CINTA NABI MERUPAKAN UNSUR PENYEMPURNAAN IMAN (KAJIAN MA ’ANI AL-HADIS)

JAJAT HIDAYATUL FIRDAUS, NIM. 00530320 (2005) CINTA NABI MERUPAKAN UNSUR PENYEMPURNAAN IMAN (KAJIAN MA ’ANI AL-HADIS). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (CINTA NABI MERUPAKAN UNSUR PENYEMPURNAAN IMAN (KAJIAN MA ’ANI AL-HADIS))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text (CINTA NABI MERUPAKAN UNSUR PENYEMPURNAAN IMAN (KAJIAN MA ’ANI AL-HADIS))
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (8MB)

Abstract

Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian dan yang jauh menjadi dekat. Itulah gambaran kekuatan cinta. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi cinta. Bahkan keimanan seorang hamba sangat ditentukan sekali dengan rasa cinta. Yaitu rasa cintanya kepada Allah swt. dan Rasul-Nya. Ketika ada sebuah hadis yang mengatakan bahwa seorang belum memiliki keimanan yang sempuma sebelum ia melimpahkan kecintaannya kepada Nabi Muhammad saw. di atas segalanya. Maka timbullah pertanyaan; apakah mungkin kita mencintai manusia biasa yang telah lama meninggalkan kita. Kalau memang bisa bagaimanakah caranya kita untuk mengungkapkan kecintaan tersebut. Dalam redaksi yang telah disebutkan di atas, cinta kepada Rasulallah merupakan cinta yang wajib didapatkan bagi setiap orang yang mengaku dirinya beriman. Karena memang cinta yang dimaksud di sini bukanlah cinta yang bersifat insting, melainkan cinta yang bersifat i’tikad atau termanifestasikan dalam perilaku. Banyak kisah yang menceritakan kecintaan para sahabat kepada Nabi Muhammad saw. semasa hidupnya. Misalnya mengorbankan nyawanya demi keselamatan Nabi, sebagaimana yang dilakukan oleh Ali menjelang keberangkatan Hijrah ke Madinah. Al-Ghifari merelakan dirinya kehausan di tengah padang pasir yang terpanggang panasnya matahari, padahal dia sudah mendapatkan segenggam air yang menggenang di atas batu, tetapi dia tidak berani meminum karena mengingat Rasulallah juga kehausan. Ini juga merupakan bentuk kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad saw. Kalau memang al-Qur’an dan hadis merupakan pegangan hidup sepanjang zaman, bagaimana dengan kehidupan kita yang sudah terpisah secara waktu dan alam dengan baginda Rasulallah. Apakah masih ada kesempatan untuk membuktikan kecintaan kita sebagai umatnya. Dengan mertode takhrij dan pemaknaan hadis, penulis menemukan banyak sekali kesempatan bagi kita untuk membuktikan kecintaan kita kepadanya. Misalnya ketika penulis melakukan pemaknaan dengan menggunakan konfirmasi dari al-Qur’an dan hadis lain yang setema, temyata di sana sudah sangat jelas disebutkan bagaimana kita mencintai Nabi Muhammad saw. Misalnya, dalam al-Qur’an dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat. Juga dikatakan bahwa mencintainya adalah dengan mengikuti apa yang diperintahkannya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. Indal Abror, M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Ma ’ani al-Hadis
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 04 Jul 2017 14:58
Last Modified: 04 Jul 2017 14:59
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25787

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum