Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T09:41:56ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2024-02-13T03:25:07Z2024-02-13T03:25:07Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63678This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/636782024-02-13T03:25:07ZDIALEKTIKA INKLUSIF IMAN DAN KUFR DALAM PEMIKIRAN IBN ‘ARABI (Analisis Hermeneutika-Filosofis)Penelitian ini berangkat dari problem teologis tentang ima>n dan kufr. Para mutakallim dan sufi memiliki intrepetasi yang berbeda-beda terkait keduanya. Tak ayal, interpretasi makna iman dan kufr yang cenderung dogmatis-apologis menimbulkan konflik antar aliran atau firqah-firqah yang saling mengkafirkan satu sama lain. Hal ini menujukkan sikap eksklusif dan kecenderungan klaim kebenaran tunggal yang digaungkan oleh masing-masing aliran tersebut. Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibn ‘Arabi merupakan tokoh besar dalam tasawuf yang memiliki interpretasi tersendiri terkait dengan makna iman dan kufr dalam karya-karyanya. Penelitian ini lantas berfokus pada makna iman dan kufr dalam tasawuf Ibn ‘Arabi. Oleh karena itu pertanyaan penelitian yang muncul yakni : 1) Apa makna iman dan kufr dalam tasawuf Ibn ‘Arabi?, 2) Mengapa Ibn ‘Arabi menginterpretasikan keduanya?, dan 3) Bagaimana meaningful sense atau “makna yang berarti” dari kedua problem teologis tersebut? Urgensi penelitian ini terletak pada interpretasi ulang dan “penemuan kembali” makna ima>n dan kufr untuk kemudian menjadi alternatif pemahaman baru yang memiliki siginifikansi pada sikap dialektis-inklusif terhadap setiap perbedaan dan keragaman keyakinan dalam konteks saat ini. Penelitian dapat menjadi sumbangsih dalam khazanah diskursus keilmuan Islam, khususnya ilmu kalam dan tasawuf. Penelitian ini merupakan library research dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Metode deskriptif-analisis digunakan untuk membahas secara rinci makna ima>n dan kufr dalam tasawuf Ibn ‘Arabi, sedangkan metode hermeneutika dengan teori hermeneutika-filosofis dari Hans Georg Gadamer. Teori Gadamer yang digunakan yakni : 1) Effective History, dan 2) Pre- Understanding untuk meninjau alasan interpretasi Ibn ‘Arabi terhadap ima>n dan kufr. Lalu 3) Fusi Horison dan 4) Aplikasi untuk mencari meaningful sense dari makna iman dan kufr dalam tasawuf Ibn ‘Arabi. Rujukan utama penelitian ini adalah Futuhat al- Makkiyah dan Fusus al-Hikam. Hasil temuan dalam penelitian ini yakni : Pertama, makna iman dan kufr dalam tasawuf Ibn ‘Arabi pada intinya mengarah pada konteks keyakinan (i’tiqad) dan kewalian(walayah). Kedua,
alasan intepertasi Ibn ‘Arabi dapat ditinjau berdasarkan kritiknya
pada epistemologi rasional-reflektif dari ilmu kalam, penekanan sisi
lahiriah-batiniah dalam syari’at serta teorinya tentang tajalli al-
Haqq yang berkonotasi pada ranah i’tiqad dan walayah. Ketiga,
interpretasi atau hermeneutika skriptural Ibn ‘Arabi tentang makna
iman dan kufr menunjukkan meaningful sense berupa universalitas iman dan partikularitas kufr yang kemudian secara signifikan mengarah pada dua poin utama : 1)pemahaman kembali tentang keanekaragaman syari’at, 2)penghindaran sikap takfiriyyah.NIM.: 20205012010 M. Ikhbar Fiamrillah Zifamina2024-01-24T13:55:07Z2024-01-24T13:58:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63203This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/632032024-01-24T13:55:07ZKOMPREHENSIFITAS MAKNA KATA “IMAN” Kajian Semantik LeksikalArtikel ini membahas mengenai makna "iman", sebuah konsep utama dan penting dalam ajaran Islam. Kata "iman" memiliki "makna inti" dan "makna preiferal" dalam bentuk banyak sinonim, yang di antaranya adalah makna "membenarkan" atau tashdiq", dan "percaya". Makna inilah yang justru banyak digunakan oleh masyarakat. Padahal makna utama kata "iman" adalah "aman". Sebuah konsep dan panduan di dalam menciptakan "aman", "keamanan", atau "rasa aman" bagi setiap manusia. Namun, makna ini justru seperti tercerabut dari makna kata "iman", dan yang digunakan justru makna "membenarkan" atau tashdiq", dan "percaya", yang merupakan makna periferalnya.
Kata "iman" memiliki makna yang konprehensif sebagaimana ditunjukkan oleh makna-makna sinonimnya. Maknanya meliputi konsep dan panduan implementasinya menuju terciptanya "aman", "keamanan", atau "rasa aman" bagi setiap manusia.- Musthofa2023-07-12T03:22:48Z2023-07-12T03:22:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59819This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/598192023-07-12T03:22:48ZINTERAKSI AGAMA DAN TRADISI LOKAL (Studi Akulturasi dan Apropriasi dalam Bangunan Rumah Ibadah Masjid Agung Rantepao dan Gereja St. Theresia Rantepao di Toraja)The interaction between culture and religion in Toraja brings about social changes in various aspects of life. The cultured Toraja people get a new content of spirituality, while religion gets a new means to introduce the wealth of their faith. As a result of this interaction, the Toraja people are often confronted with clashes between traditions and religious teachings. Issues of culture and religious beliefs are one of the social problems encountered in today’s Toraja society. The pros and cons of using cultural symbols in the implementation of religious ceremonies are always a source of debate. This research examines the forms of religious and cultural interaction expressed in houses of worship in Toraja, namely the Great Mosque of Rantepao and the Church of St. Theresia of Rantepao, as the object of research. The three things that are the main studies are how the acculturation and appropriation of Islam and Catholicism in Toraja is in the house of worship at the Great Mosque and the Church of St. Theresia of Rantepao, what are the differences in the acculturation and appropriation of Islam and Catholicism in the Great Mosque of Rantepao and the Church of St. Theresia of Rantepao, and what are the cultural challenges and opportunities for Islam and Catholicism in Toraja. This research is qualitative research with a descriptive-analytic approach. The author approaches the object of anthropological research by using acculturation theories which view that there is always a mutual influence and adjustment between two cultures that meet. Research data was obtained from participatory observation, interviews, and documentation. This research is intended to find patterns of interaction between religion and culture. The process of interaction of religion and culture of Toraja has succeeded in forming a distinctive religious community in Toraja society, which practice religious teachings well but also uphold the cultural values that exist in society. The Great Mosque of Rantepao and the Church of St. Theresia of Rantepao are a form of acculturation of religious teachings regarding houses of worship and architecture of the Toraja people. The architecture of the Great Mosque of Rantepao and the Church of St. Theresia of Rantepao not only displays and takes into account the serenity and solemnity of the congregation when performing worship but also displays friendliness to the environment that upholds Toraja culture. The mosque and church buildings accommodate various symbols of the Toraja people. This study found that the acculturation process of Islam in the Great Mosque of Rantepao had reached the stage of accommodation and adaptation, while the acculturation process in the Church of St. Theresia of Rantepao came to the integration process. In addition, it was also found that the appropriation of the Great Mosque of Rantepao lies in the use of the longa (the roof of the building) and tongkonan (the traditional ancestral house) decorations, while the appropriation of the Church of St. Theresia of Rantepao can be seen in the use of alang (reed) as tabernacles which are decorated with reed ornaments.NIM.: 1630016019 Anthonius Michael2023-03-31T03:26:41Z2023-03-31T03:26:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57633This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/576332023-03-31T03:26:41ZMengenal Tuhan lewat Nahwu-- Muhajir- Cecep Jaenudin2023-02-08T02:38:01Z2023-02-08T02:38:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55948This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/559482023-02-08T02:38:01ZAl-‘Âlim Penerapan Manajemen Pengetahuan dan Data Mining sebagai Respon Keimanan atas sifat Al -AlimManajemen Pengetahuan dan data mining adalah bukti dari
kebermanfaatan atas kepemilikan pengetahuan yang dioptimalkan.
Pengetahuan yang teratur (manajemen pengetahuan) memberikan
manfaat bagi perusahaan. Selain itu, pemahaman atas kumpulan
data (data mining) sehingga mendapatkan pengetahuan di dalamnya
juga akan memberikan manfaat bagi pengambilan keputusan
bisnis yang efisien dan efektif.
Apabila dalam Surat Al-Mujâdalah Ayat 11 berpesan tentang
meningkatnya derajat orang yang berpengetahuan, maka
implementasi manajemen pengetahuan dan data mining bagi
sekumpulan orang (perusahaan/bisnis) juga akan meninggikan
derajat perusahaan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan
mendapatkan keunggulan kompetitifnya dan melakukan bisnisnya
dengan lebih efektif dan efisien.- Cahyono Sigit Pramudyo2022-04-27T04:44:06Z2022-04-27T04:44:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50848This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/508482022-04-27T04:44:06ZKITAB QAMI’ AL-TUGHYAN KARYA SYAIKH NAWAWI AL-BANTANIKajian studi hadis di Indonesia masih memiliki banyak hal untuk dieksplorasi lebih
jauh, sampai abad ke-20, studi hadis di Indonesia belum mendapatkan perhatian yang
memadai. Diawal abad ke-19 lahirlah syaikh Nawawi al-Bantani (1814-1897 M.). ia
merupakan seorang yang produktif (yang menulis banyak karya) yang menguasai banyak
bidang keilmuan tradisional islam pada zamannya, seperti teologi, fikih, hadis, tata bahasa
arab, tasawuf, retrorika, dan tafsir. Salah satu kitabnya yang popular dan banyak dikaji di
pondok pesantren adalah kitab Qāmi’ al-Tughyān. Ia merupakan kitab kecil yang berisi
tentang cabang-cabang keimanan. Dalam beberapa hal, ia juga bisa dikatakan sebagai sebuah
kitab hadis, mengingat banyaknya hadis yang dijadikan landasan oleh Syaikh Nawawi dalam
komentarnya.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (libary reasearch) dengan menggunakan
metode deskriptif-analitis. Pendekatan yang dipakai adalah historis, dalam penelitian ini
sumber primer yang digunakan adalah kitab Qāmi’ al-Tughyān . Penelitian berupaya untuk
menelusuri karakteristik kitab tersebut dan melakukan kajian elementer terkait hadis-hadis
didalamnya berikut pemahaman syaikh Nawawi terkait hadis-hadis yang tertuang
didalamnya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam kitab Qāmi’ al-Tughyān , terdapat 106
hadis yang dijadikan sebagai materi oleh syekh Nawawi dalam menjelaskan beberapa cabang
keimanan yang 77 cabang iman. Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat 20 buah hadis
yang tidak memiliki sumber asalnya( la asla laha). Selain itu, terdapat empat metode
pengutipan hadis yang diterapkan syekh Nawawi: Pertama, hanya mengutip matan hadis
tanpa menyebutkan mata rantai sanad. Kedua, mengutip matan dan periwayat pertamanya
saja. Ketiga, mengutip matan hadis dan periwayat terakhir (Mukharrij). Keempat, mengutip
matan hadis serta hadis periwayat pertama dan terakhir secara bersamaan. Seluruh hadis
tersebut cenderung diposisikan oleh syaikh Nawawi sebagai sebuah “Motto” untuk setiap
cabang keimanan yang dijelaskan. Hal semacam ini bisa dikatakan merupakan
kecenderungan kaum fuqaha yang lebih berkepentingan kepada daya pakai matan hadis
sebagai hujjah syar’iyyah, berbeda dengan kecenderungan muhaddisin yang menekankan
kepada verifikasi histriografis. Ketika menjelaskan cabang keimanan yang tidak termasuk
kedalam aspek i’tiqady, seperti masalah etika dan fada’il amal, beberapa hadis yang berstatus
Ḍa’if atau la asla laha dalam pandangan para kritikus hadis digunakan olehnya sebagai
landasan argumentasi. Berbeda halnya ketika ia menjelaskan cabang keimanan yang
bernuansa i’tiqady yang hanya bersandar pada ayat ayat al-Qur’an atau setidaknya hadis yang
shahih.NIM.: 17105050054 Mohamad Zian Nooramadhan2021-11-01T08:21:05Z2021-11-01T08:21:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46169This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/461692021-11-01T08:21:05ZTERAPI IMAN UNTUK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN MANUSIA (TELAAH ATAS PEMIKIRAN PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT)Pemikiran atau pandangan Zakiah Daradjat tentang gangguan kejiwaan
tau kesehatan mental bersumber pada kurang atau tidak berimannya seseorang pada rukun Iman. Gangguan kejiwaan ini merupakan gangguan yang bersifat psikologis, sehingga penyakit ini tidak disebabkan oleh rusaknya organ-organ tubuh secara fisik meski kadang-kadang sering terlihat gejalanya secara fisik seperti pusing-pusing, mual, kembung, dan sebagainya
Pemikiran Zakiah Daradjat tentang rukun Iman dalam membantu
embinaan gangguan kejiwaan ini menempatkan agama khususnya rukun Iman sebagai sarana rehabilitasi bagi umat manusia yang mengalarni gangguan kejiwaan. Dengan menempatkan rukun Iman sebagai terapi pada gangguan kejiwaan berarti menempatkan agama sebagai jalan hidup yang akan membebaskan diri dari berbagai penyakit/gangguan kejiwaan.NIM. 97222236 Rusdiyono2021-10-06T08:00:23Z2021-10-06T08:39:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45063This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/450632021-10-06T08:00:23ZSRIKANDI LINTAS IMAN DI YOGYAKARTA: SEBUAH MODEL SPIRITUALITAS KEUGAHARIAN DALAM MODERASI BERAGAMASejak dulu Indonesia dikenal sebagai negara yang bersahaja, teposeliro dan
memiliki persaudaraan yang kuat meskipun mempunyai beragam bahasa, budaya,
mazhab dan agama. Namun, beberapa tahun terakhir ini wajah Indonesia
menjadi “garang” karena banyak terjadi konflik sosial dan kasus kekerasan atas
nama agama. Kecintaan yang berlebihan terhadap agama yang dianut membuat
manusia merasa superior dari orang lain dan menanamkan fanatisme bahkan
radikalisme beragama. Dibutuhkan sebuah spiritualitas keugaharian
(kesedangan) untuk menekan hawa nafsu berlebihan dalam beragama agar di
hati manusia tersedia ruang bagi sesamanya yang berbeda sehingga
memunculkan pemahaman dan aksi moderasi beragama yang lebih sejuk.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penulis menganalisa
spiritualitas Srikandi Lintas Iman di Yogyakarta (SRILI), sebuah komunitas
perempuan yang bergerak dalam kegiatan lintas agama, dengan menggunakan
pendekatan tasawuf modern Hamka sebagai bentuk moderasi beragama yang
didasari rasa cinta umat beragama di tengah kemajemukan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keugaharian komunitas SRILI dilihat dari kegiatan-
kegiatannya meliputi; keseimbangan jiwa dan tubuh, Keseimbangan Akal dan
Agama, terbuka, perjuangan pada kesetaraan dan keadilan, keberanian,
keseimbangan dunia dan akherat.NIM.: 18200010142 Alfriyani Pongpindan, S.Th2017-08-02T06:31:24Z2017-08-02T06:31:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27179This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/271792017-08-02T06:31:24ZMereduksi Islamofobia
Melalui Aksi Nyata Lintas Iman:
Sebuah Kritik SosialIslamofobia merupakan suatu istilah kontroversial
yang kerap diasosiasikan pada prasangka dan diskriminasi
kepada umat Islam. Istilah ini menjadi begitu
populer
setelah terjadinya peristiwa serangan 11 September 2001
terhadap gedung World Trade Center di Amerika Serikat.
European Monitoring Centre on Racism and Xenophobia
(EUMC) mengeluarkan laporan berjudul
Summary Report
on Islamophobia in the EU After 11 September 2001, yang
menggambarkan
peningkatan islamofobia di Eropa setelah
tragedi 11 September.1 Dalam kehidupan masyarakat,
islamofobia
diwujudkan dengan rasa takut dan kebencian
terhadap
Islam dan semua muslim. Rasa takut dan
kebencian itu juga merujuk pada praktik diskriminasi
terhadap muslim
dengan memarginalkan mereka dari
kehidupan ekonomi,
sosial, politik, dan kemasyarakatan.Bayu Mitra Adhyatma Kusumahttp://digilib.uin-suka.ac.id/25453/1.hassmallThumbnailVersion/COVER.jpg2017-06-12T02:21:34Z2018-05-31T04:22:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25453This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/254532017-06-12T02:21:34ZRukun Iman: Antara Keyakinan Normatif dan Penalaran LogisBuku yang berada di tangan pembaca sekarang ini pada
mulanya merupakan bagian-bagian atau cuplikan-cuplikan
materi ajar sebagai contoh dalam pembelajaran yang terpisahpisah
selama penulis memberikan kuliah di kelas. Semuanya
yang diambil mungkin persis seperti dalam buku aslinya. Ada
tiga buku yang dijadikan sumber pengembangan materi tauhid
dalam menyusun buku ini yakni Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan
dan Manusia, terj. Agus Fahri Husein dkk., (Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana, 1997); Seyyed Hossein Nasr, “Tuhan” dalam
Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, terj. Rahmani Astuti,
(Bandung: Mizan, 2002); dan Quraish Shihab, Wawasan al-
Qur’an (Bandung: Mizan, 2003). Bahkan dalam beberapa
halaman tertentu buku-buku tersebut ditulis apa adanya. Hal
ini dilakukan mengingat materi tauhid yang ditemukan dalam
buku-buku tersebut dapat dipandang sebagai bahan baru ketika
rukun-rukun iman tersebut diajarkan satu-persatu. Dengan
demikian penulis tidak melakukan analisis yang mendalam.
Dengan terkumpulnya materi ini dalam sebuah buku, maka
diharapkan ia dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar sekaligus upaya untuk membantu pembaca, khususnya
mahasiswa, dalam memahami dan mendalami materi mata
pelajaran tauhid. Buku ini lebih banyak berorientasi kepada
pengembangan informasi yang ditujukan untuk menambah
wawasan materi tauhid sehingga tidak hanya berkutat pada
materi atau bahan yang cenderung monoton dan tidak bergeser
dari materi yang selama ini sudah ada. Dari segi materi, buku ini
masih sederhana, terutama materi ini tetap masih berada pada
materi dasar dan juga pada wilayah normatif (Rukun Iman)
yang 6 (enam), yakni iman kepada Allah, iman kepada Malaikat,
iman kepada Rasul, iman kepada Kitab-Kitab, iman kepada Hari
Akhir dan iman kepada Qada dan Qadar.Sangkot Siraithttp://digilib.uin-suka.ac.id/24052/15.hassmallThumbnailVersion/Cover%20IMAN%20DI%20TENGAH%20DINAMIKA%20BUDAYA.jpghttp://digilib.uin-suka.ac.id/24052/1.hassmallThumbnailVersion/COVER%20-%20BUKU%20IMAN%20ditengah%20Dinamika%20Budaya%20-%20Sangkot.pdf2017-02-20T04:05:06Z2017-06-09T06:37:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24052This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/240522017-02-20T04:05:06ZIMAN DI TENGAH DINAMIKA BUDAYA Ekspresi, Misi dan Fungsi Agama di Tengah PluralitasDalam pandangan umum, kufr merupakan antitesa yang paling tepat
dari "percaya". Ini merupakan pendapat yang tidak diragukan lagi. Tampaknya
sudah cukup jelas bahwa antitese dasar antara iman dan kufr memberi ukuran
tertinggi tentang semua sifat manusia. Watak manusia itu dalam Islam dibagi
ke dalam dua kategori moral radikal ini, dan keduanya saling bertentangan satu
sama lain. Dikotomi dasar ini merupakan garis pokok dari seluruh sistem etika
Islam. Dalam al-Qur'an, pertentangan fundamental itu diperlihatkan dengan
jelas. Di bawah ini akan disampaikan beberapa di antara rujukan yang sangat
khas, seperti ayat “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam syurga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di
dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Binatang, dan neraka
tempat tinggal mereka”.1
Di sini, dapat dikatakan, perbedaan yang radikal antara mukmin dan
kafir ditunjukkan dalam kaitannya dengan dua hal yang sangat penting:
pertama, apa yang mereka lakukan semasa hidup di dunia, yaitu orang-orang
beriman hanya melakukan amal saleh belaka, sementara orang kafir
menghabiskan usianya untuk mengejar kesenangan dunia semata; kedua:
sesuatu yang akan mereka peroleh pada hari pembalasan, yakni orang-orang
beriman akan mendapatkan pahala surga, sementara orang kafir akan masuk
neraka. Dalam ayat al-Qur’an dikatakan: “Adapun orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh, mereka akan ditempatkan di dalam taman
(syurga) yang penuh bergembira. Sedangkan orang-orang kafir dan
mendustakan ayat-ayat Kami (al-Qur'an) serta (mendustakan) Hari Akhir,
mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka)”.Sangkot Sirait