KISAH ASHABULKAHFI DALAM NARASI QUR’ANI DAN TRADISI BIBLIKAL: ANALISIS REPRESENTASI

Jauhara Albar Rouhullah, NIM.: 18205010100 (2023) KISAH ASHABULKAHFI DALAM NARASI QUR’ANI DAN TRADISI BIBLIKAL: ANALISIS REPRESENTASI. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KISAH ASHABULKAHFI DALAM NARASI QUR’ANI DAN TRADISI BIBLIKAL: ANALISIS REPRESENTASI)
18205010100_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (KISAH ASHABULKAHFI DALAM NARASI QUR’ANI DAN TRADISI BIBLIKAL: ANALISIS REPRESENTASI)
18205010100_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (9MB) | Request a copy

Abstract

Kisah ashabulkahfi tidak hanya ada pada narasi qur’ani, namun juga ada pada tradisi biblikal, khususnya pada teks homiletic Syriac Youth of Ephesus karya Jacob of Sarug. Berangkat dari realita itu, ada dua masalah yang muncul: (1) bagaimana analisis representasi terhadap kisah ashabulkahfi narasi Qur’ani dan narasi Youth of Ephesus Jacob of Sarug? (2) dan mengapa terjadi persamaan dan perbedaan representasi pada kedua narasi tersebut? Analisis representasi adalah analisis yang dilakukan untuk mengeluarkan makna yang ada pada suatu teks: makna yang ingin dibagikan kepada para pembaca yang berbudaya sama. Hasil dari analisis representasi yang saya lakukan, kisah ashabulkahfi narasi qur’ani hendak membagikan makna berupa pembuktian kebesaran Allah. Pembangkitan mereka dari tidur yang panjang memiliki statemen mengenai pembuktian hari kiamat, bahwa ia adalah bukti tidak hanya arwah yang dibangkitkan namun juga jasad. Hal yang serupa juga muncul pada narasi biblikal, hasil analisis representasi yang muncul adalah sama dengan narasi qur’ani namun dengan simbolisasi yang khas akan trinitas. Ketika dua narasi (qur’ani dan biblikal) disandingkan, keduanya memberi kesamaan sekaligus perbedaan, baik itu dari sisi narasi maupun representasi, keduanya saling bersifat komplementer. Secara garis besar, alur cerita kedua narasi memiliki kesamaan, yaitu berawal dari penyembunyian diri ke gua karena raja yang lalim; ashabulkahfi dibangkitkan kembali; lalu diakhiri dengan pengabadian mereka di masing-kitab suci suci. Namun, ada perbedaan di antara kedua narasi, yaitu dalam hal detail, misal, dalam narasi qur’ani ashabulkahfi tertidur selama 309 tahun, namun tradisi biblikal menyebutkan angka 372 tahun. Terjadinya perbedaan dan persamaan itu karena para mufasir mengambil pemahaman qur’ani dari tradisi isra’īliyyat. Misal, Ibnu ‘Abbas, dia menggali dari tradisi biblikal untuk ayat yang tidak memiliki riwayat namun ada informasi mengenainya di isra’iliyyat. Hal ini tentu dilakukan dengan pemilihan dan pemilahan yang ketat, namun terkadang ada pula ahli tafsir yang tidak menjelaskan secara detail sumber isra’iliyyat yang mereka gunakan.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Ahmad Rafiq, S.Ag., M.Ag., MA., Ph.D.
Uncontrolled Keywords: ashabulkahfi; Bibel; representasi; al-Qur’an; Stuart Hall
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Qur'an Hadis
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S2) > Studi al Qur'an dan Hadits
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 24 May 2023 12:48
Last Modified: 24 May 2023 12:48
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58836

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum