@phdthesis{digilib1029, month = {July}, title = {KONSEP EGO DALAM PEMIKIRAN IQBAL}, school = {UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, author = { SAMSURI - NIM. 00510338}, year = {2008}, note = {Pembimbing I : Drs. H. Muzairi, MA. ; Pembimbing II : H. Shofiyullah MZ, M. Ag.}, keywords = {Konsep Ego, Iqbal}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1029/}, abstract = {Manusia adalah misteri terbesar yang diciptakan Tuhan di dunia, padanya Tuhan tidak hanya membentuk sesuai dengan citra-Nya, tetapi sudah menjadi kehendak-Nya bahwa manusia akan menjadi mitra kerja-Nya di dunia. Pengertian tentang manusia adalah pemahaman secara menyeluruh menyangkut aspek rohani dan jasmani serta tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan lainnya, karena keduanya bersama-sama ada dan merupakan suatu keutuhan dan keseluruhan baru, yang merupakan diri yang hidup, serba lain dari pada hidup raga saja atau jiwa saja dalam dirinya sendiri, dan penyatuan antara keduanya merupakan kekuasaan Tuhan. Allah, dalam Al-Qur'an secara sederhana menggambarkan keunikan serta kelebihan manusia dari pada ciptaan Tuhan yang lain. Hubungan antara pikiran dan tindakan yang membentuk kesatuan kesadaran manusia yang menjadi pusat kepribadiannya merupakan ciri khas individualitas manusia. Hal inilah yang menjadi ukuran kesempurnaan manusia sebagai i khalifah /i Allah di bumi. br br Dalam sejarah pemikiran, hal ini kurang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Pemilahan antara barat dan timur, selain sebagai strategi politik juga sebagai tanda perbedaan karakter masing-masing, menyangkut cara berfikir dan peradabannya. Brat yang cenderung hedonis dan materialis menolak segala bentuk kehidupan yang berlawanan dengannya, begitu juga sebaliknya dengan apa yang terjadi di Timur. Persoalan inilah yang membuat Iqbal merumuskan filsafatnya dan mengajak umat islam untuk kembali pada Al-Qur'an. Idealisme dan empirisme yang sebelumnya selalu berebut untuk menjadi superior, pada Iqbal mendapat tempat yang sejajar dan saling melengkapi. Kant misalnya, menetapkan suatu batas pada pengetahuan tentang kenyataan yang empiris. Ia mengatakan bahwa kita tidak dapat mengetahui sesuatu di luar dunia, benda. Iqbal menolak menyepakati konsepsi ini, ia tidak mau membiarkan dirinya terkungkung dalam penjara yang dibangun oleh panca indera dan rasio. Ia mengatakan, bahwa wahyu tidak dapat dicapai melalui panca indera dan rasio. Karena itu, kita harus berlindung pada suatu pengalaman yang mempunyai tipe sangat khusus yang disebut quot;intuisi quot;. Berkat intuisilah kita dapat menangkap secara langsung tentang misteri i diri /i , keberadaan ego insani kemerdekaan dan keabadiannya. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan sosio-historis, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui latar belakang sosio-kultural dan arus besar pemikiran seseorang tidak bisa dilepaskan dari interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan metode yang digunakan terungkap, bahwa bagi Iqbal, ego insani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, dengan ego insani manusia mempunyai kesadaran akan dirinya, disamping kesadaran akan hal di luar dirinya. br br } }