%0 Journal Article %A Dr. H. MUHAMMAD ALFATIH SURYADILAGA, M.Ag., - %D 2013 %F digilib:11885 %J PEMAKNAAN SHALAWAT DALAM KOMUNITAS JOGED SHOLAWAT MATARAM: STUDI LIVING HADIS %T PEMAKNAAN SHALAWAT DALAM KOMUNITAS JOGED SHOLAWAT MATARAM: STUDI LIVING HADIS %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11885/ %X Penelitian ini mengkaji tentang tradisi tarian spiritual Joged Shalawat Mataram (JSM). JSM adalah tarian spiritual yang berasal dari Kasultanan Mataram Yogyakarta. Tarian spiritual ini pada mulanya merupakan kreasi dari Joged Mataram (JM) yang pada mulanya merupakan tarian tradisional yang digagas oleh Sultan Hamengkubuwono I sebagai aspek batiniah Tari Gaya Khas Keraton Yogyakarta. JM memiliki makna yang paradoksal, sebagaimana umumnya idiom-idiom Jawa. Pada perkembangan selanjutnya JM dikreasikan dengan shalawat dan menjadi JSM, sehingga nuansa kesilamannya lebih tampak. Fakus kajian dalam penelitian ini adalah mengetahui pemaknaan shalawat dalam komunitas JSM. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu tentang fenomena living hadis. Penelitian ini bersifat deskriptif, kualitatif, induktif yang artinya suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum atau deskripsi tentang living hadis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial-budaya-keagamaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, Joged Sholawat Mataram (JSM) merupakan fenomena tradisi sosial-budaya-keagamaan. JSM tergolong tarian spiritual atau bisa juga disebut sebagai gerakan spritual art. Di Timur Tengah gerakan ini biasa disebut dengan tarian Seman (whirling dervishes). Kedua, Joged Sholawat Mataram (JSM) adalah sebuah fenomena living hadis, karena JSM adalah tarian spiritual yang bernafaskan nilai-nilai Islam. Ada beberapa hadis-hadis Nabi yang dijadikan prinsip dasar dalam JSM: (1) hadis-hadis tentang perintah bershalawat kepada Nabi saw. Hal ini dapat dilihat pada setiap gerakan tarian JSM yang diiringi dengan shalawat; (2) hadis-hadis tentang perintah meneladani akhlak Nabi. Hal tersebut di manifestasikan dalam setiap bentuk gerakan tarian JSM yang menggambarkan ketulusan dan kehalusan budi. Ketiga, Joged Sholawat Mataram (JSM) merupakan fenomena “Syiar Budaya Relegius”. Gerakan ini merupakan gerakan syiar agama dengan menggunakan pendekatan seni dan budaya. Keempat, Joged Sholawat Mataram (JSM) bisa disebut sebagai geraka sosial. Fenomena ini tentu menjadi hal baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Gerakan spiritual ini bisa menjadi motor penggerak dalam hal pendidikan yang mengedepankan karakter kepribadian.