Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T12:28:41ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2023-09-25T02:03:39Z2023-09-25T02:03:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60548This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/605482023-09-25T02:03:39ZPENGARUH PENYALURAN DANA SOSIAL ISLAM DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA BARAT TAHUN 2017 – 2021Poverty is a complex problem that becomes an importan concern for every country, especially developing countries like Indonesia. One of the provinces with the highest poverty rate in Indonesia is West Java. The purpose of this study is to determine the effect of the distribution of Zakat, Infak, Sadaqah (ZIS) funds, economic growth, population growth, education, and employment on poverty in West Java in 2017 – 2021. This study basically uses a quantitative method, namely panel data regression analysis with the Fixed Effect Model (FEM) approach. The results of the study show that simultaneously, all variables have a significant effect on poverty in West Java in 2017 – 2021. As for partially, the distribution of ZIS funds and population growth have a positive and significant effect, economic growth has a negative and insignificant effect, while education and employment have a negative and significant effect on poverty in West Java.NIM.: 19108010074 Desti Fitriani2023-05-17T02:23:22Z2023-05-17T02:23:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58674This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/586742023-05-17T02:23:22ZPENGARUH FAKTOR SOSIAL, EKONOMI, KORUPSI DAN DEMOKRASI TERHADAP KEMISKINAN DI ASEAN TAHUN 2006-2021Poverty is a multidimensional problem that hinders a country's economic
development. Poverty is characterized by the vicious circle of poverty theory, which
discusses the factors that cause poverty from a social and economic perspective.
This study seeks to analyze the effects of unemployment, income inequality, HDI,
per capita income, savings, FDI, corruption, and democracy on poverty in ASEAN
in 2006–2021. This study uses the fixed effect model with Feasible Generalized
Least Square (FGLS) approach to analyze the data. Statistically, the results show
that there is a significant positive effect on the unemployment, income inequality,
FDI corruption and democracy variables, while per capita income have a
significant negative effect. However, IPM and savings have a negative but
insignificant effect on poverty. Thus, it can be concluded that to reduce the
percentage of poverty in ASEAN, the government needs to eliminate unemployment
and income inequality, increase per capita income, monitor FDI and democracy,
and improve the fight against corruption.NIM.: 21208011034 Lili Purnama2023-05-10T01:37:08Z2023-05-10T01:37:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58441This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/584412023-05-10T01:37:08ZAL-QUR’AN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN (KAJIAN TAFSIR TEMATIK)Berdasarkan fakta empirik tentang masalah kemiskinan di dunia, negara Islam
atau negara yang mayoritas penduduknya muslim mendapat banyak sorotan.
penelitian yang dilakukan oleh Dr. Nabil Subhi Ath-Thawil menemukan bahwa 30
dari 36 negara termiskin di Asia dan Afrika sebagian besar penduduknya beragama
Islam. Maka tidak heran jika Islam sering kali dikaitkan dengan hal-hal negatif
seperti kemiskinan, kebodohan, dan kemelaratan. Dari sinilah penulis tertarik untuk
mengkaji bagaimana Al-Qur’an sebagai sumber ajaran agama Islam merespon
masalah kemiskinan. Diawali dengan pembahasan makna faqir dan miskin dalam al-
Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan latar belakang munculnya masalah kemiskinan
dalam pandangan al-Qur’an dan terakhir solusi yang ditawarkan oleh al-Qur’an.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dan langkah-langkah
penafsiran tematik yang digagas oleh ‘Abd al-H{ayy al-Farmawi terhadap ayat-ayat
al-Qur’an dan sabda Nabi Muhammad yang berbicara mengenai kemiskinan,
ditambah lagi pandangan ulama tafsir tentang ayat-ayat tersebut. Sumber peneltian ini
diambil dari ayat-ayat al-Qur’an sebagai sumber primer dan hadis-hadis Nabi, kitab
tafsir, serta karya para ulama dan cendekiawan lain yang berkaitan dengan tema
pembahasan sebagai sumber sekunder.
Dari penelitian ini, diketahui bahwa lafadz faqir dan miskin memiliki
persamaan dan perbedaan, persamaannya bahwa kedua lafadz tersebut menunjukkan
kepada golongan yang kekurangan dan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain, sedangkan perbedaannya terletak
pada potensi yang dimiliki oleh masing-masing pihak (faqir dan miskin), dengan
berbagai analisa terhadap ayat-ayat al-Qur’an penulis menyimpulkan bahwa orangorang
miskin memiliki potensi yang lebih lemah dibandingkan dengan orang faqir di
dalam mencukupi kehidupannya. Kemudian al-Qur’an di dalam menggambarkan
latar belakang munculnya masalah kemiskinan lebih ditujukan kepada kesalahan
manusia itu sendiri (human error). Tentang sikap hidup yang tertanam dalam diri
mereka seperti malas dan bekerja tidak sungguh-sungguh, boros dan berlebih-lebihan,
kikir dan enggan berbagi dengan sesama, serakah di dalam mencari harta sehingga
memunculkan kerusakan di muka bumi, serta adanya sistem dan struktur yang
dibangun pada suatu masyarakat yang jauh dari nilai-nilai keadilan dan penuh dengan
diskriminasi dan eksploitasi. Sedangkan untuk solusi al-Qur’an menempuh tiga jalur.
Pertama, ditujukan kepada personal umat Islam di dalam memberikan panduan
tentang sikap hidup dan tingkah laku yang seharusnya ditanamkan. Kedua, ditujukan
kepada personal umat Islam umumnya, dan khususnya kepada masyarakat untuk
membiasakan diri berbagi dan memberikan pemberian kepada orang-orang yang
membutuhkan. Ketiga, ditujukan kepada para pemimpin atau penguasa untuk
menegakkan keadilan dan membangun struktur sosial yang bebas dari eksploitasi,
penindasan, dan konsentrasi kekayaan pada segelintir orang.NIM.: 07530038 Lukman Hakim2023-04-28T01:30:23Z2023-04-28T01:30:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58187This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/581872023-04-28T01:30:23ZUPAYA KOMUNITAS PELAJAR PEDULI (KPP) SLEMAN, YOGYAKARTA DALAM MENGATASI KEMISKINAN PADA MASYARAKAT TERDAMPAK PANDEMI COVID-19Pandemi Covid-19 pada Maret 2020 membuat sebagian besar populasi umat manusia mengalami degrasasi penghasilan. Keputusan untuk Lockdown membuat kebiasaan masyarakat untuk tetap Stay at Home, Social Distance, Physical Distance dan membiasakan mencuci tangan menjadi kegiatan baru yang terpaksa harus beradapsi. Keterbatasan sosial tersebut nampaknya juga berdampak pada KPP Sleman. Sebuah komunitas yang bergerak dalam aspek sosial-dakwah untuk kemanusiaan. Selama pandemi berlangsung, KPP Sleman terkena dampak pandemi hingga sempat mengalami kemacetan dalam berkegiatan. Pandemi justru mendorong KPP Sleman melancarkan aksi, padahal waktu itu wabah belum menunjukan turunnya penyebaran virus. Sebuah fenomena menarik dimana keberadaan KPP Sleman karena waktu tersebut nampaknya banyak di butuhkan dalam masyarakat. Alfred Schutz dalam fenomenologinya menyebutkan terdapat dua hal yang melandasi seseorang untuk berbuat. Yaitu terkait seseorang memaknai sesuatu dan motif untuk menghasilkan sesuatu tersebut. Pada penelitian ini bertujuan menyajikan terkait bagaimana persepsi anggota KPP Sleman dalam memaknai kegiatan yang dilakukan selama ini, terutama pada persoalan kemiskinan di masa pandemi. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan teori Fenomenologi Alfred Schutz.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya KPP Sleman memaknai setiap kegiatan untuk membantu mereka (individu maupun masyarakat) yang kesusahan. Kemudian motif KPP Sleman dalam melakukan seluruh kegiatan kemanusiaan adalah semata-mata Ridho Allah SWT. Tujuan KPP Sleman sendiri adalah bagaimana komunitas ini menjadi wadah yang bermanfaat. Serta sebab melakukan semua program kegiatan adalah untuk mempersiapkan bekal di akhirat nanti. KPP Sleman melihat kemiskinan dalam pandangan arbitrer (KPP tidak mengacu kepada pemerintah). Kemiskinan pada masa pandemi akan berpeluang menuju kemiskinan baru pasca pandemi. Maka, selain memberikan paket sembako. Konteks kegiatan KPP Sleman pada waktu pandemi adalah meringankan beban kaum Dhuafa’ dan Mustadh’afin