VARIASI DAN SIMBOL DALAM MUSHAF MANUSKRIP AL-QUR’AN DI MASJID AGUNG SURAKARTA (Kajian Filologi)

AVI KHURIYA MUSTOFA, NIM. 08530071 (2013) VARIASI DAN SIMBOL DALAM MUSHAF MANUSKRIP AL-QUR’AN DI MASJID AGUNG SURAKARTA (Kajian Filologi). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (VARIASI DAN SIMBOL DALAM MUSHAF MANUSKRIP AL-QUR’AN DI MASJID AGUNG SURAKARTA (Kajian Filologi) )
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text (VARIASI DAN SIMBOL DALAM MUSHAF MANUSKRIP AL-QUR’AN DI MASJID AGUNG SURAKARTA (Kajian Filologi) )
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Al-Qur’an bagi kaum muslim adalah verbum dei (kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Jibril selama kurang lebih 23 tahun. Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi tidak berupa tulisan atau bahkan berbentuk jilid yang rapi. Ada dua cara yang dilakukan oleh umat Islam untuk menjaga kitab sucinya tersebut dari kemusnahan, yaitu dengan cara penulisan dan hafalan. Dua cara ini telah dilakukan sejak zaman nabi sampai sekarang. Akan tetapi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka al-Qur’an pun tertulis dengan rapi dan indah dengan mesin cetak, bukan lagi dengan tangan. Di Indonesia telah banyak al-Qur’an yang tercetak dengan mesin. Dengan tercetaknya al-Qur’an melalui mesin tersebut, mengakibatkan banyak al-Qur’an yang tertulis tangan di masa lampau tidak terawat, naskah-naskah tersebut menjadi bisu. Karenanya manusia menjadi enggan membaca al-Qur’an yang bertuliskan tangan. Akhirnya banyak dari para peneliti (filolog) kemudian melestarikan naskah-naskah tersebut dengan cara menyimpan di beberapa museum, masjid, perpustakaan, balai bahasa, pesantren, yayasan, pemerintah daerah, universitas, dan juga istana. Dari sekian banyak tempat yang digunakan untuk pelestarian naskah kuno tersebut, penulis mengfokuskan di Perpustakaan Masjid Agung Surakarta. Di tempat itu banyak naskah kuno yang dilihat dari tulisannya sudah luntur tintanya, dan juga kertas sudah mulai merapuh karena telah termakan usia. Setelah melihat bagaimana naskah kuno tersebut, maka terlihatlah jenis dan fungsi, simbol dan scholia, pemeliharaan dan perawatan serta variasi penulisan teks dalam naskah mushaf manuskrip Masjid Agung Surakarta. Munculnya variasi secara sengaja atau tidak disengaja penurunan yang dilakukan oleh manusia penyalin akan menimbulkan bentuk penyalinan yang tidak setia. Variasi yang merupakan dasar kerja filologi pada mulanya dipandang sebagai kesalahan satu bentuk korup (rusak), satu bentuk keteledoran si penyalin. Sikap terhadap variasi yang muncul dalam transmisi naskah pun, dalam perkembangannya, juga berubah. Variasi dipandang tidak hanya sebagai kesalahan yang dibuat oleh penyalin, tetapi juga bentuk kreasi penyalin, yaitu basil dari subjektivitasnya sebagai manusia penyambut teks yang disalin dan sebagai penyalin yang menghendaki salinannya diterima oleh pembaca sezamannya. Naskah al-Qur’an yang diteliti ini diperbandingkan oleh peneliti dengan al-Qur’an versi Kemenag. Salah satu perbedaannya antara lain: jumlah ayat dalam masing-masing surat ada yang berbeda. Kedua, ketentuan ayat awal juz beberapa berbeda dengan al-Qur’an Kemenag. Ketiga, tidak memiliki tanda waqaf yang merupakan standar al-Qur’an Kemenag. Keempat, ketentuan peletakan tanda ruku’ atau yang umum ditulis dengan “ع” di bagian samping tulisan al-Qur’an, walaupun tanda ruku’ tidak harus ada dalam al-Qur’an. Selain dari yang telah disebutkan, maka dapat dimaklumi kesamaannya dengan versi Kemenag.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 10 May 2013 21:25
Last Modified: 01 Jul 2016 16:26
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7653

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum