MAKNA MOTIF BATIK JLAMPRANG DAN BATIK NITIK DALAM PERSPEKTIF SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE

MOCHCHOERUL AMIN, NIM. 12510025 (2018) MAKNA MOTIF BATIK JLAMPRANG DAN BATIK NITIK DALAM PERSPEKTIF SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (MAKNA MOTIF BATIK JLAMPRANG DAN BATIK NITIK DALAM PERSPEKTIF SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE)
12510025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (MAKNA MOTIF BATIK JLAMPRANG DAN BATIK NITIK DALAM PERSPEKTIF SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE)
12510025_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (929kB)

Abstract

Seni budaya batik adalah warisan agung para leluhur yang mengandung makna sebagai bagian dari pedoman hidup bagi manusia. Batik melalui corak motif dan ragam hiasnya kaya akan falsafah hidup, untuk dibaca dan dipahami demi menjaga dan melestarikan kebudayaan yang adiluhur ini. Batik Jlamprang dan batik Nitik adalah dua diantara ribuan jenis batik warisan leluhur yang sampai saat ini masih ada. Ditinjau dari pola dan motifnya, keduanya adalah dua jenis batik yang sama namun berkembang dalam dua kebudayaan yang berbeda. Batik Jlamprang berkembang di pesisir Jawa, kota Pekalongan, sedangkan batik Nitik berkembang di lingkungan keraton Mataram, Ngayogyakarta – Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis terhadap tanda “sign” yang terdapat pada motif batik Jlamprang dan batik Nitik. Penelitian ini secara khusus mengkaji makna tanda “sign” yang terdapat pada kedua motif batik tersebut. Dalam penelitian ini rumusan masalah yang menjadi fokus utama adalah, apa makna motif batik Jlamprang dan batik Nitik dalam perspektif semiotika De Saussure dan apa persamaan serta perbedaan tanda dan makna pada batik Jlamprang dan batik Nitik. Dengan menggunakan pendekatan teori semiotika menurut Ferdinand De Saussure, maka analisis tanda pada motif batik Jlamprang dan batik Nitik bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung didalam kedua batik yang berpola sama namun berkembang dalam kebudayaan yang berbeda. Teori Semiotika De Saussure menggunakan metode diadik yang mempertemukan antara penanda (signified) dan petanda (signifier). Menurut Ferdinand De Saussure Ciri dasar tanda dan bahasa adalah arbitraritas (kesemenaan) absolut. Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah : warna yang dominan pada batik Jlamprang terdiri dari 5 macam, yaitu merah, hijau, coklat, kuning dan biru. Warna-warna tersebut menunjukkan perpaduan yang merupakan ciri masyakarat pesisir yang heterogen. Merah mewaikili kelompok China, hijau – Arab (Islam), coklat – Jawa, kuning – India (Hindu), dan biru – Belanda (Katholik). Warna yang saling mengisi melambangkan harmonisasi hubungan sosial diantara masyarakat dagang di pesisir kota Pekalongan. Sedangkan batik Nitik, memiliki satu warna dominan, yaitu coklat. Warna ini memiliki arti kesederhanaan dan kejujuran sebagai manusia Jawa. Motif batik Jlamprang dan batik Nitik ini menunjukkan makna keseimbangan hidup antara Tuhan, alam dan manusia.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. Alim Roeswantoro, M.Ag.,
Uncontrolled Keywords: Makna motif batik, batik Jlamprang, batik Nitik, Semiotika Ferdinand De Saussure.
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat

Filsafat Islam
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S1)
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 24 Oct 2018 09:43
Last Modified: 24 Oct 2018 09:43
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/31259

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum