Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T06:04:36ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2023-07-18T01:26:11Z2023-07-18T01:26:11Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59920This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/599202023-07-18T01:26:11ZAYAT-AYAT DAKWAH DALAM ALQURANAYAT-AYAT DAKWAH DALAM AL QURAN, Mokh Nazili, Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2023
Penelitian ini diilatarbelakangi oleh langkanya buku daras tentang ayat-ayat dakwah
bagi mahasiswa utamanya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Program Studi Manajemen Dakwah. Pengetahuan tentang ayat-ayat
dakwah menjadi penting diketahui mahasiswa supaya akar ajaran dakwah dari Al Quran
menginspirasi sekaligus menjadi dasar dalam praktek dakwah. Mahasiswa tahu batas-batas
dakwah, hikmah dakwah, metode dakwah dan sebagainya yang berhubungan dakwah dari
Al Quran.
Metode yang digunakan adalah dengan metode tematik ( maudhu’i ) yakni metode yang
membahas ayat-ayat Al Quran sesuai dengan tema atau judul yang ditetapkan. Semua ayat
yang berkaitan dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek
yang terkait dengannya.
Hasil penelitian ini adalah terbukukannya ayat-ayat dakwah dalam dalam empat bab.
Bab satu berisi tentang kewajiban dakwah bagi setiap muslim sesuai dengan kempuannya,
ancaman yang tidak mau berdakwah dan tugas utama para rasul. Bab dua berisi tentang
hikmah dalam berdakwah yang membahas dakwah wajib dilakuakan dengan bijaksana,
dakwah dengan bahasa yang bisa dipahami, berbantahan dengan cara yang baik,
membalasa kejahatan dengan kebaikan, larangan memaki orang kafir. Bab ketiga berisi
tentang batasan-batasan dakwah yang memuat tidak ada paksaan dalam beragama, tidak
boleh berlebihan dalam beragama, tekanan akidah adalah aniaya, jangan fanati dalam
beragama, bersikap keras denga orang kafir yang memerangi, terakhir mempermudah
urusan orang Islam.- Mokh Nazili2023-05-10T01:50:38Z2023-05-10T01:50:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58444This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/584442023-05-10T01:50:38ZRESEPSI ESTETIK MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP AL-QUR'AN (STUDI TENTANG PENGGUNAAN RINGTONE AYAT-AYAT AL-QUR’AN DI KALANGAN MAHASISWA YOGYAKARTA)Dalam praktiknya, ayat-ayat al-Qur`an di mata kaum Muslimin merupakan
sesuatu yang “multi-fungsi”. Di samping sebagai bacaan yang mempunyai nilai
ibadah, ayat-ayat Al-Qur’an juga sebagai teks yang berpengaruh bagi aspek-aspek
yang terkait dengan estetika. Ayat-ayat Al-Qur’an mampu mengundang reaksi
serta membangkitkan energi kejiwaan pembaca dan pendengar untuk memberikan
respon yang sangat beragam. Termasuk di sini adalah penggunaan ringtone ayatayat
Al-Qur’an yang marak diperaktikkan masyarakat akhir-akhir ini. Meskipun
menuai banyak kontroversi, penggunaan ringtone ayat-ayat Al-Qur’an masih tetap
saja marak dipraktekkan oleh sejumlah masyarakat Muslim. Fenomena ini
menjadi kian menarik karena menjadi upaya bagaimana masyarakat Muslim
bergaul dengan kitabnya. Berangkat dari fakta di atas, maka pokok penelitian
skripsi ini difokuskan pada kajian living Qur’an untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan dalam rumusan masalah sebagai berikut : pertama, Apa latar belakang
resepsi mahasiswa Muslim Yogyakarta terhadap penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an
sebagai ringtone? Ayat-ayat apa saja yang banyak digunakan sebagai ringtone?
Serta apa penyebab resepsi estetis sering menimbulkan kontroversi dalam
kehidupan masyarakat?
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, penulis menggunakan
pendekatan fenomenologis dan metode penelitian kualitatif yang didukung dengan
studi kepustakaan. Adapun metode pengumpulan data adalah dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan studi kepustakaan dengan analisis isi
digunakan untuk mendapatkan data-data kepustakaan tentang tema tersebut.
Hasil penelitian dari kajian ini adalah: Pertama, Latar belakang
Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai ringtone dengan alasan yang variatif,
yaitu sebagai berikut. (1) Mempermudah menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. (2)
Memberikan kesan religius. (3) Memiliki pengalaman pribadi terkait ayat yang
digunakan sebagai ringtone. (4) Menyukai jenis irama bacaan (5)Terdapat
kesamaan atau kemiripan kata pada ayat dengan nama seseorang. (6) Merasa
senang menggunakannya. Kedua, adapun ayat-ayat yang digunakan para
mahasiswa sebagai ringtone pada umumnya adalah ayat-ayat yang pendek dan
memiliki kesan tersendiri bagi pendengar atau pengguna, ataupun menyesuaikan
pada maksud dan tujuannya sehingga dipilih sebagai ringtone. Ketiga, Penulis
menyimpulkan bahwa penyebab timbulnya kontroversi ditengah-tengah
masyarakat terkait resepsi estetis masyarakat terhadap Al-Qur’an dikarenakan
sampai sekarang kita belum memiliki konsep yang mapan dan applicable dalam
bidang ini, baik secara filosofis (estetika atau filsafat seni Islam, yang
merumuskan batasan nilai keindahan sesuai ajaran Islam), teoritis (sejarah,
struktur dan klasifikasi: apakah ada seni Islam ataukah hanya ada seni Muslim),
praktis (kajian tentang teknik-teknik perbidang) maupun apresiatif (kritik seni
yang mengkaji perkembangan seni Islam dalam hubungannya dengan
perkembangan masyarakat Muslim).NIM.: 07530049 Aswak2023-05-07T21:51:45Z2023-05-07T21:52:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58367This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/583672023-05-07T21:51:45ZAl-Muhaimin Kesetimbangan Kimia dalam Realitas Ayat Kauniyah dan Ayat QauliyahKeteraturan yang terpelihara, yang terbentang di alam semesta
adalah tunduk pada hukum-hukum alam atau sunatullah. Hukum
alam terjadi hingga bagian yang amat sub atomis dalam suatu
proses reaksi yang menyertai perubahan materi di alam semesta.
Proses reaksi secara konsisten mengikuti hukum kesetimbangan
yang dikenal dengan kesetimbangan kimia. Kesetimbangan kimia
merupakan bagian dari sunatullah yang terjadi pada makrokosmis
maupun mikrokosmis. Seluruh keteraturan dalam metabolisme mahluk hidup, siklus
energi yang bersumber dari matahari, keberadaan unsur dan
mineral di alam serta komposisi udara, tanah, dan laut dengan iklim
yang dihasilkan, semuanya melalui reaksi kesetimbangan kimia.
Allah swt., sebagai al-Muhaimin adalah Yang Maha Pemelihara,
Penjaga, dan Pengawas seluruh makhluk-Nya. Tidak ada yang
terjadi di alam raya ini tanpa adanya pengaturnya, yaitu Allah.
Oleh karena itu, Dia telah memelihara keteraturan segala sesuatu
di alam semesta sedemikian teliti dan tertib hingga bagian sub
atomis.Tulisan ini mencoba mengkaji sifat dan nama al-Muhaimin sebagai salah satu dari 99 al-Asmā’al-Ḥusnā atau nama-nama Allah,
Zat Yang Maha Memelihara, Mengatur dan Mengawasi apa-apa
yang terjadi dalam tatanan kosmis. Upaya mengungkap bagianbagian
sub atomik melalui tulisan ini—pada akhirnya menjadi
simpulan, bahwa semuanya terintegrasi dari mekanisme besar
yang dirancang oleh-Nya dalam mengharmonisasi alam semesta
beserta isinya. Sebagaimana apa yang pernah disampaikan Enstein
bahwa “Tuhan tidak sedang melempar dadu- Imelda Fajriati2023-03-03T01:58:04Z2023-03-03T01:58:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56848This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/568482023-03-03T01:58:04ZPEMAKNAAN TERM (NAHRUN) DALAM AYAT-AYAT TENTANG SURGA (STUDI ANALISIS SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU)Ayat-ayat surga di dalam al-Qur‟an seringkali disandingkan dengan kata nahrun. Dalam diskursus akademik mengenai term nahrun yang berkaitan dengan ayat-ayat surga belum mencapai pemaknaan yang konklusif. Sehingga mengarahkan penulis untuk meneliti pemaknaan terhadap term ini lebih jauh lagi.
Dalam hal ini, penulis tertarik untuk menganalisis pemaknaan term nahrun dalam ayat-ayat surga dengan metode semantik Toshihiko Izutsu agar lebih efektif dalam menjawab sebuah term. Menurutnya semantik merupakan metode analisis suatu bahasa dengan istilah-istilah kunci untuk memahami pandangan dunia pengguna bahasa (weltanschauung). Memahami makna dasar dan makna relasional adalah hal utama dalam perspektif semantik. Secara paradigmatik kata nahrun menjalin hubungan sinonimitas dengan kata As|-S|amarah, Azwajun Mutahharah, dan Masakinu Thayyibah. Sedangkan hubungan antonimitas kata nahrun adalah dengan syafa hufrah, darkil asfal, dan z|atil waqud.
Pada masa pra Qur‟anik kata nahrun sering digunakan sebagai gaya bahasa dalam syair. Sehingga saat masuk ke masa Qur‟anik kata ini menjadi sebuah harapan yang sering dikaitkan dengan keindahan dan kenikmatan. Pada akhirnya kata nahrun dipahami sebagai sebuah kata yang cukup sempurna ketika disandingkan dengan surga, karena mengikuti kaidah syair bangsa Arab terdahulu, simbol kesucian dan kenikmatan yang sempurna, dan melengkapi kebutuhan pokok manusia.NIM.: 18105030122 Muhammad Haris2023-02-23T09:12:08Z2023-02-23T09:12:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56553This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565532023-02-23T09:12:08ZIMPLEMENTASI QS. AL-A’RAF (7): 56 DALAM PENGELOLAAN SAMPAH (STUDI ATAS PONDOK PESANTREN FADLUN MINALLOH YOGYAKARTA)Upaya pengelolaan sampah di PP. Fadlun Minalloh merupakan bentuk respon terhadap realitas permasalahan sampah yang terjadi di TPST Piyungan dan internal pesantren tersebut. Sebagai lembaga yang dekat dengan teks-teks keagamaan tentu segala tindakannya dipengaruhi oleh pemahamannya akan teks-teks tersebut. Fajar sebagai salah satu pengajar mengatakan bahwa upaya pengelolaan sampah didasari oleh QS. al-A’rāf (7): 56. Oleh karenanya, melihat al-Qur'an yang hidup di tengah suatu komunitas tertentu, pendekatan living Qur'an akan digunakan dalam penelitian ini. Sehingga nantinya akan mengungkap pemahaman keluarga besar PP. Fadlun Minalloh dan seberapa besar pengaruhnya terhadap pengelolaan sampah sebagai buah implementasi. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) menggunakan metode kualitatif pendekatan fenomenologi. Dalam proses pengumpulan data, peneliti melakukan rangkaian observasi dan wawancara kepada beberapa informan meliputi pimpinan, Dewan Qurrā (tenaga pengajar), pengurus, dan santri PP. Fadlun Minalloh. Dan yang menjadi informan utama adalah pengurus bidang lingkungan karena mereka bersinggungan langsung dengan pengelolaan sampah. Kemudian peneliti akan melakukan dokumentasi serta mempelajari dokumen-dokumen arsip di pesantren tersebut. Data tersebut kemudian diolah secara deskriptif untuk menggambarkan resepsi keluarga besar PP. Fadlun Minalloh terhadap QS. al-A’rāf (7): 56 dalam pengelolaan sampah. Sebagai pisau analisisnya, peneliti menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger untuk menggambarkan proses di mana individu membentuk dan dibentuk oleh al-Qur’an.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Pertama, mayoritas memahami bahwa QS. al-A’rāf (7): 56 berisikan larangan perusakan bumi dengan cara apapun, baik skala kecil maupun besar mengacu pada penggalan ayat “walā tufsidū fī al-ard ba’da işlāhihā”. Sementara itu, semakin dekat individu dengan teks keagamaan maka semakin dalam pemahamannya, seperti pengasuh, pimpinan, dan Dewan Qurrā di pesantren tersebut. Pemahaman tersebut juga sesuai dengan penafsiran al-Syaukanī, al-Qurţubī, dan Abū al-Su’ūd. Kedua, pengelolaan sampah dianggap sebagai upaya implementasi terhadap ayat QS. al-A’rāf (7): 56. Pemaknaan ini tersebar melalui majelis pengajian, rapat pengurus, sosialisasi, dan forum-forum yang lain. Pimpinan pesantren dalam hal ini menganggap bahwa pengelolaan sampah belum cukup dikatakan sebagai implementasi dari ayat tersebut. Didasari bahwa larangan merusak bumi berkaitan erat dengan al-kulliyāt al-khamsah.NIM.: 18105030105 Muhammad Rifki Nurfauzi2023-01-13T07:07:27Z2023-01-13T07:07:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55570This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/555702023-01-13T07:07:27ZUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT PENDEK MELALUI MEDIA P3Q (PERAGA PRAKTIS PEMBELAJARAN AL QURAN) PADA SISWA KELAS IV MI AL IMAN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2011 – 2012Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran dengan media P3Q (Peraga Praktis Pembelajaran Al Quran) lebih memberikan motivasi kepada siswa sehingga bergairah dalam belajar (2) Untuk mengetahui apakah hafalan siswa terhadap ayat-ayat Al Quran yang terdapat dalam materi Al Quran Hadits dapat meningkat setelah menggunakan media P3Q.
Media P3Q adalah alat peraga dimana peserta didik dapat diajak untuk berpraktik secara bersama-sama. Dengan pembelajaran ini, perserta didik akan cepat menangkap, mencerna, dan meresapi materi. Sedangkan kemampuanhafalan ayat-ayat Al Quran yaitu upaya pengukuran kemampuan siswa dalam menghafal dengan baik dan benar yang dilihat dari segi tajwid dan makhrojnya.
Hipotesis penelitian ini adalah hafalan siswa terhadap ayat-ayat yang terdapat dalam materi Al Quran Hadits dapat meningkat setelah menggunakan media P3Q
Penelitian ini dilakukan di MI Al Iman Magelang, populasi penelitian adalah siswa kelas IV MI Al Iman Magelang sebanyak 19 siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi untuk mendapatkan data yang tepat terhadap siswa dan test berupa soal uraian (pre test dan pos test), serta lembar pengamatan selama proses belajar mengajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media P3Q mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan keaktifan siswa, motivasi siswa, perhatian siswa serta efektifitas waktu mengerjalan soal yang ditunjukkan dengan hasil observasi yang semakin meningkat pada siklus I dan siklus II. Pembelajaran dengan menggunakan P3Q pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam kemampuan menghafal ayat-ayat Al Quran dalam mata pelajaran Al Quran Hadits yang ditandai dengan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus I (90%) dan siklus II (97%).NIM.: 09481133 Zulaicha2022-08-03T03:31:04Z2022-08-03T03:31:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52405This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/524052022-08-03T03:31:04ZTAGUT DALAM AL-QUR' ANABSTRACT
The Qur'an as a scripture can always be interpreted, and it is always possible to review and think of the meaning of the verses, due to its position as "tibyan Ii kulli .syai" (a reference to the interpretation of all things). Therefore, the vocabulary of the Qur'anic verses must contain many dimensions of meaning (multiple meanings). 'Ali bin Abi Talib, in this regard, stated that: "Don't ye (Ibn 'Abbas) argue with them (the followers of the Khawarij) about the meaning of the Qur'anic verses, because the Qur'an contains multiple dimensions of meaning (zu wujuh)." Different from 'Ali bin Abi Talib, Roger Trigg, a hermeneutician having ever commented on the importance of hermeneutics in the interpretation of scriptural texts in today's era, states that: "hermeneutic paradigm is an interpretation of traditional (classic) texts, where problems should always be directed, so the texts need to be understood in the present context which has very different situations."
Based on the above statement, this dissertation researcher is inspired to study and examine the tura§ books of the Qur'an exegesis, with the title "tagut in the Qur'an," and to understand and interpret the word "af-lagDt" using the methodical basis built on the maudu'i methodological approach, and the hermeneutic analysis that refers to Hassan Hanafi 's sacramental hermeneutic theory. This theory formulates the interpretation of the Qur' anic texts in three forms of analysis: the historical context of the verse revelation (asbab an-nuzul), the eidetic meaning of the lexeme (linguistic analysis), and the practical meaning of the lexeme (significance analysis). This is the academic reason for this dissertation.
With reference to the methods and theories mentioned above, the writer attempts to collect the verses of "ar-tc7gut" and all its derivational forms in the Qur'an, and then analyze and interpret them using the theoretical basis of sacramental hermeneutics (Tafsir al-Muqaddas) that focuses its discussion on three principal issues, i.e. how to understand the meaning of the word "at-tagiJ!" in a historical context (asbc7b an-nuzul); how to interpret its meanings in the eidetic context (linguistic analysis); and how to reconstruct its meanings in a practical analysis relevant to the present context.
Of the three problems formulated, the dissertation research results in the following: 1) the meaning of the word "at-tagut" in the historical context is any form of worship of or devotion to anything besides Allah Ta'ala; 2) the meaning of "at-tagut" in the linguistic study is any violation of God (Allah)'s laws; 3) the meaning of "at-tagut" in the practical analysis is all tyrannical systems or systems of deviation of the shari'ah of Allah.NIM: 093793 Abd. Ghaffar2022-03-01T01:55:40Z2022-03-01T01:55:40Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49661This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496612022-03-01T01:55:40ZSTRUKTUR DASAR ILMU PENGETAHUAN
DALAM PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH Q.S. AL-‘ALAQ AYAT 1-5 PERSPEKTIF TEORI ILMU SOSIAL PROFETIK)The researcher’s academic unrest is knowing that Islamic
education is left behind due to the weak basic structure of science.
A lengthy debate on Islamic education paradigm indicates a
confusion of the basic structure of science as the foundation of
Islamic education. Philosophically, surah al-‘Alaq 1-5 of the
Quran constitutes the basic structure of science as the foundation
of Islamic education development. The theoretic claim of this
study is that the surah which is elaborated using the theory of
prophetic social science results a basic structure of science as the
foundation of institutions’ Islamic education development.
Besides, the theory of basic structure of science can be used as the
theoretical frame to analyze Islamic education problems in
general. The study aims at three essential issues. First, to explain
the relations between surah al-‘Alaq 1-5 of the Quran and the basic
structure of science. Second, to elucidate the form of the basic
structure in the surah with several concepts: epistemology, world
view, ideology, and paradigm. Third, to elaborate the
implementation of the basic structure of the surah in Islamic
education system. The study utilizes constructivist paradigm and
hermeneutics approach. The secondary data sources were the
Quran and its interpretations of classical, modern, and
contemporary. The obtained data were analyzed using
transcendental structuralism analysis with several stages:
descriptive, structural, objectifying, and integrating. The results
show that the notion of factors making surah al-‘Alaq 1-5 of the
Quran a basic structure of science in Islamic education are
theological, normative, sociological, textual, and contextual.
According to surah al-‘Alaq 1-5 the basic structure of science is
actually a connection of some awareness of spiritual, rational,
ethic, scientific, and social transformation. The structure is
elaborated within some concepts, i.e. epistemology, teo antropo
eco equiblirium, world view; physic and metaphysic, ideology
based of ethic and the paradigm of integrated of tawhid. The
implementation of the structure with regard to Islamic education
realm is carried out by integrating theoretic frame with Islamic
education system in which the Islamic education objective,
curriculum, method, students and teachers’ profile and
development strategy are covered. Hence, this study proposes
surah al-‘Alaq 1-5 of the Quran, theoretically and practically, a
theoretic inspiration of basic structure of science. The basic
structure of science functions as the foundation of Islamic
education science development. The study is also expected to
inspire researchers to carry out al-Quran theorization and make it
the epicenter of Islamic education theorization resurgence.NIM.: 18300016031 Rahayu Subakat2022-02-17T04:30:04Z2022-02-17T04:30:04Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49048This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/490482022-02-17T04:30:04ZAYAT-AYAT TENTANG KEMATIANDALAM SURAH YASINSurah Yasin termasuk surah yang paling sering dibaca khususnya di bumi Nusantara (Indonesia). Mayoritas mereka mengamalkan surah Yasin karena mempunyai pemahaman, bahwa surah Yasin mempunyai beberapa keutamaan, seperti untuk meminta ampunan (magfirah), baik untuk dirinya ataupun untuk meminta ampunan bagi orang yang sudah mendekatai ajal (sakarat al-maut). Pemahaman tersebut muncul berawal dari banyaknya Hadis yang bernuansa
anjuran mengamalkan surah Yasin yang dihubungkan dengan kematian. Padahal di dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menjelaskan tentang kematian secara spesifik tidak terletak pada surah Yasin, melainkan pada surah-surah yang lain. Akan tetapi di dalam surah Yasin terdapat beberapa ayat yang mengandung unsur pesan-pesan tentang kematian. Dengan demikian, hipotesa penulis terkait surah Yasin dengan kematian mempunyai korelasi dan hubungan, karena ada beberapa ayat-ayat yang memberikan pesan tentang kematian dalam surah Yasin.
Dalam skripsi ini, langkah awal penulis akan mengungkapkan apa saja garis besar kandungan surah Yasin, selanjutnya mencari apa pesan-pesan surah Yasin terkait kematian. Hal ini merupakan pemahaman yang harus terungkap mengenai pesan-pesan terkait kematian pada surah Yasin. Setelah hal yang mendasar tersebut telah dipahami dengan baik, maka dapat mengantar pemahaman inti, yaitu penulis mengungkapkan sejauh mana hubungan korelasi surah Yasin dengan adanya ayat-ayat kematian di dalamnya. Penelitian ini merupakan penelitian atas al-Qur’an dengan fokus kajian surah Yasin dengan metode pengumpulan data secara tematik atau maudu‘i . Penulis memakai penelitian tematik, yaitu sebuah model kajian tematik dengan meneliti khusus surah Yasin. Dengan langkah, menjelaskan ayat-ayat pada surah Yasin, di mana
ayat itu turun, bagaimana situasi dan konteks yang melingkupi disaat ayat itu turun, mencari apa saja isi pokok pikiran dari surah Yasin, dan apa saja pesanpesan terkait dengan kematian di dalamnya.
Dengan menggunakan langkah-langkah tersebut dapat dihasilkan: secara umum surah Yasin tidak identik dengan kematian keseluruhannya, namun ada ayat-ayat tertentu yang terkait tentang kematian yang tidak bisa diabaikan dari kandungan surah Yasin. Diantara pesan-pesan yang mengandung kematian dalam beberapa ayat surah Yasin. Seperti, dibacakannya surah Yasin kepada orang yang sedang dalam keadaan sakarat al-maut, dibacakanya surah Yasin bias menambahkan kekuatan tersendiri untuk menghadapi rasa pedih dan sakitnya ketika ajal telah dekat, dan juga mengahadapi gangguan godaan setan. Kekuatan tersebut berupa pertolongan dari Allah melalui perantara diturunkannya para Malaikat. Dalam surah Yasin juga terdapat ayat-ayat untuk selalu mengingat kematian (tazkirah al-maut), dengan cara selalu berintropeksi diri dalam bertindak, karena apa saja yang kita kerjakan akan dicatat dan ada pertanggungjawabanya, sebab kelak di akhirat, mulut akan ditutup, sehingga semua anggota tubuh akan mampu berbicara dan bersaksi.NIM.: 15530017 M. Marovida Aziz2022-02-17T04:01:28Z2022-02-17T04:01:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49041This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/490412022-02-17T04:01:28ZPENAFSIRAN AYAT-AYAT DISABILITAS DALAM AL-QUR'AN
MENURUT MUHAMMAD QURAISH SHIHAB (STUDI TAFSIR AL-MISBAH)Perlakuan diskriminasi terhadap disabilitas masih saja banyak ditemukan. Masyarakat memandang disabilitas dengan ketidakmampuan yang mendiskreditkan disabilitas, serta pandangan terhadap disabilitas akan penyakit yang sulit disembuhkan. Pendekatan masyarakat yang masih berpusat pada mengasihani juga masih banyak ditemukan daripada pendekatan berbasis hak. Paradigma lama kiranya perlu diubah dengan merujuk pada al-Qur’an serta melihat penafsiran mufasir sebagai sumber yang menjunjung tingi kesetaraan manusia. Salah satunya adalah dengan melihat Tafsir kontemporer. Seperti, Tafsir al-Misbah karya Muhammad Quraish Shihab.
Skripsi ini berjudul “Penafsiran Ayat-ayat tentang Disabilitas Menurut Muhammad Quraish Shihab (Studi atas Tafsir al-Misbah)”, dengan mengkaji persoalan disabilitas yang memfokuskan pembahasan terhadap pemikiran Muhammad Quraish Shihab terkait penafsirannya. Secara langsung, dalam al-Qur’an tidak memuat istilah disabilitas. Namun, dijumpai terma: a’ma/’umyun atau akmaha (buta), assam/Summun (tuli), bukmun (bisu), a’raj (pincang) dan sufaha (lemah akal). Dalam Tafsir al-Misbah. Istilah tersebut secara spesifik memuat makna haqiqi dan majazi, makna majazi lebih banyak ditemukan daripada makna haqiqi. Kendati demikian, penulis mencoba mengambil pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.
Teknis penulisan ini, tergolong dalam sifat analitik. Mengkaji karya Muhammad Quraish Shihab menggunakan Tafsir al-Misbah. Kemudian, menganalisa penafsirannya yang terkait dengan disabilitas. Selain itu, juga dilakukan penelusuran buku-buku maupun kaya tulis yang mendukung penelitian ini.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, berdasarkan ayat-ayat disabilitas, dengan terma-terma tersebut, Khususnya yang bermakna haqiqi, al-Qur’an sangat memandang setara terhadap kaum disabilitas. Selain itu, bagaimana Muhammad Quraish Shihab memperkuat akan pandangan tersebut. Hal ini terbukti bahwa, Ia tidak menempatkan disabilitas pada kelas dua. Dilihat dari penafsirannya, sudah menjawab keresahan tentang anggapan masyarakat dan medis. Mereka bukanlah orang sulit disembuhkan serta tidak dapat melakukan aktivitas seperti orang lain pada umumnya. Mereka mendapat kesempatan untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan kewajibannya. Baik itu pendidikan, pekerjaan, muamalah, munakahah dll. Selain itu, penafsirannya yang menyebutkan istilah-istilah tertentu terkait disabilitas oleh Muhammad Quraish Shihab, seperti pemilihan kata tunanetra daripada buta, lemah akaldaripada cacat akal. Metode penafsirannya, yang juga menyebutkan asbabu an-nuzul, semakin memperkuat kesamaan kaum disabilitas dengan orang normal dalam Islam, terutama terkait turunnnya ayat. Jadi, Muhammad Quraish Shihab sudah cukup ramah terhadap disabilitas. Selain itu, kitab Tafsir al-Misbah dapat dijadikan khasanah khususnya umat Islam, untuk tidak menempatkan disabilitas pada kelas dua.NIM.: 15530006 Ni'matul Azizah Awaliyah2022-02-17T03:44:53Z2022-02-17T03:44:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49038This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/490382022-02-17T03:44:53ZKHIANAT DALAM AL-QURAN (KAJIAN TEMATIK AYAT-AYAT AL-KHIYANAH)Golongan munafik merupakan salah satu dari tiga tipologi manusia yang disebutkan di awal surat al-Baqarah. Di antara ciri-ciri golongan ini adalah khianat. Istilah khianat sendiri merupakan kata serapan dari bahasa arab al-khiyanah yang merupakan maṣdar dari kata kerja khana-yakhunu-khaunan wa khiyanatan yang memiliki bentuk ism fa’il atau pelaku kha’in yang kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi khianat. Kata khianat dalam kehidupan sehari-hari seringkali dipakai dalam kaitannya dengan kepercayaan, perkerjaan, tugas, perintah, tanggung jawab, dan lain-lain. Maka tulisan iini secara khusus mencoba mengangkat istilah khianat dalam ayat-ayat al-khiyanah untuk mengungkap makna yang ditawarkan al-Qur’an terhadap fenomena kata khianat ini. selain itu dipaparkan juga istilah-istilah yang hampir memiliki makna yang serupa seperti kata al-nifaq, al-kaid/al-makidah, al-khida’, dan al-gulul.
Dalam al-Qur’an, istilah khianat jika dicari dengan menggunakan akar kata kha, waw, dan nun maka akan ditemukan sebanyak enam belas kali penyebutan dalam sebelas ayat al-Qur’an yang terdapat dalam delapan surat dengan derivasi yang beragam. Di antara bentuk-bentuk kata yang ditemukan adalah tujuh penyebutan dalam bentuk kata kerja (fi’l) dan sembilan dalam bentuk kata benda (ism). Di antara ayat-ayat tersebut adalah Q.S. al-Baqarah (2): 187, Q.S. al-Nisa’ (4): 105, Q.S. al-Nisā’ (4): 107, Q.S. al-Mā’idah (5):13, Q.S. al-Anfāl (8): 27, Q.S. al-Anfal (8): 58, Q.S. al-Anfal (8): 71, Q.S. Yusuf (12): 52, Q.S. al-Ḥajj (22): 38, Q.S. Ghafir (40): 19, dan Q.S. al-Tahrim (66) 10. Dan juga diketahui bahwa surat surat yang memuat lafaz al-khiyanah dan derivasinya yang merupakan surat-surat madaniyah kecuali dua surat yaitu surat Yusuf dan surat Gafir. Setelah ayat-ayat tersebut terkumpul, maka dijelaskan asbab al-nuzul serta munasabah ayat tersebut.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan beberapa makna dari penafsiran penafsiran para mufassir terhadap ayat-ayat al-khiyanah. Di antara makna alkhiyanah dalam penafsiran beberapa mufassir tersebut adalah maksiat, ingkar janji, menyia-nyiakan amanah, kekafiran, dan zina. Sedangkan tokoh-tokoh yang disebutkan dalam ayat-ayat al-khiyanah secara jelas di antaranya adalah ahl alkitab, istri al-‘Aziz (Zulaikha), istri Nabi Nuh, dan istri Nabi Luth. Dari makna makna yang telah diungkap tersebut, kemudian dibagilah khianat tersebut ke dalam beberapa bentuk di antaranya adalah khianat keimanan dan agama, khianat dalam perkataan, perbuatan, dan isyarat. Selain itu perbuatan khianat juga memiliki akibat baik akibat secara agama ataupun dalam masyarakat baik akibat bagi diri sendiri ataupun terhadap hal lain.NIM.: 14531030 Rizki Rahmad Fikri2021-12-03T06:37:38Z2021-12-03T06:37:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47486This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/474862021-12-03T06:37:38ZRESEPSI AYAT KURSI DALAM LITERATUR KEISLAMAN (STUDI KITAB SAHIH AL-BUKHARI, FADA IL AL-QUR’A N, AL- TIBYA N DAN KHAZI NAH AL-ASRAR)The title of this thesis is “Reception of Ayat Kursi in Islamic Literatures”. This
thesis discusses how ayat kursi is received in several Islamic kinds of literature. The
reception of ayat kursi is addressed on how text readers and actors treat and view
ayat kursi and by which several reception patterns are derived such as esthetic,
hermeneutic, and functional. It is interesting to research this issue as according to
various texts, Ayat kursi is treated as the most special verse entitled master verse of
the Qur’an. To limit the big area of reception previously, however, variable of
Islamic kinds of literature that applied are some literature including any themes of
excellence of the Qur’an. In other words, the term of Islamic kinds of literature can
be understood as Islamic works of literature of faḍı̅
lah al-Qur’a̅ n. All the literature
is divided and classified into four categories (primer, seconder, ethic, and
pragmatic) and the classification is based on content and analyzed by chronological
period. They consecutively are Saḥı̅ḥ al-Bukha̅ ri, Faḍa̅ il al-Qur’a̅ n belonging to
Ibn al-Duraiys, Al-Tibya̅ n fi Ada̅ b Ḥamalah al-Qur’a̅n and Khazı̅
nah al-Asra̅ r.
To more exploration, this thesis is applying both function theories by Sam.D Gill.,
informative and performative. When texts and acts are pointed as knowledge
through expression and understanding, they are on an informative function. On
other hand, performative functions show texts and practice as information through
the intermediary of acts or practices. In line with this theory, to gain more
significance, data will be analyzed through shifting functions in transmission and
transformation patterns.
Some conclusions in this thesis are: 1) according to data of reception of ayat kursi
in Islamic works of literature (primer, secondary, ethic and pragmatic), the
informative function can be discovered in three pieces of literature (primer,
secondary and pragmatic) and its mostly dominance themes is theology. 2)
Performative function appeared in last period books such as ethic (al-Tibya̅n) and
pragmatic (Khazı̅nah al-Asra̅ r). It generally is influenced by their contents that no
longer is pointed to as hadith literature. 3) The shifting function can be found
throughout literature. Every single piece of literature has a primer source that can
be traced in others book and the shifting transformation function from informative
to performative is found in two last works of literature (al-Tibya̅n and Khazı̅
nah al-
Asra̅r)NIM.: 14530058 Muhammad Mabrur Barizi2020-09-14T06:46:31Z2020-09-14T06:46:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38421This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/384212020-09-14T06:46:31ZMUNA>SABAH AYAT DALAM SURAT AL-FA>TIH}AH (Studi Atas Kitab Tafsi>r An-Nu>r Karya Hasbi Ash-Shiddieqy)ABSTRAK
Muna>sabah merupakan salah satu cabang ilmu dari kajian Ulu>m Al-Qur’a>n. Ilmu ini berperan sebagai instrumen dalam menemukan kaitan-kaitan antara bagian Alquran, sehingga terlihat hikmah di balik penyusunan Alquran tersebut. Hal ini menjadi penting karena Alquran adalah pedoman bagi kehidupan manusia hingga akhir zaman. Di dalamnya berisi pokok-pokok ajaran seperti perintah, larangan, dan kisah-kisah umat terdahulu sebagai bahan pelajaran. Seluruh pesan yang ada dalam Alquran tersebut terangkum dalam surat Al-Fa>tih}ah sebagai pembuka kitab (fa>tih}ah al-kita>b).
Skripsi ini mengkaji posisi Hasbi Ash-Shiddieqy sebagai ahli dalam bidang Ulu>m Al-Qur’a>n terutama dalam kajian muna>sabah. Pertanyaan yang ingin dijawab di antaranya adalah konsep yang dibangunnya, pola-pola muna>sabah dalam surat Al-Fa>tih}ah, hingga implikasinya.
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini merupakan pendekatan deskriptif-analitis, yaitu dengan mendeskripsikan konsep dan pola muna>sabah Hasbi kemudian menganalisisnya. Analisis dilakukan dengan metode studi pustaka (library research).
Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah; Pertama, konsep muna>sabah secara umum menurut Hasbi memiliki banyak kesamaan dengan konsep para ulama lainnya. Akan tetapi, pengertian muna>sabah antarsurat menurut Hasbi berbeda dengan pendapat para ulama sebelumnya. Para ulama sebelumnya seringkali hanya menemukan hubungan antara pembuka sebuah surat dengan penutup surat sebelumnya. Sementara menurut Hasbi, muna>sabah antarsurat adalah menemukan hubungan antarsurat dengan melihat tema yang ada di dalamnya. Kedua, pola-pola muna>sabah yang ditemukan dalam surat Al-Fa>tih}ah di antaranya adalah muna>sabah antarayat dalam satu surat; muna>sabah ayat dengan kandungan surat lain; muna>sabah antar-lafaz} dalam satu ayat; muna>sabah lafaz} dengan ayat dalam surat lain; dan muna>sabah penutup surat dengan isi surat. Ketiga, pemikiran Hasbi ini berimplikasi pada memudahkan pemahaman pembaca khususnya kaum awam terhadap Alquran, karena surat Al-Fa>tih}ah berisi pesan-pesan yang ada dalam Alquran.NIM. 15530002 SHAFA SHARVINA2020-09-14T06:41:54Z2020-09-14T06:42:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38411This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/384112020-09-14T06:41:54ZINTERTEKSTUALITAS AYAT-AYAT ADAM (PENDEKATAN BIBLIKAL MENURUT GABRIEL SAID REYNOLDS)ABSTRAK
Al-Qur’an tidak turun dalam masyarakat yang hampa budaya. Masyarakat Arab telah bersinggungan dengan banyak hal terutama budaya religiusitas Ahli Kitab. Kenyataan ini membuat al-Qur’an membahas pula tokoh-tokoh yang telah ramai dibahas dalam tradisi Biblikal, salah satunya Adam. Oleh karena itu perlu kiranya mengkaji al-Qur’an dengan teks-teks sebelumnya. Kajian yang dimaksud adalah interteks, suatu kajian yang menekankan bahwa tidak ada teks yang bersifat independen karena dalam rangka memahami makna suatu teks ia membutuhkan teks-teks sebelumnya.
Penelitian ini bermaksud menelaah ayat-ayat Adam ketika dikaji secara intertekstualitas. Demi itu penulis menjadikan pemikiran Gabriel Said Reynolds sebagai objek penelitian. Dalam telaahnya terhadap ayat-ayat Adam, dia berhasil menghindari kesimpulan superioritas teks. Dia lebih condong kepada sisi linguistik sehingga penelitian yang dia lakukan fokus pada solusi pemecahan term yang sulit di dalam al-Qur’an. Dari analisanya pula dia menemukan bahwa perbedaan-perbedaan yang ada pada teks-teks suci ini baiknya difahami sebagai kekayaan narasi keagamaan yang saling melengkapi, bagaikan dialog.NIM. 14530046 Jauhara Albar Rouhullah2020-02-03T01:48:28Z2020-02-03T01:48:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37908This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379082020-02-03T01:48:28ZIMPLEMENTASI ALQURAN BRAILLE
PADA PROGRAM BACA TULIS ALQURAN
SISWA TUNANETRA DI SLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTALatar belakang penelitian ini adalah bahwa pembelajaran BTA menjadi pembelajaran mutlak yang harus diajarkan kepada seluruh peserta didik mengingat Alquran merupakan Kalamullah yang berfungsi sebagai pedoman hidup. Belajar dan mengajarkan Alquran menjadi sebuah ibadah yang sifatnya wajib bagi seluruh umat muslim, termasuk juga bagi penyandang tunanetra. Pembelajaran BTA bagi penyandang tunanetra memiliki tingkat kerumitan tersendiri terkait dengan media utama yang digunakan dalam pembelajaran berupa Alquran Braille, sehingga tidak mengherankan jika banyak dari kalangan tunanetra yang masih buta baca Alquran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Alquran Braille pada program BTA siswa tunanetra, serta mengetahui faktor penunjang dan kendala yang ditemukan selama implentasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan mengambil latar di SLB-A Yaketunis Yogyakarta. Subjek penelitian ini seluruh siswa kelas VB yang berjumlah 3 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tahap reduksi data, display data, kesimpulan, dan uji keabsahan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Implementasi Alquran Braille pada program BTA siswa tunanetra di SLB-A Yaketunis Yogyakarta termuat dalam tiga kegiatan, yaitu pembelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti, program BTA, serta program qira’ah dan retorika dakwah. (2) Faktor penunjang implementasi Alquran Braille antara lain ketersediaan Alquran Braille yang mencukupi, guru yang kompeten, dukungan pihak sekolah, serta adanya motivasi dari guru dan siswa. Sedangkan kendala yang ditemukan antara lain perbedaan motorik halus, perbedaan daya tangkap, serta kondisi siswa berkaitan dengan ketunaannya,
Kata Kunci: Implementasi, Alquran Braille, Baca Tulis Alquran, TunanetraNIM: 15410093 RESTI ARIFIYANTI2019-04-05T02:04:30Z2019-04-05T02:04:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34053This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/340532019-04-05T02:04:30ZFADA'IL AL QUR'AN DALAM KITAB KHAZINAH AL ASRAR JALILAH AL AZKAR KARYA SAYYID MUHAMMAD HAQQY AN NAZILLYPenelitian ini membahas fada’il al-Qur’an dalam kitab Khazinah al-Asrar Jalilah al-Az\kar yang ditulis oleh seorang sufi Mekkah yang bernama Muhammad Haqqy an-Naziliy. Pada umumnya para sufi memandang al-Qur’an dari batin (rahasia) yang tersirat dalam ayat, surat, atau huruf al-Qur’an (kontekstual). Namun Sayyid Muhammad menafsirkan al-Qur’an sebagaimana pada umumnya mufassir sufi dan sebagaimana para mufassir pada umumnya. Kitab Khazinah al-Asrar ini lebih dikenal dengan sebutan kitab hikmah karena penafsirannya lebih memfokuskan terhadap ayat-ayat atau surat-surat dalam al-Qur‟an yang mempunyai fadilah (keistimewaan).
Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah yaitu (1) Bagaimana dinamika fada’il al-Qur’an dari masa ke masa?. (2) Bagaimana karakteristik fungsi al-Quran dalam kitab Khazinah al-Asrar karya Sayyid Muhammad Haqqy an-Naziliy?. untuk menjawab rumusan masalah tersebut penulis menggunakan teori informatif performatif yang digagas oleh Sam D. Gil. Penelitian ini merupakan jenis penelitian library research dengan sumber data primer kitab Khazinah al-Asrar sedangkan sumber data sekundernya adalah beberapa kitab tafsir, jurnal dan buku yang berkaitan dengan keistimewaan al-Qur‟an. Analisis data yang digunakan adalah diskriptif analisis. Analisis fada’il al-Qur’an dalam kitan Khazinah al-Asrar dibatasi pada surat-surat yang termasuk dalam katergori surat al-Mufassal (surat-surat pendek). Dalam hal ini, ayat-ayat dari surat al-Mufassal juga dikategorikan dalam pembatasan penelitian ini. Kategori surat ini dipilih karena surat-surat al-mufassal lebih digemari oleh masyarakat dalam melakukan wirid. Dari surat-surat tersebut dipilih satu informasi berupa hadis atau qaul ulama yang mengandung fada’il al-Qur’an dari sisi pembacaan atau penulisan.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa telah terjadi dinamika mengenai konsep fada’il al-Qur’an dari masa Nabi hingga masa kontemporer. fada’il al-Qur’an yang awalnya hanya sebatas pembacaan, pemahaman terhadap al-Quran untuk meningkatkan amal ibadah, lambat laun fada’il al-Qur’an ditangan ulama sufi berkembang menjadi sebuah wirid, mantra, dan rajah. Selian itu, penelitian ini juga menghasilkan tipologi fungsi al-Qur‟an yang terdapat dalam kitab Khazinah al-Asrar yaitu tipologi fungsi informatif dan tipologi fungsi performatif. Dari kedua fungsi tersebut kitab Khazinah al-Asrar lebih banyak mengandung fungsi perfotmatif al-Qur’an sehingga kitab ini terkenal dengan sebutan kitab hikmah.
Kata kunci: fada’il al-Qur’an, Khazinah al-AsrarNIM. 1620511019 Alfian Dhany Misbakhuddin2017-07-07T05:51:52Z2017-07-07T05:54:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25830This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/258302017-07-07T05:51:52ZPENAFSIRAN AYAT-AYAT ZIKIR
M. QURAISH _SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISHBAH
SURAT ALI 'IMRAN DAN SURAT AN-NISA'Term iikir mcmiliki posisi sentral bagi penccrahan jiwa manusia dalam
membimbing dan menemukan kebahagiaan dan kebenaran yang sejati. Kata iikir
dalam al-Qur'an dcngan bentuk derivasinya terulang sebanyak 286 kali, yang
scbahagiannya menjadi ungkapan simbolik (metaforiY) yang menunjuk kepada
bcbcrapa makna. Zikir (ingat) sclalu mcnjadi kiasan pilihan spritual dan
digunakan untuk menunjukkan pengctahuan sebagai lawan dari lalai.
M. Quraish Shihab mcrupakan seorang ulama bcsar Indonesia dan seorang
pemikir sinkrctik-kreatif dalam Islam, ia mampu menggabungkan pelbagai
pemikiran dalam suatu corak yang bisa diterima umat, termasuk di bidang
penafsiran ai-Qur'an. Hal ini dilakukan olchnya dalam rangka berusaha untuk
mcngantarkan pcmbaca agar mcngetahui petunjuk Ilahi yang dianugerahkan
kepada Nabi Muhammad dan umatnya. Melalui sudut pandang M. Quraish
Shihab inilah permasalahan di atas dicoba untuk dikaji lebih dalam. Bagaimana
penafsiran M. Q.!-_!raish Shihab terhadap ayat-ayat tentang iikir dalam tafsir a/Mishh;/
h sural Ali 'Im6in Jan sural an-Nisa'?, Jan bagaimana manfaat dan
pengaruh iikirtcrhadap kchidupan?.
Kajian ini bersifat kepustakaan murni (library reseach) yang didasarkan
p<~dH karya Tafli: Hl-.¥ishb.iih '.'olumc 1 scbagai sumbcr data primer dan karya
karya lainnya yang bcrhubungan dcngan tcma di atas bcrupa buku-buku, kitab,
jumal dan lain-lain yang bcrkaitan dcngan tcma pokok pembahasan sebagai data
penunjang. Adapun mctode untuk mengolah data digunakan metode DeskriptifAna/
itis yakni mengumpulkan data yang ada, menafsirkannya dan mengadakan
analisa yang interpret at if dengan cara menyelami kemudian mengungkap arti dan
nuansa yang dimaksud olch scorang tokoh. Selanjutnya merumuskan kesimpulan
alas pcnafsiran Quraish Shihab yang bcrkaitan dcngan kajian ini, sehingga
dipcrolch gambaran yang jclas tcntang detail-detail pcmikiran Quraish Shihab
dalam mcnafsirkan ayat al-Qur' an tentang tildr.
Dari pcnelitian ini ditcmukan jawaban, bahwa kata iildr selain dapat
diartikan sebagai mcnyebut dan mcngingat Allah, juga dapat bermakna sebagai
ai-Qur'an dan juga scbagai suatu pelajaran. Manfaat dan pengarub ii.kir bagi
seseorang yaitu tidak hanya sckcdar sebagai kewajiban dan mengharapkan pahala
serta terhindar dari api neraka semata, akan tetapi agar iikir menjadi kebutuhan
dengan meningkat lagi scbagai wujud cinta dan rasa syukur seorang hamba
kepada Allah SWT.NIM. 00530075 ASEP SAEFUL ROHMAN