Rekonstruksi Studi Islam Berbasis Kemasyarakatan

Zuhri, . (2012) Rekonstruksi Studi Islam Berbasis Kemasyarakatan. In: Islam, Tadisi dan Peradaban. Bina Mulia Press, Yogyakarta, p. 3. ISBN 978-979-8547-59-1

[img]
Preview
Image
halaman judul - rekonstruksi studi islam berbasis kemasyarakatan.jpg - Cover Image

Download (323kB) | Preview
[img]
Preview
Text (Rekonstruksi Studi Islam Berbasis Kemasyarakatan)
zuhri - rekonstruksi studi islam berbasis kemasyarakatan.pdf - Published Version

Download (12MB) | Preview

Abstract

Perkembangan studi lslam1, baik dari segi objek studi maupun dari segi partisipasi masyarakat, menurut penulis, tidak serta merta berjalan seiring dan atau disertai dengan peningkatan pemahaman terhadap ajaran dan aspek keislaman di tengah masyarakat. Bahkan tidak sedikit bukti yang menunjukkan bahwa meningkatnya wacana studi Islam justru melahirkan anggapan-anggapan negatif di kalangan sebagian masyarakat. Fenomena yang penuh dengan ironi di atas salah satunya, menurut hemat penulis, disebabkan oleh pem.ah;rm.an dikotomis antara subjek pengkaji dan masyarakat yang dijadikan objek pemikiran. Padahal, pemikiran dikotomis yang demikian itu akan selalu menghadirkan fenomena keberjarakan antara dinamika pewacanaan studi Islam di satu sisi dan dinamika fenomena keislaman masyarakat di sisi lain. Fakta-fakta di atas, yang menjadi kegelisahan akademis, menjadi latar pemikiran yang diharapkan melahirkan uraian-uraian argumentatif yang mendasar bagi tulisan ini. Berpijak dari problem teoritik dan praksis di atas, tulisan ini berusaha membaca kecenderungan fenomena dikotomis dan keberjarakan studi Islam. Hal demikian beralasan karena munculnya asumsi-asumsi dikotomis dan keberjarakan di atas lebih disebabkan oleh kesalahmengertian intelektual dan kesalahpemahaman tentang esensi studi Islam dan eksistensi masyarakat.2 Untuk itu, tulisan ini berupaya merumuskan pemahaman kesatuan subjek-objek yang menempatkan wacana studi Islam sebagai fenomena wacana masyarakat (Islam). Dengan demikian, tulisan ini memosisikan diri sebagai langkah awal upaya perumusan wacana studi Islam dalam kerangka satu kesatuan fenomena dalam masyarakat. Signifikansinya, pertama-tama, adanya landasan pemik:iran bahwa suatu gagasan tidak bisa lepas dari ranah sosialnyadan,bahkan,gagasantidaksekadardimuri.culkandalamsuatu ruang kecil yang bernama biografi. Artinya, selama ini korelasi antara pemik:iran dan ranah sosial hanya dimaknai sebatas latar belakang kehidupan sosial sang pemik:ir. Padahal, jika mengikuti kaidah-kaidah yang dikembangkan dalam sosiologi, makna latar belakang pemikiran tentu tidak sebatas itu. Kedua, sumbangan pemik:iran keislaman tidak sekadar persoalan apa yang telah diberikan kepada masyarakat. Hal lain yang lebih penting justru terletak pada apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakatatau sekurang-kurangnya, bagaimanakemudian dipahami bahwa masyarakat memang membutuhkan hasil-hasil pemik:iran dari studi Islam tersebut. Persoalan yang demikian itu hanya bisa diawali dengan menelaah secara mendalam bagaimana gagasan-gagasan dan studi-studi keislaman itu lahir dalam proses dialektikanya dengan masyarakat. Terkait dengan itu, kepentingan untuk mepalar ulang persoalan-persoalan teoritik-metodologis yang berasal dari teks maupun masyarakat amatlah perlu untuk dilakukan.3 Untuk itu, dari tulisan ini diharapkan bisa menghadirkan suatu rumusan penalaran yang dapat menjadi landasan pijak bagi suatu dalil tentang makna bahwa sebuah gagasan selalu dirumuskan dalam konteks dan kepentingan sosialnya. Oleh karena luasnya perspektif sosiologis, pembacaan atas pola dialektik di atas bisa dengan menggunakan perspektif sosiologi pengetahuan seperti digagas oleh Peter L Berger. Secara sederhana, gagasan teoretik Berger dilatarbelakangi oleh pemik:iran bahwa sosiologi pengetahuan harus didefinisi ulang dalam level empiris, yaitu sebagai teori yang digolongkan sebagai disiplin empiris sosiologi-4 Menurut Berger, penegasan ini penting, karena selama ini sosiologi pengetahuan lebih peduli terhadap kaitan sosial dengan pengetahuan dari pada d.imensi-dimensi yang terkait dengan persoalan lebih abstrak dari dinamika sosial manusia. Padahal, d.imensi sosiologis dari perkembangan tersebut sama pentingnya. Untuk itu, ia menekankan bahwa sosiologi pengetahuan akan selalu berkait tidak hanya dengan berbagai varian empiris "pengetahuan" di masyarakat, tetapi juga dengan proses di mana seluruh unsur "pengetahuan" berada dalam ranah yang mapan secara sosial sebagai suatu realitas.5 Baginya, sosiologi pengetahuan harus konsen dengan pandangan apa pun tentang "pengetahuan" yang ada di masyarakat tanpa memperhatikan validitas atau invaliditas, dengan kriteria apa pun. Sejauh pengetahuan manusia dibangun, ditransmisikan, dan dikelola dalam situasi sosial, sosiologi pengetahuan harus berusaha untuk memahami proses tersebut. Dengan kata lain, menurut Berger, sosiologi pengetahuan berkonsentrasi secara penuh terhadap analisis kontruksi sosial atas realitas.6 Dalam tulisannya yang lain, ia menjelaskan bahwa tugas sosiologi pengetahuan adalah menganalisis bentuk sosial pengetahuan, tentang proses di mana individu-individu mendapatkan pengetahuan ini dan tentang organisasi institusional dan distribusi sosial pengetahuan.7 Masih menurut Berger, rumusan konseptual tentang d.imensi sosial sebuah pengetahuan yang dikembangkan atau berkembang di masyarakat berawal dari proses eksternalisasi (externalization) kemudian beranjak ke dalam proses objektivasi (objectification) dan terakhirmenuju prosesintemalisasi (internalization). Bergermenjelaskan sebagai berikut:8 Proses dialektik fundamental dari masyarakat terdiri dari tiga momentum, atau langkah, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan intemalisasi. Ekstemalisasi adalah suatu pencurahan kedirian manusia secara terus-menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisis maupun mentalnya. Objektivasi adalah disandangnya produkproduk aktivitas itu baik fi.sik maupun mental, suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya semula, dalam bentuk suatu kefaktaan (faksitas) yang eksternal terhadap, dan lain dari, produser itu sendiri. Internalisasi adalah peresapan kembali realitas tersebut oleh manusia, dan mentransformasikannya sekali lagi dari strukturstruktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif. Melalui eksternalisasi, masyarakat merupakan produk manusia. Melalui objektivasi, masyarakat menjadi suatu realitas sui generis, unik. Melalui internalisasi, manusia merupakan produk masyarakat. Proses pemahaman atas studi-studi keislaman dengan kerangka sosiologi pengetahuan adalah dengan menempatkan studi Islam pada wilayah realitas sosialataufenomena kemasyarakatan dengan berbagai varian, pola, dan tingkat apresiasi yang berbeda. Oleh karena dimensi sosiologis atas studi Islam merupakan penelaahan dan pemahaman atas realitas sosial studi Islam, penelusuran atas konsep dan a1asan di balik pentingnya pengamatan dimensi sosiologis studi Islam sebagai pengetahuan perlu dikesplorasi lebih lanjut. Dimensi sosiologis studi ini terletak pada posisi dan peran masyarakat, khususnya masyarakat intelektual, dalam memahami, mengembangkan, dan mengKritisi studi Islam. Studi Islam diletakkan pada posisi dan peran masyarakat dalam memahami studi Islam. Oleh karena itu, sebagaimana ditulis oleh Waardenburg: 9 Kebenaran adalah tentang network tanda dan telah membentuk Islam yang dapat dibaca, ditafsirkan, dan dipraktikkan dalam berbagai cara yang berbeda dalam masayarakat muslim, tidak hanya tergantung pada institusi penafsir yang berbeda tapi juga ketergantungan "infrasutruktur'' dan faktor-faktor politik yang berlaku di masyarakat. Selama ini, pewacanaan studi Islam lebih difokuskan pada tema atau substansi kajian daripada eksistensi kajiannya. Masyarakat intelektual lebih menekankan upaya pemahaman aspek-aspek keislaman sebagai objek dan subjek daripada pemahaman yang sesungguhnya ada dan mengada di masyarakat. Untuk itu, makna telaah sosial atas studi Islam tidak sekadar untuk membuktikan bahwa studi Islam dibangun tanpa meninggalkan dimensi sosial penggagas dan pembacanya. Telaah sosial atas studi Islam juga harus diorientasikan untuk melakukan kritik atas akar-akar asumsi dan pemahaman sosialitas studi Islam masa lampau.

Item Type: Book Section
Uncontrolled Keywords: Rekontruksi Studi Islam, Kemasyarakatan
Subjects: Studi Islam
Divisions: Buku
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 09 Feb 2018 09:31
Last Modified: 09 Feb 2018 09:31
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29295

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum