolusi,
fisika kuantum/mekanika kuantum, dan neurosains yang berkesesuaian dengan
ajaran-ajaran Buddha seperti hukum karma, konsep sunyata, hukum
pratityasamutpada, dan kesadaran. Semua bentuk dialog ini menjadi dasar awal
Dalai Lama melakukan integrasi sains dan Buddhisme yang fokus di
pengembangan sains kesadaran “science of consciousness”. Dalam bentuk
integrasi sains dan Buddhisme terhadap fenomena kesadaran manusia ini. Dalai
Lama mengusulkan kolaborasi metode penyelidikan antara sains (neurosains) dan
Buddhisme terhadap pengalaman kesadaran manusia, yakni studi sains kesadaran.
Bentuk studi ini menggunakan dua metode penelitian tradisi sains dan tradisi
kontemplasi Buddhisme, yakni kolaborasi metode orang ketiga (sebagai subjek)
dan metode orang pertama (sebagai subjek & objek).NIM. 15520003 MUHAMMAD HABIBUL MUSTHOFA2020-08-19T06:28:10Z2020-08-19T06:28:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38303This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/383032020-08-19T06:28:10ZKEBERAGAMAN GENERASI MILENIAL (STUDI TERHADAP MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGA MITRA GO-JEK KOTA YOGYAKARTAABSTRAK
Keberagamaan seseorang memiliki varian-varian yang berbeda. Generasi
Milenial ditandai dengan meningkatnya penggunaan media dan teknologi digital.
Dengan kemajuan perkembangan dunia global telah menyebabkan perubahan cara
pandang. Tingkat cara pandang generasi milenial lebih progresif tentang
keberagaman. Hal ini berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi atas
kemudahan akses informasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang
keberagamaan dan asal usul keberagamaan pada mahasiswa yang menjadi mitra Go-
Jek Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teori dari Stark an Glock yaitu
keberagamaan dengan lima dimensi: ideologi, ritualistik, intelektual, eksperensial dan
konsekuensial.
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Subyek nya
yaitu mitra Go-Jek terdiri dari Go-Ride, Go-Send, Go-Food, Go-Mart, Go-Busway,
Go-Tix, Go-Box, Go-Clean, Go-Car, Go-Glam dan Go-Massage Kota Yogyakarta.
Teknik Pengumpulan Data menggunakan Metode Interview atau wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif model Miles dan
Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan 1) Keberagamaan mahasiswa yang menjadi
mirta Go-Jek di Yogyakarta dilihat dari lima unsur. a) Keimanan subyek mengakui
bahwa percaya akan adanya Allah, Allah sebagai Tuhan dan pelindungnya. Allah
yang memberikan kesehatan dan rezeki. b) Pengetahuan dan pemahaman terhadap
ajaran agama subyek mengetahui tentang agama Islam dari rukun islam. c) Ibadah
ritual seluruh subyek pernah melakukan ibadah ritual yaitu sholat, puasa, zakat. d)
Pengalaman keagamaan subyek telah merasakan pengalaman keagamaannya seperti
perasaan sangat senang melakukan sholat, sholat tahajud, dhuha dan membuat rejeki
selalu lancar. e) Konsekuensi keimanan, subyek memiliki solidaritas antar teman
dengan bentuk saling menolong, sopan kepada orang yang lebih tua, bekerja sama,
dan saling menolong sesama teman adalah bentuk ibadah yang mereka anggap
penting dalam kehidupan. 2) Asal usul keberagaman pada generasi milenial subyek
mendapatkan pengetahuan terhadap dasar-dasar agama yang berbeda-beda. Sebagian
besar mendapatkan pengetahuan keagamaan dari orang tua, dan mendapatkan
pendidikan agama dari lembaga tertentu. Di era milenial, bukan hanya keluarga,
lembaga pendidikan, lingkungan pertemanan, dan organisasi yang menjadi faktor
yang berpengaruh pada proses belajar keagamaan kaum muda Muslim. Media sosial
ternyata memberikan kontribusi bagi pembelajaran kaagamaan mahasiswa sebagai
mitra Go-Jek. Karena perkembangan teknologi sekarang yang dahulu mengikuti
kajian dengan datang ke masjid di jaman milenial ini mahasiswa hanya menonton
kajian melalui internet atau youtub chanel.
Kata Kunci: Keberagaman, Generasi Milenial, Mitra Go-JekNIM. 14520040 Rizal Hema Saprudin2020-08-19T06:27:45Z2020-08-19T06:27:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38299This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/382992020-08-19T06:27:45ZKEBERAGAMAAN GENERASI Z
(Studi Keberagamaan Siswa-Siswi Muslim Di SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun 2018)ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Keberagamaan Generasi Z (Studi keberagamaan siswa- siswi muslim di SMA N 1 Kasihan Bantul Tirtonirmolo Yogyakarta pada tahun 2018). Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Mengetahui Keberagamaan siswa-siswi muslim di SMA N 1 Kasihan Bantul Tirtonirmolo Yogyakarta tahun 2018, 2) Mengetahui faktor- faktor keberagamaan siswa-siswi muslim di SMA N 1 Kasihan Bantul Tirtonirmolo Yogyakarta tahun 2018.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa- siswi muslim di SMA N 1 Kasihan Bantul Tirtonirmolo Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teknik sampling Snowball Sampling. Pengumpulan data skripsi ini melalui tiga cara yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian di analisis melalui reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan data.
Hasil penelitian ini adalah Pertama, keberagamaan pada siswa- siswi muslim di SMA N 1 Kasihan Bantul Tirtonirmolo Yogyakarta dapat ditinjau melalui dimensi keberagamaanya yaitu 1)Dimensi keyakinan berupa keyakinan dan kepercayaan kepada Allah melalui sifat- sifatnya. 2)Dimensi ritual berupa pelaksanaa ibadah sehari- hari seperti sholat lima waktu dan puasa ramadhan yang diwajibkan dalam islam. 3)Dimensi experensial berupa perasaan senang dan bahagia setelah melakukan ibadah. 4)Dimensi konsekuensial berupa kontrol diri yang muncul dampak dari melakukan kegiatan keberagamaan. 5)Dimensi intelektual berupa pengetahuan mengenai ajaran-ajaran islam. Menariknya dalam menjalankan dimensi keberagamaan mayoritas dari siswa- siswi muslim di SMA N 1 Kasihan Bantul Tirtonirmolo Yogyakarta menggunakan Internet dan Smartphone sebagai saranya. Kedua, Faktor- faktor keberagamaan para siswa- siswi muslim di SMA N 1 Kasihan Bantul Tirtonirmolo Yogyakarta yaitu 1)faktor internal yang menyangkut pengalaman keagamaan dan Tingkat Usia. 2)Faktor eksternal yang menyangkut lingkungan sosial. 3) Internet yang saat ini sebagai sarana untuk mendalami agama dikalangan dan dapat memberikan dampak negative dan positif terhadap keberagamaan siswa- siswi muslim di SMA N 1 Kasihan.
Kata Kunci : Keberagamaan, Internet dan Generasi ZNIM. 14520015 APRILIA CHUSNA MAIMANAH2020-08-07T06:33:48Z2020-08-07T06:33:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38254This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/382542020-08-07T06:33:48ZPERAN TUJUH DIMENSI RELIGIOSITAS TERHADAP RESILIENSI TENAGA PENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB WILAYAH SLEMAN, YOGYAKARTAPenelitian ini meneliti tentang kontribusi dimensi religiositas terhadap resiliensi. Resiliensi dianggap sebagai kunci kesuksesan di dunia kerja dan mencapai kepuasaan di dalam hidup. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa banyak peran kontribusi tujuh dimensi Religiositas terhadap Resiliensi Tenaga Pendidik Anak Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan bantuan alat pengumpulan data berupa Skala Resiliensi dan Skala Religiositas. Subjek penelitian berjumlah 205 tenaga pendidik dari 18 SLB yang terpencar di Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta. Pengambilan sampel menggunakan metode Cluster Random Sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang di analisis dengan teknik analisis regresi berganda ini, menunjukan adanya antara tiga dimensi Religiositas terhadap Resiliensi Tenaga pendidik Anak Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Sleman Provinsi D. I. Yogyakarta. Dimensi tersebut yaitu Forgivness, Thankfulness dan God As Judge dimana p<0,05 dengan urutan sumbangsih masing dimensi dengan resiliensi sebesar p=0,003 (8,5%); p=0,000 (36%); p=0,032 (1,6%). Adapun empat dimensi lain yaitu dimensi General Religiosity, Social Religiosity, Involved God dan Unvengevulness tidak memiliki hubungan terhadap Resiliensi.
Kata Kunci: Forgivness, General Religiosity, God As Judge, Involved God, Religiositas, Resiliensi, Social Religiosity, Unvengevulness.NIM 15710114 Halimatus Sakdiyah2020-08-07T06:33:35Z2020-08-07T06:33:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38253This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/382532020-08-07T06:33:35ZGAMBARAN STRATEGI COPING UMAT KATOLIK KORBAN KEKERASAN BERBASIS AGAMA
(Studi Kasus di Gereja Katolik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran strategi coping umat katolik korban kekerasan. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari dua orang berada di lokasi pada saat kejadian kekerasan terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Teknik analisis data terdiri dari mengolah dan mempersiapkan data, membaca keseluruhan data, mengkoding data, menghubungkan tema, dan menginterpretasi tema. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik dengan berbagai tindakan dan sikap, meskipun respon awal subjek terhadap masalah tersebut adalah kaget, jengkel dan marah, khawatir dan waspada. Namun, setelah subjek mempelajari persoalan secara rasional dan berfikir positif, akhirnya subjek secara bijak menyikapi, bertindak dan merencanakan penyelesaian masalahnya. Faktor yang mendukung terjadinya strategi coping kepada subjek yaitu dukungan yang luar biasa dari berbagai kalangan masyarakat dan faktor perbedaan individual, serta faktor religius.
Kata kunci : Kekerasan, korban kekerasan berbasis agama, strategi copingNIM. 15710113 Syahrul Bahroni2020-07-29T04:00:10Z2020-11-09T12:22:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39885This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398852020-07-29T04:00:10ZBAHASA DAN AGAMABahasa merupakan alat komunikasi khas manusia sehingga manusia disebut specific species. Bahasa dapat merepresentasikan keagamaan seseorang, kelompok, atau masyarakat. Suatu bahasa dianggap bermartabat tinggi bila digunakan dalam ranah keagamaan. Agama mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Agama mempunyai beberapa fungsi bagi manusia untuk mengangkat kemanusiaannya. Agama pada hakikatnya sebagai sarana komunikasi antara Tuhan dan makhluk-Nya. Bahasa agama adalah ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan hal yang bersifat metafisika, bahasa yang digunakan dalam kitab suci, bahasa yang digunakan dalam ritual keagamaan, ungkapan keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok sosial, dan ungkapan yang berkaitan dengan ruang dan waktu seperti sejarah para nabi dan rasul-Nya- Ening Herniti2020-07-16T04:29:42Z2020-07-16T04:29:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38157This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/381572020-07-16T04:29:42ZPENGELOLAAN WISATA RELIGI MAKAM MBAH MUTAMAKKIN DESA KAJEN, MARGOYOSO, PATI (STUDI KASUS SINERGISITAS PENGELOLA MAKAM, PEDAGANG, DAN PEMERINTAH DESA)Muhammad Ulil Albab, Pengelolaan Wisata Religi Makam Mbah Mutamakkin Desa Kajen, Margoyoso, Pati, (Studi Kasus Sinergisitas Pengelola Makam, Pedaganng, dan Pemerintah Desa), Skripsi, Yogyakarta: Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tradisi ziarah kubur dulunya dianggap sebagai tradisi pemujaan nenek moyang, setelah datangnya Walisongo, tradisi ini diubah, dengan tujuan untuk mendoakan arwah nenek moyang. Tradisi ini sampai sekarangpun masih ada, semakin banyaknya peziarah yang datang menjadikan masyarakat sekitar makam diuntungkan. Dengan demikian penulis merumuskan dua permasalahn yaitu, pertama, bagaimana sinergisitas pengelola makam, pedagang, dan pemerintah desa bagi pengembangan wisata religi makam Mbah Mutamakkin, Kajen, Margoyoso, Pati? Kedua, bagaimana hasil kerjasama pengelola makam, pedagang, dan pemerintah desa dalam upaya mengembangkan wisata religi? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kerjasama antara 3 elemen tersebut serta mengetahui hasilnya.
Metode Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Semua data dilihat validitas datanya menggunakan teknik triangulasi sumber dan data, serta dianalisis melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini melalui kerjasama yang dilakukan oleh pengurus makam, pedagang, dan pemerintah desa yaitu pertama, rencana perluasan lahan parkir bagi para peziarah. Kedua, rencana pendirian ruko dan penataan tempat bagi para pedagang. Ketiga, pembatasan tempat berjualan bagi para pedagang. Keempat, suksesnya acara even taunan haul Mbah Mutamakkin.
Kata kunci: Wisata Religi, Sinergisitas, Makam Mbah MutamakkinNIM: 14230072 Muhammad Ulil Albab2020-07-08T04:26:43Z2020-07-08T04:26:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38062This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380622020-07-08T04:26:43ZSEJARAH PONDOK PESANTREN BINA UMAT
DI DUSUN SETRAN, KECAMATAN MOYUDAN,
KABUPATEN SLEMAN (1998-2017)Pesantren merupakan lembaga pendidikan sebagai sarana penyebaran ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Pondok Pesantren Bina Umat merupakan salah satu wujud dari fenomena perkembangan lembaga pesantren di Indonesia. Pondok Pesantren Bina Umat berdiri pada tahun 2001 di bawah naungan Yayasan Bina Umat, kemudian pada tahun 2003 dan 2006 didirikan sekolah formal yang diberi nama SMA IT dan SMA IT Bina Umat sebagai pengembangan pondok pesantren. Adapun kurikulum yang digunakan merupakan perpaduan antara kurikulum pondok dan kurikulum nasional. Berangkat dari hal tersebut, penelitian mengenai sejarah Pondok Pesantren Bina Umat ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dari Pondok Pesantren Bina Umat tahun 1998-2017. Penelitian ini merupakan kajian sejarah sosial. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan sosial dan teori evolusi Harbert Spencer dalam menganalisis perkembangan dan peranannya pada pondok pesantren yang menjadi objek kajian. Metode yang digunakan yaitu metode sejarah, yang meliputi empat langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjalanan Pondok Pesantren Bina Umat dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan mempunyai bentuk yang khas. Bermula dari lembaga pendidikan non formal kemudian berkembang dengan mendirikan sekolah formal, selain itu Pondok Pesantren Bina Umat memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat sekitar. Hal ini diwujudkan dengan kegiatan atau programnya di bidang pendidikan, bidang sosial masyarakat, dan bidang sosial keagamaan. Kata Kunci : Sekolah Formal, Sejarah, Pesantren.NIM. 15120035 AZWAR NUR FAUZAN2020-07-08T04:26:26Z2020-07-08T04:26:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38061This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380612020-07-08T04:26:26ZSEJARAH PERSAUDARAAN DJAMAAH HAJI
INDONESIA (PDHI) DI YOGYAKARTA (1977-2002)Persaudaraan Djamaah Haji Indonesia (PDHI) adalah organisasi jamaah haji
pertama di Indonesia yang didirikan oleh jamaah haji asal Yogyakarta di Mekah
pada 1952. Peresmian status Yayasan PDHI diberikan pada 15 November 1977
dengan Akta notaris No. 27. PDHI terus berkembang, kemudian tahun 2002 PDHI
mengalami pergantian nama menjadi Perkumpulan Yayasan PDHI. PDHI
memiliki sejumlah amal usaha, seperti TK PDHI, MTs PDHI, Pondok Pesantren
Ibnu Qoyyim, dan Rumah Sakit Islam PDHI. Tujuan berdirinya amal usaha
tersebut untuk meningkatkan kualitas masyarakat di Yogyakarta. PDHI berfungsi
sebagai wadah kegiatan keagamaan, pendidikan, serta sosial kemasyarakatan.
Selain itu, juga untuk memfasilitasi dan mengorganisir berbagai kegiatan jamaah
haji dalam melakukan amal jariah.
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan
sosiologis. Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan untuk mengaji dan
mencermati keunikan pola umum masyarakat. Adapun teori yang digunakan
untuk membahas objek kajian adalah teori mobilisasi sumber daya (Resource
Mobilization) dari Anthony Oberschall. Menurut Oberschall, teori mobilisasi
sumber daya adalah proses-proses sosial yang memungkinkan muncul dan
berhasilnya suatu gerakan dengan adanya jaringan komunikasi yang sudah mapan,
terdapat anggota dengan kemapanan kepemimpinan, dan pendanaan.
Hasil penelitian ini adalah PDHI berkembangan pesat dengan memanfaatkan
sumber daya organisasi. Sumber daya pertama, jaringan organisasi seperti
Keraton Yogyakarta, Kementerian Agama, dan Depag. Kedua, aktor organisasi
yakni kepemimpinan KH. Mathori Al Huda, H. Chamim Prawira dan GPBH
Joyokusumo. Ketiga, pendanaan dari sumbangan infaq pribadi maupun kelompok
jamaah. Hal ini dikonkretkan dengan pembangunan amal usaha untuk
kesejahteraan masyarakat Yogyakarta. Dengan amal usaha ini PDHI berperan
penting untuk masyarakat Yogyakarta, yakni bidang pendidikan dengan
membangun lembaga pendidikan (pondok pesantren, TK, dan Mts), bidang
dakwah dengan pengajian rutin dan pengkaderan dai, serta bidang sosial
keagamaan dengan menyumbangkan peralatan masjid dan membangun rumah
sakit Islam PDHI. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan khazanah
pengetahuan mengenai sejarah dan perkembangan organisasi keislaman
khususnya organisasi jamaah haji.
Kata kunci: Perkembangan dan Sumber Daya.NIM. 15120014 NIKI AMMELINA2020-07-08T04:26:12Z2020-07-08T04:26:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38060This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380602020-07-08T04:26:12ZPEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF
TENTANG ISLAM DAN KEBANGSAAN (1966-2018)masih menunjukan perhatian yang serius terhadap persoalan umat dan bangsa Indonesia melalui pemikiran dan tulisan yang produktif dalam berbagai karya yang memberikan tafsir segar atas dinamika hubungan agama dan negara di Indonesia. Hal ini menarik untuk dikaji karena di usianya yang cukup senja, Syafii Maarif tanpa lelah mengikuti perkembangan Islam, politik, dan juga demokrasi di Indonesia yang tidak kunjung selaras dengan harapan banyak orang. Hal ini tidak lepas dari rasa kegelisahannya terhadap kondisi umat Islam di Indonesia yang masih krisis dalam segi Islam kualitatif. Berdasarkan uraian tersebut penting untuk dibahas mengenai; Bagaimana profil Ahmad Syafii Maarif?; Bagaimana proses evolusi pemikiran Ahmad Syafii Maarif menuju Islam dan kebangsaan?; Apa saja buah pemikiran Ahmad Syafii Maarif dalam konteks kebangsaan Indonesia?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan biografi. Pendekatan biografi peneliti gunakan untuk menelusuri profil Ahmad Syafii Maarif dari sejak lahir hingga sekarang. Pendekatan ini berfungsi menelusuri latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, perjalanan karir dan karya-karya yang sudah ditulis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sejarah pemikiran Kuntowijoyo. Ia merumuskan sebuah metodologi dalam melakukan penelitian sejarah pemikiran yakni kajian teks, kajian konteks dan hubungan teks dengan masyarakat. Kajian teks untuk menelusuri geneologi pemikiran yang digagas oleh seorang tokoh dalam hal ini Ahmad Syafii Maarif. Kajian konteks berfungsi untuk melihat kondisi masyarakat baik sejarahnya, budaya politik, maupun agamanya sehingga Ahmad Syafii Maarif menggagas pemikiran Islam dan kebangsaan. Sedangkan hubungan teks dengan masyarakat dalam penelitian ini berupaya menelusuri respon masyarakat dengan adanya pemikiran Islam dan kebangsaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah yang digunakan terdiri dari empat tahap yaitu; heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Temuan peneliti sebagai berikut: Pertama, Ahmad Syafii Maarif merupakan salah satu tokoh pemikiran Islam di Indonesia yang turut serta menciptakan dinamika pemikiran Islam, hal ini berdasarkan latar belakang pendidikan yang ditempuhnya di berbagai tempat. Kedua, periode antara 1960-an sampai tahun akhir 1970-an Ahmad Syafii Maarif adalah seorang pemikir fundamentalis-konservatif pendukung kuat gagasan Negara Islam Indonesia, pemikiran tokoh-tokoh Masyumi dan al Maududi dan muridnya, Maryam Jameelah merupakan rujukan primernya. Perubahan pemikirannya terjadi ketika Ahmad Syafii Maarif belajar di Chicago, di kampus ini pemikirannya dicuci
viii
melalui kajian Al-Qur’an dari Fazlur Rahman. Ahmad Syafii Maarif mengalami kelahiran kedua dalam pemikirannya. Islam bagi Ahmad Syafii Maarif adalah sumber moral utama dan pertama. Al-Qur’an adalah kitab suci dengan sebuah benang merah pandangan dunia yang jelas sebagai pedoman dan acuan tertinggi dalam semua hal, termasuk acuan dalam berpolitik. Ketiga, dari pemikiran Islam dan kebangsaan, Ahmad Syafii Maarif menghasilkan dua gagasan penting yaitu: relasi agama dan negara, dan Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.
Kata Kunci: Ahmad Syafii Maarif, Perubahan Pemikiran, Pemikiran Kebangsaan.NIM. 14120010 Muhammad Fuad Fathul Majid2020-07-08T04:24:59Z2020-07-08T04:25:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38056This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380562020-07-08T04:24:59ZTHE CONCEPTS OF “RELIGION” AS SEEN IN TWO CHARACTERS IN
THE BOOK OF ELIThe book of Eli reflects how the people understand about religion. In the book
of Eli, There are two characters who knows about religion, they are Eli and
Carnegie. The researcher choose the Book of Eli film because the film does not
focus on one religion, but religion in general. This research aims to reveal different
concept between Eli and Carnegie in The Book of Eli film in religion. This research
uses the concept of religion theory and semiotics theory to analyze the differencues
concept of religion between Eli and Carnegie. The method of the research is a
qualitative method. In the concept of religion theory there are three elements of
religion, namely the credo system, the human ritus system, the norm system. The
main data used in this research are taken from activities, dialogue, and
characterization of Eli and Carnegie as related to the three elements of religion. This
analysis uses data as sign, because this research uses semiotics theory. From the
analysis of the three religious elements of religion of Eli and Carnegie, the
researcher finds several signs signifying Eli and Carnegie have different concept in
religion. The researcher uses the connotative meaning to prove the differences
concept of religion between Eli and Carnegie. Eli has the concept of religion as
God’s order, while Carnegie has the concept of religion as a tool of authority power.
Keywords: differences, concept of religion, elements of religion, semiotics theory,
sign.
Film the book of Eli memiliki sisi-sisi keagamaan didalamnya, bagaimana
orang memahami agama itu sendiri. Dalam film the book of Eli, terdapat dua tokoh
yang mengetahui tentang agama, yaitu Eli dan Carnegie. Peneliti memilih film the
Book of Eli karena film ini juga tidak terfokus kepada satu agama akan tetapi lebih
kepada agama secara Umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
perbedaan konsep agama antara Eli dan Carnegie pada film the book of Eli.
Penelitian ini menggunakan teori konsep agama dan teori semiotik untuk
menganalisis perbedaan konsep agama yang terdapat pada Eli dan Carnegie.
Metode dalam film ini adalah metode kualitatif. Dalam teori konsep agama terdapat
tiga unsur agama, yaitu sistem credo, sistem ritus, sistem norma. Data utama yang
diambil dalam peneliti ini adalah aktifitas, dialog, dan karakterisasi yang terdapat
pada Eli dan Carnegie sebagaimana yang berkaitan ketiga unsur agama tersebut.
Karena analisis ini menggunkan teori semiotik, analisis ini menggunakan tanda
sebagai data analisis. Dari analisis ketiga unsur agama yang terdapat pada Eli dan
Carnegie, peneliti menemukan tanda-tanda yang bermakna mereka mempunyai
perbedaan konsep agama. peneliti menggunakan makna konotasi dalam ketiga
unsur agama untuk membuktikan perbedaan konsep Eli dan Carnegie. Eli
mempunyai konsep agama sebagai perintah tuhan, sedangkan Carnegie mempunyai
konsep agama sebagai alat kekuatan untuk kekuasaan.
Kata kunci: perbedaan, konsep agama, unsur agama, teori semiotik, tanda.NIM. 15150073 MAULANA MIFTAH MAJID2020-07-08T02:58:53Z2020-07-08T02:59:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38026This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380262020-07-08T02:58:53ZMEMBANGUN KEMATANGAN KARIER PUSTAKAWAN
MELALUI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN,
BUDAYA ORGANISASI, RELIGIUSITAS DAN KOMPETENSI
Studi Kasus pada Perguruan Tinggi Islam
di Daerah Istimewa YogyakartaTujuan studi ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh
kepemimpinan pendidikan, budaya organisasi, religiusitas dan kompetensi
terhadap kematangan karier pustakawan pada Perguruan Tinggi Islam (PTI)
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Problematika yang dihadapi oleh pustakawan PTKI DIY adalah: (1)
tidak adanya persiapan sebelum menentukan pilihan menjadi pustakawan;
(2) sebanyak 90.63% pustakawan diangkat pertama kali berbasis
pendidikan SLTA sederajat, ; (3) terdapat 44,03% pustakawan lebih dari
4 tahun tidak mengajukan DUPAK, dan 13,84% diberhentikan sementara
dari Jabatan Fungsional Pustakawan, karena tidak mampu mengumpulkan
Angka Kredit yang diperlukan; (4) masih adanya pustakawan yang
berpendidikan SLTA dan non ilmu perpustakaan sebesar 29,56%; (5)
sampai dengan saat dilakukan penelitian ini pustakawan PTI DIY belum
ada yang mencapai jabatan sebagai Pustakawan Utama; (6) masih
ditemukan pustakawan ahli yang melakukan butir kegiatan teknis.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan angket disebarkan
kepada 86 responden. Analisis data dengan cara uji statistik deskriptif,
korelasi, dan regresi berganda.
Persepsi responden terhadap kepemimpinan pendidikan dalam
kategori tinggi (79.72%), budaya organisasi dalam kategori sangat tinggi
(80,57%), religiusitas dalam kategori sangat tinggi (86,53%), kompetensi
pada kategori sangat tinggi (81,29%), dan kematangan karier pada kategori
tinggi (77,76%).
Secara parsial hasil analisis regresi membuktikan bahwa seluruh
variabel bebas (X1, X2, X3, X4) berpengaruh terhadap variabel terikat
(Y). Kepemimpinan Pendidikan (X1) berpengaruh terhadap Kematangan
Karier (Y) hasil uji r2x1y = 9,5%. Budaya Organisasi (X2) berpengaruh
terhadap kematangan karier (Y) nilai pengaruh r2x2y = 37%. Religiusitas
(X3) berpengaruh terhadap kematangan karier (Y) nilai pengaruh r2x3y =
10,4%. Kompetensi (X4) berpengaruh terhadap kematangan karier (Y)
nilai pengaruh r2x4y = 58,6%.
Secara simultan hasil analisis regresi membuktikan, bahwa
kepemimpinan pendidikan, budaya organisasi, religiusitas dan kompetensi
(X1X2X3X4) berpengaruh terhadap kematangan karier (Y) dengan hasil uji
r2x1234y = 62,6%; nilai • = 37,4%.
Ada kenaikan pengaruh kepemimpinan pendidikan (X1) terhadap
kematangan karier (Y) melalui religiusitas (Z1) dari 9,5% menjadi 11,43%.
xiv
Kenaikan pengaruh kepemimpinan pendidikan (X1) terhadap kematangan
karier (Y) melalui kompetensi (Z2) dari 9,5% menjadi 26,76%. Ada
kenaikan pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap terhadap kematangan
karier (Y) melaui religiusitas (Z1) dari 35,5% menjadi 42,33%. Kenaikan
pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap kematangan karier (Y) melaui
kompetensi (Z2) dari 35,5% menjadi 71,57%%. Artinya hipotesis 1, 2, 3,
dan 4 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa kematangan
karier pustakawan PTI DIY dapat dibangun melalui faktor eksternal dan
internal: kepemimpinan pendidikan dan budaya organisasi (faktor eksternal);
religiusitas dan kompetensi (faktor internal), sehingga dalam disertasi ini
dapat ditemukan adanya Teori Kematangan Karier Pustakawan.
Disertasi ini salah satunya dapat memberikan kontribusi bagi Perguruan
Tinggi Islam (PTI) di DIY, seberapa besar tingkat terukurnya kematangan
karier pejabat fungsional pustakawan pada lembaga tersebut.
Kata kunci : kepemimpinan pendidikan; kematangan karier; pustakawan;
kompetensi; religiusitas; budaya organisasi, DUPAK,
angka kreditNIM. 1530016028 Sungadi, S.Sos., M.IP2020-07-08T02:58:02Z2020-07-08T02:58:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38023This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380232020-07-08T02:58:02ZSEKULERISASI
DAN KEBERTAHANAN MAKNA SIMBOLIK;
Respon dan Penguatan Nilai Religiusitas Madrasah di
Bukit Menoreh YogyakartaPenelitian ini bertujuan menganalisis upaya madrasah
mempertahankan makna simbolik nilai religius sebagai respon
munculnya sekulerisasi dan dogmatis simplitis masyarakat
perbukitan yang fokusnya pada empat hal; 1) dampak
sekulerisasi- dogmatis, 2) alasan respon madrasah, 3) penguatan
religiusitas, 4) kebermaknaan makna simbolik. Kajian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologifenomenologi.
Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Sebagai kerangka teoritik
memanfatkan wacana sosial Peter L Berger tentang dialektik
fundamental masyarakat-eksternalisasi, objektifikasi dan
internalisasi, serta diintegrasikan dengan analisis wacana Thomas
Lickona tentang konfigurasi penguatan nilai- moral knowing,
moral feeling, dan moral acting. Data kemudian dianalisis
menggunakan metode reduksi data, penyajian dan kesimpulan.
Hasil kajian ini menemukan simpulan pokok bahwa pada
satu sisi sekulerisasi yang telah menyeruak ke masyarakat Bukit
Menoreh Yogyakarta berimplikasi kepada sikap uncare, dan
unrespect menemukan momentumnya pada masyarakat
perbukitan ini. Pada sisi lain, menyebarnya nilai dogma agama
yang sangat fanatik berimplikasi terhadap tumbuh dan
berkembangnya sikap intoleransi antara Muslim-Kristen, Muslim-
Budha dan sesama muslim sendiri. Paradoksi sekulerisasi yang
dicirikan dengan rasional kapital dengan penyebaran nilai agama
bersifat dogmatis juga menembus dinding-dinding madrasah yang
berimplikasi tergerusnya nilai religius siswa, menjadi alasan
madrasah melakukan respon terhadap kemunculan sekulerisasi
dan juga nilai agama dogmatis simplitis.
Penguatan nilai religius kepada siswa madrasah dengan
mengandalkan moral model sebagai basis penguatan toleransi,
peduli sosial, hormat dan santun pada siswa usia dasar (MI dan
MTs) dan moral knowing sebagai basis penguatan pada siswa usia
menengah (MA). Penguatan dilaksanakan melalui pembelajaran
di dalam kelas serta beberapa kegiatan di luar madrasah, baik
kegiatan ekstrakurikuler ataupun kegiatan insidental yang lansung
menyentuh pada masyarakat secara luas. Muara penguatan nilai
religius kepada siswa adalah terhabituasinya nilai tersebut dalam
harian kehidupan siswa. Upaya madrasah mentransformasi simbol
agama menjadi universum simbolik dilakukan dengan cara
inkulturasi dengan nilai tradisi Jawa sehingga menemukan realitas
simbolik yang mempunyai makna dan derajat sakral pada kontek
nilai toleransi, peduli sosial, hormat dan santun. Makna simbolik
agama sebagai universum simbolik bagi masyarakat dapat
dijadikan pedoman etik atau norma tertib, agar manusia mempunyai kebermaknaan hidup sehingga tidak mengalami
keterasingan dari dunia modern ini. Madrasah akan menjadi
preferensi utama masyarakat sebagai benteng penjaga nilai
religius dari ancaman sekulerisasi dan dogmatis simplistis, jika
madrasah memiliki aktor pembelajar dengan kecerdasan toleransi
sehingga terhindarkan dari pola pikir sektarian.NIM. 1530016018 Ahmad Salim2020-07-03T06:44:55Z2020-07-03T06:45:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38007This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380072020-07-03T06:44:55ZSIKAP RELIGIUS DAN NASIONALIS KELAS VIII
SEBAGAI HASIL PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP NEGERI 2 PURWOREJOLatar belakang masalah penelitian ini adalah Saat ini masih marak penyebaran paham radikalisme oleh beberapa aliran yang mengatasnamakan agama di Indonesia yang dapat dikatakan bertujuan untuk menentang kekuasaan pemerintah serta bertujuan menggerus jiwa nasionalis warga negara. Permasalahan yang bermunculan tersebut tentu saja semakin menguatkan keharusan adanya penanaman pendidikan karakter yang melahirkan berbagai program dengan tujuan meningkatkan sikap religius dan nasionalis secara harmonis pada anak di lingkup sekolah. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk meneliti sikap religius dan nasionalis siswa kelas VIII sebagai hasil penguatan pendidikan karakter di SMPN 2 Purworejo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibahas, dianalisis, diinterpretasi, dan disimpulkan dalam bentuk deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan: (1) Pelaksanaan program PPK di SMPN 2 Purworejo dilaksanakan secara simultan melalui tiga pendekatan, yakni basis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat dan sudah sesuai dengan pedoman yang telah dibuat pemerintah. (2) Program penguatan pendidikan karakter cenderung lebih membawa perubahan positif pada sikap religius siswa kelas VIII. Pada ranah nilai religius, muncul sikap positif yang lebih pesat dibandingkan dengan nilai lainnya. Disusul dengan munculnya sikap positif pada kategori baik pada ranah nilai toleransi dan cinta damai. Sedangkan dalam perubahan sikap nasionalis di berbagai ranah juga membawa
xii
perubahan positif namun masih dalam kategori cukup. Ranah nilai yang paling memunculkan perubahan positif dalam sikap nasionalis adalah pada nilai disiplin. Sedangkan pada ranah nilai semangat kebangsaan dan tanah air dirasa masih memerlukan usaha yang lebih keras dari berbagai pihak untuk terus membuka wawasan dan menginternalisasi tentang kedua nilai tersebut kepada siswa yang diharapkan nantinya benar-benar terpatri dalam diri siswa.dan memunculkan berbagai sikap-sikap positif lainnya.
Kata Kunci: Sikap Religius, Sikap Nasionalis, Penguatan Pendidikan Karakter15410185 ANISAH SOLIHATI2020-07-03T02:15:36Z2020-07-03T02:15:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37943This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379432020-07-03T02:15:36ZKONSTRUKSI SOSIAL DALAM MASYARAKAT
MULTIRELIGIUS (Studi Hubungan Antara Muslim, Kristiani, dan Hindu di Desa Balun Turi Lamongan)Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
masyarakat mengisi kehidupan dengan nuansa kerukunan dan
keyakinan agama yang berbeda. Islam, Kristen, dan Hindu,
sehingga nama desa tersebut pun dinobatkan sebagai Desa
Pancasila karena keberagaman masyarakatnya.
Skripsi yang berjudul “Konstruksi Sosial dalam
Masyarakat Multireligius” ini mencoba memberikan sebuah
gambaran bagaimana masyarakat Balun memahami kerukunan
dan bagaimana kerukunan tersebut bisa diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Skripsi yang ditulis dengan objek di
Desa Balun ini menjawab 2 rumusan masalah yakni bagaimana
hubungan antara Muslim, Kristiani dan Hindu di desa Balun dan
bagaimana konstruksi sosial di desa Balun Turi Lamongan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
Konstruksi Sosial Peter L Berger. Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif.
Sumber data dalam penelitian ini didapat dari ungkapan
narasumber ketika wawancara, observasi dan dokumentasi,
kemudian terbagi dalam sumber data primer dan sumber data
sekunder. Teknik pengumpulan data memakai wawancara,
observasi dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Menurut masyarakat Balun, bahwa kerukunan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan kerukunan yang
asli tanpa di buat-buat, sehingga dalam hubungan antar umat
beragama di Desa Balun tercipta beberapa pola interaksi yakni
di bidang perekonomian, bidang sosial masyarakat, bidang
agama dan budaya dan bidang politik. Konstruksi sosial yang
terjadi di desa Balun tidak lepas dari toleransi antar umat
beragama yang diwujudkan dalam etos kerja, gotong royong,
pemuka agama, pemerintahan desa, bahkan pemahaman
keagamaan, begitu juga kearifan lokal juga mampu
mengkonstruk kehidupan bermasyarakat dalam nuansa
keharmonisan.
Kata kunci: Konstruksi dan Masyarakat Multireligius14520023 Ach. Attaubatul Ghulam2020-07-03T02:15:14Z2020-07-03T02:15:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37942This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379422020-07-03T02:15:14ZPRAKTIK MISI SAKSI-SAKSI YEHUWA DI YOGYAKARTASaksi-Saksi Yehuwa melakukan praktik misi seperti agama-agama dunia pada umumnya. Praktik dari setiap agama berbeda dan dari latar belakang tersebut penelitian ini ditujukan untuk menemukan perbedaan model konsep dan model praktik misi yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dengan Kristen mainstream, karena Saksi-Saksi Yehuwa merupakan bagian dari Kristen.
Penelitian ini didasarkan dari rumusan masalah: a) Bagaimana konsep misi dalam ajaran Saksi-Saksi Yehuwa? dan b) Bagaimana praktik misi Saksi-Saksi Yehuwa di Yogyakarta? Penelitian Field Research ini didasari dari data lapangan, dengan mengguakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Melalui pendekatan sosiologi untuk melihat praktik misi secara struktur sosial, dengan menggunakan analisis data deskriptif analitik untuk menelaah data yang didapatkan. Dengan menggunakan teori misi oleh Lorraine V. Aragon dimana agama memiliki ruang batas dalam menyebarkan ajarannya karena peraturan pemerintah. Didukung oleh teori Norman E. Thomas tentang penyebaran misi tanpa paksaan, dan model penyebaran misi Kristen di Indonesia oleh A. Mukti Ali untuk mendapatkan jawaban dari latar belakang dan rumusan masalah yang dihadapi.
Kesimpulannya, Pertama: Perbedaan struktur keyakinan yang ditonjolkan antara Saksi-Saksi Yehuwa dan Kristen mainstream mempengaruhi perbedaan konsep dan hakikat misi mereka. Saksi-Saksi Yehuwa percaya dengan datangnya Kerajaan Allah semua orang akan menjadi baik dan tidak akan ada kejahatan dibumi ini. Kepercayaan tersebut melahirkan konsep misi Saksi-Saksi Yehuwa akan kerajaan yang adil tersebut akan menjadi tombak kedamaian di dunia ini. Kedua: Segala bentuk praktik misi yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa tidak didasari dengan praktik Kristenisasi. Saksi-Saksi Yehuwa melakukan misi dengan secara halus, dilatar belakangi oleh peraturan Pemerintah Orde Baru tentang kerukunan kelompok beragama, seperti yang dijabarkan oleh Lorraine V. Aragon. Saksi-Saksi Yehuwa melakukan misi dengan model penyeberan yang kedua, yaitu dengan tidak memaksa kehendak iman seseorang terhadap keyakinan mereka masing-masing. Saksi-Saksi Yehuwa juga memiliki model yang sama dengan beberapa model penyebaran yang dilakukan oleh Zending Belanda.
Kata Kunci: Kristen, Saksi-Saksi Yehuwa, Praktik MisiNIM. 13520047 NU’AIM ABRAR AL-KHALIDY2020-07-03T02:14:56Z2020-07-03T02:15:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37941This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379412020-07-03T02:14:56ZTRANSFUSI DARAH
MENURUT PEMELUK SAKSI-SAKSI YEHUWASaksi-Saksi Yehuwa adalah satu agama dari agama Kristen yang mengabar luas di berbagai negara. Pada mulanya Saksi-Saksi Yehuwa disebut “Asosiasi Pelajar Kitab Suci Internasional” yang menamakan mereka sebagai Siswa-Siswa Alkitab. Kemudian berkembang dan mengubah namanya menjadi Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1931. Mereka merupakan gerakan keagamaan yang perkembangannya mengalami pasang surut. Karena dianggap keluar dari Ajaran Kristen. Di Indonesia sendiri, Saksi-Saksi Yehuwa telah diakui oleh negara. akan tetapi, perizinannya di Indonesia pernah dicabut dan pada akhirnya telah diakui oleh negara Indonesia. Sedangkan keberadaannya di Yogyakarta belum diterima di masyarakat, terbukti dengan adanya penolakan dalam pembangunan tempat ibadah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan teologi. Sedangkan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori yang di tawarkan oleh Mufti Syafi’i bahwa darah adalah najis, dalam kondisi biasa, transfusi darah merupakan pekerjaan yang haram, karena; Pertama, darah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tubuh manusia; dan Kedua, darah adalah najis. Namun demikian, boleh mentransfusikan darah dibolehkan atas dasar keterdesakan. Pembolehan melakukan transfusi darah harus didasarkan kekhawatiran terancam jiwanya dan tidak ada jalan lain selain melakukan transfusi darah. Sedangkan dalam Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa darah itu adalah suci. Tidak boleh makan darah dan transfusi darah.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam ajaran Saksi-Saksi Yehuwa darah itu adalah suci, dan jiwa makhluk ada dalam darah. Mereka dilarang makan darah baik ia darah manusia maupun hewan yang belum dicurahkan darahnya dengan sepatutnya. Kata “makan” pada Alkitab mempunyai makna yang banyak diartikan di kalangan Kristen. Dan Saksi-Saksi Yehuwa menafsirkan katata makan darah, memasukan darah kedalam tubuh, tidak saja dari mulut tetapi dari seluruh anggota tubuh dilarang. Pemahaman ini adalah yang berkembang di Kristen Saksi-saksi Yehuwa. Dalam arti, Saksi-Saksi Yehuwa harus menjauhkan diri dari darah dalam hal memakan darah atau transfusi darah. Hal ini pula yang menyebabkan tidak boleh melakukan transfusi darah baik ia sebagai pendonor maupun sebagai resepien. Sedangkan dalam pandangan teori Merry (seorang Kristen) mengatakan: boleh melakukan transfusi darah, dan kata makan darah diartikan dengan hanya dari mulut saja, dalam arti Agama Kristen, selain Kristen Saksi-Saksi Yehuwa boleh melakukan transfusi darah.Nim.13520012 MARIHOT PASARIBU2020-07-03T02:13:28Z2020-07-03T02:13:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37940This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379402020-07-03T02:13:28ZDINAMIKA TRADISI PEMAKAIAN RIMPU
(STUDI KOMUNITAS SANGGAR RIMPU
BIMA-YOGYAKARTA)Skripsi ini berjudul Dinamika Tradisi Pemakaian Rimpu (Studi Komunitas Sanggar Rimpu Bima-Yogyakarta). Dalam kajian ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana dinamika perkembagan tradisi Rimpu dalam komunitas Sanggar Rimpu di Yogyakarta. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitik kualitatif dengan pendekatan etnografi. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan observasi partisipan dan non-partisipan. Selain itu, penulis juga menggunakan teori Fungsionalisme, yang dikembangkan oleh Malinowsk untuk menelaah dan menganalisa perkembangan makna tradisi Rimpu yang berkembang di komunitas sanggar Rimpu bagaimana perkembangan, Makna dan tujuannya.
Rimpu digunakan kaum wanita tidak hanya untuk melindungi dari panas terik siang hari maupun dinginnya malam hari. Namun juga bermanfaat untuk melindungi dari gangguan lelaki yang seringkali melakukan hal yang tidak diinginkan. Yang paling penting tujuannya untuk menutupi aurat bagi kau wanita dan membedakan status sosialnya.
Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan perubahan pemakaian taradisi Rimpu terkait dengan perubahan. Pertama, fungsinya dalam penerapan pemakaian bukan berfungsi lagi sebagai identitas, malahan lebih ke modelnya, yang membedakan sebagai status sosial bahkan tidak terlihat lagi, semuanya tidak bias membedakan antara pemakaian orang yang sudah menikah dan belum menikah. Kedua, penulis menemukan semakin maju jaman, tradisi ini semakin terkubur oleh jaman, bahkan dikatakan ketinggalan jaman.NIM.12520048 M. Syahrir2020-07-03T02:13:06Z2020-07-03T02:13:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37939This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379392020-07-03T02:13:06ZAKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DALAM TRADISI SEDEKAH BUMI (Studi Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati)Ritual sedekah bumi yang diadakan oleh masyarakat Desa Jrahi merupakan tradisi tahunan, yang setiap tahunnya pasti dilaksanakan tradisi tersebut, pelaksanaan tradisi ritual sedekah bumi biasa dilaksanakan pada bulan Dzul Qo’dah atau bulan Apit dalam penanggalan Jawa. Masyarakat Desa Jrahi percaya bahwa ritual sedekah bumi wajib dilaksanakan dalam sekali setahun, sebab masyarakat meyakini jika dalam waktu satu tahun tidak dilaksanakan ritual sedekah bumi maka ditakutkan akan terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Secara spesifik, ritual wajibnya dalam sedekah bumi tidak ada yang berubah mulai dahulu hingga sekarang, tetapi terdapat ritual-ritual pendukung sedekah bumi yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Penelitian ini dilakukan di Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati dengan membahas tiga masalah, yaitu pertama, apa makna ritual sedekah bumi di Desa Jrahi; yang kedua, bagaimana bentuk akulturasi Islam dengan tradisi sedekah bumi di Desa Jrahi; yang ketiga, bagaimana dampak ritual sedekah bumi bagi masyarakat Desa Jrahi; penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi partisipatoris, wawancara dengan pihak yang bersangkutan dan dokumentasi berupa data, dan foto. Teori yang digunakan adalah teori struktural fungsional serta sekema AGIL nya Talcott Parsons serta yang kedua yaitu teori pendukung diambil dari teori akulturasi budaya oleh Koentjaraningrat, di lihat bagaimana masyarakat dapat menyatu dari individu dengan masyarakat, masyarakat dengan alam, dengan masyarakat, dengan Tuhan, serta bagaimana dua unsur kebudayaan dapat menyatu dan mempengaruhi tanpa menghilangkan unsur-unsur serta karakter yang sudah ada. Kemudian data diolah secara deskriptif dan menyajikannya dalam bentuk tulisan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan masyarakat Desa Jrahi terhadap sedekah bumi yang memiliki kesamaan, yaitu masyarakat Desa Jrahi menyakini bahwa ritual sedekah bumi merupakan bentuk wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kehidupan dari hasil bumi maupun alam yang sangat subur. Masyarakat Desa Jrahi juga meyakini bahwa adanya bencana alam itu diakibatkan dari ulah manusianya sendiri ataupun masyarakat yang tidak mau menghormati serta merawat alam. Ritual sedekah bumi selain menyatukan masyarakat Desa Jrahi, menghormati alam, seta terdapat nilai-nilai luhur yang dapat diambil, seperti nilai kebersamaan, saling berbagi, dan goton-groyong. Dalam tradisi ritual sedekah bumi di Desa Jrahi terdapat percampuran nilai-nilai keislaman dengan kebudayaan Jawa, keduanya melebur tanpa menghilangkan unsur-unsur yang ada. Nilai-niali keislaman yang masuk
viii
dalam ritual sedekah bumi tersebut diantaranya nilai ibadah, nilai moral, dan nilai toleransi. Tradisi ritual sedekah bumi yang ada di Desa Jrahi memiliki dampak positif bagi Masyarakat Desa Jrahi, dampak positif yang ditimbulkan antara lain: menjaga tradisi leluhur agar tetap bisa dinikmati hingga generasi mendatang, serta lebih menghargai dan merawat alam.
Kata Kunci: Sedekah bumi, Akulturasi, Budaya lokal.Nim: 12520035 Nurhadi Biantoro2020-07-03T02:12:45Z2020-07-03T02:12:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37938This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379382020-07-03T02:12:45ZSOLIDARITAS DALAM GERAKAN MISIONARIS GEREJA YESUS
KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR (OSZA)
DI YOGYAKARTAGerakan misionaris merupakan awal dari adanya konsep menyapaikan kabar
Injil, yang kemudian diinterpetasikan dalam pemahaman misi dalam bentuk
kegiatan yang disusun membentuk lembaga keagamaan yaitu lembagai misi.
Pekerjaan yang memiliki tantangan dan resiko tinggi baik di dalam agamanya
sendiri maupun di luar agamanya. Akan tetapi menjadi misionaris adalah sebuah
penghargaan yang diyakini oleh umatnya dan pekerjaan mulia yang di nantikan
seperti hanya dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir
(OSZA) atau dikenal diluar gereja sebagai Gereja Mormon. Sisi dualisme ini yang
penulis ingin melihat gerakan misionaris yang dibangun dalam gereja, seiring
dengan masuknyn masa era industri 4.O yang memperkenalkan jaringan internet
sebagai sebagai salah satu strategi bermisi.
Penelitian ini membahas bagaimana sistem gerakan misionaris dan solidaritas
yang dibangun dalam gerakan misionaris di Gereja Yesus Kristus dari
Orang-orang Suci Zaman Akhir yang berlokasi di jalan Diponegoro no 45
Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan mengenai solidaritas
yang dibentuk dari gerakan misionaris gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci
Zaman Akhir dalam upaya mempertahankan eksistensi di tengah masyarakat.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan bersifat kualitatif yang dilakukan dengan
pendekatan sosiologis. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan data
dari lapangan yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi
non-partisipan, wawancara dengan uskup, misionaris, jamaat dan masyarakat serta
data-data lain yang berkaitan dengan penelitian. Setelah data terkumpul, langkah
selanjutnya menganalisis dengan menggunakan teori Emile Durkheim tentang
solidaritas sosial yang digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu solidaritas
mekanik dan solidaritas organik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan adanya gerakan misionaris
Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir (OSZA) dalam
program pertukaran singkat misionaris penuh waktu menjadi daya tarik di dalam
kalangan sendiri maupun luar dan sebagai kekuatan hubungan anggota gereja.
Hubungan tersebut yang membentuk solidaritas. Berdasarkan analisis dengan teori
Emile Durkheim, solidaritas terbentuk dalam Gereja Yesus Kristus dari
Orang-orang Suci Zaman Akhir (OSZA) ada dua yaitu solidaritas mekanik dan
solidaritas organik yang berjalan beriringan. Solidaritas mekanik terlihat pada
proses kesepakatan bersama dan kontrol misionaris yang berada pada ajaran
agama. Sedangkan solidaritas organik tampak dari peran misionaris sebagai
profesi sementara bagi yang mengikuti program misonaris penuh waktu dan juga
terlihat pada kelembagaan gereja yang teroganisasi dengan baik sehingga akses
data antara misionaris dan lembaga misi dapat berjalan lancar. Selain itu dari
adanya program pertukaran singkat misionaris penuh waktu menghasilkan
solidaritas miss yaitu hubungan yang sempat hilang dari pengaruh hubungan yang
terganti dari misionaris penggantinya.
Kata Kunci: Solidaritas, Gerakan, MisionarisNIM. 12520033 NUR KHANIFAH RAHMAWATI2020-07-03T02:12:11Z2020-07-03T02:12:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37937This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379372020-07-03T02:12:11ZDIMENSI KEBERAGAMAAN METALHEAD PADA KOMUNITAS GRABAG UNDERGROUND SOCIETYAgama adalah bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati yang menyertai manusia dalam setiap lingkup kehidupan yang luas. Agama adalah sesuatu yang diyakini, dihayati, dipikirkan dan dirasakan untuk kemudian diamalkan dan diwujukan melalui tindakan nyata.
Heavy metal merupakan salah satu aliran musik yang banyak diminati oleh anak-anak muda. Para penggemar heavy metal seringkali disebut metalhead. Metalhead adalah sebutan untuk penggemar heavy metal yang cenderung fanatik. Yang membuat heavy metal ini menarik dikaji adalah mengenai adanya persinggungan-persinggungan denga unsur-unsur keagamaan dengan sejarahnya yang penuh kontroversi terkait pertentangannya dengan agama. Kefanatikan para metalhead terhadap heavy metal yang dianggap problematis inilah alasan kenapa penelitian ini dilakukan. Metalhead yang tergabung dalam Grabag Underground Society juga tidak terlepas dari kefanatikan merek terhadap heavy metal, namun cara metalhead melihat heavy metal selalu memiliki perbedaan sudut pandang yang unik untuk dikaji. Berdasarkan realita tersebut penulis merumuskan dua persoalan yaitu, bagaimana persinggungan antara heavy metal dan agama serta bagaimana metalhead di Grabag Underground Society memahaminya. Kedua, berdasarkan kenyataan itu bagaimana tingkat keberagamaan para metalhead tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat keberagamaan yang ada pada metalhead tersebut, juga untuk mengetahui
viii
bagaimana hubungan antara kegemaran mereka terhadap heavy metal dengan tingkat keberagamaan yang mereka miliki. Untuk menjawab permasalahan tersebut pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi terus terang atau tersamar, wawancara, serta dokumentasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitis, kemudia keabsahan datanya menggunakan triangulasi. Setelah data terkumpul penulis menganalisis keberaamaan para metalhead ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Charles Glock dan Rodney Stark yang membagi keberagamaan dalam lima dimensi.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa keberagamaan pada metalhead di komunitas Grabag Underground Society ini memiliki kondisi yang berbeda-beda. Sebagian besar mereka berada pada dimensi ideologis, yang berarti memiliki keyakinan terhadap Tuhan, namun ada pula yang tidak meyakininya. Pada dimensi ritualistik sebagian besar mereka melakukannya meskipun dengan konsistensi yang berbeda-beda, begitu pula pada dimensi intelektualnya mereka semua memiliki pengetahuan agama meskipun dengan kapasitas yang berbeda. Mengenai dimensi ekperiensial, mereka masih belum merasakan secara pasti pengalaman keagamaan mereka. Dalam dimensi konsekuensial, mereka yang mengakui adanya Tuhan dan beragama, pada beberapa kesempatan masih tidak mengamalkan ajaran agamanya dan sering meninggalkan kewajibannya. Serta tidak ada hubungan yang signifikan antara fanatisme mereka terhadap heavy metal dengan tingkat keberagamaan yang mereka miliki, karena mereka melihat heavy metal pada aspek estetikanya.NIM. 12520029 Muhammad Kholilurrohman Asrori2020-07-03T02:11:39Z2020-07-03T02:11:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37935This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379352020-07-03T02:11:39ZPERKEMBANGAN MAJELIS AGAMA BUDDHA
TANTRAYANA ZHENFO ZONG KASOGATANAgama Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan adalah sekte yang
terbentuk dari bergabungnya umat Buddha Tantrayana ke dalam Majelis Dharma
Duta Kasogatan Indonesia. Zhenfo Zong merupakan ajaran yang dibabarkan oleh
Maha Guru Lian Sheng yang berkembang di Amerika, dan Kasogatan sendiri
merupakan kelompok Tantrayana yang pertama lahir di masa kebangkitan
kembali agama Buddha di Indonesia. Zhenfo Zong Kasogatan terbentuk pada
tahun 1989 hingga akhirnya mulai berkembang di beberapa daerah di Indonesia,
dan salah satunya di Temanggung Jawa Tengah. Berdasarkan hal tersebut,
penelitian dilakukan di Temanggung Jawa Tengah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dua hal, yaitu asal mula dan
perkembangan Zhenfo Zong Kasogatan serta ajarannya. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan mengumpulkan data
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian data
sekunder berupa buku-buku dan jurnal yang membahas tentang agama Buddha.
Dengan menggunakan teori fungsionalisme milik Robert K. Merton.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Zhenfo Zong Kasogatan muncul
untuk menyatukan umat Tantrayana dan memperkenalkan Zhenfo Zong
Kasogatan sebagai sekte yang tidak lepas dari adat Nusantara. Dari terbentuknya
Zhenfo Zong Kasogatan pada tahun 1989 tidak mengalami penolakan sehingga
perkembangannya mulai terlihat dengan jumlah umat yang semakin bertambah,
terbentuknya struktur kepengurusan, penambahan sarana prasarana, pendidikan
dan kebudayaan, kemudian secara kelembagaan terbentuk Majelis Agama Buddha
Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan dan diakui oleh WALUBI. Zhenfo Zong
Kasogatan mulai berkembang di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di
Dusun Lamuk Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung
Jawa Tengah. Dari pengenalan sampai secara resmi dipilih sebagai sekte yang
diyakini, masyarakat Dusun Lamuk membutuhkan waktu kurang lebih selama
empat tahun. Zhenfo Zong Kasogatan merupakan sekte berbasis sosial keagamaan
dengan memiliki beberapa program sosial kemanusiaan. Kemudian inti ajaran dari
Zhenfo Zong Kasogatan diambil dari kitab Tipitaka, Sadharma Pundarika, Sutra
Tantrayana serta Sanghyang Kamahayanikan. Dalam ajaran Zhenfo Zong
Kasogatan mengutamakan ajaran menghormati Guru, selain Triratna Zhenfo
Zong Kasogatan meyakini Maha Guru yaitu Lian Sheng sehingga dalam Zhenfo
Zong Kasogatan selain berlindung pada Buddha, Dhamma, Sangha juga
berlindung pada Guru. Kemudian dalam Zhenfo Zong Kasogatan juga
mengutamakan Dhamma dan Sadhana. Ajaran dalam Zhenfo Zong Kasogatan
dianggap tidak bertentangan dengan konstitusi dan peraturan-peraturan negara
Indonesia sehingga Zhenfo Zong Kasogatan diakui dalamWALUBI meski dalam
ajarannya meyakini Catur Ratna.NIM. 12520010 ERIKA NURHIDAYAH2020-07-03T02:10:22Z2020-07-03T02:10:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37929This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379292020-07-03T02:10:22ZRELIGIUSITAS PADA KALANGAN REMAJA ISLAM
MASJID MANGKUBUMI (RISMABUMI) PILAHAN RW 11
REJOWINANGUN KOTAGEDE YOGYAKARTAMembahas kehidupan remaja merupakan hal yang menarik. Banyak pemberitaan
terkait dengan remaja baik itu yang bersifat positif seperti prestasi dalam bidang olahraga
hingga hal yang bersifat negatif seperti tawuran antar remaja hingga penggunaan obat
terlarang. Dalam hal religiusitas atau sikap keagamaanpun para remaja belum mempunyai
tingkat kematangan beragama yang baik. Dengan melihat fenomena tersebut penulis
mencoba melakukan penelitian terkait religiusitas atau sikap keberagamaan para remaja.
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di Masjid Mangkubumi Pilahan
RW 11, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Dalam penelitian
ini peneliti meneliti para Remaja Islam Masjid Mangkubumi ( RISMABUMI ). Ketertarikan
peneliti meneliti remaja RISMABUMI bukan karena terlibatnya remaja pada kasus-kasus
kenakalan seperti tawuran yang terjadi belakangan ini melainkan kebiasaan mereka yang
mengalami perubahan dari masa ke masa, dimana pada masa-masa sebelumnya pada generasi
remaja lama tergolong aktif memakmurkan masjid namun pada masa generasi remaja saat ini
ada penurunan dalam hal memakmurkan masjid.
Penelitian ini terfokus pada dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana religiusitas
Remaja Masjid Mangkubumi dan kedua, faktor-faktor apa yang menyebabkan tingkat
religiusitas remaja tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis
data diskriptif-kualitatif dengan prosedur reduksi data, penyajian data serta verifikasi analisis
data dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori lima
dimensi keagamaan Glock and Stark yang digunakan sebagai teori analisis dalam penelitian
ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam ranah ideologis atau keyakinan para
remaja menyatakan agama penting bagi kehidupan. Namun dalam hal ritual dan komitmen
pada afiliasi organisasi keagamaan mereka cenderung tidak tertarik. Mereka lebih cenderung
nyaman dengan pola keagamaan yang sedikit longgar dalam artian lebih pada sikap spiritual
daripada ritual. Dalam hal tingkat pengetahuan keagamaan para remaja Rismabumi tidak
berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan. Dalam artian tingkat pengetahuan yang
didapat dari sekolah tidak berbanding sama dengan tingkat keyakinan remaja. Terkait dengan
pentingkah tempat ibadah (masjid) bagi remaja Rismabumi ? dari hasil penelitian, mereka
menyatakan penting. Hanya saja bagi mereka tempat ibadah (masjid) agar lebih diperluas
fungsinya bukan sekedar tempat ibadah ritual tetapi juga sebagai tempat bersosial dan
mengakomodir bakat para remaja. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
keberagamaan remaja yaitu faktor sosial, faktor emosional dalam keagamaan dan faktor
alami dalam agama.
Kata Kunci : Remaja, Religiusitas, Masjid.NIM. 12520008 MIFTAKHUROHMAN2020-06-09T06:43:45Z2020-06-09T06:43:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37796This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377962020-06-09T06:43:45ZNEGOSIASI NILAI-NILAI RELIGIUS
DALAM KELUARGA BEDA AGAMA
(Studi Kasus di Dukuh Sendangrejo Karanganom Klaten Utara)Dukuh Sendangrejo Desa Karanganom terletak di Kecamatan
Klaten Utara Kabubapaten Klaten dan termasuk salah satu Dukuh
yang memiliki aneka keragaman, salah satunya adalah keragaman
dalam beragama. Adanya keragaman tersebut berpengaruh terhadap
maraknya seorang muslim yang menikah dengan non-muslim setelah
melalui konversi atau sebaliknya, namun pada realitasnya mereka
tetap mempertahankan agama masing-masing. Dalam hal ini, yang
menjadi persoalan bukan boleh atau tidaknya hal itu dilakukan, tetapi
berkaitan dengan peran orang tua yang berbeda agama dalam
menegosiasikan nilai-nilai religius dalam keluarganya. Sosialisasi
religius sangat dibutuhkan anak, dimana hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menggali proses adaptasi, interaksi diri
(penyadaran) dan munculnya sikap toleransi dalam keluarga yang
berbeda agama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
menggunakan pendekatan studi kasus, yang dilakukan secara
intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Sedangkan metode
analisis data yang digunakan adalah analisis-deskriptif. Dalam
metode pengumpulan data, penyusun menggunakan metode
observasi, wawancara, dan juga dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa negosiasi nilai-nilai
religius dalam keluarga beda agama meliputi tiga tahap, yaitu
adaptasi yang diwujudkan dalam bahasa dan tindakan, interaksi
dilakukan melalui penyadaran akan adanya nilai atau aturan yang
hidup/living dalam keluarga dan selanjutnya yang muncul adalah
sikap toleransi. Tahap adaptasi dengan anak dilakukan dengan cara
memperkenalkan anak pada tempat ibadah dan memberikan
pemahaman tentang tata cara beribadah sesuai agama masingmasing. Tahap interaksi dalam keluarga beda agama terjadi secara
terus menerus dan ditujukan untuk membangun nilai kebersamaan
dalam keluarga. Setelah melalui tahap adaptasi dan tahap interaksi,
yang muncul adalah sikap toleransi dan kemudian menjadi bekal
mereka untuk hidup dalam masyarakat luas dengan memiliki sikap
saling menghargai serta menghormati pemeluk agama lain.
Kata Kunci: sosialisasi, toleransi, keluarga beda agamaNIM. 15720026 Alifah Maharanihttp://digilib.uin-suka.ac.id/37708/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul.jpg2020-06-02T03:05:34Z2020-06-02T03:05:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37708This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377082020-06-02T03:05:34ZReligion in the Post-Truth SocietyIn Mahabaratha epic story, Durma—a commader in
Baratha Yudha war from Kurawa side—was able to break the
Pandawa’s defensive forces. This led to Krishna’s fear that if
Durna continued to be in the side of Kurawas, Pandawa will
soon lose the battle.
Yet, Krishna got the the key of Durna’s weakness—
that he is too in love with his son Aswathama. Krishna used
the Durna’s weakness to build the strategy to break his
power. First, Arjuna was asked to create fake news about the
death of Aswathama, so Durna will be in deep misery and he will lose all his power. For
sure, Arjuna refused to do that. Even though he opposed Durna, he did not want to create
fake news as he also considered Durna as his teacher so he paid respect to him.
In other battle, Bima was commanded to killed the elephant troop in war, named
Istithama. Istithama had similar rhyme with Aswathama. When finally the elephant was
killed, Pandawa had announced that Istithama the elephant has died in the hand of Bima.
The death of Istithama was heard among Kurawa troop. However, as ‘Istithama’ has the
same rhyme with ‘Aswathama’, some Kurawans heard that ‘Aswathama’ who was killed in
the battle with Bima.
Soon the information that heard was ‘Aswathama’ (not ‘Istithama’) who killed in the
battle. At the end, the news had finally been heard by Durna. Durna decided to ask to one of
his student, that known for his honest reputation, named Yudhistira. He answered the
question—with his mumbled voice, “Yes, Isti was killed in the battle”.
Yudhistira, of course, told the truth. However, he talked with low voice so it was
heard unclearly. Unfortunately, Durna heard ‘Istithama’ as ‘Asthatama’. As Durna was
confused and worried, he was too shocked and broken hearted to accept the death of
Aswathama. He gave up to be a warrior and lived as an ascetic. Living in his grieve, he had
no resistance when Drestajumena killed himself.
From the excerpt of the scene of epic story “Mahabharata” above, even the ones that
considered as the most honest groups, which is Pandawa, used ‘hoax’ as part of strategies to
win the battle.
Who are they in this recent modern world situation?Achmad Charris Zubair2020-02-03T01:49:11Z2020-02-03T01:49:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37907This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379072020-02-03T01:49:11ZIMPLEMENTASI PROGRAM KEPUTRIAN
DALAM MENGEMBANGKAN
RELIGIUSITAS SISWI KELAS VIII
DI SMP N 1 IMOGIRILatar belakang penelitian ini adalah bahwa dimensi religiusitas
merupakan cerminan kualitas sikap seseorang atas agama yang
dianutnya. Namun pada kenyataannya di lingkungan sekitar masih
sering ditemui kurangnya pengetahuan siswi tentang dasar-dasar
Agama sehingga menunjukkan kurangnya ketaatan terhadap praktikpraktik
Agama yang semestinya dikerjakan. Siswi juga masih
memerlukan perhatian khusus untuk berpikir dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian
implementasi program keputrian, faktor pendukung dan penghambat
dalam mengembangkan religiusitas siswi di SMP N 1 Imogiri.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian field research. Adapun
dalam pengumpulan datanya menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitiatif yang menekankan analisisnya pada proses
penyimpulan deduktif dan induktif. Analisis data dilakukan dengan
cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian
data, menarik kesimpulan serta pada tahap akhir dari analisa data ini
yaitu dengan mengadakan keabsahan data dengan menggunakan
ketekunan pengamatan trianggulasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Program
keputrian bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Materi yang diberikan menyesuaikan dengan masa perkembangan diri
siswi dan momentum-momentum tertentu yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan ceramah, tanya jawab,
pembiasaan, dan pemberian suri teladan. Manfaat keputrian dapat
menambah atau memperluas pengetahuan tentang Agama Islam, dan
menumbuhkan kesadaran. Keefektifan dapat dibuktikan dengan
menunjukkan tingkah laku atau sikap yang mayoritas siswi tidak
melakukan tindakan menyimpang dari aturan yang diberikan dan
adanya kesesuaian antara perencanaan dengan hasil yang dicapai.
Religiusitas siswi dilihat dari segi lima dimensi menurut Glock and
Stark sebagai berikut: setiap siswi memiliki keyakinan yang kuat atas
agama yang dianutnya. Ilmu atau pengetahuan yang dimiliki mereka
xi
juga cukup untuk dijadikan dasar melakukan tindakan yang dikerjakan.
Tentunya semua yang dikerjakan setiap individu memunculkan
pengalaman atau penghayatan agama. (2) Faktor pendukung melalui
adanya kegiatan tadarus Al quran, shalat Jumat, keputrian, shalat
dhuha, shalat dhuhur, pengajian wali murid, sarana prasarana,
pembelajaran PAI di sekolah, strategi khusus dari guru Agama.
Sedangkan faktor penghambat: kurangnya motivasi belajar dari dalam
diri siswi, faktor lingkungan dan hubungan pertemanan.
Kata Kunci : Implementasi, Keputrian, Religiusitas, SiswiNIM. 15410092 SITI NUR HIDAYATI2020-02-03T01:47:18Z2020-02-03T01:56:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37909This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379092020-02-03T01:47:18ZPENDEKATAN RELIGIUS DALAM REHABILITASI
BAGI MANTAN PENGGUNA NAPZA DITINJAU DARI
PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi di Pondok Rehabilitasi Tetirah Dzikir Kuton Berbah Sleman)Latar belakang penelitian ini adalah adanya mengkaji bagaimana pendekatan religius dalam menangani rehabilitasi korban pengguna NAPZA dan bagaimana implikasi metode-metode dalam rehabilitasi jika dilihat dari sudut (perspektif) Agama Islam. Jika ditinjau dari perspektif Agama Islam maka dapat diambil tiga dasarnya yaitu Aqidah, Akhlak dan Syariah. Untuk itu pendekatan religius yang digunakan dalam metode ini sangatlah menarik untuk dibahas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang ebrsifat keagamaan yatitu yang berpegang pada Al Quran dan Al Hadits. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data penelitian dianalisis menggunakan analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tahapan metode dalam rehabilitasi tersebut terbagi menjadi dua yaitu secara rohani (mandi taubat, sholat, dzikir, puasa, khataman dan manaqiban) dan secara jasmani (olahraga, bekam dan kerja bakti). 2) pengaruhnya terhadap santri binaan sebelum dan sesudah direhabilitasi sangatlah jauh berbeda (bertaubat, semakin dekat kepada Allah SWT, melakukan ibadah-ibadah yang sudah diajarkan di Pondok dan lebih sehat dan bugar dari kedaan fisik. 3) dari perspektif Pendidikan Agama Islam yaitu Aqidah (semakin percaya bahwa setiap apa yang dilakukan selalu dalam pengawasan Allah SWT), Akhlak (perbuatan baik akan selalu mengantarkan kepada kebajikan dan sebaliknya perbuatan buruk akan mengantarkan kepada penyesalan semata), dan Syariah (segala amal perbuatan dan ibadah yang dilakukan, impasnya akan kembali kepada diri kita sendiri). 4) Faktor Pendukung: a) Lokasi yang strategis, memudahkan akses kemanapun; b)Tenaga sukarelawan dari santri binaan yang sudah sembuh, sangat membantu mengontrol keadaan disana; c) Kerjasama yang bagus dari pada para Ustaz/Pembina Keagaaman dalam membina dan mengawssi para santri; d) Jadwal yang sudah terstruktrur dan terorganisir memudahkan dalam penyampaian metode dan materi keagamaan kepada santri binaan); e) Kegigihan dari pihak pengasuh dan pengurus, mereka tidak pernah putus asa meskipun dalam kondisi yang terbatas. 5) Faktor Penghambat: a) Kurangnya sumber dana untuk membantu keuangan Pondok, karena ada beberapa keluarga dari santri hanya membayar tanggungan yang biayakan dengan seikhlasnya saja; b) Minimnya sosialisai dari pihak Dinas Sosial dan BNN Kabupaten maupun Provinsi; c) Kurangnya perhatian dari pihak Pemerintah Daerah maupun Nasional; d) Kondisi beberapa santri binaan yang kurang stabil, seringkali kabur dan berontak.
Kata kunci: Pendekatan Religius, Rehabilitasi, Agama IslamNIM. 15410095 Laras Setia Ranti2019-08-15T04:45:10Z2019-08-15T04:45:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36338This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/363382019-08-15T04:45:10ZPERJALANAN MENJADI SEORANG MUSLIM
( Studi Kasus Konversi Agama Para Jamaah
Majelis Muhtadin Yogyakarta )Agama merupakan kebutuhan dasar dari manusia Maka keberadaan agama di
dalam individu dan masyarakat tidak dapat dielakkan. Sebagai kebutuhan rohani
manusia , agama bagi seseorang dapat menjadi motivasi dalam hidup, dan agama
menjadi sarana untuk mengatasi segala persoalan. Disinilah kemudian arti penting
kehadiran agama bagi seseorang. Namun tidak semua orang dapat merasakan
arti pentingnya agama dalam hidup. Bahkan orang dapat lari darinya manakala dalam
kondisi tertentu agama dianggap sebagai "candu" masyarakat.
Demikian halnya dengan agama dalam kehidupan yang dialami oleh para
Jamaah Majelis Muhtadin Yogyakarta. Beragam cara mereka dalam menyikapi agama
dalam kehidupannya, ada yang menganggap agama sebagai kebutuhan primer,
sekunder maupun tersier. Hal tersebut tidak lepas dari latar belakang pendidikan,
ekonomi dan sosial yang dimiliki oleh para jamaah itu.
Pada kondisi tertentu seseorang dapat mengalami konflik batin yang
disebabkan oleh pudarnya keyakinan terhadap kebenaran agamanya dan solidaritas
yang dimiliki oleh jamaah. Kedua hal inilah yang kemudian seseorang tergerak
hatinya untuk melakukan konversi agama atau pindah agama. Orang yang melakukan
konversi agama dari beragama non Islam masuk ke Islam dinamakan muallaf
Berbagai macam faktor dan pola dalam proses konversi agama yang dialami oleh para
muallaf Jamaah Majelis Muhtadin Yogyakarta. Selain itu juga dalam proses konversi
agama ada berbagai macam betuk kontribusi yang mereka berikan terhadap agama
Islam.
Dalam skripsi ini penyusun menggunakan analisis diskriptif untuk
memberikan hasil penelitian mengenai konversi agama yang dialami oleh para
muallaf Jamaah Majelis Muhtadin Yogyakarta. Dikarenakan kajian ini studi kasus
maka yang dilakukan penyusun adalah mewawancarai konvarsan dan mencari
dokumentasi lainnya yang mendukung untuk di jadikan sumber data. Kemudian
penyusun menganalisis data tersebut, yang pada akhirnya akan didapatkan apa yang
menjadi pokok kajian dari masalah ini.
Berdasarkan penelitian dan pengkajian secara mendalam, akhirnya peneliti
menemukan beberapa faktor yang menjadikan alasan para muallaf Jamaah Majelis
Muhtadin Yogyakarta melakukan konversi agama. Fakor-faktor itu diantaranya
adalah faktor persahabatan, keunggulan agama barunya dan dissolidaritas kelompok.
Dari beberapa faktor tersebut kemudian mendorong mereka melakukan konversi
agama. Dalam proses konversi agama yang dilakukan oleh Jamah majelis Muhtadin
ditemukan adanya tiga pola jalan menjadi Islam. Hal yang membedakan pola tersebut
dipengaruhi oleh adanya perbedaan latar belakang kehidupan dari para muallaf.
Sedangkan dinilai dari kontribusi yang diberikan muallaf terhadap agama barunya,
muallaf di Jamah Majelis Muhtadin dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
kelompok atas, menengah dan bawah .NIM: 03541361 SURANTOhttp://digilib.uin-suka.ac.id/34976/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul%20-%20Al%20Makin%20-%20Returning%20to%20the%20Religion%20of%20Abraham%20Controversies%20over%20the%20Gafatar%20Movement%20in%20Contemporary%20Indonesia.jpg2019-05-09T01:33:16Z2019-05-09T01:33:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34976This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/349762019-05-09T01:33:16ZReturning to the Religion of Abraham:
Controversies over the Gafatar Movement in
Contemporary IndonesiaThis article explores the idea of ‘Milah Abraham’, a term used and
advocated by Ahmad Mushaddeq and Mahful Muis, the founders of
Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara/Archipelagic Dawn Movement).
Mahful Muis, a prominent companion of Mushaddeq, has written
many works about the idea of the religion of Abraham. This article
answers the questions of how the idea of Milah Abraham emerged,
and what are the implications of its emergence in the context of
plural Indonesian Islam. Based on interviews and the written works
of both Gafatar leaders, this study explores the idea of the religion
of Abraham and how it can go beyond Judaism, Christianity and
Islam to a new spirituality that combines the three religious
traditions. The idea of Milah Abraham not only offers a new
syncretism in the context of plural Indonesian Islam, but also
challenges the establishment of Islamic orthodoxy in the country.
Since the 1970s, the idea of returning to the religion of Abraham
has contributed to the discussion of pluralism among many
Indonesian Muslim intellectuals.. Al Makinhttp://digilib.uin-suka.ac.id/34975/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul%20-%20Perjuangan%20Belum%20Berakhir.jpg2019-05-09T01:26:13Z2019-05-09T01:26:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34975This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/349752019-05-09T01:26:13ZMembangun Perspektif lmiah, Melampaui
Perspektif Teologis dan Politik Identitas:
Pandangan tentang UU Penodaan AgamaIzinkan saya mengemukakan pandangan saya, sesuai dengan
keahlian dan penelitian dalam ilmu-ilmu agama karena saya dididik
dalam ranah tradisional pesantren hingga S3, dan tepatnya isu-isu
kenabian dan agama-agama, isu-isu para nabi-nabi yang muncul di
Indonesia, selama kurang lebih 15 tahun. Penelitian sudah terbit
dalam buku dalam bahasa Inggris dan Indonesia dalam isu-isu
kenabian, kelompok-kelompok agama minoritas, agama-agama lokal,
relasi agama dan Negara, dan kemunculan agama-agama kuno, klasik,
dan modern di perbagai penerbit internasional, nasional, jurnal
internasional, nasional, dan berbagai seminar dalam banyak level.. Al Makin2019-02-19T04:30:12Z2019-02-19T04:30:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33302This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/333022019-02-19T04:30:12ZDEMOKRASI RASIONAL JÜRGEN HABERMAS:
STUDI AGAMA DALAM RUANG PUBLIKJenis Penelitian ini adalah Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan difokuskan pada penelaahan, pengkajian, dan pembahasan literatur-literatur. Sementara itu penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis. Penelitian ini bersifat deskriptif, interpretatif, dan analisis, yaitu menggambarkan pemikiran Jürgen Habermas mengenai peran dan posisi agama dalam ruang publik demokrasi. Setelah itu, dilakukan penafsiran secara objektif, dan analisis terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia, khususnya pasca-reformasi, serta sejauh mana relevansinya. Berdasarkan pada hasil penelitian. Pemikiran Jürgen Habermas tentang demokrasi merupakan jalan tengah (moderat) antara demokrasi liberal dan demokrasi komunitarian. Diskursus menjadi prosedur tindakan komunikatif untuk mencapai konsensus yang legitim. Habermas tidak memprivatisasi agama dalam ruang publik, sebagaimana demokrasi liberal, dan tidak menjadikan agama sebagai kekuatan politik dalam ruang publik, sebagaimana komunitarian. Pendirian Habermas tidak tanpa alasan. Menurutnya masyarakat kontemporer ada pada fase post-metafisik, masyarakat kontemporer sangat plural, dan netralitas negara bukan memihak pada salah satu pandangan hidup. Tetapi mengcover semua pandangan hidup. Sehingga dengan begitu, Habermas memperbolehkan agama memasuki arena diskursus ruang publik, dengan menggunakan argumentasi rasional atau nilai-nilai universal dari agama. Argumentasi agama ini hanya boleh masuk pada politik informal, dan tidak boleh masuk pada politik formal. Di dalam politik formal, yang digunakan adalah penalaran publik (argumentasi sekuler). Fenomena keagamaan di Indonesia pasca-reformasi dari konflik intra dan antar agama, terorisme, isu SARA, hingga penerapan Perda-Perda Syariah. Melihat fenomena tersebut, demokrasi deliberatif Jürgen Habermas Sangat relevan. Masyarakat plural di Indonesia harus melakukan diskursus bersama untuk saling memahami, sehingga akan tercipta konsensus yang legitim. Dalam pengambilan konsensus melibatkan semua eleman masyarakat di Indonesia, mengingat pluralitas masyarakat. Seharusnya nilai-nilai universal agama yang di bawah dalam ruang publik, bukan doktrin komprehensif, dan konsep demokrasi deliberatif Habermas sejalan dengan cita-cita para Founding Father yang memperhitungkan agama xi (nilai-nilai universalitas agama) dan tidak menjadikan agama sebagai kekuatan politik formal.NIM. 14510051 MOH. NOR FAUZAN2019-02-19T04:17:11Z2019-02-19T04:17:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33298This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/332982019-02-19T04:17:11ZSINKRETISME BUDAYA JAWA DAN AJARAN ISLAM
(Telaah Atas Konsep Tasawuf Syekh Siti Jenar)Islam di Jawa seakan tidak bisa lepas dari perpaduan budaya Jawa sendiri maupun dengan agama-agama yang telah ada sebelum Islam, seperti Hindu-Budha. Ajaran Islam yang datang setelah Hindu-Budha dengan latar belakang masyarakat yang kental dengan budaya dan mistik seakan harus ikut menyesuaikan. Ajaran Islam menyebar dengan pesat di Jawa karena adanya perpaduan atau sinkretisme antara Islam, Jawa dan Hindu-Budha. Skripsi ini di latar belakangi ajaran Islam yang dating ke Jawa dan berpadu dengan budaya Jawa lalu membentuk sebuah identitas baru yang disebut Islam Kejawen. Pada masa Walisanga, Syekh Siti Jenar dinilai menimbulkan banyak perdebatan dalam menyebarluaskan ajarannya di tanah Jawa. Konsep ajarannya yang menimbulkan banyak polemik menjadikannya sosok sufi yang sangat kontroversial. Syekh Siti Jenar dinilai merusak ajaran Islam dan akhirnya harus dieksekusi. Namun, peneliti menemukan ajaran tasawuf Syekh Siti Jenar mengisi esensi budaya yang ada di Jawa. Skripsi ini membahasa konsep ajaran tasawuf Syekh Siti Jenar yang ternyata selaras dengan konsep filsafat Jawa. Sehingga ajarannya bisa diterima oleh masyarakat Jawa meskipun membutuhkan waktu dan membutuhkan cara yang tepat untuk menyebarkannya.NIM. 13510071 Dika Elmi Fida2019-02-19T03:52:03Z2019-02-19T03:52:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33295This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/332952019-02-19T03:52:03ZEKSISTENSIALISME TEISTIK DALAM FILM THE MAN WHO KNEW INFINITY (2015) (Analisis Semiotik)Memaknai dan menjalani kehidupan sangatlah kompleks tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang hitam belum tentu hitam, begitu sebaliknya yang putih belum tentu putih. Namun di dalam kehidupan ini hakikatnya adalah ego-ego yang saling hidup menjadi dan berinteraksi satu sama lain. Baik dari ego yang terendah seperti benda-benda mati, ego mengikuti hukum sunatullah yaitu hewan dan tumbuhan dan terakhir ego yang bebas yaitu manusia yang memiliki perjuangan hidup untuk berdaulat dalam hidupnya. Dari sisi kompleksitas hidup tersebut, terdapat sebuah film yang sangat fenomenal yang mana kontennya berupa sejarah ilmuan matematika dari India. Hal inilah yang membuat Sutradara Matthew Brown mengangkat film tersebut dari sebuah novel dengan judul yang sama The Man Who Knew Infinity. Peneliti tertarik dengan kejeniusan dari Ramanunjan yang hanya berbekal pendidikan otodidak di India dengan kultur agamis yang kuat, sedangkan G. H. Hardy sebagai seorang ilmuan matematika dari Inggris dengan kultur ketidakpercayaannya terhadap Tuhan. Dari kolaborasi antara Ramanunjan dan G. H. Hardy tersebut terlihat sangat jelas penggambaran dua sisi peradaban antara Timur (India) dan Barat (Inggris). Penelitian ini merupukan penelitian pustaka. Mengambil objek kajian film The Man Who Knew Infinity yang rilis pada tahun 2015. Adapun objek formalnya adalah Eksistensialisme teistitik oleh Muhammad Iqbal dan tahapan eksistensi manusia menurut Soren Kierkegaard. Film ini dikaji menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yang membagi tingkatan makna atas tanda, denotasi, konotasi dan mitos. Adapun yang dianalisis adalah tanda-tanda dalam film meliputi adegan dan dialog. Dalam konteks ini, film diposisikan sebagai teks yang berjalan. Dari potongan-potongan adegan maupun dialog yang kemudian dianalisis dengan two order of signification Roland Barthes. Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa film tersebut telah merepresentasikan filsafat eksistensialisme yang memandang segala sesuatu haruslah melihat secara subtantif-kualitatif yaitu Ramanunjan sebagai individu yang jenius. Dan kehidupan konsep eksistensialis teistik dari Muhammad Iqbal yang direpresentasikan oleh S. Ramanunjan yang pengetahuannya berasal dari Tuhannya (Intuitisi) dan konsep eksistensialis teistik dari Soren Kierkegaard yang direpresentasikan oleh G. H. Hardy dengan pengetahuan formal selama hidupnya. Serta terakhir dalam film tersebut terdapat kritik budaya antara Timur (India) religius dan Barat (Inggris) rasional.NIM. 13510009 Joko Riyanto2019-02-19T03:41:05Z2019-02-19T03:41:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33292This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/332922019-02-19T03:41:05ZHUMANISME RELIGIUS ABDURRAHMAN WAHIDPersoalan mengenai manusia dan kemanusiaan adalah sesuatu yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan. Dalam istilah jawa manusia dianggap sebagai jagat cilik (semesta kecil) yang di dalam dirinya memiliki sesuatu yang luas dan tidak terbatas. Satu wacana terbaru yang membahas mengenai manusia adalah persoalan humanisme. Humanisme merupakan sebuah kajian mengenai harkat dan
martabat manusia. Pemikiran mengenai humanisme lahir di Eropa pada masa pencerahan. Pada awalnya pemikiran humanisme berkaitan erat dengan Agama Nasrani. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi banyak konflik mengatasnamakan agama. Hingga kemudian pemikiran humanisme di tempatkan
sebagai satu pemikiran sendiri. Skripsi ini hendak mengkaji humanisme religious dalam pemikiran Abdurrahman Wahid serta relevansinya terhadap konteks Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Adapun rumusan masalahnya adalah pertama, bagaimana pemikiran Humanisme Religius Abdurrahman Wahid? Kedua, bagaimana relevansi pemikiran humanisme Abdurrahman Wahid dalam
konteks persoalan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia? Skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan dengan metode deskriptif-fiosofis. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kualitatif
dengan menggunakan analisis-filofofis dengan cara menginterpretasi dan menganalisa secara kritis agar dapat melihat makna, nilai dan maksud yang dikehendaki dalam konsep tersebut, serta memberi kesimpulan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam pandangan Abdurrahman Wahid tidak pernah lepas dari keislaman, ke Indonesiaan dan kemanusiaan (humanisme). Keislaman merupakan dasar dari kehidupan Abdurrahman Wahid sebagai keturunan ulama besar dan juga lahir dalam dunia pesantren. Berkat didikan ayahnya, ia juga memiliki kesadaran yang tinggi mengenai keindonesiaan dan kemanusiaan, yang ia tunjukkan dalam penuntasan kasus HAM, penegakan demokrasi dan pluralisme. Wacana humanisme religius Abdurrahman Wahid berangkat dari refleksi ritual agama dalam bentuk kesadaran spiritual. Islam tidak hanya mengajak untuk
menjalin hubungan dengan Allah ḥabluminallah dalam bentuk ibadah mahḍoh, namun juga menjalin hubungan dengan sesama manusia ḥabluminannās dalam bentuk rasa saling peduli antar sesama manusia. Pemikiran humanism Abdurrahman Wahid mengarah pada rasa solidaritas sosial sebagai sesame manusia. Dengan begitu, akan tercipta masyarakat majemuk yang rukun dan sejahtera civil societyNIM. 12510026 Muhammad Arwani2018-08-15T02:54:27Z2018-08-15T02:54:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29097This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/290972018-08-15T02:54:27ZELASTISITAS AJARAN AJARAN AGAMAHampir dalarn semua Agama, terdapat bentuk-bentuk ajaran yang kalau diperhatikan, menyebabkan kita berkesimpulan, bahwa
Agama mengandung umur-umur ajaran yang elastis. Atas dasar inilah kami memberikan uraian sekedarnya. Berdasarkan ada atau tidaknya unsur ajaran yang merupakan perintah untuk menyebarluaskan sesuatu Agama maka agama dibedakan atas Agama Missi atau Agama Da'wah dan bukan Agama
Missi.
Mmurut Islam dalam batas-batas tertentu dan dengan syarat-syarat khusus terutama dalam cara,dimana dasar hukum yang tegas tidak ditemui, maka kelapangan diberikan untuk mengambil suatu Iangkah dan keputusan berdasarkan pertimbangan akal.Burhan Daya2018-08-15T02:54:16Z2018-08-15T02:54:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29094This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/290942018-08-15T02:54:16ZBEBERAPA MASALAH TENTANG PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH-SEKOLAH UMUM DI INDONESIAMasalah Pcndidikan Agama pada Sekolah-sekolah Umum ditanah air
kita ini senantiasa menjadi salah satu dari masalah-masalah yang hangat, mulai sejak masa penjajahan dahulu, sampai saat kita ini. Bermacam - macam diskusi, seminar, musyawarah, kerja dan sebagainya telah diadakan untuk membicarakan masalah tersebut. Keharusan pelaksanaan Pendidikan agama pada Perguruan-perguruan Umum di Indonesia telah mempunvai kedudukan yang kuat, karena telah mempunyai landasan juridis yang nyata.Sanusi Latief2018-07-16T08:04:13Z2018-07-16T08:04:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30143This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/301432018-07-16T08:04:13ZReligious Inclusivism In Indonesia :
Study of Pesatetren An-Nida and Edi Mancoro,
Salatiga, Cent:ral Java17Iis abstract is tlie result of research inknded to elaborate the students' religious inclusiveness in the Nida
and Edi Islamic baarding schools (Pesantren) of Salatigrr, Ccrztmlfam. ln its dcscriptirJc analysis, this J1llPl7
will tnj to elaborate a phenomenon or social unit of religious life in boarding schools in which some research
instruments such as participant observation, open inte!'Vicws and unstructured questionnaires are ust'd. The
results showed that:, there was a shf/t from the stmctured tlzeoretical formdation both irz Islamic boarding sdwols
of Edi Matrcoro attd All Nida, an overview of studettts' religious inclusiveness appeari11g in tlte form of culture,
tt11mcly: cultttrtll presen~ati<m to cultural tram.fcrtlh<ti<m. The ct~Uural fonts~ becsn5e the existence nnd
function of religion (Islam) h"allsforms into the culture while religion is a11alysed from the perspective of the local
culture. The cultural and transformativc inclusiveness is generated by tlze particularity a_{ students' religious and
educational traditions although they maintained but tfley have also experienced changes; and openness to adapt
and impart tlzrollglz a transformative social process. 71tis transformation causes tire emergence of collectively
cultural values agreed and implementfd together, thus they arf universal. Tltf students' tradition preservatian is
determined by h~IQ m~wallylinW t.Wriflbles nnmf!ly: 1) ~~~s fiS gmml~115 qj trMitiP11., fiTW J) curricHit~m t.!tnt
maintains the teaching of classic book (I(itab Kuning (yellow book) as a buffer tradition. l!Vhile the changes of
tradition arc also influenced by two variables, namely 1) social interaction with the surrounding local culture of
the boarding scfzools, and Z) the students' communication patterns with their external plural environment. , the
students' prcseved awl clumging tr,zditi.ons prodused 11 unique n·ligiolls autlwrity. In tlze Pesantren An Nida.
religious atttl10rity was mattifested from tlte supermacy of fiqh Oslamic jurisprudence) enliglztmed by ijtihad
{rational rell501ling). There is a reciprocal relalitmship belwt'ffl_(iqk end ijtihad, so that l'*dyw~mk- Vi'rht1l nature
offiqh will appear. The rati.oruzl values in ijtihad ll'ClS then strengthened -along with external clumges -and
accepted by tlte students' perspect;ve of jurisprudmce. In tlce Pesantren Mancoro Edi, tile research result showed
tht1t students's complied religious authority -cuascaused by the superlm!!CY ofdyHSmic fiqhcnlightffled by Sufism.
T1te mystical value in Sufism also tends to be stronger - along witTt their contextual adaptation-- thus ajJecti11g
tiLe students' fiqh perspective. Unfortunately, the religious authorities seem to lzaue paradoxical values because of
their closeness to religious symbols outside their reUgio11. It is t/u:refore recommmded tltat: 11) to the students, they
are supposed not to understand religion as a set of 5!Jmbols, but a system of value, and ~{not, b) other religians are
then welcomed into tlze local culture.
Keywords: indm;ivi;;m··tran!Jformntive, Islamic rriigions anthoritirs in Indonesia, Pesantrm, 1oca1 cuitmr. Masroer2018-03-16T09:22:48Z2018-03-16T09:22:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29622This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/296222018-03-16T09:22:48ZONLINE PIETY: MAINTAINING PIETY THROUGH THE INTERNET OF INDONESIAN SALAFI ACTIVISTSThe development of technology always gives influences in the development of the
transmission of religious doctrines and knowledge. In the period of pre digital age, oral and
printed media played important role in the process of the dissemination of religious
teachings and creating religious life. Religious knowledge widely disseminate through oral
media in the form of speeches and direct learning. In the period of hard printed media,
various forms as books, pamphlets, brochures etc. also had been widely utilized to
propagate religious teachings.2 These has helped religious people to increase their religious
knowledge and, to some extent, religious piety. The period of the Internet in the digital age
has provided wider room for religious preachers and missionaries to propagate religious
teachings in the web. The Internet gives a lot of benefits in the dissemination of religious
teachings. The internet, therefore, has changed the face of religion. It has brought people
from real to cyber life. It is true that life in cyberspace is in continuity with real life. People
are doing online similar to what they do in real life, but they are doing it in different way.AHMAD BUNYAN WAHIB2017-07-27T01:27:11Z2017-07-31T07:59:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26479This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/264792017-07-27T01:27:11ZJACK FROST: A KIERKEGAARDIAN EXISTENTIALISM IN RISE OF
THE GUARDIANS MOVIEMovie as a part of literary works is worth to be analyzed. For the reason,
movie has audio-visual element that make it is more complex, complete, and
dramatic than other literary work. Rise of the Guardians movie is chosen as the
object of this study. This movie shows the struggle of Jack Frost as the main
character in determining his way of life. This is religious movie that describes his
journey in obeying God’s command life phase to be a new guardian for children.
This study uses objective approach by applying Soren Kierkegard’s existentialism
theory and it is supported by film theory. The writer focuses on Soren’s stage of
life existentialism concept to help in analyzing the stage of life that is determined
by Jack. After analyzing the data that have been found, the writer concludes that
Jack passes three stages of life of Soren’s existentialism. They are aesthetic stage,
ethical stage, and religious stage. To make a decision in passing the each stage, a
dread or anxiety is needed for making a ‘leap of faith’. Jack passes all of those
stages, but his aesthetic stage is different a bit because sometimes he can be a
good mannered person and can be an ill mannered person. It is also because every
human passes that stages in different way one another. He also passes the ethical
stage which is a bit different because he follows his ego to find his memory box
without permission from Tooth Fairy. Thus, it depends on their choice because
they have their self-center to determine their lives.NIM. 13150018 ADE NINE SURYANI2017-07-05T03:03:21Z2017-07-05T03:03:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25840This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/258402017-07-05T03:03:21ZPENAFSIRAN KENABIAN (NUBUWWAH) MENURUT BASHIRUDDIN MAHMUD AHMADDari paparan pembahasan penafsiran kenabian menurut Bashiruddin
Mahmud Ahmad, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kata nabi dan rasul digunakan secara bergantian yang menunjukkan
bahwa kata rasul itu adalah sebutan lain untuk kata nabi. Kalau ada
perbedaan hanyalah terletak pada kenyataan bahwa rasul itu mengandung
arti lebih luas yang menurut maknanya dapat diterapkan kepada
sembarang utusan, misal, malaikat Jibril pun disebut rasul (QS. 42:51).
Menurut Bashiruddin kenabian dibedakan menjadi tiga macam:
a. Nabi Sahibu asy-syari'ah artinya nabi yang membawa syariat (hukum-hukum)
untuk manusia.
b. nabi Mustaqil Gair at-Tasyri' yaitu menjadi nabi secara langsung,
bukan mengikut kepada nabi sebelumnya, tetapi tidak membawa
syariat baru.
c. Nabi Zilli gair ar-Tasyri' artinya mendapat anugerah dari Tuhan
menjadi nabi semata-mata karena keparuhannya kepada nabi
sebelumnya dan juga mengikuti syariatnya, nabi ini disebut juga
dengan sebutan Buruzi-Zilli artinya nabi bayangan, yaitu nabi yang
hanya akan diperoleh dari keberkatan nabi Muhammad saw. dan akan
berlangsung sampai hari kiamat.NIM.98532602 Khoirul Faisal Ismail2017-07-05T02:33:54Z2017-07-05T02:33:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25831This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/258312017-07-05T02:33:54ZTRANSFORMASI NILAI-NILAI HUMANIS DALAM DIALOG ANTARIMAN
(Studi Lapangan Pada Forum Persaudaraan Umat Beriman Yogyakarta)Penelitian ini membahas tentang transformasi nilai-nilai humanis dalam
dialog antariman yang difokuskan pada komunitas FPUB Yogyakarta. Penelitian
ini bertolak pada merebaknya fenomena sosial yang berlatar belakang agama
(SARA). Sementara usaha dialog antaragama terus diwujudkan namun tidak
pernah selesai menjawab fenomena tersebut. Secara umum, penelitian ini akan
mengidentifikasi permasalahan di atas, dengan mencoba mencari signifikansi
dialog antaragama kemudian memasukkan FPUB Yogyakarta sebagai salah satu
referensi jawabannya.
FPUB Yogyakarta sebagai komunitas kultural yang berdekatan secara
langsung dengan masyarakat basis, bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat.
Penelitian ini menguraikan peran strategis FPUB dalam kontribusinya terhadap
dialog antaragama, dan sejauhmana sosialisasinya pada masyarakat grassroot.
Dalam penyusunannya, digunakan metode analisa deskriptif kualitatif. Yaitu,
penyajian, pengklasifikasian dan penyusunan data, kemudian dijelaskan melalui
penggambaran dengan kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut katagori untuk
memperoleh kesimpulan. Adapun dalam penyimpulannya penyusun
menggunakan metode induktif.
Pluralisme yang merupakan sunatullah, akhir-akhir ini menjadi bahasan
hangat pada kalangan cendekiawan dan media massa, sebagai akibat logis dari
kesulitan bangsa dalam mengatasi konflik internal dan eksternal kebangsaan.
Seringkali pluralisme menyisakan permasalahan-permasalahan bagi umat
beragama Persoalan pencerahan (enlightenment) merupakan pijakan bagi FPUB
dalam meniti sebuah kebudayaan, yang intinya adalah humanisme. Dalam upaya
perwujudan visi dan misinya, FPUB melakukan usaha internalisasi makna pluralis
dan humanis dalam setiap gerakan. Menggunakan platform yang independen pada
masyarakat, serta sejauh mungkin menjauhi sikap elitis dan top-down. FPUB
berupaya membangun kembali kesadaran masyarakat untuk memahami bahasa-bahasa
universal sebagai bahasa bersama, sehingga menguatkan proteksi dan daya
tahan sosial masyarakat. Selain itu FPUB juga berperan aktif dalam pelaksanaan
proses pembelajaran bagi masyarakat dan bagi negara khususnya, bahwa dimensi
iman-agama merupakan dimensi privasi yang tidak dapat diintervensi oleh pihak
manapun.
Sosialisasi nilai-nilai humanis, pluralis dan inklusif pada FPUB
diwujudkan melalui berbagai agenda yang tersegmentasi dalam tiga bentuk divisi.
Masing-masing melakukan transformasi sosial dalam formulasi yang berbedabeda,
walaupun pada akhirnya kerja nyata seperti dialog karya masih terkesan
menjadi ornamen saja. Tidak seimbangnya antara keterbatasan kapasitas dengan
kebutuhan yang memerlukan penanganan dan tanggapan serius menjadi hambatan
akan gerakan tersebut. Selain itu, cita-cita dan tujuan semacam ini memang tidak
dapat dirasakan hasilnya secara instan. Hal ini memerlukan proses dan waktu
yang cukup panjang. Oleh karenanya, forum semacam ini perlu terus
dikembangkan dan patut dibanggakan.NIM.00520347 Nur Hayati2017-07-05T01:56:13Z2017-07-05T02:02:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25817This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/258172017-07-05T01:56:13ZSINKRETISME BUDDHA-KHONGHUCU
(Studi Kasus di Tanjungpandan Belitung)Sinkretisme merupakan sebuah fenomena yang mungkin terjadi dalam
persinggungan antara sebuah agama dengan kebudayaan setempat ataupun agama
dengan agama. Sinkretisme merupakan sebuah upaya penyatuan idiologi-idiologi
yang bertentangan ke dalam satu kesatuan pikiran atau keadaan yang membentuk
satu hubungan yang harmonis. Penulis melakukan penelitian di Tanjungpandan
Belitung. dengan memunculkan dua permasalahan pokok yaitu untuk mengetahui
proses terjadinya sinkretisme antara agama Buddha Khonghucu yang terjadi di
Tanjungpandan dan mendiskripsikan unsur-unsur apa saja yang sinkretis karena
adanya kebijakan pemcrintah memasukkan Khonghucu ke dalam sekte Buddha.
metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan pendekatan antropologi dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara dari para informan. observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik
analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data yang
didapat dari lapangan melalui para informan dan observasi yang kemudian
dideskripsikan dalam bentuk tulisan dan diuraikan secara menyeluruh untuk
mendapatkan suatu konklusi yang akurat.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu bahwa di
Tanjungpandan telah tejadi sinkretisme antara agama Buddha dan Khonghucu.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kerancuan para pengikut Buddha ataupun
Khonghucu untuk membedakan kedua agama ini dalam praktek keseharian; di
tambah lagi pada setiap upacara keagamaan agama Buddha penganut Khonghucu
pun ikut serta dalam acara tersebut, dan begitu pula sebaliknya, sehingga
menimbulkan anggapan bahwa agama Buddha dan agama Khonghucu adalah
sama. Kurangnya pemahaman keagamaan serta pembinaan agama Khonghucu
menjadi salah satu penyebabnya.NIM.99522885 OSTEO HASANAH2017-07-04T08:12:05Z2017-07-04T08:13:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25790This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/257902017-07-04T08:12:05ZNILAI-NILAI AJARAN HINDU DALAM RITUAL
LABUHAN KRATON YOGYAKARTA DI PANTAI PARANGKUSUMOKraton Yogyakarta yang dibangun sejak tahun 1755 M sampai sekarang
masih tetap lestari. Kraton sebagai pusat kebudayaan bermuara nilai-nilai luhur
budaya bangsa, sehingga masih tetap mempertahankan dengan baik tradisi-tradisi
upacara(ritual)seperti sekaten, siraman pusaka, labuhan dan sebagainya. Beberapa
dari upacara (ritual) itu terdapat ritual yang erat hubungannya dengan mite atau
alam pikiran mistis. Salah satu diantaranya adalah ritual labuhan yang diadakan
satu kali dalam sahu tahun. Masyarakat Yogyakarta berusaha memperoleh benda-benda
yang ada hubungannya dengan ritual labuhan karena mereka mempunyai
prinsip ngalap berkah. Dalam ritual labuhan terkandung nilai-nilai religi baik
ajaran Hindu ataupun Islam serta nilai-nilai budaya Jawa.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas penulis mencoba mengkaji
tentang nilai-nilai ajaran Hindu dalam ritual labuhan Kraton Yogyakarta yang
dilaksanakan di Pantai Parangkusuma. Dalam pembuatan skripsi ini penulis
menerapkan metode penelitian lapangan meliputi pengumpulan sumber yang
dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Setelah itu penulis melakukan
analisis data yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk karya tulis. Penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif dan secara langsung mengikuti proses
ritual labuhan di Pantai Parangkusuma.
Pada hakekatnya ritual labuhan diselenggarakan untuk tujuan balas jasa
yang ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul, disamping juga untuk: tujuan
persembahan kepada roh leluhur dan tujuan persembahan untuk tempat-tempat
keramat.Ritual labuhan kraton yang dilaksanakan di Pantai parangkusuma
mengandung nilai-nilai ajaran Hindu yang penting. Pokok-pokok ajaran Hindu
yang terdapat dalam ritual tersebut di antaranya adalah konsep tapa, kepercayaan
pada roh halus, yajna dan kepercayaan kepada Tuhan. Tapa sebagai suatu cara
untuk mengetahui rahasia Tuhan dan untuk berhubungan secara langsung agar
dapat diperoleh petunjuk dari-Nya. Kepercayaan terhadap keberadaan roh-roh
disamping pula roh-roh jahat menimbulkan suatu pandangan bahwa agar roh-roh
tersebut tidak mengganggu manusia dan mau membantu maka dilakukan suatu
upacara (ritual) berkorban atau upacara persembahan yang ditujukan kepada rob- ·
roh halus. Upacara keagamaan (yajna) khususnya dalam Bhuta-yajna merupakan
upacara korban terhadap makhluk yang tidak kelihatan dan kekuatan alam
semesta. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan dalam bentuk
upacara (ritual) disertai dengan perlengkapan, tata cara dan mantera (doa) sebagai
wujud rasa terima kasih kepada Tuhan yang disebut Dewa Yajna.NIM.99522867 ROHMAH ARDIANA2017-07-04T07:48:22Z2017-07-04T07:55:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25782This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/257822017-07-04T07:48:22ZTRI TUGAS GEREJA
(Studi Terhadap Gereja Kristen Jawa Sawokembar Gondokusuman Yogyakarta)Gereja, pada hakikatnya datang bukan untuk dilayani akan tetapi gereja
yang sebenarnya adalah datang untuk melayani. Gereja mempunyai dua fungsi
tugas panggilan hidup, yaitu pertama, umat beriman sebagai anggota gereja
dalam kehidupan sehari-harinya mengungkapkan dan menghayati imannya serta
persatuannya dengan Kristus. Kedua, menjadi anggota masyarakat yang dalam
kehidupan sehari-harinya menghayati imannya dalam hubungannya dan
persatuannya dengan sesama warga masyarakat.
Pada setiap kelompok agama, baik agama wahyu atau agama dunia
tidaklah lepas dari bagaimana pengungkapan keagamaan terbadap masyarakat
diwujudkan. Joacim Wach menyatakan bahwa untuk mengungkapkan suatu
agama minimal harus melalui tiga cara atau tahapan pengalaman keagamaan.
Menurutnya, bentuk pengalaman keagamaan diwujudkan dalam bentuk pemikiran
atau keyakinan (tought), perbuatan (action), dan dalam bentuk persekutuan
(fellowship). Ketiga bentuk ungkapan tersebut adalah sama-sama penting bahkan
ungkapan yang bersifat intelektual dan nyata (praktis) dapat memetik arti yang
sebenarnya hanya dalam konteks masyarakat.
Abad modern, dari tahun ketahun pelayanan yang dilakukan gereja harus
selalu inovatif dan setidaknya mengalami perubahan. Perubahan dilakukan dengan
syarat tidak keluar dari jalur dan aturan-aturan yang telah dibuat, ditetapkan dan
dijadikan sebagai landasan operasional gereja. Diakonia, koinonia dan marturia.
Tiga hal penting yang dijadikan sarana gereja Kristen Jawa Sawokembar untuk
mewujudkan cinta kasih sesama. Diakonia yang berarti pelayanan atau perbuatan,
koinonia yang berarti persekutuan atau kelompok, dan marturia yang berarti
kesaksian atau pemikiran.
Dari ketiga bentuk pengalaman keagamaan tersebut gereja menggunakan
diakonia sebagai satu cara yang lebih praktis dan dinamis. Bukan berarti
menganaktirikan ungkapan pengalaman keagamaan yang lainnya. Diakonia
merupakan salah satu perwujudan dari pancaran iman Kristen yang secara
laugsung tercurahkan kepada warga masyarakat. Tidak pandang bulu dari
kelompok mana masyarakat itu berada. Selain itu juga pelayanan diakonia
dirasakan lebih efektif dalam menjalankan tugas gereja. Hal ini dikarenakan
mereka lebih mudah untuk berhadapan langsung dengan masyarakat untuk
menunjukkan kepedulian mereka. Dari sinilah persoalan diakonia akan terlihat
apakah ia sebagai missionaris atau sebagai proyek kristenisasi.NIM.00520313 Samsul Ma'arif2017-07-04T07:05:55Z2017-07-04T07:07:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25767This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/257672017-07-04T07:05:55ZPLURALISME DALAM PANDANGAN MAJELIS BUDDHAYANAMasalah selalu menyeitai setiap langkah hidup, kejahatan selalu terjadi di
mana-mana, peperangan yang konon katanya bertujuan untuk membebaskan dan
mendamaikan, selalu terjadi di muka bumi. Namun bukan kedamaian yang
dihasilkan, malah kadang peperangan menambah kesengsaraan dan malapetaka
bagi umat manusia. Majelis Buddhayana merespon fenomena tersebut dengan
konsepnya tentang pluralisme. yaitu Harmoni-aktif Dengan konsep pluralisme
tersebut, Majelis Buddhayana menawarkan solusi menyeluruh pada penyadaran
manusia untuk lebih mengenal agamanya dan madzhab dengan berdampingan
dengan agama serta aliran lain. Karena dalam konsep Majelis Buddhayana,
tercakup toleransi, belas kasih, saling memahami. Ciri seperti inilah yang konon
dapat membawa manusia untuk lebih mengenal agama sendiri dan menuntun
bagaimana harus betindak untuk hidup yang harmonis dengan agama lain.
Penelitian ini hendak menggali bagaimana konsep yang ditawarkan Majelis
Buddhayana tentang pluralisme serta bagaimana implikasi konsep pluralisme
Majelis Buddhayana tesebut bagi hubungan sekte intern agama Buddha dan
agama lain.
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dan wawancara yang
didasarkan pada tokoh-tokoh Majelis Buddhayana, sebagai data primer dan buku-buku
lain yang berkaitan sebagai sumber data sekunder. Sedangkan metode yang
dipakai adalah pendekatan sosiologis, Yaitu suatu piranti konseptual struktur
kelembagaan, yang secara Fungsiona1 sebagai pengintegrasian yang melibatkan
relasi hubungan, saling berinteraksi dalam komunitas sosial. Teori struktur
fungsional ini di kembangkan oleh Talcott Parson. Seperti halnya pandangan
Durkheim yang menyatakan bahwa fungsional dalam sebuah lembaga dan agama
adalah mendukung dan melestarikan masyarakat yang sudah ada. Agama
menurutnya bersifat fungsional terhadap pesatuan dan solidaritas sosial
Hasil dari penelitian ini diperoleh jawaban, Pertama, Konsep pluralisme
yang ditawarakan Majelis Buddhayana dalam menghadapi isu pluralitas tersebut
adalah konsep Harmoni-aktif Yaitu konsep hidup berdampingan dengan
pergaulan yang lebih kuat dan saling mengambil diri dari berbagai tradisi,
madzhab dan sekte dalam agama Buddha. Dengan tujuan untuk memperlihatkan
pentingnya menghindari pengelompokan, sektarianisme dan bentuk-bentuk
perpecahan. Pengambilan diri dari berbagai tradisi dan madzhab maksudnya
adalah bahwa konsep ini mempergunakan ajaran-ajaran dari berbagai sekte dalam
agama Buddha sejauh ajaran-ajaran tersebut relevan dan praktis serta sesuai
dengan praktek Dharma yang diajarkan oleh Buddha, sehingga semua yana
(aliran, sekte) berada dalam satu jalan Buddha, saling membimbing menuju
Ekayana, yaitu jalan Buddha. Kedua, Implikasi dari konsep pluralisme yang
dikembangkan Majelis ini,adalah memberi nuansa dan cakrawala pada setiap
pemeluk Buddha bahwa fenomena pluralitas merupakan realitas yang tidak harus
dihindari, akan tetapi menjadi sebuah kenikmatan hubungan yang harmoni dan
bekerja sama saling membantu dengan keanekaragaman masing-maing. sehingga
dapat memahami dan siap menghadapi gejala pluralistik tersebut.NIM.98522797 Sri Sunarwono2017-07-04T04:50:40Z2017-07-04T04:50:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25748This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/257482017-07-04T04:50:40ZPRAKTEK TOLERANSI PENGAMALAN AGAMA
Studi Pada Keluarga Beda Agama (Islam-Katolik) di Perumnas
Condong Catur Kelurahan Condong Catur Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa YogyakartaPengamalan agama merupakan ekspresi keagamaan paling empiris, sebagai
hak yang paling asasi, maka pengamalan agama yang berbeda-beda sesuai dengan
agama dan kepercayaanya merupakan sebuah keniscayaan. Keluarga yang
merupakan struktur masyarakat terkecil menyebabkan adanya ikatan batin dan
ikatan biologis menyebabkan hubungan dalam keluarga lebih erat. Perbedaan
agama dalam kelompok kecil seperti keluarga dapat menjadi sumber kekecewaan,
ketegangan dan konflik yang pada awalnya berawal dari interaksi yang sangat
intens dalam perbedaan, dan perbedaan. Namun fakta yang terjadi adalah adanya
pengamalan agama yang berbeda-beda justru tidak menimbutkan konflik dan
ketegangan antara umat beragama. Hal ini dapat dilihat pada keluarga beda agama
di Perumnas Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini mempunyai dua pennasalahan yang menuntut jawaban yaitu
bagaimana bentuk-bentuk toleransi pengamalan agama dalam keluarga beda
agama dan mengapa toleransi tersebut dapat terjadi khususnya pada pada keluarga
beda agama karena perkawinan sekaligus ada konversi agama di dalamnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk toleransi dalam
pengamalan agama dalam keluarga beda agama dan mencari sebab terjadinya
toleransi dalam keluarga beda agama. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan sosiologi yang memandang agama sebagai fakta sosial. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang memunjang penelitian.
Penelitian ini mengambil sampel 4 keluarga di Perurnnas Condong Catur,
toleransi yang terwujud pada keluarga beda agama di Perumnas Condong Catur
berwujud dalam interaksi antar umat beragama, umat Katolik memberikan
kontribusi dalam toleransi pangamalan agama seperti tidak mengganggu
pelaksanaan ibadah sholat, memberikan kesempatan umat Islam untuk
melaksanakan puasa, membayarkan zakat Dukungan dalam ibadah ghairu
mahdzah nampak: ketika urnat Islam melakukan penyembelihan hewan kurban
sebagai salah satu upaya mengurang kesenjangan kemiskinan, umat Katolik dalam
keluarga beda agama memberikan kontribusi tenaga untuk membantu pembagian
daging kurban. Umat Islam memberikan kontribusi dalam toleransi pengamalan
agama seperti mengantarkan ke Gereja waktu kebaktian hari minggu dan
kebaktian hari besar (seperti hari raya Natal), menunda silaturahmi dalam satu
keluarga pada waktu hari raya Natal bersamaan dengan hari Idul Fitri demi
kebersamaan dalam satu keluarga Perilaku lain yang muncul adalah toleransi
dalam pastoral umat Katolik: seperti tidak menghalangi upaya penanggulangan
kemiskinan pada masyarakat kurang mampu yang dilakukan oleh umat Katolik
pada saat-saat tertentu.
Hambatan dalam praktek toleransi dalam keluarga beda agama yang paling
utama adalah keinginan umtuk mendapatkan jumlah pengikut. Sebab utama
toleransi dalam keluarga beda agama adalah rasa kebersamaan dalam sebuah
keluarga dan adanya nilai - nilai etika jawa (guyub) yang melandasi interaksi
diantara anggota - anggota keluarga sehingga praktek toleransi dalam pengamalan
agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya bisa terwujud.NIM.99522910 Syahban Siantoro2017-07-04T04:11:41Z2017-07-04T04:11:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25742This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/257422017-07-04T04:11:41ZPANDANGAN ABDI DALEM MAKAM MATARAM
KOTA GEDE YOGYAKARTA TERHADAP SYARI'AT ISLAMDalam penulisan Skripsi ini penulis berangkat dari fenomena yang ada
pada Abdi Dalem makam Mataram Kotagede Yogyakarta, sebagai penjaga
makam dan sebagai Muslim yang berkaitan dengan kehidupan beragamanya.
Kehidupan beragama di sini berkaitan dengan pemahaman agama mereka.
Sedangkan Pemahaman tentang suatu agama tidaklah mudah, seperti pemahaman
agama Islam di kalangan orang Jawa. Abdi Dalem sebagai seorang Muslim dan
sebagai pembantu Sri Sultan mempunyai tugas-tugas khusus serta kewajiban-kewajiban
tertentu demi menjaga serta melestarikan peninggalan, adat dan
budaya-budaya keraton. Sebagai Abdi Dalem yang bertugas menjaga dan merawat
makam Mataram Kotagede dan sebagai Muslim yang mempunyai kewajiban
tertentu, mereka mengetahui hukum Islam tetapi di sisi lain mereka juga harus
mematuhi adat yang tidak dapat mereka tinggalkan. Kehidupan beragama mereka
diwarnai oleh dua sisi yang berbeda, dan dalam pelaksanaan keagamaan, mereka
melaksanakan keduanya. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
mcngkaji lebih dalam tentang pandangan Abdi Dalem makam Mataram Kotagede
terhadap syaria'at Islam.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. sedangkan untuk
memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan tipologi. Dalam hal ini penulis membuat beberapa tipe atau kategori
berdasarkan latar kehidupan beragama Abdi Dalem makam Mataram Kotagede
Yogyakarta.
Dari basil penelitian ini dapat ditegaskan bahwa kehidupan beragama Abdi
Dalem makam Mataram Kotagede, masih banyak. dilingkupi oleh kegiatan-kegiatan
ritual, seperti selamatan dalam berbagai peristiwa hidup. Dengan
demikian kehidupan beragama Abdi Dalem makam Mataram Kotagede masih
terkait erat dengan tradisi setempat yang tetap terpelihara dan diyakini terkait erat
dengan Islam.
Pandangan terhadap syari'at Islam terkait erat dengan pengetahuan dan
pemahaman mereka terhadap Islam. Kebanyakan Abdi Dalem menjalankan
syari'at Islam baru sebatas menjalani atau mengugurkan kewajiban saja. Dari sini
tampak. bahwa Islam dalam pandangan mereka baru sebagai wacana yang belum
dapat mereka terapkan dalam kehidupannya.NIM.00520299 THOYIBAH2017-07-04T02:44:39Z2017-07-04T02:44:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25727This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/257272017-07-04T02:44:39ZGEREJA SANTO ANTONIUS MUNTILAN
(Sejarah Perkembangan Misi Tabun 1894-1945)Gereja Santo Antonius Muntilan merupakan salah satu nama Gereja yang
berada di Kabupaten Magelang, Jawa tengah. Keberadaan Gereja ini sangat
penting, terutama apabila kita kaitkan dengan sejarah perkembangan misi di Jawa.
Karena dari Gereja inilah lahir generasi perintis penginjilan di Jawa bahkan
sampai di luar Jawa. Selain itu di tempat inilah misi bagi orang-orang Jawa dapat
berkembang. Keberhasilan misi bagi penduduk Jawa ini, karena saat itu setrategi
yang dipakai para misionaris sangat tepat, sehingga Muntilan pada masa itu
sebagai satu-satunya pusat misi bagi orang-orang Jawa, sedangkan di tempat lain,
Gereja lebih melayani bagi umat Katolik yang berbangsa Belanda, Indo dan
khusus melayani bagi tangsi-tangsi tentara Belanda.
Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada misi awal tahun 1894
sampai tahun 1945, dimana saat itu bertepatan dengan kedatangan tentara Jepang
ke nusantara yang juga mempengarui karya misi di Gereja Santo Antonius
Muntilan.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah sebagai pendekatannya.
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah interview atau
wawancara, dan mengadakan studi dokumen-dokumen yang tersimpan di
Museum misi Muntilan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Gereja Santo Antonius Muntilan,
peneliti menyimpulkan bahwa Kegagalan yang dialami awal misi di Muntilan
disebabkan karena tidak adanya misionaris yang mahir berbahasa dan memahami
adat istiadat Jawa, tidak adanya misionaris yang menetap di pedusunan dan
adanya prasangka dari misionaris bahwa orang-orang Jawa tidak mungkin
menerima Injil karena telah memeluk agama Hindu, Budha, Islam dan
kepercayaan lain secara kuat, selain itu karena adanya pandangan dari masyarakat
Jawa sendiri bahwa agama Katolik adalah agama Barat atau agama penjajah.
Metode yang digunakan misionaris untuk mengembangkan misi di
Muntilan adalah melalui penempatan tukoh di perkampungan dan pengaturan
setrategi oleh misionaris, melalui pendekatan dibidang kultural, ekonomi,
kesehatan dan terutama pendidikan.NIM.99523038 Wahyu Hidayati Ningsih2017-07-04T01:05:14Z2017-07-04T01:05:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25709This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/257092017-07-04T01:05:14ZKEBERAGAMAAN REMAJA PELAKU PENCABULAN
(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo)Penelitian ini mengambil tema Keberagamaan Remaja Pelaku Pencabulan
(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo) Kecamatan Kutoarjo
Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan pelaku melakukan pencabulan dan mengetahui
sejauh mana peran bimbingan keagamaan terhadap keberagamaan pelaku pencabulan
di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo serta untuk mengetahui peran agama
terhadap peningkatan perilaku keagamaan pelaku pencabulan yang menjadi anak
didik di Lembaga Pemasyarakatan Anaka Kutoarjo.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan pendekatan psikologi agama dengan teknik pengumpulan data melalui
para informan, observasi dan dokumemasi-dokumentassi yang ada. Data-data tersebut
penulis analisis secara deskriptif yaitu data yang terkumpul, disusun, dijelaskan
kemudian dianalisis.
Hasil penelitian menunjukan banwa faktor yang menyebakan pelaku
melakukan pencabulan adalah meningkatnya libido seksualitas, kurangnya informasi
tentang seks secara benar karena orang tua pelaku pencabulan masih mentabukan
masalah seks, dan pegaulan yang makin bebas. Faktor yang paling dominan adalah
faktor kurangnya informasi seks secara benar dan pergaulan yang bebas. Pembinaan
keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak berperan cukup baik dan ini dapat di
lihat pada peningkatan perilaku keagamaan pelaku pencabulan. setelah mendapat
pembinaan keagamaan tersebut. Keberagamaan pelaku pencabulan bergeser ketika
menginjak usia remaja karena dipengaruhi oleh teman sebaya, sehingga akhirnya
pelaku pencabulan terjerumus dalam pergaulan bebas dan melakukan kejahatan
seksual berupa pencabulan. Setelah menjadi anak didik dan tinggal di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kutoarjo, keberagamaan mereka lebih baik dari sebelum
menjadi anak didik. Selain dorongan dari diri sendiri, pembinaan agama Islam yang
ada di lembaga ini juga merupakan salah satu faktor pendukung perilaku keagamaan
pelaku keagamaan meningkat, sehingga agama atau ritual keaagamaan bagi mereka
dapat menenangkan dan menentramkan jiwa dan perasaan pelaku pencabulan.NIM.00520326 YUHANA ENDRAYANI2017-06-16T02:34:10Z2017-06-16T02:34:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25562This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/255622017-06-16T02:34:10ZPENGAMALAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KAUM MUALLAF
(Studi Kasus di Sorowajan)KARMUJI. Pengamalan Agama Islam di Lingkungan Kaum Mualaf (Studi
Kasus di Sorowajan). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga, 2005.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara
kritis tentang Pengamalan Agama Islam di lingkungan kaum mualaf di Dusun
Sorowajan, yang meliputi usaha mereka dalam memperoleh Pendidikan Agama
Islam, Pengamalan Agama Islam mereka serta hasil dari Pengamalan Agama
Islam mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini diharapkan akan
dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan Pendidikan Agama Islam
bagi kaum mualaf dalam rangka menjadi muslim sejati.
Penelitian ini mempakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di
Sorowajan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data
dilakukan dengan analisis deskriptif, dengan menggunakan tiga langkah yang
meliputi: reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Sedangkan pemeriksaan
keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi data.
Hasil pene1itian menunjukkan bahwa: (1) Kehidupan kaum mualaf di
Dusun Sorowajan di awal-awal mereka masuk Islam, ada yang mendapatkan
dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya walaupun berlainan agama.
Namun ada juga yang tidak mendapatkan dukungan dan motivasi, sehingga dalam
rangka mengamalkan ajaran Agama Islam kadang-kadang dirasakan kurang
mantap. (2) Pengamalan Agama Islam di lingkungan kaum mualaf berjalan
sendiri-sendiri karena belum adanya lembaga yang menangani pengajian khusus
kaum mualaf. Setiap mualaf mempunyai cara dan usaha yang berbeda-beda untuk
memperoleh Pendidikan Agama Islam, hal ini dikarenakan kurang mendapatkan
pembinaan dan pengalaman agama, baik itu dari lembaga masjid yang menjadi
tempat pengislaman mereka maupun dari masyarakat sekitarnya, sehingga
berpengaruh terhadap hasil Pengamalan Agama Islam bagi mereka. (3) Dari
Pengamalan Agama Islam di lingkm1gan kaum mualaf dapat diketahui bahwa
pengatahuan keagamaan Islam dan juga keimanan mereka mengalami
peningkatan, hal ini bisa dilihat pada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari
para mualaf yang sudah melaksanakan kewajiban umat Islam yang meliputi
sholat, puasa, zakat dan amar ma'ruf nahi mungkar. Selain itu Pengamalan Agama
Islam di lingkungan kaum mualaf mempunyai dampak yang sangat positif
terhadap diri mereka, yaitu mereka lebih mempunyai perhatian terhadap
pendidikan agama anaknya dan akan selalu memegang teguh agama yang
diyakininya ini bahkan sampai pada anak turunnya serta sosial kemasyarakatan
mereka semakin meningkat.NIM.01410890 KARMUJI2017-06-13T07:24:38Z2017-06-13T07:24:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25512This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/255122017-06-13T07:24:38ZASPEK-ASPEK MISTIK KATOLIK JAWA DALAM BUKU NDEREK SANG DEWI ING ERENG-ERENGING REDI MERAPI KARYA SINDHUNATAPenelitian tentang aspek mistik Jawa-Katolik Sindhunata dalam karya
Nderek Sang Dewi ing Ereng-erenging Redi Merapi ini adalah sebuah penelitian
pustaka, yaitu penelitian dengan usaha meneliti literatur-literatur yang ada
relevansinya dengan topik yang dibahas. Pengumpulan data menggunakan buku
primer dan buku sekunder dan sebagai kelengkapan data menggunakan
wawancara kemudian data dianalisa dengan metode kontens analisis atau analisis
isi dengan menggunakan pendekatan antropologi. ·
Sindhunata adalah salah satu tokoh yang mencoba mengambil prototipe-prototipe
falsafah Jawa untuk dijadikan bahan kajian dalam bukunya Nderek Sang
Dewi ing Ereng-erenging Redi Merapi yang menceritakan kekayaan pengalaman
rohani ketika menjalani lelaku kembang pitu dan lelaku tuk pitu dan ini adalah
merupakan pengalaman nyata. Lelaku-lelaku ini dijalani ketika ada keinginan
Sindhunata dan teman-temannya untuk mewujudkan adanya sumur di dalam
Gereja Maria Assumpta di Pakem, dengan nama Sumur Kitiran Kencana.
Mistik Katolik Jawa Sindhunata yang dijadikan pembahasan oleh penulis
meliputi sangkan paraning dumadi, tapa atau samadi, manunggaling kawula
gusti, dan ilmu gaib atau kesaktian. Semua aspek mistik Jawa itu dibahasakan atau
dihayati oleh Sindhunata secara Katolik. Sangkan paraning dumadi diartikan
bukan sebagai asal tapi sebagai tujuan. Tapa atau samadi diartikan sebagai ngelmu
gender neng (meneng) dan ning (ening) yang akan menantarkan manusia pada
nang (wenanging jumenengan). Manunggaling kawula gusti yang diartikan
setelah melalui tahapan ngelmu gender neng, ning, nang, maka akan diantarkan
pada tahapan nung (papan dununging kasunyatan) yang nantinya manusia akan
dianugerahi ngelmu kendi (kendi yang kosong), sehingga mendapat anugerah rasa
pasrah dan sumeleh. Ilmu gaib atau kesaktian bahwa doa dan pembacaan Injil itu
dianggap sebagai mantera atau rapal agar mendapat kebahagiaan dari Tuhan
Allah, Anak Bapa dan Roh Kudus.
Mistik Katolik Jawa merupakan dua bentuk mistik yang sating mendukung
dan sating mempengaruhi karena mempunyai kesamaan yaitu, sama-sama
menjunjung dimensi batin, mempunyai tujuan yang sama yaitu manunggaling
kawula gusti, persatuan manusia dengan Tuhan, dan juga faktor lingkungan yang
mendukung adanya inkulturasi. Inkulturasi Gereja Katolik terhadap kebudayaan
Jawa disebabkan beberapa faktor yaitu, pertama kepercayaan bahwa manusia itu
dikelilingi alam gaib, kedua persatuan hamba dengan Tuhan, ketiga sama-sama
punya keyakinan bahwa agama mereka adalah "agama rasa", keempat sama-sama
menghormati kedudukan guru, kyai (dalam masyarakat Jawa) dan rohaniawan
rohaniawati, dan kelima adalah sama-sama punya ajaran toleransi.NIM:96522175 HANIK ROSYIDAH2017-06-09T08:12:30Z2017-06-09T08:12:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25443This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/254432017-06-09T08:12:30ZPANDANGAN DAN SIKAP KOMUNITAS NU TERHADAP
TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH
DUSUN JENGKOL TEGALRANDU SRUMBUNG MAGELANGTarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyan (TQN) adalah salah satu organisasi
sufisme dalam sejarah Islam di Indonesia.Sebagai pola keagamaan yang lebih
menekankan nuansa batin, ia tidak selamanya hanya berfungsi keagamaan yang
menyediakan ajaran-ajaran dan ritual, melainkan juga menjadi bagian dari
gerakan sosial keagamaan. Kecenderungan ini tampak dalam perkembangan TQN
yang ada di Dusun Jengkol Tegalrandu Srumbung Magelang Jawa Tengah.
Sehingga ajaran-ajaran maupun ritual yang selalu dilaksanakan para penganutnya
menimbulkan pro dan kontra masyarakat terhadap keberadaan TQN itu sendiri,
khususnya pada masyarakat yang menamakan dirinya komunitas NU. Oleh karena
itu penelitian ini memfokuskan pada pandangan dan sikap komunitas NU terhadap
TQN Dusun Jengkol Tegalrandu Srumbung Magelang. Tujuan dari penelitian ini,
selain mendeskripsikan organisasi tarekat (baik dalam hal ajaran-ajaran maupun
ritualnya) ini juga untuk mempelajari pandangan dan sikap masyarakat atau
komunitas NU serta hubungannya pada masyarakat sekitarnya. Kajian atau
penelitian ini didasarkan pada penelitian pustaka, observasi, dokumen dan
wawancara di lapangan. .
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah memiliki empat ajaran inti, yaitu; kesempurnaan suluk, adab
para murid, ajaran tentang dzikir, dan muraqabah. Kemudian dalam ritualnya
telah terjadwal begitu rapi. Dalam Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
memiliki kegiatan antara lain; kegiatan harian, seperti membaca lstigfar
minimal 3X dalam sehari; kegiatan mingguan, seperti pengajian khotiman yaitu
pengajian kitab dengan sistem jiping; kegiatan bulanan, seperti acara welasan
yang diadakan setiap malam Selasa Pahing; kegiatan tahunan, seperti acara
pengenalan wafatnya Syeikh Abdul Qadir Jailani yang diadakan setiap tangal 11
Rabi'ul al-Tsani, yang disebut dengan kegiatan manaqiban.
Setelah mengetahui inti ajaran-ajaran dan ritual TQN, diketahui pula bahwa
pandangan komunitas NU terdiri dari pandangan mengenai ajaran-ajaran dan
ritual serta pandangan masyarakat mengenai hubungan penganut TQN dengan
masyarakat sekitarnya. Dalam pandangan Yang diberikan masyatakat NU terhadap
keberadaan TQN sebenarnya berawal dari adanya perilaku dari penganut TQN
yang tidak sesuai atau tidak mengindahkan ajaran-ajaran TQN, sehingga dari
perilaku-perilaku yang tidak sesuai tadi menimbulkan pula terhadap ketidak
sukaan komunitas NU baik itu dari golongan tua maupun muda. Akhirnya dalam
interaksi sosial sehari-hari ada kesalahpahaman atau semacam pengecapan
masing-masing pihak pada label exklusif.
Selain dari alasan di atas, sebenarnya ada alasan lain mengapa komunitas
NU tidak merasa suka atau cocok dengan keberadaan TQN di dusun mereka
adalah karena ketidakmampuan untuk menjadi pengikut TQN akibat dari beratnya
kegiatan yang diajarkan oleh TQN tersebut, yang tentunya daripda mengikuti
ajaran TQN yang banyak membuang-buang waktu, sebagian penduduk memilih
mengamalkan ajarannya menurut kebiasaan orang mengamalkan atau
menjalankan agamanya. Yang telah diajarkan dalam ilmu fiqh, akhlak maupun
tauhid. Dan ini jelas tidak bertentangan dengan Sunnah Allah dan Rasu1-Nya.
Akan tetapi dalam hubungan ataupun pergaulan mereka sehari-hari masin
tetap menjaga kerukunan dan persaudaraan.NIM: 97522543 CHOLIS MAKMUN2017-06-09T06:21:47Z2017-06-09T06:21:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25437This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/254372017-06-09T06:21:47ZUPACARA PURNAMA DAN TILEM MASYARAKAT HINDU DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT
MUSLIM(STUDI LAPANGAN DI PURA GIRI STHANU KECAMATAN WONOGIRI)Penyusunan skripsi yang berjudul Upacara Purnama dan Tilem Agama
Hindu (studi lapangan di Pura Giri Sthanu). Tema Upacara Purnama dan Tilem di
atas menarik untuk diteliti tentang hubungan interaksi antara umat Hindu minoritas
dengan umat Islam mayoritas yang berada di sekitar pura yang terjalin dengan baik.
Adapun yang menjadi rumusan masalah: Bagaimana pelaksanaan Upacara Purnama
dan Tilem di Pura Giri Sthanu Wonogiri?, Apa makna Upacara Purnama dan Tilem
bagi umat Hindu Kecamatan Wonogiri?, Bagaimana interaksi umat Hindu dengan
masyarakat muslim di sekitar Pura?.
Dari uraian di atas, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
fenomenologi. Dimana pendekatan fenomenologi ini digunakan untuk menjelaskan
bidang hukum, seni dan agama yang meliputi ekspresi, pemikiran, tindakan dan
interaksi sosial. Dengan pendekatan fenomenologi ini dirasa cocok dengan obyek dari
tcma di atas yang meliputi pemaknaan Upacara Pumama dan Tilem, pelaksanaan
Upacara Purnama dan Tilem serta interaksi masyarakat Hindu dengan masyarakat
muslim di sekitar pura.
Penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan yaitu ingin mengetahui bagaimana
pelaksanaan upacara Purnama dan Tilem dari awal hingga akhir pelaksanaan, ingin
mengetahui makna upacara Purnama dan Tilem bagi umat Hindu, dan ingin
mengetahui bagaimana umat Hindu menjalin hubungan dengan masyarakat muslim
mayoritas di sekitar pura.
Setelah mengadakan penelitian di lapangan maka dapat diketahui hasil
pelaksanaan Upacara Pumama dan Tilem. Sebelum pelaksanaan diperlukan persiapan
dari diri setiap individu, kemudian persiapan sesaji dan tempat ibadah, dan setelah
semua persiapan selesai bam kemudian dilasanakan upacara. dimulai dari sembah
kosong untuk memanggil Dewata dan diakhiri dengan sembah kosong pula yang
berfungsi untuk mengantar kembali Dewata kembali ke kahyangan. Selanjutnya
mengenai hubungan interaksi atau adaptasi dengan lingkungan antar umat Hindu
yang minoritas dan umat muslim mayoritas yang berada di sekitar pura berjalan
dengan baik pada prinsipnya jika masing-masing umat memegang konsep Tri
Kerukunan Hidup Umat Beragama niscaya kehidupan beragama akan berjalan tertib
dan tentram.NIM: 99522847 ARIEK SETYAWATI SYAFI'I2014-01-23T08:34:33Z2017-10-11T03:04:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9852This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/98522014-01-23T08:34:33ZMENYEGEL ‘RUMAH TUHAN’:
Menakar Kadar Kemaslahatan Peraturan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9/
2006 dan No. 8/2006 dalam Mereduksi Konflik
Pendirian Rumah Ibadah di IndonesiaThe Indonesian government officially issued joint decrees of the Minister
of
Religious Affairs No. 9/2006 and of the Minister of Home
Affairs No. 8/2006 which regulate procedures and requirements for
building house of worship. However, this regulation is deemed as the
state intervention and discrimination towards certain religious minority
groups.
In many
places,
this regulation
generates
conflict
among
belivers.
This
regulation
is often used by
religious
radical
groups
to
eliminate
the right of
building house of worship.
This paper discusses the background of the issuance of the regulation
and analyzes
it critically.
In addition,
this paper
proposes
conflict
resolution
of house of worship in Indonesia.AHMAD ASRONI2014-01-23T08:37:55Z2018-02-28T01:48:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9853This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/98532014-01-23T08:37:55ZSOFT-PRIMORDIALISM; GAGASAN MANAJEMEN RELASI AGAMA DAN ETNISITAS ATAS PENGALAMAN MASYARAKAT MUSLIM KUPANGAs migrant citizen, Muslim communities in Kupang mostly live in strong ethnic
group. This continues to produce their specific identity in ethnic group, religion,
and economical status to separate from the resident. Reading this as a condition
of Ashabiyah, this article discusses a superstructure for whole aspect of life
which succeeded to grasp power and economic interest. The condition of ethnic
identity boundary was maintained through both external ascription and internal
self-identification which continued to result a ‘hard’ primordialism.
Hence,
ethnic
conflict and violence could be a hard risk for the relationship among
ethnic
groups in Kupang.
This
article
stimulates a more
contemporary
fact where
ethnic identity goes far
beyond
biological nature, where the existence of ethnic fusion takes place and
plays
a potential factor for a ‘soft’ kind of primordialism.
It is an agency
stage
where a member of an ethnic group got two phases; first while one chooses
to
re-pursue
or to re-embrace
an ethnic identity,
then the second stage one will
use
an inter-subjective form of self-maintaining identity.SUBKHANI KUSUMA DEWI2014-01-23T08:44:42Z2018-02-28T01:11:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9855This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/98552014-01-23T08:44:42ZAGAMA DALAM JEJAK INTELEKTUAL ALUMNI FAKULTAS USHULUDDIN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTABuku ini merupakan penanda suatu jejak pergantian generasi intelektual
akademik. Sebuah tradisi yang sangat penting untuk dilanjutkan dan dipelihara
oleh dunia akademik agar kontinyuitas pemikiran keagamaan terus
berkembang secara jalin-menjalin dari generasi ke generasi. Upaya
dokumentasi dan publikasi kerja intelektual yang dilakukan oleh para penulis
merupakan hasil perenungan ilmiah selama puluhan tahun bergulat dengan
pemikiran keagamaan. Akumulasi kapital pengetahuan ini merupakan
sumbangan yang sangat berharga bagi pengembangan kajian agama di masamasa
selanjutnya. Seringkali generasi baru merasa telah menemukan sesuatu
yang
sama sekali baru padahal kajian yang sama sudah pernah dilakukan oleh
generasi
sebelumnya,
sehingga
penemuanya
pada dasarnya
bukan
sesuatu
yang
baru,
tetapi justru mengulang apa yang telah dikerjakan pendahulunya.
Kecenderungan
yang demikian seringkali membuat kajian agama tidak
berkembang
bahkan justru menjadi involutif. Seolah-olah berkembang, tetapi
sesunguhnya
jalan di tempat, tidak beranjak ke mana-mana. Spirit inilah
nampaknya
yang mendorong penerbitan buku ini.
Meskipun demikian, pemikiran yang ditorehkan oleh generasi yang lebih
duhulu bukan berarti sesuatu yang harus diterima sebagai hasil final yang bebas
dari kritik dan penilaian. Justru ketika ia diletakan dalam konteks dan sikap yang demikian, nilai manfaat dan kebergunaanya menjadi hilang sama sekali.
Pemikiran apapun yang diterima tanpa kritik dan penilaian mustahil akan dapat
berkembang dan mampu menjawab problem-problem aktual yang muncul
di masa-masa mendatang.Amin Tohari