Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T07:19:50ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2023-03-30T06:46:33Z2023-03-30T06:46:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57580This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575802023-03-30T06:46:33ZGlobalisasi, Neo Liberalisme dan Ancaman DehumanisasiSuatu hal menarik untuk mengeksplorasi globalisasi sebagai era pertumbuhan perdagangan antar bangsa dan masifitas sistem ekonomi tunggal yang bersifat universal dewasa ini. Sistem tunggal ini disebut neo-liberalisme, yaitu sebuah sistem yang mempromosikan peningkatan keuntungan dengan satu jalan yakni pasar bebas, sistem ini diharapkan mampu menghilangkan kesenjangan ekonomi antar benua, bangsa, ras, negara, suku dan bahasa dalam kemakmuran bersama. Persoalannya efek negatif globalisasi dan neoliberlaisme bukanlah isu lokal ataupun regional sebuah kawasan, tapi globalsiasi dan neoliberlaisme adalah 'monster' yang siap menghabisi siapapun yang menghalangi keinginannya. Sekalipun, analisa benturan antar kelas untuk saat ini semakin kabur, tapi perang kelas bergeser semakin luas menjadi kelas Negara. Di sinilah urgensi kajian dalam tulisan ini yang mencoba mengupas sejauhmana globalisasi, neo-liberalisme dan ancaman dehumanisasi dalam kehidupan manusia di zaman yang serba modem ini.- Mutiullah2023-03-29T03:08:59Z2023-03-29T03:11:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57477This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574772023-03-29T03:08:59ZEVALUASI KESESUAIAN STANDAR MUTU DENGAN AKREDITASI
INTERNASIONAL UNTUK PELAMPAUAN SN DIKTIPenelitian ini membahas tentang standar mutu dan akreditasi internasional, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kesesuaian Standar Mutu dengan Akreditasi Internasional untuk pelampauan SN DIKTI. Implementasi SPMI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggunakan siklus PPEPP. Siklus peningkatan standar dilakukan jika standar tersebut telah tercapai atau realisasi melampaui standar. Peningkatan standar yang dilakukan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2020 dengan menambah indikator kinerja utama/IKU dan indikator kinerja tambahan/IKT dengan mengacu pada standar lembaga akreditasi internasional, yaitu FIBAA, AUN-QA, AIQA, ABET, ASIIN serta ASIIC, juga SNPT, SPM-PT, BAN-PT yang mengacu ke 9 kriteria serta ISO 9001:2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi untuk mengetahui kesesuaian Standar Mutu dengan Akreditasi Internasional untuk pelampauan SN DIKTI. Responden dalam penelitian ini adalah para pengendali standar mutu di lingkungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan Miles and Huberman Interactive Model yang meliputi data reduction, data display, dan drawing and verifying.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pernyataan-pernyataan dalam KKNI, bahan kajian, struktur kurikulum dan RPS yang mengacu ke SN-DIKTI dan benchmark pada institusi internasional, peraturan-peraturan terkini, dan kepekaan terhadap isu-isu terkini, dimana di pernyataan IKT, terdapat CP mengacu pada kriteria sertifikasi/akreditasi FIBAA, ASIIN, AUN-QA, AIQA dan IABEE.- Sri Rohyanti Zulaikha- Irsyadunnas- Muhammad Didik Rohmad Wahyudi- Dwiyan Al Rasyid2022-02-22T06:13:17Z2023-07-25T21:57:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49561This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/495612022-02-22T06:13:17ZBunga Rampai Publikasi Dr. Saifuddin Zuhri qudsy, MA, 2020 - 2021Dr. Saifuddin Zuhri Qudsy adalah dosen di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia memperoleh gelar doktoralnya dari Departemen Agama dan Studi Lintas Budaya, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Minat penelitiannya meliputi studi Living Qur’an dan hadits serta isu-isu agama dan lintas budaya. Ia menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Esensia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin sejak tahun 2021. Karya tulis Dr. Saifuddin ini Dikompilasi oleh Program Studi Magister Ilmu Al Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta- UIN Sunan Kalijaga. Fakultas Ushuluddin2022-02-22T06:07:08Z2023-07-25T21:54:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49559This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/495592022-02-22T06:07:08ZBunga Rampai Publikasi Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, MA. 2017 - 2021Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. lahir di Cirebon, 5 Juni 1968. Beliau merupakan Plt. Rektor UIN Sunan Kalijaga tahun 2020. Beliau menempuh pendidikan S1 di UIN Sunan Kalijaga, S2 di McGill Kanada, dan S3 di Otto-Friedrigh University of Bamberg Germany. Karya-karya Dr. Phil Sahiron ini Dikompilasi oleh Program Studi Magister Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta- UIN Sunan Kalijaga. Fakultas Ushuluddin2022-02-22T05:59:36Z2022-02-22T05:59:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49558This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/495582022-02-22T05:59:36ZBunga Rampai Publikasi Dr. Mahbub Ghozali 2020 - 2021Dr. Mahbub Ghozali adalah salah satu pengajar di Program Studi Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Pendidikan sarjana hingga doktoralnya ditempuh di UIN Sunan Ampel Surabaya, Ia memiliki minat riset dalam bidang tasawuf, studi al-Qur'an dan Tafsir, dan Tafsir Nusantara. Sejak 2021, Dr. Mahbub Ghozali menjabat sebagal Ketua Rumah Jurnal Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. Dikompilasi oleh Program Studi Magister Ilmu Al Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta- UIN Sunan Kalijaga. Fakuktas Ushukuddiin2021-12-05T00:48:48Z2021-12-05T00:48:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47504This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/475042021-12-05T00:48:48ZENTREPRENEURSHIP LEARNING MODEL TO IMPROVE THE COMPETENCE OF VOCATIONAL STUDENTS AT THE ISLAMIC UNIVERSITY OF INDONESIAEntrepreneurship is one of the spearheads of the economy so it is important to
provide entrepreneurship education and one of them is in higher education. With
entrepreneurship education, students create jobs and reduce the numbers given.
The purpose of this study is to develop an effective entrepreneurship learning
model by analyzing the role of lecturer experience and internship programs on
student entrepreneurial competencies. The research method used is quantitative
research with primary data based on the results of research in the field using
instruments such as rt to partially or simultaneously test the developed model. The
results of the research, the experience of lecturers in carrying out entrepreneurial
activities and industrial internship programs for students partially or simultaneously
have a positive effect on the competence of students in the vocational department
of the Islamic University of Indonesia.- Istiningsih2021-11-17T02:06:12Z2021-11-17T02:06:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46809This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/468092021-11-17T02:06:12ZEFFECT OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY TO IMPROVE VOCATIONAL SKILLS OF STUDENTS OF UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTAEducation is the primary driver of a nation's progress, as it aids in the
development of strong characteristics, one of which is the improvement of
student vocational skills. However, there has lately been a global epidemic,
particularly Covid-19, which has disturbed global community mobility, even in
the realm of higher education. Because the Indonesian government relies on
technology to fund higher education, students must be proficient in information
and communication technologies (ICT). This expertise is thought to have the
ability to influence the development of occupational skills. The goal of this
study was to see how mastering ICT affected students' vocational abilities. This
study took place at Yogyakarta's Sunan Kalijaga State Islamic University. This
is a quantitative research method that involves the distribution of questionnaires
and the use of a Likert scale. A total of 100 students were used in this
investigation. The findings revealed that mastering ICT has a positive impact on
students at the State Islamic University of Yogyakarta's vocational capabilities.
Students' mastery of ICT will be followed by the development of their
occupational skills.- Istiningsih2021-06-11T00:29:59Z2021-06-11T00:29:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42435This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/424352021-06-11T00:29:59ZAl-Muqtadir: Allah Yang Maha Kuasa dan Maha MenentukanArtikel membahas salah satu dari Asmaul Husna, yakni Al-Muqtadir, dengan menjelaskan dari segi makna lughawi dan istilahinya. Selain itu artikel juga menjelaskan bagaimana nama Allah Al-Muqtadir ini dapat memberi inspirasi dan petunjuk kepada kita untuk berusahan/berikhtiyar dan berdoa agar ketentuan/taqdir Allah adalah yang terbaik untuk kita, dan terbaik dalam pandangan Allah.Siti Syamsiyatun2021-03-10T01:07:51Z2021-08-09T03:22:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42151This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/421512021-03-10T01:07:51ZKASIH SAYANG-- Waryono2021-02-09T13:15:51Z2021-10-25T07:52:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42007This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/420072021-02-09T13:15:51ZMENYIAPKAN “KHALIFATULLAH FI AL-ARD”; Memori, Imaginasi, Kesadaran, dan Masa Depan Manusia Dalam SejarahApa yang anda pikirkan ketika disebut kata sejarah? Mungkin pikiran anda langsung menuju kepada kata peristiwa. Lalu kemudian apa yang anda bayangkan tentang sejarah? sudah pasti adalah masa lampau. Begitulah kira-kira sejarah selama ini dinarasikan secara amat statis, dipersepsi, diajarkan, dan dihafalkan. Tidak beranjak dari kata peristiwa dan masa lampau, itulah kuasa rezim keilmuan sejarah selama ini, begitu tragisnya, sungguh pun para pakar telah melakukan berbagai upaya pengembangan kajian sejarah interdisipliner ataupun pendekatan teori multidimensional, namun pengatahuan dan pembelajaran sejarah tidak lantas mengubah cara berpikir manusia menjadi berorientasi ke masa depan, bahkan tidak untuk perbaikan kondisi kesadaran diri sebagai manusia itu sendiri. Mungkinkah hal itu disebabkan karena pertamakali sejarah ditulis dengan sebuah kesadaran tentang kekuasaan? dan sejak itu pula sejarah seperti tidak mudah untuk lepas dari kepentingan sebuah rezim? Entahlah, namun rezim manapun memang selalu menulis versi sejarah untuk melegitimasi kekuasaanya. Dari situlah kesadaran manusia dibentuk untuk menjadi pendukung sebuah rezim politik tertentu, memori dimanfaatkan menghafal kebenaran-kebenaran menurut logika relasi kuasa yang sedang berkembang. Demikian pula imaginasi dimaksimalkan untuk menciptakan narasi-narasi yang tampak logis dan koheren dengan upaya-upaya melegitimasi kebenaran yang diciptakan oleh kekuasaan. Alhasil sejarah gagal memerankan dirinya sebagai substansi yang menghasilkan manfaat bagi masa depan umat manusia, Sejarah hanya dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan sektarian yang bertentantangan dengan subsatansi humaniora, yang bertugas memfasilitasi dan menyiapkan otonomi kemamanusiaan oleh manusia itu sendiri.- Himayatul Ittihadiyah2020-10-05T02:48:59Z2020-10-05T02:55:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41179This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/411792020-10-05T02:48:59ZThe Implementation of Situational AccompanimentThe terminology of accompaniment is very popular in the community, especially in the education sector. However,
specific assistance is still rare. Likewise, the implementation of ideal accompaniment is rarely done. Thus the
terminology of accompaniment is only like rhetoric without a tangible existence. This study combines
accompaniment with situational leadership. The research method is a mix method with sequential exploratory
techniques. The results of the research on 16 students were the types of delegating, participating, motivating and
instructing. Delegating is implemented for the students who are strong for their learning motivation and academic
capabilty. Participating is implemented for the students who are strong for their learning motivation but weak for
academic capabilty. Motivating is implemented for the students who are weak for their learning motivation but
strong for academic capabilty. Instructing is implemented for the students who are weak for their learning
motivation and academic capabilty- Istiningsih2020-09-17T13:38:25Z2020-09-17T13:43:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41020This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/410202020-09-17T13:38:25ZFaculty of Science Education and Teacher Traning Sunan Kalijaga State Islamic UniversityThis development research aims to: (1) produce the learning medium of Augmented Reality (AR) on natural science subject on subject water recycle in class V MI Wahid Hasyim; (2) knowing the quality of the products the learning medium of Augmented Reality (AR) on natural science subject on the subject matter of water recycle ; (3) find out the results of the response of teachers and students so that decent media used in learning natural science. The development model used in this medium is the modified Thiagarajan 4D model. The stages carried out consist of three stages, namely Define (defining), Design (design), and Develop (development). The media for learning Augmented Reality (AR) was assessed by 1 media expert, 1 matter expert, 1 peer reviewer, 1 class V teacher, and 10 V grade students MI Wahid Hasyim to find out student responses. The instruments used were questionnaires and evaluation sheets using non-objective description forms for testing the quality of science learning media products. The results of the study are: (1) Augmented Reality (AR) media learning products have been developed for water cycle matter run on Android version 4.1 jelly bean, (2) Learning media for Augmented Reality (AR) water cycle matter with feasibility according to the overall assessment of reviewers and peers reviewers obtain very good quality ie 90.2%, (3) response or response of class V teachers is very good with a percentage of 82.57%. Likewise, the students' responses obtained a percentage of 90.2% with a positive response so that the learning media had a quality category on the Very Good criteria which was also supported by the results of students who experienced an increase of 35.8%. Based on the results of data acquisition shows that the learning- Istiningsih2020-08-16T04:40:04Z2020-08-16T04:40:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40315This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/403152020-08-16T04:40:04ZMembicangkan Pesantren, Seni, dan Bekesenian di Madura-- Abd. Aziz Faiz2020-08-13T02:31:32Z2020-08-13T02:31:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40172This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/401722020-08-13T02:31:32ZDILEMATIKA SENGKETA PERTANAHAN DAN PENYELESAIANNYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIFProblematika sengketa pertanahan dari waktu ke waktu mengalami peningkatan baik kwalitas maupun kwantitas permasalahnnya. Penyebanya dikarenakan kebutuhan penggunaan tanah yang semakin kompleks, sementara ketersediaan tanah sangat terbatas. Disamping itu penyebabnya dapat dipicu adanya regulasi pemerintah yang menjadikan peraturan perundang-undangan menjadi tumpang tindih dan terjadi disharmonisasi dalam pelaksanaanya. Problem ini ditambah dengan adanya kurang pemahaman hukumdalam masyarakat sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan terhadap tanah yang dimilikinya, dan adanya system pub;likasi pendaftaran yang menganut system publikasi negative, membuat kran untuk terbukanya gugatan dan keberatan dari pihak lain atas tanah yang sudah didaftarkan. Terjadinya ketimpangan dalam kepemilikan tanah, serta adanya alas hak double sertifikat dan penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan izin lokasi, peruntukan, penggunaan, dan pemanfatan tanah menjadikan problematika sengketa pertanahan menjadi compleks. Hal ini juga didorong pengalaman sejarah dalam hukumagraria kita yang panjang sebagai akibat politik pemerintah yang mempunyai tendensi bahwa tanah dipakai untuk komoditi pilitik. Perlu dipahami juga kondisi administrasi pertanahan dimasa-masa yang lalu yang kurang tertib juga menjadi pendorong timbulnya sengketa pertanahan.Dengan kondisi ini perlu dibuatkan wadah sebagai pencari keadilan, perlindungan hukumdan penegakan hukum, yaitu adanya lembga peradilan untuk wadahnya. Disamping itu penyelesaian sengketa pertanahan dapat melalui jalur administerasi yaitu BPN, dan Mediasi,Rekonsiliasi serta ADR, yang mana kiprahnya banyak menyumbang penyelesaian sengketa pertanahan. Oleh karena diperlukan stakeholder agar cita-cita tersebut dapat terwujud.- Iswantoro2020-08-12T21:55:41Z2020-08-12T21:55:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40160This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/401602020-08-12T21:55:41ZPelaksanaan Asas Kontradiktur Delimitasi Dalam Pendaftaran Tanah SistematisLengkap Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018Pendaftaran tanah sistematis lengkap merupakan suatu program pemerintah yang ditujukan untuk mengurangi sengketa tanah yang ada di Indonesia. Pada tahun 2018 Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu wilayah yang mendapat kuota PTSL dengan jumlah 78.750 bidang tanah. Kuota yang diberikan untuk wilayah Gunungkidul terbilang tinggi, mengingat sampai saat ini masih ada sekitar 40 % bidang tanah di Kabupaten Gunungkidul belum bersertifikat. Pelaksanaan PTSL di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2018 sendiri masih mengalami banyak hambatan, terutama pada saat proses pengukuran yang mengakibatkan tidak terpenuhinya asas kontradiktur delimitasi. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan asas kontradiktur delimitasi dalam PTSL di Gunungkidul antara lain masih ada pemilik tanah yang menggunakan batas sementara berupa pohon jarak/kayu sehingga batas tanahnya tidak jelas dan menyulitkan petugas dalam pengukuran, tidak hadirnya para pihak pada saat pengukuran yang disebabkan karena adanya penguasaan bidang tanah oleh pihak luar/berpindah tangannya kepemilikan hak atas tanah oleh pihak luar. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini yaitu yuridis empiris. Kajian yang dilakukan dengan cara meneliti data atau sampel yang telah dikumpulkan dilapangan, kemudian menganalisis antara Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah dan praktek dalam pelaksanaan pendaftaran tanah- SYINTHIA RE- Iswantoro2020-08-12T15:06:48Z2020-08-12T15:16:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40150This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/401502020-08-12T15:06:48ZInspirasi pada Ramadan Covid 19-- H. Khoiruddin2020-08-12T07:57:33Z2020-08-12T08:02:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40125This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/401252020-08-12T07:57:33ZPraktik Prosumption Kalangan Kelas Menengah Yogyakarta di Instagram: Culture,Network SocietyProsumption melibatkan praktik produksi dan konsumsi tidak berfokus pada salah satu praktik produksi atau praktik konsumsi saja dalam Instagram, dan ini seringkali dilakukan oleh kelas menengah. Ada realitas yang dimediasi tidak hanya terdiri dari konteks komunikasi massa namun merupakan proses total dari mediasi kehidupan. Instagram dalam konteks kultural juga dipahami oleh kelas menengah dengan melakukan kontruksi, negosiasi dan rekontruksi makna produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan etnografi virtual dengan akun yang diteliti @herni_maryuliani dan @rosakusumaazhar, keduanya adalah bagian dari kelas menegah dan aktif dalam menggunakan instagram dalam kehidupannya. Hasil yang diperlihatkan dalam melakukan produksi dan konsumsi diwakili kedua subyek ini sebagai kelas menengah adalah penggunainstagram yang beraktivitas denganyang mengunggah foto ataupunmengomentari foto,mereka juga mengunggah barang di situs onlinedalam kata lain kelas menengah berupaya menjadi pengguna yang mengkonsumsi materi yang ada di instagram tetapi juga sangat aktif dalam memproduksi pesan untuk dikonsumsi pengguna lain dengan makna leisure economyRama KERTAMUKTI2020-08-12T00:57:54Z2020-08-12T00:59:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40083This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/400832020-08-12T00:57:54ZHUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN
KINERJA PAMONG BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran lebih jauh bagaimana faktor kepemimpinan
dan faktor budaya organisasi dapat memberikan kontribusi atau hubungan dengan kinerja yang telah
dicapai oleh pamong belajar didalam organisasi dengan melihat (a) hubungan gaya kepemimpinan dengan
kinerja pamong belajar, (b) hubungan budaya organisasi dengan kinerja pamong, dan (c) hubungan
gaya kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja pamong. Penelitian ini merupakan penelitian
positivitik dengan menggunakan metode survei. Penelitian dilakukan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
Limboto, Kabupaten Gorontalo pada bulan September hingga November 2014. Pengumpulan data
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pamong belajar, melakukan wawancara dengan
informan, dan studi dokumentasi yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis jalur (path
analysis). Hasil penelitian menunjukkan (a) Gaya Kepemimpinan mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kinerja pamong belajar, (b) Budaya Organisasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan
Kinerja Pamong belajar, serta (c) antara Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi secara bersamasama
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Kinerja Pamong belajar- Abdul Rahmat- Ahmad Izzudin2020-08-11T08:09:34Z2020-08-11T08:09:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40064This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/400642020-08-11T08:09:34ZREFLEKSI TERHADAP HUBUNGAN LEGISLASI: DEWAN PERWAKILAN RAKYATDAN DEWAN PERWAKILAN DAERAHPerjalanan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam ketatanegaraan dianggap masih belum mengimbangi dinamika proliferasi legislasi. Penyebabnya adalah fungsi DPD dengan DPR di bidang legislasi mengalami tarik ulur dan terjadi persaingan ketat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, di satu sisi keberadaan DPR sebagai lembaga pemegang fungsi legislasi yang lahir lebih dahulu dianggap mendominasi pembentukan peraturan perundang-undangan. Sisi lain, keberadaan DPD sebagai lembaga baru yang juga diberi fungsi legislasi, kewenangannya dianggap masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan kewenangan DPR dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Bahkan DPD dianggap akan menambah permasalahan over regulasidalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Meminjam istilah Richard Susskind menyebutkan bahwa hyper regulations atau obesitas hukum dan over rugulation. Keadaan tersebut menyebabkan pelaksanaan fungsi legislasi DPD tidak optimal karena cendrung setengah hati. Dengan kata lain, keberadaan DPD sebagai pemegang kekuasaan legislasi masih di bawah bayang-bayang DPR, sehingga belum diperhitungkan dalam proses pembentukan perundang-undangan di Indonesia, walaupun sudah diluruskan oleh Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 15/PUUXIII/2015, namun putusan tersebut tidak dihiraukan.- ISWANTORO2020-08-11T07:08:08Z2020-08-11T07:08:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40060This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/400602020-08-11T07:08:08ZKonflik Tanak Pecatu di Kecamatan Jerowaru Perspektif Reformasi Agraria di EraOtonomi DaerahHasil penelitian didapatkan sebagai berikut pertama tipologitanak pecatu di Kecamatan Jerowaru di klasifikasikan menjadi tiga macam yaitu, tanak pecatu yang diberikan kepada Kepala Desa, namun pada realitasnya tanak pecatu ini banyak digugat oleh masyarakat. Kedua, tanak pecatu yang diberikan kepada Sekretaris Desa pada saat sebelum pengalihan status Sekretaris Desa menjadi PNS, namun realitas lapangannya banyak Sekretaris Desa masih mengelola bahkan menjual dan menggadai tanak pecatu yang dibeli melalui APBD.Ketiga, tanak pecatu yang diberikan kepada Kepala Dusun yang sampai saat ini belum terdata dengan jelas karena alasan dijual, digugat dan dijadikan rumah pribadi. Kedua, peningkatan kualitas maupunkuantitas sengketa tanak pecatu disebabkan kebutuhan akan tanah yang semakin meningkat dan peningkatan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum yang juga mengalami peningkatan. Selain alasan tersebut sengketa tanak pecatu disebabkan, karena tanak pecatu yang di alokasikan kepada Desa tidak pernah diurus dan dikelola oleh Desa. Tanak Pecatu yang diberikan kepada Kepala Desa dan Sekretaris Desa sebagai hak gajinya terkadang disalahgunakan penggunaannya seperti gadai atas tanah pecatu tersebut lebih lama dari masa jabatannya. Dan Desa mengakui tanah masyarakat yang di samping Kantor Kepala Desa sebagai tanah pecatu. Ketiga, pengaturan dan Perlindungan Tanak Pecatu dalam Hukum Pertanahan Indonesia semakin beragam tetapi tidak memberikan kepastian hukum- ISWANTORO2020-08-10T00:25:31Z2020-08-10T00:25:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40006This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/400062020-08-10T00:25:31ZThe Open-Loop Zero-Sum Linear Quadratic Impulse Free Descriptor Differential Game-Muhammad Wakhid Musthofa,- Salmah- Jacob S Engwerda- Ari Suparwanto2020-08-09T14:49:19Z2020-08-09T14:49:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40001This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/400012020-08-09T14:49:19ZFeedback saddle point equilibria for soft-constrained
zero-sum linear quadratic descriptor differential gameIn this paper the feedback saddle point equilibria of soft-constrained zero-sum linear
quadratic differential games for descriptor systems that have index one will be studied for a
finite and infinite planning horizon. Both necessary and sufficient conditions for the existence
of a feedback saddle point equilibrium are consideredMuhammad Wakhid Musthofa2020-08-09T14:27:42Z2020-08-09T14:29:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40000This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/400002020-08-09T14:27:42ZDisturbance attenuation problem using a differential
game approach for feedback
linear quadratic descriptor systemsThis paper studies the ∞ disturbance attenuation problem for index one descriptor systems
using the theory of differential games. To solve this disturbance attenuation problem the
problem is converted into a reduced ordinary zero-sum game. Within a linear quadratic setting
the problem is solved for feedback information structure.Muhammad Wakhid Musthofa,2020-08-09T14:11:00Z2020-08-09T14:11:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39999This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/399992020-08-09T14:11:00ZRobust Optimal Control Design Using a Differential
Game Approach for Open-Loop Linear Quadratic
Descriptor SystemsThis paper studies the robust optimal control problem for descriptor systems.
We applied differential game theory to solve the disturbance attenuation problem.
The robust control problem was converted into a reduced ordinary zero-sum game.
Within a linear quadratic setting, we solved the problem for finite and infinite planning
horizons.Muhammad Wakhid Musthofa- Salmah- Ari Suparwanto2020-08-09T08:10:00Z2020-08-09T08:11:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39998This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/399982020-08-09T08:10:00ZDAMPAK KULTUR TERHADAP POLA PENCARIAN INFORMASI
MASYARAKAT KECAMATAN JUAWANA KABUPATEN PATI DAN
MASYARAKAT KECAMATAN KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO-Mukhammad Sahlan2020-08-08T15:24:47Z2020-08-08T15:33:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39989This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/399892020-08-08T15:24:47ZKhilafah Ahmadiyah Sebagai Sistem Askesi dan Sumber Etos Kerja Sosial-Kemanusiaan-- Abd. Aziz Faiz,2020-08-07T03:43:59Z2020-08-07T03:43:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39956This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/399562020-08-07T03:43:59ZCELEBRATING DIFFERENCES THROUGH DIALOGUE
IN INDONESIA-Syafa'atun Almirzanah2020-07-29T23:22:29Z2020-07-29T23:22:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39902This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/399022020-07-29T23:22:29ZAlih Kode dan Campur Kode Bahasa Jawa
dalam Pemakaian Bahasa IndonesiaKecenderungan manusia di dunia ini belajar lebih dari satu bahasa. Seseorang yang telah menguasai dua bahasa atau lebih disebut dwibahasawan atau multibahasawan. Masyarakat multilingual hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun memanfaatkan bahasa atau unsur bahasa lain. Sadar atau tidak sadar seorang dwibahasawan/multibahasawan akan mencampur dua bahasa atau lebih dalam tindak komunikasinya. Peristiwa semacam ini dikenal dengan istilah alih kode dan campur kode.
Dalam masyarakat tutur bahasa Jawa, bahasa Jawa sering kali disandingkan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa ragam krama (halus) dianggap lebih menghormati dan berprestise dibanding dengan bahasa Indonesia.Sebaliknya, bahasa Indonesia lebih bermartabat dan formal bila dipakai dalam situasi formal dan topik yang serius seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keilmuan lainnya. Sementara itu, bahasa Jawa ragam ngoko karena dalam bahasa Jawa tingkat ngoko dianggap lebih akrab daripada madya atau krama.Ening Herniti2020-07-29T14:34:25Z2020-07-29T14:34:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39898This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398982020-07-29T14:34:25ZSAPAAN DALAM RANAH KEAGAMAAN ISLAM
(ANALISIS SOSIOSEMANTIKSapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau
menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Sapaan dapat
mempresentasikan keagamaan. Pemilihan bentuk-bentuk sapaan dalam setiap
bahasa memiliki aturan yang berbeda karena latar belakang budaya dan sosial
yang berbeda pula. Sapaan dalam ranah keagamaan pun berbeda-beda. Istilah
keagamaan merupakan salah satu bentuk sapaan. Kajian ini ditelaah secara
sosiosemantik, yakni kajian yang memfokuskan pada analisis makna yang
disandarkan pada sosial dan budayanya. Tulisan ini mendeskripsikan
bagaimana bentuk sapaan digunakan dalam masyarakat dan bagaimanakah
representasi pemakaian sapaan tersebut dalam masyarakat. Analisis yang
didapat adalah bentuk sapaan dalam agama Islam banyak diserap dalam bahasa
Arab, tetapi ada yang bukan berasal dari bahasa Arab, seperti ajengan dan kiai.
Beberapa sapaan dalam agama Islam bukan hanya berkaitan dengan orang yang
memang ahli agama Islam, melainkan juga yang berkaitan dengan representasi
keagamaannya. Sapaan sebagai gelar tokoh agama Islam adalah ulama, syekh,
kiai, buya, ajengan, ustaz/ustazah, dan dai. Sapaan yang digunakan sebagai
representasi ketakwaan seseorang dalam beragama, misalnya, sapaan akhi, ukhti,
ikhwan, akhwat, ana, dan antum merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab
yang sebenarnya bermakna netral. Namun, dalam pemakaiannya, sapaan
tersebut hanya ditemukan dalam komunitas Islam eksklusifEning Herniti2020-07-29T04:24:34Z2020-07-29T04:24:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39889This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398892020-07-29T04:24:34ZKetaatan dan penlanggaran iklan Televisi terhadap prinsip kerjasma-Ening Herniti2020-07-29T04:00:10Z2020-11-09T12:22:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39885This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398852020-07-29T04:00:10ZBAHASA DAN AGAMABahasa merupakan alat komunikasi khas manusia sehingga manusia disebut specific species. Bahasa dapat merepresentasikan keagamaan seseorang, kelompok, atau masyarakat. Suatu bahasa dianggap bermartabat tinggi bila digunakan dalam ranah keagamaan. Agama mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Agama mempunyai beberapa fungsi bagi manusia untuk mengangkat kemanusiaannya. Agama pada hakikatnya sebagai sarana komunikasi antara Tuhan dan makhluk-Nya. Bahasa agama adalah ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan hal yang bersifat metafisika, bahasa yang digunakan dalam kitab suci, bahasa yang digunakan dalam ritual keagamaan, ungkapan keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok sosial, dan ungkapan yang berkaitan dengan ruang dan waktu seperti sejarah para nabi dan rasul-Nya- Ening Herniti2020-07-28T23:33:41Z2020-07-28T23:37:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39876This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398762020-07-28T23:33:41ZKELAKAR ZASKIA GOTIK-Ening Herniti2020-07-28T15:25:10Z2020-07-28T15:27:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39873This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398732020-07-28T15:25:10ZPENGOBATAN DENGAN PSIKOTERAPI
MENURUT USTAD DANUPenyebab penyakit fisik yang ada sekarang ini 53% berasal
dari faktor psikis atau kejiwaan yang berawal dari pola
berpikir dan bertindak sehari-hari. Menurut Ustad Danu, pada
prinsipnya semua penyakit muncul akibat seseorang sering
mengumbar hawa nafsu sehingga Allah menurunkan azab
atau peringatan agar manusia kembali ke jalan yang benar
yaitu Alquran dan Sunah Rasul. Salah satu penyembuhan
penyakit disebut dengan psikoterapi, yakni sebuah metode
penyembuhan dengan menggunakan pendekatan psikologis
atau dengan perbaikan akhlak. Sugesti juga memiliki peran
dan manfaat di dalam penyembuhan suatu penyakit. Secara
teori, sugesti yang dibangkitkan pada diri seseorang, mampuEning Herniti2020-07-28T15:01:37Z2020-07-28T15:10:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39871This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398712020-07-28T15:01:37ZKEPERCAYAAN MASYARAKAT JAWA
TERHADAP SANTET, WANGSIT, DAN ROH
MENURUT PERSPEKTIF EDWARDS EVANS-PRITCHARDMasyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang religius. Namun
dalam perilaku keseharian, mereka masih mempercayai hal-hal yang mistis.
Salah satu kepercayaan masyarakat Jawa adalah kepercayaan terhadap santet.
Santet adalah energi negatif yang mampu merusak kehidupan seseorang yang
berupa penyakit, kehancuran rumah tangga hingga kematian. Di samping itu,
mereka juga percaya adanya wangsit. Wangsit sering pula diistilahkan dengan
ilham, petunjuk, sabda, tuntunan, dhawuh ‘perintah’, atau wisik ‘bisikan’ gaib
dari Tuhan Yang Maha Esa. Hanya orang yang terpilih yang mampu menerima
wangsit, yaitu orang yang tekun mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mencari hakikat hidup, dan menjalankan apa yang diistilahkan dengan
laku. Laku adalah menjalankan berbagai bentuk puasa seperti tidak makan dan
minum untuk jangka waktu tertentu, mutih ‘hanya makan nasi putih’, ngrowot
‘hanya makan buah-buahan’, dan lain-lain. Masyarakat Jawa juga percaya
Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Mistik, dan Roh...
