Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: No conditions. Results ordered -Date Deposited. 2024-03-28T19:03:58ZEPrintshttp://digilib.uin-suka.ac.id/images/sitelogo.pnghttps://digilib.uin-suka.ac.id/2024-02-07T06:47:36Z2024-02-07T06:49:32Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63552This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/635522024-02-07T06:47:36ZIkhtisar Sejarah NU 1344 H 1926 MBuku ini merupakan ringkasan dari sejarah NU, yang biasanya kita baca hingga ratusan halaman, bahkan berjilid-jilid. Dengan tetap mempertahankan validitas data, buku ini merangkum peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah NU.- Nur Khalik Ridwan- Ali Usman2024-02-06T03:23:04Z2024-02-06T03:31:53Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63470This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/634702024-02-06T03:23:04ZREPRODUKSI ULAMA PEREMPUAN NAHDLATUL WATHANTesis ini mengkaji keulamaan perempuan NW dan cara mereka mempertahankan dan memperkuat otoritasnya. Pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu, bagaimana kemunculan dan posisi ulama perempuan di NW. Serta bagaimana ulama perempuan NW membangun dan memperkuat otoritasnya dalam balutan perkembangan pendidikan, institusi dan politik. Data penelitian ini kemudian dikumpulkan melalui observasi partisipasi dan wawancara mendalam dengan informan-informan kunci. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis menggunakan metode beberapa kali kunjungan secara bertahap (multiple visit) untuk menyesuaikan jadwal dan kesibukan para informan dan untuk dapat menjangkau beberapa lokasi penelitian secara menyeluruh. Selanjutnya, peneliti menggunakan teori dari Michelle Rosaldo untuk menganalisis data yang didapatkan dari lapangan. Adapun argumen utama dalam tesis ini adalah walaupun perempuan NW mendapatkan otoritasnya melalui status yang dianggap berasal dari hubungan kekerabatan, akan tetapi berkat pendidikan, keahlian dan kerja keras mereka dapat memperkuat otoritasnya secara mandiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keulamaan perempuan dalam NW muncul sejak nama Ummuna Raihanun memenangkan kepemimpinan dalam Muktamar ke-10 di Praya pada tahun 1998 sebagai Pimpinan Pusat PBNW. Ummuna Raihanun telah menggunakan kombinasi praktik pewarisan berbasis kekerabatan dan pemilihan yang demokratis. Kepemimpinan Ummuna Raihanun akhirnya memproduksi keulamaan perempuan di NW. Peran dan kontribusinya dapat diapresiasi dengan baik ketika melihat fakta bahwa NW telah berkembang pesat di bawah kepemimpinan Ummuna Raihanun. Pengalaman Ummuna Raihanun yang begitu luas tidak terbatas di ranah pesantren dan organisasi telah menyebabkan produksi keulamaan perempuan NW mengalami perkembangan melalui berbagai model keulamaan. Beberapa tokoh perempuan NW yang juga dibahas dalam tesis ini merupakan bentuk produksi perkembangan keulamaan perempuan NW yang sampai saat ini mendampingi, mendukung dan berkontribusi bersama Ummuna Raihanun dalam kepemimpinan di organisasi. Beberapa tokoh ulama perempuan NW dalam tesis ini telah mendapatkan otoritas keagamaan mereka dari pendidikan di pesantren tradisional dan madrasah, serta berguru pada ulama NW. Selain itu mereka juga masih mengandalkan hubungan kekerabatan dalam meraih kepemimpinan. Meskipun demikian, perkembangan pendidikan, institusi dan politik telah berimplikasi pada transformasi otoritas keulamaan perempuan NW ke arah otoritas modern. Peran mereka telah meluas ke dalam dunia akademis, program sosial kemasyarakatan dan tergabung dalam politik praktis yang pada akhirnya menyebabkan penguatan terhadap otoritas yang awalnya mereka terima dan mereka raih dari pendidikan pesantren. Otoritas keulamaan perempuan NW kini tidak hanya ditemukan di pesantren dan organisasi namun telah meluas ke dalam berbagai bentuk keahlian sesuai dengan latar belakang sosial intelektual yang dimiliki dan peran publik yang telah dilakukan.NIM.: 20200012024 Dewi Ummi Raihanun2024-02-02T08:53:59Z2024-02-02T08:53:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63406This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/634062024-02-02T08:53:59ZSTUDI PUTUSAN FATWA LBM PWNU DI YOGYAKARTA DAN LBM
PWNU JAWA TIMUR TENTANG CRYPTOCURRENCY
(TELAAH KONSEP HIFZ AL-MAL)Cryptocurrency merupakan persoalan muamalah kontemporer yang penggunaan dan status hukumnya dipertanyakan dan membutuhkan jawaban. Beberapa lembaga fatwa di Indonesia telah melakukan kajian mengenai hukum cryptocurrency, seperti yang dilakukan LBM PWNU DI Yogyakarta dan LBM PWNU Jawa Timur. LBM PWNU DI Yogyakarta dan LBM PWNU Jawa Timur memiliki putusan berbeda meskipun keduanya merupakan organisasi Islam yang sama, yaitu Nahdatul Ulama. LBM PWNU DI Yogyakarta memperbolehkan cryptocurrency, karena syarat cryptocurrency sebagai alat tukar terpenuhi. Sedangkan LBM PWNU Jawa Timur tidak memperbolehkan, karena cryptocurrency tidak memenuhi sil’ah (komoditi). Berdasarkan kontradiksi putusan fatwa tentang cryptocurrency tersebut, penulis akan menganalisis bagaimana telaah h}ifz} al-ma>l terhadap cryptocurrency itu sendiri, selanjutnya penulis menganalisis bagaimana telaah h}ifz} al-ma>l terhadap putusan fatwa LBM PWNU DI Yogyakarta dan LBM PWNU Jawa Timur tentang cryptocurrency. Penelitian ini menggunakan jenis atau tipe kualitatif kepustakaan (library research) dengan pendekatan hukum normatif (doctrinal). Sedangkan dalam pengumpulan data, penyusun menggunakan 2 tahap yaitu; pertama, mengumpulkan data primer yang bersumber dari hasil putusan fatwa LBM PWNU DI Yogyakarta dan LBM PWNU Jawa Timur tentang cryptocurrency dan dokumentasi putusan fatwa LBM PWNU DI Yogyakarta dan LBM PWNU Jawa Timur mengenai cryptocurrency. Kedua, mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari dokumen dan sumber bacaan seperti jurnal dan buku-buku yang sesuai dengan penelitian ini. Data-data tersebut dijadikan sebagai titik tolak dalam memahami putusan fatwa LBM PWNU DI Yogyakarta dan LBM PWNU Jawa Timur jika ditelaah menggunakan konsep h}ifz} al-ma>l. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perspektif h}ifz} al-ma>l dengan menimbang antara mas}lah}ah dan mafsadah, penggunaan cryptocurrency yang berkembang sekarang ini tidak diperbolehkan karena terdapat lebih besar mafsadah dibandingkan dengan mas}lah}ah. Namun demikian, cryptocurrency dapat diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, yaitu dengan menghilangkan unsur-unsur mafsadah atau ba>t}il . Adapun perspektif h}ifz} al-ma>l terhadap putusan fatwa LBM PWNU DI Yogyakarta dan LBM PWNU Jawa Timur adalah LBM PWNU DI Yogyakarta lebih melihat muatan mas}lah}ah dalam cryptocurrency, sehingga diperbolehkan. LBM PWNU DI Yogyakarta juga memperhatikan aspek dar’u al-mafa>sid dari cryptocurrency, sehingga LBM PWNU DI Yogyakarta memberikan pengecualian terhadap varian cryptocurrency yang tidak diperbolehkan, yaitu ketika tidak memenuhi beberapa syarat dalam syara’. Sedangkan LBM PWNU Jawa Timur mengambil kesimpulan bahwa cryptocurrency tidak diperbolehkan karena membahayakan bagi penggunanya. Hal ini menunjukkan LBM PWNU Jawa Timur lebih melihat kepada aspek mafsadah dibandingkan dengan mas}lah}ah dalam penggunaan cryptocurrency.NIM.: 21203012057 Anfal Bahri2024-02-01T01:59:24Z2024-02-01T01:59:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63307This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/633072024-02-01T01:59:24ZPROFESI MODEL BUSANA MUSLIMAH PERSPEKTIF TOKOH NAHDLATUL ULAMA DAN TOKOH ULAMA SALAFI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAProfesi model dewasa kini banyak diminati oleh kaum perempuan. Hal tersebut menjadi kebingungan dikalangan masyarakat mengenai boleh tidaknya perempuan melakukan pekerjaan tersebut. Perempuan di dalam hukum Islam tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan keindahan melalui pakaian, mengkomersilkan kecantikan dan berlomba tampil cantik dengan memakai pakaian dan merias wajah. Akan tetapi, apakah profesi model busana muslimah masuk kategori hal yang dilarang dalam Islam? Hal inilah yang menjadi fokus skripsi ini dengan mengkaji pandangan para tokoh Nahdlatul Ulama dan tokoh Salafi terhadap profesi model busana muslimah. Penelitian ini menjawab beberapa pertanyaan berikut: 1) Bagaimana pandangan tokoh Nahdhlatul Ulama dan tokoh Ulama Salafi di Yogyakarta tentang profesi model busana muslimah?; 2) Bagaimana Analisis teori Sadd al-Z|ari>’ah terhadap pandangan tokoh Nahdhlatul Ulama dan tokoh Ulama Salafi di Yogyakarta tentang profesi model busana muslimah?. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif-komparatif. Data-data dalam penelitian ini didasarkan pada hasil-hasil wawancara, dokumentasi dan kajian atas berbagai literatur yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Dalam hal ini penulis telah melakukan wawancara dengan para tokoh Nahdlatul Ulama dan tokoh Salafi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneltian ini menggunakan pendekatan usul fikih dengan memanfaatkan teori Sadd al-Z|ari>’ah. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan: pertama menurut para tokoh Nahdlatul Ulama dan tokoh Salafi memiliki pandangan yang berbeda tentang hukum profesi model busana muslimah. Bahkan di internal tokoh Nahdlatul Ulama pun terjadi perbedaan pendapat. Salah seorang tokoh Nahdlatul Ulama berpendapat bahwa hukum profesi model busana muslimah tidak diperbolehkan karena terdapat suatu hal yang dilarang oleh syariat. Hal ini juga yang merupakan pendapat dari para tokoh Salafi di Yogyakarta. Hal tersebut karena profesi model busana muslimah dapat mendatangkan kemafsadatan yang lebih besar daripada kemaslahatan. Sementara salah seorang tokoh Nahdlatul Ulama yang lain berpandangan bahwa profesi model busana muslimah adalah boleh dan tidak bertentangan dengan syariat karena tidak ada dalil spesifik yang membahas terkait profesi model. Selain itu, ia juga bisa menjadi salah satu media dakwah bagi kaum perempuan. Dengan demikian, profesi model tersebut sebenarnya mengandung kemaslahatan karena menjadi media dakwah untuk menarik orang agar berpakaian muslimah yang tertutup dan sesuai dengan aturan syariat.NIM.: 19103060051 Doni Isroyan2024-01-30T07:50:24Z2024-01-30T07:50:24Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63306This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/633062024-01-30T07:50:24ZTRADISI MUNGGAH MOLO DI DESA PEKAJANGAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN PERSPEKTIF TOKOH NAHDLATUL ULAMA DAN TOKOH MUHAMMADIYAHAllah SWT atas diberikan-Nya rezeki untuk membangun sebuah rumah baru. Awal mula adanya tradisi ini adalah bertujuan untuk meminta keselamatan para tukang dan pemilik rumah ketika sedang membangun rumah baru. Tradisi Munggah Molo yang awalnya bertujuan sebagai ritual yang berhubungan dengan hal-hal mistis berubah menjadi ritual meminta keselamatan dan keberkahan kepada Allah SWT dengan cara melakukan sedekah ketika sedang membangun rumah baru. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktek dan pandangan tokoh Nahdlatul Ulama dan tokoh Muhammadiyah terhadap tradisi Munggah Molo dan alasan terjadinya perbedaan tokoh Nahdlatul Ulama dan tokoh Muhammadiyah mengenai tradisi Munggah Molo. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris dan yuridis, sedangkan penelitian ini menggunakan teori ‘Urf dan Sosiologi Hukum Islam. Penelitian ini bersifat deskriptif-komparatif yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan mengenai perbandingan tokoh Nahdlatul ulama dan tokoh Muhammadiyah terhadap tradisi Munggah Molo di Desa Pekajangan, kemudian data yang ada dianalisis hinggga dapat ditarik kesimpulan. Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut, ditemukan bahwasanya praktek tradisi Munggah Molo biasanya mulai dilaksanakan pada hari Rabu malam, dengan membaca do’a-do’a yang dipimpin oleh seorang Kiai, kemudian dilanjutkan pada keesokan harinya yakni hari kamis pada jam 11 siang atau setelah waktu dzuhur, dimulai dengan melaksanakan ritual-ritual yang ada dan diakhiri dengan do’a dan makan-makan. Dari praktek tersebut tokoh Nahdlatul Ulama memandang tradisi ini sebagai ‘Urf Ṣaḥīḥ karena di dalamnya mengandung banyak unsur positif, sedangkan tokoh Muhammadiyah memandang tradisi ini sebagai ‘Urf Fasīd karena tidak ada di dalam naṣ dan ada beberapa ritual yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. Selain itu, dalam tradisi Munggah Molo tersebut ditemukan adanya akulturasi budaya dan agama karena sebab perkembangan sosial masyarakat, sehingga menjadi tradisi yang dinilai dapat diterima khususnya oleh pandangan Nahdlatul Ulama.NIM.: 19103060038 Kastolani2024-01-24T08:53:14Z2024-01-24T08:53:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63112This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/631122024-01-24T08:53:14ZRAHN TASJILY DALAM PANDANGAN TOKOH MUHAMMADIYAH DAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTASeiring berkembangnya zaman, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang ikut berkembang dan hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya, misalnya rahn tasjily. Rahn tasjily juga termasuk dari bagian permasalahan-permasalahan kontemporer dalam dunia ekonomi. Selain itu rahn tasjily sendiri cenderung berbeda dengan rahn atau gadai konvensional sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah s.a.w yakni menggadaikan fisik barang (baju besi) kepada seorang Yahudi sebagai bentuk jaminan atas utangnya, sedangkan konsep rahn tasjily sendiri hanya menyerahkan bukti sah kepemilikannya kepada penerima jaminan (murtahin) seperti sertifikat tanah, dan fisik barang jaminan (marhun) tetap berada dalam penguasaan dan pemanfaatan pemberi jaminan (rahin). Sekalipun keduanya memiliki beberapa kesamaan, yakni termasuk bagian dari bentuk perjanjian atas utang-piutang dan memiliki nilai sosial yang tinggi yaitu saling tolong-menolong antar golongan Menyikapi permasalahan tersebut, penulis ingin mengetahui pandangan dari tokoh Muhammadiyah dan tokoh Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta tentang konsep rahn tasjily yang cenderung berbeda dengan konsep yang telah diajarkan oleh Rasululllah s.a.w.
Dalam skripsi ini, penulisi menggunakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan metode (field research) yakni mengumpulkan data secara lengkap serta melakukan wawancara kepada tokoh Muhammadiyah dan tokoh Nahdlatul Ulama DIY dan bersifat deskriptif komparatif, serta dalam tulisan ini akan menggunakan Teori al-ikhtilafu fi fahmi nash wa at-tafsirihi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh Muhammadiyah dan Nahdaltul Ulama DIY dalam pendapatnya bahwa rahn tasjily adalah boleh. Tokoh dari kedua organisasi tersebut sama-sama berangkat dari surah al-Baqarah ayat 283 serta hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Perbedaan dari kedua pendapat tersebut terletak pada metode istinbath hukum yang digunakan serta hadist terakhir yang digunakan oleh keduanya. Karena permasalahan rahn tasjily sendiri tidak dijelaskan secara eksplisit dalam nash al-Qur’an dan Hadits. Tokoh Muhammadiyah DIY menggunakan metode bayani dan hadits yang diriwayatkan oleh al-Syafi’i, al-Daraquthni dan Ibnu Majah. Tokoh Muhammdiyah menyimpulkan bahwa rahn tasjily hukumnya boleh karena dalil-dalil yang telah disebutkan sudah jelas dan kuat. Selain itu, dalam rahn tasjily, menurut mereka memiliki kemaslahatan yang jauh lebih besar dari pada rahn atau gadai konvensional, serta terdapat nilai saling tolong-menolong Sedangkan Tokoh Nahdlatul Ulama DIY menggunakan metode manhaji dan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Tokoh Nahdlatul Ulama dalam pandangannya tidak secara mutlak membolehkan hukum rahn tasjily, yakni harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti tidak ada unsur ribanya, barang yang dijadikan jaminan bukan barang najis, dan kedua belah pihak harus cakap dimata hukum, serta saling ridhonya antara kedua belah pihak.NIM.: 17103060084 Ali Sibro Mulisi2024-01-23T03:46:12Z2024-01-23T03:46:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63158This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/631582024-01-23T03:46:12ZTRANSFORMASI METODOLOGI ISTINBAT HUKUM DALAM KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL NU TENTANG STATUS KEWARGANEGARAAN NONMUSLIM DI BANJAR JAWA BARAT TAHUN 2019Post the emergence of nation-states, citizenship has become a new discourse of paramount importance in Islamic law. The transition from religious-based states to democratic states has brought about issues related to citizenship, where the centuries-old discrimination based on religious differences has struggled to adapt to the evolving forms of the state. The Islamic jurisprudence (fiqh) that serves as a reference for Muslims still classifies individuals into several categories: Muslims, Dhimmi, Musta'man, Harbi, and Mu'āhad. Despite the passage of centuries, these books continue to be studied and understood as they were. The mechanism of deriving Islamic law, especially concerning citizenship, has so far still adopted the views of past jurists that are within the context of an Islamic state (khilafah). Recognizing this, scholars from Nahdlatul Ulama' (NU) discussed this issue during the bahtsul masail ad-dīniyyah al-mawḍu'iyyah (thematic) conference at the NU National Conference in Banjar, West Java. As a result of these discussions, the NU National Conference in 2019 decided not to categorize non-Muslims in the public context as Mu'āhad, Musta'man, Dhimmi, or Harbi. Instead, non-Muslims in the nation-state are considered citizens (Muwathin) with rights and obligations equal to other citizens. This decision has opened up a new discourse on the methodology of deriving Islamic law within NU, which needs further exploration.
The academic problem that serves as the focal point of inquiry in this thesis is several fundamental questions regarding the dynamics of NU's thinking about citizenship, the transformation of methodology in NU's legal istinbat, the paradigm used by NU in determining the citizenship status of non-Muslims, and its theological foundation. To answer these research questions, the researcher employs four approaches: first, usul al-fiqh (principles of Islamic jurisprudence) with the theory of the evolution of legal fatwas (at-taghayyur fī al-fatwa); second, a manhaji approach with the theory of ijtihad based on legal causes ('illat) (al-ijtihād fī al-’illat); third, a philosophical approach with the theory of intersubjective testability; and fourth, a scientific approach with the theory of the methodology of scientific research programs by Imre Lakatos.
The dynamics of NU's thinking on citizenship result from four vulnerability centers related to Islam in today's context. First, the status of non-Muslims, where classical fiqh texts concerning non-Muslims are perceived as discriminatory in the context of nation-states. Second, the issue of the caliphate. Third, Islamic law (sharia) and state law. Fourth, conflicts between Muslims and non-Muslims. In addition, there are seven strong reasons that drive Nahdlatul Ulama (NU) to undergo transformation in various fields, including its methodology of legal reasoning, especially concerning contextual jurisprudence (fikih-fikih kontekstual): (1) To make the application of Islamic law relevant to contemporary challenges. (2) To address advancements in technology and knowledge. (3) To preserve the identity of moderate Islam. (4) To foster relationships with the government. (5) To facilitate peace and interfaith tolerance. (6) To build the capacity and qualifications of religious scholars (ulama). (7) To strengthen a multidisciplinary approach.
The transformation of the methodology of Islamic legal istinbat in the resolutions of the bahtsul masail at the 2019 NU National Conference shifted from
a textual approach to a contextual one, transitioning from a theological perspective on citizenship to a sociological one, with an intersubjective thinking pattern capable of facilitating dialogue between ethical perspectives rooted in religious beliefs (theistic subjectivism) and objective rational arguments (rationalistic objectivism). This is an effort to find common ground between religious views and rational thought in the context of ethics and morality. The theological foundation of NU's resolutions during munas/konbes 2019 falls under the category of applying fiqh concepts with tahqiq al-manath or the examination of legal objects as its methodology. This method represents a form of ijtihad linguistically (etymologically) rather than ijtihad in terminology, as it is practiced within the domain of mujtahids, who serve as the gateway for jurists and followers of schools of thought (not the imams of the schools) in issuing legal judgments or providing fatwas. The principle of safeguarding the primary sources of Islam by Nahdlatul Ulama through the mechanisms of contextualization of jurisprudence (fikih), transformation of methodology, and the evolution of fatwas into research findings. The primary sources of Islam that are protected are the universal values contained in the holy texts elaborated in usūl al-khamsah (the five fundamental principles); hifzh ad-dīn, hifzh al-nafs wa al’irdh, hifzh al-‘aql, hifzh al-nasl, hifzh al-māl.NIM.: 20303011003 Muhammad Syakur2024-01-05T01:38:01Z2024-01-05T01:38:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62701This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/627012024-01-05T01:38:01ZTRADISI NAHDLATUL ULAMA DI TENGAH PENGARUH DAKWAH JAMAAH TABLIGH DI DESA TEMBORO, KARAS, MAGETAN, JAWA TIMUR TAHUN 1989 – 2021 MDesa Temboro yang terletak di Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur dapat disebut sebagai desa santri karena banyaknya pesantren di dalamnya, salah satunya Pondok Pesantren Al-Fatah. Pesantren Al-Fatah merupakan pesantren yang sejak tahun 1989 secara resmi menyatakan dirinya sebagai pondok binaan Jamaah Tabligh (JT). Doktrin Jamaah Tabligh yang berkembang pesat di pesantren tak ayal memberikan pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat setempat. Meski demikian, tradisi-tradisi keagamaan NU yang berkembang sebelumnya tidak semata-mata hilang begitu saja. Tradisi-tradisi NU tetap bertahan dan berdampingan secara harmonis dengan kebudayaan yang dibawa JT. Literatur yang memaparkan eksistensi tradisi-tradisi NU dalam struktur masyarakat Temboro dinilai masih minim, sehingga masalah ini penting untuk diteliti. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah intelektual sekaligus mengisi kerumpangan dari kajian-kajian sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat tiga fokus utama yaitu yang pertama, kondisi masyarakat Temboro sebelum datangnya Jamaah Tabligh. Kedua, gerakan dakwah Jamaah Tabligh di Temboro dan yang terakhir yakni eksistensi tradisi-tradisi Nahdlatul Ulama Desa Temboro di tengah pengaruh dakwah Jamaah Tabligh. Dalam kajian ini peneliti menggunakan pendekatan antropologi budaya dengan teori ketahanan budaya dari Ade Makmur Kartawinata. Peneliti menerapkan konsep budaya, tradisi, eksistensi, dan transformasi budaya. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan empat tahapan yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, serta historiografi.
Berdasarkan kajian ini, peneliti mengungkap berbagai fakta terkait tradisi-tradisi NU di Desa Temboro. Meski berada di tengah pengaruh dakwah JT dengan budaya yang dibawanya, tradisi-tradisi NU masih dipertahankan eksistensinya oleh masyarakat. Tradisi-tradisi NU tumbuh dengan harmonis bersama budaya-budaya yang dibawa JT. Peneliti mengklasifikasikan tradisi-tradisi NU tersebut menjadi dua kategori, yakni tradisi dalam aspek ibadah dan tradisi dalam aspek sosial. Eksistensi tradisi-tradisi keagamaan NU di Desa Temboro didukung oleh beberapa faktor, yaitu pertama, latar belakang kiai dan Pesantren Al-Fatah, otoritas kepemimpinan kiai, prinsip dakwah Jamaah Tabligh, pengaruh tradisi Pesantren Al-Fatah, serta dukungan dari seluruh elemen masyarakat.NIM.: 19101020017 Anifa Nurhayati2024-01-04T01:45:48Z2024-01-04T01:45:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/62667This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/626672024-01-04T01:45:48ZH. AMINUDIN NAJIB DAN PERANNYA DI NAHDLATUL ULAMA KECAMATAN PAKEM TAHUN 1997–2018 MAminuddin Najib lahir pada 18 November 1956 di Kediri, Jawa Timur. Aminuddin Najib berperan penting dalam proses kebangkitan MWCNU Kecamatan Pakem. Melalui pendirian LPQ Bina Akhlaq yang kemudian berkembang menjadi Yayasan Nurul Ula menjadi salah satu pijakan awal kebangkitan Nahdlatul Ulama yang sebelumnya mengalami kevakuman. Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana biografi Aminuddin Najib dan peranannya dalam perkembangan NU di Kecamatan Pakem. Untuk menjelaskan masalah tersebut digunakan pendekatan biografi-sosiologis. Melalui pendekatan biografi akan mengetahui bagaimana riwayat hidup Aminuddin Najib sejak lahir hingga saat ini. Pendekatan sosiologi ini digunakan untuk melihat lingkungan masyarakat sebelum dan sesudah Aminuddin Najib menetap di Pakem, serta untuk melihat peranannya di NU Kecamatan Pakem. Penelitian ini menggunakan teori peranan yang dikemukakan Levinson dengan metode penelitian sejarah kualitatif berbasis data pustaka dan data lapangan. Serta menggunakan metode penelitian sejarah empat tahap, yaitu: heuristik atau pengumpulan data melalui wawancara dan pengumpulan arsip tentang Yayasan Nurul Ula dan Nahdlatul Ulama berupa arsip pendirian Yayasan Nurul Ula, arsip kepengurusan MWCNU Pakem, arsip kepengurusan LP Ma’arif PCNU Kabupaten Sleman serta beberapa arsip lainnya, verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Aminuddin Najib membantu kebangkitan NU Kecamatan Pakem dengan pendirian Yayasan Nurul Ula sebagai pijakan awal kebangkitannya. Perkembangan NU Pakem ditandai dengan terbentuknya ranting-ranting di kalurahan dan badan otonom di bawahnya. Selain itu, ia juga berperan penting dalam perkembangan NU di Kecamatan Pakem dalam bidang kaderisasi, pendidikan dan sosial budaya. Dalam bidang kaderisasi ia membantu membentuk dan penguatan kaderisasi melalui kajian-kajian. Pada bidang pendidikan ia mendirikan sekolah mulai dari tingkat RA sampai MI. Kemudian dalam bidang sosial budaya, ia membentuk lingkungan Islam ala an-nahdliyah yang tidak hanya menargetkan kader-kader NU tapi juga menargetkan masyarakat di sekitarnya.NIM.: 18101020094 Lailatul Rohmah2023-10-26T07:11:21Z2023-10-26T07:11:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61892This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/618922023-10-26T07:11:21ZPENAFSIRAN AYAT POLIGAMI DI MEDIA ONLINE (STUDI AKUN WEBSITE NU ONLINE)Penafsiran Al-Qur’an saat ini memasuki era baru. Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media penyebaran tafsir Al-Qur’an menjadi ciri fase ini. Perkembangan penafsiran Al-Qur’an melalui media sosial bertujuan untuk mengkontekstualisasikan nilai-nilai Al-Qur’an agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam merespon berbagai problem sosial yang terjadi. Salah satu platform yang banyak digunakan untuk menyampikan tafsiran-tafsiran dimedia online adalah Website. Penelitian ini bertujuan untuk membahas penafsiran ayat poligami di website NU Online baik yang meliputi, penafsiran ayat poligami, karakteristik penafsiran, maupun relevansi penafsiran ayat poligami dalam konteks masa kini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menyajikan berbagi macam data yang terdapat dalam website NU Online. Selain mengakaji bentuk penafsiran dalam website poligami, penelitian ini juga menekankan pada perkembangan penafsiran melalui media sosial sebagai media baru penyebaran tafsir Al-Qur’an sehingga teori media juga digunakan sebagai perangkat teoritis dalam mengkaji objek penelitian ini. Namun karena penelitian ini merupakan penelitian tafsir maka teori tafsir juga banyak digunakan dalam penelitian ini.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, penafsiran ayat poligami dalam website NU Online banyak merujuk pada pendapat ulama-ulama yang melihat poligami sebagai syariat agama yang dalam pelaksanaanya mempertimbangkan berbagai hal secara ketat. Selain itu poligami menurut media website NU Online dalam konteks masa kini merupakan alternatif terakhir yang peluang kebolehannya sangat kecil. Kedua, Adapun karakteristik penafsiran ayat poligami dalam website NU Online ditinjau dari sumber penafsirannya termasuk tafsir bil ra’yi>, karena merujuk pada Al-Qur’an, hadis, riwayat-riwayat dan kitab-kitab tafsir. Ditinjau dari cara penjelasannya menggunakan metode bayani karena menyajikan tafsiran secara deskriptif tanpa ada perbandingan riwayat maupun pendapat. Jika ditinjau dari keluasan penjelasan tafsir maka menggunkan metode maudhu’i karena hanya menjelaskan makna ayat secara global dan menjelaskan berdasarkan tema-tema tertentu. Ditinjau dari sasaran dan tertib ayat penafsiran Al-Qur’an dikategorikan ke dalam metode ijmali karena penafsiran sesuai urutan mushaf. Ketiga, penafsiran ayat poligami di media sosial website NU Online merupakan salah satu bukti penggunaan media sebagai metode penyebaran tafsir Al-Qur’an dalam merespon berbagai problem sosial masyarakat. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan pemahaman dan kehidupan sosial budaya masyarakat. Selain itu penafsiran ayat Al-Qur’an di media sosial melahirkan bentuk tafsir baru yang lebih dekat dengan kehidupan masyarakat secara langsung.NIM.: 16530017 Abdul Dzakkir2023-10-26T04:23:38Z2023-10-26T04:23:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61875This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/618752023-10-26T04:23:38ZANALISIS WACANA KRITIS NORMAN FAIRCLOUGH TERHADAP KONSEP PLURALISME DALAM WEBSITE NU ONLINEKeberagaman di Indonesia memang diakui oleh semua penduduknya. Namun, walaupun demikian, pengakuan terhadap keberagaman tersebut tidak selalu diikuti oleh penerimaan terhadap eksistensi kelompok yang berbeda. Konflik keagamaan semakin terlihat karena adanya kontestasi dalam diskursus wacana keagamaan di media online, seperti wacana mengenai eksklusivisme dan radikalisme. Ini memengaruhi sikap masyarakat yang menjadi lebih tertutup bahkan resisten terhadap perbedaan. Nahdlatul Ulama (NU) melalui situs NU Online, mencoba menyebarkan gagasan pluralisme guna melawan tren ini. Atas dasar tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teks pluralisme dalam situs NU Online serta bagaimana konsep pluralisme diwacanakan di situs NU Online.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang dengan jenis studi kepustkaan (library rersearch). Objek material yang dianalisis adalah situs NU Online. Data dikumpulkan melalui observasi dan dokumentasi. Sumber data primer berasal dari teks di situs NU Online, sementara sumber data sekunder berasal dari literatur lainnya. Teks yang berkaitan dengan wacana pluralisme dianalisis dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis ala Norman Fairclough, di mana pendekatan ini memiliki tiga dimensi yaitu: dimensi teks (micro level), dimensi praktik (mezzo level), dan dimensi praktik sosial (macro level).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa NU Online mengartikan pluralisme sebagai sikap yang terbuka terhadap perbedaan dengan menekankan dialog dan upaya menghindari konflik untuk menciptakan hubungan yang harmonis antarumat beragama. Selanjutnya dalam dimensi teks, wacana pluralisme di situs NU Online diartikulasikan dengan menggunakan bahasa formal berdasarkan fakta saintifik dan normatif untuk mengkomunikasikan pluralisme kepada masyarakat yang lebih luas. NU Online juga menekankan pentingnya dialog dalam menghadapi perbedaan, untuk membangun kepercayaan masyarakat bahwa betapa pentingnya pluralisme sebagai etika sosial dalam menghadapi keberagaman di Indonesia serta untuk melawan eksklusivisme, radikalisme, dan intoleransi. Pada dimensi praktik diskursif, wacana pluralisme dipengaruhi oleh ideologi yang diwakili oleh NU Online sebagai media digital yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama. Situs ini berfokus pada wacana keislaman yang moderat dan toleran, termasuk wacana pluralisme. Pada dimensi praktik sosial, wacana pluralisme di situs NU Online memberi pengaruh kuat pada gagasan keagamaan yang moderat dan inklusif. Nilai-nilai ini membantu menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan saling menghargai antarumat beragama, serta dapat mengurangi ketegangan sosial akibat gagasan eksklusivisme, radikalisme, dan intoleransi yang semakin menguat.NIM.: 16520003 Ahmad Muhammad Rohmatal Lil Alamin2023-10-24T08:08:30Z2023-10-24T08:08:30Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61760This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/617602023-10-24T08:08:30ZTRADISI MENGAKHIRKAN AZAN ASAR PADA MASYARAKAT KEDUNGGALAR NGAWI (STUDI PERBANDINGAN PANDANGAN TOKOH NU DAN TOKOH MUHAMMADIYAH)Kedunggalar adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ngawi, Provinsi
Jawa Timur, Indonesia. Mayoritas masyarakat Kedunggalar menganut agama
Islam, dan memiliki pengetahuan agama Islam yang cukup baik. Masyarakat
Kedunggalar sebagian besar bekerja sebagai petani sehingga lebih banyak
menghabiskan waktu di ladang hingga sore hari. Keadaan tersebut menjadikan
azan Asar tertunda di beberapa musalla atau masjid. Jika azan Ashar diakhirkan
maka akan mengakhirkan waktu salat yang seharusnya dikerjakan tepat waktu.
Dari fakta tersebut, penulis tertarik untuk membahas tradisi mengakhirkan Azan
Ashar di Kedunggalar, Ngawi. Kajian ini difokuskan pada pandangan Tokoh NU
dan tokoh Muhammadiyah. Terkait praktik yang berkaitan dengan hal tersebut,
maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam skripsi ini adalah bagaimana
tradisi diakhirkannya azan Asar di Kedunggalar Ngawi? Bagaimana pandangan
dan argumentasi tokoh NU dan tokoh Muhammadiyah mengenai tradisi
mengakhirkan azan Asar yang terjadi di Kedunggalar Ngawi? Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tradisi diakhirkannya azan Asar pada masyarakat
Kedunggalar Ngawi serta pandangan dan argumentasi tokoh NU dan
Muhammadiyah di Kedunggalar Ngawi mengenai tradisi mengakhirkan azan Asar
di Kedunggalar Ngawi.
Sifat penelitian ini adalah deskritif komparatif dengan mendeskripsikan
objek penelitian mengenai tradisi mengakhirkan azan Asar di Kedunggalar Ngawi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ushul fiqh. Adapun teori yang digunakan
adalah teori urf’ yaitu sesuatu yang dipandang baik, yang dapat diterima akal sehat.
Penelitian ini didasarkan pada data primer dan data sekunder. Data primer dalam
penelitian ini adalah data yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan, baik
melalui observasi, wawancara dengan para tokoh NU dan tokoh Muhamamdiyah
di Kedunggalar Ngawi, dan masyarakat setempat, maupun melalui dokumentasi.
Sementara data sekundernya berupa karya-karya yang berkaitan dengan topik
kajian ini, baik berupa buku, artikel jurnal, hasil penelitian, maupun karya-karya
ilmiah lainnya. Berdasarkan data yang sudah ada kemudian dideskripsikan dan
dianalisis mengenai pandangan tokoh NU dan tokoh Muhamamdiyah terkait
hukum mengakhirkan azan Ashar yang banyak dilakukan oleh masyarakat
Kedunggalar Ngawi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tradisi mengakhirkan azan
Asar pada masyarakat Kedunggalar ngawi masih terjadi di wilayah yang jauh dari
perkotaan. Mereka mengumandangkan azan Asar antara pukul empat sampai
setengah lima sore. Hal itu dilakukan karena menunggu petani pulang dari ladang.
Tradisi diakhirkannya azan asar ini bermula dilakukan oleh pendahulu yang
bekerja di sawah sebagai petani, mereka melandaskan sumber hukum
diakhirkannya azan dari pengadatan yaitu urf’ ṣahih ialah kebiasaan yang sudah
dilakukan dan tidak bertentangan dengan nash. Adapun pandangan Tokoh NU dan
tokoh Muhammadiyah di Kedunggalar Ngawi terkait diakhirkannya azan Asar di
Kedunggalar Ngawi mereka sama- sama memandang boleh. Namun demikian
Tokoh NU dan tokoh Muhammadiyah memiliki argumentasi yang berbeda yakni
tokoh NU membolehkannya secara mutlak, dengan mengutamakan hifẓu māl
setelah hifẓu diin. berbeda dengan tokoh Muhammadiyah yang sedikit keberatan
karena lebih mengutamakan hifẓu diin, karena diakhirkannya azan Asar menjadi
bergantinya fungsi azan sebagai tanda akan dilaksanakannya salat bukan sebagai
tanda masuk awal waktu salat, serta hilangnya keutamaan salat di awal waktu.NIM.: 19103060052 Farah Salbiah2023-10-17T08:02:50Z2023-10-17T08:02:50Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61367This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/613672023-10-17T08:02:50ZMUNAS NAHDLATUL ULAMA 2019, STATUS KAFIR, DAN MASALAH KEWARGANEGARAANIn 2019 Nahdlatul Ulama (NU) held a National Conference (MUNAS) in Banjar and produced a recommendation to change the status of infidel to muwathin (citizen). This change is because the infidel status is no longer used in the modern state system. On the other hand, the participation of PBNU members who participated in the batsul masail maudluiyyah session is a sign that the issues being discussed are central because they involve issues of citizenship. This study aims to analyze the participants' agency in the batsul masail maudluiyyah trial and analyze these changes within the framework of Islamic constitutionalism.
This research is a qualitative study. The subjects of this study were the participants in the maudluiyyah trial who were taken by four figures, namely KH. Abdul Moqsith Ghazali, KH. Masdar Farid Masudi, KH. Said Aqil Siradj and KH. Yahya Cholil Staff. The data search method uses documentation of the results of the 2019 NU National Conference forum in Banjar. This data is also the primary data in this study, while the secondary data comes from books, journals, and reports related to the NU National Conference in Banjar. There are two theories used in this study, namely the social agency theory of Pierre Bourdieu, which is used to analyze the participants in the maudluiyyah trial, and the theory of Islamic constitutionalism by Abdullah Ahmed An Naim, which is used to analyze citizenship rights in Islam.
This study found that the agency of the maudluiyyah trial participants was formed through habitual space. The trial participants have two types of capital at stake: cultural and symbolic. Their cultural capital comes from Islamic boarding schools and universities, while their symbolic capital comes from their proximity to NU charismatic clerics such as KH. Ali Maksum Krapyak and KH. Abdurrahman Wahid. Ownership of this capital is at stake in the batsul masail arena and results in recommendations to change the status of non-believers to non-Muslims. Second, the change in status was made to conform to the modern constitution. The use of infidels in the state indicates the existence of a class of citizenship based on religion, which has been used since the caliphate era. The change in status to being a citizen is a consequence of the change from the caliphate system to a nation-state system. The implication is that all citizens have the right to get life guarantees, protection, economy, offspring, and other guarantees.NIM.: 19200010054 Muhammad Syaifullah Khairuddin2023-07-12T01:27:35Z2023-07-12T01:27:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59800This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/598002023-07-12T01:27:35ZSTUDI PENGELOLAAN FILANTROPI DI NU CARE - LAZISNU DIY BERBASIS MASLAHAT DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCEStudies on philanthropic practices in traditional-based organizations have been limited. This is due to the belief that traditional organizations are always governed by traditional, communal, familial, and trust-based principles. Whether philanthropic institutions in traditional organizations have developed and changed in accordance with rational (modern) principles remain a topic for further scrutiny. For this reason, the author examined the NU CARE-LAZISNU DIY, as one of the philanthropic institutions, in order to determine whether this organization is still managed in the long-established traditional ways or has undergone significant development and change. This study is a field research using normative and sociological approaches, with the data collected through interviews, observations, and documentation. The data is then analyzed qualitatively through the stages of data reduction, data display, and conclusion drawing or verification. To answer the research problem, some theories are used as a framework, including 1) istislahi (classical and modern maqasid al-shari'ah), 2) Good Corporate Governance or GCG, and 3) bureaucratic rationalization. The results showed that first, philanthropy at the NU CARELAZISNU DIY has been managed in accordance with the principles of good corporate governance. Nevertheless, there are several aspects that have not been fully implemented and optimized. Second, in the light of istislahi theory, the management of philanthropy at NU CARE-LAZISNU DIY can be categorized into maslahah mu’tabarah and mas}lah}ah mursalah. In addition, all the programs have been arranged on a priority scale based on three levels of maslahat, namely al-mas}lah}at al-daruriyyat (primary benefit), al-maslahat al-hajiyyat (secondary benefit), and almas} lah}at al-tahsiniyyat (tertiary benefit. Third, philanthropic programs implemented by the NU CARE-LAZISNU DIY have been also aligned to the five maqa>s}id asy-syari>’ah. The management of
philanthropy at the NU CARE-LAZISNU DIY has been
transformed thanks to institutional, human resources, and fund
management improvements. This research shows that the transition of the NU CARE-LAZISNU DIY from traditional to rational
(modern) principles is not just mechanical, but also organic.NIM.:1630016013 Saifuddin2023-06-16T08:23:17Z2023-06-16T08:23:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59182This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/591822023-06-16T08:23:17ZTHE PRESERVATION OF INTER RELIGIOUS HARMONY (THE ROLE OF YOUNG NAHDLATUL ULAMA ACTIVISTS IN WONOSOBO CENTRAL JAVA)The number of conflicts with religious backgrounds in Indonesia prompted me to conduct research on inter-religious relations. Wonosobo was chosen as the research location because of its popularity as a harmonious area even though there are various religions and religious groups that live side by side. In addition, the role of young activists from Nahdlatul Ulama (NU) in preserving and maintaining inter-religious harmony in Wonosobo district is also the focus of this research because youth is an important actor in this preservation. Referring to the main problem, the purpose of this dissertation is to explore, examine and understand the picture of inter-religious harmony in Wonosobo, the role of young NU activists, and how this harmony is being maintained and preserved. To aswer the above issues, this dissertation uses descriptivequalitative method with a case study. To analyze the data in this study, I use a descriptive analysis method which aims to provide an overview of inter-religious harmony in Wonosobo. I use Johan Galtung's peacebuilding theory, J.B Banawiratma's seven levels of dialogue concept, and youth studies perspective for data analysis. Based on the analysis of the field data, the results of this dissertation can be formulated as follows: First, the picture of interreligious harmony in Wonosobo Regency is indicated by the lack of inter-religious conflicts, the number of joint activities carried out by religious people of different religious background, and strong collaboration between religious leaders. Second, this study finds that young NU activists play the role as conceptor, motivator, implementer and counselor in maintaining inter-religious harmony and tolerance in Wonosobo. Third, this study finds that the best practices of young NU activists in maintaining and preserving interreligious harmony in Wonosobo are due to NU's position as the majority and the support system from various parties, namely the state or government, religious leaders, youth, and society. This harmony occurs because it is desired by all parties and because it is co-created. In addition to the above, this study finds that there are intergenerational differences between young and old people in carrying out activism related to maintaining inter-religious harmony. With their active characteristics which is relatively fluid, young NU activists have a better communication and social skills that lead them to have a broader network in inter-religious relation so that the mission of maintaining inter-religious harmony can be more widely spread.NIM.: 1630016027 Lutfan Muntaqo2023-06-07T04:00:37Z2023-06-07T04:00:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59072This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/590722023-06-07T04:00:37ZHUKUM MELUKIS BATIK BERGAMBAR HEWAN (STUDI KOMPARATIF TOKOH MUHAMMADIYAH DAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA DI KOTA PAMEKASAN)Motif batik bergambar hewan menjadi tren baru tengah masyarakat modern, Islam yang pada awalnya cenderung melarang hal tersebut, dituntut untuk berbenah baik dalam sistem regulasi atau sosial kemasyarakatan. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai organisasi keislaman, mempunyai mandat besar dalam membuat regulasi Islam tersebut, terkait batik bergambar hewan hidup. Dari latar belakang tersebut seakan perlu bagi kami, sebagai peneliti untuk melihat lebih jauh, terkait fatwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Pamekasan terkait batik bergambar hewan.
Dari uraian tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Pertama, bagaimana hukum membuat batik bergambar hewan, menurut Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Pamekasan? Bagaimana metode Istinbat yang digunakan Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Kabupaten Pamekasan? Bagaimana komparasi pendapat antara Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Kabupaten Pamekasan?
Tujuan Penelitian ini antara lain sebagai berikut: Pertama, mengetahui respons Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, terhadap fenomena batik bergambar makhluk hidup. Kedua mampu memilah secara detail pendapat dan argumentasi yang digunakan. Ketiga, untuk melihat karakteristik persamaan dan perbedaan pendapat yang digunakan oleh Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Pamekasan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) data diperoleh dengan teknik wawancara dan dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis komparatif dalam menguraikan data tentang pendapat Tokoh Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan berdasarkan variabel untuk menentukan secara komprehensif faktor-faktor yang membawa pada kesamaan dan perbedaan dalam pola yang khas dari pemikiran tersebut.
Temuan pada penelitian menunjukkan bahwa Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Kabupaten Pamekasan, membolehkan adanya batik bergambar hewan dengan syarat, gambar yang dibuat bukan sarana untuk disembah atau diagung-agungkan, peneliti juga menemukan perbedaan terkait metode yang digunakan oleh dua organisasi besar tersebut, dalam melihat batik bergambar hewan, hal tersebut dilatarbelakangi oleh identitasnya sendiri yang sama-sama mempunyai jalan dalam menginterpretasikan hukum Islam.NIM.: 17103060089 Ach. Rofiqi2023-05-16T01:37:15Z2023-05-16T01:37:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58601This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/586012023-05-16T01:37:15ZTRADISI UPACARA PERKAWINAN ADAT PANDHEBEH
PERSPEKTIF TOKOH MUHAMMADIYAH DAN NU
(STUDI KASUS DI KECAMATAN TAPEN KABUPATEN BONDOWOSO)Tradisi upacara perkawinan adat pandhebeh merupakan suatu upacara perkawinan adat yang dilakukan oleh anak pandhebeh. tradisi adat istiadat berasal dari Madura. Walaupun Kecamatan Tapen berada di Provinsi Jawa Timur, namun adat istiadat dan bahasa daerah di Kecamtan Tapen Kabupaten Bondowoso menganut tradisi dan bahasa daerah Madura. biasanya orang lain menyebutnya sebagai Madura Swasta. Rokat pandhebeh biasanya dilakukan dimalam hari dan beberapa hari sebelum anak pandhebeh melangsungkan akad nikah. Fokus dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahuai bagaimana praktik Tradisi Upacara Perkawinan Adat Pandhebeh atau biasa disebut dengan rokat pandhebeh di Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso. Bagaimana pendapat para Tokoh Muhammadiyah dan Tokoh Nahdlatul Ulama tentang Tradisi Upacara Perkawinan Adat Pandhebeh.
Dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metode penelitian kuliatatif (Qualitative Research) yang dipadukan dengan penelitian lapangan (Field Research) dengan metode wawancara dan dokumentasi dan penelitian literatur/kepustakaan (Library Reseach). Lebih lanjut penelitian ini menggunakan teori maqasid al-shari'ah sebagai pisau untuk menganalisis.
Hasil dari penelitian ini yaitu para tokoh Muhammadiyah menghukumi makruh apabila Tradisi Upacara Perkawinan Adat Pandhebeh memberatkan kepada pemilik hajat dalam konteks ini masuk kepada teori maqasid al-shari’ah menjaga harta (Muhafazah al-Mal). Disisi lain tokoh Nahdlatul Ulama munghukumi tradisi upacara perkawinan adat pandhebeh ini mubah/boleh.NIM.: 19103060080 Dewi Robiatul Adawiyah2023-05-15T02:59:46Z2023-05-15T02:59:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58568This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/585682023-05-15T02:59:46ZKONSEP DAN PERAN LEMBAGA KEMASLAHATAN KELUARGA
NAHDLATUL ULAMA (LKK NU) PROVINSI JAWA TIMUR
DALAM PENCEGAHAN PERKAWINAN ANAK
DI BAWAH UMURKonsep dan Peran LKK NU Provinsi Jawa Timur dalam pencegahan perkawinan anak sangat dibutuhkan, mengingat perkawinan anak yang terjadi di Jawa Timur dari tahun 2018 – 2022 mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Gubernur Jawa Timur mengeluarkan Surat Edaran No. 474.14/810/109.5/2021 Tentang ‘’Pencegahan Perkawinan Anak’’ tertanggal 18 Januari 2021 yang berisi memerintahkan atau mengajak Tokoh Masyarakat, Ketua Organisasi Kemasyarakatan dan Pimpinan Lembaga lainnya di wilayah Jawa Timur secara bersama-sama turut serta dalam melakukan tindakan pencegahan terjadinya perkawinan anak. Penelitian ini menganalisis bagaimana peran Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU) Provinsi Jawa Timur yang merupakan lembaga Nahdlatul Ulama yang bergerak dibidang kesejahteraan keluarga, sosial dan kependudukan, mengingat Jawa Timur merupakan basis dari NU dan banyak masyarakat yang berafiliasi kepada NU. Oleh karena itu menarik untuk diteliti bagaimana peran dari lembaga NU yang bergerak di bidang kesejahteraan keluarga itu sendiri dalam pencegahan perkawinan anak di bawah umur.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), pengumpulan data dilakukan melalui wawancara beberapa informan dari pengurus LKK NU Provinsi Jawa Timur dan LKK NU Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitis yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh dari wawancara. Kemudian penelitian ini dianalisis melalui teori peran dan teori kontrol sosial dan teori pemberdayaan.
Hasil penelitian ini menunjukan LKK NU Jawa Timur sudah melakukan peranannya sebagai suatu lembaga yang bergerak di bidang kesejahteraan keluarga, akan tetapi kontrol sosial yang dilakukan oleh LKK NU Jawa Timur tidak berjalan maksimal. Hal ini dikarenakan LKK NU Jawa Timur sebagai pihak eskternal dan bukan pihak internal dalam pencegahan perkawinan anak di bawah umur. Adapun konsep pencegahan perkawinan anak di bawah umur di Jawa Timur perspektif LKK NU Jawa Timur yaitu: memasukkan materi perkawinan di dalam jenjang pendidikan, integrasi kerjasama lembaga-lembaga Pemerintah dan non Pemerintah, keberadaan orang tua dan merubah mindset sosial budaya tentang perkawinan, peran Kiyai dan Buk Nyai di pesantren-pesantren Jawa Timur, menjembatani hukum perkawinan dengan usia ideal perkawinan. Peran LKK NU Jawa Timur dalam pencegahan perkawinan anak di bawah umur yang terjadi di Jawa Timur: kordinasi internal LKK NU Provinsi Jawa Timur, mendukung program pendewasaan usia ideal perkawinan, melakukan upaya kordinasi dengan Pemerintah Jawa Timur, sosialisasi parenting, keluarga ideal (Mashlahah) dan isu kekinian. Tantangan dan hambatan yang didapati oleh LKK NU Jawa Timur berupa faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal berupa: minimnya anggaran dana yang didapatkan LKK NU Jawa Timur oleh internal NU itu sendiri, kesiapan pengurus LKK NU yang tidak berjalan maksimal, belum bisa melaksanakan program-program yang baik dilapangan baik ditingkat Provinsiatau Kabupaten/Kota. Sedangkan faktor eksternalnya ialah: kurangnya support oleh Pemerintah, sosial budaya masyarakat Jawa Timur yang masih percaya jika menolak pertunangan ataupun perkawinan nanti bisa menjadi perawan tua/perjaka tua, pola pikir masyarakat yang tidak perlu berpendidikan tinggi, dan yang terakhir adalah kondisi pandemi Covid-19 dan juga PPKM.NIM.: 21203011007 Deniansyah Damanik2023-05-12T08:06:38Z2023-05-12T08:06:38Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58561This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/585612023-05-12T08:06:38ZMANAJEMEN KOMUNIKASI DAKWAH FATAYAT NAHDLATUL ULAMA (NU) DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN DINI DI KOTA BENGKULUThe research method in this study uses a descriptive qualitative method in the form of field research. Using a case study approach, in determining the research subject the researcher uses a purpose sampling technique. The first informant in this study is the general chairman of FatayatNahdlatulUlama Bengkulu province, namely Mrs. Fatrica Syafri, deputy chairman of the daily board khairiya el wardah, deputy secretary Halimah Hazayimun, Coordinator of Law, Politics, and Advocacy Jeni Melisa and the second informants are staff members of Fatayat nahdlatu Ulama, former Fatayat members, Bengkulu community. Data collection techniques use observation methods, face to face and online interviews, and documentation. The analysis was carried out using Miles and Huberman analysis, namely data collecting, reducing, displaying, and conclusion.
The results of this study indicate the Da'wah Communication of Fatayat Nahdlatu Ulama (NU) in Preventing Child-Age Marriage in Bengkulu city in Planning FatayatNU Planning da'wah activities in the form of: analyzing the factors that cause child-age marriage in Bengkulu city, considering dai who will fill da'wah or messages, building cooperation with several institutions or organizations that have the same da'wah goals, namely the prevention of child-age marriage in Bengkulu society. Organizing, having a fixed budget obtained from the Regional Office of the Ministry of Religion of Bengkulu Province, having an organized organizational structure, having organizational fields, preventing child marriage under the LPK3A field institution. Implementation, in its implementation, the prevention of early marriage in the city of Bengkulu has not gone well, uneven socialization, researchers found that there was no checking or evaluation of child marriage rates carried out by the city of Bengkulu before and after socialization and no community assistance. Supervision, Fatayat organizations carry out direct (Non Formal) and indirect (Formal) evaluations such as monthly and anNUal evaluation meetings. To supervise the prevention of child marriage, Fatayat Bengkulu collaborates with parents, schools and BKKBN institutions in supervising adolescent relationships in order to avoid child marriage.NIM.: 21202011013 Meysarah2023-05-10T06:30:36Z2023-05-10T06:30:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58464This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/584642023-05-10T06:30:36ZKONSEP MARITAL RAPE DI INDONESIA: PANDANGAN ULAMA NAHDLATUL ULAMA (NU) YOGYAKARTAMarital rape is a new term as a form of coercion of sexual relations in marriage. Marital rape or rape in marriage is regulated in Law no. 23 of 2004 on PKDRT and Law no. 12 of 2022 concerning TPKS. In Fiqh, there is no term rape in marriage. Therefore, it is necessary to have the ijtihad of the Ulama in responding to the marital rape case in Indonesia. This research will examine the views of Yogyakarta NU scholars regarding the concept of marital rape in legislation, the concept offered and the legal basis used as well as the value of protection contained in the concept of marital rape.
This research is a field research that is descriptive analytical. This study uses a philosophical-empirical juridical approach. The primary data was obtained based on direct interviews with Yogyakarta NU clerics, while the secondary data was obtained from laws and regulations regarding sexual violence. This research analysis technique uses qualitative methods using maqāṣid asy-syarī'ah theory and legal protection theory to answer the research problem formulation.
The results of this study indicate that: first, the Ulama agree with the concept of marital rape offered in legislation. However, they differed on the terms used regarding the issue of domestic sexual violence. The attitude of the NU Ulama in responding to this issue was divided into two groups, namely Ulama who agreed with the term marital rape and Ulama who refused by proposing another term, namely domestic violence. Second, differences of opinion regarding the term marital rape offer the concept of marital rape as any form of coercion in sexual intercourse outside the proper corridors, outside the corridors of Islam, and violating religious values. The legal basis and considerations used by NU Ulama are divided into two categories, namely supporting legal basis and burdensome legal basis. This legal consideration is due to differences in the understanding of NU scholars regarding the meaning of the marriage contract which is interpreted as a consensus (agreement) in sexual intercourse. Offering the term domestic violence aims not to damage the meaning of marriage. Third, the concept offered has several legal protection values both preventively and repressively. Preventive legal protection includes self-protection as human beings who have their rights, psychological and intellectual protection, and protection against continued reproduction. Then protection that is repressive, seen by the sanctions given to perpetrators of husbands who commit violence in the household.NIM.: 20203012087 Rara Siti Masruroh2023-05-04T08:23:59Z2023-05-04T08:23:59Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58306This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/583062023-05-04T08:23:59ZPERUBAHAN KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
NAHDLATUL WATHAN DI NUSA TENGGARA BARAT
Studi Pasca Kepemimpinan TGKH Zainuddin Abdul MajidOrganisasi Nahdlatul Wathan di Nusa Tenggara Barat saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal tersebut tidak terlepas dari perubahan kepemimpinan dan sistem pola kepemimpinan yang berada dalam organisasi tersebut. Tesis ini bertujuan mendeskripsikan perubahan kepemimpinan di Nahdlatul Wathan pasca kepemimpinan TGKH Zainuddin Abdul Majid, memahami sistem pola kepemimpinan dalam NW dan NWDI, dan mengetahui penyebab terjadinya perpecahan di tubuh organisasi Nahdlatul Wathan yang melahirkan organisasi NWDI di bawah pimpinan TGB Zainul Majdi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data-data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam terhadap kalangan elit organisasi, warga Nahdlatul Wathan dan masyarakat biasa. Adapun hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam organisasi Nahdlatul Wathan telah mengalami Empat generasi kepemimpinan mulai dari berdirinya Nahdlatul Wathan sampai saat ini.
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan kepemimpinan di Nahdlatul Wathan selain dipengaruhi oleh hasil mukhtamar, juga dipengaruhi oleh sistem pola kepemimpinan tradisional yang dimana pemimpin tertinggi di Nahdlatul Wathan selalu diduduki oleh kalangan keluarga pendiri, berbeda halnya dengan pola kepemimpinan NWDI yang memberikan kebebasan terhadap kadernya. Pasca kepemimpinan TGKH Zainuddin Abdul Majid, Nahdlatul Wathan mengalami konflik yang berkepanjangan dan perpecahan. Dari hasil penelitian, faktor yang menyebabkan terjadinya perpecahan di Nahdlatul Wathan adalah pertama, terpilihnya pemimpin perempuan pada hasil mukhtamar ke-X di Praya pada tahun 1998, kedua ketidak dewasaan dalam menyikapi kekalahan, ketiga kubu Pancor membentuk mukhtamar reformasi dan menetapkan TGB Zainul Majdi menjadi PBNW di Pancor.NIM.: 20200012018 Abdurrazak2023-04-11T07:03:20Z2023-04-11T07:03:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57897This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/578972023-04-11T07:03:20ZELITE NU DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL (STUDI PADA PEMILUKADA DI KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010)NU (Nahdlatul Ulama) berperan penting dalam berbagai kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dalam ranah politik, NU pernah menjadi sebuah partai
besar yang disegani. Akhirnya ia memilih keluar dari lingkaran percaturan politik
praktis melalui khittah NU 1926 yang diputuskan melalui Musyawarah Nasional
Alim Ulama NU di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo,
Jawa Timur pada pada tanggal 13-16 Rabi'ul Awwal 1404 H/18-21 Desember
1983 M.
Sejak saat itu NU dan politik terpisah secara praktis. Namun demikian tidak
dengan serta merta melepas para kader-kadernya untuk tidak terjun di panggung
politik. Saat ini telah banyak kader NU menduduki posisi penting baik di
pemerintahan daerah hingga pemerintahan pusat. Hal tersebut tentunya tidak lepas
dari background rumah asal mereka sebagai golongan nahdliyin.
Begitupula yang terjadi di daerah Kabupaten Sumenep. Sejak pemilihan
umum secara langsung tidak sedikit kader NU duduk di pemerintahan lokal
sebagai DPRD ataupun kepala pemerintahan daerah (bupati). Yang menjadi
persoalan utama disini ialah tidak hanya mereka yang menang merebut kuasa,
namun lebih pada bagaimana pengaruh elit lokal NU dalam dinamika Pemilukada
di Kabupaten Sumenep terutama pada tahun 2010.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang
memfokuskan diri pada perhatian dengan berbagai metode mencakup pendekatan
interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya. Sedangkan lokasi
penelitian ialah di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Sasaran penelitian
masyarakat Sumenep dan elit NU Kabupaten Sumenep. Waktu penelitian
berlangsung selama satu bulan penelitian termasuk prelimenary research.
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa rangkaian kesinambungan antara
elit NU yang berkiprah di panggung politik praktis dan mereka yang berada di
belakang panggung. Selain itu pertarungan beberapa calon kepala pemerintahan
yang nota bene adalah rata-rata sebagai warga nahdliyin tidak menjadikan
pengaruh atau restu kiai sebagai alasan utama pemilih pada pemilukada tahun
2010 memilih calon yang dikehendaki.NIM.: 06720002 Nurfaizin2023-03-07T02:35:13Z2023-03-31T03:38:42Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56955This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/569552023-03-07T02:35:13ZHUKUM CRYPTOCURRENCY MENURUT LEMBAGA BAHTSUL MASA’IL JAWA TIMUR DAN LEMBAGA BAHTSUL MASA’IL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTACryptocurrency atau kripto adalah salah satu fenomena mata uang digital yang ramai terjadi di berbagai belahan dunia. Hadirnya fenomena penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang digital merupakan problematika yang belum dijelaskan secara eksplisit dalam al-Qur’an. Sebab cryptocurrency atau mata uang digital ini mengusung system blockchain yang bersifat terdesentralisasi tanpa adanya peran pihak ketiga. Para ulama mencoba melakukan ijtihad untuk menemukan hukum penggunaan cryptocurrency. Dari beberapa hasil ijtihad para ulama, penulis menemukan perbedaan yang cukup signifikan antara hasil putusan LBM-NU PWNU Jawa Timur dan LBM-NU PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada yang melarang, karena tidak termasuk ke dalam kategori sil’ah (komoditas) dan ada yang menunjukkan sikap kebolehan dengan alasan memenuhi prinsip muamalah yakni sebagai alat tukar (tsaman) maupun komoditas (al-mutsman). Kedua Lembaga fatwa ini tentu memiliki pandangan dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi fenomena tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan menemukan jawaban atas penggunaan metode istinbath yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan dan dasar dalam memutuskan hukum penggunaan cryptocurrency dan menganalisis metode istinbath ahkam yang dilakukan oleh LBM-NU PWNU Jawa Timur dan LBM-NU PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta.
Landasan teori yang digunakan adalah teori Mashlahah. Teori dalam penelitian ini bertujuan guna melihat, menimbang, dan menganalisa terhadap fenomena halal-haram cryptocurrency. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode pendekatan yang digunakan penulis adalah metode pendekatan deskriptif-analisis. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer berupa putusan LBM-NU PWNU Jawa Timur di Surabaya dan LBM-NU PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan untuk menambah data akan dilakukan wawancara sebagai penguat terhadap objek permasalahan yang dikaji. Sedangkan sumber data sekunder berupa data/dokumen pendukung.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan bahwa hasil putusan Lembaga Bahtsul Masa’il Jawa Timur dan DIY tentang Cryptocurrency menuai titik persamaan, keduanya meggunakan metode yang serupa. Yakni metode ilhaqi dalam proses istinbath al-Ahkam. Ditinjau dari teori maslahah mursalah dalam rangka mengembangkan dinamika progresivitas hukum Islam, masing-masing lembaga fatwa, baik PWNU Jawa Timur dan DIY tentu berusaha mencapai titik tujuan yang sama yakni kemashlahatan, namun dengan dalil dan perspektif yang berbeda. Adapun perbedaan keduanya, sangat terlihat pada dalil rujukan yang digunakan. Sehingga dalam prosesnya tentu menghasilkan produk fatwa hukum yang berbeda pula.NIM.: 18103060027 Islamiatur Rohmah2023-02-21T07:31:41Z2023-02-21T07:31:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56502This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/565022023-02-21T07:31:41ZPERAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA RANTING DESA JUWET DALAM MENANAMKAN NILAI - NILAI KEISLAMAN PADA MASYARAKAT SEKITAR SITUS GENDINGAN di NGANJUKPenelitian ini mengenai “Peran Tokoh Nahdlatul Ulama Dalam Menanamkan Nilai - Nilai Keislaman Pada Masyarakat Di Sekitar Situs Gendingan di Nganjuk”. Tujuan dalam penelitian untuk mengetahui bagaimana peran tokoh Nahdlatul Ulama dalam menanamkan nilai-nilai keislaman pada masyarakat di sekitar Situs Gendingan dan bagaimana nilai-nilai keislaman dapat tertanam pada masyarakat di sekitar Situs Gendingan.
Penelitian dilakukan atas latar belakang modernitas kaitannya dengan kondisi sosial masyarakat yang cenderung menunjukkan keterlepasan (masyarakat) dari tatanan nilai-nilai, termasuk nilai agama dan sosial, sebagai pedoman dasar setiap masyarakat dalam menjalani kehidupan. Semakin rendahnya keterikatan masyarakat terhadap tatanan atau sistem nilai tertentu sangat memungkinkan munculnya sikap-sikap yang tidak berwawasan sosial, sosial keagamaan dan merugikan pihak lain, sehingga menghambat terciptanya solidaritas dan kesejahteraan hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi, serta pemilihan narasumber sebagaimana kualifikasi yang ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Gendingan mempunyai implikasi terhadap masyarakat, hal tersebut beragam dan keragaman tersebut didasari oleh pengalaman empiris yang dialami masing-masing masyarakat akibat keberadaan mitos, mistis Situs Gendingan di tengah-tengah mereka. Hasil berikutnya menunjukkan bahwa eksistensi mitos situs Gendingan berimplikasi terhadap munculnya perilaku-perilaku baik dan buruk masyarakat Desa Juwet. Kegiatan atau upaya dari para Tokoh Nahdlatul Ulama dan para kyai menjadikan Situs Gendingan sebagai pusat kegiatan sosial keagamaan mempunyai dampak untuk perilaku masyarakat, hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan kepatuhan masyarakat terhadap situs Gendingan sebagai warisan nenek moyang dan bagian dari para leluhur masyarakat desa Juwet.NIM.: 17105020003 Moh. Nurfadila Zubaidah2023-02-17T01:48:28Z2023-02-17T01:48:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56354This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/563542023-02-17T01:48:28ZBATASAN TAAT ISTRI TERHADAP SUAMI DALAM RUMAH TANGGA (STUDI PANDANGAN NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA)This study discusses the limitations of wife's obedience to her husband in the study household of Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah, Yogyakarta City. The purpose of this study was to analyze the suitability of positive law with the views of the Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah of the City of Yogyakarta regarding the limitations of a wife's obedience to her husband in the household.
This type of research is qualitative research in the form of field research. the location of this research is at PCM Wirobrajan and PCNU Yogyakarta City. The approach used in this study is a normative juridical approach and uses descriptive analysis methods. By obtaining data through interviews with sources from PCM Wirobrajan and PCNU Yogyakarta City, the researchers analyzed the data using a predetermined theory.
The conclusion of this study according to PCNU's view is that the obedience of a wife to her husband is absolute. As for his obedience, it is limited by something that is contrary to the benefits of marriage and syara'. Meanwhile, the PCM view that the wife's obedience to her husband is conditional, that is, as long as the husband carries out his obligations in the household, the husband must be obeyed. If the husband is reluctant or unable to provide a living to his wife, then the wife is not obliged to obey him. According to the juridical theory of proportionality in accordance with Articles 30 and 31 of Law no. 1 of 1974 and article 79 of the Compilation of Islamic Law, namely that the wife has the same rights and status before the law as her husband. So the PCNU's view is not in line with these rules because PCNU believes that obedience to a wife is absolute and is limited by syara' law and things that conflict with the benefits of marriage, whereas according to PCM obedience to a wife is a conditional thing, when the husband carries out his obligations in the household then at that time the wife must comply. This means that in the household there needs to be a reciprocal relationship between husband and wife. Therefore, PCM's view is in line with the rule. As for normatively the limitation of wife's obedience to her husband in the household is in accordance with the principles of muādalah, mubilah, and muwazanah, PCNU's view is not in line with the principles of mubilah and muwazanah because they do not obey each other and are not balanced so that the husband dominates the family more, while PCM's view is more in line with the concept of proportionality because, PCM upholds the value of egalter or equal rights and status which in this case is in accordance with the principles of muādalah, mubadalah, and muwazanah while PCNU believes that obedience to a wife to her husband is absolute so it is not in accordance with the principles of mubalah and muwazanah .NIM.: 18103050093 Ahmad Sofyan Fauzi2023-02-16T01:54:14Z2023-02-16T01:54:14Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56305This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/563052023-02-16T01:54:14ZHALAHUKUM PENUNDAAN PENGUBURAN JENAZAH YANG DISEBABKAN MENINGGAL DALAM PERANTAUAN MALAYSIA MENURUT NU STRUKTURAL DAN NU KULTURAL STUDI KASUS DI DESA TLONTO RAJA KECAMATAN PASEAN KABUPATEN PAMEKASANHukum penundaan penguburan jenazah yang sering dilakukan oleh masyarakat Tlontoraja Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan yang status jenazahnya adalah TKI sudah lazim diperaktikkan oleh warga setempat. Hal tersebut dikarenakan 30% masyarakat Desa Tlontoraja merantau ke Malaysia. Perantauan tersebut disebabkan minimnya lapangan pekerjaan di wilayah desa. Di Desa Tlontoraja, ada perbedaan pendapat mengenai penundaan penguburan jenazah. Pertentangan tersebut dikemukakan oleh tokoh yang berbeda, yaitu tokoh NU kultural dan NU struktural. Perbedaan pendapat tersebut dilatarbelakangi oleh metode ijtihad hukum yang berbeda di antara keduanya. Tujuan dan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapat dan metode ijtihad hukum terhadap perbedaan pendapat antara tokoh NU struktural dan kultural mengenai penundaan penguburan jenazah dlam perantauan Malaysia.
Jenis penelitian yang penyusun lakukan adalah penelitian lapangan (Field Research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan data primer diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder didapatkan dari buku, jurnal, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskreptif-analitik-komparatif, dengan memaparkan, kemudian menganalisa secara terperinci semua data dan membandingkannya untuk dicari persamaan dan perbedaannya. Adapun hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa Tokoh NU Struktural di Desa Tlonto Raja Pasean Pamekasan berpendapat bahwa hukum menunda penguburan jenazah dalam perantauan Malaysia adalah boleh atau mubah. Hal tersebut didasarkan pada konsep fathu adz-dzari’ah sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam lajnah bahsul masail. Berbeda dengan pendapat Tokoh NU Kultural berpendapat bahwa tidak diperbolehkannya menunda penguburan jenazah disebabkan adanya mudharat sebagaimana washilah dalam prinsip hukum sad adz-dzari’ah. analisis metode ijtihad hukum yang digunakan oleh tokoh NU struktural yaitu menentukan wasilah (jalan) yang berupa alasan memperbolehkan atas penundaan penguburan jenazah menuju pada tercapainya sempurnanya perkara yang dianjurkan atau diwajibkan, Sedangkan metode ijtihad hukum yang digunakan oleh tokoh NU Kultural lebih bersifat preventif, karena segala sesuatu yang pada mulanya mengandung pengertian boleh (mubah) menjadi dilarang (haram) karena akibat yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut ada indikasi yang mengarah kepada mafsadat Tokoh NU Struktural dan tokoh NU Kultural sama-sama memutuskan hukum dengan menemukan washilah atau jalan kepada sesuatu yang disebut adz-dzari’ah. Adapun dzari'ah mengandung dua pengertian, adz-dzari’ah yang dilarang disebut sadd adz- dzari'ah, dan adz-dzari’ah yang dituntut untuk dilaksanakan disebut fath adz- dzari'ah. Hal ini dikarenakan realisasi kemaslahatan merupakan bagian dari Maqasid asy-Syari’ah itu sendiri. Hasilnya, kedua hal tersebut sama-sama bertujuan untuk menghasilkan kemaslahatan dan mencegah terhadap kemafsadatan.NIM.: 16360048 Zainal Arifin2023-02-15T03:17:43Z2023-02-15T03:17:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56255This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/562552023-02-15T03:17:43ZNU dan Bunga Bank-- M. Yazid Afandi2023-02-10T02:35:36Z2023-02-10T02:35:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56054This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/560542023-02-10T02:35:36ZPEMIKIRAN MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MAULANA SYAIKH TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID TERHADAP LEMBAGA PENDIDIKAN NAHDLATUL WATHANThe reality that occurs in the order of Islamic education is that Islamic education prioritizes the structural order of the education system that is essential in the implementation of education such as teacher professionalism, methodologies that teach students, and scientific transformation. This study aims to determine the forms and ideas of modernization of Islamic education Maulana Shaykh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid which is actualized at the Nahdlatul Wathan Educational Institution. This research is considered to have its own urgency to see the criticisms of Islamic education thinkers on traditional phenomena and the stagnation of Islamic education in seeking an educational transformation and educational innovation, especially Islamic education which is an integral part of national education.
This research is a type of qualitative research with a character study method (individual life history research) with a socio-historical and biographical approach. Data collection was carried out by interview and documentation methods. Data analysis was carried out in several stages, namely data reduction, data display (data presentation), and drawing conclusions. In testing the validity and validity of the data, the researchers used source triangulation.
The results showed that the form of modernization of Islamic education Maulana Shaykh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid towards the Islamic education system in West Nusa Tenggara, namely as follows: modernization of the Islamic education system or methodology with the classical system and the madrasa system, modernization of Islamic education institutions with the madrasa system, modernization in the realm of the curriculum by implementing a curriculum based on integration between religious and general sciences and modernization of learning methodologies with contextual and modern styles. For Maulana Shaykh Zainuddin's idea of reforming Islamic education, namely the idea of equal distribution of education for the community, the vision and mission of Islamic education, Islamic education teachers in the perspective of Maulana Shaykh Zainuddin, and LPTQ (Institute for the Development of Tahfidz Qur'an)NIM.: 20204012031 Lalu Abdurrahman Wahid2023-02-03T06:42:35Z2023-02-03T06:42:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55856This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/558562023-02-03T06:42:35ZANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI LEMBAGA AMIL ZAKAT DOMPET DHUAFA DAN NU-CARE LAZISNU DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)This study aims to determine the level of efficiency and analyze the factors that cause inefficiency and to find out whether there are differences in the efficiency levels of Dompet Dhuafa and NU-Care LAZISNU for the 2016-2020 period using the Data Envelopment Analysis (DEA) method with a production approach. The author uses quantitative-non-parametric methods and collects data by means of documentation studies and library research through the website of the institution concerned and other related literature. The type of data used is secondary data in the form of data on the annual financial statements of Dompet Dhuafa and NU-Care LAZISNU for the 2016-2020 period. There are two variables used in this study, namely input and output variables. The input variables are total assets and receipt of zakat funds, while the output variables are operational costs and distribution of zakat funds. The results showed that Dompet Dhuafa in 2016, 2018 and 2020 obtained an efficiency level of 100%, while in 2017 it was 98.80% and in 2019 it was 98.10%. NU-Care LAZISNU in 2016, 2017, 2018 and 2020 obtained an efficiency level of 100%, while in 2019 it was 86.10%. The causes of inefficiency in Dompet Dhuafa in 2017 and 2019 are the total assets and receipt of zakat funds whose actual value is greater than the target value from DEA and operational costs have not reached the maximum efficiency target. The cause of LAZISNU's NU-Care inefficiency in 2019 was that the actual value of total assets and receipt of zakat funds was greater than the target value from DEA. The paired t test showed a result of 0.431 which indicated that there was no significant difference in the level of efficiency between Dompet Dhuafa and NU-Care LAZISNU for the 2016-2020 perioNIM.: 19108030061 Reza Gilang Ramadhan2023-02-01T07:41:20Z2023-02-01T07:41:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55765This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/557652023-02-01T07:41:20ZDAKWAH MODERAT PERSPEKTIF NU ONLINE (TELAAH TEKS BERITA DALAM WEBSITE NU ONLINE)This research departs from the phenomenon of pluralism in society and also the rapid development of information technology so that it needs to be managed properly to disseminate information and strengthen harmony in the midst of differences. In addition, this research is based on the fact that NU (Nahdlatul Ulama) massively spreads the notions of moderation through the NU Online website. Starting from this, this study aims to examine how the framing of moderate da'wah discourse in NU Online news texts, describe the concept of moderate da'wah in NU Online news texts, and formulate the characteristics of moderate da'wah and aspects of moderation in NU Online news texts.
This study took seven news stories on the NU Online website published in December 2021. Seven news stories were analyzed using the framing analysis technique of the Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki models to examine the methods used by journalists in framing moderate propaganda discourse in detail in news texts based on four structures. namely syntactic structure, script structure, thematic structure, and rhetorical structure.
The results of this study found that the framing of moderate da'wah discourse in NU Online news texts is organized into four elements, namely syntactic structure, script structure, thematic structure, and rhetorical structure. Meanwhile, the concept of moderate da'wah is an editorial policy of NU Online based on the khittah nahdliyah. Seven NU Online news texts convey the characteristics of moderation including: prioritizing justice and balance, upholding tolerance, being civilized, accepting tradition, and affirming ukhuwah (brotherhood) and national commitment. The seven news texts emphasize moderation in aspects of state management, aspects of economic action, and aspects of social relations.NIM.: 20202011006 Serin Himatus Soraya2022-11-21T03:35:31Z2022-11-21T03:36:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55174This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/551742022-11-21T03:35:31ZSIKAP POLITIK NU PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPINKetika terjadi krisis politik tahun 1957, diambillah langkah pertama oleh Soekarno, menuju suatu bentuk pemerintahan baru yang nantinya dinamakan dengan sistem “Demokrasi Terpimpin”. Sebuah sistem demokrasi kekeluargaan tanpa anarki serta berdasarkan atas sistem pemerintah kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan sentral yang dipegang oleh satu orang dan menempatkan politik sebagai panglima. Sukarno sebagai seorang nasionalis revolusioner menginginkan adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak, dengan catatan harus dengan cara melalui perwakilan-perwakilan antar golongan.
NU pada mulanya menolak gagasan Soekarno tersebut. Namun dikarenakan dengan banyak pertimbangan, akhirnya memutuskan sikap untuk menyutujui gagasan Soekarno untuk kembali kepada UUD 1945, dengan syarat Piagam Jakarta harus diakui sebagai bagian dari UUD. Berawal dari penerimaan NU tersebut mulailah terjadi polemik dan anggapan melanda NU. NU dikecam dan dianggap banyak masyarakat, termasuk sebagian tokoh-tokoh NU sendiri, sebagai organisasi politik yang tidak konsisten, haus kekuasaan, pengecut, keluar dari fungsi dan tujuan berdirinya, lebih mementingkan kepentingan pribadi, sampai anggapan yang menyatakan bahwa, keputusan yang tidak sesuai ajaran al-Qur‟an dan Hadits. Berangkat dari anggapan tersebut, penulis tertarik menelusuri atau menelitinya kembali, apakah sikap yang diambil NU tersebut benar adanya atau malah sebaliknya.
Jenis penelitian ini merupakan Librari Research. Artinya, penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, menelaah atau memeriksa bahan-bahan kepustakaan yang terdapat dalam perpustakaan. Sebuah penelitian yang diarahkan dan difokuskan untuk menelaah dan membahas bahan-bahan pustaka baik berupa buku-buku, majalah, jurnal dan bahan-bahan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Dengan sipat kualitatif yang terfokus pada deskriptif-analitik. Deskriptif menggambarkan bagaimana sikap politik NU pada masa Demokrasi Terpimpin. Analitik peneliti berusaha untuk menyelidiki suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Apakah sikap tersebut sesuai dengan norma atau etika Islam yang berlaku, serta menganalisa apakah sikap politik yang diambil NU terhadap Demokrasi Terpimpin sesuai dengan prinsip-prinsip politik Islam (as-siyāsah asy-syar’iyyah) yang tertuang dalam al-Qur‟an dan al-Hadits. Sementara pendekatannya, penulis memakai tiga pendekatan. Pertama, historis, dengan cara mendekati masalah yang akan diteliti dan melihat latar belakang sejarah dari objek yang akan diteliti. Kedua, normatif, dengan cara mendekati masalah yang diteliti sekaligus melihat apakah yang akan diteliti tersebut baik atau buruk, benar atau salah berdasarkan norma-norma atau landasan yang telah dijalankan NU. Ketiga, politic, memfokuskan pendekatan politik Islam (as-siyāsah asy-syar’iyyah). Pendekatan mengedepankan prinsip-prinsip politik yang terkandung dalam al-Qur‟an dan al-Hadits.
Setelah melakukan penelitian melalui metodologi di atas, peneliti berusaha mengambil sebuah kesimpulan ilmiah, yang menyatakan bahwa sikap politik NU dalam menerima sistem Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Soekarno, tidaklah sesuai dengan anggapan masyarakat dan sebagian tokoh NU tersebut yang ada malah sebaliknya, NU telah mengambil keputusan yang benar secara normatif, dan sejalan dengan prinsip-prinsip politik Islam (as-siyāsah asy-syari’ah), sebagaimana tertuang dalam al-Qur‟an dan al-Hadits yang merupakan pedoman utama umat Islam dalam setiap pengambilan keputusan, terkhusus keputusan dalam kehidupan perpolitikan.NIM.: 07370015 Riduan2022-10-25T01:21:43Z2022-10-25T01:22:16Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54457This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/544572022-10-25T01:21:43ZHUKUM PENAMBAHAN KATA SAYYIDINA PADA SHALAWAT TASYAHUD AKHIR MENURUT FATWA MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMASalah satu hal yang sejak dahulu sampai saat ini menjadi perbedaan di kalangan umat Islam adalah penambahan kata sayyidinâ yang bisa diartikan sebagai tuan atau baginda dalam bershalawat kepada Nabi atau dalam menuturkan nama mulia beliau di luar shalawat. Dan ternyata ada perbedaan pemahaman hukum antar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama terkait hal tersebut, yakin Muhammadiyah berpendapat bahwa menambah, mengurangi, dan mengubah bacaan salat termasuk larangan dalam agama. Bacaan-bacaan atau doa-doa dalam ibadah termasuk bacaan-bacaan yang sudah ditentukan agama, oleh sebab itu menambah kata sayyidinâ pun sebelum kata Muhammad dan Ibrahim termasuk yang tidak diperkenankan. Akan tetapi bacaan sayyidinâ di luar ibadah, di luar shalat dan doa tidak termasuk yang dilarang. Sedangkan Nahdlatul Ulama menambahkan kata tersebut sebelum mengucapkan nama sang nabi pada tasyahud akhir dalam shalat.
Hal ini menjadi menarik untuk diteliti dari sisi apa saja yang berbeda dari pandangan keduanya dan hal apa saja yang melatarbelakangi perbedaan pandangan keduanya tersebut terkait hukum penambahan kata sayyidinâ pada shalawat tasyahud akhir. Sehingga setelah selesai penelitian ini kita dapat memaparkan bagaimana pendapat terkait penambahan kata sayyidinâ pada shalawat tasyahud akhir menurut Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Sifat penelitian ini ialah deskriptif analitis. Sementara jenis dari penelitiannya ialah library research atau penelitian kepustakaan, sedangkan teknis analisis data yang penulis gunakan ialah analisis komparatif dengan pendekatan ushul fikih. Dalam penelitian ini teori yang digunakan ialah Ta’āruḍ Al-Adillāh, karena adanya dua dalil yang bertentangan terhadap masalah yang sama diantara dalil yang dipakai dalam fatwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama pada penambahan kata sayyidinâ pada shalawat tasyahud akhir tersebut.
Menurut Muhammadiyah, menambah, mengurangi, dan mengubah bacaan salat termasuk larangan dalam agama. Bacaan-bacaan atau doa-doa dalam ibadah termasuk bacaan-bacaan yang sudah ditentukan agama, oleh sebab itu menambah kata sayyidina pun di muka kata Muhammad dan Ibrahim termasuk yang tidak diperkenankan. Adapun menurut Nahdlatul Ulama, menambahkan kata “sayyidina” dalam shalawat yang dibaca ketika shalat tidaklah bermakna seperti menanjung Isa AS sebagai anak Allah. Menambahkan kata sayyiduna hanya bertujuan memuliakan beliau sebagai nabi dan teladan manusia.NIM.: 15360033 Fadlillah2022-10-18T02:21:26Z2022-10-18T02:21:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54269This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/542692022-10-18T02:21:26ZHUKUM PEMANFAATAN KULIT REPTIL SEBAGAI KERAJINAN (STUDI KOMPARASI PENDAPAT TOKOH MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA)Memanfaatkan kulit reptil merupakan suatu cara untuk menambah nilai guna suatu barang. Sebelum kulit reptil digunakan untuk kerajinann, kulit reptil harus melalui tahap penyamakan terlbih dahulu, kulit yang sudah disamak selanjutnya bisa dimanfaatkan dan bisa diperjualbelikan. Kulit reptil hanya boleh untuk diambil manfaat kebendaannya saja dan tidak boleh dimakan. kulit reptil menjadi primadona bagi kalangan tertentu dan mempunyai nilai jual yang fantastis apabila target pasarnya tepat jika dibandingkan dengan kulit jenis lainnya seperti sapi dan kambing. Binatang reptil yang ada di Indonesia seperti ular, buaya, biawak termasuk binatang buas yang bertaring yang tidak boleh dikonsumsi. Tidak dijelaskan secara gamblang di dalam al-Qur‟an tentang pemanfaatan kulit reptil, tetapi ada Hadis yang menjelaskan tentang kesucian kulit bangkai binatang setelah disamak, dan ada juga Hadis yang melarang menggunakan pakaian dari binatang buas. Reptil termasuk kategori binatang yang tidak boleh dikonsumsi dan statusnya menjadi bangkai ketika sudah mati, maka dari itu ulama berbeda pandangan terkait kebolehan menggunakan dan memanfaatkan kulit reptil sebagai kerajinan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian lapangan dengan mengambil data langsung dari informan melalui wawancara kepada tokoh Muhammadiyhah dan Nahdlotul Ulama‟ yogyakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik-komparatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan usul fiqh. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teori mahlahah.
Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa menurut tokoh Muhammadiyah Yogyakarta pemanfaatan kulit reptil hukumnya makruh tahrim, pendapat tersebut sebagai bentuk kehati-hatian (ihtiyat) berdasarkan Hadis Nabi yang melarang menggunakan pakaian dari kulit binatang buas, dan juga sebagai langkah menjaga lingkungan hidup supaya keberadaan binatang yang terancam punah bisa tetap lestari. Sedangkan menurut tokoh Nahdlatul Ulama Yogyakarta bahwa pemanfaatan kulit reptil hukumnya boleh (mubah). Binatang apa saja ketika kulitnya sudah disamak maka boleh untuk dimanfaatkan kecuali kulit babi dan anjing. Pemanfaatan kulit reptil bisa mensejahterakan perekonomian masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, dan membantu negara dalam mengurangi angka pengangguran. Maka dalam hal ini pemanfaatan kulit reptile adalah suatu bentuk kemaslahatan dalam memberi kemudahan bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.NIM.: 15360002 Mohammad Taufiqur Rohman2022-10-13T06:16:15Z2022-10-13T06:16:15Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54132This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/541322022-10-13T06:16:15ZIMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA SISTEM INFORMASI STRATEGIS NAHDLATUL ULAMA (SISNU) DI PCNU KABUPATEN BLORANahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi yang memiliki banyak jamaah
harus terus berkembang menjawab semua tantangan zaman, tidak terkecuali
tantangan di era industri 4.0. Salah satu tantangan yang nyata adalah pentingnya
data riil sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan dalam segala bidang
kehidupan, baik ekonomi, pendidikan, sosial dan bidang kehidupan lainnya.
Melihat betapa urgennya persoalan data, maka PWNU Jawa Tengah meluncurkan
program yang mampu menjawab kebutuhan data guna menginventarisir warga
nahdliyin. Program yang diluncurkan adalah sensus warga NU berbasis Sistem
Informasi Strategis NU (SISNU). Sebagai cabang NU tertua dan penghargaan yang
diraih, PCNU Kabupaten Blora idealnya dapat menjadi rujukan dalam pelaksanaan
program pendataan SISNU oleh cabang NU lainnya.
Tujuan penelitian ini guna mengetahui secara luas tentang implementasi
sistem informasi manajemen pada SISNU di PCNU Kabupaten Blora yang telah
tercapai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Adapun teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif Miles dan
Huberman serta menggunakan metode triangulasi sumber data dalam menguji
keabsahan data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi SIM pada SISNU di
PCNU Kabupaten Blora dapat dilihat dari tiga indikator yaitu Input, Proses dan
Output. Meskipun dalam pengumpulan data dilakukan secara manual dapat
menjamin validasi data yang masuk sehingga pada tahap input sudah jelas dan
lengkap. Pada sub sitem proses, database yang digunakan dalam pengolahan data
sudah optimal dalam bentuk website. Adapun hardware dan software juga sudah
sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan sensus warga NU. Sub sistem output,
telah menjadi acuan dalam menjalankan tugas dan pengambilan keputusan oleh
pengurus PCNU Kabupaten Blora dalam hal ini direalisasikan pada program kerja.NIM.: 15240098 Fahmi Fajrul Ghalib2022-10-07T08:20:28Z2022-10-07T08:20:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54008This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/540082022-10-07T08:20:28ZPERAN IPNU DAN IPPNU DALAM MEMBANGUN KARAKTER GENERASI MUDA DI DESA BANYUDONO, DUKUN, MAGELANG, 2013-2020 MIPNU-IPPNU Banyudono merupakan organisasi kepemudaan tingkat desa. Kehadiran organisasi tersebut sebagai wadah para pelajar dan pemuda setempat untuk pengembangan diri. Pengembangan diri dan membina generasi muda agar memiliki semangat dan supaya mereka tidak kehilangan jati diri sebagai warga Nahdhiyin. Sebagai organisasi kepemudaan diharapkan juga mampu membentuk generasi muda yang berkarakter. Dapat dipastikan tujuan tersebut adalah hal umum di setiap organisasi kepemudaan. IPNU-IPPNU Banyudono membuktikan di dalam prosesnya, yaitu mampu membentuk karakter generasi muda dalam hal ini adalah pelajar dan pemuda di Desa Banyudono.
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah. Secara metodologis penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interprestasi, dan historiografi. Sebagai ilmu bantu analisis penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologiserta teori peran. Penelitian ini dibagi beberapa rumusan permasalahan yaitu Bagaimana latar belakang berdirinya IPNU-IPPNU di Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, apa saja kegiatan IPNU-IPPNU dalam membangun karakter generasi muda, dan apa kontribusi IPNU-IPPNU terhadap pembangunan karakter generasi muda di Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
Hasil penelitian menunjukan IPNU dan IPPNU adalah organisasi kepemudaan, organisasi sosial, agama dan kemasyarakatan, yang berdiri sejak tahun 1954 diorientasikan untuk mewadahi kader-kader NU (Nahdhatul Ulama) di kalangan pelajar, santri dan pemuda. IPNU-IPPNU Banyudono dalam upayanya pembentukan karakter generasi muda diwujudkan dengan membuat program kegiatan. Kegiatan untuk anggota (pelajar dan pemuda desa) dan untuk masyarakat. Program tersebut adalah Jamiiyah (maulid diba’ & sholawatan bareng), doa bersama bersama muslimat NU menjelang ujian nasional, ziarah/wisata religi dan keakraban, tadarusan serta kajian rutin keagamanan (pengajian selapanan) dan pengajian akbar masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan dampak berupa terbentuknya karakter religius (kesadaran menjalankan ajaran agama yang dianutnya), disiplin, karakter berjiwa besar, karakter bertanggung jawab. Karkater tersebut terbentuk seriring dengan tugas-tugas yang diberikan di dalam keanggotaan IPNU-IPPNU pada saat menjalankan amanah.NIM.: 15120017 Ahmad Faiz Febry Putra Prayogi2022-10-04T01:43:17Z2022-10-04T01:43:17Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53801This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/538012022-10-04T01:43:17ZPANDANGAN PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA (PCNU) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022 TENTANG PRAKTIK NIKAH ONLINE (ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2019 TENTANG PERKAWINAN)Coronavirus (Covid) masuk di Indonesia pada bulan Maret 2020 yang
menyebabkan semua aktivitas masyarakat menjadi terbatas sehingga pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah N0. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB). Kemudian pada tanggal 20 Juni 2020 telah terjadi
pernikahan online antara Max Walden asal Sydney, Australia dengan Shaffira
Gayatri asal Surabaya, Jawa Timur. Keduanya sudah merencanakan pernikahan
pada tanggal 20 Juni 2020 akan tetapi karena adanya pandemi covid 19 yang
menyebabkan lockdown di beberapa Negara sehingga Max Walden tidak bisa
terbang ke Indonesia. Akhirnya keduanya memutuskan untuk melangsungkan
pernikahan melalui aplikasi zoom. Dan dalam pernikahan tersebut belum dihadiri
dan dicatatkan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan Pengurus
Cabang Nahdlatul Ulama Kota Yogyakarta tentang praktik nikah online tersebut
dan bagaimana analisis menggunakan Hukum Islam dan Undang-Undang No. 16
Tahun 2019 Tentang Perkawinan. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field research) dengan pendekatan normatif-yuridis. Selanjutnya dalam
pengumpulan data, penyusun menggunakan metode wawancara.
Hasil penelitian Pandangan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota
Yogyakarta terbagi menjadi dua. Pandangan pertama, mengatakan bahwa nikah
online itu hukumnya tidak sah, karena menganggap pengertian dari ittiḥād al-majlis
itu menyangkut kesatuan waktu dan tempat secara fisik sehingga dalam akad nikah
seluruh rukun dan syarat nikah harus berada dalam satu tempat yang sama.
Pendapat kedua mengatakan bahwa hukum nikah online itu sah, karena pendapat
yang kedua lebih setuju dengan pendapat yang sifatnya progresif yang mengartikan
ittiḥād al-majlis itu tidak harus dalam tempat yang sama akan tetapi dengan
berkesinambungan waktu dan orientasi serta tujuan yang sama.
Menurut Hukum Islam, pandangan Pengurus Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta tentang nikah online yang pertama adalah tidak
sah, karena sesuai dengan golongan Syafiiyah yang berpendapat bahwa akad nikah
disyaratkan harus ittiḥād al-majlis yaitu pengucapan ijab dan kabul harus dilakukan
dalam satu tempat dan satu waktu. Dan pandangan PCNU tentang hukum nikah
online yang kedua adalah sah, karena sejalan dengan golongan Hanafiyah yang
mengatakan bahwa maksud dari ittiḥād al-majlis ialah ijab kabul harus dilakukan
dalam satu jarak waktu yang terdapat dalam satu upacara akad nikah tidak harus
dalam satu tempat yang sama.
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan,
pandangan Pengurus Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta
tentang nikah online yang pertama adalah sah sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) yaitu
“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu”. Dan pandangan yang kedua adalah tidak sah
sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) yang berbunyi “Tiap tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.NIM.: 18103050056 Makmun Murod2022-09-20T04:36:41Z2022-09-20T04:36:41Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53244This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/532442022-09-20T04:36:41ZPERENCANAAN STRATEGI LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA PENGURUS WILAYAH NAHDLATUL ULAMA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PWNU DIY)Perencanaan strategis pada dasarnya merupakan salah satu dari konsep perencanaan yang berkembang, yang mana perencanaan (planning) adalah salah satu fungsi manajemen. Perencanaan dinilai sebagai fungsi manajemen yang utama karena menjadi dasar bagi semua fungsi manajemen lainnya sebagai pedoman untuk melaksanakan semua aktivitas organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana perencanaan strategi yang dilakukan oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama PWNU DIY. Untuk mendeskripsikan persoalan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan yakni sumber data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi metode pengumpulan data dan triangulasi sumber data. Sedangkan metode analisis data melalui proses koleksi data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan strategi yang dilakukan oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama PWNU DIY telah berhasil menerapkan empat elemen perencanaan strategi pengamatan lingkugan, perumusan strategi, implementasi perencanaan strategi serta evaluasi strategi. Berdasarkan Analisis SWOT Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama PWNU DIY berada pada kuadran 1 yang mendukung strategi agresif serta dapat menggunakan strategi SO berupa membuat program kerja sembari bekerja sama dengan mitra potensial, mengorganisir dai ke seluruh wilayah Yogyakarta, membuat kurikulum dai agar dakwah lebih terarah, dan membuat peta dakwah di area sekolah, kampus, serta lingkungan masyarakat.NIM.: 18102040095 Maghfirotun Nisa’2022-09-12T01:18:21Z2022-09-12T01:18:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52885This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/528852022-09-12T01:18:21ZEFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN DANA KOTAK INFAQ (KOIN NU) OLEH NU-CARE LAZISNU KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018Penjelasan dalam prinsip Islam, kekayaan harus menyandang sistem kesejahteraan yang bertumpu pada zakat, infaq dan shodaqah sebagai bentuk syukur atas segala yang dianugerahkan Tuhan. Perintah menafkahkan harta guna membantu mereka yang kurang beruntung dan tekun menegakkan syiar agama merupakan ibadah berdimensi prinsip keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan. Pendistribusian zakat, infak dan sedekah diharapkan mampu membantu meningkatkan taraf hidup umat Islam pada khususnya, dan rakyat Indonesia pada umumnya.
Melihat hal tersebut NU-CARE LAZISNU Kabupaten Bantul turut aktif melakukan kegiatan kemaslahatan terkhusus dengan cara mengatur regulasi pendistribusian dana hasil koin nu yang terkumpul dari seluruh pemegang kotak di seluruh kabupaten bantul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendistribusian yang dilakukan oleh NU-CARE LAZISNU Kabupaten Bantul pada tahun 2018 termasuk pendistribusian yang efektiv atau tidak ditinjau teori T. Hani Handoko.
Jenis penelitian yang digunakan ialah pendekatan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan cara pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verivikasi. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan uji kredibilitas triangulasi teknik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Efektivitas Pendistribusian Dana KOIN NU Pada NU-CARE LAZISNU Kabupaten Bantul Tahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendistribusian dana koin nu yang dilakukan oleh NU-CARE LAZISNU Kabupaten Bantul pada tahun 2018 sudah memenuhi kriteria efektiv meliputi berhasil guna, ekonomis, akuntabilitas, dan ketetapan waktu hal itu ditunjukkan dengan suksesnya program-program pendistribusian di NU-CARE LAZISNU Kabupaten Bantul yaitu Program kemanusiaan dan sosial, program ekonomi, program pendidikan, program kesehatan, dan program dakwah.NIM.: 16240004 Bagus Candra Saputra2022-09-05T05:20:26Z2022-09-05T05:20:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52728This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/527282022-09-05T05:20:26ZNYAI MUNAWAROH: PERINTIS MUSLIMAT NU DI DESA BUBAK, KECAMATAN KANDANGSERANG, KABUPATEN PEKALONGAN (TAHUN 2004-2016 M)Dalam budaya Jawa, perempuan sering diistilahkan dengan sebutan konco wingking, julukan ini digunakan untuk mendefinisikan perempuan, bahwa perempuan perannya hanya di belakang laki-laki, dia tidak punya kekuasaan untuk berada di ranah publik. Hal ini juga terjadi pada perempuan Desa Bubak, yang kehidupannya dibelenggu oleh budaya yang mengatakan bahwa perempuan tidak boleh keluar rumah, perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya dia akan kembali pada sumur, dapur dan kasur. Pada tahun 1994 datang seorang tokoh perempuan desa yang mengajak perempuan di Desa Bubak untuk berdaya bersama melalui Organisasi Muslimat NU. Penelitian ini bertujuan menjelaskan biografi Munawaroh dari latar belakang keluarga, kehidupan masa kecil, kepribadian, riwayat pendidikan, perjuangganya merintis Muslimat NU dan kepemimpinannya di PAC Muslimat NU. Penelitian ini menggunakan pendekatan biografis sosiologis, yang digunakan untuk mengetahui riwayat hidup Munawaroh berdasarkan sosial kultural. Pendekatan ini juga digunakan untuk memahami kondisi sosial masyarakat Desa Bubak, terutama kehidupan perempuannya. Penelitian ini didukung dengan teori atribusi kepemimpinan karismatik dari Conger dan Kanungo, yang menjelaskan bahwa karismatik seorang pemimpin ditentukan oleh perilaku, keterampilan pemimpin dan aspek situasi. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, terdiri dari heuristik atau pengumpulan sumber sejarah, yang dilakukan dengan metode observasi dan wawancara bebas kepada pelaku sejarah dan saksi sejarah, kemudian verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkah bahwa Munawaroh adalah perempuan desa yang lahir pada 8 April 1974 di Desa Paninggaran dari pasangan suami istri Misbachul Munir dan Mutirah. Sepulang dari pesantren pada tahun 1992, Munawaroh menikah dengan Abdul Muiz, seorang pemuda dari Desa Bubak. Melihat kehidupan perempuan di Desa Bubak yang tidak memiliki wadah untuk belajar dan mencari pengalaman membuat Munawaroh berinisiasi untuk merintis Muslimat NU pada tahun 2004, Berbagai macam hambatan harus dia hadapi, seperti penolakan dari Kiai setempat tentang gagasan perintisan Muslimat NU, dari beragam rmasalah tersebut kemudian membawa Muslimat NU jauh berkembang sampai ke tingkat kecamatan, tepatnya di tahun 2006. Menjalankan kepemimpinannya selama dua periode di tingkat Kecamatan Kandangserang, Munawaroh berhasil membawa Muslimat ke arah yang jauh lebih baik, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa program kerja yang tidak bisa berjalan dengan lancar dan berhenti di tengah jalan.NIM.: 18101020037 Lailatul Mustafidah2022-08-15T07:11:39Z2022-08-15T07:11:39Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52516This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/525162022-08-15T07:11:39ZThe NU’s Youths among The Radical Movements in YogyakartaThis article aims at examining the
contestation of identity of the Islamic youth movement,
represented by the Nahdlatul Ulama’s (NU) youths, in
the midst of radical and extremist Islamic movements
in Yogyakarta. The NU’s youth movements which are
mostly associated with peaceful faces of Islam have
directly been facing the puritan and extremist Islamic
movement communities spreading out massively in
many elements of societal environment. The radical
Islamist and extremist movements supported by
transnational-affiliated Islamic movements such as
Wahabism and Hizbut Tahrir as well have taken apart
in the contestation of identity in public space to gain
social and political attention. In practice, these groups
have eroded and at the same time threatened tolerant
values in Yogyakarta, such as the latest fact about
removal of cross from grave in some areas of the city.
The movement of NU’s youths, however, is awfully
required to minimize and even deny the means of
radical and extremist Islam campaigns which are
heralded by radical groups in general. This article will
map out the forms of contestation of the identity of
NU’s youths and the main activities they have been
done to intervene the public sphere in order to
maintain tolerant values and diversity of Indonesia as
a pluralistic country both ethnically and religiously. A
qualitative approach is used for this research with an
open-ended interview as a collective data technique.
The findings have implications for tolerant-affiliated
youth movements and those who advocate for, work
with, and support them to always campaign peaceful
faces of Islam, tolerance, and harmony within
Indonesian society.- Mochamad Sodik- B.J. Sujibto2022-08-04T01:25:37Z2022-08-04T01:25:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52420This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/524202022-08-04T01:25:37ZLEMBAGA BAHTSUL MASA’IL PENGURUS WILAYAH NAHDLATUL ULAMA’ JAWA TIMUR PERIODE 1997-2000 MLembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama’ (LBM NU) adalah sebuah lembaga pengkajian dibawah organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama’ yang membahas berbagai persoalan keagamaan (Islam). Para pendiri LBM NU sangat berjasa atas berlangsungnya perjalanan LBM NU, mulai dari fase pra-kelahiran, kelahiran, sampai pada perkembangan yang hasil keputusannya bisa dinikmati oleh sejumlah warga NU secara khusus, umat Islam di Indonesia secara umum.
Pertama, fase pra-kelahiran, apabila dilihat dari proses perjalanan peristiwa masa lampau, para pelajar Nusantara yang menimba ilmu ke Timur Tengah, mereka mengkreatifkan diri untuk mengadopsi model diskusi Timur Tengah berupa halaqah, kemudian dibawa ke tanah air, dan dikembangkan serta dijadikan tradisi serta berlangsung sampai sebelum tahun 1926 M. Kedua, fase kelahiran, dari yang semula halaqah-halaqah di pesantren, kemudian pada tahun 1926 Masehi, model diskusi tersebut bersamaan dengan berdirinya Nahdlatul Ulama’ berubah bentuk menjadi sebuah perangkat organisasi NU yang berfungsi melaksanakan program Nahdlatul Ulama’. Ketiga, fase perkembangan, sebagai sebuah perangkat organisasi, perkembangan LBM NU menyesuaikan dengan perkembangan NU. Perkembangan tersebut berlangsung sampai sekarang.
Bersamaan dengan perkembangan LBMNU yang ketiga, penulis mengangkat topik perkembangan LBMNU tingkat wilayah yaitu Jawa Timur. Perkembangan LBM NU di Jawa Timur selanjutnya disebut LBM PWNU Jawa Timur, dilatarbelakangi oleh minimnya kajian mengenai berbagai hasil keputusan LBM PWNU Jawa Timur. Minimnya kajian tentang LBM PWNU Jawa Timur tersebut dapat terlihat dari beberapa para peneliti yang masih jarang melirik kegiatan bahtsul masa’il, karena hasil dari pada kegiatan bahtsul masa’il merupakan fatwa-fatwa yang memiliki otoritas tertinggi di kalangan nahdliyyin.
Berangkat dari pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam terkait hasil dari pada proses kegiatan bahtsul masa’il yang dilakukan di Jawa Timur. Asumsi penulis, LBM PWNU Jawa Timur menghasilkan fatwa-fatwa yang
mengandung kontroversial alasannya sumber rujukan yang digunakan dalam bahtsul masa’il menggunakan rujukan-rujukan dari imam madzhab yang berbeda-beda. Hasil keputusan bahtsul masa’il yang mengandung kontroversial menjadi perhatian khusus bagi penulis. Lebih-lebih pada tahun 1997-2000 M, ditemukan beberapa hasil keputusan hukum yang kontroversial. Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian historis bertujuan merekonstruksi masa lalu secara kronologis dan sistematis, agar dapat memberikan gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu serta diberikan tafsiran, dan dianalisa secara kritis sehingga mudah untuk dimengerti dan difahami. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian dengan sumber tertulis seperti buku, jurnal, dan internet.
Untuk memasuki permukaan analisis dan mencari penjelasan dari hipotesa, penulis akan menyusunnya berdasarkan teori evolusi, kemudian diuji dengan menggunakan pendekatan sejarah pemikiran. Sedangkan untuk memudahkan analisa dan mendapatkan hasil yang maksimal dari penelitian ini, berkaitan dengan penekanan dan hipotesa yang diambil oleh penulis, sangat cocok kiranya menggunakan teori evolusi untuk membaca kondisi sosial intern NU yang difokuskan pada perkembangan LembagaNIM.: 05120020 Adi Kuswanto2022-07-21T01:40:46Z2022-07-21T01:40:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52158This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/521582022-07-21T01:40:46ZKRITIK NALAR FIKIH NAHDLATUL ULAMA (NU):
PEMBACAAN BARU TERHADAP BAHTSUL MASAILSince the late 1980s, there have been responses of discontent
and criticism to Bahtsul Masail, especially in his methodological
aspects. Although the methodological framework was formulated in
1992, criticisms and pressures on renewal to Bahtsul Masail are still
happening. To respond to this, this research takes the theme of fiqh
criticism of NU reasoning in Bahtsul Masail. This study considers
that the renewal of the Bahtsul Masail must be done through
epistemological critique activity, through a balanced reading of the
"surface narrative" and "unreadable reality" of Bahtsul Masail. On
that basis, this study answers three operational questions, i.e., about
(1) the thinking tradition of NU kiai as the interpreters of the kitāb
kuning (old books) in Bahtsul Masail, (2) the genealogical roots and
the process of the formation of NU reasoning, and (3) the theoretical
contribution of the fiqh of NU against madhhab (schools) and Uṣūl
al-fiqh (Islamic jurisprudence), and on experimentation of Bahtsul
Masail’s epistemic renewal.
To answer the problems, this research uses a qualitative method
that is interdisciplinary. In addition to the hermeneutic perspective,
this study also uses structuralist analysis of Muḥammad 'Ābid al-
Jābirī. The hermeneutical perspective is used to read the thinking
traditions of NU kiai in Bahtsul Masail while structuralist analysis of
al-Jābirī, supported by historical analysis and ideological criticism, is
used to examine the genealogical roots and the process of NU
philosophical reasoning, on the one hand, and to identify the Bahtsul
Masail’s epistemic problem as a foothold of reform, on the other.
The results of this study indicate that Ahlussunnah wal Jama'ah
(Aswaja) and traditions of following madhhab is as the reason of the
fiqh of NU in Bahtsul Masail to have dialectics between conservation
and accommodation changes. This is reflected in the flexibility and
eclecticism in the selection and interpretation of the old texts and the
tradition of manhajī thinking behind the the qaulī method used.
Genealogically, this thinking tradition was rooted in the Wali Songo
tradition of thinking and the Middle Eastern scholarship traditions
transmitted through the pesantren tradition as the cultural basis of
NU. However, the tradition of thinking of NU kiai in Bahtsul Masail
also experienced epistemic problems, as a result of the epistemic
changes of the pesantren tradition in the colonial era. The dialectical relationship between conservation and change is still not balanced, as
change is still being made in the orientation of protection against
tradition to be relevant to modernity. On that basis, the orientation of
the protection must be supplemented by the development orientation,
i.e., by revising the grand design of the methodology framework of
Bahtsul Masail’s istinbāṭ by maximizing the problem analysis
framework and collective work system (jamā'ī). The goal is to realize
a multidisciplinary and development-oriented Bahtsul Masail (alījād)
that is more fundamental to society. Of course, the
experimentation of this epistemic renewal must also start from the
tradition of pesantren as a cultural base of NU.NIM.: 1230010056 Muhammad Adib2022-06-29T04:26:06Z2022-06-29T04:26:06Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51357This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/513572022-06-29T04:26:06ZKONFLIK PAHAM KEAGAMAAN NU DAN MUHAMMADIYAH
DALAM RITUAL TAHLILAN DI MAKAM DONGKELAN DESA DABUKERJA
KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN HILIR SELATANAktifitas ziarah yang menjadi tradisi dalam keagamaan di lingkungan Islam
menemukan bentuknya disebabkan berbagai faktor, antara lain pemahaman
teologis, yakni keyakinan yang bersifat doktrinal di kalangan tertentu, dan nilai
budaya yang melekat pada ziarah. Titik temu antara pemahaman teologis dengan
nilai budaya merupakan faktor utama yang menjadikan ziarah sebagai bagian
keagamaan di lingkungan Islam tertentu. Institusi keagamaan punya andil besar,
baik dalam menyosialisasikan pemahaman teologis atau juga memediasi
pemahaman teologis dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam suatu masyrakat.
Adapun makam dalam pandangan orang Jawa pada umumnya mempunyai
pandangan bahwa makam merupakan suatu hal yang dianggap keramat dan
mempunyai nilai khusus bagi orang-orang yang bersangkutan. Tempat keramat
pada saat tertentu dijadikan sebagai pusat kegiatan keagamaan, seperti upacara
persembahan kepada Yang Maha Kuasa melalui situs religius. Dalam situs religius
ini setiap tingkah laku manusia dikeramatkan, disertai suasana hati dan motivasi
yang ditimbulkan oleh simbol-simbol sakral dalam diri manusia. Situasi yang
demikian itu membentuk kesadaran spiritual dalam sebuah masyarakat.
Penelitian ini merupakan upaya ilmiah untuk menganalisis pola resolusi
konflik antara masyarakat NU dan Muhammadiyah terhadap pelemparan peziarah
makam Dongkelan di desa Panggungharjo serta bagaimana kedua golongan
keagamaan tersebut mengenyampingkan perbedaan pandangan untuk menciptakan
harmoni sosial yang stabil dan damai, dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi peneliti lakukan untuk
mengumpulkan data guna menganalisis dan menemukan konflik awal dan faktor
pemicu terjadi peristiwa pelemparan peziarah. Teori konflik Lewis A. Coser, yang
merupakan perpaduan teori konflik dan teori fungsionalisme struktural Georg
Simmel, peneliti gunakan ntuk memperoleh jawaban atas negosiasi dan kompromi
yang dilakukan kedua belah pihak untuk meredam ketegangan dan penyelesaian
konflik.
Hasil dari penelitian ini, antara lain; pertama, pola relasi sosial masyarakat
desa Panggungharjo menganut (a) pola relasi sosial assosiatif yaitu proses yang
berbentuk kerja sama, asimilasi, akomodasi, dan alkulturasi; (b) relasi sosial
disosiatif yaitu proses yang terbentuk oposisi. Kedua, terdapat tiga pola hubungan
antara Muhammadiyah dan NU, yakni konfrontatif teologis, harmonis semu, dan
konfrontatif politik. Ketiga, peristiwa pelemparan peziarah disebabkan oleh faktor
perbedaan pandangan terhadap kesakrakal makam Dongkelan. Peziarah yang
didominasi oleh santri menziarahi makam untuk ngalap berkah dengan pembacaan
tahlil dan surah Yasin bersama bertujuan agar doa-doa yang dipanjatkan dikabulkan
dengan perantara para wali Allah. Di sisi lain, masyarakat sekitar makam dari
golongan Muhammadiyah beranggapan bahwa makam sebagai tempat
peristirahatan terakhir, seharusnya menjadi tempat yang damai dan tenang tanpa
ada kebisingan dari pihak luar.NIM.: 12540014 Imam Sya’roni2022-06-28T07:38:55Z2022-06-28T07:38:55Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51333This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/513332022-06-28T07:38:55ZDISHARMONI NU DAN MUHAMMADIYAH
(Studi Kasus di Perumahan Muslim D-III Ngemplak, Sleman, Yogyakarta)Organisasi NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Banyak fenomena yang dapat diteliti dari perkembangan organisasi tersebut. Khususnya dalam masalah perbedaan khilafiyah, seperti tahlilan dan kepengurusan jenazah. Perkembangan kedua belah pihak sudah saling memahami, bahkan tradisi-tradisi NU sudah mulai dilakukan juga oleh warga Muhammadiyah. Akan tetapi, hal itu berbanding terbalik dengan yang terjadi di perumahan Muslim D- III. Kenyataanya, konflik ini masih terjadi karena perbedaan cara pandang terhadap tradisi keagamaan. Penelitian ini fokus pada konflik yang terjadi antara NU dan Muhammadiyah, terutama dalam mengungkapkan dinamika yang terjadi ketika keduannya dihadapkan dengan benturan pemahaman terhadap identitas yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggabungkan antara penelitian lapangan dengan pustaka. Studi ini menganalisis konflik yang terjadi antara warga NU dan Muhammadiyah di perumahan muslim D- III. Sumber data yang dihimpun di lapangan melalui tahapan wawancara, observasi dan dokumentasi. Tahapan-tahapan tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang valid, dan objektif
dari narasumber di lapangan. Sehingga, hasil yang didapatkan dapat dipertanggung jawabkan. Proses yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba mengorganisir data yang didapatkan, dan diolah sesuai teori untuk menganalisis kasus yang ada di lapangan.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa konflik yang terjadi antara warga NU dan Muhammadiyah, disebabkan oleh perbedaan cara pandang dalam memahami tradisi keagamaan, sehingga timbul perbedaan dalam ritual peribadatan. Konflik tersebut terbagi menjadi dua yaitu realistik dan non realistik. Konflik realistik terdiri dari penguasaan masjid secara sepihak, di masjid D- III yang menjadi sentral peribadatan bagi masyarakat perumahan muslim D- III. Sedangkan, konflik non realistik terdiri dari tahlilan dan kepengurusan jenazah, karena cenderung bersifat ideologis. Meskipun demikian, konflik yang terjadi antara NU dan Muhammadiyah pada akhirnya memberikan dampak yang positif bagi keduanya, seperti tumbuhnya solidaritas dan terbukanya interaksi sosial. Hal itu dapat dilihat ketika keduanya dihadapkan dalam kegiatan-kegiatan sosial, begitupun sebaliknya konflik akan tumbuh ketika keduanya menyinggung masalah khilafiyah.NIM.: 15540019 Ahmat Dianto2022-06-27T08:09:39Z2022-07-13T07:02:37Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51459This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/514592022-06-27T08:09:39ZDARI NU UNTUK PENDIDIKAN UMAT: POTRET PERJUANGAN MENDIRIKAN INISNU TEMANGGUNG (1969-2021 M)Penelitian ini mengkaji perjuangan Jam’iyyah NU Temanggung dalam upaya menyelenggarakan Pendidikan Tinggi bagi umat Islam di Temanggung, dari mulai membuka Fakultas Hukum Islam Universitas Nahdlatul Ulama (FHI UNU) Surakarta hingga mnjadi Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) tahun 1969 hingga 2021. Masalah dalam penelitian ini adalah perjuangan perguruan tinggi NU dari status FHI UNU Surakarta hingga INISNU Temanggung meliputi rencana pengembangan, tahap-tahap perubahan serta peran-peran yang dilakukan oleh para pejuang pengembangan INISNU di Temanggung. Untuk menjelaskan masalah tersebut digunakan pendekatan teori sosiologi continuity and change oleh John Obert Voll dengan metode penelitian sejarah kualitatif berbasis data pustaka dan data lapangan. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jauh sebelum lahirnya organisasi NU di Surabaya, masyarakat Islam di Temanggung sudah akrab dengan ajaran Aswaja. Perkembangan NU di Temanggung bergerak dengan cepat yang dapat dilihat dari bidang pendidikan, dibuktikan dengan lahirnya perguruan tinggi Islam Nahdlatul Ulama. Dalam jangka waktu 52 tahun Perguruan Tinggi Islam Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh Jam’iyyah NU Temanggung sudah mengalami perkembangan yang relatif baik. Mulai dari FHI UNU hingga INISNU, semuannya karena didukung oleh peran-peran tokoh NU, seperti K.H Abdul Hadi Shofwan, Toto Suyoto Ismail, Moch Muchji, Abdullah Hadziq, Muh Baehaqi, dan Siti Roichanah.NIM.: 18101020089 Chuna Kafia Dilla2022-04-20T07:34:18Z2022-04-20T07:34:18Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50659This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/506592022-04-20T07:34:18ZSANG DOKUMENTATOR NU (PERJUANGAN K.H. UMAR BURHAN GRESIK JAWA TIMUR TAHUN 1927-1988 M)Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi terbesar yang ada di Indonesia. Pertumbuhan serta perkembangan Nahdlatul Ulama tidak bisa lepas dari peran para ulama, salah satunya K.H. Umar Burhan Gresik. Umar Burhan lahir di Gresik pada tahun 1913. Lahir dari keluarga yang memiliki pengaruh dan jabatan penting di NU membuatnya familiar dengan NU sejak kecil. Gresik menjadi salah satu kota yang dituju bagi beberapa peneliti yang akan melakukan pencarian data tentang NU. Sumber data valid tentang NU dapat ditemukan di kediamannya. Data tersebut merupakan salah satu hasil dari kegemaran Umar Burhan dalam menulis dan mengabadikan sesuatu. Selain mengumpulkan surat, catatan, dan hasil diskusi pada beberapa forum penting, K.H. Umar Burhan juga aktif dalam aktivitas ke NU-an. Atas kiprah dan perjuangannya maka wajar saja jika K.H. Umar Burhan disebut sebagai “Sang Dokumentator NU”.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menentukan tiga pokok pembahasan yang pertama siapa K.H. Umar Burhan, kedua yaitu bagaimana usaha K.H. Umar Burhan dalam mengumpulkan dokumen NU dan yang terakhir yaitu dokumen apa saja yang dikumpulkan oleh K.H. Umar Burhan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografi dan sosiologi. Selain itu peneliti menggunakan teori peran oleh Peter Burke. Metode yang digunakan yaitu metode sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu heuristik, interpretasi, verifikasi dan historiografi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa K.H. Umar Burhan merupakan salah satu ulama NU yang berasal dari Gresik yang memiliki kemampuan dalam bidang arsip. Sebelum ia menduduki jabatan penting di NU, K.H. Umar Burhan merupakan santri Tebuireng yang ditunjuk menjadi asisten pribadi K.H. Hasyim Asy’ari. Kedekatannya dengan K.H. Hasyim Asy’ari membuatnya semakin aktif terlibat dalam berbagai pertemuan-pertemuan besar NU. Semasa ia menduduki beberapa jabatan di NU, K.H. Umar Burhan gemar mencatat dan mengumpulkan dokumen-dokumen penting. Hasil dari kegemaran tersebut dapat ditemukan di rumahnya berupa dokumen-dokumen penting berupa arsip, majalah, dan buku-buku. Selain itu ia juga banyak mengabadikan pidato K.H. Hasyim Asy’ari ke dalam catatan pribadinya yang kemudian ia bukukan. Buku tersebut berjudul Minal Muktamar Ila Muktamar.NIM.: 17101020050 Nur Hidayatul Ainiyah2022-04-18T07:06:12Z2022-04-18T07:06:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50238This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/502382022-04-18T07:06:12ZPELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI LEMBAGA SOSIAL-KEMASYARAKATAN ISLAM (STUDI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PETANI DI LEMBAGA PENGEMBANGAN PERTANIAN NAHDLATUL ULAMA D.I.YOGYAKARTA 2019)Adib Rofiuddin Basori, (14240024). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Sosial-kemasyarakatan Islam (studi pelatihan dan pengambangan petani di Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama D.I. Yogyakarta tahun 2019). Skripsi. Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pentingnya pengembangan SDM bagi petani menjadi syarat untuk pembangunan pertanian yang lebih baik. Dalam hal ini berupa pengetahuan, skill, keterampilan dan sikap petani. Oleh karena itu, peneliti tertarik melihat aspek pelatihan dan pengembangan SDM yang dilakukan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) D.I. Yogyakarta yang telah aktif membangun dan menggerakkan masyarakat dalam mengembangkan pertanian di Yogyakarta.
Penelitian ini berdasar pada salah satu proses manajemen sumber daya manusia yaitu pelatihan dan pengembangan, dengan batasan manajemen pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Penulis mencoba menganalisis pelaksanaan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (petani) di Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama D.I. Yogyakarta. Melalui sebuah penelitian yang berjudul Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Sosial-kemasyarakatan Islam (Studi Pembinaan Petani di Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama D.I. Yogyakarta).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan pelatihan dan pengembangan SDM petani yang dilakukan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) D.I. Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research) di LPPNU D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendeketan deskriptif kualitatif. Sumber data primer di peroleh dari pihak ketua LPPNU D.I. Yogyakarta, pengurus PWNU DIY dan petani. Sumber data skunder di peroleh dari literatur yang relevan dengan masalah penelitian. Metode pengumpulan data di lakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah terdiri atas tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah pertama, terkait tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh LPPNU dalam pelaksanaan pelatihan dan pengembangan, yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan, menentukan tujuan dan sasaran, menetapkan metode dan kriteria keberhasilan, implementasi program dan evaluasi program. Kedua, metode yang digunakan oleh LPPNU adalah metode ceramah, diskusi atau konferensi, tanya jawab, dan metode praktek atau metode bermain peran.NIM.: 14240024 Adib Rofiuddin Basori2022-04-14T04:46:43Z2022-04-14T04:46:43Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50485This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/504852022-04-14T04:46:43ZHUKUM MENGGUNAKAN CADAR BAGI PEREMPUAN
(DALAM PANDANGAN ULAMA NU DAN ULAMA SALAFI)Latar Belakang penelitian ini adalah permasalaahn cadar yang masih menjadi gejolak dan pro-kontra masyarakat masih terasa dan tidak dapat terlepas dari diskusi tentang aurat wanita. Perdebatannya tidak pernah surut dari waktu ke waktu, bahkan semakin terasa dengan kemajuan media sosial. Terdapat dua kelompok besar yaitu salafi dan Nahdlatul Ulama. Kelompok salafi mewajibkan perempuan muslimah untuk berjilbab, berdasarkan pada firman Allah dalam surat Al Ahzab Ayat 59. Sedangkan bagi kelompok Nahdlatul Ulama, cadar merupakan bagian dari kultur budaya Timur (identitas muslimah Arab), maka sifatnya sangat kontekstual. Cadar difahami sebagai pakaian wanita yang menutup wajah. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana hukum bercadar bagi perempuan berdasarkan pandangan ulama NU dan ulama Salafi serta mengapa pandangan antara pandangan ulama NU dan ulama Salafi berbeda terkait hukum bercadar.
Jenis Penelitian yang dilakukan peneliti bersifat kualitatif. Narasi penulisan akan disusun dengan cara deskriptif analisis. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan informasi sebagai sumber memperoleh data untuk penelitian ini. Jenis data tersebut antara lain: Data Primer penelitian ini yaitu Ulama NU dan Ulama Salafi. Data Sekunder bersal dari bukti dokumentasi berupa foto, video, rekaman suara, wawancara dan lain sebagainya yang relevan dengan fokus penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif induktif Analisis penelitian menggunakan teori Maqasid al- syari’ah dan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa Kelompok ulama salafi mewajibkan menggunakan cadar dan menganggapnya sebagai syari’at Islam, serta masuk golongkan Al-Maslahah al-Daruriyah, (kepentingan-kepentingan yang esensi dalam kehidupan) serta menggunakan metode istimbat Tarjih. Sedangkan ulama NU, cenderung memubahkan dan menganggap bahwa cadar bagain dari budaya bukan syari’at, jadi bisa dikategorikan perempuan yang bercadar kedalam Al-Maslahah al-Tahsiniyah, (kepentingan-kepentingan pelengkap) yang jika tidak terpenuhi maka tidak akan mengakibatkan kesempitan dalam kehidupannya serta menggunakan metode istimbat Qauli. Akhir dari penelitian ini meskipun cadar tidak dianjurkan, sifat selalu toleransi terhadap apapun pilihan orang mengenai menutup aurat, termasuk terhadap yang bercadar dengan menyalah-nyalahkan pendapat yang berlawanan justru akan terjadi perpecahan umat.NIM.: 16360026 Fatimatuz Zahro’2022-03-01T03:27:28Z2022-03-01T03:27:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49774This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/497742022-03-01T03:27:28ZPERAN IPNU PAC PRAMBANAN DALAM MEMBANGUN KESALEHAN SOSIAL DI DESA SUMBERHARJOPeran ormas Islam di masyarakat memberikan dampak positif yang signifikan. Kehadirannya memberikan perubahan tidak hanya dalam hal religiositas, akan tetapi perubahan dalam kesalehan sosial juga turut dirasakan masyarakat. Kehadiran ormas Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di Kepanewon Prambanan merupakan satu contoh yang cocok untuk diteliti dengan melihat peran dalam membangun kesalehan sosial di masyarakat Desa Sumberharjo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga mendukung validitas dalam penelitian. Terdapat empat subjek penelitian yang berasal dari pengurus dan demisioner IPNU PAC Prambanan. Untuk menganalisis peran IPNU PAC Prambanan, peneliti menggunakan teori struktural fungsional dengan skema A.G.I.L yang di populerkan oleh tokoh sosiolog kontemporer Talcott Parsons. Teori tersebut berasumsi bahwa sebuah sistem sosial harus memenuhi empat prasyarat A.G.I.L agar dapat tetap langgeng.
Hasil temuan dari penelitian yang dilakukan menemukan beberapa temuan yang unik. Pertama, kami menemukan bahwa kehadiran IPNU di respon positif oleh masyarakat. Kedua, sistem yang berjalan di IPNU telah memenuhi syarat keteraturan sosial pada teori struktural fungsional yang dicetuskan oleh Talcott Parsons. Ketiga, peneliti menemukan bahwa pengaruh IPNU di Kepanewon Prambanan lebih luas dari apa yang menjadi asumsi penulis. IPNU mampu mempengaruhi kesadaran masyarakat khususnya remaja untuk merubah pola pikir dan mainside. Hal demikian akan berdampak pada moral remaja yang semakin baik. Sadar pentingnya pendidikan dan pada akhirnya bisa meminimalisir angka pernikahan di usia dini.NIM.: 17105040074 Ahmad Mustofa2022-02-16T03:33:20Z2022-02-16T03:33:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49310This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/493102022-02-16T03:33:20ZAISYAH HAMID BAIDLOWI : POTRET PENGGERAK PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA DI BIDANG AGAMA, SOSIAL, DAN POLITIK 1959-2018 MPenelitian ini memaparkan mengenai wujud gerakan Aisyah Hamid Baidlowi sebagai tokoh penggerak perempuan Nahdlatul Ulama di bidang agama, sosial, dan politik pada 1959-2018 M. Pemaparan mengenai Aisyah ini menarik diteliti sebab Aisyah memilih berjuang dengan upayanya sendiri tanpa menggunakan labelnya sebagai keturunan elite NU. Selain itu, Aisyah juga memilih berjuang di luar NU karena ia tidak ingin menggunakan statusnya tersebut untuk mendapatkan sebuah posisi di masyarakat. Penelitian ini akan menguraikan mengenai Bagaimana sejatah gerakan perempuan di Indonesia? Bagaimana biografi Aisyah Hamid Baidlowi? Bagaimana sepak terjang Aisyah Hamid Baidlowi di bidang agama, sosial, dan politik tahun1959-2018?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografi dan sosio-politik. Pendekatan biografi digunakan untuk melihat perjalanan hidup Aisyah mulai dari latar belakang keluarga, pendidikan, dan gerakannya di berbagai bidang. Teori sosio-politik digunakan untuk melihat interaksi Aisyah dengan lingkungan dan masyarakat. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gerakan. Gerakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna pergerakan, usaha, atau kegiatan dalam lapangan sosial, politik, dan sebagainya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman, peranan sosial merupakan salah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang digunakan untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu melalui empat tahap, yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Aisyah Hamid Baidlowi lahir di Jombang pada 6 Juni 1940. Gerakan Aisyah di bidang agama dimulai dari jenjang IPPNU sebagai juru komunikasi antara PP IPNU IPPNU dengan pihak Departemen Agama sekitar 1956-1958. Setelah itu Aisyah meneruskan gerakannya di PW Fatayat DKI Jakarta sebagai sekretaris, hingga menjadi bendahara di PP Fatayat tahun 1962-1967. Puncak perjuangannya di NU adalah ketika ia terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU 1995-2000. Selain di NU, Aisyah juga menjabat sebagai ketua Pengajian al-Hidayah ormas sayap Partai Golkar tahun 2000-2010. Gerakannya di berbagai daerah, dan juga melalui al-Hidayah dengan melakukan penggalangan dana, pelatihan skill, bahkan pendampingan psikologi korban bencana. Gerakannya di bidang politik dimulai dengan terpilihnya Aisyah sebagai anggota DPR RI Komisi VIII. Di komisi ini ia mengajukan affirmative action, merumuskan UU No, 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.NIM.: 16120038 Siti Fauziah Ummahatul M.2022-02-16T03:29:35Z2022-02-16T03:29:36Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49282This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/492822022-02-16T03:29:35ZPARTISIPASI MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA DALAM PEMILU 1955 DI INDONESIANahdlatul Ulama pada tahun 1950 memutuskan keluar dari Masyumi dan
mendirikan Partai NU untuk persiapan mengikuti Pemilu 1955. Untuk menghadapi
persiapan pemilu, berbagai persiapan dilakukan NU untuk mensukseskannya. Dalam
hal ini anggota Muslimat NU mengajukan diri agar dapat berkontribusi dalam
Pemilu 1955. Namun mendapat berbagai kecaman dari anggota NU, setelah adanya
perdebatan yang cukup lama sehingga menghasilkan bahwa anggota Muslimat
dengan berbagai syarat dapat berkontribusi dalam Partai NU.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosilogi dan pendekatan politik. Teori
yang digunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Ervin Goffman. Teori
ini digunakan untuk menganalisa pola perilaku anggota Muslimat NU sebagai
pergerakan perempuan dalam menjaga kehidupan sosial dengan masyarakat maupun
gerakan perempuan lainnya. Metode yang digunakan yaitu metode sejarah meliputi:
heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
Temuan dari penelitian ini bahwa Muslimat NU memberikan peran yang sangat
penting dalam Pemilu tahun 1955 khususnya bagi Partai NU. Hal ini karena mereka
mampu melakukan usaha-usaha untuk mengumpulkan massa sehingga dapat
mendukung NU. Adapun usaha-usahanya yaitu dengan cara melakukan kampanye ke
desa-desa dengan adanya pengajian rutin yang ada serta memanfaatkan media NU
bernama Duta Mayarakat. Media tersebut memuat pendangan-pandangan terkait
kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia dan keterlibatan perempuan dalam
Partai NU. Cara ini mampu mengumpulkan massa dengan menghasilkan suara
perempuan NU sebanyak 10% dan dapat mengalahkan Partai Masyumi. Walaupun
Partai NU baru berdiri dan pertama kalinya mengikuti pemilu di tahun 1955.NIM.: 14120062 Jamiatun Hasanah2022-01-31T06:46:33Z2022-02-07T06:00:13Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49042This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/490422022-01-31T06:46:33ZDinamika Sejarah NU dan Tantangannya KiniNahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial keagamaan yang lahir pada tanggal 31 Januari 1926.Sejak awal berdiri hingga kini NU telah memberikan sumbangan besar terhadap bangsa dan Negara.Sejak pertama kali didirikan, NU menebarkan semangat keberagamaan inklusif yang hingga kini terus diperjuangkan. Keberagamaan ini berpijak pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah yang meliputi tawasut (moderat), tasamuh (toleransi), ta’addul (keadilan) dan tawazun (keseimbangan).Semua nilai-nilai itu merupakan pengejawantahan dari universalitas al-Qur’an dan hadits. Sebagai organisasikeagamaanterbesar di Indonesia, NU telah memberikan konstribusi yang tidak sedikit dalam menanamkan pola keberagamaan. Kini, di usianya yang semakin matang, tentu NU harus merefleksikan kembal iperan yang dulu pernah diusung parapendidirnya. NU memang harus berada di garda depan dalam mengawal persoalan-persoalan keagamaan dan kebangsaan. Apalagi di tengah situasi dan kondisi dimana paham-paham keagamaan yang memiliki karakter merusak bangunan Islam rahmatan lil ‘alamin.
Barangkat dari hal di atas, tentu saja menulis tentang NU dengan dinamika sejarahnya berikut tantangannya menjadi sangat menarik dan menghadirkan gairah intelektual dari kalangan peniliti baik dari dalam maupun luar negeri dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda. Buku ini memuat lima pokok bahasan. Pertama, bagianpendahuluan, yaitu menjelaskan prinsip-prinsipd asar yang menjadi pegagangan NU. Kedua, NU dan latar sejarah berdirinya, yang mencukup: respon atas realitas sosial keagamaan, petunjuk KH Kholil Bangkalan, dan periode sasi sejarah yang penuh liku-liku. Ketiga, NU dan perjuangannya melawan kolonialisme, yang meliputi: Perjuangan KH. Hasyim Asy’ari, mengenang resolusi jihad dan penolakan terahadap saikeirei. Keempat, NU dan polake beragamaan inklusif, yang meliputi: Moderat Yes, Fanatik No, Keberagamaan inklusif dan dialog antar agama sebuah keniscayaan. Kelima, Profil sang Pendiri, yang meliputi: lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren dan pribadi yang rendahhati.- Muhammad Hafiun- A Yusrianto2022-01-24T04:14:47Z2022-01-24T04:14:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48860This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/488602022-01-24T04:14:47ZNETIZEN NU, IDENTITAS DAN SELF-COUNSELLINGFenomena migrasi aktivitas keagamaan dari tradisional ke digital membangun dinamika baru. Para pengamat sosial menilai ruang virtual memiliki kemampuan dalam memengaruhi nilai, pola pikir dan sikap seseorang. Kemampuan ini makin membuat kompleks dinamika antara dunia nyata dan maya, termasuk aspek antara agama dengan media digital. Apalagi jika dilihat dari sudut pandang pemuda Nahdlatul Ulama (NU) melalui tiga pertimbangan yakni karakteristik secara historis geografis, karakteristik kelompok usia 20-an dan karakteristik kemampuan manusia untuk berfikir, merasakan dan bertindak.
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran rekonstruksi identitas NU di ruang virtual dengan menempatkan latar belakang keagamaan keluarga sebagai elemen penting. Penelitian ini melibatkan 126 pemuda untuk memberikan gambaran umum karakteristik pemuda NU. Kemudian, diambil sepuluh pemuda untuk menjelaskan manifestasi konsumsi konten keagamaan pemuda menggunakan sudut pandang self-counselling. Selanjutnya, mengerucut pada dua pemuda berlatar belakang identitas NU yang berbeda untuk menggambarkan rekonstruksi identitas NU di ruang virtual. Analisis data penelitian ini melalui empat langkah yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengamatan, keseluruhan netizen NU terbuka dengan sumber keagamaan baru. Meskipun demikian, mereka cenderung bersikap konservatif untuk mempertahankan ideologi keagamaan hasil dari proses internalisasi keagamaan di lingkungan keluarga. Kelekatan keluarga berperan penting dalam mempertahankan posisi keluarga sebagai otoritas keagamaan tertinggi di ruang virtual. Kedua, konsumsi konten keagamaan tidak hanya digunakan sebagai proses pembelajaran informal keagamaan tetapi juga dijadikan sebagai sebagai ruang berkontemplasi melalui proses self-counselling berupa; refleksi diri, mengumpulkan informasi, menyeleksi solusi dan evaluasi. Ketiga, pembacaan artikel di media sosial (Youtube dan Instagram) mampu menggeser pandangan netizen NU terhadap isu Pemimpin Non-Muslim yang semula tidak setuju menjadi setuju.NIM.: 17200010073 Umu Nisa Ristiana, S. Sos2022-01-19T03:43:03Z2022-01-19T03:43:03Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48687This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/486872022-01-19T03:43:03ZMANAJEMEN STRATEGI NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH DALAM MENANGKAL RADIKALISME DI KOTA SEMARANGThe background of this research is the emergence of acts of radicalism that make the value of the image of Islam bad in the global international world, including in Indonesia, in Semarang City is a city with a pluralistic and pluralistic society consisting of various religious communities, the will of the Islamic caliphate by radicalists will tend to create conflict between adherents. Religion in the city of Semarang, which is already in harmony, so that Islamophobia has emerged because it is considered to be committing violence, killing, is a reflection of Islam. In this case, the need for Strategic Management of Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah in Semarang city as ideas in efforts to deal with counter-radicalism in Semarang. PCNU and PDM Semarang City.
This study uses a qualitative type with a descriptive approach. Through the method of data collection observation, interviews, and documentation. In analyzing the data, it uses several stages including, preparing and processing the data to be analyzed, then the data is reduced to find data that is in accordance with the research, then the data is displayed in the form of a short description so that it is easy to understand, and finally the data is verified to draw conclusions. In the validity of the data using triangulation sources and techniques.
The research results include 1). PCNU and PDM Semarang City have the concept of understanding the meaning of radicalism which shows a truth in religion and rejects forms of radicalism that use violence in the name of religion. 2). Between the two of them apply and strengthen religious moderation as an attitude of an organizational movement that is rahmatan lilalamin through da'wah with bil wisdom with the character of Nusantara Islam for PCNU and progressive Islam for PDM. 3). The concept of strategic management is carried out, namely in PCNU trying to develop an attitude of religious moderation, and with deradicalization forming a special organization in an effort to crack down on radicalism, while in PDM, among others, in counter-radicalism, it seeks to build strengthening and convey the attitude of religious moderation, and more on strengthening business charities due to wrongdoing. One source of radicalism is a weak economy and education. PCNU and PDM Semarang City jointly crack down on radicalism with their respective strategies that must be collaborated to form strong ideas in religion.NIM.: 18204090043 Muhammad Ikhsannudin2022-01-11T08:04:48Z2022-01-11T08:04:48Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48331This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/483312022-01-11T08:04:48ZDAKWAH INKLUSIF DALAM MENINGKATKAN TOLERANSI BERAGAMA: STUDI KASUS DAKWAH LAKPESDAM NU JEPARA PADA KONFLIK MASYARAKAT ISLAM DAN KRISTEN DI DESA DERMOLO KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN JEPARAThe plurality of characters in a society is considered necessary to present an attitude and action to maintain harmony and create tolerant relationships. This is because a pluralistic society is more prone to conflict than peace. One of the conflicts that often occurs is religious conflict. The establishment of houses of worship in the midst of a community that mostly adheres to other religions is one of the causes of inter-religious conflicts, as is the condition of conflicts between Islam and Christianity related to churches in Dermolo Village, Kembang District, Jepara Regency. There are at least two factors causing the religious conflict, namely: 1) Pros and cons regarding permits and 2) Rejection of local residents. Lakpesdam NU as one of the institutions under the auspices of the Nahdlatul Ulama Religious Organization apart from being an institution that functions in empowering humans for social transformation that is just and dignified, it also functions as an institution that handles strategic issues such as religious conflicts. One model of da'wah that is relevant to conflict conditions is inclusive da'wah. Inclusive da'wah is a model of da'wah that mainstreams the message of unity, universal faith (rahmatan lil alamin), and social piety. In addition to the use of inclusive da'wah as an alternative to respond to religious conflicts, the message-design logic communication strategy can also be used to increase religious tolerance in a community in conflict. Thus, the formulation of the problem in this thesis is how the inclusive da'wah pattern of Lakpesdam NU Jepara in a situation of religious conflict in Dermolo Jepara Village and how the inclusive da'wah pattern in increasing religious tolerance in Dermolo Jepara Village.
In this study, the researcher used a qualitative approach with a case study strategy. The case study strategy was chosen to look at events or events that occurred in the pattern or actualization of inclusive da'wah and communication strategies for the logic of message design for Lakpesdam NU Jepara in responding to religious conflicts in Dermolo Jepara Village. In addition, the selection of a qualitative approach is a relevant approach to explore all NU Jepara Lakpesdam da'wah activities in increasing religious tolerance in Dermolo Village. Data collection techniques in this study used in-depth interviews (indept-interview), field observations, documents, audio and visual materials. While the data analysis technique uses Gretchen and Sharon F. Railis analysis techniques with several processes, namely data collection, data interpretation, and data reporting.
The results of this study see that, Lakpesdam NU Jepara in actualizing inclusive da'wah in situations of religious conflict in Dermolo Village with several patterns, namely: 1) Formation of Women's Groups with two main bases in the form of mentoring the Cahaya Mandiri Women's Group and the micro finance movement; 2) Public socialization by conducting activities in the form of interfaith prayer and halal-bihalal diversity; 3) Cultivating dialogue with two activities, namely multicultural recitals and mediation & policy advocacy; and 4) Tolerance education is realized by establishing a village cadre school and conducting comparative studies in Plajan Village. The pattern
of inclusive da'wah messages in all NU Jepara Lakpesdam da'wah activities is divided into three main patterns, namely informative patterns, persuasive patterns, and coercive patterns. From this pattern, the messages conveyed to the people of Dermolo Village are messages of religious tolerance and messages of social recognition. In addition, Lakpesam NU Jepara also uses a message-design logic communication strategy with three main patterns, namely 1) Expressive message logic, in the form of verbal and non-verbal messages; 2) Conventional message logic, in the form of constitutional and religious rules and norms; and 3) The logic of rhetorical messages, in the form of analyzing the audience and three approaches, namely ethos, logos, and pathos.NIM.: 19202012011 Muhammad Misbahul Huda2022-01-10T06:41:46Z2022-01-10T06:41:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48237This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/482372022-01-10T06:41:46ZKEBIJAKAN REDAKSIONAL NU.OR.ID DALAM PEMBERITAAN BERTOPIK LINGKUNGANKerusakan lingkungan yang disebabkan oleh tingkah laku manusia kerap kali terjadi. Padahal, manusia membutuhkan lingkungan hidup sebagai sumber kehidupannya. Dalam hal ini, media memiliki peran penting dalam menyebarkan isu-isu lingkungan agar tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, media massa masih menjadi pilihan dalam mencari informasi dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pada lembaga media massa, terdapat redaksi yang memiliki sebuah kebijakan dalam mempertimbangkan pemberitaan yang akan mereka siarkan, serta terdapat faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan redaksi tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional nu.or.id dalam pemberitaan bertopik lingkungan berdasarkan teori hirarki pengaruh dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan observasi, studi dokumentasi, dan wawancara kepada pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, editor, serta pewarta nu.or.id. Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui bahwasannya kebijakan redaksi nu.or.id dipengaruhi oleh lima faktor berdasarkan teori hirarki pengaruh, yaitu faktor individu, rutinitas media, organisasi media, ekstra media, serta ideologi.NIM.: 17102010009 Yusika Intan Insiwi2021-12-06T01:45:01Z2021-12-06T01:45:01Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46362This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/463622021-12-06T01:45:01ZANALISIS IKHTILAF ATAS FATWA MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN LEMBAGA BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA TENTANG HUKUM PERCERAIAN DI LUAR PENGADILANPerceraian merupakan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi dalam suatu perkawinan, karena tujuan perkawinan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Dalam Undang-Undang Perkawinan dijelaskan bahwa perceraian harus dilaksanakan di depan sidang pengadilan. Namun pada kenyataannya banyak proses perceraian yang terjadi tidak sesuai dengan aturan-aturan tersebut yaitu banyaknya kasus perceraian di luar pengadilan. Sebagai respon terhadap problematika ini Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul mengeluarkan fatwa tentang perceraian di luar pengadilan. Dasar hukum yang digunakan kedua lembaga tersebut sama, akan tetapi menghasilkan keputusan yang berbeda. Oleh sebab itu, perlu adanya studi perbandingan yang menjelaskan tentang apa yang menyebabkan perbedaan pendapat antara Majelis Tarjih dan Tajdid Muhamamdiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama tentang perceraian di luar pengadilan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Libraray Research) yang bersifat normatif yaitu masalah yang dikaji, dalam hal ini perceraian di luar pengadilan, diteliti dari perspektif hukum fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama, serta dianalisis mennggunakan teori al-iktilaf fi fahmi nash wa tafsirihi. Pengertian dari teori ini adalah perbedaan dalam memahami nash dan menafsirkan teks dari satu dalil yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pendapat yang terjadi antara Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama disebabkan perbedaan dalam memahami nash. Majelis Tarjih dan Tajdid memahami nash tentang talak secara kontekstual dengan berdasar pada aspek maslahat. Sedangkan Lembaga Bahstul Masail memahami nash tentang talak sesuai dengan ulama-ulama terdahulu yaitu secara tekstual. Hal ini berimplikasi pada hukum yang dihasilkan, yaitu Majelis Tarjih mengharuskan perceraian dilakukan di depan sidang pengadilan dengan alasan menimbulkan kemaslahatan. Sedangkan Lembaga Bahtsul Masail menggap sah perceraian yang dilaksanakan di luar sidang pengadilan dengan dasar bahwa talak merupakan hak mutlak suami.NIM.: 17103060057 Maskanah2021-11-15T02:02:56Z2021-11-15T02:02:56Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46623This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/466232021-11-15T02:02:56ZPERENCANAAN E-MARKETING MIX KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN UMRAH (KBIHU) MUSLIMAT NU HDWR YOGYAKARTA TAHUN 2020Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana perencanaan e-marketing mix KBIHU Muslimat NU HDWR Yogyakarta tahun 2020. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan metode pengumpulan data sumber sekunder yang berupa dokumen akta notaris dan data jamaah haji lima tahun terakhir. Kemudian untuk metode analisis datanya menggunakan metode analisis least square dengan kasus data ganjil.
Hasil dari penelitian ini adalah KBIHU Muslimat NU HDWR Yogyakarta dapat merumuskan tujuh fungsi perencanaan e-marketing mix, yaitu;1) Ramalan, mendapatkan 251 jamaah dengan total biaya Rp. 502.000.000.2) Sasaran, dari usia anak sampai tua serta untuk difabel dan tuna netra, dari berpenghasilan rendah sampai tinggi.3) Kebijakan, fakir miskin, pensiunan TNI, dan anak yatim mendapatkan diskon 50%, jika mendaftarkan 10 jamaah haji atau umrah, maka akan diberikan satu kursi umroh atau haji gratis, dan bonus dapat dicairkan hanya berupa gratis berangkat umroh atau haji.4) Prosedur, setiap awal bulan membuat rapat koordinasi para pimpinan, setiap hari besar keagamaan semua pimpinan membuat event pelayanan masyarakat, dan setiap press release harus melalui rapat koordinasi pimpinan pusat dan cabang.5) Langkah-langkah, membuat plat form e-marketing, meliputi; website, facebook, twitter, instagram, youtube, dan whatsapp.6) Jadwal, di awal tahun semua plat form dibuat kemudian diupdate setiap bulan sekali, kecuali untuk website dan whatsapp. Untuk update wibsite, yaitu di awal tahun dan akhir tahun. Kemudian untuk update whatsapp dilakukan setiap bulan.7) Anggaran, pendapatan jasa Rp. 502.000.000 dan jumlah biaya beban Rp. 319.280.000, sehingga memperoleh laba bersih Rp. 182.720.000.NIM.: 17102040087 Muhammad Wahdatul Choir2021-11-09T04:44:20Z2021-11-09T04:44:20Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46489This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/464892021-11-09T04:44:20ZNU RANTING SUKOSARI KEC. BABADAN KAB. PONOROGO PASCA MUKTAMAR SITUBONDO DAN KRAPYAK 1984-1994 (KAJIAN ORIENTASI SIKAP DAN PEMBINAAN WARGANYA)Penelitian ini membahas tentang NU Ranting Sukosari yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan yang diteliti oleh penelitian ini terkait dengan orientasi sikap dan pembinaan warga NU Ranting Sukosari pasca Muktamar Situbondo dan Krapyak 1984-1994. Upaya tersebut dilakukan dengan cara melakukan interpretasi terhadap setiap langkah yang diambil dan kegiatan yang dijalankan oleh NU Ranting Sukosari pada periode tersebut. Selain itu penelitian ini juga dilengkapi dengan penjelasan tentang orientasi sikap dan pembinaan warga NU Ranting Sukosari sejak didirikan hingga menjelang Muktamar Situbondo 1984 supaya terlihat bagaimana perbedaan orientasi yang terjadi antara sebelum dan sesudah Muktamar Situbondo dan Krapyak. Agar terarah penelitian ini mengajukan tiga rumusan masalah berikut: Bagaimana orientasi sikap NU Ranting Sukosari pasca Muktamar Situbondo dan Krapyak 1984-1994? Bagaimana orientasi pembinaan warga NU Sukosari pasca Muktamar Situbondo dan Krapyak 1984-1994? Mengapa terjadi perubahan orientasi sikap dan pembinaan warga NU Ranting Sukosari pasca Muktamar Situbondo dan Krapyak 1984-1994?
Penelitian ini menggunakan metode sejarah sebagai cara kerjanya. Metode tersebut terdiri dari tahapan-tahapan yang berupa: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, dan penulisan. Selain itu penelitian ini juga dibantu dengan pendekatan sosiologis yang mencantumkan teori pertukaran sosial Peter Michael Blau sebagai pisau analis.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa NU Ranting Sukosari sejak didirikan tahun 1939 hingga 1994 senantiasa mengalami berbagai pergeseran orientasi sikap dan pembinaan warganya. Hal itu terjadi seiring dan sejalan dengan faktor internal dan eksternal yang sedang dihadapi oleh NU Ranting Sukosari. Faktor internalnya adalah pergantian pengurus yang memiliki latar belakang sosial dan pendidikan yang berbeda-beda sehingga pergeseran menjadi niscaya. Sementara faktor eksternalnya adalah perubahan situasi sosial maupun politik yang memicu bahkan menyebabkan terjadinya pergeseran tersebut.
Belum ditemukan penelitian maupun catatan tertulis lain tentang NU Ranting Sukosari, padahal NU Ranting Sukosari memiliki daya tarik tersendiri untuk diteliti karena berdiri relatif lebih awal yaitu tahun 1939 dan lebih maju dibandingkan dengan ranting-ranting lain di lingkungan MWC NU Babadan Kabupaten Ponorogo. Oleh karena itu penelitian ini dengan sendirinya menjadi penting karena dapat menjadi dokumen tertulis tentang sejarah NU Ranting Sukosari yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengenalkan NU Ranting Sukosari kepada kalangan luas dan calon generasi penerus.NIM.: 17201020008 Ikmal Fawaid2021-10-13T05:18:47Z2021-10-13T05:18:47Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45365This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/453652021-10-13T05:18:47ZPENGASUHAN KELUARGA NAHDLIYIN DALAM PENDAMPINGAN PERILAKU BELAJAR SISWA DI MASA PANDEMI COVID-19Dalam proses pengasuhan selama pandemi Covid-19, warga Nahdliyin memiliki peranan penting dalam memberikan pendampingan belajar bagi siswa. Banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh siswa lebih-lebih di daerah terpencil. Hal ini menuntut orang tua mengambil peran penting di dalam proses belajar, yang sebelumnya semua proses belajar mengajar diserahkan kepada pihak sekolah. Saat ini mau tidak mau mereka harus mengambil peran nyata. Berdasarkan hal tersebut ada dua rumusan masalah. Pertama pengasuhan keluarga Nahdliyin dalam pendampingan perilaku belajar siswa di MTs Nurul Ijtihad NU Al-Ma'arif Lenser selama pandemi Covid-19. Kedua, apa yang menjadi faktor penghambat dan pendorong pengasuhan keluarga nahdliyin selama pandemi covid-19. Ketiga, bentuk-bentuk perilaku belajar siswa MTs Nurul Ijtihad NU Al-Ma'arif Lenser selama pandemi Covid-19.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Adapun metode pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa komponen pengasuhan orang tua dalam pendampingan perilaku belajar siswa MTs Nurul Ijtihad adalah adanya upaya memenuhi kebutuhan anak, upaya memberikan bimbingan dan nasihat, dan upaya memberikan pengawasan selama proses pembelajaran. Ungakapan Sak Sewajarn Dendek Berlebihan (yang sewajarnya jangan berlebihan), Pacu-pacu, Solah, Seneng (baik-baik, bagus, dan bahagia), dan endeng dirik, solah mut gawek solah mut dait (sadari diri, baik yang dikerjakan baik pula yang didapatkan), merupakan konsep yang muncul dalam pengasuhan dalam keluarga Nahdliyin. Sedangkan perilaku belajar yang muncul selama proses belajar dari rumah yang meliputi kebiasaan belajar, keaktifan belajar, dan upaya memahami pelajaran jarak jauh adalah adanya kebiasaan membaca, menonton video, membuat rangkuman, mengulang-ulang belajar, dan mengerjakan tugas.NIM.: 18200010171 Roy Bagaskara, S. Pd2021-10-06T03:01:58Z2021-10-06T03:01:58Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44637This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/446372021-10-06T03:01:58ZIMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AHLUSUNNAH WAL-JAMA’AH-NU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMK DIPONEGORO DEPOK YOGYAKARTASMK Diponegoro merupakan sekolah menengah kejuruan yang
unggul, terampil, agamais, mandiri dan berakhlakulkarimah. Yang
mencetak tenaga kerja yang berkualitas dimana perpaduan kurikulum
nasional dengan berbasis kompetensi dan kurikulum agama. SMK
Diponegoro Depok mempunyai ciri khusus sebagai SMK unggulan
berbasis pesantren yang mengedepankan nilai-nilai Agama dan
karakter bangsa. Untuk mengimplementasi nilai-nilai pendidikan
Agama maka dilakukan sebuah gagasan yang sudah disusun dengan
begitu cermat seperti tuntunan nilai-nilai pendidikan ahlussunnah
wal-Jama‟ah-NU dalam pembentukan akhlak siswa di SMK
Diponegoro Depok Yogyakarta.
Jenis penelitian yang digunakan penulis yakni jenis penelitian
kualitatif. subyek penelitian ini yaitu guru Aswaja dan siswa SMK
Diponegoro Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengadakan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi.
Analisis data dilakukan melalui empat tahap yaitu: klarifikasi data,
reduksi data, interprestasi data dan penarikan kesimpulan. Teknik
pengumpulan data dengan metode induktif yaitu mencari data
sebanyak-banyaknya lalu disimpulkan (umum-khusus).
Adapun hasil penelitian ini yaitu: Pertama konsep dasar nilai
pendidikan ahlussunnah wal-Jama‟ah-NU dalam pembentukan
akhlak di SMK Diponegoro Depok Yogyakarta: mabadi khoira
ummah sebagai konsep awal untuk membentuk umat terbaik dan
konsep ukhuwah nahdliyah sebagai langkah selanjutnya untuk
menanamkan karakter khas NU. Kedua Nilai-nilai pendidikan
ahlussunnah wal-Jama‟ah-NU yang ditetapkan dalam pembentukan
akhlak siswa di SMK Diponegoro Depok: nilai Tasamuh
(Toleransi), Tawasuth (moderat), I‟tidal (adil), Amar ma‟ruf Nahi
Munkar dan Tawazun (seimbang). Ketiga Implementasi ahlussunnahNIM.: 18204010046 Riki Herman2021-09-01T10:10:55Z2021-09-01T10:11:31Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43691This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/436912021-09-01T10:10:55ZPERGULATAN WACANA ISLAM NUSANTARA (PRO KONTRA ANTARA NU DAN FPI 1969 – 2015)Wacana pemikiran Islam di Indonesia telah mencapai titik di mana
perbedaan pendapat melahirkan perdebatan yang tidak berkesudahan. Wacana
Islam Nusantara juga demikian. Wacana ini dimotori oleh PBNU dan mendapat
reaksi yang keras dari berbagai kalangan, termasuk FPI. Para pemimpin dan
anggota dari NU dan FPI mengemukakan pendapatnya tentang Islam Nusantara.
Kemudahan berpendapat sekarang ini membuat pergulatan kian intens. NU
berpendapat bahwa Islam Nusantara adalah sebuah konsep keberislaman yang
benar dan sesuai dengan kondisi zamannya. Sedangkan menurut FPI, Islam
Nusantara adalah sebuah pemikiran yang keliru, dan tidak sesuai dengan ajaran
Islam yang sebagaimana Nabi Muhammad maksudkan.
Untuk meneliti sejarah wacana Islam Nusantara ini peneliti meneliti jauh ke
belakang sebelum tahun 2015, di mana tahun penuh perdebatan dan wacana Islam
Nusantara dimunculkan sebagai wacana unggulan oleh Nahdlatul Ulama.
Perdebatan wacana Islam Nusantara yang terjadi sebenarnya merupakan Islam
Nusantara versi NU bergulat dengan Islam Nusantara versi FPI.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dan analisis wacana
kesejarahan untuk mengungkap kapan asal wacana Islam Nusantara telah ada dan
pergolakan wacana pemikiran apa saja yang telah melingkupi dan membuat
wacana ini muncul. Penelitian ini menggunakan teori Norman Fairclaugh yang
berusaha menghubungkan antara analisis teks pada level mikro dengan konteks
sosial yang lebih besar, dalam hal ini praktik sosial budaya dan kesejarahan.
Kemudian penelitian ini menggunakan teori Gamson dan Modigliani tentang
analysis framing, ini untuk mengungkap frame atau bingkai ideologis dari
pembuat (yang pro) dan yang mengomentari (yang kontra) wacana Islam
Nusantara. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode sejarah
yang menggunakan tahap-tahap berupa heuristik, verifikasi sumber, interpretasi,
dan historiografi yang kronologis.
Islam Nusantara secara penggunaan pertama kali digunakan untuk menamai
sebuah kampus di Bandung, yakni Universitas Islam Nusantara. Kampus ini
didirikan oleh orang-orang PBNU dan kampus Islam lainnya pada tahun 1969.
Kemudian pada tahun 2015, Islam Nusantara menjadi polemik dengan munculnya
pro dan kontra atas wacana tersebut.NIM.: 13120010 Eko Setiawan2021-07-19T05:18:22Z2021-07-19T05:18:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42931This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/429312021-07-19T05:18:22ZEFEKTIVITAS IKLAN KEAGAMAAN (Studi Khalayak pada Akun Instagram NU CARE-LAZISNU Daerah Istimewa Yogyakarta)Perkembangan internet menambah opsi dalam bidang pemasaran barang
atau jasa. Media sosial adalah salah satu platform dalam melakukan hal tersebut.
Dari sekian media sosial yang jamak digunakan dalam menawarkan produk,
Instagram merupakan media yang banyak digunakan karena memiliki kelebihan
dalam menampilkan visual berupa foto dan video. NU CARE-LAZISNU DIY
adalah salah satu yang menggunakan Instagram dengan tujuan untuk menjangkau
masyarakat di D. I. Yogyakarta secara luas. Sebagai lembaga amil zakat, infak,
dan sedekah maka dengan semakin luasnya jangkauan tidak hanya berdampak
pada citra lembaganya saja, tetapi juga pada semakin luasnya jangkauan dalam
menerima bantuan yang nantinya disalurkan. Akan tetapi, Instagram yang
digunakan oleh mayoritas kalangan muda tidak beririsan dengan mayoritas
muzakki yang berada pada usia mapan. Untuk itu, dalam penelitian ini
mengangkat dua masalah, yaitu bentuk iklan keagamaan dalam akun Instagram
NU CARE-LAZISNU DIY dan efektivitas iklan keagamaan yang tergambar
dalam respons khalayak pada akun Instagram NU CARE-LAZISNU DIY.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
netnografi. Netnografi adalah metode yang berusaha mamahami secara mendalam
fenomena dalam dunia virtual dari perspektif produsen sekaligus konsumen.
Metode ini meliputi observasi arsip, komentar, dan observasi partisipatif.
Penelitian ini menggunakan teori pemaknaan (reception theory) yang
dikembangkan oleh Stuart Hall. Teori ini mengacu pada studi tentang makna,
produksi dan pengalaman khalayak dalam hubungannya berinteraksi dengan teks
media. Fokus dari teori ini ialah proses encoding dan decoding. Encoding adalah
proses menyisipan pesan dalam iklan oleh pembuatnya, sedangkan decoding
adalah pemaknaan ulang khalayak terhadap iklan sebagai sebuah teks. Dalam
pemaknaan yang dilakukan khalayak terdapat tiga jenis pemaknaan, yakni
dominan, negosiasi, dan oposisi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada proses encoding NU CARE-
LAZISNU DIY dalam Instagramnya menyisipkan pesan keormasan,
kemanusiaan, profesionalitas, amanah, edukasi dan dakwah. Sedangkan dalam
proses decoding menunjukkan bahwa mayoritas khalayak menerima dan sepakat
dengan pesan dalam Instagram NU CARE-LAZISNU DIY. Pada urutan kedua
adalah khalayak yang melakukan negosiasi, dan paling sedikit adalah khalayak
yang oposisi terhadap pesan yang disampaikan. Terdapat beberapa alasan yang
mendasari khalayak memiliki perbedaan dalam penerimaan terhadap pesan
Instagram NU CARE-LAZISNU DIY, yaitu konsep tentang zakat, konsep tentang
lembaga zakat, dan konsep tentang iklan media sosial. Penelitian ini juga
menunjukkan mayoritas khalayak berminat menyalurkan zakat, infak, dan
sedekah melalui lembaga NU CARE-LAZISNU DIY.NIM. 13540078 Muhammad Sahal Farih2021-07-16T08:09:55Z2022-04-06T07:43:28Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42890This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/428902021-07-16T08:09:55ZPENAFSIRAN AL-QUR’AN KH. BAHAUDIN NUR SALIM DALAM KANAL YOUTUBE NUOnline (Sebuah Penelitian Studi Agama dan Media)Penelitian ini mengambil asumsi adanya kemajuan teknologi dan media
informasi juga memiliki pengaruh pada kehidupan sehari-hari umat muslim. Salah
satunya adalah peralihan dari sebuah ritual yang dulunya sakral, sebab dengan
hadirnya media baru menjadikan kesakralan tersebut beralih menjadi profan. Dengan
kemunculan teknologi informasi dan komunikasi yang membuka seluas-luasnya bagi
siapapun untuk mengakses. Pemahaman atas al-Qur’an yang dulunya membutuhkan
sebuah pra-syarat kualifikasi keilmuan seperti halnya para ‘ulama di era klasik, saat
ini dengan perkembangan media. Terbukanya ruang penafsiran pada era media ini
memunculkan mufasir-mufasir baru yang muncul di media online populer seperti
Youtube ataupun facebook.
Skripsi ini berusaha melihat dan menganalisa kajian al-Qur’an dan media,
peneliti menggunakan kerangka teoritis hermeneutika digital sebagai objek
formalnya, dan youtube kanal NUonline sebagai objek materialnya dengan
mengambil tokoh penafsir al-Qur’an yang akhir ini populer di kalangan pengguna
Internet yaitu KH. Bahaudin Nur Salim.
Hasil penelitian yang didapat ialah bahwa KH. Bahauddin Nursalim mengenyam
pendidikan di Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyyah PP. Al-Anwar Sarang dan
pesantrennya sendiri LP3IA Narukan-Rembang. Beliau merupakan ulama yang
benar-benar murni berangkat dari latar pemikiran Santri, yakni seorang hafidzul
qur’an juga ahli turats/tradisi kitab salaf (kitab kuning).
Ditinjau dari penelitian ini, pada dasarnya KH. Bahaudin Nur Salim bukan secara
langsung disebut sebagai tafsir al-Qur’an bil lisan tapi lebih tepat disebut sebagai “syarah
lisan kitab tafsir”. Menariknya, ulasan syarah lisan kitab tafsir Gus Baha’ tersebut,
menjadi kontra narasi ekstremisme. Namun yang dibawakan oleh Gus Baha ialah
tidak sedikitpun mengutip ayat-ayat yang lumrah dikaji dan dibahas oleh pemikir
muslim Indonesia. tidak berdasar pada menyerang nalar argumentasi ayat-ayat favorit
seputar jihad dan qital. Gus Baha justeru tampil membawakan ayat-ayat kisah (seperti
Imam Sya’rawi) sebagai kontra narasi terorisme dan menginterpretasikannya dengan
ilmu Islam yang mapan dari banyak sisi keilmuan, seperti tasawuf, fiqih dll.NIM.: 12530095 Nur Fawaid2021-06-08T07:04:46Z2021-06-08T07:04:46Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42416This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/424162021-06-08T07:04:46ZHUKUM PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR MENURUT TOKOH NU PESANTREN DAN TOKOH NU KAMPUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAMenikah adalah sunnatullah yang akan dilalui semua orang dalam proses perjalanan hidupnya. Untuk menikah ada 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan yaitu kesiapan fisik dan kesiapan mental. Akan timbul permasalahan jika pernikahan dilakukan saat berusia masih muda dimana secara fisik dan mental memang belum siap. Masih banyak masyarakat yang melakukan pernikahan di bawah umur. Hal seperti ini menunjukan bahwa masyarakat tidak mengindahkan peraturan yang ditetapkan pemerintah, sehingga sering terjadi adanya perdebatan antara pro dan kontra dalam hal pernikahan di bawah umur tersebut. Dalam skripsi ini penyusun tertarik mengkaji lebih dalam tentang pernikahan di bawah umur menurut Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Pesantren dan Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan metode penelitian lapangan (field research). Data primer, penyusun mengambil dari wawancara dengan teknik purposive sampling dari Tokoh NU Pesantren dan Tokoh NU Kampus. Selain itu data juga diperoleh dari literatur yang berhubungan atau yang digunakan oleh narasumber dalam membahas hukum pernikahan di bawah umur. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan tentang faktor-faktor yang menjadi pengaruh perbedaan pendapat dari Tokoh NU Pesantren dan Tokoh NU Kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun pendekatan yang penyusun gunakan yaitu pendekatan Ushul Fiqh dengan teori maqashid syari’ah.
Hasil dari penelitian ini adalah Tokoh NU Pesantren setuju atau membolehkan adanya pernikahan di bawah umur dikarenakan dalam Islam tidak ada batasan usia jika seseorang ingin melakukan pernikahan, sehingga jika seorang anak sudah baligh maka lebih baik dilakukan pernikahan untuk menghindari perbuatan zina. Tokoh NU Kampus tidak setuju atau tidak membolehkan adanya pernikahan di bawah umur dikarenakan lebih banyak mudharatnya dibandingkan maslahatnya, dan juga perlu adanya kesiapan dari berbagai aspek.NIM.: 16360020 Alvina Maula Azkia2021-06-08T06:57:22Z2021-06-08T06:57:22Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42417This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/424172021-06-08T06:57:22ZPERBEDAAN HUKUM KUNUT NAZILAH DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MENURUT MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMADunia sedang berduka dengan adanya pandemi Corona Virus Disease in 2019 atau yang dikenal dengan COVID-19. Indonesia pun menjadi salah satu negara yang terdampak oleh penyebaran virus tersebut. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, beberapa ormas Islam menganjurkan untuk melaksanakan kunut nazilah di tengah pandemi ini.
Dalam pandangan Islam, perbedaan pendapat menjadi hal yang seringkali terjadi. Bahkan menjadi hal yang lumrah dalam pertukaran pemikiran, karena itu akan menjadi kekayaan intelektual dikemudian hari. Tak terkecuali dengan pelaksanaan kunut nazilah ini yang juga menimbullkan perbedaan pendapat antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Akar dari perbedaan pendapat ini tak lain dikarenakan perbedaan dalam memahami dalil terkait. Temuan di lapangan praktik kunut nazilah ini pernah di lakukan di berbagai daerah oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Baik masyarakat yang termasuk ke dalam organisasi Muhammadiyyah ataupun masyarakat yang termasuk ke dalam organisasi Nahdlatul Ulama. Sperti yang dikerjakan di Masjid Agung Ponorogo saat melaksanakan shalat fardu dan shalat jum’at.
Penelitian dalam skripsi ini termasuk salah satu jenis penelitian kualitatif, di mana data yang digunakan bukanlah data statistik atau menggunakan perhitungan angka. Kemudian metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Dengan memaparkan suatu gejala atau fakta permasalahan yang di teliti, menyusun secara sistematis dan melakukan telaah mendalam untuk mencari makna yang terkait. Adapun dalam pendekatannya menggunakan pendekatan ushul fikih yang mana dasar-dasarnya menggunakan al-Quran dan Hadis. Untuk menyelesaikan pada penelitian ini digunakan teori Al-Ikhtilafu Fi Fahmi an-Nas wa Tafsirihi. iii Pengertian dari teori ini adalah perbedaan dalam memahami dan menafsirkan sebuah teks dari satu dalil yang sama.
Kesimpulan penelitian ini bahwa hukum kunut nazilah menurut Muhammadiyah di tengah pandemi Covid-19 menghasilkan dua putusan. Pertama, Kunut Nazilah tidak lagi boleh diamalkan. Kedua, boleh diamalkan atau dikerjakan dengan tidak menggunakan kata kutukan dan permohonan terhadap perorangan. Keputusan ini didasarkan atas hadis Rasulullah Saw yang pernah melakukan kunut nazilah saat terjadi penganiayaan oleh orang kafir terhadap kelompok Islam sampai dengan turunnya surah ‘Ali Imron (3) ayat 128. Sedangkan menurut Nahdlatul Ulama (NU) hukum kunut nazilah saat pandemi Covid-19 sebagai bentuk ikhtiyar batiniyah adalah sunah. Karena mengikuti pendapat ulama dari kalangan Syafi’iyyah yang mana mensunahkan pelaksanaan kunut nazilah.NIM.: 16360006 Radika Fawwazulhaq Al-Mahbubi2021-06-04T06:52:35Z2021-06-04T06:52:35Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42226This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/422262021-06-04T06:52:35ZPERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP PERBANKAN SYARIAH (STUDI PADA PENGURUS DAN ANGGOTA NU RANTING MANDISARI)Sharia Bank is a financial institution that is tasked with raising funds and channeling funds and providing other services based on the principles of partnership, fairness, transparency and universalism as well as conducting banking business activities based on sharia principles. The development of Islamic banking is currently quite rapid, but not all people can understand and understand the procedures and transactions in Islamic banks. As well as having difficult responses to formulate perceptions and less knowledge about Islamic banks.
This research is an empirical study to determine the effect of knowledge, profession, and profit sharing from public perceptions the Muslim cummmunity on Islamic banking. The research object used was the management and members of the NU branch of Mandisari with a sample size of 100 respondents.
This research uses quantitative methods with descriptive statistical tests, classical assumption tests, linear regression tests, and hypothesis testing with the help of SPSS 23. The results of the partial test analysis (t) indicate that the knowledge variable has a positive and significant effect on Islamic banking with tcount > ttable (2.053> 1.661). Meanwhile, the profession variable has no influence on Islamic banking with tcount <ttable (1.012 <1.661). The profitsharing variable has no effect on Islamic banking with tcount <ttable (0.219 <1.661).NIM.: 13820110 Aufar Arsad2021-01-27T14:18:37Z2021-06-04T02:45:44Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41910This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/419102021-01-27T14:18:37ZCOMPARING MEDIA CONSUMPTION: EVERYDAY
LIFE IN INFORMATION SEEKING SYSTEM (ELISS)
ON NAHDLATUL ULAMA AND MUHAMMADIYAH
ULAMA BEHAVIORBanyak hal menarik yang bisa kita teliti tentang organisasi besar di Indonesia. Studi pada perilaku informasi dari ulama di Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sebagai CBO mayoritas di
Indonesia dapat dilihat dari sosial dan budaya modal, nilai-nilai, komunikasi dan perilaku. Peneli�tian ini bertujuan untuk melihat pemenuhan kebutuhan agama dalam mencari informasi di media
antara Ulama Muhammadiyah dan NU. Penelitian ini juga melihat proses aspek motivasi internal dipengaruhi pemikiran individu dan tindakan dalam pemenuhan kebutuhan religius pada kondisi
bagaimana internal yang dapat dilihat dalam ekspresi yang terlihat dalam pemenuhan kebutuhan agama. Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dengan lapangan (karya lapangan/penelitian) dengan pendekatan spring ethnografi. Penelitian ini mengambil karakter ula�ma Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di wilayah Yogyakarta. Ulama Muhammadiyah dan NU bersemangat akan mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan agamanya melalui media. Setiap individu menyadari ada persyaratan yang dipuaskan dan secara aktif mencari hal-hal yang dapat memenuhi mereka. Ulama dan Muhammadiyah NU angka penuh semangat akan mencari informasi untuk me�menuhi kebutuhan agamanya melalui media. Persyaratan adalah bahwa individu menyadari tujuan yang harus dicapai. Dalam hal ini, individu secara aktif akan mencari berbagai hal di media untuk
memenuhi kebutuhan religius.- Rama Kertamukti- Diah Ajeng P- Siantari Rihartono2020-11-01T15:54:26Z2020-11-01T15:54:26Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41260This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/412602020-11-01T15:54:26ZTHE ROLE OF NAHDHATUL ULAMA-BASED UNIVERSITIES IN MAINSTREAMING MODERETE ISLAM: CASE STUDIES FROM MALANG EAST JAVAThe Paper discusses the programs and activities of universities that are closely related to Nahdhatul Ulama in mainstreaming moderete Islam. Universitas Islam Malang (Unisma) and Universotas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki), both are located at an important site of the radical movement in East Java, will be two cases the paper will analyse. It focuses on best practices that demonstrate how two universities develop their moderate Islam policies and strategies in light of development os Islamism in Malang in general, and at Islamic universities in particular.- Fatimah Husain2020-10-02T02:00:21Z2020-10-02T02:00:21Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41142This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/411422020-10-02T02:00:21ZKONSTRUKSI NILAI PEACE BUILDING DALAM
HUMOR AKUN TWITTER NU GARIS LUCUKebebasan informasi dan informasi di era sekarang diikuti dengan dampak negatif dalam kehidupan masyarakat yang diakibatkan sosial media seperti hoaks dan ujaran kebencian. Hoaks bermuatan politik dan SARA menempati posisi tertinggi. Di samping itu, ada kecenderungan dakwah yang awalnya mengajak menjadi counter wacana keagamaan. Salah satunya adalah akun NU Garis Lurus yang kerap bertindak provokatif dengan mencaci kelompok NU lain yang tidak sependapat dengan garis mereka. Di tengah dakwah provokatif dan caci maki, muncul akun yang menghadirkan suasana adem yakni akun twitter NU Garis Lucu, yang menghadirkan dakwah dengan humor di twitter. Lalu, bagaimana konstruksi peace building yang dibangun akun twitter NU Garis Lucu?
Jenis penelitian ini adalah library research dengan sumber data utama berupa cuitan akun twitter NU Garis Lucu. Sumber data sekundernya antara lain berupa buku, jurnal dan sebagainya terkait dengan akun twitter NU Garis Lucu dan konsep peace building-nya. Teori peace building johan Galtung dan analisis wacana kritis Norman Fairclough digunakan sebagai pisau analisis untuk membedah konstruksi nilai peace building dalam humor akun twitter NU Garis Lucu.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diperoleh kesimpulan: Pertama, Akun twitter NU Garis Lucu menggunakan kata NU yang merujuk pada Nahdatul Ulama (NU). Akun twitter NU Garis Lucu menggunakan icon Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan kiai-kiai NU lainnya pada background belakang seperti Maimoen Zubair, dan A. Mustofa Bisri (Gus Mus). Akun twitter NU Garis Lucu ber-tagline “Sampaikan Kebenaran Walaupun itu Lucu”. Akun twitter NU Garis Lucu bergabung pada Maret 2015. Ada dua faktor yang memengaruhi lahirnya akun twitter NU Garis Lucu, yakni faktor internal sebagai counter atas NU Garis Lurus dan Faktor eksternal, memberikan alternatif dakwah dengan humor di tengah ketegangan bermedia sosial. Kedua, dalam melakukan peace building, akun twitter NU Garis Lucu menawakan nilai damai sebagai berikut, yaitu bersikap tawassuth (mencari jalan tengah), bersikap tawazun (bersikap seimbang atau adil) dan bersikap tasamuh (toleran). Ketiga, konstruksi nilai peace building aku twitter NU Garis Lucu sebagai berikut: pertama, dalam konstruksi wacana nilai peace building, akun twitter NU Garis Lucu mengubah asumsi-asumsi kontradiktif dengan menawarkan nilai positif menuju perdamaian positif. Kedua, dalam konstruksi wacana nilai peace building akun twitter NU Garis Lucu, tidak secara khusus menyebutkan pihak yang dianggapnya sebagai bermasalah. Akun twitter NU Garis Lucu juga menghindari menggunakan paradigma konflik seperti saya versus kamu, kita versus mereka, kami versus kalian, tetapi menggunakan kalimat pasif. Sehingga tidak terjebak dalam pola oposisi biner, jika saya salah kamu benar dan jika kamu benar saya salah. Ketiga, akun twitter NU Garis Lucu lebih mengedepankan sindiran-sindiran satire atas pihak yang ditujunya, sehingga sering kali meskipun sindiran ditujukan pada perorangan, justru mengenai pihak lain juga sehingga menghasilkan masalah baru.NIM: 1520510044 Azis Pajri Syarifudin2020-02-05T07:17:12Z2020-02-05T07:17:12Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38016This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/380162020-02-05T07:17:12ZPERAN PENGURUS WILAYAH FATAYAT NU DIY DALAM MENCEGAH INTOLERANSI BERAGAMA DI YOGYAKARTAFatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu organisasi perempuan yang ada di Indonesia yang berada di bawah lembaga otonom Nahdlatul Ulama atau disingkat menjadi (NU). Meskipun demikian Fatayat tidak hanya memiliki konsen terhadap personal internal yang berkaitan dengan program pemberdayaan perempuan. Fatayat juga memiliki program di luar Fatayat seperti program pencegahan terhadap intoleransi beragama di Jogja. Fokus kajian ini mengaalisis adaptasi yang dilakukan Fatayat di mayarakat Jogja dalam rangka pencegahan intoleransi, faktor-faktor apa yang menjadi kendala dan pendukung dalam melakukan pencegahan intoleransi beragama di Jogja.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Adapun metode pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui observasi dan wawancara. Sumber data primernya adalah Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mencegah intoleransi beragama di Jogja. Sumber data sekundernya antara lain buku, skripsi, jurnal dan sebagainya yang berkaitan dengan Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mencegah intoleransi beragama di Jogja yang dikaji lebih dalam menggunakan teori AGIL Talcott Parsons.
Hasil penelitian ini meunjukkan bahwa Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan adaptasi dalam beberapa kegiatan sosial masyarakat dan keagamaan yaitu dengan sering mengadakan kegiatan atau mendapat undangan untuk berbagi ilmu, yaitu dengan mengadakan worksop dengan tema strategi dakwah anti radikalisme. Pencapaian tujuan dalam mencegah intoleransi beragama salah satunya dengan memberikan edukasi memalui salah satu cara yaitu workshop agar menambah pengetahuan kepada masyarakat bahwa kekerasan bisa juga berbasis gender. Proses integrasinya yaitu dengan melakukan kerjasama antara satu organisasi dengan organisasi yang lain tetapi dengan memiliki tema yang sama agar lebih banyak jejaring juga dan salah satunya juga meringankan dana. Pemeliharaan pola yang dilakukan yaitu dengan cara menjaga kerukunan antar umat beragama karena itu Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta membuat pelatihan kader, workshop, pengajian dan dakwah di media sosial. Karena itu banyak faktor pendukung dan penghambat Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melakukan suatu kegiatan seperti faktor penghambatnya dari sumber pendanaan, keterbatasan waktu, dan media sosial. Dan faktor pendukung antara lain leadership, kepengurusan, dan media sosial. Dari banyak faktor pendukung dan penghambat itu bukan faktor untuk pengurus Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta untuk berhenti melakukan sebuah tugasnya.NIM. 15540050 Luluk Atul Mubriqoh2020-02-03T02:14:33Z2020-02-03T02:17:00Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37825This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/378252020-02-03T02:14:33ZHUKUM MENGAZANI JENAZAH
DI LIANG LAHAD MENURUT ULAMA MUHAMMADIYAH
DAN NAHDLATUL ULAMAPara ulama sepakat bahwa azan merupakan syari’at Islam.
Azan sendiri menjadi syariat dengan tiga sumber atau dasar yakni alQur’an, al-Hadis dan ijmak sahabat nabi. Pada dasarnya ia digunakan
untuk memberitahukan masuknya waktu salat dan inilah ijmak yang
telah disepakati di zaman sahabat, juga para ulama sepakat terkait hal
itu. Perbedaan pandangan dalam masalah azan muncul ketika azan
difungsikan tidak sebagaimana yang telah disebutkan, yakni azan
yang dikumandangkan di liang lahad saat prosesi penguburan mayit
atau jenazah. Sebab inilah azan di liang lahad perlu adanya kepastian
hukum, karena baik Nabi atau sahabatnya tidak penah mencontohkan
hal yang demikian, sedangkan di kalangan masyarakat muslim
khususnya Indonesia ada yang melakukan dan ada yang tidak
melakukannya. Pembahasan atau kajian penelitian ini dilakukan
terhadap pendapat para ulama dari dua organisasi keagamaan besar
yang ada di Indonesia, yakni ulama yang berasal dari
Muhammadiyah dan ulama yang berasal dari Nashdlatul Ulama.
Pokok yang menjadi kajian yakni meliputi bagaimana pendapat
hukumnya?, apa sisi persamaan dan perbedaannya?.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang mana
data diambil langsung dari informan melalui wawancara dan juga
didukung dengan adanya dokumen-dokumen kepustakaan. Sifat
penelitian ini adalah deskriptif-analisis-komparatif. Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
usul fikih. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode
ijtihad/istinbat yang berkembang dalam tradisi pemikiran masingmasing organisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan, bahwasanya ulama
Muhammadiyah yang menjadi subjek di dalam penelitian ini sepakat
berpandangan bahwa mengazani jenazah di liang lahad tidak ada
nasnya, sehingga tidak mengamalkannya. Sedangkan ulama
Nahdlatul Ulama terbagi menjadi tiga pendapat yakni sunah, mubah
dan bidah. Terkait pendapat dari para ulama dari kedua organisasi
yang menunjukan adanya persamaan adalah mereka sepakat akan
adanya prinsip saling menghargai dalam adanya perbedaan pendapat,
sedangkan perbedaan para ulama dari kedua organissasi tersebut
adalah meliputi status amalan tersebut, metode ijtihad/istinbat, hadisiii
yang menjadi sandaran dilakukannya qiyas dan dasar yang
digunakan dalam pengambilan dan penentuan hukumnya.
Kata Kunci: Mengazani Jenazah, Ulama Muhammadiyah, Ulama
Nahdlatul Ulama, pendapat Hukum.NIM : 15360008 MUHAMAD MALIK2019-05-06T01:17:27Z2019-05-06T01:17:27Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34465This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/344652019-05-06T01:17:27ZGERAKAN POLITIK NU PERIODE KH. SAID AQIL SIRAJ I
(2010–2015)Perjalanan organisasi Nahdlatul Ulama, sejak didirikan pada tahun 1926,
Nahdlatul Ulama menorehkan catatan panjang dalam sejarah berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Pada era kemerdekaan, Nahdlatul Ulama secara aktif
bergerak di semua lini dalam hal mempertahankan kemerdekaan. Hal ini
ditempuh dalam bentuk politik diplomasi melalui pengisian jabatan-jabatan publik
maupun secara militer dengan berbagai laskar bentukan Nahdlatul Ulama. Sejak
muktamar 1984 yang menetapkan NU kembali ke khittah 1926, NU secara
kelembagaan sudah tidak terlibat dalam gerakan politik praksis. Namun demikian,
NU tetap menjalankan agenda politiknya melalui politik kebangsaan yang
menjadi pedoman politik NU sebagai organisasi sosial keagamaan. Pada
muktamar ke-32 di Makassar, terpilihlah KH. Said Aqil Siraj sebagai Ketua
Umum Nahdlatul Ulama periode 2010-2015. Dari pemaparan di atas penulis
berusaha meneliti gerakan politik NU periode kepengurusan 2010 2015. Tema
yang dijangkau oleh penelitian ini adalah gerakan politik NU secara sosial
terhadap momentum politik nasional, isu-isu sosial kemasyarakatan, kebijakan
pemerintah, dan juga perkembangan global.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
politik. Dalam penelitian ini penulis berbijak dengan kerangka teori gerakan sosial
yang dipopulerkan oleh Anthony Giddens. Teori gerakan ssosial digunakan untuk
melihat sejauh mana gerakan politik NU selama periode KH. Said Aqil Siraj I
(2010 2015).
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah atau yang
juga sering disebut sebagai metode sejarah. Metode itu sendiri berarti cara, jalan,
atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Tahapan metode sejarah adalah
pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber baik internal maupun eksternal,
interpretasi atau menafsirkan sumber yang sudah didapatkan, kemudian
historiografi, yakni membuat tulisan sejarah.
Hasil dari penelitian ini adalah NU di bawah kepemimpinan KH. Said Aqil
Siraj periode I tetap menjaga politik kebangsaan dan mempertahankan sikap
independennya dalam momentum politik praktis. Cara yang dilakukan NU adalah
dengan istiqomah di jalur organisasi sosial keagamaan dengan sikap kritis
terhadap kebijakan pemerintah dan melakukan pelebaran sayap ke dunia
internasional dengan membentuk PCINU di beberapa negara.
Kata kunci: Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, Politik Kebangsaan, Pemilu 2014,
Kader-kader Muda.NIM: 11120056 Syaifudin2017-06-12T02:45:52Z2017-06-12T02:45:52Zhttp://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25459This item is in the repository with the URL: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/254592017-06-12T02:45:52ZRELIGIOUS ATTITUDES OF THEOLOGICAL TRADISIONALIST IN THE MODERN MUSLIM COMMUNITY
Study on Tahlilan in KotagedeIn modernist Islamic thoughts, anything that comes from tradition, and that does not have any justiable ground in the Islamic law, must be abandoned since it is considered as heresy. However, a totally opposite situation occurs in Kotagede. Tahlilan, one of those forbidden traditions, has been widely practiced by modernist Muslims. This paper attempts to examine the religious behavior of modernist community in Yogyakarta, especially with regard to motives and functions of their participation in tahlilan. Using Emil Durkheim's sociological approaches, namely social solidarity and functionalism, the research result shows that the tradition of tahlilan remains present amongst the modernist Muslim society in Kotagede due to three factors, these are, because of tolerance values and accommodative attitudes that they hold, the cultural aspects passed on from generation to generation, and the social needs. These three aspects can incorporate in each individual, and sometimes are only partially. It depends on the value system adopted by each individual. Furthermore, maintaining social role and status also becomes another factor that the tradition of tahlilan could be kept alive and preserved until now.
Keywords: Tahlilan, Nahdlatul Ulama, Yogyakarta, Bid’ahSangkot Sirait