pada masyarakat terdampak pandemi. Sebagai hasilnya KPP Sleman memaknai seluruh kegiatan dengan sekedar “membantu” mereka (masyarakat) yang sedang kesusahan. KPP Sleman memaknai sebab yang mereka melakukan serangkaian program pada masa pandemi adalah untuk semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Sehingga KPP Sleman memperteguh setiap keputusan apapun dengan kembali melihat niat masing-masing anggota pengurus maupun relawan atas tujuan mereka dalam kegiatan serta tujuan akhir utama nanti yaitu mendapatkan RidhoAllah SWT.NIM.: 18107020018 Ramadhan Widiantoro2023-03-24T03:40:20Z2023-03-24T03:40:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57294This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/572942023-03-24T03:40:20ZANALISIS DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010-2022 MENGGUNAKAN MODEL ARDLPoverty is a multidimensional problem that can cause disruption to social order. The East Java government is trying to eradicate the problem of poverty through various programs that have been established as well as an effort to recover the economy after the Covid-19 pandemic. This study aims to assess the effect of macroeconomic and financial variables on poverty levels in East Java Province. The independent variables in this study are economic growth, inflation rate, unemployment rate, Islamic bank financing, and the Covid-9 pandemic as dummy variables. The analytical method used is the ARDL (Autoregressive Distributed Lag) method.
The results showed that economic growth had a significant negative effect in the short term while in the long term economic growth had a significant positive effect on the poverty rate in East Java. The inflation rate and unemployment rate have a significant positive effect in the short term and a significant negative effect on the poverty rate in the long term. while the variables of Islamic bank financing and the Covid-19 pandemic have a significant negative effect in the short and long term on the poverty rate in East Java.NIM.: 19108010027 Taufik Qurrohman2022-03-09T07:10:26Z2022-03-09T07:10:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49912This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/499122022-03-09T07:10:26ZPENGARUH HUMAN DEVELOPMENT INDEX, INVESTASI,
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN INFLASI TERHADAP
KEMISKINAN DI INDONESIAPoverty is a problem that every country in the world wants to solve. However, there are many factors that can cause poverty, especially high demographic factors but not accompanied by a commensurate level of employment, causing an increase in unemployment. Therefore, poverty reduction efforts must be coordinated, and implemented comprehensively. This study aims to determine the effect of the Human Development Index (HDI), investment, population growth and inflation on poverty in Indonesia by taking the 2015 – 2019 research period. Using panel data regression analysis with the fixed effect (FEM) model as the best model for an analysis. The test results show that the independent variables Human Development Index (HDI), investment, population growth) affect 10 provinces in Indonesia (Papua, West Papua, East Nusa Tenggara (NTT), Maluku, Gorontalo, Aceh, Bengkulu, West Nusa Tenggara (NTB). ), Central Sulawesi and South Sumatra. In addition, inflation has a positive and insignificant effect on poverty in Indonesia, because the higher the inflation rate, the people who initially have daily needs can be met at low prices. However, if inflation occurs, then will lead to higher poverty rates.NIM.: 19208012008 Nasrullah2022-02-17T07:33:28Z2022-02-17T07:33:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49253This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/492532022-02-17T07:33:28ZPENGENTASAN KEMISKINAN BERBASIS MASJID: STUDI DI MASJID GEDHE KAUMANAngka kemiskinan di Indonesia masih dapat dikatakan tinggi. Semua pihak diharapkan ikut berpartisipasi dan terlibat dalam program pengentasan kemiskinan, termasuk masjid. Masjid yang pertama kali berdiri di Yogyakarta dan di masa lalu dijadikan kiblat bagi perkembangan masjid di Yogyakarta adalah Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini selain dijadikan sebagai tempat ibadah, ternyata juga memiliki program untuk pengentasan kemiskinan. Skripsi ini memiliki tujuan untuk mengetahui konsep, implementasi, serta hasil pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh takmir Masjid Gedhe Kauman.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive atau penarikan informan sesuai kriteria. Informan dalam penelitian ini adalah ketua takmir Masjid Gedhe Kauman, koordinator dan pelaksana program, serta masyarakat penerima program. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi dan dianalisis melalui proses reduksi data, penyajian data, kemudian penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep pengentasan kemiskinan berbasis masjid oleh Masjid Gedhe Kauman meliputi program pemberdayaan dan program Charity. Program pemberdayaan terdapat pada program peminjaman modal usaha tanpa bunga, sedangkan program yang bersifat Charity terdapat pada program pemberian bantuan bagi masyarakat kurang mampu serta penghimpunan dan pengiriman bantuan untuk musibah bencana alam. Implementasi dari program tersebut ada yang berkolaborasi dengan pihak ketiga, yaitu BMT dan ada yang diberikan secara langsung. Hasil dari implementasi program menunjukan bahwa program tersebut telah membantu masyarakat menuju pada kehidupan yang lebih sejahtera dan dapat mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat, namun demikian dilihat dari angka kemiskinan secara makro tidak mengalami perubahan. Masih banyak kendala dalam pelaksanaan program sehingga takmir Masjid Gedhe Kauman harus terus berupaya dalam melakukan evaluasi program agar kedepannya program tersebut bisa berjalan lebih baik lagi.NIM.: 15230078 Ahmad Chanan Ravi2022-02-16T07:12:24Z2022-02-16T07:12:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49025This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/490252022-02-16T07:12:24ZPENGEMIS DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN (KAJIAN TEMATIK ATAS AYAT-AYAT PENGEMIS)Kata pengemis atau peminta-minta disebutkan sebagai sa’il oleh al-Qur’an, penyebutannya selalu disertai dengan kalimat pemberian harta, baik sedekah atau zakat. Hal ini menunjukkan bahwasanya al-Qur’an ingin mengentaskan realitas sa’il yang ada di masyarakat. Dalam tugas akhir ini, penulis akan membahas makna serta konsep sa’il dalam al-Qur’an dan bagaimana solusi penanggulangannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tafsir maudhu’i. Pertanyaan yang ingin coba dijawab oleh penelitian ini ialah bagaimana pandangan dunia (worldview) al-Qur’an tentang pengemis/kemiskinan? Bagaimana seharusnya kita menghadapi realitas adanya pengemis berdasarkan perspektif al-Qur’an? Penelitian ini merupakan kajian tafsir tematik tentang ayat-ayat pengemis dalam al-Qur’an dengan menggunakan metode tafsir mawdhu’i dan menghasilkan beberapa temuan berikut. Redaksi al-Qur’an yang relevan dengan pengemis adalah terminologi sā’il yang dapat dimaknai sebagai orang yang meminta-minta. Dalam banyak ayat, al-Qur’an menyebutkan orang-orang yang meminta-minta. Hal ini merupakan sebuah pengakuan al-Qur’an aras realitas pengemis sebagi bagian atau unit dalam struktur masyarakat yang perlu diperhatikan keberadaannya. Islam menempatkan pengemis sebagai subjek yang berhak mendapatkan mendapatkan harta sedekah dan zakat. Penyebutan kata sā’il atau orang-orang yang meminta-minta selalu berada dalam konteks perbuatan baik (amal shaleh). Dengan demikian, dengan mendermakan sebagian harta kita kepada para pengemis, hal itu merupakan sebuah manifestasi dari keimanan kita. Itulah salah satu manifesatsi dari gagasan tentang apa itu kebaikan menurut al-Qur’an. Selain itu, al-Qur’an juga menawarkan etika universal, yakni kita tidak diperbolehkan untuk bersikap kasar kepada para pengemis, seperti menghardik, mengusir, dan berkata kasar. Sebab, hal ini merupakan sebuah kesombongan dan keangkuhan atas sesama makhluk Allah. Dalam konteks sekarang, hal ini menjadi inspirasi bagi pemerintah khususnya agar supaya penyelesaian munculnya para pengemis tidak diselesaikan dengan cara-cara kekerasan terutama kekerasan struktural. Meskipun demikian, Islam tidak menganjurkan aktifitas meminta-minta kecuali dalam keadaan darurat. Pada prinsipnya, Islam memegang teguh prinsip bekerja aktif untuk menghidupi diri kita sendiri tanpa harus bergantung, meminta-minta harta orang lain. Hal ini dibuktikan oleh ungkapan Nabi Muhammad, “tangan di atas itu lebih baik dari tangan di bawah”. Oleh karena itu, mengemis atas dasar kemalasan atau alasan yang tidak jelas, terutama untuk memperkaya diri sendiri tidak diperbolehkan di dalam Islam. Sebagai sebuah sistem dan tata nilai, Islam sebenarnya mempunyai mekanisme zakat sebagai sebuah jaminan sosial sehingga harta umat Islam dapat didistribusikan kepada orang yang membutuhkan, khususnya para pengemis. Jika dipahami dan diaplikasikan secara kontekstual, zakat di dalam Islam dapat menjadi salah satu solusi bagi pengentasan kemiskinan, lebih khususnya munculnya para pengemis.NIM.: 12530135 Muhammad Husin2021-07-07T09:53:25Z2021-07-07T09:53:25Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42648This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/426482021-07-07T09:53:25ZPENGARUH ZAKAT, PENGANGGURAN DAN PDRB TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA PROBOLINGGO JAWA TIMURPoverty is an old problem that has occurred in Indonesia, currently the problem of
poverty in Indonesia is still quite large, various policies that have been carried out by
the government to overcome poverty are still not optimal, poverty in Probolinggo
City is still relatively large in the East Java Province. This can be caused by poor
zakat distribution. The city of Probolinggo, where the majority of the population is
Muslim, still experiences poverty. This study aims to determine the effect of zakat,
unemployment, gross regional domestic product (PDRB) on poverty in the City of
Probolinggo. This type of research is quantitative, The analysis method used in this
research is multiple linear regression analysis with time series data which is
processed using e-views 10. The results showed that zakat and unemployment had a
negative and insignificant effect on poverty, meanwhile, the GRDP variable showed a
positive and significant effect.NIM.: 17208010042 Mahfud Ali Wafa, S.E.2019-01-10T06:51:01Z2019-01-10T06:51:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32348This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/323482019-01-10T06:51:01ZMELAWAN BUDAYA KEMISKINAN:
STRATEGI IMPLEMENTASI PERDA PENANGANAN GEPENG
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAIn the decentralization era, local governments are given more space to create a policy based on their people aspirations. Among others is the policy on poverty alleviation. Poverty which happens is not only absolute poverty but also cultural poverty and it is occurs in various regions in Indonesia. To fight the culture of poverty, the Government of Yogyakarta Special Region (DIY) published a Local Regulation No. 1 of 2014 about the Homeless and Beggars Handling. Overall this regulation contains about the homeless and beggars handling approach such as preventive, coercive, rehabilitative, repressive, and social re-integration. To examine this issue, the authors use SWOT analysis. The study results showed that the implementation strategy that can be done by the local government of DIY are conduct direct raids and coaching, optimizing ‘Desaku Menanti’ Program, reduce overlapping authority, providing labor-intensive jobs, synergy with the community and private sector in empowering sprawl in the activities of small and medium enterprises, enforcement of the rules in a way that is persuasive and humane, and provide an official aid channel for the donors. Although there are pros and cons in the implementation, this regulation basically has a noble purpose to make DIY free from homeless and beggars.
Keywords: poverty culture, implementation strategy, local regulation of DIY, homeless and beggarsBayu Mitra Adhyatma Kusuma2017-07-20T01:12:29Z2017-07-20T01:12:29Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26327This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/263272017-07-20T01:12:29ZPENDIDIKAN ISLAM DAN KEMISKINAN (Mencari Paradigma Baru Pendidikan Islam Yang Responsif Terhadap Problem Sosial)Islam adalah agama yang peduli terhadap masalah kemiskinan.
Sebagaimana tersebut dalam surat al-Ma'un, barangsiapa mengabaikan orang
miskin maka sama artinya dengan mendustakan agama.Berangkat dari Jatar belakang masalah di atas maka ada beberapa
pokok persoalan yang dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan tetjadinya kemiskinan itu?
2. Bagaimana teori-teori yang ditawarkan untuk mengentaskan kemiskinan
tersebut?
3. Bagaimana paradigma pendidikan Islam yang responsifterhadap problem
sosial tersebut? Sebagai penutup maka dalam bagian ini penulis hendak merefleksikan
uraian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, yaitu dengan menjawab
pertanyaan yang terumuskan dalam bagian rumusan masalah terdahulu.
1. Faktor penyebab kemiskinan secara garis besar ada tiga, yaitu natural,
kultural dan struktural. Faktor natural adalah kemiskinan yang disebabkan
karena faktor alami atau kodrat seperti: buta, tuli, cacat tangan, cacat kaki,
dan sebagainya. Faktor kultural adalah kemiskinan yang disebabkan
karena budaya, seperti, malas, boros, tergantung, inferior dan lain
sebagainya. Faktor struktural adalah masalah kemiskinan sebagai dampak
dari adanya sistem yang timpang. Sebagai contoh adalah sistem ekonomi
kapitalis, yang hanya memikirkan pertambahan modal saja tanpa adanya
kepedulian sosial. Dan faktor struktural inilah yang sebenamya paling
besar pengaruhnya dan yang seharusnya bertanggung jawab akan adanya
masalah kemiskinan.
2. Apabila masalah kemiskinan berkaitan dengan faktor natural, maka
pengentasannya adalah memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengaktualisasikan dirinya dengan mengembangkan potensi dirinya, dan
bila tidak ada yang bisa diharapkan, maka Islam memerintahkan untuk
menyantuni dan memenuhi kebutuhan mereka. Apabila masalah
kemiskinan berkaitan dengan faktor kultural, maka langkah yang
dilakukan adalah bagaimana menyusun strategi untuk meningkatkan etos keija kelompok miskin, meningkatkan pendidikan supaya mereka
memiliki pola pikir yang melihat masa depan, dan menata kembali
institusi-institusi ekonomi supaya dapat mewadahi kebutuhan serta
aspirasi kelompok miskin. Dan hila kemiskinan berakar dari faktor
struktural, maka strategi pembangunan yang telah dilakukan selama ini
perlu dirumuskan kembali. Strategi pembangunan jangan lagi
mementingkan pertumbuhan, tetapi seharusnya lebih mementingkan
pemerataan. Kemiskinan tidak semata-mata berakar dari "kelemahan diri"
sebagaimana ctipahami dalam perspektif kultural, namun sebenamya
kemiskinan semacam itu justru merupakan konsekuensi dari pilihanpilihan
strategi pembangunan ekonomi yang dicanangkan selama ini.
3. Paradigma baru pendidikan Islam yang ditawarkan adalah pendidikan
yang kritis, humanis, dan transformatif.NIM. 99474166 Santoso