PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR TAHUN 1859-1862

SUNDARI - NIM. 03121485, (2008) PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR TAHUN 1859-1862. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR TAHUN 1859-1862)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR TAHUN 1859-1862)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (396kB)

Abstract

ABSTRAK Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad 17, hal tersebut dikarenakan daerah ini banyak menghasilkan lada dan batu bara. Sejak itulah terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Belanda memonopoli perdagangan lada, bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan Banjar dengan politik devide et impera. Pada tanggal 14 Februari 1606, kapal dagang VOC Belanda datang di bawah pimpinan Gillis Michieszoon. Setibanya di Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang menyinggung perasaan orang Banjar, dan semua awak kapal yang naik ke darat dibunuh oleh orang Banjar. Setelah kejadian tersebut, Belanda segera mengirimkan armada perang menuju Banjarmasin, mereka membakar kota, kapal-kapal yang berlabuh di bandar, dan keraton Banjar yang tidak jauh dari sungai juga turut menjadi sasaran pembakaran. Setelah peristiwa tersebut, rakyat Banjar menjadi anti terhadap Belanda di tanah Banjar. Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan, ekonomi, dan sosial keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan secara sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang menghendaki Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan Muda Abdurrahman. Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi sultan menimbulkan kekecewaan di kalangan rakyat dan para pembesar Kerajaan yang pada klimaksnya menimbulkan Perang Banjar. Di dalam Perang Banjar terdapat beberapa tokoh Banjar yang menjadi panglima melawan Belanda, salah satunya adalah Demang Lehman yang berasal dari Martapura. Ia merupakan Panakawan dari Pangeran Hidayatullah, oleh karena kesetiaan, kecakapan, dan jasa besarnya maka ia diangkat Pangeran Hidayatullah menjadi Kepala Distrik di Riam Kanan. Pada saat Perang Banjar meletus, Demang Lehman mendapat tugas dari Pangeran Antasari untuk memimpin perlawanan di daerah Martapura dan Tanah Laut bersama Kiai Langkang dan Penghulu Buyasin. Di mata Belanda, Demang Lehman termasuk pejuang Banjar yang sangat ditakuti dan berbahaya dalam menggerakkkan kekuatan rakyat sebagai tangan kanan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah. Pangeran Antasari memberikan tugas kepada Demang Lehman untuk menjadi pemimpin perang di beberapa daerah. Untuk menumpas perlawanan Demang Lehman, Belanda mengirim kapal-kapal perangnya dalam jumlah banyak. Menghadapi pasukan Belanda yang cukup banyak, Demang Lehman dan pasukannya beberapa kali terpukul mundur. Meskipun beberapa kali mengalami kekalahan, ia dan pasukannya tetap tidak pernah takut terhadap Belanda. Demang Lehman menolak berunding dengan Belanda. Damai bagi Demang Lehman berarti harus angkat kaki dari Bumi Banjar. Sikap keras menjadi tekad Demang Lehman untuk mengusir penjajah Belanda, sampai titik darah penghabisan. Pada tanggal 6 Oktober 1861, ia dan pasukannya diminta Belanda datang ke Banjarmasin untuk berunding. Belanda meminta supaya Demang Lehman mau tinggal di Banjarmasin, hal ini dilakukan Belanda untuk membuat Demang Lehman ikut bergabung dengan Belanda. Residen Belanda berusaha memikat Demang Lehman dengan janji memberi biaya tiap bulan kepada Demang Lehman apabila dapat membujuk Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari ke Banjarmasin. Belanda berjanji jikalau Pangeran Hidayatullah kembali ke Banjarmasin akan diberikan jabatan yang tinggi di kerajaan Banjar. Setelah Pangeran Hidayatullah ke Banjarmasin, Belanda mengingkari janji. Pangeran Hidayatullah ternyata diasingkan Belanda ke Jawa, tepatnya di Ciganjur. Demang Lehman merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda, dan berusaha mengatur kekuatan kembali di daerah Pangkal, Batulicin. Akan tetapi, Belanda telah membuat rencana untuk penangkapan terhadapnya. Sehabis shalat subuh, ia ditangkap dan pemerintah Belanda memutuskan hukuman gantung kepada Demang Lehman. Pada tanggal 27 Februari 1862 Demang Lehman dihukum gantung dan kepalanya dipenggal. Kepala Demang Lehman dibawa ke Belanda dan disimpan di Museum Leiden.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Drs. Irfan Firdaus.
Uncontrolled Keywords: Sejarah, Demang Lehman, Perang Banjar.
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 21 May 2012 10:57
Last Modified: 20 Dec 2016 14:07
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1087

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum