KEWARISAN KHUNṠĀ MUSYKIL (PERSPEKTF MAZHAB HANAFῙ DAN MAZHAB SYĀFI’Ῑ)

RIF’ATUL MUNAWWARAH, NIM. 11360066 (2016) KEWARISAN KHUNṠĀ MUSYKIL (PERSPEKTF MAZHAB HANAFῙ DAN MAZHAB SYĀFI’Ῑ). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KEWARISAN KHUNṠĀ MUSYKIL (PERSPEKTF MAZHAB HANAFῙ DAN MAZHAB SYĀFI’Ῑ))
11360066_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (6MB) | Preview
[img] Text (KEWARISAN KHUNṠĀ MUSYKIL (PERSPEKTF MAZHAB HANAFῙ DAN MAZHAB SYĀFI’Ῑ))
11360066_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Pada dasarnya Allah SWT menciptakan makhluk berpasang-pasangan; siang-malam, jantan-betina, panas-dingin, besar-kecil, dan sebagainya, termasuk laki-laki dan perempuan. Selain itu Allah SWT juga menciptakan manusia dengan ketidakjelasan status kelaminnya, yakni bukan laki-laki dan bukan perempuan. Orang dengan ketidakjelasan status kelaminnya ini disebut khunṡā. Khunṡā adalah orang yang mempunyai alat kelamin ganda (kelamin laki-laki dan kelamin perempuan) atau orang yang tidak mempunyai alat kelamin sama sekali. Dalam al-Qur‟an jelas di kemukakan secara detail mengenai hukum kewarisan, yang jelas pembagiannya masing-masing antara laki-laki dan perempuan. Namun, belum ditemukan dalam al-Qur‟an mengenai hukum waris bagi khunṡā. Maka dalam skripsi ini akan dijelaskan pendapat mazhab Hanafī dan mazhab Syāfî’ī dalam menetapkan kewarisan khunṡā musykil. Jenis penelitian ini adalah Library Research, yaitu jenis penelitian yang dilakukan dan difokuskan pada penelaahan, pengkajian, dan pembahasan literaturliteratur baik klasik maupun modern. Adapun pendekatan yang digunakan penyusun dalam penulisan skripsi ini yaitu menggunakan pendekatan uṡūl al-fiqh untuk menjelaskan dan menganalisis aspek metodologi kedua mazhab (Syafî’iyah dan Hanâfiyah) dalam menetapkan hukum waris bagi khunṡā musykil, baik berkaitan dengan dalil yang digunakan mau pun berkaitan dengan pemahaman dalil, dan aspek pembagian warisan bagi khunṡā musykil. Hasil dari penelitian ini adalah, madzhab Hanafī dan mazhab Syāfî’ī samasama berpendapat bahwa cara dalam menentukan status khunṡā dapat dilihat darimana ia mengeluarkan air kencing dan dilihat tanda-tanda kedewasaannya. Apabila khunṡā telah jelas status hukumnya apakah ia laki-laki atau perempuan, maka kemudian berlaku pulalah hukum laki-laki dan perempuan padanya dalam segala hal, seperti pernikahannya, ibadahnya, dan kewarisannya. Madzhab Hanafī dan mazhab Syāfî’ī juga berpendapat sama tentang bagian yang diperoleh khunṡā musykil yaitu, memberikan bagian yang terkecil diantara dua bagian laki-laki dan bagian perempuan. Namun, yang berbeda dari kedua pendapat mazhab tersebut adalah bahwa mazhab Syāfî’ī membagikan bagian terkecil kepada khunṡā musykil dan ahli waris lainnya, kemudian menangguhkan dahulu sisa dari pembagiannya, sedangkan menurut mazhab Hanafī memberikan bagian yang terkecil kepada khunṡā musykil saja, sedangkan ahli waris yang lainnya tidak mendapat bagian yang terkecil. Dalam artian, menurut mazhab Hanafī tidak ada penangguhan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. ALI SODIQIN, M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Khunṡā Musykil, Khunṡā Ghairu Musykil, Waria, Transeksual, Mazhab Hanafî, Mazhab Syafî’î. Hermaprodit.
Subjects: Perbandingan Madzhab
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 05 Apr 2017 08:29
Last Modified: 05 Apr 2017 08:29
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24944

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum