Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T08:02:10ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2023-08-15T08:31:30Z2023-08-15T08:34:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60060This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/600602023-08-15T08:31:30ZSYAIKH NAWAWI AL-BANTANI MAHA GURU SEJATI DAN ILMUAN
(Genealogi, Fi lsafat Pendidikan, Perempuan, dan Relasi Suami lstri)- H. Maragustam Siregar2023-07-06T07:07:07Z2023-07-06T07:07:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59587This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/595872023-07-06T07:07:07ZPENDIDIKAN HUMANISME PAULO FREIRE DAN ABDURRAHMAN MAS’UD DALAM MENGATASI DEGRADASI MORAL PESERTA DIDIK ABAD 21Penelitian ini berawal dari dunia pendidikan menjadi sorotan karena dianggap gagal mendidik generasi muda menjadi pribadi yang memiliki akhlak mulia, berkarakter, atau bermoral. Ironisnya perhatian pendidikan nasional hanya mengedepankan pengembangan IQ, daripada pengembangan wilayah EQ dan SQ. Sehingga mengutamakan menghafal konsep materi tanpa menyentuh perasaan, emosi, nurani dan kesadaran. Pendidikan humanis menjadi penting dan menarik dikaji karena humanisasi pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang manusiawi. Oleh sebab itu penulis menganalisis pemikiran humanisme Paulo Freire yang memfokuskan pada pendidikan kesadaran kritis dan humanis Religius Abdurrahman Mas’ud. Kedua gagasan tokoh tersebut perlu dikaji mendalam dan digali esensinya dalam pendidikan di Indonesia agar dapat menata kebijakan baik dari proses pembelajaran hingga output yang dihasilkan dapat berkontibusi pada upaya mengatasi degradasi moral peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Data yang diperoleh adalah sumber data primer meliputi karya Paulo Freire dan Abdurrahman Mas’ud, sedangkan data sekunder berupa jurnal, buku, dan hasil penelitian yang relevan. Teknik analisis data menggunakan content analysis. Adapun teori yang digunakan sebagai pisau analisis penelitian yakni Abraham Maslow dengan teorinya Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan), Carl Rogers dengan konsep yaitu real-self dan ideal-self.
Hasil penelitian ini yaitu: 1) Konsep pendidikan humanisme Abdurrahman menawarkan enam pola yang perlu dikembangkan dalam pendidikan: common sense atau akal sehat, individu menuju kemandirian, thirst for knowledge, pendidikan pluralisme, kontekstualisme lebih mementingkan fungsi dari pada simbol, keseimbangan antara reward dan punishment. Sedangkan Paulo Freire menawarkan konsep sentral pendidikan: conscientizacao, problem poshing, dan alfabetisasi. 2) Karakteristik pemikiran Abdurrahman Mas’ud yakni: berlandaskan pendekatan teosentris, keseimbangan dunia akhirat, pendidikan untuk membentuk insan al-kamil, penyetaraan ilmu agama dan ilmu umum. Sedangkan Paulo Freire yakni: berlandaskan pendekatan antroposentris, pendidikan untuk penyadaran, mengarah pada kehidupan duniawi, kesetaraan pendidik dan p/eserta didik. 3) Pemikiran Abdurrahman Mas’ud dan Paulo Freire merekomendasikan perubahan paradigma pendidikan untuk mengatasi degradasi moral melalui transformasi komponen pendidikan meliputi beberapa aspek, yakni pendidik, peserta didik, materi, metode, dan evaluasi.NIM.: 212040110037 Husnul Khotimah2023-04-06T04:29:15Z2023-04-06T04:29:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57788This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/577882023-04-06T04:29:15ZFilsafat Pendidikan Kemuhamadiyahan Membangun Relasi dan Konstruksi Keilmuan Filsafat Islam dan Pendidikan KemuhammadiyahanFilsafat pendidkan kemuhammadiyahan harus dibangun dari bangunan filsafat keilmuan Islam yang mendorong pada perlakuan etis emansipatoris, kepercayaan diri pada tradisi persyarakatan, sikap membuka diri dan menegintegrasikan nalar tekstual, ilmiah dan filosofis untuk penguatan Islam berkemajuan dalam pemikiran, berkebangsaan dan berpergaulan kosmopolitanis.- Alim Roswantoro2023-03-30T07:42:11Z2023-03-30T07:43:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57592This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575922023-03-30T07:42:11ZFilsafat Pendidikan dan Proses Pemerdekaan
