Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-29T06:23:56ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2024-03-21T07:02:54Z2024-03-21T07:02:54Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/64468This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/644682024-03-21T07:02:54ZMAKNA SIMBOLIK BANGUNAN MASJID AGUNG KRATON YOGYAKARTAMasjid marupakan bagian yang penting dalam Islam, karena masjid
merupakan tempat untuk beribadah kepada Allah, sedang secara cultural atau budaya,
masjid merupakan tempat bersosialisasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Selain
itu, masjid dijadikan sarana penanaman budaya Islam. Masjid Agung Yogyakarta
merupakan hasil perpaduan dari tiga budaya, yaitu budaya Jawa, budaya Hindu dan
budaya Islam.
Penelitian ini mencoba untuk “menguak” makna-makna yang terkandung
dalam bangunan dan benda yang ada di masjid Agung Yogyakarta. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) dalam pengumpulan data, (a) observasi
langsung, (2) wawancara, (3) dokumentasi. (2) dalam analisis data, (a) deskriptif
analitik (b) interpretasi filosofis. Obyek dalam penelitian ini adalah bangunan,
perangkat, yang ada di masjid Agung, penataan ruang dan sengkala. Di antaranya;
dalam segi bangunan, ruang utama, serambi, pasucen, pawestren, pagongan, gapura
atau regol, benteng blumbang, pajangan, dan mihrab. Sedang perangkat, di antaranya
mustaka, mimbar khotib, maksura, bedug dan kenthongan. Dalam memaknai
beberapa obyek tersebut menggunakan interpretasi filosofis.
Makna dari setiap sisi bangunan masjid Agung Yogyakarta tidak bisa lepas
dari konteks pada waktu terbangunnya masjid tersebut. Masjid Agung terletak satu
lingkup dengan kraton Yogyakarta, selain itu pula pendiri masjid Agung ini adalah
Sultan Hamengkubuwono I, sehingga nuansa budaya jawa sangat kental baik dari
segi bangunan maupun dalam pemaknaannya. Hal ini merupakan nilai positif, dimana
Islam, dalam hal ini baik budaya maupun ajarannya, dapat bersifat fleksibel. Islam
merupakan budaya yang datang ke pulau Jawa, yang mana memiliki bentuk yang
berbeda dengan budaya Jawa. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah, karena
para penyiar agama Islam (Walisanga) dapat mengelaborasi antara budaya Jawa
dengan Islam, baik dalam hal budaya maupun ajarannya. Sehingga menjadi sebuah
konsep yang bisa diterima oleh masyarakat, bukan itu saja, tetapi masyarakat Jawa
berbondong-bondong masuk Islam.
Bangunan masjid Agung Yogyakarta memiliki banyak makna, yang
semuanya menjadi tuntunan hidup manusia di dunia. Semua bangunan menyiratkan
apa yang harus diperhatikan manusia dalam mengarungi kehidupan, terutama terkait
dengan hubungan vertikal maupun horizontal, yaitu hubungan dengan Allah dan
manusia. Dua hubungan tersebut harus berjalan seiringan agar manusia dapat selamat
baik di dunia maupun di akhirat.NIM.: 05510026 Ana Faridha2024-02-05T02:43:31Z2024-02-05T02:43:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63420This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/634202024-02-05T02:43:31ZTINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN PEDOMAN PENGGUNAAN PENGERAS SUARA DI MASJID DAN MUSALAPenggunaan pengeras suara untuk mengumandangkan azan minimal akan digunakan sebanyak 5 (lima) kali dalam sehari, namun penggunaan pengeras suara di lingkungan masyarakat tidak hanya dipergunakan untuk mengumandangkan azan saja, namun beberapa kegiata keagamaan dan sosial lainya. Oleh sebab itu, pemerintah menerbitkan aturan yang dikeluarkan oleh Menteri Agama berupa Surat Edaran dengan Nomor SE 05 Tahun 2022 tentang pembatasan pengeras suara di masjid dan musala. Akan tetapi, hal tersebut menimbulkan pro dan kontra ditengah masyarakat, karena masyarakat beranggapan bahwa pengeras suara yang dipergunakan untuk mengumandangkan azan serta kegiatan-kegiatan keagamaan lainya merupakan tradisi dan adat istiadat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat hingga saat ini. Tidak hanya itu, masyarakat beranggapan dikeluarkanya aturan ini tidak relevan jika dipergunakan di daerah terpencil atau bukan daerah perkotaan, karena pengumandangan azan, maupun salawat dan pengajian-pengajian merupakan soundscape atau bunyi lingkungan, oleh karena itu, terkait permasalahan yang terjadi penulis mengkaji dengan rumusan masalah ialah: pertama, bagaimana tinjauan siyasah dusturiyyah terhadap nilai keadilan terkait Surat Edaran Menteri Agama nomor SE 05 Tahun 2022 tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala. Kedua, bagaimana eksistensi ‘urf memandang peraturan terkait Surat Edaran Menteri Agama nomor SE 05 Tahun 2022 tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang dimana dalam pengumpulan data peneliti melakukan penulusuran dan menelaah bahan pustaka (literarut, hasil penelitian, majalah ilmiah, jurnal ilmiah, dan sebagainya). Sehingga dalam penelitian menggunakan pendekatan penelitian normatif secara historis dan terfokus pada pendekatan normatif filosofis. Selain itu, penelitian ini menggunakan teori siyasah dusturiyyah, serta bagaimana pandangan ‘urf terkait Surat Edaran, dan efektivitas kadilan ditengah masyarakat. Hasil penelitian ini mengungkapkan 2 kesimpulan utama yaitu: pertama,bahwa pembentukan aturan terkait pembatasan pengeras suara ini, tidak dapat diterapkan secara mutlak diseluruh lapisan masyarakat, karena ada yang menolak dan menerima aturan yang dibuat. Kedua, sedangkan jika dilihat dari sisi penerapan ‘urf yang dikelompokkan jika dalam keabsahannya dikumandangkanya azan menggunakan pengeras suara termasuk kedalam ‘urf shahih, sehingga hal tersebut tidak bertentangan dengan nash serta dilakukan secara berulang dan diterima masyarakat namun menyebabkan perbedaan pendapat, ada yang merasa terganggu dan ada yang menikmati, oleh karenanya dari perbedaan pendapat itu bisa dilakukaan telaah kembali, apakah surat edaran itu wajib dilaksanakan atau hanya dilakukan didaerah yang menyetujui sajaNIM.: 21203012086 Dewi Amimi, S.H.2024-02-05T01:56:20Z2024-02-05T01:56:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63433This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/634332024-02-05T01:56:20ZKOMODIFIKASI MASJID RAYA BAITURRAHMAN BANDA ACEH: TINJAUAN KONSEPTUAL WISATA RELIGITulisan mengenai komodifikasi agama secara umum terbilang sudah banyak,
namun tulisan komodifikasi agama dengan perantara salah satu simbol agama yaitu
tempat ibadah masih ada beberapa celah yang cukup menarik untuk di diskusikan.
Pada penelitian ini mengambil titik lokasi pada Masjid Raya Baiturrahman Aceh,
seperti diketahui bersama dimana sebuah masjid yang dibangun awal tujuannya
adalah sebagai tempat ibadah, namun seiring dengan berjalannya waktu fungsi
masjid berubah secara perlahan seperti yang terjadi pada Masjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh. Terdapat pro dan kontra dalam perubahan ini, namun beberapa upaya
terus dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
Masjid Raya Baiturrahman secara perlahan berubah menjadi suatu destinasi
wisata religi di Provinsi Aceh yang secara tidak lansung juga menghasilkan ekonomi
kepada masjid, ini menarik untuk diulas karena agama terkesan dijadikan komoditi
dan diperjualbelikan, oleh karena itu fokus pada penelitian ini adalah melihat dan
menganalisa bagaimana Masjid Raya Baiturrahman berproses dari awal
pembangunan sampai sekarang melalui analisis sejarah, sistem, dan peraturan
lapangan. Terdapat dua rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: 1). Bagaimana
pihak otoritas membangun komodifikasi pada Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh?, dan 2). Wujud komodifikasi seperti apa yang ada pada Masjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh?.
Pada penelitian ini menggunakan Teori Komodifikasi dari Karl Marx,
pemilihan teori ini karena dirasa cukup berkesinambungan dengan tema penelitian.
Adapun jenis penelitian yang dipakai adalah melalui penelitian kualitatif, dengan
metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jadi dengan kata
lain peneliti turun ke lapangan dan merasakan suasan lansung di lokasi penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Masjid Raya Baiturrahman
Aceh sampai saat ini memang masih difokuskan sebagai tempat ibadah, namun
disatu sisi masjid ini sudah menjadi objek wisata religi yang cukup populer baik
tingkat nasional maupun internasional dengan kata lain telah terjadi komodifikasi
pada masjid tersebut, dengan kata lain ada banyak pergeseran makna yang terjadi di
masjid ini. Selain itu dukungan dari pemerintah yang kuat membuat masjid ini bisa
mengelola sendiri perputaran ekonomi dan membuat sistem pengelolaan jauh lebih
kuat dan rapi. Walaupun demikian tingkat kesempurnaan pada aspek pariwisata di
masjid ini terbilang masih minim dan berbeda dengan pariwisata religi lainnya
khususnya dengan tempat ibadah seperti candi dan kuil.NIM.: 21205022006 Hanif Saputra2024-01-05T06:25:00Z2024-01-05T06:25:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62717This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/627172024-01-05T06:25:00ZSEJARAH PEREKONOMIAN MASJID JOGOKARIYAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT YOGYAKARTA (1999-2022 M)The discussion of this research is the economic history of the
Jogokariyan mosque and its influence on the people of Yogyakarta (1999-
2022). Jogokariyan Mosque is a place of worship which is known as the
mosque that saves the people. starting from pioneering to the economic
development of the Jogokariyan mosque. The purpose of this study is to
explain the role and function of the Jogokariyan mosque and its influence
on the people of Yogyakarta (1999-2022). Finally, explaining the success
and success of the Jogokariyan mosque, such as receiving an award from
the government in the form of a certificate that the Jogokariyan mosque is
an example of a national mosque. This study uses a sociological approach,
there are three concepts used, namely, economy, mosque and society. Social
interaction and change using historical methods, among others, heuristics,
criticism, interpretation and historiography.
The results of this study indicate changes in the economy of the
Jogokariyan mosque (1999-2022). The people of Jogokariyan are also
experiencing very rapid social changes. The economic progress of the
Jogokariyan mosque with the existence of a mosque-based business, daring
to open employment opportunities, being able to provide subsidies to the
Jogokariyan community in the form of basic food items, in the form of
health polyclinics, minimizing poverty and unemployment. the social
progress of the Jogokariyan community starting from formal education,
providing an Islamic Center Hall for worshipers who want seminars or
comparative studies and inviting the community to increase religious
tourism.
Jogokariyan Mosque is one of the people's paths to benefit, prosperity
and welfare. The number of programs formed by the administrators of the
Jogokariyan mosque makes the community more tips in increasing their
piety to Allah SWTNIM.: 20201022012 Rosipah2024-01-04T01:33:50Z2024-01-04T01:33:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62663This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/626632024-01-04T01:33:50ZKEPENGURUSAN MASJID RAYA AL FALAH DI KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN JAWA TENGAH (STUDI HISTORIS TAHUN 1956-2021 M)Masjid Raya Al-Falah didirikan pada tahun 1956. Awalnya masjid ini bernama Masjid Raya Al Ittihad dan pengelolaannya berada di bawah tanggung jawab Yayasan Al Ittihad. Pada tahun 1987 terjadi pergantian nama masjid dan kepengurusan masjid. Nama Masjid Raya Al Ittihad diubah menjadi Masjid Raya Al-Falah dan kepengurusan masjid beralih menjadi tanggung jawab Masjid Raya Al Falah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah terbentuknya kepengurusan Masjid Raya Al-Falah dan menganalisis perubahan kepengurusan Masjid Raya Al-Falah. Rumusan masalah yang dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana latar belakang berdirinya Masjid Raya Al-Falah; (2) Bagaimana kepengurusan Masjid Raya Al-Falah di bawah tanggung jawab Yayasan Al Ittihad; (3) Bagaimana kepengurusan masjid dibawah tanggung jawab Masjid Raya Al Falah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan sosiologi dengan teori institusionalisme yang dikemukakan oleh Robert E. Goodin. Metode yang digunakan yaitu metode sejarah, yang meliputi empat langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
Hasil penelitian ini bahwa perkembangan kepengurusan masjid Al Falah mencakup perkembangan pada manajemen, pengelolaan dana, program, dan fasilitas. Manajemen Masjid Raya Al Falah mengalami perkembangan yang sangat baik, bahkan saat ini menjadi contoh untuk masjid-masjid lain yang ada di Kabupaten Sragen dan sekitarnya. Pengelolaan dana di Masjid Raya Al Falah berkembang baik, pemasukan yang awalnya hanya dari infaq jamaah seiring berjalannya waktu pemasukan dana bertambah dari donatur tetap. Masjid Raya Al Falah mampu memberikan fasilitas yang memadai, seperti tempat parkir yang luas, keamanan 24 jam, tempat ibadah yang bersih dan nyaman. Program-program di Masjid Raya Al Falah mengalami perkembangan yang sangat baik sehingga mampu menarik perhatian jamaah, dari tahun ke tahun jamaah yang mengikuti program di Masjid Raya Al Falah mengalami peningkatan. Beberapa program yang ada di Masjid Raya Al Falah yakni ATM beras untuk kaum dhuafa, kajian rutin baik tahsin, tafsir, dan sebagainya.NIM.: 18101020046 Akhirul Khasanah2024-01-02T04:18:58Z2024-01-02T04:18:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62626This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/626262024-01-02T04:18:58ZFUNGSI MASJID SYEKH ABDUL MANNAN SALABOSE DI MASA KERAJAAN BANGGAE SULAWESI BARAT ABAD XVII MMasjid Purbakala Syekh Abdul Mannan merupakan masjid tertua yang ada
di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Masjid ini berdiri sekitar abad ke-17 masehi
atau sekitar tahun 1610 masehi, yang mana saat itu Kabupaten Majene dikenal
sebagai Kerajaan Banggae dan di pimpin oleh seorang raja yang bernama I Moro
Daetta di Masigi. Arsitekur masjid merupakan hasil pertemuan unsur budaya lokal
dan Islam, terlihat pada atap yang berbentuk tumpang dan bertingkat dengan
mustaka yang menjulang ke atas. Pada ruang utama masjid terdapat mihrab dan
mimbar dengan ornamen yang khas dan unik. Selain mihrab dan mimbar, di ruang
utama juga terdapat empat tiang yang berdiri kokoh menyokong bangunan utama
masjid. Selain dari segi arsitektur, masjid Purbakala Syekh Abdul Mannan juga
berkontribusi dalam proses Islamisasi pada periode awal di Kerajaan Banggae.
Keunikan masjid terletak pada lokasi masjid yang tidak berada di wilayah
perkotaan, akan tetapi berdiri kokoh di pinggiran kota yang berada pada Desa
Salabose.
Topik ini menarik untuk dibahas mengingat belum ada yang membahas
tentang sejarah Masjid Purbakala Syekh Abdul Mannan yang berkaitan dengan
awal penyebaran Islam di Kerajaan Banggae, tepatnya di Sulawesi Barat. Oleh
karena itu, pokok masalah yang dibahas yaitu nilai historitas masjid baik dari proses
berdirinya hingga tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam pendirian masjid, serta
fungsi yang dirasakan setelah berdirinya masjid di wilayah kerajaan. Alat analisis
yang digunakan ialah pendekatan histori-arkeologis dan teori fungsionalisme oleh
Alfred Reginald Radcliffe Brown. Adapun metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini ialah metode penelitian sejarah yang tahapan-tahapannya
antara lain heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masjid Syekh Abdul Mannan
Salabose didirikan pada tahun 1610 M. Pendirinya adalah Syekh Abdul Mannan
Salabose yang merupakan penganjur agama Islam pertama di Kerajaan Banggae.
Masjid ini dibangun pada era kepemimpinan raja ketiga dari Kerajaan Banggae
yakni Maraqdia I Moro Daetta di Masigi. Masjid ini difungsikan sebagai sarana
dalam proses penyiaran Islam di wilayah Kerajaan Banggae. Hal tersebut
menjadikan masjid tersebut masuk ke dalam benda cagar budaya yang saat ini sudah
berusia 412 tahun. Arsitektur masjid ini mengadopsi beberapa unsur budaya seperti
Jawa, Hindu, Timur Tengah, Mandar dan Islam. Ornamen-ornamen pada masjid
menggunakan ornamen bulan bintang, pedang keris dan sulur daun.NIM.: 17101020021 A. Riska Diana Putri2023-11-08T02:41:56Z2023-11-08T02:41:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62126This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/621262023-11-08T02:41:56ZANALISIS KINERJA DEWAN KEMAKMURAN MASJID (DKM) NURUL ASRI DALAM AKTIVITAS DAKWAH ISLAM DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2023Manajemen Pengelolaan Masjid adalah kunci keberhasilan kegiatan-kegiatan dakwah Islam di masjid, sehingga hal ini harus menjadi perhatian dan fokus utama setiap pengurus masjid. Dewasa ini pengurus masjid di beberapa daerah masih belum mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam kegiatan-kegiatan dakwah, hal ini dilandasi oleh ketidakmampuan untuk melakukan manajemen pengurusan masjid. Hal demikian tentu harus segera diselesaikan untuk mencapai kinerja pengurus masjid yang lebih baik lagi, dengan menjadikan masjid-masjid yang telah berhasil dalam hal manajemen sebagai contoh dan panutan. Masjid Nurul Ashri adalah salah satu pusat dakwah terkemuka di Kota Yogyakarta, dengan berbagai kegiatan-kegiatan dakwah yang inovatif, kreatif, dan solutif bagi masalah yang dihadapi oleh umat Islam saat ini. Metode penelitin ini menggunakan metode kualitatif dengan rangkaian pengambilan data dengan melalui proses wawancara, observasi, dan kajian pustaka. Analisis data dilakukan untuk mengambil sebuah kesimpulan dan memberikan saran terkait tema penelitian, yang berfokus kepada analisis kinerja dari pengurus masjid, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai kajian oleh pengurus-pengurus masjid di daerah lain. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja dari Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Nurul Ashri Yogyakarta sudah cukup baik, dengan indikator berupa penempatan posisi para pengurus beserta elemen-elemen pendukung dibawahnya sudah berdasarkan dari potensi kemampuan individu masing-masing sesuai dengan bakat, minat serta kepribadian dari para pengurus beserta jajarannya. Selain itu, dalam proses menjalankan program dan kegiatan-kegiatan masjid, para pengurus termotivasi atas dasar pandangan bahwa tugas tersebut sebagai sebuah ibadah, sehingga menjadi sebuah stimulus yang vital dalam memberikan pelayanan yang maksimal di samping melalui perencanaan program yang matang.
Di sisi lain, dalam menunjang ketercapaian visi-misi organisasi, organisasi sudah melakukan kewajibannya dengan memberikan dukungan terhadap para pengurus beserta elemen-elemen terkait seperti memenuhi kebutuhan akan aspek kompetensi ataupun wawasan yang diperlukan para pengurus dan elemen-elemen dibawahnya dalam mencapai kinerja yang maksimal, sekalipun hal tersebut berbanding lurus dengan masih banyaknya juga kekurangan dan hal-hal penunjang lain yang perlu di tingkatkan seperti ketiadaan kantor, keterbatasan lahan parkir, dan standar kinerja baku yang membantu para pengurus beserta elemen-elemen terkait dalam menjalankan program dan kegiatan organisasi secara terukur.NIM.: 16240098 Suryadin2023-10-26T04:15:37Z2023-10-26T04:15:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61873This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/618732023-10-26T04:15:37ZMAKNA SIMBOLIK ARSITEKTUR BANGUNAN MASJID PATHOK NEGORO AD-DAROJAT BABADAN YOGYAKARTAThe Pathok Negoro Mosque is a cultural heritage that needs to be preserved by the people of Yogyakarta. As the heir to the glory of the Muslim Mataram, Yogyakarta today remains an area with strong Javanese beliefs and traditions. However, it must also be acknowledged that the current generation is increasingly detached from the cultural, intellectual and religious heritage of the past, so they may not understand the meaning of the symbols associated with the Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan . For this reason, the author tries to explain the symbolic significance of the construction of the Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan Mosque, the history of the Pathok Negoro Babadan Mosque. And the icons of the Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan Mosque. With this in mind, there are things we will answer in this study. What is the meaning and function of the architectural symbols of the Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan Mosque? The research method used is a field study with a qualitative method. The data were collected by observation, interviews and notes, and then analyzed using Roland Barthes' semiotic and descriptive analysis methods.
Research results show that the construction of the Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan Mosque has symbolic, connotative and mythological meanings. Architectural elements such as the shape of the roof, guru saka and mustoko symbolize the flow of human life and embody the meaning of the pillars of Islam, faith and Ikhsan. The purpose of writing this thesis is to give an insight into the meaning contained in the Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan Mosque, whose architecture is different from the works of other mosques. Islam in general.NIM.: 16510056 Dinda Ariechanis Rahmadhanty2023-10-16T08:31:32Z2023-10-16T08:31:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60759This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/607592023-10-16T08:31:32ZPERAN PEREMPUAN DALAM MEMAKMURKAN MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTASejak zaman Nabi Muhammad saw, masjid dijadikan sebagai sentral aktivitas kehidupan bermasyarakat mulai dari ibadah ritual, pendidikan hingga pemerintahan. Seiring perkembangan zaman, keberadaan masjid mudah untuk ditemukan disetiap wilayah, akan tetapi fungsi masjid juga mengalami pergeseran semula menjadi tempat musyawarah, pendidikan, pusat pemberdayaan masyarakat kini sekadar tempat untuk shalat berjamaah lima waktu saja. Masjid Jogokariyan yang berdiri ditengah-tengah kampung Jogokariyan, masjid yang terkenal dengan kemakmuran masjidnya hingga membuat banyak masyarakat dari berbagai daerah datang untuk sekadar berkunjung atau melakukan studi banding dalam upaya belajar cara memakmurkan masjid yang baik. Untuk memakmurkan masjid, takmir Masjid Jogokariyan melibatkan seluruh masyarakat sekitar masjid tidak terkecuali kaum perempuan. Dimana jamaah perempuan masjid diberikan kebebasan untuk beraktivitas dan membuat kegiatan di masjid. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran apa saja yang dilakukan oleh jamaah perempuan Masjid Jogokariyan dalam memakmurkan masjid.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori peran dari Jonathan H. Turner. Metode penelitian yang digunakan yakni metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian data dianalisis dengan melakukan reduksi data, penyajian datan dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran perempuan dalam memakmurkan masjid di Masjid Jogokariyan yakni a) dengan terlibat dalam kepengurusan masjid, b) meningkatkan wawasan keilmuan jamaah dalam kemampuan membaca Al-Qur’an, pengetahuan fikih nisa dan parenting, c) meningkatkan kegiatan ibadah di masjid, d) meningkatkan kegiatan sosial di Masjid Jogokariyan.NIM.: 16720016 Anis Maulida2023-09-11T04:42:16Z2023-09-11T04:42:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60236This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/602362023-09-11T04:42:16ZMANAJEMEN STRATEGI MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA MEMAKMURKAN MASJID TAHUN 2022-2023Sebagai negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam, Indonesia memiliki banyak masjid yang tersebar di berbagai wilayah. Menurut data dari Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama Republik Indonesia, terdapat 298.024 masjid yang tersebar di Indonesia. Jumlah yang banyak tersebut layak untuk disyukuri dan dibanggakan. Namun sangat disayangkan, masih banyak masjid yang tidak diiringi dengan pengelolaan yang baik sehingga masjid hanya tampak megah dari segi bangunan namun sunyi dari kegiatan di dalamnya. Di tengah keresahan masih banyaknya masjid yang kurang baik pengelolaannya, terdapat salah satu masjid yang dikelola dengan baik bahkan sampai mendapat penghargaan dari Kemenag Republik Indonesia, yaitu Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Berdasarkan fenomena ini, tentu Masjid Jogokariyan memiliki strategi pengelolaan tertentu untuk memakmurkan masjid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Manajemen Strategi Masjid Jogokariyan Yogykarta Sebagai Upaya Memakmurkan Masjid Tahun 2022-2023. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori proses dan tahapan strategi yang terdiri dari analisis lingkungan, perencanaan strategi, implementasi strategi, dan pengawasan strategi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data model Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan pendekatan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum Manajemen Strategi Masjid Jogokariyan Yogykarta Sebagai Upaya Memakmurkan Masjid Tahun 2022-2023 cukup baik. Strategi yang berfokus pada jamaah melalui pendekatan kepada jamaah, serap aspirasi dari berbagai stakeholder, dan menjunjung tinggi ukhuwah, sangat berperan penting dalam memakmurkan Masjid Jogokariyan. Keberadaan Masjid Jogokariyan juga memberikan manfaat serta dampak yang baik pada kehidupan masyarakat Kampung Jogokariyan.NIM.: 19102040089 Aldi Fakhrozy2023-09-06T04:26:26Z2023-09-06T04:26:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60145This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/601452023-09-06T04:26:26ZPENGORGANISASIAN DAN PENGENDALIAN DI MASJID AT-TAQWA BALAPAN YOGYAKARTAPenelitian ini dilatar belakangi dari banyaknya masjid yang tidak berfungsi sebagai mana pada masa awal Islam yang mana masjid juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, latihan militer, dan pusat diplomasi yang berarti fungsi masjid mengalami penurunan fungsi yang dapat diperbaiki dengan manajemen yang baik. Manajemen yang pada awalnya dikembangkan dalam bisnis, industri, dan militer saat ini diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pengelolaan masjid. Manajemen masjid mencakup tugas bidang utama: idarah (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan komponen masjid, mengatur keuangan), riayah (pemeliharaan dan kebersihan masjid), dan imarah (kegiatan sosial dan pendidikan agama). Masjid At-Taqwa Balapan di Yogyakarta adalah contoh bagus pengelolaan masjid yang menawarkan berbagai layanan kepada jamaah. Sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami pengorganisasian dan pengendalian masjid di Masjid At-Taqwa Balapan, Yogyakarta, dan bagaimana hal tersebut mendukung kebutuhan dan harapan jamaah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan sekunder, dimana data primer diperoleh dengan cara wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari artikel melalui media perantara. Teknik analisis data pada penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian atau paparan data, dan penarikan kesimpulan. Serta uji keabsahan data menggunakan triangulasi data dan perpanjangan keabsahan temuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen masjid di Masjid At-Taqwa Balapan sudah baik. Penerapan fungsi manajemen pengorganisasian dan pengendalian berhasil menjadikan program yang ada di masjid ini berjalan dengan baik. Aktualisasi dari fungsi pengorganisasian dan pengendalian diterapkan pada program musyawarah pagi yang di situ dilakukan pembagian tugas harian serta pengawasan kinerja pengurus sehingga kinerja dan hasilnya dapat terpantau dan dievaluasi secara langsung pada forum tersebut oleh seluruh peserta musyawarah yang terdiri dari pengurus, crew, dan jamaah.NIM.: 18102040032 Hafidh Mukhoyyar2023-09-06T01:52:06Z2023-09-06T01:52:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60126This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/601262023-09-06T01:52:06ZMANAJEMEN MASJID DALAM MENINGKATKAN KEGIATAN KEAGAMAAN MASJID AMBARGAMA AMBARUKMO YOGYAKARTAPada dasarnya kegiatan keagamaan pada suatu masjid merupakan sebuah bentuk pemberdayaan masyarakat yang perlu dikelola dan termanajemen dengan baik guna untuk kemakmuran masjid itu sendiri dan masyarakat sekitar. Dengan begitu diperlukan dengan adanya implementasi pengelolaan masjid guna melestarikan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Dalam rangka operasionlisasi penelitian diatas, penulis menggunakan jenis penelitian adalah kualitatif yang hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprentasi terhadap data yang di temukan di lapangan yaitu dengan diadakannya pendekatan manajemen masjid dan pendekatan komunikasi dengan para pengurus dan takmir masjid serta para tokoh masyarakat disekitar masjid. Begitu penting dan keharusan keterlibatan penelii dan penghayatan terhadap permasalahan dan subjek penelitian, maka dapat dikatakan bahwa penelii melekat erat dengan subjek penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Manajemen pengelolaan Masjid dalam Meningkatkan minat Shalat berjamaah di Masjid Ambargama Caturtunggal Sleman belum terlalu maksimal, dan masih kurangnya rasa antusias para masyarakat, disamping itu masih banyak manajemen yang belum diterapkan oleh Remaja Masjid terhadap jamaah dalam meningkatkan Minat shalat berjamaah di masjid Ambargama.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa manajemen masjid Ambargama dapat meningkatkan kegiatan keagamaan jama’ah masjid secara optimal dan baik dalam pengertian input maupun outpunya. Berkaitan dengan kesimpulan diatas ada beberapa saran yang perlu perhatiakan yakni perlunya intensifikasi kerja sama, meningkatkan lagi kesadaran para jamaah akan pentingnya untuk menghidupkan entitas masjid yang sudah diperjuangkan oleh para pendahulunya dalam mendirikan masjid Ambargama ini, dan selanjutnya para peneliti lanjut disarankan untuk dapat mengadakan pengkajian dan penelitian tentang kiprah masjid Ambargama dalam melakukan perubahan masyarakat dari aspek dan disiplin yang berbeda.NIM.: 16240028 Nur Febri Atmojo2023-08-08T01:58:43Z2023-08-08T01:58:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/60025This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/600252023-08-08T01:58:43ZImplementasi Perencanaan dan Pengawasan pada Kegiatan Bubur Berkah di Teras Masjid Al Ishlah Ngadiwinatan YogyakartaManajemen tidak hanya berlaku untuk perusahaan atau lembaga yang mencari keuntungan saja tetapi berlaku juga pada perusahaan atau lembaga yang tidak berorientasi pada keuntungan seperti masjid. Masjid dilingkungan perkampungan bisa jadi memerlukan pola manajemen yang lebih longgar dan sederhana dibandingkan pola manajemen masjid dilingkungan perkotaan Masjid dilingkingan perkotaan karena sifat sosio kulturalnya yang relatif dinamis bisa jadi membumihkan pola dau profesional im sendiri yang menipakan poin menariknya namun relevansinya dengan kebumhan jamaah sekitamiya Artinya relevansi atau kesesuaian dengan kebutulian stokelioider dalam hal ini jamaah masjid menjadi pertimbangan yang dominan mengingat masjid berdiri untuk memberikan pelayanan kepada para jamaal. Masjid Al lsh Ngadiwinata Yogyakarta termasuk masjid yang tidak hanya sebagai pusat ibadah berupa sholat tetapi juga sebagai pusat kehidupan masyarakat sekitar karena sejatinya semua aktivitas hidup adalah ibadah Berdasarkan alasan tersebut maka Masjid Al Ishlah Ngadewiatan Yogyakarta menyelenggarakan beberapa unit kegiatan selain penyelenggaraan ibadah seper masjid pada umumnya di tempat lain yaitu di masjid tersebut diadakan kegiatan Babu Berkah Ahad Pagi (Perpaduan bubur beras, sayur terik tahu telur sambel goreng krecek tempe dan bibus untuk cita rasa tradisional yang melegenda) dan pemeriksaan kesehatan secara gratis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perencanaan dan pengawasan pada kegiatan bubur berkala di teras Masjid Al Ishlah Ngadiwinatan Yogyakarta, Metode penelitian yang digunakan dalam penlitian mi deskriptif kualitatif. diana peneliti mendiskripsikan secara langsung fenomena atau setting sosial yang ada pada kegiatan bubur berkah di teras Masjid Al Ishlah Ngadewmatan Yogyakarta. Adapun telnik keabsahan data yang digunakan adalah menggunakan teknik triangulasi sumber data Selanjutnya data akan dianalisis melabu 3 tahapan yain reduksi data, display data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data Hasil penelmain ini memujukkan bahwa perencanaan dan pengawasan pada kegiatan bubur berkah di teras Masjid Al Ishlah Ngadiwmatan Yogyakarta, secara keseluruhan terjalan dengan baik Pada pengawasan perlu mendapat perhatian karena ada yang belum tersistematis yaitu penetapan standar pengukuran pelaksanaan, sehingga para relawan teras Masjid menjadi lebih dinamis lagi dalam berkarya dan bekerja.- Early Maghfiroh Innayati2023-07-13T02:06:42Z2023-07-13T02:06:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59842This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/598422023-07-13T02:06:42ZFENOMENA MASJID SEBAGAI RUANG BERFILSAFAT STUDI ANALISIS RESEPSI NGAJI FILSAFAT DI MASJID JENDERAL SUDIRMAN, YOGYAKARTALatar belakang penelitian ini berangkat dari asumsi masyarakat pada umumnya mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu yang berbahaya, dapat menyebabkan gila, dan menjauhkan manusia dari Tuhannya. Sehingga belajar filsafat merupakan satu hal yang perlu dihindari dan tidak perlu dikaji. Namun, peneliti menemukan hal yang berbeda di Masjid Jenderal Sudirman, Yogyakarta. Di masjid ini justru filsafat diajarkan, bahkan sudah diikuti oleh ratusan peserta ngaji dari berbagai macam latar sosial dan agama yang berbeda. Dari sini kemudian peneliti tertarik untuk melakukan riset pada kegiatan ngaji filsafat ini melalui fenomena masjid sebagai ruang berfilsafat dengan menggunakan kerangka teori resepsi. Penelitian ini bertujuan untuk menggeser konstruk masyarakat yang mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu yang membahayakan, agar tidak menjadi kesalahpahaman dan menjadi konstruk masyarakat yang langgeng.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (lapangan), dengan memakai kerangka teori Fenomenologi Edmund Husserl dan teori analisis Resepsi Mukarovsky. Teori Fenomenologi Edmund Husserl digunakan untuk menemukan fenomena makna dan hakikat dari pengalaman yang dialami peserta Ngaji Filsafat serta Teori Resepsi Mukarovsky dipakai untuk analisis mendalam aspek peserta dalam mengikuti Ngaji filsafat. Selain itu juga diperkuat dengan melakukan Observasi, wawancara, dokumentasi, Heuristik, Verifikasi, dan Interpretasi.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah melalui kegiatan ngaji filsafat di Masjid Jenderal Sudirman telah mampu menggeser paradigma masyarakat yang mengatakan filsafat itu sesat, filsafat menjauhkan manusia dari Tuhannya. Justru yang ada dengan belajar filsafat menjadikan manusia semakin dekat dengan Tuhannya, menciptakan kedamaian dan keteduhan, melalui filsafat menjadikan manusia mampu berfikir kritis dan mendalam terhadap sesuatu yang mana itu akan berdampak pada kemajuan manusia dalam bermasyarakat, beragama, dan berbudaya.NIM.: 19205012044 Neli Rahmah2023-05-31T03:53:50Z2023-05-31T03:53:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58989This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/589892023-05-31T03:53:50ZPERILAKU ALTRUISME JAMA’AH MASJID AL-AZHAR DALAM
MENCAPAI MASJID RAMAH LINGKUNGAN DAN ANAKTesis ini mengkaji tentang konsep perilaku pro-sosial altruisme pada sebuah tempat peribadahan masyarakat di Masjid Al-Azhar Suryowijayan Kota Yogyakarta dalam mencapai predikat masjid ramah lingkungan dan masjid ramah anak. Berbagai permasalahan kehidupan masyarakat diantaranya kekerasan anak dan pencemaran lingkungan menjadi sebuah problematika bangsa yang belum dapat dituntaskan hingga hari ini. Dari berbagai permasalahan tersebut salah satu penyelenggara tempat ibadah berusaha menjadi sebuah solusi dari hal tersebut melalui peran yang dilakukan masjid dengan berbagai kegiatan sosial altruisme sebagai kontribusi untuk Negara. Individu yang mempunyai nilai-nilai pro-sosial yang diwujudkan dalam bentuk praktek altruisme diharapkan akan mampu mengembangkan sebuah konsep ramah anak dan ramah lingkungan dalam sebuah aktifitas kelembagaan masjid. Atas dasar tersebut, penelitian ini mengkaji tentang bagaimana praktek perilaku altruisme pada jama’ah Masjid Al-Azhar dalam mencapai masjid ramah lingkungan dan anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penelitian ini berisi tentang hasil wawancara para informan yang terdiri dari jama’ah, relawan, dan pengurus Masjid Al-Azhar Suryowijayan. Kemudian dilakukan pula sebuah pengamatan kondisi yang terjadi. Sehingga pengumpulan data dalam penelitian ada tiga metode yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan praktek altruisme Masjid Al-Azhar diaplikasikan dengan berbagai progeam dan kegiatan diantaranya gerakan ta'awun, pasar sayur gratis, program jumat barokah, berbagi sembako bulanan, berbagi nasi setiap senin, layanan wifi gratis dan program tanggap bencana. Kemudian tantangan praktek altruisme di Masjid Al-Azhar dalam mencapai masjid ramah lingkungan dan anak diantaranya komitmen, konsistensi, globalisasi, permasalahan sosial, kesehatan mental, pendidikan, dan ekonomi. Berdasarkan pengamatan tujuh tantangan tersebut telah dilaksanakan dengan baik oleh Masjid Al-Azhar sehingga usaha dalam mencapai masjid ramah lingkungan dan anak dapat diwujudkan melalui berbagai fasilitas dan kegiatan diantaranya pengumpulan barang bekas jama'ah masjid yang dikelola oleh remaja masjid, penanaman tanaman hijau di pagar masjid, pembagian biji tanaman sayur pada jamaah, pelepasan ikan endemik di sungai. fasilitas lembaga pendidikan bagi anak-anak usia pasca balita yaitu sebuah lembaga formal TK, TPA, kemudian area bermain anak di teras Masjid, dan aula yang luas hal tersebut berkesusaian dengan indikator masjid ramah anak yang ditetapkan oleh Kementerian Agama.NIM.: 20200011084 Faris Naufal Ali, S.Pd2023-04-26T07:06:32Z2023-04-26T07:06:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58125This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/581252023-04-26T07:06:32ZPERENCANAAN PROGRAM MASJID AGUNG KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2022Dalam melakukan perencanaan program kegiatan Masjid Agung Kota Tasikmalaya masih terdapat masalah-masalah baik fisik maupun non fisik serta adanya pro dan kontra. Kemudian pemahaman masyarakat tentang Islam masih rendah sehingga perlu dilakukan perencanaan program kegiatan yang baik.
Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dimana dalam teknis pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul diklasifikasi kemudian dianalisis terlebih dahulu dilakukan pengecekan keabsahan melalui triangulasi pengumpulan data dan sumber data. Setelah melakukan berbagai langkah penelitian maka Masjid Agung Kota Tasikmalaya telah melakukan empat tahap perencanaan dalam menentukan program yang akan dilaksakan yaitu menentukan tujuan, merumuskan keadaan saat ini, mengidentifikasi kemudahan dan kelemahan, mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan.NIM.: 18102040004 Muhammad Fathul Bilad2023-04-18T21:09:27Z2023-04-18T21:11:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58113This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/581132023-04-18T21:09:27ZKomunitas Masjid Menjinakkan Globalisasi : Perlawanan Komunitas Masjid Saka Tunggal Banyumas, Masjid Raya Al Fattah Ambon, dan Masjid Agung Singaraja BaliBuku karya Ahmad Salehuddin, Moch. Nur Ichwan dan Dicky Sofjan ini membahas bagaimana komunitas atau jamaah di tiga masjid--Masjid Saka Tunggal Banyumas, Masjid Raya al-Fattah Ambon, dan Masjid Agung Singaraja Bali bergulat dengan tantangan lokal dan globalisasi. Komunitas lokal masjid-masjid itu adalah aktor-aktor kreatif dalam menjadikan masjid sebagai benteng kuat dalam menaklukkan dan menjinakkan globalisasi.- Ahmad Salehudin- Moch Nur Ichwan- Dicky Sofjan2023-04-11T06:43:27Z2023-04-11T06:43:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57891This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/578912023-04-11T06:43:27ZKONFLIK PENGURUS MASJID ALHIDAYAH KAMPUNG GORONGAN CONDONG CATUR DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA (2005 – 2011)Adanya dua komunitas atau kelompok yang berbeda pendapat dalam
kepengurusan masjid menimbulkan hambatan kemajuan masjid. Berbedanya
orientasi dalam memahami dasar hukum Islam yaitu, Al-qur‟an dan Assunnah
mengakibatkan konflik horizontal pengurus masjid.
Fenomena di atas yang saat ini terjadi di masjid Al-hidayah Kampung
Gorongan Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Terjadinya masa transisi
atau pergantian pengurus masjid Al-hidayah dari tahun ke tahun mengalami
pergeseran nilai. Tepatnya pada tahun 2005 – 2011 pada waktu pengurus masjid
saling mendominasi untuk merubah kebijakan masjid menurut “selera” masingmasing
kelompok yaitu, kelompok Nahdhatul Ulama dan kelompok
Muhammadiyah. Masing-masing tokoh kedua Ormas Islam terbesar di Indonesia
ini selalu bersitegang dan mempertahankan egonya sendiri-sendiri tanpa
memikirkan kesejahtraan umat dan jamaah di masjid Al-hidayah Kampung
Gorongan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk serta penyebab
terjadinya konflik horizontal pengurus masjid Al-hidayah Kampung Gorongan.
Selanjutnya, penelitian ini juga ingin mencari solusi sebagai rekonsiliasi atau
penyelesain masalah (problem solving) demi meredam konflik horizontal
pengurus masjid Al-hidayah Kampung Gorongan Condongcatur Depok Sleman
Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh di
lapangan dianalisis secara deskritif analitik. Sumber data dalam riset ini adalah
para pengurus masjid dan para tokoh masyarakat, dan lain-lain. Adapun teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, partisipasi, dokumentasi dan
wawancara mendalam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: bentuk konflik horizontal
pengurus masjid Al-hidayah Kampung Gorongan periode 2005 -2011 adalah
konlfik laten, dan sebab-sebabnya adalah, yang pertama, kesalahpahaman/salah
persepsi dan komunikasi yang buruk diantara para pengurus masjid. Akibatnya
tidak ada koordinasi diantara para pengurus masjid dan kegiatan masjid tidak
dapat berjalan dengan baik. Kedua adalah, adanya provokator yang menyebarkan
fitnah kesana-kemari, sehingga semakin memperkeruh suasana di masjid Alhidayah
Kampung Gorongan Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta.
Selanjutnya sebagai resolusi dalam menghadapi konflik pengurus masjid
Al-hidayah Kampung Gorongan Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta adalah:
Membangun dialog diantara para pengurus masjid, dengan demikian terjalin
komunikasi intensif diantara para takmir masjid dan hal-hal yang menjadi
hambatan dapat terselesaikan dengan baik.NIM.: 05720033 Supriyono2023-03-16T04:02:19Z2023-03-16T04:02:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57211This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/572112023-03-16T04:02:19ZARSITEKTUR MASJID MARGOYUWONOMasjid adalah tempat yang sangat penting bagi ummat muslim. Baik sebagai
aktivitas keagamaan maupun aktivitas sosial. Masjid sebagai agen perubahan bagi ummat
Islam baik yanng bersifat vertikal maupun horizontal. Kemajuan umat Islam berkembang
apabila ada suatu kekuatan sosial yang dimotori oleh individu, kelompok serta institusi
sosial keagamaan yang bersifat dinamis. Di samping itu, Masjid juga digunakan sebagai
tempat untuk meningkatkan kualitas kehidupan umat Islam.
Dalam studi ini memfokuskan pada Masjid Margoyuwono Kraton Yogyakarta
yang berlokasi di sebelah timur Alun-alun Selatan yang beralamatkan di Jl. Langenastran
Lor No.9 Kraton Yogyakarta. Masjid Margoyuwono digunakan sebagai tempat kegiatan
keagamaan dan kemasyarakatan oleh umat Islam langenastran Kraton. Masjid tersebut
merupakan pusat dakwah Islam kepada jama’ah dan juga sekaligus menjadi pusat
aktivitas sosial masyarakat. Kegiatannya meliputi, kajian tafsir Al-Qur’an dan hadis,
perayaan hari besar Islam yang berdimensi sosial, lomba kreatifitas anak, musabaqah
tilawatil qur’an, serta Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak kecil untuk
menambah wawasan tentang keagamaan mereka.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan instrumen pengumpulan data melalui studi
pengumpulan data, pengujian data, analisis data, data berupa kepengurusan Masjid
Margoyuwono Kraton Yogyakarta. Hal yang sangat penting yaitu wawancara dengan
pihak yang berkompeten. Objek penelitian ini adalah arstitektur Masjid Margoyuwono.
Penelitian ini merupakan penelitian budaya yang mendeskripsikan dan menganalisa
akulturasi budaya yang ada.
Dalam Penelitian ini menggunakan teori akulturasi. Teori akulturasi memadukan
antara budaya lama dengan budaya baru yang mendiami masjid tersebut. Adapun tujuan
dalam penelitian ini adalah mengetahui sejarah berdirinya masjid serta akulturasi budaya
yang mendiaminya.
Kesimpulan dari penulisan penelitian ini adalah adanya sebuah tulisan yang
mampu mengangkat citra Masjid Margoyuwono yang urgen di wilayah keraton. Di
samping mengenai sejarah dan kehidupan sosial yang dikaji, peneitian ini juga membahas
dan mengupas arsitektur Masjid Margoyuwono. Masjid Margoyuwono merupakan pusat
kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan Keraton dan sekitarnya yang mengemban
tugas untuk masyarakat untuk menyampaikan dan menanamkan ajaran-ajaran Islam
dalam kehidupan masyarakat dengan cara memaksimalkan melalui aktivitas serta
interaksi sosial dengan berbagai lapisan masyarakat, sehingga tercipta kondisi
keberagaman yang kondusif, peka terhadap persoalan sosial, damai dan sejahtera sesuai
ajaran Islam.NIM.: 06120001 Nur Achadiyah Hidayati2023-03-16T02:29:59Z2023-03-16T02:29:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57192This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/571922023-03-16T02:29:59ZMANAJEMEN STRATEGI REAL MASJID 2.0 DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI DI YOGYAKARTADitengah perkembangan globalisasi yang berkembang begitu pesat, masjid
turut berjuang dalam menghadirkan ruang interaksi untuk terus menghubungkan
manusia sebagai makhluk sosial dan aktivitas peribadatan kepada Allah SWT.
Namun, perkembangan ini membawa dampak negatif terhadap menurunnya fungsi
masjid yang hanya terbatas pada aspek spiritualitas dan bidang pendidikan,
sehingga potensi masjid belum bisa dimaksimalkan dengan baik, termasuk optimasi
program ekonomi, lingkungan dan sosial melalui pintu masjid.
Menyadari degradasi yang akan berimplikasi pada problematika serius
kedepannya, masjid beberapa daerah di Indonesia mulai berbenah untuk
membangun pusat peradaban seperti zaman rasulullah saw ketika dakwah di
Madinah. Salah satunya adalah yang ada di Yogykarta, yakni Masjid Jogokariyan
dengan pendekatan masyarakatnya. Satu tahun belakangan muncul pula Real
Masjid 2.0 dengan pendekatan lifestylenya sebagai core value dalam mewujudkan
masyarakat yang memiliki nilai keislamanan, termasuk berupaya dalam
mewujudkan masyarakat madani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan Manajemen
Strategi Real Masjid 2.0 Dalam Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan data melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknis Analisa data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif melalui pengumpulan data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Uji keabsahan data dalam penelitian menggunakan pendekatan
triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategi Real Masjid
2.0 Dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani di Yogyakarta yaitu, (1).
Referensi, (2). Filosofi dan (3). pendekatan. Dalam proses implementasinya, Real
Masjid 2.0 membuat program berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat yaitu:
(1). Ekonomi (2). Pendidikan dan Sosial, (3). Kesehatan dan (4). Keluarga.
Sementara itu, fasilitas dan pelayanan yang diberikan berupa audiotorium,
warmindo gratis, bioskop, pendopo dan sport area sebagai nilai tambah.NIM.: 18102040038 Ramadanu2023-02-08T12:52:52Z2023-02-08T12:52:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55995This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/559952023-02-08T12:52:52ZManajemen Masjid dalam Menciptakan Masyarakat BerperadabanMasjid sudah seharusnya menjadi pusat peradaban masyarakat sebagaimana semua potensinya yang di optimasi pada zaman rasulullah, baik itu dari aspek ekonomi, sosial maupun pendidikan. Dengan begitu, akan tercipta lingkungan yang ideal dimana individu masyarakat memiliki nilai-nilai, norma dan hukum dengan berdasarkan penguasaan keislaman, upaya ini akan terbangun dengan strategi, inovasi dan daya kreatif bagi pengurus masjid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan Manajemen Mesjid Dalam Menciptakan Masyarakat Berperadaban. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian lapangan yang menggunakan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknis Analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dalam penelitian menggunakan pendekatan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Manajemen Masjid Dalam Menciptakan Masyarakat berperadaban yaitu, (1). Referensi, (2). Filosofi dan (3). pendekatan. Dalam proses implementasinya, Real Masjid 2.0 membuat program berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat yaitu: (1). Ekonomi (2). Pendidikan dan Sosial, (3). Kesehatan dan (4). Keluarga. Sementara itu, fasilitas dan pelayanan yang diberikan berupa audiotorium, warmindo gratis, bioskop, pendopo dan sport area sebagai nilai tambah.- Okrisal Eka Putra2023-02-01T07:17:27Z2023-02-01T07:17:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55766This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/557662023-02-01T07:17:27ZMasjid Agung Purworejo (Memori dan Imajinasi Zaman Kemakmuran di Era Kolonial)Historiografi Purworejo di era kolonial telah dimulai oleh sang
pendiri kota tersebut, yakni Bupati pertama; R.A.A. Cokronegoro I
yang memilih nama kota Purworejo sebagai penanda akan datangnya
zaman baru, sebuah nama yang dirancang untuk mendukung gagasan
imaginatifnya tentang zaman kemakmuran yang akan mengubah kisah
lama yang penuh dengan penderitaan, dengan kisah baru yang penuh
dengan kebahagiaan. Zaman perang telah usai dan zaman kemakmuran
pun segera menjelang, begitulah kira-kira memori dan imajinasi yang
ingin dibangun oleh sang bupati pertama Kota Purworejo, R.A.A.
Cokronegoro. Pilihan nama Kota Purworejo adalah visi sang bupati
untuk membawa masyarakat Bagelen berpindah secara kesadaran
mental dari zaman penderitaan menuju zaman kemakmuran.
Misi dari visi zaman kemakmuran di atas diwujudkan dalam
bentuk karya-karya artefak monumental, seperti bangunan saluran
irigasi, transportasi, institusi pendidikan, dan juga fasilitas keagamaan.
Masjid Agung Purworejo adalah salah satu wujud dari misi sang
bupati untuk mendukung visi zaman kemakmuran yang coba
dihadirkan secara imajinatif melalui karya-karya artefak monumental.
Perwujudan arsitektur Masjid Agung Purworejo sendiri merupakan
hasil reproduksi pengetahuan dari masa lampau sang bupati ketika
meniti karir jabatannya sebagai seorang abdi di Keraton Kasunanan
Surakarta. Adapun untuk mewujudkan misi dari visi zaman
kemakmuran, ia berupaya untuk menciptakan memori dan imajinasi
kolektif masyarakat tentang zaman kemakmuran itu sendiri melalui
berbagai infrastruktur bangunan yang salah satunya diwujudkan
dalam bentuk Masjid Agung Purworejo. Selebihnya bangunan Masjid
Agung juga menjadi media rekonsiliasi pasca perang jawa, antara
pendukung Pangeran Diponegoro yang anti kolonial dan pendukung
dirinya yang didukung oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Pelibatan peran keluarga Kiai Taftazani dan Kiai Irsyad juga memiliki
fungsi rekonsiliasi, Kiai Taftazani selain pernah menjadi guru bagi sang bupati juga pernah menjadi guru Pangeran Diponegoro, sedangkan
Kiai Irsyad sebagai pembuat Bedug Pendawa pada dasarnya adalah
keturunan dari Tumenggung Gagak Pernolo yang menjadi pendukung
Pangeran Diponegoro, namun keturunannya kemudian mendukung
kekuasan sang Bupati Cokronegoro. Kedua kiai tersebut menjadi
simbol terjadinya rekonsiliasi pasca perang. Mereka pun menjadi
bagian dari proses produksi memori kolektif masyarakat tentang
imajinasi zaman kemakmuran.
Walaupun peran nama keduanya cukup penting namun
nama mereka tidak menjadi bagian dari memori kolektif masyarakat
Purworejo yang dibangun sang bupati. Masyarakat Purworejo hanya
mengenal kebesaran nama sang bupati sebagai membangun Masjid
Agung Purworejo. Bedug Kiai Bagelen atau yang juga dikenal dengan
sebutan Bedug Raksasa karena ukurannya yang sangat besar, sangat
dikenal oleh masyarakat, namun nama Kiai Irsyad sebagai pembuat
bedug tampaknya memang bukan bagian dari memori kolektif
yang dibangun sang bupati, bahkan nama Kiai Irsyad pun hampir
tidak dikenal oleh masyarakat, demikian pula nama Kiai Taftazani
ataupun keluarganya tidak ada dalam memori kolektif masyarakat.
Nama kedua kiai tersebut tidak menjadi bagian dari memori yang
dibangun oleh sang bupati, sebagai bagian dari yang ikut membangun
zaman kemakmuran.- Himayatul Ittihadiyah2023-02-01T02:06:17Z2023-02-01T02:06:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55743This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/557432023-02-01T02:06:17ZMANAJEMEN KEGIATAN PASAR JUM’AT CERIA DI MASJID BAITURRAHIM GEJAYAN YOGYAKARTALatar belakang dari penelitian ini adalah di zaman ini banyak sekali masjid terutama di Indonesia yang berjalan tanpa adanya manajemen kegiatan yang baik dan benar, akibatnya masjid hanya menjadi tempat untuk menjalankan ibadah rutin saja, seperti sholat 5 waktu, sholat Jum’at dan pengajian. Padahal di Zaman Rasulullah SAW masjid menjadi tempat Rasulullah mendiskusikan persoalan negara, membuat strategi perang, dan menjadi solusi untuk segala permasalahan umat.
Menurut G.R Terry manajemen dipandang sebagai suatu proses khusus yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengimplementasian, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran sebuah organisasi melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Manajemen pada Kegiatan Pasar Jum’at Ceria di Masjid Baiturrahim Gejayan yang diteliti dengan analisis POAC belum memenuhi langkah analisis POAC. Dengan melihat kurangnya dalam perencanaan menyiapkan dana untuk Kegiatan Pasar Jum’at Ceria dan kurangnya pembimbingan dari Ketua Takmir Masjid Baiturrahim Gejayan serta Penanggung jawab Kegiatan Pasar Jum’at Ceria. Sehingga itulah Manajemen pada Kegiatan Pasar Jum’at Ceria dalam usaha memakmurkan Masjid Baiturrahim GejayanNIM.: 18102040106 Riyan Ferinanda2023-01-24T07:51:19Z2023-01-24T07:51:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55666This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/556662023-01-24T07:51:19ZPENERAPAN STANDAR PEMBINAAN MANAJEMEN MASJID PADA BIDANG IDARAH DI MASJID AGUNG dr. WAHIDIN SOEDIROHOESODO KABUPATEN SLEMAN OLEH BADAN PENGELOLAAN MASJID AGUNG (BPMA) KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2021Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil pertemuan awal penulis pada observasi, bahwa dengan terbentuknya Badan Pengelolaan Masjid diharapkan dapat lebih meningkatkan peran penerapan standar pembinaan masjid sebagaimana mestinya. Namun disisi lain terdapat keluhan seperti yang disampaikan oleh jamaah masjid Bapak Haji Supriyanto, S.H.I, bahwa dengan adanya BPM pengelolaan masjid tidak jelas dan belum maksimal sesuai harapan jamaah masjid. Karena anggota pengurus di BPM yang terdiri dari nama jabatan di pemerintahan baik di pemerintah daerah maupun di Kementerian Agama yang keseharian tidak berada didekat masjid, mayoritas tempat tinggalnya jauh dari Masjid Agung. Kemudian Kegiatan masjid berjalan apa adanya tanpa adanya koordinasi dan tidak dikelola dengan baik, sehingga setiap orang bisa mengatur jalannya kegiatan masjid, seperti person dari anggota DPR, dari pemerintah daerah dan masyarakat sekitar masjid.
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yakni kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan tertentu untuk memperoleh data dari hasil penelitian lapangan secara langsung. Penelitian ini dilakukan di Masjid Agung dr. Wahidin Soedirohoesodo Kabupaten Sleman yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Setelah melakukan penelitian, maka daoat disimpulkan bahawa Masjid Agung dr. Wahidin Soedirohoesodo Kabupaten Sleman belum secara maksimal menerapkan standar pembinaan manajamen pada Bidang Idarah sesuai peraturan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ. II/ 802 Tahun 2014 tetntang Standar Pembinaan Manajemen Masjid. Hanya sebagian saja yang terlaksana seperti mekanisme perekrutmen struktur organisasi dan pengurus dari perwakilan pemerintah, organisasi dan masyarakat, namun tidak mencantumkan nama person, sehingga belum jelas siapa orangnya. Sistem administrasi perkantoran, sekretariatan dan tata usaha serta pelaksana harian belum ada yang ditunjuk untuk menjalankan roda organisasi Badan pengelolaan Masjid (BPM), sehingga pelayanan, pembinaan dan pengawasan aktivitas di masjid Agung belum berjalan sesuai standar yang diharapkan.NIM.: 17102040124 Qorri Aina2023-01-03T03:54:58Z2023-01-03T03:55:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55476This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/554762023-01-03T03:54:58ZDAMPAK FATWA AGAMA TENTANG COVID-19 PADA PERUBAHAN RUANG KULTURAL (Studi Manajemen Masjid oleh Dewan Masjid Indonesia)Buku ini merupakan bunga rampai melihat situasi pada masa Covid-19 dari berbagai perspektif. adapaun penulis melihat dari perspektif bagimana pengelollan masjid atau pemanfaatan masjid pada masa covidd-19- Aris Risdiana2022-11-22T04:30:15Z2022-11-22T04:30:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55197This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/551972022-11-22T04:30:15ZMASJID SUCIATI SALIMAN YOGYAKARTA DAN KRITIK
SEKULARISASIPenelitian ini membahas tentang Masjid Suciati Saliman Yogyakarta
ketika dalam konteks adanya sekularisasi. Pada dasarnya, masjid kerap dilihat
perannya sebagai tempat peribadatan dan pengajaran pendidikan al-Qur‟an. Peran
masjid yang lain baik dari sisi sosial, ekonomi, ideologi, atau pendidikan dalam
bahasan berbeda, termasuk kemampuan masjid untuk merespons kondisi tertentudalam
hal ini sekularisasi-melalui berbagai kegiatannya kerap tidak memperoleh
ruang yang proporsional.
Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis lapangan
dengan pendekatan sosiologis. Sumber data utama yang diperoleh peneliti adalah
melalui wawancara dan observasi, yang selanjutnya diakumulasikan dengan data
sekunder berupa literatur pendukung yang relevan. Penelitian ini juga berorientasi
untuk melihat masjid secara komprehensif, tidak hanya dari sisi arsitektur maupun
manajemennya, tetapi juga polemik yang terjadi di dalam masjid itu sendiri.
Selain itu juga untuk melihat respons masjid melalui peran-peran lain yang
kembali dioptimalkan sebagai jawaban terhadap adanya kondisi sekularisasi.
Selanjutnya hasil dari penelitian ini menemukan bahwa konsep
sekularisasi dari Pippa Noris dan Ronald Inglehart kurang memadai untuk
membaca fenomena yang terjadi seperti di Masjid Suciati Saliman Yogyakarta. 1).
Ibu Suciati sebagai pendiri masjid merupakan bagian dari masyarakat dengan
kepemilikan kapital banyak, tetapi tetap religius, 2). Dikotomi ruang sakral dan
profan di Masjid Suciati Saliman Yogyakarta dipengaruhi adanya sekularisasi
yang menuntut adanya spesifikasi ruang dan peran, tetapi keduanya tetap saling
berkaitan, 3). Pertumbuhan demografi jamaah di Masjid Suciati Saliman
Yogyakarta tidak tinggi, 4). Kebijakan yang diambil di Masjid Suciati Saliman
Yogyakarta pada setiap rapat atau momen-momen tertentu, dilakukan oleh Ibu
Suciati, kedua anaknya, dan pengurus masjid yang memiliki kesejahteraan
menengah ke atas, dan 5). Sekularisasi yang ada di Masjid Suciati Saliman
Yogyakarta di satu sisi memang memicu munculnya diferensiasi baik dari sisi
kajian maupun kerja pengurus masjidnya, akan tetapi di sisi lain juga memicu
tumbuhnya sikap yang lebih moderat dalam menerima keragaman.NIM.: 20205021007 Ahmad Sugeng Riady, S.Sos2022-11-14T02:59:37Z2022-11-14T02:59:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54926This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/549262022-11-14T02:59:37ZMOTIF AKTIVITAS MUSLIMAH DI MASJID MUSLIM
UNITED (REAL MASJID 2.0) SLEMAN YOGYAKARTAPenelitian ini membahas mengenai motif aktivitas muslimah di Masjid
Muslim United Sleman Yogyakarta. Masjid yang baru berdiri sekira 2 tahun ini
mampu menarik masyarakat untuk beribadah dan meramaikan masjid. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dorongan atau tujuan yang membuat muslimah
beraktivitas di Masjid Muslim United, mengingat selama ini masih jarang
muslimah yang melakukan beragam aktivitas di masjid. Selain itu penelitian ini
juga ingin mengetahui pandangan muslimah yang beraktivitas di Masjid Muslim
United tentang masjid bagi kaum perempuan. Berangkat dari problem yang telah
diuraikan, maka peneliti meneliti hal ini untuk mengungkap motif muslimah
dalam melakukan aktivitas di Masjid Muslim United.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Informan
penelitian ini terdiri dari 8 (delapan) orang yaitu 4 (empat) orang relawan
Ramadan 1443 H di Masjid Muslim United dan 4 orang yang merupakan
muslimah yang kerap beraktivitas di Masjid Muslim United. Penelitian ini
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang
digunakan adalah teori motif sosial yang dikemukakan oleh Muzafer Sherif, teori
ini digunakan untuk menganalisis motif sosial dari aktivitas muslimah di Masjid
Muslim United. Penelitian ini juga menganalisis pandangan muslimah yang
beraktivitas di Masjid Muslim United tentang masjid bagi kaum perempuan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motif sosial yang
melatarbelakangi aktivitas muslimah di Masjid Muslim United terbagi menjadi
tiga motif yaitu motif biogenetis berupa makan, minum menjaga kesehatan. Motif
sosiogenetis seperti igin mendapat pengalaman dan skill, serta berkontribusi untuk
lingkungan sekitar. Motif teogenetis seperti meningkatkan spiritual, istiqomah
dalam hijrah, dan healing. Selain itu pandangan muslimah tentang masjid bagi
kaum perempuan adalah bahwa masjid harus ramah perempuan, masjid harus
menampung dimensi keperempuanan dalam bentuk bangunan, kajian dan
kegiatan.NIM.: 18105040003 Nurul Hidayah2022-11-01T03:51:08Z2022-11-01T03:51:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54677This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/546772022-11-01T03:51:08ZFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAKMURAN MASJID (STU DI KASUS MASJID AL-FALAAH AMBARRUKMO SLEMAN)Masjid memiliki peranan penting bagi umat Islam, maka sudah sewajamya pengelolaan dan manajemen harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan Iagi. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan penghidupan perekonomian yang semakin baik, maka banyak di antara anggota masyarakat yang berlomba-lomba untuk mendirikan masjid. Sehingga masjid menyebar dari pelosok-pelosok desa sampai ke perumahan-perumahan elit, dari sekolah-sekolah ke kampus-kampus terkenal. Bahkan tidak sedikit masjidmasjid yang dibangun dengan modal milyaran rupiah dengan segala peralatan, sarana dan prasarana yang serba mendukung. Masjid AI Falaah Ambarrukmo sebagai masjid yang dahulunya didirikan oleh Hotel Ambarrukmo dan sekarang sudah menyatu dengan masyarakat sekitarnva.
Penelitian ini merupakan penelitian kancah (lapangan) ditinjau dari tempatnya, sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Sementara itu, dalam pengambilan sampel digunakan teknik purposive sample. Dalam menganalisa data yang telah penulis kumpulkan dari lapangan, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Bentuk-bentuk Kegiatan sebagai kemakmuran Masjid Al-Falaah Ambarrukmo yaitu:
a). Bentuk kemakmuran dari segi tempat peribadatan b). Bentuk kemakmuran dari segi sosial keagamaan, c). Bentuk kemakmuran dari segi sosial kemasyarakatan, dan 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemakmuran Masjid Al-falaah adalah aktor sarana prasarapa antara lain tersedianya keadaan fisik masjid yang layak, pengeras suara, air bersih, karpet/tikar/sajadah, alat penerangan (listrik) dan petugas khusus kebersihan. b).Faktor partisipasi masyarakat yang mendukung kegiatan kemasjidan, c). Faktor kepemimpinan yang terkelola secara baik diantaranya adanya struktur kepengurusan, pembentukan seksi/bidang, penyusunan program kerja dan keaktifan para pengurus takmir masjid, d.) Faktor pendanaan yang selalu ada pemasukan diantaranya didukung secara penuh oleh Hotel Ambarrukmo dan Sekolah Tinggi Pariwisata "AMPTA"NIM.: 96212158 Margono Wisanto2022-10-26T08:18:33Z2022-10-26T08:18:33Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54534This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/545342022-10-26T08:18:33ZAKTIVITAS AGAMA ISLAM REMAJA MASJID JAMI' ATTAQWA PERUMAHAN MINOMARTAN I NGAGLIK SLEMAN YOGY AKARTAMasa remaja adalah jembatan yang dilalui oleh generasi muda dalam meninggalkan masa kanak-kanaknya untuk menghadapi masa dewasa dan tanggung jawab penuh dalam hidup. Kegiatan agama penempati posisi yang sangat penting dalam upaya membentuk karakter para remaja. Dibutuhkan adanya kegiatan agama Islam untuk para remaja agar mempunyai jiwa agama yang kuat dan tidak mudah larut oleh dampak kemajuan zaman. Salah satu kegiatan agama Islam yang sudah dilakukan oleh Remaja Masjid Jami' At-Taqwa Minomartani merupakan lembaga keagamaan yang menampung para remaja untuk dibekali dengan pemahaman terhadap agama yang diberikan oleh penceramah mau dai dalam pengajian rutin, Peringatan Hari Besar Islam, Kegiatan Sosial Keagamaan dan kegiatan ketrampilan yang melalui jalur koordinasi dengan Takmir.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan interview, observasi dan dokumentasi. Untuk menganasila data hasil penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian dan pengamatan secara langsung tentang aktivitas agama Islam pada remaja Masjid Jami' At Taqwa Perurnahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta yang meliputi: 1. Pelaksanaan Pengajian , 2. Pelaksanaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), 3. Bakti Sosial (Baksos). 4. Ketrampilan
Untuk selanjutnya penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Aktivitas agama Islam pada Remaja Masjid Jami' At Taqwa yang dilaksanakan oleh Pengurus Remaja Masjid Jami' At Taqwa yang meliputi pengajian, PHBI, bakti sosial dan keterampilan telah berhasil dengan baik, terlihat dari remaja Masjid al Jami' At Taqwa yang tel ah melaksanakan bimbingan tersebut menunjukkan prestasi dan memakmurkan Masjid Jami' At Taqwa.NIM.: 90220881 Kunderi2022-10-14T03:30:59Z2022-10-21T04:07:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54174This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/541742022-10-14T03:30:59ZMANAJEMEN HUMAS MASJID SYUHADA YOGYAKARTA DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SEBAGAI MASJID PERJUANGAN RAKYATThe mosque is the center of worship for Muslims around the world. Almost every place has a mosque as a place of Muslim worship. As we have known together basically the mosque is one of the spiritual fulfillment needs which actually does not only function as a place of prayer, but also a central social activity, as well as a center for religious education. The Syuhada Mosque is a mosque that still exists to serve and fight with the people in building a new education-based civilization.
The method used by the researcher is a qualitative descriptive study that applies the depth interview with functional public relation phase by Rosady Ruslan, those five phases are; planning, organizing, communicating, controlling, and evaluating. Based on this research, the researcher observes the perspective of public relation management by how a public relation makes planning, organizing, communicating, controlling, and evaluating. According to this research, it can be concluded that by public relation management, the mosque is well managed through five functional public relation management phases, so it could be the new model of the Mosque that undertakes Islamic educational function as a dedication of mujahid (muslim warrior) to the societiesNIM.: 15730110 M. Irsyad Najibullah2022-10-13T02:19:24Z2022-10-13T02:19:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54117This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/541172022-10-13T02:19:24ZPENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN PADA KEGIATAN RAMADHAN DI MASA PANDEMI COVID-19 DI MASJID NURUL ASHRI YOGYAKARTA TAHUN 2021Masjid merupakan tempat ibadah umat islam, segala kegiatan keagamaan umat islam berpusat di Masjid, salah satunya kegiatan ramdhan dalam kegiatan ramadhan tersebut dapat melibatkan sejumlah orang yang berkumpul dalam satu lokasi sehingga berpotensi terjadinya resiko penularan covid-19. Maka dari itu perlu adanya penerapan fungsi manajemen agar segala kegian berjalan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Penerapan Fungsi Manajemen Pada Kegiatan Ramadhan Di Masa Pandemi Di Masjid Nurul Ashri Yogyakarta yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang diterapkan di Masjid Nurul Ashri Tahun 2021. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian untuk keabsahan data menggu nakan teknik trianggulasi sumber data.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan fungsi manajemen pada kegiatan ramadhan di Masjid Nurul Ashri Yogyakarta Tahun 2021 secara keseluruhan sudah berjalan dengan baik.Hal ini dibuktikan dengan adanya perencanaan dalam menyusun kegiatan ramadhan dimasa pandemic covid-19. Dengan tetap memberikan pelayan yang baik seperti kebutuhan yang dibutuhkan jama’ah di masa pandemi covid-19. Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan ramadhan di masa pandemi covid-19 Nah semua itu perlu direncanakanserta dengan tetap memdengan penerapan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak antar jama’ah, menyediakan westafel cuci tanga buat
jama’ah, menyediakan handsanitizier, melakukan pengecekan suhu setiap jamaah yang datang ke masjid serta dianjurkan membawa sajadah masing-masing dari rumah.
Kemudian untuk target kegiatan ramdhan di masa pandemi ini adalah agar jama’ah merasa aman dan nyaman beribadah di Masjid Nurul Ashr, dengan perbaikan-perbaikan masjid, seperti pemasangan lantai marmer masjid sehingga masjid lebih indah dan bersih serta memberikan tanda shof berjarak di setiap lantai masjid agar jama’ah tetap nyaman melaksaksakan kegiatan ramadhan di Masjid Nurul Ashri di masa pandemi covid-19.NIM.: 15240071 Mukiran2022-10-12T02:57:53Z2022-10-12T02:57:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54066This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/540662022-10-12T02:57:53ZKONTRIBUSI MASJID PERAK KOTAGEDE TERHADAP MASYARAKAT KAMPUNG TRUNOJAYAN PRENGGAN KOTAGEDE YOGYAKARTA 2006-2019Majid Perak terletak di kampung Trunojayan desa Prenggan Kotagede
Yogyakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1937 dan pada tanggal 03 Agustus
2009 Masjid Perak direkontruksi ulang akibat terkena bencana pada tahun 2006
yaitu gempa bumi. Setelah Masjid Perak direkontruksi program kerja dan
pengembangan sumber daya masjid mengalami perubahan dan peningkatanan.
Oleh sebab itu Masjid Perak dapat berkontribusi bagi masyarakat. Kontribusi di
dalam berbagai bidang kehidupan sosial masyarakat. Peran penting masjid ini
menjadi menarik untuk deteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah. Secara metodologis penelitian
ini menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interprestasi, dan
historiografi. Sebagai ilmu bantu analisis penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologiserta teori peranan sosial. Penelitian ini dibagi beberapa rumusan
permasalahan yaitu Kondisi masyarakat Trunojayan Prenggan Kotagede
Yogyakarta sebelum tahun 2006, kontribusi Masjid Perak Trunojayan Prenggan
Kotagede Yogyakarta terhadap kehidupan masyarakat tahun 2006-2019 dan
dampak dari kontribusi Masjid Perak Trunojayan Prenggan Kotagede Yogyakarta
terhadap kehidupan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukan Masjid Perak memiliki program kerja selain
dari fasilitas ibadah masyarakat. Program kerja yang menunjang keseharian
masyarakat meliputi keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Program
keagamaan yaitu fasilitas ibadah dan kajian keagamaan harian, mingguan, bulanan
dan tahunan. Program pendidikan yaitu pendidikan Al-Qur’an untuk anak,
memfasilitasi sarana baca. Program sosial berupa santunan, fasilitas klinik
kesehatan masyarakat. Program ekonomi melalui koperasi yang dibentuk oleh
Masjid Perk. Melalui optimalisasi program-program tersebut Masjid Perak dapat
berkontribusi bagi perkembangan jamaah dan masyarakat sekitar Masjid PerakNIM.: 15120109 Muhammad Shiddiq M2022-10-11T03:37:57Z2022-10-11T03:37:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54035This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/540352022-10-11T03:37:57ZFUNGSI MASJID AL-HIDAYAH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KUTA DI DESA KARANGPANINGGAL CIAMIS, 1980-2021 M.Masyarakat Kampung Kuta merupakan masyarakat adat yang memegang teguh budaya nenek moyang. Segala kegiatan adat dilakukan berdasarkan apa yang diajarkan oleh nenek moyangnya tersebut. Letak geografis Kampung Adat Kuta terletak di Desa Karangpaninggal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Seluruh masyarakat Kampung Adat Kuta memeluk agama Islam, sebagai umat Islam yang taat di masyarakat Kampung Adat Kuta terdapat sebuah masjid yang mempunyai fungsi sebagai salah satu bentuk percampuran budaya sunda dan Islam.
Masjid Al Hidayah yang ada sejak 40 tahun yang lalu. Selama 40 tahun Masjid Al Hidayah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek sosial masyarakat, seperti sosial keagamaan, pendidikan, ekonomi dan budaya. Hal menarik untuk diteliti ketika masyarakat adat terdapat sebuah masjid dan dapat menanamkan syariat Islam secara menyeluruh di Kampung Adat Kuta dan adanya percampuran budaya antara Islam dan sunda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana fungsi masjid dalam kehidupan masyarakat Kampung Adat Kuta.
Jenis penelitian ini adalah sejarah lokal sehingga dalam proses tahapan penelitian meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Selain itu teori yang digunakan adalah struktural fungsional dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Teori struktural fungsional seperti yang diungkapkan oleh Robert K Merton menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Adapun hasil penelitian ini adalah masyarakat Kampung Adat Kuta mengalami perkembangan yang stabil dan fungsi dari ketua adat, kuncen dan ustaz di Kampung Adat Kuta menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.NIM.: 15120040 Teguh Ramdani2022-09-16T03:50:14Z2022-09-16T03:50:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53104This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/531042022-09-16T03:50:14ZRESTORASI ARSITEKTUR MASJID JAMI’ TEGALSARI, JETIS PONOROGO, JAWA TIMUR (1994-1997 M)Masjid Jami’ Tegalsari merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi dengan UU No 11 Tahun 2010, namun belum disahkan secara resmi oleh pihak pemerintah Kabupaten Ponorogo. Pada tahun 1978, Masjid Jami’ Tegalsari pernah direnovasi oleh pemerintah daerah setempat. Akibat renovasi tersebut bangunan asli masjid mengalami banyak berubah sehingga kehilangan ciri khas bangunan masjid sebagai masjid Jawa Kuno. Melihat hal tersebut pihak BPCB melakukan upaya restorasi (pemugaran) untuk mengembalikan bentuk arsitektur Masjid Jami’ Tegalsari seperti sebelumnya. Penelitian ini menganalisis sejarah restorasi bangunan Masjid Jami’ Tegalsari, faktor-faktor yang melatarbelakangi, serta hasil restorasi. Metode sejarah diterapkan sesuai tahapan meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sekunder. Sebagai alat analisis penulis menggunakan konsep restorasi (pemugaran). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masjid ini didirikan oleh Kiai Ageng Muhammad Besari pada tahun 1742 M di dukuh Gendol Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo, yang memiliki arsitektur Jawa Kuno. Masjid ini mengalami restorasi pada tahun 1994-1997 M, karena hilangnya identitas masjid sebagai masjid Jawa Kuno. Oleh karena itu untuk mengembalikan ciri khas bangunan Masjid Jami’ Tegalsari, BPCB melakukan tindakan restorasi. Restorasi ini dilaksanakan dari tahun 1994-1997 M, yang terbagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama restorasi ruang utama masjid, tahap kedua serambi masjid dan pawestren, dan tahap ketiga halaman dan bangunan-bangunan pendukung lainnyaNIM.: 18101020043 Adhelia Shelyn Lesvinanda2022-07-14T07:40:44Z2022-07-14T07:40:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52024This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/520242022-07-14T07:40:44ZPENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN PADA KEGIATAN KAJIAN DI
MASJID AL-QOMAR YOGYAKARTA TAHUN 2021Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam. Adapun fungsi masjid
selain sebagai tempat ibadah, juga dapat difungsikan sebagai pusat kegiatan sosial.
Sebagai salah satu sarana dakwah yang memiliki peranan penting di masyarakat,
masjid juga harus menerapkan fungsi manajemen dalam pengelolaannya. Masjid
Al-Qomar merupakan salah satu masjid yang ada di Kota Yogyakarta, di mana
lokasinya berada di tengah-tengah perkampungan. Maka tidak heran apabila
Masjid Al-Qomar ini menjadi pusat kegiatan masyarakat, khususnya masyarakat
Padukuhan Gowok. Masjid yang merupakan wakaf dari persyarikatan organisasi
Muhammadiyah ini juga memiliki beragam kegiatan yang diselenggarakan. Salah
satunya adalah kegiatan kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan fungsi
manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan pada kegiatan kajian di Masjid Al-Qomar Yogyakarta tahun
2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, di
mana peneliti mendeskripsikan secara langsung fenomena atau setting sosial yang
terjadi di Masjid Al-Qomar. Kemudian untuk teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik
keabsahan data yang digunakan adalah menggunakan teknik triangulasi sumber
data. Selanjutnya, data akan dianalisis melalui 3 tahapan, yaitu reduksi data,
display data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan fungsi manajemen
pada kegiatan kajian di Masjid Al-Qomar Yogyakarta tahun 2021 secara
keseluruhan telah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya
perencanaan dalam menyusun kegiatan kajian yang sudah tersusun dengan baik,
pengorganisasian dalam menyelenggarakan kegiatan kajian yang sudah
terorganisir dengan baik, pelaksanaan kegiatan kajian yang sudah terealisasi
dengan baik dan sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, serta
pengawasan kegiatan kajian yang dilakukan secara continues improvement, yaitu
perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus. Meski begitu, masih terdapat
beberapa kekurangan yang ditemukan, yaitu: Pertama, dalam hal
pengorganisasian, di mana ketakmiran di Masjid Al-Qomar khususnya pada divisi
kajian belum dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal. Sehingga hal ini
menyebabkan pengurus inti ikut turun tangan dalam menangani kegiatan kajian.
Kedua, dalam hal pengawasan, di mana kegiatan monitoring hanya dilakukan
secara personal dan belum dilaksanakan secara resmi serta belum terorganisir
dengan baikNIM.: 16240024 Adib Arsakh2022-06-27T07:35:36Z2022-06-27T07:35:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51451This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/514512022-06-27T07:35:36ZOPTIMALISASI FUNGSI SOSIAL MASJID AL-MUBAROK DALAM UPAYA PENANGANAN DAMPAK PANDEMI COVID-19 PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN KANIGORO, KECAMATAN KARTOHARJO, KOTA MADIUNPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis fungsi dan peran masjid pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena pada masa pandemi, masjid yang seringkali dianggap sebagai pusat penyebaran virus Covid-19 justru memiliki peran yang cukup besar dalam menanggulangi dampak pandemi Covid-19 yang kompleks terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara secara mendalam dan dokumentasi mengenai optimalisasi fungsi masjid Al-Mubarok kelurahan Kanigoro kota Madiun di masa pandemi Covid-19.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masjid al-Mubarok berperan dalam mengatasi problematika yang muncul pada saat pandemi Covid-19. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid al-Mubarok juga berperan dalam mengatasi problem-problem sosial lainnya baik di bidang kesehatan seperti penyemprotan disinfektan, penyediaan handsanitizer dan berbagi masker. Di bidang ekonomi terdapat program Dawis (Dasa Wisma) yaitu pengumpulan dana iuran untuk masyarakat yang terdampak Covid-19, kemudian program berbagi makanan berupa nasi bungkus pada saat sholat jum’at yang dikenal program Jum’at berkah. Kemudian pada bidang sosial dan budaya, masjid berperan penting dalam hal memberikan sosialisasi yang bertujuan meluruskan cara pandang masyarakat mengenai Covid-19 seperti jika terdapat warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 maka yang dijauhi hanya kontak fisiknya saja bukan ikatan sosialnya yang turut memudar. Selain itu masjid kegiatan yang ada di masjid dapat memperkuat solidaritas sosial masyarakat di masa pandemi Covid-19. Dari hal yang telah dipaparkan diatas dapat dikatakan masjid dapat dioptimalkan peran dan fungsi sosialnya dalam penanganan pandemi, sehingga stigma negatif yang sempat muncul di masyarakat bahwa masjid merupakan tempat penularan Covid 19 akan hilang dengan sendirinya.NIM.: 18107020014 Misfalah2022-06-02T07:09:36Z2022-06-02T07:09:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51171This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/511712022-06-02T07:09:36ZIMPLEMENTASI STRATEGI MEMAKMURKAN MASJID AL-FURQON LENDAH KULON PROGO PADA MASA PANDEMIMasjid Al-furqon Lendah Kulon Progo merupakan masjid tertua di Lendah Kulon Progo. Menariknya, masjid ini tidak pernah sepi di masa pandemi, aktifnya masyarakat di masjid tersebut membuat Masjid Al-Furqon tidak pernah sepi dari kegiatan yang bersifat keagamaan. Salah satu contoh kegiatan keagamaan yang terdapat di masjid Al-Furqon adalah tadarus Al-Quran yang dilakukan bersama-sama setiap malam tertentu dan pengajian rutin untuk umum yang diadakan setiap hari Minggu. Taman Pendidikan Al-Quran atau TPA di masjid tersebut juga sangat aktif dan anak-anak terlihat sangat antusias untuk belajar bersama. Kesadaran salat berjamaah warga sekitar masjid juga baik. Berdasarkan fenomena ini, tentunya Masjid Al-furqon memiliki strategi tertentu untuk memakmurkan masjid di masa pandemi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi strategi memakmurkan Masjid Al-Furqon Lendah Kulon Progo pada masa pandemi.
Teori yang digunakan adalah teori proses dan tahapan strategi yang terdiri dari perumusan atau perencanaan strategi (Strategy Planning), implementasi strategi (Strategy Implementing) dan pengawasan strategi (Strategy Controlling/Evaluating). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi langsung kepada ketua dan jajaran takmir, remaja masjid dan jamaah Masjid Al-Furqon Lendah Kulon Progo. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis menurut Miles dan Huberman yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi sumber data.
Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa implementasi strategi memakmurkan Masjid Al-Furqon Lendah Kulon Progo pada masa pandemi yakni memberikan pemahaman kepada seluruh komponen masjid tentang protokol kesehatan yang dikehendaki oleh pemerintah sehingga seluruh komponen masjid menjadi satu suara dalam menghadapi pandemi, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sesuai dengan protokol kesehatan, menerapkan protokol kesehatan di setiap kegiatan, menyediakan meja-meja kecil untuk memudahkan menjaga jarak dan memahamkan seluruh komponen masjid bahwa salah satu indikator kemakmuran masjid ditandai dengan adanya majelis taklim. Sehingga kegiatan Masjid Al-Furqon Lendah Kulon Progo tetap terlaksana sesuai dengan protokol kesehatan dan Masjid Al-Furqon Lendah Kulon Progo bisa tetap makmur pada masa pandemi.NIM.: 18102040047 Melynia Rosyada2022-05-23T07:04:32Z2022-05-23T07:04:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51114This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/511142022-05-23T07:04:32ZRELEVANSI PROGRAM MASJID TERHADAP MASYARAKAT NON-MUSLIM
(Studi Kasus Baitul Maal Masjid Jogokariyan Yogyakarta)Masjid pada masa ini telah berubah fungsinya sehingga menyebabkan timbulnya lembaga-lembaga baru yang mengambil alih sebagian peranan masjid di masa lalu yaitu organisasi-organisasi keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah sebagai pengaruh kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Baitul Maal adalah lembaga keuangan pemerintah yang bertindak sebagai penerima, penyumbang, dan penyalur dana dana pemerintah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Masjid Jogokariyan juga memiliki lembaga Baitul Maal yang merupakan lembaga guna membantu dan meringankan masyarakat dalam hal ekonomi dan kesehatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan data sekunder yang diperoleh melalui literatur-literatur terkait dengan penelitian. Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian tersebut menggunakan kajian sosiologi agama dengan teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham H. Maslow. Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang dua permasalahan yaitu: pertama, bagaimana program Baitul Maal Masjid Jogokariyan terhadap masyarakat Non- Muslim yang tinggal di sekitar Masjid Jogokariyan. Kedua, bagaimana langkah dan proses penyaluran Baitul Maal Masjid Jogokariyan terhadap masyarakat Non- Muslim yang tinggal di sekitar Masjid Jogokariyan.
Hasil penelitian ini ditujukan untuk mengetahui program-program Baitul Maal Masjid Jogokariyan untuk masyarakat Non-Muslim yang tinggal di sekitar Masjid Jogokariyan. Program-program yang meliputi layanan ambulan umum, oksigen gratis, santunan Covid-19. Dengan harapan program tersebut dapat membantu dan meringankan jamaah Masjid Jogokariyan sekaligus masyarakat Non-Muslim agar terciptanya kesejahteraan dan kerukunan antar umat beragama. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber, respon dalam eksklusivisme di masyarakat Jogokariyan khususnya Non-Muslim, menganggap hal itu menjadi jurang pemisah untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Non-Muslim penerima bantuan, Takmir Masjid Jogokariyan memiliki gagasan untuk menyikapi masyarakat Non-Muslim, takmir menyadari bahwasannya tidak semua masyarakat yang tinggal di Kampung Jogokariyan beragama Islam. Selain beranggapan untuk menghormati, menghargai, dan melindungi para masyarakat Non-Muslim, takmir juga meminimalisir terjadinya konflik terhadap masyarakat Non-Muslim.NIM.: 18105020050 Parananda Mahmud2022-05-18T08:00:45Z2022-05-18T08:00:45Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50943This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/509432022-05-18T08:00:45ZPERGESERAN MASJID DALAM KOMODIFIKASI PARIWISATA
(Masjid Mataram Kotagede)Penelitian ini membahas tentang Pergeseran masjid dalam komodifikasi parawisata. Meliputi bentuk parawisa serta bentuk komodifikasi yang terjadi didalamnya. Selain sejarah, bangunan yang masih tradisional menjadi faktor utama masjid menjadi opsi untuk pembuatan film. Dari mulai pintu masuk hingga isi dari masjid masih bernuansa kerajaan. Ditambah lagi disamping masjid juga terdapat makam raja serta terdapat pemandian kuno yang masih terawat dengan baik.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode penelitian netnografi dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, online chatting, wawancara, dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemidian dianalisis menggunakan teknik analisis data interpetasi dan analisis interaktif dengan cara mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori struktural fungsional dari pandangan Parsons yang berisi sudut pandang yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berkaitan.
Hasil penelitian ini menunjukan beberapa faktor sosiologis yang membuat masjid Mataram Kotagede menjadi tempat produksi film syurga yang tak dirindukan. Salah satu nya ialah bangunan yang unik dikarnakan menerapkan empat kebudayaan didalamnya, yaitu Budha, Hindu, Islam dan jawa. Mulai dari pintu masuk hingga isi dari masjid itu sendiri masih berbentuk tradisional. Masjid sudah menjadi cagar budaya yang harus sama-sama dilestarikan dan dijaga dengan baik juga sudah resmi dilindungi oleh negara.NIM.: 16540009 Silfia Azhari Panjaitan2022-05-12T02:42:31Z2022-05-12T02:42:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51015This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/510152022-05-12T02:42:31ZPERGESERAN MASJID DALAM KOMODIFIKASI PARIWISATA
(Masjid Mataram Kotagede)Penelitian ini membahas tentang Pergeseran masjid dalam komodifikasi parawisata. Meliputi bentuk parawisa serta bentuk komodifikasi yang terjadi didalamnya. Selain sejarah, bangunan yang masih tradisional menjadi faktor utama masjid menjadi opsi untuk pembuatan film. Dari mulai pintu masuk hingga isi dari masjid masih bernuansa kerajaan. Ditambah lagi disamping masjid juga terdapat makam raja serta terdapat pemandian kuno yang masih terawat dengan baik.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode penelitian netnografi dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, online chatting, wawancara, dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemidian dianalisis menggunakan teknik analisis data interpetasi dan analisis interaktif dengan cara mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori struktural fungsional dari pandangan Parsons yang berisi sudut pandang yang menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berkaitan.
Hasil penelitian ini menunjukan beberapa faktor sosiologis yang membuat masjid Mataram Kotagede menjadi tempat produksi film syurga yang tak dirindukan. Salah satu nya ialah bangunan yang unik dikarnakan menerapkan empat kebudayaan didalamnya, yaitu Budha, Hindu, Islam dan jawa. Mulai dari pintu masuk hingga isi dari masjid itu sendiri masih berbentuk tradisional. Masjid sudah menjadi cagar budaya yang harus sama-sama dilestarikan dan dijaga dengan baik juga sudah resmi dilindungi oleh negara.NIM.: 16540009 Silfia Azhari Panjaitan2022-04-21T06:55:08Z2022-04-21T06:55:08Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50693This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/506932022-04-21T06:55:08ZPENGEMBANGAN KERATON DAN MASJID PADA MASA PANGERAN NATAKUSUMA I DI KESULTANAN SUMENEP, 1762-1811 M.Agama Islam mulai disebarkan di Sumenep sejak masa pemerinthan Panembahan Joharsari (1330 M). Pada masa ini penyebaran Islam belum merata. Islam mulai berkembang pesat pada masa pemerintahan Adipati Sumenep ke-31 yaitu Pangeran Natakusuma I. Selama masa pemerintahannya, banyak peristiwa yang terjadi, antar lain ia melakukan ekspedisi ke Belambangan dan Makasar, dan ia melakukan pemberontakan di Desa Batang-Batang. Setelah peristiwa tersebut, kemudian Pangeran Natakusuma I membangun keraton dan masjid. Keraton dibangun sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan sementara masjid dibangun sebagai tempat mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam. Adapun rumusan masalahh penelitian ini adalah: Bagaimana kesultanan di Sumenep pada masa pemerintahan Pangeran Natakusuma I, Bagaimana bentuk pengembangan keraton dan masjid pada masa Pangeran Natakusuma I di Sumenep? Bagaimana dampak dari pengembangan keraton dan masjid pada masa Pangeran Natakusuma I terhadap masyarakat Islam di Sumenep?
Penelitian pengembangan keraton dan masjid ini menggunakan pendekatan sosial-politik. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebijakan publik yang dikemukakan oleh James E. Anderson dan teori hubungan agama dan Negara dengan model simbiosis mutualistik yang dikemukakan oleh Hussein Muhammad. Kaitan kedua teori tersebut dengan penelitian ini adalah suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terlebih dahulu melakukan riset terhadap kebutuhan publik. Setelah melakukan riset, kebijakan yang dikeluarkan difokuskan terhadap kebutuhan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
Hasil penelitian ini adalah: Pangeran Natakusuma I sebagai orang yang paham agama melihat pada masanya agama Islam telah berkembang pesat, sehingga melakukan pengembangan keraton dan masjid untuk kepentingan umat Islam di Sumenep. Pengembangan agama Islam pada masa pemerintahan Pangeran Natakusuma I dilakukan dengan cara memperluas bangunan keraton dan masjid, karena kondisi umat Islam yang semakin banyak pada masa itu. Bangunan keraton dan masjid dipadukan dengan budaya-budaya luar yang berkembang di Sumenep. Pada masa ini umat Islam tidak hanya belajar budayanya sendiri, melainkan juga budaya-budaya dari luar.NIM.: 17101020053 Ulfatul Hasanah2022-02-24T02:15:23Z2024-03-13T01:46:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49612This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/496122022-02-24T02:15:23ZISLAM DAN PEMBANGUNAN: AKTIVISME MASJID SYUHADA DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKATPenelitian ini bertujuan mengesplorasi lembaga non negara dalam
mensejahterakan masyarakat. Masjid Syuhada adalah Masjid yang berada di
Kotabaru, yang mana terdapat dua gereja dan zending Bhetesda yang ditahun awal
terdapat kontestasi agama, terdapat isu-isu mesionaris. Kemudian dalam
perjalnnanya aktivisme keislaman diawali dengan pendirian lembaga non-formal
dibidang keagamaan, seperi Pendidikan Anak-anak Masjid Syuhada (PAMS),
Pendidikan kader Masjid Syuhada (PKMS), Lembaga pengkajian Al-Quran
Masjid Syuhada (LPQMS), dan Corp Dakwah Masjid Syuhada (CDMS). Masjid
syuhada dalam perkembangannya mengalami perubahan dari hal kajian keagaman
menuju ke isu-isu kesejahteraan sosial. Berkembangnya gerakan charity yang ada
di Indonesia oleh para sarjanawan menghubungkan pada lemahnya negara dalam
mendidtribusikan kesejahteraan pada masyarakat.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Data
dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara
kepada kepala pengurus Yasma, pengurus Lazis Syuhada dan penerima program
dari Lazis Syuhada. Penelitian ini pun menggunakan analisis Martin van
Bruinessen yang mengatakan bahwa munculnya lembaga filantropi di seluruh
dunia terkait dengan semakin berkurangnya keterlibatan negara (state) dalam
mensejahterakan rakyat di bawah kendali neoliberalisme. Penelitian ini juga
memakai kerangka analisis Minako Sakai tentang peranan state and non state
actors dalam mensejahterakan masyarakat. Tesis ini menunjukkan bahwa
meluasnya program-program dari Masjid Syuhada terkait dengan berkembangnya
lembaga karitas diberbagai tempat di Indonesia.
Praktik filantropi Lazis Syuhada dimulai sejak tahun 2004. Praktik
filantropi ini pun dikelola melalui tiga divisi, yaitu divisi pendayagunaan dan
pendidtribusian, divisi marketing dan komunikasi, dan divisi operasional
(keuangan dan tata usaha) yang didukung dengan dana wakaf, infak sodakoh dan
zakat oleh para masyarakat dan donatur. Tesis ini juga menunjukkan bahwa Lazis
Syuhada muncul terkait dengan semakin berkurangnya keterlibatan negara dalam
mensejahterakan masyarakat. Kehadirannya sangat berperan penting sebagai aktor
non negara dalam mendistribusikan kesejahteraan. Program-progam filantropinya
difokuskan pada isu-isu charity dan pemberdayaan ekonomi. Charity seperti
pemberian beasiswa, alat perlengkapan sekolah bagi anak yatim dan anak duafa,
santunan pada fakir miskin dengan pemberian sembako, pemeriksaan geratis,
bantuan biaya pengobatan, bantuan kemanusiaan dan tanggap bencana,
pembangunan masjid, pelatihan ketakmiran, bantuan air berish kepada masjidmasjid
yang
kesulitan
air,
pelatihan
perawatan
jenazah.
Dalam
hal
pemberdayanan
Lazis
Syuhada memberikan modal usaha pada orang iskin yang mau merintis
udaha dan pemberdayaan perkampungan ternak mandiri. Sebagian besar bantuan
yang diberikan kepada masyarakat tersebut belum tersentuh oleh perhatian negara.NIM.: 17200010030 Siti Munawaroh2022-02-17T07:33:28Z2022-02-17T07:33:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49253This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/492532022-02-17T07:33:28ZPENGENTASAN KEMISKINAN BERBASIS MASJID: STUDI DI MASJID GEDHE KAUMANAngka kemiskinan di Indonesia masih dapat dikatakan tinggi. Semua pihak diharapkan ikut berpartisipasi dan terlibat dalam program pengentasan kemiskinan, termasuk masjid. Masjid yang pertama kali berdiri di Yogyakarta dan di masa lalu dijadikan kiblat bagi perkembangan masjid di Yogyakarta adalah Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini selain dijadikan sebagai tempat ibadah, ternyata juga memiliki program untuk pengentasan kemiskinan. Skripsi ini memiliki tujuan untuk mengetahui konsep, implementasi, serta hasil pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh takmir Masjid Gedhe Kauman.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive atau penarikan informan sesuai kriteria. Informan dalam penelitian ini adalah ketua takmir Masjid Gedhe Kauman, koordinator dan pelaksana program, serta masyarakat penerima program. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi dan dianalisis melalui proses reduksi data, penyajian data, kemudian penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep pengentasan kemiskinan berbasis masjid oleh Masjid Gedhe Kauman meliputi program pemberdayaan dan program Charity. Program pemberdayaan terdapat pada program peminjaman modal usaha tanpa bunga, sedangkan program yang bersifat Charity terdapat pada program pemberian bantuan bagi masyarakat kurang mampu serta penghimpunan dan pengiriman bantuan untuk musibah bencana alam. Implementasi dari program tersebut ada yang berkolaborasi dengan pihak ketiga, yaitu BMT dan ada yang diberikan secara langsung. Hasil dari implementasi program menunjukan bahwa program tersebut telah membantu masyarakat menuju pada kehidupan yang lebih sejahtera dan dapat mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat, namun demikian dilihat dari angka kemiskinan secara makro tidak mengalami perubahan. Masih banyak kendala dalam pelaksanaan program sehingga takmir Masjid Gedhe Kauman harus terus berupaya dalam melakukan evaluasi program agar kedepannya program tersebut bisa berjalan lebih baik lagi.NIM.: 15230078 Ahmad Chanan Ravi2022-02-16T03:24:57Z2022-02-16T03:24:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49281This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/492812022-02-16T03:24:57ZSEJARAH ARSITEKTUR MASJID AGUNG KOTA SUKABUMI 1890 – 2013 MPeristiwa sejarah merupakan suatu kejadian yang benar-benar terjadi di
masa lampau. Masjid Agung Kota Sukabumi merupakan salah satu bangunan
bersejarah. Masjid ini ada sejak tahun 1890, dan sudah mengalami enam kali
renovasi sampai tahun 2013. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
dalam mengenai sejarah perubahan arsitek Masjid Agung Kota Sukabumi.
Masjid Agung Kota Sukabumi terletak antara Alun-alun dan Pendopo,
lokasi ini pun berdekatan dengan pasar, kantor kejaksaan, lembaga
pemasyarakatan, dan lain-lain. Bangunan Masjid ini berdiri diatas tanah seluas
3.779 m2. Masjid Agung Kota Sukabumi pada awalnya bernama Masjid Jamie
Sukabumi namun oleh masyarakat lebih dikenal dengan nama Masjid Kaum. Hal
ini sangat beralasan melihat hubungan erat antara Masjid Jamie Sukabumi dengan
Pakauman, selain itu karena status Masjid Jamie yang kelak berubah menjadi
Masjid Kaum Sukabumi.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat
kualitatif. Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka dibuat
rumusan masalah sebagai berikut 1. Apa yang melatar belakangi berdirinya
Masjid Agung Kota Sukabumi 2. Bagaimana perkembangan Masjid Agung Kota
Sukabumi sejak awal dibangun pada tahun 1890 hingga tahun 2013 3. Apa saja
hiasan yang terdapat dalam Masjid Agung Kota Sukabumi 4. Adakah perpaduan
inovasi arsitektur Masjid Agung Kota Sukabumi dengan budaya asing.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori hermeneutik
sejarah, seperti yang diungkapkan oleh Wilhelm Dilthey yang menjelaskan bahwa
hermeneutik pada dasarnya bersifat menyejarah, makna tidak pernah berhenti
pada satu masa, tetapi selalu berubah menurut modifikasi sejarah. Penelitian ini
melalui tahapan-tahapan heuristik mengumpulkan sumber-sumber sejarah,
verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi, dan historiografi.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah Masjid Agung Kota Sukabumi
berdiri atas dasar kebutuhan umat muslim untuk melakukan kegiatan beribadah
terutama melaksanakan shalat berjama’ah. Perkembangan Masjid Agung Kota
Sukabumi sejak awal dibangun pada tahun 1890 hingga tahun 2013 mengalami
enam kali pemugaran. Perpaduan inovasi arstitektur ada pada atap masjid masih
berbentuk kubah bergaya Mesopotamia atau Kubah Tuluni dari Mesir, yang juga
tipikal dengan gaya kubah hijau Masjid Nabawi (yang dibangun pada jaman Nabi
Muhammad SAW) yang menjadi ikon Masjid Nabawi, dan juga merujuk pada
kubah hijau Maasjid Quds Al-Aqsa yang berada di Palestina, yang merupakan
Kiblat pertama umat Islam.NIM.: 14120057 Aden Icep Jalaludin Suzerry Putra2022-01-10T02:48:46Z2022-01-10T02:48:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48197This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/481972022-01-10T02:48:46ZSEJARAH ARSITEKTUR MASJID AL-MAKMUR MAJASEM KLATEN TAHUN 1950-2008 MThis study discusses local history related to the architecture of traditional Javanese mosques. The object of the research study is the Al-Makmur Mosque which is located in Majasem, Pakahan, Jogonalan, Klaten, Central Java. Al-Makmur Majasem Mosque is an ancient mosque founded by Prince Ngurawan. The purpose of this research is to explain historically the architectural changes of Al-Makmur Majasem Mosque. In addition, it reveals the factors that influence the changes in the mosque's architecture.
The approach used in this research is using an anthropological and historical approach. The theory used in this research is the theory of architectural change proposed by Sigfred Gideon, he states that architectural changes are always preceded by religious changes and social changes that exist in society, and architecture is only the result of changes that occur in society. This study uses historical research methods that include several steps, namely heuristics, source criticism, data analysis, and historiography.
The results showed that the Al-Makmur Majasem Mosque in Klaten lost its identity as a traditional Javanese mosque as a result of the restoration in 1950-2008. Factors that influence architectural changes at the Al-Makmur Majasem Mosque are religious changes and social changes in society, and are also caused by environmental changes such as climate change, weather, and water conditions. The religious change of the Majasem community started from the awareness of the importance of religion as a way of life. This is a trigger for concern for the mosque in their village, namely an ancient mosque that must be used and cared for properly. Social changes that occur in the community around the Al-Makmur Majasem Mosque are the increasingly open public insight due to the influence of the times. Easy access to mobility and technological advances make it easier for people to access information. Environmental changes are influenced by alternating heat and humidity, causing mosque buildings, especially those made of wood, to experience fragility.NIM.: 19201020013 Hidayatul Luthfiyyati Sari2022-01-07T02:34:56Z2022-01-07T02:34:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48121This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/481212022-01-07T02:34:56ZPERUBAHAN ARSITEKTUR MASJID SYEKH ZAINAL ABIDIN DI PUDUN JULU, KEC. BATU NADUA, KOTA PADANG SIDEMPUAN PADA TAHUN 1880-2021 MMasjid Syekh Zainal Abidin merupakan masjid tertua yang berdiri di Kota Padang Sidempuan. Masjid tersebut didirikan oleh Syekh Zainal Abidin Harahap. Pembangunannya resmi diselesaikan pada tahun 1880 M. Sejak awal pembangunannya hingga sekarang, masjid tersebut telah mengalami 4 kali renovasi dan perubahan, yakni pada tahun 1978 M, 1990 M, 2008 M, dan 2021 M. Walaupun sudah mengalami beberapa kali renovasi, namun masjid tersebut masih mempertahankan arsitektur aslinya yang menggunakan arsitektur masjid tradisional Jawa dan memiliki kemiripan dengan arsitektur Masjid Agung Banten. Penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan penelitian: 1)Bagaimana ekologi sejarah berdirinya Masjid Syekh Zainal Abidin? 2)Apa saja yang berubah dari arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin? 3)Bagaimana ekologi mempengaruhi perubahan pada arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin?
Penelitian ini merupakan penelitian historis dengan menggunakan pendekatan ekologi. Adapun teori yang digunakan adalah teori eko-arsitektur yang dikemukakan oleh Heinz Frick, yang menyatakan bahwa eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan alam.Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian historis yang bertumpu pada empat aspek, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan sumber-sumber yang digunakan berupa arsip-arsip yang berasal dari koleksi pribadi pengurus Masjid Syekh Zainal Abidin dan KITLV-Leiden, tinggalan arkeologis bangunan Masjid Syekh Zainal Abidin, data perekaman budaya BPCB Sumatera Utara, wawancara kepada ahli waris Syekh Zainal Abidin, dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin pada dasarnya tidak mengalami perubahan yang signifikan pada rentang waktu tahun 1880 M hingga 2007 M. Hanya terjadi 2 kali renovasi pada masjid tersebut yakni pada tahun 1978 M untuk memperbaiki menara masjid dan pada tahun 1990 M untuk mengganti lantai masjid menggunakan bahan keramik. Sedangkan antara periode tahun 2008 M hingga 2021 M terjadi perubahan yang cukup signifikan pada bangunan masjid, sebab telah dilakukannya penambahan-penambahan ruang dan fasilitas masjid serta adanya perbaikan warna pada ornamen-ornamen masjid. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada arsitektur Masjid Syekh Zainal Abidin adalah faktor ekologi, yang meliputi lingkungan alam dan manusia (mencakup agama dan kebudayaan, serta sosial dan ekonomi).NIM.: 17101020030 Yusra Tri Rahayu2022-01-05T06:44:59Z2022-01-05T06:44:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47940This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/479402022-01-05T06:44:59ZPERAN TAKMIR MASJID DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NONFORMAL DI MASJID GEDHE MATARAM KOTAGEDE JAGALAN BANGUNTAPAN BANTUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPendidikan agama Islam nonformal adalah suatu kegiatan keislaman yang terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, di lakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja di lakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat, di mana ada umat Islam dapat di pastikan di tempat di tempat itu ada masjid sebagai tempat ibadah kaum muslimin dengan berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sebagai pusat informasi bagi jemaah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan peran takmir masjid dalam meningkatkan pendidikan agama Islam nonformal di Masjid Gedhe Mataram Kotagede Jagalan Banguntapan Bantul Yogyakarta (2) mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan pendidikan agama Islam nonformal di Masjid Gedhe Mataram Kotagede Jagalan Banguntapan Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang di lakukan di Masjid Gedhe Mataram Kotagede Jagalan Banguntapan Bantul Yogyakarta. Motode pengumpulan data yang di lakukan dengan wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi yang di analisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini ialah peran takmir masjid dalam meningkatkan pendidikan agama Islam nonformal di Masjid Gedhe Mataram Kotagede Jagalan Banguntapan Bantul Yogyakarta sudah cukup baik, dengan adanya kegiatan pendidikan nonformal yang dapat di lihat dengan adanya pengajian-pengajian, kajian membaguskan bacaan Alquran, peringatan hari besar Islam dan taman pendidikan Alquran (TPA). Peran takmir masjid dalam meningkatkan pendidikan agama Islam nonformal di pengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat. Fektor pendukung berupa sistem yang memadai sebagai sebuah pendidikan nonformal, tersedia masjid sebagai pusat pendidikan, tersusun program-program kegiatan, dan tersedinya dana yang mencukupi untuk setiap kegiatan. Sedangkan faktor penghambat adalah kurang minat atau antusias dari remaja, jemaah, dan masyarakat sekitar di Masjid Gedhe Mataram Kotagede untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang di adakan di Masjid Gedhe Mataram Kotagede, kurang koordinasi antara para remaja, para jemaah, dan takmir masjid, dan kurangnya kreativitas para guru dalam mengemas materi ceramah.NIM.: 17204010077 Sarwandi2021-11-09T06:49:02Z2021-11-09T06:49:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46501This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/465012021-11-09T06:49:02ZMASJID SABILILLAH DAN PERUBAHAN SOSIAL DI MALANG (1980- 2014 M)Masjid Sabilillah is a place of worship which is known as a national monument. The people of Malang know that this mosque was motivated by the independence war on November 10, 1945 in Surabaya. This mosque is used as a meeting place for the Malang Sabilillah army, to accommodate and become the command center for the Malang people who are fighting together. It is through this history that this mosque is known as a mosque of struggle, when entering 1970 there began to be restoration and development of this mosque. KH. Masjkur and KH. Tholchah Hasan is a series of scholars who help in the progress of the Sabilillah Mosque, as four soothing prayers for everyone, and both of them also contribute in their respective fields in the development of the mosque.
Taking the researcher's study of this mosque began in 1980, because during that period, there had been a number of activities and infrastructure to improve non-formal education and there were already Islamic schools, under the auspices of the Sabilillah Mosque, namely TK Sabilillah. only used for places of worship, but also a place to add other knowledge. In the eyes of researchers, the establishment of the Sabilillah Mosque from 1980 to 2014, there were significant changes. In 90 there was an SD, then in 2004 there was a SMP, and in 2014 there was a SMA. Not only that, the non-formal education in Sabilillah continues to develop, and is adapted to the needs of the community, so that many residents gradually flock to this mosque. Based on the information obtained by researchers, that this mosque also develops management and expands to various other sectors, especially the socio-economy which is very much needed by the community.
Starting from 1980 to 2014, the researcher found that there were several aspects of social change in society, including the progress of education, Malang people began to become aware of formal and non-formal education. Then there is Lazis Sabilillah's services in the economic sector, medical services in the health sector, boarding schools in the religious sector, and community social interactions. The vision of the Sabilillah mosque is to provide the needs of the community, in order to achieve a developed human resource. So the researchers used several theories, including historical theory, then Selo Soemardjan about social change. Historical writing is also inseparable from heuristics, interpretations, lyrics, and historiography, as steps that must be used as benchmarks in writing historical writing.NIM.: 18201020009 Ahmad Jafarul Musadad2021-11-03T08:15:36Z2021-11-03T08:15:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46297This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/462972021-11-03T08:15:36ZMASJID SEBAGAI RUANG WACANA TAFSIR AL-QUR’AN: STUDI ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP INTERPRETASI AL-QUR’AN DALAM KHUTBAH JUM’AT DI KOTA BANDAR LAMPUNGDiscourse constructs in mosques often deal with interest of several parties such as takmir (mosque management), khatib (preacher), donors, pilgrims, and government. Their involvement in this religion discourse like the Holy Quran recitation in a Friday preach places mosques in an awkward situation from which Quran-based activities seem uneasy. The unfavorable condition
does not only make Friday preach a religion ritual, but a contest of interests also. This dissertation aims at examining the significance of intertwined interests in relation with strength and discourse constructs of socio-religion in mosques.
The study focuses on strength-domination relation in preach discourse, Quran and discourse construct in Friday preach, and why domination discourse occurs. Central mosques in Bandar Lampung city are the material objects in the study and Jami’ ones are, too. Discourse analysis by Norman Fairclaugh as the study approach and Foucault and Bourdieu theory as the analysis tool are the formal objects. Data were taken from January to June 2017. Some practical findings are as follows. First, the topics of the contention discourse in Fridaypreacher in Bandar Lampung city are violence in the name of religion, religion tolerance, and individual and social piousness concept. Socio-religion competition is closely related with strength, with strength of knowledge of building identity a predominant
factor in three mosques. Second, it is point of view difference that directs mosques diffe-rently. Mosques affiliating with the government and traditionalists tend to guide their followers to live in harmony and have social piousness, while those affiliating with reformists criticize the use of terrorism and tolerance for propaganda. Third, a domination of one discourse upon another is strongly influenced by its dynamic assets. In al-Furqon and al-Abror mosques, economy assets, that Marxian and Rodney claimed as
premier, are not as determining as cultural and political ones, while in Taqwa mosque, social and economy assets are dominant.
Theoretically, these findings support the opinion that any discourse competition is always influenced by someone’s reception of texts with its corresponding interpretation. Contextualizing texts will always be in synergy of the texts, practice of discourse by agents, and socio-cultural practice.NIM.: 1430012001 Khairullah2021-10-19T02:48:05Z2021-10-19T02:48:05Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45617This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/456172021-10-19T02:48:05ZKOMUNIKASI DAN SISTEM GENEALOGIS IMAM MASJIDIn general, the term genealogical as a system is used to maintain the order of a tradition or culture, thought, science, or power. However, at the Raudhatul Muttaqin Kotaraja Mosque in East Lombok and the Al-Bayani Gondang mosque in North Lombok, the system is used in determining the imam, who in their own religion and even the government does not have regulations that say an imam to pray must be of a certain descent. Regardless of the practice, that the fundamental and very essential thing of this action is how the communication of the imams' descendants in persuading the community to maintain the genealogical system of the mosque's imam, so that it continues to this day.
This research uses persuasive communication theory and communicative action. The method used is qualitative by collecting data through observation, documentation and interviews with the descendants of the family of Syaikh H. L. Abdurrahman and Amiq Sahabuddin as the mosque's imam, village leaders and community. The data analysis technique used is data reduction, data display, then conclusion drawing / verification.
The results of the study concluded that the descendants of priests as persuader in the effort to persuade the community had great potential and opportunity for the success of the actions carried out, because a series of tools and processes that became the main way in the effectiveness of a persuasive communication were inherent in him. Starting from the message to be conveyed, then the tools used in conveying such as strong arguments and evidence, psychological appeal, and the appeal of credibility, to the techniques used in the process of persuasion. The persuasive communication tools used are not owned separately, but together, meaning that in addition to persuading the community with logical arguments, at that time it also has power or legitimacy and has a character that is liked by the community. In his act of persuading society, it contains a very essential orientation, in accordance with the conditions of society itself. These acts also contain religious, customary, social, and educational norms. Then the expressions shown in persuading the community make people believe that there are no lies in their efforts. Therefore their actions can be comprehensively accepted by society.NIM.: 18202010005 M. Sabron Sukmanul Hakim2021-10-15T02:41:35Z2021-10-29T04:02:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45456This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/454562021-10-15T02:41:35ZPERAN SOEKARNO TERHADAP ARSITEKTUR (STUDI KASUS SEJARAH MASJID JAMIK DI BENGKULU) TAHUN 1938-1942 MMasjid Jamik Bengkulu merupakan salah satu masjid tertua di Bengkulu dan termasuk masjid-masjid bersejarah di Indonesia. Masjid tersebut tidak dapat dipisahkan dari campur tangan Soekarno pada saat pengasingan di Bengkulu tahun 1938-1942. Soekarno mengakulturasikan bentuk arsitektur masjid dengan budaya Eropa, Istanbul, Jawa, dan Bengkulu. Adapun tujuan penelitian ini yaitu, 1). Untuk mengetahui bagaimana peran Soekarno terhadap arsitektur bangunansaat pengasingan di Bengkulu, 2). Menjelaskan bagaimana kepakaran Arsitektur Soekarno dalam merancang Arsitektur Masjid Jamik di Bengkulu, 3). Mengetahui wujud Arsitektural Masjid Jamik rancangan Soekarno. Penelitian ini menggunakan teori akulturasi. Menurut Koentjaraninggrat, teori akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia kebudayaan tertentu dihadapkan oleh unsur-unsur kebudayaan asing dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri. Teori ini juga digunakan untuk menganalisis pengaruh budaya arsitektur yang diberikan oleh Soekarno terhadap Masjid Jamik di Bengkulu. Dalam hal ini, peneliti juga menggunakan pendekatan arsitektur modern. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, maka peneliti mengunakan metode sejarah untuk menjelaskan peran Soekarno terhadap rancangan arsitektur Masjid Jamik di Bengkulu secara kronologis. Metode sejarah ini meliputi empat tahap, yakni heuristik, verifikasi, interprestasi, dan historiografiNIM.: 17101020013 Trei Ilham Supawi2021-09-24T12:07:47Z2021-09-24T12:07:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44755This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/447552021-09-24T12:07:47ZWACANA KEBIJAKAN SERTIFIKASI KHATIB OLEH KEMENAG RI
PERSFEKTIF SIYASAH DUSTURIYAHKhatib didalam islam merupakan pembawa dakwah pesan-pesan keagamaan didalam masyarakat, tentu hal ini bisa mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena pesan-pesan dakwah yang di sampaikan oleh da’i-da’i yang esktrimis tentu nya berpeluang menggerakan jamaah nya pada tindakan yang anti toleran bahkan anarkis hal ini tentu nya dapat mengancam pesaudaraan dan persatuan umat, bangsa, maupun negara. Berdasarkan hal tersebut Di sinilah, Negara merasa memiliki tanggung jawab atas munculnya da‟i yang dianggap intoleran dengan menggulirkan program sertifikasi bagi da’i dan khatib oleh kementrian agama. Program ini tentu nya menuai prokontra tersendiri di antara kalangan pemerintah dan mubaligh. Sikap pro pemenrintahan yang mendukung dengan program sertifikasi ini sangat perlu dilakukan dengan alasan agar penceramah tidak mengandung pesan anarkisme bahkan bisa menjadi hoax jika salah menilai penceramah sehingga perlu nya seertifikasi untuk khatib dan juga da’i untuk menyaring hal tersebut di dalam masyarakat,
Penelitian ini termasuk kategori sebagai penelitian pustaka (library research). Pendekatan penelitian dalam menganalisis data, akan digunakan metode induktif. Yakni penalaran data yang bersifat khusus dan memiliki unsur kesamaan yang berhubungan dengan kebijakan sertifikasi khatib . sehingga dapat digeneralisasikan menjadi kesimpulan Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, dengan menggunakan sumber bahan primer dan sumber bahan sekunder. Kemudian menganalisis semua data yang di peroleh untuk mencari suatu kesimpulan.
Berdasarkan dari kesimpulan dari analisis data yang di dapatkan bahwa kebijakan sertifikasi khatib oleh Kemenag RI, tentu nya ini merupakan hal yang bagus karena hal ini bisa meningkatkan khatib yang kompoten didalam bidang nya karena hal ini sangat berpengaru dalah kepribadian masyarakat dimana menurut islam sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhori, “jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya maka tunggulah kehancuran terjadi”. Akan tetapi jika wacana sertifikasi ini terlaksana tentu nya hal ini tidak membatasi para da’i dan khotib dalam berdakwah seperti yang terjadi pada negara lain nya, seperti malaysia, brunei, dan negara lain nya. Yang bahkan membatasi pergerakan khatib dan di awasi langsung oleh pemerintahan.NIM.: 13370083 Ihsanuddin2021-09-03T06:02:20Z2021-09-03T06:02:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43770This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/437702021-09-03T06:02:20ZMASJID AGUNG BUNTET PESANTREN CIREBON TAHUN 1975-2012 M (KAJIAN SEJARAH ARSITEKTUR)Masjid Agung Buntet Pesantren Cirebon (BPC) merupakan salah satu masjid
tertua di Cirebon. Masjid ini didirikan oleh Kiai Muqoyyim pada tahun 1770 M. Dalam
perkembangannya, masjid ini mengalami beberapa kali renovasi yaitu pada tahun 1800an,
1975, 1996, dan terakhir tahun 2012 M. Namun selama renovasi tersebut, Masjid
Agung BPC tetap mempertahankan bentuk arsitektur masjid tradisional Jawa dengan
menggunakan kayu sebagai bahan utama masjid. Hal ini berbeda dengan masjid-masjid
di Cirebon lain seperti Masjid Pesantren Gedongan, Masjid Pesantren Kempek, dan
Masjid Pesantren Ciwaringin yang telah melakukan renovasi kearah modernitas. Masjid
yang telah berusia ratusan tahun ini memiliki nilai sejarah, arkeologis, dan kebudayaan
yang masih dipertahankan hingga saat ini. Hal ini seharusnya menjadikan Masjid Agung
BPC sebagai masjid yang masuk dalam kategori cagar budaya. Selain itu, masjid ini
hanya digunakan oleh jamaah laki-laki saja, serta terdapat pula makna simbolik dari
arsitektur masjid.
Pendekatan yang digunakan yaitu historis-arkeologis. Pendekatan historis untuk
mengungkapkan perkembangan masjid dan faktor yang mempengaruhi perubahan
masjid. Pendekatan arkeologis untuk mengidentifikasi bentuk arsitektur masjid. Teori
yang digunakan yaitu teori perubahan arsitektur yang dikemukakan oleh Sigfred Gideon.
Menurutnya, perubahan arsitektur masjid dipengaruhi oleh perubahan sosial yang ada di
masyarakat. Kaitannya dengan obyek yang akan diteliti adalah pengaruh perubahan sosial
terhadap perubahan arsitektur Masjid Agung BPC. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis sumber),
historiografi (penulisan hasil penelitian).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada renovasi tahun 1975 Masjid Agung
BPC mengalami perkembangan arsitektur pada bagian lantai masjid yang semula terbuat
dari papan kayu selanjutnya diganti dengan bahan tegel bermotif bunga. Pada renovasi
tahun 1996 fokusnya terhadap pelebaran serambi masjid dan mengganti lantai tegel
dengan keramik. Adapun pada renovasi tahun 2012 fokus renovasi yaitu bagian tempat
wudhu, kolam, toilet dan tiang penyangga pada serambi masjid. Renovasi tahun tersebut
merupakan renovasi terakhir dan sudah terlihat rapi. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan arsitektur masjid adalah faktor lingkungan baik berupa
lingkungan alam (iklim dan perubahan fisik masjid) maupun lingkungan masyarakat.
Dalam lingkungan masyarakat terdapat kondisi keagamaan, kondisi ekonomi, kondisi
sosial budaya dan kondisi politikNIM.: 16120060 Agung Setiawan2021-09-03T02:39:48Z2021-09-03T02:39:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43756This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/437562021-09-03T02:39:48ZSEJARAH ARSITEKTUR MASJID AGUNG JAWA TENGAHMasjid merupakan salah satu bentuk kebudayaan Islam dalam bidang
arsitektur (seni bangunan) yang telah memberikan ruang bagi umat Islam untuk
melakukan segala aktifitas yang berhubungan dengan ibadah. Seiring majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi, hal tersebut juga mempengaruhi perkembangan
arsitektur pada bangunan masjid di negara-negara yang didalam nya terdapat umat
Islam. Pengaruh antara unsur-unsur budaya satu sama lain menjadi sebuah
keniscayaan yang mewarnai arsitektur pada bangunan masjid-masjid, dan termasuk
masjid di Indonesia. Hal ini bisa terlihat salah satunya dari bentuk bangunan masjid
Agung Jawa Tengah, di kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Masjid tersebut di
mulai pembangunannya pada tahun 2002 dan diresmikan pada tahun 2006 oleh bapak
Presiden pada saat itu yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Masjid Agung Jawa
Tengah adalah bentuk dari landmark provinsi Jawa Tengah, khususnya kota
Semarang. Keistimewaan arsitektur Masjid Provisi Jawa Tengah tersebut, menjadi
daya tarik untuk diteliti lebih dalam terkait proses tewujudnya arsitektur Masjid
Agung Jawa Tengah.
Penelitian ini difokuskan pada tahapan terwujudnya arsitektur Masjid Agung
Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah: Bagaimana
proses terwujudnya arsitektur Masjid Agung Jawa Tengah, dan Apa pesan yang
terdapat pada arsitektur masjid Agung Jawa Tengah.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode sejarah, yang dalam
tahap penelitiannya menggunakan empat tahapan yaitu Heruistik, Verifikasi,
Interpretasi dan Historiografi. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan pustaka.
Teori yang digunakan dalam penelitian mengenai “Sejarah Arsitektur Masjid Agung
Jawa Tengah” ini, adalah teori eklektik sejarah arsitektural dengan pendekatan
arsitektur. Dalam hasil penelitian ini, menuliskan berdirinya Masjid Agung Jawa
Tengah (MAJT) adalah sebagai bentuk tanda syukur atas kembalinya tanah banda
wakaf Masjid Kauman Semarang. Arsitektur Masjid Gung Jawa Tengah merupakan
hasil dari sayembara yang diadakan oleh pemerintah Jawa Tengah. Pemenang juara
pertama yaitu PT. Atelier Enam Mekar Bangun dengan seorang arsitek bernama
Ahmad Fanani, lewat konsep “Gelagah Wangi”. Menurut Ahmad Fanani rancangan
Masjid Agung Jawa Tengah tersebut, menjelaskan bahwa perencanaan arsitektur
masjid tersebut mengacu pada perpaduan unsur universal dan lokal. Masjid Agung
Jawa Tengah mengambil sebagian bentuk peniruan terhadap elemen dari arsitektur
di masa lampau gaya bangunan peninggalan kekaisaran Romawi, beberapa negara di
Timur Tengah, dan Jawa. Sementara itu, sebagian elemen yang ada pada masa kini,
salah satunya adalah dengan adanya Payung Elektrik pada arsitektur Masjid Agung
Jawa Tengah.NIM.: 14120112 Nurlita2021-07-28T09:36:34Z2021-07-28T09:36:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43143This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/431432021-07-28T09:36:34ZECOMASJID PRAKSISME ISLAM ATAS KRISIS EKOLOGI GLOBALEcoMasjid adalah sebuah program sustainability yang menjadikan masjid sebagai pusat
gerakan ekologi. Sebagai sebuah program, EcoMasjid telah dilaunching sejak 2016 yang
lalu. Akan tetapi, sampai lima tahun setelahnya, baru ada 206 masjid dari 800.000 masjid
seluruh Indonesia yang memperoleh sertifikasi EcoMasjid. Sebagai sebuah penelitian
dengan pendekatan kualitatif, tulisan ini merupakan studi literatur, dengan melakukan
pelacakan terhadap tulisan dan hasil penelitian terkait kedudukan masjid sebagai pusat
gerakan. Tulisan ini menyandarkan bentuknya pada teori teo-ecologi, bahwa nilai-nilai
agama dapat menjadi spirit dalam melakukan gerakan ekologi. Kedudukan dari tulisan
ini secara simultan berada pada level internalisasi, objektivikasi, dan eksternalisasi, yang
bertujuan untuk menguatkan pendapat atau konsep bahwa masjid dapat menjadi pusat
gerakan konservasi lingkungan dalam masyarakat. Tulisan ini menghasilkan
rekomendasi bahwa gerakan ekologi berbasis masjid, seperti program EcoMasjid, dapat
menjadi pusat gerakan jama’ah, sebagai alternatif praksisme Islam dalam menghadapi
krisis global. Gerakan ini dapat dimulai dari hal yang paling mungkin dilakukan, tanpa
harus menunggu terkumpulnya modal besar.- Noorkamilah2021-07-19T02:55:58Z2021-07-19T02:55:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42923This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/429232021-07-19T02:55:58ZINTERELASI NILAI ISLAM DAN JAWA DALAM ARSITEKTUR MASJID GEDE MATARAMMasjid Gedhe Mataram ini, bangunan ini merupakan bangunan Kuno yang memiliki banyak
sekali nilai-nilai filsafat yang terkandung di dalamnya. Karena arsitektur Masjid Gedhe
Mataram ini merupakan perpaduan antara gaya Islam dan Jawa . Bangunan Masjid Agung
Kotagede atau Masjid Gedhe yang berada di sebelah selatan Pasar Kotagede, Bantul, kental
dengan akulturasi budaya Hindu dan Islam dalam hal arsitektur.Bangunan Masjid Gede
memiliki karakteristik budaya yang berdampingan satu dengan yang lain, membentuk
karakteristik bangunan yang unik dan sangat menarik. Bangunan Masjid sangat erat kaitannya
dengan sejarah perkembangan Islam. Di Indonesia, budaya Islam hidup, tumbuh dan
berkembang bersama budaya Pra Islam.
Dalam penelitian “Interelasi Nilai Islam dan Jawa dalam Arsitektur Masjid Gede Mataram”,
yang menjadi rumusan masalah yang peneliti fokuskan adalah apakah makna filosofi arsitektur
pada Masjid Gede Mataram serta Bagaimanakah Interelasi nilai-nilai Islam dengan Jawa dalam
Arsitektur Masjid Gede Mataram ?
Penelitian yang dilaksanakan di lapangan, atau terjun langsung pada kancah penelitian yaitu di
Masjid Gede Mataram, guna memperoleh data pokok yaitu makna filosofis dan Interelasi Nilai
Islam dan Jawa dalam Arsitektur Masjid Gede Mataram.
Adapun hasil penelitian ini bahwa Masjid Gede Mataram ini merupakan bangunan Kuno yang
memiliki banyak sekali nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Karena arsitektur
Masjid Gede Mataram ini merupakan perpaduan antara gaya Islam dan Jawa . makna-makna
filosofi di Masjid Gedhe Mataram bisa kita lihat diantaranya pada Gapura Masjid, Gapura
disini tidak hanya sebagai hiasan semata, melainkan mempunyai makna yang tersirat di
dalamnya. Adapun Unsur Islam dengan Jawa tersebut diantaranya dapat kita lihat pada atap
dan kubahnya. dalam unsur Islam dengan Jawa dapat kita lihat juga pada menara al-Husnā
yang tertinggi di Masjid Gedhe Mataram. Unsur Islam dapat kita lihat dari tinggi dan fungsinya
pada zaman dahulu. Tinggi menara ini ialah 99 meter yang diartikan dengan asmā’ul husnāNIM.: 13510001 Nur Indah Fitriany2021-03-22T23:59:00Z2021-06-23T05:23:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42269This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/422692021-03-22T23:59:00ZProblem kontemporer Manajemen Masjid - Analisis dan Opsi Solusi- Waryono Abdul Ghafur [Pengantar]- Maryono- Ruspita Rani Pertiwi2020-09-16T02:47:10Z2020-09-16T02:47:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38452This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/384522020-09-16T02:47:10ZOPTIMALISASI PERAN MASJID
SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(STUDI DI MASJID JENDRAL SUDIRMAN YOGYAKARTA)ABSTRAK
MINARUR ROHMAN. Optimlisasi Peran Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Agama Islam (Studi di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta), Skripsi. Yogyakarta. Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
Latar belakng penelitian ini adalah menurunnya peran masjid di masyarakat sebagai pusat pendidikan agama Islam. Jika dilihat dari realita kehidupan masyarakat maka pendidikan agama Islam saat ini kurang begitu terperhatikan. Sekarang ini pendidikan agama Islam lebih terfokus terhadap pendidikan agama Islam pada usia anak-anak. Tentunya melalui masjid pendidikan agama Islam untuk usia dewasa dapat dijalankan dan dioptimalkan. Dalam hal ini diperlukan optimalisasi peran masjid sebagai pusat pendidikan agama Islam untuk mengembalikan nilai masjid seperti pada masa Rosululloh, meskipun tidak sepenuhnya sama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya dan bentuk optimalisasi peran masjid yang dilaksanakan di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kulitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan, kemudian dipaparkan secara deskriptif.Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Masjid Jendral Sudirman telah terbukti optimal dalam menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan agama Islam. Dalam aspek „idārah, Masjid Jendral Sudirman menggunakan sistem kekeluargaan. Aspek „imārah, Masjid Jendral Sudirman mengadakan kegiatan yang belum dilaksanakan di masjid lainnya dengan berlandaskan aspek intelektual, spiritual dan dan budaya, seperti ngaji filsafat, ngaji al-Ḥikam, ngaji Rubāiyāt. Sedangkan aspek Ri‟āyah, Masjid Jendral Sudirman bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menjaga dan merawat lingkungan masjid.NIM. 15410001 Minarur Rohman2020-07-24T06:05:51Z2020-07-24T06:05:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38203This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/382032020-07-24T06:05:51ZDINAMIKA PROFESIONALISASI PENGELOLAAN
MASJID AL ILHAMDI KRONGGAHAN
TRIHANGGO GAMPINGProses Profesionalisasi pengelolaan masjid yang
dicanangkan oleh pemerintah melalui Kemenag atau
Kementrian Agama berdampak pada proses
profesionalisasi pengelolaan Masjid Al Ilham
Kronggahan. Meliputi aspek idaroh, imaroh dan riayah.
Masjid tersebut mengalami peubahan dalam
pengelolaannya.
Masjid Al Ilham Kronggahan pernah dipimpin oleh
tiga periode ketakmiran. Mulai dari Ketakmiran periode
Bapak Heru Subagyo, dilanjutkan kepemimpinan Bapak
M. Tarmin, dan terakhir kepemimpinan Bapak Daris
Sukoco. Setiap periode ketakmiran memiliki dinamika
masing-masing. Dalam kepengurusan Bapak Heru
Subagyo dengan pengurus takmir sebelumnya terjadi
proses dinamika sosial yaitu mulai adanya proses
pengorganisasian. Dalam kepengurusan Bapak M. Tarmin
terjadi dinamika dalam hal peningkatan berbagai kegiatan
yang rutin dilakukan meskipun kegatannya sama dengan
periode sebelumnya. Periode Bapak Daris Sukoco terjadi
dinamika dalam hal sisi bangunan masjid, jamaah,
pemasukan atau uang infaq, fasilitas masjid, partisipasi
pemuda dan kegiatan-kegiatan masjid mengalami
kenaikan.
Peneliti melihat proses yang terjadi dilapangan
dengan menggunakan menggunakan teori konjungtasi
untuk melihat manajemen masjid yang ada Masjid Al
Ilham Kronggahan. Dalam hal ini peneliti menemukan
sikap efektif dan efisien dari masing-masing periode
ketakmiran menyebabkan dinamika yang terjadi di setiap
periode. Hasil daripada penelitian tersebut adalah
terjadinya proses dinamika sosial karena adanya
profesionalisasi pengelolaan Masjid Al Ilham Kronggahan
di setiap periode ketakmiran.
Kata Kunci : Profesionaisasi, Dinamika Sosial, dan
Takmir MasjidNIM: 13720022 Muhammad Lukman Jatmiko2020-07-16T04:28:49Z2020-07-16T04:28:57Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38153This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/381532020-07-16T04:28:49ZPERAN MASJID DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KEAGAMAAN
(STUDI PADA MASJID PERAK KOTAGEDE YOGYAKARTA)Prima Agus Setiyawan, 14230004. Peran Masjid dalam Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Keagamaan (Studi Masjid Perak Kotagede Yogyakarta), Skripsi. Pembimbing: Dr. Moh Abu Suhud., Yogyakarta: Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
Dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai rumah Allah, Masjid Perak Kotagede mempunyai beberapa program yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang bertaqwa, berjiwa humanis dan peduli terhadap lingkungan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, Masjid Perak Kotagede mengadakan kegiatan-kegiatan yang bernuansa sosial dan keagamaan. Diantara kedua program tersebut, program yang bernuansa keagamaan mempunyai intensitas yang lebih banyak, tentu saja karena fungsi utama masjid adalah sebagai tempat peribadatan bagi umat islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemberdayaan agama dan manfaatnya terhadap masyarakat. Penelitian ini bersifat kualitatif. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa bentuk program keagamaan yang diselenggarakan oleh Masjid Perak Yogyakarta yang terjadwal setiap harinya, mulai dari kajian harian, mingguan, serta bulanan, yang diperuntukkan kepada seluruh jama’ah, dengan berjalannya kegiatan dan program pemberdayaan keagamaan di Masjid Perak yang dirasakan oleh masyarakat Kotagede adalah suatu keuntungan, terutama dalam bidang kerohanian, yaitu meningkatnya pendalaman ilmu, ibadah, dan taqwa masyarakat, kesadaran tentang shadaqoh. Keuntungan yang lain dengan berjalannya program pemberdayaan keagamaan ini adalah menambah silaturahmi dan ukhuwah antar warga.
Kata kunci: bentuk, pemberdayaan, manfaat, masjid, Kota Perak, Masjid Perak, Kotagede.NIM: 14230004 Prima Agus Setiyawanhttp://digilib.uin-suka.ac.id/35462/1.hassmallThumbnailVersion/Sampul%20Prosiding%20Semnas%202015.jpg2020-02-18T01:42:11Z2020-02-18T01:43:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35462This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/354622020-02-18T01:42:11ZEksotisme Seni Arsitektur Peradaban Timur Tengah
Pada Masjid Al-Azhar di KairoKebudayaan terbagi dalam dua bentuk, kebudayaan material (real) dan nonmaterial.
Salah satu peninggalan budaya material di wilayah Mesir adalah masjid Al-
Azhar. Masjid tersebut mengalami perkembangan pada beberapa masa kepemimpinan,
yaitu: Dinasti Fatimiyyah, Ayubiyyah, Mamlukiyyah dan Utsmaniyyah.
Penelitian kali ini akan membahas mengenai keindahan dan kekhasan seni
arsitektur dinasti Fatimiyyah, Ayubiyyah, Mamlukiyyah dan Utsmaniyyah yang ada pada
masjid Al-Azhar di Kairo, Mesir sebagai salah satu warisan peradaban Timur Tengah.
Metode dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif yang bersifat deskripsi dari
penelitian non-data angka. Data penelitian didapatkan dari metode library research atau
kajian pustaka dengan didukung data lapangan sebagai tambahan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peninggalan
arsitektur khas dari dinasti fatimiyyah, dinasti Ayubiyyah, dinasti Mamluk dan dinasti
Utsmaniyyah meninggalkan bentuk arsitektur atau ornamen yang khas di masjid Al-
Azhar Kairo. di masjid Al-Azhar. setiap dinasti atau masa kepemimpinan
Kata Kunci: Budaya Material, Arsitektur, Masjid Al-Azhar.Diah Putri Puspitasari2020-02-03T01:53:43Z2020-02-03T01:54:23Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37902This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/379022020-02-03T01:53:43ZHUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR PAI DAN PRESTASI BELAJAR PAI DENGAN PARTISIPASI MEMAKMURKAN MASJID SEKOLAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTALatar belakang penelitian ini adalah penduduk Indonesia adalah mayoritas beragama Islam, sehingga tidak bisa di pungkiri bahwa banyak berdiri masjid-masjid megah di setiap dusun. Tidak hanya disetiap dusun, namun kini di setiap sekolah pasti juga berdiri masjid sekolah, oleh karena masjid sekolah berdiri disekolah maka warga sekolahlah yang harus memperhatikan masjid, terutama kemakmurannya. Sebagaimana yang dilakukan warga terutama siswa SMP N 3 Tempel dalam membuat masjid tempat beraktifitas seperti untuk tadarus pagi, tempat rapat, membuat dan merencanakan kegiatan, serta membuat program memakmurkan masjid. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menguji secara empiris hubungan antara motivasi belajar PAI siswa kelas VIII dengan partisipasi memakmurkan masjid sekolah SMP Negeri 3 Tempel (2) menguji secara empiris hubungan antara prestasi belajar PAI siswa kelas VIII dengan partisipasi memakmurkan masjid sekolah SMP Negeri 3 Tempel (3) menguji secara empiris hubungan antara motivasi belajar PAI dan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII secara bersama-sama dengan partisipasi memakmurkan masjid sekolah SMPN 3 Tempel.
Metode penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan teknik cluster random sampling diambil 88 siswa. Pengumpulan datamenggunakan teknik skala, dokumentasi, dan observasi. Kemudian teknik analisis data menggunakan korelasi product moment dan korelasi ganda.
Hasil penelitian adalah (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar PAI dengan partisipasi memakmurkan masjid sekolah (rx1 y = 0,639, p = 0,000 < 0,05). (2) Tidak ada korelasi yang signifikan anatar prestasi belajar PAI siswa dan partisipasi memakmurkan masjid sekolah SMPN 3 Tempel (r x2 y= -0,077, p= 0,238 > 0,05). (3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar PAI siswa dan prestasi belajar PAI siswa dengan partisipasi memakmurkan masjid sekolah. (R=0,644, P=0,000<0,05).
Kata kunci: motivasi belajar PAI, prestasi belajar PAI, partisipasi memakmurkan masjid sekolah.NIM: 15410076 NOVITA WULANSARI2019-04-16T01:35:19Z2019-04-16T01:35:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34173This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/341732019-04-16T01:35:19ZMAKNA SIMBOL DALAM ARSITEKTUR MASJID JAMIK SUMENEP
MADURA, JAWA TIMURMasjid merupakan salah satu hasil karya budaya yang tidak saja sebagai
tempat peribadatan, tetapi juga merupakan simbol dari peradaban Islam.
Arsitektur masjid tidak semata-mata sebuah bangunan dengan bentuk-bentuk
tertentu, tetapi menyimpan beragam informasi. Oleh karena itu penulis berangkat
dari pemahaman tersebut penulis tertarik untuk melakukan kajian terhadap Masjid
Jamik Sumenep. Ada dua hal yang dibahas pada skripsi ini yaitu: 1. Apa saja
simbol yang ditampilkan arsitektur Masjid Jamik Sumenep? 2. Bagaimana makna
relevansi simbol arsitektur Masjid Jamik Sumenep dengan dengan religiusitas
masyarakat Sumenep?.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat
kualitatif dengan metode dalam pengumpulan data dengan observasi/pengamatan,
wawancara dan dokumentasi. Kemudian hasil dari observasi dan wawancara dari
lapangan yang merupakan bahan mentah dimodifikasi atau diolah dengan
menyusun dalam bentuk uraian kemudian di pelajari dan ditelaah agar dapat
memfokuskan dan berhubungan dengan judul dengan teori yang ditawarkan oleh
Clifford Geertz melalui jalur interpretasi (hermeneutik) dengan dua tahap operasi:
pertama, menganalisa sistem makna yang diekspresikan dalam simbolisme
keagamaan, dan kedua menghubungkan sistem-sistem itu dengan proses sosiokultural
dengan pendekatan antropologi sosial.
Hasil penelitian ini menunjukkan berbagai makna simbol-simbol yang
terkandung dalam bangunan Masjid Jamik Sumenep yang merupakan suatu
etnografi yang menunjukkan deskripsi terkait makan dan sistem simbol yang
memiliki relevansi dengan religiositas masyarakat Sumenep dan tidak hanya
terpaku pada dimensi teologis saja, tetapi dalam artian religiositas kaitannya
dengan sosial dan budaya masyarakat Sumenep. Baik itu simbol deskripsi
terhadap kondisi dan pengalaman masyarakat Sumenep selama ini baik ajaran
atau nilai-nilai ideal yang menjadi pandangan hidup masyarakat Sumenep. Seperti
halnya makna simbol Iman, Islam dan Ihsan pada atap masjid yang mencerminkan
sebuah hubungan sosial keagamaan masyarakat Sumenep yang memiliki
solidaritas yang kuat dengan ditopang tradisi Islam seperti ter-ater rebbe. Selain
itu Masjid Jamik Sumenep juga merupakan simbol yang menggambarkan suatu
bentuk sosial budaya masyarakat Sumenep yang plural dengan sikap toleransi
terhadap sesama.
Kata kunci: Masjid Jamik Sumenep, Makna dan SimbolNIM. 12520012 ACHMAD SYAIFUDDIN2017-07-19T03:31:56Z2017-07-19T03:46:19Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26570This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/265702017-07-19T03:31:56ZANALISIS PERBEDAAN TINGKAT MODAL, OMZET, DAN
KEUNTUNGAN MUSTAHIK SEBELUM DAN SESUDAH
DISALURKANNYA DANA ZAKAT PRODUKTIF
DI BAITUL MAL MASJID JOGOKARYANEconomic development in indonesia is an important agenda for every
country. Smes always described as a sector which has the role of very important,
it was because the smes can absorb the labor force who had low and living in the
activities of small businesses both traditional and modern. The majority of smes
permasalan located on private ownership of capital, where micro businessmen
not having capital need to be sufficient to develop businesses.
The methodology it uses the comparative descriptive namely to analyze
and explain how and how much difference between capital, earnings, and
business profits one person before and after getting help of capital of the charity
productive baitul mal jogokaryan yogyakarta mosque. Using the analysis sample
pairet t-tes. Objects in research is one person given business loan by baitul mal
mosque jogokaryan about 45 respondents.
From the research indicates that program zakat productive is a program
granting business loan with the methods a grant or qordhul hasan. The results of
the analysis different test show that the existence of pengruh between the
provision of capital assistance to the development of capital, a turnover of, and
business profits before and after receiving business capital assistance. With the
results obtained in stastik conclusion that the values significantly smaller than
0,05 namely 0,000 or there are significant differences between a capital, turnover,
and business profits before and after receiving the charity productive.NIM. 13810011 AHMAD JUNAIDI RAMBE2017-06-13T02:59:22Z2017-06-13T02:59:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25490This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/254902017-06-13T02:59:22ZA Mosque-Based Economic Empowerment Model for Urban Poor CommunityThis research aimed to formulate a mosque-based economic empowerment model for urban
poor community. This research was studied qualitatively through descriptive appro
ch. The
methods of collecting data u ed were interview, FGD, observation and documentation. The
data analysis was conducted using an interactive analysis. The empowerment
models
resulting were firstly economic empowerment input encompassing mosque-based financial institution,
mosque management, empowerment target, and cooperation. Secondly, economic
empowerment process started from building spirituality, building entrepreneurship a
areness,
capacity building to power b
ilding conducted respectively. Thirdly, the output of economic
empowerment included human building, business
building,
environmental building, and
institutional building. Fourthly, economic congregation usefulness served as an outcome. The
economic congregation usefulness was indicated by the establishment of honest and
rustable
entrepreneurs based on strong religious application, the
realization
of congregation
independency/wellbeing, business sustainability
because of
many network with other
congregation, and capital availability and access easiness for business development.
Keywords: model and economic empowerment.Azis MuslimRavik KarsidiMahendra WijayaHermanu Joebagio2017-03-22T01:59:20Z2017-03-22T01:59:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24264This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/242642017-03-22T01:59:20ZMenggali Potensi Masjid KampusMASJID Kampus (maskam).sering- '
kali tak tersentuh dalam proses· pengembangan
kampus dan pembinaan
SDM-nya. Keberadaannya di dalam kampus
hanya dipandang sebagai sarana peribadatan
bagi civitas akadernik .. Kecuali Peringatan Hari
Besar Islam (PHBI), khususnya bulari Ramadan,
maskarn nyaris tak ada gatmgnya. Maskam
juga sering terkesan eksklusif, karena jarang
melibatkan masyarakat sekitar kampus dalam
beroagai kegiatannya.Nurul Hak2014-04-16T02:02:58Z2018-04-19T04:33:02Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11895This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/118952014-04-16T02:02:58ZARAH KIBLAT MASJID DI KOTA YOGYAKARTA
(UJI AKURASI ARAH KIBLAT DENGAN TEORI UKUR SEGITIGA BOLA, GEODESI DAN NAVIGASI)
----- Pokok Masalah
Bertumpu pada latar belakang masalah sebagaimana peneliti uraikan di atas maka masalah pokok yang dikaji dalam penelitian adalah ketidak akuratan arah kiblat masjid-masjid di Kota Yogyakarta. Masalah pokok ini kemudian dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi ril arah kiblat masjid-masjid di Kota Yogyakarta?
2. Berapa besar penyimpangan sudut atau azimut arah kiblat masjid-masjid di Kota Yogyakarta dibanding dengan hasil pengukuran melalui metode yang berlandaskan pada teori spherical trigonometry, teori geodesi, dan teori navigasi?
----- Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menunjukkan koordinat dan mendiskripsikan arah kiblat masjid-masjid di Kota Yogyakarta.
2. Menguji ketepatan sudut atau azimut arah kiblat masjid-masjid di Kota Yogyakarta dengan menggunakan metode yang berlandaskan pada teori segitiga bola, teori geodesi, dan teori navigasi..
Penelitian ini diharapkan dapat berguna :
1. Bagi masyarakat, terutama para pengelola masjid-masjid di Kota Yogyakarta, dalam:
a. Membuat garis-garis saf yang tepat mengikuti arah kiblat yang tepat sesuai dengan hasil pengujian yang seksama.
b. Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya arah kiblat yang tepat di masjid-masjid yang merupakan tempat utama ibadat salat.
2. Bagi dunia akademik dalam mengembangkan studi ilmu falak khususnya yang terkait dengan arah kiblat dengan mengembangkan berbagai metode dan sekaligus implementasinya di lapangan.
3. Bagi Kementerian Agama berguna sebagai data acuan dan bahan pertimbangan dalam melakukan pengukuran arah kiblat
Oman Fathurohman SW2023-07-20T08:39:40Z2023-07-20T08:40:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6545This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65452023-07-20T08:39:40ZIMPLEMENTASI PARADIGMA RAMAH DIFABEL DALAM MANAJEMEN MASJIDABSTRAK Masjid Sebagai Institusi memiliki fungsi sosial yang banyak karena disitu jama'ah dapat berinteraksi secara langsung tanpa membeda-bedakan. Fungsi sosial di era modern ini harus memiliki kepedulian terhadap semua jamaah tanpa terkecuali. Kaum difabel merupakan bagian dari masyarakat yang selama ini tidak diperhitungkan keberadaannya dalam sistem sosial sehingga dalam kontruksi sosial mereka cenderung diabaikan. Begitupun dalam pembangunan masjid secara fisik maupun sistem. Banyak masjid yang tidak ramah difabel karena belum terbangunnya kesadaran keagamaan, padahal Rasulallah SAW telah memberi teladan dalam hadisnya bahwa tidak ada keringanan bagi siapapun termasuk orang buta sekalipun untuk menjalankan shalat berjama'ah di masjid. Untuk itu penelitian ini bertujuan agar tumbuh kesadaran yang tinggi terhadap difabel dalam melakukan aktifitas sosial keagamaannya. Adapun rumusan masalahnya yaitu, (1) bagaimana implementasi paradigma ramah difabel dalam manajeman masjid di Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga?
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang perolehan datanya tidak melalui prosedur statistik, sedangkan pengumpulan data menggunakan metode interview, dokumentasi dan observasi, penelitian ini diharapkan memberi wawasan sesuatu yang baru sedikit diketahui. Subyek dari penelitian ini adalah Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga sedangkan obyek penelitiannya adalah Manajemen Masjid itu sendiri.
Ada tiga hal yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu pertama tingkat pemahaman pengurus terhadap paradigma ramah difabel, yang hanya berhenti pada tingkat pengelola saja sedangakan pada tingkatan pengurus harian hanya memahami bahwa difabel cukup menjadi objek dalam manajemen. Hal ini menjadikan sistem yang dibangun belum ramah difabel sepenuhnya. Kedua implementasi dalam manajemen masjid hanya berhenti pada program-program kerja saja, terlibatnya difabel menjadi pengurus dan konseptor sama sekali belum ada sehingga terlihat bahwa visi yang dibngun Universitas yang membawa isu inklusi didalamnya belum bener-benar sampai ke ranah implementasinya. Ketiga adalah hambatan-hamabatan yang terjadi dalam pelaksanaan implementasi paradigma ramah difabel yang meliputi kurangnya sosialisasi dan tidak adanya koneksitas antar lembaga yang terkait. Koneksitas yang dibangun akan menjadi jembatan kepentingan dari jama'ah difabel untuk dapat berperan serta dalam kepengurusan. Ini juga membuktikan adanya persamaan hak yang antara difabel dan non difabel. divNIM.: 07240044 MURYADI2023-07-21T02:42:19Z2023-07-21T02:43:34Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6532This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65322023-07-21T02:42:19ZMANAJEMEN OPERASIONAL MASJID JOGOKARIYAN MANTRIJERON YOGYAKARTAABSTRAK Dalam melaksanakan kerja operasional, Masjid Jogokariyan memerlukan ilmu manajemen dan aplikasi secara efektif dan efesien dalam memecahkan berbagai persoalan manajerial. Oleh karena itu manajemen operasional sangat penting untuk lebih meningkatkan kinerja operasional dan mengembangkan Masjid Jogokariyan. Ada beberapa hal yang menarik menurut penulis yaitu berkaitan dengan penerapan manajemen operasional yang ada di Masjid Jogokariyan Mantrijeron Yogyakarta: Bagaimana manajemen operasioanal yang diterapkan Masjid Jogokariyan Yogyakarta meliputi: perencanaan operasional, persediaan fasilitas, administrasi pengelolaan, pengendalian mutu terpadu, pemeliharaan fasilitas, teknik merancang jaringan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Manajemen Operasional Masjid Jogokariyan Mantrijeron Yogyakarta. Sedangkan teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini sudah sesuai dengan teori D.T. John Harding, dan penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara, pengamatan (observasi),dan dokumentasi. Dan tehnik keabsahan data dengan menggunakan metode Triangulasi adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kulaitatif.
Dalam mengembangkan masjid, manajemen operasional yang digunakan Masjid Jogokariyan sudah optimal hal itu bisa dilihat dari program kerja yang ada meliputi: Perencanaan Program Dakwah Masjid terbagi menjadi program jangka panjang dan program jangka pendek, Persediaan Fasilitas masjid meliputi Input, Proses dan Output, Administrasi Pengelolaan Keuangan ada administrasi pemasaukan dan administrasi pengeluaran yang dikelola bendahara sedangkan biro-biro yang ada di masjid dikelola oleh biro masing-masing, Pengendalian Program Dakwah biasanya kegiatan yang sudah dan ingin dilaksanakan di serahkan langsung kepada masyarakat sedangkan pengurus masjid hanya memfasilitasinya saja, Pemeliharaan Fasilitas terbagi menjadi (perawatan berencana dan perawatan pencegahan yang ditangani biro kerumahtanggaan), Tehnik Merancang Jaringan Kerja pihak masjid selalu bekerjasama dengan lembaga dan pihak lain. divNIM.: 07240043 FRITA FARAMITA