ThaqÃfiyyÃT, Vol. 13, No. 2, Desember 2012
385
dengan adanya kekuatan roh seperti kepercayaan animisme, dinamisme, dan
totemisme.Ening Herniti2020-07-27T13:22:51Z2020-07-27T13:22:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39848This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398482020-07-27T13:22:51ZMENINGKATKAN KUALITAS KARYA ILMIAH MAHASISWA MELALUI BIMBINGAN SELF REGULATED LEARNINGPenelitian ini dilakukan untuk merancang model bimbingan regulasi diri dalam belajar dan menguji efektivitas model tersebut dalam meningkatkan kualitas karya ilmiah mahasiswa. Perancangan model dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan mahasiswa dan menerapkan model dalam proses bimbingan karya ilmiah mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini mahasiswa yang sedang menyusun skripsi/tesis berjumlah 42 orang di lingkungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil identifikasi kebutuhan menunjukkan bahwa mahasiswa membutuhkan bimbingan tentang strategi untuk menyelesaikan skripsi/tesis dengan cepat dan tepat. Dengan menerapkan model bimbingan tersebut kualitas skripsi/tesis mahasiswa meningkat secara signifikan yang ditunjukkan dalam nilai skripsi/tesis yang diperoleh.Eva Latipah2020-07-26T22:51:20Z2020-07-26T22:51:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39837This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398372020-07-26T22:51:20ZPENCITRAAN PEREMPUAN ISLAMI DALAM IKLAN
KOMERSIAL: Analisis SemiotikaWanita dalam iklan komersial sanagt penting untuk memperkuat pasar suatu produk. Untuk itu, menciptakan citra
perempuan dalam suatu produk menjadi signifikan. Citra wanita Islam bisa dilihat pada produk sampo Wardah,
Citra, dan Sunsilk. Artikel ini menjelaskan interpretasi dari makna ikonik,indeks dan simbolik dalam iklan
komersial tersebut. Data diambil dari youtube, ditranskripsikan dan kemudian dianalisis dengan menggunakan
teori semiotika Charles Sanders Peirce. Kesimpulan menunjukkan bahwa citra wanita Islam di iklan tersebut dalam
penafsiran ikonik adalah (1) egaliter, (2) perhatian , (3) tidak diskriminatif, (4) sportif, dan (5) selalu bersyukur.
Sedangkan dalam makna indeks, citra wanita islami digambarkan (1) lebih percaya diri, (2) selalu bahagia, (3)
menginspirasi, (4) bebas bergerak, (5) bersih luar dalam, (6) mencapai kebebasan, (7) ramah tamah (8) memiliki
daya tarik seksual, dan (9) memiliki rasa nyaman. Sementara itu, citra wanita islami dalam arti simbolis adalah
(1) Islami, baik verbal maupun nonverbal, (2) kelas sosial yang tinggi, (3) humanis, (4) berkedudukan setara, (5)
menjaga pluralisme, (6) bernilai dan (7) putih bersinar- Ubaidillah,- Ening Herniti- Aning Ayu Kusumawati2020-07-26T13:37:56Z2020-07-26T13:37:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39831This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398312020-07-26T13:37:56ZKESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TULIS
PADA MAHASISWA THAILAND
(STUDI ATAS PEMBELAJAR BIPA DI PPB UIN SUNAN KALIJAGA)Kesalahan berbahasa Indonesia tulis penutur Thailand merupakan persoalan yang rumit
bagi penutur asing karena mereka cenderung membahasatuliskan bahasa lisan.
Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah
tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, dan mubazirnya kata atau kalimat.
Penelitian ini lebih fokus pada kesalahan berbahasa tulis karena kesalahan dalam bahasa tulis lebih mudah terdeteksi. Hal ini terjadi karena bahasa tulis memerlukan
kelengkapan pungtuasi, keakuratan diksi, dan ketepatan struktur. Penelitian ini
memaparkan bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Indonesia pada bahasa tulis para
pembelajar Thailand. Data diperoleh dari buku tugas harian pembelajar Thailand. Data
kemudian diidentifikasi dan diklasifikasi berdasarkan kesalahannya. Data dianalisis
secara kualitatif-preskriptif. Artinya, data dianalisis dengan memaparkan bentuk-bentuk
kesalahan yang berpedoman pada kaidah pemakaian bahasa Indonesia tulis yang benar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa tulis yang dilakukan
pembelajar Thailand terjadi pada semua tataran kebahasaan, yakni tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Pada tataran fonologi, kesalahan berbahasa
terdapat pada pelafalan karena perubahan fonem. Pada tataran morfologi, terdapat
kesalahan karena tidak adanya imbuhan. Pada tataran sintaksis, kesalahan terdapat pada
kesalahan penempatan konjungsi, tidak adanya preposisi, dan struktur yang tidak tepat.
Pada tataran semantik, adanya makna yang hiperbola dan kesalahan diksi. Pada tataran
wacana, adanya kesalahan penempatan deiksis tempat. Di samping itu, juga adanya
kesalahan penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang meliputi kesalahan
penulisan kata serapan dan kesalahan penempatan pungtuasi.Ening Herniti2020-07-26T09:28:29Z2020-07-26T09:28:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39828This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398282020-07-26T09:28:29ZIntegrasi Keilmuan dalam Kritik Matan HadisArtikel ini menjelaskan tentang kritik matan yang terjadi di kalangan ulama hadis dan pengembangannya dalam konteks kekinian. Metode kritik matan hadis dapat dilakukan dengan meintegrasikan suatu keilmuan. Integrasi keilmuan menjadi penting dalam menyelesaikan hadis-hadis terutama terkait erat dengan sains seperti kadungan air kemih unta sebagai penyembuh penyakit. Dengan perkembangan zaman yang sangat pesat ilmu sains yang juga sangat berkembang menjadikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan dengan keilmuan sains tidak diragukan lagi kebenarannya secara ilmiah. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis kajian pustaka, data diperoleh dari berbagai literatur buku, artikel jurnal, tesis, dan berbagai hasil penelitian lainnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ulama Muhadditsin kontemporer melakukan kritik matan hadis dengan mengunakan ilmu sains, salah satunya melakukan kritik matan yang ada didalam kitab bukhari (2855) dan muslim (1671) hadis tentang air kemih unta, yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Penelitian tersebut menunjukan benar bahwa air kemih unta bisa mencegah tumbuhnya sel-sel kanker. Ini lah integrasi keilmuan dalam kritik matan hadis yang bisa membuat hasil hasil dari kritik matan itu benar-benar menyakinkan bahwa hadis itu shahih, walaupun umat Islam tidak diragukan lagi dalam menyakini kebenaran-kebenaran dari hadis nabi tersebut, tetapi disini untuk mengetahui tingkat keotentisitas dan keshahihan sebuah matan hadis.Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-26T05:44:25Z2020-07-26T05:44:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39826This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398262020-07-26T05:44:25ZProspek Kajian Hadis di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di IndonesiaSeiring perkembangan zaman kajian hadis dewasa ini semakin menarik dan memiliki prospek yang baik karena adanya perkembangan khusus secara kelembagaan di perguruan tinggi, di mana saat ini program studi ilmu hadis terpisah dari program studi tafsir. Ranah kajian studi hadis pun semakin berkembang baik, di mana dalam sejarahnya menghasilkan kajian tentang ilmu hadis dan kitab-kitab hadis tertentu. Pada masa sekarang kajian ilmu hadis tidak saja mengkaji wilayah tersebut melainkan ia juga berkembang ke ranah kajian yang mengontekstualisasikan serta pemahaman di masyarakat yang dikenal dengan living hadis. Selain itu, perkembangan teknologi menjadikan kajian hadis dengan mudahnya diakses masyarakat, sehingga mereka dapat melaksanakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Selain itu perkembangan studi hadis yang dikorelasikan dengan media cukup populer dewasa ini, di mana para pengkaji hadis tidak lagi berkutat pada dimensi akademis semata, akan tetapi mereka merambah pada penggunaan media sosial dalam menyebarkan hasil ragam kajian hadis yang dilakukan.Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-26T03:40:12Z2020-07-26T03:40:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39825This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398252020-07-26T03:40:12ZKOMIK HADIS NASIHAT PEREMPUAN : Pemahaman Informatif dan PerformatifKomik hadis semakin berkembang pesat di Indonesia. Setidaknya komik hadis ini adalah bahan bacaan bagi masyarakat awam baik anak-anak maupun remaja dalam memahami ajaran Islam, khususnya dalam hadis Seperti ajaran Islam yang damai dengan digambarkan dengan baik melalui komik kapasitas perempuan yang dijelaskan masuk surga. Kemunculan komik hadis tersebut merupakan suatu yang baru karena pemahaman atas hadis-hadis selama ini hanya dapat ditemukan melalui ahli hadis terutama dalam syarah kitab-kitab hadis. Meski demikian, menurut beberapa kajian, syarah hadis tidak banyak mengalami perkembangan dalam perihal pola pemahamannya, terutama berkisar antara masa Nabi Muhammad saw. sampai abad ke-8 H. Artinya, konstruk budaya masyarakat mengenai pemahaman hadis tidak mewarnai kitab syarah. Hal ini berbeda dengan komik hadis yang berkembang di Indonesia. Ciri khas ke-Indonesiaan dalam komik hadis tersebut sangat terasa. Dengan menggunakan teori performatif, maka kajian ini akan melihat tentang otoritas keilmuan syarah hadis dan hasil kajiannya sebagimana yang berkembang dalam informasi awalnya di masa Nabi saw.Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-25T11:49:53Z2020-07-26T03:44:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39824This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398242020-07-25T11:49:53ZTHE ARGUMENT OF AHAD HADITH IMPLEMENTATION IN
INTERPRETING THE DEATH OF PROPHET ISA ACCORDING
TO MAHMUD SYALTUT AND SIRADJUDDIN ABBASPolemik Penggunaan Hadis Ahad Dalam Menafsirkan Kewafatan Nabi Isa Menurut Mahmud Syaltut
Dan Siradjuddin Abbas. Artikel ini bertujuan untuk membahas beberapa perbedaan antara Mahmud Shaltut
dan Siradjuddin Abbas dalam menafsirkan ayat-ayat tentang wafatnya Nabi Isa. Tulisan ini bertujuan untuk
mengungkapkan bagaimana mereka menginterpretasikan, metode apa yang mereka gunakan, dan faktor-faktor
apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Mahmud Shaltut
menafsirkan istilah tawaffa (Q.S. Imrân [3] ayat 55) dan tawaffaitanî (Q.S. al-Maidah [5] ayat 117) sesuai dengan
makna asli, yaitu “wafat”. Sebaliknya, Siradjuddin Abbas menafsirkan istilah tawaffa dengan “menggenggam”.
Perbedaan-perbedaan ini disebabkan karena Siradjuddin Abbas menggunakan metode tafsir bi al-riwayah dan
memahaminya dengan hadis-hadis sahih. Sedangkan Mahmud Syaltut menggunakan metode tafsir bi al-ra’yi
dan tidak menggunakan hadis.Sebagai tokoh reformis di Mesir, penafsiran Mahmud Syaltut dipengaruhi oleh
pendapat Muhammad Abduh yang menolak penggunaan hadis ahad dalam pembahasan keyakinan/ akidah.
Sementara Siradjuddin Abbas, sebagai tokoh Islam tradisional di Indonesia, berupaya menolak pemikiran
Muhammad Abduh karena itu bertentangan dengan paham ahl al-sunnah wa al-jamaah yang dia ikuti.Rozian Karnedi- Suryadi- Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-25T10:09:50Z2020-07-26T03:11:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39823This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398232020-07-25T10:09:50ZDinamika Studi Hadis di PP Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang: Dari Klasikal Hingga Ma’had ‘AlyArtikel ini mengkaji hadis di pesantren yang terus berkembang seiring dengan dan dinamika di dalamnya. Pola perkembangan dalam pesantren sebagaimana dalam observasi, data dan interview atas kurikulum baik di tingkat MTs., MA dan Ma‘had ‗Aly PP Hasyim Asy‘ari Tebuireng Jombang sebagai salah satu pendidikan yang setara sarjana S1 terjadi secara dinamis. Tradisi pembacaan kitab hadis baik dengan cara blandongan maupun sorogan kemudian menjadi klasikal di tingkat madrasah baik dalam tingkatan Mts.,dan MA serta beragam kajian dan pembacan kitab yang dikaji baik di bulan Ramadhan maupun yang lainnya.Kajian hadis semakin meningkat dan mendalam di tradisi Ma‘had ‗Aly. Kajian Hadis di dalamnya telah beragam kitab hadis dengan fokus kitab-kitab hadis yang mu‘tabar. Hal tersebut berbeda dengan tradisi pembacaan kitab hadis di level bawahnya. Secara umum kitab hadis yang populer di kalangan pesantren adaah Bulugh al-Maram dan Riyadush Shalihin.Kajian kitab hadis terus berkembang dengan beragam kajian yang tidak saja pada kitab hadis yang berisikan hadis-hadis melainkan juga kitab ilmu hadis, kitab-kitab hadis baik sahih bukhari atau kitab hadis lainnya dengan beragam sanad di dalamnya dan kitab syarah hadis. Sehingga, kajian hadis di Ma‘had ‗Aly lebih beragam karena dengan mahasantri yang disiapkan untuk menjadi ulama yang tafaqquh fi al-din. Sehingga dengan kajian ini menjadikan kajian kitab hadis di pesantren sangat beragam seiring dengan lahirnya strata satu yang khas pesantren.Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-25T09:48:59Z2020-07-26T03:05:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39822This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398222020-07-25T09:48:59ZFENOMENA ISBAL DAN MEMANJANGKAN JENGGOT:
ANALISIS SEJARAH-SOSIAL HADIS NABI MUHAMMADPenelitian ini didasari atas fenomena masyarakat dengan jenggot tebal dan anti- isbāl (kain di bawah mata kaki) telah menjadi karakter di berbagai lapisan umat Islam. Titik tekan pelarangan pengenaan celana cingkrang adalah eksistensi kesombongan orang yang mengenakannya, maka bisa diasumsikan bahwa yang perlu dihindari adalah kesombongan itu sendiri, bukan celana cingkrang secara khusus. Sedangkan perintah memelihara jenggot yang disertai dengan perintah memotong kumis diasosiasikan sebagai bentuk pembeda dengan orang-orang Majusi. Akan tetapi mengingat sifatnya yang temporal yang berarti memungkinkan untuk berubah dan sesuai dengan situasi serta kondisi. Untuk saat ini identitas umat Islam tentunya tidak hanya dengan memelihara jenggot, terutama di tengah situasi di mana jenggot sudah menjadi tren penampilan siapapun dan di mana pun.Muhammad Yusron,Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-25T09:11:54Z2020-07-25T09:16:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39820This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398202020-07-25T09:11:54ZPEMBACAAN HADIS
DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGIArtikel ini menguraikan setidaknya tiga persoalan penting,
terkait dengan bagaimana pembacaan hadis-hadis Nabi Saw
melalui sudut pandang antropologi sebagai ilmu yang terkait
dengan manusia, mengapa hal ini perlu dilakukan, kemudian
seperti apa contoh implikasinya dalam pemahaman terhadap
sebagian hadis-hadis Nabi saw. Hal ini menjadi penting untuk
didiskusikan karena bagaimanapun juga keberagamaan Muslim
kerap menyentuh sisi-sisi kemanusiaan serta kemasyarakatan yang
dinamis, senantiasa berubah dan berkembang. Fungsinya adalah
supaya hadis sebagai pedoman kedua umat Muslim setelah al-
Qur’an menjadi shalih li kulli zaman wa makan. Kemudian dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, serta memfokuskan pada
penelitian terhadap hadis-hadis yang menerangkan tentang
beberapa tatacara pelaksanaan shalat, memberikan simpulan
bahwa jikalau dibaca dengan pendekatan antropologi, maka hadishadis
tersebut bersifat historis temporal. Artinya membutuhkan
pemahaman dan pengejawantahan yang mesti disesuaikan dengan
kondisi umat manusia di setiap zaman. Contohnya adalah bentuk
bangunan masjid yang sejak masa Nabi sampai sekarang telah
banyak sekali mengalami perubahan. Sehingga berarti tatanan
peribadatan yang terkait dengannya pun menyesuaikan bentuk
perubahan tersebut, seperti barisan jamaah atau shaf, penggunaan
sutrah, pelaksanaan shalat di atas kendaraan, tanah lapang,
perahu, hingga dianjurkannya Muslimah untuk berjamaah di
masjid dan sebagainya.Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-25T08:07:18Z2020-08-19T04:39:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39819This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398192020-07-25T08:07:18ZPENDIDIKAN HADIS UNTUK ANAK USIA DINIArtikel ini membahas tentang pendidikan hadis anak usia dini. Anak
perlu diajarkan pendidikan yang berlandaskan pada agama. Agama akan
menjadi pedoman dan petunjuk mengenai suatu hal yang dilaksanakan di
dalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran
agama Islam serta membimbing anak agar terciptanya akhlak yang mulia.
Anak merupakan harapan orang tua di masa depan dan menjadi generasi
bangsa. Oleh sebab itu, orang tua seharusnya menanamkan kecerdasan
intelektual dan kecerdasan spiritual karena sangat penting ditanamkan
sejak dini, agar anak dapat menjadi penerus bangsa yang memiliki moral
yang tinggi. Salah satu cara agar terciptanya penanaman nilai agama dan
moral sejak dini adalah dengan memberikan pembelajaran berupa hadis
yang diberikan kepada anak usia dini melalui suatu metode pembelajaran
di lembaga pendidikan anak usia dini.Muhammad Alfatih Suryadilaga2020-07-21T04:43:11Z2020-07-21T04:47:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39775This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397752020-07-21T04:43:11ZMERANGKAI ILMU-ILMU KEADABAN
Penghormatan Purna Tugas Ustaz\Muhammad Muqoddas-Aning Ayu Kusumawati2020-07-20T04:37:42Z2020-07-20T04:37:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39760This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397602020-07-20T04:37:42ZAUGMENTING SCIENCE IN THE ISLAMIC
CONTEMPORARY WORLD
A Strategic Attempt at Reconstructing the FutureDuring five centuries (6th to 11th C.E.), the advancement of science in the
Muslim world displayed Muslim civilization as the scientific Mecca. This era
saw many other civilizations learning science from Muslims seen as exemplary in
modernizing life and sharing guidance for moral conduct. This was accomplished
by embedding norms and inventions and as a result of factors such as royal
patronage and personal sacrifice. This paper seeks to reclaim historical data
through reflection and contextualization. Analysis of relevant past contexts
paves a path leading from romanticism and antiquanism into the contemporary
world. Secondary resources, such as historical books and journals, reveal how
science in Islam was developed and nurtured through patronage, institutional
establishment, networking, and other factors, leading to valuable inventions.
The Islamic Golden Era of science flourished because Muslims scientists had
an ethos motivating them toward discoveries. Key innovating scientists made
cities such as Nishapur, Alexandria, Jundishapur, and Damascus become
preeminent in scientific invention. This brought rapid development to Muslim
life, as well as to the surrounding nations, extending to Greece and India
and China. This paper argues that Muslim scientists of today’s world can
benefit from the perspective that the Qur’an and hadiths are essential sources
of general principles for conducting scientific and technological research. Both
are key spirits for encouraging Muslim scientists to conduct rigorous studies.- MuqowimZulkipli Lessy2020-07-19T09:27:42Z2020-07-19T09:27:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39756This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397562020-07-19T09:27:42ZPengaruh Strategi Experiential Learning terhadap Self Regulated Learning Mahasiswa PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah)Self regulated learning memiliki peranan yang sangat penting terhadap banyak aspek kehidupan terutama bidang akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh strategi experiential learning terhadap self regulated learning dan komponen-komponennya (motivasi belajar, strategi belajar kognitif, regulasi metakognitif, dan kelola sumber daya) mahasiswa PGMI. Hipotesis yang diuji adalah ada pengaruh strategi experiential learning terhadap self regulated learning dan komponen-komponennya (motivasi belajar, strategi belajar kognitif, regulasi metakognitif, dan kelola sumber daya) mahasiswa PGMI.
Subjek penelitian ini adalah 40 orang kelompok eksperimen dan 40 orang kelompok kontrol mahasiswa PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. Dua instrumen digunakan dalam pengumpulan data yaitu modul experiential learning dan skala self regulated learning. Teknik analisis multivariat dua jalur digunakan untuk menganalisis data.
Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan self regulated learning (F=18,213; p<0,01), motivasi belajar (F=18,308; p<0,01), strategi belajar kognitif (F=15,427; p<0,01), regulasi metakognitif (F=9,859; p<0,01), dan kelola sumber daya (F=10,725; p<0,01) yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ini artinya bahwa strategi experiential learning berpengaruh positif sangat signifikan terhadap self regulated learning mahasiswa PGMI.Eva Latipah,2020-07-19T09:00:26Z2020-07-19T09:00:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39755This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397552020-07-19T09:00:26ZUPAYA GURU DALAM MEMBIASAKAN KARAKTER MELALUI
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI MA’ARIFProses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru seharusnya bisa menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan efesien. Kegiatan belajar mengajar juga sebaiknya ditujukan
kepada pembiasaan nilainilai
karakter untuk berkembangnya kepribadian seorang murid.
Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang upaya guru dalam membiasakan karakter peserta
didik melalui pembelajaran Aqidah Akhlak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi yang
subjeknya berupa pendidik dan peserta didik. Analisis data dilakukan dengan reduksi data,
display data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian yaitu upaya guru dalam
memberikan pembiasaan karakter pada peserta didik melalui pembelajaran aqidah akhlak,
dapat diterapkan dengan teknik yaitu: memberikan penjelasan mengenai karakter,
memberikan pembiasaan terhadap anak agar terbiasa melakukan tingkah laku yang
berkarakter, proses pembelajaran yang dilakukan berlangsung secara interaktif, memilih dan
mengembang tehnik belajar mengajar yang mempunyai kesempatan paling besar agar tujuan
dalam proses belajar mengajar dapat tercapai, dan menambah kegiatan dengan
mengaplikasikan tingkah laku dan sikap yang berkarakter.
Kata Kunci: aqidah akhlak; karakter; pembelajaran; pembiasaanSeka Andrean- Muqowim2020-07-19T08:15:34Z2020-07-19T08:15:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39754This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397542020-07-19T08:15:34ZPEMIKIRAN ZAKIAH DARADJAT ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN PENDIDIKAN KARAKTERThis library research aimed to find the point of integration between mental health and character education. The dynamics of Islamic study is presecuted to develop the paradigm unity of Islamic study, exact sciences and humanities. This research try to contribute pedagogic by intergrating mental health science with Tafseer. Hopefully the intergration of mental health science gives the steady in conception in understanding of human dynamics. Integration with Tafseer meant to find originality in Islam. So this research is able to find the concept of comprehensive, holistic, in depth and applicable in the world of education. This is a qualitative research that used informaton from Al-Qur‟an, Al-Hadis, books of mental health experts and character education experts. The documentation method was used to collect the data of research. This research try to reveal and to ta‟shil the understanding of mental, mental health and tazkiyah nafs then aplicate this understanding into character education. The result of the research indicates that tazkiyah nafs is the point of integration between mental health and character education for building healthy and characteristic individual.Sri Indah- Muqowim- Radjasa2020-07-19T07:45:51Z2020-07-19T07:45:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39753This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397532020-07-19T07:45:51ZKONSEP KHUDI IQBAL DALAM PENGEMBANGAN KREATIFITAS PEMBELAJARAN DI MADRASAHTujuan kajian ini adalah untuk mengontekstualisasikan konsep Khudi dari seorang Muhammad Iqbal dalam pengembangan kreatifitas pembelajaran di Madrasah. peneliti akan mencoba mengawali menelaah biografi dan sejarah pendidikan yang didapat Muhammad Iqbal, konsep Khudi serta pengembangan konsep Khudi tersebut dalam pembelajaran di Madrasah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi pustaka (library research). Studi kepustakaan adalah tekhnik pengumpulan dataddengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran di madrasah hendaknya mengutamakan kepribadian dengan mewujudkan keseimbanagn berupa kebahagiaan lahiriah dan batiniah. Muhammad Iqbal (1877-1938) menjadi tokoh sentral dengan berbagai gagasannya sebagai seorang tokoh pemikir dan pembaharu dapat menjadi motor penggerak bagi para pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan di madrasah. Dengan gagasan Khudi-nya, Iqbal memberikan gambaran kepada pendidik di madrasah agar saling melengkapi dan mampu berdialog tidak hanya antara pelaku pendidikan saja melainkan dapat berdialog dengan Tuhan. Hal ini dapat tercapai apabila seorang pendidik dapat mencapai derajat Khudi yang tinggi. Hal ini dapat menjadi pemecah kebuntuan pendidik tatkala menghadapi berbagai macam permasalahan yang timbul dalam menghadapi proses pembelajaran.Muhammad Masruri- Muqowim- Radjasa2020-07-19T07:29:13Z2020-07-19T07:29:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39752This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397522020-07-19T07:29:13ZKONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN SYEKH NAWAWI AL BANTANI TENTANG PENDIDIKAN AKHLAQ DI MADRASAH TSANAWIYAHVarious problems of students that arise in the world of education make the institution are accused as the root of the problems in printing their students. The emergence of this problem is due to the lack of application of moral education especially in Islamic school, in this case every Islamic school needs to contextualize the thought of Shekh Arsyad Al Banjari as a reference in educating, as we know that he is one of Indonesia's 'Ulama' who has the title of Al-Sayyid Al-'Ulama Al -Hijaz who had been once an "Imam" (A leader of Communal player) at the Grand Mosque in Mecca, many of his works which when contextualized into education are still very relevant. From his various ideas about moral education, it is feasible to be used as a foundation for the implementation of moral education in every school. The purpose of moral education is none other than to form students so that they have good character, ethics, and morals apart from qualified knowledge. The application of moral education certainly does not escape the collaboration of various parties, both parents and teachers as role models in schools, the goal is to be able to supervise students to be more intense.Muhtar Luthfie Al Anshory- Muqowim- Radjasa2020-07-10T08:16:58Z2020-07-10T08:22:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39674This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396742020-07-10T08:16:58ZPesona Sikap Lemah LembutKASIH sayang merupakan sesuatu yang selalu dirindukan dalam setiap sisi kehidupan manusia. Tanpa kasih sayang, kehidupan akan kacau, penuh dengan permusuahan. Betapapun besarnya kasih sayang sesama manusia, tidak ada yang melebihi kasih sayang Allah kepada Hamba-Nya. Di antara kasih sayangNYA, Allah memberikan kehidupan kepada manusia, meninggikan derajat orang beriman, menjamin rezeki seluruh umat manusia, memberi kenikmatan hidup dan mengampuni dosa dosa hamba-Nya. Besarnya kasih sayang Allah seharusnya menjadi pijakan setiap sikap, perilaku dan ucapan manusia beriman.
Kasih sayang yang ada pada hati manusia merupakan indikasi kedekatan hubungan manusia dengan Allah SWT. Sebaliknya, orang yang mempunyai hati yang keras, pertanda jauh dari Allah SWT.
Kasih sayang dan kelembutan Rasulullah SAW dalam berdakwah, mengajak dan mengarahkan manusia dalam kebaikan yang selalu dengan dasar kasih sayang Allah diabadikan dalam Alquran. "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal" QS: Ali Imran 159.
Bersikap lemah lembut merupakan cerminan seorang mukmin yang hatinya penuh kasih sayang. Sebaliknya jika orang berprilaku keras dan berhati kasar, bukanlah cermin sikap orang yang dalam hatinya penuh kasih sayang. Padahal Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin dan dampaknya akan kontra produktif. Harapannya orang akan mengikuti dakwahnya, tapi akan sebaliknya justru orang akan menjauh darinya.
Nabi SAW selalu mendasarkan dakwahnya dan dalam membimbing masyarakat dengan lemah lembut. Padahal kita tahu Beliau Nabi, sayyidil khalqi (penghulu semua makhluk), orang yang paling mencintai kebenaran, alma'shum (yang dijaga dari kesalahan), orang yang diberi wahyu dan mukjizat. Sedemikian banyak keistimewaan Rasul. Tapi jika beliau fadzzan (keras) ghalidzal qalbi (berhati kasar), Allah mengingatkannya orang tidak akan simpati, mendekat dan mendukungnya, tapi sebaliknya akan menjauhinya.
Bagaimana dengan kita yang tidak memiliki keistimewaan seperti nabi. Jika kita tidak lemah lembut tentu masyarakat akan lebih menjauh dari kita.
Dalam suatu kisah ada seseorang yang datang kepada salah seorang khalifah dan berkata kepadanya : Saya akan menasehatimu dengan keras, kebetulan khalifah ini juga seorang ulama, dia balik tanya : kenapa engkau harus menasehatiku dengan keras, Allah telah mengutus orang yang lebih baik dari anda, yaitu Musa dan Harun kepada orang yang lebih jelek dariku, yaitu Fir'aun, tapi apa pesan Allah kepad Musa dan Harun :
"Maka berbicaralah engkau berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah mudahan dia sadar dan takut" QS.Thaha:44).
Kelembutan hati Rasulullah SAW tidak hanya diekpresikan dalam persoalan- persoalan yang menyangkut urusan publik, tapi juga dalam kehidupan keluarga Rasulullah SAW. Jika beliau pulang malam dan hendak masuk rumah, dilipatlah bajunya agar tidak ada seorangpun yang di rumah terganggu dengan bunyi bajunya.
Padahal yang namanya baju sekeras apapun suaranya ketika dibawa jalan suaranya tidak akan mengganggu orang lain, sehingga bisa membangunkan orang tidur. Tapi itulah kelembutan dan besarnya kasih sayang dan perhatian rasulullah kepada keluarganya. Pantaslah kemudian Rasulullah mendapat gelar teragung dari Allah ; Engkau adalah manusia yang mempunyai akhlak yang agung.
(Dr H Tulus Musthofa Lc MA, Ketua Komisi Dakwah MUI DIY, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)TULUS MUSTOFA2020-07-09T04:42:17Z2022-09-05T07:55:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39658This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396582020-07-09T04:42:17ZDalilu ittihadati al lughat al ‘arabiyyah fi al biladi ghayri al ‘arabiyyah.
Judul dan nomor seri buku: al Adillatu wa ma ma’lumatu 14.Makalah ini menyajikan potret Persatuan Guru Bahasa Arab di Indonesia, dan sebuah ide mulai dari pendiriannya, kegiatan yang telah dilakukan, dan langkah-langkah masa depan untuk kemajuan
Bahasa Arab di Indonesia. Makalah ini ditandai dengan pendekatan deskriptif yang lebih banyak dari metode ilmiah untuk berkontribusi pada forum ilmiah internasional terbesar untuk bahasa Arab. Adapun tema dalam makalah ini adalah Mukaddimah masuk dan tersebarnya Bahasa Arab di Indonesia.Imam Asrori Tulus Musthofa2020-07-09T03:56:44Z2020-07-09T03:56:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39654This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396542020-07-09T03:56:44ZMUSLIMS IN THE AMERICAN CINEMA : MEDIA CONTESTATION AND POLITICS OF REPRESENTATIONMuslims have been existed in America since the pre-colonial period and increased along the Nation and formed the America as today. They came from many different places namely South Asia, Africa and Middle East. However, being minority among the other two of Abrahamic religions, Muslims have not been fully accepted , especially in media. Not only because of its small amount of the community and thus have less power among Christianity and Jews, but the discrimination and labeling toward this religion has led to phobia, a threat that do not only have a negative influence on certain ethnicity (Arabic) of Muslims in America but Islam as a whole. As Shaheen (2000:23) mentions, up to the year of 2000, there are more than 800 feature films and hundreds of television newscasts, documentaries, entertainment shows, ranging from animated cartoon to soap opera to movies of the week which construct Muslim and Arab in an hostile, negative, and militant way. This number was even multiply after the tragedy of 11 September 2009.
The objective of this paper is to find out the cultural representation of Muslims in America, especially through the movie. How and why Hollywood depicts Muslims stereotypes on the screens which imply the negation of American society toward this religion as a whole. One of the interesting thing of those depictions is that the Islamic representation is mostly limited to Arabic ethnicity. As Israel and Palestine are conflicting and American interference in the Middle East are getting intense, the depiction of Islam in the movie is mostly related to ‘alien’, violent stranger and the terrorist of the world. The similar presentation from one film to another, which is indeed based on Western perception, has led to form certain ideology which is believed as a truth. In this sense, as a media of representation, film is no longer seen as narratives art per se which is supposed to be neutral, entertaining, and apolitical. Through this film ,it is seen an ideological system , an institution which compose conflicting class and interest which all competing for dominance. Ideological storage especially the Western perspective , cultural practice, historical perspectives or even such political interests are all mingled to contribute presenting Islam and Muslim in a different and limited way. When a particular construction of certain movies is followed by similar pattern of presentation , as the Hollywood intensively does toward the Muslims and any other minority groups, the impact is not only about the messages sent to the audience but also ideology and knowledge production .- Witriani2020-07-06T04:43:15Z2020-07-06T04:43:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39631This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396312020-07-06T04:43:15ZReadingReligion intheMovies,theContestation between ReligiousIdentity and Business Industry1The relationship of religion and movies actually has existed since this Industry began. As Andre Bazin (2002), writes, 'The cinema has always been interested in God'. Religion is something personal , in John Tillich terms, it is an area of culture that involve basic beliefs about the ultimate nature of reality, our purpose in the world, and we find a meaning in it. That is why, posing a religion or religious idea in the movies is always interesting for the producers or the film industry. However, film is indeed a cultural business, whatever presented on the screen is actually a construction of reality by people behind the screen. Focus on certain Hollywood and Indonesian movies, the research finds that the religious ideas in the movies have consistently appeared since the beginning of this industry, but it is part of co modification of product by using people’s intimacy inreligiouslife,thustheyfeelrepresented.- Witriani2020-06-27T04:05:53Z2020-06-27T06:05:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39621This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396212020-06-27T04:05:53ZLOST IN TRANSLATION AND THE CRUCIAL PROCESS OF CONVENTIONCertificates, academic transcripts, and name of institutions are such very important academic
documents for any institutions, including educational institutions, which translation into foreign
languages (for example into English) should be done carefully, thoroughly, and precisely. This
research on the translation of such academic documents in UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta found
that, although in general the translations are correct, there are many parts of the documents that
have not been properly translated. Inaccuracies occurs due to frequent inconsistencies in choosing
the diction (or vocabulary), phrase structures, and inappropriate choices of the translation
procedures. Therefore, the alignment, uniformity, and convention of the translations are necessary
to maintain the quality of the results.- Witriani2020-06-08T14:31:21Z2020-06-08T14:31:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39482This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/394822020-06-08T14:31:21ZThe Concept Of Elective-Coordinative Curriculum Model In Level Of Bachelor Degree At Department Of
Education Teacher Madrasah Ibtidaiyah In IndonesiaAbstract: The purpose of this study is to design concepts and modify the steps of curriculum
development with an elective-coordinative model at the
undergraduate level (S1) of PGMI study programs in Indonesia. This research uses qualitative
research. Research location at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Indonesia. Data collection techniques
with theoretical research approach in preparing the concept of the elective-coordinative curriculum
model and continued with a group discussion forum (FGD) and documentation. The findings of this
study are first, to find the concept of an elective- coordinative curriculum model at the S1 level
of the PGMI Study Program with several elements. These elements are the purpose, content, method or
method, and evaluation. Second, developing steps into 4 stages which include (1) needs analysis and
profile of graduates, (2) formulation of CPL / LO (Learning Outcome) and selection of study
materials, (3) labeling courses and calculating SKS weights, and (4 ) curriculum structure. For the
implementation of the use of an elective-coordinative curriculum model at the S1 level of the PGMI
Study Program, it is recommended that training and guidance for lecturers as curriculum users be
recommended.Moh. Agung Rokhimawan- ISTININGSIH- SUKIMAN2020-06-08T13:53:53Z2020-06-08T13:55:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39479This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/394792020-06-08T13:53:53ZPembelajaran Saintifik pada Anak Usia Dini dalam
Pengembangan Kreativitas di Taman Kanak-KanakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran saintifik anak usia dini
di TK Negeri Pembina Salatiga. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif
deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang
bersumber dari TK Negeri Pembina Kota Salatiga. Data yang terkumpul ditindaklanjuti
dengan reduksi data, display data dan menarik kesimpulan. Kurikulum 2013 merupakan
kurikulum yang menekankan pada pendekatan saintifik, meskipun dalam pelaksanaannya
masih ada guru belum sepenuhnya menerapkannya. TK Negeri Pembina merupakan sekolah
PAUD pertama di Salatiga yang menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pembelajaran saintifik belum terlaksana dengan
maksimal, guru kesulitan dalam mengontrol dan memberikan penilaian di setiap aktivitas
anak dikarenakan rasio guru terhadap murid di TK Negeri Pembina kelompok B melebihi
rasio ideal yaitu lebih dari 1:15. Pembelajaran saintifik mampu merangsang kreativitas anak
karena anak lebih mandiri, percaya diri, berani berpendapat, dan rasa ingin tahu yeng tinggi
sebagai ciri kreatif.- SRI MARWIYATI- ISTININGSIH2019-12-03T06:42:18Z2019-12-03T06:42:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36717This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/367172019-12-03T06:42:18ZPENDAMPINGAN SISTEM AMONG
(PADA PENDIDIKAN NON FORMAL)Tujuan penelitian ini mendesain model pendampingan bagi orang tua siswa sekolah dasar. Pendampingan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pendidikan. Pendampingan guru kepada siswa merupakan wujud kepemimpinan guru kepada siswa. Kepemimpinan yang diharapkan sesuai dengan kondisi siswa, disebut situational leadership. Pendampingan merupakan wujud kepemimpinan guru kepada siswa yang berbasis kondisi siswa. Pendampingan banyak dilakukan oleh non government organization (NGO), namun penelitian model pendampingan belum banyak dilakukan dan bahkan bisa dikatakan langka; terlebih lagi pendampingan yang memiliki spesifikasi. Pendampingan dalam penelitian ini mengangkat ide dari tokoh pendidikan nasional Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara yang dikenal dengan sistem Among (Istilah Jawa). Penelitian ini menemukan sebuah model yang disebut model pendampingan sistem Among yang diujicobakan pada pendidikan non-formal, yakni bagi orang tua siswa dalam mendampingi anaknya dalam konteks berkarakter. Penelitian ini menemukan: nama pendampingan “Pendampingan sistem Among”; landasan filosofis model yakni “Keunikan orang yang didampingi”; konsep model yakni “Kasus – Individual – Penuntasan Kasus”; mekanisme model yakni “pemetaan kondisi personil yang didampingi – penentuan pola pendampingan”. Keterkaitan antara kondisi orang yang didampingi dengan pendamping adalah (1) motivasi dan kemampuan mendidik anak bagus didampingi menggunakan pola Tut Wuri Handayani, (2) Salah satu aspek rendah, untuk motivasi atau kemampuan mendidik orang yang didampingi lemah maka didampingi menggunakan pola Ing Madyo Mangun Karso, sedangkan untuk (3) lemah kedua aspek baik motivasi maupun kemampuan mendidik orang yang didampingi, maka digunakan pola Ing Ngarso sung Tulodho. Hasil uji coba bagi orang tua siswa sekolah dasar dinyatakan efektif.- ISTININGSIHhttp://digilib.uin-suka.ac.id/29616/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul%20-%20Book%20Chapter.jpg2018-03-20T06:40:23Z2019-08-26T02:11:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29616This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/296162018-03-20T06:40:23ZPETA PEMIKIRAN FISHUM(Karya Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga)Ilmu Sosial dan Humaniora (ISHUM) menghadapi tantangan yang
semakin sulit seiring dengan hadirnya kompleksitas persoalan dan ragam kepentingan. Kesiapan dalam menghadapi era baru yang terus tumbuh dan cepat berubah merupakan kekuatan ISHUM sebagai ilmu yang sekaligus panduan hidup. Keterpautan dimensi teoretik dan praktik inilah yang dijelaskan dalam karya Peta Pemikiran Fishum yang menyajikan 36 artikel yang dibagi dalam 3 pokok bahasan, yaitu: Komunikasi Profetik; Psikologi Integratif; dan Sosiologi Reflektif.- NAPSIAH2013-04-19T09:06:26Z2016-05-10T03:18:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7051This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70512013-04-19T09:06:26ZISU-ISU PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DI INDONESIAKemajuan dalam bidang teknologi informasi menjadi salah satu penggerak utama lahirnya perpustakaan digital. Gagasan perpustakaan digital telah menyadarkan sebagian pustakawan untuk merubah cara kerja mereka dalam mengelola sumber-sumber informasi. Meskipun demikian, kehadiran perpustakaan digital tidak serta-merta mengubah atau menghilangkan tradisi kepustakawanan yang telah berlangsung selama puluhan tahun, bahkan ratusan tahun. Revolusi teknologi informasi dan perubahan perilaku masyarakat pengguna dalam menggunakan informasi memunculkan berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan perpustakaan digital. Tulisan ini mencoba mendiskusikan beberapa tantangan serta kendala yang menjadi isu dalam upaya pengembangan perpustakaan digital, khususnya di Indonesia yang terekam dalam makalah-makalah pada Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia. Untuk mengidentifikasi berbagai isu yang muncul dalam pengembangan perpustakaan digital tersebut, penulis menggunakan definisi yang diajukan Digital Library Federation (DLF) sebagai pijakan dasar untuk melakukan analisis dengan memfokuskan pada persoalan organisasi dan sumber daya. Penulis menyimpulkan bahwa kendala utama yang menjadi penghalang pengembangan perpustakaan digital di Indonesia adalah persoalan non-teknis, yang bila dirumuskan dalam satu isu utama adalah interoperabilitas, khususnya aspek political/human interoperability.Arianto M. Solihin AriantoSubhan Ahmad2013-07-23T10:15:13Z2016-09-17T05:36:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8989This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/89892013-07-23T10:15:13ZWEB OF SCIENCE A BRIEF METHOD IN MAINTAINING CITATION INDEXIndeks sitiran adalah daftar artikel-artikel yang merujuk atau mengutip dari artikel sumber (orisinil). Indeks sitiran ini digunakan sebagai metode melacak sumber-sumber rujukan yang disusun para pengarang di akhir setiap artikel yang diterbitkan yang biasa disebut dengan bibliografi. Salah satu keuntungan utama pengindeksan sitiran adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara dokumen-dokumen atau tulisan-tulisan yang sering muncul pada jurnal-jurnal ilmiah. Ketika teknologi informasi berkembang, ketersediaan indeks sitiran dalam bentuk basis-data berdampak cukup signifikan bagaimana indeks sitiran dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Beberapa peneliti menggunakan data sitiran untuk evaluasi tulisan-tulisan para peneliti, jurnal-jurnal, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam penerbitan karya imiah. Sebagian lainnya memanfaatkannya untuk analisis struktur bidang penelitian tertentu, evaluasi kecenderungan-kecenderungan riset berdasarkan terbitan-terbitan sebelumnya, dan prediksi terhadap kecenderungan-kecenderungan yang akan datang. Tulisan ini mencoba mendiskusikan perkembangan terakhir penggunaan indeks sitiran dari cara-cara tradisional ke lingkungan berbasis teknologi. Dengan demikian, perkembangan awal pengindeksan sitiran hingga munculnya web of science sebagai sebuah media mutakhir dalam pemanfaatan indeks sitiran berbasis web, dibahas dalam tulisan ini.M. Solihin Arianto2013-07-23T10:16:33Z2016-12-27T07:45:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/256This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2562013-07-23T10:16:33ZWEB OF SCIENCE : A NEW METHOD IN MAINTAINING CITATION INDEXIndeks sitiran adalah daftar artikel-artikel yang merujuk atau mengutip dari artikel sumber (orisinil). Indeks sitiran ini digunakan sebagai metode melacak sumber-sumber rujukan yang disusun para pengarang di akhir setiap artikel yang diterbitkan yang biasa disebut dengan bibliografi. Salah satu keuntungan utama pengindeksan sitiran adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara dokumen-dokumen atau tulisan-tulisan yang sering muncul pada jurnal-jurnal ilmiah. Ketika teknologi informasi berkembang, ketersediaan indeks sitiran dalam bentuk basis-data berdampak cukup signifikan bagaimana indeks sitiran dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Beberapa peneliti menggunakan data sitiran untuk evaluasi tulisan-tulisan para peneliti, jurnal-jurnal, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam penerbitan karya imiah. Sebagian lainnya memanfaatkannya untuk analisis struktur bidang penelitian tertentu, evaluasi kecenderungan-kecenderungan riset berdasarkan terbitan-terbitan sebelumnya, dan prediksi terhadap kecenderungan-kecenderungan yang akan datang. Tulisan ini mencoba mendiskusikan perkembangan terakhir penggunaan indeks sitiran dari cara-cara tradisional ke lingkungan berbasis teknologi. Dengan demikian, perkembangan awal pengindeksan sitiran hingga munculnya web of science sebagai sebuah media mutakhir dalam pemanfaatan indeks sitiran berbasis web, dibahas dalam tulisan ini. M. SOLIHIN ARIANTO2013-07-25T10:54:05Z2016-09-17T05:39:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8999This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/89992013-07-25T10:54:05ZMEMBANGUN DATABASE E-JOURNAL (PENGUATAN LOCAL CONTENT DAN PENINGKATAN AKSES JURNAL-JURNAL KAMPUS)Beberapa Perpustakaan Perguruan Tinggi sering menghadapi maslah anggaran ketika mereka berusaha mengembangkan koleksi jurnal elektronik dengan cara melanggan.Tidak mudah bagi pimpinan perguruan tinggi menyetujui untuk melanggan jurnal-jurnal tersebut setelah mengetahui jumlah dana yang harus dibayarkan kepada vendor. Melanggan bukanlah satu-satunya cara untuk mengembangkan jurnal elektronik. Database jurnal elektronik dapat dikelola secara mandiri oleh perpustakaan yang bekerjasama dengan para pengelola jurnal kampus selama infrastruktur teknologi informasi mendukung. Tulisan ini berusaha mengelaborasi langkah-langkah yang patut ditempuh dalam mengembangkan jurnal elektronik baik yang dengan melanggan maupun memberdayakan sumber-sumber yang dapat diperoleh di lingkungan perguruan tinggi. Lebih jauh, tulisan ini juga mengungkapkan berbagi upaya yang dilakukan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dalam pengelolaan jurnal-jurnal yang dihasilkan sivitas akademika sehingga dapat diakses dan disebarluaskan lewat jaringan digital. jurnal-jurnal tersebut bersama-sama dengan sumber-sumber lain yang di hasilkan oleh UIN Sunan kalijaga diintegrasikan dalam sebuah kagiatan yang dinamakan pengembangan digital local conten.M. Solihin Arianto2015-07-06T04:27:22Z2015-07-06T04:27:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16225This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162252015-07-06T04:27:22ZSINTESIS KREATIF:
ALI MAZRUI, ILMU SOSIAL NORMATIF DAN STUDI MASYARAKAT ISLAMSelama ini perhatian akademisi dan intelektual Islam Indonesia biasanya terfokus pada intelektual Muslim Timur Tengah. Akhir-akhir ini muncul trend untuk melihat ke Afrika. Ada sejumlah intelektual Muslim Afrika Selatan yang terkenal di Indonesia, seperti Farid Essack, Ebrahim Moosa dan Abdulkader Tayoub, dan dari Sudan, seperti Mahmoud Mohammad Thaha dan Abdullahi Ahmad An-Naim. Afrika Timur belum terlalu dikenal. Padahal di sana muncul Ali Mazrui, yang mempunyai reputasi akademik internasional jauh sebelum generasi intelektual muda di atas muncul. Mungkin karena memang disiplin Mazrui tidak terkait langsung dengan pemikiran Islam, namun lebih sebagai political scientist. Padahal Ali Mazrui adalah intelektual Muslim asal Kenya yang mampu menciptakan pengaruh luas di kalangan intelektual dan akademisi Afrika, sehingga terciptalah sebuah school of thought "Mazruiana".1 Bahkan dia dijuluki sebagai "Ibn Khaldun post-modern".2 Mazrui juga terpilih sebagai the World's Top 100 Public Intellectuals oleh para pembaca Prospect Magazine (Inggris) dan salah satu dari "the 100 Great Muslims of the 20th Century" dari the Institute of Objective Studies, New Delhi, India.3 Maka tidak salah kalau dia juga digelari "the Global African", orang Afrika yang menglobal.
Mengingat pentingnya sumbangan dan pengaruh Ali Mazrui, maka sangatlah penting bagi dunia akademik dan intelektual Indonesia untuk mengenalnya secara lebih dekat. Di sini penulis akan lebih memfokuskan diri pada upayanya mengintroduksi pendekatan alternatif dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora: "sintesis kreatif" (creative synthesis)—dia juga menyebut dalam konteks ideologi eklektisisme kreatif (creative eclecticism). Dengan sintesisis kreatif ini dimungkinkan bidang-bidang yang selama ini dianggap tidak bisa bersatu, seperti pengetahuan dan etika, sains dan agama, dapat disintesakan secara kreatif. Para akademisi UIN Sunan Kalijaga yang sedang mengembangkan pendekatan integratif-interkonektif dapat belajar dari upaya Ali Mazrui ini.- DR MOCH. NUR ICHWAN2015-07-06T04:31:00Z2015-07-06T04:31:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16226This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162262015-07-06T04:31:00ZRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:
ETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISMEAda perasaan sedih saat menangkap kesan ketidakpercayaan atau keheranan beberapa peserta
workshop agamawan non-Muslim di Kaliurang pada paruh akhir dekade 2000-an terhadap
presentasi saya yang mendiskusikan amar ma‘ruf dan nahy munkar dengan gambaran yang positif.1
Dalam bayangan mereka konsep ini terkait dengan penggunaan kekerasan atas nama agama,
sebagaimana yang mereka lihat di televisi di mana sekelompok orang berbaju putih-putih dengan
garang membawa pentungan, batu atau bahkan parang merusak kafe, restoran, atau hotel atau
menyerang kelompok-kelompok keagamaan yang mereka pandang “sesat”. Dengan meneriakkan
“Allahu akbar” mereka melakukan kekerasan. Saya tidak menyalahkan mereka itu, dan banyak orang
lainnya, karena fakta itu memang ada, dan bahkan setelah Reformasi, fenomena ini menjamur di
mana-mana. Saya sedih karena betapa ajaran profetik yang luhur ini telah dipahami oleh sebagian
saudara seiman saya sebagai ajaran yang menghalalkan cara-cara kekerasan yang menurut standard
etika publik tidak dapat diterima sebagai perilaku orang beriman. Bukan hanya non-Muslim, banyak
orang tua Muslim pun khawatir terhadap gejala semacam ini, karena anak-anak mereka dapat saja
beranggapan bahwa begitulah seharusnya Muslim yang baik, suka melakukan kekerasan. Ajaranajaran
kebaikan dan akhlak luhur yang mereka ajarkan di rumah, atau diajarkan di sekolah, TPA dan
masjid, rontok hanya karena melihat tayangan kekerasan di televisi-televisi, di koran dan di internet.
Hal ini ditambah dengan “pembiaran” negara terhadap kasus-kasus kekerasan semacam itu.
Intelejen dan polisi sudah mengetahui aksi-aksi kekerasan akan terjadi, namun mereka sebagai aparat
berwenang tidak mencegah agar kekerasan ini tidak terjadi. Dan bahkan dalam sejumlah kasus
terdapat indikasi adanya keterlibatan oknum aparat penegak hukum mendukung aksi-aksi semacam
itu dari balik layar. Selain itu, tak sedikit tokoh agama yang ikut-ikutan melegitimasi penggunaan
kekerasan sebagai tindakan yang “Islami”, dengan alasan adanya kemaksiatan di sana. Dengan
retorika hiperbolik, mereka menggambarkan kondisi kemaksiatan sudah mengancam martabat
manusia.2 Berbagai dalil atau dalih keagamaan mereka keluarkan untuk melegalkan tindak kekerasan
itu. Seringkali kita mendengar khutbah, ceramah, atau wawancara di media di mana mereka
memojokkan para Muslimin lain yang tidak bersikap seperti mereka sebagai orang-orang yang
beriman lemah, dan sebagai para pendosa yang dapat menurunkan azab Tuhan dalam bentuk
berbagai bencana. Ummat awam menjadi bingung sikap siapa yang sebenarnya ma‘ruf. Muncul
kesan tidak sehat bahwa, dalam Islam, semakin religius seseorang semakin ringan pula dia
melakukan kekerasan. Tentu ini tidak benar.
Ada masalah pemahaman etika politik (al-akhlaq al-siyasiyah) di sini, dan oleh karena itu
adalah penting untuk melihat konsep amar ma‘ruf dan nahy munkar (al-amr bi l-ma‘ruf wa n-nahy ‘ani lmunkar)
dalam konteks etika politik. Etika politik bertujuan, sebagaimana dikatakan Ricoeur, untuk
mengarahkan ke kehidupan yang baik, bersama dan untuk orang lain, dan dalam rangka memperluas
lingkup kebebasan dan membangun institusi-institusi yang adil.3 Dalam konteks ini, saya
berargumen bahwa sesungguhnya amar ma‘ruf dan nahy munkar itu adalah bagian dari “etika publik”,
yang dipahami sebagai “etos, cara berada dan cara menilai yang khas pada suatu masyarakat yang
tidak bisa disamakan dengan suatu doktrin atau agama tertentu, melainkan mengelompokkan atau
menciptakan konvergensi di antara visi-visi yang berbeda tentang dunia. Etos ini yang
memungkinkan pengambilan keputusan kolektif dan perundang-undangan. Ia mencakup tujuan,
nilai dan norma tentang keadilan yang menjadi inspirasi baik praktik-praktik politik maupun
institusi-institusi politik.”4 Oleh karena itu, ma‘ruf dan munkar bukanlah didefinisikan oleh agama,
melainkan oleh “konvergensi di antara visi-visi yang berbeda tentang dunia”... “yang memungkinkan
pengambilan keputusan kolektif dan perundang-undangan...” yang mencakup “tujuan, nilai dan
norma tentang keadilan yang menjadi inspirasi baik praktik-praktik politik.” Ketika menyebut
ma‘ruf dan munkar, saya merujuk kepada pengertian ini.5 Selain itu, saya akan membawa konsep ini
dari paradigma Islamisme ke “post-Islamisme”, sebagaimana disarankan oleh Asef Bayat.- DR. MOCH NUR ICHWAN2015-07-06T04:43:16Z2015-07-06T04:46:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16228This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162282015-07-06T04:43:16ZTEN
THE POLITICS OF SHARI'ATIZATION:
CENTRAL GOVERNMENTAL AND REGIONAL DISCOURSES
OF SHARI'A IMPLEMENTATION IN ACEHOne consequence of the greater political openness that followed the resignation
of Indonesia’s long-time dictator Suharto in 1998 was the demand
in several localities for implementation of Shari'a.2 The region that has
experienced the greatest change is Aceh where the provincial government
has been granted broad authority to establish Shari'a Courts (Mahkamah
Syariah), to implement Shari'a legislation, and to have its own Shari'a police
and enforcement mechanisms (wilayatul hisbah).3 The Department of Religion
officially inaugurated the new system on March 4, 2003, a date chosen to
coincide with the Islamic New Year (Muharram 1, 1423 AH). On that
date the existing Religious Courts (Pengadilan Agama) in Aceh were transformed
into Shari'a Courts and vested with new powers in the fields of
Islamic belief ('aqìda), religious practice ('ibàdàt), and symbolism (Ind. syiar
< Ar. shi'àr).
This chapter examines the significance of the discourse on implementation
of a “comprehensive Shari'a” (Syariat Islam Yang Kaffah) for Acehnese
society. It will be argued that in the first years of the twenty-first century
Shari'a discourse has come to serve as a “master signifier” in Aceh, and
that other social signifiers, such as politics, law, education, and the economy
increasingly refer to and are defined by reference to the Shari'a.4 The chapter
focuses on the discourse on the establishment of Shari'a Courts and
implementation of Islamic law at two levels within the government—at the level of the central government in Jakarta and at the provincial level in
Aceh.5 The discourse of the religious establishment in Aceh will also be
considered. The analysis will seek to go beyond official accounts of the
process to grasp the power relations between central and regional governments
on the one hand and between the regional government and the
local religious establishment on the other. I will argue that the regional
government has attempted to position itself in the middle between the central
government and the religious establishment, and that this has enabled
the regional government to play the two sides off against each other. Thus,
instead of seeing Shari'a in Aceh purely in terms of a legal discourse, I
will emphasize its political dimensions as well.* MOCH. NUR ICHWAN2015-07-10T01:22:50Z2015-07-10T01:22:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16229This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162292015-07-10T01:22:50ZCONTINUING DISCOURSE ON KEBLAT:
DIASPORIC EXPERIENCES OF THE SURINAMESE JAVANESE
MUSLIMS IN THE NETHERLANDS 1Study of the Javanese diaspora is not yet as well-known as that of, for
instance, the Black and Indian diaspora. Most the scholars of Java concentrate
their study on the Javanese 'inside Java' and only few of them deal with the
Javanese in diaspora. The Javanese, most of whom were Muslims, for one or other
reason migrated to South and East Sumatra and other parts of Indonesia,
Peninsular Malaya, Sabah, Sarawak, Thailand, Burma, South Vietnam, South
Africa, Sri Lanka, Curacao, New Caledonia, Saudi Arabia, Egypt, Surinam, and
The Netherlands.3 This very large area of study still has attracted little attention
from the scholars of Java, in fact less than they deserve. To contribute to this study,
this present article is devoted to studying the Javanese who migrated to the
Netherlands by the way of Surinam.4 In this respect, I shall focus on the discourse
on keblat. Discourse on keblat (Arabic: qibla)5 as a societal dispute and living
discussion, which symbolizes power relation and domination, is the most peculiar
diasporic experiences of the Surinamese Javanese Muslims. Diasporic experience is
that encountered during migration and settlement in the new country or countries,
and is resulted from a long process of negotiation between the tradition brought
from the mother land and the new situations and challenges in diaspora. Some
traditions probably to be lost, some others to be modified, and new tradition to be
created. Diasporic experience is contingent and contextual, and not something
given and final.6 The dispute and living discussion on keblat has taken place
through generations since the Javanese came to Surinam in 1890 or, more
precisely, since they started to realize of the position of Ka‘ba in the beginning of
the 1930s. This very discourse is expressed in some individual elements of complex
discourse, such as myth, story, ritual, conversation and imaginery.7
The discourse on keblat among the Surinamese Javanese Muslims goes
beyond the question of the direction of prayer,8 it expresses a religious-cultural
identity and complex relationship between 'official' Islam and Javanese tradition.
Some Surinamese Javanese Muslims maintain the west-keblat in their prayers, as did their ancestors in Java, while some have changed the keblat towards the southeast
or usually simplified as east, as the Ka‘ba is in a north-easterly direction from
Surinam and south-easterly direction from the Netherlands. The former is called
Wong Madhep Ngulon (west-keblat people, hereafter WKP) and the latter Wong
Madhep Ngetan (east-keblat people, henceforth EKP),9 and both have their own
position in interpreting Islam and Javanese tradition, which has been crystalized in
their religious-cultural identity.10
This article will begin with some historical insights by describing the
discourse of keblat among the Javanese in Surinam, from which the discourse has
begun to become a part of the lives of Surinamese Javanese. Hence, I shall study
this very discourse among this community in the Netherlands and uncover the
relationship between Islam and Javanese identity in the framework of their
diasporic experience. Some questions are to be answered: Why does keblat become
problematic for the Surinamese Javanese Muslims? How does the discourse of
keblat express power struggle and domination?- MOCH NUR ICHWAN2015-07-10T01:30:14Z2015-07-10T01:30:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16230This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162302015-07-10T01:30:14ZISLAM IN INDONESIA: DISSEMINATION OF RELIGIOUS AUTHORITY IN THE TWENTIETH AND EARLY TWENTY-FIRST CENTURIESWithin the framework of Dutch-Indonesian scholarly cooperation, Islam is a theme of major interest. Firstly, Islam receives increasing attention worldwide, both in general or popular discourse and in the more limited discussions of the academic and political elite. Because of phenomena of large-scale Muslim immigration to Western countries, numerous military and political conflicts involving Muslim communities, and, last but not least, the dramatic events of 11 September 2001, most of these discussions have recently tended to become less balanced and less based on in-depth knowledge.
Research in conformity with the highest academic standards may help in-vert this regrettable trend. Another, obvious reason for which the study of Islam earns a primary position within this bilateral cooperation programme is the fact that Indonesia has the largest Muslim community in the world. The third reason is that Indonesia and the Netherlands have a long-standing and unique experience in this field.
Scholarly activities that originated in the colonial context may very well be continued in a post-colonial situation of common interests and shared mana-gement. Previous educational cooperation in the same field has shown so.7
Another reason for which the Islam in Indonesia programme occupies an important place within the Scientific Programme Indonesia-Netherlands (spin) is its contribution to a sound understanding of the relationship between the political and the scholarly interests of research activities. According to a rather simplistic standpoint, the existence of any political or social dimension of a research project automatically disqualifies it as a scholarly enterprise.
The Islam in Indonesia programme is evidence to a more balanced and realistic standpoint: scholarly research activities should not be meant to serve the immediate political interest of a particular government, party, or group. However, they may very well lead to a better understanding of social mecha-nisms leading to conflicts, which will help various political actors to look for solutions to situations and transformations that are considered as problematical according to broadly accepted standards. A concrete example, mentioned during the February 2002 Bandung presenta¬tion of this programme, will clarify the purport of this principle: the researchers involved are no intelligence agents and their task is not to answer questions such as the one of whether or not al-Qaeda (al-Qa`idah) possesses a basis in Poso, Central Sulawesi – a hot question at that moment. On the other hand, the results of their labour are expected to contribute to a better understanding of the mechanisms underlying communal strife in the Moluccas. Competition for leadership and party adherence among the Indonesian Muslims, and similar questions; nevertheless, it is the task of others – Indonesian politicians and citi¬zens at large in the first place – to solve the various political and social problems they are facing. Therefore, general political and scholarly interests of research programmes do not necessarily exclude each other. The opposite is often the case. The detailed analysis of the Islam in Indonesia programme, below, will show that it serves interests of both categories.
From yet another point of view, this research programme has gone beyond too rigid ideas about what excellent research should be like. It does not limit itself to research in the strict sense of the term, but rather includes a – top-level – educational component: in addition to a number of senior researchers, six Indonesian PhD candidates are involved, who will be trained as fully-fledged experts through their participation in this international project. In this way, the programme has adopted the integration of research and education that has become the hallmark of strong academic traditions in most parts of the world.
A final particularity of the Islam in Indonesia programme, testifying to its dynamic understanding of what a contemporary research project should be like, relates to its bilateral character. Although the programme is based on Indonesian and Dutch scholarly institutions and traditions, it has been con-sciously anchored in a global framework. From the viewpoint of the personnel involved, this is reflected in the participation of a number of senior researchers from third party countries – even representing three continents other than Europe and Asia. From the thematic and methodological perspective, this global framework is reflected in the adherence to scholarly debates in various countries.
Cases in point are the discussion on shifts in religious authority and the endeavour to combine text-based and social-scientific research in Islamic Studies. The initiative to invite Brinkley Messick from Columbia University, New York as the keynote speaker for the first annual seminar of this Dutch-Indonesian programme was precisely related to these two examples. Not only the Indonesian, Dutch, and other researchers of the programme showed much interest in this American scholar, who has done extensive research on the development of authority in Islamic justice in the Yemen; the opposite proved true too.JOHAN HENDRIK MEULEMAN MOCH NUR ICHWAN2015-07-10T01:45:36Z2015-07-10T01:45:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16231This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162312015-07-10T01:45:36ZTOWARDS A PURITANICAL MODERATE ISLAM: THE MAJELIS ULAMA INDONESIA AND THE POLITICS OF RELIGIOUS ORTHODOXY (CONTEMPORARY DEVELOPMENTS IN INDONESIAN ISLAM EXPLAINING THE “CONSERVATIVE TURN”)The collapse of the Soeharto regime in 1998 led to the opening up of
previously unimaginable political opportunities and transformations in
Indonesian society. The Reformasi (reformation) movement demanded
democratization, good governance, and the empowerment of civil society.
Most existing Muslim organizations redefined their orientation and
political platforms, as did most other associations; and many new Muslim
organizations, movements, and political parties emerged, armed with new
nationalist, liberal or Islamist paradigms. They have endeavoured to present
their own concepts of Reformasi, and to avoid the stigma of being anti-
Reformasi.
The Majelis Ulama Indonesia (Indonesian Council of Ulama, or MUI),1
a semi-official institution of Indonesian ulama established by Soeharto in
1975, is no exception.2 At the beginning of the Reformasi era, the MUI
seemed disoriented and struggled to come to terms with the changes.
During the Habibie era, it focused not on issuing fatwas, but on producing
tausiyahs to legitimize a number of Habibie’s policies, and, in the period
in which Habibie was confronted with political moves to discredit him,
by visiting the president at the palace.3 It was only at the 2000 National
Congress, during the Abdurrahman Wahid era, that the MUI proclaimed its
ambition to change its role from being the “khadim al-hukumah” (servant
of the government) to serving as the “khadim al-ummah” (servant of the
ummah). This resonated with the central Reformasi concept of empowering
society vis-à-vis the state, besides expressing the MUI’s vision of its own
agenda-setting role in the Reformasi process. Since that time, the MUI
has endeavoured to reposition itself in Indonesia’s transitional politics by
defending more conservative Muslim interests and aspirations. This can be
seen from various fatwas, tausiyahs, and other statements produced by the
MUI, and in the way in which it has dealt with social, political, economic
and cultural issues.
In the present study, I shall focus on the MUI’s endeavours to redefine
its role in the post-Soeharto era, analyse its transformation from a governmentoriented
to an ummah-oriented body, and explore the implications of this
transformation.4 Particular emphasis will be given to the way in which
the MUI has exercised its power as the “semi-official religious authority”
in the country and the way it has defined “moderate Islam”, which is in
fact “puritanical moderate Islam” based on Sunni orthodoxy, in the context
of ideologically and organizationally pluralistic Indonesian Islam. Below
we will examine a number of issues that best reflect the MUI’s changing
role in post-New Order Indonesia, as well as its newly developed position
in national politics. These issues range from the certification of halal
foods and Islamic banking services to the “purification” of public morality
(action against pornography and “porno-action”), education (the polemic
on the Draft Law on the National Education System), the image of
Islam ( jihad and terrorism), Islamic thought (religious pluralism, liberalism
and secularism), and Islamic faith (deviant belief and the Ahmadiyah
movement).- MOCH NUR ICHWAN2015-07-10T01:55:40Z2015-07-10T01:55:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16232This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162322015-07-10T01:55:40ZDIFFERING RESPONSES TO AN AHMADI TRANSLATION
AND EXEGESIS
THE HOLY QUR'ÂN IN EGYPT AND INDONESIAThere were two main external channels of Islamic reform in Indonesia
between the 1920s and the 1960s. The first was the Egyptian link transmitted
by those who had studied in the Hijaz and Cairo, and by the circulation of al-
Manâr, an Egyptian journal chaired by Muhammad Rashîd Rida (1865-1936)
under the inspiration of his late master Muhammad cAbduh (1849-1905). 0)
Al-Manâr was reasonably well circulated in Indonesia, being allegedly smugg
led in through the port of Tuban in East- Java where there was no customs
supervision. Otherwise personal copies obtained by students returning from al-
Azhar and Mecca, or by the "hajis" returning from the pilgrimage, were to be
found (see Bluhm-Warn 1997 : 297; Ali 1964 : 9). (2) Although its readership
was confined largely to those who knew Arabic, cAbduh's ideas of Islamic
reform were translated into Malay and featured in Southeast Asian periodicals
like al-Imam (Singapore, 1906-08) and al-Munir (Padang, 1911-19).
The second, and later, link of Islamic reform was the Indian (Indo-
Pakistani) link introduced into Indonesia, then the Netherlands Indies, by
missionaries from the Lahore-based Ahmadiyyah movement, and by the ci
rculation of the works of other non-Ahmadi reformers, such as S ay y id
Ahmad Khan (1817-1898), Ameer Ali (1849-1928), and Muhammad Iqbal
(1877-1938). The Lahori Ahmadiyyah, which attracted a number of
Indonesian intellectuals, promulgated the ideas of Muhammad Ali (1874-
1951) and Khwajah Kamal-ud-Din (d. 1935) (see below) by spreading their
works in English, Dutch, Indonesian and Javanese versions. This paper is
concerned with the proposed translation of Muhammad Ali's English exeges
isof the Qur'ân by the leader of Sarekat Islam Hadji Oesman Said
Tjokroaminoto (1882-1935).
In the mid- 1920s, both the Egyptian and Indian strands of Islamic
reformism were represented in Indonesia's religious organizations. The
Egyptian link was embodied by such organizations as al-Irsyad, Persatuan
Islam (PERSIS), and Muhammadiyah. 0) The Indian form came to be taken
up in the 1920s by the leadership of Sarekat Islam, Jong Islamieten Bond
(JIB), and Studenten Islam Studieclub (SIS). Although both strands shared
the same ideals for Islamic reform in principle, they were soon divided over
the doctrinal soundness of Ahmadi scholarship. Hence when
Tjokroaminoto's project to translate an Ahmadi exegesis became known, it
was opposed strongly by the Egyptian-oriented reformist organizations led
by Muhammadiyah, despite its leaders having previously given
Tjokroaminoto a green light to proceed (see below). The initial uncertainty is
also reflected in a request for a legal opinion (fatwa) sent to Rashîd Rida by
his former student Shaykh Muhammad Basyuni Imran (1893-1981), the
Maharaja Imam of the Sultanate of Sambas, West Borneo.
The present article thus focuses on the response of the Sunnite (non-
Ahmadi) reformers to Muhammad Ali's book with Rashîd Rida' s fatwâ as an
entry point. Some important questions shall be dealt with here, namely :
Why did the translation of the Qur'ân remain a sensitive issue for Muslims,
even until comparatively recent times ? How did Rashîd Rida view the prob
lem, especially in his fatwâ on Muhammad Ali's translation (and comment
aryw)h ich he formulated in response to a question from Indonesia? What
were the debates on translation of the Qur'ân in Egypt and Indonesia?- MOCH NUR ICHWAN2015-07-10T01:58:55Z2015-07-10T01:58:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16233This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/162332015-07-10T01:58:55ZULAMA", STATE AND POLITICS:
MAJELIS ULAMA INDONESIA AFTER SUHARTOThis essay examines the Majelis Ulama Indonesia (MUI) and the legal decisions
that it issued after the fall of President Suharto, whose regime played a role
in its establishment. In light of MUI’s changing relationship with the state
under Suharto’s successors B.J. Habibie and Abdurrahman Wahid, I call for
a more nuanced reading of MUI’s decisions.
I also discuss the relative weight accorded to MUI decisions—variously
called “opinions,” pieces of “advice,” and “fatw§s”—arguing that these
“discursive products” reflect a conscious attempt by MUI to break free from
the circumstances of its birth and to guide the reformation process in post-
Suharto Indonesia.- MOCH. NUR ICHWAN2015-08-21T09:16:21Z2015-08-21T09:18:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17047This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/170472015-08-21T09:16:21ZKONSTRUKSI GAGASAN FEMINISME ISLAM
KHALED M. ABOU EL
-
FADL
:
Relevansinya dengan Posisi
Perempuan
dalam KeluargaAbou
Fadl
realizes
that women
are often
in oppressed position
.
He
then attempts
to
reconstruct Muslim‟s understanding position
of women inferiority an
d tries to
promote women as creatures to and equal
on the
men
.
This indicates that his ideas
are in the same position to that of Islamic feminism. This article attempts to
discuss
the
construction of
the Abou Fadl‟s idea on
feminism, this will concentrat
e on two
important things:
first, the
epistemology
of thought
,
deals with
how
Abou
Fadl
understands the text
,
in which he
uses
hermeneutics
to understanding
Islamic
law
.
The second
,
the ideas of feminism
,
deals with
main
ideas
of Abou Fadl‟s feminism
.
This will focus on
his criticism to
the
various
fatwa
about
gender
,
the use of
misogynist
hadis,
and
his
concept
about the nature
and
nurture
of women
.
In
addition,
this article
also
discusses the
typology of
the idea of
Abou Fadl‟s feminism
and
the po
sition of women
in
Islamic
family
.
[Abou
Fadl menyadari bahwa perempuan
sering kali
berada pada posisi yang
tertindas. Ia kemudian berupaya merekonstruksi pemahaman umat Islam yang
merendahkan perempuan dan memposisikan perempuan sebagai
makhuk
bebas
dan s
etara dengan laki
-
laki. Artikel ini mencoba membahas konstruksi gagasan
feminisme Abou Fadl, yaitu: pertama, epistemologi pemikiran
, berkaitan dengan
bagaimana Abou Fadl memahami teks, di mana ia menggunakan hermeneutika
negosiatif sebagai cara memahami hu
kum Islam
. Kedua, hasil pemikiran
,
berkaitan dengan ide
-
ide pokok feminisme Abou Fadl, yakni t
entang kritiknya
terhadap berba
gai fatwa bias gender, penggunaan hadis
-
hadis misoginis, dan
konsepnya tentang sifat dan dasar
-
dasar perempuan. Selain itu, artikel ini juga
membahas tipologi gagasan feminisme Abou Fadl dan posisi perempuan dalam
keluarga Isla
m.
]
K
ata Kunci
:
feminism
e
,
he
rmeneuti
ka
,
otoritas
,
keadilan,
kesetaraanHabudin Ihab2015-09-25T08:00:06Z2016-10-14T08:51:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17263This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/172632015-09-25T08:00:06ZBERKORBAN UNTUK KEMAJUAN BANGSA DAN PERADABANPeran pendidikan dalam setiap jenjangnya, dan lebih-lebih di perguruan tinggi amatlah sangat sentral. Umum diketahui bahwa peringkat keberhasilan pendidikan tinggi di tanah air masih sangat rendah dibandingkan dengan prestasi yang dicapai negara lain. Ketekunan civitas akademika, para dosen, para peneliti, dan mahasiswa untuk bersama-sama mengembangkan diri perlu terus menerus didorong, dikembangkan dan dilipatgandakan. Selain itu, dukungan pemerintah dan dunia bisnis swasta tidak dapat diabaikan. Di wilayah inipun diperlukan etos kerja, etos belajar, etos meneliti, etos keilmuan yang maha prima. Tanpa disiplin, etos dan dedikasi yang kuat, dana berapapun yang dikeluarkan pemerintah tak akan dapat menjamin perbaikan kualitas.
Kesungguhan, keseriusan, keterpanggilan, kerelaan untuk berkurban meluangkan waktu untuk membaca, belajar, mencintai perpustakaan, menulis, menguasai bahasa asing, menguji coba, mengembangkan, melakukan inovasi, melebarkan kolaborasi dan networking keilmuan adalah bagian tak terpisahkan dari upaya menaikkan citra dan harga diri, keluarga, citra bangsa dan negara. Kesemuanya ini perlu etos kerja kuat, etos keilmuan yang tinggi ditopang oleh disiplin dan kultur akademik yang kondusif. Ujung-ujungnya, sekali lagi, diperlukan kesediaan berkorban, bekerja penuh disiplin, etos kerja kuat, lebih dedikatif, dan semangat pengorbanan-keihsanan dari semua pihak, untuk menghadapi dan menyongsong hadirnya masyarakat ekonomi Asia dan dunia yang sudah berada di depan pintu.
Mengakhiri renungan khutbah ‘idul adha pagi ini, marilah kita ikuti jejak pengorbanan nabi Ibrahim dan nabi Ismail AS. Marilah kita gelorakan dan kobarkan semangat berkorban, dengan tiga nilai yang melekat didalamnya, yaitu disiplin, etos kerja dan dedikasi dalam setiap derap langkah kehidupan kita untuk meraih cita-cita besar berbangsa dan bernegara. Kita tegakkan disiplin nasional, perkuat etos kerja dan etos keilmuan, selalu mengedepankan dedikasi yang prima untuk mengejar ketertinggalan–ketertinggalan kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk mengukir peradaban dan masyarakat baru di era global.
Semoga kita semua mampu mengkontektualisasikan ajaran agama, khususnya konsep dasar taqwa dalam bidang kehidupan bermasyarakat sehari-hari, dalam bidang pengembangan keilmuan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat baru dan peradaban baru yang kita cita-citakan bersama, بلدة طيبة وربّ غفور. Amin ya rabb al-‘alamin.M. Amin Abdullah2015-10-02T01:40:19Z2015-10-02T01:40:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17455This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/174552015-10-02T01:40:19ZMENGGUGAH JIWA KASIH SAYANG DAN PENGORBANANPengorbanan merupakan suatu keharusan dalam kehidupan. Manusia harus rela berkorban untuk meraih kehidupan yang bermakna. Setiap pengorbanan adalah investasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Jer basuki mawa bea... Tak ada pengorbanan tulus yang sia-siaProf. Dr. H., M.Ag. Muhammad Chirzin2015-10-02T03:05:36Z2015-10-02T03:05:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17465This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/174652015-10-02T03:05:36ZIBADAH QURBAN UNTUK KEDAMAIAN HIDUP KITAQurbanpada umumnya sudah masuk dalam kosa kata bahasa Indonesia, tetapi bukan berarti pihak yang berkorban itu sebagai pihak yang dirugikan, sehingga tidak ada orang yang secara sadar mau berqurban. Kata qurban menurut bahasa aslinyaberasal dari kata Arab qarraba, yukarribu, qurbanan, yangartinya dekat, atau untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan diri dimaksud adalah dengan cara seseorang melepaskan sebagian harta untuk dikorbankan. Seperti lazimnya kita berqurban dengan penyembelihan hewan tertentu adalah bertujuan agar pengorbanan itu menjadi media mendekatkan diri kepada Allah, dan juga agar suasana persaudaraan dengan sesama menjadi lebih dekatProf. Dr. H. , M.Hum. Dudung Abdurahman2015-10-02T06:52:51Z2016-03-23T08:30:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17498This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/174982015-10-02T06:52:51ZREVIEW PENGEMBANGAN KOLEKSI TERCETAK DAN ELEKTRONIKKoleksi elektronik mencakup teks, foto, audio, video, software
Apakah perlu dicantumkan penyediaan print copies dari sumber yg hanya tersedia dlm format elektronik?S. Ag., SS., MLIS. M. SOLIHIN ARIANTO2015-10-13T02:47:01Z2015-10-13T08:31:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17665This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/176652015-10-13T02:47:01ZMEMAKNAI IDUL ADHA DALAM KONTEKS KEKINIANPerjalanan haji merupakan suatu perjalanan rohani. Sudah umum diketahui bahwa di balik
perjalanan fisiknya, dalam perjalanan haji sesungguhnya terkandung sebuah perjalanan rohani
menuju Allah. Secara fisik perjalanan haji jelas merupakan sebuah perjalanan yang
melelahkan, banyak tantangan yang harus dihadapi, banyak kesulitan yang harus dilewati,
termasuk cobaan yang baru saja dialami oleh para jamaah haji tahun yaitu jatuhnya Crane
yang menimpa sebagian jamaah haji. Namun demikian, kelelahan demi kelelahan, kesulitan
demi kesulitan, semua itu akan hilang seketika pada waktu jamaah haji mencapai puncak
kenikmatan ruhani dalam hajinya.Irsyadunnas Dr.2015-10-13T02:50:19Z2015-10-13T08:31:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17666This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/176662015-10-13T02:50:19ZTakbir Dalam Kehidupan Seorang MuslimAgar Takbir kita betul betul menjadi cara hidup maka perlu bersama sama kita fahami
makna dan filosofi takbir terus menerus begitu juga ajaran ajaran islam lainnya
melalui pengajian pengajian yang sudah kita lakukan bersama sama seperti malam
rebo pon, ahad pagi dan pengajian pengajian yang lain.
Disamping itu kita juga agar terus menerus berdoa kepada Allah agar senantiasa
diberi petunjuk kejalan yang lebih baik.Lc.MA Dr. H. Tulus Musthofa2016-02-19T01:54:55Z2016-02-19T02:16:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19457This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/194572016-02-19T01:54:55ZMoralitas wakil rakyatBERBAGAI tindakan wakil rakyat (DPR) akhir-akhir ini tampaknya
semakin banyak yang aneh dan tidak memiliki kepekaan
terhadap penderitaan rakyat. Di tengah krisis yang memrihatinkan,
wakil rakyat sibuk p/esir ke berbagai negara hingga bertemu calon
Presiden Amerika Serikat. Di tengah penderitaan rakyat, wakil
rakyat sibuk memperkaya diri dengan meningkatkan gaji yang
tidak wajar dan berbagai fasilitas yang terkesan meogada-ada.
Di luar gaji yang tergolong sudah besar, wakil rakyat masih
mengumbar nafsu serakah untuk menaikkan uang tunjangan.
Mereka meminta kenaikan tunjangan kehormatan, komunikasi,
fungsi pengawasan dan lain-lain. Padahal di sisi lain ratusan ribu
guru honorer dan bidan honorer menangis, berdemo menuntut kejelasan
nasib mereka. Banyak di antara mereka yang sudah bekerja
puluhan tahun hanya digaji Rp 700.000 bahkan ada yang lebih
rendah dari itu. Begitu minimnya gaji guru honorer, sehingga membuat
mereka ada yang nyambi sebagai tukang ojek dan tambal
ban. Di tengah rendahnya gaji yang diterima guru honorer, mereka
tetap_ tulus dan ikhlas menjalankan tugas mulia itu' sebagai
'pahlawan tanpa tanda jasa'.Hamdan Daulay2016-07-25T01:04:36Z2016-07-25T01:04:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20922This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209222016-07-25T01:04:36ZSelf-identified Feminists Among Gender
Activists and Scholars at Indonesian UniversitiesBeing a self-identified feminist is controversial among women's rights activists and scholars.
This relates to different interpretations of and positive and negative associations with the term
'feminist' in society. The research presented here discusses the different 'feminist' identities and
other labels among activists and scholars at Indonesian universities and explores what 1eminist'
means for them. Respondents come from Pusat Studi Wanita (Centres for Women's Studies) or
Pusat Studi Gender (Centres for Gender Studies) at six universities in Yogyakarta, Indonesia.
