KONSEP ILMU SUHRAWARDI

AZIS MUSLIM - NIM. 04511748, (2010) KONSEP ILMU SUHRAWARDI. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (KONSEP ILMU SUHRAWARDI )
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (KONSEP ILMU SUHRAWARDI )
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (754kB)

Abstract

Ada anggapan setelah meninggalnya Ibn Rusyd (1126 1198 M), seakan sudah selesailah tradisi intelektualitas dunia Islam pada saat itu. Kemudian asumsi tersebut terlihat memudarkan dinamisasi keilmuan pada Islam, jika tradisi keilmuan ini tidak ditanggapi secara objektif dan membuka diri bahwa sebenarnya masih banyak bermunculan karakter-karakter dalam tradisi keilmuan dalam Islam, bukan saja tradisi peripatetik dan mistisisme yang berkembang. Akan tetapi, tradisi keilmuan Islam juga berkembang baik selain dua tradisi keilmuan tadi, yakni tradisi yang disebut dengan iluminasi (Hikmah al-Israqiyyah), dengan pendirinya seorang filosof muda yang mempertaruhkan hidupnya ditiang gantungan, demi kebenaran yang diyakini akan kebenarannya. Dia adalah Shihab al-Din Yahya ibn Habasy ibn Amirak Abu al-Futuh Suhrawardi al-Kurdi (1154-1191 M), biasa dikenal dengan Suhrawardi yang terbunuh (al-Maqtul). Konsep ilmu Suhrawardi merupakan tradisi keilmuan dari mata rantai filsafat Islam sebelumnya. Oleh karena itu,iluminasi (Hikmah al-Isyraqiyyah), Suhrawardi juga mempunyai kerangka sumber ilmu yang berbeda dengan lainnya. Keragaman corak pemikirannya adalah warna dinamika intelektualitas untuk mengembangkan lebih lanjut gerakan khazanah secara keilmuan, terlebih dengan banyaknya polarisasi simbolik dan epistemologi dalam beberapa karya yang saratterhadap hubungan konsep-konsep terdahulu. Konsep simbolik terhadap cahaya (nur), pada iluminasi Suhrawardi merupakan serangkaian sumber ilmu. Suhrawardi menyadari betapa pentingnya untuk menyusun konsep ilmu ini, sehingga dalam beberapa pertautan pada karyanya terlahir untuk menjawab persoalan tersebut. Beberapa kategori yang tercermin dalam konsep Suhrawardi adalah mengintegrasikan kerangka pemikiran filosofis dan mistisisme. Yakni proses integrasi terhadap nalar diskursif dengan mistisisme pun terjadi, tentunya dengan mengambil peranan yang sangat nyata untuk diejawantahkan dalam kerangka penalaran ilmiah. Tentunya dalam penelitian ini, berangkat dari kepustakaan murni (library research), dengan menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif-analitik. Sehingga, dalam pembahasan penelitian ini secara keseluruhan, menghimpun dari data-data yang berbicara tentang konstruksi ilmu Suhrawardi yang dideskripsikan, dieksplorasikan dan dianalisis dengan menggunakan landasan dasar metode heuristika. Walaupun sebenarnya dalam penelitian tokoh ini bisa saja dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan lain, tapi peneliti cenderung memakai metode yang sudah dipakai itu. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan diri untuk mengetengahkan context of discovery, tentunya dalam kerangka pemikiran Suhrawardi. Berdasarkan proses penelitian ini, jelasnya agar dapat menumbuhkan tingkat integrasi dan objektifikasi dalam penelitian penelitian selanjutnya. Kemudian pola intuisi yang sering dikaitkan untuk mengambil peranan penting. Bagi Suhrawardi, belumlah cukup untuk meniscayakan keberadaan seseorang mendapatkan pengetahuannya. Selanjutnya, dibutuhkan juga proses yang lain, tentunya dengan pendekatan yang sudah diajarkan Suhrawardi dalam beberapa karyanya. Menurutnya, konsep ilmu tertinggi adalah mengenal Tuhan. Demi pengenalannya tentang Tuhan, maka setiap bentuk gagasan mengarahkan pada-Nya. Suhrawardi sebenarnya telah melakukan dekonstruksi pemikiran terhadap dinamika intelektual secara parsial dan ambigu pada masanya. Kemudian karakter ini pun dilandasi dengan memandang bahwa gerakan pembaruan pemikiran haruslah ditingkatkan. Maka tidak heran jika pola pemikiran Suhrawardi sangat selektif terhadap pemikiran-pemikiran keilmuan yang terkandung olehnya. Bukan berarti orang yang mengambil pemikiran telah melakukan sebuah tandingan terhadap sumber ilmu . Akan tetapi, dari mana pun ilmu yang diakui akan kebenarannya berasal, maka secara prinsipil harus pula diambil kebenaran itu. Makna terpenting Suhrawardi adalah konsep keilmuan yang bukan saja dimaknai secara subjektif, tapi perlunya dilontarkan proses keilmuan secara dinamisasi. Problem keilmuan Suhrawardi bukanlah merasionalkan proses berpikir tapi juga bertindak. Dalam hal ini, keilmuan Suhrawardi dengan menggunakan metode hushuli dan hudhuri, patut diapresiasi sebagai tindak lanjut proses berpikir yang progresif.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Dr. H. Syaifan Nur, M.A,
Uncontrolled Keywords: ilmu, iluminasi, hushuli dan hudhuri.
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 06 Sep 2012 18:15
Last Modified: 04 Aug 2016 10:39
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4314

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum