@phdthesis{digilib10555, month = {October}, title = {PENSYAIRAN ARTI HADIS DALAM KITAB DURRAT AL-AHADIS MIN MUKHTAR AL-AHADIS KARYA H. TAUFIQUL HAKIM }, school = {UIN SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM. 09532043 TALI LUBAB}, year = {2013}, note = {Pembimbing: Dr. H. Agung Danarta, M.Ag.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10555/}, abstract = {Kitab Durrat al-Ahadis Min Mukhtar al-Ahadis adalah salah satu karya ulama Nusantara dalam bidang hadis. Taufiqul Hakim, pengarang kitab ini adalah pengasuh PP. Darul Falah yang ahli dalam beberapa bidang keilmuan. Kitab ini memiliki karakteristik yang cukup unik. Kitab ini memuat hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtar al-Ahadis al-Nabawiyyah wa al-Hikam al-Muhammadiyyah karya Sayyid Ahmad al-Hasyimi yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kemudian terjemah-terjemah tersebut dijadikan bait-bait syair berbahasa Jawa dan Indonesia. Kitab ini terdiri dari delapan jilid dan baru tiga jilid yang diterbitkan. Adapun kitab yang dikaji dalam penelitian ini adalah kitab Durrat al-Ahadis Min Mukhtar al-Ahadis jilid I. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Di dalamnya dideskripsikan data tentang isi kitab Durrat al-Ahadis min Mukhtar al-Ahadis . Data ini akan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan sastra. Pendekatan sejarah digunakan untuk mengetahui latar belakang penyusunan kitab ini dan pendekatan sastra digunakan untuk mengetahui bentuk pensyairan arti hadis yang ada dalam kitab ini. Adapun kesimpulan mengenai hasil penelitian ini. Pertama, latar belakang penyusunan kitab ini secara umum didasari pada basic keilmuan Taufiqul Hakim dan semangatnya dalam mengajarkan Islam. Semangat ini ia tuangkan dalam beberapa karya, salah satunya adalah kitab ini yang disusun dengan bentuk pensyairan arti hadis agar mudah diingat dan dipahami isi hadis tersebut. Kedua, secara umum bentuk pensyairan arti hadis dalam kitab ini mengikuti bentuk syair dalam syair Arab, khususnya dalam unsur wazan dan qafiyah. Namun, jika dilihat secara menyeluruh bentuk pensyairan arti hadis ini tidak dapat dikatakan sebagai syair karena tidak memiliki unsur imajinasi sehingga pensyairan ini lebih tepat dikatakan sebagai nazm. Bentuk pensyairan arti hadis ini mempunyai relevansi dalam studi hadis, yaitu bentuk ini merupakan bagian dari syarah hadis. Pensyairan arti hadis ini merupakan gambaran dari isi hadis. Ini dapat dilihat dari jumlah bait syair. Semakin panjang bait syair maka penjelasan yang terkandung dalam hadis juga panjang dan jika bait tersebut pendek maka penjelasannya hadis juga pendek.} }