Berpikir- Mutiullah,2022-11-30T01:57:19Z2022-11-30T01:57:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55287This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/552872022-11-30T01:57:19ZPENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT (TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME)Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa terhadap
pokok pemikiran filsafat pendidikan rekonstruksionisme tentang konsep
pendidikan berbasis masyarakat.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa gelombang arus globalisasi
yang ditandai dengan perkembangan teknologi industri dan komunikasi yang
semakin cepat telah memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan
masyarakat. Disatu sisi kemajuan tersebut mempermudah ruang gerak seseorang
dalam beraktivitas namun, disisi lain globalisasi juga memunculkan kekurang
menentuannya pola kehidupan di masyarakat akibat dari futuasi global yang sulit
diprediksi. Untuk merespon tantangan seperti itu maka peran pendidikan dianggap
mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk kebudayaan masyarakat.
oleh karena itu pendidikan berbasis masyarakat menjadi tawaran sekaligus sarana
yang dapat membantu pendidikan formal pada umumnya untuk benar-benar
bersinergi dengan masyarakat. jika ditinjau lebih lanjut hal ini memiliki
kesepakatan pola pikir yang sekilas sama dengan faham filsafat pendidikan
rekonstruksionisme dalam hubungan antara pendidikan dan masyarakat sebagai
penyelaras kehidupan modern.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, yaitu kajian literatur melalui
riset kepustakaan dengan menggunakan data kualitatif. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis-filosofis. Adapun
teknik pengumpulan datanya melalui metode dokumentasi dan wawancara baik
terhadap data primer maupun data sekunder, data yang sudah terkumpul kemudian
dianalisis sehingga dapat ditarik makna dan kesimpulan yang diinginkan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : a) pendidikan berbasis
masyarakat adalah sebuah konsep pendidikan yang bertumpu pada Dari
masyarakat, Oleh masyarakat, dan Untuk masyarakat” Dari masyarakat, Oleh
masyarakat, dan Untuk masyarakat” dimana masyarakat menjadi pusat kajian
dalam pendidikan b). pandangan filsafat pendidikan rekonstuksionisme terhadap
pendidikan pendidikan berbasisi masyarakat memiliki implikasi sebagai berikut:
pertama, pendidikan sebagai social constraction. kedua,demokratisasi pendidikan.
ketiga,membentuk civil society. Keempat, afirmasi budaya. Kelima,pengakuan
terhadap potensi peserta didik. Keenam,kurikilum yang fleksibel. c). Islam
menilai bahwa keberadaan dari pendidikan berbasis masyarakat merupakan
sebuah niscaya yang harus dilestarikan karena pada hakekat kemunculannya
pendidikan berbasis masyarakat memuat pesan-pesan yang tersirat dalam ajaran
islamNIM.: 07410315 Alfin Siregar2022-05-23T02:49:54Z2022-05-23T02:51:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51128This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/511282022-05-23T02:49:54ZFILSAFAT DAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM--Pendidikan yang merupakan kebutuhan utama manusia adalah tema yang penting dipahami dalam kehidupan manusia. Sudah merupakan sebuah fakta kalau masyarakat yang maju pendidikannya maka maju peradaban masyarakat tersebut dan tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Pada hakikatnya pendidikan itu berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia agar lebih berkualitas, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia itu sejak lahir, dalam masa diasuh dan dididik oleh orang tuanya. Ia belajar, dari ibunya, lingkungan dan institusi pendidikan untuk mengembangkan kemampuannya sebagai human being.
Oleh karena itu pendidikan dapat diartikan sebagai pengembangan individu-individu atau kelompok-kelompok kehidupan atau masyarakat besar atau kecil. Sehingga dalam pengertian ini pendidikan dapat diartikan sebagai penyampaian nilai-nilai kebudayaan kepada generasi muda untuk kesejateraan mereka di masa mendatang. Tapi sebelum sampai ke tujuan tersebut maka perlu memahami apa hakekat pendidikan itu sendiri dan kenapa manusia itu perlu pendidikan, jawaban itulah yang perlu dicari.
Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah yang tentu saja berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi tumbuh kembang, baru dapat tercapai jika berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya. Buku yang penulis tulis ini tentu mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan dalam menggunakan bahasa, cara penyajian dan referensi yang dirujuk. Oleh karena itu saran khusus dari penulis untuk pembaca adalah sebelum membaca secara urut dari bahasan awal terlebih dahulu, bacalah buku ini dengan cermat, menyebar, dan temukan dulu poin-poin yang lebih dibutuhkan. Sebab dimungkinkan ada beberapa kalimat, paragraf, maupun poin secara umum yang dibutuhkan oleh pembaca berada di halaman lain.
Tersusunnya buku ini tentu bukan dari usaha penulis seorang. Dukungan moral dan material dari berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya buku ini. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, rekan-rekan, dan pihak-pihak lainnya yang membantu secara moral bagi tersusunnya buku ini. Buku yang disiapkan sekian lama ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih baik nantinya secara kualitas. Semoga buku ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan pada umumnya.- Taufik Mandailing.2022-01-11T08:44:31Z2022-01-11T08:44:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47996This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/479962022-01-11T08:44:31ZANALISIS PEMIKIRAN MATTHEW LIPMAN TENTANG FILSAFAT UNTUK ANAK (PHILOSOPHY FOR CHILDREN/P4C)Penelitian ini merupakan analisis filosofis dan berdasarkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini berfokus pada aspek fondasi, gagasan pokok dan kegunaan P4C yang dipelopori Matthew Lipman. Tujuan penelitian untuk menemukan rumus-rumus, dalil-dalil, aksioma-aksioma dan mengetahui kritik dan relevansi pemikiran Matthew Lipman dalam konteks kekinian, khususnya pada pendidikan anak di Malaysia.
Pragmatisme Matthew Lipman membangun “Community of Inquiry” (CI) yang digabung dalam “Philosophy for Children” (P4C) dimulai dengan pengalaman negatif mengajar filsafat kepada mahasiswa di akhir tahun 60an. Program ini menjadi bagian dari solusi di mana Lipman mengembangkannya di masyarakat dan masih relevan dalam konteks kekinian. Ide-ide Lipman telah menunjukkan bahwa anak-anak bisa berfilsafat. Anak-anak pada dasarnya seorang filosof alamiah. Menggunakan Metode Sokrates, anak-anak mampu mewujudkan pemikiran filosofis dengan bimbingan guru-fasilitator. Lipman menganut konsep demokrasi Dewey, konsep penyelidikan komunitas, dan bersikeras bahwa pendidikan harus mengikutinya. Gagasan P4C Matthew Lipman disebut sebagai program yang menggunakan sumber daya intelektual untuk anak-anak terkait dengan pemikiran kritis, kreatif, dan peduli. Lipman menerapkan P4C berdasarkan pada paradigma alternatif pengetahuan reflektif yang berbeda dengan standar praktik paradigma normal. P4C secara struktural memupuk kekuatannya melalui penyelidikan, dialog, penciptaan konsep (kebenaran), penalaran, refleksi dan nilai-nilai kebajikan. Kekuatan ini membuat P4C mampu berkontribusi secara demokratis di banyak penjuru dunia. Filsafat berupaya memahami koneksi dengan mengembangkan perspektif yang komprehensif.
Filsafat seharusnya tidak diperlakukan sebagai subjek esoterik yang hanya dapat diakses oleh elit akademik. Faktanya, berfilsafat adalah hak setiap orang. Lipman menggunakan CI dalam P4C untuk mendidik anak-anak berfilsafat. Anak-anak mendapat kedalaman dan makna yang lebih besar bagi kehidupan mereka, membantu mereka mengembangkan kesadaran kritis tentang situasi, mengajar mereka tidak hanya untuk menerima hal-hal pada pandangan pertama tetapi untuk mengajukan pertanyaan. Melalui filsafat, anak-anak dan orang dewasa dapat mengalami berbagai cara untuk melihat dan memahami dunia, mengevaluasi klaim orang lain, untuk menganalisis dan menggunakan alasan, daripada hanya menerima asumsi dan prasangka. Realitas kehidupan kontemporer berdasar demokrasi. Negara Malaysia dihuni oleh multietnis, multikultural dan beragam agama. Filsafat sangat relevan dan harus diperkenalkan kembali kepada masyarakat, dimulai dengan anak-anak sekolah. Mempertimbangkan karateristik Malaysia dan sistem pendidikannya, implementasi P4C dalam pendidikan Malaysia adalah suatu keharusan. Selain itu, memeriksa kembali beberapa aspek dasar P4C dan bagaimana hal ini bermanfaat bagi Malaysia.NIM.: 17205010087 Salma Binti Ismail2021-09-16T05:27:15Z2021-09-16T05:27:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44448This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/444482021-09-16T05:27:15ZINTERNALISASI NILAI-NILAI IBADAH SHOLAT KELAS III DI MADRASAH IBTIDAIYAH SINDUREJO JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2019/2020Internalisasi merupakan penghayatan terhadap
ajaran, nilai atau budaya pada diri seseorang sehingga ajaran, nilai tersebut
menjadi bagian dari dirinya. Tujuan dari internalisasi nilai-nilai ibadah shalat
adalah untuk menghayati lebih mendalam nilai-nilai ibadah shalat, sehingga akan
menjadi sebuah kesadaran dan mengimplementasikan dalam kehidupan seharihari,
serta
untuk
mengetahui
faktor
pendukung
ataupun
penghambat
dalam
proses
internalisasi
nilai-nilai
ibadah
shalat di
kelas
III
MI
Sindurejo
Jumo.
Adapun
latar belakang penelitian ini adalah masih kurangnya penghayatan
terhadap nilai-nilai ibadah shalat di kelas III. .Penelitian ini mengkaji
permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimana kegiatan shalat di kelas III MI
Adipati Sindurejo Jumo Kabupaten Temanggung? (2) Apasajakah nilai-nilai yang
muncul di kelas III setelah diadakannya kegiatan shalat di MI Adipati Sindurejo
Jumo Kabupaten Temanggung?(3) serta faktor pendukung dan penghambat apa
saja dalam proses internalisasi nilai-nilai ibadah. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif tentang studi kasus di MI Sindurejo Jumo Temanggung.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara,
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
mencakup reduksi data, penyajian data, conclution. Adapun dengan keabsahan
data dilakukan dengan menggunakan tenik triangulasi. Adapun narasumber adalah
Kepala Madrasah, Wali kelas III, dan peserta didik kelas III MI Sindurejo Jumo
Temanggung.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : pertama, pelaksaan shalat Zuhur
berjamaah rutin dilaksanakan disiang hari pukul 12.15 WIB dilakukan setelah
azan berkumandang, dan shalat Duha dilaksanakan sesuai dengan jadwal dari
kelas masing-masing seperti kelas III dilaksanakan pada hari Rabu dan Jum’at.
Kedua, nilai-nilai ibadah shalat, religius, disiplin, bertanggung jawab, dan rasa
ingin tahu. Ketiga, faktor pendukung meliputi : orang tua, kepala sekolah dan
konsep pendidikan karakter, peran aktif guru dan wali kelas. Faktor penghambat :
faktor lingkungan peserta didik, kondisi sekolahNIM.: 16480029 Isnaeni Hikmah2020-08-10T23:49:12Z2020-08-10T23:49:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40047This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/400472020-08-10T23:49:12ZTHE CONCEPT OF CONSTANTS AND VARIABLES IN THE PHILOSOPHY OFISLAMIC EDUCATION FROM RELIGIOUS PRINCIPLES TO INTELLECTUALSCHOOLSKebutuhan akan pendidikan di jaman yang kita jalani ini menempati posisi sebagai keniscayaan, sehingga pendidikan merupakan salah satu tujuan maqashid syariah yang tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan sosial kita. Islam sebagai agama rahmat dikenal mencakup semua masalah kemanusiaan termasuk pendidikan, sedangkan untuk itu diperlukan perencanaan sistem pendidikan untuk mengatur kehidupan manusia guna mencapai kepentingan kemanusiaan secara umum. Namun selama ini banyak pemikir pendidikan yang belum banyak berbicara tentang konsep konstanta dan variabel dalam filosofi pendidikan Islam. Makalah ini akan membahas konsep tersebut dengan menunjukkan peta intelektualnya melalui tiga bidang: bidang fundamentalis, bidang relasional, dan bidang metodologi. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dikemukakan bahwa kajian di bidang-bidang tersebut menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini untuk mengetahui perjalanan falsafah pendidikan Islam dari prinsip-prinsip agama ke mazhab pemikiran manusia.- PRIHANTORO, Hijrian Angga2020-03-13T06:08:43Z2020-03-13T06:08:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36921This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/369212020-03-13T06:08:43ZNILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK NABI MUHAMMAD DALAM BUKU MUHAMMAD: PROPHET FOR OUR TIME KARYA KAREN ARMSTRONGLatar belakang penelitian ini karena di zaman seperti sekarang ini, meskipun Islam sudah tersebar ke seluruh penjuru tanah air, masih banyak sekali terdapat kemerosotan akhlak di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan sekarang memasuki masa pemilihan presiden 2019, kemerosotan akhlak sangat terlihat di berbagai media, baik social media, media cetak, maupun media elektronik dengan beredarnya berita hoax, saling memfitnah, saling membenci, saling menghina, saling menghujat, bahkan tak segan-segan mengeluarkan kata-kata kotor ketika berdebat untuk membela calon presiden yang didukungnya atau untuk menjatuhkan kandidat calon presiden lawan.
Pada zaman sekarang, mempelajari akhlak bisa dilakukan melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Pada media cetak salah satunya adalah buku. Selanjutnya peneliti tertarik untuk meneliti nilai-nilai pendidikan akhlak Nabi Muhammad dalam buku Muhammad: Prophet for Our Time. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa sajakah nilai-nilai pendidikan akhlak Nabi Muhammad yang terdapat dalam buku Muhammad: Prophet for Our Time. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan akhlak Nabi Muhammad yang terkandung dalam buku Muhammad: Prophet for Our Time.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dengan obyek penelitian berupa buku yang berjudul Muhammad: Prophet for Our Time. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan menelusuri bahan dokumentasi yang tersedia. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi yaitu teknik menarik kesimpulan dari sebuah buku.
Hasil penelitian menunjukkan: terdapat banyak nilai-nilai pendidikan akhlak dari Nabi Muhammad yang terdapat dalam buku Muhammad: Prophet for Our Time karya Karen Armstrong. Nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut berupa nilai pendidikan akhlak Nabi Muhammad dalam hubungannya dengan Allah serta nilai-nilai pendidikan akhlak Nabi Muhammad dalam hubungannya terhadap sesama manusia. Nilai-nilai akhlak dalam hubungannya dengan Allah antara lain tawakal, raja’, takwa kepada Allah, melaksanakan ritual keagamaan. Dan nilai-nilai akhlak dalam hubungannya dengan sesama manusia antara lain jujur, optimis dan kerja keras, bijaksana, cinta damai, tegas, kerjasama dan tolong-menolong, cinta keluarga dan sahabat, musyawarah, sabar, menepati janji, empati, adil, mengajak manusia kepada kebaikan, pemaaf, dermawan.
Kata kunci : nilai, pendidikan akhlak, akhlak Muhammad, Pendidikan agama IslamNIM. 12410072 RICHIE YANUAR WINDA PUTRAhttp://digilib.uin-suka.ac.id/29204/1.hassmallThumbnailVersion/cover.jpg2018-01-30T02:06:00Z2018-01-30T02:06:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29204This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/292042018-01-30T02:06:00ZFilsafat
Pendidikan
Telaah Komparatif Pemikiran
Naquib al-Attas dan N. DriyarkaraBuku yang ada di tangan pembaca ini merupakan usaha penulisnya
untuk menghadirkan dua tokoh, pemikir, dan sekaligus
praktisi pendidikan yakni Naquib al-Attas dan Driyarkara yang
selalu mempertahankan spirit pendidikan. Terlepas dari pemahaman
al-Attas dan Driyarkara yang bisa jadi berbeda tentang makna
spirit pendidikan, tetapi keduanya sepakat bahwa pendidikan
harus dikembangkan dengan selalu menjaga spirit dari hakikat dan
tujuan pendidikan, yakni menjadikan “manusia beradab” dalam
bahasa al-Attas, atau “memanusiakan manusia” dalam bahasa Driyarkara. Makna dan tujuan luhur pendidikan yang menjadi jiwa
atau spirit pendidikan ini sesungguhnya berhulu pada agama sebagai
sumber inspirasi dan referensi bagi lahirnya pemikiran, kebijakan,
dan tindakan-tindakan pendidikan.
Lepas dari berbagai kekurangan yang ada pada buku ini, saya
perlu memberi apresiasi kepada penulis yang telah dengan tekun
berusaha menghadirkan nuansa baru dalam mendiskusikan pemikiran
pendidikan sehingga apa yang disumbangkan oleh penulis
melalui buku ini diharapkan dapat menggugah para pemegang
kebijakan dan praktisi pendidikan untuk selalu mengingat bahwa
hakikat, makna, dan tujuan pendidikan, serta hendaknya tidak
lepas dari nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaannya yang secara
integratif ada di dalam jiwa pendidikan.. Maemonah2017-11-14T04:10:02Z2017-11-14T04:10:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27393This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/273932017-11-14T04:10:02ZANALISIS SEMIOTIKA TEKS DALAM BUKU AL-QIRA’AH
AR-RASYIDAH DENGAN PENDEKATAN
FILSAFAT PENDIDIKANTesis ini bermula dari banyaknya kajian semiotika yang lebih memilih teks al-Qur’an
sebagai obyek material. Penulis tertarik menggunakan teori yang sama untuk membahas teks
dalam buku al-Qira’ah ar-Rasyidah. Karena buku ini merupakan materi utama pembelajaran
qira’ah bahasa Arab yang banyak digunakan oleh sejumlah pondok pesantren di Indonesia.
Kajian dalam Tesis ini menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce dengan
pendekatan filsafat pendidikan.
Obyek formal dalam penelitian ini adalah semiotika, filsafat pendidikan dan teori
behavioristik. Adapun obyek materialnya adalah teks buku al-Qira’ah ar-Rasyidah.
Hasil pemaknaan semiosisnya adalah: a) kisah Said as-Samak. Secara konotatif Mahmud
berarti orang yang terpuji atau orang yang mendapatkan kedudukan mulia. Orang mendapatkan
kedudukan terpuji seperti Mahmud karena sikapnya yang bertanggung jawab memenuhi
kebutuhannya serta kesabaran, ketekunan dan kegigihannya dalam melaksanakan tanggung
jawab tersebut. Danau dimaknai secara semiotis sebagi tempat kehidupan. Manusia
membutuhkan proses pendidikan demi memperoleh pengetahuan dan perubahan perilaku
sebagaimana yang dimiliki sang tokoh. Manusia yang berpendidikan akan menggunakan nilainilai
pendidikan sebagai tongkat dan tangga menuju kehidupan dengan derajat mulia.
Kegembiraan yang diperoleh Mahmud pada saat mendapatkan hasil tangkapan ikan dapat
dimaknai secara konotatif bahwa seseorang yang telah mencapai tujuan pendidikan dia akan
mendapatkan derajat kemuliaan sehingga dapat dikatakan orang tersebut telah memperoleh
kebahagiaan hakiki.
b) kisah Itlaq at-Tuyur. Orang Amerika dimaknai secara semiosis sebagai orang yang
berkemajuan. Orang dianggap maju apabila tidak buta huruf, dapat menguasai tekhnologi,
berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas. Untuk mencapai kemajuan seseorang harus
terbebas dari pengekangan yang berupa bentuk-bentuk larangan, pembatasan ruang gerak dan
pikir, serta bentuk-bentuk pengekangan lain yang menyebabkan seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan yang dapat menjadikan dirinya menjadi maju. Pendidikan yang menjadi
solusi agar terhindar dari keterkekangan dan keterpaksaan yang saat ini sedang gencar
digalakkan yakni pendidikan yang kembali ke alam atau sekolah alam. Di sekolah alam, peserta
didik dapat belajar sesuai dengan ketertarikan mereka, bebas bereksplorasi untuk menjawab
semua rasa ingin tahunya sehingga mereka merasakan suasana nyaman dalam belajar. Dengan
demikian akan tumbuh kesadaran dalam diri peserta didik bahwa belajar itu menyenangkan
learning is fun, dan sekolah identik dengan suasana kegembiraan. Mereka tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari guru namun dengan cara action learning yakni langsung dapat
melihat, merasakan, menyentuh dan mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran.
c) kisah al-‘anzani. Dalam hidup di dunia manusia tidak akan lepas dari halangan dan
rintangan, tetapi manusia memiliki dua potensi dalam menghadapinya yakni potensi bahagia
dan potensi sengsara. Untuk mendapatkan potensi bahagia seseorang membutuhkan
pendidikan. Karena hal ini selaras dengan tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dan
dapat mengubah seseorang menjadi bertambah baik budi pekertinya.
Kata kunci: Al-Qira’ah ar-Rasyidah, Pendidikan Bahasa Arab, semiotika, Charles Sanders
Pierce.NIM: 1420411161 Ainul Fadhilah2013-07-02T15:37:10Z2019-02-14T07:28:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8504This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/85042013-07-02T15:37:10ZPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TENTANGALAM DAN LINGKUNGAN"Alam" or universe is everything except Allah. According to the
philosophical view of Islamic education, from its very first creation,
it has been being in the equilibrium. The human being who is
part of the universe is also in accordance with its equibrium. God
has given the human being the gauide in the form of religion in
order that people in general can live in such good life that they
can conform with the universe equilibrium With religion, people
can do their double function, as bondsmen and caliph.
This writing will try to let readers know that many verses of the
Holy Koran talk about people's must to conserve and to preserve
the universe. Such attitude is needed and related to God but ""'
people's attention to the universe preservation is less and this
will cause the sorrounding to be in dangerous for them. The
readers are hoped to read this article on the universe in the
philosophical view of Islamic education.Muhammad Taufik