Many respondents acknowledge that Western feminists are able to raise awareness of gender issues,
strengthen feminist identity, and build up faith in Islam. The paper, however. also addresses
the question of why some reject the 'feminist' label.Alimatul Qibtiyah2016-07-25T01:06:54Z2016-07-25T01:06:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20923This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209232016-07-25T01:06:54ZGAYA BAHASA DAKWAH DAN KONSEP GENDER DALAM NOVEL XIE XIE NI DE AI KARYA MELL SHALIHAPembahasan tentang gaya bahasa dakwah dan konsep
gender dalam novel Xie Xie Ni De Ai karya Mell Shaliha ini didasarkan pada
dua alaan mendasar yaitu; pertama, penulis novel (Mell Shaliha) adalah
seorang muslimah yang pernah menjadi TKW di Hongkong, dan kedua
dalam novel ini banyak terdapat pesan-pesan dakwah, baik untuk remaja
maupun dewasa, khususnya untuk para TKW Indonesia. Berdasarkan kajian
dan analisis mendalam terhadap isi novel, maka ditemukan gaya bahasa
dakwah yang sekaligus ada isu gendernya adalah gaya bahasa dakwah
Ta'lim dan Tarbiyah, Tazkir dan Tanbih, Tarhib dan lnzar, serta Amar dan
Nahi. Sedangkan isu gender dalam novel ini adalah: aurat perempuan,
interaksi dengan lawan jenis, persamaan status laki-laki dan perempuan,
kodrat dan persamaan peran laki-laki dan perempuan, perempuan sebagai
motivator, dan kepemimpinan.Alimatul QibtiyahNur Istiqomah2016-07-25T01:03:58Z2016-07-25T01:03:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20924This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209242016-07-25T01:03:58ZNegotiating Women's Veiling, Politic & Sexuality in Contemporary IndonesiaBerbicara masalah jilbab memang selalu
menarik baik di tinggkat keluarga, masyarakat
nasional maupun international. Tanggal 4
September diperingati sebagai Hari Solidaritas
Hijab International. Peringatan ini bermula
dari terbunuhnya Dr. Marwa El-Sherbini asal
Mesir oleh imigran Rusia Alex Wiens yang
divonis bersalah di pengadilan karena melakukan
intimidasi rasisme di Jerman. Dia menikam dari
belakang saat usai diputuskan kalau dia bersalah
di Pengadilan Jerman1• Di Indonesia sejak
tahun 1980-an jilbab sebagai symbol keshalehan
perempuan Indonesia. Alwi Alatas dan Fitrida
Desliyanti dalam bukunya yang berjudul Revolusi
lilbab, Kasus Pelarangan Jilbab di SMA Negere
Se-Jabotabek, 1982-1991 menjelaskan bahwa
maraknya pakai jilbab dipromotori oleh organisasi
Pelajar Islam Indonesia (PII) hingga akhirnya
Juni 1980 dicanangkan sebagai awal 'jilbasisasi'
di Indonesia. Namun gerakan itu berhadapan
dengan SK 052.C/Kep/D/82 ten tang penggunaan
seragam sekolah secara nasional. Hampir sepuluh
tahun para pegiat jilbab berusaha agar mereka
diperbolehkan menggunakan jilbab di sekolah
dan akhirnya pada tahun 1991 dengan SK
100/C/Kep/D/91 pemerintah membolehkan
penggunaan jilbab di lingkungan sekolah2•Alimatul Qibtiyah2016-07-19T01:30:16Z2016-07-19T01:30:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20925This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209252016-07-19T01:30:16ZWOMEN'S STUDIES AND GENDER STUDIES CENTRES: HOW THEY CONTRIBUTE TO FEMINISMAbstract In the late 980s the Indonesian government founded Centres for
Women's Studic:;PSW /Pusat Studi Wanita or Centres lor Gender Studies
PSG/Pusat Studi Gender), to promote women and gender and feminist
in universities across the country starting in Yogyakarta and The
PSlh and PSGs have become important sites for the and of
the of nationally and internationally prominent scholars on feminism
and of how issues should be understood from an Islamic perspectin·,
in Yogyabrta Islamic universities. The centres seem more focused
issues rather than feminism and their core staff members arc
the fact that everyone does not agree that males should be
the leaders of these centres. This paper also cx<1minc:s
of the on issues of
earning income for the family.Alimatul Qibtiyah2016-07-22T06:41:54Z2016-07-22T06:47:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20926This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209262016-07-22T06:41:54Zlntervensl Malalkat Dalam Hubungan SeksualMenurut penelitian yang dilakukan oleh Indiyah (1999),
ditemukan bahwa masalah perceraian 80% disebabkan karena
tidak puas dalam hubungan seksual. Selain itu, sebuah studi di
Amerika Serikat menemukan bukti bahwa 80% pasangan yang
mencari konseling perkawinan temyata secara seksual mereka
tidak terpuaskan. 1 Di Indonesia, wacana perempuan, agama dan
seksualitas bukanlah hal yang baru, apalagi diskursus perempuan
dalam perkawinan, hubungan suami~istri dalam keluarga, hak
dan kewajiban suami~istri dalam keluarga, sudah menjadi pemba~
hasan yang inhem dalam setiap pribadi muslim.Buku~buku ten~
tang keluarga sakinah, pemikahan barakah, mengatasi masalah
perkawinan, dan lainnya bermunculan di masyarakat.Alimatul Qibtiyah, dkk Ilyas2016-07-25T01:11:27Z2016-07-25T01:11:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20927This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209272016-07-25T01:11:27ZConceptualizing Feminist Identity and Gender
Issues among Muslim Intellectual Elites in
IndonesiaBeing a selhdentified feminist activist in Southeast Asia (and
indeed most of the world) is to invite controversies related to various
understandings of the term 'feminist' that carry positive or negative
social connotations. This is increasingly salient in the Muslim world
where conceptions of feminist identity, gender issues and activism
are set against different textual interpretations of Islam. For
example, there are controversial differences between literal Islam and liberal Islam. Therefore this chapter examines the
contestations surrounding feminist identity and the
conceptualization of gender issues by Muslim intellectual elites in
Indonesia. This provides a conceptual framework for an empirical
investigation of feminist identities among Muslim academics, which
includes lecturers and researchers in the Center for Women's
Studies (Pusat Studi Wanita, hereafter PSW) and the Center for
Gender Studies (Pusat Studi Gender, hereafter PSG). Both PSW and
PSG are university centers of learning, and this study focuses on six
such centers in Y ogyakarta. 2
The lively debate between Muslim intellectual elites and
activists in Indonesia concerning feminist identities and gender
issues are grounded in four key factors. First, from a broad historical
perspective, the social structure in traditional Indonesian society
provided women the opportunity to achieve high status and
relatively elevated positions (Goody 1976; Atkinson and Errington
1990). The second (related) factor is a long history of feminist
awareness in Indonesia, even if feminism as a modem discipline and
movement originated from Western scholarship and literature, and
has only recently been embraced by Indonesian academic
departments and institutes. Third, no matter what continent or
country one visits, self-identified feminists and gender activists are a
source of controversy. Finally, Indonesian intellectuals are
embroiled in a dynamic debate about the prospects for a legitimate
form of 'Islamic feminism' to take hold in centers of higher learning.
In other words, the search for compatibility between religiousAlimatul Qibtiyah2016-07-25T07:43:30Z2016-07-25T07:43:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20930This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209302016-07-25T07:43:30ZSPIRIT KEPAHLAWANAN DAN ETIKA SANTRIDalam pandartgan
sejarawan Islam
Nusantara, Agus
Sunyoto, peristiwa 10 November
1945 yang bergelora
di Surabaya sesungguhnya
dipicu oleh resolusi
jihad yang berkobar
pada 22 Oktober 1945.
Antarkedua momentum tersebut
mengemban misi yang
sama, yaitu membesutkan ·semangat
peijuangan antarpelakunya
dalam mandala keterlibatan rerata
untuk melawan penjajah.
Lak:u ,kepalila'fallan yang dipersonifikasi
pada diri Bung Torno
membingkai sebuah narasi etas
yang bertitik sambuhg dengan
resolusijihad, di mana santri dan
kiai memiliki tanggung jawab etis
untuk menurnbuhkan heroisme
meraih kembali kemerdekaan
yang pernah diproklamasikan
pa~a 17 Agustus 1945.FATHORRAHMAN SATYAGRAHA2016-07-25T07:45:30Z2016-07-25T07:45:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20931This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209312016-07-25T07:45:30ZHIJRAH SATYAGRAHATercatat dalam sejarah
bahwa hijrah
(migrasi) yang dilakukail
Nabi Muhammad
adalah untuk menghindar
dari tindakan barbar kaum
Quraisy. Mereka setiap
saat memaki, menghujat, bahkan tanpa segan menyiksa Nabi Muhammad
beserta pengikutnya
dengan perilaku yang otoritarian
(Philip K Hitti,
History of The Arabs).FATHORRAHMAN SATYAGRAHA2016-09-16T01:21:57Z2016-09-16T01:21:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20932This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209322016-09-16T01:21:57ZBAYI INTIFADAH KETIGAIBNU BURDAH2016-12-27T02:22:27Z2016-12-27T02:22:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20933This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209332016-12-27T02:22:27ZPROSPEK PENYELESAIAN DAMAI SYRIAIBNU BURDAH2016-12-30T07:35:16Z2016-12-30T07:35:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20928This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/209282016-12-30T07:35:16ZDIALOG JUMAT DAN DETEKSI DINI KRISISABDUL MUNIR MULKHAN2017-01-27T02:47:09Z2017-01-27T09:14:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23733This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237332017-01-27T02:47:09ZIslam dan Peneguhan KeberagamanSUNGGUH clisesalkan, tindakan
intoleransi berlatar perbedaan agarnakembali
terjaeli eli tanahaiJ:: Marah
atas sikap kurang toleran seorang
warga, sekelompokwargamelakukan
aksi perusakan tempat ibadah eli
Thnjungbalai. Sumatera Utara.
Setiap terjaeliaksikekerasan berbau
agama, kita ramai melantunkan
"puisi indah" bahwa semua agama
mengajarkan perdamaian dan mengutuk
tindakan kekerasan semacam
itu. Tapi harus pula eliakui, ada
sebagian tafsir terhadap doktrin agama,
termasuk Islam, yang kadang
justru menciptakan hubungan buruk
an tara sesama man usia. Bahkan,
sesama umat Islam.IBNU BURDAH2017-01-27T02:59:49Z2017-01-27T02:59:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23737This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237372017-01-27T02:59:49ZRokok, Sebuah Wacana DilematisJUMLAH perokok di Indonesia terus
mengalami peningkatan seiring meningkatnya
produksi rokok. Data menunjukkan
tahun 1995, jumlah perokok di
Indonesia mencapai 27% dari jumlah penduduk
di Indonesia dan tahun 2011 mengalami peningkatan
menjadi 36%. Statistik konsumsi rokok
dunia pada 2014 kembali meneguhkan posisi
Indonesia sebagai salah satu negara konsumen
rokok terbesar di dunia.Tony Wijaya2017-01-27T03:08:17Z2017-01-27T03:08:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23741This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237412017-01-27T03:08:17ZPeran Organisasi Perempuan dalam Memerangi KekerasanTERCIPTANYAkehidupan yang penuh
keadilan sosial adalah cita-cita mendasar
semua masyarakat. Salah satu
wujud dari keadilan sosial adalah adanya kesetaraan
jender dalam relasi sosial masyarakat.
Dalam rangka mencapai cita-cita tersebut, organisasi
perempuan, yang merupakan bagian dari
masyarakat sipil yang mampu mengorganisir
diri sendiri (Cohen dan Arato, 1992) setidaknya
mempunyai tiga peran dan fungsi penting (Gandhi
Lapian 2012, Otho Hadi, 2010) dalam penegakan
keadilan dan kesetaraan jender. Yaitu
sebagai pengawas dan pemantau, sebagai pejuang
perbaikan (advokasi), dan sebagai pemberi
informasi kepada sesama warga masyarakat.Abidah Muflihati2017-01-27T03:22:08Z2017-01-27T03:22:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23744This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237442017-01-27T03:22:08ZMethodenstreit' Antara Hisab dan RukyahTULISAN SusiknanAzhari beijudul 'Idul
Fitri Antara Hisab dan Rukyah' di
Harian Kedaulatan Rakyat (22/6)
memaparkan beberapa poin yang patut dikritisi
lebih lanjut. Pertama, kontekstualisasi pesan
Alquran dan As-sunnah dalam ihwal penentuan
waktu pelaksanaan ibadah (baik puasa, idul fitri
dan lainnya) melalui rukyah tidak sekadar sebagai
sumber data. Melainkanjuga sebagai metode.Fathorrahman Ghufron2017-01-30T02:34:03Z2017-01-30T02:34:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23746This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/237462017-01-30T02:34:03ZModal Sosial Halal BihalalHalal bihalal merupakan kreasi
lokal keindonesiaan yang dilaksanakan
selepas perayaan idul fitri
berdasarkan emosi kelompok, emosi profesi,
emosi ketwunan, dan semangat emosionallainnya.
Ia menjadi modal sosial yang berfungsi untuk
mempererat jalinan komunikasi persaudaraan
maupun persahabatan secara lintas
batas.Fathorrahman Ghufron2017-03-06T02:05:21Z2017-03-06T02:05:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23815This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/238152017-03-06T02:05:21ZNOTES ON MADRASAH EDUCATION IN BANGLADESHSouth Asia or the more popularly known as India, is known since long ago as the
country with a very old cultural heritage. When Islam came to this Indian Sub-continent,
the community or the children of men there for thousands of years formed civilization.
Social systems, religious teachings, the natural sciences, mathematics, astronomy, and
others already rooted there very long time ago. 1
Islam at the beginning (at the time of Prophet Muhammad SAW) came to the
subcontinent precisely on the Malabar Coast2 through cultural assimilation and then
followed by military forces. Since Muhammad ibn Qasim, the commander of the
Governor-General The East (ai-Masyriq), under Hajjaj ibn Yusuf during the Umayyad
Caliph, ai-Walid T (705-715 AD) conquered western India , Pakistan precisely now, the
people there with joy embraced Islam . Ibn Qasim's personality who applied the teachings
of Islam with full of justice and humanity, became the main attraction for the people there
to embrace Islam. In addition, the propagandist (da 'i) of Islam take an active role in
shaping the Islamic society. Ibn Qasim ruled (711-715 AD) with the principle "from the
people, by the people, and for the people." Institutions/educational communities and
Islamic teachings which he applied in Sind and Punjab still rooted in Pakistan and some
areas of India. The next period, the Muslims came to India repeatedly, such as Ghazni
Dynasty, Ghuri, Delhi Sultanate, and the era of the Mughal Empire. Mughal Empire ended with British colonial presence. Then the people of India's independence from the
British by becoming two countries, namely Pakistan and India. Further, East Pakistan
broke away from West Pakistan which we now know as The People's Republic of
Bangladesh.
Bangladesh is one ofthe country formerly known as East Pakistan, later separated
from the political center of West Pakistan in 1971 AD. This country is in contact with the
other three sides of the state border that is India, Myanmar in the southeast, and the Bay
of Bengal in the south. Its wide is equal to the islands of Java and Madura. In
comparison, the land area of Bangladesh is the one fifteenth land area of the Republic' of
Indonesia. The majority of the population is Sunni Muslim (90%, 19803 census, its
population is now around 155 million people), Hanafi's school oriented and political
system of democracy patterned parliamentary system.
Long before the present of Islam brought by the Prophet Muhammad, the Indian
sub-continent has a harmonious relationship with the Arab traders who spread Islam
while trading. This is in accordance with the words of the Prophet: "Convey you [the
teachings of Islam] even if one verse."4 With the motto and the teachings of Islam, the
Arab traders Islamize the population ofKadangalar, Malabar Coast.
As already mentioned above, further development of Islam formally occurs when
Commander Muhammad ibn Qasim conquered the kingdom of Raja Dahir, a famous
tyrant king, and occurs between the upper caste hegemony with a low caste. There is also
a lack of harmonious relations between Arab and India, as the Persian king Raja Dahir
assist in the war between the army in Khurasan Caliph Uthman ibn A ffan by the Persians.
The next era, Dahir even protect dissidents Umayyad Caliphate.5 In addition, hijack
Saudi ship coming from Jaziratul Yaqut ("Java"). Ibn Qasim managed to leave a good impression, that Islam is a religion of peace
and there is no compulsion in religion. As a result, until now Muslims live in this region,
although Muslims in India are now being minority (approximately 12-15% of the total
population oflndia). The preacher of Islam teaches traditional religion, in the future this
patterns of the traditional religious teaching became an embryo for the birth of madrasah
education model.M. ABDUL KARIM