Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T11:38:42ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2024-03-21T06:25:42Z2024-03-21T06:25:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64459This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/644592024-03-21T06:25:42ZKETIDAKSETARAAN GENDER DALAM NOVEL “PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN” KARYA ABIDAH ELKHALIEQYKetidaksetaraan gender merupakan bentuk ketidakadilan yang disebabkan
oleh kesalahpahaman sebagian besar masyarakat akan konsep gender.
Ketidaksetaraan gender yang terjadi pada peremuan, dalam kehidupan nyata
termanifestasikan dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan
dan beban ganda. Bentuk-bentuk ketidaksetaraan gender tersebut bisa terjadi
mulai dari lingkup yang paling kecil, yakni keluarga sampai lingkup yang lebih
luas, yakni negara. Kelima bentuk ketidaksetaraan gender tersebut
dilatarbelakangi oleh beragam faktor, antara lain, tradisi atau kebudayaan suatu
etnik masyarakat yang cenderung bersifat patriarkis-androsentris dan kebijakan
pemerintah yang dalam beberapa hal masih mengesampingkan kepentingan
perempuan. Anakronisme teks-teks keagamaan juga tidak kalah penting dalam
menyumbang lahirnya ketidaksetaraan gender dalam masyarakat.
Novel “Perempuan Berkalung Sorban” yang ditulis oleh Abidah el-
Khalieqy menggambarkan bagaimana bentuk-bentuk ketidaksetaraan gender
dialami perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh utama dalam novel
tersebut, yakni Annisa adalah perempuan yang sedari kecil harus hidup di bawah
bayang-bayang kekuasaan laki-laki. Sewaktu kecil, hidup Annisa sepenuhnya
dikendalikan sang ayah yang sama sekali tidak mendidik anak-anaknya dengan
asas keadilan. Setelah dinikahkan paksa dengan laki-laki yang tidak ia cintai,
nasib Annisa bertambah buruk. Hampir setiap waktu ia mengalami kekerasan fisik
dan seksual yang dilakukan suaminya sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bentuk-bentuk ketidaksetaraan
gender dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban”. Dalam penelitian ini,
penulis memakai metode analisis konten, yakni strategi untuk menangkap pesan
karya sastra dengan tujuan untuk membuat inferensi (kesimpulan) yang didapat
dari proses identifikasi dan penafsiran (interpretasi). Hasilnya, penulis mendapati
lima bentuk ketidaksetaraan gender yang dialami tokoh-tokoh perempuan dalam
novel Perempuan Berkalung Sorban, yakni marginalisasi, subordinasi, stereotipe,
kekerasan dan beban kerja ganda.
Dalam pandangan Abidah el-Khalieqy, pola relasi gender antara laki-laki
dan perempuan yang ideal haruslah didasarkan pada prinsip kesetaraan dan
keadilan. Abidah meyakini bahwa sistem yang adil dan akomodatif terhadap
perempuan tersebut akan lahir jika segala bentuk ketidaksetaraan gender
dihapuskan. Dimulai dari lingkup yang paling kecil, yakni keluarga sampai
lingkup yang paling luas, yakni lingkup global. Dari sisi epistemologi, konsep
kesetaraan gender Abidah banyak dipengaruhi oleh konsep gender yang
dilontarkan para feminis muslim kontemporer seperti Amina Wadud, Fatima
Mernissi, Riffat Hassan dan Ali Asghar Engineer.NIM.: 06510025 Siti Nurul Hidayah2024-03-13T03:27:33Z2024-03-13T03:27:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64340This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/643402024-03-13T03:27:33ZBIAS GENDER DALAM BUKU TEKS PELAJARAN
FIKIH MADRASAH IBTIDAIYAHDewasa ini telah terjadi banyak ketimpangan gender di masyarakat yang
diasumsikan muncul karena terdapat bias gender dalam pendidikan termasuk
pendidikan agama. Di antara aspek yang menunjukkan adanya bias gender dalam
pendidikan dapat dilihat pada perumusan kurikulum. Implementasi kurikulum
pendidikan sendiri terdapat dalam buku ajar yang digunakan di sekolah-sekolah.
Realitas yang ada, dalam kurikulum pendidikan (agama ataupun umum) masih
terdapat banyak hal yang menonjolkan laki-laki berada pada sektor publik sementara
perempuan berada pada sektor domestik. Salah satunya ialah yang terdapat dalam
buku teks pelajaran fikih madrasah Ibtidaiyah, bias gender yang terdapat dalam buku
teks pelajaran fikih MI ini baik berupa gambar ilustrasi maupun yang terdapat dalam
materi pelajaran. Bias gender yang ada ini seringkali tidak disadari baik oleh guru
maupun oleh siswa dan siswi sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana bias
gender yang terdapat dalam buku teks pelajaran fikih madrasah Ibtidaiyah baik yang
terdapat dalam materi pelajaran, gambar ilustrasi, maupun yang terdapat dalam
rubrik.
Dengan menggunakan analisis konten (content analysis) dan teori bias gender
yang dikemukakan Mansour Fakih, kajian ini mencoba menganalisis dan menemukan
adanya bias gender yang terdapat dalam buku teks pelajaran fikih madrasah
Ibtidaiyah baik yang terdapat dalam materi pelajaran, gambar ilustrasi, sampai pada
analisis bentuk dan jenis bias gender yang terdapat dalam rubrik.
Temuan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat bias gender dalam buku teks
pelajaran fikih madrasah Ibtidaiyah yang terdapat pada materi pelajaran, bentuk
gambar, dan rubrik, yang terjadi baik secara kuantitatif dengan peta dominasi lakilaki
dan pelabelan negatif (stereotyping) pada perempuan. Beberapa materi pelajaran
cenderung mensubdiordinasi perempuan, sedangkan pada gambar dan rubrik jumlah
tokoh laki-laki sangat dominan, sementara tokoh perempuan kurang mendapat
tempat.
Sebagai kontribusi dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan
menunjukkan adanya bias gender dalam buku teks pelajaran fikih madrasah
Ibtidaiyah, dan sebagai bahan evaluasi bagi para pemegang kebijakan pendidikan
Islam dan para pengarang buku teks pelajaran fikih madrasah Ibtidaiyah agar lebih
terbuka wacananya sehingga bias dan ketidakadilan gender dapat berkurang secara
bertahap.NIM.: 08251006 Nur Jannah2024-03-08T09:14:51Z2024-03-08T09:14:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64332This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/643322024-03-08T09:14:51ZEKOLOGI SOSIAL DALAM RESILIENSI KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE (KBGO)Resilience is the ability of an individual to overcome adversity, such as sexual violence. The purpose of this study is to better understand and assess the fortitude of victims of online gender-based violence, or sexual abuse that takes place in the internet sphere. This study focuses on victim resilience, the types of gender-based violence victims encounter online, and the implications for social work practice. The topic of online gender-based violence as a novel manifestation of sexual violence in the digital sphere was not discussed in several earlier research on the resiliency of victims of sexual abuse in Indonesia. Additionally, not much research has been done on its significance in the field of social work. There is ongoing study on this topic, but it focuses on how social work may address child victims of sexual violence.
This research examines phenomena related to the issue of online gender-based violence experienced by several female students at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta as a case study. This research is a type of qualitative research using a case study approach. The subjects of this research were students at UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. There were 5 (five) informants who were the subjects of this research. This research uses resilience theory as a theoretical framework that emphasizes the process above the result. Furthermore, the social ecological resilience theory, which views resilience as a component of a social system or environment rather than only an issue of personal ability, is applied in this study. Resilience is a process that is shaped by an individual's capacity as well as the source system, which is that person's relationship with the social context in which they live.
This study draws multiple conclusions. First, there are four forms of online gender-based violence experienced by UIN Sunan Kalijaga students, namely sexting, cyber harassment, online defamation, and cyber stalking/surveillance/tracking. Second, the social resource system factor of victims plays a significant role in forming the resilience of the victims. These factors influence the formation of individual resilience, such as optimism, empathy and good emotional regulation, their calm attitude or having the courage to fight the perpetrator, and reporting to the authorities. Third, social work plays an important role in undertaking interventions, such as making efforts to raise awareness of issues related to online gender-based violence, providing access to medical and psychological services, prevention efforts, advocating for the rights and protection of victims, increasing the resilience of victims, and to building networks that can help the victims in the process of their recovery.NIM.: 19200012013 Yusfida Awalia Rohma2024-03-06T14:09:20Z2024-03-06T14:09:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64307This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/643072024-03-06T14:09:20ZGagasan Tafsir Gender Inayah RohmaniyahBuku ini bermaksud untuk mengumpulkan fragmenfragmen
penafsiran gender yang terpisah dari berbagai
tulisan-tulisan dan buku-buku karya ilmiahnya yang
kemudian dianalisis secara kritis oleh para penulis.
Tulisan ini pula menunjukkan posisi penafsiran gender
Inayah Rohmaniyah di antara para penafsir gender
lainnya.
Artikel-artikel dalam buku ini disajikan oleh para
peneliti semuanya saling berkelindan satu sama lain
untuk melihat penafsiran dan posisi Inayah
Rohmaniyah dalam kajian tafsir. Sehingga para
pengkaji tafsir dapat melihat konstruksi dasar dari
pandangan Inayah Rohmaniyah. Meskipun demikian,
buku ini tentunya terdapat kesalahan baik secara
teknis ke penulisan atau kajian yang dilakukan masih
belum bisa merepresentasikan gagasan-gagasan besar
tentang penafsiran Inayah Rohmaniyah. Adanya
kekurangan-kekurangan inilah yang dapat diisi oleh
para pengkaji tafsir sehingga semakin memperkuat
dan memperkukuh kajian tafsir di Indonesia.- Ahmad Murtaza MZ- Aty Munshihah- Sartika Suryadinata- Ziyadatul Fadhliyah- Safira Malia Hayati2024-02-26T08:21:55Z2024-02-26T08:22:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64080This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/640802024-02-26T08:21:55ZKEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM (STUDI PEMIKIRAN BUYA HAMKA DAN YUSUF AL-QARADHAWI)Kepemimpinan perempuan dalam Islam adalah suatu kegiatan dalam segala
aspek kehidupan yang dilakukan oleh perempuan yang dapat mengatur dan
mengantarkan ke tujuan dengan segala sarana yang ada dan berpegang teguh
kepada syariat Islam. Kepemimpinan perempuan dalam Islam dianggap
menyalahi kodartnya sebagai makhluk ciptaan Allah apabila hal ini diterapkan
dalam wilayah domestik atau kehidupan rumah tangga. Sebab dalam Al-Qur’an
dijelaskan bahwa pemimpin dalam rumah tangga adalah seorang laki- laki, karena
Allah mencipatakan laki- laki dengan kemampuan lebih daripada yang dimiliki
seorang perempuan. Tapi hal ini tidak berlaku apabila diterapkan dalam wilayah
publik. Sebab perempuan sebagai manusia mukallaf sama halnya sebagai lakilaki,
dia berhak untuk berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di segala bidang
wilayah publik, mislanya: politik, pendidikan, dan sosial budaya. Banyak tokohtokoh
Islam pada zaman Rasulullah yang tidak menyetujui atau menentang
seorang perempuan menjadi pemimpin, karena mereka menganggap perempuan
itu lemah dan tidak mempunyai kemampuan untuk pemimpin sebuah kegiatan
atau organisasi. Hal ini juga mendapat perhatian dari dua tokoh Islam yang
berbeda zaman untuk membahas masalah kepemimpinan perempuan yang
dipaparkan dalam karya tulis ini.
Kajian yang dilakukan penyusun adalah pembahasan kepemimpinan
perempuan dalam Islam yang dtinjau dari pendapat Yusuf al-Qarađāwi dan Buya
Hamka. Pendapat kedua tokoh tersebut didasarkan pada dalil-dalil yang
membahas tentang kepemimpinan seorang perempuan. Yusuf al-Qarađāwi dan
Buya Hamka berpendapat bahwa kepemimpinan perempuan dalam wilayah publik
diperbolehkan dan sah hukumnya. Tapi kedua tokoh itu memaknai dalil yang
sama dengan cara yang berbeda, hal ini disebabkan adanya perbedaan cara
berpikir dari kedua tokoh tersebut. Perbedaan itu terletak pada ketegasan dan
kejelasan Yusuf al-Qarađāwi dalam memaknai dalil yang membolehkan adanya
kepemimpinan seorang perempuan di wilayah publik. Sedangkan Buya Hamka
tidak setegas dan sejelas Yusuf al-Qarađāwi.
Dan akhirnya dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan perempuan dalam
Islam khususnya dalam wilayah publik, itu diperbolehkan menurut pendapat
Yusuf al-Qarađāwi dan Buya Hamka, sehingga kaum peremuan dapat lebih
termotivasi untuk mengembangkan kemampuannya sebagai pemimpin dalam
segala aspek kehidupan tersebut.NIM.: 04360061-03 Surya Aurima Bustani2024-02-23T07:56:05Z2024-02-23T07:56:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64020This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/640202024-02-23T07:56:05ZKETIDAKADILAN HAK-HAK PEREMPUAN DALAM ISLAM DI INDONESIA, KONFLIK-KONFLIK YANG DITIMBULKAN DAN RESOLUSI KONFLIKNYA (STUDI ATAS PANDANGAN-PANDANGAN SITI MUSDAH MULIA)Sejak Islam datang ke Indonesia banyak sekali akulturasi budaya yang berlangsung
antara budaya Islam dan budaya lokal. Termasuk di antaranya adalah dalam hal pemberlakuan
peraturan dan hukum. Islam yang pada awalnya diturunkan di Jazirah Arab juga mengadopsi
budaya setempat, contohnya pemisahan antara ruang publik untuk wanita dan laki-laki. Pada
zaman sebelum zaman modern protes yang ada dikalangan perempuan hanya sebatas dalam hati.
Pada masa Kartini hal tersebut dianggap tabu dan seolah menelanjangi kedigdayaan lelaki.
Namun, dengan kegigihannya dan sikap pantang menyerahnya dominasi para lelaki pelan-pelan
mulai dikritisi.
Banyaknya pertikaian dan persengketaan mengenai sebuah masalah selama ini sering
diselesaikan sesuai sistem hukum yang berlaku di masyarakat, tidak terkecuali dalam masyarakat
Islam. Dalam menyelesaikan persengketaan tersebut maka diberlakukanlah hukum sesuai Islam.
Dalam menetapkan sebuah hukum Islam para pemuka agama dan juga peradilan agama tersebut
menggunakan al-Qur’an dan Hadits. Selain itu juga berdasarkan kaidah-kaidah fiqhiyah yang
sesuai dengan pemikiran para ahli fiqh. Akibatnya para hakim banyak yang merujuk kepada
doktrin fiqh. Hal ini tentunya memungkinkan munculnya pertarungan doktrin dan tidak
dijumpainya rujukan hukum positif yang bersifat unikatif. Sehingga, terjadilah putusan-putusan
yang berdisparitas tinggi antara satu pengadilan dengan pengadilan yang lain. Tuntutan agar ada
piranti hukum yang jelas dalam menjembatani kesenjangan sosial antara hak-hak perempuan dan
laki-laki dalam perkawinan dan perceraian ini sering memunculkan wacana dibentuknya
kompilasi hukum Islam yang dipelopori oleh para pemerhati hukum Islam sebagai salah satu
acuan dalam menetapkan urusan agama Islam berkaitan dengan pernikahan, perceraian, wakaf,
hibah dan warisan.
Meskipun KHI dianggap sebagai sebuah konsep hukum yang sudah memadai namun,
masih banyak pihak yang mengkritiknya. Salah satunya adalah Siti Musdah Mulia dengan
Counter Legal Draft-nya. Musdah Mulia mengkritik KHI bukan tanpa alasan. Musdah Mulia
mencermati bahwa pasal-pasal yang ada masih banyak yang belum mewadahi terpenuhinya hak-
hak keadilan bagi perempuan dan anak-anak. Musdah Mulia sepakat dengan adanya pelegalan
dalam masalah perkawinan dan perceraian. Dikarenakan perlunya perlindungan yang legal bagi
terpenuhinya hak-hak wanita. Bukan karena takut terjajah atau untuk menyingkirkan dominasi
lelaki, namun karena pada faktanya masih banyak kaum perempuan yang menjadi korban dari
diskriminasi dan kesewenang-wenangan kaum lelaki dan bagi Musdah Mulia hal ini adalah
sebuah konflik yang harus diresolusi.
Dengan menggunakan Metode analisis data berupa pendekatan sosio-historis yakni
menarik sekian rangkaian sejarah kenapa pemikiran tersebut muncul. Maka pandangan Musdah
Mulia dilihat dan dikrititisi dari beberapa sudut dimensi, apakah pemikiran tersebut muncul
Terkait dengan perubahan social serta dampak yang akan ditimbulkannya atau tidak. hasilnya
adalah sebenarnya Musdah Mulia dan tim sebelasnya pasti sudah membaca sekian dampak dari
KHI dimasa depan. Namun, mungkin belum sempat terjadi dialog yang menjembatani kedua
pihak sedangkan pressure serta protes dari pihak yang kontra semakin banyak. Sehingga untuk
mencegah konflik maka Musdah Mulia dan tim sebelasnya tidak melanjutkan perjuangan counter
legal draft-nya tersebut secara formal dalam artian disahkan Undang-Undang, namun tetap
berjuang dengan jalur-jalur non-formal yang lain untuk memperjuangkan hak-hak para wanita
yang belum terakomodir.NIM.: 08.215.528 Mamba’ul Athiyah, S.S2024-02-12T03:12:08Z2024-02-12T03:12:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63611This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/636112024-02-12T03:12:08ZPENGARUH PENGGUNAAN SKINCARE DAN FASHION TERHADAP PEMAKNAAN MASKULINITAS MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTAGender merupakan hasil konstruksi kebudayaan yang mengatur pengelompokan nilai dan perilaku antara laki-laki dan perempuan. Berakar dari pengelompokan ini membuat seorang individu seringkali mendapat stereotip negative Ketika ia berbeda dengan aturan kelompoknya. Salah satu bentuk stereotip gender yang berkembang dijaman modern ini adalah penggunaan skincare dan fashion yang biasanya diasosiasikan dengan perempuan, sehingga Ketika ada seorang laki-laki yang melakukan hal tersebut akan dianggap tabu oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan skincare dan fashion terhadap pemaknaan maskulinitas masyarakat di Kota Yogyakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan Teknik analisis regresi linear berganda dan diperkuat dengan Teknik analisis lain yang relevan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Masyarakat Kota Yogyakarta yang terbagi menjadi 204 sampel sebagai responden penelitian. Berdasarkan pengujian yang dilakukan disimpulkan bahwa kedua variabel secara serentak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemaknaan maskulinitas masyarakat di Kota Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel (31,571>3,04) dan Tingkat signifikansi<0,05 (0,000<0,05).). Namun, secara terpisah kedua variabel memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pemaknaan maskulinitas masyarakat di Kota Yogyakarta. Seperti variabel penggunaan skincare yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemaknaan maskulinitas masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (5,314>1,65247) dan Tingkat signifikansi<0,05 (0,000<0,05). Sedangkan variabel fashion berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap pemaknaan maskulinitas masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel (-0,217<1,65247) dan Tingkat signifikansi>0,05 (0,828>0,05).NIM.: 20107020055 Muhammad Reza Aulia Almahdi2024-02-12T03:10:18Z2024-02-12T03:10:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63610This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/636102024-02-12T03:10:18ZEFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TERHADAP PENGEMBANGAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTAPemberdayaan perempuan merupakan salah satu langkah yang ditetapkan pemerintah dalam mencapai pengembangan masyarakat baik dari aspek sosial maupun ekonomi. Program Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) adalah salah satu langkah yang ditempuh pemerintah untuk melaksanakan pemberdayaan perempuan. Salah satu daerah yang menjalankan program ini adalah Kota Yogyakarta di mana Dinas DP3AP2KB membina perempuan-perempuan yang tergabung dalam kelompok P2WKSS di tiap-tiap kelurahan. Melalui program P2WKSS ini diharapkan perempuan dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga dapat meningkatkan sumber daya dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberdayaan perempuan melalui program P2WKSS terhadap pengembangan masyarakat Kota Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan Teori yang dikemukakan Talcott Parsons yakni fungsional struktural dengan skema AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, Latency). Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif. Penentuan sampel menggunakan rumus Arikunto yakni sebanyak 90 orang. Pengumpulkan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada anggota program P2WKSS. Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan uji keabsahan data yaitu uji validitas dan reliabilitas. Metode analisis data yang digunakan yakni uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas serta linieritas dan metode analisis data analisis regresi linier sederhana. Olah data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 23.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa indikator adaptasi dalam variabel efektivitas pemberdayaan perempuan memiliki pengaruh sebesar 38,1%, Indikator pencapaian dalam variabel efektivitas pemberdayaan perempuan memiliki pengaruh sebesar 47,7%, Indikator integrasi pada variabel efektivitas pemberdayaan perempuan berpengaruh sebesar 60,5,% dan Indikator integrasi pada variabel efektivitas pemberdayaan berpengaruh sebesar 74,7%. Dari hasil dari analisis dengan menggunakan teori fungsionalis struktural (AGIL) maka dapat dilihat bahwa pemberdayaan perempuan P2WKSS memiliki pengaruh efektif terhadap pengembangan masyarakat kota Yogyakarta.NIM.: 20107020013 Tira Wulan Permatasari2024-02-08T02:33:43Z2024-02-08T02:33:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63574This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/635742024-02-08T02:33:43ZNawal al-Sa’dawi Gender dan Rasionalitas Teologi--- Yulia Nasrul Latif2024-02-06T01:47:47Z2024-02-06T01:47:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63464This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/634642024-02-06T01:47:47ZANALISIS FRAMING PELARANGAN PEREMPUAN AFGANISTAN BEKERJA DI PBB DALAM SITUS BERITA AL JAZEERAThe Taliban has once again assumed control of the Afghan government following the withdrawal of American military forces in 2021. Under the Taliban regime, efforts to marginalize women have been initiated, including the closure of schools, restrictions on women leaving their homes unaccompanied, and, most recently, the prohibition of Afghan women working for the United Nations (UN).
The ban on women working for the UN has garnered significant attention from both regional and international media outlets, with AJA and AJE being notable contributors to the coverage. Despite being under the same ownership umbrella, these two news sites exhibit distinct agenda-setting due to their divergent target audiences.
This research adopts a qualitative descriptive approach, utilizing Zhongdang Pan and Kociski's Framing Analysis model. The intersectional feminist theory and theory of the construction of social reality in mass media applied as the conceptual framework.
The research findings reveal significant differences between AJA (Al Jazeera Arabic) and AJE (Al Jazeera English) in framing news about the prohibition of Afghan women working for the UN. AJE explicitly favors the UN, evident in the presentation of headlines, leads, and the content, which extensively quotes statements from the UN and Western entities. In contrast, there is inconsistency in neutrality in AJA. AJA quotes both the UN and the Taliban to achieve a balanced portrayal in its reporting but also publishes news with a Taliban perspective. Both news sites frame different social reality constructions, influenced by the difference of audience demographics and media development locations.NIM.: 20102010036 Millenia Rizki Ramadita2024-01-25T04:53:07Z2024-01-25T04:53:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63215This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/632152024-01-25T04:53:07ZKEMATIAN MAHSA AMINI DAN POST-ISLAMISME: Gerakan Sosial Masyarakat dan Perempuan IranThe background of this research is the emergence of a movement caused by the death of Mahsa Amini, a woman from Kurdistan, Iran. Mahsa Amini was arrested by the Iranian morality police on 13 September 2023, for not wearing the hijab properly. Three days after his arrest, she died in the custody of Iranian morality police.
This Reaserch aims to find out the root of the emergence of the movement over the Mahsa Amini as a phenomenon of post-Islamism. Also aim to determine the implications of Iran’s social and women’s movement from Islamism to poat-Islamism. This research uses liberal feminism theory and social movement theory from the perspective of Doug MchichAdam, John D. McCharty and Mayer N. Zald, which focuses on three sets of important factors, including political opportunities, mobilizing structures and framing. This research uses library research with descriptive analysis research methods. The sources for this research are scientific articels and news related to social movements and Iranian women in the Mahsa Amini cese.
The result of this research found that: Fisrtly, Mahsa Amini’s movement arose from the public’s response to act of violence carried out by the Iranian regime due to strict regulation regarding the mandatory hijab policy. Demands are increasing due to the repressive actions carried out by Iranian authorities to calm the masses and then progress to gender equality and individual women’s rights, legal reform, and freedom of control over the body. Secondly, social media has an important role in mobilizing the masses. In this case, the social media platform Twitter has a significant role in mobilizing and framing the movement. Third, Mahsa Amini’s movement aims at democratization and liberalization of the reform of Iran’s legal system. On the other hand, the Iranian people as citizens of a country with an Islamic ideology have a limits to Western-style liberalization and democracy thinking. This movement does not explicitly explain about post-Islamism. However the characteristics of this movement lead to a discourse of post-Islamism in Iran.NIM.: 20200012072 Nabilah Wafa Wijayanto2024-01-24T12:48:42Z2024-01-24T12:48:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63186This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/631862024-01-24T12:48:42ZIsu Gender dan Pembaharuan Manhaj Tarjih-- Dian Nur Anna2024-01-23T04:52:54Z2024-01-23T04:52:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63176This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/631762024-01-23T04:52:54ZHUKUM KEWARISAN BERKEADILAN JENDER (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN MUNAWIR SJADZALI DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI)Pembagian harta warisan yang merujuk pada ayat-ayat al-Qur‘an tentang warisan sampai hari ini masih menimbulkan problematika yang belum terselesaikan, seperti pembagian harta warisan 2:1 antara laki-laki dan perempuan yang dianggap tidak adil. Dalam hal ini terdapat dua ulama yang memiliki perbedaan pendapat. Menurut Munawir Sjadzali pembagian harta warisan yang sudah ditetapkan dalam al-Qur‘an bukan tidak adil, akan tetapi ketidakpercayaan masyarakat terhadap keadilan farā‟iḍ yang ada dalam al-Qur‘an. Berbeda dengan Wahbah az-Zuḥailī, ia berpendapat bahwa pembagian harta warisan sudah dijelasakan secara terperinci dalam al-Qur‘an dan bersifat adil. Hal ini yang membuat penulis tertarik meneliti lebih lanjut tentang pembagian harta warisan dengan melihat relevansi pada zaman sekarang.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik-komparatif, yaitu menjelaskan pemikiran Munawir Sjadzali dan Wahbah az-Zuḥailī tentang pembagian harta warisan. Kemudian menggunakan pendekatan sosiologi pemikiran hukum Islam dan menganalisisnya menggunakan teori keadilan jender Adapun tujuanya adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang dikaji oleh penulis.
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis adalah: Pertama: Dalam formula pembagian warisan 2:1 Munawir Sjadzali dan Wahbah az-Zuḥailī terjadi perbedaan. Munawir Sjadzali berpendapat bahwa formula pembagian harta warisan 2:1 saat ini tidak mencerminkan keadilan dan bersifat ẓannī. Berbeda dengan Wahbah az-Zuhailī, ia berpendapat bahwa formula pembagian warisan 2:1 ini sudah sesuai dan bersifat qaṭʻi. Kedua:Munawir Sjadzali dan Wahbah az-Zuḥailī dalam menentukan dalil dan argumen pembagian harta warisan, keduanya sama-sama mengunakan al-Qur‘an dan hadis. Tetapi dalam penetapan hukum, keduanya terdapat perbedaan. Munawir dalam menentukan dalil, ia menggunakan al-Qura‘n, hadis, dan konteks keadaan sekarang. Tetapi dalil yang digunakan kurang kuat, karena mengqiyās kan dengan dalil-dalil perbudakan. Berbeda dengan Wahbah az-Zuḥailī menggunakan al-Qur‘an, hadis dan juga asbābul nuzūl dan wurudnya. Sehingga kekuatan hukum yang diterapkan Wahbah az-Zuḥailī lebih kuat. Ketiga:Kedua ulama tersebut dalam memaknai adil terdapat perbedaan. Munawir Sjadzali dalam memaknai adil ia berpendapat sama rata (peran yang dilakukan), sehingga apabila perempuan memiliki peran sama dengan laki-laki maka ia berhak mendapatkan bagian yang sama. Berbeda dengan Wahbah az-Zuhailī, ia memaknai adil dengan setara (tanggung jawab). Jadi pembagian harta
warisan diukur dengan tanggung jawab yang dilakukanya, sehingga makna adil disini tidak harus sama rata.NIM.: 21203012018 Muhammad Sahal Mahfudz, S.H2024-01-23T04:50:26Z2024-01-23T04:50:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63175This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/631752024-01-23T04:50:26ZSTRATEGI PEMBAGIAN PERAN WANITA KARIR DALAM KELUARGA ISLAM (KAJIAN TERHADAP ISTRI YANG BERPROFESI SEBAGAI DOKTER)Istri-dokter yang juga merupakan wanita karier memiliki dua peran
yaitu sebagai istri atau ibu dalam rumah tangga serta sebagai dokter. Adanya
status ganda ini mengakibatkan kurang maksimalnya pelaksanaan kewajiban
dalam rumah tangga. Hal tersebut dikarenakan profesi dokter memiliki jam
kerja tertentu serta sewaktu-waktu dapat dipanggil apabila terdapat pasien
emergency. Hal tersebut juga mengakibatkan kualitas waktu bersama keluarga
menjadi terganggu. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan guna
mengeksplorasi lebih jauh mengenai bagaimana strategi istri-dokter dalam
menyeimbangkan peran sebagai istri dan peran sebagai dokter serta apa dasar
istri-dokter dalam menentukan prioritas dalam pemenuhan kewajibannya
sebagai istri dan profesionalisme kedokteran.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yaitu
penelitian lapangan (field reserach). Penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologis dengan menggunakan teori fungsionalisme struktural dan teori
maslahah dalam analisisnya. Teknik pengumpulan data yaitu dengan
wawancara pada 5 istri-dokter, observasi dan dokumentasi. Metode yang
digunakan dalam menganalisis data yaitu kualitatif-deskriptif dengan cara
berpikir induktif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, keseimbangan peran istridokter
dapat terwujud dengan adanya upaya atau strategi yang diterapkan
dalam rumah tangga istri-dokter dan suami. Strategi tersebut dilakukan dalam
bentuk permintaan bantuan asisten rumah tangga, bekerja sama dengan suami
dalam menjalankan tugas domestik terutama dalam hal pengasuhan anak,
penyediaan quality time bersama keluarga, serta kaitannya dengan keterlibatan
dalam masyarakat, yaitu berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Kedua, ketika
terjadi benturan kepentingan, istri-dokter lebih memprioritaskan kepentingan
atau tugas karir, yaitu membantu pasien daripada kepentingan keluarga. Hal
tersebut selain didasarkan pada adanya komitmen atau partnership antara istridokter
dengan suami juga pada ketaatan terhadap Kode Etik Kedokteran
Indonesia(KODEKI). Sikap ini menunjukan bahwa dalam menjalankan
tugasnya sebagai istri dan ibu dalam keluarga, wanita dengan karir memegang
prinsip bahwa rasa kemanusiaan dan kepentingan umum diutamakan dari
kepentingan personal yang masih bisa diselesaikan dengan cara lain.NIM.: 21203012016 Afida Ilma Maula, S.H.2024-01-23T04:25:57Z2024-01-23T04:25:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63173This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/631732024-01-23T04:25:57ZRELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PERKAWINAN (STUDI RELEVANSI PEMIKIRAN FATIMA MERNISSI TERHADAP KESETARAAN SUAMI ISTRI)The dynamics of the relationship between men and women in marriage continues to be debated, especially among ulama' and mufassir. Negative views about women have always been a justification for the structure of male dominance in marriage. As a result, women become victims of gender bias. In marriage, women often continue to experience similar conditions, such as discrimination, subordination, and marginalization in public and domestic spaces. From these conditions, Fatima Mernissi, who is known as a gender fighter and Moroccan Muslim thinker, is here to remove the societal stigma that places women under the power of men by offering a middle way, namely returning to the teachings of Islam.
This study attempts to answer three main problems, namely: First, why does Fatima Mernissi self-criticize gender biased interpretations? Second, what is the substance of Fatima Mernissi's thoughts regarding the relationship between men and women in marriage? Third, what is the relevance of Fatima Mernissi's thoughts in creating equality for men and women in marriage? This research uses a descriptive-analytic literature review. Here, the author dissects the problem using a social history approach using gender theory, intellectual history, social history, and supporting theories, namely, mubjadi from Faqihuddin Abdul Kodir. This paradigm is used as a step to restore the identity of equal partners between men and women in marriage.
The results of this research can be concluded, First, it shows the reasons why Fatimah Mernissi self-criticizes gender bias interpretations, including Criticism of traditional interpretations, emphasis on diverse understandings, the role of women in Islamic history, re-understanding of the concept of marriage, and the importance of contextual understanding. Second, the substance of Fatima Mernissi's thoughts regarding women's rights and obligations in marriage; the importance of knowledge, work, and deliberation bil ma'ruf. Third, Fatima Mernissi's thoughts have relevance in creating equality for men and women in marriage. This was proven when Fatima Mernissi tried to interpret verses that supported human equality, while other verses that did not support this idea were interpreted in depth by tracing the asbabun nuzul to counter misogynist verses or hadiths. On the other hand, Fatima Mernissi explained that Islamic teachings in marriage demand equal rights and obligations between men and women. This view applies in the household, socially, economically, and politically.NIM.: 21203012014 Moh. Rosil Fathony, S.H.2024-01-22T04:39:15Z2024-01-22T04:39:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63127This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/631272024-01-22T04:39:15ZTELAAH ATAS PEMIKIRAN PROF. ALIMATUL QIBTIYAH TENTANG KONSEP NUSYUZ PERSPEKTIF GENDERNusyuz according to Prof. Alimatul Qibtiyyah is a form of non-compliance with family values and most people do not fully understand the meaning of nusyuz itself. Nusyuz can lead to conflict between husband and wife. Prof. Alimatul Qibtiyyah in her thinking shows that the concept of nusyuz and its resolution often dominates men over women or is more likely to be addressed only to wives who do not obey the husband's orders, giving rise to inequality of rights and obligations in the balance of husband-wife relations.
This type of research is field research with an empirical juridical approach. While the analysis method used is descriptive qualitative. In the data collection method, the authors used interviews and documentation. The theories used to analyze the problem are maqashid shari'ah theory and gender theory.
The results showed that, according to Prof. Alimatul Qibtiyyah, nusyuz is a defiance of family values that have been agreed upon and the solution is not to immediately separate the bed and then hit, but it should be preceded by discussing together and a second honeymoon with the intention of bringing hearts closer. Istinbath law used by Prof. Alimatul Qibtiyyah regarding nusyuz in a gender perspective has an equal position before the law, then in its implementation there is no unilateral discrimination allowed in the household ark.NIM.: 18103050094 Diki Maulana2024-01-16T08:16:47Z2024-01-16T08:16:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62983This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/629832024-01-16T08:16:47ZPEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN LANGGULUNG DALAM PERSPEKTIF GENDERGender issues are issues that are often discussed in all fields, including in the field of education in this case Islamic education. The term gender is not only addressed to women, but also to men. Gender is not just a gender difference, but gender is more focused on the role between men and women caused by social construction in society. Islamic education puts forward the value of equality which is expected Islamic education can be gender equality education that is able to encourage changes in the frame of mind in various dimensions of social life.
Islamic education gender perspective is an education that transfers knowledge and Islamic values based on the Qur'an and Hadith with the aim of making human beings with Islamic personality by taking into account the differences in knowledge, needs, and experiences of each individual both men and women as a result of the social construction of their environment, so as to make Islamic education gender inclusive.
This study aims to examine and analyze Islamic education according to Hasan Langgulung, and find the linkage or gender perspective in the thought of Islamic education Hasan Langgulung, whether Hasan Langgulung who has been known as an expert in psychology and Education discusses gender in his thinking about Islamic education. In connection with this, the author tries to find and analyze the thought of Hasan Langgulung's Islamic education in a gender perspective, so that is the reason the author conducted this research, because according to the author there are not many studies that discuss as well as the authors carefully.
This research is a library research (library), using hermeneutics research approach, then the problem raised becomes a complex thing to be discussed. So that different meanings will be found from each of the issues raised. Then this research method is descriptive analysis by collecting primary and secondary data which includes books by Hasan Langgulung and other books and articles related to the theme of research.
The results showed that Islamic education according to Hasan Langgulung in the perspective of gender as a whole according to the author in his thought he expected the process of Islamic education to be implemented as a whole that pays attention to justice and gender equality so that students both men and women get the same opportunity to get a decent Islamic education, so that gender-inclusive Islamic education will be realized. And for the implementation of Islamic education in the process is carried out thoroughly so as to realize a fair and gender-equal Islamic education so that every individual both men and women get the same rights and opportunities in obtaining a decent education, in this case, Islamic education. Both in
terms of the purpose of Islamic education, Islamic education curriculum and Islamic educational institutions. Thus, there is no discrimination in Islamic education, because in the eyes of Allah humans have an equal position both men and women, so Islamic education is expected to be a gender-friendly, equal and fair education by not highlighting or discriminating against one gender.NIM.: 19204010012 Muhammad Afifullah Nizary2024-01-12T02:47:51Z2024-01-12T02:47:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62778This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/627782024-01-12T02:47:51ZDAKWAH UNTUK PEREMPUAN (ANALISIS WACANA USTADZAH HANEEN AKIRA DI CHANNEL YOUTUBE)In conveying da'wah messages to women via the YouTube channel, Ustadzah Haneen Akira must have a careful approach to the female audience. Many religious clerics do not fully understand the issues relevant to women in a religious context, including the role of women in society and specific personal issues that affect the family. Da'wah messages should encourage women to develop their potential, obtain education, participate actively in society, and fight for their rights in accordance with religious principles. Active interaction with female mad'u, by answering their questions wisely and providing practical solutions, is the key to building a strong relationship between Ustadzah and female mad'u.
This research study discusses the use of YouTube as a medium for da'wah and analysis of Ustadzah Haneen Akira's discourse in the Haneen Akira x Shift Ladies Program on the YouTube Channel. This research is library research using descriptive analysis methods, namely by collecting data, compiling or clarifying, compiling and interpreting them and using Van Dijk's discourse analysis approach as an effort to examine and research texts, social cognition and social context of position. Women in Islam are women as career women, women as mothers, women as wives, women as members of society, women in politics.
This researcher found that the benefits of YouTube media act as a conveyor of information, educational content and as an interactive discussion space. In the "Haneen Akira x Shift Ladies" program, this analysis reveals that the preaching for women by Ustadzah covers the topic of the position of women in Islam, emphasizing the values in Islamic teachings. Van Dijk's social cognition emphasizes that Islamic teachings provide full recognition of women's rights, increase women's self-worth, and provide equal protection. However, in a social context, women in Islam are considered a minority group who have limited access to social resources.NIM.: 21202012016 Armadila2024-01-10T07:32:59Z2024-01-10T07:32:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62857This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/628572024-01-10T07:32:59ZREPRESENTASI KESETARAAN GENDER DI MEDIA SOSIAL (ANALISIS SEMIOTIK ROLAND BARTHES PADA AKUN INSTAGRAM @IHAPINDONESIA)Pada zaman sekarang isu tentang kesetaraan gender masih menjadi isu yang cukup sensitif, tidak jarang pembahasan tentang gender ini menjadi akar dari perselisihan. Terdapat banyak pro dan kontran pada isu gender, hal ini dikarenakan sangat melekatnya budaya patriarki yang sudah melekat pada kehidupan sehari-hari bahkan pemikiran. Istilah Patriarki tidak hanya mengacu pada masyarakat primitif, banyak masyarakat sekarang masih menganut budaya patriarki tanpa mereka sadari. Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam dalamnya Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika oleh Roland Barthes dan teori representasi, teori media sosial dan teori structural fungsional. Metode ini digunakan guna membongkar makna dan mitos dari postingan pada akun instagram @ihap Indonesia. Representasi kesetaraan gender pada postingan akun instagram @ihapindonesia secara garis besar menunjukkan bahwa adanya kesetaraan gender direpresentasikan secara representasi mental yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Dengan diperlihatkan melalui di setiap poster yang diunggah menunjukkan kejadian yang terjadi pada perempuan atau ketidak adilan yang dialami dalam bermasyarakat yang seharusnya tidak wajar terjadi namun tetap berlangsung karena adanya adat atau budaya yang telah lama beredar pada masyarakat yaitu budaya patriarki. Serta adanya kesalahan persepsi pada peran dan fungsi secara seksual.NIM.: 19102010063 Cut Raudhatus Syafiqah Al-Hamidy2024-01-05T06:34:54Z2024-01-05T06:41:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62719This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/627192024-01-05T06:34:54ZPEREMPUAN DAN PANDEMI: PERAN INDUSTRI KOPI KREATIF (KOKE) DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DI MASA PANDEMI COVID-19 (DESA PENDOWOHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA)Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran Industri Kopi Kreatif (KOKE) dalam pemberdayaan ekonomi perempuan dan dampak positif dari adanya Industri Kopi Kreatif dalam pemberdayaan ekonomi perempuan di masa pandemi Covid-19. Penyebaran COVID-19 yang sangat cepat mengakibatkan dampak yang sangat luas dalam sektor perekonomian Indonesia, salah satunya perekonomian perempuan, sehingga industri Kopi Kreatif turut serta mendukung program pemberdayaan ekonomi bagi perempuan melalui pemanfaatan biji kopi menjadi barang bernilai ekonomi tinggi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Untuk teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian untuk teori yang digunakan ialah teori peran industri kopi kreatif, teori pemberdayaan ekonomi perempuan, dan dampak positif industri dalam pemberdayaan ekonomi perempuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran yang dilakukan Industri Kopi Kreatif dalam pemberdayaan ekonomi perempuan yaitu peran fasilitasi, peran motivasi, dan peran networking. Sedangkan dampak positif dari adanya industri Kopi Kreatif dalam pemberdayaan ekonomi perempuan ialah terciptanya lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan keluarga dan meningkatkan etos kerja dan kreatifitas masyarakat.NIM.: 16230053 Siti Ai’syah2024-01-05T04:04:10Z2024-01-05T04:04:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62712This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/627122024-01-05T04:04:10ZGERAKAN PP. ‘AISYIYAH DALAM PEMBINAAN WANITA DESA DI INDONESIA (1978-1995 M)Upaya pembangunan negara masa Orde Baru dilakukan dengan menciptakan ideologi gender negara atau ibuisme negara. Ibarat sebuah keluarga hal ini dilakukan bahwa perempuan memiliki peran ibu melengkapi kekuasaan suami (negara). Dalam mewujudkan ideologi ini maka organisasi wanita di wadahi dengan Dharma Wanita, yang dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintah dan mengontrol gerakan perempuan dalam ideologi pembangunan Orde Baru. Selain menciptakan ideologi baru pemerintah pada tahun 1978 dalam GBHN menyatakan memberikan hak dan kesempatan serta tanggung jawab kepada perempuan dalam pembangunan negara. Salah satu organisasi perempuan yakni ‘Aisyiyah memberikan respons kepada kebijakan pemerintah tersebut dengan program Pembinaan Waita Desa sebagai upaya turut serta dalam pembangunan negara.
Penelitian menggunakan pendekatan sosial politik. Hal ini bertujuan untuk menganalisa untuk menganalisa kebijakan-kebijakan politik yang diterapkan pemerintah. ‘Aisyiyah sebagai organisasi wanita berupaya menanggapi hal tersebut dengan sebuah gerakan pembinaan wanita desa yang berkembang menjadi Qaryah Thayyibah. Konsep yang digunakan yakni konsep sosial movement. Konsep ini berangkat dari gerakan sosial yang memperjuangkan kebutuhan dan eksistensinya. Konsep ini merupakan hal utama bagi pergerakan perempuan untuk melakukan aksi kolektifnya. Teori yang digunakan yaitu struktural-fungsional yang ditemukan Talcott Parsons, untuk melihat keberhasilan gerakan ‘Aisyiyah dalam Pembinaan Wanita Desa yang dilanjutkan Qaryah Thayyibah. Metode yang digunakan yaitu metode sejarah meliputi: Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi.
Hasil dari penelitian ini adalah Pertama, Pada masa Orde Baru ‘Aisyiyah memberikan respons terhadap tujuan pemerintah dalam proses pembangunan. Berbagai aktivitas yang dilakukan ‘Aisyiyah pada masa ini sesuai dengan kebijakan Orde Baru. Kedua, Program yang dilakukan sebagai respon dari kebijakan Orde Baru yakni Pembinaan Wanita Desa (1978) yang dilanjutkan dengan Qaryah Thayyibah (1989). Situasi politik yang demikian menjadikan ‘Aisyiyah mengadopsi kebijakan Orde Baru agar dapat menjalankan cita-cita dan perjuangan terhadap kaum perempuan. PWD yakni program pemberdayaan yang diberikan kepada para wanita agar dapat mempunyai peran dan keterampilan. Ketiga, Pada 1989 program pembinaan wanita desa berubah menjadi program Qaryah Thayyibah. Program ini merupakan suatu pembinaan dalam desa guna mewujudkan keluarga sakinah. Perbedaan kedua program ini yakni jika PWD berfokus hanya kepada kaum perempuan sementara Qaryah Thayyibah berfokus tidak hanya kaum perempuan namun juga anggota keluarga.NIM.: 20201021004 Halimah Nur Febriyani2024-01-05T04:02:02Z2024-01-05T04:02:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62711This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/627112024-01-05T04:02:02ZMORALITAS TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL SAYYIDAT AL-QAMAR KARYA JOKHA AL–HARTHI (PERSPEKTIF PSIKOLOGI FEMINIS CAROL GILLIGAN) TESISThis research is motivated by the phenomenon of patriarchal culture in the form of
gender injustice such as the subordination and marginalization of women that
occurs to female characters in the novel Sayyidat al-Qamar which is examined
using the perspective of feminist psychology theory of caring ethics brought by
Carol Gilligan. In this theory, it is explained how the stages of the development of
morality based on the ethics of caring which are characteristic of women and the
influence of the development of morality on relations between genders. This theory
arises from the anxiety of feminist psychological scientists who disagree with the
development of morality brought by Kolhberg which refers to the ethics of justice
which tends to be male. This research seeks to identify the development of the
morality of the female characters in Sayyidat al-Qamar's novel in the midst of
gender injustice and patriarchal culture that were rooted at that time and to reveal
the inter-gender relations that occur in it. The research method used in this research
is descriptive method. Data collection techniques in research are reading and notetaking
techniques. The results in this study were found to be the development of
morality in 3 female characters with 3 stages, namely the pre-conventional,
conventional, and post-conventional stages as well as 2 transitions in the preconventional
to conventional and conventional to post-conventional stages. In
addition, it describes the gender relations that occur between female characters and
their partners. In her novel, Jokha Al Harthi describes the lives of three main female
characters amid gender inequality, they survive and improve their generation with
the support of their partners.NIM.: 20201012027 Wulan Arifiany2024-01-05T03:19:13Z2024-01-05T03:19:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62706This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/627062024-01-05T03:19:13ZEKSISTENSI DIRI TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL AL-HUB FI ZAMAN AL-NAFTI KARYA NAWAL EL SAADAWI (KAJIAN FEMINISME EKSISTENSIALIS SIMONE DE BEAUVOIR)Penelitian ini mengkaji novel Al-Ḥub Fī Zaman Al-Nafṭi karya Nawal El
Saadawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkritisi eksistensi diri tokoh utama
perempuan dalam novel Al-Ḥub Fī Zaman Al-Nafṭi. Tokoh utama perempuan
memilih eksistensi diri sebagai bentuk dari kesadaran akan kehidupannya yang
tertindas. Metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menguraikan
masalah yang diteliti dengan menggambarkan keadaan objek penelitian
sebagaimana adanya secara cermat. Pendekatan feminis eksistensialis Simone de
Beauvoir digunakan untuk menganalisis setiap bagian kritik terhadap kaum
patriarki dalam novel yang ditulis Nawal El Saadawi tersebut. Hasil yang didapat
dalam penelitian ini adalah bahwa keputusan tokoh utama perempuan yang menjadi
arkeolog dalam rangkaian perjalanan hidupnya dalam novel Al-Ḥub Fī Zaman Al-
Nafṭi berhasil menghentikan kondisinya sebagai the ‘Other’ atau Liyan. Seorang
tokoh utama perempuan dapat eksis dalam kehidupan masyarakat sosial dan bisa
bebas dari kungkungan budaya patriarki. Tokoh utama perempuan mampu bekerja
untuk meraih transformasi sosial dalam masyarakat. Tokoh utama perempuan
mampu menunjukkan keberadaannya sebagai perempuan yang memiliki potensi
untuk setara dengan laki-laki. Novel Al-Ḥub Fī Zaman Al-Nafṭi menceritakan
perjuangan tokoh utama perempuan dalam mendobrak budaya patriarki
berkembang dalam masyarakat. Feminisme eksistensialis Simone de Beauvoir
bertujuan agar perempuan mampu menjadi Subjek atas dirinya sendiri. Temuan ini
menjadi suatu kritik terhadap pandangan masyarakat yang masih memosisikan
perempuan sebagai manusia kelas nomor dua.NIM.: 20201012003 Rahma Salbiah2024-01-04T04:05:26Z2024-01-04T04:05:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62696This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/626962024-01-04T04:05:26ZTHE PORTRAYAL OF ZARRI BANO’S MORAL DILEMMA IN QAISRA SHAHRAZ’S THE HOLY WOMANThis research aims to find a dilemma in the novel The Holy Woman by Qaisra Shahraz, which depicts a feminist activist named Zarri Banno. In the story, Zarri Bano, the landlord's daughter, lives in luxury, gets the highest education access, and adores many people because of her beauty. Unfortunately, after her family loses the only inheritance, she must struggle to protect herself from the patriarchal tyranny in her family. Zarri Bano must surrender to her marriage and devotes her life being Shahzadi Ibadat. The moral dilemma happens to Zarri Bano since Habib forces her to be a Holy Woman, so she doesn't have a choice to choose her desires. The researcher tries to analyze Zarri Bano's struggles using care-focused feminism by Carol Gilligan. Care-focused feminism focuses on the moral development that happens to women, especially since this theory has three stages: pre-conventional, conventional, and post-conventional. Each step of Gilligan's approach tries to depict Zarri Bano's dilemma of choosing between her love or obedience to the tradition. This research uses qualitative methods that focus on description and interprtation. The result shows that Zarri Bano's dilemma brings her to find her new identity as a woman; she also realizes that a woman is supposed to fight injustice.NIM.: 18101050059 Fitria Nur Barokah2024-01-04T01:38:47Z2024-01-04T01:38:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62670This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/626702024-01-04T01:38:47ZKESETARAAN GENDER SEBAGAI PEMENUHAN KONSTITUSIThe drafting of the Draft Law on Gender Equality has brought criticism, many
of which based on reactionary-ideological grounds unsuitable to productive
discussion, and it is indeed regrettable that such responses against the draft law
were not made in an academic framework and in accordance with the principle
of proportionality.
In a democratic state, gender equality is a fundamental part rooted deeply in
human rights, similar to racial, ethnic, class, special-needs and religious equality.
Thus as a democratic nation state, Indonesia is obliged to fulfill the basic rights
of each of its citizens without regard to origin or gender. Such rights encompass a
variety of aspects: the right to life, security, health, education, economic,
political and socio-cultural rights. All basic rights must be fulfilled equally to
avoid discrimination. Thus, normatively, the 1945 Constitution of the Republic
of Indonesia has guaranteed equality of all citizens, whether male or female. In
a global context, Indonesia has also ratified the CEDAW (Convention on the
Elimination of all forms of Discrimination Against Women) through Law No.
7 of 1984. Indonesia’s commitment to improve gender equality is also written
down in the MDGs (Millennium Development Goals). Therefore, through a
philosophical-juridical-sociological viewpoint, gender equality (enshrined in law)
is both a constitutional mandate and a contemporary demand.- Mochamad Sodik2024-01-03T04:55:24Z2024-01-03T04:55:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62637This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/626372024-01-03T04:55:24ZHEGEMONIC MASCULINIY ANALYSIS OF ROGER FERRIS CHARACTER AS SEEN IN BODY OF LIES (2008)Masculinity is unstable and can be different and change according to human character. In general, masculinity is more dominantly attached to men than women. The characteristics attached to the term masculine are courage, independence, and firmness. However, within these characteristics, some more attitudes or characters represent masculinity. This representation is contained in Body of Lies (2008). In this film, things that show masculinity are depicted through the main character, Roger Ferris. This film shows an attitude that shows how men should behave. This study uses the theory of masculinity from R.W. Connell. This study aims to analyze masculinity issues shown by Roger Ferris. In this study, researchers used qualitative methods. The researcher started collecting data through his research object, namely the film Body of Lies. In this research, the writer collects data through dialogue in the film and observes the main characters' behavior. In addition, researchers also use film theory to analyze the elements in the film and its cinematography. The researcher found several shooting method techniques in several scenes related to the research, such as Medium Shot and Medium Close Up. The writer concludes this research that masculinity attitudes are not always ingrained from birth but can also appear over time due to environmental factors, work, and the people around them. In addition, shooting methods on objects affect the audience's comfort in watching all film scenes from beginning to end.NIM.: 17101050078 Hifni Bahiroh Ruwaida2023-11-22T02:44:51Z2023-11-22T02:44:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62335This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/623352023-11-22T02:44:51ZPRAKTEK KHITAN PEREMPUAN STUDI DI DESA KEBUN KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN MADURAKhitan perempuan sudah bukan hal yang baru bagi masyarakat Madura karena
sudah dianggap sebagai tradisi turun-temurun yang tidak perlu dipertanyakan lagi,
maka efek samping dari khitan tidak pernah ditanggapi sebagai masalah yang serius.
Praktek khitan yang diterapkan oleh para ahli khitan di Madura (bidan dan dukun
bayi) ada beberapa cara, seperti menggores, memotong, menusuk, dan juga di kerik.
Sedang pada alat dan obat yang digunakan untuk mengkhitan berupa silet, gunting,
welat, kuku, pisau kecil, jarum, dan obat yang digunakan betadine, alkohol, kunyit,
spiritus. Mengenai pemahaman masyarakat Madura mengenai khitan perempuan ini
diyakini bahwa khitan adalah suatu acara untuk meresmikan diri masuk Islam, dan
juga merupakan ajaran agama yang berkembang menjadi tradisi yang hukumnya
sunnah, dan dipercaya keluarga secara turun-temurun untuk meneruskan tradisi nenek
moyang. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah yang
menjadi kajian penelitian ini: pertama, bagaimana praktek khitan perempuan pada
masyarakat yang ada di Desa Kebun Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.
Kedua, bagaimana pandangan masyarakat Desa Kebun Kecamatan Kamal Kabupaten
Bangkalan terhadap khitan perempuan. Untuk menjawab pertanyaan diatas, penyusun
menggunakan metode penelitian kualitatif yang datanya diambil langsung dari lokasi
penelitian untuk memperoleh keterangan tentang khitan perempuan di Desa Kebun.
Data yang diperoleh yaitu dengan menggunakan observasi dan wawancara mendalam
kepada para pihak yang faham seperti tokoh masyarakat, juru khitan (bidan dan
dukun bayi), dan ibu yang pernah melakukan khitan terhadap anak perempuannya.
Kesimpulan yang diperoleh adalah pertama, bentuk praktek khitan perempuan
yang sudah sesuai menurut syari’at Islam. Kedua, pemahaman masyarakat tentang
khitan perempuan yang diyakini sebagai ajaran agama yang berkembang menjadi
tradisi atau adat istiadat dan dilakukan secara turun-temurun oleh keluarga yang
mayoritas muslim untuk melanjutkan tradisi nenek moyang. Dan juga dipandang baik
dan banyak manfaatnya jika dewasa kelak. Ketiga, mayoritas masyarakat melakukan
khitan terhadap anak perempuannya, tetapi bidan desa Kebun tidak melakukan khitan
terhadap anak perempuannya dengan alasan tidak ada gunanyaNIM.: 05540005 Marlina Tohir2023-11-22T01:59:54Z2023-11-22T01:59:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62330This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/623302023-11-22T01:59:54ZA STUDY ON NASR HAMID ABU ZAYD’S QUR’ANIC PRINCIPLE OF GENDER EQUALITYSince Classical fikih literatures cannot solve contemporary problems of
women in Islam, some feminist scholars, including Nas}r H{āmid Abū Zayd,
struggle to solve them because they realize that religious interpretation is one of
many factors that lead women in many countries to be still subordinated.
Nevertheless, Abū Zayd’s ideas could not be accepted by Egypt’s authoritative
scholars. He was exiled from his homeland. This research is to elaborate Abū
Zayd’s Thoughts on “Liberating Women” and Qur’anic Principles of Gender
Equality, analyze them in the light of feminism’s discourse and reveal their
implications in Islamic laws. It will also discuss Abū Zayd’s interpretation on
women’s inheritance as it represents the use of the principle, its implications and
relevance to the Muslim-Indonesian’s current context.
This library research uses descriptive-analytical method. Abū Zayd’s
Dawā’ir al-Khauf: Qirā’ah Fī Khit}āb al-Mar’ah becomes the primary source of
this thesis while works which related to Abū Zayd’s biography and exegetical
theory written by him, such as Isykālīyāt al-Qur’ān wa ‘Alīyāt al-Tafsīr, Naqd
al-Khithāb al-Dīnī, Mafhūm al-Nas}, and al-Imām al-Shāfi’ī wa Ta’sīs al-
Idiyūjīyāt al-Wasat}īyah become the secondary source. The Method of collecting
data is documentation while the data are analysed by reduction, taxonomic
analyses and interpretation.
This research concludes that Abū Zayd‘s project of “liberating women” is
begun by his efforts to convince Muslims that in Islamic world, discriminations
against women from both the conservative and moderate scholars still exist. To
solve that problem and reform Islam, Muslims must develop the discourse of
renaissance (Khit}āb al-Nahd}ah) which sees that Western advancement can be
adopted if it brings advantages. Abū Zayd built his feminist exegesis on two
important points: differentiation between dialogical context and legislative context
and determining Qur’anic principle of gender equality. al-Nah}l: 97, al-Nisā’: 124,
Ghāfir: 40, A<lu ‘Imrān: 195 and al-Tawbah: 71-72 are considered by him as the
basic verses of the Qur’an which assert that since male and female were created
by God from the same entity, and have same obligation and right as creatures of
God, they are supposed to be equal in all religious laws. This research found that
the asserted equality in each verse is determined historically. It means that it is
related to the objective conditions in the time when it is revealed. Abū Zayd’s
Qur’anic principle of gender equality changes several laws, such as (1) women’s
witness, (2) sacrificing animal (‘aqīqah), (3) women’s leadership, (4) and
women’s portion in inheritance. Abū Zayd sees that the main content of al-Nisā:
7-8 is legitimating female’s share and not the 2:1 formula. Its significence (almagzā)
is the legalized principle of balance (tawāzun) between male and female.
This interpretation results he necessity of formulating general guidence for
person who will divide the inherited wealth and the obligation to all of couple
married to develop a concept of partnership in their relation with multiple
female-male roles. Abū Zayd’s interpretation on verses of women’s inheritance is
relevant to be applied in Muslim-Indonesian’s current context because
Indonesian women are still in less-employment.NIM.: 07530060 Mu’ammar Zayn Qadafy2023-10-27T02:45:39Z2023-10-27T02:45:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61918This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/619182023-10-27T02:45:39ZWACANA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM KASULTANAN YOGYAKARTA DAN RELEVANSINYA DENGAN KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM PERSPEKTIF AMINA WADUDThe discourse on the appointment of the sultan's eldest daughter as the successor to the throne of the Sultanate of Yogyakarta is polemic. There are pros and cons among the public and relatives of the palace. This is because in the history of the Sultanate of Yogyakarta, a woman has never ruled. This is considered a violation of paugeran or the fundamental law of the kingdom by the relatives of the palace. However, in Amina Wadud's gender perspective, women have the same opportunity to become leaders as men. Islam views that every human being can become a leader based on their ability and proficiency in leading, regardless of gender. Based on this problem, the researcher formulates the following problems; 1. Why in the history of the Sultanate of Yogyakarta did not appoint women as kings, 2. How is the discourse on women's leadership by the Crown Princess of the Sultanate of Yogyakarta seen from Amina Wadud's gender perspective? The purpose of this research is to find out the succesion patterns of the kings of theYogyakarta Sultanate and understand Amina Wadud’s gender perspective in viewing women as leaders in the Yogyakarta Sultanate.
The type of research used in this study uses descriptive-interpretative research. The data collection methods used are documentation and literature study. The primary sources used in this research are Amina Wadud's works including; Qur'an and Women (1992), and Inside the Gender Jihad: Women's Reform in Islam (2006). While the primary data used in exploring the issue of the Ngayogyakarta Palace is a book by Susilo Harjono entitled, Chronicle of the Succession of the Javanese Palace 1755-1989. Then, the secondary data used is sourced from books, scietific papers, and news articels that are relevant and accountable.
The results obtained in this study found that Islam allows women to become leaders, whether in the domestic, social, political, cultural, or even religious spheres. As initiated by Amina Wadud, there is no prohibition in the Qur'an regarding women as leaders. However, the traditional patriarchal interpretation of the Qur'an seeks to downplay the leadership role of women. According to Wadud, women have the same rights and opportunities as men in becoming leaders, as long as they have the capacity and capability. In this case, GKR Mangkubumi has the right to become the sultan of Yogyakarta Sultanate. This is because she is considered to have the experience and ability to lead.NIM.: 19105010005 Naufal Dwi Putra Agusti2023-10-27T02:35:46Z2023-10-27T02:35:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61914This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/619142023-10-27T02:35:46ZREKONSTRUKSI KETIDAKADILAN GENDER DALAM FILM BOLLYWOOD (SEMIOTIKA VISUAL DALAM FILM LIPSTICK UNDER MY BURKHA)Gender adalah pembedaan mengenai sifat perilaku yang tumbuh dalam ruang lingkup kehidupan sosial yang terbentuk dari masyarakat lewat proses sosial dan kultural panjang yang melibatkan laki-laki dan. Adanya perbedaan antara laki-laki dan merempuan menimbulkan dampak pada salah satu jenis kelamin yakni ketidakadilan gender. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak menjadi suatu masalah jika bisa menerima perbedaan sehingga tidak melahirkan ketidakadilan gender.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang diajukan untuk dapat mendeskripsikan serta menganalisis sebuah fenomena hingga peristiwa aktivitas sosial budaya. Fokus masalah pada panelitian ini mengungkapkan petanda dan penanda ketidakadilan gender serta bentuk-bentuk dan makna dari tanda visual yang terdapat pada film Lipstick Under My Burkha. Adegan-adegan film yang mengandung ketidakadilan kemudian dianalisis menggunakan semiotika visual sehingga dapat menemukan penanda dan petanda serta makna dan bentuk-bentuk ketidakadilan gender.
Hasil analisis dalam film tersebut menunjukkan terdapat visual gambaran ketidakadilan yang dialami oleh tokoh-tokoh perempuan yang dilakukan oleh ayah maupun suami sebagai kepala keluarga berupa visual dan dialog. Makna dominan dari ketidakadilan gender pada film Lipstick Under My Burkha aadanya batasan dalam perilaku sosial, konstruksi atas realitas yang terjadi pada film, pengaruh agama pada tatanan social dan rekonstruksi ketidakadilan gender.NIM.: 18105040087 Muhammad Nailul Huda2023-10-26T03:57:56Z2023-10-26T03:57:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61867This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/618672023-10-26T03:57:56ZKONSEP KESETARAAN GENDER DALAM PANDANGAN FATIMA MERNISSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMIKIRAN DI KUPI (KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA)Forms of gender inequality and discrimination in society today still exist. This inequality and discrimination that occurs is partly due to the patriarchal culture (considering the position of men higher than women). In this case, Fatima Mernissi with her concept of gender equality tries to provide an understanding of the position of women and men and change the mindset of society that men and women are equal. In addition, the concept of gender equality in Fatima Mernissi's view has similarities with KUPI (Indonesian Women Ulama Congress) but KUPI does not directly quote Fatima Mernissi's ideas. Not only that, so far the research that has been published does not specifically discuss Fatima Mernissi's influence on KUPI. The research that has developed is limited to the description of the idea of gender equality in Fatima Mernissi's view.
This study raises two problem formulations including the first, how the concept of gender equality in the view of Fatima Mernissi, the second contains how the influence of Fatimah Mernissi's concept of gender equality on KUPI. This research has the aim of knowing the concept of gender equality in the view of Fatima Mernissi to know the influence of Fatimah Mernissi's concept of gender equality and also its influence on feminism in Indonesia, especially KUPI.
Then this research uses a library research method and uses a qualitative-descriptive method. Primary data sources in the research Dream of Trespas: Tales of Harem Grillhood and the KUPI website (Kongeres Ulama Peempuan Indonesia). While secondary sources in this study are books and journals that match the themes relevant to the research and use data processing techniques with descriptive techniques.
Research results from Fatima Mernissi's Gender equality and its influence on thinking at KUPI are as follows: First, the concept of gender equality in Fatima Mernissi's view is that women and men are the same, the only difference is their piety and gender. Second, the writings published on the KUPI website with Fatima Mernissi's thoughts contain similarities. Although in this case KUPI does not directly quote Fatima Mernissi's thoughts about women and men's positions, especially in the concept of leadership. Women can also be firm leaders like men.NIM.: 16510030 Raras Martya Utami2023-10-24T03:10:11Z2023-10-24T03:10:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61729This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/617292023-10-24T03:10:11ZPARTISIPASI DAN PERAN POLITIK PEREMPUAN PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMThe participation and role of women in political parties is still a hot debate among the public to this day. The majority of people think that women do not have the right to participate and have a political role in Indonesia. This is evidenced by the absence of an adequate system for women's political participation. Several views of positive law experts and Islamic law regarding women who participate and play a role in the world of politics raise pros and cons from various perspectives. The difference in perspective is what makes the researcher interested in researching this research. Some of the problem formulations obtained include how the positive legal perspective is on women who participate and play a role in the world of politics and how the perspective of Islamic law is on women who participate and play a role in the world of politics.
This writer uses library research (Library Research). This research is carried out by citing several sources and studying the theories of experts and books related to the object to be studied, this refers to secondary data sources. The type of research used is a normative type carried out with secondary data to find out and analyze applicable law in Indonesia and Islamic law regarding women's participation in law enforcement agencies so that it is very relevant and has a correlation with the problems studied. The author uses the participation theory put forward by Suparjan and Hempri Suyatno.
The role of politics places more emphasis on the position and duties that a person carries in politics, while political participation focuses on the way a person is involved and interacts with the political process itself. Role is the expected behavior of individuals in social institutions. Here the meaning of society is like a stage and individuals are like actors in society where they have to play different roles in different social institutions. In Islamic law, women's involvement in politics is regulated based on the interpretation and implementation of sharia or Islamic law in a country. The political role of women in Islamic law can vary depending on the country and how Islamic teachings are implemented.NIM.: 19103040140 Nanda Annisa Fauzi2023-10-23T06:50:57Z2023-10-23T06:50:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61689This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/616892023-10-23T06:50:57ZMODEL PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIB YOGYAKARTADevelopment towards prisoners is an effort to restore their normal living patterns
within society. Opportunities that they couldn't obtain outside can be ensured
through the rehabilitation programs implemented during their detention.
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta, as one of the
institutions working in this field, also applies two main forms of rehabilitation,
namely personality development and skills training. From this description, this
study aims to research how the rehabilitation and the factors that influence
rehabilitation at Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta.
This research is a descriptive-analytical field study aimed at describing
the forms of prisoner rehabilitation implemented by the correctional institution.
The primary data sources used in this research were obtained through direct
interviews with drug-related prisoners and personnel at Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta.
Based on the social concept, there are 4 (four) system models, namely the
Pennsylvania System, the Auburn System, the Progressive System, and the Elmira
System. Based on the implementation of personality development and
independence of narcotics convicts at LPP Class IIB Yogyakarta, the progressive
system system appears as the most ideal model with freedom in certain activities,
more flexible division of rooms, and adjustments to the period of detention.
However, there is a modification of the guidance carried out by LPP Class IIB
Yogyakarta, namely integrating it with Law Number 22 of 2022 concerning
Corrections. The development of narcotics convicts by LPP Class IIB Yogyakarta
cannot be separated from factors in the form of adequate facilities, participation
from all parties so that convicts' rights as women, especially physical health, can
be fulfilled, implementation of the inmates' own obligations where convicts must
comply with all prison rules without exception , and the environment where the
inmates live after being released from prison.NIM.: 19103040024 Revanindya Ilham Azizah2023-10-18T06:37:59Z2023-10-18T06:37:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61400This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/614002023-10-18T06:37:59ZINTERVENSI PEKERJA SOSIAL DALAM MEWUJUDKAN KESEHATAN MENTAL DI PUSAT PELAYANAN SOSIAL KARYA WANITA (PPSKW) MATTIRO DECENG SULAWESI SELATANKesehatan mental menjadi dambaan setiap orang, berbagai cara dilakukan untuk memperoleh mental yang sehat. Kesehatan mental juga berlaku terhadap peksos, agar mampu berkontribusi dalam layanan dan pembinaan untuk mengembalikan nilai-nilai sosial, pemerlu layanan sosial. Sebagaimana peksos di PPSKW Mattiro Deceng, memiliki dilema dalam mewujudkan kesehatan mental, sehingga dibutuhkan kepribadian peksos untuk mewujudkan kesehatan mental yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki sumber data primer diantaranya peksos berjumlah tujuh orang, dan penerima manfaat berjumlah enam orang, adapun data sekunder diperoleh melalui jurnal, buku, serta dokumen pendukung lainnya. Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun validitas data dilakukan oleh penulis melalui member check.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat problem peksos dalam mewujudkan kesehatan mental, problem disebabkan oleh internal dan eksternal kepribadian peksos, problem juga ditemukan pada aspek penerima manfaat sehingga mempengaruhi mental peksos. Kemudian peksos menerapkan upaya untuk meminimalisasi problem yang ditemukan melalui pengendalian kepribadian, teknik self healing, dan penerapan nilai-nilai keagamaan. Peksos kemudian mampu mewujudkan kesehatan mental, dengan terpenuhinya kebutuhan physiological needs, sefty needs, blogging needs dan love needs, esteem needs, dan self actualization needs.NIM.: 20200012097 Muh. Azhar Mubarak2023-10-18T06:24:53Z2023-10-18T06:24:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61397This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/613972023-10-18T06:24:53ZDINAMIKA STRATEGI KOPING PADA WANITA DEWASA AWAL PENYINTAS DELIBERATE SELF HARM DENGAN RIWAYAT ADVERSE CHILDHOOD EXPERIENCESDeliberate self-harm (DSH) merupakan perilaku negatif
dimana individu dengan sengaja menyakiti diri sendiri sehingga
menyebabkan kerugian baik secara fisik, mental maupun spiritual.
Dengan adanya perilaku negatif tersebut maka dibutuhkan upaya untuk
keluar dari kondisi negatif yang di rasa merugikan diri sendiri yang
disebut strategi koping. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui dinamika strategi koping pada wanita dewasa awal
penyintas deliberate self-harm dengan riwayat adverse childhood
experiences. Penelitian ini terdiri dari dua rumusan yang diajukan
yaitu: pertama, apa saja faktor penyebab timbulnya perilaku deliberate
self-harm, upaya preventif dan implikasi hasil penelitian terhadap
Bimbingan dan Konseling Islam. Kedua, bagaimana dinamika strategi
koping pada wanita dewasa awal penyintas deliberate self-harm dengan
riwayat adverse childhood experiences.
Penelitian ini menggunakan jenis rancangan penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jenis penelitian studi kasus
pada penelitian ini adalah holistic case study dengan tipe single-case
design. Penelitian ini melibatkan 8 partisipan penelitian dengan 4 orang
sebagai partisipan utama dan 4 orang lainnya sebagai significant other.
Hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa (1) Terdapat
faktor yang kompleks pada individu yang melakukan perilaku
deliberate self harm, dengan adverse childhood experiences sebagai
faktor utama. Upaya preventif untuk mencegah timbulnya perilaku
DSH yakni meningkatkan religiusitas diri, mengembangkan
kemampuan adaptasi terhadap masalah, dan mengisi waktu dengan halhal
positif. Adapun bagi konselor yakni memberikan layanan informasi
berupa penyuluhan maupun seminar dan memberikan pendampingan
bagi individu dengan riwayat adverse childhood experiences. (2)
Perilaku deliberate self-harm merupakan perilaku negatif yang dapat
disembuhkan. Koping yang timbul pada individu dengan perilaku
deliberate self-harm tidak dapat terpolarisasi yakni tidak dapat hanya
terfokus pada satu strategi koping. Pada penelitian ini, penulis
menemukan adanya koping religius dan beberapa bentuk koping
sebagai bentuk novelty dalam penelitian ini yaitu self reward, self
acceptance, coping journaling, coping me-time dan koping mencari
hiburan.NIM.: 20200012047 Ririn Setiawati2023-10-04T01:33:24Z2023-10-04T01:33:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60800This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/608002023-10-04T01:33:24ZKOMODIFIKASI KARAKTER PEREMPUAN DALAM EVENT GAME (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA EVENT LANTERN RITE VERSI 2.4 DI GAME GENSHIN IMPACT)Genshin Impact is an online game created by a Chinese company called miHoYo Cognosphere Pte. Ltd. (under the HoYoverse brand). Until 2022, this game has presented a variety of interesting events in each version. One of the interesting events in the Genshin Impact game is a lantern rite event in version 2.4. But in running of this version, HoYoverse as the game developer Genshin Impact almost always features female characters in each the lantern rite event they created, starting from the launch screen banner, cutscenes, to quests in the game.
This study examines the forms and practices of commodification of female characters found in the Lantern Rite event in version 2.4 of the Genshin Impact. By using Roland Barthes’s semiotic analysis method, it was found that there was a commodification that occurred to the female characters in the event. female characters are used as commodities to attract the attention of the audience. In this case, female characters from Liyue are used as a tool to attract the attention of players or gamers through their charm, starting from their character, body shape, to the clothes they wear with the aim of making players interested in playing the lantern rite event contained in the game. Genshin Impact.NIM.: 18107030044 Riyandika Nugroho Pangarso Putro2023-10-04T01:24:52Z2023-10-04T01:24:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60583This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/605832023-10-04T01:24:52ZPENGARUH TINGKAT STRES KERJA, BEBAN KERJA, DAN DUKUNGAN ATASAN TERHADAP KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA (STUDI KASUS PADA KARYAWAN PEREMPUAN BANK MUAMALAT KCU YOGYAKARTA)Work-life balance is an important part because it looks at a person's ability to balance his responsibilities at work and things that are not related to work. This research was conducted to determine how much influence work stress, workload, and superior support have on work-life balance at Bank Muamalat KCU Yogyakarta. This research method uses quantitative research. The sample of this research is 37 female employees. The sampling technique to be used in this study is saturated sampling technique. The data analysis technique uses SPSS version 20. The results of this study indicate that the variables of work stress and workload are negative but do not have a significant effect on work-life balance. The supervisor's support variable is positive and has a significant influence on work-life balance.NIM.: 19108020072 Martha Vania Rahayu2023-09-27T01:35:32Z2023-09-27T01:35:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60678This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/606782023-09-27T01:35:32ZPARTISIPASI INVESTASI, PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH, PEMBERDAYAAN GENDER DAN ICT DEVELOPMENT INDEX TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TAHUN 2017-2021 (STUDI KASUS 34 PROVINSI DI INDONESIA)More equitable and sustainable human development is a step towards a prosperous society. To achieve this prosperity requires an approach through various aspects. This study aims to look at welfare in Indonesia through incoming capital (FDI and PMDN), the role of Regional Government Expenditures, Gender Empowerment, Information and Communication Technology), as well as social aspects (Unemployment, Poverty and Population). This research in 34 provinces in Indonesia from 2017 to 2021 uses the panel data regression method. The results of this study indicate that PMA (Foreign Investment) and the Percentage of Poor People (PPM) have a negative effect on people's welfare. PMDN (Domestic Investment), Regional Government Expenditures, and the ICT Development Index have a positive effect on the Human Development Index. While the variable Gender Empowerment Index, the percentage of open population and the population have no effect on the index of people's welfare in Indonesia during the study period.NIM.: 20208012037 Nurul Hasanah2023-09-22T00:58:37Z2023-09-22T00:58:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60507This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/605072023-09-22T00:58:37ZTELAAH PEMIKIRAN R.A. KARTINI TENTANG EMANSIPASI PEREMPUAN JAWA (PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK)Penelitian ini bertajuan u.ntuk menemukan konsep pendidikan moral Kartini bagi perempuan Jawa, memberikan gambaran tentang kontribusi pendidikan moral Kartini dalam peningkatan emansipasi perempuan Jawa, serta mengetahui kon.sep pendidikan moral Kartini dalam perspek--tif pendidikan akhlak. Hasil skripsi ini diharapkan dapat memperkaya wacana tentang perjuangan Kartini khususnya di bidang pendidikan akhlak atau moral bagi pe-rempuan serta memberikan tambahan pengetahuan dan semangat dari perjuangan Kartini untuk membangun hidup yang berakhlakul karimah sebagai bagian dari komponen pendidika.n dan penyelamatan moral bangsa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, tennasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research). Pengllmpulan data berdasarkan pada data sekunder (karena tidak ditenmkan data-data primer dari Kartini secara langsung) yaitu dari surat-surat dan nota-nota Kartini kepada sahabat-sahabat penanya, yf!ng pada akhimya diterbitk,:m oleh beberapa media setelah Kartin.i tiada.
Hasil penelitian ini, 1) Konsep pendidikan moral Kmtinr ada!ah su.atu upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), yang beror.ientasi kepada anak djdik dengan fokus bud:i pekerti (akhJak) dan akal, 2) Konsep pendidikan moral Kartini memberikan kontribusi yang sangat besar terha4ap terhadap peningkatan emansipas:i perempuan Jawa, Y a:itu dengan diberikannya akses pendidikan bagi perempuan maka akan mencetak ibu-ibu negara yang cerdas dan berakhlak mulia sebagai bekal untuk mendidik anakanaknya menjadi putra bangsa yang handal, karena perempuan merupakan perrdukurrg urama peradaban, 3} Dal am ajanm islam nilai-ni!ai ajarrm pendidikan itu terdiri dari aqidah, Syari'ah (ibadah dan Muamalah) dan Akhlak. Ketiga ha1 tersebut menjadi tri tungga] baik dalam prinsip-p1insip dasamya maupun prakteknya, Maka pendidikan moral yang di.gagas oleh Kartini. sejalan dengan pemikiran dalam pendidikan Islam yaitu penekanan Pendidikan akhiak bagi semua peserta didik, sehingga akan mertjiwa dalam diri seseorang dan akan menjadi titik tolak prilaku dan budi pekerti yang mulia, sesuai dengan ajaran Muhammad Saw. Yang akan selalu termatrealisasikan dalam bentuk tingkah lak1.1 yang bedandaskan dengan az.as-azas Al-Qur' an. Karena Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.NIM.: 02411151 Umi Kumaidah2023-09-11T04:52:56Z2023-09-11T04:52:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60242This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/602422023-09-11T04:52:56ZPROGRAM PENGUATAN EKONOMI YAYASAN ANNISA SWASTI TERHADAP KESEJAHTERAAN PEREMPUAN PEKERJA RUMAHAN (PPR) YOGYAKARTAYayasan Annisa Swasti merupakan sebuah lembaga yang berfokus kepada kesejahteraan pekerja perempuan salah satunya perempuan pekerja rumahan atau disingkat PPR. Persoalan yang sering dihadapi oleh perempuan pekerja rumahan yaitu mengenai kondisi perekonomian mereka. Upaya Yayasan Annisa Swasti dalam membantu mensejahterakan perempuan pekerja rumahan yaitu dengan membentuk program penguatan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk dari program penguatan ekonomi dan manfaat program tersebut bagi kesejahteraan perempuan pekerja rumahan. penelitian ini meenggunakan teori pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan perempuan pekerja. Penelitian ini metode kualitatif dan dalam proses pengumpualn data yang dilakukan dengan dengan teknik observasi, wawancara serta dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Yayasan Annisa Swasti dalam pelaksanaan program penguatan ekonomi terhadap kesejahteraan perempuan pekerja rumahan yaitu dengan mengadakan sekolah perempuan pekerja rumahan, membentuk koperasi dan melakukan pendampingan usaha.NIM.: 19102050006 Lusylia Amanda2023-08-13T22:56:55Z2023-08-13T22:56:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60046This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/600462023-08-13T22:56:55ZThe Rejection of Women Imams in Indonesia: Between Religious and Socio-Cultural TextsDiscourses regarding women as imams became widespread after Amina Wadud led communal Friday prayers in 2005. Academics have predominantly responded by analyzing religious doctrine and its exegesis, ignoring the fact that women's ability to lead worship is strongly influenced by their specific socio-cultural contexts and dynamics. This article will investigate how religious texts structure and are structured by the socio-cultural context of Indonesia. In this study, data were collected by identifying hadiths of leadership, then analyzing them using content analysis. It was found that religious doctrines tend to emphasize the primacy of men (as leaders) while underscoring the (physical, intellectual, and spiritual) shortcomings of women. Such religious dogmas receive symbolic legitimacy from the patriarchal culture of society. The dominance of men in mosques, as well as the prohibition against women serving as imams, have been institutionalized by Indonesia's four largest Islamic institutions (MUI, DMI, NU, and Muhammadiyah) and reproduced through their fatwas as well as the sermons of popular preachers.- Nurun Najwah- Irwan Abdullah- Saifuddin Zuhri Qudsy- Ahmad Baidowi2023-08-13T22:13:58Z2023-08-13T22:14:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60043This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/600432023-08-13T22:13:58ZANALISIS GENDER DALAM HADITS-HADITS MISIOGINIS DI AL-KUTUB AL-TIS’AHDalam kultur patriarkhi, beberapa teks hadis dianggap sebagai sumber utama legitimasi
berbagai bentuk dehumanisasi terhadap perempuan. Teks-teks Hadis tersebut
terdokumentasikan dalam kitab-kitab hadis popular. Hal ini mendorong kuatnya
anggapan bahwa Islam mendukung diskriminasi terhadap perempuan. Padahal, Nabi
Muhammad SAW. telah melakukan usaha yang besar dalam memanusiakan
perempuan. Peran Nabi dalam memanusiakan perempuan termanifestasikan dalam
diskursus hadis. sehingga, diperlukan pemahaman yang baru dalam memaknai hadishadis
misoginis. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk melakukan
pembacaan ulang terhadap hadis-hadis misoginis dalam al-Kutub al-Tis`ah (Shahih al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan at-Turmudzi, Sunan Ibn Majah, Sunan ad-
Darimi, Musnad Muwaththa` Iman Malik, Ahmad bin Hanbal) yang terkait dengan
perempuan sebagai individu, ibadah, pernikahan, dan ruang publik. Untuk mencapai
tujuan itu, Penelitian ini menggunakan metode takhrij dengan mengkonfirmasi dari
berbagai pensyarahan hadis. Sebagai bagian dari analisa data, penelitian ini
menggunakan analisis gender untuk memetakan bentuk diskriminasi serta reinterpretasi
terhadap hadis-hadis tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 60 teks hadis
misogini dalam lima bentuk (22 subordinasi, 18 kekerasan, 15 stereotipe, 3 marjinalisasi,
dan 2 beban ganda), yang disebabkan oleh pemaknaaan secara tekstual, parsial, dan
tidak menghadirkan konteks historisnya. Pembacaan ulang terhadap teks-teks hadis
tersebut dilakukan secara holistik dengan mengkaitkan dan menghadirkan ayat al-
Qur`an, hadis-hadis dan teks-teks lain secara integratif, komprehensif, dengan
mempertimbangkan aspek historis, dan ide dasar hadis- Nurun Najwah2023-07-20T01:26:57Z2023-07-20T01:26:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59943This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/599432023-07-20T01:26:57ZPERFORMATIVITAS AGAMA DAN GENDER FUJOSHI DI MEDIA SOSIAL TWITTERDi Indonesia, homoseksual merupakan polemik yang menimbulkan pro kontra di masyarakat. Fujoshi adalah seorang perempuan yang menggemari kisah cinta antara sesama pria yang disebut yaoi. Melalui kegemarannya, fujoshi menunjukkan performa gender yang berlawanan dengan nilai heteronormatif. Lebih dari itu, dengan menyukai yaoi, fujoshi juga menunjukkan refleksi konstruksi sosial agama yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Kegemaran fujoshi yang menyukai kisah homoseksual secara tidak langsung mencerminkan pertunjukkan yang merujuk kepada performativitas yang membentuk identitas gender. Selain itu, di tengah nilai heteronormatif, fujoshi di Twitter membentuk kenyataan subjektif yang berbeda dengan konstruksi sosial agama di masyarakat. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis performativitas gender fujoshi di Twitter dan pemaknaan kenyataan subjektif fujoshi di tengah nilai heteronormatif. Untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan netnografi. Sumber data dari penelitian ini terdiri dari data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dan data sekunder yang berasal dari sumber penelitian yang relevan, seperti data digital dan literatur lainnya. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan lima informan yang merupakan fujoshi di Twitter. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan teori performativitas Judith Butler dan konstruksi sosial Peter L. Berger. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fujoshi di Twitter membentuk identitas gender melalui performativitas. Performativitas tersebut merujuk kepada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perempuan sebagai fujoshi di Twitter. Selanjutnya, terdapat juga konstruksi sosial yang terbentuk di sekeliling fujoshi yang kemudian meresap ke dalam identitas agama fujoshi. Hal tersebut dapat dilihat melalui dialektika konstruksi sosial fujoshi. Pertama, eksternalisasi yang dicerminkan melalui performativitas perempuan sebagai fujoshi, individu beragama, dan aktualisasi performativitas pasca membaca manhwa yaoi. Kedua, melalui objektivasi yang ditunjukkan dengan fujoshi yang memahami seluk beluk dunia yaoi dan dihadapkan dengan stigma pro kontra masyarakat terkait kegemarannya. Ketiga, melalui internalisasi, pengetahuan yang diperoleh semasa sosialisasi diserap bersama realitas objektif di sekelilingnya. Pada tahap ini, fujoshi mengalami kesenjangan yang kemudian memunculkan pilihan subjektif. Pilihan tersebut merupakan kenyataan subjektif dimana fujoshi menganggap manhwa yaoi sebagai hal yang menyenangkan. Sehingga, narasi homoseksual dianggap sebagai realitas yang mengalir sebagaimana adanya. Kendati demikian, dalam mengeskpresikan kegemarannya, fujoshi tetap menyesuaikan diri dengan norma agama dan nilai heteronormatif. Hal tersebut dapat dilihat melalui fujoshi yang membuat persona baru sebagai anonim menggunakan akun Twitter untuk mencurahkan performativitas dan identitas kediriannya sebagai fujoshi.NIM.: 18105040012 Nisrina Ridiani2023-07-14T01:56:32Z2023-07-14T01:56:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59422This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/594222023-07-14T01:56:32ZDEKONSTRUKSI STEREOTIPE PEREMPUAN KARIER DALAM IKLAN YOUTUBE (ANALISIS SEMIOTIKA PADA IKLAN OLAY ‘SAMPAI KAPAN DITANYA ‘KAPAN’?’)Woman's appearance in advertisements is portrayed as an object through
socially constructed stereotypes. These stereotypes often obstruct women to develop
themself in the realm of work or in the family. Stereotypes that evolve are that women
have a dependency, are not competitive, passive, like to be led and protected. Women
that decide to have a career always discriminated against in family or work
environments. Therefore, an agent of change is needed to deconstruct those
stereotypes. There are not many advertisements that try to break women stereotypes
to replace social life reality. Olay advertisement titled Sampai Kapan Lebaran
Ditanya ‘Kapan’? have the courage to deconstruct career women stereotypes to open
the new knowledge about career women through creative ideas with femvertising
concepts. This study was conducted to reveal the deconstruction phenomenon in
career women stereotypes in Olay advertisement that are portrayed in audio-video
advertisements uploaded in YouTube platform. Qualitative research with a critical
paradigm refers to the structural semiotic research method by Roland Barthes that is
two codes analysis applied to women stereotypes in advertisements. Then, text (dialog
in advertisement) analyzed with deconstruction theory by Jacques Derrida to know
the deconstruction form of women's career stereotype in advertisements. From the
research findings that were conducted, researcher conclude that there is a
deconstruction process of women stereotypes in Olay advertisement titled Sampai
Kapan Lebaran Ditanya ‘Kapan’?.NIM.: 16730105 Muti’ah Firdausi Al ‘Ulya2023-07-11T02:03:35Z2023-07-11T02:03:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59754This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/597542023-07-11T02:03:35Z“BERDAMAI DENGAN INNER CHILD” UNTUK MEWUJUDKAN RELASI GENDER DALAM PASANGAN SUAMI ISTRI: STUDI KASUS DI BANYUWANGIInner child merupakan bagian masa kecil seseorang, baik bahagia maupun terluka. Tumbuhnya inner child membentuk kepribadian seseorang yang berpengaruh pada pola komunikasi pada pasangan dan pola asuh kepada anak. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan, pola komunikasi, serta implikasi yang terjadi pada inner child dan pola terhadap kehidupan keluarga di Banyuwangi. Berlandaskan tingkat perceraian yang tinggi di daerah tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana kondisi inner child tiap individu dari pasangan suami istri yang harmonis dalam rumah tangga, serta implikasi yang dihadapinya. Penelitian ini menggunakan teori psikologi feminis Judith Worell dan Norine G. Johnson yang dipergunakan sebagai kerangka teoritik, serta inner child oleh Cathryn L. Taylor sebagai pisau analisis. Melalui pendekatan studi kasus feminis, penulis mewawancarai empat pasangan suami istri yang telah menjalin hubungan pernikahan di bawah dan di atas usia lima tahun. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan berbagai perspektif dinamika hubungan suami istri di bawah dan di atas usia lima tahun. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil rumusan masalah pertama bahwa tiap-tiap individu memiliki inner child serta cara pengelolaan yang berbeda. Seseorang yang memiliki inner child bahagia tumbuh dengan sikap percaya diri dan tidak mudah cemburu. Sedangkan informan yang memiliki inner child terluka, tumbuh dengan kepribadian yang takut ditinggalkan, mudah emosi, serta takut dalam menyampaikan pendapat. Hasil kedua mengkategorikan pola komunikasi menjadi tiga poin, yakni satu pasangan termasuk dalam pola komunikasi setara yang memiliki relasi gender seimbang, dua pasangan dalam pola komunikasi pemisah seimbang yang juga memiliki relasi gender baik, serta satu pasangan dalam pola komunikasi monopoli yang memiliki relasi gender tidak seimbang. Sedangkan hasil ketika melihat implikasi inner child dari bagaimana pengelolaan yang tiap-tiap individu lakukan terhadap inner childnya. Ini dilihat dari individu yang melakukan reparenting inner child sebagai upaya untuk berdamai dengan masa lalu berdasarkan gaya komunikasi, relasi gender, dan pola asuh anak.NIM.: 21200011019 Firda Rodliyah2023-07-06T03:03:41Z2023-07-06T03:03:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59593This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/595932023-07-06T03:03:41ZTRANFORMASI PERAN PEREMPUAN DESA BENDUNGAN SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA KELUARGATransformasi peran perempuan Desa Bendungan sebagai pencari nafkah utama keluarga adalah sebuah fenomena yang menarik untuk diteliti karena menggambarkan perubahan sosial dan ekonomi di daerah pedesaan. Sebelumnya, perempuan di Desa Bendungan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai buruh tani. Namun, seiring meningkatnya kebutuhan hidup dan tersedianya lebih banyak peluang kerja di sektor industri, perempuan Desa Bendungan mulai banyak yang aktif bekerja sebagai buruh pabrik dan bahkan menjadi pencari nafkah utama keluarga. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengambil sudut pandang perempuan pencari nafkah utama keluarga Desa Bendungan terhadap peran baru mereka serta mencari tahu bagaimana sistem pembagian kerja di dalam rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian lapangan. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Bendungan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Dalam penelitian ini jenis informan yang terlibat dalam mengatasi masalah yang akan dikaji diantaranya 5 perempuan pekerja, 5 suami dari perempuan pekerja dan 5 masyarakat Desa Bendungan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis gender model Moser dan teori feminis liberal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perempuan Desa Bendungan yang memposisikan perannya sebagai pencari utama keluarga mempersepsikan dirinya dengan perasaan bangga, berdaya dan puas karena mampu memberikan dukungan finansial yang signifikan kepada keluarganya. Pekerjaan mereka hanya sebagai sarana untuk menghidupi keluarganya dan menjauhkan diri dari konsep ibu yang tinggal di rumah. Sistem pembagian kerja di dalam rumah tangga perempuan pencari nafkah utama keluarga Desa Bendungan terdapat perbedaan yakni sistem pembagian kerja setara dan tidak setara. Sistem pembagian kerja setara memberikan kesempatan perempuan untuk berkontribusi secara ekonomi di ranah publik dan menyerahkan pekerjaan rumah tangganya kepada suami. Namun, ada juga sistem pembagian kerja yang tidak setara. Pembagian kerja yang tidak setara ini perempuan sebagai pencari nafkah utama keluarga masih harus menanggung beban kerja rumah tangga tanpa adanya dukungan yang memadai dari suami. Perempuan Desa Bendungan juga memiliki kemampuan dalam melakukan berbagai macam tugas diantaranya produktif, reproduktif, serta partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Perempuan Desa Bendungan terlibat dalam proses pengambilan keputusan serta pengelolaan akses dan kontrol di dalam rumah tangga. Sehingga situasi seperti ini berdampak pada peran ganda yang memengaruhi kehidupan pribadi perempuan Desa Bendungan dan bahkan mengalami kendala internal seperti kelelahan dan rasa jenuh terhadap aktivitas kegiatannya. Walaupun demikian, perempuan Desa Bendungan tetap mampu dalam memperjuangkan hak dan kebebasannya.NIM.: 20200011094 Maqinun Amin2023-06-27T03:17:21Z2023-06-27T03:17:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59304This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/593042023-06-27T03:17:21ZRESILIENSI PEREMPUAN PEDAGANG KAKI LIMA SEKTOR KULINER PASCA RELOKASI DI TERAS MALIOBORO IRelokasi PKL Malioboro dalam rangka menjadikan Malioboro sebagai warisan dunia ternyata membawa banyak dampak, salah satunya Perempuan PKL. Perempuan memiliki banyak dilema peran karena harus mengurus anak, menjadi istri, bekerja, bahkan beberapa ada yang menjadi pengurus paguyuban. Mereka harus melewati berbagai tahapan hingga akhirnya bisa menerima dan memilih untuk tetap berjualan hingga saat ini di tempat relokasi. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui mengenai bagaimana tahapan resiliensi yang dilalui oleh PKL perempuan sektor kuliner di Teras Malioboro I pasca adanya relokasi. Fokus subjek yang diambil yakni PKL perempuan sketor kuliner karena jumlah populasi perempuan terbanyak di Teras Malioboro I ada pada sektor kuliner. Analisis dari penelitian ini berdasarkan teori tahapan resiliensi milik O’Leary dan Ickovics yakni tahapan mangalah, bertahan, pemulihan, dan berkembang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan sumber data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dan divalidasi melalui triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian didapatkan bahwa semua informan memiliki resiliensi yang baik, hal ini ditujukan dari mereka yang mampu melewati semua tahapan. Mulai dari mengalah yang diwarnai ketakutan dan kecemasan. Tahapan bertahan dilalui dengan tidak berjualan sementara waktu dan mencari strategi. Kemudian tahap pemulihan dimana sudah mulai berjualan lagi, dan saat ini sedang dalam masa tahapan berkembang yakni adanya peningkatan usaha yang dimiliki oleh informan. Pada setiap tahapan, faktor yang melatarbelakangi resiliensinya adalah faktor diri sendiri yang berdasar pada keyakinan dan kemampuan diri, serta faktor eksternal dari dukungan keluarga, paguyuban, dan UPTD Balai Layanan Bisnis dan UMKM selaku pengelola Teras Malioboro I.NIM.: 19102050055 Muhti Nur Inayah2023-06-27T03:13:55Z2023-06-27T03:13:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59303This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/593032023-06-27T03:13:55ZDILEMA PERAN GANDA PEREMPUAN BURUH PABRIK DALAM KELUARGA DAN PELUANG TERJADINYA KONFLIK: STUDI KASUS PEREMPUAN BURUH PABRIK DESA KLEPU KEC. KRANGGAN KAB. TEMANGGUNGPeran perempuan kini telah mengalami pergeseran dari peran yang hanya
berada pada ranah domestik bergeser ke ranah publik atau luar rumah, dalam artian
perempuan ikut andil dalam dunia kerja. Fenomena peran ganda dan kontribusi peran
dengan adanya perempuan bekerja dapat dilihat di wilayah industri Desa Klepu
Kecamatan Kranggan Temanggung. Peran kaum perempuan yang ikut andil dalam
dunia kerja sering dikaitkan dengan faktor internal dan eksternal, yaitu bentuk
aktualisasi diri dan keadaan ekonomi rumah tangganya. Adanya peran yang lebih dari
satu dari pekerja perempuan, direntankan terjadi konflik peran yang memicu adanya
stress dan tekanan mental dimana mereka juga dituntut untuk mencapai target dalam
pekerjaannya, mereka juga memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam peran
utamanya sebagai ibu rumah tangga dan seorang istri
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ganda
perempuan buruh pabrik yang ada di Desa Klepu yang menjadikan mereka
melakukan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai perempuan buruh
pabrik dan untuk mengetahui bagaimana peluang terjadinya konflik peran ganda yang
dapat mengakibatkan adanya tingkat stress dan konflik dalam keluarga pada
perempuan buruh pabrik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif yang dimana penelitian ini berupaya untuk membuat deskripsi mengenai
penelitian yang dilakukan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan
dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi
dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan
langkah-langkah mereduksi data, display data dan penarikan kesimpulan dan juga
verifikasi. Sedangkan teknik validitas data yang digunakan adalah menggunakan
trianggulasi data (trianggulasi sumber).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Peran ganda
pada perempuan buruh pabrik Desa Klepu Kecamatan Kranggan Temanggung ini
dilatarbelakangi oleh keadaan ekonomi keluarga yang memerlukan bantuan peran
perempuan sebagai ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan
dalam peran ganda yang dilakukan perempuan buruh pabrik sekaligus ibu rumah
tangga ini mereka melakukan dengan suka rela demi memenuhi kebutuhan
keluarganya. (2) Peran ganda yang dialami oleh perempuan buruh pabrik yang
memang pada dasarnya mendapatkan dukungan sosial dari keluarganya akan
meminimalkan adanya tingkat stress dan peluang untuk terjadinya konflik peran
dalam keluarga. Namun beberapa perempuan buruh pabrik mengalami konflik dalam
pembagian waktu antara peran domestik dan peran publik yang memiliki tuntutan
seperti target pekerjaan. Rekomendasi pada penelitian ini adalah adanya pembagian
waktu dan peran yang baik demi terciptanya peran ganda yang mampu menciptakan
kestabilan dalam keluarga tanpa menimbulkan adanya konflik peran pada perempuan
buruh pabrik.NIM.: 19102050027 Dwi Cahyani2023-06-16T08:15:23Z2023-06-16T08:15:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59183This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/591832023-06-16T08:15:23ZGENDER, FEMINISME ISLAM, DAN ADVOKASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL (RUU PKS)Literatur tentang Islam dan gender dalam konteks demokrasi Indonesia menjelaskan bagaimana Islam dijadikan sebagai basis perjuangan aktivisme Islam untuk kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Dalam konteks kesarjanaan tersebut, artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan mutakhir peran feminisme Islam dalam advokasi kesetaraan gender dan hak-hak perempuan dalam konteks RUU PKS sebagai salah satu capaian paling signifikan gerakan perempuan. Artikel ini memandang signifikan untuk menjelaskan pola aktivisme yang menunjang keberhasilan disahkannya RUU tersebut, terutama dalam melakukan kontra-wacana terhadap kelompok Islam konservatif sebagai pihak utama yang menolak RUU ini. Pola aktivisme Islam ini perlu dijelaskan dalam konteks studi gerakan sosial pasca dua dekade reformasi sebagai basis orientasi gerakan perjuangan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender ke depan, terlebih jika kita melihat bahwa perjuangan terhadap hal ini tidak selalu berhasil. Dengan menggunakan teori gerakan sosial (social movement theory) (Wiktorowicz 2002), artikel ini berusaha untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: bagaimana Muslim/organisasi feminis Islam melakukan advokasi terhadap RUU PKS? Bagaimana cara mereka dalam melakukan mobilisasi dan mengorganisasi sumber daya yang mereka punya untuk tujuan advokasi tersebut? Bagaimana mereka memberikan justifikasi keislaman terhadap isu-isu feminisme dan perempuan dalam RUU PKS yang dipandang bertentangan dengan Islam oleh kelompok konservatif? Artikel ini berargumen bahwa gerakan feminisme Islam memiliki posisi strategis dan otoritatif dalam advokasi terhadap penghapusan kekerasan seksual, yang bisa digunakan untuk reorientasi gerakan feminis Islam ke depan.- Marhumah- Afifur Rochman Sya’rani- Anna Soetomo2023-05-29T07:54:57Z2023-05-29T07:54:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58966This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/589662023-05-29T07:54:57ZPERAN DAN STRATEGI ULAMA PEREMPUAN D.I YOGYAKARTA
DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DI
LINGKUNGAN PENDIDIKANThe incident of sexual violence that is occurred in the community, especially in the
educational environment, raised to concern from various parties of society. The
educational environment should become a comfort and safe place to study, but
cases of sexual violence still occur in it. This problem attracted the attention of
female clerics to carry out a movement to prevent sexual violence, especially after
the first Congress of Indonesian Women Ulama (KUPI) was held in Cirebon in
2017. This research examines the role of female clerics in efforts to prevent sexual
violence in the educational environment and the strategies used.
This research is a qualitative research using a descriptive analysis approach. The
subjects of this study were three female clerics from D.I Yogyakarta who have
contributed to efforts to prevent sexual violence, namely Nyai Khotimatul Husna,
Nyai Siti Muyassarotul Hafidzoh, Nyai Maya Fitria. Primary data was collected
through observation, in-depth interviews with informants, and documentation.
Meanwhile, secondary data was obtained from the results of previous studies
related to the focus of research, whether in the form of books, journal articles, or
others. The analysis in this study was carried out using pedagocgic theory.
This study found two major points, namely: first, the three female clerics studied in
the study have a role as driving actors in efforts to prevent sexual violence in the
educational environment. This role is manifested in concrete actions taken as an
effort to prevent sexual violence in educational settings, especially Islamic
boarding schools. Among the concrete actions are: women and children friendly
Islamic boarding schools, socialization of reproductive health and stunting
prevention, halaqah around Islamic boarding schools, reciting the Koran with
Bilqolam boarding students, socialization of SKS-2 (Stop Sexual Violence), studies
of women's jurisprudence and reproductive health. Second, in making efforts to
prevent sexual violence, the Nyai use strategies to overcome the challenges they
face. Among the strategies carried out, namely: building networks with
stakeholders, proposing the formation of the Bantul KPAID, transforming the
concept of a women and children friendly boarding school against sexual violence,
drafting the SKS-2 syllabus, voicing through the literary medium of novels,
providing complaint boxes and suggestions. Third, the roles and strategies carried
out by the three female clerics are evidence that female clerics apply the pedagogic
concept of teaching and providing education to students and all participants in
activities carried out as a learning process, so that there is a stimulus and response
between the participants and the ulema, women called pedagogic behaviorism
approach.NIM.: 21200011005 Isnaini2023-05-29T07:52:41Z2023-05-29T07:52:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58965This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/589652023-05-29T07:52:41ZNANAM, NGAJI, NGELMU
PESANTREN EKOLOGI ATH-THAARIQ GARUT:
POLITIK AGRARIA EKOFEMINISME PASCAKOLONIALThe term 'development' has become the dominant ideological discourse in
Indonesia, especially since the New Order government, by taking the terms
'stability' and 'order' as its goal. On the one hand, development encourages the
maximization of living standards and material benefits in certain respects. On the
other hand, development has impacted the ecological crisis and women's vitality.
As a legacy of post-World War II recovery, developmentalism tends to assume
women's and society's needs in post-colonial countries, such as Indonesia, by
Western standards. Local traditions, religions, and belief systems are often
considered backward and a barrier to progress. So instead of having the power to
recover, women and Third World life are often positioned as objects of attention that
need to be “given”—which pattern affirms the colonial discourse itself.
This thesis is the result of grounded research based on feminist ethnography.
The main focus of this thesis is the thoughts of Nissa Wargadipura and the Pesantren
Ekologi Ath-Thaariq, which she initiated. In academic conversation, the analysis
of this thesis is at least (hopefully) capable of: (1) demonstrating the importance of
ecofeminism's ethical foothold in agrarian collective movements which still heavily
rely on masculinity; (2) offering the Islamic ecofeminism ethics to respond to
various situations of socio-ecological inequality, especially those targeting women
and vulnerable groups; (3) carrying out an "axiological challenge" to the role and
function of pesantren—which are still believed to be—as a pillar of civilization and
social change.
In Indonesia, ecofeminism emerged as a grassroots response to capitalistic
developmentalism, leading to many socio-ecological problems. The idea of a
pesantren for sovereignty was born from these encounters and struggles for land.
The historicity of pesantren as a community educational institution cum a pillar of
social change is the main reason why the ecofeminism movement in this study uses
the pesantren form. The values acculturation of ecofeminism and pesantren form an
Islamic ecofeminism ethic based on iman kesalingan (mutual faith) as an effort
towards ecological justice—which my thesis offers. The process of eco-theology
distinguishes Islamic ecofeminism (in Indonesia) from previous ecofeminism
thought. In addition, by analyzing the post-colonial agrarian political movements
of the pesantren, this thesis automatically explores the pesantren ethics in breaking
up unequal power relations between humans and among other living entities;
instead of continuing the patriarchal tradition and kiai-centric system that has so
far been attached to the pesantren itself.NIM.: 20200012103 Mardian Sulistyati2023-05-29T07:32:12Z2023-05-29T07:32:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58957This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/589572023-05-29T07:32:12ZPENANGANAN KORBAN KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK (STUDI KASUS P2TP2A KABUPATEN BANYUWANGI)Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) merupakan lembaga pemerintah dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi pelayanan terpadu maupun tantangan yang dilakukan oleh P2TP2A dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Pemilihan informan sebagai subyek penelitian dilakukan secara purposif, diantaranya sekretaris tetap P2TP2A, pendamping, pekerja sosial, korban kekerasan, peserta pembentukan forum anak dan pengelola bengkel sakinah. Sedangkan teknik analisis data kualitatif dengan metode deskriptif-analitis.
Penelitian ini menemukan bahwa P2TP2A dalam pelaksanaan pencegahan kekerasan dengan melakukan sosialisasi ditingkat sekolah maupun tingkat kecamatan dengan tema anti kekerasan perempuan dan anak kemudian dalam pelaksanaan penanganan korban kekerasan dengan melakukan penerimaan pengaduan atau pelaporan, melakukan pendampingan hukum, pendampingan kesehatan seperti visum dan psikolog, pendampingan di rumah aman serta pemulangan dan reintegrasi sosial korban kekerasan perempuan dan anak. Anggaran dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan kekerasan perempuan dan anak bersumber dari Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Banyuwangi. Selanjutnya dalam implementasi sistem pelayanan terpadu yakni koordinasi dengan sekolah, kecamatan, polresta, rumah sakit maupun pekerja sosial. Model pelayanan terpadu dalam pelaporan korban kekerasan dengan melakukan kerjasama dengan bengkel sakinah kemudian kerjasama dengan Rumah Sakit, Polresta dan Pekerja Sosial dalam penanganan kekerasan. Sedangkan, tantangan yang dihadapi P2TP2A yakni kurangnya sumber daya manusia khususnya tenaga pendamping maupun tenaga profesional psikolog serta meningkatkan anggaran dan meningkatkan koordinasi internal seperti koordinasi dengan instansi terkait dalam penanganan kekerasan perempuan dan anak.NIM.: 20200012074 Irfan Hamdani Ratomi2023-05-26T09:31:45Z2023-05-26T09:31:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58930This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/589302023-05-26T09:31:45ZGAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DI MTSN 4 BANTUL YOGYAKARTAThis research was conducted at MTSN 4 Bantul Yogyakarta which focused on women's leadership styles in improving the quality of educational facilities and infrastructure with the aim of: 1) Analyzing the leadership styles of women at MTSN 4 Bantul, 2) Analyzing the management of educational facilities and infrastructure at MTSN 4 Bantul, 3 ) Analyze the improvement in the management quality of educational facilities and infrastructure at MTSN 4 Bantul.
This research uses descriptive qualitative method. The data collection technique uses purposive and snowball sampling based on the 3 M principles, namely knowing, understanding and experiencing. Research uses data collection techniques in the form of observation, interviews and documentation.
The results of research related to Women's Leadership Style in Improving the Quality of Educational Facilities and Infrastructure at MTSN 4 Bantul are: 1) The leadership style of the head of MTSN 4 Bantul is a transformative and democratic leadership style. The transformative leadership style of the madrasa head can provide change and development for MTSN 4 Bantul. Change and development can be seen from the facilities and infrastructure and can develop student achievements. The democratic leadership style of the head of the madrasa is discussed with all matters and provides freedom of opinion for the benefit of the madrasa. The democratic leadership style of the head of MTSN 4 Bantul shows that the head of the madrasa has a feminine soul in his leadership. This is because the head of the madrasa does not want his co-workers to feel hurt, so the head of the madrasa discusses it together. 2) Management of educational facilities and infrastructure at MTSN 4 Bantul through the stages of: planning, procurement, inventory, maintenance, deletion. With this management of facilities and infrastructure can be well structured. 3) Improving the quality of educational facilities and infrastructure at MTSN 4 Bantul with a priority scale strategy. Improved management in 2022/2023 can be seen starting from the facilities, namely tables, chairs, projectors, fans/AC, blackboards and cupboards. Meanwhile, infrastructure includes buildings, classrooms, courtyards and parking lots. Based on this increase MTSN 4 Bantul really carries out the vision and mission of the madrasa which aims to improve the competence of teaching and educational staff as well as facilities and infrastructure in accordance with national education standards. This increase in priority scale is inseparable from the leadership style of the MTSN 4 Bantul head who continues to develop madrasah facilities and infrastructure and includes father and mother teachers in MTSN 4 Bantul.NIM.: 21204091014 Agung Setiabudi2023-05-17T02:32:42Z2023-05-17T02:32:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58667This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/586672023-05-17T02:32:42ZHUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA IBU BEKERJA DI ERA NEW NORMAL PANDEMI COVID-19During new normal era of pandemic Covid-19, women especially working mothers are faced with various pressures both at work and within the family. If failure to cope with those various pressures can lead to role conflict and disruption of psychological functions and decreased in the level of psychological well-being for individuals who experienced it. The aim of this study was to determine the relationship between work-family conflict and psychological well-being of working mothers during new normal era pandemic Covid-19. This research used quantitative correlational method. The participants of this research were 150 working mothers in Institution X using purposive sampling technique. Data were collected using psychological well-being scale and work-family conflict scale. The result of data analysis using SPSS 20.0 correlation Pearson Product Moment showed a significance level of p = 0,000 (p < 0,05) and rxy = -335. This indicated that there was a negative relationship between variables or the hypothesis was accepted. This can be concluded that the lower of the work-family conflict, the higher the psychological well-being of working mothers during new normal era pancemic Covid-19, and vice versa.NIM.: 17107010052 Aoudiena Dwi Yuliani2023-05-12T08:13:32Z2023-05-12T08:13:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58562This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/585622023-05-12T08:13:32ZMODEL KOMUNIKASI WARIA DALAM BERAGAMA (STUDI KASUS DI PESANTREN AL-FATAH YOGYAKARTA)The development of the Pesantren Waria (Transgender Islamic Boarding School) in Yogyakarta provokes the pros and cons in the society. One of the rejections that the Pesantren Waria accepted was controversy regarding an islamic organizations on behalf of the Front Jihad Islam (FJI) community. This rejection occurred because the Front Jihad Islam (FJI) community considered that the establishment of the Pesantren Waria was a kind of Islamist harassment. The problems that occurred between the Pesantren Waria and Front Jihad Islam (FJI) were caused by several things, one of which was miscommunication. Therefore, to minimize misunderstandings about the problems at the Pesantren Waria, it is necessary to conduct research on the implementation of communication model. This study aimed to analyze how the transgender communication model at the Al-Fatah Islamic Boarding School in Yogyakarta was related to religion, the influence and the impact of the communication model was utilized in religion. The method used in this study is a qualitative approach with a case study strategy. The data in this study were obtained from in-depth interviews, field observations and documentation. The results showed that the communication model used by the Al-Fatah Yogyakarta Waria Islamic Boarding School in religion was an interactional and persuasive communication model. The formation of two models was influenced by several factors including self-acceptance, family, education and social environment. The influence or impact of the communication model used in religion at the the Pesantren Waria such as, first, transgender spiritual changed which increased enthusiasm for learning and worship, increased religious knowledge, increased Al-Qur'an reading, felt closer to God. Second, the influence of behavior change. Third, the influence of changes in opinion. Fourth, the effect of changing attitudes included increasing self-confidence, managing emotions, fostering tolerance, and cultivating an attitude of responsibility. Fifth, the effect of social change which included improving transgender relations, creating harmony with society, growing transgender awareness in helping others, and improving the transgender economy.NIM.: 21202011017 Lina Amiliya2023-05-10T06:39:46Z2023-05-10T06:39:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58463This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/584632023-05-10T06:39:46ZHow Woman Presents Herself Online Exploring The Practice of Personal Identity Through Brand of Member of Female Daily ForumsThis paper consider the role of brand as a media to present a woman in a virtual
community in Indonesia called Female Daily Forums. In the absence of face to face
communication, the member need something to identify to as they communicate to
one another. Spesifically, the research looks at how certain brand is related to the
daily production of member’s identity. In order to seek answer for the research
question, this study employed netnographic-like observation of the participant when
they communicate in the forum. I analyze this problem by using the theory of Irving
Goffman onimpression management. Later on, this theory developed by Andrew
Wood and Matthew Smith into virtual context that discuss how this identity applied
on the internet. Wood and Smith said that identity is “a complex personal social
construct, consisting in part of who we think ourselves to be, how we wish others to
perceive us, and how they actually perceive us.” The finding of the research shows
that the member Female Daily Forums use brand as positive self presentation.
Through her possession of information about certain brand, she become the opinion
leader and she is known as the master of the brand. In this social media context, in
which participants in this research produce branded content, therefore, shape their
identity as well. They become the source of information about certain brand for
example @Bluepanda for the brand Sulwashoo and The History of Whoo, and
@Lizvan for the brand SK II, while they are not the official representative of the
company which own the brand.- Fatma Dian Pratiwi2023-05-04T08:32:23Z2024-03-07T22:48:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58307This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/583072023-05-04T08:32:23ZKONSEP KESETARAAN DALAM PENAFSIRAN
AYAT-AYAT AL-QUR’AN RELASI GENDER (QS. 4: 3 DAN QS. 4: 34):
STUDI KOMPARASI IBN ‘ASYUR DAN MUSDAH MULIATesis dengan judul “Konsep Kesetaraan dalam Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Relasi Gender (QS. 4: 3 dan QS. 4: 34): Studi Komparasi Ibn ‘Asyur dan Musdah Mulia” merupakan karya tulis yang mengeksplorasi interpretasi dan pemikiran dari Ibn ‘Asyur dan Musdah Mulia terhadap ayat yang berhubungan dengan gender, khususnya tentang poligami dan kepemimpinan serta komparasi terhadap keduanya. Poligami dan kepemimpinan merupakan topik yang erat kaitannya dengan gender. Di mana bagi kaum laki-laki cenderung memberikan keuntungan. Sebaliknya bagi kaum perempuan lebih memberikan kerugian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan komparatif sebagai media untuk menganalisis objek yang terdapat dalam pembahasan. Kemudian untuk memetakan permasalahan dalam penelitian secara saintifik, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yang berbasis pada kepustakaan (library research) dan jenis penelitian ini yaitu kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mengkolektif data yaitu teknik dokumentasi.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa baik Ibn ‘Asyur maupun Musdah Mulia, keduanya memiliki konsep kesetaraan gender yang sama-sama menjunjung kaum perempuan, walaupun dengan detail pemikiran masing-masing. Dalam ayat poligami, kesetaraan gendernya dituangkan dalam pemberian kriteria yang ketat terhadap kaum laki-laki apabila mereka ingin melakukan poligami. Kriteria yang ketat tersebut yaitu harus bisa berlaku dan bersikap adil, walaupun menurut Ibn ‘Asyur poligami bukan merupakan perbuatan yang dilarang. Adapun konsep kesetaraan gender Musdah Mulia dituangkan melalui kritik tajamnya terhadap poligami. Menurutnya, poligami merupakan tindakan yang bisa menyakiti hati perempuan sebagai istri, sehingga seorang istri berhak menolak poligami dengan dasar menjaga keutuhan rumah tangga. Kemudian dalam ayat kepemimpinan, Ibn ‘Asyur mengatakan bahwasanya baik laki-laki maupun perempuan diperbolehkan menjadi seorang pemimpin berdasarkan adat-istiadat dengan syarat tidak bertentangan dengan syariat hukum. Sedangkan dalam pandangan Musdah Mulia, laki-laki dan perempuan setara dalam aspek kepemimpinan. Adapun kepemimpinan yang dimaksud bisa dalam konteks rumah tangga dan politik. Dalam konteks rumah tangga, saling menjaga, mengayomi dan mengingatkan merupakan tugas bersama sepasang suami-istri sebagai bentuk “equality”. Dalam konteks politik, kesempatan laki-laki dan juga perempuan sama besarnya untuk menjadi pemimpin suatu organisasi masyarakat maupun suatu daerah adalah sama.NIM.: 18200010211 Nurus Syarifah2023-05-04T08:18:29Z2023-05-04T08:18:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58305This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/583052023-05-04T08:18:29ZMENIMBANG ASPEK HEGEMONI MASKULINITAS DALAM
PENAFSIRAN AYAT POLIGAMI, Q.S. AN-NISA` [4]: 3
(Studi Analisis Tafsir al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab)Penelitian ini berangkat dari persoalan praktek poligami yang ada di
Indonesia. Berdasarkan pada data yang ada, terdapat beberapa kasus
pernikahan poligami, yang banyak menimbulkan problem sosial, yaitu
tingkat perceraian yang tinggi, kekerasan dalam rumah tangga, serta
menelantarkan anak. Hal ini tentu memantik para sarjana Muslim untuk
kembali melihat hukum poligami. Q.S. an-Nisā` [4]: 3 merupakan ayat
yang menjadi rujukan para sarjana Muslim, yang kemudian menimbulkan
perbedaan pendapat. Terdapat kelompok yang memandang penafsiran
terhadap ayat tersebut mengandung bias gender, yang ditafsirkan
berdasarkan pada kepentingan laki-laki. Yang kemudian dalam tulisan ini,
penulis interpretasikan sebagai adanya bentuk hegemoni maskulinitas,
yaitu legitimasi atas kedudukan dominan laki-laki. Dalam hal ini, M.
Quraish Shihab juga termasuk salah satu mufasir yang menetapkan hukum
tentang kebolehan poligami, yang kemudian dalam pertanyaan penulis,
apakah bisa dikatakan penafsiran Quraish mengandung bias gender, yang
menunjukkan aspek hegemoni maskulinitas? sedangkan Quraish termasuk
salah satu mufasir yang meyakini adanya keadilan serta kesetaraan gender
dalam Islam.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori hegemoni
maskulinitas RW. Connel. Dalam teorinya, Connel menyebutkan bahwa
terdapat kemungkinan untuk mengkonsepkan hegemoni maskulinitas yang
lebih setara dan demokratis, yang tidak mengandung hierarki, artinya lebih
mengarah pada nilai-nilai yang positif. Atas dasar itulah, penelitian ini
berupaya melakukan konseptualiasi hegemoni maskulinitas yang tidak
bias gender, dengan mengacu pada penafsiran M. Quraish Shihab terhadap
ayat poligami, serta melihat kontribusi yang akan lahir dari penafsiran
tersebut. Untuk melakukan konseptualisasi tersebut, penulis menggunakan
metode deskriptif-analisis serta metode kajian tokoh, yang kemudian
dengan metode tersebut dapat mengantarkan penulis untuk menganalisis
pemikiran M. Quraish lebih mendalam.
Adapun hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, Pertama, M.
Quraish Shihab menetapkan hukum kebolehan poligami, dengan syarat
yang tidak ringan serta dalam kondisi darurat. Menurut Quraish, Islam
adalah agama yang universal yang berlaku pada setiap waktu dan tempat,
sehingga menjadi hal yang wajar, jika mempersiapkan hukum yang boleh
jadi terjadi pada suatu waktu. Oleh karena itu, pintu melakukan poligami
tidak bisa dikunci dengan rapat, karena bisa jadi adanya kemungkinan
yang memungkinkan untuk melakukan poligami. Tetapi, dalam kondisi yang darurat, dan hal ini bukanlah suatu anjuran. Kedua, Penafsiran M.
Quraish Shihab terhadap ayat poligami memang cenderung
memperlihatkan aspek hegemoni maskulinitas. Namun, hegemoni
maskulinitas yang terkandung dalam penafsiran Quraish tidaklah
memaksudkan pada bentuk hierarki, yang menyakini adanya kekuasaan
laki-laki terhadap perempuan, yang berkonotasi negatif. Tetapi, penafsiran
tersebut berupaya untuk memperlihatkan secara objektif dengan
mempertimbangkan situasi serta kondisi yang ada. Pada temuan ini juga
mengantarkan pada pemahaman bahwa hegemoni maskulinitas dalam
Islam tidak selamanya berkonotasi pada bentuk hierarki, tetapi lebih
kepada upaya demokratis, yang berdasarkan pada konteksnya. Ketiga,
Penafsiran Quraish memiliki kontribusi terhadap wacana poligami dengan
menengahi antara yang pro secara mutlak terhadap poligami dan yang
kontra terhadap poligami. Quraish dalam penafsirannya juga
mengungkapkan ketidaksepakatan terhadap yang pro secara mutlak,
menganggap poligami sebagai anjuran, dan Quraish juga tidak sependapat
dengan yang kontra, yang berupaya untuk mengunci pinta poligami
dengan rapat. Selain itu, poligami dalam penafsiran Quraish, juga
memiliki keselarasan dengan Undang-Undang No. 16 tahun 2019 di
Indonesia, yang menetapkan kebolehan poligami dengan syarat yang tidak
ringan.NIM.: 20200011063 Miftahul Jannah2023-04-27T07:47:30Z2023-04-27T07:47:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58168This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/581682023-04-27T07:47:30ZANALISIS KESETARAAN GENDER DALAM BUKU MATA PELAJARAN FIKIH KELAS XI MADRASAH ALIYAH KARYA DJEDJEN ZAINUDDIN DAN MUNZIER SUPARTALatar belakang masalah penelitian ini bermula dari pengertian gender dan
seks. Pemahaman mengenai kedua hal tersebut jika dipahami dengan benar, maka
tidak akan ada ketimpangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Ada
beberapa sikap bias gender dalam masyarakat, yaitu: Stereotip, Subordinasi,
Marginalisasi, dan Double Burden, Violence. Masing-masing sikap tersebut
memberikan peluang yang besar untuk terjadinya bias gender.Islam adalah agama
yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. Jika mengingat sejarah terdahulu
mengenai rakyat jahiliyah yang selalu mengesampingkan peran perempuan.
Perempuan pada zaman jahiliyah dahulu tidak mempunyai peran penting dan
dianggap adanya perempuan hanya akan memberikan malapetaka. Sedangkan
laki-laki lebih di utamakan dalam berbagai hal. Karena laki-laki memberikan
peran penting dalam peperangan, perekonomian, dan bidang publik pada
umumnya.
Tujuan pendidikan agama Islam adalah mewujudkan manusia dewasa yang
sempurna sehat jasmani, rohani dan sejahtera bahagia yang rabbany. Tujuan ini
akan tercapai jika pendidikan itu memberikan kebebasan pada peserta didik dari
ikatan-ikatan yang membelenggu. Berangkat dari hat tersebut diatas, penelitian ini
hendak mengkaji kesetaraan dalam buku mata pelajaran terutama terhadap materi
yang masih bias gender. Adapun rumusan masalahnya adalah: pertama, Apa saja
materi fikih kelas XI karya Djdedjen Zainuddin dan Munzier Suparta yang terkait
relasi gender?. Kedua, Apakah materi-materi yang terkait relasi gender tersebut
mengandung nilai bias gender?
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dengan menggunakan
metode analisis isi dengan pendekatan kesetaraan gender. Data yang diperoleh
akan dianalisis dengan menggunakan analisis kesetaraan gender.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa materi yang terkandung dalam
buku fikih kelas XI karya Djedjen Zainuddin dan Munzier Suparta, mengandung
dua kategori materi, yaitu kesetaraan gender dan bias gender. Adapun materi
berkesetaraan gender adalah: pembunuhan, pencurian, zina, dan minum-minuman
keras. Sedangkan untuk materi yang bias gender yaitu: ketentuan hakim
perempuan, pembagian warisan, kewajiban suami dan istri, wali dan saksi dalam
pernikahan, talak, dan rujuk. Materi-materi tersebutlah yang dianggap peneliti
layak untuk diteliti dan dicari kebenarannya.NIM.: 07410006 Frangky Sutrisno2023-04-18T02:51:52Z2023-04-18T02:51:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58076This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/580762023-04-18T02:51:52ZREGULASI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA WANITA INDONESIA DI LUAR NEGERI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAMPekerjaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga semua orang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan merupakan sumber penghasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri dan keluarga. Pekerjaan juga merupakan sarana untuk mengaktualisasikan diri sehingga seseorang merasa hidupnya lebih berharga baik bagi dirinya sendiri, kelurga, maupun lingkungannya. Kondisi perekonomian yang kurang baik di negara sendiri dan penghasilan yang cukup besar di negara lain telah menjadi pemicu terjadinya mobilitas tenaga kerja secara masif. Hal tersebut menjadikan tenaga kerja indonesia khususnya tenaga kerja wanita banyak yang berkeinginan untuk bekerja di luar negeri. Dari latar belakang tersebut muncul sebuah pertanyaan bagaimana pandangan hukum Islam terhadap tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (literatur) yang bersifat preskriptif-analitik dengan mencari data dari beberapa dokumen tertulis, seperti buku-buku referensi, artikel, koran, jurnal, majalah, dokumen tertulis lainnya. Dalam praktiknya untuk mencari kebenaran dari sebuah laporan ilmiah, maka yang penulis lakukan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode dokumen yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis. Masalah yang ada dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan pendekatan normatif pada hukum Islam yang didasarkan konsep maqāṣid asy-Syarī’ah. Penelitian ini bertujuan menilai tentang regulasi perlindungan serta permasalahan tenaga kerja wanita Indonesia menurut pandangan yang ada dalam hukum Islam dengan menggunakan konsep maqāṣid asy-Syarī’ah.
Hasil penelitian ini bahwa dalam hukum Islam membolehkan wanita bekerja di luar negeri, akan tetapi karena di dalamnya terdapat unsur yang kemungkinan akan merusak jiwa serta kehormatan seseorang yang mana hal tersebut tidak sesuai dalam nilai-nilai maqāṣid asy-Syarī’ah maka tidak di bolehkan. Dalam prinsip maqāṣid asy-Syarī’ah setiap manusia harus menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan hartanya. Selain itu perjanjian kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (antara perusahaan dan pekerjanya) harus ada perlindungan terhadap tenaga kerja wanita di luar negeri. Hal ini membutuhkan tegasnya peraturan dan pengawasan dari pemerintah.NIM.: 07380040 Wahyu Nur Sewanto2023-04-11T06:59:07Z2023-04-11T06:59:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57896This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/578962023-04-11T06:59:07ZHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HADIS MISOGINIS DENGAN SIKAP TERHADAP KESETARAAN GENDER PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTAmain purpose of this research is to know the correlation between perceptions
toward misogyny hadiths as independent variable with attitudes toward gender
equality as dependent variable. And the second purpose of this research is to
know female students perceptions toward misogyny hadiths with their attitudes
toward gender equality. The hypothesis of this research there is the positive
correlation between the perceptions toward misogyny hadiths to attitudes toward
gender equality.
This research use quantitative method. The sample of this research is female
students at al-Munawwir Islamic Boarding School of Q Dormitory, Krapyak
Yogyakarta that totaled 43 subjects. The data was collected by using scale of
psychology. Data was analyzed using computer facility of SPSS program 13.00
series for windows.
The result of this research was indicate there was a very significant
correlation between perceptions toward misogyny hadiths with attitudes toward
gender equality, that shown by coefficient of correlation (rxy) = 0.410 and p =
0.003 (p<0.01). Effective contribution of perceptions toward misogyny hadiths to
attitudes toward gender equality is 16.8 % that shown with determinant
coefficient (r2) = 0.168.NIM.: 06710043 Endah Raodhatul Jannah2023-04-10T19:11:07Z2023-04-10T19:13:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57874This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/578742023-04-10T19:11:07ZGENDER TYPICAL ASSESSMENT AS REFLECTEDWith regard
to gender-specific assessment, the study demonstrates that the word formation and the
original meaning of the elements used in the terms also suggests that women are
positioned as objects / things many of which have been compared to animals/ inanimate
objects. It of course also creates an impression of feminine gender associative value in
this culture as an object to be owned. In addition, the gender typical assessment for both
positive and negative value has a different realm or domain and expectations, which
implies a different effort from both genders. In this case, the masculine gender is rarely
assessed physically, while the feminine gender is quite often assessed physically.
Masculine gender is also expected to be strong, protective, responsible and 'winning.'
On the other hand, the feminine gender is expected to be gentle, polite and respectful
(not showing superiority), and what is quite important is to look beautiful and attractive.- Jiah Fauziah- Sri Isnani Setyaningsih- Ulyati Retno Sari2023-04-06T17:54:03Z2023-04-06T17:54:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57803This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/578032023-04-06T17:54:03ZGENDER, FEMINISME ISLAM, DAN ADVOKASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL (RUU PKS)Literatur tentang Islam dan gender dalam konteks demokrasi Indonesia menjelaskan bagaimana Islam dijadikan sebagai basis perjuangan aktivisme Islam untuk kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Dalam konteks kesarjanaan tersebut, artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan mutakhir peran feminisme Islam dalam advokasi kesetaraan gender dan hak-hak perempuan dalam konteks RUU PKS sebagai salah satu capaian paling signifikan gerakan perempuan. Artikel ini memandang signifikan untuk menjelaskan pola aktivisme yang menunjang keberhasilan disahkannya RUU tersebut, terutama dalam melakukan kontra-wacana terhadap kelompok Islam konservatif sebagai pihak utama yang menolak RUU ini. Pola aktivisme Islam ini perlu dijelaskan dalam konteks studi gerakan sosial pasca dua dekade reformasi sebagai basis orientasi gerakan perjuangan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender ke depan, terlebih jika kita melihat bahwa perjuangan terhadap hal ini tidak selalu berhasil. Dengan menggunakan teori gerakan sosial (social movement theory) (Wiktorowicz 2002), artikel ini berusaha untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: bagaimana Muslim/organisasi feminis Islam melakukan advokasi terhadap RUU PKS? Bagaimana cara mereka dalam melakukan mobilisasi dan mengorganisasi sumber daya yang mereka punya untuk tujuan advokasi tersebut? Bagaimana mereka memberikan justifikasi keislaman terhadap isu-isu feminisme dan perempuan dalam RUU PKS yang dipandang bertentangan dengan Islam oleh kelompok konservatif? Artikel ini berargumen bahwa gerakan feminisme Islam memiliki posisi strategis dan otoritatif dalam advokasi terhadap penghapusan kekerasan seksual, yang bisa digunakan untuk reorientasi gerakan feminis Islam ke depan.- Marhumah- Afifur Rochman Sya’rani- Anna Soetomo2023-03-31T14:33:53Z2023-03-31T14:44:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57660This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/576602023-03-31T14:33:53ZPola Asuh Anak Menurut Islam yang Berwawasan GenderArtikel ini dilengkapi dengan sertifikat HAKI dengan no 000413790
Islam adalah agama yang punya konsep cukup jelas dan perhatian yang tinggi tentang kesetaraan pendidikan antara anak laki-laki dan anak perempuan yang bila diamati belum dikembangkan dan diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan masyarakat muslim. Pembedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan dalam pengasuhan dan pendidikan mendorong kepedulian penulis yang menginginkan terciptanya generasi berwawasan gender sejak masa kanak-kanak. Masa ini menjadi penting karena di masa inilah kepribadian individu mulai terbentuk. Adanya raealitas dual role yang dibebankan kepada sebagian kaum perempuan bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Hal ini dapat diatasi atau diminimalisir dengan memberikan pendidikan yang setara dan proposional terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Tulisan ini ingin menjelaskan upaya-upaya yang harus ditempuh dalam mengasuh dan mendidik anak yang berwawasan gender dengan harapan kelak jika telah dewasa mereka menjadi seorang muslim yang mempuyai wawasan gender cukup matang.- Dwi Ratnasari2023-03-30T20:04:56Z2023-03-30T20:05:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57613This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/576132023-03-30T20:04:56ZKEPEMIMPINAN BERBASIS GENDER EQUALITY DALAM PENGEMBANGAN MANAJEMEN MUTU DI PERGURUAN TINGGIBuku ini merupakan buku referensi yang didasarkan pada hasil
penelitian. Penelitian dilakukan di 2 PTNU, yaitu UNU Surakarta dan
UNISNU Jepara selama kurang lebih 8 bulan, dari bulan Mei-Desember
2020. Riset ini bertujuan untuk 1) Menemukan pola kepemimpinan
yang berbasis gender equality dalam pengembangan manajemen
mutu PTNU, 2) Menemukan model pengembangan kepemimpinan
perempuan dalam pengembangan manajemen mutu PTNU, dan 3)
Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada kepemimpinan
berbasis gender equality dalam pengembangan manajemen mutu
PTNU. Buku ini tersaji dengan deskripsi menarik dan jelas yang mengangkat
tentang isu kualitas dan equalitas. Hal ini berangkat dari
sebuah pertanyaan yang menggelitik, “bagaimana kualitas bisa
dikembangkan
dengan adanya dukungan lingkungan yang pro
kepada equalitas?” Meskipun diangkat dari hasil penelitian disertasi,
bahasa yang digunakan dalam memaparkan setiap bab pada buku
ini dikemas dengan bahasa yang sederhana, efektif, dan mudah
dipahami. Sehingga pembaca tidak merasa terbebani dengan tulisan
karya ilmiah yang sering terkesan sebagai bacaan yang mengandung banyak istilah yang memusingkan. Semua kata-katanya mengalir
tanpa mengurangi esensi keilmiahan sebuah laporan penelitian yang
tetap memperhatikan kutipan dari teori dan penelitian-penelitian
terdahulu.- Rohmatun Lukluk Isnaini2023-03-30T05:13:43Z2023-03-30T05:13:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57568This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/575682023-03-30T05:13:43ZAlternatives to Shariatism: Progressive Muslim Intellectuals, Feminists, Queers and
Sufis in Contemporary Aceh-- Moch Nur Ichwan2023-03-29T02:49:09Z2023-03-29T02:49:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57476This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574762023-03-29T02:49:09ZEPILOG- MEWUJUDKAN PEMENUHAN HAM, KEBEBASAN BERAGAMA DAN KESETARAAN GENDER DI INDONESIA-- Nina Mariani Noor2023-03-28T23:10:06Z2023-03-29T08:01:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57459This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/574592023-03-28T23:10:06ZKONSEP MIKHUL DI LAMPUNG: MENGUAK KETIMPANGAN
GENDER PADA PRAKTIK ADAT LAMPUNGTujuan penelitian ini adalah untuk menguak praktik adat Lampung yang
kemudian menyebabkan ketimpangan gender secara turun menurun dengan
memfokuskan pada konsep mihkul. Dengan menggunakan penelitian kualitatif
data dikumpulkan melalui wawancara dengan tokoh adat, tokoh agama dan
masyarakat dan observasi igunakan untuk memperkuat data yang tidak diungkap
pada saat wawancara dilakukan. Selain itu data diperoleh dari jurnal, jurnal dan
buku. Data tersebut dianalisais dengan menggunakan deskriptif dengan temuan
sebagai berikut: Konsep mikhul adalah konsep yang disosialsisaikan kepada anak
perempuan untuk menunjukkan bahwa anak permepuan adalah anak perannya
jauh lebih rendah daripada anak laki-laki. Anak laki-laki dinobatkan sebagai
pengganti orang tua dan memiliki tanggungjawab pada anggota kelaurga lainnya
telah menimbulkan pada peran domestik tidak menjadi arena pekerjaan mereka.
Pantangan adalah alasan yang paling rasional diungkap karena pekerjaan
domestik adalah pekerjaan yang tidak memerlukan tantang, sedangkan laki-laki
disosiliasaikan dengan pekerjaan yang jauh lebih menenantang dan membutuhkan
kuat. Laki-laki layak di sektor terebut. Akibatnya perempuan memiliki tugas
untuk mengurusi rumah tangga dan mengurusi semua harta waris namun tidak
mendapatkan akses untuk menerima harta waris. Ketimpangan tersebut telah
disosialsiasikan dalam praktik adat dan tidak ada kritiksan terhadap praktik
tersebut. Karena itu, ketimpangan gender terjadi pada masyarakat adat Lampung.- NAPSIAH2023-03-16T03:23:08Z2023-03-16T03:23:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57207This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/572072023-03-16T03:23:08ZRESILIENSI DAKWAH WEBSITE MUBADALAH.ID MENGENAI KESETARAAN GENDER DI ERA NEW MEDIADakwah merupakan sebuah langkah strategis untuk mengubah keadaan suatu masyarakat menjadi lebih baik. Saat ini dakwah tidak hanya dijalankan secara konservatif dan klasik seperti hanya melalui ceramah-ceramah dalam suatu majelis, namun lebih dari itu dakwah bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Mubdalah.id menggunakan website sebagai sarana untuk berdakwah mengenai kesetaraan gender. Mengingat isu-isu mengenai perempuan tak pernah redam dari pandangan di berbagai media. Berbagai perspektif digunakan untuk mengkaji kesetaraan gender, salah satunya adalah perspektif agama -khususnya agama Islam.Peneliatian ini merupakan jenis literature atau penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode dokumentasi, serta teknik analisis data menggunakan deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, Dakwah yang disebarkan melalui website mubadalah.id merupakan suatu pembaharuan yang mengikuti perkembangan zaman. Tujuannya supaya dakwah yang disampaikan dapat lebih mudah mengenai sasaran dan tidak out of date. Hal ini sesuai dengan konsep dari resiliesi dakwah yaitu suatu kemampuan untuk terus beradaptasi menyampaikan nilai-nilai keislaman dengan mengikuti perkembangan zaman yang berada di tengah-tengah masyarakat. Kedua, Tim website mubadalah.id memberi kesempatan kepada siapapun, baik laki-laki ataupun perempuan untuk dapat menyalurkan gagasanya. Hal ini selaras dengan teori feminis liberal yang menyatakan bahwa ingin menciptakan masyarakat yang adil dan peduli terhadap kebebasan, sehingga baik perempuan ataupun laki-laki dapat mengembangkan diri secara bersama-sama. Ketiga, topik-topik yang disampaikan sesuai dengan yang menjadi keprihatinan atau yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini ini merupakan salah satu cara untuk mempertahankan eksistensi yang di miliki oleh website mubadalah.id agar tetap menjadi sorotan diantara websitse lain yang juga mengusung tema kesetaraan gender.NIM.: 20202012013 Atika Fadilatul Rodiyah Saputri2023-03-08T01:19:29Z2023-03-08T01:54:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56985This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/569852023-03-08T01:19:29ZSTRATEGI PENDAMPINGAN PENGUSAHA KECIL PEREMPUAN OLEH LSM PALUMA YOGYAKARTA (STUDI DI DESA BAWURAN KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL)Usaha kecil merupakan bagian-bagian terbesar sekaligus pilar penompang
utama dari perekonomian, maka dari itu harus diberikan peluang dan peran yang
lebih besar agar menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Akan tetapi
permasalahan yang mendasar adalah kurangnya manageman dan profesional
serta terbatasnya terhadap akses permodalan, faktor inilah yang sering
menghambat dalam dunia usaha.
Sadar akan masalah ini LSM Paluma berusaha menanggulangi
permasalahan tersebut dengan menerapkan program pemberdayaan melalui
pendampingan kepada para pengusaha kecil perempuan di desa Bawuran
Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Berangkat dari permasalahan diatas,
penulis mengajukan pertanyaan sebagai rumusan masalah pada penelitian ini,
yaitu: Bagaimana strategi pendampingan pengusaha kecil perempuan yang
dilakukan oleh LSM Paluma di Desa Bawuran Kecamatan Pleret Kabupaten
Bantul? Dan bagaimana hasil program pendampingan LSM Paluma pada
perkembangan perekonomian pengusaha kecil perempuan di Desa Bawuran?
Metode yang digunakan adalah deskripif kualitatif, adapun tujuan
penelitian pertama, Untuk mengetahui strategi pendampingan pengusaha kecil
perempuan yang dilakukan oleh LSM Paluma di Desa Bawuran kecamatan Pletet
Kabupaten Bantul. kedua ingin mengetahui hasil yang dicapai dalam
pendampingan pengusaha kecil perempuan yang dilakukan oleh LSM Paluma
Yogyakarta di Desa Bawuran Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Hasil dari
penelitian ini adalah pertama, LSM Paluma menggunkan strategi sosio
ekonomis dan yang kedua strategi transformatif. Dari hasil strategi keduanya
adalah meningkatnya taraf kehidupan anggota dari segi ekonomi dan sosialNIM.: 07230012 Khoirul Indayanti2023-03-06T06:59:54Z2023-03-06T06:59:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56934This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/569342023-03-06T06:59:54ZKONSTRUKSI HERMENEUTIS DALAM KITAB AL-LU’LU’ WA AL-MARJAN FI TAFSIR AL-QUR’AN (STUDI ATAS PENAFSIRAN KARIMAN HAMZAH TENTANG AYAT-AYAT GENDER)Penelitian ini bertujuan untuk membahas konstruksi hermeneutis penafsiran Kariman Hamzah tentang ayat-ayat gender. Sampel dalam studi ini berfokus pada empat ayat, yaitu Qs. An-Nisa’ [4] : 1 tentang penciptaan, Qs. An-Nisa’ [4] : 3 tentang poligami, Qs. An-Nisa’ [4] : 11 tentang waris, Qs. An-Nisa’ [4] : 34 tentang kepemimpinan. Dari penafsiran Hamzah pada keempat ayat tersebut ditemukan adanya inkonsistensi dalam kitab al-Lu’lu’ wa al-Mārjan fi Tafsir al-Qur’an, yang disinyalir berkaitan erat dengan isu otoritas penafsiran yang dibatasi oleh proses legalisasi Institusi al-Azhar sebelum penerbitannya. Proses legalisasi tersebut meliputi pentashihan dan pemilihan rujukan dalam penafsiran. Disamping itu, posisi sosial Kariman Hamzah sebagai seorang jurnalis pertama yang menggunakan jilbab ketika tampil di layar kaca, berada diantara kontestasi antara kaum nasionalis dan Islamis Ikhwanul Muslimin di Mesir, juga turut berkontribusi menentukan kecenderungan dalam penafsirannya. Konteks sosial historis Mesir yang menjadi bagian dari unsur pembentuk ‘subyektifitas pemahaman’, ‘pra-pemahaman’, ‘sejarah pengaruh’, dan ‘asimilasi horizon’ kemudian membentuk inkonsistensi dalam penafsiran Kariman Hamzah. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada tiga isu, yaitu: 1) Bagaimana ‘subyektifitas pemahaman’ dan ‘sejarah pengaruh’ Kariman Hamzah dalam tafsir al-Lu’lu’ wa al-Marjān fi Tafsir al-Qur’an? 2) Bagaimana ‘pra-pemahaman’ dan ‘fusion of horizons’ penafsiran Kariman Hamzah dalam tafsir al-Lu’lu’ wa al-Marjān fi Tafsir al-Qur’an? 3) Bagaimana ‘meaningful sense’ dalam penafsiran Kariman Hamzah dalam tafsir al-Lu’lu’ wa al-Marjān fi Tafsir al-Qur’an tentang ayat-ayat gender? Studi ini merupakan penelitian kualitatif berbasis studi pustaka. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah penafsiran empat ayat tentang gender dalam kitab al-Lu’lu’ wa al-Mārjan fi Tafsir al-Qur’an yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teori hermeneutika filosofis Hans-Georg Gadamer. Dalam hermeneutika filosofisnya, Gadamer mengemukakan beberapa tahapan, yaitu: 1) ‘sejarah pengaruh’ meliputi beberapa hal, yaitu: a. situasi kongkret pribadi mufassir, b.situasi budaya di lingkungan hidup mufassir, c.situasi peradaban global di zaman mufassir, d.Pandangan mufassir sendiri terhadap tiga situasi di atas. 2) ‘subyektifitas pemahaman’ terdiri dari beberapa unsur, yaitu; a.bildung: sejarah intelektual / terbentuknya jalan pikiran mufassir b.sensus communis: common sense (kebenaran yang tidak dipertanyakan lagi) apa saja yang jadi dasar pemikirannya. c.pertimbangan (konsep / gagasan / tokoh / organisasi apa saja yang mempengaruhinya dan menjadi pertimbangan berpikirnya) d.selera (kecenderungan mufassir, gaya berpikir dan berwacana) 3) pra-pemahaman terdiri dari beberapa unsur, yaitu; a.vorhabe (apa yang ada di pikiran mufassir, wawasan apa, cara berpikir bagaimana, ide-ide yang dipikirkannya) b.vohsicht (apa yang dilihat mufassir, problem kongkret yang dihadapi di lapangan) c.vorgriff (apa yang diinginkan, tujuan atau ideal apa yang ingin diwujudkan mufassir) 4) asimilasi horizon, dan 5) penerapan. Dalam studi ini, kerangka teoritik yang dibangun Gadamer tersebut penulis gunakan dalam dua konteks, yaitu ketika Kariman Hamzah diposisikan sebagai pembaca dengan horizon mufassir dan ayat al-Qur’an dengan horizonnya sebagai teks. Pada tahapan selanjutnya, penulis menempatkan peneliti sebagai pembaca dengan membawa horizon berupa standar feminisme dalam penafsiran dan viii
kitab al-Lu’lu’ wa al-Mārjan fi Tafsir al-Qur’an dengan sejarah penulisannya sebagai horizon teks. Melalui analisis tersebut, ditemukan ‘subyektifitas pemahaman’ dan ‘sejarah pengaruh’ Kariman Hamzah sebagai mufassir perempuan yang hidup di lingkungan konservatif. Namun, lingkungan yang terkesan tradisional tersebut mulai sadar akan pentingnya keterlibatan perempuan dalam menafsirkan al-Qur’an. Kariman Hamzah menjadi contoh nyata fenomena tersebut. Selanjutnya melalui penelusuran ‘pra-pemahaman’ dan ‘asimilasi horizon’ ditemukan bahwa proses pentashihan terhadap kitab al-Lu’lu’ wa al-Mārjan fi Tafsir al-Qur’an memberikan pengaruh besar pada terciptanya inkonsistensi dalam penafsiran Kariman Hamzah. dua pola inkonsistensi tersebut, yaitu; inkonsistensi yang terjadi dalam interaksi Hamzah sebagai mufassir dengan horizon teks, dan inkonsistensi penggunaan referensi “luar” dengan fungsi yang berbeda-beda di masing-masing ayat. Pada akhirnya, inkonsistensi ini berdampak pada munculnya dua kecenderungan dalam penafsiran Kariman Hamzah tentang ayat-ayat gender, yaitu bias gender di satu sisi dan adil gender di sisilainnya. Oleh karena itu, penelitian ini berpendapat bahwa konstruksi hermeneutis dalam penafsiran Kariman Hamzah menunjukkan keterhubungan antara pola-pola inkonsistensi dalam empat ayat yang diteliti dengan latar belakang sejarah penulisan tafsir serta keterpengaruhan sejarah mufassir, dan juga dengan dampaknya terhadap dualisme kecenderungan Kariman Hamzah pada tema-tema gender dalam empat ayat tersebut.NIM.: 20205032010 Sherly Dwi Agustin2023-03-06T04:45:42Z2023-03-06T04:45:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56929This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/569292023-03-06T04:45:42ZPEMENUHAN HAK PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2022 TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL PERSPEKTIF MAQASID ASY-SYARIʻAHOne of the violations of constitutional rights is the right to be free from threats, discrimination and violence. One form of violation is sexual violence, especially against women. The impact on victims is not only physical but also psychological, psychological trauma. The state in solving the problems of violence has made various efforts to prevent or overcome them. In general, several types of sexual violence as a criminal law have been regulated in the Criminal Code and the Criminal Procedure Code, which are then also scattered in several sectoral regulations, but the existing laws and regulations have not fully responded to the facts of sexual violence. occur. With the existence of the Sexual Violence Crime Act to provide justice for victims of sexual violence. In this study, the authors formulated two problem formulations. First, does the Law on Sexual Violence provide fulfillment of the rights of women as victims of sexual violence, second, are the rights of women as victims of sexual violence regulated in the Law on Crime of Sexual Violence in line with Maqasid Asy-Syariʻah.
Research using library research methods (library research). And the nature of the research in this thesis is descriptive analysis research. This thesis is a normative legal research (juridical normative) which examines literature with a secondary data base, using various approaches including: 1) case approach; 2) the statutory approach (statue approach); 3) conceptual approach (conceptual approach) by describing concepts and theories.
The results of the study based on the analysis concluded that. First, the Law on Sexual Violence has provided fulfillment of the rights of women as victims of sexual violence, namely, the right to treatment, the right to recovery, the right to protection. Second, in the view of Maqaṣid Asy-Syariʻah the rights granted in the Law are in line with the objectives contained in Islamic shari'ah, namely in accordance with the principles of Maqasid Asy-Syariʻah including maintaining Religion (Hifẓ ad-Din), offspring (Hifẓ an-Nasb), nourishes the soul (Hifẓ an-Nafs), guarding the mind (Hifẓ al-Aql), protecting property (Hifẓ al-Mal)NIM.: 18103070085 Subhan Zain El Bahri2023-03-03T07:58:33Z2023-03-03T07:58:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56889This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568892023-03-03T07:58:33ZRESISTENSI REMAJA PEREMPUAN DENGAN KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI (KTD)Fenomena kehamilan tidak dikehendaki di usia remaja merupakan salah satu masalah yang cukup serius bagi keluarga, masyarakat dan juga Pemerintah di Indonesia terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam konteks masyarakat kita, Remaja yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki pada akhirnya akan mendapatkan sanksi sosial yang akan diterima sepanjang hidupnya. Selain itu bagi remaja perempuan yang mengalami KTD beban sosial maupun beban moral yang diterima menjadi lebih berat dua kali lipat karena pandangan masyarakat yang patriarki dalam memandang relasi laki-laki dan perempuan. Dalam kasus ini remaja perempuan KTD dianggap sebagai pihak yang paling bersalah dalam tejadinya kehamilan tidak dikehendaki.
Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam seputar opresi dan resistensi rema perempuan dengan kehamilan tidak dikehendaki. Penelitian merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan melibatkan 4 remaja perempuan yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki beserta beberapa pihak yang terkait. Selanjutnya teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah teori resistensi James S. Scott.
Hasil penelitian menunjukan bahwa opresi yang diterima oleh remaja perempuan dengan kehamilan tidak dikehendaki diantaranya adalah mendapatkan stigma negatif, dimarginalkan oleh keluarga, dipaksa untuk melakukan aborsi oleh pasangan KTD, mendapatkan kekerasan, beban ganda dan juga menjadi sasaran pelecehan seksual. Meski demikian, remaja perempuan yang mengalami KTD secara aktif mencoba untuk keluar dari kungkungan opresi yang sejauh ini telah melilitnya dengan melakukan tindakan-tindakan perlawanan seperti berpura-pura minum pil penggugur kandungan, melaporkan pasangan KTD kepada pihak berwajib, menolak menikahi pasangan KTD, mengikuti berbagai kegiatan sosial keagamaan dan sebagainya. Tindakan resistensi ini dilakukan untuk memperbaiki citra diri juga demi masa depan anak yang lebih baik.NIM.: 19200010046 Raine Syifa Aulia2023-03-03T07:17:26Z2023-03-03T07:17:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56883This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568832023-03-03T07:17:26ZREPRESENTASI MASKULINITAS BARU PADA PROGRAM PELIBATAN LAKI-LAKI DALAM PENCEGAHAN KEKERASAN DI KELUARGA OLEH RIFKA ANNISAKekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih sering terjadi, mayoritas dari
pelaku kekerasan adalah laki-laki. Konstruksi dadi wong lanang memiliki peran
dan tanggung jawab sosial, dimana tuntutan ini bisa menjadi beban bagi laki-laki
dan bisa memicu terjadinya KDRT. Sudah banyak upaya yang telah dilakukan
stakeholder untuk pencegahan dan penanganan kekerasan menggunakan
perspektif korban. Oleh sebab itu, diperlukan perspektif laki-laki sebagai pelaku
KDRT dalam upaya pencegahan kekerasan di keluarga. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji representasi sosial nilai-nilai maskulinitas lama dan nilai-nilai
maskulinitas baru yang diberikan Rifka Annisa melalui program pelibatan lakilaki
dalam pencegahan kekerasan di keluarga.
Kajian ini berusaha menjawab pertanyaan pokok: Bagaimana maskulinitas
diproduksi dan direpresentasikan dalam keluarga? Apa saja bentuk-bentuk
maskulinitas tradisional yang dapat memicu terjadinya kekerasan? Bagaimana
nilai-nilai maskulinitas baru direpresentasikan dalam kehidupan keseharian? dan
Apa saja hambatan yang dihadapi para peserta kelas ayah dalam
merepresentasikan nilai-nilai maskulinitas baru?. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan metode penelitian Focus Group Discussion (FGD)
dan wawancara mendalam pada kelompok laki-laki dewasa atau ayah. Responden
dalam penelitian ini adalah para peserta kelas ayah yang berusia 30-50 tahun.
Penelitian ini menggunakan analisis maskulinitas dan representasi sosial Serge
Moscovici.
Studi ini menunjukkan bahwa konstruksi maskulinitas diproduksi dan
direpresentasikan melalui proses internalisasi secara terus menerus di lingkungan
keluarga berupa nasihat dan pola asuh keluarga. Laki-laki sebagai kepala
keluarga, pencari nafkah utama, pengayom dan bertanggung jawab adalah bentuk
representasi sosial atas konstruksi ideal dadi wong lanang. Konstruksi ini memicu
terjadinya KDRT, karena laki-laki tidak bisa memenuhi konstruksi dadi wong
lanang. Kekerasan yang ditemukan dibagi menjadi dua, yakni: Pertama,
kekerasan verbal berupa mengumpat, membentak, dan intimidasi. Kedua,
kekerasan non-verbal berupa pemukulan fisik, membanting barang dan marital
rape. Para peserta kelas ayah mendapatkan pengetahuan dan perspektif baru
tentang dadi wong lanang diproduksi melalui forum FGD kelas ayah. Forum ini
mendorong peserta kelas ayah untuk merefleksikan pengalaman mereka
berkomunikasi dengan pasangan dan keluarga, pengasuhan anak serta dadi wong
lanang di era modern. Representasi maskulinitas baru berupa: pemutusan rantai
kekerasan antar generasi, ayah terlibat dalam pengasuhan anak dan pekerjaan
domestik. Hambatan yang dialami peserta kelas ayah terbagi menjadi dua yakni:
hambatan internal dan hambatan eksternal. Hal ini karena konstruksi maskulinitas
telah mengakar kuat dalam individu laki-laki maupun masyarakat yang
membutuhkan waktu panjang untuk mendekonstruksi konstruk tersebut.NIM.: 18200010244 Khoirunnisa2023-03-03T07:12:04Z2023-03-03T07:12:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56881This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568812023-03-03T07:12:04ZJEBAKAN FLEKSIBILITAS: PENGALAMAN MENTAL PEREMPUAN PEKERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI DALAM MENJALANI WORK FROM HOMEPerempuan mengalami perubahan peran secara signifikan ketika pandemi merebak. Kebijakan work from home (WFH) menjadi penyebab utamanya, yakni membuat sekat privat-publik kabur. Bagi perempuan, hilangnya sekat itu menjadikan tugas kantor dan domestik sulit dipisahkan. Menyatunya privat-publik bukan hanya mengubah lanskap peran, tapi juga kejiwaan perempuan. Dari situ, Penulis berusaha menelusuri pengalaman tubuh perempuan selama menjalani WFH beserta pengalaman psikisnya. Kemudian, langkah spiritual perempuan Penulis libatkan untuk mengetahui strategi pengelolaan jiwa secara personal dengan mengenali pengalaman keagamaan dan ketubuhan. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan melakukan survei terhadap 191 perempuan di Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Kemlu dipilih karena pengalaman penulis bekerja di lingkungan tersebut, menjadikan penulis terlibat langsung sebagai partisipan observer. Penulis mewawancarai 4 perempuan melalui Zoom untuk memperdalam pengalaman spiritualnya, diluar informasi yang diperolehnya melalui perbincangan ringan dengan kolega perempuan, selama bertugas di Kemlu. Dalam proses analisis data, Penulis mengelompokkan pernyataan perempuan dalam survei berdasarkan pengalaman kerja, pengalaman mental, dan pengasuhan. Hasilnya, kondisi mental perempuan selama WFH mengalami penurunan yang diakibatkan oleh 3 faktor, yakni tugas pengasuhan, tuntutan kerja, dan waktu kerja yang tidak teratur. Secara individu, perempuan dapat mengelola mental ketika menghadapi 3 faktor tersebut melalui pendekatan spiritual, dengan menginternalisasi peran gender sebagai jalan spiritual. Namun di sisi lain, laku spiritual perempuan dan peran gender tradisionalnya hanya berfungsi secara praktikal. Selebihnya, laku spiritual itu tidak kompatibel ketika dihadapkan dengan sistem birokrasi kemlu. Dengan demikian, perempuan dengan peran gender tradisional tetap kesulitan menyesuaikan diri dengan sistem kerja fleksibel.NIM.: 18200010194 Rina Komaria2023-03-03T03:48:17Z2023-03-03T03:48:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56864This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568642023-03-03T03:48:17ZPENAFSIRAN QS. AL-NISA [4] : 19-21 TERKAIT HAK-HAK PEREMPUAN DALAM PERKAWINAN (STUDI ANALISIS HERMENEUTIKA MA’NA-CUM-MAGHZA)Penelitian ini berangkat dari menganalisis hasil ijtihad ahli mazhab selama ini, berkaitan dengan harusnya ada atau tidaknya wali dalam perkawinan, yang selama ini memunculkan pandangan yang kontradiktif. Diantaranya adanya pandangan yang membenarkan memaksa perempuan dalam perkawinan, sehingga dirasa pandangan tersebut bertantangan dengan hak asasi manusia yang memiliki kedudukan sama.
Penelitian ini dianalisis dengan pendekatan hermeneutika ma’na-cum-maghza, dengan metode kualitatif. Meninjau QS. An-Nisa/4: 19-21 dari pendekatan linguistik (ma’na al-Tarikhi), kemudian analisis kontekstual baik mikro maupun makro (maghza al-Tarikhi), yang untuk selanjutnya dielaborasi guna menemukan signifikansi historis juga dinamis (maghza al-Mutaharrik al-Mu’asirah). Dan merupakan penelitian kepustakaan sebab menjadikan sumber kepustakaan sebagai rujukan baik kitab tafsir, kitab hadis, buku, artikel, dan sebagainya yang memiliki kesinambungan dengan QS.an-Nisa/4: 19-21,
Dengan demikian, hasil penelitian menunjukan ayat ini berisi mengenai pelarangan kepada kaum beriman, diantanya larangan memperlakukan perempuan dengan kezoliman, diantaranya menjadikan perempuan layaknya harta pusaka yang diwariskan, sebab kedatangan Islam diantara tujuannya ialah guna menghilangkan segala macam bentuk penindasan dan hal-hal yang bertentangan dengan hak asasi kemanusiaan. dalam perkawinan setiap individu hendaklah mendapatkan hak dihormati sebagai manusia, hak diperlakukan dengan adil dan setara, hak bebas dari ketertindasan dan diskriminasi, hak memiliki kebahagiaan dan ketentraman, hak untuk memperoleh ilmu pengetahuan. kemudian penikahan merupakan mitsaq (perjanjian kukuh), dan bernilai sangat agung sebab perkawinan merupakan ikatan yang sifatnya ibadah dalam pandangan agama bukan sekedar untuk menyalurkan hasrat seksual semata. Dan perkawinan adalah mitsaq perjanjian yang kukuh, dan agung sebab perkawinan bernilai ibadah dalam agama, bukan sekedar untuk melepas hasrat seksual semata. Perkawinan harus didasarkan dengan cara yang ma’ruf saling berbuat baik, kata zawaj dalam al-Qur’an selalu digunakan untuk menujukan pasangan yang berbeda seperti laki-laki dan perempuan atau kepada hewan jantan dan betina atau sepasang alas kaki kiri dan kanan, tidak untuk yang sesama jenis.NIM.: 20205032016 Muhammad Ramadhan2023-02-28T07:32:38Z2023-02-28T07:32:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56722This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/567222023-02-28T07:32:38ZGAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN UNTUK MENDAPATKAN KADER PEMIMPIN BERKUALITAS DI MADRASAH MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAHakikatnya, kepemimpinan tidak dilihat melalui gender, namun melalui kemampuan dan capaian setiap orang. Kepemimpinan perempuan yang masih dianggap sepele oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia, akhirnya membuat kebanyakan perempuan di Indonesia satu persatu menunjukkan gaya kepemimpinannya dan kemampuannya dalam memimpin. Menghadapi permasalahan tersebut pada akhirnya Muhammadiyah membangun sekolah khusus perempuan dengan tujuan mencetak kader pemimpin perempuan yang berkualitas serta sebagai institusi pendidikan yang berada langsung di bawah Pimpinan Pusat Muhammadiyah berharap agar seluruh alumni mampu menjadi kader pemimpin berkualitas yang hadir membersamai masyarakat sebagai ulama, pemimpin, pendidik, pembawa misi gerakan Muhammadiyah Putri Islam.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan perempuan untuk mendapatkan kader pemimpin berkualitas di Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu juga, penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan bagaimana strategi Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dalam mendapatkan kader pemimpin yang berkualitas. Penelitian ini menggunakan teori otoritas yang dicetuskan oleh Max Weber.
Hasil dari penelitian ini adalah, gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta untuk mendapatkan kader pemimpin yang berkualitas yaitu gaya kepemimpinan demokratis dengan menggunakan teori otoritas legal-rasional milik Max Weber. Selain itu juga, ditemukan bahwa Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta memiliki tujuh strategi dalam mendapatkan kader pemimpin berkualitas dengan gaya kepemimpinan yang demokratis, Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta berhasil mencetak banyak kader pemimpin putri yang berkualitas dan tersebar ke seluruh penjuru Indonesia.NIM.: 18107020053 Ayu Rakhmah Nur Ansori2023-02-27T07:10:47Z2023-02-27T07:10:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56641This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/566412023-02-27T07:10:47ZPENGARUH INTENSITAS MENGAKSES KONTEN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MUBADALAH.ID TERHADAP PERSEPSI PEMBACANYA TENTANG PENTINGNYA PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM BIDANG SOSIAL EKONOMI (STUDI PADA PEMBACA MUBADALAH.ID DI JAKARTA)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah persepsi pembaca di Jakarta terhadap pentingnya partisipasi perempuan dalam bidang sosial ekonomi dipengaruhi oleh seberapa sering mereka mengakses konten pemberdayaan perempuan Mubadalah.id. Metode kuantitatif survei digunakan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan prosedur pengambilan sampel probability sampling jenis simple random sampling dengan jumlah sampel 100 responden. Kuesioner tertutup dengan skala likert digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Teori efek terbatas merupakan teori utama yang digunakan pada penelitian ini. Analisis data statistik parametris dengan analisis regresi linear sederhana dan analisis korelasi product moment Pearson digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan bantuan SPSS versi 26.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa intensitas mengakses konten pemberdayaan perempuan Mubadalah.id mempengaruhi persepsi tentang partisipasi perempuan dalam bidang sosial ekonomi pada pembacanya di Jakarta sebesar 20,8% dengan kategori hubungan cukup dan arah hubungan positif. Hal ini menunjukkan semakin sering pembaca di Jakarta
mengakses konten pemberdayaan perempuan Mubadalah.id maka mereka semakin sadar akan pentingnya partisipasi perempuan dalam bidang sosial ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa persepsi individu dapat dipengaruhi oleh sejauhmana individu membaca informasi yang disertai dengan perhatian dan pemahaman yang tinggi. Teori efek terbatas terbukti pada penelitian ini, karena pengaruh yang diberikan oleh media terhadap persepsi seseorang hanya sebesar 20,8%, sementara 79,2% lainnya adalah pengaruh yang diberikan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian. Artinya, selain faktor intensitas mengakses, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi persepsi tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam bidang sosial ekonomi.NIM.: 18102010027 Alifah Qonitah Imtinan2023-02-24T08:41:06Z2023-02-24T08:41:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56591This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565912023-02-24T08:41:06ZDISKURSUS HADIS-HADIS INTERAKS PEREMPUAN DENGAN LAKI-LAKI: TELAAH PEMAHAMAN 'ABD AL-HALIM ABU SYUQQAH DALAM KITAB TAHRIR AL-MAR’AH FI ‘ASR AR-RISALAHDiskusi interaksi perempuan dengan laki-laki tampak masih hangat diperbincangkan. Hal ini diakibatkan oleh anggapan-anggapan mengenai perempuan tidak seharusnya dapat berinteraksi dengan lawan jenis. Klaim tersebut mereka usungkan dengan menyodorkan teks-teks Al-Qur’an dan hadis yang mengarah pada pelarangan pertemuan perempuan dengan laki-laki tanpa memperhatikan konteks dan sasaran teks diwahyukan. Keadaan ini kemudian mengundang tokoh-tokoh muslim untuk membantah pandangan tersebut, salah satunya ialah ‘Abd Al-Ḥalīm Abū Syuqqah dengan menciptakan maha karyanya yang membicarakan mengenai tema perempuan termasuk telaah interaksi perempuan dengan laki-laki, kemudian Abu Syuqqah beri judul Taḥrīr Al-Mar’ah fī ‘Aṣr Ar-Risālah. Pada karyanya Abu Syuqqah menekankan bahwa wanita boleh melakukan interaksi dengan laki-laki diiringi dengan etika-etika yang telah digariskan pada dogma Islam.
Dengan demikian, penelitian ini difokuskan untuk menganalisis interpretasi metodologi yang dipakai oleh Abu Syuqqah dengan memilih teori hermeneutika Gadamer sebagai pisau analisisnya. Melalui rangkaian analisis yang telah dilakukan, maka didapati konklusi sebagai berikut: 1) Abu Syuqqah menerapkan pola tematik dengan klasifikasi term. Sementara itu pada prinsip pensyarahan, Abu Syuqqah mengaplikasikan intra-relationsip text dan extra-relanationship text. Pada praktiknya Abu Syuqqah tidak banyak menyinggung konteks asbab al-wurud pada hadis, namun ia berupaya dengan menunjukkan teks hadis sebanyak dan semampunya yang setema dan layak kualitas. 2) Corak metodologi yang Abu Syuqqah aplikasikan yang seiras dengan
corak dengan teori hermeneutika Hans-Georg Gadamer, hal ini ditandai dengan keterpengaruhan sejarah yang membentuk pemahaman pembaca, pembauran cakrawala teks dan cakrawala pembaca, dan pengaplikasian untuk menemukan pesan yang terdapat pada teks. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilalui maka terbentuklah faktor historis dan teoritis yang melatarbelakangi pemikiran Abu Syuqqah yaitu menggambarkan bagaimana dalam perjalanan hidupnya ia menjumpai para ulama golongan feminis, dimana para tokoh tersebut besar dalam lingkaran Ikhwan al-Muslimin. Kemudian ikut serta menanggapi keadaan Mesir pada saat itu dengan mengkritik pandangan-pandangan yang keliru terhadap emansipasi wanita.NIM.: 19105051002 Amelia Nailul Fauziyah2023-02-24T07:54:38Z2023-02-24T07:54:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56579This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565792023-02-24T07:54:38ZHALAMAN JUDUL IMPLIKASI TRADISI SHOLAWAT TERHADAP REGIUSITAS JEMAAH PEREMPUAN DI PRINGGOLAYAN YOGYAKARTASholawat merupakan salah satu wujud rasa untuk lebih
mengingat dan mengagungkan para Nabi dan Rasulnya. Dari
sholawat juga dapat membuat para umat, terutama umat muslim
semakin dekat dengan tuhannya. Di dalam penelitian ini
mengkaji mengenai tradisi sholawat dengan pandangan
religisitas jemaah di desa Pringgolayan. Fokus kajian dalam
penelitian ini yakni lebih mengetahui beberapa pandangan yang
berbeda dari sisi religiusnya dalam memaknai makna dari
sholawat, terutama yakni pandangan jemaah perempuan yang
bergabung dalam grub sholawat Mahmudah dan Nur Masyitah.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat
deskriptif analisis, yang artinya penelitian ini dilakukan dengan
cara melihat gambaran umum dengan metode wawancara dan
deskripsi mengenai pemaknaan sholawat. Adapun teori yang
digunakan yakni teori dimensi keberagaman Charles Y Glock &
Rodney Stark mengenai religiusitas.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tradisi sholawat
jika dilihat dari sisi religiustas jemaah di desa Pringgolayan
mengalami peningkatan dan juga berimplikasi terhadap dimensi
keagamaan para jemaah perempuan di desa Pringgolayan. Dari
subjek yang telah diteliti, jika dikaitkan dengan teori Charles Y
Glock & Rodney Stark mengenai implikasi religiusitas agama,
dari 10 orang diantaranya, 80% atau 8 orang diantaranya
termasuk ke dalam dimensi ideologis, 40% dari 4 orang termasuk
ke dalam dimensi intelektual, 80% atau 8 orangnya masuk ke
dalam dimensi ritual, 100% atau semua jemaah masuk ke dalam
dimensi perasaan dan juga 100% lainnya atau semua jemaah juga
masuk ke dalam dimensi konsekwensial. Beberapa diantaranya
terdapat perbedaan antara jemaah satu dengan lainya mengenai
implikasi sholawat, juga bisa dilihat baik dari sisi
kepercayaanya, sisi pengetahuan keagamaanya dalam memaknai
sholawat, sisi ritual dalam agamanya, sisi pengahayatannya dan
juga sisi pengaplikasian ajaran agama dengan prilaku sosial
dalam memaknai sholawatnya.NIM.: 19105020048 Firissa Nur Afifi2023-02-24T06:47:36Z2023-02-24T06:47:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56571This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565712023-02-24T06:47:36ZAGENSI PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN ANAK DAN PEREMPUAN PADA MASYARAKAT DI TEGAL SENGGOTAN, PADUKUHAN DONGKELAN KAUMAN, TIRTONIRMOLO, KASIHAN, BANTULPenelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas agensi perempuan dalam pemberdayaan anak dan perempuan pada masyarakat di Tegal Senggotan. Dengan pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan tindakan, Andi Lestari Kusumawaty sebagai agen melakukan agensinya dalam bentuk pendirian Rumah Bina Anak Ceria. Realitas ini menarik untuk dikaji lebih dalam untuk mengetahui proses kemunculan agensi perempuan dan mengetahui apa saja pengaruhnya pada masyarakat di Tegal Senggotan sebagai tempat terjadinya tindakan agensi.
Untuk menjawab rumusan masalah yang ada, peneliti melakukan penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif dengan pendekatan berbasis lapangan (field research). Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang diperoleh melalui proses wawancara dan observasi di lapangan dan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber tertulis, seperti data-data dari dokumen dan arsip yang terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan teori strukturasi Anthony Gidddens dengan meminjam konsep agen dan struktur.
Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama, proses kemunculan agensi perempuan dalam pemberdayaan anak dan perempuan pada masyarakat Tegal Senggotan diawali dengan pengetahuan akan permasalahan menyangkut anak dan perempuan oleh agen yang meliputi: pemenuhan kebutuhan keluarga (ekonomi), minimnya pengetahuan tentang pola mengasuh dan mendidik anak, serta kurangnya perhatian orang tua dalam mengiringi proses perkembangan sosial anak-anaknya. Kemudian melahirkan Rumah Bina Anak Ceria sebagai wujud agensi. Munculnya agensi juga dipengaruhi oleh kesadaran diskurtif yang dimiliki oleh agen. Kedua, kemunculan agensi perempuan melalui pendirian Rumah Bina Anak Ceria berpengaruh pada aspek pendidikan, aspek sosial, dan aspek keagamaan dalam masyarakat Tegal Senggotan. Dari pengaruh tersebut menunjukkan adanya hubungan saling mempengaruhi antara Bunda Tari sebagai agen dan masyarakat Tegal Senggotan sebagai struktur.NIM.: 18105040035 Tati Nur Pebiyanti2023-02-24T06:43:17Z2023-02-24T06:43:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56570This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565702023-02-24T06:43:17ZAGENSI PEREMPUAN DALAM NARASI MODERASI BERAGAMA PADA KOMUNITAS SRIKANDI LINTAS IMAN YOGYAKARTAAksi-aksi intoleransi mengalami peningkatan yang cukup menghawatirkan dari tahun ke tahun. Dalam dekade terakhir, ada transformasi peran perempuan dalam aksi terorisme. Perempuan yang pada mulanya menjadi aktor pembantu kini mulai menampakkan diri sebagai pelaku utama dalam aksi-aksi teror. Berbagai upaya dilakukan untuk menangkal ideologi tersebut. Salah satunya dilakukan oleh kelompok perempuan yang tergabung dalam komunitas Srikandi Lintas Iman. Komunitas perempuan ini hadir dalam konteks masyarakat Yogyakarta yang masih patriarkal dan multikultur. Srikandi Lintas Iman merepresentasikan perempuan-perempuan reformis yang tidak hanya berani menunjukkan eksistensinya dengan tampil dalam aktivisme publik tetapi juga turut andil dalam kampanye perdamaian antar umat beragama.
Penelitian ini hendak menjawab dua hal, yakni (1) bagaimana agensi perempuan dalam komunitas Srikandi Lintas Iman dalam membangun narasi moderasi beragama; dan (2) mengapa perempuan sebagai agen pada Srikandi Lintas Iman mengusung isu moderasi beragama. Penelitian ini melihat praktik atau agensi sosial dalam kerangka teori Strukturasi Anthony Giddens. Dimana menurut Giddens, latarbelakang suatu agensi atau praktik sosial dapat dilihat melalui monitoring reflektif, rasionalisasi dan motivasi aktor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai delapan anggota komunitas. Kemudian observasi non-partisipatoris serta dokumentasi. Analisis data penelitian dilakukan dengan cara (1) pengumpulan data, (2) reduksi data dengan membuat kategorisasi terhadap data, (3) penyajian data secara deskriptif-naratif, daftar gambar dan tabel, (4) kemudian analisis-interpretatif terhadap data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) agensi Srikandi Lintas Iman dapat dipetakan menjadi tiga bentuk, yakni agensi sosial, intelektual dan virtual. (2) Praktik yang tampak dalam agensi sosial, merupakan bentuk respons Srikandi Lintas Iman atas misinterpretasi feminitas, dimana feminitas seringkali diartikan sebagai sifat yang lemah. Feminitas di tangan Srikandi Lintas Iman justru menjadi sebuah kekuatan, sebab kedekatan perempuan dengan ruang domestik telah memberikan otoritas bagi perempuan untuk mempengaruhi keputusan dalam keluarga. Agensi intelektual merupakan bentuk respons Srikandi Lintas Iman atas miskonstruksi gender yang telah berimplikasi pada terbatasnya keterlibatan perempuan dalam dialog dan diskursus mengenai perdamaian. Sementara agensi virtual merupakan respons Srikandi Lintas Iman atas tantangan peradaban, dimana aktivisme sosial dalam ruang fisik perlu mengikuti perkembangan teknologi untuk juga dilakukan dalam ruang virtual. Dengan demikian, tampak bahwa ketiga agensi tersebut dilatarbelakangi oleh evaluasi Srikandi Lintas Iman atas realitas sosial dimana perempuan seringkali dikerdilkan peran dan fungsinya dari kerja-kerja sosial dan intelektual.NIM.: 18105040033 Nur Rif’ah Hasaniy2023-02-24T06:09:37Z2023-02-24T06:09:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56513This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565132023-02-24T06:09:37ZTEOLOGI ANTROPOSENTRIS SEBAGAI BASIS QIRA’AH MUBADALAH (TELAAH METODE PENAFSIRAN FAQIHUDDIN ABDUL KODIR ATAS AYAT-AYAT PENCIPTAAN PEREMPUAN)Al-Qur’an menegaskan bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan agar mereka saling mengenal, saling membantu, saling melengkapi. Saling mengenal yang disebut al-Qur’an sebagai tujuan penciptaan perbedaan tersebut merupakan salah satu tangga dalam perjalanan manusia menuju kemuliaan. al-Qur‟an menjadikan kesalingan antara laki-laki dan perempuan sebagai sebuah upaya mengokohkan kemanusiaan. Namun, realitas kehidupan manusia hingga saat ini menunjukkan ketidakberpihakan kepada perempuan, yang secara teoretis disebut sebagai patriarki. Patriarki yang membudaya ini sangat sulit dihentikan, tapi juga tidak mungkin untuk dibiarkan. Menjadi lebih sulit ketika ulama-ulama yang menjadi panutan dalam beragama juga bersikap patriarkis. Faqihuddin berpandangan bahwa ayat-ayat yang terkesan patriarkis perlu dilakukan pembacaan ulang. Sebab, pada dasarnya Tuhan menciptakan seluruh manusia dengan setara dan adil. Ayat-ayat yang dipahami secara patriarkis akan bertentangan dengan dasar penciptaan manusia.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka, data-datanya dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung. Data primer dalam penelitian ini adalah buku tafsir Qira’ah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir. Selain buku tersebut yang dirujuk dalam penelitian ini menjadi sumber data sekunder. Data-data tersebut dikelola secara deskriptif dan kemudia dianalisis.
Dalam penelitian ini penulis menemukan basis teologi antroposentris dalam mubadalah yang diusung oleh Faqihuddin. Faqihuddin melakukan pengkajian ulang terhadap ayat-ayat gender secara komprehensif menggunakan pembacaan Qira‟ah Mubadalah yang ia rumuskan kembali. Faqihuddin berusaha mengembalikan penafsiran al-Qur’an kepada “al-Qur’an itu sendiri”; setiap ayat di dalam al-Qur’an tidak ada yang bertentangan, bahkan saling dukung mendukung. Dalam buku Qira’ah Mubadalah Faqihuddin menampakkan keterkaitan ayat-ayat tersebut, sisi-sisi saling dukung mendukung. Antara ayat-ayat penciptaan dan ayat-ayat yang berupa perintah-perintah keimanan dalam perspektif mubadalah Faqihuddin saling mengokohkan. Prinsip-prinsip keimanan dalam mubadalah menjadi legitimasi utama untuk menegaskan kesetaraan, bahkan pada kesempatan tertentu Faqihuddin menjadikan argumen-argumen teologis sebagai penyambung logika mubadalahnya.NIM.: 17105030005 Arsyil Majid2023-02-24T06:09:09Z2023-02-24T06:09:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56515This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565152023-02-24T06:09:09ZKONSTRUKSI PEREMPUAN DAN BIAS GENDER DALAM FILM DISNEY’S MULAN (PENDEKATAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah membawa banyak
pengaruh dalam segala aspek kehidupan. Film “Disney’s Mulan” adalah sebuah
media hiburan yang berhasil dilahirkan dari perkembangan teknologi. Film yang
merupakan produk masyarakat, tentang masyarakat dan berpengaruh kepada
masyarakat, oleh sebab itu selain digunakan sebagai media hiburan, film juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat. Dari
penggambaran suatu hal yang disampaikan melalui sebuah film dapat berpengaruh
terhadap keyakinan penonton. Film “Disney’s Mulan” ini digunakan untuk
merepresentasikan realitas yang ada di lingkungan sosial masyarakat berupa gender
yang dapat mempengaruhi keyakinan penonton tentang peran gender dan perilaku
sosial.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, metode tersebut
didasarkan pada jenis data yang akan digunakan untuk mencapai penelitian, yaitu
mendeskripsikan konstruksi gender yang ada pada film “Disney’s Mulan”.
Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes yang
berurusan dengan tanda, mulai dari sistem tanda, dan proses yang berlaku bagi
penggunaan tanda. Serta dikembangkan menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu
tingkat denotasi dan konotasi yang kemudian dikonfirmasi dengan teori gender.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Konstruksi masyarakat
dalam film Disney’s Mulan digambarkan dari bentuk konstruksi sosial mengenai
sebuah identitas gender yang melekat pada diri manusia yaitu konstruksi maskulinitas
dan feminitas, demikian menggambarkan beberapa konstruksi pada perempuan yang
jika seseorang melakukan pembentukan realitas baru yang jauh dari karakter yang
dikenal oleh masyarakat maka dia akan sulit diterima. (2) Bias gender dan
diskriminasi yang terjadi dalam film Disney’s Mulan adalah akibat dari konstruksi
masyarakat yang membebankan lebih banyak larangan dan kewajiban kepada
perempuan.NIM.: 17105040030 Malinda Indriana2023-02-21T02:58:17Z2023-02-21T02:58:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56481This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/564812023-02-21T02:58:17ZANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM
MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MATEMATIKA PADA MATERI
POLA BILANGAN DITINJAU DARI GENDER SISWA KELAS VIII SMPBerpikir kreatif dalam matematika dan dalam bidang lainnya merupakan
bagian keterampilan hidup yang perlu dikembangkan terutama dalam menghadapi
era informasi dan suasana bersaing semakin ketat. Individu yang diberi
kesempatan berpikir kreatif akan tumbuh sehat dan mampu menghadapi tantangan.
Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal matematika antara
anak laki–laki dan perempuan tidak selalu sama. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil analisis tingkat berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan
soal matematika ditinjau dari gender.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMPN
2 Wonosobo tahun ajaran 2021/2022. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan memberikan tes tertulis dan melakukan wawancara. Teknik analisis
data penelitian ini adalah tingkat berpikir kreatif dari hasil tes yang diberikan dan
analisis hasil wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu siswa laki-laki berada
pada tingkat berpikir kreatif 0 baik pada soal nomor 1 maupun nomor 2, siswa
dengan tingkat berpikir 0 tidak memenuhi semua indikator tingkat berpikir kreatif.
Satu siswa perempuan juga berada pada tingkat 0 pada soal nomor 2. Sedangkan
untuk soal nomor 1, dua siswa perempuan dan satu siswa laki-laki mencapai
tingkat berpikir kreatif 3. Siswa pada tingkat ini mampu memenuhi indiator
kefasihan dan fleksibilitas. Selain itu, masing-masing satu siswa perempuan dan
laki-laki memenuhi indikator kefasihan pada soal nomor 2, yang mana
menunjukkan bahwa siswa tersebut mencapai tingkat berpikir kreatif 1. Dilihat
dari indikator yang dipenuhi antara siswa laki – laki dan siswa perempuan maka
dapat disimpulkan bahwa siswa perempuan lebih kreatif dibandingkan dengan
siswa laki-laki.NIM.: 18106000025 Mileni Apriliana2023-02-20T01:47:11Z2023-02-20T01:47:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56405This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/564052023-02-20T01:47:11ZANALISIS HAK IJBAR WALI DALAM PERKAWINAN MENURUT PERSPEKTIF PUSAT STUDI WANITA UIN SUNAN KALIJAGA : SUATU KAJIAN BERPERSPEKTIF GENDERDeparting from the shift in the meaning of ijbar which is identified with ikrah by the
majority of Indonesian people, especially in the gender perspective of the women's study center
at UIN Sunan Kalijaga, it encourages researchers to conduct a study on (1) How is the
development of the implementation of ijbar rights in Indonesia today according to the
perspective of Gender Institutions? Equality, Center for Women's Studies at UIN Sunan
Kalijaga? (2) What are the legal regulations regarding the implementation of ijbar rights in
marriage which are still a tradition in Indonesia according to the perspective of the Center for
Women's Studies at UIN Sunan Kalijaga? (3) How is the legal protection for women's human
rights which has been degraded as a result of forced marriages as a consequence of the
application of ijbar in a marriage, based on the perspective of the Center for Women's Studies
at UIN Sunan Kalijaga?
The type of research used is field research with a legal-formal approach. While the data
analysis method uses descriptive analytic with several stages, namely preliminary research,
data processing, data validity checking and data analysis. All data obtained through
observation and interview methods.
The results of the study show that the absolute right of ijbar after that may no longer be
exercised in Indonesia after the issuance of the Marriage Law and Compilation of Islamic Law.
From a number of articles it is clear that permission from the bride and groom, or the
prospective husband and wife, is an important component of the marriage itself. According to
the Center for Women's Studies at UIN Sunan Kalijaga, the concept of ijbar has a legal basis in
fiqh. The foundation is found in the hadith of the prophet, which is found in various books of
hadith. As one of the concepts that form the legal basis in fiqh relating to the rule of law, fiqh
experts have differing opinions regarding forced marriage (ijbar). The Center for Women's
Studies at UIN Sunan Kalijaga provides two types of legal protection for women whose human
rights are violated due to marriages with ijbar rights from the perspective of Islamic law. First,
every woman has the same right to choose her partner. Second, a woman may be asked for her
guardian's permission to marry her without his knowledge or consent.NIM.: 19203010113 Nadhruna’im Abdilah, S.H.2023-02-14T03:02:14Z2023-02-14T03:02:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56199This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561992023-02-14T03:02:14ZHIJRAH, IMAJINASI SOSIAL KEAGAMAAN DAN MOBILITAS PEREMPUAN MAJELIS ALHIDAYAT BANDA ACEHTesis ini mengkaji tentang fenomena hijrah pada anak muda Aceh yang tergabung dalam majelis Alhidayat, sebuah majelis maulid untuk perempuan yang berpusat di Banda Aceh. Majelis Alhidayat menjadi menarik karena melihat latarbelakangnya berasal dari kalangan Islam tradisonal.
Studi kasus pada majelis Alhidayat ini dilakukan dengan melihat makna hijrah yang didefinisikan melalui keikutsertaan jamaah pada majelis Alhidayat, dengan melihat makna, motif dan tindakan mereka melalui konsumsi. Pertanyaan utama penelitian ini adalah mengapa dan bagaimana mereka melakukan hijrah, sejauh mana imajinasi keagamaan memainkan peran penting dalam hijrah mereka dan apa yang membedakan hijrah majelis Alhidayat dengan kelompok hijrah lainnya? Tesis ini berargumen meskipun hijrah pada majelis Alhidayat tidak bisa dilepaskan oleh lahirnya gerakan-gerakan hijrah yang lain, tetapi gerakan hijrah mereka tidak dibarengi dengan keputusan untuk pindah ke kelompok lain. Hijrah juga tidak dibarengi dengan penggantian identitas keagamaan Islam tertentu ke identitas keagamaan Islam yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hijrah di kalangan jamaah majelis Alhidayat diwujudkan secara simbolik dengan memakai cadar dan diikuti dengan berbagai tindakan yang menunjukkan peningkatan keberagamaan mereka. Tesis ini menunjukkan bahwa hijrah dalam konteks Alhidayat melahirkan immobilitas yaitu tidak terjadi perpindahan dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Namun demikian, seperti gerakan hijrah yang lain, gerakan hijrah pada Majelis Alhidayat lebih fokus pada moral self-improvement, memijam Charles Hirschkind.NIM.: 20200011070 Miftahul Jannah2023-02-14T02:43:14Z2023-02-14T02:43:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56190This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561902023-02-14T02:43:14ZWACANA DAN PRAKTIK NALAR KRITIS STUDI FENOMENOLOGI NGAJI KEADILAN GENDER ISLAMThis study wants to examine the discourse or methodology and practice of critical reasoning found in Islamic Gender Justice (KGI) and to find out how the perception of self-concept is formed in the KGI ngaji congregation who have an activist background. This research method uses a qualitative approach with a phenomenological approach. The subjects in this study were the KGI Koran Team, namely the founder of the KGI Koran, Nur Rofiah as the key informant, and several other informants. The subject selection technique is purposive sampling. Collecting data in research through participatory observation, interviews, and documentation. Data analysis in this study used Pierre Bourdieu's theory of genetic structuralism regarding the methodology and practice of the Koran Koran KGI. This study found that there is a discourse or methodology owned by the Koran KGI, namely Keadilan Hakiki Perempuan. Essential Justice for Women emphasizes that women's biological experience is part of the human experience which is a shared responsibility and women's social experience must be abolished. With the key concept of the KGI Koran discourse, there is an applicative practice of the KGI Koran to realize true justice for women, namely by the existence of a series of KGI Korans including serial KGI Korans, regular KGI Korans and optimization of new media for KGI Korans. The author finds that there are strengths of habitus, capital, and arena battles so this becomes the main attraction for KGI Koran. Through the discourse and practice of the KGI Koran, this study confirms that there is a strengthening of the self-concept of the KGI Koran congregation, which is to become an empowered figure, which in turn brings empowerment to the Jama'ah community by bringing the values of the KGI Koran. In addition, the KGI Koran congregation also has the strengthening of critical reasoning power in viewing a phenomenon.NIM.: 20200011039 Rahmaditta Kurniawati2023-02-14T02:10:11Z2023-02-14T02:10:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56185This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561852023-02-14T02:10:11ZKONSTRUKSI NALAR IJTIHAD MAQASIDI DALAM PEMIKIRAN GENDER HUSEIN MUHAMMADTesis ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan proses terbentuknya nalar ijtihad maqasidi Husein Muhammad, dan menggali konstruksi nalar ijtihad maqasidi tersebut yang diaplikasikannya dalam mencetuskan pemikiran tentang gender. Signifikansi penelitian bagi diskusi akademik, nampak dalam kontribusinya yang menggambarkan aplikasi maqasid shari’ah dalam merespon isu gender.
Metode penelitian yang dipilih adalah studi pustaka dengan pengolahan data kualitatif yang digali dari sumber primer karya tulis Husein, serta sumber sekunder yang berkaitan. Pendekatan penelitian ini ada dua, yaitu perspektif historis dengan meminjam teori konstruksi sosial Berger dan Luckman, serta perspektif normatif, meminjam teori ijtihad maqasidi. Teknik analisis data mengikuti model analisis Creswell dengan langkah; penyiapan data, pembacaan mendalam, pembuatan kode, pengurutan data, penyusunan narasi, dan perumusan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa; pertama, proses pembentukan nalar ijtihad maqasidi Husein Muhammad berlangsung dalam tiga fase, yaitu; (1) fase eksternalisasi sejak awal kelahiran hingga mengenal gender dan feminisme, (2) fase obyektivasi selama berinteraksi dengan berbagai lembaga sosial dan pendidikan, (3) fase internalisasi yang ditandai dengan kesadaran untuk menjadikan keilmuan pesantren dan HAM sebagai basis pemikiran dan pergerakan pembelaan perempuan. Kedua, konstruksi nalar ijtihad maqasidi nampak dalam aplikasi metode ijtihad maqasidi yang diterapkan Husein dalam menyusun sistematika argumentasi sepuluh tema fikih perempuan. Meskipun demikian, Husein dalam gagasan gendernya belum begitu optimal dalam memetakan secara rinci pertimbangan analisis maqasid yang dipakai. Fitur maqasid yang dipakai baru sebatas pemakaian al-kulliyyat al-khams dan maqasid al-khassah dalam bab munakahah.NIM.: 19200012011 Muhammad Labib2023-02-14T00:58:50Z2023-02-14T00:58:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56164This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561642023-02-14T00:58:50ZDINAMIKA PERILAKU HUKUM KELUARGA PADA MASYARAKAT MUSLIM KELAS MENENGAH DI BANYUMAS RELASI GENDER DAN PAHAM KEAGAMAANThis dissertation examines the phenomenon of family law in
middle-class muslim society in Banyumas and its relation to
religious understanding and state law. This study argues that the
presence of middle-class Muslims has an influence on legal changes
in society. This study specifically aims to understand the dynamics
of family law in middle-class muslim societies, to analyze the role of
agents and structures in constructing Islamic family law discourses,
and to examine the extent of the state's role in mainstreaming
equality in Islamic family law discourses in middle-class muslim
societies amidst the flourishing and diverse religious authorities.
As field research, the primary data were collected directly in 3
(three) methods, namely observation, in-depth interviews, and
documentation. Researchers conducted participatory observations of
6 (six) study forums held by urban mosques, namely the Jenderal
Besar Soedirman Mosque, Purwokerto, the Fatimatuzzahra (Mafaza)
Mosque, the Gelora Indah Mosque, Purwokerto, as well as several
mosques located in some elite housings, namely the Griya Asri
Housing Mosque, the Griya Satria Housing, and the Sapphier
Housing Mosque. In addition, researchers also made observations in
3 (three) Offices of Religious Affairs and 2 (two) Religious Courts,
namely The Religious Court of Purwokerto and the Religious Court
of Banyumas. The researcher interviewed 31 informants, who were
eventually reduced to 26 informants. The primary data in this
dissertation were supported by some documents, including the
decisions of the Religious Courts and the Office of Religious Affairs
as well as other data in the form of journals, books and annual
reports. This research was conducted using socio-anthropological
approach. It applied Anthony Giddens' structuration theory and Max
Weber's authority theory as the grand theory and Abdullah Saeed's
theory of religious understanding as the supporting theory.
This research revealed 3 (three) important findings. First, there
have been some notable dynamics of family law understanding and
practice in Banyumas, as indicated by groups that reject equality, groups that are fairly accommodative, and the contextualistprogressive
groups that accept equality. Of the three models, the first
two models are more dominant in the middle-class muslim
community in Banyumas. This argument is built based on three
family law issues, namely the problem of husband-and-wife
relations, divorce, and polygamy. Second, the dynamics of Islamic
family law in the middle-class muslim community in Banyumas is
inseparable from the aspect of the subject (the community) who
tends to have a symbolic understanding of religion and refers to
textual religious motivations. In addition, it is also influenced by
agents mainly ustadz who have certain religious affiliations, female
preachers, and ustadz with textualist perspective who gained
popularity in the media. The social structure also plays an important
role, such as urban mosques and residential mosques that actively
conduct studies, as well as family law advocacy such as the existence
of the Munakahat School program and marriage counseling. Third,
there has been a limited role of the state in shaping the understanding
and behavior of modern family law, which considers justice for
women. This can be seen in the relationship between men and
women and polygamy. In addition, the presence of religious
authority in society plays more essential role in shaping public
understanding of family law than the role of the state. The muslim
middle class group seems to prefer charismatic authority to others.
In general, this study provides a theoretical contribution by adding
new elements to Giddens' theory in the context of understanding an
action or behavior, namely belief, as well as reflection,
rationalization, and motivation. Meanwhile, in practice, the effort to
realize legal understanding and practice in a society that is more
modern and upholds egalitarian principles can be done by advocating
for agents of religious narrative.NIM.: 17300016071 Muhammad Iqbal Juliansyahzen2023-02-13T02:48:28Z2023-02-13T02:48:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56133This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/561332023-02-13T02:48:28ZKOMPETENSI PEDAGOGIK RESPONSIF GENDER (STUDI KOMPARATIF ANTARA MI NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA DAN SD BOPKRI SIDOMULYO 1 YOGYAKARTA)This research is motivated by the importance of gender responsive learning to minimize gender bias in education. This study tries to observe gender responsive learning from the aspect of pedagogic competence in building students' gender awareness. The researcher formulates the problem in accordance with the research objectives, namely explaining how gender-responsive pedagogical competence in two different schools and the gender awareness of students in class V. The type of research used is descriptive qualitative comparative study. Data collection techniques used are interviews, observation, documentation. Qualitative data analysis was carried out by means of data reduction, data presentation and drawing conclusions.
This research resulted in the following conclusions: 1) Gender-responsive pedagogical competence at MIN 2 Sleman Yogyakarta and SD BOPKRI Sidomulyo 1 Yogyakarta in the form of curriculum and syllabus development, ability to manage learning, student understanding, dialogic learning through the development of learning media, as well as evaluation of participant development gender responsive students. The differences in pedagogic competence between the two schools are gender-based curriculum, learning models and methods, as well as students' understanding of gender that comes from parents' religious understanding. The similarity is the development of learning innovation through the internalization of gender equality values through motivation and direction to students. Two schools have also implemented gender-responsive learning through equitable access to learning for both men and women. Although, the number of men and women is not balanced, the teacher can anticipate directives to actively participate without distinguishing gender during learning. Thus, the quality of learning that is conducive and gender fair can be realized. 2) Gender-responsive pedagogical competencies possessed by teachers can build students' gender awareness. This can be seen from the availability of facilities, infrastructure and facilities that support fair learning. Gender awareness of students is illustrated through gender schemes and consistency. The gender scheme is shown in the socialization process during class learning. Meanwhile, gender consistency is in the form of self-actualization of students' roles in everyday life without differentiating gender.NIM.: 20204082030 Luq Yana Chaerunnisa2023-02-10T08:02:21Z2023-02-10T08:02:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56094This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560942023-02-10T08:02:21ZPENGEMBANGAN BUKU POLA ASUH ‘GENDER RESPONSIVE’ UNTUK ANAK USIA DINIThis research is motivated by researchers' anxiety regarding observing gender bias parenting. Gender bias is a condition that favors and harms one gender, causing gender inequality. Families should be able to introduce the correct concept of gender, namely, not limiting children's potential and development based on gender. However, currently, many parenting practices are carried out with a gender bias. This research was conducted to develop a 'gender responsive' parenting book for early childhood to improve gender-responsive parenting practices in the family so that gender bias can be minimized early.
This research was conducted through a Research and Development (R&D) approach with a Five-Stage Model (Steady) developed by Sumarni, Istiningsih, and Nugraheni. Data collection techniques in the form of questionnaires and interviews. Product development includes the preparation of the structure of the book and product validation by media and material experts. Effectiveness testing is carried out through small-scale and large-scale field tests. The data analysis technique was carried out through five stages: preliminary research, product development, validation test, and effectiveness test.
The results showed that development research was carried out through five stages: preliminary research, product development, product validation by material experts and media experts, and effectiveness testing, including small-scale and large-scale tests. The feasibility of the percentage validation value of the material is 80% in the "very valid" category, and the percentage value of the media expert validation is 67.5% in the "valid" category. After that, they were tested on parents. The book's effectiveness can be seen from the average value of the pre-test and post-test on a large-scale test. The data shows that the average pre-test score is 34.4% while the post-test average score is 84.4%. The conclusion is that the post-test score is higher than the pre-test score, so that the book can increase parents' understanding of gender-responsive parenting.NIM.: 20204032011 Renda Nur Rofiah, S.Pd.2023-02-08T02:29:46Z2023-02-08T02:29:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55965This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/559652023-02-08T02:29:46ZPEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN
OLEH SOCIAL ENTREPRISE DELDV DI DESA CEMOROIndonesia memiliki problematika kemiskinan yang tak kunjung usai, berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasinya belum berdampak signifikan terhadap pengentasan kemiskinan. Salah satu solusi yang sudah ditempuh oleh pemerintah adalah dengan adanya pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Namun ada beberapa faktor yang memengaruhi pemberdayaan oleh pemerintah kurang maksimal, yakni paradigma pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah lebih berpihak pada kelompok kecil masyarakat di perkotaan dan mengabaikan kelompok besar masyarakat yang berada di pedesaan. Salah satu contoh kasusnya adalah kurangnya perhatian pemerintah Temanggung terhadap para perempuan di Desa Cemoro yang dikhawatirkan akan menjadi kaum marginal dalam pendidikan dan keterampilan akibat masih rendahnya akses dan aset untuk mencapai sejahtera, sehingga mereka tidak dipandang sebagai penyumbang kemajuan ekonomi daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji bagaimana pemberdayaan perempuan miskin oleh social entreprise Deldv di Desa Cemoro. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, menggunakan teori tahapan pemberdayaan menurut Ambar Teguh Sulistyani berupa penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 1 informan kunci yaitu Devi selaku owner Deldv dan 9 peserta pemberdayaan sebagai informan pendukung. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validasi data menggunakan teknik triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tahapan pemberdayaan Deldv telah berhasil memberdayakan masyarakat Cemoro khsusnya para perempuan yang memiliki akses dan aset rendah dengan 3 tahapan; (1) Penyadaran melalui home visit dan kelompok (2) Pengkapasitasan melalui pemberian materi menjahit seperti tingkat dasar atau pengenalan cara kerja mesin, belajar menjalankan jarum di atas kertas tanpa benang, belajar menjalankan jarum di atas kertas memakai benang, belajar menjahit menggunakan bahan, membuat pola, praktek menjahit menggunakan mesin dan uji kompetensi menjahit (3) Pendayaan dengan cara mempekerjakan 5 orang komunitas sasaran sebagai tenaga bantu Deldv dan menggaji mereka atas dasar sebagai karyawan.NIM.: 18102050067 Endry Nur Widiatmoko2023-02-07T04:15:18Z2023-02-07T04:15:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55933This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/559332023-02-07T04:15:18ZKOMUNIKASI DAN GENDER DI PESANTREN:
STUDI PADA PERAN PEKERJA PEREMPUAN MBS YOGYAKARTAThe term gender remains a controversial discussion in most Muslim communities, especially in boarding schools. Some of these societies feel that gender equality tends to be marked as breaking the boundary between male and female and viewed as' secular 'because it mirrored western cultural claims. A primary objective of the influence of gender is to remove gender bias and discrimination. Muhammadiyah played a part in carrying the influence of gender on the terms of the union. One of the rather famous boarding schools under the Muhammadiyah organization was the Muhammadiyah boarding school (MBS) Sleman. Of the phenomenon, researchers studied gender equality in modern MBS boarding houses.
The study focuses on the role of female employees of the MBS organization as seen from the autopoietic perspective of the organization's system and the indicator of gender equality. In addition, the study also focuses on female employees' understanding of gender in Islam, to determine gender typology believed in the MBS. The study is a qualitative typewritten in descriptive-analytical form. As for the forms the question is how the organization communication system in MBS, how the role of ustazah in the MBS organization, and what the typology of gender thinking in Islam is applied in the MBS. The research uses the Niklas Luhmann organization's communication theory on the autopoietic concept of the organization's system, the muted group theory by Cheris Kramarae, gender equality indicators, and the typology of understanding of gender in Islam.
Research has yielded: that the auto-polish concept of the MBS organization covers three aspects; (a) the social aspect of improved education through seminars, workshops, motivations and work visits and training. (b) functional aspects based on informant experiences such as making applications ready, halaqah santri, and creating santri regulation. (c.) Temporal aspects, the use of Onedrive applications and social media to make work easier. Women in her role can contribute to organizations such as being heads of the field, presiding over meetings, and being committee chairman. The typology used leads to moderate allegiance with various motives of the patriarch-moderate, accommodating - moderate and gender-neutral.NIM.: 18202010022 Amrina Rosyada2023-02-07T01:23:47Z2023-02-07T01:23:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55887This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/558872023-02-07T01:23:47ZDAKWAH UNTUK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI MEDIA SOSIAL
(Studi Kasus melalui akun twitter Iim Fahima Jachja, Ligwina Hananto, dan Nur Rofiah)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dakwah untuk pemberdayaan
perempuan melalui media sosial pada akun twitter Iim Fahima Jachja, Ligwina
Hananto dan Nur Rofi’ah. Twitter menawarkan kecepatan penyebaran informasi
dan jangkauan yang luas tanpa da’i harus berpindah tempat. Seperti yang
dilakukan oleh ketiga pemilik akun twitter Ligwina Hananto, Iim Fahima Jachja
dan Nur Rofiah. Mereka sebagai pelaku dakwah (da’i atau sender), twitter sebagai
media dakwahnya (channel), pesan yang disampaikan adalah isi dari tweet yang
diunggah, dan mad’u atau penerima pesannya adalah pengikut (follower) ketiga
akun tersebut. Untuk menganalisis tweet dari akun Iim Fahima Jachja, Ligiwina
Hananto, dan Nur Rofi’ah menggunakan 4 indikator pemberdayaan perempuan.
Pertama Akses, kedua Partisipasi, ketiga Kontrol, keempat Manfaat. Semua data
yang terkumpul kemudian akan diidentifikasi menggunkan indikator tersebut.
Hasil penelitian dari ketiga akun twitter milik Iim Fahima Jachja, Ligwina
Hananto dan Nur Rofi’ah memiliki tujuan yang sama dalam memanfaatkan media
sosialnya yaitu untuk kepentingan pemberdayaan perempuan. Meskipun memiliki
persamaan tetapi strategi yang digunakan berbeda sesuai dengan keahlian masingmasing.
Iim Jachja mengajak perempuan berdaya secara ekonomi, memiliki akses
untuk berdaya dan terlibat dalam pembuatan kebijakan pemerintahan. Ligwinan
Hananto sebagai perencaan keuangan mengajak perempuan untuk berdaya dengan
mempunyai kemampuan menghasilkan uang sendiri. Nur Rofi’ah fokus kepada
keadilan gender perempuan, supaya perempuan terhindar dari segala bentuk
ketidakadilan dan kekerasan.NIM.: 18202011008 A’yun Masfupah2023-02-03T07:12:43Z2023-02-03T07:12:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55844This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/558442023-02-03T07:12:43ZKONSTRUKSI WACANA KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM DI CHANEL YOUTUBE NAJWA SHIHAB EDISI SHIHAB DAN SHIHABDiscourse develops and grows in the mids of society. Media plays an active role in process of disseminating discourse, one of which is Youtube. One of discourses that are developing in Indonesia society is gender discourses. There are also various gender discourses, one of which is the gender discourses of an Islamic perspective. Talking about gender using an Islamic perspective is important because religion is often used as a tool to discriminate against woman. It takes a figure from among muslim scholars to break the stigma. Quraish Shihab is one of the Indonesian muslim scholars, through his Youtube show entitled Shihab dan Shihab, Quraish Shihab and his daughter Najwa Shihab often talk about issues related to islam, one of which is gender issues.
This study uses a qualitative descriptive method and uses the Critical Discourse Analysis of Teun Van Dijk. Teun Van Dijk’s Critical Discourse Analysis does not only examine discourse from the text dimension, but also examines discourse from the aspect of cognition and social context.
With Teun Van Dijk’s Critical Discourse Analysis, the researcher examines the construction of gender discourse in the Islamic perspective contained in the Shihab dan Shihab show. The conclusion of this research, Shihab dan Shihab shows contruct a new discourse, namely analyzing gender through an Islamic perspective, as a solution to various gender problems that afflict muslim society.NIM.: 16210049 Aamaliyah Herdiati2023-02-02T02:55:53Z2023-02-02T02:56:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55783This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/557832023-02-02T02:55:53ZMANAJEMEN KOMUNIKASI DALAM MENSOSIALISASIKAN KESETARAAN GENDER OLEH PIMPINAN WILAYAH FATAYAT NAHDLATUL ULAMA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAKalijaga State Islamic University, Yogyakarta. 2022.
Gender equality is one of the issues that attracts a lot of public attention. Various kinds of cases occurred in the national and international spheres. As one of the women's Islamic organizations in Indonesia, PW Fatayat NU DIY for the 2017-2022 solemn period seeks to participate in socializing gender equality. Through the existing fields and institutions, various work programs have been formed that are in accordance with the main tasks of each and have one common goal, namely to socialize gender equality. As for Fatayat's work program, it is packaged based on the ahlussunnah wal jama'ah, so that it becomes interesting and deserves to be developed and strengthened in its implementation. Then, to carry out various kinds of Fatayat's work program plans, communication management is needed in order to realize the goals.
The theory used is communication management theory. This research method is descriptive qualitative by collecting data from the field through interviews with the main informant Chairperson of PW Fatayat NU DIY for the 2017-2022 Khotimatul Husna period and supported by other informants, as well as with documentation. The data analysis technique uses a deductive communication management analysis. Data validity technique is done by means of triangulation.
The results of this study explain that the communication management of PW Fatayat NU DIY for the 2017-2022 solemn period uses management stages which are supported by elements of communication in them. The stages of communication management are planning, organizing, implementing and supervising. Communication planning consists of field analysis to determine vision and mission formulation, then analyze internal and external conditions. Organizing communication is done by identifying alternative programs and departmentalizing the preparation of work programs. Implementation of communication through three stages, namely the pre-socialization of the program, the stage of persuasion in shaping public attitudes and acceptance of the gender equality socialization program. Communication control in this study is seen from success standards, assets, obstacles and development plans. After that, an evaluation of the work program was carried out both after each activity was completed or as a whole during the five years of management and recommendations for future activities were given for improvement.NIM.: 20202012018 Misyailni Rafidawati2023-01-30T04:49:49Z2023-01-30T04:49:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55722This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/557222023-01-30T04:49:49ZThe Rejection of Women Imam in IndonesiaDiscourses regarding women as imams became widespread after Amina Wadud led communal Friday prayers in 2005. Academics have predominantly responded by analyzing religious doctrine and its exegesis, ignoring the fact that women's ability to lead worship is strongly influenced by their specific socio-cultural contexts and dynamics. This article will investigate how religious texts structure and are structured by the socio-cultural context of Indonesia. In this study, data were collected by identifying hadiths of leadership, then analyzing them using content analysis. It was found that religious doctrines tend to emphasize the primacy of men (as leaders) while underscoring the (physical, intellectual, and spiritual) shortcomings of women. Such religious dogmas receive symbolic legitimacy from the patriarchal culture of society. The dominance of men in mosques, as well as the prohibition against women serving as imams, have been institutionalized by Indonesia's four largest Islamic institutions (MUI, DMI, NU, and Muhammadiyah) and reproduced through their fatwas as well as the sermons of popular preachers.- Nurun Najwah- Irwan Abdullah- Saifuddin Zuhri Qudsy- Ahmad Baidowi2023-01-27T02:58:17Z2023-01-27T02:58:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55708This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/557082023-01-27T02:58:17ZPENGARUH PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI DAN KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF PADA PEREMPUAN PERAN GANDA
DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KOTA YOGYAKARTATujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh persepsi dukungan organisasi dan keadilan organisasi terhadap komitmen afektif pada perempuan peran ganda di Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta. Variabel persepsi dukungan organisasi dan keadilan organsiasi merupakan variabel independen sedangkan variabel komitmen afektif menjadi variabel dependen. Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan mereka dalam memberi arti bagi lingkungannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat deskriptif. Pengambilan sampel pada penelitian ini mengambil keseluruhan jumlah populasi yaitu 37 perempuan. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Uji instrument yang digunakan yaitu uji validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif responden berdasarkan usia, lama bekerja, pendidikan terakhir, jumlah anak. Uji asumsi yang digunakan yaitu uji normalitas, linieritas, multikololinearitas. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji regresi linear berganda, uji parsial (t) dan uji koefisien determinasi (NIM.: 18102040053 Nurul Dilla Amelia2023-01-24T07:23:16Z2023-01-24T07:23:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55657This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/556572023-01-24T07:23:16ZWACANA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MEDIA ONLINE (ANALISIS WACANA KRITIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN PADA WEBSITE RAHMA.ID EDISI 2021)This research is motivated by the existence of gender equality efforts by raising narratives around women's issues, one of which is about the issue of women's leadership through online media conducted by one of the Islamic media, namely Rahma.id. The problems studied in this study are regarding how Rahma.id discusses gender issues regarding women's leadership and answers whether the trait leadership theory is relevant to women's leadership. This research is a qualitative research using the Norman Fairclough model approach as a data analysis tool. Researchers analyzed 3 articles associated with mapping gender issues based on groups according to Alimatul Qibtiyah, media hegemony theory and trait leadership theory
The results of the study show that Rahma.Id in describing the issue of women's leadership Rahma.id by producing progressive content. In terms of discourse on leadership, apart from obtaining from the process of media formation which wants its management to be led by women, in terms of narrative articles discussing women's leadership in accordance with the trait theory of leadership that women's leadership has qualified mental, physical and social characteristics so that it makes them The superior ones include intelligence, self-confidence, perseverance, integrity and sociability and other characteristics so as to make women leaders.NIM.: 17102010065 Mayda Dwi Hadiyanti2023-01-23T22:43:58Z2023-01-24T07:02:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55639This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/556392023-01-23T22:43:58ZPEREMPUAN PENARIK GEROBAK SAMPAH DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI PADA KELUARGA PEREMPUAN PENARIK GEROBAK SAMPAH DI TPS NOLOGATEN, SLEMAN, YOGYAKARTA)Fenomena perempuan penarik gerobak sampah merupakan salah satu bentuk perubahan sosial di mana masyarakat menerima perempuan bekerja di sektor yang selama ini dikuasai atau didominasi laki-laki. Masalah yang sering terjadi adalah adanya beban ganda yang diterima kaum perempuan karena tetap mengerjakan pekerjaan domestik, padahal telah bekerja juga di ranah publik. Sebenarnya pekerjaan atau partisipasi yang dilakukan oleh perempuan tersebut, bukan hanya menuntut untuk menyamakan hak tetapi juga ingin menyatakan fungsinya dalam pembangunan. Namun dalam realisasinya, banyak masalah yang terjadi di masyarakat terutama pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang diakibatkan karena kurangnya pemahaman dari konsep gender di rumah tangga atau dalam masyarakatnya sendiri. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perspektif gender membaca fenomena perempuan penarik gerobak sampah di TPS Nologaten. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada perempuan penarik gerobak beserta keluarga di TPS Nologaten dengan informan 3 keluarga beserta narasumber lainnya. Sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 14 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan penarik gerobak sampah di TPS Nologaten yang sebenarnya telah bekerja di ranah publik masih harus menyelesaikan tugasnya di ranah domestik. Hal tersebut membuat perempuan mengalami ketidakadilan gender yakni beban ganda, yang dapat dilihat dari akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang diperoleh perempuan penarik gerobak sampah tersebut. Akses yang diperoleh perempuan meliputi pembagian tugas rumah tangga, pengasuhan anak kebanyakan kaum perempuan yang tetap memegang andil besar dalam urusan tersebut terutama dapur. berbeda dengan suami yang membantu jika diminta atau memang tanggung jawabnya seperti mengantar anak kesekolah dan mencari nafkah untuk keluarganya Adapun kontrol dari ketiga narasumber sama untuk mengatur keuangan tetap kaum perempuan namun dalam pengawasan pihak laki-laki. Adapun partisipasi aktif yang ditunjukan oleh ketiga narasumber, meskipun mereka sudah bekerja masih menyempatkan untuk tetap berorganisasi di masyarakat dengan mengharapkan ada dukungan dari anak dan suami terkait kegiatannya tersebut. Adapun manfaat yang didapatkan dari ketiga narasumber ini diharapkan mampumemberikan pelatihan tersendri dalam berorganisasi serta untuk mencukupi kesehariannya
dalam perekonomian, dan mampu digunakan sebijak mungkin dalam pengelolaan serta pemanfaatan yang baik untuk keluarganya sehingga apa yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi semua baik masyarakat maupun keluarganya.NIM.: 16250079 Agustina Ayu Anggraini2023-01-20T03:25:37Z2023-01-20T03:25:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55618This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/556182023-01-20T03:25:37ZPEREMPUAN DALAM RANAH PUBLIC RELATIONS
(Studi Deskriptif Tentang Feminisasi PR dalam Perspektif Komunikasi Gender)Public relations has been improved a lot. Public relations considered as a female field which refers to feminization in this sphere. Feminization often linked with the negative things and the things that underlying it is gender inequality which is still running nowadays. Nevertheless in the other side, work as a public relations practitioner is one of the good chance to improve women access to take a role in public. This research aims to know and explain the feminization of public relations in the perspective of gender communication. This research used qualitative methode with descriptive approach. The theory used in this research was feminism theory which developed by Mary Wollstonecraft, her argument categorized as liberal feminism type of theory. This theory helps to define about the difference right between women and men, also bring the society to realize about women position in social life structure and to fix the gender inequality situation. The result of this research shows that in the perspective of gender communication especially liberal feminism, the feminization of public relations is an effort of women empowerment and a support toward feminism. Communication field particularly public relations can be one of the field for practicing and objectifying gender equality. According to public relations philosophy is to raise human dignity and do not underestimate other people.NIM.: 18107030102 Rizka Annisa Hasibuan2022-11-09T04:28:04Z2022-11-09T04:28:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54912This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549122022-11-09T04:28:04ZASPEK DAN CITRA PEREMPUAN MUSLIM DALAM IKLAN TELEVISI
TAHUN 2011terdapat dalam iklan televisi tahun 2011. Iklan-iklan saat ini baik di media
cetak, audio maupun visual lebih menekankan unsur pencitraan dalam
mempromosikan produk ketimbang promosi produk itu sendiri. Sehingga citra
yang disajikan memberikan pengaruh tersendiri bagi model iklan dimata pemirsa.
Posisi perempuan muslim dalam iklan ini berada sebagai obyek pertama, yaitu
sebagai model iklan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui citra perempuan
muslim yang ditampilkan oleh pengiklan dan aspek yang digunaka pengiklan
dalam menampilkan perempuan muslim dengan mengidentifikasi tanda-tanda
yang digunakan dalam iklan tersebut untuk mencitrakan perempuan muslim.
Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu dan teori-teori komunikasi serta dapat menambah
pengetahuan dan menjadi masukan bagi pihak agensi periklanan. Metode
penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotik
Charles S. Peirce yaitu teori segi tiga makna sebagai teknik analisis data.
Berdasarkan analisis penelitian dengan pendekatan semiotik Charles S.
Peirce maka dapat disimpulkan bahwa dalam visualisasi iklan televisi tahun 2011,
terdapat aspek perempuan muslim yang digunakan untuk mempromosikan
produk, yaitu aspek pakaian. Kemudian dari penelitian ini juga didapat beberapa
citra yang ditekankan pengiklan kepada perempuan muslim sebagai model iklan
yaitu yang pertama citra sopan dan lembut saat bicara. Perempuan muslim
ditampilkan sebagai sosok yang berperilaku sopan dan bertutur kata lembut.
Kedua, citra akhlak yang baik. Pada citra ini perempuan muslim dihadirkan
dengan pribadi yang baik seperti yang diajarkan Rasulullah saw.NIM.: 08210012 Vitra Ariningtyas2022-11-08T03:41:43Z2022-11-08T03:41:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54886This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/548862022-11-08T03:41:43ZPENDEKATAN DAN METODE P3M
(PERHIMPUNAN PENGEMBANGAN PESANTREN DAN MASYARAKAT) CILILITAN JAKARTA TIMUR DALAM MENSOSIALISASIKAN KESETARAAN GENDER P ADA MASYARAKAT PESANTRENPergumulan pemikiran tentang gender akhir-akhir ini kian merebak dikalangan masyarakat terdidik dan akademisi. Dan pergumulan pemikiran tentang masalah ini sesungguhnya telah berlangsung berabadabad silam. Akan tetapi kenyatannya senng terjadi ketidakjelasan, kesalahpahaman, dan kerancuan antara konsep gender dan kaitannya dengan makna seks. Dan memang selayaknya untuk memahami konsep gender, maka harus ada differensiasi dengan kata seks ( jenis kelamin). Pada sisi lain, gender berarti seperangkat peran seperti halnya kostum dan topeng dalam lakon sebuah teater, mempunyai fungsi untuk menyampaikan kepada orang lain bahwa manusia ini adalah feminim atau maskulin.
penelitian ini dilakukan dilapangan dan merupakan penelitian kasus. metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi, atau kejadian yang sifatnya
menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa. Tenik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriprtif kualitatif artinya dari data berupa kata-kata keterangan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati akan dideskripsikan dan diinterpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan.
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1. Bentuk-bentuk kegiatan yang diadakan oleh P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) dalam mensosialisasikan kesetaraan gender pada masyarakat pesantren, antara lain
a. Halqah Fiqh Nisa'
b. Diskusi Reguler tentang Fiqh Perempuan
c. Penerbitan
d. Pelatihan Sistem Pendidikan Yang Berkeadilan Gender perperspektif Islam
2. Pendekataan dan metode yang digunakan P3M dalam mensosialisasikan kesetaraan gender pada masyarakat pesantren, antara lain:
a. Pendekatan Andragogi yang menempatkan peserta sebagai orang dewasa yang memiliki pengalamaan, mampu berpikir kritis dan mengemukakan pendapat serta dapat mengambil keputusan berdasarkan dalam pelatihan / Halqah Fiqh Nisa'.
b. Pendekatan partisifatif adalah sebuah pendekatan yaang berdasarkan pada kepercayaan bahwa peserta sendiri merupakan sumber perselisihan yang utama. Dalam pendekatan ini tidak ada guru dan murid atau fasilitator dan peserta, akan tetapi semua mempunyai kedudukan dan tugas yang sama dalam proses belajar mengajar. Ada bebrapa metode yang digunakan dalam pendekatan parsitipatif, antara lain audio-visual, studi kasus, peragaan peran (role play) dan pemyataan. Pendekatan ini digunakan dalam kegiatan Halqah Fiqh Nisa' dan pelatihan gender berperspektiflslam.
c. Pendekaatan experensial adalah sebuah pendekatan yang berkeyakinan bahwa belajar sejati terjadi karena pengalaman pribadi dan langsung. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah metode penugasan dan ungkapan kreatif. Pendekatan dan metode ini digunakan dalam kegiatan pelatihan gender perspektif Islam.
d. Pendekatan infonnatif adalah pendekatan yang menempatkan peserta sebagai orang yang belum tahu dan tidak mempunyai pengalaman. Dalam pendekatan ini biasanya pelatihan diisi dengan pelatihan dengan ceramah atau kuliah oleh pembicara tentang berbagai hal yang dianggap perlu bagi para peserta. Pendekatan ini digunakan dalam diskusi reguler dan pelatihan gender berperpektif Islam.NIM.: 96222179 Mu'min2022-11-08T02:11:20Z2022-11-08T02:11:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54872This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/548722022-11-08T02:11:20ZPEREMPUAN DI RANAH PUBLIK DALAM AL-QUR'AN (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN NASARUDDIN UMAR DAN HUSEIN MUHAMMAD)Peran publik bagi kaum perempuan sampai saat ini masih banyak diperbincangkan dan diperdebatkan. Pandangan masyarakat duniua saat ini menomorduakan kedudukan perempuan dan masih menempatkannya sebagai subordinat dari kaum laki-laki. Dalam al-qur'an sejak awal telah diperkenalkan perempuan ikut berpartisipasi aktif alayaknya kaum laki......NIM.: 08530015 Ummi Rohmah2022-11-07T08:57:20Z2022-11-07T08:57:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54863This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/548632022-11-07T08:57:20ZPRAKTEK “KESETARAAN GENDER” DALAM KEHIDUPAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM YOGYAKARTAPesantren merupakan lembaga pendidikan yang berciri khas Islami.
Dalam sejarah perjalanannya pesantren dikenal dengan metode tradisional
yang berkomitmen untuk menolak pemahaman-pemahaman dari luar,
termasuk pemahaman gender. Namun dalam hal ini peneliti mendapatkan
objek penelitian yang berkaitan dengan pesantren yang tidak bias dengan
pemahaman-pemahaman gender. Pokok permasalahannya bagaimana
implementasi kesetaraan gender dan peran perempuan dalam Pesantren
Wahid Hasyim?
Gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan
perempuan yang dikonstruksi secara sosial atau kultural oleh masyarakat.
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang
kesetaraan gender dalam kehidupan santri di Pondok Pesantren Wahid
Hasyim Yogyakarta. Temuan hasil penelitian ini ada implementasi kesetaraan
gender yang yang dibentuk dalam pesantren, baik dalam pendidikan,
organisasi maupun dalam bentuk lainnya yang terdapat di pesantren.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan para pengurus,
ustad/ustadzah, pembina dan santri yang dapat mewakili dalam penelitian ini.
Kemudian peneliti mengelola data yang telah terkumpul dengan teknik
deskriptif kualitatif dan menganalisis dengan teknik interpretive analytic
yaitu menggambarkan keseluruhan kejadian dan menafsirkan kembali apa
yang dikatakan, dan dilakukan oleh informan dengan penafsiran peneliti.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembagian wilayah privat
dan publik merupakan konstruksi sosial yang didasarkan pada ketentuan
masyarakat dan agama, dan melemahnya budaya patriarkat (berpusat pada
laki-laki) dikarenakan adanya faktor kesetaraaan gender di dalam kehidupan
pesantren. Dari landasan tersebut maka perempuan di pesantren berkegiatan
atau beraktifitas tidak terbatas pada persoalan status dirinya, mereka dapat
bersama-sama meningkatkan kesejahteraan dalam mencapai cita-cita mereka.
Keterlibatan perempuan (santriwati) dalam berbagai kegiatan atau
program dalam pesantren dilakukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab
untuk menciptakan kehidupan yang bahagia. Kehidupan tersebut dalam relasi
kesejajaran dan kesamaan dalam mencapai prestasi dan memupus
penindasan, diskriminasi terhadap kaum perempuan. Oleh karena itu
perempuan dapat mengenyam pendidikan dan mereka yakin bahwa apa yang
dilakukan tentu tidak bertentangan dengan tuntunan agama. Bagi perempuan
di pesantren menuntut ilmu adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah
SWT.NIM.: 08540026 Sana Margianti2022-11-04T01:37:38Z2022-11-04T01:37:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54792This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/547922022-11-04T01:37:38ZISLAM DAN PEMBIAYAAN PNM MEKAAR
CABANG SUMBERLAWANG SRAGENImproving the people's economy and increasing productivity is one of the goals of establishing a financial institution. In connection with this objective, the government has made various programs at financial institutions such as the one at PT Permodalan Nasional Madani, Sumberlawang Branch, Sragen, which has Mekaar financing which is specifically provided for disabled women. The program was born due to the problem of poverty which the government felt could not be completely resolved. Thus, as an effort by the government to eradicate poverty in the community and to improve family welfare. The determination of the provision of financing in the Mekaar program is also different for each business as well as for disabled women who want to start a business. However, in practice there is a percentage of interest used in providing Mekaar financing. In addition, customers misuse these loans not for business capital but for consumptive needs. Based on this, the authors are interested in studying how the practice of providing financing for the National Civil Capital Mekaar in Sumberlawang, Sragen, and how the Islamic review of the practice of providing financing for the Mekaar Permodalan Madani in Sumberlawang, Sragen.
This type of research is a descriptive qualitative field research. The approach used is socio-economic with data collection techniques using direct observation and interviews. In this study, the informants or respondents were members of women entrepreneurs at PNM Sumberlawang Branch, Sragen. The data that has been collected is then analyzed using the theory of financing and theory of empowerment.
The results show that through financing the government's Mekaar program, it can improve the community's economy through the role of women and can realize social welfare in a better family. In addition, the level of quality and capability of human resources, family income, concern for welfare, independent production and consumption has also increased. In practice, this Mekaar financing uses a capital financing system, in Islamic law this system is known as a qard contract. However, there is an interest scheme that has been set by PNM Mekaar, but none of the customers objected. The determination of financing is also different due to the absence of collateral in the financing. In addition, Mekaar's financing uses a joint responsibility system to pay off customer loans. The view of Islamic law in the practice of providing financing for Mekaar Permodalan Nasional Madani in Sumberlawang Sragen is permissible, because the interest set by PNM Mekaar is interest from productive loans, not consumptive loans. Riba according to the majority of scholars is if it is used for consumer loans and the rate is too high. Therefore, productive loans made by Mekaar are currently not included in usury which is forbidden. The empowerment achieved in the program can be said to achieve benefit for the people and eliminate the harm caused. This is because, in practice, Mekaar Permodalan Nasional, Madani Sumberlawang, Sragen, is allowed to apply for loans many times if all the debts have been repaid. So that it does not cause customers to be in debt and lead to other bad impacts.NIM.: 18203010027 Nur Rofi’ah, S.H.2022-10-27T04:26:57Z2022-10-27T04:26:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54569This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/545692022-10-27T04:26:57ZREPRESENTASI PAKAIAN MUSLIMAH DALAM IKLAN
(ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE PADA IKLAN KOSMETIK WARDAH
DI TABLOID NOVA)Since the beginning, Wardah branding their products with the halal label.
For that, Wardah built Islamic imagine in their ads, one of way to hold the brand
ambassadors dressed hijab or moslem dress. How to dress is a form of
communication. Through dress, a person can convey a message to someone else.
The message is used for imaging of the products Wardah. Based on this, the
author are interested to examining how the representation of moslem dress in
Wardah cosmetics ad.
This research used a semiotic analysis of Charles Sanders Peirce to
translate the meaning of the symbols in Wardah cosmetics ad. According to
Peirce, semiotics set of three main elements is called triangle meaning theory
(sign, object, and interpretant). The signs in the picture can be classified into icon,
index, and symbol. The method used is qualitative. Qualitative research aims to
explain the phenomenon with deep, through deep data collection.
The results can be drawn from this research is moslem dress in Wardah
cosmetics ad represented through the use of clothing that cover the nakedness but
still stylish and fashionable, so it reinforces the image of modern Islamic which
was built by Wardah.NIM.: 08730020 Murti Candra Dewi2022-10-27T02:09:03Z2022-10-27T02:11:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54553This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/545532022-10-27T02:09:03ZREPRESENTASI PEREMPUAN ISLAM DALAM FILM “TJOET NJA’ DHIEN”ilm ini berjudul “Tjoet Nja’ Dhien”. Disutradarai oleh sutradara
kenamaan, Eros Djarot. Penelitian ini berjudul Representasi Perempuan
Islam dalam Film Tjoet Nja' Dhien. Peneliti ingin memahami secara
mendalam tentang sosok perempuan Islam yang direpresentasikan dalam
film Tjoet Nja' Dhien. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Representasi Perempuan Islam dalam Film Tjoet Nja' Dhien?.
Tujuan peneliti disini adalah untuk memahami secara mendalam tentang
sosok perempuan Islam yang direpresentasikan dalam film Tjoet Nja' Dhien.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
memaparkan situasi serta peristiwa yang terjadi didalam cerita film Tjoet
Nja' Dhien dengan menggunakan analisa semiotika untuk menganalisis
objek penelitian. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model Roland Barthes, dimana ia menganalisa berdasarkan sistem
“Denotasi-Konotasi” yang mengarah pada makna-makna kultural yang
melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan
emosional.
Dalam penelitian ini, perempuan Islam digambarkan sebagai sosok
yang berjiwa pemimpin. Kepemimpinan dari watak perempuan Islam masih
terlihat banyak digambarkan disini. Ketika sebuah ucapan dari Cut Nyak
Din pasti selalu dituruti oleh pasukanya, termasuk saat berani membunuh
kaum pengkhianat karena bersekutu dengan kaum kafir Belanda. Jiwa Jihad
Fisabililah pun melekat pada perempuan Islam dengan menggambarkan
kepemimpinan bagai Nabi Muhammad. Sifat pemimpin yaitu bagaimana
rasa berani mati asalkan tidak menyerah dengan kaum kafir.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis gender, penelitian ini
menemukan bahwa tidak terjadi marginalisasi perempuan yang di
representasikan dalam film ini, ditunjukan pada scene satu dan scene dua,
Cut Nyak Din membuat keputusan dan menunjuk sang suami Teuku Umar
untuk menjadi panglima perang melawan kafir Belanda. Pada scene tiga dan
scene empat juga menunjukan tidak terjadi subordinasi perempuan yang di
representasikan dalam film ini, Pang Laot yang melihat kondisi kesehatan
Cut Nyak Din yang kurang baik dan mengajak untuk menyerahkan diri
kepada Belanda, namun ditolak secara tegas oleh Cut Nyak Din. Sedangkan
pada scene lima menunjukan terjadinya gender dan kekerasan yang
dilakukan perempuan, Cut Nyak Din terpaksa memerintahkan anak buahnya
untuk membunuh salah satu pengikutnya yang berkhianat, tetapi dengan
alasan kuat yaitu menumpas seorang pengkhianat bangsa Indonesia.
Sedangkan pada scene enam, scene tujuh, scene delapan dan scene sembilan
menunjukan adanya gender dan beban kerja perempuan, Cut Nyak Din
harus berpikir keras menyusun strategi perang dan menyusun jumlah
pasukan untuk melawan Belanda.NIM.: 07210064 Decka Armyka2022-10-25T07:42:43Z2022-10-25T07:42:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54500This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/545002022-10-25T07:42:43ZREVIKTIMISASI PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL MENGGUNAKAN UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE DALAM MEDIA MASSAThe role of mass media and the development of information technology have a positive impact on everyday life. However, it is undeniable that technological sophistication can also cause negative effects in the form of misuse of communication tools and media that are detrimental and violate the privacy rights of others. In this case, the mass media also contributes significantly to the quality of information consumed by the public. Many mass media industries have abandoned idealism, are not oriented to the public interest, focused on profit alone and the speed with which news is produced. In reporting on cases of sexual violence, the media often provide news that creates gender inequality. Broadly speaking, the above reality occurs in most of the mass media in Indonesia, which places women in a marginal position and creates revictimization of women victims of sexual violence.
This study uses a library research method, which is descriptive analytical, namely by describing the main issues that arise in reporting cases of sexual violence in the mass media. The normative juridical approach is carried out in relation to the provisions of laws and regulations such as the Criminal Code, Law Number 4 of 2008 concerning Pornography, Law Number 11 of 2008 concerning Transactions and Electronic Information, Law Number 13 of 2006 concerning Witness Protection and Victims as well as Law Number 12 of 2022 concerning the Crime of Sexual Violence. This study also analyzes how the mass media represent victims of sexual violence with the discourse analysis of Sara Mills, as well as critical linguistics by Roger Fowler which reinforces the hidden patriarchal ideology by the mass media to the public.
Based on the results of the study, it can be seen that there are already a series of laws that play a role in providing protection for victims of sexual violence in the mass media. However, the reality is that there are still many cases that are constrained by a legal vacuum, inequality in access and protection to discrimination that corners victims from the legal system, state apparatus and community stigma. The mass media also produces news that does not have a gender perspective, resulting in injustice and oppression many times for the victims. Mass media coverage instead focuses on conflicts of interest and power that place women as passive objects, with gender bias and stigmatization paragraphs embedded in the mass media in every news report.NIM.: 18103040124 Sekar Jatiningrum2022-10-25T06:24:40Z2022-10-25T06:24:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54491This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/544912022-10-25T06:24:40ZANALISIS YURIDIS TERHADAP PERMOHONAN GANTI NAMA KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN JENIS KELAMIN DAN ALASAN PROFESI (STUDI PUTUSAN NOMOR 11/PDT.P/2021/PN YYK, 84 DAN 306/PDT.P/2022/PN YYK DAN 30/PDT.P/2022/PN PWT)The recent name change seems to be a new tradition to study. Many people
then misunderstand and assume that everything that is done even though in a
different way will be equal before the law. The Yogyakarta District Court has
accepted and decided on the name change application case for professional reasons,
but on the other hand the Yogyakarta District Court also rejected the name change
application. Then, the Yogyakarta District Court also granted the request for a
change of name and identity followed by a gender change, while on the other hand
the Purwokerto District Court rejected the request for a transgender sex change. As
a result, a lot of assumptions then came about how the specifications of the grant
and rejection of a name change application. In this study, the author examines
several decisions at the Yogyakarta District Court in 2021 and 2022, also examines
one decision at the Purwokerto District Court in 2022 to see the judges'
considerations, judges' considerations in relation to the law, and the legal
consequences of a name change.
The research method used is descriptive-analytical, which is based on the
approach to legislation and the results of interviews. The legislation approach is
intended to study whether it is in accordance with the applicable laws and
regulations. While the interview method is used to obtain information about the
legal consequences and judges' considerations in deciding cases of application for
change of name in relation to changes in gender and professional reasons. The
theory used in this research is the theory of legal certainty and the theory of legal
discovery. Data collection techniques were carried out by collecting primary legal
materials, secondary legal materials, tertiary legal materials and corroborated by
the results of interviews with judges at the Yogyakarta District Court.
The results of this study conclude that: First, the judge's consideration in
deciding the name change case is for reasons of profession, sex change, ownership,
and using the principles of legal certainty and the principle of expediency. Second,
the judge's consideration in deciding the case for the name change application is in
accordance with the law. Third, the legal consequences of changing a person's name
are legally related to their identity and other legal activities.NIM.: 18103040012 Arni Arifani2022-10-20T08:54:48Z2022-10-20T08:54:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54358This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543582022-10-20T08:54:48ZKONTEKSTUALISASI HADIS LARANGAN GIBAH PADA SIKAP PEREMPUAN SALIHAH
(STUDI MA’ANIL HADIS)Tujuan penelitian ini yaitu memahami hadis tentang gibah dan kontekstualisasinya pada sikap perempuan salihah. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu library research. data primer dalam penelitian ini adalah al-Kutub al-Tis’ah, yaitu Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmudzi, Sunan Nasa’i, Sunan Abu Daud, Sunan Ibn Majjah, Sunan al-Darimi, al-Muwattha’ Imam Malik dan Musnad Ahmad bin Hanbal. Data ini dapat berbentuk buku atau kitab, dapat juga berbentuk software seperti al-Maktabah as-Syamilah, CD ROM Mausu’ah al-Hadis al-Syarif al-Kutub al-Tis’ah, Lidwa pustaka. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah kitab-kitab, buku-buku, artikel, jurnal, dan sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi data yang dilakukan secara deskriptif-analisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hadis Imam Muslim nomor 2589 berarti menyatakan tentang sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim di saat ia tidak berada di tempat, dan apa yang disebutkan memang ada pada orang tersebut tetapi ia tidak suka hal tersebut dinyatakan. Sementara pengertian perempuan salihah ditemukan dalam hadis riwayat Imam Muslim 5098 yaitu perempuan yang memiliki sikap 1) dia membuat pasangannya senang ketika dia menatapnya. Akibatnya, wanita yang saleh itu tersenyum pada suaminya dan memberi kebahagiaan kepada suami, 2) Taatilah suami, jika tidak ingin dosa, 3) Kesetiaan kepada suami dan keyakinan pada kewajiban yang dipercayakan kepadanya olehnya. Kemudian kaitanya dengan kontekstualisasi, perempuan salihah harus menjauhi perbuatan gibah karena berdasarkan hadis nabi sudah sangat jelas bahwa gibah merupakan perbuatan yang diharamkan kecuali dalam kondisi yang darurat.NIM.: 15550039 Mar’atus Sholikhah2022-10-20T08:23:49Z2022-10-20T08:23:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54353This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543532022-10-20T08:23:49ZWANITA YANG TIDAK MENCIUM BAU SURGA: JILBAB PUNUK UNTA (STUDI MA’ANIL HADIS)Nabi Muhammad adalah petunjuk bagi kehidupan manusia baik dari perkataan maupun perbuatan dan apa yang ada pada diri Rasuullah saw dan beliau juga sebagai penjelas al-Quran. Jilbab menjadi salah satu pembahasan yang masih diperbincangkan, terlebih jilbab punuk unta. Metode ma’anil hadis menjadi salah satu yang dirujuk akan hadis-hadis Nabi yang tersebar literatur Islam dengan mempertimbangkan makna apa yang terkandung di dalam matan hadis. Adapun jilbab punuk unta itu berupa jilbab yang ditinggikan kuncirannya di atas kepala sampai miring seperti punuk unta. Dalam hal ini penulis menggunakan metode memahami hadis sehingga lebih konkret dan sejalan dalam penelitian ini.
Adapun langkah-langkahnya ialah 1) mencari kata atau kalimat yang akan diteliti 2) kemudian mentakhrij salah satu hadis jilbab punuk unta untuk mengetahui kualitas hadis dan redaksi lainnya yang mana sebagai penguat dari hadis yang diteliti 3) setelah hadis-hadis terkumpul dilakukannya analisis sanad dan matan dan meneliti hadis tersebut shahih atau tidak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jilbab punuk unta yang mana rambut dikuncir dengan tinggi di atas kepala atau melilitkain di atas kepala itu tidak diperbolehkan karena tidak sesuai dengan aturan menutup aurat.NIM.: 15550015 Siti Robiatul Ula Al Adawiyah2022-10-20T06:45:41Z2022-10-20T06:45:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54371This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543712022-10-20T06:45:41ZREPRESENTASI RELASI GENDER DALAM FILM R. A. KARTINI (1982)Secara umum pembahasan mengenai gender disebabkan karena terjadinya konstruksi sosial terhadap perempuan yang menimbulkan marjinalisasi dan subordinasi. Menurut Edward Wilsons perjuangan kesetaraam gender dapat dilihat dari adanya salah satu pihak yang menjadi pejuang terhadap perubahan dari (gender differences). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bentuk-bentuk gender, mendeskripsikan tentang bagaimana gender terjadi dan bagaimana caranya mengatasi adanya ketidakadilan gender serta menganalisis gender yang terkandung dalam film R.A. Kartini (1982).
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gender milik Edward Wilsons dalam teori tersebut terbagi menjadi tiga konsep utama yaitu konsep Nurture, konsep Nature dan konsep Equilibrium.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa scane atau adegan-adegan yang menampilkan tentang Representasi Relasi Gender yang ada di dalam Film R. A. Kartini (1982) yang terjadi di dalam keluarga dan lingkungan diantaranya adalah perempuan tidak boleh melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, perempuan tidak memiliki hak untuk memilih dan memberikan keputusan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, seperti merubah tradisi yang sudah ada (pingitan dan sistem feodal), dalam lingkungan keluarga lebih menonjolkan sisi kemaskulinan dimana laki-laki berhak atas segalanya. Dalam film ini juga menunjukan bahwa tidak terjadinya perubahan terhadap diskriminasi dan marjinalisasi terhadap perempuan, nyatanya masih terjadinya tindakan yang menyudutkan perempuan dengan perlakuan yang buruk terhadap perempuan. tetapi dalam film ini sesosok Kartini berupaya untuk mendobrak budaya patriarki yang menempatkan posisi laki-laki sebagai otoritas utama dibandingkan perempuan, budaya patriarki memberikan pengaruh dan bisa merubah pola pikir masyarakat. Sesosok Kartini berjuang menghilangkan budaya patriarki dengan cara mensubtitusikan budaya yang baru, Kartini ingin kedudukan perempuan disetarakan dengan laki-laki, merubah citra seorang perempuan menjadi sesosok yang mulia dan memperbaiki pribadi manusia menjadi lebih baik hal ini menjadi langkah kecil untuk menupaskan paradigma patriarki yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat.NIM.: 18107020019 Dosi Cahyati2022-10-19T07:53:27Z2022-10-19T07:53:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54349This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543492022-10-19T07:53:27ZPARTISIPASI PEREMPUAN DALAM EKONOMI KELUARGA
DI DESA GAMPLONG II KEC.MOYUDAN KAB.SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALatar belakang masalah penelitian ini adalah peran perempuan saat ini tidaklah hanya pada sektor domestik saja melainkan bergeser ke ranah luar rumah, dalam arti perempuan ikut terjun dalam dunia kerja. Perempuan desa Gamplong II yang bekerja telah memberikan sumbangan terhadap keluarganya, perempuan yang bekerja juga mampu membantu suami dalam memenuhi kebutuhan dalam keluarganya seperti kebutuhan pokok, kebutuhan kesehatan, kebutuhan pendidikan, dsb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi perempuan yang sudah menjadi ibu rumahtangga di Desa Gamplong II, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman, Diy dalam menjalankan pekerjaan pada sektor domestik dan publik untuk mempertahankan perekonomian rumahtangga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data secara deskriptif yakni gambaran tentang partisipasi perempuan yang bekerja untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dengan informan dan juga dengan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori struktural fungsional dari talcot parsons yang menyatakan bahwa satu bagian fungsional terhadap yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) pendapatan keluarga, pendapatan yang tidak menentu dari seorang suami membuat perempuan menjadi tenaga kerja dalam ekonomi rumahtangga. (2)partisipasi perempuan, perempuan berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi di keluarganya dengan memberikan kontribusi dalam menambah pendapatan keluarga yaitu dengan cara bekerja sebagai buruh pabrik, penjahit, pedagang, buruh tenun, dsb (3) bahwa tujuan perempuan bekerja adalah untuk memperoleh upah yang digunakan untuk menambah pendapatan keluarga agar meringankan beban suami (4) peran istri yang bekerja di sektor publik dalam keluarga tidaklah berubah, karena para istri bisa tetap bekerja dan juga masih menjalankan fungsi peran sebagai ibu rumahtangga.NIM.: 18107020022 Vira Nur Aini2022-10-19T02:13:53Z2022-10-19T02:13:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54321This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543212022-10-19T02:13:53ZKETIMPANGAN GENDER SEBAGAI DAMPAK DARI MEKANISASI PERTANIAN (DESA TUNGKULREJO, KECAMATAN PADAS, KABUPATEN NGAWI)Teknologi pertanian kini berkembang semakin pesat dan mulai masuk ke wilayah-wilayah pedesaan termasuk Desa Tungkulrejo. Akan tetapi hal tersebut menimbulkan adanya ketimpangan gender dikarenakan teknologi pertanian cenderung tidak dapat dioperasikan oleh buruh tani perempuan. Maka dari itu dengan adanya teknologi tersebut dapat berpengaruh terhadap peran buruh tani perempuan dalam sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan teknologi pertanian di Desa Tungkulrejo. Mengetahui dampak dari teknologi pertanian terhadap peran buruh tani perempuan. Kemudian untuk mengetahui cara buruh tani perempuan tetap bisa memperoleh penghasilan di tengah perkembangan teknologi pertanian tersebut.
Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori feminisme kritis. Jenis penelitian menggunakan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya perkembangan teknologi pertanian di Desa Tungkulrejo dapat mempermudah pekerjaan petani serta dapat mengembangkan potensi pertanian desa tersebut. Akan tetapi secara tidak langsung penggunaan teknologi pertanian berdampak pada hilangnya alat-alat tradisional yang dulu selalu digunakan. Selain itu masuknya teknologi pertanian juga berdampak terhadap peran buruh tani perempuan, yaitu semakin berkurangnya peluang kerja mereka dikarenakan tahapan-tahapan dalam pertanian yang dulunya dikerjakan oleh buruh tani perempuan kini mulai dikerjakan menggunakan teknologi pertanian yang dioperatori oleh pekerja laki-laki misalnya seperti traktor, dosan, combine, dan seleb. Dengan semakin menyempitnya lapangan pekerjaan buruh tani perempuan akan mencari pekerjaan bertani di daerah lain dan juga bekerja sebagai penganyam tas jika mereka memiliki keterampilan selain bertani. Hal tersebut dilakukan agar mereka tetap bisa membantu perekonomian keluarga.NIM: 18107020005 Linda Binti Nurikrom2022-10-18T08:15:49Z2022-10-18T08:15:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54306This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543062022-10-18T08:15:49ZKONSTRUKSI GENDER DALAM BUDAYA
MANDAILING
(STUDI ATAS KONSEP DALIHAN NA TOLU)Penelitian ini fokus pada konstruksi gender dalam budaya Mandailing, dimana kajian gender merupakan salah satu tema yang masih hangat diperbincangkan khalayak ramai. Dalihan Na Tolu merupakan pandangan hidup bagi Masyarakat Mandailing, Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk mengkaji kebudayaan yang hidup dalam masyara-kat Mandailing dengan berangkat dari filosofi Dalihan Na Tolu. penelitian ini dilatarbe-lakangi oleh nilai-nilai kearifan lokal yang mengandung konsep kesetaraan. Disisi lain struktur sosial yang bersifat patriarki yang menimbulkan ketidakadilan gender.
Penelitian ini akan menjawab apa yang dimaksud dengan konsep Dalihan Na Tolu?, Bagaimana konstruk Gender dalam budaya Mandailing?. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pada umumnya kualitatf menggali infor-masi melalui data kepustakaan berupa teks naskah atau kajian yang erat kaitannya dengan tema penelitian ini. Data yang ada kemudian dianalisis melalui pendekatan feminisme untuk melihat konstruk gender yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang menganut Dalihan Na Tolu.
Penelitian yang dilakukan penulis menemukan hasil bahwa, Kebudayaan Man-dailing yang bersifat Patrilineal menjadikan perempuan sebagai pelengkap adat dan be-rada dalam kelompok yang inperior, agen-agen sosial yang diperankan laki-laki sebagai kelompok superior melanggengkan ideologi patriarki. Pada dasarnya konsep Dalihan Na Tolu mengandung unsur kesetaraan, terlihat dalam praktek adat setiap kelompok Mora, Kahanggi dan Anak Boru bergantian pada setiap posisi, dengan makna yang lebih luas setiap individu ada dalam kelompok baik laki-laki maupun perempuan. Namun karena kuatnya idiologi patriarki, ranah publik didominasi oleh laki-laki dan dianggap mewakili perempuan.NIM.: 15510040 Muhammad Fauzi2022-10-18T08:00:28Z2022-10-18T08:00:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54303This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/543032022-10-18T08:00:28ZRELIGIUSITAS WARIA (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN WARIA AL-FATAH YOGYAKARTA)Santri waria Pondok Pesantren Waria Al-Fatah tentunya memiliki pengalaman yang berbeda-beda mengenai kehidupan Religiusitas. Tidak bisa dipungkiri bahwa Waria merupakan bagian masyarakat perkotaan yang mau tidak mau harus diakui keberadaanya. Masyarakat tidak bisa menutup mata dengan adanya realitas sosial bahwa keberadaan Waria itu nyata adanya. Fenomena Waria sudah menjadi bagian dari masyarakat indonesia. Bahkan di daerah-daerah Indonesia pasti ada komunitas Waria yang secara tidak langsung ingin memperlihatkan eksisitensi mereka, tidak terkecuali di kota Yogyakarta. Di kota Yogyakarta sendiri terdapat pondok pesantren Waria Al-Fatah, didirikanya pondok pesantren tersebut sebagai sebuah upaya untuk memberikan wadah kepada kaum waria untuk mempelajari agama dan mengekspresikan keberagamannya.
Dari latar belakang tersebut peneliti merumuskan dua rumusan maslah yaitu; pertama, Bagaimana kedudukan waria dalam pandangan Islam. Kedua, Bagaimana Religiusitas Waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memahami spiritualitas yang terjadi pada beberapa santri waria Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan purposive sampeling yang dianggap cocok untuk penelitian jenis ini.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara, serta menggunakan prespektif urban sufisme Jalaluddin Rakhmat. Analisa data dilakukan dengan cara membuat serangkaian tema yang didalamnya menjelaskan pengalaman-pengalaman narasumber yang berkaitan dengan kehidupan spiritualitas.
Hasil dari penelitian ini: Pertama, menemukan bahwa kedudukan waria dalam Islam dapat dilihat melalui kitab Fiqh Klasik dimana Islam sendiri tidak memungkiri keberadaan waria. Waria sendiri dalam Islam disebut Mukhannats. Kedua, Religiusitas Waria Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta berdasarkan konsep Muwafaqoh, Munasahah, Mukhalafah dapat dilihat dari perilaku keagamaan merka. Perilaku keagamaan merupakan seuatu tindakan yang diorientasikan kepada yang suci, dalam hal ini menyangkut hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan leingkungan, dan manusia dengan manusia lainya. Dengan demikian perilaku keagamaan secara personal dapat diukur dengan kegiatan seperti beribadah, membaca kitab suci, menelaah teks keagamaan, dan perilaku lain yang dapat mendatangkan manfaat sepiritual seperti menjaga emosi, nafsu, dan lain sebagainya.NIM.: 15510018 Billah Marela Stani2022-10-18T02:25:22Z2022-10-18T02:25:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54270This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/542702022-10-18T02:25:22ZHUKUM MENGGUNAKAN MAKE UP DAN SKIN CARE BAGI PRIA SERTA PANDANGAN DOSEN UIN SUNAN KALIJAGA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM ALUMNI UNIVERSITAS TIMUR TENGAH DAN UNIVERSITAS BARAT UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTAThis reaserch is taking the subject of make up and skin care, with title the ruling of make up and skin care for men and the viewpoint of Islamic State University Sunan Kalijaga lecturer alumni of the Middle East and western Unversity. This theme is taken in consideration by increasing sales and use of cosmetics among men, as well as the community's view that cosmetics are synonymous with women, as are the numerous ustadz linked taking care of skin and beautyfication with tasyabuh.
As for the research type that i used were field research, from the lecturer of UIN Sunan Kalijaga's opinion, and library supported data that would take books, journals and other research on make up and skin care. The research approach to use is intra dicipline and multi disciplines, with maqashid syariah theory and changging mind theory, in order to achieve more comprehensive results, as the writers have not only collected opinions of professors and literature of Islamic law, but rather researchers are gathering the sources of such disciplines as history, medicine, anatomy, formulation, socio anthropology and other sciences.
The results of this study point a difference of opinion from professor UIN Sunan Kalijaga, as well as the reason for the dissent, and the basis of the law, in the ruling of men wearing make up and skin care.NIM.: 15360018 Ahmad Fauzan2022-10-14T09:08:14Z2022-10-14T09:08:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54196This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/541962022-10-14T09:08:14ZKONSEP KESETARAAN GENDER DALAM BUKU QIRAAH MUBADALAH KARYA FAQIHUDDIN ABDUL KODIR DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMLatar belakang masalah ini adalah laki-laki dianggap lebih kuat, lebih unggul, dan lebih penting, serta memiliki sifat memimpin dan mempunyai kemampuan yang besar untuk menjalankan tugas-tugas yang tidak bisa dikerjakan oleh perempuan. Selain itu, kedudukan laki-laki dalam ranah publik lebih dominan daripada perempuan. Perempuan lebih dominan dalam ranah domestik. Kedudukan kepala sekolah didominasi oleh laki-laki, bahkan jumlah tenaga pengajar, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama ke atas lebih didominasi oleh laki-laki. Pendidikan merupakan salah satu kunci terwujudnya keadilan atau kesetaraan gender dalam masyarakat. Pendidikan Agama Islam merupakan proses penyampaian informasi dalam pembentukan insan yang beriman agar manusia menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai diri sendiri, masyarakat, serta kepada Tuhan. Melaksanakan Pendidikan dalam Islam adalah wajib hukumnya bagi setiap laki-laki muslim dan perempuan muslim, bukan hanya laki-laki saja atau perempuan saja, akan tetapi keduanya. Di era modern ini banyak sekali yang melakukan pembaharuan kesetaraan gender, salah satunya Faqihuddin Abdul Kodir melalui bukunya yang berjudul Qiraah Mubadalah. Melihat betapa pentingnya kesetaraan gender ini, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui konsep kesetaraan gender dan relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam.
Jenis penelitian ini yaitu studi Pustaka. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, pencarian dan pengumpulan data dengan membaca dan mendalami, mendeskripsikan dan menganalisa, dan membuat kesimpulan. Analisis yang digunakan adalah analisis konten.
Hasil penelitian ini adalah: pertama, kesetaraan atau keadilan gender dalam buku Qiraah Mubadalah adalah hubungan antara dua pihak yang mengandung arti kemitraan kerja sama, timbal balik, tanpa meninggikan salah satu dan tanpa merendahkan salah satu. Baik laki-laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam ruang domestik maupun publik tanpa membedakan ras, suku, agama, dan lain sebagainya. Konsep kesetaraan gender dalam buku Qiraah Mubadalah relevan dengan pendidikan agama Islam mengenai akidah, ibadah, dan dalam lembaga pendidikan.NIM.: 15410107 Ulfatunni’mah Antufrihana2022-10-14T02:51:56Z2022-10-14T02:51:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54166This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/541662022-10-14T02:51:56ZREFLEKSI TINDAKAN DISKRIMINASI PADA PEREMPUAN DALAM PUISI “SAJAK GADIS DAN MAJIKANNYA” KARYA WS. RENDRAKarya sastra hadir tidak hanya sebagai sebuah seni yang dinikmati, namun lebih jauh adalah sebuah media dokumentasi tentang fenomena-fenomena yang terjadi ketika karya sastra itu dibuat. Sehingga meneliti karya sastra adalah meneliti tentang fenomena-fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Karya sastra adalah seni yang tidak akan bias dipisahkan dengan Bahasa dan Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia. Sehingga tidak mengherankan jika karya sastra juga merupakan alat untuk menyampaikan pesan antar manusia.
Salah satu bentuk dari karya sastra adalah puisi. Di Indonesia memiliki banyak sastrawan yang melegenda karena karya-karyanya dan salah satunya adalah WS Rendra seorang sastrawan berjuluk si burung merak yang sangat sensitif melihat fenomena-fenomena sosial dan mampu untuk mereproduksinya menjadi sebuah karya sastra yang tidak hanya indah namun juga menyimpan pesan.
Salah satu karya WS Rendra yang menarik perhatian peneliti adalah puisinya yang berjudul Sajak Gadis dan Majikannya yang fokus membicarakan tentang diskriminasi perempuan. Peneliti tertarik untuk membedah puisi ini dan melihat refleksi diskriminasi yang diterima perempuan pada tahun 1970an yang mana merupakan tahun puisi ini dibuat dan bertepatan dengan program pembangunan yang gencar digaungkan oleh pemerintah untuk memperbaiki krisis tang dialami pada masa sebelumnya, yaitu pada masa Orde Lama.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra dari Alan Swigerwood yangmana menurutnya karya sastra adalah sebuah dokumen sosiobudaya yang merefleksikan tentang fenomena-fenomena yang terjadi ketika sastra itu dibuat. Karena dalam puisi yang akan diteliti membicarakan tentang diskriminasi perempuan peneliti juga menggunakan prespektif untuk membaca puisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-eskriptif, dimana dalam tahap pelaksanaannya mengguanakan beberapa komponen, yaitu: objek penelitian, sumber data, pengumpulan data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan dengan menggali proses kreatif yang dilakukan oleh seorang sastrawan untuk dapat memunculkan sebuah karya sastra. Teknik analisi data, yaitu: deskripsi data, analisa data, dan menarik kesimpulan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa karya sastra terutama puisi tidak hanya seni untuk dinikmati melainkan rekaman atau dari fenomena-fenomena yang ada pada masa puisi itu dibuat. Dalam penelitian ini mengangkat puisi dari sang maestro WS. Rendra yang berjudul Sajak Gadis dan Majikannya yang mengambarkan diskriminasi yang diterima perempuan pada masa pembangunan era Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto. Isu yang sebenarnya tidak tampak ke permukaan karena tertutup bayang-bayang dari isu yang muncul dari reduksi program pemerintah Orde Baru dan peneliti menemukan bahwa
diskriminasi terhadap perempuan memang terjadi di masa itu. Namun, perlu pengalian lebih dalam untuk mengungkapkanya.NIM.: 15720051 Yoga Dwi Jayadi2022-10-12T03:57:23Z2022-10-21T04:13:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54079This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/540792022-10-12T03:57:23ZCOMPARING MASCULINITIES IN HE NAMED ME MALALA (2015)This study aims to find out the reason Malala remains steadfast in voicing women's rights which is carried out by Malala. Malala was a woman who almost died from being shot by the Taliban; the reason why she was fired was that she insisted on speaking out for the rights of women who were oppressed by Mullah Fazlullah and his followers. The shooting carried out by the Taliban on Mullah's orders was carried out because Malala ignored the rules set by the Mullah. As a father to Malala, Ziauddin did not remain silent and tried to help Malala in voicing women’s rights. Ziauddin condemned Mullah's actions which he thought were very cruel. The researcher analyzed the masculinity act in Ziauddin and compared it with Mullah to find out what made Malala insist on voicing women's rights. The research method carried out by the researcher is a qualitative method and uses the theory of masculinity by Todd W. Reeser to explain the meaning of the components of masculinity, such as discourse, strength, instability, and representation. Based on the results of the analysis that has been carried out, it is the figure of a father like Ziauddin who makes Malala stronger and more confident to continue speaking out for women's rights. Even though according to the analysis, Ziauddin's masculinity is Non-hegemonic masculinity, he remains the primary role model for his daughter, Malala.NIM.: 15150054 Ahmad Zahid Elyasa2022-10-10T08:44:44Z2022-10-21T04:15:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54028This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/540282022-10-10T08:44:44ZSURAH AL MAR'AH FI QISSAH AL QASIRAH LAILAH AL ZAFAF LI NAJIB AL KAYLANI (DIRASAH NAQDIYYAH ADABIYYAH NISA'IYYAH)Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra. Meskipun ruang cerpen tidak sepanjang novel, namun ia tetap muat dan mampu menampung gagasan penulis, situasi dan kondisi suatu masyarakat, serta menawarkan. Subjek penelitian ini adalah cerita pendek Malam Pengantin karya Najib Kailani, dengan objek penelitian citra tokoh perempuan di dalam cerpen, menggunakan pendekatan perspektif feminis ideologis dan metode deskriptif analisis, guna mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji bagaimana kedudukan perempuan di dalam cerpen pada khususnya, dan kedudukan perempuan dalam masyarakat Mesir pada zaman ketika cerpen ini ditulis, yang masih terkungkung dalam kultur patriarki; serta bagaimana kultur tersebut beroperasi dan menindas kedudukan perempuan yang tersubrodinasi dan terobjektifikasi oleh tokoh laki-laki. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya subordinasi dari pihak tokoh laki-laki atas perempuan, dengan mencermati sejumlah aspek, antara lain: Citra perempuan, citra fisik perempuan sebagai perempuan muda yang kritis dan berkesadaran untuk melakukan perlawanan dari tokoh utama, dan ketidakberdayaan dari tokoh perempuan lain. Selain itu ditemukannya narasi keberpihakkan dari penulis cerita sebagai laki-laki pada tokoh perempuan yang ditulisnya; dan yang terakhir pandangan bias gender dari tokoh laki-laki terhadap tokoh perempuan.NIM.: 15110091 Muh Syaifullah Syam2022-10-07T08:07:48Z2022-10-07T08:07:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54005This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/540052022-10-07T08:07:48ZPERAN SITI UMNIYAH DI SISWA PRAJA WANITA (SPW) TAHUN 1919-1929 MSiti Umniyah merupakan salah satu tokoh perempuan yang mempunyai banyak peran di Siswa Praja Wanita (SPW) dan membantu mengembangkan pendidikan yang ada di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Pembahasan mengenai Siti Umniyah menurut peneliti menarik dibahas karena prestasinya selama memimpin Siswa Praja Wanita (SPW), salah satunya adalah dengan merintis berdirinya Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA). Berdasarkan uraian tersebut, penting untuk dibahas mengenai Mengapa Siswa Praja Wanita (SPW) didirikan? Bagaimana Biografi Siti Umniyah? Bagaimana Peran Siti Umniyah di Siswa Praja Wanita?
Penelitian ini menggunakan pendekatan biografi dan sosial. Pendekatan biografi digunakan untuk melihat latar belakang keluarga, pendidikan, aktivitas dan peran Siti Umniyah di Siswa Praja Wanita. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori peran. Menurut Soerjono Soekanto, peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi empat tahap, yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Siti Umniyah lahir di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 29 Agustus 1905. Pendidikan dasar ditempuh Siti Umniyah di Sekolah Pawiyatan (1915). Setelah lulus, Siti Umniyah masuk ke Al-Qismul Arqa. Siti Umniyah menjadi pimpinan Siswa Praja Wanita (SPW), yang didirikan pada 1919, setelah menggantikan Siti Wasilah. Perannya selama di Siswa Praja Wanita (SPW) adalah merintis berdirinya Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA). Ia juga berhasil memajukan Siswa Praja Wanita (SPW) dengan semakin banyaknya anggota dan tambahan kegiatan yang terstruktur. Siti Umniyah juga termasuk sebagai guru yang pertama di TK ABA. Ia juga memprakarsai gerakan dakwah huis bezoek (dakwah dari rumah ke rumah).NIM.: 15120007 Irhamul Hakim2022-10-07T04:28:13Z2022-10-07T04:28:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53987This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/539872022-10-07T04:28:13ZDAWR AL MAR'AH FI AL QITHA' AL 'AM : BAYNA FATAWA AL 'ULAMA' AL SU'UDIYYIN WA RU'YAH AL MAMLAKAH AL 'ARABIYYAH AL SU'UDIYYAH 2030This study examines the representations of the figure and role of Saudi women in the fatwas of Salafi clerics and Saudi Vision 2030. In addition, this study also discusses the Saudi Arabian government's strategy in controlling the role of ulama so that the new fatwas tend to follow state policies. The text of the fatwa and the Saudi Vision 2030 were analyzed using critical discourse analysis, while the government's control over the ulama was analyzed using the theory of repression and co-optation.
The results of this study indicate that the figure and role of women in the
fatwas of Saudi Arabia's Salafi clerics tend to be described in a discriminatory
manner. Scholars direct women to play a role in the domestic sphere. Ulama limit the role of women in education and work. Women in the ulama's fatwas are also represented as people who are attached to a negative stigma. Domestication of the role of women in fatwa discourse cannot be separated from the ideology of Salafi scholars who are anti-equality. Salafi clerics who have the authority to organize the social sphere can freely direct the actions of the people of Saudi Arabia, including women, to play a role in the domestic
sphere. In addition, the great access of ulama to the government is able to make discriminatory fatwas against women as official state laws that are generally accepted in society.
In contrast to the fatwa of Salafi clerics, the government in the Saudi Vision 2030 represents women as more positive figures. The government describes women as state assets, economic drivers, potential resources, open, and energetic. In this vision, the government provides equal opportunities for
women and men to get education, training, and jobs. Women are encouraged to contribute to economic and social development. In this context, the
government encourages women to be more involved in the labor market. The involvement of women in the public sphere is inseparable from the ideology of the Saudi Arabian government during the reign of King Salman bin Abdul Azis and Muhammad bin Salman which tends to lead to liberalization aimed at economic diversification and the legitimacy of power.
Saudi Vision 2030 directs the government to carry out reforms to increase the role of women in the public sphere. The government has replaced many state laws which were adopted from the previous ulama's fatwas. To minimize protests from the ulama, the government made efforts of repression and cooptation. The government's strategy of repression was applied to deal with ulama who openly opposed the reform policy. Meanwhile, to gain the
legitimacy of the ulama, the government implements a co-optation strategy by selecting moderate and pro-government ulama to fill certain religious positions. The strategy of repression and co-optation affects the attitude of the
ulama in responding to the reforms. In this context, the latest fatwas of contemporary Salafi scholars related to the role of women are different from the previous fatwas of Salafi scholars. The fatwas of contemporary Salafi
clerics are more likely to follow the liberalization plan carried out by the governments of King Salman bin Abdul Azis and Crown Prince Muhammad bin Salman.NIM.: 18300016023 Faiq Ainurrofiq, M.A2022-10-06T02:02:18Z2022-10-06T02:02:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53941This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/539412022-10-06T02:02:18ZPROFESIONALITAS HAKIM PEREMPUAN TERHADAP PUTUSAN PERKARA HAK-HAK PEREMPUAN DAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTAThis research study is about the professionalism of female judges on the decisions of women's and children's rights cases at the Yogyakarta Religious Court. Talking about the Yogyakarta Religious Court, there is a significant difference in terms of female judges, in 2021 there will be female judges who occupy the position of Deputy Chair and have the most female judges compared to 4 (four) Religious Courts, under the reduction of the Yogyakarta Religious High Court. There are 10 (ten) female judges in the Yogyakarta Religious Court, 2 (two) female judges in the Sleman Religious Court, 1 (one) female judge in the Bantul Religious Court, 2 (two) female judges in the Wonosari Religious Court, and 3 female judges in the Wates Religious Court. (three) female judges. Article 32 of Law no. 4 of 2004 concerning Judicial Powers emphasizes that: "Judges must have integrity and a personality that is not blameworthy, honest, fair, professional and experienced in the field of law". It is clear that the judicial power or professional judges with respect to their duties, authorities and responsibilities already exist and are stipulated in the law. The main subject of this research study is how female judges provide the rights of women and children and how the professionalism of female judges' decisions in guaranteeing the rights of women and children.
This type of research is field research, supported by library research. The nature of the research is descriptive analysis. While the approach used is normative empirical. Legal research conducted using data sources; primary data and secondary data. The data collection techniques used are interviews and documents. Furthermore, the technical analysis of the data used to analyze is collecting data (data collection), data interpretation and conclusion as well as using the theory of gender equality with the principles contained in PERMA No. 3 of 2017 as well as aspects of the Judicial Commission's decision.
Based on the results of this study, it can be seen that the decision of female judges in granting the rights of women and children is in accordance with the principles contained in PERMA No. 3 of 2017 concerning Guidelines for Adjudicating Women's Cases Against the Law, namely: respect for human dignity, non-discrimination, gender equality, equality before the law, justice, benefits and legal certainty. And the professionalism of the decisions of women judges in guaranteeing the rights of women and children is also in accordance with the aspects of the decisions of the Judicial Commission, namely; procedural aspects of procedural law, material legal aspects, legal reasoning aspects, philosophical aspects and the imposition of sanctions, as well as aspects of professionalism.NIM.: 20203011050 Muhammad Khusaini, S.H.2022-10-05T06:54:48Z2022-10-05T06:54:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53907This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/539072022-10-05T06:54:48ZRELASI GENDER SUAMI ISTRI DALAM PANDANGAN TOKOH PERSISTRI TASIKMALAYA JAWA BARATGender inequality is often found in the realm of the state, society and household . Gender inequality also occurs in husband-wife relationships in the household. The patriarchal culture that has developed from generation to generation has resulted in women being always placed in the domestic sphere. So women are always required to be able to complete all housework where the work tends to be complicated and requires a lot of visuals. The patriarchal culture has also been believed by the wider community, so that gender can be said to be fair if there is no marginalization, subordination, stereotypes, double burdens and violence against women.
Based on pre-research data that has been carried out, so far the existing literature and research has focused more on opinions about gender to organizations or figures who are considered gender understanding. So in this study, I want to try something else to fill the existing gaps and find a balance using existing theories because there are still few opinions or views from women's organizational figures in this case the Tasikmalaya West Java Persistri Organization because they are more existent and actively hold activities regarding relationships. husband and wife relations in the family, including establishing a Family Consultation Institute. The research method is carried out by going directly to the field (field research) to interview several Persistri figures in depth, using Gender Theory which is then processed qualitatively to find a research conclusion, using the Muslim Feminism approach.
This study found that the interviewed Persistri figures agreed on a balanced gender relationship between husband and wife, namely in the case of a wife who enters the public world to earn a living. Then the permissibility of a wife who becomes the head of the family for certain reasons. Whereas in marriage, the guardian is still the father of the bride, but still allows women to be Khatib for the marriage sermon. Furthermore, regarding the rights and obligations of husband and wife, if drawn into gender relations, they must hold the principle of egalitarian and collegial relations so that the concept of mubdah in the family goes well. The Persistri organization experienced a paradigm shift from Puritan Islam to moderate-progressive Islam in which Persistri did not treat religion like a frozen monument but treat it within the framework of a dynamic and active faith. The typology of Persistri's view on gender relations between husband and wife can be categorized into a Soft-Moderate-Progressive typology, because on the one hand this view still agrees with fiqh provisions that are considered gender biased, such as guardians, and on the other hand, they continue to reinterpret some texts that are considered misogynistic or gender bias.NIM:. 20203011047 Devi Azwinda, S.H.2022-10-05T06:32:50Z2022-10-05T06:32:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53905This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/539052022-10-05T06:32:50ZHADANAH PADA IBU YANG MURTAD DALAM PERSPEKTIF MAQASID ASY-SYARI’AH IMAM ASY-SYATIBI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 127 K/AG/2016)Haḍānah merupakan kegiatan mengasuh, memelihara, dan mendidik seorang anak sampai ia dewasa atau mampu melakukan sesuatu secara mandiri. Apabila terjadi perceraian antara ibu dan ayahnya, maka hak haḍānah lebih diprioritaskan kepada ibunya. Permasalahan muncul ketika sang ibu telah murtad sedangkan anak masih berada dalam periode penyusuan. Permasalahan ini selaras dengan perkara haḍānah yang terjadi di Mahkamah Agung No. 127 K/Ag/2016, di mana kakek dan nenek dari garis ayahnya ingin mempertahankan akidah si cucu dari ibunya yang sudah murtad. Lantas apa yang menjadi kebutuhan primer (al-ḍārūriyyah) bagi anak pada masa tersebut, agama atau jiwanya? dan bagaimana maqāṣid asy-syarī’ah Imam Asy-Syatibi memandang hal tersebut?.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan lapangan (field research). Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik. Dalam metode pengumpulan data penyusun menggunakan metode studi kepustakaan, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis menggunakan pendekatan empiris-filosofis dengan teori maqāṣid asy-syarī’ah dari Imam Asy-Syatibi.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan pendekatan maqāṣid asy-syarī’ah Imam Asy-Syatibi dapat dijelaskan bahwa pengasuhan dan pemeliharaan bagi anak yang masih dalam periode penyusuan dapat dilakukan oleh ibu meskipun ia telah murtad, karena kemaslahatan primer (al-ḍarūriyyah) bagi anak pada masa itu adalah kemaslahatan jiwa (hifẓ al-nafs), sedangkan kemaslahatan akidahnya (hifẓ al-dīn) ada pada tingkat sekunder (al-hājiyyah) bahkan mungkin tersier (al-tahsīniyyah) karena anak pada usia tersebut belum dibebani untuk melaksanakan syariat Allah dan belum bisa menalar sesuatu. Setelah selesai masa penyusuan, maka hak asuhnya dapat diberikan kepada kakek dan nenek dari garis ayah yang beragama Islam, selanjutnya setelah mumayyiz anak dapat diberikan hak memilih dengan siapa dia akan ikut.NIM.: 20203011020 Hutri Rahayu, S.H.2022-10-05T03:27:49Z2022-10-05T03:27:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53886This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538862022-10-05T03:27:49ZPENANAMAN ETOS KERJA DALAM PELAKSANAAN PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ANAK PEREMPUAN DI RUMAH GADANG (STUDI DI NAGARI KAPAU KECAMATAN TILANTANG KAMANG KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT)Indonesia is one of the countries in the world that has the largest population and
even ranks fourth in the world. With the fourth largest population in the world.
Indonesia should be able to become a prosperous country but in reality this is
different. This is due to inadequate human resources and various other economic
problems. So we need a solution to prevent this. one of them recognizes the
characteristics of each region and recognizes its natural potential. One of
Indonesia's natural potentials is agriculture but in developing the economy it is not
only limited to the scope of farming. This can be seen in most of the people of West
Sumatra who are known as rice stall traders. One of them is Nasi Kapau. It was
named Nasi Kapau because it came from Nagari Kapau. The rice stall business was
born because of the encouragement of the Minangkabau philosophy, namely Alam
Takambang Becomes a Teacher. With this philosophy, the Nagari Kapau people
have succeeded in developing their natural potential to be used as a livelihood and
a form of pride as Minangkabau people. This can be seen in the culinary area in the
Bukittinggi area which is in the Los Lambuang Market. This is what makes Nasi
Kapau at the los stomach market different because it is run by all women. However,
this success may not be directly formed and there must be a work ethic behind this
success. So it is necessary to see how girls are raised in Nagari Kapau. Moreover,
most of the children of Nagari Kapau live and develop in Rumah Gadang which has
special rules and also in raising it is bound by the rules of the rights and obligations
of the child. So based on this, the researcher wants to know how the form of
instilling a work ethic in the implementation of the fulfillment of children's rights
and obligations in Rumah Gadang is. Then how is this from an Islamic perspective?
This type of research is an empirical juridical commonly referred to as
field research with the aim of seeing the reality that is happening in society. Primary
data collection was obtained from the results of observations, interviews and
documentation. This research is descriptive qualitative with the approach used is
ethnography to describe culture as it is.
The results of this study conclude, the form of instilling a work ethic in
the implementation of the fulfillment of children's rights and obligations in Nagari
Kapau is the cultivation of a work ethic as an actualization, grace, service, honor,
calling, art, trust and worship because of the values of spirit, morals and spirituality
and other. So this motivates women in Nagari Kapau to become entrepreneurs when
they grow up based on the values of the work ethic that have been instilled since
childhood and according to Islamic law, all of it is based on the maslahah of
maintaining reason, lineage and religion.NIM.: 19203012018 Andre Indrasukma, S.H.2022-10-04T05:11:28Z2022-10-04T05:11:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53840This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538402022-10-04T05:11:28ZHAK KONTITUSIONAL POLITIK PADA PEREMPUAN UNTUK BERPOLITIK PRESPEKTIF MASLAHAH (STUDI UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM)This study discusses the problem of the existence of a quota for women's representation in general elections as mandated in Law Number 7 of 2017 concerning general elections. However, until now the representation of the role of women in the public sector in relation to politics is still not statistically satisfactory. There are several factors that influence this, one of which is political parties that do not meet the provisions related to women's representation. The position of women is very important in the world of politics, with the representation of women in parliament, of course involving women in strategic positions in making decisions that favor women.
This type of research is library research, which emphasizes data acquisition by examining various literatures such as theses, papers, books, journals, articles, or other references from previous research. The nature of this research is descriptive-analytical. Meanwhile, the approach used is a juridical-normative approach, which is an approach that is carried out by examining concepts, theories, and laws and regulations related to research.
The results of this study are 1) Based on the provisions that have been regulated in Law Number 7 of 2017 concerning general elections where the government has provided information that women are given a quota of 30% in elections. However, in practice, until now the quota has not been fully fulfilled, especially in the legislature. Of the quota given by the government of 30%, both the central and regional governments have not been able to fulfill the quota. Of course, this is an important note because it does not carry out as mandated by Law Number 7 of 2017 concerning general elections. 2) From Maslahah's point of view there is no prohibition related to the participation or participation of women in their representation following the general election, furthermore in this review women's rights in politics fall into the Maslahah ad-Dharuriyat category, if it is associated with the interests of the current government, it is a necessity that must be met. urgent or emergency for the community. Women are now considered to have the same position as men without any distinction in terms of rights and obligations.NIM.: 18103070094 Rosidatul Marzuqoh2022-10-04T04:14:01Z2022-10-04T04:14:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53821This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538212022-10-04T04:14:01ZPROBLEMATIKA HUKUM PEMAKAIAN CADAR (STUDI KOMPARATIF PENDAPAT SYAIKH ALI JUM’AH DAN SYAIKH MUHAMMAD BIN SALIH AL-USAIMIN PERSPEKTIF MAQASID ASY-SYARI’AH )Wanita muslimah yang memakai cadar kerap menimbulkan problem sosial di masyarakat Indonesia, baik dari individu pemakai cadar atau lingkungan sekitar. Penggunaan cadar sendiri termasuk perbedaan pendapat (khila>f) dikalangan ahli fikih (fuqaha), disebabkan karena perbedaan pandangan dalam memahami dalil-dalil syariat, misalnya pada ulama kontemporer seperti Syaikh Ali> Jum’ah berpendapat bahwa penggunaan cadar bukan merupakan suatu kewajiban, melainkan hanya sebagai salah satu bentuk adat dalam menutup aurat perempuan, beliau melandaskan pendapatnya pada dalil Alquran surat an-Nur ayat 31, Hadis Nabi, serta pendapat para ulama terdahulu. Lain halnya dengan Syaikh Muh}ammad Ibn S{a>lih al-‘Us\aimi>n beliau berpendapat bahwa penggunaan cadar merupkan suatu kewajiban dalam upaya menutup aurat seorang muslimah, pendapatnya ini beliau landaskan atas pemahamannya pada Alquran surat an-Nur ayat 31 serta beberapa dalil lain dari hadis dan qiyas. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengapa dapat terjadi perbedaan pendapat antara Syaikh A<li Jum’ah dan Syaikh Muhammad bin S{alih al-Us\aimin tentang hukum penggunaan cadar.
Metode penelitan yang akan digunakan penulis untuk menyelesaikan pokok masalah di atas adalah metode kualitatif berupa penelitan pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan data kepustakaan untuk mencari data, dengan sumber data primer berupa dua kitab karya kedua tokoh di atas beserta fatwa-fatwanya sebagai penguat, serta disertakan pendapat-pendapat lain dari kitab maupun buku para ulama baik salaf maupun khalaf sebagai sumber data sekunder. Kemudian pokok permasalahan tadi akan diteliti menggunakan pendekatan us}ul fiqh dan dianalisis menggunakan teori maqa>s}id asy-syari>’ah Imam asy-Sya>t}ibi.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Syaikh Ali> Jum’ah menetapkan bahwa penggunaan cadar termasuk pada aspek tersier pada praktik ajaran keagamaan (maqa>sid at-tahsiniyyah), karena dianggap sebagai bagian dari budaya sosial keagamaan. Oleh karenanya Syaikh Ali> Jum’ah menempatkan pemakaian cadar sebagai aspek penyerta (maqa>sid ta>bi’ah) yang bisa diikuti dengan mempertimbangkan kondisi adat dan sosial masyarakat sekitar. Adapun Syaikh ‘Us\aimi>n mengkategorikan penggunaan cadar pada aspek primer pada praktik keagamaan (maqa>sid ad}-d}aruriyyah), oleh karenanya Syaikh ‘Us\aimi>n menempatkan pemakaian cadar sebagai aspek dasar (maqa>sid as}liyyah d}aruriyyah ‘ainiyyah) yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslimah di manapun berada karena merupakan bagian dari Syariat Islam.NIM.: 18103060010 Lilik Abdul Malik Jamjami2022-10-04T01:50:22Z2022-10-04T01:50:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53793This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/537932022-10-04T01:50:22ZPANDANGAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA (DP3AP2KB) KABUPATEN SLEMAN TERHADAP IMPLEMENTASI PERDA DIY NO. 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA
(STUDI KASUS PERCERAIAN DI KABUPATEN SLEMAN DIY)Perceraian di DIY khususnya di Kabupaten Sleman masih terbilang sangat tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya data dari Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta yang menyebutkan bahwa pada tahun 2018 angka perceraian di Kabupaten Sleman mencapai angka 1596 kemudian pada tahun 2019 jumlah perceraian meningkat menjadi 1622, pada tahun 2020 jumlah perceraian terus meningkat menjadi 1729 dan pada tahun 2021 angka perceraian di Kabupaten Sleman menurun menjadi 1286. Salah satu upaya pemerintah DIY dalam menekan jumlah angka perceraian di DIY adalah dengan mengeluarkan regulasi Perda DIY No. 7 Tahun 2018 tentang pembangunan Ketahanan Keluarga. Perda tersebut telah diberlakukan sejak tahun 2018 akan tetapi perceraian di DIY khususnya di Kabupaten Sleman terus meningkat sejak tahun 2018 dan menurun di tahun 2021. Pada penelitian ini, pertama, dijelaskan bagaimana pandangan DP3AP2KB Kabupaten Sleman terhadap implementasi Perda DIY No. 7 Tahun 2018 Tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga dalam menekan kasus perceraian di Kabupaten Sleman DIY. Kedua, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pandangan DP3AP2KB Kabupaten Sleman mengenai implementasi Perda DIY No. 7 Tahun 2018 Tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga dalam menekan kasus perceraian di Kabupaten Sleman DIY.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan sifat penelitian deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data melalui studi lapangan yang meliputi wawancara dan telaah dokumen. Adapun objek utama yang diwawancara adalah Pegawai DP3AP2KB Kabupaten Sleman. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan yuridis-normatif yakni pendekatan dengan cara menelaah peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Perda DIY No. 7 Tahun 2018 Tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga. Adapun analisis data yang digunakan bersifat kualitatif dengan metode berfikir induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut pandangan DP3AP2KB Kabupaten Sleman, Perda DIY No. 7 Tahun 2018 Tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga dalam upaya menekan angka perceraian di Kabupaten Sleman sudah terlaksana cukup baik namun belum tercapai secara maksimal. Meskipun ada beberapa kendala, pelaksanaan program kegiatan dari Perda tersebut tetap berjalan. Adanya keterlibatan Pemerintah Daerah sampai Pemerintah Desa serta masyarakat menjadi salah satu bukti keseriusan pemerintah dalam menjalankan kebijakan ini. Program kegiatan yang dihasilkan Perda sejalan dengan teori Maqāsid al-Syarī’ah yakni menjaga keturunan (Hifẓ al-Nasl) dan menjaga jiwa (Hifẓ al-Nafs).NIM.: 18103050065 Qowwim Arfi’atus Salisa2022-09-28T01:15:31Z2022-09-28T01:15:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53525This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535252022-09-28T01:15:31ZGAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN BERDASARKAN TRAIT THEORY DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN NGAWIThe purpose of this research; The first is to find out leadership style of women in the Library and Archives Service of Ngawi Regency, second, to find out the impact of women's leadership style based on Trait Theory on the development of the Ngawi Regency Library and Archives Service on the development of the Ngawi Regency Library and Archives Service. This study uses a qualitative descriptive method with a sampling technique using purposive sampling technique. The subjects of this study consisted of 7 (seven) informants who mastered the research field. The object of this research is the Ngawi Regency Library and Archives Service. Data taken in this study through observation, semi-structured interviews and documentation related to research. The to test the validity of the data using the triangulation method of technique, source and time.
The result of the study indicate that leadership style of women in the Library and Archives Service of Ngawi Regency applies the trait theory leadership style.This can be seen from the suitability of the librarian’s leadership style with trait theory leadership indicators. This indicator includes 8 (eight) sections, namely: intelligence, task-relevant knowledge, dominance, selft-cofidence, energy, tolerance for stress, integrity and honesty, dan emotional maturity. The success of the trait theory leadership style has a positive impact on the Ngawi Regency Library and Archives Service. With good and professional leadership qualities, the head of the library can embrace the librarians and staff so that kinship and cohesivenss in the realm of the work environment can be harmoniously established. Then activities or events at the Ngawi Regency Library and Archives Service can be carried out and run smoothly.NIM.: 20200011023 Arin Krisdiana2022-09-27T04:33:11Z2022-09-27T04:33:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53514This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535142022-09-27T04:33:11ZPEREMPUAN DAN KEMANDIRIAN SOSIAL-EKONOMI DI DAERAH TPST (TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERAKHIR) DUSUN NGABLAK SITIMULYO PIYUNGAN BANTULTujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk
kemandirian perempuan dan strategi perempuan-perempuan di daerah Tempat
Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) dalam membangun kemandirian.
Penelitian berjudul Perempuan dan Kemandirian Sosial -Ekonomi di Daerah
TPST mencoba memperlihatkan adanya kemandirian para perempuan yang masih
belum diketahui oleh masyarakat luas.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah TPST dan tergolong sebagai
penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Data-data yang terhimpun
didapatkan dari sumber-sumber primer dan sekunder melalui beberapa tahapan
yaitu observasi, wawancara dengan interlokutor dan studi dokumentasi yang dapat
memberikan informasi dan data terkait topik penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bentuk -bentuk kemandirian
perempuan di wilayah TPST yang diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan
perempuan atau istri di daerah Tempat Pembuangan Sampah Terakhir terdapat
beberapa bentuk yaitu kemandirian emosi yang dialami oleh beberapa informan
yaitu Ibu S. Y, ibu Y, ibu L, ibu W.G, ibu M, ibu A, ibu S, ibu J, ibu W, ibu S. G.
Selanjutnya kemandirian ekonomi yang dialami oleh beberapa informan yaitu Ibu
S. Y, ibu Y, ibu L, ibu U, ibu W.G, ibu M, ibu A, ibu S, ibu J, ibu W, ibu S. G.
Kemudian kemandirian intelektual yang dialami oleh beberapa informan yaitu ibu
Y, ibu L, ibu M, ibu A, ibu S, ibu W. Kemudian bentu kemandirian yang terakhir
yaitu kemandirian sosial yang dialami oleh beberapa informan yaitu Ibu S. Y, ibu
Y, ibu L, ibu M, ibu U, ibu A, ibu S, ibu J, ibu W. Selain bentuk-bentuk
kemandirian terdapat juga strategi perempuan-perempuan di daerah Tempat
Pembuangan Sampah Terakhir dalam menumbuhkan kemandirian di daerah
Tempat Pembuangan Sampah Terakhir terdapat beberapa strategi yaitu membagi
waktu yang dialami oleh beberapa informan yaitu ibu L, ibu U, ibu A, ibu S, ibu
W, ibu S. G. Strategi selanjutnya menjaga semangat yang dialami oleh beberapa
informan yaitu Ibu L dan ibu J. Strategi ketiga yaitu menjalani dengan ikhlas yang
dialami oleh satu informan yaitu ibu W.G. kemudian strategi yang terahir yaitu
menjadikan pekerjaan sebagai sumber kebahagiaan yang dialami oleh Ibu S. Y
dan ibu M.NIM.: 20200011002 Desi Zuhriana2022-09-27T04:22:08Z2022-09-27T04:22:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53511This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/535112022-09-27T04:22:08ZPOLA BLAMING THE VICTIM DALAM PROSES PENANGANAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL: STUDI KASUS DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL WANITA YOGYAKARTAPerempuan kerapkali berada pada posisi yang lebih rentan membuatnya memiliki kebutuhan perlindungan yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karena itu kita akan menemui banyak lembaga-lembaga yang memberikan perhatian terhadap perempuan secara khusus. Di Yogyakarta salah satu lembaga pemerintahan yang memiliki tujuan dalam memberikan perlindungan terhadap perempuan adalah Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita (BPRSW). Dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan di BPRSW pekerja sosial memiliki peran yang besar di lembaga berbasis perlindungan dan rehabilitasi ini. Namun dalam proses praktik kerjanya, tidak semua pelayanan yang diberikan memiliki keberhasilan sempurna. Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana pekerja sosial di BPRSW mempersepsi dan memberikan penanganan pada perempuan korban kekerasan seksual, serta korelasi dari keduanya.
Metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kuaitatif dipilih agar penulis dapat mencapai tujuan untuk mengetahui karakter serta perilaku manusia dengan lebih dalam, yang mana itu bukanlah suatu hal yang bersifat konkrit. Untuk proses pengumpulan data penulis menggunakan dua metode, yang pertama dengan observasi yaitu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan. Yang kedua wawancara yaitu sebuah percakapan dilakukan dengan tujuan diperolehnya data yang dibutuhkan peneliti untuk kepentingan penelitiannya. Yang terakhir yaitu dokumentasi, yaitu dengan memanfaatkan dokumen dalam bentuk tulisan, gambar maupun rekaman peristiwa yang berkaitan dengan tema penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan temuan berupa persepsi pekerja sosial di BPRSW memperkuat konsep Blaming The Victim (William Ryan dalam Mullaly, 1976) dalam penanganan perempuan korban kekerasan seksual. Hal tersebut dikarenakan persepsi pekerja sosial tidak menunjukkan adanya keberpihakan pada perempuan korban kekerasan seksual. Pekerja sosial di BPRSW masih menggunakan pemahaman konsvensional yaitu cara pandang yang masih menyalahkan korban dengan mengidentifikasi factor personal sebagai penyebab utama dari tindak kekerasan seksual. Sehingga cara pandang ini berimplikasi pada pola penanganan yang tidak berpihak pada korban. Sehingga pola penanganan ini pada akhirnya melahirkan permasalahan baru.NIM.: 19200012033 Neli Zulfa Diana2022-09-27T03:34:49Z2022-09-27T03:34:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53483This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534832022-09-27T03:34:49ZDUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PEREMPUAN PEMULUNG DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (STUDI KASUS DI KAMPUNG KARANGANYAR YOGYAKARTA)Perempuan telah memiliki tuntutan untuk bersikap mandiri. Selain guna
untuk mengembangkan dirinya, hal ini juga dilakukan guna pengembangan bakat
yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa perempuan khususnya di Indonesia saat ini
mengalami kondisi yang dilematis. Mereka dituntut untuk berperan dalam
berbagai sektor tanpa melupakan peran mereka sebagai ibu rumah tangga sebagai
kodratnya juga. Begitupun perempuan yang berprofesi sebagai pemulung
(perempuan pemulung), selain faktor ekonomi dan kemiskinan, faktor urbanisasi
juga di kelompok masyarakat desa juga menjadi salah satu latar belakang
perempuan menjadi pemulung. Di Yogyakarta sendiri terdapat beberapa tempat
yang menjadi titik kumpul kelompok pemulung dan mayoritas kelompok tersebut
biasanya berada di sekitaran TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau ada juga
yang memilih tinggal di pinggiran kali salah satunya Kampung Karanganyar.
Kampung ini terletak di pinggir terusan kali code. Sebagai seorang pemulung dan
juga sebagai ibu rumah tangga tentunya bukanlah hal yang mudah bagi
perempuan. Adanya dukungan sosial dapat menjadikan mental dan psikis
perempuan menjadi lebih baik.
Dengan menggunakan metode kualitatif dan merupakan penelitian
lapangan (field research) secara deskriptif menguraikan hasil dari penelitian
berdasarkan apa yang ada dilapangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
lima dukungan sosial yang diperoleh oleh perempuan pemulung di Kampung
Karanganyar ini. Pertama, Dukungan emosi ini merupakan dukungan yang
melibatkan empati, dukungan ini berasal dari lingkup terdekat yaitu keluarga. Kedua, Dukungan penghargaan yaitu berupa ungkapan-ungkapan positif
membangun yang didapatkan klien dari rekan ataupun lingkungannya. Ketiga,
Seperti yang diketahui bahwa dukungan instrumental yaitu dukungan yang
berupa materi berupa pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.
Keempat, Dukungan informasi ini biasanya dapat berupa saran ataupun masukan
yang pada akhirnya digunakan sebagai sarana pemecahan masalah bagi seseorang.
Kelima, Dukungan jaringan sosial ini merupakan suatu bentuk dukungan yang
berasal dari sekitar individu selain keluarga seperti lingkup pertemanan,
persahabatan ataupun jaringan sosial.
Berdasarkan data yang terdapat dilapangan, terdapat dua peningkatan
kesejahteraan yang dirasakan perempuan pemulung ini berkat adanya dukungan
sosial. Pertama, peningkatan kesejahteraan dari segi pendidikan yaitu didukung
dengan adanya rumah belajar seperti Rumah Belajar Indonesia Bangkit (RBIB)
dan juga Rumah Impian Indonesia (Dream House Indonesia). Kedua, peningkatan
dari segi ekonomi yaitu para perempuan pemulung mulai merambah ke bidangbidang
lain diluar memulung seperti bidang perdagangan. Ketiga, Peningkatan
kesejahteraan dari segi keterampilan. Keempat, Peningkatan dari segi psikologis.
Kelima, Peningkatan dari segi daya tahan (Resiliensi).NIM.: 19200010163 Liza Fakhruni Nasution, S.Hum.2022-09-26T07:14:06Z2022-09-26T07:14:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53448This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534482022-09-26T07:14:06ZHALAH FATIMAH MERNISSI AL NAFSIYYAH ALLATI TA'THAR BI SHAKHSIYYAH "ANA" FI RIWAYAH "AHLAM AL NISA' AL HARIM" LI FATIMAH MERNISSI (DIRASAH NAFSIYYAH ADABIYYAH)Fatima Mernissi merupakan salah satu tokoh Feminis Muslim yang berasal
dari Maroko. Karya-karyanya seperti Beyond the Veil, The Veil and the Male Elite,
Islam and Democracy, Dreams of Trepass dan masih banyak lainnya. Karya-karya
dari Mernissi tersebut sebagian besar membahas mengenai feminisme yang juga
dilatar belakangi oleh kehidupan nyata dari seorang Fatima Mernissi. Salah satu
karyanya yaitu “Perempuan-perempuan harem” telah diterjemahkan dalam
bahasa. Novel tersebut berisi mengenai tokoh aku yang menjalankan kehidupan di
dalam lingkungan keluarga.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang aspek kejiwaan
pengarang yang berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan tokoh-tokoh dalam
karyanya. Penelitian ini berbasis kepustakaan dengan menggunakan metode
kualitatif-deskriptif, yaitu menjelaskan atau mendeskripsikan data data kualitatif.
Penelitian ini menggunakan teori psikologi pengarang Wellek dan Werren. Melalui
teori tersebut penulis dapat mengetahui pengaruh kejiwaan pengarang dengan tokoh
dalam karya.
Hasil dari penelitian ini, dapat diketahui beberapa alasan atau latar belakang
kenapa Fatima Mernissi menjadi seorang pejuang Feminisme. Kondisi tersebut
tergambarkan oleh latar belakang kehidupannya selama di harem dan riwayat
hidupnya yang kemudian berpengaruh kepada tokoh aku dalam novel yang
mencermikan tentang pemikiran feminis Fatima Mernissi.NIM.: 18101010093 Dyan Rizal Anugrah2022-09-26T02:07:43Z2022-09-26T02:07:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53417This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534172022-09-26T02:07:43ZDISIPLIN TUBUH DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM DAKWAH USTAD SYAFIQ RIZA BASALAMAHBody and sexuality have always been issues that are discussed from time to time because they are related to human existence. This issue is often discussed at various levels, across religions, academics, to everyday life. In various social settings, sexuality and women's bodies are often constructed by cultural, social and religious norms that shape identity and also the concept of how to be a woman or a man. This kind of construction often makes women marginalized, discriminated against and even subjected to violence. Women's bodies and sexuality are considered as something taboo and even as a moral system in which the morality of a woman is then seen from how she takes care of her body. This kind of understanding is still carried and even preserved by them, especially by the preachers. One of them is in the preaching of Ustad Syafiq Riza Basalamah. From this context, this study wants to respond to three important questions, namely: first, how are the forms of body discipline and women's sexuality in preaching ustad Syafik RIza Basalamah. Second, what is the position of Ustad Syafiq Riza Basalamah's da'wah in the project of female body discipline and sexuality. Third, what are the implications of body discipline and women's sexuality in the da'wah of Ustad Syafik Riza Basalamah.
This study uses qualitative research methods related to how to understand a symptom, phenomenon or event. For data collection methods, namely documentation and online search methods. The data analysis technique uses content analysis techniques. From the results of this study, it can be concluded that body discipline and women's sexuality in the preaching of Ustad Syafiq Riza Basalamah are still gender biased, which benefits men and harms women. Women's bodies and sexuality are controlled and controlled by existing rules. In the discourse that was built, it was seen how Ustad Syafiq Riza Basalamah strengthened the position of masculine domination in which men remained the rulers in various fields and placed women under men and restored the position of women in the domestic space. The mechanism for disciplining women's bodies and sexuality certainly has implications for subordination, stereotypes, discrimination, marginalization, violence and a double burden on women.NIM.: 19200010002 Defriyanti Puluhulawa2022-09-26T01:44:31Z2022-09-26T01:44:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53409This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/534092022-09-26T01:44:31ZPEREMPUAN DAN ULAMA: AMBIGUITAS PEREMPUAN DI RUANG PUBLIKTesis ini bertujuan untuk mengungkap identitas keulamaan perempuan dalam masyarakat Indonesia yang belum sepenuhnya lepas dari pengaruh sistem patriarki sehingga memunculkan beragam pernyataan setuju dan tidak setuju di masyarakat. Dalam hal ini, untuk bisa tampil di ruang publik sebagai ulama, perempuan harus berusaha lebih ekstra dari rekan laki-lakinya dalam berbagai hal. Kemudian, penelitian ini juga mengulas berbagai tindakan yang dilaksanakan para ulama perempuan dalam upaya memberdayakan masyarakat dibidang sosial keagamaan. Penelitian ini turut berkontribusi pada studi pembangunan dengan mengharmonisasikan teori strukturasi dan perubahan sosial, dimana setiap permasalahan yang ditermukan dalam masyarakat akan ditanggapi dengan baik oleh para ulama perempuan. Kemudian, studi literatur dipakai guna mengumpulkan data dalam penelitian. Proses mengumpulkan data dengan cara menelaah penelitian terdahulu yang ditemukan dalam referensi ilmiah seperti jurnal dan buku, serta mengamati isu terkait dari berbagai media. Penyusunan dokumen disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang berasal dari berbagai sumber.
Hasil penelitian memperlihatkan jika ulama perempuan Indonesia ialah perempuan intelektual yang dalam pemikiran dan tindakannya dilandasi dengan nilai-nilai Islami dan secara aktif peduli terhadap hak-hak perempuan. Penelitian ini memfokuskan pada tiga tokoh sentral yang berafiliasi pada salah satu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU. Ketiga tokoh tersebut ialah Khofifah Indar Parawansa; Dedeh Rosidah (Mamah Dedeh); dan Teungku Hanisah atau biasa dipanggil Ummi. Identitas keulamaan yang di dapat oleh ketiga ulama perempuan di atas ialah murni dari perjuangan pribadi bukan pemberian turun-temurun atas hubungan kekerabatan atau pun dari status suaminya. Berbagai tindakan yang dilaksanakan oleh ketiga ulama di atas antara lain melaksanakan pengajian rutin pada kelompok Majelis Taklim; pembicara di berbagai acara lain seperti peringatan hari besar Islam, seminar nasional bahkan acara di media televisi dan radio; lebih dari itu mereka juga memberikan pelatihan kepada para perempuan dalam upaya mengembangkan kemandirian agar mampu bertahan ditengah arus globalisasi melalui penguatan UMKM dalam pengembangan usaha ekonomi kreatif.
Kesimpulan dari penelitian ini ialah adanya pro kontra yang dihadapi ulama perempuan di ranah publik dalam mendapatkan power dan legitimasi atas kapasitas dirinya. Sehingga menyebabkan terjadinya ambiguitas dalam kehidupan perempuan yang dilematis. Tetapi dalam perkembangannya, perempuan mampu berperan untuk perubahan baik bagi dirinya sendiri ataupun banyak orang. Sehingga ulama perempuan ini berperan lebih banyak dibandingkan ulama laki-laki, karena ia tidak hanya sebagai istri, guru yang yang mendidik anak-anak di rumah, tetapi ia juga ikut serta mengaari masyarakat yang itu tidak dimiliki oleh ulama dari kalangan laki-laki yang hanya fokus mendidik umat dan tidak berperan aktif dalam ranah domestik.NIM.: 18200010020 Diana Kurnia Putri2022-09-22T02:14:30Z2022-09-22T02:14:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53318This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/533182022-09-22T02:14:30ZIDENTITAS PEREMPUAN DALAM PEMBERITAAN DETIK.COM PADA KASUS TARA BASRO (ANALISIS WACANA SARA MILLS)Identity that exists during this human life, is a big question. In particular,
the identity of women, labeled with the female gender, is known as a person who
is weak, gentle, compassionate and compassionate. Even women with sexuality
determine women's identity. The existence of social media construction of
women's identity on mass media in the form of online news. Detik.com seeks to
construct women through text, namely Tara Basro, known as body positivity , is
his identity as a woman. Regardless of whether women are active or passive,
powerful or not, play a major role or not, what is clear is that the commodification
of women's bodies is an important issue in the media. Regarding the case of Tara
Basro as a public figure raised by Detik.com, the focus of the problem that the
researcher wants to present is: What kind of construction of female identity is
raised by Detik.com using Sara Mills analysis?. Furthermore, how is the identity
of women built and contested in the news of Tara Basro in the online media
Detik.com?
This study uses a critical paradigm discourse by Sara Mills, that is how
women are depicted and marginalized in the text, with two main points to reveal
the text's bias against women. Namely the position of the Subject-Object and the
position of the Author-Reader. Furthermore, qualitative research by examining the
content and text of a news story. The research subject is Detik.com which is an
online media in terms of reporting on the Tara Basro case. Sources of data using
two methods, namely primary data, obtained from researchers by collecting a
number of news documents Detik.com. While secondary data, namely
complementary data in terms of literature, in the form of books, journals, websites
and other scientific works.
Whereas the construction of reality on social media using Sara Mill's
discourse analysis, namely, Detik.com sees women who echo body positivity or
love their bodies as acts of pornography . The identity of women is influenced by
the discourse presented by Detik.com. For the exploitation of women's bodies in
the media, not only from vulgar photos in a magazine, but also exploitation in a
news title and news content. The body becomes a symbolic capital in capitalism in
today's modern world, where a woman's body is a sign.NIM.: 19202010028 Nining Mauiddatul Hasanah2022-09-22T02:10:27Z2022-09-22T02:10:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53317This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/533172022-09-22T02:10:27ZSTRATEGI DAKWAH TRANSFORMATIF JAMI’IYAH PEREMPUAN PENGASUH PESANTREN DAN MUBALIGHOH (JP3M) YOGYAKARTA DI MASA PANDEMI COVID-19Covid-19 (corona virus disease 2019) is an epidemic that has been designated as a
global pandemic for the whole world. So it is necessary to have the participation of
religious leaders, community leaders, religious leaders to educate and break the
chain of the spread of COVID-19 which has become a pandemic because the quality
of the congregation or ummah depends on the guidance of their respective religious
leaders. On the other hand, da'wah activities are required to continue despite the
covid pandemic. Jam'iyyah Women Caregivers of Islamic Boarding Schools and
Muballighoh Yogyakarta is an organization that brings together female caregivers
of Islamic boarding schools who are engaged in the field of da'wah who participate
and contribute in providing direction to students and the community around the
boarding school. and mujlah then the method is applied in carrying out da'wah
activities divided into various fields which can be described as follows, activities in
the field of religion, organization and cadre, women's empowerment, arts and
culture, economics, environmental health, public relations and partnerships. The
Transformative Da'wah of Jam'iyyah Women Carers of Islamic Boarding Schools
and Muballighoh (JP3M) Yogyakarta During the Covid-19 Pandemic trying to
actualize Islamic values, there were several da'wah activities that underwent
technical and substance changes as well as the transformation of da'wah media.
The content and results of da'wah activities that involve a transformation process
require public awareness. The main target of da'wah is the creation of a social
order in which a group of people live in peace, justice, harmony. Transformation is
urgent to re-examine the validity of conventions born by institutions in order to
survive and revive.NIM.: 19202010027 Dewi Fatimah Zahro2022-09-22T01:15:06Z2022-09-22T01:15:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53304This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/533042022-09-22T01:15:06ZWORK-FAMILY CONFLICT DAN STRATEGI COPING (STUDI KASUS PENCATAT METER PEREMPUAN DI PLN REGIONAL SOLO)Dewasa ini kesempatan perempuan untuk berkarir di dunia kerja sudah terbuka lebar, bahkan angka keterserapan tenaga kerja perempuan lebih besar daripada laki – laki. Namun semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja perempuan ternyata juga menambah angka konflik peran pekerjaan dan keluarga atau work-family conflict. Fenomena konflik tersebut sudah menjadi hal yang lumrah bagi seorang ibu yang bekerja, namun jika diabaikan akan menimbulkan masalah – masalah baru yang akan mengambat terpenuhinya kebutuhan keluarga pekerja perempuan. Tidak semua orang dapat menghadapi work-family conflict dengan baik. Sehingga diperlukan strategi untuk menghadapi gejolak permasalahan tersebut. Hal tersebut menimbulkan keterterikan peneliti untuk melakukan penelitian yang bertujuan mendapatkan informasi serta gambaran mengenai work-family conflict (konflik pekerjaan dan keluarga) dan strategi coping yang diterapkan oleh pekerja pencatat meter perempuan di PLN regional Solo.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan metode studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini terdiri dari 12 narasumber yaitu pekerja pencatat meter perempuan, koordinator lapangan area Sukoharjo, Ketua SPLAS, Sekretaris SPLAS, pekerja pencatat meter laki – laki, dan anggota keluarga pekerja pencatat meter perempuan.
Hasil penelitian menunjukan work-family conflict terjadi pada pekerja pencatat meter perempuan yang sudah menikah, yang ditunjukkan dengan adanya ketidakseimbangan dalam pemenuhan peran antara peran pekerjaan dan keluarga. Work-family conflict yang dialami oleh pekerja pencatat meter perempuan dapat diklasifikasikan menjadi 3 bentuk yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan behavior-based conflict. pada pekerja pencatat meter perempuan dapat dihadapi dengan beberapa strategi coping yaitu dukungan sosial, dan merencanakan penyelesaian masalah dengan baik. Tidak jarang konflik peran pekerjaan dan keluarga juga mempengaruhi emosi pekerja pencatat meter perempuan yang diselesaikan dengan emosional-focused coping, yaitu self control dan Positive reappraisal.NIM.: 18102050054 Ikrimah Izzatun Nafsi2022-09-20T07:03:59Z2022-09-20T07:03:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53269This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/532692022-09-20T07:03:59ZANALISIS GENDER TENTANG BEBAN GANDA PEREMPUAN PEKERJA (STUDI KASUS IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA DI PT HAJMA ARUNA JAVA KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL)Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beban ganda yang di terima
oleh pekerja perempuan di PT Hajma Aruna Java dan ketidakadilan gender serta
dampak yang ditimbulkan akibat beban ganda yang mereka alami pada kehidupan
rumah tangga. Adapun penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini diantaranya
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini bahwa masyarakat memiliki persespi yang sama bahwa
peran perempuan adalah menjaga kebersihan rumah, menjaga keluarga, menjaga
pakaian, memasak, pengelola keuangan, dan berbelanja. Karena adanya anggapan
ini perempuan yang sudah menikah dan memilih untuk bekerja karena faktor
ekonomi harus menerima peran ganda yaitu peran domestik dan publik. Adanya
peran ganda yang mereka dapatkan mengakibatkan mereka mengalami beban
ganda. Beban ganda ini terjadi karena total beban pekerjaan dan total waktu
bekerja lebih banyak diterima oleh perempuan dari pada laki-laki khususnya para
pekerja perempuan di PT Hajma Aruna Java. Beban ganda yang dialami
perempuan pekerja di PT Hajma Aruna Java merupakan sebuah ketidakadilan
karena mereka harus menerima beban lebih banyak dari pada laki-laki akibat
norma budaya yang berlaku di masyarakat. Bekerjanya para pekerja perempuan di
PT Hajma Aruna Java juga menimbulkan dampak bagi kehidupan rumah tangga
mereka. Dampak yang yang dihasilkan berupa dampak positif dan negatif.
Dampak positif meliputi, 1) meningkatnya pendapatan keluarga, 2) terpenuhinya
kebutuhan anggota keluarga, 3) stabilnya keuangan keluarga, 4) perasaan bahagia
yang dirasakan oleh pekerja perempuan. Kemudian dampak negatif yang mereka
alami yaitu, 1) masalah kesehatan, 2) perubahan emosional, 3) waktu berkumpul
dengan keluarga yang tidak maksimal. Pekerja perempuan juga mengalami
ketidakadilan gender. Dari lima manifestasi ketidakadilan gender, mereka
mengalami 4 manifestasi, yaitu marginalisasi, subordinasi, stereotipe dan beban
ganda.NIM.: 18102050041 Lia Fuji Astutti2022-09-19T06:53:15Z2022-09-19T06:53:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53185This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/531852022-09-19T06:53:15ZPROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI: PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SRIKANDI MRICAN” DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DI PADUKUHAN MRICAN, CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTAIndonesia merupakan negara tropis dengan sinar matahari yang cukup dan tanah yang subur sehingga potensial menjadi daerah pertanian yang baik.. Namun berdasarkan data statistik dan survei angkatan kerja terjadi tanda-tanda krisis pangan mulai dari jumlah petani dan lahan yang menurun. Salah upaya dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yaitu melalui pemenuhan gizi dan pengurangan kompetisi pangan yang dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan rumah dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Program ini telah dilaksanakan oleh kelompok wanita tani (KWT) Srikandi, yang terletak di Padukuhan Mrican.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran serta hasil KWT Srikandi dalam meningkatkan ketahanan pangan melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari ( KRPL). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun penentuan informan menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pertama, peran KWT Srikandi dalam meningkatkan ketahanan pangan yaitu: (1) Meningkatkan keterampilan, KWT Srikandi memberikan edukasi kepada anggota berupa pelatihan dan kegiatan pertanian, yaitu melalukan pengembangan demplot, Pengembangan bibit, pengembangan pekarangan. (2) penguatan lembaga, KWT Srikandi menggunakan 2 cara, yaitu secara internal maupun eksternal. Secara internal KWT menjadi tempat untuk memperkuat kerjasama antar lembaga baik untuk sesama poktan (kelompok tani), dan antar poktan. Dan secara eksternal KWT bekerjasama dengan lembaga, institusi dan jaringan-jaringan terkait untuk melakukan inovasi dan membangun sinergitas dalam berbagai bimbingan seperti memberikan pelatihan dan memberikan fasilitas. (3) peningkatan produktivitas, produksi hasil pertanian yang diolah oleh anggota untuk usaha tani yang dapat diinovasikan dan dikembangkan sebagai produksi yang berkelanjutan. Kedua, adapun hasil yang dari peran KWT dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga melalui program KRPL adalah Penghematan pengeluaran rumah tangga, Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi dari hasil pertanian, Peningkatan Jumlah Produksi Yang Dijual Oleh Hasil Tanaman KRPL, Peningkatan partisipasi rumah tangga yang melaksanakan KRPL.NIM.: 18102030061 Dewi Rohaeni2022-09-19T06:34:27Z2022-09-19T06:34:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53179This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/531792022-09-19T06:34:27ZSTRATEGI SOLIDARITAS PEREMPUAN KINASIH DALAM PENGUATAN PENGORGANISASIAN PEREMPUAN AKAR RUMPUT STUDI KASUS PADA KELOMPOK TANI PEREMPUAN KARISMA KULON PROGOrakat melalui penguatan kapasitas yang akan mewujudkan sebuah aksi sosial dan berdampak pada perubahan di masyarakat. Hakikat pemberdayaan esensinya harus bisa dirasakan oleh seluruh masyatakat tanpa terkecuali, termasuk perempuan akar rumput maupun kelompok rentan atau marginal lainnya.
Untuk itu, diperlukan sinergi dari berbagai organisasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupun komunitas yang berfokus memberdayakan perempuan akar rumput. Salah satu komunitas di Yogyakarta yang memiliki perhatian serupa adalah SP Kinasih. Salah satu wilayah dampingan SP Kinasih adalah kelompok tani perempuan yang diberi nama ‘Karisma’ yang berlokasi di Kulon Progo. SP Kinasihh menggunakan strategi pengorganisasian dalam memberdayakan Karisma.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi, wawancara dan dokementasi yang mengasilkan fakta terkait tantangan yang dihadapi SP Kinasih dalam melakukan pengorganisasian di Karisma, di antaranya; terjadinya penyebaran pandemi covid-19, belum sulitnya merubah pola pertanian kimiawi menjadi lestari, serta minimnya SDM yang mau bergerak di bidang pengorganisasian. Kemudian hambatan eksternal lainnya tidak adanya regulasi yang jelas terkait pola pertanian lestari dari pemerintah.
Fakta berikutnya yang penulis dapatkan dari hasil penelitian adalah strategi pengorganisasian yang dijalankan SP Kinasih terhadap Karisma, yakni melalui Home Visit, peningkatan kapasitas dan pertemuan rutin diskusi kampung. Karisma juga memiliki 2 program unggulan demi mencapai tujuan pengorganisasian; Diskusi Kampung untuk pengembangan politik internal dan Diskusi antar Kampung untuk pengembangan politik eksternal, selaras dengan teori pemberdayaan dari Jim Ife yang mendeskripsikan fungsi pengorganisasian sebagai pengembangan politik. Penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi langsung di lapangan. Rentang waktu dalam melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2021 hingga bulan Juli 2022.NIM.: 18102030039 Astri Novita2022-09-16T06:21:19Z2022-09-16T06:21:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53121This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/531212022-09-16T06:21:19ZFEMALE MASCULINITY ON PRINCESS JASMINE AS SEEN IN ALADDIN (2019Aladdin is a 2019 American fantasy musical film produced by Walt Disney
Pictures and adapted from the popular animated film of the same name by Disney.
This study focuses on the masculinity of Princess Jasmine. In this paper, the
researcher uses a qualitative method and the theory of female masculinity written
by Judith Halberstam. This study also uses film theory written by A.D Jameson to
understand the scenes in the film. This research aims to find the side of masculinity
in Princess Jasmine. Princess Jasmine's masculinity is formed since her mother died
to make her father Sulthan very protective of her, and his love for his people
enhances his sense of leadership. The masculinity of Princess Jasmine is not seen
directly from her physique but her character and behavior. The masculinity shown
by Princess Jasmine shows Disney audiences that leadership and courage are not
only present in male roles.NIM.: 18101050064 Muhammad Hafidz Firmansyah2022-09-12T01:39:19Z2022-09-12T01:39:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52902This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/529022022-09-12T01:39:19ZFEMALE MASCULINITY PORTRAYED BY FARAH KARIM OF CALL OF DUTY: MODERN WARFARE (2019)Female characters in films or video games especially Middle Eastern one are often sexualized and misportrayed. This Call of Duty: Modern Warfare video game is defying the trend by portraying a strong and masculine middle eastern female character. This research focuses on the portrayal, shaping, and the implication of masculinity of Farah Karim. This research uses qualitative method and Female Masculinity theory by Judith Halberstam. This research also uses Film Theory by Amy Villarejo to understand the scenes. This research aims to reveal the portrayal of Farah Karim’s masculinity. This research reveals that Farah’s masculinity was shaped because of violence she had since she was a child. She lost her parents because of war, was imprisoned and tortured for 10 years, and experienced wars since child. The image of masculinity of Farah Karim can be seen from the way she dresses, being powerful, her ability to hide emotions, and enrolling in the military. Farah’s masculinity was implicated in the video games to change the perception of women in general and particularly middle eastern women in video games.NIM.: 17101050059 Nadim Maula Viqnanda2022-09-12T00:58:56Z2022-09-12T00:58:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52879This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/528792022-09-12T00:58:56ZDEKONSTRUKSI GENDER : UPAYA PEREMPUAN DALAM MELAWAN STIGMA MENSTRUASI DI FILM PERIOD. END OF SENTENCE (STUDI ANALISIS WACANA KRITIS SARA MILLS)Penelitian yang berjudul ―Dekonstruksi Gender: Upaya Perempuan dalam Melawan Stigma Buruk Menstruasi di Film Period. End Of Sentence (Analisis Wacana Kritis Sara Mills)‖ dengan tujuan mengetahui bagaimana proses dekonstruksi yang dilakukan oleh film Period. End Of sentence terhadap stigma buruk menstruasi yang ada di film Period. End Of Sentence. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis wacana kritis Sara Mills. Objek penelitian ini adalah adegan dan dialog yang mengandung dekonstruksi melalui tokoh-tokoh utama dalam film Period. End Of Sentence. Subyek penelitian ini adalah film ―Period. End Of Sentence‖.
Hasil penelitian ini menemukan 1. Posisi subjek adalah empat tokoh utama yakni Sneha, Suman, Sbahana dan Arunachalam Muruganantham. 2. posisi objek diletakkan kepada kaum laki-laki di Harpur. 3. Posisi pembaca dalam film ditempatkan dalam salah satu posisi yang dapat mememengaruhi sebuah teks dipahami dan bagaimana aktor sosial diposisikan. Melalui analisis wacana kritis pula diperoleh bahwa perempuan di Harpur mengalami marjinalisasi, subordinasi, dan pelekatan stigma buruk terkait menstruasi yang mereka alami. Dekonstruksi yang digambarkan dalam film Period. End Of Sentence berupa pembalikan oposisi biner dominan: perempuan tidak mandiri, perempuan kotor, perempuan terkekang, dan perempuan lemah. Pembalikan ini memunculkan oposisi biner dominan baru berupa perempuan mandiri, perempuan tidak kotor, perempuan bebas, dan perempuan kuat. Adegan-adegan dan dialog yang dipaparkan dalam film Period. End Of Sentence telah mengungkapkan dua aspek dari tiga aspek yang berusaha dibongkar Derrida melalui teori dekonstruksinya. Aspek tersebut adalah aspek logosentrisme dan dualisme.NIM.: 16210012 Yosi Hermanto2022-09-08T06:48:28Z2022-09-08T06:48:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52823This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/528232022-09-08T06:48:28ZPEREMPUAN DAN POLITIK EKSPRESI NAJIB AL-KAILANI
DALAM NOVEL ‘AZRA’ JAKARTA'Politics of literature' is not like 'politics of the author' which explains the
projection of the author to see his political movement. But how literature becomes
itself to interrupt the sosial order that perpetuates power. The researcher found
Najīb al-Kailānī 's emancipation movement in his novel ‘Ażrā’ Jākartā' which
transcends all forms of identity to place the 'part of no part' subjects again. In this
discourse, Najīb al-Kailānī will discuss the politics of expression regarding the
emancipation movement in his novel by shaking the police order as a literary ethic
regime that always places women, and communism/counter-communism
movements in a single space, role and time, so that ‘demos’ do not again heard.
The research method used in this study is a qualitative descriptive research
method with historical, critical, and hermeneutics reading. This reading is
attempted to find the author's external historical movement that inspired the novel
‘Ażrā’ Jākartā', to criticize it carefully, and to find the meaning behind the sentence
written by the author. The theory that seeks to answer the fundamental problem in
this research uses the postmarxist sociological approach of Jacques Ranciere to find
a cultural space that negates subjects to be heard, redistribution of 'reasonable', and
the creation of a 'common space' which the author assumes to bring together
‘police’ and 'politics' in a 'dissensus' space.
The negation of women and ideological movements in the novel is born in
the cultural space as the standard for telling artistic works of art. Najīb's politics of
expression does not only question the events of political conflict in Indonesia such
as the setting in the novel, but also the projection of a universal cultural space in
which women and ideological movements negate one another. The novel ‘Ażrā’
Jākartā' projects the redistribution of each subject and regenerates the subject of
politics which is completely new both in the role, space and time that surrounds it.
Najīb al-Kailānī was declared successful in creating 'the political' by making his
novels 'political' and 'aesthetic' to interrupt the practice of ‘police’ power, put the
subject back in the section, and regenerate a new political subject.NIM.: 20201011015 Mohammad Badrus Sholih2022-09-06T03:53:02Z2022-09-06T03:53:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52760This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/527602022-09-06T03:53:02ZREPRESENTASI KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL MUZAKKIRAT TABIBAH KARYA NAWAL AS-SA’DAWI (ANALISIS WACANA KRITIS SARA MILLS)Masalah kesetaraan gender muncul karena adanya ketimpangan kekuasaan dan ketidakadilan yang menyebabkan adanya ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan gender menjadi salah satu fenomena yang ada pada masyarakat yang diangkat kembali melalui sebuah karya sastra. Penelitian ini bertujuan mengkaji kesetaraan gender dalam novel Muz|akkira>t T{abi>bah dengan melihat bagaimana posisi perempuan ditampilkan oleh Nawal Al-Sa’dawi. Munculnya novel ini sebagai kritik Nawal As-Sa’dawi terhadap ketertindasan perempuan karena budaya patriarki pada masyarakat Mesir. Novel ini hadir dengan membawa ideologi kesetaraan yang dibawa oleh Nawal. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Sara Mills yang berfokus pada posisi-posisi aktor di dalam novel dan posisi pembaca. Sara Mills mengfokuskan analisis wacana kritisnya pada analisis feminis. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka yang mengkaji karya sastra sebagai objek materialnya. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif deskriptif.
Hasil dari penelitian menunjukkan posisi objek yang menggambarkan ketidakberdayaan perempuan dan posisi perempuan lebih banyak ditampilkan pada posisi subjek yang digunakan sebagai kritik Nawal terhadap kekuasaan laki-laki yang mendominasi dan menindas perempuan. Perempuan ditampilkan oleh Nawal dengan memiliki kebebasan dan kekuasaan di dalam novel. Adapun pada posisi pembaca, Nawal mencoba melakukan negosiasi dengan khalayak (pembaca) dengan memunculkan ideologinya melalui teks sastra. Dengan demikian, melalui posisi-posisi tersebut Nawal As-Sa’dawi dalam novelnya mencoba merepresentasikan ideologi kesetaraan gender seperti kesetaraan dalam posisi di masyarakat, kesetaraan dalam memperoleh kesempatan pendidikan formal setinggi-tingginya, kesetaraan untuk diperlakukan dengan baik, kesetaraan dalam dunia pekerjaan, dan kesetaraan dalam ruang publik.NIM.: 18201010012 Tazkiyyatul Amanah2022-08-12T08:25:55Z2022-08-12T08:25:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52512This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/525122022-08-12T08:25:55ZDINAMIKA KEHIDUPAN MELAJANG PADA PEREMPUAN DEWASA
MADYATujuan dari penelitian ini adalah mengetahui mengetahui dinamika
kehidupan melajang pada perempuan dewasa madya. Informan penelitian adalah
dua perempuan dewasa madya (40 – 60 tahun) yang belum pernah menikah atau
belum memiliki pasangan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode wawancara semi terstruktur dan observasi partisipan. Analisis data dalam
penelitian ini melalui tahap pengkodean (coding), yaitu koding terbuka (open
coding) dan koding berporos (axial coding).
Hasil penelitian ini menunjukkan proses melajang pada perempuan dewasa
madya pada informan pertama terjadi mulai pada kategori melajang Temporary
Voluntary, kemudian Stabil Voluntary dan beranjak ke Stabil Involuntary
Sedangkan pada informan kedua berawal dari kenyamanannya bersama temanteman
dalam pekerjaannya serta adanya kasih-sayang dari orang-orang
disekitarnya. Namun informan tetap masih mencari pasangan yang ideal menurut
dirinya (Temporary Involuntary). Kehidupan melajang pada perempuan dewasa
madya dipenuhi dengan adanya konflik batin antara perempuan dewasa madya
dengan dirinya sendiri. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan
adanya proses penerimaan diri, kesabaran dan kebersyukuran yang terjadi pada
informan pertama (informan NN). Sedangkan pada informan kedua (Informan
AA) lebih menikmati pekerjaan serta kebersamaan bersama teman-temannya.
Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang positif yang terdapat dalam
kehidupan melajang pada dewasa madya. Faktor internal tersebut adalah
Kesehatan, Religiusitas, Penerimaan Diri, Karakter, Altruistik, Kesabaran dan
kebersyukuran. Kemudian faktor eksternal yang terdapat pada kehidupan
melajang pada perempuan dewasa madya adalah Kehidupan Sosial.NIM.: 09710070 Winda Wikan Tantri2022-07-17T22:10:58Z2022-07-17T22:10:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52074This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/520742022-07-17T22:10:58ZAnalisis Gender Dalam Kajian Tafsir Indonesia (Studi Komparatif Penafsiran Surat An Nisa Dalam Tafsir Al Quran Kontemporer)Critics objected to the interpretation of the Qur'an are about discrimina tive interpretation on gender and women related issues: women creation, wone leadership, inheritance, and polygamous marriage mentioned in surah an-Nisa. Discriminative interpretations are easily found in classic exegesis books. How about Indonesian, contemporary exegesis books? Focused on three Indonesian popular tafsir from Hasbi, Hamka, and M. Quraish Shihab, this research seeks to comparatively answer how they interpreted the above mentioned verses of surah an-Nisa. It shows similarities and differences between Hasbi, Hamka, ana M. Quraish Shihab's interpretations. About women creation, Hasbi and Hamka are the same. They said that women are created just like men, while Quraish Shihab said that women are created from the rib of men. About women leader ship in family, Hasbi and Quraish applied social-contextual approach and said that women have to be led by men, meanwhile Hamka used realistic approach and said that from the beginning men are shown as leaders in protecting their family from any threats. About inheritance, Hasbi and Hamka said that because men has to earn for their family, they received more than women, but for Quraish, the substancial issue that women was involved in inheritance is more important than their share. About polygamous marriage, Hamka and Quraish are more social-contextual in their interpretations than Hasbi that mainly relied on asbab an-nuzul- Irsyadunnas2022-07-17T22:01:43Z2022-07-17T22:01:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52073This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/520732022-07-17T22:01:43ZProlog Islam dan Gender Penafsiran Feminis Tentang Hak-hak Perempuan Dalam Islam dari Seorang Tokoh Feminis Muslim Fatima MernissiDiscussion about women rights in Islamic perspective has give new discourses in contemporary Islamic thought. One critical point is Islam actually respect basic human rights, man and woman. In other words, Islam never discriminate women rights, in domestic pr public domain. Related with this, on social politic context, Fatima Mernissi reveals many gender injustices in society and state. This awareness about gender Injustice in Islamic world has been expressed in her book, Beyond the Veil Male-Female Dynamic in Modern Muslim Society- Irsyadunnas2022-07-14T07:58:41Z2022-07-14T07:58:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51992This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/519922022-07-14T07:58:41ZRESILIENSI PENGUSAHA WANITA DI MASA PANDEMI COVID-19:
STUDI FENOMENOLOGI DI YOGYAKARTATujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran resiliensi pengusaha wanita
yang telah melalui keterpurukan di masa pandemi covid-19 dan berhasil bangkit
dari keterpurukan tersebut serta bertahan dalam kondisi yang sulit. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi, kemudian pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam serta observasi. Informan yang berpartisipasi dalam
penelitian ini ada tiga orang wanita yang sudah berkeluarga dan merupakan pelaku
usaha di masa pandemi covid-19. Hasil interpretasi data lapangan menjukkan
gambaran resiliensi informan pertama adalah memiliki rasa empati, berfikir positif,
dan optimis. Kemudian gambaran resiliensi informan kedua adalah percaya diri,
kesadaran, jujur terhadap diri sendiri, pandangan positif, dan rasa syukur,
sedangkan gambaran resiliensi informan ketiga adalah menemukan peluang usaha,
beradaptasi, spiritualitas, self-love, dan mandiri. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah tiap informan memiliki kemampuan resiliensi dan berhasil bangkit dari
keterpurukan, namun gambaran resiliensi yang tebentuk dalam tiap informan
berbeda-beda.NIM.: 15710108 Lili Nuraini2022-07-14T06:16:43Z2022-07-14T06:16:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52003This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/520032022-07-14T06:16:43ZCITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI
ANALISIS ISI IKLAN TEH SARIWANGI VERSI MARI BICARA DENGAN PASANGANKamajuan dan berkembangannya industri media di Indonesia, membuat
semakin beragamnya produk-produk baik barang atau jasa yang menggunakan
iklan sebagai alat untuk mengenalkan barang dagangannya, tentu di media
elektronik maupun cetak. Seperti Teh Sariwangi yang melakukan langkah dengan
membuat tayangan iklan yang penayangannya di televisi. Bebrapa stasiun besar
yang berada di Jakarta kedapatan menanyangkan iklan tersebut di sela-sela
program acaranya. Iklan Teh Sariwangi sendiri di produksi oleh PT Unilever
Indonesia. Iklan dalam durasi yang pendek pun memilki unsur atau nilai yang
tidak kecil, tidak hanya sebagai alat promosi namun juga memilki makna tentang
bagaimana kontruksi sosial yang ada, terutama berkaitan dengan citra perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jensi
deskriptif-kualitatif. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada jenis data yang
digunakan untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu mendiskripsikan kontruksi
sosial terkait citra perempuan dalam aspek visual dan dialog dalam iklan Teh
Sariwangi versi “Mari Bicara dengan Pasangan”. sedang analisis yang digunakan
adalah analisis semiotik model Charles Sanders Pierce.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada tiga citra yang digambarkan Citra
perempuan dalam iklan Teh Sariwangi “Mari Bicara Dengan Pasangan” dapat
dikategorikan menjadi tiga citra yaitu diantaranya citra pilar, citra pigura, dan citra
pinggan. Berikut adalah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dengan
membaginya kedalam aspek visual dan teks dialog dan menganalisisnya dengan
semiotik Charles Sanders Pierce dan menggunakan Triangle Of Meaning.NIM.: 14210022 Yoga Bhekti Peradana Hadi2022-07-12T03:00:38Z2022-07-12T03:00:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51880This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/518802022-07-12T03:00:38ZPERAN PEREMPUAN DALAM MENJAGA LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH (STUDI PADA BANK SAMPAH DHUAWAR SEJAHTERA, DUSUN KROCO, DESA SENDANGSARI, PENGASIH, KULON PROGO )Sampah terutama sampah plastik masih menjadi masalah di dunia. Indonesia termasuk dalam negara penghasil sampah terbanyak di dunia yaitu berkisar 3,22 juta ton pertahun. Kabupaten Kulon Progo sendiri memiliki potensi sampah rumah tangga sekita 60.765,2 ton pertahun. Jumlah tersebut diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan mulai beroprasinya Yogyakarta International Airport (YIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Pada awal beroprasinya, YIA sudah menyumbang sampah ke TPAS Banyuroto, Nanggulan Sejumlah 24 ton dalam sehari. Perkiraan peningkatan sampah juga akan bertambah seiring meningkatnya laju ekonomi di wilayah Kulon Progo seiring beroprasinya YIA. Masalah tersebut memicu pemikiran masyarakat lokal akan pentingnya pengelolaan sampah agar tidak merugikan bagi lingkungan dan kehidupan. Pemikiran tersebut memberikan kesempatan yang luas bagi perempuan untuk ikut andil dalam bidang lingkungan, di mana salah satunya adalah pentingnya peran perempuan untuk turut serta dalam menjaga lingkungan. Perempuan di Dusun Kroco, Desa Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo yang tergabung dalam Bank Sampah Dhuawar Sejahtera telah melakukan berbagai macam upaya dalam menjaga lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui secara mendalam peran perempuan dalam menjaga lingkungan melalui Bank Sampah Dhuawar Sejahtera.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekofeminisme yang dipelopori oleh Vandhana Shiva. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengambilan data melalui Bank Sampah obervasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisa data melalui proses tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data dan sumber data. Subjek dalam penelitian ini adalah para perempuan yang tergabung dalam Bank Sampah Dhuawar Sejahtera, sedangkan narasumber berjumlah 7 orang yang meliputi dari aparat pemerintahan Desa Sendangsari, direktur, pengurus, dan nasabah Bank Sampah Dhuawar Sejahtera.
Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa peran perempuan dalam menjaga lingkungan melalui Bank Sampah Dhuawar Sejahtera meliputi peran sebagai penggerak bank sampah, ibu rumah tangga, pekerja, dan warga masyarakat. Pergerakan perempuan peduli sampah yang pertama adalah mengurangi produksi sampah seperti sampah dari penggunaan kosmetik dengan bahan berbahaya, detergen dan sabun, serta plastik. Kegiatan yang kedua yaitu pemilahan sampah sejak dari sumber sampah, mengubah sampah menjadi rupiah, pengolahan sampah yang tidak dapat dijual, daur ulang sampah. Kegiatan yang ketiga adalah penanaman lahan tandus, warung hidup di pekarangan rumah, gropyok sampah untuk menciptakan lingkungan yang bersih, pelatihan internal dan ke luar Bank Sampah Dhuawar Sejahtera.NIM.: 14720015 Dewiristiani2022-07-08T03:06:21Z2022-07-08T03:06:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51837This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/518372022-07-08T03:06:21ZREPRESENTASI PEREMPUAN DALAM BAHASA ARAB
(PERSPEKTIF FEMINISME ATAS RELASI GENDER DAN BAHASA)It is not merely about gender as a grammatical
phenomenon when discussing this subject matter in connection
to language. More than that, in it there are profound meanings
that are far more deeply related to the relationship between
men and women. That is because language, as a result of
human representation, is not neutral or value-free, but contains
certain assumptions about objects that are abstracted, resulting
in certain values in the language itself, whether individual,
social, cultural, or political.
The relationship between the two in the context of Arabic
has its own uniqueness because this language not only is
cultural in nature but also has a religious style so that the
nuances of religion are involved in coloring relations between
both sexes. Therefore, the most fundamental question is how
women are imaged in this language and how these images are
compared with men‟s.
To get these images, the feminism approach to language is
used because it generally tries to provide an analysis of the
conditions that shape women‟s lives. In addition, it explores
cultural understandings of what is meant by being a woman.
Based on this approach, findings reveal that the image of
women can be summed up in two ways. First, women are the
branches while men are the origin. The position as a branch
means that women come from men. Second, women are
considered as imperfect humans, while men are in the
opposite. Imperfections of women are because their sense is
not on the same level as men. It is below men‟s but above
animals and plants or other objects. For this reason, women
cannot and must not represent themselves when they come
together with the more perfect, that is, men.NIM.: 12300016023 Khairon Nahdiyyin2022-07-08T02:47:27Z2022-07-08T02:47:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51834This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/518342022-07-08T02:47:27ZPENGARUH PENGALAMAN MULTIKULTURAL
TERHADAP KECERDASAN KULTURAL SISWA
DARI SUDUT PANDANG AGAMA, ETNISITAS DAN GENDER
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS CURUP REJANG LEBONGDespite the inevitable existence of multiculturism of
human race, some state-owned schools tend to perform cultural
adaptation in one perspective such as ordering every student –
Muslim and non-Muslim, boys and girls – to wear Muslim
costume and to participate in any Muslim celebration. On the
other hand, Christian schools do not seem to reinforce their
religious identity. Those with different religious and cultural
background are even welcome and are given the opportunity
the develop themselves. This empirical fact shows a paradox
and a school political identity effort. The phenomenon
underlies this study entitled: “The Influence of Multikultural
Exposure (X1) Experience and Multikultural Interaction (X2)
to Students’ Cultural Quotient (Y) from Religion, Ethnicity,
and Gender of SMAN 01, SMAN 02, and SMA Xaverius
Curup Rejang Lebong”.
The study is intended to answer the question: Do
Exposure and Interaction experiences individually and
simultaneously affect male and female, Muslim and non-
Muslim, rejang and non-rejang students of SMAN 01, SMAN
02 and SMA Xaverius Curup Rejang Lebong and what the
differences are?
Quantitative-associative is used with observation,
questionnaire, and documentation data-collecting method.
Using convenience sampling technique for SMAN 01 and
SMAN 02 as well as population research technique for SMA
Xaverius, the writer pick up 168 SMAN 01 students, 161
SMAN 02 students and 49 SMA Xaverius students.
The results show that 1) Multikultural Exposure and
interaction experience affect significantly to cultural quotient
Muslim and non-Muslim students (0.270 and 0.399). the
cultural quotient of non-Muslim students is 13% higher than
that of Muslim ones. 2) Multikultural Exposure and interaction
influence significantly to cultural quotient rejang and nonrejang
pupils (0.269 and 0.350) with non-rejang’s quotient 8%
higher than that of rejang’s. 3) Multikultural Exposure and
interaction experience affect significantly to cultural quotient Despite the inevitable existence of multiculturism of
human race, some state-owned schools tend to perform cultural
adaptation in one perspective such as ordering every student –
Muslim and non-Muslim, boys and girls – to wear Muslim
costume and to participate in any Muslim celebration. On the
other hand, Christian schools do not seem to reinforce their
religious identity. Those with different religious and cultural
background are even welcome and are given the opportunity
the develop themselves. This empirical fact shows a paradox
and a school political identity effort. The phenomenon
underlies this study entitled: “The Influence of Multikultural
Exposure (X1) Experience and Multikultural Interaction (X2)
to Students’ Cultural Quotient (Y) from Religion, Ethnicity,
and Gender of SMAN 01, SMAN 02, and SMA Xaverius
Curup Rejang Lebong”.
The study is intended to answer the question: Do
Exposure and Interaction experiences individually and
simultaneously affect male and female, Muslim and non-
Muslim, rejang and non-rejang students of SMAN 01, SMAN
02 and SMA Xaverius Curup Rejang Lebong and what the
differences are?
Quantitative-associative is used with observation,
questionnaire, and documentation data-collecting method.
Using convenience sampling technique for SMAN 01 and
SMAN 02 as well as population research technique for SMA
Xaverius, the writer pick up 168 SMAN 01 students, 161
SMAN 02 students and 49 SMA Xaverius students.
The results show that 1) Multikultural Exposure and
interaction experience affect significantly to cultural quotient
Muslim and non-Muslim students (0.270 and 0.399). the
cultural quotient of non-Muslim students is 13% higher than
that of Muslim ones. 2) Multikultural Exposure and interaction
influence significantly to cultural quotient rejang and nonrejang
pupils (0.269 and 0.350) with non-rejang’s quotient 8%
higher than that of rejang’s. 3) Multikultural Exposure and
interaction experience affect significantly to cultural quotientmale and female students (0.292 and 0.452) with the cultural
quotient of female students is 17% higher than that of male
ones.NIM.: 1130017009 Hendra Harmi2022-07-07T08:36:56Z2022-07-07T08:36:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51825This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/518252022-07-07T08:36:56ZPERAN YAYASAN ANISA SWASTI (YASANTI)
TERHADAP PEREMPUAN PEKERJA RUMAHAN MELALUI FEDERASI SERIKAT PEREMPUAN PEKERJA RUMAHAN BANTUL (FSPPRB)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Yasanti
terhadap perempuan pekerja rumahan melalui Federasi Serikat Perempuan Pekerja
Rumahan Bantul (FSPPRB). Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Adapun dalam teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi
lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Dalam menganalisa data menggunakan
langkah reduksi data dengan tujuan untuk menyederhanakan dan
mengkategorisasi data, menyajikan data dalam bentuk diskripsi narasi, dan
menarik kesimpulan. Peneliti menggunakan teori peran yaitu suatu tindakan atau
aktivitas yang diharapkan oleh masyarakat atau pihak dan dapat dirasakan
pengaruhnya dalam lingkungan kehidupan. Sementara aspek-aspek peran meliputi
peran sebagai suatu kebijakan, peran sebagai strategi, peran sebagai alat
komunikasi, peran sebagai penyelesaian sengketa dan peran sebagai terapi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Yasanti melakukan peran
kebijakan sesuai dengan kebijakan lembaga Yasanti dengan mitra MAMPU untuk
pendampingan perempuan pekerja rumahan. 2) Peran strategi dalam advokasi,
akses jaminan ketenagakerjaan dan peningkatan ekonomi. 3) Peran komunikasi
untuk audiensi kenaikan upah, pemerian tunjangan hari raya, akses dana desa dan
pelatihan kemandirian usaha perempuan. 4) Peran sebagai penyelesaian sengketa
dalam penanganan masalah hukum pada perempuan pekerja rumahan. 5) Peran
sebagai terapi dalam meningkatkan kepercayaan diri perempuan pekerja rumahan
dan diakui dalam masyarakat dengan pelibatan seiap agenda dusun dan desa.NIM.: 15250095 Siti Mutaba’ah2022-07-06T06:59:34Z2022-07-06T06:59:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51767This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/517672022-07-06T06:59:34ZRAHIMA: INISIATOR DAN PENGGAGAS DALAM KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 2000-2017Term ulama perempuan merupakan hal yang tabu dalam dunia Islam. Keilmuan yang mendalam serta sumbangsih yang besar terhadap umat dan agama tidak lantas menjadikan eksistensi perempuan sebagai ulama dapat diakui sebagaimana laki-laki. Perbedaan jenis kelamin telah menjadi sekat tak kasat mata yang menutupi kemampuan seorang ulama perempuan di dalam masyarakat. Hal inilah yang memunculkan ide bagi Rahima, sebuah organisasi non pemerintah yang berfokus dalam isu gender dan perempuan dalam wacana islam, untuk bergelut memperjuangkan wacana keulamaan perempuan. Organisasi ini juga telah eksis dalam mengkader ulama perempuan dengan pemahaman Islam yang berperspektif gender. Keteguhan Rahima dalam mengusung wacana ini akhirnya tertuang dalam pelaksanaan Kongres Ulama Perempuan Indonesia yang pertama di Cirebon tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi yang memposisikan Rahima sebagai objek dalam peristiwa sejarah yang sedang berlangsung. Teori yang dipakai adalah teori gender dan feminisme. Melalui teori gender, peneliti berusaha menganalisis ketimpangan dan ketertindasan perempuan melalui karakteristik yang dibentuk oleh sosial dan budaya terhadap jenis kelamin tertentu, yang dalam hal ini adalah perempuan. Teori feminisme digunakan untuk membaca gerakan organisasi perempuan dalam menghadapi persoalan ketertindasan tersebut. Adapun metode yang digunakan adalah metode sejarah kritis yang mencakup empat langkah, yakni pengumpulan sumber primer dan sekunder. Kemudian kritik sumber yang terdiri dari kritik ekstern dan intern agar sumber memiliki otensitas dan kredibilitas, interpretasi terhadap fakta yang ada dan yang terakhir penulisan kembali peristiwa sejarah secara deskriptif analitis.
Ide tentang kongres ulama perempuan mulai muncul ketika rapat evaluasi program PUP Rahima pada tahun 2015. Sebagai tindak lanjut dari ide tersebut, Rahima berkolaborasi dengan Alimat dan Fahmina dalam persiapan hingga pelaksanaan kongres. Acara ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Cirebon pada 24-25 Februari 2017. Isu yang menjadi pembahasan utama dalam kongres adalah kekerasan seksual, perkawinan anak dan perusakan lingkungan. Beberapa isu ini merupakan isu yang sering diangkat oleh Rahima. Hasil dari ketiga isu yang dibahas dalam diskusi keagamaan kemudian menghasilkan fatwa hasil kongres yang dibukukan dalam buku hasil KUPI 2017. Selain itu, kongres ini juga menghasilkan teks ikrar Kebon Jambu yang berisi tentang sikap dan komitmen tentang keulamaan perempuan.NIM.: 18101020003 Nihayatus Zaen2022-07-06T05:15:11Z2022-07-06T05:15:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51749This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/517492022-07-06T05:15:11ZTHE WOMEN’S RESISTANCES AGAINST THE PARTRIARCHAL SOCIETY IN HE NAMED ME MALALASecond sex is the term affiliated with women. As women are regarded as the second sex in the social structure, resistance arises in the community. This resistance is the action taken by women to justify their sense of belonging in the community as herself. This issue is depicted in He Named Me Malala. This research intends to analyze the portrayal of female resistance in He Named Me Malala and how it can be understood using the feminist approach by Simone de Beauvoir in her book The Second Sex to understand how female resistance arises inside male-centered society. He Named Me Malala is the suitable movie for this research because the issues that are depicted in the movie fits in accordance with the second sex issues. Beauvoir stated that issues between men and women will continue to occur if one refuses the other as equal in status. To analyze the data, the researcher uses descriptive qualitative method. The method emphasizes on the description and explanation of the data. The researcher also conducts library research in this research study. Based on the analysis, it is found that the action of resistance taken by women follows how women are treated in the community. This form of resistance in an act where women are aware of what happened to them and society. Thus, the resistance that women take is the way where women want to acknowledge their existence in the world.Second sex is the term affiliated with women. As women are regarded as the second sex in the social structure, resistance arises in the community. This resistance is the action taken by women to justify their sense of belonging in the community as herself. This issue is depicted in He Named Me Malala. This research intends to analyze the portrayal of female resistance in He Named Me Malala and how it can be understood using the feminist approach by Simone de Beauvoir in her book The Second Sex to understand how female resistance arises inside male-centered society. He Named Me Malala is the suitable movie for this research because the issues that are depicted in the movie fits in accordance with the second sex issues. Beauvoir stated that issues between men and women will continue to occur if one refuses the other as equal in status. To analyze the data, the researcher uses descriptive qualitative method. The method emphasizes on the description and explanation of the data. The researcher also conducts library research in this research study. Based on the analysis, it is found that the action of resistance taken by women follows how women are treated in the community. This form of resistance in an act where women are aware of what happened to them and society. Thus, the resistance that women take is the way where women want to acknowledge their existence in the world.NIM.: 16150011 Sofiah Aini Purba2022-07-01T03:23:16Z2022-07-01T03:23:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51566This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/515662022-07-01T03:23:16ZPEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) UNTUK MEMBANTU MENANGANI KEMISKINAN DI MASA PANDEMI COVID-19: STUDI KASUS DI KUBE SEJAHTERA 133 KARANGWUNI WATES KULON PROGOPemberdayaan Perempuan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk Membantu Menangani Kemiskinan Di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Di KUBE Sejahtera 133 Karangwuni Wates Kulon Progo. Skripsi Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2022.
Pemerintah melalui Kementrian Sosial RI membuat program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang bertujuan memberdayakan kelompok masyarakat miskin terutama perempuan dengan diberikan Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). KUBE Sejahtera 133 Karangwuni merupakan KUBE yang ikut berperan dalam program pemberdayaan perempuan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pemberdayaan perempuan melalui KUBE dalam menangani kemiskinan pada masa Pandemi Covid-19 dan dampak adanya pemberdayaan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan informan secara purposive sampling, dilakukan dengan teknik in-depth interview kepada Ketua, Bendahara, Sekretaris, 1 anggota KUBE, Pendamping KUBE, dan Kamituwa Kalurahan Karangwuni. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pemberdayaan perempuan melalui KUBE Sejahtera 133 Karangwuni sudah berjalan dengan baik mulai dari penyadaran, pengkapasitasan, pendayaan dan capacity building dan networking. Dampak dari pemberdayaan perempuan melalui KUBE dapat dilihat dari aspek ekonomi yang ditandai dengan adanya peningkatan modal kelompok dan adanya peningkatan pendapatan anggota. KUBE dapat membantu meningkatkan pendapatan anggota kelompok, namun belum bisa dibilang mengatasi kemsikinan secara signifikan karena KUBE belum menjadi sumber pendapatan utama. Pada aspek sosial ditandai dengan meningkatnya sikap gotong royong, tingginya partisipasi, tanggung jawab anggota, dan timbulnya sikap peduli pada anggota dan lingkungan.NIM.: 18102050008 Nuring Khasanah2022-06-29T04:19:27Z2022-06-29T04:19:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51353This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/513532022-06-29T04:19:27ZDISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN PEKERJA PEMULUNG
SAMPAH DALAM ANALISIS GENDERPenelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi
terhadap perempuan dan faktor pendukung terjadinya diskriminasi terhadap
perempuan. Latar belakang peneliti mengangkat judul tentang diskriminasi
terhadap perempuan karena banyak masyarakat yang belum bisa membedakan
antara kodrat dengan konstruk sehingga mengakibatkan terjadinya diskriminasi
terhadap perempuan. Dengan rumusan masalah bentuk-bentuk diskriminasi yang
terjadi pada perempuan di Dusun Ngablak Sitimulyo Piyungan Bantul. Faktor
pendukung terjadi diskrimnasi terhadap perempuan di Dusun Ngablak Sitimulyo
Piyungan Bantul.
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Ngablak RT.03 dan RT.05 dan
merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan
dalam mengumpulkan data adalah menggunakan sumber primer yang berupa
wawancara dengan subjek terkait yaitu perempuan di RT.03 dan RT.05 Dusun
Ngablak dengan jumlah sample yang digunakanyaitu sebanyak delapan orang.
Sumber data yang digunakan yaitu sumber data sekunder berupa artikel maupun
dokumen yang berhubungan dengan tema penelitian. Sedangkan untuk
pengumpulan data peneliti lakukan dengan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data berupa pemaparan tentang situasi di tempat penelitian
yang kemudian diuraikan secara deskriptif dan naratif. Analisis data dilakukan
dengan memaparkan data secara keseluruhan dan dianalisis menggunakan teoro
patriarki yang dikemukakan oleh Egels, Michele Rosaldo, Sherry Ortner
danBarrett.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bentuk-bentuk diskriminasi
terhadap perempuan yang dilakukan wawancara dengan perempuan atau istri di
RT.03 dan RT.05 di Dusun Ngablak terdapat beberapa bentuk diskriminasi pada
semua narasumber secara terbuka yaitu streotipe contohnya salah satu warga
merasakan dari suaminya sendiri yaitu ketikan urusan rumah tangga dan bahkan
ketika anak tidak mau mengaji istrilah yang disalahkan, subordinasi contohnya
beberapa perempuan di Dusun Ngablak merasakan ditempatkan diposisi nomor
dua dalam masyarakat karena menganggap laki-laki menang dengan segala hal,
beban ganda contohnya beberapa perempuan merasakan pekerjaan ganda selain di
ruang domestik perempuan juga bekerja di ruang publik, dan kekerasanterhadap
perempuan contoh karena beban ganda yang dirasakan oleh perempuan di Dusun
Ngablak RT.03 danRT.05mengakibatkan kekerasan terhadap perempuan. Dan
juga terdapat beberapa faktor pendukung diantaranya yaitu faktor internal internal
yang di dalamnya termasuk faktor biologis, faktor agama dan faktor kesadaran,
kemudian yang kedua adalah faktor eksternal yang meliputi faktor budaya dan
faktor ekonomi.NIM.: 165400036 Desi Zuhriana2022-06-29T03:36:38Z2022-06-29T03:36:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51526This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/515262022-06-29T03:36:38ZPergeseran Penafsiran Terhadap TeksTeks Keagamaan Islam Tentang GenderHis Study aims at identifying the alteration in interpreting the Islamic of gender. The data - collecting method is library research and the data-analyzing technique is hermeneutic. The outcome of the study shows that the classical interpretation of religious texts of gender has altered, particularly by the assertion of the contemporary Moslem feminist mufassirs (interpreters). Using the "Gender Analysis, the feminist mufassirs interpret the religious text of gender seriously different from that of classical mufassirs, resulting in the conviction thet women are equal to men. The underlying reason of using the "gender analysis" is the conviction thet Islam commits itself to justice. The inequality between men and women in different communities is not the nature of human being; rather, it is part of the socially constructed values resulted from the unequal gender relation- Ahmad Baidowi2022-06-29T02:35:43Z2022-06-29T02:35:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51524This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/515242022-06-29T02:35:43ZAMINA WADUD DAN WACANA TAFSIR FEMINISFeminist approach to Qur'an is a contemporary development in Tafsir. This
approach has its tendention to appreciate equality in gender as a foundation
for tafsir. Amina wadud is one among figures on this approach. She is
considered by many as a controversial Islamic feminist and scholar.
wadud's research specialities include gender and Qur'anic studies. She
wrote a book on the subject, Qur'an and woman: Rereading the Sacred Text
from a Woman's Perspective. This article tries to elaborate discourses
developed by Wadud on Feminist Tafsir.- Ahmad Baidowi2022-06-28T04:00:18Z2022-06-28T04:00:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51483This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/514832022-06-28T04:00:18ZLANGUAGE STYLE USED BY MUSLIM WOMEN FIGURE’S SPEECHES ON TED TALKSPeople have their style when speaking, which is usually called language style. They can apply language style in writing or orally. Muslim women figure successfully delivered their speeches to the audience by applying language style. However, they not only use one type of language style in their speech. This research focuses on the speech used by Dalia Mogahed, Alaa Murabit, Suzanne Barakat, and Yassmin Abdel-Magied uploaded by TED Talks. This study aims to reveal the language style and its function in the speech used by Muslim women's figure. This study applies the language style theory of Martin Joos, which is divided into five types, namely, frozen style, formal style, consultative style, casual style, and intimate style. In addition, this study also uses Holmes and Wilson's theory of language functions. It is divided into six types of functions: referential, expressive, directive, metalinguistic, poetic, and phatic. This study uses a qualitative descriptive method and research data obtained from transcripts of speeches delivered by Muslim women figures at TED Talks. The research results show that the speech in Muslim women figure has a different type of language style when Muslim women figure discusses different issues. In this study, the researcher found three types of language styles: consultative style, formal style, and casual style, and this research found six language functions.NIM.: 18101050010 Eny Noer Halinna2022-06-24T07:51:42Z2022-06-24T07:51:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51407This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/514072022-06-24T07:51:42ZPOSISI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM GERAKAN KEAGAMAAN BARU SUKU DAYAK LOSARANG DI INDRAMAYU
(STUDI IMPLEMENTASI AJARAN NGAWULA NING ANAK RABI)Skripsi ini berfokus pada kajian tentang posisi dan peran perempuan dalam gerakan keagamaan baru Suku Dayak Losarang di Indramayu. Suku Dayak Losarang bisa dikatakan sebagai gerakan keagamaan baru yang dapat diketahui dari dinamika kelahiran aliran tersebut. Sebagai gerakan keagamaan baru, ada sisi unik dari ajaran Suku Dayak Losarang di Indramayu, yaitu tentang Ajaran Ngawula Ning Anak Rabi, dimana kaum laki-laki pada suku ini harus patuh terhadap istri, seperti rela mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lazimnya dilakukan oleh kaum perempuan. Ada dua masalah yang ingin peneliti ketahui: (1) bagaimana posisi dan peran perempuan dalam gerakan keagamaan baru Suku Dayak Losarang di Indramayu? (2) bagaimana implementasi ajaran Ngawula Ning Anak Rabi (mengabdi kepada isteri) dalam kehidupan sehari-hari perempuan Suku Dayak Losarang?
Penelitian ini adalah penelitian field research dengan menekankan aspek studi gender, disisi lain kajian ini juga masuk ranah studi gerakan keagamaan baru (New Religious Movements). Analisis data yang telah diperoleh dari lapangan, penulis memakai teori analisis gender Mansour Fakih, dimana dalam teorinya Fakih, beliau menawarkan solusi dan upaya-upaya menghapus diskriminasi gender dengan upaya berjangka, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna menghapus diskriminasi gender. Semua data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui jawaban masalah di atas, penulis mengambil data menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap pimpinan, juru bicara, anggota dan perempuan Suku Dayak Losarang, sedangkan data sekunder diambil dari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa, Pertama, perempuan dalam suku ini menenmpati posisi yang luhur. Luhurnya posisi perempuan tertanam melalui ajaran Ngawula Ning Anak Rabi, ajaran ini lahir sebagai bentuk penghapusan masalah-masalah gender seperti marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, beban ganda, dan juga penghormatan kepada sosok Nyi Dewi Ratu, juga kepercayaan bahwa perempuan adalah sumber kehidupan, tidak ada kehidupan jika tidak ada perempuan, sedangkan peran perempuan dalam aliran ini hanya sebatas memenuhi kebutuhan biologis suami dan anak. Kedua, dalam implementasi ajaran Ngawula Ning Anak Rabi, menjadikan laki-laki dalam Suku Dayak Losarang harus mengabdikan diri kepada perempuan, sehingga dalam peran keseharian perempuan suku ini tidak mewajibkan kaum perempuan untuk mengerjakan pekerjaan domestik seperti mencuci dan memasak, dan pekerjaan itu diambil alih oleh laki-laki. Perempuan dalam suku ini juga diberikan kebebasan dalam memilih hanya bekerja di ranah domestik atau di ranah publikNIM.: 15520036 Adidi2022-04-25T06:13:16Z2022-04-25T06:13:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50776This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/507762022-04-25T06:13:16ZWomen's Negotiation of status and space in a muslim Fundamentalist Movement-- Inayah Rohmaniyah2022-04-22T02:21:07Z2022-04-22T02:21:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50703This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/507032022-04-22T02:21:07ZRADICAL FEMINIST STRUGGLES AS SEEN IN NICOLE OF
A MARRIAGE STORY AND SIMIN OF A SEPARATIONThe aim of this research is to find out the similarities and the differences in the act of self-awareness in the Marriage Story and A Separation movie. This research focuses on the female characters, Nicole in Marriage Story and Simin in A separation movie. Nicole and Simin have something in common: both of them are fully aware of the actions in response to the oppression and tyranny they have experienced. Both of them choose the path of divorce as a form of their act of self-awareness. However, because Marriage Story is an American movie, and A Separation is an Iranian movie, they both deal with their divorces in different ways. Marriage Story and A Separation are both movies depicting divorce in family life as a result of tyranny and injustice by spouses; the female protagonists in both movies divorce in order to attain women's emancipation. The radical feminist theory of Rosemary Tong is used by the researcher to analyze Nicole and Simin's self-awareness. This theory exists because knowledge of women's oppression empowers it. The theory of radical feminism focuses on increasing women's self-awareness of their oppression. In addition, the researcher uses comparative literature theory to analyze the similarities and differences between the Marriage Story and A Separation movie. This research uses the descriptive qualitative method. The result of this research shows that female characters in both movies are struggling to achieve women’s emancipation by choosing the path of divorce.NIM.: 17101050058 Tsuqaefah Sofyan Tsaubak2022-04-20T13:51:25Z2022-04-20T13:51:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50665This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/506652022-04-20T13:51:25ZGENDER DAN KONSTRUKSI PATRIARKI DALAM TAFSIR AGAMABuku ini ditulis berdasarkan beberapa alasan, baik alasan akademik maupun non-akademik. Alasan pertama adalah karena keinginan penulis untuk memberikan bahan bacaan yang komprehensif kepada mahasiswa maupun masyarakat (pemula) yang ingin mengkaji atau memiliki kepedulian terhadap persoalan gender. Persoalan gender seringkali menjadi semakin kompleks ketika bersinggungan dengan agama. Buku ini lebih khusus lagi diperuntukkan bagi mereka yang tertarik atau memiliki kepedulian terhadap masalah gender sebagai hasil konstruksi masyarakat tentang perbedaan laki-laki dan perempuan dan keterkaitannya dengan nilai-nilai atau doktrin agama yang berkembang di masyarakat. Penulis berharap buku ini dapat membantu mereka memberikan bahan bacaan yang ringan tetapi memiliki muatan yang relatif lengkap dan mencerahkan. Alasan kedua adalah untuk membantu memperkuat dan memantapkan keilmuan penulis dalam bidang gender dan Islam, yang telah menjadi konsen penulis sejak tahun 1994 dan mengantarkan penulis menyelesaikan studi hingga jenjang S3. Alasan terakhir adalah memenuhi janji penulis pada diri sendiri karena penulis menantang diri sendiri untuk dapat tetap berkarya di tengah kesibukan dan tumpukan pekerjaan membantu mengembangkan Fakultas.- Inayah Rohmaniyah2022-04-20T13:40:40Z2022-04-20T13:40:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50664This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/506642022-04-20T13:40:40ZGENDER DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM PERTARUNGAN WACANA TAFSIRBuku ini diberi judul “Gender dan Seksualitas
Perempuan dalam Perebutan Wacana Tafsir.” Seksualitas
perempuan menjadi salah satu persoalan serius yang
dihadapi masyarakat dan bangsa Indonesia bahkan dunia hingga saat ini. Konstruksi seksual patriarki yang
menempatkan perempuan dan tubuhnya sebagai obyek lakilaki
dalam banyak kasus memberikan konstribusi signifikan
terhadap praktek peminggiran perempuan, domestifikasi dan
perampasan hak-hak perempuan dan bahkan kekerasan
terhadap perempuan. Tafsir agama tentang seksualitas
perempuan diperebutkan sebagai dasar legitimasi penafsiran
atau pemahaman yang patriarki dan atau non-patriarki.
Penafsiran dalam buku ini diartikan lebih luas dari upaya
menafsirkan teks-teks al-Qur’an sebagaimana dilakukan oleh
para mufasir atau ahli studi tafsir. Tafsir dalam buku ini juga
mencakup ranah living tafsir yaitu penafsiran yang
perkembang di masyarakat luas tentang berbagai hal yang
diyakini memiliki dasar normative dalam al-Qur’an atau hadis
Nabi.- Inayah Rohmaniyah2022-04-19T05:27:53Z2022-04-19T05:27:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50575This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/505752022-04-19T05:27:53ZTAFSIR AL AYAT AL MISOGENI 'INDA SHAYKH MUTAWALLI AL SHA'RAWI (AL DIRASAT AL USLUBIYAH FI KITAB KHAWATIR AL SHA'RAWI)Islam telah menaruh perhatian besar terhadap persoalan-persoalan perempuan,
buktinya topik perempuan dibicarakan dalam berbagai surat dan ayat Al-Qur’an. Semua
aturan islam yang tertuang pada nash keagamaan harus menjadi pandangan hidup
(worldview) dalam beragama. Seiring berkembangnya penafsiran, didapati sebagian
ulama’ tafsir baik klasik maupun kontemporer menafsirkan ayat-ayat kesetaraan secara
konteks historis, seperti budaya patrilineal dan inferioritas perempuan, hal ini menjadikan
ayat-ayat tersebut terkena bias misoginis. Memasuki zaman kontemporer, Mutawalli
Sya’rawi hadir dengan tafsirnya, ia dikenal sebagai ulama’ yang menafsirkan ayat Al-
Qur’an secara kontekstual (sosiologi) sebagai ciri khasnya, termasuk dalam menafsirkan
ayat-ayat Misoginis. Sebuah pemahaman salah satunya berasal dari pemaknaan sebuah
teks. Jika ditinjau dari proses penafsiran, bentuk bahasalah yang berperan sebagai wakil
dari makna tersebut, karena setiap gaya bahasa memiliki efek tersendiri. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkap gaya bahasa Sya’rawi dalam Kitab Khawatiru
Sya’rawi haula Al-Qur’an Al-Karim terhadap penafsiran ayat-ayat misoginis. Kemudian
mendeskripsikan efek-efek gaya bahasa tersebut yang dapat berpengaruh terhadap
pemaknaan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Tehnik pengumpulan data
dilakukan melalui studi pustaka dengan cara membaca, mencatat, dan mengumpulkan
data-data dari sumber data tertulis. Analisis data dilakukan melalui empat tahap, yaitu
pengumpulan data, pembacaan secara detail, pengklasifikasian data, dan terakhir
penganalisisan data.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut; dalam al-mustawa al-dalali (ranah
semantik) terdapat penggunaan sinonim dan makna konteks, dalam al-mustawa as-sharfi
(ranah morfologi) terdapat pemilihan penggunaan mashdar dan fi’il. Sedangkan dalam
al-mustawa al-nahwi (ranah sintaksis) digunakan pemilihan ism nakirah dan ma’rifah,
kalimat larangan, negasi, verbal, beberapa penyiasatan struktur seperti taqdim wa ta’khir,
pengecualian, repetisi, dan klimaks. Kemudian dalam al-mustawa al-taswiri (ranah
imagery) ditemukan beragam gaya bahasa, yaitu gaya kiasmus, erotesis, tautologi,
perifrase, elepsis, polisendenton, apofasis, aliterasi, eponim, satire, sinisme, dan ironi.
Gaya bahasa yang digunakan Sya’rawi cenderung membawa dan mengajak para pembaca
ke ranah berfikir, agar mereka dapat menemukan kebenaran dari dalam diri mereka
sendiri, tidak hanya sekedar percaya pada teks penafsiran. Gaya bahasa tersebut juga
menyadarkan dan mempertegas para pembaca terhadap tugas kaum laki-laki dan
perempuan tanpa banyak mempermasalahkan kedudukan mana yang lebih tinggi antara
keduanya, karena Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk saling
melengkapi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sya’rawi adalah salah satu
ulama’ wasathiyyah yang telah menafsirkan ayat-ayat tentang wanita secara mendalam
tanpa harus merendahkan kedudukan perempuan dan meninggikan derajat laki-laki.
Maka, penafsiran Sya’rawi dengan kekhasan gaya bahasanya dapat menjadi usaha untuk
meluruskan pandangan para pembaca bahwa tidak ada ayat Al-Qur’an yang sifatnya
merendahkan kedudukan perempuan.NIM.: 18201010010 Dyah Nurul Azizah2022-04-19T03:34:58Z2022-04-19T03:34:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50547This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/505472022-04-19T03:34:58ZKIYAN AL HUBBI MIN AL ASHKHAS FI AL RIWAYAH "IMRA'AH 'INDA NUQTAH AL SIFR" LI NAWAL AL SA'DAWI (DIRASAH TAHLILIYAH NAFSIYAH LI ERICH FROMM)Skripsi ini yang berjudul “Eksistensi cinta pada tokoh-tokoh laki-laki novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal as-Sa’dawi” membahas novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal as-Sa’dawi sebagai objek materialnya. Novel ini memiliki dampak sosial pada pola pandang Eropa terhadap dunia Arab dalam hal dominasi laki-laki atas perempuan, karena Nawal dalam novel ini banyak menggambarkan dominasi laki-laki tersebut pada interaksi-interaksi di dalamnya. Interaksi sendiri merupakan bentuk upaya penyatuan seseorang dengan orang lain untuk menghilangkan rasa keterasingan dalam hidupnya, karena keterasingan merupakan kondisi yang menyiksa manusia dan oleh karena itu butuh untuk diatasi. Maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan bentuk-bentuk penyatuan tokoh-tokoh laki-laki novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal as-Sa’dawi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak catat. Sedangkan dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi Erich Fromm. Ia membagi bentuk penyatuan, atau ia ungkapkan dengan istilah cinta, kedalam dua bagian, yakni cinta simbiotik dan cinta dewasa. Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi cinta simbiotik lebih dominan kemunculannya pada tokoh-tokoh laki-laki dalam novel ini dibanding dengan eksistensi cinta dewasa.NIM.: 16110064 Misbahul Munir2022-04-18T06:33:02Z2022-04-18T06:33:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50218This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502182022-04-18T06:33:02ZVIOLATIONS IN WOMEN LANGUAGE FEATURE IN THE TAQWACORES MOVIEHumans can use their language as they want. However, men and women are different in using their language. The women language is characterized in 1975 and remained in long time, although it begins to change. The changes happen in The Taqwacores movie, a girl who is called Rabeya violates the women language feature from Robin Lakoff, so this research takes her utterance as the object of research. This research is using qualitative descriptive method because this will describe the violations of women language feature from Robin Lakoff. This research also uses Dell Hymes’ SPEAKING theory to describe the factors beneath a Rabeya’s utterance. This research’s result is there are some utterance that violates women language feature. The features that are violated are empty adjectives or particles, rising intonation, tag questions, lexical hedges, intensifier, hypercorrect grammar, superpolite form, emphatetic stress, and avoidance of strong swearing words. In addition, the researcher finds some factors under her utterance like setting, participants, ends, act sequence, key, instrumentalities, norms, and genres that is happened in conversation.NIM.: 16150022 Ridwan Putra Mahardika2022-04-18T06:06:52Z2022-04-18T06:06:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50536This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/505362022-04-18T06:06:52ZREKONSTRUKSI KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM QS. AN-NISA[4]: 34 DAN QS. AN-NAML [27]: 23-44 PERSPEKTIF TAFSIR MAQASHIDIPenelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori tafsir maqashidi Abdul Mustaqim dalam merekonstruksi kepemimpinan perempuan. Problem kepemimpinan perempuan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pendapat yang pro dan kontra. Hal ini disebabkan adanya ayat Al-Quran yang melandasi adanya pelarangan dan pembolehan kepemimpinan perempuan. Dalam QS. An-Nisa [4]: 34, secara tekstual dipahami sebagai ayat yang melarang perempuan memimpin baik di ruang domestik maupun publik. Namun hal ini bertentangan dengan adanya kisah Ratu Balqis dalam QS. An-Naml [27]: 23-44 yang secara tekstual menjelaskan keberhasilan seorang perempuan dalam memimpin kerajaannya. Maka dari itu penelitian ini akan mencoba memberikan kebaharuan dalam memahami ayat yang kontradiktif agar dapat dipahami secara universal dan menemukan maksud dari adanya ayat-ayat yang kontradiktif tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif berbasis pada kajian pustaka. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1). Bagaimana konsep kepemimpinan perempuan dalam QS. An-Nisa [4]: 34 dan QS. An-Naml [27]: 23-44 dalam perspektif tafsir maqashidi? 2). Mengapa tafsir maqashidi dalam merekonstruksi konsep kepemimpinan perempuan dalam QS. An-Nisa [4]: 34 dan An-Naml [27]: 23-44 perlu dihadirkan?. 3). Bagaimana signifikansi tafsir maqashidi dalam konsep kepemimpinan perempuan dalam QS. An-Nisa [4]: 34 dan An-Naml [27]: 23-44 terhadap adanya relasi gender?. Untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut maka penulis menggunakan teori tafsir maqashidi sebagai metode untuk menafsirkan Al-Quran. Tafsir maqashidi yang diusung oleh Abdul Mustaqim adalah tafsir maqashidi berbasisi moderasi Islam yang mana ingin menjembatani antara tafsir yang tekstual dan tafsir yang liberal. Tafsir maqashidi mengenal tiga komponen penting dalam menemukan maksud sebuah ayat. Pertama yaitu analisis kebahasaan yang akan menemukan pemaknaan terkini dari sebuah ayat dengan melihat kata per kata dalam sebuah ayat. Kemudian dilanjutkan kedua yaitu analisis Ulum Al-Quran yang nantinya akan ditemukan pemaknaan hermeneutis sebuah ayat dan yang terakhir yaitu analisis maslahah yang akan menemukan maksud dan maslahah dari sebuah ayat. Dalam analisis maslahah, penulis membagi ke dalam dua bagian yaitu maslahah secara konteks dan maslahah dalam moderasi Islam. Hal ini dimaksudkan agar pemaknaan sebuah ayat tidak hanya berhenti pada konteks saja namun juga menemukan maksud ayat secara moderat.
Jika melihat dalam QS. An-Nisa [4]: 34, ayat ini menggunakan term al-rijāl dan al-nisa. Kedua term ini biasanya hanya dimaknai sebagai sosok laki-laki dan perempuan. Namun setelah melihat dari berbagai ayat yang menggunakan term tersebut, maka akan ditemukan pemaknaan bahwa term al-rijāl dan al-nisa adalah laki-laki dan perempuan dalam hal gender bukan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan term laki-laki dan perempuan yang menunjukkan makna secara jenis kelamin adalah term aż-żakar dan al-unṡa. Maka dari itu sebenarnya ayat ini menunjukkan bahwa laki-laki bukanlah pemimpin perempuan secara mutlak, namun adanya ketersalingan antara keduanya. Tidak hanya itu, kelebihan laki-laki dibanding
dengan seorang perempuan bersifat kontekstual bukan normatif karena perempuan di era sekarang ini sebanding dengan perempuan dalam berbagai hal. Dari pemaknaan ayat domestik ini kemudian direlasikan dengan ayat yang bersifat publik bagi perempuan. Dalam QS. An-Naml [27]: 23-44 menunjukkan adanya keberhasilan seorang perempuan dalam memimpin sebuah kerajaan. Jika melihat kisah Ratu Balqis secara keseluruhan, maka akan ditemukan sebuah maksud ayat bahwa kisah ini tidak hanya menjelaskan keberhasilan seorang perempuan dalam memimpin namun juga seorang laki-laki. Hal ini ditunjukkan oleh sosok Nabi Sulaiman yang juga berhasil dalam memimpin kerajaannya. Keberhasilan keduanya dipengaruhi oleh adanya dua faktor yaitu adanya dukungan secara capable dan acceptable. Yang dimaksud capable adalah kemampuan dari orang itu sendiri sedangkan acceptable adalah dukungan masyarakat, keluarga maupun dukungan secara politik. Maka dari itu, sebenarnya dua surah ini menjelaskan adanya ketersalingan dalam sebuah keluarga adalah kunci keberhasilan dalam sebuah kepemimpinan.NIM.: 18205010017 Siti RobikahSiti Robikah2022-04-14T06:59:01Z2022-04-14T07:04:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50498This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/504982022-04-14T06:59:01ZRASIONALITAS DAN TRADISIONALISME PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KETAHANAN RUMAH TANGGA
(STUDI ISTRI NARAPIDANA DI KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT)Menyoal adat Minangkabau dengan kekerabatan matrilinealnya selalu manarik untuk ditelisik. Sebagai sumber kearifan yang tinggi (the ultimate source of wisdom) perempuan Minangkabau memegang tampuk peradaban sekaligus penjamin eksistensi ketahanan adat matrilinealnya. Tidak berlebihan rasanya menjadikan perempuan sebagai simbol keagungan sistem ini yang telah berkontribusi dalam membentuk dan membangun identitas masyarakat Minangkabau. Faktualnya, otoritas yang dimiliki oleh perempuan Minangkabau tidak serta merta mampu menjadi dasar pijakannya untuk bertindak atau mengambil keputusan, sebagaimana potret fenomena istri di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat ini yang tetap mempertahankan rumah tangganya bersama suami narapidana. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini ingin melihat bentuk pertahanan serta alasan-alasan istri yang tetap mempertahankan rumah tangganya.
Setidaknya untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi hukum dengan kerangka konseptual tindakan sosial Max Weber yang dibagi kedalam empat polaritas tindakan, pertama tindakan tradisional, kedua tindakan rasionalitas instrumental, ketiga tindakan afektif dan yang terakhir adalah tindakan rasionalitas nilai. Di akhir konsep akan memaparkan rasional dan non-rasional dari tindakan. Sedangkan teori lainnya yang juga beririsan untuk melacak lebih lanjut sosio-kultural dari pemikiran informan digunakan teori sosiologi pengetahuan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang memotret secara mendalam fenomena para istri sebagai data primer dan didukung oleh literatur-literatur lain sebagai data sekunder.
Penelitian ini menemukan bentuk pertahanan istri narapidana yang mempertahankan rumah tangganya dengan dua bentuk, pertama istri mengambil beban ganda (double bourdan). Keadaan suami narapidana juga menunut istri turut mengambil peran dalam menjadi kepala rumah tangga yang satu diantaranya berkewajiban mencari nafkah untuk penghidupan anak dan suami di dalam penjara. Kedua melibatkan keluarga luas dengan mencari dukungan materi maupun non-materil. Mengingat peran mamak terhadap dunsanak dan kemanakannya dengan memberikan perlindungan juga bimbingan atas segala yang diadukan kepadanya. Bentuk pertahanan ini pengejewantahan dari konsep pernikahan itu sendiri, yaitu mu’asyarah bil ma’ruf dalam relasi suami istri. Itu artinya, adanya sebuah fleksibilitas hak dan kewajiban suami istri yang berarti adanya kesalingan dan kerja sama terhadap upaya mempertahankan rumah tangga. Selanjutnya ditemukan alasan-alasan istri mempertahankan rumah tangga bersama suami narapidana yang terdiri dari: pertama tindakan tradisional yang kecendrungannya berdasarkan kebiasaan dan kesakralan adat Minangkabau. Kedua tindakan rasionalitas instrumental yang dimana isteri narapidana tersebut memiliki pertimbangan secara sadar (tanggungan anak, usia lanjut dan orientasi ekonomi). Ketiga tindakan rasionalitas nilai yang meyakini nilai-nilai secara keagamaan atau nilai etis menjadi tolak ukur dan keempat tindakan afektif yang hanya berfokus kepada emosional saja. Terkait aspek nalar dominasi pemahaman istri narapidana dengan konteks sosio-kultural di Minangkabau ini dipengaruhi oleh adanya pelanggengan sebuah tatanan ketahanan adat yang masih eksis dalam masyarakat Minangkabau, yaitu penguatan eksistensi ketahanan keluarga di Minangkabau dengan basis kaum.NIM.: 18203010023 Yulmitra Handayani2022-04-08T07:17:21Z2022-04-08T07:23:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50409This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/504092022-04-08T07:17:21ZPERAN PEREMPUAN DALAM MERAWAT ALAM (STUDI KASUS AMINAH COLLECTION DALAM PENGGUNAAN PEKA RAMAH LINGKUNGAN)Untuk menjaga lingkungan kita harus mengurangi sampah yang sulit
terurai seperti sampah plastik, ada Siti Aminah yang berjuang menyadarkan
perempuan-perempuan untuk mengurangi produksi sampah plastik dan sampah
pembalut, Siti Aminah mengajak perempuan untuk memahami begitu pentingnya
peran dari perempuan yang beralih menggunakan pembalut kain. karena ini akan
menekan produksi sampah pembalut yang tidak bisa didaur ulang. perubahan ini
bertujuan untuk menjaga dan merawat alam.
Penelitian ini menggunakan teori ekofeminisme sebagai pedoman
penelitian. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling, teknik ini peneliti
menentukan informan sendiri yang mempunyai ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan dari peneliti, dengan melakukan Observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah ditemukan inovasi untuk mengurangi produksi
sampah pembalut dengan membuat pembalut kain sendiri, yang dilakukan oleh
Siti Aminah dalam Gerakan PeKa (pembalut kain) ramah lingkungan. Gerakan ini
bertujuan untuk menyadarkan perempuan agar menjaga alam dengan mengurangi
sampah pembalut. Pembalut kain terbukti lebih sehat, karena bebas dari bahanbahan
kimia. Pembalut kain juga lebih hemat karena bisa digunakan berulangulang
dan pembalut kain ini terbukti bisa mengurangi sampah pembalut yang
tidak bisa terurai dan tidak bisa didaur ulang.NIM.: 17200010002 Fahri Alia2022-04-07T07:18:19Z2022-04-07T07:18:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50383This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/503832022-04-07T07:18:19ZPEREMPUAN SEBAGAI PEMBATAL SALAT MENURUT NASR AD-DIN AL-ALBANI DAN FATIMA MERNISSIRasulullah SAW dan Islam hadir tidak hanya memihak perempuan, tapi juga memandang persamaan antara laki-laki dan perempuan, baik dalam beribadah maupun dalam hak dan kewajiban beragama, hubungan sesama manusia, berkeluarga, berbangsa dan bernegara. Ironisnya, pasca Rasulullah wafat, perdebatan mengenai kesetaraan justru muncul kembali. Salah satu contohnya dapat dilihat dari hadis yang menjelaskan bahwa wanita setara dengan keledai dan anjing. Bukan hanya itu, wanita, keledai dan anjing sama-sama dapat membatalkan salat jika ia lewat dihadapan seorang muṣalli. Pendapat tekstual hadis diatas dipegangi oleh Syaikh Muhammad Naṣr Ad-Dīn Al-Albāni. Sementara itu seorang tokoh Feminisme asal Maroko, Fatima Mernissi berpendapat sebaliknya, dengan alasan adanya kecenderungan patriarki yang tersimpan dalam hadis tersebut. Penelitian ini mengkaji mengenai pemikiran Naṣr Ad-Dīn Al-Albāni dan Fatima Mernissi dalam memandang permasalahan melintasnya perempuan sebagai pembatal salat. Perbandingan kedua tokoh ini merupakan perbandingan yang seimbang, karena penyusun membedah pemikiran keduannya menggunakanpendekatan uṣul fiqh. Alasan yang melatar belakangi penelitian ini ialah : (1) minimnya pengetahuan masyarakat mengenai hadis tersebut, (2) guna mengetahui seberapa tepat argumentasi kedua tokoh ketika di bedah meenggunakan analisis uṣul fiqh.
Jenis penelitian yang penyusun gunakan ialah penelitian kepustakaan (library research). Penyusun menggunakan literatu-literatur dari kedua tokoh maupun tokoh-tokoh lain guna mendapatkan hasil penelitian yang baik. Pendekatan yang penyusun gunakan ialah pendekatan uṣul fiqh. Pendekatan uṣul fiqh adalah studi Islam dengan menggunakan kaidah-kaidah uṣul fiqh atau metode-metode istinbat hukum dalam uṣul fiqh. Teori yang penyusun gunakan dalam skripsi ini ialah Ta’āruḍ Adillah. Ta’āruḍ Adillahmerupakan teori dalam uṣul fiqhguna memacahkan pertentangan yang terjadi antara satu dalil dan dalil yang lain.
Dari hasi penelitian ini, penyusun dapat menyimpulkan bahwa kedua tokoh memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing ketika ia dihadapkan pada hadis ini. Naṣr Ad-Dīn Al-Albāni memiliki kekurangan di bidang refrensi, sedangkang Fatima Mernissi memiliki kekurangan dalam menganalisis kepribadian Abu Hurairah. Pada akhirnya seluruh dalil yang di benturkan dengan dalil melintasnya perempuan sebagai pemutus salat adalah daif melainkan satu hadis. Hadis tersebut adalah hadis bantahan yang diriwayatkan oleh ‘Āisyah. Setelah diperbandaingkan penyusun memutuskan untuk menggunakan metode taufiq (mengompormikan kedua dalil). Hasilnya adalah kedua dalil tersebut membahas dua hukum yang berbeda. Namun pemaknaan yaqṭa’u disitu dikembalikan kepada makna hakikinya yaitu memotong. Artinya melintasnya perempuan di depan orang salat itu dapat memotong kekhusyu’an salat.NIM.: 16360028 Muhammad Miftah Irfan2022-04-07T06:44:20Z2022-04-07T06:44:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50387This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/503872022-04-07T06:44:20ZAisyah Ketua Divisi Perempuan Majelis Mujahidin Indonesia-- Inayah Rohmaniyah2022-04-07T06:35:00Z2022-04-07T06:35:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50386This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/503862022-04-07T06:35:00ZSiti Rodliyah : Kekuatan Perempuan dalam Semangat Tauhid Wahhabi yang Mencerahkan-- Inayah Rohmaniyah2022-04-07T06:23:40Z2022-04-07T06:23:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50385This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/503852022-04-07T06:23:40ZAlimatul Qibtiyah dari Halaqah Ekslusif Menuju Kebebasan Inklusif-- Inayah Rohmaniyah2022-04-06T07:17:06Z2022-04-06T07:17:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50341This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/503412022-04-06T07:17:06ZAnalisis Gender tentang Poligami dalam Perundang-undangan di IndonesiaPersoalan poligami menjadi tema hangat yang selalu menantang dan sekaligus dapat menjadi ukuran sensitifitas dan kepedulian seseorang terhadap persoalan gender dan hak-hak perempuan. Dari perspektif analisis gender, peraturan poligami dalam perundang-undangan menunjukkan adanya konstruksi yang diskriminatif tentang status dan peran perempuan, dalam beberapa bentuknya baik stereotipi, subordinasi, marginalisasi, maupun kekerasan terutama kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik nampak terutama dalam penempatan perempuan sebagai obyek hukum dan hegemoni konstruksi laki-laki terhadap persoalan poligami. Dengan kata lain, peraturan tentang poligami menunjukkan adanya kontruksi dikriminatif yang diobyektifikasi din mengalami reifikasi serta dijustifikasi dengan kekuatan Negara sehingga seakan menjadi kebenaran final yang memiliki status mutlak. Sumber konstruksi berakar terutama dari pemahaman agama yang endosentris, patriarkhis dan sexis. Selain itu, pengaruh kultur dan pemahaman keagamaan yang telah mengalami obyektifikasi dan reifikasi menjadikan peraturan poligami dalam batas tertentu diterima sebagai indetitas kolektif yang final.- Inayah Rohmaniyah2022-04-01T21:01:49Z2022-04-01T21:01:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50258This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502582022-04-01T21:01:49ZFatima Mernissi Menembus Batas, Mendobrak Tradisi dan Doktrin Agama PatriarkiFatima Mernissi menggambarkan sosok perempuan yang mempunyai
nalar kritis dan sekaligus kesadaran historis serta akademisi dan juga
aktivis. Nalar kritis Mernissi menjadi elan vital untuk mempertanyakan
ulang tatanan yang telah mapan dan reproduksi ketidakadilan yang
sekian lama dipertahankan. Kesadaran historis memberinya kekuatan
untuk menelusuri sejarah dan menemukan kontestasi berbagai kepentingan
sehingga memunculkan dominasi wacana patriarkal yang
merugikan
perempuan. Sebagai akademisi, Mernissi membuktikan
melalui
karya-karyanya bahwa pendidikan, sebagaimana yang telah
ditempuhnya,
bersifat fundamental bagi perempuan untuk dapat
merebut haknya di ruang publik. Pendidikan akan membuka akses
perempuan di ruang publik, dan memberi kekuatan bagi perempuan
untuk bergerak melakukan perubahan di ranah praktis.
Secara sistematis Mernissi menunjukkan bahwa perubahan dimulai
dari pembongkaran terhadap metodologi dalam memproduksi
pengetahuan atau tafsiran-tafsiran terutama terkait dengan isu
perempuan. Secara komprehensif Mernissi menunjukkan urgensi
kritik metodologis dan pendekatan historis untuk mendapatkan
pemahaman yang inklusif dan berkeadilan. Terkait dengan hadits
misalnya, pendekatan historis menurut Mernissi penting untuk
mendeteksi kapan sebuah hadits diriwayatkan Nabi, kemudian kapan
diriwayatkan kembali oleh (siapa) rawi pertama. Mernissi bahkan
menganalisis kredibilitas maupun intelektualitas perawi pertama
dari sebuah hadits (Mernissi, 1991b: 74). Hal ini berbeda dengan
kebanyakan ulama hadits yang memegang prinsip “setiap sahabat
adil.” Sementara, pendekatan historis digunakan untuk mendapatkan
konteks sosiologis yang komprehensif tentang sebuah hadits,
Pendekatan ini memungkinkan upaya kontekstualisasi sebuah ajaran
sehingga relevan dengan segala zaman.- Inayah Rohmaniyah2022-03-28T05:45:53Z2022-03-28T05:45:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50147This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/501472022-03-28T05:45:53ZGENDER DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM PERTARUNGAN WACANA TAFSIRBuku ini diberi judul “Gender dan Seksualitas Perempuan dalam
Perebutan Wacana Tafsir.” Seksualitas perempuan menjadi salah satu
persoalan serius yang dihadapi masyarakat dan bangsa Indonesia bahkan
dunia hingga saat ini. Konstruksi seksual patriarki yang menempatkan
perempuan dan tubuhnya sebagai obyek laki-laki dalam banyak kasus
memberikan konstribusi signifikan terhadap praktek peminggiran
perempuan, domestifikasi dan perampasan hak-hak perempuan dan bahkan
kekerasan terhadap perempuan. Tafsir agama tentang seksualitas perempuan
diperebutkan sebagai dasar legitimasi penafsiran atau pemahaman yang
patriarki dan atau non-patriarki. Penafsiran dalam buku ini diartikan lebih
luas dari upaya menafsirkan teks-teks al-Qur’an sebagaimana dilakukan
oleh para mufasir atau ahli studi tafsir. Tafsir dalam buku ini juga mencakup
ranah living tafsir yaitu penafsiran yang perkembang di masyarakat luas
tentang berbagai hal yang diyakini memiliki dasar normative dalam al-
Qur’an atau hadis Nabi.- Inayah Rohmaniyah2022-03-28T03:37:19Z2022-03-28T03:37:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50140This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/501402022-03-28T03:37:19ZGENDER DAN KONSTRUKSI PATRIARKI DALAM TAFSIR AGAMABuku ini ditulis berdasarkan beberapa alasan, baik alasan akademik maupun non-akademik. Alasan pertama adalah karena keinginan penulis untuk memberikan bahan bacaan yang komprehensif kepada mahasiswa maupun masyarakat (pemula) yang ingin mengkaji atau memiliki kepedulian terhadap persoalan gender. Persoalan gender seringkali menjadi semakin kompleks ketika bersinggungan dengan agama. Buku ini lebih khusus lagi diperuntukkan bagi mereka yang tertarik atau memiliki kepedulian terhadap masalah gender sebagai hasil konstruksi masyarakat tentang perbedaan laki-laki dan perempuan dan keterkaitannya dengan nilai-nilai atau doktrin agama yang berkembang di masyarakat. Penulis berharap buku ini dapat membantu mereka memberikan bahan bacaan yang ringan tetapi memiliki muatan yang relatif lengkap dan mencerahkan. Alasan kedua adalah untuk membantu memperkuat dan memantapkan keilmuan penulis dalam bidang gender dan Islam, yang telah menjadi konsen penulis sejak tahun 1994 dan mengantarkan penulis menyelesaikan studi hingga jenjang S3. Alasan terakhir adalah memenuhi janji penulis pada diri sendiri karena penulis menantang diri sendiri untuk dapat tetap berkarya di tengah kesibuka- Inayah Rohmaniyah2022-03-17T02:45:23Z2022-03-17T02:45:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50066This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/500662022-03-17T02:45:23ZPERAN GRIT TERHADAP BURNOUT DENGAN MODERATOR PERBEDAAN JENIS KELAMIN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUNIn the pandemic era, health services is the main focus, so that employees at the Health Office are at the forefront who are more prone to burnout. This study aims to determine the role of grit on burnout moderated by sex differences in civil servants at The Health and Family Planning Office of Madiun City. The measuring instruments in this research are the burnout scale and the grit scale. The sample in this study are 159 respondents based on quota sampling technique. Respondents are Civil Servants of The Health and Family Planning Office of Madiun City with a minimum educational level of Diploma. The quantitative analysis in this study used the Moderated Regression Analysis (MRA) method for hypothesis testing. The results find out that the hypothesis in this study is accepted (p <0.05), there is a negative role of grit towards burnout, that role contributes stronger in women than men. The contribution of grit on burnout for women civil servants is 48.6%, while for men civil servants is 48.1%. The higher one's grit then the burnout become lower and the contribution is stronger in women compared to men.NIM.: 16710059 Agasari Puspita2022-03-11T03:16:54Z2022-03-11T03:16:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49966This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/499662022-03-11T03:16:54ZIDEOLOGI DALAM TERJEMAHAN AL-QUR’AN DI INDONESIA
(PERSPEKTIF BIAS GENDER)It is not merely about gender bias as a social phenomenon. Moreover, gender bias occurs in the case of the translation. This study aims to explain the forms of gender bias that exist in Indonesian translation of Qur'an and to find the root cause of the occurrence of neutrality in the translation of Qur'an in Indonesia. The translation of Qur'an used consists of three translations that have different translation methods. These translations include the translation of the Indonesian Ministry of Religion's of perfected edition 2019, Indonesian Islamic University translation version, and Indonesian Mujahidin Council's version of the Tarjemah Tafsiriyah.
Based on the problem statement, the result of this research concludes that the form of gender bias in the translation finds in some words in Qur'an such as the words wālidāni or wālidayn, abawāni or abawayn, zawj, zawjāni or zawjayni, and azwāj, nisā` or niswah, and words that are often used in the scope of women in their household and social life. Then, the difference meaning of Qur'an into Indonesian occurs because of a tendency towards one gender. In general, the tendency towards women occurs because influenced by feminism and the tendency towards men occurs because influenced by the translation method used and the culture of the community which is still dominated by patriarchy.NIM.: 19201010009 Nurul Ulmi Mansur2022-03-09T07:48:22Z2022-03-09T07:48:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49916This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/499162022-03-09T07:48:22ZKOMODIFIKASI TUBUH PEREMPUAN DALAM IKLAN TELEVISI
(ANALISIS WACANA KRITIS PADA TVC SHOPEE VERSI “BLACKPINK”)In the world of advertising, women‟s body are often used as an attraction. The beauty of women's bodies is used as a commodity field that will gives benefits the media industry. The purpose of this study was to find out how the commodification of women's bodies created in the Blackpink version of Shopee advertisements. The researcher uses critical discourse analysis method with qualitative descriptive approach. The source of the data obtained is from the Blackpink version of the Shopee advertisement video, excerpts from Shopee's interviews with several media. In hile, the data is also from books, journals, articles and research results that were previously relevant to this research. The theory used is Vincent Moscow's media political economy. The results of this study are symbols that describe the commodification of women's bodies in advertisements, namely clothing, body gestures, facial expressions and implied messages which indicate that the beauty of a woman's body is used as a commodity and exloited. Placing women only as a sweetener in advertisements and is positioned as an object of advertising that leads to stimulation of the body so that bad taste advertising.NIM.: 15730035 Rastini2022-03-01T02:05:05Z2022-03-01T02:05:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49735This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/497352022-03-01T02:05:05ZPENGARUH GENDER TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT GLOBAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL INTERVENING PERTUMBUHAN EKONOMIGlobal development studies tend to pay attention to the achievement of economic growth. In fact, the development of the global community confirmed the existence of a large gap between gender and development. The purpose of the study was to determine the direct and indirect effects of gender indices, economic growth and welfare. This study uses a quantitative approach. The object in this study was the Human Development Report in 2017 to 2019 which was downloaded on the official website of the United Nations Development Programme. The results show that (1) gender indices have no effect on economic growth; (2) gender indices and economic growth affect people's welfare; and (3) gender indices through economic growth have no effect on people's welfare.NIM.: 19208012053 Laelatul Mahgfiroh2022-03-01T01:56:15Z2022-03-01T01:56:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49656This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496562022-03-01T01:56:15ZPENGASUHAN IBU BERPERAN GANDA
DI ERA PANDEMIC COVID 19
STUDI KASUS KAMPUNG KALI CODE YOGYAKARTAPenelitian ini dilaksanakan guna mengetahui kendala-kendala pengasuhan yang dialami oleh orang tua di kampung Kali Code Yogyakarta ketika menjalani perannya sebagai pendamping belajar anak selama pembelajaran jarak jauh, kemudian strategi yang diterapkan dalam pengasuhan yang tengah dijalaninya pada era pandemic covid-19 serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan yang tengah dijalani orang tua selama ini mengingat kondisi kehidupan yang semakin termarginalkan pada masa sulitnya hidup ditengah wabah pandemic covid-19. Metode penelitian ini di asah menggunakan metode kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif. Proses penggalian datanya menngunakan metode wawancara, observasi serta dokumentasi. Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 3 orang tua di Kampung Kali Code Yogyakarta.
Hasil penelitian mengindikasikan hasil pertama kendala pengasuhan yang dialami oleh informan yaitu bersumber dari faktor internal yaitu kecakapan peran orang tua baik dalam skill akademik maupun pengendalian emosi dalam melakukan pengasuhan disertai dengan tuntutan pekerjaan demi kelangsungan hidupnya. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pengasuhan informan adalah keterbatasan waktu yang menyulitkan orang tua memprioritaskan pendidikan anak atau memilih pekerjaan yang sama pentingnya untuk menghasilkan perekonomian keluarga yang cukup. Kedua, faktor yang mempengaruhi informan memilih pengasuhan yang diterapkan kepada anaknya masing masing adalah masalah ekonomi yang sulit dan keadaan lingkungan serta budaya masyarakat miskin di tengah kota yang rawan kriminalitas serta sering diabaikan dan terpinggirkan. Ketiga, karakteristik pengasuhan yang diterapkan oleh informan cenderung variatif sesuai kebutuhanya dengan menerapkan gaya pengasuhan authoritative, authoritarian dan permissive namun pada aplikasinya di lapangan informan lebih menggunakan gaya yang dominan sesuai karakter dan pengalaman informan.
Jadi dinamika pengasuhan yang dialami oleh informan selama masa pembelajaran daring karena pandemic covid-19 dalam proses pengasuhannya tidak hanya menerapkan satu gaya pengasuhan saja, akan tetapi menerapkan berbagai gaya pengasuhan dengan menyesuaikan kendala yang dihadapi sesuai dengan pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya. Maka dari itu, setiap informan tetap memiliki kecenderungan gaya pengasuhan yang diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.NIM.: 18200010238 Firda Mustika Megawati, S.Pd2022-03-01T01:56:05Z2022-03-01T01:56:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49657This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496572022-03-01T01:56:05ZOPRESI DAN RESISTENSI IBU DISABILITAS INTELEKTUALPerempuan disabilitas intelektual selama ini dipandang sebagai seseorang yang memiliki sifat kekanak-kanakan dan tidak memiliki tanggung jawab sehingga tidak pernah dibayangkan untuk menjadi seorang ibu. Oleh sebab itu, saat perempuan disabilitas intelektual menjadi ibu, mereka menghadapi berbagai opresi dan ketidakpercayaan dalam mengasuh anak. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam mengenai opresi dan resistensi ibu disabilitas intelektual. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan melibatkan 3 ibu disabilitas intelektual di Yogyakarta beserta stakeholder terkait. Kemudian informasi penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori resistensi James Scott.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa opresi yang dialami oleh ibu disabilitas intelektual yaitu menghadapi stigma, mengalami pelecehan seksual, dilarang menikah dan memiliki anak, dipaksa melakukan aborsi, mengalami penelantaran ekonomi, menghadapi ancaman pemisahan anak, dan menghadapi ketidakpercayaan keluarga dalam mengasuh anak. Meski demikian, ibu disabilitas intelektual bukanlah agen yang pasif, melainkan agen yang aktif melawan ketertindasan dan berbagai sistem yang mencoba mengekang kehidupan dirinya dan anaknya dengan cara melakukan resistensi. Adapun resistensi yang dilakukan oleh ibu disabilitas intelektual yaitu menolak berhubungan intim, melakukan dan menuntut pernikahan, menyembunyikan kehamilan, berpura-pura, selalu berada di dekat anak, memberikan prioritas untuk anak, bernegosiasi dengan jaringan sosial, bekerja, dan merahasiakan masa lalu. Tindakan resistensi ini didasari oleh adanya kemauan untuk menolak klaim ketidakmampuan, kesadaran terhadap kesetaraan, dan adanya alasan spiritual.NIM.: 18200010249 Dina Vebiola Saraswati Kuntardi2022-02-24T04:24:01Z2022-02-24T04:24:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49678This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496782022-02-24T04:24:01ZADAPTASI MASKULINITAS DAN FAKTOR PENDORONG
KETERLIBATAN PEREMPUAN DI RESIMEN MAHASISWA
MAHAKARTA SATUAN 03 UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTAMENWA identik dengan kegiatan semi militer dan sifat maskulinitasnya.
Umumnya, organisasi ini diikuti oleh mahasiswa laki-laki. Namun, dalam beberapa
tahun terakhir ada peningkatan jumlah mahasiswa putri yang bergabung di
organisasi intra kampus ini. Misalnya pada MENWA UIN Sunan Kalijaga periode
2020/2021, terdapat peningkatan anggota perempuan yang cukup signifikan, yakni,
9 orang perempuan dan 5 laki-laki. Tentu hal ini menjadi sangat menarik untuk
diteliti dan diketahui. Apa yang menjadi daya tarik dan yang diinginkan oleh
anggota putri terjun di sana? Dan setelah bergabung apa yang mereka rasakan
sebagai anggota MENWA yang identik dengan sisi-sisi maskulinitas tersebut?
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif-deskriptif dengan analisis. Di dalam mencari dan mengumpulkan data,
peneliti menggunakan model triangulasi (observasi, wawancara dan dokumentasi),
pertama, peneliti melakukan seleksi dalam pemilihan narasumber yang sesuai
dengan kriteria yang tentunya telah di tentukan sebelumnya. Kemudian, pisau
analisis yang digunakan, yakni teori maskulinitas milik Halberstam dan Peter
Lehman.
Tesis menemukan bahwa sejumlah faktor yang melatarbelakangi anggota
perempuan untuk terjun ke organisasi ini antara lain: faktor sosial (masih patriarki),
faktor orang tua (menginginkan anaknya menjadi pribadi yang kuat dan penerus
jejak orangtuanya), faktor pengalaman (pernah mendapatkan perlakuan tidak
menyenangkan dari sosialnya). Sifat maskulinitas yang diadopsi oleh para
MENWA perempuan yaitu: kekuatan, keberanian, kepahlawanan dan
kepemimpinan. Adapun pembentukan maskulinitas anggota putri MENWA
merasakan kendala saat beradaptasi dengan lingkungan organisasi tersebut seperti
fisik, mental dan sosial. Identitas maskulin yang dilabeli pada organisasi MENWA
dalam membentuk kadernya agar menjadi pribadi yang kuat baik secara fisik
maupun mental harus dijalankan oleh laku yang ada di dalamnya. Hal tersebut
membuat sebagian dari mereka emosional ketika berproses di UKM tersebut.
Dengan demikian, anggota putri ingin melakukan sebuah pembuktian agar tidak
dianggap lemah oleh lingkungan sosial di sekitarnya. Namun demikian, walaupun
telah terpenuhi aspek maskulinitasnya, tetap saja keberadaan anggota putri tidak
sepenuhnya diterima oleh masyarakat karena masih mendapatkan ketidakadilan
dari sosialnya.NIM.: 19200010141 Sulistiawati2022-02-24T04:19:04Z2022-02-24T04:19:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49679This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496792022-02-24T04:19:04ZIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI TINDAK KEKERASAN DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARATThis study aims to describe the implementation of policies to protect women from acts of violence in Mataram City, West Nusa Tenggara Province. The focus of this research is related to how the implementation of the policy of protecting women from violence and what are the obstacles to implementing the policy in implementing the policy of protecting women from violence, then how is the community's response to the implementation of the policy on the regulation of women's protection from violence. As we all know that each region certainly has its own legal regulations, as well as the local government of Mataram City which also has its own regulations regarding the protection of women from acts of violence. Where in this case the government appoints relevant institutions or agencies that have duties and functions in carrying out the protection of women from violence, namely the NTB Province DP3AP2KB as the leading sector (the main policy implementer) and coordinates with the Integrated Service Center consisting of elements: Social Service, Department of Education, Department of Health, Police, Lawyers, NGOs, and so on. This type of research is qualitative-descriptive research, to obtain data in this study the researchers also used the methods of observation, interviews and documentation. The subjects were the UPTD for PPA DP3AP2KB NTB Province, women victims of violence, and the people in Mataram City.
The results of this study indicate that in implementing the policy of protecting women from violence, DP3AP2KB as the main policy implementer that carries out protection consisting of prevention and treatment efforts. Prevention is carried out through: socialization, counseling, campaigns to stop anti-violence against women and also training members on their duties and functions in protecting women from acts of violence. Meanwhile, for the handling or assistance provided and carried out, among others: Complaint services, medical services, psychosocial services, legal aid services and empowerment. In implementing the policy on the protection of women from violence, the UPTD PPA DP3AP2KB NTB Province encountered several obstacles in implementing the Regional Regulation of the City of Mataram Number 4 of 2012 concerning the Implementation of the Protection of Women and Children from Violence, including: 1) Limited human resources 2 ) Limited budget or funds 3) Uneven socialization 4) Inadequate secretariat and facilities 5) SOPs that do not encourage the commitment of policy implementing members to protect women from acts of violence 6) Lack of community participation and participation in providing information.NIM.: 19200010151 Nurfah2022-02-21T08:18:42Z2022-02-21T08:18:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49509This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/495092022-02-21T08:18:42ZKESETARAAN GENDER DALAM KELUARGA DENGAN
PERSPEKTIF ISLAM
( ANALISIS SEMIOTIKA PADA IKLAN KECAP ABC VERSI SUPER BUNDA )Advertising as a medium for disseminating information also displays a specific ideological message packaged implicitly. Advertising can also shape self-concept to consumers through visuals, symbols, narratives that are deliberate to market a product. Marginalization of women in advertising is often occurring. Likewise with men who always display the side of masculinity that men must be strong, not whiny, not touch the domestic.
To that end, the ABC Soy sauce ad Super Bunda version was deliberately created to break the stigma of gender bias in the ad, on the ABC soy sauce ad featuring gender equality in the family. Indonesia's population is dominated by Islam. Islamic values and culture will influence the formation of perceptions about gender equality.
This research aims to determine gender equality in families on the ABC soy sauce ad "Versi Super Bunda" This research is qualitative and uses an Islamic perspective by DR. Nasaruddin Umar. The data obtained by researchers through observation and shot in advertising were then analyzed using Rolland Barthes's semiotic method to bring up the sign and clarify it to denotation, connotation, and myth. The results of this study found how gender equality in families has featured in the ABC soy sauce ad "Versi Super Bunda" and the relevance of gender equality in families with an Islamic perspective.NIM.: 17107030129 Amanda Mutoharoh2022-02-21T04:08:38Z2022-02-21T04:08:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49484This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/494842022-02-21T04:08:38ZRESILIENSI PEREMPUAN YANG MENIKAH DI BAWAH UMUR PASCA BENCANA ALAM KELURAHAN PETOBO KECAMATAN PALU SELATAN, KOTA PALU, SULAWESI TENGAH TAHUN 2018Penelitian ini mengambil topik penelitian mengenai resiliensi perempuan
yang menikah di bawah umur pasca bencana. Pernikahan di bawah umur pasca
bencana mengakibatkan perempuan di lingkungan pengungsian mendapatkan
kasus kekerasan berbasis gender terbanyak. Dengan demikian, perempuan lagilagi
menjadi korban dari dua bencana sekaligus yaitu bencana alam dan bencana
sosial. Adanya dampak tersebut membuat perempuan stres bahkan depresi.
Namun dengan kondisi seperti itu perempuan tetap harus melanjutkan
kehidupannya dengan baik.
Penelitian ini bertujuan guna mengetahui faktor-faktor yang
melatarbelakangi perempuan menikah di bawah umur pasca bencana, masalah apa
saja yang dihadapi setelah menikah dan faktor yang mempengaruhi resiliensi
perempuan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori resiliensi oleh Reivic dan Shatte.
Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa factor yang
menyebabkan perempuan di Kelurahan Petobo menikah di bawah umur adalah
faktor ekonomi. Dari informan yang telah diteliti, penulis menemukan beberapa
kesulitan yang dialami perempuan yang menikah dibawah umur pasca bencana
diantaranya putus sekolah, pertengkaran atau perselisihan, dikucilkan dari
lingkungan sekitar, kesulitan ekonomi, KDRT dan masalah kesehatan reproduksi.
Adapun faktor yang mempengaruhi resiliensi kelima informan adalah faktor
internal dan faktor ekternal. Kelima perempuan dapat resilien dengan baik,
walaupun pengendalian impuls informan SD dan efikasi diri informan RF terlihat
masih kurang.NIM.: 17107020035 Anisa Safitri2022-02-21T02:33:34Z2022-02-21T02:33:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49459This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/494592022-02-21T02:33:34Z“BUKAN SEKADAR MENCARI UANG” STUDI FENOMENOLOGI TENTANG MAKNA BEKERJA PADA PENGUSAHA WANITA DI BANTUL YOGYAKARTAWomen used to be identified with housework, now they can contribute to the business world and the family economy. Business become one of fields that be women’s choice as a place to prove one’s potential. This research includes field research which is qualitative descriptive that uses phenomenological approach. The purpose of this research is to know how women entrepreneurs interpret their job as entrepreneurs. Besides that, to find out the factors that encourage women entrepreneurs to start their businesses. The informants are three women that has criteria include having a business of at least one year, being married and managing food, transportation and service businesses. Sampling in this research uses purposive sampling technique. Data collection in this research uses semi structured interviews and non-participant observation. Methods of data analysis in this research uses data analysis. The results show that the meaning of work for women who have businesses include: 1) work as a calling and they don’t think about profit, 2) use spare time as housewife, 3) wants to make their parents happy, 4) gratitude in living life and being grateful what is given. In this research, it shows that spirituality is gratitude form informants in feeling the meaning of work so that it creates satisfaction with life. The factors that encourage women entrepreneurs to start their businesses include: 1) want to learn to manage emotions, 2) apply the knowledge gained, 3) want to open job vacancies for people around them.NIM.: 17107010006 Yushatria2022-02-21T02:17:12Z2022-02-21T02:17:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49454This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/494542022-02-21T02:17:12ZGAMBARAN KEPASRAHAN PEREMPUAN SURVIVOR KANKER PAYUDARABreast cancer is a scourge for all women in the world. In Yogyakarta, the
highest prevalence of cancer is breast cancer that experienced most by women
based on data from Yogyakarta Health Minister. Cancer treatment has an impact
on patients both physically and mentally. However, survival rate for breast cancer
is high if it can be deteceted in early stage, one way is by BSE technique. Various
coping techniques are adapted by breast cancer patients to overcomerhe negative
effects caused after diagnosis. Surrender to God is a coping style that can be
adapted by individuals diagnosed with a deadly disease such as breast cancer to
cope with their illness. This study explores an overview of surrender by three
women survivors of breast cancer in Yogyakarta. The research used qualitative
phenomenological approach as method. The reserach found that surrender was
not a passive act waiting God to solve all the problem but an active verb where
breast cancer survivors tried their best in treatment then leave the result in God’s
HandNIM.: 14710082 Rif’ah Laily Primasari2022-02-18T06:06:48Z2022-02-18T06:06:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49391This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/493912022-02-18T06:06:48ZKEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM NOVEL MAUT MA’ALI AL-WAZIR SABIQAN KARYA NAWAL AL-SA’DAWI (KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK LUCIEN GOLDMANN)Egypt is a country that adheres to a patriarchal system that reflects the reflection of social inequality regarding the position between men and women. The emergence of these problems was caused by the birth and development of an economic class between the bourgeoisie and the proletariat, so that a superiority system was formed between two classes and the superiority of men and women. This reality makes women in a patriarchal society seen as the second sex, regardless of whether they can live independently or are completely dependent on men. So that there is marginalization and discrimination caused by culture and religion that tend to work together in forming negative stereotypes for women. From this fact, one of Nawāl's creations entitled Maut Ma'alī al-Wazīr Sābiqan raises the story of the social facts of society towards women as a form of disagreement and criticism of the system prevailing in Arabia, especially Egypt. Nawāl considered that the occurrence of gender inequality in his environment was due to various factors, one of which was political economy, religion, and bad habits of the people who did not like the progress of women. Therefore, it is important to study and research the novel Maut Ma'alī al-Wazīr Sābiqan by Nawāl al-Sa'dāwī using Lucien Goldmann's genetic structuralism.
This research is a descriptive study that uses Goldmann's dialectical method, namely through the concept of understandings that connect the structure of literary works, social reality, social background conditions, author's perspective, and the subject that gave birth to a literary work. This analysis is based on the theory of genetic structuralism introduced by Lucien Goldmann, which is a set of categories that support Goldmann's theory, namely human facts, collective subjects, structuration, author's worldview, and explanations found from data in the form of words, phrases, sentences, and terms arranged in paragraphs. It aims to determine the structural study of literary works, the social conditions of the background and perspective of the author, and the relationship of literary works with the world view of society.
According to the analysis carried out on the research data, it was found that the treatment received by women originated from the patriarchal system, social class and the capitalist economic system that had taken place before the Nawāl era. Egyptian women are considered not entitled to have high positions, power, and even their rights are deprived, while men are imaged as figures who have freedom, power, and the highest position over women. The power of culture, which is especially related to the rights and position of women in society and the sustainable political system of Egypt, makes adherents of patriarchal culture only liberate men.NIM.: 18201010029 Muyassarah2022-02-18T03:50:29Z2022-02-18T03:50:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49383This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/493832022-02-18T03:50:29ZEKSISTENSI DIRI TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL BANAT AR-RIYAD KARYA RAJA’ ‘ABD ALLAH AS-SANI’ (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi diri tokoh utama
perempuan dalam novel Banāt ar-Riyāḍ karya Raja>’ ‘Abd Alla>h As}-S}a>ni’. Eksistensi
diri adalah bagian dari kajian kritik sastra feminis. Tokoh utama perempuan memilih
eksistensi diri sebagai bentuk dari kesadaran mereka akan kehidupannya yang tertindas.
Terdapat dua rumusan masalah yang diangkat dalam tesis ini, yaitu: (1) bagaimana bentuk
ketertindasan tokoh utama perempuan dalam teks novel tersebut?, (2) bagaimana
tokoh utama perempuan berupaya mengeksistensikan diri sebagai bentuk
penolakan terhadapan penindasan perempuan?. Penelitian ini berjenis library
research dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
ini menggunakan pendekatan feminisme. Metode penelitian deskriptif kualitatif
digunakan untuk menguraikan masalah yang diteliti dengan menggambarkan
keadaan objek penelitian sebagaimana adanya secara cermat. Pendekatan
feminisme digunakan untuk mengurai permasalahan yang dialami oleh tokoh utama
perempuan dalam novel serta menemukan bentuk-bentuk perlawanan mereka
terhadap sistem masyarakat patriarkhi Arab dalam novel Banāt ar-Riyāḍ. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) tokoh utama perempuan dalam novel adalah
perempuan Arab modern, berkelas, dan berpendidikan serta mengalami
ketertindasan, bias gender, (2) tokoh utama perempuan mengeksistensikan dirinya
dengan menjadi the ‘other’ dan menolak menjadi the ‘other’.NIM.: 17201010011 Heni Alliana2022-02-17T21:32:16Z2023-05-02T17:28:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49368This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/493682022-02-17T21:32:16ZEliminating discrimination against women: legal mobilization to change the minimum age of marriage in IndonesiaIndonesia is facing serious women issues as it has one of the highest maternal mortality rates in Southeast Asia region as well as sits on the 7th rank of countries with most child marriage cases (Profile of Indonesia’s Children 2018, Ministry for Woman Empowerment and Child Protection). These statistics are seen not only resulted from poor performance of development programs, but more deeply, from Indonesia’s discriminatory 1974 Family Law especially article 7(1) which required different minimum age for men and women. For many Indonesian feminists, this Law is the root cause for discrimination against women as it facilitated the pressure against women to enter into marriage at an early age. This qualitative research paper explores the connection between this Law and discourses about gender discrimination in Indonesian context and analyses the struggle for women’s rights to amend the Law by adopting the framework of ‘legal mobilization’ as part of the emergence of constitutional culture in post-New Order Indonesia.- Mochamad Sodik- Achmad Uzair2022-02-17T21:02:13Z2022-02-17T21:02:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49367This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/493672022-02-17T21:02:13ZFemininitas Gadjah Mada Plus Maskulinitas Prof. PartiniKesetaraan gender merupakan norma baru bagi umumnya laki-laki, sehingga
narasi “gender” jauh lebih sulit diterima oleh kaum laki-laki karena langsung
mengancam terhadap kepentingan “dirinya” (dominasi laki-laki). Hal ini
berbeda jauh dengan narasi keadilan sosial, kelas sosial, dan sejenisnya yang digandrungi
oleh kaum laki-laki karena bersentuhan dengan kepetingan “umum”
(dominasi kelompok tertentu) yang harus mereka perjuangkan. Fenomena ini
meneguhkan argumen sosiologi pengetahuan, bahwa seseorang cenderung akan
memperjuangkan kepentingan dirinya dan menolak sesuatu yang akan mengancam
eksistensinya. Secara reflektif perlu direnungkan lebih mendalam, karena eksistensi seseorang
tidak semuanya berasal dari takdir, tetapi karena dibentuk oleh lingkungan
tempat mereka tumbuh. Beriringan dengan itu, sistem pengetahuan seringkali
hadir untuk mengukuhkan relasi kuasa dan memperkuat eksistensi kelompok
tertentu. Dalam ruang semacam itu, perspektif kesetaraan gender hadir untuk
memberi pemaknaan baru atas ketimpangan gender yang terlanjur dinggap
lumrah dan biasa. Di sinilah narasi dan praksis hidup Prof. Dr. Partini menemui
tantangannya.- Mochamad Sodik2022-02-10T04:08:10Z2022-02-10T04:08:10Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48941This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/489412022-02-10T04:08:10ZHAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA
MENURUT KH. HUSEIN MUHAMMAD DAN ASMA BARLAS (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN DUA TOKOH)Islam sebagai agama Rahmatan Li al-‘Alamin yang sangat menghormati nilai-nilai kemaslahatan terhadap manusia khususnya terhadap kaum perempuan yang tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut tidak lain disebabkan karena isu atau doktrin budaya patriarkhi yang sudah tersebar luas di kalangan masyarakat. Musdah Mulia salah satu feminis Islam berpendapat bahwa munculnya isu atau doktrin ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, umat Islam lebih banyak memahami agama dengan berpegang pada sesuatu tanpa berfikir dan hanya ikut-ikutan saja tanpa adanya kritik sama sekali khususnya tentang masalah yang berkenaan antara laki-laki dan perempuan. Kedua, umat Islam pada umumnya mendapat ilmu pengetahuan agama melalui kajian atau ceramah agama dari para ulama yang umumnya bias gender. Ketiga, banyaknya pemahaman tekstual daripada kontekstual terhadap relasi antara laki-laki dan perempuan dalam kitab-kitab suci.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) dengan pendekatan sosiologis historis. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Adapun metode pengumpulan data diperoleh dengan mengumpulkan berbagai dokumen berupa karya KH. Husein Muhammad dan Asma Barlas terkait hak-hak perempuan dalam keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran KH. Husein Muhammad dan Asma Barlas sepakat bahwa al-Qur'an tidak membawa ajaran yang mengandung unsur patriarki, namun al-Qur‟ān mengajarkan cita-cita yang universal dan mengedepankan kemaslahatan tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan. Begitu juga menurut Undang-Undang Nomor. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Namun di antara pemikiran KH. Husein Muhammad dan Asma Barlas dengan Undang-Undang Nomor. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan terdapat perbedaan dan persamaan. Salah satu perbedaannya ialah pemaknaan kata qawwām yang diartikan sebagai laki-laki adalah pemimpin atau kepala rumah tangga. Sedangkan persamaannya ialah hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat.NIM.: 17103050004 Alfino Teguh Damutiara2022-01-24T06:31:30Z2022-01-24T06:31:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48875This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/488752022-01-24T06:31:30ZPERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (STUDI KASUS DI PUSAT PELAYANANTERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) KABUPATEN KULONPROGO)Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian dengan desain
studi kasus di Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) Kulonprogo sebagai lokasi penelitiannya. Tujuan
penelitian ini adalah menelaah realitas empiris dan mendalam tentang
pengalaman P2TP2A Kulonprogo dalam menangangi tindak kasus
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak terutama dalam hal: (1)
Tindak pencegahan dan penanganan, (2) dinamika dalam penangangan
kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang mengalami
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), dan (3) peran yang dilakukan
oleh pekerja sosial dalam kasus tindak kekerasan terhadap perempuan
dan anak. Data Primer penelitian ini adalah data pokok berbentuk
wawancara dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam (indepht
interview), dihimpun dari stakeholders yang terlibat langsung dalam
kasus tersebut antara lain penanggung jawab dan pengelola P2TP2A, dan
pekerja sosial. Pemilihan informan sebagai subjek penelitian dilakukan
secara purposif dengan sistem bola salju (Snow-Ball). Sementara data
sekunder berupa observasi dan dokumen (baik tulisan resmi ataupun
milik pribadi untuk mendukung dan memperkuat pencatatan selama
berlangsungnya penelitian) dikumpulkan melalui teknik dokumenter.
Sedangkan analisis data dari upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan wawancara, observasi, dan dokumentasi digunakan teknik
analisis data kualitatif dengan metode deskriptif-analitis.
Hasil penelitian menemukan bahwa P2TP2A Kulonprogo dalam
menangangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak
menggunakan dua pendekata yaitu (1) Pendekatan pencegahan tindak
kekererasan dengan melakukan kerjasama dengan stakeholder baik
instansi pemerintah maupun swasta dalam rangka melakukan sosialisasi
dan kampanye terkait dengan pencegahan kekerasan terhadap
perempuan dan anak, (2) Pendampingan perempuan korban kekerasan
dengan melakukan konseling terhadap klien dan pendampingan hukum.
Sedangkan dalam penanganan kasus terhadap perempuan korban
kekerasan terutama yang mengalami kasus KDRT peran pekerja sosial
menjadi sangat penting, terutama peran sebagai pendamping, peran
sebagai pemberdaya, pendidik dan peran sebagai pembela. Dalam
menjalankan aktivitas peran tersebut, para pekerja sosial atau
pendamping yang berada di P2TP2A Kulonprogo juga mendasarkan
pada pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai pekerjaan sosial
sebagaimana para pekerja sosial professional lainnya, dan sebagian
pekerja sosial atau konselor rata-rata memiliki latar belakang
pengetahuan psikologi dam hukum. Selain itu mereka juga dibekali
dengan pisau analis masalah perspektif gender.NIM.: 18200010054 Isti’ana Yuliartati, S.Sos.I2022-01-18T05:14:11Z2022-01-24T12:36:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48645This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/486452022-01-18T05:14:11ZIndonesian and German views on the Islamic legal discourse on Gender and Civil RightsThe articles of this volume are a collection of twelve selected and revised contributions of two conferences which were realized within the framework of cooperation between the Department of Arabic and Islamic Studies of the Georg-August-Universität Gottingen and the Sharia and Law Faculty of the State Islamic University Sunan Kalijaga in Yogyakarta. The cooperation project runs over three years and is titled "Islamic law, gender and civil society in Indonesia and Germany" (Islamisches Recht, Gender und Zivilgesellschaft in Indonesien und Deutschland). It is funded by the German Academic Exchange Service DAAD within its program "Higher Educa tion Dialogue with the Muslim world" (Hochschuldialog mit der islamischen Welt). Both joint conferences of the first year took place in 2013, the first from 22 to 24 May in Gottingen and the second from 19 to 21 November in Yogyakarta. The top ics of the conferences were Islamic gender discourse and legal thought," and Religious Diversity and Identity Negotiating State Order and Civil Rights" respectively. These interrelated topics were examined in depth during the conferences Concern has been expressed with regard to Muslim women's legal status by reference to the rights to freedom from discrimination. Besides the issue of discrimination of women, that of the freedom of religion for Muslims has also stirred participants' concern. The main issue relates to criminalization of apostasy and legal status of minority groups in Muslim societies. The title of this volume mirrors debates sur rounding these topics although putting emphases on gender discourse and civil rights.- Noorhaidi Hasan [Editor]2022-01-14T04:41:45Z2022-01-14T04:41:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48025This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/480252022-01-14T04:41:45ZSTRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN POLA
ADAPTASI BISSU BUGIS DALAM MEMBANGUN
HARMONISASI DI MASYARAKAT SEGERI
KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATANBissu merupakan kelompok minoritas tetapi memiliki
pengaruh kultural di masyarakat Bugis khususnya di Segeri.
Namun, Bissu dianggap sebagai pelaku syirik di beberapa
kalangan terutama panganut Islam fanatik. Selain itu Bissu
adalah bagian dari waria yang dinilai dekat dengan seks
bebas dan isu-isu LGBT. Namun demikian, masyarakat
Segeri masih mempertahankan Bissu karena adanya ritual
Mappalili yang masih menjadi kebutuhan masyarakat. Di sisi
lain Bissu harus melakukan strategi dan adaptasi untuk terus
bertahan dan berfungsi di masyarakat. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui strategi Bissu agar bisa bertahan
hidup dan perannya tidak hilang di masyarakat.
Penelitian ini juga mengaplikasikan teori habitus dari
Pierre Bourdieu dan skema AGIL dalam teori structural
fungsional yang dipelopori oleh Talcott Parsons. Agar dapat
melihat pola adaptasi Bissu di masyarakat Segeri Kabupaten
Pangkep demi terciptanya harmonisasi. Penelitian ini
merupakan penelitian field Research yang bersifat kualitatif.
Sumber data diperoleh melalui data primer, dan sekunder,
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah pertama strategi yang
dilakukan oleh Bissu adalah dengan memanfaatkan modalmodal
yang mereka miliki seperti modal ekonomi sebagai
perias, memiliki pengetahuan sebagai modal kultural,
jaringan yang dimiliki oleh Bissu sebagai modal sosial dan
modal simbolik yaitu sebagai pendeta Bugis kuno. Semua
modal yang mereka miliki digunakan untuk terus bertahan
dan berfungsi di masyarakat, dengan menghasilkan praktik
yang dilakukan oleh Bissu dan masyarakat sebagai satu
kesataun. Kedua adaptasi keagamaan dan cultural yang
dilakukan oleh Bissu, dengan mentransormasikan nilai-nilai
Islam kedalam budaya sehingga menjadi satu kesatuan, agar
tercipta integrasi dan harmonisasi.NIM.: 16205010074 Nurfadillah2022-01-13T22:43:23Z2022-01-13T22:43:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48481This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/484812022-01-13T22:43:23ZDebating Gender, Woman, and Islam: Indonesia's Marriage Law of 1974 revisitedThe relationship between gender, woman and Islam has long been debated in Meslim countries, including Indonesia. Questions are raised concerning the role played by religion and legal institutions in defining the male and female relationship. and their rights and obligations when bound together in a marriage contract. Less than one year after her independence, Indonesia issued the Law No. 22 of 1946 requiring Muslims register their marriage, divorce and reconciliation. This law was issued to control arbitrary marriages and divorces among Muslims. After Suharto came to power as the replacement of Sukarno in 1966, more laws on Muslim. personal status were enacted. In the early 1970s Suharto's rnoment proposed a marriage law requiring civil registration of marriages and court approval for divorce and polygamy. This bill was proposed as part of the state project of modernizing the practice of Islamic law within the framework of the Indonesian legal system - in response to an increasing awareness among Indonesian women of gender and their equal status with men before the law- Noorhaidi Hasan2022-01-13T03:04:57Z2022-01-13T03:06:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48428This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/484282022-01-13T03:04:57ZPENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIAThe goal of this research is to see how gender inequality affects Indonesia's economic growth from 2015 to 2020. The variables in this study are education, which is proxied by the average length of schooling, health, which is proxied by life expectancy, employment, which is proxied by labor force participation, and politics, which is proxied by women's participation in parliament and its impact on economic growth. The data used in this study contains time series data from 2015 to 2020, as well as cross section data from 34 Indonesian provinces. Panel data regression was employed as an analytical technique in this study, with the Fixed Effect Model being the best model chosen (FEM). According to the findings of this study, the average length of schooling for men and women, the male to female life expectancy ratio, and women's involvement in politics all have an impact on Indonesia's economic growth. The labor force participation rate ratio, on the other hand, has little bearing on economic growth.NIM.: 19208010017 Nova Wahyuni Syafnur2022-01-13T02:47:51Z2022-01-13T02:47:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48423This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/484232022-01-13T02:47:51ZPENGARUH EKSEKUTIF WANITA, UKURAN PERUSAHAAN DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABAThis study aims to determine the relationship between woman executives, firm size and information asymmetry on earnings management. This study used secondary data on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2016-2019 period. 103 manufacturing companies were selected sample through purposive sampling technique based on predetermined criterias. The analysis technique used is the estimation of panel data regression model using the Eviews v.10 application. The results showed that partially, woman executives and information asymmetry have a positive and significant effect on earnings management obtained from the results of multiple regression analysis with t-statistic values (2.879835 and 2.747494) and Prob. (0.0043 and 0.0064 < 0.05). While the size of the company has a significant negative effect on earnings management as evidenced by the results of multiple regression analysis (t-Statistic = -5.596820 and Prob = 0.0000).NIM.: 17108040064 Arfi Rahayu2022-01-11T07:55:18Z2022-01-11T07:55:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48002This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/480022022-01-11T07:55:18ZKONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM TAFSIR NAZARAT FI KITAB ALLAH KARYA ZAINAB AL-GHAZALI (TELAAH EPISTEMOLOGI DAN GENDER)Tesis ini mengkaji tentang konstruksi perempuan dalam tafsir Zainab al-Ghazali.
ada tiga alasan fundamental yang melandasi penulisan kajian ini. Pertama, Zainab
adalah pejuang perempuan (daiyah) yang mempunyai concern tinggi terhadap al-quran. kedua, dia adalah seorang mujahidah, pejuang yang mempunyai sensitivitas
tinggi terhadap masalah perempuan dan bangun keilmuan Islam. ketiga, Sejarah
kehidupannya yang berada di tengah perjuangan kemerdekaan dan transisi pemerintah
Mesir menjadi faktor penting dalam membentuk corak dan karakter kepribadian yang
selanjutnya termanifestasikan dalam pemikiran-pemikran tafsirnya. Acuan pembahasan penelitian ini ada pada bangunan epistemologi tafsir Zainab
al-Ghazali, berikut dengan penafsirannya terhadap ayat-ayat tentang penciptaan,
rasionalitas dan kepemimpinan perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
filsafat ilmu dengan menggunakan metode induktif. Pendekatan epistemologi Abid al-
Jabiri, analisis Gender, dan teori Effective History Gadamer juga digunakan untuk
menelisik lebih jauh penafsiran. Sumber Primer penelitian ini adalah karya Zainab al-
Ghazali yakni kitab Nazarat fi Kitab Allah, Ayyam Min Hayati. Sedang sumber
sekunder diambil dari tulisan-tulisan yang mempunyai relevansi terhadap penelitian. Hasil Penelitian mengungkapkan bahwa kontsruk epistemologi Zainab al-Ghazali
dalan tafsirnya meliputi: Sumber utama (Origins) adalah al-quran sedangkan,hadis,
realitas, akal, pendapat ulama,dan kisah mejadi penguat saja. Metode tafsirnya ialah
menggunakan tartib surah dan bercorak tahlili. sedang Validitas penafsirannya adalah
teori koherensi melalui al-Quran
Adapun kecenderungan alur logika dalam pemikiran Zainab al-Ghazali dianalisa
menggunakan teori Abid al-Jabiri lebih mengacu kepada epistemologi bayani yang
menjadikan teks-teks otoritatif al-Quran sebagai basis fundamentalnya. berkaitan
dengan penafsiran perempuan baik dari penciptaan, rasionalitas dan kepemimpinan,
Zainab al-Ghazali mengatakan bahwa baik laki-laki atau perempuan memiliki porsi
yang sama tidak ada hirarki superioritas satu sama lain, namun tidak menafikan kultur
patriarki yang dominan dalam tafsirnya. Keterpengaruhan sejarah dalam penafsiran
jelas terlihat melalui kesesuaian hasil penafsiran dengan poin yang ditetapkan oleh
Ikhwanul Muslimin.NIM.: 1520510050 Ahmad Aqib, S.Th.I2022-01-11T07:40:22Z2022-01-11T07:40:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48323This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/483232022-01-11T07:40:22ZBIMBINGAN KETERAMPILAN UNTUK MEMBEKALI VOCATIONAL SKILL PADA REMAJA PEREMPUAN PUTUS SEKOLAH DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL WANITA (BPRSW) YOGYAKARTARemaja perempuan putus sekolah membutuhkan pendidikan pengganti yang dapat membantu mereka menghadapi dunia kerja. Salah satu pendidikan pengganti yang bisa diberikan adalah bimbingan keterampilan. Bimbingan keterampilan dapat membekali vocational skill yang memudahkan mereka dalam bekerja kelak. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini berupaya untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis pentingnya program bimbingan keterampilan yang dipilih Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita (BPRSW) Yogyakarta untuk membekali vocational skill remaja perempuan putus sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah 3 remaja perempuan putus sekolah warga binaan BPRSW Yogyakarta, 2 instruktur bimbingan keterampilan di BPRSW Yogyakarta, dan 2 pekerja sosial BPRSW Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan keterampilan penting diberikan kepada remaja perempuan putus sekolah di BPRSW Yogyakarta karena bimbingan keterampilan berfungsi untuk mencegah remaja perempuan putus sekolah dari kesulitan mencari pekerjaan dan bekerja. Selain itu, bimbingan keterampilan juga memberikan perubahan pada keterampilan, sikap, dan perilaku remaja perempuan putus sekolah.NIM.: 18102020034 Iin Baroatul Isfat Alula2022-01-11T07:33:59Z2022-01-11T07:33:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48321This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/483212022-01-11T07:33:59ZEFEKTIVITAS PENGAJIAN RUTIN UNTUK MENGURANGI EMPTY NEST SYNDROME PADA WANITA DEWASA MADYA DI KOMPLEK PANGGOI INDAH KOTA LHOKSEUMAWE ACEHWomen, apart from being housewives, also have the opportunity to actualize themselves with various activities, be it work, doing hobbies and filling their spare time with useful things. If this is not fulfilled, there will be a lot of problems that will arise in middle age which will disrupt their psychological health. Some examples of cases are the departure of children from home, divorce, problems in the lives of adult children, parenting responsibilities, and feeling lonely and neglected (empty nest syndrome). The loneliness felt by middle-aged women makes them carry out activities outside the home to minimize their feeling of loneliness. For example is attending regular recitations (majlis ta'lim), moreover the level of concern for spirituality in this middle adulthood phase also tends to be high.
The purpose of this study was to determine, describe and analyze the effectiveness of routine recitations to reduce empty nest syndrome. This research is Mix Method that is a combination of quantitative and qualitative. Data was collected using a scale of empty nest syndrome and interviews, with data analysis techniques using normality test calculations and t tests with the help of the IBM SPSS 22.0 for Windows program. The results of the normality analysis stated that the data were normally distributed with a score of 0.212 on the pretest and 0.311 on the posttest, which is greater than sig > 0.05. while to test the hypothesis, the acquisition value of sig (2-tailed) < the significance level is 0.000 < 0.05, which means that Ha is accepted. It is also strengthened by a decrease in the average value of pretest and posttest for each aspect of the empty nest syndrome, which means that there is a change in the score to be lower in empty nest syndrome for middle-adult women after routine recitations are carried out. So it can be concluded that regular recitations are effective in reducing the empty nest syndrome suffered by middle-aged women in the Panggoi Indah Residential.NIM.: 18102020016 Ikrima Fadhilah2022-01-11T04:18:25Z2022-01-11T04:18:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48294This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/482942022-01-11T04:18:25ZRESILIENSI BURUH PEREMPUAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DESA KENDALDOYONG KECAMATAN WONOSALAM KABUPATENPandemi Covid-19 membuat banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari di kalangan masyarakat dan hal itu berdampak pada beberapa sektor seperti sektor pendidikan, sektor ekonomi, sektor kesehatan, dan sektor-sektor lainnya. Hal itu juga berdampak pada proses pembelajaran di Sekolah yang selama pandemi ini kebanyakan dilakukan secara daring. Pembelajaran daring ini tentu saja membutuhkan sarana pendukung seperti Smartphone dan juga paket internet. Buruh yang juga berperan sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai anak yang masih sekolah tentu saja mengalami dampak ini. Kebutuhan pendidikan yang berbeda seperti sebelum adanya pandemi dan tuntutan pekerjaan membuat buruh tersebut harus mempunyai rseiliensi yang baik. Secara garis besar resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah, berada dalam tekanan dan dia mampu bertahan bahkan keluar dalam masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan teori resiliensi dan berlokasi di Desa Kendaldoyong Wonosalam Demak. Penelitian menggunakan metode kualitatif, dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini para informan mampu beresiliensi dalam berperan
sebagai buruh dan juga memenuhi kebutuhan pendidikan anak. . Kemampuan resiliensi dari para informan sendiri juga berbeda satu sama lain seperti Ibu AS yang mampu mengatur emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, peningkatan aspek posotif. Sedangkan Ibu SU mampu mengatur emosi, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, peningkatan aspek posotif dan ibu NN bisa mengatur emosi, pengendalian impuls, optimisme, peningkatan aspek posotif.NIM.: 17102050017 Nina Maulidiah2022-01-11T02:24:58Z2022-01-11T02:24:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48274This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/482742022-01-11T02:24:58ZPEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH OLEH IBU-IBU PKH DUSUN BEJI BANTUL D.I.YOGYAKARTAProgram pengelolaan sampah di Dusun Beji merupakan program yang yang ada di PKH yang bertujuan untuk menangani masalah sampah dan menjaga kebersihan lingkngan di Dusun Beji Bantul D.I.Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan pengelolaan sampah dan mendiskripsikan dampak pengelolaan sampah baik ekonomi, sosial dan lingkungan di Dusun Beji Bantul D.I.Yogyakarta. Adapun penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat analisis data dalam penelitian ini adalah analisis interaktif yang diantaranya pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penyajian data penelitian ini dalam bentuk tulisan dan menerangkan apa adanya data yang diperoleh dalam penelitian.
Penelitian ini menjelaskan bahwa sebelum menerapkan program pengelolaan sampah di Dusun Beji ada beberapa proses pemberdayaan diantaranya tahap penyadaran, tahap transformasi dan tahap peningkatan kemampuan intelektual. Adapun dampak pengelolaan sampah di PKH Dusun Beji Bantul D.I.Yogyakarta meliputi dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Manfaat Pengelolaan Sampah di Dusun Beji yaitu membantu menyelesaikan masalah sampah, mengurangi pembuangan limbah plastik, menjaga lingkungan di Dusun Beji tetap bersih, memanfaatkan sampah atau barang bekas menjadi nilai yang ekonomis dan membantu pemerintah dalam menangani masalah sampah di Kabupaten Bantul D.I.Yogyakarta.NIM.: 17102030067 Mualim Putra Widaya2022-01-10T06:44:19Z2022-01-10T06:44:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48238This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/482382022-01-10T06:44:19ZIMPLEMENTASI ADVOKASI PEREMPUAN MELALUI JURNALISTIK DI MUBADALAH.IDFenomena realitas sosial mengenai ketimpangan laki-laki dan perempuan bahkan sudah menjadi stigma di masyarakat karena sudah melalui proses konstruksi. Perbedaan laki-laki dan perempuan dalam sektor publik. Tidak hanya itu media ikut berp
eran andil dalam menggaungkan konstruksi sosial mengenai perbedaan. Dalam ruang redaksi perempuan dan laki-laki bisa dilihat yakni 1:3 atau 1:4 minimnya jurnalis perempuan membuat tulisan yang dipublikasikan terkesan maskulin. Jurnalisme Advokasi dapat menjadi solusi alternatif dalam menyadarkan khalayak ramai untuk senantiasa membuka wawasan mengenai ketimpangan yang terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana realisasi/implementasi 6 unsur jurnalisme advokasi (Titik berat berita, Isu yang diangkat, Pemilihan narasumber, Asas Legalitas, Prioritas Kerja, dan Harapan Pasca Pemuatan) oleh mubadalah.id. peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis framing teks media model Robert N.Entman. subjek penelitian berupa artikel isu perempuan selama 15-30 Maret 2021 pada menu kolom sub menu publik.
Peneliti mendapatkaan artikel terkait perempuan, keadilan, diskriminasi gender, kesetaraan, dan perdamaian. Secara Teknik artikel yang dipublikasikan oleh mubadalah sangat berhati-hati dalam mencitrakan laki-laki, adaun hasil temuan bahwa mubadalah.id merealisasikan 4 unsur dari 6 unsur jurnalisme advokasi yakni (titik berta berita, isu yang diangkat,
pemilihan narsumber dan harapan pasca pemuatan), meski demikian pihak mubadalah.id mengklaim bahwa mereka tidak mengakui sebagai jurnalisme advokasi.NIM.: 17102010020 Siti Rizka Maftuhah2022-01-10T06:24:45Z2022-01-10T06:24:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48232This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/482322022-01-10T06:24:45ZMANAJEMEN PELAYANAN PETUGAS HAJI PEREMPUAN TERHADAP JEMAAH HAJI PEREMPUAN DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2019Penelitian ini berangkat dari keresahan akibat minimnya jumlah petugas haji perempuan yang dalam hal ini Petugas TPIHI Perempuan. Penelitian ini dirasa penting karena menyuguhkan data terkait keterlibatan Petugas TPIHI Perempuan dalam mensukseskan penyelenggaraan ibadah haji khususnya dalam membimbing jemaah haji perempuan yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Sehingga, melalui penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber masukan kepada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia untuk lebih memperhatikan proporsi jumlah jemaah haji perempuan dengan jumlah petugas haji perempuan.
Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dalam penjabarannya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi tidak langsung, dan dokumentasi yang kemudian di analisis dengan metode rumusan J. W. Creswell yang terdiri dari proses mengolah dan mempersiapkan data, membaca keseluruhan data, menganalisis lebih detail dengan meng-coding data, menerapkan proses coding, menyajikan pembahasan secara naratif, dan menginterpretasikan data yang didapat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses manajemen pelayanan telah berjalan baik dengan tahapan menetapkan sasaran pelayanan dilakukan secara kolektif, tahap menetapkan cara yang tepat dilakukan saat pelatihan integrasi petugas haji, tahap melaksanakan pekerjaan dan menyelesaikan masalah sesuai standar pelayanan penyelenggaraan ibadah haji, tahap mengendalikan proses pelayanan dilakukan rutin setiap hari, serta tahap evaluasi atas pelaksanaan tugas atau pekerjaan dilakukan dengan melibatkan perwakilan petugas haji.NM.: 16240051 Lily Awanda Faidatin2022-01-10T02:40:28Z2022-01-10T02:40:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48195This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/481952022-01-10T02:40:28ZWACANA PEREMPUAN DALAM RASIONALISASI AGAMA PADA MAJALAH SUARA ‘AISYIYAH 1930-1970Majalah Suara „Aisyiyah merupakan surat kabar yang lahir dari organisasi „Aisyiyah, sebuah gerakan perempuan dengan akar gerakan pembaruan Islam yang berusaha untuk menciptakan sebuah adaptasi nilai Islam dan kemajuan zaman. Munculnya majalah Saura „Aisyiyah kemudian menjadi salah satu pendorong utama bagai gerakan „Aisyiyah untuk tampil sebagai gerakan perempuan modern. Terbit sejak tahun 1926 hingga kini, majalah Suara „Aisyiyah menjadi saksi bagi dinamika dan dialektika gerakan perempuan Indonesia yang turut menyempurnakan gerakan kebangsaan. Meskipun awalnya majalah Suara „Aisyiyah merupakan sebuah official organ milik „Aisyiyah namun majalah ini tidak bersikap eksklusif dan terbatas bagi lingkungan organisasi nya saja. Majalah Suara „Aisyiyah secara sadar menjadi ruang terbuka bagi diskusi dan dialektika gerakan perempuan pada tiap zaman sekaligus menjadi wakil dari gerakan perempuan Islam untuk menerjemahkan cita-cita Islam dan memastikan keterlibatannya dalam perjuangan gerakan perempuan yang bersifat universal. Hal tersebut kemudian dapat ditemukan sebagai suatu benang jika Suara „Aisyiyah merupakan sebuah wadah yang merekam perdebatan dan wacana „Aisyiyah dan gerakan perempuan selainnya dalam beberapa aspek, yaitu: akar historis kelahiran majalah Suara „Aisyiyah, dinamika dan konstruksi wacana yang terjadi, serta faktor yang mempengaruhi perubahan wacana dalam majalah Suara „Aisyiyah di masa selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah kritis yang terdiri dari: herusitik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Berangkat dari kesadaran akan kosmopolitanisme yang menjadi perfektif dari penelitian ini, maka peneliti menggunakan teori disrupsi media untuk menjelaskan Suara „Aisyiyah sebagai majalah merupakan fenomena suatu gejala dalam perubahan sosial. Sementara itu untuk menjelaskan kepentingan gender yang bersifat universal penelitian ini akan menggunakan teori disrupsi kepentingan gender yang terus mengalami proses dialektika dalam majalah Suara „Aisyiyah.
Penelitian ini menemukan jika arus modernisasi di Hindia Belanda pada awal abad 20, menghasilkan fenomena booming surat kabar gerakan pembaruan Islam yang menjadi faktor pendukung dari lahir nya majalah Suara „Aisyiyah. Fondasi nilai modernisasi majalah Suara „Aisyiyah kemudian dibangun melalui independensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan. Gagasan dan pemikiran tentang modernisasi Islam pada gerakan perempuan Islam kemudian ditemukan dalam dinamika wacana yang berkembang dari tahun 1930-1960an pada tema politik gerakan perempuan, upaya rekontruksi ajaran Islam terkait perempuan, hingga perdebatan ideologis antar gerakan perempuan. Memasuki tahun 1970 seiring dengan perubahan politik di Indonesia, majalah Suara „Aisyiyah menghadirkan sebuah wacana baru dengan usahanya membawa gerakan perempuan Islam Indonesia dalam ranah global melalui partisipasi dalam forum internasional dan perhatian pada isu-isi universal dari gerakan perempuan. Kemunculan wacana tersebut kemudian menjadi langkah dari majalah Suara „Aisyiyah untuk melangkah dari sebuah majalah perempuan modernis menunu gerakan perempuan Islam yang kosmopolit.NIM.: 19201020006 Muhammad Ichsan Budi Prabowo, S.S2022-01-05T06:57:43Z2022-01-05T06:57:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48105This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/481052022-01-05T06:57:43ZFEMALE MASCULINITY AS SEEN IN NADIA HASHIMI’S THE PEARL THAT BROKE ITS SHELLMasculinity is a male trait that is generally owned by men, while when
formed in females it is called female masculinity. This research used the novel The
Pearl That Broke That Its Shell as the main object. The novel tells how one of the
main characters named Shekiba changed from the previous feminine must be forced
to change to masculine (Bacha Posh) because of social compulsion. In addition, this
research also describes how processes and impacts are formed on Shekiba after
becoming masculine. This research uses qualitative methods and the Female
Masculinity theory by Judith Halberstam to reveal the image of Shekiba’s
masculinity, this theory also has the same concept of masculinity without men
explaining how masculinity can be formed in women. From the results of the
analysis, it is concluded that Shekiba’s masculinity is not innate but nurtured because
her masculinity is formed not from birth but formed by several other factors. The
masculinity shown by Shekiba is that she is tough, independent, courageous, strong,
and has a man-like appearance that makes her look more like a man. Shekiba's
masculinity is viewed from how society at that time viewed a person who can be said
to be masculine. The impact of masculinity that was forced to Shekiba feel lost in her
identity and made her feel like returning to normal life to become a more appreciated
woman.NIM.: 16150070 Marwa Ropi Jahidah2022-01-05T02:40:25Z2022-01-05T02:40:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48087This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/480872022-01-05T02:40:25ZKONTRIBUSI ‘AISYIYAH DALAM GERAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI YOGYAKARTA 1919-1938‘Aisyiyah merupakan salah satu gerakan emansipasi perempuan Indonesia yang bercirikan Islam. Latar belakang berdiri gerakan ‘Aisyiyah karena termarginalisasinya kaum perempuan pada saat itu. Penelitian ini membahas dan memberikan penekanan pada peranan ‘Aisyiyah dalam bentuk upaya melalui gerakan-gerakan dalam lingkup lokal di Yogyakarta pada tahun 1919-1938. Adapun fokus permasalahannya adalah pemberdayaan dalam aktivitas, partisipasi, dan fungsi serta manfaat yang dikembangkan dalam gerakan ‘Aisyiyah tersebut. Pembahasan atas permasalahan tersebut didasarkan pokok-pokok pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kelahiran ‘Aisyiyah di Yogyakarta. 2. Bagaimana keorganisasian dan perkembangan ‘Aisyiyah di Yogyakarta. 3. Bagaimana bentuk-bentuk gerakan ‘Aisyiyah di Yogyakarta.
Penelitian sejarah gerakan sosial ini dilakukan dengan pendekatan sosiologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori pemberdayaan masyarakat oleh Jim Ife tentang pemberdayaan itu sendiri yang memiliki makna memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri, dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupannya dalam bermasyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang meliputi tahapan: heuristik, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Tahapan heuristik dilakukan dengan studi dokumen dan wawancara. Tahapan verifikasi dilakukan pada sumber tertulis dan lisan. Interpretasi, terutama untuk menjabarkan konsep pemberdayaan, adapun historiografi sebagai cara penulisan, di dalamnya dilakukan penafsiran, pemaparan dan laporan dari hasil penelitian.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) ‘Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang didirikan Muhammadiyah sebagai jawaban atas pentingnya perempuan berkiprah dalam bidang sosial kemasyarakatan. 2) Keorganisasian dan orientasi gerakan ‘Aisyiyah saat itu menyoal stigma keterlibatan perempuan dalam pendidikan, keagamaan dan sosial di tengah-tengah dominasi penjajahan 3) Tindak lanjut usaha dan bentuk gerakan ‘Aisyiah saat itu meliputi: bagaimana perempuan-perempuan ‘Aisyiyah memberikan kontribusi berupa edukasi keseimbangan peran perempuan dalam ranah rumah tangga dan ranah sosial.NIM.: 15120086 Mirza Adinda2022-01-04T02:45:55Z2022-01-04T02:45:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48077This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/480772022-01-04T02:45:55ZKESETARAAN GENDER DALAM TAFSIR AL-QUR’AN BERBAHASA SUNDA: STUDI ATAS PEMIKIRAN MOH. E. HASIM DALAM TAFSIR AYAT SUCI LENYEPANEUNThe interpretation of the Qur’an on verses about women often gives
birth to gender-based discriminatory interpretations. Moh. E. Hasim,
a Sundanese commentator with a textualist interpretation approach,
given the predominating patriarchal system in his lifetime which has
subjugated women over the power of men, shares a perspective that
encourages gender equality in his interpretation. This study aims to
reveal the interpretation of Moh. E. Hasim in the tafsir work of Ayat
Suci Lenyepanenun regarding the issue of gender equality. This study
reveals three main problems related to the production of
interpretation, the discourse on gender equality built by Moh. E.
Hasim, and the experience of patriarchal social reality surrounding
his life that has resulted in an gender-equal interpretation.
The study aims to answer these three questions based on the
description of qualitative data derived from Ayat Suci Lenyepanenun
by Moh. E. Hasim as the primary data source. In particular his
interpretations related to gender equality includes the following
aspects: (a) the creation of women; (b) leadership in the household;
(c) nusyu>z and domestic violence; (d) women’s testimonies; (e) the
right to inherit property; (f) polygyny, and (g) sexual violence. The
researcher uses Hans-Georg Gadamer’s hermeneutic theory,
discourse analytical theory, and gender equality in analyzing the
interpretation of Moh. E. Hasim.
The research findings show that first, Hasim uses Sundanese as an
intermediary tool to communicate his thoughts. The dominant
patriarchal system that colors his life time serves as the background
for the production of his tafsir work Ayat Suci Lenyepanenun.
Second, his tafsir work is inclined with the textualist approach, which
leads to predisposition of gender bias. Hasim supported his textual
interpretation with some contextual aspects of the Quranic verses and
the ubiquituous social reality which results in an interpretation that
encourages gender equality. Third, Hasim’s interpretation is
xvi
influenced by effective history which creates a pre-understanding
that affects his interpretation on the text. Furthermore, there is a
fusion of horizon between the Qur’anic text with the ideal vision of
honoring women’s dignity and Hasim’s horizon which compromises
between the patriarchal sociological reality and the current scientific
and technological development that places men and women in equal
position. The fusion between the text of the Qur’an and Hasim’s
horizons produces a more meaningful interpretation that requires a
contextual understanding of a text, instead of having a literal
understanding. The quest for contextual understanding leads to a
more precious insight on the present situation as the background for
the text production.
Theoretically, the findings of this study strengthen the view that
interpretive activity is the result of one’s reception of texts that is
correlated with existing interpretations. Contextualization is done by
bringing together various horizons. The interpreter’s horizon with his
socio-cultural space negotiates with the interpreted text’s horizon.
The interpreter also considers the horizon of the readers in his
commentary while conveying his ideas.NIM.: 1430012017 Achmad Lutfi2022-01-03T07:53:41Z2022-01-03T07:53:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47841This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/478412022-01-03T07:53:41ZNAPAS KESALINGAN STUDI EKOTEOLOGI PADA AJARAN PENGHAYAT KAWERUH JAWA DIPAKrisis ekologi yang terjadi secara massif tidak bisa dipisahkan dari ulah manusia, yang semena-mena mengeksploitasi alam. Cara pandang antroposentrisme yang mendominasi pemahaman teks-teks agama, menjadikan alam tidak lebih dari sekadar objek pasif. Di sini ajaran tentang alam dalam aliran kepercayaan, perlu dikaji lebih dalam sebagai upaya lokal untuk mendekatkan kembali relasi antara manusia dan alam. Peran-peran individu penghayat, terutama perempuan yang memiliki pengalaman khas dan keintiman dengan alam, penting diketahui sebagai bukti adanya relasi kesalingan antara manusia dan alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memaparkan praktik lokal atau laku penghayat Kaweruh Jawa Dipa dalam rangka menghormati alam.
Dalam penelitian ini, konsep ekoteologi digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh di lapangan. Perspektif gender juga ditambahkan untuk menganalisis adanya kesetaraan peran tiap-tiap individu penghayat. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah pimpinan pusat penghayat Kaweruh Jawa Dipa dan perempuan penghayat Kaweruh Jawa Dipa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dilanjutkan dengan wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan dan didukung dokumentasi.
Penelitian ini mengungkap bahwa Kaweruh Jawa Dipa menyakini manusia tidak bisa hidup tanpa kehadiran entitas lain dari alam. Hadirnya ketersalingan dikarenakan seluruhnya berasal dari satu napas tunggal, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Alam juga bagian dari kitab tanpo tulis. Adapun ajaran tentang relasi manusia dan alam terimplementasi dalam laku spiritual personal, yang khas dan berbeda antar masing-masing penghayat Kaweruh Jawa Dipa, meliputi ziarah ke ritus atau tempat-tempat sakral sesuai panggilan alam, menajamkan lima indera untuk membaca tanda alam, meditasi (topo bisu) dan sujud bumi. Kaitannya dengan konstruksi gender, bagi penghayat Kaweruh Jawa Dipa, baik laki-laki maupun perempuan berasal dari satu napas, keduanya dianggap mumpuni, karena memiliki modal spiritual dalam menjalankan tugas dari Sang Hyang Tunggal. termasuk untuk melestarikan alam seisinya.NIM.: 19200010045 Rizka Hidayatul Umami, S.Ag2022-01-03T07:35:51Z2022-01-03T07:35:51Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47734This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/477342022-01-03T07:35:51ZPERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN PESANTREN (STUDI KASUS DI PP AL-MUNAWWIR KOMPLEK R2 KRAPYAK YOGYAKARTA)Latar belakang penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap kepemimpinan perempuan di pesantren. Penelitian ini bertujuan menganalisis secara konkrit peran kepemimpinan perempuan dalam pengembangan pesantren serta mengetahui faktor faktor pendukung dan faktor penghambat kepemimpinan perempuan di PP Al-Munawwir Komplek R2 Krapyak Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan mengambil latar tempat di PP Al-Munawwir Komplek R2 Krapyak Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara wawancara secara mendalam, observasi dan dokumentasi. Menganalisis data dengan cara mereduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Memeriksa keabsahan data dengan cara trianggulasi sumber data.
Hasil penelitian menunjukkan : bahwa peran kepemimpinan perempuan di PP Al-Munawwir Komplek R2 Krapyak Yogyakarta adalah Ibu Nyai Hj. Ida Fatimah bertindak sebagai pembuat kebijakan, sebagai pengajar dan sebagai orang tua. Faktor pendukung dalam kepemimpinan perempuan di PP Al- Munawwir Komplek R2 adalah kepribadian, keterlibatan pengurus harian, tanpa perantara, dan ketaatan santri. Sedangkan faktor penghambat dalam kepemimpinan adalah kurangnya kesadaran diri santri yang menyebabkan tingkat kedisiplinan menurun, kegiatan santri yang dibarengi dengan kegiatan sebagai mahasiswiNIM.: 14490052 Rizqika Asbabunnazlah2022-01-03T07:33:13Z2022-01-03T07:33:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47720This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/477202022-01-03T07:33:13ZPERAN SHINTA RATRI DI PONDOK PESANTREN WARIA AL FATAH KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN 2014-2019 MPenulisan ini dilatarbelakangi oleh pengamatan penulis terkait kegigihan salah seorang waria muslim di Yogyakarta di tengah masih banyaknya asumsi negatif dari masyarakat terhadap waria. Skripsi ini berjudul “Peran Shinta Ratri di Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede Yogyakarta tahun 2014-2019 M”. Shinta Ratri merupakan salah satu waria muslim yang berperan aktif di Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede. Ia dikenal sebagai salah satu pionir pondok pesantren sekaligus yang memotori jalannya pondok pesantren tersebut. Berkat perannya, lambat laun pemberdayaan santri waria di Pondok Pesantren Waria Al Fatah mengalami peningkatan dan manajemen pondok pesantren menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, penting untuk dibahas mengenai 1) Bagaimana gambaran umum Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede Yogyakarta? 2) Siapa Shinta Ratri? 3) Bagaimana bentuk peran Shinta Ratri di Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede Yogyakarta Tahun 2014-2019 M?.
Sebagai alat analisis penulis menggunakan pendekatan biografi dan sosiologi. Teori yang digunakan adalah teori peran yang dikemukakan oleh John M. Invancevich, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson. Selanjutnya, penulis menggunakan metode sejarah yakni: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan yang terakhir yaitu historiografi. Metode pengumpulan data dalam penulisan ini terdiri dari wawancara, observasi, dan studi dokumen. Selanjutnya dalam menganalisis, penulis menggunakan jenis penulisan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkann bahwa Pondok Pesantren Waria Al Fatah merupakan salah satu pondok pesantren bagi waria di Indonesia. Pondok pesantren ini berdiri atas upaya komunitas waria di Yogyakarta dalam membuat wadah untuk menghambakan diri kepada Tuhan. Salah satu tokoh yang dari awal ikut berperan dalam pengembangan pondok pesantren tersebut adalah Shinta Ratri. Ia merupakan waria muslim kelahiran Yogyakarta pada 15 Oktober 1962. Dalam kepemimpinan Shinta Ratri pada 2014-2019 M, Ia berperan dalam membuat kebijakan atau inisiator, pembuat keputusan, komunikator dengan jaringan dan memotori jalannya pesantren. Pada 2014-2015 peran Shinta Ratri berfokus pada manajemen kepengurusan dan jadwal pondok pesantren. Pada 2016-2018 peran Shinta Ratri adalah melakukan resolusi konflik dan penguatan eksistensi pesantren ke masyarakat dan santri, serta menambah kegiatan berupa mengaji kitab kuning. Pada tahun 2019 Shinta melakukan penambahan program kegiatan eksternal maupun internal dan menjadi komunikator dan inisiator dalam perluasan jaringan nasional maupun internasional.Penulisan ini dilatarbelakangi oleh pengamatan penulis terkait kegigihan salah seorang waria muslim di Yogyakarta di tengah masih banyaknya asumsi negatif dari masyarakat terhadap waria. Skripsi ini berjudul “Peran Shinta Ratri di Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede Yogyakarta tahun 2014-2019 M”. Shinta Ratri merupakan salah satu waria muslim yang berperan aktif di Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede. Ia dikenal sebagai salah satu pionir pondok pesantren sekaligus yang memotori jalannya pondok pesantren tersebut. Berkat perannya, lambat laun pemberdayaan santri waria di Pondok Pesantren Waria Al Fatah mengalami peningkatan dan manajemen pondok pesantren menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, penting untuk dibahas mengenai 1) Bagaimana gambaran umum Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede Yogyakarta? 2) Siapa Shinta Ratri? 3) Bagaimana bentuk peran Shinta Ratri di Pondok Pesantren Waria Al Fatah Kotagede Yogyakarta Tahun 2014-2019 M?.
Sebagai alat analisis penulis menggunakan pendekatan biografi dan sosiologi. Teori yang digunakan adalah teori peran yang dikemukakan oleh John M. Invancevich, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson. Selanjutnya, penulis menggunakan metode sejarah yakni: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan yang terakhir yaitu historiografi. Metode pengumpulan data dalam penulisan ini terdiri dari wawancara, observasi, dan studi dokumen. Selanjutnya dalam menganalisis, penulis menggunakan jenis penulisan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkann bahwa Pondok Pesantren Waria Al Fatah merupakan salah satu pondok pesantren bagi waria di Indonesia. Pondok pesantren ini berdiri atas upaya komunitas waria di Yogyakarta dalam membuat wadah untuk menghambakan diri kepada Tuhan. Salah satu tokoh yang dari awal ikut berperan dalam pengembangan pondok pesantren tersebut adalah Shinta Ratri. Ia merupakan waria muslim kelahiran Yogyakarta pada 15 Oktober 1962. Dalam kepemimpinan Shinta Ratri pada 2014-2019 M, Ia berperan dalam membuat kebijakan atau inisiator, pembuat keputusan, komunikator dengan jaringan dan memotori jalannya pesantren. Pada 2014-2015 peran Shinta Ratri berfokus pada manajemen kepengurusan dan jadwal pondok pesantren. Pada 2016-2018 peran Shinta Ratri adalah melakukan resolusi konflik dan penguatan eksistensi pesantren ke masyarakat dan santri, serta menambah kegiatan berupa mengaji kitab kuning. Pada tahun 2019 Shinta melakukan penambahan program kegiatan eksternal maupun internal dan menjadi komunikator dan inisiator dalam perluasan jaringan nasional maupun internasional.NIM.: 17101020033 Rihana Wardiani2022-01-03T07:30:49Z2022-01-03T07:30:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47690This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476902022-01-03T07:30:49ZPEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER DI INDONESIAHuman resource development is an important element in economic growth. Gender-oriented development is used as an indicator to measure the success of human development without any differences between women and men. This study uses a combined panel data analysis from a cross-section of 34 provinces in Indonesia with a time-series from 2010-2019. The results of the model specification test determine that the FEM approach (Fixed Effect Model) is the best model to use. It was found that gender-oriented development in the education sector as measured by the RRLS variable for women and men was able to significantly boost economic growth in Indonesia, where every one percent increase in the RRLS for women and men was able to encourage economic growth of 155485.4 per capita. The next variable, namely RAHH of women and men in the health sector has a significant effect, but has a negative direction on economic growth in Indonesia. Then in the employment sector as measured by the RTPAK variable, women and men were found to have a negative effect on economic growth in Indonesia, but not significant.NIM.: 19208012035 Hasnidar Yuslin2022-01-03T07:28:36Z2022-01-03T07:28:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47666This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476662022-01-03T07:28:36ZMINAT BERKARIR SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DI KALANGAN MAHASISWA AKUNTANSI DI YOGYAKARTA (STUDI TENTANG PENGARUH GENDER, NILAI-NILAI SOSIAL, PELATIHAN PROFESIONAL DAN PENGHARGAAN FINANSIAL)The public accountant profession has an interest in audit services. The work of a public accountant can be used as an important consideration in public policy. However, the interest of accounting students in Yogyakarta to become a public accountant is still low. The majority of accounting students are more interested in becoming accountants for private companies. This study aims to determine the effect of gender, social values, professional training and financial rewards on the interest in a career as a public accountant in accounting students in Yogyakarta. The independent variables in this study were gender, social values, professional training and financial rewards. The dependent variable in this study is the interest in a career as a public accountant in accounting students in Yogyakarta. Sampling was carried out using a cluster random sampling technique so as to produce 139 samples with accounting student respondents from UIN Sunan Kalijaga, YKPN Accounting Academy, UPN Veteran Yogyakarta, Nahdhatul Ulama University Yogyakarta, Muhammadiyah University Yogyakarta, Yogyakarta State University, Indonesian Islamic University and PGRI University. Yogyakarta. This type of research is quantitative causality. The data analysis in this study uses multiple linear regression analysis which is processed using SPSS version 24 test tool. The results of this study indicate that professional training and financial rewards have a positive and significant effect on career interest as public accountants in accounting students in Yogyakarta. Meanwhile, gender and social values have no effect on the interest in a career as a public accountant in accounting students in Yogyakarta.NIM.: 16840062 Zulvaa Uuliinnuhaa2022-01-03T07:28:15Z2022-01-03T07:28:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47650This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476502022-01-03T07:28:15ZPERSONAL BRANDING REZA GLADYS SEBAGAI WANITA YANG BERPERAN GANDA (ANALISIS ISI KUALITATIF PADA UNGGAHAN AKUN INSTAGRAM @REZAGLADYS)This study discusses how personal branding of women dual role is expected to eradicate stereotypes about women who have to stay at home or have no equal rights as men and one of the concept from feminism. Reza Gladys who works as an aesthetic doctor and CEO of a beauty business also a wife and housewife of 4 children who is trying to build her personal branding as a woman who have the dual role after she got some popularity because she went viral because some of controversy in the first place.
This study aims to find out how the form of women's personal branding plays a dual role on the @rezagladys Instagram account with 11 authentic personal branding criteria from Rampersad and analyzed with qualitative content analysis techniques. The results of this study indicate that the female figure has a dual role that has fulfilled the eleven criteria and emphasizes the concepts of Consistency, Differentiation, and Specialization. Balancing and unifying the career with the household embodies the concept of women who play multiple roles.NIM.: 17107030086 Gazi Zhafira2022-01-03T07:26:28Z2022-01-03T07:26:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47622This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476222022-01-03T07:26:28ZSTRATEGI COPING IBU PEKERJA DALAM MENDAMPINGI PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI NITIKAN, KECAMATAN UMBULHARJO, YOGYAKARTA)Pandemi covid-19 mengakibatkan seluruh jenjang pendidikan menerapkan sistem pembelajaran daring. Sehingga semua kegiatan sekolah dilakukan di rumah. Dengan adanya perubahan tersebut orangtua dituntut untuk berperan aktif dalam proses pendampingan belajar, khususnya pada anak dengan tingkat Sekolah Dasar ke bawah. Bagi ibu pekerja, adanya tambahan kegiatan pendampingan belajar bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak permasalahan yang muncul selama pendampingan, yang dapat memicu timbulnya stres. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran stres dan strategi coping ibu pekerja dalam mendampingi pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini diantaranya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi coping yang dilakukan ibu pekerja di Nitikan dalam menghadapi permasalahan selama pendampingan pembelajaran daring yaitu, dengan menggunakan problem focused coping dan emotion focused coping. Pada problem focused coping, informan cenderung menggunakan bentuk seeking social support. Sementara pada emotion focused coping informan cenderung menggunakan bentuk positive reappraisal dan self controling.NIM.: 17102050058 Uswatun Hasanah2022-01-03T07:26:17Z2022-01-03T07:26:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47620This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476202022-01-03T07:26:17ZSTRATEGI COPING PEDAGANG PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (STUDI KASUS PEREMPUAN PEDAGANG AYAM POTONG PASAR KRANGGAN)aPenelitian ini mengkaji tentang bagaimana Strategi Coping Pedagang Perempuan dalam meningkatkan Kesejahteraan Keluarga dan bagaimana dampak Strategi Coping yang di terapkan oleh Pedagang Perempuan Ayam Potong Pasar Kranggan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui Strategi Coping Pedagang Perempuan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga dan untuk mengetahui dampak dari Strategi Coping yang di terapkan pedagang perempuan dalam meningkatan kesejahteraan keluarga.
Jenis Penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Strategi Coping, Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dalam teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, validasi data menggunakan teknik keabsahan data menggunakan triagulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukkan strategi coping yang dilakukan empat subyek Perempuan pedagang ayam potong di Pasar Kranggan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, Dari ke empat subyek Beberapa pedagang mengunakan aspek Planfull Problem Solving, Seeking Informational Support, Accepting responsibility, Positive Reappraisal, Seeking social emotional support dan beberapa pedagang juga menghadapi masalah dengan curhat, mencari informasi, membuat tindakan, tidur dan jalan-jalan. Serta ada beberapa faktor yang mempengaruhi melakukan coping diantaranya faktor Keterampilan memecahkan masalah, Keyakinan atau pandangan Positif, dan Dukungan Sosial. Dan dampak dari Strategi Coping yang di terapkan oleh Perempuan pedagang ayam potong dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di tinjau dari indikator kesejahteraan yakni dampak Ekonomi, dampak Psikologi, dampak Sosial.NIM.: 17102050008 Yeshinta Puteri2022-01-03T07:25:18Z2022-01-03T07:25:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47617This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476172022-01-03T07:25:18ZIMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH GENDER DAN HAM P2GHA (PUSAT PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN HAK ANAK) UIN SUNAN KALIJAGA DALAM MEMPERJUANGKAN KESETARAAN GENDERTujuan pada penelitian ini adalah implementasi dari pelaksanaan Sekolah Gender dan HAM dan melihat hasil dari adanya Sekolah Gender dan HAM dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Melakukan analisis data dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada penelitian ini melihat peninjauan program dari berbagai aspek pada kegiatan yang dilakukan. Selain itu juga melihat hasil pada Sekolah Gender dan HAM yang menggunakan aspek kesetaraan gender dalam mewujudkan pembangunan yaitu akses, partisipasi, kontrol dan manfaat.
Hasil dari penelitian ini adalah peserta Sekolah Gender dan HAM semakin memahami pentingnya untuk memperjuangkan nilai-nilai kesetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari karena merupakan persoalan mengenai gender merupakan hal yang fundamental. Selain itu dalam Sekolah Gender dan HAM menjelaskan mengenai dalam ajaran Islam pun juga menjunjung kesetaraan gender dengan adanya pemahaman mengenai kesalingan dalam kehidupan laki-laki maupun perempuan untuk menciptakan iklim yang harmonis. Hal ini sesuai dengan tujuan diadakannya Sekolah Gender dan HAM oleh P2GHA UIN Sunan Kalijaga dan membuka peluang untuk mewujudkan aspek untuk memperjuangkan kesetaraan genderNIM.: 17102030060 Assyifa Reza Nur Solichah2021-12-15T08:43:19Z2021-12-15T08:43:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47771This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/477712021-12-15T08:43:19ZPerempuan sebagai Jurnalis: Mewujudkan Perempuan BerkemajuanArtikel membahas pentingnya perempuan menulis berbagai hal yang positif dan mempubliksikan tulisannya. Pada era digital ini kesempatan terbuka untuk masyarakat luas untuk berkontribusi dalam jurnalisme publik. Kanal jurnalisme publik dapat dimanfaatkan untuk melakukan pendidikan publik, membentuk opoini publik, serta mengkritisi kebijakan pemerintah, dan hal-hal pisitf lainnya. Persoalan membaca dan menulis ini sangat ditekankan dalam ayat-ayat Qur'anSiti Syamsiyatun2021-12-10T08:50:41Z2021-12-10T08:50:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47654This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/476542021-12-10T08:50:41ZRELASI GENDER DALAM AL-QURAN MENURUT PENAFSIRAN HUSAIN FADLULLAH (Telaah atas Kitab Tafsir Min Wahyi al-Quran)Periode modern-kontemporer merupakan periode yang
mengalami perkembangan signifikan terkait studi al-Quran,
khususnya akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Wacana
wanita pada periode ini mulai mendapatkan perhatian serius dari
para pengkaji al-Quran. Ramainya isu wanita terkait dengan al-
Quran tidak terlepas dari paradigma tafsir kontekstual yang
bernuansa hermeneutis. Suatu paradigma yang lebih menekankan
pada spirit al-Quran dari pada makna literalnya. Asumsi
dasarnya adalah teks al-Quran itu statis, sedangkan konteks
manusia dari zaman ke zaman sangatlah dinamis. Demikian
halnya dengan konteks wanita, dari masa ke masa juga
mengalami perkembangan. Oleh karenanya, para pengkaji al-
Quran di periode ini mulai menafsirkan ulang ayat-ayat tentang
relasi gender dengan menciptakan kaidah-kaidah dan metodologi
yang baru. Tujuannya adalah supaya ayat al-Quran ditafsirkan
tanpa mencederai sisi kemanusiaan wanita dan menjauhkannya
dari posisi inferior dari pada laki-laki. Tafsir Min Wah}yi al-
Quran karya Husain Fadlullah adalah produk tafsir yang terlahir
di dalam periode ini. Dalam hal ini Fadlullah menegaskan di
dalam tafsirnya, bahwa al-Quran secara makna literal sama
sekali tidak memandang wanita sebagai makhluk yang inferior.
Menurutnya, al-Quran memandang wanita sebagai makhluk yang
memiliki kemerdekaan dalam bernalar, bertindak, dan beriman.
Perbedaan Fadlullah dengan para kontekstualis pada umumnya
adalah sikapnya terhadap makna literal. Oleh karenanya,
penelitian ini dilakukan untuk mengungkap penafsirannya
terhadap ayat-ayat tentang relasi gender.
Pertanyaan riset yang dimunculkan di sini adalah
bagaimana penafsiran Fadlullah tentang ayat-ayat relasi gender
di dalam tafsir Min Wah}yi al-Qura>n? Dan bagaimana konteks
Fadlullah mempengaruhi penafsirannya? Penelitian ini
merupakan kajian kepustakaan dengan pendekatan hermeneutis.
Sumber primer yang digunakan adalah Tafsi>r Min Wah}yi al-
Quran, sedangkan sumber sekundernya adalah Dunya al-Mar’ah
serta tulisan ilmiah lain yang memiliki relevansi.
Hasil penelitian memberikan beberapa kesimpulan.
Pertama; penafsiran Fadlullah tentang wanita diupayakan untuk
membuatnya jauh dari posisi inferior, dengan cara
mengkontekstualkan ayat tanpa tercerabut dari makna literalnya.
Ini merupakan buah dari konsep h}ujjiyyah az}-z}awa>hir (otoritas
makna literal) yang metode penafsirannya ia istilahkan dengan
al-uslu>b al-isti>ha>’i> (metode meraih inspirasi). Kedua; konsep
h}ujjiyyah az}-z}awa>hir yang dipegang oleh Fadlullah adalah
pengaruh gurunya yaitu Abu al-Qasim al-Khu’i. Konteks
keilmuan inilah yang paling dominan mempengaruhi tafsirnya.
Terdapat juga konteks sosial dan budaya yang mempengaruhi
Fadlullah di dalam tafsirnya, namun tidak begitu besar.
Pengaruhnya hanya sebatas pada beberapa titik konten tafsir di
isu-isu tertentu, yaitu isu kebebasan wanita dan poligami.
Konteks keagamaan tidak sedikitpun mempengaruhi Fadlullah,
justru ia berusaha memberikan pengaruh untuk merubah tradisi
kegamaan yang ada.NIM: 1520511013 Ahmad Farih Dzakiy2021-12-03T07:56:33Z2021-12-03T07:56:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47498This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/474982021-12-03T07:56:33ZKONSEP KESETARAAN GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT MANUSIAKH Husein Merupakan salah satu ulama dari beberapa ulama yang sangat karisamtik dan sangat disegani yang dimiliki oleh negeri ini. KH Husein merupakakan salah satu tokoh pejuang gender yang gagasan pembaharuannya sangat brilian dan banyak diaparesiasi oleh banyak kalangan khususnya dari semua kalangan yang juga memperjuangkan kesetaraaan gender. Latar belakang KH Husein sebagai ulama merupakan tolak ukur masyarakat dalam pengambilan gagasan pemikiran yang dia kemukakan.
Seiring Berjalannya waktu masih cukup sering kita temui pertentangan antara pemuka agama maupun para aktivis gender yang sering kali bersinggungan atas kesalapahaman atas pemaham wacana kesetraan gender. Melihat hal tersebut penulis mencoba melihat konsep Kesetaraan Gender yang di Gagas oleh KH Husein Muhammad selaku ulama‘ atau tokoh agama dari tinjauan Filsafat Manusia.
Penelitian ini merupakan penelitian library research. Adapun pengumpulan data dengan menggunakan metode pengumpulan data yang relevan pada buku, Jurnal, artikel, dan berita yang membahas tentang konsep kesetraan gender KH Husein Muhammad. Analisis data dilakukan dengan metode content analysis, Yaitu meninjau dan menarik kesimpulan dari cara berifikir atau teori-teori Filsafat Manusia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep kesetaraan gender KH Husein Muhammad sebagai kodrat kemanusiaan. Perempuan memang sudah seharusnya diberikan peran untuk melanjutkan hidupnya, khususnya hak, kesetaraan, keadilan dan kebebasan perempuan dalam lingkup domestic maupun public. Konsep kesetaraan gender KH Husein Muhamamad kemudian di selaraskan dengan konsep Filsafat Manusia khususnya Humanisme. Humanisme sendiri merupakan suatu pemikiran yang memang memfokuskan kajian terhadap kemanusiaan, dan bertujuan menghidupkan rasa perikemanusaiaan dan bercita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Sehingga keraguan atau pertentangan cara fikir yang berbeda antara Ulama maupun para aktivis gender modern tidak perlu menjadi persoalan yang panjang lagi.NIM.: 16510022 Vina Maulida2021-12-03T06:50:05Z2021-12-03T06:50:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47489This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/474892021-12-03T06:50:05ZKONSTRUKSI GENDER PADA WARIA (TRANSPUAN) BERKELUARGA DI PONDOK PESANTREN WARIA AL-FATAH KOTAGEDEPada umumnya bentuk ketidakadilan hanya terjadi pada wilayah keluarga heterogen yang korbannya cenderung pada perempuan, tetapi ketidakadilan tersebut juga bisa terjadi tidak hanya pada keluarga heterogen. Beberapa keluarga waria juga mengalami bentuk ketidakadilan yang korbannya adalah waria, seperti beban kerja berlipat, peminggiran pengakuan peran dalam ekonomi, serta stereotip bahwa waria memiliki kewajiban kerja pada ranah domestik. Waria sering kali diidentikkan dengan pekerja seks komersial, pelacuran jalanan, perilaku seks bebas. Tetapi, tidak semua waria memilih kehidupan yang demikian. Di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Kotagede terdapat waria yang membangun hubungan keluarga seatap bersama pasangannya (laki-laki tulen) selama bertahun-tahun. Mereka juga bekerja, melakukan hubungan seksual, dan mengerjakan pekerjaan domestik lumrah sebagaimana pasangan suami istri.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode analisis data kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan dan dokumentasi pada waria yang berkeluarga di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Kotagede dengan jumlah responden 5 orang, 2 orang waria merupakan responden utama yakni waria yang berkeluarga; 2 orang lainnya adalah sahabat responden utama yang juga waria; dan 1 orang lagi adalah Ketua Pondok Waria Al-Fatah Kotagede yang dijadikan sebagai sumber data primer. Adapun data sekundernya berasal dari skripsi, jurnal, buku, dan website. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi gender dan diskriminasi gender.
Dari hasil penelitian ini ditemukan: Pertama, waria mengonstruksi diri sebagai seorang istri (perempuan) dan pasangan waria sebagai seorang suami (laki-laki) dalam hal kecenderungan, peran dan pekerjaan. Kedua, konstruksi dari menjadi seorang laki-laki dan perempuan membentuk sebuah ketidakadilan karena ada peran yang hanya bisa dilakukan oleh seorang waria saja dan tidak untuk suaminya, begitu pula sebaliknya. Peran yang tidak bisa dipertukarkan itu mengakibatkan terjadinya diskriminasi di mana yang menjadi korban cenderung adalah waria. Ketiga, tidak serta-merta waria mengalami bentuk ketidakadilan. Keluarga yang dibangun waria bersama pasangannya juga memiliki bentuk kesetaraan.NIM.: 14540036 Ulinnuha2021-12-03T03:30:01Z2021-12-03T03:30:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47473This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/474732021-12-03T03:30:01ZMEMPEREBUTKAN RUANG PUBLIK : GERAKAN PEREMPUAN DAN PEMBERLAKUAN SYARIAT ISLAM DI ACEH 2005-2019There has been a change in religious thoughts and attitude in Aceh since the tsunami catastrophe 2005. Tsunami was regarded a nature’s rebuke for long-lasting conflict occurrence in Aceh. The people, who had been busy with separatism conflict before the disaster, were herded to be adherence to worship and to textual religious teachings. While the society was busy with post-tsunami social reconstruction and rehabilitation, GAM won a political support from national and local elite politicians and wilayatul hisbah.
The enforcement of Sharia of Islam led to a religious-norm orderly society, but left women in subordination, marginalization, and domesticity. This dissertation attempts to answer three questions. First, how has sharia of Islam been implemented in Aceh? Second, why do woman activists fight for public room? Third, what movements have woman activists made to gain public room? The research used the theory of public room scramble by Jurgen Habermas, symbolic power, more specifically on social capital, from Pierre Bourdieu, woman activist movement counteract hidden transcript introduced by James C. Scott. A theory on woman agency in a collective action from Maud L. Eduards was also in use. This qualitative study also employed sociology politics approach. Data were obtained through desk (literature) study, field observation, interview with expert sources and woman movement activists within and outside Aceh.
The study discovered that the power of Aceh woman movement lay in the existence of Islam spirit in public. To wrest public room, activists built local, national, and international social networks, reproduced knowledge of civil rights, empowered religion discourse, and strengthened economy. Male perspective power and authority inducing the public room to discriminate females were, among others, a ban on horse-riding-like seating on a motorcycle, a prohibition against marriageable male-female meeting, and a limitation of woman leaders. Homes, not public rooms, were the place tor Aceh women, as constructed by conservative ulama. This made women subject to economic, social, cultural, and political marginalization. The patriarchal public room scramble to be gender fair involved two-party competition: Islam progressive forces like Muhammadiyah, NU, and woman movement activists against conservative ones represented by salafus salih and salafi wahabi.
A serious problem of the movement arises as the empowerment turns into a competition for economic access. The coalition of the
movements also contributes the ineffectiveness. However, the public room scramble reaches a success when activists gain sustainable collaborations in responding woman-related problems such as marginalization, subordination, violence, unfairness, human rights violence, and politic participation.NIM.: 1430017003 Sri Roviana, MA2021-12-02T03:37:41Z2021-12-02T03:37:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47441This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/474412021-12-02T03:37:41ZPERAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ARIMBI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN WANITA: STUDI DI DUSUN SAMBILEGI KIDUL MAGUWOHARJO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTAIndonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar Sumber Daya Manusia (SDM)nya bermata pencaharian dengan bertani ataupun bercocok tanam. Kota Yogyakarta merupakan salah satu penyumbang pertanian di Indonesia dengan jumlah 433.175 jiwa petani laki-laki, sedangkan 182.202 jiwa petani perempuan. Salah satunya berada di Dusun Sambilegi Kidul Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Terdapat sekumpulan Wanita yang tergabung dalam suatu kelompok yang Bernama Kelompok Wanita Tani (KWT) Arimbi. KWT Arimbi hadir untuk mewadahi dan mengembangkan keterampilan, kreatifitas serta menciptakan inovasi. Sehingga perlu adanya peran dalam KWT Arimbi yang dapat meningkatkan kesejahteraan wanita dalam segi moril maupun materil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran Kelompok Wanita Tani Arimbi memiliki pengaruh besar dalam keaktifan pengurus dan anggota. Di KWT Arimbi terdapat pembagian peran, seperti: peran aktif, peran partisipatif, dan peran pasif. Pemetaan ini bertujuan untuk memudahkan pengurus dalam pembagian tugas dalam setiap program yang ada di KWT Arimbi. Hadirnya KWT Arimbi juga memberikan dampak bagi pengurus dan anggota KWT Arimbi baik secara moril maupun materil.NIM.: 17102030046 Neng Susi Puspita Sari2021-12-02T03:25:26Z2021-12-02T03:25:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47437This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/474372021-12-02T03:25:26ZPEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PRODUKSI OLAHAN PANGAN DI KELOMPOK WANITA TANI JASMINE NOLOGATEN, KAB SLEMAN, YOGYAKARTASektor pertanian di indonesia sangat penting terhadap pembangunan nasional karena mampu berkontribusi nyata dalam penyediaan pangan. Secara statistik ketersediaan pangan di indonesia sudah tercukupi, namun pada kenyataannya belum ada jaminan seluruh penduduk terjamin kebutuhan pangan. Langkah strategis untuk menanggulangi perihal ketahanan pangan adalah dengan pengembangan olahan pangan melalui proses pemberdayaan, yang bertujuan untuk memperkuat keadaan masyarakat yang lemah atau kurang berdaya. Perempuan saat ini sering di anggap lemah karena rentan terjebak dalam kontruk sosial, hal ini disebabkan faktor budaya. Menanggapi hal tersebut dibentuklah salah satu wadah pemberdayaan perempuan yaitu Kelompok Wanita Tani Jasmine Nologaten. kelompok ini melakukan berbagai macam kegiatan salah satunya adalah olahan pangan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengenai tahapan dan hasil pemberdayaan perempuan melalui produksi olahan pangan di KWT Jasmine Nologaten. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberdayaan perempuan melalui produksi olahan pangan di kelompok wanita tani Jasmine Nologaten melalui lima tahapan yaitu pertama, melalui tahap penyadaran. Penyadaran ini dilakukan melalui kegiatan diskusi dan sosialisasi kepada ibu-ibu Padukuhan Nologaten. kedua, tahap perencanaan. Pada tahap ini dilakukan dengan melihat potensi dan sumber daya yanga ada. Ketiga, tahap pelaksanaan diawali dengan pelatihan keterampilan dan dikembangkan oleh masing-masing anggota. Keempat, tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan keterampilan dilakukan dengan pengembangan usaha melalui promosi produk yang dihasilkan melalui catering Jasmine dan Pasar Tiban. Kelima, tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui kendala dan perkembangan program. Sedangkan hasil pemberdayaan ekonomi KWT Jasmine yaitu munculnya percaya diri dapat dilihat dari antusias mengikuti perlombaan, dapat memamfaatkan sumber daya yang ada dengan memafaatkan bahan dasar lokal, dapat berkontribusi dalam menambah pendapatan keluarga.NIM.: 17102030019 Lasmika Fauzi2021-12-01T07:27:48Z2021-12-01T07:27:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47378This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/473782021-12-01T07:27:48ZPRAKTIK RELASI GENDER TERHADAP PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH (STUDI KASUS MASYARAKAT DESA COKROKEMBANG NGADIROJO PACITAN JAWA TIMUR)Penelitian ini mengenai praktik relasi gender dalam pembentukan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah di Pacitan Jawa Timur. Pada awalnya, perempuan di Desa Cokrokembang bertanggung jawab atas pekerjaan domestik rumah tangga. Namun kini, perempuan turut mencari nafkah, atau bahkan menjadi tulang punggung tunggal keluarga. Menjadi pencari nafkah, tidak serta merta menjadikan perempuan terlepas dari stigma sebagai penanggung jawab domestik rumah tangga. Banyak perempuan yang sekembalinya bekerja harus segera melanjutkan pekerjaan rumahnya. Ketidakadilan yang disebabkan karena ketimpangan gender berpotensi menimbulkan konflik yang dapat membahayakan keutuhan rumah tangga. Namun ternyata hal ini tidak serta merta terjadi pada masyarakat Desa Cokrokembang. Mereka dapat mengatur rumah tangga agar tetap harmonis dengan cara menumbuhkan sikap saling memahami satu sama lain. Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah : 1.Bentuk-bentuk keadilan dan ketidakadilan gender dalam kehidupan rumah tangga pada Masyarakat Desa Cokrokembang, Ngadirojo, Pacitan dalam perspektif kesetaraan gender 2.Bagaimana dampak praktik relasi gender terhadap pembentukan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah pada Masyarakat Desa Cokrokembang, Ngadirojo, Pacitan.
Adapun metode yang digunakan adalah berjenis penelitian lapangan (field researh), dengan data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dan data sekunder melalui penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen. Sifat dari penelitian ini deskriptif analitik. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi.
Sebagai hasilnya berikut bentuk-bentuk keadilan gender yang terjadi masyarakat Desa Cokrokembang 1.Pembagian kerja yang adil 2.Saling bertanggung jawab dalam rumah tangga 3.Saling mengerti dan memahami 4. Adanya transparasi dalam keluarga 5.Mengutamakan musyawarah. Adapun bentuk ketidakadilan yang masih terjadi yaitu adanya beban ganda pada perempuan. Serta adanya relasi gender sangat membantu dalam pembentukan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Akan tetapi hal tersebut tidak menentukan apakah keluarga tersebut sakinah, mawaddah, warahmah. Karena kunci dari kebahagian adalah rasa bersyukur dan bisa menerima dengan ikhlas apa yang dimiliki keluarga.NIM.: 17103050060 Jezzica Alvenda Gunawan2021-11-30T03:33:07Z2021-11-30T03:33:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47357This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/473572021-11-30T03:33:07ZIMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL IV (ABA 4) KOTA JAMBIEducation is basically preparing students to be able to open the eyes of
the heart to be able to live, develop a meaningful life, and glorify life with depth.
In Law no. 20 of 2003 concerning the National Education System Articles 4 and
5, it is stated that it is necessary to develop the education process as a process
of civilizing and empowering. Law Number 20 of 2003 concerning the National
Education System explains that Indonesian education must be able to ensure
equal distribution of educational opportunities, improve quality as well as
relevance and efficiency management of education. Furthermore, Article 4
paragraph 1 explains that it is held in a democratic and fair manner and is not
discriminatory by upholding human rights, religious values, and national
pluralism. Implementation of Gender Equality in Early Childhood Education
aims to: 1) How to apply gender to children of Kindergarten age Aisyiyah
Bustanul Athfal IV (ABA 4) Jambi City, 2) What is the impact of gender
implementation on early childhood education Aisyiyah Bustanul Athfal IV
(ABA) 4) Jamb City, 3) How is the effectiveness of the application of gender in
early childhood education in TK Aisyiyah Bustanul Athfal IV (ABA 4) Jambi
City.
Qualitative descriptive research method, Research Subjects are people
who can provide information about the object of research or what is called a
key person which means the source of information for the Principal and all
Teachers at Kindergarten Aisyiyah Bustanul Athfal IV. The object of this
research is the implementation of gender equality in childhood education. Early
Childhood Education in TK Aisyiyah Bustanul Athfal IV (ABA 4) Jambi City by
collecting interview data, observation, and documentation.
The results of the implementation of Gender equality for children The
implementation of gender equality in Aisyiyah Bustanul Athfal IV (ABA 4)
Kindergarten is defined as differences in the nature, roles, functions and
statuses between men and women not based on biological differences, but based
on sociocultural relations that influenced by the broader structure of society.
What is in accordance with the vision and mission at Tk Aisyiyah Bustanul
Athfal IV is the creation of early childhood according to the teachings of the
Qur'an and hadith and can develop all the potential of children according to
their level of development. Gender equality can also mean the existence of equal
conditions for men and women in obtaining opportunities and their rights as
human beings, so that they are able to play a role and participate in politicalactivities, economic law, socio-culture, education and national defense and
security (hankamnas) and equality in enjoying the results of development.NIM.: 19204030032 Rts Desi Paramita Sari2021-11-25T03:02:53Z2021-11-25T03:02:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46986This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/469862021-11-25T03:02:53ZKONSTRUKSI MAKNA FEMINISME DALAM FILM BUMI MANUSIAPerempuan dalam film tak pernah lepas dari budaya patriarki. Namun seiring dengan majunya pola pikir dan pengetahuan, perempuan mulai sadar bahwa sudah seharusnya mereka diperlakukan setara dan bebas memilih peran dan posisi dmasyarakat tanpa adanya bentuk represi dengan dalih agama, norma dan budayaFilm adalah media yang efektif untuk membentuk kontruksi berpikir masyarakamelalui makna. Sebagai media untuk agen perubahan sosial, film membantu perempuan dalam mewujudkan kesetaraan gender. Salah satu film yang mengangkat tentang isu gerakan perempuan atau feminisme adalah film BumManusia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggambaran perempuan dan konstruksi makna feminisme yang dibentuk dalam film Bumi Manusia. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis semiotik John Fiske. Fokus dan objek penelitian ini adalah adegan yang merujuk pada perilaku feminisme yang terdapat dalam film Bumi Manusia, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi dan studi pustaka.
Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa pada level realitas, penggambaran perempuan dilihat dari kode penampilan dan pakaian, kode perilaku serta kode ekspresi dan gesture. Pada level representasi, penggambaran perempuan dilihat melalui kode kamera. Dan dalam level ideologi, film Bumi Manusia memiliki paham ideologi feminisme liberal. Makna feminisme dalam film Bumi Manusia dikontruksikan sebagai paham dan gerakan perlawanan terhadap perbedaan antar kelas dan ras dengan menjunjung tinggi sikap dan nilai kebajikan serta dapat mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Feminisme juga dikontruksikan sebagai usaha pembebasan perempuan dari diskriminasi peran sosial yang menindas dengan melakukan perubahan sistem dan hukum. Perubahan ini dapat diwujudkan melalui pemenuhan hak dan kesempatan yang sama terhadap seluruh manusia sebagai individu dan makhluk rasional.NIM.: 16210005 Sylvia Maharany2021-11-24T06:12:49Z2021-11-24T06:12:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47128This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/471282021-11-24T06:12:49ZRELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT TAFSIR JAWA (STUDI KOMPARATIF ANTARA TAFSIR AL-IBRIZ DENGAN TAFSIR AL-IKLIL)Relasi antara laki-laki dan perempuan seringkali tidak berjalan dengan
seimbang. Pada masa lalu penempatan posisi laki-laki dan perempuan dibedakan
dari hak-hak maupun kewajibannya, seperti dalam kehidupan berumah tangga,
seperti peran laki-laki dalam mencari nafkah dan peran perempuan dalam segala
aspek rumah tangganya. Begitu juga bagi masyarakat Muslim Jawa, yang sampai
saat ini masih kental dengan nuansa budaya patriarkhinya. Namun al-Qur’an
senantiasa dituntut untuk bisa menjawab setiap problematika yang ada di
masyarakat. Maka Bisri dan Miṣbāḥ dianggap sebagai mufassir yang tepat dalam
permasalahan ini. Sebab keduanya adalah mufassir yang berasal dari suku jawa
asli yang sampai saat ini kitab tafsirnya masih dikaji dibeberapa masyarakat
pedesaan. Kedua tokoh tersebut masyhur di kalangan masyarakat jawa karena
intelektualitas keagamaan yang mereka miliki. Kajian ini dibatasi hanya pada
surat al-Nisā’, dengan pertimbangan bahwa dalam surat tersebut banyak
membicarakan tentang relasi laki-laki dan perempuan dalam keluarga, khususnya
rumah tangga. Maka fokus kajian ini terbagi menjadi empat tema pokok:
Pertama: Mahar atau Maskawin, Kedua, Nafkah, Ketiga, Poligami, Keempat,
Waris.
Indikator perbandingan yang digunakan pada kajian ini meliputi tiga aspek,
satu: Hasil penafsiran, kedua, Historisitas Mufassir, Ketiga Metode Penafsiran.
Penelitian ini mencoba menjawab rumusan masalah: 1. Bagaimana Penafsiran
Bisri dan Miṣbāḥ tentang relasi laki-laki dan perempuan dalam keluarga pada
surat al-Nisā’?, 2. Bagaimana persamaan dan perbedaan penafsiran kedua tokoh
tersebut dan apa yang melatarbelakanginya?, 3. Mengapa terdapat persamaan dan
perbedaan pada penafsiran keduanya, dan apa yang melatar belakanginya?. Untuk
menjawabnya, peneliti menggunakan teori Hermeneutika Historically Effected
Consiousness, dikombinasikan dengan teori Struktural-Fungsional. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif-Analitis-Komparatif,
dengan pendekatan hermeneutis.
Hasil dalam penelitian ini di antaranya: Penafsiran Bisri dan Miṣbāḥ tentang
relasi laki-laki dan perempuan dalam keluarga lebih banyak memiliki kesamaan
dari pada perbedaannya. Dalam hal mahar keduanya sepakat bahwa itu merupakan
kewajiban bagi pihak laki-laki, kemudian dalam hal nafkah keduanya juga sepakat
bahwa nafkah adalah kewajiban bagi suami dan menjadi hak bagi istri, kemudian
pada permasalahan Poligami keduanya membolehkan dengan syarat berlaku adil,
dan dalam persoalan waris keduanya menyetujui formula pembagian 2:1. Hasil
penafsiran keduanya dalam empat hal tersebut cenderung sama, tetapi dalam
merasionalkan alasan-alasan dibelakangnya, Miṣbāḥ lebih eksploratif dan
cenderung frontal. Dari hasil penelitian ini dapat penulis ambil kesimpulan bahwa
keduanya masuk kategori Penafsir Strukturalis.NIM.: 19200010130 Mahin Muqoddam Assarwani, S.Ag2021-11-24T02:10:06Z2021-11-24T02:10:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47108This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/471082021-11-24T02:10:06ZHERMENEUTIKA FEMINIS: KAJIAN AYAT-AYAT GENDER DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF ANTARA AMINA WADUD DAN KHALED M. ABOU EL FADL)Fenomena ketimpangan gender dalam masyarakat muslim, masih ada dan cukup signifikan. Isu ketimpangan gender ini terjadi di berbagai aspek, baik pemikiran dan pemahaman, maupun aspek perilaku sosial. Meskipun isu tentang gender bukanlah isu yang baru, namun isu ini terus berkembang dan semakin aktual seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatnya cendikiawan muslim dari kalangan perempuan. Para akademisi muslim yang menaruh perhatiannya pada kajian seputar gender mulai tertarik untuk melakukan reinterpretasi ayat-ayat gender dalam al-Qur’an. Dalam al-Qur’an ada ayat-ayat tentang hubungan laki-laki dan perempuan, tetapi konsep yang merumuskan pembacanya. Persoalan penafsiran teks al-Qur’an yang bias gender tersebut telah mendorong Amina Wadud dan Khaled M. Abou El Fadl untuk menyelami dan mendalami lebih lanjut bagaimana sesungguhnya mekanisme penafsiran pemahaman, perumusan, pemilihan, pengambilan kesimpulan dan pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang, keluarga, kelompok, organisasi dan institusi keagamaan dengan menawarkan metode baru.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode kepustakaan (library research). Dengan menggunakan teori hermeneutika Gadamer, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interpretasi Amina Wadud dan Khaled M. Abou El Fadl atas ayat-ayat gender dalam al-Qur’an. Teori-teori yang digunakan adalah: Historycally Effected Consciousness (Keterpengaruhan oleh Sejarah), Pre-Understanding (Prapemahaman), Fusion of Horizon (Penggabungan/Asimilasi Horison), dan Awendung; application (Penerapan/Aplikasi).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, baik Amina Wadud dan Khaled M. Abou El Fadl, keduanya berangkat dari kegelisahan yang sama dalam melihat kondisi perempuan yang terkucilkan. Amina Wadud bahkan mengalami bentuk-bentuk diskriminasi secara langsung. Keduanya juga memiliki fokus yang sama, yaitu reinterpretasi penafsiran teks-teks ajaran Islam bercorak teologis-feminis dan tidak menfokuskan diri pada perkembangan gerakan feminisme. Lebih lanjut, Amina Wadud dan Khaled M. Abou El Fadl mereka berdua sama-sama ingin mengungkap prinsip normative teks al-Qur’an terkait keadilan gender. Adapun perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari tiga hal, yakni: (1) Dari segi pendekatan Khaled menggunakan pendekatan hermeneutika negosiatif. Sedangkan Wadud menggunakan pendekatan hermeneutika tauhid yang banyak terpengaruhi Fazlur Rahman. (2) Wadud lebih banyak berbicara tentang kritik penafsiran al-Qur’an yang bias gender, sedangkan Khaled selain berbicara tentang penafsiran teks al-Qur’an yang bias gender dan kritik hadis-hadis misoginis serta banyak mengkritik fatwa-fatwa keagamaan bias gender. (3) Perbedaannya secara khusus, hermeneutika Wadud sangat menekankan pentingnya dimasukkannya pengalaman perempuan ke dalam penafsiran. Sedangkan dalam hermeneutika Khaled lebih menekankan pada proses negosiasi antara tiga elemen yaitu teks, penulis, dan pembaca.NIM.: 19200010017 Muhamad Turmuzi, S.Pd2021-11-23T06:35:25Z2021-11-23T06:35:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47082This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/470822021-11-23T06:35:25ZPENDIDIKAN NONFORMAL BERBASIS MAJELIS TAKLIM PEREMPUAN DI KOTA YOGYAKARTAMajelis Taklim (Islamic Forum), which serves as an
integral part of Islamic education and the Education System in
Indonesia, has been playing a key role in educating the
community to improve their religious belief and piety as the
leading religious community. Surprisingly, there are only few
studies to address non-formal education based on the Majelis
Taklim for Women, due to lack of serious attention from the
academic communities on this issue. Majelis Taklim is merely
considered a natural part of social activity that, is managed
voluntarily, as part of da’wah and thus, has not attracted much
attention from researchers. Research on non-formal education
based on the Majelis Taklim for Women can raise the activities
of the Majelis Taklim for Women that have developed widely
in society through the academic perspective.
This is a qualitative field research with a multisite study
design and a modified descriptive analytical method. This
dissertation raises three main points as the research object,
namely: first, the implementation of standards for non-formal
education management based on the Majelis Taklim for Women
in Yogyakarta City. Second, the implementation of recitation
materials in non-formal educationof Majelis Taklim for Women
in Yogyakarta city in the perspective of the epistemology of
bayānī, burhānī, and 'irfānī. Third, the implementation of nonformal
education activities based on the Majelis Taklim for
Women in the city of Yogyakarta with the perspective of
prophetic social science. This research addressed five Majelis
Taklim for Women in the city of Yogyakarta as the research
subjects: 1. Pengajian ‘Aisyiyah Subdipaten Wetan and
Ngasem, 2. Pengajian Khodijah Pasar Beringharjo, 3. Pengajian
Kartini, Jetis District and Kampung Sitisewu, 4. Pengajian
Raudlatul Jannah Muslimat NU Yogyakarta City Branch, and 5.
Pengajian Al-Wardah (WSI-KBWUCY). Data were collected
through in-depth interviews, participatory observation, and
documentation. The qualitative data were analyzed using the
Miles and Hubermen model which was carried out interactively
and continuously, until it was completed, and the data was
saturated. The data collection was subsequently followed by the
following three data analysis after the researcher completed thedata collection: data reduction, data display, and
verification/drawing conclusion.
The theory as the theoretical basis for the analysis is
adopted from the theory of Islamic education by ‘Abdar-
Raḥmân an-Nahlawi, Ahmad Tafsir, and Syahidin, the theory of
non-formal early education by Nuryanis, Khodijah Munir,
Helmiwati and the Guidelines for the Majelis Taklim from the
Ministry of Religion. The theory of material analysis uses Al-
Jabiri’s epistemology and the Majelis Taklim’s activities were
analyzed using Kuntowijoyo’s prophetic social science and
AsmaenyAzis’ prophetic feminism.
The findings and data analysis conclude the following
points: 1. The Majelis Taklim for Women in the city of
Yogyakarta has met the management standards of non-formal
Islamic education, although it is still far from perfect; 2. the
preachers have presented the materials using a comprehensive
bayānī, burhānī, and 'irfānī approaches with different topics and
developments; 3. Pioneering community empowerment
activities have been carried out through historical activism, the
pillars of humanization, liberation, and transcendence.NIM.: 18300016083 Dra. Siti ‘Aisyah, M.Ag.2021-11-23T04:02:22Z2021-11-23T04:02:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47060This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/470602021-11-23T04:02:22ZPEREMPUAN, KECANTIKAN DAN KONSTRUKSI SOSIAL (POTRET KECANTIKAN PEREMPUAN SUDAN DI MEDIA SOSIAL)The crisis of national identity hit Sudanese women who were
dominated by African ethnicity as a result of the beauty supremacy of the
Arabian look. This is confirmed by several uploads on social media which
belong to influential public figures and MUA (MakeUp Artist) which have a
significant influence on the definition of beauty in society, especially Sudanese
women. On the other hand, there are several posts on social media that narrate
that being born with African ethnic beauty features is not a mistake, therefore no
need to be modified to achieve beauty standards.
The researcher uses the social construction theory of Peter L. Berger
and Thomas Luckmann in analyzing the problems surrounding the portrait of
Sudanese women's beauty construction on social media. The research
methodology used in this research is virtual ethnography. The aim is to interpret
and describe the interrelated and learned patterns of cultural groups and the
social phenomena that surround them.
The results of this study found that the Arabian look construction of
Sudanese women is influenced by several aspects, namely the visualization of
men, colonialism, beauty products, and social media. The four aspects are
interrelated, work simultaneously and stimulate each other. This form of beauty
construction is a moment of objectification which is externalized by Sudanese
women into a social reality. The dominance of the Arabian look on Sudanese
women as a representation of beauty standards is an imaginative beauty framing
packaged by MUA (MakeUp Artist) and influential public figures in shaping the
perception of beauty which is actually contrary to the locality aspect of African
ethnic Sudanese women. This is confirmed by the researcher's findings that the
use of the phrase 'brightening' has a similar meaning to 'whitening'. In fact,
'brightening' and 'whitening' are not compatible with the biological aspects of
African ethnicityNIM.: 18200010202 Apriliyani Harahap, S. Hum2021-11-23T02:01:20Z2021-11-23T02:01:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47021This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/470212021-11-23T02:01:20ZJILBAB DAN CADAR DALAM UPAYA PENGUATAN IDENTITAS (KAJIAN PADA PIMPINAN PUSAT ‘AISYIYAH)Tubuh perempuan seperti lahan yang subur dalam menyemai benih pendisiplinan dan juga sebagai upaya menjaga identitas. Berbagai narasi dipakai untuk menjadikannya sebagai objek kontrol, salah satunya narasi agama. Pengontrolan baik dalam bentuk pelarangan maupun pemaksaan penggunaan jilbab dan cadar tengah hangat belakangan. Seolah perempuan tidak memiliki otoritas penuh akan tubuhnya. Sehingga model pakaiannya harus diatur dalam sebuah regulasi. Ironinya laki-laki jarang mengalami hal serupa. Dalam sejarah Indonesia ada beragam cerita tentang bagaimana perempuan mengekspresikan identitas agamanya melalui pakaian. Salah satu organisasi perempuan muslim turut serta dalam wacana ini. Bahkan sejak awal pembentukannya, ‘Aisyiyah telah tegas mendakwahkan aturan menutup aurat bagi perempuan muslim.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model kajian pustaka dan penelitian lapangan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur terkait dan situs resmi yang memuat data yang dibutuhkan. Selain itu wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang terkumpul melalui penelusuran pustaka. Teori relasi kuasa Michel Foucault digunakan dalam penelitian ini guna melihat bentuk relasi kuasa dan bagaimana kuasa ini beroperasi dalam upaya pengaturan cara berpakaian, khususnya di lingkungan ‘Aisyiyah berdasarkan Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid dan SK Seragam Nasional ‘Aisyiyah.
Melalui penelitian ini ditemukan bahwa kuasa pengetahuan dalam bentuk narasi agama yang digunakan ‘Aisyiyah dalam mendisiplinkan cara berpakaian perempuan muslim didasarkan pada fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah bersifat moderat pada ranah pemahaman namun bersifat progresif pada implementasinya. Kuasa pengetahuan ini tidak dijalankan dengan represif namun dengan cara diajarkan atau dipahamkan melalui strategi dialog dan regulasi. Regulasi dalam bentuk SK Seragam Nasional ‘Aisyiyah dibuat dengan tujuan menguatkan identitas ‘Aisyiyah sebagai organisasi islam moderat melalui cara berpakaian yang sederhana dan tentunya tidak menggunakan cadar. Selain itu sekolah juga dapat menjadi sarana mengoperasikan kuasa pengetahuan mengingat ‘Aisyiyah telah banyak mendirikan sekolah dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Namun relasi kuasa ini tidak terlepas dari pengaruh patriarki mengingat ‘Aisyiyah merupakan organinasi otonom di bawah Muhammadiyah. Walaupun berdasarkan data, kuasa patriarkhi ini mulai berkurang salah satunya dengan masuknya Pimpinan ‘Aisyiyah dalam struktur Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.NIM.: 17200010122 Alfita Trisnawati Adam, S.Th.I2021-11-15T03:46:13Z2021-11-15T03:46:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46646This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/466462021-11-15T03:46:13ZGENDER AWARE THERAPY DALAM KEGIATAN ASUHAN PASCA KEGUGURAN DI KECAMATAN JUWIRINGKeguguran menjadi momok yang menakutkan bagi ibu hamil. Keguguran dapat menjadi pemicu terjadinya kematian pada ibu dan bayi . Untuk meminimalisir angkat kematian pada ibu, Kementrian Kesehatan merilis kegiatan asuhan pasca keguguran. Di Kabupaten Klaten, terkhusus di Kecamatan Juwiring, kegiatan asuhan pasca keguguran ini dilaksanakan oleh SPEK-HAM dan melibatkan kerjasama antara suami dan istri dalam pelaksanaanya. Konsep gender sangat dijunjung dalam pelaksanaan kegiatan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penggunaan gender aware therapy dalam kegiatan asuhan pasca keguguran yang dilaksanakan oleh pihak SPEK-HAM. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari koordinator lapangan divisi kesehatan masyarakat di SPEK-HAM, satu bidan desa, 4 kader-kader SPEK-HAM, dan sepasang suami istri peneriman manfaat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Gender Aware Therapy telah diterapkan dalam kegiatan asuhan pasca keguguran yang dilakukan oleh SPEK-HAM. SPEK-HAM telah menerapkan ke lima prinsip dalam Gender Aware Therapy hal tersebut terbukti dengan keterlibatan antara laki-laki dan perempyan dalam kegiatan asuhan pasca keguguran ini. Keterlibatan suami dalam memberikan dukungan kepada ibu pasca melahirkan membantu mempercepat proses recovery.NIM.: 17102060039 Azizah Mashinta Putri2021-11-11T07:09:18Z2021-11-11T07:09:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46602This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/466022021-11-11T07:09:18ZKETAHANAN EKONOMI KELUARGA MELALUI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: STUDI PROGRAM PANGANKU DI KWT MAWAR LESTARIKetahanan ekonomi merupakan salah satu komponen penting untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Apalagi ketika masyarakat dihadapkan pada kondisi krisis seperti saat pandemi Covid-19. Peran seorang istri sangat dibutuhkan dalam mencapai ketahanan ekonomi keluarga. Perempuan anggota KWT Mawar Lestari Padukuhan Gegunung Kalurahan Sendangsari Kapanewon Pengasih Kabupaten Kulon Progo telah melakukan berbagai upaya agar mereka bisa mempertahankan perekonomian keluarga. Mulai dari melakukan pekerjaan sampingan sampai ikut serta dalam program pemberdayaan perempuan yang di galakan oleh pemerintah. salah satu program pemerintah yakni Program PanganKu. Program PanganKu merupakan program Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat di bidang ekonomi dan pangan melalui pemberdayaan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kegiatan pemberdayaan perempuan melalui Program PanganKu dan memetakan potensi ketahanan keluarga di KWT Mawar Lestari secara akurat dan sistematis. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode case study. Selanjutnya teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis Miles & Hubermen atau analisis interaktif. Proses analisis ini meliputi, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Saat penelitian ini dilakukan, Indonesia sedang berada pada masa pandemi Covid-19. Sehingga penelitian ini mengkaji mengenai ketahanan ekonomi keluarga di masa pandemi.
Temuan fakta dilapangan terkait dengan kegiatan pemberdayaan perempuan melalui Program PanganKu berupa Gerakan Menanam Pangan di Pekarangan (Gempar), suplai bahan pangan untuk BPNT, pembuatan teh bunga telang, pemasaran offline maupun online, dan memperluas relasi kerja. Sementara itu, potensi ketahanan keluarga melalui Program PanganKu di KWT Mawar Lestari terbagi menjadi beberapa aspek, yakni ketahanan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga, harmonisasi sosial dan peningkatan akses kesehatan masyarakat. Memang dengan adanya Program PanganKu dan upaya pemberdayaan perempuan yang dilakukan di KWT Mawar Lestari cukup mampu untuk meningkatkan dan mempertahankan kondisi ekonomi keluarga anggota KWT Mawar Lestari khususnya di masa pandemi. Selain itu perempuan anggota KWT Mawar Lestari juga telah mampu untuk mandiri dan berdaya.NIM.: 17102030081 Nurul Fatimah2021-11-11T04:59:40Z2021-11-11T04:59:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46580This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/465802021-11-11T04:59:40ZPENGGUNAAN MAKE UP TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI WANITA DEWASA AWAL (STUDY PADA MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA)Kepercayaan diri merupakan sikap positif yang muncul pada diri
seseorang individu berupa perasaan, tingkah laku dan keyakinan bahwa dirinya
lebih baik terhadap kemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat faktor-faktor penggunaan make up menunjang kepercayaan diri pada
mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penggunaan make up yang menjadi salah satu cara mahasiswi untuk memperbaiki
kekurangan secara fisik dalam dirinya, Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan penentuan subjek menggunakan teknik purposive
sampling. Data yang diperoleh diambil dari dua subjek yaitu AR dan AI. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dengan uji
keabsahan data menggunakan trianggulasi teknik serta analisis data yang
menggunakan teori Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, display data
dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan adanya tiga faktor
penggunaan make up terhadap kepercayaan diri mahasiswi, yakni faktor sosial,
pribadi dan faktor psikologis. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa subjek
merasa kepercayaan dirinya lebih baik ketika menggunakan make up.NIM.: 17102020028 Kafa Bella Syahida2021-11-11T03:42:09Z2021-11-11T03:42:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46574This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/465742021-11-11T03:42:09ZUPAYA KESETARAAN GENDER MELALUI CYBERFEMINISM (ANALISIS WACANA PADA KONTEN WEBSITE BINCANGMUSLIMAH.COM)Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya upaya kesetaraan gender dalam ranah teknologi melalui gerakan Cyberfeminism yang dilakukan oleh salah satu media Islam, yakni: bincangmuslimah.com. Media ini dikelola oleh perempuan, konten-kontennya diproduksi oleh perempuan dan berisi tentang perempuan. Hal ini menunjukan adanya upaya agar hubungan perempuan dan teknologi tidak lagi diremehkan. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai representasi isu gender yang ditampilkan pada konten website bincangmuslimah.com. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis wacana model Norman Fairclough sebagai alat analisis data. Peneliti menganalisis enam (6) dari sepuluh (10) isu gender menurut Alimatul Qibtiyah untuk mengetahui bagaimana praktik Cyberfeminism dijalankan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai upaya kesetaraan gender, bincangmuslimah.com menerapkan konsep Cyberfeminism dengan memproduksi konten yang moderat-progresif. Selama proses wawancara, media ini mengatakan bahwa dirinya merupakan media yang moderat. Namun, peneliti menemukan fakta bahwa lima dari enam artikel yang dianalisis justru membawa wacana yang progresif. Lima artikel yang dinarasikan secara progresif adalah artikel dengan isu status atau kedudukan laki-laki dan perempuan, peran laki-laki dan perempuan, kepemimpinan laki-laki dan perempuan, poligami, serta hubungan seksual. Sementara, artikel yang dinarasikan secara moderat adalah artikel dengan isu hak waris. Meskipun terdapat artikel yang dinarasikan secara moderat, tetapi khalayak tetap diarahkan pada pesan kesetaraan dan keadilan gender. Bincangmuslimah.com telah memanfaatkan teknologi untuk menyebarluaskan narasi yang ramah terhadap perempuan. Dalam praktiknya, bincangmuslimah.com memberikan kesempatan bagi perempuan agar saling terhubung dan mengekspresikan suara mereka secara online. Media ini telah mendesiminasikan narasi toleran dan inklusif untuk perempuan yang termajinalkan dalam konsepsi budaya patriarki.NIM.: 17102010026 Isti Yuliana2021-11-09T04:24:53Z2021-11-09T04:24:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46485This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/464852021-11-09T04:24:53ZTHE VIOLATION OF WOMEN’S LANGUAGE FEATURES USED BY BUBBLEE IN NADIYA HUSSAIN’S THE SECRET LIVES OF THE AMIR SISTERSGender influence is inevitable, especially in conversation. It affects the communication style between men and women. The research on women‟s language has been more frequently studied than men‟s language due to the influence of the feminist movement in the 1970s. However, women‟s language criteria cannot cover the entirety of women. The violation of women‟s language can be seen in Nadiya Hussain‟s novel entitled The Secret Lives of the Amir Sisters, especially in a character named Bubblee. The purpose of this thesis is to discuss Bubblee‟s utterances that violate women‟s language features. The researcher examines the study by using the descriptive qualitative method to explain the features of women‟s language that Bubblee violates. The theory used is The Six Differences of Men‟s and Women‟s Languages by Deborah Tannen and is supported by The Ethnography of Communication theory by Dell Hymes. The researcher examines the factors that follow Bubblee‟s conversation, the violation of women‟s language features uttered by Bubblee, and the indication of the similarity to men‟s language features in her utterances. The indication of the similarity in men‟s language strengthens the evidence of Bubblee‟s mistakes in using women‟s language features. After conducting the study, the total data obtained are 112 with the following violation of features: Support (13), Intimacy (6), Understanding (7), Feelings (48), Proposals (11), and Compromise (27). All factors of The Ethnography of Communication also follow the utterances.NIM.: 17101050015 Nuly Ariane2021-10-22T08:08:42Z2021-10-22T08:08:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45470This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/454702021-10-22T08:08:42ZKONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN DI DESA HADUNGDUNG PINTU PADANG, PADANG LAWAS SUMATERA UTARATesis ini ditulis berangkat dari kegelisahan akademik tentang posisi perempuan termarginakan dalam pembangunan desa. Lahirnya Undang-undang Desa nomor 6 tahun 2014 menetapkan asas partisipasi, kesetaraan dan pemberdayaan menimbulkan perempuan tersubordinasi dalam konteks pembangunan di desa. Diskursus tersebut tidak lepas dari peran masyarakat Batak Angkola Padang Lawas yang menganut sistem patriarki. Sehingga perempuan yang ingin berpartisipasi memunculkan konstruksi sosial terhadap perempuan dalam pembangunan di desa Hadungdung Pintu Padang di ranah domestik maupun publik.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan deskriptif-kualitatif. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah mengumpulkan data dengan dokumentasi dan wawancara online. Penulis manganalisis fenomena tersebut dengan menggunakan teori Patriarki dari Syilvia Walby dengan memetakan empat struktur patriarkal yaitu moda patriarkal produksi, relasi patriarkal dalam pekerjaan berupah, negara patriarkal dan budaya patriarki.
Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil bahwa terdapat beberapa macam konstruksi perempuan dalam pembangunan desa dalam masyarakat Batak Padang Lawas, yaitu: konstruksi sejarah suku Batak dan konstruksi budaya patriarki dalam masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan perempuan termarginalkan dalam pembangunan desa Hadungdung Pintu Padang adalah pendidikan perempuan lebih rendah dari laki-laki, dominasi patriarki dalam struktur marga, peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pembangunan desa tidak responsif gender. Konstruksi perempuan yang paling dominan termarginalkan dalam pembangunan desa ialah pemahaman keagaamaan masyarakat yang patriarki dalam masyarakat Batak Padang Lawas Hadungdung Pintu Padang.NIM.: 1620010085 Muslim Pohan2021-10-22T08:03:35Z2021-10-22T08:03:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45259This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/452592021-10-22T08:03:35ZMENJADI MUSLIM DI ERA GLOBAL: STUDI PENAFSIRAN FARID ESACK TERHADAP ISU-ISU GLOBAL DAN RESONANSINYA DI INDONESIAPenelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana Farid Esack dengan menggunakan hermeneutika pembebasan merespon isu-isu di Era Globalisasi, sebagai solusi untuk merefleksikan teks terhadap realitas sosial. Isuisu yang sering terjadi dan menjadi perbincangan adalah Isu Pluralisme Agama, Isu tentang Hak Asasi Manusia, dan Isu yang berkaitan dengan Gender. Farid Esack merupakan salah satu intelektual internasional yang mempunyai misi memaknai ulang ajaran agama untuk untuk memberi pemahaman baru mengenai Nilai-nilai Islam agar sesuai dengan zaman. Esack berasal dari Afrika selatan, Ia tumbuh dimasa wilayah afrika selatan saat itu sedang di jajah oleh apharteid yang menindas. Melalui berbagai usahanya, Esack berhasil merelevansikan ajaran agama islam sehingga dapat merespon isu-isu global yang beredar tersebut. Selain sebagai penafsir, Esack adalah seorang aktifis yang bergerak di bidang gender dan aktifis pembebasan Afrika Selatan.
Dalam penelitian bersifat kepustakaan ini, menggunakan kerangka teori Intektual Organik Antonio Gramsci. Kajian ini menggunakan pendekatan historisfilosofis dan pendekatan resonansi. Penggunaan pendekatan dimaksudkan menganalisis tiga unsur kajian, yakni: (a) menganalisis teks itu sendiri; (b) merunut akar-akar historis secara kritis latar belakang tokoh tersebut mengapa ia mengusung gagasan hermeneutika pembebasannya; dan (c) menganalisa kondisi sosio-historis yang melingkupi tokoh tersebut. Pendekatan filosofis, akan mengungkap pemikiran Farid Esack yang merespon isu-isu globalisasi. Pendekatan resonansi sosial mengukur sejauh mana pemikiran Farid Esack memiliki resonansi pada tokoh-tokoh di Indonesia.
Kesimpulan penelitian bahwa bangunan pemikiran Farid Esack sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial-politik Afrika Selatan. Proses mengaplikasikan metode tafsirnya terhadap ayat-ayat al-Qur’an, Esack mula-mula mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang setema, kemudian memahami arti dasar kata yang dituju, dan selanjutnya melakukan kontektualitas makna ayat terhadap sosio-historis ketika ayat-ayat itu turun. Metode tafsir Farid Esack termasuk kategori tafsir maudlu’i. Proses memahami kitab suci al-Qur’an, Esack menggunakan hermeneutika yang dipengaruhi Fazlur Rahman dan Mohammad Arkoun, walaupun Esack mengkritik keduanya. Esack memadukan kedua pemikiran tersebut membuahkan konsep hermeneutika dalam konteks pembebasan Afrika Selatan dari rezim Apharteid. Resonansi pemikiran hermeneutika Farid Esack di Indonesia banyak ditemukan lingkup kajian akademis. Pemikiran-pemikiran Esack banyak dijadikan objek dalam penelitian khususnya Karya tulis ilmiah. Hermeneutika pembebasan yang diusung Esack jadi favorit untuk terus digemakan. Secara tidak langsung ingin mengungkapkan bahwa ada kesamaan frekuensi dengan Afrika Selatan, tentang ketidakadilan masih berlangsung di Indonesia. Meskipun penggunaan gagasan Esack hanya pada diskusi bukan untuk perjuangan pembebasan sebagaimana terjadi di Afrika Selatan.NIM.: 1620010036 Mahdi Asnani2021-10-13T06:16:28Z2021-10-13T06:16:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45379This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/453792021-10-13T06:16:28ZSPIRIT FEMINISME KHOTIMATUL HUSNA DALAM KEPEMIMPINAN DI FATAYAT NU DIY 2010-2019Spirit feminisme yakni semangat feminis yang masuk dan memenuhi jiwa sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan. Feminisme semakin gencar digerakkan dalam beberapa dekade belakangan ini. Hal itu menarik buat penulis untuk membahasnya, maka diambillah salah satu tokoh dari perempuan muslim Nahdlatul Ulama (NU) yakni Khotimatul Husna. Spiritnya mampu membangkitkan gerakan-gerakan pemuda khususnya perempuan agar terus berdaya. Peneliti ingin mengkaji lebih dalam bagaimana spirit feminisme yang ditampilkan oleh Khotimatul Husna dengan menggunakan teori feminisme Mansour Fakih. Teori ini digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang berfokus pada peran dan posisi Khotimatul Husna dalam semua aspek kehidupan. Dengan menggunakan teori tersebut pembahasan selanjutnya diharapkan mampu menjelaskan bagaimana spirit feminisme yang ditampilkan oleh Khotimatul Husna.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang genealogi feminisme, bagaimana Khotimatul Husna dalam Fatayat NU serta bagaimana spirit feminisme yang ditampilkannya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode sejarah. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan observasi dan wawancara sedangkan analisis penelitian ini dengan langkah Deskriptif.
Analisis yang diperoleh dalam penelitian ini berupa: Pengarustamaan Gender yang bertujuan sebagai upaya Khotimatul Husna dalam memberdayakan perempuan-perempuan di sekitarnya. Keseimbangan Peran Ganda pada perempuan yang menerangkan tentang konsep mubadalah khususnya antara suami dan istri dalam keluarga. Terakhir, mengenai Gender dalam Kepemimpunan Perempuan NU. Kepemimpinan Khotimatul Husna dalam Fatayat NU DIY telah memunculkan spirit feminisme yang terletak pada kepemimpinannya. Sebagai pemimpin perempuan, pengambilan keputusan sifatnya feminin, lebih mengedepankan model diskusi dan pembacaan situasi.NIM.: 14120034 Atiqotus Syarifah2021-10-12T07:15:54Z2021-10-12T07:15:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45303This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/453032021-10-12T07:15:54ZREPRESENTASI KESETARAAN GENDER DALAM PEMBAGIAN
KERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGAThis research entitled the representation of gender equality in a work
division towards librarian in UIN Sunan Kalijaga Library. This research aims to
represent the condition of gender equality in the work division for the librarian in
the library itself. This research uses the descriptive qualitative method. The data
collection of this research was conducted by observation, interview, and
documentation. Data analysis techniques use data reduction, data presentation, and
concluding. The data validity test used observation extension, triangulation, and
member checks.
The results of this research show that, with the dominance of female
librarians in the service sector (visitor services and technical services) and men in
the field of information technology, it gives the impression of dominance in the
structural sector. However, if it is investigated further, the male dominance in the
field of information technology (IT) is because this competence happens to be
owned by men. Then there is the women’s dominance in the service sector (library
and technical) because the majority of librarians in the library of UIN Sunan
Kalijaga are women. So that with the number of human resources, UIN Sunan
Kalijaga Library tries to maximize the existing human resources.
Based on the gender analysis by Harvard model where reproductive
activities, community social activities, as well as librarian access and
control/benefits, do not show a significant difference, it's just the access and
control/benefits in the field of information technology (IT) services receive less
attention related to skills improvement training related to IT. So with this, the
librarian division at UIN Sunan Kalijaga Library does not highlight any gender
bias/gaps because the work division is based on the abilities, competencies, and
interests of each individual and if it is seen from the analysis of the Harvard model,
male and female librarians tend to have the same rights and opportunities.NIM.: 16140033 Arum Maghfiroh2021-09-30T05:47:55Z2021-09-30T05:48:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44857This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/448572021-09-30T05:47:55ZAPLIKASI KONSELING BERWAWASAN GENDER RIFKA ANNISA WOMEN'S CRISIS CENTER YOGYAKARTA: STUDI TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGANIM. 99222754 Nurul Afifah2021-09-15T07:16:43Z2021-09-15T07:16:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44399This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/443992021-09-15T07:16:43ZANALISIS RESIPROKAL HADIS- HADIS RELASI LAKI- LAKI DAN PEREMPUAN ( KAJIAN HERMENEUTIKA HADIS )Kesetaraan gender merupakan salah satu isu yang menarik sehingga masih
didiskusikan hingga sampai sekarang. penelitian- penelitian yang ada terkait wacana
tersebutpun telah banyak tersebar, namun sejauh penelaahan kajian yang ada hanya berfokus
pada dua hal: pertama, penelitian pemikiran yang berfokus dan mengkaji pemikiran para
pesohor dalam wacana isu kesetaraan gender. Kedua, penelitian yang memfokuskan pada
keotentikan sanad dan matan dari redaksi hadis terutama hadis yang dianggap misogini (
membenci perempuan ) oleh kelompok yang diidentifikasi sebagai feminisme. Tesis ini fokus
menjawab dua permasalahan yaitu: pertama, bagaimana hermeneutika resiprokal ( Qira’ah
Mubadalah ) dalam literatur hadis. Kedua, bagaimana syarah ulama dan makna resiprokal (
qira’ah mubadalah ) terhadap redaksi hadis perempuan sebagai aurat dan hadis anjuran istri
mencari ridho suami. Tesis ini menggunakan pendekatan resiprokal (mubadalah) yang
diinisiasi oleh Faqihuddin Abdul Kodir sebagai pisau analisis terhadap dua hadis di atas.
Sederhananya pendekatan ini bekerja dalam tiga tahapan yaitu: pertama, mengaitkan teks-
teks yang parsial ( juz’ iyat ) dengan teks prinsipal universal. Kedua, menemukan gagasan
utama atau ideal moral teks yang sedang dibahas. Ketiga, menempelkan gagasan utama yang
ditemukan kepada jenis kelamin yang tidak disinggung dalam teks.
Dari diskusi yang dihadirkan dalam tesis ini penulis sampai pada kesimpulan sebagai
berikut: pertama, hadis sebagai sumber hukum yang paling otoritatif kedua setelah al- Qur’an
pada dasarnya telah memberikan peluang yang besar atas pemaknaan secara resiprokal (
mubadalah ) yang menekankan kepada kerjasama antara dua pihak, karena Nabi membawa
agama yang memberi rahmat bagi dua jenis kelamin laki- laki dan perempuan. Kedua,
redaksi hadis yang berbicara tentang perempuan sebagai aurat, pada dasarnya tidaklah bisa
dijadikan legitimasi untuk mendiskriminasi dan memarginalisasi perempuan. karena secara
ideal moral hadis tersebut berbicara berbicara tentang memelihara diri ( hifz al- nafs ),
memelihara keturunan ( hifz al- nasl ), dan memelihara harta ( hifz al- mall ). Tiga tujuan ini
pada tataran realitas tidak hanya ditujukan kepada perempuan saja, tetapi juga kepada laki-
laki sebagai mitra perempuan. begitu pula dengan redaksi yang berbicara tentang anjuran
kepada istri mencari ridho suami, tidak bisa serta merta difahami sebagaimana apa yang telah
ditawarkan oleh para ulama. Karena dalam Islam mengajarkan bahwa dalam konteks
keluarga antara istri dan suami harus saling bekerjasama. Gagasan utama dari redaksi hadis di
atas adalah mencari ridho, maka kewajiban tersebut tidak hanya diberlakukan kepada
perempuan saja tetapi juga kepada laki- laki. dalam hal ini adalah suami.NIM.: 18205010076 Faisal Haitomi2021-09-13T04:12:13Z2021-11-25T03:04:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44281This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/442812021-09-13T04:12:13ZNILAI-NILAI KESETARAAN GENDER DALAM BUKU TEKS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM 2013Pemerintah telah memberikan perhatian lebih terkait masalah gender dengan mengeluarkan Permendikbud tahun 2016 no. 8 tentang buku teks, bahwasanya buku teks yang digunakan oleh satuan pendidikan wajib memenuhi nilai/norma positif yang berlaku di masyarakat, diantaranya tidak mengandung unsur bias gender. Kemendikbud juga telah menebitkan buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai acuan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Mursidah dalam jurnal Mawazah menyatakan bahwa materi-materi buku pelajaran yang ada dan dipakai di sekolah-sekolah belum mencerminkan keadilan gender, indikasi dari hal ini adalah dalam banyak bacaan, perempuan masih digambarakan dalam second sex dan posisi peran-peran domestik. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana muatan nilai-nilai kesetaraan gender dalam buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kurikulum 2013 terbitan Kemendikbud sebagai bentuk pelaksanaan amanat Permendikbud diatas.
Jenis penelitian ini adalah Library Research dengan pendekatan analisis-deskriptif. Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode dokumentasi sumber primer, yaitu buku teks PAI dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK kurikulum 2013 terbitan Kemendikbud kelas X, XI, dan XII, & berbagai sumber sekunder berupa buku-buku, artikel, jurnal dan lain-lain, yang kemudian dianalisis dengan metode content analysis.
Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menunjukkan bahwa konsep gender merupakan cara pandang yang membedakan laki-laki dan perempuan melalui proses sosial dan budaya yang diciptakan oleh manusia, melalui proses yang panjang dalam sejarah peradaban manusia. Gender juga tidak kekal dan bukan kodrat Tuhan, sehingga gender dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan dan tuntutan manusia pada zamannya. Berdasarkan hasil analisis terhadap buku teks siswa PAI dan budi pekerti kurikulum 2013 SMA kelas X, XI dan XII terkait nilai-nilai kesetaraan yang terdapat dalam buku, penulis menemukan nilai-nilai kesetaraan gender pada setiap buku yang termuat dalam isi materi maupun penggunaan gambar yang ditampilkan. Nilai-nilai kesetaraan gender dalam isi materi berupa penggunaan susunan kalimat maupun dalil yang menunjukkan kesamaan akses dan peluang antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai kegiatan, dan penjelasan mengenai penghargaan atau pemuliaan terhadap perempuan yang pada zaman dahulu luput dari mereka. Adapun nilai-nilai kesetaraan gender dalam gambar yang ditampilkan berupa jumlah maupun konten gambar yang ditampilkan menunjukkan laki-laki dan perempuan memiliki peluang, akses, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan maupun propesi yang sama, baik di sektor publik maupun sektor domestik.NIM.: 16410028 ISMAIL2021-09-07T14:28:37Z2021-09-07T14:28:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43991This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/439912021-09-07T14:28:37ZPETANI MELAWAN KERATON YOGYAKARTA: MENGUNGKAP KONTRIBUSI PEREMPUAN PETANI KULON PROGO DI DALAM KONFLIKThe conflict going on iron sand beach, Kulon Progo, has been understood as a battle between farmers against iron ore mines. But basically, ownership of authority becomes the main source of the conflict. Thus, farmers are in the arena against the authority of the Yogyakarta Palace with its iron ore mining policy. Meanwhile, in ecofeminism and cultural feminism thoughts, the position of female farmer is seen as the recipient of natural gender burdens and cleaners of natural chaos. This general sense makes women lose their subjectivity, essentialist; and at the same time, placed face to face with men, Javanese culture, as well as the Yogyakarta Palace. It adversely affects female farmer in conflict, especially with their involvement in social movements: their contributions are invisible, their roles are not taken into account, and are considered to affirm the burden of gender.
This research tried to uncover the contribution of female farmers in the conflict and its relationship with the creators of the conflict, namely the Yogyakarta Palace. Then to acknowledge women's involvement in conflict, the study used conflict theory and authority; while to know its contribution in the conflict, used the theory of female identity, ecofeminism and politics of location. This was a type of qualitative research with feminist ethnography as a method of uncovered women's contributions directly. The steps were, used snowball sampling techniques, in-depth and unstructured interviewed, coded the data, and analyzed it inductively.
The results of this study shows that women farmers dive into Javanese culture to be able to contribute to the conflict. Islam, Javanese, women, and farmers are a collection of identities that make women farmers aware of the threat of mining. And, through slametan rituals, women are able to intervene in Javanese socio-cultural interpretations and make it a bridge of women's resistance to Yogyakarta palace and iron ore mines.NIM: 18.200.010.246 Miftahul Huda2021-09-02T18:56:02Z2021-09-02T21:18:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43753This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/437532021-09-02T18:56:02ZAsrama Putri Memotret Kehidupan Multikultural, Menggagas Relasi Perempuan-Laki-laki-- Adib Sofia [Pengantar]- Dewi Linggasari2021-09-02T18:33:06Z2022-03-02T01:40:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43751This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/437512021-09-02T18:33:06ZFeminisme dan Sastra Menguak Citra Perempuan dalam Layar TerkembangBuku ini diharapkan dapat menjadi contoh aplikasi teori pengkajian novel sehingga dapat menjadi salah satu jembatan antara teori dan karya sastra, khususnya novel. Aplikasi ini bertujuan mengetahui nilai estetik unsur-unsur Layar Terkembang sebagai objek analisis, terutama masalah dan tema, tokoh dan penokohan, plot, latar, judul, sudut pandang, dan gaya bahasa. Pengetahuan terhadap unsur-unsur estetik novel tersebut penting karena setiap unsur tidak dapat lepas dari unsur yang lain. Setiap unsur tersebut merupakan sebuah satu kesatuan yang saling melengkapi. Oleh karena itu, salah satu tujuan penulisan buku ini sekaligus memberikan penilaian terhadap kualitas setiap unsur serta nilai estetis yang diperoleh dari hubungan antarunsur. Selain itu, buku ini diharapkan dapat mengungkap unsur unsur apa saja yang paling berperan dalam mengungkap citra perempuan dalam Layar Terkembang. Hal ini disebabkan tidak semua unsur diberi peran sama dalam membangun makna novel, meskipun semua unsur mendukungnya.- Adib Sofia- Sugihastuti2021-08-30T06:58:35Z2021-08-30T06:58:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43578This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/435782021-08-30T06:58:35ZPemikiran Pokok Gerakan Feminis dan Implementasinya dalam Kritik Sastra FeminisBanyaknya pembahasan terhadap citra perempuan dalam karya sastra menimbulkan pertanyaan mengapa pengungkapan citra menjadi urgen untuk diungkap. Dari uraian di atas terlihat bahwa citra perempuan dalam karya sastra perlu diungkap untuk menampilkan perempuan sebagai korban yang ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarki yang dominan. Di pihak lain, pengungkapan citra perempuan juga dimaksudkan untuk menunjukkan tokoh-tokoh perempuan yang kuat dan mendukung nilai-nilai ferminis. Namun, jika melihat kepada gerakan feminis, terutama feminis gelombang kedua yang mulai bergerak dari ranah praktis ke ranah teoretis, sebuah karya sastra dapat dijelaskan sebagai forum bagi perempuan, membantu meraih kesejajaran kultural, menyediakan model utama masyarakat, mempromosikan hubungan antarpe empuan, atau mampu mendorong bangkitnya kesadaran. Salah satu pemikiran dalam Kritik Sastra Feminis adalah melihat karya sastra sebagai soft deconstruction yang dapat mengalihkan pusat perhatian konstruksi dari realitas maskulin ke realitas feminin. Kedua belas cerita karya Kuntowijoyo yang dibahas dalam tulisan ini mengungkap relasi kuasa yang setara antara perempuan dengan laki-laki dan penegasan bahwa perempuan bukan objek kekerasan serta mampu berperan serta menjadi pemimpin masyarakat. Dengan demikian, cerita-cerita karya Kuntowijoyo tersebut dapat dipandang memiliki kekuatan sebagai soft deconstruction untuk mengubah pemikiran masyarakat tentang perempuan secara perlahan.- Adib Sofia2021-08-25T06:55:47Z2021-08-25T06:55:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43473This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/434732021-08-25T06:55:47ZPERAN PUSAT STUDI WANITA (PSW)
DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER
DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA-NIM.: 01230496 YUYUN OCTARINA2021-07-23T02:56:22Z2021-07-23T02:56:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43047This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/430472021-07-23T02:56:22ZPERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM Q. S. AL-NISA’ DAN IMPLIKASINYA PADA RELASI SUAMI ISTRI DALAM RUMAH TANGGA (Studi Penafsiran Hasbi ash Shidieqy, Hamka, dan M. Qurasih Shihab)Fokus penelitian ini ialah mengidentifikasi pola relasi yang seharusnya
diterapkan oleh suami dan istri di dalam rumah tangga. Pola relasi tersebut
diperoleh melalui beberapa tuntunan di dalam al-Qur’an. Surat al-Nisa>’ dijadikan
bagian sekaligus batasan objek penelitian. Surat ini merupakan salah satu surat yang
memberikan perhatian khusus kepada perempuan tidak terkecuali dalam persoalan
relasi suami istri untuk mengatasi persoalan ketidakadilan yang ditimbulkan dari
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan beberapa
penafsiran mufassir Indonesia. Beberapa mufassir yang dipilih yaitu M. Hasbi ashShidieqy
dengan
tafsir
al
Bayaan,
Hamka
dengan
tafsir
al
Azhar,
dan
M.
Quraish
Shihab
dengan tafsir al Misbah. Ketiga mufassir ini menyusun kitab tafsirnya
dengan corak tahlili. Artinya ketiga mufassir ini menafsirkan aya-ayat al-Nisa’
yang berkenaan dengan tema relasi suami istri hanya saja terpisah-pisah karena
mempertahankan urutan surat berdasarkan tartib mus{hafi. Pembahasan yang
terpisah-pisah tersebut dikumpulkan ke dalam satu koridor tema pembahasan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penggabungan antara penelitian
tematik dan penelitian tokoh. Penelitian tematik digunakan untuk memfokuskan
pembahasan pada satu tema karena terkadang terdapat beberapa tema yang terdapat
di dalam satu surat bahkan ayat. Sedangkan pemilihan penelitian tokoh didasari atas
keunikan penafsiran ketiga mufassir atas tema ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu bentuk respon alQur’an
terhadap persoalan perbedaan laki-laki dan perempuan dan implikasinya
dalam relasi suami istri ialah meluruskan dan mempertahankan beberapa hal yang
telah diberlakukan oleh manusia. Terdapat korelasi antara perbedaan yang bersifat
kodrati dan perbedaan yang bersifat kontruks sosial sehingga tidak semua konstruk
sosial yang duberlakukan oleh manusia tidak tepat. Fakta-fakta penindasan yang
ada tidak dapat ditampik keberadaanya, namun tidak pula diatasi dengan langsung
menyamakan suami dan istri dalam segala hal.NIM.: 16530031 Eko Prayetno2021-07-21T03:08:39Z2021-07-21T03:08:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42938This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/429382021-07-21T03:08:39ZPOLA ADAPTASI PRAKTIK SHALAT SANTRI WARIA DI PONDOK PESANTREN WARIA AL-FATAH YOGYAKARTAPada penelitian yang pernah diadakan tentang hak praktik keagamaan pada
waria, kelompok waria cenderung terasing dari berbagai fasilitas umum yang
bersifat keagamaan dan menghambat berbagai aktifitas shalat yang mereka ingin
kerjakan. Namun di Kotagede Yogyakarta, terdapat sebuah pondok pesantren
yang diadakan khusus untuk kelompok waria yang membantu kelompok waria
untuk beradaptasi dari persoalan ini. Skripsi ini memaparkan bagaimana sebuah
pondok pesantren menjadi sebuah sistem sosial yang beradaptasi terhadap
konstruksi keagamaan dan gender yang tidak menunjang keberadaan mereka
untuk hadir di ruang-ruang keagamaan umum. Serta faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi perubahan sosial pondok pesantren sebagai sebuah
sistem sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif.
Teknik sampling dalam penelitian ini digunakan purposive sampling. Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi di Pondok
Pesantren Waria Al-Fatah. Informan dalam peneliti ini adalah pengurus dan santri
waria di pondok pesantren Al Fatah Yogyakarta yang berjumlah 6 orang. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui data kepustakaan dan
dokumentasi atau data lapangan yang telah tersedia dapat berupa buku, jurnal dan
lainnya. Data ini diklasifikasikan dan dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Teori
Empat Fungsi Parsonian dan Teori Perubahan Sosial menjadi pembedah terhadap
rumusan-rumusan masalah yang ada pada penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan pola adaptasi Pondok Pesantren Waria AlFatah
dalam mengoptimalkan aktivitas shalat santri waria berdasarkan
permasalahan yang mereka hadapi; minimnya ruang shalat umum yang dapat
mereka akses dan kurangnya pengetahuan seputar shalat. Pondok pesantren
berusaha men-solusikan masalah ini dengan mengadakan ruang pembelajaran
shalat serta mendirikan mushola ramah waria di dalam pondok pesantren. Faktor
yang mendorong keberadaan pesantren waria tetap berjalan lancar, baik pada
aktifitas yang diadakan di pondok pesantren maupun pada pembangunan
hubungan sosial yang lebih baik di luar pondok diantaranya ustadz/ustadzah yang
bersifat voluntary (relawan), adanya Family Support Group dari pondok
pesantren, adanya support dari pihak Lembaga Pendidikan dan Lembaga Sosial
serta dukungan dari masyarakat lingkungan pondok pesantren Al-Fatah
Yogyakarta. Adapun faktor yang menghambat keberadaan pesantren waria Al
Fatah ini diantaranya adalah faktor pekerjaan dan kondisi ekonomi dari para waria
yang sebagian besar memiliki kondisi keuangan yang sulit, perpindahan lokasi
pondok pesantren yang membuat vakumnya kegiatan belajar-mengajar, serta
adanya upaya pembubaran oleh Kelompok FJI terhadap Pondok Pesantren Waria
Al-Fatah.
.NIM.: 14540004 Fauzan Maulana Ikhsan2021-07-16T08:27:06Z2021-07-16T08:27:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42893This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/428932021-07-16T08:27:06ZEKSPLOITASI TUBUH PEREMPUAN DALAM IKLAN (Tinjauan Semiotika Berperspektif Gender dalam Iklan Sabun)Banyak cara yang digunakan oleh pembuat iklan agar masyarakat tertarik
terhadap iklan yang ditayangkannya, seperti pemanfaatan fenomena atau pun
momen yang ada dalam interaksi masyarakat. Dewasa ini, iklan telah menjadi
media yang ampuh dalam mempromosikan barang produksi, khususnya dalam
sebuah masyarakat konsumsi. Lebih dari itu, iklan juga telah menjadi sarana
reproduksi wacana sosial dan budaya dalam peradaban. Dalam media periklanan,
eksploitasi tubuh perempuan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Perempuan
dalam iklan ditampilkan secara menarik, berparas cantik, memiliki postur tubuh
ideal dan anggun. Syarat tersebut menjadi tipe perempuan ideal bagi para pengiklan
untuk dijadikan model iklan dalam produk yang ingin dipasarkan. Penelitian ini
membahas dua permasalahan, yaitu; representasi perempuan dalam iklan sabun
menurut tinjauan teori semiotika, dan konstruksi gender dalam iklan sabun.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis data literer atau
kepustakaan, dengan metode pengumpulan data berupa dokumentasi yang
digunakan untuk mengumpulkan data-data primer dan sekunder tentang substansi
persoalan penelitian. Penelitian ini merupakan usaha ilmiah untuk mengetahui dan
menggambarkan analisis model Rolan Barthes dalam produk iklan sabun, dengan
jenis penelitian deskriptif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
konstruksi gender dalam produk iklan tersebut.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa, pertama, perempuan dalam
perspektif iklan sabun tersebut adalah perempuan yang memiliki daya tarik secara
biologis yang direpresentasikan dengan penampilan dua perempuan yang menjadi
model iklan tersebut, selain itu juga memiliki daya tarik perilaku yang lemah lembut
direpresentasikan dalam scene saat meratakan busa. Kedua, konstruksi gender
dalam iklan tersebut menggambarkan ketidakadilan gender yang melahirkan
stereotipe bahwa perempuan yang cantik yaitu perempuan yang mempunyai badan
langsing dan tinggi, rambut panjang, betis ramping, dan kulit putih. Perempuan juga
mengalami bentuk kekerasan pornografi, posisi model perempuan dalam iklan,
penggunaan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh perempuan untuk menarik
perhatian, teks yang berhubungan dengan seksualitas, dan adegan mandi yang
memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya, seperti leher, lengan, dada, punggung,
paha, dan betis.NIM.: 12540082 Tri Budi Arso2021-07-14T02:10:18Z2021-07-14T02:10:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42794This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/427942021-07-14T02:10:18ZPEMBENTUKAN IDENTITAS SOSIAL GAY DI YOGYAKARTAIdentitas sosial terbentuk dari bagaimana individu membentuk standar diri
dan kemudian memverifikasi standar tersebut sebagai bentuk pencapaian tujuan
dalam proses membentuk identitas sosial. Setiap individu maupun kelompok
memiliki identitas yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk memahami
bagaimana seorang gay dalam melakukan proses pembentukan identitas sosialnya.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan
identitas sosial gay di Yogyakarta dengan latar belakang masyarakat yang
multikultural.
Penelitian ini menggunakan teori Peter J. Burke dimana identitas
merupakan kontrol sosial dalam proses pembentukan identitas individu. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam mengumpulkan data
peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam terhadap informan untuk
mengetahui bagaimana proses pembentukan identitas sosial mereka. Selain itu
peneliti menggunakan dokumentasi berupa unggahan foto dan status di media
sosial untuk memperkuat hasil temuan di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan proses pembentukan identitas sosial seorang
gay memperlihatkan bahwa mereka akan membentuk identitasnya agar bisa
diterima baik di dalam in-group atau out-group mereka dengan memverifikasi
standar yang mereka bentuk. Di dalam in-group mereka akan terbuka dengan
identitasnya dan tidak mempedulikan persepsi orang lain terhadap standar
identitas. Sedangkan di dalam out-group mereka akan menyesuaikan persepsi
orang lain dalam membentuk standar identitasnya agar dapat terverifikasi. Pada
kondisi dimana standar yang mereka tuju tidak terverifikasi dengan baik mereka
akan mengalami beragam emosi negatif dan mereka akan mendapatkan
pengalaman emosi yang positif ketika mereka berhasil memverifikasi standar
identitas yang mereka bentuk dengan baik.NIM.: 13720019 Marsigit Wicaksono2021-06-21T14:06:35Z2021-06-21T14:06:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42518This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/425182021-06-21T14:06:35ZPrinsip Dasar dan Pewacanaan Tafsir FeminisThe Qur'an interpretation using the appreciation ofjustice values and
gender equity has become both pushing element and vision to the
emergence offeminist type ofthe eur'anic exegesis among contemporary
Muslims intellectual. This article discusses the core principals both used
as the basis and the setting of ideas on the development of feminist tafsir
and how it is discussed in the beginning of 2lth century. As a relatively
new type of discourse, the feminist tafsir is interesting to note even
further since its strong tendency to gender equity both in the context of
ontology, epistemology and axiology.- Ahmad Baidowi2021-06-21T12:57:13Z2021-06-21T12:57:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42515This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/425152021-06-21T12:57:13ZPergeseran Penafsiran Terhadap Teks-Teks Keagamaan Islam Tentang GenderThis study aims at identifying the alterration in interpreting the Islamic text of gender. The Data colleting method is library research and the data analyzing technique is hermenetic. The outcome of the study shows that the classical interpretation of religious texts of gender has altered, particularly by the assertion of the contemporary Moslem feminist musaffirs, resulting in the conviction that women are equal to men. The underlying reason of using the "gender analysis" is the conviction that Islam commits itself to justice. The inequality between men and women in different communities is not the nature of human being; rather, it is part if the socially constructed values resulted from the unequal gender relation- Ahmad Baidowi2021-06-16T04:35:44Z2021-06-16T04:35:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42469This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/424692021-06-16T04:35:44ZANALISIS WACANA PESAN KESETARAAN GENDER PADA
RUBRIK KELUARGA DI MEDIA MUBADALAH.IDPenelitian ini berjudul “Analisis Wacana Pesan Kesetaraan Gender
pada Rubrik Keluarga di Media Mubadalah.id”. Tujuan dari penelitin ini
adalah untuk menganalisis pesan kesetaraan gender pada rubrik keluarga di
media Mubadalah.id menggunakan analisis wacana model Teun A Van Dijk.
Teori Van Dijk sendiri memiliki tiga dimensi di dalamnya: analisis teks,
kognisi sosial, analisis sosial(konteks). Penelitian ini menggunakan analisis
kualitatif yang berfokus hanya pada analisis teks saja.
Objek dari penelitian ini adalah artikel pada Rubrik Keluarga di media
Mubadalah.id. Data penelitian diperoleh langsung dari situs Mubadalah.id,
studi pustaka, dan penelususran internet.
Hasil dari penelitian ini meliputi tiga dimensi analisis teks wacana
model Van Dijk: Pertama struktur makro, tema yang diambil oleh
Mubadalah.id pada artikel di Rubrik Keluarganya adalah isu-isu atau
problematika yang ada dalam keluarga khususnya dalam relasi suami dan
istri. Kedua super struktur, penyusunan paragraf demi paragraf yang saling
berkaitan. Diawali dengan penjelasan seputar judul dan diakhiri dengan
bagaimana Islam menjawab problematika pada judul. Ketiga struktur mikro,
berisi elemen detil, maksud, leksikon, metafora, bentuk kalimat, dan kata
ganti yang digunakan oleh Mubadalah.id pada artikelnya di Rubrik Keluarga.NIM 13210125 AKVI ZUKHRIATI2021-06-16T04:06:26Z2021-06-16T04:06:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42356This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/423562021-06-16T04:06:26ZPANDANGAN M.QURAISH SHIHAB TERHADAP KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA SAKINAHKeluarga menjadi tempat pertama seseorang untuk memulai kehidupannya. Keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu, maupun anak. Tentunya dalam melangsungkan kehidupan berkeluarga di butuhkan sosok pemimpin yang dapat membimbing kehidupan keluarga sehingga terwujudnya tujuan pernikahan itu, yaitu : sakinah, mawaddah, wa rahmah. Maka dalam hal ini penyusun meneliti pandangan M.Quraish Shihab yang beranggapan bahwa yang berhak menyandang sebagai pemimpin adalah laki-laki, dengan ketentuan kepemimpinannya tidak boleh menjadikannya sewenang-wenang terhadap istrinya. Selanjutnya, beliau sungguh sedih, bahkan marah, jika mendengar seseorang melecehkan perempuan hanya karena dia adalah seorang perempuan. Hal ini bukan karena beliau memiliki empat orang anak perempuan yang tidak kalah pintar dan berguna dibandingkan dengan seorang anak lelaki yang beliau miliki atau anakanak lelaki yang lain dls, melainkan karena beliau menganggap sedemikian pentingnya pentingnya sosok perempuan bagi lelaki.Dari sini penyusun tertarik ingin mengupas lebih dalam tentang M. Quraish Shihab dan pemikirannya
Data penelitian tentang M. Quraish Shihab ini, penyusun melakukan penelitian kepustakaan (library research) yang berupa karya-karya beliau, Sifat penelitian ini berupa deskriptif-analitik yang bertujuan untuk memaparkan, menggambarkan, dan mengklarifikasi secara obyektif data-data yang dikaji kemudian dilakukan analisis data yang berhubungan dengan M.Quraish Shihab, serta menggunakan pendekatan normatif-yuridis. penyusun menggunakan metode analisis secara kualitatif dengan pola berpikir deduktif, yaitu dengan cara berpikir berangkat dari pengetahuan yang sifatnya murni dan bertitik tolak pada pengetahuan umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus. Dengan demikian, penyusun berharap menemukan kesimpulan terkait permasalahan-permasalahan yang diangkat.
Dengan ini penyusun menyimpulkan bahwa, kepemimpinan yang disandang oleh laki-laki tidak boleh menjadikannya ia sebagai superioritas sehingga bertindak sewenang-wenang terhadap istrinya. Serta mengekang dan menahan di dalam rumah berarti menyia-nyiakannya potensi yang dimiliki olehnya.Kesimpulan ini berdasarkan hasil tafsiran Q.S An-nisa (4): 34 dalam karyanya Tafsir Al-misbahNIM.: 16350050 Ahmad Zainu2021-06-14T07:32:56Z2021-06-14T07:36:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42283This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/422832021-06-14T07:32:56ZPROBLEMATIKA WANITA KARIER DALAM FILM HANUM DAN RANGGA: FAITH
AND THE CITY (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)Berumahtangga sekaligus berkarier sudah menjadi pilihan yang umum bagi wanita
jaman sekarang. Sayangnya, kungkungan budaya patriarki seolah tetap tidak bisa lepas.
Di mana wanita yang berkarier, masih harus menghadapi berbagai macam
problematika. Hal tersebut juga masih terlihat di dalam adegan-adegan dalam film
Hanum dan Rangga: Faith and The City.
Penelitian ini menganalisis problematika apa saja yang dihadapi wanita karier dengan
subjek penelitian film Hanum dan Rangga: Faith and The City. Metode analisis yang
digunakan adalah semiotika Roland Barthes dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Menggunakan data berupa adegan-adegan dalam film yang dikategorisasikan sesuai
dengan subjek penelitian. Data tersebut dianalisis untuk mengetahui makna denotasi,
konotasi, dan mitos.
Penelitian ini menemukan beberapa problematika yang harus dihadapi wanita dalam
mengembangkan karier. Berbagai problem tersebut terdapat dalam total 13 adegan
dalam film yang terbagi dalam faktor ekternal dan internal. Faktor ekternal antara lain;
konstruk budaya patriarki, peluang kerja, dan kerumahtanggaan. Faktor internal antara
lain; pengasuhan anak dan perasaan bimbang.NIM.: 16210067 Fikriyatul Islami Mujahidah2021-06-10T05:42:28Z2021-06-10T05:42:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42255This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/422552021-06-10T05:42:28ZLANGUAGE AND GENDER DISCRIMINATION IN AMERICAN PRINTED ADVERTISEMENTS DURING 1940s-1970sGender discrimination is one of the biggest discrimination in the world. As the impact of the biggest discrimination, gender discrimination has spread into many aspects. In the early 1940s, it spreads into language. The appearance of gender discrimination in language can be seen in the use of language in sexist advertisements. This research aims to analyze the language that indicates gender discrimination in American printed advertisements during 1940s-1970s. To analyze this gender discriminating language, the researcher uses descriptive qualitative method. In analysis, the researcher uses the theory of language and gender by Robin Lakoff in her book entitled Language in Woman's Place. In conclusion, most of the 1940s-1970s advertisements contain gender discrimination. It shows the existence of sexist language and the biggest issue of gender discrimination towards women in that era.NIM.: 16150076 Firda Anantaguna2020-12-30T06:05:32Z2020-12-30T06:05:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41761This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/417612020-12-30T06:05:32ZAGRESIVITAS VERBAL PELAJAR DI TINJAU DARI KONFORMITAS, KEMATANGAN EMOSI, DAN JENIS KELAMIN DI SMPN BAGANSIAPIAPIThis research aim to find out the relations between verbal agresivity in terms of conformity, emotioal maturity, and gender. The other purpose of this research is to find out the difference between male and female agresiveness. The subjects of this research are 337 students of Bagansiapiapi junior high school. Data analyze method used in this research is Double Regression and Indepentent Sample t Test. The result shows that relatonship between conformity and verbal agresivity is related with R 0,389 and Sig 0.000 (P<0,05) and effective contribution of 15,1%. Furthermore, the analysis showed that relations between emotional maturity and verbal agresivity have an R of 0,452 and Sig 0,000 (P<0,05) and effective contribution of 20,4%. Next on, the analysis result of the difference of gender doing verbal agresivity showed t. test result of 1, 544 and Sig 0,124 (P>0,05) which means, there’s no differences between male and female in enganging verbal agresivity.NIM. 16710012 Maughfirah Febrina Moneta2020-11-29T02:05:07Z2020-11-29T02:05:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41395This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/413952020-11-29T02:05:07ZKESETARAAN JENDER DALAM PEMIKIRAN AMINA WADUD DAN SITI MUSDAH MULIAPersoalan jender merupakan masalah yang kondisional sifatnya, karena pada kondisi tertentu masalah jender yang ada dalam agama tidak terlalu dipermasalahkan, tapi dikondisi yang lain dan tempat yang berbeda, masalah jender sempat krusial sekali. Pada jaman Nabi SAW dan pada jaman sahabat, Tabi'in, Tabi'it- tabiin, dan pada jaman Imam Mazhab, masalah jender tidak terlalu menjadi masalah dan perempuan masa itu tidak mempermasalahkannya. Karena mereka sudah merasa terlindungi dengan aturan-aturan yang dibuat pada waktu itu.
Setelah Islam berkembang dan merambah ke negeri Barat dan Eropa, sedangkan di sana terjadi perbudakan dan penindasan terhadap kaum perempuan perempuan dan anak dijadikan buruh di pabrik-pabrik, sehingga terjadi suatu gerakan revolusi di Perancis dan Inggris, maka muncullah di kalangan perempuan gerakan emansipasi wanita. Akhirnya gerakan ini mengalami banyak perubahan dan akhimya sampailah pada era sekarang dimana perempuan ingin bebas bergerak dengan seluas-luasnya. Setiap ada hukum yang banyak melarang, mengikat kebebasan wanita dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Akhirnya sebuah kitab suci pun dicari celah-celahnya untuk dijadikan obyek kajian dalam membebaskan kaum perempuan. Inilah yang mungkin menyebabkan termotivasinya Amina Wadud untuk lebih jauh berjuang di dalam pembebasan hak-hak perempuan dengan metode tafsir yang digunakannya, sedangkan Siti Musdah lebih melihat kepada permasalahan di dalam produk hukum yang dianggapnya belum banyak melindungi hak-hak perempuan bahkan ada yang merugikan perempuan
Dikarenakan kajian ini bersifat histories maka pendekatannya melalui konteks sosial dan budaya. Dengan sedikit melakukan perbandingan tentang sumber dan cara pendekatan serta pola argumentasi dasar, menjadikan penelitian ini sedikit bernuansa epistemology. Berdasarkan analisis yang digunakan maka nampaklah perbedaan dari arah perjuangan kedua tokoh tersebut di dalam masalah jender ini Amina Wadud yang mempermasalahkan tafsir- tafsir klasik juga berangkat dari mengaji ayat-ayat yang menyatakan keselarasan antara laki-laki dengan perempuan. Sedangkan Siti Muzdah selain mengoreksi tafsir-tafsir klasik dan prodak fiqh, juga mengangkat isu persamaan dalam penerapan keagamaan dan hukum Islam. Selain mengungkapkan sumber-sumber pokok yang menjadi masalah dan corak pemikiran keduanya, dalam penyusunan ini juga dapat dilihat relevansi kedua pendapat tokoh tersebut terhadap peran perempuan di Indonesia.
Pada akhirnya ditemukan bahwa keselarasan dan peran perempuan memang sudah ada dari dulu, namun untuk konteks Indonesia lebih tepat apa yang ditawarkan oleh Siti Musdah Mulia, bahwa perempuan barus menggalang persatuan, dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan keselarasan menjadikan perempuan Indonesia dan menjadikan perempuan sebagai subvek dan mitra dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara,02361493 Sulaiman2020-11-02T12:22:16Z2020-11-02T12:22:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38751This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/387512020-11-02T12:22:16ZHAK-HAK PEREMPUAN ATAS MASKAWIN
DAN KESETARAAN DALAM MASYARAKAT MUSLIM SUKU OSING BANYUWANGIDi kalangan masyarakat masih dijumpai penerapan sistem dengan mengatasnamakan atuaran-aturan baik secara adat, hukum positif dan hukum Islam yang mengesampingkan status dan peran perempuan dalam mendapatkan hak-haknya. Namun, adanya pemahaman bahwa hukum Islam dan hukum adat merupakan dua entitas yang saling berdialog menjadi salah satu solusi di dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Hukum Islam memahami adat tidak terpaku pada teks melainkan dengan mencari pemahaman-pemahaman yang sesuai dengan konteks. Hal itulah yang mendasari pemahaman maskawin sebagai salah satu hak perempuan di kalangan suku Osing.Dialektika antara hukum Islam dan adat Osing di Banyuwangi menjadi kunci pemahaman terkait maskawin suku Osing.
Disertasi ini fokus kepada tiga hal yakni pemahaman suku Osing tentang maskawin dan bagaimana status perempuan serta bagaimana hukum Islam dipahami, diwacanakan dan dipraktekan. Disertasi ini mengunakan pendekatan antropologi dan untuk analisis maskawin dan status perempuan Osing mengunakan teori properti, timbal-balik, fungsional dan negosiasi deskriptif dan integratif. Sedangkan untuk memahami hubungan antara hukum Islam dan adat Osing menggunakan teori nonkonfliktual approach.
Penelitian ini menyimpulkan bahwanegosiasi atau rembukan yang mereka lakukan menghasilkan tiga sistem bernegosiasi di dalam pernikahan yakni sistem kawin angkat-angkatan, kawin colong, dan kawin ngleboni. Ketiga sistem bernegosiasi itu didasari dengan prinsip demen dan podo welase yang kemudian memahami maskawin berfungsi sebagai bundle of sticks atau alat pengikat untuk selalu berkomitmen bagi keduanya. Untuk keselamatan ekonomi (economic safety) di kalangan suku Osing direalisasikan dengan memanfaatkan harta-harta yang sejenis dengan maskawin yakni sasrahan, gawan, dan cecawisan. Harta-harta inilah yang pada saat pernikahan kepemilikannya berubah dari kepemilikan individu (self-ownership) menjadi kepemilikan keosingan (culture-ownership). Laki-laki dan perempuan memiliki akses dan partisipasi yang seimbang (equal partnership) dalam
keterlibatan menjaga tradisi adat dan penguatan ekonomi keluarga. Kondisi yang memberikan kemaslahatan bagi suku Osing inilah yang menjadikan adat dan hukum Islam berjalan tanpa ada pertentangan yang signifikan. Suku Osing memahami bahwa adat Osing adalah hukum Islam dan hukum Islam adalah adat Osing. Oleh karena itu, kafa’ahatau kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bagi suku Osing bukan lagi berdasar aturan-aturan fikih melainkan hasil negosiasi adat dan hukum Islam yang disepakati di kalangan mereka. Hal inilah yang kemudian menegaskan bahwa hubungan hukum Islam dan adat Osing berdialog dengan harmonis. Hukum Islam tidak lagi dipahami sebagai teks-teks yang terdapat di dalam kitab-kitab fikih akan tetapi hasil dari dialektika teks dengan konteks masalah yang selalu berubah dan berkembang di dalam masyarakat.NIM. 1430016008 Moh. Lutfi Nurcahyono2020-10-17T08:27:57Z2020-10-17T08:27:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41222This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412222020-10-17T08:27:57ZMENGGALI KEMBALI TAFSIR DAN PRAKTIK AGAMA YANG BERKEADILAN GENDER-- Siti Syamsiyatun2020-09-14T01:54:11Z2020-09-14T01:54:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40972This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/409722020-09-14T01:54:11ZARAH GERAKAN FEMINIS MUSLIM
DI INDONESIASemangat keluarga feminis menghargai semua peran
anggota keluarga sama pentingnya, mengimplementasikan
kesalingan dan kesetaraan, mengedepankan negosiasi danAlimatul Qibtiyah2020-09-07T23:56:32Z2020-09-07T23:56:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40896This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/408962020-09-07T23:56:32ZKESETARAAN GENDER: Kontestasi Rezim Internasional dan Nilai LokalGender equality is a great desire of the world community. Measure of a country's development is the existence of gender justice. This principle is a process that ensures a balance between men and women in access and opportunities, participation in decision-making and control of development benefits. The existence of strong current in the international world coupled with the lack of readiness of the people of Indonesia, where the response is sluggish as evidenced by the birth of KKG bill was cause polemics. There is not a society that can spontaneously accept those values but are not always opposed to these values permanently- Siti Ruhaini Dzuhayatin2020-09-07T06:32:38Z2020-09-07T09:24:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40894This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/408942020-09-07T06:32:38ZGENDER GLASS CEILING IN INDONESIA
Manifestation, Roots and Theological Breakthrough.The Struggle for achieving gender equality has been undertaken in the international and national levels through the commitment of the United Nation (UN) on 30% women quota in politics and public positions. In reality, women are far lag behind due to the so-called ‘gender glass ceiling, a metaphor of ‘invisible barriers refer to ‘glass’ through which women can see higher positions but cannot reach them which is insinuated with ‘ceiling’. The root-causes are deeply rooted in cultural values and social practices whereby patriarchy and religion are dialectically amalgamated. Unless there is a theological breakthrough to a women-friendly interpretations, glass ceiling is unbreakable. This paper aims at examining the extend to which Islamic sholars, especially women in Islamic higher education in Indonesia, contribute to dismatling patriachal biases from religious traditions upholding the glass- ceiling. Before observing the initiatives taken to break the glass ceiling, the paper discusses the phenomenon of manifestation of the existence of the gender glass ceiling and the roots of why the ceiling has been so far upheld. The study reveals that there is a positive correlation between the rising theological discourses voiced by women religious scholars and the vertical mobility of women in public positions as the pathway by then the gender glass ceiling is broken.
[Perjuangan kesetaraan gender dilakukan di tingkat internasional maupun nasional dengan komitmen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang kuota 30% bagi perempuan dalam politik dan publik. Pada kenyatannya, perempuan masih tertinggal jauh karena rintangan yang disebut ‘atap kaca’, suatu perumpamaan hambatan yang tidak nampak seperti kaca, perempuan dapat melihat posisi lebih tinggi tetapi sulit menembusnya. Akar masalahnya ada pada nilai budaya dan praktik sosial dimana patriarkhi dan teologi berkelindan. Tanpa ada terobosan teologis yang ramah perempuan, fenomena ‘atap kaca’ sulit dipecahkan. Studi ini menganalisis sejauh manakah kontribusi para intelektual Islam, terutama perempuan di perguruan tinggi Islam di Indonesia mampu menggeser bias patriarkhi dalam tradisi agama yang menguatkan ‘atap kaca’. Sebelum mengkaji upaya-upaya yang dilakukan untuk menggeser atau meruntuhkan atap kaca bias jender, tulisan ini mendiskusikan terlebih dahulu bentuk-bentuk manifestasi keberadaan atau berdirinya atap kaca bias jender dan akar dipertahnnkannya atap tersebut. Dalam studi ini ditemukan korelasi positif antara meningkatnya diskursus teologis yang disuarakan perempuan dan meningkatnya mobilitas vertikal perempuan pada posisi publik yang diharapkan dapat memecahkan atap kaca gender tersebut.]- Siti Ruhaini Dzuhayatin2020-09-04T05:56:54Z2020-09-04T05:57:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38343This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/383432020-09-04T05:56:54ZNILAI-NILAI KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM KISAH PEREMPUAN DALAM AL-QUR’ANABSTRAK
Banyaknya penafsiran yang bias terhadap posisi dan hak-hak perempuan
berimbas kepada pemahaman terhadap posisi perempuan dalam masyarakat.
Pemahaman tersebut termanifestasikan dalam perlakuan sehari-hari yang jauh dari
nilai keadilan dan kesetaraan. Berdasarkan latar belakang tersebut, tesis ini
mencoba menggali nilai-nilai keadilan dan kesetaraan yang terdapat dalam kisahkisah
perempuan dalam Al-Qu‟an. Penelitian ini penulis batasi ke dalam sepuluh
tokoh perempuan, yaitu Hawa, Ibunda Nabi Musa, Istri Abu Lahab, Istri Nabi
Nuh dan Nabi Luth, Khaulah bint Tsa‟labah, Maryam, Ratu Balqis, Siti Asiyah,
dan Zulaikha. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki rumusan masalah, 1)
bagaimana kisah-kisah perempuan dalam Al-Qur‟an di deskripsikan, 2)
bagaimana nilai-nilai kesetaraan dan keadilan dalam kisah-kisah perempuan
dalam Al-Qur‟an, 3) bagaimana relevansi nilai-nilai kesetaraan dan keadilan
dalam berbagai aspek kehidupan masa kini.
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, penulis menggunakan teori
gender untuk menganalisanya. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yang
data-datamya berasal dari ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan tema
tersebut, kitab-kitab tafsir dan berbagai buku yang mendukung, sehingga di akhir
tulisan ini penulis bisa menyimpulkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan yang
terkandung dan aplikasinya.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa dari sepuluh kisah tersebut bisa
dibagi menjadi tiga jenis kisah, yaitu kisah yang mengandung nilai kesetaraan
sebagaimana dalam kisah Hawa, Ratu Balqis, ibunda Nabi Musa, Zulaikha dan
Maryam. Kedua adalah kisah terkait peran seorang perempuan sebagai istri,
bahwa seorang perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan hidup dan
keimanannya, sebagaimana dalam kisah istri Nabi Luth dan Nabi Nuh, istri
Fir‟aun dan istri Abu Lahab. Hubungan darah, kekerabatan ataupun pernikahan
tidak dapat memberikan perubahan tanpa hidayah dari Allah. Terakhir adalah
kisah yang mengandung nilai keadilan, nilai tersebut bisa dilihat dalam kisah
Khaulah bint Tsa‟labah. Dalam kisah tersebut Allah memberikan keadilan dalam
bidang hukum sebaik-baiknya tanpa memandang perbedaan gender. Ketika
suaminya berbuat salah maka harus ada konsekuensi yang diterimanya. Nilai-nilai
tersebut bisa diaplikasikan dalam kehidupan masa kini, seperti dalam aspek rumah
tangga, kesetaraan harus ditegakkan sesuai dengan tugas, hak dan kewajiban
masing-masing, sehingga tidak ada lagi superioritas antara satu anggota keluarga
dengan anggota lainnya. Nilai keadilan juga bisa ditegakkan dalam aspek hukum,
baik hukum agama maupun hukum negara. Diharapkan tidak ada lagi diskriminasi
berdasarkan gender. Dalam aspek karir, perempuan juga memiliki hak-hak yang
sama untuk berkiprah dalam beragai bidang, seperti politik, pendidika dan
ekonomi. Nilai-nilai dari kisah tersebut juga bisa diaplikasikan dalam aspek
kepemimpinan, Ratu Balqis telah menjadi contoh bahwa perempuan juga mampu
menjadi pemimpin yang bijaksana, adil dan cerdas.NIM: 17205010075 Layyinatus Sifa2020-08-21T22:49:07Z2020-08-21T22:49:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40563This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/405632020-08-21T22:49:07ZDinamika Ideologisasi Gender Dalam Keputusan - Keputusan ResmiMuhammadiyahGender is one of the core dimensions upholds the collective identity which is noticeably pertinence to the context of Muhammadiyah known as the modern Islamic organization in Indonesia. As the continuum of the above selection of dimensions, gender ideology of Javanese priyayi which reflects senior-junior partnership is made available as the stock of knowledge for its identity, not only governs the micro-context of family relation but more obviously operates as the backbone structure of the organization. The endurance of such a struc-ture is laid by the background of its founders who were mainly the elites of the Javanese santri-priyayi in its inception era and politically sustained by the macro-structure of the Indonesian state which has been primarily dominated by the Javanese priyayi . This reciprocal influence is made possible for such a gender regime to operate within this organization over a hundred year exis-tence with the legitimacy of religious teachings which is arbitrarily a selective mechanism of normative ground- Siti Ruhaini Dzuhayatin2020-08-21T22:24:57Z2020-08-25T07:39:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40560This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/405602020-08-21T22:24:57ZPerempuan dan Transformasi dalam Tradisi AgamaPerbincangan tentang perempuan dan tradisi agama difokuskan pada bagaimanaajaran agama, yaitu Islam dan Kristen, turut memengaruhi pandangandan praktik perempuan terhadap dirinya sendiri maupun masyarakatterhadap perempuan. Tulisan ini menyajikan dua tradisi agamabesar, yaitu Kristen dan Islam, dalam satu bahasan yang disarikandari pengalaman dan pergulatan dua perempuan dari tradisi masing-masing guna memperoleh gambaran yang autentik tentang persamaandan perbedaan yang selama ini cenderung dikaji secara terpisah.Upaya ini tidak dimaksudkan untuk memaksakan kesamaan-kesamaansecara tendensius tetapi lebih menekankan pada kesalingpahamanterhadap persamaan dan perbedaan secara proporsional yang terkaitdengan ajaran, doktrin bahkan dengan idealisme sosiologis yangmelatarinya. Kedua agama, Kristen dan Islam, lahir dalam konteks yang cukup berbeda yang memungkinkan pandangan dan penurunanwahyu dalam kaitan dengan perempuan tampil berbeda pula. Perbincangan perempuan semakin menguat padaawal abad ke-19 berseiring dengan proses modernisasi dan demokratisasi yangberbasis pada kesetaraan manusia dalam mendapatkan hak-haknya. Duniamodern telah merentas berbagai “sekat sosial-budaya” seperti ras, agama,etnis, kelas, jenis kelamin, gender, dan bahkan pada kelompok difabel. Secarabudaya, modernitas menggeser supremasi feodalisme, patriarki, matriarki,dan bentuk-bentuk chauvinisme dan eksklusivitas kelompok lainnya sertamemperjuangkan terus persamaan akses, partisipasi, dan keterjangkauanmanfaat untuk kesejahteraan bersama.
Sebagai sistematikanya, kami bersepakat memulainya dari pertama,menjelaskan latar belakang konteks yang melahirkan kitab suci masingmasing, baik Alkitab dan Al-Qur’an. Kedua, kami akan mengamati pergeseran berbagaipengungkapan tentang perempuan dalam Alkitab baik yang digambarkanpada Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan di dalam Al-Qur’an.Ketiga, kami akan menyajikan berbagai kontestasi diskursif tentang pergeseranhakikat kodrati dan konstruksi budaya terkait dengan peran, status laki-laki
dan perempuan dalam komunitas agama. Keempat, kami akan menutup perbincangan ini denganimplikasi sosiologis dari proses pembacaan aspek-aspek teologi sepertidigambarkan di atas dalam konteks Indonesia yang majemuk, terutama daribudaya dan kelas sosial yang memberi dampak terhadap transformasi peran,status gender baik laki-laki dan perempuan.- Siti Ruhaini Dzuhayatin- Farsijana Adeney-Risakotta2020-08-20T06:03:41Z2020-08-25T07:26:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40498This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/404982020-08-20T06:03:41ZPEDOMAN MODELING INSTITUSIONALISASI PROSES PERADILAN
RESPONSIF GENDER, HAK PEREMPUAN, DAN HAK ANAK DI
PENGADILAN AGAMARight from Home: Fostering Democracy in Indonesia adalah program Pusat Studi Wanita (PSW) sejaktahun 2004 dan sekarang diperkuat oleh Kalijaga institute for Justice (KIJ), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang bekerjasama dengan The Asia Foundation dan Royal Danish Embassy (DANIDA) dengan melibatkan multi stakeholder diberbagai lembaga. Program ini didasarkan pada asumsi bahwa hak asasi manusia itu harus dilaksanakan secara paripurna dan mencakup, setidaknya, dua ranah dalam masyarakat, yaitu ranah publik dan domestik. Mengajarkan HAM dari keluarga sehingga membentuk basis dan fundasi yang luas bagi penghormatan HAM di ranah domestik adalah hal yang paling fundamental. Namun sayang sekali, justru HAM dalam keluarga terabaikan oleh diskursus HAM arus utama. Right from Home merupakan implementasi dari Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination against Women (CEDAW) yang diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No 8/ 1984. Pada buku ini berisi program yang dilaksanakan dengan para Hakim di Pengadilan Agama di seluruh Indonesia dimaksudkan agar proses peradilan tidak bias gender dan menyudutkan perempuan yang pada umumnya dipandang sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap masalah keluarga dan rumah tangga.- [Editor] Siti Ruhaini Dzuhayatin2020-08-19T13:12:11Z2021-11-16T02:23:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40462This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/404622020-08-19T13:12:11ZGender as a social regime in the Islamic Contex - a case study of theMuhammadiyahThis paper aims to examine gender as a social regime as distinct from a political regime that many feminist scholars focuse on. As a social regime, gender has been secured and ordered in an way that it is being able to direct and to regulate gender relations even in its absent in a state regime. The social agency being observed in this study is Muhamamdiyah, the second largest Islamic organization in Indonesia besides Nahdlatul Ulama. This paper focuse on one part of the larger study covering all aspects of regime, including ideology, organizational structure, official pronounment as well as narrative construction within its regimentation. The paper explores on how gender is constructed and how it is contested in its official pronouncements which reveals the evident that how gender has become the backbone of the ‘swinging pendulum’ of Muhamamdiyah’s reorientation from conservatism to somehow toward moderation.- Siti Ruhaini Dzuhayatin2020-08-19T06:00:29Z2023-05-29T04:33:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40247This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/402472020-08-19T06:00:29ZBAPAK RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF
KESETARAAN GENDER
(SUATU KAJIAN MASKULINITAS LAKI-LAKI JAWA)Keluarga merupakan institusi yang bergender. Seorang
lelaki seringkali dituntut untuk memenuhi standar maskulinitas.
Norma tersebut ditransformasikan melalui orang tua, teman,
lingkungan serta peraturan negara. Dalam hal ini laki-laki
tidak jarang mengalami tekanan berbasis gender. Penelitian ini
mendiskusikan bagaimana pandangan laki-laki jawa terhadap
identitas kelelakiannya dalam konteks keluarga?; mengapa
muncul pandangan laki-laki jawa terhadap perannya sebagai
bapak rumah tangga terkait dengan identitas kelelakian?;
dan bagaimana negoisasi yang dilakukan laki-laki Jawa
terhadap norma kelelakian? Penelitian menunjukkan bahwa
memiliki kelamin laki-laki saja adalah identitas kejantanan.
Kejantanan lelaki sering dilihat dari bentuk fisiknya, sikapnya
yang tegas dan kemampuannya mencukupi kebutuhan rumah
tanga. Pandangan tersebut didasarkan pikiran bahwa lakilaki memiliki tenggungjawab mencari nafkah, mengayomi
anak dan istri. Namun demikian tidak semua laki-laki
mampu memenuhi norma kelelakian tersebut. Negoisasi
yang dilakukan laki-laki Jawa terhadap hegemoni maskulin
menghasilkan apa yang peneliti sebut dengan maskulinitas
alternatif bahwa citra seorang laki-laki itu bisa lemah lembut,
identik dengan pengasuhan dan romantisme dalam keluarga.
Untuk menjadi sebenarnya laki-laki adalah apa adanya, sehat,
dan mampu bekerja mencukupi kebutuhan rumah tangga.1520010079 Abdurrohman Azzuhdi2020-08-19T04:26:08Z2020-08-19T04:26:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40129This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/401292020-08-19T04:26:08ZKONSTRUKSI GENDER DAN EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM ISLAM
( STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA TIUDAN, KECAMATAN GONDANG, KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR )Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah konstruksi gender dan eksistensi perempuan dalam Islam di Desa Tiudan. Konstruk masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa sebagai perempuan tugas utamanya di rumah, serta perempuan dianggap lemah. Berbeda dengan perempuan Desa Tiudan, banyak perempuan Desa Tiudan yang tugasnya tidak hanya di rumah, akan tetapi juga sebagai pekerja buruh batu bata. Perempuan Desa Tiudan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja sebagai buruh batu bata. Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Pengumpulan data menggunakan metode observasi , wawancara, dokumentasi, serta Focus Group Discussion (FGD).
Teori yang digunakan sebagai alat analis di penelitian ini adalah: 1) Konstruksi gender pada masyarakat 2) Bentuk-bentuk Diskriminasi, Stereotipi, subordinasi, marginalisasi, beban ganda, kekerasan perempuan. Adapun faktor diskriminasi meliputi, budaya patriarki, kelas sosial, ketidak berdayaan perempuan, dan konstruk agama. 3) Alienasi Buruh dan Eksistensi Perempuan untuk membebaskan perempuan agar tidak terlalu larut pada konstruk masyarakat desa Tiudan.
Dari hasil penelitian yang didapatkan, bahwa dalam masyarakat Desa Tiudan masih mengamalkan budaya patriarki. Masyarakat di desa Tiudan dalam mengkonstruk laki-laki dan perempuan menempatkan perempuan sebagai makhluk nomor dua dibawah laki-laki, sehingga konstruk tersebut menciptakan diskriminasi-diskriminasi pada perempuan. Adapun bentuk diskriminasi yang terjadi di Desa Tiudan antara lain: Setreotype, Subordinasi, marginalisasi, beban ganda, dan kekerasan perempuan. Diskriminasi yang terjadi di Desa Tiudan disebabkan oleh beberap faktor yang mempengaruhinya, antara lain: langgengnya budaya patriarki, adanya kelas sisoal antara laki-laki dan perempuan, ketidak berdayaan perempuan yang disebabkan oleh budaya masyarakat terkait konstruk yang diberikan untuk perempuan, dan konstruk agama. Di Desa Tiudan, perempuan tidak hanya mengalami diskriminasi, akan tetapi perempuan juga teralienasi pada pekerjaannya, karena perempuan sebagai buruh batu bata tidak dapat menentukan upah yang harus mereka terima dari pemilik modal. Namun, dari situ kemudian perempuan berusaha untuk eksis dengan membuat kelompok-kelompok (organisasi) sebagai wadah (perempuan) untuk kegiatan, dengan tujuan membebaskan perempuan agar tidak terlalu larut pada budaya patriarki yang sudah menjamur di Desa Tiudan, meskipun eksisnya perempuan harusnya mampu membebaskan perempuan, justru didalamnya melanggengkan sistem diskriminasi yang ada, sehingga perempuan Desa Tiudan teralienasi.NIM : 14510001 AINUN MASNUNAH2020-08-19T03:54:38Z2020-10-17T08:06:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39785This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/397852020-08-19T03:54:38ZIDEOLOGI GENDER DAN POLITIK KEKUATAN AGAMA DI INDONESIAPenelitian ini mengeksplorasi kontestasi berbagai agen/pihak dalam menentukan persoalan perkawinan di Indonesia, utamananya tentang pembatasan umur atau pencegahan perkawinan anak-anak dan poligami. Penelitian kualitatif dilakukan di tiga kota: Banjarmasin, Mataram dan Yogya. Ditemukan agen dari unsur keagamaan yang dikuasai laki-laki di Banjarmasin dan Mataram cenderung menolak adaya pembatasan umur minimal untuk melakukan perkawinan, dan pengtatan izin poligami, sementara di Yogya relatif lebih supportif untuk mencegah perkawinan anak-anak dan poligami. Pendidikan yang komprehensif berpengaruh terhadap referensi pada isu-isu perkawinan.Siti Syamsiyatun2020-08-18T14:42:02Z2020-08-25T07:34:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40393This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/403932020-08-18T14:42:02ZRezim Gender Muhammadiyah: Kontestasi Gender, Identitas dan EksistensiBuku yang hadir dihadapan pembaca merupakan ‘halte’ dari etapepanjang pengembaraan akademik dan aktivisme penulis terhadap isugender, “mengapa perempuan dan laki-laki berbeda dan dibedakan dalam agama dan masyarakat?” Sebagai ‘halte’, buku ini adalah wahana refleksi teoritis dan introspeksi praksis tentang passion, ghirah, dan tentu saja gayutan cita suatu tatanan dunia yang adil bagi laki-laki dan perempuan. Gender sebagai rezim sosialbelum lazim digunakan karena sampai saat ini para ahli studi gender yang menggunakannya masih dalam hitungan jari, bahkan di dunia internasional. Kontribusi buku ini adalah menguatkan kerangka analisis yangdikembangkan oleh R.W. Connel, Nuket Kardam dan Sylvia Walby, segelintir pionir studi rezim gender. Secara sadar, pemilihan Muhammadiyah sebagai representasi agency akan menimbulkan pertanyaan, apakah penulis sebagai ‘orangdalam’ mampu melakukan otokritik terhadap lembaga ini yang dikenal para pengamat sebagai organisasi Islam modern meski Kiai Dahlan sendiri menyebutnya sebagai persyarikatan Islam berkemajuan. Secara personal,perbincangan tentang rezim gender Muhammadiyah didasarkan padaanggitan: pertama, apakah kemodernan atau berkemajuan Muhammadiyahberbanding lurus dengan proses modernitas, yang menghajatkan relevansi‘kekinian’, termasuk rezim kesetaraan gender kontemporer? Kedua, bagaimana posisi Muhammadiyah sebagai organisasi kemodernan dalam kontestasi rezim gender lokal, nasional dan internasional sepanjang sejarahnya.Pembaca akan menemukan rumitnya pergulatan kedua aspek di atasdalam tarik-menarik kontestatif antara mempertahankan identitas danmelakukan relevansi eksistensional suatu kelompok sosial melalui prosesrezimentasi gender. Meski tulisan ini secara khusus membahas Muhammadiyah namun kerangka analisis ini dapat digunakan menganalisisorganisasi keagamaan lainnya, baik di Indonesia atau dimanapun ditemukan rezimentasi gender ataupun rezimentasi sosial lainnya. Penulisan buku ini melibatkan rangkaian penelitian panjang di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah dengan mengacu pada pendekatankonstruktivisme dan pendekatan rezim kognitif. Karena perbedaan karakteristik dan keterbatasanwaktu serta minimnya data yang tersedia maka penelitian disertasi inibaru mencakup pendekatan formal dan kognitif. Obsesi melakukan penelitian lanjutan tentang Rezim Gender Muhammadiyah dengan pendekatan Behaviorisme pada post-doktoral belum terwujud karena berbagai kesibukan dan mengakibatkan penundaan penerbitan buku ini. Namun, obsesi tersebut tetap bergayut agar studi rezim gender Muhammadiyahmenjadi utuh.- Siti Ruhaini Dzuhayatin2020-08-15T14:52:28Z2020-08-16T07:59:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40303This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/403032020-08-15T14:52:28ZLaporan Penelitian
KEDUDUKAN LAKI-LAKI SEBAGAI GUBERNUR DIY
DALAM PERSPEKTIF AKTIVIS PEREMPUANSalah satu klausul dalam Undang-Undang Keistimewaan (UUK) Yogyakarta
mensyaratkan bahwa raja dan gubernur Yogyakarta harus laki-laki. Klausul inilah yang
menghalangi Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk mengangkat putrinya sebagai penerus
tahtanya melalui Sabda Raja. Klausul tersebut dinilai dan dianggap sebagai bias gender.
Pasal 18 ayat 1 huruf m UUK DIY menyatakan bahwa: “Calon gubernur dan calon wakil
gubernur adalah warga negara Republik Indonesia yang harus memenuhi syarat: m.
menyerahkan daftar riwayat hidup yang memuat, antara lain, riwayat pendidikan, pekerjaan,
saudara kandung, istri, dan anak”. Frasa ‘istri’ pada pasal itu dinilai diskriminatif. Sebab
pasal itu menimbulkan penafsiran seolah-olah harus laki-laki untuk menjadi calon gubernur
Yogyakarta. Selain itu, Peraturan Daerah Istimewa (Perdais) Tata Cara Pengisian Jabatan,
Kedudukan, Tugas, dan Wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yang baru disahkan,
juga menegaskan makna yang sama. Perdais ini sempat diperdebatkan khususnya pada Bab
II tentang Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur yang tertuang pada pasal 3 ayat
1 huruf m. Pasal itu berbunyi: “Calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur adalah WNI
yang harus memenuhi syarat: (m) menyerahkan daftar riwayat hidup yang memuat antara
lain; riwayat pendidikan, pekerjaan, saudara kandung, istri, dan anak”. Pasal ini sempat
akan diubah karena kata "istri" di dalamnya mengisyaratkan Gubernur DIY harus laki-laki
beristri.
Tetapi dalam kasus UUK Yogyakarta yang mensyaratkan laki-laki sebagai gubernur
tersebut, apakah benar-benar bagian dari persoalan gender? Di dalam UUK mengenai
pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur memang diharuskan laki-laki, tetapi apakah
syarat laki-laki yang secara implisit ada di dalam undang-undang ini merupakan persoalan
gender? Hal ini perlu ditelusuri lebih dalam. Berdasarkan latar belakang permasalahan
tersebut, maka dapat dirumuskan dua masalah, yakni: Pertama, bagaimana pandangan
aktivis perempuan tentang syarat calon gubernur DIY harus laki-laki; dan kedua, apakah
syarat calon Gubernur DIY bertentangan dengan prinsip keadilan gender.
Temuan dalam penelitian ini menyatakan bahwa: (1) aspirasi gerakan perempuan di
Yogyakarta mengenai syarat calon Gubernur DIY harus laki-laki, diespon dengan berbagai
macam pendapat dan opini. Terjadi pro dan kontra. Ada beberapa oganisasi perempuan yang
mendukung tegas bahwa Gubernur DIY boleh diduduki oleh perempuan dengan alasan
keadilan gender dan pemberdayaan perempuan. Adapun alasan lainnya adalah di era
demokrasi Kraton harus lebih mengikuti modernitas dan aspirasi demokrasi. Sementara
organisasi perempuan yang menolak Gubernur DIY boleh diduduki perempuan memiliki
alasan yang sama kuat. Alasan tersebut yang paling kuat adalah soal paugeran dan Kraton
harus tetap tunduk pada ajaran Islam, bahwa pemimpin atau imam harus laki-laki. Alasan
lain yang tidak kalah menarik adalah, Kraton sebenarnya tidak memperjuangkan keadilan
gender, tetapi semata-mata oligarkhi kekuasaan; dan (2) Syarat calon Gubernur DIY yang
diharuskan untuk dijabat oleh seorang laki-laki, sebenarnya tidak bertentangan dengan
prinsip keadilan gender. Karena pemimpin laki-laki pun sebenarnya punya aspirasi untuk
memperjuangkan nasib dan hak-hak perempuan. Sebaliknya pemimpin perempuan belum
tentu sadar memperjuangkan hak-hak perempuan. Alasan lainnya adalah syarat calon
gubernur DIY bersifat lex secialis- Siti Jahroh2020-08-14T07:34:36Z2020-08-14T07:38:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40255This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/402552020-08-14T07:34:36ZCITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SARAH
KARYA ‘ABBAS MAHMUD AL-‘AQQAD: Analisis Resepsi-- Uki Sukiman2020-08-13T00:57:39Z2020-08-13T00:57:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40176This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/401762020-08-13T00:57:39ZMenghindari KDRT-- Khoiruddin2020-08-08T13:48:57Z2020-08-30T23:58:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39987This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/399872020-08-08T13:48:57ZPerebutan Tubuh Perempuan.Laporan Tahunan Islam Indonesia ini merupakan ikhtiar kami untuk
membangun sebuah tradisi akademik dan intelektual yang baik
dan bermanfaat.
Kami sadar bahwa selama ini belum ada inisiatif yang cukup dari
kalangan akademisi dan budayawan untuk merumuskan sebuah
laporan tahunan yang berfungsi sebagai medium muhasabah dan
tinjauan ulang tentang kondisi Islam di Indonesia sepanjang setahun
belakangan.
Karenanya, Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada YBW UII mengundang
akademisi yang datang dari lintas-generasi, lintas-institusi,
dan lintas-komunitas untuk menyumbangkan pemikirannya tentang
dinamika Islam di Indonesia sepanjang tahun ini dan tahun depan.
Kami berharap agar hadirnya laporan Islam Indonesia dapat menjadi
sumber inspirasi, referensi akademik dan rujukan dalam perumusan
kebijakan publik bagi para pihak yang berkepentingan. Kedepannya,
kami berharap pula semoga tradisi ini dapat terus berjalan
secara berkelanjutan.Alimatul Qibtyah2020-07-29T13:52:08Z2020-07-29T13:54:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39897This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398972020-07-29T13:52:08ZGENDER DAN PERMASALAHNNYA
DALAM PERSPEKTIF ISLAMPerempuan dan laki-laki dididik dan dibesarkan dengan cara berbeda
menurut cara pandang, sosial, dan budaya yang melatarbelakanginya.
Perbedaan tersebut sering kali mengakibatkan ketidakadilan gender. Pada
dasarnya Islam mengakui adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
tetapi bukan pembedaan atas kondisi fisik-biologis laki-laki dan perempuan.
Namun yang perlu diperhatikan perbedaan itu bukan lantas menjadi alasan
untuk memuliakan atau merendahkan martabat salah satu jenis kelamin.
Persoalan gender akan melahirkan permasalahan yang sangat pelik. Di
antaranya, permasalahan poligami, kesehatan reproduksi, jilbab, bahasa,
kepemimpinan, dan kesempatan dalam pendidikan. Islam memandang
masyarakat sebagai jalinan kuat antara satu individu dan individu lainnya. Pria
dan wanita sebagai bagian dari komponen masyarakat, saling bekerja sama
dalam mewujudkan keseimbangan sosial. Jika salah satu komponen masyarakat
mengalami ketidakadilan, keseimbangan sosial secara otomatis tidak akan
terwujud.Ening Herniti2020-07-28T16:16:59Z2020-07-28T16:16:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39874This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/398742020-07-28T16:16:59ZAJEKTIVA PENANDA GENDER DALAM IKLAN TELEVISIIklan Televisi (IT) dipandang paling efektif menarik konsumen atau calon konsumen karena memadukan unsur visual, bunyi, gerak, dan warna. Berbagai IT demikian menjanjikan kepada konsumen dan calon konsumen, yakni barang atau produk yang ditawarkan benar-benar berkualitas tinggi. Pengiklan berusaha meyakinkan kepada mereka dengan menempuh berbagai cara walaupun sering kali visualisai IT tersebut terlalu berlebihan. Perempuan sengaja dihadirkandalam IT untuk menarik konsumen atau calon konsumendengan harapan akan menaikkan oplah penjualan.Tampilnya perempuan dalam iklan memang dibutuhkan untuk memperkuat daya jual dari sebuah produk. Bukan saja dalam menyampaikan pesan, tetapi juga kesan terhadap produk tersebut.Wajah cantik , tubuh seksi, bibir sensual, dan rambut indah adalah satu-satunya daya tarik perempuan.Budaya konsumen Indonesia ‘kalau saya beli, saya jadi siapa’ juga turutandildalam mempertahankan bahkan membentukstereotipe mengenai posisi dan status perempuan. Akibatnya, perempuan(pemirsa televisi mayoritasperempuan) terjebak pada mimpi-mimpi yang ditawaran oleh iklan.Budaya patriarki berpengaruh besar pada IT. Hal ini tercermin pada pemilihan ajektiva sebagai pembentukopini bahwa cantik/ayu, mulus, halus, lembut, indah, putih, kuninglangsat, langsingdansingset, sertaawet muda adalah milik dan harus dimiliki perempuan.Ening Herniti, Ening2020-07-14T22:23:27Z2020-10-17T07:37:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39648This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396482020-07-14T22:23:27ZGENDER IDEOLOGY AND RELIGIOUS POWER POLITICS IN CONTEMPORARY INDONESIAThe paper investigates about the religious and social imaginary about marriage in three cities in Indonesia: Banjarmasin, Mataram and Yogyakarta. This is important because despite of the development in human resources and rapid social changes, child marriage, domestic violence, polygamy and marriage dissolution still occur widely, not to say increases. The research found that access and exposure to higher education and cultural diversity has positive impacts on the social imaginary of marriage, thus result in decreasing the number of child marriage, domestic violence and devorceSiti Syamsiyatun2020-07-14T22:21:28Z2020-07-14T22:21:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39651This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396512020-07-14T22:21:28ZPesan Tanwir 'Aisyiyah: Berdakwah dengan Gembira!Siti Syamsiyatun2020-07-14T22:20:53Z2020-07-14T22:20:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39652This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396522020-07-14T22:20:53ZModel Keluarga Ideal Bukan Milik NegaraSiti Syamsiyatun2020-07-14T22:19:50Z2020-07-14T22:19:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39689This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396892020-07-14T22:19:50ZPower Contestation on Marriage Age Discourse in dealing with Islamic Values: A Case Study on Nahdlatul UlamaThis study aims to understand the debate on the issue of early marriage from
the perspective of NU and NU women activist group. Why there is a
difference attitude between NU structures and NU women activist groups.
What the knowledge regime that underlies the legitimacy of their attitude is.
What are the interests behind differences in attitudes and knowledge regimes
used. This study uses a qualitative method. The data was collected by
interviewing the board of Muslimat NU, PP Fatayat NU, and PP Rahima and
collecting documentation from books, journals, magazines, printed and
online newspapers, official website, and mass media decisions. Data analysis
techniques performed with data reduction, data display, and conclusion. The
result shows that differences in attitudes between NU structures and NU
women activist groups stem from different perspectives and interests.
Differences perspectives can be seen from differences in interpretation
"baligh" as the basis for setting marriage age limit. The interest of the NU
structures is to accomodate early marriage practices and maintain the status
quo of the NU gender habitus. The interest of NU women activist groups is
to contextually interpret fikih and to fight for prosecuting patriarchy within
the NU gender habitus. NU Women’s activist groups can reproduce reason
about gender relation in Islam that derived from the accumulation of social
capital and cultural capital. Although it cannot change the NU's patriarchal
gender habitus, the reproduction of reason by NU women activist groups is
able to present itself as an alternative gender discourse within NU.
Keywords: Power Contestation, Marriage Age Discourse, Early Marriage,
Capitals, Habitus, Nahdlatul Ulama Women's ActivistRahmawati Dian Eka RahmawatiDarwin Muhajir DarwinAhmad Munawar AHmad2020-07-14T07:43:30Z2020-10-17T08:00:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39645This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/396452020-07-14T07:43:30ZPERGOLAKAN PUTRI ISLAM : Perkembangan Wacana Gender dalam Nasyiatul ‘Aisyiyah 1965–2005-Siti Syamsiyatun2020-07-13T06:24:11Z2020-07-13T06:24:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38136This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/381362020-07-13T06:24:11ZPEREMPUAN DALAM KAJIAN MEDIA
FEMINIS DAN GENDER ISLAMFenomena hijrah virtual menuai banyak dampak sosial, salah satunya adalah dalam hal wacana publik dan distribusi pesan komunikasi massa. Persoalan lain adalah feminisme, dan kesetaraan gender, yang dipertentangkan dengan teologi Islam. Berdasarkan hal itu, peneliti ingin menganalisis bagaimana perempuan digambarkan dalam pesan artikel media Islam online di Indonesia. Peneliti merangkum dalam tiga poin rumusan masalah: konsep media terkait feminisme dan gender, pola komunikasi linear dalam isu perempuan Islam, dan pesan kesetaraan, keadilan, serta kesalingan di media.
Penelitian ini memakai pendekatan deskriptif interpretatif dengan teori komunikasi linear versi Shannon dan Weaver. Jenis penelitiannya adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data dokumentasi dan kajian pustaka. Adapun subjek penelitiannya adalah artikel di media mubaadalahnews.com dan thisisgender.com. Objek penelitian yakni isu perempuan dalam komunikasi massa di media feminis dan gender Islam. Artikel itu dianalisis dengan model wacana Norman Fairclough.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesan dalam artikel Mubaadalah tentang perempuan, direpresentasikan dalam kosakata dan tata bahasa yang sistematis dan mengarah pada keterbukaan wacana gender Islam. Sedangkan This Is Gender, pesan dalam artikelnya cenderung memakai tata bahasa akademis sehingga gangguan bahasanya lebih banyak. Mereka mengarahkan khalayak pada isu penolakan atas paham feminis, dan kesetaraan gender dalam Islam.
Kata kunci: analisis wacana, perempuan, feminisme, gender, komunikasi linear, dan media Islam Online.NIM: 15210012 IKA NUR KHASANAH2020-06-04T06:41:17Z2020-06-04T06:41:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39458This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/394582020-06-04T06:41:17ZTHE TEXTUAL DEVELOPMENT OF TRANSGENDERISMREBUKING
HADITHAmong the reasons for conventional Muslims to stand against queer is their
understanding of religious texts, particularly Quran and hadith. Out of dozen hadith, a
tradition relating mukhannath in the quarter of the Prophet‟s wife and the la’na (curse)
hadith on mukhannath play a significant role in shaping Muslims‟ understanding. Being
positioned that way, hadith is expected to be the sources for historical reconstruction.
Adopting a method of hadith criticism offered by Harald Motzki, this thesis discusses the
extent to which the two groups of hadith serve us as sources for such reconstruction. The
limitation of the subject is due to their significant role and, more importantly, the number
of variants found in canonical as well as extra-canonical books of hadith collection.
This thesis argues that the two groups have undergone textual development. The
first group has a sort of historical core relating that the Prophet did meet a mukhannath in
the quarter of his wife and found hir (mukhannath) explaining the appealing parts of
woman‟s body. The Prophet then responded by banning hir from entering the quarter
since then, saying lā yadkhulann hāżā ‘alaykunn “for sure he should not enter (the quarter
of you (fem. pl.).” Some a century later around Kūfa or a broader part of Islamic world
near Persian imperium, the hadith got additional text that has higher imperative sense
(akhrijū) and broader addressee/mukhāṭab (kum, you [masc. pl.]). Hadith of the second
group also undergoes textual development. I argue that it was circulating in Ḥijāz in the
first half of the second/eighth century, relating that the Prophet has cursed mukhannithīnmutashabbihīn
(men who imitates women) and women who do the same (using various
terms). Nearing the end of the century the text develops by changing the subject from the
Prophet to Allah which is indeed a serious development. In other words, it turns from
„people relating what the Prophet said‟ to the „Prophet delivering what God orders‟.
What is the underlying context for the development? In order to answer this
question I refer to some accounts on mukhannath preserved as secondary texts in literary
literature, the oldest of which originates from the third/ninth century. It is worth noting
that I regard them as representing the understanding of mukhannath held by the author
and his society. A third-century book, for instance, that relates a story about a firstcentury
mukhannath tells me about the understanding of mukhannath held by the thirdcentury
community. However, I have enough textual bases to argue that a mass castration
did happen in Medina (or Ḥijāz in general) in the first/seventh century. Consequently, the
data I can present is limited and so is my explanation on the context of the textual
development.
The first point pertains to the emergence of la’na hadith in which people recount
what the Prophet said. This text emerges after the mass castration. Those who morally
objected to mukhannath legitimize their stance by arguing that “the Prophet held the same
stance.” The second point pertains to the emergence of the phrase rajul yalbasu libsat-lmar’a
(man who wears woman‟s dress). This widens the aspect of man‟s imitation from
merely mannerism to the issue of clothing. This text emerged in Baṣra-Baghdād in the
early of third/ninth century in which the objection to mukhannath goes beyond
mannerism and includes clothing. Therefore I argue that there was an attempt during
second/eighth and third/ninth century to build a sort of orthodoxy regarding Islamic
worldview on mukhannath and queer in general. This orthodoxy attaches itself to an
authoritative text, i.e. hadith, to control the public sphere. It succeeded dominating the
sphere in such a great level that Muslims of later generations hold the worldview so dear.
Keywords: Hadith, transgenderism, isnād-cum-matn, textual development, gender
constructionNIM. 1620011001 Muhammad Dluha Luthfillahhttp://digilib.uin-suka.ac.id/37735/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul.jpg2020-06-03T05:55:04Z2020-06-03T05:55:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37735This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377352020-06-03T05:55:04ZWomen and Violence in Popular Culture: A Portrayal of Social Construction and Media CommodificationThe portrayal of women and violence is not something new in the world of literature and
popular culture. The stories of witches and evil queens who are hungry for power in various
fairy tales such as the story of Cinderella or Bawang Putih dan Bawang Merah have long
been constructed in soap operas or television dramas in various parts of the world, including
Indonesia. Here, although times and generations have changed, women's identity and
violence remains and have always been an interesting theme for filmmakers. So not
surprisingly, the representation of binary opposition, good women against evil woman in
various versions and genres of soap operas still exists from generation to generation. Using
the Stuart Hall’s theory of Representation and historiography approach, the study found that,
in addition to a black-and-white portrait by two female figures considered to have a small risk
by industry, the construction of the 'classic fairy tale' was always subconsciously acceptable
to the audience despite to the gender bias.
Keywords: women, violence, identity, soap operas, gender biasWitriani -http://digilib.uin-suka.ac.id/37728/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul.jpg2020-06-03T05:50:31Z2020-06-03T05:50:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37728This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377282020-06-03T05:50:31ZPoliticizing Women’s Bodies as seen in Maya Angelou’s “Phenomenal Women”Phenomenal Woman is a poem by Maya Angelou that talks about women’s bodies. From the
first read, it seems that woman in this poem is defending herself against others woman with
stereotype. Yet does she really defend herself? Or in fact fall into men’s ideal in defending
herself? The research analysis was conducted using Feminist Stylistic analysis approach. This
research aims to elaborate how women’s bodies is politicized and becomes a discourse in a
poetic texts. This research used an objective approach in the analysis the researcher wants to
reveal and explain the representation and the image of the character “I” in this poem. From
this research, the result shows that not only text, short stories or novels can be analyzed by
discourse analysis, through feminist stylistic theory moreover poem can also be seen by the
discourse analysis’ point of view. Thus, there can be the result that there is politics of
women’s bodies. There are three criteria that can be found to identify the poetic language
style in politics of bodies such us body as site of conflict, women’s bodies as men’s ideal
(patriarchal paradigm), and women’s bodies as discourse.
Keyword: Poem, Feminist Stylistics, Phenomenal Woman, DiscourseNurunnisa -2020-06-03T05:47:53Z2020-06-03T05:48:09Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37721This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377212020-06-03T05:47:53ZIdentity: Beauty, Birth, and Body in Enigma Represented by Some Modern Arab Female WritersThe nature of being women is based on biological functions, including reproduction,
therefore, they are expected and framed by the tradition and society with emphasis on beauty,
and a body related with the function in child birth. These social and cultural constructed are
due to the male domination standards, hence, women tend to lose individual freedom.
However, there is some critical resistance towards this misplacement, although some are
trapped, while others rebel towards the social and cultural standards that dictate identity. The
purpose of this paper is the paradox of beauty, birth and body in relation with Arab women
and qualitative research, through content analysis was applied in evaluation. This was based
on the Naomi’s theory, synthesized with Stuart Hall’s though of identity. The five short
stories written by the modern Arab woman were explored to disclose feeling, though, and
experiences on the paradox issues and the result indicates the disorientation, dispossession,
displacement, and opposition encountered.
Keywords: Arab Women Writers, Beauty, Birth, Body, and Identity.Indrani Dewi Anggrainihttp://digilib.uin-suka.ac.id/37718/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul.jpg2020-06-03T05:46:21Z2020-06-03T05:46:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37718This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377182020-06-03T05:46:21ZInformation Literacy for Female Population Around Bosscha ObservatoryPeople who live around Bosscha Observatory are quite far from city facilities such as
complete bookstores, exhibition venues and others. As vegetable farmers, factory employees
or housewives, women get information from limited mass media and book. Some activities
such as contest of summarizing books or lecture and reading poetry contest or weekly reciting
Al-Qur’an as well as visiting book exhibition are ways to get information. Muslim
characteristics that suits to the aim of information literacy activities held by female
population around Bosscha Observatory are from one community to a society, places people
on the same level, etc. From reading Al-Qur’an and its translation women can teach their
children a good guide of life. Information on cooking recipes or plant, etc gave knowledge
which useful for everyday life and have selling value. Visiting book exhibition is preferred
than visiting a distant library and they want a near spot for book collection.
Keywords: Bosscha Observatory, information literacy, female populationElyani SulistialieEvan Irawan AkbarResti Andrianihttp://digilib.uin-suka.ac.id/37714/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul.jpg2020-06-03T05:44:44Z2020-06-03T05:45:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37714This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377142020-06-03T05:44:44ZThe Portrayal of Aishah In Martin Lings’s “Muhammad: His Life Based on The Earliest Sources” Novel“Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources” is a novel written by Martin Lings. As
a male writer, Martin Lings’s male subjectivity might influence the way he describes the
female character (Aishah). The description of a female character by a male author is often
problematic for the issue of gender bias. Gender bias is a social construction of women and
men position in a society. So that, male gaze is included in this process. In this novel, Aishah
is a unique character, because she is the youngest wife of the Prophet Muhammad. This
research examines how the character of Aishah is narrated by the male author in the story.
This research uses qualitative method that applies descriptive analysis. Library research is applied to find the necessary data of this research. In examining the data Narratology theory by Mieke Bal is used. It focuses on the focalization that talks about Aishah. According to Mieke Bal, there are types of focalization; the focalizer and the focalized object. In the result, this research concludes that the male gaze is powerful and Aishah is powerless. Male gaze determines of everything about the character. How reader sees Aishah, her life, her characteristics, and her existence in the story is a male gaze.
Keywords: gender, Aishah, focalization, male gaze, characteristicsArina HasbanaUlyati Retno Sarihttp://digilib.uin-suka.ac.id/37712/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul.jpg2020-06-02T03:07:53Z2020-06-02T03:08:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37712This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/377122020-06-02T03:07:53ZSmashing Women Objectification in Tubuhku Otoritasku: A Critical Discourse AnalysisAlthough women are getting closer to gender equality, there are several things women still
fight against. One of which is women’s bodies objectification. This has occurred for long; so
long to the point no one actually remembers the exact time when it started. It is just as if it
has always been with us. It is always in our circle, done by the people we live with, and it is a
familiar thing we all need to un-familiarize. This objectification involves the stolen selfauthority from women by society. Women lost their authority over their bodies and whatever
they want to do with them. Women bodies are treated as public matter; society judges,
controls, and rules how women should look like. Women’s bodies are shamed, harassed,
repressed, and so on. Regarding to this, in this paper, the research would like to analyze a
song titled Tubuhku Otoritasku by Tika and The Dissidents. The researcher believed that this
song is a respond to the issue women are facing recently. Tika, as a woman, tries to invite her
‘sisters’ to go against this objectification. She holds tight the principle of self-authority;
everyone is responsible for their own body. She rejects the idea that women should treat their
bodies as society expects them to do with the fabricated beauty standards. Based on the
results of this analysis, the researcher came into two main conclusions. First is that this song
is a respond, an act, and also a declaration to reclaim women’s self-authority over their own
bodies. The second is that this song is a discourse that is constituted and constituting. By
means, this song is influenced by people (the creators) and is used to influence people (target
audience).
Keywords: beauty myth, body-authority, discourse, male gazeAnanda Erma Eka Puteri2020-05-11T02:57:08Z2020-05-11T02:57:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39151This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/391512020-05-11T02:57:08ZMAPPING ISU JURNAL BERBASIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN HAM PADA PERGURUAN TINGGI DI INDONESIAIsu tentang relasi Islam dengan gender dan HAM adalah persoalan praksis yang perkembangannya dapat disaksikan melalui berbagai saluran, salah satunya adalah jurnal ilmiah. Lewat jurnal ilmiah dapat diketahui update persoalan yang menjadi perhatian para akademisi di lingkungan perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana isu-isu pengarusutamaan gender, HAM, dan Islam dapat terangkum dalam sejumlah jurnal seperti Jurnal Musawa, Jurnal Perempuan, dan berbagai jurnal dalam Directory Open Access Journal (DOAJ) yang mencerminkan persoalan-persoalan kontemporer masyarakat. Secara khusus penelitian ini juga menghasilkan pemahaman strategis pengelolaan jurnal ilmiah agar dapat menyesuaikan fungsinya sebagai media diseminasi akademik dengan perkembangan dunia keilmuan mutakhir yang bergerak cepat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil pemetaan dan analisis menunjukkan bahwa relasi perempuan dengan persoalan hukum, kekerasan, dan politik menjadi perhatian utama dari para akademisi. Munculnya isu-isu tersebut terlihat lebih dari sekedar respon pada berbagai ketidakadilan serta pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Indonesia. Selain ketiga isu di atas, isu-isu lain yang muncul dengan intensitas tinggi dan merata di setiap jurnal adalah pernikahan anak, feminisme dalam bentuk gerakan perempuan, kepemimpinan perempuan, ataupun positioning perempuan dalam kearifan lokal.- WITRIANIBayu Mitra Adhyatma Kusuma2020-03-24T01:34:00Z2020-03-24T01:34:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37497This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/374972020-03-24T01:34:00ZPENGARUH FACE GENDER DAN STEREOTIP TERHADAP PENILAIAN
KESAN PERTAMA WAJAH PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UIN SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh face gender dan stereotip
terhadap penilaian positif dan negatif pada kesan pertama wajah. Peneltian ini melihat
bagaimana respon spontan terhadap wajah yang mengandung face gender dan stereotip.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi UIN Sunan Kalijaga dengan jumlah
30 mahasiswa. Desain penelitian ini menggunakan within subject design. Analisis data yang
digunakan adalah Repeated Measures untuk mengukur adanya perbedaan respon dari keempat
kelompok wajah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis ada pengaruh face gender
dan stereotip terhadap penilaian positif kesan pertama wajah diterima dengan nilai sig 0,002
(p < 0,05) dan hipotesis ada pengaruh face gender dan stereotip terhadap penilaian negatif
kesan pertama wajah ditolak dengan nilai sig 0,097 (p > 0,05).
Kata kunci : face, gender, stereotip, kesan pertamaNur AzizahYudha Dicky AEni SetiyartiNadya Salsabila2020-03-02T04:00:33Z2020-03-02T04:00:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35835This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/358352020-03-02T04:00:33ZSENSITIVITAS GENDER DAN POLA KOMUNIKASI MAHASISWA/I UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTAPola komunikasi agresif diduga memiliki kaitan yang erat dengan pemikiran keagamaan. Termasuk
di dalamnya isu-isu gender yang sering disalahpahami oleh kelompok radikalis. Media yang dimilki
oleh kelompok - kelompk konservatif sering menggunakan bahasa agresif dalam menanggapi masalah
gender dan feminisme. Tujuan penelitian inin adalah untuk mengetahui bagaimana sensitivitas gender
dan pola komunikasi serta hubungan antara keduanya pada mahasiwa dan mahasiswi UIN Sunan
Kalijaga. Methode penelitian mendekatan pendekatan diskriptif kuantitatif dana analisis Independent
T-test dari program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat sensitivitas gender mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga adalah sedang, artinya sebagian besar mahasiswa UIN bersikap moderat. Namun
jika dilihat per Item, akan menunjukkan variasi tingkat sensitivitasnya. Mahasiswa akan cenderung
mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi jika persoalan gendernya tidak terkait dengan hukum atau
pengadilan, misalnya masalah peran dan kodrat mempunyai kecenderungan yang tinggi. Sedangkan
masalah yang terkait dengan pengadilan agama, seperti saksi, warisan, dan poligami, mahasiswa cenderung
berhati-hati. Pola komunikasi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga adalah asertif. Asertif adalah
pola komunikasi terbaik dimana komunikasi berjalan terbuka, individu menghargai diri sendiri dan
orang lain. Komunikasi asertif tidak menaruh perhatian pada hasil akhir tetapi juga hubungan perasaan
antar manusia. Dengan demikian, mayoritas mahasiswa UIN Sunan Kalijaga memiliki pola
komunikasi yang sangat baik. Hipotesis dalam penelitian ini tidak teruji dimana secara umum tidak
ada hubungan antara sensitivitas gender dengan pola komunikasi. Namun jika diurai satu per satu,
pada beberapa kasus seperti yang dapat dilihat pada mahasiswa angkatan lama, sensitivitas gender
memiliki pengaruh terhadap pola komunikasi, sekalipun tidak signifikan.Alimatul Qibtiyah2020-02-05T03:36:12Z2020-02-05T03:36:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37994This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379942020-02-05T03:36:12ZKONSTRUKSI GENDER DALAM TRADISI NGAULA NING ANAK RABI
SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYUNIM. 15540008 ARIF GUNAWAN2020-02-05T03:27:24Z2022-05-23T04:35:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37991This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379912020-02-05T03:27:24ZREALITAS GENDER DI DALAM KELUARGA NIKAH DINI (Studi Gender di Desa Karya Makmur, Labuhan Maringgai, Lampung)Pernikahan dini atau pernikahan anak merupakan fenomena sosial yang terjadi dikarenakan berbagai faktor diantaranya ekonomi, budaya, agama, keluarga, dorongan internal diri sendiri dan kehamilan di luar nikah. Fenomena ini mensyaratkan anak dibawah umur menjalani kehidupan rumah tangga tanpa adanya persiapan adult, mature dan materiil yang berdampak pada kehidupan rumah tangga yang bias gender dan cenderung mendiskriminasi salah satu gender yang terlibat. Ini merupakan realitas yang juga ditemukan di Desa Karya Makmur, Labuhan Maringgai Lampung Timur, Lampung. Fokus pembahasan dalam penelitian ini tercakup dalam dua hal yaitu; pertama, terkait kontstruksi laki-laki dan perempuan di dalam keluarga nikah dini; dan yang kedua, mencari akar diskriminasi gender yang terjadi di lokasi penelitian. Penelitian ini mengaplikasikan teori gender untuk mengetahui konstruksi gender yang berlaku di masyarakat dilengkapi dengan teori feminisme sebagai pembedah akar diskriminasi yang terjadi.
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam mengolah data penelitian, yang dianalisis secara deskriptif dan eksplanasi. Data yang diperoleh bersumber dari subjek-subjek yang menjalani kehidupan keluarga nikah dini meliputi tiga keluarga (suami-istri) dan salah seorang mantan istri dari salah satu keluarga tersebut. Selain itu data juga beberapa tokoh masyarakat yang terkait di lokasi penelitian. Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwasannya terdapat konstruksi sosial terhadap realitas gender yang terjadi dan mengakibatkan diskriminasi pada perempuan di dalam Keluarga Nikah Dini di Desa Karya Makmur. Diskriminasi gender tersebut berakar dari konstruksi pengetahuan agama dan budaya yang berlaku di masyarakat . Konstruksi budaya tentang Gugon Tuhon dan Paramasastra Jawa memberikan sumbangan ketidakadilan terhadap relasi gender di dalam institusi keluarga. Konstruksi gender yang demikian semakin diperkuat oleh penafsiran agama yang menganggap bahwa sektor domestik sebagai ruang jihad bagi istri yang berakibat langgengnya ketidakadilan gender yang berlaku di masyarakat tersebut. Pemahaman agama juga turut menjadikan Nikah Dini sebagai solusi atas terjadinya kasus kehamilan di luar pernikahan.NIM.: 14540033 Heri Setiyawan2020-02-03T02:08:23Z2020-02-03T02:13:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37855This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/378552020-02-03T02:08:23ZPERSEPSI SANTRI TENTANG GENDER DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA HUBUNGAN SOSIAL DALAM PESANTREN (Studi di Pondok Pesantren Al Hidayat Logede Pejagoan Kebumen Jawa Tengah)Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dari segi sosial budaya. Sementara sex secara umum digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan Iaki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Masalah
ketimpangan gender bukan hanya masalah individual atau domestik yang dapat
diselesaikan secara individual dan tertutup, tetapi merupakan masalah sosiai yang menuntut
pemecahan terbuka, komprehensif, holistik dan berkesinambungan. Dengan demikian
persoaian ketimpangan gender dapat disejajarkan dengan persoaian ketidakadilan sosial
yang lebih luas lagi, yang dapat bersumber pada perbedaan etnis, ras, dan agama.
Selama ini muncul stereotipe bahwa agama merupakan alat bagi pelanggengan
ketidakadiian gender. Dalam konteks ini, cukup menarik untuk mencermati Iembagalembaga
yang concern terhadap kajian-kajian agama. Dalam hal ini khususnya terhadap
institusi pesantren. Budaya patriarkhi yang cukup kuat di pesantren paling tidak cukup
berpengaruh terhadap corak berpikir santri. Pemahaman dan penafsiran ajaran-ajaran
agama khususnya terhadap ayat-ayat gender akan mempengaruhi pola perilaku sosial santri
daiam ruang Iingkup pesantren khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini
penulis mencoba mengambil contoh dari santri di pondok pesantren Al Hidayat Logede
Pejagoan Kebumen Jawa Tengah sebagai subyek penelitian. Dan yang menjadi titik
permasalahan daiam penelitian ini adalah hal-hal yang menyangkut proses-proses sosial di
pesantren dalam konteks gender.
Tujuan dari peneiitian ini adaiah untuk mengetahui bagaimana persepsi santri
tentang gender, pengaruh dari persepsi tersebut terhadap pola-pola hubungan sosiai, serta
bagaimana relasi gender dalam konteks hubungan sosial di pondok pesantren AI Hidayat
Logede Pejagoan Kebumen Jawa Tengah.
Jenis penelitian ini adaiah kualitatif, dan penulis menggunakan metode
pengumpulan data yang berupa wawancara yang ditujukan kepada santri yang merupakan
informan dalam penelitian ini. Selain wawancara,, penulis juga menggunakan metode
partisipant observation, yaitu mengamati gejala-gejaia yang timbui di pesantren dan secara
Iangsung terlibat dalam kehidupan sosial di pondok pesantren AI Hidayat. Dan yang terakhir adalah metode dokumentasi dengan cara mengumpuikan data-data yang ada hubungannya dengan penelitian. Data diperoleh dari para informan yaitu santri (mukim) Pondok Pesantren AI Hidayat Logede Pejagoan Kebumen Jawa Tengah. Sedangkan daiam analisis datanya penulis menggunakan pisau analisis gender, yaitu suatu analisis yang mempertanyakan ketidakadilan sosial dari aspek hubungan antar jenis kelamin. Dan menggunakan metode deskriptif analitis.
Dari penelitian tersebut, maka didapatkan informasi bahwa terdapat berbagai persepsi atau pandangan santri pesantren AI Hidayat terhadap gender.Persepsi ini Iebih didasarkan pada pemahaman dan penafsiran santri terhadap ayat-ayat gender. Selain itu ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi persepsi santri tentang gender, antara lain: faktor budaya, struktur dan sistem sosial dalam pesantren. Persepsi santri tentang gender telah berpengaruh terhadap perilaku sosial santri Pondok Pesantren AI Hidayat Logede Pejagoan Kebumen Jawa Tengah. Persepsi terhadap gender yang bias patriarkhi berpengaruh terhadap terbentuknya pola-pola hubungan sosial yang bias gender.
Kata Kunci: bias gender, pesensi santri, pola hubungan sosialNIM. 00540243 EDY SUBAGYOhttp://digilib.uin-suka.ac.id/37536/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul%20-%20Metode%20Penelitian%20dan%20Isu-isu%20kontemporer.jpg2020-01-22T07:16:22Z2020-01-22T07:16:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37536This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/375362020-01-22T07:16:22ZMETODE PENELITIAN DAN ISU-ISU KONTEMPORER DALAM STUDI TRANSGENDERWaria adalah warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dengan warga negara lainnya di Indonesia. Sebagai negara
yang mengakui adanya 6 (enam) agama resmi yang dianut oleh
para warganya, pemerintah Indonesia idealnya juga menjamin para
warganya untuk dapat beribadah menurut agama dan keyakinan
masing-masing. Namun, beberapa kelompok minoritas di Indonesia
seringkali mengalami kesulitan dalam mengekspresikan keyakinan
agamanya, sebagai contoh: kelompok waria. Isu-isu tersebut akan
dibahas lebih luas dan disajikan contoh-contoh konkret dari realitas kehidupan para waria pada masyarakat Muslim, khususnya di
Indonesia. Oleh karena itu, buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Buku ini terdiri dari tiga Bab. Bab 1 akan membahas mengenai
metodologi penelitian yang sesuai dan biasa diaplikasikan untuk
penelitian studi transgender. Metode penelitian yang disajikan tersebut
berdasarkan riset penulis terhadap artikel-artikel dalam jurnal ilmiah
yang menuliskan hasil penelitian dalam studi transgender, baik di
Indonesia maupun luar negeri. Sedangkan pada bab kedua akan
disajikan problem-problem minoritas yaitu khususnya pada kelompok
transgender yang dihadapi dalam kehidupan sosial keagamaan mereka.
Selanjutnya pada bab ketiga akan membahas tentang hak beragama
bagi kelompok minoritas transgender di Indonesia. Pada bab ini
didiskusikan mengenai hak-hak yang dimiliki oleh transgender yang
sudah diatur dalam undang-undang. Namun, aplikasi undang-undang
tersebut belum berjalan sesuai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Sehingga banyak para transgender yang mengalami kesulitan dalam
mengakses hak beragama tersebut.Rr. Siti Kurnia Widiastuti2019-12-27T06:37:31Z2019-12-27T06:37:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37124This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371242019-12-27T06:37:31ZNEGOSIASI “PUAN” DALAM KUASA “TUAN”
(Kajian tentang Peran dan Kedudukan Perempuan dalam Sistem Matrilineal
Adat Kenegerian Kuntu)Sistem matrilineal yang dimiliki adat Kenegerian Kuntu, sebagaimana
yang diakui oleh tokoh adat menempatkan peran dan kedudukan perempuan
dalam posisi yang tinggi dan setara dengan laki-laki. Namun kenyataannya, peran
dan kedudukan perempuan tersebut tidak benar-benar tampak dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat adat Kenegerian Kuntu, bahkan posisi penting perempuan
sebagai ‗Uma Sumpu‘—titik sentral kebudayaan matrilineal—sudah tidak
dimunculkan lagi. Penelitian ini mencoba mengungkapkan apa wacana dominan
yang dibentuk tentang peran dan kedudukan perempuan dan bagaimana upaya
pelanggengan dan normalisai wacana tersebut. Di samping itu, penelitian ini juga
mengungkapkan bagaimana negosiasi dan modal perempuan untuk mencapai
tujuan mereka dan terlibat dalam pengambilan keputusan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) dengan
jenis penelitian deskriptif-kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, dan tinjauan sejarah dan hukum lokal. Teknis analisis data
menggunakan metode analisis interaktif. Sedangkan teori yang digunakan adalah
konstruksi gender, analis wacana kritis Michel Foucault, dan modalitas Pierre
Bourdieu.
Penelitian ini memberikan temuan bahwa dalam wacana yang dominan
peran dan kedudukan perempuan berada pada posisi lemah dan tidak setara
dengan laki-laki. Hal tersebut dilanggengkan dan dinormalisasi dengan normanorma
yang bias dan pemahaman keagamaan yang patriarki, terjadinya
diskontiniu sejarah: syarak mandaki, adat manurun, serta lemahnya daya tawar
negara. Akibatnya, pengetahuan tentang peran dan kedudukan perempuan yang
dibangun oleh sistem matrilineal maupun pengetahuan tentang kesetaraan yang
dibangun oleh negara termarginalkan. Kendati memiliki berbagai hambatan,
perempuan dengan modal-modal yang mereka miliki (modal ekonomi, sosial, dan
kultural) mampu melakukan berbagai bentuk negosiasi sesuai ranahnya. Pada
ranah agama, perempuan mampu untuk menghadirkan sosok ulama perempuan
dan kajian yang berprespektif perempuan. Pada ranah adat, perempuan berusaha
untuk meningkatkan akses mereka pada pengetahuan tentang adat. Pada ranah
negara, perempuan berusaha terlibat menempati posisi-posisi penting seperti
aparat desa atau bahkan pemerintah daerah. Sedangkan dalam ranah keluarga,
perempuan lebih bisa melakukan negosiasi dengan terlibat dalam mengambil
keputusan, mendapatkan akses terhadap harta benda dan bahkan memposisikan
diri setara dengan laki-laki.NIM. 17200010128 Hikmalisa2019-12-27T03:27:04Z2019-12-27T03:27:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37121This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/371212019-12-27T03:27:04ZULAMA PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA
OTORITAS, GENDER DAN MEDIA BARUTesis ini fokus mengkaji tentang keulamaan perempuan NU dan otoritas agama yang diperkuat dengan adanya media baru. Pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu, bagaimana status dan peran keulamaan perempuan di NU. Serta bagaimana ulama perempuan NU membangun otoritas agama dan berkontestasi dalam media baru, seperti di televisi dan media digital. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan data entografi dan netnografi, wawancara dan observasi langsung. Selanjutnya, peneliti menggunakan teori otoritas Dhofier dan teori agensi dari Mahmood dan Sheridan untuk menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dan internet, melihat otoritas keagamaan (religion authority) ulama perempuan NU di media baru.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa sejarah terbentuknya NU terdiri dari sekelompok ulama tradisional yang telah menyepakati terbentuknya organisasi NU pada tahun 1926. Lahirnya NU telah di dominasi oleh ulama dan beberapa pedagang laki-laki. Namun dalam perjalanan organisasi, perempuan NU juga mendapatkan ruang untuk ikut andil dalam struktur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), mengakses pendidikan dan mengikuti organsiasi, yang dapat memunculkan otoritas keagamaan (religion authority) dalam menyampaikan ajaran Islam di pesantren dan di publik. Dengan adanya media baru, ulama perempuan NU mulai membangun identitas diri sebagai pemimpin agama perempuan (female preacher).
Media baru menjadi salah satu faktor pendukung lahirnya ulama perempuan (women movement) NU melalui aktivitas keagamaan di dunia maya. Media baru menjadi saluran bagi perempuan NU untuk menampilan identitas dan berkontestasi sebagai penceramah agama. Seperti lahirnya Nyai selebriti, mubaligah, ustazah yang melakukan ngaji online, ceramah online dan mengeluarkan fatwa dengan tanya-jawab melalui akun media sosial pribadi. Media baru memberikan ruang yang luas dan independen bagi ulama perempuan NU untuk mengklaim otoritas keilmuan (knowledge authority) melalui media baru. Bagaimana media menjadi ruang untuk perempuan NU membangun otoritasnya sebagai ulama perempuan yang memiliki pengikut, mempunyai peran dan fungsi untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, secara masif telah memproduksi wacana keislaman moderat dan tidak bias gender.NIM 17200010115 Anifatul Jannah2019-12-18T03:27:24Z2019-12-18T03:27:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37062This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/370622019-12-18T03:27:24ZDIRI YANG MENGALAMI DALAM LUKISAN DEWI CANDRANINGRUM: KAJIAN FEMINISME DALAM SENI RUPAKekerasan secara seksual terhadap perempuan di Indonesia secara massif terjadi pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada tahun 1941-1945. Perempuan dengan usia muda diculik, diperkosa dan dipekerjakan secara paksa di kamp-kamp militer tentara Jepang sebagai pelayan seksual atau „Ianfu‟. Setidaknya satu orang „Ianfu‟ akan melayani 30-40 orang tentara dalam sehari, hal ini menyebabkan banyak dari „Ianfu‟ yang menderita penyakit, rahim rusak dan bahkan meninggal dunia. Pecahnya 1 Oktober perempuan (Gerwani) dituduh menjadi aktor utama pembunuhan para Jenderal dan menyayat kemaluan, mencongkel mata Jenderal-jenderal tersebut. Ada banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengungkap kebenaran dan hak-hak hidup perempuan „Ianfu‟ dan Gerwani atau 65, salah satunya adalah Dewi Candraningrum. Melalui lukisannya, ia ingin menyuarakan korban kekerasan seksual yang terjadi pada PD II dan 1965/66. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa yang ingin disampaikan pelukis dan bagaimana representasi lukisan Dewi tersebut.
Penelitian ini menggunakan teori politik seksual yang kemudian digabungkan dengan poststruktural dan juga teori patriarki untuk melihat makna lukisan Dewi Candraningrum. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan pertanyaan terbuka tanpa terstruktur. Selanjutnya penelitian ini terdiri dari lima langkah, yakni; memilah dan menyusun data, mengelompokkan, mengkoding data sesuai kategori, mendeskripisan kategori, kemudian menginterpretasikan data baik berupa gambar dan hasil wawancara.
Hasil penelitian ini meliputi; lukisan Dewi Candraningrum baik „Ianfu‟ maupun perempuan 65 merupakan dokumentasi, dan merupakan upaya untuk menyuarakan perlawanan kekerasan seksual terhadap perempuan. Lukisan-lukisan yang dilukis oleh Dewi Candraningrum tidak lepas dari pengalaman pribadi pelukis sendiri. Lukisan ini juga merupakan salah satu cara mengadvokasi para penyintas korban kekerasan seksual, baik kekerasan tentara Jepang maupun kekerasan 1965/66, seperti menginformasikan kepada pemerintah apa-apa yang kemudian dibutuhkan penyintas. Selanjutnya, dalam melukis penyintas ini Dewi Candraningrum menggunakan warna cerah. Baginya ini penting untuk menggambarkan semangat para penyintas meskipun hidup dalam kesulitan, ia lebih menekankan pada garis wajah lukisannya, bagaimana para penyintas hidup dalam label-label yang dilekatkan kepada mereka.NIM: 17200010047 Peppy Angraini, S.Hum.2019-11-04T08:57:50Z2019-11-04T08:57:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36591This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/365912019-11-04T08:57:50ZTHE HERMENEUTIC THOUGHTS OF ASHGAR ALI ENGINEER IN
THE INTERPRETATION OF FEMINISMUsing hermeneutic as a method and approach in systematic interpretation of al-Qur’an had begun
during contemporary period. The reality and fulfillment of the academic standard had pushed
contemporary Muslim scholars used the method. Asghar Ali Engineer was one of the Muslim scholars
who supported hermeneutic in the study of Qur’anic exegesis on feminism. This article examined the
impacts on how feminism in Engineer’s hermeneutic exegesis of the Qur’an played significant role in
the Qur’anic exegesis studies. He was placed at the same position with other contemporary Muslim
scholars. His popularity as a Muslim feminist had been well-known mainly on his interpretation of the
Qur’an about feminism. According to Engineer, the interpretation of the Qur’an had to consider three
concepts, “the freedom of al-Qur’an,” “the spirit of the Qur’an against Patriarchy,” and “the classified
Qur’anic verses and sociological normative.” Engineer offered three sources when interpreting al-
Qur’an; namely, text, context, and perspective. The Engineer interpreted Qur’anic verses about gender
at QS. an-Nisa: 1; 3, and 34 by applying these concept, methoda nd sources.
Keywords: Hermeneutic, Feminist, Qur’anic Exegesis, and Interpretation.
Abstrak
Penggunaan hermeneutika sebagai sebuah metode dan pendekatan dalam penafsiran al-Qur’an
secara sistematis baru muncul pada masa kontemporer ini. Kesadaran akan hadirnya realitas
kekinian dan pemenuhan standar ilmiah telah mendorong para tokoh Islam kontemporer untuk
melakukan hal tersebut. Asghar Ali Engineer adalah salah seorang tokoh feminis muslim
yang mendukung keberadaan hermeneutika dalam kajian tafsir. Kajian ini ingin mengkaji
bagaimanakah pengaruh hermeneutika feminisme dalam pemikiran tafsir Asghar Ali Engineer.
Keradaan seorang Engineer dalam kajian tafsir al-Qur’an telah menempatkannya sebagai
tokoh Islam kontemporer yang sejajar dengan tokoh Islam kontemporer lainnya. Lebih dari
itu, ketokohannya dalam bidang feminis juga memberi andil bagi perkembangan pemikirannya
dalam bidang tafsir. Konsep metodologi yang dikemukakannya dalam kajian tafsir adalah
mengacu kepada tiga hal yakni konsep pembebasan al-Qur’an, anti patriarkhi, dan klasifikasi
ayat menjadi normatif dan sosiologis. Sedangkan yang dijadikan sumber dalam penafsiran
al-Qur’an adalah teks, konteks, dan perspektif. Mengacu kepada konsep dan sumber tafsir
terebut, Engineer telah menerapkannya terhadap ayat-ayat al-Qur’an, terutama ayat-ayat
yang berbicara tentang gender, yakni ayat tentang penciptaan perempuan (QS. an-Nisa’:1),
nusyuz (QS. an-Nisa’:34), dan poligami (QS. an-Nisa’:3).
Kata Kunci: Tafsir, Hermeneutika, dan Feminisme.- IRSYADUNNAShttp://digilib.uin-suka.ac.id/36583/1.hassmallThumbnailVersion/cover%20bunga%20rampai%20sosioligi%20agama%20revisi_ok%20%281%29.jpg2019-10-30T03:33:54Z2019-10-30T03:33:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36583This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/365832019-10-30T03:33:54ZMetodologi Penelitian Sosiologi Agama Berperspektif GenderPeraturan Pemerintah (PP) No 30 Tahun 1990, khususnya dalam Pasal 3, ayat (1) menyatakan: “Perguruan Tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi dan penelitian serta pengabdian pada masyarakat.” Oleh karena itu penelitian merupakan salah satu hal penting yang harus diimplementasikan baik bagi para dosen maupun mahasiswa di suatu perguruan tinggi (PT). Dosen dan mahasiswa merupakan dua aktor penting dalam menentukan keberlangsungan kehidupan PT. Dosen, sebagai unsur utama dalam PT dituntut untuk memenuhi ketiga hal tersebut, yaitu tugas mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat. Dengan melakukan penelitian, berarti dosen telah melaksanakan salah satu kewajiban Tri Dharma PT. Hal lain yang akan diperoleh dengan penelitian tersebut antara lain dia akan bertambah wawasan dan pengetahuannya sehingga menjadi seorang dosen yang up to date dan bisa mengikuti perkembangan kekinian. Selain itu dia juga akan mendapatkan poin kredit yang dapat meningkatkan angka kredit sebagai usulan dalam kenaikan pangkat atau golongannya.Rr. Siti Kurnia Widiastuti2019-08-13T02:43:00Z2019-08-13T02:43:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36314This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/363142019-08-13T02:43:00ZISU SENSITIVITAS GENDER DALAM KORPS HMI-WATI
CABANG YOGYAKARTA PERIODE 2007Perbedaan gender tidaklah menjadi suatu persoalan selama perbedaan itu
tidak menimbulkan ketidakadilan dan penindasan. Namun, kenyataan menunjukan
adanya rcalitas kctcrtindasan. Organisasi yang menghcndaki suatu perubahan
sosial, seharusnya menjadikan paradigma kesetaraan gender sebagai pijakan
organisasi. Skripsi dengan judul Gender Dalam Organisasi KOHATI HMI Cabang
Yogyakarta tahun 2007 ini bertujuan untuk mengetahui pandangan organisasi
KOHATI tentang gender dan realisas~nya yang tercermin dalam organisasi
KOHATI.
Tentang sudut pandang gender dan realisasi kesetaraan gender dalam
penelitian ini mcnggunakan pendekatan gender. Data yang diperoleh meliputi data
primer yang merupakan data dokumentasi dan wawancara. Sedangkan data
sekundernya dari hasil observasi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu dengan pencarian dokumen pedoman dasar dan basil keputusan organisasi,
wawancara terhadap pengurus dan oservasi. Analisis data yang dipakai dengan
menggunakan analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, pandangan gender organisasi
KOHATI menunjukan pada organisasi yang sensitif geder, seperti pandangan
organisasi KOHA TI tentang masalah aborsi dan buruh migran perempuan.
Namun, dalam implementasi kesetaraan gender pada aspek akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat [APKM] dalam struktur organisasi dan sistem pengambilan
kebijakan organisasi, KOJ-IATI tidak konsisten dengan apa yang menjadi
pandangannya. lmplementasi APKM dalam sistem komunikasi dan budaya
organisasi, menunjukan konsistensinya sebagai organisasi yang sesuai dengan
pandanganya. Sislcm komunikasi yang dimaksud adalah sistem yang tercermin
dalam kescmpatan yang lcrbuka antar pengurus dan akscs anggota, dengan
dibentuknya penanggung jawab di komisariat. lmplemcntasi budaya keseharian
organisasi yang digunakan scsama pengurus maupun anggota tidak
mendiskriminasikan.NIM. 02521229 ENDAH CAHYA IMMAWATI2019-08-01T03:19:41Z2019-08-01T03:19:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35816This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/358162019-08-01T03:19:41ZHOMOSEXUALITY ISLAM AND HUMAN RIGHTS PERSPECTIVESSetiap manusia yang hidup di dunia ini semestinya mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan
kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Namun demikian realitasnya tidak seperti itu. Kelompokkelompok
marginal seperti kelompok LGBT akan banyak mendapatkan diskriminasi. Bahkan
pendiskriminasian itu sering dilegitimasi sebagai kutukan Tuhan di dunia. Tulisan ini akan
mendiskusikan bagaimana Islam dan ummat Islam melihat fenomena homoseksualitas baik
dari sisi teologis maupun sosiologisnya. Kelompok yang tidak setuju dengan keberadaan kaum
gay ini, berargumen bahwa itu adalah penyimpangan sedangkan kelompok yang peduli melihat
bahwa untuk menjadi gay, waria ataupun lesbi bukanlah pilihan dia tetapi itu juga pemberian
dari Tuhan, karena itu tidak adil jika mereka diperlakukan tidak adil dari apa yang terjadi pada
mereka yang sebenarnya mereka tidak minta. Perbedaan ini tidak lepas dari pendekatan yang
digunakan dalam memahami text-text keagamaan.Alimatul Qibtiyah2019-08-01T03:18:06Z2022-09-06T03:38:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35806This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/358062019-08-01T03:18:06ZMAPPING OF MUSLIMS’ UNDERSTANDINGS
ON GENDER ISSUES IN ISLAM AT SIX
UNIVERSITIES IN YOGYAKARTA, INDONESIAThere is considerable disagreement among Muslims in how Islam says aboutmany gender issues. One factor that influences the ways in which people
understand gender issues in Islam and deal with the associated controversy
is the approach they take when reading and interpreting Islamic texts. Some
research has been done on the variety of thoughts on Islamic studies, but
mapping thoughts comprehensively on gender issues not yet explored. This
paper maps the Muslims’ understanding of six contentious gender issues in
Islam into three approaches: textualist/conservative, semi-textualist/moderate,
and contextualist/progressive approaches. I document the diversity of thought
among feminist and non-feminist Muslim intellectuals on gender issues (in the
light of their faith) using documentation and in-depth interview techniques.
25 respondents (male and female) from six universities in Yogyakarta were
selected in this research. Textualist/conservative and contextualist/progressive
scholars show the most strongly contrasting views on gender issues in Islam.
Semi-textualist/moderates present their views relatively flexibly: sometimes their
views match those of the textualist/conservatives: sometimes they align closely
with the contextualist/progressives. Based on their views and the arguments
they present, semi-textualist/moderates’ and contextualist/progressives’ views
seem close to the stance adopted by many Islamic Feminist.
[Masih terdapat perbedaan pendapat antar umat Islam memahami isu gender.
Salah satu faktor berpengaruh dalam pemahaman isu gender pada Islamadalah hal kontroversial dalam pendekatan pembacaan dan penafsiran teks
agama. Beberapa penelitian telah mengkaji keragaman dalam pemikiran
keislaman, namun pemetaan pemikiran secara komprehensif mengenai isu
gender belum banyak. Tulisan ini memetakan pemahaman para feminis
tentang enam isu gender dalam Islam di tiga kelompok (1) tekstual –
konservatif, (2) semi tektual – moderat, dan (3) kontekstual – progresif.
Artikel ini mengambil lapangan di 6 universitas Yogyakarta dengan
wawancara lebih dari 25 informan laki – laki dan perempuan baik feminis
dan non feminis. Kelompok tektualis dan kelompok kontekstual merupakan
dua kelompok yang saling bertentangan dan kelompok semi tekstual lebih pada
fleksibel. Terkadang pandangan ke tiga kelompok bergeser saling mendekat
dan menjauh. Berdasarkan pandangan dan argumentasi ke tiga kelompok
tersebut, semi tektual dan kontekstual menggambarkan kecondongan lebih
banyak pada adopsi feminis muslim].Alimatul Qibtiyah2019-07-29T02:21:32Z2019-08-21T02:33:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35779This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/357792019-07-29T02:21:32ZSENSITIVITAS GENDER DAN ASERTIVITAS BERKOMUNIKASI DALAM BERDAKWAHIsu Gender dan komunikasi saat ini penting untuk diperhatikan
oleh para ilmuwan dan praktisi dakwah. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya perubahan masyarakat kita yang mengikut
perkembangan zaman. Jika dulu masih ada istilah pekerjaan laki-laki
dan pekerjaan perempuan, maka saat ini pekerjaan itu tidak berjenis
kelamin kecuali yang bersifat kodrati- hamil, melahirkan, menyusui, dan
membuahi. Masyarakat yang memahami fleksibilitas peran gender di
keluarga dan masyarakat semakin bertambah. Dengan bertambahnya
pemahaman masyarakat tentang isu kesetaraan gender tersebut sudah
semestinya para ilmuwan dan praktisi dakwah memahami bagaimana
konsep gender terse but. Selain itu, semakin menguatnya tradisi demokrasi
di masyarakat maka akan semakin menguat cara berkomunikasi yang
asertif (cara berkomunikasi yang tidak agresif dan submisif). Cara
berkomunikasi yang asertif mengedepankan toleransi, terbuka, berani
dan menjaga etika, sehingga terjadi komunikasi yang efektif dan solutif.Alimatul QibtiyahAhmad IzudinBayu Mitra A. Kusuma2019-04-05T07:49:37Z2019-04-05T07:53:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34380This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/343802019-04-05T07:49:37ZHadith, Justice, and Gender Equality: Indonesian Progressive
Muslims’ ThoughtThis article explores Indonesian progressive Muslims’ thought on Hadith and gender. It
particularly focuses on analyzing the following questions. 1) What is the construction
of the Indonesian progressive Muslims’ thoughts on Hadith and gender? and 2) What
is their Hadith hermeneutics; i.e., methods, principles, approaches? The thinking and
the works of two prominent Indonesian Muslim reformers, Husein Muhammad and Siti
Musdah Mulia, who have significantly contributed to the contemporary development of
Islamic intellectualism and gender justice in Indonesia, will be explored in this study. Both
Muhammad and Mulia essentially question the authenticity of the misogynist Hadiths as
they contradict with the principles of gender equality and justice established in the Qur’an and the Prophet’s tradition. Accordingly, both have called for a reformation in understanding
the Hadiths in favour of gender equality and justice. It is fundamental that the Hadiths
have to be understood within their socio-historical context. Their hermeneutics lie in the
analysis of the chain of transmitter (naqd al-isnad) and the substance of Hadith’s wordings
or reports (naqd al-matn). These are not relatively new although previous Hadith scholars
have used such methods with some limitations
Keywords: Gender, hadith, Indonesian Progressive
Muslims, Islamic intellectualismEma Marhumah2019-04-04T01:21:31Z2019-04-04T01:21:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33911This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/339112019-04-04T01:21:31ZHUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN DUNIA TERBALIK RCTI DENGAN PEMAHAMAN GENDER KALANGAN IBU-IBU DUSUN NGENTAK, SAWANGAN, MAGELANG, JAWA TENGAHDalam media televisi fungsi-fungsi televisi akan dikemas dalam bentuk program siaran yang akan disiarkan kepada penikamat televisi secara luas. Salah satunya program hiburan atau infotaiment . program hiburan terbagi menjadi program drama dan program non drama.Dunia Terbalik merupakan sebuah tayangan sinetron yang tayang setiap hari pukul 19.30-22.00 WIB dan merupakan tayangan sinetron yang ditonton bagi ibu-ibu Dusun Ngentak, Sawangan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan survei dan menggunakan data primer yang diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner. Tekhnik penggambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 47 responden pada ibu-ibu dusun Ngentak Sawangan Magelang Jawa Tengah. Tekhnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi Linear Sederhana hasil penelitian ini yaitu Intensitas menonton berpengaruh signifikansi terhadap pemahaman gender pada ibu-ibu dusun Ngentak Sawangan Magelang Jawa Tengah sebasar 0,335 atau 33,5%. Pengujian hipotesis intensitas secara stimulan menunjukkan F hitung lebih besar dibandingkan F tabel taraf signifikansi 0,05 yaitu 22,679 >4,05 < ,000 sehinga H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara variabel Intensitas menonton dengan Variabel Y pemahaman Gender ibu-ibu dusun Ngentak Sawangan Magelang Jawa Tengah dengan tingkat korelasi sedan.NIM. 12210104 Khansa Dhia Kurnia Dewi2019-04-01T03:17:41Z2019-04-01T03:17:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34264This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/342642019-04-01T03:17:41ZSosiologi Tubuh dan Busana MuslimahThis paper aims at exploring sociological theories of body as an alternative approach for developing interdisciplinary Islamic studies. Three importants poinst are made trough reviewing relevant theories and literatures. First, it offers understanding of the new development in sociological theories of the body. Second, it gives emphasize on, and elaborates, the theory of docail body, which was initially developed by Michel Foucault. Third, it will analyze the Panduan Busana Muslimah book as a sample of how to use the theory of body to study one of the most prominent Islamic symbols of Islamic revivalism, the jilbab.
[Artikel ini bertujuan untuk menawarkan teori tubuh sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam kajian Islam interdisiplin, yang sering kita sebut sebagai pendekatan integrasi-interkoneksi. Untuk mencapai hal dimaksud, tiga aspek akan dibahas secara mendalam. Pertama, makalah ini menjelaskan teori-teori baru yang berkembang dalam sosiologi tubuh. Kedua, makalah ini menekankan pentingnya teori docail body yang digagas oleh Michel Foucault. Dan ketiga, makalah ini memberikan contoh aplikasi singkat bagaimana teori tubuh itu dapat digunakan untuk menganalisis salah satu fenomena revivalisme Islam.]Arif Maftuhin2019-03-18T08:20:21Z2019-03-18T08:20:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33924This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/339242019-03-18T08:20:21ZKONSEP GENDER DALAM SINETRON “DUNIA TERBALIK”Semakin berkembangnya industri pertelevisian di Indonesia, membuat banyak bermunculan stasiun televisi baru dengan berbagai macam program tayangan. Seperti program acara sinetron, yang saat ini sangat banyak diminati oleh pemirsa televisi, salah satunya yaitu Sinetron “Dunia Terbalik”. Sinetron “Dunia Terbalik” diproduksi oleh MNC Pictures dan disutradarai oleh Iip S. Hanan. Sinetron ini jika dipahami lebih dalam, tidak hanya sekedar tayangan sinetron yang memiliki unsur comedy, religi, dan sosial saja, namun juga terdapat muatan nilai atau isu gender dalam konsep dan alur ceritanya.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis diskriptif-kualitatif. Pemilihan metode tersebut yang didasarkan pada jenis data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu mendiskripsikan konsep gender terkait peran, status, kodrat dan pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan dalam sinetron “Dunia Terbalik”. Sedang analisis yang digunakan adalah analisis semiotik model Roland Barthes.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan empat isu gender terkait peran, status, kodrat, dan pengambilan keputusan, yang dianalisis berdasarkan teori dari Alimatul Qibtiyah tentang gender dalam Islam terkait konsep gender Literalis, Moderat, Progresif. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam sinetron “Dunia Terbalik”, kelompok Literalis lebih mendominasi, dengan kata lain lebih banyak terlihat. Sebagaimana digambarkan oleh tokoh Akum, Koswara dan seperti yang disampaikan tokoh Ustadz Kemed. Kemudian terdapat juga kelompok Progresif terkait ‘peran’, yang di gambarkan pula oleh tokoh Akum, Esih, Aceng, dan Ibu-ibu yang bekerja di ladang.NIM. 13210071 M. WAHIDURROHMAN2019-03-18T03:52:53Z2019-03-18T03:52:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33905This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/339052019-03-18T03:52:53ZANALISIS WACANA PEMBERITAAN KASUS
PENGANIAYAAN ANAK OLEH IBU TIRI DALAM
KORAN JAWA POSThe reporting of criminal cases involving women, both as
perpetrators and victims, often derailed from neglecting the journalistic
code of ethics. The news does not only contain facts concerning
criminal matters, but is also affixed with gender bias stereotypes from
patriarchal ideologies that harm women. In August 2018, cases of child
violence committed by a stepmother in Surabaya rose to the public.
Jawa Pos Surabaya made this case as Metropolis headline for two
weeks. This research is entitled "Discourse Analysis Reporting Cases
of Child Abuse by Stepmothers in Jawa Pos Newspaper". The research
aims to determine the construction of women's discourse and the
positioning of women in the presence of patriarchal ideology and
ideology of equality.
This study used descriptive qualitative method. Data analysis
used was a Sara Mills discourse analysis to reveal the representation of
women suspected of child abuse in the news text. The data collection
technique used is the study of the primary data documentary in the
form of news of child abuse in the August-September 2018 edition of
the Jawa Pos newspaper in nine news items.
From the results of the study, the researchers found that Jawa
Pos positioned the step mom as objects and constructed her as number
two creatures after men who did not have the authority to determine
their own destiny. Jawa Pos also labeled women suspected of child
molestation as a symbol of bad and materialistic women. In this way,
Jawa Pos treats the gender relations inequality and positioned women
in patriarchal ideology.NIM. 12210031 Rifai Asyhari2019-03-06T02:41:49Z2019-03-06T02:41:49Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/33590This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/335902019-03-06T02:41:49ZPEREMPUAN MENYUSUI DI RUANG PUBLIK:
STUDI KARYAWATI DI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTAAt State Islamic University of Sunan Kalijaga, it can be observed there are
many official employees who successfully have given exclusive breastfeeding
notwithstanding there has been no breastfeeding-room yet. Therefore this research
will discuss about how official employees give exclusive breastfeeding without
facility after maternity leave. Specifically these research problems are firstly how
do the power relation happen on campus? Secondly how do official employees, at
UIN Sunan Kalijaga, give exclusive breastfeeding after the end of maternity
leave? Thirdly what is the factors which can urge the exclusive breastfeeding, and
what is the obstacle of it?
To answer these questions, this research used Hanna Arendt’s theory—
public space--strategy and tactic theory of Michael de Certeau, and Fritz Heider’s
theory of attribute. These theories had been seriously useful to observe how
official employees, at UIN Sunan Kalijaga, give exclusive breastfeeding after the
end of maternity leave without breastfeeding-room. It is field research which used
a social-anthropological approach and three collecting methods of data, such us,
observation, interview, and documentation. It also utilise snowball sampling
technique to seek an informant so its technique can facilitate researcher to find
some official employees giving it. Data validity was done by triangulation, and
analyzed descriptively-analytically.
The result of this research shows facts. Firstly, the power relation of official
employees at UIN Sunan Kalijaga has been not equal yet, especially for woman
official employees. So far campus has not had a special regulation for female
official employees as public facility, but it is endeavoring to accommodate their
necessities—the availability of day-care for their child. Secondly, they use
creatively the certain tactics to give the exclusive breastfeeding after maternity leave
leave, for example, breastfeeding at musala (small mosque), workspace, toilet,
and library. Thirdly, the success of exclusive breastfeeding is not determined of
cleverness or skill and profession class, but it is determined by family support—
wahnan ‘ala wahnin—and day-care. The obstacle factors of it are the maternity
leave nervousness of female official employees, breastfeeding at workspace which
is considered as troublesome thing, and embarrassed sensation to do it at campus.NIM. 1520010058 SITI KHUZAIMAH2019-01-29T04:46:58Z2019-01-29T04:46:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32828This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/328282019-01-29T04:46:58ZPEREREMPUAAN PEMIMPIN PESANTREN (STUDI UMI WAHEEDA DI PESANTREN
AL ASHRIYYYAH NURUUL IMAN PARUNG, BOGORWoman as the top leader in pesantren remains unacceptable by some people in Indonesia. In fact, pesantren is identified with the power of Kyai or man as the founder, caregiver and leader. Hence, some pesantrens are not able to survive after Kyai passed away. The role of a woman is greatly weakened in the life of pesantren even though it has the highest position as experienced by Nyai Khoiriyah, the leader of Pesantren Seblak in Jombang. Contrary, in the case of Umi Waheeda at Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor shows that woman is actually able to run a pesantren and make it more advanced than before. Pesantren which in fact as the base of spreading the values of aditionalistpatriarchal Islamic teachings is often not to use the normative-textual point ofview to say that woman is only allowed to lead woman itself. Thus, a woman whobecomes top leaders in pesantren is considered against nature and opposite to thevalues of Islamic teachings.To answer that, the author uses the theory of Hildred Geertz which willshow that gender is not the only determinant factor of leadership and using otherleadership theories. This study focuses on how Umi Waheeda's ideological
awareness as a female leader of pesantren, her leadership typology and whatstrategy is being done in order to maintain the pesantren. The aim of this researchis to know the prospect of women leadership in Indonesia, especially in pesantren.This research is field research with Gender, Psychology and Anthropologyapproaches. Data were obtained through observation, interview anddocumentation methods. Informants were selected using the snowball samplingtechnique therefore it could reach a wealth of information resources during theresearch process. The validity of data is done by triangulation and analyzeddescriptively-analytically.This study shows 3 things first, the leadership of Umi Waheeda is notbased on ideological awareness of women able to lead. Thus, even if herleadership brings much progress in pesantren, it cannot be said as a women'sleadership that upholds the principle of equality, but operates only at the technicallevel underpinned by emergency factors. Second, she believe that the dominantmasculine character is an effective leadership model. In leading the pesantren thedominance of Umi Waheeda's masculine character is prominent, resulting in asignificant fear and subordination among the santri and pesantren boarders. Third,the strategy in transforming the santri field of training into basic income pesantrenhas succeeded in changing the face of pesantren. However, the role of women is
again placed in a weak position.NIM. 1620010038 Riska Dwi Agustin2018-12-13T07:51:27Z2018-12-13T07:53:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32015This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/320152018-12-13T07:51:27ZNORMA GENDER DALAM INTERPRETASI TEKS KEAGAMAAN SEBAGAI PEMBENTUK PANDANGAN TERHADAP PERNIKAHAN ANAK: STUDI KASUS DI PESANTREN AL-MUNAWWARAH YOGYAKARTAThe main reason of marriage for Muslim often uses religious belief because it will legitimate sexual intercourse, double rewards and other benefits. Religion does not regulate specifically the ideal age to get married and to be able to follow one of the prophet traditions. It is therefore important to study on the process of legitimatization of minimum age and how it has been discussed in religious communities. In this case Pesantren Al-Munawwarah Yogyakarta became the research locus. This thesis focuses on the legitimacy of minimum age in pesantren. The research subject includes the leaders of pesantren (Nyai and Kiai), Ustazah, Ustaz, female and male santri. The interpretation of the sacred text, religious doctrine, environment and social life contributes to the decision to practice child marriage.
To investigate this case of marital age, the author uses descriptive qualitative method. The method to gather the data includes observation and documentation, such as books and pieces of verses taught in Pesantren Al-Munawwarah. The research also employs semi-structural in-depth interviews in examining the perception and practice of child marriage in pesantren. The research refers to Paul Ricoeur's interpretation theory to approach the phenomenon. Furthermore, the analysis method of data uses a Yin qualitative data analysis method, which consists of five stages of the research: arranging data, unpacking data, rearranging data, interpreting data, and concluding data.
This thesis finds that textual interpretation of pesantren community contributes to the perception and the culture and practice undertaken by pesantren community. The decision to practice child marriage based on several considerations: (1) religious belief, (2) philosophical insights, (3) ethical considerations and (4) religious beliefs that embedded in the culture. Supporting factors that formulate the practice of child marriage: (1) interpretation of religious teachings, (2) religious norms and (3) family, social and cultural. Lastly, there is a gender norm that perpetuates the practice of child marriage in pesantren. The main issue of this problematic gender norms is patriarchal interpretation. Therefore, contextual interpretation on the texts on child marriage issue is the solution in order to changing the patriarchal perception and decreasing the percentage of child marriage practice in pesantren.NIM. 1520010095 UNSIYAH SITI MARHAMAH2022-07-06T04:33:37Z2022-07-06T04:35:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1839This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18392022-07-06T04:33:37ZPEREMPUAN DALAM AL-QUR'A N (Studi Terhadap Pemikiran Muhammad Al-Gazalli)ABSTRAK Diskursus perempuan dalam teks dan konteks, tidak pernah sepi dalam kajian maupun penelitian, baik dalam wacana klasik maupun kontemporer. Al-Qur'an yang diharapkan menjadi satu-satunya pembela yang adil bagi perempuan sering dibekukan oleh 'kepentingan' maupun tradisi yang 'kolot'. Sehingga nilainilai dasar (dari al-Qur'an) sebagai corong pengaman bagi perempuan seolah-olah bisu dan tidak bersuara. Degradasi status sosial perempuan dan 'pengebirian' peran dalam gelanggang aktifitas baik dalam keluarga (domestik) maupun dalam masyarakat (publik) masih menyisakan luka diskriminasi. Muhammad al-Gazali, mengupas problematika tersebut dengan menghadirkan dan menyuarakan kembali pembelaan al-Qur'an untuk perempuan. Back ground-nya sebagai seorang teolog dan da'i bukan seorang feminis atau pemerhati gender, membawa nuansa tersendiri dalam menentukan pandangannya.
Penelitian ini merupakan kajian pustaka dengan sumber primer kitab Qadaya al-Mar'ah Baina al-Taqalid al-Rakidah wa al-Wafidah dengan beberapa sumber sekunder seperti Sunnah Nabi Saw. Menurut Ahli Fiqh dan Ahli Hadis, Nahwa Tafsir Maudu'I Li Suwar al-Qur'al-Karim dan lain-lain. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Penelitian ini dikaji dengan metode deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analisis) dan analisis gender.
Pandangan-pandangan al-Gazali tentang perempuan mendeskripsikan nilai-nilai dasar al-Qur'an, bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam status ontologis, sama-sama sebagai mahluk yang memiliki hak dan kewajiban, keduanya adalah sebagai mitra sejajar yang sama-sama memiliki daya intelektualitas dan spiritualitas. Begitu juga dalam hak berperan dan berprofesi.
Perempuan dalam status dan perannya dalam keluarga, al-Gazali memposisikan perempuan sebagai saudara, sahabat abadi dan mitra sejajar dari seorang laki-laki, baik dalam status anak, istri maupun ibu. Sehingga perempuan memiliki nilai peran yang sama dalam mendukung terciptanya tujuan risa lah pendidikan keluarga yang tauhidi, dan mendukung terwujudnya misi sosial keluarga. Sedangkan pandangannya tentang status dan peran perempuan dalam masyarakat, ia men-support kaum perempuan untuk aktif dan berperan serta dalam wilayah publik, yaitu berperan serta membangun umat dan agama.
Pandangan-pandangan al-Gazali menghindari sikap fanatisme mazhab, ia berprinsip dengan orientasi kemaslahatan, walaupun pandangan-pandangannya sendiri sering kontroversial dan nyaris diskriminatif. Namun demikian, ide dan pandangannya cukup kritis dan progresif, yang diharapkan dapat aplikatif. Memberikan keluwesan untuk peran perempuan dalam menghadapi kerasnya proses transisi segala budaya menuju modernisme Islami.NIM.: 02531223 Nurlaelah2023-07-21T02:49:37Z2023-07-21T02:50:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6528This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65282023-07-21T02:49:37ZPEREMPUAN DALAM MEDIA MASSAABSTRAK Hampir tiap tahun berita penyiksaan TKW selalu menjadi headline di media massa baik cetak maupun elektronik. Berbagai kasus penyiksaan TKW ini kembali mencuat di media setelah Sumiati TKW asal Dompu yang disiksa oleh majikannya di Saudi Arabia dengan cara sangat sadis pertama kali diberitakan pada pertengahan bulan November akhir tahun lalu. Kasus penyiksaan Sumiati banyak mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan masyarakat terutama oleh kalangan media baik cetak maupun elektronik. Meskipun sebelumnya sepanjang tahun 2010 juga terdapat banyak pemberitaan mengenai penyiksaan TKW. Republika yang merupakan Harian Umum Nasional dan secara terbuka mendefinisikan dirinya sebagai koran Islam pun memberikan porsi yang cukup pada kasus penyiksaan TKW ini. Kasus penyiksaan TKW ini muncul pertama kali menjadi headline di Republika pada tanggal 18 November 2010 dan terus menjadi headline pada tanggal 19-20, 22-26, 29-30 November dan 3, 9, 20 Desember 2010. Oleh karena latar belakang diatas penulis merasa perlu adanya penelitian yang lebih mendalam terhadap SKH Republika dalam mewacanakan isu penyiksaan TKW dalam pemberitaannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu metode dokumentasi. Dalam pengolahan data ialah dengan menggunakan metode analisis wacana konsep Sara Mills. Konsep Mills ini yaitu bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks, baik yang menjadi subyek penceritaan maupun yang menjadi obyek penceritaan. Hal ini akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlukan dalam teks secara keseluruhan. Selain itu juga memusatkan perhatian bagaimana pembaca mengidentifikasikan dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks.
Hasil dari penilitian diperoleh bahwa SKH Republika mewacanakan kekerasan fisik terhadap TKW murni sebagai penganiayaan. Penulis tidak menemukan adanya bias gender pada berita kekerasan fisik, psikologis, ekonomi mupun seksual. Hal ini, dapat dilihat dari bentuk berita yang disajikan, juga pemilihan narasumber. Dan yang terpenting adalah pencerita/subjek berita kekerasan fisik berasal dari keluarga korban selain itu juga berasal dari pihak yang berwajib misalnya perwakilan RS tempat korban dirawat yang tentunya memberikan data kepada wartawan sesuai dengan fakta. divNIM.: 07210025 AYU FARCHATUL ISLAMI2023-07-28T03:17:27Z2023-07-28T03:18:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6302This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63022023-07-28T03:17:27ZEKSPLOITASI PEREMPUAN DALAM IKLAN (STUDI ANALISIS SEMIOTIK IKLAN L-MEN VERSI EYES ON YOU, TRUST ME IT WORK DAN DREAM ON MAN)ABSTRAK L-MEN versi eyes on you, trust me it works, dan dream on man peneliti angkat karena iklan-iklan tersebut merupakan iklan dengan target sasaran laki-laki, sehingga berpotensi adanya bias gender dalam hal bagaimana peran dan posisi sosial perempuan ditampilkan. Iklan ini menunjukkan adanya gejala eksploitasi terhadap tubuh perempuan, karena beberapa iklan tersebut menampilkan perempuan dalam ekspresi, sikap, tingkah laku perempuan yang menawarkan sensualitas/seksualitas dan terdapat pengambilan gambar yang hanya menunjukkan beberapa bagian tubuh vitalnya secara eksklusif. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut. sejauh manakah eksploitasi tubuh perempuan dalam iklan televisi L-MEN versi eyes on you, trust me it works, dan dream on man? Yang bertujuan Ingin mengetahui sejauh mana iklan televisi L-MEN versi eyes on you, trust me it works, dan dream on man, mengeksploitasi tubuh perempuan sebagai salah satu strategi pemasaran produk.
Penelitian ini mengunakan analisis semiotic dengan menggunakan metode penelitian ini adalah dekskriptif kualitatif, secara harfiah penelitian ini perempuan hanya dijadikan objek semata, dan dalam realitas iklan hanyalah realitas semu yang dibagun oleh para kapitalis yang sengaja untuk untuk mempromosikan produk-produk. Melalui tanda-tanda yang dapat diamati secara visual, setiap frame dalam masing-masing versi iklan L-MEN versi eyes on you, trust me it works, dan dream on man sebagai bahan dalam penelitian ini, dapat dikaji dan ditafsirkan melalui konteks dan kepentingannya dengan memandang aspek latar budaya serta ideologi membentuk bentuk isi iklan-iklan tersebut.
Perempuan dalam iklan L- Men dapat disimpulkan bahwasannya dia hanya berperan sebagai pemanis, ia menonjolkan lengan, menonjolkan bibir, menonjolkan dada, menonjolkan pinggul, tidak hanya ditampilkan secara fisik semata mereka juga membuat perempuan jadi mudah tergoda laki-laki, dan agresif. menampilkan kondisi psikis perempuan dalam berbagai karakter seperti mudah tergoda laki-laki, seksi, bergairah. Dan dengan adanya shot-shot yang mengeksploitir beberapa bagian tubuh tertentu seperti rambut, alis, mata, bibir, pundak, dada (payudara), dan pantat, disertai bahasa tubuh dan ekspresi yang menunjang terbentuknya image seksi pada iklan ini. kemudian sensualitas perempuan dalam iklan ini juga telah mengungkap bahwa iklan yang juga membawa kepentingan ekonomi, ini seperti telah dikuasai semacam libidonomic iklan. divNIM.: 06730003 PUJI SUKISWANTI2023-07-28T07:26:34Z2023-07-28T07:27:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6280This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62802023-07-28T07:26:34ZPERSEPSI SANTRI TENTANG WACANA KESETARAAN GENDER (STUDI DI PESANTREN NURUL UMMAH KOTAGEDE YOGYAKARTA)ABSTRAK Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki- laki dan perempuan dari segi sosial budaya. Sementara sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki- laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Dalam masalah yang tertimpang dalam gender bukan hanya masalah individual atau domestik yang dapat diselesaikan secara individual dan tertutup, tetapi merupakan suatu masalah sosial yang menuntut permecahan yang terbuka, komprehensif, holistik, dan berkesinambungan. Demikian persoalan ketertimpangan gender dapat dijelaskan dengan persoalan ketidak setaraan sosial yang lebih luas lagi, yang dapat bersumber pada perbedaan gerak antara laki-laki dan perempuan di luar pesantren.
Dalam hal ini muncul ketidaksetaraan antara santri laki-laki dan perempuan dalam kegiatan estra yang ada di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Hal ini cukup menarik untuk mencermati ketidaksetaraan yang terjadi dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam pesantren. Dengan budaya patriakhi yang cukup kuat dalam Pesantren Nurul Ummah yang berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku santri dalam mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Adapun dalam hal ini yang menjadi titik permasalahan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang menyangkut tentang persoalan sosial pesantren dalam onteks gender.
Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi santri terhadap wacana kesetaraan gender, dan mengetahui ersepsi santri terhadap kegiatan exstre yang ada di pesantren, Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, dalam penulisan peneliti mengunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara yang ditunjukkan kepada santriwan/ti sebagai Informasi dalam penelitian ini. Selain wawancara, peneliti juga mengunakan metode observasi, dan dokumentasi. Analisis data penulis mengunakan pisau analisis gender, yaitu suatu analisis yang mempertanyakan ketidak setaraan dalam kegiatan rebana antara laki-laki dan perempuan.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pandangan para santri di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta tentang persepi gender itu meupakan suatu kodrat antara laki-laki dan perempua, sedangkan dalam ketidaksetaraan terdapat kegiatan estra yanga ada di pesantren antara laki-laki dan perempuan itu sama dan dalam kediatan yang ada di pesatren itu tidak menbedakan antara laki-laki dan perempuan. divNIM.: 07720016 FARIDATUN2023-09-19T04:15:46Z2023-09-19T04:17:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1236This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12362023-09-19T04:15:46ZPEREMPUAN DALAM TASAWUF (Kajian Atas Pemikiran Annemarie Schimmel)ABSTRAK Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah lingkungan global. Aktivitas manusia sekarang telah menandingi atau bahkan melampaui alam sebagai pelaku perubahan lingkungan global. Kekuatan alam untuk mengatur sistemnya sendiri yang telah berjalan milyaran tahun, kini dalam kondisi yang meragukan. Campur tangan manusia dengan seperangkat penemuan dan teknologinya telah turut campur mempengaruhi alam dan bahkan telah mengurangi daya keseimbangan alam. br br Kini, sejarah bergerak pada periode transisi dari kesadaran yang berkembang pesat mengenai konflik antara aktivitas manusia dan kendala-kendala lingkungan. Pandangan Modern yang telah menempatkan manusia sebagai sentral kehidupan dan revolusi industri, setidaknya telah berperan dominan atas terbentuknya pengetahuan dan sistem berpikir mekanistik, dimana alam dipandang sebagai mesin raksasa yang bebas dijarah. Akibatnya, daya dukung alam pun menipis. br br Konferensi internasional pada tahun 1972 di Stockholm menjadi titik kulminasi kegelisahan global atas kondisi lingkungan hidup. Berbagai tindakan dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Berbagai pemikiran dirumuskan untuk mengatasi krisis yang tidak sekedar krisis lingkungan, namun juga krisis moral dan peradaban. Semua bidang keilmuan, mulai dari biologi, geologi, ekonomi, sosial, budaya, etika, agama, dan sebagainya, telah mencurahkan perhatiannya kepada persoalan lingkungan dalam kajian akademis mereka. Arah baru dalam keilmuan diprioritaskan kepada pandangan yang integral-holistik. br br Yang lebih berwawasan lingkungan. Tidak terkecuali di bidang filsafat dan agama. Pembicaraan dan diskusi serius di kalangan para filosof tentang etika lingkungan, setidaknya telah memberikan jawaban atas kegelisahan manusia atas kondisi lingkungan yang ada. Disamping berusaha menyediakan seperangkat analisis dan sistem berpikir tentang hubungan manusia dan alam. Peran agama pun juga sangat besar. Ajaran agama yang berwawasan lingkungan dilahirkan dan dimunculkan untuk menyediakan seperangkat aturan dan norma tentang hubungan manusia dan alam. br br Penulisan skripsi ini memakai pendekatan filsafat dengan metode analisis perbandingan. Perbandingan dalam penelitian ini menggunakan model komparasi simetris yaitu memulai perbandingan setelah masing-masing pandangan diuraikan secara lengkap. Yang kemudian akan dilanjutkan dengan analisis kritis berdasarkan argumen dan pendapat logis untuk menemukan karakteristik etis tersendiri dari pandangan-pandangan yang dikomparasikan. Dalam penelitian komparatif ini, penelitian ini hanya akan menggunakan tiga konsep komparasi; independensi, dialog, dan integrasi. br br Segala macam perhatian yang begitu besar dari berbagai kalangan yang diarahkan untuk mengembalikan keseimbangan bumi, mempertahankan dan melestarikan daya dukung lingkungan, kesemuanya itu demi menjaga dan menyelamatkan keberlanjutan kehidupan di muka bumi ini. Juga, setidaknya telah membuktikan kerinduan manusia akan ketenteraman dan kedamaian. Perjalanan panjang manusia dan makhluk lain di muka bumi ini untuk memenuhi kebutuhannya, jangan sampai mengarah kepada kehancurannya sendiri. Setiap usaha yang dilakukan tetaplah mengarah kepada kesejahteraan dan kebaikan manusia. Dengan tujuan, mencapai perdamaian dunia, keberlanjutan bumi, serta keridhaan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.NIM.: 01510485 ABDUL KHOLIK