PEMIKIRAN HAMKA TENTANG DAKWAH

DRS. H.M. ISKANDAR, 96309 (2001) PEMIKIRAN HAMKA TENTANG DAKWAH. ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (PEMIKIRAN HAMKA TENTANG DAKWAH)
BAB I. V. DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (5MB) | Preview
[img] Text (PEMIKIRAN HAMKA TENTANG DAKWAH)
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (27MB)

Abstract

Disertasi ini membahas konstruksi pemikiran Hamka tentang dakwah. Fokus kajiannya adalah mengenai formulasi reformasi dakwah yang digagas oleh Hamka. Dalam menelaah pemikiran Hamka tersebut, kajian ini memakai metode analisis wacana (discourse analysis), yaitu menelaah secara komperehensif makna yang terkanduung dalam keseluruhan gagasan Hamka. Situasi internal dan eksternal yang mengitari munculnya gagasan-gagasan Hamka tersebut akan dikaji secara seksama, termasuk kondisi politik, sosial budaya dan pemikiran yang berkembang pada masanya. Pendekatan historis dan analisis komparatif juga digunakan sebagai pijakan berpikir dalam menelaaah bangunan pemikiran dakwah Hamka dan membandingkannya dengan sejumlah gagasan dakwah lainnya. Kajian ini adalah penelitian kepustakaan. Data kepustakaan tersebut dibagi atas dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah karya-karya Hamka sendiri, sedangkan data sekunder adalah tulisan-tulisan yang membicarakan ketokohan Hamka serta bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan obyek kajian ini. Penelitian menemukan bahwa, Hamka dalam menggagas pemikiran dakwahnya secara konsisten memakai pendekatan tasawuf modern yaitu tasawuf yang sejalan dengan syari’ah yang berwujud akhlaqul karimah. Hal ini tidak terlepas dari situasi sosial budaya , pemikiran keagaman serta orientasi dakwah yang berkembang pada masanya. Maraknya kehidupan asketisme (sufisme ) dalam bentuk tarekat yang terkadang menyimpang dari ajaran tauhid, dan pada saat yang sama muncul pula kelompok yang kontra tasawuf. Selain tu, bangsan Indonesia juga sedang menghadapi penjajah yang berkait –kelindan yang muculnya arus kirstenisasi. Dari segi politik, relasi negara dan agama masih saja diperdebatkan. Pertententangan antara pemerintah dengan sejumlah cendekiawan muslim juga semakin menguat, sedang Tipologi dakwah yang berkembang kala itu lebih lebih cenderung berorientasi pada kalam atau teologi. fiqh, politik. Tasawuf yang dikemas sesuai dengan sudut pandang golongan, aliran dan mazhab masing-masing, yang kesemuanya membuat umat islam Indoesia hidup dan berpikir parsial dan ekslusif. Bahkan sering terjadi pertentangan, firqah dan permusuhan antar golongan yang merugikan umat islam. Hal ini berlangsung awal abad ke-20 sampai awal 1970. Pada prinsuipnya, hasil yang diinginkan oleh Hamka ialah dakwah yang tetap menerima tasawuf, tetapi harus dibersihkan dari segal tahayul, bid’ah dan khurafat. Teologi yang ia kembangkan ialah teologi liberal , tetapi harus dipadukan dengan Asy’ariyah dan salafiyah. Dalam bidang fiqh . ia lebih mementingkan ijtihad dan tidak menganut salah satu mazhab , tapi sangat akomodatif dan tidak menghendaki pertentangan. Dalam bidang politik ditampilkan pemikiran yang anti kekerasan dan selalu berusaha mencari titik temu, tetapi dalam koridor ajaran slam yang universal. Dengan tipologi pemikiran dakwah yang bercorak fasawuf modern, Hamka melakukan kontekstualisasi pemahaman ayat-ayat al-Qr’an yang terkadang membawa umat islam bersikap fatalis atau sombong dan melampaui batas seperti sabar, tawakkal, takdir, syukur dan ikhtiyar. Dalam upaya mempertahankan tasawuf Hamka merekonstruksinya menjadi tasawuf modern. Tasawuf mesti dikembalikan kepada asalnya, yaitu al-Qur’an dan Sunah, yang harus menyatu dengan ibadah dan tidak bertentangan dengan syari’ah. Tasawuf yang berwujud akhlak, melahirkan kesalehan individu yang kemudian ditransformasikan kepada orang lain melalui dakwah sebagai fard’ayn, sehingga menjadi kesalehan sosial. Tetapi hal ini hanya bisa terwujud apabila dakwah direformasi. Penegrtia dakwah, tidak hanya sekedar tabligh tetapi mencakup dakwah bil lisan al-maqal dan bil lisan al-hal (dakwah verbal dan non verbal). Demikian pula tujuan dakwah yang bermotif kepentingan pribadi, golongan dan mazab tidak sejalan dengan hakekat tujuan dakwah, karenanya harus dihindari. Untuk membentuk proses dakwah, tidak terlepas dari pada unsur-unsur dakwah, Ssubyek, materi (isi pesan), metode, media dan oyek). Gagasan dan orientasi dakwah yag diwujudkan dalam kemasan unsur –unsur dakwajh itu, efekny sesuai formulasi tersebut. Karena itu ,dakwah dapat erorientasi pada alira-aliran kalam, mazahab-mazhab fiqh, aliran-aliran politik, tarekat, yang efeknya sesuai dengan orienatsinya itu. Dengan demikian, formulasi dakwah yang ditawarkan Hamka, yaitu tasawuf modern modern, selalu sejuk, kooperatif, toleran dan rasional serta selalu menghidari pertentangan, kekerasan dan sikap emosional. Dakwah seperti itu akan sukses, apabila dikelola dengan baik. Berdasarkan pemikiran Hamka tentang dakwah tersebut, dapat disimpulkan bahwa ia adalah sebagai pemikir dakwah modern. Oleh karena itu gagasan dakwah seperti ini sangat relevan dikembangkan dengan berbagai upaya penyempurnaan sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Additional Information: Prof.Dr.H.Burhanuddin Daja
Uncontrolled Keywords: Hamka, Dakwah
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Khairunisa Etikasari, SIP, MIP Pegawai
Date Deposited: 29 Oct 2014 11:54
Last Modified: 07 Apr 2015 14:17
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14322

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum