MANUSIA SEMPURNA DALAM PANDANGAN CONFUCIUS DAN AL-GHAZALI

ZUHRI ISTIFAA ILLAH AGUS PURNOMO AJI - NIM. 05510033, (2010) MANUSIA SEMPURNA DALAM PANDANGAN CONFUCIUS DAN AL-GHAZALI. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (736kB) | Preview
[img] Text
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (473kB)

Abstract

ABSTRAK Hakikat manusia dari segi sifat kodratnya adalah makhluk sosial dan makhluk individu. Sebagai makhluk individu, ia merupakan realitas diri yang dimiliki pribadi, tidak satupun diri seorang bisa dimiliki oleh orang lain. Ia juga makhluk sosial karena manusia terlahir ditengah-tengah masyarakat. Dengan kemampuan yang diperoleh lewat akalnya, membawa manusia pada taraf kehilangan jati diri dan semakin jauh dari hakikat Illahi. Ia kehilangan kendali dan lepas dari jalan yang secara kodrati merupakan jalan yang tercipta bagi manusia. Problematika yang ingin dijawab manusia adalah tentang jati diri, hakikat, kodrat dan sifat-sifat manusia yang berbeda dengan makhluk lain. Hubungan antara jiwa dan raga serta kebebasannya ditengah-tengah arus modernitas yang membawa pada hilangnya kesempurnaan dalam dirinya. Pemikiran tokoh yang membicarakan tentang konsep kesempurnaan manusia adalah Confucius dan al-Ghazali. Dengan menggunakan pendekatan filsafat terutama mengenai nilai-nilai etika dan moralitas. Tulisan ini menggunakan metodologi deskriptif komparatif yang mencoba menjawab beberapa permasalahan. Pertama, mengenai konsep manusia dalam pemikiran Confucius dan al-Ghazali, terutama tentang konsep manusia sempurna sehingga diharapkan kita mengetahui konsep manusia sempurna dalam pandangan ke dua tokoh. Kedua, mencoba menguraikan persamaan dan perbedaan pandangan tokoh tersebut. Melalui beberapa karyanya Confucius berusaha membawa manusia kedalam kesempurnaan jiwanya. Melalui beberapa ajarannya. Ia mengkategorikan Etika individu dan etika sosial. Dimana Etika individu terdiri dari: Yi (kelayakan), Li (sopan santun), Chi (kebijaksanaan), tao (jalan) sedangkan etika sosial terdiri dari: Jen (perikemanusiaan), Hsiao (bakti anak terhadap ayah dan ibu), Cheng ming (pembenaran nama-nama), dan Wu lun (lima hubungan kemanusiaan). Ia berpendapat bahwa manusia akan mencapai kesempurnaan dengan merealisasikan ajarannya itu. Sedangkan al-Ghazali membagi manusia menjadi beberapa unsur antara lain : An Nafs, Ar Ruh, al Jism. Menurut al-Ghazali manusia mempunyai unsur esensi dan eksistensi yang keduanya adalah holistik keperpaduan fungsi baik untuk kesempurnaan di dunia maupun dalam mengupayakan kesempurnaan dalam mentransendensikan diri pada dimensi asketisme yang dikenal dengan istilah Ma'rifat dan merupakan puncak kesempurnaan manusia. Dengan konsep tersebut manusia diharapkan akan menjadi manusia sejati yang memiliki keunggulan, kemampuan dan kecerdasan dalam diri pribadi dan sosialnya dalam pandangan Confucius diistilahkan dengan Chun Tzu, yaitu manusia sempurna yang memiliki kesempurnaan moral dan etika sedangkan dalam pandangan al-Ghazali diistilahkan dengan Ma'rifat.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbimbing: Drs.H.Moh Fahmi, M.Hum.
Uncontrolled Keywords: kesempurnaan manusia, Confucius dan al-Ghazali, Ma'rifat
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 25 Jul 2013 17:34
Last Modified: 04 Aug 2016 11:32
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3931

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum