DINAMIKA POLIVALENSI-MONOVALENSI DALAM SEJARAH TAFSIR MODERN (Analisis Genealogis terhadap Term Auliya’, al-Din dan al-Islam dalam Tafsir Modern)

Abdul Fatah, NIM.: 20205032012 (2023) DINAMIKA POLIVALENSI-MONOVALENSI DALAM SEJARAH TAFSIR MODERN (Analisis Genealogis terhadap Term Auliya’, al-Din dan al-Islam dalam Tafsir Modern). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (DINAMIKA POLIVALENSI-MONOVALENSI DALAM SEJARAH TAFSIR MODERN (Analisis Genealogis terhadap Term Auliya’, al-Din dan al-Islam dalam Tafsir Modern))
20205032012_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (DINAMIKA POLIVALENSI-MONOVALENSI DALAM SEJARAH TAFSIR MODERN (Analisis Genealogis terhadap Term Auliya’, al-Din dan al-Islam dalam Tafsir Modern))
20205032012_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (7MB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pergeseran polivalensi ke arah monovalensi dalam sejarah tafsir. secara spesifik, diskursus ini menelaah keragaman pemaknaan yang disajikan oleh mufassir dan keterkaitannya dengan faktor-faktor yang melingkupi. Pergeseran polivalensi ke arah monovalensi yang diklaim oleh beberapa sarjana tafsir sebagai konsekuensi modernitas dalam diskursus keragaman makna yang disajikan mufassir, Diskursus polivalensi-monovalensi dalam sejarah tafsir merupakan kajian yang lahir dari perdebatan seputar modernitas yang lahir dari unsur-unsur instrinsik tafsir , tetapi faktanya modernitas dengan kompleksitasnya dan unsur-unsur inerqualiti teks yang ambigu membuat claim itu patut dipertanyakan ulang. Klaim ini kemudian memunculkan pertanyaan utama ―benarkah modernitas menjadi penyebab utama penurunan polivalensi dalam penafsiran?‖ pertanyaan besar tersebut kemudian diturunkan ke dalam dua isu, yaitu: 1.Bagaimana bentuk-bentuk pergeseran polivalensi kearah monovalensi dalam diskursus tafsir? 2.Apakah modernitas menjadi penyebab pergeseran dari polivalensi ke monovalensi dalam penafsiran? Sampel dalam studi ini berfokus pada tiga topik, yaitu Qs Al-Maidah [5]:51 tentang auliya‟, Qs Āli Imrān [3]: 19 dan Qs Āli Imrān [3]:85 tentang din dan islam. Adapun sejarah panjang tradisi tafsir dilihat melalui pergeseran penafsiran dalam berbagai karya mufassir diantaranya; ar-Razi, al-Qurtubi, al-Nasafi, Ibn Katsir, al-Mahalli, al-Suyuti, Shihab al-Dīn al-Khofaji, al-Qunawi, al-Shawkani, al-Alusi, al-Qāsimī, Abduh, Tanṭāwī Jawharī, al-Saʿdī, Sayyid Qutb, Ibn ʿĀshūr, Hamka, Saʿīd Hawwā, Quraish Shihab, Qāḍī Kanʿān, al-Shaʿrāwī, al-ʿUthaymīn,al-Zuḥaylī, al-Ṣābūnī, Quraish Shihab, dan Kemenag.Studi ini merupakan penelitian kualitatif berbasis studi pustaka. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah penafsiran tiga ayat tentang auliyā‟ dīn, dan islām dalam berbagai kitab tafsir yang kemudian dianalisis secara kronologis-genealogis, dengan metode longue durée atau long term. Dalam menganalisis data, penelitian ini juga akan menggunkan paradigma genealogical tradition yang digagas oleh Walid Saleh. ia menekankan pentingnya tradisi tafsir itu dipandang sebagai tradisi yang ―genealogis‖. Artinya, setiap tafsir yang baru selalu memiliki hubungan dialektis tertentu dengan keseluruhan tradisi tafsir sebelumnya. Dengan pembacaan genealogis, penulis melihat kecenderungan beberapa tafsir pra modern menyajikan keragaman penafsiran tanpa menunjukkan kecondongan tertentu atau memilih penafsiran yang paling benar. Hal ini membuat beberapa penafsiran tersebut cenderung ‗ambigu‘, polivalen, dan terhindar dari kebenaran tunggal. Fenomena tersebut sebagaimana terlihat dalam penafsiran Al-Qurṭubī, ar-Rāzī, ibn Katsīr, as-Saukānī dan al-Ālūsī. Namun, hal ini tidak tampak dalam penafsiran yang memiliki tujuan tertentu, semisal Penafsiran al-Syuthi dengan tujuan madrāsah dan tafsir al-Qunawi yang menjadi hāsiah atas tafsir al-Baiḍawī.Demikian pula dari segi sumber penafsiran. Penulis melihat otoritas riwayat selalu menjadi opsi pilihan mufassir dalam setiap abad. Meski demikian, tidak semua mufassir benar-benar mempertimbangkan kualitas matan dan sanad riwayat yang digunakannya. Seringkali, mereka mengikuti riwayat yang digunakan oleh para mufassir sebelumnya. Selain itu, Sikap mufassir berbanding lurus dengan ide, kecenderungan, teologi, dan sosial kemasyarakatan mufassir ketika menuliskan tafsirnya.Oleh karena itu, penelitian ini berpendapat bahwa; pertama,dinamika pergeseran polivalensi-monovalensi khusunya di era modern tidak linear dengan periode lahirnya tafsir tertentu. Kedua, pudarnya polivalensi dalam beberapa penafsiran tidak hanya disebabkan oleh masuknya modernitas dalam epitem penafsiran, melainkan juga terdapat beberapa faktor lain yang mengakibatkan inkonsistensi pada pola penurunan polivalensi dalam penafsiran tiga term tersebut, bahkan dalam kasus tertentu, modernitas justru mepertahankan tardisi polivalensi penafsiran.Ketiga,memperkuat argument bahwa ayat-ayat dengan potensi ambiguitas tinggi, akan tetap mempertahankan polivalensinya dalam tafsir modern.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Prof. Dr.phil. Sahiron Syamsuddin, M.A
Uncontrolled Keywords: polivalensi; monovalensi; Auliya‟; Din; Islam; Modernitas
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur'an dan Tafsir (S2)
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 25 May 2023 15:00
Last Modified: 25 May 2023 15:00
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58878

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum