DIKOTOMI MUTAWATIR-AHAD ( STUDI ATAS PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH )

KHOIRIL ANWAR, NIM. 97532427 (2004) DIKOTOMI MUTAWATIR-AHAD ( STUDI ATAS PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH ). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (DIKOTOMI MUTAWATIR-AHAD ( STUDI ATAS PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH ))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text (DIKOTOMI MUTAWATIR-AHAD ( STUDI ATAS PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH ))
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Ada kecenderungan sebagian ularna terutama dari kalangan mutakallimin untuk menghindari hadis ahad, terutama masalah akidah Kondisi ini semakin diperparah seiring perkembangan zaman dengan statement sebagian ahli kalam dan ra’yu yang menyatakan bahwa dikotomi mutawatir-ahad "menyesatkan". Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan pandangan para ulama tentang kehujahan hadis mutawatir-ahad. Dalam kehujahannya, hadis mutawatir dapat dijadikan landasan sumber bukurn Islam karena memberikan faedah qat'i al-wurud, sedangkan hadis ahad hanya dapat berfaedah zanni. Hal inilah yang menjadi titik tolak permasalahan, yang mengakibatkan perselisihan pendapat di kalangan ulama. Adapun persoalan yang diperselisihkan tentang kehujahan hadis ahad ialah: Pertama, faedah hadis ahad serta pengamalannya. Kedua, batas-batas pemakaian hadis. Ketiga, kriteria atau syarat kesahihan hadis ahad untuk dapat diamalkan. Hadirnya Ibnu Taimiyah dalam kancah perdebatan tersebut memberi angin segar bagi kaum muslimin dalam memberikan penjelasan yang lugas tentang hadis mutawatir-ahad. Tulisan ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptit-analitis dari bekerja alas dasar sumber primer dan sekunder. Sumber pertama berasal dari tulisan ibnu Taimiyah, yaitu Majmu' al-Fatawa, 'Urn al-Hadis serta Muqaddimah fi Usui at-Tafsir. Dalam ketiga kitab tersebut akan dikaji sejauh mana Ibnu Taimiyah tetap konsisten dengan konsepnya yang telah ia paparkan, Sedangkan sumber kedua diambil dari tulisan-tulisan yang setema dan yang menyangkut pemikiran Ibnu Taimiyah, sebagai pembanding untuk melengkapi sumber pertama. Ketika mendellnisikan hadis mutawatir Ibnu Taimiyah menggunakan istilah yang berbeda dengan mayorilas ulama. la memaknai hadis mutawatir tidak hanya dibatasi jumlah periwayat saja. la mendasarkan kebenaran berita yang diperoleh berdasarkan empat premis. Pertama, kepastian kebenaran. Kedua, tidak ada indikasi kebohongan atau pemalsuan. Ketiga, telah diamalkan oleh para imam. Keempat, berfaedah ilmu. Sedangkan hadis ahad menurutnya ialah hadis yang tidak mencapai batasan mutawatir, meskipun diriwayatkan oleh lima atau enam orang misalnya. Denga'kata lain hadis yang tidak mencapai empat premis tersebut. Ibnu Taimiyah memposisikan hadis mutawatir dan ahad sama-sama dapat dijadikan hujah atau landasan sumber hukum Islam, la memberikan perincian bahwa ada tiga kriteria hadis yang dapat dijadikan sebagai hujah dalam ajaran Islam, yaitu: Pertama, hadis mutawatir yang tidak menyalahi makna zahir al-Qur’an, bahkan sebagai penafsir al-Qur’an. Kedua, hadis mutawatir yang tidak menafsirkan al-Qur’an dan tidak menyalahi makna zahir al-Qufan, akan tetapi mendatangkan hukum baru yang tidak ada rcavnya. Ketiga, hadis ahad yang sanadnya melalui riwayat yang siqah.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. Suryadi, M.Ag.
Uncontrolled Keywords: MUTAWATIR-AHAD
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 04 Jul 2017 15:08
Last Modified: 04 Jul 2017 15:08
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25792

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum