PEREMPUAN DALAM HUKUM ISLAM (Studi atas Epistemologi Pemikiran Amina Wadud)

FIKRIA NAJITAMA, NIM : 06. 231. 353 (2010) PEREMPUAN DALAM HUKUM ISLAM (Studi atas Epistemologi Pemikiran Amina Wadud). Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (PEREMPUAN DALAM HUKUM ISLAM (Studi atas Epistemologi Pemikiran Amina Wadud))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (PEREMPUAN DALAM HUKUM ISLAM (Studi atas Epistemologi Pemikiran Amina Wadud))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (675kB)

Abstract

Penelitian ini membahas epistemologi pemikiran Amina Wadud terkait dengan perempuan dalam hukum Islam. Sebagaimana diketahui, kajian mengenai isu-isu perempuan dalam hubungannya dengan agama senantiasa melibatkan asumsi intelektual bahwa agama merupakan faktor signifikan atas munculnya ketidakadilan terhadap perempuan. Kenyataan ini dapat dilihat dari ungkapan ideolog Jerman Moriz Winternitz yang berkata bahwa perempuan selalu menjadi sahabat agama, tetapi umumnya agama bukan sahabat bagi perempuan. Hal senada juga dapat dilihat dari ungkapkan Syu'bah Asa, bahwa tidak ada agama yang tidak punya problem dengan kaum perempuan. Pendapat-pendapat tersebut nampaknya tidak terlalu berlebihan karena dalam realitasnya semua agama memiliki aturan-aturan yang secara spesifik mengatur urusan perempuan dan seringkali menempatkannya pada posisi yang marjinal. Di sisi lain, hampir semua para feminis memandang seluruh agama –khususnya Islam, Yahudi dan Kristentermasuk wilayah yang seksis. Pendapat ini muncul karena agama-agama mencitrakan Tuhan dan utusannya sebagai laki-laki yang kemudian secara tidak langsung melegitimasi superioritas laki-laki di atas perempuan. Kenyataan inilah yang kemudian mendorong para feminis menilai bahwa ketidakadilan gender yang dijustifikasi oleh agama merupakan pangkal dari penindasan laki-laki atas perempuan. Kompleksitas persoalan yang menimpa kaum perempuan kemudian mendorong munculnya gerakan-gerakan feminis di masyarakat. Gerakan feminis sejak awal berusaha menggugat dominasi budaya patriarkhi yang ada di masyarakat. Dalam realitasnya, konstruksi budaya patriarkhi muncul dan kemudian mapan secara universal dan berlangsung selama berabad-abad. Kondisi tersebut kemudian mengkristal dan tidak lagi dipandang sebagai ketimpangan. Bahkan kondisi yang memposisikan perempuan secara marginal tersebut dianggap sebagai ‘takdir’. Perempuan harus menerima keadaan dan klaim bahwa mereka dilahirkan untuk melayani dan mengabdi pada kepentingan laki-laki. Dalam konteks inilah gerakan feminis muncul sebagai sebuah kesadaran bahwa selama ini perempuan mendapatkan perlakuan yang tidak adil dalam konstruksi budaya patriarkhi. Kesadaran ini kemudian mendorong para pemikir feminis untuk berusaha melakukan berjuang supaya perempuan memperoleh kedudukan setara dengan kedudukan laki-laki. Sebut misalnya Riffat Hasan, Asma Barlas, Asghar Engineer, Fatima Mernissi, Amina Wadud dan sebagainya yang begitu gigih memperjuangkan kesetaraan gender dan dan secara khusus membongkar selubung dominasi laki-laki dalam proses penafsiran. Perlu dinyatakan alasan kenapa memilih Amina Wadud sebagai obyek kajian dalam penelitian ini. Paling tidak ada dua alasan yang perlu diketengahkan, yaitu: Pertama, Wadud merupakan seorang pemikir perempuan yang mendapat respon yang cukup luar biasa dengan karyanya Qur’an and Woman: Rereading a Sacred Text From a Woman’s Perspective. Karya tersebut cukup penting dan monumental karena karya tersebut merupakan salah satu buku yang paling jelas metodologinya serta salah satu karya yang secara khusus membahas tema gender dalam al-Qur'an. Kedua, Wadud adalah sosok kontroversial dan menjadi orang penting dalam konstelasi pemikiran kontemporer. Hal ini terkait dengan tindakan Wadud dan komunitasnya yang menyelenggarakan jama’ah Shalat Jum’at. Dalam kesempatan tersebut, Wadud bertindak selaku imam sekaligus khatib. Kegiatan yang dilaksanakan di sebuah Gereja Anglikan St. John di kota New York kontan memicu kontroversi. Gelombang protes muncul di Arab Saudi. Dalam hal ini, Mufti Abdul-Aziz al-Sheik menanggap Wadud sebagai the enemy of Islam dan menuduhnya telah mencoba merusak Hukum Tuhan. Namun muncul juga beberapa orang yang memberi apresiasi positif terhadap tindakan Wadud. Hal ini dapat dilihat dari komentar El Ebrahim Moosa yang menganggap tindakan Wadud sebagai wonderful move. Demikian juga dengan Syaikh Akhmad Abdur-Rasyid yang memuji tidakan Wadud sebagai a great example of what a Muslim woman or any woman can archieve. Rumusan masalah berangkat dari pertanyaan mengenai konstruksi epistemologi yang dibangun oleh Wadud terkait dengan perempuan dalam hukum Islam. Dengan demikian secara terperinci terdapat tiga poin yang akan dikaji, yaitu: Pertama, apa sumber pengetahuan yang mendasari Wadud dalam mengkonstruksi pendapatnya mengenai perempuan dalam hukum Islam? Kedua, bagaimanakah metode yang digunakan Wadud dalam merumuskan pendapatnya? Ketiga, apa validitas kebenaran yang dijadikan pijakan oleh Wadud? Sebagai sebuah penelitian pustaka (liberary research), tesis ini bersumber dari bahan-bahan primer yang berupa tulisan-tulisan Wadud serta bahan-bahan sekunder berupa buku, jurnal, disertasi dan tulisan ilmiah lainnya yang ditulis orang lain. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Wadud menggunakan hermeneutika sebagai metode penafsirannya terkait dengan ayat-ayat hukum yang berkaitan dengan perempuan. Dalam hal ini, Wadud menamakan konstruksi hermeneutikanya dengan hermeneutika tawhid. Tawaran ini tidak hanya menerapkan beberapa makna sekaligus pada satu ayat dengan merujuk pada ayatayat yang lain, tetapi juga mengembangkan sebuah kerangka yang mencangkup pemikiran sistematis tentang penarikan berbagai korelasi serta menunjukkan pengaruh utuh dari koherensi al-Qur’an. Berpijak dari konstruksi hermeneutik ini, Wadud tentunya tidak hanya menjadikan teks sebagai sumber pengetahuannya, namun juga menjadikan konteks sebagai sumber signifikan dalam melakukan penafsiran. Dengan sumber tersebut, pemikiran yang muncul akan sangat fleksibel dan mampu merespon realitas kontemporer tanpa tercerabut dari akar spirit dan nilai-nilai al-Qur'an.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing : Dr. Hamim Ilyas
Uncontrolled Keywords: perempuan, hukum islam
Subjects: Hukum Islam
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Hukum Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 14 Feb 2013 19:49
Last Modified: 16 Apr 2015 10:24
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7005

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum