@phdthesis{digilib10560, month = {September}, title = {RELASI SUAMI-ISTRI DALAM AL-QUR?AN (Studi Komparasi Penafsiran Asghar Ali Engineer dan Nasaruddin Umar)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM. 09532047 ZOEHELMY}, year = {2013}, note = {Pembimbing: Dr. Inayah Rohmaniyah, M.Ag., M.Hum.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/10560/}, abstract = {Persoalan relasi suami istri merupakan salah satu aspek penting dalam rangka tercapainya keadilan hak bagi perempuan. Ketidakadilan yang terjadi dalam relasi ini di antaranya disebabkan oleh penafsiran atas teks keagamaan yang tidak menggunakan perspektif gender. Dari sinilah isu tentang penguatan hak-hak domestik perempuan terus digulirkan. Muncul respon dari kalangan feminis dan mufasir modern yang menekankan perlunya dilakukan pembacaan ulang terhadap teks-teks keagamaan yang terkait dengan relasi individual dan sosial antara perempuan dan laki-laki sebagai upaya menyelamatkan perempuan dari berbagai ketidakadilan dan diskriminasi. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan inti penafsiran Asghar Ali Engineer dan Nasaruddin Umar tentang relasi suami-istri dalam al-Qur?an, mengkomparasikan penafsiran keduanya, serta bagaimana merelevansikannya dengan konteks keindonesiaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat kajian kepustakaan. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan buku-buku yang ditulis oleh Asghar Ali Engineer dan Nasaruddin Umar yang mengcover pemikiran keduanya tentang relasi gender dalam al-Qur?an dan juga sumber-sumber sekunder lain yang dapat menjadi data penunjang. Metode pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi terhadap data-data dari sumber primer dan sekunder. Metode analisis data yang ditempuh meliputi analisis taksonomi, interpretasi, dan komparasi simetris. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Engineer dan Nasaruddin dalam memahami relasi suami-istri dalam al-Qur?an berangkat dari reinterpretasinya terhadap dua poin inti: (1) tentang penciptaan perempuan; subordinasi perempuan sering berawal dari pemahaman bahwa perempuan (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk laki-laki (Adam), sehingga ini meniscayakan bahwa perempuan memiliki kekurangan baik secara fisik maupun mental dibanding laki-laki. Baik Engineer maupun Nasaruddin menyatakan bahwa penafsiran perempuan diciptakan dari tulang rusuk itu tidak valid, ini merupakan distorsi yang berasal tradisi ahli kitab yang tersusupi melalui isr{\=a}?{\=i}liyy{\=a}t dalam tafsir, (2) tentang kepemimpinan dalam rumah tangga; laki-laki yang disebut dengan al-rij{\=a}l dalam Q.S. al-Nis{\=a}?: 34 bukanlah laki-laki dari segi sex, melainkan laki-laki dari segi gender yang diindikasikan dengan muatan sosial tertentu (baca: menafkahi keluarga). Sehingga pemimpin rumah tangga tidak mutlak menjadi otoritas laki-laki melainkan siapa yang bertanggung jawab atas nafkah keluarga. Hal ini secara teoritis mengandaikan terjadinya relasi equal partnership dalam hubungan suami-istri.} }